Post on 23-May-2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pesatnya globalisasi di Indonesia sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan perekonomian, dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan-
perusahaan yang berdiri dan bergerak diberbagai bidang kehidupan. Suatu
perusahaan tentunya memerlukan alat-alat untuk produksi dan tenaga kerja yang
handal guna meningkatkan produksinya. Pembangunan perekonomian nasional
berdampak pula pada perkembangan perekonomian diberbagai daerah yang ada di
Indonesia, salah satunya di Pulau Bali.
Bali, merupakan pulau yang terkenal dengan banyak julukan salah satunya
Pulau Seribu Pura, yang sangat pesat perkembangannya di bidang pariwisata.
Semakin pesatnya perekonomian dan pariwisata mengakibatkan semakin banyak
kebutuhan barang dan jasa yang di butuhkan masyarakat dan banyak pula peluang
usaha yang menguntungkan bagi para pengusaha untuk berbisnis dan mendirikan
perusahaan di Pulau Bali. Menurut Ricahard D. Steade, et al sebagaimana dikutip
oleh A. Kadie mengatakan : “Bussiness is defined as all the commercial and
industrial activities that provide goods and services to maintain and improve our
quality of life. (Bisnis dapat dipahami sebagai aktivitas dagang dan komersial
yang menawarkan barang dan pelayanan untuk menggapai kualitas hidup yang
2
lebih bermutu).1Salah satu perusahaan yang ada di Bali dan bergerak di bidang
penyediaan jasa makanan yaitu PT. Aerofood Catering Service Denpasar Bali.
PT. Aerofood Catering Service(selanjutnya disebut PT.ACS) merupakan
salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa boga (catering
service) berstandar internasional yang dilengkapi dengan sertifikat International
Organization for Standardization(selanjutnya di sebut ISO) yaitu, ISO 9001:2008
dan ISO 22000 dari lembaga SAI Global Australia yang telah berpengalaman
dalam mengelola penyediaan makanan untuk maskapai penerbangan maupun
kepentingan korporasi. 2 Salah satu kantor cabang PT. ACS adalah terletak di
Denpasar Bali dengan alamat Perusahaan di Aerofood ACS Building, Ngurah Rai
International Airport PO BOX 3276 Denpasar Bali.
PT.ACS DenpasarBali semakin berkembang, tentunya membutuhkan lebih
banyak bahan-bahan produksi, bahan bakar,mesin produksi dan lain sebagainya
untuk mendukung peningkatan produksi. Perusahaan ini juga membutuhkan
tenaga kerja yang handal untuk menjalankan, merawat peralatan dan mencegah
kerusakan pada alat-alat produksi yang akan berpengaruh terhadap hasil produksi
kegiatan tersebut dilakukan oleh tenaga kerja maintenance. Tenaga kerja ini dapat
artikan sebagai tenaga kerja yang kegiatannya melakukan pemeliharaan, tindakan
dan perbaikan atas kerusakan-kerusakan mesin dan alat-alat produksi disuatu
perusahaan.
1Richard D. Steade, et al., 1984, Bussiness its nature and Environment an Introduction,
Tenth Edition, (Cincinnati Ohio: South-Westren Publishing Co, h. 3 2Aerofood ACS, 2016, Our History,URL: http://www.aerofood.co.id/profile/our-history/,
(diakses tanggal 12 September 2015)
3
Tenaga kerja merupakan aspek yang mempunyai peranan penting dalam
perkembangan suatu perusahaan. Perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan,
dan kesejahteraan merupakan hak dari setiap tenaga kerja dan kewajiban bagi
pengusaha yang dijamin oleh pemerintah melalui undang-undang. Perlindungan
tersebut sangat diperlukan karena setiap tenaga kerja selalu menghadapi resiko-
resiko sosial ekonomis berupa sakit, cacat, hari tua dan meninggal dunia selama
bekerja dan setelah purna kerja.3
Dasar hukum perlindungan tersebut terkandung di dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI
Tahun 1945) Pasal 27 ayat (2) merumuskan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”4 Makna kata
‘pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan’, mengandung arti
adanya jaminan keselamatan dan kesehatan bagi warga negara yang melakukan
pekerjaan. Dengan demikian, suatu jenis pekerjaan yang mengandung resiko
bahaya tidak boleh diabaikan begitu saja faktor-faktor yang diperlukan untuk
menjamin keamanannya, melainkan harus disediakan alat dan perlengkapan yang
diperlukan untuk memperkecil dan meniadakan resiko bahayanya.5
Perlindungan terhadap tenaga kerja juga diatur secara yuridis,dalam
Penjelasan Pasal 5 UU Ketenagakerjaan, memberikan perlindungan bahwa :
3Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI) dan Friedrich Stiftung (FES), 1994, Hubungan
Industrial dan Organisasi Ketenagakerjaan Dalam Perspektif PJPT II, Sumber Rezeki, Jakarta, h.59
4Putri Mandalika, 2013, Keselamatan dan Kesehatan Kerja. URL:http://pmdlk ./keselamatan-dan kesehatan-kerja.html(diakses tanggal 12 September 2015)
5Adrian Sutedi, 2011, Hukum Perburuhan,Edisi 1, Cet.2, Sinar Grafika, Jakarta, h.198
4
Setiap tenaga kerja berhak dan mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan
jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan
kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang
sama terhadap para penyandang cacat
Selain itu, perlindungan terhadap tenaga kerja juga diatur dalam rumusan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pada bagian
Menimbang yang merumuskan bahwa : “setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional”.
Perlindungan terhadap tenaga kerja tidak hanya diberikan oleh pemerintah
namun, pengusaha juga berkewajiban memberikan perlindungan terhadap tenaga
kerja guna menjamin hak-hak tenaga kerja dalam perusahaan. Penjelasan Pasal 6
UU Ketenagakerjaan mewajibkan kepada pengusaha yaitu “pengusaha harus
memberikan hak dan kewajiban pekerja/buruh tanpa membedakan jenis kelamin,
suku, ras, agama, warna kulit dan aliran politik”. Bagi pekerja/buruh adanya
jaminan perlindungan untuk pekerja akan menimbulkan suasana kerja yang
tentram sehingga pekerja/buruh dapat memusatkan perhatian pada pekerjaannya
semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan
kerja.6
6Abdul Khakim, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung,h. 14
5
Perlindungan hukum tenaga kerja diatur dalam UU Ketenagakerjaan BAB
X tentangPerlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan yaitu Pasal 67 sampai
dengan Pasal 85, di lanjutkan dengan rumusan Pasal 86 dan Pasal 87 mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan yang terakhir termuat dalam Pasal 99
sampai dengan Pasal 101 tentang Kesejahteraan. Sementara itu,perlindungan
tenaga kerja yang diberikan PT.ACS Denpasar Bali terhadap para pekerjatermuat
dalam BAB VIII tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, BAB IX tentang
Fasilitas dan Perlengkapan Kerja, BAB X tentang Jaminan Kesehatan, BAB XI
tentang Pemeliharaan Kesehatan Jasmani dan Rohani, dan yang terakhir BAB XII
tentang Kesejahteraan Karyawan.7
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas sudah menjadi suatu keperluan
yang penting akan adanya suatu kesesuaian perlindungan hukum terhadap tenaga
kerja dalam suatu perusahaan dengan UU Ketenagakerjaan yang sebagai faktor
penjamin pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja/buruh. Salah satunya
adalah tenaga kerja maintenance pada PT. ACS Denpasar Bali. Maka penulis
kemudian mengangkat permasalahan tersebut dalam tulisan yang berjudul
“Pelaksanaan Perlindungan Hukum di Bidang Teknis Tenaga Kerja
MaintenancePada PT. Aerofood Catering ServiceDenpasar Bali”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas adapun rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
7 Perjanjian Kerja Bersama, 2014, PT. Aerofood Indonesia Dengan Serikat Pekerja Serasi
Indonesia Dan Serikat Karyawan Sejahtera ACS, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Jakarta,h. 18
6
1. Bagaimanakah pelaksanaan tenaga kerja maintenance yang diterapkan
padaPT. Aerofood Catering ServiceDenpasar Bali ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
perlindungan hukum di bidang teknis yang di berikan PT. Aerofood
CateringServiceDenpasarBali terhadap tenaga kerja maintenance?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Untuk lebih terarahnya tulisan ini perlu kiranya diadakan pembatasan
terhadap permasalahan tersebut. Hal ini untuk menghindari adanya pembahasan
yang menyimpang dari permasalahan yang dikemukakan, adapun ruang lingkup
dari tulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Kesesuaian antara perlindungan hukum di bidang teknis tenaga kerja yang
di berikan oleh PT. Aerofood CateringService DenpasarBali kepada
tenaga kerja maintenance dengan UU Ketenagakerjaan serta dengan UU
Keselamatan Kerja.
2. Bentuk Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Aerofood
CateringService DenpasarBali kepada tenaga kerja maintenance.
7
1.4 Orisinalitas Penelitian
Perbedaan penulisan hukum ini dengan karya tulis lain adalah :
No Nama Judul Rumusan Masalah 1.
Ni Made Asri Mandalini, 0603005158, Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar, tahun 2010
Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Alih Daya Pengoprasian Bisnis Kepada Pihak Luar (Outsourcing) Pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Denpasar
1. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum bagi pekerja alih daya pengoperasian bisnis kepada pihak luar (outsourching) pada PT. Federal International Finance (FIF) cabang Denpasar?
2. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja alih daya pengoperasian bisnis kepada pihak luar (outsourching) pada PT. Federal International Finance (FIF) cabang Denpasar?
2. I Dewa Ayu Danu Saputri, 0516051316, Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar, tahun 2013
Perlindungan Hukum Pekerja Wanita Melalui Program Jamsostek di Bali Island Villas and SPA ( PT. Taman Merah Bali)
1. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum bagi pekerja wanita menurut UU No. 13 Tahun 2003.
2. Bagaimana akibat hukum bagi pengusaha apabila tidak dilaksanakannya program Jamsostek ?
3. Nittya Satwasti Sugita, 0816051181, Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar, tahun 2013
Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Wanita Yang Bekerja Pada Malam Hari di Hard Rock Cafe Kabupaten Badung
1. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja wanita yang bekerja pada malam hari di Hard Rock Cafe Kabupaten Badung?
2. Faktor-faktor apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja wanita yang bekerja pada malam hari di Hard Rock Cafe Kabupaten Badung?
8
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini sudah barang tentu nantinya mempunyai tujuan yang ingin di
capai. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.5.1 Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perlindungan hukum di bidang teknis tenaga kerja
maintenance dengan UU Ketenagakerjaan dan UU Keselamatan Kerja.
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum tenaga kerja maintenance.
1.5.2 Tujuan khusus
1. Untuk mendalami kesesuaian antara perlindungan hukum di bidang teknis
yang di berikan oleh PT.ACS Denpasar Bali kepada tenaga kerja
maintenance dengan UU Ketenagakerjaan serta dengan UU Keselamatan
Kerja.
2. Untuk memahami bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh
PT.ACS Denpasar Bali kepada tenaga kerja maintenance.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu hukum, khususnya mengenai perlindungan hukum di
bidang teknis terhadap tenaga kerja maintenance yang bekerja di suatu
perusahaan. Dalam penulisan ini adalah PT.ACS Denpasar Bali.
9
2. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi
khasanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu hukum yang dapat
digunakan sebagai suatu acuan bagi tulisan-tulisan yang sejenis
dikemudian hari.
1.6.2 Manfaat praktis
1. Melalui penulisan ini, maka peneliti dapat mencari jawaban atas
permasalahan yang diteliti, sehingga nantinya dapat memberikan
kesimpulan dan saran sebagai akhir dari penulisan.
2. Dengan adanya hasil penulisan ini, penulis dapat mengembangkan
pemikiran, penalaran, pemahaman, tambahan pengetahuan serta pola kritis
bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam penulisan atau dalam bidang
ini.
1.7 Landasan Teoritis
Tenaga kerja merupakan aspek yang amat penting bagi terselenggarannya
pembangunan perekonomian nasional di Indonesia. Tenaga kerja dan pengusaha
selalu berhubungan satu dengan yang lain, kehidupan kerja bersama tersebut yang
menyebabkan adanya interaksi atau hubungankerja. Hubungan kerja adalah
“hubungan antara pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah”.Pengertian hubungan kerja menurut
pendapat Imam Soepomo adalah “hubungan antara buruh dan majikan, terjadi
setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh
menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah,
10
dan dimana majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh
dengan membayar upah”.8
Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang
terjadi setelah adanya perjanjian kerja.9 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 14
UU Ketenagakerjaan perjanjian kerja adalah “perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan
kewajiban para pihak”.
Dalam UU Ketenagakerjaan antara istilah hubungan kerja dan hubungan
industrial dibedakan pengertiannya. Hubungan industrial adalah “suatu sistem
hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang
dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945”. Jadi, dalam hubungan industrial ada tiga pihak yang
terkait yaitu pengusaha, pekerja/buruh, dan juga pemerintah. Hubungan kerja pada
dasarnya adalah hubungan antara kedua belah pihak, yaitu pengusaha dan pekerja.
Pekerja/buruh mengikatkan dirinya pada pengusaha untuk bekerja dan mendapat
upah, dan pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan
pekerja/buruh dengan membayar upah.10
8Maimun, 2007, Hukum Ketenagakerjaan:Suatu Pengantar, Pradnya Paramita, Jakarta, h.
41 9Lalu Husni, 2001, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Ed.1.Cet.2, PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h. 35 10Zaeni Asyhadie loc.cit, h.50
11
Perjanjian kerja yang dibuat oleh pengusaha dengan pekerja/buruh tidak
boleh bertentangan dengan perjanjian kerja bersama yang dibuat oleh pengusaha
dengan serikat pekerja/serikat buruh yang ada pada perusahaan, demikian pula
perjanjian kerja tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan
yang dibuat oleh pengusaha.11Hal yang sangat penting dalam perjanjian kerja
adalah mengenai perlindungan yang diberikan suatu perusahaan untuk pekerja.
Mengingat banyak perusahaan yang memberikan suatu perlindungan yang rendah
bagi para pekerja dan memicu banyaknya kasus yang dialami para pekerja.
Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-
subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Ada dua teori tentang
Perlindungan hukum yaitu :
a. Perlindungan Hukum Preventif yaitu, Perlindungan yang diberikan oleh
pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya
pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan
dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan
batasan-batasan dalam melakukan sutu kewajiban.
b. Perlindungan Hukum Represif, yaitu merupakan perlindungan akhir
berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang
diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu
pelanggaran.12
11Ibid. 12 Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,
Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, h.14
12
Pancasila adalah falsafah hidup Bangsa dan Negara Indonesia, segala
kegiatan dilakukan atas dasar perikemanusiaan dan keadilan dengan selalu
menjunjung tinggi nama Tuhan Yang Maha Esa. Segala masalah yang
menyangkut harkat hidup orang banyak diselesaikan atau ditangani atas dasar
musyawarah dan mufakat, dengan kegotong-royongan, bantu membantu dan
bahu-membahu selalu diutamakan.13
Hubungan industrial di Indonesia berlandaskan Pancasila dalam usaha-
usaha untuk mencapai tujuannya mendasarkan diri pada asas-asas pembangunan
nasional, yakni asas manfaat, asas usaha bersama, asas demokrasi, asas adil &
merata dan asas keseimbangan, hal asas kerjasama yang ditempuh adalah:
1. Pekerja dan pengusaha adalah sama-sama pejuang dalam mengembangkan
perusahaan. Perusahaan itu menjadi alat pembangunan ekonomi, pekerja
dan pengusaha teman seperjuangan dalam proses produksi, dengan
demikian pekerja dan pengusaha wajib bekerja sama bantu membantu
dalam kelancaran usaha dengan meningkatkan kesejahteraan dan
meningkatkan produksi.
2. Pekerja dan pengusaha dalam keadaan keterpaduan mensukseskan hasil
produksi yang harus dipersembahkan kepada masyarakat dan negara
sehingga peran sertanya tetap dipertahankan dengan mencegah terjadinya
kemacetan-kemacetan dalam perusahaanya.
13G. Kartasapoetra, R.G Kartasapoetra, A.G Kartasapoetra, 1986, Hukum Perburuhan di
Indonesia Berlandaskan Pancasila, Sinar Gafika, Jakarta, h. 20
13
3. Pekerja dan pengusaha secara bersama-sama merupakan penopang
perusahaan, karena perusahaan merupakan pengelola sedangkan para
pekerja merupakan pelaksananya, karena itulah pendapatan bersih dari
hasil usahanya selayaknya dinikmati secara bersama dengan bagian yang
layak dan adil dalam keserasian.
4. Pekerja dan pengusaha merupakan satu kekuatan dalam wadah
perusahaan, untuk itu akan dipertanggungjawabkan secara bersama, baik
bertanggung jawab kepada : Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara,
masyarakat di sekitarnya, pengusaha beserta keluarganya, dan pekerja dan
keluarganya agar terlaksana dan terwujud menjadi kenyataan, maka
diperlukan sikap sosial yang mencerminkan persatuan dan kesatuan
nasional. Sifat gotong royong, harga menghargai, tenggang rasa,
keterbukaan, bantu membantu dan kemampuan untuk mengendalikan diri
para pelaku hubungan industrial yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila,
masing-masing akan menunjukan prilaku yang positif, yakni saling
mengerti dengan kedudukan dan perannya serta sama-sama memahami
hak dan kewajiban dalam proses produksi.14
Pihak pemerintah yang berkaitan dengan hak setiap warga negara atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan menempati posisi dan
menjalankan peranannya sebagai pengasuh, pembimbing, pelindung dan perukun
dalam timbulnya berbagai masalah. Secara singkat dapat dikatakan berperan
14I Made Udiana, 2015, Kedudukan dan Kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial,
Udayana University Press, Denpasar, h. 35
14
sebagai pengayom dan pengemong bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proses
produksi.15
Ada tiga teori yang dapat digunakan untuk menerangkan kualitas
hubungan antarmanusia dalam hubungan industrial yaitu:
1. Teori transaksional (model pertukaran sosial)
Menurut teori ini, hubungan antar manusia (interpersonal) itu berlangsung
mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh
keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh
keuntungan maka hubungan itu pasti akan mulus, tetapi jika merasa rugi maka
hubungan akan terganggu, putus atau bahkan berubah menjadi permusuhan.
Demikian juga hubungan antara buruh dan majikan, mereka berfikir apakah
kontribusi mereka sebanding dengan keuntungan yang mereka peroleh.
2. Teori peran
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada
skenario yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran
setiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah tertulis, seorang
atasan harus bagaimana dan seorang bawahan harus bagaimana atau seorang
majikan harus bagaimana dan seorang buruh harus bagaimana. Demikian juga
sudah tertulis peran apa yang harus dilakukan oleh majikan, buruh, atasan dan
bawahan dan seterusnnya. Menurut teori ini, jika seorang mematuhi skenario,
maka hidupnya akan harmonis, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan di
cemooh. Pengusaha yang menyelahi skenario atau aturan tidak akan hidup
15Ibid, h. 40
15
harmoni dengan pekerja, pemimpin yang menyimpang dari skenario akan sering
di demo publik.
3. Teori permainan
Suasana hubungan industrial ditentukan oleh bagaimana kesesuaian sikap
dan perilaku majikan dan buruh dengan yang semestinya dilakukan. Jika tidak
maka suasana hubungan industrial tidak akan harmonis. Undang-Undang
Ketenagakerjaan antara lain memuat hak-hak dasar pekerja, seperti waktu bekerja,
pengupahan, tunjangan, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja,
perlindungan khusus bagi buruh perempuan, anak dan penyandang cacat serta
adanya jaminan sosial tenaga kerja.16
1.8 Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan maupun teknologi. Hal tersebut disebabkan oleh karena penelitian
bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodelogis, dan
konsisten.17 Sedangkan penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan
aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi.18 Adapun metode penelitian yang digunakan
pada penulisan ini adalah sebagai berikut :
16 Sumanto, 2014, Hubungan Industrial: Memahami dan Mengatasi Potensi Konflik
Pengusaha-Pekerja Pada Era Modal Global, Cet.1, Center of Academic Publishing Service, Yogyakarta, h. 95
17Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2011, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 1.
18Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h. 35.
16
1.8.1 Jenis penelitian
Penulisan ini menggunakan penelitian hukum empiris yang merupakan
pendekatan permasalahan yang dilihat dari segi-segi kenyataan yang ada
dilapangan, yang kemudian dikaitkan dengan adanya gejala-gejala hukum yang
ada di kehidupan masyarakat yang kemudian dikaji berdasarkan peraturan yang
berlaku. Karakteristik penelitian yang bersifat empiris adalah hasil yang diperoleh
dan disampaikan secara nyata tanpa disertai dengan interpretasi peneliti.19
Menurut Soerdjono Soekamto, “penelitian hukum sebagai penelitian
sosiologis (empiris) dapat direalisasikan kepada penelitian terhadap efektivitas
hukum yang sedang berlaku ataupun penelitian terhadap identifikasi
hukum”. 20 Penelitian hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang
menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya kesenjangan antara norma
dengan perilaku masyarakat (kesenjangan antara Das Sollen dan Das Sein atau
antara the Ought dan The is atau yang seharusnya dengan senyatanya di
lapangan). Obyek penelitian hukum empiris berupa pandangan, sikap dan perilaku
masyarakat dalam penerapan hukum.21
1.8.2 Jenis pendekatan
Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan
pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dan berbagai aspek
mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Penelitian hukum
umumnya mengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yakni :
19 Burhan Ashshofa, 2014, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h.28 20Ibid, h.14 21 Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum
Universitas Udayana, Denpasar, h.77
17
a) Pendekatan kasus ( The Case Approach)
b) Pendekatan perundang-undangan ( The Statute Approach)
c) Pendekatan fakta ( The Fact Approach)
d) Pendekatan analisis konsep hukum (Analitical & Conseptual)
e) Pendekatan frasa (Words & Phrase Approach)
f) Pendekatan sejarah (Historical Approach)
g) Pendekatan perbandingan (Comparative Approach).22
Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode pendekatan
perundang-undangan (statute approach), sebagai bahan hukum primer, yaitu
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Selain menggunakan
pendekatan perundang-undangan, juga menggunakan pendekatan fakta (the fact
approach) yaitu dari fakta-fakta yang diperoleh dilapangan melalui wawancara.23
1.8.3 Sifat penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sifat deskriptif.
Penelitian secara deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menjabarkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data yang ada, sehingga
dilakukan kegiatan menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi.
Penelitian dengan cara deskriptif bertujuan untuk memecahkan masalah secara
sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi.24 Penelitian
22Ibid, h. 80 23Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, Fajar Inter Pratama Offset, Jakarta,
h.93 24Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2008, Metodelogi Penelitian, Cet.9, Bumi Aksara,
Jakarta, h.44
18
deskriptif juga bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu,
keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu
gejala atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan
gejala lain dalam masyarakat.25
1.8.4 Data dan sumber data
Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data
sekunder yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas dalam penulisan
ini, yaitu meliputi :
1. Data primer
Data primer bersumber dari penelitian lapangan yaitu data yang diperoleh
langsung dari sumber pertama di lapangan (field research) baik responden
maupun informan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dan penelitian
ini dilakukan pada Perusahaan Penyediaan Jasa Makanan yang beralamat di
Aerofood ACS Building Ngurah Rai Airport PO BOX 3276 Denpasar Bali.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan
(library research), yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dalam bentuk
bahan-bahan hukum.26Yaitu meliputi :
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum yang meliputi peraturan perundang-undangan yaitu,
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Undang-
25Amiruddin, H dan Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Ed.1, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 25 26Amirudin,H dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h.30
19
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerjadan Perjanjian Kerja
Bersama PT.Aerofood Indonesiadengan Serikat Pekerja Serasi Indonesia dan
Serikat Karyawan Sejahtera ACS. Bahan hukum primer tersebut diperoleh dari
Perpusatakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana dan dari hasil observasi di
PT.ACSyang beralamat di Aerofood ACS Building Ngurah Rai International
Airport PO BOX 3276 Denpasar Bali.
b. Bahan hukum sekunder
Yaitu meliputi buku-buku/literatur, karya tulis dan jurnal yang berkaitan
dengan pokok bahasan penelitian ini yang diperoleh dari Perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Udayana yang terletak di Jalan Bali 1 Denpasar 801114 Bali-
Indonesia, dan yang di peroleh di toko buku sebagai penunjang dari penelitian ini
serta di dapat juga dari hasil penelusuran di Internet.
c. Bahan hukum tersier
Yaitu meliputi kamus hukum, ensklopedi dan lain sebagainya yang
berfungsi menjelaskan bahan hukum primer dan sekunder yang diperoleh dari
Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana yang terletak di Jalan Bali 1
Denpasar 801114 Bali Indonesia dan di peroleh juga dari dari penelusuran
Internet.
1.8.5 Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan ini
adalah sebagai berikut :
20
1. Teknik studi dokumen
Studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam setiap
penelitian ilmu hukum normatif maupun empiris, karena walaupun aspeknya
berbeda keduanya adalah penelitian ilmu hukum yang selalu bertolak dari premis
normatif. Studi dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan penelitian. 27 Teknik studi dokumen ini dilakukan dengan cara
melakukan pencatatan terhadap sumber bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder kemudian akan dilakukan melalui penelusuran melalui kepustakaan
yang berkaitan dengan aspek pentingnya perlindungan hukum terhadap tenaga
maintenancePT. Aerofood CateringService DenpasarBali.
2. Teknik wawancara (interview)
Data yang diperoleh dengan cara wawancara terhadap pihak-pihak yang
terkait dengan permasalahan yang dibahas dan penelitian ini dilakukan pada
Perusahaan Penyediaan Jasa Makanan yang terletak di Aerofood ACS Building,
Ngurah Rai International Airport PO BOX 3276 Denpasar-Bali yaitu PT.
Aerofood Catering Service Denpasar-Bali. Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara secara fisik. 28 Wawancara (interview) adalah situasi peran antar
pribadi bertatap muka (face to face) yang dilakukan seorang pewawancara dengan
responden untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian.29
27Fakultas Hukum Universitas Udayana, op.cit, h. 82 28 Kartini Kartono, 1983, Pengantar Metode Penelitian Research Sosial, Alumni,
Bandung h.171 29Amiruddin, H dan Zainal Asikin, op.cit, h.82
21
1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian
Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi. 30 Pada
Departemen Engineering di PT. ACS Denpasar-Bali, Pekerja tetap berjumlah 23
orang sedangkan pekerja kontrak berjumlah 4 orang. Teknik pengambilan sampel
atas populasi yang digunakan adalah random sampling dengan populasi yang
bersifat homogen.
1.8.7 Pengolahan dan analisis data
Setelah data-data terkumpul baik data lapangan maupun data kepustakaan,
selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisa dengan teknik pengolahan data
secara kualitatif. Analisis kualitatif diterapkan dalam suatu penelitian yang
sifatnya deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah data naturalistik yang terdiri
atas kata-kata (narasi), data sukar diukur dengan angka, bersifat monografis atau
berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikasi,
hubungan antar variabel tidak jelas, sampel lebih bersifat non probabilitas, dan
pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan observasi.31
Pengolahan data secara kualitatif menekankan pada pola tingkah laku
manusia, yang dilihat dari frame of reference, individu sebagai aktor sentral perlu
dipahami dan merupakan satuan analis serta menempatkannya sebagai bagian dari
satu keseluruhan (holistik).32 Dalam hal ini mengenai perlindungan hukum tenaga
kerja maintenance di PT. Aerofood CateringServiceDenpasarBali.
30Fakultas Hukum Universitas Udayana, op,cit, h. 83 31Ibid, h. 88 32Burhan Ashshofa, 2013, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 15