BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I.pdfPesatnya globalisasi di Indonesia sangat...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya globalisasi di Indonesia sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian, dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan- perusahaan yang berdiri dan bergerak diberbagai bidang kehidupan. Suatu perusahaan tentunya memerlukan alat-alat untuk produksi dan tenaga kerja yang handal guna meningkatkan produksinya. Pembangunan perekonomian nasional berdampak pula pada perkembangan perekonomian diberbagai daerah yang ada di Indonesia, salah satunya di Pulau Bali. Bali, merupakan pulau yang terkenal dengan banyak julukan salah satunya Pulau Seribu Pura, yang sangat pesat perkembangannya di bidang pariwisata. Semakin pesatnya perekonomian dan pariwisata mengakibatkan semakin banyak kebutuhan barang dan jasa yang di butuhkan masyarakat dan banyak pula peluang usaha yang menguntungkan bagi para pengusaha untuk berbisnis dan mendirikan perusahaan di Pulau Bali. Menurut Ricahard D. Steade, et al sebagaimana dikutip oleh A. Kadie mengatakan : “Bussiness is defined as all the commercial and industrial activities that provide goods and services to maintain and improve our quality of life. (Bisnis dapat dipahami sebagai aktivitas dagang dan komersial yang menawarkan barang dan pelayanan untuk menggapai kualitas hidup yang

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I.pdfPesatnya globalisasi di Indonesia sangat...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pesatnya globalisasi di Indonesia sangat besar pengaruhnya terhadap

perkembangan perekonomian, dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan-

perusahaan yang berdiri dan bergerak diberbagai bidang kehidupan. Suatu

perusahaan tentunya memerlukan alat-alat untuk produksi dan tenaga kerja yang

handal guna meningkatkan produksinya. Pembangunan perekonomian nasional

berdampak pula pada perkembangan perekonomian diberbagai daerah yang ada di

Indonesia, salah satunya di Pulau Bali.

Bali, merupakan pulau yang terkenal dengan banyak julukan salah satunya

Pulau Seribu Pura, yang sangat pesat perkembangannya di bidang pariwisata.

Semakin pesatnya perekonomian dan pariwisata mengakibatkan semakin banyak

kebutuhan barang dan jasa yang di butuhkan masyarakat dan banyak pula peluang

usaha yang menguntungkan bagi para pengusaha untuk berbisnis dan mendirikan

perusahaan di Pulau Bali. Menurut Ricahard D. Steade, et al sebagaimana dikutip

oleh A. Kadie mengatakan : “Bussiness is defined as all the commercial and

industrial activities that provide goods and services to maintain and improve our

quality of life. (Bisnis dapat dipahami sebagai aktivitas dagang dan komersial

yang menawarkan barang dan pelayanan untuk menggapai kualitas hidup yang

2

lebih bermutu).1Salah satu perusahaan yang ada di Bali dan bergerak di bidang

penyediaan jasa makanan yaitu PT. Aerofood Catering Service Denpasar Bali.

PT. Aerofood Catering Service(selanjutnya disebut PT.ACS) merupakan

salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa boga (catering

service) berstandar internasional yang dilengkapi dengan sertifikat International

Organization for Standardization(selanjutnya di sebut ISO) yaitu, ISO 9001:2008

dan ISO 22000 dari lembaga SAI Global Australia yang telah berpengalaman

dalam mengelola penyediaan makanan untuk maskapai penerbangan maupun

kepentingan korporasi. 2 Salah satu kantor cabang PT. ACS adalah terletak di

Denpasar Bali dengan alamat Perusahaan di Aerofood ACS Building, Ngurah Rai

International Airport PO BOX 3276 Denpasar Bali.

PT.ACS DenpasarBali semakin berkembang, tentunya membutuhkan lebih

banyak bahan-bahan produksi, bahan bakar,mesin produksi dan lain sebagainya

untuk mendukung peningkatan produksi. Perusahaan ini juga membutuhkan

tenaga kerja yang handal untuk menjalankan, merawat peralatan dan mencegah

kerusakan pada alat-alat produksi yang akan berpengaruh terhadap hasil produksi

kegiatan tersebut dilakukan oleh tenaga kerja maintenance. Tenaga kerja ini dapat

artikan sebagai tenaga kerja yang kegiatannya melakukan pemeliharaan, tindakan

dan perbaikan atas kerusakan-kerusakan mesin dan alat-alat produksi disuatu

perusahaan.

1Richard D. Steade, et al., 1984, Bussiness its nature and Environment an Introduction,

Tenth Edition, (Cincinnati Ohio: South-Westren Publishing Co, h. 3 2Aerofood ACS, 2016, Our History,URL: http://www.aerofood.co.id/profile/our-history/,

(diakses tanggal 12 September 2015)

3

Tenaga kerja merupakan aspek yang mempunyai peranan penting dalam

perkembangan suatu perusahaan. Perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan,

dan kesejahteraan merupakan hak dari setiap tenaga kerja dan kewajiban bagi

pengusaha yang dijamin oleh pemerintah melalui undang-undang. Perlindungan

tersebut sangat diperlukan karena setiap tenaga kerja selalu menghadapi resiko-

resiko sosial ekonomis berupa sakit, cacat, hari tua dan meninggal dunia selama

bekerja dan setelah purna kerja.3

Dasar hukum perlindungan tersebut terkandung di dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI

Tahun 1945) Pasal 27 ayat (2) merumuskan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”4 Makna kata

‘pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan’, mengandung arti

adanya jaminan keselamatan dan kesehatan bagi warga negara yang melakukan

pekerjaan. Dengan demikian, suatu jenis pekerjaan yang mengandung resiko

bahaya tidak boleh diabaikan begitu saja faktor-faktor yang diperlukan untuk

menjamin keamanannya, melainkan harus disediakan alat dan perlengkapan yang

diperlukan untuk memperkecil dan meniadakan resiko bahayanya.5

Perlindungan terhadap tenaga kerja juga diatur secara yuridis,dalam

Penjelasan Pasal 5 UU Ketenagakerjaan, memberikan perlindungan bahwa :

3Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI) dan Friedrich Stiftung (FES), 1994, Hubungan

Industrial dan Organisasi Ketenagakerjaan Dalam Perspektif PJPT II, Sumber Rezeki, Jakarta, h.59

4Putri Mandalika, 2013, Keselamatan dan Kesehatan Kerja. URL:http://pmdlk ./keselamatan-dan kesehatan-kerja.html(diakses tanggal 12 September 2015)

5Adrian Sutedi, 2011, Hukum Perburuhan,Edisi 1, Cet.2, Sinar Grafika, Jakarta, h.198

4

Setiap tenaga kerja berhak dan mempunyai kesempatan yang sama untuk

memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan

jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan

kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang

sama terhadap para penyandang cacat

Selain itu, perlindungan terhadap tenaga kerja juga diatur dalam rumusan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pada bagian

Menimbang yang merumuskan bahwa : “setiap tenaga kerja berhak mendapat

perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional”.

Perlindungan terhadap tenaga kerja tidak hanya diberikan oleh pemerintah

namun, pengusaha juga berkewajiban memberikan perlindungan terhadap tenaga

kerja guna menjamin hak-hak tenaga kerja dalam perusahaan. Penjelasan Pasal 6

UU Ketenagakerjaan mewajibkan kepada pengusaha yaitu “pengusaha harus

memberikan hak dan kewajiban pekerja/buruh tanpa membedakan jenis kelamin,

suku, ras, agama, warna kulit dan aliran politik”. Bagi pekerja/buruh adanya

jaminan perlindungan untuk pekerja akan menimbulkan suasana kerja yang

tentram sehingga pekerja/buruh dapat memusatkan perhatian pada pekerjaannya

semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan

kerja.6

6Abdul Khakim, 2007, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung,h. 14

5

Perlindungan hukum tenaga kerja diatur dalam UU Ketenagakerjaan BAB

X tentangPerlindungan, Pengupahan dan Kesejahteraan yaitu Pasal 67 sampai

dengan Pasal 85, di lanjutkan dengan rumusan Pasal 86 dan Pasal 87 mengenai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan yang terakhir termuat dalam Pasal 99

sampai dengan Pasal 101 tentang Kesejahteraan. Sementara itu,perlindungan

tenaga kerja yang diberikan PT.ACS Denpasar Bali terhadap para pekerjatermuat

dalam BAB VIII tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, BAB IX tentang

Fasilitas dan Perlengkapan Kerja, BAB X tentang Jaminan Kesehatan, BAB XI

tentang Pemeliharaan Kesehatan Jasmani dan Rohani, dan yang terakhir BAB XII

tentang Kesejahteraan Karyawan.7

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas sudah menjadi suatu keperluan

yang penting akan adanya suatu kesesuaian perlindungan hukum terhadap tenaga

kerja dalam suatu perusahaan dengan UU Ketenagakerjaan yang sebagai faktor

penjamin pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja/buruh. Salah satunya

adalah tenaga kerja maintenance pada PT. ACS Denpasar Bali. Maka penulis

kemudian mengangkat permasalahan tersebut dalam tulisan yang berjudul

“Pelaksanaan Perlindungan Hukum di Bidang Teknis Tenaga Kerja

MaintenancePada PT. Aerofood Catering ServiceDenpasar Bali”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas adapun rumusan masalah yang diangkat dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

7 Perjanjian Kerja Bersama, 2014, PT. Aerofood Indonesia Dengan Serikat Pekerja Serasi

Indonesia Dan Serikat Karyawan Sejahtera ACS, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Jakarta,h. 18

6

1. Bagaimanakah pelaksanaan tenaga kerja maintenance yang diterapkan

padaPT. Aerofood Catering ServiceDenpasar Bali ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi

perlindungan hukum di bidang teknis yang di berikan PT. Aerofood

CateringServiceDenpasarBali terhadap tenaga kerja maintenance?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk lebih terarahnya tulisan ini perlu kiranya diadakan pembatasan

terhadap permasalahan tersebut. Hal ini untuk menghindari adanya pembahasan

yang menyimpang dari permasalahan yang dikemukakan, adapun ruang lingkup

dari tulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Kesesuaian antara perlindungan hukum di bidang teknis tenaga kerja yang

di berikan oleh PT. Aerofood CateringService DenpasarBali kepada

tenaga kerja maintenance dengan UU Ketenagakerjaan serta dengan UU

Keselamatan Kerja.

2. Bentuk Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Aerofood

CateringService DenpasarBali kepada tenaga kerja maintenance.

7

1.4 Orisinalitas Penelitian

Perbedaan penulisan hukum ini dengan karya tulis lain adalah :

No Nama Judul Rumusan Masalah 1.

Ni Made Asri Mandalini, 0603005158, Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar, tahun 2010

Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Alih Daya Pengoprasian Bisnis Kepada Pihak Luar (Outsourcing) Pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Denpasar

1. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum bagi pekerja alih daya pengoperasian bisnis kepada pihak luar (outsourching) pada PT. Federal International Finance (FIF) cabang Denpasar?

2. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja alih daya pengoperasian bisnis kepada pihak luar (outsourching) pada PT. Federal International Finance (FIF) cabang Denpasar?

2. I Dewa Ayu Danu Saputri, 0516051316, Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar, tahun 2013

Perlindungan Hukum Pekerja Wanita Melalui Program Jamsostek di Bali Island Villas and SPA ( PT. Taman Merah Bali)

1. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum bagi pekerja wanita menurut UU No. 13 Tahun 2003.

2. Bagaimana akibat hukum bagi pengusaha apabila tidak dilaksanakannya program Jamsostek ?

3. Nittya Satwasti Sugita, 0816051181, Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar, tahun 2013

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Wanita Yang Bekerja Pada Malam Hari di Hard Rock Cafe Kabupaten Badung

1. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja wanita yang bekerja pada malam hari di Hard Rock Cafe Kabupaten Badung?

2. Faktor-faktor apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja wanita yang bekerja pada malam hari di Hard Rock Cafe Kabupaten Badung?

8

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini sudah barang tentu nantinya mempunyai tujuan yang ingin di

capai. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum di bidang teknis tenaga kerja

maintenance dengan UU Ketenagakerjaan dan UU Keselamatan Kerja.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum tenaga kerja maintenance.

1.5.2 Tujuan khusus

1. Untuk mendalami kesesuaian antara perlindungan hukum di bidang teknis

yang di berikan oleh PT.ACS Denpasar Bali kepada tenaga kerja

maintenance dengan UU Ketenagakerjaan serta dengan UU Keselamatan

Kerja.

2. Untuk memahami bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh

PT.ACS Denpasar Bali kepada tenaga kerja maintenance.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu hukum, khususnya mengenai perlindungan hukum di

bidang teknis terhadap tenaga kerja maintenance yang bekerja di suatu

perusahaan. Dalam penulisan ini adalah PT.ACS Denpasar Bali.

9

2. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi

khasanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu hukum yang dapat

digunakan sebagai suatu acuan bagi tulisan-tulisan yang sejenis

dikemudian hari.

1.6.2 Manfaat praktis

1. Melalui penulisan ini, maka peneliti dapat mencari jawaban atas

permasalahan yang diteliti, sehingga nantinya dapat memberikan

kesimpulan dan saran sebagai akhir dari penulisan.

2. Dengan adanya hasil penulisan ini, penulis dapat mengembangkan

pemikiran, penalaran, pemahaman, tambahan pengetahuan serta pola kritis

bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam penulisan atau dalam bidang

ini.

1.7 Landasan Teoritis

Tenaga kerja merupakan aspek yang amat penting bagi terselenggarannya

pembangunan perekonomian nasional di Indonesia. Tenaga kerja dan pengusaha

selalu berhubungan satu dengan yang lain, kehidupan kerja bersama tersebut yang

menyebabkan adanya interaksi atau hubungankerja. Hubungan kerja adalah

“hubungan antara pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai

unsur pekerjaan, upah, dan perintah”.Pengertian hubungan kerja menurut

pendapat Imam Soepomo adalah “hubungan antara buruh dan majikan, terjadi

setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh

menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah,

10

dan dimana majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh

dengan membayar upah”.8

Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang

terjadi setelah adanya perjanjian kerja.9 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 14

UU Ketenagakerjaan perjanjian kerja adalah “perjanjian antara pekerja/buruh

dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan

kewajiban para pihak”.

Dalam UU Ketenagakerjaan antara istilah hubungan kerja dan hubungan

industrial dibedakan pengertiannya. Hubungan industrial adalah “suatu sistem

hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang

dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah

yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945”. Jadi, dalam hubungan industrial ada tiga pihak yang

terkait yaitu pengusaha, pekerja/buruh, dan juga pemerintah. Hubungan kerja pada

dasarnya adalah hubungan antara kedua belah pihak, yaitu pengusaha dan pekerja.

Pekerja/buruh mengikatkan dirinya pada pengusaha untuk bekerja dan mendapat

upah, dan pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan

pekerja/buruh dengan membayar upah.10

8Maimun, 2007, Hukum Ketenagakerjaan:Suatu Pengantar, Pradnya Paramita, Jakarta, h.

41 9Lalu Husni, 2001, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Ed.1.Cet.2, PT.Raja

Grafindo Persada, Jakarta, h. 35 10Zaeni Asyhadie loc.cit, h.50

11

Perjanjian kerja yang dibuat oleh pengusaha dengan pekerja/buruh tidak

boleh bertentangan dengan perjanjian kerja bersama yang dibuat oleh pengusaha

dengan serikat pekerja/serikat buruh yang ada pada perusahaan, demikian pula

perjanjian kerja tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan

yang dibuat oleh pengusaha.11Hal yang sangat penting dalam perjanjian kerja

adalah mengenai perlindungan yang diberikan suatu perusahaan untuk pekerja.

Mengingat banyak perusahaan yang memberikan suatu perlindungan yang rendah

bagi para pekerja dan memicu banyaknya kasus yang dialami para pekerja.

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-

subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Ada dua teori tentang

Perlindungan hukum yaitu :

a. Perlindungan Hukum Preventif yaitu, Perlindungan yang diberikan oleh

pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya

pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan

dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan

batasan-batasan dalam melakukan sutu kewajiban.

b. Perlindungan Hukum Represif, yaitu merupakan perlindungan akhir

berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang

diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu

pelanggaran.12

11Ibid. 12 Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,

Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, h.14

12

Pancasila adalah falsafah hidup Bangsa dan Negara Indonesia, segala

kegiatan dilakukan atas dasar perikemanusiaan dan keadilan dengan selalu

menjunjung tinggi nama Tuhan Yang Maha Esa. Segala masalah yang

menyangkut harkat hidup orang banyak diselesaikan atau ditangani atas dasar

musyawarah dan mufakat, dengan kegotong-royongan, bantu membantu dan

bahu-membahu selalu diutamakan.13

Hubungan industrial di Indonesia berlandaskan Pancasila dalam usaha-

usaha untuk mencapai tujuannya mendasarkan diri pada asas-asas pembangunan

nasional, yakni asas manfaat, asas usaha bersama, asas demokrasi, asas adil &

merata dan asas keseimbangan, hal asas kerjasama yang ditempuh adalah:

1. Pekerja dan pengusaha adalah sama-sama pejuang dalam mengembangkan

perusahaan. Perusahaan itu menjadi alat pembangunan ekonomi, pekerja

dan pengusaha teman seperjuangan dalam proses produksi, dengan

demikian pekerja dan pengusaha wajib bekerja sama bantu membantu

dalam kelancaran usaha dengan meningkatkan kesejahteraan dan

meningkatkan produksi.

2. Pekerja dan pengusaha dalam keadaan keterpaduan mensukseskan hasil

produksi yang harus dipersembahkan kepada masyarakat dan negara

sehingga peran sertanya tetap dipertahankan dengan mencegah terjadinya

kemacetan-kemacetan dalam perusahaanya.

13G. Kartasapoetra, R.G Kartasapoetra, A.G Kartasapoetra, 1986, Hukum Perburuhan di

Indonesia Berlandaskan Pancasila, Sinar Gafika, Jakarta, h. 20

13

3. Pekerja dan pengusaha secara bersama-sama merupakan penopang

perusahaan, karena perusahaan merupakan pengelola sedangkan para

pekerja merupakan pelaksananya, karena itulah pendapatan bersih dari

hasil usahanya selayaknya dinikmati secara bersama dengan bagian yang

layak dan adil dalam keserasian.

4. Pekerja dan pengusaha merupakan satu kekuatan dalam wadah

perusahaan, untuk itu akan dipertanggungjawabkan secara bersama, baik

bertanggung jawab kepada : Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara,

masyarakat di sekitarnya, pengusaha beserta keluarganya, dan pekerja dan

keluarganya agar terlaksana dan terwujud menjadi kenyataan, maka

diperlukan sikap sosial yang mencerminkan persatuan dan kesatuan

nasional. Sifat gotong royong, harga menghargai, tenggang rasa,

keterbukaan, bantu membantu dan kemampuan untuk mengendalikan diri

para pelaku hubungan industrial yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila,

masing-masing akan menunjukan prilaku yang positif, yakni saling

mengerti dengan kedudukan dan perannya serta sama-sama memahami

hak dan kewajiban dalam proses produksi.14

Pihak pemerintah yang berkaitan dengan hak setiap warga negara atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan menempati posisi dan

menjalankan peranannya sebagai pengasuh, pembimbing, pelindung dan perukun

dalam timbulnya berbagai masalah. Secara singkat dapat dikatakan berperan

14I Made Udiana, 2015, Kedudukan dan Kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial,

Udayana University Press, Denpasar, h. 35

14

sebagai pengayom dan pengemong bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proses

produksi.15

Ada tiga teori yang dapat digunakan untuk menerangkan kualitas

hubungan antarmanusia dalam hubungan industrial yaitu:

1. Teori transaksional (model pertukaran sosial)

Menurut teori ini, hubungan antar manusia (interpersonal) itu berlangsung

mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh

keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh

keuntungan maka hubungan itu pasti akan mulus, tetapi jika merasa rugi maka

hubungan akan terganggu, putus atau bahkan berubah menjadi permusuhan.

Demikian juga hubungan antara buruh dan majikan, mereka berfikir apakah

kontribusi mereka sebanding dengan keuntungan yang mereka peroleh.

2. Teori peran

Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada

skenario yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran

setiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah tertulis, seorang

atasan harus bagaimana dan seorang bawahan harus bagaimana atau seorang

majikan harus bagaimana dan seorang buruh harus bagaimana. Demikian juga

sudah tertulis peran apa yang harus dilakukan oleh majikan, buruh, atasan dan

bawahan dan seterusnnya. Menurut teori ini, jika seorang mematuhi skenario,

maka hidupnya akan harmonis, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan di

cemooh. Pengusaha yang menyelahi skenario atau aturan tidak akan hidup

15Ibid, h. 40

15

harmoni dengan pekerja, pemimpin yang menyimpang dari skenario akan sering

di demo publik.

3. Teori permainan

Suasana hubungan industrial ditentukan oleh bagaimana kesesuaian sikap

dan perilaku majikan dan buruh dengan yang semestinya dilakukan. Jika tidak

maka suasana hubungan industrial tidak akan harmonis. Undang-Undang

Ketenagakerjaan antara lain memuat hak-hak dasar pekerja, seperti waktu bekerja,

pengupahan, tunjangan, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja,

perlindungan khusus bagi buruh perempuan, anak dan penyandang cacat serta

adanya jaminan sosial tenaga kerja.16

1.8 Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi. Hal tersebut disebabkan oleh karena penelitian

bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodelogis, dan

konsisten.17 Sedangkan penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan

aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang dihadapi.18 Adapun metode penelitian yang digunakan

pada penulisan ini adalah sebagai berikut :

16 Sumanto, 2014, Hubungan Industrial: Memahami dan Mengatasi Potensi Konflik

Pengusaha-Pekerja Pada Era Modal Global, Cet.1, Center of Academic Publishing Service, Yogyakarta, h. 95

17Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2011, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 1.

18Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h. 35.

16

1.8.1 Jenis penelitian

Penulisan ini menggunakan penelitian hukum empiris yang merupakan

pendekatan permasalahan yang dilihat dari segi-segi kenyataan yang ada

dilapangan, yang kemudian dikaitkan dengan adanya gejala-gejala hukum yang

ada di kehidupan masyarakat yang kemudian dikaji berdasarkan peraturan yang

berlaku. Karakteristik penelitian yang bersifat empiris adalah hasil yang diperoleh

dan disampaikan secara nyata tanpa disertai dengan interpretasi peneliti.19

Menurut Soerdjono Soekamto, “penelitian hukum sebagai penelitian

sosiologis (empiris) dapat direalisasikan kepada penelitian terhadap efektivitas

hukum yang sedang berlaku ataupun penelitian terhadap identifikasi

hukum”. 20 Penelitian hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang

menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya kesenjangan antara norma

dengan perilaku masyarakat (kesenjangan antara Das Sollen dan Das Sein atau

antara the Ought dan The is atau yang seharusnya dengan senyatanya di

lapangan). Obyek penelitian hukum empiris berupa pandangan, sikap dan perilaku

masyarakat dalam penerapan hukum.21

1.8.2 Jenis pendekatan

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan

pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dan berbagai aspek

mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Penelitian hukum

umumnya mengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yakni :

19 Burhan Ashshofa, 2014, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h.28 20Ibid, h.14 21 Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum

Universitas Udayana, Denpasar, h.77

17

a) Pendekatan kasus ( The Case Approach)

b) Pendekatan perundang-undangan ( The Statute Approach)

c) Pendekatan fakta ( The Fact Approach)

d) Pendekatan analisis konsep hukum (Analitical & Conseptual)

e) Pendekatan frasa (Words & Phrase Approach)

f) Pendekatan sejarah (Historical Approach)

g) Pendekatan perbandingan (Comparative Approach).22

Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode pendekatan

perundang-undangan (statute approach), sebagai bahan hukum primer, yaitu

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Selain menggunakan

pendekatan perundang-undangan, juga menggunakan pendekatan fakta (the fact

approach) yaitu dari fakta-fakta yang diperoleh dilapangan melalui wawancara.23

1.8.3 Sifat penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sifat deskriptif.

Penelitian secara deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menjabarkan

pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data yang ada, sehingga

dilakukan kegiatan menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi.

Penelitian dengan cara deskriptif bertujuan untuk memecahkan masalah secara

sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi.24 Penelitian

22Ibid, h. 80 23Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, Fajar Inter Pratama Offset, Jakarta,

h.93 24Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2008, Metodelogi Penelitian, Cet.9, Bumi Aksara,

Jakarta, h.44

18

deskriptif juga bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu,

keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu

gejala atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan

gejala lain dalam masyarakat.25

1.8.4 Data dan sumber data

Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data

sekunder yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas dalam penulisan

ini, yaitu meliputi :

1. Data primer

Data primer bersumber dari penelitian lapangan yaitu data yang diperoleh

langsung dari sumber pertama di lapangan (field research) baik responden

maupun informan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dan penelitian

ini dilakukan pada Perusahaan Penyediaan Jasa Makanan yang beralamat di

Aerofood ACS Building Ngurah Rai Airport PO BOX 3276 Denpasar Bali.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan

(library research), yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dalam bentuk

bahan-bahan hukum.26Yaitu meliputi :

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum yang meliputi peraturan perundang-undangan yaitu,

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Undang-

25Amiruddin, H dan Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Ed.1, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 25 26Amirudin,H dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.Raja

Grafindo Persada, Jakarta, h.30

19

Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerjadan Perjanjian Kerja

Bersama PT.Aerofood Indonesiadengan Serikat Pekerja Serasi Indonesia dan

Serikat Karyawan Sejahtera ACS. Bahan hukum primer tersebut diperoleh dari

Perpusatakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana dan dari hasil observasi di

PT.ACSyang beralamat di Aerofood ACS Building Ngurah Rai International

Airport PO BOX 3276 Denpasar Bali.

b. Bahan hukum sekunder

Yaitu meliputi buku-buku/literatur, karya tulis dan jurnal yang berkaitan

dengan pokok bahasan penelitian ini yang diperoleh dari Perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Udayana yang terletak di Jalan Bali 1 Denpasar 801114 Bali-

Indonesia, dan yang di peroleh di toko buku sebagai penunjang dari penelitian ini

serta di dapat juga dari hasil penelusuran di Internet.

c. Bahan hukum tersier

Yaitu meliputi kamus hukum, ensklopedi dan lain sebagainya yang

berfungsi menjelaskan bahan hukum primer dan sekunder yang diperoleh dari

Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana yang terletak di Jalan Bali 1

Denpasar 801114 Bali Indonesia dan di peroleh juga dari dari penelusuran

Internet.

1.8.5 Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan ini

adalah sebagai berikut :

20

1. Teknik studi dokumen

Studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam setiap

penelitian ilmu hukum normatif maupun empiris, karena walaupun aspeknya

berbeda keduanya adalah penelitian ilmu hukum yang selalu bertolak dari premis

normatif. Studi dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan penelitian. 27 Teknik studi dokumen ini dilakukan dengan cara

melakukan pencatatan terhadap sumber bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder kemudian akan dilakukan melalui penelusuran melalui kepustakaan

yang berkaitan dengan aspek pentingnya perlindungan hukum terhadap tenaga

maintenancePT. Aerofood CateringService DenpasarBali.

2. Teknik wawancara (interview)

Data yang diperoleh dengan cara wawancara terhadap pihak-pihak yang

terkait dengan permasalahan yang dibahas dan penelitian ini dilakukan pada

Perusahaan Penyediaan Jasa Makanan yang terletak di Aerofood ACS Building,

Ngurah Rai International Airport PO BOX 3276 Denpasar-Bali yaitu PT.

Aerofood Catering Service Denpasar-Bali. Wawancara yang dilakukan adalah

wawancara secara fisik. 28 Wawancara (interview) adalah situasi peran antar

pribadi bertatap muka (face to face) yang dilakukan seorang pewawancara dengan

responden untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian.29

27Fakultas Hukum Universitas Udayana, op.cit, h. 82 28 Kartini Kartono, 1983, Pengantar Metode Penelitian Research Sosial, Alumni,

Bandung h.171 29Amiruddin, H dan Zainal Asikin, op.cit, h.82

21

1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi. 30 Pada

Departemen Engineering di PT. ACS Denpasar-Bali, Pekerja tetap berjumlah 23

orang sedangkan pekerja kontrak berjumlah 4 orang. Teknik pengambilan sampel

atas populasi yang digunakan adalah random sampling dengan populasi yang

bersifat homogen.

1.8.7 Pengolahan dan analisis data

Setelah data-data terkumpul baik data lapangan maupun data kepustakaan,

selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisa dengan teknik pengolahan data

secara kualitatif. Analisis kualitatif diterapkan dalam suatu penelitian yang

sifatnya deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah data naturalistik yang terdiri

atas kata-kata (narasi), data sukar diukur dengan angka, bersifat monografis atau

berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikasi,

hubungan antar variabel tidak jelas, sampel lebih bersifat non probabilitas, dan

pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan observasi.31

Pengolahan data secara kualitatif menekankan pada pola tingkah laku

manusia, yang dilihat dari frame of reference, individu sebagai aktor sentral perlu

dipahami dan merupakan satuan analis serta menempatkannya sebagai bagian dari

satu keseluruhan (holistik).32 Dalam hal ini mengenai perlindungan hukum tenaga

kerja maintenance di PT. Aerofood CateringServiceDenpasarBali.

30Fakultas Hukum Universitas Udayana, op,cit, h. 83 31Ibid, h. 88 32Burhan Ashshofa, 2013, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 15