Post on 31-Dec-2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang No.22 Tahun
2009 dan diubah menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota dituntut secara mandiri untuk mengatur dan melaksanakan
kewenangan serta mengurus sendiri kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan kondisi dan potensi wilayahnya masing-masing.
Untuk memantapkan pelaksanaan otonomi daerah serta meminimalkan
ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, maka salah satu
upayanya adalah agar pemerintah daerah diberi kewenangan dalam bidang
keuangan. Pentingnya posisi keuangan dalam penyelenggaraan pemerintahan
disebabkan karena faktor keuangan merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dalam merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah. Kemandirian
dalam bidang keuangan merupakan salah satu kriteria penting untuk mengetahui
kemampuan daerah secara nyata dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
Kemandirian dalam bidang keuangan ini dimaksudkan untuk pelaksanaan
otonomi daerah yang bertumpu pada persoalan pendapatan daerah yang berasal
dari berbagai jenis sumber. Artinya pendapatan daerah merupakan cerminan dari
kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Sesuai dengan pasal
2
157 dalam UU No.32 Tahun 2004, disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah
terdiri dari : a) pendapatan asli daerah (PAD), yaitu hasil dari pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain
PAD yang sah; b) dana perimbangan; dan c) lain-lain pendapatan daerah yang
sah .
Salah satu sumber penerimaan yang signifikan bagi pembiayaan rutin
untuk membangun suatu daerah yang otonom adalah sumber pembiayaan yang
berasal dari PAD. PAD merupakan pendapatan pemerintah daerah yang
bersumber dari aktivitas komponen sumber daya ekonomi daerah yang berpotensi
untuk dikelola secara maksimal yang meliputi hasil dari penerimaan pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Berdasarkan komponen PAD yang
telah ditetapkan adapun komponen yang paling utama dalam memberikan
kontribusinya terhadap PAD serta perlu dikelola secara maksimal adalah hasil
dari pajak daerah dan retribusi daerah, karena semakin besar pajak dan retribusi
daerah yang diterima oleh pemerintah daerah maka akan semakin meningkat pula
PAD nya.
Pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah ketentuannya diatur dalam
Undang-Undang yang dikeluarkan pemerintah tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yaitu UU No.28 Tahun 2009 yang menggantikan UU No.18
Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No.34 Tahun 2000 tentang
perubahan atas UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
3
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan
retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Pajak daerah dan retribusi daerah memang telah memberikan kontribusi
signifikan dalam sumber penerimaan PAD. Akan tetapi, perannya belum cukup
kuat dalam menyokong APBD secara keseluruhan. Studi yang dilakukan oleh
LPEM-UI bekerja sama dengan Clean Urban Project, RTI (2000) menunjukkan
walaupun pajak dan retribusi daerah menjadi pos dominan dalam PAD, tetapi
sumbangan PAD terhadap APBD sangatlah kecil. Penelitian ini sekaligus
membuktikan bahwa kemandirian daerah dalam membiayai pembangunan
dengan PAD nya sulit dilakukan. Dengan kata lain transfer dana dari pusat
(DAU, bagi hasil pajak, dan dana lain dalam pelaksanaan dekonsentrasi dan
pembantuan) masih jadi penerimaan dominan dalam pembiayaan daerah (Jati,
2003).
Dengan melihat pentingnya peran pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap penerimaan pendapatan asli daerah bagi daerah-daerah di Indonesia,
khususnya Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki 11 Kabupaten dan 2 Kota
yang pada akhirnya akan mempengaruhi total pendapatan daerah masing-masing
daerah, maka peneliti tertarik untuk menganalisis seberapa besar kontribusi pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di seluruh Kabupaten
dan Kota se Provinsi Kalimantan Selatan tersebut, dengan judul :
KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
4
TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SELURUH
KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
penerimaan PAD seluruh Kabupatern dan Kota yang ada di Provinsi
Kalimantan Selatan ?
2. Kabupaten dan Kota manakah yang paling besar memberikan kontribusi bagi
penerimaan PAD pemerintah daerahnya masing-masing. ?
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang sesuai dengan
yang diharapkan, maka penulis hanya menitikberatkan pada masalah kinerja
keuangan tentang kontribusi dari pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
pendapatan asli daerah Kabupaten dan Kota se Provinsi Kalimantan Selatan,
dengan data Realisasi APBD pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Pajak
Menurut Undang - Undang Nomor 28 Pasal 1 Tahun 2007 yaitu
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan Undang Undang,
dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Pengertian pajak yang dikemukakan oleh beberapa para ahli
diantaranya adalah sebagai berikut Waluyo (2007:2) :
1. Feldman : Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang
kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara
umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
2. Smeets : Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui
norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya
kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang
individual,dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
3. Soeparman Soemahamidjaja : Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau
barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum,
guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum.
4. Rochmat Soemitro, S.H. : Pajak adalah iuran kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada unsur-
unsur yang melekat dalam pajak, diantaranya sebagai berikut :
1. Iuran wajib dari rakyat (orang pribadi maupun badan) kepada negara;
2. pembayarannya harus berdasarkan undang-undang;
6
3. sifatnya dapat dipaksakan;
4. tidak adanya kontraprestasi (jasa timbal balik) secara langsung kepada
pembayar pajak;
5. digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
2.1.2. Fungsi Pajak
Menurut Suandy (2009:13) pajak mempunyai dua fungsi, yaitu :
1. Fungsi Finansial (Budgetair)
Fungsi budgetair/finansial yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke
kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
negara. Dengan kata lain pajak mempunyai fungsi sebagai sumber dana bagi
pemerintah yang diperuntukkan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Fungsi regulerend/mengatur yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk
mengatur masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik
dengan tujuan tertentu. Contohnya pajak yang dikenakan terhadap minuman
keras tarif yang ditetapkan lebih tinggi dikarenakan agar dapat mengurangi
konsumsi minuman keras. Demikian pula terhadap barang mewah,
dikarenakan agar mengurangi gaya hidup yang konsumtif.
2.1.3. Asas Pemungutan Pajak
Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam
Smith dalam bukunya yang berjudul An Inquiri into the Nature and Cause of
the Wealth of Nations pada abad ke-18 menyatakan bahwa pemungutan pajak
didasarkan pada, (Suandy, 2009 : 27) :
1. Equality
Pembebanan pajak di antara subjek pajak hendaknya seimbang dengan
kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya di
bawah perlindungan pemerintah. Dalam hal ini, suatu negara tidak
diperbolehkan mengadakan diskriminasi diantara sesama Wajib Pajak.
7
Maksudnya, dalam keadaan yang sama Wajib Pajak harus diperlakukan
sama dan dalam keadaan berbeda Wajib Pajak harus diperlakukan berbeda.
2. Certainty
Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak mengenal
kompromi. Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah
mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak dan ketentuan mengenai
pembayarannya.
3. Convenience of Payment
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak
untuk membayarnya, yaitu saat yang paling dekat dengan saat Wajib Pajak
menerima penghasilan/keuntungan.
4. Economic of Collections
Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat dan seefisien mungkin,
jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak
itu sendiri, karena pemungutan pajak tidak akan ada artinya kalau biaya
yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh.
2.1.4. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, dan Pemungutnya
Pajak yang dipungut dapat dikelompokkan dalam berbagai kelompok
(Mardiasmo, 2009 : 5) :
1. Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Sebagai
contoh pajak penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain. Sebagai contoh pajak pertambahan
nilai.
2. Menurut sifatnya
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
3. Menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri
atas pajak Propinsi contohnya Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak
8
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Kabupaten/Kota, contohnya
Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan.
2.1.5. Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2009 : 2) untuk menghindari hambatan atau
perlawanan dalam pemungutan pajak, maka pemungutan pajak harus
memenuhi syarat-syarat dibawah ini :
1. Syarat Keadilan
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang
dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan
diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam
pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk
mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan
banding kepada Majelis pertimbangan Pajak.
2. Syarat Yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang. Di Indonesia pajak
diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan
hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun masyarakat.
3. Syarat Ekonomis
Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu perekonomian dalam hal
kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan.
4. Syarat Finansiil
Pemungutan pajak harus efisien, dimana sesuai dengan fungsi budgetair
yaitu biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah
dari hasil pemungutannya.
2.1.6. Pendapatan Asli Daerah
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam
desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan
daerah bersumber dari 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana Perimbangan
9
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Pendapatan asli daerah merupakan salah satu komponen terpenting
dari sumber-sumber pendapatan daerah yang lain, karena semakin tinggi
penerimaan keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah maka akan
dinilai semakin tinggi pula kemampuan daerah tersebut dalam
menyelenggarakan otonomi daerah. Pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang berasal dari sumber-sumber dalam wilayah daerahnya
sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sumber pendapatan asli daerah meliputi hasil dari pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-
lain PAD yang sah (Halim, 2008) :
1. Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Jenis
pajak daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-
undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
2. Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari
retribusi. Jenis retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai
dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan
penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang
mencakup :
a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD.
b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
negara/BUMN.
c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis
pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :
a. Hasil penjualan aset daeraha yang tidak dipisahkan.
b. Jasa giro.
c. Pendapatan bunga.
d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah.
10
e. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibatdari
penjualan, pengadaan barang, dan jasa oleh daerah.
f. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiahterhadap mata
uang asing.
g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
h. Pendapatan denda pajak.
i. Pendapatan denda retribusi.
j. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan.
k. Pendapatan dari pengembalian.
l. Fasilitas social dan umum.
m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
n. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
2.1.7. Pajak Daerah
2.1.7.1. Pengertian Pajak Daerah
Menurut UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yang merupakan pengganti dari UU No.18 Tahun
1997 dan UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No.34 Tahun 2000
tentang perubahan atas UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2.1.7.2. Jenis-jenis Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah yang merupakan undang-undang
terbaru yang mengatur tentang pajak daerah dan retribusi daerah
11
menggantikan UU No. 18/1997 sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 34/2000, jenis-jenis pajak daerah dibagi menjadi 2 (dua) bagian,
yaitu :
1. Berikut adalah yang termasuk dalam Pajak Provinsi :
a. Pajak Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas kepemilikan
dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang
terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau
pemasukan ke dalam badan usaha.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, yaitu pajak atas
penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.
d. Pajak Air Permukaan, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau
pemanfaatan air permukaan.
e. Pajak Rokok, yaitu pungutan atas cukai rokok yang dipungut
oleh Pemerintah.
2. Berikut adalah yang termasuk dalam Pajak Kabupaten/Kota:
a. Pajak Hotel, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan /
peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut
bayaran.
b. Pajak Restoran, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau
minuman dengan dipungut bayaran.
c. Pajak Hiburan, yaitu pajak atas penyelenggara hiburan. Hiburan
adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau
keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
d. Pajak Reklame, yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame.
Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk
dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk
menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau
badan yang dapat dinikmati oleh umum.
e. Pajak Penerangan Jalan, adalah pajak atas penggunaan tenaga
listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari
sumber lain.
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, yaitu pajak atas
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik
dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan.
g. Pajak Parkir, yaitu pajak ataas penyelenggaraan tempat parkir di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
12
h. Pajak Air Tanah, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah.
i. Pajak Sarang Burung Walet, yaitu pajak atas kegiatan
pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, yaitu pajak
atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, yaitu pajak atas
perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
2.1.7.3. Tarif Pajak Daerah
Penetapan tarif pajak daerah telah diatur dalam UU No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut adalah
tarif pajak yang termasuk dalam Pajak Provinsi dan Pajak
Kabupaten/Kota :
1. Pajak Kendaraan Bermotor
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi, untuk kepemilikan
kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% dan paling
tinggi sebesar 2%; untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua
dan seterusnya tarif ditetapkan secara progresif paling rendah 2%
dan paling tinggi sebesar 10%.Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
angkutan umum dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% dan paling
tinggi sebesar 1%. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat
dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% dan paling
tinggi sebesar 0,2%.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi
masing-masing untuk penyerahan pertama sebesar 20% sedangkan
penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%. Khusus untuk
kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
menggunakan jalan umum, tarif pajak ditetapkan paling tinggi
masing-masing untuk penyerahan pertama sebesar 0,75% sedangkan
penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling
tinggi sebesar 10%, khusus untuk bahan bakar kendaraan umum
dapat ditetapkan paling sedikit 50% lebih rendah dari tarif Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor pribadi.
13
4. Pajak Air Permukaan
Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
5. Pajak Rokok
Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok
6. Pajak Hotel
Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
7. Pajak Restoran
Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
8. Pajak Hiburan
Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35%, khusus
untuk hiburan berupa pagelaran busana dan sebagainya tarif pajak
ditetapkan paling tinggi sebesar 75%, sedangkan untuk hiburan
kesenian rakyat/tradisional, tarif pajak ditetapkan paling tinggi
sebesar 10%.
9. Pajak Reklame
Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%
10. Pajak Penerangan Jalan
Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar
10%.Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam, Tarif Pajak Penerangan
Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3%, untuk penggunaan tenaga
listrik yang dihasilkan sendiri, Tarif Pajak Penerangan Jalan
ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5%.
11. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling
tinggi sebesar 25%
12. Pajak Parkir
Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%
13. Pajak Air Tanah
Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20%
14. Pajak Sarang Burung Walet
Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar
10%
15. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%
16. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan
paling tinggi sebesar 5%.
2.1.8. Retribusi Daerah
2.1.8.1. Pengertian Retribusi Daerah
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia saat
ini penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah.
14
Jadi, retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi
daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah, retribusi daerah adalah pungutan
Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
Retribusi Daerah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-
undang dan peraturan daerah yang berkenaan.
2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah.
3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas
jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang
dilakukannya.
4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara
ekonomis, yaitu yang tidak membayar retribusi, tidak akan
memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
2.1.8.2 Jenis-Jenis Retribusi Daerah
Berlakunya undang-undang pajak daerah dan retribusi daerah
yang baru disatu sisi memberikan keuntungan daerah dengan adanya
sumber-sumber pendapatan baru, namun disisi lain ada beberapa
sumber pendapatan asli daerah yang harus dihapus karena tidak boleh
15
lagi dipungut oleh daerah, terutama berasal dari retribusi daerah.
Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 secara keseluruhan terdapat 30
jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan ke
dalam 3 golongan retribusi, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa
usaha, dan retribusi perizinan tertentu.
a) Retribusi Jasa Umum, yaitu pelayanan yang disediakan atau
diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan. Jenis retribusi jasa umum adalah :
1) Retribusi layanan kesehatan;
2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan;
3) Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil;
4) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat;
5) Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum;
6) Retribusi pelayanan pasar;
7) Retribusi pengujian kendaraan bermotor;
8) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran;
9) Retribusi penggantian biaya cetak peta;
10) Retribusi penyediaan/penyedotan kakus;
11) Retribusi pengolahan limbah cair;
12) Retribusi pelayanan tera/tera ulang;
13) Retribusi pelayanan pendidikan;
14) Retribusi pengendalian menara telekomunikasi.
b) Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa usaha yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Jenis retribusi jasa usaha yakni:
1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah;
2) Retribusi pasar grosir/pertokoan;
3) Retribusi tempat pelelangan;
4) Retribusi terminal;
5) Retribusi tempat khusus parkir;
6) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa;
7) Retribusi rumah potong hewan;
8) Retribusi pelayanan kepelabuhanan;
9) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga;
10) Retribusi penyeberangan di air;
11) Retribusi penjualan produksi usaha daerah.
c) Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas pemberian izin tertentu yang khusus diberikan oleh
16
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Jenis retribusi perizinan tertentu yakni :
1) Retribusi izin mendirikan bangunan;
2) Retribusi tempat penjualan minuman beralkohol;
3) Retribusi izin gangguan;
4) Retribusi izin trayek;
5) Retribusi izin usaha perikanan.
2.1.8.3. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi Daerah
Prinsip dan sasaran penetapan tarif jenis retribusi sebagai berikut
(Mardiasmo, 2009:17) :
1) Retribusi jasa umum berdasarkan kebijakan daerah dengan
memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan;
2) Retribusi jasa usaha berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas
diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara
efisien dan berorientasi pada harga pasar;
3) Retribusi perizinan tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang
bersangkutan.
2.1.9. Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam PAD
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan
retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Permasalahan yang dihadapi oleh Daerah pada umumnya dalam kaitan
penggalian sumber-sumber pajak daerah dan retribusi daerah, yang
merupakan salah satu komponen dari PAD, adalah belum memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan
(Sidik, 2002).
17
Dengan adanya kebijakan mengenai pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah yang terus dikembangkan dan disempurnakan oleh
pemerintah dewasa ini, sangat diharapkan bahwa kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah dimasa yang akan datang memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap penerimaan daerah, khususnya pendapatan asli daerah demi
kelancaran pembiayaan untuk penyelenggaraan dan pembangunan daerah
yang otonom.
2.1.10. Pemerintahan Daerah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi. Daerah provinsi terbagi lagi menjadi daerah kabupaten dan daerah
kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Menurut pasal 1 ayat (2) UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan
daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang, keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya
yang menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antarsusunan
18
pemerintahan. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam, dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras.
2.1.10.1. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia
setelah provinsi. Pemerintahan kabupaten terdiri atas pemerintah kabupaten
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten. Struktur
pemerintahan di daerah kabupaten terdiri dari kecamatan, kelurahan dan desa.
Kecamatan dan kelurahan merupakan bagian dari pemerintah daerah
kabupaten yang menyatu dalam hal pembuatan kebijakan dan anggaran
dengan pemerintah daerah, sementara Desa merupakan daerah otonom
tersendiri di wilayah daerah kabupaten, sehingga memiliki anggaran sendiri.
Kota juga merupakan pembagian wilayah administratif di Indonesia
setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang walikota. Pemerintahan kota
terdiri atas pemerintah kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
kota. Dahulu di Indonesia istilah kota dikenal dengan daerah tingkat II
kotamadya. Sejak diberlakukannya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah (yang kemudian digantikan oleh Undang
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah), istilah daerah
tingkat II kotamadya pun diganti dengan kota saja. Untuk daerah kota,
struktur pemerintahan yang dibentuk adalah terdiri dari kecamatan dan
kelurahan.
19
2.1.10.2. Perbedaan Karakteristik Kabupaten dan Kota
Kabupaten dan kota merupakan daerah yang memiliki kewenangan
serta tingkat yang sama dalam urusan pemerintahan daerah. Akan tetapi
daerah kabupaten dan daerah kota merupakan daerah otonom yang tersendiri
di wilayah daerah provinsi. Memiliki kewenangan serta tingkat yang sama
bukan berarti tidak ada perbedaan diantara kedua daerah tersebut.
Berikut ini beberapa perbedaan karakteristik antara daerah kabupaten
dan daerah kota yang dapat dilihat sebagai pembeda dari keduanya,
diantaranya dari aspek luas wilayah, kependudukan, mata pencaharian
penduduk, struktur pemerintahan, sosial budaya, dan perekonomian.
Tabel 2.1
Perbedaan Karakteristik antara Kabupaten dan Kota
Dilihat dari aspek Kabupaten Kota
Luas Wilayah relatif lebih luas lebih sempit
Kependudukan kepadatan penduduk lebih
rendah
kepadatan penduduk
lebih tinggi
Mata Pencaharian
Penduduk
didominasi oleh sektor
pertanian
didominasi oleh sektor
industri, perdagangan
dan jasa
Struktur
Pemerintahan
dibentuk kecamatan,
kelurahan, dan desa, akan
tetapi desa merupakan
daerah otonom tersendiri
di wilayah daerah
kabupaten
dibentuk kecamatan dan
kelurahan
Sosial Budaya memiliki tingkat
pendidikan dan kesehatan,
serta pelayanan publik
yang cukup baik
tingkat pendidikan dan
kesehatan, serta
pelayanan publiknya
lebih tinggi dari kab
Perekonomian rata-rata Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB)
lebih rendah sehingga
berimplikasi pada proporsi
sumber pendapatan asli
daerah (PAD)
aktivitas ekonomi dan
pendapatan (income)
lebih besar
Sumber : http://eddyyusran.blogspot.com/2012/05/beberapa-perbedaan-
karakteristik-antara.html, diakses 16 April 2013
20
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
ini, diantaranya sebagai berikut :
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. A.Waluya
Jati (2003)
Peranan Pajak dan
Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) di
Jawa Timur (Studi Pada
Setiap Daerahdi
Tingkat II di Jawa
Timur).
Peranan pajak dan retribusi
daerah terhadap PAD di
kabupaten/kota di Jawa Timur
tahun 1998-2002 cukup
dominan dengan rata-rata
prosentase diatas 60% serta
peranan dan kontribusi tersebut
tidak berbeda secara signifikan
antara kelima wilayah di Jawa
Timur.
2. Mohd.
Rangga Diza
(2009)
Kontribusi Pajak
Daerah dan Retribusi
Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah
di Provinsi Sumatera
Utara
Hasil analisis menujukkan
bahwa pajak daerah dan
retribusi daerah memiliki
kontribusi signifikan positif
terhadap PAD kabupaten/kota
di Propinsi Sumatera Utara.
3. Reza
Adinardo
(2012)
Peranan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah
Dalam Rangka
Pembiayaan
Pembangunan Daerah
Di Lampung Utara.
Masih terdapat hambatan dalam
pelaksanaan perolehan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
antara lain: Kurangnya
kesadaran wajib Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah dalam
melakukan pembayaran Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah,
Kemampuan dan keterampilan
pegawai yang belum merata.
Akan tetapi, jelas bahwa Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
mempunyai peranan dalam
pelaksanaan Pembangunan
Daerah, karena hasil
penerimaan dari Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah di
Kabupaten Lampung Utara
Provinsi Lampung seluruhnya
dipergunakan untuk membiayai
penyelenggaraan daerah dan
menunjang pelaksanaan
Pembangunan Daerah. Namun
21
demikian kontribusi pajak dan
retribusi daerah terhadap APBD
masih sangat kecil yaitu masih
di bawah 10 % dari realisasi
APBD Kabupaten Lampung
Utara.
2.3 Kerangka Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tinjauan pustaka yang
diuraikan,maka digambarkan alur kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagan 2.1
Kerangka Pemikiran
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten/Kota
PAD Kabupaten
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Analisis
PAD Kota
Pajak
Daerah
Kontribusi
terhadap PAD
(H1)
Kesimpulan
Kontribusi
terhadap PAD
(H2)
Retribusi
Daerah
Pajak
Daerah
Retribusi
Daerah
22
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang di ajukan, tujuan dari penelitian ini
yaitu :
1. Untuk menganalisis kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
penerimaan PAD seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan
2. Untuk menganalisis Kabupaten dan Kota manakah yang paling besar
memberikan kontribusi bagi penerimaan PAD di pemerintah daerahnya
masing-masing
3.2. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini Peneliti berharap dapat memberikan manfaat,
yaitu :
1). Bagi Lembaga Akademik
Dapat meningkatkan minat bagi peneliti-peneliti selanjutnya sehingga dapat
mengembangkan penelitian di masa mendatang.
2). Bagi Pemerintah Daerah
Dapat dilihat Kabupaten dan Kota mana yang ada Di Provinsi Kalimantan
Selatan yang memberikan kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah yang
terbesar terhadap sumber penerimaan PAD. Selain itu juga, dapat menjadi
masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam rangka untuk
meningkatkan kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah.
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Ruang Lingkup Penelitian
4.1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat
kuantitatif. Dalam penelitian ini akan memberikan gambaran suatu data
mengenai kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
PAD seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Kalimantan Selatan.
4.1.2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu kontribusi dari pajak daerah terhadap
pendapatan asli daerah serta kontribusi dari retribusi daerah terhadap pendapatan
asli daerah.
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah
seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten/Kota
yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 13 kabupaten/kota, yang
terbagi atas 11 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Balangan, Kabupaten
Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Kotabaru,
Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut,
Kabupaten Tapin, Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin.
Kabupaten dan Kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang wilayahnya
dominan pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah memiliki potensi daerah
24
dan sumber daya alam yang cukup besar sebagai sumber pendapatan asli daerah.
Secara keseluruhan potensi daerah yang dimiliki masing-masing daerah
kabupaten dan kota relatif homogen yang dimana sumber potensi daerah tersebut
terdapat diberbagai sektor antara lain sektor pertanian, perikanan dan kelautan,
perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, dan jasa.
4.3. Jenis dan Sumber Data
4.3.1. Jenis Data
a. Data kuantitatif, meliputi data dalam bentuk angka. Data kuantitatif yang
diperlukan dalam penelitian ini yaitu data laporan realisasi APBD kabupaten
dan kota di provinsi Kalimantan Selatan selama 3 tahun (2008-2010).
b. Data kualitatif, meliputi data bukan dalam bentuk angka melainkan data yang
berkaitan dengan gambaran umum dari objek penelitian serta peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian.
4.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder
mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang yang dapat diakses
melalui internet, penelusuran dokumen, ataupun publikasi informasi (Sekaran,
2006:65). Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa dokumen realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, publikasi dari Pemerintah Daerah,
literatur serta peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pajak daerah
dan retribusi daerah.
25
4.4. Definisi Operasional Variabel
1. Kontribusi pajak daerah terhadap PAD
Pajak daerah merupakan penerimaan pemerintah daerah dari masyarakat
(orang pribadi atau badan) yang pemungutannya bersifat memaksa tanpa
adanya kontraprestasi secara langsung. Kontribusi pajak daerah merupakan
sumbangan realisasi dari penerimaan pajak daerah terhadap besarnya
pendapatan asli daerah yang diterima. Kontribusi pajak daerah diukur
dengan cara membandingkan realisasi dari penerimaan pajak daerah
terhadap realisasi pendapatan asli daerah.
2. Kontribusi retribusi daerah terhadap PAD
Retribusi daerah merupakan penerimaan pemerintah daerah dari masyarakat
dengan adanya kontraprestasi secara langsung kepada si pembayar.
Kontribusi retribusi daerah merupakan sumbangan realisasi dari
penerimaan retribusi daerah terhadap besarnya pendapatan asli daerah yang
diterima. Kontribusi retribusi daerah diukur dengan cara membandingkan
realisasi dari penerimaan retribusi daerah terhadap realisasi pendapatan asli
daerah.
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan pemerintah daerah
yang bersumber dari aktivitas komponen sumber daya ekonomi daerah
yang berpotensi untuk dikelola secara maksimal yang meliputi hasil
penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
(Jati, 2003).
26
4.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data untuk data sekunder dilakukan dengan teknik
dokumentasi, yaitu pengumpulan informasi yang diperoleh dari berbagai media
seperti literatur, laporan, peraturan, artikel, dan lain-lain. Untuk data laporan
realisasi APBD kabupaten dan kota diperoleh melalui hasil pengelolaan pihak
kedua.
4.6. Teknik Analisis Data
Setelah data sekunder diperoleh, data tersebut akan diolah membuat
klasifikasi dan perhitungan data persentase kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah selama 3 tahun (2008 – 2010).
27
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukotanya Banjarmasin terletak di
sebelah selatan pulau Kalimantan memiliki kawasan dataran rendah di bagian
barat dan pantai timur, serta dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan
Meratus di tengah. Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak di
antara 114°19" 33" BT - 116°33' 28 BT dan 1°21' 49" LS - 1°10" 14" LS
memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara : Provinsi Kalimantan Timur
Sebelah Timur : Selat Makasar
Sebelah Selatan : Laut Jawa
Sebelah Barat : Provinsi Kalimantan Tengah
Berdasarkan letak tersebut, luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan secara
keseluruhan sebesar 37.377,53 km² atau hanya 6,98% dari luas Pulau
Kalimantan.
Secara administratif wilayah Kalimantan Selatan meliputi 11 kabupaten
dan 2 kota, yaitu Kabupaten Balangan, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito
Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tabalong,
Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tapin, Kota
Banjarbaru dan Kota Banjarmasin. Persentase luas tertinggi adalah Kabupaten
28
Kotabaru (25,11%), Kabupaten Tanah Bumbu (13,50%) dan terendah adalah
Kota Banjarmasin (0,19%) dan Kota Banjarbaru (0,98%).
5.2. Hasil Penelitian
5.2.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota
Sebelum membahas hasil perhitungan data persentase kontribusi pajak daerah
dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah seluruh kabupaten dan kota,
berikut adalah data realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2008 -
2010.
Tabel 5.1
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tapin
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli Daerah 15.830.862.990 18.823.719.509 20.737.650.856
Pajak Daerah 1.932.403.285 2.259.062.534 2.766.463.020
Retribusi Daerah 5.414.682.380 5.578.788.582 7.429.303.999
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
1.123.940.050 1.354.755.725 1.799.724.723,93
Lain-lain PAD yang Sah 7.359.837.275 9.641.112.688 8.742.159.113
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Tapin
selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 terjadi
kenaikan sebesar Rp. 2.992.856.519 atau sebesar 19% dibandingkan pada tahun
2008. Sedangkan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.913.931.347 atau
sebesar 10% dibandingkan dengan tahun 2009.
29
Tabel 5.2
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli
Daerah 22.331.666.402,39 28.152.513.660,00 27.931.097.811,00
Pajak Daerah 2.453.761.818,00 2.678.584.679,00 2.954.243.573,00
Retribusi Daerah 6.771.525.260,00 6.606.746.517,00 13.797.225.638,00
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
2.194.650.586,00 2.711,832.924,00 3.723.345.493,00
Lain-lain PAD yang
Sah 10.911.728.738,39 16.155.349.540,00 7.456.283.107,00
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Dari tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Hulu Sungai
Selatan selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 meningkat
sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan. PAD tahun 2009 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 5.820.847.257,61 atau sebesar 26% dibandingkan pada tahun
2008. Sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp. 221.415.849,- atau
turun sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.3
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli
Daerah 23.157.388.710 29.233.575.246,48 31.047.807.718,28
Pajak Daerah 2.520.717.777 2.656.529.047 2.749.165.393
Retribusi Daerah 4.836.163.559 8.804.165.926 7.734.760.112
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
3.485.284.053 3.443.777.035 3.906.545.333,28
Lain-lain PAD yang
Sah 12.315223321 14329.103.238 16.657.336.880
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Dari tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Hulu Sungai
Tengah selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009
30
mengalami kenaikan sebesar Rp. 6.076.186.536,48 atau sebesar 26% dibandingkan
pada tahun 2008, sedangkan tahun 2010 sebesar Rp. 1.814.232.471,80 atau naik
sebesar 6 % dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.4
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Hulu Sungai Utara
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli
Daerah 22.741.200.771 25.495.508.761 25.130986.503
Pajak Daerah 2.112.508.617 2.851.535.106 2.578.097.190
Retribusi Daerah 8.768.651.292 10.820.852.263 10.558.255.814
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
2.102.290.929 2.880.909.148 4.287.313.051
Lain-lain PAD yang
Sah 9.757.749.933 8.942.212.244 7.707.320.448
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Hulu Sungai Utara
selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 meningkat sedangkan
pada tahun 2010 mengalami penurunan. PAD tahun 2009 mengalami kenaikan
sebesar Rp. 2.754.307.990,- atau sebesar 12% dibandingkan pada tahun 2008.
Sedangkan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp. 364.522.258,- atau turun
sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.5
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tabalong
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli
Daerah 27.812.376.986 24.879.970.534 31.131.903.436,67
Pajak Daerah 13.438.904.689 5.954.002.244 4.879.238.721
Retribusi Daerah 5.191.716.248 7.083.544.439 12.153.667.223
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
2.292.137.038 3.096.080.729 4.076.472.214,63
Lain-lain PAD yang
Sah 6.889.619.010 8.746.343.062 10.022.525.278,04
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
31
Tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Tabalong selama 3
(tiga) tahun berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 menurun sedangkan pada tahun
2010 mengalami peningkatan. PAD tahun 2009 mengalami penurunan sebesar
Rp. 2.932.406.452,- atau sebesar 11% dibandingkan pada tahun 2008. Sedangkan
tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 6.251.932.902,67,- atau naik sebesar
25% dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.6
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Balangan
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli
Daerah 12.837.961.912 17.379.556.775,30 21.904.999.213
Pajak Daerah 1.054.949.255 1.999.043.778 1.104.566.224
Retribusi Daerah 768.562.425 1.678.672.822 2.356.047.381
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
624.663.566 793.235.161 2.371.065.908
Lain-lain PAD yang
Sah 10.389.786.676 12.908.605.014 16.071.319.702
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Dari Tabel 5.6. di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Balangan
selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 4.541.594.863,30 atau sebesar 35% dibandingkan pada tahun
2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 4.525.442.437,70 atau sebesar 26 %
dibandingkan dengan tahun 2009.
32
Tabel 5.7
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Banjarmasin
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli
Daerah 64.995.580.605 67.765.852.500 80.510.646.971
Pajak Daerah 37.150.861.882 39.254.332.892 42.962.620.588
Retribusi Daerah 12.315.715.332 12.855.435.512 18.207.136.373
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
2.848.519.646 6.158.596.240 9.248.344.791
Lain-lain PAD yang
Sah 12.680.483.745 9.497.487.856 10.092.545.219
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan Tabel 5.7. di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kota
Banjarmasin selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun
2009 mengalami kenaikan sebesar Rp.2.770.271.895,- atau sebesar 4% dibandingkan
pada tahun 2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 12.744.794.471,- atau
sebesar 19 % dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.8
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Banjarbaru
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli
Daerah 23.928.790.036 24.779.987.040 28.461.028.114
Pajak Daerah 8.142.642.284 8.065.440.347 8.464.044.434
Retribusi Daerah 9.298.910.944 10.952.648.350 14.316.509.320
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
848.028.100 996.762.345 1.754.860.845
Lain-lain PAD yang
Sah 5.639.208.708 4.765.135.998 3.925.813.514,77
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan Tabel 5.8. di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kota
Banjarbaru selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009
mengalami kenaikan sebesar Rp. 851.197.004,00,- atau sebesar 4% dibandingkan
33
pada tahun 2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 3.681.041.074,00,- atau
sebesar 15 % dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.9
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjar
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli
Daerah 34.559.897.305 37.364.158.584 49.301.392.325
Pajak Daerah 4.825.078.793 6.640.453.760 8.036.345.640
Retribusi Daerah 13.697.433.656 14.149.653.506 17.191.539.243
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
7.905.394.062 9.120.171.810 21.390.177.335
Lain-lain PAD yang
Sah 8.131.990.794 7.453.879.508 2.683.330.109
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Tabel 5.9. di atas menunjukkan bahwa realisasi PAD Kabupaten Banjar
selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 2.804.261.279,00,- atau sebesar 8% dibandingkan pada tahun
2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 11.937.233.741,0,- atau naik sebesar
32 % dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.10
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli
Daerah 43.389.899.652,00 36.411.064.419,00 48.205.761.958,77
Pajak Daerah 3.993.293.577,00 4.358.201.888,00 3.646.828.431,00
Retribusi Daerah 22.235.989.219,00 17.382.224.744,00 20.061.798.728,00
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
3.499.628.581,00 1.685.668.268,00 3.378.054.739,75
Lain-lain PAD yang
Sah 13.660.988.275,00 12.984.969.519,00 21.119.080.060,00
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
34
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten Tanah
selama 3 (tiga) berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 menurun sedangkan pada tahun
2010 mengalami peningkatan. PAD tahun 2009 mengalami penurunan sebesar
Rp. 6.978.835.233,- atau sebesar 16% dibandingkan pada tahun 2008. Sedangkan
tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 11.794.697.539,77,- atau naik sebesar
32% dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.11
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tanah Bumbu
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli
Daerah 18.459.175.810 17.946.308.638 18.093.581.124
Pajak Daerah 2.663.329.395 4.090.380.967 4.674.700.485
Retribusi Daerah 8.406.868.373 7.326.067.496 9.647.718.997
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
386.155.653 573.348.224 651.279.595
Lain-lain PAD yang
Sah 7.002.822.389 5.956.511.951 3.119.882.047
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan Tabel 5.11 di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten
Tanah Bumbu selama 3 (tiga) berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 menurun
sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan. PAD tahun 2009 mengalami
penurunan sebesar Rp. 512.867.172,- atau sebesar 3% dibandingkan pada tahun
2008. Sedangkan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 147.272.486,- atau
naik sebesar 1% dibandingkan dengan tahun 2009.
35
Tabel 5.12
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kotabaru
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli
Daerah 31.660.442.544 41.449.384.152 43.704.220.151
Pajak Daerah 10.737.537.961 14.965.116.201 14.525.597.303
Retribusi Daerah 8.924.163.596 10.543.805.360 11.691.074.760
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
2.763.663.005 2.548.616.185 3.342.345.916
Lain-lain PAD yang
Sah 9.235.077.982 13.391.846.406 14.145.202.172
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Tabel 5.12 di atas menunjukkan bahwa realisasi PAD Kabupaten Kotabaru
selama 3 (tiga) tahun terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 9.788.941.608,- atau sebesar 31% dibandingkan pada tahun
2008, sedangkan tahun 2010 naik sebesar Rp. 2.254.835.999,- atau naik sebesar 5 %
dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 5.13
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Barito Kuala
Tahun 2008 - 2010
Uraian 2008 2009 2010
Pendapatan Asli
Daerah 10.534.098.439 10.099.494.744 15.176.138.439
Pajak Daerah 2.904.371.629 2.353.503.856 3.293.224.683
Retribusi Daerah 2.866.297.428 3.005.894.755 5.838.999.074
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
561.946.761 829.109.135 1.292.659.425
Lain-lain PAD yang
Sah 4.181.482.621 3.910.986.998 4.751.255.257
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
36
Berdasarkan Tabel 5.13 di atas dapat dilihat untuk realisasi PAD Kabupaten
Barito Kuala selama 3 (tiga) berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 menurun
sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan. PAD tahun 2009 mengalami
penurunan sebesar Rp. 434.603.695,- atau sebesar 4% dibandingkan pada tahun
2008. Sedangkan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp. 5.076.643.695,- atau
naik sebesar 50% dibandingkan dengan tahun 2009.
5.2.2 Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota
Untuk melihat hasil perhitungan data persentase kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah seluruh kabupaten dan kota di
Provinsi Kalimantan Selatan, dilakukan statistik deskriptif. Hasil tersebut dapat
dilihat pada tabel 5.14 sampai dengan tabel 5.27 dibawah ini.
Tabel 5.14
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kabupaten Tapin
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah (%)
2008 15.830.862.990 1.932.403.285 5.414.682.380 12 % 34 %
2009 18.823.719.509 2.259.062.534 2.766.463.020 12 % 15 %
2010 20.737.650.856 5.578.788.582 7.429.303.999 27 % 36 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah
KabupatenTapin selama 3 (tiga) tahun mengalami kenaikan, sedangkan kontribusi
retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah berfluktuasi. Kontribusi pajak
daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada
tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 12% dan 34%. Tahun 2009 kontribusi
37
pajak daerah sama dengan tahun sebelumnya (2008) yaitu sebesar 12%, dan
kontribusi retribusi daerah menurun menjadi sebesar 15%, sedangkan tahun 2010,
kontribusi pajak daerah dan retribusi meningkat masing-masing untuk pajak daerah
menjadi 27% dan retribusi daerah menjadi 36%.
Tabel 5.15
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah (%)
2008 22.331.666.402 2.453.761.818 6.771.525.260 11 % 30 %
2009 28.152.513.660 2.678.584.679 6.606.746.517 10 % 23 %
2010 27.931.097.811 2.954.243.573 13.797.225.638 11 % 49 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi.
Kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 11% dan 30%. Tahun
2009 kontribusi pajak daerah menurun menjadi sebesar 10% dibandingkan tahun
2008 dan kontribusi retribusi daerah menurun menjadi sebesar 23%. Sedangkan
tahun 2010, kontribusi pajak daerah dan retribusi sama-sama meningkat masing-
masing untuk pajak daerah menjadi 11% dan retribusi daerah menjadi 49%.
Tabel 5.16
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah (%)
2008 23.157.388.710 2.520.717.777 4.836.163.559 11 % 21 %
2009 29.233.575.247 2.656.529.047 8.804.165.926 9 % 30 %
2010 31.047.807.718 2.749.165.393 7.734.760.112 9 % 25 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
38
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi.
Kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 11% dan 21%. Tahun
2009 kontribusi pajak daerah hanya sebesar 9% yang mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2008 yaitu sebesar 11%., sedangkan kontribusi retribusi daerah
sebesar 30% meningkat dibandingkan tahun 2008, sedangkan tahun 2010, kontribusi
pajak daerah sama dengan tahun sebelumnya (2009) yaitu sebesar 9%, dan retribusi
menurun menjadi 25%.
Tabel 5.17
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kabupaten Hulu Sungai Utara
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah (%)
2008 22.741.200.771 2.112.508.617 8.768.651.292 9 % 39 %
2009 25.495.508.761 2.851.535.106 10.820.852.263 11 % 42 %
2010 25.130.986.503 2.578.097.190 10.558.255.814 10 % 42 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi.
Kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 9% dan 39%. Tahun 2009
kontribusi pajak daerah sebesar 11% yang mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2008, demikian dengan kontribusi retribusi daerah sebesar 42% meningkat
dibandingkan tahun 2008. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah sebesar 10%
menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2009) sedangkan retribusi daerah
sama dengan tahun 2009 yaitu sebesar 42%.
39
Tabel 5.18
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kabupaten Tabalong
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah (%)
2008 27.812.376.986 13.438.904.689 5.191.716.248 48 % 19 %
2009 24.879.970.534 5.954.002.244 7.083.544.439 24 % 28 %
2010 31.131.903.437 4.879.238.721 12.153.667.223 16 % 39 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah
Kabupaten Tabalong selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, sedangkan kontribusi
retribusi daerah mengalami kenaikan terus menerus. Kontribusi pajak daerah dan
kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008
adalah masing-masing sebesar 48% dan 19%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah
hanya 24% yang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008, sedangkan
kontribusi retribusi daerah meningkat menjadi sebesar 28%. Untuk tahun 2010,
kontribusi pajak daerah sebesar 16% menurun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya (2009 dan 2008) sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 39%.
Tabel 5.19
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kabupaten Balangan
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak
Daerah
Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah
(%)
2008 12.837.961.912 1.054.949.255 768.562.425 8 % 6 %
2009 17.379.556.775 1.999.043.778 1.678.672.822 12 % 10 %
2010 21.904.999.213 1.104.566.224 2.356.047.381 5 % 11 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah
Kabupaten Balangan selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, sedangkan kontribusi
retribusi daerah mengalami kenaikan terus menerus. Kontribusi pajak daerah dan
40
kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008
adalah masing-masing sebesar 8% dan 6%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah
meningkat menjadi 12% dibandingkan tahun 2008, sedangkan kontribusi retribusi
daerah meningkat menjadi sebesar 10%. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah
sebesar 5% menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2009 dan 2008)
sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 11%.
Tabel 5.20
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kota Banjarmasin
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah (%)
2008 64.995.580.605 37.150.861.882 12.315.715.332 57 % 19 %
2009 67.765.852.500 39.254.332.892 12.855.435.512 58 % 19 %
2010 80.510.646.971 42.962.620.588 18.207.136.373 53 % 23 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah Kota
Banjarmasin selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, sedangkan kontribusi retribusi
daerah mengalami kenaikan. Kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah
terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-masing sebesar
57% dan 19%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah meningkat menjadi 58%
sedangkan kontribusi retribusi daerah sama dengan tahun 2008 yaitu sebesar 19%.
Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah sebesar 53% menurun dibandingkan
dengan tahun sebelumnya (2009 dan 2008) sedangkan retribusi daerah meningkat
menjadi 23%.
41
Tabel 5.21
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kota Banjarbaru
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah (%)
2008 23.928.790.036 8.142.642.284 9.298.910.944 34 % 39 %
2009 24.779.987.040 8.065.440.347 10.952.648.350 33 % 44 %
2010 28.461.028.114 8.464.044.434 14.316.509.320 30 % 50 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah Kota
Banjarbaru selama 3 (tiga) tahun terus menerus mengalami penurunan, sedangkan
kontribusi retribusi daerah mengalami kenaikan. Kontribusi pajak daerah dan
kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008
adalah masing-masing sebesar 34% dan 39%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah
menurun menjadi 33% sedangkan kontribusi retribusi daerah meningkat menjadi
44%. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah menurun menjadi sebesar 30%
sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 50%.
Tabel 5.22
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kabupaten Banjar
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah (%)
2008 34.559.897.305 4.825.078.793 13.697.433.656 14 % 40 %
2009 37.364.158.584 6.640.453.760 14.149.653.506 18 % 38 %
2010 49.301.392.325 8.036.345.640 17.191.539.243 16 % 35 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah Kota
Banjarbaru selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi, sedangkan kontribusi retribusi daerah
terus menerus mengalami penurunan. Kontribusi pajak daerah dan kontribusi
retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-
42
masing sebesar 14% dan 40%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah meningkat
menjadi 18% sedangkan kontribusi retribusi daerah menurun menjadi 38%. Untuk
tahun 2010, kontribusi pajak daerah menurun menjadi sebesar 16% sedangkan
retribusi daerah menurun menjadi 35%.
Tabel 5.23
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah (%)
2008 43.389.899.652 3.993.293.577 22.235.989.219 9 % 51 %
2009 36.411.064.419 4.358.201.888 17.382.224.744 12 % 48 %
2010 48.205.761.959 3.646.828.431 20.061.798.728 8 % 42 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah Kabupaten Tanah Laut selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi. Kontribusi
pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada
tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 9% dan 51%. Tahun 2009 kontribusi
pajak daerah meningkat menjadi 12% sedangkan kontribusi retribusi daerah
menurun menjadi 48%. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah menurun menjadi
sebesar 8% dan retribusi daerah menurun menjadi 42%.
Tabel 5.24
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kabupaten Tanah Bumbu
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah (%)
2008 18.459.175.810 2.663.329.395 8.406.868.373 14 % 46 %
2009 17.946.308.638 4.090.380.967 7.326.067.496 23 % 41 %
2010 18.093.581.124 4.674.700.485 9.647.718.997 26 % 53 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
43
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah
Kabupaten Tanah Bumbu selama 3 (tiga) tahun terus menerus mengalami kenaikan,
sedangkan retribusi daerah berfluktuasi. Kontribusi pajak daerah dan kontribusi
retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada tahun 2008 adalah masing-
masing sebesar 14% dan 46%. Tahun 2009 kontribusi pajak daerah meningkat
menjadi 23% sedangkan kontribusi retribusi daerah menurun menjadi 41%. Untuk
tahun 2010, kontribusi pajak daerah meningkat menjadi sebesar 26% dan retribusi
daerah meningkat menjadi 53%.
Tabel 5.25
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kabupaten Kotabaru
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah (%)
2008 31.660.442.544 10.737.537.961 8.924.163.596 34 % 28 %
2009 41.449.384.152 14.965.116.201 10.543.805.360 36 % 25 %
2010 43.704.220.151 14.525.597.303 11.691.074.760 33 % 27 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah Kabupaten Kotabaru selama 3 (tiga) tahun berfluktuasi. Kontribusi
pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada
tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 34% dan 28%. Tahun 2009 kontribusi
pajak daerah meningkat menjadi 36% sedangkan kontribusi retribusi daerah
menurun menjadi 25%. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah menurun menjadi
sebesar 33% sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 27%.
44
Tabel 5.26
Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
Kabupaten Barito Kuala
Tahun 2008 - 2010
Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi
Daerah
Kontribusi
Pajak Daerah
(%)
Kontribusi
Retribusi
Daerah (%)
2008 10.534.098.439 2.904.371.629 2.866.297.428 28 % 27 %
2009 10.099.494.744 2.353.503.856 3.005.894.755 23 % 30 %
2010 15.176.138.439 3.293.224.683 5.838.999.074 22 % 38 %
Sumber : Data APBD yang diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah
Kabupaten Barito Kuala selama 3 (tiga) tahun terus menerus mengalami penurunan,
sedangkan retribusi daerah mengalami kenaikan terus menerus. Kontribusi pajak
daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerahnya pada
tahun 2008 adalah masing-masing sebesar 28% dan 27%. Tahun 2009 kontribusi
pajak daerah menurun menjadi 23% sedangkan kontribusi retribusi daerah
mengalami kenaikan menjadi 30%. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah
menurun menjadi sebesar 22% sedangkan retribusi daerah meningkat menjadi 38%.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Perbandingan Rata-Rata Kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD
Kabupaten/Kota
Untuk menganalisa lebih lanjut kontribusi pajak daerah terhadap penerimaan
PAD di seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan, maka
dari hasil perhitungan kontribusi pajak daerah selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2008
– 2010 seperti yang diuraikan di atas, maka di bawah ini akan dilakukan perhitungan
rata-rata kontribusi pajak daerah selama 3 (tiga) tahun tersebut terhadap pendapatan
45
asli daerah untuk masing-masing kabupaten dan kota, yang hasilnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini
Tabel 5.27
Rata-Rata Kontribusi Pajak Daerah
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Tahun 2008 – 2010
Kab/Kota
Kontribusi
Pajak Daerah terhadap PAD
(%)
2008 2009 2010 Rata2
Kab. Tapin 12 % 12 % 27 % 17 %
Kab. Hulu Sungai Selatan 11 % 10 % 11 % 11 %
Kab. Hulu Sungai Tengah 11 % 9 % 9 % 10 %
Kab. Hulu Sungai Utara 9 % 11 % 10 % 10 %
Kab. Tabalong 48 % 24 % 16 % 29 %
Kab. Balangan 8 % 12 % 5 % 8 %
Kota Banjarmasin 57 % 58 % 53 % 56 %
Kota Banjarbaru 34 % 33 % 50 % 39 %
Kab. Banjar 14 % 18 % 16 % 16 %
Kab. Tanah Laut 9 % 12 % 8 % 10 %
Kab. Tanah Bumbu 14 % 23 % 26 % 21 %
Kab. Kotabaru 34 % 36 % 33 % 34 %
Kab. Barito Kuala 28 % 23 % 22 % 24 %
Rata-rata 22 % 22 % 22 % 22 %
Sumber : Data Diolah
Seperti yang terlihat pada tabel 5.27 di atas, rata-rata kontribusi pajak daerah
terhadap pendapatan asli daerah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimtan Selatan
selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2008 – 2010 adalah sebesar 22 %, dimana rata-rata
kontribusi pajak daerah pada tahun 2008 adalah 22%, tahun 2009 sebesar 22 % dan
tahun 2010 juga sebesar 22 %. Dilihat dari perkembangan per tahun nya selama
3(tiga) tahun tersebut, maka rata-rata kontribusi nya per tahun adalah sama.
Dilihat dari masing-masing kabupaten/kota, maka kontribusi pajak daerah
terhadap PAD yang paling besar adalah Kota Banjarmasin, yaitu pada tahun 2008
sebesar 57%, tahun 2008 sebesar 58% dan tahun 2010 sebesar 56%. Sehingga
kontribusi rata-ratanya untuk Kota Banjarmasin adalah 56%. Diikuti oleh Kota
46
Banjarbaru rata-rata sebesar 39%, kemudian Kabupaten Kotabaru rata-rata sebesar
34%, Kabupaten Tabalong rata-rata sebesar 29%, Kabupaten Barito Kuala rata-rata
sebesar 24%, Kabupaten Tanah Bumbu sebesasr 21% dan Kabupaten Tapin sebesasr
17% dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan rata-rata sebesar 11%. Sedangkan yang
paling rendah rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap PAD nya adalah Kabupaten
Balangan hanya 8 %, yang diikuti oleh Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai
Utara dan Kabupaten Tanah Laut sebesar 10%.
Dilihat dari masing-masing kabupaten yang di Provinsi Kalimantan Selatan,
maka rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap PADnya masing-masing maka yang
paling besar adalah Kabupaten Kotabaru yaitu sebesar 34%. Sedangkan dilihat dari
kota yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan, rata-rata kontribusi pajak daerah
terhadap PADnya masing-masing, maka yang paling besar adalah Kota Banjarmasin
yaitu sebesar 56%.
5.3.2 Perbandingan Rata-Rata Kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD
Kabupaten/Kota
Untuk menganalisa lebih lanjut kontribusi retribusi daerah terhadap
penerimaan PAD di seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Kalimantan
Selatan, maka dari hasil perhitungan kontribusi retribusi daerah selama 3 (tiga) tahun
yaitu tahun 2008 – 2010 seperti yang diuraikan di atas, maka di bawah ini akan
dilakukan perhitungan rata-rata kontribusi retribusi daerah selama 3 (tiga) tahun
tersebut terhadap pendapatan asli daerah untuk masing-masing kabupaten dan kota,
yang hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
47
Tabel 5.28
Rata-Rata Kontribusi Retribusi Daerah
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Tahun 2008 – 2010
Kab/Kota
Kontribusi
Retribusi Daerah terhadap PAD
(%)
2008 2009 2010 Rata2
Kab. Tapin 34 % 15 % 36 % 28 %
Kab. Hulu Sungai Selatan 30 % 23 % 49 % 34 %
Kab. Hulu Sungai Tengah 21 % 30 % 25 % 25 %
Kab. Hulu Sungai Utara 39 % 42 % 42 % 41 %
Kab. Tabalong 19 % 28 % 39 % 29 %
Kab. Balangan 6 % 10 % 11 % 9 %
Kota Banjarmasin 19 % 19 % 23 % 20 %
Kota Banjarbaru 39 % 44 % 50 % 44 %
Kab. Banjar 40 % 38 % 35% 38 %
Kab. Tanah Laut 51 % 48 % 42 % 47 %
Kab. Tanah Bumbu 46 % 41 % 53 % 47 %
Kab. Kotabaru 28 % 25 % 27 % 27 %
Kab. Barito Kuala 27 % 30 % 38 % 32 %
Rata-rata 31 % 30 % 36 % 32 %
Sumber : Data Diolah
Dari hasil perhitungan seperti yang terlihat pada tabel 5.28 di atas, rata-rata
kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Kalimtan Selatan selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2008 – 2010 adalah
sebesar 32 %, dimana rata-rata kontribusi retribusi daerah pada tahun 2008 adalah
31 %, tahun 2009 sebesar 30 % dan tahun 2010 juga sebesar 36 %. Dilihat dari
perkembangan per tahun nya selama 3(tiga) tahun tersebut, maka rata-rata kontribusi
nya per tahun adalah berfluktuasi, dimana pada tahun 2009 mengalami penurunan
tetapi pada tahun 2010 mengalami peningkatan.
Dilihat dari masing-masing kabupaten/kota, maka rata-rata kontribusi pajak
daerah terhadap PAD yang paling besar adalah Kabupaten Tanah Laut dan
Kabupaten Tanah Bumbu yaitu sebesar 47%. Kalau dilihat dari per tahunnya, maka
kontribusi Kabupaten Tanah Bumbu lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten
48
Tanah Laut karena Kabupaten Tanah Bumbu menunjukkan fluktuasi, karena pada
tahun 2009 menunjukkan penurunan tetapi pada tahun 2010, tetapi Kabupaten Tanah
Laut selama 3 (tiga) tahun tersebut dari tahun-rahun kontribusinya selalu menurun.
Urutan berikutnya yang memberikan kontribusi terbesar Kota Banjarbaru sebesar
44%, Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar 41%, kemudian adalah Kabupaten
Banjar rata-rata sebesar 38%, kemudian Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar
34%, selanjutnya adalah Kabupaten Barito Kuala rata-rata sebesar 32%, Kabupaten
Tabalong 29%, Kabupaten Tapin sebesar 28%, Kabupaten Hulu Sungai Tengah
sebesar 25%, dan Kota Banjarmasin sebesar 20%. Sedangkan yang paling rendah
rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap PAD nya adalah Kabupaten Balangan
hanya 9 %.
Dilihat dari masing-masing kabupaten yang di Provinsi Kalimantan Selatan,
maka rata-rata kontribusi retribusi daerah terhadap PADnya masing-masing maka
yang paling besar adalah Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Tanah Bumbu yaitu
sebesar 47%. Sedangkan dilihat dari kota yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan,
rata-rata kontribusi retribusi daerah terhadap PADnya masing-masing, maka yang
paling besar adalah Kota Banjarbaru yaitu sebesar 44%.
5.3.3 Perbandingan Rata-Rata Pajak Daerah dan Kontribusi Retribusi
Daerah terhadap PAD Kabupaten/Kota.
Untuk melakukan analisa keseluruhan kontribusi pajak daerah dan retribusi
daerah terhadap PAD nya masing-masing di seluruh kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Kalimantan Selatan, maka perlu dibandingkan masing-masing kontribusi
tersebut seperti tertuang dalam table di bawah ini.
49
Tabel 5.29
Rata-Rata Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Tahun 2008 – 2010
Kab/Kota
Kontribusi
Pajak Daerah terhadap PAD
(%)
Kontribusi
Retribusi Daerah terhadap PAD
(%)
2008 2009 2010 Rata2 2008 2009 2010 Rata2
Kab. Tapin 12 % 12 % 27 % 17 % 34 % 15 % 36 % 28 %
Kab. Hulu
Sungai
Selatan
11 % 10 % 11 % 11 % 30 % 23 % 49 % 34 %
Kab. Hulu
Sungai
Tengah
11 % 9 % 9 % 10 % 21 % 30 % 25 % 25 %
Kab. Hulu
Sungai
Utara
9 % 11 % 10 % 10 % 39 % 42 % 42 % 41 %
Kab.
Tabalong
48 % 24 % 16 % 29 % 19 % 28 % 39 % 29 %
Kab.
Balangan
8 % 12 % 5 % 8 % 6 % 10 % 11 % 9 %
Kota
Banjarmasin
57 % 58 % 53 % 56 % 19 % 19 % 23 % 20 %
Kota
Banjarbaru
34 % 33 % 50 % 39 % 39 % 44 % 50 % 44 %
Kab. Banjar 14 % 18 % 16 % 16 % 40 % 38 % 35% 38 %
Kab. Tanah
Laut
9 % 12 % 8 % 10 % 51 % 48 % 42 % 47 %
Kab. Tanah
Bumbu
14 % 23 % 26 % 21 % 46 % 41 % 53 % 47 %
Kab.
Kotabaru
34 % 36 % 33 % 34 % 28 % 25 % 27 % 27 %
Kab. Barito
Kuala
28 % 23 % 22 % 24 % 27 % 30 % 38 % 32 %
Rata 22 % 22 % 22 % 22 % 31 % 30 % 36 % 32 %
Sumber : Data Diolah
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan pembahasan yang lebih
dalam lagi, berdasarkan hasil perhitungan dan uraian sebelumnya, seperti yang
dirangkum dalam tabel diatas, maka dibawah ini akan dianalisis lebih dalam lagi per
tahun sebagai berikut :
50
1. Rata-rata Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
pada tahun 2008.
Dari tabel diatas, terlihat bahwa rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap
PADnya adalah sebesar 22%, dimana kontribusi yang paling besar adalah Kota
Banjarmasin yaitu sebesar 56% dan yang terendah adalah Kabupaten Balangan
yaitu hanya sebesar 8%. Sedangkan rata-rata kontribusi retribusi daerah terhadap
PADnya adalah sebesar 31%, dimana kontribusi yang paling besar adalah
Kabupaten Tanah Laut yaitu sebesar 51%, dan yang terendah adalah Kabupaten
Balangan yaitu hanya sebesar 6%. pada tahun.
Dilihat dari rata-rata kedua kontribusi tersebut, maka yang paling besar
memberikan kontribusinya terhadap penerimaan PAD adalah retribusi daerah
yaitu sebesar 31%, sedangkan kontribusi pajak daerah hanya sebesar 22%. Secara
keseluruhan, ini menunjukkan bahwa pendapatan dari pungutan retribusi lebih
besar dibandingkan dengan pendapatan dari pungutan pajak. Tetapi kalau dilihat
dari masing-masing kabupaten/kota tidak lah selalu demikian, karena ternyata
Kota Banjarmasin dan Kabupaten Kotabaru justru menunjukkan sebaliknya,
dimana kontribusi dari pungutan pajak lebih besar dibandingkan dari retribusi
daerah, yaitu kontribusi pajak daerah untuk Kota Banjarmasin sebesar 53%
sedangkan kontribusi retribusi daerahnya hanya sebesar 23%. Untuk Kabupaten
Kotabaru, kontribusi pajak daerahnya sebesar 34%, sedangkan kontribusi retribusi
daerah hanya 28%.
51
2. Rata-rata Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
pada tahun 2009.
Dari tabel diatas, terlihat bahwa rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap
PADnya adalah sebesar 22%, dimana kontribusi yang paling besar adalah Kota
Banjarmasin yaitu sebesar 58% dan yang terendah adalah Kabupaten Hulu Sungai
Tengah yaitu hanya sebesar 9%. Sedangkan rata-rata kontribusi retribusi daerah
terhadap PADnya adalah sebesar 30%, dimana kontribusi yang paling besar
adalah Kabupaten Tanah Laut yaitu sebesar 48%, dan yang terendah adalah
Kabupaten Balangan yaitu hanya sebesar 10%. pada tahun.
Sama halnya dengan tahun 2008 sebelumnya, dimana dilihat dari rata-rata
kedua kontribusi tersebut, maka yang paling besar memberikan kontribusinya
terhadap penerimaan PAD adalah retribusi daerah yaitu sebesar 30%, sedangkan
kontribusi pajak daerah hanya sebesar 22%. Secara keseluruhan, ini menunjukkan
bahwa pendapatan dari pungutan retribusi lebih besar dibandingkan dengan
pendapatan dari pungutan pajak. Tetapi kalau dilihat dari masing-masing
kabupaten/kota tidak lah selalu demikian, karena ternyata Kota Banjarmasin dan
Kabupaten Kotabaru justru menunjukkan sebaliknya, dimana kontribusi dari
pungutan pajak lebih besar dibandingkan dari retribusi daerah, yaitu kontribusi
pajak daerah untuk Kota Banjarmasin sebesar 58% sedangkan kontribusi retribusi
daerahnya hanya sebesar 19%. Untuk Kabupaten Kotabaru, kontribusi pajak
daerahnya sebesar 36%, sedangkan kontribusi retribusi daerah hanya 25%.
52
3. Rata-rata Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap PAD
pada tahun 2010.
Dari tabel diatas, terlihat bahwa rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap
PADnya adalah sebesar 22%, dimana kontribusi yang paling besar adalah Kota
Banjarmasin yaitu sebesar 53% dan yang terendah adalah Kabupaten Hulu Sungai
Tengah yaitu hanya sebesar 9%. Sedangkan rata-rata kontribusi retribusi daerah
terhadap PADnya adalah sebesar 36%, dimana kontribusi yang paling besar
adalah Kabupaten Tanah Bumbu yaitu sebesar 53%, dan yang terendah adalah
Kabupaten Balangan yaitu hanya sebesar 11%. pada tahun.
Sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana dilihat dari rata-rata
kedua kontribusi tersebut, maka yang paling besar memberikan kontribusinya
terhadap penerimaan PAD adalah retribusi daerah yaitu sebesar 36%, sedangkan
kontribusi pajak daerah hanya sebesar 22%. Secara keseluruhan, ini menunjukkan
bahwa pendapatan dari pungutan retribusi lebih besar dibandingkan dengan
pendapatan dari pungutan pajak. Tetapi kalau dilihat dari masing-masing
kabupaten/kota tidak lah selalu demikian, karena ternyata Kota Banjarmasin dan
Kabupaten Kotabaru justru menunjukkan sebaliknya, dimana kontribusi dari
pungutan pajak lebih besar dibandingkan dari retribusi daerah, yaitu kontribusi
pajak daerah untuk Kota Banjarmasin sebesar 58% sedangkan kontribusi retribusi
daerahnya hanya sebesar 19%. Untuk Kabupaten Kotabaru, kontribusi pajak
daerahnya sebesar 33%, sedangkan kontribusi retribusi daerah hanya 27%.
Sedangkan Kota Banjarbaru memberikan kontribusi yang sama antara pajak
daerah dan retribusi daerah yaitu masing-masing 50%.
53
Berdasarkan hasil rata-rata kontribusi tersebut, terlihat jelas bahwa secara
keseluruhan kontribusi retribusi daerah lebih besar daripada kontribusi pajak
daerah. Hal ini berarti, retribusi daerah disetiap kabupaten/kota sangat dominan
dan menjadi sumber penerimaan PAD yang sangat diandalkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota. Keadaan yang berbeda ditunjukkan oleh Kota Banjarmasin dan
Kabupaten Kotabaru, dimana ternyata kontribusi pajak daerah lebih besar
daripada kontribusi retribusi daerah. Hal ini berarti, pajak daerahnya sangat
dominan dan menjadi sumber penerimaan PAD yang sangat diandalkan oleh
Pemerintah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Kotabaru. Apabila dilihat dari
penerimaan pajak daerahnya, setiap tahun penerimaan pajak daerah Kota
Banjarmasin mengalami peningkatan. Penerimaan pajak daerah Kota
Banjarmasin dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yang paling
mendominasi adalah penerimaan dari pajak penerangan jalan.
Dari hasil penelitian ini mengindikasikan, bahwa di Provinsi Kalimantan
Selatan pajak daerah yang dipungut di kota memiliki potensi yang lebih besar
dibandingkan dengan di kabupaten. Hal ini dikarenakan aktivitas ekonomi di kota
didominasi oleh sektor industri, perdagangan dan jasa sehingga pendapatan
daerah kotapun lebih tinggi. Berbeda dengan kabupaten yang aktivitas
ekonominya hanya didominasi oleh sektor pertanian.
5.4. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
Keterbatasan tersebut yaitu sebagai berikut :
54
1. Data yang digunakan hanya 3 (tiga) tahun, yaitu tahun 2008 – 2010.
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya data sekunder yang berbentuk
ringkasan APBD, hal ini dikarenakan keterbatasan data yang disediakan oleh
pihak-pihak terkait. Jika data sekunder yang digunakan lebih terperinci mengenai
jenis-jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang dipungut, maka hal ini mungkin
akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan yang terjadi
antara kontribusi pajak daerah dan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan
asli daerah kota dan kabupaten.
55
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut :
1. Selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2008 – 2010, rata-rata kontribusi retribusi
daerah terhadap PAD lebih besar dibandingkan dengan kontribusi pajak daerah di
Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tabalong, Kabupaten
Balangan, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, dan
Kabupaten Barito Kuala. Ini menunjukkan, bahwa retribusi daerah disetiap
kabupaten/kota tersebut sangat dominan dan menjadi sumber penerimaan PAD
yang sangat diandalkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2008 – 2010, rata-rata kontribusi pajak daerah
terhadap PAD lebih besar dibandingkan dengan kontribusi retribusi daerah terjadi
Kota Banjarmasin dan Kabupaten Kotabaru. Hal ini berarti, pajak daerahnya
sangat dominan dan menjadi sumber penerimaan PAD yang sangat diandalkan
oleh Pemerintah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Kotabaru.
3. Untuk tahun 2010, kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD di
Kota Banjarbaru menunjukkan nilai persentase yang sama yaitu sebesar 50%. Ini
menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana tahun-
tahun sebelumnya (tahun 2008 – 2009) didominasi oleh retribusi daerah.
56
6.2 Saran-Saran
Mengacu kepada beberapa keterbatasan yang ada, beberapa saran untuk
penelitian mendatang disarankan untuk :
1. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan tahun yang lebih panjang,
minimal 5 (lima) tahun sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih
komprehensif lagi.
2. Penelitian mendatang sebaiknya menggunakan data laporan realisasi anggaran
pendapatan asli daerah yang lebih terperinci yang memuat jenis-jenis pajak daerah
dan retribusi daerah yang dipungut, sehingga dapat memberikan gambaran yang
lebih jelas mengenai perbedaan antara kontribusi pajak daerah dan kontribusi
retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah kota dan kabupaten.
57
DAFTAR PUSTAKA
Adinardo, Reza. 2012. Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam
Rangka Pembiayaan Pembangunan Daerah. Skripsi Program Studi Ilmu
Hukum, Lampung.
Diza, Mohd.Rangga. 2009. Kontribusi Peranan Pajak Daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Sumatera Utara. Skripsi Program
Studi Akuntansi USU, Sumatera Utara.
Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah,
Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.
Jati, Ahmad Waluya. 2003. Peranan Pajak dan Retribusi Daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Jawa Timur. Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. ANDI. Yogyakarta.
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 6 Buku 2. Salemba Empat.
Jakarta.
Rosdiana, Haula dan Edi Slamet Irianto. 2012. Pengantar Ilmu Pajak : Kebijakan
dan Implementasi di Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sekaran, Uma. 2009. Metode Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4 Buku 1 & 2.
Salemba Empat. Jakarta.
Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah :
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Edisi Revisi. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sidik, Machfud. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam
Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Makalah
Seminar Wisuda XXI STIA LAN. Bandung.
Suandy, Erly. 2009. Hukum Pajak, Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta.
Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia, Edisi 7 Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
58
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan
“www.eddyyusran.blogspot.com/2012/05/beberapa-perbedaan-karakteristik-antara"
“www.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_Daerah_di_Indonesia"