UNIVERSITASINDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351372-PR-Lia...
Transcript of UNIVERSITASINDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351372-PR-Lia...
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DISUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA UTARAJL. YOS SUDARSO NO. 27-29
PERIODE 7 – 18 JANUARI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
LIA AMALIA ULFAH, S.Farm.1106153290
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOKJUNI 2013
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DISUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA UTARAJL. YOS SUDARSO NO. 27-29
PERIODE 7 – 18 JANUARI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
LIA AMALIA ULFAH, S.Farm.1106153290
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOKJUNI 2013
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
iii
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
iv
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, rasa syukur tak henti-hentinya penulis
panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih yang kasih-Nya tidak pernah
pilih-pilih yang Maha Penyayang yang kasih sayang-Nya tidak pernah terbilang
kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Atas kuasa Allah jualah, penulis dapat
menjalani kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara yang dilaksanakan mulai tanggal 7 Januari sampai 18
Januari 2013 dan menyelesaikan laporan ini.
Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA ini merupakan bagian dari
kegiatan perkuliahan Program Pendidikan Profesi Apoteker yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama
masa perkuliahan. Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
dan arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada :
1. Drs. Kusnaedi, Apt., sebagai dosen pembimbing PKPA dan Koordinator
Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Utara yang telah membimbing dengan sabar dan mengarahkan penulis
dengan penuh kesungguhan hati selama PKPA berlangsung
2. Prof. Dr. Endang Hanani, MS., Apt., sebagai dosen internal yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama PKPA
berlangsung.
3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
4. Dr. Harmita, Apt., sebagai ketua Program Apoteker Departemen Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan selama PKPA.
5. Drg. Leny Aryani sebagai Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara beserta seluruh staf yang telah
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
v
Universitas Indonesia
menerima, mendukung, dan membantu penulis selama melaksanakan
kegiatan PKPA.
6. Seluruh staf pengajar, tata usaha, dan karyawan di Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi UI yang telah banyak membagi ilmu dan hikmah yang akan
menjadi penerang dan penuntun dalam menjalani kehidupan.
7. Orang tua yang penulis kasihi, yang cinta dan kasihnya tak pernah berhenti,
selalu mendo’akan dan memberikan perhatian baik moril maupun materil.
8. Suami yang tak henti-hentinya memberikan semua semangatnya dan
dukungan baik moril maupun materil kepada penulis, yang turut memberi
warna dan makna dalam kehidupan penulis, semoga kebersamaan ini kekal
hingga di surga-Nya.
9. Kakak-kakak dan adik penulis yang telah memberikan dorongan, semangat,
ikhlas berbagi waktu dan perhatian tanpa batas.
10. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Apoteker angkatan 75 dan 76 yang
selalu bersemangat dan saling menyemangati untuk terus belajar.
11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis berharap semoga
pengalaman, pengetahuan, dan pembelajaran hidup yang penulis dapat selama
PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi perkembangan ilmu farmasi, umumnya ilmu pengetahuan lainnya.
Penulis
2013
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
vi Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ iHALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iiiKATA PENGANTAR ..................................................................................... ivDAFTAR ISI.................................................................................................... viDAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ vii
BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ............................................................................. 11.2 Tujuan ........................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTAADMINISTRASI JAKARTA UTARA
2.1 Suku Dinas Kesehatan................................................................... 32.2 Tugas pokok dan fungsi satuan kerja suku dinas kesehatan.......... 42.3 Puskesmas ..................................................................................... 13
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan...................................................... 183.2 Ruang Lingkup Perizinan................................................................. 29
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 43
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 495.2 Saran.............................................................................................. 49
DAFTAR ACUAN.............................................................................................................................................. 50LAMPIRAN
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
vii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.......... 53Lampiran 2. Formulir Permohonan Izin Apotek ............................................ 54Lampiran 3. Format Surat Izin Apotek ............................................................. 55Lampiran 4. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat ..................... 57Lampiran 5. Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58Lampiran 6. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan.................................. 59Lampiran 7. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga .............. 60
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
1
Universitas Indonesia
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Berdasarkan Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009,
pemerintah bertanggungjawab dalam merencanakan, mengatur, membina,
menyelenggarakan, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang
merata dan terjangkau oleh masyarakat, selain itu pemerintah juga
bertanggungjawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik
fisik maupun social bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan, terus-menerus berupaya agar pelayanan kesehatan
semakin baik kualitasnya.
Dengan adanya otonomi daerah, sebagian kewenangan dan tugas
pemerintah pusat telah dilimpahkan ke pemerintah daerah. Berdasarkan hal
tersebut, Pemerintah DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi
DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 terdapat Suku Dinas Kesehatan di setiap
Kotamadya yang berada di DKI Jakarta yang membantu Dinas Kesehatan dalam
menjalankan dengan baik tugas dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan
binwasdal (pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) upaya-upaya kesehatan di
Jakarta.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan bagian dari struktur
organisasi Dinas Kesehatan pada tingkat kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta
yang dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas. Suku Dinas Kesehatan
merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Provinsi dalam mengelola
bidang kesehatan. Suku Dinas Kesehatan secara teknis administratif bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional bertanggung
jawab kepada Walikota administrasi yang bersangkutan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
2
Universitas Indonesia
Suku Dinas Kesehatan terdiri dari lima bagian, yaitu sub bagian tata usaha,
seksi kesehatan masyarakat, seksi pelayanan kesehatan, seksi sumber daya
kesehatan dan seksi pengendalian masalah. Sub bagian dipimpin oleh seorang
kepala sub bagian dan setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.
Seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki tiga bagian, yaitu Bagian Tenaga
Kesehatan, Bagian Standarisasi manajemen kesehatan dan Bagian Farmasi
Makanan dan Minuman. Bagian Farmasi Makanan dan Minuman merupakan
salah satu sarana bagi Apoteker dalam menjalankan tugas profesinya di
pemerintahan. Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan pemberi
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya pelayanan kefarmasian.
Untuk mengetahui peran dan fungsi Apoteker tersebut di pemerintahan,
maka calon Apoteker membutuhkan suatu program praktek kerja yang dapat
memberikan pengalaman kerja, pengetahuan dan gambaran tentang peran
Apoteker di Pemerintahan. Oleh karena itu, Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara mengadakan
kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) untuk calon apoteker di Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
1.2 Tujuan
Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, bertujuan agar
mahasiswa calon apoteker :
1.2.1 Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara.
1.2.2 Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi bagian
Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman.
1.2.3 Mengetahui dan memahami tata cara perizinan, pembinaan, pengawasan,
dan pengendalian terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan,
dan minuman serta pelaksanaannya di lapangan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
3
Universitas Indonesia
BAB 2TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
2.1 Suku Dinas Kesehatan
Suku dinas kesehatan merupakan organisasi lama dengan penamaan baru
yang merupakan penggabungan dari dua suku dinas yang terdahulu, yakni suku
dinas pelayanan kesehatan dan suku dinas kesehatan masyarakat menjadi suku
dinas kesehatan (Sudinkes). Perubahan ini berakibat pada perubahan struktur
organisasi secara keseluruhan. Sebelum penggabungan ini, suku dinas pelayanan
kesehatan terdiri dari 6 seksi, yaitu seksi pelayanan kesehatan dasar, seksi farmasi
makanan minuman, seksi pelayanan kesehatan spesialistik, seksi pendataan &
program, seksi gawat darurat bencana dan gakin, seksi pengobatan tradisional, dan
subbag tata usaha. Sedangkan suku dinas kesehatan masyarakat terdiri dari 6
seksi, yaitu seksi pendataan dan program, seksi penyakit menular, seksi penyakit
tidak menular, seksi kesehatan jiwa dan Napza, seksi gizi PPSM, seksi penyehatan
lingkungan, dan subbag tata usaha.
Setelah penggabungan kedua suku dinas tersebut menjadi suku dinas
kesehatan, maka struktur organisasi berubah menjadi 4 seksi, yaitu seksi
kesehatan masyarakat, seksi pelayanan kesehatan, seksi sumber daya kesehatan,
seksi pengendalian masalah kesehatan dan subbag tata usaha (Suku dinas
kesehatan Jakarta utara, 2010).
2.1.1 Visi dan Misi
Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu “Menjadi Suku Dinas
Kesehatan yang profesional menuju Jakarta Utara sehat untuk semua”. Untuk
mewujudkan visi tersebut, misi yang ditetapkan yaitu (Suku dinas kesehatan
Jakarta utara, 2010):
1. Meningkatkan kompetensi seluruh sumber daya manusia (SDM) di jajaran
Suku dinas kesehatan Jakarta utara.
2. Mengembangkan pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi.
3. Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
4
Universitas Indonesia
4. Meningkatkan sistem informasi yang cepat, tepat, dan dapat
dipertanggungjawabkan berbasis komputer.
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih.
6. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih sehat serta untuk
penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana.
7. Meningkatkan kualitas dan waktu respon pelayanan kesehatan gawat darurat
dan bencana.
8. Meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi
profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan masyarakat di Jakarta utara.
9. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat.
2.1.2 Struktur Organisasi
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta sesuai
dengan Pasal 95 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.10 Tahun 2008
tentang Organisasi Perangkat Daerah (Perda No.10/2008):
1. Kepala suku dinas kesehatan
2. Subbagian tata usaha
3. Seksi kesehatan masyarakat
4. Seksi pelayanan kesehatan
5. Seksi sumber daya kesehatan
6. Seksi pengendalian masalah kesehatan
Subbagian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian dan setiap seksi
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan.
2.2 Tugas pokok dan fungsi satuan kerja suku dinas kesehatan
Satuan kerja suku dinas kesehatan Jakarta utara terdiri dari 1 subbagian
dan 4 seksi yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing (Suku dinas
kesehatan, 2010).
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
5
Universitas Indonesia
2.2.1 Subbagian tata usaha
Sub bagian tata usaha mempunyai ruang lingkup tugas :
1. Menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
3. Mengoordinasikan penyusunan RKA dan DPA suku dinas.
4. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan DPA suku
dinas.
5. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas.
6. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan suku dinas.
7. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, dan pemeliharaan dari perawatan
prasarana dan sarana kerja suku dinas.
8. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor.
9. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan suku dinas.
10.Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara suku dinas.
11.Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan
penerimaan retribusi suku dinas kesehatan.
12.Menyiapkan bahan laporan suku dinas yang terkait dengan tugas subbagian
tata usaha.
13.Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan
akuntabilitas) suku dinas.
14.Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas subbagian tata
usaha.
Subbagian tata usaha (Subbag TU) membawahi bidang kepegawaian,
keuangan, serta umum dan protokol. Bidang kepegawaian memiliki wewenang
untuk melaksanakan seluruh aktifitas kepegawaian sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Secara struktural, koordinator kepegawaian membawahi pengelola data
pegawai dan disiplin pegawai, pengelola administrasi kesejahteraan pegawai, dan
pengelola administrasi pengembangan karir.
Bidang keuangan memiliki wewenang untuk mengurus pengajuan uang
kegiatan yang bersumber dari DPA SKPD serta melakukan binwasdal ke
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
6
Universitas Indonesia
Puskesmas. Dalam pelaksanaannya koordinator keuangan dibantu oleh bendahara,
verifikator, pengelola pelaporan, pengelola pajak dan sisa kegiatan dan pengelola
SPJ.
Bidang umum dan protokol memiliki wewenang melaksanakan
pengawasan dan pengendalian urusan umum dan protokol. Dalam
pelaksanaannya, koordinator umum dan protokol dibantu oleh pengurus barang,
pengelola pemeliharaan sarana dan prasarana kantor, pengelola surat menyurat,
pengadministrasi surat keluar, pengadministrasi surat masuk, pengadministrasi
kegiatan kepala unit, dan pengadministrasi protokol (Suku dinas kesehatan, 2010).
2.2.2 Seksi Kesehatan Masyarakat
Seksi kesehatan masyarakat merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan
dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan
masyarakat. Seksi kesehatan masyarakat dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Tugas pokok dan fungsi seksi
kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
3. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga
termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, anak prasekolah, anak usia sekolah,
remaja, kesehatan reproduksi usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita
dan asuhan keperawatan.
4. Mengoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan
pengendalian program kesehatan masyarakat.
5. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi.
6. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan
masyarakat.
7. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat
kota administrasi.
8. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi
manajemen kesehatan yang terintegrasi.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
7
Universitas Indonesia
9. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM.
10.Menerapkan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG).
11.Melaksanakan kegiatan peran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan
sehat.
12.Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas
seksi kesehatan masyarakat.
13.Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi kesehatan
masyarakat.
Seksi kesehatan masyarakat membawahi tiga bidang, yaitu bidang gizi dan
PPSM, bidang kesehatan keluarga, dan bidang promosi dan informasi kesehatan.
Bidang kesehatan keluarga mengurusi berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan program kesehatan keluarga, seperti kesehatan ibu dan anak, kesehatan
lansia, kesehatan gigi dan mulut, dan penanganan kekerasan dalam rumah tangga.
Secara struktural, koordinator bidang kesehatan keluarga membawahi pengelola
kesehatan ibu, pengelola kesehatan anak, pengelola perawatan kesehatan
masyarakat, pengelola lansia, pengelola kekerasan dalam rumah tangga, dan
pengelola kesehatan gigi dan mulut.
Bidang gizi dan PPSM bertanggung jawab dalam penyelenggaraan dan
pelaksanaan kegiatan gizi dan PPSM di Puskesmas tingkat kecamatan dan
kelurahan. Secara struktural, koordinator membawahi pengelola program gizi dan
pengelola PPSM.
Bidang promosi dan informasi kesehatan bertanggung jawab atas
kelancaran kegiatan promosi dan informasi kesehatan. Secara struktural,
koordinator membawahi pengelola SP2TP dan pengelola sistem promosi
kesehatan (Suku dinas kesehatan, 2010).
2.2.3 Seksi Pelayanan Kesehatan
Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi pelayanan kesehatan dipimpin oleh
seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
kepala suku dinas. Tugas pokok dan fungsi seksi pelayanan kesehatan diantaranya
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
8
Universitas Indonesia
adalah:
1. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
3. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata
laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.
4. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan
memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.
5. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar
pelayanan kesehatan.
6. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan akreditasi sarana
pelayanan kesehatan.
7. Memberikan rekomendasi/perizinan sarana pelayanan kesehatan.
8. Memberikan tanda daftar ke pengobat tradisional.
9. Melaksanakan siaga 24 jam/pusat pengendali dukungan kesehatan
(Pusdaldukkes).
10.Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal
pelayanan kesehatan.
11.Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas
seksi pelayanan kesehatan.
12.Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pelayanan
kesehatan.
Seksi Pelayanan Kesehatan membawahi tiga bidang, yaitu pelayanan
kesehatan dasar, gawat darurat dan bencana, pelayanan kesehatan keahlian dan
tradisional pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan kesehatan
keahlian, pengelola perizinan dan Binwasdal sarana pelayanan kesehatan
tradisional serta administrasi. Secara struktural, koordinator bidang pelayanan
kesehatan dasar membawahi pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan
kesehatan dasar sedangkan koordinator pelayanan kesehatan keahlian dan
tradisional membawahi pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan
kesehatan keahlian, pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan
kesehatan tradisional dan pengadministrasi (Suku dinas kesehatan, 2010).
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
9
Universitas Indonesia
2.2.4 Seksi Sumber Daya Kesehatan
Sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan
dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi sumber
daya kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang bertanggung jawab
kepada Kepala Suku Dinas. Bagian ini mempunyai tugas pokok dan fungsi:
1. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
3. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan
minuman.
4. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.
5. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.
6. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas
kesehatan terhadap standar pelayanan.
7. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem
manajemen mutu.
8. Melaksanakan survei kepuasaan pelanggan kesehatan.
9. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan
sistem manajemen mutu kepada Puskesmas.
10.Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator.
11.Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,
assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan.
12.Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan
sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional,
subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri
makanan minuman rumah tangga.
13.Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan
persediaan cadangan obat esensial.
14.Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada
lingkup kota administrasi.
15.Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
10
Universitas Indonesia
16.Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas
seksi sumber daya kesehatan.
17.Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi sumber
daya kesehatan.
Seksi sumber daya kesehatan membawahi 3 bidang, yaitu bidang
standarisasi manajemen kesehatan, bidang farmasi makanan dan minuman
(Farmakmin), dan bidang tenaga kesehatan.
Bidang standarisasi manajemen kesehatan bertugas dan bertanggung jawab
sebagai pengelola administrasi dan perencanaan mutu, melaksanakan survey
kepuasan pelanggan kesehatan, merencanakan dan melaksanakan serta memantau
program audit internal, eksternal, serta tinjauan manajemen dalam rangka
penerapan sistem manajemen mutu. Secara struktural, koordinator standarisasi
manajemen kesehatan membawahi pengelola administrasi dan perencanaan mutu
pengelola survey kepuasan pelanggan, pengelola audit internal, pengelola audit
eksternal dan pengelola forum komunikasi mutu.
Bidang farmakmin bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan
perizinan farmasi, makanan, dan minuman, mengendalikan mutu pelayanan
farmakmin, membuat perencanaan kegiatan dan anggaran farmakmin, KIE
(komunikasi, informasi, dan edukasi) pada customer, memverifikasi berkas
perizinan yang masuk, melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap
sarana pelayanan kesehatan farmakmin, membuat perencanaan kerja, laporan, dan
evaluasi kerja mingguan. Secara struktural, koordinator farmakmin membawahi
pengelola administrasi farmakmin, pengelola apotek dan IKOT, pengelola industri
rumah tangga pangan, pengelola toko obat, pengelola bimtek, pengelola
pembinaan tenaga kesehatan, pengadministrasian umum, pengarsip perizinan
tenaga kesehatan (nakes), dan penerima izin.
Bagian tenaga kesehatan bertanggung jawab membantu menyusun bahan
RKA dan DPA seksi sumber daya kesehatan, menyusun dan mengkoordinasikan
pembuatan jadwal pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan, menyusun
peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, mengoordinir
pelaksanaan kegiatan penilaian calon tenaga kesehatan teladan di Puskesmas,
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
11
Universitas Indonesia
mengkoordinir pelaksanaan pembinaan tenaga kesehatan, membantu dalam
pelaksanaan segala proses perizinan tenaga kesehatan mulai dari verifikasi berkas
permohonan, dan kunjungan lapangan hingga pencetakan izin tenaga kesehatan
serta melaksanakan tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga kesehatan. Secara
structural, koordinator membawahi pengelola diklat (Suku dinas kesehatan, 2010).
2.2.5 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan
Seksi pengendalian masalah kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas
kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi
pengendalian masalah kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas.
Adapun tugas pokok dan fungsi seksi pengendalian masalah kesehatan antara lain:
1. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
2. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
3. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular,
kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan
wabah/KLB (Kejadian Luar Biasa), dan kesehatan lingkungan.
4. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji.
5. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit
menular serta kesehatan jiwa masyarakat.
6. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis
peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa
masyarakat.
7. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama, dan kemitraan pengendalian
penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan
satuan kerja perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat daerah (UKPD)
dan atau instansi pemerintahan/swasta/ masyarakat.
8. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan
imunisasi.
9. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
12
Universitas Indonesia
memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai sistem
kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) pada lingkup kota
administrasi.
10. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan dugaan wabah
serta keracunan makanan.Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/
KLB dan surveilans.
11. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.
12. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan
wabah/KLB dan surveilans.
13. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan
lingkungan meliputi penyehatan air minum/air bersih, penyehatan makanan
dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian
radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, peyehatan di tempat umum, tempat
kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL), dan upaya pengelolaan
lingkungan/upaya pemantauan lingkungan.
14. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang
kesehatan lingkungan.
15. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan
kesehatan kerja.
16. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas
seksi pengendalian masalah kesehatan.
17. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi
pengendalian masalah kesehatan.
Seksi pengendalian masalah kesehatan membawahi tiga bidang, yaitu
kesehatan lingkungan, penyakit menular dan tidak menular, serta wabah dan
surveilans.
Bidang kesehatan lingkungan bertanggung jawab mengurus segala hal
yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan meliputi penyehatan makanan dan
minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi,
penyehatan lingkungan kumuh, penyehatan di tempat umum, tempat kerja, tempat
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
13
Universitas Indonesia
pengelolaan pestisida, dan lingkungan lainnya. Secara struktural, bidang
kesehatan lingkungan membawahi koordinator kesehatan lingkungan yang
dibantu oleh pengelola makanan minuman, pengelola tempat-tempat umum
tempat-tempat industri (TTU-TTI) dan pengelola penyehatan lingkungan.
Bidang penyakit menular dan tidak menular dikoordinasikan oleh
koordinator yang bertanggung jawab dalam pembinaan, pengawasan dan
pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa
masyarakat, imunisasi, napza, dan haji. Koordinator bidang ini dibantu oleh
pengelola DBD, pengelola imunisasi, pengelola Napza, pengelola ISPA dan
pneumonia, pengelola diare, pengelola kusta, pengelola HIV/AIDS, dan pengelola
penyakit tidak menular.
Bidang surveilans bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan
pembinaaan, pengawasan dan pengendaliasn kegiatan surveilans terhadap
Puskesmas kecamatan, menganalisa dan memberikan informasi perkembangan
penyakit menular, mengelola dan menganalisa laporan yang berkaitan dengan
program surveilans serta melaksanakan tugas-tugas dalam ruang lingkup kegiatan
penanggulangan wabah dan surveilans. Secara struktural, koordinator membawahi
pengelola surveilans berbasis rumah sakit dan laboratorium dan pengelola
surveilans berbasis puskesmas dan surveilans kematian (Suku dinas kesehatan,
2010).
2.3 Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja di Puskesmas adalah satu
kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas maka
tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah yaitu desa/kelurahan kelurahan atau dusun/rukun
warga (Direktorat jenderal bina kefarmasian dan alat kesehatan departemen
kesehatan RI, 2006).
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah dari orientasi obat ke
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
14
Universitas Indonesia
pasien (Direktorat jenderal bina kefarmasian dan alat kesehatan departemen
kesehatan RI, 2006). Sebagai konsekuensi orientasi tersebut, apoteker/asisten
apoteker sebagai tenaga kefarmasian dituntut untuk dapat melaksanakan
pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin penggunaan obat yang rasional,
efektif, aman terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian
keterampilan dengan kerja sama antara profesi kesehatan lainnya atau yang lebih
dikenal sebagai farmasi klinik (Suku dinas kesehatan DKI Jakarta, 2002).
Pelayanan farmasi klinik di puskesmas meliputi (Direktorat jenderal bina
kefarmasian dan alat kesehatan departemen kesehatan RI, 2006) :
1. Pelayanan resep
2. Pelayanan informasi obat.
Sedangkan pelayanan kefarmasian di bidang pengelolaan perbekalan
farmasi meliputi:
1. Perencanaan
2. Permintaan
3. Penyimpanan
4. Distribusi
5. Pengendalian penggunaan
6. Pencatatan dan pelaporan.
2.3.1 Pelayanan farmasi klinik di puskesmas (Direktorat jenderal bina
kefarmasian dan alat kesehatan departemen kesehatan RI, 2006)
2.3.1.1 Pelayanan Resep
Pelayanan resep di instalasi farmasi di puskesmas diawali dengan
pemeriksaan resep yang meliputi:
a. Pemeriksaan kelengkapan administrasi resep
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik
c. Pertimbangan klinik
d. Konsultasi dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep obat atau
obat tidak tersedia
Setelah diperiksa, langkah pelaksanaan selanjutnya adalah peracikan dan
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
15
Universitas Indonesia
pengemasan. Obat yang dibutuhkan di ambil dari rak penyimpanan menggunakan
alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
obat. Obat dapat diracik sesuai dengan perintah yang tertera pada resep.
Selanjutnya, obat dikemas dan diberi etiket sesuai dengan jenis obat. Obat
dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbeda
untuk menjaga mutu obat dan penggunaan obat yang salah.
Langkah selanjutnya petugas menyerahkan obat kepada pasien. Sebelum
obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai
penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat.
Penyerahan obat kepada pasien dilakukan dengan cara yang baik dan sopan.
Petugas juga memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya. Di akhir penyerahan petugas memberikan informasi obat.
2.3.1.2 Pelayanan informasi obat
Informasi obat yang diberikan harus benar, jelas, mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya
penggunaan obat yang rasional oleh pasien. Sumber informasi obat adalah buku
farmakope Indonesia, informasi spesiallite obat Indonesia (ISO), Informasi Obat
Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi serta buku-buku lainnya.
Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah:
a. Waktu penggunaan obat
b. Lama penggunaan obat
c. Cara penggunaan obat
d. Efek yang timbul dan hal-hal lain yang mungkin timbul
e. Efek samping
f. Bahaya salah penggunaan obat
g. Cara penyimpanan obat
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
pelayanan kefarmasian di puskesmas antara lain:
a. Tingkat kepuasan konsumen : dilakukan dengan survey berupa angket melalui
kotak saran
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
16
Universitas Indonesia
b. Dimensi waktu: lama pelayanan yang diukur dengan waktu
c. Prosedur tetap (Protap) pelayanan kefarmasian : untuk menjamin mutu
pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
d. Daftar tilik pelayanan kefarmasian di puskesmas.
2.3.2 Pengelolaan perbekalan farmasi di puskesmas (Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010)
Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan
efisien secara berkesinambungan. Pengelolaan obat publik dan perbekalan
kesehatan meliputi kegiatan perencanaan dan permintaan, penerimaan,
penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan, serta supervisi dan
evaluasi pengelolaan obat.
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan obat di puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk puskesmas
setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat dan perbekalan kesehatan di
Puskesmas. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun, puskesmas
diminta menyediakan data pemakaian obat dengan mengunakan LPLPO.
Selanjutnya, instalasi farmasi kabupaten/kota yang akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas diwilayah kerjanya. Ketepatan dan
kebenaran data di puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat dan
perbekalan kesehatan secara keseluruhan di kabupaten/kota.
Sumber penyediaan obat di puskemas berasal dari dinas kesehatan
kabupaten/ kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di puskesmas adalah
obat esensial yang jenis dan itemnya telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
dengan merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional. Permintaan obat untuk
mendukung pelayanan obat di masing-masing puskesmas diajukan oleh kepala
puskesmas kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dengan menggunakan
format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala puskesmas
dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
17
Universitas Indonesia
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di
bawahnya. Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau
petugas lain yang diberi kuasa oleh kepala puskesmas. Setiap penyerahan obat
oleh instalasi farmasi kabupaten/kota kepada puskesmas dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat
yang diberi wewenang untuk itu. Petugas penerima obat bertanggung jawab atas
pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat
berikut kelengkapan catatan yang menyertainya. Petugas penerima obat wajib
melakukan pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan, meliputi kemasan,
jenis, jumlah, bentuk sediaan obat sesuai dengan isi dokumen LPLPO, dan ditanda
tangani oleh petugas penerima serta diketahui oleh kepala puskesmas. Setelah
obat diterima, obat disimpan. Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan
terhadap obat-obatan yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.
Pencatatan dan pelaporan data obat di puskesmas merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-
obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas dan
atau unit pelayanan lainnya. Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan
pelaporan obat di puskesmas adalah Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO) dan kartu stok. LPLPO yang dibuat oleh petugas puskesmas harus
tepat data, tepat isi dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan
baik. LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis penggunaan, perencanaan
kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan
obat. LPLPO sudah harus diterima oleh instalasi farmasi kabupaten/kota paling
lambat tanggal 10 setiap bulannya.
Kegiatan akhir dari pengelolaan obat adalah supervisi dan evaluasi.
Supervisi adalah proses pengamatan secara terencana oleh petugas pengelola obat
dari unit yang lebih tinggi (Instalasi Farmasi Provinsi/Kabupaten/ Kota) terhadap
pelaksanaan pengelolaan obat oleh petugas ke unit yang lebih rendah (Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota/Puskesmas/Puskesmas Pembantu/UPT lainnya).
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
18
Universitas Indonesia
Evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan
memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan, hasil dan
dampak serta biayanya. Evaluasi bertujuan untuk menetapkan kesulitan-kesulitan
yang ditemui dalam program yang sedang berjalan dan mencari solusinya,
memprediksi kegunaan dari pengembangan program dan memperbaikinya,
mengukur kegunaan program-program yang inovatif dan meningkatkan efektifitas
program, manajemen, dan administrasi.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
19
Universitas Indonesia
BAB 3TINJAUAN KHUSUS
SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN
3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan
Salah satu seksi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara
adalah seksi sumber daya kesehatan yang membawahi standarisasi manajemen
kesehatan, farmasi, makanan, dan minuman (farmakmin), dan tenaga kesehatan
(Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudin
Kesehatan Jakarta Utara, 2009). Kepala seksi sumber daya kesehatan memiliki
wewenang antara lain:
1. Menilai kinerja staf di lingkungan seksi sumber daya kesehatan.
2. Menetapkan perencanaan program seksi sumber daya kesehatan.
3. Mewakili kepala sudin sesuai dengan kewenangan yang diberikan.
4. Mengendalikan seluruh kegiatan seksi sumber daya kesehatan.
5. Merekomendasikan tertib atau tidaknya izin tenaga dan sarana farmasi
makanan, dan minuman.
3.1.1 Standarisasi Manajemen Kesehatan
Tugas dan tanggung jawab bagian standarisasi manajemen kesehatan
adalah (Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudin
Kesehatan Jakarta Utara, 2009):
1. Memastikan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu ditetapkan,
diterapkan, dan dipelihara.
2. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan.
3. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan
sistem manajemen mutu kepada puskesmas.
4. Melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi forum komunikasi manajemen
mutu di tingkat kota administrasi Jakarta utara.
5. Melaksanakan fasilitas peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,
assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan.
6. Mengusulkan perencanaan dan alokasi anggaran program mutu.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
20
Universitas Indonesia
7. Merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal,
eksternal serta tinjauan manajeman dalam rangka penerapan sistem manajemen
mutu.
Bagian standarisasi manajemen kesehatan memiliki wewenang, antara lain:
1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup
tugasnya.
2. Melaporkan kinerja seksi yang mempengaruhi sistem manajemen mutu Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
3. Menyusun perencanaan program mutu dan alokasi anggaran.
4. Mewakili kepala seksi sumber daya kesehatan sesuai kewenangan yang
diberikan.
Bagian standarisasi manajemen kesehatan membawahi beberapa sub
bagian diantaranya:
a. Pengelola Administrasi dan Perencanaan Mutu
Sub bagian pengelola administrasi dan perencanaan mutu, memiliki tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut:
1. Menginventarisir kegiatan di sub seksi standarisasi manajemen kesehatan
Sudin Kesehatan Jakarta utara.
2. Menginventarisir kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatan pemeliharaan penerapan sistem manajemen mutu Sudin Kesehatan
Jakarta Utara.
3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam rangka
penerapan sistem mutu Sudin Kesehatan.
4. Membuat rencana kerja tahunan sub seksi standardisasi manajemen mutu.
5. Melaporkan rencana anggaran.
6. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dokumen, berkas, arsip, rekaman,
dan sebagainya yang terkait dengan kegiatan mutu Sudin Kesehatan.
Wewenang dari sub bagian pengelola administrasi dan perencanaan mutu
meliputi:
1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup
tugasnya.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
21
Universitas Indonesia
2. Menyusun perencanaan program mutu dan alokasi anggaran.
3. Mewakili kepala seksi sumber daya kesehatan sesuai kewenangan.
b. Pengelola Survey Kepuasan Pelanggan
Sub bagian pengelola survey kepuasan pelanggan memiliki tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut:
1. Memastikan berjalannya kegiatan survey kepuasan pelanggan Sudin
Kesehatan Jakarta Utara.
2. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan survey
kepuasan pelanggan.
3. Membuat rencana kegiatan tahunan survey kepuasan pelanggan.
4. Melaporkan kegiatan survey kepuasan pelanggan.
Wewenang dari sub bagian pengelola survey kepuasan pelanggan meliputi :
1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup
tugasnya.
2. Menyusun perencanaan program mutu dan alokasi anggaran.
3. Mewakili kepala seksi sumber daya kesehatan sesuai kewenangan.
c. Pengelola audit internal
Sub bagian pengelola audit internal memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Mengelola kegiatan audit internal.
2. Memastikan berjalannya kegiatan audit internal sudin kesehatan.
3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan audit
internal.
4. Membuat laporan kegiatan audit internal sudin kesehatan.
Wewenang dari sub bagian pengelola audit internal meliputi:
1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang
lingkup tugasnya.
2. Menyusun perencanaan program mutu dan alokasi anggaran.
3. Mewakili kepala seksi sumber daya kesehatan sesuai kewenangan.
d. Pengelola audit eksternal
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
22
Universitas Indonesia
Sub bagian pengelola audit eksternal memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Mengelola kegiatan audit eksternal.
2. Memastikan berjalannya kegiatan audit eksternal sudin kesehatan.
3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan audit
eksternal.
4. Membuat laporan kegiatan audit eksternal sudinkes.
Wewenang dari sub bagian pengelola audit eksternal meliputi:
1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup
tugasnya.
2. Menyusun perencanaan program mutu dan alokasi anggaran.
3. Mewakili kepala seksi sumber daya kesehatan sesuai kewenangan.
e. Pengelola forum komunikasi mutu
Subbagian pengelola forum komunikasi mutu memiliki tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
1. Mengelola kegiatan forum komunikasi mutu yang merupakan pertemuan rutin
antara perwakilan mutu Sudin, atau pertemuan antara perwakilan tim mutu
sudin dan puskesmas.
2. Memastikan berjalannya kegiatan forum komunikasi mutu sudinkes.
3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan forum
komunikasi mutu.
4. Membuat laporan kegiatan forum komunikasi mutu sudinkes.
Sub bagian pengelola forum komunikasi mutu memiliki wewenang antara
lain:
1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup
tugasnya.
2. Menyusun perencanaan program mutu dan alokasi anggaran.
3. Mewakili kepala seksi sumber daya kesehatan sesuai kewenangan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
23
Universitas Indonesia
3.1.2 Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin)
Tugas dan tanggung jawab bagian farmakmin adalah (Dokumen Tupoksi
dan kompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudin Kesehatan Jakarta Utara,
2010) :
1. Memberikan pelayanan perizinan sarana farmasi, makanan dan minuman.
2. Mengendalikan mutu pelayanan farmakmin.
3. Membuat perencanaan kegiatan dan anggaran farmakmin.
4. KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) kepada customer.
5. Verifikasi berkas perizinan yang masuk (ditolak/dilanjutkan).
6. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan
kesehatan farmasi makanan dan minuman.
7. Membuat perencanaan kerja mingguan.
8. Membuat laporan laporan dan evaluasi kerja mingguan.
9. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi saran yang di tentukan. Subseksi
farmasi, makanan dan minuman.
Wewenang Subseksi Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin)
antara lain:
1. Menetapkan perencanaan kegiatan farmakmin.
2. Mewakili kepala seksi sesuai dengan kewenangan yang diberikan.
3. Mengendalikan kegiatan perizinan sarana farmakmin dan kegiatan binwasdal.
4. Merekomendasikan tertib atau tidaknya izin farmakmin.
Bagian farmakmin membawahi beberapa sub bagian diantaranya:
a. Pengelola Administrasi Farmakmin
Sub bagian pengelola administrasi Farmakmin memiliki tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
1. Mengkoordinir peninjauan lapangan.
2. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan atau penolakan.
3. Pemegang program kegiatan sosialisasi tenaga asisten apoteker,
penyuluhan keamanan pangan, dan pembinaan sarana pelayanan farmasi
makanan minuman.
4. Menerima berkas perizinan dan dicatat dalam buku register.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
24
Universitas Indonesia
5. Memberi nomor surat tugas dan rekap BAP.
6. Mengkoordinir kegiatan binwasdal ke lapangan untuk semua jenis sarana
pelayanan kesehatan farmakmin.
7. Membuat laporan kegiatan program (SPJ lengkap).
8. Konfirmasi ke pemohon untuk pelaksanaan inspeksi.
9. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana kesehatan
farmakmin.
10.Mengarsipkan surat izin/sertifikat.
11.Mencatat ke buku register untuk masing-masing sarana.
12.Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang di tentukan.
Sub bagian pengelola administrasi Farmakmin memiliki wewenang antara
lain:
1. Mewakili kepala seksi sumber daya kesehatan dalam pertemuan atau rapat
sesuai kewenangan.
2. Mengusulkan rencana kegiatan.
3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya.
b. Pengelola Apotek dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)
Sub bagian pengelola apotek dan IKOT memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke apotek dan IKOT.
2. Melaksanakan kegiatan sosialisasi tenaga asisten apoteker,
3. Mengkoordinir dan melaksanakan binwasdal ke lapangan untuk apotek dan
IKOT.
4. Membuat peencanaan maupun laporan kegiatan program.
5. Menerima laporan pemakaian narkotika dan psikotropika dan dicatat
dalam absensi apotek.
6. Mencatat laporan pemakaian narkotik dan psikotropika harian.
7. Merekap laporan pemakaian narkotika dan psikotropika per bulan.
8. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan
kasehatan farmakmin.
9. Membuat status kendali berkas perizinan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
25
Universitas Indonesia
10.Membuat laporan perizinan.
11.Menginput data perizinan dan pendataan sarana farmakmin.
12.Membuat laporan mingguan hasil inspeksi/pemeriksaan sarana yang di
tentukan.
13.Membuat jadwal kegiatan farmakmin, jadwal distribusi perbekalan alat
kesehatan.
14.Merevisi ceklist, formulir dan perubahan dokumen ISO.
Wewenang sub bagian pengelola apotek dan IKOT meliputi:
1. Mewakili kepala seksi sumber daya kesehatan dalam pertemuan atau rapat
sesuai kewenangan.
2. Mengusulkan rencana kegiatan.
3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya.
c. Pengelola industri rumah tangga pangan
Sub bagian pengelola industri rumah tangga pangan (IRTP) memiliki tugas
dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke industri rumah tangga pangan.
2. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan industri rumah tangga pangan.
3. Melaksanakan kegiatan sosialisasi industri rumah tangga pangan.
4. Mengkoordinir dan melaksanakan binwasdal ke lapangan untuk industri rumah
tangga pangan.
5. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program.
6. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan
kesehatan farmasi, makanan dan minuman.
7. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang di tentukan.
8. Membuat surat tugas insidental.
Wewenang dari sub bagian pengelola IRTP meliputi:
1. Mewakili kepala seksi sumber daya kesehatan dalam pertemuan atau rapat.
2. Mengusulkan rencana kegiatan.
3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya.
d. Pengelola Toko Obat
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
26
Universitas Indonesia
Sub bagian pengelola toko obat memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke toko obat.
2. Melaksanakan kegiatan sosialisasi toko obat.
3. Mengkoordinir dan melaksanakan binwasdal ke lapangan untuk toko obat.
4. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program.
5. Menerima dan menyimpan obat dan alat perbekalan kesehatan dalam gudang
obat dan dicatat dalam buku penerimaan dan kartu stok obat dan alat
perbekalan kesehatan.
6. Mendistribusikan obat buffer dan alat perbekalan kesehatan ke unit pelayanan
kesehatan dan dicatat dalam buku pengeluaran dan kartu stok obat.
7. Memeriksa laporan pemakaian dan lembar permintaan obat.
8. Memeriksa persentase pemakaian obat generik di Puskesmas.
9. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan
kesehatan farmasi makanan dan minuman.
10.Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang ditentukan.
Adapun wewenang subbagian pengelola toko obat yaitu
1. Mewakili kepala seksi dalam pertemuan atau rapat.
2. Mengusulkan rencana kegiatan.
3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya.
4. Mempunyai kewenangan untuk merekomendasikan diberikannya izin atau
tidak kepada sarana yang ditinjau kelapangan yang tidak memenuhi
persyaratan.
e. Penerima perizinan
Sub bagian penerima perizinan memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang perizinan kepada customer.
2. Menerima dan memeriksa kelengkapan berkas dan mengisi ceklist sesuai
dengan persyaratan permohonan izin.
3. Mencatat berkas permohonan izin kedalam buku register.
4. Menginput data berkas perizinan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
27
Universitas Indonesia
5. Membuat berita acara serah terima.
6. Mengisi blangko retribusi pembayaran dan diserahkan ke pemohon untuk
segera membayar ke kas daerah.
7. Menerima surat tanda terima pembayaran dari pemohon dan memberikan surat
izin/sertifikat asli kepada pemohon.
8. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan
kesehatan farmasi makanan dan minuman.
Wewenang dari subbagian penerima perizinan meliputi:
1. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi/pemeriksaan sarana yang di
tentukan.
2. Mengecek surat izin/sertifikat yang akan diparaf kepala subag TU dan
ditandatangani kepala sudin.
3.1.3 Tenaga Kesehatan
Tugas dan tanggung jawab bagian Tenaga Kesehatan (nakes) adalah
(Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudin
Kesehatan Jakarta Utara, 2009):
1. Membantu kepala seksi menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA)
dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) seksi sumber daya kesehatan.
2. Menyusun dan mengoordinasikan pembuatan jadwal pelaksanaan bimbingan
teknis tenaga kesehatan wilayah Jakarta Utara.
3. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
berdasarkan analisa kebutuhan diklat.
4. Mengoordinir pelaksanaan kegiatan penilaian calon tenaga kesehatan teladan di
puskesmas tingkat Kota Administrasi Jakarta Utara.
5. Mengoordinir pelaksanaan pembinaan tenaga kesehatan untuk lintas sektor
wilayah Jakarta Utara.
6. Membantu kepala seksi dalam pelaksanaan segala proses perizinan tenaga
kesehatan, mulai dari verifikasi berkas permohonan, kunjungan lapangan
sampai pencetakan izin tenaga kesehatan.
7. Melaksanakan tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga kesehatan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
28
Universitas Indonesia
Bagian nakes memiliki wewenang antara lain:
1. Mewakili kepala seksi sumber daya kesehatan dalam pertemuan atau rapat
2. Mengusulkan rencana program kegiatan tenaga kesehatan
3. Mengkoordinasi program kegiatan kepada seksi terkait
Bagian koordinator tenaga kesehatan membawahi beberapa subbagian
diantaranya:
a. Pengelola bimbingan teknis (bimtek)
Sub bagian pengelola bimtek memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
1. Menyiapkan dan membuat jadwal kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.
2. Memeriksa dan meneliti berkas permohonan perizinan tenaga perawat dan
perawat gigi yang masuk ke bagian tenaga kesehatan,menerbitkan surat izin
tenaga kesehatan tersebut.
3. Mengumpulkan data-data tenaga kesehatan yang ada di wilayah Jakarta Utara.
4. Melaksanakan tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga kesehatan.
Sub bagian pengelola Bimtek memiliki wewenang antara lain:
1. Mengusulkan rencana program kegiatan Bimtek.
2. Mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya.
b. Pengadministrasian umum
Subbagian pengadministrasian umum memiliki tugas dan tanggung jawab:
1. Melaksanakan pencatatan dan pendistribusian surat masuk di bagian
tenaga kesehatan.
2. Melaksanakan tugas kunjungan lapangan dalam hal perizinan tenaga kesehatan
penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa.
Adapun wewenang subbagian pengadministrasian umum yakni mencatat dan
mendistribusikan surat masuk di bagian tenaga kesehatan.
c. Pengelola Pendidikan dan Pelatihan ( Diklat)
Sub bagian Pengelola Diklat memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
1. Memproses surat masuk berkaitan dengan pelatihan dan pendidikan tenaga
kesehatan, membuat jadwal dan menginformasikan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
29
Universitas Indonesia
2. Memeriksa meneliti berkas permohonan perizinan tenaga dokter spesialis,
penata rontgen, tenaga fisioterapi, terapis wicara, refraksionis yang masuk ke
sub seksi tenaga kesehatan dan mencetak surat izin tenaga-tenaga kesehatan
tersebut.
3. Memproses surat masuk yang berasal dari institusi/akademik yang akan
melaksanakan praktek kerja lapangan di puskesmas-puskesmas di wilayah
Jakarta Utara.
4. Membuat laporan hasil kegiatan pelaksanaan praktek kerja lapangan para
mahasiswa dan melaporkannya ke kepala seksi sumber daya kesehatan.
5. Melaksanakan tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga kesehatan.
Adapun wewenang dari sub bagian pengelola Diklat adalah:
1. Mengusulkan rencana program kegiatan Diklat tenaga kesehatan
2. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya.
d. Pengelola pembinaan tenaga kesehatan
Sub bagian pengelola pembinaan tenaga kesehatan memiliki tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut:
1. Menyiapkan dan membuat jadwal kegiatan pembinaan tenaga kesehatan.
2. Memeriksa, meneliti berkas permohonan perizinan tenaga dokter, dokter gigi
dan bidan yang masuk ke bagian tenaga kesehatan, menerbitkan surat izin
tenaga kesehatan tersebut.
3. Melaksanakan tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga kesehatan.
4. Memberikan pretest dan memeriksa hasil pretest untuk mahasiswa akademi
kebidanan dan keperawatan yang praktek kerja lapangan di wilayah Jakarta
Utara.
5. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, dan
kesehatan jiwa.
Adapun wewenang subbagian pengelola tenaga kesehatan yaitu :
1. Mengusulkan rencana jadwal pelaksanaan kegiatan pembinaan tenaga
kesehatan.
2. Mengendalikan program kegiatan yang dibidanginya.
e. Pengarsip perizinan tenaga kesehatan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
30
Universitas Indonesia
Subbagian pengarsip perizinan tenaga kesehatan memiliki tugas dan
kewajiban sebagai berikut:
1. Melaksanakan pencatatan permohonan berkas tenaga kesehatan dan
mendistribusikannya ke Front Line Office.
2. Melaksanakan tugas kunjungan lapangan dalam hal perizinan tenaga
kesehatan.
Adapun wewenang pengarsip perizinan tenaga kesehatan yaitu mencatat dan
mendistribusikan surat masuk di bagian tenaga kesehatan.
3.2 Ruang Lingkup Perizinan
Sub seksi farmasi makanan minuman mempunyai tugas pokok untuk
melaksanakan perizinan, pengendalian, dan penilaian efektifitas pelayanan
kesehatan dalam bidang farmasi, makanan, dan minuman. Layanan perizinan yang
diberikan oleh farmakmin meliputi pemberian surat izin sarana dan surat izin
kerja. Adapun jenis surat izin tersebut sebagai berikut (Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara, 2010):
1. Untuk sarana kesehatan meliputi:
1). Izin Apotek
2). Izin Toko obat
3). Izin Industri kecil obat tradisional
4). Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)
5). Cabang/sub penyalur alat kesehatan
2. Untuk tenaga kesehatan meliputi:
1). Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)
dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK).
2). Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (SPKP).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
perizinan fasilitas pelayanan dan tenaga kesehatan ditetapkan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah. Ruang lingkup perizinan dari sarana kesehatan farmakmin
berdasarkan SK Gubernur Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 di Sudinkes Kota
Administrasi Jakarta Utara meliputi beberapa sarana.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
31
Universitas Indonesia
3.2.1 Apotek
Berdasarkan PP 51 tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan
kefarmasian yang dimaksud meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Permohonan izin
apotek diajukan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Berbeda dengan
daerah lainnya, di Jakarta, izin apotek diajukan di suku dinas kota administrasi
masing-masing. Persyaratan izin apotek adalah sebagai berikut (Departemen
kesehatan RI, 2002):
1. Surat permohonan izin apotek dari APA ditujukan kepada Kepala Suku Dinas
Kesehatan setempat di atas materai Rp. 6.000,00 dan dibuat rangkap tiga.
2. Fotokopi KTP Jabodetabek APA.
3. Fotokopi surat izin praktik apoteker (SIPA).
4. Surat keterangan lolos butuh bagi APA luar DKI Jakarta.
5. Fotokopi akte status bangunan (akte hak milik/sewa/kontrak) dilengkapi
dengan bukti kepemilikan.
6. Denah bangunan dan peta lokasi.
7. Surat izin usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan (UUG).
8. Daftar perlengkapan apotek.
9. Perlengkapan administrasi (etiket, kopi resep, form laporan narkotika, dll).
10.Surat pernyataan di atas materai Rp.6.000,00 dari APA bahwa yang
bersangkutan tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi dan tidak menjadi
APA di tempat lain.
11.Asli dan fotokopi surat izin dari atasan bagi APA PNS/ABRI/Pegawai instansi
pemerintahan lainnya.
12.Surat pernyataan di atas materai Rp.6.000,00 dari pemilik sarana apotek tidak
pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang
farmasi/obat, dan tidak akan ikut campur dalam pengelolaan obat.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
32
Universitas Indonesia
13.Daftar asisten apoteker.
14.Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi.
15.Akte (asli/legalisir) notaris perjanjian kerjasama APA dan Pemilik Sarana
Apotek (PSA).
16.Nomor pokok wajib pajak.
Pemberian izin apotek diberikan setelah suku dinas kesehatan melakukan
pemeriksaan terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.
Apabila APA berhalangan melakukan tugas pada jam buka apotek, APA
harus menunjuk apoteker pendamping dan jika berhalangan hadir lebih dari 3
bulan berturut-turut APA harus menunjuk apoteker pengganti. Jika APA
berhalangan melakukan tugasnya selama lebih dari 2 tahun secara terus menerus,
SIA atas nama apoteker bersangkutan dapat dicabut oleh suku dinas setempat.
Pencabutan SIA dapat disebabkan oleh:
1. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan.
2. Apoteker tidak memenuhi kewajibannya.
3. APA melakukan pelanggaran obat narkotika, psikotropika dan obat keras.
4. SIPA APA dicabut.
5. Pemilik sarana apotek terlibat pelanggaran perundang-undangan dalam bidang
obat.
6. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan .
Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan
secara tertulis kepada apoteker pengelola apotek sebanyak tiga kali berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan.
3.2.2 Toko Obat
Salah satu sarana pelayanan kefarmasian adalah toko obat. Berdasarkan PP
51Tahun 2009, toko obat adalah sarana yang memiliki izin untuk menyimpan
obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran.
Pendirian toko obat harus memiliki izin usaha melalui suku dinas kesehatan
setempat. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin
usaha toko obat antara lain (Departemen Kesehatan RI, 2002):
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
33
Universitas Indonesia
1. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada kepala sudin
kesehatan kota admimistrasi setempat sebanyak 3 rangkap, 1 rangkap di atas
materai Rp. 6000,00.
2. Surat pernyataan pemilik tidak menjual obat G, diatas materai Rp. 6000,00.
3. Surat pernyataan kesediaan asisten apoteker untuk menjadi pimpinan
/penanggung jawab teknis pada toko obat di atas materai Rp.6000,00.
4. Fotokopi KTP DKI Jakarta dari pemilik toko obat.
5. Pas foto pemilik dan asisten penanggung jawab 2 lembar ukuran 2x3.
6. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan.
7. Fotokopi ijazah, KTP dan SIKTTK.
8. Fotokopi status bangunan.
9. NPWP.
10.SIUP.
11.UUG.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1331/MenKes/SK/X/2002 pedagang eceran obat dipimpin oleh seorang asisten
apoteker sebagai penanggung jawab teknis. Dalam pelaksanaannya, pedagang
eceran obat hanya menjual obat bebas dan obat bebas terbatas dalam bungkusan
pabrik dan menjualnya secara eceran, dilarang menerima atau melayani resep
dokter, dilarang membuat atau mengemas obat kembali, dan menyimpan obat
bebas terbatas di lemari khusus.
Ketentuan fisik dan tempat toko obat yang harus diperhatikan berdasarkan
permenkes No.167/Kab/B.VII/72 yakni (Departemen kesehatan RI, 1972):
1. Harus memasang papan nama di depan toko yang mudah dilihat oleh umum
dengan tulisan ”TOKO OBAT BERIZIN” beserta nama toko obat, tulisan
”TIDAK MENERIMA RESEP DOKTER’’ dibagian sudut kanan atas harus
dicantumkan nomor surat izin.
2. Papan nama minimal berukuran lebar 40 cm dan panjang 60 cm, maksimal
150 cm.
3. Tulisan harus berwarna hitam di atas dasar putih, tinggi huruf paling sedikit 5
cm dan tebal paling sedikit 5 mm.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
34
Universitas Indonesia
4. Tidak memasang nama yang menyerupai apotek, pabrik obat atau PBF yang
memberi kesan seolah-olah toko obat tersebut adalah sebuah apotek, atau
berhubungan dengan pabrik atau PBF.
Perubahan fisik maupun non fisik dari toko obat dapat terjadi setiap saat.
Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak dari toko obat harus
mengajukan permohonan tertulis kepada seksi sumber daya kesehatan suku dinas
kesehatan setempat. Perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan)
terjadi jika :
1. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggung jawab teknis sarana kesehatan
toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya).
2. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat.
3. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan
lokasi.
4. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal
dunia maupun hal lainnya).
5. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak
Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan) terjadi jika ada
pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat atau perpanjangan izin sarana
kesehatan toko obat (Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta, 2002).
3.2.3 Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)
IKOT merupakan perusahaan yang memproduksi obat tradisional dengan
total aset tidak lebih dari enam ratus juta rupiah, tidak termasuk harga tanah dan
bangunan. Sebelum memperoleh izin usaha, IKOT harus memenuhi persetujuan
prinsip. Izin prinsip diberikan kepada pemohon untuk dapat langsung melakukan
persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi
peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui. Izin prinsip
berlaku selama tiga tahun. Izin usaha diberikan kepada pemohon yang telah
memenuhi beberapa persyaratan, di antaranya yaitu (Departemen Kesehatan,
1990):
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
35
Universitas Indonesia
1. Dilakukan perorangan warga negara Indonesia oleh badan hukum (Perseroan
Terbatas atau koperasi).
2. Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
3. Harus didirikan di tempat yang bebas pencemaran dan tidak mencemari
lingkungan.
4. Harus mempekerjakan secara tetap seorang apoteker warga negara Indonesia
sebagai penanggung jawab teknis.
5. Wajib mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik.
Persyaratan administratif yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin
IKOT, antara lain (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi
DKI Jakarta, 2002) :
1. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan ditujukan
kepada suku dinas kesehatan setempat rangkap 2 dan 1 rangkap di atas materai
Rp. 6000.
2. Akte pendirian perusahaan.
3. Ijazah Apoteker dan KTP DKI dari apoteker penanggung jawab teknis.
4. Surat perjanjian kerja sama antara apoteker dengan pihak perusahaan diatas
materai Rp 6000,00.
5. UUG.
6. Peta lokasi.
7. Denah ruangan produksi, kantor gudang bahan baku, dan gudang produk jadi.
8. Bentuk obat tradisional yang akan diproduksi.
9. Peralatan dan pengolahan serta pengemasan.
10.Peralatan laboratorium.
11.Sumber daya /energi yang dipakai.
12.Jumlah tenaga kerja.
13.Nilai investasi.
14.Rencana pemasaran.
15.Buku peraturan UU dibidang farmasi.
16.Status gedung.
17.Analisa dampak lingkungan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
36
Universitas Indonesia
18.Peralatan pengendalian pencemaran.
19.Fotokopi izin prinsip IKOT.
Perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan) terjadi jika :
1. Terjadi pergantian pimpinan/penanggung jawab sarana kesehatan IKOT (baik
karena meninggal dunia maupun hal lainnya).
2. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan IKOT.
3. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan IKOT tanpa pemindahan lokasi.
4. Terjadi pergantian penanggung jawab teknis sarana kesehatan IKOT (baik
karena meninggal dunia maupun hal lainnya).
5. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan IKOT hilang atau rusak.
Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan) dilakukan jika:
1. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan IKOT.
2. Terjadi perluasan/penambahan jenis produksi dari sarana kesehatan IKOT.
3.2.4 Industri rumah tangga pangan (IRTP)
Pangan menjadi salah satu kebutuhan manusia yang esensial. Berdasarkan
UU No. 7 1996 tentang pangan, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Pengolahan bahan pangan secara massal biasanya dilakukan di industri, salah
satunya industri rumah tangga pangan (IRTP). IRTP adalah perusahaan pangan
yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan
pangan manual hingga semi otomatis. Menurut keputusan kepala badan pengawas
obat makanan (BPOM) RI Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga (SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk :
1. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan
pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
37
Universitas Indonesia
2. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang
pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap
keselamatan konsumen.
3. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang
dihasilkan IRTP.
Syarat-syarat sertifikasi penyuluhan keamanan pangan (PKP), yaitu (Suku
Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2002):
1. Surat permohonan ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara
diatas materai Rp 6000.
2. Pas foto berwarna 3x4 sebanyak dua lembar.
3. Fotokopi KTP.
Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, yaitu
(Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2002):
1. Permohonan dari direktur/pimpinan ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara rangkap 2 (dua) dan 1 (satu) rangkap diatas materai Rp 6000.
2. Surat izin perindustrian / TDI (Tanda Daftar Industri) dari dinas/sudin
perindustrian (yang operasionalnya lebih dari dari lima juta rupiah).
3. Surat keterangan dari sudin perindustrian dan energi (yang operasionalnya
kurang dari dari lima juta rupiah).
4. Fotokopi sertifikat penyuluhan keamanan pangan pemilik/pemimpin.
5. Akte pendirian perusahaan, bila dalam bentuk CV lampirkan akte notaris.
6. Peta lokasi.
7. Denah ruangan produksi.
8. Rancangan etiket.
9. Fotokopi KTP pemilik.
10.Pasfoto pemilik 3 x 4 cm 2 lembar.
11.Data produk makanan yang akan diproduksi.
12.Khusus untuk pengemasan kembali harus ada surat keterangan dari asal
produk.
13.Status gedung (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat, bila sewa
lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi KTP pemilik.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
38
Universitas Indonesia
Berikut ini tahapan pelaksanaan SPP-IRT:
1. Pengajuan Permohonan
Pengajuan permohonan SPP–IRT diajukan kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota melalui dinkes. Permohonan ditolak apabila produknya berupa
susu dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku,
pangan kaleng berasam rendah, pangan bayi, minuman berakohol, air minum
dalam kemasan, pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI, dan pangan
lain yang ditetapkan oleh Badan POM
2. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan
Penyelenggara penyuluhan keamanan pangan adalah pemerintah daerah
kabupaten/kota melalui dinkes. Penyuluhan dilakukan oleh tenaga penyuluh yang
memiliki sertifikat penyuluh pangan yang dikeluarkan oleh Badan POM RI
peserta Balai Besar/Balai POM setempat. Peserta PKP adalah pemohon SPP–IRT
baik sebagai pemilik maupun penanggung jawab PP–IRT. Materi penyuluhan
terdiri dari materi utama dan materi pelengkap. Materi utama meliputi:
1) Berbagai jenis bahaya (biologi, kimia dan fisik) cara menghindari dan
memusnahkannya.
2) Higiene dan sanitasi sarana PP-IRT.
3) Peraturan perundangan tentang keamanan pangan penggunaan BTP, label dan
iklan pangan.
Sedangkan materi pelengkap PKP meliputi:
1) Pengemasan dan penyimpanan produk IRT.
2) Pengembangan usaha PP-IRT.
3) Pemeriksaan Sarana Produksi
Tenaga pemeriksa sarana produksi merupakan petugas yang telah memiliki
sertifikat inspektur pangan IRTP yang dikeluarkan oleh Badan POM RI melalui
Balai Besar/Balai POM setempat. Pedoman pemeriksaannya mengacu keputusan
Kepala Badan POM RI No. 00.05.51641 tentang pedoman pemeriksaan sarana
produksi pangan IRT. Persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT adalah
hasil pemeriksaan nilai mutu sarana produksi minimal cukup.
3. Sertifikasi produksi pangan IRT (SPP-IRT)
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
39
Universitas Indonesia
Jenis & persyaratan penerbitan sertifikat:
1) Sertifikat penyuluhan keamanan pangan
Pemilik/penanggung jawab lulus penyelenggaraan penyuluhan keamanan
pangan.
2) Sertifikat Produksi Pangan-IRT
Berita acara pemeriksaan sarana produksi pangan minimal cukup sertifikat
untuk satu jenis pangan IRT. Perubahan dan penambahan jenis pangan dapat
dilakukan apabila industri rumah tangga telah mengikuti penyuluhan keamanan
pangan dan hasil pemeriksaan minimal cukup. Pencabutan atau pembatalan
sertifikat dilakukan apabila IRT melanggar peraturan di bidang pangan, nama
pemilik tidak sesuai dengan yang ada di sertifikat, produk tidak aman dan tidak
layak dikonsumsi.
3.2.5 Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), Surat Izin Praktek
Apoteker (SIPA) dan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA).
Berdasarkan Permenkes No.889 /Menkes/Per/V/2011 tenaga kefarmasian
terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang meliputi sarjana farmasi,
ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten
apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja.
Surat izin sebagaimana dimaksud berupa (Kementerian kesehatan RI, 2011):
1. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian; di
Apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau
praktek bersama.
2. SIPA bagi apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian.
3. SIKA bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas
distribusi atau penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan melalui
pedagang besar farmasi, penyalur alat kesehatan, instalasi sediaan farmasi dan
alat kesehatan milik pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota atau produksi sediaan farmasi berupa industri farmasi
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
40
Universitas Indonesia
obat, industri bahan baku obat, industri obat tradisional, pabrik kosmetika dan
pabrik lain.
4. SIKTTK bagi tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.
SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian
atau SIKA hanya diberikan untuk satu tempat fasilitas kefarmasian. Apoteker
penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian berupa puskesmas dapat
menjadi apoteker pendamping di luar jam kerja. SIPA bagi apoteker pendamping
dapat diberikan untuk paling banyak 3 tempat fasilitas pelayanan kefarmasian.
SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 tempat fasilitas kefarmasian.
SIPA, SIKA, atau SIKTTK dikeluarkan oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA, SIKA, atau
SIKTTK masih tetap berlaku selama:
1. STRA atau STRTTK masih berlaku.
2. Tempat praktik/bekerja masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPA,
SIKA, atau SIKTTK.
Berdasarkan PP 51/2009, STRA berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. STRA masih berlaku selama
STRA belum dicabut dan masih belum habis masa berlakunya. STRA atau
STRTTK dapat dicabut karena:
1. Permohonan yang bersangkutan.
2. Pemilik STRA atau STRTTK tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental
untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan surat keterangan
dokter.
3. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian.
4. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan
putusan pengadilan.
Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan
kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tempat pekerjaan kefarmasian
dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:
1. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
41
Universitas Indonesia
2. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi
atau distribusi/penyaluran.
3. Surat rekomendasi dari organisasi profesi.
4. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua)
lembar.
5. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus
dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian
pertama, kedua, atau ketiga.
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota harus menerbitkan SIPA atau
SIKA paling lama 20 hari kerja sejak surat permohonan diterima.
Untuk memperoleh SIKTTK, tenaga teknis kefarmasian mengajukan
permohonan kepada kepala dinas kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIKTTK harus melampirkan:
1. Fotokopi STRTTK.
2. Surat pernyataan apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan
pekerjaan kefarmasian.
3. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun tenaga teknis
kefarmasian.
4. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak dua lembar dan 3 x 4 sebanyak dua
lembar.
5. Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan secara tegas
permintaan SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua,
atau ketiga.
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota harus menerbitkan SIKTTK paling
lama 20 hari kerja sejak surat permohonan diterima.
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat mencabut SIPA, SIKA atau
SIKTTK karena:
1. Atas permintaan yang bersangkutan.
2. STRA atau STRTTK tidak berlaku lagi.
3. Yang bersangkutan tidak bekerja pada tempat yang tercantum dalam surat izin.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
42
Universitas Indonesia
4. Yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk
menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan pembinaan dan pengawasan
dan ditetapkan dengan surat keterangan dokter.
5. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian berdasarkan rekomendasi
KFN.
6. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan
dengan putusan pengadilan.
Pencabutan sebagaimana yang dimaksud dikirimkan kepada pemilik SIPA,
SIKA, atau SIKTTK dengan tembusan kepada direktur jenderal, kepala dinas
kesehatan provinsi, dan organisasi profesi atau organisasi yang menghimpun
tenaga teknis kefarmasian.
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota wajib melaporkan pelaksanaan
pemberian SIPA, SIKA, dan SIKTTK serta pencabutannya setiap tiga bulan sekali
kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Kepala dinas kesehatan provinsi wajib
melaporkan rekapitulasi pemberian SIPA, SIKA, dan SIKTTK serta
pencabutannya setiap 6 bulan sekali kepada direktur jenderal.
3.2.6 Cabang/Sub penyalur Alat Kesehatan
Berdasarkan PP RI. No.72 Tahun 1998, alat kesehatan adalah bahan,
apparatus, mesin, implant, yang tidak mengandung bahan obat yang digunakan
untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Penyaluran alat kesehatan
hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang telah memiliki izin sebagai
penyalur dari menteri. Dalam pelaksanaannya, penyalur menunjuk perwakilan
usaha yang mendapat izin untuk melaksanakan penyaluran alat kesehatan atau
yang dikenal sebagai cabang/sub penyalur alat kesehatan (Dinas kesehatan, 2002).
Berikut ini persyaratan izin cabang sub penyalur alat kesehatan di sudinkes
Jakarta utara:
1. Surat permohonan dari direktur/pimpinan UPAK ditujukan kepada sudinkes
Jakarta Utara sebanyak 3 (tiga) rangkap dan 1(satu) rangkap diatas materai Rp.
6000,00.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
43
Universitas Indonesia
2. Akte pendirian perusahaan beserta perubahannya, yang disahkan notaris.
3. Surat penunjukan dari UPAK sebagai sub/cabang penyalur Alkes di atas
materai Rp 6000,00.
4. Fotokopi izin PAK Pusat (yang menunjuk).
5. Denah ruangan.
6. Peta lokasi.
7. SIUP.
8. NPWP.
9. UUG.
10.Domisili perusahaan.
11.Data penanggung jawab (lampirkan ijazah dan sertifikat keahlian atau
pengalaman kerja di bidang alat kesehatan).
Sebelum memperoleh izin, petugas suku dinas kesehatan melakukan
pemeriksaan terhadap kelengkapan surat Permohonan, kesesuaian luas
kantor/direktur, luas gudang, dan jumlah karyawan, perlengkapan administrasi
(kartu persediaan, kartu penjualan) dan membuat berkas acara pemeriksaan.
Perubahan perizinan dapat dilakukan karena adanya beberapa faktor. Berikut ini
perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan) (Dinas kesehatan,
2002):
1. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan C/SPAK (baik karena meninggal
dunia maupun lainnya).
2. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan C/SPAK.
3. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan C/SPAK tanpa pemindahan lokasi.
4. Terjadi karena surat izin sarana kesehatanC/SPAK hilang atau rusak.
Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan):
1. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan C/SPAK.
2. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatanC/SPAK.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
44
Universitas Indonesia
BAB 4PEMBAHASAN
Suku Dinas Kesehatan dibentuk pada bulan Januari 2009. Suku Dinas
Kesehatan ini merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan
Suku Dinas Kesehatan Masyarakat, dimana sebelumnya kedua suku dinas ini
dipisah, hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi berdasarkan
Perda No. 10 tahun 2008. Saat ini, d i DKI Jakarta terdapat enam Suku Dinas
yang terdapat di enam wilayah yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat,
Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Pulau Seribu. Masing-masing Suku
Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan serta mempunyai
tugas pokok melaksanakan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat.
Satuan kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara terdiri dari 1 subbagian
(tata usaha) dan 4 seksi (seksi kesehatan masyarakat, seksi pelayanan kesehatan,
seksi sumber daya kesehatan, dan seksi pengendalian masalah kesehatan). Seksi
Sumber Daya Kesehatan (SDK) membawahi 3 subseksi, yaitu bagian
Standarisasi Manajemen Kesehatan, Koordinator Farmasi, Makanan, dan
Minuman (Farmakmin), dan bagian Tenaga Kesehatan.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Utara lebih ditekankan pelaksanaan dan pengamatan pada
subseksi Farmasi, Makanan dan Minuman (Farmakmin) karena pelaksanaan
teknis kebijakan tentang kefarmasian terpusat di bidang tersebut. Subseksi
farmakmin secara umum bertanggung jawab dalam pemberian perizinan dan
melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (binwasdal).
Pelaksanaan perizinan di Sudinkes Jakarta utara meliputi perizinan sarana
kesehatan seperti apotek, toko obat, industri kecil obat tradisional (IKOT),
sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT), dan cabang/sub
penyalur alat kesehatan serta pemberian izin terhadap tenaga kesehatan. Sejak
diberlakukan permenkes No.889/Menkes/Per/V/2011 pada 1 juni 2011, perizinan
surat izin praktek atau surat izin kerja apoteker (SIPA atau SIKA) dilimpahkan ke
suku dinas kabupaten/kota. Selain itu, Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA)
berubah penamaannya menjadi Surat Izin Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK).
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
45
Universitas Indonesia
Proses pelayanan perizinan yang dilakukan di Sudinkes Jakarta Utara
dilakukan dengan sistem satu pintu, artinya seluruh proses perizinan dilakukan di
Front Line Office (FLO) dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan. Pemohon
mengajukan surat permohonan izin sarana kesehatan kemudian berkas diterima
oleh petugas di FLO dan diverifikasi. Dalam hal ini semua berkas perizinan baik
yang tidak memerlukan peninjauan lapangan misal perizinan Surat Izin Praktek
Dokter maupun untuk yang memerlukan peninjauan lapangan harus lengkap.
Setelah semua berkas diperiksa lengkap, kemudian dimasukkan dalam komputer
(input data) dan dibawa ke bagian Tata Usaha untuk mendapatkan nomor urut dan
pengelompokkan sesuai seksi yang berwenang. Seluruh berkas tersebut
diserahkan ke seksi yang berwenang untuk selanjutnya di proses. Sebelum izin
dikeluarkan, akan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan lapangan untuk
perizinan yang memerlukan tinjauan lapangan. Tujuan dari pemeriksaan lapangan
ini untuk melihat kesesuaian sarana dan prasarana dengan persyaratan yang
ditetapkan. Jika hasil pemeriksaan memenuhi syarat maka izin dapat dikeluarkan,
jika hasil pemeriksaan belum memenuhi syarat tetapi dapat dipenuhi pemohon
dalam waktu kurang dari 12 hari kerja, maka izin ditunda, dan apabila pemohon
tidak dapat memenuhi kekurangan persyaratan di lokasi sarana pelayanan, maka
permohonan izin akan ditolak. Izin yang akan dikeluarkan, disahkan terlebih
dahulu oleh Kepala Sudinkes Jakarta Utara. Surat izin yang telah disahkan
diserahkan kembali ke FLO untuk diserahkan kepada pemohon. Pemohon dapat
mengambil izinnya setelah membayar biaya retribusi ke kas daerah dan
menunjukkan bukti pembayarannya ke FLO. Khusus untuk IKOT, perizinannya
terdiri dari 2 jenis yaitu izin prinsip dan izin tetap. Izin prinsip yaitu izin yang
diberikan kepada pemohon untuk dapat melakukan persiapan-persiapan dan usaha
pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi peralatan, dan lain-lain pada
lokasi yang disetujui, sedangkan izin tetap yaitu izin yang diberikan kepada
pemohon untuk dapat melakukan kegiatan operasional penuh karena semua
persyaratan sudah terpenuhi.
Pada masa PKPA di Sudinkes Jakarta Utara, dilakukan satu kali
kunjungan dalam rangka pelayanan perizinan pendirian apotek di wilayah Jakarta
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
46
Universitas Indonesia
Utara. Kunjungan dilakukan untuk melakukan peninjauan lokasi apotek yang akan
didirikan oleh seorang pemilik sarana apotek (PSA). Untuk peninjauan lokasi ini,
petugas Sudinkes Jakarta Utara sebelumnya membuat janji bertemu dengan
penanggung jawab apotek pada waktu yang disepakati kedua belah pihak. Petugas
dari Sudinkes Jakarta Utara kemudian datang ke lokasi dengan membawa dan
menunjukkan surat penugasan yang telah ditandatangani Kepala Sudin. Di lokasi,
petugas mengisi berita acara pemeriksaan (BAP). Hasil temuannya, kelengkapan
fisik apotek sudah cukup baik, meskipun ada beberapa kekurangan dalam jumlah
pengadaan peralatan yang harus ada di apotek. Berkas yang dicantumkan pada
permohonan perizinan sudah sesuai dengan kenyataan. Pihak apotek diberi waktu
untuk segera membenahi kekurangan-kekurangan dalam hal peralatan di apotek
selama izin masih dalam proses.
Seksi Farmakmin juga melakukan fungsi pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian (Binwasdal). Proses pembinaan dilakukan terhadap sarana
pelayanan kesehatan misalnya apotek dan PIRT. Pembinaan terhadap apotek
meliputi pemberian informasi akan pentingnya pelaporan narkotika, kelengkapan
sarana apotek seperti kartu stok, penaraan timbangan, dan pentingnya kehadiran
apoteker di apotek untuk menjamin kerasionalan pengobatan, serta keharusan
apotek untuk membeli obat pada tempat yang resmi. Pembinaan ini dilakukan
untuk memberikan kesadaran akan pentingnya pelaporan narkotika karena
diketahui penyalahgunaan narkotika dapat membahayakan masyarakat.
Pembinaan terhadap PIRT yaitu pemberian informasi akan pentingnya
penggunaan cara produksi yang baik dan penggunaan bahan-bahan makanan yang
aman untuk dikonsumsi.
Proses pengawasan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan atau
inspeksi mendadak pada sarana pelayanan kesehatan yang dipilih secara acak.
Tujuannya adalah untuk melihat apakah sarana kesehatan tersebut menjalankan
usahanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelanggaran yang biasa ditemui
antara lain toko obat menjual obat keras, apotek tidak tidak melakukan pelaporan
narkotika, tidak ada asisten apoteker ataupun apoteker, tidak rapinya administrasi,
penjualan obat tanpa resep dokter, kebersihan lingkungan IKOT atau IRTP yang
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
47
Universitas Indonesia
kurang baik, dan lain-lain. Program pengawasan ini dilakukan langsung Sudinkes
saat peninjauan langsung ke lapangan ataupun temuan Balai POM. Temuan dari
balai POM ditindaklanjuti oleh sudinkes dengan memeriksa sarana kesehatan
tersebut.
Program Binwasdal di Sudinkes Jakarta Utara ini dilakukan secara berkala
dan juga secara spontan apabila terdapat laporan mengenai sarana pelayanan
kesehatan. Program Binwasdal yang dilakukan secara berkala misalnya pada
tahun 2011, sebelum hari raya idul fitri atau hari natal Sudinkes Jakarta Utara
melakukan inspeksi terhadap keamanan makanan seperti parsel dan bahan
makanan lainnya di pasar-pasar tradisional hingga swalayan. Sudinkes melakukan
pengecekan terhadap waktu kadaluwarsa dan juga produk tanpa nomor izin edar.
Inspeksi tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan makanan yang akan
dikonsumsi oleh masyarakat. Penertiban toko obat oleh sudinkes juga dilakukan
setahun sekali dengan mengecek ketersediaan obat bebas dan obat bebas terbatas,
serta kemungkinan dijualnya obat keras. Selain itu dilakukan secara berkala
inspeksi terhadap jajanan anak sekolah di wilayah Jakarta Utara yang dijual oleh
para pedagang eceran. Petugas mengambil sampel jajanan dengan cara membeli
secara acak jajanan yang dijual tanpa sepengetahuan pedagang. Sampel jajanan
tersebut kemudian diuji keamanannya. Apabila hasil uji tersebut menunjukkan
terdapat bahan berbahaya seperti bahan yang mengandung pewarna tekstil atau
borax, atau produk yang mengandung bahan yang melebihi konsentrasi, petugas
Sudinkes Jakarta Utara melakukan penelusuran terhadap pabrik yang
memproduksi produk jajanan tersebut. Setelah diketahui pabriknya, petugas
Sudinkes Jakarta Utara melakukan inspeksi terhadap pabrik tersebut. Setelah
melakukan inspeksi, petugas Sudinkes Jakart Utara memberikan teguran kepada
pihak pabrik sekaligus memberikan pembinaan, apabila beberapa kali teguran dan
peringatan tidak dihiraukan, maka Sudinkes Jakarta Utara berhak mencabut izin
usaha tersebut.
Setiap pelaksanaan binwasdal dibuat berita acara dan dilanjutkan dengan
pembinaan terhadap saryankes yang melakukan pelanggaran sedangkan produk
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
48
Universitas Indonesia
dan obat yang tidak layak serta terkait dengan pelanggaran diamankan oleh
BPOM.
Program Binwasdal ini sebelumnya sudah direncanakan untuk jangka
waktu tertentu. Namun kadang kala timbul hambatan yang menyebabkan
Binwasdal ini tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana. Ketidaksesuaian ini
bisa terjadi karena program Binwasdal sangat tergantung pada adanya anggaran,
Selain itu, masalah lain yang terjadi adalah keterbatasan sumber daya manusia,
dimana setiap staf di seksi Farmakmin sudah memiliki bidang pekerjaan masing-
masing, satu staf mengurusi satu atau dua sarana.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
49
Universitas Indonesia
BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara melaksanakan
tugas dan fungsi dalam upaya pelaksanaan kegiatan pembinaan dan
pengembangan kesehatan masyarakat.
5.1.2 Tugas pokok dan fungsi bagian Koordinator Farmasi, Makanan, dan
Minuman yaitu memberikan layanan perizinan, pembinaan, pengawasan,
dan pengendalian terhadap sarana Apotek, Toko Obat (pedagang eceran
obat), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Sub Penyalur Alat
Kesehatan, dan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), serta pembuatan
Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK), Surat Izin
Praktek Apoteker (SIPA) dan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA).
5.1.3 Prosedur perizinan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Utara khususnya yang dilakukan Seksi Farmasi, Makanan, dan Minuman
sudah tertata dengan jelas yaitu melalui sistem satu pintu serta sudah
dilaksanakan dengan baik, sedangkan kegiatan Binwasdal yang dilakukan
oleh Sudinkes Jakarta Utara dilakukan melalui pemberian informasi dan
inspeksi, juga sudah dilakukan tetapi masih belum optimal.
5.2 Saran
5.2.1 Perlu adanya peningkatan jumlah SDM di bidang subseksi farmakmin
untuk mempermudah pelaksanaan binwasdal terhadap sarana pelayanan
kesehatan.
5.2.2. Kegiatan-kegiatan binwasdal yang telah dilakukan perlu ditingkatkan
dalam rangka sosialisasi informasi, serta untuk meningkatkan kesadaran
dan pengetahuan tenaga kesehatan maupun pemilik sarana kesehatan.
5.2.3 Perlu adanya peningkatan alokasi anggaran untuk program Binwasdal.
5.2.4 Bekerjasama dengan pihak terkait dalam menindak atau menertibkan
personel dan atau sarana kesehatan yang belum mempunyai izin atau
melanggar peraturan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
50
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan PengawasObat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 Tentang Pedoman TataCara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1972). Peraturan Menteri KesehatanNomor 167/Kab/B.VII /1972 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia No. 246/Menkes/Per/V/1990 Tentang Izin UsahaIndustri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1996). Undang-Undang No. 7 Tahun1996 Tentang Pangan. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1998). Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan sediaan farmasi danalat kesehatan. Jakarta
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan AtasPeraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 TentangKetentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri KesehatanRI No.1331/Menkes/SK/X/2002. Tentang Perubahan Atas PeraturanMenteri Kesehatan RI No.167 / KAB / B.V I I I / 1972. Tentang PedagangEceran Obat. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Pembinaan Pengawasandan Pengendalian Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan MinumanProvinsi DKI Jakarta. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2006). Pedomanpelayanan kefarmasian di puskesmas. Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2010). MateriPelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta.
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DerahKhusus Ibukota Jakarta No. 10 Tahun 2008. Jakarta.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
Universitas Indonesia
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Keputusan Menteri KesehatanRI No. HK.03.01/60/I/2010. Rencana Strategis kementrian kesehatan 2010-2014. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia No.889/Menkes/Per/V/2011 tentang registrasi, izinpraktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian. Jakarta.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2010). Dokumen Tupoksi dan KompetensiSeksi Sumber Daya Kesehatan Sudin Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2010). Pedoman mutu Suku DinasKesehatanJakarta utara. Jakarta.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta utara. (2010). Prosedur Pemberian Izin Saranadan Praktik Tenaga Kesehatan FMM. Suku Dinas Kesehatan. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (1945). Undang-Undang Dasar Republik IndonesiaTahun 1945 Pasal 28H ayat (1). Jakarta.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
53
Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Jakarta Utara
Kepala Suku DinasKesehatan Jakarta utara
Sub Bagian Tata usaha
Umum Kepegawaian Keuangan Perencanaan&Anggaran
Seksi Kesehatan Seksi Pelayanan Seksi Sumber Daya Seksi PengendalianMasyarakat Kesehatan Kesehatan Masalah Kesehatan
Gizi&Plam Yankes Dasar Standarisasi Manajemen Kesehatan LingkunganPSM Kesehatan
Binkesga Gadar& Farmasi Makanan Penyakit Menular danBencana dan Minuman Tidak Menular
Promkes & Yankes Tenaga Kesehatan SurvailansInformasi Spesialistik&Kesehatan Tradisional
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
54
Lampiran 2. Formulir Permohonan Izin Apotek
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
55
Lampiran 3. Format Surat Izin Apotek
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
56
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
57
Lampiran 4. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
58
Lampiran 5. Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat)
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
59
Lampiran 6. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
60
Lampiran 7. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
EVALUASI HASIL SURVEY KEPUASAN PELANGGAN DANKINERJA PELAYANAN PERIZINAN
SUKU DINAS KESEHATANKOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
PERIODE JULI-OKTOBER 2012
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
LIA AMALIA ULFAH, S.Farm.1106153290
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOKJUNI 2013
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
ii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. iDAFTAR ISI.......................................................................................... iiDAFTAR TABEL. ................................................................................ ivDAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang .................................................................... 11.2 Tujuan .................................................................................. 3
BAB 2. TINJAUAN UMUM SUKU2.1 Definisi Pelayanan Publik ................................................... 42.2 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara .................................... 4
2.3 Seksi Sumber Daya Kesehatan ........................................... 52.3.1 Bagian Farmasi Makanan dan Minuman .................... 52.3.2 Bagian Tenaga Kesehatan........................................... 72.3.3 Bagian Standarisasi Manajemen Mutu ....................... 7
2.4 Kepuasan Pelanggan/ Masyarakat ..................................... 82.5 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)................................. 11
2.5.1 Definisi IKM .............................................................. 112.5.2 Manfaat IKM ............................................................. 122.5.3 Unsur IKM................................................................. 122.5.4 Penyelenggara IKM ................................................... 14
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus................... 153.2 Tahapan Pelaksanaan ........................................................... 153.3 Jumlah Responden ............................................................... 153.4 Metode Pengumpulan Data .................................................. 153.5 Bentuk Jawaban ................................................................... 163.6 Pengolahan Data .................................................................. 16
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 19
BAB 5. PENINJAUAN KINERJA PELAYANAN PERIZINANBAGIAN FARMASI MAKANAN DAN MINUMANSUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASIJAKARTA UTARA5.1 Perizinan Apotek Periode Juli-Oktober 2012 .................... 255.2 Perizinan Toko Obat Periode Juli-Oktober 2012 ............. 255.3 Perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Periode
Juli-Oktober 2012 .............................................................. 265.4 Kinerja Pelayanan Perizinan Bagian Farmasi Makanan
dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.......... 28
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
iii
Universitas Indonesia
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan .............................................................................. 296.2 Saran...................................................................................... 29
DAFTAR ACUAN .............................................................................................................................. 31
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
iv
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kategorisasi Mutu Pelayanan.................................................. 18Tabel 4.1 Indeks Kepuasan Masyarakat per unsur pelayanan .................. 19Tabel 4.2 Analisa jawaban kuesioner pelanggan per unsur pelayanan ..... 20Tabel 5.1 Data perizinan apotek periode Juli-Oktober 2012.................... 25Tabel 5.2 Data perizinan toko obat periode Juli-Oktoer 2012 .................. 25Tabel 5.3 Data perizinan PIRT periode Juli-Oktober 2012 .................... 26
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
v
v
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengolahan Indeks Kepuasan Pelanggan Suku DinasKesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara periode Juli
-Oktober 2012...................................................................... 33Lampiran 2. Kuesioner Survey Kepuasan Pelanggan Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara ...................... 36
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
1
Universitas Indonesia
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan
/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Pelayanan publik merupakan tanggungjawab pemerintah dan dilaksanakan
oleh instansi pemerintah, baik itu di pusat, di daerah, maupun di lingkungan
Badan Usaha Milik Negara. Pelayanan publik berbentuk pelayanan barang publik
maupun pelayanan jasa.
Dengan diberlakukannya Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, diamanatkan bahwa Pemerintah Daerah wajib meningkatkan
kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas–asas
umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberikan
perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan
wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang berkaitan dengan
kebutuhan dasar masyarakat.
Untuk mengetahui sejauh mana pelayanan publik telah mampu memenuhi
harapan masyarakat di suatu daerah maka diperlukan upaya–upaya untuk selalu
memperbaiki pelayanan sehingga sesuai dengan perkembangan zaman dan
harapan masyarakat pada saat ini. Salah satu bentuk evaluasi perbaikan pelayanan
publik adalah melakukan survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM).
IKM adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang
diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat
masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan
publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
2
Universitas Indonesia
Indeks Kepuasan Masyarakat ( IKM ) wajib dilaksanakan oleh seluruh unit
penyelenggara pelayanan publik sebagaimana diamanatkan oleh Undang–Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan didukung oleh Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road
Map Reformasi Birokrasi 2010–2014 dan pelaksanaannya diatur oleh Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan
Instansi Pemerintah.
Adapun dasar hukum penilaian Indeks Kepuasan Masyarakat adalah :
1. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik ;
2. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan
Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah kepada Masyarakat ;
3. Keputusan MenPAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik ;
4. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah ;
5. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan
Akuntabilitas dalam Penyelenggaran Pelayanan Publik ;
6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
118/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penanganan Pengaduan
Masyarakat bagi Instansi Pemerintah.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker penulis dilakukan di Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, pada Seksi Sumber Daya
Kesehatan, Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). Suku
Dinas Kesehatan ini mempunyai tugas melaksanakan binwasdal (pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian) terhadap masalah yang berkaitan dengan
kesehatan di wilayah Jakarta Utara. Selain itu, suku dinas kesehatan ini juga
mempunyai kewenangan pemberian izin apotek, toko obat, sertifikat penyuluhan
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
3
Universitas Indonesia
bagi industri rumah tangga pangan dan sub penyalur alat kesehatan. Kinerja unit
pelayanan ini pun perlu terus ditingkatkan, salah satunya dengan cara penilaian
terhadap tingkat kualitas pelayanannya. Penilaian kualitas pelayanan ini dilakukan
melalui survey kepuasan pelanggan untuk memperoleh data mengenai kinerja
pelayanan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
Oleh karena itu, dalam tugas khusus ini mahasiswa Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara melakukan evaluasi
hasil survey kepuasan pelanggan dan kinerja pelayanan perizinan yang dikerjakan
oleh bagian Farmasi Makanan dan Minuman periode Juli-Oktober 2012.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan tugas khusus ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami cara pengolahan data survey kepuasan pelanggan
terhadap pelayanan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara untuk memperoleh
nilai indeks kepuasan masyarakat (IKM).
2. Menginterpretasikan nilai IKM yang diperoleh sebagai gambaran tentang
kinerja pelayanan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
3. Melakukan peninjauan terhadap kinerja pelayanan perizinan bagian Farmasi
Makanan dan Minuman ditinjau dari segi lama perizinan untuk memeriksa
pemenuhan kriteria sasaran mutu 12 hari kerja.
4. Mengevaluasi survey kepuasan pelanggan dan kinerja pelayanan perizinan di
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
4
Universitas Indonesia
BAB 2TINJAUAN UMUM
2.1 Definisi Pelayanan Publik
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
Kep/25/M.Pan/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, pelayanan publik adalah segala
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya
disebut penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi,
lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan
pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk
kegiatan pelayanan publik. Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan
barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalarn
peraturan perundang-undangan.
2.2 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara
Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu “Menjadi Suku
Dinas Kesehatan yang profesional menuju Jakarta Utara sehat untuk semua”.
Untuk mewujudkan visi tersebut, misi yang ditetapkan yaitu (Suku dinas
kesehatan Jakarta utara, 2010):
1. Meningkatkan kompetensi seluruh sumber daya manusia (SDM) di jajaran
Suku dinas kesehatan Jakarta utara.
2. Mengembangkan pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi.
3. Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja.
4. Meningkatkan sistem informasi yang cepat, tepat, dan dapat
dipertanggungjawabkan berbasis komputer.
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
5
Universitas Indonesia
6. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih sehat serta untuk
penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana.
7. Meningkatkan kualitas dan waktu respon pelayanan kesehatan gawat darurat
dan bencana.
8. Meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi
profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan masyarakat di Jakarta utara.
9. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat.
2.3 Seksi Sumber Daya Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta No. 150 Tahun 2009)
Seksi sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja lini suku dinas
kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi
sumber daya kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas kesehatan. Seksi ini
membawahi tiga bagian, yaitu:
Bagian Farmasi Makanan dan Minuman
Bagian Tenaga Kesehatan
Bagian Standarisasi manajemen kesehatan
2.3.1 Bagian Farmasi Makanan dan Minuman
Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman
di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya didelegasikan ke Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi adalah:
a. Apotek (apotek kerjasama, apotek profesi, apotek rakyat dan depo obat atau
depo farmasi)
b. Toko Obat
c. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)
d. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)
e. Sertifikasi kelayakan olahan atau produksi makanan minuman rumah tangga
atau pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
6
Universitas Indonesia
Pedoman Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan di Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara :
1. Pemohon melakukan proses pendaftaran pada loket pendaftaran dan
menyerahkan berkas kepada customer service unit Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) di Kantor Walikota.
2. Petugas memeriksa kelengkapan berkas sesuai syarat-syarat yang sudah
ditetapkan, jika memenuhi maka petugas merekam permohonan dan
menerbitkan surat tanda terima berkas/bukti pengajuan pembuatan izin untuk
diserahkan kepada pemohon. Selanjutnya tanda terima tersebut digunakan
untuk proses pengambilan surat izin atau sertifikat bila sudah selesai diproses.
3. Berkas permohonan izin kemudian diserahkan kepada bagian tata usaha
Sudinkes Jakut disertai dengan berita acara serah terima berkas untuk
perizinan sarana kesehatan, kemudian berkas tersebut diteruskan ke Bagian
Farmasi Makanan dan Minuman untuk menyeleksi kelengkapan dan
memproses berkas. Jika berkas tidak memenuhi syarat, maka berkas akan
dikembalikan ke customer service di Kantor Walikota.
4. Jika berkas di atas telah memenuhi syarat, maka Bagian Farmasi Makanan
dan Minuman akan membuat surat tugas untuk melakukan peninjauan lokasi
(Penlok).
5. Setelah Penlok dilakukan, Bagian Farmasi Makanan dan Minuman membuat
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Peninjauan Lokasi. Berdasarkan BAP
Peninjauan Lokasi, dapat diputuskan bahwa permohonan izin “Disetujui” jika
kondisi di lokasi sarana pelayanan telah memenuhi persyaratan, “Ditunda”
jika belum memenuhi persyaratan tetapi dapat dipenuhi oleh pemohon dalam
waktu kurang dari 12 hari kerja, dan “Ditolak" bila pemohon tidak dapat
memenuhi kekurangan persyaratan di lokasi sarana pelayanan, dan berkas
akan dikembalikan ke customer service Kantor Walikota.
6. Bagian Farmasi Makanan dan Minuman memproses surat izin dan bukti
bayar retribusi SKRD jika pelayanan/sarana yang bersangkutan telah
memenuhi persyaratan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
7
Universitas Indonesia
7. Surat Izin/Sertifikat dan SKRD yang belum disahkan selanjutnya diserahkan
oleh TU ke sekretaris untuk proses pengesahan Kepala Sudinkes Jakut.
8. Surat izin/Sertifikat dan SKRD yang telah disahkan, diserahkan kembali
kepada petugas customer service Kantor Walikota melalui TU Sudinkes
Jakut.
9. Nomor Surat Izin sarana kesehatan serta SKRD dicatat di buku register dan
komputer, selanjutnya berkas diarsipkan oleh Bagian Farmasi Makanan dan
Minuman.
10. Pemohon melakukan pembayaran retribusi berdasarkan SKRD di Kantor
Walikota dan dapat mengambil Surat Izin dengan menunjukkan bukti bayar
SKRD.
2.3.2 Bagian Tenaga Kesehatan
Ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang
proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi adalah :
a. Surat Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
b. Surat Izin Praktik Medis (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dan Dokter
gigi spesialis)
c. Surat Izin Kerja Perawat
d. Surat Izin Kerja Perawat Gigi
e. Surat Izin Praktik Bidan
f. Surat Izin Kerja Radiografer
g. Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien
h. Surat Izin Praktik Fisioterapis
i. Surat Izin Praktik Terapis Wicara
2.3.3 Bagian Standardisasi Manajemen Kesehatan
Tugas dan tanggung jawab bagian standarisasi manajemen kesehatan
adalah (Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan
Sudin Kesehatan Jakarta Utara, 2009):
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
8
Universitas Indonesia
1. Memastikan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu
ditetapkan, diterapkan, dan dipelihara.
2. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan.
3. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan
sistem manajemen mutu kepada puskesmas.
4. Melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi forum komunikasi manajemen
mutu di tingkat kota administrasi Jakarta utara.
5. Melaksanakan fasilitas peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,
assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan.
6. Mengusulkan perencanaan dan alokasi anggaran program mutu.
7. Merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal,
eksternal serta tinjauan manajeman dalam rangka penerapan sistem
manajemen mutu.
2.4 Kepuasan Pelanggan/ Masyarakat
Menurut Irawan (2002), kepuasan adalah persepsi terhadap produk atau
jasa yang telah memenuhi harapan, pelanggan merasa puas jika persepsinya sama
atau lebih dari yang diharapkan. Disini terlihat bahwa kepuasan adalah respon
permulaan dari konsumen, hasil penilaian dari konsumen bahwa produk atau
pelayanan telah memberikan tingkatan kenikmatan dimana tingkat pemenuhannya
bisa lebih atau kurang.
Tjiptono (1997) mengutip beberapa definisi kepuasan diantaranya,
menurut Tse dan Wilton bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan/user
adalah merupakan respon pelanggan/user terhadap ketidaksesuaian yang
dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan
pemakainya. Jadi kepuasan konsumen/user pada dasarnya mencakup perbedaan
antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan oleh konsumen/user.
Kepuasan ini hanya terbentuk apabila pelanggan merasa puas atas pelayanan yang
diterima mereka. Kepuasan pelanggan (masyarakat) dapat dicapai apabila aparatur
pemerintah yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan
mampu untuk melaksanakan pelayanan dengan baik.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
9
Universitas Indonesia
Sedangkan menurut Gerson (2002:5), kepuasan pelanggan adalah sebuah
produk/jasa memenuhi atau melampaui harapannya. Selanjutnya Kottler (dalam
Supranto, 2001:230), mengemukakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang
atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi
(kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya).
Menurut Mahmoedin (1995:69-71), dalam berperilaku hendaknya petugas
pelayanan mempunyai sikap-sikap :
1. Tanggung jawab
Petugas pelayanan harus bertanggung jawab atas setiap pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya, dengan menyelesaikannya sampai tuntas dengan
baik tanpa menimbulkan masalah yang timbul dari pekerjaannya, kecuali
masalah tersebut penyelesaiannya berada diluar jangkauannya.
2. Tabah
Petugas pelayanan harus tabah menghadapi kesulitan-kesulitan yang
timbul dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seperti tidak boleh
cepat emosi. Selain itu sikap tabah antara lain, jika terjadi kerusakan atau
gangguan pada komputer petugas harus tenang dan meminta bantuan petugas
lain yang mengerti komputer untuk memperbaikinya serta memberitahukan
mengenai adanya kerusakan teknis agar mereka tidak gusar.
3. Tenang
Petugas janganlah mudah panik bila banyak masyarakat yang datang dan
minta dilayani dengan baik dan cepat. Berusahalah tetap tenang, sebab dengan
kepanikan tidaklah menyelesaikan masalah, tetapi hanyalah menambah
kalutnya situasi. Sikap tenang ini antara lain jika masyarakat yang datang untuk
dilayani banyak jumlahnya sedangkan jumlah petugas yang ada terbatas, maka
harus dihadapi dengan tenang dimohon menunggu giliran untuk bersabar
sesuai dengan urutannya.
4. Rajin
Kerajinan petugas yang melayani ini sangat diharapkan seperti membaca
ulang peraturan dan meneliti kembali buku catatan yang berhubungan dengan
tugas pelayanan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
10
Universitas Indonesia
5. Toleran
Petugas yang melayani harus bersikap toleran dan memiliki sikap
tenggang rasa serta bisa menghargai pendapat orang lain.
6. Ikut memiliki
Petugas pelayanan harus mempunyai sifat rasa memiliki terhadap kantor
yang menjadi tempat kerjanya. Sikap ini antara lain berwujud dalam hemat
energi dengan cara mematikan lampu disaat tidak digunakan, dan hemat
menggunakan alat tulis kantor.
7. Bersungguh-sungguh
Petugas pelayanan harus bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya
bekerja penuh perhatian dan ketelitian serta penuh dedikasi walaupun tanpa
diawasi oleh atasannya, seperti tidak menggunakan komputer untuk permainan
di saat masih jam kerja.
8. Ramah dan simpatik
Sikap yang ramah dari petugas pelayanan menunjukkan nilai lebih dari
petugas itu sendiri. Sikap yang ramah dan simpatik terlihat dari ucapan dan
perbuatan petugas. Sikap itu antara lain membantu masyarakat yang kesulitan
yang datang kepadanya dan membantu masyarakat dalam menyelesaikan
urusannya.
9. Pengabdian
Pengabdian yang sungguh-sungguh dari petugas pelayanan di tempat
bekerja akan memajukan tempat bekerja tersebut. Bentuk dari pengabdian ini
antara lain, menjaga nama baik kantor tempat bekerja, memelihara peralatan
kantor, mematuhi jam kerja dengan baik.
10.Sopan
Petugas pelayanan harus bersikap sopan terhadap masyarakat yang
dilayaninya. Sikap yang sopan ini akan memberikan citra yang baik terhadap
kantor tempatnya bekerja.
Sesuai SK Menpan No. 61/1993 memuat pedoman dasar bagi tata laksana
pelayanan umum oleh lembaga pemerintah kepada masyarakat. Semua layanan
umum diharapkan dapat mengandung unsur-unsur :
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
11
Universitas Indonesia
a) Kesederhanaan : pelayanan umum harus mudah, cepat, lancar,
tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan
mudah dilaksanakan.
b) Kejelasan dan kepastian : dalam hal prosedur pelayanan, persyaratan
pelayanan, unit dan pejabat yang
bertanggung jawab, hak dan kewajiban
petugas maupun pelanggan, dan pejabat
yang menangani keluhan.
c) Keamanan : proses dan hasil pelayanan harus aman dan
nyaman, serta memberikan kepastian
hukum.
d) Keterbukaan : segala sesuatu tentang proses pelayanan
harus disampaikan secara terbuka kepada
masyarakat, diminta atau tidak diminta.
e) Efisien : tidak perlu terjadi duplikasi persyaratan oleh
beberapa pelayanan sekaligus.
f) Ekonomis : biaya pelayanan ditetapkan secara wajar
dengan mempertimbangkan nilai layanan,
daya beli masyarakat, dan peraturan
perundangan lainnya.
g) Keadilan : pelayanan harus merata dalam hal jangkauan
dan pemanfaatannya.
h) Ketepatan waktu : tidak perlu berlama-lama.
2.5 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) (Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No KEP.25/M.PAN/2/ 2004)
2.5.1 Definisi IKM
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang
tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara
kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
12
Universitas Indonesia
dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara
harapan dan kebutuhannya.
IKM digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara
berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan delam rangka peningkatan
kualitas pelayanan publik selanjutnya. Bagi masyarakat, IKM dapat digunakan
sebagai gambaran tentang kinerja pelayanan unit yang bersangkutan.
2.5.2 Manfaat IKM
Dengan tersedianya data IKM secara periodik, dapat diperoleh manfaat
sebagai berikut:
a. Diketahui kelemahan atau kekurangan dari masing-masing unsur dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
b. Diketahui kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh
unit pelayanan publik secara periodik.
c. Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya yang perlu
dilakukan.
d. Diketahui indeks kepuasan masyarakat secara menyeluruh terhadap hasil
pelaksanaan pelayanan publik pada lingkup pemerintah pusat dan daerah.
e. Memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara pelayanan pada lingkup
pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan
f. Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang kinerja unit pelayanan.
2.5.3 Unsur IKM
Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam
keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang
“relevan”, “valid” dan “reliabel”, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk
dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
13
Universitas Indonesia
2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yatu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung
jawabnya).
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung
jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang
dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada
masyarakat.
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling
menghargai dan menghormati.
10.Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
11.Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan.
12.Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
13.Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang
bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada
penerima pelayanan
14.Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
14
Universitas Indonesia
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
resiko yang diakibatkan pelaksanaan pelayanan.
2.5.4 Penyelenggara IKM
Apabila dilaksanakan secara swakelola, perlu membentuk Tim penyusunan
indeks kepuasan masyarakat yang terdiri dari:
1. Pengarah.
2. Pelaksana yang terdiri dari:
a. Ketua.
b. Anggota sekaligus sebagai surveyor sebanyakbanyaknya 5 orang.
3. Sekretariat sebanyak-banyaknya 3 orang.
Apabila dilaksanakan oleh unit independen yang sudah berpengalaman,
perlu dilakukan melalui “Perjanjian kerja sama” dengan unit independen. Unit
independen tersebut dapat dilaksanakan oleh:
1. Badan Pusat statistik (BPS).
2. Perguruan Tinggi (Pakar).
3. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
4. Pelaku Usaha.
5. Kombinasi dari unit tersebut 1 s.d. 4.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
15
Universitas Indonesia
BAB 3METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus
Tugas khusus ini dibuat selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 7-
18 Januari 2013 di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara pada
Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Koordinator Farmasi, Makanan, dan
Minuman.
3.2 Tahapan Pelaksanaan
3.3 Jumlah Responden
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
KEP/25/M.PAN/2/2004 responden dipilih secara acak yang ditentukan sesuai
dengan cakupan wilayah masing-masing unit pelayanan. Untuk memenuhi akurasi
hasil penyusunan indeks, responden terpilih ditetapkan minimal 150 orang dari
jumlah populasi penerima layanan, dengan dasar (“Jumlah unsur” + 1) x 10 =
jumlah responden (14 +1) x 10 = 150 responden. Pada survey yang dilakukan di
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, survey dilakukan terhadap 57 responden
yang merupakan pelanggan yang memanfaatkan pelayanan jasa Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data diambil dari hasil survey kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh
Sudinkes Jakut. Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan oleh Sudinks Jakut
menggunakan metode wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
PENGUMPULAN DATA
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
PENYUSUNAN LAPORAN
15
Universitas Indonesia
BAB 3METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus
Tugas khusus ini dibuat selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 7-
18 Januari 2013 di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara pada
Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Koordinator Farmasi, Makanan, dan
Minuman.
3.2 Tahapan Pelaksanaan
3.3 Jumlah Responden
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
KEP/25/M.PAN/2/2004 responden dipilih secara acak yang ditentukan sesuai
dengan cakupan wilayah masing-masing unit pelayanan. Untuk memenuhi akurasi
hasil penyusunan indeks, responden terpilih ditetapkan minimal 150 orang dari
jumlah populasi penerima layanan, dengan dasar (“Jumlah unsur” + 1) x 10 =
jumlah responden (14 +1) x 10 = 150 responden. Pada survey yang dilakukan di
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, survey dilakukan terhadap 57 responden
yang merupakan pelanggan yang memanfaatkan pelayanan jasa Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data diambil dari hasil survey kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh
Sudinkes Jakut. Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan oleh Sudinks Jakut
menggunakan metode wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
PENGUMPULAN DATA
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
PENYUSUNAN LAPORAN
15
Universitas Indonesia
BAB 3METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus
Tugas khusus ini dibuat selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 7-
18 Januari 2013 di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara pada
Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Koordinator Farmasi, Makanan, dan
Minuman.
3.2 Tahapan Pelaksanaan
3.3 Jumlah Responden
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
KEP/25/M.PAN/2/2004 responden dipilih secara acak yang ditentukan sesuai
dengan cakupan wilayah masing-masing unit pelayanan. Untuk memenuhi akurasi
hasil penyusunan indeks, responden terpilih ditetapkan minimal 150 orang dari
jumlah populasi penerima layanan, dengan dasar (“Jumlah unsur” + 1) x 10 =
jumlah responden (14 +1) x 10 = 150 responden. Pada survey yang dilakukan di
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, survey dilakukan terhadap 57 responden
yang merupakan pelanggan yang memanfaatkan pelayanan jasa Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data diambil dari hasil survey kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh
Sudinkes Jakut. Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan oleh Sudinks Jakut
menggunakan metode wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
16
Universitas Indonesia
Lembar kuesioner IKM dibagikan pada saat jam pelayanan di lokasi unit
pelayanan publik. Pada saat masyarakat datang untuk mengurus suatu pelayanan
maka pengguna layanan akan dipersilahkan untuk mengisi kuesioner yang telah
disediakan dalam kurun waktu antara Bulan Juli – Oktober 2012.
3.5 Bentuk Jawaban
Bentuk jawaban pertanyaan dari setiap unsur pelayanan secara umum
mencerminkan tingkat kualitas pelayanan, yaitu dari yang sangat baik sampai
dengan tidak baik. Untuk kategori tidak baik diberi nilai persepsi 1, kurang baik
diberi nilai persepsi 2, baik diberi nilai persepsi 3, sangat baik diberi nilai persepsi
4. penilaian terhadap unsur prosedur pelayanan, bila :
1. Diberi nilai 1 (tidak mudah) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan tidak
sederhana, alurnya tidak mudah, loket/tahapan untuk memperoleh layanan
terlalu banyak, sehingga prosesnya tidak efektif.
2. Diberi nilai 2 (kurang mudah) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan masih
belum mudah, sehingga prosesnya belum efektif.
3. Diberi nilai 3 (mudah) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan dirasa mudah,
sederhana, tidak berbelit-belit tetapi masih perlu diefektifkan.
4. Diberi nilai 4 (sangat mudah) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan dirasa
sangat mudah, sangat sederhana, sehingga prosesnya mudah dan efektif.
3.6 Pengolahan Data
Kuesioner yang telah terisi kemudian dikumpulkan dan diolah secara
kuantitatif dengan menggunakan aplikasi Excel. Proses dan analisis data sesuai
dengan petunjuk dalam Keputusan MENPAN Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004,
sehingga terstandardisasi secara nasional.
Metode pengolahan data yang digunakan untuk mendapatkan nilai IKM
adalah “nilai rata-rata tertimbang“ masing-masing unsur pelayanan. Dalam
penghitungan indeks kepuasan masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang
dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki penimbang yang sama dengan rumus
sebagai berikut:
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
17
Universitas Indonesia
Setelah data isian kuesioner terkumpul kemudian dihitung nilai indeks
kepuasan masyarakat dengan rumus sebagai berikut:
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 –
100 maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar 25,
dengan rumus sebagai berikut:
Pengolahan data secara manual dilakukan sebagai berikut:
1. Data isian kuesioner dari setiap responden dimasukkan ke dalam formulir
mulai dari unsur 1 (U1) sampai dengan unsur 14 (U14);
2. Langkah selanjutnya untuk mendapatkan nilai rata-rata per unsur pelayanan
dan nilai indeks unit pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata per unsur pelayanan
Nilai masing-masing unsur pelayanan dijumlahkan (ke bawah) sesuai
dengan jumlah kuesioner yang diisi oleh responden, kemudian untuk
mendapatkan nilai rata-rata per unsur pelayanan, jumlah nilai masing-masing
unsur pelayanan dibagi dengan jumlah responden yang mengisi.
Untuk mendapatkan nilai rata-rata tertimbang per unsur pelayanan,
jumlah nilai rata-rata per unsur pelayanan dikalikan dengan 0,1 sebagai nilai
bobot rata-rata tertimbang.
b. Nilai indeks pelayanan
Sebagaimana diketahui bahwa kategorisasi mutu pelayanan
berdasarkan Keputusan Menpan Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 adalah
sebagai berikut:
IKM = x Nilai
penimbang
Bobot nilai rata-rata = = = 0,071
IKM Unit Pelayanan x 25
17
Universitas Indonesia
Setelah data isian kuesioner terkumpul kemudian dihitung nilai indeks
kepuasan masyarakat dengan rumus sebagai berikut:
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 –
100 maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar 25,
dengan rumus sebagai berikut:
Pengolahan data secara manual dilakukan sebagai berikut:
1. Data isian kuesioner dari setiap responden dimasukkan ke dalam formulir
mulai dari unsur 1 (U1) sampai dengan unsur 14 (U14);
2. Langkah selanjutnya untuk mendapatkan nilai rata-rata per unsur pelayanan
dan nilai indeks unit pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata per unsur pelayanan
Nilai masing-masing unsur pelayanan dijumlahkan (ke bawah) sesuai
dengan jumlah kuesioner yang diisi oleh responden, kemudian untuk
mendapatkan nilai rata-rata per unsur pelayanan, jumlah nilai masing-masing
unsur pelayanan dibagi dengan jumlah responden yang mengisi.
Untuk mendapatkan nilai rata-rata tertimbang per unsur pelayanan,
jumlah nilai rata-rata per unsur pelayanan dikalikan dengan 0,1 sebagai nilai
bobot rata-rata tertimbang.
b. Nilai indeks pelayanan
Sebagaimana diketahui bahwa kategorisasi mutu pelayanan
berdasarkan Keputusan Menpan Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 adalah
sebagai berikut:
IKM = x Nilai
penimbang
Bobot nilai rata-rata = = = 0,071
IKM Unit Pelayanan x 25
17
Universitas Indonesia
Setelah data isian kuesioner terkumpul kemudian dihitung nilai indeks
kepuasan masyarakat dengan rumus sebagai berikut:
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 –
100 maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar 25,
dengan rumus sebagai berikut:
Pengolahan data secara manual dilakukan sebagai berikut:
1. Data isian kuesioner dari setiap responden dimasukkan ke dalam formulir
mulai dari unsur 1 (U1) sampai dengan unsur 14 (U14);
2. Langkah selanjutnya untuk mendapatkan nilai rata-rata per unsur pelayanan
dan nilai indeks unit pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata per unsur pelayanan
Nilai masing-masing unsur pelayanan dijumlahkan (ke bawah) sesuai
dengan jumlah kuesioner yang diisi oleh responden, kemudian untuk
mendapatkan nilai rata-rata per unsur pelayanan, jumlah nilai masing-masing
unsur pelayanan dibagi dengan jumlah responden yang mengisi.
Untuk mendapatkan nilai rata-rata tertimbang per unsur pelayanan,
jumlah nilai rata-rata per unsur pelayanan dikalikan dengan 0,1 sebagai nilai
bobot rata-rata tertimbang.
b. Nilai indeks pelayanan
Sebagaimana diketahui bahwa kategorisasi mutu pelayanan
berdasarkan Keputusan Menpan Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 adalah
sebagai berikut:
IKM = x Nilai
penimbang
Bobot nilai rata-rata = = = 0,071
IKM Unit Pelayanan x 25
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
18
Universitas Indonesia
Tabel 3.1. Kategorisasi Mutu Pelayanan
Nilai IntervalIKM
Nilai IntervalKonversi IKM
MutuPelayanan
Kinerja UnitPelayanan
1,00 – 1,75 25,00 – 43,75 D TIDAK BAIK1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C KURANG BAIK2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B BAIK3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A SANGAT BAIK
Untuk mendapatkan nilai indeks unit pelayanan, dengan cara
menjumlahkan 14 unsur dari nilai rata-rata tertimbang. Hasil nilai indeks
unit pelayanan kemudian diklasifikasikan ke dalam empat interval
tersebut.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
19
Universitas Indonesia
BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil survey IKM dan Nilai Rata-Rata (NRR) per unsur pada unit
pelayanan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara dapat
ditampilkan sebagai berikut :
Tabel 4.1. Indeks Kepuasan Masyarakat per unsur pelayanan
No Unsur PelayananNilai Rata-Rata
Per UnsurPelayanan
Nilai Rata-RataTertimbang PerUnsur Pelayanan
1. Prosedur pelayanan 3,017 0,2142. Persyaratan pelayanan 3,103 0,2203. Kejelasan petugas pelayanan 3,121 0,2224. Kedisiplinan petugas pelayanan 3,069 0,2185. Tanggung jawab petugas
pelayanan3,172 0,225
6. Kemampuan petugas pelayanan 3,155 0,2247. Kecepatan Pelayanan 3,086 0,2198. Keadilan mendapatkan pelayanan 3,121 0,2229. Kesopanan dan keramahan
petugas3,103 0,220
10. Kewajaran biaya pelayanan 3,069 0,21811. Kepastian biaya pelayanan 3,086 0,21912. Kepastian jadwal pelayanan 3,069 0,21813. Kenyamanan lingkungan 3,086 0,21914. Keamanan pelayanan 3,207 0,228IKM unit pelayanan 3,086Nilai IKM setelah dikonversi 77,15Mutu Pelayanan BKinerja Unit Pelayanan Baik
Tabel 4.1 menunjukkan Nilai IKM 77,15 dapat disimpulkan bahwa
Kategorisasi Mutu Pelayanan “B” dan Kinerja Unit Pelayanan adalah BAIK. Jika
dilihat dari Nilai Rata-Rata (NRR) unsur pelayanan, unsur yang memiliki Nilai
tertinggi adalah unsur “Keamanan pelayanan” (3,207), sedangkan unsur dengan
Nilai Rata-Rata terendah adalah unsur “Prosedur pelayanan” (3,017).
Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pelayanan paling
tinggi diperoleh dari keamanan pelayanan, maka dapat disimpulkan bahwa
keamanan di front line office menurut pelanggan sudah sesuai prosedur dan
pelanggan merasa aman, sedangkan tingkat kepuasaan paling rendah berada pada
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
20
Universitas Indonesia
prosedur pelayanan. Pelanggan mengeluhkan bahwa prosedur pelayanan kurang
sederhana atau berbelit-belit.
Unsur pelayanan yang masih mendapatkan nilai dibawah rata-rata semua
unsur (3.086) dan perlu mendapatkan perhatian untuk diperbaiki dan ditingkatkan
sebagai berikut :
a. Kedisiplinan petugas pelayanan ( NRR 3.069 )
b. Kewajaran biaya pelayanan ( NRR 3.069 )
c. Kepastian jadwal pelayanan ( NRR 3.069 )
Tabel 4.2. Analisa jawaban kuesioner pelanggan per unsur pelayanan
No. Unsur Pelayanan
Jumlah Pelanggan PersentasePelanggan
MerasaPuas
(Nilai 3dan 4)
MerasaTidakPuas
(Nilai 1dan 2)
TidakMengisi
MerasaPuas
(Nilai 3dan 4)
MerasaTidakPuas
(Nilai 1dan 2)
1. Prosedur pelayanan 55 2 - 96,49% 3,51%2. Persyaratan pelayanan 56 1 - 98,25% 1,75 %3. Kejelasan petugas
pelayanan56 1 - 98,25% 1,75 %
4. Kedisiplinan petugaspelayanan
56 1 - 98,25% 1,75 %
5. Tanggung jawabpetugas pelayanan
56 1 - 98,25% 1,75 %
6. Kemampuan petugaspelayanan
56 1 - 98,25% 1,75 %
7. Kecepatan Pelayanan 54 3 - 94,74 % 5,26 %8. Keadilan mendapatkan
pelayanan55 2 - 96,49% 3,51%
9. Kesopanan dankeramahan petugas
56 1 - 98,25% 1,75 %
10. Kewajaran biayapelayanan
50 2 - 87,72% 12,28%
11. Kepastian biayapelayanan
543
-94,74 % 3,51%
12. Kepastian jadwalpelayanan
534
-92,98 % 7,02 %
13. Kenyamananlingkungan
561
-98,25% 1,75 %
14. Keamanan pelayanan 56 1 - 98,25% 1,75 %
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
21
Universitas Indonesia
Berikut ini penjelasan analisa per unsur pelayanan pada Tabel 4.2 :
Pada unsur prosedur pelayanan sebanyak 55 pelanggan merasa puas, artinya
mereka menilai bahwa prosedur pelayanan mudah dinilai dari alur pelayanan
yang sederhana. Terdapat 2 pelanggan yang merasa tidak puas atau menilai
prosedur pelayanan kurang mudah.
Pada unsur persyaratan pelayanan sebanyak 56 pelanggan merasa puas, artinya
mereka menilai bahwa persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan
untuk mendapatkan pelayanan sesuai. Terdapat 1 pelanggan yang merasa tidak
puas atau menilai bahwa persyaratan pelayanan yang diperlukan kurang sesuai.
Pada unsur kejelasan petugas sebanyak 56 pelanggan merasa puas, artinya
mereka menilai bahwa petugas pelayanan memberikan informasi dengan
jelassaat melayani. Terdapat 1 pelanggan yang merasa tidak puas atau menilai
bahwa petugas tidak/kurang jelassaat melayani.
Pada unsur kedisiplinan petugas sebanyak 56 pelanggan merasa puas, artinya
mereka menilai bahwa petugas pelayanan disiplin saat melayani. Terdapat 1
pelanggan yang merasa tidak puas atau menilai bahwa petugas tidak/kurang
disiplin saat melayani.
Pada unsur tanggung jawab petugas sebanyak 56 pelanggan merasa puas,
artinya mereka menilai bahwa petugas bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan. Terdapat 1 pelanggan yang tidak
puas atau menilai bahwa petugas pelayanan kurang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
Pada unsur kemampuan petugas pelayanan 56 pelanggan merasa puas, artinya
mereka menilai bahwa petugas memiliki keahlian dan keterampilan yang
cukup dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan. Terdapat 1 pelanggan
yang tidak puas atau menilai bahwa petugas kurang mampu dalam memberikan
pelayanan.
Pada unsur kecepatan pelayanan 54 pelanggan merasa puas, artinya mereka
menilai bahwa target waktu pelayanan dapat diselesaikan sesuai dengan yang
telah ditetapkan oleh unit pelayanan. Terdapat 3 pelanggan yang merasa tidak
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
22
Universitas Indonesia
puas atau menilai bahwa target waktu pelayanan tidak dapat diselesaikan sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh unit pelayanan.
Pada unsur keadilan mendapatkan pelayanan 55 pelanggan merasa puas,
artinya mereka menilai bahwa pelayanan yang diberikan adil bagi setiap
pelanggan. Terdapat 2 pelanggan yang merasa tidak puas atau menilai bahwa
yang diberikan tidak adil.
Pada unsur kesopanan dan keramahan petugas sebanyak 56 pelanggan merasa
puas, artinya mereka menilai bahwa petugas bersikap sopan dan ramah ketika
melayani. Terdapat 1 pelanggan yang merasa tidak puas atau menilai bahwa
petugas kurang sopan dan ramah ketika melayani.
Pada unsur kewajaran biaya pelayanan sebanyak 50 pelanggan merasa puas,
artinya mereka menilai bahwa besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit
pelayanan terjangkau. Terdapat 7 pelanggan yang merasa tidak puas atau
menilai bahwa besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan
tidak/kurang terjangkau.
Pada unsur kepastian biaya pelayanan sebanyak 54 pelanggan merasa puas,
artinya mereka menilai bahwa biaya pelayanan sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Terdapat 3 pelanggan yang merasa tidak puas atau menilai
bahwa biaya pelayanan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Pada unsur kepastian jadwal pelayanan sebanyak 53 pelanggan merasa puas,
artinya mereka menilai bahwa pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Terdapat 4 pelanggan yang merasa tidak puas
atau menilai bahwa pelaksanaan waktu pelayanan tidak sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Pada unsur kenyamanan lingkungan sebanyak 56 pelanggan merasa puas,
artinya mereka menilai bahwa kondisi sarana dan prasarana pelayanan bersih,
rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman. Terdapat 1
pelanggan menilai bahwa kondisi sarana dan prasarana tidak nyaman.
Pada unsur keamanan pelayanan sebanyak 56 pelanggan merasa puas, artinya
mereka menilai bahwa pelanggan merasa aman saat mendapatkan pelayanan.
Terdapat 1 pelanggan yang merasa tidak aman saat mendapatkan pelayanan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
23
Universitas Indonesia
Berdasarkan analisa data pada Tabel 4.2, paling banyak pelanggan yang
merasa puas yaitu pada unsur persyaratan pelayanan, kedisiplinan petugas pelayanan,
kejelasan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan, kemampuan petugas
pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, kenyamanan lingkungan, dan keamanan
pelayanan. Sehingga unsur-unsur tersebut harus tetap dipertahankan. Sedangkan
yang paling banyak pelanggan tidak puas yaitu pada kepastian jadwal pelayanan.
Sehingga unsur tersebut seharusnya menjadi perhatian untuk diperbaiki.
Dari hasil analisa seluruh unsur pelayanan pelanggan yang merasa puas
jauh lebih banyak dibandingkan pelanggan yang merasa tidak puas, yang
menunjukkan kualitas pelayanan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara sudah baik.
Namun adanya pelanggan yang merasa tidak puas juga harus menjadi evaluasi
agar kualitas pelayanan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara secara
berkesinambungan terus diadakan perbaikan.
Pada survey kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara ini, data yang diambil hanya dari 57 responden. Hal ini
dikarenakan lembar kuesioner yang terkumpul selama bulan Juli-Oktober
sejumlah 57 responden. Adapun alasan dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara
sendiri yaitu petugas yang memberikan lembar kuesioner adalah petugas di bagian
front office dan bukan petugas khusus survey. Petugas di bagian front office yang
langsung berhubungan dengan pelanggan terkadang lupa untuk memberikan
lembar kuesioner saat pelanggan menerima pelayanan di tempat tersebut. Selain
itu, penyebaran pembagian kuesioner kepada masyarakat lainnya yang menerima
pelayanan dari Suku Dinas tersebut belum dilaksanakan secara berkala dan
merata. Jumlah responden yang digunakan untuk survey kepuasan pelanggan
tersebut belum sesuai dengan aturan pemerintah yang tertuang dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 yang
menyatakan bahwa untuk memenuhi akurasi hasil penyusunan indeks, responden
terpilih ditetapkan minimal 150 orang dari jumlah populasi penerima layanan,
dengan dasar (“Jumlah unsur” + 1) x 10 = jumlah responden (14 +1) x 10 = 150
responden. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan terhadap
proses penyelenggaraan survey kepuasan pelanggan di Suku Dinas Jakarta Utara
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
24
Universitas Indonesia
seperti kejelasan petugas penyelenggara survey dan kejelasan tugas-tugasnya,
sehingga penyelenggaraan survey diharapkan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
25
Universitas Indonesia
BAB 5PENINJAUAN KINERJA PELAYANAN PERIZINAN BAGIAN FARMASI
MAKANAN DAN MINUMAN SUKU DINAS KESEHATAN KOTAADMINISTRASI JAKARTA UTARA
5.1 Perizinan Apotek Periode Juli-Oktober 2012
Tabel 5.1. Data perizinan apotek periode Juli-Oktober 2012
No. Nama Apotek Lama Perizinan(Hari Kerja)
1 Century 13 hari2 Guardian Sunter 12 hari3 Amox 11 hari4 Mitra Sehat 20 hari5 Sampang Ingat 12 hari6 Cosway Pharma 17 hari7 Cosway Pharma Sunter 17 hari8 Century Pad III 9 hari9 Dunia Sehat 14 hari10 Samudra 13 hari11 911 9 hari12 Cosway K6 14 hari13 Laguna Sehat 6 hari14 Iva Farma 12 hari
Tabel 5.1 menunjukkan terdapat 14 permohonan izin apotek selama
periode Juli-Oktober 2012, dimana terdapat 7 perizinan diproses lebih dari 12 hari
kerja yang dihitung sejak berkas permohonan lengkap dan 7 perizinan yang
diproses kurang dari 12 hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat 50%
perizinan apotek yang diproses lebih dari 12 hari.
5.2 Perizinan Toko Obat Periode Juli-Oktober 2012
Tabel 5.2 Data perizinan toko obat periode Juli-Oktoer 2012
No Nama Toko Obat Lama perizinan (Hari Kerja)1. Bintang 16 hari2. Sentosa 21 hari3. Supreme Ginseng 11 hari
4. Bong Tjen Siong 10 hari
5. PT. Lotte Shop 10 hari
6. Hiong Jing 11 hari7. Muara Jaya 11 hari
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
26
Universitas Indonesia
Tabel 5.2 menunjukkan terdapat 7 permohonan izin toko obat selama
periode Juli-Oktober 2012, dimana terdapat 3 perizinan diproses lebih dari 12 hari
kerja yang dihitung sejak berkas permohonan lengkap dan 4 perizinan yang
diproses kurang dari 12 hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat 42,86%
perizinan apotek yang diproses lebih dari 12 hari.
5.3 Perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Periode Juli-Oktober2012
Tabel 5.3. Data perizinan PIRT periode Juli-Oktober 2012
No Nama PIRT/NamaPemohon
Lama Perizinan(Hari kerja)
1. Ikan Asin 21 hari2. Ikan Asin 21 hari3. H. Sumedi 21 hari4. Radi 21 hari5. H. Nurcholis 21 hari6. Ikan Asin Rokiman 21 hari7. Ikan Asin Djunaidi 21 hari8. Ikan Asin Supendi 21 hari9. Ikan Asin Sutadi 21 hari10. Ikan Asin Wayun 21 hari11. Ikan Asin Hasanudin 21 hari12. Ikan Asin Kamsari 21 hari13. Ikan Asin Sukiyah 20 hari14. Ikan Asin Hj. Fasikhotun 20 hari15. Ikan Asin Sadini 20 hari16. Ikan Asin Hj. Ida Royani 20 hari17. Ikan Asin Gono 20 hari18. Ikan Asin Hj. Rasih W 20 hari19. Ikan Asin H. Suwito 20 hari20. Ikan Asin Carina M 20 hari21. Ikan Asin Sudirman 20 hari22. Ikan Asin H. Mista 20 hari23. Ikan Asin H. Rasa 20 hari24. Ikan Asin Yamuri 20 hari25. Ikan Asin Ade Sanpudin 20 hari26. Ikan Asin Rina 20 hari27. Ikan Asin Jimi 20 hari28. Ikan Asin Karyanto 20 hari29. Ikan Asin H. Rasim 20 hari30. Dandy Backey 16 hari31. Soyacana 16 hari32. Pengolahan Ikan Asin 24 hari
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
27
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
33. Donut & Backery 12 hari34. Organic Land 10 hari35. Manon 10 hari36. Kelompok Tani Talaga Asri 11 hari37. PT. Food Partners 10 hari38. Kelompok Usaha Pelita 12 hari39. Anggun 9 Hari40. Daffi Jaya 9 hari41. Apple Donut & Backery 9 hari42. Kacang MM 8 hari43. Kamp.Hijau Kaya 6 hari44. Manon 10 hari45. PT. Setia Kawan 11 hari46. Samudra Indonesia 11 hari47. Ratu Rasa 11 hari48. Apple Donut 10 hari49. PT. Mahkota Dewa 7 hari50. PT. Surya Utama 8 hari51. Kay’s Food 17 hari52. Sugar Bell Backery 17 hari53. CV. Oriel’s Mart 12 hari54. PT. Food Partners 12 hari55. PT. Sarana Mitra 12 hari56. Awatara 15 hari57. Mina Barokah 14 hari58. PT. Karya Cipta 13 hari59. PT. Mahkota Dewa 12 hari60. PT. Phytesindo 19 hari61. PT. Karya Cipta 10 hari62. PT. Surya Utama 10 hari63. PT. Surya Utama 9 hari64. PT. Anugrah Persada 12 hari65. Agustinus Leonardi 14 hari66. Bastian Hendra 14 hari67. Eddy Surya 14 hari
Tabel 5.3 menunjukkan terdapat 67 permohonan izin PIRT selama periode
Juli-Oktober 2012, dimana terdapat 41 perizinan yang diproses lebih dari 12 hari
kerja yang dihitung sejak berkas permohonan lengkap dan 26 perizinan yang
diproses kurang dari 12 hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat 61,19%
perizinan apotek yang diproses lebih dari 12 hari.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
28
Universitas Indonesia
5.4 Kinerja Pelayanan Perizinan Bagian Farmasi Makanan dan Minuman
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara
Jumlah perizinan pelayanan sarana Farmasi Makanan dan Minuman di
wilayah Jakarta Utara periode bulan Juli 2012 sampai bulan Oktober 2012
sebanyak 88 sarana yang terdiri dari 14 apotek, 67 Produksi Industri Rumah
Tangga (PIRT), dan 7 Toko Obat.
Secara keseluruhan pelayanan perizinan tersebut masih belum memenuhi
kriteria standar waktu perizinan yang telah ditetapkan, yaitu tidak melebihi 12 hari
kerja yang terhitung sejak berkas perizinan dilengkapi dan pelaksanaan
peninjauan lokasi hingga dikeluarkannya izin. Oleh karena itu dapat dinyatakan
bahwa kinerja pelayanan perizinan yang dikerjakan oleh bagian Farmasi Makanan
dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara belum sepenuhnya memenuhi
kriteria sasaran mutu dari segi waktu. Salah satu hal yang menghambat proses
tersebut yaitu kurangnya sumber daya manusia (SDM) di Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara khususnya di bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman,
misalnya ketika terdapat pengajuan permohonan izin sarana pelayanan dalam
waktu yang sama, maka perlu dilakukan peninjauan lokasi sarana pelayanan yang
didaftarkan tersebut. Dikarenakan keterbatasan jumlah SDM, maka peninjauan
lokasi pun tidak bisa dilakukan secara serempak dalam waktu yang sama kepada
semua sarana pelayanan yang didaftarkan yang akhirnya mempengaruhi lama
waktu proses perizinan. Sehingga perlu adanya penambahan SDM khususnya di
bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman agar pelayanan yang
diberikan khususnya perizinan sarana pelayanan kesehatan memenuhi kriteria
sasaran mutu dari segi waktu dan sesuai dengan harapan pelanggan.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
29
Universitas Indonesia
BAB 6KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Nilai IKM dari hasil survey kepuasan pelanggan Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara yaitu 3,086 (nilai IKM setelah konversi yaitu 77,15) yang
termasuk kategori “Baik”.
7.1.2 Kinerja IKM pada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dari 14 unsur yang
digunakan sebagian besar responden menyatakan puas terhadap pelayanan
yang ada. Hal ini berarti 14 unsur pelayanan yang ada sudah mampu
dikerjakan dengan cukup maksimal oleh aparat pelaksana di Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara.
6.1.3 Kinerja pelayanan perizinan yang dikerjakan oleh bagian Farmasi,
Makanan, dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara masih belum
sepenuhnya memenuhi kriteria sasaran mutu pelayanan perizinan 12 hari
kerja.
6.1.4 Evaluasi survey kepuasan pelanggan terhadap Suku Dinas Kesehatan yaitu
survey kepuasan pelanggan yang dilakukan Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Utara belum sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Menpan dari segi
jumlah responden, sehingga tingkat kepuasan masyarakat masih kurang
mewakili.
6.2 Saran
6.2.1 Untuk membandingkan indeks kinerja unit pelayanan secara berkala, survey
kepuasan pelanggan seperti ini perlu dilakukan secara periodik dan
berkesinambungan. Dengan demikian dapat diketahui perubahan tingkat
kepuasan masyarakat dalam menerima pelayanan publik. Jangka waktu
survey antara periode yang satu ke periode berikutnya dapat dilakukan 3
(tiga) sampai dengan 6 (enam) bulan atau sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun sekali.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
30
Universitas Indonesia
6.2.2 Prosedur pelayanan dan lamanya proses perizinan dari Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara perlu diperbaiki agar sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan sehingga mencapai sasaran yang diinginkan masyarakat
pengguna pelayanan publik.
6.2.3 Pengambilan jumlah responden dalam survey sebaiknya mengikuti aturan
yang telah ditetapkan Menpan agar mendapat tingkat kepuasan masyarakat
yang lebih valid dan cukup mewakili.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
31
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Gerson, R.F. (2002). Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PPM Terjemahan.
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan.Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Irawan, F. (2002). Sepuluh Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Gramedia.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia. (1993). KeputusanMenpan Nomor 61 Tahun 1993, Tentang Pedoman Dasar TatalaksanaPelayanan Umum. Jakarta.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia. (2003). KeputusanMenteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor63/KEP/M.PAN/7/2003, Tentang Prinsip Pelayanan. Jakarta.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia. (2004).Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara NomorKEP.25/M.PAN/2/2004, Tentang Pedoman Penyusunan IKM UnitPelayanan Instansi Pemerintah. Jakarta.
Mahmoedin, H.As. (1995). Etiket Pelayanan Bank. Jakarta : PT. Gunung Agung.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. ( 2010). Dokumen Tupoksi danKompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudin Kesehatan JakartaUtara. Jakarta.
Suku Dinas K esehatan Jakarta Utara. (2010). Pedoman mutu Suku DinasKesehatan Jakarta utara. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Jakarta.
Tjiptono, Fandy. (1997). Total Quality Service. Yogyakarta.
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
33
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Pengolahan indeks kepuasan pelanggan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara periode Juli-Oktober 2012
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
34
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
35
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
36
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Kuesioner survei kepuasan pelanggan Suku Dinas KesehatanJakarta Utara
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013
36
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Lia Amalia Ulfah , FF, 2013