Post on 31-Jan-2016
description
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemanfaatan kacang tanah terutama bijinya sebagai sumber protein dan lemak
nabati. Biji kacang tanah dapat dimakan mentah, direbus, digoreng, atau disangrai.
Selain dipanen biji atau polongnya, kacang tanah juga dipanen hijauannya
(daun dan batang) untuk makanan ternak atau merupakan pupuk hijau (Vyan, 2009).
Permintaan akan kacang tanah terus meningkat, baik untuk konsumsi maupun
industri pangan. Di sisi lain, produksi kacang tanah di tingkat petani masih relatif
rendah. Penyebab rendahnya prodktivitas antara lain tidak tersedianya benih bermutu
dan petani belum menguasai sepenuhnya teknologi budidaya. Salah satu komponen
teknologi produksi kacang tanah adalah pemupukan yang tepat. Pupuk merupakan
nutrisi atau unsur hara yang ditambahkan kepada tanaman, yang mengalami
kekurangan unsur hara (Anonymous, 2008).
Penggunaan pupuk kimia selama ini telah diandalkan oleh sebagian besar petani
untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman yang dibudidayakannya.
Memang benar, dalam jangka pendek penggunaan pupuk kimia mampu memberikan
hasil yang signifikan, namun penggunaan yang terus menerus dalam jangka panjang
mengakibatkan kerusakan lingkungan. Tanah menjadi keras dan rusak serta pada
akhirnya tidak lagi mampu mendukung hasil tanaman seperti yang diharapkan.
Keadaan tersebut telah mendorong pada pemikiran bagaimana memulihkan kesehatan
tanah sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian (Kementrian Lingkungan Hidup,
2006).
1
2
Pupuk organik merupakan salah satu solusi untuk mengatasi lahan kritis akibat
penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Pupuk organik dapat berupa kompos,
pupuk hijau, kotoran hewan, limbah pertanian, bahkan limbah industri makanan.
Pupuk organik biasanya berupa zat padat juga cair. Pupuk organik cair adalah larutan
dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,
dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan pupuk
organik cair yaitu sifatnya yang dapat merombak bahan organik, memperbaiki struktur
tanah sehingga menjadi gembur, keadaan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi
tanaman. Selain itu, pupuk organik dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak
masalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat. Salah satu
pupuk organik cair adalah MOL (Mikro Organisme Lokal) (Fithriyah, 2012).
MOL mengandung mikrobia yang dapat mempercepat perombakan bahan
organik sehingga unsur hara dan bahan organik dapat segera tersedia. Selain MOL,
masih banyak bahan organik yang ketersediaannya mudah diperoleh. Salah satunya
yaitu ampas tahu. Ampas tahu merupakan limbah yang dihasilkan selama proses
pembuatan tahu. Selama ini ampas tahu hanya dijadikan sebagai pakan ternak. Ampas
tahu mengandung protein yang cukup tinggi dan sangat potensial dijadikan sebagai
pupuk organik (Fithriyah, 2012).
Dari uraian di atas, penulis akan mencoba melakukan sebuah kajian tentang
penggunaan pupuk organik berupa MOL dan ampas tahu pada budidaya tanaman
kacang tanah.
3
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh dosis mol dan ampas tahu terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kacang tanah ?
2. Bagaimana pengaruh interaksi antara mol dan ampas tahu terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kacang tanah ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dosis mol dan ampas tahu yang tepat terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman kacang tanah.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara mol dan ampas tahu terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah.
1.4. Hipotesis Penelitian
Diduga penggunaan mol dan ampas tahu serta interaksi keduanya dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika Tanaman Kacang Tanah
2.1.1. Taksonomi Tanaman Kacang Tanah
Taksonomi tanaman kacang tanah dalam dunia tumbuhan adalah (Thamrin dan
Nazariah, 2004):
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Genus : Arachis
Spesies : Hypogaea
Varietas : Lokal
Secara garis besar dapat dibedakan dua macam tipe pertumbuhan kacang tanah
antara lain:
a. Tipe Tegak (Buch Type)
Percabangan tipe ini kebanyakan lurus atau sedikit miring ke atas dan pada
umumnya petani lebih suka yang bertipe ini, karena selain umurnya lebih genjah juga
lebih mudah cara pemungutan hasilnya. Dengan umur yang genjah (100 - 120 hari)
maka akan lebih cepat diperoleh hasilnya. Selain itu, buahnya hanya pada ruas- ruas
dekat rumpun saja, sehingga masaknya biasa bersamaan.
4
5
b. Tipe Menjalar (Umur Type)
Tipe ini memiliki cabang-cabang tanaman yang tumbuh ke samping, tetapi pada
ujung cabang mengarah ke atas. Panjang batang utamanya antara 33 - 66 cm, tanaman
kacang tanah tipe ini berumur 3-4 bulan atau kira-kira 120 hari. Tiap-tiap ruas yang
berdekatan dengan tanah yang akan menghasilkan buah (Suprapto, 2004).
2.1.2. Morfologi Tanaman Kacang Tanah
a. Akar
Kacang tanah berakar tunggang yang tumbuh lurus ke dalam tanah hingga
kedalaman 40 cm. Pada akar tunggang tersebut tumbuh akar cabang dan diikuti oleh
akar serabut. Akar kacang berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman serta alat
penyerap air dan zat-zat hara serta mineral dari dalam tanah. Cabang dan akar rambut
berperanuntuk memperluas permukaan akar guna meningkatkan daya serap akar
tanaman tersebut. Pada pangkal dan cabang akar tunggang kacang tanah biasanya
terdapat bintil-bintil bakteri Rhizobium yang berperan dalam penyerapan nitrogen dari
udara bebas. Pada varietas bertipe menjalar, terdapat perakaran tanaman yang muncul
dari buku-buku cabang dab menjalar menyentuh tanah. Dengan adanya akar ini, daerah
penyerapan unsur hara akan lebih luas karena akar adventif ini juga berfungsi sebagai
alat pengisap atau penyerap air dan hara dari dalam tanah (Thamrin dan Nazariah,
2004).
b. Batang
Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada yang tumbuh
menjalar dan ada yang tegak. Tinggi batang rata-rata sekitar 50 cm, namun ada yang
6
mencapai 80 cm. Tanaman yang bertipe menjalar tumbuh ke segala arah dan dapat
mencapai garis tengah 150 cm. Bagian bawah batang merupakan tempat menempelnya
perakaran tanaman. Batang di atas permukaan tanah berfungsi sebagai tempat pijakan
cabang primer, yang masing-masing dapat membentuk cabang sekunder. Tanaman tipe
tegak membentuk percabangan antara 3-6, sedangkan tipe menjalar dapat membentuk
10 cabang primer. Pada cabang primer terbentuk cabang sekunder dan kemudian
tumbuh cabang tersier. Batang dan cabang kacang tanah berbentuk bulat, bagian atas
batang ada yang berbentuk agak persegi, sedikit berbulu dan berwarna hijau (Thamrin
dan Nazariah, 2004).
c. Daun
Daun pertama yang tumbuh merupakan kotiledon, daun pertama tersebut
terangkat ke atas permukaaan tanah selagi biji kacang berkecambah. Daun berikutnya
berupa daun tunggal dan berbentuk bundar, pada pertumbuhan selanjutnya tanaman
kacang tanah membentuk daun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat anak daun
dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini beragam: ada yang
berbentuk bulat, elips dan agak lancip, tergantung varietasnya. Permukaan daun ada
yang tidak berbulu dan ada yang berbulu. Bulu daun ada yang hanya sedikit dan
pendek, sedikit dan panjang, banyak dan pendek, ataupun banyak dan panjang
(Suprapto, 2004).
d. Bunga
Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah tanaman
yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur sekitar 80 hari setelah
7
tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu (papilionaceus), berukuran kecil, dan terdiri atas
lima daun tajuk. Dua diantara daun tajuk tersebut bersatu seperti perahu. Di sebelah
atas terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang dinamakan bendera (vexillum),
sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk daun yang disebut sayap (ala). Setiap
bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai bunga sebenarnya adalah tabung kelopak.
Mahkota bunga (corolla) berwarna kuning atau kuning kemerah-merahan. Bendera
dari makhota bunga bergaris-garis merah pada pangkalnya (Sumarno, 1993).
Bunga kacang tanah pada umumnya melakukan penyerbukan sendiri..
Penyerbukan terjadi menjelang pagi, sewaktu bunga masih kuncup (kleistogami).
Penyerbukan silang dapat terjadi, namun persentasenya sangat kecil, sekitar 0, 5 %.
Setelah terjadi penyerbukan, daun mahkota mekar penuh, dan pada hari berikutnya
akan layu dan gugur. Bunga yang berhasil menjadi polong biasanya hanya bunga yang
terbentuk pada sepuluh hari pertama. Bunga yang muncul selanjutnya sebagian besar
akan gugur sebelum menjadi ginofora (bakal buah) (Sumarno, 1993).
e. Buah
Setelah terjadi pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan
menjadi tangkai polong. Mula-mula, ujung ginofora yang runcing mengarah ke atas,
kemudian tumbuh mengarah ke bawah dan selanjutnya masuk ke dalam tanah sedalam
1-5 cm, pada waktu menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofora akan terhenti.
Panjang ginofora ada yang mencapai 18 cm, tempat berhentinya ginofora masuk ke
dalam tanah tersebut menjadi tempat buah kacang tanah. Ginofora yang terbentuk di
cabang bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal membentuk polong
(Thamrin dan Nazariah, 2004).
8
Setiap polong kacang tanah berisi 1 - 4 biji, namun kebanyakan 2 - 3 biji. Setiap
pohon memiliki jumlah dan isi polong beragam, tergantung pada varietas dan tanaman
yang dibudidayakan.
f. Biji
Biji kacang tanah terdapat di dalam polong, kulit luar (testa) bertekstur keras,
berfungsi untuk melindungi biji yang berada di dalamnya. Biji terdiri atas lembaga dan
keeping biji, diliputi oleh kulit ari tipis(tegmen). Biji berbentuk bulat agak lonjong
atau bulat dengan ujung agak datar karena berhimpitan dengan butir biji yang lain
selagi di dalam polong. Warna kulit biji bervariasi: merah jambu, merah, cokelat,
merah tua, dan ungu. Biji kecil berukuran sekitar 20 g/100 biji, biji sedang sekitar 50
g/100 biji, dan biji besar lebih dari 50 g/100 biji. Varietas local pada umumnya
memiliki biji kecil yaitu 30 - 40 g/100 biji. Rendemen biji dari polong berkisar antara
50 % - 70 % (Thamrin dan Nazariah, 2004).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah
2.2.1. Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi baik
pertumbuhan maupun produksi tanaman kacang tanah, seperti curah hujan, sinar
matahari, kelembaban dan suhu.
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800 - 1.300 mm
per tahun. Di daerah yang memiliki musim kemarau yang nyata (curah hujan kurang),
kacang tanah memerlukan pengairan, terutama pada fase perkecambahan, pembuahan
dan pengisian polong. Pada daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi,
9
permasalahan terjadi pada penyerapan unsur hara, panen, pengelolaan hasil dan
serangan cendawan sehingga dapat menurunkan kualitas hasil (Suprapto, 2004).
Hujan yang terlalu berat akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak diserbuki
oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus menerus akan meningkatkan kelembaban di
sekitar pertanaman kacang tanah. Hujan diperlukan pada waktu mulai tumbuh hingga
saat sebelum berbunga. Pada masa pemasakan polong diperlukan iklim yang kering
dan tidak ada hujan, sebab jika curah hujan tinggi akan menyebabkan banyak polong
yang busuk atau berkecambah (Anonymous, 2008).
Suhu udara sekitar 28 – 32oC. Apabila suhu di bawah 10oC menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan tanaman bahkan menjadi kerdil karena pertumbuhan
bunga kurang sempurna (Anonymous, 2008).
Kelembaban udara berkisar antara 65 – 75%. Tanaman ini menghendaki
penyinaran penuh terutama untuk pertumbuhan (kesuburan daun) dan perkembangan
(pembesaran kacang). Tanaman kacang tanah yang ditanam pada tempat terbuka
(banyak mendapat sinar matahari) cabangnya menyebar kesamping sehingga akan
menambah kesanggupan bakal buah (ginofor) dapat masuk ke dalam tanah. Sedangkan
pada tempat-tempat yang terlindung, cabang-cabangnya akan tumbuh naik keatas,
akibatnya bakal buah (ginofor) tidak seluruhnya dapat menembus tanah. Ketinggian
tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah 500 m dpl
(Sastroprawiro, 1985).
2.2.2. Tanah
Kacang tanah tumbuh dengan baik pada tanah-tanah yang ringan, karena dapat
mempermudah penembusan akar-akar maupun calon polong ke dalam tanah, dan
10
polong akan berkembang di dalam tanah secara normal (Suprapto, 2004). Polong
kacang tanah tumbuh dan berkembang di dalam tanah setelah terjadi pembuahan.
Oleh karena itu, tanah harus gembur dan bertekstur ringan agar ginofor masuk ke
dalam tanah dengan mudah (Anonymous, 2008).
Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH 6,0
– 6,5. Tanah harus memiliki drainase dan beraerasi baik atau lahan tidak terlalu becek
dan tidak terlalu kering agar pertumbuhan tanaman optimal (Suprapto, 2004).
2.3. Mikro Organisme Lokal (MOL)
Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah cairan yang terbuat dari bahan-bahan
alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang
berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau sebagai
dekomposer dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang
disengaja dikembangkan dari mikro organisme yang berada di tempat tersebut (Wang
Jou, 2013).
MOL adalah larutan dari hasil fermentasi yang berasal dari sisa-sisa pembusukan
yang mudah terurai. MOL mempunyai keuntungan karena biaya yang dibutuhkan
murah dan pembuatannya sangat mudah. Larutan MOL dapat digunakan sebagai
dekomposer karena larutan MOL mengandung bakteri yang berpotensi merombak
bahan organik. Selain itu, larutan MOL juga mengandung unsur hara mikro dan unsur
hara makro (Wang Jou, 2013).
Prinsip pembuatan MOL yaitu memanfaatkan bakteri bermanfaat yang ada di
sekitar dan berguna sebagai dekomposer. MOL dapat berasal dari hasil pembusukan
yang telah difermentasikan. Semakin busuk dan halus bahan yang difermentasikan
11
maka akan semakin cepat menjadi MOL. Agar MOL dapat terbentuk lebih cepat maka
bakteri dalam larutan MOL membutuhkan glukosa, sumber bakteri, dan karbohidrat
(Wang Jou, 2013).
Glukosa berperan dalam sumber energi dalam mikroba yang bersifat spontan,
artinya lebih mudah untuk dimakan. Sumber glukosa dapat berupa gula jawa yang
telah diiris atau dihaluskan, air kelapa, dan lain-lain. Sumber bakteri dalam MOL
berasal dari bahan-bahan (buah, sayur) yang telah busuk. Bakteri yang tersedia dalam
MOL biasanya lebih dari satu jenis bakteri, seperti Pseudomona sp, Bacillus s, bakteri
pelarut pospat, Azospirillum sp, dan lain-lain. Karbohidrat dalam MOL sangat
dibutuhkan oleh bakteri pengurai sebagai sumber energi. Sumber karbohidrat dapat
berupa beras, gandum, ubi, kentang dan singkong (Purwasasmita, 2009).
Larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah hasil dari fermentasi yang
berbahan dasar dari sumberdaya yang tersedia setempat. MOL dapat dikatakan sebagai
salah satu jenis pupuk cair karena memiliki kandungan unsur hara dan unsur hara
mikro. Larutan MOL juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak
bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agens pengendali hama dan
penyakit tanaman. Sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk
hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida (Purwasasmita,
2009).
MOL dapat langsung dimanfaatkan tanaman karena sudah berupa larutan. MOL
dapat digunakan langsung dengan cara disemprotkan ke tanah dan atau tanaman untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan juga meningkatkan kesuburan tanaman. MOL
dapat digunakan dalam proses penguraian pengomposan. Misalnya, pengomposan
12
pupuk kandang karena MOL mengandung bakteri pengurai di dalam larutannya
(Santosa, 2013).
Manfaat dari MOL adalah sebagai berikut: (1) Menyediakan ketersediaan unsur
hara yang sangat cepat karena sudah berupa larutan; (2) Dapat disemprotkan langsung
oleh tanaman, sehingga diserap melalui dedaunan tanaman; (3) Dapat digunakan
sebagi dekomposer dalam pengomposan; (4) Mengendalikan hama dan penyakit dan
tanaman; (5) Mengurangi penggunaan pestisida yang dapat menurunkan kualitas
tanaman; dan (6) Dengan adanya MOL maka buah-buahan yang busuk ataupun yang
lain dapat dimanfaatkan (Santosa, 2013).
Dosis MOL yaitu 400 cc cairan MOL diencerkan dengan 14 liter air atau dosis
4,8 liter per ha. Khisore et al. (2005) dalam Yulia dan Widiantini (2007) menyatakan
bahwa PGPR (Plant of Growth Promoting Rhizobacteria) yang diaplikasikan sebagai
seed treatment mampu memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi kacang
tanah. Hasil analisa unsur hara dalam beberapa larutan MOL terdapat unsur makro (N,
P, K) maupun mikro (Fe, S, Zn), dari 8 larutan MOL yang dianalisa unsur hara, pH
dan perbandingan C/N didapat MOL daun cebreng mengandung unsur N, P, K, Fe dan
Zn yang lebih tinggi dibanding larutan MOL lainya.
2.4. Ampas Tahu
Ampas tahu adalah limbah yang dihasilkan selama proses pembuatan tahu. Rata-
rata teknologi industri tahu yang dilakukan masih sederhana, sehingga tingkat
efisiensi penggunaan air dan bahan baku masih rendah dan tingkat produksi limbahnya
juga relatif tinggi. Kalaupun sudah ada yang mempunyai unit pengolahan limbah
hasilnya juga ada yang belum sepenuhnya sesuai yang diharapkan (Fitriyah, 2012).
13
Selama ini limbah ampas tahu belum dimanfaatkan secara maksimal. Ampas
tahu lebih banyak digunakan sebagai pakan ternak (sapi dan babi) atau bahkan dibuang
begitu saja. Padahal ampas tahu memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan
sangat baik dijadikan pupuk organik. Ampas tahu diketahui memiliki unsur senyawa
nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K), yakni unsur hara yang dapat menyuburkan
tanaman. Dibandingkan bahan makanan lain, unsur hara ampas tahu juga lebih tinggi.
Adapun komposisi kimia ampas tahu: Kalori 414 kal, Protein 26,6 g, Lemak 18,3 g,
Karbohidrat 41,3 g, Kalsium 19 mg, Fosfor 29 mg, Besi 4,0 mg, Vit. B 0,20 mg,
Air 9,0 g. Dari data tersebut diketahui bahwa kandungan terbanyak yang terdapat
dalam ampas tahu adalah karbohidrat, protein, dan serat kasar. Dengan demikian
dapat dikemukakan bahwa kelebihan pupuk organik dari ampas tahu, selain kandungan
senyawa organiknya lebih banyak daripada unsur haranya, meningkatkan kesuburan
kimia dan fisik tanah, dan lebih aman dikonsumsi (Kementrian Lingkungan Hidup,
2006).
Hasil penelitian Danial et al (2008) menunjukkan bahwa penggunaan bokashi
ampas tahu efektif untuk menurunkan kadar nikel dalam tanah dari 87,33 ppm menjadi
52,00 ppm, menurunkan Al-dd tanah, menurunkan kadar Fe dalam tanah, dan
meningkatkan tinggi tanaman dari 81,00 cm menjadi 91,92 cm. Penggunaan bokashi
ampas tahu juga mampu memperbaiki beberapa sifat kimia tanah Ultisol yang berasal
dari areal bekas tambang nikel yaitu meningkatkan pH tanah, C-organik dan bahan
organik tanah, N-total tanah, K-dd tanah, dan KTK tanah, tetapi menurunkan P-
tersedia tanah. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlakuan bokashi ampas tahu 6
ton/ha merupakan perlakuan terbaik.
14
2.5. Peranan Bahan Organik terhadap Tanah dan Tanaman Bahan organik (organic matter) memiliki peranan yang sangat besar terhadap
sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, walaupun memiliki porsi yang relatif kecil
terutama pada tanah-tanah mineral (Wiskandar dan Sunarti, 2003).
Peranan bahan organik terhadap sifat fisika tanah adalah menyediakan serat
sehingga terjadi pembentukan agregat atau granulasi tanah. Perbaikan agregasi tanah
akan memperbaiki permeabilitas dan peredaran udara tanah liat. Granulasi butir-butir
tanah memperbaiki daya ikat hara dan air tanah pasir. Bahan organik juga menjadikan
fluktuasi temperatur tanah lebih kecil (Karama at al, 1991).
Dengan demikian bahan organik berperan terutama dalam upaya rehabilitasi
lahan dengan memperbaiki struktur tanah sehingga berpengaruh positif terhadap tata
udara dan air juga aktivitas jasad renik dan proses penyediaan unsur hara bagi tanaman
(Suwarjo, 1993).
Peranan bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah dalam menyediakan
sebagian Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah. KTK yang tinggi penting untuk
menyerap pupuk anorganik yang diberikan dan meningkatkan daya ikat tanah sehingga
tanaman terhindar dari beberapa tekanan, seperti keasaman tanah dan keracunan hara.
Bahan organik juga meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara dan efisiensi
penyerapan fosfat. Perombakan bahan organik akan melepas unsur-unsur hara seperti
nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K), belerang (S), dan beberapa unsur lain dan
pembentukan khelat akan meningkatkan penyerapan unsur hara mikro (Karama et al,
1991).
15
Peranan bahan organik terhadap sifat biologi tanah merupakan sumber energi
utama bagi aktivitas jasad renik tanah. Penambahan bahan organik dengan nisbah C/N
tinggi mendorong pembiakan jasad renik dan meningkatkan beberapa unsur hara ke
tanah (Karama et al, 1991). Bahan organik tanah dapat pula menekan pertumbuhan
jasad renik parasitik dalam tanah baik melalui kompetisi antar jasad renik maupun
produk toksin yang muncul selama dekomposisi (Shiddieq dan Partoyo, 2000).
Berdasarkan uraian tentang peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat-sifat
tanah maka dapat disimpulkan bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah akan
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan sifat-sifat tanah
menyebabkan unsur hara menjadi tersedia untuk diserap tanaman yang dibudidayakan
di atas tanah tersebut. Hal ini terjadi melalui mekanisme perombakan senyawa-
senyawa khelat oleh aktivitas mikroorganisme, yang semula terikat dan tidak dapat
diserap tanaman menjadi terurai dalam bentuk senyawa atau unsur yang dapat diserap
oleh tanaman. Selanjutnya, jika unsur hara tersedia dan dapat diserap akar tanaman
dalam jumlah yang mencukupi maka pertumbuhan tanaman akan optimal.
Pertumbuhan tanaman optimal akan menghasilkan produksi yang optimal juga.
16
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Jabal Ghafur Glee Gapui Sigli, dari bulan Mei 2014 sampai selesai.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
Bahan–bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah,
larutan mol dari air kelapa, papaya, pisang, gula merah, air, ampas tahu, dan pestisida
bila diperlukan.
3.2.2. Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, timba,
gembor (alat penyiram), sprayer, gunting, meteran, tali rafia, timbangan, papan nama
penelitian dan papan nama plot, alat tulis menulis dan alat-alat lain yang diperlukan
untuk menunjang penelitian ini.
3.3. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial
terdiri dari dua faktor yang diteliti yaitu mol (M) dan ampas tahu (T).
1. Mol (M), terdiri dari 4 taraf yaitu :
− 0 cc/l air (M0)
− 15 cc/l air (M1)
16
17
− 30 cc/l air (M2)
− 45 cc/l air (M3)
2. Ampas Tahu (T), terdiri dari 3 taraf, yaitu :
− 0 ton per ha (T0)
− 2 ton per ha atau 540 gram per plot (T1)
− 4 ton per ha atau 1.080 gram per plot (T2)
Dengan demikian terdapat 12 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga diperoleh
36 satuan percobaan. Adapun susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan MOL dan Ampas Tahu No Kombinasi
Perlakuan MOL Ampas Tahu
cc/l ton/ha gr/plot 1 M0T0 0 0 0 2 M0T1 0 2 540 3 M0T2 0 4 1080 4 M1T0 15 0 0 5 M1T1 15 2 540 6 M1T2 15 4 1080 7 M2T0 30 0 0 8 M2T1 30 2 540 9 M2T2 30 4 1080 10 M3T0 45 0 0 11 M3T1 45 2 540 12 M3T2 45 4 1080
Model matematis Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial (Hanafiah,
2000) dapat ditulis sebagai berikut :
Yijk = μ + Kk + Mi + Tj + (MT)ij + εijk
18
Dimana :
Yijk = Nilai pengamatan pada kelompok percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor MOL dan taraf ke-j dari
ampas tahu).
μ = Nilai rata-rata tengah.
Kk = Nilai pengamatan pengaruh kelompok ke-k.
Mi = Nilai pengamatan pengaruh MOL pada taraf ke-i.
Tj = Nilai pengamatan pengaruh ampas tahu pada taraf-j
(MT)ij = Nilai pengamatan interaksi MOL pada taraf ke-i dan ampas tahu pada taraf
ke-j.
εij = Pengaruh acak percobaan pada kelompok percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan pemberian MOL pada taraf ke-i dan ampas tahu pada
taraf ke-j.
Jika hasil analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh dari faktor-faktor yang
diuji, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %
(Hanafiah, 2000).
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Pengolahan tanah
Tanah dicangkul sedalam 30 cm. Pencangkulan tanah dilakukan sebanyak dua
kali agar diperoleh tanah yang gembur, kemudian digaru sebanyak satu kali.
Selanjutnya, dibuat plot-plot percobaan sebanyak 36 plot dengan ukuran masing-
masing plot panjang 150 cm dan lebar 150 cm. Jarak antar plot 30 cm dan jarak antar
ulangan 50 cm.
19
3.4.2. Pembuatan Mol
Bahan yang diperlukan terdiri dari buah papaya dan buah pisang yang sudah
lewat matang, air kelapa, air cucian beras, gula merah.
Alat yang diperlukan terdiri dari : ember plastik, selang plastik sepanjang 0.5
m, tali dari karet, lakban, botol bekas air mineral, plastik.
Cara membuat : Buah-buahan dikupas kulitnya, ditumbuk sampai halus
(volume lebih kecil dari sepertiga ember plastik), dan dimasukan ke dalam ember yang
telah berisi air kemudian masukan air kelapa, air cucian beras masing-masing dengan
volume setinggi buah yang sudah dihancurkan. Tambahkan gula kelapa yang sudah
dihaluskan sebanyak 2% dari berat buah-buahan, aduk sampai rata. Tutup dengan
plastik, kemudian masukan ujung selang yang keluar ke dalam botol bekas minuman
mineral sampai ke dasar botol. Botol bekas minuman mineral sudah diberi air
setengahnya dan terbuka. Umur tujuh hari buka dan diaduk sambil diamati
perkembangan miselium. Tutup kembali dan biarkan sampai tujuh hari kemudian.
Tanda atau ciri MOL yang terjadi: permukaan dipenuhi miselium, berbau
seperti spiritus atau alkohol, warna coklat tua atau kehitaman. Mol yang hendak
digunakan disaring terlebih dahulu untuk memisahkan ampas dari larutan.
3.4.3. Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman, benih kacang tanah terlebih dahulu dibasahi
dengan air kemudian ditaburi dengan tanah yang diambil dari bekas penanaman
kacang tanah, kemudian diangin-anginkan. Penanaman dilakukan secara tugal dengan
jarak tanam 30 x 20 cm, sedangkan jarak tanaman dari pinggir bedengan yaitu 15 cm.
Jumlah benih per lubang tanam sebanyak 3 biji, setelah itu lubang tanah ditutupi
20
dengan tanah halus. Setelah berumur 2 minggu dilakukan perjarangan tanaman,
sehingga tiap lubang terdapat 2 tanaman yang memiliki pertumbuhan seragam.
3.4.4. Pemupukan
Pupuk yang digunakan sekaligus diteliti pengaruhnya adalah ampas tahu dengan
dosis sesuai perlakuan, diberikan tiga hari sebelum tanam dengan cara meletakkan di
atas masing-masing plot kemudian diaduk sehingga tercampur merata dengan tanah.
Pemupukan susulan menggunakan MOL dengan dosis sesuai perlakuan. MOL
diberikan sebanyak empat kali, yaitu bersamaan dengan pemberian ampas tahu (tiga
hari sebelum tanam), umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam (HST). Pada pemberian
pertama, MOL diberikan dengan cara disiram pada tanah. Kemudian, pada umur 15,
30, dan 45 hst, diberikan dengan cara disemprot pada seluruh bagian tanaman.
3.4.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan gulma,
dan pengendalian hama penyakit.
− Penyiraman dilakukan 1 kali sehari yaitu pada sore hari dengan menggunakan
gembor, tetapi bila hari hujan tidak dilakukan penyiraman.
− Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang rusak atau tidak tumbuh,
dilakukan paling lambat satu minggu setelah tanam.
− Penyiangan yaitu membersihkan lahan tanam dari rumput, dilakukan sebanyak 2
kali yaitu pada umur 15 hari dan 45 hari setelah tanam.
− Pembumbunan dilakukan sekaligus dengan penyiangan yaitu pada umur 15 dan 45
hst, bertujuan untuk menggemburkan tanah di sekitar akar tanaman.
21
− Pengendalian hama dan penyakit digunakan pestisida nabati sesuai hasil
pengamatan.
3.4.6. Panen
Panen dilakukan sesuai dengan kriteria panen yaitu bila kulit polong
telah mengeras, biji telah terisi penuh dan sebagian besar daunnya sudah
mongering, atau tanaman kacang tanah telah berumur 90-100 hari setelah tanam.
Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman. Tanaman kacang
tanah yang telah dipanen kemudian dikeringkan sekaligus dengan polongnya.
3.5. Pengamatan
Parameter yang diamati meliputi:
a. Tinggi tanaman (cm). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari permukaan tanah
sampai titik tumbuh tertinggi, yaitu pada saat tanaman berumur 20, 35, dan 50 hari
setelah tanam.
b. Berat brangkasan basah per plot (kg/plot), dilakukan pada saat panen yaitu
brangkasan dicuci untuk membersihkan sisa-sisa tanah yang menempel kemudian
dilakukan penimbangan dan dinyatakan dalam satuan kilogram.
c. Berat brangkasan kering per plot (kg/plot), setelah brangkasan dicuci bersih
kemudian dikeringkan selama 3 hari dengan menggunakan sinar matahari.
Selanjutnya dilakukan penimbangan dan dinyatakan dalam satuan kilogram.
d. Jumlah polong per plot dihitung pada saat panen, yaitu dengan cara menghitung
jumlah polong kacang tanah yang terdapat dalam satu plot.
22
e. Berat polong kering per plot. Polong dicuci bersih untuk menghilangkan sisa-sisa
tanah, kemudian dijemur selama 3 hari baru dilakukan penimbangan, dinyatakan
dalam satuan gram.
f. Jumlah polong hampa.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Kacang Tanah. Id.wikipedia.org. Diakses tanggal 25 Januari
2014. Danial, Muhammad, Nur Anny S. Taufieq, Wahidah Sanusi. 2008. Pemanfaatan
Zeolit dan Bokashi Ampas Tahu untuk Menekan Konsentrasi Nikel dan Meningkatkan Pertumbuhan Baby Corn pada Tanah Tambang di Soroako. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Makassar (UNM). http://ojs.unm.ac.id/index.php/chemica/article/view/413.
Fithriyah, Nur Rahmah. 2012. Studi Pemanfaatan Limbah Cair Tahu untuk Pupuk
Cair Tanaman (studi kasus Pabrik Tahu Kenjeran). Skripsi pada Fakultas Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Surabaya. http://digilib.its.ac.id/
Hanafiah. 2000. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya. Palembang. Karama, A.S., A.R. Marzuki dan I. Manwan. 1991. Penggunaan Pupuk Organik pada
Tanaman Pangan. hal. 395 - 425. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V tanggal 12 - 13 Nopember 1990. Puslitannak. Bogor.
Kementrian Lingkungan Hidup. 2006. Pencemaran Limbah Domestik dan Usaha
Skala Kecil. Peraturan Menteri Negara. Sumber: Limbah Tahu Disulap Jadi Pupuk Organik - Yafi Blog http://yafi20.blogspot.com/2012/04/limbah-tahu-disulap-jadi-pupuk-organik.html#.
Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan
Dalam Bioreaktor Tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, 19-20 Oktober 2009. http://www.slideshare.net/nudiisidun/aplikasi-mol. Diakses tanggal 25 Januari 2014.
Santosa. 2013. Mengenal Macam dan Peran Mikro Organisme Lokal (MOL) dalam
Budidaya Pertanian. http://epetani.deptan.go.id. Diakses tanggal 25 Januari 2014.
Sastroprawiro. 1985. Bertanam Kacang Tanah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Scribd. 2008. Kacang Tanah. Id.wikipedia.org. Diakses tanggal 25 Januari 2014. Shiddieq dan Partoyo, 2000. Suatu Pemikiran Mencari Paradigma Baru Dalam
Pengelolaan Tanah Yang Ramah Lingkungan. Hal. 139 - 156. Prosiding Kongres Nasional VII HITI tanggal 2 - 4 Nopember 1999. Bandung.
31
24
Sumarno. 1993. Status Kacang Tanah di Indonesia dalam Kacang Tanah. Monograph Balittan Malang.
Suprapto, S. H. 2004. Bertanam Kacang Tanah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Suwarjo, H. 1993. Rakit Teknologi Menunjang Usahatani Untuk Mikro DAS dan
TDM. Pemaparan Hasil Penelitian Terapan Sistem DAS. Kawasan Perbukitan Kritis. Yogyakarta.
Syaifudin, A., L. Mulyani., dan E. Sulastri. 2010. Pemberdayaan Mikro Organisme
Lokal Sebagai Upaya Peningkatan Kemandirian Petani. Karya Tulis. Thamrin dan Nazariah. 2004. Teknologi Budidaya Kacang Tanah. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Vyan, R.H. 2009. Kacang Tanah, Manfaat dan Dampaknya. id.wikipedia.org.
Diakses tanggal 25 Januari 2014. Wang Jou. 2013. Mikro Organisme Lokal (MOL). http://wang-jou.blogspot.com
/2013/01/mikro-organisme-lokal-mol-mikro.html.
Wiskandar dan Sunarti. 2003. Pemanfaatan Kompos Sluge Pabrik Bubur Kertas Dalam Memperbaiki Erodibilitas Ultisol. hal. 1 - 9. Prosiding Kongres Nasional VIII HITI tanggal 21 - 23 Juli 2003. Padang.
Yulia, Endah dan Fitri Widiantini. 2007. Potensi Bakteri Filoplane Asal Tanaman
Padi Dalam Menekan Perkembangan Penyakit Busuk Batang (Helminthosporium Sigmoideum Cav.) pada Tanaman Padi. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung. http://pustaka2.ristek.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/53167
32
25
DAFTAR ISI Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN ……………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………….......... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………....................... iii
I PENDAHULUAN ………………….……………………………….…... 1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………….. 3
1.3. Tujuan Penelitian ….………………………………………………….. 3
1.4. Hipotesis Penelitian ….………………………………………………... 3
II TINJAUAN PUSTAKA ….…………………………………………….. 4
2.1 Sistematika Tanaman Kacang Tanah …………………………………. 4
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah ………………..................... 8
2.3. Mikro Organisme Lokal (MOL) ………………………..…..…………. 10
2.4. Ampas Tahu ………………………………………………………….. 12
2.5. Peranan Bahan Organik terhadap Tanah dan Tanaman ……………… 13
III METODE PENELITIAN ……………..………………………………… 16
3.1. Tempat dan Waktu …………………………………………………… 16
3.2. Bahan dan Alat ………………………………………………............. 16
3.3. Rancangan Penelitian ……………………….……………….............. 16
3.4. Pelaksanaan Penelitian …………………..….……………….............. 18
3.5. Pengamatan ………………………………….……………….............. 20
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 22
26