Post on 26-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling
sering ditemukan pada bayi baru lahir. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang
kembali dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini.
Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning, keadaan ini
timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna ikterus pada sklera dan
kulit. Isomer bilirubin ini berasal dari degradasi heme yang merupakan komponen
hemoglobin mamalia.1
Pada masa transisi setelah lahir hepar belum berfungsi secara optimal,
sehingga proses glukuronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal. Keadaan ini
akan menyebabkan dominasi bilirubin tak terkonjugasi dalam darah. Pada
kebanyakan bayi baru lahir, hiperbilirubinemia tak terkonjugasi merupakan
fenomena transisional yang normal, tetapi pada beberapa bayi, terjadi peningkatan
bilirubin secara berlebihan sehingga bilirubin berpotensi menjadi toksik dan dapat
menyebabkan kematian, dan bila bayi tersebut dapat bertahan hidup pada jangka
panjang akan menimbulkan sekuele neurologis. Dengan demikian, setiap bayi
yang mengalami kuning, harus dibedakan apakah ikterus yang terjadi merupakan
keadaan yang fisiologis atau patologis serta dimonitoring apakah mempunyai
kecenderungan untuk berkembang menjadi hiperbilirunemia yang berat.1
1
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : By. R.A.A
Usia : 15 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 15 Juli 2015 jam 00.44
Cara persalinan : Lahir Spontan
BB : 2650 gr
Apgar Score : 7-9
Alamat : Taman Kapitan, Ampenan
MRS : 28 Juli 2015
b. Identitas Keluarga
Ibu Ayah
Nama Ny. I.D Tn. M
Umur 26 thn 31 thn
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Swasta
Alamat Taman Kapitan, Ampenan Taman Kapitan, Ampenan
2
2. ANAMNESA
(Heteroanamnesis dengan ibu dan ayah pasien, 30 Juli 2015)
Keluhan utama : Kulit bayi berwarna kuning
Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi datang rujukan dari PKM Tanjung Karang dikeluhkan kulit
berwarna kuning mulai muncul sejak umur 2 hari dan bertambah kuning sejak
tanggal 19-07-2015 pada saat bayi berusia 4 hari. Awalnya hanya sekitar
muka namun akhirnya semakin turun ke daerah badan. Orang tua pasien
langsung membawa pasien ke PKM Tanjung Karang untuk konsultasi
disarankan untuk dijemur pada pagi hari dibawah sinar matahari. Semakin
hari keluhan kuning terus bertambah hingga ke seluruh badan. Keluhan
kuning disertai dengan bayi menyusu aktif tetapi diakui tidak menyusu
dengan baik karena puting payudara ibu kecil dan ASI keluar sedikit. Bayi
tampak menangis kuat gerakan bayi aktif, tidak disertai dengan panas badan,
mual maupun muntah tidak ada, sesak tidak ada, kejang serta penurunan
kesadaran tidak ada. BAB berwarna kuning konsistensi lunak, BAK sering
bisa mencapai > 5x/hari.
Riwayat Kehamilan Ibu
Ibu pasien mengaku ini dalah kehamilannya yang pertama. Ibu
pasien mengetahui kehamilannya saat kandungan berumur 1 bulan. Ibu pasien
melakukan pemeriksaan kehamilan di posyandu dan puskesmas. ANC rutin
tiap bulan 5 kali. Selama hamil ibu sudah mendapatkan imunisasi. Ibu pasien
3
mengaku pernah menderita sakit (sakit kepala karena tidak bisa tidur) saat
hamil. Ibu mengaku tidak pernah mengkonsumsu obat-obatan atau jamu saat
hamil selain yang diresepkan di puskesmas berupa vitamin yang berwarna
merah. Riwayat perdarahan (-), tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-).
Ibu pasien mengaku selama mengontrol kehamilannya tekanan darahnya
selalu normal yaitu berkisar antara 110/60 mmhg. Kaki bengkak saat hamil
disangkal.
Riwayat Persalinan Ibu
GPA : G1P0A0
Masa Kehamilan : Aterm
Partus : Spontan
Penolong : Bidan
Berat badan : 3200 gr
Panjang Badan : 51 cm
Lingkar Kepala : 31 cm
Lingkar Lengan : 11 cm
Lingkar Dada : 32 cm
Keadaan saat lahir : Langsung Menangis, biru saat lahir (-), tampak sesak
(-), retraksi (-), ketuban bercampur mekonium (-).
Riwayat Nutrisi
Saat lahir, langsung diberi ASI
4
Riwayat Imunisasi
Pada saat lahir pasien diberikan imunisasi Hepatitis B dan Polio. Orang tua
mengaku tetap mengikuti jadwal imunisasi yang tertera pada KMS
3. PEMERIKSAAN FISIK (30/07/2015)
Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sedang
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 142 x/menit
Pernapasan : 40 x/menit
Suhu : 36,4 0C
Menilai Pertumbuhan
Lingkar kepala : 31 cm
Berat Badan : 2650 gr
Panjang Badan : 51 cm
Status General
Kulit
Turgor kulit normal, Ikterus (+) pada seluruh tubuh dan ekstremitas, pustule
(-), ruam (-), petechie (-)
5
Kepala
Bentuk : normocephal, ubun-ubun besar terpisah, ubun-ubun
cembung (-), sutura melebar (-), caput sucendaneum (-),
dan cephalhematom (-)
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : mata tidak cekung, konjungtiva anemis -/-, sekret mata -/-,
sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+, isokor (+)
Hidung : sekret tidak ada, nafas cuping hidung (-)
Telinga : dbn
Mulut : sianosis (-) dbn
Tenggorokan : sulit dievaluasi
Leher : pembesaran kelenjar getah bening tidak ada
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : dinding dada simetris (+) retraksi (-), kekuningan (+)
Palpasi : gerakan dinding dada simetris
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : thrill tidak teraba
Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : S1 S2 tunggal, irama reguler, murmur (-),gallop (-)
6
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), masaa (-), kelainan kongenital (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani diseluruh lapang abdomen
Umbilicus
Umbilicus mengering, tidak ada tanda-tanda radang
Ekstremitas
Tungkai atas Tungkai bawah
Kelainan bentuk (-/-) (-/-)
Tonus otot Normal Normal
Edema (-/-) (-/-)
Ikterus (+/+) (+/+)
Refleks fisiologis (+/+) (+/+)
Refleks patologis (-/-) (-/-)
Urogenital
Kelainan bawaan (-)
7
4. RENCANA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan laboratorium :
DL, Bilirubin total, Bilirubin direk
Cek Golongan darah
5. RESUME
By.R.A.A usia 15 hari dengan jenis kelamin laki-laki didapatkan
keluhan kuning mulai muncul sejak umur 2 hari dan bertambah kuning
sejak tanggal 19-07-2015 pada saat bayi berusia 4 hari. Awalnya hanya
sekitar muka namun akhirnya semakin turun ke daerah badan. Semakin
hari keluhan kuning terus bertambah hingga ke seluruh badan. Keluhan
kuning disertai dengan bayi tidak menyusu dengan baik karena puting
payudara ibu kecil dan ASI keluar sedikit.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang,
kesadaran compos mentis, Nadi : 142 x/menit, Pernapasan : 40 x/menit,
Suhu : 36,4 0C, Bayi tampak menangis kuat gerakan bayi aktif, mual
maupun muntah tidak ada, sesak tidak ada, kejang serta penurunan
kesadaran tidak ada. BAB berwarna kuning konsistensi lunak, BAK sering
bisa mencapai > 5x/hari.
6. DIAGNOSIS BANDING
Ikterus neonatorum kramer V e.c breast feeding jaundice
Inkompatibilitas darah ABO
Defisiensi enzim G6PD
8
7. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM (28/07/ 2015) di IGD
Darah Lengkap
WBC : 11,9 nilai rujukan 5,00-10,00
LYM : 5,08 nilai rujukan 1,30-4,00
RBC : 4,98 nilai rujukan 4,00-5,50
HGB : 15,0 g/dl nilai rujukan 12,0-17,4
HCT : 44,8 % nilai rujukan 36,0-52,0
MCV : 90 nilai rujukan 76,0-96,0
MCH : 30,2 nilai rujukan 27,0-32,0
MCHC : 33,5 nilai rujukan 30,0-35,0
PLT : 775 nilai rujukan 150-400
Bil. Total : 24,95 mg/dl nilai rujukan 0,1-12,6
Bil. Direk : 1,01 mg/dl nilai rujukan < 0,2
8. DIAGNOSIS KERJA
Ikterus neonatorum kramer V e.c breast feeding jaundice
9. RENCANA TERAPI
- Fototerapi
- Pemberian ASI dan KIE ibu untuk menyusui lebih sering minimal
8-12 kali/hari
- Observasi kondisi umum dan tanda vital serta berat badan bayi
9
10. FOLLOW UP
I Tanggal 30-07-2015 Perawatan hari ke-3
S Bayi Menangis (+), Gerakan aktif (+), Reflek hisap (+), Demam (-), Sesak
(-), Muntah (-), Batuk -pilek (-), Sianosis (-), BAB/BAK (+), Ikterik (+),
Asi/Pasi (+).
O KU : tampak sakit sedang
TTV :
HR : 142 x / menit RR : 40 x / menit S : 36,4 oC BB : 2650 gr
Kepala : normocephal, ubun-ubun besar terpisah, cephalhematom (-), caput sucendaneum (-)
Thorax : simetris (+), retraksi (-)
Paru : bronkovesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Jantung : S I-II tunggal reguler, m (-), g (–)
Abd : BU (+) normal, distensi (-)
Ekst : akral hangat (+), edema (-), cyanosis (-)
Kulit : Ikterus (+) pada seluruh tubuh dan ekstremitas, turgor kulit : normal
A Ikterus neonatorum kramer V e.c breast feeding jaundice
P - Fototerapi
- Pemberian ASI minimal 8-12kali/hari
- Observasi keluhan dan tanda vital serta berat badan setiap hari
10
II Tanggal 31-07-2015 Perawatan hari ke-4
S Bayi Menangis (+), Gerakan aktif (+), Reflek hisap (+), Demam (-), Sesak
(-), Muntah (-), Batuk -pilek (-), Sianosis (-), BAB/BAK (+), Ikterik (+),
Asi/Pasi (+).
O KU : tampak sakit sedang
TTV:
HR : 140 x / menit RR : 44 x / menit S : 36,6 oC BB : 2550 gr
Kepala : normocephal, ubun-ubun besar terpisah, cephalhematom (-), caput sucendaneum (-)
Thorax : simetris (+), retraksi (-)
Paru : bronkovesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Jantung : S I-II tunggal reguler, m (-), g (–)
Abd : BU (+) normal, distensi (-)
Ekst : akral hangat (+), edema (-), cyanosis (-)
Kulit : Ikterus (+) pada seluruh tubuh dan ekstremitas, turgor kulit : normal
A Ikterus neonatorum kramer V e.c breast feeding jaundice
P - Fototerapi
- Pemberian ASI minimal 8-12kali/hari
- Observasi keluhan dan tanda vital serta berat badan setiap hari
- Pemerikasaan Laboratorium : Bil. Total, Bil. Direk
11
III Tanggal 01-08-2015 Perawatan hari ke-5
S Bayi Menangis (+), Gerakan aktif (+), Reflek hisap (+), Demam (-), Sesak
(-), Muntah (-), Batuk -pilek (-), Sianosis (-), BAB/BAK (+), Ikterik (+),
Asi/Pasi (+).
O KU : tampak sakit sedang
TTV:
HR : 142 x / menit RR : 44 x / menit S : 37,2 oC BB : 2700 gr
Kepala : normocephal, ubun-ubun besar terpisah, cephalhematom (-), caput sucendaneum (-)
Thorax : simetris (+), retraksi (-)
Paru : bronkovesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Jantung : S I-II tunggal reguler, m (-), g (–)
Abd : BU (+) normal, distensi (-)
Ekst : akral hangat (+), edema (-), cyanosis (-)
Kulit : Ikterus (+) pada leher (+), ikterus pada dada (+), ikterus pada punggung (+) ikterus pada ekstremitas (-), turgor kulit : normal
A Ikterus neonatorum kramer V e.c breast feeding jaundice
P - Fototerapi
- Pemberian ASI minimal 8-12kali/hari
- Observasi keluhan dan tanda vital serta berat badan setiap hari
12
Pemerikasaan Laboratorium (Tanggal 31/07/2015)
- Bil. Total : 12, 19
- Bil. Direk : 0,54
IV Tanggal 02-08-2015 Perawatan hari ke-6
S Bayi Menangis (+), Gerakan aktif (+), Reflek hisap (+), Demam (-), Sesak
(-), Muntah (-), Batuk -pilek (-), Sianosis (-), BAB/BAK (+), Ikterik (+),
Asi/Pasi (+).
O KU : tampak sakit sedang
TTV:
HR : 156 x / menit RR : 52 x / menit S : 37,0 oC BB : 2900 gr
Kepala : normocephal, ubun-ubun besar terpisah, cephalhematom (-), caput sucendaneum (-)
Thorax : simetris (+), retraksi (-)
Paru : bronkovesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Jantung : S I-II tunggal reguler, m (-), g (–)
Abd : BU (+) normal, distensi (-)
Ekst : akral hangat (+), edema (-), cyanosis (-)
Kulit : Ikterus pada dada (+), ikterus pada leher (-), ikterus pada punggung (-) ikterus pada ekstremitas (-), turgor kulit : normal
A Ikterus neonatorum kramer V e.c breast feeding jaundice
13
P - Fototerapi
- Pemberian ASI minimal 8-12kali/hari
- Pasien rencana pulang
11. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
14
BAB III
PEMBAHASAN
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh
pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin indirek yang
berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada neonatus bila kadar
bilirubin darah lebih dari 5 mg/dl.1 Pemeriksaan fisik secara khusus yaitu dengan
metode Kramer.2 Berikut ini adalah pembagian ikterus menurut Kramer : 4
Hubungan kadar bilirubin (mg/dl) dengan daerah ikterus menurut Kramer
Daerah
ikterusPenjelasan
Kadar bilirubin (mg/dl)
Prematur Aterm
1 Kepala dan leher 4-8 4-8
2 Dada sampai pusat 5-12 5-12
3 Pusat bagian bawah sampai lutut 7-15 8-16
4Lutut sampai pergelangan kaki dan
bahu sampai pergelangan tangan9-18 11-18
5Kaki dan tangan termasuk telapak
kaki dan telapak tangan>10 >15
15
Pada pasien ini nampak kekuningan hampir diseluruh tubuh, yaitu wajah,
dada, perut, ekstremitas atas maupun bawah, hingga bagian tangan dan kaki,
sehingga didapatkan sesuai dengan pembagian derajat yaitu Kramer V.
Masalah timbul apabila produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau
konjungasi hepar menurun sehingga terjadi kumulasi di dalam darah. Karena itu
bayi ikterus sebaiknya baru dianggap fisiologis apabila telah dibuktikan bukan
suatu keadaan patologis.1 Bayi baru lahir dapat mengalami hiperbilirubinemia
pada minggu pertama kehidupannya berkaitan dengan: (1) meningkatnya produksi
bilirubin (hemolisis) (2), kurangnya albumin sebagai alat pengangkut (3)
penurunan uptake oleh hati, (4) penurunan konjugasi bilirubin oleh hati, (5)
penurunan ekskresi bilirubin, dan, (6) peningkatan sirkulasi enterohepatik.3
Menetapkan penyebab ikterus tidak selamanya mudah dan membutuhkan
pemeriksaan yang banyak dan mahal, sehingga dibutuhkan suatu pendekatan
khusus untuk dapat memperkirakan penyebabnya. Pendekatan yang dapat
memenuhi kebutuhan itu ialah menggunakan saat timbulnya ikterus.7
a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
Berikut penyebab ikterus yang dapat terjadi dalam kurun waktu 24 jam
pertama kehidupan :
Inkompatibilitas darah AB0, Rh atau golongan lain
Infeksi intrauterin (oleh virus, toksoplasma, lues dan kadang bakteri)
Defisiensi G6PD
b. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
Biasanya ikterus fisiologis
Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah AB0, Rh atau
golongan lain
16
Hal ini dapat diduga dari jika terdapat peningkatan kadar bilirubin
cepat, misalnya melebihi 5 mg% per 24 jam
Defisiensi enzim G6PD
Polisitemia
Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan subaponeurosis,
perdarahan subkapsuler hepar)
Hipoksia
Sferositosis, elipsitosis
Dehidrasi asidosis
Defisiensi enzim eritrosit lainnya
c. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama
Biasanya karena infeksi (sepsis)
Dehidrasi asidosis
Defisiensi enzim G6PD
Pengaruh obat
Sindrom Crigler-Najjar
Sindrom Gilbert
d. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya
Biasanya karena obstruksi
Hipotiroidisme
Breast milk jaundice
Infeksi
Neonatal hepatitis
Berdasarkan hal di atas, pada kasus ini didapatkan diagnosa banding yaitu
Inkompatibilitas darah ABO dan Defisiensi enzim G6PD dimana penyebab
ikterus yang dapat terjadi dalam kurun waktu 24 jam pertama kehidupan. Sesuai
dengan literatur mengatakan Inkompatibilitas ABO adalah ketidak sesuaian
golongan darah antara ibu dan bayi. Inkompatibilitas ABO dapat meyebabkan
17
reaksi isoimun berupa hemolisis yang terjadi apabila antibodi anti-A dan anti-B
pada ibu dengan golongan darah O, A, atau B dapat melewati plasenta dan
mensensitisasi sel darah merah dengan antigen A, B, atau AB pada janin
sedangkan defisiensi enzim G6PD merupakan penyakit dengan gangguan
herediter pada aktivitas eritrosit (sel darah merah), di mana terdapat kekurangan
enzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6PD). Enzim G6PD ini berperan pada
perlindungan eritrosit dari reaksi oksidatif. Karena kurangnya enzim ini, eritrosit
jadi lebih mudah mengalami penghancuran (hemolisis). Terjadinya hemolisis
ditandai dengan demam yang disertai ikterus (kuning).
Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis
ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan serum bilirubin
adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat
meningkatkan morbiditas neonatus.3 Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin
total. Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar
bilirubin total lebih 20 mg/dl atau usia bayi lebih 2 minggu.4 Pada pasien ini
didapatkan bilirubin total 24,95 mg/dl dan bilirubin direk 1,01 mg/dl, dari hasil
yang didapatkan pada pemeriksaan bilirubin serum pada pasien ini menandakan
bahwa terjadi peningkatan bilirubin total dan bilirubin direk menyebabkan
terjadinya hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai
untuk ikterus neonatorum setalah ada hasil laboratorium yang menunjukkan
peningkatan kadar serum bilirubin dimana kadar bilirubin total sewaktu >12 mg/dl
dan >15 mg/dl pada bayi aterm, ikterus yang terjadi pada hari pertama kehidupan,
18
peningkatan kadar bilirubin >5mg/dl/24 jam, peningkatan kadar bilirubin direk
>1,5-2 mg/dl, serta ikterus berlangsung >2 minggu. Dari anamnesis pada kasus ini
didapatkan keluhan kuning mulai muncul sejak umur 2 hari dan bertambah kuning
sejak umur 4 hari, pada keadaan ini maka pasien termasuk ikterus patologis yang
sesuai dengan klasifikasi ikterus neonatorum yaitu muncul dalam 24 jam pertama
kehidupan, disertai dengan ikterus yang belangsung >2 minggu dimana usia
pasien saat ini 15 hari.
Menurut pengakuan ibu pasien, pasien langsung mendapatkan ASI ketika
lahir, tetapi diakui tidak menyusu dengan baik karena puting payudara ibu kecil
dan produksi ASI ibu masih sedikit sehingga intake pada pasien berkurang.
Berdasarkan hal di atas, maka penyebab ikterus pada bayi ini disebabkan oleh
kekurangan asupan ASI yang disebut dengan Breast Feeding Jaundice. Breast
Feeding Jaundice timbul pada hari ke-2 atau hari ke-3 pada saat produksi ASI
masih belum banyak. pada neonatus yang cukup bulan (aterm) hal ini tidak perlu
dikhawatirkan karena bayi dibekali dengan cadangan lemak coklat, glikogen, dan
cairan yang dapat mempertahankan metabolisme selama 72 jam. Walaupun
demikian keadaan ini dapat memicu terjadinya hiperbilirubinemia, yang
disebabkan oleh peningkatan sirkulasi enterohepatik akibat kekurangan ASI.
Berbagai cara digunakan untuk mengelola bayi baru lahir dengan
hiperbilirubinemia indirek, strategi tersebut meliputi pencegahan, farmakoterapi,
fototerapi, dan transfusi tukar.4 Pengaruh terapi sinar terhadap bayi dengan ikterus
telah diperkenalkan oleh Cremer sejak 1958. Banyak teori yang dikemukakan
mengenai pengaruh sinar tersebut. Teori terbaru mengemukakan bahwa terapi
19
sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin. Energi sinar mengubah
senyawa yang berbentuk 4Z, 15Z-bilirubin menjadi senyawa berbentuk 4Z, 15E-
bilirubin yang merupakan bentuk isomernya. Bentuk isomer ini mudah larut
dalam plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hepar ke dalam saluran empedu.
Pada pasien ini dilakukan fototerapi dengan hasil warna kekuningan pada
badan pasien mulai berkurang. Pemeriksaan kadar bilirubin pada pasien ini
setelah mendapatkan fototerapi didapatkan Bil. Total : 12,19 dan Bil. Direk : 0,54,
terjadi penurunan yang signifikan setelah mendapatkan fototerapi.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Richard E., et al. 2003. Nelson Textbook of Paediatrics 17th edition.
Philadelpia : WB Saunders Company
2. Etika Risa, dkk. 2007. Hiperbilirubinemia pada Neonatus. Divisi
Neonatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FK UNAIR/RSU Dr.Soetomo-
Surabaya
3. Kosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Ed.I. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
4. Mansjoer, A. Dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI
5. Arianti R. 2009. Ikterik pada Bayi Baru Lahir. Padang : Poltekes
6. Sudigdo, dkk. 2004. Tatalaksana Ikterus Neonatorum. Jakarta : HTA
Indonesia
7. WHO.2003. Managing Newborn Problems : A Guide For Doctors,
Nurses, And Midwives. Department of Reproductive Health and Research.
Geneva : World Organization Health.
8. Suraatmaja, S. Soettjiningsih 2000. Ikterus Neonatorum dalam Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah, Denpasar ;
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNUD/RSUP
Sanglah
9. Kosim, M.S dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, edisi I.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
10. American Academy of Pediatrics. 2004. Clinical Practice Guideline.
Management of Hyperbilirubinemia In The Newborn Infant 35 or More
Weeks of Gestation. Pediatrics 114:297-316
21