Post on 10-Dec-2015
description
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bermain
Menurut Milleer B.F dan Keane C.B (1983) bermain adalah cara alamiah bagi
anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari. Sedangkan
Foster (1989) mengatakan bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan. Bermain tidak sekedar
mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, cinta kasih
(Soetjiningsih, 1995). Tentang bermain, Hurlock (1999) menyatakan setiap kegiatan
yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir. Dari keempat pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bermain
merupakan suatu kebutuhan akan rasa nyaman untuk mengatasi konflik yang tidak di
sadarinya, dengan cara memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir.
2.2 Klasifikasi Bermain
Menurut sumber kesenangan, kategori bermain dibedakan menjadi dua
(Hurlock,1999), yaitu :
a) Bermain aktif
Bermain aktif adalah suatu kegiatan bermain dimana kesenangan di
peroleh dari apa yang dilakukan oleh mereka sendiri. Bermain aktif
dapat berupa :
1) Bermain mengamati/menyelidiki (exploratory play) : perhatian
pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan,
mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
2) Bermain konstruktif (Construction play) : pada anak umur 3
tahun, misalnya menyusun balok menjadi rumah-rumahan.
3) Bermain drama : misalnya bermain sandiwara boneka, atau
dokter-dokteran.
4) Bermain tali, bola, sepeda, dan lain-lain.
b) Bermain pasif
Bermain pasif adalah suatu kegiatan bermain dimana kesenangan di
peroleh dari orang lain. Kesenangan yang diperoleh anak dalam bermain bersifat
egosentris. Sedikit demi sedikit anak akan dilatih untuk mempertimbangkan perasaan
orang lain, bekerja sama, saling membagi dan menghargai. Melalui bermain anak
dilatih bersabar, menunggu giliran dan terkadang sedikit merasa kecewa. Dalam hal
ini, anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar. Contoh bermain
pasif : melihat-lihat gambar di buku atau majalah, melihat temannya bermain,
mendengarkan cerita, menonton televisi, melihat hewan, dan lain-lain.
Menurut isinya bermain terbagi menjadi social affective play, Sense of
plessure play, Skill play dan dramatic play.
1. Social Affective Play
Pada social affective play anak belajar memberi respon terhadap respon yang
diberikan oleh lingkungan terhadapnya dalam bentuk permainan, misalnya
orang tua berbicara atau memanjakan dan anak tertawa senang.
2. Sense Of Plessure Play
Anak memperoleh kesenangan dari satu objek yang ada disekitarnya,
misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill Play
Permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk memperoleh
ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang,
misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatic Play
Dramatic play atau Role Play anak akan berfantasi menjalankan peran
tertentu , misalnya menjadi ayah, ibu, perawat, atau guru.
Menurut karakteristik sosial bermain terdiri dari Solitary play, Paralel Play,
Assosiative Play dan Cooperative Play.
1. Solitary Play
Dilakukan oleh anak usia Toddler, merupakan jenis permainan dimana anak
bermain sendiri walaupun ada orang lain yang berada disekitarnya.
2. Parallel Play
Permainan sejenis dilakukan oleh satu kelompok anak Toddler atau
preschool yang masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi antara
satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung.
3. Assosiative play
Merupakan permainan dimana anak bermain dalam kelompok dengan
aktifitas yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, jadi belum ada
pembagian tugas diantara anak dan mereka yang bermain sesuai dengan
keinginannya.
4. Cooperative Play
Merupakan permainan dimana anak bermain bersama dengan jenis
permainan yang terorganisasi, terencana dan ada aturan-aturan tertentu.
Permainan ini dilakukan oleh anak usia sekolah atau adolesence.
2.3 Faktor-faktor yang memengaruhi bermain
a) Kesehatan
Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti
permainan dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.
b) Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja
yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada perkembangan motorik
mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam
permainan aktif.
c) Intelegensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai,
dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia,
mereka lebih menunjukan perhatian dalam permaian kecerdasan, dramatik,
konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian
bermain yang lebih besar., termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan
intelektual yang nyata.
d) Jenis kelamin
Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih
menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan yang lain.
Pada awal kanak-kanak, anak laki-;aki menunjukan perhatian pada berbagai jenis
permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi
pada akhir masa kanak-kanak.
e) Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya
disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak
yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal
dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain serta kurangnya
peralatan dan waktu bebas. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akan lebih
cenderung memperhatikan kebutuhan bermain bagi anak. Dan akan memfasilitasi
anak dalam bermain karena dengan bermain secara psikologis kepuasan fisik, emosi,
sosial dan perkembangan mental anak terpenuhi sehingga anak dapat
mengekspresikan perasaannya dan menunjukan kreativitasnya (Suherman, 2000).
f) Status sosioekonomi
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan
yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari
kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal sepertu bermain bola dan
berenang. Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak,
jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.
g) Jumlah waktu bebas
Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada ststus ekonomi keluarga.
Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak
terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutukan tenaga yang lebih.
h) Peralatan
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Misalnya
dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan purapura, banyaknya
balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.
2.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas bermain
a) Ekstra energiUntuk bermain diperlukan ekstra energi. Bemain memerlukan
energi yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Anak yang sehat memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif, untuk menghindari rasa bosan atau jenih. (Nursalam, dkk, 2005).b) Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya. (Nursalam, dkk, 2005).c) Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan perkembangann anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini, sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa alat permainan tersebut harus aman dan mempunyai unsure edukatif bagi anak. (Nursalam, dkk, 2005)d. Ruangan untuk bermainRuangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus untukbermain. Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan di ruangtidurnya.e. Pengetahuan cara bermainAnak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru temantemannyaatau diberitahu caranya oleh orang tuanya . cara yang terakhiradalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalammenggunakan alat permainannya dan anak-anak akan mendapatkeuntungan lebih banyak.f. Teman bermainAnak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain kalau iamemerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuannya atau temannya. Karenakalau anak bermain sendiri, maka akan kehilangan kesempatan belajar dariteman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu banyak bermain dengan anaklain, maka dapat mengakibatkan anak tidak mempunyai kesempatan yangcukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tuanya, maka hubunganorang tua dengan anak menjadi akrab, dan ibu/ayah akan segera
mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada anak mereka
secara dini.
2.5