Post on 05-Jan-2020
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Islam berasal dari kata bahasa arab, yakni dari kata salima yang artinya
selamat, damai, tunduk, pasrah, dan berserah diri. Penyerahan disini memiliki makna
bahwa segala perilaku harus disandarkan kepada sang pencipta seluruh alam semesta,
yakni Allah SWT. Dengan demikian, Islam berarti penyerahan diri kepada Allah
SWT, sebagaimana tercantum dalam QS. Ali ‘Imran: 19, yang artinya :
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah adalah Islam.....”
Islam adalah rahmat bagi seluruh umat manusia. Ini merupakan tujuan
pokok dimana Rasulullah SAW diutus ke dunia ini (Chapra, 2011).
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam (QS. Al-Anbiyaa': 107)”
Artinya Islam merupakan agama yang universal dan komprehensif
(Afrinaldi, 2013). Universal memliliki arti bahwa Islam adalah agama bagi
seluruh umat manusia tanpa memandang jabatan, warna kulit, suku dan bangsa.
Komprehensif memliliki arti bahwa Islam adalah agama yang mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia baik aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan
dan sebagainya.
Salah satu cara penting untuk merealisasikan rahmat bagi seluruh alam
semesta adalah dengan mendorong kesejahteraan (falah) bagi seluruh umat
2
manusia tanpa memandang ras, umur, jenis kelamin, dan bangsa. Falah yang
berarti kemenangan, kesejahteraan yang berdimensi duniawi dan ukhrawi
tersebut harus dijadikan sebagai tujuan dari segala aktifitas hidup manusia
baik dalam urusan ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya dan aktifitas
lainnya yang dilakukan dengan tuntunan syariah.
Maqasid syariah seharusnya menjadi tujuan seluruh aspek kehidupan
manusia, baik itu di level mikro (perbankan) maupun level makro (Abozaid dan
Dusuki, 2008 dalam Sanrego, 2016). Setiap aktifitas muamalah atau ekonomi
harus dijalankan sesuai dengan nilai dan prinsip syariah. Salah satu cara untuk
memahami syariah adalah dengan mengetahui setiap tujuan- tujuan syariah
tersebut (Maqasid Syariah) yang akan memberikan fleksibelitas,
kedinamisan dan kreatifitas dalam mengambil kebijakan dan aktifitas
kehidupan sosial. Imam Ghozali seorang ulama Islam yang sangat dihormati
memberikan tujuan syariah sebagai berikut (Chapra, 2011) :
“Tujuan utama syariah adalah untuk mendorong kesejahteraan manusia, yang
terletak pada perlindungan kepada keimanan (din), jiwa (nafs), akal (aql),
keturunan (nasl) dan harta (maal) mereka. Apa saja yang menjamin
terlindungya 5 perkara ini adalah memenui kepentingan publik dan dianjurkan,
dan apa saja yang menciderai 5 perkara ini adalah melawan kepentingan publik
yang harus dibuang.
Ulama-ulama Islam telah sepakat bahwa kelima aspek tersebut menjadi
tujuan utama yang harus diperhatikan (Chapra, 2011). Bagi pemerintah,
kesejahteraan semua masyarakat merupakan tujuan akhir dari pembangunan.
Bagi perusahaan, kesejahteraan shareholder, stakeholder dan lingkungan sosial
merupakan tujuan yang harus dicapai. Maqasid syariah menjadi acuan dan
panduan dalam melakukan semua aktivitas kehidupan manusia.
3
Sekarang ini, hampir semua bank syariah telah mengadopsi tolok ukur
konvensional untuk mengukur kinerja mereka (Mohammed, Razak dan Taib
2008). Sedangkan menurut Antonio, Sanrego, dan Taufiq (2012) untuk saat ini
pengukuran kinerja bank syariah hanya menggunakan pengukuran rasio keuangan
(stakeholders oriented). Memang pengukuran rasio keuangan diperlukan, tapi hal
tersebut tidak cukup. Akibatnya, bank syariah tampak tertinggal di belakang bank
konvensional dalam hal kinerja. Hal ini mungkin disebabkan karena
ketidaksesuaian diantara tujuan mereka, yang seharusnya menjadi bank syariah
yang menerapkan pengukuran berdasarkan maqasid syariah, tetapi malah
menggunakan dengan tolok ukur konvensional yang fokus pada langkah-langkah
keuangan.
Penilaian kinerja bank syariah tidak hanya dinilai dari profitabilitasnya saja,
namun juga kesesuaian dengan syariah Islam (Reni, Muklis dan Cholisni 2014).
Menurut Mohammed, Razak dan Taib (2008) tujuan bank syariah akan tepat jika
diturunkan dari maqasid syariah (tujuan syariah). Siddiqi (1980) menegaskan
bahwa pendiri bank syariah memiliki tujuan untuk memberi kontribusi dalam
pencapaian maqasid syariah, bank syariah harus memiliki tujuan yang jauh lebih
besar dibandingkan hanya untuk mencapai laba maksimum dan juga harus
berusaha untuk mewujudkan maqasid syariah. Hampir semua ulama sepakat
tentang tujuan umum syariah Islam, yakni untuk mewujudkan kesejahteraan (Jalb
al-Masalih) dan menghindari keburukan (Dar’ al Mafasid) (Ibn ‘Ashur ,1998
dalam Fauzia, I. Y., & Riyadi, A. K.,2014). Oleh karena itu, bank syariah yang
berbeda dengan bank konvensional baik dalam teori dan praktek, perlu paradigma
4
pergeseran dalam hal pengukuran kinerja mereka yang tidak hanya terbatas pada
rasio keuangan (stakeholders oriented).
Bank menurut UU No. 21 Tahun 2008 adalah badan usaha yang
menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Prinsip syariah menurut UU No.
21/2008 adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapam
fatwa di bidang syariah. Prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam akan menjadi
dasar beroperasinya bank syariah, yang paling menonjol adalah tidak mengenal
konsep bunga uang. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk tujuan
komersial, Islam tidak mengenal meminjaman uang, tetapi kemitraan/kerjasama
(Mudharabah dan Musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sedang peminjaman
uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun.
Membahas tentang perbankan syariah sangat berkaitan erat dengan akun
dana syirkah temporer, ditunjukkan dengan adanya jumlah dari pendanaan akad
mudharabah dan musyarakah yang dicerminkan dalam akun dana syirkah
temporer yang lebih besar dari pada dengan pendanaan dengan akad jenis lain.
Menurut Nurhayati dan Wasilah (2011) dana syirkah temporer adalah dana yang
diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak
lain dimana bank mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana
tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan. Dana syirkah
temporer terdiri dari dana mudharabah dalam hal bank sebagai pengelola dana
5
(mudharib) dan musyarakah dalam hal bank sebagai mitra aktif.
Hubungan yang terjadi antara nasabah dan bank dapat dijelaskan
menggunakan teori stewardship maupun teori agency. Teori stewardship
mempunyai akar psikologi dan sosiologi yang didesain untuk menjelaskan situasi
dimana manajer sebagai steward dan bertindak sesuai kepentingan pemilik
(Donaldson & Davis, 1989, 1991 dalam Raharjo, 2007). Ketika antara
kepentingan streward dengan kepentingan pemilik tidak sama, maka steward akan
berusaha untuk memperbaiki kerja sama dari pada menentangnya karena steward
berfikir bahwa tujuan dari organisasi lebih penting. Teori stewardship ini
dibangun atas dasar asumsi filosofis bahwa manusia hakekatnya dapat dipercaya,
mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas, dan
kejujuran terhadap pihak lain. Menurut teori stewardship, bank adalah pelayan
yang akan melaksanakan amanah dari nasabah, sehingga dalam
mengoperasionalkan dana syirkah temporer akan sesuai dengan kaidah syariah
Islam dan ketentuan yang telah dibuat dengan nasabah (Kholid dan Bachtiar,
2015).
Sedangkan menurut teori agensi hubungan antara pemilik dan manajer
(bank) pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling
bertentangan (Conflict of Interest). Konflik-konflik kepentingan yang terjadi
dalam agency relationship merupakan akibat dari asumsi yang dipakai dalam
Agency theory ini. Dengan adanya pemisahan tersebut (antara bank dan nasabah)
berakibat pada adanya akses yang lebih pada bank yakni mengetahui informasi-
informasi atas pengelolaan dana tersebut dari pada nasabah. Agency theory ini
6
memiliki hubungan dengan proses pembentukan sistem tata kelola perusahaan
yang akan menjembatani pemisahan kepentingan antara pemilik dana dan
pengelola di dalam perusahan khususnya dalam tugas, wewenang, fungsi-fungsi
lainnya.
Pengaturan dan pengawasan yang efektif sangat diperlukan bagi keamanan
dan kesehatan lembaga keuangan, tak terkecuali bank syariah. Regulasi tidak akan
memiliki peran yang cukup berarti tanpa disertai sistem monitoring yang tepat.
Oleh karena itulah, efektivitas pengawasan merupakan suatu keharusan. Maka
sebab itu dibutuhkan suatu pengendalian untuk menghindari dampak-dampak
yang tidak diharapkan dengan menerapkan sistem good corporate governance.
Good corporate governance adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan
prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional), dan kewajaran
(fairness). Prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk mengukur seberapa jauh GCG
telah diterapkan dalam perusahaan. Good corporate governance kaitannya dengan
perbankan merupakan suatu sistem pengelolaan yang dirancang untuk
meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholder, dan
meningkatkan kepatuhan terhadap perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang
berlaku secara umum (Faozan, 2013 dalam Kholid dan Bachtiar, 2015). Oleh
karena itu untuk merealisasikan hal tersebut, bank melalui mekanisme corporate
governance membentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS). Dewan Pengawas
Syariah adalah dewan yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi
serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah. Harapannya
7
agar semua kegiatan bank sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, sehingga
manajemen bank tidak melakukan pelanggaran atas kontrak yang dilakukan
dengan nasabah.
Selain itu, untuk mengontrol tingkat kepatuhan bank syariah terhadap
perundang-undangan, serta nilai-nilai etika dalam syariah Islam , maka
dibutuhkan juga pengawasan dari dewan komisaris dan komite audit. Dewan
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat
kepada Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam rangka mendukung efektivitas
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, dewan komisaris wajib membentuk
paling kurang: (a.) Komite Pemantau Risiko; (b.) Komite Remunerasi dan
Nominasi; dan (c.) Komite Audit. Pedoman Tata Kelola mendefinisikan peran
komite audit untuk mengawasi dan memantau kualitas pelaporan keuangan dan
untuk mengawasi independen auditor eksternal.
Segala aturan yang telah ada, kesemuanya mengerucut pada kepatuhan bank
syariah terhadap syariah Islam. Diharapkan bank syariah dapat mengaplikasikan
segala bentuk aturan ataupun hukum yang telah disyariatkan oleh agama.
Sehingga dengan mematuhi segala bentuk aturan yang ada, dapat meningkatkan
kinerja bank syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Afrinaldi (2013), menunjukkan bahwa
pengukuran kinerja bank syariah dari aspek syariah merupakan sesuatu yang
penting dan diperlukan dalam mengukur kinerja perbankan syariah. Berkaitan
8
dengan dana syirkah temporer , dalam penelitian yang dilakukan oleh Muamar
Nur Kholid dan Arief Bachtiar (2015), menunjukkan bahwa hasil regresi variabel
dana syirkah temporer berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kinerja
maqasid syariah bank syariah pada tingkat signifikan 5%. Hal tersebut didasarkan
pada teori stewardship, yang menjelasakan bahwa ketika dana syirkah temporer
yang dipercayakan kepada bank syariah banyak maka akan lebih banyak dana
yang dapat dikelola oleh manajer, dan manajer akan mengelola dana tersebut
sepenuhnya untuk kepentingan bersama sesuai dengan amanah dari pemilik dana.
Sedangkan corporate governance yang berpengaruh dengan kinerja bank
dapat di temukan pada beberapa penelitian sebelumnya. Dalam penelitian Kholid
dan Bachtiar (2015), hasil Uji t menunjukkan bahwa jumlah anggota dewan
komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja maqasid syariah bank
syariah pada tingkat signifikan 5%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Muttakin
dan Ullah (2012) menemukan bahwa jumlah board of director dan jumlah rapat
komite audit berpengaruh positif terhadap ROA.
Penelitian-penelitian tersebut merupakan indikasi bahwa perbankan syariah
tidak hanya dapat diukur melalui kinerja keuangan dengan pengukuran
konvensional, tetapi sebagai sebuah entitas bisnis islami yang juga dapat diukur
dari sisi sejauh mana bank syariah menjalani nilai-nilai syariah dan sejauh mana
tujuan-tujuan syariah dilaksanakan oleh perbankan syariah dengan baik.Tujuan
dari penelitian ini adalah mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh dana
syirkah temporer dan corporate governance terhadap kinerja maqasid syariah
bank syariah.
9
Berdasarkan fenomena di atas maka tujuan penelitian adalah untuk
menganalisis kinerja perbankan syariah yang ditinjau dari maqasid syariah.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yakni dari Kholid
dan Bachtiar (2015), sehingga penulis tertarik meneliti dengan judul : “Pengaruh
Dana Syirkah Temporer dan Good Corporate Governance terhadap Kinerja
Maqasid Syariah Bank Syariah di Indonesia Periode 2012-2015”
1.2 Rumusan Masalah
Telah dinyatakan dalam penjelasan di atas bahwa menurut Antonio,
Sanrego, dan Taufiq (2012) untuk saat ini, pengukuran kinerja bank syariah hanya
menggunakan pengukuran rasio keuangan (stakeholders oriented). Memang
pengukuran rasio keuangan diperlukan, tapi hal itu tidak cukup. Penilaian kinerja
bank syariah tidak hanya dinilai dari profitabilitasnya saja, namun juga kesesuaian
dengan syariah Islam (Reni, Muklis dan Cholisni 2014). Tujuan bank syariah akan
tepat jika diturunkan dari maqasid syariah (tujuan syariah). Tujuan umum al-
shari’ah adalah untuk mewujudkan kesejahteraan (Jalb al-Masalih) dan
menghindari keburukan (Dar’ al Mafasid).
Oleh karena itu, penelitian ini ingin menerapkan pendekatan indeks maqasid
syariah untuk pengukuran kinerja bank syariah. Penelitian yang membahas
mengenai pengaruh dana syirkah temporer dan good corporate governance
terhadap kinerja maqasid syariah bank syariah di Indonesia ini akan menguraikan
rumusan masalah secara spesifik sebagai berikut :
10
a. Bagaimana pengaruh tingkat dana syirkah temporer terhadap kinerja maqasid
syariah bank syariah periode 2012-2015
b. Bagaimana pengaruh jumlah anggota dewan komisaris terhadap kinerja
maqasid syariah bank syariah periode 2012-2015
c. Bagaimana pengaruh jumlah anggota dewan pengawas syariah terhadap
kinerja maqasid syariah bank syariah periode 2012-2015
d. Bagaimana pengaruh rangkap jabatan dewan pengawas syariah terhadap
kinerja maqasid syariah bank syariah periode 2012-2015
e. Bagaimana pengaruh jumlah anggota komite audit terhadap kinerja maqasid
syariah bank syariah periode 2012-2015
f. Bagaimana pengaruh jumlah anggota rapat komite audit terhadap kinerja
maqasid syariah bank syariah periode 2012-2015
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh dana syirkah temporer dan good corporate governance terhadap kinerja
maqasid syariah bank syariah di Indonesia. Sedangkan secara khusus, tujuan
penelitian ini adalah :
a. Mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat dana syirkah temporer
terhadap kinerja maqasid syariah bank syariah periode 2012-2015
b. Mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah anggota dewan komisaris
terhadap kinerja maqasid syariah bank syariah periode 2012-2015
11
c. Mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah anggota dewan pengawas
syariah terhadap kinerja maqasid syariah bank syariah periode 2012-2015
d. Mengetahui dan menganalisis pengaruh rangkap jabatan dewan pengawas
syariah terhadap kinerja maqasid syariah bank syariah periode 2012-2015
e. Mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah anggota komite audit
terhadap kinerja maqasid syariah bank syariah periode 2012-2015
f. Mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah rapat komite audit terhadap
kinerja maqasid syariah bank syariah periode 2012-2015
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan ini terdapat beberapa manfaat secara
khusus, yaitu diantaranya adalah :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
konseptual bagi mahasiswa pada umumnya. Selain itu, dapat dijadikan sebagai
bahan referensi khususnya hal-hal yang terkait dengan pengaruh dana syirkah
temporer dan good corporate governance terhadap kinerja maqasid syariah bank
syariah di Indonesia yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa maupun peneliti
yang termotivasi untuk menyempurnakan penetian ini.
12
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Penulis
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap penulis mengenai
penjelasan pengaruh dana syirkah temporer dan good corporate governance
terhadap kinerja maqasid syariah bank syariah di Indonesia. Sehingga dapat
mengetahui peranan bank syariah yang sesugguhnya yakni untuk mencapai
kemaslahatan, yang diukur diukur dengan index maqasid syariah.
b. Akuntan
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan bahwa
pengukuran kinerja bank syariah tidak hanya cukup dengan analisis rasio
keuangan saja, tetapi harus dikembangkan menggunakan aspek-aspek syariah.
Aspek-aspek tersebut berupa Tahdzib al Fardi (Mendidik Manusia), Iqamah
Al adl (Menegakkan Keadilan) dan Jalb Maslahah (Kepentingan Publik)
yang merupakan pengukuran kinerja maqasid syariah yang dikembangkan
oleh oleh Mohammed, Razak, dan Taib (2008) . Selain itu, juga dapat
mengetahui pengaruh dana syirkah temporer dan good corporate governance
terhadap kinerja maqasid syariah.
c. Peneliti Selanjutnya
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bahwa kinerja bank
syariah tidak cukup apabila hanya dilakukan dengan pengukuran rasio
keuangan saja. Tetapi harus dikembangkan menggunakan yang berbasis
syariah yakni dengan index maqasid syariah. Selain itu, juga dapat
mengetahui pengaruh dana syirkah temporer dan good corporate governance
13
terhadap kinerja maqasid syariah. Sehingga, bisa menjadi bahan penelitian
untuk melakukan pengembangan lebih lanjut lagi agar dapat mengembangkan
akuntansi syariah itu sendiri.
d. Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman secara jelas bahwa
good corporate governance dan dana syirkah temporer memiliki pengaruh
terhadap kinerja maqasid syariah. Hal tersebut merupakan pengukuran
kinerja yang diturunkan dari maqasid syariah (tujuan syariah).