Komprehensif 2 DPP

32
KONSEP DASAR DEPRESI POST PARTUM 1. Insiden dan angka kejadian Depresi post partum terjadi pada 33% wanita setelah melahirkan, karena kelahiran dianggap sebagai peristiwa bahagia, tetapi wanita tersebut mengalami gangguan emosi. Penelitian melaporkan bahwa wanita yang beresiko tertinggi untuk PPD adalah mereka yang memiliki riwayat depresi, pengalaman selama kehamilan dan wanita dengan diagnosis sebelumnya PPD memiliki resiko kambuh 25 %. Selain memiliki riwayat depresi, kehidupan yang penuh dengan tekanan, seperti perawatan anak, kurangnya dukungan sosial (terutama dari pasangan) dan kehamilan yang tidak diinginkan adalah sebagai faktor risiko (Perry, 2010). di Amerika Serikat PPD terjadi pada 20% wanita hamil dan 60 % pada remaja (Caple & Uribe, 2012). Frekuensi terjadinya depresi meningkat seiring dengan bertambahnya waktu setelah melahirkan. 8,5 % wanita memperlihatkan tanda- tanda depresi dalam beberapa hari pertama. Pada minggu ke- 12 sebanyak 14,2 % wanita memperlihatkan depresi. Angka keseluruhan insiden depresi pada wanita pascapartum adalah sebesar 10,4 % (Reeder, 2011). Prevalensi PPD di scotlandia meningkat dari 4,5 % menjadi 28 %. Dari studi

description

kompre

Transcript of Komprehensif 2 DPP

BAB II

KONSEP DASAR DEPRESI POST PARTUM

1. Insiden dan angka kejadianDepresi post partum terjadi pada 33% wanita setelah melahirkan, karena kelahiran dianggap sebagai peristiwa bahagia, tetapi wanita tersebut mengalami gangguan emosi. Penelitian melaporkan bahwa wanita yang beresiko tertinggi untuk PPD adalah mereka yang memiliki riwayat depresi, pengalaman selama kehamilan dan wanita dengan diagnosis sebelumnya PPD memiliki resiko kambuh 25 %. Selain memiliki riwayat depresi, kehidupan yang penuh dengan tekanan, seperti perawatan anak, kurangnya dukungan sosial (terutama dari pasangan) dan kehamilan yang tidak diinginkan adalah sebagai faktor risiko (Perry, 2010). di Amerika Serikat PPD terjadi pada 20% wanita hamil dan 60 % pada remaja (Caple & Uribe, 2012). Frekuensi terjadinya depresi meningkat seiring dengan bertambahnya waktu setelah melahirkan. 8,5 % wanita memperlihatkan tanda-tanda depresi dalam beberapa hari pertama. Pada minggu ke-12 sebanyak 14,2 % wanita memperlihatkan depresi. Angka keseluruhan insiden depresi pada wanita pascapartum adalah sebesar 10,4 % (Reeder, 2011). Prevalensi PPD di scotlandia meningkat dari 4,5 % menjadi 28 %. Dari studi penelitian dijelaskan bahwa 13% ibu mengalami PPD dalam waktu 12 minggu setelah melahirkan. Penelitian yang lain menyebutkan terjadi peningkatan menjadi 15 % di masyarakat (Doucet, Dennis, Letourneau, & Blackmore, 2009).

2. DefinisiDepresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dengan menunjukkan prilaku kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). DPP adalah suatu kondisi depresi yang yang berat dapat terjadi dalam waktu segera setelah melahirkan, tetapi kemungkinan tidak terdeteksi selama beberapa bulan pascapartum. Wanita mengalami rasa kehilangan dan kesedihan yang mendalam dan menetap, disertai dengan kecemasan, iritabilitas, gangguan tidur, kurang nafsu makan, perasaan bersalah, fobia. DPP biasanya berlangsung selama sekitar 1 tahun pascapartum (Reeder, 20110).

3. PatofisiologiDepresi adalah penyakit mental yang cenderung menurun dalam keluarga. Wanita dengan riwayat keluarga depresi cenderung lebih mudah terkena depresi.Selain bakat bawaan, perubahan hormon setelah melahirkan diduga memicu depresi. Ketika wanita hamil, kadar hormon estrogen danprogesteron sangat meningkat. Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, kadar hormon tersebut dengan cepat kembali normal. Perubahan besar dalam kadar hormon dapat menyebabkan depresi. Hal ini hampir sama dengan perubahanhormon lebih kecil yang dapat mempengaruhi suasana hati perempuan sebelum mendapat haid.Kadar hormon tiroid juga bisa turun setelah melahirkan. Tiroid adalah kelenjar kecil di leher yang membantu mengaturpenggunaan dan penyimpanan energi dari makanan. Penurunan tingkat hormon tiroid dapat menyebabkan gejala depresi (Perry, 2010).

4. Tanda dan gejala Dalam jangka waktu 2 minggu, wanita menunjukkan perubahan mood depresi atau hilangnya minat dalam aktivitas sehari-hari yang merupakan indikator dari prilaku normal sehingga mengakibatkan gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sedikitnya 4 dari gejala berikut harus ada untuk diagnosis, yaitu : adanya perubahan berat badan, insomnia atau hipersomnia, psikomotor agitasi atau retardasi, kelelahan atau kehilangan energi, perasaan tidak berharga/bersalah, penurunan kemampuan untuk berfikir/konsentrasi, dan keinginan untuk bunuh diri, serta perasaan bersalah menjadi seorang ibu yang ekonominya kurang (Doucet. et all. 2009).Depresi merupakan gangguan yang betulbetul dipertimbangkan sebagai psikopatologi yang paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak jarang berakhir dengan kematian. Gejala depresi seringkali timbul bersamaan dengan gejala kecemasan. Manifestasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum seperti : sukar tidur, merasa bersalah, kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran mau bunuh diri. Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan depresi lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan adalah pikiran pikiran ingin bunuh diri, wahamwaham paranoid dan ancaman kekerasan terhadap anakanaknya. Tetapi dibandingkan dengan gangguan depresi yang umum, depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain :a. Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi mimpi yang menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.b. Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.c. Fobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah Caesar akan merasakan emosi yang bermacammacam. Keadaan ini dimulai dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi. Wanita yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula untuk kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan peralatan operasi dan jarum.d. Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya.e. Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu.f. Perubahan mood. Depresi postpartum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan, sedih murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benarbenar memusuhi bayinya. Depresi postpartum sering disertai gangguan nafsu makan dan gangguan tidur, rendahnya harga diri dan kesulitan untuk mempertahankan konsentrasi atau perhatian (Perry, 2010).

5. Faktor resiko Para peneliti mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya DPP adalah stress, karakteristik prilaku individu, tekanan hidup misalnya konflik keluarga/perkawinan, kemiskinan, pendidikan yang rendah, single parents, multiparitas, support dan motivasi yang kurang dari pasangan, penyakit fisik/mental kronis, harga diri rendah, riwayat prenatal, merasa terjebak dan terisolasi dan kesulittan dalam melakukan perawatan pada bayi baru lahir.komplikasi persalinan (ex : SC yang tidak direncanakan), bayi yang dirawat di NICU, kelelahan yang tidak ada henti-hentinya atau energi yang sangat tinggi selama periode postpartum menunjukkan dapat meningkatkan resiko PPD (Caple & Uribe, 2012).

6. Dampak depresi post partum pada ibu dan janin: Depresi beratpasca melahirkan dapat menyebabkan kurangnyaikatanibu-bayi, keterlambatandalam pertumbuhan dan perkembangan bayi, akan meningkatkan risikogejalakecemasan ataudepresipada bayi dikemudian hari. Gangguangangguan psikologis yang muncul akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan ibu dikemudian hari, serta dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut (Perry, 2010).Efek pada bayi, dapat menurunkan respons orientasi dan menyebabkan keterlambatan keterikatan dan tahapan perkembangan. Dapat menyebabkan gangguan tidur pada bayi. Dan gangguan nutrisi (Reeder, 2011).

7. MANAGEMENT MEDISObat yang diberikan pada ibu dengan DPP adalah antidepresan, antianxiety, dan ECT (Perry, 2010).Antidepresan trisiklik (misalnya, Nortriptilin 50-150 mg/hari) untuk wanita dengan gangguan tidur. Efek samping dari antidepresan trisiklik termasuk mengantuk, berat badan bertambah, mulut kering, sembelit, dan disfungsi seksual. Biasanya, gejala mulai berkurang dalam 2-4 minggu. Dan penyembuhan total dapat berlangsung beberapa bulan. Pada sebagian responden, meningkatkan dosis dapat membantu. Obat anxiolytic seperti lorazepam dan clonazepam berguna sebagai pengobatan adjunctive pada pasien dengan kecemasan dan gangguan tidur. Data awal menunjukkan bahwa estrogen, sendiri atau kombinasi dengan antidepresan, bermanfaat, namun tetap antidepresan menjadi lini pertama pengobatan.Jika ini adalah episode pertama dari depresi, pengobatan selama 6-12 bulan dianjurkan. Obat diberikan untuk depresi sedang sampai berat. Obat yang umum digunakan antara lain golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), SNRI, dan tricyclic antidepressants serta benzodiasepin sebagai tambahan. Obat anti depressant tidak dapat digunakan hanya 1-2 minggu, karena efeknya baru terasa setelah 2 minggu. Umumnya diberikan selama 6 bulan.

8. MANAGEMENT KEPERAWATANa. Deteksi dini gejala DPP, perawat harus menjadi pendengar yang baik dan memberikan perawatan yang maxsimal kepada ibu dengan DPP. Memberikan asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, dx keperawatan, renpra, intervensi dan evaluasi (Perry, 2010).b. Modifikasi Lingkungan, Lingkungan keluarga penting dalam penyembuhan. Suami harus pengertian. Serta keluarga harus mendukung ibu serta membantu dalam merawat anak (Gilbert, 2003).c. Banyak wanita lebih memilih intervensi nonpharmacological, karena pharmacologi berpotensi terjadi penularan obat ke ASI, takut kecanduan atau ketergantungan, sehingga merugikan ibu dan bayinya. akhir-akhir ini ditemukan intervensi pada pengobatan PPD dengan memberikan konseling nondirective, misalnya terapi prilaku kognitif, interpersonal psikoterapi (IPT), dan telepon berbasis dukungan. Dengan memberikan intervensi secara dini yaitu terapi hubungan ibu-bayi, intervensi peningkatan gangguan tidur (Doucet et all, 2009).d. Managemen Keperawatan pada DPP menurut Gilbert & Harmon (2003) adalah :Deteksi awal terjadinya Depresi post partum dengan menggunakan instrumen Edinburgh Postnatal Depression Scale EPDS dan PDSS (Postpartum Depression Screening Scale (PDSS) (White, 2008)

Intervensi untuk mengurangi ketakutan ibu :1) Sediakan waktu untuk pasien dalam mengekspresikan perasaan takutnya, dan libatkan keluarga dan ibu dalam pengobatan dan penyelesaian masalahnya2) Libatkan pasangan/suami untuk mengurangi ketakutan pada ibu postpartum, karena partner akan memberikan dukungan dan motivasi untuk menurunkan ketakutannya3) Bantu orang tua untuk mendiskusikan perasaannya dengan anak-anak yang lain agar tidak terjadi siblings, yang disebabkan kehadiran anggota baru (bayi)4) Jelaskan resiko pada bayi dan dirinya jika terjadi depresi setelah melahirkan 5) Anjurkan ibu berkonsultasi dengan tim medis seperti, spesialis maternitas, konselor, pekerja sosial atau orang lain yang bisa dipercaya dan diyakini.Intervensi untuk meningkatkan harga diri ibu :1) Jadilah active listening2) Bantu pasien untuk membuat strategi dalam menghadapi kelahiran dan postpartum3) Bantu dan motivasi ibu untuk berpartisipasi dalam perawatan bayinya (Gilbert, 2003)

9. Aspek Etik dan Legal dalam penatalaksanaan Depresi Post Partum :Dalam melakukan tindakan keperawatan kepada klien, perawat harus memperhatikan aspek etik dan legal dalam penetalaksanaan depresi post partum. aspek etik menuntun profesi untuk melakukan amalan baik atau bertindak dengan tepat sesuai norma (nilai baik) yang berlaku. Profesi Perawat sebagai pemberi pelayanan yang profesional harus memperhatikan 3 hal diantaranya adalaha. Fokus profesi 1) CLIENT ORIENTED, berorientasi pada klien2) ALTRUISM, pengorbanan3) DUTY OF CARE, kewajiban merawatb. Adapun prinsip-prinsip etik yang harus diperhatikan adalah beneficience, non maleficience, autonomy, justice, veracity, fidelity.1) BENEFICIENCE, memberikan intervensi yang terbaik terhadap pasien 2) NON MALEFICIENCE, menghindari tindakan yang merugikan pasien/malpraktek3) AUTONOMY, Memberikan kebebasan pada klien menentukan pilihan yang paling sesuai bagi klien dan didasari oleh pemahaman klien yang baik . serta perawat harus memberikan informasi yang jelas dan dimengerti oleh klien.4) JUSTICE, Berlaku adil dan tidak membeda bedakan perlakuan terhadap klien dengan klien lainnya. Memberikan segala sesuatu yang menjadi hak klien dalam asuhannya sesuai dengan kondisi klien. Pertimbangan untuk melaksanakannya adalah prinsip beneficience dan maleficience 5) FIDELITY, Loyalitas dan komitment terhadap tugas dan pekerjaannya sesuai dengan profesinya. Bersikap positif terhadap klien. Menjaga rahasia dan menjamin hubungan saling percaya dan saling menghormati 6) VERACITY, Berlaku jujur terhadap pasien terkait dampak dari depresi post partumPada dasarnya fokus uttama dalam memberikan pelayanan kepada klien dengan DPP adalah harus tetap memperhatikan prinsip etik yang ada. tetapi jangan lupa tetap berkolaborasi dengan tim medis yang lain. Baik dokter maupun psikoterapi. Sehingga pada saat perawat memberikan intervensi tidak menyimpang dari kompetensi perawat itu sendiri.

10. Strategi dan Peran Perawat a. Identifikasi dan intervensi secara dini prognosenya pada wanita yang mengalami depresi postpartum adalah baik. Beberapa kasus yang pernah dilaporkan tertangani dengan baik jika efek depresi post partum ini diketahui sejak awal. Pencegahan yang paling utama adalah informasi tentang faktor resiko terjadinya depresi postpartum di masyarakat sebagai nilai penting untuk mencegah terjadinya depresi ini. Skrining awal terjadinya depresi postpartum ini dapat diketahui saat ibu membawa bayinya pada tempat pelayanan kesehatan untuk dilakukan imunisasi sehingga pencegahan terjadinya depresi postpartum dan depresi secara umum dapat dihindarib. Perawat harus melakukan pengkajian meliputi: identifikasi dini terhadap faktor resiko, riwayat depresi post partum, gangguan afektif dlm keluarga, sosial ekonomi yang rendah, ketidakstabiilan perkawinan, orang tua tunggal dengan keterbatasan dukungan, ambivalensi, negativitas mngenai peran menjadi orang tua, riwayat penganiyayaanatau pengabaian saat anak-anak, kekecewaan dan kritik terhadap diri, Tanda-tanda prediksi awal yang berhubungan dengan prilaku ibu dan interaksi dengan bayinya: kurangnnya kehangatan, orang pendukung yang peduli, ambivalensi tentang kehamilan, atau bayi baru lahir, gangguan tidur, mimpi buruk, sering menangis, perasaan kehilangan yang sangat (aktivitas rutin, pribadi, tujuan hidup, citra tubuh), kesedihan, kecemasan, rasa bersalah, marah, kurang berniat dan hangat dalam merawat bayinya.c. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan diantaranya: pemberian dukungan, mempersiapkan klien dan keluarga, untuk memahami sifat sementara dari kondisi ini,kebutuhan ibu untukmengungkapkan perasaannnya, lingkungan yang penuh penerimaan dan kebutuhan ibu untuk menggali pilihan. Dukungan emosi, bantuan praktis seperti mendaptkan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan perawatan bayi baru lahir, mengajarkan tehknik relaksasi.d. Ada 3 tujuan utama yang dilakukan NPDP, Pemerintah Australia telah membuat rencana dan implementasi yang tergabung dalam NPDP (National Perinatal Depression Plan) untuk perawat dan bidan sebagai Alat/instrumen yang digunakan untuk melakukan perawatan kesehatan pencegahan depresi post partum.1) Mendeteksi sejak didni gangguan psikososial pada ante dan postnatal2) Penkes tentang DPP sebagai deteksi dan intervensi awal3) Pengembangan kualitas dari perawat dalam memberikan dukungan dan tindak lanjut pada ibu dengan DPPe. 3 aspek penting dari NPDP yang berkaitan dengan praktek NPDP adalah : 1) Edinburgh postnatal depression scale(EPDS)2) The 2008 beyondblue National Action Plan for Perinatal Mental Health (NAP)3) The Draft beyondblue Clinical Practice Guidelines for depression and related disorders anxiety, bipolar disorder,4) and puerperal psychosis in the perinatal period(Hayes, 2010)Merujuk pada jurnal hayes (2010) diharapkan pemerintah Indonesia terutama yang berkaitan dengan kesehatan mempunyai strategi khusus seperti yang dilakukan oleh pemerintah australia dalam mengatasi ibu dengan post partum, sehingga depresi pada ibu post partum dapat ditekan jumlahnya.

11. Trend masa depan dan riset yang terkaitPenelitian yang dilakukan oleh white (2008) yaitu membandingkan antara 2 instrumen PDSS dan EPDS yang dilakukan di new zealand, menghasilkan hasil yang valid digunakan untuk mendeteksi awal pasien dengan depresi post partum. Selain itu, menurut hayes (2010) untuk membantu menyelesaikan permasalahan pada ibu dengan depresi post partum yaitu dengan Mendeteksi sejak dini gangguan psikososial pada ante dan postnatal, Penkes tentang DPP sebagai deteksi dan intervensi awal, Pengembangan kualitas dari perawat dalam memberikan dukungan dan tindak lanjut pada ibu dengan DPP.

EVALUASI BIBLIOGRAFI

No.SumberJenisOutlinePenjelasan

1.Perry, et al. (2010). Maternal Child Nursing Care. 4th Ed. Canada Evolve. Mosby

Bukua. Insiden DPPb. Faktor resiko DPPc. Management medis dan psykotropik medikasid. Management keperawatane. Proses keperawatan

Buku ini menjelaskan secara detail dan lengakap tentang DPP mulai dari definisi sampai dengan proses keperawatan secara rinci. Rujukan buku ini menjelaskan management baik dari segi medis dan dari keperawatan, sehingga pembaca bisa membedakan antara kedua intervensi yang berbeda. Penulis dalam memberikan data ibu dengan DPP masih sangat kurang, akan lebih baik bila ditambahkan dari hasil penelitian yang lain yang menunjukkan insiden DPP.

a. Insiden DPP : Depresi post partum terjadi pada 33% wanita setelah melahirkan, karena kelahiran dianggap sebagai peristiwa bahagia, tetapi wanita tersebut mengalami gangguan emosi. b. Faktor resiko DPP : depresi prenatal, harga diri rendah, stress, cemas prenatal, kurangnya dukungan sosial, masalah dengan pasangannya, riwayat depresi, single parent, status sosial ekonomi rendah, kehamilan yang tidak diinginkan.c. Management medis dan psikotropik medikasi : Obat yang diberikan pada ibu dengan DPP adalah antidepresan, antianxiety, dan ECT. Ketika wanita hamil, kadar hormon estrogen danprogesteron sangat meningkat. Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, kadar hormon tersebut dengan cepat kembali normal. Perubahan besar dalam kadar hormon dapat menyebabkan depresid. Management keperawatan : deteksi dini gejala DPP, perawat harus menjadi pendengar yang baik dan memberikan perawatan yang maxsimal kepada ibu dengan DPP. e. Proses keperawatan : dimulai dari pengkajian, dx keperawatan, renpra, intervensi dan evaluasi. Penulis sangat detail dalam menjelaskan proses keperawatan ibu dengan DPP

2.Gilbert, Elizabeth Stepp, Harmon, J.S.,(2003), High Risk in Pregnancy and Delivery, page 130, St.Louis.Missouri; Mosby

Bukua. Definisib. Gejala c. Diagnosa banding DPPd. Deteksi DPP dengan instrumen EPDSe. Management keperawatan

Depresi post partum dalam buku Gilbert dijelaskan secara terperinci dan mudah dimengerti. Tetapi untuk definisi dari PPD itu sendiri masih kurang detail dan jelas, Gilbert dalam bukunya menjelaskan tentang penilaian DPP dengan menggunakan skala EPDS, sehingga memudahkan pembaca dalam memahami dan melakukan deteksi dini dari instrumen yang ada.a. Definisi : perempuan hamil mempunyai resiko lebih tinggi terjadi PPD. PPD dapat terjadi pada periode ante dan postpartum. Oleh sebab itu dalam hal ini, perawat harus mampu mendeteksi sejak dini pada 6 minggu pertama post partum. Sehingga perawat memberikan intervensi awal agar tidak berlanjut.b. Gejala : depresi prenatal, stress, cemas, kurangnya sosial support, riwayat depresi.c. Diagnosis banding DPP : HIV, Intrakranial mass, penyakit kejiwaan.d. deteksi DPP : ada beberapa instrumen yang digunakan untuk mendeteksi DPP AL : PDPI, PDC, dan EPDS.e. Management keperawatan : untuk menyelesaikan masalah ibu dengan DPP, perawat perlu melibatkan keluarga dalam memberikan support kepada ibu

3.Caple, C., & Uribe, L. M. (2012). Postpartum Depression. In D. Pravikoff (Ed.), (pp. 2p). Glendale, California: Cinahl Information Systems.

Artikel a. Definisib. Etiologyc. Insiden/angka kejadiand. Faktor resikoe. Tanda dan gejala

Dalam artikel yang dijelaskan oleh caple sangat lengkap dan detail. Terkait dengan definisi PPD, etiology, insiden, faktor resiko, tanda dan gejala.a. Definisi : PPD terjadi pada 15 % wanita, tetapi seringkali hal ini terabaikan dan tidak terdeteksi. PPD dapat muncul 2 hari setelah post partum sampai 1 tahun. PPD meningkatkan resiko ibu untuk bunuh diri, mudah marah, tersinggung, cemas, dan kemungkinan membunuh bayinya.b. Etiologi : etiologi PPD tidak diketahui, tetapi multifaktorial. Yang melibatkan faktor genetik, biologis, dan faktor psikososial (misalnya perbedaan antara harapan dan realitas). Bukti lain mengatakan, ibu dengan PPD yang berlangsung lebih dari 6 bulan, anak akan mengalami gangguan kognitif, pertumbuhan dan perkembangan. Peningkatan resiko terjadinya depresi di masa dewasa.c. Insiden : di Amerika Serikat PPD terjadi pada 20% wanita hamil dan 60 % pada remaja.d. Faktor resiko : para peneliti mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya DPP adalah stress, karakteristik prilaku individu, tekanan hidup misalnya konflik keluarga/perkawinan, kemiskinan, pendidikan yang rendah, single parents, multiparitas, support dan motivasi yang kurang dari pasangan, penyakit fisik/mental kronis, harga diri rendah, riwayat prenatal, merasa terjebak dan terisolasi dan kesulittan dalam melakukan perawatan pada bayi baru lahir.komplikasi persalinan (ex : SC yang tidak direncanakan), bayi yang dirawat di NICU, kelelahan yang tidak ada henti-hentinya atau energi yang sangat tinggi selama periode postpartum menunjukkan dapat meningkatkan resiko PPD.e. Tanda dan gejala : tanda dan gejala PPD mengalami gangguan tidur, penurunan BB, energi berkurang, konsentrasi menurun. Ibu dengan PPD bisa tamopak sibuk dan tidak fokus. Ibu mungkin mengabaikan bayi dan merawat bayinya tanpa adanya kontak mata.malas untuk menyusui, kasar pada bayinya. ibu tampak cemas dan tidak nyaman, menjadi takut menyakiti bayi atau diri mereka sendiri, dan memiliki keluhan somattik (misalnya nyeri). Gejala lain yang muncul adalah sembelit, perubahan pola makan, ekspresi wajah sedih, kebersihan diri yang kurang.

4.Reeder, Martin & Koniak-Griffin, 2011, Keperawatan Maternitas, Vol 2 (IN Rahmawati & Y Afiyanti) buku asli diterbitkan tahun 2011, Jakarta ; EGCBukua. Insiden b. Definisi DPPc. Faktor penyebab DPPd. Dampak pada ibu dan bayie. Proses keperawatan Dalam buku ini dijelaskan sangat lengkap dan rinci tentang definisi DPP, gejala dan faktor penyebab serta proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan. Tetapi insiden angka kejadian ibu dengan DPP di indonesia sendiri belum terlihat, buku tersebut hanya menjelaskan insiden di negara-negara berkembang.a. Insiden: frekuensi terjadinya depresi meningkat seiring dengan bertambahnya waktu setelah melahirkan. 8,5 % wanita memperlihatkan tanda-tanda depresi dalam beberapa hari pertama. Pada minggu ke-12 sebanyak 14,2 % wanita memperlihatkan depresi. Angka keseluruhan insiden depresi pada wanita pascapartum adalah sebesar 10,4 %. b. Definisi DPP : suatu kondisi depresi yang yang berat dapat terjadi dalam waktu segera setelah melahirkan, tetapi kemungkinan tidak terdeteksi selama beberapa bulan pascapartum. Wanita mengalami rasa kehilangan dan kesedihan yang mendalam dan menetap, disertai dengan kecemasan, iritabilitas, gangguan tidur, kurang nafsu makan, perasaan bersalah, fobia. DPP biasanya berlangsung selama sekitar 1 tahun pascapartum. c. Faktor penyebab DPP : DPP bisa terjadi karena kurangnya dukungan awal, perhatian, minimnya kehadiran pasangan dan ketergantungan hubungan dengan orang tua.d. Dampak pada bayi :Efek pada bayi, dapat menurunkan respons orientasi dan menyebabkan keterlambatan keterikatan dan tahapan perkembangan. Dapat menyebabkan gangguan tidur pada bayi. Dan gangguan nutrisi.e. Proses keperawatan : dalam memberikan asuhan keperawatan selama masa pascapartum, perawat melakukan pengkajian prilaku ibu dan interaksi ibu dengan bayinya. selanjutnya menentukan diagnosis keperawatan, renpra, dan yang terakhir yaitu evaluasi.

5.Hayes, B. A. (2010). From 'postnatal depression' to 'perinatal anxiety and depression': key points of the National Perinatal Depression Plan for nurses and midwives in Australian primary health care settings. Contemporary Nurse: A Journal for the Australian Nursing Profession, 35(1), 58-67. doi: 10.5172/conu.2010.35.1.058

Artikela. Abstracb. Introductionc. The national perinatal mental health pland. Implications for nurses and midwives within the npdp, the edinburgh postnataldepression scalee. The beyondblue National ActionPlanArtikel ini sangat bagus dipakai rujukan dalam merencanakan dan melakukan intervensi pada ibu dengan depresi post partum. Dalam artikel tersebut dijelaskan bagaimana cara untuk mendeteksi dan menilai tingkat keparahan ibu dengan DPP. Pemerintah Australia telah membuat rencana dan implementasi yang tergabung dalam NPDP (National Perinatal Depression Plan) untuk perawat dan bidan sebagai Alat/instrumen yang digunakan untuk melakukan perawatan kesehatan pencegahan depresi post partum. Ada 3 tujuan utama yang dilakukan NPDP :1) Mendeteksi sejak didni gangguan psikososial pada ante dan postnatal2) Penkes tentang DPP sebagai deteksi dan intervensi awal3) Pengembangan kualitas dari perawat dalam memberikan dukungan dan tindak lanjut pada ibu dengan DPP

3 aspek penting dari NPDP yang berkaitan dengan praktek NPDP adalah : 1) Edinburgh postnatal depression scale(EPDS)2) The 2008 beyondblue National Action Plan for Perinatal Mental Health (NAP)3) The Draft beyondblue Clinical Practice Guidelines for depression and related disorders anxiety, bipolar disorder,4) and puerperal psychosis in the perinatal period

6.Doucet, S., Dennis, C., Letourneau, N., & Blackmore, E. R. (2009). Differentiation and clinical implications of postpartum depression and postpartum psychosis. JOGNN: Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, 38(3), 269-279. doi: 10.1111/j.1552-6909.2009.01019.x

Artikela. Abstracb. Definition and sign DPPc. Epidemiologyd. Prevention and e. Treatment

Dalam artikel ini dijelaskan tentang definisi DPP, epidemiology, pencegahan dan pengobatan yang dilakukan oleh perawat perinatal serta implikasi keperawatannya. Sehingga artikel ini baik untuk rujukan perawat khususnya perawat spesialis maternitas.a. Abstrac : perawat mempunyai peranan penting dalam identifikasi awal dan pengobatan gangguan dini ibu dengn post partum depresib. Definisi dan gejala DPP :Dalam jangka waktu 2 minggu, wanita menunjukkan perubahan mood depresi atau hilangnya minat dalam aktivitas sehari-hari yang merupakan indikator dari prilaku normal sehingga mengakibatkan gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sedikitnya 4 dari gejala berikut harus ada untuk diagnosis, yaitu : adanya perubahan berat badan, insomnia atau hipersomnia, psikomotor agitasi atau retardasi, kelelahan atau kehilangan energi, perasaan tidak berharga/bersalah, penurunan kemampuan untuk berfikir/konsentrasi, dan keinginan untuk bunuh diri, serta perasaan bersalah menjadi seorang ibu yang ekonominya kurang.c. Epidemiology : di scotlandia prevalensi meningkat dari 4,5 % menjadi 28 %. Dari studi penelitian dijelaskan bahwa 13% ibu mengalami PPD dalam waktu 12 minggu setelah melahirkan. Penelitian yang lain menyebutkan terjadi peningkatan menjadi 15 % di masyarakat.d. Pencegahan :Perawat melakukan deteksi dengan instrumen dan kunjungan rumah untuk deteksi awal terhadap ibu yang beresiko DPP. Dukungan teman sebaya dan keluarga sangat diperlukan.e. Pengobatan :Banyak wanita lebih memilih intervensi nonpharmacological, karena pharmacologi berpotensi terjadi penularan obat ke ASI, takut kecanduan atau ketergantungan, sehingga merugikan ibu dan bayinya. akhir-akhir ini ditemukan intervensi pada pengobatan PPD dengan memberikan konseling nondirective, misalnya terapi prilaku kognitif, interpersonal psikoterapi (IPT), dan telepon berbasis dukungan. Dengan memberikan intervensi secara dini yaitu terapi hubungan ibu-bayi, intervensi peningkatan gangguan tidur. Tetapi terkadang farmakoterapi juga dibutuhkan, misalnya obat antidepresan, tetapi tetap harus diingat dampaknya terhadap ibu yang menyusui.

7.White, G. (2008). A comparison of the Postpartum Depression Screening Scale (PDSS) with the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). New Zealand College of Midwives Journal, 39, 28-32.

Artikela. Abstrakb. Pengukuran dengan PDSSc. Pengukuran dengan EPDSDalam artikel tersebut, peneliti melakukan perbandingan instrumen antara 2 form. Dimana hasil yang didapatkan dalam pebnelitian tersebut instrumen yang digunakan sangat valid dan salah satu acuan yang bagus untuk mendeteksi awal depresi post partum.

DAFTAR PUSTAKA

Caple, C., & Uribe, L. M. (2012). Postpartum Depression. In D. Pravikoff (Ed.), (pp. 2p). Glendale, California: Cinahl Information Systems.

Doucet, S., Dennis, C., Letourneau, N., & Blackmore, E. R. (2009). Differentiation and clinical implications of postpartum depression and postpartum psychosis. JOGNN: Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, 38(3), 269-279. doi: 10.1111/j.1552-6909.2009.01019.x

Gilbert, Elizabeth Stepp, Harmon, J.S.,(2003), High Risk in Pregnancy and Delivery, page 130, St.Louis.Missouri; Mosby

Reeder, Martin & Koniak-Griffin, 2011, Keperawatan Maternitas, Vol 2 (IN Rahmawati & Y Afiyanti) buku asli diterbitkan tahun 2011, Jakarta ; EGC

Hayes, B. A. (2010). From 'postnatal depression' to 'perinatal anxiety and depression': key points of the National Perinatal Depression Plan for nurses and midwives in Australian primary health care settings. Contemporary Nurse: A Journal for the Australian Nursing Profession, 35(1), 58-67. doi: 10.5172/conu.2010.35.1.058

Perry, et al. (2010). Maternal Child Nursing Care. 4th Ed. Canada Evolve. Mosby

Reeder, Martin & Koniak-Griffin, 2011, Keperawatan Maternitas, Vol 2 (IN Rahmawati & Y Afiyanti) buku asli diterbitkan tahun 2011, Jakarta ; EGC

White, G. (2008). A comparison of the Postpartum Depression Screening Scale (PDSS) with the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). New Zealand College of Midwives Journal, 39, 28-32.