Asyiknya Bisnis Konstruksi

Post on 20-Jan-2017

234 views 2 download

Transcript of Asyiknya Bisnis Konstruksi

113

Limbah (Kopi) Pembawa Berkah

Asyiknya Bisnis Konstruksi

Bukan cuma desakan mertua untuk menjadi sopir bis yang memacu-nya untuk membuktikan kemampuan. Namun keuletan, semangat, dan kreativitasnya telah membantu banyak saudaranya keluar dari jebakan kemiskinan.

10

10_YogYa_OKE.indd 113 12/3/08 10:01:02 AM

114

Bermain di bisnis jasa konstruksi, khususnya yang fokus pada perpipaan dan saluran irigasi, ternyata membuka

peluang bisnis tersendiri bagi Lukman Arif, pria kelahiran Malang. Pria beristrikan Solkhatun, asli Pekalongan, yang memberinya tiga anak ini, justru mendapatkan peruntungannya di Yogyakarta, kota tempat mereka menempuh pendidikan tinggi di IKIP Yogyakarta. Pembawaannya sederhana, low profile, tetapi setiap orang yang me­ngenalnya pasti akan sepakat kalau Lukman adalah orang yang ber­semangat, penuh ide, dan tidak gampang menyerah. Tiga sifat dasar inilah yang membawa Lukman sampai ke tingkat kesuksesannya sekarang ini.

Tantangan MertuaSampai saat ini belum banyak pemain yang masuk ke bisnis perpi­paan dan saluran irigasi. Dari tiga pemain yang ada, dapat dikatakan Karya Utama Group milik Lukman Arif ini cukup bersaing. Hanya butuh waktu kurang lebih lima tahun, Lukman berhasil mengubah asetnya yang awalnya berupa sebidang tanah dan rumah senilai Rp 80 juta menjadi senilai kurang lebih Rp 1 miliar, baik berupa peralat­an, mesin, alat­alat inventaris, maupun bangunan. Dan ini semua dicapai salah satunya berkat dukungan dari BPR Nusamba Bangun­tapan, Bantul, Yogyakarta yang telah memberikan bantuan kredit ke­pada Lukman dalam menjalankan bisnisnya.

Awal karier Lukman sempat menjadi karyawan sebuah perusa­haan jasa konstruksi di Yogyakarta selama sembilan tahun, dari 1993 sampai 2002. Namun sulitnya kondisi perusahaan, di mana selama dua tahun terakhir hampir tidak ada proyek yang bisa dikerjakan, membuat Lukman mengambil keputusan untuk mengundurkan diri pada November 2002. Menjadi pengangguran selama kurang lebih lima bulan membuat mertua Lukman gelisah. Sang mertua akhirnya meminta Lukman untuk segera menjual rumah satu­satunya yang saat itu dimilikinya untuk dibelikan sebuah bis, dan Lukman diminta untuk menjadi sopirnya.

10_YogYa_OKE.indd 114 12/3/08 10:01:02 AM

115

Limbah (Kopi) Pembawa Berkah

Namun perminta­an sang mertua itu di­tolaknya dengan per­timbangan ilmu yang diperolehnya selama di IKIP Jurusan Teknik Bangunan akan sia­sia kalau dia hanya menjadi supir bis. Lukman pun kemudian meminta waktu selama dua bulan lagi kepada mertu­anya untuk mencari pekerjaan. Apabila selama dua bulan itu dia tidak mendapatkan pekerjaan, Lukman pun siap menjual rumah tersebut untuk diberikan kepada anak dan istrinya. Anak dan istrinya akan dijemput kembali apabila dia telah sukses, begitulah janji Lukman kepada sang mertua.

Ternyata, waktu selama dua bulan tidak disia­siakan oleh Luk­man. Berbekal ilmu yang diperolehnya selama kuliah dan pengalam­an kerja sebelumnya sebagai penyelia untuk pekerjaan para mandor konstruksi, Lukman pun menjajal kemampuannya untuk menjadi mandor. Setelah terlebih dahulu mencari informasi pemenang tender pekerjaan konstruksi dari koran­koran, Lukman pun mulai melamar menjadi mandor ke beberapa kontraktor pemenang tender.

Proyek pekerjaan pertama diperolehnya senilai kurang lebih Rp 300 juta pada pertengahan 2003, yaitu untuk pengerjaan talud (salur­an pengendali banjir) di daerah Kretek, Bantul. Proyek ini masih bersifat subkontrak yang diperoleh dari PT Nada Konstruksi, peme­nang tender pengerjaan proyek dari Departemen Pekerjaan Umum. Dari sinilah titik awal Lukman Arif dalam memulai bisnis jasa kons­truksinya.

Ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah dan pen-galamannya mengantar-kan Lukman Arif menjadi pebisnis di bidang kon-struksi yang sukses.

10_YogYa_OKE.indd 115 12/3/08 10:01:06 AM

116

Setelah terbukti pekerjaannya memberikan hasil yang memuas­kan, Lukman kemudian yakin untuk bisa memperoleh tambahan proyek pekerjaan lain. Dari nilai kontrak awalnya sebesar Rp 300 juta, Lukman mendapatkan tambahan pekerjaan sehingga nilai kon­traknya menjadi kurang lebih Rp 1 miliar saat ia menjadi mandor. Kepercayaan dari PT Nada Konstruksi ini berperan besar menum­buhkan keyakinan di benak Lukman, bahwa inilah jalan hidup yang harus dijalaninya, sehingga dia harus serius di bidang ini.

Melirik Kredit Perbankan Sifat pekerjaan di bisnis kontraktor benar­benar menuntut mandor mampu memutar uang muka proyek dan modal kerja awal. Di te­ngah usahanya merintis bisnis sendiri sebagai mandor untuk peker­jaan konstruksi subkontraknya, Lukman mulai menemui kesulitan cash flow terutama untuk membayar upah tenaga kerja. Walaupun

Salah satu proyek pekerjaan Lukman. Kredibilitas Lukman sudah cukup teruji dan bisnisnya memiliki potensi yang besar untuk berkembang.

10_YogYa_OKE.indd 116 12/3/08 10:01:10 AM

117

Limbah (Kopi) Pembawa Berkah

modal kerjanya dikumpulkan dari patungan bersama dua orang te­mannya, namun karena ada tiga proyek yang ditangani secara ber­samaan menyebabkan uang muka dan modal kerja yang dimilikinya tidak mampu menutup biaya operasional tenaga kerja. Meski untuk beberapa material lain bisa dibayarkan secara berkala, namun upah tenaga kerja harus dibayar secara rutin setiap minggu, sementara be­berapa bahan bangunan harus dibayar terlebih dahulu.

Mulailah terbersit di benak Lukman untuk mencari pinjaman dari BPR. Sebagai langkah pertama, ia mulai mencari informasi di koran me ngenai lembaga keuangan pemberi kredit. Kebetulan salah satu BPR di daerah Sleman yang beriklan di koran tersebut menjadi sasar­an pertama Lukman untuk dihubungi. Namun setelah melengkapi persyaratan, namun beberapa hari kemudian BPR tersebut menolak permohonan kredit Lukman dengan alasan yang kurang jelas. Pe­nolakan ini jelas sangat memukul Lukman. Sempat terpikir untuk mencari kredit di bank umum, tetapi nyalinya menciut bila meng­ingat penolakan yang baru saja diterimanya. “Jika BPR saja menolak, bagaimana dengan bank umum, apa tidak lebih sulit?” begitu yang terpikir oleh Lukman.

Beberapa hari telah berlalu. Walaupun trauma dalam diri Luk­man belum hilang, tiba­tiba dia ingat sebuah bank perkreditan rakyat, BPR Nusamba Banguntapan, di dekat rumahnya di Dusun Jombla­ngan Bantul—sekitar 10 menit perjalanan dari rumah. Dulu Lukman sering melintas di depan kantor itu untuk memfotokopi.

Di BPR Nusamba Banguntapan inilah awal perkenalan Luk­man dengan Suprapta, Kepala Bidang Kredit dan Pemasaran, yang akhir nya selalu menjadi teman diskusi Lukman dalam mengelola pin jamannya. Menurut Suprapta, awalnya dia sempat ragu untuk meloloskan pengajuan kredit dari Lukman. Selain termasuk orang baru bagi BPR, atau dengan kata lain belum pernah menjadi nasa­bah, usaha yang dirintis Lukman juga masih tergolong baru. Ia be­lum memiliki nama CV atau PT sendiri. Usaha yang dijalankan masih menggunakan nama CV atau PT orang lain. Namun melihat kesu­ngguhan dalam diri Lukman, pemahaman agamanya yang cukup

10_YogYa_OKE.indd 117 12/3/08 10:01:10 AM

118

bagus, karakternya yang begitu kuat, sedikit demi sedikit keyakinan dalam diri Suprapta pun bertambah. Suprapta menilai Lukman ada­lah seseorang yang memiliki potensi cukup besar.

Setelah melakukan uji kelayakan usaha melalui beberapa kali survei, diperkuat dengan keterangan dari beberapa tetangganya, akhirnya BPR Nusamba Banguntapan meloloskan kredit yang di­ajukan oleh Lukman. Dari mulai mengajukan kredit tersebut sampai dengan pencairan diperlukan waktu kurang lebih 10 hari, begitu kata Lukman. Namun, dalam perjalanan selanjutnya Lukman tidak perlu waktu lama untuk diloloskan kreditnya. Hal ini karena kredibilitas­nya yang sudah teruji dan bisnisnya termasuk memiliki potensi yang besar untuk berkembang.

Kredit pertama yang diterima Lukman sebesar Rp 15 juta de­ngan waktu pengembalian selama satu tahun dan bunga 22% yang berlaku tetap (flat). Kredit tersebut termasuk dalam kredit modal kerja. Kredit yang diterimanya dari BPR Nusamba ini dipergunakan untuk membayar upah tenaga kerja dalam pengerjaan proyek senilai Rp 300 juta, dan dalam hanya waktu delapan bulan kredit tersebut telah dilunasinya.

Sekilas jumlah tersebut tampaknya tidak masuk akal, karena kredit yang diajukannya relatif sangat kecil dibandingkan dengan nilai proyek yang akan dikerjakan. Tetapi inilah kejelian Lukman dalam menata cash flow­nya. Hubungan yang sangat baik dengan para pemasok ternyata berkontribusi besar untuk mengatur cash flow

keuangannya. “Ba nyak perusahaan rontok masuk ke bisnis ini, ka­rena bayangkan saja kurang lebih 70% dari nilai proyek hanya untuk pengadaan pipa, lalu bagaimana kita membayarnya, kalau pemasok tidak percaya kepada kita?” kata Lukman dengan mimik serius. Oleh karena itu, menurut Lukman, dia sangat menjaga hubungan dengan para pemasok, mandor, dan instansi pemberi pekerjaan.

Seberapa besar peran BPR bagi Lukman? Menurut gambaran Su­prapta, peran kredit yang diberikan kepada Lukman ibarat oli, walau­pun kecil tetapi selalu menjaga roda bisnis agar terus dapat berputar. Hal ini pun diyakini oleh Lukman. Lebih lanjut Lukman berprinsip,

10_YogYa_OKE.indd 118 12/3/08 10:01:10 AM

119

Limbah (Kopi) Pembawa Berkah

kredit yang diajukan hanya untuk menjaga cash flow, terutama un­tuk membayar biaya­biaya ope rasional terkait dengan pengerjaan proyek. Dengan cara demikian rata­rata kredit yang diperolehnya selalu dilunasi dalam waktu tujuh atau delapan bulan, saat Lukman menerima pembayaran proyek yang sedang dikerjakannya.

Gempa yang terjadi tahun 2006 yang sangat mengguncang Yog­ya terutama Bantul, ternyata tidak menimpa gedung bangunan kan­tor maupun tempat tinggal Lukman di Banguntapan. Kebetulan gempa tersebut menimpa daerah lekukan sebelah kanan dan sebelah kiri Banguntapan. Untuk itu, Lukman Arif sangat bersyukur. Apalagi akibat dari gempa tersebut juga tidak berpengaruh terhadap proyek­proyek yang sedang digarapnya. Lukman tidak bisa membayangkan apabila gempa tersebut menimpanya saat itu, mungkin sangat berat baginya yang baru saja mulai menapaki setahap demi setahap karier bisnisnya.

Membangun Perusahaan Sendiri Sukses sebagai mandor di berbagai pekerjaan subkontrak, menum­buhkan keberanian dalam diri Lukman untuk ikut dalam tender­ten­der pemerintah. Berbekal pengalaman, jaringan yang telah dimiliki, dan bersama teman­temannya yang sudah punya PT, Lukman pun ikut tender. Walau belum memiliki perusahaan sendiri, bukan hal yang sulit bagi Lukman untuk memenangkan tender yang diikuti­nya.

Tidak ada kesulitan yang dihadapi pada awalnya. Sampai pada satu kejadian saat Lukman harus melakukan pembayaran ke beberapa supplier dan mencicil kreditnya. Pembayarannya tersendat dan cicil­annya menjadi tidak lancar. Hal ini karena pembayaran atas proyek yang telah dikerjakannya dibayarkan melalui rekening perusahaan rekanan Lukman, sehingga Lukman tidak mampu mengontrol arus kasnya—akibatnya ia merugi.

Kejadian ini sempat disampaikan Lukman kepada Suprapta. Dengan bantuan Suprapta, Lukman bisa mengatur kembali cicilan­nya yang terganggu akibat kelalaiannya tersebut. Akhirnya, peristiwa

10_YogYa_OKE.indd 119 12/3/08 10:01:10 AM

120

ini cukup menyadarkan Lukman, bahwa inilah saatnya untuk mulai membangun perusahaan dengan benderanya sendiri. Maka berdiri­lah CV Karya Utama yang dinahkodai oleh istrinya, dan CV Karya Cahaya Utama yang dikepalai oleh koleganya, Dodi Firosa. Kedua CV ini sama­sama bergerak di usaha kontraktor dan pengadaan ba­rang. Perbedaannya, untuk proyek bernilai di bawah Rp 1 miliar akan diikuti tendernya oleh CV Karya Utama, sedangkan untuk proyek bernilai di bawah Rp 600 juta, tendernya akan diikuti oleh CV Karya Cahaya Utama. Kedua CV ini berada di bawah bendera Karya Utama Group.

Dalam perkembangannya, Karya Utama Group bertambah besar dengan bergabungnya PT Indopenta Bumi Permai yang berkantor pusat di Surabaya. PT Indopenta Bumi Permai yang merasa kesuli­tan untuk mendapatkan tender di wilayah Yogyakarta menggandeng Lukman, setelah terlebih dahulu meyakini kredibilitas dan kemam­puan Lukman. Lewat penggabungan ini, Lukman dipercaya men­jadi Direktur PT Indopenta Bumi Permai Cabang Yogyakarta. Ibarat pucuk dicinta ulam tiba, dengan adanya PT Indopenta Bumi Permai, sepak terjang Lukman untuk mengikuti berbagai tender dengan nilai di atas Rp 1 miliar pun semakin terbuka lebar.

Giat Mencari Tender Jika di awal perkenalan dengan BPR Nusamba Banguntapan, kredit yang diperoleh Lukman baru sebesar Rp 15 juta, kini kreditnya di

Fokus pada konstruksi perpipaan dan saluran irigasi.

10_YogYa_OKE.indd 120 12/3/08 10:01:15 AM

121

Limbah (Kopi) Pembawa Berkah

BPR tersebut sebesar Rp 250 juta. Kredit sebesar itu diajukan setelah Lukman mendapatkan proyek Hargowilis (Kulon Progo) dan Proyek Wonolelo (Pleret) senilai kurang lebih Rp 6 miliar pada 2008. Untuk keperluan operasional proyek tersebut, Lukman menyiasatinya de­ngan mengajukan kembali kredit di BPR Nusamba Banguntapan. Hanya perlu waktu kurang dari satu minggu, permohonan kredit Lukman dikabulkan. Bagi BPR Nusamba, Lukman adalah nasabah yang harus dipelihara, sehingga jika tidak cepat dilayani maka mun­cul kekhawatiran proyek menjadi terhambat, dan besar kemungki­nan lembaga keuangan atau perbankan lainnya yang bakal mengam­bil kesempatan itu.

Saat ini, Karya Utama Group memiliki total karyawan sebanyak delapan orang. Rata­rata pendidikan mereka adalah lulusan STM Jurusan Teknik Bangunan. Walaupun para karyawannya masih ter­golong sanak famili, tetapi hal itu tidak mengurangi muatan profesi­onalitasnya dalam bekerja. Jumlah mandor yang biasa terlibat dalam proyeknya bisa mencapai kurang lebih 50 orang. “Mencari mandor yang benar­benar kompeten dan bisa dipercaya itu gampang­gam­pang susah. Oleh karena itu, kita harus memeliharanya,” ujar Luk­man. Apalagi dalam bisnis jasa konstruksi seperti ini, para mandor­lah yang akan menjadi pasukan Lukman yang sebenarnya.

Lalu bagaimana cara Lukman menjaga para mandornya? Ternyata ia punya kiat sendiri. Lukman selalu menjaga agar para

Ada tiga hal utama yang akhirnya diyakini Lukman men­jadi kunci suksesnya bermain di bisnis ini, yaitu hubung­an yang baik dengan instansi (pihak­pihak) pemilik proyek, kemampuan untuk menjamin para mandornya agar selalu memiliki ”pekerjaan”, dan membangun kepercayaan dari para pemasok (supplier). Dari ketiga kekuatan inilah bisnis di jasa konstruksi ini bergulir. Dan sebagai pelumasnya adalah kredit dari perbankan yang senantiasa menjamin perputaran pekerjaan proyek sehingga berjalan lancar.

10_YogYa_OKE.indd 121 12/3/08 10:01:15 AM

122

mandornya jangan sampai tidak bekerja. Inilah yang menjadi mo­tivasi terbesar dalam dirinya untuk selalu mencari berbagai tender atau proyek yang bisa dikerjakan. Jauh di lubuk hatinya, Lukman selalu berpikir bagaimana ia bisa terus menghidupi anak­anaknya, anak­anak karyawannya, maupun anak­anak mandornya. Nilai­nilai moral inilah yang senantiasa menghidupkan asa dalam diri Lukman untuk menjalankan bisnisnya.

Ada tiga hal utama yang akhirnya diyakini Lukman menjadi kun­ci suksesnya bermain di bisnis ini, yaitu hubungan yang baik dengan instansi (pihak­pihak) pemilik proyek, kemampuan untuk menjamin para mandornya agar selalu memiliki ”pekerjaan”, dan yang tak ka­lah pentingnya adalah membangun kepercayaan dari para pemasok (supplier). Dari ketiga kekuatan inilah bisnis di jasa konstruksi ini ber­gulir. Dan sebagai pelumasnya adalah kredit dari perbankan yang senantiasa menjamin perputaran pekerjaan proyeknya sehingga ber­jalan lancar.

Estafet Usaha Menyadari bahwa bisnis di jasa konstruksi ini “tidak ajeg”, jauh­jauh hari Lukman sudah memasang kuda­kuda untuk mengestafetkan per usahaannya. “Paling lama saya akan berada di bisnis ini 10 ta­hun,” begitu kata Lukman. Untuk menjalankan bisnis konstruksi ini dibutuhkan darah baru. Sedangkan Lukman sendiri, apa yang akan dia lakukan nantinya? Lukman pun mengutarakan niatnya melaku­kan diversifikasi usaha yang mungkin akan lebih sesuai untuk usia­nya kelak menjelang umur 50 tahun, saat kondisi fisiknya pasti sudah tidak seperti sekarang.

Saat ini, sedikit demi sedikit Lukman mulai membimbing para karyawannya untuk secara mandiri menyiapkan tender hingga pelaksanaannya. Satu obsesi besarnya adalah mengestafetkan per­usahaannya ke tangan para karyawannya sendiri. Lukman berharap mereka nantinya akan selangkah lebih maju dibanding dirinya dulu. Jika dulu dia mulai bisnis ini benar­benar dari nol, maka para karya­wannya kelak minimal sudah memulainya di tingkat 25%. Mereka

10_YogYa_OKE.indd 122 12/3/08 10:01:15 AM

123

Limbah (Kopi) Pembawa Berkah

tidak perlu membuat perusahaan sendiri, tetapi perusahaan Lukman­lah yang akan selalu menjadi kendaraan mereka untuk meneruskan bisnis ini. Sebuah pemikiran sederhana namun sarat makna dari Luk­man Arif yang senantiasa optimis, tetapi realistis, dalam menjalani kehidupannya. [] erni

10_YogYa_OKE.indd 123 12/3/08 10:01:15 AM