Post on 29-Oct-2021
ASESMEN KENYAMANAN TAMAN PADA RUANG
TERBUKA PUBLIK DI KAWASAN WISATA TEPIAN SUNGAI
PANGKAJENE
THE ASSESSMENT OF GROUND COMFORT AT PUBLIC OPEN
SPACE IN TOURIST AREA OF PANGKAJENE RIVER BANK
SYARIFAH FATMA SARI BURHANUDDIN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
“ASESMEN KENYAMANAN TAMAN PADA RUANG
TERBUKA PUBLIK DI KAWASAN WISATA TEPIAN SUNGAI
PANGKAJENE”
“ASSESSMENT OF GROUNDS COMFORT AT PUBLIC OPEN
SPACE ON PANGKAJENE RIVERFRONT TOURIST AREA”
SYARIFAH FATMA SARI BURHANUDDIN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ASESMEN KENYAMANAN TAMAN PADA RUANG TERBUKA PUBLIK
DI KAWASAN WISATA TEPIAN SUNGAI PANGKAJENE
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Teknik Arsitektur
Disusun dan diajukan oleh
SYARIFAH FATMA SARI BURHANUDDIN
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Syarifah Fatma Sari Burhanuddin
Nomor Mahasiswa : P3200213002
Program Studi : Teknik Arsitektur
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, 3 April 2018
Yang menyatakan,
Syarifah Fatma Sari Burhanuddin
PRAKATA
Bismillahirrohmanirrohiim, alhamdulillah segala puji dan syukur
kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan penyusunan
penelitian dengan judul “Asesmen Kenyamanan Taman pada Ruang
Terbuka Publik di Kawasan Wisata Tepian Sungai Pangkajene”.
Penelitian ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi di Program
Magister Teknik Arsitektur di Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, dengan rendah hati penulis
mengharapkan saran serta koreksi untuk melengkapi kekurangan
tersebut.
Dengan tersusunnya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :
1. Ketua Program Studi Pascasarjana Teknik Arsitektur Universitas
Hasanuddin Ibu Ir. Ria Wikantari Rosalia, M.Arch., Ph. D..
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Slamet Tri Sutomo, MS. sebagai Ketua Komisi
Penasihat dan Bapak Abdul Mufti Radja, S.T., M.T., Ph. D.
sebagai Anggota Komisi Penasihat yang di dalam berbagai
kesibukan dapat menyempatkan diri untuk membimbing dan
mengarahkan serta memberi petunjuk dan saran yang berharga
bagi penulisan tesis ini.
3. Ibu Dr. Ir. Hj. Mimi Arifin, M.Si., ibu Afifah Harisah, ST., MT.,
Ph.D. dan bapak Dr. Edward Syarif, ST., MT. sebagai Anggota
Komisi Penguji yang telah memberikan saran dalam
menyelesaikan tesis ini.
4. Seluruh dosen pengajar dan staf Magister Teknik Arsitektur
Universitas Hasanuddin yang telah banyak membantu penulis
selama mengikuti perkuliahan.
5. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang
telah banyak membantu dalam proses pelaksanaan penelitian dan
penyelesaian tesis ini.
Akhir kata penulis berharap tesis ini dapat memberikan manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang arsitektur.
Makassar, 3 April 2018
Syarifah Fatma Sari Burhanuddin
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN TESIS ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iv
PRAKATA v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN xxiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
E. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian 3
F. Sistematika Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Asesmen 6
1. Pengertian Asesmen 6
x
2. Tujuan dan Fungsi Asesmen 6
B. Tinjauan Kenyamanan 7
1. Pengertian Kenyamanan 7
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan 9
C. Tinjauan Taman Kota (Urban Parks) 13
1. Pengertian Taman Kota 13
2. Tujuan dan Fungsi Taman Kota 13
3. Jenis- Jenis Taman Kota 15
4. Elemen Pembentuk Taman 16
D. Tinjauan Ruang Terbuka Publik 23
1. Pengertian Ruang Terbuka Publik 23
2. Tujuan dan Fungsi Ruang Terbuka Publik 27
3. Jenis- jenis Ruang Terbuka Publik 31
4. Tipologi Ruang Terbuka Publik 37
5. Syarat Ruang Terbuka Publik 41
E. Tinjauan Ruang Terbuka Publik pada Kawasan Tepian Sungai
1. Pengertian Kawasan Tepian Air (Waterfront)/ Tepian Sungai 49
2. Tujuan dan Fungsi Kawasan Tepian Air (Waterfront)/ Tepian Sungai 50
3. Jenis- jenis Kawasan Tepian Air (Waterfront)/ Tepian Sungai 51
4. Tipologi Kawasan Tepian Air (Waterfront)/ Tepian Sungai 54
5. Syarat Ruang Terbuka Publik pada Kawasan Tepian Air (Waterfront)/ Tepian Sungai 56
xi
F. Asesmen Kenyamanan Taman Pada Tepian Sungai 72
G. Penelitian Sejenis 74
H. Kerangka Pikir 75
BAB III METODE PENELITIAN 76
A. Rancangan Penelitian 76
1. Jenis Penelitian 76
2. Pendekatan Penelitian 76
B. Waktu dan Lokasi Penelitian 77
1. Waktu Penelitian 77
2. Lokasi Penelitian 77
C. Instrumen Penelitian 79
D. Populasi, Sampel dan Variabel Penelitian 80
E. Sumber Data 82
F. Teknik Pengumpulan Data 82
G. Teknik Analisis Data 83
H. Alur Pikir Penelitian 87
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 88
A. Ruang terbuka publik taman di tepian sungai pangkajene 88
1. Batas- batas wilayah taman 88
2. Sarana dan prasarana pada taman 90
B. Data Karakteristik Responden 94
1. Berdasarkan Jenis Kelamin 94
2. Berdasarkan Usia 94
xii
3. Berdasarkan Domisili 95
4. Berdasarkan Pendidikan Terakhir 96
5. Berdasarkan Status Pernikahan 97
6. Berdasarkan Asal Suku 97
7. Berdasarkan Jenis Pekerjaan 98
C. Persepsi Pengunjung/ Responden Terhadap Taman 100
1. Kenyamanan dalam Aksesibilitas 100
2. Kenyamanan dalam Aktivitas 119
3. Kenyamanan dalam Keamanan dan Keselamatan 131
4. Kenyamanan dalam Kebersihan 142
5. Kenyamanan dalam Keindahan 150
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 179
A. Kesimpulan 179
B. Saran 181
DAFTAR PUSTAKA 185
LAMPIRAN 189
xiii
DAFTAR TABEL
nomor halaman
1. Tipologi ruang publik
2. Kebijakan dan pedoman ruang publik dan kawasan tepi air di indonesia
3. Sepuluh kualitas ruang luar tepi laut sebagai destinasi publik
4. Kenyamanan taman pada tepian sungai
5. Jurnal penelitian sejenis
6. Skala likert
7. Interval kelas kriteria tingkat kenyamanan
8. Responden berdasarkan jenis kelamin
9. Responden berdasarkan usia
10. Responden berdasarkan domisili
11. Responden berdasarkan pendidikan terakhir
12. Responden berdasarkan status pernikahan
13. Responden berdasarkan asal suku
14. Responden berdasarkan jenis pekerjaan
15. Tabulasi silang rentang usia dan jenis kelamin responden
16. Tabulasi silang domisili dan jenis kelamin responden
17. Aksesibilitas menuju taman
18. Responden berdasarkan jenis transportasi
19. Responden berdasarkan jarak tempuh
39
64
70
72
74
85
86
94
95
95
96
97
98
98
99
100
101
102
103
xiv
20. Responden berdasarkan kemudahan akses
21. Kondisi jalan sekitar taman pada pagi, siang, dan malam hari
22. Responden berdasarkan tersedianya lahan parkir
23. Responden berdasarkan kemudahan memarkir kendaraan
24. Responden berdasarkan tersedianya rambu- rambu jalan
25. Aksesibilitas pada taman
26. Responden berdasarkan akses untuk disabilitas
27. Responden berdasarkan keberadaan kios/ lapak PKL
28. Tabulasi silang jarak rumah ke taman dan jenis transportasi
29. Analisis pertanyaan responden terhadap kenyamanan taman terhadap
aksesibilitas
30. Berbagai aktivitas pada taman
31. Responden berdasarkan jenis aktivitas
32. Responden berdasarkan frekuensi kunjungan
33. Responden berdasarkan waktu kunjungan
34. Responden berdasarkan lama kunjungan
35. Responden berdasarkan keteduhan taman
36. Berbagai sarana dan prasarana pada taman
37. Responden berdasarkan kelengkapan sarana dan prasarana
38. Responden berdasarkan penambahan sarana dan prasarana
39. Responden berdasarkan tingkat kepuasan terhadap sarana dan prasarana
40. Responden berdasarkan keberadaan kios/ lapak PKL
41. Tabulasi silang domisili dan jenis aktivitas
103
105
107
107
108
109
110
116
117
118
119
120
121
121
122
123
123
125
126
126
127
128
xv
42. Tabulasi silang domisili dan frekuensi kunjungan
43. Tabulasi silang domisili dan waktu kunjungan
44. Tabulasi silang domisili dan lama kunjungan
45. Analisis pertanyaan responden terhadap kenyamanan taman terhadap
aktivitas
46. Responden berdasarkan jumlah lampu penerangan taman
47. Responden berdasarkan kondisi keamanan taman
48. Responden berdasarkan perlunya petugas keamanan
49. Responden berdasarkan perlunya CCTV
50. Responden berdasarkan keamanan fasilitas bermain anak
51. Responden berdasarkan keamanan kondisi pedestrian
52. Responden berdasarkan keberadaan kios/ lapak PKL
53. Tabulasi silang jenis kelamin dengan kondisi keamanan taman
54. Analisis pertanyaan responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan
keamanan dan keselamatan
55. Responden berdasarkan kebersihan taman
56. Kondisi got/ saluran air
57. Responden berdasarkan kebersihan got/ saluran air
58. Responden berdasarkan aroma got/ saluran air
59. Responden berdasarkan aroma tempat sampah
60. Responden berdasarkan perlunya penambahan tempat sampah
61. Responden berdasarkan kelayakan toilet umum
62. Responden berdasarkan keberadaan kios/ lapak PKL
129
130
130
131
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
143
144
145
146
147
148
xvi
63. Analisis pertanyaan responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan
kebersihan
64. Responden berdasarkan desain taman
65. Responden berdasarkan desain tempat duduk
66. Responden berdasarkan skala tempat duduk
67. Responden berdasarkan letak tempat duduk
68. Responden berdasarkan warna tempat duduk
69. Responden berdasarkan langgam tempat duduk
70. Responden berdasarkan desain lampu taman
71. Responden berdasarkan skala lampu taman
72. Responden berdasarkan letak lampu taman
73. Responden berdasarkan warna lampu taman
74. Responden berdasarkan langgam lampu taman
75. Responden berdasarkan desain tempat sampah
76. Responden berdasarkan skala tempat sampah
77. Responden berdasarkan letak tempat sampah
78. Responden berdasarkan warna tempat sampah
79. Responden berdasarkan langgam tempat sampah
80. Responden berdasarkan desain pedestrian
81. Responden berdasarkan skala pedestrian
82. Responden berdasarkan letak pedestrian
83. Responden berdasarkan warna pedestrian
84. Responden berdasarkan langgam pedestrian
149
151
153
155
155
156
157
159
159
161
161
162
163
163
164
166
166
167
169
169
170
170
xvii
85. Responden berdasarkan bentuk dan peletakan tanaman
86. Responden berdasarkan focal point
87. Responden berdasarkan keberadaan kios/ lapak PKL
88. Analisis pertanyaan responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan
keindahan
89. Analisis persentase tingkat kenyamanan taman
172
174
175
176
178
xviii
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
1. Ilustrasi pengaruh sinar matahari
2. Ilustrasi pengaruh angin
3. Ilustrasi pengaruh kebisingan
4. Ilustrasi pengaruh bau- bauan
5. Contoh pohon pada taman
6. Contoh tanaman perdu
7. Contoh tanaman semak
8. Contoh tanaman penutup tanah
9. Contoh tanaman rumput
10. Contoh kolam pada taman
11. Contoh bebatuan pada taman
12. Contoh gazebo pada taman
13. Contoh tempat duduk pada taman
14. Contoh jalan setapak pada taman
15. Contoh perkerasan pada taman
16. Contoh lampu taman
17. Aktivitas bersama di udara terbuka
18. Aktivitas warga dalam menyampaikan pendapat pada ruang terbuka publik
19. Aktivitas ritual/ keagamaan pada ruang terbuka publik
20. Beragam aktivitas pada ruang terbuka publik
21. Millenium Park di Chicago, Illinois
10
10
11
11
17
17
18
18
19
19
20
21
21
22
22
23
23
24
25
27
28
xix
22. Ruang terbuka sebagai tempat bermain
23. Ruang terbuka sebagai pembatas massa bangunan
24. Ruang terbuka sebagai tempat berdagang
25. Ruang terbuka hijau
26. Ruang terbuka non- hijau
27. Ruang terbuka aktif pada tepi sungai
28. Ruang terbuka pasif pada tepi sungai
29. Ruang terbuka bangunan
30. Play ground
31. Veteran’s Memorial Plaza
32. Pasar terbuka di Kota Dublin
33. Diagram aspek fungsional ruang terbuka
34. Bagan kerangka pemikiran
35. Kawasan wisata tepian Sungai Pangkajene
36. Lokasi penelitian
37. Skema alur penelitian
38. Site plan taman kota di tepian sungai Pangkajene
39. Layout taman
40. Tempat duduk
41. Sarana bermain anak
42. Lampu taman
43. Tempat sampah
44. Aksesibilitas
29
29
31
31
32
33
33
34
35
36
37
38
75
78
79
87
89
90
91
92
92
92
93
xx
45. Penghijauan
46. Diagram karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
47. Diagram karakteristik responden berdasarkan usia
48. Diagram karakteristik responden berdasarkan domisili
49. Diagram karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
50. Diagram karakteristik responden berdasarkan status pernikahan
51. Diagram karakteristik responden berdasarkan asal suku
52. Diagram karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan
53. Diagram hubungan antara usia dengan jenis kelamin responden
93
94
95
96
96
97
98
99
99
54. Diagram hubungan antara domisili dengan jenis kelamin responden
55. Diagram jenis transportasi yang digunakan pengunjung
56. Diagram jarak tempuh pengunjung
57. Jarak akses dari jalan poros ke taman
58. Diagram tingkat kemudahan akses ke taman
59. Suasana jalan pada malam hari
60. Diagram tersedianya lahan parkir
61. Diagram kemudahan memarkir kendaraan
62. Diagram tersedianya rambu- rambu jalan
63. Diagram perlunya akses untuk disabilitas
64. Prinsip perencanaan jalur pedestrian
65. Tipikal ramp
66. Kemiringan ramp
67. Diagram keberadaan kios/ lapak PKL terhadap aksesibilitas
100
102
103
104
104
106
107
107
108
110
112
113
114
116
xxi
68. Diagram penilaian responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan
aksesibilitas
69. Diagram hubunganantara jarak rumah ke taman dengan jenis transportasi
yang digunakan
70. Diagram jenis aktivitas yang dilakukan pengunjung
71. Diagram frekuensi kunjungan pengunjung
72. Diagram waktu kunjungan
73. Diagram lama kunjungan
74. Diagram tingkat keteduhan taman
75. Diagram kelengkapan sarana dan prasarana
76. Diagram penambahan sarana dan prasarana
77. Diagram tingkat kepuasan pengunjung terhadap sarana dan prasarana pada
taman
78. Diagram keberadaan kios/ lapak PKL
79. Diagram penilaian responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan
aktivitas
80. Diagram hubungan antara domisili dengan jenis aktivitas
81. Diagram hubungan antara domisili dengan frekuensi kunjungan
82. Diagram hubungan antara domisili dengan waktu kunjungan
83. Diagram hubungan antara domisili dengan lama kunjungan
84. Jejak lilin pada meja taman
85. Lampu taman pada siang dan malam hari
86. Diagram jumlah lampu penerangan taman
116
117
120
121
121
122
123
125
126
127
127
128
129
129
130
130
132
132
133
xxii
87. Jarak dari pos lalu lintas polres Pangkajene ke taman
88. Diagram kondisi keamanan taman
89. Diagram perlunya petugas keamanan pada taman
90. Diagram perlunya CCTV pada taman
91. Macam fasilitas bermain anak pada taman
92. Diagram keamanan fasilitas bermain anak
93. Kondisi pedestrian pada taman
94. Diagram keamanan kondisi pedestrian
95. Diagram keberadaan kios/ lapak PKL
96. Diagram penilaian responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan
keamanan dan keselamatan
97. Diagram hubungan antara jenis kelamin dengan kondisi keamanan taman
98. Diagram kondisi kebersihan taman
99. Diagram kondisi kebersihan got/ saluran air
100. Diagram aroma bau- bauan got/ saluran air
101. Diagram aroma bau- bauan tempat sampah
102. Posisi tempat sampah pada taman
103. Diagram perlunya penambahan tempat sampah
104. Toilet umum
105. Diagram kelayakan toilet umum
106. Diagram keberadaan kios/ lapak PKL
107. Diagram penilaian responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan
kebersihan
134
134
135
136
136
137
138
138
139
140
141
142
144
144
145
145
146
146
147
148
148
xxiii
108. Layout taman
109. Diagram penilaian desain taman
110. Tempat duduk pada taman
111. Diagram penilaian desain tempat duduk
112. Skala tempat duduk pada taman
113. Diagram penilaian skala tempat duduk
114. Diagram penilaian letak tempat duduk
115. Warna tempat duduk pada taman
116. Diagram penilaian warna tempat duduk
117. Langgam tempat duduk pada taman
118. Diagram penilaian langgam tempat duduk
119. Lampu taman pada siang dan petang hari
120. Diagram penilain desain lampu taman
121. Diagram penilaian skala lampu taman
122. Posisi/ letak lampu pada taman
123. Diagram penilaian letak lampu taman
124. Diagram penilaian warna lampu taman
125. Diagram penilaian langgam lampu taman
126. Diagram penilaian desain tempat sampah
127. Diagram penilaian skala tempat sampah
128. Diagram penilaian letak tempat sampah
129. Posisi/ letak tempat sampah pada taman
130. Diagram penilaian warna tempat sampah
150
151
152
153
154
155
156
156
157
157
158
158
159
160
160
161
162
162
163
164
164
165
166
xxiv
131. Diagram penilaian langgam tempat sampah
132. Diagram penilaian desain pedestrian
133. Pedestrian pada taman
134. Diagram penilaian skala pedestrian
135. Diagram penilaian letak pedestrian
136. Diagram penilaian warna pedestrian
137. Diagram penilaian langgam pedestrian
138. Layout tanaman pada taman
139. Jenis- jenis tanaman pada taman
140. Diagram penilaian peletakan tanaman
141. Focal point
142. Diagram focal point
143. Diagram keberadaan kios/ lapak PKL
144. Diagram penilaian responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan
keindahan
167
168
168
169
170
170
171
172
173
173
174
174
175
176
xxv
xxv
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman
1. Kuesioner
2. Nilai realibilitas dan validitas
176
182
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan salah satu
kabupaten di Sulawesi Selatan yang sedang berkembang. Aktifitas
masyarakat yang semakin padat, serta pengembangan daerah yang pesat
mengharuskan pemerintah setempat lebih berperan aktif dalam menata
setiap kawasan agar sesuai dengan peruntukan lahan. Oleh karena itu,
telah banyak program yang dibuat oleh pemerintah setempat, salah
satunya adalah program ‘Kali Bersih’ yang diresmikan pada tanggal 12
Juni Tahun 2012
Program ‘Kali Bersih’ merupakan kawasan sempadan sungai yang
bertujuan sebagai pusat pengembangan sistem kegiatan- kegiatan
pariwisata, perekonomian, peningkatan kualitas sumber daya manusia,
serta mendukung upaya pelestarian lingkungan sekaligus mengurangi
potensi banjir akibat luapan sungai. Penataan kawasan ini difungsikan
sebagai ruang terbuka publik yang memiliki kegiatan- kegiatan yang
bersifat rekreatif dan ekonomi.
Salah satu tempat pada kawasan ‘Kali Bersih’ yang paling banyak
dikunjungi masyarakat serta wisatawan adalah ruang terbuka publik pada
tepian Sungai Pangkajene. Yang merupakan tempat dengan berbagai
2
kegiatan, antara lain wisata kuliner, taman kota, serta wisata tepian air.
Salah satu tempat yang menarik yakni taman kota, desain yang baik
sesuai dengan fungsinya serta menarik dari segi visual menjadikan taman
memiliki nilai estetika, sehingga pengguna taman merasa nyaman
berkunjung dan beraktivitas di taman. Dari segi arsitektural mencakup
perencanaan dan perancangan yang baik mengacu pada standar- standar
perancangan, antara lain: garis, arah, bentuk, ukuran, tekstur, ritme, dan
warna yang tertuang dalam desain taman serta pada sarana dan
prasarana taman.
Kehadiran para pedagang kaki lima (PKL) yang mengelilingi taman
membuat pemandangan taman tidak terlihat baik dari dalam dan luar
taman, aksesibilitas tertutup, serta rendahnya kesadaran PKL
membersihkan sisa dagangan membuat taman terlihat kotor. Untuk itu
dilakukan penelitian untuk mengetahui kenyamanan taman pada ruang
terbuka publik di kawasan wisata tepian sungai Pangkajene dengan
adanya sarana dan prasarana ruang publik yang tersedia dan
kenyamanan akibat maraknya PKL di kawasan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas menunjukkan bahwa
masalah- masalah yang dapat dirumuskan untuk dijawab dalam penelitian
ini adalah :
3
1. Bagaimana asesmen kenyamanan taman pada ruang terbuka pubik di
kawasan wisata tepian Sungai Pangkajene dengan adanya sarana dan
prasarana ruang publik yang telah tersedia ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui asesmen kenyamanan taman pada ruang terbuka publik di
kawasan wisata tepian Sungai Pangkajene dengan adanya sarana dan
prasarana ruang publik yang telah tersedia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yakni:
1. Untuk perbaikan penataan ruang terbuka publik pada tepian air
terutama dengan adanya PKL.
2. Menjadi acuan bagi Arsitek, agar merancang ruang terbuka publik
sesuai dengan kebutuhan pemakai dengan memperhatikan
kenyamanan seluruh masyarakat termasuk PKL.
4
E. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian
Batasan penelitian yakni sarana dan prasana yang tersedia pada
ruang terbuka publik. Dengan ruang lingkup penelitian pada taman di
kawasan wisata tepian Sungai Pangkajene.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini sebagai gambaran dari
materi yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan, membahas latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
dan ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka, memuat uraian tentang teori yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis yang akan digunakan untuk pemecahan masalah.
Rujukan yang dikemukakan dapat bersumber dari jurnal
ilmiah, buku teks, majalah, dan situs internet.
Bab III : Metode Penelitian, membahas rancangan penelitian,
waktu dan lokasi penelitian, instrumen penelitian,
populasi, sampel, dan variabel penelitian, sumber data,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan alur
pikir penelitian.
5
Bab IV : Hasil dan Pembahasan, membahas gambaran umum
lokasi penelitian, ruang terbuka publik pada lokasi
penelitian, dan analisis kenyamanan taman pada ruang
terbuka publik di kawasan wisata tepian Sungai
Pangkajene.
Bab V : Kesimpulan dan Saran, memuat kesimpulan akhir dari
hasil asesmen kenyamanan taman pada ruang terbuka
publik di kawasan wisata tepian Sungai Pangkajene.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Asesmen
1. Pengertian Asesmen
Kata “asesmen” berasal dari kata serapan bahasa Inggris yaitu
assesment yang berarti penilaian, asesmen merupakan proses
pengungkapan dan pemahaman permasalahan, kebutuhan, dan potensi
klien, serta sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
klien (Kepmensos No. 10/HUK/2007 tentang Pembinaan Teknis Jabatan
Fungsional Pekerja Sosial).
Sudjana (2005) menyatakan bahwa penilaian adalah proses
memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan
suatu kriteria tertentu.
Asesmen dapat diartikan sebagai sebuah tindakan menilai suatu objek
untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada dengan melalui
sebuah proses/ tahapan untuk mengambil suatu keputusan.
2. Tujuan dan Fungsi Asesmen
Menurut Sudjana (2005), asesmen berfungsi memberikan nilai tentang
kualitas sesuatu, tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap
pernyataan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab
7
pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh sesuatu proses atau suatu
hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program.
Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi
yang diakhiri dengan judgement. Interpretasi dan judgement merupakan
tema asesmen atau penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu
perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi
tertentu. Atas dasar itu maka dalam asesmen selalu ada objek atau
program, ada kriteria dan ada interpretasi dan judgement.
Dalam penelitian ini yang dimaksud sebagai objek adalah ‘taman’ dan
kiteria untuk penilaiannya adalah ‘kenyamanan’ suatu taman pada ruang
terbuka publik di kawasan wisata tepian sungai Pangkajene. Kenyamanan
meliputi kenyamanan dalam aksesibilitas, aktivitas, keamanan dan
keselamatan, kebersihan, dan keindahan.
B. Tinjauan Kenyamanan
1. Pengertian Kenyamanan
Menurut Carmona, dkk (2010), kenyamanan (comfort) merupakan
salah satu syarat mutlak keberhasilan ruang publik. Lama tinggal
seseorang berada di ruang publik dapat dijadikan tolak ukur comfortable
tidaknya suatu ruang publik. Dalam hal ini kenyamanan ruang publik
antara lain dipengaruhi oleh: environmental comfort yang berupa
perlindungan dari pengaruh alam seperti sinar matahari, angin; physical
8
comfort yang berupa ketersediannya fasilitas penunjang yang cukup
seperti tempat duduk; social dan psychological comfort.
Hakim (2012) menyatakan bahwa kenyamanan adalah segala
sesuatu yang memperlihatkan dirinya sesuai dan harmonis dengan
penggunaan suatu ruang, baik ruang itu sendiri maupun dengan berbagai
bentuk, tekstur, warna, simbol maupun tanda, suara dan bunyi kesan,
intensitas dan warna cahaya maupun bau, atau apapun juga. Dengan kata
lain kenyamanan merupakan kepuasan manusia dalam melaksanakan
suatu aktivitas di suatu ruang.
Kenyamanan merupakan salah satu bentuk kepuasan manusia
dalam menyikapi sesuatu. Apabila manusia merasa nyaman dalam suatu
ruang baik itu ruang terbuka hijau, maka manusia akan senantiasa berada
di ruang tersebut dalam kurun waktu yang lama dan terus-menerus.
Dengan adanya manusia yang berada pada suatu ruang dalam jumlah
yang banyak, maka fungsi dari ruangan tersebut dapat tercipta salah
satunya yaitu interaksi sosial.
Kenyamanan dapat diartikan sebagai rasa nyaman, rasa puas
terhadap sesuatu, sehingga merasa nikmat dan tenang dalam
beraktivitas. Sebuah ruang publik yang apabila pengguna merasa
nyaman, maka senantiasa pengguna tersebut akan berkunjung lebih dari
satu kali.
9
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan
Menurut Hakim (2012), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kenyamanan adalah:
a. Sirkulasi
Sirkulasi sangat berpengaruh terhadap pola pergerakan dari
ruang yang satu ke ruang yang lain. Sirkulasi yang kurang baik
berpengaruh terhadap kenyamanan manusia. Pembagian sirkulasi
menurut fasilitasnya adalah sebagai berikut :
1) Sirkulasi manusia, yakni meliputi jalur pedestrian yang saling
berhubungan dengan aktivitas di dalamnya. Hal ini perlu di
perhatikan dalam perencanaan sirkulasi manusia adalah lebar
jalan, fasilitas penyeberangan, penambahan nilai estetika, dan
lain-lain.
2) Sirkulasi Kendaraan, meliputi jalur distribusi (jalur cepat) dan
jalur akses (jalur lambat). Hubungan kedua jalur ini yang harus
diperhatikan adalah rambu lalu lintas dan ruang parkir yang
disesuaikan dengan keadaan site.
b. Daya alam atau iklim
Salah satu hal yang mempengaruhi kenyamanan secara termal
adalah radiasi matahari, angin, curah hujan.
10
1) Radiasi matahari
Radiasi matahari berlebih dapat mengurangi kenyamanan,
terutama pada siang hari, sehingga diperlukan adanya peneduh
(shading) pada bagian yang terekspos oleh sinar matahari.
2) Angin
Arah angin perlu diperhatikan dalam merancang, sehingga
tercipta pergerakan angin mikro yang sejuk dan memberikan
kenyamanan. Pada ruang-ruang yang luas dan terbuka perlu
diadakan elemen-elemen penghalang angin supaya kecepatan
angin yang kencang dapat dikurangi.
Gambar 1. Ilustrasi pengaruh sinar matahari (Hakim, 2012)
Gambar 2. Ilustrasi pengaruh angin (Hakim, 2012)
11
c. Kebisingan
Pada daerah yang padat penduduk dan industri, maka kebisingan
merupakan salah satu masalah yang mengganggu kenyamanan
penduduk sekitar. Hal ini dapat dikurangi dengan menanam
tanaman-tanaman tertentu sebagai elemen penyaring kebisingan.
d. Bau-bauan
Pada daerah pembuangan sampah, maka bau yang tidak sedap
dapat tercium oleh orang yang berada atau melalui daerah tersebut.
Hal ini dapat dikurangi dengan ditanami pohon atau semak yang
dapat mengurangi bau.
Gambar 3. Ilustrasi pengaruh kebisingan (Hakim, 2012)
Gambar 4. Ilustrasi pengaruh bau- bauan (Hakim, 2012)
12
e. Bentuk
Faktor kenyamanan bentuk yang dimaksud yaitu dari segi
perencanaan konstruksinya seperti bentuk tempat duduk, lampu
taman, susunan bentuk tempat duduk. Perencanaan bentuk yang
kurang baik juga berpengaruh terhadap kenyamanan penggunanya
seperti posisi duduk yang tidak nyaman.
f. Keamanan
Faktor keamanan merupakan salah satu masalah yang penting
karena masalah ini dapat menghambat aktivitas yang akan
dilakukan. Faktor keamanan yang dimaksud tidak sebatas kejahatan
saja tetapi juga terhadap hal-hal lain misalnya keamanan bermain
anak-anak maupun terhadap pengguna ruang lainnya.
g. Kebersihan
Faktor kebersihan merupakan sesuatu yang dapat menambah
nilai ketertarikan suatu tempat serta menambah nilai kenyamanan
daerah tersebut, karena bebas dari sampah dan bau-bauan yang
tidak menyenangkan. Untuk memenuhi hal tersebut perlu disediakan
tempat pembuangan sampah di tempat-tempat tertentu.
h. Keindahan (estetis)
Faktor Keindahan merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan
dalam hal penciptaan kenyamanan karena keindahan dapat
mencakup masalah kepuasan batin dan panca indera sehingga rasa
13
nyaman dapat di peroleh. Salah satu hal agar keindahan dapat
dicapai adalah dengan mempergunakan variasi bentuk tanaman.
C. Tinjauan Taman Kota (Urban Parks)
1. Pengertian Taman Kota
Menurut Garvin dkk (1997), taman kota merupakan lahan terbuka
yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif,
edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota.
Taman kota dapat diartikan sebagai sebuah ruang terbuka hijau yang
berada di tengah kota yang dapat menampung berbagai aktivitas dan
dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat.
2. Tujuan dan Fungsi Taman Kota
Menurut Garvin dkk (1997), taman kota ditujukan untuk melayani
penduduk satu kota atau bagian wilayah kota. Semua fasilitas tersebut
terbuka untuk umum. Suatu taman kota dapat menciptakan sense of
place, menjadi sebuah landmark dan menjadi titik berkumpulnya
komunitas. Disamping itu, taman kota juga dapat meningkatkan nilai
properti dan menjadi pendorong terlaksananya pembangunan. Taman
kota seharusnya menjadi komponen penting dari pembangunan suatu
kota yang berhasil.
Jatmiko (2015) menyatakan bahwa fungsi sosial taman kota sebagai
ruang terbuka hijau yaitu:
14
a. Tempat melakukan aktivitas bersama dan komunikasi sosial
Aktivitas bersama merupakan kegiatan yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih yang memiliki tujuan tertentu. Kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan di taman kota (baik yang bertujuan komersial
maupun non-komersial) dapat mendorong warga untuk saling
berbincang atau sekedar saling membahas kegiatan tersebut.
Taman kota juga berfungsi sebagai tempat komunikasi sosial.
Komunikasi sosial ialah suatu proses interaksi dimana seseorang
atau lembaga menyampaikan amanat kepada pihak lain supaya
pihak lain dapat menangkap maksud yang dikehendaki penyampai.
Komunikasi sosial dapat dilakukan oleh dua orang ataupun secara
berkelompok.
b. Tempat peralihan dan menunggu
Taman kota sebagai tempat peralihan atau tempat persinggahan
untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain.
c. Tempat bermain, olahraga, dan rekreasi
Fungsi rekreasi taman kota dapat dijumpai dari berbagai acara
yang digelar, mulai dari pameran seperti pameran flora dan fauna,
ajang perlombaan sampai dengan konser musik.
d. Penghubung antara tempat satu dengan tempat lainnya
Taman kota yang memiliki lokasi strategis menjadi sarana
penghubung antara tempat satu dengan tempat lainnya.
15
e. Pembatas diantara massa bangunan
Peran taman terhadap kota sebagai pembatas diantara massa
bangunan adalah untuk mengembalikan perkembangan kota agar
tetap bertumpu pada keseimbangan alam.
f. Penelitian dan pendidikan
Taman ini tidak hanya sebagai tempat berwisata tetapi juga
menjadi tempat penelitian dan pendidikan. Fasilitas seperti adanya
taman bacaan atau perpustakaan gratis yang menyediakan bacaan
untuk anak-anak, remaja, dan dewasa. Area hotspot seperti yang
bisa dijumpai di taman kota. Fasilitas tersebut memungkinkan fungsi
riset dan edukasi sebuah taman kota bisa tercapai.
g. Menciptakan kebersihan, kesehatan, dan keserasian
Fungsi taman kota adalah untuk memperbaiki iklim mikro, nilai
estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan
keserasian lingkungan fisik kota, serta mendukung pelestarian
keanekaragaman hayati.
3. Jenis- jenis Taman Kota
Menurut Suharto (1994), berdasarkan aktivitasnya terdapat tiga jenis
taman kota yakni sebagai berikut:
a. Taman untuk rekreasi aktif
Adalah taman yang didalamnya dibangun suatu sarana kegiatan
pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif menggunakan
16
fasilitas di dalamnya, sekaligus memperoleh kesenangan, kesegaran,
dan kebugaran. Taman ini dapat berupa macam-macam bentuk,
misalnya taman olahraga, fitness, taman bermain anak, ataupun
camping ground.
b. Taman untuk rekreasi pasif
Taman yang dibentuk agar bisa dinikmati keindahan dan
kerindangannya tanpa mengadakan aktivitas atau kegiatan apapun.
c. Taman untuk rekreasi aktif dan pasif
Merupakan taman yang bisa dinikmati keindahannya sekaligus
ada fungsi lain dan dapat digunakan untuk mengadakan aktivitas,
misalnya taman lingkungan yang merupakan sebuah taman di suatu
pemukiman. Taman lingkungan ini difungsikan bagi pemukiman di
sekitarnya untuk beristirahat, menghilangkan rasa penat karena
kehidupan sehari-hari yang terasa monoton, sekedar menghirup
udara segar, ataupun mempererat hubungan dalam bertetangga.
4. Elemen Pembentuk Taman
Suharto (1994) menyatakan bahwa terdapat elemen-elemen
penunjang yang membentuk suatu taman agar terlihat indah dan memberi
kenyamanan pada pemakai taman. Elemen- elemen pembentuk taman
terbagi dua, yakni sebagai barikut:
a. Material Lembut (Soft Material)
Yang termasuk dalam material lembut antara lain :
17
1) Pohon
Tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar
dengan percabangan yang kokoh. Yang termasuk dalam jenis
pohon ini adalah akasia, asam kranji, dan lainnya.
2) Perdu
Jenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang
cukup berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Yang
termasuk dalam jenis perdu adalah bougenvillle, kol banda,
kembang sepatu, dan lainnya.
Gambar 5. Contoh pohon pada taman (www.daunbuah.com)
Gambar 6. Contoh tanaman perdu (www.daunbuah.com)
18
3) Semak
Tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar
atau merambat. Yang termasuk dalam jenis semak adalah teh-
tehan, dan lainnya.
4) Tanaman penutup tanah
Tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun dan berbunga
indah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah krokot, nanas hias
dan lainnya.
Gambar 7. Contoh tanaman semak (www.daunbuah.com)
Gambar 8. Contoh tanaman penutup tanah (www.daunbuah.com)
19
5) Rumput
Jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang berada
diatas tanah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput
jepang, rumput gajah, dan lainnya.
b. Material Keras (Hard Material).
Yang termasuk dalam material keras adalah :
1) Kolam
Taman dengan kolam akan mampu meningkatan kelembaban
lingkungan sehingga dapat berfungsi sebagai penyejuk
lingkungan.
Gambar 9. Contoh tanaman rumput (www.daunbuah.com)
Gambar 10. Contoh kolam (www.gardenstone.com)
20
2) Tebing Buatan
Tebing memberikan kesan alami, menyatu dengan alam,
tebing dibuat dengan maksud untuk menyembunyikan tembok
pembatas dinding yang licin massif, agar tidak menyilaukan pada
saat matahari bersinar sepanjang siang. Penambah air kolam
terjun pada tebing buatan akan menambah suasana sejuk dan
nyaman.
3) Batuan
Batuan tidak baik bila diletakkan di tengah taman, sebaiknya
diletakkan agak menepi atau pada salah satu sudut taman.
Sebagian batu yang terpendam di dalam tanah akan memberi
kesan alami dan terlihat menyatu dengan taman akan terlihat
lebih indah bila ada penambahan koloni taman pada sela-sela
batuan.
Gambar 11. Contoh bebatuan pada taman (www.gardenstone.com)
21
4) Gazebo
Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman
yang berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman.
5) Kursi taman
Kursi taman adalah tempat duduk yang dapat ditempatkan
digazebo atau tempat- tempat teduh untuk beristirahat sambil
menikmati taman.
6) Jalan Setapak (Stepping Stone)
Jalan setapak atau stepping stone dibuat agar dalam
pemeliharaan taman tidak merusak rumput dan tanaman, selain
itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur variasi elemen
penunjang taman.
Gambar 12. Contoh gazebo (www.gardenstone.com)
Gambar 13. Contoh tempat duduk pada taman (www.gardenstone.com)
22
7) Perkerasan
Perkerasan pada taman dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam material, seperti tegel, paving, aspal, batu bata,
dan material lainnya. Tujuan perkerasan adalah untuk para
pejalan kaki (pedestrian) atau sebagai pembatas.
8) Lampu Taman
Lampu taman merupakan elemen utama sebuah taman dan
dipergunakan untuk menunjang suasana di malam hari. Lampu
berfungsi sebagai penerang taman dan sebagai nilai eksentrik
pada taman. Lampu pada taman merupakan ornamen yang tak
Gambar 14. Contoh jalan setapak pada taman (www.gardenstone.com)
Gambar 15. Contoh perkerasan pada taman (www.gardenstone.com)
23
hanya berfungsi sebagai penerangan tetapi juga berfungsi
sebagai pencahayaan yang bisa menambah nilai seni atau
keindahan dari suatu taman.
D. Tinjauan Ruang Terbuka Publik
1. Pengertian Ruang Terbuka Publik
Menurut Project for Public Space in New York tahun 1984, ruang
terbuka publik adalah ruang terbuka yang mampu menampung kebutuhan
akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka
(Gambar 17).
Gambar 17. Aktivitas bersama di udara terbuka (www.pps.org/blog/7-ways-to-disrupt -your-public-space/)
Gambar 16. Contoh lampu taman (www.gardenstone.com)
24
Budihardjo (1998) menyatakan bahwa ruang terbuka publik adalah
bagian dari ruang yang memiliki definisi sebagai wadah yang menampung
aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup
dalam bentuk fisik.
Purnamasari (2010) menyatakan bahwa ruang terbuka publik adalah
ruang umum sebagai sarana publik pada sebuah kota yang berfungsi
sebagai tempat masyarakat bertemu, berkumpul, dan berinteraksi, baik
untuk kepentingan keagamaan, perdagangan, pemerintahan, serta dalam
menyampaikan pendapat warga kota (Gambar 18).
Walzer (1990) dalam Dewang dan Leonardo (2010) menyatakan
bahwa ruang publik sebagai ruang tempat kita berbagi dengan orang yang
tidak kita kenal, yang bukan merupakan teman, relasi kerja, atau saudara
kita. Ruang publik dapat digunakan untuk kegiatan politik, keagamaan,
perdagangan, olahraga, merupakan ruang dengan keadaan yang penuh
kedamaian dan tempat pertemuan yang tidak bersifat pribadi.
Gambar 18. Aktivitas warga dalam menyampaikan pendapat (www.international.sindonews.com)
25
Menurut Plato dalam Mulyandari (2011), ruang terbuka merupakan
wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang
tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik dan tidak dapat dipisahkan
dari manusia baik secara psikologis, emosional ataupun dimensional.
Manusia berada dalam ruang, bergerak, menghayati dan berpikir juga
membuat ruang untuk menciptakan dunianya.
Menurut Carr dkk (1992) dalam Hardiyanti dkk (2016), ruang terbuka
publik merupakan ruang wadah aktifitas sosial yang melayani dan juga
mempengaruhi kehidupan masyarakat kota. Ruang terbuka juga
merupakan wadah dari kegiatan fungsional maupun aktifitas ritual
(Gambar 19) yang mempertemukan sekelompok masyrakat dalam
rutinitas normal kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan periodik.
Menurut Mulyandari (2011), ruang terbuka publik adalah ruang luar
yang terjadi dengan membatasi alam dan komponen-komponennya
(bangunan) menggunakan elemen-elemen keras seperti area pedestrian,
jalan, plaza, dan pagar beton maupun elemen lunak seperti tanaman, air
Gambar 19. Aktivitas ritual/ keagamaan pada ruang terbuka publik (Sumber: www.travellingbali.com/bali/arts-culture-bali/)
26
sebagai unsur pelembut dalam lansekap dan merupakan wadah aktivitas
masyarakat yang berbudaya dalam kehidupan kota.
Azmy (2012) menyatakan bahwa ruang terbuka publik merupakan
salah satu ruang terbuka yang memiliki fungsi sosial dan dikelola
pemerintah. Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik, baik
berupa RTH dan RTNH, telah mengakibatkan menurunnya kualitas
lingkungan perkotaan seperti sering terjadinya banjir di perkotaan,
tingginya polusi udara, dan meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas
tawuran antar warga), serta menurunnya produktivitas masyarakat akibat
stress karena terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial.
Dewang dan Leonardo (2010) menyatakan bahwa kata ‘terbuka’
dalam terminologi ruang terbuka publik oleh Lynch (1965) dijabarkan
menjadi beberapa pengertian yaitu: bebas untuk dimasuki atau digunakan,
tidak tertutup, tidak memiliki hambatan, tidak terlarang, dapat diakses
(accessible), tidak terikat, responsive, dan lainnya. Dengan demikian
ruang yang terbuka adalah bagian- bagian dari lingkungan yang terbuka
atau dapat digunakan bagi kegiatan spontan dan dipilih secara bebas oleh
masyarakat. Dimana pengertian ruang terbuka menurut kamus tata ruang
adalah lahan tanpa atau dengan sedikit bangunan/ dengan bangunan
yang saling berjauhan, ruang terbuka ini dapat berupa pertamanan,
tempat olahraga, tempat bermain anak- anak, pekuburan, dan daerah
hijau pada umumnya.
27
2. Tujuan dan Fungsi Ruang Terbuka Publik
Mulyandari (2011) menyatakan ruang terbuka publik bertujuan
sebagai pelengkap dan pengontras bentuk kota, bentuk dan ukuran ruang
terbuka merupakan suatu determinan utama bentuk kota, artinya 30%-
50% luas seluruh kota diperuntukkan untuk ruang terbuka, sebagai salah
satu elemen fisik kota yang dapat menciptakan kenikmatan kota,
mengangkat nilai kemanusiaan, karena di dalam ruang terbuka ini banyak
aktivitas manusia bertemu (Gambar 20).
Menurut Carr dkk (1992) dalam Haryanti (2008), secara umum tujuan
ruang terbuka publik adalah:
c. Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan masyarakat menjadi motivasi dasar dalam
penciptaan dan pengembangan ruang terbuka publik yang
menyediakan jalur untuk pergerakan, pusat komunikasi, dan tempat
untuk merasa bebas dan santai.
Gambar 20. Beragam aktivitas pada ruang terbuka publik (Sumber: www.irvingcommons.org/makes-successful-public-space/)
28
d. Peningkatan Visual (Visual Enhancement)
Keberadaan ruang publik di suatu kota akan meningkatkan
kualitas visual kota tersebut menjadi manusiawi, harmonis, dan indah
(Gambar 21).
e. Peningkatan Lingkungan (Environmental Enchancement)
Penghijauan pada suatu ruang terbuka publik sebagai sebuah
nilai estetika juga paru- paru kota yang memberikan udara segar di
tengah- tengah polusi.
f. Pengembangan Ekonomi (Economic Development)
Pengembangan ekonomi adalah tujuan yang umum dalam
penciptaan dan pengembangan ruang terbuka publik.
g. Peningkatan Kesan (Image Enchancement)
Merupakan tujuan yang tidak tertulis secara jelas dalam kerangka
penciptaan suatu ruang terbuka publik namun selalu ingin dicapai.
Budihardjo (1998) dalam Nasution (2006) menyatakan bahwa ruang
terbuka publik memiliki beberapa fungsi, antara lain:
Gambar 21. Millenium Park di Chicago, Illinois (Sumber: www.bussinessinsides.in/millenium-park-in-chicago-illinois/)
29
a. Fungsi umum
1) Tempat bermain dan berolahraga (Gambar 22), tempat
bersantai, tempat komunikasi sosial, tempat peralihan, tempat
menunggu.
2) Sebagai ruang terbuka, ruang ini berfungsi untuk
mendapatkan udara segar dari alam.
3) Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan
tempat lain.
4) Sebagai pembatas atau jarak di antara massa bangunan
(Gambar 23).
Gambar 22. Ruang terbuka sebagai tempat bermain (Sumber: www.irvingcommons.org/makes-successful-public-space/)
Gambar 23. Ruang terbuka sebagai pembatas massa bangunan (Sumber: www.audax.com.sg/index.php/portfolio-item/singapore-city/)
30
b. Fungsi ekologis
1) Penyegaran udara, menyerap air hujan, pengendalian banjir,
memelihara ekosistem tertentu.
2) Pelembut arsitektur bangunan.
Menurut Darmawan (2003) dalam Darmawan (2007), pentingnya
fungsi ruang publik dalam perencanaan kota dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Sebagai pusat interaksi, komunikasi masyarakat, baik formal
maupun informal seperti upacara bendera, sholat idul fitri, dan
peringatan-peringatan yang lain; serta informal seperti pertemuan-
pertemuan individual, kelompok masyarakat dalam acara santai dan
rekreatif seperti konser musik yang diselenggarakan televisi swasta
atau demo mahasiswa yang menjadi pemandangan sehari-hari akhir-
akhir ini dengan tujuan untuk menyampaikan aspirasi, ide-ide atau
protes terhadap keputusan-keputusan pihak penguasa, instansi atau
lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang lain.
b. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor, jalan
yang menuju kearah ruang publik tersebut dan ruang pengikat dilihat
dari struktur kota, sekaligus sebagai pembagi ruang-ruang fungsi
bangunan di sekitarnya serta ruang untuk transit bagi masyarakat
yang akan pindah kearah tujuan lain.
31
c. Sebagai tempat pedagang kaki lima yang menjajakan makanan
dan minuman, pakaian, souvenir, dan jasa entertainment seperti
tukang sulap, tarian kera, ular, dan sebagainya (Gambar 24).
d. Sebagai paru-paru kota yang dapat menyegarkan kawasan
tersebut, sekaligus sebagai ruang evakuasi untuk menyelamatkan
masyarakat apabila terjadi bencana gempa atau yang lain.
3. Jenis- jenis Ruang Terbuka Publik
Permen PU No.12/PRT/M 2009 menyatakan bahwa secara umum
ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari:
a. Ruang terbuka hijau (Gambar 25)
b. Ruang terbuka non-hijau (Gambar 26)
Gambar 24. Ruang terbuka sebagai tempat berdagang (Sumber: www.huffingtonpost.com/zealnyc/new-york-city/)
Gambar 25. Ruang terbuka hijau (Sumber: www.rainypeavy.com/2016/10/13/the-huntingtons-japanese-garden/)
32
Mulyandari (2011) menyatakan bahwa jenis- jenis ruang terbuka
publik terdiri atas:
a. Pengelompokan ruang terbuka dapat didasarkan atas:
1) Sumber produksi yang berupa daerah hutan
2) Tempat perlindungan (cagar alam, budaya, dan sejarah)
3) Bertujuan untuk kesehatan, kenyamanan (melindungi kualitas
air, pengaturan pembuangan air dan sampah, memperbaiki dan
mempertahankan kualitas udara, rekreasi, taman lingkungan,
taman kota)
b. Ruang terbuka menurut kegiatan:
1) Ruang terbuka aktif (active open space)
Ruang terbuka yang mempunyai unsur-unsur kegiatan di
dalamnya misalkan bermain, olahraga, tempat bermain anak dan
remaja, penghijauan tepi sungai sebagai tempat rekreasi
(Gambar 27). Active open space dapat dikatakan ruang positif,
karena merupakan suatu ruang terbuka yang diolah dengan
peletakan massa bangunan/ objek tertentu yang melingkupinya
Gambar 26. Ruang terbuka non- hijau (Sumber: www.flickr.com/photos/kenlee2010/8093869085)
33
dan memberikan manfaat ruang positif. Biasanya terkandung
berbagai kepentingan dan kegiatan manusia.
2) Ruang terbuka pasif (passive open space)
Ruang terbuka yang di dalamnya tidak mengandung unsur-
unsur kegiatan manusia misalkan, penghijauan tepi bantaran
sungai (Gambar 28), penghijauan tepian jalur jalan, penghijauan
tepian kereta api, ataupun penghijauan daerah yang bersifat
alamiah. Ruang terbuka ini lebih berfungsi sebagai keindahan
visual dan fungsi ekologis belaka.
Gambar 27. Ruang terbuka aktif pada tepi sungai (Sumber: www.tempat.co.id/wisata/Kalimantan-Utara)
Gambar 28. Ruang terbuka pasif pada tepi sungai (Sumber: www.alexforencich.com/blog/2010/11/)
34
c. Ruang terbuka menurut bentuknya, yakni:
1) Ruang terbuka memanjang atau koridor pada umumnya hanya
mempunyai batas-batas pada sisi-sisinya, misalnya bentuk ruang
terbuka jalan, dan bentuk ruang terbuka sungai.
2) Ruang terbuka bentuk memusat/ membulat pada umumnya
mempunyai batas di sekelilingnya, misalnya bentuk ruang
lapangan, ruang area rekreasi, bentuk ruang area olahraga, dan
alun-alun.
d. Ruang terbuka menurut sifatnya, yakni:
1) Ruang terbuka lingkungan, yaitu terdapat pada suatu
lingkungan dan sifatnya umum. Ruang umum di luar bangunan
mayoritas terjadi intervensi sesuatu dari luar terhadapnya, seperti
air hujan dan terik matahari.
2) Ruang terbuka bangunan yaitu dibatasi oleh dinding bangunan
dan lantai halaman bangunan. Ruang publik yang terdapat dalam
suatu bangunan dan ruang terbuka ini bersifat publik atau privat
sesuai dengan fungsi bangunannya, contohnya: atrium, hal, dan
lain-lain.
Gambar 29. Ruang terbuka bangunan
(Sumber: www.tanamatales.com/cultural-festivals-in-little-tokyo/img_4412-2/)
35
Menurut Ardiyanto (1998), ruang terbuka publik dibagi menurut
tingkatan dan fungsinya terdiri atas:
a. Pocket park, yakni taman yang dikelilingi oleh sekelompok
bangunan, dinikmati oleh penghuni lingkungan di sekelilingnya.
b. Play-lot, merupakan ruang yang menghubungkan beberapa
kelompok lingkungan, berfungsi untuk menampung kegiatan-kegiatan
yang melibatkan penghuni dari blok lain.
c. Play ground, merupakan ruang publik yang berfungsi sebagai
taman bermain, dengan fasilitas yang lebih lengkap,serta sebagai
pusat rekreasi bagi penghuni suatu kawasan (Gambar 30).
d. Urban park, merupakan ruang publik yang terletak pada pusat
kota, berfungsi untuk menunjang aktivitas- aktivitas yang melibatkan
warga kota, dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai kawasan, baik
di dalam kota yang sama maupun yang berasal dari kota lain.
Haryanti (2008) menyatakan bahwa ruang terbuka publik dapat
berupa landscape (ruang terbuka hijau) maupun hardscape (ruang
terbuka terbangun), pengkategoriannya adalah:
Gambar 30. Play ground (Sumber: www.travelingyuk.com/kolam-renang-malang/23167/)
36
a. Ruang terbuka publik skala lingkungan dengan luas dan lingkup
pelayanan kecil, seperti ruang sekitar tempat tinggal (home oriented
space), ruang terbuka lingkungan (neighbourhood space) (Rapuano,
1964).
b. Ruang terbuka publik skala bagian kota yang melayani beberapa
unit lingkungan, seperti taman umum (public park), ruang terbuka
untuk masyarakat luas (community space).
c. Ruang terbuka publik dengan fungsi tertentu, seperti ruang
sirkulasi kendaraan (jalan raya/ freeway, jalan arteri, dll), ruang
terbuka publik di pusat komersial (area parkir, plaza, dan mall), ruang
terbuka publik kawasan industri, dan ruang terbuka publik peringatan
(memorial) (Carr dkk, 1992) (Gambar 31).
d. Pasar terbuka publik (markets), yaitu ruang terbuka publik atau
jalan yang digunakan pedagang (Gambar 32), bersifat temporer pada
ruang yang ada seperti taman, daerah pinggir jalan, atau area parkir
(Carr dkk, 1992).
Gambar 31. Veteran’s Memorial Plaza (Sumber: www.downtownindy.org/explore-downtown/public-spaces/)
37
4. Tipologi Ruang Terbuka Publik
Menurut Budihardjo (1998), terbentuknya ruang terbuka dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik oleh alam maupun lingkungan buatan,
dibedakan sebagai berikut:
a. Pembatas, dimana ruang selalu terbentuk oleh tiga elemen
pembentuk ruang yaitu bidang alas, bidang langit-langit dan bidang
pembatas/ dinding.
b. Skala, dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara
elemen bangunan atau ruang dengan elemen tertentu yang
ukurannya sesuai dengan kebutuhan manusia. Skala terdiri atas dua
macam:
1) Skala manusia, perbandingan ukuran elemen atau ruang
dengan dimensi tubuh manusia.
2) Skala generik, perbandingan elemen bangunan atau ruang
terhadap elemen lain yang berhubungan dengan sekitarnya.
c. Bentuk, yang terdiri atas bentuk dua dimensi dan tiga dimensi.
Dapat juga dikategorikan dalam dua bagian bentuk alami dan buatan.
Gambar 32. Pasar terbuka di Kota Dublin (Sumber: www.ireland.com/en-gb/articles/moore-street-market-maser/)
38
Menurut penampilan terbagi atas: bentuk teratur, bentuk lengkung,
dan bentuk tidak teratur.
Mulyandari (2011) menyatakan proses pembentukan ruang terbuka
terdiri atas lingkungan alam itu sendiri dan lingkungan buatan. Keduanya
bertujuan untuk mendapatkan sifat dan suasana dari unsur- unsur
penyusunnya dengan batas tertentu.
Zahnd (1999) dalam Mulyandari (2011) menyatakan bahwa ada tiga
prinsip sebuah ruang terbuka publik, yakni:
a. Prinsip 1: open space adalah ruang terbuka yang lebih berarti
daripada sesuatu yang kosong saja.
b. Prinsip 2: open space dibentuk secara organis atau teknis oleh
benda-benda yang membatasinya.
c. Prinsip 3: open space dibagi dalam tiga aspek yang fungsional
(Gambar 33)
Gambar 33. Diagram aspek fungsional ruang terbuka (Sumber: Zahnd, 1999)
Public Space
- Semi Public Space - Semi Private Space
Private Space
Fokus Kota
Fokus Rumah
39
Tabel 1. Tipologi Ruang Publik (Carr , 1992 dalam Hasriyanti, 2014)
Tipologi Jenis Karakteristik
Public Parks Public Central Parks Ruang terbuka yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah sebagai bagian dari zona ruang terbuka dalam sistem perkotaan dan umumnya terletak di pusat kota.
Taman kota (Downtown Parks)
Taman hijau dengan rerumputan dan vegetasi yang berlokasi di daerah pusat kota dapat berupa taman traditional, taman bersejarah atau taman yang sengaja dibangun untuk penghijauan kota.
Common Parks
Area hijau yang luas dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi.
Taman Lingkungan (Neighbourhood Parks)
Ruang terbuka yang dibangun di daerah hunian, dikembangkan dan dikelola oleh publik sebagai bagian dari zona ruang terbuka diperkotaan ataupun sebagai bagian dari pengembangan hunian baru, termasuk taman bermain, fasilitas olahraga.
Taman Kantong (Mini/ Vest-pocket Parks)
Taman kecil kota yang memanfaatkan ruang- ruang di sela- sela bangunan.
Plaza and Square
Central Square
Ruang terbuka yang sering merupakan bagian dari sejarah perkembangan suatu kota, dapat direncanakan secara formal ataupun sebagai tempat pertemuan yang dikembangkan dan dikelola secara publik.
Corporate Place Plaza yang dikembangkan sebagai bagian dari pembanguna gedung- gedung perkantoran atau komersil, umumnya berada di pusat kota atau di kawasan perkantoran baru di daerah pinggiran, dikembangkan dan dikelola oleh pemilik bangunan namun beberapa dapat dikembangkan secara publik tetapi kebanyakan didanai dan dikembangkan privat.
Memorial Ruang publik yang dibangun untuk memberi penghormatan kepada para pahlawan atau kejadian bersejarah/ penting baik ditingkat lokal maupun nasional.
Market Farmer Market Ruang terbuka atau jalan yang digunakan sebagai tempat berjualan kebutuhansehari- hari atau pasar traditional, umumnya bersifat temporer atau terjadi ketika terdapat taman kota atau tempat parkir.
40
Lanjutan Tabel 1. Tipologi Ruang Publik
Tipologi Jenis Karakteristik
Streets Pedestrian Sidewalks Bagian dari kota dimana orang biasamelakukan perjalanan dengan jalan kaki, bisa berupa jalur yang direncanakan atau tidak, yang menghubungkan suatu tempat ke tempat lain.
Pedestrian Malls Jalan yang ditutup bagi kendaraan bermotor, dengan disediakan fasilitas yang nyaman untuk berjalan kaki seperti tempat duduk, pohon, sering berlokasi di sepanjang jalan umum di pusat kota.
Transit Malls Pengembangan area- area transit, hanya dilalui untuk kendaraan umum yang menghubungkan ke pusat kota seperti terminal dan halte.
Traffic Restricted Streets Jalan yang digunakan sebagai ruang terbuka publik dimana lalu lintas kendaraan dibatasi dan jalur- jalur pejalan diperlebar dan dilengkapi dengan bangku dan pohon.
Town Trails Pemanfaatan ruang- ruang terbuka dan jalan yang menghubungkan bagian- bagian perkotaan.
Playground Playground Taman bermain yang biasanya berlokasi di daerah hunian yang dilengkapi dengan sarana bermain dan kenyamanan seperti bangku taman.
Schoolyard Area bermain yang dibangun sebagai tempat untuk mengamati keberadaan lingkungan atau tempat kegiatan masyarakat.
Community Open Space
Community Garden/ Park
Ruang- ruang di lingkungan hunian yang didesain, dikembangkan dan dikelola oleh penghuni setempat, umumnya dibangun di lahan milik pribadi atau menggunakan lahan kosong yang tidak digunakan termasuk kebun, tempat bermain dan taman.
Greenways and Parkways
Interconnected Recreational and Natural Area
Area- area alami dan ruang rekreasi yang dihubungkan dengan jalur pedestrian dan sepeda.
41
Lanjutan Tabel 1. Tipologi Ruang Publik
5. Syarat Ruang Terbuka Publik
Menurut Shirvani (1985) dalam Darmawan (2007) ada enam kriteria
desain tak terukur untuk menilai suatu kualitas lingkungan kota, yakni:
a. Pencapaian (access), akses memberikan kemudahan,
kenyamanan, dan keamanan bagi para pengguna untuk mencapai
tujuan dengan sarana dan prasarana transportasi yang mendukung
kemudahan aksesibilitas yang direncanakan dan dirancang sesuai
dengan kebutuhan pengguna sehingga dapat memberikan
kenyamanan dan kemudahan dalam menjalankan aktivitasnya.
Fasilitas untuk aksesibilitas ini hendaknya dalam perencanaan dan
Tipologi Jenis Karakteristik
Atrium/ Indoor Marketplace
Atrium Ruang privat interior yang dikembangkan sebagai atrium dalam ruangan berupa plaza atau jalur pedestrian dalam ruangan yang dikembangkan dan dikelola oleh privat.
Marketplace/ Downtown Shopping Center
Area belanja di dalam ruangan namun bisa juga di luar ruangan sering juga disebut festival marketplace, dikembangkan dan dikelola oleh privat.
Found/ Neighbourhood Space
Found Spaces/ Everyday Open Spaces
Ruang terbuka yang aksesibel untuk publik seperti pojok jalan, tangga menuju bangunan atau lahan kosong, sering digunakan oleh anak- anak, remaja dan pemukiman lokal.
Waterfront Waterfronts, Harbor, Beachs, Riverfront, Piers, Lakefront
Ruang terbuka di sepanjang tepian air di dalam area perkotaan dan diperuntukkan bagi publik.
42
perancangannya memperhatikan tatanan, letak, dan sirkulasi,
dimensi (Lynch, 1976).
b. Kecocokan (compatible), kecocokan pada aspek-aspek yang
berkaitan dengan lokasi, kepadatan, skala dan bentuk masa
bangunan.
c. Pemandangan (view), pemandangan berkaitan dengan aspek
kejelasan yang terkait dengan orientasi manusia terhadap bangunan.
View dapat berupa landmark. Nilai visual ini dapat diperoleh dari
skala dan pola serta warna, tekstur, tinggi, dan besaran.
d. Identitas (identity), adalah nilai yang dibuat atau dimunculkan oleh
objek (bangunan/ manusia) sehingga dapat ditangkap dan dikenali
oleh indera manusia.
e. Rasa (sense), rasa kesan atau suasana yang ditimbulkan
biasanya merupakan simbol karakter dan berhubungan dengan
aspek ragam gaya yang disampaikan oleh individu/ kelompok
bangunan atau kawasan (Lynch, 1976; Steele, 1981).
f. Kenyamanan (livability), rasa nyaman untuk tinggal atau
beraktivitas di suatu kawasan/ objek (Darmawan, 2003).
Dari enam kriteria desain tak terukur diatas, dapat diartikan bahwa
persepsi setiap individu atau kelompok masyarakat akan menuntut
kebutuhan fasilitas kota yang berlainan pula, tergantung hirarki sosial
ekonomi masyarakat pengguna kota (Darmawan, 2007).
43
Jacobs dan Appleyarrd (1987) dalam Hasriyanti (2014) menyatakan
bahwa pertimbangan aspek- aspek dalam menciptakan lingkungan ruang
publik yang baik, yakni:
a. Liveability, sebuah ruang publik seharusnya dapat menjadi tempat
dimana setiap orang merasa realtif nyaman untuk berada di
dalamnya.
b. Identity dan control, ruang publik dapat bermakna baik
penggunanya baik secara individual maupun berkelompok.
c. Access to opportunities, imagination dan joy, ruang publik dapat
menjadi tempat yang berbeda dari kebiasaan sebelumnya sehingga
dapat memperluas pengalaman dan mencipatkan kesenangan bagi
penggunanya.
d. Authenticity dan meaning, pengguna dapat memahami bentuk
asli, fungsi publik, dan kesempatan yang ditawarkan oleh ruang
publik.
e. Community and public life, ruang publik dapat mendorong
partisipasi warga dalam komunitas dan kehidupan publik.
f. Urban self- reliance, adanya kesadaran publik untuk tetap
mendukung keberlanjutan dari ruang publik tersebut khususnya
dalam hal lingkungan.
g. An environmental for all, ruang publik harus dapat diakses ileh
semua orang, setiap orang dapat mendukung kehidupan, identitas,
control dan kesempatan yang ada di ruang publik tersebut.
44
Darmawan (2007) menyatakan bahwa ada enam faktor yang harus
diperhatikan dalam perancangan ruang publik, yakni:
a. Kesatuan (Unity)
Menurut Norberg-Schulz (1971) dalam Moughtin (1992)
mengemukakan konsepnya, bahwa pertama kali yang dipikirkan
dalam mendesain adalah pusat-pusat lokasi kegiatan (proximity),
arah dan tujuan jalan (continuity), dan area yang terlingkupi
(enclosure). Komposisi dalam perancangan kota adalah seni,
kesatuan visual masing-masing elemen kota dengan menghindarkan
semaksimal mungkin adanya perbedaan. Kembali kepada tujuan
perancangan kota yang terpenting adalah mencipatakan image kota
yang kuat dalam struktur kota yang memiliki visual dan penataan
organisasi ruang yang menyatu (Lynch, 1960).
b. Proporsi (Proportion)
Metode untuk menyusun tatanan ruang (order) yang menyatu
(unity) dapat menggunakan metode proporsi dengan memberikan
keseimbangan komposisi elemen-elemennya (Ching, 1979).
c. Skala dan Proporsi (Scale and Proportion)
Untuk objek dua dimensional seperti patung atau sculpture di
tengah taman, pengertian proporsi ditentukan oleh faktor ketinggian
dan lebar. Sistem proporsi dapat diterapkan pada ruang publik
sebagai bagian dari struktur kota secara keseluruhan. Perbedaan
45
skala dan proporsi tergantung dari perbandingan dari dimensi dan
proporsi ruang yang satu dengan yang lain (Moughtin, 1992).
d. Harmoni (Harmony)
Adanya sinkronisasi dan keserasian antara beberapa unsur yang
berbeda, tetapi dapat tercipta suatu model atau gaya yang harmonis
(Ching, 1979).
e. Simetri, Keseimbangan (Symmetry, Balance)
Simetri merupakan suatu penataan atau susunan elemen untuk
mencapai komposisi yang lebih rigid. Kemudian kalau dikaitkan
dengan keseimbangan (balance) menjadi salah satu ekspresi yang
sederhana dan jelas dalam perancangan. Ada komentar bahwa
sentuhan proporsi (a sense of proportion) dan pandangan yang
seimbang (balanced outlook) merupakan dua faktor yang dapat
memberikan nilai tambah dalam desain. Simetri formal (formal
symmetry), hal ini merupakan satu tipe keseimbangan yang mudah
dilihat dan dimengerti, tetapi menimbulkan kesulitan dalam
menyelaraskan antara fungsi ruang dalam dan ruang luar.
f. Ritme, Harmoni, dan Kontras (Rhytm, Harmony, and Contras)
Ritme dalam ruang publik kota seperti halnya properti yang
dijelaskan dengan analisis-analisis yang dapat dipertanggung
jawabkan. Disamping itu merupakan produk kelompok-kelompok
elemen seperti suatu penonjolan, ruang antara, aksen dan arah
menuju suatu objek yang dapat ditunjukkan dengan deretan kolom-
46
kolom atau pohon atau elemen lain sebagai pengarah. Keberhasilan
desain ruang publik kota dari segi estetis apabila dapat menghindari
kemonotonan, memiliki daya tarik dan aksentuasi. Beberapa ruang
publik yang menyenangkan ditunjukkan dari bentuk-bentuk kontras
yang berasal dari alam, sinar matahari dan bayangan (Ching, 1979).
Harmonis dalam komposisi ruang publik kota merupakan upaya
konfirmasi untuk mencapai konsistensi melalui beberapa
pengulangan dari material, detail-detail ringgi rendah sebagai
sentuhan dalam proses menciptakan kekompakan dalam menata
komposisi kota (Sprerigen, 1965; Ching, 1979).
Kontras dalam ruang publik kota merupakan pemanfaatan
semaksimal mungkin lahan yang terbatas dengan unsur-unsur
bentuk dan anti bentuk, bangunan dan ruang, jalan dan ruang
terbuka publik, lansekap dengan perangkat keras dan lunak. Tanpa
elemen-elemen yang kontras dan kejutan-kejutan, maka yang terjadi
adalah pengulangan-pengulangan yang membosankan (Sprerigen,
1965; Ching, 1979).
Menurut Darmawan (2007), bahwa untuk menciptakan ruang publik
menjadi lebih hidup (lively), lebih nyaman, aman dan menyenangkan.
Maka, pengelola pusat keramaian (downtown area) seharusnya
memperhatikan aspek manajemen, manajemen ruang publik meliputi
keamanan, kebersihan, kenyamanan, dan suasana yang hidup sehingga
menarik pengunjung. Secara rutin harus dirawat dan dibersihkan, memiliki
47
tim keamanan atau satpam yang tangguh tetapi bersahabat, menawarkan
makanan kecil sambil berbelanja yang lain, sering mengadakan
pertunjukan-pertunjukan, promosi-promosi, menyediakan sitting group,
dimungkinkan adanya air mancur dan kenyamanan yang lain.
Darmawan (2005) dalam Darmawan (2007) menyatakan bahwa
didalam pendekatan manajemen ruang publik diperlukan persyaratan
minimal antara lain:
a. Harus ada yang bertanggung jawab untuk memastikan ruang-
ruang publik seperti plasa, jalan atau mal dalam keadaan yang baik
dan menyenangkan bagi pengunjung yang dating dan memerlukan
tempat tersebut.
b. Seluruh detail elemen yang ada harus senantiasa bersih, terawat,
aman, dan nyaman setiap hari.
c. Ruang publik harus dibuat menarik, aktif, dapat meningkatkan
spontanitas dan daya tarik bagi pengunjung di tempat tersebut.
d. Harus ada orang yang senantiasa memantau ruang publik
tersebut untuk memastikan bahwa perubahan desain yang dibuat
akan mendapat respon yang baik bagi pengunjung seperti lokasi
tempat duduk, jadwal perawatan atau cara-cara pengamanan.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006
tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa:
48
a. Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi
penyandang cacat guna mewujudkan kesamaan kesempatan
dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
b. Bangunan umum dan lingkungan adalah semua bangunan, tapak
bangunan, dan lingkungan luar bangunannya, baik yang dimiliki
oleh Pemerintah dan Swasta, maupun perorangan yang berfungsi
selain sebagai rumah tinggal pribadi, yang didirikan, dikunjungi,
dan digunakan oleh masyarakat umum termasuk penyandang
cacat.
Asas aksesibilitas, di antaranya:
a. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam
suatu lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan
bagi semua orang.
b. Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat
atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
c. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan
semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan.
d. Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan
mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat
umum dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan
bantuan orang lain.
49
E. Tinjauan Ruang Terbuka Publik pada Kawasan Tepian Sungai
1. Pengertian Kawasan Tepian Air (Waterfront)/ Tepian Sungai
Ali, dkk (2014) menyatakan bahwa kawasan tepian air merupakan
kawasan dari suatu perkotaan dimana daratan dan air bertemu, dan
meliputi kegiatan atau bangunan secara fisik, sosial, ekonomi, dan budaya
dipengaruhi oleh karakteristik badan air laut.
Menurut Tangkuman dan Tondobala (2011), bahwa kawasan tepi air
(waterfront) merupakan bagian elemen fisik kota yang sangat potensial
untuk dikembangkan menjadi suatu kawasan yang hidup (livable) dan
tempat berkumpul masyarakat. Waterfront dapat pula diartikan sebagai
suatu area atau kawasan yang terletak di tepi air. Semua kawasan yang
memiliki batasan antara daerah perairan dengan daratan dapat disebut
sebagai kawasan waterfront. Dalam konteks yang lebih luas, daerah
perairan tersebut meliputi laut, danau maupun sungai yang merupakan
wadah aktivitas penduduk daerah di sekitarnya.
Menurut Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia No. 38 Tahun
2011 tentang sungai disebutkan bahwa, sungai adalah alur atau wadah air
alami dan atau buatan berupa jaringan pengaliran air di dalamnya, mulai
dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri garis sempadan.
Disebutkan pula dalam Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia No. 38
Tahun 2011 tentang sungai, bahwa bantaran sungai adalah ruang antara
tepi palung sungai dan kaki tanggul sebelah dalam yang terletak di kiri dan
atau kanan palung sungai.
50
Carr (1992) dalam Hasriyanti (2014) menyatakan bahwa kawasan
tepian sungai merupakan kawasan yang terletak di pinggiran sungai.
Dalam pengembangannya kawasan ini menyediakan akses bagi publik
untuk menikmati suasana di kawasan tersebut.
2. Tujuan dan Fungsi Kawasan Tepian Air (Waterfront)/ Tepian
Sungai
Hasriyanti (2014) menyatakan bahwa tujuan pemanfaatan kawasan
tepian sungai menyediakan ruang publik sebagai ruang untuk
mengakomodasi kebutuhan publik. Pemanfaatan ruang publik tersebut
dikembangkan sesuai dengan karakteristik nilai- nilai pengembangannya
yaitu tema yang diangkat, motif dan kondisi eksisting, makna ruang yang
ditangkap dan kondisi tepian sungai baik dibadan, tepian, maupun
daratan.
National Recreation and Park Association (2002) dalam Aulia (2005)
menyatakan fungsi dari kawasan tepian air adalah:
a. Natural waterfront, yaitu kawasan yang ditujukan untuk
melindungi dan melestaikan sumber daya alam yang ada di kawasan
waterfront seperti sungai, lahan basah, habitat dan ekosistem
binatang dan vegetasi maupun sumber daya air itu sendiri.
b. Public waterfront, kawasan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan publik akan relaksasi dan rekreasi seperti adanya plaza
atau taman. Kawasan ini diharapkan menciptakan akses publik untuk
51
menikmati suasana yang ditawarkan kawasan waterfront seperti
adanya akses visual, fisik dan yang bersifat rekreatif.
c. Working waterfront, yaitu kawasan yang ditujukan untuk
menyediakan fasilitas maritim dan industry, pelabuhan, dermaga dan
pekerjanya, komersialisasi pesiar/ pelayaran dan transportasi (kapal,
pangkalan udara dan helikopter, maupun kendaraan roda empat).
d. Redeveloping waterfront, yaitu adanya keberadaan zona- zona di
kawasan waterfront yang ditujukan untuk merevitalisasi kawasan
tersebut seperti zona hunian, komersial maupun perkantoran.
3. Jenis- jenis Kawasan Tepian Air (Waterfront)/ Tepian Sungai
Tangkuman dan Tondobala (2011) menyatakan bahwa berdasarkan
jenis pengembangan pesisir, waterfront dapat dibedakan menjadi empat
jenis, yaitu:
a. Konservasi, penataan waterfront kuno atau lama yang masih ada
sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat.
b. Preservasi, waterfront yang harus dilestarikan, dilindungi,
dipelihara dan dipugar sesuai dengan bentuk aslinya tetapi tetap
disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan fungsionalnya karena
merupakan kawasan atau mengandung bangunan dan atau
bangunan- bangunan yang mempunyai nilai sejarah, nilai seni dan
budaya serta nilai arsitektur.
52
c. Redevelopment, upaya menghidupkan kembali fungsi- fungsi
waterfront lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk
kepentingan masyarakat dengan mengubah atau membangun
kembali fasilitas- fasilitas yang ada.
d. Development, usaha menciptakan waterfront yang memenuhi
kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi
pantai.
Menurut Breen (1994) dalam Tangkuman dan Tondobala (2011),
membedakan waterfront berdasarkan pertemuannya dengan badan air,
yaitu:
a. Waterfront Tepian Sungai, merupakan waterfront yang terjadi
karena adanya pertemuan langsung antara daratan dengan badan
air yang berupa tepian sungai.
b. Waterfront Tepi Laut, merupakan area waterfront yang terjadi
karena pertemuan langsung antara daratan dengan badan air yang
berupa pantai dan tepian laut.
c. Waterfront Tepi Danau, merupakan area waterfront yang terjadi
karena pertemuan langsung antara daratan dengan badan air yang
berupa tepian danau, pada umum pengembangannya sebagai fungsi
khusus.
53
Sedangkan berdasarkan aktivitasnya, waterfront dapat dikategorikan
sebagai berikut:
a. Cultural Waterfront, mewadahi aktivitas budaya, pendidikan dan
ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa fasilitas yang
ada pada kawasan waterfront tersebut seperti akuarium (Baltimore,
Maryland, dan Monterey California), waterfront dengan program/
event khusus (Ontario, Kanada).
b. Environmental Waterfront, pengembangan waterfront yang
bertumpu pada usaha peningkatan kualitas lingkungan yang
mengalami degradasi, memanfaatkan potensi dari keaslian
lingkungan yang tumbuh secara alami.
c. Historical Waterfront, pada umumnya berkembang sesuai upaya
konservasi dan restorasi bangunan bersejarah di kawasan tepi air.
Konteks kesejarahan yang dapat dikembangkan dapat berupa
dermaga tua, bendungan, dan jembatan kuno.
d. Mixed- used Waterfront, diarahkan pada penggabungan fungsi
perdagangan, rekreasi, perumahan, perkantoran, transportasi,
wisata, dan olahraga.
e. Recreational Waterfront, pengembangan waterfront dengan
fungsi aktivitas rekreasi dapat didukung dengan berbagai fasilitas
seperti: taman bermain, taman air, taman duduk, taman hiburan, area
untuk memancing, riverwalk, amphilhealre, diving, gardu pandang,
54
fasilitas perkapalan, paviliun, fasilitas olahraga, marina, restoran, dan
akuarium.
f. Residental Waterfront, pengembang waterfront dengan fungsi
utama sebagai perumahan. Fasilitas yang dibangun berupa kampong
nelayan, town house, rumah pantai, vila rekreasi, dan kesehatan.
g. Working Waterfront, kawasan waterfront yang menampilkan sisi
kelautan. Aktivitas yang diwadahi umumnya berhubungan dengan
perikanan, penyimpanan, dan pengolahan. Aktivitas pembuatan
kapal dan terminal angkutan air merupakan ciri utama waterfront ini.
4. Tipologi Kawasan Tepian Air (Waterfront)/ Tepian Sungai
National Recreation and Park Association (2002) dalam Aulia (2005)
menyatakan bahwa kawasan tepian air terbagi menjadi beberapa tipologi
berdasarkan fungsi utama kawasan, yaitu:
a. Kawasan rekreasi, kawasan ini didominasi oleh kegiatan rekreasi
air. Bangunan yang ada berfungsi untuk memfasilitasi kegiatan
rekreasi publik seperti adanya dermaga, area berenang dan joging.
Adapun hal lain yang perlu dipertimbangkan yaitu ketersediaan area
parkir dekat dengan kawasan waterfront, kelengkapan fasilitas
rekreasi, taman, signage dan street furniture.
b. Kawasan komersial, kawasan waterfront ini berfungsi sebagai
perdagangan dan perkantoran (komersial) seperti perkantoran
55
pemerintah dan swasta, hotel, restoran, tempat pertemuan maupun
pertokoan.
c. Kawasan bersejarah, lahan didominasi oleh bangunan tua/ kuno
yang mempunyai nilai sejarah dan budaya. Konsep kawasan bersifat
mempertahankan/ melestarikan berbagai upaya renovasi tanpa
merusak unsur atau elemen sejarah dan budayanya. Fasilitas yang
disediakan antara lain pedestrian way, transportasi air seperti kapal
pesiar atau sampan untuk melihat kawasan waterfront yang
bersejarah dengan menyusuri badan air.
d. Kawasan hunian, peruntukan lahan kawasan didominasi sebagai
hunian namun juga menyediakan fasilitas rekreasi, bangunan publik,
taman dan akses seperti pedestrian way.
e. Kawasan lindung, kawasan ini bertujuan untuk melindungi dan
melestarikan lingkungan alami dan binaan di kawasan waterfront
untuk keberlanjutan ekosistem air baik berupa perlindungan terhadap
keberadaan air itu sendiri, lahan sekitar maupun pengembangan
lahan yang menunjang kawasan tersebut.
f. Kawasan multifungsi, kawasan ini memiliki banyak fungsi seperti
komersial, hunian, rekreasi, perkantoran. Penerapan multifungsi
pada kawasan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pasar
dan menghidupkan aktivitas di kawasan sepanjang hari.
56
5. Syarat Ruang Terbuka Publik pada Kawasan Tepian Air
(Waterfront)/ Tepian Sungai
Ali, dkk (2014) menyatakan bahwa untuk menjamin terwujudnya
kemudahan publik di kawasan tepian air, perencanaan tata ruang
kawasan harus memperhatikan:
a. Tata letak bangunan yang figurative dan garis ketinggian
bangunan yang berhirarki untuk menjaga kemudahan publik dalam
menikmati panorama ruang pantai.
b. Keberadaan ruang publik yang dapat diakses, dimanfaatkan dan
dinikmati secara mudah dan bebas oleh publik tanpa batasan ruang,
waktu dan biaya.
c. Potensi elemen- elemen pantai untuk direpresentasikan kembali
melalui kreativitas proses penggalian, perancangan dan pengemasan
potensi alam/ laut/ pantai/ perairan yang signifikan agar tercipta
kemudahan dan kenyamanan publik.
d. Potensi alam/ pantai yang perlu dikembangkan sekaligus
dikonservasi, misalnya pasir, hutan, flora, dan fauna air, bakau,
tebing/ bibir pantai, kontur, peneduh, langit, dan pemandangan/
panorama.
e. Perwujudan kenyamanan pada elemen pantai.
57
Hasriyanti (2014) menyatakan bahwa ada beberapa komponen yang
harus diperhatikan dalam perencanaan ruang publik tepian air, yakni:
a. Komponen visual, yaitu ruang publik harus memberikan daya tarik
visual sehingga orang mau dating dan melakukan aktivitas di sana
dengan menyediakan berbagai daya tarik fisik seperti water fountain,
sculpture, public art dan lain- lain, ditambah dengan fungsi waterfront
yang sudah ada.
b. Keamanan dan keselamatan, yaiyu ruang publik pada kawasan
waterfront harus melindungi penggunanya dari kemungkinan
terjadinya kecelakaan maupun tindak kejahatan.
c. Bermakna sebagai tempat kehidupan publik, yaitu ruang publik di
tepian air ini harus dapat dijadikan tempat terjadinya berbagai
peristiwa yang terjadi di masyarakat baik secara individu maupun
kelompok seperti aktivitas sosial, relaksasi,rekreasi, aktivitas seni,
dan aktivitas ekonomi.
d. Berkelanjutan, ruang publik di tepian air ini dapat mendukung
keberlanjutan lingkungan setempat dan kegiatan yang dilakukan di
dalam ruang publik tidak menimbulkan degradasi terhadap
lingkungan.
Menurut Sastrawati (2003), bahwa ada beberapa karakteristik yang
patut dipertimbangkan untuk mencapai kesuksesan dalam penataan
kawasan tepi air, yakni:
58
a. Keadaan alam dan lingkungan (geografis), meliputi air, tanah, dan
iklim. Kondisi sumber daya air ini mempengaruhi teknik, desain, dan
konstruksi pada pembangunan di kawasan tersebut. Tanah di tepi air
sering mengalami erosi sehingga untuk mencegah hal tersebut,
dibuat struktur perlindungan tepi air terutama bila dilakukan
reklamasi. Elemen- elemen dasar dari iklim adalah radiasi matahari,
angin, curah hujan, suhu, dan kelembaban yang dipengaruhi oleh
bentuk tapak, air, dan vegetasi (Hough, 1989).
b. Citra (image), karakter visual tergantung pada siapa yang melihat
atau memandang dan dari segi mana dia memandangnya, yaitu
pandangan secara fisik (viewer exposure) atau dengan merasakan
(viewer sensitivy) (Wreen, 1983). Pandangan secara fisik berkaitan
dengan jarak, elevasi, dan pergerakan pandangan. Sedangkan
pandangan yang melibatkan kepekaan perasaan tergantung pada
sudut pandang, seperti karakter manusianya, pendapat, pengalaman,
dan kesan yang ditimbulkan pada kawasan.
c. Akses, pembangunan kawasan tepi air harus dapat memberikan
jaminan adanya pencapaian yang mudah, tempat parkir yang mampu
menampung kendaraan pada saat puncak keramaian sekalipun,
kemudahan dan kenyamanan pergerakan pejalan. Pencapaian ke
tepi air tergantung pada penggunaan lahan yang berkaitan dengan
aturan dari segi kondisi hukum, politik, dan ekonomi.
59
d. Bangunan, orientasi bangunan sebaiknya ke arah tepi air
sehingga tidak menjadikan tepi air sebagai halaman belakang.
Ketinggian bangunan diharapkan tidak menghalangi pandangan ke
tepi air sehingga memberikan kesempatan bagi penduduk untuk
menikmati pemandangan alam, laut/ sungai atau tidak mengacaukan
garis langit (sky line). Bahan dan struktur/ konstruksi bangunan
disesuaikan dengan karakter kawasan tepi air. Perubahan fungsi
bangunan lama/ tua yang tidak digunakan lagi menjadi komersial
dapat dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas lingkungan di
kawasan.
e. Penataan lanskap, penataan lanskap diperlukan sebab kawasan
berpotensi untuk erosi, abrasi, dan sedimentasi.
f. Kelengkapan sarana dan prasarana kawasan.
g. Teknologi yang diterapkan pada bahan bangunan, struktu/
konstruksi bangunan, dan perlindungan tepi air.
h. Tema pengembangan, dengan membentuk tema di kawasan tepi
air, pembangunan di kawasan tepi air akan mempunyai kekhasan
yang membedakan antara satu kawasan dengan kawasan tepi air
lainnya. tema dapat berkaitan dengan kekhasan ekologi, iklim,
sejarah, atau sosial budaya setempat.
i. Pemanfaatan air,
1) Pemanfaatan pada badan air, yaitu sebagai alur pelayaran,
rekreasi air, taman laut (obyek wisata), dll.
60
2) Pemanfaatan pada tepi air, meliputi kegiatan yang
berhubungan dengan air dan dapat pula kegiatan yang tidak
berhubungan dengan air, seperti tempat memroses makanan
laut, perusahaan pasir dan kerikil, pertambangan minyak,
terminal (pelabuhan) yang melayani penumpang dan
pengiriman barang (perdagangan) dengan fasilitas perbaikan
konstruksi di laut, kapal tarik, taman, public resort, akuarium,
dan restauran.
3) Pemanfaatan yang bukan pada keduanya, yaitu kegiatan yang
tidak memanfaatkan badan air dan tepi air. Peruntukan
lahannya dapat ditempatkan agak jauh dari tepi air seperti
apartemen, hotel, hunian, kafe, gudang, dan retail/ toko.
j. Aktivitas penduduk, aktivitas penduduk yang dikembangkan
dipengaruhi oleh karakter penduduk dan fungsi utama kawasan.
Pemanfaatan kondisi kawasan dan lingkungan kawasan tepi air
dilakukan dengan menjaga kualitas air, menyediakan ruang terbuka,
mendesain pencapaian yang mudah, dan mengantisipasi
kemungkinan terjadinya dampak pembangunan seperti kemacetan.
k. Sosial dan budaya, kebudayaan atau kebiasaan yang ada pada
masyarakat setempat tidak boleh diabaikan dalam penataan
kawasan tepi air sebab mempunyai nilai- nilai sosial yang telah
tertanam dalam kehidupan mereka seperti pengadaan upacara,
61
peristiwa (event) tertentu dan aktivitas rutin pada badan air dan tepi
air.
l. Ekonomi, selain penyediaan dana, pembiayaan terkait dengan
kebijakan moneter pemerintah dan kemampuan serta tanggapan
masyarakat. Hal ini perlu diperhitungkan karena menyangkut
kelangsungan hidup atau matinya suatu proses pembangunan, oleh
karena itu diperlukan berbagai kerjasama dari pihak swasta,
pemerintah maupun masyarakat.
m. Aturan, kawasan tepi air mempunyai batasan- batasan atau
aturan dalam ukuran dan kompleksitasnya (Wreen, 1983: 34). Perlu
ditekankan bahwa pembangunan kawasan tepi air haruslah ditujukan
untuk perlindungan terhadap lingkungan serta untuk memanfaatkan
lahan- lahan yang tidak produktif. Oleh sebab itu, penyelidikan
terhadap dampak lingkungan atas pembangunan kawasan tepi air
harus dilakukan secermat mungkin.
n. Pengelolaan, pengelolaan kawasan tepi air haruslah dilakukan
secara profesional, mengingat berbagai masalah yang kompleks
harus ditangani, seperti bagaimana mengelola fasilitas- fasilitas yang
ada agar tetap terawat, membuat promosi agar menarik pengunjung
bagi pemanfaatan rekreasi, melakukan koordinasi dengan lembaga/
instansi terkait baik dari pihak swasta maupun pihak pemerintah.
62
Menurut Hasriyanti (2014), bahwa ada beberapa prinsip untuk
menciptakan kawasan waterfront yang baik, yakni:
a. Membuat tujuan umum sasaran utama.
b. Menciptakan visi waterfront kepada komunitas.
c. Menciptakan beragam tujuan.
d. Menghubungkan beberapa tujuan (connect the destination).
e. Mengoptimalkan akses publik (optimalize public access).
f. Meyakinkan bahwa pembangunan baru akan cocok dengan visi
komunitas.
g. Mendorong aktivitas 24 jam dengan membatasi pembangunan
hunian.
h. Gunakan taman untuk menghubungkan tujuan.
i. Perencanaan dan program pembangunan harus
mengikutsertakan ruang terbuka.
j. Mendukung beragam moda transportasi dan membatasi akses
kendaraan.
Menurut Tangkuman dan Tondobala (2011), bahwa sebagai
kawasan pariwisata yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan
pariwisata, memiliki kriteria pemanfaat ruang yaitu:
a. Tersedia sarana dan prasarana.
b. Tersedia aksesibilitas yang tinggi ke pusat pelayanan niaga dan
kesehatan.
c. Memiliki obyek dan daya tarik wisata.
63
d. Pemberlakuan lebar garis sempadan pantai (Peraturan daerah
atau hukum pengusahaan atau sistem pemilikan pantai).
e. Pengaturan pemakaian air tanah yang disesuaikan dengan
kapasitas ketersediaan air tanah dan waktu yang dibutuhkan untuk
pengisian kembali.
f. Lebar garis sempadan pantai 100- 300 meter dari titik pasang
tertinggi.
Satsrawati (2003) menuliskan beberapa kebijakan yang berkaitan
dengan penataan kawasan tepi air, antara lain:
a. Garis sempadan pantai dan sungai
Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk
melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu
kelestarian fungsi pantai. Begitu pula dengan perlindungan
terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai
dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak
kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai. Garis sempadan pantai dan sungai
termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer ditetapkan
dalam beberapa peraturan seperti yang terdapat pada Tabel 2.
64
Tabel 2. Kebijakan dan Pedoman Ruang Publik dan Kawasan Tepi Air di Indonesia (Keppres RI No. 32 tahun 1990, PP RI
No. 47 tahun 1997, Permen PU No. 63/ PRT/ 1993, dan Ditjen Cipta Karya tahun 2000)
Sumber Sempadan Kriteria
Keputusan Presiden RI No.32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
Sungai di luar permukiman Sungai dikawasan permukiman
• Sekurang- kurangnya 100 m di kiri kanan sungai besar.
• Sekurang- kurangnya 50 m di kiri kanan anak sungai.
Sempadan sungai diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10- 15 m.
Peraturan Pemerintah RI No. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Garis sempadan sungai bertanggul Garis sempadan sungai tidak bertanggul
Batas lebar sekurang- kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh pejabat yang berwenang.
Garis sempadan sungai bertanggul dan tidak bertanggul di wilayah perkotaan sepanjang jalan
Ditetapkan tersendiri oleh pejabat yang berwenang.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 / PRT/ 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai
Garis sempadan sungai bertanggul Garis sempadan sungai tidak bertanggul
Di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang- kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang- kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Di luar kawasan perkotaan:
• Pada sungai besar (DAS≥500km²) ditetapkan sekurang- kurangnya 100 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Pada sungai kecil (DAS≤500km²) ditetapkan sekurang- kurangnya 50 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
65
Lanjutan Tabel 2
b. Akses (Ditjen Cipta Karya, 2000)
1. Akses berupa jalur kendaraan berada di antara batas terluar
dari sempadan tepi air dengan areal terbangun.
2. Jarak antara akses masuk menuju ruang publik atau tepi air
dari jalan raya sekunder atau tersier minimum 300 meter.
3. Jaringan jalan terbebas dari parkir kendaraan roda empat.
Sumber Sempadan Kriteria
Di dalam kawasan perkotaan:
• Pada sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan ditetapkan sekurang- kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
• Pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m, garis sempadan ditetapkan sekurang- kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
• Pada sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 m, garis sempadan ditetapkan sekurang- kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Petunjuk Teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Tepi Air (Ditjen Cipta Karya, 2000)
Garis sempadan di kawasan tepian air landai dengan kemiringan 0°- 15° Garis sempadan di kawasan tepian air curam dengan kemiringan 15°- 40° Garis sempadan di kawasan tepian air curam dengan kemiringan diatas 40°
Minimum 20 m diukur dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Minimum 35 m diukur dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Minimum 100 m diukur dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
66
4. Lebar minimum jalur pejalan di sepanjang tepi air adalah 3
meter.
c. Peruntukan (Ditjen Cipta Karya, 2000)
1. Peruntukan bangunan diprioritaskan atas jenjang
pertimbangan: penggunaan lahan yang bergantung dengan air
(water- dependent uses), penggunaan lahan yang bergantung
dengan adanya air (water- related uses), penggunaan lahan yang
sama sekali tak berhubungan dengan air (independent and
unrelated to water uses).
2. Kemiringan lahan yang dianjurkan untuk pengembangan area
publik yaitu antara 0- 15%. Sedangkan untuk kemiringan lahan
lebih dari 15% perlu penanagan khusus.
3. Jarak antara satu areal terbangun yang dominan
diperuntukkan pengembangan bagi fasilitas umum dengan
fasilitas umum lainnya maksimum 2 kilometer.
d. Bangunan (Ditjen Cipta Karya, 2000)
1. Kepadatan bangunan di kawasan tepi air maksimum 25%.
2. Tinggi bangunan ditetapkan maksimum 15 meter dihitung dari
permukaan tanah rata- rata pada areal terbangun.
3. Orientasi bangunan harus menghadap tepi air dengan
mempertimbangkan posisi bangunan terhadap matahari dan arah
tiupan angin.
67
4. Bentuk dan desain bangunan disesuaikan dengan kondisi dan
bentuk tepi air serta variabel lainnya yang menentukan
penerapannya.
5. Warna bangunan dibatasi pada warna- warna alami.
6. Tampak bangunan didominasi oleh permainan bidang
transparan seperti tampilan element eras, jendela, dan pintu.
7. Bangunan- bangunan yang dapat dikembangkan pada areal
sempadan tepi air berupa taman atau ruang rekreasi adalah
fasilitas areal bermain, tempat duduk, atau sarana olahraga.
8. Bangunan di areal sempadan tepi air hanya berupa tempat
ibadah, bangunan penjaga pantai, bangunan fasilitas umum
(MCK), bangunan tanpa dinding dengan luas maksimum 50 m²/
unit.
9. Tidak dilakukan pemagaran pada areal terbangun, kecuali
pemagaran dengan tinggi maksimum 1 meter dan menggunakan
pagar transparan atau dengan tanaman hidup.
Menurut Sutrisno (2011) , ada dua elemen penting dalam penataan
ruang terbuka pada kawasan tepian sungai, yakni:
a. Pola susunan massa dan ruang pada zona. Zona yang berada di
area waterfront harus mengacu dan berorientasi ke arah pengairan.
Apabila hal ini tidak diterapkan maka area tersebut akan kehilangan
ciri khas dan karakternya sebagai area waterfront.
68
b. Sirkulasi atau jaringan jalanmerupakan elemen kawasan yang
penting. Sirkulasi adalah lahan yang digunakan sebagai prasarana
penghubung antara zona- zona di dalam kawasan dan akses dengan
kawasan lainnya. sirkulasi pada area waterfront ada dua jenis, yaitu
sirkulasi darat dan sirkulasi air. Penataan sirkulasi pada area
waterfront dikatakan baik apabila jaringan jalannya berpola lurus dan
sejajar dengan sisi perairannya. Penataan ini memudahkan semua
orang menikmati view ke arah perairan.
Project for Public Space dalam Syafriny (2013) menyatakan bahwa
ada 3 prinsip gagasan dalam mewujudkan ruang publik yang ideal pada
tepi air, yakni:
a. Ciptakan target publik sebagai tujuan utama
Solusi terbaik untuk ruang tepi air harus mengutamakan tujuan
publik, bukan pemikiran jangka pendek untuk keuntungan finansial
semata. Selama perencenaan terkait erat pada gagasan bahwa tepi
air sebagai aset publik, maka langkah berikutnya akan mengalir
dengan sukses, keterlibatan masyarakat, kepemilikan lokal,
kebanggaan semua akan mengalir dari dasar pemikiran tersebut.
b. Ciptakan pandangan bersama masyarakat untuk membangun
kawasannya
Inisiatif warga yang menggarisbawahi serangkaian tujuan dan
gagasan yang ingin dicapai, mendorong warga untuk berpikir,
membuat terobosan dan mencapai kemungkinan-kemungkinan yang
69
baru. Proses penciptaan yang adaptif perlu diimplementasikan
secara bertahap dengan beberapa percobaan awal. Proses ini perlu
berulang.
c. Ciptakan destinasi publik majemuk
Sepuluh kualitas ruang untuk destinasi publik, yakni:
1) Hubungkan antar destinasi (explanade-promenade)
2) Optimalkan akses publik
3) Pastikan pembangunan baru cocok dengan visi masyarakat
4) Mendorong aktivitas 24 jam dengan membatasi pembangunan
hunian
5) Gunakan taman untuk koneksitas destinasi, bukan sebagai
destinasi
6) Rancangan dan program bangunan yang melibatkan ruang publik
7) Dukung moda transportasi yang majemuk dan batasi akses
kendaraan bermotor
8) Integrasi aktivitas musiman pada setiap destinasi
9) Buat bangunan ikon yang berdiri sendiri yang menyajikan
beragam fungsi
10) Pengelolaan
70
Tabel 3. Sepuluh Kualitas Ruang Luar Tepi Laut sebagai Destinasi Publik (Project For Public Space)
Kualitas destinasi ruang tepi laut Uraian
Lingkung bangun sekitar
Bangunan yang merangsang aktivitas ruang publik.
Interkoneksitas antara aktivitas bangunan dan ruang publik (luar).
Penggunaan campuran, hubungan indoor outdoor intensif.
Toko, jalan, etalase, akses yang menarik pengunjung (Whyte, 1980).
Hindari bangunan tinggi, lantai dasar tertutup.
Atraksi laut tidak menghalangi akses visual
Batasi tempat untuk hunian individu
Peluang untuk fungsi publik, fungsi utama: festival, pasar, pesta kembang api, konser, selebrasi spontan, family gathering.
Prioritas penggunaan campuran: hunian bersifat sosial (Giovinazzi dan Moretti, 2010).
Aktivitas menerus dan sepanjang tahun
Program kreatif berkesinambungan sepanjang tahun.
Fasilitas mendukung untuk ragam program agar orang betah lama berada di ruang publik.
Kemudahan kelengkapan berlaku
untuk segala cuaca.
Penerangan cukup.
Desain fleksibel yang adaptif
Ruang mudah beradaptasi untuk bermacampenggunaan dan waktu yang berbeda.
Hak berubah untuk meningkatkan kualitas, memungkinkan pengguna menambah dan menghapus perlengkapan yang mereka butuhkan.
Meja lipat, kursi, shelter,
perlengkapan permainan (games) siap setiap saat.
Panggung, backdrop.
Elemen pemicu kreativitas bagi kesenangan setiap orang
Elemen yang hadir menambah kenyamanan dan kenikmatan: bangku, tempat sampah, lampu, elemen estetika.
Aksesori ramah membangun interaksi sosial.
Akses mudah ke laut, sepeda, jalan kaki
Minimalkan akses kendaraan bermotor.
Akses publik mutlak fisik dan visual untuk lokal dan turis semua umur semua lapisan.
Akses mendukung karakter dan pengalaman tepi air.
Penggunaan intensif
71
Lanjutan Tabel 3
Kualitas destinasi ruang tepi laut Uraian
Hindari parkir dan lalu lintas
kendaraan bermotor.
Jalan aman untuk pedestrian.
Identitas lokal harus muncul
Buat tampilan identitas lokal kuat, sejarah dan budaya yang menarik, ciptakan rasa tempat yang unik.
Identitas sejarah berkarakter warisan budaya air kolektif antara kota dan air, peristiwa, landmark, alam memperkuat makna ruang tepi laut.
Peluang penghargaan seni lokal, musik, theater, dll.
Sustainabilitas bermakna preservasi industry masa lalu.
Daya tarik air Air adalah primadona program dan aktivitas. Pelabuhan marina, pancing ikan, dayung, renang, dll.
Air adalah unsur penting alasan orang beraktivitas di luar ruang. Orang mencari aktivitas pasif dan aktif berkaitan dengan air.
Penggunaan aktivitas di air: program tematik, festival perahu, pasar ikan, dll.
Kualitas air/ badan air mutlak dijaga.
Bangunan ikonik yang multifungsi
Multifungsi, menarik, akala manusia, menguntungkan dalam konteks lingkungan sekitar.
Ikonik, historic, fungsional, mendukung aktivitas.
Menjaga spirit kepublikan yang hadir.
Manajemen yang baik menjaga visi masyarakat
Kerjasama kota dan agensi, pemilik properti, perdagangan lokal organisasi masyarakat sekitar dipelihara dalam ragam aktivitas dan peristiwa sepanjang tahun.
Manajemen ruang publik Nampak sebagai upaya menjaga kualitas manusia dan ruang, memelihara infrastruktur, fasilitas, aktivitas, keamanan, dll.
72
F. Asesmen Kenyamanan Taman pada Tepian Sungai
Satwiko (2009) menyatakan bahwa kenyamanan dan perasaan
nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap
lingkungannya. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan
rangsangan yang masuk ke dalam dirinya. Dalam hal ini kenyamanan
pada taman meliputi: kenyamanan dalam aksesibilitas, kenyamanan
dalam beraktivitas, kenyamanan dalam keamanan dan keselamatan,
kenyamanan dalam kebersihan, dan kenyamanan dalam keindahan.
Tabel 4. Kenyamanan taman pada tepian sungai (analisis peneliti, 2017)
Kriteria Variabel Parameter
Kenyamanan dalam aksesibilitas
• Kemudahan akses ke taman
• Lahan parkir yang memadai
• Kemudahan dalam memarkirkan kendaraan
• Memadainya rambu- rambu jalan
• Pedestrian yang nyaman
• Perlunya akses untuk penyandang disabilitas
• Kios/ lapak PKL (pedagang kaki lima) tidak mengganggu
Carmona (2010), Hakim (2012), Shirvani (1985), Darmawan (2007), Lynch (1976) Sastrawati (2003), Project for Public Space.
Kenyamanan dalam beraktivitas
• Taman yang teduh
• Kelengkapan sarana dan prasarana
• Kepuasan terhadap sarana dan prasarana
• Kios/ lapak PKL (pedagang kaki lima) tidak mengganggu
Kenyamanan dalam keamanan dan keselamatan
• Pencahayaan yang cukup
• Keamanan taman
• Perlunya jasa petugas keamanan
• Perlunya CCTV
• Keamanan fasilitas bermain anak
• Material yang aman pada jalur pedestrian
• Kios/ lapak PKL (pedagang kaki lima) tidak mengganggu
73
Lanjutan Tabel 4
Kriteria Variabel Parameter
Kenyamanan dalam kebersihan
• Bersihnya taman
• Bersihnya saluran air kotor
• Saluran tidak berbau
• Tempat sampah tidak berbau
• Jumlah tempat sampah
• Kelayakan toilet umum
• Kios/ lapak PKL
(pedagang kaki lima) tidak
mengganggu
Carmona (2010), Hakim (2012), Shirvani (1985), Darmawan (2007), Lynch (1976) Sastrawati (2003), Project for Public Space.
Kenyamanan dalam keindahan
• Desain taman yang menarik
• Desain tempat duduk, lampu penerangan, tempat sampah, pedestrian yang menarik
• Skala tempat duduk, lampu penerangan, tempat sampah, pedestrian yang proporsional
• Letak tempat duduk, lampu penerangan, tempat sampah, pedestrian yang tepat
• Warna tempat duduk, lampu penerangan, tempat sampah, pedestrian yang menarik
• Langgam tempat duduk, lampu penerangan, tempat sampah, pedestrian yang menarik
• Bentuk dan perletakan taman yang menarik
• Kios/ lapak PKL (pedagang kaki lima) tidak mengganggu
74
G. Penelitian Sejenis
Tabel 5. Jurnal Penelitian Sejenis (analisis peneliti, 2017)
Nama Peneliti Hariz, Aulia (2013) Prameswari , Daniar V dkk (2015)
Judul Penelitian Evaluasi Keberhasilan Taman Lingkungan di Perumahan Padat Sebagai Ruang Terbuka Publik Studi Kasus: Taman Lingkungan di Kelurahan Galur, Jakarta Pusat
Evaluasi Purna Huni Fasilitas Pada Taman Wisata Budaya Senaputra Malang
Latar Belakang Penelitian
Ruang terbuka publik tidak memenuhi standar, baik dari luasan maupun jumlah manusia yang dilayani, maka taman lingkungan harus optimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Fasilitas pada Senaputra saat ini kurang diminati masyarakat dikarenakan kurang memadahi dan kurang dapat mengikuti perkembangan jaman.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keberhasilan taman lingkungan di perumahan padat sebagai ruang terbuka publik.
Untuk mengetahui kelayakan performa bangunan secara fisik pada Masing-masing fasilitas dalam taman budaya.
Metode Penelitian Metode checklist.
Metode Investigatif.
Teknik Pengumpuan Data
Menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
Evaluasi dilakukan berdasarkan observasi Langsung pada lapangan lalu diperbandingkan standar fasilitas pada bangunan taman Wisata budaya.
Hasil Penelitian Taman Kewista dan Taman Safari tidak berhasil sebagai ruang terbuka public sementara Taman Komando kurang berhasil sebagai ruang terbuka publik.
Hasil dari evaluasi menunjukkan kondisi fasilitas Senaputra jika dibandingkan dengan standar fasilitas pada wisata budaya. Sehingga dapat menjadi dasar dalam proses pengembangan taman wisata budaya Senaputra.
75
H. Kerangka Pemikiran
Gambar 34. Bagan Kerangka Pemikiran (Analisis Peneliti, 2017)
Asesmen Kenyamanan Taman pada Ruang Terbuka Publik di Kawasan Wisata
Tepian Sungai Pangkajene
Latar Belakang Masalah
Kehadiran para pedagang kaki lima (PKL) yang mengelilingi taman membuat pemandangan taman tidak terlihat baik dari dalam dan luar taman, aksesibilitas tertutup, serta rendahnya kesadaran PKL membersihkan sisa dagangan membuat taman terlihat kotor.
Pengumpulan Data
Data Primer: Wawancara, observasi,
foto, place centered map.
Data Sekunder: Studi kepustakaan/ literatur terkait, studi
dokumentasi.
Metodologi Penelitian
-Kualitatif dan Kuantitatif (Mix Method) - Survai deskriptif
Kajian Teori
- Teori Ruang Terbuka Publik - Teori Waterfront - Teori Kenyamanan
Analisa
Pendekatan Metode Survai Deskriptif
(The Descriptive Survey Method) Teknik sampel
Teknik Non Probability Sampling secara Purposive Sampling
Teknik analisis data Teknik Analisis Deskriptif Metode Analisis Statistik
Kesimpulan
Umpan Balik (Feed Back)
76
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi, (Sujarweni, 2014)
menyatakan bahwa penelitian evaluasi adalah penelitian yang bertujuan
untuk membandingkan suatu produk, kejadian, kegiatan yang sudah
dijalankan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya apakah
sudah sesuai dengan standar atau melebihi atau belum.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan kombinasi pendekatan kualitatif
dan kuantitatif, serta metode survai deskriptif. Pada penelitian ini metode
kualitatif lebih dominan dibandingkan dengan metode kuantitatif.
Penelitian kualitatif merupakan salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
orang-orang yang diamati (Bogdan dan Taylor, 1992 dalam Sujarweni,
2014). Penelitian kuantitatif merupakan suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui (Kasiram,
2008 dalam Sujarweni, 2014).
77
Pendekatan penelitian dengan metode survai deskriptif (The
Descriptive Survey Method). Menurut Leedy (1985, p92) dalam Djunaedi
(1989), bahwa metode survai deskriptif dipakai dalam penelitian yang
datanya diperoleh dari observasi (langsung maupun lewat kuesioner atau
wawancara). Metode deskriptif menguraikan secara detail situasi, setting
sosial, serta hubungan teori dan penelitian.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga November tahun
2017, pengamatan berlangsung pada hari yang berbeda agar dapat
mewakili aktivitas pengguna. Yakni, pada hari kerja (senin- jum’at) dan
pada hari libur (sabtu & minggu). Dalam sehari pengamatan dibagi dalam
empat zona waktu (pagi, siang, sore, dan malam), yang berlangsung dari
pukul 06.00 pagi hingga pukul 10.00 malam dengan rentang waktu
pengamatan selama dua jam per zona waktu.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada taman di kawasan wisata tepian Sungai
Pangkajene (Zona 1), yang terletak di Jalan Jenderal Sukowati, Kelurahan
Padoangdoangan, Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Penetapan lokasi
penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa:
78
a. Lokasi merupakan kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi
publik dan paling banyak memiliki kegiatan publik.
b. Lokasi menjadi tempat yang paling banyak ditempati para
pedagang kaki lima (PKL) menjajakan dagangan.
PETA SULAWESI
U U
Gambar 35. Kawasan Wisata tepian Sungai Pangkajene (Sumber: Dinas pekerjaan umum dan tata ruang kabupaten Pangkajene
dan kepulauan, dokumentasi peneliti 2017)
KAB. PANGKAJENE & KEPULAUAN
79
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan
peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian yang digunakan,
yakni:
1. Kuesioner, berupa angket dengan kerangka pertanyaan.
2. Alat perekam suara, yang digunakan untuk merekam suara responden
melalui wawancara langsung.
3. Kamera digital, sebagai alat untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan pada objek penelitian.
Gambar 36. Lokasi penelitian (Sumber: Grup info dan kejadian di Pangkajene, dokumentasi peneliti 2017)
80
4. Gambar denah lokasi penelitian, sebagai panduan untuk mengetahui
letak sarana dan prasarana yang akan diamati/ diteliti.
D. Populasi, Sampel, dan Variabel Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan meliputi: sarana dan
prasarana, pengguna, serta aktivitas- aktivitas yang terjadi pada lokasi
penelitian. Karena jumlah populasi pada lokasi penelitian tidak diketahui,
maka untuk menentukan sampel digunakan formula Lemeshow dengan
rumus:
N = (1)
Dimana,
N = Jumlah populasi
Z = Skor Z pada kepercayaan 95% = 1,96
p = Perkiraan proporsi populasi (p=0,5)
d = alpha (0,05)
N = 1,962 x 0,5 (1-0,5)
0,052
= 3,8416 x 0,25
0,0025
= 384,16 dibulatkan menjadi 384 orang
Jadi, populasi pada penelitian ini adalah 384 orang pengguna taman
pada tepian Sungai Pangkajene.
Z2 x p (1-p)
d2
81
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden,
melainkan sebagai informan atau narasumber dalam penelitian.
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non probability
sampling secara purposive sampling, peneliti memilih setiap pengguna
taman, serta pihak pengelola yang merupakan pihak ahli yang dapat
memberikan informasi mengenai hal yang diteliti.
Untuk mengetahui jumlah sampel digunakan rumus Slovin, yakni:
n = (2)
Dimana,
n = Jumlah sampel yang digunakan
N = Jumlah populasi
e2 = Batas toleransi kesalahan
Berdasarkan banyaknya jumlah populasi yang diperoleh yaitu
sebanyak 384 orang, maka dapat ditentukan jumlah sampel dengan
toleransi kesalahan 10% dan tingkat kepercayaan 90% adalah sebagai
berikut :
n = 384 = 79, 33 dibulatkan menjadi 80 sampel
(1+ 384 x 0,10 x 0,10)
Jadi, sampel pada penelitian ini adalah 80 orang pengguna taman
pada tepian Sungai Pangkajene.
N
(1 + Ne2)
82
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas yakni persepsi pengguna taman, sedangkan
variabel terikat yakni kenyamanan taman, ditinjau dari kenyamanan
aksesibilitas, aktivitas, keamanan dan keselamatan, kebersihan, dan
keindahan.
E. Sumber Data
Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui dua sumber yaitu data
primer dan data sekunder:
1. Data Primer, peneliti melakukan pengamatan pada sarana dan
prasarana pada taman, serta mengamati perilaku pengguna, yang
dideskripsikan dalam catatan dan dokumentasi berupa foto.
2. Data Sekunder, diperoleh dengan mengumpulkan data dan informasi
melalui literatur- literatur yang relevan dengan penelitian seperti buku-
buku, artikel, jurnal, makalah, serta literatur lainnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, yakni:
1. Observasi, peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada
area penelitian meliputi sarana dan prasarana yang ada, serta melihat dan
mendokumentasikan aktivitas para pengunjung.
83
2. Wawancara, dilakukan kepada pengguna yang memakai sarana dan
prasarana, serta pihak pengelola dengan memberikan pertanyaan terbuka
yang tidak terstruktur sesuai dengan aktivitas informan.
3. Dokumentasi, berupa pengumpulan bukti- bukti hasil dari observasi
dan wawancara, data, atau keterangan- keterangan yang terjadi di
lapangan.
4. Kuesioner, berupa angket dengan kerangka pertanyaan terkait dengan
kenyamanan taman mencakup kenyamanan aksesibilitas, aktivitas,
keamanan dan keselamatan, kebersihan, dan keindahan serta saran yang
diisi oleh responden.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua metode, yakni teknik analisis
deskriptif dan metode analisis statistik. Teknik analisis deskriptif dengan
mendeskriptifkan data atau fakta yang telah diperoleh melalui proses
penyelidikan. Kegiatan analisis dalam penelitian ini juga dilakukan dengan
analisis statistik dalam bentuk pengkodean (coding), reduksi data,
penilaian (scoring), dan perhitungan persentase. Pengkodean merupakan
pemberian kode-kode tertentu pada tiap-tiap data termasuk memberikan
kategori untuk jenis data yang sama. Reduksi data adalah proses memilih,
menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksi dan mengubah data
kasar ke dalam catatan lapangan. Selain itu, dilakukan penilaian (scoring)
pada hasil kuisioner dengan menggunakan skala Likert. Teknik cross-
84
tabulation dan matriks akan digunakan untuk mengidentifkasi hubungan
antar variabel.
Adapun tahapan- tahapan dalam metode adalah sebagai berikut:
1. Pengkodean (Coding)
a. Jawaban “Sangat Tidak Mudah”, “Sangat Tidak Memadai”, “Sangat
Tidak Nyaman”, “Sangat Tidak Perlu”, “Sangat Mengganggu”,
“Sangat Tidak Teduh”, “Sangat Tidak Lengkap”, “Sangat Tidak
Puas”, “Sangat Tidak Cukup”, “Sangat Tidak Aman”, “Sangat
Perlu”, “Sangat Tidak Bersih”, “Sangat Bau”, “Sangat Tidak Layak”,
“Sangat Tidak Menarik” menunjukkan tingkat jawaban paling
rendah diberi nilai 1 (satu).
b. Jawaban “Tidak Mudah”, “Tidak Memadai”, “Tidak Nyaman”, “Tidak
Perlu”, “Mengganggu”, “Tidak Teduh”, “Tidak Lengkap”, “Tidak
Puas”, “Tidak Cukup”, “Tidak Aman”, “Perlu”, “Tidak Bersih”, “Bau”,
“Tidak Layak”, “Tidak Menarik” menunjukkan tingkat jawaban
berada diatas jawaban a diberi nilai 2 (dua).
c. Jawaban “Mudah”, “Memadai”, “Nyaman”, “Perlu”, “Tidak
Mengganggu”, “Teduh”, “Lengkap”, “Puas”, “Cukup”, “Aman”,
“Tidak Perlu”, “Bersih”, “Tidak Bau”, “Layak”, “Menarik”
menunjukkan tingkat jawaban berada diatas jawaban a dan b diberi
nilai 3 (tiga).
d. Jawaban “Sangat Mudah”, “Sangat Memadai”, “Sangat Nyaman”,
“Sangat Perlu”, “Sangat Tidak Mengganggu”, “Sangat Teduh”,
85
n N
“Sangat Lengkap”, “Sangat Puas”, “Sangat Cukup”, “Sangat Aman”,
“Sangat Tidak Perlu”, “Sangat Bersih”, “Sangat Tidak Bau”, “Sangat
Layak”, “Sangat Menarik” menunjukkan tingkat jawaban berada
diatas jawaban a, b, dan c diberi nilai 4 (empat).
Tabel 6. Skala Likert (analisis peneliti, 2017)
2. Tabulasi Data
a. Menentukan skor jawaban responden.
b. Skor yang diperoleh kemudian diolah dengan membuat tabulasi
data.
c. Skor yang ada lalu dijumlahkan sehingga diperoleh nilai rata- rata.
d. mencari persentase skor diperoleh dengan menggunakan rumus:
% = x 100% (3)
Dimana,
n = jumlah skor rata- rata responden
N = jumlah skor maksimal
Jawaban Skor nilai
a 1
b 2
c 3
d 4
86
Adapun tahapan- tahapan dalam menentukan kriteria kenyamanan
pengunjung adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan persentase maksimal sebesar 100%.
2. Menetapkan persentase minimal, diperoleh dengan membagi skor
terendah dengan skor tertinggi dikali persentase maksimal.
Persentase minimal = x 100% = 25%
3. Menetapkan rentangan persentase, diperoleh dengan mengurangkan
persentase maksimal dan persentase minimal.
Rentangan persentase = 100%- 25% = 75%
4. Menetapkan interval kelas persentase, diperoleh dengan membagi
rentangan persentase dengan skor teringgi dikali 100%.
Interval kelas persentase = x 100% = 18,75%
5. Menetapkan kriteria, yakni sangat nyaman, nyaman, tidak nyaman,
dan sangat tidak nyaman.
Berdasarkan tahapan- tahapan tersebut, diperoleh kriteria
kenyamanan taman pada tepian Sungai Pangkajene berdasarkan interval
kelas persentase (Tabel 7).
Tabel 7. Interval Kelas Kriteria Tingkat Kenyamanan (analisis peneliti. 2017)
Persentase Skor nilai
≥ 81,25% - ≤ 100% Sangat nyaman
≥ 62,50% - < 81, 25%
Nyaman
≥ 43,75% - < 62,50%
Tidak nyaman
≥ 25,00% - < 43,75% Sangat tidak nyaman
1 4
75% 4
87
H. Alur Penelitian
I.
J.
K.
L.
Analisa
Pendekatan Metode Survai Deskriptif (The Descriptive Survey Method)
Teknik sampel Teknik Non Probability Sampling secara Purposive Sampling
Teknik analisis data Teknik Analisis Deskriptif Metode Analisis Statistik
Latar Belakang
Kehadiran para pedagang kaki lima (PKL) yang mengelilingi taman membuat pemandangan taman tidak terlihat baik dari dalam dan luar taman, aksesibilitas tertutup, serta rendahnya kesadaran PKL membersihkan sisa dagangan membuat taman terlihat kotor.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana asesmen kenyamanan taman pada ruang terbuka pubik di kawasan wisata tepian Sungai Pangkajene dengan adanya sarana dan prasarana ruang publik yang telah tersedia ?
Isu Permasalahan Mengetahui kenyamanan taman pada ruang terbuka publik di kawasan wisata tepian Sungai pangkajene dengan adanya sarana dan prasarana ruang publik yang tersedia dan kenyamanan akibat maraknya PKL di kawasan tersebut.
Landasan Teori
1. Teori ruang terbuka publik 2. Teori kawasan tepian air/
waterfront 3. Teori kenyamanan
Kesimpulan dan Saran
INPUT
ANALISA
OUTPUT
Gambar 37. Skema Alur Penelitian (Sumber: Analisis Peneliti, 2017)
88
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Ruang Terbuka Publik Taman di Tepian Sungai Pangkajene
1. Batas- batas wilayah taman
Taman di tepian Sungai Pangkajene merupakan taman kota, karena
berada di pusat wilayah/ kota (Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Taman terletak di Jalan Jenderal
Sukowati, Kelurahan Padoangdoangan, Kecamatan Pangkajene,
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia. Letak taman berada pada kawasan pariwisata sesuai dengan
rencana pola tata ruang peraturan daerah kabupaten Pangkep.
Letak geografis taman berada pada 4°40’- 8°00’ Lintang Selatan dan
110°- 119°48’67’’ Bujur Timur, dengan luas area ±600 m². Secara
administratif, taman kota dibatasi oleh sungai Pangkajene, permukiman
penduduk, perkantoran, dan perbankan (sebelah Utara), permukiman
(sebelah Timur), perkantoran dan perniagaan (sebelah Selatan), dan
pasar sentral Pangkep, jalan Poros Palopo- Makassar serta rumah
jabatan Bupati (sebelah Barat) dapat dilihat pada gambar 38.
89
U
Gambar 38. Site plan taman kota di tepian sungai Pangkajene (dokumentasi peneliti, 2017)
U
90
2. Sarana dan prasarana pada taman
Gambar 39. Layout taman (dokumentasi peneliti, 2017)
91
Keterangan gambar:
1) Tempat duduk
2) Sarana bermain anak
3) Lampu taman
4) Tangga
a. Tempat duduk
Gambar 40. Tempat duduk (dokumentasi peneliti, 2017)
92
b. Sarana bermain anak
c. Pencahayaan
d. Tempat sampah
Gambar 42. Lampu taman (dokumentasi peneliti, 2017)
Gambar 43. Tempat sampah (dokumentasi peneliti, 2017)
Gambar 41. Sarana bermain anak (dokumentasi peneliti, 2017)
93
e. Aksesibilitas
f. Penghijauan
Gambar 44. Aksesibilitas pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
Gambar 45. Penghijauan pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
94
32%
68%
Perempuan
Laki- laki
B. Data Karakteristik Responden
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 80 orang pengguna taman di tepian Sungai Pangkajene yang
telah mengisi kuesioner dengan penyebaran secara insidental diperoleh
data bahwa pengunjung didominasi oleh laki- laki sebesar 68%,
sedangkan pengunjung perempuan sebesar 32% (Tabel 8 dan
Gambar 46).
Tabel 8. Responden berdasarkan jenis kelamin (analisis peneliti, 2017)
Jenis Kelamin Jumlah (orang)
Laki- laki 54
Perempuan 26
Total 80 orang
.
2. Berdasarkan Usia
Berdasarkan rentang usia pengguna taman di tepian Sungai
Pangkajene, pengguna terbanyak adalah pengunjung remaja dengan
rentang usia 12- 25 tahun sebesar 49% dan yang paling sedikit
merupakan pengunjung usia manula dengan rentang usia 65 tahun keatas
(Tabel 9 dan Gambar 47).
Gambar 46. Diagram karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin (analisis peneliti, 2017)
95
49%44%
6% 1%
Remaja (12- 25 tahun)Dewasa (26- 45 tahun)Lansia (46- 65 tahun)Manula (65 tahun keatas)
Tabel 9. Responden berdasarkan usia (analisis peneliti, 2017)
Usia Jumlah (orang)
Remaja (12- 25 tahun) 39
Dewasa (26- 45 tahun)
Lansia (46- 65 tahun)
Manula (65 tahun keatas)
35
5
1
Total 80 orang
3. Berdasarkan Domisili
Berdasarkan dari tempat tinggal/ domisili pengguna taman di tepian
Sungai Pangkajene terbanyak dari Kabupaten Pangkep sebesar 77%,
sedangkan dari luar Kabupaten Pangkep sebesar 23% (Tabel 10 dan
Gambar 48).
Tabel 10. Responden berdasarkan domisili (analisis peneliti, 2017)
Domisili Jumlah (orang)
Kabupaten Pangkep 62
Luar Kab. Pangkep 18
Total 80 orang
Gambar 47. Diagram karakteristik responden berdasarkan usia (analisis peneliti, 2017)
96
77%
23%Kabupaten Pangkep
Luar Kab. Pangkep
2% 11%
59%
5%
23%
SD/ Sederajat
SMP/ Sederajat
SMA/ Sederajat
Diploma
Sarjana
4. Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berdasarkan dari latar belakang pendidikan, pengguna taman di
tepian Sungai Pangkajene terbanyak adalah pengguna yang memiliki
pendidikan terakhir tingkat SMA/ Sederajat sebesar 59% (Tabel 11 dan
Gambar 49).
Tabel 11. Responden berdasarkan pendidikan terakhir (analisis peneliti, 2017)
Pendidikan Terakhir Jumlah (orang)
SD/ Sederajat 2
SMP/ Sederajat
SMA/ Sederajat
Diploma
Sarjana
9
47
4
18
Total 80 orang
Gambar 48. Diagram karakteristik responden berdasarkan domisili (analisis peneliti, 2017)
Gambar 49. Diagram karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir (analisis peneliti, 2017)
97
57%39%
3% 1%
Belum Menikah
Menikah
Duda
Janda
5. Berdasarkan Status Pernikahan
Berdasarkan status pernikahan pengguna taman di tepian Sungai
Pangkajene, pengguna didominasi oleh pengunjung yang memiliki status
menikah sebesar 57% (Tabel 12 dan Gambar 50).
Tabel 12. Responden berdasarkan status pernikahan (analisis peneliti, 2017)
Status Pernikahan Jumlah (orang)
Belum menikah 46
Menikah
Duda
Janda
31
2
1
Total 80 orang
6. Berdasarkan Asal Suku
Berdasarkan asal suku pengguna taman di tepian Sungai
Pangkajene, pengguna didominasi oleh Suku Bugis sebesar 64%, Suku
Makassar sebesar 29%, dan lainnya (Batak, Jawa, Manado, Mandar, dan
Maluku) sebesar 7% (Tabel 13 dan Gambar 51).
Gambar 50. Diagram karakteristik responden berdasarkan status pernikahan (analisis peneliti, 2017)
98
64%29%
7%
BugisMakassarLainnya
Tabel 13. Responden berdasarkan asal suku (analisis peneliti, 2017)
Asal Suku Jumlah (orang)
Bugis 51
Makassar
Lainnya
23
6
Total 80 orang
7. Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Berdasarkan dari jenis pekerjaan pengguna taman di tepian Sungai
Pangkajene diperoleh pengguna terbanyak adalah wiraswasta dengan
nilai sebesar 38%, Pelajar/ Mahasiswa sebesar 24%, Pegawai Swasta
sebesar 17%, Tidak Bekerja sebesar 11%, dan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sebesar 10% (Tabel 14 dan Gambar 52).
Tabel 14. Responden berdasarkan jenis pekerjaan
(analisis peneliti, 2017)
Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)
Pelajar/ Mahasiswa 19
PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Tidak bekerja
8
14
30
9
Total 80 orang
Gambar 51. Diagram karakteristik responden berdasarkan asal suku (analisis peneliti, 2017)
99
24%
10%17%38%
11%Pelajar/ MahasiswaPNSPegawai SwastaWiraswastaTidak Bekerja
21
27
5
1
18
8
0 00
5
10
15
20
25
30
Remaja (12-25 tahun)
Dewasa (26-45 tahun)
Lansia (46- 65tahun)
Manula (> 66tahun)
Laki-laki
Perempuan
Analisis data dari 80 responden menunjukkan bahwa terdapat kaitan
antara jenis kelamin pengguna dengan usia serta asal domisili pengguna.
Pengguna taman didominasi oleh laki- laki dewasa dengan rentang usia
26- 45 tahun, yang berasal dari Kabupaten Pangkep (Tabel 15 dan
gambar 53).
Tabel 15. Tabulasi silang rentang usia dan jenis kelamin responden
(analisis peneliti, 2017)
Rentang usia
Jenis kelamin
Total Laki-laki Perempuan
Remaja (12- 25 tahun) 21 18 39
Dewasa (26- 45 tahun) 27 8 35
Lansia (46- 65 tahun) 5 0 5
Manula (> 66 tahun) 1 0 1
Total 54 26 80
Gambar 52. Diagram karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan (analisis peneliti, 2017)
Gambar 53. Diagram hubungan antara usia dengan jenis kelamin responden (analisis peneliti, 2017)
100
39
15
24
2
0
10
20
30
40
50
KabupatenPangkep
Luar Kab.Pangkep
Laki- laki
Perempuan
Tabel 16. Tabulasi silang domisili dan jenis kelamin responden
(analisis peneliti, 2017)
C. Persepsi Pengunjung/ Responden terhadap Taman
1. Kenyamanan dalam Aksesibilitas
Taman kota di Tepian Sungai Pangkajene dapat dicapai dengan
berjalan kaki, bersepeda, menggunakan kendaraan pribadi maupun
transportasi umum. Akses utama dapat dilalui melalui Jalan Poros Palopo-
Makassar, dan akses yang lain melalui Jalan Jenderal Sukowati dan Jalan
Kesatria.
Domisili Jenis kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Kabupaten Pangkep 39 24 63
Luar Kab. Pangkep 15 2 17
Total 54 26 80
Gambar 54. Diagram hubungan antara domisili dengan jenis kelamin responden (analisis peneliti, 2017)
101
Tabel 17. Aksesibilitas menuju taman (dokumentasi peneliti (2017), www.maps.google.co.id)
Gambar Uraian
Akses utama melalui Jalan Poros Palopo- Makassar.
Akses yang lain melalui Jalan Jenderal Sukowati dan Jalan Kesatria.
Peta udara taman kota
Pangkajene
Taman kota
U U
102
85%
2%13%
Kendaraan Pribadi
Berjalan Kaki
Transportasi Umum
a. Jenis transportasi dan jarak tempuh
Berdasarkan dari jenis transportasi pengguna taman di tepian
Sungai Pangkajene diperoleh pengguna terbanyak menggunakan
kendaraan pribadi sebesar 85% baik dengan kendaraan mobil maupun
motor, disebabkan akses masuk dari Jalan Poros ke Taman cukup
jauh (Tabel 18 dan Gambar 55).
Taman dapat dicapai melalui jarak tempuh yang beragam
dikarenakan pengunjung tidak hanya datang dari dalam kota tetapi
juga dari luar Kabupaten Pangkep. Pengguna terbanyak memiliki jarak
tempuh >7 km sebesar 59%, 1- 3 km sebesar 24%, 3-5 km sebesar
10%, dan jarak 5- 7 km sebesar 7% (Tabel 19 dan Gambar 56).
Tabel 18. Responden berdasarkan jenis transportasi(analisispeneliti,2017)
Jenis Kendaraan Jumlah (orang)
Kendaraan Pribadi 68
Berjalan Kaki
Transportasi Umum
2
10
Total 80 orang
Gambar 55. Diagram jenis transportasi yang digunakan pengunjung (analisis peneliti, 2017)
103
24%
10%
7%
59%
1- 3 km3- 5 km5- 7 km>7 km
Tabel 19. Responden berdasarkan jarak tempuh (analisis peneliti,2017)
Jarak Tempuh Jumlah (orang)
1-3 km 19
3-5 km
5-7 km
>7 km
8
6
47
Total 80 orang
b. Kemudahan akses ke taman
Berdasarkan dari tingkat kemudahan aksesibilitas ke taman dengan
jarak ±50 meter dari Jalan Poros (Gambar 58), sebesar 66% pengguna
mudah mengakses taman di tepian Sungai Pangkajene, sangat mudah
sebesar 31%, dan tidak mudah sebesar 3% (Tabel 20 dan Gambar
58).
Tabel 20. Responden berdasarkan kemudahan akses (analisis peneliti, 2017)
Jarak Tempuh Jumlah (orang)
Sangat Tidak Mudah 2
Tidak Mudah
Mudah
Sangat Mudah
0
53
25
Total 80 orang
Gambar 56. Diagram jarak tempuh pengunjung (analisis peneliti, 2017)
104
3%
66%
31%
Sangat Tidak Mudah
Mudah
Sangat Mudah
c. Parkir
Lahan parkir yang cukup luas menjadikan pengguna cukup mudah
memarkirkan kendaraan pada pagi dan siang hari. Tetapi karena tidak
terdapatnya rambu- rambu penunjuk jalan, menjadikan pengguna
taman dan sekitarnya memarkir kendaraan secara sembarangan.
Sungai Pangkajene
Taman
Gambar 57. Jarak akses dari Jalan Poros ke taman (analisis peneliti, 2017)
Gambar 58. Diagram tingkat kemudahan akses ke taman (analisis peneliti, 2017)
U U
105
Tabel 21. Kondisi jalan sekitar taman pada pagi, siang, dan malam hari (dokumentasi peneliti,2017)
Pada sore dan malam hari, jalanan pada sisi sebelah barat taman
ditutup oleh lapak PKL, sedangkan pada sisi utara taman penuh
dengan lapak PKL dan kendaraan roda dua serta roda empat yang
memarkir kendaraan sehingga menjadikan jalanan sempit dan hanya
dapat dilalui oleh satu kendaraan roda empat saja (Gambar 59). Hal
inilah yang menyebabkan kemacetan terjadi pada malam hari,
dikarenakan akses pada jalan Jenderal Sukowati merupakan jalanan
yang dilalui 2 jalur.
Gambar Uraian
Pengguna memarkir
kendaraan secara
sembarangan pada pagi hari.
Pengguna memarkir
kendaraan secara
sembarangan pada siang
hari.
106
Berdasarkan tersedianya lahan parkir, pengguna taman di tepian
Sungai Pangkajene diperoleh bahwa lahan parkir memadai sebesar
45%, tidak memadai sebesar 37%, sangat memadai sebesar 13%, dan
sangat tidak memadai sebesar 5% (Tabel 22 dan Gambar 60).
Berdasarkan kemudahan dalam memarkirkan kendaraan, pengguna
taman di tepian Sungai Pangkajene diperoleh bahwa pengguna mudah
memarkirkan kendaraan sebesar 66%, sangat mudah sebesar 18%,
tidak mudah sebesar 12%, dan sangat tidak mudah sebesar 4% (Tabel
23 dan Gambar 61).
Gambar 59. Suasana jalan pada malam hari (dokumentasi peneliti, 2017)
107
5%
37%
45%
13%Sangat Tidak Memadai
Tidak Memadai
Memadai
Sangat Memadai
4%12%
66%
18%
Sangat Tidak Mudah
Tidak Mudah
Mudah
Sangat Mudah
Tabel 22. Responden berdasarkan tersedianya lahan parkir (analisis peneliti, 2017)
Tabel 23. Responden berdasarkan kemudahan memarkir kendaraan (analisis peneliti, 2017)
Tersedia Lahan Parkir Jumlah (orang)
Sangat Tidak Memadai 4
Tidak Memadai
Memadai
Sangat Memadai
30
36
10
Total 80 orang
Kemudahan memarkir Jumlah (orang)
Sangat Tidak Mudah 3
Tidak Mudah
Mudah
Sangat Mudah
10
53
14
Total 80 orang
Gambar 60. Diagram tersedianya lahan parkir (analisis peneliti, 2017)
Gambar 61. Diagram kemudahan memarkir kendaraan (analisis peneliti, 2017)
108
10%
40%41%
9%Sangat Tidak Memadai
Tidak Memadai
Memadai
Sangat Memadai
Berdasarkan tersedianya rambu- rambu jalan, pengguna taman di
tepian Sungai Pangkajene diperoleh bahwa rambu- rambu jalan
memadai sebesar 41%, tidak memadai sebesar 40%, sangat tidak
memadai sebesar 10%, dan sangat memadai sebesar 9% (Tabel 24
dan Gambar 62).
Tabel 24. Responden berdasarkan tersedianya rambu- rambu jalan (analisis peneliti, 2017)
d. Akses untuk penyandang disabilitas
Tidak terdapat sama sekali akses untuk penyandang disabilitas
pada taman di tepian Sungai Pangkajene. Kondisi tangga- tangga
serta pedestrian yang menjadi akses utama pengunjung banyak yang
rusak sehingga tidak mendukung para penyandang disabilitas untuk
menggunakan taman dengan nyaman.
Tersedia Lahan Parkir Jumlah (orang)
Sangat Tidak Memadai 8
Tidak Memadai
Memadai
Sangat Memadai
32
33
7
Total 80 orang
Gambar 62. Diagram tersedianya rambu- rambu jalan (analisis peneliti, 2017)
109
Tabel 25. Aksesibilitas pada taman (dokumentasi peneliti,2017)
Gambar Uraian
Tidak terdapat ramp khusus
untuk akses difabel.
Kondisi tangga banyak yang
rusak, tidak indah, tidak
bersih.
Pedestrian tidak ramah
difabel, kondisi pedestrian
yang rusak, material banyak
bergelombang, dan lubang-
lubang.
110
31%
49%
20%
Sangat Perlu
Perlu
Tidak Perlu
Berdasarkan akses untuk penyandang disabilitas, pengguna taman
di tepian Sungai Pangkajene diperoleh bahwa perlu akses untuk
disabilitas sebesar 49%, sangat perlu sebesar 31%, tidak perlu
sebesar 20% (Tabel 26 dan Gambar 63).
Tabel 26. Responden berdasarkan akses untuk disabilitas (analisis peneliti, 2017)
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
30/PRT/M/2006 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan mengenai
pedestrian dan ramp yang baik untuk penyandang disabilitas, antara
lain:
1) Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus
tetapi tidak licin.
Akses untuk Disabilitas Jumlah (orang)
Sangat Perlu 25
Perlu
Tidak Perlu
Sangat Tidak Perlu
39
16
0
Total 80 orang
Gambar 63. Diagram perlunya akses untuk disabilitas (analisis peneliti, 2017)
111
2) Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun
terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm.
3) Kemiringan maksimum 7° dan pada setiap jarak 9 m disarankan
terdapat pemberhentian untuk istirahat.
4) Area istirahat, terutama digunakan untuk membantu pengguna
jalan penyandang cacat.
5) Pencahayaan Berkisar antara 50-150 lux tergantung pada
intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
6) Drainase dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman
maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang
dijauhkan dari tepi ramp.
7) Lebar minimum jelur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah
dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari
pohon, tiang rambu-rambu dan benda-benda pelengkap jalan yang
menghalang.
8) Tepi pengaman penting bagi penghentian roda kendaraan dan
tongkat tuna netra ke arah area yang berbahaya. Tepi pengaman
dibuat setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur
pedestrian.
112
Sedangkan untuk persyaratan ramp, antara lain:
1) Kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan maksimum 6°.
2) Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7°) tidak
boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang
lebih rendah dapat lebih panjang.
Gambar 64. Prinsip perencanaan jalur pedestrian (Permen PU 30/PRT/M/2006)
113
3) Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman, dan
120 cm dengan tepi pengaman.
4) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp
harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-
kurangnya untuk memutar kursi roda dengan ukuran minimum 160
cm.
Gambar 65. Tipikal ramp (Permen PU 30/PRT/M/2006)
114
5) Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki
tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.
6) Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untok
menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari
jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan
umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak
mengganggu jalan umum.
Gambar 66. Kemiringan Ramp (Permen PU 30/PRT/M/2006)
115
7) Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga
membantu penggunaan ramp saat malam hari. Pencahayaan
disediakan pada bagian-bagian ramp yang memiliki ketinggian
terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian- bagian yang
membahayakan.
8) Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang
dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai.
e. Keberadaan kios/ lapak pedagang kaki lima terhadap aksesibilitas
Akses utama pada Jalan Jenderal Sukowati terganggu oleh
berdirinya kios/ lapak pedagang kaki lima (PKL), yang berdiri pada
badan jalan dengan lebar sebesar 35% badan jalan. Berdasarkan
keberadaan lapak PKL terhadap aksesibilitas pengguna taman di
tepian Sungai Pangkajene diperoleh bahwa tidak mengganggu
sebesar 66%, mengganggu sebesar 19%, sangat mengganggu
sebesar 9%, dan sangat tidak mengganggu sebesar 6% (Tabel 27 dan
Gambar 67).
116
53
36
53
33
39
53
0
10
20
30
40
50
60
mudah memadai mudah memadai perlu tidak
mengganggu
Jum
lah
Pe
ng
un
jun
g
Kemudahan akses ke taman
Tersedianya lahan parkir
Kemudahan dalam memarkirkan kendaraan
Tersedianya rambu- rambu jalan
Perlunya akses untuk penyandang disabilitas
Kios/ lapak Pedagang Kaki Lima mengganggu aksesibilitas
9%
19%
66%
6%Sangat Mengganggu
Mengganggu
Tidak Mengganggu
Sangat Tidak Mengganggu
Tabel 27. Responden berdasarkan keberadaan kios/ lapak PKL (analisis peneliti, 2017)
f. Kenyamanan taman berdasarkan aksesibilitas
Kios/ Lapak PKL Jumlah (orang)
Sangat Mengganggu 7
Mengganggu
Tidak Mengganggu
Sangat Tidak Mengganggu
15
53
5
Total 80 orang
Gambar 67. Diagram keberadaan kios/ lapak PKL terhadap aksesibilitas (analisis peneliti, 2017)
Gambar 68. Diagram penilaian responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan aksesibilitas (analisis peneliti, 2017)
117
20 0 01 0 1
8
18
8
4
38
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1- 3 km 3-5 km 5- 7 km >7 km
berjalan kaki
transportasi umum
kendaraan pribadi
Berdasarkan aspek aksesibilitas hasil analisis dari 80 orang
responden pengguna taman menyatakan bahwa taman mudah
diakses, lahan parkir memadai, mudah dalam memarkir kendaraan,
rambu- rambu jalan memadai, lapak PKL tidak menggangu. Namun
masih perlu akses untuk penyandang disabilitas (Gambar 68).
Tabel 28. Tabulasi silang jarak rumah ke taman dan jenis transportasi Jarak dari rumah
ke taman
Jenis Transportasi Total
Berjalan
kaki
Transportasi
umum
Kendaraan
pribadi
1 – 3 km 2 1 18 21
3 – 5 km 0 0 8 8
5 – 7 km 0 1 4 5
> 7 km 0 8 38 46
Total 2 10 68 80
Analisis data dari 80 responden menunjukkan bahwa terdapat
kaitan antara jarak rumah ke taman dengan jenis transportasi yang
digunakan. Pengguna taman didominasi oleh pengguna yang memiliki
jarak rumah > 7 km dengan menggunakan kendaraan pribadi (Tabel
28 dan Gambar 69).
Gambar 69. Diagram hubungan antara jarak rumah ke taman dengan jenis transportasi yang digunakan (analisis peneliti, 2017)
118
Tabel 29. Analisis pertanyaan responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan aksesibilitas (analisis peneliti, 2017)
No. Pernyataan/ pertanyaan a
sn = 1
b
sn = 2
c
sn = 3
d
sn = 4
Jumlah
skor
1. Kemudahan akses ke taman 2 0 53 25 261
2. Memadainya lahan parkir
pada taman
4
30 36 10 212
3. Kemudahan dalam
memarkirkan kendaraan
3 10 53 14 238
4. Memadainya rambu- rambu
penunjuk jalan
8
32 33 7 199
5. Kenyamanan pedestrian 4 20 53 3 215
6. Perlunya akses untuk
penyandang disabilitas
25
39
16
0
151
7. Kios/ lapak PKL
mengganggu aksesibilitas
7
15
53
5
216
Berdasarkan hasil analisis, taman dikatakan nyaman dari segi
aksesibilitas karena nilai persentase kenyamanan taman berada pada
rentang skor nyaman, yakni 62,50%≤ 66,60%< 81,25 %
Skor aktual (∑X) = 1492
Skor ideal = 4 x 80 x 7 = 2240
Persentase (%) ∑X = ∑X x 100% = 0,6660 x 100% = 66,60 %
Skor ideal
1492
119
2. Kenyamanan dalam Beraktivitas
a. Jenis aktivitas
Berbagai aktivitas terdapat pada taman antara lain, bersantai,
melihat/ menikmati suasana, bermain, makan, berdagang, senam.
Terlihat pengguna taman beraktivitas dengan menggunakan sarana
dan prasarana taman yang tersedia.
Tabel 30. Berbagai aktivitas pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
Gambar Uraian
Terlihat seorang pria paruh baya
sedang bersantai, duduk di
bangku taman sambil melihat-
lihat sekitar dan menikmati
suasana taman.
Tiga (3) orang anak bermain bersama dan menikmati permainan.
Pengguna taman sedang
menikmati makanan yang
dijajakan PKL sekitar taman.
120
80%
5% 15%Bersantai
Senam
Lainnya
Berdasarkan dari jenis aktivitas pada taman, sebesar 80%
pengguna bersantai, 15% melakukan aktivitas senam, dan lain-lain
(makan/ wisata kuliner, bermain) sebesar 5% (Tabel 31 dan Gambar
70).
Tabel 31. Responden berdasarkan jenis aktivitas (analisis peneliti, 2017)
Jenis Aktivitas Jumlah (orang)
Bersantai 64
Senam
Lainnya
4
12
Total 80 orang
b. Frekuensi Kunjungan
Berdasarkan dari frekuensi kunjungan pengguna pada taman,
sebesar 33% pengguna berkunjung ke taman setiap seminggu sekali,
26% setiap hari, 25% kadang- kadang, dan 16% pengguna taman
berkunjung ke taman setiap sebulan sekali (Tabel 32 dan Gambar 71).
Gambar 70. Diagram jenis aktivitas yang dilakukan pengunjung (analisis peneliti, 2017)
121
22%
30%
43%
5%
Pagi
Siang
Sore
malam
26%
16%33%
25%
Setiap hari
Sebulan Sekali
Seminggu sekali
Kadang- kadang
Tabel 32. Responden berdasarkan frekuensi kunjungan (analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan dari waktu kunjungan ke taman, 43% pengguna
taman berkunjung pada sore hari, 30% pada siang hari, 22% pada
pagi hari, dan 5% pada malam hari (Tabel 33 dan Gambar 72).
Tabel 33. Responden berdasarkan waktu kunjungan (analisis peneliti, 2017)
Frekuensi Kunjungan Jumlah (orang)
Setiap Hari 21
Sebulan Sekali
Seminggu Sekali
Kadang- kadang
13
26
20
Total 80 orang
Waktu Kunjungan Jumlah (orang)
Pagi 18
Siang
Sore
Malam
24
34
4
Total 80 orang
Gambar 71. Diagram frekuensi kunjungan pengunjung (analisis peneliti, 2017)
Gambar 72. Diagram waktu kunjungan (analisis peneliti, 2017)
122
27%
49%
15%
9%
<1 jam
1-2 jam
2- 4 jam
>4 jam
Berdasarkan lama kunjungan ke taman, 49% pengguna
menghabiskan waktu selama 1- 2 jam pada taman, 27% pengguna
selama <1 jam, 15% pengguna selama 2- 4 jam, dan 9% pengguna
selama >4 jam (Tabel 34 dan Gambar 73).
Tabel 34. Responden berdasarkan lama kunjungan (analisis peneliti,2017)
c. Keteduhan Taman
Berdasarkan tingkat keteduhan taman, sebanyak 68% pengguna
menyatakan taman pada tepian Sungai Pangkajene teduh, 30%
sangat teduh, 1% tidak teduh, dan 1% sangat tidak teduh (Tabel 35
dan Gambar 74).
Lama Kunjungan Jumlah (orang)
<1 jam 22
1-2 jam
2-4 jam
>4 jam
39
12
7
Total 80 orang
Gambar 73. Diagram lama kunjungan pengunjung (analisis peneliti, 2017)
123
1% 1%
68%
30%
Sangat Tidak Teduh
Tidak Teduh
Teduh
Sangat Teduh
Tabel 35. Responden berdasarkan keteduhan taman (analisis peneliti, 2017)
d. Sarana dan Prasarana
Tabel 36. Berbagai sarana dan prasarana pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
Tingkat Keteduhan Jumlah (orang)
Sangat Tidak Teduh 1
Tidak Teduh
Teduh
Sangat Teduh
1
54
24
Total 80 orang
Gambar Uraian
Sarana bermain anak.
Tempat duduk/ bangku taman.
Gambar 74. Diagram tingkat keteduhan taman (analisis peneliti, 2017)
124
Tempat sampah.
Akses tangga.
Lampu taman.
Akses pedestrian.
125
5%
61%
30%
4%Sangat Tidak Lengkap
Tidak Lengkap
Lengkap
Sangat Lengkap
Berdasarkan tingkat kelengkapan sarana dan prasarana pada
taman, sebanyak 61% pengguna menyatakan sarana dan prasarana
yang ada tidak lengkap, sebesar 30% lengkap, 5% sangat tidak
lengkap, dan 4% sangat lengkap (Tabel 37 dan Gambar 75).
Tabel 37. Responden berdasarkan kelengkapan sarana dan prasarana (analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan perlunya penambahan sarana dan prasarana pada
taman, sebesar 45% pengguna memilih fasilitas ibadah, 30% sarana
bermain anak, 11% toilet, 6% kursi taman, 4% fasilitas wifi, dan 4%
fasilitas elektrikal (Tabel 38 dan Gambar 76).
Kelengkapan Jumlah (orang)
Sangat Tidak Lengkap 4
Tidak Lengkap
Lengkap
Sangat Lengkap
49
24
3
Total 80 orang
Gambar 75. Diagram kelengkapan sarana dan prasarana (analisis peneliti, 2017)
126
45%
30%
11%
6%4% 4%
Fasilitas Ibadah
Sarana Bermain Anak
Toilet
kursi taman
wifi
elektrikal
Tabel 38. Responden berdasarkan penambahan sarana dan prasarana (analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan tingkat kepuasan terhadap sarana dan prasarana
pada taman di tepian Sungai Pangkajene, sebesar 55% pengguna
tidak puas, sebesar 39% puas, 4% sangat tidak puas, dan sebesar 2%
sangat puas (Tabel 39 dan Gambar 77).
Tabel 39. Responden berdasarkan tingkat kepuasan terhadap sarana dan prasarana (analisis peneliti, 2017)
Sarana dan Prasarana Jumlah (orang)
Fasilitas Ibadah 36
Sarana Bermain Anak
Toilet
Kursi taman
Wifi
Elektrikal
24
9
5
3
3
Total 80 orang
Tingkat Kepuasan Jumlah (orang)
Sangat Tidak Puas 3
Tidak Puas
Puas
Sangat Puas
44
31
2
Total 80 orang
Gambar 76. Diagram penambahan sarana dan prasarana (analisis peneliti, 2017)
127
4%
55%
39%
2%
Sangat Tidak Puas
Tidak Puas
Puas
Sangat Puas
5%
19%
69%
7%
Sangat Mengganggu
Mengganggu
Tidak Mengganggu
Sangat Tidak Mengganggu
e. Keberadaan kios/ lapak pedagang kaki lima terhadap aktivitas
Berdasarkan keberadaan kios/ lapak pedagang kaki lima terhadap
aktivitas pengguna taman, sebesar 69% pengguna taman menyatakan
tidak mengganggu, 19% menyatakan mengganggu, sebesar 7% sanga
tidak mengganggu, dan sebesar 5% sangat mengganggu (Tabel 40
dan Gambar 78).
Tabel 40. Responden berdasarkan keberadaan kios/ lapak PKL (analisis peneliti, 2017)
Kios/ Lapak PKL Jumlah (orang)
Sangat Mengganggu 4
Mengganggu
Tidak Mengganggu
Sangat Tidak Mengganggu
15
55
6
Total 80 orang
Gambar 77. Diagram tingkat kepuasan pungunjung terhadap sarana dan prasarana pada taman (analisis peneliti, 2017)
Gambar 78. Diagram keberadaan kios/ lapak PKL terhadap aktivitas (analisis peneliti, 2017)
128
54
49
44
55
0
10
20
30
40
50
60
teduh tidak lengkap tidak puas tidak
mengganggu
Jum
lah
Pe
ng
un
jun
g
Tingkat keteduhan taman
Kelengkapan sarana dan prasarana
Tingkat kepuasan terhadap sarana dan prasarana
Kios/ Lapak Pedagang Kaki Lima mengganggu aktivitas
f. Kenyamanan taman berdasarkan aktivitas
Analisis data dari 80 responden menunjukkan bahwa terdapat
kaitan antara asal domisili pengguna dengan jenis aktivitas, frekuensi,
waktu dan lama kunjungan. Pengguna taman didominasi oleh
pengguna yang berasal dari Kabupaten Pangkep dengan jenis
aktivitas bersantai dengan frekuensi kunjungan seminggu sekali,
waktu kunjungan pada sore hari dengan lama kunjungan sekitar 1- 2
jam.
Tabel 41. Tabulasi silang domisili dan jenis aktivitas (analisis peneliti, 2017)
Domisili
Jenis aktivitas
Total Senam Bersantai Lainnya
Kabupaten Pangkep 3 53 6 62
Luar Kab. Pangkep 1 11 6 18
Total 4 64 12 80
Gambar 79. Diagram penilaian responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan aktivitas (analisis peneliti, 2017)
129
20
1
7 6
24
2
119
0
5
10
15
20
25
30
Kabupaten Pangkep Luar Kab. Pangkep
Setiap hari
Sebulan sekali
Seminggu sekali
Kadang- kadang
31
53
11
6 6
0
10
20
30
40
50
60
Kabupaten Pangkep Luar Kab. Pangkep
Senam
Bersantai
Lainnya
Tabel 42. Tabulasi silang domisili dan frekuensi kunjungan (analisis peneliti, 2017)
Domisili
Frekuensi kunjungan
Total Setiap
hari
Sebulan
sekali
Seminggu
sekali
Kadang-
kadang
Kabupaten Pangkep 20 7 24 11 62
Luar Kab. Pangkep 1 6 2 9 18
Total 21 13 26 20 80
Gambar 80. Diagram hubungan antara domisili dengan jenis aktivitas (analisis peneliti, 2017)
Gambar 81. Diagram hubungan antara domisili dengan frekuensi kunjungan (analisis peneliti, 2017)
130
15
3
18
6
25
9
4
0
0
5
10
15
20
25
30
Kabupaten Pangkep Luar Kab. Pangkep
Pagi
Siang
Sore
Malam
20
2
28
11
8
46
1
0
5
10
15
20
25
30
Kabupaten Pangkep Luar Kab. Pangkep
<1 jam
1- 2 jam
2- 4 jam
>4 jam
Tabel 43. Tabulasi silang domisili dan waktu kunjungan (analisis peneliti, 2017)
Domisili
Waktu kunjungan
Total Pagi Siang Sore Malam
Kabupaten Pangkep 15 18 25 4 62
Luar Kab. Pangkep 3 6 9 0 18
Total 18 24 34 4 80
Tabel 44. Tabulasi silang domisili dan lama kunjungan
(analisis peneliti, 2017)
Domisili
Lama kunjungan
Total <1 jam 1- 2 jam 2- 4 jam >4 jam
Kabupaten Pangkep 20 28 8 6 62
Luar Kab. Pangkep 2 11 4 1 18
Total 22 39 12 7 80
Gambar 82. Diagram hubungan antara domisili dengan waktu kunjungan (analisis peneliti, 2017)
Gambar 83. Diagram hubungan antara domisili dengan lama kunjungan (analisis peneliti, 2017)
131
Tabel 45. Analisis pertanyaan responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan aktivitas (analisis peneliti, 2017)
No. Pernyataan/ pertanyaan a
sn = 1
b
sn = 2
c
sn = 3
d
sn = 4
Jumlah
skor
1. Tingkat keteduhan taman 1 1 54 24 261
2. Kelengkapan sarana dan
prasarana
4
49
24
3
187
3. Tingkat kepuasan terhadap
sarana dan prasarana
3
44
31
2
192
4. Kios/ lapak PKL mengganggu
aktivitas
4
15
55
6
223
Skor aktual (∑X) = 863
Skor ideal = 4 x 80 x 4 = 1280
Persentase (%) ∑X = ∑X x 100% = 0,6742 x 100% = 67,42 %
Skor ideal
863
Berdasarkan hasil analisis, taman dikatakan nyaman dari segi
aktivitas karena nilai persentase kenyamanan taman berada pada
rentang skor nyaman, yakni 62,50%≤ 67,42%< 81,25 %.
3. Kenyamanan dalam Keamanan dan Keselamatan
Aspek keamanan dan keselamatan mencakup kenyamanan
pengguna taman agar terhindar dari kejahatan kriminal serta kecelakaan
dalam penggunaan sarana dan prasarana yang ada di taman.
a. Jumlah lampu penerangan taman
Taman pada tepian Sungai Pangkajene hanya memiliki satu buah
lampu penerangan, sehingga belum dapat menerangi setiap sudut
taman. Hal ini membuat pengguna taman memakai penerangan
tambahan (lilin) pada malam hari pada sudut taman yang tidak
mendapatkan cukup cahaya lampu (Gambar 84).
132
Gambar 84. Jejak lilin pada meja taman (Sumber: Dokumentasi peneliti, 2017)
Gambar 85. Lampu taman pada siang dan malam hari (Sumber: Dokumentasi peneliti, 2017)
(a. Siang hari) (b. Malam hari)
133
5%
46%45%
4%
Sangat Tidak Cukup
Tidak Cukup
Cukup
Sangat Cukup
Berdasarkan jumlah lampu penerangan pada taman, sebesar 46%
pengguna menyatakan jumlah lampu tidak cukup, sebesar 45%
menyatakan cukup, sebesar 5% sangat tidak cukup, dan Sebesar 4%
menyatakan sangat cukup (Tabel 46 dan Gambar 86).
Tabel 46. Responden berdasarkan jumlah lampu penerangan taman (analisis peneliti, 2017)
b. Keamanan taman
Pada taman di tepian Sungai Pangkajene tidak terdapat jasa
keamanan serta CCTV, tetapi pada jarak ±100 meter dari taman
terdapat pos lalu lintas Polres Pangkajene yang beroperasi selama 24
jam (Gambar 87). Berdasarkan keamanan pada taman, pengguna
sebesar 73% merasa aman, sebesar 22% tidak aman, 4% sangat
aman, dan sebesar 1% pengguna merasa kondisi pada taman sangat
tidak aman (Tabel 47 dan Gambar 88).
Jumlah Lampu Jumlah (orang)
Sangat Tidak Cukup 4
Tidak Cukup
Cukup
Sangat Cukup
37
36
3
Total 80 orang
Gambar 86. Diagram jumlah lampu penerangan taman (analisis peneliti, 2017)
134
1%
22%
73%
4%Sangat Tidak Aman
Tidak Aman
Aman
Sangat Aman
Tabel 47. Responden berdasarkan kondisi keamanan taman (analisis peneliti, 2017)
Kondisi Keamanan Taman Jumlah (orang)
Sangat Tidak Aman 1
Tidak Aman
Aman
Sangat Aman
18
58
3
Total 80 orang
Sungai Pangkajene
Gambar 87. Jarak dari Pos Lalu Lintas Polres Pangkajene ke taman (analisis peneliti, 2017)
Taman
U U
Gambar 88. Diagram kondisi keamanan taman (analisis peneliti, 2017)
135
30%
46%
23%
1%
Sangat Perlu
Perlu
Tidak Perlu
Sangat Tidak Perlu
Berdasarkan perlunya petugas keamanan pada taman, pengguna
sebesar 46% merasa perlu, sebesar 30% merasa sangat perlu,
sebesar 23% merasa tidak perlu, dan 1% sangat tidak perlu (Tabel 48
dan Gambar 89).
Tabel 48. Responden berdasarkan perlunya petugas keamanan
(analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan perlunya CCTV pada taman, sebesar 45% pengguna
taman merasa perlu, sebesar 32% pengguna taman merasa sangat
perlu, sebesar 23% pengguna taman merasa tidak perlu (Tabel 49 dan
Gambar 90).
Jasa Petugas Keamanan Jumlah (orang)
Sangat Perlu 24
Perlu
Tidak Perlu
Sangat Tidak Perlu
37
18
1
Total 80 orang
Gambar 89. Diagram perlunya petugas keamanan pada taman (analisis peneliti, 2017)
136
32%
45%
23%
Sangat Perlu
Perlu
Tidak Perlu
Tabel 49. Responden berdasarkan perlunya CCTV (analisis peneliti, 2017)
c. Keamanan dan keselamatan sarana dan prasarana
Perlunya CCTV Jumlah (orang)
Sangat Perlu 26
Perlu
Tidak Perlu
Sangat Tidak Perlu
36
18
0
Total 80 orang
Gambar 90. Diagram perlunya CCTV pada taman (analisis peneliti, 2017)
(a)
(b)
(c)
Gambar 91. Macam fasilitas bermain anak pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
137
4%
40%51%
5%Sangat Tidak Aman
Tidak Aman
Aman
Sangat Aman
Berdasarkan keamanan fasilitas bermain anak, sebesar 51%
pengguna menyatakan aman, sebesar 40% menyatakan tidak aman,
sebesar 5% menyatakan sangat aman, dan sebesar 4% menyatakan
sangat tidak aman (Tabel 50 dan Gambar 92).
Tabel 50. Responden berdasarkan keamanan fasilitas bermain anak (analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan keamanan kondisi pedestrian pada taman, sebesar
55% pengguna taman menyatakan aman, sebesar 40% menyatakan
tidak aman, sebesar 3% menyatakan sangat aman, dan sebesar 2%
menyatakan sangat tidak aman (Tabel 51 dan Gambar 94).
Fasilitas Bermain Anak Jumlah (orang)
Sangat Tidak Aman 3
Tidak Aman
Aman
Sangat Aman
32
41
4
Total 80 orang
Gambar 92. Diagram keamanan fasilitas bermain anak (analisis peneliti, 2017)
138
2%
40%
55%
3%Sangat Tidak Aman
Tidak Aman
Aman
Sangat Aman
Tabel 51. Responden berdasarkan keamanan kondisi pedestrian (analisis peneliti, 2017)
Keamanan Kondisi Pedestrian Jumlah (orang)
Sangat Tidak Aman 2
Tidak Aman
Aman
Sangat Aman
32
44
2
Total 80 orang
(a) (b)
Gambar 93. Kondisi pedestrian pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
Gambar 94. Diagram keamanan kondisi pedestrian (analisis peneliti, 2017)
139
2%
16%
79%
3%Sangat Mengganggu
Mengganggu
Tidak Mengganggu
Sangat Tidak Mengganggu
d. Keberadaan kios/ lapak pedagang kaki lima terhadap keamanan
dan keselamatan
Berdasarkan keberadaan kios/ lapak PKL pada taman, pengguna
taman sebesar 79% menyatakan tidak mengganggu, sebesar 16%
menyatakan mengganggu, sebesar 3% menyatakan sangat tidak
mengganggu, dan sebesar 2% menyatakan sangat mengganggu
(Tabel 52 dan Gambar 95).
Tabel 52. Responden berdasarkan keberadaan kios/ lapak PKL
(analisis peneliti, 2017)
Kios/ Lapak PKL Jumlah (orang)
Sangat Mengganggu 2
Mengganggu
Tidak Mengganggu
Sangat Tidak Mengganggu
13
63
2
Total 80 orang
Gambar 95. Diagram keberadaan kios/ lapak PKL (analisis peneliti, 2017)
140
37
58
37 3641
44
63
0
10
20
30
40
50
60
70
tidak cukup aman perlu peru aman aman tidak
mengganggu
Jum
lah
Pe
ng
un
jun
g
Jumlah lampu taman
Kondisi keamanan taman
Perlunya petugas keamanan
Perlunya CCTV
Keamanan fasilitas bermain anak
Keselamatan pedestrian
Kios/ Lapak Pedagang Kaki Lima mengganggu aktivitas
e. Kenyamanan taman berdasarkan keamanan dan keselamatan
Analisis data dari 80 responden menunjukkan bahwa terdapat
kaitan antara jenis kelamin dengan kondisi keamanan taman.
Pengguna taman didominasi oleh laki- laki dengan kondisi taman
aman.
Tabel 53. Tabulasi silang jenis kelamin dengan kondisi keamanan taman (analisis peneliti, 2017)
Jenis kelamin Kondisi keamanan taman
Total Sangat tidak aman
Tidak aman
Aman Sangat aman
Laki- laki 0 10 42 2 54
Perempuan 1 8 16 1 26
Total 1 18 58 3 80
Gambar 96. Diagram penilaian responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan keamanan dan keselamatan (analisis peneliti, 2017)
141
0 1
108
42
16
2 1
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Laki- laki Perempuan
sangat tidak aman
tidak aman
aman
sangat aman
Tabel 54. Analisis pertanyaan responden terhadap kenyamanan taman
berdasarkan keamanan dan keselamatan (analisis peneliti, 2017) No. Pernyataan/ pertanyaan a
sn = 1 b
sn = 2 c
sn = 3 d
sn = 4 Jumlah
skor
1. Jumlah lampu taman 4 37 36 3 198
2. Kondisi keamanan taman 1 18 58 3 223
3. Perlunya petugas keamanan 24 37 18 1 156
4. Perlunya CCTV 26 36 18 0 152
5. Keamanan fasilitas bermain anak 3 32 41 4 206
6. Keselamatan penggunaan pedestrian
2 32 44 2 206
7. Kios/ lapak PKL mengganggu aksesibilitas
2 13 63 2 225
Berdasarkan hasil analisis, taman dikatakan tidak nyaman dari segi
keamanan dan keselamatan karena nilai persentase kenyamanan taman
berada pada rentang skor tidak nyaman, yakni 43,75%≤ 60,98% <62,50%.
Skor aktual (∑X) = 1366
Skor ideal = 4 x 80 x 7 = 2240
Persentase (%) ∑X = ∑ x 100% = 0,6098 x 100% = 60,98 %
Skor ideal
1366
Gambar 97. Diagram hubungan antara jenis kelamin dengan kondisi keamanan taman(analisis peneliti, 2017)
142
1%
35%
58%
6%Sangat Tidak Bersih
Tidak Bersih
Bersih
Sangat Bersih
4. Kenyamanan dalam Kebersihan
a. Kebersihan taman
Pada pagi hari taman terlihat bersih dikarenakan adanya petugas
kebersihan. Sampah pada taman di pagi hari seperti puntung rokok,
bungkus rokok, dan nasi bungkus menggambarkan pengguna taman
pada malam hari didominasi oleh pengguna dengan jenis kelamin laki-
laki. Sedangkan sampah sekeliling taman didominasi oleh sampah
para PKL, seperti sedotan bekas dan sampah sisa makanan.
Berdasarkan kebersihan taman, sebesar 58% pengguna
menyatakan taman bersih, sebesar 35% menyatakan tidak bersih,
sebesar 6% menyatakan sangat bersih, dan 1% menyatakan sangat
tidak bersih (Tabel 55 dan Gambar 98).
Tabel 55. Responden berdasarkan kebersihan taman (analisis peneliti, 2017)
Kebersihan Taman Jumlah (orang)
Sangat Tidak Bersih 1
Tidak Bersih
Bersih
Sangat Bersih
28
46
5
Total 80 orang
Gambar 98. Diagram kondisi kebersihan taman (analisis peneliti, 2017)
143
Tabel 56. Kondisi got/ saluran air (dokumentasi peneliti, 2017)
Berdasarkan kebersihan got/ saluran air, sebesar 61% pengguna
taman menyatakan got tidak bersih, sebesar 26% bersih, sebesar 10%
sangat tidak bersih, dan 3% menyatakan sangat bersih (Tabel 57 dan
Gambar 99).
Tabel 57. Responden berdasarkan kebersihan got/ saluran air (analisis peneliti, 2017)
Gambar Uraian
Pada got/ saluran banyak
terdapat sampah, seperti bekas
potongan rumput, dan sampah-
sampah sisa makanan PKL.
Air pada got berwarna keruh, dan berbau menyengat.
Kebersihan Got Jumlah (orang)
Sangat Tidak Bersih 8
Tidak Bersih
Bersih
Sangat Bersih
49
21
2
Total 80 orang
144
10%
61%
26%
3%Sangat Tidak Bersih
Tidak Bersih
Bersih
Sangat Bersih
12%
53%
34%
1%
Sangat Bau
Bau
Tidak Bau
Sangat Tidak Bau
Berdasarkan aroma bau- bauan dari got/ saluran air, sebesar 53%
pengguna taman menyatakan bau, sebesar 34% menyatakantidak
bau, sebesar 12% menyatakan got sangat bau, dan sebesar 1%
menyatakan sangat tidak bau (Tabel 58 dan Gambar 100).
Tabel 58. Responden berdasarkan aroma got/ saluran air (analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan aroma bau- bauan dari tempat sampah, sebesar 55%
pengguna menyatakan bau, sebesar 30% pengguna menyatakan tidak
bau, sebesar 12% menyatakan sangat bau, dan sebesar 3% pengguna
menyatakan sangat tidak bau (Tabel 59 dan Gambar 101).
Aroma Got Jumlah (orang)
Sangat Bau 10
Bau
Tidak Bau
Sangat Tidak Bau
42
27
1
Total 80 orang
Gambar 99. Diagram kondisi kebersihan got/ saluran air (analisis peneliti, 2017)
Gambar 100. Diagram aroma bau- bauan got/ saluran air (analisis peneliti, 2017)
145
12%
55%
30%
3%
Sangat Bau
Bau
Tidak Bau
Sangat Tidak Bau
Tabel 59. Responden berdasarkan aroma tempat sampah (analisis, 2017)
Jumlah tempat sampah pada taman di tepian Sungai Pangkajene
berjumlah tiga buah, yang terletak pada sudut dan pinggir taman.
Berdasarkan perlunya penambahan tempat sampah, sebesar 56%
pengguna menyatakan sangat perlu, sebesar 41% menyatakan perlu,
dan sebesar 3% menyatakan tidak perlu (Tabel 60 dan Gambar 103).
Aroma Tempat Sampah Jumlah (orang)
Sangat Bau 10
Bau
Tidak Bau
Sangat Tidak Bau
44
24
2
Total 80 orang
Gambar 101. Diagram aroma bau- bauan tempat sampah (analisis peneliti, 2017)
Gambar 102. Posisi tempat sampah pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
146
56%41%
3%
Sangat Perlu
Perlu
Tidak Perlu
Tabel 60. Responden berdasarkan perlunya penambahan tempat sampah (analisis peneliti, 2017)
Perlunya Penambahan
Tempat Sampah
Jumlah (orang)
Sangat Perlu 45
Perlu
Tidak Perlu
Sangat Tidak Perlu
33
2
0
Total 80 orang
Gambar 103. Diagram perlunya penambahan tempat sampah (analisis peneliti, 2017)
(a) (b)
Gambar 104. Toilet Umum (dokumentasi peneliti, 2017)
147
18%
44%
29%
9%
Sangat Tidak Layak
Tidak Layak
Layak
Sangat Layak
Berdasarkan kelayakan toilet umum, sebesar 44% pengguna
menyatakan tidak layak, sebesar 29% menyatakan layak, sebesar
18% menyatakan sangat tidak layak, dan sebesar 9% menyatakan
sangat layak (Tabel 61 dan Gambar 105).
Tabel 61. Responden berdasarkan kelayakan toilet umum (analisis peneliti, 2017)
b. Keberadaan kios/ lapak pedagang kaki lima terhadap kebersihan
taman
Berdasarkan perlunya keberadaan kios/ lapak PKL, sebesar 50%
pengguna menyatakan tidak mengganggu, sebesar 37% menyatakan
mengganggu, sebesar 9% menyatakan sangat mengganggu, dan
sebesar 4% menyatakan sangat tidak mengganggu (Tabel 62 dan
Gambar 106).
Kelayakan Toilet Umum Jumlah (orang)
Sangat Tidak Layak 15
Tidak Layak
Layak
Sangat Layak
35
23
7
Total 80 orang
Gambar 105. Diagram kelayakan toilet umum (analisis peneliti, 2017)
148
9%
37%50%
4%Sangat Mengganggu
Mengganggu
Tidak Mengganggu
Sangat Tidak Mengganggu
0
10
20
30
40
50
60
bersih tidak bersih bau bau sangat perlu tidak layak tidak
mengganggu
Jum
lah
Pe
ng
un
jun
g
Kebersihan taman
Kondisi saluran/ got
Aroma saluran/ got
Aroma tempat sampah
Perlunya penambahan tempat sampah
Kelayakan toilet umum
Kios/ Lapak Pedagang Kaki Lima mengganggu aktivitas
Tabel 62. Responden berdasarkan keberadaan kios/ lapak PKL (analisis peneliti, 2017)
c. Kenyamanan taman berdasarkan kebersihan
Kios/ Lapak PKL Jumlah (orang)
Sangat Mengganggu 7
Mengganggu
Tidak Mengganggu
Sangat Tidak Mengganggu
30
40
3
Total 80 orang
Gambar 106. Diagram keberadaan kios/ lapak PKL (analisis peneliti, 2017)
Gambar 107. Diagram penilaian responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan kebersihan(analisis peneliti, 2017)
149
Tabel 63. Analisis pertanyaan responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan kebersihan (analisis peneliti, 2017)
No. Pernyataan/ pertanyaan a
sn = 1
b
sn = 2
c
sn = 3
d
sn = 4
Jumlah
skor
1. Kondisi kebersihan taman 1 28 46 5 215
2. Kondisi saluran air/ got 8 49 21 2 177
3. Kondisi aroma dari saluran air/
got
10 42 27 1 179
4. Kondisi aroma dari tempat
sampah
10 44 24 2 178
5. Perlunya penambahan tempat
sampah
45 33 2 0 117
6. Kelayakan fasilitas toilet umum 15 35 23 7 182
7. Kios/ lapak PKL mengganggu
kebersihan
7
30
40
3
199
Berdasarkan hasil analisis, taman dikatakan tidak nyaman dari segi
kebersihan karena nilai persentase kenyamanan taman berada pada
rentang skor tidak nyaman, yakni 43,75%≤ 55,66% <62,50%.
Skor aktual (∑X) = 1247
Skor ideal = 4 x 80 x 7 = 2240
Persentase (%) ∑X = ∑X x 100% = 0,5566 x 100% = 55,66 %
Skor ideal
1247
150
5. Kenyamanan dalam Keindahan
a. Desain taman
Gambar 108. Layout taman (dokumentasi peneliti, 2017)
151
34%
62%
4%
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
Keterangan gambar:
1) Tempat duduk
2) Sarana bermain anak
3) Lampu taman
4) Tangga
Berdasarkan desain taman, sebesar 62% pengguna menyatakan
menarik, sebesar 34% tidak menarik, dan sebesar 4% menyatakan
sangat menarik (Tabel 64 dan Gambar 109).
Tabel 64. Responden berdasarkan desain taman (analisis peneliti, 2017)
b. Tempat duduk
Tempat duduk pada taman di desain seperti layaknya bebatuan
pada sungai. Hal ini dimaksudkan agar sesuai dengan keberadaan
pada taman pada tepian sungai.
Desain Taman Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 0
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
27
50
3
Total 80 orang
Gambar 109. Diagram penilaian desain taman (analisis peneliti, 2017)
152
Gambar 110. Tempat duduk pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
153
5%
34%
57%
4%Sangat Tidak Menarik
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
Berdasarkan desain tempat duduk, sebesar 57% pengguna
menyatakan desain tempat duduk menarik, sebesar 34% menyatakan
tidak menarik, sebesar 5% sangat tidak menarik, dan sebesar 4%
menyatakan sangat menarik (Tabel 65 dan Gambar 111).
Tabel 65. Responden berdasarkan desain tempat duduk (analisis peneliti,
2017)
Skala/ ukuran tempat duduk yang cukup besar dan lebar memberi
kesan taman terlihat sempit. Berdasarkan dari skala/ ukuran tempat
duduk pada taman, sebesar 56% pengguna taman menyatakan
sesuai, sebesar 41% menyatakan tidak sesuai, dan sebesar 3%
pengguna menyatakan sangat tidak sesuai (Tabel 66 dan Gambar
113).
Desain Tempat Duduk Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 4
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
27
46
3
Total 80 orang
Gambar 111. Diagram penilaian desain tempat duduk (analisis peneliti, 2017)
154
Gambar 112. Skala tempat duduk pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
155
3%
41%56%
Sangat Tidak sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Tabel 66. Responden berdasarkan skala tempat duduk (analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan dari letak tempat duduk pada taman, sebesar 68%
pengguna menyatakan sangat tepat, sebesar 27% pengguna
menyatakan tidak tepat, sebesar 3% pengguna menyatakan sangat
tepat, dan sebesar 2% pengguna menyatakan tidak tepat (Tabel 67
dan Gambar 114).
Tabel 67. Responden berdasarkan letak tempat duduk (analisis peneliti, 2017)
Skala Tempat Duduk Jumlah (orang)
Sangat Tidak Sesuai 2
Tidak Sesuai
Sesuai
Sangat Sesuai
33
45
0
Total 80 orang
Letak Tempat Duduk Jumlah (orang)
Sangat Tidak Tepat 2
Tidak Tepat
Tepat
Sangat Tepat
22
54
2
Total 80 orang
Gambar 113. Diagram penilaian skala tempat duduk (analisis peneliti, 2017)
156
2%
27%
68%
3%
Sangat Tidak Tepat
Tidak Tepat
Tepat
Sangat Tepat
Seluruh tempat duduk pada taman pada dasarnya dicat berwarna
hijau tua, tetapi dikarenakan warna cat yang telah luntur menjadikan
warna tempat duduk menjadi abu- abu tua (Gambar 115). Berdasarkan
dari warna tempat duduk pada taman, sebesar 50% pengguna
menyatakan tidak menarik, sebesar 25% pengguna menyatakan
sangat tidak menarik, sebesar 22% pengguna menyatakan menarik,
dan sebesar 3% pengguna menyatakan sangat menarik (Tabel 68 dan
Gambar 116).
Tabel 68. Responden berdasarkan warna tempat duduk (analisis peneliti, 2017)
Warna Tempat Duduk Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 20
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
40
18
2
Total 80 orang
Gambar 114. Diagram penilaian letak tempat duduk (analisis peneliti, 2017)
Gambar 115. Warna tempat duduk pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
Warna Hijau Tua
157
25%
50%
22%
3%
Sangat Tidak Menarik
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
Tempat duduk pada taman memiliki corak/ langgam kulit pohon dan
pada permukaan tempat duduk dengan langgam kambium pada pohon
(Gambar 117). Berdasarkan pada langgam tempat duduk, sebesar
58% pengguna menyatakan tidak menarik, sebesar 31% pengguna
menyatakan menarik, sebesar 10% menyatakan sangat tidak menarik,
dan sebesar 1% pengguna menyatakan sangat menarik (Tabel 69 dan
Gambar 118).
Tabel 69. Responden berdasarkan langgam tempat duduk (analisis peneliti, 2017)
Langgam Tempat Duduk Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 8
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
46
25
1
Total 80 orang
Gambar 116. Diagram penilaian warna tempat duduk (analisis peneliti, 2017)
Gambar 117. Langgam tempat duduk pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
Langgam kambium
Langgam kulit pohon
158
10%
58%
31%
1%
Sangat Tidak Menarik
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
c. Lampu taman
Tidak ada desain yang spesifik pada lampu taman, lampu taman
dengan tiang yang tinggi dengan desain monoton seperti lampu jalan
pada umumnya. Berdasarkan desain lampu taman, sebesar 64%
pengguna menyatakan desain tidak menarik, sebesar 27% pengguna
menyatakan menarik, dan sebesar 9% pengguna menyatakan sangat
tidak menarik (Tabel 70 dan Gambar 120).
Gambar 118. Diagram penilaian langgam tempat duduk (analisis peneliti, 2017)
Gambar 119. Lampu taman pada siang dan petang hari (dokumentasi peneliti, 2017)
159
9%
64%
27%Sangat Tidak Menarik
Tidak Menarik
Menarik
Tabel 70. Responden berdasarkan desain lampu taman (analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan skala lampu taman, sebesar 56% pengguna
menyatakan skala pada lampu taman tidak sesuai, sebesar 37%
pengguna menyatakan skala pada lampu taman sesuai, sebesar 4%
pengguna menyatakan skala pada lampu taman sangat tidak sesuai,
dan sebesar 3% pengguna menyatakan skala pada lampu taman
sangat sesuai (Tabel 71 dan Gambar 121).
Tabel 71. Responden berdasarkan skala lampu taman (analisis peneliti, 2017)
Desain Lampu Taman Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 7
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
51
22
0
Total 80 orang
Skala Lampu Taman Jumlah (orang)
Sangat Tidak Sesuai 3
Tidak Sesuai
Sesuai
Sangat Sesuai
45
30
2
Total 80 orang
Gambar 120. Diagram penilaian desain lampu taman (analisis peneliti, 2017)
160
4%
56%
37%
3%
Sangat Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Sesuai
Sangat Sesuai
Taman di kawasan tepian Sungai Pangkajene hanya memiliki satu
buah lampu taman yang berada di tengah taman (Gambar 122).
Berdasarkan letak lampu taman, sebesar 58% pengguna menyatakan
tepat, sebesar 31% menyatakan tidak tepat, sebesa 7% menyatakan
sangat tidak tepat, dan sebesar 4% menyatakan sangat tepat (Tabel
72 dan Gambar 123).
Gambar 121. Diagram penilaian skala lampu taman (analisis peneliti, 2017)
Posisi lampu pada taman
Gambar 122. Posisi/ letak lampu pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
161
7%
31%58%
4%
Sangat Tidak Tepat
Tidak Tepat
Tepat
Sangat Tepat
Tabel 72. Responden berdasarkan letak lampu taman (analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan dari penilaian warna lampu taman, sebesar 49%
pengguna taman menyatakan tidak menarik, sebesar 45% pengguna
taman menyatakan menarik, dan sebesar 6% pengguna menyatakan
sangat tidak menarik (Tabel 73 dan Gambar 124).
Tabel 73. Responden berdasarkan warna lampu taman (analisis peneliti, 2017)
Letak Lampu Taman Jumlah (orang)
Sangat Tidak Tepat 6
Tidak Tepat
Tepat
Sangat Tepat
25
46
3
Total 80 orang
Warna Lampu Taman Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 5
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
39
36
0
Total 80 orang
Gambar 123. Diagram penilaian letak lampu taman (analisis peneliti, 2017)
162
6%
49%
45%
Sangat Tidak Menarik
Tidak Menarik
Menarik
6%
53%
41%
Sangat Tidak Menarik
Tidak Menarik
Menarik
Berdasarkan dari langgam lampu taman, sebesar 53% pengguna
menyatakan tidak menarik, sebesar 41% pengguna menyatakan
menarik, dan sebesar 6% pengguna menyatakan sangat tidak menarik
(Tabel 74 dan Gambar 125).
Tabel 74. Responden berdasarkan langgam lampu taman
(analisis peneliti, 2017)
Langgam Lampu Taman Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 5
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
42
33
0
Total 80 orang
Gambar 124. Diagram penilaian warna lampu taman (analisis peneliti, 2017)
Gambar 125. Diagram penilaian langgam lampu taman (analisis peneliti, 2017)
163
31%
59%
10%
Sangat Tidak Menarik
Tidak Menarik
Menarik
d. Tempat sampah
Tabel 75. Responden berdasarkan desain tempat sampah (analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan dari desain tempat sampah, pengguna taman sebesar
59% menyatakan tidak menarik, sebesar 31% pengguna menyatakan
sangat tidak menarik, dan sebesar 10% pengguna menyatakan
menarik (Tabel 75 dan Gambar 126).
Berdasarkan dari skala tempat sampah, pengguna taman sebesar
61% menyatakan tidak sesuai, sebesar 25% pengguna menyatakan
sesuai, dan sebesar 14% pengguna menyatakan sangat tidak sesuai
(Tabel 76 dan Gambar 127).
Tabel 76. Responden berdasarkan skala tempat sampah
Desain Tempat Sampah Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 25
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
47
8
0
Total 80 orang
Skala Tempat Sampah Jumlah (orang)
Sangat Tidak Sesuai 11
Tidak Sesuai
Sesuai
Sangat Sesuai
49
20
0
Total 80 orang
Gambar 126. Diagram penilaian desain tempat sampah (analisis peneliti, 2017)
164
14%
61%
25%Sangat Tidak sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
11%
54%
31%
4%
Sangat Tidak Tepat
Tidak Tepat
Tepat
Sangat Tepat
Jumlah tempat sampah pada taman di tepian Sungai Pangkajene
berjumlah tiga buah, yang terletak pada sudut dan pinggir taman.
berdasarkan letak tempat sampah pada taman, sebesar 54%
pengguna taman menyatakan tidak tepat, sebesar 31% pengguna
menyatakan tepat, sebesar 11% pengguna menyatakan sangat tidak
tepat, dan sebesar 4% pengguna menyatakan sangat tepat (Tabel 77
dan Gambar 128).
Tabel 77. Responden berdasarkan letak tempat sampah (analisis peneliti, 2017)
Letak Tempat Sampah Jumlah (orang)
Sangat Tidak Tepat 9
Tidak Tepat
Tepat
Sangat Tepat
43
25
3
Total 80 orang
Gambar 127. Diagram penilaian skala tempat sampah (analisis peneliti, 2017)
Gambar 128. Diagram penilaian letak tempat sampah (analisis peneliti, 2017)
165
Berdasarkan dari warna tempat sampah,sebesar 61% menyatakan
tidak menarik, sebesar 26% menyatakan sangat tidak menarik, dan
sebesar 13% menyatakan menarik (Tabel 78 dan Gambar 130).
Gambar 129. Posisi/ letak tempat sampah pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
166
26%
61%
13%
Sangat Tidak Menarik
Tidak Menarik
Menarik
Tabel 78. Responden berdasarkan warna tempat sampah (analisis peneliti, 2017)
Tabel 79. Responden berdasarkan langgam tempat sampah (analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan dari langgam tempat sampah, sebesar 64% pengguna
menyatakan tidak menarik, sebesar 21% pengguna menyatakan
sangat tidak menarik, sebesar 14% pengguna menyatakan menarik,
dan sebesar 1% pengguna menyatakan sangat menarik (Tabel 79 dan
Gambar 131).
Warna Tempat Sampah Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 21
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
49
10
0
Total 80 orang
Langgam Tempat Sampah Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 17
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
51
11
1
Total 80 orang
Gambar 130. Diagram penilaian warna tempat sampah (analisis peneliti, 2017)
167
21%
64%
14%
1%
Sangat Tidak Menarik
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
e. Pedestrian
Pedestrian terletak di sekeliling dan tengah taman, dengan lebar 1
(satu) meter pedestrian terbuat dari material paving block berwarna
abu- abu dengan kondisi yang tidak rata dan bergelombang.
Berdasarkan dari desain pedestrian, sebesar 57% pengguna taman
menyatakan menarik, sebesar 35% pengguna taman menyatakan
tidak menarik, sebesar 5% pengguna taman menyatakan sangat tidak
menarik, dan sebesar 3% pengguna taman menyatakan sangat
menarik (Tabel 80 dan Gambar 132).
Tabel 80. Responden berdasarkan desain pedestrian
Desain Pedestrian Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 4
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
28
46
2
Total 80 orang
Gambar 131. Diagram penilaian langgam tempat sampah (Sumber: Hasil analisis peneliti, 2017)
168
5%
35%
57%
3%
Sangat Tidak Menarik
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
Berdasarkan skala pedestrian, sebesar 51% pengguna
menyatakan sesuai, sebesar 44% menyatakan tidak sesuai, sebesar
4% menyatakan sangat tidak sesuai, dan sebesar 1% pengguna
menyatakan sesuai (Tabel 81 dan Gambar 134).
Gambar 132. Diagram penilaian desain pedestrian (Sumber: Hasil analisis peneliti, 2017)
Gambar 133. Pedestrian pada taman (Sumber: Dokumentasi peneliti, 2017)
169
1%
44%51%
4%
Sangat Tidak sesuaiTidak sesuaiSesuaiSangat Sesuai
Tabel 81. Responden berdasarkan skala pedestrian (analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan letak pedestrian, sebesar 84% pengguna taman
menyatakan tepat, sebesar 13% pengguna taman menyatakan tidak
tepat, sebesar 2% pengguna taman menyatakan sangat idak tepat,
dan sebesar 1% pengguna taman menyatakan sangat tepat (Tabel 82
dan Gambar 135).
Tabel 82. Responden berdasarkan letak pedestrian (analisis peneliti, 2017)
Skala Pedestrian Jumlah (orang)
Sangat Tidak Sesuai 1
Tidak Sesuai
Sesuai
Sangat Sesuai
35
41
3
Total 80 orang
Letak Pedestrian Jumlah (orang)
Sangat Tidak Tepat 2 Tidak Tepat Tepat Sangat Tepat
10 67 1
Total 80 orang
Gambar 134. Diagram penilaian skala pedestrian (analisis peneliti, 2017)
170
2% 13%
84%
1%
Sangat Tidak Tepat
Tidak Tepat
Tepat
Sangat Tepat
9%
51%
39%
1%
Sangat Tidak MenarikTidak MenarikMenarikSangat Menarik
Tabel 83. Responden berdasarkan warna pedestrian (analisis peneliti, 2017)
Berdasarkan warna pedestrian, sebesar 51% pengguna taman
menyatakan sangat tidak menarik, sebesar 39% pengguna taman
menyatakan menarik, sebesar 9% pengguna taman menyatakan
sangat tidak menarik, dan sebesar 1% pengguna taman menyatakan
sangat menarik (Tabel 83 dan Gambar 136).
Berdasarkan langgam pedestrian, sebesar 58% pengguna taman
menyatakan tidak menarik, sebesar 39% pengguna taman mentakan
menarik, sebesar 2% pengguna taman menyatakan sangat tidak
menarik, dan sebesar 1% pengguna taman menyatakan sangat
menarik (Tabel 84 dan Gambar 137).
Warna Pedestrian Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 7
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
41
31
1
Total 80 orang
Gambar 135. Diagram penilaian letak pedestrian (analisis peneliti, 2017)
Gambar 136. Diagram penilaian warna pedestrian (analisis peneliti, 2017)
171
2%
58%
39%
1%
Sangat Tidak Menarik
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
Tabel 84. Responden berdasarkan langgam pedestrian (analisis peneliti, 2017)
f. Tanaman
Langgam Pedestrian Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 2
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
46
31
1
Total 80 orang
Gambar 137. Diagram penilaian langgam pedestrian (analisis peneliti, 2017)
172
Keterangan gambar:
Tanaman Jambu air
Tanaman Perdu/ Semak
Tanaman jenis palem
Tanaman pada taman terdiri dari; pohon jambu air pada taman
serta pohon jambu air di sekeliling taman dengan jarak 3 meter antar
pohon, pohon rambutan, tanaman perdu/ semak di sekeliling taman
dan tanaman perdu/ semak serta tanaman dari jenis palem pada
taman. berdasarkan bentuk dan peletakan tanaman, sebesar 64%
pengguna taman menyatakan menarik, sebesar 29% pengguna taman
menyatakan tidak menarik, sebesar 6% pengguna taman menyatakan
sangat tidak menarik, dan sebesar 1% pengguna taman menyatakan
sangat menarik (Tabel 85 dan Gambar 140).
Tabel 85. Responden berdasarkan bentuk dan peletakan tanaman
(analisis peneliti, 2017)
Bentuk dan Peletakan Tanaman Jumlah (orang)
Sangat Tidak Menarik 5
Tidak Menarik
Menarik
Sangat Menarik
23
51
1
Total 80 orang
Gambar 138. Layout tanaman pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
173
6%
29%
64%
1%
Sangat Tidak MenarikTidak MenarikMenarikSangat Menarik
g. Focal point
Focal point merupakan penonjolan salah satu elemen visual
dengan tujuan untuk menarik perhatian, sering juga disebut center of
interest (pusat perhatian). Berdasarkan dari focal point, sebesar 72%
pengguna menyatakan Tugu Bambu Runcing, sebesar 15% pengguna
Gambar 139. Jenis- jenis tanaman pada taman (dokumentasi peneliti, 2017)
Gambar 140. Diagram penilaian peletakan tanaman (analisis peneliti, 2017)
174
15%
72%
9%4%
Sungai Pangkajene
Tugu Bambu Runcing
Suasana
Kesejukan
menyatakan Sungai Pangkajene, sebesar 9% menyatakan suasana
taman, dan sebesar 3% pengguna menyatakan kesejukan taman
(Tabel 86 dan Gambar 142).
Tabel 86. Responden berdasarkan focal point (analisis peneliti, 2017)
Focal Point Jumlah (orang)
Sungai Pangkajene 12
Tugu Bambu Runcing
Suasana
Kesejukan
58
7
3
Total 80 orang
Gambar 141. Focal point (dokumentasi peneliti, 2017)
Gambar 142. Diagram focal point (analisis peneliti, 2017)
175
10%
35%51%
4%
Sangat Mengganggu
Mengganggu
Tidak Mengganggu
Sangat Tidak Mengganggu
h. Keberadaan kios/ lapak pedagang kaki lima terhadap keindahan
Berdasarkan keberadaan kios/ lapak PKL , sebesar 51% pengguna
menyatakan tidak mengganggu, sebesar 35% pengguna menyatakan
mengganggu, sebesar 10% menyatakan sangat mengganggu, dan
sebesar 4% pengguna menyatakan sangat tidak mengganggu (Tabel
87 dan Gambar 143).
Tabel 87. Responden berdasarkan keberadaan kios/ lapak PKL (analisis peneliti, 2017)
Kios/ Lapak PKL Jumlah (orang)
Sangat Mengganggu 8
Mengganggu
Tidak Mengganggu
Sangat Tidak Mengganggu
28
41
3
Total 80 orang
Gambar 143. Diagram keberadaan kios/ lapak PKL (analisis peneliti, 2017)
176
0
10
20
30
40
50
60
menarik menarik tidak
menarik
tidak
menarik
menarik menarik tidak
mengganggu
Jum
lah
Pe
ng
un
jun
g
Desain taman
Desain tempat duduk
Desain lampu taman
Desain tempat sampah
Desain pedestrian
Bentuk dan peletakan tanaman
Kios/ Lapak Pedagang Kaki Lima mengganggu aktivitas
i. Kenyamanan taman berdasarkan keindahan
Tabel 88. Analisis pertanyaan responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan keindahan (analisis peneliti, 2017)
No. Pernyataan/ pertanyaan a
sn = 1 b
sn = 2 c
sn = 3 d
sn = 4 Jumlah
skor
1. Desain taman 0 27 50 3 216 2. Desain tempat duduk 4 27 46 3 208
3. Skala tempat duduk 2 33 45 0 203
4. Letak tempat duduk 2 22 54 2 216 5. Warna tempat duduk 20 40 18 2 162
6. Langgam tempat duduk 8 46 25 1 179
7. Desain lampu taman 7 51 22 0 175
8. Skala lampu taman 3 45 30 2 191
9. Letak lampu taman 6 25 46 3 206
10. Warna lampu taman 5 39 36 0 191
11. Langgam lampu taman 5 42 33 0 188
12. Desain tempat sampah 25 47 8 0 143
13. Skala tempat sampah 11 49 20 0 169
14. Letak tempat sampah 9 43 25 3 182
15. Warna tempat sampah 21 49 10 0 149
16. Langgam tempat sampah 17 51 11 1 156
Gambar 144. Diagram penilaian responden terhadap kenyamanan taman berdasarkan keindahan (analisis peneliti, 2017)
177
Lanjutan Tabel 88 17. Desain pedestrian 4 28 46 2 206
18. Skala pedestrian 1 35 41 3 206
19. Letak pedestrian 2 10 67 1 227
20. Warna pedestrian 7 41 31 1 186
21. Langgam pedestrian 2 46 31 1 191
22. Bentuk dan letak tanaman 5 23 51 1 208
23. Kios/ lapak PKL mengganggu keindahan
8 28 41 3 199
Berdasarkan hasil analisis, taman dikatakan tidak nyaman dari
segi keindahan karena nilai persentase kenyamanan taman berada
pada rentang skor tidak nyaman, yakni 43,75%≤ 59,19% <62,50%.
C. Analisis Kenyamanan Taman pada Ruang Terbuka Publik di
Tepian Sungai Pangkajene
Kenyamanan taman disimpulkan dengan menghitung rata- rata hasil
analisis lima parameter dengan menggunakan rumus:
Persentase tingkat kenyamanan taman
= %p1+ %p2+ %p3+ %p4+ %p5
N
Dimana, %p1 = persentase kenyamanan aksesibilitas
%p2 = persentase kenyamanan aktivitas
%p3 = persentase kenyamanan keamanan dan keselamatan
%p4 = persentase kenyamanan kebersihan
%p5 = persentase kenyamanan keindahan
n = jumlah parameter
Skor aktual (∑X) = 4357
Skor ideal = 4 x 80 x 23 = 7360
Persentase (%) ∑X = ∑X x 100% = 0,5919 x 100% =59,19 %
Skor ideal
4357
178
Tabel 89. Analisis persentase tingkat kenyamanan taman (analisis peneliti, 2017)
Persentase tingkat kenyamanan taman=
= 66,60%+ 67,42%+60,98%+55,66%+59,19%
5
= 61,97 %
Berdasarkan hasil analisis lima parameter kenyamanan taman,
disimpulkan bahwa taman di tepian Sungai Pangkajene TIDAK NYAMAN
karena nilai persentase kenyamanan taman berada pada rentang skor
tidak nyaman, yakni 43,75% ≤ 61,97% <62,50%.
Parameter Persentase
(%)
Tingkat Keberhasilan
Kenyamanan
aksesibilitas
66,60 % Nyaman
Skor persentase
≥ 62, 50% - < 81,25%
Kenyamanan aktivitas
67,42 % Nyaman
Skor persentase
≥ 62, 50% - < 81,25%
Kenyamanan keamanan
dan keselamatan
60,98 % Tidak
Nyaman
Skor persentase
≥ 43,75 %- < 62,50 %
Kenyamanan kebersihan 55,66 % Tidak
Nyaman
Skor persentase
≥ 43,75 %- < 62,50 %
Kenyamanan keindahan 59,19 % Tidak
Nyaman
Skor persentase
≥ 43,75 %- < 62,50 %
179
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat diambilkan
kesimpulan sebagai berikut ini:
1. Kenyamanan taman pada ruang terbuka publik di kawasan wisata
tepian Sungai Pangkajene diperoleh persentase kenyamanan
dengan nilai 43,75% ≤ 61,97% < 62,50% yang ada pada rentang
penilaian tidak nyaman.
2. Pengguna taman didominasi oleh laki- laki dewasa dengan rentang
usia 26- 45 tahun, yang berasal dari Kabupaten Pangkep, dengan
jarak rumah > 7 km dan menggunakan kendaraan pribadi, jenis
aktivitas yang banyak dilakukan adalah bersantai dengan frekuensi
kunjungan seminggu sekali, waktu kunjungan pada sore hari
dengan lama kunjungan sekitar 1- 2 jam.
3. Kelebihan dan kekurangan yang ada pada taman ini, kelebihan
taman ini memiliki letak yang strategis berada di pinggiran sungai
dan di tengah pusat Kota Pangkajene, dengan view yang menarik.
Sedangkan kekurangannya, taman ini belum lengkap sarana dan
prasarananya. Adapun kelebihan dan kekurangan yang lain yakni:
180
a) Berdasarkan aspek kenyamanan dalam aksesibilitas, taman
mudah diakses, lahan parkir memadai, mudah dalam memarkir
kendaraan, rambu- rambu jalan memadai, lapak PKL tidak
mengganggu. Namun masih perlu akses untuk penyandang
disabilitas.
b) Berdasarkan aspek kenyamanan dalam aktivitas, taman terasa
teduh dan lapak PKL tidak mengganggu. Namun tidak
lengkapnya sarana dan prasarana pada taman menjadikan
pengguna tidak merasa puas beraktivitas.
c) Berdasarkan aspek kenyamanan dalam keamanan dan
keselamatan, kondisi taman aman, fasilitas bermain anak dan
keselamatan pada pedestrian aman, lapak PKL tidak
mengganggu. Namun, tidak cukup jumlah lampu pada taman,
serta masih perlunya petugas keamanan taman dan CCTV.
d) Berdasarkan aspek kenyamanan dalam kebersihan, kondisi
taman bersih, lapak PKL tidak mengganggu. Namun, kondisi
saluran/ got tidak bersih, serta mengeluarkan aroma yang
busuk, begitu pula aroma busuk dari tempat sampah, perlunya
penambahan tempat sampah, dan tidak layaknya fasilitas toilet
umum menjadi salah satu kekurangan taman ini dari segi
kebersihan.
181
e) Berdasarkan aspek kenyamanan dalam keindahan, desain
taman terlihat menarik, begitupun dengan desain tempat duduk,
dan desain pedestrian terlihat menarik, bentuk dan peletakan
tanaman menarik, dan lapak PKL tidak mengganggu. Namun,
desain lampu taman dan tempat sampah tidak menarik.
4. Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) memberi pengaruh positif
dan pengaruh negatif pada taman. Dampak positif yakni menjadi
pusat kuliner terbesar di kota Pangkep sehingga dapat menarik
minat wisatawan berkunjung ke taman, dampak negatif yakni
taman terlihat kurang indah dan kurang terjaganya kebersihan.
B. Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan maka saran yang dapat
diberikan peneliti adalah berikut ini:
1. Diharapkan pemerintah setempat agar menertibkan dan memberi
arahan kepada para pedagang kaki lima (PKL). Dengan mendesain
dan memberikan kios/ lapak seragam yang sesuai dengan
peruntukannya, mengatur kios/ lapak PKL agar tidak mengganggu
pengguna taman, menambah dan memperbaiki sarana dan
prasarana yang ada pada taman seperti tempat sampah, tempat
duduk, tanaman hias, serta lampu taman.
182
2. Diharapkan agar PKL dapat tertib dan teratur agar tidak
mengganggu pengguna taman, memelihara kebersihan dan
keindahan taman.
3. Diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi pada ilmu
pengetahuan khususnya di bidang arsitektur. Sehingga para arsitek
dalam merancang dapat sesuai dengan kebutuhan pengguna dan
memperhatikan aspek- aspek yang dibutuhkan pada suatu ruang
publik, seperti keberadaan pedagang kaki lima (PKL).
4. Konsep dalam merancang taman pada tepian air yang baik, yakni:
a) Letak strategis, sebuah ruang publik dengan letak yang
strategis (misal: di pusat kota) dapat dijangkau oleh masyarakat
dengan menggunakan transportasi pribadi atau umum.
b) Pemandangan (view), view yang baik dan menarik dari dan
dalam taman menuju tepian air agar tidak terhalang dari
bangunan atau vegetasi
c) Desain universal, desain yang sesuai dengan standar- standar
universal antara lain luas taman yang dapat mencakup seluruh
masyarakat kota, selain itu juga memperhatikan sarana dan
fasilitas untuk masyarakat berkebutuhan khusus/ difabel.
d) Memiliki fungsi ekologis, ekonomi, edukatif, sosial, kesehatan;
sebuah taman yang baik harus memiliki fungsi dan manfaat
untuk alam dan masyarakat.
183
e) Nilai estetika, sebuah taman kota yang memiliki nilai estetika
dapat menjadi salah satu daya tarik untuk memikat wisatawan
berkunjung ke taman. Nilai- nilai tersebut dapat diperoleh
melalui desain taman, sarana serta prasarana yang indah dan
menarik. Mencakup bentuk, skala, warna, tekstur, ritme, serta
prinsip- prinsip perancangan yang baik.
f) Sarana dan prasarana yang lengkap, salah satu daya tarik
wisatawan agar lama berkunjung di taman adalah tersedianya
sarana dan prasarana yang lengkap. Kepuasan terhadap
sarana dan prasarana yang ada dapat membuat wisatawan
berkunjung ke taman lebih dari sekali. Sarana dan prasarana
antara lain, vegetasi/ tanaman, tempat duduk, gazebo, tempat
sampah, pedestrian, penerangan, sarana bermain anak, tempat
ibadah, toilet, wifi, serta sarana elektrikal.
g) Pertunjukan, karena letaknya pada tepian air sebaiknya sering
diadakan pertunjukan pada badan air agar menjadi daya tarik
tambah pada taman. Pertunjukan diantaranya, permainan air
serta transportasi air yang menarik.
h) Aman dan nyaman, sarana dan prasarana yang ada dapat
memberikan keamanan, kenyamanan, serta keselamatan pada
pengguna taman.
i) Menata pedagang kaki lima, penjual makanan ataupun
souvenir; pedagang merupakan salah satu aspek yang ada
184
pada setiap ruang publik. Tetapi keberadaan mereka harus
tetap dikelola dan ditata agar tidak mengganggu aspek- aspek
yang lain.
j) Manajemen, pengelolaan taman yang baik sering meninjau dan
membuat strategi- strategi yang dapat menambah jumlah
wisatawan berkunjung ke taman.
k) Pemeliharaan (maintenance), setiap sarana dan prasarana
yang ada agar selalu dipelihara dan diperbarui agar
penggunaan taman dapat berkelanjutan.
185
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti., Trisutomo, S., Sastrawati, Isfa., Zulkifli., Mustakin, Saryanti.,
Lolo, Vani A. 2014. Pengaruh Revitalisasi Ruang Publik Tepian Air
Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Kawasan Pantai Losari
Berdasarkan Perubahan Fungsi Bangunan. Jurusan Arsitektur. Fakultas
Teknik. Universitas Hasanuddin. Temu Ilmiah IPLBI 2014.
Anita, Juarni., Gustya, Fendy., Erawati, Lucy R Dan Sukma, Dewi M.
2012. Kajian Terhadap Ruang Publik Sebagai Sarana Interaksi Warga Di
Kampong Muararajeun Lama, Bandung. Jurnal Online Institute Teknologi
Nasional. Teknik Arsitektur ITENAS, No: I, Vol: I, Juli.
Aulia, Astri. 2005. Pertimbangan dan Komponen Pengembangan Ruang
Publik di Kawasan Benteng Kuto Besak Palembang. Jurusan Planologi.
Institut Teknologi Bandung.
Azmy, Muhammad Fathien. 2012. Pemanfaatan Fungsi Taman Ayam
Daya Kota Makassar. Prosiding 2012. ISBN: 978-979-127255-0-6. Group
Teknik Arsitektur, Vol: 6, Desember 2012.
Budihardjo, Eko. 1997. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. Jakarta:
Djambatan.
Carmona, Mattew, dkk. 2010. Public Places Urban Spaces. United
Kingdom: Architectural Press.
Darmawan, Edy. 2005. Analisis Ruang Publik Arsitektur Kota. Badan
Penerbit UNDIP, Semarang.
_____________. 2007. Peranan Ruang Publik dalam Perancangan Kota
(Urban Design). Pidato Pengukuhan pada Upacara Penerimaan Jabatan
Guru Besar dalam Ilmu Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,
Semarang.
Dewang, Nasrudin dan Leonardo. 2010. Aksesibilitas Ruang Terbuka
Publik Bagi Kelompok Masyarakat Tertentu Studi Fasilitas Publik Bagi
Kaum Difabel di Kawasan Taman Suropati Menteng- Jakarta Pusat.
Jurusan Teknik Planologi. Universitas Unggul. Jakarta. Jurnal
PLANESA™, Vol: 1, No: 1, Mei 2010.
186
Direktorat Penataan Ruang Nasional, Direktorat Jenderal Penataan
Ruang, dan Pekerjaan Umum. 2009. Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di Wilayah Kota/ Kawasan
Perkotaan. Permen PU. No: 12/PRT/M 2009.
Djunaedi, Achmad. 1989. Pengantar Metodologi Penelitian Arsitektural.
Jurusan Teknik Arsitektur.Fakultas Teknik. Universitas Gajah Mada:
Yogyakarta.
Garvin, Alexander dan Gayle Berens. 1997. Urban Parks and Open
Space. Washington: The Urban Land Institute.
Hakim, Rustam. 2012. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap:
Prinsip- Unsur dan Aplikasi Desain. P.T. Bumi Aksara.
Hardiyanti, Nurul., Radja, Mufti dan Dewi, Yashinta K. 2016. Kajian
Privasi, Ruang Personal dan Teritori di Ruang Publik Pantai Losari Kota
Makassar. Program Studi Teknik Arsitektur. Fakultas Teknik. Universitas
Hasanuddin: Makassar.
Haryanti, Dini T. 2008. Kajian Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik
Kawasan Bundaran Simpang Lima Semarang. Program Pascasarjana.
Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas
Diponegoro: Semarang.
Hasriyanti, Nunik. 2014. Kajian Ruang Publik Tepi Air. Jurusan Teknik
Arsitektur Politeknik Negeri Pontianak. Vol: X, No: 1, Juni 2014.
ITB. 2008. Manual Desain Bangunan Aksesibel. Program Studi Arsitektur.
SAPPK ITB : Bandung.
Jatmiko, Bramantya W. 2015. Kajian Fungsi Sosial Terhadap Taman Kota
Sebagai Ruang Terbuka Hijau Di Kota Semarang. Jurusan Pendidikan
Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.
Laksmiwati, Triandi., Amiuza, Chairil B dan Astrini, W. 2013. Evaluasi
Ruang Terbuka di Kampus Universitas Brawijaya. Jurusan Arsitektur,
Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. ISSN: 1693- 3702. Jurnal RUAS,
Vol: 11, No: 1, Juni 2013.
Lussetyowati, Tutur. 2014. Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka
Publik di Perumahan Bukit Sejahtera Palembang. Temu Ilmiah IPLBI.
187
Laboraturium Kota dan Permukiman. Program Studi Teknik Arsitektur.
Fakulas Teknik. Universitas Sriwijaya.
Mulyandari, Hestin. 2011. Pengantar Arsitektur Kota. Yogyakarta: C.V.
Andi.
Nasution, M. Husni Thamrin. 2006. Analisa Pengembangan Ruang Publik
(Public Spaces) dalam Upaya Menciptakan Masyarakat Madani (Civil
Society) di Kota Medan. Jurnal Analisis Administrasi dan Pengembangan.
Purnamasari, Anugrah dan Muta’ali, Luthfi. 2010. Kajian Spasial Ruang
Publik (Public Space) Perkotaan Untuk Aktivitas Demonstrasi Mahasiswa
di Kota Makassar.
Purnomo, Estining N.S., Sihwi S, Sari W dan Anggrainingsih, Rini. 2013.
Analisis Perbandingan Menggunakan Metode Ahp, Topsis, dan Ahp-
Topsis dalam Studi Kasus Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan
Siswa Program Akselerasi. ISSN: 2301- 7201. Jurnal ITSMART, Vol: 2,
No: 1, Juni 2013.
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. 2014. Pedoman
Penulisan Tesis dan Disertasi. Edisi 4. Makassar.
Ridwan, M dan Priyandoko, Z. 2010. Arahan Penataan Kawasan Tepi Air
(Waterfront) Sungai Musi Sebagai Pengembangan Kawasan Pariwisata.
Teknik Planologi, Fakultas Teknik UNPAS.
Saraswati, Ratih D dan Supriyono. 2016. Pemanfaatan Ruang Terbuka
Publik pada Bantaran Sungai Banjirkanal Barat Semarang, Studi Kasus:
Bantaran Kali Banjirkanal Barat Bagian Utara. Prosidi Temu Ilmiah IPLBI
2016. Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur Dan Desain.
UNIKA SOEGIJAPRANATA.
Sastrawati, Isfa. 2003. Prinsip Perancangan Kawasan Tepi Air (Kasus:
Kawasan Tanjung Bunga). Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota Vol: 14,
No: 3, Desember 2003, Hlm. 95- 117.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suharto. 1994. Dasar-Dasar Pertamanan. Semarang: Media Wiyata.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: P.T.
Pustaka Baru.
188
Sutrisno, Herwin. 2011. Riverwalk Sebagai Ruang Terbuka Alternatif di
Kawasan Flamboyan Bawah Kota Palangkaraya. Jurnal Perspektif
Arsitektur, ISSN: 1907- 8536, Vol: 6, No: 2, Desember 2011.
Syafriny, Reny. 2013. Ruang Tepi Laut Sebagai Destinasi Publik di
Perkotaan. Media Matrasain, Vol: 10, No: 1, Mei 2013.
Tangkuman, Dwi J., Tondobala, Linda. 2011. Arsitektur Tepi Air
(Waterfront Architecture). Media Matrasain, Vol: 8, No: 2, Agustus 2011.
189
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
KUESIONER PERSEPSI PENGUNJUNG TAMAN PADA KAWASAN WISATA
DI TEPIAN SUNGAI PANGKAJENE
Dengan hormat,
Kami sebagai Tim Peneliti dari Jurusan Teknik Arsitektur memohon kesediaan Bapak/
Ibu/ Saudara(i) untuk berpartisipasi dalam rangka Penelitian Tugas Akhir kami yang
berjudul “Asesmen Kenyamanan Taman pada Ruang Terbuka Publik di Kawasan Wisata
Tepian Sungai Pangkajene”. Kuesioner ini berhubungan dengan persepsi Anda sebagai
pengunjung/ wisatawan pada Taman di Kawasan Wisata Tepian Sungai Pangkajene.
Hasil dari kuesioner ini tidak untuk dipublikasikan, melainkan untuk kepentingan
penelitian semata.
Atas bantuan, kesediaan waktu, serta kerja sama Bapak/ Ibu/ Saudara(i) kami ucapkan
terima kasih.
Petunjuk Pengisian: Lingkarilah (O) atau Berilah tanda checklist (√) pada kolom
jawaban yang Anda pilih. Isilah jawaban (………………………..) sesuai pendapat Anda.
A. Karakteristik Responden
1. Kode Responden : …………………………………….…….…(diisi oleh peneliti)
2. Nama : …………………………………………………………………
3. Jenis Kelamin : □ Laki- laki □ Perempuan
4. Usia : ……………Tahun
□ Remaja (12- 25 tahun)
□ Dewasa (26- 45 tahun)
□ Lansia (46- 65 tahun)
□ Manula (66 tahun keatas)
5. Alamat Asal/ Domisili : □ Kabupaten Pangkep
Sebutkan: ……………………………………………
□ Luar Kabupaten Pangkep
Sebutkan: ……………………………………………
6. Pendidikan Terakhir : □ Tidak Sekolah □ SMP/ Sederajat □ Diploma
□ SD/ Sederajat □ SMA/ Sederajat □ Sarjana
7. Status Pernikahan : □ Belum Menikah □ Duda
□ Menikah □ Janda
8. Suku : ………………………………………………………………
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S2 ARSITEKTUR Jl. Poros Malino KM. 16 Bontomarannu Kab. Gowa, 90245, Sulawesi Selatan, � 0411 – 586 265,
Fax. 0411 – 587 707 Email: arsitek @teknik.unhas.ac.id
190
9. Pekerjaan : □ Pelajar/ Mahasiswa
□ PNS/ Pegawai BUMN/ Polisi/ TNI
□ Pegawai swasta
□ Wiraswasta
□ Ibu rumah tangga
□ Lainnya …………
B. Persepsi Responden terhadap Kenyamanan dalam Aksesibilitas
1. Seberapa jauh jarak dari rumah Anda ke taman ini?
a. 1- 3 km c. 5- 7 km
b. 3- 5 km d. Lebih dari 7 km
2. Sarana transportasi apa yang Anda gunakan ke taman ini?
a. Berjalan Kaki c. Transportasi Umum
b. Kendaraan Pribadi d. Lainnya …………
3. Menurut Anda bagaimana kemudahan akses ke taman ini?
a. Sangat Tidak Mudah c. Mudah
b. Tidak Mudah d. Sangat Mudah
4. Menurut Anda apakah lahan parkir pada taman ini sudah memadai?
a. Sangat Tidak Memadai c. Memadai
b. Tidak Memadai d. Sangat Memadai
5. Menurut Anda bagaimana kemudahan dalam memarkirkan kendaraan?
a. Sangat Tidak Mudah c. Mudah
b. Tidak Mudah d. Sangat Mudah
6. Menurut Anda apakah rambu- rambu penunjuk jalan sudah memadai?
a. Sangat Tidak Memadai c. Memadai
b. Tidak Memadai d. Sangat Memadai
7. Menurut Anda apakah jalur jalan (pedestrian) nyaman digunakan?
a. Sangat Tidak Nyaman c. Nyaman
b. Tidak Nyaman d. Sangat Nyaman
8. Menurut Anda apakah perlu akses untuk penyandang disabilitas/ cacat pada
taman ini?
a. Sangat Perlu c. Tidak Perlu
b. Perlu d. Sangat Tidak Perlu
9. Menurut Anda apakah kios/ lapak Pedagang Kaki Lima mengganggu aksesibilitas
pada taman ini?
a. Sangat Mengganggu c. Tidak Mengganggu
b. Mengganggu d. Sangat Tidak Mengganggu
C. Persepsi Responden terhadap Kenyamanan dalam Beraktivitas
1. Apa tujuan Anda berkunjung ke taman ini?
a. Bersantai c. Senam/ Olahraga
b. Berfoto d. Lainnya …………
2. Berapa kali Anda berkunjung ke taman ini?
a. Setiap Hari c. Sebulan Sekali
b. Seminggu Sekali d. Lainnya ………
191
3. Berapa lama Anda berada pada taman ini?
a. < 1jam c. 2- 4 jam
b. 1- 2 jam d. Lainnya …………
4. Pada waktu apa biasanya Anda berkunjung ke taman ini?
a. Pagi c. Sore
b. Siang d. Malam
5. Menurut Anda bagaimana tingkat keteduhan pada taman ini?
a. Sangat Tidak Teduh c. Teduh
b. Tidak Teduh d. Sangat Teduh
6. Menurut Anda bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana pada taman ini?
a. Sangat Tidak Lengkap c. Lengkap
b. Tidak Lengkap d. Sangat Lengkap
7. Menurut Anda sarana dan prasarana apakah yang harus ditambahkan pada
taman ini?
a. Jalur Sepeda c. Sarana Bermain Anak
b. Fasilitas Ibadah d. Lainnya …………
8. Apakah Anda puas terhadap sarana dan prasarana yang ada pada taman ini?
a. Sangat Tidak Puas c. Puas
b. Tidak Puas d. Sangat Puas
9. Menurut Anda apakah kios/ lapak Pedagang Kaki Lima mengganggu aktivitas
pada taman ini?
a. Sangat Mengganggu c. Tidak Mengganggu
b. Mengganggu d. Sangat Tidak Mengganggu
D. Persepsi Responden terhadap Kenyamanan dalam Keamanan dan Keselamatan
1. Menurut Anda bagaimana jumlah lampu penerangan pada taman ini?
a. Sangat Tidak Cukup c. Cukup
b. Tidak Cukup d. Sangat Cukup
2. Menurut Anda bagaimana kondisi keamanan pada taman ini?
a. Sangat Tidak Aman c. Aman
b. Tidak Aman d. Sangat Aman
3. Menurut Anda apakah jasa petugas keamanan diperlukan pada taman ini?
a. Sangat Perlu c. Tidak Perlu
b. Perlu d. Sangat Tidak Perlu
4. Menurut Anda apakah CCTV diperlukan pada taman ini?
a. Sangat Perlu c. Tidak Perlu
b. Perlu d. Sangat Tidak Perlu
5. Menurut Anda apakah fasilitas bermain anak aman digunakan pada taman ini?
a. Sangat Tidak Aman c. Aman
b. Tidak Aman d. Sangat Aman
6. Menurut Anda apakah pedestrian aman digunakan pada taman ini?
a. Sangat Tidak Aman c. Aman
b. Tidak Aman d. Sangat Aman
7. Menurut Anda apakah kios/ lapak Pedagang Kaki Lima mengganggu keamanan
dan keselamatan pada taman ini?
a. Sangat Mengganggu c. Tidak Mengganggu
b. Mengganggu d. Sangat Tidak Mengganggu
192
E. Persepsi Responden terhadap Kenyamanan dalam Kebersihan
1. Menurut Anda bagaimana kondisi kebersihan pada taman ini?
a. Sangat Tidak Bersih c. Bersih
b. Tidak Bersih d. Sangat Bersih
2. Menurut Anda bagaimana kondisi saluran air/ got pada taman ini?
a. Sangat Tidak Bersih c. Bersih
b. Tidak Bersih d. Sangat Bersih
3. Menurut Anda bagaimana kondisi aroma/ bau- bauan dari saluran air/ got pada
taman ini?
a. Sangat Bau c. Tidak Bau
b. Bau d. Sangat Tidak Bau
4. Menurut Anda bagaimana kondisi aroma/ bau- bauan dari tempat sampah pada
taman ini?
a. Sangat Bau c. Tidak Bau
b. Bau d. Sangat Tidak Bau
5. Menurut Anda apakah tempat sampah perlu ditambahkan pada taman ini?
a. Sangat Perlu c. Tidak Perlu
b. Perlu d. Sangat Tidak Perlu
6. Menurut Anda apakah fasilitas toilet umum sudah layak digunakan?
a. Sangat Tidak Layak c. Layak
b. Tidak Layak d. Sangat Layak
7. Menurut Anda apakah kios/ lapak Pedagang Kaki Lima mengganggu kebersihan
pada taman ini?
a. Sangat Mengganggu c. Tidak Mengganggu
b. Mengganggu d. Sangat Tidak Mengganggu
F. Persepsi Responden terhadap Kenyamanan dalam Keindahan
1. Menurut Anda apakah desain taman ini menarik?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
2. Menurut Anda bagaimana desain/ bentuk tempat duduk pada taman ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
3. Menurut Anda apakah dimensi/ ukuran/ skala tempat duduk pada taman ini sudah
sesuai (proporsional)?
a. Sangat Tidak sesuai c. sesuai
b. Tidak sesuai d. Sangat sesuai
4. Menurut Anda apakah letak tempat duduk pada taman ini sudah tepat?
a. Sangat Tidak Tepat c. Tepat
b. Tidak Tepat d. Sangat Tepat
5. Menurut Anda bagaimana warna tempat duduk pada taman ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
6. Menurut Anda bagaimana corak/ langgam tempat duduk pada taman ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
193
7. Menurut Anda bagaimana desain/ bentuk lampu penerangan pada taman ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
8. Menurut Anda apakah dimensi/ ukuran/ skala lampu penerangan pada taman ini
sudah sesuai (proporsional)?
a. Sangat Tidak sesuai c. sesuai
b. Tidak sesuai d. Sangat sesuai
9. Menurut Anda apakah letak lampu penerangan pada taman ini sudah tepat?
a. Sangat Tidak Tepat c. Tepat
b. Tidak Tepat d. Sangat Tepat
10. Menurut Anda bagaimana warna lampu penerangan pada taman ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
11. Menurut Anda bagaimana corak/ langgam lampu penerangan pada taman ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
12. Menurut Anda bagaimana desain/ bentuk tempat sampah pada taman ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
13. Menurut Anda apakah dimensi/ ukuran/ skala tempat sampah pada taman ini
sudah sesuai (proporsional)?
a. Sangat Tidak sesuai c. sesuai
b. Tidak sesuai d. Sangat sesuai
14. Menurut Anda apakah letak tempat sampah pada taman ini sudah tepat?
a. Sangat Tidak Tepat c. Tepat
b. Tidak Tepat d. Sangat Tepat
15. Menurut Anda bagaimana warna tempat sampah pada taman ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
16. Menurut Anda bagaimana corak/ langgam tempat sampah pada taman ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
17. Menurut Anda bagaimana desain/ bentuk jalur jalan (pedestrian) pada taman
ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
18. Menurut Anda apakah dimensi/ ukuran/ skala jalur jalan (pedestrian) pada taman
ini sudah sesuai (proporsional)?
a. Sangat Tidak sesuai c. sesuai
b. Tidak sesuai d. Sangat sesuai
19. Menurut Anda apakah letak jalur jalan (pedestrian) pada taman ini sudah tepat?
a. Sangat Tidak Tepat c. Tepat
b. Tidak Tepat d. Sangat Tepat
20. Menurut Anda bagaimana warna jalur jalan (pedestrian) pada taman ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
194
21. Menurut Anda bagaimana corak/ langgam jalur jalan (pedestrian) pada taman ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
22. Menurut Anda bagaimana bentuk dan peletakan tanaman pada taman ini?
a. Sangat Tidak Menarik c. Menarik
b. Tidak Menarik d. Sangat Menarik
23. Menurut Anda apakah yang menjadi daya tarik/ focal point pada taman ini?
a. Lampu penerangan c. Tugu Bambu Runcing
b. Sungai Pangkajene d. Lainnya …………
24. Menurut Anda apakah kios/ lapak Pedagang Kaki Lima mengganggu
pemandangan pada taman ini?
a. Sangat Mengganggu c. Tidak Mengganggu
b. Mengganggu d. Sangat Tidak Mengganggu
G. Saran dan Kesan
Tuliskan saran dan kesan Anda mengenai taman pada kawasan wisata di tepian
Sungai Pangkajene ini:
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………….
195
Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas
CORRELATIONS
/VARIABLES=b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 c5 c6 c8 c9 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 f1 f2 f3 f4 f5 f6
f7 f8 f9 f10 f11 f12 f13 f14 f15 f16 f17 f18 f19 f20 f21 f22 f24 Total
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
RELIABILITY
/VARIABLES=b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 c5 c6 c8 c9 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 f1 f2 f3 f4 f5 f6
f7 f8 f9 f10 f11 f12 f13 f14 f15 f16 f17 f18 f19 f20 f21 f22 f24
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
Reliability
Notes
Output Created 25-Jan-2018 09:50:47
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 80
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data
for all variables in the procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 c5 c6 c8
c9 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7
f1 f2 f3 f4 f5 f6 f7 f8 f9 f10 f11 f12 f13 f14 f15 f16
f17 f18 f19 f20 f21 f22 f24
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.003
196
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 80 100.0
Excludeda 0 .0
Total 80 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.909 48
Correlations
Notes
Output Created 25-Jan-2018 09:46:48
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 80
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are based on
all the cases with valid data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 c5 c6 c8
c9 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7
f1 f2 f3 f4 f5 f6 f7 f8 f9 f10 f11 f12 f13 f14 f15 f16
f17 f18 f19 f20 f21 f22 f24 Total
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00.109
Elapsed Time 00:00:00.079
197
CORRELATIONS /VARIABLES=b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 c5 c6 c8 c9 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 f1 f2 f3 f4 f5 f6 f7 f8 f9 f10 f11 f12 f13 f14 f15 f16 f17 f18 f19 f20 f21 f22 f24 Total /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE. RELIABILITY /VARIABLES=b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 c5 c6 c8 c9 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 f1 f2 f3 f4 f5 f6 f7 f8 f9 f10 f11 f12 f13 f14 f15 f16 f17 f18 f19 f20 f21 f22 f24 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA.
Reliability
Notes
Output Created 25-Jan-2018 09:50:47
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 80
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data
for all variables in the procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 c5 c6 c8
c9 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7
f1 f2 f3 f4 f5 f6 f7 f8 f9 f10 f11 f12 f13 f14 f15 f16
f17 f18 f19 f20 f21 f22 f24
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.003
198
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 80 100.0
Excludeda 0 .0
Total 80 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.909 48
Correlations
Notes
Output Created 25-Jan-2018 09:46:48
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 80
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are based on
all the cases with valid data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 c5 c6 c8
c9 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7
f1 f2 f3 f4 f5 f6 f7 f8 f9 f10 f11 f12 f13 f14 f15 f16
f17 f18 f19 f20 f21 f22 f24 Total
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00.109
Elapsed Time 00:00:00.079
199
Kesimpulan :
Validitas R Hitung > dari R Tabel
R table = 0.222
N = 80
Sig = 5%
Data dinyatakan Valid
Reliabilitas
Alpha > R Table
Hasilnya reliable atau konsisten