Post on 29-Jun-2015
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUIPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION YANG
DIBANTU DENGAN MEDIA CHARTA PADASUB KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IX D SMPN I SukaheningKabupaten Tasikmalaya)
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan
manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya,
melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam
proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu
disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar.
Mengingat peran pendidikan tersebut maka sudah seyogyanya aspek ini
menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya
masyarakat Indonesia yang berkualitas. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah
satu mata pelajaran di Sekolah Menengah Pertama dinilai cukup memegang
peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu
secara logis, ilmiah, dan sistematis. Karena itu, maka perlu adanya peningkatan
mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
Dalam pembelajaran di sekolah, Ilmu Pengetahuan Alam merupakan
salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Oleh
karena itu dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan
suatu model pembelajaran yang bervariasi. Artinya dalam penggunaan model
1
2
pembelajara tidak harus sama untuk mencapai semua standar kompetensi,
sebab dapat terjadi bahwa suatu model pembelajaran tertentu cocok untuk
mencapai satu standar kompetensi tetapi tidak untuk standar kompetensi
yang lain.
Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi Ilmu
Pengetahuan Alam masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan mata
pelajaran lain. Kondisi seperti ini terjadi pula pada SMP Negeri 1 Sukahening
Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama
menjadi guru Ilmu Pengetahuan Alam yang megajar di kelas IX bahwa
pengusaan konsep Ilmu Pengetahuan Alam khususnya biologi oleh siswa
masih tergolong rendah. Salah satu konsep biologi yang penguasaan siswanya
rendah adalah pada sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia, di mana
pada sub konsep tersebut banyak siswa yang belum bisa memahami
proses metabolisme dalam tubuh yang berkaitan dengan fungsi sistem
ekskresi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar biologi siswa pada
pada sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia di tahun ajaran 2009/2010
hanya 61,00 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dicapai
adalah 65,00.
Rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa dipengaruhi
oleh berbagai faktor, diantaranya adalah model pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti
pada SMP Negeri 1 Sukahening menunjukkan bahwa pembelajaran Ilmu
3
Pengetahuan Alam di sekolah tersebut masih menggunakan model
pembelajaran konvesional yakni suatu model pembelajaran yang banyak
didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima
informasi pengetahuan dan keterampilan. Hal ini diduga merupakan salah satu
penyebab terhambatnya kreativitas dan kemandirian siswa sehingga
menumbuhkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa.
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu
sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam
kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Alam disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model
pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok
diterapkan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam karena dalam
mempelajari Ihnu Pengetahuan Alam tidak cukup hanya mengetahui
dan menghafal konsep tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta
kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar.
Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan
pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika
ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji dan menguasai materi pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam sehingga nantinya akan meningkatkan prestasi
belajar matematika siswa. Banyak tipe dalam model pembelajaran
4
kooperatif diantaranya student team achievement division, jigsaw, Investigasi
Kelompok, think pair share dan numbered head together. Melihat penguasaan
siswa terhadap materi Ilmu Pengetahuan Alam khususnya sub konsep
Sistem Ekskresi pada Manusia, maka dalam penelitian ini model
pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe student
team achievement division, karena pada model ini siswa menempati posisi
sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam
kelompok.
Selain pemilihan model pembelajaran yang tepat, guru juga dituntut
untuk menggunakan media pembelajaran yang dapat membantu mempercepat
pemahaman siswa pada konsep yang dipelajari. Banyak media pembelajaran
yang dapat digunakan seperti torso, charta, biocard dan audio visual. Karena
sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia banyak gambar alat-alat ekskresi
maka media pembelajaran yang dianggap cocok adalah cahrta. Dengan
pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement
division yang dibantu oleh charta, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat
lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mengidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut :
1. mengapa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam khususnya konsep-konsep
biologi di SMP Negeri 1 Sukahening Kabupaten Tasikmalaya kurang
memuaskan?;
5
2. bagaiman bagaimana minat belajar siswa terhadap kegiatan belajar
mengajar khususnya pada sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia ?;
3. apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement division dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada sub
konsep Sistem Ekskresi pada Manusia?;
4. apakah penggunaan media charta dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia?; dan
5. apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement division yang dibantu media charta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia?
Karena keterbatasan yang dimiliki penulis, maka penulis membatasi
masalah sebagai berikut:
1. model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division;
2. media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media
charta;
3. materi pembelajaran yang akan dijadikan penelitian dalam kegiatan belajar
mengajar adalah sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia; dan
4. penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IX D SMP Negeri I Sukahening
Kabupaten Tasikmalaya.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis
merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Upaya
6
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division yang
Dibantu Dengan Media Charta Pada Sub Konsep Sistem Ekskresi Pada Manusia
(penelitian Tindakan Kelas di kelas IX D SMP Negeri 1 Sukahening
Kabupaten Tasikmalaya)".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan pada latar belakang
masalah, maka masalah yang dikaji adalah "Apakah terjadi peningkatan hasil
belajar siswa kelas IX D SMP Negeri I Sukahening Kabupaten Tasikmalaya
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement division yang dibantu dengan media charta pada sub konsep
Sistem Ekskresi pada Manusia?"
C. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan isi penelitian ini,
penulis akan menjelaskan istilah yang terdapat penelitian ini.
1. Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa setelah proses belajar
mengajar tentang sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia yang diukur
hanya dari domain kognitif saja yang dibatasi pada aspek ingatan (C1),
pemahaman (C2) dan penerapan (C3); dan
2. Model pembelajaran kooperatif tipe student team achivement division
merupakan tipe dari model pembelajaran kooperatif yang mengaktifkan
siswa dengan cara siswa mendiskusikan mata pelajaran yang ada dalam
7
Lembar Kerja Siswa dan tiap kelompok mendiskusikan topik yang sama.
Model pembelajaran ini memiliki enam tahap dalam proses pembelajaran
yaitu :
a. guru memberikan persepsi untuk memotivasi siswa berupa pertanyaan;
b. guru menyampaikan materi dengan memberitahukan tujuan
pembelajaran;
c. teknik penyajian materi pelajaran dilakukan secara diskusi;
d. siswa dikelompokkan dan diberi lembar tugas kelompok sebagai bahan
yang akan dipelajari;
e. tes individual untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang
telah dipelajari;
f. perhitungan skor pertumbuhan individu yang dihitung berdasarkan
skor awal; dan
g. pemberian penghargaan kelompok yang dilakukan dengan cara
menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu, hasilnya
dibagi sesuai dengan jumlah anggota.
3. Charta merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan
oleh siswa dalam proses belajar mengajar, sebagai bahan belajar siswa
yang berisi materi pembelajaran berupa gambar/tabel atau uraian yang
disusun oleh peneliti yang diberikan kepada siswa berupa lembaran besar
yang ditempel di papan tulis.
8
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa kelas IX D SMP Negeri 1 Sukahening Kabupaten Tasikmalaya
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement division yang dibantu dengan media charta pada sub konsep
Sistem Ekskresi pada Manusia.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Guru
Memberi informasi bahwa salah satu model pembelajaran untuk
dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang
dibantu dengan media charta pada sub konsep Sistem Ekskresi pada
Manusia.
b. Bagi Siswa
Model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement
division menumbuhkan sikap kerja sama antar siswa, dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.
9
c. Bagi Sekolah
1) Membantu sekolah dalam menemukan model pembelajaran yang
dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah untuk mencoba
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement division yang dibantu dengan media charta.
F. Kajian Teoretis
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Slameto (2003:8) mengemukakan bahwa "Belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan".
Morgan dalam Purwanto, Ngalim (2003:83) mengemukakan
bahwa "Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi dari suatu latihan atau pengetahuan”.
Sedangkan Syah, Muhibbin (2005:68) berpendapat bahwa "
Belajar adalah setiap perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif."
Winkel (1995:59) mengemukakan bahwa " Belajar adalah
suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
10
dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Perubahan ini bersifat
secara relatif konstan dan berbekas".
Sudjana, Nana (2008:28) mengemukakan bahwa "Belajar
adalah suatu proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat
melalui berbagai pengalaman".
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:11)
menyatakan "Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan".
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, sikap,
keterampilan, untuk menuju taraf yang lebih tinggi dari semula.
Perubahan tersebut bisa terjadi dengan disadari, karena adanya usaha
dari orang yang belajar, sehingga memperoleh kemampuan baru yang
diharapkan.
b. Pengertian Hasil Belajar
Seperti yang telah dikemukakan di atas pada pengertian
belajar, bahwa dalam belajar diharapkan siswa mengalami
berbagai perubahan. Perubahan yang terjadi pada diri siswa
merupakan basil belajar. Perubahan hasil belajar dapat
diimplementasikan dalam berbagai bentuk, seperti berubah
11
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, tingkah laku, sikap dan
daya kreasinya, beserta aspek-aspek lain pada diri individu.
Beberapa pendapat tentang hasil belajar yang dikutip oleh
Sudjana, Nana (2008:45) adalah sebagai berikut :
Menurut Kingsley hasil belajar dibagi menjadi tiga yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi menjai lima kategori hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Lindgren juga mengungkapkan hasil belajar dibagi menjadi empat yaitu keterampilan mental, informasi, pengertian, dan sikap. Sedangkan menurut Bloom dan kawan-kawan hasil belajar tercermin dalam perubahan tingkah laku yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan
baik kurikulum maupun instruksional menggunakan klasifikasi hasil
belajar menurut Benyamin S. Bloom yang telah direvisi, dimana dalam
hasil revisi ranah kognitif dibedakan menjadi proses kognitif dimensi
pengetahuan. Di sini tujuan instruksional diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok atau kawasan yang dipecah lagi menjadi beberapa tingkat yang
lebih khusus sebagaimana dalam Yamin, Martinis (2008 : 33 – 37)) :
1) kawasan kognitif (pemahaman) terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda, keenam tingkatan tersebut adalah :a) mengingat : tujuan instruksional pada level ini menuntut siswa
untuk mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya. Seperti : fakta, terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah dan sebagainya;
b) mengerti : kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan menyebutkan kembali yang telah didengar dengan
12
kata-kata sendiri;c) memakai : penerapan merupakan kemampuan untuk
menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari;
d) menganalisis : analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memecahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini siswa diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari;
e) menilai : kemampuan ini mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu, jadi evaluasi di sini lebih condong ke bentuk penilaian biasa daripada sistem evaluasi; dan
f) mencipta : diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengkaitkan dan menyatukan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
2) kawasan afektif (sikap perilaku) merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude) terdiri dari :
a) tingkat penerimaan (receiving) : diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus tertentu yang mengandung estetika;
b) tingkat menanggapi (responding) : memiliki beberapa pengertian, di antaranya : (1) tanggapan dilihat dari segi pendidikan diartikan sebagai perilaku baru dari sasaran didik (siswa) sebagai manisfestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat belajar, (2) tanggapan dilihat dari segi psikologi perilaku (behavior psychology) adalah perubahan perilaku organisme yang terjadi atau timbul karna adanya perangsang dan perubahan tersebut dapat di amati.(3) tanggapan dilihat dari segi adanay kemauan dan kemampuan atau bereaksi terhadap suatu kejadian (stimulasi) dengan cara berpatisipasi dalam berbagai bentuk;
c) tingkat menghargai: dapat diartikan (1) pengakuan secara objektif (jujur) bahwa siswa itu objek, sistem atau benda tertentu mempunyai kadar manfaat, (2) kemampuan untuk menerima suatu objek atau kenyataan setelah seseorang itu
13
sadar bahwa objek tersebut mempunyai mempunyai nilai, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap positif atau negatif;
d) tingkat mengorganisasikan (organization) : dapat diartikan sebagai (1) proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan, (2) kemungkinan untuk mengorganisasikan nilai-nilai menentukan hubungan antar nilai dan menerima bahwa satu nilai itu lebih dominan dibanding nilai yang apabila kepadanaya diberikan berbagai nilai; dan
e) tingkat menghayati (characterization) : karakterisasi adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah telah menjadi cirri-ciri perilakunya.
3) kawasan psikomotor (psychomotor domain) adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh yang memerlukan koordinasi antara saraf dan otot, dikelompokkan menjadi : a) gerakan seluruh badan (gross body movement) : adalah
perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik yang menyeluruh;
b) gerakan yang terkoordinasi (coordination movement) : dari perpaduan antara gerakan yang dihasilkan fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan; dan
c) kebolehan dalam berbicara (speech behavior) : merupakan hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:120)
menyatakan bahwa :
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil apabila sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:1) daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan
mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok; dan
14
2) perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menempuh pengalaman belajar dan
berinteraksi dengan l ingkungannya yang ditandai dengan
suatu perubahan yang diukur melalui suatu tes prestasi .
Hasil belajar ini dapat dil ihat dalam bentuk t ingkah laku
siswa, intelektual, sikap, nilai , keterampilan ( skil l) , dan
kemampuan dalam diri individu yang belajar.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Sudjana, Nana (2002 : 39) mengemukakan bahwa
"Beberapa faktor lain yang memperngaruhi hasil belajar seperti
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis". Sehingga
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Faktor Internala) Faktor fisiologis jasmaniah individu baik yang bersifat
bawaan maupun bukan bawaan, misalkan : penglihatan, pandangan, struktur tubuh serta cacat tubuh;
b) Faktor psikologis terdiri atas faktor intelektual dan non intelektual.
c) Faktor intelektual terdiri atas faktor potensial, yaitu intelegensi atau bakat, dan faktor aktual / kecakapan nyata yaitu hasil.
d) Faktor non intelektual, yaituu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, emosi, konsep diri, serta kecemasan.
15
Salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kecerdasan emosional.
2) Faktor Ekternal / Lingkungana) Faktor lingkungan fisik diantaranya kondisi tempat
belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran, dan kondisi lingkungan belajar;
b) Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya dukungan sosial, faktor ini meliputi lingkungan sekolah, sosial, dan keluarga.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division
Model pembelajaran adalah suatu bentuk kegiatan belajar mengajar
yang dilandasi oleh pendekatan, strategi, dan metode tertentu yang
dilaksanakan berdasarkan langkah yang berurutan dari satu fase ke fase
berikutnya. Menurut Karli, Hilda dan Oditha Hutabarat (2007:20) model
pembelajaran adalah :
Gabungan dari pendekatan atau strategi serta metode dan yang digunakan untuk menyampai suatu pembelajaran mata pelajaran pada siswa agar penyampaian dapat diterima oleh siswa dengan enjoy tetapi melibatkan aspek kognitif, apektif, dan psikomotor yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan potensinya.
Pengertian model pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh
Herawan, Dedi (2006 : 17) yaitu "Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu kondisi proses belajar mengajar Baling mendukung dan
didukung antara setiap individu dengan individu lainnya dalam mencapai
tujuan pembelajaran". Pembelajaran kooperatif ini dapat menghantarkan
seluruh siswa pada keberhasilan bersama, dalam pembelajaran kooperatif
siswa merupakan bagian dari suatu sistem kedasama dalam mencapai hasil
yang optimal.
16
Karakteristik pendekatan pembelajaran kooperatif menurut Karli,
Hilda dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih (2002 : 71) adalah :
a. Individual Accountability, yaitu bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan pemasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.
b. Social Skill, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengerahan diri demi kepentingan kelompok, keterampilan inimengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati orang lain dan membentuk kesadaran sosial.
c. Positive Interpenden, adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran Berta. sikap enggota kelompok, karena tiap anggota dianggap memiliki kontribusi, jadi siswa berkolaborasi bukan berkompetisi.
d. Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.
Menurut Lie, Anita (2002:25) untuk mencapai hasil. maksimal,
ada lima prinsip dasar yang harus diterapkan dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu:
a. Kesalingtergantungan positifUntuk menciptakan rasa kesaling tergantungan positif pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung Jawab PerseoranganWalaupun bekeda dalam kelompok, namun tanggung jawab tetap dibebankan pada individual
c. Tatap MukaSetiap kelompok diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menciptakan sinergi yang menguntungkan semua anggota
17
d. Komunikasi antar anggotaProses komunikasi melatih siswa kapan harus bertindak sebagai pembicara yang baik dan kapan harus bertindak sebagai pendengar yang baik,
e. Evaluasi proses kelompokEvaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga
tujuan pembelajaran yang penting yakni prestasi akademik, penerimaan
akan penghargaan, dan pengembangan keterampilan sosial. Mengenai
prosedur pembelajaran kooperatif Sanjaya, Wina (2006: 246) berpendapat
bahwa pada prinsipnya prosedur pembelajaran kooperatif terdiri atas
empat tahap yaitu :
a. Penjelasan MateriTahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang hares dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim).
b. Belajar dalam KelompokSetelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar dalam kelompok masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.
c. PenilaianPenilaian dilakukan dengan tes atau kuis yang dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok.
d. Pengakuan TimPengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.
18
Keberhasilan belajar dalam model pembelajaran kooperatif bukan
hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan
perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam
keompok kecil yang terstruktur secara baik. Sedangkan keistemawaan
dalam pembelajaran kooperatif yaitu adanya penghargaan kelompok
yang diberikan berdasarkan hasil usaha dan belajar individu.
Model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan, diantaranya
sebagai berikut :
a. dapat meningkatkan kemandirian belajar;
b. dapat meningkatkan motivasi berpikir; dan
c. dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan untuk bekeda secara
kelompok.
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran kooperatif juga
memiliki kelemahan yaitu :
a. anak banyak belajar dari teman sebayanya, tidak langsung dari guru;
b. membutuhkan waktu banyak yang harus dipersiapkan oleh anak; dan
c. gagasan dipengaruhi oleh kawan-kawan sekelompoknya
Slavin, Robert E. (2009 : 143) berpendapat bahwa "Student team
achievement division merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk
permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan
kooperatif”. Sedangkan menurut Isjoni (2009:74) "Model pembelajaran
19
kooperatif tipe student team achievement division merupakan salah satu
tipe koperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di
antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guns mencapai potensi yang maksimal".
Menurut Sanjaya, Wina (2006:108) model pembelajaran kooperatif
tipe student team achievement division mempunyai lima tahap dalam
proses pembelajarannya yaitu:
a. Tahap penyajian materiLangkah pertama, guru memulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran umum, tujuan pemebelajaran khusus, dan memberikan motivasi kepada siswa mengenai topik atau materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi yang bertujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan pengetahuan yang dimiliki. Tekhnik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun menghubungkan materi yang akan diberikan secara diskusi. Mengenai lamanya presentasi dan beberapa kali. harus dipresentasikan tergantung kepada kekompakan siswa dalam memahami materi yang akan dibahas. Materi pelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan spa yang akan dipelajari siswa dalam, kelompok. Belajar adalah memahami makna bukan hapalan, memberikan umpan batik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa, memberikan penjelasan terhadap jawaban pertanyaan yang benar atau salah dan beralih kepada mated selanjutnya setelah siswa memahami permasalahan yang ada.
b. Tahap kerja kelompokSiswa bekerja dalam kelompok kecil yang heterogen (4-6 orang), kemudian guru membagikan lembar keda pada setiap siswa dan menjelaskan langkah-langkah pembelajarannya. Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas dan saling membantu menyelesaikan soal agar semua anggota kelompok dapat menahani materi yang dibahas. Setelah seluruh soal diselesaikan, didiskusikan sampai seluruh siswa dalam kelompok memahami dan mengerti materi tersebut. Kemudian satu lembar kerja dikumpulkan sebgai hasil keda kelompok. Pada langkah ini,
20
guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap, kelompok.
c. Tahap tes individuUntuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai, diadakan tes secara individu mengenai materi yang telah dibahas. Tes individu biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali pertemuan, agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari selama bekeda dalam kelompok. Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.
d. Tahap perhitungan skor perkembangan individuSkor perkembangan individu dihitung berdasarkan pengetahuan yang dimiliki masing-masing siswa dari tiap kelompok. Berdasarkan skor ini setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi k.elompoknya berdasarkan skor tes yang telah diperolehnya. Perhitungan skor perkembangan individu ini dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
e. Tahap penghargaan kelompokPerhitungan skor kelompok dilakukan dengan cars menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Nilai kelompok tiga terbesar diberi penghargaan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super.
Beberapa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe student
team achievement division menurut Isjoni (2009:76) adalah "Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang; melatih siswa
dalam melakukan interaksi sosial dan berkomunikasi; dan melatih
keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat".
Beberapa kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe student
team achievement division menurut Isjoni (2009:76) adalah
"Memerlukan biaya yang cukup besar dan membutuhkan persiapan yang
matang".
21
3. Media Charta
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, penggunaan media
pembelajaran mempunyai peran yang cukup penting, karena media dan
alat-alat bantu pembelajaran merupakan komponen yang tidak dapat
dipisahkan dari keseluruhan sistem belajar mengajar. Sesuai dengan
pendapat Arsyad, Azhar (2007:2) "Media adalah bagian yang tidak
dapat terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pendidikan pada umumnya dan tujuan di sekolah pada khususnya".
Gagne (Sadiman, Arief, 2006:6) menyatakan bahwa "Media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar".
Menurut Sanjaya, Wina (2006:160) "Dengan menggunakan media
komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses
pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih
menarik". Selain itu, Pollock dan Reigeluth (Arsyad, Azhar, 2007:36)
mengklasifikasikan media ke dalam lima kelompok, yaitu:
a. media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, field-trip);
b. media berbasis cetakan (buku penuntun, buku latihan (work book), alat bantu keda dan lembar lepas);
c. media berbasis visual (buku, alat bantu keda, bagan, grafik, peta, gambar, transparsnsi, slide);
d. media berbasis audio-visual (video, film, program slide,tape, televisi); dan
e. media berbasis komputer (pengajar dengan bantuan komputer, interaktif, video, hipertext).
22
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah komponen sumber belajar yang sangat
berperan penting dalam proses belajar mengajar baik berupa alat, bahan,
ataupun hal lain yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa
untuk belajar, serta dapat meningkatkan hasil dan mutu pembelajaran.
Kata charta berasal dari bahasa Inggris chart yang artinya gambar
atau peta. Di dalam bahasa. Indonesia, charta berarti tiruan gambar atau
tumbuhan atau angka dan tulisan. Charta tergolong ke dalam media grafis
atau media visual, yaitu media yang memiliki dua dimensi. Seperti
halnya media yang lain, charta berfungsi untuk menyalurkan pesan dari
sumber ke penerima pesan, yang dalam hal ini penerima pesan tersebut
adalah siswa.
Sadiman, Arief S. (2003:35) mengemukakan "Charta haruslah 1)
dapat dimengerti anak; 2) sederhana dan lugas, tidak rumit atau berbelit-
belit; dan diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap termasa (up
to date) juga tidak kehilangan daya tarik”.
Ada beberapa jenis charta namun secara garis besar dapat
digolongkan dapat digolongkan menjadi dua yaitu charta yang
menyajikan pesan bertahap dan charta yang menyajikan pesan sekaligus.
Sadiman, Arief S. (2003:36) membagi charta yang membagikan pesan
bertahap menjadi beberapa jenis, yaitu "1) Charta tertutup (hidden chart)
disebut juga strop chart. Pesan akan dikomunikasikan dituangkan ke
23
dalam sebuah charta yang ditutup dengan menggunakan kertas yang
mudah dibuka; dan 2) Charta balikan (flip chart) berbeda dengan charta
tertutup, charta balikan dapat menggunakan lembar baliknya".
Charta yang menyajikan pecan sekaligus, menurut Sadiman, Arief
S. (2003:37) adalah:
a. Bagan atau charta pohon (tree chart), ibarat sebuah pohon yang terdiri dari batang, cabang-cabang dan ranting-ranting;
b. Bagan atau charta arus (flow chart) menggambarkan arus suatu produksi atau dapat pula menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antar bagian atau seksi suatu organisasi; dan
c. Stream chart merupakan kebalikan dari began pohon selain sederhana dan mudah pembuatannya, maka charta, termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biaya.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari media charta
dikemukakan oleh Sadiman, Arief S. (2003:29) :
Kelebihan media charta adalah :a. sifatnya nyata, lebih realitis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal;b. dapat mengatasi masalah ruang dan waktu;c. dapat mengatasi keterbatasan pengamatan siswa;d. dapat mempedelas suatu masalah, dalam bidang spa saja dan
untuk usia berapa saja, sehingga mencegah kesalahfahaman; dane. murah harganya dan mudah didapat Berta digunakan tanpa
memerlukan alai khusus.Kekurangan media charta adalaha. hanya menekankan pada persepsi indera matae;b. gambar yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan
belajar mengajar; danc. ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar
24
4. Deskripsi Materi Sistem Ekskresi
Pada tubuh manusia terdapat zat sisa hasil metabolisme tubuh, zat
sisa metabolisme dalam tubuh manusia yang tidak diperlukan oleh tubuh
akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat ekskresi pada manusia
meliputi ginjal, paru-paru, hati dan kulit. Ekskresi adalah proses
pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh seperti CO2, H20, NH3, zat warna
empedu, dan asam urat. Zat sisa itu perlu dikeluarkan apabila tidak
di keluarkan akan mengganggu jaringan tubuh.
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang melakukan proses ekskresi pada
sistem ekskresi pada manusia. Ginjal pada manusia jumlahnya
sepasang dan terletak di kanan kiri tulang belakang daerah pinggang.
25
Ginjal mengeluarkan hasil metabolisme dalam bentuk air, urea, dan
garam mineral. Adapun struktur ginjal adalah sebagai berikut:
1) Struktur Ginjal
Ginjal diselubungi oleh suatu kapsul yang terbentuk oleh jaringan
serabut. Ada tiga bagian utama dalam ginjal, yaitu korteks ( bagian
luar), medula (bagian dalam ginjal di sebut sum-sum ginjal) dan pelvis
renalis (rongga ginjal). Bagian luar dan sum-sum ginjal mengandung
sekitar 1 juts nefron. Nefron adalah satuan struktural dan fungsional
terkecil pada ginjal atau sering disebut alat penyaring pada ginjal.
Setiap nefron terdiri dari badan Malphigi dan saluran panjang berbelit
yang disebut saluran nefron. Pada, badan Malpighi terdapat kapsula
Bowman yang bentuknya seperti mangkuk. Kapsula Bowman tersebut
membungkus-glomerulus yang merupakan jalinan pembuluh kapiler.
Dari kapsula Bowman keluar saluran panjang yang berbelit. Saluran
panjang tersebut dibedakan atas tiga segmen yaitu pembuluh (tubulus)
proksimal, lengkung Henle, dan pembuluh (tubulus) distal. Pembuluh
distal berbelit dekat kapsula bowman. Tubulus proksimal menuju ke
segmen panjang berdinding tipis yaitu lengkung Henle. Selanjutnya
tubulus ini berkelok-kelok lagi disebut kelokan kedua atau di sebut
tubulus distal yang bersambung dengan pembuluh penampung yang
melintasi korteks dan medula untuk bermuara pada, rongga ginjal
(pelvis renalis). dari rongga ginjal keluar saluran ureter yang
26
bermuara pada kantung kemih (vesica urinaria) fungsi kantung kemih
adalah tempat sebagai penampung sementara urin sebelum keluar
tubuh. Dari kantung kemih menuju luar tubuh, urin melewati
saluran yang disebut uretra. Selanjutnya urin keluar melalui lubang
urin.
2) Proses Pembentukan Urin
Di dalam ginjal terjadi pembentukan urin. Urin yang dikeluarkan
oleh ginjal sebenarnya sangat di pengaruhi oleh faktor dalam dan
luar dari individu yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut
meliputi kerja hormon antideuretik dikendalikan oleh konsentrasi
air dalam darah, dan jumlah air yang diminumPembentukan
urin terjadi pada serangkaian proses filtrasi (penyaringan)
zat-zat sisa yang beracun, reabsorpsi adalah proses penyerapan
kembali zat yang berguna, dan augumentasi adalah proses
pengeluaran zat yang tidak berguna dan tidak dapat disimpan
dalam tubuh. Berikut adalah penjelasan proses pembentukan urin.
(a) Filtrasi (penyaringan)
Filtrasi merupakan proses penyaringan darah tedadi
di glomerulus. Glomerulus yaitu kapiler darah yang
bergulunggulung di dalam kapsula Bowman, darah dari
glomerulus akan melintasi sel-sel dari kapsula Bowman yang
berfungsi sebagai penyaring, hasil penyaringan di sini berupa
27
filtrat glomerulus (urine primer). Urin primer mengandung
glukosa, garam-garam, natrium, dan asam amino.
(b) Reabsorpsi (penyerapan kembali)
Reabsorpsi merupakan proses penyerapan kembali zat-zat yang
masih berguna, bagi tubuh. Proses ini berlangsung di
dalam tubulus kontortus proksimal. Di dalam pembuluh ini
terjadi proses penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna
antara lain glukosa, asam amino dan ion-ion anorganik. yang
menghasilkan filtrat tubulus atau urin sekunder dengan
komposisi mengandung air, garam, urea, dan pigmen empedu
yang memiliki fungsi untuk warna dan bau pada urin.
(c) Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat-zat yang
tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal.
Proses ini disebut juga sekresi tubular. Sel-sel tubulus
mengeluarkan zat-zat tertentu yang mengandung ion hidrogen
dan ion kalium kemudian menyatu dengan urin sekunder. Urin
yang terbentuk akan disimpan sementara dalam kantung kemih
untuk selanjutnya dibuang melalui uretra (Aryulina, Diah, et al.
2007:217)
28
Gambar 1Sistem Urinaria
Sumber: Goenarso, Darmadi. Tersedia: Email: darmadi@bi.itb.ac.id.
Gambar 2Struktur Ginjal
Sumber: Goenarso, Darmadi. Tersedia: Email: darmadi@bi.itb.ac.id
b. Paru-paru
Paru-paru merupakan alat ekskresi yang mengeluarkan
sisa metabolisme dalam bentuk uap air dan karbondioksida.
29
Karbondioksida dan uap air yang merupakan hasil proses metabolisme
di jaringan yang diangkut melalui darah akhirnya dibawa ke paru-
paru untuk dibuang dengan cara difusi di alveolus. Proses ini
dapat berjalan dengan baik karena pada alveolus banyak bermuara
pembuluh kapiler. Sebagian besar (75%) CO2 yang diangkut dalam
plasma darah berbentuk senyawa HCO3 (asam, bikarbonat), dan
sisanya (25%) akan diikat oleh Hb membentuk senyawa HbCO2
(karboksi hemoglobin) namun akhimya CO2 dan air yang dikeluarkan
melalui udara yang dihembuskan (Syamsuri, Istamar, dkk. 2004:44).
Gambar 2.3 Struktur Paru-paru
Sumber : Aryulina, Diah, et al. (2007:222)
Menurut Pratiwi, et al ( 2002:143) pada prinsipnya CO2
diangkut dengan dua cara, yaitu melalui plasma darah (± 15% CO2
larut dalam plasma darah) dan diangkut dalam bentuk ion HCO3 (±
30%) melalui proses berantai yang disebut pertukaran klorida.
Mekanisme pertukaran klorida adalah sebagai berikut :
30
1) Darah pada alveolus paru-paru mengikat O2 dan mengangkutnya ke
sel-sel jaringan.
2) Dalam jaringan, darah mengikat CO2 untuk dikeluarkan bersama H20
yang dikeluarkan dalam bentuk uap air.
c. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh yang terletak di
bagian kanan atas rongga perut. Hati merupakan alat ekskresi sebagai
penghasil empedu, hati juga merupakan tempat penyimpanan gula
dalam bentuk glikogen, pembentukan dan pembongkaran protein,
pembentukan dan perombakan sel darah merah dan tempat penetralan
racun. Zat warna empedu merupakan sisa hasil perombakan sel darah
merah yang akan diuraikan menjadi hemin (kristal), Fe (zat besi), dan
globin. Zat besi dan globin akan disimpan dalam hati kemudian
dikirimkan ke sum-sum tulang merah untuk pembentukan antibodi.
Sedangkan hemin akan dirombak menjadi bilirubin dan biliverdin
yang merupakan zat warna bagi empedu dan mengandung zat warna
hijau biru. Zat warna tersebut di dalam usus akan mengalami oksidasi
menjadi urobilin barn sehingga warna feces dan urin menjadi
kekuningan. Empedu berfungsi untuk mencerna lemak, mengaktifkan
lipase, berperan pada absorpsi lemak pada usus halus, mengubah zat
yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air, dan
pembentukan urea. (Aryulina, Diah, et. al. 2007:222)
31
Fungsi dari hati diantaranya :
1) Tempat berlangsungnya pembentukan protein tertentu maupun
perombakannya, contoh memproduksi protein plasma (albumin,
fibrinogen, protombin).
2) Merupakan gudang penyimpanan berbagai zat seperti mineral, (Cu,
Fe), vitamin A, D, E,K, dan vitamin B12.
3) Menetralkan racun-racun yang ads dan ikut dalam perombakan sel
darah merah.
Gambar 2.4 Struktur Hati
Sumber : Aryulina, Diah, et al. (2007:226)
d. Kulit
Kulit atau integumen mengekskresikan keringat.
Banyaknya keringat yang dihasilkan atau dikeluarkan seseorang
32
dipengaruhi antara lain oleh aktivitas tubuh, suhu lingkungan,
makanan, kondisi kesehatan, dan keadaan emosi. Keringat
manusia terdiri dari air, garam-garam, terutama garam dapur
(NaCL), urea, serta asam. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung
tubuh terhadap segala bentuk rangsangan. Berdasarkan strukturnya,
kulit terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis (lapisan luar) dan
dermis (lapisan dalam).
a. Epidermis (Lapisan luar)
Epidermis terdiri dari stratum korneum (lapisan tanduk), stratum
lusidum, stratum granulosum, basale. Stratum korneum merupakan
lapisan tanduk yang terdiri atas sel-sel mati. Lapisan ini selalu
mengelupas dan diganti oleh sel-sel yang baru. Stratum lusidum
merupakan lapisan di bawah lapisan stratum korneum dan
berwarna bening. Stratum granulosum merupakan lapisan
kulit yang mengandung pigmen, sedangkan stratum basale
merupakan daerah tempat terjadinya proliferasi (perbanyakan) sel
dan awal terjadinya pembentukan zat tanduk.
b. Dermis (Lapisan dalam)
Dermis merupakan lapisan pada jaringan penyambung yang
sebagian besar terdiri dari serat kolagen, retikuler dan elastin, Pada
dermis terdapat rambut, pembuluh darah, kelenjar minyak, kelenjar
keringat dan saraf. Kelenjar keringat tersebar luas pada sebagian
33
besar permukaan tubuh. Pengeluaran keringat di bawah pusat
pengatur suhu, yaitu di hipotalamus. Aktivitas kelenjar keringat
juga dipengaruhi oleh perubahan suhu di dalam pembuluh
darah. Ketika suhu lingkungan meningkat (panas), kelenjar
keringat menjadi aktif dan pembuluh darah melebar sehingga aliran
darah lebih banyak, hal tersebut menyebabkan penyaringan air dan
sisa metabolisme oleh kelenjar keringat meningkat. Meningkatnya
aktivitas kelenjar keringat menyebabkan keluarnya keringat dari
kulit dengan cara penguapan. Penguapan pada permukaan kulit
akan menurunkan suhu sehingga akan mengurangi rasa panas pada
tubuh (Aryulina, Diah, et al. 2007:223).
Gambar 5Struktur Kulit
Sumber: Goenarso, Darmadi. Tersedia: Email: darmadi@bi.itb.ac.id.
d. Gangguan pada Sistem Ekskresi
Gangguan pada sistem ekskresi adalah kegagalan fungsi
ginjal. Jika hal ini terjadi dapat menyebabkan timbulnya nefritis
34
(peradangan ginjal). Berikut beberapa gangguan lain pada sistem
ekskresi ( Pratiwi, et al. 2006:171)
1) Diabetes mellitus atau kencing manis, yaitu suatu penyakit yang
disebabkan kurangnya hormon insulin yang ditandai
meningkatnya kadar glukosa dalam urin.
2) Batu ginjal, suatu penyakit akibat mengendapnya kristal
kalsium fosfat menjadi batu ginjal yang dapat menghambat
pengeluaran urin. Batu ginjal terbentuk karena pengendapan
garam kalsium di dalam rongga ginjal, atau kantong kemih. Batu
ginjal ini berbentuk Kristal yang tidak dapat larut. kandungan batu
ginjal adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium fosfat.
Endapan garam ini terbentuk jika seseorang banyak mengkonsumsi
garam mineral dan terlalu sedikit mengkonsumsi air.
3) Penyakit kuning, Suatu penyakit jika pembuluh empedu tersumbat,
misalnya oleh kolesterol yang mengendap dan membentuk batu
empedu, maka warna feces akan menjadi cokelat abu-abu,
sedangkan darah akan berwarna kuning (disebut penyakit kuning).
G. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh
penulis, Marlins (2008:69) menyimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division dapat
meningkatkan hasil belajar pada sub konsep pencemaran udara. Sedangkan
35
penelitian Lisnawati, Lina (2009:72) menyimpulkan bahwa pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam pada sub konsep Keseimbangan Ekosistem dengan
model pembelajaran kooperatif tipe time token dengan dibantu charta di kelas VI
SD Negeri Karsamenak 2 Kota Tasikmalaya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
memadukan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement
division dengan dibatu media charta pada sub konsep Sistem Ekskresi pada
Manusia.
H. Kerangka Pemikiran
Proses pembelajaran di dalam kelas saat ini masih didominasi oleh
guru, sehingga proses pembelajaran dirasakan oleh siswa sebagai sesuatu yang
menjenuhkan, karena keaktifannya dalam kegiatan belajar mengajar kurang,
tidak menarik, dan siswa tidak tertantang untuk berpikir kritis, mengemukakan
ide-ide, akibatnya dapat berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang
memuaskan. Model pembelajaran yang dianggap tepat untuk mengaktifkan
siswa dalam belajar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan pendapatnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
adalah model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division
karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan
mengemukakan apa yang mereka ketahui tentang sesuatu masalah dan
membuat mereka memiliki strategi sendiri untuk menyelesaikan masalahnya.
36
Dalam pembelajaran materi sistem ekskresi pada manusia siswa diharapkan
dapat menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta
kelainan / penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia,
sehingga dalam pembelajrannya guru perlu memperlihatkan gambar struktur
alat ekskresi pada manusia. Maka untuk itu guru memerlukan media charta
berisi gambar-gambar alat-alat ekskresi yang membantu siswa untuk
memahami konsep Sistem Ekskresi pada Manusia.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta
dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam sub konsep
Sistem Ekskresi pada Manusia.
I. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu
dengan charta untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas di kelas
IX.D SMP Negeri 1 Sukahening Kabupaten Tasikmalaya pada sub konsep
Sistem Ekskresi pada Manusia".
J. Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Reseach) yang ditujukan untuk memperdalam
37
penalaran terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran,
serta untuk memperbaiki berbagai kelemahan dalam proses pembelajaran.
Tytker dan Angwin dalam Surahman, Endang (2005 : 2)
menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian dasar
yang mengkonsentrasikan pada komunitas sekolah atau kelas dengan
melibatkan guru dan akademis pada semua tahapan penelitian guna
memperbaiki praktek kurikulum dan kebijakan".
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, peneliti dibantu
oleh guru Ilmu Pengetahuan Alam yang lain sehingga selama proses
pembelajaran berlangsung, guru dapat menganalisis permasalahan yang
terjadi selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang
dibantu dengan charta.
2. Variabel Penelitian
a. Variabel terikatnya (Y) adalah hasil belajar siswa.
b. Variabel bebas (X) penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan
charta
38
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a. Tes Hasil Belajar
Dalam penelitian ini, tes yang diberikan kepada siswa adalah tes
tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang terdiri dari:
1) Pre-test
Dilaksanakan pada setiap siklus sebelum proses pembelajaran dimulai.
2) Post-test
Post-test dilaksanakan di setiap akhir siklus. Post-test dilakukan untuk
melihat hasil belajar, serta pemahaman siswa setelah pembelajaran
berlangsung.
Melalui tes dari tiap siklus dapat dilihat peningkatan hasil
belajar dalam pembelajaran Sistem Ekskresi pada Manusia,
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student
team achievement division yang dibantu dengan charta.
b. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana
kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru selama proses
belajar berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran
koopemtif tipe student team achievement division yang dibantu
dengan charta, lembar observasi diserahkan kepada peneliti setelah
selesai proses pembelajaran.
39
c. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh tanggapan dari siswa
tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement division yang dibantu dengan charta. Wawancara ini
dilakukan setelah pembelajaran siklus III.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian hanya dilakukan pada satu kelas dimana
instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
adalah :
a. Tes Hasil Belajar
Tes yang diberikan pada penelitian ini adalah tes tertulis dalam
bentuk pilihan ganda pada sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia.
Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui penalaran yang dimiliki
siswa, tes ini diadakan di setiap awal dan akhir siklus. Test untuk setiap
siklus sebanyak 10 soal. Hasil yang akan diukur adalah ranah kognitif
yang di batasi pada jenjang mengingat (C1), memahami (C2), dan
mengaplikasikan (C3), penyusunan butir soal dilakukan oleh peneliti
dengan kisi-kisi soal sebagai berikut:
40
Tabel 1Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test
Hasil Belajar (Siklus I)
No.Pokok
Bahasan
Aspek kognitif yang diukur
Jumlah soal
C1 C2 C3
1Sistem ekskresi pada ginjal
1 6,9 3,7 5
2Sistem ekskresi pada paru-paru
4 5,8 2,10 5
Jumlah 3 3 4 10
Tabel 2Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test
Hasil Belajar (Siklus II)
No.Pokok
Bahasan
Aspek kognitif yang diukur
Jumlah soal
C1 C2 C3
1Sistem ekskresi pada hati
2 1,4,8 3 5
2Sistem ekskresi pada kulit
5 6,9 7,10 5
Jumlah 2 5 3 10
Tabel 3Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test
Hasil Belajar (Siklus III)
No.Pokok
Bahasan
Aspek kognitif yang diukur
Jumlah soal
C1 C2 C3
1
Gangguan penyakit pada sistem ekskresi manusia
1,52,4,6, 8,10
3,7,9 10
Jumlah 2 5 3 10
41
b. Lembar Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa dan guru
selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Lembar
observasi dibuat oleh peneliti dengan tujuan melalui observasi ini,
observator memberikan komentar terhadap pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division
yang dibantu dengan charta.
Tabel 4Indikator Observasi Terhadap Guru
No Indikator1. Menyiapkan ruang , alat bantu, dan sumber belajar2. Memulai pembelajaran
3.Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta
4. Memelihara ketertiban siswa5. Menangani pertanyaan dan respon siswa6. Memantapkan penguasaan materi pembelajaran7. Memberikan latihan penguasaan materi8. Menutup pembelajaran
Tabel 5Indikator Observasi Terhadap Siswa
No Indikator1. Kehadiran di kelas2. Aktivitas di kelas3. Kekompakan kedasama dalam kelompok4. Ketepatan membuat ringkasan materi5 Ketepatan menjawab pertanyaan
42
c. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh tanggapan dari siswa
mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement division yang dibantu dengan charta.
Tabel 6Indikator Wawancara Terhadap Siswa
No Indikator1. Konsepsi pada sub,konsep sistem ekskersi pada manusia
2.Daya tangkap mengenai sub konsep sistem ekskersi pada manusia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta
3. Tanggapan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe, student teams achievement division yang dibantu dengan charta
4. Kendala menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta
5.Kekurangan menggunakan model pembelejaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta dalam kegiatan pembelajaran
6. Kelebihan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta
7. Saran tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta
43
5. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX D SMP
Negeri 1 Sukahening Kabupaten Tasikmalaya tahun ajaran 2010/2011
sebanyak 30 orang karena kelas IX D mempunyai rata-rata nilai Biologi
yang cukup rendah.
6. Desain Penelitian
Dalam pelaksanaan, penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga
siklus. Tiap siklus akan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin
dicapai, seperti yang telah di desain dalam faktor yang diselidiki. Penelitian
tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari empat fase.
Keempat fase tersebut adalah perencanaan,. pelaksanaan, pengamatan,
refleksi. Prosedur penelitian dalam sebuah Penelitian Tindakan Kelas
keempat fase dari suatu siklusnya biasa digambarkan dengan sebuah spiral
Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
44
Adapun tahapan yang akan dilakukan secara rinci adalah sebagai
berikut:
a. Orientasi dan Identifikasi Masalah di Lapangan
1) Observasi Tatar belakang sekolah, guru dan siswa kelas IX D SNP
Negeri 1 Sukahening Kabupaten Tasikmalaya.
45
2) Observasi terhadap kegiatan pembelajaran biologi untuk memperoleh
gambaran pelaksanaan pembelajaran biologi yang sudah berlangsung.
3) Mengidentifikasi permasalahan.
b. Tahap Perencanaan
1) Diskusi dengan pembimbing dan guru dalam menentukan jumlah
siklus.
2) Merancang instrumen pembelajaran yang akan digunakan yang
sebelumnya didiskusikan dengan pembimbing dan dosen
bersangkutan;
3) Menyusun skenario pembelajaran.
c. Tahap Pelaksanaan
1) Pelaksanaan tindakan siklus I untuk materi sistem ekskresi pada ginjal
dan paru-paru :
a) perencanaan tindakan siklus I;
b) pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division
yang dibantu dengan media charta;
c) observasi pada proses belajar mengajar dilaksanakan; dan
d) refleksi siklus I, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang
terjadi selama pembelajaran di siklus I dan mencari solusi dari
kesalahan untuk memperbaiki kekurangan pada pembelajaran
46
siklus I. Hasil refleksi siklus I menjadi acuan dalam perencanaan
dan pelaksanaan siklus II.
2) Pelaksanaan tindakan siklus II untuk materi sistem ekskresi pada hati
dan kulit
a) perencanaan tindakan siklus II;
b) pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division
yang dibantu dengan media charta;
c) observasi siklus II; dan
d) refleksi siklus II
3) Pelaksanaan tindakan siklus H untuk materi gangguan pada sistem
ekskresi manusia
a) perencanaan tindakan siklus III;
b) pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division
yang dibantu dengan media charta;
c) observasi siklus III;
d) wawancara; dan
e) refleksi siklus III
d. Analisis keseluruhan tindakan
Analisis keseluruhan tindakan terhadap model pembelajaran
kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan
47
media charta dimulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Pada kegiatan
ini peneliti dapat menentukan tingkat keberhasilan dan pencapaian tujuan
tindakan.
7. Teknik Pengolahan Data
Analisis data dilakukan terhadap data-data yang terkumpul melalui
tes bentuk pilihan ganda, lembar observasi dan wawancara terbuka kepada
siswa.
a. Analisis Tes Hasil Belajar
Analisis mengenai data hasil hasil tes siswa akan menggunakan
teknik deskriptif dengan persentase rata-rata dan untuk mengetahui
perbedaan antara hasil belajar pada siklus I, siklus II, dan siklus III.
b. Analisis Hasil Observasi
Analisis observasi dilakukan dengan melihat komentar-
komentar dari observer tentang pembelajaran biologi dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif student team
achievement division yang dibantu dengan media charta. Komentar dari
observer menjadi masukan pada proses pembelajaran untuk siklus
berikutnya.
c. Analisis Wawancara
Analisis hasil wawancara dilakukan dengan mengumpulkan
pernyataan siswa, jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan,
dianalisis, kemudian diambil kesimpulan mengenai tanggapan siswa
48
pada pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu
dengan media charta.
8. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahap kegiatan, yaitu tahap
persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan data.
a. Tahap Persiapan
1) Studi literatur dan perumusan masalah;
2) Mengajukan judul atau permasalahan yang akan diteliti ke Dewan
Pembimbing Skripsi, serta konsultasi dengan pembimbing I dan II,
Kemudian ditandatangani oleh Dewan Pembimbing Skripsi;
3) Memperoleh Surat Keputusan Dekan FKIP Universitas Siliwangi
tentang bimbingan penulisan Skripsi sesuai ketentuan yang berlaku;
4) Menyusun proposal penelitian, kemudian dikonsultasikan kepada
pembimbing I dan II untuk diseminarkan;
5) Mengajukan permohonan pelaksanaan seminar proposal
kepada Dewan Bimbingan Skripsi;
6) Melaksanakan seminar proposal penelitian sehingga mendapatkan
tanggapan, saran, koreksi atau perbaikan proposal yang diajukan;
7) Melakukan revisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar
serta arahan dari pembimbing I dan H;
8) Mengurus perizinan untuk pelaksanaan penelitian; dan
49
9) Konsultasi dengan pembimbing I dan II tentang pelaksanaan di
lapangan.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Melakukan konsultasi dengan kepala sekolah SMP Negeri 1
Sukahening Kabupaten Tasikmalaya mengenai penelitian yang akan
dilaksanakan;
2) Melakukan observasi mengenai tempat penelitian dan kondisi
lingkungan sekolah;
3) Mengadakan konsultasi dengan observer yaitu salah seorang rekan
guru;
4) Melaksanakan tes awal;
5) Melaksanakan tindakan pembelajaran; dan
6) Melaksanakan tes akhir setelah proses pembelajaran berakhir pada
setiap siklus.
c. Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini penulis melakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Analisis data untuk menjawab pertanyaan penelitian
dengan menghitung rata-rata setiap nilai tes baik pre test maupun
post test.
2) Membuat kesimpulan.
50
9. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Kelas IX D SMP Negeri 1
Sukahening Kabupaten Tasikmalaya semester II (ke-dua) tahun ajaran
2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, yaitu dimulai
bulan Desember 2010 sampai bulan April 2011. Dengan perincian
jadwal kegiatan sebagai berikut:
51
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, Diah, et al. 2007. Biologi 2 untuk SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta : Esis.
Arsyad, Azhar. 2007, Media Pembelajaran. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Goenarso, Darmadi. Tersedia: Email: darmadi@bi.itb.ac.id.
Herawan, Dedi. 2006. Bahan Ajar Strategi Belajar Mengajar Biologi. Tasikmalaya : FKIP Biologi UNSIL.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Karli, Hilda dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Model-model Pembelajaran. Bandung : PT. Bina Media Informasi.
Karli, Hilda dan Oditha Hutabarat. 2007. Pengerdan Model Pembelajaran. Bandung : PT Media Informasi.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learningdi Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Lisnawati, Lina. 2009. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token pada Sub Konsep Keseimbangan Ekosistem yang Dibantu dengan Media Charts (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VI SD Negeri Karsamenak 2 Tasikmalaya). Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Siliwangi. (Tidak dipublikasikan).
Marlins. 2008. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Acievement Division (STAD) Dibantu Media Hand Out Pada Sub Konsep Sistem Ekskresi Pada Manusia (Penelitian Tindakan Kelas di kelas W L4 I SMA Negeri 1 Manonjaya Tasikmalaya). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Siliwangi. (Tidak dipublikasikan).
52
Pratiwi, et. al. 2006. Biologi untuk SMA Kelas Xi. Jakarta : Erlangga.
Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sadiman, Arief S. 2003. Media Pendidikan. Jakarta : Rajagrafdindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Penada, Media.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta Bina Aksara
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (Terjemahan oleh Nurulita). Bandung : Nusa Media.
Sucipto, Ardi. 2010. Mengembangkan Strategi Berflikir Berbasis TIK. Online tersedia di http://gurupembaharu.com/tik/taksonom i-b foom - i- nengembangkati-strategi-berfikir-berbasis-tik
Sudjana, Nana. 2002. Penelitian Basil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2008. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Surahman, Endang. 2005. Classroom Action Research. Diktat Kuliah Penelitian Pendidikan 11. Tasikmalaya : Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Siliwangi.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.
Syarnsuri, Istamar, et.aL. 2004. IPA Biologi Untuk SMP Kelas IX. Jakarta Erlangga.
Winkel. 1995. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Raja Grapindo Persada.