Post on 28-Mar-2016
description
LAPORAN PRAKTIKUMBAHAN BAKU HASIL PERIKANAN
SUMBERDAYA PERIKANAN LAUT
Oleh :Diaz Liansyah Pratama (05091006031)
Kelompok II (dua)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA2010
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan pada umumnya lebih banyak dikenal daripada hasil perikanan
lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak ditangkap dan dikonsumsi. Ikan
memang sudah dikenal sejak waktu yang sangat lama, ribuan tahun yang lalu.
Jenis ini temasuk hewan vertebrata, artinya hewan yang memiliki tulang belakang,
dan cirinya yang khas adalah hidupnya di air. Dan umumnya bernafas dengan
menggunakan insangnya. Sebagai bahan pangan kedudukan ikan sangat penting,
karana banyak menggunakan komponen-komponen yang diperlukan oleh tubuh.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia
(Dahuri,2003).
Bangsa Indonesia telah memanfaatkan laut dan perairan umum untuk
memenuhi kebutuhan pangan, khususnya protein hewani dengan menangkap dan
memungut berbagai jenis ikan, udang, rumput laut, kerang dan sebagainya.
Kegiatan itu masih mendominasi kegiatan penduduk yang bermukim dekat pantai
dan perairan umum (Moeljanto, 1982).
Seiring dengan berjalannya waktu meningkatnya jumlah penduduk, yang
saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 210 juta jiwa, maka meningkat pula
kebutuhan pangan, ini berarti luasnya laut dan perairan umum Indonesia
merupakan sebuah lumbung pangan nasional yang setiap saat dapat dimanfaatkan
secara optimal (Moeljanto, 1967).
Dari segi fisik dan kimiawi, kelautan Indonesia ternyata merupakan wadah
ideal bagi kehidupan biota laut. Ini merupakan sumber kehidupan di bidang
perikanan. Sumber laut (khususnya ikan) yang tersedia di wilayah kelautan
Indonesia, seolah-olah menantang Bangsa Indonesia untuk menggali sumber
kehidupan di bidang kelautan. Secara perlahan-lahan namun pasti pemanfaatan
sumberdaya alam laut Indonesia terus berkembang terutama untuk memenuhi
kebutuhan akan pangan (khususnya sumber protein hewani), energi, bahan baku,
serta perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan di suatu negara
(Lestari dan Widiastuti, 2003).
Dari sisi produksi perikanan, total produksi perikanan Indonesia hanya
mencapai 5,9 ton pada tahun 2003 yang menempatkan Indonesia sebagai produsen
ikan terbesar keenam didunia setelah Cina, Peru, India, Jepang dan Amerika
Serikat. Dari jumlah produksi tersebut yang berasal dari perikanan tangkap
mencapai 4,7 juta ton lebih rendah dibanding potensi lestari ikan Indonesia.
Tingkat pemanfaatan yang masih relatif rendah adalah ikan pelagis kecil (50%),
pelagis besar (63,1%). Masih relatif rendahnya tingkat pemanfaatan sumber daya
kelautan Indonesia secara lebih rinci tercermin dari beberapa data dari Dinas
Perikanan dan Kelautan Indonesia , tingkat pemanfaatan sudah relatif tinggi diatas
80% adalah ikan karang, lobster dan cumi. Artinya dengan pemanfaatan sumber
daya perikanan yang lebih optimal (perikanan tangkap maupun budidaya),
Indonesia berpeluang cukup besar untuk menjadi produsen terbesar di masa yang
akan datang (Soesanto, 1987).
Terjadi penurunan pendapatan nelayan yang melakukan kegiatan tersebut,
kegiatan yang bersifat penangkapan (capture) kini telah menimbulkan banyak
masalah, mulai dari terjadi padat tangkap (over fishing) hingga beberapa
komoditas telah mengalami kepunahan (spesies extinction), bahkan telah terjadi
kehancuran ekosistem sumber perairan di berbagai wilayah (Soesanto, 1987).
Ternyata ikan yang merupakan sumber daya hayati yang terbesar di
perairan adalah penyedia protein hewani sejak jaman dahulu. Dan kini, dengan
berkembangnya teknologi budidaya produksi ikan dapat ditingkatkan untuk
memenuhi kebutuhan pangan (protein) masyarakat Indonesia dan menambah
pemasukan devisa negara. Dengan catatan, usaha budidaya ikan kini dilakukan
harus mempertimbangkan faktor-faktor ekologis (kelestarian lingkungan)
(Soessanto, 1987).
Dari keanekaragaman hayati maka kita dapat mengelompokkan hasil
perikanan laut berdasarkan jenis tempatnya adalah sebagai berikut: Pelagis kecil
yaitu jenis ikan kecil yang hidup di daerah permukaan laut seperti golok-golok.
Pelagis besar yaitu jenis ikan besar yang hidupnya dibawah kolong permukaan
laut seperti sardine, tuna, dan tongkol. Demersal yaitu ikan yang hidup di lautan
yang dalam, contohnya ikan kakap. Karang yaitu jenis makhluk hidup dengan
tubuh dan warna yang sangat menarik seperti ikan ekor kuning. Anadormus yaitu
jenis hasil perikanan yang awal hidupnya dilaut kemudian melakukan imigrasi ke
air tawar dengan tujuan memijah seperti salmon. Katadormus yaitu jenis hasil
perikanan yang awal hidupnya kemudian melakukan imigrasi ke laut dengan
tujuan memijah, seperti sidad (Fauziah, 2003).
Meskipun begitu ditingkat produksi, industri kelautan Indonesia belum
didukung oleh sumber daya manusia yang cukup ahli dan terlatih dalam
menangani pelayaran kapal, peralatan kapal dan tenaga ahli dalam menemukan
sumber daya ikan. Sumber daya manusia di bidang kelautan dan perikanan yang
masih relatif terbatas ditingkat produksi maupun riset dan pengembangan sumber
daya kelautan (Soesanto, 1987).
B. Tujuan Praktikum
praktikum sumberdaya perikanan laut ini bertujuan agar:
1. mahasiswa mengetahui bagian-bagian tubuh ikan dan berat masing-masing
bagian tubuh tersebut:
2. mahasiswa mengetahui berat daging yang dapat dimakan (edible flesh)
beberapa jenis ikan laut.
3. mahasiswa mampu membedakan daging merah dan daging putih serta
mengetahui besar bagian kedua jenis daging tersebut.
4. mahasiswa mengetahui manfaat yang dapat diambil dari cangkang, daging
serta zat yang terkandung di dalamnya.
II . TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Kembung betina (Rastrelliger neglectus)
Sistematika Ikan Kembung Betina (Rastrelliger neglectus) menurut Van
Kampen (1907) adalah sebagai berikut :
kingdom : Animalia
phylum : Chordata
class : Pisces
ordo : Percomorphi
sub ordo : Scomboridea
family : Scombridae
genus : Rastrelliger
species : Restrelliger neglectus
nama dagang : Short – bodied Mackerel
Ikan kembung betina memiliki tubuh yang tidak begitu langsing, gepeng
dan pendek. Lapisan insang pada ikan kembung betina ini halus 29-31. Bagian
bawah rusuk insang pertama. Sisik pada garis rusuk 120-131. Usus panjang 3-34
kali panjang badan. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 10-11 sedangkan
sirip punggung kedua berjari-jari lemah 12-13. Warna bagian atas biru kehijauan,
bagian bawah putih perak. Totol-totol hitam pada bagian punggung. Sirip
punggung pertama kuning keabuan , dengan pinggiran gelap. Sirip dada, perut
kuning maya, sedikit gelap dan sirip lainnya kekuningan. Sirip dubur bejari-jari
lemah. Dibelakang sirip punggung dubur terdapat 5 jari-jari lepas. Panjangnya
dapat mencapai 30cm, pada umumnya 15-20cm. Menurut sistematika baru
digolongkan dalam Restrelliger brachysoma. Ikan kembung betina pemakan
plankton halus. Hidupnya lebih mendekati pantai, membentuk geombolan besar.
Perairan pantai Indonesia dengan konsentrasi terbesar Kalimantan, Sumatera
Barat, Laut Jawa, Selat Malaka, Mura, Buton, Arafuru, Teluk Siam, Filiphina
(Bleeker,1851).
Ikan kembung betina dipasarkan dalam bentuk segar, asin, setengah kering
atau yang lebih dikenal dengan asin peda (Direktorat Jendral Perikanan,1990).
B. Ikan Sardin (Sardinella sirm)
Sistematika ikan sardin (Sardinella sirm) menurut Saanin (1968 ) adalah sebagai
berikut:
filum : Chordata
kelas : Pisces
sub Kelas : Malacopterygii
ordo : Clupeidae
famili : Clupeinae
genus : Sardinella
spesies : Sardinella sirm
Daerah penyebaran terdapat di seluruh perairan Indonesia melebar ke utara
sampai ke Okinawa dan ke selatan sampai ujung utara Australia ke barat sampai
ke Afrika Timur (Saanin, 1968).
Bentuk badan memanjang, perut bulat dengan sisik duri 12-18. Awal sirip
punggung sedikit ke muka dari pertengahan badan lebih dekat ke arah moncong.
Sirip punggung berjari-jari lemah 15-18 sedang sirip dubur 18-20. Terdapat sisik
tambahan pada sirip perutnya. Tapisan insang halus berjumlah 36-42. Pada bagian
bawah busur insang pertama. Hidup di perairan lepas pantai. Pemakan plankton
halus dapat mencapai 23 cm. Warna yang terdapat pada ikan sardine antara lain
sebagai berikut : bagian atas berwarna biru kehijauan, bagian bawah berwarna
putih perak, terdapat 10-20 totol-totol gelap pada bagian atas badan, siripnya abu-
abu kekuningan, sirip ekor kehitaman sedikit kotor (Saanin, 1968).
Ikan sardin memiliki potensi yang cukup luas salah satun nya adalah
pembuatan ikan kaleng. Ikan kaleng adalah salah satu produk pengawetan dan
pengolahan yang telah disterilisasi dan dikemas dalam kaleng. Tujuan sterilisasi
dan pengalengan maupun pembotolan ikan adalah untuk membunuh baklteri
pembusuk atau mikroorganisme lain. Sedangkan pengalengan dan pembotolan
bertujuan untuk menjaga agar produk yang telah disterilisasi tidak tercemar oleh
bakteri atau mikroorganisme lainnya. Pemanfaatan sardine di pasarkan dalam
bentuk segar, asin kering yang dikalengkan, asin rebus, dan harganya pun tidak
terlalu mahal (Saanin, 1968).
C. Ikan Salem (Elagatis bipinnulatus)
Sistematika ikan salem (Elagatis bipinnulatus) menurut Saanin (1968)
adalah sebagai berikut :
filum : Chordata
kelas : Pisces
sub Kelas : Percomorphi
ordo : Percoidae
famili : Caransidae
genus : Elagatis
spesies : Elagatis bipinnulatus
Daerah penyebaran perairan pantai dan karang-karang seluruh Indonesia
melebar sampai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan,
Philipina Selatan sampai perairan panas Australia (Saanin, 1968).
Bentuk badan memanjang lansing seperti berudu dengan kepala runcing.
Lapisan insang pada busur pertama insang bawah 25-26. Sirip punggung kedua
berjari-jari keras dibelakang sirip dubur dan punggung kedua terdapat satu jari-jari
sirip tambahan. Tanpa sisik duri pada rusuknya. Termasuk ikan buas. Hidup
diperairan karang-karang menyendiri atau membentuk kelompok kecil. Dapat
mencapai panjang 90 cm umumnya 30-50. Ikan salem memiliki warna bagian atas
hijau, bagian bawah putih perak atau merah remang-remang, dua ban warna biru
membujur sepanjang badan seling dengan ban warna kuning diantaranya (Saanin,
1968).
Ikan salem dapat dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, dan
termasuk harga sedang, dan dapat dimanfaatkan menjadi ikan peda. Dengan cara
menggunakan proses fermentasi dan autolisis pada daging ikan yang membentuk
asam propionat. Ikan yang bermutu baik mempunyai rasa yang khusus, sangat
disukai konsumen, dan dagingnya berwarna kecokelat-cokelatan akibat proses
oksidasi terhadap lemak yang terdapat didalam tubuhnya (Saanin, 1968).
D. Tongkol (Auxis thazard)
Sistematika ikan tongkol (Auxis thazard) menurut Bloch (1978) adalah
sebagai berikut :
kingdom : Animalia
phylum : Chordata
class : Pisces
sub Class : Peleostei
ordo : Percomorphi
sub Ordo : Scombroidea
family : Schomoridae
genus : Auxis
spesies : Auxis thazard
nama dagang : Frigate tuna
Badan memanjang, kaku, bulat, seperti cerutu. Termasuk tuna kecil dua
sirip punggung, sirip punggung pertama berjari-jari 10, sedangkan yang kedua
berjari keras 11, diikuti 6-9 jari-jari sirip tambahan. Sirip dubur berjari-jari lemah
14, diikuti 6-8 sirip tambahan. Termasuk satu lidah diantara garis perut. Badan
tanpa sisik kecuali pada bagian korselet yang tumbuh sempurna dan mengecil di
bagian belakang. Satu lunas kuat diapit dua lunas kecil pada dasar sisip ekor.
Termasuk jenis ikan buas, predator. Panjangnya dapat mencapai 50 cm pada
umumnya 25-40 cm. Warna pada bagian atas hitam kebiru-biruan, putih perak
bagian bawah. Terdapat ba-ban hitam, serong, menggelombang bagian atas rusuk.
Sirip-sirip perut dada gelap keunguan. Penyebarannya yaitu terdapat di seluruh
pantai, lepas pantai perairan Indonesia, dan seluruh perairan indo-pasifik.
Tergolong ikan pelagis cepat. Penangkapannya menggunakan tonda, jabur, pursi
seine, ponle dan line. Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, asin rebus.
Termasuk dalam jenis ikan yang memiliki harga sedang di pasaran (Direktorat
Jendral Perikanan, 1990 ).
E. Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Sistematika ikan bandeng (Chanos chanos) menurut Forsskal (1775)
adalah sebagai berikut :
kingdom : Animalia
phylum : Chordata
class : Actinopterygii
ordo : Gonorynchiformes
family : Chanidae
genus : Chanos
spesies : Chanos chanos
Menurut Pfeil (1996) bahwa bandeng merupakan sebuah ikan yang
merupakan makanan penting di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan ikan satu-
satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (kurang lebih tujuh
species punah dalam lima jenus tambahan dilaporkan pernah ada). Ikan bandeng
hidup di Samudera Hindia dan menyebrang sampai Samudera Pasifik, mereka
cenderung bergerombol di sekitar pesisir di pulau-pulau dengan koral. Benih-
benih yang mudah hidup di laut antara dua sampai tiga minggu, lalu berpindah ke
rawa-rawa bakau, daerah muara, dan kadang kala di danau-danau. Bandeng baru
kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak. Benih-benih ini
dikumpulkan dari sungai-sungai dan diternakan di tambak-tambak dimana mereka
bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan sangat cepat. Lalu mereka
biasanya dijual segar, beku, kukus atau diasap (Direktorat Jendral Perikanan,
1990).
F. Bawal Putih (Pampus argentus)
Sistematika bawal putih (Pampus argentus) menurut Bloch (1986) adalah
sebagai berikut :
kingdom : Animalia
fillum : Chordata
kelas : Actinoptergii
ordo : Gonorinchiformes
sub Ordo : Percoidae
divisi : Perciformes
famili : Bramidae
genus : Pampus
spesies : Pampus argenteus
Ikan bawal sering kali menjadi pilihan utama sebagai hidangan istimewa
di meja pengantin atau meja utama. Ikan bawal memiliki badan yang sangat lebar,
seperti belah ketupat, gepeng dan punggung membengkok, sisik kecil dan mudah
lepas, sirip dada lebih pendek dan tidak begitu runcing. Sirip ekor bercabang
dalam sekali. Secara umumnya ikan bawal terbagi menjadi dua jenis yaitu bawal
putih dan hitam. Bawal putih sering juga dikenal dengan panggilan bawal cermin,
kilat dueh putih atau dueh bujang. Ia juga dipanggil sebagai dueh pompret. Bawal
cermin dewasa kelihatan lebih besar dan cembung, mata terletak dibaguian kepala
yang seakan menyatu dengan badan meskipun badan nya lebar tapi mata dan
mulutnya kecil dan terhimpun disudut hujung bagian kepala.
Mungkin juga bawal cermin mendapat namanya daripantulan badannya
yang berfkilat dan berwarna perak, Garisan deria dari badannya mendera dari
insang sampai ekor. Sirip pektrokal lebih panjang disbanding sirip dorsal dan ekor
melengkung bentuk V. Warna badan bawal cermin diliputi sisik halus berwarna
putih dan beralun perak dan sebagian sirip memancarkan warna kelabu.
Ikan bawal hidup dan berenang secara berkumpulan, biasanya pada musim
tertentu bawal cermin boleh ditangkap dalam sekala besar. Ia juga sering didapati
beriringan dengan udang-udang didasar laut. Ikan bawal banyak terdapat di lautan
hindi selain di Afrika, Malaysia dan Jepang. Penangkapan bawal dengan
mengunakan pukat karena ia bergerombol, selain itu bisa juga dengan
mengunakan pancing dan rawai (Saanin, 1968).
G. Ikan Pisang-pisang (Caesio chrysozoma)
Sistematika ikan pisang-pisang (Caesio chrysozoma) menurut Saanin
(1968) adalah sebagai berikut :
filum : Chordata
kelas : Pisces
ordo : Percomorphi
famili : Lutjanidae
genus : Caesio
spesies : Caesio chrysozoma
Daerah penyebaran perairan dangkal, karang seluruh Indonesia. Termasuk
ikan pelagis, karang. Penangkapan dengan muroami, soma malalugis, jaring
kletok. Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering. Harga ikan dipasarkan dapat
digolongkan harga sedang (Saanin, 1968).
H. Ikan Selar Kuning (Caranx leptolepis)
Sistematika ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) menurut Saanin
(1968) adalah sebagai berikut :
filum : Chordata
kelas : Pisces
ordo : Percomorphi
famili : Carangidae
genus : Caranx
spesies : Caranx leptolepis
Daerah penyebaran terdapat daerah pantai seluruh perairan Indonesia,
Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Pantai Cina Selatan ke selatan perairan
tropis Australia (Saanin, 1968).
Ikan selar juga berpotensi untuk pembuatan ikan peda. Ikan peda
merupakan salah satu produk hasil pengolahan ikan secara tradisional yang dapat
dihgolongkan sebagai ikan asin basah. Dalam pembuatannya ikan peda sengaja
tidak dikeringkan tetapi dibiarkan setengah kering sehingga proses fermentasi
yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme dan proses autolisis oleh enzim
pencernaan tetap berlangsung. Ikan ini sangat digemari oelh masyarakat karena
selain rasanya lezat juga mengandung asam propionate, ikan peda yang dihasilkan
beraroma khas. Ikan peda yang bermutu baik mempunyai rasa khusus yang sangat
disukai oleh konsumen (Saanin, 1968).
I. Ikan Tenggiri (Scomberomorus commersoni)
Sistematika ikan Tenggiri (Scomberomorus commersoni) menurut Saanin
(1968) adalah sebagai berikut :
filum : Chordata
kelas : Pisces
sub Kelas : Scombriformes
ordo : Scombroidea
famili : Scombridae
genus : Scomberomorus
spesies : Scomberomorus commersoni
Daerah penyebaran terdapat diseluruh pantai lepas perairan Indonesia dan
seluruh perairan Indo-Pasifik. Terdapat satu lidah atau cuping diantara sisi perut.
Badan tanpa sisik kecuali pada bagian korselet yang tumbuh dengan sempurna.
Satu lunas kuat diapit dua lunas kecil pada siri[p ekornya. Badan memanjang
kaku, bulat, seperti cerutu, terrmasuk tuna kecil. Dua siri punggung, punggung
pertama berjari-jari keras 10 sedang yang kedua berjari-jari keras. Sirip dubur
berjari-jari lemah 14 diikuti 6-8 jari-jari sirip tambahan (Saanin, 1968).
J. Ikan Kembung Jantan (Rastrelliger kanagurta)
Sistematika Ikan Kembung Jantan (Rastrelliger kanagurta) menurut
Cuvier (1816) adalah sebagai berikut :
kingdom : Animalia
phylum : Chordata
sub phylum : Avetebrata
class : Pisces
ordo : Percomorphi
family : Scombridae
genus : Restrilliger
species : Rastrelliger kanagurta
Bentuk badan memanjang, langsing serta pipih. Badan ditutupi dengan
sisik-sisik kecil. Mulut agak besar dan letaknya serong. Terdapat 5 sirip tambahan
di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip ekor bercabang dalam. Pada
kembung lelaki tedapat satu noda hitam di belakang sirip dada. Pada kembung
lelaki terdapat baris dua bulatan hitam membujur sepanjang badan. Warna biru
kehijau-hijauan di punggung dan warna perak dengan sedikit kuning di bagian
sisi. Kembung Lelaki lebih lebar dari pada kembung betina. Gill raker kembung
lelaki lebih besar dari pada gill raker kembung betina. Daerah penyebaran di
perairan pantai (Derektorat Jenderal Perikanan, 1975 : 99).
Dipasarkan dalam bentuk asin setengah kering dengan cara fermentasi
(ikan peda), segar. Termasuk ikan yang agak mahal (Direktorat Jenderal
Perikanan, 1990).
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum Sumberdaya Perikanan Laut ini
dilaksanakan pada pertemuan pertama hari Rabu, tanggal 31 Maret 2010, pukul
14.30 wib sampai dengan selesai, dan pertemuan kedua hari Rabu, 7 April 2010 di
laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya.
B. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam mengelolah ikan antara lain, alat potong
berupa balok/plastik, baskom sebagai tempat ikan, pisau sebagai alat pemotong,
timbangan dan neraca analitik untuk mengukur berat ikan.
Sedangkan bahan utama yang digunakan dalam praktikum ini adalah
berbagai jenis ikan, antara lain : Ikan kembung betina, ikan sarden, ikan salem,
ikan tongkol, ikan bandeng, ikan bawal putih, ikan pisang-pisang, ikan selar
kuning, ikan tenggiri, ikan kembung jantan.
C. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Ikan dicuci bersih lalu ditimbang untuk mendapatkan berat utuh ikan.
2. Ikan disisiki dan dilakukan penimbangan untuk mendapatkan berat sisik.
Kemudian secara bertahap dilakukan pembuangan isi perut, dan insang,
(drawn,gutted,efiscerated) dan lakukan penimbangan.
3. Ikan dibuang kepala dan sirip-siripnya (dressed) dan lakukan penimbangan.
4. Daging ikan dipisahkan dari tulang dan duri (Skin on fillet) lalu timbang. Tahap
terakhir adalah pemisahan daging dari kulit ikan (Skin less fillet).
5. Perhitungan edible flesh dilakukan dengan membandingkan antara berat daging
dengan berat utuh x 100%.
B. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini kita menggunakan berbagai jenis ikan yang lebih
dominan di konsumsi oleh masyarakat kebanyakan, seperti Ikan kembung betina,
ikan sarden, ikan salem, ikan tongkol, ikan bandeng, ikan bawal putih, ikan
pisang-pisang, ikan selar kuning, ikan tenggiri, ikan kembung jantan.
Pada percobaan ini pertama-tama membersihkan tubuh ikan dari lendir-
lendir dan kotoran pada ikan yang tidak diinginkan. Setelah dibersihkan lalu ikan
diperlakukan sesuai dengan urutan perlakuan dan apa yang akan di ukur beratnya.
Pertama yaitu mengukur berat utuh, setelah berat utuh lalu mengukur berat sisik
dengan cara menyisiki ikan. Berat awal lalu di kurangi berat ikan setelah disisiki.
Selanjutnya mengukur berat sirip. Perlakuannya sama seperti pengukuran sisik
dan pada ikan yang sama yaitu mengukur berat dan melihat selisih berat akhir
dengan berat sebelumnya. Setelah pengukuran berat sirip, kemudian dilanjutkan
dengan pengukuran berat jerohan, insang, kepala, tulang, kulit, sampai akhirnya di
dapat hanya daging. Daging itu pula di hitung antara daging merah dan daging
putihnya yaitu dengan cara memisahkan nya dan menimbang ulang berat daging
mula-mula dan berat akhir daging setelah dipisahkan. Baik itu mengukur berat
daging putih ataupun daging merahnya.
Kali ini kelompok kami melakukan percobaan pada jenis ikan sardin
(Sardinella lemuru) dan ikan selar kuning (Selaroides leptolepis). Pada
pengukuran berat kali ini saya rasa hasilnya bisa kurang akurat karena bisa saja
ikan yang di ukur itu masih banyak mengandung air yang tadinya digunakan
untuk membersihkan ikan. Tidak hanya itu, kondisi timbangan yang kotor yang
masih banyak bekas-bekas ikan hasil pengukuran kelompok sebelumnya yang
masih melekat atau tersisa di timbangan dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
Itulah hasil percobaan kelompok kami dalam mngehitung berat-berat dari bagian
ikan. Ukuran ikan menunjukan besar kecilnya ikan, pada umunya ikan dikatakan
besar apabila penjangnya melebihi ukuran 20 cm, ikan kecil apabila ukurannya
kurang dari 10 cm. Setelah dilakukan percobaan kita memperoleh data yaitu hasil
dari timbangan utuh, sisik, sirip, jeroan, insang, kepala, tulang, kulit dan daging
utuh yang terdiri dari daging merah dan daging putih. Hampir keseluruhan ikan
yang dipraktikumkan memiliki daging putih lebih banyak daripada daging
merahnya. Pada praktikum kali ini, sifat fisikawi suatu ikan memegang peranan
penting terutama bentuk dan ukuran ikan. Pada percobaan ini kita siapkan bahan
kemudian cuci hingga bersih, ikan kemudian disisiki lalu ditimbang, kemudian
kita ambil insang, jeroan, sirip, kepala. Untuk mendapantkan berat skin on fillet
kita harus membuang tulang dan duri yang ada pada ikan. Setelah itu kita
dapatkan berat skinless fillet dengan cara membuang kulitnya. Bagian ikan yang
dapat dimakan disebut edible flesh, dimana terdapat daging merah dan daging
putih yang mempunyai kandungan yang berbeda. Pada tahap itu kita menghitung
berat daging merah dan daging putih.
Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan ini antara lain lingkungan,
makanan ( plankton, zooplankton ) dan kualitas air. Kandungan zat yang
terkandung dimasing-masing ikan adalah sama (terdiri dari air, karbohidrat,
protein, lemak dan mineral) tetapi jumlah masing-masing ( dalam persen )
tidak sama.
Akhir dari Tujuan praktikum kali ini adalah mencari edible flesh, maksudnya
yaitu untuk mengetahui berat ikan yang akan dikonsumsi. Hasil yang didapat
cukup mengejutkan karena ikan memiliki edible flesh dalam ukuran berat akan
berbeda dalam ukuran persen. Praktikum ini tujuannya adalah mengetahui
manfaat yang didapat dari ikan dan kandungan zat yang terkandung didalamnya.
Setelah dilakukan didapat skinless fillet yang sama dengan edible flash dimana
edible flash itu adalah daging yang dapat dimakan oleh kita.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui berat bagian tubuh ikan yang akan dimanfaatkan sangat berguna
apabila kita ingin melakukan pembudidayaan ikan air laut.
2. Ikan air laut memiliki histamine yang lebih banyak dibandingkan ikan air
tawar sehingga memiliki nilai gizi yang lebih baik.
3. Tidak semua ikan laut memiliki red muscle ( daging merah ) seperti pada ikan
bawal putih dan ikan parang-parang.
4. Ikan Salam paling banyak mempunyai jeroan.
5. Edible flesh pada ikan tidak dipengaruhi oleh berat kotor ikan
6. Kandungan zat yang terkandung dimasing-masing ikan adalah sama (terdiri
dari air, karbohidrat, protein, lemak dan mineral) tetapi jumlah masing-
masing (dalam persen) tidak sama.
B. Saran
Diharapkan pada saat melakukan praktikum ikan yang digunakan
sebaiknya ikan yang masih segar agar dapat terciptanya kebersihan ruang
praktikum karena selain baunya yang tidak terlalu mengganggu dan yang paling
penting mempermudah kita dalam melakukan percobaan. Diharapkan dalam
membersihkan laboratoriu secara kompak dan kerjasama kelompok agar pratikum
bisa cepat selesai dan bersih
DAFTAR PUSTAKA
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan : Jakarta.
Nursyam, H. 1995. Pedoman Pemanfaatan Gizi Sumberdaya Hayati Laut. Kantor
Menteri Negara Urusan Pangan : Jakarta.
Hadiwiyoto, Suwedo. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Liberty :
Yogyakarta.
Dahuri, Rokhmin, dkk. 1999. Pengolahan sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramitha : Erlangga.
Lestari, Susi & Indah Widiastuti. 2003. Penuntuan Bahan Baku Hasil Perikanan.
Universitas Sriwijaya : Inderalaya.
LAMPIRAN
Gambar ikan laut
Ikan Kembung Betina ( rastrelliger neglectus)
keterangan
a. Dorsal
b. Caudal
c. Pectoral
d. Ventrale
Ikan sardin (Sardinella sirm) / Spotted Sardinella
keterangan
a. Dorsal
b. Caudal
c. Pectoral
d. Ventrale
Perhitungan kelompok II
Ikan Sardin (Sardinella lemuru)
a. berat utuh : 88,06 gr
b. sisik : 0,9 gr
c. sirip : 2,9 gr
d. jeroan : 4,2 gr
e. insang : 9,33 gr
f. kepala : 10,79 gr
g. tulang : 8,72 gr
h. kulit : 13,35 gr
i. daging : 37,93 gr
dari data tersebut akan kita ketahui yaitu:
Berat Gutted = Berat Utuh – (sisik + jeroan + insang)
Berat Gutted = 88,06 gr – ( 0,9 + 4,2 + 9,33 ) gr
= 72,56 gr
% Gutted = Gutted / Utuh x 100%
= 72,56 gr / 88,06 gr x 100%
= 82,3 %
Berat Dressed = Gutted – (Sirip + kepala)
= 72,56 – ( 2,9 + 10,79 ) gr
= 58,87 gr
% Dressed = Dressed / Utuh x 100%
= 58,87 gr / 88,06 gr x 100%
= 66,8 %
Berat Skin On Fillet = Berat Dressed – Tulang
= 58,87 gr – 8,72 gr
= 51,53 gr
% Skin On Fillet = SOF / Utuh x 100%
= 51,53 gr / 88,06 gr x 100%
= 58,3%
Berat Skinless Fillet = SOF – Kulit
= 51,53 gr – 13,35 gr
= 38,01 gr
% Skinless Fillet = SLF / Utuh x 100%
= 38,01 gr / 88,06 gr x 100%
= 43,16 %
% Edible Flesh = SLF / Utuh x 100%
= 43,16 gr / 88,06 gr x 100%
= 43,16 %
Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)
a. berat utuh : 307,66 gr
b. sisik : 0 gr
c. sirip : 11,58 gr
d. jeroan : 28,33 gr
e. insang : 10,68 gr
f. kepala : 34,71gr
g. tulang : 29,24 gr
h. kulit : 57,74 gr
i. daging : 133,78 gr
dari data tersebut akan kita ketahui yaitu:
Berat Gutted = Berat Utuh – (sisik + jeroan + insang)
Berat Gutted = 307,66 gr – ( 0+ 28,33 + 10,68) gr
= 268,85 gr
% Gutted = Gutted / Utuh x 100%
= 268,85 gr / 307,66 gr x 100%
= 87,32%
Berat Dressed = Gutted – (Sirip + kepala)
= 268,85 gr – (11,58 +34,71) gr
= 222,56 gr
% Dressed = Dressed / Utuh x 100%
= 222,56 gr / 307,66 gr x 100%
= 72,34%
Berat Skin On Fillet = Berat
Dressed – Tulang
= 222,56 gr – 29,24 gr
= 193,32 gr
% Skin On Fillet = SOF / Utuh x
100%
= 193,32 gr / 307,66 gr x
100%
= 62,83%
Berat Skinless Fillet = SOF – Kulit
= 193,32 gr – 57,74 gr
= 135,38 gr
% Skinless Fillet = SLF / Utuh
x 100%
= 135,38 gr / 307,66 gr x 100%
= 44,07%
% Edible Flesh = SLF / Utuh x 100%
= 135,38 gr / 307,66 gr x 100%
= 44,07%