asdasd

32
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN BAKU HASIL PERIKANAN SUMBERDAYA PERIKANAN LAUT Oleh : Diaz Liansyah Pratama (05091006031) Kelompok II (dua)

description

asdasdbahan tes tessss

Transcript of asdasd

Page 1: asdasd

LAPORAN PRAKTIKUMBAHAN BAKU HASIL PERIKANAN

SUMBERDAYA PERIKANAN LAUT

Oleh :Diaz Liansyah Pratama (05091006031)

Kelompok II (dua)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA2010

Page 2: asdasd

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan pada umumnya lebih banyak dikenal daripada hasil perikanan

lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak ditangkap dan dikonsumsi. Ikan

memang sudah dikenal sejak waktu yang sangat lama, ribuan tahun yang lalu.

Jenis ini temasuk hewan vertebrata, artinya hewan yang memiliki tulang belakang,

dan cirinya yang khas adalah hidupnya di air. Dan umumnya bernafas dengan

menggunakan insangnya. Sebagai bahan pangan kedudukan ikan sangat penting,

karana banyak menggunakan komponen-komponen yang diperlukan oleh tubuh.

Baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia

(Dahuri,2003).

Bangsa Indonesia telah memanfaatkan laut dan perairan umum untuk

memenuhi kebutuhan pangan, khususnya protein hewani dengan menangkap dan

memungut berbagai jenis ikan, udang, rumput laut, kerang dan sebagainya.

Kegiatan itu masih mendominasi kegiatan penduduk yang bermukim dekat pantai

dan perairan umum (Moeljanto, 1982).

Seiring dengan berjalannya waktu meningkatnya jumlah penduduk, yang

saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 210 juta jiwa, maka meningkat pula

kebutuhan pangan, ini berarti luasnya laut dan perairan umum Indonesia

merupakan sebuah lumbung pangan nasional yang setiap saat dapat dimanfaatkan

secara optimal (Moeljanto, 1967).

Dari segi fisik dan kimiawi, kelautan Indonesia ternyata merupakan wadah

ideal bagi kehidupan biota laut. Ini merupakan sumber kehidupan di bidang

perikanan. Sumber laut (khususnya ikan) yang tersedia di wilayah kelautan

Indonesia, seolah-olah menantang Bangsa Indonesia untuk menggali sumber

kehidupan di bidang kelautan. Secara perlahan-lahan namun pasti pemanfaatan

sumberdaya alam laut Indonesia terus berkembang terutama untuk memenuhi

kebutuhan akan pangan (khususnya sumber protein hewani), energi, bahan baku,

Page 3: asdasd

serta perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan di suatu negara

(Lestari dan Widiastuti, 2003).

Dari sisi produksi perikanan, total produksi perikanan Indonesia hanya

mencapai 5,9 ton pada tahun 2003 yang menempatkan Indonesia sebagai produsen

ikan terbesar keenam didunia setelah Cina, Peru, India, Jepang dan Amerika

Serikat. Dari jumlah produksi tersebut yang berasal dari perikanan tangkap

mencapai 4,7 juta ton lebih rendah dibanding potensi lestari ikan Indonesia.

Tingkat pemanfaatan yang masih relatif rendah adalah ikan pelagis kecil (50%),

pelagis besar (63,1%). Masih relatif rendahnya tingkat pemanfaatan sumber daya

kelautan Indonesia secara lebih rinci tercermin dari beberapa data dari Dinas

Perikanan dan Kelautan Indonesia , tingkat pemanfaatan sudah relatif tinggi diatas

80% adalah ikan karang, lobster dan cumi. Artinya dengan pemanfaatan sumber

daya perikanan yang lebih optimal (perikanan tangkap maupun budidaya),

Indonesia berpeluang cukup besar untuk menjadi produsen terbesar di masa yang

akan datang (Soesanto, 1987).

Terjadi penurunan pendapatan nelayan yang melakukan kegiatan tersebut,

kegiatan yang bersifat penangkapan (capture) kini telah menimbulkan banyak

masalah, mulai dari terjadi padat tangkap (over fishing) hingga beberapa

komoditas telah mengalami kepunahan (spesies extinction), bahkan telah terjadi

kehancuran ekosistem sumber perairan di berbagai wilayah (Soesanto, 1987).

Ternyata ikan yang merupakan sumber daya hayati yang terbesar di

perairan adalah penyedia protein hewani sejak jaman dahulu. Dan kini, dengan

berkembangnya teknologi budidaya produksi ikan dapat ditingkatkan untuk

memenuhi kebutuhan pangan (protein) masyarakat Indonesia dan menambah

pemasukan devisa negara. Dengan catatan, usaha budidaya ikan kini dilakukan

harus mempertimbangkan faktor-faktor ekologis (kelestarian lingkungan)

(Soessanto, 1987).

Dari keanekaragaman hayati maka kita dapat mengelompokkan hasil

perikanan laut berdasarkan jenis tempatnya adalah sebagai berikut: Pelagis kecil

yaitu jenis ikan kecil yang hidup di daerah permukaan laut seperti golok-golok.

Page 4: asdasd

Pelagis besar yaitu jenis ikan besar yang hidupnya dibawah kolong permukaan

laut seperti sardine, tuna, dan tongkol. Demersal yaitu ikan yang hidup di lautan

yang dalam, contohnya ikan kakap. Karang yaitu jenis makhluk hidup dengan

tubuh dan warna yang sangat menarik seperti ikan ekor kuning. Anadormus yaitu

jenis hasil perikanan yang awal hidupnya dilaut kemudian melakukan imigrasi ke

air tawar dengan tujuan memijah seperti salmon. Katadormus yaitu jenis hasil

perikanan yang awal hidupnya kemudian melakukan imigrasi ke laut dengan

tujuan memijah, seperti sidad (Fauziah, 2003).

Meskipun begitu ditingkat produksi, industri kelautan Indonesia belum

didukung oleh sumber daya manusia yang cukup ahli dan terlatih dalam

menangani pelayaran kapal, peralatan kapal dan tenaga ahli dalam menemukan

sumber daya ikan. Sumber daya manusia di bidang kelautan dan perikanan yang

masih relatif terbatas ditingkat produksi maupun riset dan pengembangan sumber

daya kelautan (Soesanto, 1987).

B. Tujuan Praktikum

praktikum sumberdaya perikanan laut ini bertujuan agar:

1. mahasiswa mengetahui bagian-bagian tubuh ikan dan berat masing-masing

bagian tubuh tersebut:

2. mahasiswa mengetahui berat daging yang dapat dimakan (edible flesh)

beberapa jenis ikan laut.

3. mahasiswa mampu membedakan daging merah dan daging putih serta

mengetahui besar bagian kedua jenis daging tersebut.

4. mahasiswa mengetahui manfaat yang dapat diambil dari cangkang, daging

serta zat yang terkandung di dalamnya.

Page 5: asdasd

II . TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Kembung betina (Rastrelliger neglectus)

Sistematika Ikan Kembung Betina (Rastrelliger neglectus) menurut Van

Kampen (1907) adalah sebagai berikut :

kingdom : Animalia

phylum : Chordata

class : Pisces

ordo : Percomorphi

sub ordo : Scomboridea

family : Scombridae

genus : Rastrelliger

species : Restrelliger neglectus

nama dagang : Short – bodied Mackerel

Ikan kembung betina memiliki tubuh yang tidak begitu langsing, gepeng

dan pendek. Lapisan insang pada ikan kembung betina ini halus 29-31. Bagian

bawah rusuk insang pertama. Sisik pada garis rusuk 120-131. Usus panjang 3-34

kali panjang badan. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 10-11 sedangkan

sirip punggung kedua berjari-jari lemah 12-13. Warna bagian atas biru kehijauan,

bagian bawah putih perak. Totol-totol hitam pada bagian punggung. Sirip

punggung pertama kuning keabuan , dengan pinggiran gelap. Sirip dada, perut

kuning maya, sedikit gelap dan sirip lainnya kekuningan. Sirip dubur bejari-jari

lemah. Dibelakang sirip punggung dubur terdapat 5 jari-jari lepas. Panjangnya

dapat mencapai 30cm, pada umumnya 15-20cm. Menurut sistematika baru

digolongkan dalam Restrelliger brachysoma. Ikan kembung betina pemakan

plankton halus. Hidupnya lebih mendekati pantai, membentuk geombolan besar.

Perairan pantai Indonesia dengan konsentrasi terbesar Kalimantan, Sumatera

Barat, Laut Jawa, Selat Malaka, Mura, Buton, Arafuru, Teluk Siam, Filiphina

(Bleeker,1851).

Page 6: asdasd

Ikan kembung betina dipasarkan dalam bentuk segar, asin, setengah kering

atau yang lebih dikenal dengan asin peda (Direktorat Jendral Perikanan,1990).

B. Ikan Sardin (Sardinella sirm)

Sistematika ikan sardin (Sardinella sirm) menurut Saanin (1968 ) adalah sebagai

berikut:

filum : Chordata

kelas : Pisces

sub Kelas : Malacopterygii

ordo : Clupeidae

famili : Clupeinae

genus : Sardinella

spesies : Sardinella sirm

Daerah penyebaran terdapat di seluruh perairan Indonesia melebar ke utara

sampai ke Okinawa dan ke selatan sampai ujung utara Australia ke barat sampai

ke Afrika Timur (Saanin, 1968).

Bentuk badan memanjang, perut bulat dengan sisik duri 12-18. Awal sirip

punggung sedikit ke muka dari pertengahan badan lebih dekat ke arah moncong.

Sirip punggung berjari-jari lemah 15-18 sedang sirip dubur 18-20. Terdapat sisik

tambahan pada sirip perutnya. Tapisan insang halus berjumlah 36-42. Pada bagian

bawah busur insang pertama. Hidup di perairan lepas pantai. Pemakan plankton

halus dapat mencapai 23 cm. Warna yang terdapat pada ikan sardine antara lain

sebagai berikut : bagian atas berwarna biru kehijauan, bagian bawah berwarna

putih perak, terdapat 10-20 totol-totol gelap pada bagian atas badan, siripnya abu-

abu kekuningan, sirip ekor kehitaman sedikit kotor (Saanin, 1968).

Ikan sardin memiliki potensi yang cukup luas salah satun nya adalah

pembuatan ikan kaleng. Ikan kaleng adalah salah satu produk pengawetan dan

pengolahan yang telah disterilisasi dan dikemas dalam kaleng. Tujuan sterilisasi

dan pengalengan maupun pembotolan ikan adalah untuk membunuh baklteri

pembusuk atau mikroorganisme lain. Sedangkan pengalengan dan pembotolan

bertujuan untuk menjaga agar produk yang telah disterilisasi tidak tercemar oleh

Page 7: asdasd

bakteri atau mikroorganisme lainnya. Pemanfaatan sardine di pasarkan dalam

bentuk segar, asin kering yang dikalengkan, asin rebus, dan harganya pun tidak

terlalu mahal (Saanin, 1968).

C. Ikan Salem (Elagatis bipinnulatus)

Sistematika ikan salem (Elagatis bipinnulatus) menurut Saanin (1968)

adalah sebagai berikut :

filum : Chordata

kelas : Pisces

sub Kelas : Percomorphi

ordo : Percoidae

famili : Caransidae

genus : Elagatis

spesies : Elagatis bipinnulatus

Daerah penyebaran perairan pantai dan karang-karang seluruh Indonesia

melebar sampai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan,

Philipina Selatan sampai perairan panas Australia (Saanin, 1968).

Bentuk badan memanjang lansing seperti berudu dengan kepala runcing.

Lapisan insang pada busur pertama insang bawah 25-26. Sirip punggung kedua

berjari-jari keras dibelakang sirip dubur dan punggung kedua terdapat satu jari-jari

sirip tambahan. Tanpa sisik duri pada rusuknya. Termasuk ikan buas. Hidup

diperairan karang-karang menyendiri atau membentuk kelompok kecil. Dapat

mencapai panjang 90 cm umumnya 30-50. Ikan salem memiliki warna bagian atas

hijau, bagian bawah putih perak atau merah remang-remang, dua ban warna biru

membujur sepanjang badan seling dengan ban warna kuning diantaranya (Saanin,

1968).

Ikan salem dapat dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, dan

termasuk harga sedang, dan dapat dimanfaatkan menjadi ikan peda. Dengan cara

menggunakan proses fermentasi dan autolisis pada daging ikan yang membentuk

asam propionat. Ikan yang bermutu baik mempunyai rasa yang khusus, sangat

Page 8: asdasd

disukai konsumen, dan dagingnya berwarna kecokelat-cokelatan akibat proses

oksidasi terhadap lemak yang terdapat didalam tubuhnya (Saanin, 1968).

D. Tongkol (Auxis thazard)

Sistematika ikan tongkol (Auxis thazard) menurut Bloch (1978) adalah

sebagai berikut :

kingdom : Animalia

phylum : Chordata

class : Pisces

sub Class : Peleostei

ordo : Percomorphi

sub Ordo : Scombroidea

family : Schomoridae

genus : Auxis

spesies : Auxis thazard

nama dagang : Frigate tuna

Badan memanjang, kaku, bulat, seperti cerutu. Termasuk tuna kecil dua

sirip punggung, sirip punggung pertama berjari-jari 10, sedangkan yang kedua

berjari keras 11, diikuti 6-9 jari-jari sirip tambahan. Sirip dubur berjari-jari lemah

14, diikuti 6-8 sirip tambahan. Termasuk satu lidah diantara garis perut. Badan

tanpa sisik kecuali pada bagian korselet yang tumbuh sempurna dan mengecil di

bagian belakang. Satu lunas kuat diapit dua lunas kecil pada dasar sisip ekor.

Termasuk jenis ikan buas, predator. Panjangnya dapat mencapai 50 cm pada

umumnya 25-40 cm. Warna pada bagian atas hitam kebiru-biruan, putih perak

bagian bawah. Terdapat ba-ban hitam, serong, menggelombang bagian atas rusuk.

Sirip-sirip perut dada gelap keunguan. Penyebarannya yaitu terdapat di seluruh

pantai, lepas pantai perairan Indonesia, dan seluruh perairan indo-pasifik.

Tergolong ikan pelagis cepat. Penangkapannya menggunakan tonda, jabur, pursi

seine, ponle dan line. Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, asin rebus.

Page 9: asdasd

Termasuk dalam jenis ikan yang memiliki harga sedang di pasaran (Direktorat

Jendral Perikanan, 1990 ).

E. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Sistematika ikan bandeng (Chanos chanos) menurut Forsskal (1775)

adalah sebagai berikut :

kingdom : Animalia

phylum : Chordata

class : Actinopterygii

ordo : Gonorynchiformes

family : Chanidae

genus : Chanos

spesies : Chanos chanos

Menurut Pfeil (1996) bahwa bandeng merupakan sebuah ikan yang

merupakan makanan penting di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan ikan satu-

satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (kurang lebih tujuh

species punah dalam lima jenus tambahan dilaporkan pernah ada). Ikan bandeng

hidup di Samudera Hindia dan menyebrang sampai Samudera Pasifik, mereka

cenderung bergerombol di sekitar pesisir di pulau-pulau dengan koral. Benih-

benih yang mudah hidup di laut antara dua sampai tiga minggu, lalu berpindah ke

rawa-rawa bakau, daerah muara, dan kadang kala di danau-danau. Bandeng baru

kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak. Benih-benih ini

dikumpulkan dari sungai-sungai dan diternakan di tambak-tambak dimana mereka

bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan sangat cepat. Lalu mereka

biasanya dijual segar, beku, kukus atau diasap (Direktorat Jendral Perikanan,

1990).

F. Bawal Putih (Pampus argentus)

Sistematika bawal putih (Pampus argentus) menurut Bloch (1986) adalah

sebagai berikut :

Page 10: asdasd

kingdom : Animalia

fillum : Chordata

kelas : Actinoptergii

ordo : Gonorinchiformes

sub Ordo : Percoidae

divisi : Perciformes

famili : Bramidae

genus : Pampus

spesies : Pampus argenteus

Ikan bawal sering kali menjadi pilihan utama sebagai hidangan istimewa

di meja pengantin atau meja utama. Ikan bawal memiliki badan yang sangat lebar,

seperti belah ketupat, gepeng dan punggung membengkok, sisik kecil dan mudah

lepas, sirip dada lebih pendek dan tidak begitu runcing. Sirip ekor bercabang

dalam sekali. Secara umumnya ikan bawal terbagi menjadi dua jenis yaitu bawal

putih dan hitam. Bawal putih sering juga dikenal dengan panggilan bawal cermin,

kilat dueh putih atau dueh bujang. Ia juga dipanggil sebagai dueh pompret. Bawal

cermin dewasa kelihatan lebih besar dan cembung, mata terletak dibaguian kepala

yang seakan menyatu dengan badan meskipun badan nya lebar tapi mata dan

mulutnya kecil dan terhimpun disudut hujung bagian kepala.

Mungkin juga bawal cermin mendapat namanya daripantulan badannya

yang berfkilat dan berwarna perak, Garisan deria dari badannya mendera dari

insang sampai ekor. Sirip pektrokal lebih panjang disbanding sirip dorsal dan ekor

melengkung bentuk V. Warna badan bawal cermin diliputi sisik halus berwarna

putih dan beralun perak dan sebagian sirip memancarkan warna kelabu.

Ikan bawal hidup dan berenang secara berkumpulan, biasanya pada musim

tertentu bawal cermin boleh ditangkap dalam sekala besar. Ia juga sering didapati

beriringan dengan udang-udang didasar laut. Ikan bawal banyak terdapat di lautan

hindi selain di Afrika, Malaysia dan Jepang. Penangkapan bawal dengan

mengunakan pukat karena ia bergerombol, selain itu bisa juga dengan

mengunakan pancing dan rawai (Saanin, 1968).

Page 11: asdasd

G. Ikan Pisang-pisang (Caesio chrysozoma)

Sistematika ikan pisang-pisang (Caesio chrysozoma) menurut Saanin

(1968) adalah sebagai berikut :

filum : Chordata

kelas : Pisces

ordo : Percomorphi

famili : Lutjanidae

genus : Caesio

spesies : Caesio chrysozoma

Daerah penyebaran perairan dangkal, karang seluruh Indonesia. Termasuk

ikan pelagis, karang. Penangkapan dengan muroami, soma malalugis, jaring

kletok. Dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering. Harga ikan dipasarkan dapat

digolongkan harga sedang (Saanin, 1968).

H. Ikan Selar Kuning (Caranx leptolepis)

Sistematika ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) menurut Saanin

(1968) adalah sebagai berikut :

filum : Chordata

kelas : Pisces

ordo : Percomorphi

famili : Carangidae

genus : Caranx

spesies : Caranx leptolepis

Daerah penyebaran terdapat daerah pantai seluruh perairan Indonesia,

Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Pantai Cina Selatan ke selatan perairan

tropis Australia (Saanin, 1968).

Ikan selar juga berpotensi untuk pembuatan ikan peda. Ikan peda

merupakan salah satu produk hasil pengolahan ikan secara tradisional yang dapat

dihgolongkan sebagai ikan asin basah. Dalam pembuatannya ikan peda sengaja

tidak dikeringkan tetapi dibiarkan setengah kering sehingga proses fermentasi

Page 12: asdasd

yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme dan proses autolisis oleh enzim

pencernaan tetap berlangsung. Ikan ini sangat digemari oelh masyarakat karena

selain rasanya lezat juga mengandung asam propionate, ikan peda yang dihasilkan

beraroma khas. Ikan peda yang bermutu baik mempunyai rasa khusus yang sangat

disukai oleh konsumen (Saanin, 1968).

I. Ikan Tenggiri (Scomberomorus commersoni)

Sistematika ikan Tenggiri (Scomberomorus commersoni) menurut Saanin

(1968) adalah sebagai berikut :

filum : Chordata

kelas : Pisces

sub Kelas : Scombriformes

ordo : Scombroidea

famili : Scombridae

genus : Scomberomorus

spesies : Scomberomorus commersoni

Daerah penyebaran terdapat diseluruh pantai lepas perairan Indonesia dan

seluruh perairan Indo-Pasifik. Terdapat satu lidah atau cuping diantara sisi perut.

Badan tanpa sisik kecuali pada bagian korselet yang tumbuh dengan sempurna.

Satu lunas kuat diapit dua lunas kecil pada siri[p ekornya. Badan memanjang

kaku, bulat, seperti cerutu, terrmasuk tuna kecil. Dua siri punggung, punggung

pertama berjari-jari keras 10 sedang yang kedua berjari-jari keras. Sirip dubur

berjari-jari lemah 14 diikuti 6-8 jari-jari sirip tambahan (Saanin, 1968).

J. Ikan Kembung Jantan (Rastrelliger kanagurta)

Sistematika Ikan Kembung Jantan (Rastrelliger kanagurta) menurut

Cuvier (1816) adalah sebagai berikut :

kingdom : Animalia

Page 13: asdasd

phylum : Chordata

sub phylum : Avetebrata

class : Pisces

ordo : Percomorphi

family : Scombridae

genus : Restrilliger

species : Rastrelliger kanagurta

Bentuk badan memanjang, langsing serta pipih. Badan ditutupi dengan

sisik-sisik kecil. Mulut agak besar dan letaknya serong. Terdapat 5 sirip tambahan

di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip ekor bercabang dalam. Pada

kembung lelaki tedapat satu noda hitam di belakang sirip dada. Pada kembung

lelaki terdapat baris dua bulatan hitam membujur sepanjang badan. Warna biru

kehijau-hijauan di punggung dan warna perak dengan sedikit kuning di bagian

sisi. Kembung Lelaki lebih lebar dari pada kembung betina. Gill raker kembung

lelaki lebih besar dari pada gill raker kembung betina. Daerah penyebaran di

perairan pantai (Derektorat Jenderal Perikanan, 1975 : 99).

Dipasarkan dalam bentuk asin setengah kering dengan cara fermentasi

(ikan peda), segar. Termasuk ikan yang agak mahal (Direktorat Jenderal

Perikanan, 1990).

Page 14: asdasd

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum Sumberdaya Perikanan Laut ini

dilaksanakan pada pertemuan pertama hari Rabu, tanggal 31 Maret 2010, pukul

14.30 wib sampai dengan selesai, dan pertemuan kedua hari Rabu, 7 April 2010 di

laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas

Sriwijaya.

B. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam mengelolah ikan antara lain, alat potong

berupa balok/plastik, baskom sebagai tempat ikan, pisau sebagai alat pemotong,

timbangan dan neraca analitik untuk mengukur berat ikan.

Sedangkan bahan utama yang digunakan dalam praktikum ini adalah

berbagai jenis ikan, antara lain : Ikan kembung betina, ikan sarden, ikan salem,

ikan tongkol, ikan bandeng, ikan bawal putih, ikan pisang-pisang, ikan selar

kuning, ikan tenggiri, ikan kembung jantan.

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

1. Ikan dicuci bersih lalu ditimbang untuk mendapatkan berat utuh ikan.

2. Ikan disisiki dan dilakukan penimbangan untuk mendapatkan berat sisik.

Kemudian secara bertahap dilakukan pembuangan isi perut, dan insang,

(drawn,gutted,efiscerated) dan lakukan penimbangan.

3. Ikan dibuang kepala dan sirip-siripnya (dressed) dan lakukan penimbangan.

4. Daging ikan dipisahkan dari tulang dan duri (Skin on fillet) lalu timbang. Tahap

terakhir adalah pemisahan daging dari kulit ikan (Skin less fillet).

5. Perhitungan edible flesh dilakukan dengan membandingkan antara berat daging

dengan berat utuh x 100%.

Page 15: asdasd

B. Pembahasan

Dalam praktikum kali ini kita menggunakan berbagai jenis ikan yang lebih

dominan di konsumsi oleh masyarakat kebanyakan, seperti Ikan kembung betina,

ikan sarden, ikan salem, ikan tongkol, ikan bandeng, ikan bawal putih, ikan

pisang-pisang, ikan selar kuning, ikan tenggiri, ikan kembung jantan.

Pada percobaan ini pertama-tama membersihkan tubuh ikan dari lendir-

lendir dan kotoran pada ikan yang tidak diinginkan. Setelah dibersihkan lalu ikan

diperlakukan sesuai dengan urutan perlakuan dan apa yang akan di ukur beratnya.

Pertama yaitu mengukur berat utuh, setelah berat utuh lalu mengukur berat sisik

dengan cara menyisiki ikan. Berat awal lalu di kurangi berat ikan setelah disisiki.

Selanjutnya mengukur berat sirip. Perlakuannya sama seperti pengukuran sisik

dan pada ikan yang sama yaitu mengukur berat dan melihat selisih berat akhir

dengan berat sebelumnya. Setelah pengukuran berat sirip, kemudian dilanjutkan

dengan pengukuran berat jerohan, insang, kepala, tulang, kulit, sampai akhirnya di

dapat hanya daging. Daging itu pula di hitung antara daging merah dan daging

putihnya yaitu dengan cara memisahkan nya dan menimbang ulang berat daging

mula-mula dan berat akhir daging setelah dipisahkan. Baik itu mengukur berat

daging putih ataupun daging merahnya.

Kali ini kelompok kami melakukan percobaan pada jenis ikan sardin

(Sardinella lemuru) dan ikan selar kuning (Selaroides leptolepis). Pada

pengukuran berat kali ini saya rasa hasilnya bisa kurang akurat karena bisa saja

ikan yang di ukur itu masih banyak mengandung air yang tadinya digunakan

untuk membersihkan ikan. Tidak hanya itu, kondisi timbangan yang kotor yang

masih banyak bekas-bekas ikan hasil pengukuran kelompok sebelumnya yang

masih melekat atau tersisa di timbangan dapat mempengaruhi hasil pengukuran.

Itulah hasil percobaan kelompok kami dalam mngehitung berat-berat dari bagian

ikan. Ukuran ikan menunjukan besar kecilnya ikan, pada umunya ikan dikatakan

besar apabila penjangnya melebihi ukuran 20 cm, ikan kecil apabila ukurannya

kurang dari 10 cm. Setelah dilakukan percobaan kita memperoleh data yaitu hasil

dari timbangan utuh, sisik, sirip, jeroan, insang, kepala, tulang, kulit dan daging

Page 16: asdasd

utuh yang terdiri dari daging merah dan daging putih. Hampir keseluruhan ikan

yang dipraktikumkan memiliki daging putih lebih banyak daripada daging

merahnya. Pada praktikum kali ini, sifat fisikawi suatu ikan memegang peranan

penting terutama bentuk dan ukuran ikan. Pada percobaan ini kita siapkan bahan

kemudian cuci hingga bersih, ikan kemudian disisiki lalu ditimbang, kemudian

kita ambil insang, jeroan, sirip, kepala. Untuk mendapantkan berat skin on fillet

kita harus membuang tulang dan duri yang ada pada ikan. Setelah itu kita

dapatkan berat skinless fillet dengan cara membuang kulitnya. Bagian ikan yang

dapat dimakan disebut edible flesh, dimana terdapat daging merah dan daging

putih yang mempunyai kandungan yang berbeda. Pada tahap itu kita menghitung

berat daging merah dan daging putih.

Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan ini antara lain lingkungan,

makanan ( plankton, zooplankton ) dan kualitas air. Kandungan zat yang

terkandung dimasing-masing ikan adalah sama (terdiri dari air, karbohidrat,

protein, lemak dan mineral) tetapi jumlah masing-masing ( dalam persen )

tidak sama.

Akhir dari Tujuan praktikum kali ini adalah mencari edible flesh, maksudnya

yaitu untuk mengetahui berat ikan yang akan dikonsumsi. Hasil yang didapat

cukup mengejutkan karena ikan memiliki edible flesh dalam ukuran berat akan

berbeda dalam ukuran persen. Praktikum ini tujuannya adalah mengetahui

manfaat yang didapat dari ikan dan kandungan zat yang terkandung didalamnya.

Setelah dilakukan didapat skinless fillet yang sama dengan edible flash dimana

edible flash itu adalah daging yang dapat dimakan oleh kita.

Page 17: asdasd

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum kali ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengetahui berat bagian tubuh ikan yang akan dimanfaatkan sangat berguna

apabila kita ingin melakukan pembudidayaan ikan air laut.

2. Ikan air laut memiliki histamine yang lebih banyak dibandingkan ikan air

tawar sehingga memiliki nilai gizi yang lebih baik.

3. Tidak semua ikan laut memiliki red muscle ( daging merah ) seperti pada ikan

bawal putih dan ikan parang-parang.

4. Ikan Salam paling banyak mempunyai jeroan.

5. Edible flesh pada ikan tidak dipengaruhi oleh berat kotor ikan

6. Kandungan zat yang terkandung dimasing-masing ikan adalah sama (terdiri

dari air, karbohidrat, protein, lemak dan mineral) tetapi jumlah masing-

masing (dalam persen) tidak sama.

B. Saran

Diharapkan pada saat melakukan praktikum ikan yang digunakan

sebaiknya ikan yang masih segar agar dapat terciptanya kebersihan ruang

praktikum karena selain baunya yang tidak terlalu mengganggu dan yang paling

penting mempermudah kita dalam melakukan percobaan. Diharapkan dalam

membersihkan laboratoriu secara kompak dan kerjasama kelompok agar pratikum

bisa cepat selesai dan bersih

Page 18: asdasd

DAFTAR PUSTAKA

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan : Jakarta.

Nursyam, H. 1995. Pedoman Pemanfaatan Gizi Sumberdaya Hayati Laut. Kantor

Menteri Negara Urusan Pangan : Jakarta.

Hadiwiyoto, Suwedo. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Liberty :

Yogyakarta.

Dahuri, Rokhmin, dkk. 1999. Pengolahan sumberdaya Wilayah Pesisir dan

Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramitha : Erlangga.

Lestari, Susi & Indah Widiastuti. 2003. Penuntuan Bahan Baku Hasil Perikanan.

Universitas Sriwijaya : Inderalaya.

Page 19: asdasd

LAMPIRAN

Gambar ikan laut

Ikan Kembung Betina ( rastrelliger neglectus)

keterangan

a. Dorsal

b. Caudal

c. Pectoral

d. Ventrale

Ikan sardin (Sardinella sirm) / Spotted Sardinella

keterangan

a. Dorsal

b. Caudal

c. Pectoral

d. Ventrale

Page 20: asdasd

Perhitungan kelompok II

Ikan Sardin (Sardinella lemuru)

a. berat utuh : 88,06 gr

b. sisik : 0,9 gr

c. sirip : 2,9 gr

d. jeroan : 4,2 gr

e. insang : 9,33 gr

f. kepala : 10,79 gr

g. tulang : 8,72 gr

h. kulit : 13,35 gr

i. daging : 37,93 gr

dari data tersebut akan kita ketahui yaitu:

Berat Gutted = Berat Utuh – (sisik + jeroan + insang)

Berat Gutted = 88,06 gr – ( 0,9 + 4,2 + 9,33 ) gr

= 72,56 gr

% Gutted = Gutted / Utuh x 100%

= 72,56 gr / 88,06 gr x 100%

= 82,3 %

Berat Dressed = Gutted – (Sirip + kepala)

= 72,56 – ( 2,9 + 10,79 ) gr

= 58,87 gr

% Dressed = Dressed / Utuh x 100%

= 58,87 gr / 88,06 gr x 100%

= 66,8 %

Page 21: asdasd

Berat Skin On Fillet = Berat Dressed – Tulang

= 58,87 gr – 8,72 gr

= 51,53 gr

% Skin On Fillet = SOF / Utuh x 100%

= 51,53 gr / 88,06 gr x 100%

= 58,3%

Berat Skinless Fillet = SOF – Kulit

= 51,53 gr – 13,35 gr

= 38,01 gr

% Skinless Fillet = SLF / Utuh x 100%

= 38,01 gr / 88,06 gr x 100%

= 43,16 %

% Edible Flesh = SLF / Utuh x 100%

= 43,16 gr / 88,06 gr x 100%

= 43,16 %

Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)

a. berat utuh : 307,66 gr

b. sisik : 0 gr

c. sirip : 11,58 gr

d. jeroan : 28,33 gr

e. insang : 10,68 gr

f. kepala : 34,71gr

g. tulang : 29,24 gr

h. kulit : 57,74 gr

i. daging : 133,78 gr

Page 22: asdasd

dari data tersebut akan kita ketahui yaitu:

Berat Gutted = Berat Utuh – (sisik + jeroan + insang)

Berat Gutted = 307,66 gr – ( 0+ 28,33 + 10,68) gr

= 268,85 gr

% Gutted = Gutted / Utuh x 100%

= 268,85 gr / 307,66 gr x 100%

= 87,32%

Berat Dressed = Gutted – (Sirip + kepala)

= 268,85 gr – (11,58 +34,71) gr

= 222,56 gr

% Dressed = Dressed / Utuh x 100%

= 222,56 gr / 307,66 gr x 100%

= 72,34%

Berat Skin On Fillet = Berat

Dressed – Tulang

= 222,56 gr – 29,24 gr

= 193,32 gr

% Skin On Fillet = SOF / Utuh x

100%

= 193,32 gr / 307,66 gr x

100%

= 62,83%

Berat Skinless Fillet = SOF – Kulit

= 193,32 gr – 57,74 gr

= 135,38 gr

% Skinless Fillet = SLF / Utuh

x 100%

= 135,38 gr / 307,66 gr x 100%

= 44,07%

% Edible Flesh = SLF / Utuh x 100%

= 135,38 gr / 307,66 gr x 100%

= 44,07%