Post on 03-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jika dahulu, pada abad-abad pertengahan Negara-negara eropa menjadi
sorotan utama dalam perkembangan peradaban dunia dan menjadi bahan kajian oleh
para pemerhati perkembangan dunia (yang diawali dengan revolusi Industri di
inggris), tetapi kini kawasan asia menjadi topik yang menarik untuk di bicarakan,
untuk kali ini maka makalah ini akan menyamapaikan tentang betapa pentingnya
Negara-negara di asia pasifik.
Mengutip kata-kata dari seorang penulis yang berkata “Wilayah Asia-Pasifik
merupakan salah satu wilayah penting bagi dunia pasca perang Dingin. Ini adalah
daerah di mana perubahan ekonomi, sosial dan politik besar sedang berlangsung, dan
keamanan menjadi perhatian utama”1. Menyadari bahwa Asia-pasific bukan lagi
suatu regional yang biasa, tetapi telah menjadi perhatian sejak perang dingin dengan
itu perlu diketahui dimana tingkat kerjasama Negara-negara asia pasifik dalam
menjaga eksistensinya di mata internasional.
Berdiri tahun 1989, misi APEC adalah menciptakan kawasan perdagangan
bebas dan membebaskan aliran investasi dari berbagai hambatan. Itulah tujuan utama
dari APEC pada awalnya. Masalahnya, berbagai hambatan pada perdagangan dan 1 Asia-Pacific strategic relations, oleh : William T. Tow. “The asia-pacific region is one of vital importance for the post-Cold war world. It is an area in which major economic, social and political change is taking place, and one in which security is major of international concern”
1
arus investasi global tidaklah begitu lancar sehingga memperlambat realisasi potensi
perekonomian. Itulah alasan mengapa sekelompok negara kemudian mengikrarkan
pendirian APEC, dengan Australia sebagai salah satu motornya.
1.2. Rumusan masalah.
Melihat latar belakang yang telah tercantum diatas, maka dirumuskanlah masalah
untuk mendukung penulisan makalah ini, rumusan masalah tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana sejarah terbentuknya dan apa itu APEC ?
2. Apa saja masalah-masalah yang menjadi kendala utama dalam APEC hingga saat
ini?
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dalam rangka untuk memenuhi kriteria penugasan
dalam mata kuliah Persfektif Global. Dan tak lupa untuk mempelajari,
memahami dan menjelaskan tentang APEC dan permasalahan yang sedang
dihadapinya.
1.4. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, adapun metode yang penulis gunakan
adalah studi referensi atau pengumpulan data yang mengambil dari sumber buku
dan internet seperti yang telah ditentukan pada saat penugasan.
2
1.5. Batasan Masalah
Berdasarkan apa yang telah disebutkan dalam perumusan masalah, tulisan ini
dibatasi pada :
a. Latar belakang dan Sejarah APEC
b. Permasalahan atau tantangan yang sedang dihadapi oleh APEC.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah dan Latar Belakang Terbentuknya APEC
APEC adalah Asia-Pacific Economic Coorperation atau Kerjasama Ekonomi
Asia Pasifik. APEC didirikan pada tahun 1989. APEC bertujuan mengukuhkan
pertumbuhan ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik2.
Koferensi negara-negara kawasan Asia Pasifik yang dilaksanakan atas prakarsa
Australia pada bulan November 1989 di Canberra merupakan forum antar pemerintah
yang kemudian dikenal dengan nama “Asia Pacific Economic Cooperation” atau
disingkat APEC. Latar belakang berdirinya APEC ditandai dengan kebutuhan
pembangunan ekonomi regional akibat globalisasi sistem perdagangan, dan adanya
perubahan berbagai situasi politik dan ekonomi dunia sejak pertengahan tahun 1980-
an.
Asia pasific Economic Cooperation-APEC merupakan forum yang terbentuk
dan perkembangannya dipengaruhi antara lain oleh kondisi politik dan ekonomi dunia
saat itu yang berubah secara cepat di Uni Soviet dan Eropa Timur, kekhawatiran
gagalnya perundingan Putaran Uruguay yang akan menimbulkan proteksionisme
dengan munculnya kelompok regional serta timbulnya kecenderungan saling
ketergantungan diantara negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Forum yang
dibentuk tahun 1989 di Canbera-Australia ini telah melaksanakan langkah besar
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Kerjasama_Ekonomi_Asia_Pasifik
4
dalam menggalang kerjasama ekonomi sehingga menjadi suatu forum konsultasi,
dialog dan sebagai lembaga informal yang kerjasama ekonominya berpedoman
melalui pendekatan liberalisasi bersama berdasarkan sukarela, melakukan inisiatif
secara kolektif dan untuk mendukung keberhasilannya dilakukan konsultasi yang
intensif terus menerus diantara 21 ekonomi anggota.
Kerja sama APEC dibentuk dengan pemikiran bahwa dinamika
perkembangan Asia Pasifik menjadi semakin kompleks dan di antaranya diwarnai
oleh perubahan besar pada pola perdagangan dan investasi, arus keuangan dan
teknologi, serta perbedaan keunggulan komparatif, sehingga diperlukan konsultasi
dan kerja sama intra-regional. Anggota ekonomi APEC memiliki keragaman wilayah,
kekayaan alam serta tingkat pembangunan ekonomi, sehingga pada tahun-tahun
pertama, kegiatan APEC difokuskan secara luas pada pertukaran pandangan
(exchange of views) dan pelaksanaan proyek-proyek yang didasarkan pada inisiatif-
inisiatif dan kesepakatan para anggotanya. APEC dianggotai oleh 21 negara dari
seluruh dunia, kebanyakan anggota dari APEC adalah negara yang memiliki garis
pantai ke Samudra Pasifik, dan letak sekretariasnya berada di Singapore.
Sebagai salah satu forum kerja sama ekonomi utama di kawasan, APEC
bertujuan untuk mencapai Bogor Goals, yaitu terciptanya liberalisasi perdagangan
dan investasi di kawasan Asia Pasifik sebelum tahun 2010 untuk anggota Ekonomi
Maju dan sebelum tahun 2020 untuk anggota Ekonomi Berkembang. Dalam
5
mencapai Bogor Goals, APEC melandaskan kerjasama yang dibangun pada tiga pilar,
yaitu :
1. liberalisasi perdagangan dan investasi,
2. fasilitasi bisnis, dan kerjasama ekonomi, dan
3. teknik (ECOTECH).
Pada awalnya terdapat 12 negara sebagai pendiri yaitu Australia, Brunei
Darussalam, Kanada, Indonesia, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Selandia Baru,
Filipina, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat. Sejak saat itu telah menjadi
wahana utama di kawasan Asia Pasifik dalam meningkatkan keterbukaan dan
praktek kerjasama ekonomi sehingga dapat menarik masukan beberapa negara yaitu
Republik Rakyat China, Hongkong-Cina dan Chinese-Taipe untuk bergabung pada
1991 yang kemudian disusul masuknya Meksiko dan Papua New Guinea tahun 1993
seerta Chili pada 1994. Sedangkan tiga ekonomi anggota terakhir yaitu Federasi
Rusia, Peru dan Vietnam bergabung dalam forum APEC tahun 1998.
Dalam perkembangannya APEC memiliki peran cukup strategis dengan
penduduk sekitar 2 milyar jjiwa atau lebih dari 40% populasi dunia dan mewakili
45% nilai perdagangan dunia (1996) – sebuah pasar potensial untuk perdagangan
barang, jasa dan sumber daya manusia. Realisasi pertumbuhan GDP APEC tahun
2000 sebesar 4.1% berarti relatif sedikit lebih rendah dari pertumbuhan GDP dunia
yang sebesar 4.7%, disamping itu APEC juga memiliki arti penting dalam rangka
6
pembangunan nasional karena mewakili 69.1% pasar ekspor non-migas dan
merupakan 63.3% sumber impor non-migas Indonesia masing-masing tahun 2000.
Serangkaian upaya penguatan infrastruktur forum kerjasama APEC terus
diintensifkan kerjasamanya sehingga forum tersebut menjadi lebih kuat dan tangguh
di kawasan. Forum ini sangat diharapkan tetap menjadi pelopor dalam pelaksanaan
putaran uruguay untuk mencapai sistem perdagangan yang adil, terbuka dan
transparan untuk mempertahankan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi
regional dan global. Mengingat pentingnya peranan APEC dalam rangka
memberikan dukungan terhadap sistem perdagangan dimaksud dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi regional dan global di kawasan, maka Para Pemimpin
Ekkonomi APEC telah mengesahkan sejumlah Deklarasi yang memuat kesepakatan-
kesepakatan yang signifikan terhadap perkembangannya antara lain mengenai VISI
APEC, Bogor Goals, Osaka Actions Agenda (OAA) – yang memberikan arahan atau
pedoman kerjasama APEC, dan taahun 1996 meluncurkan fase implementasi
daripada OAA dalam bentuk MAPA (Manila Action Plans For APEC)3. Sedangkan
tindakan konkrit lain yaitu berupa implementasi Rencana Aksi Kolektif (RAK)
maupun Rencan Individu (RAI) oleh seluruh anggotanya sehingga penjabaran secara
keseluruhan terhadap langkah-langkah implementasi dalam melakukan liberalsme
ekonominya merupakan cermin yang kuat dalam mewujudkan kearah sistem
3 Manila Action Plans For APEC dibuat di Manila tahun 1996, merupakan Fase imlementasi OAA yang dibuat secara individu maupun kolektif.
7
perdagangan dan investasi bebas dan terbuka tahun 2010/2020 untuk ekonomi maju
dan berkembang APEC.
Implementasi kerjasam ekonomi dan teknik yang terkait dengan bidang
perdagangan dan investasi, sesungguhnya baru berlangsung dalam 6 tahun terakhir
sejak disahkannya MAPA, namun demikian dengan waktu yang singkat APEC
berhasil mencatat berbagai kemajuan yang berarrti dalam rangka memperlancar arus
barang, jasa, investasi dan mobilitasi para pelaku usaha dikawasan yang dapat
dimanfaatkan oleh pemerintah, dunia usaha dan para pihak yang terkait untuk
mengetahhui perkembangan berbagai kesepakatan terakhir kerjasama ekonomi
khususnya dalam mengantisipasi perdaganan bebas APEC.
2.2. Permasalahan di Dalam Tubuh APEC
Sejak berdirinya APEC, badan kerjasama ekonomi ini telah menghadapi
berbagai macam tantangan. Di antara tantangan-tantangan tersebut adalah masalah
dominasi AS dalam APEC, pergeseran misi APEC dan perpecahan dalam APEC.
Dalam penjelasan berikut ini, penulis akan menguraikan setiap tantangan tersebut
secara rinci.
a. Dominasi AS Di Dalam APEC
AS dengan kebijakan politik luar negerinya yang mengedepankan power
selalu berusaha menjadi controller dalam berbagai forum kerjasama internasional,
8
termasuk dalam APEC. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi APEC 2003 di Bangkok,
Thailand, pada tanggal 20 Oktober, 2003, isu nuklir Korea Utara, terorisme, dan
kegagalan pembahasan sistem perdagangan dunia mendominasi hari pertama. Fakta
ini membuktikan dominasi Amerika Serikat atas penyusunan topik yang dibahas di
APEC.
Bahkan sebelum pelaksanaan KTT tersebut, AS sudah mengambil langkah-
langkah awal untuk memantapkan dominasinya di APEC. Dalam tur Asia
sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) George Walker Bush telah
mencanangkan penekanan isu terorisme di forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik
(APEC). Sebelum tiba di Bangkok, Bush mendarat di Tokyo, kemudian di Filipina,
dengan tujuan menggalang dukungan Asia untuk membasmi terorisme. Misi Bush
yang lain adalah meraih dukungan soal rekonstruksi di Irak. Bush juga sudah
menekankan bahwa dalam pertemuan puncak APEC dia akan menekankan "dunia ini
masih berbahaya".
Tentu saja banyak pihak merasa keberatan dengan sikap AS dan agenda
politiknya dalam KTT APEC. Namun demikian, untuk mengurangi kritikan bahwa
APEC telah didominasi oleh AS melalui pemaksaan pembahasan isu-isu non
ekonomi, pihak AS mencoba memberikan argumentasi soal itu. Pada rangkaian
pertemuan menteri perdagangan dan menteri luar negeri APEC di Thailand pada
minggu pertama bulan Oktober 2003, AS lewat forum APEC memberikan sinyal
9
bahwa buruknya keamanan akan bisa merusak perekonomian anggota APEC yang
merupakan tempat bagi 60 persen kegiatan perekonomian dunia. Pihak AS lebih
lanjut menegaskan bahwa keamanan dan ekonomi tidak terpisahkan.4[7]
Dominasi AS juga nampak sekali dalam usulan mereka untuk membahas
masalah nilai tukar Yuan (mata uang Cina). Dalam pertemuan bilateral selama masa
KTT APEC 2003, Bush dan Presiden Cina Hu Jintao setuju untuk menunjuk para ahli
membentuk panel. Tujuannya, menjajaki tentang bagaimana Beijing bisa membuat
nilai yuan dapat mendekati nilai pasar. Sampai saat pelaksanaan KTT tersebut Cina
masih mengontrol dan mematok nilai yuan. Usulan AS ini berawal dari keluhan para
pebisnis AS yang mengeluh bahwa yuan memiliki nilai yang terlalu rendah (vastly
undervalued). Kondisi ini membuat harga komoditas ekspor Cina menjadi murah dan
menyerbu pasaran AS. Hal itu telah pula menyebabkan tergerogotinya sejumlah
kesempatan kerja di AS. Faktor tersebut telah membuat AS berusaha keras untuk
menekan Cina supaya mengambil kebijakan dalam bidang keuangan yang tidak
merugikan kepentingan pelaku-pelaku bisnis AS.
b. Pergeseran Misi APEC
Dalam KTT-KTT APEC akhir-akhir ini, pembahasan APEC tidak lagi
terfokus pada masalah-masalah ekonomi, akan tetapi justru berkisar pada isu-isu non-
4
10
ekonomi. Ini merupakan bukti nyata bahwa karena dominasi AS di APEC maka misi
APEC telah mengalami pergeseran.
Anggota-anggota APEC sendiri banyak yang telah menyadari pergeseran misi
APEC tersebut di atas. Menanggapi pergeseran misi ini, sejumlah anggota forum
APEC merasa keberatan karena persoalan keamanan telah mengurangi penekanan
APEC terhadap perekonomian dan isu perdagangan. Topik non-ekonomi juga
mengurangi fokus pembahasan pada penghidupan kembali sistem perdagangan
multilateral yang gagal pada pertemuan di Cancun, Meksiko, awal September 2003.
Mahathir Mohamad, yang pada tahun 2003 masih menjabat sebagai Perdana
Menteri Malaysia mengatakan, bahwa APEC dibentuk sebagai satu kelompok kerja
sama ekonomi. Itulah sebabnya Malaysia dan beberapa anggota APEC tidak setuju
pengabaian isu ekonomi dengan mengutamakan isu keamanan, militer, atau politik
yang bukan merupakan misi APEC. Untuk menjaga supaya APEC kembali pada misi
awalnya, beberapa pemimpin negara anggota APEC mencoba mendesakkan
pembahasan isu ekonomi dalam pertemuan-pertemuan APEC. Mereka menekankan
pentingnya menciptakan peraturan global perdagangan untuk menghasilkan
pertumbuhan yang berimbang. Mereka meminta agar agenda pembahasan
perdagangan didorong, termasuk oleh APEC.
11
c. Perpecahan Dalam APEC
Perpecahan dalam tubuh APEC semakin kelihatan nyata. Pada KTT APEC
2003 saja terdapat dua hal penting yang mengindikasikan adanya perseteruan dan
perpecahan dalam tubuh APEC. Seperti biasanya, di sela pertemuan APEC 2003,
Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan-pernyataan diplomatic yang dapat
membahayakan kesatuan anggota-anggota APEC. Dalam KTT APEC 2003, lewat
Condoleezza Rice, yang waktu itu menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional
Bush, AS mengecam PM Malaysia. Kecaman ini dilontarkan AS sehubungan dengan
pernyataan Mahathir pada KTT Organisasi Konferensi Islam (OKI) bahwa Yahudi
mengatur dunia secara tidak langsung. AS mengatakan, pernyataan Mahathir seperti
itu bukan hanya terjadi sekali, tetapi sudah beberapa kali dan AS tidak dapat
mentolerir pernyataan racist semacam itu. Tentu saja pernyataan AS ini menciptakan
suatu perseteruan diplomatic antara AS dan Malaysia. Bila hal ini dibiarkan saja,
besar kemungkinan bahwa keharmonisan antar anggota APEC dapat terganggu.
Bukan hanya menyerang Malaysia, AS juga menyerang junta militer di Myanmar
dalam KTT APEC 2003. AS mengecam keras penahanan pejuang demokrasi
Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan kegagalan Myanmar memperkenalkan demokrasi.
Kecaman ini sudah pasti membuat pihak Myanmar berang dan makin menjaga jarak
dengan AS.
12
Ketika pertemuan para pemimpin APEC berlangsung di Santiago, para
pebisnis dan ekonom di Asia Pasifik mengkritik APEC sebagai suatu forum
kerjasama yang tidak mengalami kemajuan yang berarti terutama dalam enam tahun
terakhir. Bahkan dalam usianya yang sudah 19 tahun, APEC dinilai terancam pecah.
Niat APEC untuk mengurangi hambatan pada aliran perdagangan dan investasi tidak
memperlihatkan gerakan. Menurut ekonom terpandang AS, APEC sedang berubah ke
sistem perdagangan global yang terbagi tiga (tripolar global trading system). Hal itu
menjadi ancaman bagi kesatuan APEC dan bertentangan dengan semangat Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO).
Potensi keterpecahan APEC itu diutarakan ekonom AS, Dr Fred C Bergsten.
Pada awal 1990-an, Bergsten merupakan bagian kelompok terkemuka (eminent
persons group/EPG), yang membidani perkembangan APEC. Dia mengatakan, APEC
kini tampaknya lebih tumpul. Liberalisasi Sukarela Sektoral Secara Dini (The Early
Voluntary Sectoral Liberalization)-diprakarsai oleh AS untuk membuat APEC segera
mengurangi hambatan perdagangan dan investasi di sektor tertentu-gagal terrealisasi
karena penolakan Jepang.
Rencana-rencana Aksi Individu (The Individual Action Plans/IAP), yang
diharapkan sebagai cetak biru bagi anggota untuk mempercepat liberalisasi
perdagangan, hanya berakhir tak lebih dari sekadar laporan nasional. APEC
13
didasarkan pada asas sukarela atas inisiatif sendiri. Anggota APEC punya rencana
sendiri-sendiri (IAP) soal percepatan liberalisasi itu.
Namun, penurunan tarif global berjalan lambat-termasuk di APEC, yang
dipicu oleh kegagalan WTO-mempercepat liberalisasi perdagangan. Sejumlah
anggota APEC mulai menciptakan kesepakatan perjanjian perdagangan bilateral
sendiri atau dengan beberapa negara di kawasan.
Padahal, rencana APEC adalah untuk membentuk satu kawasan perdagangan
bebas tahun 2010 bagi anggotanya yang lebih maju dan tahun 2020 bagi anggota
yang masih berkembang. Selain ada sejumlah perjanjian perdagangan bebas yang
sudah terbentuk, sejumlah perjanjian baru dalam proses perundingan. Dan semua itu
bukan dalam semangat tema APEC Cile 2004 "One Community, Our Future".
Di Asia misalnya, 10 negara anggota ASEAN bersama Jepang, Korea Selatan,
dan India sedang mengarah pada pembentukan kelompok perdagangan tersendiri
mencakup 3 miliar penduduk.
Perundingan untuk formulasi Kawasan Perdagangan Bebas Amerika (Free
Trade Area of the Americans) juga sedang berlangsung. "Perjanjian seperti itu
berkembang pesat dan membentuk pengelompokan di APEC sendiri. Muncul
peraturan perdagangan yang saling tumpang tindih dan perjanjian perdagangan itu
berkualitas rendah," kata Fred C Bergsten.5[8]
5
14
Ekonom dari Korea Selatan, Kim Kih-wan, juga mengingatkan bahwa
kesepakatan itu bersifat diskriminatif dan akan mengalihkan arus perdagangan di
APEC menjadi antarkelompok sendiri. Kim mengatakan, kesepakatan perdagangan di
APEC telah terpecah menjadi kelompok Asia dan Amerika, padahal Asia Pasifik
memiliki APEC.
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Pada bagian penutup ini penulis ingin menyimpulkan bahwa APEC
merupakan suatu forum kerjasama di bidang ekonomi bagi negara-negara yang
berada di kawasan Asia Pasifik. Melihat pada tujuan awal terbentunya APEC adalah
untuk liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik. Kerjasama
ekonomi antara APEC dan negara-negara lain memang menguntungkan, bahkan
ternyata, selain bentuk kerjasama yang cakupannya luas.. Forum kerjasama ini
bersifat informal dan didasarkan pada prinsip kesetaraan dan sikap saling
menghormati serta memahami. Pada perkembangannya pada masa akhir-akhir ini,
sedikit banyak APEC telah mengalami pergeseran tujuan dan misinya, yaitu dari
kerjasama bidang ekonomi menjadi kerjasama bidang politik dan keamanan.
Pergeseran fokus dan misi APEC ini terjadi karena kuatnya dominasi AS di
APEC, yang selalu memaksakan kepentingan politik dan ekonominya kepada negara-
negara anggota APEC lainnya. Dominasi AS tersebut telah menimbulkan dampak
lain yang cukup membahayakan masa depan APEC. Dampak lain yang dimaksud
adalah timbulnya perpecahan di antara negara-negara anggota APEC. Dengan kondisi
16
APEC yang sekarang, rasanya keberlangsungan dan besarnya manfaat APEC bagi
negara-negara berkembang patut dipertanyakan.
Akhir kata, APEC masih bisa relevan jika kita go back to basics, tetapi benar-
benar memprioritaskan kepada apa yang realistis dan dapat dilakukan dalam konteks
APEC, dan mengurangi perlakuan diskriminatif dari negara-negara anggotanya yang
secara ekonomi mapan kepada negara-negara anggotanya dari kelompok negara
berkembang.
3.2. Saran
Untuk kemajuan dan perbaikan APEC, melalui bagian penutup makalah ini,
penulis ingin mengajukan beberapa saran diantarya:
1. APEC bisa berperan dengan program kerja sama ekonomi dan
teknis yang konkret dan riil, untuk membantu negara-negara anggotanya
untuk implementasi perjanjian yang ada; membangun lembaga, kapasitas dan
SDM untuk menyikapi globalisasi; dan membantu pemerintah di masing-
masing negara untuk menyikapi kekhawatiran warganya mengenai dampak
negatif dari globalisasi secara bijak, dan tidak dengan menutup diri atau
meningkatkan proteksi dan mengunakan intervensi pemerintah.
2. APEC perlu mengarisbawahi beberapa prioritas program kerja
ecotech, terutama kapasitas untuk implementasi WTO, kapasitas menyikapi
17
membangun sektor finansial yang tangguh dan peningkatan perangkat
manusia dan prasarana untuk menyikapi sistem ekonomi baru yang didasari
pengetahuan atau teknologi informasi (the new knowledge based economy).
3. Di samping prioritas, tentunya harus ada komitmen konkret dalam
bentuk dana maupun bantuan teknis dan teknologi yang aktual dari negara-
negara anggota yang lebih maju.
18
DAFTAR PUSTAKA
Buzan, Barry. 1998, Asia-Pacific In The New Worl Order. London: Routledge
Cipto, Bambang. 2007. Hubungan internasional di Asia Tenggara: teropong terhadap
dinamika, realitas, dan masa depan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hurrel, Andrew. 2007. Regionalism In World Politics.. New York: Oxford University
Press.
Http://www.apecsec.org.sg diakses pada tanggal 7 Juni 2013 pukul 20.00-22.00
WITA
Tow,T. William. 2004. Asia-Pacific strategic relations, Cambridge : Cambridge
University
Http://id.wikipedia.org/wiki/Kerjasama_Ekonomi_Asia_Pasifik diakses pada tanggal
7 Juni 2013 pukul 20.00-22.00 WITA
Http://www.pksi.depkeu.go.id/pub.asp?id=12 diakses pada tanggal 7 Juni 2013 pukul
20.00-22.00 WITA
19