Post on 21-Apr-2021
i
ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo
(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat
Praijing di Sumba Barat)
oleh
Amilde Laja Bata
712013095
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Ilmu Teologi Fakultas Teologi
Guna Memenuhi Sebagian dari prasyaratanmencapai Gelar Sarjana Sains
Teologi
( SSi-Teol )
Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana
2018
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Pengharapanitusudahtersediadi depankita
namunbutuhperjuanganuntukmewujudkannya
Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah tentang mana
Allah tidak mungkin berdusta kita yang mencari perlindungan
beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang
terletak di depan kitaPengharapan itu adalah sauh yang kuat dan
aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir
(Ibrani 618-19)
vii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat
dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang
berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah
Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa
terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa
bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada
1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David
Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan
penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan
bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam
menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai
2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan
Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat
Kristus memberkati selalu
3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya
selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir
ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan
sumber segalanya selalu menyertai
4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)
parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra
sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013
teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak
Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan
Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas
kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan
dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas
akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai
Salatiga 06 Juni 2018
Penulis
viii
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna
rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari
rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah
sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang
masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang
dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat
Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia
dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan
lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Pernyataan Tidak Plagiat iii
Pernyataan Persetujuan Akses iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan
Akademis v
Motto vi
Kata Pengantar vii
Abstrak ix
DAFTAR ISI x
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 Manfaat Penelitian 6
15 Metode Penelitian 6
16 Sistematika Penulisan 6
II TEORI
21 Teori Kebudayaan 7
22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10
III HASIL PENELITIAN
31 Gambaran umum tempat penilitian 16
32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17
33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
kampung praijing 20
x
34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan kampung praijing 22
35 Analisa 23
IV KESIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
xi
ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo
(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat
Praijing di Sumba Barat)
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai
makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah
pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba
Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek
moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian
ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos
adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan
serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya
Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
1
1 Pendahuluan
11 Latar Belakang
Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana
Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana
terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal
dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah
Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari
nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami
Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah
Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu
menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari
kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri
dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi
merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah
kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang
makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya
hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat
Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat
Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan
pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat
istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama
Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat
yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap
arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat
memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang
memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat
di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat
1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15
2Wellem Injil dan Marapu 41-42
3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97-98
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Pengharapanitusudahtersediadi depankita
namunbutuhperjuanganuntukmewujudkannya
Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah tentang mana
Allah tidak mungkin berdusta kita yang mencari perlindungan
beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang
terletak di depan kitaPengharapan itu adalah sauh yang kuat dan
aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir
(Ibrani 618-19)
vii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat
dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang
berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah
Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa
terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa
bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada
1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David
Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan
penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan
bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam
menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai
2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan
Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat
Kristus memberkati selalu
3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya
selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir
ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan
sumber segalanya selalu menyertai
4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)
parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra
sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013
teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak
Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan
Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas
kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan
dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas
akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai
Salatiga 06 Juni 2018
Penulis
viii
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna
rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari
rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah
sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang
masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang
dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat
Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia
dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan
lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Pernyataan Tidak Plagiat iii
Pernyataan Persetujuan Akses iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan
Akademis v
Motto vi
Kata Pengantar vii
Abstrak ix
DAFTAR ISI x
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 Manfaat Penelitian 6
15 Metode Penelitian 6
16 Sistematika Penulisan 6
II TEORI
21 Teori Kebudayaan 7
22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10
III HASIL PENELITIAN
31 Gambaran umum tempat penilitian 16
32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17
33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
kampung praijing 20
x
34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan kampung praijing 22
35 Analisa 23
IV KESIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
xi
ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo
(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat
Praijing di Sumba Barat)
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai
makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah
pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba
Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek
moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian
ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos
adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan
serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya
Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
1
1 Pendahuluan
11 Latar Belakang
Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana
Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana
terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal
dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah
Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari
nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami
Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah
Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu
menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari
kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri
dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi
merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah
kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang
makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya
hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat
Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat
Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan
pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat
istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama
Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat
yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap
arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat
memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang
memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat
di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat
1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15
2Wellem Injil dan Marapu 41-42
3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97-98
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
iii
iv
v
vi
MOTTO
Pengharapanitusudahtersediadi depankita
namunbutuhperjuanganuntukmewujudkannya
Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah tentang mana
Allah tidak mungkin berdusta kita yang mencari perlindungan
beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang
terletak di depan kitaPengharapan itu adalah sauh yang kuat dan
aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir
(Ibrani 618-19)
vii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat
dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang
berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah
Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa
terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa
bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada
1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David
Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan
penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan
bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam
menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai
2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan
Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat
Kristus memberkati selalu
3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya
selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir
ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan
sumber segalanya selalu menyertai
4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)
parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra
sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013
teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak
Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan
Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas
kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan
dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas
akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai
Salatiga 06 Juni 2018
Penulis
viii
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna
rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari
rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah
sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang
masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang
dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat
Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia
dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan
lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Pernyataan Tidak Plagiat iii
Pernyataan Persetujuan Akses iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan
Akademis v
Motto vi
Kata Pengantar vii
Abstrak ix
DAFTAR ISI x
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 Manfaat Penelitian 6
15 Metode Penelitian 6
16 Sistematika Penulisan 6
II TEORI
21 Teori Kebudayaan 7
22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10
III HASIL PENELITIAN
31 Gambaran umum tempat penilitian 16
32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17
33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
kampung praijing 20
x
34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan kampung praijing 22
35 Analisa 23
IV KESIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
xi
ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo
(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat
Praijing di Sumba Barat)
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai
makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah
pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba
Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek
moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian
ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos
adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan
serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya
Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
1
1 Pendahuluan
11 Latar Belakang
Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana
Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana
terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal
dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah
Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari
nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami
Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah
Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu
menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari
kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri
dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi
merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah
kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang
makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya
hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat
Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat
Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan
pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat
istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama
Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat
yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap
arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat
memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang
memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat
di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat
1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15
2Wellem Injil dan Marapu 41-42
3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97-98
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
iv
v
vi
MOTTO
Pengharapanitusudahtersediadi depankita
namunbutuhperjuanganuntukmewujudkannya
Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah tentang mana
Allah tidak mungkin berdusta kita yang mencari perlindungan
beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang
terletak di depan kitaPengharapan itu adalah sauh yang kuat dan
aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir
(Ibrani 618-19)
vii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat
dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang
berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah
Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa
terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa
bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada
1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David
Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan
penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan
bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam
menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai
2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan
Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat
Kristus memberkati selalu
3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya
selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir
ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan
sumber segalanya selalu menyertai
4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)
parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra
sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013
teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak
Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan
Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas
kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan
dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas
akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai
Salatiga 06 Juni 2018
Penulis
viii
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna
rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari
rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah
sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang
masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang
dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat
Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia
dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan
lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Pernyataan Tidak Plagiat iii
Pernyataan Persetujuan Akses iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan
Akademis v
Motto vi
Kata Pengantar vii
Abstrak ix
DAFTAR ISI x
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 Manfaat Penelitian 6
15 Metode Penelitian 6
16 Sistematika Penulisan 6
II TEORI
21 Teori Kebudayaan 7
22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10
III HASIL PENELITIAN
31 Gambaran umum tempat penilitian 16
32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17
33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
kampung praijing 20
x
34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan kampung praijing 22
35 Analisa 23
IV KESIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
xi
ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo
(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat
Praijing di Sumba Barat)
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai
makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah
pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba
Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek
moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian
ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos
adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan
serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya
Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
1
1 Pendahuluan
11 Latar Belakang
Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana
Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana
terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal
dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah
Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari
nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami
Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah
Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu
menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari
kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri
dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi
merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah
kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang
makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya
hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat
Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat
Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan
pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat
istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama
Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat
yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap
arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat
memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang
memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat
di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat
1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15
2Wellem Injil dan Marapu 41-42
3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97-98
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
v
vi
MOTTO
Pengharapanitusudahtersediadi depankita
namunbutuhperjuanganuntukmewujudkannya
Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah tentang mana
Allah tidak mungkin berdusta kita yang mencari perlindungan
beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang
terletak di depan kitaPengharapan itu adalah sauh yang kuat dan
aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir
(Ibrani 618-19)
vii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat
dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang
berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah
Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa
terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa
bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada
1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David
Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan
penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan
bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam
menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai
2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan
Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat
Kristus memberkati selalu
3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya
selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir
ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan
sumber segalanya selalu menyertai
4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)
parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra
sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013
teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak
Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan
Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas
kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan
dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas
akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai
Salatiga 06 Juni 2018
Penulis
viii
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna
rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari
rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah
sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang
masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang
dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat
Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia
dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan
lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Pernyataan Tidak Plagiat iii
Pernyataan Persetujuan Akses iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan
Akademis v
Motto vi
Kata Pengantar vii
Abstrak ix
DAFTAR ISI x
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 Manfaat Penelitian 6
15 Metode Penelitian 6
16 Sistematika Penulisan 6
II TEORI
21 Teori Kebudayaan 7
22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10
III HASIL PENELITIAN
31 Gambaran umum tempat penilitian 16
32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17
33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
kampung praijing 20
x
34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan kampung praijing 22
35 Analisa 23
IV KESIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
xi
ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo
(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat
Praijing di Sumba Barat)
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai
makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah
pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba
Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek
moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian
ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos
adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan
serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya
Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
1
1 Pendahuluan
11 Latar Belakang
Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana
Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana
terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal
dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah
Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari
nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami
Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah
Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu
menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari
kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri
dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi
merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah
kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang
makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya
hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat
Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat
Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan
pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat
istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama
Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat
yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap
arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat
memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang
memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat
di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat
1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15
2Wellem Injil dan Marapu 41-42
3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97-98
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
vi
MOTTO
Pengharapanitusudahtersediadi depankita
namunbutuhperjuanganuntukmewujudkannya
Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah tentang mana
Allah tidak mungkin berdusta kita yang mencari perlindungan
beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang
terletak di depan kitaPengharapan itu adalah sauh yang kuat dan
aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir
(Ibrani 618-19)
vii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat
dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang
berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah
Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa
terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa
bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada
1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David
Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan
penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan
bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam
menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai
2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan
Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat
Kristus memberkati selalu
3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya
selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir
ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan
sumber segalanya selalu menyertai
4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)
parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra
sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013
teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak
Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan
Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas
kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan
dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas
akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai
Salatiga 06 Juni 2018
Penulis
viii
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna
rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari
rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah
sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang
masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang
dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat
Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia
dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan
lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Pernyataan Tidak Plagiat iii
Pernyataan Persetujuan Akses iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan
Akademis v
Motto vi
Kata Pengantar vii
Abstrak ix
DAFTAR ISI x
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 Manfaat Penelitian 6
15 Metode Penelitian 6
16 Sistematika Penulisan 6
II TEORI
21 Teori Kebudayaan 7
22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10
III HASIL PENELITIAN
31 Gambaran umum tempat penilitian 16
32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17
33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
kampung praijing 20
x
34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan kampung praijing 22
35 Analisa 23
IV KESIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
xi
ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo
(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat
Praijing di Sumba Barat)
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai
makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah
pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba
Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek
moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian
ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos
adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan
serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya
Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
1
1 Pendahuluan
11 Latar Belakang
Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana
Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana
terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal
dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah
Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari
nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami
Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah
Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu
menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari
kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri
dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi
merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah
kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang
makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya
hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat
Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat
Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan
pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat
istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama
Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat
yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap
arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat
memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang
memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat
di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat
1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15
2Wellem Injil dan Marapu 41-42
3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97-98
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
vii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat
dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang
berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah
Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa
terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa
bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada
1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David
Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan
penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan
bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam
menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai
2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan
Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat
Kristus memberkati selalu
3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya
selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir
ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan
sumber segalanya selalu menyertai
4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)
parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra
sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013
teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak
Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan
Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas
kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan
dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas
akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai
Salatiga 06 Juni 2018
Penulis
viii
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna
rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari
rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah
sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang
masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang
dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat
Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia
dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan
lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Pernyataan Tidak Plagiat iii
Pernyataan Persetujuan Akses iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan
Akademis v
Motto vi
Kata Pengantar vii
Abstrak ix
DAFTAR ISI x
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 Manfaat Penelitian 6
15 Metode Penelitian 6
16 Sistematika Penulisan 6
II TEORI
21 Teori Kebudayaan 7
22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10
III HASIL PENELITIAN
31 Gambaran umum tempat penilitian 16
32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17
33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
kampung praijing 20
x
34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan kampung praijing 22
35 Analisa 23
IV KESIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
xi
ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo
(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat
Praijing di Sumba Barat)
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai
makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah
pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba
Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek
moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian
ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos
adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan
serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya
Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
1
1 Pendahuluan
11 Latar Belakang
Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana
Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana
terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal
dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah
Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari
nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami
Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah
Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu
menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari
kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri
dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi
merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah
kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang
makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya
hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat
Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat
Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan
pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat
istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama
Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat
yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap
arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat
memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang
memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat
di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat
1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15
2Wellem Injil dan Marapu 41-42
3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97-98
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
viii
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna
rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari
rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah
sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang
masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang
dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat
Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia
dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan
lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Pernyataan Tidak Plagiat iii
Pernyataan Persetujuan Akses iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan
Akademis v
Motto vi
Kata Pengantar vii
Abstrak ix
DAFTAR ISI x
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 Manfaat Penelitian 6
15 Metode Penelitian 6
16 Sistematika Penulisan 6
II TEORI
21 Teori Kebudayaan 7
22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10
III HASIL PENELITIAN
31 Gambaran umum tempat penilitian 16
32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17
33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
kampung praijing 20
x
34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan kampung praijing 22
35 Analisa 23
IV KESIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
xi
ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo
(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat
Praijing di Sumba Barat)
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai
makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah
pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba
Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek
moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian
ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos
adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan
serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya
Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
1
1 Pendahuluan
11 Latar Belakang
Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana
Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana
terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal
dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah
Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari
nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami
Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah
Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu
menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari
kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri
dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi
merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah
kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang
makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya
hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat
Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat
Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan
pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat
istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama
Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat
yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap
arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat
memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang
memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat
di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat
1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15
2Wellem Injil dan Marapu 41-42
3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97-98
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Pernyataan Tidak Plagiat iii
Pernyataan Persetujuan Akses iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan
Akademis v
Motto vi
Kata Pengantar vii
Abstrak ix
DAFTAR ISI x
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 Manfaat Penelitian 6
15 Metode Penelitian 6
16 Sistematika Penulisan 6
II TEORI
21 Teori Kebudayaan 7
22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10
III HASIL PENELITIAN
31 Gambaran umum tempat penilitian 16
32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17
33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
kampung praijing 20
x
34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan kampung praijing 22
35 Analisa 23
IV KESIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
xi
ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo
(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat
Praijing di Sumba Barat)
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai
makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah
pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba
Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek
moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian
ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos
adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan
serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya
Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
1
1 Pendahuluan
11 Latar Belakang
Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana
Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana
terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal
dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah
Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari
nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami
Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah
Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu
menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari
kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri
dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi
merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah
kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang
makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya
hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat
Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat
Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan
pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat
istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama
Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat
yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap
arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat
memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang
memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat
di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat
1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15
2Wellem Injil dan Marapu 41-42
3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97-98
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
x
34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan kampung praijing 22
35 Analisa 23
IV KESIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 26
xi
ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo
(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat
Praijing di Sumba Barat)
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai
makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah
pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba
Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek
moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian
ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos
adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan
serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya
Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
1
1 Pendahuluan
11 Latar Belakang
Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana
Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana
terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal
dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah
Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari
nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami
Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah
Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu
menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari
kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri
dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi
merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah
kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang
makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya
hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat
Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat
Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan
pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat
istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama
Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat
yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap
arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat
memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang
memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat
di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat
1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15
2Wellem Injil dan Marapu 41-42
3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97-98
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
xi
ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo
(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat
Praijing di Sumba Barat)
ABSTRAK
Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai
tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan
sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan
lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur
pola hidup masyarakat
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing
terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau
Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut
agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai
makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah
pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba
Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek
moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial
berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi
kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian
ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos
adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan
serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya
Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos
1
1 Pendahuluan
11 Latar Belakang
Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana
Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana
terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal
dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah
Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari
nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami
Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah
Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu
menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari
kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri
dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi
merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah
kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang
makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya
hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat
Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat
Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan
pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat
istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama
Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat
yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap
arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat
memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang
memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat
di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat
1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15
2Wellem Injil dan Marapu 41-42
3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97-98
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
1
1 Pendahuluan
11 Latar Belakang
Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana
Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana
terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal
dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah
Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari
nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami
Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah
Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu
menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari
kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri
dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi
merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah
kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang
makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya
hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat
Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat
Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan
pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat
istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama
Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat
yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap
arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat
memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang
memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat
di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat
1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15
2Wellem Injil dan Marapu 41-42
3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97-98
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
2
bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah
tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah
yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)
Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai
ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah
adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup
dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu
kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada
proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu
kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini
dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga
diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya
dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan
rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala
Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di
antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi
rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-
alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu
dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang
penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan
tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau
arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam
menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari
Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu
(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian
belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)
karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu
4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses
darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada
tanggal 06 November 2017 pukul 2033
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
3
atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah
kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5
Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga
sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan
keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6
Gambar 1 Rumah Adat Sumba
Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml
Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli
ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo
Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung
Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung
Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas
kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan
mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah
adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah
dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur
5Welem Injil dan Marapu 49
6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98
Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)
Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan
tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda
pusaka lainnya
Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat
binatang)
Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat
manusia beratifitas dan beristirahat
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
4
Gambar 2 Kampung Adat Praijing
Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-
praijing-sumba-barat
Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia
kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam
ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh
masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat
Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat
perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap
arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk
bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol
perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan
rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati
diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang
pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman
dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai
mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung
7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210
(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah
Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
5
dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi
dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat
terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba
antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan
injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat
penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu
uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)
Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja
membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan
rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak
meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai
mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya
Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya
perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat
hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu
yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna
dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan
gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi
juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos
12 Rumusan Masalah
1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing
2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di kampung Praijing
13 Tujuan Penelitian
1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos
menurut masyarakat Praijing
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
6
2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan
sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
14 Manfaat Penelitian
1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya
makna setiap arsitektur rumah adat Sumba
2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya
Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna
arsitektur rumah adat)
15 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang
diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif10
Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya
jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti
16 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama
membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika
penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan
makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga
membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat
membahas penutup berupa kesimpulan dan saran
9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada
2003) 20 10
Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama 1997) 129
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
7
2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol
Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang
dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol
rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan
mikrokosmos
21 Kebudayaan
Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan
Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman
yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan
sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung
melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga
definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang
membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi
normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku
Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi
belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi
struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari
budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda
dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya
lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya11
Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran
akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah
kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia
seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut
juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi
11
Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius
2005) 9
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
8
pedoman tingkah lakunya12
Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan
pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah
pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya
bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh
sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan
demikian merupakan suatu faktor pemersatu14
Budaya membantu kita memahami
wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-
orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15
Contohnya
kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan
asing bagi orang-orang dari luar Sumba
211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri
dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi
kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata
pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16
Menurut
Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-
nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak
dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari
pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang
berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut
sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam
periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan
12
Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13
Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT
Remaja Rosdakarya2010) 56 15
Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
9
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini
disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto
Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak
terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan
memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide
perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda
kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn
hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan
mempengaruhi cara berpikirnya17
Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia
membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa
kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara
berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu
digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu
lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia
Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan
sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di
luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan
aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara
peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi
dampak terhadap perkembangan perilaku18
Secara harafiah kebudayaan adalah
keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial
yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan
mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi
dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19
17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT
Gramedia 1974) 12-17
18
Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo
Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
10
212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol
Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya
pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat
perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman
bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan
simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-
simbol20
Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya
Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang
itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa
simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia
melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk
tersebut21
Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau
seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada
suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22
Sebuah simbol merupakan
lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada
dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23
Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi
kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24
Kebudayaan
dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan
sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat
Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan
Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya
Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang
bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara
213 Rumah sebagai Simbol
Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang
dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan
kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal
20
FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21
Dillistone The Power Of Symbols 19 22
Dillistone The Power Of Symbols 39 23
Dillistone The Power Of Symbols 39 24
Dillistone The Power Of Symbols 215
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
11
terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan
dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup
dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-
simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan
yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)
diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam
menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari
pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah
kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-
hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar
dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan
ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25
Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia
dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak
diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini
ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan
makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi
dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat
asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian
adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang
lain selalu memiliki jarak yang dekat26
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain
(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di
mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu
(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo
25
J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626
Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia
2006) 57
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
12
(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal
tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27
214 Rumah sebagai Unsur Budaya
Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur
yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang
lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan
tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah
perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)
Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan
lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat
Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan
masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari
lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat
bagi masyarakat yang menggunakannya28
Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta
arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau
daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi
persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun
Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia
merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau
Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau
Madagaskar29
Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan
kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa
rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan
bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30
27
Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja
(Jakarta Persetia 2015)97
28
M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82
(Semarang Oktober 2012) 21 29
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
13
Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri
bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah
tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut
Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke
selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada
menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan
telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk
kegiatan-kegiatan upacara adat31
Bentuk arsitektur rumah tradisional yang
berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan
rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa
secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah
kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi
sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior
dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan
sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah
menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat
dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari
generasi ke generasi32
22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos
Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat
suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud
kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang
dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan
ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April
2018 31
Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utara 2013)223 32
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
14
tradisional33
Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat
misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna
tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat
menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur
bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh
hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias
serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara
lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah
dan rumah tempat menyimpan34
Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan
yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks
kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi
ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual
pada jamannya35
Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia
Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga
dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat
Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar
baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik
keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik
dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan
(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-
perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari
penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya
Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat
kecil36
Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil
khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
33
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah 1986) 1 34
Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35
Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36
Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
15
kecil dari alam semesta37
Makrokosmos menurut KBBI berarti alam
semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran
besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos
memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena
mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting
untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos
adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung
Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba
memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)
Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian
yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah
37
Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
16
3 Hasil Penelitian
31 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat
Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba
Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba
berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat
pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK
Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak
menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam
Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu
Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba
Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan
Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana
Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu
pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba
juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti
Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang
pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang
Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang
sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama
kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di
pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau
Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)
dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap
nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan
melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja
memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan
manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia
dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki
ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba
mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi
antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
17
selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia
yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok
yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku
serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni
yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan
yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu
ama Rawi) atau pencipta38
Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam
pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan
yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki
kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari
keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi
yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola
dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat
Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama
dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil
menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang
atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian
seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah
ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu
misalnya syukuran dan kedukaan
32 Rumah Adat Kampung Praijing
BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing
Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-
bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan
masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih
bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya
alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan
kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan
kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang
38
Hasil Wawancara
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
18
penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi
sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali
lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang
lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang
keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok
Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing
Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan
mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada
ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk
memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual
tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori
tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan
dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta
memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan
rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan
bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah
adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan
September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak
terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim
panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu
masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain
yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah
bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla
poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama
marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari
tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir
secara alamiah
Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun
rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan
saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau
tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing
atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
19
hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam
atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat
mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar
hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui
respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan
respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah
ritual nobba pembangunan rumah dilakukan
Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing
Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama
biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga
biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga
merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan
Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi
kuda kambing ayam
Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal
manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang
terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian
pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah
tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat
dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut
Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan
makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan
makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian
ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan
pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini
merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan
para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian
yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari
rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara
laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
20
atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat
penyimpanan garam dan daging yang diawetkan
Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat
bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta
benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang
kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri
melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai
antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut
ama wolu ama rawi39
33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat
Kampung Praijing
Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3
jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi
sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan
tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah
dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat
tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat
Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu
rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang
berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan
rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari
keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati
masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang
berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang
dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun
Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari
rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni
tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis
memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat
mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia
39
Hasil Wawancara
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
21
bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat
SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung
Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta
Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui
pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang
seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah
dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan
Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang
utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-
masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak
di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting
karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur
dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan
kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato
(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang
kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah
kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang
persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika
salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama
atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang
ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri
Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang
penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian
belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan
pangan40
40
Hasil Wawancara
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
22
34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan
Kemasyarakatan di Kampung Praijing
DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan
di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung
Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya
pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih
mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria
Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal
pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara
perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar
dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki
hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang
terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur
dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup
dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran
dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41
Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan
pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang
yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap
sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian
ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara
adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal
sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum
41
Dilihat di
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht
mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03
April 2018
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
23
wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal
saat ada uppacara adat atau pemakaman42
Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat
menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya
masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau
tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta
relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan
dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah
bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah
leluhur atau nenek moyang mereka43
35 Analisa
Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin
utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat
Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial
dan kemasyarakatan di Kampung Praijing
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara
lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil
masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan
bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana
ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah
tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu
Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh
mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada
arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan
42
httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=
htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30
April 2018
43
Hasil Wawancara
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
24
hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai
tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara
dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari
rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat
melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan
masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang
Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di
KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang
dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial
masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah
manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta
ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan
yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
25
IV KESIMPULAN DAN SARAN
a Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut
1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat
Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah
leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)
tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan
kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian serta tempat binatang
2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan
kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari
rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial
masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai
mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik
antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia
melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang
memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia
b Saran
1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat
dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari
pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap
membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba
Barat
2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak
dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan
dengan doktrin gereja di Sumba Barat
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
26
DAFTAR PUSTAKA
Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari
httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-
di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033
Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada
Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1
Nomor 1Bali Februari 2003
Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali
Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003
Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2003
Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao
Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah 1986s
Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik
Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999
KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT
Gramedia 1974
Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utama 1997
Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung
PT Remaja Rosdakarya 2010
Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia
Pustaka Utara 2013
Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-
Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133
Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi
Gereja JakartaPersetia 2015
Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta
Kanisius 2005
Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum
Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004
27
Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia
2006
Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009
Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016
Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1
Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004