“Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam...

38
i “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos” (Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) oleh, Amilde Laja Bata 712013095 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Ilmu: Teologi, Fakultas: Teologi Guna Memenuhi Sebagian dari prasyaratanmencapai Gelar Sarjana Sains Teologi ( S.Si-Teol ) Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana 2018

Transcript of “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam...

Page 1: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

i

ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo

(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat

Praijing di Sumba Barat)

oleh

Amilde Laja Bata

712013095

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Ilmu Teologi Fakultas Teologi

Guna Memenuhi Sebagian dari prasyaratanmencapai Gelar Sarjana Sains

Teologi

( SSi-Teol )

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

2018

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

Pengharapanitusudahtersediadi depankita

namunbutuhperjuanganuntukmewujudkannya

Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah tentang mana

Allah tidak mungkin berdusta kita yang mencari perlindungan

beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang

terletak di depan kitaPengharapan itu adalah sauh yang kuat dan

aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir

(Ibrani 618-19)

vii

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat

dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang

berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah

Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa

terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa

bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada

1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David

Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan

penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan

bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam

menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai

2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan

Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat

Kristus memberkati selalu

3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya

selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir

ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan

sumber segalanya selalu menyertai

4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)

parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra

sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013

teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak

Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan

Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas

kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan

dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas

akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai

Salatiga 06 Juni 2018

Penulis

viii

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna

rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari

rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah

sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang

masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang

dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat

Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia

dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan

lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Pernyataan Tidak Plagiat iii

Pernyataan Persetujuan Akses iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan

Akademis v

Motto vi

Kata Pengantar vii

Abstrak ix

DAFTAR ISI x

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 Manfaat Penelitian 6

15 Metode Penelitian 6

16 Sistematika Penulisan 6

II TEORI

21 Teori Kebudayaan 7

22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10

III HASIL PENELITIAN

31 Gambaran umum tempat penilitian 16

32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17

33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

kampung praijing 20

x

34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan kampung praijing 22

35 Analisa 23

IV KESIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

xi

ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo

(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat

Praijing di Sumba Barat)

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai

makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah

pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba

Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek

moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian

ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos

adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan

serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya

Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana

Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana

terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal

dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah

Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari

nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami

Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah

Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu

menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari

kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri

dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi

merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah

kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang

makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya

hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat

Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan

pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat

istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama

Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat

yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap

arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat

memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang

memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat

di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat

1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15

2Wellem Injil dan Marapu 41-42

3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97-98

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 2: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

Pengharapanitusudahtersediadi depankita

namunbutuhperjuanganuntukmewujudkannya

Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah tentang mana

Allah tidak mungkin berdusta kita yang mencari perlindungan

beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang

terletak di depan kitaPengharapan itu adalah sauh yang kuat dan

aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir

(Ibrani 618-19)

vii

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat

dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang

berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah

Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa

terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa

bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada

1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David

Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan

penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan

bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam

menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai

2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan

Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat

Kristus memberkati selalu

3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya

selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir

ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan

sumber segalanya selalu menyertai

4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)

parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra

sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013

teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak

Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan

Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas

kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan

dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas

akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai

Salatiga 06 Juni 2018

Penulis

viii

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna

rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari

rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah

sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang

masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang

dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat

Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia

dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan

lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Pernyataan Tidak Plagiat iii

Pernyataan Persetujuan Akses iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan

Akademis v

Motto vi

Kata Pengantar vii

Abstrak ix

DAFTAR ISI x

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 Manfaat Penelitian 6

15 Metode Penelitian 6

16 Sistematika Penulisan 6

II TEORI

21 Teori Kebudayaan 7

22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10

III HASIL PENELITIAN

31 Gambaran umum tempat penilitian 16

32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17

33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

kampung praijing 20

x

34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan kampung praijing 22

35 Analisa 23

IV KESIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

xi

ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo

(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat

Praijing di Sumba Barat)

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai

makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah

pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba

Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek

moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian

ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos

adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan

serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya

Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana

Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana

terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal

dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah

Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari

nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami

Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah

Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu

menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari

kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri

dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi

merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah

kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang

makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya

hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat

Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan

pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat

istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama

Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat

yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap

arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat

memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang

memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat

di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat

1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15

2Wellem Injil dan Marapu 41-42

3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97-98

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 3: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

iii

iv

v

vi

MOTTO

Pengharapanitusudahtersediadi depankita

namunbutuhperjuanganuntukmewujudkannya

Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah tentang mana

Allah tidak mungkin berdusta kita yang mencari perlindungan

beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang

terletak di depan kitaPengharapan itu adalah sauh yang kuat dan

aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir

(Ibrani 618-19)

vii

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat

dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang

berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah

Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa

terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa

bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada

1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David

Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan

penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan

bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam

menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai

2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan

Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat

Kristus memberkati selalu

3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya

selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir

ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan

sumber segalanya selalu menyertai

4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)

parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra

sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013

teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak

Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan

Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas

kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan

dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas

akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai

Salatiga 06 Juni 2018

Penulis

viii

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna

rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari

rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah

sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang

masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang

dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat

Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia

dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan

lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Pernyataan Tidak Plagiat iii

Pernyataan Persetujuan Akses iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan

Akademis v

Motto vi

Kata Pengantar vii

Abstrak ix

DAFTAR ISI x

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 Manfaat Penelitian 6

15 Metode Penelitian 6

16 Sistematika Penulisan 6

II TEORI

21 Teori Kebudayaan 7

22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10

III HASIL PENELITIAN

31 Gambaran umum tempat penilitian 16

32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17

33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

kampung praijing 20

x

34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan kampung praijing 22

35 Analisa 23

IV KESIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

xi

ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo

(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat

Praijing di Sumba Barat)

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai

makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah

pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba

Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek

moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian

ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos

adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan

serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya

Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana

Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana

terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal

dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah

Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari

nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami

Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah

Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu

menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari

kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri

dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi

merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah

kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang

makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya

hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat

Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan

pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat

istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama

Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat

yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap

arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat

memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang

memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat

di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat

1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15

2Wellem Injil dan Marapu 41-42

3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97-98

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 4: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

iv

v

vi

MOTTO

Pengharapanitusudahtersediadi depankita

namunbutuhperjuanganuntukmewujudkannya

Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah tentang mana

Allah tidak mungkin berdusta kita yang mencari perlindungan

beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang

terletak di depan kitaPengharapan itu adalah sauh yang kuat dan

aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir

(Ibrani 618-19)

vii

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat

dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang

berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah

Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa

terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa

bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada

1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David

Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan

penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan

bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam

menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai

2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan

Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat

Kristus memberkati selalu

3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya

selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir

ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan

sumber segalanya selalu menyertai

4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)

parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra

sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013

teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak

Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan

Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas

kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan

dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas

akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai

Salatiga 06 Juni 2018

Penulis

viii

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna

rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari

rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah

sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang

masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang

dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat

Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia

dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan

lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Pernyataan Tidak Plagiat iii

Pernyataan Persetujuan Akses iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan

Akademis v

Motto vi

Kata Pengantar vii

Abstrak ix

DAFTAR ISI x

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 Manfaat Penelitian 6

15 Metode Penelitian 6

16 Sistematika Penulisan 6

II TEORI

21 Teori Kebudayaan 7

22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10

III HASIL PENELITIAN

31 Gambaran umum tempat penilitian 16

32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17

33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

kampung praijing 20

x

34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan kampung praijing 22

35 Analisa 23

IV KESIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

xi

ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo

(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat

Praijing di Sumba Barat)

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai

makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah

pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba

Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek

moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian

ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos

adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan

serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya

Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana

Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana

terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal

dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah

Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari

nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami

Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah

Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu

menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari

kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri

dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi

merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah

kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang

makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya

hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat

Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan

pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat

istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama

Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat

yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap

arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat

memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang

memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat

di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat

1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15

2Wellem Injil dan Marapu 41-42

3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97-98

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 5: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

v

vi

MOTTO

Pengharapanitusudahtersediadi depankita

namunbutuhperjuanganuntukmewujudkannya

Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah tentang mana

Allah tidak mungkin berdusta kita yang mencari perlindungan

beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang

terletak di depan kitaPengharapan itu adalah sauh yang kuat dan

aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir

(Ibrani 618-19)

vii

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat

dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang

berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah

Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa

terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa

bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada

1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David

Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan

penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan

bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam

menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai

2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan

Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat

Kristus memberkati selalu

3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya

selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir

ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan

sumber segalanya selalu menyertai

4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)

parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra

sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013

teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak

Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan

Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas

kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan

dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas

akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai

Salatiga 06 Juni 2018

Penulis

viii

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna

rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari

rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah

sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang

masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang

dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat

Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia

dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan

lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Pernyataan Tidak Plagiat iii

Pernyataan Persetujuan Akses iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan

Akademis v

Motto vi

Kata Pengantar vii

Abstrak ix

DAFTAR ISI x

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 Manfaat Penelitian 6

15 Metode Penelitian 6

16 Sistematika Penulisan 6

II TEORI

21 Teori Kebudayaan 7

22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10

III HASIL PENELITIAN

31 Gambaran umum tempat penilitian 16

32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17

33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

kampung praijing 20

x

34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan kampung praijing 22

35 Analisa 23

IV KESIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

xi

ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo

(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat

Praijing di Sumba Barat)

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai

makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah

pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba

Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek

moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian

ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos

adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan

serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya

Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana

Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana

terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal

dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah

Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari

nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami

Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah

Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu

menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari

kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri

dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi

merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah

kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang

makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya

hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat

Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan

pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat

istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama

Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat

yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap

arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat

memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang

memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat

di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat

1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15

2Wellem Injil dan Marapu 41-42

3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97-98

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 6: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

vi

MOTTO

Pengharapanitusudahtersediadi depankita

namunbutuhperjuanganuntukmewujudkannya

Supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah tentang mana

Allah tidak mungkin berdusta kita yang mencari perlindungan

beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang

terletak di depan kitaPengharapan itu adalah sauh yang kuat dan

aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir

(Ibrani 618-19)

vii

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat

dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang

berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah

Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa

terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa

bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada

1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David

Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan

penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan

bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam

menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai

2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan

Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat

Kristus memberkati selalu

3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya

selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir

ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan

sumber segalanya selalu menyertai

4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)

parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra

sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013

teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak

Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan

Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas

kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan

dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas

akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai

Salatiga 06 Juni 2018

Penulis

viii

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna

rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari

rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah

sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang

masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang

dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat

Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia

dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan

lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Pernyataan Tidak Plagiat iii

Pernyataan Persetujuan Akses iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan

Akademis v

Motto vi

Kata Pengantar vii

Abstrak ix

DAFTAR ISI x

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 Manfaat Penelitian 6

15 Metode Penelitian 6

16 Sistematika Penulisan 6

II TEORI

21 Teori Kebudayaan 7

22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10

III HASIL PENELITIAN

31 Gambaran umum tempat penilitian 16

32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17

33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

kampung praijing 20

x

34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan kampung praijing 22

35 Analisa 23

IV KESIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

xi

ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo

(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat

Praijing di Sumba Barat)

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai

makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah

pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba

Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek

moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian

ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos

adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan

serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya

Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana

Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana

terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal

dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah

Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari

nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami

Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah

Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu

menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari

kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri

dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi

merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah

kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang

makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya

hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat

Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan

pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat

istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama

Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat

yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap

arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat

memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang

memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat

di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat

1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15

2Wellem Injil dan Marapu 41-42

3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97-98

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 7: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

vii

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan berkat

dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang

berjudul ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo (Studi Mengenai Makna Rumah

Adat menurut Masyarakat Praijing di Sumba Barat) Penulis menyadari bahwa

terselesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan perhatian doa

bimbingan kasih dan ilmu dari berbagai pihak Karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada

1 Pdt Dr Ebenhaizer I Nuban Timo sebagai pembimbing 1 dan Dr David

Samiyono sebagai pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dengan

penuh ketulusan dan kesabaran Terimakasih kepada bapak Eben dan

bapak David yang selalu memotivasi dan mendukung penulis dalam

menyelesaikanTugasAkhir Kiranya Hikmat Kristus selalu menyertai

2 Bapak Mama Mama 3 kaka adik dan seluruh keluarga besar Praijing dan

Prairame yang sudah mendukung penulis dalam doa dana dan semangat

Kristus memberkati selalu

3 Seluruh Dosen Fakultas Teologi UKSW yang sudah memberikan ilmunya

selama penulis belajar di Fakultas Teologi hingga selesainya tugas akhir

ini dan Para Pegawai dan Tata Usaha FakultasTeologi KiranyaTuhan

sumber segalanya selalu menyertai

4 KTB GIFT (Kak Indah Kak Ati kak Chandra Sarah Merry dan Wasty)

parasahabat Unny beama Neny Ngade Geleh-geleh Eyang ulus Satra

sambal kemangikak Fero kak kenanga teman-teman angkatan 2013

teman kost kauman (Wende Mesak Kak Ithakz ma Evi ma Leni Kak

Hory Vera Thalia mbak Ani) Keluarga PMK salatiga (Perkantas) dan

Bagaya mati yang selalu memberikan kata-kata motivasi Terimakasih atas

kebersamaan selama ini dan terimakasih segala kata-kata motivasi dan

dukungan semangat kepada penulis dalam proses menyelesaikan tugas

akhir ini Kiranya kasih dan Hikmat Kristus selalu menyertai

Salatiga 06 Juni 2018

Penulis

viii

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna

rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari

rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah

sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang

masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang

dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat

Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia

dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan

lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Pernyataan Tidak Plagiat iii

Pernyataan Persetujuan Akses iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan

Akademis v

Motto vi

Kata Pengantar vii

Abstrak ix

DAFTAR ISI x

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 Manfaat Penelitian 6

15 Metode Penelitian 6

16 Sistematika Penulisan 6

II TEORI

21 Teori Kebudayaan 7

22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10

III HASIL PENELITIAN

31 Gambaran umum tempat penilitian 16

32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17

33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

kampung praijing 20

x

34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan kampung praijing 22

35 Analisa 23

IV KESIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

xi

ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo

(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat

Praijing di Sumba Barat)

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai

makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah

pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba

Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek

moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian

ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos

adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan

serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya

Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana

Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana

terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal

dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah

Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari

nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami

Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah

Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu

menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari

kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri

dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi

merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah

kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang

makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya

hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat

Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan

pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat

istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama

Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat

yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap

arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat

memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang

memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat

di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat

1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15

2Wellem Injil dan Marapu 41-42

3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97-98

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 8: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

viii

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesame manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai makna

rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah pemaknaan dari

rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba Barat adalah

sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek moyang

masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosialdan kemasyarakatan di KampungPraijing yaitu pembagian ruang

dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial masyarakat

Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia

dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhans erta ciptaan

lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Pernyataan Tidak Plagiat iii

Pernyataan Persetujuan Akses iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan

Akademis v

Motto vi

Kata Pengantar vii

Abstrak ix

DAFTAR ISI x

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 Manfaat Penelitian 6

15 Metode Penelitian 6

16 Sistematika Penulisan 6

II TEORI

21 Teori Kebudayaan 7

22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10

III HASIL PENELITIAN

31 Gambaran umum tempat penilitian 16

32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17

33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

kampung praijing 20

x

34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan kampung praijing 22

35 Analisa 23

IV KESIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

xi

ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo

(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat

Praijing di Sumba Barat)

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai

makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah

pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba

Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek

moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian

ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos

adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan

serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya

Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana

Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana

terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal

dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah

Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari

nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami

Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah

Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu

menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari

kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri

dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi

merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah

kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang

makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya

hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat

Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan

pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat

istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama

Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat

yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap

arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat

memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang

memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat

di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat

1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15

2Wellem Injil dan Marapu 41-42

3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97-98

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 9: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Pernyataan Tidak Plagiat iii

Pernyataan Persetujuan Akses iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan

Akademis v

Motto vi

Kata Pengantar vii

Abstrak ix

DAFTAR ISI x

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 Manfaat Penelitian 6

15 Metode Penelitian 6

16 Sistematika Penulisan 6

II TEORI

21 Teori Kebudayaan 7

22 Teori Simbol dan kebudayaan sebagai simbol 10

III HASIL PENELITIAN

31 Gambaran umum tempat penilitian 16

32 Bahan bangunan rumah adat kampung praijing 17

33 Makna rumah adat sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

kampung praijing 20

x

34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan kampung praijing 22

35 Analisa 23

IV KESIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

xi

ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo

(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat

Praijing di Sumba Barat)

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai

makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah

pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba

Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek

moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian

ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos

adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan

serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya

Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana

Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana

terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal

dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah

Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari

nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami

Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah

Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu

menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari

kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri

dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi

merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah

kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang

makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya

hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat

Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan

pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat

istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama

Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat

yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap

arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat

memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang

memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat

di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat

1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15

2Wellem Injil dan Marapu 41-42

3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97-98

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 10: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

x

34 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan kampung praijing 22

35 Analisa 23

IV KESIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

xi

ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo

(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat

Praijing di Sumba Barat)

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai

makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah

pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba

Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek

moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian

ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos

adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan

serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya

Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana

Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana

terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal

dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah

Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari

nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami

Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah

Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu

menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari

kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri

dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi

merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah

kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang

makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya

hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat

Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan

pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat

istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama

Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat

yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap

arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat

memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang

memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat

di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat

1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15

2Wellem Injil dan Marapu 41-42

3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97-98

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 11: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

xi

ldquoRumah Adat Sebagai Mikrokosmosrdquo

(Studi Mengenai Makna Rumah Adat menurut Masyarakat

Praijing di Sumba Barat)

ABSTRAK

Rumah dijadikan sebagai mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai

tempat tinggal atau berlindung dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan

sebagai tempat manusia berelasi dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan

lainnya serta sebagai tempat terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur

pola hidup masyarakat

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat Praijing

terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba Barat pulau

Sumba provinsi Nusa Tenggara Timur Masyarakat pulau Sumba menganut

agama Islam Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Hasil penelitian dari rumah adat sebagai mikrokosmos (Studi mengenai

makna rumah adat menurut masyarakat Praijing di Sumba Barat) adalah

pemaknaan dari rumah adat sebagai mikrokosmos kampung Praijing di Sumba

Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah leluhur dan nenek

moyang masyarakat setempat (marapu) tempat melangsungkan kehidupan sosial

berkeluarga dan kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi

kehidupan sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian

ruang dari rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos

adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan

serta ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya

Tuhan yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

Kata Kunci Masyarakat Praijing Sumba Barat Rumah Adat Mikrokosmos

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana

Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana

terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal

dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah

Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari

nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami

Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah

Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu

menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari

kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri

dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi

merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah

kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang

makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya

hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat

Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan

pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat

istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama

Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat

yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap

arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat

memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang

memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat

di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat

1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15

2Wellem Injil dan Marapu 41-42

3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97-98

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 12: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

1

1 Pendahuluan

11 Latar Belakang

Pulau Sumba sejak dahulu kala telah dikenal dengan nama Pulau Cendana

Pulau Sumba disebut demikian karena merupakan Pulau penghasil Kayu Cendana

terbesar tetapi jenis kayu ini sekarang telah punah Pulau Sumba juga dikenal

dengan beberapa sebutan antara lain Tana Humba dan Tanah Marapu atau Tanah

Leluhur Tana Humba memiliki arti Tanah Sumba Nama Sumba berasal dari

nama istri nenek moyang orang Sumba yang pertama datang dan mendiami

Sumba yaitu bernama Humba1 Sedangkan pemberian dengan sebutan Tanah

Marapu dikarenakan kepercayaan asli Suku Sumba disebut Marapu Kata Marapu

menurut A A Yewangoe terdiri dari dua definisi yaitu (1) Marapu terdiri dari

kata yaitu ldquomardquo berarti yang dan ldquorappurdquo berarti tersembunyi (2) Marapu terdiri

dari kata ldquomerardquo yang berarti serupa dan ldquoappurdquo yang berarti nenek moyang jadi

merapu adalah serupa dengan nenek moyang Kepercayaan Marapu adalah

kepercayaan terhadap Dewa atau Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang

makhluk-makhluk halus (roh-roh) dan kekuatan sakti2Pulau Sumba pada awalnya

hanya memiliki 2 kabupaten yaitu kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat

Namun dengan adanya pemekaran Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Kabupaten Sumba Barat Kedua kabupaten tersebut merupakan

pemekaran dari kabupaten Sumba Barat Setiap Kabupaten memiliki budaya adat

istiadat dan bahasa yang berbeda namun ada juga budaya yang sama

Salah satu persamaan budaya di Sumba terlihat dari bentuk rumah adat

yang sama di setiap kabupaten meskipun ada perbedaan dalam penyebutan setiap

arsitektur rumah adat Bangunan rumah adat Sumba berbentuk persegi empat

memiliki empat tiang utama yang menopang seluruh badan rumahSetiap tiang

memiliki makna dan fungsi tersendiri3 Rumah adat Sumba memiliki tiga tingkat

di mana tingkat atas disebut Umma dana (loteng) yang berfungsi sebagai tempat

1FD Wellem Injil dan Marapu (Jakarta PT BPK Gunung Mulia 2004) 15

2Wellem Injil dan Marapu 41-42

3Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97-98

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 13: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

2

bersemayamnya dewa marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-benda pusaka lainnya Tingkat bagian tengah yang disebut umma adalah

tempat manusia beraktifitas dan beristirahatSedangkan tingkat bagian bawah

yang disebut salikabunga berfungsi sebagai tempat binatang (kandang hewan)

Pada umumnya di depan rumah adat Sumba terletak batu kubur dengan berbagai

ukiran yang mempunyai makna tersendiri Batu kubur yang ada di depan rumah

adat dimaknai untuk menjaga kedekatan anggota keluarga yang masih hidup

dengan para anggota keluarga yang telah meninggal Salah satu keunikan batu

kubur ini terletak pada proses pembuatan yang rumit teliti dan sampai pada

proses selesai pembentukkan batu kubur di mana adanya ritual tarik batu

kubur4Ritual tarik batu kubur memerlukan kerjasama dari masyarakat hal ini

dikarenakan batu kubur pada umumnya memiliki ukuran yang besar sehingga

diperlukan bantuan dari masyarakat Kerjasama yang terjalin ini tidak hanya

dilakukan pada waktu ritual tarik batu kubur tetapi juga pada waktu pembuatan

rumah adatyang telah menjadi tradisi masyarakat Sumba sejak dahulu kala

Rumah adat dibangun dengan posisi arah utara-selatan dan dibangun di

antara sebuah lapangan yang merupakan tempat penguburan orang mati dan posisi

rumah adatnya berhadap-hadapanAtap rumah adat terbuat dari alang-

alangRumah adat ada yang memiliki menara atau biasa disebut uma mbatangu

dan ada yang tidak memiliki menara atau biasa disebut uma kamadungu Tiang

penopang rumah adat yang terletak di bagian depan di sebelah kanan merupakan

tiang yang terpenting karena di sinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau

arwah para leluhur Dalam ritual penyembahan kepada Marapu imam

menanyakan kehendak kepada Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari

Marapu biasanya imam menancapkan sebuah tombak pada kambaniru uratungu

(tiang penyembahan)Tiang penopang rumah adat yang terletak di bagian

belakang di sebelah kanan disebut kambaniru mataku (tiang penyendok makanan)

karena di sinilah perempuan menyediakan makanan persembahan kepada Marapu

4Jefri Amos Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses

darihttpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-di-sumba pada

tanggal 06 November 2017 pukul 2033

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 14: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

3

atau arwah para leluhur Rumah adat mempunyai dua pintu yakni pintu di sebelah

kiri dan pintu di sebelah kanan rumah namun rumah adat tidak memiliki jendela5

Rumah adat Sumba tidak hanya sebagai tempat tinggal akan tetapi berfungsi juga

sebagai tempat penyembahan Selain sebagai tempat membina persekutuan

keluarga dan juga sebagai tempat untuk mewujudkan persekutuan ibadah6

Gambar 1 Rumah Adat Sumba

Sumber HttpwwwpugoidpublikbencanaSIATIsimtradisionalhtml

Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat di Loli Kota Waikabubak Di Loli

ada 13 kampung adat yaitu kampung Tarung kampung Wetabar kampung Bodo

Ede kampung Praijing kampung Prairame kampung Bodo Maroto kampung

Gollu kampung Kanakata kampung Galimara kampung Lokoroda kampung

Tanarara kampung Waigali dan kampung Ubel Salah satu dari ke tiga belas

kampung adat ini yang masih mempertahankan keaslian rumah adat dan

mempunyai daya tarik pengunjung yang tinggi ialah kampung PraijingRumah

adat di kampung Praijing juga terdiri dari tiga tingkat yakni bagian bawah tengah

dan atas serta di rumah-rumah adat pada kampung ini terdapat batu kubur

5Welem Injil dan Marapu 49

6Soleiman Ongirwalu dan Kurniawan Arsitektur dan Liturgi 98

Tingakat pertama disebut umma dana (loteng)

Tempat bersemayamnya dewa Marapu dan

tempat penyimpanan hasil pertanian serta benda

pusaka lainnya

Tingkat bawah disebut salikabunga (tempat

binatang)

Tingkat tengah disebut Umma (rumah) tempat

manusia beratifitas dan beristirahat

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 15: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

4

Gambar 2 Kampung Adat Praijing

Sumber httpsberitagaridartikelpiknikmakna-tiang-rumah-adat-

praijing-sumba-barat

Pembagian rumah ini menggambarkan mikrokosmos orang Sumba

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mikrokosmos adalah dunia

kecil khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam

ukuran kecil dari alam semesta Rumah sebagai mikrokosmos juga diyakini oleh

masyarakat Jawa Dalam penelitian Pitana (2007) menjelaskan bahwa masyarakat

Jawa juga meyakini rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat

perlindungan dari binatang buas tetapi lebih pada pemaknaan simbol dari setiap

arsitektur rumah baik simbol materi (pola tata ruang perwujudan bentuk

bangunan penggunaan material bangunan dan desain ornamen) maupun simbol

perilaku (ritual-ritual laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan

rumah)7Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali Rumah juga sebagai ekspresi jati

diri budaya masyarakat BaliHal ini dapat dilihat dari patokan terhadap tata ruang

pola bentuk struktur bangunan maupun ornamen yang diikuti sejak zaman

dahulu8Peneliti melihat bahwa penting untuk rumah dijadikan sebagai

mikrokosmos karena rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal atau berlindung

7Titis S Pitana ldquoReproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawardquo Gema Teknik 210

(Surabaya Juli 2007) 128 8NI Ketut Agusinta Dewi ldquo Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada Rumah

Tradisional di Indonesiardquo Jurnal PemukimanldquoNatahrdquo 11 (Bali Februari 2003) 29-31

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 16: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

5

dari gangguan luar tetapi rumah harus dijadikan sebagai tempat manusia berelasi

dengan Tuhan sesama manusia dan ciptaan lainnya serta sebagai tempat

terbentuknya nilai dan norma yang akan mengatur pola hidup masyarakat

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba

antara lain (1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan

injil masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat

penyembahan di mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu

uma ndapataungu (rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2)

Penelitian Irene Umbu Lolo (2014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja

membandingkan sejauh mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan

rumah adat Sumba pada arsitektur gereja Dalam penelitian ini juga hendak

meneliti tentang rumah adat Sumba namun perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah memfokuskan makna rumah adat Sumba sebagai

mikrokosmos dan dampak terhadap pemaknaannya

Dengan berkembangnya zaman tidak menutup kemungkinan terjadinya

perubahan dan bencana kebakaran yang mengakibatkan keaslian rumah adat

hilang mengingat arsitektur rumah adat terbuat dari alang bambu dan kayu

yang merupakan bahan mudah terbakarOleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pengetahuan dan informasi kegenerasi muda tentang makna

dari setiap arsitektur rumah adat Sumba yang dibangun serta memberikan

gambaran bahwa rumah adat Sumba bukan hanya sebagai tempat tinggal tetapi

juga sebagai dunia kecil atau mikrokosmos

12 Rumusan Masalah

1 Apamakna rumah adatsebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing

2 Apakah dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di kampung Praijing

13 Tujuan Penelitian

1 Mendeskripsikan maknarumah adat Sumba sebagai mikrokosmos

menurut masyarakat Praijing

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 17: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

6

2 Mendeskripsikan dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan

sosial dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

14 Manfaat Penelitian

1 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli betapa pentingnya

makna setiap arsitektur rumah adat Sumba

2 Memberikan pemahaman bagi muda-mudi di Loli tentang budaya

Sumba agar tetap terjaga kelestarian dari budaya Sumba (makna

arsitektur rumah adat)

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptifMetode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

mendskripsikan sejumlah variabel yang berkenanan dengan masalah dan unit yang

diteliti9Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif10

Teknik pengumpulan data berupa wawancara yakni proses tanya

jawab dari peneliti terhadap orang yang diteliti

16 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir terdiri dari empat bagianBagian pertama

membahas pendahuluan yang berupa latar belakang rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika

penulisanBagian kedua membahas teori tentang kebudayaan sebagai simbol dan

makna arsitektur rumah dalam budaya serta mikroskosmosBagian ketiga

membahas data penelitian lapangan dan membahas analisisBagian keempat

membahas penutup berupa kesimpulan dan saran

9Sanapiah Faisal Format-format Penelitian Sosial (Jakarta PT RajaGrafindo Persada

2003) 20 10

Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utama 1997) 129

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 18: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

7

2 Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan sebagai Simbol

Bagian landasan teori merupakan acuan teori dalam penelitian ini teori yang

dipakai berupa kebudayaan unsur-unsur budaya simbol rumah sebagai simbol

rumah sebagai unsur budaya serta arsitektur rumah adat dalam kebudayaan dan

mikrokosmos

21 Kebudayaan

Kebudayaan memiliki beberapa pengertianMenurut Kroeber dan

Kluckhon terdapat enam pemahaman pokok mengenai kebudayaan Pemahaman

yang pertama definisi deskriptif yang cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan

sejumlah ranah yang membentuk budaya Kedua definisi historis yang cenderung

melihat budaya sebagai warisan dari generasi satu ke generasi berikutnyaKetiga

definisi normatif yang melihat budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang

membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkret Menurut definisi

normatif budaya menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku

Keempat definisi psikologis yang cenderung memberi tekanan pada peran budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi

belajar atau memenuhi kebutuhan material maupunemosionalKelima definisi

struktural yang menunjuk pada hubungan antara aspek-aspek yang terpisah dari

budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah abstraksi yang berbeda

dari perilaku konkretKeenam definisi genetis yang melihat asal usul bagaimana

budaya itu bisa eksis atau tetap bertahanDefinisi ini cenderung melihat budaya

lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena ditransmisikan

dari satu generasi ke generasi berikutnya11

Istilah kebudayaan berasal dari kata dasar ldquobudayardquo yang berarti pikiran

akal budi hasil budaya adat istiadat menyelidiki bahasa dan budayaIstilah

kebudayaan disebutkan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia

seperti kepercayaan kesenian dan adat istiadat Selain itu kebudayaan disebut

juga sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi

11

Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan (Yogyakarta Kanisius

2005) 9

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 19: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

8

pedoman tingkah lakunya12

Menurut Van Peursen kebudayaan bukan merupakan

pemberian kodrat melainkan suatu konstruksi manusia yang terjadi dari sebuah

pergulatan hidup dari waktu ke waktu dari satu tempat ketempat lainnya13

Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu Budaya

bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh

sebagian orang lainnya ndash budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan

demikian merupakan suatu faktor pemersatu14

Budaya membantu kita memahami

wilayah planet atau ruang yang kita tempatiSuatu tempat hanya asing bagi orang-

orang asing tidak bagi orang-orang yang menempatinya15

Contohnya

kebudayaan masyarakat Sumba tentu tidak asing bagi masyarakat Sumba dan

asing bagi orang-orang dari luar Sumba

211 Unsur-unsur Budaya dan wujudnya

Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat secara universal terdiri

dari (1) sistem religi dan upacara keagamaan (2) sistem dan organisasi

kemasyarakatan (3) sistem pengetahuan (4) bahasa (5) kesenian (6) sistem mata

pencaharian hidup (7) sistem teknologi dan peralatan16

Menurut

Koentjaraningrat juga ada tiga wujud budaya yaitu

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan nilai-

nilai dan peraturan Wujud yang pertama mempunyai sifat abstrak tidak

dapat diraba atau difoto namun berupa pemikiran yang bersumber dari

pikiran masyarakat setempat dimana kebudayaan itu berlangsung

2) Wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas kompleks kelakuan yang

berpola dari manusia dalam suatu masyarakat Wujud ini sering disebut

sistem sosial yang mana terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dalam

periode tertentu berdasarkan adat tata kelakuan

12

Jannes Alexander Uhi Filsafat Kebudayaan (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016) 3 13

Uhi Filsafat Kebudayaan 23 14

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasia Antarbudaya (Bandung PT

Remaja Rosdakarya2010) 56 15

Mulyana dan Rakhmat Komunikasi Antarbudaya 57 16Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 20: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

9

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia Wujud ini

disebut kebudayaan fisik karena dapat diraba dilihat dan difoto

Ketiga wujud diatas dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tidak

terpisah satu dengan lainyaKebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan

memberi arah terhadap perbuatan dan karya manusiaBaik pikiran ide-ide

perbuatan dan karya manusia menghasilkan pola pikir dan benda-benda

kebudayaan fisik sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkunagn

hidup tertentu yang makin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan

alamiahnya sehingga mempengaruhi juga pola perbuatannya bahkan

mempengaruhi cara berpikirnya17

Penulis berpendapat bahwa Pola pikir manusia

membentuk gagasan perbuatan dan menghasilkan karya karya manusia berupa

kebudayaan fisik Kebudayaan adalah proses belajar manusia secara

berkelanjutan yang pada akhirnya terbentuklah kebiasaan dan kebiasaan itu

digunakan sebagai adat dari suatu lingkungan tertentu Kebudayaan dari suatu

lingkungan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan manusia

Pandangan sosiokultural difokuskan pada dua aspek yakni kekuatan

sosial dan budaya Pandangan ini menegaskan pada kekuatan yang bekerja di

luar individu dalam suatu masyarakatKekuatan sosial dan budaya menciptakan

aspek perilaku manusia Menurut Psikolog budaya peninjauan terhadap cara

peraturan dan nilai budaya baik yang eksplisit maupun implisit memberi

dampak terhadap perkembangan perilaku18

Secara harafiah kebudayaan adalah

keseluruhan kemampuan manusia tentang pengetahuan terhadap makhluk sosial

yang digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasi lingkungan dan

pengalamannya serta menjadi bentuk landasan untuk menciptakan dan

mendorong teciptanya tindakan Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

budaya dalam berbagai kondisi objektif melalui perjalanan historis memberi

dampak terhadap pengembangan sistem sosial dan sistem budaya secara khas19

17Koentjaraningrat KebudayaanMentalized dan Pembangunan (Jakarta PT

Gramedia 1974) 12-17

18

Carole Wade Carol Tavris Psikologi (Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1) 22 19

Ngakan Ketut Acwin Dwijendra ldquoPerumahan dan Permukiman Tradisional Balirdquo

Jurnal Permukiman Natah 11 (Bali Februari 2003) 8

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 21: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

10

212 Simbol dan kebudayaan sebagai simbol

Simbol adalah kesatuan sebuah kelompok seperti semua nilai budayanya

pasti diungkapkan dengan simbolSimbol sekaligus merupakan sebuah pusat

perhatian yang tertentu sebuah sarana komunikasidan landasan pemahaman

bersamaSetiap komunikasi dengan bahasa atau sarana yang lain menggunakan

simbol-simbolMasyarakat hampir tidak mungkin ada tanpa simbol-

simbol20

Sebuah simbol tidak identik dengan objek yang disimbolkannya

Seandainya demikian halnya simbol tersebut tidak akan menjadi simbol barang

itu melainkan barang itu sendiri Erwin Goodenough mengemukakan bahwa

simbol adalah benda atau bentuk yang memiliki pengaruh terhadap manusia

melebihi pengakuantentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk

tersebut21

Simbol dapat menunjuk kepada sebuah barang suatu peristiwa atau

seseorang di dunia yang dibatasi oleh kelima indra atau dapat menunjuk pada

suatu dunia yang lain dan pada isi yang dibayangkan22

Sebuah simbol merupakan

lambang yang mewakili suatu benda dan kekuatan semangat yang berpusat pada

dirinya sendiri yang tergambar pada hasil akhir23

Kebudayaan penuh dengan simbol dalam bentuk-bentuk bumi

kebudayaan mencerminkan Surga menggambarkan dunia yang lain24

Kebudayaan

dan simbol saling berkaitan di mana kebudayaan dapat menunjukkan simbol dan

sebaliknya simbol dapat menunjukkan kebudayaan Sebagai contoh di masyarakat

Sumba rumah adat menunjukkan sebagai tempat persekutuan antar manusia dan

Tuhan manusia dengan sesamanya dan manusia bersama ciptaan lainnya

Penyambutan tamu dengan sirih pinang menjadi simbol persaudaraanyang

bermakna menganggap tamu yang datang sebagai saudara

213 Rumah sebagai Simbol

Karakter ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang

dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan

kebudayaan manusia pada saat ituRumah sebagai tempat berlindung pada awal

20

FW Dillistone The Power Of Symbols (Yogyakarta Kanisius 2002) 15 21

Dillistone The Power Of Symbols 19 22

Dillistone The Power Of Symbols 39 23

Dillistone The Power Of Symbols 39 24

Dillistone The Power Of Symbols 215

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 22: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

11

terbentuknya adalah sangat sederhana dan terus berkembang makin rumit sejalan

dengan peradaban manusia contohnya dulu manusia zaman purbakala hidup

dalam goa dan berkembang membuat bangunan yang penuh dengan simbol-

simbol Bentukan yang tercipta merupakan ekspresi dari imajinasi dan kebutuhan

yang dimiliki oleh orang yang menempati rumah Menurut Kartono (1999)

diperlukan adanya perencanaan dan pemikiran yang benar-benar dalam

menciptakan ruang Pengubahan konsep-ruang merupakan akibat dari

pembaharuan yang berlangsung secara terus menerus Rumah tinggal adalah

kumpulan ruang yang menjadi tempat berlangsungnya aktifitas kehidupan sehari-

hari bagi penghuninya selain itu rumah tinggal merupakan tipe bangunan dasar

dan media yang paling memungkinkan untuk mengungkapkan imajinasi dan

ekspresi yang diinginkan oleh penghuninya25

Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal melainkan simbol tata dunia

dan tata sosial Penataan rumah menekankan pada satu makna yang hendak

diucapkan tanpa mempertimbangkanakan seni atau fungsi Dalam hal ini

ketentuaan bentuk letak arah jumlah dan lain-lain semuanya mengungkapkan

makna tertentuBentuk dari berbagai unsur penataan diungkapkan dengan tradisi

dengan tradisi peristilahan masing-masing dan sifat peristilahan itu bersifat

asosiatif-imaginatifArah rumah tidak penting yang perlu mendapat perhatian

adalah letak jumlah dan bentuk ruma Letak antar rumah yang satu dengan yang

lain selalu memiliki jarak yang dekat26

Penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara lain

(1) Wellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa fungsi rumah adat orang Sumba adalah sebagai tempat penyembahan di

mana ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu

(rumah tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar) (2) Irene Umbu Lolo

25

J Lukito Kartono ldquoRuang Manusia dan rumah Tinggalrdquo Jurnal Dimensi Teknik

Arsitektur 272 (Surabaya Desember 1999) 6-14 2626

Eben Nuban Timo Pemberita Firman Pecinta Budaya (Jakarta BPK Gunung Mulia

2006) 57

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 23: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

12

(2014) menegaskan bahwa fungsi rumah adat Sumba sebagai tempat tinggal

tempat membina persekutuan keluarga dan penyembahan27

214 Rumah sebagai Unsur Budaya

Dalam lingkungan bermasyarakat ada dua macam komponen arsitektur

yaitu komponen fisik dan non fisik Dimana komponen fisik arsitektur yang

lebih ditujukan kepada tampilan dan wujud benda fisik dalam lingkungan

tersebut yang dibentuk oleh jalinan massa dan ruang dalam skala waktu (sejarah

perkembangan masyarakat) dan skala spasial (watak dan penampilan ruang)

Sedangkan komponen non fisik merupakan kehidupan sosial dan budaya

masyarakat yang melatarbelakangi pembentukan fisik cara memanfaatkan

lingkungan dan hubungan antara manusia dengan fisik lingkungan masyarakat

Dalam usaha untuk mencapai kesatuan antara komponen fisik suatu lingkungan

masyarakat perlu memahami tentang budaya yang menjadi ciri khas dari

lingkungan masyarakat tersebutsehingga ruang akan bermakna sebagai tempat

bagi masyarakat yang menggunakannya28

Indonesia memiliki beragam sumber daya alam budaya dan tradisi serta

arsitektur rumah adat dan mencerminkan identitas budaya dari tiap suku atau

daerahDavison menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia terutama dari segi

persamaan arsitektur rumah adat di Indonesia berasal dari kebudayaan rumpun

Austronesia Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Austronesia

merupakan wilayah geografis yang berada dikepulauan selatan mencakup pulau

Formosa kepulauan Nusantara Mikronesia Melanesia Polinesia dan pulau

Madagaskar29

Secara harafiah hal yang mendasari adanya persamaan

kebudayaan terletak pada cirikhas bentuk rumah adat di Indonesia yang berupa

rumah panggung (kecuali rumah-rumah tradisional Jawa dan Bali) penggunaan

bahan alam dan dilatar belakangi kepercayaan serta kebudayaan setempat30

27

Yusak Soleiman H Ongirwalu dan Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja

(Jakarta Persetia 2015)97

28

M M Sudarwani ldquoSimbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cinardquo Jurnal Momentum 82

(Semarang Oktober 2012) 21 29

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentriaustronesia pada 03 April 2018 30

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 24: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

13

Arsitektur rumah yang dibangun memiliki makna dan fungsi tersendiri

bagi masyarakat letak sebuah rumah memiliki arti penting dikarenakanrumah

tersebut memiliki hubungan dengan manusia yang hidup didalamnyaMenurut

Nobas dalam buku Gregor Neonbasu (2013) jika letak rumah menghadap ke

selatan maka haluan harus berada di bagian timur dan jika rumah berada

menghadap ke utara maka haluan berada di sebelah barat Lokasi perumahan

telah ditetapkan bersama dengan lokasi untuk peternakan pertanian juga untuk

kegiatan-kegiatan upacara adat31

Bentuk arsitektur rumah tradisional yang

berasal dari kelompok Austronesia yaitu pembagian ruang secara simbolik dan

rumah adat menunjukkan kelompok sosialMenurut Tjahjono (1999) bahwa

secara simbolik ruang terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah

kiri-kanan barat-timur dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi

sosial yang berkaitan dengan gender keluarga dan keturunan generasi senior

dan junior bahkan antara hidup dan mati untuk menggambarkan hubungan

sosial di suatu masyarakat Ukuran dan unsur formal sebuah rumah

menggambarkan tingkatan sosial dari pemilik rumah sehingga rumah dapat

dipahami sebagai simbol dari identitas spiritual dan sebagai warisan dari

generasi ke generasi32

22Arsitektur Rumah Adat dalam Kebudayaan dan mikrokosmos

Arsitektur tradisional merupakan gambaran dari identitas masyarakat

suatu kebudayaan Arsitektur tradisional tergambar dari wujud-wujud

kebudayaanWujud ideal merupakan gagasan nilai-nilai serta cita-cita yang

dihayati oleh suatu kelompok manusia yang tercermin dalam bentuk susunan

ragam hias serta upacara-upacara yang dilakukan dalam kebudayaan arsitektur

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03 April

2018 31

Gregor Neonbasu SVD Kebudayaan Sebuah Agenda (Jakarta PT Gramedia Pustaka

Utara 2013)223 32

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 25: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

14

tradisional33

Kebudayaan arsitektur tradisional dalam kehidupan bermasyarakat

misalnya bentuk rumah dari masyarakat Sumba Barat memiliki nilai dan makna

tertentu bagi masyarakat setempat nilai dan makna tersebut diwariskan secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga masyarkat Sumba Barat

menjaga keaslian bentuk rumah yang tetap dari daerah ini Salah satu arsitektur

bangunan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung yang aman dari pengaruh

hujan panas Arsitektur bangunan memiliki bentuk struktur fungsi ragam hias

serta cara pembuatan yang diwariskan turun temurun Arsitektur tradisional antara

lain terdiri dari rumah tempat tinggal rumah ibadah rumah tempat musyawarah

dan rumah tempat menyimpan34

Arsitektur kontekstual adalah arsitektur bangunan

yang dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan beragam konteks

kehidupan yang mengelilinginya berupa konteks sosial budaya agama ekonomi

ekologi bahkan sejarahArsitektur rumah adat adalah arsitektur yang kontekstual

pada jamannya35

Bagi masyarakat Sabu Rumah adalah kebutuhan pokok manusia

Bangunan rumah masyarakat sabu ditempatkan dalam ritus yang memiliki tiga

dimensi yaitu (1) dimensi ilahi (membangun rumah sebagai berkat ilahi tempat

Yang Ilahi itu berada dibagian loteng rumah yang disimbolkan oleh tiang layar

baik di buritan maupun haluan) (2) dimensi sosial (rumah selain sebagai milik

keluarga juga tempat pertemuan keluarga besar yang diatur sebagai periodik

dalam kalender adat seperti ritus pengesahan anak-anak kedalam warga sukuklan

(hapo) (3) dimensi politik (rumah dirancang untuk mengatur kebutuhan laki-

perempuan mulai kebutuhan kodrat ekonomi geneologi spiritual) mulai dari

penetapan lokasi pengumpulan bahan-bahan fungsimakna dan strukturnya

Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran yang sangat

kecil36

Dalam KBBI dijelaskan bahwa mikrookosmos merupakan dunia kecil

khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran

33

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur (Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1986) 1 34

Christoffel Kana et al Arsitektur Tradisional 3 35

Soleiman Ongirwalu Kurniawan Arsitektur dan Liturgi Gereja 95 36

Dilihat di httpsintanramandaputriwordpresscom20140428alam-semesta-makrokosmos-dan-mikrokosmos selasa 03 April 2018

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 26: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

15

kecil dari alam semesta37

Makrokosmos menurut KBBI berarti alam

semestaSecara harafiah makrokosmos berarti segala sesuatu yang berukuran

besar memiliki ruang dan keseluruhan dari lingkungan tertentu Makrokosmos

memiliki hubungan yang tidak bisa terpisahkan dengan mikrokosmos karena

mikrokosmos merupakan bagian kecil dari makrokosmos makrokosmos penting

untuk dipelajari dalam hubungannya dengaan mikrokosmos karena makrokosmos

adalah kesatuan ruang aspek dan nilai dari mikrokosmos Rumah adat kampung

Praijing dengan kesatuan ruang makna dan nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan salah satu hal yang membudaya di Pulau SumbaMasyarakat Sumba

memahami rumah sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos (alam semesta)

Pemahaman tersebut terlihat pada bagian rumah adat yang tersusun atas bagian

yakni bagian atas bagian tengah dan bagian bawah

37

Dilihat di httpskbbikemdikbudgoidentrimikrokosmos Selasa 03 April 2018

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 27: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

16

3 Hasil Penelitian

31 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Tempat penelitian terletak di kampung adat Praijing Kampung adat

Praijing terletak di desa Tebara kecamatan Waikabubak kabupaten Sumba

Barat pulau Sumba provinsi Nusa Tenggara TimurMasyarakat pulau Sumba

berjumlah 768824 jiwa terdiri dari masyarakat pribumi dan masyarakat

pendatang Masyarakat di kampung adat Praijing sendiri terdiri dari 60 KK

Mata pencaharian utama masyarakat pulau Sumba ialah bertani beternak

menganyam serta menenun Masyarakat pulau Sumba menganut agama Islam

Kristen Hindu Katolik dan agama suku yakni Marapu

Pulau Sumba terbagi menjadi 4 kabupaten yakni Kabupaten Sumba

Timur Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Barat Daya dan

Kabupaten Sumba Barat Pulau sumba dikenal dengan nama pulau Cendana

Pulau ini dijuluki sebagai Pulau Cendana dikarenakan pada zaman dahulu

pulau Sumba merupakan pulau penghasil kayu cendana terbesar Pulau sumba

juga dikenal dengan beberapa sebutan diantaranya Tana Humba yang berarti

Tanah sumba (sumba berasal dari nama istri nenek moyang orang Sumba yang

pertama) dan Tana Marapu yang berarti serupa dengan nenek moyang

Masyarakat pulau Sumba memiliki beragam tradisi turun temurun yang

sampai saat ini masih terus dilestarikan Tradisi tersebut yakni pertama

kepercayaan Marapu Kepercayaan Marapu merupakan kepercayaan tertua di

pulau Sumba Kepercayaan Marapu adalah kepercayaan terhadap Dewa atau

Ilah yang tertinggi arwah nenek moyang makhluk-makhluk halus (roh-roh)

dan kekuatan saktiKepercayaan Marapu merupakan kepercayaan terhadap

nenek moyangMasyarakat percaya bahwa Marapu dapat menjaga dan

melindungi kehidupan merekaMarapu dipercaya sebagai yang aktif bekerja

memantau manusia serta menyampaikan semua perilaku serta permohonan

manusia kepada Tuhan Selain itu Marapu adalah perantara antara manusia

dan Tuhan yang tidak disebutamanya yakni yang hanya diam atau dapa teki

ngara dapa api wiwi(Ama wolu ama Rawi) atau pencipta Masyarakat Sumba

mempercayai bahwa kepercayaan terhadap marapu menggambarkan relasi

antara nenek moyang yang sudah meninggal dan keluarga yang masih hidup

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 28: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

17

selain itu mereka menjaga dan melindungi keluar masuk keluarga manusia

yang masih hidup Marapu dipercaya oleh masyarakat Sumba sebagai sosok

yang aktif bekerja melihat manusia dan nanti menyampaikan segala perilaku

serta permohonan manusia kepada Tuhan yang tidak disebut nama-Nya yakni

yang hanya diam Marapu merupakan perantara antara manusia dan Tuhan

yang tak disebut Namanya atau dapa teki ngara dapa api wiwi ( Ama wolu

ama Rawi) atau pencipta38

Kedua belis Belis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan mahar oleh masyarakat Indonesia merupakan tradisi seserahan dalam

pernikahan masyarakat sumba Belis dari masyarakat Sumba berupa hewan

yakni kuda kerbau dan sapiBelis biasanya diberikan oleh keluarga laki-laki

kepada keluarga perempuan dan belis tersebut jumlahnya ditentukan dari

keluarga calon mempelai perempuanKetiga pasola Pasola merupakan tradisi

yang dilakukan setiap tahun tepatnya di bulan februari sampai maret Pasola

dilakukan di beberapa tempat secara bergantian yakni di Kodi ( Sumba Barat

Daya) serta Wanokaka Lamboya dan Gaura ( Sumba Barat) Atraksi utama

dalam upacara pasola ialah adegan saling serang antar kampung sambil

menunggang kudaPemuda menunggang kuda sambil menghunuskan parang

atau yang disebut katopoKeempat kede Kede merupakan tradisi pemberian

seserahan dari keluarga kepada keluarga lain yang memiliki ikatan darah

ketika salah satu dari keluarga tersebut mengadakan acara-acara tertentu

misalnya syukuran dan kedukaan

32 Rumah Adat Kampung Praijing

BahanBangunanRumahAdatKampungPraijing

Pembangunan rumah adat di kampung Praijing memanfaatkan bahan-

bahan alami dan bahan-bahan itu diambil ketika bulan sabit dikarenakan

masyarakat mempercayai secara turun temurun bahwa kualitas kayunya lebih

bagus atau tdak cepat rusak pada bulan ini Bahan-bahan tersebut diantaranya

alang-alang yang digunakan sebagai atap rumah kayu (biasanya menggunakan

kayu mahoni kayu jati kayu nangka atau kayu lain yang berukuran besar dan

kuat) yang berukuran besar yang digunakan sebagai tiang utama atau tiang

38

Hasil Wawancara

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 29: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

18

penyangga rumah bambuyang digunakan sebagai tiang keliling yang berfungsi

sebagai tembok rumah lantaidan bahan pembuatan kandang hewan serta tali

lontar yang digunakan untuk mengikat antara satu bambu dengan bambu yang

lain serta bambu dengan alang-alangdan kayu penyangga rumah serta tiang

keliling yang didirikan sebagai pengganti tembok

Proses PembangunanRumahAdatKampungPraijing

Proses pembangunan rumah adat di kampong Praijing dimulai dengan

mempersiapkan lahan bangunan Dalam mempersiapkan lahan bangunan ada

ritual yang dilakukan yakni ritual nobba (sembahyang)yang bertujuan untuk

memohon restu kepada Marapu (para leluhur) Keharusan melaksanakan ritual

tersebut dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat yang menganggap mori

tana (tuan tanah) adalah setan Oleh karena itu ritual tersebut dijalankan

dengan tujuan mencaritahu apakah mori tana (tuan tanah) baik atau jahat serta

memohon izin untuk menggunakan lahan tersebut agar proses pembangunan

rumah berjalan dengan baik Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan

bahan-bahan yang akandigunakanuntukmembangunrumahBiasanya rumah

adat dibangun pada bulan-bulan tertentu yakni bulan Juli Agustus dan

September karena pada bulan ini merupakan musim kemarau sehingga tidak

terganggu proses pembuatan rumah selain itu pada musim ini adalah musim

panen daerah setempat sehingga memiliki persediaan makanan untuk menjamu

masyarakat yang datang bergotong-royong mengerjakan rumah Alasan lain

yang melatar belakangi pembuatan rumah pada bulan tersebut adalah setelah

bulan juli-september yakni bulan Oktober merupakan bulan pahit (wulla

poddu) atau hari raya tahun baru bagi masyarakat yang masih menganut agama

marapu jika mereka membangun rumah pada bulan ini akan ada sanksi dari

tua adat dan rumah yang sementara dibangun akan langsung tersambar petir

secara alamiah

Setelah proses persiapan bahan dilakukan dilanjutkan dengan membangun

rumah tetapi sebelum itu dilakukan ritual nobba agar terhindar dari kecelakaan

saat pembuatan rumah Proses pelaksanaaan ritual ini dipimpin oleh rato atau

tua adat Dalam ritual ini ada hewan yang dipersembahkan yakni ayam anjing

atau babi Persembahan yang diberikan kepada Marapu dilakukan dengan cara

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 30: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

19

hewan persembahan disembeli dandibakar Selain sebagai persembahan ayam

atau babi juga adalah media komunikasi antara Marapu dan ua adat Tua adat

mengetahui petunjuk dari Marapu melalui hati hewan Setelah hewan dibakar

hewan tersebut dibelah dan dilihat hatinya (hanya tua adat yang mengetahui

respon dari Marapu melalui hati hewan) kemudian tua adat menyampaikan

respon Marapu kepada keluarga yang hendak membangun rumah Setelah

ritual nobba pembangunan rumah dilakukan

Pembagian tingkat rumah adat kampung Praijing

Rumah adat kampung Praijing terdiri dari tiga tingkat Tingkat Pertama

biasa disebut salikabunga Tingkat kedua biasa disebut umma Tingkat ketiga

biasa disebut umma dana Tingkat Pertama atau biasa disebut salikabunga

merupakan bagian rumah paling bawah merupakan tempat tinggal hewan

Kandang hewan terbuat dari bambu Hewan-hewan tersebut diantaranya babi

kuda kambing ayam

Tingkat kedua atau biasa disebut umma merupakan tempat tinggal

manusia Pada tingkat kedua terdapat tempat tidur dan tempat duduk yang

terbuat dari bambu Tingkat kedua terbagi atas beberapa bagian Bagian

pertama terletak disebelah kanan yang disebut Balikatonga Bagian ini adalah

tempat laki-laki menjalankan aktivitasnya (misalnya ritual tempat istirahat

dan lain sebagainya) Bagian kedua terletak disebelah kiri yang disebut

Kerepadalu Pada bagian ini biasanya kaum perempuan menyimpan bahan

makanan tempat penyimpanan bahan makanan dan tempat menyediakan

makanan Bagian ketiga terletak dibelakang yang disebut Tutu ngaba Bagian

ini merupakan tempat beristirahatnya orang tua serta tempat penyimpanan

pakaian Bagian keempat terletak didepan yang disebut Tutu aro Bagian ini

merupakan tempat beristirahatnya kaum perempuan yang belum menikah dan

para tamu Bagian kelima terletak ditengah yang terbagi dalam dua bagian

yang biasa disebut rabbuka dan leki Rabbuka atau biasa dijuluki ldquohati dari

rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat masak dan tempat pertemuan antara

laki-laki dan perempuan (tetapi tetap pada dalam area masing-masing) Leki

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 31: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

20

atau biasa dijuluki ldquojantung rumahrdquo Bagian ini merupakan tempat

penyimpanan garam dan daging yang diawetkan

Tingkat ketiga atau biasa disebut umma dana (loteng) merupakan tempat

bersemayamnya dewa Marapu dan tempat penyimpanan hasil pertanian serta

benda-bendas akti Pada bagian luar tepatnya diatas atap terdapat dua tiang

kecil yang sebelah kanan melambangkan laki-laki dan sebelah kiri

melambangkan perempuan Selain itu kedua tiang juga berfungsi sebagai

antene yang mengantarkan suara manusia kepada pencipta atau biasa disebut

ama wolu ama rawi39

33 Makna Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos Menurut Masyarakat

Kampung Praijing

Menurut Kusumawati dkk (2007) bahwa masyarakat Sumba memiliki 3

jenis rumah adat yaitu rumah adat(uma)atau rumah induk yang berfungsi

sebagai pusat dan awal kehidupan keluarga dari sebuah suku (kabisu) dan

tempat berlangsungnya ritual kepercayaan terhadap marapu rumah

dusunsebagai tempat tinggal sehari-hari rumah kebun sebagai tempat

tinggal saat berkebun atau bercocok tanam Menurut Penulis masyarakat

Sumba Barat khususnya kampung Praijing memiliki dua jenis rumah yaitu

rumah adat yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar yang

berasal dari satu suku (kabisu)dan tempat berlangsungnya ritual adat dan

rumah ini ditempati oleh seorang anak laki-laki sulung atau bungsu dari

keluarga mereka yang dipilih rumah dusun adalah rumah yang ditempati

masyarakat yang tinggal di sekitar kampung rumah kebun adalah rumah yang

berada jauh dari kampung dan orang yang menempatinya adalah laki-laki yang

dipilih dari keluarga mereka untuk bercocok tanam di Kebun

Bentuk rumah dusun dan rumah kebun merupakan hasil penjiblakan dari

rumah adat ketiga rumah tersebut memiliki susunan yang sama yakni

tingkatatas tingkat tengah dan tingkat bawahPada penelitian ini penulis

memfokuskan penelitiannya pada rumah adat karena rumah adat

mencerminkan dari tatanan dunia yakni dunia atas dunia tengah dan dunia

39

Hasil Wawancara

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 32: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

21

bawah Dari tiga dunia ini menggambarkan mikrokosmos rumah adat

SumbaSelain itu rumah adat Praijing merupakan mikrokosmos dari kampung

Praijing dan bentuk mini dari dunia alam semesta

Keberadaan Rumah adat masyarakat Kampung Praijing diawali melalui

pembangunan rumah yakni mendirikanempat tiang utama yang menopang

seluruh badan rumah tiang keliling tiang serambi lantai rumah atap rumah

dan diakhiri dengan pembuatan kandang hewan

Masyarakat Kampung Praijing memiliki kepercayaan bahwa empat tiang

utama atau tiang penopang dari Rumah adat tersebut memiliki makna masing-

masing Tiang penopang yang pertama disebut parirsquoi urrata Tiang ini terletak

di bagian depan di sebelah kanan Tiang ini merupakan tiang yang terpenting

karena disinilah tempat penyembahan kepada Marapu atau arwah para leluhur

dilakukan Ritual penyembahan kepada Marapu rato (tua adat) menanyakan

kehendak Marapu dan ketika mendapatkan jawaban dari Marapu biasanya rato

(tua adat) menancapkan sebuah tombak di parirsquoi urrata Tiang penopang yang

kedua disebut kiku katonga Tiang ini terletak di bagian belakang sebelah

kananTiang ini merupakan tiang tempat menggantungkan barang-barang

persembahan (uang parang kain sirih-pinang dan lain sebagainya) ketika

salah satu anggota keluarga hendak bepergian jauh dalam waktu yang lama

atau ketika keluarga selesai melakukan ritual nobba Tiang penopang yang

ketiga disebut parirsquoi kerepadalu Tiang ini terletak dibagian depan sebelah kiri

Bagian ini merupakan tempat perempuan menyiapkan makanan Tiang

penopang yang keempat disebut parirsquoi tutu ngabaTiang ini terletak di bagian

belakang sebelah kiri Bagian ini merupakan tempat penyimpanan bahan

pangan40

40

Hasil Wawancara

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 33: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

22

34 Dampak dari Pemaknaan Rumah Adat Bagi Kehidupan Sosial dan

Kemasyarakatan di Kampung Praijing

DampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdanKemasyarakatan

di KampungPraijing yaitu pembagiantingkat dan bentuk rumah adat kampung

Praijing yang terbagi menjadi beberapa ruang merupakan lambang dari adanya

pembagian gender sosial masyarakat Sumba Masyarakat Sumba Barat masih

mengenal adanya stratifikasi sosial dan adanya perbedaan gender wanita dan pria

Perbedaan gender terlihat dalam kehidupan sosial misalnya dalam hal

pengambilan keputusan suara laki-laki lebih dinomor satukan daripada suara

perempuaan Pembagian Stratifikasi Sosial pada kampung Praijing tergambar

dalam bentuk rumah adat yang memiliki ruang khusus pada wanita dan laki-laki

hal ini merujuk pada Tjahjono (1999) melaporkan bahwa secara simbolik ruang

terbagi menjadi luar-dalam depan-belakang atas-bawah kiri-kanan barat-timur

dan hidup dan mati digambarkan dalam stratifikasi sosial yang berkaitan dengan

gender keluarga dan keturunan generasi senior dan junior bahkan antara hidup

dan mati untuk menggambarkan hubungan sosial di suatu masyarakat Ukuran

dan unsur formal sebuah rumah menggambarkan tingkatan sosial41

Mross (1995)melaporkan bahwa pembagian ruang dipisahkan berdasarkan

pria- wanita (male-female) dan formal-informalBagian kanan merupakan ruang

yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan

sehari-hari dan kebutuhan domestik dalam rumah tanggaBagian kanan dianggap

sebagai area pria sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanitaPerapian

ditengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara

adat Bagian depan rumah termasuk beranda atau teras merupakan area formal

sedangkan bagian belakang merupakan area informal Berandateras untuk kaum

41

Dilihat di

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=ht

mlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada selasa 03

April 2018

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 34: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

23

wanita terletak dikiri rumah sehari-hari bersifat informal tetapi menjadi formal

saat ada uppacara adat atau pemakaman42

Pemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah manusia dapat

menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya

masyarakat melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia yang benar atau

tidakKehidupan sosial dalam satu komunitas atau dalam dunia kecil bisa tercipta

relasi atau komunikasi yang baik antara manusia dan ciptaan lainnya yakni hewan

dan juga manusia dan kepercayaannya yaitu marapuRumah adat Sumba adalah

bentuk kepercayaan para masyarakat Sumba yang masih menghormati arwah

leluhur atau nenek moyang mereka43

35 Analisa

Analisa terhadap landasan teori dan hasil penelitian ini terdiri dari dua poin

utama yakni makna rumah adat Sumba sebagai mikrokosmos menurut masyarakat

Praijing dan dampak dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial

dan kemasyarakatan di Kampung Praijing

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang rumah adat Sumba antara

lainWellem (2004) meneliti tentang Historis-Teologis perjumpaan injil

masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 Dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa rumah adat orang Sumba digunakan sebagai tempat penyembahan di mana

ada dua jenis rumah sebagai tempat penyembahan yaitu uma ndapataungu (rumah

tidak berorang) dan uma bokulu (rumah besar)Penelitian lain adalah Irene Umbu

Lolo (2a014) dalam buku Arsitektur dan Liturgi Gereja membandingkan sejauh

mana Gereja Kristen Sumba mengkontekstualisasikan rumah adat Sumba pada

arsitektur gereja Dari penelitiannya dilaporkan bahwa rumah adat Sumba bukan

42

httpetdrepositoryugmacidindexphpmod=downloadampsub=DownloadFileampact=viewamptyp=

htmlampid=112558ampftyp=potonganamppotongan=S2-2017-372904-introductionpdf pada senin 30

April 2018

43

Hasil Wawancara

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 35: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

24

hanya sebagai tempat melaksanakan penyembahan ibadah tetapi juga sebagai

tempat mempererat persekutuan hubungan keluarga dan sosial

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dapat mengambil kesimpulan bahwa makna dari

rumah adat kampung praijing adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu) tempat

melangsungkan kehidupan sosial berkeluarga dan kehidupan sosial dengan

masyarakat sebagai tempat menyimpan hasil pertanian serta tempat binatang

Dampakdaripemaknaanrumahadatbagikehidupansosialdankemasyarakatan di

KampungPraijing yaitu pembagian ruang dari rumah adat merupakan lambang

dari pembagian gender sosial masyarakat Sumba pembagian gender sosial

masyarakat SumbaSelain itupemaknaan rumah adat sebagai mikrokosmos adalah

manusia dapat menjalin relasi yang baik antar sesama manusia Tuhan serta

ciptaan lainnya manusia melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan

yang memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 36: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

25

IV KESIMPULAN DAN SARAN

a Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut

1 Makna dari rumah adat kampung praijing bagi masyarakat

Sumba Barat adalah sebagai tempat penyembahan kepada arwah

leluhur dan nenek moyang masyarakat setempat (marapu)

tempatmelangsungkankehidupan sosial berkeluarga dan

kehidupan sosial dengan masyarakat sebagai tempat menyimpan

hasil pertanian serta tempat binatang

2 Dampak dari pemaknaan rumah adat bagi kehidupan sosial dan

kemasyarakatan di Kampung Praijing yaitu pembagian ruang dari

rumah adat merupakan lambang dari pembagian gender sosial

masyarakat Sumba Selain itu pemaknaan rumah adat sebagai

mikrokosmos adalah manusia dapat menjalin relasi yang baik

antar sesama manusia Tuhan serta ciptaan lainnya manusia

melakukan rutinitas dengan mempercayai adanya Tuhan yang

memiliki otoritas untuk melihat setiap tindakan manusia

b Saran

1 Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat setempat dan masyarakat

dari daerah luar dapat mengerti makna dan dampak dari

pemaknaaanadat bagi kehidupan sosial serta adanya sikap

membudidayakan yang berkelanjutan rumah adat Praijing Sumba

Barat

2 Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti lebih fokus kepada dampak

dari pemaknaaan rumah adat bagi kehidupan sosial serta hubungan

dengan doktrin gereja di Sumba Barat

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 37: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

26

DAFTAR PUSTAKA

Amos Jefri Uniknya Upacara Tarik Batu di Sumba diakses dari

httpsjefryamoswordpresscom20141223uniknya-upacara-tarik-batu-

di-sumba pada tanggal 06 November 2017 pukul 2033

Dewi NI Ketut Agusinta Wantah Geometri Simetri dan Religiusitas Pada

Rumah Tradisional di Indonesia Jurnal Pemukiman ldquoNatahrdquo Vol 1

Nomor 1Bali Februari 2003

Dwijendra Ngakan Ketut Acwin Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali

Jurnal Permukiman Natah Vol 1 Nomor 1 Bali Februari 2003

Faisal Snapiah Format-format Penelitian Sosial Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2003

Kana Christoffel Andre Z Soh M A Patty H Bunga dan S P Manao

Arsitektur Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur Jakarta Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah 1986s

Kartono J Lukito Ruang Manusia dan rumah TinggalJurnal Dimensi Teknik

Arsitektur Vol 27 Nomor 2 Surabaya Desember 1999

KoentjaraningratKebudayaan Mentalited dan Pembangunan Jakarta PT

Gramedia 1974

Koentjaraningrat MetodendashmetodePenelitian Masyarakat Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama 1997

Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat Komunikasi antar Budaya Bandung

PT Remaja Rosdakarya 2010

Neonbasu Gregor SVD Kebudayaan Sebuah Agenda Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utara 2013

Pitana Titis S Reproduksi Simbolik Arsitektur Tradisonal Jawa Gema Teknik-

Nomor 2 Tahun X Surabaya 2007 126-133

Soleiman Yusak H Ongirwalu Danang Kurniawan Arsitektur dan Liturgi

Gereja JakartaPersetia 2015

Strisno Mudji dan Hendar Putranto Teori-Teori Kebudayaan Yogyakarta

Kanisius 2005

Sudarwani M M Simbolisasi Rumah Tinggal Etnis Cina Jurnal Momentum

Vol 8 Nomor 2 Semarang Oktober 2012

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004

Page 38: “Rumah Adat Sebagai Mikrokosmos”...perilaku (ritual-ritual, laku batin dan gugon tuhon dalam proses pembangunan rumah). 7 Hasil penelitian Dewi (2003) di Bali, Rumah juga sebagai

27

Timo Eben Nuban Pemberita Firman Pecinta Budaya Jakarta BPK Gunung Mulia

2006

Timo Eben Nuban Sidik Jari Allah dalam Budaya Yogyakarta Ledalero2009

Uhi Jannes Alexander Filsafat Kebudayaan Yogyakarta Pustaka Pelajar 2016

Wade Carole dan Carol Tavris Psikologi Jakarta Erlangga Edisi 9 Jilid 1

Welem FDInjildan Masyarakat Jakarta PT BPK GunungMulia 2004