Post on 06-Feb-2021
“PERSPEKTIF KEADILAN UPAYA PENINJAUAN
KEMBALI PUTUSAN PIDANA”
STUDI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.
34/PUU-XI/2013 TENTANG PERMOHONAN
PENINJAUAN KEMBALI LEBIH DARI SATU KALI
TESIS
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar
Magister Hukum
Melita Tamara Usmany
NPM : 322016018
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019
KATA PENGANTAR
Peraturan perundang-undangan dibentuk dengan tujuan
memberikan kepastian bagi seluruh bagi setiap pengemban hak
dan kewajiban untuk tercapainya ketertiban di dalam suatu negara
yang berlandaskan pada prinsip kepastian hukum. Kepastian
hukum yang tidak dapat dipisahkan dari norma hukum yang
tertulis dan dijadikan sebagai pedoman bagi setiap orang.
Kepastian hukum pula memberikan kejelasan bahwa hal-hal apa
saja yang diperbolehkan, dan yang tidak diperbolehkan menurut
hukum dalam setiap peraturan perundang-undangan.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
memuat aturan dasar tentang kekuasaan kehakiman.diatur dalam
Pasal 24 Ayat (1).Berdasarkan pasal tersebut, dalam melaksanakan
penegakan hukum serta keadilan sepenuhnya berada di tangan
lembaga kehakiman, dan diatur selanjutnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Lembaga yang bertugas untuk
menjalankankekuasaan kehakiman tersebut berdasarkan pasal
Pasal 24 Ayat (1) UUD NRI 1945 yaitu Mahkamah Agung serta
lembaga-lembaga peradilan yang ada di bawahnya, dan sebuah
Mahkamah Konstitusi. Dasar hukum yang mengatur tentang
lembaga peradilan tersebut di atas adalah dalam Pasal 24 Ayat (2)
UUD NRI 1945.
Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pelaku kekuasaan
kehakiman yang salah satu kewenangannya disebutkan dalam
pasal 24 c ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, disebutkan mempunyai kewenangan
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang undang terhadap Undang
Undang Dasar.Seringkali mendapat sorotan publik terutama terkait
masalah putusan yang dikeluarkan.Putusan Mahkamah konstitusi
terkadang menimbulkan kontroversi, dan menimbulkan pro kontra
dalam masyarakat khususnya para ahli hukum. Dianggap
kontroversial karena pertimbangan pertimbangan hakim dalam
putusannya yang terkadang dianggap ganjil dan tidak sejalan
dengan apa yang tertulis dalam suatu perundangundangan
sehingga tidak dapat diterima.
Selain Mahkamah Konstitusi sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman juga terdapat Mahkamah Agung seperti dua sisi mata
uang yang berbeda tapi sama putusan Mahkamah Agung juga
terkadang menjadi sorotan publik dan menuai kontroversi, dunia
hukum digemparkan oleh putusan MK nomor 34/PUU-XI/2013
mengenai pengajuan permohonan peninjauan kembali (PK) yang
diputuskan dalam rapat permusyawaratan dantelah dikeluarkan
dalam sidang pleno MK pada tanggal 6 Maret hari kamis 2014,
menyatakan bahwasanya pasal 268 ayat( 3) KUHAP bertentangan
dengan UUD N RI tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat, itu artinya Pk tidak hanya bisa diajukan sekali
tetapi boleh berkali – kali. Putusan dikabulkanya permohonan uji
materiil UU No.8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(KUHP) terahadap Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945( UUD N RI) yang diajukan oleh Antasari
Azhar kepada Mahkamah konstitusi, tak terelakkan lagi menuai
pro dan kontra oleh beberapa pihak kususnya ahli hukum
indonesia, Pasalnya putusan ini membawa imbas bagi dunia
peradilan indonesia. Beberapa pihak mempertanyakan Pengajuan
PK berkali berkali dapatkah memenuhi kepastian hukum ataukah
hanya alat untuk menunda perkara. Selebihnya fenomena putusan
MK No. 34/PUU-XI/2013 dikhawatirkan akan berimplikasi pada
terganggunya keseimbangan antara proses keadilan dengan
kepastian hukum sebagai tujuan hukum.
PutusanMK dinilai memberikan keadilan dan perhargaan
Hak asasi manusia (HAM) mengingat permohonan uji materiil
KUHP diajukan oleh Antasari Azhar yang telah divonis selama 18
tahun penjara akibat didakwa membunuh direktur PT. Rajawali
Putra Banjaran. Sebagaimana diputuskan di tingkat pertama oleh
pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 1532/Pid.
B/2009/PN.Jkt.Sel tanggal 11 februari 2010 dan telah mempunyai
kekuatan hukum tetap ( inkrahct van gewisde ) dengan putusan
Mahmakah Agung (MA) No. 1429K/Pid/2010 tanggal 21
september 2010 yang kemudian diajukan peninjuan kembali (PK)
dan telah diputus oleh MA dengan putusan No. 117PK/Pid/2011
tanggal 13 februari 2012. Putusan MK tersebut berlaku untuk
seluruh rakyat indonesia dan harus ditaati oleh siapapun meskipun
permohonan uji materil dalam MK No.34/PUU-XI/2013
diajukanoleh terpidana Antasari Azhar karena berdasarkan Pasal
24C ayat (1) UUD N RI 1945 putusan MK bersifat final dan
mengikat (Final and Binding).
Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa upaya hukum
luar biasa Peninjauan Kembali secara historis dan filosofis
merupakan upaya hukum yang lahir demi melindungi kepentingan
terpidana.Hal itu berbeda dengan upaya hukum biasa yang berupa
banding atau kasasi yang harus dikaitkan dengan prinsip kepastian
hukum. Sebab, jika tidak adanya limitasi waktu pengajuan upaya
hukum biasa itu, maka akan menimbulkan ketidakpastian hukum
yang melahirkan ketidakadilan karena proses hukum tidak
selesai.Selain itu, alasan lain Mahkamah Konstitusi ialah upaya
hukum luar biasa bertujuan untuk menemukan keadilan dan
kebenaran materil.Keadilan tidak dapat dibatasi oleh waktu atau
ketentuan formalitas yang membatasi upaya hukum luar biasa
Peninjauan Kembali, yang di dalam KUHAP, hanya dapat
diajukan satu kali.
Pada prinsipnya upaya hukum peninjauan kembali yang
diajukan oleh terdakwa sendiri ataupun ahli warisnya terhadap
putusan yang berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde)
tidak menunda eksekusi.Namun apabila dalam pengajuan bukti
baru (novum) yang dapat membuktikan terdakwa tidak bersalah
dan ternyata terdakwa telah dieksekusi, hal ini yang dapat
mencederai rasa keadilan di mana tujuan hukum acara pidana
adalah untukmemberikan keadilan.Namun, menurut pemahaman
penulis, perlu dipertimbangkan lagi untuk memberikan batasan
terhadap upaya hukum peninjauan kembali karena pembatasan
pengajuan peninjauan kembali dapat memberikan kepastian
hukum tapi tidak bagi setiap pencari keadilan di negeri ini.
Studi ini diberi judul “Perspektif Keadilan Upaya
Peninjauan Kembali Putusan Pidana” (Studi Putusan Mahkamah
Konstitusi No. 34/PUU-XI/2013 Tentang Permohonan Peninjauan
Kembali Lebih dari Satu Kali).” Akan mengkaji uraian mengenai
Kasus Posisi, Fakta dalam Persidangan, Pertimbangan Hakim, dan
Amar Putusan, memaparkan tentang Hasil Analisis mengenai
Dasar Pertimbangan Mahkamah Mengabulkan Permohonan
Pengujian Pasal 268 ayat (3) KUHAP dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi No.34/PUU-XI/2013 tentang Pengujian Syarat
Peninjauan Kembali dari Aspek Yuridis maupun Filosofis, serta
menjelaskan mengenai akibat hukum di kabulkannya Putusan MK
No.34/PUU-XI/2013 tentang Pengujian Syarat Peninjauan
Kembali tersebut.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………….............
LEMBAR PENGESAHAN ………………………..............
PERNYATAAN ORISINILITAS TESIS ………….......…
UCAPAN TERIMA KASIH……………………….......….I
KATA PENGANTAR……………………………............. III
DAFTAR ISI …………………………………….…..….... IX
ABSTRAK ………………………………...………...……. XII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………….....………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………….........… 14
C. Tujuan Penelitian ……………………………....... 15
D. Manfaat Penelitian …………………………….....15
E. Landasan Teori ………………………………….. 16
F. Kerangka Pemikiran ……………………………..20
G. Metode Penelitian ……………………………...... 23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Filosofis- Yuridis Lembaga Peninjauan Kembali
(PK) Putusan Pengadilan
1. Konsep Dasar Peninjauan Kembali (PK)…… 26
2. Tujuan Peninjauan Kembali (PK) ……….....28
3. Peninjauan Kembali (PK) Dalam Sistem Peradilan
Di Indonesia ..................................................30
B. Hubungan Hukum Dalam Keadilan
1. Tujuan Hukum ……………………….…...… 33
2. Konsep-Konsep Keadilan …………….……. 33
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Hasil Penelitian
1. Kasus Posisi …………………………….….42
2. Norma yang diajukan untuk diuji ……..….. 49
3. Saksi-Saksi Pemohon …………………....... 52
4. Fakta Persidangan ………………………... 60
5. Pertimbangan Mahkamah Konstitusi …….. 62
6. Amar Putusan ……………………………... 63
B. Analisis
1. Pertimbangan Mahkamah Konstitusi
(MK)Mengabulkan Permohonan Pengujian Pasal 268
Ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP)Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)
No. 34/PUU-XI/2013 Tentang Permohonan Peninjauan
Kembali (PK)Lebih Dari Satu Kali.
a. Gambaran Putusan Mahkamah Konstitusi….64
b. Aspek Yuridis ……………...…………....... 65
c. Aspek Filosofis ………..........………........71
2. Akibat Hukum Dikabulkannya Permohonan Pengujian
Pasal 268 Ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana(KUHAP) Dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi (MK)No. 34/PUU-XI/2013 Tentang
Permohonan Peninjauan Kembali (PK) Lebih Dari Satu
Kali………………..........……….....……75
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………….………….…..78
B. Saran………………………………………....…. 79
Daftar Pustaka
ABSTRAK
Peninjauan kembali pada dasarnya adalah upaya hukum
luar biasa yang disediakan untuk semata-mata melindungi
kepentingan terpidana, bukan kepentingan negara atau korban
dalam rangka mencari kebenaran materiil.Perkembangan
selanjutnya, Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi menyatakan
bahwa Pasal 268 ayat (3) KUHAP, bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar 1945 karena membatasi PK oleh terdakwa hanya
sekali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aturan
hukum yang mengatur mengenai proses peninjauan kembali (PK)
berdasarkan KUHAP dan untuk menjelaskan implikasi Putusan
MK Nomor 34/PUU-XI/2013 terhadap upaya hukum peninjauan
kembali lebih dari satu kali dalam hukum acara pidana. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian hukum
normatif yang dilakukan dengan jenis penelitian hukum (legal
research) yang berorientasi pada dogmatik hukum, dengan
melakukan kajian ilmiah dengan mempelajari isi dari tatanan
hukum positif yang konkret serta meneliti bahan pustaka (library
research), yang merupakan penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder atau
dinamakan penelitian hukum kepustakaan. Yang pada akhirnya
menemukan jawaban dari perumusan masalah yakni mengenai
analisis dasar pertimbangan MK dalam Putusan Nomor 34/PUU-
XI/2013 yang dikaji secara yuridis dan filosofis serta akibat hukum
dari putusan MK tersebut.
Kata Kunci: Putusan Mahkamah Konstitusi, Peninjauan
Kembali, Upaya Hukum PK, Aspek Yuridis dan Aspek
Filosofis.