Post on 19-Aug-2019
i
ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP
PELAKU TINDAK PIDANA CARDING
(STUDI KASUS DI DITRESKIRMSUS POLDA JATENG)
SKRIPSI
Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
Oleh
DEA ALAMANDA PUTRA
8111413237
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan berjudul “Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak
Pidana Carding (Studi Kasus di DITRESKIRMSUS Polda Jateng)” disusun oleh Dea
Alamanda Putra (Nim. 8111413237) telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan
Sidang Ujian Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Ali Masyhar, S.H., M.H. Indung Wijayanto,S.H.,M.H
NIP. 197511182003121002 NIP. 198207132008121002
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Hukum
Dr. Martitah, M.Hum.
NIP. 196205171986012001
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana
Carding (Studi Kasus di DITRESKIRMSUS Polda Jateng)” disusun oleh Dea
Alamanda Putra (Nim. 8111413237), telah dipertahankan di hadapan Sidang Ujian
Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, pada:
Hari : Jumat
Tanggal : 27 Oktober 2017
Penguji Utama
Anis Widyawati, S.H., M.H.
NIP.197906022008012021
Penguji I Penguji II
Dr.Ali Masyhar, S.H., M.H. Indung Wijayanto,S.H.,M.H
NIP. 197511182003121002 NIP. 198207132008121002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum UNNES
Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.H.
NIP. 197206192000032001
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dea Alamanda Putra
NIM : 8111413237
menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap
Pelaku Tindak Pidana Carding (Studi Kasus di DITRESKIRMSUS Polda Jateng)”
adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar, apabila di kemudian hari diketahui adanya plagiasi
maka saya siap mempertanggungjawabkan secara hukum.
Semarang, 10 oktober 2017
Yang Menyatakan,
Dea Alamanda Putra
NIM. 8111413237
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Negeri Semarang, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Dea Alamanda Putra
NIM : 8111413237
Program Studi : Ilmu Hukum (S1)
Fakultas : Hukum
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Negeri Semarang Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas skripsi saya yang berjudul:
Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Carding (Studi Kasus
di DITRESKIRMSUS Polda Jateng)
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Negeri Semarang berhak menyimpan, mengalih
media/memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Semarang
Pada tanggal :10 oktober 2017
Yang menyatakan,
Dea Alamanda Putra
NIM. 8111413237
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan
memudahkannya di dunia dan di ahkirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya
selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya. (HR. Muslim)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, skripsi ini
saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Joko
Pramono dan Ibu Endah Supriyni.
2. Kakak saya Dhika Ramadhan Pramudya.
3. Keluarga besar Doel Rachman.
4. Teman-teman Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang 2013.
vii
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul: Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Carding
(Studi Kasus di DITRESKIRMSUS Polda Jateng). Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang.
3. Dr. Martitah, M.Hum., Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang
4. Rasdi, S.Pd., M.H., Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas
Hukum Universitas Negeri Semarang
5. Tri sulistiyono, S.H., M.H., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Hukum Universitas Negeri Semarang
6. Anis Widyawati, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang serta sebagai Penguji utama Skripsi
viii
7. Dr.Ali Masyhar, S.H., M.H. dan Indung Wijayanto,S.H.,M.H, Dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, kritik, serta
saran dengan sabar dan tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan bekal ilmu.
9. Staf Tata Usaha dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang yang telah membantu penulis selama menempuh perkuliahan.
10. Bapak Erfan selaku Wakil Kepala Unit Cyber Crime DITRESKRIMSUS
POLDA Jawa Tengah yang telah memberikan informasi kepada penulis.
11. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Joko Pramono dan Ibu Endah Supriyani
yang telah memberikan motivasi dan membimbing penulis dengan segala
ketulusan, kesederhanaan, serta kasih sayangnya. Serta memberikan dukungan
baik moral maupun material dan doa yang senantiasa dipanjatkan untuk saya.
12. Kakak saya Dhika Ramadhan Pramudya yang telah memberi support penulis
dan terus memotivasi penulis.
13. Seseorang yang selalu menemani baik susah maupun senang, dan selalu
memberikan motivasi, semangat serta dukungan dalam penulisan skripsi ini.
14. Sahabat seperjuangan dari masa awal kuliah Izmed Bayu Hastardi, Agus Dwy
Nugroho, Ajeng Safira Pravitasari, Ifar Reza Kusuma Artha, Ismanu Alfian,
Melinda Wulandari yang selalu ada baik sedih maupun senang, selalu dapat
memahami kondisi penulis dan mau menerima segala kekurangan penulis dan
ix
terlebih selalu membantu permasalahan yang ada selama penulis
menyelesaikan skripsi ini.
15. Sahabat seperjuangan saat KKN (Melinda, Hajar, Fiqi, Tiffani, Agazeta,
Maya, Saras, Dzikri, Husein, Izmed, Ruth, Leo, Yosia, Eddo) dan PKL
(Ismanu, Maulana, Alef, Enggal, Ridlwan, Izmed, Inaz, Olga, Keren) yang
memberikan motivasi, semangat dan dukungannya kepada penulis selama
proses penulisan skripsi ini.
16. Teman-teman Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang 2013 sebagai
rekan perjuangan yang saling memotivasi selama penulisan skripsi ini.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala ketulusan dan kebaikan tersebut senantiasa dilimpahkan
balasan yang terbaik dari Allah S.W.T. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat dan tambahan pengetahuan serta ilmu bagi pembaca.
Semarang, 10 oktober 2017
Dea Alamanda Putra
x
ABSTRAK
Putra, Dea Alamanda. 2017. Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak
Pidana Carding (Studi Kasus di DITRESKIRMSUS Polda Jateng). Skripsi, Bagian
Pidana Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dr.Ali
Masyhar, S.H., M.H. Pembimbing II Indung Wijayanto,S.H.,M.H.
Kata Kunci: Analisis Yuridis; Pemidanaan Carding
Sejauh ini masyarakat sering menggunakan kartu kredit, mengingat gaya
hidup yang serba cepat dan instant kartu kredit menjadi jawaban atas kebutuhan dan
salah satu pilihan dalam hal alat pembayaran. Lain sisi terdapat berbagai macam
bahaya dari penggunaan kartu kredit tersebut, antara lain: penyalahgunaan kartu
kredit, pembobolan kartu kredit, gaya hidup konsumtif, carding, dan lainnya. Jawa
tengah merupakan salah satu provinsi besar di Indonesia, terutama Semarang, Solo,
Pekalongan, Tegal, yang rentan terhadap kejahatan kejahatan tersebut, banyak kasus
carding yang terjadi. Untuk itu dalam skripsi ini perlu dipahami bagaimana sistem
pemidanaan perlaku carding di Jawa Tengah dan bagaimana tingkat efektivitas UU
ITE dalam menganggulangi tindak pidana carding di Jawa Tengah?
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif danjenis penelitian
yuridis sosiologis. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh
langsung dari Instansi terkait dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Cara pengujian validitas data dengan triangulasi data sumber.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui: (1) Sistem pemidanaan pelaku
carding di Jawa Tengah menggunakan pidana pokok yaitu, Pidana penjara maksimal
10 tahun dan pidana denda maksimal 800.000.000, berdasarkan Pasal 31 ayat (1) dan
(2) UU ITE yang mengatur tentang tindak pidana dan Pasal 47 UU ITE mengenai
pemidanaannya. (2) Tingkat efektivitas UU ITE dalam menanggulangi tindak pidana
carding di Jawa Tengah telah efektif. Karena Relevansi UU ITE dengan kebutuhan
orang yang menjadi target; Kejelasan dari rumusan UU ITE, sehingga mudah
dipahami oleh orang yang menjadi target hukum; UU ITE bersifat melarang, bukan
bersifat mengharuskan. Pada umumnya hukum prohibitur lebih mudah dilaksanakan
daripada hukum mandatur. Simpulan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa:
Sistem pemidanaan pelaku tindak pidana carding di Jawa Tengah berdasarkan pada
Pasal 31 ayat (1) dan (2) UU ITE yang mengatur tentang tindak pidana sedangkan
Pasal 47 UU ITE mengatur tentang pemidanaannya. Tingkat efektivitas UU ITE
terhadap tindak pidana carding telah efektif. Sebaiknya dalam proses penegakan UU
ITE masih perlu diadakan sosialisasi lebih yang mencakup berbagai kalangan,
terutama di kalangan anak sekolah yang masih perlu pembelajaran dan masih sering
penasaran melakukan hal baru dengan mencoba namun tidak mengetahui akibatnya.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii
PENGESAHAN ....................................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
PRAKATA ................................................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN .................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvi
BAB I ........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 6
1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................................... 6
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................. 7
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 7
BAB II ....................................................................................................................... 9
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 9
2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 9
2.2 Landasan Teori .................................................................................................. 12
2.2.1 Teori Efektivitas ......................................................................................... 12
2.2.2 Teori Keseimbangan .................................................................................. 14
xii
2.2.3 Teori Pemidanaan Integratif ....................................................................... 15
2.2.4 Teori Sistem Pemidanaan ........................................................................... 15
2.2.5. Teori Legalitas Hukum ............................................................................. 15
2.3 Landasan Konseptual ........................................................................................ 17
2.3.1 Carding ....................................................................................................... 17
2.3.1.1 pengertian dan jenis Cyber Crime ......................................................... 17
2.3.1.2. Pengertian Carding ............................................................................. 19
2.3.1.3. Ruang Lingkup Carding ..................................................................... 21
2.3.1.4. Dasar Hukum Carding ........................................................................ 22
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................................ 25
BAB III ...................................................................................................................... 26
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 26
3.1 Pendekatan Penelitian ......................................................................................... 26
3.2 Jenis Penelitian .................................................................................................... 27
3.3 Fokus Penelitian .................................................................................................. 27
3.4 Lokasi Penelitian ................................................................................................. 27
3.5 Sumber Data ....................................................................................................... 27
3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 29
3.7 Validitas Data ...................................................................................................... 30
3.8 Analisis Data ....................................................................................................... 32
BAB IV ...................................................................................................................... 34
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................................... 34
4.1 Sistem Pemidanaan Pelaku Tindak Pidana Carding di Jawa Tengah ......... 34
4.1.1 Tindak Pidana Carding ............................................................................... 34
4.1.2. Pertanggungjawaban Pidana ...................................................................... 40
4.1.3. Pidana ......................................................................................................... 47
4.1.4. Tujuan Pemidanaan .................................................................................... 48
4.2. Tingkat Efektivitas UU ITE Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Carding
di Jawa Tengah ................................................................................................. 58
xiii
4.2.1. Pentingnya UU ITE di Masyarakat .......................................................... 58
4.2.2. Teori Efektivitas ....................................................................................... . 60
BAB V ...................................................................................................................... . 67
PENUTUP ............................................................................................................... . 67
5.1 Simpulan ........................................................................................................... . 67
5.2 Saran .................................................................................................................. .67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. . 69
LAMPIRAN ............................................................................................................ . 73
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu .......................................................... 10
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1.Kerangka Berpikir ................................................................................. 25
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 SK Dosen Pembimbing ............................................................. 73
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian di Direktorat Reserse Kriminal Khusus
POLDA Jawa Tengah ............................................................... 74
Lampiran 3 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari Direktorat Reserse
Kriminal Khusus POLDA Jawa Tengah ................................... 75
Lampiran 4 Instrumen Penelitian .................................................................. 76
Lampiran 5 Rekap Hasil Wawancara ........................................................... 77
Lampiran 6 Rekap Hasil Wawancara ............................................................ 83
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian ............................................................. 85
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Globalisasi dari kata global yang berarti dunia, dapat didefinisikan
sebagai suatu tahap dimana seluruh lapisan masyarakat dapat bertukar
informasi secara internasional dan bebas tanpa adanya suatu batas apapun.
Informasi baik maupun buruk dapat diterima secara cepat karena mudahnya
informasi yang didapat dari seluruh dunia, hal ini tak lepas dari adanya peran
internet.
Globalisasi pada awalnya bermula pada abad ke 20, dengan adanya
revolusi transportasi dan adannya perkembangan elektronika yang sangat
pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang
berarti berkembang pula secara cepat globalisasi gagasan modern seperti
negara, konstitusi, nasionalisme, kapitalisme, demokrasi, sekulerisme dan uga
industri perusahaan media.(Winarno, 2000: 55)
Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi selain
memperbaiki dan memberikan kemajuan dalam hal kesejahteraan pada
kehidupan masyarakat, namun menjadi media yang efektif bagi seseorang
ataupun kelompok orang untuk memanfaatkan teknologi dalam hal negatif.
Seperti contohnya melawan hukum atau digunakan melakukan kejahatan
sehingga menyebabkan kerugian bagi masyarakat. Ini menjadikan sebuah
konsep yang dinamakan sebagai “cyber crime” (Wahid, 2005 : 45).
18
Cybercrime berasal dari kata cyber yang berarti dunia maya atau
internet dan crime yang berarti kejahatan. Cybercrime didefinisikan sebagai
perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan teknologi komputer yang
berbasis pada kecanggihan perkembangan teknologi internet. Internet berasal
dari kata interconnection dan network (McGeorge, 1995: 5) merupakan
jaringan yang dibentuk dari kinerja sama sama jaringan komputer yang saling
terhubung atau terkoneksi. Jadi berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa cybercrime merupakan segala bentuk kejahatan yang
terjadi di dunia maya atau internet.
Cyberspace yang dijelaskan di dalam buku cyber crime: Pemahaman
dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi oleh Raharjo (2002:92)
dipadankan dalam bahasa Indonesia dengan istilah dunia maya, terminologi
lain yang muncul seiring dengan pertumbuhan dan penggunaan internet
dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia. Kata cyberspace tidak ditujukan
pada interaksi yang terjadi melalui jaringan komputer saja tetapi juga pada
presentasi grafik data yang berasal dari komputer.
Dunia maya yang kini ada di dalam aktivitas kehidupan masyarakat
muncul tak hanya dalam komputer saja melaikan data lain yang berasal dari
komputer dapat disebut menjadi cyberspace.
Era globalisasi sekarang ini, internet sudah digunakan dalam berbagai
macam aspek kehidupan, menurut Arsyad (2005: 3) perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi juga menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa
batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi dan budaya
secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi informasi mencakup
19
masalah sistem yang mengumpulkan (collect), menyimpan (save),
memproses, memproduksi dan mengirimkan informasi dari dan ke industri
ataupun masyarakat secara efektif dan cepat.
Demikian juga dengan Indonesia, dimana penggunaan teknologi
informasi berkembang dengan sangat cepat dan semakin penting bagi
masyarakat. Selain itu pemanfaatannya pun semakin meluas sehingga
memasuki hampir semua segi kehidupan. (Arsyad, 2005: 3)
Perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara pandang
sebagian pelaku ekonomi dalam beraktivitas, khususnya dalam dunia bisnis.
Sistem teknologi informasi tidak hanya berfungsi sebagai sarana pendukung
meningkatkan kinerja perusahaan, tetapi lebih jauh lagi telah menjadi senjata
untuk mengambil keuntungan secara cepat dengan jalan ilegal, khususnya
menggunakan internet. Dengan menggunakan bantuan komputer, kejahatan
menjadi semakin mudah, cepat, leluasa dan semakin instan untuk dilakukan.
Salah satu sisi kehidupan finansial yang paling cepat berkembang
mengikuti budaya global adalah penggunaan kartu kredit. Instrumen
keuangan ini memberikan berbagai kemudahan baik dalam bertransaksi
maupun manajemen arus kas. Namun demikian selain keuntungan yang
menjanjikan dengan adanya teknologi informasi saat ini, teknologi informasi
juga menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi
peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan memudahkan manusia, sekaligus
menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Penjelasan Undang-
Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
ITE)
20
Melihat fakta hukum sebagaimana yang ada pada saat ini, dampak
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah disalahgunakan
sebagai sarana kejahatan ini menjadi teramat penting untuk diantisipasi
bagaimana kebijakan hukumnya, sehingga cybercrime yang terjadi dapat
dilakukan upaya penanggulangannya dengan hukum pidana, termasuk dalam
hal ini adalah mengenai sistem pembuktiannya. Menurut Sudaryono (2005:
58 ) Dikatakan teramat penting karena dalam penegakan hukum pidana dasar
pembenaran seseorang dapat dikatakan bersalah atau tidak melakukan tindak
pidana, di samping perbuatannya dapat dipersalahkan atas kekuatan undang-
undang yang telah ada sebelumnya (asas legalitas), juga perbuatan mana
didukung oleh kekuatan bukti yang sah dan kepadanya dapat
dipertanggungjawabkan (unsur kesalahan). Pemikiran demikian telah sesuai
dengan penerapan asas legalitas dalam hukum pidana (KUHP) kita, yakni
sebagaimana dirumuskan secara tegas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP "Nullum
delictum nulla poena sine praevia lege poenali" atau dalam istilah lain dapat
dikenal, "tiada tindak pidana, tidak ada pidana, tanpa adanya aturan hukum
pidana terlebih dahulu"
Salah satu bentuk dari cyber crime yang sekarang patut menjadi
perhatian adalah carding. Carding ialah kejahatan kartu kredit dengan
mencuri data kartu kredit milik orang lain dan dapat digunakan untuk
berbelanja secara bebas dan melanggar hukum. Perlu adanaya perhatian
karena masyarakat sering mengalami tetapi tidak melaporkan atau kerugian
materi yang tidak terlalu besar.
21
Carding Menurut Indradi (2000: 36), adalah “penipuan kartu kredit
bila pelaku mengetahui nomor kartu kredit seseorang yang masih berlaku,
maka pelaku dapat membeli barang secara on-line yang tagihannya
dialamatkan pada pemilik asli kartu kredit tersebut, sedangkan pelakunya
dinamakan carder.”
Carding merupakan salah satu bentuk internet fraud, yaitu tindakan
tidak jujur atau penipuan dengan menggunakan internet atau teknologi yang
langsung mendukung internet. Fraud yang dimaksud dalam carding adalah
berupa penggunaan Nomor kartu kredit yang diperoleh secara tidak sah untuk
memesan sejumlah barang atau transaksi secara on-line, maka dari itu
dikatakan bahwa carding merupakan perbuatan yang melawan hukum.
Dengan dasar hukum UU ITE, namun kini Undang-Undang tersebut telah
diperbaharui oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan
atas UU Nomor 11 Tahun 2008 dan telah berlaku sejak 1 Desember 2016.
Perkembangan kasus carding di Indonesia juga bergerak sangat cepat.
Menurut hasil riset terkini yang dilakukan perusahaan sekuriti
Clearcommerce (www.clearcommerce.com) yang berbasis di Texas,
menyatakan bahwa Indonesia berada di urutan pertama negara asal pelaku
Cyber fraud. Ditambahkan pula, bahwa sekitar 20 persen total transaksi kartu
kredit dari Indonesia melalui internet adalah Cyber fraud. Riset tersebut juga
mensurvei 1.137 merchant, 6 juta transaksi, 40 ribu customer.(Endah, 2010)
Sementara itu data dari Kepolisian Republik Indonesia menyebutkan bahwa
rata-rata 200 kasus cybercrime yang ditangani umumnya didominasi oleh
credit card fraund dengan sasaran luar negeri seperti Amerika Serikat,
22
Australia, dan Kanada, dengan pelaku berasal dari kota-kota besar seperti
Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Riau. (Sigid, 2012: 29)
Sehubungan dengan uraian di atas, mengingat pentingnya pelaksanaan
pemidanan bagi pelaku tindak pidana carding penulis tertarik untuk lebih
mengetahui secara nyata dan lebih mendalam serta membahas sebagai skripsi
dengan judul ANALISIS YURIDIS PEMIDANAN TERHADAP
PELAKU TINDAK PIDANA CARDING (STUDI KASUS PADA
DITRESKRIMSUS POLDA JATENG)
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Terdapat identifikasi masalah, antara lain:
1. Dasar hukum yang mengatur permasalahan terkait penegakan
hukum cyber crime.
2. Sistem pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana carding.
3. Carding sebagai tidak pidana baru.
4. Faktor kriminogen yang muncul dari adanya cyber crime.
5. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang carding.
6. Efektivitas UU ITE terhadap cyber crime.
1.3. PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah bertujuan agar penelitian terfokus pada
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini saja dan tidak melebar di
luar tujuan penelitian, sehingga perlu melakukan pembatasan terhadap
identifikasi permasalahan di atas, yang meliputi:
1. Sistem pemidanaan pelaku carding di Indonesia.
2. Efektivitas UU ITE terhadap pelaku carding.
23
1.4. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pemidanaan pelaku tindak pidana carding di
Jawa Tengah ?
2. Bagaimana tingkat efektivitas Undang – Undang ITE dalam
menanggulangi tindak pidana carding di Jawa Tengah ?
1.5. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui dan menganalisis sistem pemidanaan terhadap pelaku
pelaku carding di Indonesia khususnya di Jawa Tengah.
2. Mengetahui dan menganalisis problematika yang timbul dari
adanya carding dan efektivitas dari hukum yang mengaturnya.
1.6. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
dan praktis sebagai berikut:
1. Segi Teoritis
Ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberi
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
Ilmu Hukum, terutama pada bidang Kejahatan Dunia Maya cyber crime
atau lebih spesifik lagi pada bidang kejahatan yang timbul dari adanya
carding, sehingga dapat memberikan kontribusi akademis mengenai
gambaran perlindungan yang baik.
24
2. Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membawa hasil yang dijadikan bahan
masukan bagi para pihak yang berkaitan dengan perlindungan atas segala
bentuk traksaksi kartu kredit yang bertujuan dapat melakukan carding.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu telah ada dan di lakukan oleh beberapa pihak,
antara lain adalah “Carding Dan Mahasiswa (Studi Kasus tentang Fenomena
Carding di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya Malang)” menjelaskan bahwa carding yang dilakukan
oleh mahasiswa dari Universias Brawijaya tersebut berawal dari sekumpulan
mahasiswa yang mencoba-coba mempelajari hal tersebut. Penelitian ini
dilakukan oleh Septian Adri Nugroho.
Selain itu, “Carding Sebagai Bentuk Budaya Konsumerisme
Modern“ ditulis oleh Zulfiqar Hafizh Aslam, menurutnya diakui atau tidak,
saat ini standar hidup yang digunakan masyarakat Indonesia adalah standar
hidup yang lebih cenderung pada kehidupan barat. Konsumsi pun menjadi
tidak dapat dinalar karena kuatnya keinginan untuk menjadi “barat”.
Konsumsi dilakukan tidak lagi hanya untuk memenuhi kebutuhan saja
melainkan mengonsumsi merk yang dicitrakan dari materi tersebut, dan ujung
ujungnya pun yang bersangkutan berunsur “barat” dan carding digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumerisme tersebut.
Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian
terdahulu adalah pertama penelitian tentang “Carding Dan Mahasiswa (Studi
Kasus tentang Fenomena Carding di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang)” penelitian tersebut
26
ditujukan kepada masalah pola norma, jaringan dan kepercayaan yang sudah
ada diantara para carder mahasiswa Universitas Brawijaya, adanya
kepercayaan setiap carder dalam membagi ilmunya dan bersama-sama guna
mencari hasil dari carding tersebut. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun
2015.
Penelitian di atas berbeda dengan peneletian yang akan dilakukan, di
dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, memiliki masalah
bagaimana sistem pemidanaan terhadap pelaku carding dan bagaimana
efektivitas Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi
Telekomunkasi Elektronik studi kasus di Jawa Tengah.
Penelitian kedua mengenai “Carding Sebagai Gaya Konsumerisme
Modern” ditujukan kepada masalah budaya kosnumerisme oleh para
skateboarder (pemain papan luncur) surabaya yang terbiasa untuk membeli
barang-barang skateboard impor secara online, mereka mencari cara yang
bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuan berbelanja barang yang mereka
inginkan, salah satunya dengan carding. Penelitian dilakukan pada tahun
2014.
Tabel 2.1
Perbedaan Penelitian Terdahulu
Penelitian Septian Adri
Nugroho
Zulfiqa Hafizh Aslam Dea Alamanda Putra
Judul Carding Dan
Mahasiswa (Studi
Kasus tentang
Fenomena Carding
di Kalangan
Mahasiswa
Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu
Carding Sebagai
Bentuk Budaya
Konsumerisme
Modern
Analisis Yuridis
pemidanaan terhadap
pelaku tindak pidana
carding (Studi Kasus
Pada
DITRESKRIMSUS
POLDA JATENG)
27
Politik Universitas
Brawijaya Malang)
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana pola
jaringan sosial
para mahasiswa
pelaku carding
di FISIP UB?
1. Bagaimana
konsumerisme
bisa memunculkan
tindakan carding
di kalangan
komunitas
skateboard
Surabaya ?
2. Bagaimanakah
motif para pelaku
carding (carder)
di kalangan
komunitas
skateboard
Surabaya ?
1. Bagaimana sistem
pemidanaan
pelaku tindak
pidana carding di
jawa tengah ?
2. Bagaimana tingkat
efektivitas UU ITE
dalam
menanggulangi
tindak pidana
carding di Jawa
Tengah ?
Tujuan
Penelitian
Untuk mengetahui
modal sosial yang
ada pada para
carder, serta untuk
mengetahui pola
jaringan sosial
mahasiswa sebagai
pelaku carding.
Untuk mengetahui
wujud budaya
konsumerisme
modern pada suatu
komunitas unik yaitu
komunitas skateboard
Surabaya dan
mengetahui proses
terbentuk carding
sebagai budaya
konsumerisme
modern di kalangan
komunitas skateboard
Surabaya
Untuk mengetahui dan
menganalisis sistem
pemidanaan terhadap
pelaku carding di
Indonesia serta
problematika yang
timbul dari adanya
carding dan
efektivitas dari
hukum yang
mengaturnya.
Metode
Penelitian
Metode dalam
penelitian ini
adalah kualitatif
dengan pendekatan
studi kasus
Metode dalam
penelitian ini adalah
jenis penelitian
yuridis sosiologis
dengan pendekatan
penelitian deskriptif
kualitatif
metode dalam
penelitian ini adalah
jenis penelitian
yuridis sosiologis
dengan pendekatan
kualitatif
Hasil /
Kesimpulan
Para mahasiswa
yang juga pelaku
carding dalam
aktifitasnya
melakukan sebuah
kerjasama, dimana
kerjasama tersebut
dilakukan untuk
mendapatkan
sebuah hasil yaitu
Para pelaku
carding¸carder dalam
hal ini adalah para
skateboarder merasa
dirinya kurang
percaya diri dengan
peralatan dan pakaian
yang di gunakan pada
saar bermain
skateboard dirasa
28
keuntungan yang
maksimal. Para
carder ini. Di
dalam kerjasama
tersebut terdapat
norma yang berupa
keterbukaan
informasi tentang
teknis carding.
Selain itu diantara
para carder ini
terdapat sebuah
kepercayaan untuk
saling
menyembunyikan
identitas mereka.
biasa saja, mereka
ingin seperti para
pemain skate idaman
mereka yang tampil
dengan barang
branded, alhasil
untuk jalan keluar
mereka melakukan
carding untuk
berbelanja keperluan
skateboard dan
pakaian mereka .
2.2. LANDASAN TEORI
2.2.1. Teori Efektivitas
Setiap penelitian dalam rangka menyusun skripsi, tesis, atau disertasi
harus disertai dengan pemikiran kerangka teoritis. Hal ini disebabkan karena
adanya hubungan timbal balik antara teori dengan kegiatan-kegiatan
pengumpulan data, kontruksi data, pengolahan data, dan analisa data.
Menurut Ronny (1985: 37), terdapat syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah
teori, antara lain sebagai berikut:
1. Logis dan konsisten, yaitu dapat diterima oleh akal sehat dan tidak adanya
hal-hal yang saling bertentangan dalam kerangka pemikiran itu.
2. Teori terdiri dari pernyataan-pernyataan yang mempunyai interelasi yang
serasi mengenai gejala tertentu.
3. Pernyataan-pernyataan di dalam sebuah teori mencakup semua unsur-
unsur dari gejala yang termasuk ruang lingkupnya.
4. Tidak boleh terjadi duplikasi dalam pernyataan-pernyataan itu.
29
5. Teori harus dapat diuji kebenarannya secara empiris.
Kerangka teoritis atau teori memiliki kegunaan untuk lebih
mempertajam atau mengkhususkan fakta yang akan diselidiki atau diuji
kebenarannya, mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur
konsep serta mengembangkan definisi. Teori biasanya merupakan ihtiar dari
pada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut
obyek yang akan diteliti dan memberikan kemungkinan mengadakan proyeksi
terhadap fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya
fakta tersebut dan mungkin fakta tersebut muncul lagi pada masa mendatang
dan teori memberi petunjuk atas kekurangan-keurangan yang ada pada
pengetahuan peneliti.
Teori efektivitas menurut Achmad Ali dalam bukunya yang berjudul
“Menguak Takbir Hukum” ia mengemukakan bahwa keberlakuan hukum
dapat efektif apabila relatif memenuhi sebagian, memenuhi sebagian yaitu 3
dari 5 teorinya, antara lain:
1. Relevansi aturan hukum dengan kebutuhan orang yang
menjadi target.
2. Kejelasan dari rumusan subtansi aturan hukum, sehingga
mudah dipahami oleh orang yang menjadi target hukum.
3. Sosialisasi yang optimal kepada semua orang yang menjadi
target hukum.
4. Undang-undang sebaiknya bersifat melarang, bukan bersifat
mengharuskan. Pada umumnya hukum prohibitur lebih
mudah dilaksanakan daripada hukum mandatur.
5. Sanksi yang akan diancam dalam undang-undang harus
dipadankan dengan sifat undang-undang yang dilanggar,
suatu sanksi yang tepat untuk tujuan tertentu, mungkin saja
tidak tepat untuk tujuan lain. Berat sanksi yang diancam
harus proporsional dan memungkinkan untuk dilaksanakan.
Achmad Ali (2010: 235) mengatakan bahwa ketika kita ingin
mengetaui sejauh mana efektivitas dari hukum, maka kita pertama harus
30
dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati, lebih
lanjut achmad ali pun mengemukakan bahwa pada umumnya faktor yang
banyak mempengaruhi efektivitas suatu perundang-undangan adalah
profesionaltias oprimal pelaksanaan peran, wewenang dan fungsi dari para
penegak hukum, baik didalam menjalankan tugas yang dibebankan terhadap
diri mereka maupun dalam menegakan perundang-undangan tersebut.
2.2.2. Teori Keseimbangan
Barda Nawawi dalam bukunya berpendapat (1992:10), individualisasi
pemidanaan dibangun berdasarkan ide keseimbangan dalam pemindanaan,
yaitu mencakup 4 hal sebagai berikut :
1. Keseimbangan monodualistik antara kepentingan umum atau
masyarakat dengan kepentingan individu atau perorangan.
Dalam ide keseimbangan tersebut, kepentingan umum dan
kepentingan individu tersebut tercakup ide
perlindungan/kepentingan korban, dan ide individualisasi
pemidanaan.
2. Keseimbangan antara unsur objektif (yaitu perbuatan atau
lahiriah) dengan unsur subjektif (batiniah atau sikap batin),
dan ide daatdaader strafrecht.
3. Keseimbangan antara kriteria formil dan materiil.
4. Keseimbangan antara kepastian hukum dengan kelenturan
atau elastisitas atau fleksibilitas dan keadilan.
Selain ke-empat unsur tersebut, dalam laporan akhir panitia terpadu
penyusunan RUU tentang KUHP tahun 2014 Indonesia, diuraikan bahwa
keseimbangan nilai-nilai nasional dan nilai-nilai global, international, atau
universal perlu digunakan sebagai dasar pelaksanaan konsep individualisasi
pemidanaan. (Penjelasan Rancangan Undang-Undang tentang KUHP, Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,2015)
31
2.2.3. Teori Pemidanaan Integratif
Menurut Mulyadi (2008: 201) teori pemidanaan integratif dikatakan
bahwa teori ini mempunyai tujuan yaitu perlindungan masyarakat,
pemeliharaan solidaritas masyarakat, pencegahan umum dan khusus, dan
pengimbalan atau pengimbangan.
2.2.4. Teori Sistem Pemidanaan
Sistem pemidanaan Menurut Barda Nawawi Arief (2002: 129),
apabila pengertian pemidanaan diartikan secara luas sebagai suatu proses
pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim, maka dapatlah dikatakan
bahwa sistem pemidanaan mencakup keseluruhan ketentuan perundang-
undangan yang mengatur bagaimanan hukum pidana itu ditegakkan atau
dioperasionalkan secara konkret sehingga seseorang dijatuhi sanksi (hukum
pidana). Ini berarti semua aturan perundang-undangan mengenai hukum
pidana substantif, Hukum Pidana Formal dan Hukum Pelaksanaan pidana
dapat dilihat sebagi suatu kesatuan sistem pemidanaan dilihat dari jenis jenis
pidananya (strafsort), pelaksanaan pidananya (strafmodus) dan berat ringan
pidana yang diberikan (strafmaat).
2.2.5. Teori Legalitas Hukum
P.A.F. Lamintang dalam bukunya (1997 : 123) mengartikan rumusan
Pasal 1 ayat (1) tersebut sebagai Tidak ada suatu perbuatan yang dapat
dihukum, kecuali berdasarkan ketentuan pidana menurut undang-undang
yang telah ada lebih dahulu daripada perbuatan itu sendiri. Lebih lanjut
P.A.F. Lamintang, menerangkan bahwa terkait dengan rumusan Pasal 1 ayat
32
(1) KUHP tersebut, dalam praktek kita akan menjumpai banyak tejemahan,
yang satu dengan lainnya ternyata sangat berbeda dan yang dalam
penggunaannya dapat menimbulkan kesalahpahaman di antara mereka
yang belum benar-benar menguasai ilmu pengetahuan hukum pidana, dan
tanpa disadari oleh para penerjemahnya sendiri. Kesalahan yang
tampaknya tidak berarti dalam di dalam menerjemahkan ketentuan-
ketentuan pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana itu dalam
kenyataannya dapat mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang fatal dalam
penerapannya. Sebagai contoh dikemukakan misalnya terjemahan rumusan
ketentuan pidana menurut Pasal 1 ayat (1) KUHP tersebut di atas ke dalam
bahasan Indonesia yang telah dilakukan oleh Mr. E.M.L.
ENGELBRECHT yang berbunyi: “tiada suatu perbuatan yang boleh
dihukum, melainkan atas kekuatan aturan pidana dalam undang-undang,
yang terdahulu dari perbuatan itu”. Bagi orang awam penafsiran tersebut
seolah-olah yang dapat dihukum adalah perbuatan yang diatur dalam
peraturan hukum (Kitab Undang - Undang Hukum Pidana) saja, dan telah
di undangkan, namun sebaliknya yang dimaksud di situ sebenarnya adalah
undang-undang dalam arti material, hingga termasuk pula ke dalam
pengertiannya yaitu semua peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah
33
2.3. LANDASAN KONSEPTUAL
2.3.1. Carding
2.3.1.1. Pengertian dan jenis cyber crime
Cyber crime adalah tindak kejahatan yang dilakukan di dunia maya
atau internet. dimana tindakan tersebut dapat merugikan orang lain.
Seseorang melakukan itu atas keinginan untuk sekedar ingin tahu dan juga
atas keinginan memperoleh keuntungan dari pihak lain. Banyak jenis
kejahatan dari dunia maya tersebut diantaranya :
1. Spoofing
Spoofing adalah aksi pemalsuan identitas. Spoofing merupakan
tehnik yang digunakan bagi penyelundup untuk mengakses sebuah
network dengan mengirimkan paket atau pesan dari sebuah
komputer yang mengindikasikan bahwa paket atau pesan tersebut
berasal dari host yang terpercaya. Untuk melakukan aksi ini para
penyelundup menggunakan tehnik yang bermacam-macam, dan
spoofing sendiri merupakan salah satu bagian dari proses
penyerangan.
2. Defacing
Defacing adalah istilah dimana seseorang atau kelompok dengan
sengaja mengubah isi situs atau website milik orang lain dengan
tujuan untuk mencuri data atau mengacak-acak data yang ada di
dalamnya.
34
3. Carding
Carding adalah berbelanja menggunakan Nomor dan identitas kartu
kredit orang lain, yang diperoleh secara ilegal, biasanya dengan
mencuri data di internet.
4. Hacking
Hacking adalah aktivitas menjebol atau membobol suatu program
milik orang lain. Pelakunya disebut Hacker. Biasanya seorang
Hacker mampu menguasai sebagian besar bahasa pemrograman
yang di manfaatkannya untuk membobol keamanan atau security
dari suatu program di komputer milik orang lain dengan tujuan
untuk mencuri data dari komputer korbannya.
5. Spamming
Spamming adalah pengiriman iklan atau surat elektronik yang
biasanya berisi hal yang tidak dikehendaki atau biasanya berisi
penipuan. Tujuan dari spamming adalah untuk mengajak korbannya
untuk mengikuti atau membantu si pengirim pesan spam untuk
bekerja sama dalam bisnis khayalannya. Biasanya korban dari
Spamming disuruh mengirimkan uang dengan nominal tertentu
kepada pengirim spam. Namun modus seperti itu sudah jarang
muncul.
6. Phising
Phising adalah memancing orang lain untuk memberikan username
dan password pada suatu website atau laman yang sudah di-deface.
35
Kebanyakan korbannya adalah pengguna online banking yang
sering melakukan transaksi melalui dunia internet.
7. Malware
Malware adalah program dari komputer yang mencari kelemahan
dari suatu software tertentu. Malware biasanya muncul berupa
virus-virus yang akan membobol atau mencuri data yang kita miliki.
Sebagian Malware yang berupa virus dapat dibersihkan
menggunakan Antivirus, sedangkan ada beberapa yang sulit hilang.
2.3.1.2. Pengertian Carding
Pengertian Carding, Carding adalah berbelanja menggunakan Nomor
dan identitas kartu kredit orang lain, yang diperoleh secara ilegal, biasanya
dengan mencuri data di internet. Sebutan lain untuk kejahatan jenis ini adalah
cyberfroud alias penipuan di dunia maya. Menurut riset Clear Commerce Inc,
perusahaan teknologi informasi yang berbasis di Texas – AS , Indonesia
memiliki carder terbanyak kedua di dunia setelah Ukrania. Sebanyak 20
persen transaksi melalui internet dari Indonesia adalah hasil carding.
Akibatnya, banyak situs belanja online yang memblokir IP atau Internet
Protocol (alamat komputer internet) asal Indonesia. Kalau kita belanja online,
formulir pembelian online shop tidak mencantumkan nama negara Indonesia.
Artinya konsumen Indonesia tidak diperbolehkan belanja di situs itu.
Pengertian / definisi carding dari beberapa sumber :
1. Carding menurut Wahid (2005: 40) adalah “Carding merupakan
penyalahgunaan kartu kredit dengan menggunakan internet dan
36
komputer sebagai medianya dan di lakukan secara online dengan
mencoba nomor-nomor yang ada dengan cara memalsukannya.“
2. Carding menurut Johannes (2004: 1) adalah penyalahgunaan kartu
kredit menggunakan internet, carding merupakan triminologi
yang biasa digunakan para hacker bagi perbuatan yang terkait
penipuan menggunakan kartu kredit, informasi kartu kredit yang
dicuri untuk membeli barang dan jasa.
3. Carding adalah penyalahgunaan data kartu kredit yang biasa
dilakukan oleh pengguna internet yang tidak bertanggung jawab
untuk belanja online dengan menggunakan kartu kredit orang lain
secara ilegal. Cara melakukan carding yang cukup mudah
membuat teknik ini marak di tahun 1999. Seorang pelaku carding
(carder) tidak perlu mencuri kartu kredit orang lain tersebut untuk
melakukan transaksi di internet. Sebagai informasi, transaksi
kartu kredit di internet cukup dilakukan dengan memasukkan
nomor kartu kredit dan Nomor rahasia yang biasanya terdiri dari 3
digit di balik kartu dan Nomor kadaluarsa kartu tersebut.
(http://group6carding.blogspot.com/2013/04/pengertian-carding-
carding-adalah.html) diakses 13 Desember 2016.
4. Carding sendiri adalah melakukan transaksi pembelian suatu
barang atau jasa dengan menggunakan identitas kartu kredit milik
orang lain, yang diperoleh si pelaku (carder) dengan cara
melawan hukum, biasanya dengan cara mengakses, menjebol dan
mengambil data kartu kredit milik korban, melalui jaringan
37
internet(http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50d669a76e
781 /proses-penyelidikan-kejahatan-carding-lintas-negara)
diakses 16 Desember 2016
2.3.1.3. Ruang Lingkup Carding
Carding dapat meliputi antara lain:
1. Carder
Carder adalah pelaku dari carding, carder menggunakan e-mail,
banner arau pop-up window untuk menipu netter ke situs web palsu,
dimana netter diminta untuk memberikan informasi pribadinya.
Teknik umum yang sering digunakan oleh para carder dalam aksi
pencurian adalah membuat situs atau e-mail palsu atau disebut juga
phising dengan tujuan memperoleh informasi nasabah seperti Nomor
rekening, PIN (Personal Identification Number), atau password.
Pelaku kemudian melakukan kofigurasi PIN atau password setelah
memperoleh informasi dari nasabah, sehingga dapat mengambil dana
dari nasabah tersebut. Target carder yaitu pengguna layanan internet
banking atau situs-situs iklan, jejaring sosial, online shopping dan
sejenisnya yang ceroboh dan tidak teliti dalam melakukan transaksi
secara online melalui situs internet. Carder mengirim sejumlah e-mail
ke target sasaran dengan tujuan untuk meng up-date atau mengubah
user ID dan PIN nasabah melalui internet. E-mail tersebut terlihat
seperti dikirim dari pihak resmi, sehingga nasabah seringkali tidak
menyadari kalau sebenarnya sedang ditipu. Pelaku carding
mempergunkan fasilitas internet dalam mengembangkan teknologi
38
informasi tersebut dengan tujuan yaitu menimbulkan rusaknya lalu
lintas mayantara (cyberspace) demi terwujudnya tujuan tertentu antara
lain keuntungan pelaku dengan merugikan orang lain disamping
membuat, ataupun menerima informasi tersebut.
2. Netter
Netter adalah pengguna internet, dalam hal ini adalah penerima
email (nasabah sebuah bank) yang dikirimkan oleh para carder.
3. Cracker
Cracker adalah sebutan untuk orang yang mencuri kelemahan
sistem dam memasukinya untuk kepentingan pribadi dan mencari
keuntungan dari sistem yang dimasuki seperti pencurian data,
penghapusan, penipuan dan banyak yang lainnya.
4. Bank
Bank adalah badan hukum yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank juga
merupakan pihak yang menerbitkan kartu kredit / debit dan sebagai
pihak penyelenggara mengenai transaksi online, e-commerce, internet
banking dan lain-lain.
2.3.1.4. Dasar Hukum Carding
Indonesia belum memiliki hukum yang secara spesifik mengatur
tentang e-commerce. Sampai saat ini, permasalahan e-commerce dan carding
diatur dalam UU ITE, walaupun belum secara keseluruhan mencakup atau
39
memayungi segala perbuatan atau kegiatan di dunia maya, namun telah cukup
untuk dapat menjadi acuan atau patokan dalam melakukan kegiatan cyber
tersebut.
Beberapa Pasal dalam UU ITE yang berhubungan dengan e-commerce
adalah sebagai berikut: Pasal 2, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 18 Pasal 20, Pasal 21,
Pasal 22, Pasal 46.
Pasal guna mengatur carding secara langsung di dalam UU ITE yaitu
pasal 31 ayat 1 dan pasal 31 ayat 2 yang menjelaskan karena dalam salah satu
langkah untuk mendapatkan nomor kartu kredit carder sering melakukan
hacking ke situs-situs resmi lembaga penyedia kartu kredit untuk menembus
sistem pengamannya dan mencuri nomor-nomor kartu tersebut.
Selain mengacu kepada UU ITE di atas, ada beberapa peraturan atau
Undang-Undang yang mengikat dan dapat dijadikan sebagai payung hukum
dalam kegiatan bisnis carding, diantaranya adalah:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen
Perusahaan.
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
6. Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
Meskipun hingga saat ini Indonesia belum memiliki regulasi yang
spesifik atau khusus mengatur tentang carding, akibat-akibat yang timbul dari
40
adanya internet atau terjadi di dunia maya akan diatur oleh hukum non
elektronik yang berlaku. Timbulnya pencurian yang dilakukan oleh carder
pada dasarnya telah di atur dalam Pasal 362 KUHP dengan variasinya diatur
dalam Pasal 363 KUHP yakni tentang Pencurian dengan Pemberatan, 364
KUHP tentang Pencurian Ringan, 365 KUHP tentang Pencurian yang disertai
dengan Kekerasan, 367 KUHP tentang pencurian dilingkungan keluarga.
Penjeratan pelaku Penyalahgunaan Kartu Kredit dengan Pasal KUHP
dimungkinkan, hanya saja perlu digunakan penafsiran yang ekstensif oleh
aparat penegak hukum karena KUHP yang sekarang berlaku pembentukannya
ditujukan untuk mengatur perbuatan yang nyata.
“ Barang siapa mengambil baran sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud melawan hukum,
diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima
Tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah.”
Unsur Pasal 362 KUHP telah terpenuhi karena ‘mengambil’ tidak
diartikan secara sempit seperti memegang tetapi dengan mengambil dan
mengalihkan data mengenai Nomor-Nomor kartu kredit dan
mempergunakannya sudah termasuk dalam pengertian ‘mengambil’. Sebagai
contoh adalah pencurian arus listrik ditafsirkan sebagai perbuatan
‘mengambil’.
.
41
2.4. Kerangka Pikir
Bagan 2.1
Kerangka berpikir
Cyber crime
Kartu kredit
Carding
Data pribadi
nasabah
Masih terdapat
permasalahan
hukum
Kejahatan
lebih canggih
Perkembangan
Informasi dan
teknologi
1. Bagaimana sistem pemidanaan pelaku tindak pidana carding ?
2. Bagaimana tingkat efektifitas Undang – Undang No. 11 Tahun 2008 dalam
menanggulangi tindak pidana carding di Jawa Tengah ?
83
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini,
dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu:
1. Sistem pemidanaan pelaku tindak pidana carding di Jawa Tengah
didasarkan pada Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) UU ITE yang mengatur
tentang tindak pidana sedangkan ketentuan pidana diatur dalam Pasal 47
UU ITE.
2. UU ITE dalam menanggulangi tindak pidana carding di Jawa Tengah
telah efektif dan berjalan sesuai kebutuhan masyarakat, karena dapat
memenuhi 3 dari 5 syarat yaitu:
a. Relevansi UU ITE dengan kebutuhan orang yang menjadi target.
b. Kejelasan dari rumusan UU ITE, sehingga mudah dipahami oleh
orang yang menjadi target hukum.
c. UU ITE bersifat melarang, bukan bersifat mengharuskan. Pada
umumnya hukum prohibitur lebih mudah dilaksanakan daripada
hukum mandatur.
5.2 Saran
1. Pemidanaan terhadap pelaku carding dalam UU ITE perlu dilakukan
pembaharuan secara materil dan formil, pembaharuan secara materil
tersebut meliputi lebih terperinci apa saja perbuatan yang dapat dikatakan
sebagai carding, sebaiknya diatur secara tersendiri dengan bahasa yang
mudah dipahami masyarakat awam. Sedangkan pembaharuan secara
84
formil pemidanaan terhadap pelaku seharusnya denda yang dijatuhkan
harus melihat berapa kerugian yang diakibatkan, sebaiknya tidak
menggunakan denda maksimal khusus, jika kerugian yang ditimbulkan
lebih atau kurang dari denda maksimal khusus yang ada, maka akan
menguntungkan pelaku jika denda tersebut lebih dari ketentuan maksimal
khusus yang berlaku sekarang. Sesuai dengan pendapat pakar hukum
pidana fakultas hukum unnes yang mengatakan bahwa perlu adanya
pembaharuan secara formil dan materil mengingat masih terdapat
kekurangan.
2. Dalam proses penegakan UU ITE masih banyak masyarakat yang kurang
mengetahui adanya UU ITE, sebaliknya masyarakat juga butuh namun
masyarakat kurang mengetahuinya, perlu adanya sosialisasi lebih baik
tentang UU ITE ini sendiri, dan mencakup berbagai kalangan, terutama di
kalangan anak sekolah yang masih suka mencoba hal baru tanpa
mengetahui batasan dan akibat yang akan didapatnya.
85
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Ali, Achmad.2002.Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis)
,Jakarta : Penerbit Toko Gunung Agung.
Ashshofa, Burhan. 2007. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Rineka Cipta.
Cady, Glee harrah dan Pat Mcgoerge. 1995. Mastering the Internet. California :
Sybex.
Ibrahim,Johannes.2004. Kartu Kredit (Delematis Antara Kontrak dan Kejahatan).
Bandung : Refika Aditama.
Indradi, Ade Ary Sam. 2006. Carding (Modus Operandi, Penyidikan dan
Penindakan). Jakarta : Pensil-324
Marpaung, Leden. 2009. Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana. Jakarta : Sinar
Grafika.
Mertokusumo, Sudikno. 2006. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar. Yogyakarta:
Liberty.
Mulyadi, Lilik. 2008. Bunga Rampai Hukum Pidana Perspektif Teori dan Praktik.
Bandung : Alumni.
Moleong, L.J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Moeljatno. 1993. Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam Hukum
Pidana. Jakarta: Bina Aksara.
Nawawi Arief, Barda. 1992. Teori-Teori dan Kebijakan Hukum Pidana. Bandung
: Alumni.
__________________. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
__________________. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan
Penanggulangan Kejahatan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Prodjodikoro, Wirjono. 2003. Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia.
Bandung : Refika Aditama.
Raharjo, Agus. 2002. Cyber crime: Pema haman dan Upaya Pencegahan
Kejahatan Berteknologi. Bandung : PT. Aditya Bakti.
86
Sanusi, M.Arsyad. 2005. Hukum Teknologi & Informasi. Jakarta: Tim Kemas
Buku
.
Soemitro, Ronny Hanitijo. 1985. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Soekanto, Soerjono. 1982. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI-Press.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji. 2001. Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat. Cetakan Kedelapan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Sudaryono dan Natangsa Surbakti. 2005. Hukum Pidana. Surakarta: Fakultas
Hukum UMS.
Sudarto. 1990. Hukum Pidana I cetakan ke II. Semarang : Yayasan Sudarto
Fakultas Hukum UNDIP.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
_______. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung : CV.
Alfabeta.
Suseno, Sigid. 2012. Yurisdiksi Tindak Pidana Siber. Bandung : Refika Aditama.
Wahid, Abdul dan Mohammad Labib. 2005. Kejahatan mayantara (cybercrime).
Bandung : PT. Refika Aditama.
Winarno, Budi. 2000. Globalisasi peluang atau ancaman bagi indonesia.
Yogyakarta : Erlangga.
JURNAL ILMIAH :
Dias, Clarence J. 1975. Research on Legal Service And Poverty: its Relevance to
the Design of Legal Service Program in Developing Countries,
Washsington University Law Reviewer Vol. 1, Issue 1, hal. 150
Diponegoro Law Review, Volume 1, Nomor 4, Tahun 2012, Hal 1-7
Journal of Criminal Law and Criminology, Volume 76, Isuue 3, Article 7, hal. 3
Lestari, Endah. 2010. Tinjauan Yuridis Kejahatan Penggunaan Kartu Kredit di
Indonesia. Jurnal Hukum Vol. 8 No.18 april.
87
Yudoyono, Susilo Bambang. 2005. Sumbangan ICT dalam Membangun Good
Govenrannce Amat Besar. Jurnal Indonesia,Vol. 1, Edisi Juni 2005
halaman 25-27.
Perundang-undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Rancangan Undang-Undang tentang KUHP, Departemen Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, 2015.
Website :
http://ondenothe.blogspot.com/ diakses 13 Desember 2016
http://cybercarding2.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo_5470.html
diakses 13 Desember 2016
http://www.carabuatakun.com/2015/03/cyber-crime-macam-dan-
pengertiannya.html diakses 30 April 2017
http://group6carding.blogspot.com/2013/04/pengertian-carding-carding-
adalah.html diakses 13 Desember 2016
88
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50d669a76e781/proses-penyelidikan-
kejahatan-carding-lintas-negara. diakses 16 Desember 2016
Ngaziz, Amal Nur. (2015). Bocah SMP di Pemalang Bobol Kartu Kredit.
http://www.viva.co.id/digital/digilife/660036-bocah-smp-di-pemalang-bobol-
kartu-kredit diakses 19 September 2017
Rahayu, Skrikandi. (2016). Pengertian dan Unsur Pertanggungjawaban Pidana.
seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/09/pengertian-dan-unsur
pertanggungjawaban-pidana.html diakses 29 September 2017
http://nasional.kompas.com/read/2016/04/17/02300074/UU.ITE.dan.Tantangan.C
ybercrime diakses 29 september 2017