ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf ·...

47
i ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA CARDING (STUDI KASUS DI DITRESKIRMSUS POLDA JATENG) SKRIPSI Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Oleh DEA ALAMANDA PUTRA 8111413237 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Transcript of ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf ·...

Page 1: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

i

ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP

PELAKU TINDAK PIDANA CARDING

(STUDI KASUS DI DITRESKIRMSUS POLDA JATENG)

SKRIPSI

Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Oleh

DEA ALAMANDA PUTRA

8111413237

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan berjudul “Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak

Pidana Carding (Studi Kasus di DITRESKIRMSUS Polda Jateng)” disusun oleh Dea

Alamanda Putra (Nim. 8111413237) telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan

Sidang Ujian Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Ali Masyhar, S.H., M.H. Indung Wijayanto,S.H.,M.H

NIP. 197511182003121002 NIP. 198207132008121002

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang Akademik

Fakultas Hukum

Dr. Martitah, M.Hum.

NIP. 196205171986012001

Page 3: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

iii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Carding (Studi Kasus di DITRESKIRMSUS Polda Jateng)” disusun oleh Dea

Alamanda Putra (Nim. 8111413237), telah dipertahankan di hadapan Sidang Ujian

Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 27 Oktober 2017

Penguji Utama

Anis Widyawati, S.H., M.H.

NIP.197906022008012021

Penguji I Penguji II

Dr.Ali Masyhar, S.H., M.H. Indung Wijayanto,S.H.,M.H

NIP. 197511182003121002 NIP. 198207132008121002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum UNNES

Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.H.

NIP. 197206192000032001

Page 4: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dea Alamanda Putra

NIM : 8111413237

menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap

Pelaku Tindak Pidana Carding (Studi Kasus di DITRESKIRMSUS Polda Jateng)”

adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar, apabila di kemudian hari diketahui adanya plagiasi

maka saya siap mempertanggungjawabkan secara hukum.

Semarang, 10 oktober 2017

Yang Menyatakan,

Dea Alamanda Putra

NIM. 8111413237

Page 5: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Negeri Semarang, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Dea Alamanda Putra

NIM : 8111413237

Program Studi : Ilmu Hukum (S1)

Fakultas : Hukum

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Negeri Semarang Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive

Royalty Free Right) atas skripsi saya yang berjudul:

Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Carding (Studi Kasus

di DITRESKIRMSUS Polda Jateng)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Negeri Semarang berhak menyimpan, mengalih

media/memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat

dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang

Pada tanggal :10 oktober 2017

Yang menyatakan,

Dea Alamanda Putra

NIM. 8111413237

Page 6: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan

memudahkannya di dunia dan di ahkirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya

selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya. (HR. Muslim)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, skripsi ini

saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Joko

Pramono dan Ibu Endah Supriyni.

2. Kakak saya Dhika Ramadhan Pramudya.

3. Keluarga besar Doel Rachman.

4. Teman-teman Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang 2013.

Page 7: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

vii

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul: Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Carding

(Studi Kasus di DITRESKIRMSUS Polda Jateng). Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang.

3. Dr. Martitah, M.Hum., Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang

4. Rasdi, S.Pd., M.H., Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas

Hukum Universitas Negeri Semarang

5. Tri sulistiyono, S.H., M.H., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas

Hukum Universitas Negeri Semarang

6. Anis Widyawati, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang serta sebagai Penguji utama Skripsi

Page 8: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

viii

7. Dr.Ali Masyhar, S.H., M.H. dan Indung Wijayanto,S.H.,M.H, Dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, kritik, serta

saran dengan sabar dan tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan bekal ilmu.

9. Staf Tata Usaha dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang yang telah membantu penulis selama menempuh perkuliahan.

10. Bapak Erfan selaku Wakil Kepala Unit Cyber Crime DITRESKRIMSUS

POLDA Jawa Tengah yang telah memberikan informasi kepada penulis.

11. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Joko Pramono dan Ibu Endah Supriyani

yang telah memberikan motivasi dan membimbing penulis dengan segala

ketulusan, kesederhanaan, serta kasih sayangnya. Serta memberikan dukungan

baik moral maupun material dan doa yang senantiasa dipanjatkan untuk saya.

12. Kakak saya Dhika Ramadhan Pramudya yang telah memberi support penulis

dan terus memotivasi penulis.

13. Seseorang yang selalu menemani baik susah maupun senang, dan selalu

memberikan motivasi, semangat serta dukungan dalam penulisan skripsi ini.

14. Sahabat seperjuangan dari masa awal kuliah Izmed Bayu Hastardi, Agus Dwy

Nugroho, Ajeng Safira Pravitasari, Ifar Reza Kusuma Artha, Ismanu Alfian,

Melinda Wulandari yang selalu ada baik sedih maupun senang, selalu dapat

memahami kondisi penulis dan mau menerima segala kekurangan penulis dan

Page 9: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

ix

terlebih selalu membantu permasalahan yang ada selama penulis

menyelesaikan skripsi ini.

15. Sahabat seperjuangan saat KKN (Melinda, Hajar, Fiqi, Tiffani, Agazeta,

Maya, Saras, Dzikri, Husein, Izmed, Ruth, Leo, Yosia, Eddo) dan PKL

(Ismanu, Maulana, Alef, Enggal, Ridlwan, Izmed, Inaz, Olga, Keren) yang

memberikan motivasi, semangat dan dukungannya kepada penulis selama

proses penulisan skripsi ini.

16. Teman-teman Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang 2013 sebagai

rekan perjuangan yang saling memotivasi selama penulisan skripsi ini.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala ketulusan dan kebaikan tersebut senantiasa dilimpahkan

balasan yang terbaik dari Allah S.W.T. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan tambahan pengetahuan serta ilmu bagi pembaca.

Semarang, 10 oktober 2017

Dea Alamanda Putra

Page 10: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

x

ABSTRAK

Putra, Dea Alamanda. 2017. Analisis Yuridis Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak

Pidana Carding (Studi Kasus di DITRESKIRMSUS Polda Jateng). Skripsi, Bagian

Pidana Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dr.Ali

Masyhar, S.H., M.H. Pembimbing II Indung Wijayanto,S.H.,M.H.

Kata Kunci: Analisis Yuridis; Pemidanaan Carding

Sejauh ini masyarakat sering menggunakan kartu kredit, mengingat gaya

hidup yang serba cepat dan instant kartu kredit menjadi jawaban atas kebutuhan dan

salah satu pilihan dalam hal alat pembayaran. Lain sisi terdapat berbagai macam

bahaya dari penggunaan kartu kredit tersebut, antara lain: penyalahgunaan kartu

kredit, pembobolan kartu kredit, gaya hidup konsumtif, carding, dan lainnya. Jawa

tengah merupakan salah satu provinsi besar di Indonesia, terutama Semarang, Solo,

Pekalongan, Tegal, yang rentan terhadap kejahatan kejahatan tersebut, banyak kasus

carding yang terjadi. Untuk itu dalam skripsi ini perlu dipahami bagaimana sistem

pemidanaan perlaku carding di Jawa Tengah dan bagaimana tingkat efektivitas UU

ITE dalam menganggulangi tindak pidana carding di Jawa Tengah?

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif danjenis penelitian

yuridis sosiologis. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh

langsung dari Instansi terkait dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Cara pengujian validitas data dengan triangulasi data sumber.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui: (1) Sistem pemidanaan pelaku

carding di Jawa Tengah menggunakan pidana pokok yaitu, Pidana penjara maksimal

10 tahun dan pidana denda maksimal 800.000.000, berdasarkan Pasal 31 ayat (1) dan

(2) UU ITE yang mengatur tentang tindak pidana dan Pasal 47 UU ITE mengenai

pemidanaannya. (2) Tingkat efektivitas UU ITE dalam menanggulangi tindak pidana

carding di Jawa Tengah telah efektif. Karena Relevansi UU ITE dengan kebutuhan

orang yang menjadi target; Kejelasan dari rumusan UU ITE, sehingga mudah

dipahami oleh orang yang menjadi target hukum; UU ITE bersifat melarang, bukan

bersifat mengharuskan. Pada umumnya hukum prohibitur lebih mudah dilaksanakan

daripada hukum mandatur. Simpulan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa:

Sistem pemidanaan pelaku tindak pidana carding di Jawa Tengah berdasarkan pada

Pasal 31 ayat (1) dan (2) UU ITE yang mengatur tentang tindak pidana sedangkan

Pasal 47 UU ITE mengatur tentang pemidanaannya. Tingkat efektivitas UU ITE

terhadap tindak pidana carding telah efektif. Sebaiknya dalam proses penegakan UU

ITE masih perlu diadakan sosialisasi lebih yang mencakup berbagai kalangan,

terutama di kalangan anak sekolah yang masih perlu pembelajaran dan masih sering

penasaran melakukan hal baru dengan mencoba namun tidak mengetahui akibatnya.

Page 11: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii

PENGESAHAN ....................................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi

PRAKATA ................................................................................................................ vii

ABSTRAK ................................................................................................................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv

DAFTAR BAGAN .................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvi

BAB I ........................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 6

1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................................... 6

1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................. 7

1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 7

BAB II ....................................................................................................................... 9

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 9

2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 9

2.2 Landasan Teori .................................................................................................. 12

2.2.1 Teori Efektivitas ......................................................................................... 12

2.2.2 Teori Keseimbangan .................................................................................. 14

Page 12: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

xii

2.2.3 Teori Pemidanaan Integratif ....................................................................... 15

2.2.4 Teori Sistem Pemidanaan ........................................................................... 15

2.2.5. Teori Legalitas Hukum ............................................................................. 15

2.3 Landasan Konseptual ........................................................................................ 17

2.3.1 Carding ....................................................................................................... 17

2.3.1.1 pengertian dan jenis Cyber Crime ......................................................... 17

2.3.1.2. Pengertian Carding ............................................................................. 19

2.3.1.3. Ruang Lingkup Carding ..................................................................... 21

2.3.1.4. Dasar Hukum Carding ........................................................................ 22

2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................................ 25

BAB III ...................................................................................................................... 26

METODE PENELITIAN ........................................................................................ 26

3.1 Pendekatan Penelitian ......................................................................................... 26

3.2 Jenis Penelitian .................................................................................................... 27

3.3 Fokus Penelitian .................................................................................................. 27

3.4 Lokasi Penelitian ................................................................................................. 27

3.5 Sumber Data ....................................................................................................... 27

3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 29

3.7 Validitas Data ...................................................................................................... 30

3.8 Analisis Data ....................................................................................................... 32

BAB IV ...................................................................................................................... 34

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................................... 34

4.1 Sistem Pemidanaan Pelaku Tindak Pidana Carding di Jawa Tengah ......... 34

4.1.1 Tindak Pidana Carding ............................................................................... 34

4.1.2. Pertanggungjawaban Pidana ...................................................................... 40

4.1.3. Pidana ......................................................................................................... 47

4.1.4. Tujuan Pemidanaan .................................................................................... 48

4.2. Tingkat Efektivitas UU ITE Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Carding

di Jawa Tengah ................................................................................................. 58

Page 13: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

xiii

4.2.1. Pentingnya UU ITE di Masyarakat .......................................................... 58

4.2.2. Teori Efektivitas ....................................................................................... . 60

BAB V ...................................................................................................................... . 67

PENUTUP ............................................................................................................... . 67

5.1 Simpulan ........................................................................................................... . 67

5.2 Saran .................................................................................................................. .67

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. . 69

LAMPIRAN ............................................................................................................ . 73

Page 14: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu .......................................................... 10

Page 15: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1.Kerangka Berpikir ................................................................................. 25

Page 16: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 SK Dosen Pembimbing ............................................................. 73

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian di Direktorat Reserse Kriminal Khusus

POLDA Jawa Tengah ............................................................... 74

Lampiran 3 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari Direktorat Reserse

Kriminal Khusus POLDA Jawa Tengah ................................... 75

Lampiran 4 Instrumen Penelitian .................................................................. 76

Lampiran 5 Rekap Hasil Wawancara ........................................................... 77

Lampiran 6 Rekap Hasil Wawancara ............................................................ 83

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian ............................................................. 85

Page 17: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Globalisasi dari kata global yang berarti dunia, dapat didefinisikan

sebagai suatu tahap dimana seluruh lapisan masyarakat dapat bertukar

informasi secara internasional dan bebas tanpa adanya suatu batas apapun.

Informasi baik maupun buruk dapat diterima secara cepat karena mudahnya

informasi yang didapat dari seluruh dunia, hal ini tak lepas dari adanya peran

internet.

Globalisasi pada awalnya bermula pada abad ke 20, dengan adanya

revolusi transportasi dan adannya perkembangan elektronika yang sangat

pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang

berarti berkembang pula secara cepat globalisasi gagasan modern seperti

negara, konstitusi, nasionalisme, kapitalisme, demokrasi, sekulerisme dan uga

industri perusahaan media.(Winarno, 2000: 55)

Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi selain

memperbaiki dan memberikan kemajuan dalam hal kesejahteraan pada

kehidupan masyarakat, namun menjadi media yang efektif bagi seseorang

ataupun kelompok orang untuk memanfaatkan teknologi dalam hal negatif.

Seperti contohnya melawan hukum atau digunakan melakukan kejahatan

sehingga menyebabkan kerugian bagi masyarakat. Ini menjadikan sebuah

konsep yang dinamakan sebagai “cyber crime” (Wahid, 2005 : 45).

Page 18: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

18

Cybercrime berasal dari kata cyber yang berarti dunia maya atau

internet dan crime yang berarti kejahatan. Cybercrime didefinisikan sebagai

perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan teknologi komputer yang

berbasis pada kecanggihan perkembangan teknologi internet. Internet berasal

dari kata interconnection dan network (McGeorge, 1995: 5) merupakan

jaringan yang dibentuk dari kinerja sama sama jaringan komputer yang saling

terhubung atau terkoneksi. Jadi berdasarkan pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa cybercrime merupakan segala bentuk kejahatan yang

terjadi di dunia maya atau internet.

Cyberspace yang dijelaskan di dalam buku cyber crime: Pemahaman

dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi oleh Raharjo (2002:92)

dipadankan dalam bahasa Indonesia dengan istilah dunia maya, terminologi

lain yang muncul seiring dengan pertumbuhan dan penggunaan internet

dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia. Kata cyberspace tidak ditujukan

pada interaksi yang terjadi melalui jaringan komputer saja tetapi juga pada

presentasi grafik data yang berasal dari komputer.

Dunia maya yang kini ada di dalam aktivitas kehidupan masyarakat

muncul tak hanya dalam komputer saja melaikan data lain yang berasal dari

komputer dapat disebut menjadi cyberspace.

Era globalisasi sekarang ini, internet sudah digunakan dalam berbagai

macam aspek kehidupan, menurut Arsyad (2005: 3) perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi juga menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa

batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi dan budaya

secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi informasi mencakup

Page 19: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

19

masalah sistem yang mengumpulkan (collect), menyimpan (save),

memproses, memproduksi dan mengirimkan informasi dari dan ke industri

ataupun masyarakat secara efektif dan cepat.

Demikian juga dengan Indonesia, dimana penggunaan teknologi

informasi berkembang dengan sangat cepat dan semakin penting bagi

masyarakat. Selain itu pemanfaatannya pun semakin meluas sehingga

memasuki hampir semua segi kehidupan. (Arsyad, 2005: 3)

Perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara pandang

sebagian pelaku ekonomi dalam beraktivitas, khususnya dalam dunia bisnis.

Sistem teknologi informasi tidak hanya berfungsi sebagai sarana pendukung

meningkatkan kinerja perusahaan, tetapi lebih jauh lagi telah menjadi senjata

untuk mengambil keuntungan secara cepat dengan jalan ilegal, khususnya

menggunakan internet. Dengan menggunakan bantuan komputer, kejahatan

menjadi semakin mudah, cepat, leluasa dan semakin instan untuk dilakukan.

Salah satu sisi kehidupan finansial yang paling cepat berkembang

mengikuti budaya global adalah penggunaan kartu kredit. Instrumen

keuangan ini memberikan berbagai kemudahan baik dalam bertransaksi

maupun manajemen arus kas. Namun demikian selain keuntungan yang

menjanjikan dengan adanya teknologi informasi saat ini, teknologi informasi

juga menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi

peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan memudahkan manusia, sekaligus

menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Penjelasan Undang-

Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU

ITE)

Page 20: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

20

Melihat fakta hukum sebagaimana yang ada pada saat ini, dampak

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah disalahgunakan

sebagai sarana kejahatan ini menjadi teramat penting untuk diantisipasi

bagaimana kebijakan hukumnya, sehingga cybercrime yang terjadi dapat

dilakukan upaya penanggulangannya dengan hukum pidana, termasuk dalam

hal ini adalah mengenai sistem pembuktiannya. Menurut Sudaryono (2005:

58 ) Dikatakan teramat penting karena dalam penegakan hukum pidana dasar

pembenaran seseorang dapat dikatakan bersalah atau tidak melakukan tindak

pidana, di samping perbuatannya dapat dipersalahkan atas kekuatan undang-

undang yang telah ada sebelumnya (asas legalitas), juga perbuatan mana

didukung oleh kekuatan bukti yang sah dan kepadanya dapat

dipertanggungjawabkan (unsur kesalahan). Pemikiran demikian telah sesuai

dengan penerapan asas legalitas dalam hukum pidana (KUHP) kita, yakni

sebagaimana dirumuskan secara tegas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP "Nullum

delictum nulla poena sine praevia lege poenali" atau dalam istilah lain dapat

dikenal, "tiada tindak pidana, tidak ada pidana, tanpa adanya aturan hukum

pidana terlebih dahulu"

Salah satu bentuk dari cyber crime yang sekarang patut menjadi

perhatian adalah carding. Carding ialah kejahatan kartu kredit dengan

mencuri data kartu kredit milik orang lain dan dapat digunakan untuk

berbelanja secara bebas dan melanggar hukum. Perlu adanaya perhatian

karena masyarakat sering mengalami tetapi tidak melaporkan atau kerugian

materi yang tidak terlalu besar.

Page 21: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

21

Carding Menurut Indradi (2000: 36), adalah “penipuan kartu kredit

bila pelaku mengetahui nomor kartu kredit seseorang yang masih berlaku,

maka pelaku dapat membeli barang secara on-line yang tagihannya

dialamatkan pada pemilik asli kartu kredit tersebut, sedangkan pelakunya

dinamakan carder.”

Carding merupakan salah satu bentuk internet fraud, yaitu tindakan

tidak jujur atau penipuan dengan menggunakan internet atau teknologi yang

langsung mendukung internet. Fraud yang dimaksud dalam carding adalah

berupa penggunaan Nomor kartu kredit yang diperoleh secara tidak sah untuk

memesan sejumlah barang atau transaksi secara on-line, maka dari itu

dikatakan bahwa carding merupakan perbuatan yang melawan hukum.

Dengan dasar hukum UU ITE, namun kini Undang-Undang tersebut telah

diperbaharui oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan

atas UU Nomor 11 Tahun 2008 dan telah berlaku sejak 1 Desember 2016.

Perkembangan kasus carding di Indonesia juga bergerak sangat cepat.

Menurut hasil riset terkini yang dilakukan perusahaan sekuriti

Clearcommerce (www.clearcommerce.com) yang berbasis di Texas,

menyatakan bahwa Indonesia berada di urutan pertama negara asal pelaku

Cyber fraud. Ditambahkan pula, bahwa sekitar 20 persen total transaksi kartu

kredit dari Indonesia melalui internet adalah Cyber fraud. Riset tersebut juga

mensurvei 1.137 merchant, 6 juta transaksi, 40 ribu customer.(Endah, 2010)

Sementara itu data dari Kepolisian Republik Indonesia menyebutkan bahwa

rata-rata 200 kasus cybercrime yang ditangani umumnya didominasi oleh

credit card fraund dengan sasaran luar negeri seperti Amerika Serikat,

Page 22: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

22

Australia, dan Kanada, dengan pelaku berasal dari kota-kota besar seperti

Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Riau. (Sigid, 2012: 29)

Sehubungan dengan uraian di atas, mengingat pentingnya pelaksanaan

pemidanan bagi pelaku tindak pidana carding penulis tertarik untuk lebih

mengetahui secara nyata dan lebih mendalam serta membahas sebagai skripsi

dengan judul ANALISIS YURIDIS PEMIDANAN TERHADAP

PELAKU TINDAK PIDANA CARDING (STUDI KASUS PADA

DITRESKRIMSUS POLDA JATENG)

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Terdapat identifikasi masalah, antara lain:

1. Dasar hukum yang mengatur permasalahan terkait penegakan

hukum cyber crime.

2. Sistem pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana carding.

3. Carding sebagai tidak pidana baru.

4. Faktor kriminogen yang muncul dari adanya cyber crime.

5. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang carding.

6. Efektivitas UU ITE terhadap cyber crime.

1.3. PEMBATASAN MASALAH

Pembatasan masalah bertujuan agar penelitian terfokus pada

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini saja dan tidak melebar di

luar tujuan penelitian, sehingga perlu melakukan pembatasan terhadap

identifikasi permasalahan di atas, yang meliputi:

1. Sistem pemidanaan pelaku carding di Indonesia.

2. Efektivitas UU ITE terhadap pelaku carding.

Page 23: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

23

1.4. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pemidanaan pelaku tindak pidana carding di

Jawa Tengah ?

2. Bagaimana tingkat efektivitas Undang – Undang ITE dalam

menanggulangi tindak pidana carding di Jawa Tengah ?

1.5. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis sistem pemidanaan terhadap pelaku

pelaku carding di Indonesia khususnya di Jawa Tengah.

2. Mengetahui dan menganalisis problematika yang timbul dari

adanya carding dan efektivitas dari hukum yang mengaturnya.

1.6. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

dan praktis sebagai berikut:

1. Segi Teoritis

Ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberi

sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

Ilmu Hukum, terutama pada bidang Kejahatan Dunia Maya cyber crime

atau lebih spesifik lagi pada bidang kejahatan yang timbul dari adanya

carding, sehingga dapat memberikan kontribusi akademis mengenai

gambaran perlindungan yang baik.

Page 24: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

24

2. Segi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membawa hasil yang dijadikan bahan

masukan bagi para pihak yang berkaitan dengan perlindungan atas segala

bentuk traksaksi kartu kredit yang bertujuan dapat melakukan carding.

Page 25: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu telah ada dan di lakukan oleh beberapa pihak,

antara lain adalah “Carding Dan Mahasiswa (Studi Kasus tentang Fenomena

Carding di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya Malang)” menjelaskan bahwa carding yang dilakukan

oleh mahasiswa dari Universias Brawijaya tersebut berawal dari sekumpulan

mahasiswa yang mencoba-coba mempelajari hal tersebut. Penelitian ini

dilakukan oleh Septian Adri Nugroho.

Selain itu, “Carding Sebagai Bentuk Budaya Konsumerisme

Modern“ ditulis oleh Zulfiqar Hafizh Aslam, menurutnya diakui atau tidak,

saat ini standar hidup yang digunakan masyarakat Indonesia adalah standar

hidup yang lebih cenderung pada kehidupan barat. Konsumsi pun menjadi

tidak dapat dinalar karena kuatnya keinginan untuk menjadi “barat”.

Konsumsi dilakukan tidak lagi hanya untuk memenuhi kebutuhan saja

melainkan mengonsumsi merk yang dicitrakan dari materi tersebut, dan ujung

ujungnya pun yang bersangkutan berunsur “barat” dan carding digunakan

untuk memenuhi kebutuhan konsumerisme tersebut.

Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian

terdahulu adalah pertama penelitian tentang “Carding Dan Mahasiswa (Studi

Kasus tentang Fenomena Carding di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang)” penelitian tersebut

Page 26: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

26

ditujukan kepada masalah pola norma, jaringan dan kepercayaan yang sudah

ada diantara para carder mahasiswa Universitas Brawijaya, adanya

kepercayaan setiap carder dalam membagi ilmunya dan bersama-sama guna

mencari hasil dari carding tersebut. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun

2015.

Penelitian di atas berbeda dengan peneletian yang akan dilakukan, di

dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, memiliki masalah

bagaimana sistem pemidanaan terhadap pelaku carding dan bagaimana

efektivitas Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi

Telekomunkasi Elektronik studi kasus di Jawa Tengah.

Penelitian kedua mengenai “Carding Sebagai Gaya Konsumerisme

Modern” ditujukan kepada masalah budaya kosnumerisme oleh para

skateboarder (pemain papan luncur) surabaya yang terbiasa untuk membeli

barang-barang skateboard impor secara online, mereka mencari cara yang

bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuan berbelanja barang yang mereka

inginkan, salah satunya dengan carding. Penelitian dilakukan pada tahun

2014.

Tabel 2.1

Perbedaan Penelitian Terdahulu

Penelitian Septian Adri

Nugroho

Zulfiqa Hafizh Aslam Dea Alamanda Putra

Judul Carding Dan

Mahasiswa (Studi

Kasus tentang

Fenomena Carding

di Kalangan

Mahasiswa

Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu

Carding Sebagai

Bentuk Budaya

Konsumerisme

Modern

Analisis Yuridis

pemidanaan terhadap

pelaku tindak pidana

carding (Studi Kasus

Pada

DITRESKRIMSUS

POLDA JATENG)

Page 27: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

27

Politik Universitas

Brawijaya Malang)

Rumusan

Masalah

1. Bagaimana pola

jaringan sosial

para mahasiswa

pelaku carding

di FISIP UB?

1. Bagaimana

konsumerisme

bisa memunculkan

tindakan carding

di kalangan

komunitas

skateboard

Surabaya ?

2. Bagaimanakah

motif para pelaku

carding (carder)

di kalangan

komunitas

skateboard

Surabaya ?

1. Bagaimana sistem

pemidanaan

pelaku tindak

pidana carding di

jawa tengah ?

2. Bagaimana tingkat

efektivitas UU ITE

dalam

menanggulangi

tindak pidana

carding di Jawa

Tengah ?

Tujuan

Penelitian

Untuk mengetahui

modal sosial yang

ada pada para

carder, serta untuk

mengetahui pola

jaringan sosial

mahasiswa sebagai

pelaku carding.

Untuk mengetahui

wujud budaya

konsumerisme

modern pada suatu

komunitas unik yaitu

komunitas skateboard

Surabaya dan

mengetahui proses

terbentuk carding

sebagai budaya

konsumerisme

modern di kalangan

komunitas skateboard

Surabaya

Untuk mengetahui dan

menganalisis sistem

pemidanaan terhadap

pelaku carding di

Indonesia serta

problematika yang

timbul dari adanya

carding dan

efektivitas dari

hukum yang

mengaturnya.

Metode

Penelitian

Metode dalam

penelitian ini

adalah kualitatif

dengan pendekatan

studi kasus

Metode dalam

penelitian ini adalah

jenis penelitian

yuridis sosiologis

dengan pendekatan

penelitian deskriptif

kualitatif

metode dalam

penelitian ini adalah

jenis penelitian

yuridis sosiologis

dengan pendekatan

kualitatif

Hasil /

Kesimpulan

Para mahasiswa

yang juga pelaku

carding dalam

aktifitasnya

melakukan sebuah

kerjasama, dimana

kerjasama tersebut

dilakukan untuk

mendapatkan

sebuah hasil yaitu

Para pelaku

carding¸carder dalam

hal ini adalah para

skateboarder merasa

dirinya kurang

percaya diri dengan

peralatan dan pakaian

yang di gunakan pada

saar bermain

skateboard dirasa

Page 28: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

28

keuntungan yang

maksimal. Para

carder ini. Di

dalam kerjasama

tersebut terdapat

norma yang berupa

keterbukaan

informasi tentang

teknis carding.

Selain itu diantara

para carder ini

terdapat sebuah

kepercayaan untuk

saling

menyembunyikan

identitas mereka.

biasa saja, mereka

ingin seperti para

pemain skate idaman

mereka yang tampil

dengan barang

branded, alhasil

untuk jalan keluar

mereka melakukan

carding untuk

berbelanja keperluan

skateboard dan

pakaian mereka .

2.2. LANDASAN TEORI

2.2.1. Teori Efektivitas

Setiap penelitian dalam rangka menyusun skripsi, tesis, atau disertasi

harus disertai dengan pemikiran kerangka teoritis. Hal ini disebabkan karena

adanya hubungan timbal balik antara teori dengan kegiatan-kegiatan

pengumpulan data, kontruksi data, pengolahan data, dan analisa data.

Menurut Ronny (1985: 37), terdapat syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah

teori, antara lain sebagai berikut:

1. Logis dan konsisten, yaitu dapat diterima oleh akal sehat dan tidak adanya

hal-hal yang saling bertentangan dalam kerangka pemikiran itu.

2. Teori terdiri dari pernyataan-pernyataan yang mempunyai interelasi yang

serasi mengenai gejala tertentu.

3. Pernyataan-pernyataan di dalam sebuah teori mencakup semua unsur-

unsur dari gejala yang termasuk ruang lingkupnya.

4. Tidak boleh terjadi duplikasi dalam pernyataan-pernyataan itu.

Page 29: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

29

5. Teori harus dapat diuji kebenarannya secara empiris.

Kerangka teoritis atau teori memiliki kegunaan untuk lebih

mempertajam atau mengkhususkan fakta yang akan diselidiki atau diuji

kebenarannya, mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur

konsep serta mengembangkan definisi. Teori biasanya merupakan ihtiar dari

pada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut

obyek yang akan diteliti dan memberikan kemungkinan mengadakan proyeksi

terhadap fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya

fakta tersebut dan mungkin fakta tersebut muncul lagi pada masa mendatang

dan teori memberi petunjuk atas kekurangan-keurangan yang ada pada

pengetahuan peneliti.

Teori efektivitas menurut Achmad Ali dalam bukunya yang berjudul

“Menguak Takbir Hukum” ia mengemukakan bahwa keberlakuan hukum

dapat efektif apabila relatif memenuhi sebagian, memenuhi sebagian yaitu 3

dari 5 teorinya, antara lain:

1. Relevansi aturan hukum dengan kebutuhan orang yang

menjadi target.

2. Kejelasan dari rumusan subtansi aturan hukum, sehingga

mudah dipahami oleh orang yang menjadi target hukum.

3. Sosialisasi yang optimal kepada semua orang yang menjadi

target hukum.

4. Undang-undang sebaiknya bersifat melarang, bukan bersifat

mengharuskan. Pada umumnya hukum prohibitur lebih

mudah dilaksanakan daripada hukum mandatur.

5. Sanksi yang akan diancam dalam undang-undang harus

dipadankan dengan sifat undang-undang yang dilanggar,

suatu sanksi yang tepat untuk tujuan tertentu, mungkin saja

tidak tepat untuk tujuan lain. Berat sanksi yang diancam

harus proporsional dan memungkinkan untuk dilaksanakan.

Achmad Ali (2010: 235) mengatakan bahwa ketika kita ingin

mengetaui sejauh mana efektivitas dari hukum, maka kita pertama harus

Page 30: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

30

dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati, lebih

lanjut achmad ali pun mengemukakan bahwa pada umumnya faktor yang

banyak mempengaruhi efektivitas suatu perundang-undangan adalah

profesionaltias oprimal pelaksanaan peran, wewenang dan fungsi dari para

penegak hukum, baik didalam menjalankan tugas yang dibebankan terhadap

diri mereka maupun dalam menegakan perundang-undangan tersebut.

2.2.2. Teori Keseimbangan

Barda Nawawi dalam bukunya berpendapat (1992:10), individualisasi

pemidanaan dibangun berdasarkan ide keseimbangan dalam pemindanaan,

yaitu mencakup 4 hal sebagai berikut :

1. Keseimbangan monodualistik antara kepentingan umum atau

masyarakat dengan kepentingan individu atau perorangan.

Dalam ide keseimbangan tersebut, kepentingan umum dan

kepentingan individu tersebut tercakup ide

perlindungan/kepentingan korban, dan ide individualisasi

pemidanaan.

2. Keseimbangan antara unsur objektif (yaitu perbuatan atau

lahiriah) dengan unsur subjektif (batiniah atau sikap batin),

dan ide daatdaader strafrecht.

3. Keseimbangan antara kriteria formil dan materiil.

4. Keseimbangan antara kepastian hukum dengan kelenturan

atau elastisitas atau fleksibilitas dan keadilan.

Selain ke-empat unsur tersebut, dalam laporan akhir panitia terpadu

penyusunan RUU tentang KUHP tahun 2014 Indonesia, diuraikan bahwa

keseimbangan nilai-nilai nasional dan nilai-nilai global, international, atau

universal perlu digunakan sebagai dasar pelaksanaan konsep individualisasi

pemidanaan. (Penjelasan Rancangan Undang-Undang tentang KUHP, Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,2015)

Page 31: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

31

2.2.3. Teori Pemidanaan Integratif

Menurut Mulyadi (2008: 201) teori pemidanaan integratif dikatakan

bahwa teori ini mempunyai tujuan yaitu perlindungan masyarakat,

pemeliharaan solidaritas masyarakat, pencegahan umum dan khusus, dan

pengimbalan atau pengimbangan.

2.2.4. Teori Sistem Pemidanaan

Sistem pemidanaan Menurut Barda Nawawi Arief (2002: 129),

apabila pengertian pemidanaan diartikan secara luas sebagai suatu proses

pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim, maka dapatlah dikatakan

bahwa sistem pemidanaan mencakup keseluruhan ketentuan perundang-

undangan yang mengatur bagaimanan hukum pidana itu ditegakkan atau

dioperasionalkan secara konkret sehingga seseorang dijatuhi sanksi (hukum

pidana). Ini berarti semua aturan perundang-undangan mengenai hukum

pidana substantif, Hukum Pidana Formal dan Hukum Pelaksanaan pidana

dapat dilihat sebagi suatu kesatuan sistem pemidanaan dilihat dari jenis jenis

pidananya (strafsort), pelaksanaan pidananya (strafmodus) dan berat ringan

pidana yang diberikan (strafmaat).

2.2.5. Teori Legalitas Hukum

P.A.F. Lamintang dalam bukunya (1997 : 123) mengartikan rumusan

Pasal 1 ayat (1) tersebut sebagai Tidak ada suatu perbuatan yang dapat

dihukum, kecuali berdasarkan ketentuan pidana menurut undang-undang

yang telah ada lebih dahulu daripada perbuatan itu sendiri. Lebih lanjut

P.A.F. Lamintang, menerangkan bahwa terkait dengan rumusan Pasal 1 ayat

Page 32: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

32

(1) KUHP tersebut, dalam praktek kita akan menjumpai banyak tejemahan,

yang satu dengan lainnya ternyata sangat berbeda dan yang dalam

penggunaannya dapat menimbulkan kesalahpahaman di antara mereka

yang belum benar-benar menguasai ilmu pengetahuan hukum pidana, dan

tanpa disadari oleh para penerjemahnya sendiri. Kesalahan yang

tampaknya tidak berarti dalam di dalam menerjemahkan ketentuan-

ketentuan pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana itu dalam

kenyataannya dapat mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang fatal dalam

penerapannya. Sebagai contoh dikemukakan misalnya terjemahan rumusan

ketentuan pidana menurut Pasal 1 ayat (1) KUHP tersebut di atas ke dalam

bahasan Indonesia yang telah dilakukan oleh Mr. E.M.L.

ENGELBRECHT yang berbunyi: “tiada suatu perbuatan yang boleh

dihukum, melainkan atas kekuatan aturan pidana dalam undang-undang,

yang terdahulu dari perbuatan itu”. Bagi orang awam penafsiran tersebut

seolah-olah yang dapat dihukum adalah perbuatan yang diatur dalam

peraturan hukum (Kitab Undang - Undang Hukum Pidana) saja, dan telah

di undangkan, namun sebaliknya yang dimaksud di situ sebenarnya adalah

undang-undang dalam arti material, hingga termasuk pula ke dalam

pengertiannya yaitu semua peraturan perundang-undangan yang lebih

rendah

Page 33: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

33

2.3. LANDASAN KONSEPTUAL

2.3.1. Carding

2.3.1.1. Pengertian dan jenis cyber crime

Cyber crime adalah tindak kejahatan yang dilakukan di dunia maya

atau internet. dimana tindakan tersebut dapat merugikan orang lain.

Seseorang melakukan itu atas keinginan untuk sekedar ingin tahu dan juga

atas keinginan memperoleh keuntungan dari pihak lain. Banyak jenis

kejahatan dari dunia maya tersebut diantaranya :

1. Spoofing

Spoofing adalah aksi pemalsuan identitas. Spoofing merupakan

tehnik yang digunakan bagi penyelundup untuk mengakses sebuah

network dengan mengirimkan paket atau pesan dari sebuah

komputer yang mengindikasikan bahwa paket atau pesan tersebut

berasal dari host yang terpercaya. Untuk melakukan aksi ini para

penyelundup menggunakan tehnik yang bermacam-macam, dan

spoofing sendiri merupakan salah satu bagian dari proses

penyerangan.

2. Defacing

Defacing adalah istilah dimana seseorang atau kelompok dengan

sengaja mengubah isi situs atau website milik orang lain dengan

tujuan untuk mencuri data atau mengacak-acak data yang ada di

dalamnya.

Page 34: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

34

3. Carding

Carding adalah berbelanja menggunakan Nomor dan identitas kartu

kredit orang lain, yang diperoleh secara ilegal, biasanya dengan

mencuri data di internet.

4. Hacking

Hacking adalah aktivitas menjebol atau membobol suatu program

milik orang lain. Pelakunya disebut Hacker. Biasanya seorang

Hacker mampu menguasai sebagian besar bahasa pemrograman

yang di manfaatkannya untuk membobol keamanan atau security

dari suatu program di komputer milik orang lain dengan tujuan

untuk mencuri data dari komputer korbannya.

5. Spamming

Spamming adalah pengiriman iklan atau surat elektronik yang

biasanya berisi hal yang tidak dikehendaki atau biasanya berisi

penipuan. Tujuan dari spamming adalah untuk mengajak korbannya

untuk mengikuti atau membantu si pengirim pesan spam untuk

bekerja sama dalam bisnis khayalannya. Biasanya korban dari

Spamming disuruh mengirimkan uang dengan nominal tertentu

kepada pengirim spam. Namun modus seperti itu sudah jarang

muncul.

6. Phising

Phising adalah memancing orang lain untuk memberikan username

dan password pada suatu website atau laman yang sudah di-deface.

Page 35: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

35

Kebanyakan korbannya adalah pengguna online banking yang

sering melakukan transaksi melalui dunia internet.

7. Malware

Malware adalah program dari komputer yang mencari kelemahan

dari suatu software tertentu. Malware biasanya muncul berupa

virus-virus yang akan membobol atau mencuri data yang kita miliki.

Sebagian Malware yang berupa virus dapat dibersihkan

menggunakan Antivirus, sedangkan ada beberapa yang sulit hilang.

2.3.1.2. Pengertian Carding

Pengertian Carding, Carding adalah berbelanja menggunakan Nomor

dan identitas kartu kredit orang lain, yang diperoleh secara ilegal, biasanya

dengan mencuri data di internet. Sebutan lain untuk kejahatan jenis ini adalah

cyberfroud alias penipuan di dunia maya. Menurut riset Clear Commerce Inc,

perusahaan teknologi informasi yang berbasis di Texas – AS , Indonesia

memiliki carder terbanyak kedua di dunia setelah Ukrania. Sebanyak 20

persen transaksi melalui internet dari Indonesia adalah hasil carding.

Akibatnya, banyak situs belanja online yang memblokir IP atau Internet

Protocol (alamat komputer internet) asal Indonesia. Kalau kita belanja online,

formulir pembelian online shop tidak mencantumkan nama negara Indonesia.

Artinya konsumen Indonesia tidak diperbolehkan belanja di situs itu.

Pengertian / definisi carding dari beberapa sumber :

1. Carding menurut Wahid (2005: 40) adalah “Carding merupakan

penyalahgunaan kartu kredit dengan menggunakan internet dan

Page 36: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

36

komputer sebagai medianya dan di lakukan secara online dengan

mencoba nomor-nomor yang ada dengan cara memalsukannya.“

2. Carding menurut Johannes (2004: 1) adalah penyalahgunaan kartu

kredit menggunakan internet, carding merupakan triminologi

yang biasa digunakan para hacker bagi perbuatan yang terkait

penipuan menggunakan kartu kredit, informasi kartu kredit yang

dicuri untuk membeli barang dan jasa.

3. Carding adalah penyalahgunaan data kartu kredit yang biasa

dilakukan oleh pengguna internet yang tidak bertanggung jawab

untuk belanja online dengan menggunakan kartu kredit orang lain

secara ilegal. Cara melakukan carding yang cukup mudah

membuat teknik ini marak di tahun 1999. Seorang pelaku carding

(carder) tidak perlu mencuri kartu kredit orang lain tersebut untuk

melakukan transaksi di internet. Sebagai informasi, transaksi

kartu kredit di internet cukup dilakukan dengan memasukkan

nomor kartu kredit dan Nomor rahasia yang biasanya terdiri dari 3

digit di balik kartu dan Nomor kadaluarsa kartu tersebut.

(http://group6carding.blogspot.com/2013/04/pengertian-carding-

carding-adalah.html) diakses 13 Desember 2016.

4. Carding sendiri adalah melakukan transaksi pembelian suatu

barang atau jasa dengan menggunakan identitas kartu kredit milik

orang lain, yang diperoleh si pelaku (carder) dengan cara

melawan hukum, biasanya dengan cara mengakses, menjebol dan

mengambil data kartu kredit milik korban, melalui jaringan

Page 37: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

37

internet(http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50d669a76e

781 /proses-penyelidikan-kejahatan-carding-lintas-negara)

diakses 16 Desember 2016

2.3.1.3. Ruang Lingkup Carding

Carding dapat meliputi antara lain:

1. Carder

Carder adalah pelaku dari carding, carder menggunakan e-mail,

banner arau pop-up window untuk menipu netter ke situs web palsu,

dimana netter diminta untuk memberikan informasi pribadinya.

Teknik umum yang sering digunakan oleh para carder dalam aksi

pencurian adalah membuat situs atau e-mail palsu atau disebut juga

phising dengan tujuan memperoleh informasi nasabah seperti Nomor

rekening, PIN (Personal Identification Number), atau password.

Pelaku kemudian melakukan kofigurasi PIN atau password setelah

memperoleh informasi dari nasabah, sehingga dapat mengambil dana

dari nasabah tersebut. Target carder yaitu pengguna layanan internet

banking atau situs-situs iklan, jejaring sosial, online shopping dan

sejenisnya yang ceroboh dan tidak teliti dalam melakukan transaksi

secara online melalui situs internet. Carder mengirim sejumlah e-mail

ke target sasaran dengan tujuan untuk meng up-date atau mengubah

user ID dan PIN nasabah melalui internet. E-mail tersebut terlihat

seperti dikirim dari pihak resmi, sehingga nasabah seringkali tidak

menyadari kalau sebenarnya sedang ditipu. Pelaku carding

mempergunkan fasilitas internet dalam mengembangkan teknologi

Page 38: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

38

informasi tersebut dengan tujuan yaitu menimbulkan rusaknya lalu

lintas mayantara (cyberspace) demi terwujudnya tujuan tertentu antara

lain keuntungan pelaku dengan merugikan orang lain disamping

membuat, ataupun menerima informasi tersebut.

2. Netter

Netter adalah pengguna internet, dalam hal ini adalah penerima

email (nasabah sebuah bank) yang dikirimkan oleh para carder.

3. Cracker

Cracker adalah sebutan untuk orang yang mencuri kelemahan

sistem dam memasukinya untuk kepentingan pribadi dan mencari

keuntungan dari sistem yang dimasuki seperti pencurian data,

penghapusan, penipuan dan banyak yang lainnya.

4. Bank

Bank adalah badan hukum yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank juga

merupakan pihak yang menerbitkan kartu kredit / debit dan sebagai

pihak penyelenggara mengenai transaksi online, e-commerce, internet

banking dan lain-lain.

2.3.1.4. Dasar Hukum Carding

Indonesia belum memiliki hukum yang secara spesifik mengatur

tentang e-commerce. Sampai saat ini, permasalahan e-commerce dan carding

diatur dalam UU ITE, walaupun belum secara keseluruhan mencakup atau

Page 39: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

39

memayungi segala perbuatan atau kegiatan di dunia maya, namun telah cukup

untuk dapat menjadi acuan atau patokan dalam melakukan kegiatan cyber

tersebut.

Beberapa Pasal dalam UU ITE yang berhubungan dengan e-commerce

adalah sebagai berikut: Pasal 2, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 18 Pasal 20, Pasal 21,

Pasal 22, Pasal 46.

Pasal guna mengatur carding secara langsung di dalam UU ITE yaitu

pasal 31 ayat 1 dan pasal 31 ayat 2 yang menjelaskan karena dalam salah satu

langkah untuk mendapatkan nomor kartu kredit carder sering melakukan

hacking ke situs-situs resmi lembaga penyedia kartu kredit untuk menembus

sistem pengamannya dan mencuri nomor-nomor kartu tersebut.

Selain mengacu kepada UU ITE di atas, ada beberapa peraturan atau

Undang-Undang yang mengikat dan dapat dijadikan sebagai payung hukum

dalam kegiatan bisnis carding, diantaranya adalah:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen

Perusahaan.

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

6. Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.

Meskipun hingga saat ini Indonesia belum memiliki regulasi yang

spesifik atau khusus mengatur tentang carding, akibat-akibat yang timbul dari

Page 40: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

40

adanya internet atau terjadi di dunia maya akan diatur oleh hukum non

elektronik yang berlaku. Timbulnya pencurian yang dilakukan oleh carder

pada dasarnya telah di atur dalam Pasal 362 KUHP dengan variasinya diatur

dalam Pasal 363 KUHP yakni tentang Pencurian dengan Pemberatan, 364

KUHP tentang Pencurian Ringan, 365 KUHP tentang Pencurian yang disertai

dengan Kekerasan, 367 KUHP tentang pencurian dilingkungan keluarga.

Penjeratan pelaku Penyalahgunaan Kartu Kredit dengan Pasal KUHP

dimungkinkan, hanya saja perlu digunakan penafsiran yang ekstensif oleh

aparat penegak hukum karena KUHP yang sekarang berlaku pembentukannya

ditujukan untuk mengatur perbuatan yang nyata.

“ Barang siapa mengambil baran sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud melawan hukum,

diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima

Tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah.”

Unsur Pasal 362 KUHP telah terpenuhi karena ‘mengambil’ tidak

diartikan secara sempit seperti memegang tetapi dengan mengambil dan

mengalihkan data mengenai Nomor-Nomor kartu kredit dan

mempergunakannya sudah termasuk dalam pengertian ‘mengambil’. Sebagai

contoh adalah pencurian arus listrik ditafsirkan sebagai perbuatan

‘mengambil’.

.

Page 41: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

41

2.4. Kerangka Pikir

Bagan 2.1

Kerangka berpikir

Cyber crime

Kartu kredit

Carding

Data pribadi

nasabah

Masih terdapat

permasalahan

hukum

Kejahatan

lebih canggih

Perkembangan

Informasi dan

teknologi

1. Bagaimana sistem pemidanaan pelaku tindak pidana carding ?

2. Bagaimana tingkat efektifitas Undang – Undang No. 11 Tahun 2008 dalam

menanggulangi tindak pidana carding di Jawa Tengah ?

Page 42: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

83

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini,

dapat ditarik beberapa simpulan, yaitu:

1. Sistem pemidanaan pelaku tindak pidana carding di Jawa Tengah

didasarkan pada Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) UU ITE yang mengatur

tentang tindak pidana sedangkan ketentuan pidana diatur dalam Pasal 47

UU ITE.

2. UU ITE dalam menanggulangi tindak pidana carding di Jawa Tengah

telah efektif dan berjalan sesuai kebutuhan masyarakat, karena dapat

memenuhi 3 dari 5 syarat yaitu:

a. Relevansi UU ITE dengan kebutuhan orang yang menjadi target.

b. Kejelasan dari rumusan UU ITE, sehingga mudah dipahami oleh

orang yang menjadi target hukum.

c. UU ITE bersifat melarang, bukan bersifat mengharuskan. Pada

umumnya hukum prohibitur lebih mudah dilaksanakan daripada

hukum mandatur.

5.2 Saran

1. Pemidanaan terhadap pelaku carding dalam UU ITE perlu dilakukan

pembaharuan secara materil dan formil, pembaharuan secara materil

tersebut meliputi lebih terperinci apa saja perbuatan yang dapat dikatakan

sebagai carding, sebaiknya diatur secara tersendiri dengan bahasa yang

mudah dipahami masyarakat awam. Sedangkan pembaharuan secara

Page 43: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

84

formil pemidanaan terhadap pelaku seharusnya denda yang dijatuhkan

harus melihat berapa kerugian yang diakibatkan, sebaiknya tidak

menggunakan denda maksimal khusus, jika kerugian yang ditimbulkan

lebih atau kurang dari denda maksimal khusus yang ada, maka akan

menguntungkan pelaku jika denda tersebut lebih dari ketentuan maksimal

khusus yang berlaku sekarang. Sesuai dengan pendapat pakar hukum

pidana fakultas hukum unnes yang mengatakan bahwa perlu adanya

pembaharuan secara formil dan materil mengingat masih terdapat

kekurangan.

2. Dalam proses penegakan UU ITE masih banyak masyarakat yang kurang

mengetahui adanya UU ITE, sebaliknya masyarakat juga butuh namun

masyarakat kurang mengetahuinya, perlu adanya sosialisasi lebih baik

tentang UU ITE ini sendiri, dan mencakup berbagai kalangan, terutama di

kalangan anak sekolah yang masih suka mencoba hal baru tanpa

mengetahui batasan dan akibat yang akan didapatnya.

Page 44: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

85

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Ali, Achmad.2002.Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis)

,Jakarta : Penerbit Toko Gunung Agung.

Ashshofa, Burhan. 2007. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Rineka Cipta.

Cady, Glee harrah dan Pat Mcgoerge. 1995. Mastering the Internet. California :

Sybex.

Ibrahim,Johannes.2004. Kartu Kredit (Delematis Antara Kontrak dan Kejahatan).

Bandung : Refika Aditama.

Indradi, Ade Ary Sam. 2006. Carding (Modus Operandi, Penyidikan dan

Penindakan). Jakarta : Pensil-324

Marpaung, Leden. 2009. Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana. Jakarta : Sinar

Grafika.

Mertokusumo, Sudikno. 2006. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar. Yogyakarta:

Liberty.

Mulyadi, Lilik. 2008. Bunga Rampai Hukum Pidana Perspektif Teori dan Praktik.

Bandung : Alumni.

Moleong, L.J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Moeljatno. 1993. Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam Hukum

Pidana. Jakarta: Bina Aksara.

Nawawi Arief, Barda. 1992. Teori-Teori dan Kebijakan Hukum Pidana. Bandung

: Alumni.

__________________. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung:

Citra Aditya Bakti.

__________________. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Prodjodikoro, Wirjono. 2003. Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia.

Bandung : Refika Aditama.

Raharjo, Agus. 2002. Cyber crime: Pema haman dan Upaya Pencegahan

Kejahatan Berteknologi. Bandung : PT. Aditya Bakti.

Page 45: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

86

Sanusi, M.Arsyad. 2005. Hukum Teknologi & Informasi. Jakarta: Tim Kemas

Buku

.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1985. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 1982. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI-Press.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji. 2001. Penelitian Hukum Normatif: Suatu

Tinjauan Singkat. Cetakan Kedelapan. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Sudaryono dan Natangsa Surbakti. 2005. Hukum Pidana. Surakarta: Fakultas

Hukum UMS.

Sudarto. 1990. Hukum Pidana I cetakan ke II. Semarang : Yayasan Sudarto

Fakultas Hukum UNDIP.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

_______. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung : CV.

Alfabeta.

Suseno, Sigid. 2012. Yurisdiksi Tindak Pidana Siber. Bandung : Refika Aditama.

Wahid, Abdul dan Mohammad Labib. 2005. Kejahatan mayantara (cybercrime).

Bandung : PT. Refika Aditama.

Winarno, Budi. 2000. Globalisasi peluang atau ancaman bagi indonesia.

Yogyakarta : Erlangga.

JURNAL ILMIAH :

Dias, Clarence J. 1975. Research on Legal Service And Poverty: its Relevance to

the Design of Legal Service Program in Developing Countries,

Washsington University Law Reviewer Vol. 1, Issue 1, hal. 150

Diponegoro Law Review, Volume 1, Nomor 4, Tahun 2012, Hal 1-7

Journal of Criminal Law and Criminology, Volume 76, Isuue 3, Article 7, hal. 3

Lestari, Endah. 2010. Tinjauan Yuridis Kejahatan Penggunaan Kartu Kredit di

Indonesia. Jurnal Hukum Vol. 8 No.18 april.

Page 46: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

87

Yudoyono, Susilo Bambang. 2005. Sumbangan ICT dalam Membangun Good

Govenrannce Amat Besar. Jurnal Indonesia,Vol. 1, Edisi Juni 2005

halaman 25-27.

Perundang-undangan:

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Rancangan Undang-Undang tentang KUHP, Departemen Kehakiman dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia, 2015.

Website :

http://ondenothe.blogspot.com/ diakses 13 Desember 2016

http://cybercarding2.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo_5470.html

diakses 13 Desember 2016

http://www.carabuatakun.com/2015/03/cyber-crime-macam-dan-

pengertiannya.html diakses 30 April 2017

http://group6carding.blogspot.com/2013/04/pengertian-carding-carding-

adalah.html diakses 13 Desember 2016

Page 47: ANALISIS YURIDIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK …lib.unnes.ac.id/30219/1/8111413237.pdf · pesat, mudahnya informasi perdagangan menyebar luas antar bangsa yang berarti berkembang

88

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50d669a76e781/proses-penyelidikan-

kejahatan-carding-lintas-negara. diakses 16 Desember 2016

Ngaziz, Amal Nur. (2015). Bocah SMP di Pemalang Bobol Kartu Kredit.

http://www.viva.co.id/digital/digilife/660036-bocah-smp-di-pemalang-bobol-

kartu-kredit diakses 19 September 2017

Rahayu, Skrikandi. (2016). Pengertian dan Unsur Pertanggungjawaban Pidana.

seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/09/pengertian-dan-unsur

pertanggungjawaban-pidana.html diakses 29 September 2017

http://nasional.kompas.com/read/2016/04/17/02300074/UU.ITE.dan.Tantangan.C

ybercrime diakses 29 september 2017