Post on 13-Jan-2017
i
ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN
“Studi Kasus RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN”
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Disusun oleh :
Aldya Dwiki Heryawan
105314035
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
THE ANALYSIS OF PERFORMANCE WLAN
“CASE STUDY RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN”
A THESIS
Presented as Partial Fulfillment of The Requirements
To Obtain The Sarjana Komputer Degree
In Informatics Engineering Study Program
By :
Aldya Dwiki Heryawan
105314035
INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Salah satu teknologi yang berkembang dalam bidang informasi adalah
perangkat wireless. Wireless Local Area Network (WLAN) biasanua digunakan
pada lingkungan yang penggunanya selalu berpindah – pindah tempat. Untuk
mengetahui perfomansi jaringan WLAN dibutuhkan perameter perfoma jaringan.
Parameter tesebut antara lain kuat sinyal, coverage, throughput, jitter, dan packet
loss.
Dalam tugas akhir ini, pengukuran dan perhitungan kinerja pada jaringan
WLAN yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten. Pengukuran kuat sinyal dan coverage dilakukan dengan cara pengamatan
pada setiap access point dan memetakan berdasarkan kategori sinyal. Pengukuran
kinerja jaringan WLAN dilakukan terhadap protokol Transmision Control
Protocol (TCP) dan User Datagram Protocol (UDP).
Pengujian yang dilakukan kuat sinyal dan coverage pada setiap access
point yang dimiliki Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
diharapkan dapat mengetahui seberapa besar troughput, packet loss, dan jitter
sehingga penulis dapat mengetahui seberapa baik kualitas jaringan WLAN di
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten serta pada
pengambilan data coverage penulis dapat mengetahui seberapa luas
jangkauanpada setiap access point yang dipasang di lingkungan Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro.
Kata kunci: Wireless, TCP, UDP, coverage, throughput, jitter, packet loss
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
One technology that develops in the field of information is a device
wireless. Wireless Local Area Network (WLAN) usually used on the
environment always moves its place .To know perfomansi WLAN network
needed perameter perfoma network .The parameters among other strong signa,
coverage, througput, jitter, and packet loss.
In the line of duty this final , measurement and calculation the
performance of the network WLAN owned by the hospital the common center dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten. The measurement of strong signals and coverage
done by means of observations on every access point and mapping based on the
categories a signal. Performance measurement network wlan done to the protocol
Transmision Control Protocol (TCP) and USER Datagram Protocol (UDP).
Ests carried out strong signals and coverage on every access point owned
by general hospital dr. soeradji tirtonegoro klaten troughput is expected to know
how large , packet loss , and that writer jitter can know how good the quality of
tissue wlan home sakitumum central dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten as well as on
the writer can know how data coverage on every access point of the reach of the
lias mounted dilingkungan hospital dr. Soeradji Tirtonegoro the common center .
Keywords: Wireless, TCP, UDP, coverage, throughput, jitter, packet loss
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya penjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala rahmat dan
anugerah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
“Analisis Unjuk Kerja Jaringan WLAN Studi Kasus RSUP DR. Soeradji
Tirtonegoro Klaten” ini dengan baik. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini,
penulis tidak lepas dari bantuan sejumlah pihak, oleh sebab itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu menuntun setiap langkah sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi.
3. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T., selaku Ketua Program Studi
Teknik Informatika.
4. Bapak B. Herry Soeharto, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing skripsi
atas saran, waktu dan motivasi yang telah diberikan.
5. Bapak Bambang Soelistijanto, Ph.D dan Bapak Puspaningtyas Sanjoyo
Adi, S.T., M.T., selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang telah
diberikan.
6. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Hernan Rustiyanto, S.AP dan Ibu Yani
Nuryuhati dan adikku Maya Agmer Nurusti untuk doa, perhatian,
semangat, motivasi yang selalu diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
7. Keluarga besar Suratman dan Sudarna yang telah memberikan dorongan,
semangat, motivasi, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
8. Staf SIRS RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro yang yang telah membantu
penulis dalam penelitian dan mengumpulkan data.
9. Kekasih tercinta, Wida Pramudhita yang setia menemani, berbagi
keceriaan, selalu memberikan semangat dan motivasi serta doa dalam
penyelesaian skripsi.
10. Teman – teman seperjuangan skripsi Aan, Yohan, Adit, Very, Gilang, Ian,
dan seluruh angkatan 2010 peminatan jaringan, yang selalu bersama –
sama mengerjakan skripsi hingga akhir.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaiakan tugas
akhir ini.
Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini. Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat mengispirasi semua pihak
sehingga di masa mendatang skripsi ini dapat dikembangkan lebih lanjut
dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, 7 April 2015
Penulis
Aldya Dwiki Heryawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
MOTTO
Jangan tunda sampai besuk apa yang bisa engkau
kerjakan hari ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ..................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
MOTTO ................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah.................................................................................... 3
1.3. Tujuan penelitian ..................................................................................... 3
1.4. Batasan masalah ...................................................................................... 4
1.5. Metodologi penelitian ............................................................................. 4
1.6. Sistematika penulisan .............................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 6
2.1. Jaringan Wireless LAN ........................................................................... 6
2.2. Standar 802.11 a/b/g/n ............................................................................ 7
2.3. Model Jaringan WLAN ......................................................................... 10
2.3.1. AdHoc Mode ..................................................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.3.2. Infrastructure Mode ........................................................................... 11
2.4. Teknologi WLAN ................................................................................. 12
2.5. Arsitek WLAN ...................................................................................... 15
2.6. MODEL TCP/IP ...................................................................................... 16
2.6.1. TCP ................................................................................................... 17
2.6.2. UDP (User Datagram Protocol) ........................................................ 19
2.6.3. IP (InternetProtocol).......................................................................... 22
2.7. Membangun Wireless HotSpot ............................................................. 23
2.7.1. Hotspot Environment ........................................................................ 23
2.7.2. Site Coverage .................................................................................... 25
2.7.3. Memilih Perangkat ............................................................................ 27
2.7.4. Otentifikasi ........................................................................................ 30
2.7.4.1. Open System Authentication .................................................... 30
2.7.4.2. Shared Key Authentication ( WEP ) ......................................... 31
2.7.4.3. WPA Pre-Shared key ( WPA Personal ) ................................... 32
2.7.4.4. WPA2 Pre-Shared Key ( WPA2 Personal ) .............................. 33
2.7.4.5. WPA Enterprise / RADIUS ( 802.1X / EAP ) ......................... 34
2.8. Antenna WiFi ........................................................................................ 35
2.8.1. Voltage Standing Wave Ratio(VSWR) ............................................. 36
2.8.2. Gain ................................................................................................... 37
2.8.3. Polarisasi ........................................................................................... 39
2.8.4. Beamwidth ........................................................................................ 42
2.8.5. Tipe Antena ....................................................................................... 44
2.9. Signal Strength ...................................................................................... 48
2.10. Satuan Kekuatan Sinyal ........................................................................ 49
2.10.1. dB (Decibel) .................................................................................. 49
2.10.2. dBm (dB milliWatt) ...................................................................... 49
2.10.3. dBi (dB isotropic) .......................................................................... 52
2.10.4. Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) .................................. 52
2.11. Parameter Performa Jaringan ................................................................ 53
2.11.1. Troughput ...................................................................................... 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2.11.2. Jitter ............................................................................................... 55
2.11.3. Packet loss ..................................................................................... 56
2.11.4. Delay ............................................................................................. 57
2.11.5. Packet Drop ................................................................................... 57
2.11.6. Reliability ...................................................................................... 58
2.11.7. Bandwith ....................................................................................... 58
2.12. Alat Pengukuran .................................................................................... 59
2.12.1. Iperf ............................................................................................... 59
2.12.2. Vistumbler ..................................................................................... 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 62
3.1. Langkah-langkah Penelitian .................................................................. 62
3.2. Rencana Pengujian ................................................................................ 63
3.2.1. Pengujian Kuat Sinyal dan Coverage ................................................ 66
3.2.2. Pengujian Peforma Access Point ...................................................... 67
3.2.3. Pengujian Jaringan WLAN ............................................................... 68
3.3. Pengolahan Data dan Analisis Data ...................................................... 69
3.3.1. Throughput ........................................................................................ 69
3.3.2. Packet Loss ....................................................................................... 69
3.3.3. Jitter ................................................................................................... 70
BAB IV DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN .................................. 71
4.1. Topologi Jaringan.................................................................................. 71
4.1.1. Topologi Jaringan Fisik .................................................................... 71
4.1.2. Pemetaan Wifi ................................................................................... 73
4.1.3. Topologi Jaringan logik .................................................................... 74
4.2. Data Penelitian ...................................................................................... 75
4.2.1. Data Kondisi Sepi ............................................................................. 75
4.2.2. Data Kondisi Normal ........................................................................ 76
4.2.3. Data Kondisi Sibuk ........................................................................... 76
4.3. Kondisi Kuat Sinyal, Coverage, dan Channel Overlapping Access Point
(AP) ........................................................................................................... 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.3.1. Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping Access Point
DIREKSI RSST. ............................................................................... 77
4.3.2. Kuat Sinyal ,Coverage dan Channel Overlapping Access Point ISIRS
RSST ................................................................................................. 79
4.3.3. Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping Access Point
Akutansi RSST. ................................................................................. 80
4.3.4. Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping Access Point
STOCK AREA RSST. ...................................................................... 82
4.3.5. Kuat Sinyal, Coverage Access dan Channel Overlapping Point VIVA
RSST ................................................................................................. 84
4.3.6. Kondisi Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping Access
Point Direksi RSST, VIVA RSST, Stock Area RSST, dan Akutansi
RSST. ................................................................................................ 85
4.4. Analisis Performa Jaringan dengan TCP dan UDP............................... 87
4.4.1. Pengujian access point ...................................................................... 88
4.4.1.1. Kondisi access point DIREKSI RSST ...................................... 89
4.4.1.2. Kondisi access point ISIRS RSST ............................................ 95
4.4.1.3. Kondisi access point Akutansi RSST ...................................... 102
4.4.1.4. Kondisi access point STOCK AREA RSST ........................... 108
4.4.1.5. Kondisi access point VIVA RSST .......................................... 114
4.4.2. Pengujian WLAN ............................................................................ 120
4.4.2.1. Kondisi WLAN DIREKSI RSST ............................................ 121
4.4.2.2. Kondisi WLAN ISIRS RSST .................................................. 128
4.4.2.3. Kondisi WLAN Akutansi RSST ............................................. 134
4.4.2.4. Kondisi WLAN STOCK AREA RSST .................................. 141
4.4.2.5. Kondisi WLAN VIVA RSST.................................................. 148
4.5. Analisis Keseluruhan terhadap Kualitas Sinyal pada Kondisi Sepi, Normal,
dan Sibuk ................................................................................................. 154
4.6. Analisis Kualitas Jaringan WLAN RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
terhadap Hotspot Enviroment ................................................................ 156
4.6.1. Ukuran Fisik .................................................................................... 156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4.6.2. Jumlah Pengguna ............................................................................ 156
4.6.3. Model Penggunaan .......................................................................... 157
4.6.4. Tata letak penempatan Access Point ............................................... 157
4.6.5. Otentifikasi ...................................................................................... 157
4.6.6. Tipe Antena ..................................................................................... 158
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 159
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 159
5.2. Saran .................................................................................................... 161
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 162
LAMPIRAN ........................................................................................................ 164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pembagian channel ........................................................................... 10
Gambar 2.2. Model Jaringan Ad-hoc .................................................................... 11
Gambar 2.3. Model jaringan infrastructure ........................................................... 12
Gambar 2.4. Arsitektur IEEE 802.11 berdasarkan model OSI. ............................ 15
Gambar 2.5. Proses Pembuatan koneksi TCP ....................................................... 18
Gambar.2.6 Cell Layout for Three Channels ........................................................ 26
Gambar2.7. Polarisasi Antenna ............................................................................ 39
Gambar 2.8. Polarisasi Vertikal ........................................................................... 40
Gambar 2.9. Polarisasi Horisontal ........................................................................ 41
Gambar 2.10. Polarisasi Circular .......................................................................... 41
Gambar 2.12. Beamwidth Antenna ....................................................................... 43
Gambar 2.13. Antenna Omnidirectional ............................................................... 44
Gambar 2.14. Pola radiasi antenna omni .............................................................. 44
Gambar 2.15. Antenna Grid .................................................................................. 45
Gambar 2.16. Pola radiasi antenna grid ................................................................ 45
Gambar 2.17. Antenna Parabolic ......................................................................... 46
Gambar 2.18. Pola radiasi antenna parabolic ........................................................ 46
Gambar 2.19. Antena Sectoral ............................................................................. 47
Gambar 2.20. Pola Radiasi Antenna Sectoral ...................................................... 48
Gambar 2.20. Hasil Output TCP ........................................................................... 59
Gambar 2.21. Hasil Output UDP .......................................................................... 60
Gambar 2.22. Screenshot Vistumbler ................................................................... 61
Gambar 3.1 Rencana pengujian kuat sinyal setiap Access Point .......................... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Gambar 3.2 Rencana pengujian kualitas access point. ......................................... 67
Gambar 3.3. Rencana pengujian kualitas jaringan WLAN ................................... 68
Gambar 4.1. Topologi jaringan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro................ 71
Gambar 4.2. Denah lokasi penempatan access point Rumah Sakit dr. Soeradji
Tirtonegoro .................................................................................................... 74
Gambar 4.3. mapping kuat sinyal dan coverage access point DIREKSI RSST ... 78
Gambar 4.4. channel overlapping dari access point DIREKSI RSST .................. 78
Gambar 4.5. mapping kuat sinyal dan coverage access point ISIRS RSST ......... 79
Gambar 4.6. channel overlapping dari access point ISIRS RSST ........................ 80
Gambar 4.7. mapping kuat sinyal dan coverage access point Akutansi RSST ..... 81
Gambar 4.8. channel overlapping dari access point Akutansi RSST .................... 81
Gambar 4.9. mapping kuat sinyal dan coverage access point STOCK AREA
RSST. ............................................................................................................. 83
Gambar 4.10. channel overlapping dari access point STOCK AREA RSST. ...... 83
Gambar 4.11. mapping kuat sinyal dan coverage access point VIVA RSST ....... 85
Gambar 4.12. channel overlapping dari access point VIVA RSST ...................... 85
Gambar 4.13. Mapping kuat sinyal dan coverage Access Point Direksi RSST,
VIVA RSST, Stock Area RSST, dan Akutansi RSST. .................................. 87
Gambar 4.14 Grafik rata-rata throughput access point DIREKSI RSST .............. 91
Gambar 4.15 Grafik rata-rata packet loss access point DIREKSI RSST .............. 93
Gambar 4.16 Grafik rata-rata jitter access point DIREKSI RSST ........................ 95
Gambar 4.17 Grafik rata-rata throughput access point ISIRS RSST .................... 97
Gambar 4.18 Grafik rata-rata packet loss access point ISIRS RSST .................... 99
Gambar 4.19 Grafik rata-rata jitter access point ISIRS RSST ............................ 101
Gambar 4.20 Grafik rata-rata throughput access point Akutansi RSST ............. 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Gambar 4.21 Grafik rata-rata packet loss access point Akutansi RSST ............. 106
Gambar 4.22 Grafik rata-rata jitter access point Akutansi RSST ....................... 108
Gambar 4.23 Grafik rata-rata throughput access point STOCK AREA RSST... 110
Gambar 4.24Grafik rata-rata packet loss access point STOCK AREA RSST ... 112
Gambar 4.25 Grafik rata-rata jitter access point STOCK AREA RSST ............. 114
Gambar 4.26 Grafik rata-rata throughput access point VIVA RSST.................. 116
Gambar 4.27 Grafik rata-rata packet loss access point VIVA RSST ................. 118
Gambar 4.28 Grafik rata-rata jitter access point VIVA RSST ............................ 120
Gambar 4.29 Grafik rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST ................... 123
Gambar 4.30 Grafik rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST ................... 125
Gambar 4.31 Grafik rata-rata jitter WLAN DIREKSI RSST ............................. 128
Gambar 4.32 Grafik rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST ......................... 130
Gambar 4.33 Grafik rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST ......................... 132
Gambar 4.34 Grafik rata-rata jitter WLAN ISIRS RSST ................................... 134
Gambar 4.35 Grafik rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST..................... 136
Gambar 4.36 Grafik rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST .................... 139
Gambar 4.37 Grafik rata-rata jitter Akutansi RSST............................................ 141
Gambar 4.38 Grafik rata-rata throughput STOCK AREA RSST ....................... 143
Gambar 4.39 Grafik rata-rata packet loss STOCK AREA RSST ....................... 145
Gambar 4.40 Grafik rata-rata jitter STOCK AREA RSST ................................. 147
Gambar 4.41 Grafik rata-rata throughput VIVA RSST ...................................... 150
Gambar 4.42 Grafik rata-rata packet loss VIVA RSST ...................................... 152
Gambar 4.43 Grafik rata-rata jitter VIVA RSST ................................................ 154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pembagian channel menurut ITU (International Telecomunications
Union) .............................................................................................................. 8
Tabel 2.2. Standart jaringan 802.11 ........................................................................ 9
Tabel 2.3 Kategori Kekuatan Sinyal ..................................................................... 49
Tabel 2.4 Konversi dB ke Watt ............................................................................. 51
Tabel 2.5 Konversi dB ke Watt ............................................................................. 51
Tabel 2.6. Standarisasi nilai Jitter versi THIPON ................................................. 55
Tabel 2.7. Standarisasi nilai packet loss versi THIPON ....................................... 56
Tabel 2.8. Standarisasi nilai delay versi THIPON ................................................ 57
Tabel 4.1. Tabel kategori sinyal ............................................................................ 76
Tabel. 4.2 Rata-rata throughput access pointDIREKSI RSST .............................. 90
Tabel. 4.3 Rata-rata packet loss access point DIREKSI RSST............................. 92
Tabel. 4.4 Rata-rata jitter access point DIREKSI RSST ....................................... 94
Tabel. 4.5 Rata-rata throughput access point SIRS............................................... 96
Tabel. 4.6 Rata-rata packet loss access point ISIRS RSST .................................. 98
Tabel. 4.7 Rata-rata jitter access point ISIRS RSST ........................................... 100
Tabel. 4.8 Rata-rata throughput access point Akutansi RSST ............................ 102
Tabel. 4.9 Rata-rata packet loss access point Akutansi RSST ............................ 104
Tabel. 4.10 Rata-rata jitter access point Akutansi RSST .................................... 107
Tabel. 4.11 Rata-rata throughput access point STOCK AREA RSST ............... 109
Tabel. 4.12 Rata-rata packet loss access point STOCK AREA RSST ............... 111
Tabel. 4.13 Rata-rata jitter access point STOCK AREA RSST ......................... 113
Tabel. 4.14 Rata-rata throughput access point VIVA RSST .............................. 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
Tabel. 4.15 Rata-rata packet loss access point VIVA RSST .............................. 117
Tabel. 4.15 Rata-rata jitter access point VIVA RSST ........................................ 119
Tabel. 4.16 Rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST ................................ 122
Tabel. 4.17 Rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST ............................... 124
Tabel. 4.18 Rata-rata jitter WLAN DIREKSI RSST ......................................... 126
Tabel. 4.19 Rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST Selama ......................... 129
Tabel. 4.20 Rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST ..................................... 131
Tabel. 4.21 Rata-rata jitter WLAN ISIRS RSST ............................................... 133
Tabel. 4.22 Rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST ................................. 135
Tabel. 4.23 Rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST ................................ 138
Tabel. 4.24 Rata-rata jitter WLAN Akutansi RSST .......................................... 139
Tabel. 4.25 Rata-rata throughput WLAN STOCK AREA RSST ....................... 142
Tabel. 4.26 Rata-rata packet loss WLAN STOCK AREA RSST ...................... 144
Tabel. 4.28 Rata-rata throughput WLAN VIVA RSST ...................................... 149
Tabel. 4.29 Rata-rata packet loss WLAN VIVA RSST ..................................... 151
Tabel. 4.30 Rata-rata jitter WLAN VIVA RSST ............................................... 153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jaringan nirkabel merupakan salah satu alternatif dalam
membangun sebuah jaringan komputer yang praktis. Teknologi tersebut
adalah teknologi jaringan komputer nirkabel WLAN (Wireless Local Area
Network). Teknologi ini adalah perkembangan dari teknologi jaringan
komputer lokal (Local Area Network) yang memungkinkan efisiensi dalam
implementasi dan pengembangan jaringan komputer karena dapat
meningkatkan mobilitas user dan mengingat keterbatasan dari teknologi
jaringan komputer menggunakan media kabel. [1]
Wireless LAN menggunakan frekuensi 2,4 Ghz yang disebut juga
dengan ISM band (Industrial, Scientific, Medical) yang dialokasi oleh FCC
(Federal Communication Commision), sebuah komisi komunikasi dunia
untuk keperluan industri, sains, dan badan kesehatan. Tipe untuk standarisasi
wireless LAN terbagi menjadi 802.11a,802.11b,802.11g, dan 802.11n.
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
merupakan salah satu rumah sakit pusat yang berada di daerah pada Tahun
2003 dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1594/Menkes/SK/XII/2002 tanggal 27 Desember 2002 RSST dr. Soeradji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Tirtonegoro Klaten ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas B Pendidikan
kemudian Tahun 2007 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
273/KMK.05/2007 tanggal 21 Juni 2007 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 756/MenKes/SK/VI/2007 tanggal 26 Juni 2007 menetapkan RSST dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagai Rumah Sakit Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum. Dengan semakin berkembangnya Rumah Sakit Dr.
Soeradji Tirtonegoro, maka Rumah Sakit dituntut untuk selalu bisa
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengunjung. Salah satunya
dengan cara menyediakan jaringan WLAN di lingkungan RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro.
Di lingkungan rumah sakit terdapat beberapa tempat yang
dipasangi access point, seperti di Poliklinik, Hall, Asrama Coas, Gudang
Perlengkapan, Instalasi Gizi. Penempatan access point juga menggunakan
beberapa parameter yaitu daerah jangkauan (coverage), jumlah pemakai, dan
letak access point yang sedapat mungkin dapat dijangkau oleh kabel UTP
sebagai uplink dari suatu access point yang terhubung ke switch khusus untuk
wireless. Namun beberapa kendala masih ditemui di lapangan, yaitu koneksi
internet yang lambat dan sinyal wifi yang tidak stabil. Sehingga pengguna
merasa kesulitan karena tiba-tiba koneksi internet terputus saat sedang
menggunakan layanan wifi. Upaya yang sudah dilakukan antara lain dengan
menggunakan sistem login sehingga hanya karyawan dan coas yang hanya
bisa terhubung dengan jaringan WLAN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Penelitian ini akan dilakukan analisis jaringan WLAN di RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro. Analisis WLAN berkaitan dengan seberapa baik
kualitas internet dan seberapa baik kuat sinyal dan kualitas jaringan RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro. Penulis akan menganalisis scenario yang berkaitan
dengan sinyal terkait jarak antar perangkat wireless untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap parameter performa jaringan yaitu: coverage,
throughput, jitter, dan packet loss, intervernsi/overlapping dan kecepatan
internet. Hasil analisis diharapkan memberikan data yang dapat sebagai acuan
untuk perbaikan jaringan WLAN RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro. [2]
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dituliskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas pada penelitiian ini, yaitu:
1. Seberapa baik layanan kualitas WLAN RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro?
2. Seberapa baik kualitas akses internet RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
menggunakan jaringan WLAN?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui seberapa baik layanan kualitas jaringan WLAN RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro.
2. Mengetahui seberapa baik kualitas akses internet RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro menggunakan jaringan WLAN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
3. Memberi rekomendasi kepada RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro guna
menambah efektifitas penggunaan jaringan WLAN sehingga kualitas layanan
internet dapat tercapai.
1.4. Batasan Masalah
1. Pengambilan data difokuskan pada lingkungan RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro.
2. Kondisi dan cuaca tidak diperhitungkan.
3. Tidak membahas algoritma routing pada jaringan WLAN.
4. Pengambilan data menggunakan aplikasi Iperf dan Vistumbler
5. Pengujian dilakukan selama enam hari pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
1.5. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi literatur:
a. Teori Wireless LAN (WLAN)
b. Teori sinyal
c. Teori parameter peforma jaringan
2. Menentukan waktu pengukuran parameter kualitas layanan jaringan Wireless
LAN (WLAN). Pengukuran akan dilakukan berdasarkan interval waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Melakukan pengukuran dan monitoring terhadap parameter kualitas layanan
jaringan Wireless LAN (WLAN) yang sudah ditentukan.
4. Evaluasi
5. Kesimpulan dan solusi
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah,
tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan judul/rumusan masalah
di tugas akhir.
BAB III METODE PENGAMBILAN DATA
Bab ini menjelaskan tentang spesifikasi alat yang digunakan dan metode dalam
pengambilan data.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA
Bab ini berisi tentang pelaksanaan pengujian dan hasil pengujian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan atas analisa dan saran berdasarkan hasil yang telah
dilaksanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Jaringan Wireless LAN
Jaringan wireless LAN adalah jaringan yang mengkoneksikan dua
komputer atau lebih menggunakan sinyal radio, cocok untuk berbagi pakai file,
printer, atau akses internet. Bila user ingin mengkoneksikan dua komputer atau
lebih di lokasi yang sulit atau tidak mungkin untuk memasang kabel jaringan,
sebuah jaringan wireless (tanpa kabel) mungkin cocok untuk diterapkan.
Jaringan komunikasi wireless memberikan kemudahan dan fleksibilitas yang
tinggi bagi para pemakainya untuk dapat mengadakan hubungan komunikasi
dengan sesama pemakai jaringan wireless maupun dengan pemakai lain yang
terhubung dengan jaringan yang memakai media transmisi kabel (wired
network). WirelessLAN (WLAN) menyediakan suatu alternative bagi LAN
tradisional berbasis twisted pair, kabel koaksial, dan serat optik. Wireless LAN
melayani tujuan yang sama dengan jaringan kabel/optik LAN yaitu untuk
menyampaikan/membawa informasi antara device yang berdekatan dengan
LAN. Dengan mempergunakan perangkat radio maka dapat membuat LAN
tanpa menggunakan kabel data yang umum dipakai dalam sebuah jaringan
komputer. Melalui pemakaian gelombang elektromagnetik, Wireless LAN
mengirim dan menerima data melalui udara, dan meminimalkan penggunaan
sambungan kabel. Jadi, Wireless LAN memiliki fleksibelitas, mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mobilitas, memiliki teknik frequency reuse, selular dan handover, menawarkan
efisiensi dalam waktu (penginstalan) dan biaya (pemeliharaan dan
penginstalan ulang di tempat lain), mengurangi pemakaian kabel dan
penambahan jumlah pengguna dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
2.2. Standar 802.11 a/b/g/n
Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE membuat
spesifikasi/standar WLAN pertama yang diberi kode 802.11. Peralatan yang
sesuai standar 802.11 dapat bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz, dn kecepatan transfer
data (throughput) teoritis maksimal 2Mbps. Pada bulan Juli 1999, IEEE kembali
mengeluarkan spesifikasi baru bernama 802.11. Kecepatan transfer data teoritis
maksimal yang dapat dicapai adalah 11 Mbps. Kecepatan transfer data sebesar ini
sebanding dengan Ethernet tradisional ( IEEE 802.3 10 Mbps atau 10 Base-T).
Peralatan yang menggunakan standar 802.11b juga bekerja pada frekuensi
2,4Ghz. Salah satu kekurangan peralatan wireless yang bekerja pada frekuensi ini
adalah kemungkinan terjadinya interfensi dengan cordless phone, microwave
oven, atau peralatan lain yang menggunakan gelombang radio pada frekuensi
sama.
Pada saat hampir bersamaan, IEEE membuat spesifikasi 802.11a yng
menggunakan teknik berbeda. Frekuensi yang digunakan 5Ghz, dan mendukung
kecepatan transfer data teoritis maksimal sampai 54Mbps. Gelombang radio yang
dipancarkan oleh peralatan 802.11a relative sukar menembus dinding atau
penghalang lainnya. Jarak jangkau gelombang radio relative lebih pendek
dibandingkan 802.11b. Secara teknis, 802.11b tidak kompatibel dengan 802.11a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Namun saat ini cukup banyak pabrik hardware yang membuat peralatan yang
mendukung kedua staadar tersebut.
Pada tahun 2002, IEEE membuat spesifikasi baru yang dapat
menggabungkan kelebihan 802.11b dan 802.11a. Spesifikasi yang diberi kode
802.11g ini bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz dengan kecepatan transfer data teoritis
maksimal 54Mbps. Peralatan 802.11g kompatibel dengan 802.11b, sehingga dapat
saling dipertukarkan. Misalkan saja sebuah komputer yang menggunakan kartu
jaringan 802.11g dapat memanfaatkan access point 802.11b, dan sebliknya.
Channel yang dipakai untuk frekuensi 2,4Ghz ada 11 channel untuk Indonesia
dan Amerika yaitu : [5]
802.11b/g/n menggunakan frekuensi 2,4GHz atau memiliki range mulai
dari 2,4 GHz – 2,5 GHz. Frekuensi tercebut dibagi menjadi 13 channel mulai dari
channel 1 yaitu 2,412GHZ sampai dengan channel 13 yaitu 2,472 GHz. Channel
ke-14 sebelumnya digunakan di Jepang namun sudah tidak terpakai lagi.
Tabel 2.1. Pembagian channel menurut ITU (International
Telecomunications Union)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Tabel 2.2. Standart jaringan 802.11
Setiap channel memiliki lebar 22MHz, ini mengakibatkan sinyal dari sebuah
channel masih akan dirasakan oleh channel lainnya yang bertetangga. Misalnya
pada channel 1 masih akan terasa di channel 2,3,4, dan 5. Karena rentang
frekuensi yang saling overlapping (tumpang tindih) maka penggunaan channel
yang berdekatan akan mengakibatkan gangguan interference. Secara lengkap
gambaran interference yang akan terjadi dapat dilihat pada gambar berikut:
802.11
Prtotokol
Frek
(GHz)
Bandwidth
(MHz)
Data
per rate
stream
(Mbit/s)
Allowable
MIMO
streams
Modulation
Approximate
indor range
Approximate
outdoor
range
(m) (ft) (m) (ft)
- 2,4 20 1,2 1 DSSS,
FHSS 20 66 100 330
a
5
20
6, 9, 12,
18, 24,
36, 48,
54
1 OFDM
35 115 120 390
3,7 - - 5 16
b 2,4 20 5, 5, 11 1 DSSS 38 125 140 460
g 2,4 20
6, 9, 12,
18, 24,
36, 48,
54
1 OFDM,
DSSS 38 125 140 460
n 2,4/5
20
7.2,
14.4,
21.7,
28.9,
43.3,
57.8,
65, 72.2 4 OFDM
70 230 250 820
40
15, 30,
45, 60,
90, 120,
135,
150
70 230 250 820
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Gambar 2.1. Pembagian channel
Berdasarkan gambar di atas bdapat dilihat bahwa interferensi channel akan
terhindar jiga menggunakan aturan +5 atau -5 dengan frekuensi yang sudah
digunakan. Sebagai contoh, channel 1 tidak akan overlapping dengan channel 5
dan 11.
2.3. Model Jaringan WLAN
Jaringan wireless dikonfigurasikan ke dalam dua jenis jaringan, yaitu
mode Infrastruktur dan ad-hoc[6]. Konfigurasi infrastruktur adalah komunikasi
antar masing-masing Personal Computer(PC). Komunikasi ad-hoc adalah
komunikasi secara langsung antara masing-masing komputer dengan
menggunakan piranti wireless. Penggunaan kedua mode tersebut tergantung dari
kebutuhan untuk berbagi data atau kebutuhan lain dengan jaringan dengan
menggunakan kabel.
2.3.1. AdHoc Mode
Ad-Hoc merupakan mode jaringan WLAN yang sangat
sederhana, karena pada ad-hoc ini tidak memerlukan access point
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
untuk host dapat saling berinteraksi. Setiap host cukup memiliki
transmitter dan receiver wireless untuk berkomunikasi secara
langsung satu sama lain seperti tampak pada gambar 2.2.
Kekurangan dari mode ini adalah komputer tidak bisa
berkomunikasi dengan komputer pada jaringan yang menggunakan
kabel. Selain itu, daerah jangkauan pada mode ini terbatas pada
jarak antara kedua komputer tersebut.
Gambar 2.2. Model Jaringan Ad-hoc
2.3.2. Infrastructure Mode
Jika komputer pada jaringan wireless ingin mengakses
jaringan kabel atau berbagi printer misalnya, maka jaringan
wireless tersebut harus menggunakan mode infrastruktur (gambar
2.2). Pada mode infrastruktur access point berfungsi untuk
melayani komunikasi utama pada jaringan wireless. Access point
mentransmisikan data pada PC dengan jangkauan tertentu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
suatu daerah. Penambahan dan pengaturan letak access point dapat
memperluas jangkauan dari WLAN[5].
Gambar 2.3. Model jaringan infrastructure
2.4. Teknologi WLAN
Dalam teknologi WLAN memiliki beberapa jenis antara lain:
Teknologi Narrowband
Sebuah system radio narrowband (narrow bandwith) menyampaikan dan
menerima infirmasi dari pengguna di dalam pita frekuensi radio yang spesifik dan
sempit, tetapi mempunyai performa lenih baik dari pada wideband.
Teknologi Spread Spectrum
Kebanyakan system wireless LAN menggunakan teknologi spread spectrum.
Sebuah teknik radio frekuensi wideband yang dikembangkan oleh militer untuk
digunakan pada system keamanan dan sebuah system komunikasi militer. Teknik
spread spectrum memungkinkan transmisi data dilakukan dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
transmission power transmission power yang rendah, namun dengan frekuensi
yang lebar. Dalam teknologi pread spectrum ada dua teknologi yang di pakai,
yaitu :
a). Teknologi Frenquency-Hoping Spread Spectrum (FHSS)
Cara kerja dari teknik ini juga tidak berbeda jauh dari
namanya. Teknik ini memodulasi sinyal data dengan sinyal pembawa
(carrier) dengan kanal freuensi yang melompat-lompat seiring dengan
fungsi waktu. Dengan kata lain, setiap satu satuan waktu akan terjadi
proses transfer paket data dengan dimodulasi atau dibungkus dalam
suatu kanal frekuensi carrier.
b). Teknologi Direct-Sequence Spread Spectrum (DSS)
Teknik spread spectrum yang satu ini sebagai yang paling
banyak dan paling umum digunakan di dunia jaringan wireless.
Perangkat WIFI yang menggunakan standar 802.11b dan 802.11n
menggunakan teknik ini adalah sebuauh kode penyebaran yang
disisipkan ditengah-tengah proses pengiriman. Proses pengiriman data
menggunakan teknologi ini melibatkan serangkaian kode penyebran
yang seiring disebut dengan itilah chipping code.
Teknologi Infrared
Teknologi ini jarang digunakan dalam WLAN komersil.
Infrared menggunakan frekuensi tinggi dibawah cahaya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dapat dilihat di dalam spectrum elektromagnetik cahaya untuk
membawa atau mengirimkan data.
Teknologi Orthogonal Frequency Division Multiplexing
(OFDM)
OFDM merupakan teknik transmisi menggunakan
beberapa frekuensi yang salng tegak lurus. Masing-masing sub-
carrier dimodulasi dengan teknik modulasi tertentu pada rasio
symbol yang rendah. Teknik OFDM mendukung WLAN unutk
dapat mencapai data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48, dan 54 Mbps
dengan menggunakan 52 sub-carrier yang berbeda dan
ditransmisikan secara parallel. Teknik iini digunkan pada standar
802.11a dan 802.11g.
Teknologi High Rate Direct Sequence Spread Spectrum
(HR/DSSS)
HR/DSSS merupakan penambahan dari sistem DSSS yang
bekerja pada band frekuensi 2,4 GHz unutk mendukung data rate
5,5 Mbps dan 11 Mbps. Untuk mendapatkan data rate yang lebih
tinggi maka ditambahkan CCK (Complemetary Code Keying)
pada pola modulasi. Teknik iini digunakan pada standar
802.11b.[7]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2.5. Arsitek WLAN
WLAN bekerja paa dua lapisan terbawah model OSI (Open System
Intercomention).
Gambar 2.4. Arsitektur IEEE 802.11 berdasarkan model OSI.
Pada gambar 2.1 dapat dlihat bahwa WLAN menggunakan arsitektur logika
physical layer dan data link layer yang dibagi menjadi dua bagian pada arsitektur
WLAN yaitu LLC (Logical Link Layer) dan MAC (Medium Access Control),
namun hanya MAC yang digunakan sebagai fungsi logika WLAN.
Sub layer medium access control Sub layer MAC memiliki tanggung jawab
untuk akses medium, pengalamatan, pembangkitan frame, dan mengecek deretan
frame untuk konfigurasi pembagian media fisik. Standar IEEE 802.11
menggunakan CSMA/CA (Carrier Sense Multiple Access/Collision Avoidance)
pada MAC. CSMA/CA dapat membuat sebuah grup perangkat wireless untuk
berkomunikasi dengan membagi frekuensi dan ruang yang sama. Sebuah client
akan mengirimkan data maka terlebih dahulu akan dilakukan pengecekan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kanal transmisi untuk memastikan tidak ada perangkat lain yang sedang
mengirimkan data, apabila kondisi tersebut dipenuhi maka perangkat tersebut
akan mengirimkan data.
Physical layer berfungsi untuk menjaga transmisi data yang dilakukan pada
kanal komunikasi. Layer ini merupakan interface antara media wireless dengan
MAC layer.[8]
2.6. Model TCP/IP
Arsitektur protocol Transmission Control Protocol/Internet
Protocol(TCP/IP) merupakan hasil dari penelitian protocol dan pengembangan
dilakukan pada jaringan percobaan packet-switched, ARPANET, yang didanai
DARPA, dan secara umum ditujukan sebagai satu set protokol TCP/IP[14]. Set
protocol ini terdiri atas sekumpulan besar protocol yang telah diajukan sebagai
standart internet oleh Internet Architectur Board(IAB).
Model TCP/IP terdiri atas lima layer yaitu:
1. Application Layer, merupakan layer program aplikasi yang menggunakan
protokol TCP/IP. Beberapa diantaranya adalah: Telnet, FTP (File Transfer
Protocol), SMTP (Simple Mail transport Protocol), SNMP (Simple Network
Management Protocol), HTTP (Hypertext Transfer Protocol), DHCP
(Dynamic Host Configuration Protocol) dan DNS(Domian Name System) .
2. Transport Layer, berisi protokol yang bertanggung jawab untuk mengadakan
komunikasi antar dua komputer. Pada layer ini terdiri atas dua protokol,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
yaitu: TCP (Transport Control Protocol) dan UDP (User Datagram
Protocol).
3. Internet Layer, berfungsi untuk menangani pergerakan paket data dalam
jaringan dari komputer pengirim ke komputer tujuan. Protokol yang berada
dalam fungsi ini antara lain: IP(Internet Protocol),ICMP(Internet Control
Message Protocol),dan IGMP (Internet Group Management Protocol).
4. Network Layer, merupakan layer paling bawah yang bertanggung jawab
mengirim dan menerima data dari dan ke media fisik.[9]
2.6.1. TCP
(Transmision Control Protocol) TCP merupakan protokol
yang berada pada layer transport dari layer TCP/IP. TCP adalah
protokol yang bersifat byte stream, connection-oriented dan
reliable dalam pengiriman data. TCP menggunakan komunikasi
byte-stream, yang berarti bahwa data dinyatakan sebagai suatu
urutan-urutan byte. Connecton-oriented berarti sebelum terjadi
proses pertukaran data antar komputer terlebih dahulu harus
dibentuk suatu hubungan. Hal ini dapat doanalogikan dengan
proses pendialan nomor telepon dan akhirnya terbentuk
hubungan.
Kehandalan TCP dalam mengirimkan data didukung oleh
mekanisme yang disebut Positive Acknowledgement with Re-
transmission (PAR). Data yang dikirim dari layer aplikasi akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dipecah-pecah dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan diberi
nomor urut sebelum dikirim ke layer berikutnya. Unit data yang
sudah dipecah-pecah tadi disebut segment. TCP selalu meminta
konfirmasi setiap kali selesai mengirimkan data, apakah data
tersebut sampai pada komputer tujuan dan tidak rusak. Jika data
berhasil sampai tujuan, TCP akan mengirimkan data urutan
berikutnya. Jika tidak berhasil, maka TCP akan melakukan
pengiriman ulang urutan data yang hilang atau rusak tersebut.
Dalam kenyataannya TCP menggunakan sebuah
acknowledgement (ACK) sebagai suatu pemberitahuan antara
komputer pengirim dan penerima.
Proses pembuatan koneksi TCP disebut juga dengan
Three-way Handshake . Tujuan metode ini adalah agar dapat
melakukan sinkronisasi terhadap nomor urut dan nomor
acknowledgement yang dikirimkan oleh kedua pihak dan saling
bertukar ukuran TCP Window. Prosesnya dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.5. Proses Pembuatan koneksi TCP
(Three-way Handshake)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Keterangan dari gambar 2.3 adalah sebagai berikut:
Host pertama (yang ingin membuat koneksi) akan
mengirimkan sebuah segmen TCP dengan flag SYN
diaktifkan kepada host kedua (yang hendak diajak untuk
berkomunikasi).
Host kedua akan meresponsnya dengan mengirimkan
segmen dengan acknowledgment dan juga SYN kepada host
pertama.
Host pertama selanjutnya akan mulai saling bertukar data
dengan host kedua. TCP menggunakan proses handshake
yang sama untuk mengakhiri koneksi yang dibuat. Hal ini
menjamin dua host yang sedang terkoneksi tersebut telah
menyelesaikan proses transmisi data dan semua data yang
ditransmisikan telah diterima dengan baik. Itulah sebabnya,
mengapa TCP disebut dengan koneksi yang reliable.
2.6.2. UDP (User Datagram Protocol)
UDP merupakan protokol yang juga berada pada layer
transport selain TCP. Protokol ini bersifat connectionless dan
unreliable dalam pengiriman data. Connectionless berarti tidak
diperlukannya suatu bentuk hubungan terlebih dahulu untuk
mengirimkan data. Unreliable berarti pada protokol ini tidak
dijamin akan sampai pada tujuan yang benar dan dalam kondisi
yang benar pula. Kehandalan pengiriman data pada protokol ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menjadi tanggung jawab dari program aplikasi pada layer atasnya.
Jika dibandingkan dengan TCP, UDP adalah protokol yang lebih
sederhana dikarenakan proses yang ada didalamnya lebih sedikit.
Dengan demikian aplikasi yang memanfaatkan UDP sebagai
protokol transport dapat mengirimkan data tanpa melalui proses
pembentukan koneksi terlebih dahulu. Hal ini pun terjadi pada
saat mengakhiri suatu koneksi, sehingga dalam banyak hal proses
yang terjadi sagatlah sederhana dibanding jika mengirimkan data
melalui protokol TCP.
Protokol UDP akan melakukan fungsi
ultiplexing/demultiplexing seperti yang dilakukan protokol TCP,
bila suatu program aplikasi akan memanfaatkan protokol UDP
untuk mengirimkan informasi dengan menentukan nomor port
pengirim (source port) dan nomor port penerima (destination
port), kemudian menambahkan sedikit fungsi koreksi kesalahan
lalu meneruskan segmen yang terbentuk ke protokol layer
internet. Pada layer Internet segmen tersebut ditambahi informasi
dalam bentuk datagram IP dan keudian ditentukan cara terbaik
untuk mengantarkan segmen tersebut ke sisi penerima. Jika
segmen tersebut tiba pada sisi penerima, protokol UDP
menggunakan nomor port informasi IP pengirim dan penerima
untuk mengantarkan data dalam segmen ke proses program
aplikasi yang sesuai. Beberapa hal yang harus diperhatikan jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
suatu program aplikasi akan menggunakan protokol UDP sebagai
protokol transport:
Tidak ada pembentukan koneksi. Protokol UDP hanya
mengirim informasi begitu saja tanpa melakukan proses awal
sebelumnya.
Tidak ada pengkondisian koneksi. Protokol UDP tidak
melakukan penentuan kondisi koneksi yang berupa
parameter-parameter seperti buffer kirim dan terima, kontrol
kemacetan, nomor urutan segmen, dan acknowledgement.
Memiliki header kecil. Protokol UDP meiliki 8 byte header
dibanding 20 header byte pada TCP.
Tidak ada pengaturan laju pengiriman. Protokol UDP hanya
menekankan kecepatan kirim pada laju program aplikasi
dalam menghasilkan data, kemampuan sumber kirim
(berdasarkan CPU, laju pewaktuan, dan lain-lain) dan
bandwidth akses menuju Internet. Jika terjadi kemacetan
jaringan, sisi penerima tidak perlu menerima seluruh data
yang dikirim. Dengan demikian laju penerimaan data dibatasi
oleh faktor kemacetan jaringan yang terjadi, walaupun pada
sisi kirim tidak memperhatikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.6.3. IP (InternetProtocol)
IP merupakan protokol yang paling penting yang berada
pada layer Internet TCP/IP. Semua protokol TCP/IP yang berasal
dari layer atasnya mengirimkan data melalui protokol IP ini.
Seluruh data harus dilewatkan, diolah oleh protokol IP dan
dikirimkan sebagai datagram IP untuk sampai ke sisi penerima.
Dalam melakukan pengiriman data, protokol IP ini bersifat
unreliable, connectionless dan datagram delivery service.
Unreliable berarti protokol IP tidak menjamin datagram
yang dikirim pasti sampai ke tujuan. Protokol IP hanya melakukan
cara terbaik untuk menyampaikan datagram yang dikirim ke tujuan.
Jika pada perjalanan datagram tersebut terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan (putusnya jalur, kemacetan, atau sisi penerima yang
dituju sedang mati), protokol IP hanya memberikan pemberitahuan
pada sisi kirim kalau telah terjadi permasalahan pengiriman data ke
tujuan melalui protokol ICMP. Connectionless berarti tidak
melakukan pertukaran kontrol informasi (handshake) untuk
membentuk koneksi sebelum mengirimkan data.
Datagram delivery service berarti setiap datagram yang
dikirim tidak tergantung pada datagram yang lainnya. Dengan
demikian kedatangan datagram pun bisa jadi tidak berurutan.
Metode ini dipakai untuk menjamin sampainya datagram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
ketujuannya, walaupun salah satu jalur menuju tujuan mengalami
masalah.
2.7. Membangun Wireless HotSpot
2.7.1. Hotspot Environment
A. Ukuran Fisik
Ukuran fisik lokasi adalah faktor kunci pertama untuk
dipertimbangkan. Hal ini merupakan salah satu unsur (
bersama dengan kepadatan pengguna) yang akan menentukan
berapa banyak Access Point ( AP ) harus dipasang. Sebuah AP
dapat menjangkau area melingkar sekitar 300 meter ke segala
arah. Beberapa AP diharapkan dapat mencangkup untuk area
yang luas.
B. Jumlah Pengguna
Faktor kunci berikutnya dalam menentukan tata letak
HotSpot adalah jumlah pengguna dan kepadatan pengguna :
jumlah pengguna per area. Jumlah pengguna ( bersama dengan
pola penggunaan mereka ) akan menentukan bandwidth yang
dibutuhkan untuk memberikan kepuasan pengguna. Target
minimum untuk bandwidth 100Kbps per pengguna aktif. Anda
perlu menentukan dari model penggunaan berapa banyak
pengguna yang terhubung aktif bersamaan. Sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
contoh,sebuah area dengan 5 pengguna aktif membutuhkan
500Kbps atau konektivitas internet yang lebih baik.
Jumlah pengguna di daerah tertentu dapat
mempengaruhi jumlah AP yang di perlukan karena
keterbatasan kemampuan dari AP. Pada area dengan banyak
pengguna, seperti convention hall, mungkin diperlukan lebih
banyak AP untuk menangani beban, meskipun AP tunggal
dapat menyediakan cakupan untuk daerah fidik : pengguna 20-
25 per AP adalah pedoman yang baik.
C. Model Penggunaan
Faktor kunci ketiga adalah jenis aplikasi pengguna
yang akan berjalan saat terhubung ke HotSpot. Sebagai contoh,
sebuah kedai kopi yang pengguna biasa mungkin pemilik
usaha kecil dan rumah dan mahasiswa, sementara hotel
mungkin akan memiliki lebih banyak kelas enterprise
pelancong bisnis. Siswa akan lebih mungkin untuk
menjalankan aplikasi seperti on-line chat, game internet, dan
audio streaming sementara pelancong bisnis lebih mungkin
untuk terhubung ke internet perusahaan untuk membaca email
dan menjalankan aplikasi bisnis.
Perlu di tentukan adalah bandwidth minimum yang
diperlukan untuk menyediakan pengguna menjalankan aplikasi
dilokasi, dengan kapasitas yang cukup untuk mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kualitas yang baik. Jumlah ini, dikalikan dengan jumlah
pengguna secara simultan, menentukan bandwidth internet
minimum yang diperlukan. Sebagai contoh, jika anda
menentukan penggunaan di situs anda memerlukan 200Kbps
bandwitdth untuk kinerja yang memadai dan anda berharap ada
pengguna lebih dari 5 secara aktif menggunakan bandwidth
yang ini pada satu waktu ( dari populasi yang berpotensi besar
pengguna terhubung ), seorang koneksi internet 1Mbps akan
diperlukan [ 10 ]. 200Kbps X 5 pengguna simultan =
1,000Kbps = 1,0 Mbps bandwidth yang dibutuhkan.
2.7.2. Site Coverage
A. Ukuran AP cell, tata letak , dan penempatan.
Banyak yang tergoda untuk memecahkan masalah
cakupan situs dengan menambahkan lebih banyak Access
Point, perawatan harus selalu dilakukan sebelum membuat
keputusan tersebut. Dalam banyak kasus, jaringan nirkabel
yang digunakan untuk mrnarik orang ke tempat usaha. Jika ini
adalan strategi, menempatkan Access Point di dekat dinding
eksterior atau jendela dapat menyebabkan pengguna tidak
diinginkan duduk di luar dan meggunakan , atau lebih buruk
lagi, hacker jaringan. Penempatan AccessPoint perlu
dipertimbangkan dengan pertimbangan keamanan untuk
menempatkan Access point di tempat yang paling tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Gambar.2.6 Cell Layout for Three Channels
Ketika menerapkan Access Point anda harus
mempertimbangkan tata letak saluran dan ukuran cell. Karena
sifat membatasi band ISM hanya ada 3 non- interfering ( non-
overlapping ) saluran yang tersedia untuk penggunaan di
802.11b. pola yang dihasilkan perlu menyerupai gambar ada
saluran yang sama AP tumpang tindih. Dalam rangka
menerapkan tata letak saluran yang sesuai anda harus terbiasa
dengan bidang RF ( Radio Frequency ) yang dipancarkan oleh
Access Point yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
B. AP density
Dalam lingkungan kecil seperti rumah, ukuran cell
tidak menjadi perhatian utama, daerah penggunaan biasanya
tercangkup dengan baik dan backhaul yang paling sering
menjadi faktor pembatas , bukan throughput AP. Dalam
lingkungan instalasi besar seperti hotel,bandara, dan kantor
kepadatan AP mungkin perlu ditingkatkan untuk
memungkinkan lebih banyak AP untuk melayani lebih banyak
pengguna. Ini harus selalu dicek dua kali dalam survei situs
dan implementasi. Dalam banyak kasus menurunkan output
daya access point akan memungkinkan peringatan jumlah AP
di daerah tertentu, memungkinkan peningkatan jumlah AP
didaerah tertentu, memungkinkan untuk lebih banyak
pengguna untuk dilayani dengan throughput yang lebih tinggi [
10 ] .
2.7.3. Memilih Perangkat
A. RF Power
Dalam banyak Access Point fitur ini tersedia. Kurang
fitur ini menyebabkan masalah dalam menerapkan lingkungan
multi-AP. Biasanya , sebuah AP Enterprise akan mendukung
berbagai kekuatan 5-100 milliWatts
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
B. Antena
Access Point harus mempunyai kenoektor antenna
eksternal, sehingga bisa dipasang berbagai tipe antenna agar
sesuai dengan kebutuhan. Beberapa AP bahkan memiliki
antena tertanam, sehingga mustahil untuk beralih ke antena
model lain.
C. Power Over Ethernet ( PoE)
PoE dapat menjadi perbedaan antara biaya yang efektif
implementasi HotSpot dan satu tidak efektif. PoE
memungkinkan menyalurkan power secara langsung ke
perangkat remote melalui kabel CAT5 Ethernet. Karena
Access Points sering dimasukan ke tempat dimana sulit untuk
mendapat listrik ( langit-langit dan lorong-lorong panjang ).
PoE menjadi pilihan karena dengan memasang kabel power
menyebabkan biaya tinggi di sebabkan pemborosan kabel,
karena tiap perangkat membutuhkan dua kabel yaitu kabel
UTP untuk data dan kabel listrik untuk powernya, lalu dengan
adanya POE cukup menggunakan satu kabel yaitu kabel UTP
dimana transfer data dan aliran listrik terjadi dalam satu kabel.
Umumnya PoE yang di gunakan mengacu ke standart IEEE
802.3af dimana maksimum power per port adalah 15.4W,
kemudian standart ini di perbaharui oleh IEEE 802.3at dimana
maximum power per port adalah 34.2W, ini disebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
banyak perangkat baru yang membutuhkan supplay power
lebih tinggi.
D. Long and Short Preamble Support
Generasi pertama darii 802.11 menunjukan penggunaan
144-bit preamble yang digunakan untuk membantu wireless
receiver memepersiapkan akuisisi wireless sinyal. Sebagai
802.11 ditujukan tingkat transmisi yang lebih tinggi dan model
penggunaan baru seperti VoIP, pendek, lebih efisien 56-bit
basa-basi juga di perkrnalkan. Setelah pengenalan preambles
pendek, AP pertama dan NIC dipasar termasuk pilihan
konfigurasi untuk menggunakan long dan short preambles. Hal
ini menyebabkan masalah interoperabilitas untuk pengguna
Mobile station (MS) yang tidak menawarkan pilihan tersebut.
Jika AP diaktifkan menggunakan short preamble dan MS
menggunakan long preamble maka keduanya tidak bisa
terhubung. Maka dari itu di ciptakan pilihan long atau short
preamble, produsen hardware mengembangkan sistem yang
secara otomatis bisa mendukung baik pengaturan. Dalam
proses ini, option untuk user menghilang dari interface
konfigurasi perangkat. Saat ini masih ini ada hardware yang
dapat dikonfigurasi menggunakan long atau short preamble
[10].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.7.4. Otentifikasi
Jenis otentikasi terikat dengan Service Set Identifier (
SSID ) yang dikonfigurasi untuk access point. Jika anda ingin
melayani berbagai jenis perangkat klien dengan access point yang
sama, mengkonfigurasi beberapa SSID.
Sebelum perangkat wireless client dapat berkomunikasi
pada jaringan anda melalui access point, harus terotentikasi ke
access point dengan menggunakan otentikasi terbuka atau shared-
key authrntication. Untuk kramanan maksimum , perangkat klien
juga harus otentikasi ke jaringan menggunakan MAC-address
atau Extensible Authrntication Protocol ( EAP ). Kedua jenis
otentikasi ini bergantung pada server otentikasi pada jaringan.
2.7.4.1. Open System Authentication
Pada open system authentication ini, bisa dikatakan tidak
ada “ authentication ” yang terjadi karena client bisa langsung
terkoneksi dengan AP ( Access Point ). Stelah client melalui proses
open system authentication dan association, client sudah di
perbolehkan mengirim data melalui AP namun data yang dikirim
tidak akan dilanjutkan oleh AP kedalam jaringannya. Bila
keamanan WEP diaktifkan, maka data-data yang dikirim oleh
Client haruslah dienkripsi dengan WEP key. Bila ternyata setting
WEP Key di client berbeda dengan setting WEP Key di AP (
Access Point) maka AP tidak akan mengenal data yang dikirim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
oleh client yang mengakibatkan data tersebut akan di buang (
hilang ). Jadi walaupun client diijinkan untuk mengirim data,
namun data tersebut tetap tidak akan bisa melalui jaringan AP bila
WEP key antara Client dan AP ternyata tidak sama.
2.7.4.2. Shared Key Authentication ( WEP )
Lain halnya open system authentication, Shared Key
Autentication mengharuskan client untuk mengetahui lebih dahulu
kode rahasia (passphare key) sebelum mengijinkan terkoneksi
dengan AP. Jadi apabila client tidak mengetahui “key” tersebut
maka client tidak akan bisa terkoneksi dengan Acces Point. Pada
shared key authentication, digunakan juga metode keamanan WEP.
Pada proses authenticationnya , shared key akan
“meminjamkan” WEP key yang digunakan oleh level keamanan
WEP, Client juga harus mengaktifkan WEP untuk menggunakan
Shared Key Authentication. WEP menggunakan algoritma enkripsi
RC4 yang juga digunakan oleh protokol https. Alogaritma ini
terkenal sederhana dan mudah diimplementasikan karena tidak
membutuhkan perhitungan yang berat sehingga tidak
membutuhkan hardware yang terlalu canggih. Pengecekan WEP
Key pada proses shared key authentication dilakukan dengan
metode Challenge and response sehingga tidak ada proses transfer
password WEP Key. Metode yang dinamakan Challenge anda
Response ini menggantikan pengiriman password dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pertanyaan yang harus dijawab berdasarkan password yang
diketahui.
Prosesnya adalah client meminta ijin kepada server untuk
melakukan koneksi. Server akan mengirim sebuah string yang
dibuat secara acak dan mengirimkan kepada client. client akan
melakukan enkripsi antara string / nilai yang diberikan oleh server
dengan password yang diketahhuinya. Hasil enkripsi ini kemudian
dikirimkan kembali ke server. Server akan melakukan proses
deskripsi dan membandingkan hasilnya. Bila hasil dekripsi dari
client menghasilkan string/nilai yang sama dengan string/nilai yang
dikirimkan oleh server, berarti client mengetahui password yang
benar.
2.7.4.3. WPA Pre-Shared key ( WPA Personal )
Metode keamanan WEP memiliki banyak kelemahan
sehingga badan IEEE meyadari permasalahan tersebut dan
membentuk gugus tugas 802.11i untuk menciptakan keamanan
yang lebih baik dari WEP. Sebelum hasil kerja dari 802.11i
selesai,aliansi Wi-Fi membuat metode keamanan baru yang bisa
bekerja dengan hardware yang terbatas kemampuannya,maka
munculah Wi-Fi Proteced Access ( WPA ) pada bulan april 2003.
Standart Wi-Fi ini unruk meningkatkan fitur keamanan pada WEP.
Teknologi ini didesain untuk bekerja pada produk Wi-Fi eksisting
yang telah memiliki WEP ( semacam software upgrade ) .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Kelebihan WPA adalah meningkatkan enkripsi data dengan
teknik Temporal Key Integrity Protocol ( TKIP ). Enkripsi yang
digunakan masih sama dengan WEP yaitu RC4, karena pada
dasarnya WPA ini merupakan perbaikan dari WEP dan bukan
suatu level keamanan yang benar-benar baru, walaupun beberapa
device ada yang sudah mendukung enkripsi AES yaitu enkripsi
dengan keamanan yang paling tinggi. TKIP mengacak kata kunci
menggunakan “hashing algorithm” dan menambah intefgrity
Cheeking Feature, untuk memastikan kunci belum pernah
digunakan secara tidak sah.
2.7.4.4. WPA2 Pre-Shared Key ( WPA2 Personal )
Group 802.11i akhirnya menyelesaikan metode keamanan
yang awalnya ditugaskan dari IEEE. Level keamanan ini kemudian
dinamakan sebagai WPA2. WPA2 merupakan level keamanan
yang paling tinggi. Enkripsi utama yang digunakan pada WPA2 ini
yaitu enkripsi AES. AES mempunyai kerumitan yang lebih tinggi
daripada RC4 pada WEP sehingga para vendor tidak sekedar
upgrade firmware seperti dari WEP ke WPA. Untuk menggunakan
WPA2 diperlukan hard ware baru yang mampu bekerja dengan
lebih cepat dan mendukung perhitungan yang dilakukan oleh
WPA2. Sehingga tidak semua adapter mendukung level keamanan
WPA2 ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.7.4.5. WPA Enterprise / RADIUS ( 802.1X / EAP )
Metode keamanan dan algoritma snkripsi pada WPA
Radius ini sama saja dengan WPA Pre-Shares Key, tetapi
authentikasi yang digunakan berbeda. Pada WPA Enterprise ini
menggunakan authentikasi yang diunakan berbeda. Pada WPA
Enterprise ini menggunakan authentikasi 802.1X atau EAP (
Extensible Authentication Protocol ) . EAP merupakan protokol
layer 2 yang menggantikan PAP dan CHAP. Spesifikasi yang
dibuat oleh IEEE 802.1X untuk keamanan terpusat pada jaringan
hotspot Wi-Fi. Tujuan standart 8021X IEEE adalah untuk
menghasilkan kontrol akses autentikasi dan managemen kunci
untuk wireless LANs. Spesifikasi ini secara umum sebenarnya
ditujukan untuk jaringan kabel yang menentukan bahwa setiap
kabel yang dihubungkan ke dalam switch harus melaui proses
auntetikasi terlebih dahulu dan tidak boleh langsung
memperbolehkan terhubung kedalam jaringan.
Pada spesifikasi keamanan 802.1X, ketika login ke jaringan
wireless maka server yang akan meminta user name dan password
dimana “network Key” yang digunakan oleh client dan AP akan
diberikan secara otomatis sehingga Key tersebut tidak perlu
dimasukan lagi secara manual. Setting security WPA
enterprise/corporate ini membutuhkan sebuah server khusus yang
berfungsi sebagai pusat auntentikasi seperti server RADIUS (
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Remote Autentication Dial-In Service). Dengan adanya Radius
server ini,auntentikasi akan dilakukan perclient sehingga tidak
perlu lagi memasukan passphrase atau network key yang sama
untuk setiap client. “ network key” disini diperoleh dan diproses
oleh server radius tersebut. Fungsi Radius server adalah
menyimpan user name dan password secara terpusat yang akan
melakukan autentikasi client yang hendak login kedalam jaringan.
Sehingga pada proses authentikasi clirnt menggunakan
username dan password. Jadi sebelum terhubung ke wireless LAN
atau Internet , pengguna harus melakukan autentikasi terlebih
dahulu ke server tersebut. Proses authentikasi 802.1X / EAP ini
relatif lebih aman dan tidak tersedia di WEP [10].
2.8. Antenna WiFi
Pada sistem komunikasi radio diperlukan adanya antena sebagai pelepas
energi elektromagnetik ke udara atau ruang bebas, atau sebaliknya sebagai
penerima energi itu dari ruang bebas. Antena merupakan bagian yang penting
dalam sistem komunikasi sehari-hari. Antena kita jumpai pada pesawat televisi,
telepon genggam, radio, dan lain-lain.
Antena adalah suatu alat yang mengubah gelombang terbimbing dari
saluran transmisi menjadi gelombang bebas di udara, dan sebaliknya. Saluran
transmisi adalah alat yang berfungsi sebagai penghantar atau penyalur energi
gelombang elektromagnetik. Suatu sumber yang dihubungkan dengan saluran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
transmisi yang tak berhingga panjangnya menimbulkan gelombang berjalan yang
uniform sepanjang saluran itu. Jika saluran ini dihubungsingkat maka akan
muncul gelombang berdiri yang disebabkan oleh interferensi gelombang datang
dengan gelombang yang dipantulkan. Jika gelombang datang sama besar dengan
gelombang yang dipantulkan akan dihasilkan gelombang berdiri murni.
Konsentrasi - konsentrasi energi pada gelombang berdiri ini berosilasi dari energi
listrik seluruhnya ke energi maknet total dua kali setiap periode gelombang itu.
2.8.1. Voltage Standing Wave Ratio(VSWR)
VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang
berdiri (standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum
(|V|min). Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang
tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (V0+) dan tegangan yang
direfleksikan (V0-). Perbandingan antara tegangan yang
direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien
refleksi tegangan (г), yaitu :
Γ= =
di mana ZL adalah impedansi beban ( load ) dan Z0 adalah
impedansi saluran lossless. Koefisien refleksi tegangan (г)
memiliki nilai kompleks, yang merepresentasikan besarnya
magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa kasus yang
sederhana, ketika bagian imajiner dari г adalah nol, maka :
a. : г = -1 refleksi negatif maksimum, ketika saluran
terhubung singkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
b. : г = 0 tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan
matched sempurna.
c. : г = -1 refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam
rangkaian terbuka.
Rumus untuk mencari nilai VSWR adalah:
S=
Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1)
yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan
matching sempurna. Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk
didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan
untuk fabrikasi antena adalah VSWR ≤2.
2.8.2. Gain
Gain(directive gain) adalah karakter antena yang terkait
dengan kemampuan antena mengarahkan radiasisinyalnya, atau
penerimaan sinyal dari arah tertentu. Gain bukanlah kuantitas yang
dapat diukur dalam satuan fisis pada umumnya seperti watt,ohm,
atau lainnya, melainkan suatu bentuk perbandingan. Oleh karena
itu, satuan yang digunakan untuk gain adalah decibel.
Gain dari sebuah antenna adalah kualitas nyala yang besarnya
lebih kecil daripada penguatan 37ntenna tersebut yang dapat
dinyatakan dengan[11]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Gain=G=k.D
Dimana:
k=efisiensi antenna, 0 ≤k ≤ 1
Gain antena dapat diperoleh dengan mengukur power pada
main lobe dan membandingkan powernya dengan power pada
antena referensi. Gain antena diukur dalam desibel, bisa dalam dBi
ataupun dBd. Jika antena referensi adalah sebuah dipole, antena
diukur dalam dBd. “d” di sini mewakili dipole, jadi gain antena
diukur relative terhadap sebuah antena dipole. Jika antena referensi
adalah sebuah isotropic, jadi gain antena diukur relatif terhadap
sebuah antena isotropic.
Gain dapat dihitung dengan membandingkan kerapatan
daya maksimum antena yang diukur dengan antena referensi yang
diketahui gainnya.Maka dapat dituliskan pada Persamaan
G=
Decibel (dB) merupakan satuan gain antena. Decibel adalah
perbandingan dua hal. Decibel ditetapkan dengan dua cara, yaitu :
A. Ketika mengacu pada pengukuran daya.
XdB=10log10( )
B. Ketika mengacu pada pengukuran tegangan.
XdB=20log10( )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2.8.3. Polarisasi
Polarisasi antenna merupakan orientasi perambatan radiasi
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu antena
dimana arah elemen antena terhadap permukaan bumi sebagai
referensi lain. Energi yang berasal dariantena yang dipancarkan
dalam bentuk sphere, dimana bagian kecil dari sphere disebut
dengan wave front. Pada umumnyasemua titik pada
gelombangdepan sama dengan jarak antara antena. Selanjutnya
dari antenatersebut, gelombang akan membentukkurva yang kecil
atau mendekati. Dengan mempertimbangkan jarak, right angle ke
arah dimana gelombang tersebutdipancarkan, maka polarisasidapat
digambarkan sebagaimana Gambar:
Gambar2.7. Polarisasi Antenna
Ada empat macam polarisasi antena yaitu polarisasi vertikal,
polarisasi horizontal, polarisasi circular, dan polarisasi cross
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
1. Polarisasi Vertikal
Radiasi gelombang elektromagnetikdibangkitkan
olehmedan magnetik dan gaya listrikyang selalu berada di
sudutkanan. Kebanyakan gelombangelektromagnetik
dalam ruang bebas dapat dikatakan berpolarisasilinier.
Arah dari polarisasisearah dengan vektor listrik.Bahwa
polarisasi tersebut adalah vertikal jika garis medan listrik
yangdisebut dengan garis E berupa garis vertikal maka
gelombang dapat dikatakan sebagai polarisasi vertikal.
Gambar 2.8. Polarisasi Vertikal
2. Polarisasi Horizontal
Antena dikatakan berpolarisasi horizontal jika
elemen antena horizontal terhadap permukaan tanah.
Polarisasi horizontal digunakan pada beberapa jaringan
wireless.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Gambar 2.9. Polarisasi Horisontal
3. Polarisasi Circular
Polarisasi circular pernah digunakan pada beberapa jaringan
wireless. Dengan antena berpolarisasi circular, medan
electromagnet berputar secara konstan terhadap antena.
Gambar 2.10. Polarisasi Circular
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
4. Polarisasi Cross
Polarisasi cross terjadi ketika antena pemancar mempunyai
polarisasi horizontal, sedangkan antena penerima
mempunyai polarisasi vertikal atau sebalikanya.
Gambar 2.11. Polarisasi Cross
2.8.4. Beamwidth
Beamwidth Adalah besarnya sudut berkas pancaran gelombang
frekuensi radio utama (main lobe) yang dihitung pada titik 3 dB
menurun dari puncak lobe utama.[11] Besarnya beamwidth adalah
sebagai berikut :
B=
Dimana:
B= 3dB beamwidth(derajat)
f= frekuensi(GHz)
d=diameter antenna(m)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Apabila beamwidth mengacu kepada perolehan pola radiasi, maka
beamwidthdapat dirumuskan sebagai :
β = θ2-θ1
Gambar 2.11 menunjukkan tiga daerah pancaran yaitu lobe utama
(main lobe,nomor 1), lobe sisi samping (side lobe, nomor dua), dan
lobe sisi belakang (back lobe, nomor 3). Half Power Beamwidth
(HPBW) adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titiktitik ½ daya
atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama.
First Null beamwidth (FNBW) adalah besar sudut bidang diantara
dua arah pada main lobe yang intensitas radiasinya nol.
Gambar 2.12. Beamwidth Antenna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2.8.5. Tipe Antena
A. Antena Omnidirectional
Gambar 2.13. Antenna Omnidirectional
Antenna omni mempunyai sifat umum radiasi atau pancaran
sinyal 360º yang tegak lurus ke atas. Omnidirectional
antena secara normal mempunyai gain sekitar 3-12 dBi.
Antena ini akan melayani atau hanya memberi pancaran
sinyal pada sekelilingnya atau 360 derjat, sedamgkan pada
bagian atas antena tidak memiliki sinyal radiasi.
Gambar 2.14. Pola radiasi antenna omni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
B. Antena Grid
Gambar 2.15. Antenna Grid
Antenna Grid Wifi 2,4 GHz dengan Gain 21 Db, sangat
cocok digunakan untuk Antenna Wifi. Bisa digunakan
untuk Point to Point, atau Point to multi point. Antena grid
memiliki kekuatan sinyal hingga 24 dB, sementara antena
parabolic hingga 18 dB. Menambah gain antena, namun
akan membuat pola pengarahan antena menjadi lebih
sempit.[12]
Gambar 2.16. Pola radiasi antenna grid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
C. Antenna Parabolik
Antena Parabolik Dipakai untuk jarak menengah atau jarak
jauh dan Gain-nya bisa antara 18 sampai 28 dBi.
Gambar 2.17. Antenna Parabolic
Gambar 2.18. Pola radiasi antenna parabolic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
D. Antena Sectoral
Gambar 2.19. Antena Sectoral
Antena sectoral hampir mirip dengan antenna
omnidirectional. Antena ini digunakan untuk access point to
serve a Pont-to-Multi-Point(P2MP). Antena sectoral
mempunyai gain jauh lebih tinggi dibanding
omnidirectional antena di sekitar 10-19 dBi. Yang bekerja
pada jarak atau area 6-8 km. Sudut pancaran antenna ini
adalah 45-180 derajat dan tingkat ketinggian
pemasangannya harus diperhatikan agar tidak terdapat
kerugian dalam penangkapan sinyal.
Pola pancaran yang horisontal kebanyakan memancar ke
arah mana antenna ini di arahkan sesuai dengan jangkauan
dari derajat pancarannya, sedangkan pada bagian belakang
antenna tidak memiliki sinyal pancaran.Antenna sectoral ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
jika di pasang lebih tinggi akan menguntungkan penerimaan
yang baik pada suatu sector atau wilayah pancaran yang
telah di tentukan.
Gambar 2.20. Pola Radiasi Antenna Sectoral
2.9. Signal Strength
Semakin kuat sinyal maka semakin baik dan handal konektivitasnya.
Satuan kekuatan sinyal WiFi ditunjukkan dengan satuan dBm. Rentang kuat
sinyal WiFi di antara -10 dBm sampai kurang lebih -99 dBm. Sinyal yang nilainya
mendekati angka positif maka semakin kuat sinyal tersebut. Pada buku “Cisco
Aironet 802.11a/b/g Wireless LAN Clienr Adapters (CB21AG and PI21AG)
Installation and Configuration Guide” disebutkan kategori sinyal sebagai
berikut[13]:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 2.3 Kategori Kekuatan Sinyal
2.10. Satuan Kekuatan Sinyal
2.10.1. dB (Decibel)
Merupakan satuan perbedaan (atau Rasio) antara kekuatan
daya pancar sinyal. Penamaannya juga untuk mengenang
Alexander Graham Bell (makanya huruf "B" merupakan huruf
besar). Satuan ini digunakan untuk menunjukkan efek dari sebuah
perangkat terhadap kekuatan atau daya pancar suatu signal.
2.10.2. dBm (dB milliWatt)
Merupakan satuan kekuatan signal atau daya pancar (Signal
Strengh or Power Level). 0 dbm didefinisikan sebagai 1 mW
(milliWatt) beban daya pancar, contohnya bisa dari sebuah
Antenna ataupun Radio. Daya pancar yang kecil merupakan angka
negatif (contoh: -90 dBm).
Category Signal Strength Colour Range Percentage
Excellent Green -57 to -10 dBm 75 – 100%
Good Green -75 to -58 dBm 40 – 74%
Fair Yellow -85 to -76 dBm 20 – 39%
Poor Red -95 to -86 dBm 0 – 19%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Formula perhitungan dari mW ke dBM adalah sebagai berikut:
mW = 10dBm/10
milliwatt (mW) adalah satu per seribu watt (W), atau 1000
milliwatts = 1 watt. watt adalah Standar Unit International dari
daya (power). 1 watt = 1 joule energi per detik.
Table Konversi dari dBm ke Watt (milli Watt).
Rumus untuk menghitung dari dBm ke mWatt : dBm = log10
(mW)*10
Rumus untuk menghitung dari mW ke dBm : mW =10^(dBm/10)
Berikut Tabelnya :
dBm Watts dBm Watts dBm Watts
0 1.0mW 16 40mW 32 1.6 W
1 1.3 mW 17 50 mW 33 2.0 W
2 1.6 mW 18 63 mW 34 2.5 W
3 2.0 mW 19 79 mW 35 3.2 W
4 2.5 mW 20 100 mW 36 4.0 W
5 3.2 mW 21 126 mW 37 5.0 W
6 4 mW 22 158 mW 38 6.3W
7 5 mW 23 200 mW 39 8.0W
8 6 mW 24 250 mW 40 10W
9 8 mW 25 316 mW 41 13W
10 10 mW 26 398 mW 42 16W
11 13 mW 27 500 mW 43 20W
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
12 16 mW 28 630 mW 44 25W
13 20 mW 29 800 mW 45 32W
14 25 mW 30 1.0 W 46 40W
15 32 mW 31 1.3 W 47 50W
Tabel 2.4 Konversi dB ke Watt
36 dBm 4.00 watts (batas maximum ERP yang
diperbolehkan di FCC di Amerika)
23 dBm 200 miliwatts (Daya keluaran yang umum pada
WLAN 915 MHz)
20 dBm 100 milliwatts (Batas maximum ERP
diperbolehkan E.T.S.I. di Europe)
Daya kurang dari 0dBm:
dBm Watts dBm Watts
-1 0,79 mW -40 0,0001 mW
-5 0,32 mW -50 0,00001 mW
-10 0,1 mW -60 0,000001 mW
-20 0,01 mW -70 0,0000001 mW
-30 0,001 mW -80 0,00000001 mW
Tabel 2.5 Konversi dB ke Watt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
2.10.3. dBi (dB isotropic)
Satuan ini merupakan penguatan dari sebuah antenna
terhadap suatu antenna standard imaginari (isotropic antenna)
adalah teori isotropic. Teori isotropic untuk antenna tidak dapat di
wujudkan tetapi berguna untuk menghitung secara teoritis
coverage dan fade area. Penguatan (Gain) dari antenna (diatas 1
Ghz) biasanya menggunakan satuan dBi. Sebuah Antenna Grid 24
dBi memiliki penguatan (Gain) sebesar 24 dBi terhadap antenna
standard imaginari 0 dBi (isotropic antenna).
2.10.4. Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)
EIRP (Effective Isotropic Radiated Power). EIRP adalah
energi efektif yang didapat pada main lobe dari antena pengirim.
Menghitung EIRP adalah dengan menjumlahkan penguatan antena
(dalam satuan dBi) dengan level energi (dalam satuan dBm) pada
antena tersebut.
Dalam sistem komunikasi radio, setara isotropically
terpancar daya (EIRP) atau, kalau tidak, efektif isotropically
terpancar daya adalah jumlah daya yang teoritis Isotropic antena
(yang mendistribusikan daya merata di seluruh penjuru) akan
mengeluarkan untuk menghasilkan daya puncak kepadatan diamati
dalam arah maksimum mendapatkan antena. EIRP dapat
memperhitungkan kerugian yang di Jalur transmisi dan konektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dan termasuk mendapatkan dari antena. EIRP yang seringkali
dinyatakan dalam hal decibels atas referensi daya Emitter oleh
Isotropic radiator setara dengan kekuatan sinyal. EIRP yang
memungkinkan perbandingan antara berbagai emitters berapapun
jenis, ukuran atau bentuk. Dari EIRP, dan dengan pengetahuan
yang nyata dari antena mendapatkan itu, dimungkinkan untuk
menghitung real bidang kuasa dan kekuatan nilai-nilai.
2.11. Parameter Performa Jaringan
Kemampuan untuk memberikan prioritas yang berbeda
untuk berbagai aplikasi, pengguna, atau aliran data, atau untuk
menjamin tingkat kinerja tertentu ke aliran data berbeda-beda.
Sebagai contoh, laju bit yang diperlukan, delay, jitter, probabilitas
packet dropping dan / atau bit error rate (BER) dapat dijamin.
Jaminan performa jaringan penting jika kapsitas jaringan tidak
cukup, terutama untuk aplikasi streaming multimedia secara real-
time seperti voice iver IP, game online dan IP-TV, karena sering
kali aplikasi-aplikasi ini memerlukan bit rate dan tidak
memperbolehkan adanya delay, dan dalam jaringan di mana
kapasitas resource-nya terbatas, misalnya dalam komunikasi data
seluler. Sebuah jaringan atau protokol yang mendukung performa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
jaringan dapat menyepakati sebuah kontrak traffic dengan software
aplikasi dn kapasitas cadangan di node jaringan, misalnya saat sesi
fase pembentukan.
Beberapa alasan yang menyebabkan performa jaringan penting
adalah :
Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis
Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan
Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitive
trehadap delay, seperti voice dan video.
Merespon perubahan aliran trafik yang ad di jaringan.
Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika
ditrnsmisikan dari asal ke tujuan, yang mengakibatkan masalah-
masaalah dilihat dari sudut pandang pengirim atau penerima, dan
sering disebut dengan parameter-paraeter performa jaringan. [3]
2.11.1. Troughput
Throughput adalah ukuran dari kecepatan dimana data dapat
dikirim melewati jaringan dalam (bit per second bps). Kemampuan
throughput dalam menopang hardware (perangkat keras) disebut
dengan bandwidth.Ada kenyataanya, istilah bandwidth kadang-
kadang digunakan sebagai sinonim dari throughput. Jika tp adalah
Throughput, dz adalah ukuran data yang dikirim, dan t adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
waktu yang dibutuhkan, maka rumus untuk menentukan
throughput adalah:
2.11.2. Jitter
Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada
jaringan IP. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh
variasi beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket
(congestion) yang ada dalam jaringan IP. Semakin besar beban
trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula
peluang terjadinya congestion dengan demikian nilai jitter-nya
akan semakin besar. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan
nilai QoS akan semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS
jaringan yang baik, nilai jitter harus dijaga seminimum mungkin.
Terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan
berdasarkan nilai peak jitter sesuai dengan versi TIPHON
(Joesman 2008, dalam Fatoni, 2011), yaitu :
Kategori
Degresi Peak Jitter Indeks
Sangat Bagus 0 ms 4
Bagus 0 s/d 75 ms 3
Sedang 75 s/d 125 ms 2
Jelek 125 s/d 225 ms 1
Tabel 2.6. Standarisasi nilai Jitter versi THIPON
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2.11.3. Packet loss
Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket IP
mencapai tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan,
dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinkan, diantaranya yaitu:
Terjadinya overload trafik didalam jaringan,
Tabrakan (congestion) dalam jaringan,
Error yang terjadi pada media fisik,
Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa
disebabkan karena overflow yang terjadi pada buffer.
Di dalam implementasi jaringan IP, nilai packet loss ini diharapkan
mempunyai nilai yang minimum. Secara umum terdapat empat
kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai packet
loss sesuai standar THIPON, yaitu seperti tampak pada tabel
berikut.
Kategori Besar Packet Loss
Sangat Bagus 0%
Bagus 1-3%
Sedang 4-15%
Jelek 16-25%
Tabel 2.7. Standarisasi nilai packet loss versi
THIPON
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2.11.4. Delay
Delay merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh
data atau informasi untuk sampai ke tempat tujuan data atau
informasi tersebut dikirim. Delay pada suatu jaringan akan
menentukan langkah apa yang akan kita ambil ketika kita
memenejemen suatu jaringan. Ketika Delay besar, dapat diketahui
jaringan tersebut sedang sibuk atau kemungkinan yang lain adalah
kapasitas jaringan tersebut yang kecil sehingga bisa melakukan
tindakan pencegahan agar tidak terjadi overload. Misalkan dengan
memindahkan sebagian aliran data ke jalur lain atau memperbesar
kapasitas jaringan kita. [3]
Kategori Besar Delay
Sangat Bagus <150 ms
Bagus 150 s/d 300 ms
Sedang 300 s/d 450 ms
Jelek >450 ms
Tabel 2.8. Standarisasi nilai delay versi THIPON
2.11.5. Packet Drop
Packet drop berkaitan dengan antrin pada link. Jika ada
paket dating pada suatu antrian yang sudah penuh, maka paket
akan didrop/buang sesuai dengan jenis antrian yang dipakai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2.11.6. Reliability
Relibility adalah karakteristik kehandalan sebuah aliran data
dalam jaringan internet. Masing-masing program aplikasi memiliki
kebutuhan realibility yang berbeda. Untuk proses pengiriman data,
e-mail, dan pengaksesan internet jaringan internet harus dapat
diandalkan dibandingkan dengan konferensi audio dan saluran
telepon.
2.11.7. Bandwith
Bandwidth adalah luas atau lebar cakupan frekuensi yang
digunakan oleh sinyal dalam medium transmisi. Dalam kerangka
ini, bandwidth dapat diartikan sebagai perbedaan antara komponen
sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah. Frekuensi
sinyal dapat diukur dalam satuan Hertz. Didalam jaringan
komputer, bandwidth sering digunakan sebagai suatu sinonim
untuk kecepatan transfer data yaitu jumlah data yang dibawa dari
sebuah titik ke titik lain dalam jangka waktu tertentu. Jenis
bandwidth ini biasanya diukur dalam bps (bits per second).[3]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
2.12. Alat Pengukuran
2.12.1. Iperf
Iperf merupakan program yang berfungsi untuk
menghasilkan paket secara otomatis. Paket yang dapat dihasilkan
oleh Iperf adalah paket TCP dan UDP. Program Iperf dijalankan di
ujung-ujung jaringan yang akan diukur performanya.[14]
Fitur yang didukung antara lain :
1. TCP
Pengukuran bandwith.
Mendukung TCP windows size via socket buffers.
Client dan server dapat membuat beberapa koneksi
secara simultan.
Setelah menjalankankan iperf dengan mengirimkan paket
TCP maka didapatkan output seperti pada gambar.
Throughput jaringan dapat dilihat pada kolom bandwidth.
Gambar 2.20. Hasil Output TCP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2. UDP
Client dapat membuat paket UDP sesuai dengan
bandwith yang diinginkan.
Pengukuran packet loss.
Pengukuran delay jitter
Mendukung multicast
Client dan server dapat membuat beberapa koneksi
secara simultan. [7]
Setelah menjalankan iperf dengan mengirimkan paket UDP
maka didapatkan output seperti pada gambar. Pada
pengukuran dengan paket UDP didapatkan data jitter dan
packet loss.
Gambar 2.21. Hasil Output UDP
2.12.2. Vistumbler
Vistumbler merupakan salah satu software yang tidak asing
lagi bagi pengguna yang berhubungan langsung dengan wireless.
Vistumbler menampilkan kekuatan sinyal (live scanning) berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
grafik. Selain itu Vistumbler juga mampu memberikan tampilan
informasi yang detail tentang channel yang digunakan, MAC
Address dari access point, SSID, presentase sinyal, sinyal tertinggi
(High RSSI), RSSI, Authentication, Encryption, Network Type,
fungsi GPS, dan Manufacturer.
Gambar 2.22. Screenshot Vistumbler
Pada penelitian ini difokuskan pada kolom RSSI untuk
mengetahui kekuatan sinyal sebuah access point yang didapat dari
tempat tertentu untuk menentukan coverage access point tersebut.
Identitas access point sendiri dapat dilihat pada kolom SSID dan
MacAddress.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa langkah – langkah
penelitian. Langkah – langkah penelitian yang dilakukan mulai dari pemetaan
topologi fisik, logik, wifi dan pengukuran parameter jaringan.
1. Pemetaan topologi fisik
Dalam penelitian pemetaan topologi fisik dimulai dari melakukan
wawancara terhadap staff IT Rumah sakit dr.Soeradji Tirtonegoro
selanjutnya melihat dan menganalisa model jaringan yang dipakai Rumah
Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro untuk saling berkomunikasi.
Mengklasifikasikan menurut jenis topologi yang digunakan. Dan
memetakan hasil topologi fisik dalam sebuah gambar.
2. Pemetaan Wifi
Dalam penelitian pemetaan wifi dimulai dengan melihat blueprint
pemetaan wifi di lingkungan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro.
Selanjutnya menghitung kuat sinyal, pemilihan channel dan daerah
coverage yang dapat dijangkau pada setiap access point yang berada di
Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
3. Pemetaan topologi logik
Dalam penelitian pemetaan topologi logik dimulai dari melihat
hasil dari topologi fisik yang sebelumnya telah didapat dan menganalisa
aliran data yang terjadi dalam model jaringan yang digunakan Rumah
Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro khususnya jaringan WLAN untuk saling
berkomunikasi serta mengklasifikasikan jenis topologi yang digunakan.
4. Pengukuran parameter jaringan
Dalam penelitian pengukuran parameter jaringan dilakukan dengan
dua sekenario. Sekenario pertama mengukur coverage sebaran sinyal wifi
pada setiap access point di lingkungan Rumah Sakit dr. Soeradji
Tirtonegoro dan sekenario kedua untuk menghitung throughput, jitter dan
packet loss dengan cara mengukur perfoma pada setiap access point dan
jaringan WLAN yang berada di Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro.
3.2. Rencana Pengujian
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan beberapa langkah
penelitian dan sekenario pengujian. Adapun flowchart penelitian dan skenario
pengujian sebagai berikut:
1. Pengujian pertama mengukur kuat sinyal dan coverage pada setiap access
point dengan menggunakan aplikasi Vistumbler.
2. Pengujian kedua mengukur kualitas perfoma setiap access point di Rumah
Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro terhadap parameter Throughtput, Jitter dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
packet loss. Pengujian menggunakan tools Iperf dengan mengirimkan paket
UDP dan TCP.
3. Pengujian ketiga mengukur kualitas jaringan WLAN Rumah Sakit dr.
Soeradji Tirtonegoro terhadap parameter Throughtput, Jitter dan packet loss.
Pengujian menggunakan Iperf sebagai paket generator untuk mengirimkan
paket TCP dan UDP.
4. Pengujian dilakukan selama enam hari pada kondisi jaringan sepi(19.00 –
06.00), normal (08.00 – 10.00) dan sibuk( 10.00 – 14.00).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Diagram 3.1 Alur Pengujian
Analisis Data
Selesai
Kesimpulan & Saran
Selesai
Mulai
Pemetaan topologi fisik, pemetaan wifi,
topologi logik
Sitesurvey
Pengukuran kualitas jaringan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
3.2.1. Pengujian Kuat Sinyal dan Coverage
Skenario ini untuk mendapatkan data kuat sinyal dan coverage
dari setiap Access Point yang berada di RSST dr. Soeradji
Tirtonegoro.
Pengukuran terhadap kuat sinyal dan coverage dari Access
Point menggunakan Software Vistumbler.
Pengukuran dilakukan dari 8 arah mengelilingi access point
yang akan diukur kuat sinyal dan coverage. Pertama dari jarak
yang paling dekat dengan access point berjalan mundur
menjauhi access point sampai sinyal blank atau sudah tidak
connect. Selanjutnya akan di petakan daerah/coverage kuat
sinyal dari hasil data tadi menurut standarisasi sinyal wifi.
Pengukuran dilakukan sebanyak 30 kali
Gambar 3.1 Rencana pengujian kuat sinyal setiap Access Point
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
3.2.2. Pengujian Peforma Access Point
Skenario ini untuk mendapatkan data kualitas peforma access point
Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro terhadap parameter kualitas
jaringan Throughput, Jitter dan Packet los.
Router Mikrotik
RB 450g
Switch COAS
Switch
HumasSwitch ISIRS
AP ISIRS RSST
AP DIREKSI RSST
AP VIVA RSST
AP AKUTANSI
RSST
AP STOCK AREA
RSST
Server
Server
Server
Client
Client
Client
Client
Client
Gambar 3.2 Rencana pengujian kualitas access point.
Pengujian kualitas jaringan WLAN Rumah Sakit dr.
Soeradji Tirtonegoro dilakukan dengan mengirimkan paket TCP
dan UDP dari Laptop server. Parameter yang diambil dari
pengujian ini adalah throughput, jitter dan packet loss. Pemilihan
parameter tersebut dikarenakan pada protocol TCP nilai
throughput sangat berpengaruh dalam pengiriman paket data.
Sedangkan pada protokol UDP nilai jitter dan presentase packet
loss yang tinggi menunjukan kondisi jaringan yang buruk. Karena
protocol UDP sensitive terhadap jitter dan packet loss.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Skenario ini menguji kualitas masing-masing access point
menggunaka Iperf sebagai paket generator. Iperf akan
mengirimkan paket TCP dan UDP sebanyak- banyaknya selama
rentang waktu 60 detik. Iperf di-install pada sisi server dan client.
Pada sisi server, laptop akan dihubungkan pada switch acces point
dengan menggunakan kabel, kemudian pada sisi client, laptop
terhubung pada access point menggunakan wifi. Client melakukan
pengiriman paket ke server mulai dari kategori excellent hingga
poor dalam kondisi sepi, sibuk dan normal.
3.2.3. Pengujian Jaringan WLAN
Router Mikrotik
RB 450g
Switch COAS
Switch
HumasSwitch ISIRS
AP ISIRS RSST
AP DIREKSI RSST
AP VIVA RSST
AP AKUTANSI
RSST
AP STOCK AREA
RSST
Server
Client
Client
Client
Client
Client
Gambar 3.3. Rencana pengujian kualitas jaringan WLAN
Skenario ini menguji kualitas jaringan WLAN
menggunakan tools Iperf sebagai paket generator untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mengirimkan paket TCP dan UDP. Pengiriman paket TCP dan
UDP sebanyak-banyaknya dalam rentang waktu 60 detik. Iperf di-
install pada sisi server dan client. Pada sisi server, laptop
dihubungkan pada router mikrotik dengan menggunakan kabel,
kemudian pada sisi client, laptop terhubung dengan access point
menggunakan wifi. Client melakukan pengiriman paket ke server
mulai dari kategori kualitas sinyal excellent sampai kualitas sinyal
poor dalam kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam hari.
3.3. Pengolahan Data dan Analisis Data
3.3.1. Throughput
Pengukuran dilakukan pada setiap access point dengan mengirim
file ke server dari client workstation melalui jaringan WLAN.
Penggunaan Iperf akan langsung memperlihatkan besarnya
Throughput dan pengaruh kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal
dan sibuk terhadap besarnya Throughput dapat dinamis.
3.3.2. Packet Loss
Dari hasil pengukuran besarnya packet loss pada setiap pengiriman
data ke server dapat dilihat. Berdasarkan standar THIPON, standar
presentase packet loss untuk jaringan adalah sebagai berikut :
Sangat bagus (0%), Bagus(1-3%), Sedang (4-15%) dam Jelek (16-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
25%). Berdasarkan standarisasi tersebut packet loss dapat diketahui
apakah termasuk dalam kategori sangat bagus, bagus, sedang, atau
jelek.
3.3.3. Jitter
Pengukuran jitter dilakukan dengan mengirim file yang disimpan
pada server dari client. Dari data hasil pengunduhan file tersebut,
dapat diketahui besarnya tumbukan antar paket (congestion). Jitter
akan dibandingkan denga teori-teori yang ada. Dari hasil
perbandingan tersebut, besarnya jitter dapat diketahui apakah
termasuk dalam kategori baik atau buruk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BAB IV
DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN
4.1. Topologi Jaringan
4.1.1. Topologi Jaringan Fisik
Hasil penelitian jaringan WLAN Rumah Sakit dr. Soeradji
Tirtonegoro. Berdasarkan pemetaan topologi secara fisik Rumah
Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro mempunyai 5 access point yang
tersebar di lingkungan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro dan
topologi jaringan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro adalah
sebagai berikut:
INTERNET
Router Mikrotik
RB 450g
Switch COASSwitch
HumasSwitch ISIRS
AP ISIRS RSST
AP DIREKSI RSST
AP VIVA RSST
AP AKUTANSI
RSST
AP STOCK AREA
RSST
Gambar 4.1. Topologi jaringan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
1. Pengukuran dilakukan tidak mempertimbangkan kondisi
internal yang terdapat dalam jaringan nirkabel, seperti
gangguan pada media transmisi.
2. Access point yang digunakan D-Link DAP-1150 dan TL-
WA801ND semua access point menggunakan protokol
802.11g, konfigurasi untuk sistem keamanan pada access point
tidak digunakan, karena sistem keamanan menggunakan
routerboard mikrotik.
3. Pengukuran dilakukan pada RSST dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten access point DIREKSI RSST, Akutansi RSST, STOCK
AREA RSST, VIVA RSST dan ISIRS RSST Besaran
bandwidth adalah 15 Mbps secara keseluruhan
4. Frekuensi perangkat access point yang digunakan adalah
2,4GHz.
5. Besar bandwidth yang disediakan oleh Rumah Sakit dr.
Soeradji Tirtonegoro adalah 8 Mbps.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
4.1.2. Pemetaan Wifi
Hasil penelitian pemetaan wifi Rumah Sakit dr. Soeradji
Tirtonegoro. Penempatan access point terlihat pada gambar 4.2.
Dari hasil penempatan Wifi kuat sinyal yang dipancarkan dari
setiap access point masih kurang baik karena belum bisa mencakup
seluruh lingkungan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro. Dari
kelima access point yang dimiliki Rumah Sakit dr. Soeradji
Tirtonegoro belum sesuai dengan standar penempatan dan
pemilihan channel sesuai dengan Cell Layout for Three Channels
seperti yang telah dijelaskan pada bab II. Seharusnya pemilihan
channels setiap access point tidak boleh tumpang tindih karena
menyebabkan terjadinya overlapping. Karena hanya ada 3
channels yang digunakan untuk membatasi band ISM dengan
perhitungan +5 atau -5. Dapat dicontohkan, channels 1 tidak akan
overlaping dengan channel 6 dan 11. Selain tata letak dan
pemilihan channels jumlah dari access point yang dimiliki Rumah
Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro masih kurang karena menurut
pedoman pembangunan wifi yang baik satu access point maksimal
digunakan 25 user dan satu access point maksimal menjangkau
jarak 300m2. Menurut ukuran luas area jumlah acces point yang
dimiliki Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro kurang memadai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Gambar 4.2. Denah lokasi penempatan access point Rumah Sakit dr. Soeradji
Tirtonegoro
4.1.3. Topologi Jaringan logik
Berdasarkan pemetaan topologi secara logik, Rumah Sakit dr.
Soeradji Tirtonegoro mendapatkan layanan internet dari Internet Service
Provider (ISP) G-Media sebesar 8 Mbps. Server yang berada diruangan
Sistem Informasi membagi bandwith dalam jaringan Local Area Network
(LAN) dan WLAN. Jaringan LAN terbagi dalam perkantoran di area
direksi, di kantor akutansi, serta di gudang alat tulis. Jaringan WLAN
terbagi menjadi 3 switch yang berada di ruang Sistem informasi, bagian
humas, dan akutansi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
4.2. Data Penelitian
Hasil pengukuran yang didapat dari penelitian selama 4 bulan adalah data
mentah yang didapat dari Speedtest, Vistumbler, dan Iperf. Dimana masing-
masing aplikasi yang digunakan seperti :
Speedtest untuk menghitung kualitas internet.
Vistumbler untuk menghitung kuat sinyal dan coverage.
Iperf untuk menghitung throughput, jitter, dan packet loss.
Data mentah yang sudah didapat kemudian dihitung dengan menggunakan
persamaan pada bab 2. Kualitas internet didapat dari penghitungan Speedtest.
Kuat sinyal dan coverage didapatkan dari hasil pemetaan menggunakan
aplikasi Vistumbler. throughput, jitter, dan packet loss didapatkan dari
penghitungan menggunaan Iperf. Hasil penghitungan parameter-parameter
kinerja jaringan Wireless Local Area Network (WLAN) di RSST dr. Soeradji
Tirtonegoro disajikan dalam bentuk table pada masing-masing kondisi berikut
ini.
4.2.1. Data Kondisi Sepi
Data performansi jaringan pada kondisi sepi diambil pada waktu
pegawai telah selesai bekerja yaitu sekitar malam hari pada pukul
19.00 sampai 06.00 secara realtime (suvey). Kondisi saat sepi
dimana tidak ada aktivitas menggunakan internet atau tidak ada
pengakses.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
4.2.2. Data Kondisi Normal
Data performansi jaringan pada kondisi normal diambil pada waktu
08.00 sampai 10.00 secara realtime (survey).
4.2.3. Data Kondisi Sibuk
Data performansi jaringan pada kondisi sibuk diambil pada pukul
10.00 sampai 14.00 secara realtime (survey).
4.3. Kondisi Kuat Sinyal, Coverage, dan Channel
Overlapping Access Point (AP)
Dalam skenario yang sudah disebutkan pada bab III, akan dilakukan pengukuran
coverage area menggunakan tools vistumbler untuk mengetahui kekuatan sinyal.
Kemudian dipetakan sesuai dengan kualitas Sinyal.
Tabel 4.1. Tabel kategori sinyal
Category
Signal Strength
Colour
Range Percentage
Excellent Green -57 to -10 dBm 75 – 100%
Good Green -75 to -58 dBm 40 – 74%
Fair Yellow -85 to -76 dBm 20 – 39%
Poor Red -95 to -86 dBm 0 – 19%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
4.3.1. Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping Access
Point DIREKSI RSST.
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat sinyal
dan coverage dari access point DIREKSI RSST yang berlokasi
dibagian depan Rumah sakit dapat digambarkan seperti Gambar 4.3.
Dari hasil mapping terhadap kuat sinyal dan coverage dari access
point DIREKSI RSST kuat sinyal yang di pancarkan dari access
point sudah baik karena sudah mencakup bagian perkantoran di
lingkungan RSST dr. Soeradji Tirtonegoro. Access point DIREKSI
RSST tidak mengalami channel overlapping dari media lain dapat
digambarkan seperti Gambar 4.4. Karena pemilihan channel dari
access point DIREKSI RSST tidak sama dengan channel yang
digunakan media lainnya. Dapat di simpulkan pancaran sinyal dari
access point DIREKSI RSST akan maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 4.3. mapping kuat sinyal dan coverage access point DIREKSI RSST
Gambar 4.4. channel overlapping dari access point DIREKSI RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
4.3.2. Kuat Sinyal ,Coverage dan Channel Overlapping Access
Point ISIRS RSST
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat sinyal
dan coverage dari access point ISIRS RSST yang berlokasi dibagian
poliklinik dan perkantoran lantai dua dapat digambarkan seperti
Gambar 4.5. Dari hasil mapping terhadap kuat sinyal dan coverage
dari access point ISIRS RSST kuat sinyal yang di pancarkan dari
access point sudah baik karena sudah mencakup bagian poliklinik dan
perkantoran lantai dua. Access point ISIRS RSST tidak mengalami
channel overlapping dari media lain dapat digambarkan seperti
Gambar 4.6. Karena pemilihan channel dari access point ISIRS RSST
tidak sama dengan channel yang digunakan media lainnya. Dapat di
simpulkan pancaran sinyal dari access point ISIRS RSST akan
maksimal.
Gambar 4.5. mapping kuat sinyal dan coverage access point ISIRS RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 4.6. channel overlapping dari access point ISIRS RSST
4.3.3. Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping
Access Point Akutansi RSST.
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat sinyal
dan coverage dari access point Akutansi RSST yang berlokasi barat
rumah sakit dapat digambarkan seperti Gambar 4.7. Dari hasil
mapping terhadap kuat sinyal dan coverage dari access point Akutansi
RSST kuat sinyal yang di pancarkan dari access point sudah baik
karena sudah mencakup bagian barat rumah sakit. Selain kuat sinyal
dan coverage dari access point Akutansi RSST juga terjadi channel
overlapping dari media lain yang tersebar di sekitar lingkungan RSST
dr. Soeradji Tirtonegoro. Dapat digambarkan seperti Gambar 4.8. Dari
hasil pengamatan terlihat access point Akutansi RSST mengalami
channel overlapping dengan wifi VIVA RSST yang sama-sama
menggunakan channel 13 sebagai pemancar sinyal. Ini mengakibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
sinyal yang dipancarkan access point Akutansi RSST tidak maksimal
dan terganggung karena adanya channel overlapping dari media lain.
Gambar 4.7. mapping kuat sinyal dan coverage access point Akutansi RSST
Gambar 4.8. channel overlapping dari access point Akutansi RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
4.3.4. Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping Access
Point STOCK AREA RSST.
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat sinyal
dan coverage dari access point STOCK AREA RSST yang berlokasi
belakang rumah sakit dapat digambarkan seperti Gambar 4.9. Dari
hasil mapping terhadap kuat sinyal dan coverage dari access point
STOCK AREA RSST kuat sinyal yang di pancarkan dari access point
sudah baik karena sudah mencakup bagian belakang rumah sakit.
Selain kuat sinyal dan coverage dari access point STOCK AREA
RSST juga terjadi channel overlapping dari media lain yang tersebar
di sekitar lingkungan RSST dr. Soeradji Tirtonegoro. Dapat
digambarkan seperti Gambar 4.10. Dari hasil pengamatan terlihat
access point STOCK AREA RSST mengalami channel overlapping
dengan wifi VIVA RSST dan Akutansi RSST yang sama-sama
menggunakan channel 13 sebagai pemancar sinyal. Ini mengakibatkan
sinyal yang dipancarkan access point STOCK AREA RSST tidak
maksimal dan terganggung karena adanya channel overlapping dari
media lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Gambar 4.9. mapping kuat sinyal dan coverage access point STOCK AREA RSST.
Gambar 4.10. channel overlapping dari access point STOCK AREA RSST.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
4.3.5. Kuat Sinyal, Coverage Access dan Channel Overlapping
Point VIVA RSST
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat sinyal
dan coverage dari access point VIVA RSST yang berlokasi tengah
rumah sakit dapat digambarkan seperti Gambar 4.11. Dari hasil
mapping terhadap kuat sinyal dan coverage dari access point VIVA
RSST kuat sinyal yang di pancarkan dari access point sudah baik
karena sudah mencakup bagian tengah rumah sakit. Selain kuat sinyal
dan coverage dari access point VIVA RSST juga terjadi channel
overlapping dari media lain yang tersebar di sekitar lingkungan RSST
dr. Soeradji Tirtonegoro. Dapat digambarkan seperti Gambar 4.12.
Dari hasil pengamatan terlihat access point VIVA RSST mengalami
channel overlapping dengan wifi Akutansi RSST yang sama-sama
menggunakan channel 13 sebagai pemancar sinyal. Ini mengakibatkan
sinyal yang dipancarkan access point VIVA RSST tidak maksimal
dan terganggung karena adanya channel overlapping dari media lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Gambar 4.11. mapping kuat sinyal dan coverage access point VIVA RSST
Gambar 4.12. channel overlapping dari access point VIVA RSST
4.3.6. Kondisi Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping
Access Point Direksi RSST, VIVA RSST, Stock Area
RSST, dan Akutansi RSST.
Berdasarkan pengukuran terhadap 4 access point yang terletak dilantai
1 di Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro dapat digambarkan 4.13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Terlihat coverage dari keempat accesspoint masih kurang mencakup
seluruh lingkungan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro dan masih
perlu penambahan access point lagi untuk memperluas coverage.
Serta dalam penempatan access point perlu diperhatikan pemilihan
channel access point. Karena penempatan access point yang tidak
sesuai dengan Cell Layout for Three Channels dan masih belum
strategis hal ini yang sering kali memhambat user untuk melakukan
koneksi secara real time. Penempatan access point yang kurang
strategis mengakibatkan pancaran sinyal yang dipancarkan access
point tidak dapat menjangkau tempat yang sering digunakan untuk
mengakses acces point. Pemilihan channel yang kurang tepat
mengakibatkan terjadinya intervensi terhadap perangkat
lainnya(Channel Overlapping), sehingga pancaran sinyal access point
tidak maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Gambar 4.13. Mapping kuat sinyal dan coverage Access Point Direksi RSST, VIVA RSST,
Stock Area RSST, dan Akutansi RSST.
4.4. Analisis Performa Jaringan dengan TCP dan UDP
Dalam scenario yang sudah di sebutkan pada bab III, akan dilakukan
pengiriman paket TCP dan UDP sebanyak-banyaknya dari client ke server
dalam interval waktu 60s. Pengujian menggunakan paket generator Iperf yang
dapat menghasilkan dan mengirimkan paket-paket TCP dan UDP dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
ketentuan sesuai scenario pengujian. Berikut adalah sintaks yang digunakan
untuk pengujian ini.
Pengiriman paket TCP
Server
Client
Pengiriman paket UDP
Server
Client
4.4.1. Pengujian access point
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian dengan paket TCP
dan UDP pada semua access point. TCP dan UDP adalah dua protocol
yang banyak digunakan dalam jaringan internet berbasis IP. Keduanya
dibuat dengan tujuan yang berbeda. TCP (Transmission Control
Protocol) misalnya, bersifat connection oriented, artinya protocol ini
memiliki kemampuan untuk menjamin transfer dan control data
hingga node tujuan. Sebaliknya UDP (User Datagram Protocol).
Bersifat connectionless oriented, yang berarti protokol ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
memiliki mekanisme yang dapat menjamin sampainya paket ke node
tujuan.
Penggunaan Iperf pada mode TCP akan menghasilkan
keluaran parameter throughput jaringan. Pada koneksi TCP, windows
size menentukan jumlah maksimum data yang dapat berada dalam
jaringan pada saat bersamaan. Sedangkan penggunaan mode UDP
akan menghasilkan keluaran parameter jitter dan packet loss. Pada
koneksi UDP, pengujian dilakukan dengan mengirim datagram. Pada
pengujian ini menggunakan Iperf secara default pada pengujian TCP
dan UDP tanpa mengubah windows size dan datagram yang dikirim.
4.4.1.1. Kondisi access point DIREKSI RSST
4.4.1.1.1. Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput access point- DIREKSI RSST dapat
digambarkan seperti Gambar 4.14. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas
sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
kecil. Tabel 4.2 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran
throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan
sibuk yang dilakukan selama enam hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Wifi DIREKSI RSST
Kuat Sinyal
Throughput (Mbps)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 20,533 17,333 7,983
Good 13,167 8,062 2,667
Fair 7,500 2,418 0,285
Poor 1,865 0,314 0,051
Tabel. 4.2 Rata-rata throughput access pointDIREKSI RSST
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput
lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran
throughput menjadi semakin kecil.
Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin
baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan
rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek
daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput
sebesar 20,533 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam
sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Gambar 4.14 Grafik rata-rata throughput access point DIREKSI RSST
4.4.1.1.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss
access point-DIREKSI RSST pada saat pengujian dapat
digambarkan seperti Gambar 4.15. Kualitas sinyal keseluruhan
packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari
pada saat pengujian access point DIREKSI RSST pada sinyal good,
fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan
packet loss menjadi besar. Tabel 4.3 menunjukan besaran rata-rata
data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi
sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Wifi DIREKSI RSST
Kuat Sinyal
Packet Loss (%)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 0 0 0
Good 0 0,10833 1,3
Fair 0,19167 0,58667 2,78333
Poor 0,37167 2,18333 3,26667
Tabel. 4.3 Rata-rata packet loss access point DIREKSI RSST
Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss
lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga
besaran packet loss semakin besar.
Kinerja packet loss pada Gambar 4.15 menunjukan
trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada
kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu 0%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk
dalam kategori baik. Packet loss pada kualitas sinyal fair dan poor
saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada kualitas sinyal
good dan fair saat sibuk dalam kategori baik yaitu kurang dari 3%.
Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi sibuk dalam
kategori sedang.
Gambar 4.15 Grafik rata-rata packet loss access point DIREKSI RSST
4.4.1.1.3. Jitter
Tabel 4.4 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk
selama enam hari. Gambar 4.16 menunjukan jitter berdasarkan
kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Wifi DIREKSI RSST
Kuat Sinyal Jitter (ms)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 0,8072 5,6378 11,9848
Good 4,477 13,4464 28,5298
Fair 18,1372 33,2164 46,272
Poor 27,6364 52,39 138,552
Tabel. 4.4 Rata-rata jitter access point DIREKSI
RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point
DIREKSI RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan
poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena
kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent,
good, dan fair pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori
bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal
poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.
Trendline Jitter access point DIREKSI RSST pada Gambar
4.16 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada
kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi
karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi
sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya
congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.16 Grafik rata-rata jitter access point DIREKSI RSST
4.4.1.2. Kondisi access point ISIRS RSST
4.4.1.2.1. Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput access point- ISIRS RSST dapat
digambarkan seperti Gambar 4.17. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
kecil. Tabel 4.5 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran
throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan
sibuk yang dilakukan selama enam hari.
ISIRS RSST
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 24,2166667 18,51666667 7,781666667
Good 18,34 12,165 2,206666667
Fair 8,055 2,061666667 0,5615
Tabel. 4.5 Rata-rata throughput access point SIRS
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput
lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran
throughput menjadi semakin kecil.
Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin
baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan
rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek
daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
sebesar 24,216 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam
sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.
Gambar 4.17 Grafik rata-rata throughput access point ISIRS RSST
4.4.1.2.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss
access point- ISIRS RSST pada saat pengujian dapat digambarkan
seperti Gambar 4.18. Kualitas sinyal keseluruhan packet loss yang
dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari pada saat
pengujian access point ISIRS RSST pada sinyal good, fair, dan
poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan packet
loss menjadi besar. Tabel 4.6 menunjukan besaran rata-rata data
Mb
ps
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi,
normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
packet loss access point- ISIRS RSST
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 0 0 0,09167
Good 0 0,08833 0,32333
Fair 0,246667 0,53 1,88333
Tabel. 4.6 Rata-rata packet loss access point ISIRS RSST
Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss
lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga
besaran packet loss semakin besar.
Kinerja packet loss pada Gambar 4.18 menunjukan
trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada
kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu 0%.
Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk
dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair
dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada
kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu
kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi
sibuk dalam kategori sedang.
Gambar 4.18 Grafik rata-rata packet loss access point ISIRS RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
4.4.1.2.3. Jitter
Tabel 4.7 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk
selama enam hari. Gambar 4.19 menunjukan jitter berdasarkan
kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
jitter access point ISIRS RSST
Kuat Sinyal
Jitter (ms)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 2,1771667 6,2905 13,3845
Good 6,5165 12,4955 26,901833
Fair 17,547833 28,1626667 78,618667
Tabel. 4.7 Rata-rata jitter access point ISIRS RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point ISIRS
RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada
kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari
75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent, good, dan fair
pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori bagus karena
kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal poor pada
kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Trendline Jitter access point ISIRS RSST pada Gambar
4.19 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada
kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi
karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai
dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi
sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya
congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.19 Grafik rata-rata jitter access point ISIRS RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4.4.1.3. Kondisi access point Akutansi RSST
4.4.1.3.1. Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput access point Akutansi RSST dapat
digambarkan seperti Gambar 4.20. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas
sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
kecil. Tabel 4.8 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran
throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan
sibuk yang dilakukan selama enam hari.
access point Akutansi RSST
Kuat Sinyal
Throughput (Mbps)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 22,383 17,983 12,100
Good 18,267 11,867 6,603
Fair 6,633 2,140 0,677
Poor 1,251 0,649 0,155
Tabel. 4.8 Rata-rata throughput access point Akutansi RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput
lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran
throughput menjadi semakin kecil.
Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin
baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan
rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek
daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput
sebesar 22,383 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam
sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.
Gambar 4.20 Grafik rata-rata throughput access point Akutansi RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
4.4.1.3.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss
access point Akutansi RSST pada saat pengujian dapat
digambarkan seperti Gambar 4.21. Kualitas sinyal keseluruhan
packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari
pada saat pengujian access point Akutansi RSST pada sinyal good,
fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan
packet loss menjadi besar. Tabel 4.9 menunjukan besaran rata-rata
data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi
sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
packet loss access point Akutansi RSST
Kuat Sinyal
Packet Loss (%)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 0 0 0
Good 0 0,16 0,25
Fair 0 0,37 2,05
Poor 0,16 2,05 3,52
Tabel. 4.9 Rata-rata packet loss access point Akutansi
RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss
lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga
besaran packet loss semakin besar.
Kinerja packet loss pada Gambar 4.21 menunjukan
trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada
kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPONyaitu 0%.
Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk
dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair
dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada
kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu
kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi
sibuk dalam kategori sedang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Gambar 4.21 Grafik rata-rata packet loss access point Akutansi RSST
4.4.1.3.3. Jitter
Tabel 4.10 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap
kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam
hari. Gambar 4.22 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal
pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Jitter access point Akutansi RSST
Kuat Sinyal Jitter (ms)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 1,070 5,537 11,935
Good 5,911 12,656 24,482
Fair 13,767 24,551 41,050
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Poor 22,723 40,629 91,085
Tabel. 4.10 Rata-rata jitter access point Akutansi RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point
Akutansi RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan
poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena
kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent,
good, dan fair pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori
bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal
poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.
Trendline Jitter access point Akutansi RSST pada Gambar
4.22 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada
kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi
karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai
dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi
sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya
congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Gambar 4.22 Grafik rata-rata jitter access point Akutansi RSST
4.4.1.4. Kondisi access point STOCK AREA RSST
4.4.1.4.1. Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput access point STOCK AREA RSST
dapat digambarkan seperti Gambar 4.23. Kualitas sinyal
keseluruhan throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih
besar dari pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor.
Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput
menjadi kecil. Tabel 4.11 menunjukan besaran rata-rata data
pengukuran throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi,
normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Tabel. 4.11 Rata-rata throughput access point STOCK
AREA RSST
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput
lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran
throughput menjadi semakin kecil.
Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin
baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan
rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek
daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput
access point STOCK AREA RSST
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 28,417 22,222 12,697
Good 18,317 12,800 4,717
Fair 10,330 5,833 1,231
Poor 3,793 1,903 0,318
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
sebesar 28,417 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam
sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.
Gambar 4.23 Grafik rata-rata throughput access point STOCK AREA RSST
4.4.1.4.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss access
point STOCK AREA RSST pada saat pengujian dapat
digambarkan seperti Gambar 4.24. Kualitas sinyal keseluruhan
packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari
pada saat pengujian access point STOCK AREA RSST pada sinyal
good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah
menyebabkan packet loss menjadi besar. Tabel 4.12 menunjukan
besaran rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas
sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama
enam hari.
Mb
ps
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Tabel. 4.12 Rata-rata packet loss access point STOCK
AREA RSST
Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss
lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga
besaran packet loss semakin besar.
Kinerja packet loss pada Gambar 4.24 menunjukan
trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada
kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu 0%.
packet loss access point STOCK AREA RSST
Kuat Sinyal
Packet Loss (%)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 0 0 0
Good 0 0 0,09
Fair 0 0,15 0,54
Poor 0,17 1,14 2,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk
dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair
dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada
kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu
kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi
sibuk dalam kategori sedang.
Gambar 4.24Grafik rata-rata packet loss access point STOCK AREA RSST
4.4.1.4.3. Jitter
Tabel 4.13 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk
selama enam hari. Gambar 4.25 menunjukan jitter berdasarkan
kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Tabel. 4.13 Rata-rata jitter access point STOCK AREA
RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point
STOCK AREA RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good,
fair, dan poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus
karena kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal
excellent, good, dan fair pada kondisi sibuk juga termasuk dalam
kategori bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas
sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.
Trendline Jitter access point STOCK AREA RSST pada
Gambar 4.25 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal
pada kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi
karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai
dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi
Jitter access point STOCK AREA RSST
Kuat Sinyal Jitter (ms)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 0,879 4,759 9,228
Good 4,022 9,243 20,024
Fair 8,070 19,723 33,380
Poor 16,254 29,583 45,097
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya
congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.25 Grafik rata-rata jitter access point STOCK AREA RSST
4.4.1.5. Kondisi access point VIVA RSST
4.4.1.5.1. Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput access point VIVA RSST dapat
digambarkan seperti Gambar 4.26. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas
sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
kecil. Tabel 4.14 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran
throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan
sibuk yang dilakukan selama enam hari.
throughput access point VIVA RSST
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 17,20 14,37 5,95
Good 9,32 6,42 1,24
Fair 3,05 1,54 0,17
Poor 0,47 0,28 0,04
Tabel. 4.14 Rata-rata throughput access point VIVA RSST
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput
lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran
throughput menjadi semakin kecil.
Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin
baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek
daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput
sebesar 17,2 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam sepi
sudah cukup baik untuk standart 802.11g.
Gambar 4.26 Grafik rata-rata throughput access point VIVA RSST
4.4.1.5.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss
access point VIVA RSST pada saat pengujian dapat digambarkan
seperti Gambar 4.27. Kualitas sinyal keseluruhan packet loss yang
dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari pada saat
pengujian access point VIVA RSST pada sinyal good, fair, dan
poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan packet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
loss menjadi besar. Tabel 4.15 menunjukan besaran rata-rata data
pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi,
normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
packet loss access point VIVA RSST
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 0 0 0
Good 0 0,13 0,61
Fair 0,32 0,39 2,82
Poor 0,87 1,53 4,13
Tabel. 4.15 Rata-rata packet loss access point
VIVA RSST
Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss
lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga
besaran packet loss semakin besar.
Kinerja packet loss pada Gambar 4.27 menunjukan
trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPONyaitu 0%.
Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk
dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair
dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada
kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu
kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi
sibuk dalam kategori kurang baik.
Gambar 4.27 Grafik rata-rata packet loss access point VIVA RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
4.4.1.5.3. Jitter
Tabel 4.15 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap
kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam
hari. Gambar 4.28 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal
pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
VIVA
Kuat Sinyal Jitter (ms)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 2,86 5,94 14,72
Good 6,33 13,41 30,92
Fair 18,45 29,62 88,27
Poor 30,17 68,69 163,79
Tabel. 4.15 Rata-rata jitter access point VIVA RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point VIVA
RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada
kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari
75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent, good, dan fair
pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori bagus karena
kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal poor pada
kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.
Trendline Jitter access point VIVA RSST pada Gambar
4.28 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada
kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi
karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi
sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya
congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.28 Grafik rata-rata jitter access point VIVA RSST
4.4.2. Pengujian WLAN
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian dengan
menggunakan paket TCP dan UDP ke semua WLAN. TCP dan UDP
adalah dua protokol yang banyak digunakan dalam jaringan internet
berbasis IP. Keduanya dibuat dengan tujuan yang berbeda. TCP
(Transmission Control Protocol) misalnya, bersifat connection
oriented, artinya protocol ini memiliki kemampuan untuk menjamin
transfer dan control data hingga node tujuan. Sebaliknya UDP (User
Datagram Protocol) bersifat connectionless oriented, yang berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
protocol ini tidak memiliki mekanisme yang dapat menjamin
sampainya paket ke node tujuan.
Penggunaan Iperf pada mode TCP akan menghasilkan
keluaran parameter throughput jaringan. Pada koneksi TCP, windows
size menentukan jumlah maksimum data yang dapat berada dalam
jaringan pada saat bersamaan. Sedangkan penggunaan mode UDP
akan manghasilkan keluaran parameter jitter dan packet loss. Pada
koneksi UDP, pengujian dilakukan dengan mengirim datagram. Pada
pengujian ini menggunakan Iperf secara default pada pengujian TCP
dan UDP tanpa mengubah windows size dan datagram yang dikirim.
4.4.2.1. Kondisi WLAN DIREKSI RSST
Access point DIREKSI RSST ini berada di lingkungan
perkantoran tepatnya berada di lobi Direksi RSST. Access point
DIREKSI RSST terkoneksi kabel melalui switch yang berada di
bagian depan kantor Humas rumah sakit. Jarak antara router server
ke switch + 25m dan jarak switch ke Access point DIREKSI RSST
+ 20m.
4.4.2.1.1. Troughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST dapat
digambarkan seperti Gambar 4.29. Kualitas sinyal keseluruhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas
sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch
mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.
Tabel 4.16 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran
throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan
sibuk yang dilakukan selama enam hari.
Tabel. 4.16 Rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput
lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran
throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin
besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.
Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat
throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal
excellent. Hasil throughput sebesar 16,5 Mbps pada kualitas sinyal
Kuat Sinyal Troughput (Mbps)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 16,56667 14,874 6,8432
Good 8,701667 6,396 1,939
Fair 3 1,843 0,183
Poor 0,410833 0,2733 0,0422
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart
802.11g.
Gambar 4.29 Grafik rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST
4.4.2.1.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk
besaran rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST pada saat
pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.30. Kualitas sinyal
keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih
kecil dari pada saat pengujian access point DIREKSI RSST pada
sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil
pengukuran yang telah dilakukan pada access point DIREKSI
RSST hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
DIREKSI RSST mengalami penurunan pada kualitas sinyal good,
fair, dan poor pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk.
Kualitas sinyal yang semakin rendah mengakibatkan packet loss
menjadi lebih besar dan jarak yang cukup jauh antara router server
ke switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami
penurunan. Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran
packet loss lebih kecil daripada pada kondisi normal dan sibuk, hal
tersebut dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk,
sehingga besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.17
menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang
dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 0 0 0,0346
Good 0,171667 0,156 0,956
Fair 0,246667 0,547 3,73
Poor 1,303333 1,87 4,634
Tabel. 4.17 Rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST
Kinerja packet loss pada Gambar 4.30 menunjukan
trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada
kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu
kurang dari 3%. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi
sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas
sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan
pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus
yaitu kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat
kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.
Gambar 4.30 Grafik rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
4.4.2.1.3. Jitter
Tabel 4.18 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk
selama enam hari. Gambar 4.31 menunjukan jitter berdasarkan
kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Tabel. 4.18 Rata-rata jitter WLAN DIREKSI
RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point
DIREKSI RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan
poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena
kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent
dan good pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus
karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal fair
pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang, dan untuk
Kuat Sinyal Jitter (ms)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 3,1202 6,346 16,433
Good 7,086 13,584 30,562
Fair 19,3938 31,843 88,359
Poor 32,9334 70,483 163,893
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori
jelek. Dibandingkan dengan pengukuran yang telah dilakukan pada
access point DIREKSI RSST nilai jitter dari pengukuran WLAN
mengalami peningkatan untuk semua kategori kuat sinyal dan pada
semua kondisi baik sepi, normal dan sibuk.
Trendline Jitter WLAN DIREKSI RSST pada Gambar 4.31
menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic
jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan
kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin
rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup
jauh antara router server dan switch ke access point
mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal tersebut
akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,
sehingga nilai jitter akan semakin besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Gambar 4.31 Grafik rata-rata jitter WLAN DIREKSI RSST
4.4.2.2. Kondisi WLAN ISIRS RSST
Access point ISIRS RSST ini berada di lingkungan poliklinik
tepatnya berada pada ruangan Sistem Informasi Rumah sakit. Access
point ISIRS RSST terkoneksi kabel melalui switch yang berada di
ruangan Sistem Informasi Rumah sakit. Jarak antara router server ke
switch + 10m dan jarak switch ke Access point ISIRS RSST + 10m.
4.4.2.2.1. Troughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST dapat
digambarkan seperti Gambar 4.32. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch
mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.
Tabel 4.19 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran
throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan
sibuk yang dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal Troughput (Mbps)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 18,433 16,838 8,733
Good 15,944 11,489 2,434
Fair 6,983 3,742 1,384
Poor 1,738 0,583 0,084
Tabel. 4.19 Rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST Selama
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput
lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran
throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin
besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.
Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat
throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal
excellent. Hasil throughput sebesar 18,4 Mbps pada kualitas sinyal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart
802.11g.
Gambar 4.32 Grafik rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST
4.4.2.2.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk
besaran rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST pada saat
pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.33. Kualitas sinyal
keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih
kecil dari pada saat pengujian access point ISIRS RSST pada
sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil
pengukuran yang telah dilakukan pada access point ISIRS RSST
hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN ISIRS RSST
mengalami penurunan pada kualitas sinyal good, fair, dan poor
pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk. Kualitas sinyal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
yang semakin rendah mengakibatkan packet loss menjadi lebih
besar dan jarak yang cukup jauh antara router server ke switch
mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.
Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran packet loss
lebih kecil daripada pada kondisi normal dan sibuk, hal tersebut
dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga
besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.20 menunjukan besaran
rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada
kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
Tabel. 4.20 Rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST
Kinerja packet loss pada Gambar 4.33 menunjukan
trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada
kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
Kuat
Sinyal
Packet Loss (%)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 0 0 0,132
Good 0,067 0,231 0,972
Fair 0,239 0,893 2,54
Poor 0,932 2,453 4,632
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu
kurang dari 3%. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi
sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas
sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan
pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus
yaitu kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat
kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.
Gambar 4.33 Grafik rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST
4.4.2.2.3. Jitter
Tabel 4.21 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap
kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam
hari. Gambar 4.34 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal
pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Tabel. 4.21 Rata-rata jitter WLAN ISIRS RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point ISIRS
RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada
kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari
75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent dan good pada
kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari
75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal fair pada kondisi sibuk
termasuk dalam kategori sedang, dan untuk kualitas sinyal poor
pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori jelek. Dibandingkan
dengan pengukuran yang telah dilakukan pada access point ISIRS
RSST nilai jitter dari pengukuran WLAN mengalami peningkatan
untuk semua kategori kuat sinyal dan pada semua kondisi baik
sepi, normal dan sibuk.
Trendline Jitter WLAN ISIRS RSST pada Gambar 4.34
menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
Kuat Sinyal Jitter (ms)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 2,436 6,892 14,734
Good 6,843 13,384 30,489
Fair 18,328 28,734 70,342
Poor 30,472 60,739 149,845
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic
jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan
kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin
rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup
jauh antara router server dan switch ke access point
mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal tersebut
akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,
sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.34 Grafik rata-rata jitter WLAN ISIRS RSST
4.4.2.3. Kondisi WLAN Akutansi RSST
Access point Akutansi RSST ini berada di lingkungan asrama
coas tepatnya berada di gedung Akutansi. Access point Akutansi
RSST terkoneksi kabel melalui switch yang berada di asrama coas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Jarak antara router server ke switch + 60m dan jarak switch ke Access
point Akutansi RSST + 20m.
4.4.2.3.1. Troughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST dapat
digambarkan seperti Gambar 4.35. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas
sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch
mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.
Tabel 4.22 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran
throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan
sibuk yang dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal
Troughput (Mbps)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 19,238 15,739 10,734
Good 14,734 10,673 4,738
Fair 5,374 2,312 1,219
Poor 1,834 0,423 0,163
Tabel. 4.22 Rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput
lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran
throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin
besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.
Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat
throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal
excellent. Hasil throughput sebesar 19,2Mbps pada kualitas sinyal
excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart
802.11g.
Gambar 4.35 Grafik rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST
4.4.2.3.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk
besaran rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST pada saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.36. Kualitas sinyal
keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih
kecil dari pada saat pengujian access point Akutansi RSST pada
sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil
pengukuran yang telah dilakukan pada access point Akutansi
RSST hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN
Akutansi RSST mengalami penurunan pada kualitas sinyal good,
fair, dan poor pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk.
Kualitas sinyal yang semakin rendah mengakibatkan packet loss
menjadi lebih besar dan jarak yang cukup jauh antara router server
ke switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami
penurunan. Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran
packet loss lebih kecil daripada pada kondisi normal dan sibuk, hal
tersebut dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk,
sehingga besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.23
menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang
dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 0 0 0,084
Good 0,026 0,146 0,537
Fair 0,096 0,645 2,768
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Poor 0,846 2,547 3,4
Tabel. 4.23 Rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST
Kinerja packet loss pada Gambar 4.36 menunjukan
trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada
kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu
kurang dari 3%. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi
sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas
sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan
pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus
yaitu kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat
kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Gambar 4.36 Grafik rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST
4.4.2.3.3. Jitter
Tabel 4.24 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk
selama enam hari. Gambar 4.37 menunjukan jitter berdasarkan
kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Tabel. 4.24 Rata-rata jitter WLAN Akutansi RSST
Kuat Sinyal
Jitter (ms)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 1,743 5,648 12,654
Good 6,732 13,357 25,647
Fair 15,739 25,564 43,548
Poor 24,547 45,757 95,659
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point
Akutansi RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan
poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena
kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent
dan good pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus
karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal fair
pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang, dan untuk
kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori
jelek. Dibandingkan dengan pengukuran yang telah dilakukan pada
access point Akutansi RSST nilai jitter dari pengukuran WLAN
mengalami peningkatan untuk semua kategori kuat sinyal dan pada
semua kondisi baik sepi, normal dan sibuk.
Trendline Jitter WLAN Akutansi RSST pada Gambar 4.37
menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic
jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan
kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin
rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup
jauh antara router server dan switch ke access point
mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal tersebut
akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,
sehingga nilai jitter akan semakin besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Gambar 4.37 Grafik rata-rata jitter Akutansi RSST
4.4.2.4. Kondisi WLAN STOCK AREA RSST
Access point STOCK AREA RSST ini berada di lingkungan
belakang rumah sakit tepatnya berada di gudang alat tulis RSST.
Access point STOCK AREA RSST terkoneksi kabel melalui switch
yang berada di asrama coas. Jarak antara router server ke switch +
60m dan jarak switch ke Access point STOCK AREA RSST + 40m.
4.4.2.4.1. Troughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap
kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk. Besaran rata-
rata throughput WLAN STOCK AREA RSST dapat digambarkan
seperti Gambar 4.38. Kualitas sinyal keseluruhan throughput yang
dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari pada saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang
semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil dan jarak
yang cukup jauh antara router server dan switch mengakibatkan
kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan. Tabel 4.25
menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang
dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal Troughput (Mbps)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 20,657 16,838 11,665
Good 15,944 9,658 3,786
Fair 7,659 4,659 1,659
Poor 3,674 0.958 0,174
Tabel. 4.25 Rata-rata throughput WLAN STOCK AREA
RSST
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput
lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran
throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin
besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.
Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal
excellent. Hasil throughput sebesar 20.6 Mbps pada kualitas sinyal
excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart
802.11g.
Gambar 4.38 Grafik rata-rata throughput STOCK AREA RSST
4.4.2.4.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk
besaran rata-rata packet loss WLAN STOCK AREA RSST pada
saat pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.39. Kualitas
sinyal keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal
excellent lebih kecil dari pada saat pengujian access point STOCK
AREA RSST pada sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan
dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada access point
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
STOCK AREA RSST hasil packet loss untuk pengukuran jaringan
WLAN STOCK AREA RSST mengalami penurunan pada kualitas
sinyal good, fair, dan poor pada semua kondisi baiki sepi, normal
dan sibuk. Kualitas sinyal yang semakin rendah mengakibatkan
packet loss menjadi lebih besar dan jarak yang cukup jauh antara
router server ke switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN
mengalami penurunan. Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana
besaran packet loss lebih kecil daripada pada kondisi normal dan
sibuk, hal tersebut dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi
sibuk, sehingga besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.26
menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang
dilakukan selama enam hari.
Kuat
Sinyal
Packet Loss (%)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 0 0 0,83
Good 0,03 0,193 0,679
Fair 0,59 1,823 2,15
Poor 1,734 3,834 4,931
Tabel. 4.26 Rata-rata packet loss WLAN STOCK AREA
RSST
Kinerja packet loss pada Gambar 4.39 menunjukan
trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada
kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu
kurang dari 3%. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi
sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas
sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan
pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus
yaitu kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat
kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.
Gambar 4.39 Grafik rata-rata packet loss STOCK AREA RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
4.4.2.4.3. Jitter
Tabel 4.27 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap
kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam
hari. Gambar 4.40 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal
pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Kuat Sinyal Jitter (ms)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 1,374 5,834 10,873
Good 5,832 11,874 20,894
Fair 10,894 21,823 35,839
Poor 18,433 30,592 44,847
Tabel. 4.27 Rata-rata jitter WLAN STOCK AREA RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point
STOCK AREA RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good,
fair, dan poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus
karena kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal
excellent dan good pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori
bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal
fair pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang, dan untuk
kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori
jelek. Dibandingkan dengan pengukuran yang telah dilakukan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
access point STOCK AREA RSST nilai jitter dari pengukuran
WLAN mengalami peningkatan untuk semua kategori kuat sinyal
dan pada semua kondisi baik sepi, normal dan sibuk.
Trendline Jitter WLAN STOCK AREA RSST pada
Gambar 4.40 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal
pada kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi
karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai
dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi
sibuk dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch ke
access point mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal
tersebut akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya
congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.40 Grafik rata-rata jitter STOCK AREA RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
4.4.2.5. Kondisi WLAN VIVA RSST
Access point VIVA RSST ini berada di tengah lingkungan rumah
sakit tepatnya berada di gedung gizi. Access point VIVA RSST
terkoneksi kabel melalui switch yang berada di Humas RSST. Jarak
antara router server ke switch + 25m dan jarak switch ke Access point
VIVA RSST + 25m.
4.4.2.5.1. Troughput
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
Besaran rata-rata throughput WLAN VIVA RSST dapat
digambarkan seperti Gambar 4.41. Kualitas sinyal keseluruhan
throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari
pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas
sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi
kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch
mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.
Tabel 4.28 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran
throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan
sibuk yang dilakukan selama enam hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Kuat Sinyal Troughput (Mbps)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 18,393 13,945 6,349
Good 9,923 7,953 2,495
Fair 3,934 1,033 0,739
Poor 0,589 0,384 0,171
Tabel. 4.28 Rata-rata throughput WLAN VIVA RSST
Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan
antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-
rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput
lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan
banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran
throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin
besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.
Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat
throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal
excellent. Hasil throughput sebesar 20.6 Mbps pada kualitas sinyal
excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart
802.11g.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Gambar 4.41 Grafik rata-rata throughput VIVA RSST
4.4.2.5.2. Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk
besaran rata-rata packet loss WLAN VIVA RSST pada saat
pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.42. Kualitas sinyal
keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih
kecil dari pada saat pengujian access point VIVA RSST pada
sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil
pengukuran yang telah dilakukan pada access point VIVA RSST
hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN VIVA RSST
mengalami penurunan pada kualitas sinyal good, fair, dan poor
pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk. Kualitas sinyal
yang semakin rendah mengakibatkan packet loss menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
besar dan jarak yang cukup jauh antara router server ke switch
mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.
Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran packet loss
lebih kecil daripada pada kondisi normal dan sibuk, hal tersebut
dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga
besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.29 menunjukan besaran
rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada
kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.
Kuat Sinyal
Packet Loss (%)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 0 0 0,75
Good 0,036 0,176 0,911
Fair 0,096 0,539 3,066
Poor 0,846 1,87 4,342
Tabel. 4.29 Rata-rata packet loss WLAN VIVA RSST
Kinerja packet loss pada Gambar 4.42 menunjukan
trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada
kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data
yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas
sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
kurang dari 3%. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi
sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas
sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan
pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus
yaitu kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat
kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.
Gambar 4.42 Grafik rata-rata packet loss VIVA RSST
4.4.2.5.3. Jitter
Tabel 4.30 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter
terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk
selama enam hari. Gambar 4.43 menunjukan jitter berdasarkan
kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Kuat Sinyal
Jitter (ms)
Sepi Normal Sibuk
Excellent 3,034 6,934 14,984
Good 6,938 14,384 31,848
Fair 19,834 30,479 87,983
Poor 33,934 60,984 140,983
Tabel. 4.30 Rata-rata jitter WLAN VIVA RSST
Sesuai dengan standart THIPON jitter access point VIVA
RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada
kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari
75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent dan good pada
kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari
75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal fair pada kondisi sibuk
termasuk dalam kategori sedang, dan untuk kualitas sinyal poor
pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori jelek. Dibandingkan
dengan pengukuran yang telah dilakukan pada access point VIVA
RSST nilai jitter dari pengukuran WLAN mengalami peningkatan
untuk semua kategori kuat sinyal dan pada semua kondisi baik
sepi, normal dan sibuk.
Trendline Jitter WLAN VIVA RSST pada Gambar 4.43
menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi
sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic
jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan
kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup
jauh antara router server dan switch ke access point
mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal tersebut
akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,
sehingga nilai jitter akan semakin besar.
Gambar 4.43 Grafik rata-rata jitter VIVA RSST
4.5. Analisis Keseluruhan terhadap Kualitas Sinyal pada
Kondisi Sepi, Normal, dan Sibuk
Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan pada ketiga
parameter throughput, packet loss, dan jitter. Menurut kualitas sinyal
excellent, good, fair, dan poor yang berada pada access point DIREKSI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
RSST, Akutansi RSST, STOCK AREA RSST, VIVA RSST dan ISIRS
RSST saat kondisi sepi, normal, dan sibuk. Menujukan bahwa kualitas
dari access point yang menerapkan wireless local area network di RSST
dr. Soeradji Tirtonegoro sudah baik. Dilihat dari ketiga parameter tersebut
yaitu throughput pada saat kondisi sepi lebih besar pada saat kondisi
normal dan sibuk. Karena semakin besar throughput maka semakin baik
kualitas jaringan tersebut. Hal ini terjadi karena banyaknya pengguna pada
saat jam sibuk sehingga beban jaringan bertambah dan trafik menjadi lebih
tinggi.
Besar packet loss dalam kualitas sinyal excellent saat kondisi sepi,
normal, dan sibuk dimasing-masing access point termasuk dalam kategori
sangat bagus sesuai standar THIPON karena 0%. Besaran rata-rata packet
loss pada kualitas sinyal good dan fair saat kondisi sepi, normal,dan sibuk
dimasing-masing access point dalam kategori bagus sesuai dengan standar
THIPON antara 1-3%. Besaran rata-rata packet loss kualitas sinyal poor
saat kondisi sepi dan norml termasuk dan dalam kategori bagus,
sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi sibuk termasuk dalam
kategori sedang antara 4-15%. Secara keseluruhan besaran packet loss
pada kualitas sinyal saat kondisi sepi, normal, dan sibuk termasuk dalam
kategori bagus sesuai dengan standar THIPON karena antara 1-3%.
Jitter untuk semua kualitas sinyal dan kondisi pada masing-masing
access point termasuk dalam kategori bagus dan sedang sesuai standar
jitter THIPON. Kualitas sinyal excellent, good , fair, dan poor pada
kondisi sepi dan sibuk dalam kategori bagus antara 0-75 ms. Kualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
sinyal excellent, good, dan fair pada kondisi sibuk masuk dalam kategori
bagus antara 0-75 ms. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor pada kondisi
sibuk masuk dalam kategori sedang yaitu antara 75-125 ms.
4.6. Analisis Kualitas Jaringan WLAN RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten terhadap Hotspot Enviroment
4.6.1. Ukuran Fisik
Jumlah Access Point pada lingkungan RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten masih kurang untuk mencakup area seluas 6000m2.
Menurut pedoman pembangunan wifi yang baik satu access point
maksimal menjangkau jarak 300m2 untuk di lingkungan rumah sakit perlu
dilakukan penambahan 10 access point sehingga dapat menjangkau
seluruh lingkungan rumah sakit.
4.6.2. Jumlah Pengguna
Jumlah pengguna pada lingkungan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten untuk saat ini terbatas pada karyawan, coas, dan dokter. Jumlah
rata – rata pengguna pada setiap access point adalah 25 user pada kondisi
jam sibuk. Mengacu pada pedoman pembangunan wifi yang baik satu
access point maksimal digunakan 25 user, kualitas jaringan WLAN di
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro termasuk kedalam kategori baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
4.6.3. Model Penggunaan
Para pengguna access point di lingkungan RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten adalah karyawan, coasm dan dokter. Untuk aplikasi
atau yang diakses oleh coas adalah social media, youtube, download,
browsing artikel / jurnal. Sedangkan untuk karyawan cenderung ke sistem
kepegawaian secara online, karena RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
adalah rumah sakit Kementrian Kesehatan RI yang berada di daerah
sehingga semua data terdapat di server Kementrian Kesehatan RI dan
membutuhkan akses yang cepat. Untuk dokter aplikasi yang diakses
adalah social media, youtube, download, browsing.
4.6.4. Tata letak penempatan Access Point
Penempatan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten access point
perlu dipertimbangkan dan dibenahi selain karena penempatan access
point yang kurang strategis dan banyak terhalang tembok-tembok hal ini
yang sering kali menghambat user untuk melakukan koneksi secara real
time. Penempatan harus mempertimbangkan kondisi gedung.
4.6.5. Otentifikasi
Otentifikasi yang digunakan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten terdapat pada router atau menggunakan aplikasi dalam melakukan
login, untuk setiap access point tidak menggunakan otentifikasi dalam
mengakses access point. Sehingga tingkat keamanan lebih baik daripada
menggunakan otentifikasi yang disediakan oleh access point.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
4.6.6. Tipe Antena
Pemilihan antena pada RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
masih belum tepat karena tidak mempertimbangkan sifat sebaran sinyal
dengan kondisi denah dan para pengguna. Untuk access point Direksi
RSST sebaiknya menggunakan model antena sectoral karena di sisi
selatan gedung adalah tempat parkir dan jalan raya. Untuk access point
VIVA RSST sudah tepat menggunakan antena model Omnidirectional
karena penempatan access point VIVA RSST berada ditengah
lingkungan rumah sakit. Access point Stock Area RSST sebaiknya
menggunakan model antena sectoral karena sisi barat dari access point
adalah tempat parkir karyawan dan sawah. Access point Akutansi RSST
sudah tepat menggunakan antena model Omnidirectional. Access point
ISIRS RSST sudah tepat menggunakan antena model Omnidirectional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari perhitungan dan analisa kinerja jaringan Wireless Local Area
Network (WLAN) di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro yang telah dilakukan,
kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut :
1. Kualitas sinyal dan Coverage dari masing-masing access point
DIREKSI RSST, Akutansi RSST, STOCK AREA RSST, VIVA
RSST dan ISIRS RSST sudah baik karena dapat menjangkau
perkantoran di lingkungan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro.
2. Pemilihan channels pada setiap access point masih kurang tepat
karena masih saling tumpang tindih (channels overllaping) dan
belum sesuai dengan Cell Layout for Three Channels seperti pada
access point Akutansi RSST, VIVA RSST dan STOCK AREA
RSST.
3. Performansi jaringan WLAN RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro yang
dilakukan pada kualitas sinyal Excellent, Good, fair, dan Poor pada
kondisi sepi, normal, dan sibuk memiliki performansi yang sudah
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
4. Throughput pada tiap access point saat kondisi sepi, normal, dan
sibuk dalam kategori baik. Pada kondisi sepi throughput lebih
besar dari pada kondisi normal dan sibuk.
5. Packet loss yang terjadi saat pengukuran paling besar pada kualitas
sinyal poor saat kondisi sibuk dalam kategori sedang sesuai
dengan standar THIPON antara 4-15%. Besar packet loss pada
kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor saat kondisi sepi,
normal, dan sibuk masuk dalam kategori bagus sesuai dengan
standar THIPON antara 1-3%. Sedang besar packet loss pada
kualitas sinyal excellent saat sepi, normal, dan sibuk masuk dalam
kategori sangat bagus sesuai dengan standar THIPON yaitu 0%.
6. Jitter untuk semua kualitas sinyal dan kondisi pada masing-masing
access point termasuk dalam kategori bagus dan sedang sesuai
standar jitter THIPON. Kualitas sinyal excellent, good , fair, dan
poor pada kondisi sepi dan sibuk dalam kategori bagus antara 0-75
ms. Kualitas sinyal excellent, good, dan fair pada kondisi sibuk
masuk dalam kategori bagus antara 0-75 ms. Sedangkan untuk
kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk masuk dalam kategori
sedang yaitu antara 75-125 ms.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
5.2. Saran
Terdapat beberapa saran dari penulis agar penelitian selanjutnya
dapat memperhatikan hal-hal dibawah ini, guna perbaikan kearah yag
lenih baik. Adapun saran tersebut adalah :
1. Penambahan device access point karena belum dapat
mencakup seluruh lingkungan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
2. Perbaikan penempatan access point sesuai dengan pedoman
penempatan dan tata letak access point yang baik dan benar
untuk mendapatkan daerah coverage dan kuat sinyal yang
bagus. Selain itu pemilihan channels yang tepat agar setiap
access point tidak saling tumpang tindih (Channels
Overlapping), pemilihan channels sesuai dengan Cell Layout
for Three Channels.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
DAFTAR PUSTAKA
1. Purwanto, T. D., & Cholil, W. (2013). Analisa Kinerja Wireless Radius
Server Pada Perangkat Access Point 802.11 g (Studi Kasus di Universitas
Bina Darma). Semantik 2013, 3(1), 371-376.
2. Yudha, Andri, 2013, Analisis Unjuk Kerja Wireless Distribution System
(WDS) “Studi Kasus Rumah Sakit Grhasia Daerah Istimewa
Yogyakarta”, Skripsi, Teknik Informatika Uiversitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
3. Dhani, Thomas, 2012, Analisis Unjuk Kerja Wireless LAN, Skripsi,
Teknik Informatika Uiversitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
4. S,to.2007.”Wireless Kung Fu :Networking & Hacking”. Jasakom
5. Adi Kusuma, Dominikus, 2013, Analisis Perbandingan Kinerja Standar
IEEE 802.11b dengan standar IEEE 802.11g Pada Teknologi Wireless
LAN, Skripsi, Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
6. Setiaji, Yohanes, 2013, PERBANDINGAN IPV4 DAN IPV6
TERHADAP PENGARUH BESAR PAKET DAN JUMLAH HOP PADA
ROUTER CISCO 1941, Skripsi, Teknik Informatika Uiversitas Sanata
Dharma, Yogyakarta..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
7. Yanto. 2013, Analisis QOS(Quality Of Service) pada jaringan Internet
(Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura), Skripsi, Teknik
Informatika Tanjungoura, Pontianak.
8. Sukadarmika, Gede. 2010, Analisis Coverage WLAN (Wireless Local
Area Network) 802.11a Menggunakna Opnet Modeler, Skripsi, Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Bali.
9. Kusmayadi,Dede.2012.”Perancangan dan Implementasi PC router dengan
sistem pengaturan berbasis web”. Skripsi. Teknik Komputer. Unikom.
10. Hammond, John, 2003, Wireless Hotspot Deployment Guide,. Mobile
Platforms Group-WVP. Intel in Communication.
11. Wibowo, Yohanes Tri Joko. 2008. “Antena Wireless Untuk Rakyat”.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
12. Tiphon. “Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over
Network (TIPHON) general aspect of Quality of Service”. DTR/TIPHON-
05006 (cb0010cs.PDF).1999.
13. Cisco. 2006. Cisco Aironet 802.11a/b/g Wireless LAN Client Adapters
(CB21AG and PI21AG) Installation adn Configuration Guide, USA.
14. Mark Gate, et al, “Iperf User Docs”, Maret 2003,
Http://www.netcheif.com/downloads/iperf.pdf,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
LAMPIRAN
SPESIFIKASI ALAT
1. Router
Router menghunakan Mikrotik RB 750G
RB Mikrotik 750G
Spesifikasi RB450G
Product Code RB450G
Architecture MIPS-BE
CPU AR7161 680MHz
Current Monitor No
Main Storage/NAND 512MB
RAM 256MB
SFP Ports 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
LAN Ports 5
Gigabit Yes
Switch Chip 1
MiniPCI 0
Integrated Wireless No
MiniPCIe 0
SIM Card Slots No
USB No
Memory Cards 1
Memory Card Type MicroSD
Power Jack 10-28V
802.3af Support No
POE Input 10-28V
POE Output No
Serial Port DB9/RS232
Voltage Monitor No
Temperature Sensor No
Dimentions 150mm x 105mm
Operating System RouterOS
Temperature Range -30C .. +60C
RouterOS License Level5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
2. Access Point
a. Access Point DLINK DAP-1150 WIRELESS G
Access Point DLINK DAP-1150 WIRELESS G
Technical Specifications
Network Standards:
802.11g wireless LAN
802.11b wireless LAN
802.3/802.3u 10BASE-T/100BASE-TX Ethernet
ANSI/IEEE 802.3 NWay autonegotiation
Device Interfaces: 802.11g wireless LAN
10/100BASE-TX ethernet LAN port
Operating Frequency: 2.4 to 2.4835 GHz
Operating Channels: FCC: 11
ETSI: 13
Radio & Modulation Schemes:
DQPSK
DBPSK
CCK
OFDM
Operation Modes:
Access point
Wireless Client
Wireless Repeater
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Antenna: 2dBi Gain detachable omni-directional antenna
with Rp-SMA connector
Transmit Output Power: 16dBm (typical)
Receive Sensitivity:
For 802.11b, at 8% per:
-11Mbps: -80dBm
-5.5Mbps: -84dBm
-2Mbps: -87dBm
-1Mbps: -88dBm
For 802.11g, at 10% per:
-54Mbps: -65dBm
-48Mbps: -66dBm
-36Mbps: -70dBm
-24Mbps: -74dBm
-18Mbps: -77dBm
-12Mbps: -79dBm
-9Mbps: -81dBm
-6Mbps: -82dBm
Security:
64/128-bit Wep data encryption
WPA-PSK, WPA2-PSK
WPA-EAP, WPA2-EAP
TKIP, AES
MAC address filtering
SSID broadcast disable function
Spesifikasi Access Point DLINK DAP-1150 WIRELESS G
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
b. EnGenius ECB3220
Access Point EnGenius
Brand EnGenius
Model ECB-3220
Standards IEEE 802.3/3u, IEEE 802.11b/g
Power requirements Power supply: 90-240VDC +/-
10% Device: 12V/1A
Media Access Protocol Carrier sense multiple access
with collision avoidance
Device Management Configuration:
Web-based configuration;
HTTP Telnet configuration
SNMP V1/V2C MIBI, MIBII
Firmware Upgrade:
Upgrade Firmware via web-
browser
Wireless Data Rates Up to 54Mbps
Frequency Band 2.4GHz-2.484GHz
Channels 11 for North America
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Antenna TNC Type Female Reverse
Transmitted Power 25 +/- 2dBm @ 1,2,5.5 &
11Mbps
23 +/- 2dBm @ 6,9,12 &
18Mbps
22 +/- 2dBm @ 24 & 36 Mbps
21 +/- 2dBm @ 48 & 54 Mbps
Ip auto-configuration DHCP client/server
Interface One 10/100 Mbps RJ-45 LAN
port
Temperature Operating : -10C to 50C (14F to
132F)
Storage : -40C to 70C (-40F to
158F)
Operating mode Point-to-point/ point-to-
multipoint bridge/ AP/ Client
bridge/ WDS
Spesifikasi Access Point EnGenius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
c. Access Point TL-WR841ND
Access Point TL-WR841ND
HARDWARE FEATURES
Interface 4 10/100Mbps LAN PORTS
1 10/100Mbps WAN PORT
Button
WPS/Reset Button
Wi-Fi On/Off Button
Power On/Off Button
External Power Supply 9VDC / 0.6A
Wireless Standards IEEE 802.11n, IEEE 802.11g, IEEE
802.11b
Antenna 2*5dBi Detachable Omni Directional
Antenna (RP-SMA)
Dimensions ( W x D x H ) 7.6 x 5.1 x 1.3 in.(192 x 130 x 33 mm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
WIRELESS FEATURES
Frequency 2.4-2.4835GHz
Signal Rate
11n: Up to 300Mbps(dynamic)
11g: Up to 54Mbps(dynamic)
11b: Up to 11Mbps(dynamic)
Reception Sensitivity
270M: -68dBm@10% PER
130M: -68dBm@10% PER
108M: -68dBm@10% PER
54M: -68dBm@10% PER
11M: -85dBm@8% PER
6M: -88dBm@10% PER
1M: -90dBm@8% PER
Transmit Power
CE:
<20dBm(2.4GHz)
FCC:
<30dBm
Wireless Functions Enable/Disable Wireless Radio, WDS
Bridge, WMM, Wireless Statistics
Wireless Security 64/128/152-bit WEP / WPA /
WPA2,WPA-PSK / WPA2-PSK
SOFTWARE FEATURES
WAN Type
Dynamic IP/Static IP/PPPoE/
PPTP(Dual Access)/L2TP(Dual
Access)/BigPond
DHCP Server, Client, DHCP Client List,
Address Reservation
Quality of Service WMM, Bandwidth Control
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
SOFTWARE FEATURES
Port Forwarding Virtual Server,Port Triggering, UPnP,
DMZ
Dynamic DNS DynDns, Comexe, NO-IP
VPN Pass-Through PPTP, L2TP, IPSec (ESP Head)
Access Control
Parental Control, Local Management
Control, Host List, Access Schedule, Rule
Management
Firewall Security
DoS, SPI Firewall
IP Address Filter/MAC Address
Filter/Domain Filter
IP and MAC Address Binding
Management
Access Control
Local Management
Remote Management
OTHERS
Certification CE, FCC, RoHS
Package Contents
Wireless N Rotuer TL-WR841ND
2 Detachable Omni Directional Antennas
Power supply unit
Resource CD
Quick Installation Guide
System Requirements
Microsoft® Windows® 98SE, NT, 2000,
XP, Vista™ or Windows 7, MAC® OS,
NetWare®, UNIX® or Linux.
Environment Operating Temperature: 0℃~40℃
(32℉~104℉)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
OTHERS
Storage Temperature: -40℃~70℃ (-
40℉~158℉)
Operating Humidity: 10%~90% non-
condensing
Storage Humidity: 5%~90% non-
condensing
Access point Direksi
Wifi Direksi(Sepi)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 20 21,4 19 21,5 19,8 21,5 20,53333333
Good 12,4 12,7 13 13,9 12 15 13,16666667
Fair 6,07 8,33 9,65 7,55 6,8 6,6 7,5
Poor 1,86 1,46 3,17 1,31 2,21 1,18 1,865
Wifi direksi (Normal)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 16,5 17,4 18,2 17,7 16,9 17,3 17,33333333
Good 7,89 7,43 8,2 8,91 7,5 8,44 8,061666667
Fair 3,2 2,1 1,8 2,51 2,7 2,2 2,418333333
Poor 0,29 0,142 0,92 0,129 0,217 0,187 0,314166667
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Wifi Direksi(Sibuk)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 8,81 7,61 8,38 7,56 8,3 7,24 7,983333333
Good 3,67 3,42 3,92 2,48 1,42 1,09 2,666666667
Fair 0,235 0,136 0,563 0,298 0,198 0,278 0,284666667
Poor 0,0179 0,00982 0,0983 0,0432 0,0637 0,0738 0,05112
Wifi Direksi (Sepi)
Kuat Sinyal Jitter (ms)
Rata 1 2 3 5 6
Excellent 1,083 1,29 0,187 1,193 0,283 0,8072
Good 4,693 4,423 5,466 4,236 3,567 4,477
Fair 15,446 19,636 19,749 18,932 16,923 18,1372
Poor 25,754 26,753 31,454 26,382 27,839 27,6364
Wifi direksi (Normal)
Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata
1 2 3 5 6
Excellent 5,897 4,185 6,608 6,271 5,228 5,6378
Good 12,215 13,607 13,986 12,675 14,749 13,4464
Fair 31,787 33,876 29,421 31,325 39,673 33,2164
Poor 45,933 48,546 67,875 48,152 51,444 52,39
Wifi Direksi (Sibuk)
Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata
1 2 3 5 6
Excellent 12,436 13,329 12,389 10,385 11,385 11,9848
Good 20,783 39,839 30,852 25,596 25,579 28,5298
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Fair 60,322 30,924 45,832 46,293 47,989 46,272
Poor 129,38 182,32 132,85 128,92 119,29 138,552
Wifi Direksi (Sepi)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 0 0 0 0 0 0 0
Fair 0,11 0 0,32 0,1 0,22 0,23 0,163333
Poor 0,7 0,54 0,43 0,32 0,34 0,5 0,471667
Wifi Direksi (Normal)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 0 0,11 0 0,2 0,22 0,12 0,108333
Fair 0,37 0,98 0,43 0,75 0,46 0,53 0,586667
Poor 1,8 2,3 2,6 1,7 2,6 2,1 2,183333
Wifi Direksi (Sibuk)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 0 0 1,6 2,8 1,8 1,6 1,3
Fair 2,9 2,6 2,4 3,6 1,5 3,7 2,783333
Poor 4,4 2,8 3,7 2,6 3,2 2,9 3,266667
Access point ISIRS RSST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Sirs (Sepi)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 22,6 25,6 23,2 27,3 24,6 22 24,21666667
Good 19,2 17,9 19,4 19.8 18,3 16,9 18,34
Fair 8.78 9.8 8,87 7,8 7,65 7,9 8,055
Sirs (Normal)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 17,8 18,1 18,3 18,9 18,7 19,3 18,51666667
Good 12,5 10,89 12,7 11,8 13,2 11,9 12,165
Fair 2,1 1,86 2,34 1,78 2,29 2 2,061666667
Sirs (Sibuk)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 8,7 7,5 6,83 7,34 8,43 7,89 7,781666667
Good 3 2,54 1,5 1,7 1,9 2,6 2,206666667
Fair 0,45 0,43 0,82 0,35 0,539 0,78 0,5615
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Sirs (Sepi)
Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata
1 2 3 4 5 6
Excellent 1,8 2,84 2,876 1,932 1,983 1,632 2,177166667
Good 5,938 7,932 5,201 6,892 5,932 7,204 6,5165
Fair 12,943 18,835 16,793 18,983 19,894 17,839 17,54783333
Sirs (Normal)
Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata
1 2 3 4 5 6
Excellent 4,893 5,783 6,93 4,794 7,494 7,849 6,2905
Good 9,749 12,844 14,842 13,847 10,842 12,849 12,4955
Fair 23,893 26,749 24,893 28,749 31,843 32,849 28,16266667
Sirs (Sibuk)
Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata
1 2 3 4 5 6
Excellent 12,849 15,334 10,392 12,948 11,842 16,942 13,3845
Good 24,499 23,749 26,482 34,903 29,935 21,843 26,90183333
Fair 73,842 100,394 76,843 76,978 69,832 73,823 78,61866667
Packet Loss
Sirs (Sepi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 0 0 0 0 0 0 0
Fair 0 0,35 0,32 0,29 0,27 0,25 0,246667
Sirs (Normal)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 0,12 0 0 0,15 0,12 0,14 0,088333
Fair 0,36 0,59 0,3 0,89 0,45 0,59 0,53
Sirs (Sibuk)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0,29 0 0,26 0,091667
Good 0,35 0,39 0,28 0,27 0,34 0,31 0,323333
Fair 2,4 2,1 2,2 1 1,9 1,7 1,883333
Access point Akutansi
Akutansi (Sepi)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 24,5 24,1 21,4 20,2 22,7 21,4 22,38333333
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Good 18,3 17,6 18,1 18,6 18,7 18,3 18,26666667
Fair 7,18 6,98 5,91 5,57 7,63 6,53 6,633333333
Poor 1,34 0,967 1,09 1,85 1,21 1,05 1,251166667
Akutansi (Normal)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 17,5 18,3 17,7 18,9 18,2 17,3 17,98333333
Good 13,9 12,8 12,3 10,7 10,4 11,1 11,86666667
Fair 1,94 2,67 1,68 1,81 2,44 2,3 2,14
Poor 0,642 0,464 0,688 0,706 0,992 0,399 0,6485
Akutansi (Sibuk)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 12,9 10,4 11,8 12,1 11,8 13,6 12,1
Good 7,9 6,1 6,5 5,7 7,14 6,28 6,603333333
Fair 0,691 0,997 0,552 0,738 0,706 0,375 0,6765
Poor 0,0982 0,0369 0,378 0,0257 0,111 0,28 0,154966667
Akutansi (Sepi)
Kuat Sinyal Jitter (ms)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 1,007 0,733 0,891 1,445 1,283 1,062 1,070166667
Good 6,088 7,533 4,377 5,567 6,755 5,147 5,911166667
Fair 13,54 12,812 17,292 14,801 11,314 12,844 13,76716667
Poor 19,311 24,134 25,004 20,816 25,001 22,072 22,723
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Akutansi (Normal)
Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata
1 2 3 4 5 6
Excellent 6,137 4,752 4,781 6,625 5,225 5,701 5,536833333
Good 11,384 12,761 12,34 11,42 15,451 12,581 12,65616667
Fair 19,041 29,809 24,395 23,38 21,024 29,656 24,55083333
Poor 36,752 33,818 46,41 36,271 49,873 40,65 40,629
Akutansi (Sibuk)
Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata
1 2 3 4 5 6
Excellent 13,39 10,174 14,012 11,361 12,098 10,574 11,93483333
Good 20,799 28,119 23,958 23,953 26,417 23,648 24,48233333
Fair 47,517 52,625 36,986 31,992 39,607 37,571 41,04966667
Poor 71,395 82,144 106,125 81,682 100,639 104,526 91,08516667
Akutansi (Sepi)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 0 0 0 0 0 0 0
Fair 0 0 0 0 0 0 0
Poor 0 0 0,23 0,22 0,28 0,25 0,163333
Akutansi (Normal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 0,13 0 0,32 0,37 0,14 0 0,16
Fair 0,33 0,53 0,36 0 0,39 0,63 0,373333
Poor 2,7 1,9 2,6 1,4 2,1 1,6 2,05
Akutansi (Sibuk)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 0,33 0,23 0,26 0 0,38 0,28 0,246667
Fair 2,8 1,5 2,6 1,4 2,4 1,6 2,05
Poor 3,8 4,3 2,7 2,4 4,1 3,8 3,516667
Access point STOC RSST
STOCK (Sepi)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 29,7 28,3 27,8 28 28,7 28 28,41666667
Good 17,7 17,9 18,6 18,8 18,5 18,4 18,31666667
Fair 11,4 10,6 8,93 10,4 11,2 9,45 10,33
Poor 3,54 2,94 3,55 5,34 3,39 4 3,793333333
STOCK (Normal)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps) Rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
1 2 3 4 5 6
Excellent 22,7 22,8 21,7 20,63 21,9 23,6 22,22166667
Good 13,2 12,3 14,8 12,6 11,2 12,7 12,8
Fair 6,4 5,7 5,4 6,22 6,3 4,98 5,833333333
Poor 2,5 1,9 2,1 1,56 1,6 1,76 1,903333333
STOCK (Sibuk)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 11,74 12,54 14,1 13,67 12,83 11,3 12,69666667
Good 3,65 5,75 3,92 4,34 5,53 5,11 4,716666667
Fair 1,36 1,73 1,46 0,827 1,25 0,756 1,2305
Poor 0,336 0,365 0,161 0,454 0,239 0,353 0,318
STOCK (Sepi)
Kuat Sinyal Jitter (ms)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0,847 0,407 1,137 0,934 0,84 1,107 0,878666667
Good 2,235 3,734 5,234 3,526 5,15 4,25 4,0215
Fair 9,449 7,64 7,73 8,935 7,154 7,512 8,07
Poor 12,77
1 13,49
3 22,58
6 16,26
3 16,93
4 15,47
4 16,2535
STOCK (Normal)
Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata
1 2 3 4 5 6
Excellent 4,933 5,393 3,448 6,822 3,912 4,045 4,758833333
Good 7,758 10,39
4 9,825
10,131
8,334 9,016 9,243
Fair 16,77 18,35 21,83 21,33 18,37 21,66 19,72266667
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
3 2 4 6 4 7
Poor 24,83
3 26,74
1 31,49
3 24,03
4 33,79
3 36,60
1 29,5825
STOCK (Sibuk)
Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata
1 2 3 4 5 6
Excellent 10,83
3 7,389
11,959
7,708 9,09 8,389 9,228
Good 21,87
2 17,64
3 19,59
1 18,76
20,446
21,832
20,024
Fair 35,09
4 36,27
2 29,84
8 28,77
1 36,53
3 33,76
3 33,38016667
Poor 57,14
5 40,73
2 47,06
8 41,42
8 45,22
8 38,97
8 45,0965
STOCK (Sepi)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 0 0 0 0 0 0 0
Fair 0 0 0 0 0 0 0
Poor 0 0 0,24 0,22 0,28 0,25 0,165
STOCK (Normal)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 0 0 0 0 0 0 0
Fair 0 0 0,27 0,26 0,38 0 0,151667
Poor 0,5 1,5 0,43 1,2 1,6 1,6 1,138333
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
STOCK (Sibuk)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 0 0 0,26 0,27 0 0 0,088333
Fair 0 0 0,21 1,2 0,25 1,6 0,543333
Poor 3,9 2,7 2,8 2,4 2,5 3,1 2,9
Access point VIVA RSST
VIVA (Sepi)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 18,3 16,4 18,1 16,8 17 16,6 17,2
Good 7,86 8,91 10,2 9,02 10,4 9,54 9,321666667
Fair 3,57 2,58 4,04 2,91 2,58 2,62 3,05
Poor 0,183 0,444 0,934 0,328 0,347 0,556 0,465333333
VIVA (Normal)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 15,6 14,7 14,4 14,6 13,6 13,3 14,36666667
Good 6,51 7,48 6,26 6,32 6,11 5,82 6,416666667
Fair 1,27 1,32 1,87 1,57 1,78 1,45 1,543333333
Poor 0,374 0,546 0,164 0,215 0,118 0,26 0,2795
VIVA (Sibuk)
Kuat Sinyal Throughput (Mbps)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 6,25 6,48 6,37 5,53 5,42 5,64 5,948333333
Good 0,987 1,01 1,44 1,31 1,15 1,56 1,242833333
Fair 0,334 0,118 0,178 0,118 0,206 0,0783 0,17205
Poor 0,0409 0,0324 0,0488 0,0304 0,0374 0,0269 0,036133333
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
VIVA (Sepi)
Kuat Sinyal Jitter (ms)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 3,906 3,39 1,083 3,583 2,807 2,403 2,862
Good 6,587 5,43 5,836 6,096 7,095 6,958 6,333666667
Fair 19,712 17,058 19,085 17,237 18,168 19,424 18,44733333
Poor 25,069 22,758 39,628 22,587 37,789 33,198 30,1715
VIVA (Normal)
Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata
1 2 3 4 5 6
Excellent 5,446 6,185 7,294 4,366 6,271 6,104 5,944333333
Good 10,938 13,607 14,968 12,215 13,968 14,749 13,4075
Fair 25,354 26,881 27,904 32,323 32,499 32,787 29,62466667
Poor 67,875 48,152 58,546 98,193 70,933 68,444 68,6905
VIVA (Sibuk)
Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata
1 2 3 4 5 6
Excellent 14,217 14,244 13,295 13,385 15,903 17,305 14,72483333
Good 25,088 26,881 39,639 35,968 30,048 27,904 30,92133333
Fair 98,193 102,76 82,549 78,294 87,844 79,963 88,26716667
Poor 134,102 139,24 196,171 178,115 145,9 189,24 163,7946667
VIVA (Sepi)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 0 0 0 0 0 0 0
Fair 0,26 0 0 0,741 0,38 0,55 0,321833
Poor 0,36 0,6 1,5 1,5 0,7 0,57 0,871667
VIVA (Normal)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Good 0,3 0 0 0,037 0,22 0,22 0,1295
Fair 0,43 0,53 0,26 0 0,78 0,33 0,388333
Poor 1,5 1,6 1,6 1,3 1,1 2,1 1,533333
VIVA (Sibuk)
Kuat Sinyal Packet Loss (%)
Rata 1 2 3 4 5 6
Excellent 0 0 0 0 0 0 0
Good 1,4 0,53 0 0,93 0,78 0 0,606667
Fair 2,8 3,6 2,6 3,2 2,1 2,6 2,816667
Poor 3,9 4,4 3,8 5,4 3,2 4,1 4,133333
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI