ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

207
i ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN “Studi Kasus RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN” SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Disusun oleh : Aldya Dwiki Heryawan 105314035 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

Page 1: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

i

ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

“Studi Kasus RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh :

Aldya Dwiki Heryawan

105314035

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

ii

THE ANALYSIS OF PERFORMANCE WLAN

“CASE STUDY RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN”

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of The Requirements

To Obtain The Sarjana Komputer Degree

In Informatics Engineering Study Program

By :

Aldya Dwiki Heryawan

105314035

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

vii

ABSTRAK

Salah satu teknologi yang berkembang dalam bidang informasi adalah

perangkat wireless. Wireless Local Area Network (WLAN) biasanua digunakan

pada lingkungan yang penggunanya selalu berpindah – pindah tempat. Untuk

mengetahui perfomansi jaringan WLAN dibutuhkan perameter perfoma jaringan.

Parameter tesebut antara lain kuat sinyal, coverage, throughput, jitter, dan packet

loss.

Dalam tugas akhir ini, pengukuran dan perhitungan kinerja pada jaringan

WLAN yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten. Pengukuran kuat sinyal dan coverage dilakukan dengan cara pengamatan

pada setiap access point dan memetakan berdasarkan kategori sinyal. Pengukuran

kinerja jaringan WLAN dilakukan terhadap protokol Transmision Control

Protocol (TCP) dan User Datagram Protocol (UDP).

Pengujian yang dilakukan kuat sinyal dan coverage pada setiap access

point yang dimiliki Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

diharapkan dapat mengetahui seberapa besar troughput, packet loss, dan jitter

sehingga penulis dapat mengetahui seberapa baik kualitas jaringan WLAN di

Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten serta pada

pengambilan data coverage penulis dapat mengetahui seberapa luas

jangkauanpada setiap access point yang dipasang di lingkungan Rumah Sakit

Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro.

Kata kunci: Wireless, TCP, UDP, coverage, throughput, jitter, packet loss

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

viii

ABSTRACT

One technology that develops in the field of information is a device

wireless. Wireless Local Area Network (WLAN) usually used on the

environment always moves its place .To know perfomansi WLAN network

needed perameter perfoma network .The parameters among other strong signa,

coverage, througput, jitter, and packet loss.

In the line of duty this final , measurement and calculation the

performance of the network WLAN owned by the hospital the common center dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten. The measurement of strong signals and coverage

done by means of observations on every access point and mapping based on the

categories a signal. Performance measurement network wlan done to the protocol

Transmision Control Protocol (TCP) and USER Datagram Protocol (UDP).

Ests carried out strong signals and coverage on every access point owned

by general hospital dr. soeradji tirtonegoro klaten troughput is expected to know

how large , packet loss , and that writer jitter can know how good the quality of

tissue wlan home sakitumum central dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten as well as on

the writer can know how data coverage on every access point of the reach of the

lias mounted dilingkungan hospital dr. Soeradji Tirtonegoro the common center .

Keywords: Wireless, TCP, UDP, coverage, throughput, jitter, packet loss

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya penjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala rahmat dan

anugerah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

“Analisis Unjuk Kerja Jaringan WLAN Studi Kasus RSUP DR. Soeradji

Tirtonegoro Klaten” ini dengan baik. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini,

penulis tidak lepas dari bantuan sejumlah pihak, oleh sebab itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu menuntun setiap langkah sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas

Sains dan Teknologi.

3. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T., selaku Ketua Program Studi

Teknik Informatika.

4. Bapak B. Herry Soeharto, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing skripsi

atas saran, waktu dan motivasi yang telah diberikan.

5. Bapak Bambang Soelistijanto, Ph.D dan Bapak Puspaningtyas Sanjoyo

Adi, S.T., M.T., selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang telah

diberikan.

6. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Hernan Rustiyanto, S.AP dan Ibu Yani

Nuryuhati dan adikku Maya Agmer Nurusti untuk doa, perhatian,

semangat, motivasi yang selalu diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

x

7. Keluarga besar Suratman dan Sudarna yang telah memberikan dorongan,

semangat, motivasi, dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.

8. Staf SIRS RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro yang yang telah membantu

penulis dalam penelitian dan mengumpulkan data.

9. Kekasih tercinta, Wida Pramudhita yang setia menemani, berbagi

keceriaan, selalu memberikan semangat dan motivasi serta doa dalam

penyelesaian skripsi.

10. Teman – teman seperjuangan skripsi Aan, Yohan, Adit, Very, Gilang, Ian,

dan seluruh angkatan 2010 peminatan jaringan, yang selalu bersama –

sama mengerjakan skripsi hingga akhir.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaiakan tugas

akhir ini.

Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini. Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat mengispirasi semua pihak

sehingga di masa mendatang skripsi ini dapat dikembangkan lebih lanjut

dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Yogyakarta, 7 April 2015

Penulis

Aldya Dwiki Heryawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

xi

MOTTO

Jangan tunda sampai besuk apa yang bisa engkau

kerjakan hari ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ..................................................... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

MOTTO ................................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xx

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan masalah.................................................................................... 3

1.3. Tujuan penelitian ..................................................................................... 3

1.4. Batasan masalah ...................................................................................... 4

1.5. Metodologi penelitian ............................................................................. 4

1.6. Sistematika penulisan .............................................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 6

2.1. Jaringan Wireless LAN ........................................................................... 6

2.2. Standar 802.11 a/b/g/n ............................................................................ 7

2.3. Model Jaringan WLAN ......................................................................... 10

2.3.1. AdHoc Mode ..................................................................................... 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

xiii

2.3.2. Infrastructure Mode ........................................................................... 11

2.4. Teknologi WLAN ................................................................................. 12

2.5. Arsitek WLAN ...................................................................................... 15

2.6. MODEL TCP/IP ...................................................................................... 16

2.6.1. TCP ................................................................................................... 17

2.6.2. UDP (User Datagram Protocol) ........................................................ 19

2.6.3. IP (InternetProtocol).......................................................................... 22

2.7. Membangun Wireless HotSpot ............................................................. 23

2.7.1. Hotspot Environment ........................................................................ 23

2.7.2. Site Coverage .................................................................................... 25

2.7.3. Memilih Perangkat ............................................................................ 27

2.7.4. Otentifikasi ........................................................................................ 30

2.7.4.1. Open System Authentication .................................................... 30

2.7.4.2. Shared Key Authentication ( WEP ) ......................................... 31

2.7.4.3. WPA Pre-Shared key ( WPA Personal ) ................................... 32

2.7.4.4. WPA2 Pre-Shared Key ( WPA2 Personal ) .............................. 33

2.7.4.5. WPA Enterprise / RADIUS ( 802.1X / EAP ) ......................... 34

2.8. Antenna WiFi ........................................................................................ 35

2.8.1. Voltage Standing Wave Ratio(VSWR) ............................................. 36

2.8.2. Gain ................................................................................................... 37

2.8.3. Polarisasi ........................................................................................... 39

2.8.4. Beamwidth ........................................................................................ 42

2.8.5. Tipe Antena ....................................................................................... 44

2.9. Signal Strength ...................................................................................... 48

2.10. Satuan Kekuatan Sinyal ........................................................................ 49

2.10.1. dB (Decibel) .................................................................................. 49

2.10.2. dBm (dB milliWatt) ...................................................................... 49

2.10.3. dBi (dB isotropic) .......................................................................... 52

2.10.4. Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) .................................. 52

2.11. Parameter Performa Jaringan ................................................................ 53

2.11.1. Troughput ...................................................................................... 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

xiv

2.11.2. Jitter ............................................................................................... 55

2.11.3. Packet loss ..................................................................................... 56

2.11.4. Delay ............................................................................................. 57

2.11.5. Packet Drop ................................................................................... 57

2.11.6. Reliability ...................................................................................... 58

2.11.7. Bandwith ....................................................................................... 58

2.12. Alat Pengukuran .................................................................................... 59

2.12.1. Iperf ............................................................................................... 59

2.12.2. Vistumbler ..................................................................................... 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 62

3.1. Langkah-langkah Penelitian .................................................................. 62

3.2. Rencana Pengujian ................................................................................ 63

3.2.1. Pengujian Kuat Sinyal dan Coverage ................................................ 66

3.2.2. Pengujian Peforma Access Point ...................................................... 67

3.2.3. Pengujian Jaringan WLAN ............................................................... 68

3.3. Pengolahan Data dan Analisis Data ...................................................... 69

3.3.1. Throughput ........................................................................................ 69

3.3.2. Packet Loss ....................................................................................... 69

3.3.3. Jitter ................................................................................................... 70

BAB IV DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN .................................. 71

4.1. Topologi Jaringan.................................................................................. 71

4.1.1. Topologi Jaringan Fisik .................................................................... 71

4.1.2. Pemetaan Wifi ................................................................................... 73

4.1.3. Topologi Jaringan logik .................................................................... 74

4.2. Data Penelitian ...................................................................................... 75

4.2.1. Data Kondisi Sepi ............................................................................. 75

4.2.2. Data Kondisi Normal ........................................................................ 76

4.2.3. Data Kondisi Sibuk ........................................................................... 76

4.3. Kondisi Kuat Sinyal, Coverage, dan Channel Overlapping Access Point

(AP) ........................................................................................................... 76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

xv

4.3.1. Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping Access Point

DIREKSI RSST. ............................................................................... 77

4.3.2. Kuat Sinyal ,Coverage dan Channel Overlapping Access Point ISIRS

RSST ................................................................................................. 79

4.3.3. Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping Access Point

Akutansi RSST. ................................................................................. 80

4.3.4. Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping Access Point

STOCK AREA RSST. ...................................................................... 82

4.3.5. Kuat Sinyal, Coverage Access dan Channel Overlapping Point VIVA

RSST ................................................................................................. 84

4.3.6. Kondisi Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping Access

Point Direksi RSST, VIVA RSST, Stock Area RSST, dan Akutansi

RSST. ................................................................................................ 85

4.4. Analisis Performa Jaringan dengan TCP dan UDP............................... 87

4.4.1. Pengujian access point ...................................................................... 88

4.4.1.1. Kondisi access point DIREKSI RSST ...................................... 89

4.4.1.2. Kondisi access point ISIRS RSST ............................................ 95

4.4.1.3. Kondisi access point Akutansi RSST ...................................... 102

4.4.1.4. Kondisi access point STOCK AREA RSST ........................... 108

4.4.1.5. Kondisi access point VIVA RSST .......................................... 114

4.4.2. Pengujian WLAN ............................................................................ 120

4.4.2.1. Kondisi WLAN DIREKSI RSST ............................................ 121

4.4.2.2. Kondisi WLAN ISIRS RSST .................................................. 128

4.4.2.3. Kondisi WLAN Akutansi RSST ............................................. 134

4.4.2.4. Kondisi WLAN STOCK AREA RSST .................................. 141

4.4.2.5. Kondisi WLAN VIVA RSST.................................................. 148

4.5. Analisis Keseluruhan terhadap Kualitas Sinyal pada Kondisi Sepi, Normal,

dan Sibuk ................................................................................................. 154

4.6. Analisis Kualitas Jaringan WLAN RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

terhadap Hotspot Enviroment ................................................................ 156

4.6.1. Ukuran Fisik .................................................................................... 156

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

xvi

4.6.2. Jumlah Pengguna ............................................................................ 156

4.6.3. Model Penggunaan .......................................................................... 157

4.6.4. Tata letak penempatan Access Point ............................................... 157

4.6.5. Otentifikasi ...................................................................................... 157

4.6.6. Tipe Antena ..................................................................................... 158

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 159

5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 159

5.2. Saran .................................................................................................... 161

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 162

LAMPIRAN ........................................................................................................ 164

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pembagian channel ........................................................................... 10

Gambar 2.2. Model Jaringan Ad-hoc .................................................................... 11

Gambar 2.3. Model jaringan infrastructure ........................................................... 12

Gambar 2.4. Arsitektur IEEE 802.11 berdasarkan model OSI. ............................ 15

Gambar 2.5. Proses Pembuatan koneksi TCP ....................................................... 18

Gambar.2.6 Cell Layout for Three Channels ........................................................ 26

Gambar2.7. Polarisasi Antenna ............................................................................ 39

Gambar 2.8. Polarisasi Vertikal ........................................................................... 40

Gambar 2.9. Polarisasi Horisontal ........................................................................ 41

Gambar 2.10. Polarisasi Circular .......................................................................... 41

Gambar 2.12. Beamwidth Antenna ....................................................................... 43

Gambar 2.13. Antenna Omnidirectional ............................................................... 44

Gambar 2.14. Pola radiasi antenna omni .............................................................. 44

Gambar 2.15. Antenna Grid .................................................................................. 45

Gambar 2.16. Pola radiasi antenna grid ................................................................ 45

Gambar 2.17. Antenna Parabolic ......................................................................... 46

Gambar 2.18. Pola radiasi antenna parabolic ........................................................ 46

Gambar 2.19. Antena Sectoral ............................................................................. 47

Gambar 2.20. Pola Radiasi Antenna Sectoral ...................................................... 48

Gambar 2.20. Hasil Output TCP ........................................................................... 59

Gambar 2.21. Hasil Output UDP .......................................................................... 60

Gambar 2.22. Screenshot Vistumbler ................................................................... 61

Gambar 3.1 Rencana pengujian kuat sinyal setiap Access Point .......................... 66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

xviii

Gambar 3.2 Rencana pengujian kualitas access point. ......................................... 67

Gambar 3.3. Rencana pengujian kualitas jaringan WLAN ................................... 68

Gambar 4.1. Topologi jaringan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro................ 71

Gambar 4.2. Denah lokasi penempatan access point Rumah Sakit dr. Soeradji

Tirtonegoro .................................................................................................... 74

Gambar 4.3. mapping kuat sinyal dan coverage access point DIREKSI RSST ... 78

Gambar 4.4. channel overlapping dari access point DIREKSI RSST .................. 78

Gambar 4.5. mapping kuat sinyal dan coverage access point ISIRS RSST ......... 79

Gambar 4.6. channel overlapping dari access point ISIRS RSST ........................ 80

Gambar 4.7. mapping kuat sinyal dan coverage access point Akutansi RSST ..... 81

Gambar 4.8. channel overlapping dari access point Akutansi RSST .................... 81

Gambar 4.9. mapping kuat sinyal dan coverage access point STOCK AREA

RSST. ............................................................................................................. 83

Gambar 4.10. channel overlapping dari access point STOCK AREA RSST. ...... 83

Gambar 4.11. mapping kuat sinyal dan coverage access point VIVA RSST ....... 85

Gambar 4.12. channel overlapping dari access point VIVA RSST ...................... 85

Gambar 4.13. Mapping kuat sinyal dan coverage Access Point Direksi RSST,

VIVA RSST, Stock Area RSST, dan Akutansi RSST. .................................. 87

Gambar 4.14 Grafik rata-rata throughput access point DIREKSI RSST .............. 91

Gambar 4.15 Grafik rata-rata packet loss access point DIREKSI RSST .............. 93

Gambar 4.16 Grafik rata-rata jitter access point DIREKSI RSST ........................ 95

Gambar 4.17 Grafik rata-rata throughput access point ISIRS RSST .................... 97

Gambar 4.18 Grafik rata-rata packet loss access point ISIRS RSST .................... 99

Gambar 4.19 Grafik rata-rata jitter access point ISIRS RSST ............................ 101

Gambar 4.20 Grafik rata-rata throughput access point Akutansi RSST ............. 103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

xix

Gambar 4.21 Grafik rata-rata packet loss access point Akutansi RSST ............. 106

Gambar 4.22 Grafik rata-rata jitter access point Akutansi RSST ....................... 108

Gambar 4.23 Grafik rata-rata throughput access point STOCK AREA RSST... 110

Gambar 4.24Grafik rata-rata packet loss access point STOCK AREA RSST ... 112

Gambar 4.25 Grafik rata-rata jitter access point STOCK AREA RSST ............. 114

Gambar 4.26 Grafik rata-rata throughput access point VIVA RSST.................. 116

Gambar 4.27 Grafik rata-rata packet loss access point VIVA RSST ................. 118

Gambar 4.28 Grafik rata-rata jitter access point VIVA RSST ............................ 120

Gambar 4.29 Grafik rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST ................... 123

Gambar 4.30 Grafik rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST ................... 125

Gambar 4.31 Grafik rata-rata jitter WLAN DIREKSI RSST ............................. 128

Gambar 4.32 Grafik rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST ......................... 130

Gambar 4.33 Grafik rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST ......................... 132

Gambar 4.34 Grafik rata-rata jitter WLAN ISIRS RSST ................................... 134

Gambar 4.35 Grafik rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST..................... 136

Gambar 4.36 Grafik rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST .................... 139

Gambar 4.37 Grafik rata-rata jitter Akutansi RSST............................................ 141

Gambar 4.38 Grafik rata-rata throughput STOCK AREA RSST ....................... 143

Gambar 4.39 Grafik rata-rata packet loss STOCK AREA RSST ....................... 145

Gambar 4.40 Grafik rata-rata jitter STOCK AREA RSST ................................. 147

Gambar 4.41 Grafik rata-rata throughput VIVA RSST ...................................... 150

Gambar 4.42 Grafik rata-rata packet loss VIVA RSST ...................................... 152

Gambar 4.43 Grafik rata-rata jitter VIVA RSST ................................................ 154

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pembagian channel menurut ITU (International Telecomunications

Union) .............................................................................................................. 8

Tabel 2.2. Standart jaringan 802.11 ........................................................................ 9

Tabel 2.3 Kategori Kekuatan Sinyal ..................................................................... 49

Tabel 2.4 Konversi dB ke Watt ............................................................................. 51

Tabel 2.5 Konversi dB ke Watt ............................................................................. 51

Tabel 2.6. Standarisasi nilai Jitter versi THIPON ................................................. 55

Tabel 2.7. Standarisasi nilai packet loss versi THIPON ....................................... 56

Tabel 2.8. Standarisasi nilai delay versi THIPON ................................................ 57

Tabel 4.1. Tabel kategori sinyal ............................................................................ 76

Tabel. 4.2 Rata-rata throughput access pointDIREKSI RSST .............................. 90

Tabel. 4.3 Rata-rata packet loss access point DIREKSI RSST............................. 92

Tabel. 4.4 Rata-rata jitter access point DIREKSI RSST ....................................... 94

Tabel. 4.5 Rata-rata throughput access point SIRS............................................... 96

Tabel. 4.6 Rata-rata packet loss access point ISIRS RSST .................................. 98

Tabel. 4.7 Rata-rata jitter access point ISIRS RSST ........................................... 100

Tabel. 4.8 Rata-rata throughput access point Akutansi RSST ............................ 102

Tabel. 4.9 Rata-rata packet loss access point Akutansi RSST ............................ 104

Tabel. 4.10 Rata-rata jitter access point Akutansi RSST .................................... 107

Tabel. 4.11 Rata-rata throughput access point STOCK AREA RSST ............... 109

Tabel. 4.12 Rata-rata packet loss access point STOCK AREA RSST ............... 111

Tabel. 4.13 Rata-rata jitter access point STOCK AREA RSST ......................... 113

Tabel. 4.14 Rata-rata throughput access point VIVA RSST .............................. 115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

xxi

Tabel. 4.15 Rata-rata packet loss access point VIVA RSST .............................. 117

Tabel. 4.15 Rata-rata jitter access point VIVA RSST ........................................ 119

Tabel. 4.16 Rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST ................................ 122

Tabel. 4.17 Rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST ............................... 124

Tabel. 4.18 Rata-rata jitter WLAN DIREKSI RSST ......................................... 126

Tabel. 4.19 Rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST Selama ......................... 129

Tabel. 4.20 Rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST ..................................... 131

Tabel. 4.21 Rata-rata jitter WLAN ISIRS RSST ............................................... 133

Tabel. 4.22 Rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST ................................. 135

Tabel. 4.23 Rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST ................................ 138

Tabel. 4.24 Rata-rata jitter WLAN Akutansi RSST .......................................... 139

Tabel. 4.25 Rata-rata throughput WLAN STOCK AREA RSST ....................... 142

Tabel. 4.26 Rata-rata packet loss WLAN STOCK AREA RSST ...................... 144

Tabel. 4.28 Rata-rata throughput WLAN VIVA RSST ...................................... 149

Tabel. 4.29 Rata-rata packet loss WLAN VIVA RSST ..................................... 151

Tabel. 4.30 Rata-rata jitter WLAN VIVA RSST ............................................... 153

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jaringan nirkabel merupakan salah satu alternatif dalam

membangun sebuah jaringan komputer yang praktis. Teknologi tersebut

adalah teknologi jaringan komputer nirkabel WLAN (Wireless Local Area

Network). Teknologi ini adalah perkembangan dari teknologi jaringan

komputer lokal (Local Area Network) yang memungkinkan efisiensi dalam

implementasi dan pengembangan jaringan komputer karena dapat

meningkatkan mobilitas user dan mengingat keterbatasan dari teknologi

jaringan komputer menggunakan media kabel. [1]

Wireless LAN menggunakan frekuensi 2,4 Ghz yang disebut juga

dengan ISM band (Industrial, Scientific, Medical) yang dialokasi oleh FCC

(Federal Communication Commision), sebuah komisi komunikasi dunia

untuk keperluan industri, sains, dan badan kesehatan. Tipe untuk standarisasi

wireless LAN terbagi menjadi 802.11a,802.11b,802.11g, dan 802.11n.

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

merupakan salah satu rumah sakit pusat yang berada di daerah pada Tahun

2003 dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1594/Menkes/SK/XII/2002 tanggal 27 Desember 2002 RSST dr. Soeradji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

2

Tirtonegoro Klaten ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas B Pendidikan

kemudian Tahun 2007 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

273/KMK.05/2007 tanggal 21 Juni 2007 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 756/MenKes/SK/VI/2007 tanggal 26 Juni 2007 menetapkan RSST dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagai Rumah Sakit Pola Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum. Dengan semakin berkembangnya Rumah Sakit Dr.

Soeradji Tirtonegoro, maka Rumah Sakit dituntut untuk selalu bisa

memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengunjung. Salah satunya

dengan cara menyediakan jaringan WLAN di lingkungan RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro.

Di lingkungan rumah sakit terdapat beberapa tempat yang

dipasangi access point, seperti di Poliklinik, Hall, Asrama Coas, Gudang

Perlengkapan, Instalasi Gizi. Penempatan access point juga menggunakan

beberapa parameter yaitu daerah jangkauan (coverage), jumlah pemakai, dan

letak access point yang sedapat mungkin dapat dijangkau oleh kabel UTP

sebagai uplink dari suatu access point yang terhubung ke switch khusus untuk

wireless. Namun beberapa kendala masih ditemui di lapangan, yaitu koneksi

internet yang lambat dan sinyal wifi yang tidak stabil. Sehingga pengguna

merasa kesulitan karena tiba-tiba koneksi internet terputus saat sedang

menggunakan layanan wifi. Upaya yang sudah dilakukan antara lain dengan

menggunakan sistem login sehingga hanya karyawan dan coas yang hanya

bisa terhubung dengan jaringan WLAN.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

3

Penelitian ini akan dilakukan analisis jaringan WLAN di RSUP dr.

Soeradji Tirtonegoro. Analisis WLAN berkaitan dengan seberapa baik

kualitas internet dan seberapa baik kuat sinyal dan kualitas jaringan RSUP dr.

Soeradji Tirtonegoro. Penulis akan menganalisis scenario yang berkaitan

dengan sinyal terkait jarak antar perangkat wireless untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap parameter performa jaringan yaitu: coverage,

throughput, jitter, dan packet loss, intervernsi/overlapping dan kecepatan

internet. Hasil analisis diharapkan memberikan data yang dapat sebagai acuan

untuk perbaikan jaringan WLAN RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro. [2]

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dituliskan beberapa permasalahan yang

akan dibahas pada penelitiian ini, yaitu:

1. Seberapa baik layanan kualitas WLAN RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro?

2. Seberapa baik kualitas akses internet RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

menggunakan jaringan WLAN?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui seberapa baik layanan kualitas jaringan WLAN RSUP dr.

Soeradji Tirtonegoro.

2. Mengetahui seberapa baik kualitas akses internet RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro menggunakan jaringan WLAN.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

4

3. Memberi rekomendasi kepada RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro guna

menambah efektifitas penggunaan jaringan WLAN sehingga kualitas layanan

internet dapat tercapai.

1.4. Batasan Masalah

1. Pengambilan data difokuskan pada lingkungan RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro.

2. Kondisi dan cuaca tidak diperhitungkan.

3. Tidak membahas algoritma routing pada jaringan WLAN.

4. Pengambilan data menggunakan aplikasi Iperf dan Vistumbler

5. Pengujian dilakukan selama enam hari pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

1. Studi literatur:

a. Teori Wireless LAN (WLAN)

b. Teori sinyal

c. Teori parameter peforma jaringan

2. Menentukan waktu pengukuran parameter kualitas layanan jaringan Wireless

LAN (WLAN). Pengukuran akan dilakukan berdasarkan interval waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

5

3. Melakukan pengukuran dan monitoring terhadap parameter kualitas layanan

jaringan Wireless LAN (WLAN) yang sudah ditentukan.

4. Evaluasi

5. Kesimpulan dan solusi

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah,

tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan judul/rumusan masalah

di tugas akhir.

BAB III METODE PENGAMBILAN DATA

Bab ini menjelaskan tentang spesifikasi alat yang digunakan dan metode dalam

pengambilan data.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA

Bab ini berisi tentang pelaksanaan pengujian dan hasil pengujian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan atas analisa dan saran berdasarkan hasil yang telah

dilaksanakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Jaringan Wireless LAN

Jaringan wireless LAN adalah jaringan yang mengkoneksikan dua

komputer atau lebih menggunakan sinyal radio, cocok untuk berbagi pakai file,

printer, atau akses internet. Bila user ingin mengkoneksikan dua komputer atau

lebih di lokasi yang sulit atau tidak mungkin untuk memasang kabel jaringan,

sebuah jaringan wireless (tanpa kabel) mungkin cocok untuk diterapkan.

Jaringan komunikasi wireless memberikan kemudahan dan fleksibilitas yang

tinggi bagi para pemakainya untuk dapat mengadakan hubungan komunikasi

dengan sesama pemakai jaringan wireless maupun dengan pemakai lain yang

terhubung dengan jaringan yang memakai media transmisi kabel (wired

network). WirelessLAN (WLAN) menyediakan suatu alternative bagi LAN

tradisional berbasis twisted pair, kabel koaksial, dan serat optik. Wireless LAN

melayani tujuan yang sama dengan jaringan kabel/optik LAN yaitu untuk

menyampaikan/membawa informasi antara device yang berdekatan dengan

LAN. Dengan mempergunakan perangkat radio maka dapat membuat LAN

tanpa menggunakan kabel data yang umum dipakai dalam sebuah jaringan

komputer. Melalui pemakaian gelombang elektromagnetik, Wireless LAN

mengirim dan menerima data melalui udara, dan meminimalkan penggunaan

sambungan kabel. Jadi, Wireless LAN memiliki fleksibelitas, mendukung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

7

mobilitas, memiliki teknik frequency reuse, selular dan handover, menawarkan

efisiensi dalam waktu (penginstalan) dan biaya (pemeliharaan dan

penginstalan ulang di tempat lain), mengurangi pemakaian kabel dan

penambahan jumlah pengguna dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

2.2. Standar 802.11 a/b/g/n

Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE membuat

spesifikasi/standar WLAN pertama yang diberi kode 802.11. Peralatan yang

sesuai standar 802.11 dapat bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz, dn kecepatan transfer

data (throughput) teoritis maksimal 2Mbps. Pada bulan Juli 1999, IEEE kembali

mengeluarkan spesifikasi baru bernama 802.11. Kecepatan transfer data teoritis

maksimal yang dapat dicapai adalah 11 Mbps. Kecepatan transfer data sebesar ini

sebanding dengan Ethernet tradisional ( IEEE 802.3 10 Mbps atau 10 Base-T).

Peralatan yang menggunakan standar 802.11b juga bekerja pada frekuensi

2,4Ghz. Salah satu kekurangan peralatan wireless yang bekerja pada frekuensi ini

adalah kemungkinan terjadinya interfensi dengan cordless phone, microwave

oven, atau peralatan lain yang menggunakan gelombang radio pada frekuensi

sama.

Pada saat hampir bersamaan, IEEE membuat spesifikasi 802.11a yng

menggunakan teknik berbeda. Frekuensi yang digunakan 5Ghz, dan mendukung

kecepatan transfer data teoritis maksimal sampai 54Mbps. Gelombang radio yang

dipancarkan oleh peralatan 802.11a relative sukar menembus dinding atau

penghalang lainnya. Jarak jangkau gelombang radio relative lebih pendek

dibandingkan 802.11b. Secara teknis, 802.11b tidak kompatibel dengan 802.11a.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

8

Namun saat ini cukup banyak pabrik hardware yang membuat peralatan yang

mendukung kedua staadar tersebut.

Pada tahun 2002, IEEE membuat spesifikasi baru yang dapat

menggabungkan kelebihan 802.11b dan 802.11a. Spesifikasi yang diberi kode

802.11g ini bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz dengan kecepatan transfer data teoritis

maksimal 54Mbps. Peralatan 802.11g kompatibel dengan 802.11b, sehingga dapat

saling dipertukarkan. Misalkan saja sebuah komputer yang menggunakan kartu

jaringan 802.11g dapat memanfaatkan access point 802.11b, dan sebliknya.

Channel yang dipakai untuk frekuensi 2,4Ghz ada 11 channel untuk Indonesia

dan Amerika yaitu : [5]

802.11b/g/n menggunakan frekuensi 2,4GHz atau memiliki range mulai

dari 2,4 GHz – 2,5 GHz. Frekuensi tercebut dibagi menjadi 13 channel mulai dari

channel 1 yaitu 2,412GHZ sampai dengan channel 13 yaitu 2,472 GHz. Channel

ke-14 sebelumnya digunakan di Jepang namun sudah tidak terpakai lagi.

Tabel 2.1. Pembagian channel menurut ITU (International

Telecomunications Union)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

9

Tabel 2.2. Standart jaringan 802.11

Setiap channel memiliki lebar 22MHz, ini mengakibatkan sinyal dari sebuah

channel masih akan dirasakan oleh channel lainnya yang bertetangga. Misalnya

pada channel 1 masih akan terasa di channel 2,3,4, dan 5. Karena rentang

frekuensi yang saling overlapping (tumpang tindih) maka penggunaan channel

yang berdekatan akan mengakibatkan gangguan interference. Secara lengkap

gambaran interference yang akan terjadi dapat dilihat pada gambar berikut:

802.11

Prtotokol

Frek

(GHz)

Bandwidth

(MHz)

Data

per rate

stream

(Mbit/s)

Allowable

MIMO

streams

Modulation

Approximate

indor range

Approximate

outdoor

range

(m) (ft) (m) (ft)

- 2,4 20 1,2 1 DSSS,

FHSS 20 66 100 330

a

5

20

6, 9, 12,

18, 24,

36, 48,

54

1 OFDM

35 115 120 390

3,7 - - 5 16

b 2,4 20 5, 5, 11 1 DSSS 38 125 140 460

g 2,4 20

6, 9, 12,

18, 24,

36, 48,

54

1 OFDM,

DSSS 38 125 140 460

n 2,4/5

20

7.2,

14.4,

21.7,

28.9,

43.3,

57.8,

65, 72.2 4 OFDM

70 230 250 820

40

15, 30,

45, 60,

90, 120,

135,

150

70 230 250 820

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

10

Gambar 2.1. Pembagian channel

Berdasarkan gambar di atas bdapat dilihat bahwa interferensi channel akan

terhindar jiga menggunakan aturan +5 atau -5 dengan frekuensi yang sudah

digunakan. Sebagai contoh, channel 1 tidak akan overlapping dengan channel 5

dan 11.

2.3. Model Jaringan WLAN

Jaringan wireless dikonfigurasikan ke dalam dua jenis jaringan, yaitu

mode Infrastruktur dan ad-hoc[6]. Konfigurasi infrastruktur adalah komunikasi

antar masing-masing Personal Computer(PC). Komunikasi ad-hoc adalah

komunikasi secara langsung antara masing-masing komputer dengan

menggunakan piranti wireless. Penggunaan kedua mode tersebut tergantung dari

kebutuhan untuk berbagi data atau kebutuhan lain dengan jaringan dengan

menggunakan kabel.

2.3.1. AdHoc Mode

Ad-Hoc merupakan mode jaringan WLAN yang sangat

sederhana, karena pada ad-hoc ini tidak memerlukan access point

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

11

untuk host dapat saling berinteraksi. Setiap host cukup memiliki

transmitter dan receiver wireless untuk berkomunikasi secara

langsung satu sama lain seperti tampak pada gambar 2.2.

Kekurangan dari mode ini adalah komputer tidak bisa

berkomunikasi dengan komputer pada jaringan yang menggunakan

kabel. Selain itu, daerah jangkauan pada mode ini terbatas pada

jarak antara kedua komputer tersebut.

Gambar 2.2. Model Jaringan Ad-hoc

2.3.2. Infrastructure Mode

Jika komputer pada jaringan wireless ingin mengakses

jaringan kabel atau berbagi printer misalnya, maka jaringan

wireless tersebut harus menggunakan mode infrastruktur (gambar

2.2). Pada mode infrastruktur access point berfungsi untuk

melayani komunikasi utama pada jaringan wireless. Access point

mentransmisikan data pada PC dengan jangkauan tertentu pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

12

suatu daerah. Penambahan dan pengaturan letak access point dapat

memperluas jangkauan dari WLAN[5].

Gambar 2.3. Model jaringan infrastructure

2.4. Teknologi WLAN

Dalam teknologi WLAN memiliki beberapa jenis antara lain:

Teknologi Narrowband

Sebuah system radio narrowband (narrow bandwith) menyampaikan dan

menerima infirmasi dari pengguna di dalam pita frekuensi radio yang spesifik dan

sempit, tetapi mempunyai performa lenih baik dari pada wideband.

Teknologi Spread Spectrum

Kebanyakan system wireless LAN menggunakan teknologi spread spectrum.

Sebuah teknik radio frekuensi wideband yang dikembangkan oleh militer untuk

digunakan pada system keamanan dan sebuah system komunikasi militer. Teknik

spread spectrum memungkinkan transmisi data dilakukan dengan menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

13

transmission power transmission power yang rendah, namun dengan frekuensi

yang lebar. Dalam teknologi pread spectrum ada dua teknologi yang di pakai,

yaitu :

a). Teknologi Frenquency-Hoping Spread Spectrum (FHSS)

Cara kerja dari teknik ini juga tidak berbeda jauh dari

namanya. Teknik ini memodulasi sinyal data dengan sinyal pembawa

(carrier) dengan kanal freuensi yang melompat-lompat seiring dengan

fungsi waktu. Dengan kata lain, setiap satu satuan waktu akan terjadi

proses transfer paket data dengan dimodulasi atau dibungkus dalam

suatu kanal frekuensi carrier.

b). Teknologi Direct-Sequence Spread Spectrum (DSS)

Teknik spread spectrum yang satu ini sebagai yang paling

banyak dan paling umum digunakan di dunia jaringan wireless.

Perangkat WIFI yang menggunakan standar 802.11b dan 802.11n

menggunakan teknik ini adalah sebuauh kode penyebaran yang

disisipkan ditengah-tengah proses pengiriman. Proses pengiriman data

menggunakan teknologi ini melibatkan serangkaian kode penyebran

yang seiring disebut dengan itilah chipping code.

Teknologi Infrared

Teknologi ini jarang digunakan dalam WLAN komersil.

Infrared menggunakan frekuensi tinggi dibawah cahaya yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

14

dapat dilihat di dalam spectrum elektromagnetik cahaya untuk

membawa atau mengirimkan data.

Teknologi Orthogonal Frequency Division Multiplexing

(OFDM)

OFDM merupakan teknik transmisi menggunakan

beberapa frekuensi yang salng tegak lurus. Masing-masing sub-

carrier dimodulasi dengan teknik modulasi tertentu pada rasio

symbol yang rendah. Teknik OFDM mendukung WLAN unutk

dapat mencapai data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48, dan 54 Mbps

dengan menggunakan 52 sub-carrier yang berbeda dan

ditransmisikan secara parallel. Teknik iini digunkan pada standar

802.11a dan 802.11g.

Teknologi High Rate Direct Sequence Spread Spectrum

(HR/DSSS)

HR/DSSS merupakan penambahan dari sistem DSSS yang

bekerja pada band frekuensi 2,4 GHz unutk mendukung data rate

5,5 Mbps dan 11 Mbps. Untuk mendapatkan data rate yang lebih

tinggi maka ditambahkan CCK (Complemetary Code Keying)

pada pola modulasi. Teknik iini digunakan pada standar

802.11b.[7]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

15

2.5. Arsitek WLAN

WLAN bekerja paa dua lapisan terbawah model OSI (Open System

Intercomention).

Gambar 2.4. Arsitektur IEEE 802.11 berdasarkan model OSI.

Pada gambar 2.1 dapat dlihat bahwa WLAN menggunakan arsitektur logika

physical layer dan data link layer yang dibagi menjadi dua bagian pada arsitektur

WLAN yaitu LLC (Logical Link Layer) dan MAC (Medium Access Control),

namun hanya MAC yang digunakan sebagai fungsi logika WLAN.

Sub layer medium access control Sub layer MAC memiliki tanggung jawab

untuk akses medium, pengalamatan, pembangkitan frame, dan mengecek deretan

frame untuk konfigurasi pembagian media fisik. Standar IEEE 802.11

menggunakan CSMA/CA (Carrier Sense Multiple Access/Collision Avoidance)

pada MAC. CSMA/CA dapat membuat sebuah grup perangkat wireless untuk

berkomunikasi dengan membagi frekuensi dan ruang yang sama. Sebuah client

akan mengirimkan data maka terlebih dahulu akan dilakukan pengecekan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

16

kanal transmisi untuk memastikan tidak ada perangkat lain yang sedang

mengirimkan data, apabila kondisi tersebut dipenuhi maka perangkat tersebut

akan mengirimkan data.

Physical layer berfungsi untuk menjaga transmisi data yang dilakukan pada

kanal komunikasi. Layer ini merupakan interface antara media wireless dengan

MAC layer.[8]

2.6. Model TCP/IP

Arsitektur protocol Transmission Control Protocol/Internet

Protocol(TCP/IP) merupakan hasil dari penelitian protocol dan pengembangan

dilakukan pada jaringan percobaan packet-switched, ARPANET, yang didanai

DARPA, dan secara umum ditujukan sebagai satu set protokol TCP/IP[14]. Set

protocol ini terdiri atas sekumpulan besar protocol yang telah diajukan sebagai

standart internet oleh Internet Architectur Board(IAB).

Model TCP/IP terdiri atas lima layer yaitu:

1. Application Layer, merupakan layer program aplikasi yang menggunakan

protokol TCP/IP. Beberapa diantaranya adalah: Telnet, FTP (File Transfer

Protocol), SMTP (Simple Mail transport Protocol), SNMP (Simple Network

Management Protocol), HTTP (Hypertext Transfer Protocol), DHCP

(Dynamic Host Configuration Protocol) dan DNS(Domian Name System) .

2. Transport Layer, berisi protokol yang bertanggung jawab untuk mengadakan

komunikasi antar dua komputer. Pada layer ini terdiri atas dua protokol,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

17

yaitu: TCP (Transport Control Protocol) dan UDP (User Datagram

Protocol).

3. Internet Layer, berfungsi untuk menangani pergerakan paket data dalam

jaringan dari komputer pengirim ke komputer tujuan. Protokol yang berada

dalam fungsi ini antara lain: IP(Internet Protocol),ICMP(Internet Control

Message Protocol),dan IGMP (Internet Group Management Protocol).

4. Network Layer, merupakan layer paling bawah yang bertanggung jawab

mengirim dan menerima data dari dan ke media fisik.[9]

2.6.1. TCP

(Transmision Control Protocol) TCP merupakan protokol

yang berada pada layer transport dari layer TCP/IP. TCP adalah

protokol yang bersifat byte stream, connection-oriented dan

reliable dalam pengiriman data. TCP menggunakan komunikasi

byte-stream, yang berarti bahwa data dinyatakan sebagai suatu

urutan-urutan byte. Connecton-oriented berarti sebelum terjadi

proses pertukaran data antar komputer terlebih dahulu harus

dibentuk suatu hubungan. Hal ini dapat doanalogikan dengan

proses pendialan nomor telepon dan akhirnya terbentuk

hubungan.

Kehandalan TCP dalam mengirimkan data didukung oleh

mekanisme yang disebut Positive Acknowledgement with Re-

transmission (PAR). Data yang dikirim dari layer aplikasi akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

18

dipecah-pecah dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan diberi

nomor urut sebelum dikirim ke layer berikutnya. Unit data yang

sudah dipecah-pecah tadi disebut segment. TCP selalu meminta

konfirmasi setiap kali selesai mengirimkan data, apakah data

tersebut sampai pada komputer tujuan dan tidak rusak. Jika data

berhasil sampai tujuan, TCP akan mengirimkan data urutan

berikutnya. Jika tidak berhasil, maka TCP akan melakukan

pengiriman ulang urutan data yang hilang atau rusak tersebut.

Dalam kenyataannya TCP menggunakan sebuah

acknowledgement (ACK) sebagai suatu pemberitahuan antara

komputer pengirim dan penerima.

Proses pembuatan koneksi TCP disebut juga dengan

Three-way Handshake . Tujuan metode ini adalah agar dapat

melakukan sinkronisasi terhadap nomor urut dan nomor

acknowledgement yang dikirimkan oleh kedua pihak dan saling

bertukar ukuran TCP Window. Prosesnya dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2.5. Proses Pembuatan koneksi TCP

(Three-way Handshake)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

19

Keterangan dari gambar 2.3 adalah sebagai berikut:

Host pertama (yang ingin membuat koneksi) akan

mengirimkan sebuah segmen TCP dengan flag SYN

diaktifkan kepada host kedua (yang hendak diajak untuk

berkomunikasi).

Host kedua akan meresponsnya dengan mengirimkan

segmen dengan acknowledgment dan juga SYN kepada host

pertama.

Host pertama selanjutnya akan mulai saling bertukar data

dengan host kedua. TCP menggunakan proses handshake

yang sama untuk mengakhiri koneksi yang dibuat. Hal ini

menjamin dua host yang sedang terkoneksi tersebut telah

menyelesaikan proses transmisi data dan semua data yang

ditransmisikan telah diterima dengan baik. Itulah sebabnya,

mengapa TCP disebut dengan koneksi yang reliable.

2.6.2. UDP (User Datagram Protocol)

UDP merupakan protokol yang juga berada pada layer

transport selain TCP. Protokol ini bersifat connectionless dan

unreliable dalam pengiriman data. Connectionless berarti tidak

diperlukannya suatu bentuk hubungan terlebih dahulu untuk

mengirimkan data. Unreliable berarti pada protokol ini tidak

dijamin akan sampai pada tujuan yang benar dan dalam kondisi

yang benar pula. Kehandalan pengiriman data pada protokol ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

20

menjadi tanggung jawab dari program aplikasi pada layer atasnya.

Jika dibandingkan dengan TCP, UDP adalah protokol yang lebih

sederhana dikarenakan proses yang ada didalamnya lebih sedikit.

Dengan demikian aplikasi yang memanfaatkan UDP sebagai

protokol transport dapat mengirimkan data tanpa melalui proses

pembentukan koneksi terlebih dahulu. Hal ini pun terjadi pada

saat mengakhiri suatu koneksi, sehingga dalam banyak hal proses

yang terjadi sagatlah sederhana dibanding jika mengirimkan data

melalui protokol TCP.

Protokol UDP akan melakukan fungsi

ultiplexing/demultiplexing seperti yang dilakukan protokol TCP,

bila suatu program aplikasi akan memanfaatkan protokol UDP

untuk mengirimkan informasi dengan menentukan nomor port

pengirim (source port) dan nomor port penerima (destination

port), kemudian menambahkan sedikit fungsi koreksi kesalahan

lalu meneruskan segmen yang terbentuk ke protokol layer

internet. Pada layer Internet segmen tersebut ditambahi informasi

dalam bentuk datagram IP dan keudian ditentukan cara terbaik

untuk mengantarkan segmen tersebut ke sisi penerima. Jika

segmen tersebut tiba pada sisi penerima, protokol UDP

menggunakan nomor port informasi IP pengirim dan penerima

untuk mengantarkan data dalam segmen ke proses program

aplikasi yang sesuai. Beberapa hal yang harus diperhatikan jika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

21

suatu program aplikasi akan menggunakan protokol UDP sebagai

protokol transport:

Tidak ada pembentukan koneksi. Protokol UDP hanya

mengirim informasi begitu saja tanpa melakukan proses awal

sebelumnya.

Tidak ada pengkondisian koneksi. Protokol UDP tidak

melakukan penentuan kondisi koneksi yang berupa

parameter-parameter seperti buffer kirim dan terima, kontrol

kemacetan, nomor urutan segmen, dan acknowledgement.

Memiliki header kecil. Protokol UDP meiliki 8 byte header

dibanding 20 header byte pada TCP.

Tidak ada pengaturan laju pengiriman. Protokol UDP hanya

menekankan kecepatan kirim pada laju program aplikasi

dalam menghasilkan data, kemampuan sumber kirim

(berdasarkan CPU, laju pewaktuan, dan lain-lain) dan

bandwidth akses menuju Internet. Jika terjadi kemacetan

jaringan, sisi penerima tidak perlu menerima seluruh data

yang dikirim. Dengan demikian laju penerimaan data dibatasi

oleh faktor kemacetan jaringan yang terjadi, walaupun pada

sisi kirim tidak memperhatikannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

22

2.6.3. IP (InternetProtocol)

IP merupakan protokol yang paling penting yang berada

pada layer Internet TCP/IP. Semua protokol TCP/IP yang berasal

dari layer atasnya mengirimkan data melalui protokol IP ini.

Seluruh data harus dilewatkan, diolah oleh protokol IP dan

dikirimkan sebagai datagram IP untuk sampai ke sisi penerima.

Dalam melakukan pengiriman data, protokol IP ini bersifat

unreliable, connectionless dan datagram delivery service.

Unreliable berarti protokol IP tidak menjamin datagram

yang dikirim pasti sampai ke tujuan. Protokol IP hanya melakukan

cara terbaik untuk menyampaikan datagram yang dikirim ke tujuan.

Jika pada perjalanan datagram tersebut terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan (putusnya jalur, kemacetan, atau sisi penerima yang

dituju sedang mati), protokol IP hanya memberikan pemberitahuan

pada sisi kirim kalau telah terjadi permasalahan pengiriman data ke

tujuan melalui protokol ICMP. Connectionless berarti tidak

melakukan pertukaran kontrol informasi (handshake) untuk

membentuk koneksi sebelum mengirimkan data.

Datagram delivery service berarti setiap datagram yang

dikirim tidak tergantung pada datagram yang lainnya. Dengan

demikian kedatangan datagram pun bisa jadi tidak berurutan.

Metode ini dipakai untuk menjamin sampainya datagram

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

23

ketujuannya, walaupun salah satu jalur menuju tujuan mengalami

masalah.

2.7. Membangun Wireless HotSpot

2.7.1. Hotspot Environment

A. Ukuran Fisik

Ukuran fisik lokasi adalah faktor kunci pertama untuk

dipertimbangkan. Hal ini merupakan salah satu unsur (

bersama dengan kepadatan pengguna) yang akan menentukan

berapa banyak Access Point ( AP ) harus dipasang. Sebuah AP

dapat menjangkau area melingkar sekitar 300 meter ke segala

arah. Beberapa AP diharapkan dapat mencangkup untuk area

yang luas.

B. Jumlah Pengguna

Faktor kunci berikutnya dalam menentukan tata letak

HotSpot adalah jumlah pengguna dan kepadatan pengguna :

jumlah pengguna per area. Jumlah pengguna ( bersama dengan

pola penggunaan mereka ) akan menentukan bandwidth yang

dibutuhkan untuk memberikan kepuasan pengguna. Target

minimum untuk bandwidth 100Kbps per pengguna aktif. Anda

perlu menentukan dari model penggunaan berapa banyak

pengguna yang terhubung aktif bersamaan. Sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

24

contoh,sebuah area dengan 5 pengguna aktif membutuhkan

500Kbps atau konektivitas internet yang lebih baik.

Jumlah pengguna di daerah tertentu dapat

mempengaruhi jumlah AP yang di perlukan karena

keterbatasan kemampuan dari AP. Pada area dengan banyak

pengguna, seperti convention hall, mungkin diperlukan lebih

banyak AP untuk menangani beban, meskipun AP tunggal

dapat menyediakan cakupan untuk daerah fidik : pengguna 20-

25 per AP adalah pedoman yang baik.

C. Model Penggunaan

Faktor kunci ketiga adalah jenis aplikasi pengguna

yang akan berjalan saat terhubung ke HotSpot. Sebagai contoh,

sebuah kedai kopi yang pengguna biasa mungkin pemilik

usaha kecil dan rumah dan mahasiswa, sementara hotel

mungkin akan memiliki lebih banyak kelas enterprise

pelancong bisnis. Siswa akan lebih mungkin untuk

menjalankan aplikasi seperti on-line chat, game internet, dan

audio streaming sementara pelancong bisnis lebih mungkin

untuk terhubung ke internet perusahaan untuk membaca email

dan menjalankan aplikasi bisnis.

Perlu di tentukan adalah bandwidth minimum yang

diperlukan untuk menyediakan pengguna menjalankan aplikasi

dilokasi, dengan kapasitas yang cukup untuk mendapatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

25

kualitas yang baik. Jumlah ini, dikalikan dengan jumlah

pengguna secara simultan, menentukan bandwidth internet

minimum yang diperlukan. Sebagai contoh, jika anda

menentukan penggunaan di situs anda memerlukan 200Kbps

bandwitdth untuk kinerja yang memadai dan anda berharap ada

pengguna lebih dari 5 secara aktif menggunakan bandwidth

yang ini pada satu waktu ( dari populasi yang berpotensi besar

pengguna terhubung ), seorang koneksi internet 1Mbps akan

diperlukan [ 10 ]. 200Kbps X 5 pengguna simultan =

1,000Kbps = 1,0 Mbps bandwidth yang dibutuhkan.

2.7.2. Site Coverage

A. Ukuran AP cell, tata letak , dan penempatan.

Banyak yang tergoda untuk memecahkan masalah

cakupan situs dengan menambahkan lebih banyak Access

Point, perawatan harus selalu dilakukan sebelum membuat

keputusan tersebut. Dalam banyak kasus, jaringan nirkabel

yang digunakan untuk mrnarik orang ke tempat usaha. Jika ini

adalan strategi, menempatkan Access Point di dekat dinding

eksterior atau jendela dapat menyebabkan pengguna tidak

diinginkan duduk di luar dan meggunakan , atau lebih buruk

lagi, hacker jaringan. Penempatan AccessPoint perlu

dipertimbangkan dengan pertimbangan keamanan untuk

menempatkan Access point di tempat yang paling tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

26

Gambar.2.6 Cell Layout for Three Channels

Ketika menerapkan Access Point anda harus

mempertimbangkan tata letak saluran dan ukuran cell. Karena

sifat membatasi band ISM hanya ada 3 non- interfering ( non-

overlapping ) saluran yang tersedia untuk penggunaan di

802.11b. pola yang dihasilkan perlu menyerupai gambar ada

saluran yang sama AP tumpang tindih. Dalam rangka

menerapkan tata letak saluran yang sesuai anda harus terbiasa

dengan bidang RF ( Radio Frequency ) yang dipancarkan oleh

Access Point yang diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

27

B. AP density

Dalam lingkungan kecil seperti rumah, ukuran cell

tidak menjadi perhatian utama, daerah penggunaan biasanya

tercangkup dengan baik dan backhaul yang paling sering

menjadi faktor pembatas , bukan throughput AP. Dalam

lingkungan instalasi besar seperti hotel,bandara, dan kantor

kepadatan AP mungkin perlu ditingkatkan untuk

memungkinkan lebih banyak AP untuk melayani lebih banyak

pengguna. Ini harus selalu dicek dua kali dalam survei situs

dan implementasi. Dalam banyak kasus menurunkan output

daya access point akan memungkinkan peringatan jumlah AP

di daerah tertentu, memungkinkan peningkatan jumlah AP

didaerah tertentu, memungkinkan untuk lebih banyak

pengguna untuk dilayani dengan throughput yang lebih tinggi [

10 ] .

2.7.3. Memilih Perangkat

A. RF Power

Dalam banyak Access Point fitur ini tersedia. Kurang

fitur ini menyebabkan masalah dalam menerapkan lingkungan

multi-AP. Biasanya , sebuah AP Enterprise akan mendukung

berbagai kekuatan 5-100 milliWatts

.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

28

B. Antena

Access Point harus mempunyai kenoektor antenna

eksternal, sehingga bisa dipasang berbagai tipe antenna agar

sesuai dengan kebutuhan. Beberapa AP bahkan memiliki

antena tertanam, sehingga mustahil untuk beralih ke antena

model lain.

C. Power Over Ethernet ( PoE)

PoE dapat menjadi perbedaan antara biaya yang efektif

implementasi HotSpot dan satu tidak efektif. PoE

memungkinkan menyalurkan power secara langsung ke

perangkat remote melalui kabel CAT5 Ethernet. Karena

Access Points sering dimasukan ke tempat dimana sulit untuk

mendapat listrik ( langit-langit dan lorong-lorong panjang ).

PoE menjadi pilihan karena dengan memasang kabel power

menyebabkan biaya tinggi di sebabkan pemborosan kabel,

karena tiap perangkat membutuhkan dua kabel yaitu kabel

UTP untuk data dan kabel listrik untuk powernya, lalu dengan

adanya POE cukup menggunakan satu kabel yaitu kabel UTP

dimana transfer data dan aliran listrik terjadi dalam satu kabel.

Umumnya PoE yang di gunakan mengacu ke standart IEEE

802.3af dimana maksimum power per port adalah 15.4W,

kemudian standart ini di perbaharui oleh IEEE 802.3at dimana

maximum power per port adalah 34.2W, ini disebabkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

29

banyak perangkat baru yang membutuhkan supplay power

lebih tinggi.

D. Long and Short Preamble Support

Generasi pertama darii 802.11 menunjukan penggunaan

144-bit preamble yang digunakan untuk membantu wireless

receiver memepersiapkan akuisisi wireless sinyal. Sebagai

802.11 ditujukan tingkat transmisi yang lebih tinggi dan model

penggunaan baru seperti VoIP, pendek, lebih efisien 56-bit

basa-basi juga di perkrnalkan. Setelah pengenalan preambles

pendek, AP pertama dan NIC dipasar termasuk pilihan

konfigurasi untuk menggunakan long dan short preambles. Hal

ini menyebabkan masalah interoperabilitas untuk pengguna

Mobile station (MS) yang tidak menawarkan pilihan tersebut.

Jika AP diaktifkan menggunakan short preamble dan MS

menggunakan long preamble maka keduanya tidak bisa

terhubung. Maka dari itu di ciptakan pilihan long atau short

preamble, produsen hardware mengembangkan sistem yang

secara otomatis bisa mendukung baik pengaturan. Dalam

proses ini, option untuk user menghilang dari interface

konfigurasi perangkat. Saat ini masih ini ada hardware yang

dapat dikonfigurasi menggunakan long atau short preamble

[10].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

30

2.7.4. Otentifikasi

Jenis otentikasi terikat dengan Service Set Identifier (

SSID ) yang dikonfigurasi untuk access point. Jika anda ingin

melayani berbagai jenis perangkat klien dengan access point yang

sama, mengkonfigurasi beberapa SSID.

Sebelum perangkat wireless client dapat berkomunikasi

pada jaringan anda melalui access point, harus terotentikasi ke

access point dengan menggunakan otentikasi terbuka atau shared-

key authrntication. Untuk kramanan maksimum , perangkat klien

juga harus otentikasi ke jaringan menggunakan MAC-address

atau Extensible Authrntication Protocol ( EAP ). Kedua jenis

otentikasi ini bergantung pada server otentikasi pada jaringan.

2.7.4.1. Open System Authentication

Pada open system authentication ini, bisa dikatakan tidak

ada “ authentication ” yang terjadi karena client bisa langsung

terkoneksi dengan AP ( Access Point ). Stelah client melalui proses

open system authentication dan association, client sudah di

perbolehkan mengirim data melalui AP namun data yang dikirim

tidak akan dilanjutkan oleh AP kedalam jaringannya. Bila

keamanan WEP diaktifkan, maka data-data yang dikirim oleh

Client haruslah dienkripsi dengan WEP key. Bila ternyata setting

WEP Key di client berbeda dengan setting WEP Key di AP (

Access Point) maka AP tidak akan mengenal data yang dikirim

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

31

oleh client yang mengakibatkan data tersebut akan di buang (

hilang ). Jadi walaupun client diijinkan untuk mengirim data,

namun data tersebut tetap tidak akan bisa melalui jaringan AP bila

WEP key antara Client dan AP ternyata tidak sama.

2.7.4.2. Shared Key Authentication ( WEP )

Lain halnya open system authentication, Shared Key

Autentication mengharuskan client untuk mengetahui lebih dahulu

kode rahasia (passphare key) sebelum mengijinkan terkoneksi

dengan AP. Jadi apabila client tidak mengetahui “key” tersebut

maka client tidak akan bisa terkoneksi dengan Acces Point. Pada

shared key authentication, digunakan juga metode keamanan WEP.

Pada proses authenticationnya , shared key akan

“meminjamkan” WEP key yang digunakan oleh level keamanan

WEP, Client juga harus mengaktifkan WEP untuk menggunakan

Shared Key Authentication. WEP menggunakan algoritma enkripsi

RC4 yang juga digunakan oleh protokol https. Alogaritma ini

terkenal sederhana dan mudah diimplementasikan karena tidak

membutuhkan perhitungan yang berat sehingga tidak

membutuhkan hardware yang terlalu canggih. Pengecekan WEP

Key pada proses shared key authentication dilakukan dengan

metode Challenge and response sehingga tidak ada proses transfer

password WEP Key. Metode yang dinamakan Challenge anda

Response ini menggantikan pengiriman password dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

32

pertanyaan yang harus dijawab berdasarkan password yang

diketahui.

Prosesnya adalah client meminta ijin kepada server untuk

melakukan koneksi. Server akan mengirim sebuah string yang

dibuat secara acak dan mengirimkan kepada client. client akan

melakukan enkripsi antara string / nilai yang diberikan oleh server

dengan password yang diketahhuinya. Hasil enkripsi ini kemudian

dikirimkan kembali ke server. Server akan melakukan proses

deskripsi dan membandingkan hasilnya. Bila hasil dekripsi dari

client menghasilkan string/nilai yang sama dengan string/nilai yang

dikirimkan oleh server, berarti client mengetahui password yang

benar.

2.7.4.3. WPA Pre-Shared key ( WPA Personal )

Metode keamanan WEP memiliki banyak kelemahan

sehingga badan IEEE meyadari permasalahan tersebut dan

membentuk gugus tugas 802.11i untuk menciptakan keamanan

yang lebih baik dari WEP. Sebelum hasil kerja dari 802.11i

selesai,aliansi Wi-Fi membuat metode keamanan baru yang bisa

bekerja dengan hardware yang terbatas kemampuannya,maka

munculah Wi-Fi Proteced Access ( WPA ) pada bulan april 2003.

Standart Wi-Fi ini unruk meningkatkan fitur keamanan pada WEP.

Teknologi ini didesain untuk bekerja pada produk Wi-Fi eksisting

yang telah memiliki WEP ( semacam software upgrade ) .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

33

Kelebihan WPA adalah meningkatkan enkripsi data dengan

teknik Temporal Key Integrity Protocol ( TKIP ). Enkripsi yang

digunakan masih sama dengan WEP yaitu RC4, karena pada

dasarnya WPA ini merupakan perbaikan dari WEP dan bukan

suatu level keamanan yang benar-benar baru, walaupun beberapa

device ada yang sudah mendukung enkripsi AES yaitu enkripsi

dengan keamanan yang paling tinggi. TKIP mengacak kata kunci

menggunakan “hashing algorithm” dan menambah intefgrity

Cheeking Feature, untuk memastikan kunci belum pernah

digunakan secara tidak sah.

2.7.4.4. WPA2 Pre-Shared Key ( WPA2 Personal )

Group 802.11i akhirnya menyelesaikan metode keamanan

yang awalnya ditugaskan dari IEEE. Level keamanan ini kemudian

dinamakan sebagai WPA2. WPA2 merupakan level keamanan

yang paling tinggi. Enkripsi utama yang digunakan pada WPA2 ini

yaitu enkripsi AES. AES mempunyai kerumitan yang lebih tinggi

daripada RC4 pada WEP sehingga para vendor tidak sekedar

upgrade firmware seperti dari WEP ke WPA. Untuk menggunakan

WPA2 diperlukan hard ware baru yang mampu bekerja dengan

lebih cepat dan mendukung perhitungan yang dilakukan oleh

WPA2. Sehingga tidak semua adapter mendukung level keamanan

WPA2 ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

34

2.7.4.5. WPA Enterprise / RADIUS ( 802.1X / EAP )

Metode keamanan dan algoritma snkripsi pada WPA

Radius ini sama saja dengan WPA Pre-Shares Key, tetapi

authentikasi yang digunakan berbeda. Pada WPA Enterprise ini

menggunakan authentikasi yang diunakan berbeda. Pada WPA

Enterprise ini menggunakan authentikasi 802.1X atau EAP (

Extensible Authentication Protocol ) . EAP merupakan protokol

layer 2 yang menggantikan PAP dan CHAP. Spesifikasi yang

dibuat oleh IEEE 802.1X untuk keamanan terpusat pada jaringan

hotspot Wi-Fi. Tujuan standart 8021X IEEE adalah untuk

menghasilkan kontrol akses autentikasi dan managemen kunci

untuk wireless LANs. Spesifikasi ini secara umum sebenarnya

ditujukan untuk jaringan kabel yang menentukan bahwa setiap

kabel yang dihubungkan ke dalam switch harus melaui proses

auntetikasi terlebih dahulu dan tidak boleh langsung

memperbolehkan terhubung kedalam jaringan.

Pada spesifikasi keamanan 802.1X, ketika login ke jaringan

wireless maka server yang akan meminta user name dan password

dimana “network Key” yang digunakan oleh client dan AP akan

diberikan secara otomatis sehingga Key tersebut tidak perlu

dimasukan lagi secara manual. Setting security WPA

enterprise/corporate ini membutuhkan sebuah server khusus yang

berfungsi sebagai pusat auntentikasi seperti server RADIUS (

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

35

Remote Autentication Dial-In Service). Dengan adanya Radius

server ini,auntentikasi akan dilakukan perclient sehingga tidak

perlu lagi memasukan passphrase atau network key yang sama

untuk setiap client. “ network key” disini diperoleh dan diproses

oleh server radius tersebut. Fungsi Radius server adalah

menyimpan user name dan password secara terpusat yang akan

melakukan autentikasi client yang hendak login kedalam jaringan.

Sehingga pada proses authentikasi clirnt menggunakan

username dan password. Jadi sebelum terhubung ke wireless LAN

atau Internet , pengguna harus melakukan autentikasi terlebih

dahulu ke server tersebut. Proses authentikasi 802.1X / EAP ini

relatif lebih aman dan tidak tersedia di WEP [10].

2.8. Antenna WiFi

Pada sistem komunikasi radio diperlukan adanya antena sebagai pelepas

energi elektromagnetik ke udara atau ruang bebas, atau sebaliknya sebagai

penerima energi itu dari ruang bebas. Antena merupakan bagian yang penting

dalam sistem komunikasi sehari-hari. Antena kita jumpai pada pesawat televisi,

telepon genggam, radio, dan lain-lain.

Antena adalah suatu alat yang mengubah gelombang terbimbing dari

saluran transmisi menjadi gelombang bebas di udara, dan sebaliknya. Saluran

transmisi adalah alat yang berfungsi sebagai penghantar atau penyalur energi

gelombang elektromagnetik. Suatu sumber yang dihubungkan dengan saluran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

36

transmisi yang tak berhingga panjangnya menimbulkan gelombang berjalan yang

uniform sepanjang saluran itu. Jika saluran ini dihubungsingkat maka akan

muncul gelombang berdiri yang disebabkan oleh interferensi gelombang datang

dengan gelombang yang dipantulkan. Jika gelombang datang sama besar dengan

gelombang yang dipantulkan akan dihasilkan gelombang berdiri murni.

Konsentrasi - konsentrasi energi pada gelombang berdiri ini berosilasi dari energi

listrik seluruhnya ke energi maknet total dua kali setiap periode gelombang itu.

2.8.1. Voltage Standing Wave Ratio(VSWR)

VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang

berdiri (standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum

(|V|min). Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang

tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (V0+) dan tegangan yang

direfleksikan (V0-). Perbandingan antara tegangan yang

direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien

refleksi tegangan (г), yaitu :

Γ= =

di mana ZL adalah impedansi beban ( load ) dan Z0 adalah

impedansi saluran lossless. Koefisien refleksi tegangan (г)

memiliki nilai kompleks, yang merepresentasikan besarnya

magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa kasus yang

sederhana, ketika bagian imajiner dari г adalah nol, maka :

a. : г = -1 refleksi negatif maksimum, ketika saluran

terhubung singkat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

37

b. : г = 0 tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan

matched sempurna.

c. : г = -1 refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam

rangkaian terbuka.

Rumus untuk mencari nilai VSWR adalah:

S=

Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1)

yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan

matching sempurna. Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk

didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan

untuk fabrikasi antena adalah VSWR ≤2.

2.8.2. Gain

Gain(directive gain) adalah karakter antena yang terkait

dengan kemampuan antena mengarahkan radiasisinyalnya, atau

penerimaan sinyal dari arah tertentu. Gain bukanlah kuantitas yang

dapat diukur dalam satuan fisis pada umumnya seperti watt,ohm,

atau lainnya, melainkan suatu bentuk perbandingan. Oleh karena

itu, satuan yang digunakan untuk gain adalah decibel.

Gain dari sebuah antenna adalah kualitas nyala yang besarnya

lebih kecil daripada penguatan 37ntenna tersebut yang dapat

dinyatakan dengan[11]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

38

Gain=G=k.D

Dimana:

k=efisiensi antenna, 0 ≤k ≤ 1

Gain antena dapat diperoleh dengan mengukur power pada

main lobe dan membandingkan powernya dengan power pada

antena referensi. Gain antena diukur dalam desibel, bisa dalam dBi

ataupun dBd. Jika antena referensi adalah sebuah dipole, antena

diukur dalam dBd. “d” di sini mewakili dipole, jadi gain antena

diukur relative terhadap sebuah antena dipole. Jika antena referensi

adalah sebuah isotropic, jadi gain antena diukur relatif terhadap

sebuah antena isotropic.

Gain dapat dihitung dengan membandingkan kerapatan

daya maksimum antena yang diukur dengan antena referensi yang

diketahui gainnya.Maka dapat dituliskan pada Persamaan

G=

Decibel (dB) merupakan satuan gain antena. Decibel adalah

perbandingan dua hal. Decibel ditetapkan dengan dua cara, yaitu :

A. Ketika mengacu pada pengukuran daya.

XdB=10log10( )

B. Ketika mengacu pada pengukuran tegangan.

XdB=20log10( )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

39

2.8.3. Polarisasi

Polarisasi antenna merupakan orientasi perambatan radiasi

gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu antena

dimana arah elemen antena terhadap permukaan bumi sebagai

referensi lain. Energi yang berasal dariantena yang dipancarkan

dalam bentuk sphere, dimana bagian kecil dari sphere disebut

dengan wave front. Pada umumnyasemua titik pada

gelombangdepan sama dengan jarak antara antena. Selanjutnya

dari antenatersebut, gelombang akan membentukkurva yang kecil

atau mendekati. Dengan mempertimbangkan jarak, right angle ke

arah dimana gelombang tersebutdipancarkan, maka polarisasidapat

digambarkan sebagaimana Gambar:

Gambar2.7. Polarisasi Antenna

Ada empat macam polarisasi antena yaitu polarisasi vertikal,

polarisasi horizontal, polarisasi circular, dan polarisasi cross

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

40

1. Polarisasi Vertikal

Radiasi gelombang elektromagnetikdibangkitkan

olehmedan magnetik dan gaya listrikyang selalu berada di

sudutkanan. Kebanyakan gelombangelektromagnetik

dalam ruang bebas dapat dikatakan berpolarisasilinier.

Arah dari polarisasisearah dengan vektor listrik.Bahwa

polarisasi tersebut adalah vertikal jika garis medan listrik

yangdisebut dengan garis E berupa garis vertikal maka

gelombang dapat dikatakan sebagai polarisasi vertikal.

Gambar 2.8. Polarisasi Vertikal

2. Polarisasi Horizontal

Antena dikatakan berpolarisasi horizontal jika

elemen antena horizontal terhadap permukaan tanah.

Polarisasi horizontal digunakan pada beberapa jaringan

wireless.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

41

Gambar 2.9. Polarisasi Horisontal

3. Polarisasi Circular

Polarisasi circular pernah digunakan pada beberapa jaringan

wireless. Dengan antena berpolarisasi circular, medan

electromagnet berputar secara konstan terhadap antena.

Gambar 2.10. Polarisasi Circular

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

42

4. Polarisasi Cross

Polarisasi cross terjadi ketika antena pemancar mempunyai

polarisasi horizontal, sedangkan antena penerima

mempunyai polarisasi vertikal atau sebalikanya.

Gambar 2.11. Polarisasi Cross

2.8.4. Beamwidth

Beamwidth Adalah besarnya sudut berkas pancaran gelombang

frekuensi radio utama (main lobe) yang dihitung pada titik 3 dB

menurun dari puncak lobe utama.[11] Besarnya beamwidth adalah

sebagai berikut :

B=

Dimana:

B= 3dB beamwidth(derajat)

f= frekuensi(GHz)

d=diameter antenna(m)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

43

Apabila beamwidth mengacu kepada perolehan pola radiasi, maka

beamwidthdapat dirumuskan sebagai :

β = θ2-θ1

Gambar 2.11 menunjukkan tiga daerah pancaran yaitu lobe utama

(main lobe,nomor 1), lobe sisi samping (side lobe, nomor dua), dan

lobe sisi belakang (back lobe, nomor 3). Half Power Beamwidth

(HPBW) adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titiktitik ½ daya

atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama.

First Null beamwidth (FNBW) adalah besar sudut bidang diantara

dua arah pada main lobe yang intensitas radiasinya nol.

Gambar 2.12. Beamwidth Antenna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

44

2.8.5. Tipe Antena

A. Antena Omnidirectional

Gambar 2.13. Antenna Omnidirectional

Antenna omni mempunyai sifat umum radiasi atau pancaran

sinyal 360º yang tegak lurus ke atas. Omnidirectional

antena secara normal mempunyai gain sekitar 3-12 dBi.

Antena ini akan melayani atau hanya memberi pancaran

sinyal pada sekelilingnya atau 360 derjat, sedamgkan pada

bagian atas antena tidak memiliki sinyal radiasi.

Gambar 2.14. Pola radiasi antenna omni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

45

B. Antena Grid

Gambar 2.15. Antenna Grid

Antenna Grid Wifi 2,4 GHz dengan Gain 21 Db, sangat

cocok digunakan untuk Antenna Wifi. Bisa digunakan

untuk Point to Point, atau Point to multi point. Antena grid

memiliki kekuatan sinyal hingga 24 dB, sementara antena

parabolic hingga 18 dB. Menambah gain antena, namun

akan membuat pola pengarahan antena menjadi lebih

sempit.[12]

Gambar 2.16. Pola radiasi antenna grid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

46

C. Antenna Parabolik

Antena Parabolik Dipakai untuk jarak menengah atau jarak

jauh dan Gain-nya bisa antara 18 sampai 28 dBi.

Gambar 2.17. Antenna Parabolic

Gambar 2.18. Pola radiasi antenna parabolic

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

47

D. Antena Sectoral

Gambar 2.19. Antena Sectoral

Antena sectoral hampir mirip dengan antenna

omnidirectional. Antena ini digunakan untuk access point to

serve a Pont-to-Multi-Point(P2MP). Antena sectoral

mempunyai gain jauh lebih tinggi dibanding

omnidirectional antena di sekitar 10-19 dBi. Yang bekerja

pada jarak atau area 6-8 km. Sudut pancaran antenna ini

adalah 45-180 derajat dan tingkat ketinggian

pemasangannya harus diperhatikan agar tidak terdapat

kerugian dalam penangkapan sinyal.

Pola pancaran yang horisontal kebanyakan memancar ke

arah mana antenna ini di arahkan sesuai dengan jangkauan

dari derajat pancarannya, sedangkan pada bagian belakang

antenna tidak memiliki sinyal pancaran.Antenna sectoral ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

48

jika di pasang lebih tinggi akan menguntungkan penerimaan

yang baik pada suatu sector atau wilayah pancaran yang

telah di tentukan.

Gambar 2.20. Pola Radiasi Antenna Sectoral

2.9. Signal Strength

Semakin kuat sinyal maka semakin baik dan handal konektivitasnya.

Satuan kekuatan sinyal WiFi ditunjukkan dengan satuan dBm. Rentang kuat

sinyal WiFi di antara -10 dBm sampai kurang lebih -99 dBm. Sinyal yang nilainya

mendekati angka positif maka semakin kuat sinyal tersebut. Pada buku “Cisco

Aironet 802.11a/b/g Wireless LAN Clienr Adapters (CB21AG and PI21AG)

Installation and Configuration Guide” disebutkan kategori sinyal sebagai

berikut[13]:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

49

Tabel 2.3 Kategori Kekuatan Sinyal

2.10. Satuan Kekuatan Sinyal

2.10.1. dB (Decibel)

Merupakan satuan perbedaan (atau Rasio) antara kekuatan

daya pancar sinyal. Penamaannya juga untuk mengenang

Alexander Graham Bell (makanya huruf "B" merupakan huruf

besar). Satuan ini digunakan untuk menunjukkan efek dari sebuah

perangkat terhadap kekuatan atau daya pancar suatu signal.

2.10.2. dBm (dB milliWatt)

Merupakan satuan kekuatan signal atau daya pancar (Signal

Strengh or Power Level). 0 dbm didefinisikan sebagai 1 mW

(milliWatt) beban daya pancar, contohnya bisa dari sebuah

Antenna ataupun Radio. Daya pancar yang kecil merupakan angka

negatif (contoh: -90 dBm).

Category Signal Strength Colour Range Percentage

Excellent Green -57 to -10 dBm 75 – 100%

Good Green -75 to -58 dBm 40 – 74%

Fair Yellow -85 to -76 dBm 20 – 39%

Poor Red -95 to -86 dBm 0 – 19%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

50

Formula perhitungan dari mW ke dBM adalah sebagai berikut:

mW = 10dBm/10

milliwatt (mW) adalah satu per seribu watt (W), atau 1000

milliwatts = 1 watt. watt adalah Standar Unit International dari

daya (power). 1 watt = 1 joule energi per detik.

Table Konversi dari dBm ke Watt (milli Watt).

Rumus untuk menghitung dari dBm ke mWatt : dBm = log10

(mW)*10

Rumus untuk menghitung dari mW ke dBm : mW =10^(dBm/10)

Berikut Tabelnya :

dBm Watts dBm Watts dBm Watts

0 1.0mW 16 40mW 32 1.6 W

1 1.3 mW 17 50 mW 33 2.0 W

2 1.6 mW 18 63 mW 34 2.5 W

3 2.0 mW 19 79 mW 35 3.2 W

4 2.5 mW 20 100 mW 36 4.0 W

5 3.2 mW 21 126 mW 37 5.0 W

6 4 mW 22 158 mW 38 6.3W

7 5 mW 23 200 mW 39 8.0W

8 6 mW 24 250 mW 40 10W

9 8 mW 25 316 mW 41 13W

10 10 mW 26 398 mW 42 16W

11 13 mW 27 500 mW 43 20W

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

51

12 16 mW 28 630 mW 44 25W

13 20 mW 29 800 mW 45 32W

14 25 mW 30 1.0 W 46 40W

15 32 mW 31 1.3 W 47 50W

Tabel 2.4 Konversi dB ke Watt

36 dBm 4.00 watts (batas maximum ERP yang

diperbolehkan di FCC di Amerika)

23 dBm 200 miliwatts (Daya keluaran yang umum pada

WLAN 915 MHz)

20 dBm 100 milliwatts (Batas maximum ERP

diperbolehkan E.T.S.I. di Europe)

Daya kurang dari 0dBm:

dBm Watts dBm Watts

-1 0,79 mW -40 0,0001 mW

-5 0,32 mW -50 0,00001 mW

-10 0,1 mW -60 0,000001 mW

-20 0,01 mW -70 0,0000001 mW

-30 0,001 mW -80 0,00000001 mW

Tabel 2.5 Konversi dB ke Watt

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

52

2.10.3. dBi (dB isotropic)

Satuan ini merupakan penguatan dari sebuah antenna

terhadap suatu antenna standard imaginari (isotropic antenna)

adalah teori isotropic. Teori isotropic untuk antenna tidak dapat di

wujudkan tetapi berguna untuk menghitung secara teoritis

coverage dan fade area. Penguatan (Gain) dari antenna (diatas 1

Ghz) biasanya menggunakan satuan dBi. Sebuah Antenna Grid 24

dBi memiliki penguatan (Gain) sebesar 24 dBi terhadap antenna

standard imaginari 0 dBi (isotropic antenna).

2.10.4. Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)

EIRP (Effective Isotropic Radiated Power). EIRP adalah

energi efektif yang didapat pada main lobe dari antena pengirim.

Menghitung EIRP adalah dengan menjumlahkan penguatan antena

(dalam satuan dBi) dengan level energi (dalam satuan dBm) pada

antena tersebut.

Dalam sistem komunikasi radio, setara isotropically

terpancar daya (EIRP) atau, kalau tidak, efektif isotropically

terpancar daya adalah jumlah daya yang teoritis Isotropic antena

(yang mendistribusikan daya merata di seluruh penjuru) akan

mengeluarkan untuk menghasilkan daya puncak kepadatan diamati

dalam arah maksimum mendapatkan antena. EIRP dapat

memperhitungkan kerugian yang di Jalur transmisi dan konektor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

53

dan termasuk mendapatkan dari antena. EIRP yang seringkali

dinyatakan dalam hal decibels atas referensi daya Emitter oleh

Isotropic radiator setara dengan kekuatan sinyal. EIRP yang

memungkinkan perbandingan antara berbagai emitters berapapun

jenis, ukuran atau bentuk. Dari EIRP, dan dengan pengetahuan

yang nyata dari antena mendapatkan itu, dimungkinkan untuk

menghitung real bidang kuasa dan kekuatan nilai-nilai.

2.11. Parameter Performa Jaringan

Kemampuan untuk memberikan prioritas yang berbeda

untuk berbagai aplikasi, pengguna, atau aliran data, atau untuk

menjamin tingkat kinerja tertentu ke aliran data berbeda-beda.

Sebagai contoh, laju bit yang diperlukan, delay, jitter, probabilitas

packet dropping dan / atau bit error rate (BER) dapat dijamin.

Jaminan performa jaringan penting jika kapsitas jaringan tidak

cukup, terutama untuk aplikasi streaming multimedia secara real-

time seperti voice iver IP, game online dan IP-TV, karena sering

kali aplikasi-aplikasi ini memerlukan bit rate dan tidak

memperbolehkan adanya delay, dan dalam jaringan di mana

kapasitas resource-nya terbatas, misalnya dalam komunikasi data

seluler. Sebuah jaringan atau protokol yang mendukung performa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

54

jaringan dapat menyepakati sebuah kontrak traffic dengan software

aplikasi dn kapasitas cadangan di node jaringan, misalnya saat sesi

fase pembentukan.

Beberapa alasan yang menyebabkan performa jaringan penting

adalah :

Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis

Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan

Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitive

trehadap delay, seperti voice dan video.

Merespon perubahan aliran trafik yang ad di jaringan.

Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika

ditrnsmisikan dari asal ke tujuan, yang mengakibatkan masalah-

masaalah dilihat dari sudut pandang pengirim atau penerima, dan

sering disebut dengan parameter-paraeter performa jaringan. [3]

2.11.1. Troughput

Throughput adalah ukuran dari kecepatan dimana data dapat

dikirim melewati jaringan dalam (bit per second bps). Kemampuan

throughput dalam menopang hardware (perangkat keras) disebut

dengan bandwidth.Ada kenyataanya, istilah bandwidth kadang-

kadang digunakan sebagai sinonim dari throughput. Jika tp adalah

Throughput, dz adalah ukuran data yang dikirim, dan t adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

55

waktu yang dibutuhkan, maka rumus untuk menentukan

throughput adalah:

2.11.2. Jitter

Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada

jaringan IP. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh

variasi beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket

(congestion) yang ada dalam jaringan IP. Semakin besar beban

trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula

peluang terjadinya congestion dengan demikian nilai jitter-nya

akan semakin besar. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan

nilai QoS akan semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS

jaringan yang baik, nilai jitter harus dijaga seminimum mungkin.

Terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan

berdasarkan nilai peak jitter sesuai dengan versi TIPHON

(Joesman 2008, dalam Fatoni, 2011), yaitu :

Kategori

Degresi Peak Jitter Indeks

Sangat Bagus 0 ms 4

Bagus 0 s/d 75 ms 3

Sedang 75 s/d 125 ms 2

Jelek 125 s/d 225 ms 1

Tabel 2.6. Standarisasi nilai Jitter versi THIPON

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

56

2.11.3. Packet loss

Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket IP

mencapai tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan,

dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinkan, diantaranya yaitu:

Terjadinya overload trafik didalam jaringan,

Tabrakan (congestion) dalam jaringan,

Error yang terjadi pada media fisik,

Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa

disebabkan karena overflow yang terjadi pada buffer.

Di dalam implementasi jaringan IP, nilai packet loss ini diharapkan

mempunyai nilai yang minimum. Secara umum terdapat empat

kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai packet

loss sesuai standar THIPON, yaitu seperti tampak pada tabel

berikut.

Kategori Besar Packet Loss

Sangat Bagus 0%

Bagus 1-3%

Sedang 4-15%

Jelek 16-25%

Tabel 2.7. Standarisasi nilai packet loss versi

THIPON

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

57

2.11.4. Delay

Delay merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh

data atau informasi untuk sampai ke tempat tujuan data atau

informasi tersebut dikirim. Delay pada suatu jaringan akan

menentukan langkah apa yang akan kita ambil ketika kita

memenejemen suatu jaringan. Ketika Delay besar, dapat diketahui

jaringan tersebut sedang sibuk atau kemungkinan yang lain adalah

kapasitas jaringan tersebut yang kecil sehingga bisa melakukan

tindakan pencegahan agar tidak terjadi overload. Misalkan dengan

memindahkan sebagian aliran data ke jalur lain atau memperbesar

kapasitas jaringan kita. [3]

Kategori Besar Delay

Sangat Bagus <150 ms

Bagus 150 s/d 300 ms

Sedang 300 s/d 450 ms

Jelek >450 ms

Tabel 2.8. Standarisasi nilai delay versi THIPON

2.11.5. Packet Drop

Packet drop berkaitan dengan antrin pada link. Jika ada

paket dating pada suatu antrian yang sudah penuh, maka paket

akan didrop/buang sesuai dengan jenis antrian yang dipakai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

58

2.11.6. Reliability

Relibility adalah karakteristik kehandalan sebuah aliran data

dalam jaringan internet. Masing-masing program aplikasi memiliki

kebutuhan realibility yang berbeda. Untuk proses pengiriman data,

e-mail, dan pengaksesan internet jaringan internet harus dapat

diandalkan dibandingkan dengan konferensi audio dan saluran

telepon.

2.11.7. Bandwith

Bandwidth adalah luas atau lebar cakupan frekuensi yang

digunakan oleh sinyal dalam medium transmisi. Dalam kerangka

ini, bandwidth dapat diartikan sebagai perbedaan antara komponen

sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah. Frekuensi

sinyal dapat diukur dalam satuan Hertz. Didalam jaringan

komputer, bandwidth sering digunakan sebagai suatu sinonim

untuk kecepatan transfer data yaitu jumlah data yang dibawa dari

sebuah titik ke titik lain dalam jangka waktu tertentu. Jenis

bandwidth ini biasanya diukur dalam bps (bits per second).[3]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

59

2.12. Alat Pengukuran

2.12.1. Iperf

Iperf merupakan program yang berfungsi untuk

menghasilkan paket secara otomatis. Paket yang dapat dihasilkan

oleh Iperf adalah paket TCP dan UDP. Program Iperf dijalankan di

ujung-ujung jaringan yang akan diukur performanya.[14]

Fitur yang didukung antara lain :

1. TCP

Pengukuran bandwith.

Mendukung TCP windows size via socket buffers.

Client dan server dapat membuat beberapa koneksi

secara simultan.

Setelah menjalankankan iperf dengan mengirimkan paket

TCP maka didapatkan output seperti pada gambar.

Throughput jaringan dapat dilihat pada kolom bandwidth.

Gambar 2.20. Hasil Output TCP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

60

2. UDP

Client dapat membuat paket UDP sesuai dengan

bandwith yang diinginkan.

Pengukuran packet loss.

Pengukuran delay jitter

Mendukung multicast

Client dan server dapat membuat beberapa koneksi

secara simultan. [7]

Setelah menjalankan iperf dengan mengirimkan paket UDP

maka didapatkan output seperti pada gambar. Pada

pengukuran dengan paket UDP didapatkan data jitter dan

packet loss.

Gambar 2.21. Hasil Output UDP

2.12.2. Vistumbler

Vistumbler merupakan salah satu software yang tidak asing

lagi bagi pengguna yang berhubungan langsung dengan wireless.

Vistumbler menampilkan kekuatan sinyal (live scanning) berupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

61

grafik. Selain itu Vistumbler juga mampu memberikan tampilan

informasi yang detail tentang channel yang digunakan, MAC

Address dari access point, SSID, presentase sinyal, sinyal tertinggi

(High RSSI), RSSI, Authentication, Encryption, Network Type,

fungsi GPS, dan Manufacturer.

Gambar 2.22. Screenshot Vistumbler

Pada penelitian ini difokuskan pada kolom RSSI untuk

mengetahui kekuatan sinyal sebuah access point yang didapat dari

tempat tertentu untuk menentukan coverage access point tersebut.

Identitas access point sendiri dapat dilihat pada kolom SSID dan

MacAddress.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

62

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Langkah-langkah Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa langkah – langkah

penelitian. Langkah – langkah penelitian yang dilakukan mulai dari pemetaan

topologi fisik, logik, wifi dan pengukuran parameter jaringan.

1. Pemetaan topologi fisik

Dalam penelitian pemetaan topologi fisik dimulai dari melakukan

wawancara terhadap staff IT Rumah sakit dr.Soeradji Tirtonegoro

selanjutnya melihat dan menganalisa model jaringan yang dipakai Rumah

Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro untuk saling berkomunikasi.

Mengklasifikasikan menurut jenis topologi yang digunakan. Dan

memetakan hasil topologi fisik dalam sebuah gambar.

2. Pemetaan Wifi

Dalam penelitian pemetaan wifi dimulai dengan melihat blueprint

pemetaan wifi di lingkungan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro.

Selanjutnya menghitung kuat sinyal, pemilihan channel dan daerah

coverage yang dapat dijangkau pada setiap access point yang berada di

Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

63

3. Pemetaan topologi logik

Dalam penelitian pemetaan topologi logik dimulai dari melihat

hasil dari topologi fisik yang sebelumnya telah didapat dan menganalisa

aliran data yang terjadi dalam model jaringan yang digunakan Rumah

Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro khususnya jaringan WLAN untuk saling

berkomunikasi serta mengklasifikasikan jenis topologi yang digunakan.

4. Pengukuran parameter jaringan

Dalam penelitian pengukuran parameter jaringan dilakukan dengan

dua sekenario. Sekenario pertama mengukur coverage sebaran sinyal wifi

pada setiap access point di lingkungan Rumah Sakit dr. Soeradji

Tirtonegoro dan sekenario kedua untuk menghitung throughput, jitter dan

packet loss dengan cara mengukur perfoma pada setiap access point dan

jaringan WLAN yang berada di Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro.

3.2. Rencana Pengujian

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan beberapa langkah

penelitian dan sekenario pengujian. Adapun flowchart penelitian dan skenario

pengujian sebagai berikut:

1. Pengujian pertama mengukur kuat sinyal dan coverage pada setiap access

point dengan menggunakan aplikasi Vistumbler.

2. Pengujian kedua mengukur kualitas perfoma setiap access point di Rumah

Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro terhadap parameter Throughtput, Jitter dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

64

packet loss. Pengujian menggunakan tools Iperf dengan mengirimkan paket

UDP dan TCP.

3. Pengujian ketiga mengukur kualitas jaringan WLAN Rumah Sakit dr.

Soeradji Tirtonegoro terhadap parameter Throughtput, Jitter dan packet loss.

Pengujian menggunakan Iperf sebagai paket generator untuk mengirimkan

paket TCP dan UDP.

4. Pengujian dilakukan selama enam hari pada kondisi jaringan sepi(19.00 –

06.00), normal (08.00 – 10.00) dan sibuk( 10.00 – 14.00).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

65

Diagram 3.1 Alur Pengujian

Analisis Data

Selesai

Kesimpulan & Saran

Selesai

Mulai

Pemetaan topologi fisik, pemetaan wifi,

topologi logik

Sitesurvey

Pengukuran kualitas jaringan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

66

3.2.1. Pengujian Kuat Sinyal dan Coverage

Skenario ini untuk mendapatkan data kuat sinyal dan coverage

dari setiap Access Point yang berada di RSST dr. Soeradji

Tirtonegoro.

Pengukuran terhadap kuat sinyal dan coverage dari Access

Point menggunakan Software Vistumbler.

Pengukuran dilakukan dari 8 arah mengelilingi access point

yang akan diukur kuat sinyal dan coverage. Pertama dari jarak

yang paling dekat dengan access point berjalan mundur

menjauhi access point sampai sinyal blank atau sudah tidak

connect. Selanjutnya akan di petakan daerah/coverage kuat

sinyal dari hasil data tadi menurut standarisasi sinyal wifi.

Pengukuran dilakukan sebanyak 30 kali

Gambar 3.1 Rencana pengujian kuat sinyal setiap Access Point

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

67

3.2.2. Pengujian Peforma Access Point

Skenario ini untuk mendapatkan data kualitas peforma access point

Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro terhadap parameter kualitas

jaringan Throughput, Jitter dan Packet los.

Router Mikrotik

RB 450g

Switch COAS

Switch

HumasSwitch ISIRS

AP ISIRS RSST

AP DIREKSI RSST

AP VIVA RSST

AP AKUTANSI

RSST

AP STOCK AREA

RSST

Server

Server

Server

Client

Client

Client

Client

Client

Gambar 3.2 Rencana pengujian kualitas access point.

Pengujian kualitas jaringan WLAN Rumah Sakit dr.

Soeradji Tirtonegoro dilakukan dengan mengirimkan paket TCP

dan UDP dari Laptop server. Parameter yang diambil dari

pengujian ini adalah throughput, jitter dan packet loss. Pemilihan

parameter tersebut dikarenakan pada protocol TCP nilai

throughput sangat berpengaruh dalam pengiriman paket data.

Sedangkan pada protokol UDP nilai jitter dan presentase packet

loss yang tinggi menunjukan kondisi jaringan yang buruk. Karena

protocol UDP sensitive terhadap jitter dan packet loss.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

68

Skenario ini menguji kualitas masing-masing access point

menggunaka Iperf sebagai paket generator. Iperf akan

mengirimkan paket TCP dan UDP sebanyak- banyaknya selama

rentang waktu 60 detik. Iperf di-install pada sisi server dan client.

Pada sisi server, laptop akan dihubungkan pada switch acces point

dengan menggunakan kabel, kemudian pada sisi client, laptop

terhubung pada access point menggunakan wifi. Client melakukan

pengiriman paket ke server mulai dari kategori excellent hingga

poor dalam kondisi sepi, sibuk dan normal.

3.2.3. Pengujian Jaringan WLAN

Router Mikrotik

RB 450g

Switch COAS

Switch

HumasSwitch ISIRS

AP ISIRS RSST

AP DIREKSI RSST

AP VIVA RSST

AP AKUTANSI

RSST

AP STOCK AREA

RSST

Server

Client

Client

Client

Client

Client

Gambar 3.3. Rencana pengujian kualitas jaringan WLAN

Skenario ini menguji kualitas jaringan WLAN

menggunakan tools Iperf sebagai paket generator untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

69

mengirimkan paket TCP dan UDP. Pengiriman paket TCP dan

UDP sebanyak-banyaknya dalam rentang waktu 60 detik. Iperf di-

install pada sisi server dan client. Pada sisi server, laptop

dihubungkan pada router mikrotik dengan menggunakan kabel,

kemudian pada sisi client, laptop terhubung dengan access point

menggunakan wifi. Client melakukan pengiriman paket ke server

mulai dari kategori kualitas sinyal excellent sampai kualitas sinyal

poor dalam kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam hari.

3.3. Pengolahan Data dan Analisis Data

3.3.1. Throughput

Pengukuran dilakukan pada setiap access point dengan mengirim

file ke server dari client workstation melalui jaringan WLAN.

Penggunaan Iperf akan langsung memperlihatkan besarnya

Throughput dan pengaruh kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal

dan sibuk terhadap besarnya Throughput dapat dinamis.

3.3.2. Packet Loss

Dari hasil pengukuran besarnya packet loss pada setiap pengiriman

data ke server dapat dilihat. Berdasarkan standar THIPON, standar

presentase packet loss untuk jaringan adalah sebagai berikut :

Sangat bagus (0%), Bagus(1-3%), Sedang (4-15%) dam Jelek (16-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

70

25%). Berdasarkan standarisasi tersebut packet loss dapat diketahui

apakah termasuk dalam kategori sangat bagus, bagus, sedang, atau

jelek.

3.3.3. Jitter

Pengukuran jitter dilakukan dengan mengirim file yang disimpan

pada server dari client. Dari data hasil pengunduhan file tersebut,

dapat diketahui besarnya tumbukan antar paket (congestion). Jitter

akan dibandingkan denga teori-teori yang ada. Dari hasil

perbandingan tersebut, besarnya jitter dapat diketahui apakah

termasuk dalam kategori baik atau buruk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

71

BAB IV

DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN

4.1. Topologi Jaringan

4.1.1. Topologi Jaringan Fisik

Hasil penelitian jaringan WLAN Rumah Sakit dr. Soeradji

Tirtonegoro. Berdasarkan pemetaan topologi secara fisik Rumah

Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro mempunyai 5 access point yang

tersebar di lingkungan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro dan

topologi jaringan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro adalah

sebagai berikut:

INTERNET

Router Mikrotik

RB 450g

Switch COASSwitch

HumasSwitch ISIRS

AP ISIRS RSST

AP DIREKSI RSST

AP VIVA RSST

AP AKUTANSI

RSST

AP STOCK AREA

RSST

Gambar 4.1. Topologi jaringan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

72

1. Pengukuran dilakukan tidak mempertimbangkan kondisi

internal yang terdapat dalam jaringan nirkabel, seperti

gangguan pada media transmisi.

2. Access point yang digunakan D-Link DAP-1150 dan TL-

WA801ND semua access point menggunakan protokol

802.11g, konfigurasi untuk sistem keamanan pada access point

tidak digunakan, karena sistem keamanan menggunakan

routerboard mikrotik.

3. Pengukuran dilakukan pada RSST dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten access point DIREKSI RSST, Akutansi RSST, STOCK

AREA RSST, VIVA RSST dan ISIRS RSST Besaran

bandwidth adalah 15 Mbps secara keseluruhan

4. Frekuensi perangkat access point yang digunakan adalah

2,4GHz.

5. Besar bandwidth yang disediakan oleh Rumah Sakit dr.

Soeradji Tirtonegoro adalah 8 Mbps.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

73

4.1.2. Pemetaan Wifi

Hasil penelitian pemetaan wifi Rumah Sakit dr. Soeradji

Tirtonegoro. Penempatan access point terlihat pada gambar 4.2.

Dari hasil penempatan Wifi kuat sinyal yang dipancarkan dari

setiap access point masih kurang baik karena belum bisa mencakup

seluruh lingkungan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro. Dari

kelima access point yang dimiliki Rumah Sakit dr. Soeradji

Tirtonegoro belum sesuai dengan standar penempatan dan

pemilihan channel sesuai dengan Cell Layout for Three Channels

seperti yang telah dijelaskan pada bab II. Seharusnya pemilihan

channels setiap access point tidak boleh tumpang tindih karena

menyebabkan terjadinya overlapping. Karena hanya ada 3

channels yang digunakan untuk membatasi band ISM dengan

perhitungan +5 atau -5. Dapat dicontohkan, channels 1 tidak akan

overlaping dengan channel 6 dan 11. Selain tata letak dan

pemilihan channels jumlah dari access point yang dimiliki Rumah

Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro masih kurang karena menurut

pedoman pembangunan wifi yang baik satu access point maksimal

digunakan 25 user dan satu access point maksimal menjangkau

jarak 300m2. Menurut ukuran luas area jumlah acces point yang

dimiliki Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro kurang memadai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

74

Gambar 4.2. Denah lokasi penempatan access point Rumah Sakit dr. Soeradji

Tirtonegoro

4.1.3. Topologi Jaringan logik

Berdasarkan pemetaan topologi secara logik, Rumah Sakit dr.

Soeradji Tirtonegoro mendapatkan layanan internet dari Internet Service

Provider (ISP) G-Media sebesar 8 Mbps. Server yang berada diruangan

Sistem Informasi membagi bandwith dalam jaringan Local Area Network

(LAN) dan WLAN. Jaringan LAN terbagi dalam perkantoran di area

direksi, di kantor akutansi, serta di gudang alat tulis. Jaringan WLAN

terbagi menjadi 3 switch yang berada di ruang Sistem informasi, bagian

humas, dan akutansi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

75

4.2. Data Penelitian

Hasil pengukuran yang didapat dari penelitian selama 4 bulan adalah data

mentah yang didapat dari Speedtest, Vistumbler, dan Iperf. Dimana masing-

masing aplikasi yang digunakan seperti :

Speedtest untuk menghitung kualitas internet.

Vistumbler untuk menghitung kuat sinyal dan coverage.

Iperf untuk menghitung throughput, jitter, dan packet loss.

Data mentah yang sudah didapat kemudian dihitung dengan menggunakan

persamaan pada bab 2. Kualitas internet didapat dari penghitungan Speedtest.

Kuat sinyal dan coverage didapatkan dari hasil pemetaan menggunakan

aplikasi Vistumbler. throughput, jitter, dan packet loss didapatkan dari

penghitungan menggunaan Iperf. Hasil penghitungan parameter-parameter

kinerja jaringan Wireless Local Area Network (WLAN) di RSST dr. Soeradji

Tirtonegoro disajikan dalam bentuk table pada masing-masing kondisi berikut

ini.

4.2.1. Data Kondisi Sepi

Data performansi jaringan pada kondisi sepi diambil pada waktu

pegawai telah selesai bekerja yaitu sekitar malam hari pada pukul

19.00 sampai 06.00 secara realtime (suvey). Kondisi saat sepi

dimana tidak ada aktivitas menggunakan internet atau tidak ada

pengakses.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

76

4.2.2. Data Kondisi Normal

Data performansi jaringan pada kondisi normal diambil pada waktu

08.00 sampai 10.00 secara realtime (survey).

4.2.3. Data Kondisi Sibuk

Data performansi jaringan pada kondisi sibuk diambil pada pukul

10.00 sampai 14.00 secara realtime (survey).

4.3. Kondisi Kuat Sinyal, Coverage, dan Channel

Overlapping Access Point (AP)

Dalam skenario yang sudah disebutkan pada bab III, akan dilakukan pengukuran

coverage area menggunakan tools vistumbler untuk mengetahui kekuatan sinyal.

Kemudian dipetakan sesuai dengan kualitas Sinyal.

Tabel 4.1. Tabel kategori sinyal

Category

Signal Strength

Colour

Range Percentage

Excellent Green -57 to -10 dBm 75 – 100%

Good Green -75 to -58 dBm 40 – 74%

Fair Yellow -85 to -76 dBm 20 – 39%

Poor Red -95 to -86 dBm 0 – 19%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

77

4.3.1. Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping Access

Point DIREKSI RSST.

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat sinyal

dan coverage dari access point DIREKSI RSST yang berlokasi

dibagian depan Rumah sakit dapat digambarkan seperti Gambar 4.3.

Dari hasil mapping terhadap kuat sinyal dan coverage dari access

point DIREKSI RSST kuat sinyal yang di pancarkan dari access

point sudah baik karena sudah mencakup bagian perkantoran di

lingkungan RSST dr. Soeradji Tirtonegoro. Access point DIREKSI

RSST tidak mengalami channel overlapping dari media lain dapat

digambarkan seperti Gambar 4.4. Karena pemilihan channel dari

access point DIREKSI RSST tidak sama dengan channel yang

digunakan media lainnya. Dapat di simpulkan pancaran sinyal dari

access point DIREKSI RSST akan maksimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

78

Gambar 4.3. mapping kuat sinyal dan coverage access point DIREKSI RSST

Gambar 4.4. channel overlapping dari access point DIREKSI RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

79

4.3.2. Kuat Sinyal ,Coverage dan Channel Overlapping Access

Point ISIRS RSST

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat sinyal

dan coverage dari access point ISIRS RSST yang berlokasi dibagian

poliklinik dan perkantoran lantai dua dapat digambarkan seperti

Gambar 4.5. Dari hasil mapping terhadap kuat sinyal dan coverage

dari access point ISIRS RSST kuat sinyal yang di pancarkan dari

access point sudah baik karena sudah mencakup bagian poliklinik dan

perkantoran lantai dua. Access point ISIRS RSST tidak mengalami

channel overlapping dari media lain dapat digambarkan seperti

Gambar 4.6. Karena pemilihan channel dari access point ISIRS RSST

tidak sama dengan channel yang digunakan media lainnya. Dapat di

simpulkan pancaran sinyal dari access point ISIRS RSST akan

maksimal.

Gambar 4.5. mapping kuat sinyal dan coverage access point ISIRS RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

80

Gambar 4.6. channel overlapping dari access point ISIRS RSST

4.3.3. Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping

Access Point Akutansi RSST.

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat sinyal

dan coverage dari access point Akutansi RSST yang berlokasi barat

rumah sakit dapat digambarkan seperti Gambar 4.7. Dari hasil

mapping terhadap kuat sinyal dan coverage dari access point Akutansi

RSST kuat sinyal yang di pancarkan dari access point sudah baik

karena sudah mencakup bagian barat rumah sakit. Selain kuat sinyal

dan coverage dari access point Akutansi RSST juga terjadi channel

overlapping dari media lain yang tersebar di sekitar lingkungan RSST

dr. Soeradji Tirtonegoro. Dapat digambarkan seperti Gambar 4.8. Dari

hasil pengamatan terlihat access point Akutansi RSST mengalami

channel overlapping dengan wifi VIVA RSST yang sama-sama

menggunakan channel 13 sebagai pemancar sinyal. Ini mengakibatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

81

sinyal yang dipancarkan access point Akutansi RSST tidak maksimal

dan terganggung karena adanya channel overlapping dari media lain.

Gambar 4.7. mapping kuat sinyal dan coverage access point Akutansi RSST

Gambar 4.8. channel overlapping dari access point Akutansi RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

82

4.3.4. Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping Access

Point STOCK AREA RSST.

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat sinyal

dan coverage dari access point STOCK AREA RSST yang berlokasi

belakang rumah sakit dapat digambarkan seperti Gambar 4.9. Dari

hasil mapping terhadap kuat sinyal dan coverage dari access point

STOCK AREA RSST kuat sinyal yang di pancarkan dari access point

sudah baik karena sudah mencakup bagian belakang rumah sakit.

Selain kuat sinyal dan coverage dari access point STOCK AREA

RSST juga terjadi channel overlapping dari media lain yang tersebar

di sekitar lingkungan RSST dr. Soeradji Tirtonegoro. Dapat

digambarkan seperti Gambar 4.10. Dari hasil pengamatan terlihat

access point STOCK AREA RSST mengalami channel overlapping

dengan wifi VIVA RSST dan Akutansi RSST yang sama-sama

menggunakan channel 13 sebagai pemancar sinyal. Ini mengakibatkan

sinyal yang dipancarkan access point STOCK AREA RSST tidak

maksimal dan terganggung karena adanya channel overlapping dari

media lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

83

Gambar 4.9. mapping kuat sinyal dan coverage access point STOCK AREA RSST.

Gambar 4.10. channel overlapping dari access point STOCK AREA RSST.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

84

4.3.5. Kuat Sinyal, Coverage Access dan Channel Overlapping

Point VIVA RSST

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap kuat sinyal

dan coverage dari access point VIVA RSST yang berlokasi tengah

rumah sakit dapat digambarkan seperti Gambar 4.11. Dari hasil

mapping terhadap kuat sinyal dan coverage dari access point VIVA

RSST kuat sinyal yang di pancarkan dari access point sudah baik

karena sudah mencakup bagian tengah rumah sakit. Selain kuat sinyal

dan coverage dari access point VIVA RSST juga terjadi channel

overlapping dari media lain yang tersebar di sekitar lingkungan RSST

dr. Soeradji Tirtonegoro. Dapat digambarkan seperti Gambar 4.12.

Dari hasil pengamatan terlihat access point VIVA RSST mengalami

channel overlapping dengan wifi Akutansi RSST yang sama-sama

menggunakan channel 13 sebagai pemancar sinyal. Ini mengakibatkan

sinyal yang dipancarkan access point VIVA RSST tidak maksimal

dan terganggung karena adanya channel overlapping dari media lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

85

Gambar 4.11. mapping kuat sinyal dan coverage access point VIVA RSST

Gambar 4.12. channel overlapping dari access point VIVA RSST

4.3.6. Kondisi Kuat Sinyal, Coverage dan Channel Overlapping

Access Point Direksi RSST, VIVA RSST, Stock Area

RSST, dan Akutansi RSST.

Berdasarkan pengukuran terhadap 4 access point yang terletak dilantai

1 di Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro dapat digambarkan 4.13.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

86

Terlihat coverage dari keempat accesspoint masih kurang mencakup

seluruh lingkungan Rumah Sakit dr. Soeradji Tirtonegoro dan masih

perlu penambahan access point lagi untuk memperluas coverage.

Serta dalam penempatan access point perlu diperhatikan pemilihan

channel access point. Karena penempatan access point yang tidak

sesuai dengan Cell Layout for Three Channels dan masih belum

strategis hal ini yang sering kali memhambat user untuk melakukan

koneksi secara real time. Penempatan access point yang kurang

strategis mengakibatkan pancaran sinyal yang dipancarkan access

point tidak dapat menjangkau tempat yang sering digunakan untuk

mengakses acces point. Pemilihan channel yang kurang tepat

mengakibatkan terjadinya intervensi terhadap perangkat

lainnya(Channel Overlapping), sehingga pancaran sinyal access point

tidak maksimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

87

Gambar 4.13. Mapping kuat sinyal dan coverage Access Point Direksi RSST, VIVA RSST,

Stock Area RSST, dan Akutansi RSST.

4.4. Analisis Performa Jaringan dengan TCP dan UDP

Dalam scenario yang sudah di sebutkan pada bab III, akan dilakukan

pengiriman paket TCP dan UDP sebanyak-banyaknya dari client ke server

dalam interval waktu 60s. Pengujian menggunakan paket generator Iperf yang

dapat menghasilkan dan mengirimkan paket-paket TCP dan UDP dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

88

ketentuan sesuai scenario pengujian. Berikut adalah sintaks yang digunakan

untuk pengujian ini.

Pengiriman paket TCP

Server

Client

Pengiriman paket UDP

Server

Client

4.4.1. Pengujian access point

Pengujian yang dilakukan adalah pengujian dengan paket TCP

dan UDP pada semua access point. TCP dan UDP adalah dua protocol

yang banyak digunakan dalam jaringan internet berbasis IP. Keduanya

dibuat dengan tujuan yang berbeda. TCP (Transmission Control

Protocol) misalnya, bersifat connection oriented, artinya protocol ini

memiliki kemampuan untuk menjamin transfer dan control data

hingga node tujuan. Sebaliknya UDP (User Datagram Protocol).

Bersifat connectionless oriented, yang berarti protokol ini tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

89

memiliki mekanisme yang dapat menjamin sampainya paket ke node

tujuan.

Penggunaan Iperf pada mode TCP akan menghasilkan

keluaran parameter throughput jaringan. Pada koneksi TCP, windows

size menentukan jumlah maksimum data yang dapat berada dalam

jaringan pada saat bersamaan. Sedangkan penggunaan mode UDP

akan menghasilkan keluaran parameter jitter dan packet loss. Pada

koneksi UDP, pengujian dilakukan dengan mengirim datagram. Pada

pengujian ini menggunakan Iperf secara default pada pengujian TCP

dan UDP tanpa mengubah windows size dan datagram yang dikirim.

4.4.1.1. Kondisi access point DIREKSI RSST

4.4.1.1.1. Throughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Besaran rata-rata throughput access point- DIREKSI RSST dapat

digambarkan seperti Gambar 4.14. Kualitas sinyal keseluruhan

throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari

pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas

sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi

kecil. Tabel 4.2 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran

throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan

sibuk yang dilakukan selama enam hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

90

Wifi DIREKSI RSST

Kuat Sinyal

Throughput (Mbps)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 20,533 17,333 7,983

Good 13,167 8,062 2,667

Fair 7,500 2,418 0,285

Poor 1,865 0,314 0,051

Tabel. 4.2 Rata-rata throughput access pointDIREKSI RSST

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput

lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan

banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran

throughput menjadi semakin kecil.

Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin

baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan

rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek

daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput

sebesar 20,533 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam

sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

91

Gambar 4.14 Grafik rata-rata throughput access point DIREKSI RSST

4.4.1.1.2. Packet Loss

Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss

access point-DIREKSI RSST pada saat pengujian dapat

digambarkan seperti Gambar 4.15. Kualitas sinyal keseluruhan

packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari

pada saat pengujian access point DIREKSI RSST pada sinyal good,

fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan

packet loss menjadi besar. Tabel 4.3 menunjukan besaran rata-rata

data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi

sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

92

Wifi DIREKSI RSST

Kuat Sinyal

Packet Loss (%)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 0 0 0

Good 0 0,10833 1,3

Fair 0,19167 0,58667 2,78333

Poor 0,37167 2,18333 3,26667

Tabel. 4.3 Rata-rata packet loss access point DIREKSI RSST

Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss

lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut

dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga

besaran packet loss semakin besar.

Kinerja packet loss pada Gambar 4.15 menunjukan

trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini

menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada

kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data

yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas

sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam

kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu 0%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

93

Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk

dalam kategori baik. Packet loss pada kualitas sinyal fair dan poor

saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada kualitas sinyal

good dan fair saat sibuk dalam kategori baik yaitu kurang dari 3%.

Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi sibuk dalam

kategori sedang.

Gambar 4.15 Grafik rata-rata packet loss access point DIREKSI RSST

4.4.1.1.3. Jitter

Tabel 4.4 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk

selama enam hari. Gambar 4.16 menunjukan jitter berdasarkan

kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

94

Wifi DIREKSI RSST

Kuat Sinyal Jitter (ms)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 0,8072 5,6378 11,9848

Good 4,477 13,4464 28,5298

Fair 18,1372 33,2164 46,272

Poor 27,6364 52,39 138,552

Tabel. 4.4 Rata-rata jitter access point DIREKSI

RSST

Sesuai dengan standart THIPON jitter access point

DIREKSI RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan

poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena

kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent,

good, dan fair pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori

bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal

poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.

Trendline Jitter access point DIREKSI RSST pada Gambar

4.16 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada

kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi

karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi

dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

95

dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi

sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya

congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.

Gambar 4.16 Grafik rata-rata jitter access point DIREKSI RSST

4.4.1.2. Kondisi access point ISIRS RSST

4.4.1.2.1. Throughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Besaran rata-rata throughput access point- ISIRS RSST dapat

digambarkan seperti Gambar 4.17. Kualitas sinyal keseluruhan

throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari

pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

96

sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi

kecil. Tabel 4.5 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran

throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan

sibuk yang dilakukan selama enam hari.

ISIRS RSST

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 24,2166667 18,51666667 7,781666667

Good 18,34 12,165 2,206666667

Fair 8,055 2,061666667 0,5615

Tabel. 4.5 Rata-rata throughput access point SIRS

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput

lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan

banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran

throughput menjadi semakin kecil.

Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin

baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan

rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek

daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

97

sebesar 24,216 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam

sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.

Gambar 4.17 Grafik rata-rata throughput access point ISIRS RSST

4.4.1.2.2. Packet Loss

Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss

access point- ISIRS RSST pada saat pengujian dapat digambarkan

seperti Gambar 4.18. Kualitas sinyal keseluruhan packet loss yang

dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari pada saat

pengujian access point ISIRS RSST pada sinyal good, fair, dan

poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan packet

loss menjadi besar. Tabel 4.6 menunjukan besaran rata-rata data

Mb

ps

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

98

pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi,

normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.

packet loss access point- ISIRS RSST

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 0 0 0,09167

Good 0 0,08833 0,32333

Fair 0,246667 0,53 1,88333

Tabel. 4.6 Rata-rata packet loss access point ISIRS RSST

Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss

lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut

dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga

besaran packet loss semakin besar.

Kinerja packet loss pada Gambar 4.18 menunjukan

trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini

menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada

kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data

yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas

sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

99

kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu 0%.

Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk

dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair

dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada

kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu

kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi

sibuk dalam kategori sedang.

Gambar 4.18 Grafik rata-rata packet loss access point ISIRS RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

100

4.4.1.2.3. Jitter

Tabel 4.7 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk

selama enam hari. Gambar 4.19 menunjukan jitter berdasarkan

kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

jitter access point ISIRS RSST

Kuat Sinyal

Jitter (ms)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 2,1771667 6,2905 13,3845

Good 6,5165 12,4955 26,901833

Fair 17,547833 28,1626667 78,618667

Tabel. 4.7 Rata-rata jitter access point ISIRS RSST

Sesuai dengan standart THIPON jitter access point ISIRS

RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada

kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari

75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent, good, dan fair

pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori bagus karena

kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal poor pada

kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

101

Trendline Jitter access point ISIRS RSST pada Gambar

4.19 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada

kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi

karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi

dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai

dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi

sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya

congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.

Gambar 4.19 Grafik rata-rata jitter access point ISIRS RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

102

4.4.1.3. Kondisi access point Akutansi RSST

4.4.1.3.1. Throughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Besaran rata-rata throughput access point Akutansi RSST dapat

digambarkan seperti Gambar 4.20. Kualitas sinyal keseluruhan

throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari

pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas

sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi

kecil. Tabel 4.8 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran

throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan

sibuk yang dilakukan selama enam hari.

access point Akutansi RSST

Kuat Sinyal

Throughput (Mbps)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 22,383 17,983 12,100

Good 18,267 11,867 6,603

Fair 6,633 2,140 0,677

Poor 1,251 0,649 0,155

Tabel. 4.8 Rata-rata throughput access point Akutansi RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

103

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput

lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan

banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran

throughput menjadi semakin kecil.

Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin

baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan

rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek

daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput

sebesar 22,383 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam

sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.

Gambar 4.20 Grafik rata-rata throughput access point Akutansi RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

104

4.4.1.3.2. Packet Loss

Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss

access point Akutansi RSST pada saat pengujian dapat

digambarkan seperti Gambar 4.21. Kualitas sinyal keseluruhan

packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari

pada saat pengujian access point Akutansi RSST pada sinyal good,

fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan

packet loss menjadi besar. Tabel 4.9 menunjukan besaran rata-rata

data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi

sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.

packet loss access point Akutansi RSST

Kuat Sinyal

Packet Loss (%)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 0 0 0

Good 0 0,16 0,25

Fair 0 0,37 2,05

Poor 0,16 2,05 3,52

Tabel. 4.9 Rata-rata packet loss access point Akutansi

RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

105

Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss

lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut

dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga

besaran packet loss semakin besar.

Kinerja packet loss pada Gambar 4.21 menunjukan

trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini

menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada

kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data

yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas

sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam

kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPONyaitu 0%.

Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk

dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair

dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada

kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu

kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi

sibuk dalam kategori sedang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

106

Gambar 4.21 Grafik rata-rata packet loss access point Akutansi RSST

4.4.1.3.3. Jitter

Tabel 4.10 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap

kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam

hari. Gambar 4.22 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal

pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Jitter access point Akutansi RSST

Kuat Sinyal Jitter (ms)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 1,070 5,537 11,935

Good 5,911 12,656 24,482

Fair 13,767 24,551 41,050

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

107

Poor 22,723 40,629 91,085

Tabel. 4.10 Rata-rata jitter access point Akutansi RSST

Sesuai dengan standart THIPON jitter access point

Akutansi RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan

poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena

kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent,

good, dan fair pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori

bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal

poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.

Trendline Jitter access point Akutansi RSST pada Gambar

4.22 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada

kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi

karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi

dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai

dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi

sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya

congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

108

Gambar 4.22 Grafik rata-rata jitter access point Akutansi RSST

4.4.1.4. Kondisi access point STOCK AREA RSST

4.4.1.4.1. Throughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Besaran rata-rata throughput access point STOCK AREA RSST

dapat digambarkan seperti Gambar 4.23. Kualitas sinyal

keseluruhan throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih

besar dari pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor.

Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput

menjadi kecil. Tabel 4.11 menunjukan besaran rata-rata data

pengukuran throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi,

normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

109

Tabel. 4.11 Rata-rata throughput access point STOCK

AREA RSST

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput

lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan

banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran

throughput menjadi semakin kecil.

Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin

baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan

rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek

daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput

access point STOCK AREA RSST

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 28,417 22,222 12,697

Good 18,317 12,800 4,717

Fair 10,330 5,833 1,231

Poor 3,793 1,903 0,318

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

110

sebesar 28,417 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam

sepi sudah cukup baik untuk standart 802.11g.

Gambar 4.23 Grafik rata-rata throughput access point STOCK AREA RSST

4.4.1.4.2. Packet Loss

Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss access

point STOCK AREA RSST pada saat pengujian dapat

digambarkan seperti Gambar 4.24. Kualitas sinyal keseluruhan

packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari

pada saat pengujian access point STOCK AREA RSST pada sinyal

good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah

menyebabkan packet loss menjadi besar. Tabel 4.12 menunjukan

besaran rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas

sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama

enam hari.

Mb

ps

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

111

Tabel. 4.12 Rata-rata packet loss access point STOCK

AREA RSST

Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss

lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut

dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga

besaran packet loss semakin besar.

Kinerja packet loss pada Gambar 4.24 menunjukan

trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini

menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada

kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data

yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas

sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam

kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu 0%.

packet loss access point STOCK AREA RSST

Kuat Sinyal

Packet Loss (%)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 0 0 0

Good 0 0 0,09

Fair 0 0,15 0,54

Poor 0,17 1,14 2,9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

112

Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk

dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair

dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada

kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu

kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi

sibuk dalam kategori sedang.

Gambar 4.24Grafik rata-rata packet loss access point STOCK AREA RSST

4.4.1.4.3. Jitter

Tabel 4.13 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk

selama enam hari. Gambar 4.25 menunjukan jitter berdasarkan

kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

113

Tabel. 4.13 Rata-rata jitter access point STOCK AREA

RSST

Sesuai dengan standart THIPON jitter access point

STOCK AREA RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good,

fair, dan poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus

karena kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal

excellent, good, dan fair pada kondisi sibuk juga termasuk dalam

kategori bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas

sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.

Trendline Jitter access point STOCK AREA RSST pada

Gambar 4.25 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal

pada kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi

karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi

dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai

dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi

Jitter access point STOCK AREA RSST

Kuat Sinyal Jitter (ms)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 0,879 4,759 9,228

Good 4,022 9,243 20,024

Fair 8,070 19,723 33,380

Poor 16,254 29,583 45,097

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

114

sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya

congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.

Gambar 4.25 Grafik rata-rata jitter access point STOCK AREA RSST

4.4.1.5. Kondisi access point VIVA RSST

4.4.1.5.1. Throughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Besaran rata-rata throughput access point VIVA RSST dapat

digambarkan seperti Gambar 4.26. Kualitas sinyal keseluruhan

throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari

pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas

sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

115

kecil. Tabel 4.14 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran

throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan

sibuk yang dilakukan selama enam hari.

throughput access point VIVA RSST

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 17,20 14,37 5,95

Good 9,32 6,42 1,24

Fair 3,05 1,54 0,17

Poor 0,47 0,28 0,04

Tabel. 4.14 Rata-rata throughput access point VIVA RSST

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput

lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan

banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran

throughput menjadi semakin kecil.

Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin

baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

116

rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek

daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput

sebesar 17,2 Mbps pada kualitas sinyal excellent pada saat jam sepi

sudah cukup baik untuk standart 802.11g.

Gambar 4.26 Grafik rata-rata throughput access point VIVA RSST

4.4.1.5.2. Packet Loss

Berdasarkan hasil pengukuran besaran rata-rata packet loss

access point VIVA RSST pada saat pengujian dapat digambarkan

seperti Gambar 4.27. Kualitas sinyal keseluruhan packet loss yang

dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari pada saat

pengujian access point VIVA RSST pada sinyal good, fair, dan

poor. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan packet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

117

loss menjadi besar. Tabel 4.15 menunjukan besaran rata-rata data

pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi,

normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.

packet loss access point VIVA RSST

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 0 0 0

Good 0 0,13 0,61

Fair 0,32 0,39 2,82

Poor 0,87 1,53 4,13

Tabel. 4.15 Rata-rata packet loss access point

VIVA RSST

Dari hasil packet loss terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata packet loss. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat packet loss

lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal tersebut

dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga

besaran packet loss semakin besar.

Kinerja packet loss pada Gambar 4.27 menunjukan

trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini

menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

118

kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data

yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas

sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam

kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPONyaitu 0%.

Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi sepi masuk

dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas sinyal fair

dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan pada

kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus yaitu

kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi

sibuk dalam kategori kurang baik.

Gambar 4.27 Grafik rata-rata packet loss access point VIVA RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

119

4.4.1.5.3. Jitter

Tabel 4.15 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap

kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam

hari. Gambar 4.28 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal

pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

VIVA

Kuat Sinyal Jitter (ms)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 2,86 5,94 14,72

Good 6,33 13,41 30,92

Fair 18,45 29,62 88,27

Poor 30,17 68,69 163,79

Tabel. 4.15 Rata-rata jitter access point VIVA RSST

Sesuai dengan standart THIPON jitter access point VIVA

RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada

kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari

75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent, good, dan fair

pada kondisi sibuk juga termasuk dalam kategori bagus karena

kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal poor pada

kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang.

Trendline Jitter access point VIVA RSST pada Gambar

4.28 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada

kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi

karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi

dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

120

dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi

sibuk akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya

congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.

Gambar 4.28 Grafik rata-rata jitter access point VIVA RSST

4.4.2. Pengujian WLAN

Pengujian yang dilakukan adalah pengujian dengan

menggunakan paket TCP dan UDP ke semua WLAN. TCP dan UDP

adalah dua protokol yang banyak digunakan dalam jaringan internet

berbasis IP. Keduanya dibuat dengan tujuan yang berbeda. TCP

(Transmission Control Protocol) misalnya, bersifat connection

oriented, artinya protocol ini memiliki kemampuan untuk menjamin

transfer dan control data hingga node tujuan. Sebaliknya UDP (User

Datagram Protocol) bersifat connectionless oriented, yang berarti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

121

protocol ini tidak memiliki mekanisme yang dapat menjamin

sampainya paket ke node tujuan.

Penggunaan Iperf pada mode TCP akan menghasilkan

keluaran parameter throughput jaringan. Pada koneksi TCP, windows

size menentukan jumlah maksimum data yang dapat berada dalam

jaringan pada saat bersamaan. Sedangkan penggunaan mode UDP

akan manghasilkan keluaran parameter jitter dan packet loss. Pada

koneksi UDP, pengujian dilakukan dengan mengirim datagram. Pada

pengujian ini menggunakan Iperf secara default pada pengujian TCP

dan UDP tanpa mengubah windows size dan datagram yang dikirim.

4.4.2.1. Kondisi WLAN DIREKSI RSST

Access point DIREKSI RSST ini berada di lingkungan

perkantoran tepatnya berada di lobi Direksi RSST. Access point

DIREKSI RSST terkoneksi kabel melalui switch yang berada di

bagian depan kantor Humas rumah sakit. Jarak antara router server

ke switch + 25m dan jarak switch ke Access point DIREKSI RSST

+ 20m.

4.4.2.1.1. Troughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Besaran rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST dapat

digambarkan seperti Gambar 4.29. Kualitas sinyal keseluruhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

122

throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari

pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas

sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi

kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch

mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.

Tabel 4.16 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran

throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan

sibuk yang dilakukan selama enam hari.

Tabel. 4.16 Rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput

lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan

banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran

throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin

besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.

Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat

throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal

excellent. Hasil throughput sebesar 16,5 Mbps pada kualitas sinyal

Kuat Sinyal Troughput (Mbps)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 16,56667 14,874 6,8432

Good 8,701667 6,396 1,939

Fair 3 1,843 0,183

Poor 0,410833 0,2733 0,0422

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

123

excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart

802.11g.

Gambar 4.29 Grafik rata-rata throughput WLAN DIREKSI RSST

4.4.2.1.2. Packet Loss

Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk

besaran rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST pada saat

pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.30. Kualitas sinyal

keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih

kecil dari pada saat pengujian access point DIREKSI RSST pada

sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil

pengukuran yang telah dilakukan pada access point DIREKSI

RSST hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

124

DIREKSI RSST mengalami penurunan pada kualitas sinyal good,

fair, dan poor pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk.

Kualitas sinyal yang semakin rendah mengakibatkan packet loss

menjadi lebih besar dan jarak yang cukup jauh antara router server

ke switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami

penurunan. Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran

packet loss lebih kecil daripada pada kondisi normal dan sibuk, hal

tersebut dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk,

sehingga besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.17

menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang

dilakukan selama enam hari.

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 0 0 0,0346

Good 0,171667 0,156 0,956

Fair 0,246667 0,547 3,73

Poor 1,303333 1,87 4,634

Tabel. 4.17 Rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST

Kinerja packet loss pada Gambar 4.30 menunjukan

trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

125

menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada

kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data

yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas

sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam

kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu

kurang dari 3%. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi

sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas

sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan

pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus

yaitu kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat

kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.

Gambar 4.30 Grafik rata-rata packet loss WLAN DIREKSI RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

126

4.4.2.1.3. Jitter

Tabel 4.18 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk

selama enam hari. Gambar 4.31 menunjukan jitter berdasarkan

kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Tabel. 4.18 Rata-rata jitter WLAN DIREKSI

RSST

Sesuai dengan standart THIPON jitter access point

DIREKSI RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan

poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena

kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent

dan good pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus

karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal fair

pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang, dan untuk

Kuat Sinyal Jitter (ms)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 3,1202 6,346 16,433

Good 7,086 13,584 30,562

Fair 19,3938 31,843 88,359

Poor 32,9334 70,483 163,893

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

127

kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori

jelek. Dibandingkan dengan pengukuran yang telah dilakukan pada

access point DIREKSI RSST nilai jitter dari pengukuran WLAN

mengalami peningkatan untuk semua kategori kuat sinyal dan pada

semua kondisi baik sepi, normal dan sibuk.

Trendline Jitter WLAN DIREKSI RSST pada Gambar 4.31

menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic

jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan

kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin

rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup

jauh antara router server dan switch ke access point

mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal tersebut

akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,

sehingga nilai jitter akan semakin besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

128

Gambar 4.31 Grafik rata-rata jitter WLAN DIREKSI RSST

4.4.2.2. Kondisi WLAN ISIRS RSST

Access point ISIRS RSST ini berada di lingkungan poliklinik

tepatnya berada pada ruangan Sistem Informasi Rumah sakit. Access

point ISIRS RSST terkoneksi kabel melalui switch yang berada di

ruangan Sistem Informasi Rumah sakit. Jarak antara router server ke

switch + 10m dan jarak switch ke Access point ISIRS RSST + 10m.

4.4.2.2.1. Troughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Besaran rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST dapat

digambarkan seperti Gambar 4.32. Kualitas sinyal keseluruhan

throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari

pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

129

sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi

kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch

mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.

Tabel 4.19 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran

throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan

sibuk yang dilakukan selama enam hari.

Kuat Sinyal Troughput (Mbps)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 18,433 16,838 8,733

Good 15,944 11,489 2,434

Fair 6,983 3,742 1,384

Poor 1,738 0,583 0,084

Tabel. 4.19 Rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST Selama

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput

lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan

banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran

throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin

besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.

Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat

throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal

excellent. Hasil throughput sebesar 18,4 Mbps pada kualitas sinyal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

130

excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart

802.11g.

Gambar 4.32 Grafik rata-rata throughput WLAN ISIRS RSST

4.4.2.2.2. Packet Loss

Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk

besaran rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST pada saat

pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.33. Kualitas sinyal

keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih

kecil dari pada saat pengujian access point ISIRS RSST pada

sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil

pengukuran yang telah dilakukan pada access point ISIRS RSST

hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN ISIRS RSST

mengalami penurunan pada kualitas sinyal good, fair, dan poor

pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk. Kualitas sinyal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

131

yang semakin rendah mengakibatkan packet loss menjadi lebih

besar dan jarak yang cukup jauh antara router server ke switch

mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.

Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran packet loss

lebih kecil daripada pada kondisi normal dan sibuk, hal tersebut

dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga

besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.20 menunjukan besaran

rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada

kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.

Tabel. 4.20 Rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST

Kinerja packet loss pada Gambar 4.33 menunjukan

trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini

menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada

kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data

yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas

Kuat

Sinyal

Packet Loss (%)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 0 0 0,132

Good 0,067 0,231 0,972

Fair 0,239 0,893 2,54

Poor 0,932 2,453 4,632

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

132

sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam

kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu

kurang dari 3%. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi

sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas

sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan

pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus

yaitu kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat

kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.

Gambar 4.33 Grafik rata-rata packet loss WLAN ISIRS RSST

4.4.2.2.3. Jitter

Tabel 4.21 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap

kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam

hari. Gambar 4.34 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal

pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

133

Tabel. 4.21 Rata-rata jitter WLAN ISIRS RSST

Sesuai dengan standart THIPON jitter access point ISIRS

RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada

kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari

75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent dan good pada

kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari

75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal fair pada kondisi sibuk

termasuk dalam kategori sedang, dan untuk kualitas sinyal poor

pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori jelek. Dibandingkan

dengan pengukuran yang telah dilakukan pada access point ISIRS

RSST nilai jitter dari pengukuran WLAN mengalami peningkatan

untuk semua kategori kuat sinyal dan pada semua kondisi baik

sepi, normal dan sibuk.

Trendline Jitter WLAN ISIRS RSST pada Gambar 4.34

menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

Kuat Sinyal Jitter (ms)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 2,436 6,892 14,734

Good 6,843 13,384 30,489

Fair 18,328 28,734 70,342

Poor 30,472 60,739 149,845

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

134

sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic

jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan

kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin

rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup

jauh antara router server dan switch ke access point

mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal tersebut

akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,

sehingga nilai jitter akan semakin besar.

Gambar 4.34 Grafik rata-rata jitter WLAN ISIRS RSST

4.4.2.3. Kondisi WLAN Akutansi RSST

Access point Akutansi RSST ini berada di lingkungan asrama

coas tepatnya berada di gedung Akutansi. Access point Akutansi

RSST terkoneksi kabel melalui switch yang berada di asrama coas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

135

Jarak antara router server ke switch + 60m dan jarak switch ke Access

point Akutansi RSST + 20m.

4.4.2.3.1. Troughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Besaran rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST dapat

digambarkan seperti Gambar 4.35. Kualitas sinyal keseluruhan

throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari

pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas

sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi

kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch

mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.

Tabel 4.22 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran

throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan

sibuk yang dilakukan selama enam hari.

Kuat Sinyal

Troughput (Mbps)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 19,238 15,739 10,734

Good 14,734 10,673 4,738

Fair 5,374 2,312 1,219

Poor 1,834 0,423 0,163

Tabel. 4.22 Rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

136

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput

lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan

banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran

throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin

besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.

Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat

throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal

excellent. Hasil throughput sebesar 19,2Mbps pada kualitas sinyal

excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart

802.11g.

Gambar 4.35 Grafik rata-rata throughput WLAN Akutansi RSST

4.4.2.3.2. Packet Loss

Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk

besaran rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST pada saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

137

pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.36. Kualitas sinyal

keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih

kecil dari pada saat pengujian access point Akutansi RSST pada

sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil

pengukuran yang telah dilakukan pada access point Akutansi

RSST hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN

Akutansi RSST mengalami penurunan pada kualitas sinyal good,

fair, dan poor pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk.

Kualitas sinyal yang semakin rendah mengakibatkan packet loss

menjadi lebih besar dan jarak yang cukup jauh antara router server

ke switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami

penurunan. Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran

packet loss lebih kecil daripada pada kondisi normal dan sibuk, hal

tersebut dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk,

sehingga besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.23

menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang

dilakukan selama enam hari.

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 0 0 0,084

Good 0,026 0,146 0,537

Fair 0,096 0,645 2,768

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

138

Poor 0,846 2,547 3,4

Tabel. 4.23 Rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST

Kinerja packet loss pada Gambar 4.36 menunjukan

trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini

menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada

kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data

yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas

sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam

kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu

kurang dari 3%. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi

sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas

sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan

pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus

yaitu kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat

kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

139

Gambar 4.36 Grafik rata-rata packet loss WLAN Akutansi RSST

4.4.2.3.3. Jitter

Tabel 4.24 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk

selama enam hari. Gambar 4.37 menunjukan jitter berdasarkan

kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Tabel. 4.24 Rata-rata jitter WLAN Akutansi RSST

Kuat Sinyal

Jitter (ms)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 1,743 5,648 12,654

Good 6,732 13,357 25,647

Fair 15,739 25,564 43,548

Poor 24,547 45,757 95,659

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

140

Sesuai dengan standart THIPON jitter access point

Akutansi RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan

poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena

kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent

dan good pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus

karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal fair

pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang, dan untuk

kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori

jelek. Dibandingkan dengan pengukuran yang telah dilakukan pada

access point Akutansi RSST nilai jitter dari pengukuran WLAN

mengalami peningkatan untuk semua kategori kuat sinyal dan pada

semua kondisi baik sepi, normal dan sibuk.

Trendline Jitter WLAN Akutansi RSST pada Gambar 4.37

menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic

jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan

kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin

rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup

jauh antara router server dan switch ke access point

mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal tersebut

akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,

sehingga nilai jitter akan semakin besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

141

Gambar 4.37 Grafik rata-rata jitter Akutansi RSST

4.4.2.4. Kondisi WLAN STOCK AREA RSST

Access point STOCK AREA RSST ini berada di lingkungan

belakang rumah sakit tepatnya berada di gudang alat tulis RSST.

Access point STOCK AREA RSST terkoneksi kabel melalui switch

yang berada di asrama coas. Jarak antara router server ke switch +

60m dan jarak switch ke Access point STOCK AREA RSST + 40m.

4.4.2.4.1. Troughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap

kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk. Besaran rata-

rata throughput WLAN STOCK AREA RSST dapat digambarkan

seperti Gambar 4.38. Kualitas sinyal keseluruhan throughput yang

dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari pada saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

142

pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas sinyal yang

semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil dan jarak

yang cukup jauh antara router server dan switch mengakibatkan

kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan. Tabel 4.25

menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang

dilakukan selama enam hari.

Kuat Sinyal Troughput (Mbps)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 20,657 16,838 11,665

Good 15,944 9,658 3,786

Fair 7,659 4,659 1,659

Poor 3,674 0.958 0,174

Tabel. 4.25 Rata-rata throughput WLAN STOCK AREA

RSST

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput

lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan

banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran

throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin

besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.

Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

143

throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal

excellent. Hasil throughput sebesar 20.6 Mbps pada kualitas sinyal

excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart

802.11g.

Gambar 4.38 Grafik rata-rata throughput STOCK AREA RSST

4.4.2.4.2. Packet Loss

Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk

besaran rata-rata packet loss WLAN STOCK AREA RSST pada

saat pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.39. Kualitas

sinyal keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal

excellent lebih kecil dari pada saat pengujian access point STOCK

AREA RSST pada sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan

dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada access point

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

144

STOCK AREA RSST hasil packet loss untuk pengukuran jaringan

WLAN STOCK AREA RSST mengalami penurunan pada kualitas

sinyal good, fair, dan poor pada semua kondisi baiki sepi, normal

dan sibuk. Kualitas sinyal yang semakin rendah mengakibatkan

packet loss menjadi lebih besar dan jarak yang cukup jauh antara

router server ke switch mengakibatkan kualitas kinerja WLAN

mengalami penurunan. Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana

besaran packet loss lebih kecil daripada pada kondisi normal dan

sibuk, hal tersebut dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi

sibuk, sehingga besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.26

menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang

dilakukan selama enam hari.

Kuat

Sinyal

Packet Loss (%)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 0 0 0,83

Good 0,03 0,193 0,679

Fair 0,59 1,823 2,15

Poor 1,734 3,834 4,931

Tabel. 4.26 Rata-rata packet loss WLAN STOCK AREA

RSST

Kinerja packet loss pada Gambar 4.39 menunjukan

trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

145

sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini

menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada

kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data

yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas

sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam

kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu

kurang dari 3%. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi

sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas

sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan

pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus

yaitu kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat

kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.

Gambar 4.39 Grafik rata-rata packet loss STOCK AREA RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

146

4.4.2.4.3. Jitter

Tabel 4.27 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap

kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam

hari. Gambar 4.40 menunjukan jitter berdasarkan kualitas sinyal

pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Kuat Sinyal Jitter (ms)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 1,374 5,834 10,873

Good 5,832 11,874 20,894

Fair 10,894 21,823 35,839

Poor 18,433 30,592 44,847

Tabel. 4.27 Rata-rata jitter WLAN STOCK AREA RSST

Sesuai dengan standart THIPON jitter access point

STOCK AREA RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good,

fair, dan poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus

karena kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal

excellent dan good pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori

bagus karena kurang dari 75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal

fair pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang, dan untuk

kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori

jelek. Dibandingkan dengan pengukuran yang telah dilakukan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

147

access point STOCK AREA RSST nilai jitter dari pengukuran

WLAN mengalami peningkatan untuk semua kategori kuat sinyal

dan pada semua kondisi baik sepi, normal dan sibuk.

Trendline Jitter WLAN STOCK AREA RSST pada

Gambar 4.40 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal

pada kondisi sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi

karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi

dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai

dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi

sibuk dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch ke

access point mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal

tersebut akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya

congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar.

Gambar 4.40 Grafik rata-rata jitter STOCK AREA RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

148

4.4.2.5. Kondisi WLAN VIVA RSST

Access point VIVA RSST ini berada di tengah lingkungan rumah

sakit tepatnya berada di gedung gizi. Access point VIVA RSST

terkoneksi kabel melalui switch yang berada di Humas RSST. Jarak

antara router server ke switch + 25m dan jarak switch ke Access point

VIVA RSST + 25m.

4.4.2.5.1. Troughput

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

Besaran rata-rata throughput WLAN VIVA RSST dapat

digambarkan seperti Gambar 4.41. Kualitas sinyal keseluruhan

throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari

pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Kualitas

sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi

kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server dan switch

mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.

Tabel 4.28 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran

throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan

sibuk yang dilakukan selama enam hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

149

Kuat Sinyal Troughput (Mbps)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 18,393 13,945 6,349

Good 9,923 7,953 2,495

Fair 3,934 1,033 0,739

Poor 0,589 0,384 0,171

Tabel. 4.28 Rata-rata throughput WLAN VIVA RSST

Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan

antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-

rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput

lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan

banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran

throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin

besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut.

Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat

throughput lebih buruk dari pada jam sepi pada kualitas sinyal

excellent. Hasil throughput sebesar 20.6 Mbps pada kualitas sinyal

excellent pada saat jam sepi sudah cukup baik untuk standart

802.11g.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

150

Gambar 4.41 Grafik rata-rata throughput VIVA RSST

4.4.2.5.2. Packet Loss

Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal dan sibuk

besaran rata-rata packet loss WLAN VIVA RSST pada saat

pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.42. Kualitas sinyal

keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih

kecil dari pada saat pengujian access point VIVA RSST pada

sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil

pengukuran yang telah dilakukan pada access point VIVA RSST

hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN VIVA RSST

mengalami penurunan pada kualitas sinyal good, fair, dan poor

pada semua kondisi baiki sepi, normal dan sibuk. Kualitas sinyal

yang semakin rendah mengakibatkan packet loss menjadi lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

151

besar dan jarak yang cukup jauh antara router server ke switch

mengakibatkan kualitas kinerja WLAN mengalami penurunan.

Terjadi perbedaan pada kondisi sepi dimana besaran packet loss

lebih kecil daripada pada kondisi normal dan sibuk, hal tersebut

dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga

besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.29 menunjukan besaran

rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada

kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari.

Kuat Sinyal

Packet Loss (%)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 0 0 0,75

Good 0,036 0,176 0,911

Fair 0,096 0,539 3,066

Poor 0,846 1,87 4,342

Tabel. 4.29 Rata-rata packet loss WLAN VIVA RSST

Kinerja packet loss pada Gambar 4.42 menunjukan

trendline packet loss semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

sibuk, maka semakin naik besaran packet loss. Hal ini

menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada

kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data

yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas

sinyal excellent pada kondisi sepi, normal, dan sibuk dalam

kategori sangat bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

152

kurang dari 3%. Packet loss terhadap kualitas sinyal good kondisi

sepi masuk dalam kategori sangat bagus. Packet loss pada kualitas

sinyal fair dan poor saat sepi, good, fair, dan poor saat normal, dan

pada kualitas sinyal good dan fair saat sibuk dalam kategori bagus

yaitu kurang dari 3%. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat

kondisi sibuk dalam kategori kurang baik.

Gambar 4.42 Grafik rata-rata packet loss VIVA RSST

4.4.2.5.3. Jitter

Tabel 4.30 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter

terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk

selama enam hari. Gambar 4.43 menunjukan jitter berdasarkan

kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

153

Kuat Sinyal

Jitter (ms)

Sepi Normal Sibuk

Excellent 3,034 6,934 14,984

Good 6,938 14,384 31,848

Fair 19,834 30,479 87,983

Poor 33,934 60,984 140,983

Tabel. 4.30 Rata-rata jitter WLAN VIVA RSST

Sesuai dengan standart THIPON jitter access point VIVA

RSST terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada

kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari

75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent dan good pada

kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari

75 ms, sedangkan untuk kualitas sinyal fair pada kondisi sibuk

termasuk dalam kategori sedang, dan untuk kualitas sinyal poor

pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori jelek. Dibandingkan

dengan pengukuran yang telah dilakukan pada access point VIVA

RSST nilai jitter dari pengukuran WLAN mengalami peningkatan

untuk semua kategori kuat sinyal dan pada semua kondisi baik

sepi, normal dan sibuk.

Trendline Jitter WLAN VIVA RSST pada Gambar 4.43

menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi

sibuk, maka nilai jitter semakin besar . Hal ini terjadi karena traffic

jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan

kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

154

rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup

jauh antara router server dan switch ke access point

mengakibatkan penurunan kualitas kinerja WLAN hal tersebut

akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,

sehingga nilai jitter akan semakin besar.

Gambar 4.43 Grafik rata-rata jitter VIVA RSST

4.5. Analisis Keseluruhan terhadap Kualitas Sinyal pada

Kondisi Sepi, Normal, dan Sibuk

Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan pada ketiga

parameter throughput, packet loss, dan jitter. Menurut kualitas sinyal

excellent, good, fair, dan poor yang berada pada access point DIREKSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

155

RSST, Akutansi RSST, STOCK AREA RSST, VIVA RSST dan ISIRS

RSST saat kondisi sepi, normal, dan sibuk. Menujukan bahwa kualitas

dari access point yang menerapkan wireless local area network di RSST

dr. Soeradji Tirtonegoro sudah baik. Dilihat dari ketiga parameter tersebut

yaitu throughput pada saat kondisi sepi lebih besar pada saat kondisi

normal dan sibuk. Karena semakin besar throughput maka semakin baik

kualitas jaringan tersebut. Hal ini terjadi karena banyaknya pengguna pada

saat jam sibuk sehingga beban jaringan bertambah dan trafik menjadi lebih

tinggi.

Besar packet loss dalam kualitas sinyal excellent saat kondisi sepi,

normal, dan sibuk dimasing-masing access point termasuk dalam kategori

sangat bagus sesuai standar THIPON karena 0%. Besaran rata-rata packet

loss pada kualitas sinyal good dan fair saat kondisi sepi, normal,dan sibuk

dimasing-masing access point dalam kategori bagus sesuai dengan standar

THIPON antara 1-3%. Besaran rata-rata packet loss kualitas sinyal poor

saat kondisi sepi dan norml termasuk dan dalam kategori bagus,

sedangkan untuk kualitas sinyal poor saat kondisi sibuk termasuk dalam

kategori sedang antara 4-15%. Secara keseluruhan besaran packet loss

pada kualitas sinyal saat kondisi sepi, normal, dan sibuk termasuk dalam

kategori bagus sesuai dengan standar THIPON karena antara 1-3%.

Jitter untuk semua kualitas sinyal dan kondisi pada masing-masing

access point termasuk dalam kategori bagus dan sedang sesuai standar

jitter THIPON. Kualitas sinyal excellent, good , fair, dan poor pada

kondisi sepi dan sibuk dalam kategori bagus antara 0-75 ms. Kualitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

156

sinyal excellent, good, dan fair pada kondisi sibuk masuk dalam kategori

bagus antara 0-75 ms. Sedangkan untuk kualitas sinyal poor pada kondisi

sibuk masuk dalam kategori sedang yaitu antara 75-125 ms.

4.6. Analisis Kualitas Jaringan WLAN RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten terhadap Hotspot Enviroment

4.6.1. Ukuran Fisik

Jumlah Access Point pada lingkungan RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten masih kurang untuk mencakup area seluas 6000m2.

Menurut pedoman pembangunan wifi yang baik satu access point

maksimal menjangkau jarak 300m2 untuk di lingkungan rumah sakit perlu

dilakukan penambahan 10 access point sehingga dapat menjangkau

seluruh lingkungan rumah sakit.

4.6.2. Jumlah Pengguna

Jumlah pengguna pada lingkungan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten untuk saat ini terbatas pada karyawan, coas, dan dokter. Jumlah

rata – rata pengguna pada setiap access point adalah 25 user pada kondisi

jam sibuk. Mengacu pada pedoman pembangunan wifi yang baik satu

access point maksimal digunakan 25 user, kualitas jaringan WLAN di

RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro termasuk kedalam kategori baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

157

4.6.3. Model Penggunaan

Para pengguna access point di lingkungan RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten adalah karyawan, coasm dan dokter. Untuk aplikasi

atau yang diakses oleh coas adalah social media, youtube, download,

browsing artikel / jurnal. Sedangkan untuk karyawan cenderung ke sistem

kepegawaian secara online, karena RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

adalah rumah sakit Kementrian Kesehatan RI yang berada di daerah

sehingga semua data terdapat di server Kementrian Kesehatan RI dan

membutuhkan akses yang cepat. Untuk dokter aplikasi yang diakses

adalah social media, youtube, download, browsing.

4.6.4. Tata letak penempatan Access Point

Penempatan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten access point

perlu dipertimbangkan dan dibenahi selain karena penempatan access

point yang kurang strategis dan banyak terhalang tembok-tembok hal ini

yang sering kali menghambat user untuk melakukan koneksi secara real

time. Penempatan harus mempertimbangkan kondisi gedung.

4.6.5. Otentifikasi

Otentifikasi yang digunakan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten terdapat pada router atau menggunakan aplikasi dalam melakukan

login, untuk setiap access point tidak menggunakan otentifikasi dalam

mengakses access point. Sehingga tingkat keamanan lebih baik daripada

menggunakan otentifikasi yang disediakan oleh access point.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

158

4.6.6. Tipe Antena

Pemilihan antena pada RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

masih belum tepat karena tidak mempertimbangkan sifat sebaran sinyal

dengan kondisi denah dan para pengguna. Untuk access point Direksi

RSST sebaiknya menggunakan model antena sectoral karena di sisi

selatan gedung adalah tempat parkir dan jalan raya. Untuk access point

VIVA RSST sudah tepat menggunakan antena model Omnidirectional

karena penempatan access point VIVA RSST berada ditengah

lingkungan rumah sakit. Access point Stock Area RSST sebaiknya

menggunakan model antena sectoral karena sisi barat dari access point

adalah tempat parkir karyawan dan sawah. Access point Akutansi RSST

sudah tepat menggunakan antena model Omnidirectional. Access point

ISIRS RSST sudah tepat menggunakan antena model Omnidirectional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

159

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari perhitungan dan analisa kinerja jaringan Wireless Local Area

Network (WLAN) di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro yang telah dilakukan,

kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut :

1. Kualitas sinyal dan Coverage dari masing-masing access point

DIREKSI RSST, Akutansi RSST, STOCK AREA RSST, VIVA

RSST dan ISIRS RSST sudah baik karena dapat menjangkau

perkantoran di lingkungan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro.

2. Pemilihan channels pada setiap access point masih kurang tepat

karena masih saling tumpang tindih (channels overllaping) dan

belum sesuai dengan Cell Layout for Three Channels seperti pada

access point Akutansi RSST, VIVA RSST dan STOCK AREA

RSST.

3. Performansi jaringan WLAN RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro yang

dilakukan pada kualitas sinyal Excellent, Good, fair, dan Poor pada

kondisi sepi, normal, dan sibuk memiliki performansi yang sudah

baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

160

4. Throughput pada tiap access point saat kondisi sepi, normal, dan

sibuk dalam kategori baik. Pada kondisi sepi throughput lebih

besar dari pada kondisi normal dan sibuk.

5. Packet loss yang terjadi saat pengukuran paling besar pada kualitas

sinyal poor saat kondisi sibuk dalam kategori sedang sesuai

dengan standar THIPON antara 4-15%. Besar packet loss pada

kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor saat kondisi sepi,

normal, dan sibuk masuk dalam kategori bagus sesuai dengan

standar THIPON antara 1-3%. Sedang besar packet loss pada

kualitas sinyal excellent saat sepi, normal, dan sibuk masuk dalam

kategori sangat bagus sesuai dengan standar THIPON yaitu 0%.

6. Jitter untuk semua kualitas sinyal dan kondisi pada masing-masing

access point termasuk dalam kategori bagus dan sedang sesuai

standar jitter THIPON. Kualitas sinyal excellent, good , fair, dan

poor pada kondisi sepi dan sibuk dalam kategori bagus antara 0-75

ms. Kualitas sinyal excellent, good, dan fair pada kondisi sibuk

masuk dalam kategori bagus antara 0-75 ms. Sedangkan untuk

kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk masuk dalam kategori

sedang yaitu antara 75-125 ms.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

161

5.2. Saran

Terdapat beberapa saran dari penulis agar penelitian selanjutnya

dapat memperhatikan hal-hal dibawah ini, guna perbaikan kearah yag

lenih baik. Adapun saran tersebut adalah :

1. Penambahan device access point karena belum dapat

mencakup seluruh lingkungan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

2. Perbaikan penempatan access point sesuai dengan pedoman

penempatan dan tata letak access point yang baik dan benar

untuk mendapatkan daerah coverage dan kuat sinyal yang

bagus. Selain itu pemilihan channels yang tepat agar setiap

access point tidak saling tumpang tindih (Channels

Overlapping), pemilihan channels sesuai dengan Cell Layout

for Three Channels.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

162

DAFTAR PUSTAKA

1. Purwanto, T. D., & Cholil, W. (2013). Analisa Kinerja Wireless Radius

Server Pada Perangkat Access Point 802.11 g (Studi Kasus di Universitas

Bina Darma). Semantik 2013, 3(1), 371-376.

2. Yudha, Andri, 2013, Analisis Unjuk Kerja Wireless Distribution System

(WDS) “Studi Kasus Rumah Sakit Grhasia Daerah Istimewa

Yogyakarta”, Skripsi, Teknik Informatika Uiversitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

3. Dhani, Thomas, 2012, Analisis Unjuk Kerja Wireless LAN, Skripsi,

Teknik Informatika Uiversitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. S,to.2007.”Wireless Kung Fu :Networking & Hacking”. Jasakom

5. Adi Kusuma, Dominikus, 2013, Analisis Perbandingan Kinerja Standar

IEEE 802.11b dengan standar IEEE 802.11g Pada Teknologi Wireless

LAN, Skripsi, Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

6. Setiaji, Yohanes, 2013, PERBANDINGAN IPV4 DAN IPV6

TERHADAP PENGARUH BESAR PAKET DAN JUMLAH HOP PADA

ROUTER CISCO 1941, Skripsi, Teknik Informatika Uiversitas Sanata

Dharma, Yogyakarta..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

163

7. Yanto. 2013, Analisis QOS(Quality Of Service) pada jaringan Internet

(Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura), Skripsi, Teknik

Informatika Tanjungoura, Pontianak.

8. Sukadarmika, Gede. 2010, Analisis Coverage WLAN (Wireless Local

Area Network) 802.11a Menggunakna Opnet Modeler, Skripsi, Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Bali.

9. Kusmayadi,Dede.2012.”Perancangan dan Implementasi PC router dengan

sistem pengaturan berbasis web”. Skripsi. Teknik Komputer. Unikom.

10. Hammond, John, 2003, Wireless Hotspot Deployment Guide,. Mobile

Platforms Group-WVP. Intel in Communication.

11. Wibowo, Yohanes Tri Joko. 2008. “Antena Wireless Untuk Rakyat”.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

12. Tiphon. “Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over

Network (TIPHON) general aspect of Quality of Service”. DTR/TIPHON-

05006 (cb0010cs.PDF).1999.

13. Cisco. 2006. Cisco Aironet 802.11a/b/g Wireless LAN Client Adapters

(CB21AG and PI21AG) Installation adn Configuration Guide, USA.

14. Mark Gate, et al, “Iperf User Docs”, Maret 2003,

Http://www.netcheif.com/downloads/iperf.pdf,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

164

LAMPIRAN

SPESIFIKASI ALAT

1. Router

Router menghunakan Mikrotik RB 750G

RB Mikrotik 750G

Spesifikasi RB450G

Product Code RB450G

Architecture MIPS-BE

CPU AR7161 680MHz

Current Monitor No

Main Storage/NAND 512MB

RAM 256MB

SFP Ports 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

165

LAN Ports 5

Gigabit Yes

Switch Chip 1

MiniPCI 0

Integrated Wireless No

MiniPCIe 0

SIM Card Slots No

USB No

Memory Cards 1

Memory Card Type MicroSD

Power Jack 10-28V

802.3af Support No

POE Input 10-28V

POE Output No

Serial Port DB9/RS232

Voltage Monitor No

Temperature Sensor No

Dimentions 150mm x 105mm

Operating System RouterOS

Temperature Range -30C .. +60C

RouterOS License Level5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

166

2. Access Point

a. Access Point DLINK DAP-1150 WIRELESS G

Access Point DLINK DAP-1150 WIRELESS G

Technical Specifications

Network Standards:

802.11g wireless LAN

802.11b wireless LAN

802.3/802.3u 10BASE-T/100BASE-TX Ethernet

ANSI/IEEE 802.3 NWay autonegotiation

Device Interfaces: 802.11g wireless LAN

10/100BASE-TX ethernet LAN port

Operating Frequency: 2.4 to 2.4835 GHz

Operating Channels: FCC: 11

ETSI: 13

Radio & Modulation Schemes:

DQPSK

DBPSK

CCK

OFDM

Operation Modes:

Access point

Wireless Client

Wireless Repeater

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

167

Antenna: 2dBi Gain detachable omni-directional antenna

with Rp-SMA connector

Transmit Output Power: 16dBm (typical)

Receive Sensitivity:

For 802.11b, at 8% per:

-11Mbps: -80dBm

-5.5Mbps: -84dBm

-2Mbps: -87dBm

-1Mbps: -88dBm

For 802.11g, at 10% per:

-54Mbps: -65dBm

-48Mbps: -66dBm

-36Mbps: -70dBm

-24Mbps: -74dBm

-18Mbps: -77dBm

-12Mbps: -79dBm

-9Mbps: -81dBm

-6Mbps: -82dBm

Security:

64/128-bit Wep data encryption

WPA-PSK, WPA2-PSK

WPA-EAP, WPA2-EAP

TKIP, AES

MAC address filtering

SSID broadcast disable function

Spesifikasi Access Point DLINK DAP-1150 WIRELESS G

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

168

b. EnGenius ECB3220

Access Point EnGenius

Brand EnGenius

Model ECB-3220

Standards IEEE 802.3/3u, IEEE 802.11b/g

Power requirements Power supply: 90-240VDC +/-

10% Device: 12V/1A

Media Access Protocol Carrier sense multiple access

with collision avoidance

Device Management Configuration:

Web-based configuration;

HTTP Telnet configuration

SNMP V1/V2C MIBI, MIBII

Firmware Upgrade:

Upgrade Firmware via web-

browser

Wireless Data Rates Up to 54Mbps

Frequency Band 2.4GHz-2.484GHz

Channels 11 for North America

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

169

Antenna TNC Type Female Reverse

Transmitted Power 25 +/- 2dBm @ 1,2,5.5 &

11Mbps

23 +/- 2dBm @ 6,9,12 &

18Mbps

22 +/- 2dBm @ 24 & 36 Mbps

21 +/- 2dBm @ 48 & 54 Mbps

Ip auto-configuration DHCP client/server

Interface One 10/100 Mbps RJ-45 LAN

port

Temperature Operating : -10C to 50C (14F to

132F)

Storage : -40C to 70C (-40F to

158F)

Operating mode Point-to-point/ point-to-

multipoint bridge/ AP/ Client

bridge/ WDS

Spesifikasi Access Point EnGenius

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

170

c. Access Point TL-WR841ND

Access Point TL-WR841ND

HARDWARE FEATURES

Interface 4 10/100Mbps LAN PORTS

1 10/100Mbps WAN PORT

Button

WPS/Reset Button

Wi-Fi On/Off Button

Power On/Off Button

External Power Supply 9VDC / 0.6A

Wireless Standards IEEE 802.11n, IEEE 802.11g, IEEE

802.11b

Antenna 2*5dBi Detachable Omni Directional

Antenna (RP-SMA)

Dimensions ( W x D x H ) 7.6 x 5.1 x 1.3 in.(192 x 130 x 33 mm)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

171

WIRELESS FEATURES

Frequency 2.4-2.4835GHz

Signal Rate

11n: Up to 300Mbps(dynamic)

11g: Up to 54Mbps(dynamic)

11b: Up to 11Mbps(dynamic)

Reception Sensitivity

270M: -68dBm@10% PER

130M: -68dBm@10% PER

108M: -68dBm@10% PER

54M: -68dBm@10% PER

11M: -85dBm@8% PER

6M: -88dBm@10% PER

1M: -90dBm@8% PER

Transmit Power

CE:

<20dBm(2.4GHz)

FCC:

<30dBm

Wireless Functions Enable/Disable Wireless Radio, WDS

Bridge, WMM, Wireless Statistics

Wireless Security 64/128/152-bit WEP / WPA /

WPA2,WPA-PSK / WPA2-PSK

SOFTWARE FEATURES

WAN Type

Dynamic IP/Static IP/PPPoE/

PPTP(Dual Access)/L2TP(Dual

Access)/BigPond

DHCP Server, Client, DHCP Client List,

Address Reservation

Quality of Service WMM, Bandwidth Control

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

172

SOFTWARE FEATURES

Port Forwarding Virtual Server,Port Triggering, UPnP,

DMZ

Dynamic DNS DynDns, Comexe, NO-IP

VPN Pass-Through PPTP, L2TP, IPSec (ESP Head)

Access Control

Parental Control, Local Management

Control, Host List, Access Schedule, Rule

Management

Firewall Security

DoS, SPI Firewall

IP Address Filter/MAC Address

Filter/Domain Filter

IP and MAC Address Binding

Management

Access Control

Local Management

Remote Management

OTHERS

Certification CE, FCC, RoHS

Package Contents

Wireless N Rotuer TL-WR841ND

2 Detachable Omni Directional Antennas

Power supply unit

Resource CD

Quick Installation Guide

System Requirements

Microsoft® Windows® 98SE, NT, 2000,

XP, Vista™ or Windows 7, MAC® OS,

NetWare®, UNIX® or Linux.

Environment Operating Temperature: 0℃~40℃

(32℉~104℉)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

173

OTHERS

Storage Temperature: -40℃~70℃ (-

40℉~158℉)

Operating Humidity: 10%~90% non-

condensing

Storage Humidity: 5%~90% non-

condensing

Access point Direksi

Wifi Direksi(Sepi)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 20 21,4 19 21,5 19,8 21,5 20,53333333

Good 12,4 12,7 13 13,9 12 15 13,16666667

Fair 6,07 8,33 9,65 7,55 6,8 6,6 7,5

Poor 1,86 1,46 3,17 1,31 2,21 1,18 1,865

Wifi direksi (Normal)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 16,5 17,4 18,2 17,7 16,9 17,3 17,33333333

Good 7,89 7,43 8,2 8,91 7,5 8,44 8,061666667

Fair 3,2 2,1 1,8 2,51 2,7 2,2 2,418333333

Poor 0,29 0,142 0,92 0,129 0,217 0,187 0,314166667

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

174

Wifi Direksi(Sibuk)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 8,81 7,61 8,38 7,56 8,3 7,24 7,983333333

Good 3,67 3,42 3,92 2,48 1,42 1,09 2,666666667

Fair 0,235 0,136 0,563 0,298 0,198 0,278 0,284666667

Poor 0,0179 0,00982 0,0983 0,0432 0,0637 0,0738 0,05112

Wifi Direksi (Sepi)

Kuat Sinyal Jitter (ms)

Rata 1 2 3 5 6

Excellent 1,083 1,29 0,187 1,193 0,283 0,8072

Good 4,693 4,423 5,466 4,236 3,567 4,477

Fair 15,446 19,636 19,749 18,932 16,923 18,1372

Poor 25,754 26,753 31,454 26,382 27,839 27,6364

Wifi direksi (Normal)

Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata

1 2 3 5 6

Excellent 5,897 4,185 6,608 6,271 5,228 5,6378

Good 12,215 13,607 13,986 12,675 14,749 13,4464

Fair 31,787 33,876 29,421 31,325 39,673 33,2164

Poor 45,933 48,546 67,875 48,152 51,444 52,39

Wifi Direksi (Sibuk)

Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata

1 2 3 5 6

Excellent 12,436 13,329 12,389 10,385 11,385 11,9848

Good 20,783 39,839 30,852 25,596 25,579 28,5298

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

175

Fair 60,322 30,924 45,832 46,293 47,989 46,272

Poor 129,38 182,32 132,85 128,92 119,29 138,552

Wifi Direksi (Sepi)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 0 0 0 0 0 0 0

Fair 0,11 0 0,32 0,1 0,22 0,23 0,163333

Poor 0,7 0,54 0,43 0,32 0,34 0,5 0,471667

Wifi Direksi (Normal)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 0 0,11 0 0,2 0,22 0,12 0,108333

Fair 0,37 0,98 0,43 0,75 0,46 0,53 0,586667

Poor 1,8 2,3 2,6 1,7 2,6 2,1 2,183333

Wifi Direksi (Sibuk)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 0 0 1,6 2,8 1,8 1,6 1,3

Fair 2,9 2,6 2,4 3,6 1,5 3,7 2,783333

Poor 4,4 2,8 3,7 2,6 3,2 2,9 3,266667

Access point ISIRS RSST

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

176

Sirs (Sepi)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 22,6 25,6 23,2 27,3 24,6 22 24,21666667

Good 19,2 17,9 19,4 19.8 18,3 16,9 18,34

Fair 8.78 9.8 8,87 7,8 7,65 7,9 8,055

Sirs (Normal)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 17,8 18,1 18,3 18,9 18,7 19,3 18,51666667

Good 12,5 10,89 12,7 11,8 13,2 11,9 12,165

Fair 2,1 1,86 2,34 1,78 2,29 2 2,061666667

Sirs (Sibuk)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 8,7 7,5 6,83 7,34 8,43 7,89 7,781666667

Good 3 2,54 1,5 1,7 1,9 2,6 2,206666667

Fair 0,45 0,43 0,82 0,35 0,539 0,78 0,5615

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

177

Sirs (Sepi)

Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata

1 2 3 4 5 6

Excellent 1,8 2,84 2,876 1,932 1,983 1,632 2,177166667

Good 5,938 7,932 5,201 6,892 5,932 7,204 6,5165

Fair 12,943 18,835 16,793 18,983 19,894 17,839 17,54783333

Sirs (Normal)

Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata

1 2 3 4 5 6

Excellent 4,893 5,783 6,93 4,794 7,494 7,849 6,2905

Good 9,749 12,844 14,842 13,847 10,842 12,849 12,4955

Fair 23,893 26,749 24,893 28,749 31,843 32,849 28,16266667

Sirs (Sibuk)

Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata

1 2 3 4 5 6

Excellent 12,849 15,334 10,392 12,948 11,842 16,942 13,3845

Good 24,499 23,749 26,482 34,903 29,935 21,843 26,90183333

Fair 73,842 100,394 76,843 76,978 69,832 73,823 78,61866667

Packet Loss

Sirs (Sepi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

178

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 0 0 0 0 0 0 0

Fair 0 0,35 0,32 0,29 0,27 0,25 0,246667

Sirs (Normal)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 0,12 0 0 0,15 0,12 0,14 0,088333

Fair 0,36 0,59 0,3 0,89 0,45 0,59 0,53

Sirs (Sibuk)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0,29 0 0,26 0,091667

Good 0,35 0,39 0,28 0,27 0,34 0,31 0,323333

Fair 2,4 2,1 2,2 1 1,9 1,7 1,883333

Access point Akutansi

Akutansi (Sepi)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 24,5 24,1 21,4 20,2 22,7 21,4 22,38333333

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

179

Good 18,3 17,6 18,1 18,6 18,7 18,3 18,26666667

Fair 7,18 6,98 5,91 5,57 7,63 6,53 6,633333333

Poor 1,34 0,967 1,09 1,85 1,21 1,05 1,251166667

Akutansi (Normal)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 17,5 18,3 17,7 18,9 18,2 17,3 17,98333333

Good 13,9 12,8 12,3 10,7 10,4 11,1 11,86666667

Fair 1,94 2,67 1,68 1,81 2,44 2,3 2,14

Poor 0,642 0,464 0,688 0,706 0,992 0,399 0,6485

Akutansi (Sibuk)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 12,9 10,4 11,8 12,1 11,8 13,6 12,1

Good 7,9 6,1 6,5 5,7 7,14 6,28 6,603333333

Fair 0,691 0,997 0,552 0,738 0,706 0,375 0,6765

Poor 0,0982 0,0369 0,378 0,0257 0,111 0,28 0,154966667

Akutansi (Sepi)

Kuat Sinyal Jitter (ms)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 1,007 0,733 0,891 1,445 1,283 1,062 1,070166667

Good 6,088 7,533 4,377 5,567 6,755 5,147 5,911166667

Fair 13,54 12,812 17,292 14,801 11,314 12,844 13,76716667

Poor 19,311 24,134 25,004 20,816 25,001 22,072 22,723

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

180

Akutansi (Normal)

Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata

1 2 3 4 5 6

Excellent 6,137 4,752 4,781 6,625 5,225 5,701 5,536833333

Good 11,384 12,761 12,34 11,42 15,451 12,581 12,65616667

Fair 19,041 29,809 24,395 23,38 21,024 29,656 24,55083333

Poor 36,752 33,818 46,41 36,271 49,873 40,65 40,629

Akutansi (Sibuk)

Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata

1 2 3 4 5 6

Excellent 13,39 10,174 14,012 11,361 12,098 10,574 11,93483333

Good 20,799 28,119 23,958 23,953 26,417 23,648 24,48233333

Fair 47,517 52,625 36,986 31,992 39,607 37,571 41,04966667

Poor 71,395 82,144 106,125 81,682 100,639 104,526 91,08516667

Akutansi (Sepi)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 0 0 0 0 0 0 0

Fair 0 0 0 0 0 0 0

Poor 0 0 0,23 0,22 0,28 0,25 0,163333

Akutansi (Normal)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

181

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 0,13 0 0,32 0,37 0,14 0 0,16

Fair 0,33 0,53 0,36 0 0,39 0,63 0,373333

Poor 2,7 1,9 2,6 1,4 2,1 1,6 2,05

Akutansi (Sibuk)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 0,33 0,23 0,26 0 0,38 0,28 0,246667

Fair 2,8 1,5 2,6 1,4 2,4 1,6 2,05

Poor 3,8 4,3 2,7 2,4 4,1 3,8 3,516667

Access point STOC RSST

STOCK (Sepi)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 29,7 28,3 27,8 28 28,7 28 28,41666667

Good 17,7 17,9 18,6 18,8 18,5 18,4 18,31666667

Fair 11,4 10,6 8,93 10,4 11,2 9,45 10,33

Poor 3,54 2,94 3,55 5,34 3,39 4 3,793333333

STOCK (Normal)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps) Rata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

182

1 2 3 4 5 6

Excellent 22,7 22,8 21,7 20,63 21,9 23,6 22,22166667

Good 13,2 12,3 14,8 12,6 11,2 12,7 12,8

Fair 6,4 5,7 5,4 6,22 6,3 4,98 5,833333333

Poor 2,5 1,9 2,1 1,56 1,6 1,76 1,903333333

STOCK (Sibuk)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 11,74 12,54 14,1 13,67 12,83 11,3 12,69666667

Good 3,65 5,75 3,92 4,34 5,53 5,11 4,716666667

Fair 1,36 1,73 1,46 0,827 1,25 0,756 1,2305

Poor 0,336 0,365 0,161 0,454 0,239 0,353 0,318

STOCK (Sepi)

Kuat Sinyal Jitter (ms)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0,847 0,407 1,137 0,934 0,84 1,107 0,878666667

Good 2,235 3,734 5,234 3,526 5,15 4,25 4,0215

Fair 9,449 7,64 7,73 8,935 7,154 7,512 8,07

Poor 12,77

1 13,49

3 22,58

6 16,26

3 16,93

4 15,47

4 16,2535

STOCK (Normal)

Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata

1 2 3 4 5 6

Excellent 4,933 5,393 3,448 6,822 3,912 4,045 4,758833333

Good 7,758 10,39

4 9,825

10,131

8,334 9,016 9,243

Fair 16,77 18,35 21,83 21,33 18,37 21,66 19,72266667

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

183

3 2 4 6 4 7

Poor 24,83

3 26,74

1 31,49

3 24,03

4 33,79

3 36,60

1 29,5825

STOCK (Sibuk)

Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata

1 2 3 4 5 6

Excellent 10,83

3 7,389

11,959

7,708 9,09 8,389 9,228

Good 21,87

2 17,64

3 19,59

1 18,76

20,446

21,832

20,024

Fair 35,09

4 36,27

2 29,84

8 28,77

1 36,53

3 33,76

3 33,38016667

Poor 57,14

5 40,73

2 47,06

8 41,42

8 45,22

8 38,97

8 45,0965

STOCK (Sepi)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 0 0 0 0 0 0 0

Fair 0 0 0 0 0 0 0

Poor 0 0 0,24 0,22 0,28 0,25 0,165

STOCK (Normal)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 0 0 0 0 0 0 0

Fair 0 0 0,27 0,26 0,38 0 0,151667

Poor 0,5 1,5 0,43 1,2 1,6 1,6 1,138333

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

184

STOCK (Sibuk)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 0 0 0,26 0,27 0 0 0,088333

Fair 0 0 0,21 1,2 0,25 1,6 0,543333

Poor 3,9 2,7 2,8 2,4 2,5 3,1 2,9

Access point VIVA RSST

VIVA (Sepi)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 18,3 16,4 18,1 16,8 17 16,6 17,2

Good 7,86 8,91 10,2 9,02 10,4 9,54 9,321666667

Fair 3,57 2,58 4,04 2,91 2,58 2,62 3,05

Poor 0,183 0,444 0,934 0,328 0,347 0,556 0,465333333

VIVA (Normal)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 15,6 14,7 14,4 14,6 13,6 13,3 14,36666667

Good 6,51 7,48 6,26 6,32 6,11 5,82 6,416666667

Fair 1,27 1,32 1,87 1,57 1,78 1,45 1,543333333

Poor 0,374 0,546 0,164 0,215 0,118 0,26 0,2795

VIVA (Sibuk)

Kuat Sinyal Throughput (Mbps)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 6,25 6,48 6,37 5,53 5,42 5,64 5,948333333

Good 0,987 1,01 1,44 1,31 1,15 1,56 1,242833333

Fair 0,334 0,118 0,178 0,118 0,206 0,0783 0,17205

Poor 0,0409 0,0324 0,0488 0,0304 0,0374 0,0269 0,036133333

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

185

VIVA (Sepi)

Kuat Sinyal Jitter (ms)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 3,906 3,39 1,083 3,583 2,807 2,403 2,862

Good 6,587 5,43 5,836 6,096 7,095 6,958 6,333666667

Fair 19,712 17,058 19,085 17,237 18,168 19,424 18,44733333

Poor 25,069 22,758 39,628 22,587 37,789 33,198 30,1715

VIVA (Normal)

Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata

1 2 3 4 5 6

Excellent 5,446 6,185 7,294 4,366 6,271 6,104 5,944333333

Good 10,938 13,607 14,968 12,215 13,968 14,749 13,4075

Fair 25,354 26,881 27,904 32,323 32,499 32,787 29,62466667

Poor 67,875 48,152 58,546 98,193 70,933 68,444 68,6905

VIVA (Sibuk)

Kuat Sinyal Jitter (ms) Rata

1 2 3 4 5 6

Excellent 14,217 14,244 13,295 13,385 15,903 17,305 14,72483333

Good 25,088 26,881 39,639 35,968 30,048 27,904 30,92133333

Fair 98,193 102,76 82,549 78,294 87,844 79,963 88,26716667

Poor 134,102 139,24 196,171 178,115 145,9 189,24 163,7946667

VIVA (Sepi)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 0 0 0 0 0 0 0

Fair 0,26 0 0 0,741 0,38 0,55 0,321833

Poor 0,36 0,6 1,5 1,5 0,7 0,57 0,871667

VIVA (Normal)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WLAN

186

Good 0,3 0 0 0,037 0,22 0,22 0,1295

Fair 0,43 0,53 0,26 0 0,78 0,33 0,388333

Poor 1,5 1,6 1,6 1,3 1,1 2,1 1,533333

VIVA (Sibuk)

Kuat Sinyal Packet Loss (%)

Rata 1 2 3 4 5 6

Excellent 0 0 0 0 0 0 0

Good 1,4 0,53 0 0,93 0,78 0 0,606667

Fair 2,8 3,6 2,6 3,2 2,1 2,6 2,816667

Poor 3,9 4,4 3,8 5,4 3,2 4,1 4,133333

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI