Post on 14-Mar-2019
ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA
“RR ORGANIC FARM”, KABUPATEN CIANJUR
Oleh:
SANTI ROSITA
A14304026
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN SANTI ROSITA. Analisis Strategi Usaha Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur. Di bawah bimbingan AHYAR ISMAIL
Sektor pertanian merupakan sektor potensial dalam perekonomian Indonesia karena mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyediaan lapangan pekerjaan, mengurangi angka kemiskinan di perdesaan, dan penyedia kebutuhan pokok masyarakat. Peran sektor pertanian juga perlu menjadi perhatian utama dalam pembangunan bangsa karena kebanyakan penduduk di Indonesia berkecimpung dalam bidang pertanian (Suhardjo, 1988).
Pertanian di Indonesia sebagian besar masih dilakukan secara konvensional yaitu penggunaan input berupa bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida kimia. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan akan berdampak kepada penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia. Pemahaman masyarakat akan bahaya bahan kimia tersebut mulai disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menjaga lingkungan yang lebih sehat. Sejak itulah mulai dikembangkan kembali cara pertanian alamiah yaitu pertanian organik dengan slogan back to nature.
Bisnis produk pangan organik terus mengalami perkembangan pesat di negara-negara berkembang. Menurut International Trade Centre, nilai perdagangan produk organik di seluruh dunia menunjukkan pertumbuhan yang positif yaitu dengan tingkat pertumbuhan 5 – 20 persen per tahun pada tahun 2003. Sementara itu, IFOAM (International Federation for Organic Agriculture Movement) memprediksi bahwa pertumbuhan pasar organik berada dikisaran 20 – 30 persen setiap tahun pada tahun 2005. Oleh sebab itu, peluang pengembangan produk pertanian organik masih sangat luas dan menjanjikan. Di Indonesia produk yang dapat dikembangkan secara organik dan yang memiliki prospektif adalah subsektor hortikultura, terutama sayuran yang merupakan sumber mineral dan vitamin sebagai pelengkap bagi kebutuhan manusia dan berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan serta peningkatan gizi juga terbukti mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Salah satu produsen yang bergerak dibidang sayuran organik adalah PT Anugerah Bumi Persada yang terletak di Desa Galudra Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Jenis-jenis sayuran yang diproduksi oleh perusahaan secara garis besar terdapat 20 jenis sayuran, dimana mayoritas yang diproduksi perusahaan adalah sayuran Jepang organik yang mencapai 70 persen dari total volume usaha.
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan mengalami fluktuasi pada volume produksi sayuran, dimana pada bulan Desember 2007 dan April 2008 penurunan volume produksi cukup tinggi. Selain itu, pemahaman masyarakat akan pentingnya pangan sehat mulai disadari dalam jangka waktu lama, sehingga terjadi peningkatan permintaan produk sayuran organik dipasaran. Hal ini, berimplikasi pada tingkat persaingan yang semakin ketat untuk memperebutkan pangsa pasar yang ada. Oleh karena itu, perusahaan perlu merumuskan dan menyusun strategi yang tepat dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dalam menjalankan usahanya.
Penelitian Analisis Strategi Usaha Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic farm” bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal, dan (2) menganalisis formulasi dan pemilihan strategi usaha yang tepat bagi perusahaan dalam menjalankan usaha sayuran organik. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret hingga April 2008. Pemilihan responden berjumlah 7 orang, diantaranya direktur utama, manajer produksi sebanyak 3 orang, manajer pemasaran sebanyak 2 orang dan staf pekerjaan umum. Ketujuh responden tersebut dianggap ikut serta dalam pengambilan keputusan demi keberlangsungan perusahaan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan melalui pendekatan Indepth Interview, diskusi dan kuesioner serta observasi. Data sekunder yang digunakan berasal dari sumber dan literatur yang berkenaan dengan masalah yang diteliti seperti sumber dari Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, Kantor Desa Galudra, kumpulan data yang dimiliki oleh pihak perusahaan, bahan pustaka, artikel, jurnal, fasilitas internet dan hasil-hasil penelitian terdahulu. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini mengidentifikasi lingkungan faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi perusahaan, sedangkan untuk merumuskan dan menyusun strategi usaha yang tepat terdapat tiga tahapan yang perlu ditempuh. Tahapan-tahapan tersebut meliputi tahap pengumpulan input dasar (the input stage), tahap pemaduan atau pencocokkan (the matching stage), dan tahap keputusan (the decision stage). Berdasarkan hasil identifikasi bahwa kekuatan utama perusahaan adalah ramah lingkungan sedangkan kelemahan utama adalah volume produksi yang masih rendah. Peluang utama perusahaan adalah pangsa pasar sayuran organik yang akan terus meningkat dan loyalitas konsumen dan distributor untuk sayuran organik cukup tinggi. Ancaman utama bagi perusahaan yaitu pangsa pasar pesaing semakin luas, adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman serta perubahan iklim dan gejala alam. Prioritas strategi alternatif yang tepat yang dapat direkomendasikan untuk perusahaan, berdasarkan hasil analisis matriks QSP (Quantitative Strategic Planning) adalah mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi dengan total TAS (Total Attractive Score) tertinggi sebesar 6,63 dengan cara perencanaan tanam yang lebih teliti, penyediaan sarana produksi yang lengkap dan memanfaatkan lahan yang masih kosong atau belum ditanam serta memproduksi sayuran yang bernilai ekonomis.
ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA “RR ORGANIC FARM”,
KABUPATEN CIANJUR
Oleh :
Santi Rosita
A14304026
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul : Analisis Strategi Usaha Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur. Nama : Santi Rosita NRP : A14304026
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr
NIP 131 878 942
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.
NIP 131 124 019
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya mengenai : Analisis Strategi
Usaha Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada ”RR Organic farm”,
Kabupaten Cianjur adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan
sebagai tulisan ilmiah pada suatu perguruan tinggi atau lembaga manapun.
Bogor, Juli 2008
Santi Rosita A14304026
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Maret 1986 di Kabupaten Bekasi
Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara
pasangan Bapak Sarjo Suwirjo dan Ibu Siti Patimah.
Penulis mengawali pendidikan akademis di Sekolah Dasar (SD) Negeri
Dewi Sartika Tanjung Baru Kabupaten Bekasi pada tahun 1992, kemudian
melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 02 Tanjung
Baru Kecamatan Lemah Abang Kabupaten Bekasi. Selanjutnya penulis
meneruskan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) 02 Kabupaten Karawang dan
lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis di terima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur USMI, sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan
Sumberdaya (EPS), jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, angkatan ke-41. Selama kuliah penulis mengikuti kegiatan kampus
seperti anggota UKM UKF (Uni Konservasi Fauna) dan anggota OMDA
Panatayuda (Organisasi Mahasiswa Daerah) Kabupaten Karawang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan
judul Analisis Strategi Usaha Sayuran Jepang Organik di PT Anugerah Bumi
Persada, “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pertanian pada program studi Ekonomi Pertanian dan
Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemikiran akan pemahaman
masyarakat akan bahaya bahan kimia sintetis dalam jangka waktu lama mulai
disadari. Sejak itulah dilirik kembali cara pertanian alamiah dengan slogan back to
nature, artinya gaya hidup sehat dengan cara kembali ke alam yang menjadi trend
baru sebagian masyarakat Indonesia. Judul ini dipilih atas pertimbangan bahwa
pada perusahaan seringkali terjadi fluktuasi volume produksi dan tingkat
persaingan yang cukup ketat sehingga diperlukan perumusan strategi yang tepat
bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan informasi bagi
perusahaan dan penulis sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan. Selain itu, ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi penelitian ini. Semoga skripsi penelitian ini
bermanfaat dan menjadi dasar pemikiran dalam proses penelitian-penelitian
selanjutnya.
Bogor, Juli 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya dalam melakukan penulisan skripsi ini hingga selesai.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orangtua penulis, mamah dan papah yang selalu memberikan doa,
semangat, perhatian dan dukungan baik secara moril maupun materi serta
adik penulis Shofiyanti yang telah memberikan warna kehidupan pada
penulis. Terima kasih atas semuanya.
2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia membimbing dan membantu penulis serta memberikan nasehat
untuk penyelesaian penulisan ini.
3. Febriantina Dewi, SE. MSc atas kesediaannya menjadi dosen penguji
utama.
4. Etriya, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil
departemen.
5. Bapak Rustam Effendi selaku pemilik PT Anugerah Bumi Persada “RR
Organic Farm” yang telah memberi izin dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
6. Bapak Firmansyah Rustam sebagai direktur utama perusahaan yang telah
membantu penulis dalam melakukan penelitian di PT Anugerah Bumi
Persada “RR Organic Farm” dan terima kasih atas dukungan serta nasehat
yang telah Bapak berikan kepada penulis sampai pada penyelesaian
penulisan ini.
7. Para manajer perusahaan dibagian produksi untuk Mas Subur, Mas
Maman dan Mas Arif, bagian pemasaran untuk Pak Bambang dan Pak Sis
serta staf pekerjaan umum untuk Mas Anto yang selalu membantu penulis
dalam melakukan penelitian, pengambilan data dan memberikan nasehat
dalam penulisan ini.
8. Seluruh pekerja di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm” yang
selalu membantu penulis di lapang dalam mengambil data.
9. Teman-teman EPS’41 yang telah memberikan doa, semangat, perhatian,
bantuan dan kebahagiaan kepada penulis selama di IPB. Untuk Wida,
Nunung, Puspita, Dylla, Nia, Anggi, Rolas, Retno dan juga teman
seperjuangan penulis dalam melakukan penelitian : Mayang, Leni dan
Devi. Terima kasih telah memberikan dukungan dan kerjasama. Semoga
kita semua diberikan kesuksesan oleh Allah SWT. Amin.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… vi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… vii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………….. 5
1.3 Tujuan ……………………………………………………………… 8
1.4 Kegunaan Penelitian ……………………………………………….. 8
1.5 Batasan Penelitian ………………………………………………….. 9
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertanian Organik…………………………………………………. 10
2.2 Prinsip-prinsip Pertanian Organik…………………………………. 11
2.2.1 Prinsip Kesehatan ..................................................................... 11
2.2.2 Prinsip Ekologi ……………………………………………… 12
2.2.3 Prinsip Perlindungan ………………………………………… 13
2.2.4 Prinsip Keadilan ……………………………………………… 13
2.3 Keuntungan dan Kelemahan Pertanian Organik……………………… 14
2.4. Definisi Sayuran………………………………………………………. 15
2.5 Usahatani Tanaman Sayuran ………………………………………….. 16
2.6 Hasil Penelitian Terdahulu …………………………………………… 17
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis……………………………………….. 20
3.1.1 Konsep Manajemen Strategi………………………………… . 20
3.1.2 Proses Manajemen Strategi…………………………………… 21
3.1.3 Konsep Pemasaran …………………………………………… 22
3.1.4 Bauran Pemasaran …………………………………………… 23
3.1.4.1 Harga (Price) ………………………………………… 24
3.1.4.2 Produk (Product)……………………………………... 24
3.1.4.3 Tempat (Place) ………………………………………. 24
3.1.4.4 Promosi (Promotion) ………………………………… 25
3.1.5 Analisis Lingkungan …………………………………………. 26
3.1.5.1 Analisis Internal ……………………………………… 26
3.1.5.2 Analisis Eksternal ……………………………………. 27
3.2 Kerangka Operasional ……………………………………………… 32
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………… 36
4.2 Jenis dan Sumber Data …………………………………………… 36
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data…………………………… .. 37
4.3 1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)……………………. 37
4.3.2 Matriks External Factor Evaluation (EFE)…………. ………. 39
4.3.3 Matriks Internal External (IE)……………………… ……….. 41
4.3.4 Matriks Strength, Weakness, Opportunities, and
Threats (SWOT) ……………………………………………. 43
4.3.5 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)… …………. 45
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan…………………………… . 48
5.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ………………………………… 49
5.3 Lokasi Perusahaan …………………………………………………. 50
5.4 Struktur Organisasi ………………………………………………… 51
VI IDENTIFIKASI FAKTOR LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL
6.1 Analisis Faktor Lingkungan Internal …………………..................... 54
6.1.1 Keuangan ………………………….......................................... 54
6.1.2 Pemasaran ................................................................................ 55
6.1.1.1 Segmentasi Pasar……………………………………... 55
6.1.1.2 Bauran Pemasaran …………………………………… 55
6.1.3 Sumberdaya manusia (SDM) .................................................... 60
6.1.4 Produksi .................................................................................... 61
6.1.5 Manajemen ………………………………………………....... 68
6.2 Analisis Faktor Lingkungan Eksternal………………....................... 68
6.2.1 Lingkungan Makro………………………………… …........... 68
6.2.1.1 Ekonomi ……………………………………................ 68
6.2.1.2 Sosial ............................................................................ 70
6.2.1.3 Teknologi ..................................................................... 72
6.2.1.4 Pemerintah ................................................................... 73
6.2.1.5 Ekologi (Alam) ............................................................ 76
6.2.2 Lingkungan Mikro ………………………................................ 78
6.2.2.1 Pesaing ......................................................................... 78
6.2.2.2 Pelanggan (Pembeli) .................................................... 79
6.2.2.3 Produk Substitusi ......................................................... 80
6.2.2.4 Pemasok ....................................................................... 80
6.2.2.5 Ancaman Pendatang Baru ............................................ 81
6.3 Identifikasi Faktor Lingkungan Internal ……………………............ 82
6.4 Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal ......................................... 84
VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI
7.1 Tahap Masukan (The Input Stage) …………………………… 86
7.1.1 Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)……… 86
7.1.2 Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE) .......... 89
7.2 Tahap Pencocokkan (The Matching Stage)……………………… 91
7.2.1 Matriks Internal External (IE)……………………………. 91
7.2.2 Analisis Matriks Strenght, Weakness,
Opportunities and Treahts (SWOT) ………………………. 93
7.3 Tahap Keputusan (The Decition Stage)………………………….. 105
7.3.1 Quantitative Planning Strategic Matrix (QSPM)………….. 105
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 108
8.2 Saran………………………………………………………………... 109
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Besarnya Pangsa Pasar Pangan Organik di Asia Pasifik …………....... 3
2. Kandungan Nutrisi Beberapa Sayuran Organik dan Anorganik
(Setiap 100 gram, berat kering)………………………………………. 4
3. Jenis-jenis Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada............... 5
4. Permintaan dan Produksi Sayuran Organik PT Anugerah Bumi
Persada Periode Agustus 2007- Maret 2008………………………… 7
5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal…………………………… 38
6. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)............................................ 39
7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal…………………………. 40
8. Matriks EFE (External factor Evaluation)……………………………. 41
9. Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats)....... 44
10. Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning ………………………. 46
11. Luas Desa Galudra ……….................................................................. 51
12. Biaya PT Anugerah Bumi Persada Periode
Maret 2007- Februari 2008, (Rp 000) ……………………………….. 55
13. Harga Penjualan Sayuran Organik di Swalayan …………………….. 58
14. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 menurut Lapangan Usaha (persen), 2001-2004………………… 69
15. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaannya ………...................... 71
16. Daftar Pemasok Bahan Input………………………………………… 81
17. Identifikasi Faktor Lingkungan Internal PT Anugerah Bumi
Persada... .............................................................................................. 84
18. Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal PT Anugerah Bumi
Persada ……………………………………………………………….. 86
19. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) PT Anugerah
Bumi Persada ……………………………………………………….. 89
20. Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation) PT Anugerah
Bumi Persada ....................................................................................... 90
21. Analisis Matriks SWOT……………………………………………….. 94
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Tahapan pengambilan Keputusan……………………………………. 25
2. Model Kekuatan Porter………………………………………………. 30
3. Kerangka Pemikiran Operasional ……………………………............ 35
4. Matriks Internal-Eksternal (IE)…………………………………….. 42
5. Struktur Organisasi ………………………………………………….. 53
6. Saluran Distribusi Langsung………………………………………… 59
7. Saluran Distribusi Tidak Langsung ………………………………… 59
8. Tahapan Proses Produksi ……………………………………………. 62
9. Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE)……………………………. 92
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Permintaan dan Produksi Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada
Periode Agustus 2007-Maret 2008……………………………………. 113
2. Biaya PT Anugerah Bumi Persada Periode Maret 2007-Februari 2008
(Rp 000)………………………………………………. …………….. 115
3. Kuesioner Analisis QSPM…………………………………….. …… 116
4. Kuesioner Pemberian Bobot terhadap Faktor-faktor Internal
dan Eksternal…………………………………………………………. 122
5. Kuesioner Pemberian Rating terhadap Faktor-faktor Internal
dan Eksternal ………………………………… …………………….. 125
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor potensial dalam perekonomian
Indonesia. Hal ini karena sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat
penting dalam penyediaan lapangan pekerjaan, mengurangi angka kemiskinan
di perdesaan, dan penyedia kebutuhan pokok masyarakat, serta mendorong
pertumbuhan ekonomi lainnya. Peran sektor pertanian perlu menjadi perhatian
utama dalam pembangunan bangsa karena kebanyakan penduduk di negara-
negara berkembang dan Asia Tenggara termasuk Indonesia berkecimpung dalam
bidang pertanian yang secara langsung mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan perekonomian bangsa (Suhardjo, 1988).
Pertanian di Indonesia sebagian besar masih dilakukan secara
konvensional. Pertanian secara konvensional menyebabkan tingginya penggunaan
input berupa bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida kimia. Penggunaan
pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan akan berdampak kepada penurunan
kualitas lingkungan dan kesehatan manusia. Pemahaman masyarakat akan bahaya
bahan kimia tersebut mulai disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam
yang dapat menghasilkan produk yang bebas dari cemaran bahan kimia sintetis
serta dapat menjaga lingkungan yang lebih sehat. Sejak itulah mulai
dikembangkan kembali cara pertanian alamiah yaitu pertanian organik dengan
slogan back to nature yang artinya kembali ke alam yang sedang menjadi trend
baru sebagian masyarakat Indonesia.
Menurut IFOAM atau International Federation of Organik Agriculture
Movements (2005) yang merupakan organisasi yang mewadahi gerakan organik
diseluruh dunia, bahwa pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang
holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas
agroekosistem secara alami sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang
cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Tujuan utama pertanian organik adalah
menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi
kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya
hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan
jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety
attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan
(eco-labelling attributes)1.
Bisnis produk pangan organik terus mengalami perkembangan pesat,
untuk negara-negara berkembang produksi pangan organik hanya berkisar pada
produk pangan organik primary products atau yang belum diolah. India
merupakan produsen utama buah-buahan dan rempah-rempah. Filipina merupakan
produsen besar bagi pisang organik, dan Cina sumber madu organik dan sayuran
organik. Jepang juga telah mengembangkan bisnis pertanian organik (Winarno
dalam Simbolon, 2003). Berikut tabel pangsa pasar organik di Asia Pasifik.
1 Husnain dan Haris Syahbuddin. 2005. Mungkinkah Pertanian Organik di
Indonesia:Peluang dan Tantangan. http://www.ifoam.org. Edisi Vol.4/XVII/2005 (Diakses pada 20 Februari 2008)
Tabel 1. Besarnya Pangsa Pasar Pangan Organik di Asia Pasifik Negara Nilai (US$) Persentasi (%) Jepang 250 juta 53,2 Australia 165 juta 35,1 Selandia baru 36 juta 7,7 Lainnya (Asia) 19 juta 4,0
Sumber: Oganik Monitor dalam Winarno (2003)
Menurut International Trade Centre, nilai perdagangan produk organik di
seluruh dunia menunjukkan pertumbuhan yang positif yaitu mencapai angka 16
miliar dollar AS pada tahun 2000 dan terus naik ke angka 23 miliar dollar AS
pada tahun 2003 dengan tingkat pertumbuhan 5 – 20 persen per tahun. Sementara
itu, IFOAM memprediksi bahwa pertumbuhan pasar organik berada dikisaran 20-
30 persen setiap tahun.2 Oleh sebab itu, peluang pengembangan produk pertanian
organik segar masih sangat luas dan menjanjikan.
Beberapa produk pangan yang dapat dikembangkan dengan sistem
pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, dan
peternakan. Dari beberapa sektor tersebut subsektor hortikultura merupakan
komoditas prosfektif, baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun
internasional. Subsektor hortikultura mempunyai peluang yang besar untuk
memberikan kontribusi dalam upaya pemulihan perekonomian nasional dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Putra (2006) perkembangan komoditas
hortikultura memberikan dampak yang positif terhadap pembangunan pertanian
dalam rangka mencapai sistem pertanian yang berkelanjutan dan berdaya saing.
Salah satu subsektor hortikultura yang merupakan sumber mineral dan
vitamin sebagai pelengkap bagi kebutuhan manusia dan berperan dalam
2 Prasari, Maria Epik. 2004. Perdagangan Pertanian Organik Peluang dan Tantangan bagi
Petani Kecil. 64.203.71.11/kompas-cetak/0411/08/ilpeng/1370325.htm2004. (Diakses pada 13 Maret 2008)
pemenuhan kebutuhan pangan serta peningkatan gizi adalah tanaman sayuran.
Sayuran merupakan sumber serat makanan (dietary fiber) yang telah terbukti
mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Selain itu, sayuran
juga merupakan salah satu sumber provitamin A dan vitamin C, sumber kalsium
dan zat besi, dan menyumbang sedikit kalori serta sejumlah elemen mikro yang
lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran konvensional yang ditunjukkan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Beberapa Sayuran Organik dan Anorganik (Setiap 100 gram, berat kering)
Jenis Kalsium Magne-sium
Potassium Sodium Thiamin Zat besi
Tem-baga
Buncis Organik
40,5 60 99,7 8,6 60 227 69
Buncis 15,5 14,8 29,1 <1 2 10 3 Bayam Organik
96 203,9 257 69,5 117 1584 32
Bayam 47,5 46,9 84 <1 1 19 <1 Kol Organik
60 43,6 148,3 20,4 13 94 48
Kol 17,5 15,6 53,7 <1 2 20 <1 Slada Organik
71 49,3 175,5 12,2 169 516 60
Slada 16 13,1 53,7 <1 1 1 <1 Tomat Organik
23 59,2 148 6,5 68 1938 53
Tomat 4,5 4,5 28,6 <1 1 1 <1Sumber: Majalah Fit dalam Yulia (2006)
PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm” adalah salah satu
perusahaan pertama yang bergerak dalam budidaya sayuran organik di Indonesia.
Perusahaan tersebut terletak di Desa Galudra Kecamatan Cugenang, Kabupaten
Cianjur. Perusahaan ini memproduksi komoditi yang diinginkan pasar (market
oriented) seperti dipasarkan pada Ranch market (Pondok Indah, Jakarta Selatan),
Papaya Swalayan (Jakarta Selatan), Kamome Swalayan (Jakarta Selatan), Ranch
Market (Kebun Jeruk, Jakarta Barat), Ranch Market (Grand Wijaya), Ranch
Market (Darmawangsa Square), Ribbon, dan Dapur Palembang. Selain ditawarkan
kebeberapa swalayan tersebut, perusahaan juga melayani para pelanggan yang
langsung memesan ditempat. Jenis-jenis sayuran yang diproduksi oleh perusahaan
secara garis besar terdapat 20 jenis sayuran yang ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 3. Jenis-jenis Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada Jenis-jenis Sayuran produksi
PT Anugerah Bumi Persada “ RR Organic Farm” Horenso (bayam jepang) Negi (bawang jepang) Tomat apel momotaru Daikon (lobak putih jepang) Brokoli Baby buncis Hakusai (sawi putih) Tomat cherry Kol Kabocha (waluh jepang) Wortel Asparagus Komatsuna (sawi hijau) Kokabu Pakcoi hijau Nira (kucai) Kyuri (timun jepang) Cabe rawit/keriting Daun Selada Kangkung
Sumber: Produksi Komoditi Sayuran Organik PT Anugerah Bumi Persada
Untuk mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan
berdaya saing serta menjaga keberlangsungan perusahaan dalam menjalankan
usahanya, diperlukan penyusunan rencana dan strategi usaha yang handal dan
efektif untuk mencapai sasaran bisnis yang telah ditetapkan, sehingga dapat
meningkatkan profit perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah
Potensi dan peluang pengembangan pertanian organik pada subsektor
hortikultura, terutama pada tanaman sayuran memiliki prospek yang baik dan
telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Dengan kemajuan
perekonomian, pendidikan, peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat
untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan produk sayuran
organik semakin meningkat, sehingga potensi dan peluang pengembangan
pertanian organik di bidang hortikultura untuk sayur cukup terbuka di masa
mendatang.
Salah satu produsen komoditi sayur organik di Indonesia adalah PT
Anugerah Bumi Persada yang terletak di Desa Galudra Kecamatan Cugenang
Kabupaten Cianjur. Perusahaan tersebut lebih banyak bergerak pada budidaya
sayuran jepang organik, dimana sayuran jepang organik yang dihasilkan oleh
perusahaan mencapai 70 persen dari total volume usaha, sehingga sayuran jepang
organik merupakan produk yang utama dalam memberi pendapatan dan
keuntungan bagi perusahaan.
Banyaknya masyarakat yang sadar akan pemenuhan gizi dan pelestarian
lingkungan mengakibatkan konsumsi terhadap sayur organik meningkat, sehingga
memberikan peluang kepada perusahaan sekaligus menghadapkan perusahaan
pada satu ancaman dalam menjalankan usahanya. Beberapa bulan terakhir volume
produksi perusahaan mengalami fluktuasi, dimana penurunan produksi cukup
tinggi terjadi pada bulan Desember 2007 dan April 2008 yaitu sekitar 315 Kg.
Perubahan iklim, hama dan penyakit tanaman merupakan faktor terbesar yang
mengakibatkan volume produksi perusahaan tersebut menurun. Data permintaan
dan produksi sayuran organik perusahaan secara keseluruhan dapat dilihat pada
Lampiran 1 dan ringkasannya ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Permintaan dan Produksi Sayuran Organik PT Anugerah Bumi Persada Periode Agustus 2007- Maret 2008 Waktu Permintaan (Kg) Produksi (Kg) Agustus 2007 1885 1840 September 2007 1885 2050 Oktober 2007 1885 1755 Nopember 2007 1885 1440 Desember 2007 1885 1185 Januari 2008 3415 1345 Pebruari 2008 3415 1730 Maret 2008 3415 2050 Total 19670 13395
Sumber: PT Anugerah Bumi Persada, 2008
Data terbaru untuk volume produksi perusahaan pada bulan April 2008
mencapai 1700-an Kg. Hal ini mengalami penurunan yang cukup tinggi
dibandingkan dengan volume produksi pada bulan sebelumnya. Sementara tingkat
permintaan akan sayuran organik di pasar relatif sama yaitu mencapai 3.415 Kg.
Dengan pemahaman masyarakat akan pangan sehat, permintaan produk
sayuran organik meningkat cukup pesat. Hal ini memicu para produsen untuk
membuka usaha dengan menerapkan sistem bertaninya secara organik yang
berimplikasi dengan semakin tingginya tingkat persaingan. Begitupun usaha yang
dijalankan oleh PT Anugerah Bumi Persada yang tak luput dari persaingan yang
ditunjukkan dengan pangsa pasar perusahaan relatif kecil (hasil wawancara)
sedangkan untuk pangsa pasar pesaing sudah memasuki pasar internasional.
Sampai awal tahun 2006, terdapat sekitar 40 produsen organik di daerah
JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi) yang
terdaftar di Dinas Pertanian dan Asosiasi Pertanian Organik (APO, Maporina atau
Masyarakat Pertanian Organik Indonesia), dimana 24 produsen diantaranya
bergerak di bidang usaha sayuran organik (Deptan dalam Yanti, 2006). Pesaing
yang cukup potensial bagi perusahaan yaitu Agatho, Amani, dan Ranch Organik.
Berdasarkan uraian diatas, maka perusahaan perlu merumuskan strategi
usaha yang tepat dengan mengenali lingkungan internal dan eksternal yang
mempengaruhi usaha perusahaan untuk mencapai tujuan usaha. Adapun
permasalahan yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:
1. apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan serta ancaman dan peluang yang akan dihadapi oleh PT Anugerah
Bumi Persada;
2. bagaimana strategi usaha sayuran organik yang tepat yang dapat diterapkan
oleh PT Anugerah Bumi Persada;
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian terhadap permasalahan diatas adalah:
1. mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan
dan kelemahan serta ancaman dan peluang yang akan dihadapi PT Anugerah
Bumi Persada;
2. menganalisis formulasi dan pemilihan strategi usaha sayuran organik yang
tepat yang dapat direkomendasikan kepada PT Anugerah Bumi Persada;
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam menyusun strategi
usaha untuk keberlangsungan perusahaan pada masa yang akan datang.
2. Sebagai referensi atau sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut.
1.5 Batasan Penelitian
Penelitian ini ditekankan pada analisis lingkungan internal dan eksternal
serta mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan tersebut dan merumuskan strategi
yang tepat melalui pendekatan konsep manajemen strategi dalam proses
manajemen strategi yaitu tahap formulasi strategi, sehingga menjawab
permasalahan dan tujuan penelitian. Konsep manajemen strategi adalah untuk
mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif suatu perusahaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertanian Organik
Pertanian organik di Indonesia bukan merupakan sistem baru yang
diterapkan oleh petani. Selama beribu tahun sampai tahun 1900-an para petani
selalu menerapkan sistem pertanian organik dengan penggunaan pupuk dari
kotoran hewan atau sisa-sisa hasil panenan atau tanam, adalah hal yang selalu
digunakan sebagai penyubur tanah.
Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi
pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa
sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Pertanian organik
berbeda dengan penanaman secara konvensional yang memberi unsur hara secara
cepat dan langsung dalam membentuk larutan sehingga segera diserap dengan
takaran dan waktu pemberian yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Afifi,
2007).
Langkah pencegahan dari kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan
oleh bahan-bahan kimia yang biasa dilakukan untuk pengolahan tanah,
pengendalian hama dan penyakit tanaman yaitu dengan dilakukannya sistem
pertanian secara organik. Sistem pertanian organik yang dilakukan tidak
menimbulkan pencemaran berbahaya dan tidak meracuni tubuh serta bahan input
dengan sistem organik mudah untuk diperoleh. Selain itu, pertanian organik
ramah akan lingkungan sehingga kelestarian lingkungan yang ada akan tetap
terjaga.
2.2 Prinsip-prinsip Pertanian Organik
Prinsip-prinsip berikut merupakan dasar bagi pertumbuhan dan
perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip ini berisi tentang sumbangan
yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia, dan merupakan sebuah visi
untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara global. Prinsip-prinsip
tersebut mengilhami gerakan organik dengan segala keberagamannya. Prinsip-
prinsip ini menjadi panduan bagi pengembangan posisi, program dan standar-
standar IFOAM. Selanjutnya, prinsip-prinsip ini diwujudkan dalam visi yang
digunakan di seluruh dunia 3.
2.2.1 Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,
tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat
dipisahkan dari kesehatan ekosistem. Tanah yang sehat akan menghasilkan
tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.
Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan.
Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara
kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan
pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan
konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem
dan organisme, dari terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara
3 Husnain dan Haris Syahbuddin. 2005. Prinsip-prinsip Pertanian Organik.
http://www.ifoam.org/about_ifoam/pdfs/POA_folder_indonesian.pdf (Diakses pada 20 Februari 2008)
khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu
tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.
Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-
obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan
kesehatan.
2.2.2 Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi
kehidupan. Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi
kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan
daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu
lingkungan produksi yang khusus sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah
yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut
membutuhkan lingkungan perairan. Pengelolaan organik harus disesuaikan
dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan-bahan asupan sebaiknya
dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan
bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas
dan melindungi sumber daya alam.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola
sistem pertanian. Dalam menghasilkan, memproses, memasarkan atau
mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan memberikan
keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim,
habitat, keragaman hayati, udara dan air.
2.2.3 Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab
untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang
serta lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan
dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun
eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan
produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya.
Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak
utuh.
Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan
hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di
pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian
organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Dengan pengalaman
praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi
tepat dalam mengembangkan pertanian organik.
Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan
dengan menerapkan teknologi tepat guna. Segala keputusan harus
mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin
dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif.
2.2.4 Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin
keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan
dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan
dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan
makhluk hidup yang lain.Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat
dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk
memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan seperti petani,
pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap
orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan
kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan
ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Sumber
daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus
dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk
generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan
perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan
lingkungan yang sebenarnya.
2.3 Keuntungan dan Kelemahan Pertanian Organik
Penerapan sistem pertanian organik memiliki keuntungan dan kelemahan
dalam pelaksanaannya. Keuntungan dari pertanian organik adalah sebagai berikut:
(1) menghindari pemakaian pestisida secara berlebihan akan dapat mengurangi
resiko keracunan zat pembasmi hama penyakit dan masyarakat dapat
mengkonsumsi makanan yang lebih sehat, (2) dapat menghemat biaya operasional
karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida sintetik serta pengolahan tanah
secara organik yaitu melalui pengolahan tanah secara minimum (minimum tillage)
akan mengurangi biaya operasional juga, (3) penerapan pertanian organik
memungkinkan keseimbangan tanah terjaga, (4) meningkatnya kesadaran
masyarakat akan jaminan kesehatan produk pertanian akan menaikkan jumlah
yang ingin dibayar terhadap komoditi tersebut dan dapat meningkatkan
kesejahteraan petani.
Sedangkan kelemahan dalam penerapan pertanian organik adalah sebagai
berikut: (1) membutuhkan pengelolaan yang cukup rumit, (2) membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasilnya, (3) biasanya pada awal
pengolahan dengan sistem ini membutuhkan biaya yang cukup besar, dan (4)
tidak dapat dihindari kerusakan pada saat awal penerapan sistem ini.
2.4 Definisi Sayuran
Awalnya istilah hortikultura dikenal di Eropa pada abad 17 yaitu di Italia
dan Eropa Tengah. Hortikultura berasal dari bahasa latin yaitu hortus yang berarti
kebun dan colore yang berarti membudidayakan. Secara harfiah, hortikultura
berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun (Ashari, 1995).
Sayuran sebagai salah satu jenis komoditas hortikultura selain buah-
buahan, tanaman hias, dan tanaman obat. Sayuran dalam kehidupan manusia
sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi,
karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan vitamin sebagai
pelengkap bagi kebutuhan manusia yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Menurut Soedharoedjian (1993), bahwa sayuran merupakan sumber
seluruh vitamin seperti vitamin A yang banyak terdapat pada jenis sayuran yang
berwarna merah dan kuning seperti wortel dan waluh. Untuk vitamin B1, B2, dan
B6 terdapat pada sayuran yang daunnya berwarna hijau tua dan kacang-kacangan.
Untuk vitamin C hampir semua sayuran mengandung vitamin tersebut seperti
tomat, kentang, lombok, dan sayuran yang berwarna tua, sedangkan untuk vitamin
E dan K banyak terdapat pada sayuran daunan dan pucuk tunas seperti bayam,
asparagus, dan kubis. Beberapa mineral penting yang terdapat pada sayuran
adalah besi, kalsium, dan fosfor. Selain itu, sayuran juga merupakan sumber
utama mineral dalam diet.
Sayuran dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat salah
satunya untuk membantu metabolisme tubuh. Selain kandungan vitamin, sayuran
juga mengandung karbohidrat yang berbentuk selulosa, gula, dan zat tepung.
Menurut Setyati (1989) sayuran memiliki ciri-ciri antara lain:
1. dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan segar atau hidup sehingga bersifat
mudah rusak;
2. komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air bukan kandungan bahan
kering seperti halnya tanaman agronomi seperti jagung dan tanaman
perkebunan;
3. harga sayuran ditentukan oleh mutu atau kualitas bukan jumlahnya;
2.5 Usahatani Tanaman Sayuran
Berdasarkan tujuannya, usahatani tanaman sayuran dibagi menjadi lima
kategori (Ashari, 1995), yaitu:
1. Budidaya pekarangan
hasil panen digunakan untuk keperluan sendiri dan aktivitas usaha
dilakukan disekitar rumah tinggal atau pekarangan. Jenis dan jumlah tanaman
tidak banyak dan pemeliharaan kurang intensif.
2. Budidaya sayuran komersial
Aktivitas usaha dilakukan pada sebidang tanah yang cukup luas dan hasil
panen dijual ke pasar. Jenis dan jumlah tanaman lebih banyak dibandingkan
dengan budidaya pekarangan. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara intensif
dengan mempertimbangkan biaya produksi dan perkiraan pendapatan.
3. Budidaya agribisnis
Usahatani ini sama dengan budidaya sayuran komersial, perbedaannya
hanya dalam skala usaha yang luas dan tranportasi. Aktivitas usaha dilakukan
ditempat yang jauh dari pasar, sehingga memerlukan unit pengangkutan yang
cukup besar. Perhitungan biaya produksi lebih kompleks karena jenis pekerjaan
lebih bervariasi.
4. Budidaya sayuran olahan atau agroindustri
Areal usahatani ini sangat luas dengan menggunakan peralatan mesin
pertanian yang canggih. Hasil panen akan diolah lebih lanjut, misalnya diawetkan
dalam kaleng.
2.6 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2006) mengenai strategi
pengembangan usaha sayuran organik di pertanian organik “Kebonku” terlihat
bahwa pangsa pasar sayuran organik masih luas serta loyalitas konsumen dan
distributor cukup meningkat merupakan peluang dari usaha tersebut. Sedangkan
ancamannya adalah sengketa kepemilikan lahan dan perkembangan jenis hama
dan penyakit pada tanaman. Untuk kekuatan adalah perencanaan tanam sudah
baik dan adanya hubungan atasan dengan karyawan yang terjalin dengan baik.
Kelemahannya adalah volume produksi kurang optimal dan lokasi perusahaan
yang sulit dijangkau. Hasil yang diperoleh dari matriks IFE sebesar 2,321 yang
menggambarkan perusahaan berada dalam kondisi internal rata-rata, tidak terlalu
kuat dan lemah sedangkan hasil matriks EFE sebesar 2,950 bahwa respon yang
diberikan oleh ”Kebonku” kepada lingkungan eksternal tergolong sedang untuk
mengatasi ancaman dan memanfaatkan peluang yang ada. Dengan matriks IE
menunjukkan perusahaan saat ini berada di posisi kuadran V yaitu strategi hold
dan maintain.
Hasil penelitian Kaharuddin (2006) yang berjudul Analisis Strategi
Pemasaran Jambu Biji Organik di PT Sawangan Bumi Makmur, Parung Bogor
menyatakan hasil analisis perusahaan memiliki kondisi internal rata-rata dan
kemampuan sedang (rata-rata) dalam merespon faktor eksternal. Matriks IE
memposisikan perusahaan pada sel V merupakan posisi hold dan maintain artinya
strategi yang diterapkan pada posisi ini adalah strategi penetrasi dan
pengembangan produk. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh beberapa alternatif
strategi, pemilihan alternatif strategi terbaik melalui pendekatan QSPM yang
merekomendasikan strategi bekerjasama dengan pihak lain untuk mengolah jambu
biji organik agar dapat memberi nilai tambah karena strategi ini memiliki nilai
TAS (Total Attractive Score) sebesar 5,430.
Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha sayuran organik pada
Kelompok Tani “Usahatani bersama” di Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat
oleh Putri (2006) menjelaskan penerapan konsep manajemen strategi dalam
pengembangan usaha. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE,
SWOT, dan QSPM. Berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal maka
skor total analisis internal adalah 2,312 menunjukkan kemampuan ”Usahatani
Bersama” mengatasi kelemahan dengan menggunakan kekuatan yang ada berada
di bawah rata-rata. Skor pada analisis eksternal sebesar 3,324 berarti kemampuan
kelompok tani ”Usahatani Bersama” dalam memanfaatkan peluang dan
menghindari ancaman tergolong tinggi. Peluang yang paling direspon oleh
kelompok tani adalah program kawasan agropolitan (0,476). Ancaman utamanya
persaingan yang cukup tinggi (0,454). Inti strategi yang dapat diterapkan adalah
strategi tumbuh dan kembangkan. Salah satu alternatif strategi yang dapat
diimplementasikan dan dikembangkan pada posisi ini adalah strategi intensif atau
strategi integrasi.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teoritis
3.1.1 Konsep Manajemen Strategi
Strategi berasal dari kata Yunani strategos dan strategia, istilah strategi
yang dipakai berarti pengetahuan dan seni menangani sumber-sumber yang
tersedia dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
diinginkan. Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi
adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas
dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar. selain itu, strategi
mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang, khususnya untuk
lima tahun, dan berorientasi ke masa depan. Strategi memiliki konsekuensi yang
perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi
perusahaan (David, 2006).
Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk
memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi
yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategi
berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi,
produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi untuk
mencapai keberhasilan organisasi. Selain itu, manajemen strategi adalah sejumlah
keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi yang
efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Manajemen strategi sangat
penting bagi kesuksesan suatu perusahaan baik kecil maupun besar, proses
manajemen strategi secara signifikan dapat memperkuat pertumbuhan dan
kemakmuran suatu perusahaan.
Menurut Jauch dan Glueck (1988) bahwa manajemen strategi akan
membantu perusahaan dalam melihat ancaman dan peluang di masa mendatang,
sehingga memungkinkan organisasi untuk dapat mengantisipasi kondisi yang
selalu berubah. Selain itu, manajemen strategi menyediakan sasaran serta arah
yang jelas bagi masa depan perusahaan/organisasi, sehingga
perusahaan/organisasi yang mengembangkan sistem manajemen strategi
mempunyai kemungkinan tingkat keberhasilan yang lebih besar daripada yang
tidak menggunakan sistem tersebut.
3.1.2 Proses Manajemen Strategi
Proses manajemen strategi adalah alur dimana penyusun strategi
menentukan sasaran dan menyusun keputusan strategi. Menurut David (2006)
proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Perumusan atau formulasi strategi
Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi,
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan
kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang,
merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan.
2. Implementasi strategi
Mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat
kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga
strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi
termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan
struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan
anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi, dan
menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi.
3. Evaluasi strategi
Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategi. Tiga
aktivitas dasar evaluasi strategi, yaitu (1) meninjau ulang faktor eksternal dan
internal, (2) mengukur kinerja, dan (3) mengambil tindakan korektif.
3.1.3 Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran muncul pada pertengahan tahun 1950-an. Pemasaran
adalah kegiatan untuk menyampaikan barang dan jasa mulai dari titik produksi ke
titik konsumen. Secara umum, pemasaran merupakan kegiatan sebelum
berproduksi artinya sudah direncanakan sebelumnya. Pemasaran adalah suatu
kegiatan ekonomi dalam melakukan koordinasi dari produksi sampai konsumsi.
(Dahl dan Hammond, 1977)
Menurut Kotler (2005), pemasaran adalah proses sosial yang dengan
proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan
produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Tujuan pemasaran menurut Peter
Drucker dalam Kotler (2005) adalah mengetahui dan memahami pelanggan
dengan baik sehingga produk atau jasa cocok dengan pelanggan dan selanjutnya
mampu menjual dirinya sendiri. idealnya, pemasaran harus menghasilkan
pelanggan yang siap membeli.
Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler (2005) mendefinisikan
pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan
harga, promosi, dan penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan
pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Pemasaran
juga dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi,
menciptakan serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan
jasa, ada tujuh fungsi dasar pemasaran: (1) analisis pelanggan, (2) penjualan
produk/jasa, (3) perencanaan produk dan jasa, (4) penetapan harga, (5) distribusi,
(6) riset pemasaran, dan (7) analisis peluang. pemahaman fungsi-fungsi ini
membantu penyusun strategi mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan pemasaran (David, 2006).
3.1.4 Bauran Pemasaran
Strategi pemasaran terdiri dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi
manajemen untuk mencapai tujuan usaha, salah satunya adalah bauran pemasaran.
Menurut Kotler (2000), bauran pemasaran sebagai seperangkat alat pemasaran
yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasaran.
Bauran pemasaran merupakan satu perangkat yang akan menentukan tingkat
keberhasilan pemasaran bagi perusahaan dan ditujukan untuk memberikan
kepuasan kepada segmen pasar atau konsumen yang akan dipilih. Bauran
pemasaran juga merupakan sekelompok variabel yang dapat dikendalikan dan
digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi pembeli atau konsumen
dalam pasar sasarannya (Ariani, 2006). Terdapat empat variabel dalam bauran
pemasaran yang disebut sebagai 4P yaitu harga (price), produk(product), tempat
(place) dan promosi (promotion).
3.1.4.1 Harga (price)
Strategi penetapan harga suatu barang atau jasa oleh perusahaan
memberikan pengaruh yang tidak sedikit bagi perusahaan karena harga
merupakan penentu bagi permintaan pasar. Selain itu, harga mempengaruhi posisi
persaingan perusahaan dan mempengaruhi market share.
3.1.4.2 Produk (product)
Perencanaan bauran pemasaran yang efektif pada dasarnya berawal dari
perumusan suatu konsep produk yang efektif dan efisien yang mengarah kepada
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen yang dituju. Unsur-unsur dari
bauran produk terbagi atas sepuluh unsur yang masing-masing terdiri dari:
kualitas, desain, bentuk, merek, kemasan, ukuran, keanekaragaman produk,
pelayanan, jaminan, dan pengembalian.
3.1.4.3 Tempat (place)
Kotler (2002) menjelaskan pada level tempat atau distribusi perusahaan
perlu memiliki pandangan saluran yang menyeluruh atas tantangan perusahaan
dalam mendistribusikan atau memasarkan produknya kepada konsumen. Menurut
Angipora (2002), rantai saluran distribusi dibagi kedalam dua bentuk, yaitu:
1. saluran distribusi langsung (direct channel of distribution) adalah bentuk
penyaluran barang-barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan tidak
melalui perantara;
2. saluran distribusi tidak langsung (indirect channel of distribution) adalah
bentuk saluran distribusi yang menggunakan jasa perantara dan agen untuk
menyalurkan barang atau jasa kepada konsumen. Perantara tersebut bergerak
di bidang perdagangan besar dan pengecer;
3.1.4.4 Promosi (promotion)
Kegiatan promosi pada dasarnya tidak terlepas dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya, yaitu dana atau keuangan, sifat pasar, sifat produk, dan tahap
dalam daur hidup produk. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan promosi. Pertama, komunikasi pemasaran merupakan kegiatan
komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual untuk mengarahkan
pertukaran agar lebih memuaskan. Kedua, bauran promosi (promotional mix)
merupakan kombinasi strategi dari variabel-variabel periklanan, personal selling,
dan alat promosi lainnya untuk mencapai tujuan program penjualan.
Teknik perumusan strategi dapat diintegrasikan dalam tiga tahap kerangka
pengambilan keputusan, yaitu tahap pengumpulan input (the input stage), tahap
pemaduan atau pencocokan (the matching stage), dan tahap keputusan (the
decision stage), seperti yang disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan pengambilan Keputusan
Tahap pertama meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk
menentukan strategi, terdiri dari matriks Internal Factor Evaluation (IFE), matriks
External Factor Evaluation (EFE), dan Competitive Profile Matrix. Tahap kedua,
untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-
faktor internal dan eksternal yang diperoleh dari tahap input. Teknik pada tahap
dua adalah matriks Strength, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT),
matriks Internal External (IE), matriks Grand Strategy, matriks Strategy Position
Tahap pertama: The Input Stage
Tahap Kedua: The Matching Stage
Tahap Ketiga: The Decision Stage
and Action Evaluation (SPACE), dan matriks Boston Consulting Group (BCG).
Pada tahap ketiga akan diambil keputusan strategi mana yang menjadi prioritas
dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM) atau
matriks perencanaan strategi kuantitatif. QSPM didesain untuk menentukan daya
tarik relatif dan alternatif tindakan yang layak.
3.1.5 Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan ini memainkan peran sentral dalam manajemen
strategi karena dapat mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal maupun
kekuatan dan kelemahan internal suatu perusahaan atau organisasi. Analisis
lingkungan dapat membantu perusahaan untuk memposisikan dirinya dalam
perkembangan lingkungan secara kontinyu (Shrivastava, 1994).
3.1.5.1 Analisis Internal
Analisis internal adalah proses perencanaan strategi yang menentukan
letak kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Kajian proses analisis internal
adalah sebagai berikut:
1. Sumberdaya dan Tenaga Kerja
Sumberdaya dan tenaga kerja dapat memberikan keunggulan bersaing bagi
perusahaan diantaranya, meliputi citra dan prestise perusahaan, struktur organisasi
dan suasana yang efektif, sejarah perusahaan dalam mencapai tujuan, pengaruh
terhadap pemerintah, kebijakan hubungan kerja yang efisien dan efektif.
2. Keuangan
Keuangan meliputi total sumberdaya keuangan dan kekuatannya, struktur
modal yang efektif, perencanaan keuangan, modal kerja, dan prosedur
penganggaran modal yang efisien dan efektif.
3. Produksi dan Operasi
Produksi dan operasi meliputi biaya operasi total, kapasitas untuk
memenuhi pasar, fasilitas yang efisien dan efektif, ketersediaan bahan baku yang
mencukupi, lokasi fasilitas dan kantor yang strategis.
4. Pemasaran
Pemasaran memerlukan riset pasar, pengembangan produk, pengujian
reaksi konsumen, perhitungan produksi dan biayanya, penentuan keperluan
distribusi dan pelayanan, dan memutuskan cara pengiklanan dan promosi.
5. Manajemen.
Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, memotivasi, penyusunan staf, dan pengawasan (David, 2004).
Perencanaan semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan
menghadapi masa depan. Pengorganisasian bertujuan untuk mencapai usaha
secara terkoordinasi dengan menetapkan hubungan antara tugas dan wewenang.
Memotivasi adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai
sasaran tertentu. Penyusunan staf berkaitan dengan pengelolaan sumberdayyaitu
administrasi gaji dan upah, keamanan karyawan, dan pelatihan. Fungsi
pengawasan termasuk semua aktivitas yang dilakukan untuk memastikan bahwa
pelaksanaan operasi sesuai yang direncanakan.
3.1.5.2 Analisis Eksternal
Umumnya unit bisnis harus memantau kekuatan lingkungan makro yang
menjadi penentu (demografi-ekonomi, teknologi, politik-hukum, dan sosial-
budaya) dan pelaku lingkungan mikro utama (pelanggan, pesaing, ancaman
pendatang baru, produk substitusi dan pemasok) yang berdampak pada
kemampuannya memperoleh laba (Kotler, 2005).
1. Lingkungan Makro
Lingkungan makro biasanya tidak berhubungan secara langsung dengan
situasi operasional perusahaan atau lingkungan yang tidak bisa dikendalikan oleh
perusahaan.
a. Faktor Ekonomi
Keadaan perekonomian pada waktu sekarang dan di masa yang akan
datang dapat mempengaruhi keuntungan dan strategi perusahaan (Jauch dan
Glueck, 1988). Faktor-faktor ekonomi yang dianalisis kebanyakan perusahaan
termasuk tahapan gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan
keuangan, suku bunga, dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya
dengan uang asing, kebijakan fiscal, dan neraca pembayaran, surplus atau defisit
dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
b. Faktor Sosial
Faktor ini terpusat pada nilai dan sikap orang, khususnya pelanggan dan
karyawan yang dapat mempengaruhi strategi. Nilai-nilai ini terwujud kedalam
perubahan gaya hidup yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa
ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawannya.
c. Faktor Teknologi
Menurut Pearce dan Robinson (1997), untuk menghindari keusangan
mendorong inovasi, perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang
mungkin mempengaruhi industri. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka
kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada
atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran.
d. Faktor Pemerintah
Tindakan pemerintah dapat memperbesar peluang dan hambatan usaha,
maupun memperkecil keduanya. Tindakan pemerintah tersebut meliputi
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan umumnya berhubungan dengan faktor
ekonomi dan politik. Oleh karena itu, perusahaan harus meneliti lingkungan dan
mencoba mempengaruhi kebijakan pemerintah serta memanfaatkan peluang dan
meredakan ancaman yang ditimbulkan kebijakan pemerintah.
e. Faktor Ekologi atau Alam
Istilah ekologi mengacu pada hubungan antar manusia dan makhluk hidup
lainnya dengan udara, tanah, dan air yang mendukung kehidupan mereka.
Perhatian perusahaan yang semakin besar untuk melindungi lingkungan
dibuktikan oleh upaya perusahaan untuk menetapkan kebijakan yang mendukung
ekologi (Hutagalung, 2006). Perusahaan juga harus mewaspadai ancaman dan
peluang yang berhubungan dengan kecenderungan dalam lingkungan alam seperti
kekurangan bahan baku, peningkatan biaya energi, peningkatan level polusi, dan
perubahan peran pemerintah dalam perlindungan lingkungan hidup (Kotler,
2000),
2. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro disebut juga sebagai lingkungan industri. Menurut
Jauch dan Glueek (1988) lingkungan industri merupakan faktor lingkungan
eksternal terdekat yang berinteraksi langsung dengan perusahaan dalam
pelaksanaan operasional. Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam
menentukan aturan persaingan dan strategi yang secara potensial tersedia bagi
perusahaan.
Terdapat lima kekuatan yang menjadi faktor penentu kemampuan suatu
industri yang dinyatakan Porter dalam David (2006), dimana suatu industri
dikenal dengan sebutan sebagai analisis persaingan/analisis kompetitif, terdiri
dari: (1) pemasok; (2) pembeli; (3) ancaman pendatang baru ; (4) produk
substitusi; dan (5) tingkat pesaing di dalam industri.
Gambar 2. Model Kekuatan Porter
1. Pemasok
Produk pemasok bersifat unik atau terdiferensiasi, pemasok tidak bersaing
dengan produk-produk lain dalam industri, pemasok memiliki kemampuan untuk
melakukan integrasi maju ke industri pembelinya, artinya pemasok melibatkan
kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer.
2. Pembeli
Pembeli atau pelanggan menuntut kualitas yang lebih tinggi atau layanan
yang lebih baik dan dapat menekan harga. Kelompok pembeli kuat jika pembeli
terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah yang besar, dan pembeli menerima
laba yang rendah.
Produk substitusi
Persaingan antar perusahaan sejenis
Ancaman pendatang baru
Pembeli/pelangganPemasok
3.Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru pada suatu indutri membawa keinginan untuk merebut
bagian pasar, akibatnya harga menjadi turun atau biaya membengkak sehingga
mengurangi kemampuan laba. Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam
industri tergantung pada rintangan masuk yang ada. Ada beberapa sumber utama
hambatan masuk, yaitu:
a. Skala ekonomis menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa
mereka untuk masuk pada skala besar dan mengambil resiko menghadapi
reaksi yang keras dari pesaing yang ada atau masuk dengan skala kecil dan
beroperasi dengan tingkat biaya yang tidak menguntungkan.
b. Diferensiasi produk. Perusahaan tertentu mempunyai identifikasi merek dan
kesetian pelanggan yang disebabkan oleh periklanan. Diferensiasi menciptakan
hambatan masuk dengan memaksa pendatang baru mengeluarkan biaya yang
besar untuk mengatasi kesetiaan pelanggan.
c. Kebutuhan modal. Kebutuhan untuk menanamkan sumber daya keuangan yang
besar agar dapat bersaing menciptakan hambatan masuk.
d. Kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus serta
kurangnya pengalaman.
e. Akses ke saluran distribusi. Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan
adanya kebutuhan dari pendatang baru untuk mengamankan distribusi
produknya.
f. Kebijakan pemerintah. pemerintah dapat membatasi atau bahkan melarang
masuknya pendatang baru ke dalam industri melalui tindakan-tindakan seperti
keharusan adanya ijin dan pembatasan akses ke bahan baku.
4. Produk Substitusi
Produk substitusi atau jasa substitusi dapat membatasi potensi suatu
industri dengan cara menetapkan batas harga tertinggi. Jika industri tidak mampu
meningkatkan kualitas produk atau mendiferensiasikannya, laba dan pertumbuhan
industri dapat terancam.
5. Tingkat Pesaing didalam Industri
Menurut David (2004), strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan
dapat berhasil hanya jika strategi itu memiliki keunggulan kompetitif
dibandingkan dengan strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Tingkat
persaingan didalam industri terjadi karena ada perebutan posisi dengan
menggunakan persaingan harga, perkenalan produk, dan persaingan iklan atau
promosi.
3.2 Kerangka Operasional
Saat ini produk organik mulai berkembang dan diminati banyak orang,
bisa dilihat dari semakin banyaknya produsen yang mulai menerapkan bertaninya
secara organik serta peningkatan konsumsi masyarakat yang ingin bergaya hidup
sehat. Dari beberapa komoditas yang dapat dikembangkan dengan sistem
pertanian organik di Indonesia, komoditas hortikultura merupakan komoditas
prosfektif, terutama untuk komoditi sayuran baik untuk mengisi kebutuhan
domestik maupun internasional. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam usaha
produk sayuran jepang organik di Indonesia adalah PT Anugerah Bumi Persada.
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan mengalami fluktuasi pada
volume produksi sayuran, dimana pada bulan Desember 2007 dan April 2008
penurunan volume produksi cukup tinggi. Selain itu, pemahaman masyarakat akan
pentingnya pangan sehat mulai disadari dalam jangka waktu lama, sehingga
terjadi peningkatan permintaan produk sayuran organik dipasaran. Hal ini,
berimplikasi pada tingkat persaingan yang semakin ketat untuk memperebutkan
pangsa pasar yang ada. Oleh karena itu, perusahaan perlu merumuskan dan
menyusun strategi yang tepat dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi jalannya usaha, sehingga dapat meningkatkan
keuntungan demi keberlangsungan perusahaan.
Penelitian ini mengidentifikasi lingkungan faktor-faktor internal dan
eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang
akan dihadapi perusahaan, sedangkan untuk merumuskan dan menyusun strategi
usaha yang tepat terdapat tiga tahapan yang perlu ditempuh. Tahapan-tahapan
tersebut meliputi tahap pengumpulan input dasar (the input stage), tahap
pemaduan atau pencocokkan (the matching stage), dan tahap keputusan (The
Decision Stage).
Tahap pertama meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk
menentukan strategi, terdiri dari matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan
matriks External Factor Evaluation (EFE). Pada tahap ini dilakukan identifikasi
informasi terhadap faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang akan diteliti
terdiri dari keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, produksi, dan manajemen,
sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan mikro.
Lingkungan makro meliputi ekonomi, sosial, teknologi, pemerintah, dan ekologi
(alam). Untuk lingkungan mikro meliputi pesaing, pelanggan/pembeli, produk
substitusi, ancaman pendatang baru dan pemasok.
Tahap kedua, untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan
memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang diperoleh dari tahap input
atau tahap pertama dari matiks IFE dan EFE. Teknik pada tahap dua adalah
matriks Internal External (IE) yang digunakan untuk mengetahui posisi
perusahaan saat ini dan matriks Strength, Weakness, Opportunities, and Threats
(SWOT) untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak.
Pada tahap ketiga akan diambil keputusan strategi mana yang menjadi
prioritas dengan menggunakan matriks perencanaan strategi kuantitatif atau
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) sebagai rekomendasi strategi
yang harus dijalankan suatu perusahaan. Matriks QSP didesain untuk menentukan
daya tarik relatif dan alternatif tindakan yang layak.
Berdasarkan uraian diatas maka bagan pemikiran operasional dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Bagan Pemikiran Operasional
Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan
Volume produksi sayuran organik masih rendah dan tingginya tingkat persaingan antar
perusahaan sejenis
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Faktor Eksternal: ● Ekonomi ● Sosial ● Teknologi Lingkungan Makro ● Pemerintah ● Ekologi (alam) ● Analisis
Persaingan Lingkungan Mikro
Matriks IE (Internal, External)
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats)
Analisis QSPM (Quantity Strategic Planning Matrix)
Alternatif dan Rekomendasi Strategi Usaha yang tepat
PT ANUGERAH BUMI PERSADA, “RR ORGANIC FARM”
Faktor Internal: ● Keuangan ● Pemasaran; bauran pemasaran ● SDM ● Produksi ● Manajemen
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT Anugerah Bumi Persada ”RR Organic
Farm", Kabupaten Cianjur, Kecamatan Cugenang Desa Galudra. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa perusahaan
tersebut merupakan salah satu perusahaan pertama yang mengusahakan produk
sayuran organik di Indonesia. Waktu penelitian dari bulan Maret hingga April
2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah data primer
dan data sekunder. Data primer yang digunakan melalui pendekatan berikut.
1) Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Hal ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan pihak-pihak
manajemen perusahaan yang terkait untuk memperjelas data yang diperoleh.
2) Diskusi dan Kuesioner
Hal ini dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada direktur utama
perusahaan dan para pekerja, terdiri dari 22 responden yaitu 16 pekerja harian
dan 6 pekerja tetap/bulanan yang ditujukan pada bagian-bagian yang berkaitan
dengan pokok permasalahan yang diteliti.
3) Pengamatan Langsung (Observasi)
Hal ini dilakukan melalui pengamatan dan peninjauan secara langsung ke
perusahaan, dimana proses produksi dilaksanakan untuk mendapatkan
gambaran keseluruhan tentang kegiatan perusahaan guna melengkapi data yang
diperoleh melalui wawancara dan kuesioner.
Data sekunder yang digunakan berasal dari sumber dan literatur yang
berkenaan dengan masalah yang diteliti seperti sumber dari Pemerintah Daerah
Kabupaten Cianjur, Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, Kantor Desa Galudra,
kumpulan data yang dimiliki oleh pihak perusahaan, bahan pustaka, artikel, jurnal,
fasilitas internet dan hasil-hasil penelitian terdahulu.
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan menganalisis data dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif melalui tiga tahapan. Pertama disebut pengumpulan data (the input
stage), kedua tahap pencocokan (the matching stage), dan terakhir tahap
keputusan (the decision stage). Dalam mengidentifikasi permasalahan satu
digunakan tahap pengumpulan data yaitu dengan strategi matriks IFE (Internal
Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) sedangkan untuk
menganalisis permasalahan selanjutnya digunakan tahapan dua yaitu dengan
strategi matriks SWOT (Strength, weakness, Opportunities and Treaths) dan IE
(Internal and External). Untuk pemilihan strategi yang tepat menggunakan QSPM
(Quantitative Strategic Planning Matrix)pada tahap ketiga.
4.3 1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Analisis matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Dalam pembuatan matriks IFE
terdapat beberapa tahapan sebagai berikut:
1. menuliskan faktor utama penentu kekuatan dan kelemahan perusahaan;
2. penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang
digunakan untuk pengisian kolom adalah
1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikatr horisontal sama penting dengan indikatr vertikal
3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bentuk dari penentuan bobot setiap variabel terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal A B C ….. Total Bobot
A B C
….. Total
Sumber: David, 2000
Menurut Kinnear dan Taylor (1991) bahwa penentuan bobot setiap variabel
diperoleh dengan menggunakan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai
keseluruhan variabel. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
∑=
= n
ii
ii
X
X
1
α
Keterangan:
αi = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i
i = 1,2,3…..,n
n = Jumlah variabel
Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat
penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri.
Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
3. memberikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama
(peringkat = 1), atau kelemahan kecil (peringkat = 2), kekuatan kecil
(peringkat = 3), atau kekuatan utama (peringkat = 4);
4. mengalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk memperoleh
skor untuk setiap variabel;
5. menjumlahkan skor untuk mendapatkan nilai total skor. Jika total rata-rata skor
dibawah 2,5 menggambarkan perusahaan memiliki posisi yang lemah secara
internal. Sedangkan jika total skor diatas 2,5 mengindikasikan posisi internal
yang kuat. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor Strategis Internal Bobot Peringkat Skor Kekuatan 1……… 2……… 3……… Kelemahan 1…….. 2……… 3……… Total
Sumber: David, 2006
4.3.2 Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Matriks EFE memungkinkan strategi untuk merangkum dan
mengevaluasi informasi ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik dan
pemerintah, hukum, teknologi, dan analisis persaingan. Matriks EFE dapat
dibuat dengan lima tahapan sebagai berikut:
1. Menentukan faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi
perusahaan;
2. Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. Skala
yang digunakan untuk pengisian kolom adalah
1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal;
2 = jika indikatr horisontal sama penting dengan indikatr vertikal
3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bentuk dari penentuan bobot setiap variabel terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Strategis
Eksternal A B C ….. Total Bobot
A B C
….. Total
Sumber: David, 2000
Menurut Kinnear dan Taylor (1991) bahwa penentuan bobot setiap
variabel diperoleh dengan menggunakan nilai setiap variabel terhadap
jumlah nilai keseluruhan variabel. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
∑=
= n
ii
ii
X
X
1
α
Keterangan:
αi = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel ke-i
i = 1,2,3…..,n
n = Jumlah variabel
Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan
tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan
dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
3. memberikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor eksternal
utama tentang seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespon
faktor tersebut, dimana 4 = respon perusahaan bagus, 3 = respon
perusahaan diatas rata-rata, 2 = respon perusahaan rata-rata, 1= respon
perusahaan buruk;
4. mengalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk
menentukan nilai skor;
5. menjumlahkan skor untuk mendapatkan nilai total skor. Jika total rata-
rata skor dibawah 2,5 menggambarkan perusahaan tidak dapat
memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman tergolong rendah.
Sedangkan jika total skor diatas 2,5 menunjukkan perusahaan dapat
merespon peluang dan ancaman tergolong sedang. Matriks EFE dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Matriks EFE (External factor Evaluation) Faktor Strategis Eksternal Bobot Peringkat Skor Peluang 1……… 2……… 3……… Ancaman 1…….. 2……… 3……… Total
Sumber: david, 2006 4.3.3 Matriks IE (Internal External)
Matriks IE digunakan untuk menentukan posisi organisasi atau
perusahaan saat ini. Kemudian berdasarkan posisi tersebut, perusahaan
dapat menentukan strategi yang tepat untuk diterapkan yang mencerminkan
harapan tentang masa depan suatu perusahaan. Matriks IE merupakan
matriks portofolio, artinya adalah bahwa alat analisis ini dapat
menggambarkan bagaimana posisi suatu unit bisnis strategis dalam suatu
organisasi.
Matriks IE disusun berdasarkan nilai total skor matriks IFE dan
EFE. Dimana pada sumbu horisontal merupakan total skor IFE dan pada
sumbu vertikal merupakan total skor EFE. Titik perpotongan antara kedua
sumbu tersebut akan menunjukkan strategi yang dianggap tepat untuk
diterapkan oleh perusahaan dalam tampilan sembilan sel. Berikut gambar
matriks IE.
NILAI TOTAL SKOR IFE
4,0 kuat 3,0 rata-rata 2,0 lemah 1,0
tinggi
3,0
sedang
2,0
rendah
1,0
Gambar 4. Matriks Internal-Eksternal (IE)
Nilai total skor IFE yang ditunjukkan oleh sumbu x sebesar 1.0
hingga 1.99 menggambarkan posisi internal yang lemah, skor 2.0 hingga 2.99
merupakan pertimbangan rata-rata, dan skor 3.0 hingga 4.0 adalah kuat.
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
NILA
I TOTA
L SKO
R
EFE
Begitu pun dengan nilai total skor EFE yang ditunjukkan oleh sumbu y, dari
1.0 hingga 1.99 adalah pertimbangan rendah, skor 2.0 hingga 2.99 adalah
sedang, dan skor 3.0 hingga 4.0 adalah tinggi.
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki
implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk
dalam sel I, II, atau IV digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan.
Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan produk, dan
pengembangan pasar) atau integratif (integrasi kebelakang, integrasi
kedepan, dan integrasi horisontal). Kedua, divisi yang masuk dalam sel III,
V, VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan
pertahankan. Penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi
yang umum digunakan untuk divisi ini. Ketiga, rekomendasi yang diberikan
untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, IX adalah tuai dan divestasi.
4.3.4 Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (Strength-
Weakness-Opportunities-Threats-SWOT Matrix) adalah ringkasan yang
menganalisis kekuatan dan kelemahan internal dalam hubungannya dengan
peluang dan ancaman eksternal organisasi (Mc Donald dan Keegan, 1999)
yang digunakan untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe
strategi yang merupakan alternatif strategi pemasaran yang dapat
diimplementasikan oleh perusahaan berdasarkan hasil kombinasi antara
faktor eksternal dan internal yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu S-O
(Strength-Oportunities), W-O (Weakness-Opportunities),S-T (Strength-
Threaths), dan W-T (Weakness-Threaths). Tahap pencocokkan faktor
internal dan eksternal kunci merupakan bagian yang sulit dalam
mengembangkan analisis ini dan membutuhkan penilaian yang baik. Model
analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) STRENGTHS-S
Daftar faktor-faktor kekuatan
WEAKNESS-W Daftar faktor-faktor kelemahan
OPPORTUNITIES-O Daftar faktor-faktor peluang
STRATEGI S-O Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI W-O Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang
THREATS-T Daftar faktor-faktor ancaman
STRATEGI S-T Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
STRATEGI W-T Meminimalkan kelemahan dan hindari ancaman
Sumber: David, 2006
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun analisis matriks
SWOT adalah sebagai berikut:
1. menuliskan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan;
2. menuliskan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan;
3. menuliskan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan;
4. menuliskan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan;
5. mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi S-O yang tepat;
6. mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi W-O yang tepat;
7. mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan strategi S-T yang tepat;
8. mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan strategi W-T yang tepat;
Menganalisis data dengan menggunakan analisis SWOT memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: Kelebihannya yaitu analisis
SWOT membantu perusahaan dalam menyusun strategi manajemen
pemasaran yang efektif untuk mengelola sarana usaha secara lebih terarah,
sehingga dapat mencegah aktivitas pemborosan seoptimal mungkin,
sekaligus mampu menempatkan diri secara wajar dan meningkatkan daya
saing. Sedangkan kelemahannya bahwa analisis SWOT merupakan metode
dengan pendekatan yang cenderung kearah kualitatif atau subyektif yang
perlu diperkuat ketajaman analisanya dengan data pendukung kuantitatif,
agar menghasilkan kajian analisis yang lebih baik (Daud, 2003).
4.3.5 QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Teknik ini secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana
yang terbaik untuk diimplementasikan oleh perusahaan. QSPM adalah alat
yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif
strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan
eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Analisis ini membutuhkan
penilaian intuitif yang baik dalam menyeleksi strategi.
Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik dari berbagai strategi
berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal
dimanfaatkan atau diperbaiki. Enam langkah yang dibutuhkan untuk
mengembangkan QSPM sebagai berikut:
1. membuat daftar peluang dan ancaman kunci eksternal serta kekuatan dan
kelemahan kunci internal perusahaan;
2. memberikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal
yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE;
3. mengevaluasi matriks pada tahap dua atau pencocokkan dan identifikasi
alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi atau
perusahaan untuk diimplementasikan;
4. menetapkan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS) pada setiap strategi
untuk menunjukkan daya tarik relatif dari suatu strategi atas strategi lain
dengan mempertimbangkan faktor penentu. Nilai daya tarik dimulai dari
nilai 1 = tidak menarik, 2 = kurang menarik, 3 = menarik, dan 4 = sangat
menarik;
5. menghitung nilai total daya tarik (Total Attractiveness Scores-TAS)
merupakan hasil kali dari kolom bobot dan nilai daya tarik (AS) dalam
setiap baris. Semakin tinggi nilai TAS, maka semakin menarik alternatif
strategi itu.
6. menghitung jumlah total daya tarik dengan cara menjumlahkan nilai total
daya tarik dalam setiap kolom strategi QSPM. Jumlah nilai total daya
tarik mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap set
strategi. Besarnya perbedaan antar jumlah total daya tarik dalam suatu
set alternatif strategi tertentu menunjukkan seberapa besar sebuah
strategi lebih diinginkan relatif terhadap yang lain.
Tabel 9 berikut merupakan model matriks perencanaan strategi
quantitatif (QSPM).
Tabel 10. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ALTERNATIF STRATEGI
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Faktor Kunci
Bobot AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor kunci Eksternal Faktor kunci Internal Jumlah Nilai Total Daya Tarik
Sumber: David, 2006
Keunggulan QSPM adalah bahwa set strategi dapat dievaluasi secara
bertahap atau bersama-sama dan tidak ada batasan untuk jumlah strategi
yang dapat dievaluasi dan memanfaatkan semua informasi eksternal dan
internal yang dimiliki. Selain itu, QSPM dapat diadaptasikan untuk
digunakan oleh organisasi besar, kecil, berorientasi laba maupun nirlaba dan
dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe organisasi. Keterbatasan
QSPM selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar
yaitu didasarkan kepada informasi yang objektif serta QSPM hanya dapat
bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang
mendasari penyusunannya serta subjektivitas sangat tinggi, artinya
bergantung pada pengalaman pengambil keputusan (David, 2006).
V. GAMBARAN UMUM
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Anugerah Bumi Persada adalah perusahaan yang bergerak di
bidang agribisnis hortikultura melalui sistem pertanian organik terutama
pada budidaya sayuran jepang organik. Perusahaan ini berdiri pada tahun
2000 oleh Bapak Rustam Efendi sebagai pemilik perusahaan dibantu dengan
staf ahli dari IPB serta beberapa mahasiswa. Awalnya perusahaan
dinamakan PPHO (Proyek Pengembangan Hidroponik Organik) dan setelah
mengalami perkembangan maka PPHO menjadi PT (Perseroan Terbatas).
Awal berdirinya perusahaan hanya sekedar hobi, mulanya Bapak
Rustam dan istri mencoba menanam sayuran jepang di halaman rumahnya
pada tahun 1995. Ternyata, sayuran tersebut menghasilkan produk yang
sama kualitasnya dengan sayuran jepang pada umumnya. Informasi yang
beredar dari mulut ke mulut, menghantarkan beberapa pemasar tertarik
untuk bekerjasama dengan Bapak Rustam dalam mengembangkan dan
membudidayakan sayuran jepang. Selain itu, melihat bahwa pemahaman
masyarakat akan pemenuhan pangan sehat cukup tinggi dan pertanian
organik belum banyak berkembang di Indonesia memberikan peluang yang
cukup besar untuk agribisnis sayuran tersebut sehingga Bapak Rustam
membuka lahan untuk membudidayakan sayuran organik di Cianjur
khususnya di Kecamatan Cugenang Desa Galudra.
Modal yang digunakan dalam membudidayakan sayuran organik
adalah modal pribadi. Dalam membudidayakan dan mengembangkan usaha
sayuran ini dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Bapak Rustam sendiri
telah mengeluarkan dana sekitar Rp 1 Milyar untuk usaha ini. Dengan
berjalannya waktu, perusahaan mengalami perkembangan yang cukup
signifikan.
Distributor untuk penjualan sayuran organik semakin bertambah.
Awalnya hanya Papaya Swalayan yang menjadi distributor perusahaan
dalam memasarkan produknya ke konsumen. Namun, sekarang ini sudah
ada tujuh swalayan yang menjadi distributor tetap perusahaan diantaranya
Ranch market (Pondok Indah, Jakarta Selatan), Papaya Swalayan (Jakarta
Selatan), Kamome Swalayan (Jakarta Selatan), Ranch Market (Kebun Jeruk,
Jakarta Barat), Ranch Market (Grand Wijaya), Ranch Market
(Darmawangsa Square) dan Ribbon.
Pertama kali perusahaan berdiri, produk yang diproduksi hampir 30
jenis sayuran yang sebagian besarnya adalah sayuran jepang organik.
Namun, saat ini perusahaan hanya memproduksi 20 jenis sayuran. Hal ini
dilihat dari nilai ekonomis sayuran tersebut dengan mempertimbangkan
permintaan konsumen yang paling banyak di pasar.
5.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
Pentingnya pernyataan visi dan misi dapat memperlihatkan edukasi
suatu perusahaan dan membedakannya dengan perusahaan lain yang
memproduksi produk sejenis. Visi dari PT Anugerah Bumi Persada adalah
pada pentingnya kesehatan manusia yaitu “menjadikan masyarakat
Indonesia sehat dan menjunjung tinggi kejujuran dalam industri yang
relevan”. Sementara misi perusahaan adalah memperbaiki lingkungan juga
membantu dan menjaga kesehatan masyarakat akan pengkonsumsian
pangan khususnya sayuran melalui sistem organik.
Perusahaan sayuran organik yang didirikan oleh Bapak Rustam
bertujuan untuk memperoleh profit dan pentingnya kesehatan manusia.
Untuk menuju sehat, banyak cara yang bisa dilakukan salah satunya adalah
menghindari konsumsi makanan yang mangandung bahan-bahan kimia.
Bahan-bahan kimia yang menumpuk dalam tubuh akan menyebabkan
berbagai penyakit terutama penyakit kanker. Oleh karena itu, perusahaan
membudidayakan sayurannya dengan cara pertanian organik.
5.3 Lokasi Perusahaan
PT Anugerah Bumi Persada terletak di Kabupaten Cianjur
Kecamatan Cugenang Desa Galudra. Secara geografis Desa Galudra terletak
di dataran tinggi, tepatnya di kaki Gunung Gede Pangrango yaitu 700-1200
dpl dengan suhu rata-rata 18 - 300 C dan curah hujan 2800 Mm sehingga
cocok untuk menanam sayuran organik. Kabupaten Cianjur yang
berbatasan dengan Kota Bandung dan Bogor serta cukup dekat dengan kota
Jakarta merupakan lokasi yang strategis untuk memasarkan produknya,
begitupun dengan sarana dan prasarana transportasi yang ada cukup
mendukung bagi perusahaan dalam memasarkan juga produknya.
Luas lahan yang dimiliki Desa Galudra Kecamatan Cugenang
sebagian besar di bidang pertanian yaitu sekitar 360 Ha yang ditunjukkan
pada Tabel 11. Hal ini berpotensi juga bagi perusahaan dalam
mengembangkan dan membudidayakan sayuran organik, dimana kondisi
tanah di Desa Galudra pun cukup subur dengan teskstur tanah yang
berpasir. Luas lahan perusahaan yang berada di Desa Galudra sekitar 2,8
Ha yang dibudidayakan sayuran organik dengan fasilitas green house.
Tabel 11. Luas Desa Galudra No Jenis Lahan Desa Luas (Ha) 1. Tanah sawah 46 2. Tanah kering 174 3. Tanah perkebunan 100 4. Tanah fasilitas umum 414 5. Tanah hutan 40
Total Luas tanah 774 Sumber: Kantor Desa Galudra, Potensi Desa 2006
Tenaga kerja merupakan faktor penggerak proses produksi lainnya.
Ditinjau dari tenaga kerja yang ada di Desa Galudra, perusahaan secara
tidak langsung mengurangi jumlah pengangguran yang ada di desa tersebut
yaitu mencapai 1.110 orang pengangguran (Tingkat Perkembangan Desa
Galudra, 2006). Pekerja yang direkrut perusahaan kebanyakan berasal dari
masyarakat sekitar karena sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai
petani sayur dan sudah terbiasa untuk melakukan budidaya sayuran,
sehingga perusahaan tidak kesulitan dalam memberikan pengarahan kepada
pekerja sebelum turun langsung ke lapang.
5.4 Struktur Organisasi
PT Anugerah bumi Persada merupakan perusahaan keluarga.
Perusahaan dipimpin oleh komisaris utama dan direktur yang berwenang
dalam setiap pengambilan keputusan dan memegang kendali penuh atas
jalannya usaha, antara lain mengawasi pemasukan dan pengeluaran
keuangan perusahaan, menentukan komoditas yang akan diproduksi serta
dalam penentuan jumlah pekerja (Syafaruddin, 2006).
Struktur organisasi perusahaan tertinggi dipegang oleh komisaris
perusahaan yaitu Bapak Rustam Efendi sebagai penanam modal utama dan
direktur utama sebagai penanam modal kedua sekaligus direktur
manajemen perusahaan yang dipegang oleh Bapak Firmansyah Rustam.
Dalam menjalankan perusahaan, direktur utama dibantu oleh beberapa staf
divisi diantaranya divisi produksi, pemasaran, dan pekerjaan umum. Untuk
lebih jelasnya struktur organisasi PT Anugerah bumi Persada dapat dilihat
pada gambar berikut.
KOMISARIS UTAMA
DIREKTUR UTAMA
Gambar 5. Struktur Organisasi Divisi produksi, divisi pemasaran dan divisi pekerjaan umum sangat
berpengaruh terhadap seluruh kegiatan proses produksi. Divisi produksi
bertugas untuk mengkoordinir, mengamati dan mengawasi proses tanam
sayuran mulai dari persiapan media tanam sampai pasca panen yaitu,
persiapan media tanam, perbenihan/pembibitan dan penyemaian, persiapan
lahan, penanaman, pemeliharaan (penyiraman, pemupukan,
perompesan/penyiangan dan penyulaman serta pengendalian terhadap hama
dan penyakit yang menyerang tanaman), pemanenan dan pasca panen.
Sementara divisi pemasaran bertugas mengurus seluruh kegiatan pemasaran
dan bertanggung jawab atas penyerahan produk hingga ke tangan
distributor maupun pelanggan serta mencari dan mengumpulkan informasi
pasar untuk pengembangan produk. Selain itu, divisi pemasaran bertugas
untuk mempromosikan dan memberitahukan produk perusahaan kepada
konsumen. Selanjutnya divisi pekerjaan umum berfungsi untuk
mengkoordinir kegiatan di lapang dan mengambil tindakan yang perlu
dilakukan untuk perkembangan dan kemajuan perusahaan.
DIVISI PRODUKSI DIVISI PEMASARAN DIVISI PEKERJAAN UMUM
PEKERJA HARIAN
VI. IDENTIFIKASI FAKTOR LINGKUNGAN INTERNAL DAN
EKSTERNAL 6.1 Analisis Faktor Lingkungan Internal
Analisis internal adalah proses perencanaan strategi yang
menentukan kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Kajian proses
analisis lingkungan internal dapat dilihat dari faktor-faktor seperti
keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, produksi, dan manajemen.
Adapun kajian dan identifikasi lingkungan internal PT Anugerah Bumi
Persada ”RR Organic Farm” adalah sebagai berikut:
6.1.1 Keuangan
PT Anugerah Bumi Persada didirikan sebagai perusahaan keluarga,
sehingga modal yang digunakan dalam usaha sayuran organik adalah modal
pribadi. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan membutuhkan modal
yang tidak sedikit. Hal ini terlihat dari total komponen biaya yang
diperlukan dalam menjalankan usaha sayuran organik yang ditunjukkan
pada Tabel 12 (untuk lebih jelasnya data biaya untuk usaha sayuran organik
dapat dilihat pada lampiran 2).
Tabel 12. Biaya PT Anugerah Bumi Persada Periode Maret 2007- Februari 2008
Jenis Biaya Jumlah (Rp 000) Biaya Produksi 203 400 Biaya Penjualan 83 600 Biaya Administrasi 129 600 Total 416 600
Sumber: PT Anugerah Bumi Persada
Kelemahan perusahaan adalah tidak adanya pihak yang ditunjuk
sebagai sekretaris untuk penyusunan pembukuan usahatani maupun laporan
keuangan, sehingga terjadi tumpang tindih tugas yang mengakibatkan
penyusunan pembukuan perusahaan masih belum tertata rapi. Penyusunan
pembukuan usahatani maupun laporan keuangan sangat diperlukan dalam
suatu usaha sebagai acuan dalam mengevaluasi jalannya usaha tersebut.
6.1.2 Pemasaran
Konsep dan alat pemasaran inti dilihat dari pasar sasaran dan
segmentasi, tempat pasar, produk dan merek serta saluran pemasaran.
Pemasaran juga memegang peranan penting suatu usaha (Kotler, 2005).
Strategi pemasaran berhubungan dengan segmentasi pasar dan bauran
pemasaran yang dikenal dengan sebutan 4P yaitu Produk (product), harga
(price), tempat (place), promosi (promotion).
6.1.2.1 Segmentasi Pasar
Pasar yang menjadi sasaran utama perusahaan adalah konsumen
golongan menengah dan atas, dimana tempat penjualan yang dilakukan
perusahaan adalah di swalayan yang bekerjasama dengan pihak Ranch
Market dan Papaya serta Kamome market yang ada di sekitar Jakarta.
6.1.2.2 Analisis Bauran Pemasaran
1. Produk (product)
Kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam membudidayakan
sayuran adalah dengan sistem pertanian organik. Komoditi yang dihasilkan
oleh perusahaan sekitar 20 jenis sayuran yang didominasi oleh sayuran
jepang organik. Sayuran organik memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sayuran konvensional yang terlampir pada Tabel 4.
Oleh karena itu, perusahaan sangat memperhatikan dan menjaga kualitas
produk yang akan dipasarkan kepada konsumen. Produk perusahaan
dikenal dengan merek RR Organik yang merupakan singkatan dari nama
pemilik perusahaan yaitu Rustam Reiko. Merek tersebut sudah dikenal oleh
konsumen karena perusahaan merupakan old supplyer produk sayuran
organik terutama sayuran jepang organik. Ukuran dan jenis sayuran juga
disesuaikan dengan permintaan konsumen di pasar dan pelayanan yang
memuaskan terlihat dari loyalitas konsumen yang cukup tinggi. Namun,
loyalitas konsumen tersebut tidak berdasarkan merek suatu perusahaan.
kelemahan perusahaan adalah belum memiliki sertifikasi produk
organik. Sertifikat adalah dokumen yang menyatakan hasil pemeriksaan
lapangan dan atau pengujian laboratorium. Dengan sertifikat organik
tersebut produk yang dipasarkan dapat lebih memberikan kepuasan kepada
konsumen, sehingga konsumen tidak ragu untuk membeli produk tersebut.
Menurut Deptan dalam Yanti (2006) tercatat 24 produsen organik yang
bergerak dibidang hortikultura sayuran, dimana sudah ada yang memiliki
sertifikat organik yang diperoleh dari pihak asing maupun dari lembaga
sertifikasi yang ada di Indonesia yaitu PT Sucofindo dan M-Briotekindo.
2. Harga (Price)
Penetapan harga jual produk sayuran ditentukan oleh perusahaan
dengan negosiasi dari pihak swalayan hingga disepakati standar harga yang
menguntungkan kedua belah pihak. Penetapan harga standar tersebut bisa
lebih tinggi apabila produk dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti berat dan
ukuran sayuran, masa tanam yang relatif lama, pemeliharaan yang cukup
sulit (hama dan penyakit yang menyerang tanaman), dan berkali-kalinya
tanaman tersebut berbuah serta kemasan. Berikut daftar harga sayuran
organik di Swalayan.
Tabel 13. Harga Penjualan Sayuran Organik di Swalayan No Jenis Sayuran Nett Price (Kg) 1. Horenso (bayam jepang) 27000 - 32000 2. Tomat apel momotaru 25000 - 30000 3. Brokoli 50000 - 55000 4. Hakusai (sawi putih) 20000 - 25000 5. Kol 20000 - 25000 6. Wortel 25000 - 30000
7. Komatsuna (Sawi hijau) 25000 - 30000 8. Pakcoi hijau 25000 - 30000 9. Kyuri (timun jepang) 25000 - 30000 10. Daun Selada 25000 - 30000 11. Negi (bawang jepang) 42000 - 47000 12. Daikon (lobak putih jepang) 20000 - 25000 13. Baby buncis 27000 - 32000 14. Tomat cherry 27000 - 32000 15. Kabocha (waluh jepang) 20000 – 25000 16. Asparagus 57000 – 62000 17. Kokabu 20000 – 25000 18. Nira (kucai) 42000 – 47000 19. Cabe rawit/keriting 25000 – 30000 20. Kangkung 20000 - 25000
Sumber: PT Anugerah Bumi Persada
Kelemahan dari perusahaan adalah penetapan harga yang tinggi
dibandingkan dengan produk sejenisnya. Hal ini disesuaikan dengan kualitas
produk terjamin tanpa bahan kimia dan sasaran utama yang dituju
perusahaan adalah golongan menengah dan atas. Berdasarkan Tabel 13
bahwa setiap swalayan yang menawarkan produk perusahaan memiliki
tingkat diskon yang berbeda-beda, sehingga harga yang ditampilkan
merupakan harga kisaran untuk masing-masing swalayan.
3. Tempat (place)
Pada level tempat atau distribusi, perusahaan telah menjalankan
rantai saluran pemasaran dengan sangat baik. Menurut Angipora (2002),
ada dua saluran distribusi yaitu direct channel of distribution dan indirect
channel of distribution. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan
menggunakan kedua saluran tersebut.
→ Saluran distribusi langsung (direct channel of distribution)
Perusahaan menyalurkan produk langsung ke konsumen/pelanggan yang
ditunjukkan pada Gambar 6. Biasanya konsumen/pelanggan memesan
ditempat atau biasa dikenal dengan delivery order yaitu pemesanan
dengan cara dikirim sesuai dengan permintaan dan keinginan pelanggan.
Selain itu, pemilik perusahaan memiliki restoran yaitu Dapur Palembang
yang terletak di Jakarta. Produk dari perusahaan biasanya digunakan
untuk menu restoran.
Gambar 6. Saluran Distribusi Langsung
→ Saluran distribusi tidak langsung (indirect channel of distribution)
Perusahaan menggunakan jasa perantara untuk menyalurkan
produk kepada konsumen melalui beberapa distributor. Distributor dalam
hal ini adalah swalayan yang ada di Jakarta seperti Ranch Market (Pondok
indah, Jakarta Selatan), Papaya Swalayan (Jakarta Selatan), Kamome
Swalayan (Jakarta Selatan), Ranch Market (Kebun Jeruk, Jakarta Barat),
Ranch Market (Grand Wijaya), Ranch Market (Darmawangsa Square) dan
Ribbon. Lokasi Kabupaten Cianjur yang dekat dengan kota besar yaitu
Jakarta, Bogor dan Bandung serta sarana dan prasarana transportasi yang
baik sangat menunjang kestrategisan untuk memasarkan produk, sehingga
tidak ada hambatan dalam penyaluran dan produk masih tetap terjamin
kualitasnya. Berikut saluran pemasaran perusahaan.
Gambar 7. Saluran Distribusi Tidak Langsung
4. Promosi (promotion)
Perusahaan Pelanggan
Perusahaan Distributor (Swalayan)
Konsumen
Perusahaan telah menjalani usaha sayuran organik sejak tahun 2000
dan menjadi old supplier pada beberapa swalayan yang telah menjadi
pelanggan tetap perusahaan. Konsumen sudah mengenal sejak lama produk
RR Organic ini. Penyebaran brosur dan sample sayuran langsung ke setiap
rumah juga sebagai promosi yang telah dilakukan oleh perusahaan. Namun,
hanya masyarakat golongan menengah dan atas yang mengenal produk
tersebut.
6.1.3 Sumberdaya Manusia (SDM)
Sumberdaya manusia merupakan penggerak faktor produksi lainnya.
Keseluruhan tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan sebanyak 22 orang
yang terdiri dari tenaga kerja harian dan tenaga kerja bulanan atau tetap.
Tenaga kerja harian terdiri dari 16 orang pekerja dan tenaga kerja bulanan
sebanyak 6 orang yang terdiri dari dari staf produksi dipegang oleh 1 orang,
pemasaran dipegang oleh 2 orang, perbenihan I orang, dan produksi
strawberi serta pekerjaan umum.
Tenaga kerja bulanan yang menjadi staf perusahaan adalah tenaga
kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman dalam pembudidayaan
tanaman yang merupakan lulusan dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
Sementara itu, pekerja harian berasal dari masyarakat sekitar, sehingga
perusahaan berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan mengurangi
jumlah penganguran yang ada di Desa tersebut. Masyarakat sekitar tersebut
juga sudah terlatih untuk melakukan budidaya sayuran karena masyarakat
setempat sudah terbiasa melakukan bertani tersebut. Tapi dari pihak
perusahaan juga memberikan pengarahan kepada pekerja harian sebelum
turun langsung ke lapang. Keseluruhan jumlah tenaga kerja pada
perusahaan cukup efisien dalam menjalankan budidaya sayuran, tetapi
untuk makan, sakit dan hamil tidak ada tunjangan dari perusahaan bagi
pekerja harian. Tunjangan tersebut diperuntukkan hanya bagi pekerja
tetap/bulanan. Pada hari libur nasional pun perusahaan tetap
memberlakukan masuk kerja untuk setiap pekerja, namun pekerja tersebut
tidak mendapatkan bonus upah pada hari libur tersebut.
6.1.4 Produksi
Perusahaaan memiliki luas lahan sekitar 2,8 Ha. lahan tersebut
dibudidayakan untuk komoditi sayuran dengan sistem pertanian organik di
mulai dari persiapan media tanam hingga panen, karena perusahaan sangat
memperhatikan kelestarian lingkungan. Adapun kelemahan perusahaan dari
segi produksi yaitu volume produksi yang masih rendah seperti tomat apel
momotaro, pakcoi hijau, daun selada, tomat cherry, asparagus dan kabocha
(lihat lampiran 1). Perubahan iklim dan serangan hama dan penyakit
tanaman merupakan faktor terbesar yang mengakibatkan produksi
menurun sehingga pemenuhan sayuran di pasaran tidak maksimal. Selain
itu, Pembukuan usahatani dan pengarsipan data masih belum lengkap dan
tersusun rapi, sehingga tidak bisa mengevaluasi kinerja yang sudah berjalan.
Kegiatan pembudidayaan sayuran organik di perusahaan meliputi
persiapan media tanam, pembibitan, persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan tanaman (pemupukan, penyiraman, penyiangan atau
perompesan dan penyulaman, serta pengendalian hama dan penyakit, panen
dan pasca panen. Peralatan yang digunakan dalam pengolahan secara umum
sama dengan pertanian lainnya dan masih sederhana yaitu masih
menggunakan cangkul, kored, pisau, gunting, pinset dan sebagainya.
Perusahaan juga memiliki sarana transportasi yaitu mobil box untuk
memasarkan produk. Sementara itu, pengarsipan data-data produksi masih
belum lengkap dan tersusun rapi.
Penggunaan obat-obatan dalam sistem pertanian organik memang
masih sederhana seperti urine kelinci dan penggunaan pupuk bokashi yang
berasal dari kotoran kambing atau ayam, sekam padi, EM 4. Selain itu,
perusahaan juga menggunakan pestisida organik cair yang telah beredar di
pasar. Secara umum proses kegiatan pertanian di perusahaan untuk
komoditi sayuran organik adalah sebagai berikut.
Persiapan media
Pembimbita
Persiapan
Penanam
Pemeliharaan
Pemupuka Pengendalian hama dan penyakit
Penyirama Penyulaman dan penyiangan/perompesan
Pemanena
Gambar 8. Tahapan Proses Produksi
a. Persiapan media tanam
Proses awal adalah persiapan media tanam menggunakan sekam.
Pembakaran sekam biasanya dilakukan pada sore hari dan selesai pada pagi
harinya. Sekam didinginkan dengan penyiraman air dan diserakkan agar
sekam tidak menjadi abu. Sekam yang telah didinginkan dicampur dengan
tanah, pupuk bokashi, dolomit atau kapur, kocoran EM 4 dan urine kelinci
atau urine kambing/sapi diaduk hingga merata menggunakan cangkul dan
sekop. Media tanam tersebut dimasukkan kedalam polibag dan siap
digunakan.
Terdapat media tanam baru yang digunakan perusahaan yaitu
memanfaatkan media tanam yang telah digunakan dalam proses produksi
sebelumnya pada beberapa jenis sayuran seperti horenso, haksai, brokoli
dan kol yang merupakan sayuran daun. Media tanam tersebut dicampur
kembali dengan tanah, pupuk bokashi, dolomit, EM 4, dan urine kelinci.
Untuk jenis sayuran buah seperti tomat, kyuri (timun Jepang), nasubi
(terong Jepang) harus menggunakan media tanam yang benar-benar baru.
b. Pembibitan
Pembibitan dilakukan secara terjadwal dan biasanya setelah proses
pemanenan. Sayuran buah dan daun pembibitannya dipisahkan dalam green
house yang berbeda. Awal dari pembibitan yaitu penyemaian. Sebelum
disemai, benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat selama 1-2 jam
Pasca
untuk menghilangkan sisa-sisa bakteri dan cendawan yang bisa mengganggu
proses pertumbuhan tanaman. Dalam perendaman jika ada benih yang
tergenang atau mengapung harus dibuang. Benih yang telah direndam
kemudian dibungkus dengan kain basah dan ditimbun didalam tanah
beserta sekam selama 2-3 hari dan benih siap ditanam didalam media.
Penyemaian untuk sayuran buah dan sayuran daun berbeda.
Penyemaian sayuran buah menggunakan polibag sedangkan sayuran daun
tempatnya menggunakan kotak kayu yang berbentuk persegi. Hal ini untuk
mengantisipasi adanya hama yang dapat merusak tanaman. Pada
penyemaian sayuran dilakukan penyiraman hingga umur tanaman
mencukupi untuk ditanam di lahan. Jumlah benih yang disemai disesuaikan
dengan permintaan dan kebutuhan pasar.
c. Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan, pengolahan tanah,
pemberian dolomit (kapur), pemupukan dan pembuatan bedengan serta
penyiraman. Fungsi pembersihan lahan adalah untuk menghilangkan gulma
yang mengganggu pertumbuhan. Pengolahan tanah dilakukan agar terjadi
pertukaran unsur hara setelah digunakan dalam proses produksi
sebelumnya dengan unsur hara baru yang terkandung didalam lapisan
tanah. Kemudian pemupukan dilakukan untuk menetralkan kadar
keasaman tanah, perlakuan pemupukan tergantung pada jenis tanamannya.
Terakhir dalam proses penyiapan lahan adalah dengan membuat bedengan
dengan tinggi sekitar 30 cm. Setelah lahan diolah dan bedengan dibentuk,
lalu ditaburkan pupuk bokashi sebanyak dua kali dan disiram secara
merata.
d. Penanaman
Cara penanaman komoditi sayuran berbeda- beda antara yang satu
dengan yang lainnya, sehingga harus memperhatikan karakteristik tanaman
yang akan ditanam. Penanaman diawali dengan pembuatan lubang tanaman
pada bedengan dengan jarak dan kedalaman sesuai dengan jenis sayuran
yang akan ditanam. Penanaman yang dilakukan perusahaan menerapkan
sistem rotasi secara bertahap dan tumpangsari dalam satu bedengan. Tujuan
dari sistem tersebut dapat mempertahankan unsur hara yang ada dalam
tanah dan memutuskan siklus hidup hama yang dapat menyerang tanaman.
Pada satu green house terdapat beberapa bedengan dan jenis
sayuran. Kombinasi tanaman yang dilakukan bisa sesama family dan bisa
juga dari jenis family yang berbeda seperti brokoli dengan haksai/horenso,
tomat apel momotaro dengan salada. Tetapi untuk brokoli dan kol tidak
dapat dikombinasikan karena memiliki umur tanaman yang lama sehingga
unsur hara dalam tanah terkuras.
e. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan adalah suatu upaya yang direalisasikan untuk
mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan pada saat panen.
Pemeliharaan merupakan aspek utama dalam control keberhasilan produksi
(Awal et all, 2007). Kegiatan dalam pemeliharaan tanaman terdiri dari
pemberian pupuk atau nutrisi yang berimbang, penyiraman,
penyiangan/perompesan dan penyulaman serta pengendalian OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman) secara tepat.
● Pemupukan
Perusahaan melakukan pemupukan dengan dua cara. Pertama
dengan sistem kocor, bahan-bahan yang dikocorkan dengan berbagai variasi
tiap tanaman terdiri dari rendaman bokashi (kotoran ayam, kambing atau
sapi), dolomit, abu kayu atau sekam dan belerang. Semua bahan tersebut
dicampur dengan air. Kedua, dengan sistem tabur. Penaburan menggunakan
bahan-bahan yang sama yaitu rendaman bokashi (kotoran ayam, kambing
atau sapi), dolomit, abu kayu atau sekam dan belerang diaduk hingga
merata tapi tidak menggunakan air. Cara dan dosis pemberian dolomit
berbeda-beda, tergantung pada PH tanah.
● Penyiraman
Teknik penyiraman dilakukan secara manual menggunakan ember
dan selang disertakan dengan pemberian nutrisi (pupuk cair organik).
Ketika menghadapi musim kemarau penyiraman dilakukan secara rutin.
Tapi untuk musim-musim biasanya penyiraman dilakukan dalam satu
minggu sebanyak tiga kali.
● Penyiangan/perompesan dan penyulaman
Penyiangan/perompesan adalah membuang bagian tanaman baik
berupa daun maupun buah yang terkena penyakit dan membuang tanaman
liar. Proses penyiangan/perompesan tanaman dari berbagai tanaman
pengganggu dilakukan diluar dan didalam bedengan. Penyulaman hanya
untuk mengganti kembali tanaman yang sudah rusak.
● Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
Alternatif yang dilakukan perusahaan terhadap pengendalian OPT
adalah dengan penyemprotan menggunakan pestisida cair organik,
mengambil langsung serangga maupun ulat yang menempel pada sayuran
dengan pinset, biasanya pengambilan serangga dan ulat tersebut dilakukan
setiap hari Rabu oleh pekerja dan menjaga kebersihan lingkungan semua
tanaman.
f. Pemanenan
Penentuan jadwal panen ditentukan oleh manajer kebun, panen
dilakukan setelah tanaman masak dengan kriteria ketinggian tanaman,
umur tanaman, berat rata-rata, tidak cacat dan warna buah sesuai dengan
jenis tanaman. Pemanenan dilakukan dua kali dalam satu minggu yaitu pada
hari Senin dan Jumat, biasanya untuk pemanenan, waktu untuk pekerja
wanita lebih cepat dimulai dari Pkl 07.00-14.00 WIB sedangkan pekerja pria
mulai dari Pkl 07.00-15.30 WIB pada hari Jumat saja. Untuk hari biasanya
pekerja mulai bekerja pada Pkl 07.00-16.00 WIB.
Alat pemanenan yang biasa digunakan masih sederhana yaitu gunting
dan pisau. Pengangkutan sayuran dari green house ke tempat pasca panen
pun masih sederhana dengan menggunakan jaringan net, panggulan dan
ember. Semua hasil panen per komoditi dikumpulkan di tempat yang telah
disediakan.
g. Pasca Panen
Kegiatan pasca pemanenan dilakukan dengan penimbangan awal
pada tiap jenis sayuran dari masing-masing blok di tempat pasca panen yang
telah disediakan oleh perusahaan, pembersihan dan pencucian sayuran,
penyortiran, dan penimbangan produk sesuai ketentuan. Pembersihan dan
pencucian tiap sayuran yang fungsinya untuk menghilangkan kotoran-
kotoran yang menempel pada sayuran. Penyortiran dilakukan untuk
menghasilkan produk dengan kualitas yang terbaik yang akan dipasarkan
dengan cara memilih sayuran sesuai dengan permintaan pasar. Selanjutnya
penimbangan produk sesuai dengan ketentuan seperti horenso seberat 250
gr.
Pengemasan produk dan pengepakan langsung dilakukan ditempat
pasca panen. Terdapat berbagai pengemasan untuk tiap jenis sayuran, ada
yang menggunakan styrofoam, palstik film, dan plastik biasa yang sudah
dikemas dengan label milik perusahaan yaitu RR organic. Untuk tomat apel
momotaro menggunakan styrofoam, kol dan brokoli serta haksai
menggunakan plastik film dan sayuran lainnya seperti nasubi, horenso,
kyuri, negi, wortel dan sebagainya menggunakan plastik biasa yang sudah
berlabel RR Organic.
Selesai pengemasan dan pengepakan sayuran langsung diantarkan ke
swalayan yang telah menjadi distributor tetap perusahaan. Penyimpanan
sayuran yang akan diantarkan menggunakan box sayuran, masing-masing
box per komoditi dan tidak boleh terlalu bertumpuk yang dapat membuat
sayuran rusak.
5. Manajemen
Kegiatan suatu usaha memerlukan manajemen yang baik untuk
keberlangsungan perusahaan yang akan datang. Fungsi manajemen yaitu
pengorganisasian, penyusunan staf, perencanaan, memotivasi dan
pengawasan. Pengorganisasian bertujuan untuk mencapai usaha secara
terkoordinasi dengan menetapkan hubungan antara tugas dan wewenang.
Strukutur pengorganisasian perusahaan masih belum jelas dan dibakukan.
Dalam pelaksanaannya, pengorganisasian tersebut masih tumpang tindih,
dimana pekerjaan bendahara dan sekretaris dilakukan oleh pekerja di
bagian produksi, sehingga tugas tersebut tidak efisien.
6.2 Analisis Faktor Lingkungan Eksternal
6.2.1 Lingkungan makro
6.2.1.1 Ekonomi
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke
tahun yaitu pada tahun 1980 terdapat 147.490.298 jiwa menjadi 218.868.791
jiwa tahun 2005 (Data Statistik Indonesia, 2008) mengakibatkan kebutuhan
akan pangan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan
Malthus yaitu Pertumbuhan penduduk sesuai dengan deret ukur sedangkan
kebutuhan pangan sesuai deret hitung. Sejalan dengan hal itu,
perekonomian Indonesia saat ini berangsur-angsur pulih yang ditunjukkan
dengan laju pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atas dasar
harga konstan 2000 menurut lapangan usaha yang semakin meningkat yaitu
sebesar 5,13 persen pada tahun 2004 (BPS, 2004) yang berdampak pada
peningkatan daya beli masyarakat. Pada tahun sebelumnya laju
pertumbuhan PDB mencapai 4,88 persen tahun 2003. Hal ini menjadi
peluang besar bagi kegiatan usaha dibidang pertanian yang menghasilkan
produk kebutuhan pangan.
Tabel 14. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), 2001-2004
Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 4,08 3,23 4,34 4,06 2. Pertambangan dan penggalian 0,33 1,00 -0,89 -4,613. Industri pengolahan 3,30 5,29 5,33 6,194. Listrik, gas, dan air bersih 7,92 8,94 5,88 5,915. Bangunan 4,58 5,48 6,67 8,176. Perdagangan, hotel, restoran 4,38 3,90 5,30 5,807. Pengangkutan dan komunikasi 8,10 8,39 11,56 12,70 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 6,60 6,37 7,02 7,729. Jasa-jasa 3,24 3,75 3,87 4,91Produk Domestik Bruto 3,83 4,38 4,88 5,13
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2004 Pangsa pasar produk sayuran organik selama beberapa tahun ini
mengalami peningkatan yang cukup pesat. Menurut IFOAM (2005) bahwa
pertumbuhan pangsa pasar produk organik mencapai 20 – 30 persen setiap
tahun. Bisnis produk pangan segar organik juga, khususnya sayuran masih
sangat luas dan mengalami perkembangan yang cukup pesat di kawasan
Asia Pasifik yang ditunjukkan pada Tabel 1. Hal ini merupakan peluang
bagi perusahaan dalam mengembangkan usahanya dan memperluas pangsa
pasar yang sudah ada.
Budidaya sayuran dengan sistem pertanian organik yang dilakukan
perusahaan bisa lebih efektif dan efisien dalam hal biaya. Bahan input yang
tidak menggunakan kimia membuat perusahaan tidak terlalu besar
mengeluarkan biaya pada proses produksi. Menjelang akhir tahun 2007,
pupuk urea sudah menembus harga 400 dollar AS per ton, SP 36 mencapai
300 dollar AS per ton, dan potash mencapai 500 dollar AS per ton.
Kenaikan ini sangat luar biasa karena pada awal tahun 2007 harga urea
masih 210 dollar AS per ton, SP 36 masih 150 dollar AS per ton, dan potash
masih 135 dollar AS per ton. Jika mengacu pada harga internasional
tersebut, berarti harga urea sudah Rp 3.800 per kilogram, SP 36 Rp 2.800
per kilogram, dan potash Rp 4.700 per kilogram. Kenaikan harga pupuk
disebabkan dengan adanya pertumbuhan usaha perkebunan yang berkaitan
dengan sumber minyak nabati seperti kelapa sawit dan jagung.4
Meningkatnya permintaan dan ketatnya pasokan serta kenaikan biaya
pengiriman turut memicu naiknya harga pupuk. Dengan naiknya harga
pupuk kimia menjadikan peluang bagi produsen organik dalam bersaing
pada harga penjualan.
6.2.1.2 Sosial
Pulihnya perekonomian dan peningkatan pendapatan serta
pendidikan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat akan pemenuhan
pangan sehat. Tren back to nature yang mengantarkan kesadaran
masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan bahan sintetik mengakibatkan
perubahan gaya hidup masyarakat menjadi lebih sehat dan lebih
memperhatikan kualitas lingkungan.
Pengkonsumsian dengan bahan pangan non organik yang tertimbun
dalam tubuh secara tidak disadari dalam waktu jangka panjang akan
berdampak pada meningkatnya resiko kanker. Produk dengan sistem
organik memang relatif lebih mahal, namun manfaat yang didapat cukup
besar bagi kesehatan. Kandungan gizi dalam produk organik telah terbukti 4 Hamzirwan. 2007. Awas Lampu Kuning untuk Pupuk. http://els.bappenas.go.id/upload/kliping/Awas-Kps.pdf (Diakses pada 12 April 2008)
lebih tinggi dibandingkan dengan produk konvensinal seperti terlampir
pada Tabel 2.
Peningkatan kesadaran masyarakat tersebut akan kebutuhan
pangan sehat memberikan peluang bagi produsen yang menerapkan
bertaninya secara organik untuk meraih keuntungan. Namun, dengan
berkembangnya issue bahwa beberapa produk sayuran yang beredar di
pasaran tidak 100 persen organik yaitu dengan cara perusahaan
memplasma petani sayuran konvensional yang hanya memberikan label
pada sayuran tersebut membuat konsumen ragu untuk membeli sayuran
organik dan dapat mengurangi keuntungan perusahaan.
Sebagian besar penduduk di Desa Galudra Kecamatan Cugenang
Kabupaten Cianjur bermatapencaharian sebagai buruh tani dan petani.
Berikut tabel penduduk Desa Galudra menurut pekerjaannya.
Tabel 15. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaannya No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Orang) 1. Petani 300 2. Pedagang/wiraswasta/pengusaha 40 3. Pengrajin 2 4. PNS (Pegawai Negeri Sipil) 18 5. Buruh tani 400 6. TNI/POLRI 1 7. Pensiunan 4 8. Penjahit 4 9. Montir 2 10. Karyawan swasta 50 11. Tukang kayu 15 12. Tukang batu 16 13. Guru swasta 33 14. Lainnya 715
Sumber: Kantor Desa Galudra, 2006
Berdasarkan data tersebut bahwa penduduk sekitar banyak
berkecimpung dalam pertanian khususnya budidaya sayuran yang
merupakan andalan Desa Galudra, sehingga memudahkan perusahaan
untuk merekrut pakerja dalam proses produksi yang diusahakan.
6.2.1.3 Teknologi
Teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang
memiliki pengaruh terhadap organisasi maupun perusahaan. Kemajuan
teknologi dapat menciptakan pasar baru, yang menghasilkan penciptaan
produk baru dan produk yang lebih baik. kemajuan teknologi juga
meningkatkan industri transportasi, fasilitas umum, komputer dan internet
(David, 2006).
Perkembangan teknologi dari segi sarana dan prasarana
transportasi memberikan dampak yang sangat baik bagi perusahaan untuk
memasarkan produk, sehingga perusahaan dengan mudah menyalurkan
produk dan sayuran agar tidak cepat layu dan rusak. Kemajuan teknologi
informasi di Indonesia juga semakin berkembang dan mempengaruhi
kegiatan usaha diantaranya penggunaan alat komunikasi seperti telepon,
penggunaan jaringan internet dan komputer. Perkembangan teknologi yang
semakin canggih memberikan peluang bagi pelaku bisnis dalam
memanfaatkan jasa tersebut untuk transaksi dan negosiasi dalam
memasarkan produk.
Pembudidayaan sayuran organik yang dilakukan perusahaan
mengikuti perkembangan teknologi yaitu perusahaan memiliki timbangan,
baik untuk penentuan sayuran yang akan dikemas dan dikepak maupun
penentuan berat sayuran yang sudah dimasukkan ke dalam box
perkomoditi untuk dipasarkan. Selain itu, perusahaan juga menerapkan
sistem green house. Fungsi green house adalah sebagai berikut:
1. menghindari terpaan air hujan yang dapat merusak tanaman;
2. menghindarkan lahan dari kondisi yang becek ;
3. mencegah masuknya air hujan ke dalam media tumbuh (karena dapat
mengencerkan larutan hara);
4. mengurangi intensitas cahaya yang masuk sehingga daun tidak terbakar
pada saat terik;
5. mengurangi tingkat serangan OPT; dan
6. fotosintesis dapat berlangsung sempurna;
6.2.1.4 Pemerintah
Gaya hidup masyarakat yang telah mengalami perubahan dengan
menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan
pestisida kimia sintetis serta hormon tumbuh dalam produksi pertanian
ternyata menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan. Adanya preferensi konsumen inilah yang menyebabkan
permintaan produk pertanian organik diseluruh dunia tumbuh rata-rata 20
persen pertahun. Data WTO (World Trade Organization) menunjukkan
bahwa dalam tahun 2000 perdagangan produk pertanian organik dunia
telah mencapai nilai US$17, 5 milyar . Diperkirakan pada tahun 2010
pangsa pasar dunia produk pertanian organik akan mencapai US$ 100
milyar. Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati
tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya
masyarakat yang menghormati alam, maka Indonesia pun yang modal
dasar yang luar biasa besarnya yang upaya percepatan transformasi
keunggulan komparatif ini menjadi keunggulan kompetitif agar peluang
pasar tersebut dapat benar-benar kita rebut untuk kesejahteraan
masyarakat, khususnya petani. Untuk mewujudkan hal tersebut diatas
Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
(Ditjen BPPHP) telah menyusun Agenda Nasional Pengembangan Pertanian
Organik dengan slogan “Go Organic 2010“5.
Program “Go Organic 2010” yang telah disusun oleh menteri
pertanian Anton Apriyantono dan Ditjen BPPHP merupakan salah satu
pilihan program untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis
berwawasan lingkungan (eco-agribisnis) guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya petani. Misi dalam program ini adalah:
"Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan
alam Indonesia dengan mendorong berkembangnya pertanian organik yang
berdaya saing dan berkelanjutan" Sedangkan yang ingin dicapai dalam
program ini adalah mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan
pengekspor pangan organik utama di dunia pada tahun 2010. Adapun
tujuan dan keuntungan dari program tersebut adalah sebagai berikut:
1. meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan
sumberdaya dan produk;
5 Departemen Pertanian. Agenda nasional Pengembangan pertanian Organik. 2001. http://agribisnis.deptan.go.id/Pustaka/BabI&II_4thGO.pdf (Diakses pada 23 Maret 2008)
2. menghasilkan pangan yang cukup, aman dan berkualitas sehingga
meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk
agribisnis;
3. menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani;
4. meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan
pertanian;
5. meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka
panjang, serta memelihara kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan;
6. menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan sosial dipedesaan;
Dengan demikian, pengembangan pertanian organik melalui program “Go
Organic 2010” akan berujung pada peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat serta lestarinya lingkungan alam Indonesia.
Kesadaran masyarakat akan pola hidup dan pola makan sehat melalui
pengkonsumsian pangan organik memberikan peluang bagi kegiatan usaha
yang dibentuk atas dasar keinginan untuk menghimpun potensi sekaligus
kerjasama dari berbagai pihak untuk mengembangkan potensi pertanian
organik di Indonesia yaitu dengan adanya Asosiasi pertanian Organik
(APO, maporina atau masyarakat pertanian organik Indonesia). Maporina,
sebagai organisasi yang peduli terhadap konsep dan implementasi pertanian
organik di Indonesia, merasa berkewajiban untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman para birokrat (penentu kebijakan)
akademisi, peneliti dan pengurus organisasi profesi tentang pertanian
organik. Menurut Ketua umum maporina Zaenal Soedjais (2005),
menjelaskan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi luar biasa besar
untuk mengembangkan pertanian organik. Potensi ini ada pada luasnya
lahan pertanian tropis yang dimiliki Indonesia yang sangat beragam serta
juga ketersediaan bahan organik yang melimpah yaitu sekitar 20 persen
lahan pertanian yang ada di Indonesia, ternyata yang baru dimanfaatkan
hanya 40.000 hektar atau sekitar 0,09 persen.6
Sejalan dengan upaya peningkatan produksi tanaman pangan dan
hortikultura, peredaran benih dan pupuk serta pestisida cenderung terus
meningkat. Benih merupakan salah satu faktor penentu dalam menentukan
keberhasilan pembangunan pertanian, karena mempunyai peranan sangat
penting dalam menentukan segala aktivitas pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Dalam upaya meningkatkan penggunaan dan
penyediaan benih unggul bermutu pemerintah perlu melakukan
pengawasan pengadaan, penggunaan dan peredaran benih dengan
memberikan sertifikat setelah melalui pemeriksaan lapangan, hal ini sesuai
dengan keputusan Menteri Pertanian Nomor 803/Kpts/OT.210/7/97 tentang
Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Bina dan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 517/Kpts/TP.270/9/2002 tentang Pengawasan Pestisida.
Pada kenyataannya banyak benih yang ditawarkan efektivitasnya tidak
sesuai dengan yang termuat pada label kemasan, bahkan tidak sedikit yang
dipalsukan7. Beredarnya benih palsu tersebut dipasaran merupakan
6 Kongres maporina. 2005. Potensi Pertanian Organik Dikembangkan. www.brawijaya.ac.id/main/news/id/event/detail.php?id=77 - 16k 2003 (Diakses pada 23 Maret 2008).
7 Perda Prov Jawa Barat. Retribusi Pelayanan Pengujian Mutu Benih, Pestisida serta Pupuk Tanaman Pangan dan Holtikultura.
ancaman bagi perusahaan yang dapat mengurangi produksi dan kualitas
produk menjadi rendah serta merugikan perusahaan.
6.2.1.5 Ekologi (Alam)
Kabupaten Cianjur yang beribukota di Cianjur adalah sebuah
kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Sebagian besar wilayah Cianjur adalah
pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang
sempit. Lapangan atau pekerjaan penduduk Kabupaten Cianjur di sektor
pertanian yaitu sekitar 62,99 persen. Sektor pertanian merupakan
penyumbang terbesar terhadap produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
yaitu sekitar 42,80 persen. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap
tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan jasa yaitu sekitar 14,60 persen
8.
PT Anugerah Bumi Persada terletak di Kabupaten Cianjur
Kecamatan Cugenang Desa Galudra yang merupakan daerah dataran tinggi
dengan curah hujan 2800 Mm, suhu 18 - 300 C antara ketinggian 700-1200
dpl. Jenis dan tekstur tanah di desa tersebut adalah andosol dan berpasir
sehingga cocok untuk memproduksi dan membudidayakan sayuran karena
tanah tersebut cukup subur.
http://birohukum.jabarprov.go.id/data/perundangan/5-4-2004-doc (Diakses pada 23 Maret 2008).
8 Pemda Kabupaten Cianjur. 2008. Pembagian Administratif. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Cianjur , 25 Januari 2008(Diakses pada 23 Maret 2008)
Perubahan iklim dan gejala alam di Desa Galudra Kecamatan
Cugenang Kabupaten Cianjur sering tidak dapat diperkirakan yang
menyebabkan perusahaan mengalami kerugian dalam produksi maupun
reinvestasi untuk mengganti peralatan yang rusak seperti angin kencang
yang dapat merusak green house, terjadinya longsor yang mengakibatkan
terhambatnya aliran air, dan perubahan iklim yang berkepanjangan. Pada
musim hujan produksi sayuran rendah sedangkan permintaan di pasar
cukup tinggi, sehingga perusahaan mengalami pengurangan keuntungan.
Namun pada musim kemarau, produksi yang dihasilkan sebaliknya,
Produksi sayuran yang terlalu tinggi membuat perusahaan juga mengalami
kerugian karena stok persediaan sayuran lebih besar dibandingkan dengan
permintaan di pasar sehingga banyak sayuran yang tidak dapat dijual.
Kerugian perusahaan diakibatkan juga dengan adanya hama dan penyakit
yang menyerang tanaman. Hal ini karena perusahaan membudidayakan
sayuran dengan sistem organik yang dituntut dalam mengendalikan hama
dan penyakit tidak menggunakan pestisida atau pun obat lainnya yang
berbahan kimia, sehingga perusahaan mengalami kesulitan dalam
mengendalikan hama dan penyakit tanaman tersebut.
6.2.2 Lingkungan Mikro
6.2.2.1 Pesaing
Sistem pertanian organik yang mulai diterapkan oleh berbagai
produsen menjadikan ancaman bagi perusahaan dalam mengambil pangsa
pasar. Hal ini terjadi seiring dengan kepedulian konsumen yang semakin
kuat terhadap isu kesehatan dan perubahan gaya hidup masyarakat yang
menimbulkan kesadaran masyarakat umum akan pentingnya
mempertahankan kualitas lingkungan, telah mendorong melonjaknya
permintaan produk organik di Asia Pasifik.9 Perkembangan tersebut
memberikan peluang bagi produsen yang mengusahakan sayuran organik.
Banyaknya produsen yang mengusahakan sayuran organik,
mengimplikaiskan tingkat persaingan yang ketat. Hal ini merupakan
ancaman bagi perusahaan dan peluang bagi pesaing dalam memperluas
pangsa pasarnya. Selain itu, Seperti pesaing potensialnya yaitu Agatho dan
Amani, pangsa pasar produk tersebut sudah memasuki tingkat internasional
yaitu dengan mengekspor produk sayuran organik ke kawasan Asia
tenggara.
6.2.2.2 Pelanggan (Pembeli)
Memasuki abad 21, masyarakat mulai sadar bahaya yang
ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang
semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan
ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan back to nature telah
menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan
bahan kimia non alami seperti pupuk dan pestisida kimia dalam produksi
pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan
metode baru yang dikenal dengan pertanian organik. Preferensi konsumen
seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik meningkat
pesat dan juga sangat beragam baik dari ukuran sayuran, penampilan
9 Winarno, FG. 2003. Pangan Organik di Kawasan Asia Pasifik dalam Kompas Senin, 30 Juni 2003 (Diakses pada 12 April 2008)
(kualitas), dan kuantitas, sehingga perencanaan tanam dan panen harus
dilakukan dengan teliti agar sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
Dengan memproduksi sayuran yang berkualitas sesuai keinginan pasar,
perusahaan dapat mempertahankan posisi tawar produk dan terjalin
hubungan yang baik terhadap distributor dan konsumen. Dalam hal ini,
untuk loyalitas konsumen dan distributor bukan pada suatu merek
perusahaan, melainkan pada komoditi sayuran organik itu sendiri.
Sayuran organik dianggap sebagai komoditi yang menyehatkan
untuk dikonsumsi. Harga sayur organik di pasaran berbeda beberapa kali
lipat dibandingkan dengan sayur konvensional tetapi hal ini sebanding
dengan manfaat yang diterima, sehingga berbagai jenis sayur organik
semakin banyak diminati pasar saat ini. Namun sayangnya karena jumlah
produksi yang masih terbatas, permintaan pasar akan sayur organik belum
bisa terpenuhi secara maksimal.
6.2.2.3 Produk Subtitusi
Menurut Awal, et all (2007) kemajuan teknologi terutama dalam
bidang pangan yang mampu menciptakan pengganti serat yang dihasilkan
oleh sayuran, khususnya serat buatan yang gencar dipromosikan
diberbagai media dan adanya pendapat dari beberapa dokter yang
mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi salah satu serat buatan tersebut
mampu menggantikan konsumsi serat yang dihasilkan dari sayuran dan
buah. Selain itu, serat tersebut mampu mengatasi dan meredakan masalah
pemcernaan dalam tubuh. Hal ini merupakan ancaman bagi perusahaan
yang dapat membentuk bahkan merubah pemikiran sebagian masyarakat
terutama bagi masyarakat yang memang tidak begitu menyukai sayuran
bahwa konsumsi serat buatan sudah cukup sehingga konsumsi masyarakat
akan sayur dan buah menurun.
Harga yang ditawarkan sayuran organik memang relatif lebih mahal
namun manfaat yang diberikan cukup besar bagi kesehatan dan persediaan
produk juga terbatas karena proses produksi melalui sistem organik lebih
lama dibandingkan dengan konvensional serta konsumen yang belum begitu
menyadari pentingnya pangan sehat dan belum bisa membedakan antara
sayuran organik dan anorganik. Hal ini menjadikan sayuran anorganik
sebagai produk substitusi dari sayuran organik, dimana semua kalangan
dapat membelinya dan dengan mudah menemukannya.
6.2.2.4 Pemasok
Pemasok merupakan salah satu komponen penting dalam
menjalankan suatu usaha. Bahan input adalah bahan atau komponen yang
digunakan sebagai sarana dalam berlangsungnya proses produksi suatu
kegiatan. Untuk memenuhi kebutuhan proses produksi, perusahaan
memperoleh bahan input dari penjual di pasar lokal maupun luar. Dari
pasar lokal perusahaan memperoleh bahan input seperti urine kelinci,
sekam padi, EM4, plastik UV, pestisida cair organik, dolomite, alat-alat dan
sarana pertanian sedangkan dari pasar luar perusahaan memperoleh benih
sayuran Jepang karena perusahaan secara garis besar memproduksi jenis
sayuran Jepang. Berikut daftar pemasok perusahaan.
Tabel 16. Daftar Pemasok Bahan Input No Jenis Komponen Pemasok
1. Plastik UV PT Sinar Plastik 2. Sekam padi Cianjur 3. Kotoran ayam Sukabumi 4. EM4 Jakarta 5. Benih PT Winon Intercotinental 6. Kemasan Jakarta 7. Urine kelinci Cianjur
Sumber: PT Anugerah Bumi Persada, 2008
6.2.2.5 Ancaman Pendatang Baru
Berdasarkan skala ekonomi, dalam memproduksi sayuran organik
memerlukan biaya yang relatif tidak sedikit dan juga dibutuhkan
pengetahuan, teknologi serta pengalaman yang baik mengenai proses
produksi maupun pemasaran. Selain itu, loyalitas konsumen yang cukup
tinggi terhadap suatu merek produk menjadikan hambatan masuk bagi
pendatang baru untuk memasuki industry karena pendatang baru harus
mengeluarkan biaya yang besar kembali untuk mengatasi kesetiaan
konsumen.
Akses saluran distribusi untuk memasuki pasar atau swalayan cukup
sulit terutama untuk masuk ke swalayan Ranch Market Jakarta (Pondok
Indah, Kebon Jeruk, Grand Wijaya, dan Darmawangsa Square), Kamome
dan Papaya market yang menetapkan kualitas tinggi. Kebijakan pemerintah
terhadap industri sayuran organik tidak membatasi atau melarang
pendatang baru untuk masuk dalam industri bahkan pemerintah sangat
mendukung dan mendorong untuk mengembangkan usaha dengan
pertanian organik yaitu dengan dibentuknya program “Go Organic 2010”
yang tujuannya adalah untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu
produsen dan pengekspor pangan organik utama di dunia pada tahun 2010.
6.3 Identifikasi Faktor Lingkungan Internal
Berdasarkan hasil analisis faktor internal, maka selanjutnya akan
diidentifikasi beberapa hal yang menjadi kekuatan dan kelamahan
perusahaan. Hasil identifikasi tersebut digunakan untuk menyusun matriks
IFE (Internal Factor Evaluation). Aspek-aspek yang ditinjau adalah sebagai
berikut: (1) faktor keuangan; (2) faktor pemasaran melalui bauran
pemasaran; (3) faktor sumberdaya manusia; (4) faktor produksi; (5) faktor
manajemen. Identifikasi tentang faktor-faktor kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki oleh PT Anugerah Bumi Persada dapat dilihat pada Tabel 17.
Perusahaan memiliki keunggulan dalam membudidayakan pertanian
khususnya dibidang hortikultura yaitu sayuran dengan cara sistem
pertanian organik yang tidak menimbulkan degradasi lingkungan karena
perusahaan sangat memperhatikan kualitas produk. Modal untuk
mengembangkan usaha sayuran organik dari proses produksi hingga pasca
panen merupakan modal pribadi perusahaan. Selain itu, perusahaan
memiliki staf pekerja yang merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih
serta berpengalaman yang merupakan alumnus Institut Pertanian Bogor.
Keunggulan lain perusahaan adalah sebagai penetap harga melalui
negosiasi dengan pihak distributor (swalayan), memiliki sarana transportasi
yang menunjang untuk memasarkan produknya yaitu dengan mobil box,
image produk sudah dikenal konsumen karena perusahaan merupakan old
supplier, dan lokasi proses produksi sayuran organik perusahaan cukup
strategis karena berdekatan dengan Kota Jakarta.
Kelemahan yang dimiliki perusahaan diantaranya belum memiliki
label sertifikat produk, tidak ada tunjangan bagi pekerja harian seperti
hamil, makan, sakit dan hari libur nasional, pembukuan usahatani dan
pengarsipan data masih belum tersusun rapi dan lengkap, masih rendahnya
volume produksi yang diusahakan perusahaan. Selain itu, tingkat harga
yang tinggi dibandingkan dengan produk sayuran organik lain dan struktur
organisasi belum tertulis dan dibakukan.
Tabel 17. Identifikasi Faktor Lingkungan Internal PT Anugerah Bumi Persada
Faktor-faktor Internal
Kekuatan Kelemahan
1. Keuangan - Posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi.
2. Pemasaran - Penetapan harga oleh perusahaan melalui negosiasi dengan pihak swalayan.
- Kualitas dan kontinuitas produk terjamin.
- Keanekaragaman produk sayuran.
- Memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk memasarkan produk.
- Belum memiliki label sertifikasi organik.
3. SDM - Staf pekerja perusahaan - Tidak adanya tunjangan
merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman.
bagi pekerja harian seperti sakit, hamil, makan dan hari libur nasional.
4. Produksi - Ramah lingkungan. - Image produk sudah dikenal oleh
konsumen
- Volume produksi yang masih rendah (seperti tomat apel momotaro, tomat cherry, pakcoi hijau, asparagus, kabocha dan daun selada).
- Pembukuan usahatani dan pengarsipan data masih belum tersusun rapi dan lengkap.
5. Manajemen - Struktur organisasi belum tertulis dan dibakukan.
6.4 Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal
Hasil analisis faktor lingkungan eksternal yang telah dikaji
sebelumnya, kemudian dapat diidentifikasi untuk menentukan peluang dan
ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dengan menggunakan
matriks EFE (External Factor Evaluation). Aspek-aspek yang ditinjau
adalah sebagai berikut: (1) faktor ekonomi, (2) faktor sosial, (3) faktor
teknologi, (4) faktor pemerintah, (5) faktor ekologi/alam, (6) analisis
persaingan yaitu pesaing, pelanggan/pembeli, produk substitusi, pemasok,
dan ancaman pendatang baru.
Peluang bagi perusahaan dalam mengembangkan produk sayuran
jepang organik adalah pemahaman dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya mengkonsumsi makanan sehat yang dikenal dengan slogan back
to nature, semakin meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan
pendapatan serta pendidikan yang mempengaruhi daya beli masyarakat
sehingga memungkinkan perusahaan untuk lebih mengoptimalkan upaya
memperluas pangsa pasar. Pangsa pasar untuk sayuran organik akan terus
meningkat baik ditingkat lokal maupun internasional yang setiap tahunnya
meningkat 20 - 30 persen dan loyalitas konsumen dan distributor cukup
tinggi untuk komoditi sayuran organik.
Peluang lainnya adalah tersedia tenaga kerja masyarakat sekitar,
pasokan bahan baku dan perkembangan teknologi yang semakin maju
sehingga dapat memperlancar proses produksi perusahaan dalam
mengembangkan usahanya, dan dukungan dari pemerintah untuk
mengembangkan pertanian secara organik yaitu dengan program Go
Organic 2010 dan APO dan Maporina, kenaikan harga bahan baku
konvensional serta pendatang baru tidak mudah masuk dalam industri.
Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah adanya issue bahwa
sayuran organik yang beredar di pasar tidak 100 persen organik yang
mengakibatkan konsumen ragu untuk membeli sayuran organik dan beralih
pada produk substitusinya seperti suplemen dan sayuran konvensional.
Ancaman lainnya adalah perubahan iklim dan gejala alam yang terjadi serta
hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat mengurangi kuantitas
dan kualitas produk perusahaan. Berikut tabel identifikasi peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan.
Tabel 18. Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal PT Anugerah Bumi Persada
Faktor-faktor Eksternal Peluang Ancaman 1. Ekonomi - Peningkatan pendapatan,
pendidikan dan daya beli masyarakat.
- Pangsa pasar sayuran organik
akan terus meningkat. - Kenaikan harga bahan baku
sayuran konvensional. 2. Sosial - Tersedianya tenaga kerja
masyarakat sekitar. - Pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat.
- Adanya isue bahwa kebanyakan sayuran organik yang beredar di pasaran tidak 100 persen organik (free kimia).
3. Teknologi - Perkembangan teknologi
seperti sarana transportasi dan telekomunikasi serta informasi.
4. Pemerintah - Adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina).
- Program “Go Organic 2010”
5. Ekologi (alam) - Perubahan iklim dan gejala alam seperti angin kencang dan longsor
- Adanya hama dan penyakit tanaman yang menyerang.
6. Pesaing - Pangsa pasar pesaing semakin luas.
7. Pelanggan - Loyalitas konsumen dan distributor cukup tinggi.
8. Produk substitusi - Adanya produk substitusi.
9. Pemasok - Tersedia pasokan bahan baku. 10. Ancaman pendatang
baru - Pendatang baru tidak mudah
masuk dalam industri.
VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI
7.1 Tahap Masukan (The Input Stage)
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor
Evaluation) merupakan tahap masukan (the input stage) atau tahap pertama
setelah identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal sebelumnya. Analisis
Matriks IFE dan EFE pada PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”
akan dibahas sebagai berikut:
7.1.1 Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Analisis internal mengidentifikasi faktor kunci kekuatan (strength)
dan kelemahan (weakness) perusahaan. Berdasarkan informasi pada
identifikasi tersebut, maka disusun matriks IFE untuk mendapatkan total
skor yang dibobot. Total skor didapat dari hasil penjumlahan skor, dimana
skor tersebut merupakan perkalian dari bobot faktor dengan
peringkat/rangking masing-masing faktor strategis internal.
Pembobotan dan pemberian peringkat dilakukan oleh tujuh orang
responden dari pihak perusahaan, terdiri dari direktur utama perusahaan,
staf produksi sebanyak 3 orang, bagian pemasaran sebanyak 2 orang dan
staf pekerjaan umum. Ketujuh responden tersebut dianggap ikut serta
dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan usaha dan pemasaran
sayuran organik.
Secara garis besar dari total perhitungan melalui matriks IFE yang
ditunjukkan pada Tabel 19 menghasilkan total skor yang dibobot sebesar
3,11. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk mengatasi
kelemahan dengan menggunakan kekuatannya adalah tinggi. Kekuatan
utama perusahaan yaitu dengan skor rata-rata 0,4 adalah ramah
lingkungan. Perusahaan sangat memperhatikan lingkungan sekitar, yaitu
dengan menerapkan sistem pertanian organik, sehingga lingkungan tidak
tercemar dari bahan-bahan sintetik yang dapat merusak struktur tanah dan
menguras unsur hara di dalam tanah dan degradasi lingkungan dalam
jangka waktu lama. Pertanian organik yang diterapkan perusahaan juga
memberi dampak positif terhadap para pekerja di lapang dalam menjaga
kesehatan untuk menghirup udara tanpa tercemar bahan-bahan kimia.
Dengan mengusahakan sayuran organik yang ramah lingkungan merupakan
salah satu visi dan misi dari perusahaan yang mengutamakan kesehatan.
Kekuatan utama lain yang dimiliki perusahaan adalah staf pekerja
yang merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman
yang merupakan alumni dari Institut Pertanian Bogor. Dengan staf pekerja
yang merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman
akan dapat menghasilkan produk yang berkualitas dari proses perencanaan
tanam yang baik hingga pasca panen.
Kelemahan utama yang dimiliki perusahaan ditunjukkan dengan
skor rata-rata 0,07 yaitu volume produksi yang masih rendah seperti tomat
apel momotaro, tomat cherry, horenso dan brokoli. Jenis sayuran tersebut
merupakan sayuran yang banyak diminta oleh pihak distributor dan
diminati konsumen. Kondisi tersebut menyebabkan permintaan konsumen
dan distributor tidak dapat terpenuhi secara maksimal. Berikut tabel
analisis matriks IFE (Internal Factor Evaluation).
Tabel 19. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) PT Anugerah Bumi Persada
Faktor Strategis Internal Bobot Peringkat Skor Kekuatan 1. Posisi keuangan yang kuat dengan modal
pribadi 0,08 4 0,32
2. Kualitas dan kontinuitas produk terjamin 0,08 3 0,243. Keanekaragaman produk sayuran 0,05 4 0,24. Lokasi strategis dan dekat dengan distributor
0,06 3 0,18
5. Penetapan harga oleh perusahaan melalui kesepakatan dengan pihak swalayan
0,06 4 0,24
6. Staf pekerja merupakan tenaga kerja terdidik
dan terlatih serta berpengalaman
0,09 4 0,36
7. Ramah lingkungan 0,1 4 0,48. Memiliki sarana transportasi yang
menunjang untuk memasarkan produk 0,08 4 0,32
9. Image produk sudah dikenal oleh konsumen 0,08 4 0,32 Kelemahan 1.Tingkat harga yang tinggi dibandingkan
dengan produk lain
0,06 2 0,12
2. Belum memiliki label sertifikasi 0,04 2 0,083. Tidak adanya tunjangan bagi pekerja
harian seperti hamil, sakit, makan dan hari libur
nasional
0,04 2 0,08
4. Volume produksi masih rendah (seperti apel tomat momotaro, horenso dan brokoli)
0,07 1 0,07
5. Pembukuan usahatani dan pengarsipan data masih belum tersusun rapi dan lengkap
0,05 2 0,1
6. Struktur organisasi belum tertulis dan dibakukan
0,04 2 0,08
Total 1,00 3,11
7.1.2 Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Penyusunan analisis matriks EFE hampir sama dengan langkah
penyusunan matris IFE. Perbedaannya pada faktor strategis yang
dimasukkan pada matriks EFE yaitu faktor kunci peluang (opportunities)
dan ancaman (threaths) yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan informasi
pada identifikasi tersebut, maka disusun matriks EFE untuk mendapatkan
total skor yang dibobot. Total skor didapat dari hasil penjumlahan skor,
dimana skor tersebut merupakan perkalian dari bobot faktor dengan
peringkat/rangking masing-masing faktor strategis eksternal. Berikut
susunan analisis matriks EFE.
Tabel 20. Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation) PT Anugerah Bumi Persada
Faktor Strategis Eksternal Bobot Peringkat Skor Peluang 1. Peningkatan pendapatan, pendidikan dan
daya beli masyarakat serta pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat
0,07 4 0,28
2. Pangsa pasar sayuran organik terus meningkat
0,09 4 0,36
3. Kenaikan harga bahan baku konvensional 0,07 2 0,145. Tersedianya tenaga kerja masyarakat sekitar
0,08 3 0,24
6. Loyalitas konsumen dan distributor cukup tinggi
0,09 4 0,36
7. Perkembangan teknologi (seperti sarana transportasi, telekomunikasi, dan informasi)
0,04 3 0,12
8. Adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, Maporina) dan program “Go Organic 2010”
0,04 2 0,08
9. Tersedia pasokan bahan baku 0,07 3 0,2110. Pendatang baru tidak mudah masuk dalam
industri 0,06 3 0,18
Ancaman 1. Adanya issue bahwa kebanyakan sayuran
organik yang beredar dipasaran tidak 100 persen organik
0,06 2 0,12
3. Perubahan iklim dan gejala alam 0,1 2 0,2 4. Adanya hama dan penyakit tanaman yang
menyerang 0,1 2 0,2
5. Pangsa pasar pesaing semakin luas 0,08 3 0,246. Adanya produk subtitusi 0,04 2 0,08Total 1,00 2,81
Hasil analisis matriks EFE menunjukkan total skor rata-rata yaitu
2,81 menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam
merespon/memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman tergolong sedang.
Berdasarkan analisis matriks EFE tersebut bahwa peluang utama
perusahaan dalam menjalankan usahanya adalah pangsa pasar sayuran
organik akan terus meningkat dan loyalitas konsumen dan distributor cukup
tinggi (skor rata-rata sebesar 0,36).
Ancaman yang ditunjukkan dengan skor rata-rata sebesar 0,24
adalah pangsa pasar pesaing yang semakin luas. Banyaknya produsen yang
mulai menerapkan bertaninya secara organik mengindikasikan persaingan
dalam industri sejenis semakin ketat dalam menarik perhatian konsumen.
Ancaman lainnya yang dihadapi oleh perusahaan adalah perubahan iklim
dan gejala alam dengan skor rata-rata sebesar 0,2 seperti angin kencang
yang dapat merusak green house, longsor yang mengakibatkan pipa air
tersendat atau pun rusak, sehingga perlu reinvestasi untuk keberlangsungan
perusahaan yang membutuhkan biaya cukup besar. Selain itu, perubahan
iklim dan adanya hama dan penyakit tanaman yang menyerang, penyakit-
penyakit tanaman tersebut jika tidak ditangani dapat menular ke tanaman
lain yang belum terserang sehingga dapat mempengaruhi proses produksi
tanaman dan mengakibatkan kegagalan panen.
7.2 Tahap Pencocokkan (The Matching Stage)
Matriks IE ( Internal External) dan SWOT (Strenght, Weakness,
Opportunities, Treahts) merupakan tahap pemaduan/pencocokan atau tahap
kedua dalam formulasi. Fungsi dari kedua matriks tersebut untuk
mencocokkan peluang dan ancaman dari matriks EFE (External Factor
Evaluation) dengan kekuatan dan kelemahan dari matriks IFE (Internal
Factor Evaluaiton).
7.2.1 Matriks IE (Internal External)
Berdasarkan hasil analisis dari matriks IFE dan EFE yaitu pada
matriks IFE skor rata-rata sebesar 3,11 yang menggambarkan bahwa
perusahaan berada dalam kondisi internal yang kuat sedangkan pada
matriks EFE skor rata-rata sebesar 2,81 menggambarkan bahwa respon
perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman
tergolong sedang. Total nilai yang dibobot pada matriks IFE dan EFE,
selanjutnya disusun pada matriks IE sehingga dapat diketahui posisi
perusahaan saat ini, kemudian baru dirumuskan alternatif strategi yang
sesuai dengan posisi perusahaan di matriks IE. Berikut gambar matriks IE
secara lengkap untuk mengetahui posisi perusahaan.
NILAI TOTAL SKOR IFE
4,0 kuat 3,0 rata-rata 2,0 lemah 1,0
tinggi
3,0
sedang
2,0
rendah
1,0 Gambar 9. Analisis Matriks Internal-Eksternal
(IE)
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
NILA
I TOTA
L SKO
R
EFE
Total skor rata-rata yang telah dihitung melalui matriks IFE dan
EFE pada Gambar 9, menunjukkan bahwa posisi perusahaan berada pada
kotak sel IV yaitu menggambarkan tumbuh dan kembangkan (Growth and
Build). Tumbuh dan kembangkan tersebut untuk mencapai pertumbuhan,
baik dalam penjualan, asset, keuntungan. Strategi yang cocok untuk daerah
tersebut adalah strategi intensif seperti penetrasi pasar, pengembangan
produk, dan pengembangan pasar.
Penetrasi pasar adalah memperluas pangsa pasar, menjalankan
penetrasi pasar melalui usaha pemasaran yang gencar yaitu perusahaan
melakukan pemasaran yang lebih aktif dengan cara promosi, baik melalui
pameran-pameran, brosur atau menggunakan promosi menggunakan
internet. Pengembangan produk adalah peningkatan penjualan dengan
memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini dan mempertahankan
kualitas produk suatu perusahaan. Pengembangan pasar adalah perkenalan
produk yang ada saat ini ke area yang baru.
Hasil matriks IE merupakan kondisi perusahaan saat ini. Mengetahui
kondisi perusahaan, maka akan lebih memudahkan pengelola dan karyawan
untuk melakukan perubahan yang mengarah pada faktor perbaikan-
perbaikan guna meningkatkan penjualan dan menghadapi faktor-faktor
internal dan eksternal. Strategi yang dihasilkan pada matriks IE hanya
menghasilkan alternatif strategi secara umum tanpa adanya implementasi
strategi yang lebih teknis pada tingkat perusahaan. Oleh karena itu, matriks
IE dilengkapi dengan matriks SWOT yang berupa langkah-langkah konkrit
yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pengembangan dari
matriks IE (Yulia, 2006).
7.2.2 Analisis Matriks SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, Treahts)
Setelah mengetahui posisi perusahaan, selanjutnya adalah
memformulasikan strategi yang sesuai dengan mencocokkan faktor-faktor
strategis internal dan eksternal yang merupakan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman bagi perusahaan melalui penyusunan matriks SWOT.
Hasil analisis dari matriks SWOT terdapat beberapa alternatif strategi yang
dapat diimplementasikan oleh perusahaan berdasarkan kombinasi antara
faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 21. Analisis SWOT
STRENGTHS-S 1. Ramah lingkungan. 2. Staf pekerja perusahaan merupakan tenaga
kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman.
3. Kualitas dan kontinuitas produk terjamin. 4. Image produk sudah dikenal oleh konsumen.
WEAKNESS-W 1. Volume produksi yang masih rendah
(seperti brokoli, tomat apel momotaro, dan horenso).
2. Pembukuan usahatani dan pengarsipan data masih belum tersusun rapi dan lengkap.
Penjelasan secara lengkap mengenai alternatif strategi yang diperoleh
berdasarkan analisis matriks SWOT adalah sebagai berikut:
5. Keanekaragaman produk sayuran. 6. Penetapan harga oleh perusahaan melalui
kesepakatan dengan pihak Swalayan. 7. Lokasi strategis dan dekat dengan distributor. 8. Posisi keuangan yang kuat dengan modal
pribadi. 9. Memiliki sarana transportasi yang menunjang
untuk memasarkan produk.
3. Struktur organisasi belum tertulis dan dibakukan.
4. Tidak adanya tunjangan bagi pekerja harian seperti sakit, hamil, makan dan hari libur nasional.
5. Belum memiliki label sertifikasi. 6. Tingkat harga yang tinggi dibanding
dengan produk lain. OPPORTUNITIES-O 1. Pangsa pasar sayuran
organik akan terus meningkat.
2. Tersedianya tenaga kerja masyarakat sekitar.
3. Tersedia pasokan bahan baku 4. Pendatang baru tidak mudah
masuk dalam industri. 5. Perkembangan teknologi
seperti sarana transportasi dan telekomunikasi serta informasi
6. Program “Go Organic 2010” dan Adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina).
7. Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat. serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat.
8. Kenaikan harga bahan baku sayuran konvensional.
STRATEGI S-O
Penetrasi pasar (S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8)
Pengembangan pasar (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7,
S8, S9 O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7) Pengembangan produk (S1, S2, S3, S4, S5, S8, O1,
O2, O3, O5, O6) Memperluas lahan pembudidayaan sayuran organik (S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8) Mempertahankan dan meningkatkan image produk (Positioning) pada konsumen (S1, S3, S4, O1, O6)
STRATEGI W-O Mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi sayuran (W1, W2, W3, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8, O9) Memperbaiki struktur organisasi dan pembukuan serta mengusahakan staf manajemen litbang (penelitian dan pengembangan) (W1, W2, W3, O1, O5, O6) Mengusahakan label sertifikasi organik (W5, O1, O4, O6, O7)
THREATS-T 1. Pangsa pasar pesaing
semakin luas 2. Perubahan iklim dan gejala
alam seperti angin kencang dan longsor
3. Adanya hama dan penyakit yang menyerang.
4. Adanya isue bahwa kebanyakan sayuran organik yang beredar di pasaran tidak 100 persen organik (free kimia).
5. Adanya produk substitusi.
STRATEGI S-T Memperbaiki label kemasan produk (S3, S4, S6, S8, T1, T4, T5) Mempertahankan dan meningkatkan kerjasama dengan pemasok maupun distributor. (S3, S5, S7, S8, S9, T1, T2, T3, T4, T5). Menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam mengembangkan sayuran organik serta dapat meningkatkan bargaining position perusahaan (S1, S3, S7, S8, T5)
STRATEGI W-T
Menetapkan harga penjualan yang efisien (W5, W6, T1, T4, T5) Menciptakan benih berkualitas dan menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian/akademisi. (W1, T1, T2, T3, T4, T5)
→ Strategi S-O (Strength-Opportunities)
Strategi S-O adalah strategi yang berusaha untuk menggunakan
kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk memanfaatkan peluang yang ada.
1. Penetrasi Pasar
Strategi penetrasi pasar (market penetration) berusaha meningkatkan
pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang
lebih besar. Pangsa pasar PT Anugerah Bumi Persada masih relatif kecil
(hasil wawancara). Hal ini terlihat dari pemasaran produk hanya ke
beberapa swalayan yang ada di Jakarta dan sasaran bagi perusahaan
adalah kalangan menengah dan atas. Untuk memperluas pangsa pasar,
perusahaan harus meningkatkan jumlah tenaga penjual yaitu menambah
distributor untuk memasarkan produk, meningkatkan jumlah iklan agar
masyarakat mengenal produk RR Organik, menawarkan promosi
penjualan yang ekstensif melalui pameran-pameran, brosur, pamflet atau
menggunakan internet.
Strategi Penetrasi pasar yang direkomendasikan berdasarkan
kekuatan yang dimiliki perusahaan yaitu memiliki staf pekerja yang
terdidik dan terlatih serta berpengalaman terutama dibidang pemasaran,
kualitas dan kontinuitas produk terjamin, image produk pun sudah
dikenal oleh konsumen, memiliki keanekaragaman produk sayuran yaitu
sekitar 20 jenis sayuran organik, lokasi strategis dan dekat dengan
distributor. Untuk pengembangan strategi ini karena adanya peluang
bahwa pangsa pasar sayuran organik akan terus meningkat, loyalitas
konsumen dan distributor yang cukup tinggi akan sayur organik,
tersedianya pasokan bahan baku serta kenaikan harga bahan baku
konvensional, dimana harga jual sayur konvensional pun akan tinggi
sehingga harga dapat bersaing. Selanjutnya peluang bagi perusahaan
untuk memperluas pangsa pasar yaitu pendatang baru tidak mudah masuk
dalam industry. Selain itu, perkembangan teknologi seperti sarana
transportasi dan telekomunikasi serta informasi sudah berkembang
dengan pesat dan adanya program “Go Organic 2010” yang dicanangkan
pemerintah serta berdirinya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina).
Peningkatan pendapatan, pendidikan dan daya beli masyarakat serta
pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat juga merupakan
peluang bagi perusahaan dalam memperluas pangsa pasarnya.
2. Pengembangan Pasar
Pengembangan pasar (market development) melibatkan perkenalan
produk yang ada saat ini ke area geografi yang baru. Perusahaan dapat
memperluas distribusi pemasarannya selain di Jakarta dengan cara
meningkatkan kerjasama dengan distributor yang memiliki tempat
strategis misalnya perusahaan mengembangkan pemasarannya di Bandung
atau pun di Bogor yang memang daerahnya dekat dan dapat dijangkau
oleh perusahaan.
Perluasan jaringan distribusi pemasaran sangat diperlukan agar
produk perusahaan semakin banyak dikenal oleh konsumen (selain di
Jakarta). Hal ini didukung dengan kekuatan perusahaan dalam
membudidayakan sayuran dengan sistem organik yang ramah lingkungan
serta kualitas dan kontinuitas produk yang terjamin keorganikannya,
image produk juga sudah dikenal oleh konsumen untuk kalangan
menengah dan atas, keanekaragaman produk sayuran yang diproduksi
perusahaan cukup bervariasi dan biasanya usaha dalam bertani secara
organik lebih mahal, perusahaan memiliki keuangan yang kuat dengan
modal pribadi, memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk
memasarkan produk. Selain itu, strategi pengembangan pasar juga
didukung oleh adanya peluang pangsa pasar sayuran organik akan terus
meningkat dan peningkatan pendapatan, pendidikan serta pertumbuhan
penduduk yang memicu meningkatnya daya beli masyarakat. Selanjutnya
loyalitas konsumen dan distributor cukup tinggi untuk sayur organik,
pemerintah juga mendukung untuk mengkampanyekan pertanian secara
organik dalam program “Go Organic 2010” dan adanya Asosiasi Pertanian
Organik (APO, maporina).
3. Pengembangan Produk
Pengembangan produk (product development) adalah strategi yang
mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi
produk/jasa saat ini. Untuk strategi pengembangan produk, kualitas
produk perusahaan sudah bagus sehingga perusahaan perlu
mempertahankan dan lebih memperhatikan kualitas dan mutu produk
untuk memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Perusahaan juga
dapat menerapkan strategi pengembangan produk dengan memodifikasi
sayuran sortiran yang masih utuh dan cukup bagus untuk dijadikan salad,
dimana pemilik perusahaan juga membuka usaha rumah makan atau
restoran di Jakarta, sehingga sayuran dapat dimanfaatkan secara
maksimal.
4. Memperluas lahan pembudidayaan sayuran organik
Pemenuhan permintaan akan sayuran organik oleh perusahaan masih
belum maksimal karena volume produksi yang diproduksi perusahaan
masih rendah, dimana luas areal yang dimiliki perusahaan saat ini sekitar
2,8 Ha. Oleh karena itu, perusahaan perlu menambah luas areal untuk
pembudidayaan sayuran organik tersebut, sehingga volume produksi yang
dihasilkan dapat memenuhi permintaan konsumen.
Perluasan areal tersebut dapat diterapkan oleh perusahaan, jika
dilihat dari kekuatan yang dimiliki perusahaan yaitu staf pekerja
perusahaan merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta
berpengalaman, kualitas dan kontinuitas produk terjamin,
keanekaragaman produk sayuran, penetapan harga oleh perusahaan
melalui kesepakatan dengan pihak Swalayan, posisi keuangan yang kuat
dengan modal pribadi. Selain itu, adanya peluang bahwa pangsa pasar
sayuran organik akan terus meningkat, loyalitas konsumen dan distributor
yang cukup tinggi akan sayur organik, pendapatan, pendidikan dan daya
beli masyarakat juga pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat,
tersedia pasokan bahan baku, perkembangan teknologi seperti sarana
transportasi dan telekomunikasi serta informasi dan terjadinya kenaikan
harga bahan baku sayuran konvensional.
5. Mempertahankan dan meningkatkan image produk (positioning) kepada
konsumen
Perusahaan perlu mempertahankan dan meningkatkan image produk
kepada konsumen dengan cara menjaga dan memperhatikan kualitas
produk dengan sistem pertanian organik melalui perencanaan tanam yang
teliti. Strategi tersebut diterapkan karena adanya peluang program “Go
Organic 2010” oleh pemerintah dan adanya Asosiasi Pertanian Organik
(APO, maporina) serta kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah ramah
lingkungan dengan sistem pertanian organik, kualitas dan kontinuitas
produk juga terjamin dan image produk sudah dikenal oleh konsumen.
→ STRATEGI W-O (Weakness-Opportunities)
Strategi W-O adalah strategi yang berusaha mengatasi kelemahan
dengan memanfaatkan peluang yang ada.
1. Mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi sayuran
Permintaan yang semakin tinggi dan masih rendahnya produksi akan
sayur organik (lihat Tabel 4) menyebabkan pemenuhan kebutuhan
konsumen oleh perusahaan tidak maksimal. Oleh karena itu, diusahakan
peningkatan dan pengoptimalan produksi sayur organik dengan semaksimal
mungkin yaitu dengan cara memanfaatkan lahan yang masih belum ditanam
dan perencanaan tanam yang lebih baik dan teliti serta penyediaan sarana
produksi yang lengkap dari awal hingga pasca panen sehingga diharapkan
volume produksi dapat meningkat. Selain itu, perusahaan harus lebih
memfokuskan pada perencanaan tanam sayuran yang bernilai ekonomis
yaitu untuk sayuran yang permintaan di pasarnya cukup tinggi.
Peningkatan volume produksi harus dilakukan karena kelemahan
perusahaan adalah volume produksi yang masih rendah seperti brokoli,
tomat apel momotaro, dan horenso, pembukuan usahatani dan pengarsipan
data masih belum tersusun rapi dan lengkap serta struktur organisasi belum
tertulis dan dibakukan. Selain itu, adanya peluang bahwa pangsa pasar
sayuran organik akan terus meningkat, loyalitas konsumen dan distributor
yang cukup tinggi akan sayur organik, tersedianya tenaga kerja masyarakat
sekitar, tersedia pasokan bahan baku, pendatang baru tidak mudah masuk
dalam industri, perkembangan teknologi seperti sarana transportasi dan
telekomunikasi serta informasi, program “Go Organic 2010”, adanya
Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina), peningkatan pendapatan,
pendidikan dan daya beli masyarakat serta pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat dan kenaikan harga bahan baku sayuran konvensional.
2. Memperbaiki struktur organisasi dan pembukuan serta mengusahakan
staf manajemen litbang (penelitian dan pengembangan)
Perbaikan struktur organisasi dengan dibakukannya hal tersebut
dapat lebih meningkatkan kinerja pada masing-masing tugas dan
wewenangnya tiap divisi sehingga tidak terjadi tumpang tindih tugas yang
menyebabkan kurang optimalnya kinerja. Pembukuan sangat diperlukan
dalam suatu usaha untuk mengevaluasi perencanaan yang sudah ada. Oleh
karena itu, pembukuan harus tertata rapi dan lengkap sehingga dalam
mengevaluasi permasalahan menjadi lebih mudah. Selain itu, perusahaan
sangat memerlukan kegiatan litbang (penelitian dan pengembangan) untuk
mendukung usaha yang ada, membantu meluncurkan usaha baru,
mengembangkan produk baru, meningkatkan mutu produksi, memperbaiki
efisiensi proses manufaktur dan memperdalam atau memperluas
kemampuan teknologi perusahaan sehingga diharapkan dapat
meningkatkan volume produksi dan kualitas produk.
3. Mengusahakan label sertifikasi organik
Untuk menyatakan suatu komoditas telah diproduksi menggunakan
sistem pertanian secara organik, maka perlu adanya pelabelan atau
sertifikasi yang dikeluarkan oleh suatu badan resmi dan diakui secara
nasional maupun internasional (Rohmiatin, 2006). Perusahaan sebaiknya
mulai mengusahakan sertifikat organik agar konsumen dan distributor lebih
percaya akan kualitas produk dan memberikan rasa aman terhadap produk
yang dikonsumsinya, karena issue yang berkembang bahwa kebanyakan
sayuran organik yang dijual di pasaran tidak free kimia sehingga konsumen
ragu untuk membeli sayur organik.
→ STRATEGI S-T
Strategi S-T adalah strategi yang berusaha menggunakan kekuatan
untuk menghindari ancaman yang ada.
1. Memperbaiki label kemasan produk
Pengemasan (packaging) sebagai semua kegiatan merancang dan
memproduksi wadah untuk produk. Kebanyakan produk fisik oleh pemasar
harus dikemas dan diberi label. Kemasan yang dirancang dengan baik
dapat menciptakan kenyamanan dan nilai promosi. Pengembangan
kemasan yang efektif membutuhkan beberapa keputusan. Keputusan
pertama adalah menyusun konsep kemasan yaitu menentukan seperti apa
kemasan tersebut pada dasarnya atau apa yang seharusnya dilakukan
kemasan tersebut bagi produk tertentu. Kedua, harus mengambil
keputusan tentang unsur-unsur tambahan seperti ukuran, bentuk, bahan,
warna tulisan, dan tanda merek, unsur-unsur kemasan juga harus
diselaraskan dengan keputusan tentang penetapan harga dan iklan atau
pomosi (Kotler, 2005). Perusahaan harus dapat memilih dengan cermat
kemasan seperti apa yang dapat menarik perhatian konsumen misalnya
warna menurut Kotler (2005) bahwa biru dianggap sejuk dan tenang,
merah dianggap aktif dan hidup, kuning dianggap puncat dan lemah, warna
fastel dianggap feminim, dan hitam dianggap maskulin. Perusahaan juga
harus memperhatikan masalah lingkungan dan keselamatan akan dampak
dari kemasan tersebut.
Kekuatan yang dimiliki perusahaan anatara lain kualitas dan
kontinuitas produk terjamin, image produk sudah dikenal oleh konsumen,
dan keanekaragaman produk sayuran. Dengan menggunakan kekuatan
tersebut untuk mengatasi ancaman bahwa pangsa pasar pesaing semakin
luas dan adanya issue bahwa kebanyakan sayuran organik yang beredar di
pasaran tidak 100 persen organik (free kimia) membuat perusahaan harus
cermat dalam memilih pengemasan. Setelah perusahaan mendesain
kemasannya, maka kemasan tersebut harus diuji. Menurut Kotler (2005)
terdapat beberapa pengujian terhadap kemasan yang efektif agar produk
dapat bersaing di pasaran.
● Uji teknis: dilakukan untuk memastikan bahwa kemasan tersebut tahan
dalam kondisi normal.
● Uji visual: dilakukan untuk memastikan bahwa tulisannya dapat dibaca
dan warna-warnanya selaras.
● Uji penyalur: dilakukan untuk memastikan bahwa penyalur menganggap
kemasan tersebut menarik dan mudah ditangani.
● Uji konsumen: dilakukan untuk memastikan tanggapan konsumen yang
positif.
Pengembangan kemasan yang efektif mungkin memerlukan biaya yang
cukup besar dan membutuhkan waktu cukup lama untuk menyelesaikannya.
Namun, hal itu dapat terbayar jika konsumen merasa puas.
2. Mempertahankan dan meningkatkan kerjasama dengan pemasok dan
distributor
Pangsa pasar pesaing semakin luas, perubahan iklim dan gejala alam
seperti angin kencang dan longsor yang dapat merusakkan prasarana
pembudidayaan, adanya hama dan penyakit yang menyerang, adanya issue
bahwa kebanyakan sayuran organik yang beredar di pasaran tidak 100
persen organik (free kimia) merupakan ancaman bagi perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan perlu mempertahankan dan lebih meningkatkan
kerjasama dengan pemasok dan distributor dalam menjalankan usahanya
agar menjaga kontinyuitas pasokan bahan baku sekaligus menjaga
keberlangsungan produksi dan penjualan. Dengan kekuatan yang dimiliki
perusahaan diantaranya kualitas dan kontinuitas produk terjamin,
keanekaragaman produk sayuran, lokasi strategis dan dekat dengan
distributor, posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi, dan
memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk memasarkan produk,
sehingga strategi tersebut dapat dijalankan sebaik-baiknya.
3. Menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam mengembangkan
sayuran organik serta dapat meningkatkan bargaining position
perusahaan.
Kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam menjalankan budidaya
sayuran seperti ramah lingkungan melalui sistem pertanian organik, kualitas
dan kontinuitas produk terjamin, lokasi strategis dan dekat dengan
distributor serta posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi dapat
meningkatkan bargaining position perusahaan di tingkat persaingan antar
industri sejenis. Namun, dengan adanya produk substitusi, dimana
persaingan semakin ketat, maka perusahaan dapat menjalin kerjasama
dengan perusahaan lain untuk memperoleh profit yang lebih besar dan
mengurangi tingkat kerugian serta biaya operasional dalam
mengembangkan sayuran organik.
→ STRATEGI W-T (Weakness-Threats)
Strategi W-T adalah strategi yang berusaha untuk meminimalkan
kelemahan perusahaan dan menghindari ancaman.
1. Menetapkan harga penjualan yang efisien
Dalam memilih produk, terdapat beberapa konsumen yang peka
terhadap harga maupun kualitas dan mutu produk tersebut. Konsumen
yang peka terhadap harga akan melihat harga penjualan yang ditawarkan
pemasar relatif lebih murah dibandingkan dengan produk lainnya,
sedangkan konsumen yang peka terhadap kualitas dan mutu produk akan
bersedia membayar berapa saja untuk mendapatkannya. Kelemahan yang
dimiliki perusahaan adalah penetapan harga yang cukup tinggi
dibandingkan dengan produk lain sehingga pangsa pasar pesaing akan
semakin luas seperti Agatho, Amani, dan Ranch organik. Saat ini banyak
produk substitusi dari sayuran organik seperti suplemen ataupun sayuran
non organik. Dengan adanya berbagai ancaman tersebut, perusahaan dapat
meminimalkan harga penjualan dengan cara meminimalkan biaya proses
produksi sehingga harga penjualan produk tidak jauh berbeda dengan harga
produk lain.
2. Menciptakan benih berkualitas dan menjalin kerjasama dengan lembaga
penelitian/akademisi.
Berkembangnya benih maupun bibit palsu yang beredar
mengakibatkan kualitas produk rendah yang berdampak pada pengurangan
keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan dapat
menciptakan dan menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian/akademisi
untuk menghasilkan benih yang berkualitas. Dengan menciptakan benih
sendiri dapat menghemat biaya produksi dan kualitas produk terjamin serta
dapat memberikan nilai ekonomis dengan menawarkan benih ataupun bibit
kepada konsumen.
7.3 Tahap Keputusan (The Decition Stage)
Tahap keputusan atau tahap pemilihan strategi merupakan tahap
ketiga dari proses manajemen strategi. Pada tahap keputusan dilakukan
pemilihan strategi terhadap alternatif strategi yang diperoleh dari matriks
IE (Internal External) dan SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and
Threats) yang telah dianalisis. Alat analisis yang digunakan pada tahap
keputusan strategi adalah Quantitative Strategic Planning Matrix atau biasa
disebut dengan matriks QSP.
7.3 1 Quantitative Planning Strategic Matrix (QSPM)
Matriks QSP digunakan untuk mengevaluasi pilihan strategi
alternatif secara obyektif dan didesain untuk menentukan daya tarik relatif
dan alternatif tindakan yang layak berdasarkan hasil analisis pada tahap
pertama (The Input Stage) dan kedua (The Matching Stage) yaitu matriks
IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation), IE
(Internal External) dan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities,
and Threats). matriks QSP juga digunakan sebagai rekomendasi strategi
yang harus dijalankan bagi keberlangsungan perusahaan pada masa yang
akan datang.
Berdasarkan analisis sebelumnya pada matriks IE dan SWOT,
beberapa strategi alternatif yang layak yang dapat dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1. penetrasi pasar, artinya memperluas pangsa pasar;
2. pengembangan pasar, artinya memperkenalkan produk ke area yang
baru;
3. pengembangan produk, artinya mempertahankan kualitas produk,
memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini;
4. memperluas lahan pembudidayaan sayuran organik;
5. mempertahankan dan meningkatkan image produk (positioning) kepada
konsumen;
6. memperbaiki label kemasan produk;
7. mempertahankan dan meningkatkan kerjasama dengan pemasok dan
distributor;
8. menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam mengembangkan
sayuran organik serta meningkatkan bargaining position perusahaan
yang sudah ada;
9. mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi sayuran
10. memperbaiki struktur organisasi dan pembukuan serta mengusahakan
staf manajemen litbang (penelitian dan pengembangan)
11. mengusahakan label sertifikasi organik;
12. menetapkan harga penjualan yang efisien;
13. menciptakan benih berkualitas dan menjalin kerjasama dengan
pihak/lembaga penelitian/akademisi
Alternatif strategi tersebut, kemudian dimasukkan kedalam matriks
QSP. Pemberian ranking dan nilai daya tarik (Attractive Score-AS)
mengharuskan keputusan subyektif yang kemudian bobot masing-masing
faktor dari matriks IFE dan EFE sebelumnya dikalikan dengan AS. Strategi
yang dipilih merupakan total nilai daya tarik (Total Attractive Score-TAS)
terbesar yang merupakan strategi yang paling sesuai untuk
diimplementasikan perusahaan dalam rangka pengembangan dan perluasan
pasar usaha. Semakin tinggi nilai TAS menunjukkan strategi ini semakin
menarik dengan mempertimbangkan semua faktor eksternal dan internal
yang dapat mempengaruhi keputusan strategi.
Berdasarkan hasil analisis matriks QSP pada Lampiran 3, terlihat
bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan sekarang oleh perusahaan
adalah mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi dengan total
TAS tertinggi yaitu 6,55. Urutan prioritas strategi perusahaan hasil analisis
QSPM berdasarkan total TAS tertinggi sampai terendah adalah sebagai
berikut:
1. mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi sayuran (TAS:6,63);
2. penetrasi pasar (TAS:6,62);
3. memperluas lahan pembudidayaan sayuran organik (TAS:6,25);
4. pengembangan produk (TAS:6,22);
5. pengembangan pasar (TAS:5,88);
6. menetapkan harga penjualan yang efisien (TAS:5,18);
7. mempertahankan dan meningkatkan kerjasama dengan pemasok dan
distributor (TAS:5,17);
8. memperbaiki label kemasan produk (TAS:5,05);
9. mempertahankan dan meningkatkan image produk (positioning) kepada
konsumen (TAS:4,80);
10. mengusahakan label sertifikasi organik (TAS:4,77);
11. menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam mengembangkan
sayuran organik serta meningkatkan bargaining position perusahaan
yang sudah ada (TAS:4,71);
12. memperbaiki struktur organisasi dan pembukuan serta mengusahakan
staf manajemen litbang atau penelitian dan pengembangan (TAS:4,49)
13. menciptakan benih berkualitas dan menjalin kerjasama dengan
pihak/lembaga penelitian/akademisi (TAS:4,56);
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
1. Kekuatan utama perusahaan adalah ramah lingkungan sedangkan
kelemahan utama adalah volume produksi yang masih rendah. Peluang
utama perusahaan adalah pangsa pasar sayuran organik yang akan terus
meningkat dan loyalitas konsumen dan distributor untuk sayuran
organik cukup tinggi. Ancaman utama bagi perusahaan yaitu pangsa
pasar pesaing semakin luas, adanya hama dan penyakit yang menyerang
tanaman serta perubahan iklim dan gejala alam.
2. Prioritas strategi alternatif yang tepat yang dapat direkomendasikan
untuk perusahaan, berdasarkan hasil analisis matriks QSP (Quantitative
Strategic Planning) adalah mengoptimalkan dan meningkatkan volume
produksi dengan total TAS (Total Attractive Score) tertinggi sebesar 6,63
dengan cara perencanaan tanam yang lebih teliti, penyediaan sarana
produksi yang lengkap dan memanfaatkan lahan yang masih kosong atau
belum ditanam serta memproduksi sayuran yang bernilai ekonomis.
8.2 Saran
1. Perusahaan harus mengkomunikasikan atau menyampaikan strategi yang
diterapkan, kemudian menjabarkannya dan berkoordinasi pada semua
staf/bagian yang terlibat didalam perusahaan dalam bentuk langkah-
langkah operasional yang akan dijalankan.
2. Perusahaan disarankan untuk memperbaiki label kemasan harus disertai
dengan pernyataan misi dan visi perusahaan serta kandungan gizi dari
produk organik, sehingga konsumen mengetahui tujuan perusahaan dan
menambah pengetahuan agar konsumen dapat lebih tertarik
mengkonsumsi sayuran organik.
3. Perusahaan disarankan dalam mengoptimalkan dan meningkatkan
volume produksi harus lebih memperhatikan mutu dan kelestarian
lingkungan dalam mencapai pertanian secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Afifi, Mohammad Fahrul. 2007. Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Sayuran Organik dan Penerapan Personal Selling Benny’s Organic Garden. Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
Angipora, M.P. 2002. Dasar-dasar Pemasaran. Rajawali Press. Jakarta.
Ariani, Runie Sari. 2006. Strategi Pengembangan Identitas Merek Produk Sayuran Organik ”AGATHO” Melalui Bauran Pemasaran Pada Yayasan Bina Sarana bakti, Cisarua, Bogor. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.
Awal, et all. 2008. Kajian Lingkungan Bisnis Sayuran Jepang Organik pada PT Anugerah Bumi Persada Kabupaten Cianjur. PKL Program Keahlian Manajemen Agribisnis Diploma Institut Pertanian bogor.
Badan Pusat Statistik. 2004. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha 2001-2004. Jakarta.
Data Statistik Indonesia. 2008. Jumlah Penduduk Menurut Provinsi. Jakarta David, Fred. R. 2000. Manajemen Strategi Edisi Jilid I. PT INDEKS
Kelompok Gramedia. Jakarta.
. 2004. Manajemen Strategi Edisi Kesembilan. PT INDEKS Kelompok Gramedia. Jakarta.
2006. Manajemen Strategi Edisi Kesepuluh. PT INDEKS Kelompok Gramedia. Jakarta.
Daud, Darmayanti. 2003. Strategi Pemasaran PT Bogor Indah Untuk Meningkatkan Pangsa Pasar Roti. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Fitri, Mes Ayu Aliza. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik Pada Kelompok Tani ”USAHATANI BERSAMA” Kabupaten Tanah datar Sumatera Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Hammond, J.W dan D.C. Dahl. 1977. Market Analysis The Agricultural Industry. Mc Grow Hill Book Company. New York.
Hutagalung, Silvia P. Hasiana. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Usaha sayuran Segar di PT Abdoellah bastari Agriculture. Skripsi. Program
Studi Manjemen Agribisnis. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Jauch, L.R dan Glueck W.F. 1988. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Kaharuddin, Sylvia Revitha. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Jambu Biji Organik di PT Sawangan Bumi Makmur, Parung Bogor. Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
Kinnear, T.C dan J. R. Taylor. 1991. Marketing Research: An Applied Approach. Mc Graw Hill. New york.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Jilid I. PT INDEKS Kelompok Gramedia. Jakarta.
2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 1. PT INDEKS Kelompok Gramedia. Jakarta.
2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 2. PT INDEKS Kelompok Gramedia. Jakarta.
Mc. Donald, M dan Keegan W. 1999. Kiat Mencapai Pertumbuhan dan Profitabilitas melalui Prencanaan pemasaran yang Efektif. Erlangga. Jakarta.
Pearce, John. A dan Richard B. Robinson. 1997. Management Strategic: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Binarupa aksara. Jakarta.
Putra, Ade. 2006. Analisis Pemasaran Sayuran Organik di Kawasan Agropolitan Kota Baru. Skripsi. Program Studi Manjemen Agribisnis. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Rohmiatin, Elmi. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian Sehat di Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Studi Manjemen Agribisnis. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Setyati,Sri. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Departemen Budidaya pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian bogor.
Shrivastava, Paul. 1994. Strategic mangement: Concept and Practice. Southwestern Publishing Co.
Simbolon, H.B. 2003. Peranan Pertanian Organik dalam Pertanian Berkelanjutan dan Peluang Penerapannya di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor.
Soedharoedjian, Ronoprawiro. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Suhardjo. 1988. Pangan, Gizi dan Pertanian. Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Syafaruddin. 2006. Kajian Pengembangan Bisnis peningkatan Kapasitas Produksi Sayuran Jepang Horenso dan Brokoli Jepang Organik pada PT Anugerah Bumi Persada Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Skripsi. Program Diploma III Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
Yanti, Mayzar. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik di Pertanian Organik ”KEBONKU”. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Yulia. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Rajungan di PT Muara Bahari Internasional Kabupaten Cirebon, Jawa barat. Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 Nopember 2007 Desember 2007 No Jenis Sayuran
Current Market
Supply Current Market
Supply Current market
Supply Current Market
Supply Current market
Supply
1. Horenso (bayam Jepang) 300 250 300 400 300 400 300 350 300 200 2. Tomat apel momotaru 300 600 300 700 300 500 300 200 300 100 3. Brokoli 200 60 200 80 200 100 200 150 200 200 4. Hakusai (sawi putih) 200 200 200 200 200 150 200 200 200 250 5. Kol (cabbage) 200 200 200 150 200 120 200 80 200 30 6. Wortel (carrot) 100 40 100 40 100 40 100 50 100 60 7. Komatsuna (Sawi hijau) 60 40 60 40 60 40 60 40 60 40 8. Pakcoi hijau 60 20 60 20 60 20 60 20 60 20 9. Kyuri (timun Jepang) 70 100 70 100 70 80 70 80 70 50 10. Daun Selada 100 60 100 40 100 20 100 30 100 20 11. Negi (bawang Jepang) 50 20 50 20 50 20 50 30 50 30 12. Daikon (lobak putih Jepang) 50 60 50 60 50 60 50 60 50 80 13. Baby buncis 0 0 0 0 0 14 Tomat cherry 40 60 40 60 40 60 40 40 40 20 15. Kabocha (pumpkin) 40 40 40 30 40 30 40 20 40 16. Asparagus 20 20 20 5 20 10 20 20 17. Kokabu 40 50 40 50 40 50 40 40 40 40 18. Nira (kucai) 30 20 30 20 30 20 30 20 30 25 19. Cabe rawit/keriting 25 20 25 40 25 40 25 20 25 20. Kangkung 0 0 0 0 0 Total 1885 1840 1885 2050 1885 1755 1885 1440 1885 1185
Lampiran 1. Daftar Permintaan dan Produksi Sayuran Organik PT Anugerah Bumi Persada Periode Agustus 2007 – Maret 2008
Lanjutan Daftar Permintaan dan Produksi Sayuran Organik PT Anugerah Bumi Persada Periode Agustus 2007 – Maret 2008
Januari 2008 Pebruari 2008 Maret 2008 No Jenis Sayuran Current market
Potential Market
Supply Current market
Potential Market
Supply Current market
Potential Market
Supply
1. Horenso (bayam Jepang) 500 200 250 500 200 300 500 200 400 2. Tomat apel momotaru 500 200 40 500 200 40 500 200 40 3. Brokoli 400 150 250 400 150 300 400 150 350 4. Hakusai (sawi putih) 300 100 300 300 100 300 300 100 300 5. Kol (cabbage) 250 100 50 250 100 160 250 100 250 6. Wortel (carrot) 200 100 60 200 100 80 200 100 100 7. Komatsuna (Sawi hijau) 120 70 40 120 70 60 120 70 80 8. Pakcoi hijau 120 70 30 120 70 50 120 70 60 9. Kyuri (timun Jepang) 150 50 60 150 50 100 150 50 120 10. Daun Selada 200 100 20 200 100 30 200 100 80 11. Negi (bawang Jepang) 120 50 40 120 50 50 120 50 50 12. Daikon (lobak putih Jepang) 100 50 100 100 50 100 100 50 80 13. Baby buncis 50 50 5 50 50 15 50 50 10 14 Tomat cherry 60 30 60 30 60 30 5 15. Kabocha (pumpkin) 70 30 70 30 30 70 30 20 16. Asparagus 50 20 10 50 20 5 50 20 5 17. Kokabu 50 10 40 50 10 50 50 10 50 18. Nira (kucai) 50 10 30 50 10 30 50 10 25 19. Cabe rawit/keriting 25 10 25 10 25 10 5 20. Kangkung 100 50 20 100 50 30 100 50 25 Total 3415 1450 1345 3415 1450 1730 3415 1450 2050
Lampiran 2. Daftar Biaya PT Anugerah Bumi Persada Periode Maret 2007-Februari 2008 (Rp 000) Jenis Biaya Jumlah
Biaya Produksi 203 400 Gaji tenaga ahli 41 500 Gaji pegawai lapangan 43 400 Kesejahteraan pegawai 21 100 Pembelian benih 13 500 Pembelian pupuk 12 300 Pembelian peralatan kerja 8 100 Perbaikan fasilitas kebun 40 200 Biaya transfort karyawan 1 600 Biaya listrik 7 700 Biaya keamanan 10 000 Biaya komunikasi 1 200 Biaya lain-lain 2 800
Biaya penjualan 83 600
Gaji karyawan 18 500 Kesejahteraan karyawan 4 900 Biaya kemasan 24 200 Biaya transportasi 15 100 Maintenance kendaraan 8 500 Biaya komunikasi 1 700 Biaya promosi 5 900 Biaya listrik Chiller dan tempat 3 600 Biaya lain-lain 1 200
Biaya administrasi 129 600
Gaji manajemen 105 000 Gaji karyawan 8 000 Kesejahteraan karyawan 1 800 Biaya peralatan kantor dan kerja 6 000 Biaya transportasi 7 200 Biaya lain-lain 1 600
Total 416 600
Lampiran 3. Kuesioner QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks)
Kuesioner Penentuan Prioritas Strategi dengan Matriks QSP
Nama :
Jabatan:
Petunjuk Pengisian:
● Tentukan Attractive Score (AS) atau daya tarik dari masing-masing faktor internal dan
eksternal untuk masing-masing alternative strategi dengan memberikan tanda ceklis (√) pada
plihan bapak. Pilihan AS didasarkan pada keterangan berikut:
1 = Tidak menarik
2 = Kurang menarik
3 = Menarik
4 = Sangat menarik
● Alternatif strategi yang terpilih dari analisis SWOT adalah sebagai berikut:
1. penetrasi pasar, artinya memperluas pangsa pasar;
2. pengembangan pasar, artinya memperkenalkan produk ke area yang baru;
3. pengembangan produk, artinya mempertahankan kualitas produk, memperbaiki atau
memodifikasi produk/jasa saat ini;
4. memperluas lahan pembudidayaan sayuran organik;
5. mempertahankan dan meningkatkan image produk (positioning) kepada konsumen;
6. memperbaiki label kemasan produk;
7. mempertahankan dan meningkatkan kerjasama dengan pemasok dan distributor;
8. menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam mengembangkan sayuran organik serta
meningkatkan bargaining position perusahaan yang sudah ada;
9. mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi sayuran
10. memperbaiki struktur organisasi dan pembukuan serta mengusahakan staf manajemen litbang
(penelitian dan pengembangan)
11. mengusahakan label sertifikasi organik;
12. menetapkan harga penjualan yang efisien;
13.menciptakan benih berkualitas dan menjalin kerjasama dengan pihak/lembaga
penelitian/akademisi
Lampiran 4. Kuesioner Pemberian Bobot terhadap Faktor-faktor Internal dan Eksternal
Kuesioner Pemberian Bobot terhadap Faktor-faktor Internal dan Eksternal
Nama :
Jabatan :
Pendidikan terakhir :
Petunjuk Pengisian
● Pemberian nilai bobot pada perbandingan berpasangan antara 2 faktor secara relatif berdasarkan
kepentingan atau pengaruhnya terhadap usaha.
● Cara membaca perbandingan dimulai dari faktor pada baris horizontal (y) terhadap kolom
vertikal (x) dan harus konsisten.
● Petunjuk nilai perbandingan
1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = jika indikatr horisontal sama penting dengan indikatr vertikal.
3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Keterangan:
A = Posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi;
B = Kualitas dan kontinuitas produk terjamin;
C = Keanekaragaman produk sayuran;
D = Lokasi strategis dan dekat dengan distributor;
E = Penetapan harga oleh perusahaan melalui kesepakatan dengan pihak swalayan;
F = Staf pekerja (pekerja bulanan/tetap) perusahaan merupakan tenaga kerja terdidik dan
terlatih serta berpengalaman;
G = Ramah lingkungan;
H = Memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk memasarkan produk;
I = Image produk sudah dikenal oleh konsumen;
J = Tingkat harga yang tinggi dibandingkan dengan produk lain;
K = Belum memiliki label sertifikasi;
L = Tidak adanya tunjangan bagi pekerja harian seperti sakit, hamil, makan dan hari libur.
nasional;
M = Volume produksi yang masih rendah (seperti brokoli, tomat apel momotaro dan horenso);
N = Pembukuan usahatani dan pengarsipan data masih belum tersusun rapi dan lengkap;
O = Struktur organisasi belum tertulis dan dibakukan;
1. Pemberian Bobot terhadap Faktor-faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Faktor Strategi Internal
A B C D E F G H I J K L M N O
A 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 B 2 3 3 3 2 2 1 3 2 3 3 3 2 3 C 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 3 3 2 3 D 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 3 3 2 3 E 2 1 3 3 1 2 1 1 1 2 3 3 2 3 F 2 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 G 2 2 3 3 2 1 1 1 1 2 3 3 1 3 H 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 I 2 1 3 3 3 1 3 1 1 3 3 3 2 3 J 2 2 3 3 3 1 3 1 3 3 3 3 2 3 K 2 1 3 2 2 1 2 1 1 1 3 3 1 3 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 M 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 N 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 3 3 2 O 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 2
Keterangan:
A = Peningkatan pendapatan, pendidikan dan daya beli masyarakat serta pertumbuhan penduduk
yang semakin meningkat;
B = Pangsa pasar sayuran organik akan terus meningkat;
C = Kenaikan harga bahan baku konvensional;
D = Tersedianya tenaga kerja masyarakat sekitar;
E = Perkembangan teknologi seperti sarana transportasi, telekomunikasi dan informasi;
F = Adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina) dan program “Go Organic 2010”;
G = Tersedia pasokan bahan baku;
H = Pendatang baru tidak mudah masuk dalam industri;
I = Loyalitas konsumen dan distributor cukup tinggi;
J = Adanya issue bahwa kebanyakan sayuran organik di pasaran tidak 100 persen organik;
K = Perubahan Iklim dan gejala alam seperti angin kencang dan longsor;
L = Adanya hama dan penyakit yang menyerang;
M = Pangsa pasar pesaing semakin luas;
N = Adanya produk substitusi;
II. Pemberian Bobot terhadap Faktor-faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Faktor Strategi Internal
A B C D E F G H I J K L M N
A 1 3 3 3 3 2 1 3 2 1 1 2 3 B 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 2 3 C 1 1 3 3 3 3 3 1 3 1 1 2 3 D 1 1 2 3 3 3 3 2 3 1 1 2 3 E 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 F 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 G 2 1 1 3 3 3 2 2 3 1 1 1 3 H 3 1 1 3 3 3 2 1 2 1 1 1 3 I 1 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 J 2 1 1 3 3 3 1 2 1 1 1 1 3 K 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 L 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 M 2 2 2 3 3 3 3 3 1 3 1 1 3 N 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1
Lampiran 5. Kuesioner Pemberian Rating terhadap Faktor-faktor Internal dan Eksternal
Kuesioner Pemberian Rating terhadap Faktor-faktor Internal dan Eksternal
Nama :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
I. Pemberian rating Terhadap Faktor-faktor Internal
Petunjuk Pengisian
● Pemberian nilai rating atau peringkat didasarkan pada kekuatan dan kelemahan perusahaan
dibandingkan dengan pesaing atau usaha sejenis
● Pemberian nilai rating didasarkan pada keterangan berikut
1 = Jika faktor tersebut merupakan kelemahan utama bagi perusahaan
2 = Jika faktor tersebut merupakan kelemahan kecil bagi perusahaan
3 = Jika faktor tersebut merupakan kekuatan kecil bagi perusahaan
4 = Jika faktor tersebut merupakan kekuatan utama bagi perusahaan
● Pemberian rating pada masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberikan tanda
ceklis (√) pada tingkat kepentingan antara 1 sampai 4 yang sesuai menurut responden.
No Kekuatan dan Kelemahan 1 2 3 4 1. Posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi √ 2. Kualitas dan kontinuitas produk terjamin √ 3. Keanekaragaman produk sayuran √ 4. Lokasi strategis dan dekat dengan distributor √ 5. Penetapan harga oleh perusahaan melalui kesepakatan dengan pihak swalayan √ 6. Staf pekerja merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman √ 7. Ramah Lingkungan √ 8. Memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk memasarkan produk √ 9. Image produk sudah dikenal oleh konsumen √ 10. Tingkat harga yang tinggi dibandingkan dengan produk lain √ 11. Belum memiliki label sertifikasi √ 12. Tidak adanya tunjangan bagi pekerja harian seperti hamil dan sakit √ 13. Volume produksi masih rendah √ 14. Pembukuan usahatani dan data masih belum tersusun rapi dan lengkap √ 15. Struktur organisasi belum tertulis dan dibakukan √
II. Pemberian Rating Terhadap Faktor-faktor Eksternal
Petunjuk pengisian
● Pemberian nilai rating atau peringkat berdasarkan peluang dan ancaman yang akan dihadapi
perusahaan pada waktu jangka pendek maupun jangka panjang
● Pemberian rating didasarkan pada keterangan berikut:
1 = Respon perusahaan buruk;
2 = Respon perusahaan rata-rata;
3 = Respon perusahaan di atas rata-rata;
4 = Respon perusahaan bagus;
● Pemberian rating pada masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberikan tanda
ceklis (√) pada tingkat kepentingan antara 1 sampai 4 yang sesuai menurut responden
No Peluang dan Ancaman 1 2 3 4 1. Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat serta pertumbuhan penduduk
yang semakin meningkat √
2. Pangsa pasar sayuran organik terus meningkat √ 3. Kenaikan harga bahan baku konvensional √ 5. Tersedianya tenaga kerja masyarakat sekitar √ 6. Loyalitas konsumen dan distributor cukup tinggi √ 7. Perkembangan teknologi seperti sarana transportasi, telekomunikasi dan
informasi √
8. Adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina) dan program “Go Organic 2010”
√
9. Tersedia pasokan bahan baku secara kontinu √ 10. Pendatang baru tidak mudah masuk dalam industri √ 11. Adanya issue bahwa kebanyakan sayuran organik yang beredar di pasaran tidak
100 persen organik √
12. Perubahan iklim dan gejala alam seperti angin kencang dan longsor √ 13. Adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman √ 14. Adanya produk subtitusi √