Post on 03-Jul-2019
ANALISIS PENGOBATAN ANTIINFLAMASI NON STEROID PADA GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG) DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE
(MDRD) DI RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA PERIODE 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Dita Maria Virginia
NIM : 078114116
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2010
ii
ANALISIS PENGOBATAN ANTIINFLAMASI NON STEROID PADA GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG) DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE
(MDRD) DI RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA PERIODE 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Dita Maria Virginia
NIM : 078114116
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2010
iii
ANALISIS PENGOBATAN ANTIINFLAMASI NON STEROID PADA GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG) DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE
(MDRD) DI RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA PERIODE 2009
Skripsi yang diajukan oleh :
Dita Maria Virginia
NIM : 078114116
telah disetujui oleh
Tanggal 13 Desember 2010
v
On any journey toward achieving your goals, it is
natural to expect that some difficulties or barriers
will present themselves for you to overcome.
If life were any other way then success would be too
easy.
(Dr. Keith Johnson, The Coach Confidence)
Kupersembahkan karya ini bagi
Tuhan Yesus ku Papa dan Mama serta adik-adikku tercinta
Sahabat-sahabatku tersayang Terimakasih atas segala doa dan dukungannya
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dita Maria Virginia Nomor mahasiswa : 078114116 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS PENGOBATAN ANTIINFLAMASI NON STEROID PADA
GERIATRI BERDASARKAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS (LFG) DENGAN FORMULA MODIFICATION of DIET in RENAL DISEASE
(MDRD) DI RUMAH SAKIT SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA PERIODE 2009
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 22 januari 2011
Yang Menyatakan
Dita Maria Virginia
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan kasih karunia yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengobatan
Antiinflamasi Non Steroid Pada Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) Dengan Formula Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD) Di Rumah Sakit Se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009” dengan
baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
pada Fakultas Farmasi, Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung baik
berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis menghaturkan banyak
terima kasih kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di RS Panti Rapih.
2. Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di RS Bethesda.
3. Direktur Rumah Sakit Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di RS Kota Yogyakarta.
4. Direktur Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di RS Bethesda Lempuyangwangi.
5. Seluruh Apoteker, praktisi laboratorium, dan petugas rekam medis di RS Panti
Rapih Yogyakarta, RS Bethesda Yogyakarta, RS Kota Yogyakarta, dan RS
viii
Bethesda Lempuyangwangi, yang telah membantu selama proses pengambilan
data.
6. Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini, dan telah
memberikan saran serta dukungan selama penyusunan skripsi ini.
7. dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
membimbing dan memberikan arahan, saran, kritikan serta dukungan kepada
penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi.
8. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing proyek payung
serta penguji yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan, saran,
kritikan serta dukungan kepada penulis selama proses penelitian skripsi.
9. Yosef Wijoyo, M. Si., Apt. selaku penguji yang memberikan saran dan kritikan
serta dukungan kepada penulis dalam proses menyempurnakan naskah skripsi.
10. Papa dan mama tersayang atas kasih sayang, doa, dukungan semangat, pengertian
serta bantuan finansial hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
11. Adik-adikku yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan hingga
terselesaikannya skripsi.
12. Felix Manuel yang selalu memberikan doa, dorongan, serta banyak bantuan
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
13. Teman-teman kelompok payung, yaitu Frissa, Oliph, Sano, Tika, Mayan, Bimo,
Nila, dan Toi yang telah saling menguatkan, memberikan semangat dan bantuan
kepada peneliti serta bersama-sama menjalani suka dan duka selama menjalankan
penelitian ini.
ix
14. Sahabatku Susi dan Devi yang telah memberikan dorongan semangat dan banyak
membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
15. Teman-teman kelas FKK B 2007, terima kasih atas kebersamaannya dan
pengalaman yang tak terlupakan selama menjalani kuliah dan praktikum serta
dorongan semangat yang telah diberikan kepada peneliti selama penyusunan
skripsi ini.
16. Teman-teman dari angkatan 2004-2010 yang penulis kenal yang telah
memberikan perhatian dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
naskah.
17. Dan seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu disini, baik
secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini
dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi yang membutuhkan.
Penulis
x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 8 Desember 2010
Penulis
Dita Maria Virginia
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................
PRAKATA........................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..........................................
DAFTAR ISI.....................................................................................
DAFTAR TABEL……………………………….............................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................
INTISARI..........................................................................................
ABSTRACT........................................................................................
BAB I PENGANTAR.......................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................
1. Permasalahan..........................................................................
2. Keaslian penelitian..................................................................
3. Manfaat penelitian..................................................................
B. Tujuan Penelitian..........................................................................
1. Tujuan Umum.........................................................................
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xi
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
1
1
4
5
6
6
6
xii
2. Tujuan Khusus........................................................................
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA……………………….............
A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal Normal..........................................
B. Geriatri..........................................................................................
C. Perubahan Sistem Ginjal pada Geriatri.........................................
D. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) ...................................................
E. Obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS) .....................................
F. Efek Obat Antiinflamasi Non Steroid Terhadap Penurunan
Fungsi Ginjal.................................................................................
G. Keterangan Empiris.......................................................................
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................
A. Jenis dan Rancangan Penelitian....................................................
B. Variabel dan Definisi Operasional................................................
C. Subjek Penelitian...........................................................................
D. Bahan Penelitian...........................................................................
E. Tata Cara Penelitian......................................................................
1. Analisis Situasi........................................................................
2. Pengambilan Data...................................................................
3. Pengolahan Data.....................................................................
F. Tata Cara Analisis Hasil...............................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................
A. Profil Pasien Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus.....................
B. Penyesuaian Obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS) ...............
7
8
8
10
10
11
13
15
16
17
17
18
19
21
22
22
22
23
23
25
25
29
xiii
C. Perlakuan dalam Terapi Obat AINS.............................................
D. Jenis Obat AINS yang Tidak Sesuai Dosis...................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
LAMPIRAN........................................................................................
BIOGRAFI PENULIS........................................................................
32
35
39
39
39
41
46
79
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG…..
Tabel II. Contoh dan Regimen Dosis Obat AINS Menurut Drug
Information Handbook…………………………………….
Tabel III. Persentase Nilai LFG Pasien Geriatri Berdasarkan Formula
MDRD yang Menggunakan Obat AINS di Empat Sampel
Rumah Sakit di Kotamadya Yogyakarta Periode
2009……………………………………………………......
Tabel IV. Persentase Perlakuan Peresepan Terapi Obat AINS Pada
Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di
Yogyakarta Periode 2009………………………………......
Tabel V. Persentase Tiap Jenis Obat AINS yang Tidak Sesuai Dosis
Pada Peresepan Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah
Sakit Yogyakarta Periode 2009……...……………………..
Tabel VI. Penyesuaian Regimen Dosis Pemberian Obat AINS di
Empat Sampel Rumah Sakit di Kotamadya Yogyakarta
Periode 2009…………………...………………………...…
12
14
27
34
36
37
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Fungsional Nefron.................................................
Gambar 2. Persentase Nilai LFG Pasien Geriatri Berdasarkan
Formula MDRD yang Menggunakan Obat AINS se-
Kotamadya Yogyakarta Periode 2009.................................
Gambar 3. Persentase Nilai LFG Pada Pasien Geriatri se-Kotamadya
Yogyakarta yang Memperoleh Obat AINS Pada Tahun
2009 Terkait Jenis Kelamin.................................................
Gambar 4. Peran Prostaglandin Pada Ginjal..........................................
Gambar 5. Persentase Peresepan Pasien Geriatri yang Memerlukan
Penyesuaian Dosis dengan Penggunaan Obat AINS di
Empat Sampel Rumah Sakit di Kotamadya Yogyakarta
Periode 2009........................................................................
Gambar 6. Persentase Peresepan Pasien Geriatri yang Memerlukan
Penyesuaian Dosis dengan Penggunaan Obat AINS se-
Kotamadya Yogyakarta Periode 2009…….........................
Gambar 7. Persentase Perlakuan Peresepan Terapi Obat AINS Pada
Pasien Geriatri se-Kotamadya Yogyakarta Periode
2009......................................................................................
Gambar 8. Persentase Tiap Jenis Obat AINS yang Tidak Sesuai
Dosis Pada Peresepan Pasien Geriatri se-Kotamadya
Yogyakarta Periode 2009.....................................................
9
26
28
29
31
32
33
35
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Penyesuaian Dosis Obat Antiinflamasi Non
Steroid Menurut Drug Information Handbook.................
Lampiran 2. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Panti Rapih.............
Lampiran 3. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda.................
Lampiran 4. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Kota Yogyakarta....
Lampiran 5. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda
Lempuyangwangi..............................................................
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Dinas Kota Yogyakarta...................
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta……………………….....................................
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta……………………….....................................
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Kota Yogyakarta........
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian Rumah Sakit Bethesda
Lempuyangwangi Yogyakarta........................................
46
47
56
68
72
73
75
76
77
78
xvii
INTISARI
Pasien geriatri umumnya telah mengalami penurunan fungsi ginjal dimana hal ini dapat dinilai dari Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Nilai LFG dapat dihitung dengan menggunakan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD). Penurunan fungsi ginjal akan menimbulkan penyakit ginjal kronis bila dipacu dengan ketidaksesuaian terapi obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat AINS pada pasien geriatri berdasarkan LFG menurut formula MDRD di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif evaluatif dengan desain cross sectional yang bersifat retrospektif dengan menggunakan 357 data pasien dan 487 kasus peresepan. Tata cara analisis hasil dengan membahas data kualitatif yang diperoleh dalam bentuk uraian serta bentuk tabel dan atau gambar diagram.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa pasien geriatri se-Kotamadya Yogyakarta tahun 2009 memiliki persentase nilai LFG paling besar (43%) pada tahap II (terjadi sedikit penurunan fungsi ginjal) , sebesar 41% kasus peresepan memerlukan penyesuaian dosis obat AINS, dan persentase kasus peresepan obat AINS yang tidak sesuai dosis sebesar 30%. Hasil ini merekomendasikan perlu adanya perhatian khusus dalam pelaksanaan terapi obat AINS pada pasien geriatri dengan penurunan fungsi ginjal.
Kata kunci: AINS, Geriatri, LFG, MDRD
xviii
ABSTRACT
Geriatric generally get reduction of renal function and it can be marked from Glomerular Filtration Rate (GFR). Glomerular Filtration Rate could be calculated with Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) formulation. The reduction of renal function can induce chronic kidney disease with unappropriate dose of Non Steroidal Anti Inflammation Drugs (NSAIDs) therapy. The aim of this study is to know the NSAIDs usage on geriatric based on GFR with MDRD formulation in Yogyakarta municipality’s hospitals on 2009.
This research is observational descriptive evaluative study with cross sectional and retrospective design. This study used 357 patient’s data and 487 prescription case. Qualitative data that we got will be discussed on description, table, and diagram.
The result describe that most geriatric (43%) in Yogyakarta municipality’s hospitals on 2009 have GFR value on stage II (slightly decrease on renal function), 41% prescription case need of compliance NSAIDs dose, and percentage of NSAIDs prescription with unappropriate dose is 30%. This result recommended that we need specific care of NSAIDs therapy on geriatric with reduction of renal function
Kata kunci: NSAIDs, Geriatric, GFR, MDRD
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Renal merupakan salah satu organ yang memiliki peran penting dalam
tubuh kita dimana organ tersebut berfungsi dalam suatu sistem eliminasi yang
berupa pembuangan racun dan sisa metabolisme dalam darah serta kelebihan
cairan yang terdapat dalam tubuh. Penurunan fungsi ginjal merupakan tanda awal
dari penyakit ginjal kronis sampai gagal ginjal tahap akhir, sehingga perlu adanya
deteksi dini mengenai penurunan fungsi ginjal (McClellan and Young, 2009).
Prevalensi penyakit ginjal kronik semakin meningkat di negara
berkembang, terutama di negara beriklim tropis. Hal ini dapat disebabkan oleh
kondisi lingkungan, gen, serta kualitas pelayanan kesehatan (Feest, 2007).
Indonesia merupakan salah satu negara yang berisiko mengalami peningkatan
prevalensi tersebut karena Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan merupakan
salah satu negara berkembang.
Kreatinin serum merupakan salah satu parameter fungsi ginjal. Akan
tetapi, nilai kreatinin serum tidak dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit
ginjal pada tahap ringan hingga moderat (Johnson, 2005). Nilai kreatinin serum
juga tidak sensitif apabila diterapkan pada pasien geriatri. Hal ini karena produksi
kreatinin serum tergantung dari massa otot total, sedangkan pada geriatri telah
terjadi penurunan massa otot. Oleh karena itu pada pasien geriatri terdapat
kemungkinan tidak terdeteksinya penurunan fungsi ginjal. Pada pasien geriatri
2
juga mengalami penurunan massa nefron disertai timbulnya sklerosis (Roderic,
2007).
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) merupakan parameter terbaik untuk
mengukur fungsi ginjal dan mengetahui seberapa parah penurunan fungsi ginjal
(Dipiro et al., 2008). Perhitungan LFG tidak memerlukan banyak tes. Perhitungan
LFG dengan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) hanya
membutuhkan data kreatinin serum, umur, suku bangsa, dan jenis kelamin
(Johnson, 2005). Akan tetapi formula MDRD kurang akurat dalam estimasi nilai
LFG pada pasien obesitas (Verhave, 2005).
Pasien geriatri merupakan kelompok pasien yang berusia 60 tahun ke
atas (Walker and Edward, 2003) yang membutuhkan perhatian lebih dalam proses
perawatan dan pengobatan. Hal ini disebabkan pasien geriatri memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi pada berbagai bentuk aksi obat dalam hal interaksi
farmakodinamika obat dengan reseptornya (Katzung, 2004). Pasien geriatri
umumnya juga telah mengalami pengurangan fungsi organ ginjal dibandingkan
dengan pasien dewasa (Olyaei and Bennett, 2009), dimana penurunan fungsi
ginjal pada geriatri akan mempengaruhi farmakodinamik dan farmakokinetik obat
(Shargel, 2005).
Schulz, et al. (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa pasien
geriatri yang telah berumur 65 tahun ke atas mengalami penurunan fungsi ginjal
dengan nilai LFG kurang dari 60 ml/min/1,73 m2. Prevalensinya sebesar 43% saat
nilai LFG dihitung dengan formula MDRD. Adapun 52% pasien geriatri yang
ditemukan mengalami penurunan LFG perlu menyesuakan dosis obat yang
3
dikonsumsinya. Dalam hal ini farmasis hendaknya bertanggungjawab membantu
pasien geriatri dalam menyesuaikan dosis obat yang dikonsumsi terkait dengan
kondisi renalnya yang telah mengalami penurunan LFG.
Obat antiinflamasi non steroid (AINS) merupakan salah satu obat yang
paling banyak digunakan oleh pasien geriatri. Hal ini terkait banyaknya pasien
geriatri yang mengalami osteoarthritis dan AINS merupakan terapi yang
seringkali digunakan sebagai terapi osteoarthritis AINS juga banyak digunakan
pasien geriatri dalam berbagai kasus lain seperti analgesik. Kasus terapi AINS
yang terbaru lebih mengarah pada kemungkinan terjadinya kerusakan ginjal
kronik yang bersifat ireversibel, dimana AINS diduga lebih cepat terakumulasi
terutama pada pasien geriatri dan pasien yang telah mengalami penurunan fungsi
ginjal (Katzung, 2004). Maka ada kemungkinan pasien geriatri dan pasien yang
telah mengalami penurunan fungsi ginjal memiliki risiko lebih besar mengalami
gagal ginjal kronik.
Obat AINS dapat meningkatkan risiko penurunan fungsi ginjal yang
signifikan dimana dalam penelitian disebutkan 0,47% sampel pasien yang rata-
rata berumur 78 tahun (870 pasien dari 183.446 pasien) terindikasi mengalami
gagal ginjal akut (Winkelmayer, Waikar, Mogun, and Salomon, 2008). Penelitian
di Belgia menyebutkan bahwa obat AINS menyumbang 20-35% terjadinya
penurunan fungsi ginjal berat (Hilde, Johan, Andre, Philippe, and Gert, 2008).
Penelitian Rossini et al. (2009) mengemukakan bahwa tidak diperoleh
hubungan linier antara nilai kreatinin serum dan nilai LFG yang dihitung dengan
metode MDRD. Dimana pasien dengan nilai kreatinin normal belum tentu
4
mempunyai nilai LFG yang normal pula. Hal ini menyebabkan banyaknya pasien
geriatri yang terlambat terdeteksi bahwa mereka sebenarnya telah mengalami
penurunan fungsi ginjal. Terapi AINS dengan dosis tidak sesuai pada pasien
geriatri yang belum diketahui telah mengalami penurunan LFG akan semakin
memperparah keadaannya dan meningkatkan risiko chronic kidney disease
(CKD).
Adapun pemilihan Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta karena
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara jelas dan
menyeluruh mengenai apakah terjadi ketidaksesuaian pengobatan AINS pada
pasien geriatri dengan kondisi telah mengalami penurunan LFG di daerah
kotamadya Yogyakarta, karena ketidaksesuaian pengobatan ini dapat
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal sampai kerusakan ginjal kronik.
1. Permasalahan
a) Bagaimana profil nilai LFG pasien geriatri menggunakan obat AINS
berdasarkan formula MDRD di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta
periode 2009?
b) Berapa persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami
penurunan LFG berdasarkan formula MDRD serta memerlukan
penyesuaian dosis dalam pengobatan AINS di rumah sakit se-Kotamadya
Yogyakarta periode 2009?
c) Berapa persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami
penurunan LFG berdasarkan formula MDRD serta mendapatkan
5
pengobatan AINS yang tidak sesuai di rumah sakit se-Kotamadya
Yogyakarta periode 2009?
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengobatan obat
Antiinflamasi Non Steroid terhadap penurunan laju filtrasi glomerulus yang
pernah dilakukan, antara lain:
1. Non Steroidal Anti Inflammatory Drug Use and Progression of Chronic
Kidney Disease, dengan hasil penggunaan AINS akan menyebabkan
terjadinya akumulasi dan peningkatan penyakit ginjal kronik pada geriatri
(Gooch et al., 2007).
2. Renal Effect of NSAID Non Selective and Coxib, dengan hasil prevalensi terapi
AINS yang menimbulkan toksisitas pada renal rendah, akan tetapi hasil ini
cukup tinggi pada pasien geriatri (Weir, 2008).
3. Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs Prescribing in Chronic Kidney
Disease: An Observational Study, sebesar 20,2% pasien yang mengkonsumsi
NSAIDs tidak terdeteksi terjadinya penyakit ginjal kronis dalam kurun waktu
penelitian (Bhopal et al., 2010).
4. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs and The Kidney, menyatakan bahwa
penggunaan AINS pada subjek berusia muda tidak akan begitu mempengaruhi
fungsi ginjal, tetapi penggunaan pada geriatri akan meningkatkan risiko
morbiditas (Horl, 2010).
6
5. Efek Samping Obat Antiinflamasi Non Steroid, dengan hasil AINS dapat
menimbulkan efek samping berupa gangguan ginjal sehingga perlu adanya
pengawasan dari tenaga medis (Nasutlon, 1992).
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, penelitian mengenai
“Analisis Pengobatan Antiinflamasi Non Steroid Pada Geriatri berdasarkan Laju
Filtrasi Glomerulus dengan Formula Modification of Diet in Renal Disease di
Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009” belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
mengenai analisis pengobatan AINS pada geriatri berdasarkan LFG yang
dihitung dengan formula MDRD dalam pengambilan keputusan oleh farmasis
dan tenaga kesehatan lain dalam mempraktekkan pelayanan kesehatan
sehingga dapat mencegah terjadinya pengobatan AINS yang tidak sesuai.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui penggunaan obat antiinflamasi non steroid (AINS) pada
pasien geriatri berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) menurut
formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) di Rumah Sakit
se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009.
7
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui profil nilai LFG pasien geriatri yang menggunakan obat
AINS berdasarkan formula MDRD di rumah sakit se-Kotamadya
Yogyakarta periode 2009.
b) Mengetahui persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang
mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD serta
memerlukan penyesuaian dosis dalam pengobatan AINS di rumah
sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009.
c) Mengetahui persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang
mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD serta
mendapatkan pengobatan AINS yang tidak sesuai di rumah sakit se-
Kotamadya Yogyakarta periode 2009.
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal Normal
Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang sedikit lebih
bawah dari tulang rusuk bagian belakang dengan panjang sekitar 7 cm dan tebal
sekitar 3 cm yang terbungkus dalam kapsul terbuka ke bawah. Daerah antara
ginjal dan kapsul terdapat lemak yang berfungsi membantu melindungi ginjal dari
goncangan (Wibowo, 2005).
Ginjal memiliki banyak fungsi penting dalam tubuh, antara lain untuk
mengekskresikan produk sisa metabolisme tubuh dari aliran darah, apabila ginjal
tidak mengekskresikan zat tersebut, zat itu akan kembali masuk dalam aliran
darah dan dapat menimbulkan toksisitas bagi tubuh. Ginjal juga berfungsi dalam
mengontrol sekresi tiga hormon penting, yaitu erytropoietin (EPO) yang berperan
dalam pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam pengaturan
tekanan darah, dan calcitrol (bentuk aktif vitamin D) yang membantu
keseimbangan kimia dalam tubuh serta memelihara kadar kalsium dalam tulang
(McClellan and Young, 2009).
Ginjal memiliki satuan unit fungsional yaitu nefron, kurang lebih
terdapat 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal. Setiap nefron terdiri dari berkas
kapiler (glomerulus atau badan Malpighi), tubulus proksimal, tubulus distal, dan
tubulus kolektivus (Wibowo, 2005).
9
Gambar 1. Struktur Fungsional Nefron
(Dipiro, et al., 2008)
1. Glomerulus
a) Filtrasi glomerulus
Pori membran glomerulus akan menghalangi masuknya partikel dengan
ukuran lebih dari 7 nanometer contohnya protein plasma (Setiadi, 2007).
b) Laju filtrasi glomerulus (LFG)
Laju filtrasi glomerulus merupakan jumlah filtrat yang terbentuk setiap
menit dalam semua nefron pada kedua ginjal. Tekanan dalam kapiler
glomerulus akan menyebabkan filtrasi cairan melalui membran kapiler ke
dalam kapsul bowman (Setiadi, 2007).
2. Tubulus
Dalam tubulus terjadi reabsorbsi dan sekresi secara selektif oleh epitel
tubulus, kemudian cairan yang dihasilkan akan memasuki pelvis ginjal dan
dieskresikan sebagai urin. Mekanisme dasar absorbsi dan sekresi dalam
tubulus adalah transport aktif melalui dinding tubulus dan transport pasif
(Setiadi, 2007).
10
B. Geriatri
Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia meliputi tiga tingkatan
(menurut WHO), yaitu :
a) Lansia (elderly) dengan kisaran umur 60-75 tahun,
b) Tua (old) dengan kisaran umur 75-90 tahun,
c) Sangat tua (very old) dengan kisaran umur > dari 90 tahun
(Walker and Edward, 2003)
Pasien geriatri (elderly) merupakan pasien dengan karakteristik khusus
karena terjadinya penurunan massa dan fungsi sel, jaringan, serta organ. Hal ini
menimbulkan perlu adanya perubahan gaya hidup, perbaikan kesehatan, serta
pemantauan pengobatan baik dari segi dosis maupun efek samping yang mungkin
ditimbulkan (David, 2010).
Kimble, et al. (2008) menyatakan bahwa geriatri juga telah mengalami
perubahan dalam hal farmakokinetik dan farmakodinamik obat. Perubahan
farmakokinetik yang terjadi karena adanya penurunan kemampuan absorbsi yang
disebabkan oleh perubahan dari saluran gastrointestinal, perubahan distribusi
terkait dengan penurunan cardiac output dan ikatan protein-obat, perubahan
metabolism karena penurunan fungsi hati dan atau ginjal, serta penurunan laju
ekskresi karena terjadinya penurunan fungsi ginjal.
C. Perubahan Sistem Ginjal pada Geriatri
Seiring dengan pertambahan usia akan terjadi pengurangan ukuran,
massa, dan luas daerah efektif untuk filtrasi pada organ ginjal. Manusia setelah
11
berumur 50 tahun ke atas akan mengalami penurunan jumlah nefron secara
progresif sampai 1.000.000 serta hampir 35% nefron ginjal akan mengalami
sklerosis (Olyaei and Bennett, 2009). Kondisi ginjal pada geriatri juga akan
diperparah dengan penyakit yang umumnya diderita oleh para geriatri, antara lain
hipertensi, diabetes, dan atau hiperlipidemia (Rockwood, 2010).
Pasien berusia 60 tahun ke atas akan mengalami penyempitan pembuluh
darah yang menyuplai darah ke organ ginjal. Umumnya penyempitan yang terjadi
akan terlambat deteksinya. Kadangkala beberapa pembuluh darah akan tersumbat
sehingga menimbulnya terjadinya hipertensi, penyakit ginjal progresif, ataupun
keduanya (Cohen, 2005).
D. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah jumlah darah yang terfiltrasi
melului glomerulus dalam tiap menit dan seringkali digunakan sebagai indeks
terbaik dalam pengukuran fungsi ginjal pada orang sehat maupun sakit. Nilai LFG
tergantung dari jenis kelamin, umur, dan luas permukaan tubuh. Nilai LFG pada
individu dewasa mendekati 120-130 mL/min/1,73 m2
Regulasi aliran darah dan kecepatan filtrasi glomerulus secara umum
diatur melalui resistensi vaskular dan secara khusus dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor autoregulasi (respon miogenik dan tubulo-glomerular
dan akan menurun seiring
dengan meningkatnya usia. Penurunan LFG merupakan tanda awal dari gagal
ginjal, oleh karena itu nilai LFG digunakan untuk mendiagnosa dan menentukan
kriteria dari penyakit ginjal kronis (Patel, 2009).
12
feedback), faktor neural yang terkait dengan aktivitas saraf simpatis, dan faktor
hormonal. Sistem renin angiotensin, prostaglandin, dan kinin merupakan hormon
yang berperan besar dalam hemodinamika dan filtrasi pada ginjal (Ackermann,
2002).
Tabel I. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) Berdasarkan LFG
Tahap LFG dengan luas permukaan
tubuh 1,73m2
Deskripsi Manajemen
I 90+ Fungsi renal normal (tetapi urinalisis dan struktur abnormal atau faktor genetik mengindikasikan penyakit ginjal)
Observasi dan mengkontrol tekanan darah
II 60-89 Fungsi renal sedikit menurun (CKD tahap II tidak dapat didiagnosa dari LFG saja tapi juga membutuhkan urinalisis dan struktur abnormal atau faktor genetik mengindikasikan penyakit ginjal)
Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular
IIIa 45-59 Fungsi renal menurun dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal lainnya
Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular
IIIb 30-44 Fungsi renal menurun dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal lainnya
Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular
IV 15-29 Penurunan fungsi renal yang berat
Memikirkan rencana untuk mengatasi gagal ginjal tahap akhir
V <15 Gagal ginjal tahap akhir Transplantasi atau dialysis
(Knott, 2010)
13
Salah satu formula yang dapat digunakan untuk estimasi nilai LFG yaitu
Modification of Diet in Renal Disease (MDRD). Formula MDRD kurang tepat
bila digunakan untuk estimasi nilai LFG pada pasien yang berumur kurang dari 18
tahun dan atau obesitas. Adapun formula MDRD adalah sebagai berikut:
LFG (mL/min/1,73 m2) = 186 x (Scr)-1,154 x (umur)-0,203
E. Obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
x (0,742 jika
wanita) x (1,212 bila African-American) (SI units)
(Knott, 2010)
Obat AINS merupakan obat yang memiliki efek analgesik, antipiretik, dan
antiinflamasi (Santoso, 2008). Obat AINS memiliki mekanisme kerja dengan
menghambat enzim siklooksigenase sehingga akan mencegah terbentuknya
prostaglandin. Prostaglandin merupakan mediator inflamasi, nyeri, mendukung
proses pembekuan darah oleh platelet, proteksi lambung dari suasana asam dan
senyawa vasodilator alami bagi ginjal. Penghambatan pembentukan prostaglandin
oleh obat AINS akan mencegah terjadinya inflamasi tetapi juga akan
menimbulkan efek samping pada lambung, ginjal, serta sistem kardiovaskular
(DeMaria, 2010).
Penggunaan istilah “non steroid” pada obat AINS untuk membedakan
golongan ini dari antiinflamasi golongan steroid, yang mempunyai peran
eikosanoid hampir sama yaitu efek depresi dan antiinflamasi (Santoso, 2008).
Sebagian besar obat AINS merupakan asam lemah dengan pKa 3-5, dengan
penyerapan baik pada lambung dan usus halus. Obat AINS termetabolisme di hati
14
melalui proses oksidasi dan konjugasi sehingga menjadi zat metabolit yang tidak
aktif, dan dikeluarkan melalui urin atau cairan empedu (Rossi, 2006).
Tabel II. Contoh dan Regimen Dosis Obat AINS Menurut Drug Information Handbook
AINS Dosis pasien normal Dosis pasien gangguan ginjal
Diklofenak Osteoarthritis: 100-150mg/hari terbagi dalam 2-3 kali minum
Tidak direkomendasikan pada pasien yang mengalami penyakit ginjal tahap lanjut
Naproxen Nyeri: maksimal 1250 mg/hari
Tidak direkomendasikan pada pasien dengan kliren kreatinin < 30 ml/menit/1,73 m2
Asam mefenamat
Awalnya 500 mg lalu 250 mg tiap 4 jam bila perlu, pemakaian maksimal 1 minggu
Tidak direkomendasikan
Piroxicam 10-20 mg/hari Tidak direkomendasikan pada pasien yang mengalami penyakit ginjal tahap lanjut
Meloxicam Awal 7,5mg/hari, dosis maksimal 15 mg/hari
Tidak direkomendasikan pada pasien dengan kliren kreatinin < 15 ml/menit
Celecoxib Nyeri akut: bila perlu 200 mg 2 kali sehari
Tidak direkomendasikan untuk pasien dengan disfungsi ginjal akut
Ketorolac Pemberian oral tidak lebih dari 40 mg/hari, pemberian i.v maksimal 120 mg/hari
Kontraindikasi pada pasien dengan advanced renal impairment. Pasien dengan kenaikan ClCr sedang menggunakan ½ dosis anjuran. Pemberian i.v/i.m tidak boleh lebih dari 60 mg/hari
Ketoprofen Reumatoid arthritis/osteoasrthritis: 50 mg 4 kali sehari atau 75 mg 3 kali sehari dengan dosis maksimal 300 mg/hari
Dosis maksimal mild impairment sebesar 150 mg/hari, dosis maksimal untuk ClCr kurang dari 25 ml/min/1,73m2 sebesar 100 mg/hari, ClCr kurang dari 15 ml/min/1,73m2 tidak direkomendasikan
(Lacy, Armstrong, Goldman, and Lance, 2008)
15
F. Efek Obat Antiinflamasi Non Steroid terhadap Penurunan Fungsi Ginjal
Obat AINS bertindak sebagai COX inhibitor dimana enzim COX ikut
terlibat dalam pembentukan prostaglandin (PG) dan PG berperan dalam
meningkatkan aliran darah renal dan laju filtrasi glomerulus (Lee, 2006).
Penggunaan AINS menimbulkan 2 bentuk penurunan fungsi ginjal yaitu
dalam hal hemodinamika ginjal dan nefritis interstitial. Efek samping AINS yang
mempengaruhi hemodinamika ginjal yaitu dengan terhambatnya sintesis PG
dimana hal itu akan menimbulkan vasokonstriksi renal dan menurunkan aliran
darah renal sehingga dapat menimbulkan penurunan fungsi ginjal. Mekanisme
penurunan fungsi ginjal pada nefritis interstitial yang disebabkan AINS belum
diketahui secara pasti, tetapi suatu postulat mengemukakan bahwa AINS dapat
menimbulkan nefritis intersitial (Siegel, 2007).
Suatu postulat menyatakan bahwa obat AINS juga menyebabkan
terjadinya nefritis interstitial pada pasien tertentu yang memiliki abnormalitas
fungsi limfosit atau dengan limfosit yang sensitif terhadap penghambatan
prostaglandin. Pada kondisi normal makrofag akan mensintesis prostaglandin saat
terdapat antigen, prostaglandin akan menghambat limfosit untuk memproduksi
limfokin sehingga mengurangi respon inflamasi kronis karena adanya antigen.
Pemberian obat AINS akan mencegah sintesis prostaglandin oleh makrofag
sehingga proliferasi limfosit dan produksi limfokin tidak terdeteksi. Limfokin
dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh terhadap protein sehingga
menimbulkan proteinuria yang akhirnya terjadi nefritis interstitial (Levin, 1988).
16
G. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta
membandingkan evaluasi peresepan obat AINS pada pasien geriatri yang telah
mengalami penurunan nilai LFG saat dihitung dengan formula MDRD untuk
meningkatkan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta
periode 2009.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Analisis Pengobatan Antiinflamasi Non Steroid
pada Geriatri berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus dengan Formula Modification
of Diet in Renal Disease di Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009
merupakan jenis penelitian observasional deskriptif evaluatif dengan desain cross
sectional yang bersifat retrospektif.
Penelitian observasional merupakan penelitian dengan menggunakan
teknik pendekatan guna mendapatkan data primer dengan cara langsung
mengamati objek datanya (Jogiyanto, 2008). Rancangan penelitian deskriptif
evaluatif karena tujuan penelitian yaitu memberikan gambaran dan evaluasi
mengenai penggunaan obat AINS pada pasien geriatri berdasarkan LFG menurut
formula MDRD. Penelitian cross sectional merupakan penelitian yang
mempelajari hubungan faktor risiko dengan efek dengan cara observasi pada suatu
waktu dan langsung mengukur karakter subjek pada saat pemeriksaan
(Notoatmodjo, 2002).
Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan dalam
penelitian ini diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yaitu
pada lembar rekam medis pasien di Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta
periode 2009.
18
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
a) Varibel bebas: LFG yang diperoleh
Merupakan nilai yang diperoleh dengan menggunakan formula MDRD.
b) Variabel tergantung : penyesuaian dosis AINS
Merupakan akibat dari penurunan nilai perhitungan LFG.
2. Variabel terkendali
a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Suku bangsa
3. Variabel tak terkendali
a) Berat badan
b) Penyakit penyerta
4. Pasien geriatri adalah pasien berusia 60 tahun keatas (Walker and Edward,
2003) dimana pada rekam medis tercantum data laboratorium kreatinin serum
serta pasien yang telah menerima terapi obat AINS.
5. Karakteristik pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG adalah pasien
yang tidak terdeteksi mengalami penurunan LFG, tidak terdiagnosa gagal
ginjal, belum menjalani hemodialisis, serta menurut National Kidney
Federation (2009) nilai kreatinin serum kurang dari 5 mg/dL pada saat pasien
dirawat di Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009.
19
6. Nilai LFG dihitung dengan formula MDRD. Formula MDRD membutuhkan
beberapa data pasien meliputi kreatinin serum, umur, suku bangsa, dan jenis
kelamin, dan formula MDRD dalam menghitung LFG adalah sebagai berikut:
LFG (mL/min/1,73 m2) = 186 x (Scr)-1,154 x (umur)-0,203
7. Rumah sakit yang akan diambil sebagai sampel adalah Rumah Sakit Umum
Daerah Wirobrajan, Rumah Sakit Panti Rapih, Rumah Sakit Bethesda, dan
Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi. Alasan pemilihan tersebut karena
keempat rumah sakit tersebut memiliki Bed Occupation Rate (BOR) lebih dari
50 serta memiliki kunjungan rawat inap pasien geriatri yang cukup banyak
sehingga dirasa mampu mewakili seluruh rumah sakit se-Kotamadya
Yogyakarta dalam pengambilan sampel.
x (0,742 jika
wanita) x (1,212 bila African-American) (SI units)
(Knott, 2010)
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pasien geriatri yang telah mengalami
pemeriksaan laboratorium nilai kreatinin serum di rumah sakit se-Kotamadya
Yogyakarta periode 2009, kemudian diambil sesuai kriteria inklusi yaitu pasien
dengan usia 60 tahun keatas yang telah menerima terapi obat AINS, dan dengan
kriteria eksklusi berupa diagnosa gagal ginjal akut, menjalani hemodialisis, serta
menurut National Kidney Federation (2009) pasien dengan nilai kreatinin serum
lebih dari 5 mg/dL.
20
Penentuan ukuran sampel subjek penelitian tiap rumah sakit dihitung
dengan menggunakan rumus Slovin dengan taraf kepercayaan 95% (d=0,05) dan
dengan minimal pengambilan sampel sebanyak 200 pasien. Adapun rumus slovin
adalah sebagai berikut:
Perhitungan pengambilan sampel dari tiap rumah sakit adalah sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Panti Rapih dengan populasi 2749 pasien. Perhitungan
pengambilan sampel dengan rumus Slovin:
n = N/N.d2 + 1
n = 2749/2749.(0,05)2
2. Rumah Sakit Bethesda dengan populasi 2061 pasien. Perhitungan
pengambilan sampel dengan rumus Slovin:
+ 1
n = 349,19 dibulatkan 349
Maka jumlah seluruh sampel yang diambil pada RS Panti Rapih sebanyak 349
pasien dimana sampel untuk terapi AINS sebanyak 123 pasien.
n = N/N.d2 + 1
n = 2061/2061.(0,05)2 + 1
n = 334,99 dibulatkan 335
21
Maka jumlah seluruh sampel yang diambil pada RS Bethesda sebanyak 335
pasien dimana sampel untuk terapi AINS sebanyak 170 pasien.
3. Rumah Sakit Kota Yogyakarta dengan populasi 355 pasien. Perhitungan
pengambilan sampel dengan rumus Slovin:
n = N/N.d2 + 1
n = 355/355.(0,05)2
4. Rumah Sakit Lempuyangwangi diambil sampel sesuai dengan populasi, maka
jumlah seluruh sampel yang diambil pada RS Bethesda Lempuyangwangi
sebanyak 50 pasien dimana sampel untuk terapi AINS sebanyak 8 pasien.
+ 1
n = 188,08 dibulatkan 188
Jumlah sampel yang diambil minimal 200 pasien, maka 188 subjek uji tidak
sesuai. Apabila angka 188 digandakan maka jumlah subjek uji di atas jumlah
populasi. Maka jumlah seluruh sampel yang diambil pada RS Kota
Yogyakarta sebanyak 200 pasien dimana sampel untuk terapi AINS sebanyak
47 pasien.
Pada deskripsi terkait nilai LFG digunakan sampel berupa data tiap pasien.
Pada deskripsi terkait perlunya kesesuaian dosis AINS, perlakuan dalam terapi
obat AINS, serta jenis obat AINS yang tidak sesuai dosis menggunakan sampel
berupa data tiap kasus peresepan.
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
rekam medis pasien geriatri yang telah menjalani uji laboratorium terkait kreatinin
22
serum dan mengkonsumsi obat AINS di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta
selama tahun 2009.
E. Tata Cara Penelitian
1. Analisis situasi
Analisis situasi dengan melihat data laboratorium mengenai kreatinin
serum dan obat AINS yang digunakan oleh pasien geriatri yang dirawat di
rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009 yang diperoleh dari
instalasi laboratorium dan catatan medik rumah sakit pada bulan Januari 2009
hingga Desember 2009.
2. Pengambilan data
Data pasien yang diperoleh dari lembar rekam medis dipilih sesuai
dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh penulis. Tahap pengambilan
data dilakukan melalui beberapa proses:
a) Penelusuran data yang tersedia di instalasi laboratorium patologi klinik
terkait laporan mengenai data laboratorium (nilai kreatinin serum), nomor
rekam medis, dan umur pasien geriatri yang pernah dirawat di rumah sakit
bersangkutan.
b) Pengumpulan data, pada tahap ini dilakukan pencarian pasien geriatri yang
sesuai dengan definisi operasional di atas berdasarkan nomor rekam medis
yang didapat. Apabila terdapat data yang kurang jelas dan kurang lengkap,
peneliti melakukan tanya jawab dengan Apoteker yang berada di rumah
sakit terkait.
23
c) Pencatatan data, dilakukan dengan mencatat data pasien geriatri yang telah
melakukan pemeriksaan laboratorium terkait kreatinin serum serta telah
mendapatkan terapi AINS pada periode 2009 berdasarkan rekam medis.
Data yang dikumpulkan meliputi nomor rekam medis, umur, jenis
kelamin, suku bangsa, data laboratorium (nilai kreatinin serum), serta dosis
dan frekuensi penggunaan terapi AINS yang diberikan.
3. Pengolahan data
Data yang diperoleh akan dievaluasi menurut formula MDRD untuk
menentukan nilai LFG kemudian dilakukan evaluasi terkait kesesuaian dosis
obat AINS. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel, diagram
batang, dan atau diagram pie.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data kualitatif yang diperoleh dibahas dalam bentuk uraian dan secara
deskriptif dalam bentuk tabel dan atau gambar diagram. Adapun data pasien akan
dikelompokkan terlebih dahulu sebagai berikut ini:
1. Pengelompokan persentase nilai LFG pasien geriatri berdasarkan formula
MDRD dan menggunakan obat AINS tiap rumah sakit dan total sampel
dengan menghitung jumlah pasien geriatri pada setiap tahap Chronic Kidney
Disease (CKD) berdasarkan LFG dengan formula MDRD dibagi total kasus
dikali 100%.
2. Persentase nilai LFG pasien geriatri berdasarkan jenis kelamin menurut
formula MDRD yang menggunakan obat AINS tiap rumah sakit dan total
24
sampel dengan menghitung jumlah pasien geriatri tiap jenis kelamin dibagi
total kasus dikali 100%.
3. Persentase pasien geriatri yang perlu penyesuaian dosis dan yang tidak perlu
penyesuaian dosis berdasarkan LFG menurut formula MDRD serta telah
menerima terapi AINS tiap rumah sakit dan total sampel dengan menghitung
jumlah pasien geriatri yang perlu penyesuaian dosis dan yang tidak perlu
penyesuaian dosis dibagi total kasus menurut formula MDRD dikali 100%.
4. Persentase pasien geriatri yang menerima dosis obat AINS yang sesuai dan
yang tidak sesuai pada kelompok yang membutuhkan penyesuaian dosis di
tiap rumah sakit dan total sampel dengan menghitung jumlah pasien geriatri
yang memperoleh obat AINS dengan dosis yang sesuai dan yang tidak sesuai
dibagi total kasus dikali 100%.
5. Persentase tiap jenis obat AINS yang digunakan oleh pasien geriatri yang
telah mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD dalam dosis
yang tidak sesuai di tiap rumah sakit dan total sampel dengan menghitung
jumlah tiap jenis obat AINS yang tidak sesuai dibagi total kasus dikali 100%.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi penggunaan
obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS) pada pasien geriatri berdasarkan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) menurut formula Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD) di Rumah Sakit se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009. Pada
penelitian ini disertakan informasi mengenai profil pasien terkait nilai LFG di
empat rumah sakit di Kotamadya Yogyakarta.
Rumah sakit yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini adalah RS
Panti Rapih, RS Bethesda, RS Kota Yogyakarta, dan RS Lempuyangwangi. Pada
empat rumah sakit tersebut diambil 934 pasien yang berumur lebih dari 60 tahun
dan telah menjalani pemeriksaan kreatinin serum. Jumlah subjek penelitian yang
diambil sesuai dengan kriteria inklusi sebesar 348 pasien. Pada RS Panti Rapih
terdapat 123 pasien, RS Bethesda sebesar 170 pasien, RS Kota Yogyakarta
sebanyak 47 pasien, dan RS Bethesda Lempuyangwangi sebanyak 8 pasien. Tiap
pasien menyumbang 1 atau lebih kasus peresepan dengan jumlah seluruh kasus
peresepan sebanyak 478 kasus.
A. Profil Pasien Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus
Penurunan fungsi ginjal sering terjadi pada pasien geriatri. Terjadinya
penurunan fungsi ginjal seringkali tidak terdiagnosa karena screening yang tidak
adekuat. Pada penelitian ini akan digambarkan epidemiologi terjadinya penurunan
26
fungsi ginjal pada pasien geriatri yang ada di Kotamadya Yogyakarta terkait nilai
LFG-nya. Pada keempat rumah sakit dicatat data pasien terkait umur, kreatinin
serum, jenis kelamin, dan suku bangsa agar dapat dihitung nilai LFG menurut
formula MDRD.
Gambar 2. Persentase Nilai LFG Pasien Geriatri Berdasarkan Formula MDRD
yang Menggunakan Obat AINS se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009
Penelitian di wilayah Kotamadya Yogyakarta pada tahun 2009 seperti
terlihat pada gambar 2 menunjukkan bahwa sebagian besar (43%) dari sampel
memiliki nilai LFG pada rentang 60 – 89 ml/menit/1,73 m2 yaitu pada tahap II
dimana terjadi sedikit penurunan fungsi renal. Pada tahap III dengan penurunan
fungsi ginjal moderat terdapat 40% pasien. Besarnya persentase pasien di tahap
II merupakan keadaan fisiologis yang umum terjadi dan ditemui pada pasien
geriatri. Rockwood (2010) menyatakan bahwa pada populasi geriatri umumnya
terjadi penurunan struktur dan fungsi ginjal seiring dengan pertambahan usia
16%
43%19%
11%
7%4%
Nilai LFG Pasien Geriatri BerdasarkanFormula MDRD
se-Kotamadya YogyakartaTahap I Tahap II Tahap IIIa Tahap IIIb Tahap IV Tahap V
27
dimana pada usia 75 tahun ke atas 15-20% berat ginjal berkurang dibanding berat
ginjal saat berusia 25 tahun.
Hasil penelitian di Inggris pada bulan Februari sampai Mei 2005 dengan
jumlah sampel 94 pasien menunjukkan bahwa nilai LFG pada 4 pasien (4,3%)
berada dalam tahap I, 25 pasien (26,6%) pada tahap II, 54 pasien (57,4%) pada
tahap III (nilai LFG 30 – 59 ml/menit/1,73 m2
n (%)
), dan 11 pasien (11,7%) berada
dalam tahap IV. Hasil tersebut menggambarkan lebih dari 50% sampel telah
mengalami penurunan fungsi ginjal tahap moderat (Pather, 2009).
Tabel III. Persentase Nilai LFG Pasien Geriatri Berdasarkan Formula MDRD yang Menggunakan Obat AINS di Empat Sampel Rumah Sakit di Kotamadya
Yogyakarta Periode 2009 RS Panti
Rapih RS
Bethesda RS Kota
Yogyakarta RS Bethesda
Lempuyangwangi
Tahap I 20 (16,26%) 31 (18,24%) 6 (12,77%) 0 (0%) Tahap II 62 (50,41%) 61 (35,88%) 23 (48,94%) 3 (37,5%) Tahap IIIa 23 (18,70%) 30 (17,65%) 10 (21,28%) 3 (37,5%) Tahap IIIb 13 (10,57%) 20 (11,76%) 4 (8,51%) 0 (0%) Tahap IV 4 (3,25%) 16 (9,41%) 3 (6,38%) 2 (25%) Tahap V 1 (0,81%) 12 (7,06%) 1 (2,13%) 0 (0%) TOTAL 123 (100%) 170 (100%) 47 (100%) 8 (100%)
Hasil untuk tiap rumah sakit seperti terlihat pada tabel 3 juga
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien berada dalam tahap II kecuali pada RS
Bethesda Lempuyangwangi. Persentase pasien pada tahap II di RS Panti Rapih
sebesar 50,41%, di RS Bethesda sebesar 35,88%, di RS Kota Yogyakarta sebesar
48,94%. Persentase pasien di RS Bethesda Lempuyangwangi pada tahap II dan
IIIa memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 37,5%.
28
Gambar 3. Persentase Nilai LFG Pada Pasien Geriatri se-Kotamadya Yogyakarta yang Memperoleh Obat AINS Pada Tahun 2009 Terkait Jenis Kelamin
Pada gambar 3 terlihat bahwa jenis kelamin pria memiliki nilai persentase
yang lebih tinggi daripada wanita di tahap I, II, IIIa, IIIb dan IV. Hal ini dapat
dikaitkan dengan perbedaan massa otot antara pria dan wanita. Woodhouse,
Batten, Hendrick, and Malek (2006) menyatakan bahwa wanita memiliki massa
otot yang lebih sedikit daripada pria sehingga nilai normal LFG pada wanita akan
lebih rendah.
Menurut Sweileh (2008) pada wanita dikatakan memillliki nilai LFG
rendah jika LFG < 59,25 ml/menit/1,73 m2 sedangkan pada pria bila LFG < 64,25
ml/menit/1,73 m2
Pada penelitian Rothberg et al. (2008) memperlihatkan bahwa nilai LFG <
60 ml/menit/1,73 m
. Hasil penelitiannya menunjukkan 26,5% wanita dan 31,4% pria
tergolong memiliki nilai LFG rendah.
2, > 60 ml/menit/1,73 m2, maupun < 30 ml/menit/1,73 m2 pada
pria memiliki nilai persentase yang lebih kecil bila dibandingkan dengan wanita.
Tahap I Tahap II Tahap IIIa Tahap IIIb Tahap IV Tahap V
68
56 56 54 56
4332
44 44 46 44
57
Persentase Nilai LFG Terkait Jenis Kelamin
pria wanita
29
Pada > 60 ml/menit/1,73 m2 terdapat 38% pria dan 62% wanita, LFG < 60
ml/menit/1,73 m2 terdapat 37% pria dan 63% wanita, dan pada LFG < 30
ml/menit/1,73 m2
B. Penyesuaian Obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS)
terdapat 33% pria dan 67% wanita.
Obat AINS merupakan salah satu obat yang banyak digunakan oleh pasien
geriatri dalam terapi osteoarthritis, analgesik, dan atau gangguan mukoskeletal
(Marcum, 2010). Salah satu efek samping obat AINS terkait dengan terjadinya
penurunan fungsi ginjal. Hal ini terjadi karena obat AINS memiliki mekanisme
terapeutik dengan menghambat pelepasan prostaglandin (PG). Prostaglandin
merupakan salah satu senyawa yang berperan dalam fungsi regulasi ginjal.
Penghambatan pelepasan PG akan menimbulkan vasokonstriksi renal dan
menurunkan aliran darah renal sehingga dapat terjadi ganguaan hemodinamika
ginjal yang akhirnya akan menyebabkan penurunan fungsi ginjal (Siegel, 2007).
Gambar 4. Peran Prostaglandin Pada Ginjal
(Weir, 2008)
30
Laju filtrasi glomerulus dipengaruhi oleh tekanan arteriole aferen dan
eferen, tekanan tersebut dipengaruhi oleh aliran darah (Shirley, Capasso, and
Unwin, 2010). Apabila terjadi vasokonstriksi karena penghambatan prostaglandin
oleh obat AINS maka aliran darah menuju ginjal akan terganggu sehingga tekanan
arteriole akan mengecil dan menyebabkan nilai LFG kecil. Obat AINS juga dapat
meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga menimbulkan terjadinya interstitial
nefritis yang ditandai dengan proteinuria. Kedua alasan tersebut menjelaskan
perlunya penyesuaian dosis obat AINS terutama pada pasien dengan penurunan
fungsi ginjal.
Penelitian Duru, Vargas, Kermah, Nissenson, and Norris (2007) di
Amerika pada tahun 1999-2000, 2001-2002, dan 2003-2004 menggambarkan
bahwa 55% pasien yang menggunakan obat AINS menderita penyakit ginjal
kronis dengan 17,6% pasien berada pada tahap I dan II, 35% pada tahap III, 2,2%
pada tahap IV dan V.
Pengelompokan persentase pasien yang memerlukan penyesuaian dosis
atau tidak berdasarkan pada nilai LFG pasien dimana bila nilai LFG < 60
ml/menit/1,73 m2 maka akan digolongkan dalam kelompok pasien yang
memerlukan penyesuaian dosis obat AINS dan sebaliknya. Menurut Sandler,
Burr, and Weinberg (2007) terdapat hubungan antara nilai LFG < 60
ml/menit/1,73 m2 (teridentifikasi penyakit ginjal kronis) dengan penggunaan obat
AINS jangka panjang dengan adjusted odd ratio 2,1; 95% Cl, 1,1 sampai 4,1.
31
Gambar 5. Persentase Peresepan Pasien Geriatri yang Memerlukan Penyesuaian Dosis dengan Penggunaan Obat AINS di Empat Sampel Rumah Sakit di
Kotamadya Yogyakarta Periode 2009 Pada gambar 5 terlihat persentase pasien yang memerlukan penyesuaian
dosis obat AINS lebih besar daripada persentase pasien yang tidak memerlukan
penyesuaian dosis hanya terjadi di RS Bethesda Lempuyangwangi, sedangkan
pada 3 rumah sakit lainnya dan se-Kotamadya secara keseluruhan terjadi hal
sebaliknya. Presentase pasien yang memerlukan penyesuaian dosis pada RS Panti
Rapih sebanyak 34,46%, RS Bethesda sebanyak 44,54%, RS Kota Yogyakarta
sebesar 38,46%, dan RS Bethesda Lempuyangwangi sebesar 72,73%.
Hasil pada total sampel se-Kotamadya Yogyakarta seperti pada gambar 6
menunjukkan sebesar 59% tidak memerlukan penyesuaian dosis obat AINS. Hal
ini terkait dengan perhitungan nilai LFG subjek uji. Sebagian besar subjek uji
(43%) memiliki nilai LFG dalam rentang 60 - 89 ml/menit/1,73 m2 dimana pada
kelompok pasien tersebut tidak membutuhkan penyesuaian dosis obat AINS.
65.5455.46 61.54
27.2734.46
44.54 38.46
72.73
Persentase Pasien yang Memerlukan Penyesuaian Dosis
tidak perlu penyesuaian perlu penyesuaian
32
Gambar 6. Persentase Peresepan Pasien Geriatri yang Memerlukan Penyesuaian Dosis dengan Penggunaan Obat AINS se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009
Pada penelitian Dijk, Drabbe, Kruijt, and Smet (2006) menggambarkan
411 resep dari 1718 peresepan (23,9%) membutuhkan penyesuaian dosis
berdasarkan kondisi ginjal pasien dengan nilai LFG < 51 ml.menit/1,73 m2
C. Perlakuan dalam Terapi Obat AINS
. Hasil
penelitian Schulz, et al. (2009) menyebutkan bahwa sebanyak 52% pasien dari
total sampel 221 pasien geriatri yang teridentifikasi telah mengalami penurunan
LFG perlu menyesuaikan dosis obat yang dikonsumsinya.
Obat AINS pada kelompok pasien yang memerlukan penyesuaian dosis
hendaknya dosisnya disesuaikan dengan nilai LFG masing-masing pasien. Hal ini
didukung dengan data penelitian yang menyebutkan bahwa penggunaan obat
AINS dapat meningkatkan risiko penurunan fungsi ginjal yang signifikan, dimana
dalam penelitian disebutkan 0,47% sampel pasien yang rata-rata berumur 78
59%
41%
Persentase Pasien yang Memerlukan Penyesuaian Dosis
se-Kotamadya Yogyakartatidak perlu penyesuaian perlu penyesuaian
33
tahun (870 pasien dari 183.446 pasien) terindikasi mengalami gagal ginjal akut
(Winkelmayer, Waikar, Mogun, and Salomon, 2008). Penelitian Kuo, Tsai, Tiao,
Liu, Lee, and Yang (2010) juga memaparkan bahwa pasien dengan nilai LFG
pada tahap CKD III, IV, dan V mempunyai risiko peningkatan menjadi penyakit
ginjal tahap akhir dengan multivariable-adjusted odd ratio sebesar 1,56, 95%Cl
(1,32–1,85).
Penelitian Dijk, Drabbe, Kruijt, and Smet (2006) menggambarkan 242
resep (58,9%) mengalami penyesuaian dosis dan sebanyak 169 resep (41,1%)
tidak dilakukan penyesuaian dosis. Risiko dosis yang tidak disesuaikan secara
signifikan berkorelasi dengan ClCr < 35 ml/menit/1,73 m2
Gambar 7. Persentase Perlakuan Peresepan Terapi Obat AINS Pada Pasien Geriatri se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009
(p<0,05).
Pada RS Panti Rapih dan RS Bethesda terdapat 3 macam obat AINS yang
tidak dapat dianalisis kesesuaian dosisnya karena tidak adanya pustaka terkait
sesuai48%
tidak sesuai30%
tidak dapat dianalisis
22%
Perlakuan Terapi Obat AINS se-Kotamadya Yogyakarta
34
penyesuaian dosis obat dengan penurunan fungsi ginjal. Obat yang tidak dapat
dianalisis yaitu Metamizole, Tinoridine HCl, dan Kaltrofen.
Pemberian obat AINS yang tidak sesuai dosis menurut Drug Information
Handbook (DIH) pada pasien geriatri di Kotamadya Yogyakarta sebesar 30%.
Nilai tersebut lebih kecil dibanding persentase resep yang telah disesuaikan
dosisnya yaitu sebesar 48%.
Tabel IV. Persentase Perlakuan Peresepan Terapi Obat AINS Pada Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit di Yogyakarta Periode 2009
n (%) RS Panti Rapih
RS Bethesda
RS Kota Yogyakarta
RS Bethesda Lempuyangwangi
Sesuai 28 (45,90%) 50 (47,17%) 11 (55,00%) 5 (62,50%) Tidak sesuai 13 (21,31%) 34 (32,08%) 9 (45,00%) 3 (37,50%) Tidak dapat dianalisis
20 (32,79%) 22 (20,75%) 0 (0%) 0 (0%)
TOTAL 61 (100%) 106 (100%) 20 (100%) 8 (100%) Persentase pemberian obat AINS yang sesuai menurut DIH di RS Panti
Rapih sebesar 45,90%, RS Bethesda sebesar 47,17 %, RS Kota Yogyakarta
sebesar 55,00%, dan RS Bethesda Lempuyangwangi sebesar 62,50%. Persentase
peresepan obat AINS yang telah disesuaikan dosisnya lebih besar daripada yang
tidak disesuaikan pada keempat rumah sakit.
Penelitian di Kanada pada tahun 2003 yang diambil pada 2 waktu
penelitian yang berbeda menunjukkan adanya hubungan linear antara pemakaian
obat AINS dengan penurunan fungsi ginjal yang progresif, sebesar 26% pengguna
obat AINS dosis tinggi ataupun penggunaan kumulatif mengalami peningkatan
risiko terjadinya penyakit ginjal kronis dengan odd ratio (OR) sebesar 1,26; taraf
kepercayaan 95%; 1,04-1,53. Tidak terdapat perbedaan efek antara obat AINS
selektif dan non selektif (Gooch, et al., 2007).
35
Pada penelitian ini hanya dapat menggambarkan apakah obat AINS telah
diberikan dalam dosis yang sesuai dengan kondisi ginjal pasien, tetapi tidak dapat
diamati apakah penggunaan obat AINS dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit ginjal kronis yang progresif. Hal ini dikarenakan tidak adanya
pengamatan data lebih lanjut terkait kondisi pasien setelah penggunaan AINS
seperti yang dilakukan oleh Gooch et al. (2007).
D. Jenis Obat AINS yang Tidak Sesuai Dosis
Obat AINS terdiri dari berbagai macam golongan yaitu golongan asam
asetat (diklofenak dan ketorolac), fenamat (asam mefenamat dan meclofenamat),
oxicam (meloxicam dan peroxicam), asam propionate (ibuprofen dan ketoprofen),
salisilat (diflunisal), dan selektif inhibitor COX-2 (celecoxib dan refecoxib)
(Anderson, Knoben, and Troutman, 2004). Penelitian ini ingin menggambarkan
berapa persentase tiap macam obat AINS yang diberikan dalam dosis tidak sesuai
di empat sampel rumah sakit dan se-Kotamadya Yogyakarta.
Gambar 8. Persentase Tiap Jenis Obat AINS yang Tidak Sesuai Dosis Pada Peresepan Pasien Geriatri se-Kotamadya Yogyakarta Periode 2009
32%
46%
5%15%
2%
Jenis Obat AINS yangTidak Sesuai Dosis
asam mefenamat ketorolac ketoprofen meloxicam diklofenak
36
Terdapat 5 macam obat AINS di Kotamadya Yogyakarta yang diberikan
dalam dosis yang tidak sesuai dengan kondisi ginjal pasien, yaitu Asam
mefenamat, Ketorolac, Ketoprofen, Meloxicam, dan Diklofenak. Ketorolac
merupakan obat AINS yang paling banyak tidak disesuaikan (46%) dalam
peresepan di wilayah Kotamadya Yogyakarta pada tahun 2009.
Tabel V. Persentase Tiap Jenis Obat AINS yang Tidak Sesuai Dosis Pada Peresepan Pasien Geriatri di Empat Sampel Rumah Sakit Yogyakarta Periode
2009 n (%) RS Panti
Rapih RS Bethesda RS Kota
Yogyakarta RS Bethesda
Lempuyangwangi Asam mefenamat
9 (69,23%) 4 (11,76%) 5 (55,56%) 1 (33,33%)
Ketorolac 2 (15,38%) 21 (61,76%) 3 (33,33%) 1 (33,33%) Ketoprofen 2 (15,38%) 0 (0%) 1 (11,11%) 0 (0%) Meloxicam 0 (0%) 9 (26,47%) 0 (0%) 0 (0%) Diklofenak 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (33,33%) TOTAL 13 (100%) 34 (100%) 9 (100%) 3 (100%)
Rumah Sakit Panti Rapih memiliki presentase terbesar dalam
ketidaksesuaian dosis Asam Mefenamat, RS Bethesda memiliki presentase
terbesar dalam ketidaksesuaian dosis Ketorolac, RS Kota Yogyakarta memiliki
presentase terbesar dalam ketidaksesuaian dosis Asam Mefenamat, sedangkan RS
Bethesda Lempuyangwangi memiliki presentase terbesar dalam ketidaksesuaian
dosis Asam Mefenamat, Ketorolac, dan Diklofenak. Besar persentase
ketidaksesuaian dosis tiap obat AINS berbeda pada tiap rumah sakit. Hal ini
terkait pola peresepan yang diterapkan dalam praktek pelayanan kesehatan di tiap
rumah sakit, tipe penyakit yang sering ditangani, serta tipe rumah sakit.
Pada hasil penelitian yang diperoleh terdapat 59 kasus peresepan yang
perlu adanya penyesuaian regimen dosis dimana hal ini terkait dengan dosis
37
maksimum yang dianjurkan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal. Evaluasi
kasus peresepan yang memerlukan penyesuaian regimen dosis adalah sebagai
berikut:
Tabel VI. Penyesuaian Regimen Dosis Pemberian Obat AINS di Empat Sampel Rumah Sakit di Kotamadya Yogyakarta Periode 2009
Nama Generik Pasien dengan nilai
LFG
Dosis Frekuensi Anjuran*
Asam mefenamat 46 500 mg 3x1 Tidak diberikan 52 500 mg 3x1 Tidak diberikan 29 500 mg 1x1 Tidak diberikan 46 500 mg 3x1 Tidak diberikan 49 500 mg 3x1 Tidak diberikan 14 500 mg 1x1 Tidak diberikan 32 500 mg 1x1 Tidak diberikan 47 500 mg 3x1 Tidak diberikan 57 500 mg 3x1 Tidak diberikan 24 500 mg 3x1 Tidak diberikan 37 500 mg 3x1 Tidak diberikan 27 500 mg 2x1 Tidak diberikan 57 500 mg 3x1 Tidak diberikan 57 500 mg 2x1 Tidak diberikan 57 500 mg 2x1 Tidak diberikan 53 500 mg 2x1 Tidak diberikan 47 500 mg 2x1 Tidak diberikan 33 500 mg 3x1 Tidak diberikan 45 500 mg 3x1 Tidak diberikan Ketorolac 13 30 mg 2x1 Tidak diberikan 11 30 mg 1x1 Tidak diberikan 13 30 mg 2x1 Tidak diberikan 12 30 mg 1x1 Tidak diberikan 13 30 mg 2x1 Tidak diberikan 11 30 mg 1x1 Tidak diberikan 13 30 mg 2x1 Tidak diberikan 12 30 mg 1x1 Tidak diberikan 39 30 mg 3x1 2x1 24 30 mg 2x1 Tidak diberikan 23 30 mg 2x1 Tidak diberikan 28 30 mg 3x1 Tidak diberikan 31 30 mg 3x1 2x1 19 30 mg 2x1 Tidak diberikan 25 30 mg 1x1 Tidak diberikan 25 30 mg 2x1 Tidak diberikan
38
Tabel VI. Lanjutan
Nama Generik Pasien dengan nilai
LFG
Dosis Frekuensi Anjuran*
Ketorolac 26 30 mg 2x1 Tidak diberikan 20 30 mg 2x1 Tidak diberikan 21 30 mg 2x1 Tidak diberikan 16 30 mg 1x1 Tidak diberikan 16 30 mg 1x1 Tidak diberikan 40 30 mg 3x1 2x1 19 30 mg 2x1 Tidak diberikan 27 30 mg 1x1 Tidak diberikan 18 30 mg 1x1 Tidak diberikan 18 30 mg 1x1 Tidak diberikan 21 30 mg 2x1 Tidak diberikan Meloxicam 10 15 mg 1x1 Tidak diberikan 10 15 mg 1x1 Tidak diberikan 10 15 mg 1x1 Tidak diberikan 10 15 mg 1x1 Tidak diberikan 24 15 mg 1x1 Tidak diberikan 21 15 mg 2x1/2 Tidak diberikan 16 15 mg 1x1 Tidak diberikan 19 15 mg 1x1 Tidak diberikan 27 15 mg 1x1 Tidak diberikan Ketoprofen 59 100 mg 1x1 Pemberian dosis 50
mg 51 100 mg 3x1 Pemberian dosis 50
mg 34 100 mg 3x1 Pemberian dosis 50
mg Kalium diklofenak
21 25 mg 3x1 Tidak diberikan
Keterangan:
LFG = Laju Filtrasi Glomerulus
* Penyesuaian regimen dosis menurut Drug Information Handbook
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Profil nilai LFG pasien geriatri yang menggunakan obat AINS berdasarkan
formula MDRD di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009 yaitu
16% berada dalam tahap I, 43% pada tahap II, 19% di tahap IIIa, 11% pada
tahap IIIb, 7% dalam tahap IV, dan 4% di tahap V.
2. Persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami penurunan
LFG berdasarkan formula MDRD serta memerlukan penyesuaian dosis dalam
pengobatan AINS di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009
sebesar 41%.
3. Persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami penurunan
LFG berdasarkan formula MDRD serta mendapatkan pengobatan AINS yang
tidak sesuai di rumah sakit se-Kotamadya Yogyakarta periode 2009 sebesar
30%.
B. Saran
1. Penelitian selanjutnya hendaknya bersifat prospektif ataupun cohort
retrospektif agar dapat melihat efek antara pemakaian obat AINS jangka
panjang dengan terjadinya penyakit ginjal kronik.
40
Persentase terbesar nilai LFG pasien geriatri berada pada tahap II dimana terjadi
sedikit penurunan fungsi ginjal sehingga perlu adanya monitoring terkait
peresepan obat AINS agar tidak memperparah kondisi penurunan fungsi ginjal
pasien.
41
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P. O., Knoben, J. E., and Troutman, W. G., 2004, Handbook of Clinical
Drug Data, 4th
Cohen, H. J., 2005, American Geriatric Society,
ed., McGraw-Hill, New York, pp. 26-29. Auckermann, U., 2002, Pretty Darned Quick Physiology, BC Decker Inc, Ontario,
pp. 241-247. Bhopal, S., Chan, J., Ellis, O., Graham, S., Halpin, S., Lawrence, T., Laws, J., and
Howes, A., 2010, Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs Prescribing in Chronic Kidney Disease: An Observational Study, Primary Health Care Research and Development Cambridge Journal, 11(3), 280-284.
http://www.healthinaging.org/agingintheknow/chapters_ch_trial.asp?ch=54#top, diakses tanggal 13 November 2010.
Darmojo, B., 1999, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, pp. 71-76. David, C. D., 2010, Aging Changes in Organs-tissue-cell,
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/004012.htm, diakses tanggal 22 Oktober 2010.
DeMaria, A. N., 2010, NSAIDs, Coxibs, and Cardio-Renal Physiology,
http://www.medscape.org/viewarticle/422939_3, diakses tanggal 20 Desember 2010.
Dijk, E. A., Drabbe, N. R., Kruijt, M., and Smet, P., 2006, Drug Dosage
Adjustment According to Renal Function at Hospital Discharge, The Annals of Pharmacotherapy, 40 (7), 1254-1260.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., and Posey,
L. M., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, 7th edition, McGrawHill, New York, pp. 729.
Duru, O. K., Vargas, R. B., Kermah, D., Nissenson, A. R., and Norris, K. C., High
Prevalence of Stage 3 Chronic Kidney Disease in Older Adults Despite Normal Serum Creatinine, J Gen Intern Med, 24(1), 86-92.
Feest, T., 2007, Epidemiology And Causes Of Chronic Renal Disease, Medicine
Publishing, 35(8), 438-441.
42
Golik, 2008, Comparison of Dosing Recommendations for Antimicrobial Drugs based on Two Methods for Assessing Kidney Function : Cockcroft-gault and Modification of Diet in Renal Disease, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/18752383.htm, diakses tanggal 22 Februari 2010.
Gooch, K., Culleton, B. F., Manns, B. J., Zhang, J., Alfonso, H., and Tonelli, M.,
dkk., 2007, NSAID Use and Progression of Chronic Kidney Disease, The American Journal of Medicine, 120, 280.e1-280,e7.
Hilde, L. E., Johan, F. F., Andre, D. S., Philippe, G. J., and Gert, A. V., 2008,
Exposure Of The Elderly To Potential Nephrotoxic Drug Combination In Belgium, Pharmacoepidemiology and Drug Safety, 17(10), 1014-1019.
Horl, W. H., 2010, Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs and The Kidney,
Pharmaceuticals ISSN 1424-8247, 3, 2291-2321. Jogiyanto, 2008, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, Penerbit Andi,
Yogyakarta, pp. 89-90. Johnson, D. W., 2005, Automated Reporting of LFG, Australian Family
Psysician, 34(11), 926. Katzung, B. G., 2004, Basic and Clinical Pharmacology, 9th
Knott, L., 2010, Asssesing Renal Function,
ed., Mc Graw-Hill, U.S., pp. 553, 1007, 1012.
Kimble, M. A. K., Young, L. Y., Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Guglielmo, B.
J., Kradjan, W. A., and William, B. R., 2008, Applied Therapeutics The Clinican Use of Drugs, Ninth Edition, Lippincott William & Wilkins, Philadelphia, 99-1 – 99-4.
http://www.patient.co.uk/
doctor/Assessing-Renal-Function.htm, diakses tanggal 10 Maret 2010. Kuo, H., Tsai, S., Tiao, M., Liu, Y., Lee, I., and Yang, C., 2010, Analgesic Use
and The Risk for Progression of Chronic Kidney Disease, Pharmacoepidemiology and Drug Safety, 19(7), 745-751.
Lacy, C. F., Amstrong, L. L., Goldman, M. P., and Lance, L. L., 2008, Drug
Information Handbook, 17th ed., Lexi-Comp, U.S., pp. 149, 200, 453, 978, 1089.
43
Lee, A., Adverse Drug Reaction, 2nd
McCellan, W., and Young, B., 2009, National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse,
ed., Pharmaceutical Press, Chicago, pp. 221-222,
Levin, M. L., 1988, Patterns of Tubulo-Interstitial Damage Associated With Non
Steroidal Antiinflammatory Drugs, Seminars in Nephrology, 8(1), 55-61. Markum, Z. A., and Hanlon, J., 2010, Recognizing The Risk of Chronic
Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug Use in Older Adults, Annals of Long Term Care, 18 (9), 24-27.
http://kidney.niddk.nih.gov/Kudiseases/ pubs/yourkidney/, diakses tanggal 11 November 2010.
Nasutlon, A. R., 1992, Efek Samping Obat Antiinflamasi Non Steroid, Cermin
Dunia Kedokteran, 78, 36-39. National Kidney Foundation, 2009, Calculating Kidney Function,
http://www.kidney.org.uk/Medical-Info/kidney-basics/calc-kidney-fn.html, diakses tanggal 10 Januari 2011.
Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,
pp. 145-146. Olyaei, A. J. and Bennett, W. M., 2009, Drug Dosing and Renal Toxicity in the
Elderly Patient, American Society of Nephrology, Chapter 9, 1-3. Patel, P., 2009, Glomerular Filtration Rate, http://www.nlm.nih.gov/
medlineplus/ency/article/007305.htm, diakses tanggal 20 Desember 2010.
Pather, M., 2009, The Prevalence of Renal Impairment in The Elderly
Hospitalized Population, International Journal of General Medicine, 2009:2, 117-119.
Rockwood, K., 2010, Aging Kidney, Medicine Encyclopedia,
http://medicine.jrank.org/pages/947/Kidney-Aging.html, diakses tanggal 11 November 2010.
Rothberg, M. B., Kehoe, E. D., Courtemanche, A. L., Kenosi, T., Pekow, P. S.,
Brennan, M. J., Mulhem, J. G., and Braden, G. L., 2008, Recognition and Management of Chronic Kidney Disease in An Elderly Ambulatory Population, J Gen Intern Med, 23 (8), 1125-1130.
44
Rossi, 2006, Australian Medicine Handbook, Australian Medicine Handbook, Adelaide, pp. 261.
Rossini, B., Mallie, J., Couchoud, C., Schuck, O., Fauvel, J., Wetzels, J., Lee, N.,
Santo, N. G., and Cirillo, M., 2009, Estimating Glomerular Filtration Rate: Cockcroft-Gault and Modification of Diet in Renal Disease Formulas Compared to Renal Inulin Clearance, Clin J Am Soc Nephrol, 899.
Sandler, D. P., Buur, F. R., and Weinberg, C. R., 2007, Non Steroidal anti
Inflammatory Drugs and The Risk of Chronic Renal Disease, Ann Intern Med, 115(3), 155-165.
Santoso, A., 2008, Obat Anti-Inflamasi Anti-Steroid, http://www.otsuka.co.id/
?content=article_detail&id=62&lang=id, diakses tanggal 1 Maret 2010. Schulz, R. J., Kurtal, H., Schwenger, V., Azzaro, M., Abdollahnia, N., and
Thiessen, E. S., 2009, Clinical Value of Automatic Reporting of Estimated Glomerular Filtration Rate in Geriatrics, Gerontology, 53, 288-295.
Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 121-
126. Setiawan, N., 2007, Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel
Krejcie-Morgan:Telaah Konsep dan Aplikasinya, Skripsi, 6, universitas Padjadjaran, Bandung.
Shargel, L., 2005, Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 4th
Shirley, D., Capasso, G., and Unwin, R., 2010,
ed., McGraw-Hill, New York, pp. 531-532.
Acute Renal Failure in Practice,
World Scientific Publishing Co., London, pp. 3-9. Siegel, R. S., 2007, NSAIDs-InducedAcute Hepatic and Renal Disease,
http://www.med.ucla.edu/modules/wfsection/article.php?articleid=288, diakses tanggal 1 April 2010.
Verhave, 2005, Estimation of Renal Function in Subjects with Normal Serum
Creatinin Levels: Influence of Age and Body Mass Index, http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16112041.htm, diakses tanggal 22 Februari 2010.
Walker, R., and Edwards, C., 2003, Clinical Pharmacy and Therapeutics, 3rd ed.,
Churchill Livingstone, Philadhelphia, pp. 65.
45
Weir, M. R., 2008, Renal Effects of Nonselective NSAIDs and Coxibs, Cleveland Clinic Journal of Medicine, 69(1), 53-58.
Wibowo, 2005, Anatomi Tubuh Manusia, Gramedia, Jakarta, pp. 98. Winkelmayer, W. C., Waikar, S. S., Mogun, H., and Salomon, D. H., 2008,
Nonselective and Cyclooxygenase-2-Selective NSAIDs and Acute Kidney Injury, Am J Med., 121 (12):1092-8.
Woodhouse, S., Batten, W., Hendrick, H., and Malek, P. A., 2006, The
Glomerular Filtration Rate: An Important Test for Diagnosis, Staging, and Treatment of Chronic Kidney Disease, LabMedicine, 37(4), 244-246.
46
Lampiran 1. Daftar Penyesuaian Dosis Obat Antiinflamasi Non Steroid Menurut Drug Information Handbook 2006
Ketorolac Kontraindikasi pada pasien dengan advanced renal impairment (<30 ml/min/1.73 m2). Pasien dengan kenaikan SrCr sedang (30-59 ml/min/1.73 m2) menggunakan setengah dosis anjuran. Dosis normal p.o = tdk lbih dari 40 mg, i.v max 120 mg
Ketoprofen • Mild impairment (ClCr 30-59 ml/min/1.73 m2
• Severe impairment (ClCr < 25 ml/min/1.73 m) dengan dosis maksimal 150 mg/hr 2
• Advanced impairment (ClCr <15 ml/min/1.73 m) dengan dosis maksimal 100 mg/hr
2) pemakaian tidak direkomendasikan Asam mefenamat
Tidak direkomendasikan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal (ClCr < 60 ml/min/1.73 m2)
Meloxicam • Mild – moderate impairment (ClCr 30-59 ml/min/1.73 m2
• Significant impairment (ClCr 15-29 ml/min/1.73 m) tidak ada dosis penyesuaian spesifik
2 atau ClCr < 15 ml/min/1.73 m2
Diklofenak
) harus hindari penggunaan
Tidak direkomendasikan untuk advance impairment (ClCr <30 ml/min/1.73 m2) dan signifikan impairment (ClCr 15-29 ml/min/1.73 m2)
Celecoxib Tidak direkomendasikan untuk severe renal impairment (ClCr 15-29 ml/min/1.73 m2)
47
Lampiran 2. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Panti Rapih
No.RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
64.29.76 63 2,61 P 20 Nonflamin 50mg 3 x 1 √ 62.37.67 63 1,48 P 38 Remopain Inj 30 mg 1amp √ S
Nonflamin 50mg 3 x 1 √ Analsik 500mg 3 x 1 √
35.62.08 64 0,71 P 88 Farmadol Inj. 100mg 3 x 1amp Novalgin 1gr 1amp
38.99.76 65 0,79 P 78 Mefinal 500mg 3 x 1 36.72.54 71 1,23 L 62 Analsik 500mg 1tab 39.17.70 79 1,02 L 75 Mobiflex 15mg 1 x 1 37.26.28 82 0,69 P 87 Remopain 30mg 2 x 1 35.76.21 93 0,8 L 96 Nonflamin 50mg 3 x 1 37.42.05 62 0,45 L 202 Mobiflex 15mg 1 x 1 53.46.00 65 0,67 P 94 Tramadol 100mg 2 x 1
Tramadol Inj 100mg 2 x 1amp 03.25.61 93 1,17 P 46 Asam
Mefenamat 500mg 3 x 1 √ TS Tidak
direkomendasikan Ketorolac 30mg 2 x 1amp √ S
07.55.90 72 1,64 L 44 Meloxicam 7.5mg 2 x 1/2 √ S Analsik 500mg 3 x 1 √
06.35.86 64 0,87 L 94 Nulox 1 x 1
48
No.RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
07.43.93 66 1,8 P 30 Novalgin 500mg 3 x 1 √ 07.43.93 70 1,42 L 52 Mefinal 500mg 3 x 1 √ TS Tidak
direkomendasikan Toradol 30mg 2 x 1 √ S
07.43.93 66 1,2 L 64 Mefinal 500mg 3 x 1 06.86.21 74 0,91 P 64 Celebrex 100mg 1 x 1
Analsik 500mg 3 x 1 11.51.79 66 0,98 L 81 Voltaren 100mg 1 x 1 46.04.88 76 0,83 P 71 Remopain Inj 30mg 2 x 1 48.89.09 61 0,82 P 75 Mefinal 500mg 3 x 1 47.23.68 60 0,7 L 122 Analsik 500mg 3 x 1 56.80.62 62 0,7 P 90 Novalgin inj 1gr 3 x 1amp 59.52.09 74 1,05 P 54 Ketorolac inj 30mg 2 x 1amp √ S 59.25.68 71 1,03 L 76 Ketorolac inj 30mg 2 x 1amp
Pronalges inj 100mg 1amp 58.58.33 82 0,8 L 98 Novalgin inj 1gr 1amp 60.54.97 69 0,94 L 85 Mefinal 500mg 3 x 1 46.00.95 65 0,53 P 123 Novalgin 1gr 1amp 48.24.86 71 1,72 P 31 Remopain 30mg 2 x 1 √ S 48.24.86 71 1,72 P 31 Remopain 30mg 3 x 1 √ TS 2X1
Ketese 50mg 2 x 1amp √ 43.61.56 71 1,21 L 63 Pronalges inj 50mg 1amp
Meloxicam 15mg 2 x 1
49
No.RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
Profenid supp 100mg 1 tube Moxam supp 100mg 1 tube
43.61.56 71 1,33 L 56 Celebrex 100mg 2 x 1 √ S Ketese 50mg 1amp √ Ketese 50mg 2 x 1amp √
47.04.43 75 0,99 L 78 Asam Mefenamat
500mg 3 x 1
43.36.33 75 1,18 P 47 Mobiflex 15mg 2 x 1/2 √ S 40.14.00 85 1,21 P 45 Meloxicam 15mg 1 x 1 √ S
Cataflam 50mg 3 x 1 √ S 23.01.47 81 0,96 P 59 Mobiflex 15mg 1 x 1 √ S 22.73.55 76 1,15 L 66 Dynastat 40mg 2 x 1 34.85.81 73 1,11 L 69 Novalgin 1gr 1amp 30.58.56 67 1,3 L 59 Profenid supp 100mg 1 tube √ S 34.42.87 75 0,9 P 65 Novalgin 1gr 3 x 1amp
Antalgin 500mg 3 x 1 33.62.35 62 1 P 60 Piroxicam 20mg 2 x 1 35.45.88 75 1,43 L 51 Profenid supp 100mg 3 x 1 √ TS maksimal
150mg/hari Pronalges 50mg 2 x 1 √ S
30.70.96 71 1,2 L 63 Sistenol 500mg 3 x 1 23.42.36 100 0,73 P 78 Remopain 30mg 1 x 1
Kettese 50mg 2 x 1
50
No.RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
Novalgin 1gr 1amp Pronalges 100mg 1 x 1
27.00.90 75 1,07 L 72 Celebrex 100mg 1 x 1 44.20.95 67 0,81 L 101 Pronalges 100mg 2 x 1 41.13.96 74 2,37 L 29 Mefinal 500mg 1tab √ TS Tidak
direkomendasikan 35.27.51 60 1,03 P 58 Novalgin 1gr 1amp √ 37.71.17 108 1,46 L 46 Mefinal 500mg 3 x 1 √ TS Tidak
direkomendasikan 38.65.23 66 0,7 P 89 Celebrex 100mg 2 x 1
Nonflamin 50mg 3 x 1 Pronalges 100mg 2 x 1 Kettese 50mg 2 x 1
38.81.50 78 0,99 P 58 Novalgin 1gr 1amp √ Voltaren 100mg 1amp √ S Pronalges 100mg 0.0.1 √ S
44.81.90 77 1,14 P 49 Mefinal 500mg 3 x 1 √ TS Tidak direkomendasikan
15.43.69 66 0,72 P 86 Cethalgin 500mg 3 x 1 18.76.86 82 1,15 L 65 Meloxicam 15mg 1 x 1 11.68.86 84 1,39 L 52 Celebrex 100mg 2 x 1 √ S 06.86.21 74 0,91 P 64 Celebrex 100mg 1 x 1
Analsik 500mg 3 x 1 07.60.84 72 1,56 L 47 Pronalges 50mg 1amp √ S
51
No.RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
Novalgin 1gr 1amp √ 16.78.99 82 4,44 L 14 Asam
mefenamat 500mg 1tab √ TS Tidak
direkomendasikan 13.65.07 65 1,44 L 52 Nonflamin 50mg 1tab √ 17.21.43 72 0,88 P 67 Novalgin 1gr 1amp 18.76.86 82 1,15 L 65 Meloxicam 15mg 1 x 1 21.47.90 86 0,82 P 70 Ketopain inj 30mg 2 x 1 51.39.83 67 0,72 L 116 Pronalges 50mg 1amp 55.81.71 71 1,13 L 68 Kettese 25mg 2 x 1 54.53.34 66 1,1 L 71 Pronalges 50mg 3 x 1amp
Voltaren 100mg 1 x 1 64.07.36 68 0,7 P 88 Remopain 30mg 2 x 1 62.61.85 75 0,76 L 106 Pronalges 50mg 2 x 1 65.43.95 65 0,94 P 64 Kettese 25mg 2 x 1amp
Celebrex 100mg 2 x 1 65.06.99 82 0,96 L 80 Pronalges supp 100mg 1tube
Kettese 50mg 1amp Tramol 50mg 1tab
65.06.38 73 1,27 L 59 Remopain 30mg 2 x 1 √ S Pronalges 50mg 1amp √ S
65.27.70 62 0,4 P 172 Remopain 30mg 2 x 1 Asam
mefenamat 500mg 3 x 1
52
No.RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
66.35.46 79 0,77 P 77 Meloxicam 15mg 1 x 1 Kettese 25mg 2 x 1 Asam
Mefenamat 500mg 3 x 1
66.36.34 78 0,95 L 81 Remopain 30mg 1amp Asam
mefenamat 500mg 3 x 1
66.27.54 60 1,25 L 63 Buscopan 20mg 1 amp 66.28.05 64 1,13 L 69 Remopain 30mg 3 x 1 66.03.21 70 0,6 L 142 Mefinal 500mg 3 x 1 66.03.21 70 0,74 L 111 Mefinal 500mg 3 x 1 66.61.27 67 0,85 L 96 Profenid 100mg 2 x 1
Toramin inj 30mg 3 x 1 65.05.77 79 0,93 P 62 Mobiflex 15mg 2 x 1 64.92.63 77 2,23 L 31 Novalgin 1gr 2 x 1 √ 65.02.05 62 0,92 P 66 Celebrex 100mg 2 x 1
Kettese 25mg 2 x 1amp 64.60.93 72 0,7 P 87 Mefinal 500mg 2 x 1 64.56.74 78 0,73 P 82 Remopain 30mg 1 x 1
Kettese 25mg 2 x 1amp Torasic 30mg 1 x 1
64.77.01 67 0,52 P 125 Toradol 30mg 1 x 1 Pronalges supp 100mg 1tube
53
No.RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
64.84.41 70 2,24 L 31 Celebrex 100mg 2 x 1 √ S Novalgin 100mg 1amp √
65.02.89 69 0,89 P 67 Kettese 50mg 2 x 1 64.69.01 67 3,59 L 18 Nonflamin 50mg 3 x 1 √ 65.86.11 60 0,81 P 77 Mobiflex 15mg 1 x 1 65.69.92 67 0,86 P 70 Na.Diklofenak 50mg 3 x 1 66.85.01 65 1 L 80 Kettese 50mg 3 x 1 66.40.42 87 1,37 L 52 Mobiflex 15mg 1 x 1 √ S
Torasic inj 10mg 1amp √ S Pronalges supp 100mg 1tube √ S Kettese 50mg 3 x 1 √
66.30.88 73 0,95 P 61 Pronalges 50mg 2 x 1 66.99.34 64 0,92 L 88 Novalgin 100mg 3 x 1 67.01.92 63 2,66 P 19 Ketorolac 30mg 2 x 1 √ TS Tidak
direkomendasikan 66.52.12 62 1,7 P 32 Cetalgin 100mg 1 x 1 √
Mefinal 500mg 1 x 1 √ TS Tidak direkomendasikan
66.79.52 75 0,86 L 92 Profenid supp 100mg 3 x 1 Novalgin 100mg 1amp
66.79.52 75 2,04 L 34 Profenid supp 100mg 3 x 1 √ TS maksimal 150mg/hari
Novalgin 100mg 1amp √ 67.05.28 76 0,89 L 88 Remopain 30mg 1 x 1
54
No.RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
66.31.52 69 1 L 79 Remopain 30mg 1 x 1amp Kalium
Diklofenak 50mg 2 x 1
67.45.09 88 0,59 P 102 Celebrex 200mg 1.0.1 67.38.47 76 0,8 P 74 Pronalges inj 50mg 1amp
Asam Mefenamat
500mg 3 x 1
67.44.97 75 1,35 P 41 Novalgin 100mg 3 x 1 √ 67.75.12 80 1,31 P 42 Torasic 30mg 2 x 1 √ S 67.75.12 80 1,38 P 39 Torasic 30mg 2 x 1 √ S 67.75.12 80 1,28 P 43 Torasic 30mg 2 x 1 √ S 67.75.12 80 1,1 P 51 Torasic 30mg 2 x 1 √ S 67.75.12 80 0,88 P 66 Kettese 25mg 2 x 1
Torasic 10mg 2 x 1 67.69.94 70 0,83 L 97 Pronalges 100mg 2 x 1 67.52.57 76 1,11 P 51 Pronalges supp 100mg 1 x 1 √ S 67.70.51 73 0,72 P 84 Novalgin inj 100mg 1amp 68.50.73 61 1,08 P 55 Analsik 100mg 3 x 1 √ 68.29.23 67 0,86 P 70 Remopain 30mg 2 x 1
Torasic 10mg 2 x 1 68.45.34 65 0,97 L 83 Remopain 30mg 2 x 1amp 68.45.34 65 0,94 L 86 Analsik 100mg 3 x 1 68.45.34 65 1,14 L 69 Analsik 100mg 3 x 1
55
No.RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
68.39.00 65 1,16 L 67 Analsik 100mg 3 x 1 68.53.52 67 0,81 L 101 Remopain 30mg 1 x 1 68.39.05 60 0,8 P 78 Remopain 30mg 1amp 68.53.85 79 1,18 P 47 Mefinal 500mg 3 x 1 √ TS Tidak
direkomendasikan 68.62.79 61 0,71 P 89 Analsik 100mg 3 x 1
Voltaren 100mg 1 x 1 68.60.70 70 0,99 L 79 Asam
Mefenamat 500mg 3 x 1
68.62.49 69 1,06 L 74 Voltaren inj 100mg 1amp 67.89.10 80 1 P 57 Mefinal 500mg 3 x 1 √ TS Tidak
direkomendasikan 63.86.12 63 0,58 L 150 Nonflamin 50mg 1 x 1
Keterangan: RM = rekam medis SrCr = kreatinin serum JK = jenis kelamin
P = perempuan L = pria S = sesuai
TS = tidak sesuai
Tulisan merah = obat AINS tidak dapat dianalisis karena tidak ada pustaka acuan. * Penyesuaian regimen dosis menurut Drug Information Handbook
56
Lampiran 3. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
656042 66 1,3 P 44 remopain amp. 30 mg 1x1 √ S 1933457 68 2,7 L 25 remopain amp. 30 mg 1x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 640972 60 0,9 P 68 remopain amp. 30 mg 1x1
1933863 70 0,9 P 66 kaltrofen 50 mg 3x1 1938617 65 0,8 L 103 asam
mefenamat 500 mg 3x1
remopain amp. 30 mg 2x1 1935879 60 1,3 L 60 asam
mefenamat 500 mg 3x1
ketorolac 30 mg 2x1 957902 90 1,9 L 36 toradol amp. 30 mg 1x1 √ S 575930 72 3,15 L 21 toradol tab 30 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 1933747 85 0,8 L 98 remopain amp. 30 mg 2x1 1934523 63 0,8 P 77 remopain amp. 30 mg 2x1 1939782 66 0,8 L 103 remopain amp. 30 mg 1x1 1937609 65 0,8 P 77 toradol amp. 30 mg 1x1 remopain amp. 30 mg 1x1 1938714 65 1 L 80 remopain amp. 30 mg 3x1 asam
mefenamat 500 mg 3x1
964926 67 1,5 L 50 remopain amp. 30 mg 3x1 √ S
57
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
1934116 64 2,8 L 24 mobiflex 15 mg 1x1 √ TS Hindari penggunaan
ponstan 500 mg 3x1 √ TS Tidak direkomendasikan
998811 96 1 L 74 ketorolac 30 mg 2x1 ketorolac 30 mg 3x1 1937321 85 1,1 P 50 remopain amp. 30 mg 1x1 √ S 1931491 64 0,6 P 107 remopain amp. 30 mg 2x1 1934993 75 1,1 L 69 remopain amp. 30 mg 1x1 novalgin inj 1 gr 3x1 1932265 62 1,3 P 44 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S 1936567 75 1,6 L 45 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S 651956 75 0,7 L 117 mobiflex 15 mg 1x1 545388 62 2,8 L 25 ketorolac 30 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan pronalges 50 mg 2x1 √ S
583512 64 1 L 80 remopain amp. 30 mg 2x1 665854 78 0,9 L 87 remopain amp. 30 mg 2x1
asam mefenamat
500 mg 2x1
720140 68 1,5 L 49 cetalgin 500 mg 2x1 √ 720140 69 2,1 L 33 meloxicam 15 mg 1x1 √ S 788670 70 0,9 P 66 kaltrofen 50 mg 2x1
yekapon 500 mg 2x1 1933893 65 1,8 P 30 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S
58
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
644665 77 1,1 L 69 nonflamin 50 mg 3x1 1930180 64 0,8 P 77 ketorolac 30 mg 2x1 538335 61 1,2 L 65 cataflam 50 mg 2x1
remopain amp. 30 mg 1x1 1935763 78 2,1 L 33 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S voltadex 25 mg 3x1 √ S 1931900 61 0,8 L 104 ketorolac 30 mg 2x1 666002 75 1,1 L 69 voltadex 50 mg 2x1 538588 62 0,7 P 90 mobiflex 15 mg 1x1
remopain amp. 30 mg 2x1 429568 93 1,1 L 66 voltaren amp. 100 mg 1x1
1932580 67 1,3 L 59 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S pronalges 50 mg 2x1 √ S
538010 72 1,9 L 37 asam mefenamat
500 mg 3x1 √ TS Tidak direkomendasikan
novalgin 500 mg 3x1 √ 1932530 66 0,9 P 67 remopain amp. 30 mg 2x1 1932081 66 1,1 L 71 voltaren 100 mg 2x1 1932921 67 0,9 L 89 remopain amp. 30 mg 2x1 novalgin 500 mg 3x1 1912458 81 1,2 L 62 asam
mefenamat 500 mg 2x1
1932738 74 2,6 L 26 ketorolac 30 mg 2x1 √ TS Tidak direkomendasikan
59
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
1932579 65 1,1 L 71 voltaren 100 mg 1x1 mobiflex 15 mg 2x1/2
434613 87 1,1 L 67 remopain amp. 30 mg 3x1 1932465 68 2,5 L 27 ponstan 500 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 1932029 89 3,1 L 20 remopain amp. 30 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 251145 71 0,7 P 88 meloxicam 15 mg 1x1
remopain amp. 30 mg 2x1 1932339 78 2,1 P 24 kaltrofen 50 mg 2x1 √ 1932479 70 3,2 L 21 mobiflex 15 mg 2x1/2 √ TS Hindari
penggunaan remopain amp. 30 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 1934001 68 1,3 L 58 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S 664365 65 1,3 P 44 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S 466597 68 1,2 P 47 cetalgin 500 mg 3x1 √
remopain amp. 30 mg 1x1 √ S 1934099 73 1,2 P 47 kaltrofen 50 mg 1x1 √ 1933869 65 1,5 L 50 ketorolac 30 mg 1x1 √ S 1934058 68 1 L 79 remopain amp. 30 mg 1x1 1933934 63 0,9 P 67 remopain amp. 30 mg 2x1 novalgin 500 mg 3x1 na diklofenak 25 mg 3x1 nonflamin 50 mg 3x1
60
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
asam mefenamat
500 mg 3x1
1934082 80 0,7 L 115 ketorolac 30 mg 2x1 asam
mefenamat 500 mg 3x1
1934192 74 1,5 L 49 antalgin 500 mg 3x1 √ remopain amp. 30 mg 2x1 √ S
558770 89 1,3 L 55 remopain amp. 30 mg 1x1 √ S 1912826 64 0,9 L 90 remopain amp. 30 mg 2x1 984251 60 3,2 P 16 remopain amp. 30 mg 1x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 1934051 62 0,8 P 77 remopain amp. 30 mg 2x1 1942338 68 1,4 L 54 ketorolac 30 mg 2x1 √ S 640859 63 0,7 P 90 voltadex 50 mg 2x1
1934663 64 3,1 P 16 mobiflex 15 mg 1x1 √ TS Hindari penggunaan
1934791 71 0,7 L 118 remopain amp. 30 mg 2x1 1939076 75 1,3 L 57 toradol inj. 30 mg 1x1 √ S cetalgin 500 mg 3x1 √
747996 67 3,9 L 16 remopain amp. 30 mg 1x1 √ TS Tidak direkomendasikan
156698 64 0,8 P 77 cataflam 50 mg 2x1 ketorolac 30 mg 3x1
421105 64 1,2 L 65 remopain amp. 30 mg 2x1 1932977 72 1 L 78 novalgin 30 mg 3x1
61
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
553157 68 1,3 P 43 meloxicam 15 mg 2x1/2 √ S 1918199 64 1,1 L 72 pronalges 50 mg 3x1 726899 63 1 P 60 cetalgin 500 mg 2x1
1935640 74 0,9 L 88 pronalges 50 mg 2x1 remopain amp. 30 mg 2x1
532090 60 1,2 L 66 toradol tab 10 mg 2x1 1930718 63 0,7 P 90 pronalges 10 mg 2x1 1935898 60 1,1 L 73 meloxicam 15 mg 2x1/2 remopain amp. 30 mg 2x1 1929719 69 1,8 L 40 antalgin 500 mg 3x1 √ ketorolac 30 mg 3x1 √ TS 60 mg/hari 1931065 84 2,6 P 19 remopain amp. 30 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan meloxicam 15 mg 1x1 √ TS Hindari
penggunaan 1937030 60 0,8 P 78 profen 100 mg 2x1 remopain amp. 30 mg 3x1
522325 66 1,3 L 59 cetalgin 500 mg 3x1 √ toradol inj. 30 mg 2x1 √ S
788173 89 0,8 L 97 pronalges 50 mg 2x1 remopain amp. 30 mg 2x1
787333 83 1,9 P 27 kaltrofen 50 mg 2x1 √ meloxicam 15 mg 1x1 √ TS Hindari
penggunaan
62
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
remopain amp. 30 mg 1x1 √ TS Tidak direkomendasikan
yekalgin 500 mg 3x1 √ 1931703 66 1,2 L 64 mobiflex 15 mg 1x1 1932551 60 1 L 81 yekalgin 500 mg 3x1 944953 60 0,8 L 105 pronalges 50 mg 1x1
remopain amp. 30 mg 2x1 976741 67 1,2 L 64 remopain amp. 30 mg 2x1 967429 80 1,3 L 56 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S
1932605 74 0,5 P 128 pronalges 50 mg 2x1 kaltrofen 50 mg 2x1 ketorolac 30 mg 2x1 1932605 74 1 P 58 nonflamin 50 mg 3x1 √ ketorolac 30 mg 2x1 √ S
543281 65 1,1 L 71 nonflamin 50 mg 3x1 543281 65 1,5 L 50 nonflamin 50 mg 3x1 √ 951121 65 0,6 P 107 cetalgin 500 mg b/p
1940073 65 0,9 L 90 asam mefenamat
500 mg 3x1
remopain amp. 30 mg 3x1 671523 83 0,7 L 114 asam
mefenamat 500 mg 3x1
remopain amp. 30 mg 2x1 1930941 68 1,1 L 71 remopain amp. 30 mg 1x1
63
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
1931090 81 1,4 L 52 cetalgin 500 mg 2x1 √ remopain amp. 30 mg 1x1 √ S
661422 67 1,9 L 38 toradol inj. 30 mg 2x1 √ S 1941158 70 0,6 L 142 ketorolac 30 mg 2x1 662048 62 1,4 L 55 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S
1929120 69 2,3 L 30 pronalges 50 mg 2x1 √ S remopain amp. 30 mg 2x1 √ S
657333 82 0,8 L 98 remopain amp. 30 mg 2x1 nonflamin 50 mg 3x1 meloxicam 15 mg 1x1 1930376 77 1,4 L 52 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S 600604 84 1,2 L 61 novalgin 500 mg 3x1
1930354 80 1 L 76 ketorolac 30 mg 1x1 268994 78 1,8 L 39 cetalgin 500 mg 1x1 √
1930696 84 0,8 P 73 remopain amp. 30 mg 2x1 657656 70 0,9 P 66 remopain amp. 30 mg 2x1 567968 70 0,7 L 118 mobiflex 15 mg 1x1 995247 81 0,8 L 99 ketorolac 30 mg 2x1
1927028 64 1,1 L 72 remopain amp. 30 mg 2x1 1931671 68 1,1 P 52 voltaren 50 mg 2x1 √ S 375687 80 0,9 P 64 asam
mefenamat 500 mg 3x1
1933258 64 1,7 L 43 meloxicam 15 mg 2x1/2 √ S 1933706 75 1,1 P 51 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S
64
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
1933486 98 0,5 P 121 voltaren 50 mg 2x1 986445 87 1 L 75 cetalgin 500 mg 3x1
1933489 61 0,8 P 78 cataflam 50 mg 2x1 1933299 75 1 P 57 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S pronalges 50 mg 2x1 √ S asam
mefenamat 500 mg 3x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 1933307 73 0,8 P 75 yekalgin 500 mg 2x1 1933564 60 1,7 L 44 novalgin 500 mg 3x1 √ 665111 84 1,1 L 68 pronalges 50 mg 2x1
remopain amp. 30 mg 2x1 1934531 74 0,9 L 88 ketorolac 30 mg 2x1 asam
mefenamat 500 mg 3x1
248025 70 1,3 L 58 toradol inj. 30 mg 1x1 √ S cetalgin 500 mg 3x1 √
248025 70 1,5 L 49 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S 961548 64 0,7 P 90 pronalges 50 mg 2x1
remopain amp. 30 mg 2x1 582326 65 0,9 P 67 toradol inj. 30 mg 2x1
1934498 63 1,3 L 59 cetalgin 500 mg 2x1 √ 664542 62 2,1 L 34 nonflamin 50 mg 3x1 √
toradol inj. 30 mg 2x1 √ S 1934260 79 1,1 P 51 remopain amp. 30 mg 1x1 √ S
65
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
1934384 78 1,3 P 42 toradol inj. 30 mg 1x1 √ S 754550 66 1,3 L 59 cetalgin 500 mg 1x1 √
remopain amp. 30 mg 1x1 √ S 1934376 65 0,5 P 132 remopain amp. 30 mg 1x1 609463 62 0,9 P 67 pronalges 50 mg 2x1
1934370 78 1,5 L 48 remopain amp. 30 mg 2x1 √ S pronalges 50 mg 2x1 √ S
634776 71 1,1 L 70 remopain amp. 30 mg 2x1 727094 90 1,3 L 55 cataflam 50 mg 2x1 √ S
remopain amp. 30 mg 2x1 √ S 784046 60 1 L 81 cetalgin 500 mg 3x1
remopain amp. 30 mg 1x1 1934662 65 0,5 L 177 remopain amp. 30 mg 2x1 1934802 72 0,4 P 167 remopain amp. 30 mg 2x1 260380 61 1,1 L 72 kaltrofen 100 mg 2x1
remopain amp. 30 mg 1x1 1934870 67 3,64 L 18 toradol inj. 30 mg 1x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 1934739 80 0.9 L 86 nonflamin 50 mg 3x1 ketorolac 30 mg 2x1 1934647 70 1,7 L 43 kaltrofen 50 mg 2x1 √ remopain amp. 30 mg 2x1 √ S 1934867 82 0,8 L 98 remopain amp. 30 mg 1x1 1934657 61 0,9 P 68 remopain amp. 30 mg 2x1
66
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
1914232 68 4,7 P 10 meloxicam 15 mg 1x1 √ TS Hindari penggunaan
1932634 62 5 L 13 ketorolac 30 mg 2x1 √ TS Tidak direkomendasikan
984251 60 4,5 P 11 remopain amp. 30 mg 1x1 √ TS Tidak direkomendasikan
1932608 68 4,7 L 13 ketorolac 30 mg 2x1 √ TS Tidak direkomendasikan
1914232 68 4,7 P 10 meloxicam 15 mg 1x1 √ TS Hindari penggunaan
1934333 75 3,9 P 12 remopain amp. 30 mg 1x1 √ TS Tidak direkomendasikan
727094 90 1,3 L 55 cataflam 50 mg 2x1 √ S remopain amp. 30 mg 2x1 √ S cetalgin 500 mg 3x1 remopain amp. 30 mg 1x1 1934662 65 0,5 L 177 remopain amp. 30 mg 2x1 1934802 72 0,4 P 167 remopain amp. 30 mg 2x1 260380 61 1,1 L 72 kaltrofen 100 mg 2x1 remopain amp. 30 mg 1x1 1934870 67 3,64 L 18 toradol inj. 30 mg 1x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 1934739 80 0,9 L 86 nonflamin 50 mg 3x1 ketorolac 30 mg 2x1 1934657 61 0,9 P 68 remopain amp. 30 mg 2x1
67
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
1934647 70 1,7 L 43 kaltrofen 50 mg 2x1 √ remopain amp. 30 mg 2x1 √ S 1914232 68 4,7 P 10 meloxicam 15 mg 1x1 √ TS Hindari
penggunaan 1932634 62 5 L 13 ketorolac 30 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 984251 60 4,5 P 11 remopain amp. 30 mg 1x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 1932608 68 4,7 L 13 ketorolac 30 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 1934867 82 0,8 L 98 remopain amp. 30 mg 1x1 1914232 68 4,7 P 10 meloxicam 15 mg 1x1 √ TS Hindari
penggunaan 1934333 75 3,9 P 12 remopain amp. 30 mg 1x1 √ TS Hindari
penggunaan Keterangan: RM = rekam medis SrCr = kreatinin serum JK = jenis kelamin
P = perempuan L = pria S = sesuai
TS = tidak sesuai
Tulisan merah = obat AINS tidak dapat dianalisis karena tidak ada pustaka acuan. * Penyesuaian regimen dosis menurut Drug Information Handbook
68
Lampiran 4. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Kota Yogyakarta
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
488248 91 1,1 L 67 Ketorolac 30 mg b/p 482771 77 0,8 P 74 Asam
Mefenamat 500 mg 3x1
496228 66 0,8 P 76 Ketorolac 30 mg 1x1 498328 66 1,2 L 64 Ketorolac 30 mg 1x1 464976 80 0,8 L 99 Renadinac 50 mg b/p 335972 83 0,8 P 73 Novalgin 500 mg 2x1 404636 78 1,1 L 69 Renadinac 50 mg 2x1 421785 69 0,8 P 76 Analsik 2x1 356107 81 1,0 P 57 Ketorolac 30 mg 2x1 √ S 485411 79 0,7 P 86 Dolac 30 mg b/p 501071 73 0,9 L 88 Ketorolac 30 mg 2x1
Ketoprofen 50 inj 1cc/6jam
4x1
501741 78 0,6 P 103 Asam Mefenamat
500 mg 3x1
501577 85 0,7 L 114 Renadinac 50 mg 3x1 415650 72 0,9 P 65 Asam
Mefenamat 500 mg 3x1
330694 69 0,4 L 227 Renadinac 50 mg 2x1 208705 71 1,1 L 70 Ibuprofen 400 mg 3x1
69
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
332508 76 0,6 L 139 Asam Mefenamat
500 mg 3x1
Ketorolac 30 mg 2x1 488158 66 1 L 79 Asam
Mefenamat 500 mg 3x1
490433 65 0,9 P 67 Asam Mefenamat
500 mg 3x1
486557 77 1,1 L 69 Remopain 30 mg 2x1 487270 65 1 L 80 Remopain 30 mg 2x1 486137 69 0,6 P 105 Ketorolac 30 mg 2x1 444430 71 0,8 P 75 Renadinac 50 mg 2x1 489333 65 0,8 P 77 Ketorolac 30 mg 2x1 353780 79 1 L 77 Ketorolac 30 mg 2x1 488231 68 0,9 L 89 Asam
Mefenamat 500 mg 3x1
494846 75 1,1 L 69 Asam Mefenamat
500 mg 3x1
Ketoprofen 50 mg 2x1 500445 75 0,7 P 87 Ketorolac 30 mg 3x1 500193 90 0,9 L 84 Ketorolac 30 mg 3x1 420097 75 1,6 L 45 Renadinac 50 mg 2x1 √ S 294046 79 1,5 P 36 Renadinac 50 mg b/p √ S
Ketorolac 30 mg 3x1 √ S 420190 77 1,3 L 57 Asam
Mefenamat 500 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan
70
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
499401 80 1,1 L 68 Ketorolac 30 mg 3x1 488093 77 1 P 57 Asam
Mefenamat 500 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 330694 69 1,4 L 53 Asam
Mefenamat 500 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan Renadinac 50 mg 2x1 √ S
438011 69 1,2 P 47 Asam Mefenamat
500 mg 2x1 √ TS Tidak direkomendasikan
502230 71 1 P 58 Ketorolac 30 mg 2x1 √ S 328414 71 1,7 L 42 Ketorolac 30 mg 2x1 √ S 273452 74 1,4 P 39 Ketorolac 30 mg 3x1 √ TS Maksimal 60
mg/hari 488718 69 1,6 L 46 Ketorolac 30 mg 2x1 √ S 412899 84 1,6 P 33 Asam
Mefenamat 500 mg 3x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 398303 72 1,6 L 45 Ketorolac 30 mg 2x1 √ S 502892 68 2,2 P 24 Remopain 30 mg 2x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 366818 65 1,3 L 59 Pronalges 100 mg 1x1 √ TS Maksimal 150
mg/hari
71
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
502127 80 2,8 L 23 Ketorolac 30 mg 2x1 √ TS Tidak direkomendasikan
405188 66 1,2 P 48 Remopain 30 mg b/p √ S 486367 67 1,0 P 59 Ketorolac 30 mg b/p √ S
Keterangan: RM = rekam medis SrCr = kreatinin serum JK = jenis kelamin
P = perempuan L = pria S = sesuai
TS = tidak sesuai
Tulisan merah = obat AINS tidak dapat dianalisis karena tidak ada pustaka acuan. * Penyesuaian regimen dosis menurut Drug Information Handbook
72
Lampiran 5. Data Pasien Geriatri di Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi
No. RM Umur SrCr JK LFG Nama AINS Dosis Frekuensi Perlu Penyesuaian?
S/TS Anjuran*
535414 84 0,84 P 69 Ketorolac 30g 2x1 535821 64 1,28 P 45 Renadinax 50mg 2x1 √ S
Meloxicam 15mg 1x1 √ S Remopain 30mg 1x1amp √ S
539832 77 1,86 P 28 Ketorolac 30mg 3x1amp √ TS Tidak direkomendasikan
532832 72 2,44 P 21 Cataflam 25mg 3x1 √ TS Tidak direkomendasikan
507573 90 1,12 L 65 Asam mefenamat
500mg 3x1
531835 80 0,78 P 76 Movi-cox 15mg 1x1 533867 82 1,22 P 45 Asam
mefenamat 500mg 3x1 √ TS Tidak
direkomendasikan 535616 67 1,36 L 56 Meloxicam 15mg 1x1 √ S
Ketorolac 30mg 1x1amp √ S Keterangan: RM = rekam medis SrCr = kreatinin serum JK = jenis kelamin
P = perempuan L = pria S = sesuai
TS = tidak sesuai
Tulisan merah = obat AINS tidak dapat dianalisis karena tidak ada pustaka acuan. * Penyesuaian regimen dosis menurut Drug Information Handbook
79
BIOGRAFI PENULIS
Dita Maria Virginia, penulis skripsi berjudul Analisis
Pengobatan Antiinflamasi Non Steroid Pada Geriatri
berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus dengan Formula
Modification of Diet in Renal Disease di Rumah Sakit se-
Kotamadya Yogyakarta Periode 2009, lahir di Yogyakarta
pada tanggal 2 Januari 1989, merupakan putri sulung dari pasangan Edy dan
Cynthia Sari.
Awal pendidikan ditempuh di TK Santa Maria Mojokerto (1993-1995).
Selanjutnya penulis menempuh pendidikannya di SD Taruna Nusa Harapan
Mojokerto (1995-1998) dan SD Kanisius Demangan Baru Yogyakarta (1998-
2001), SMP Stella Duce 1 Yogyakarta (2001-2004), serta masa SMA ditempuh di
SMA Stella Duce I Yogyakarta (2004-2007). Lulus dari pendidikan di tingkat
SMA, penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2007-2011). Selama menempuh
pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis
pernah mengikuti kegiatan organisasi dan kepanitiaan lepas, yaitu sebagai divisi
organisasi BEMF 2008, wakil gubernur internal BEMF 2011, bendahara
pelepasan wisuda, seksi acara Pharmacy Perfomance and Event Cup, bendahara
panitia seminar Enterpreneurship, dan seksi acara Dies Natalis Fakultas. Penulis
pernah menjadi Asisten Praktikum Kimia Dasar, Kimia Organik, Spektroskopi,
Biokimia, Patologi Klinik, dan Bioanalisis.