Cost Reduction

30
COST REDUCTION AND CONTROL Konsep Cost Reduction Usaha me-manage aktivitas yang berhubungan dengan proses produksi dapat mengurangi biaya produksi dengan mengeliminasi biaya yang seharusnya tidak perlu terjadi. Hal inilah yang dimaksud dengan usaha melakukan cost reduction. Cost reduction memfokuskan pengurangan biaya pada penyebab timbulnya pemborosan yaitu kualitas. Pengurangan biaya hanya merupakan hasil dari quality improvement yang dilaksanakan untuk menghasilkan produk jika di dalam proses pembuatan produk, perusahaan mampu melaksanakan peningkatan kualitas secara berkelanjutan, biaya pembuatan produk akan berkurang sebagai hasil dari peningkatan kualitas tersebut. Oleh karena itu, dalam strategi cost reduction pengurangan biaya terjadi sebagai hasil dari peningkatan bertahap terhadap kualitas, keandalan dan kecepatan. Terkadang pengertian cost reduction disamakan dengan cost cutting. Melainkan bahwa cost reduction adalah manajemen biaya (cost management). “Cost management mengatur proses- proses dari pengembangan produksi dan penjualan produk

Transcript of Cost Reduction

Page 1: Cost Reduction

COST REDUCTION AND CONTROL

Konsep Cost Reduction

Usaha me-manage aktivitas yang berhubungan dengan proses produksi dapat

mengurangi biaya produksi dengan mengeliminasi biaya yang seharusnya tidak

perlu terjadi. Hal inilah yang dimaksud dengan usaha melakukan cost reduction.

Cost reduction memfokuskan pengurangan biaya pada penyebab timbulnya

pemborosan yaitu kualitas. Pengurangan biaya hanya merupakan hasil dari quality

improvement yang dilaksanakan untuk menghasilkan produk jika di dalam proses

pembuatan produk, perusahaan mampu melaksanakan peningkatan kualitas secara

berkelanjutan, biaya pembuatan produk akan berkurang sebagai hasil dari

peningkatan kualitas tersebut. Oleh karena itu, dalam strategi cost reduction

pengurangan biaya terjadi sebagai hasil dari peningkatan bertahap terhadap

kualitas, keandalan dan kecepatan.

Terkadang pengertian cost reduction disamakan dengan cost cutting. Melainkan

bahwa cost reduction adalah manajemen biaya (cost management). “Cost

management mengatur proses-proses dari pengembangan produksi dan penjualan

produk atau jasa yang berkualitas baik dengan biaya rendah. Pada umumnya

manajer mencoba mengurangi biaya hanya dengan berhemat, misalnya dengan

memecat karyawan, restrukturisasi dan menekan pemasok. Saat ini tuntutan

konsumen makin meningkat, mereka bukan saja menghendaki produk dengan

harga yang murah tetapi juga yang memiliki kualitas yang baik dan pemenuhan

kebutuhan yang tepat pada waktu tersebut tidak akan tercapai” (Imai 1999,h.42).

Cara terbaik dalam mengurangi biaya adalah mengeliminasi kelebihan

penggunaan sumber daya dalam proses produksi. Aktivitas-aktivitas yang

dilakukan dalam usaha mengurangi biaya khususnya biaya produksi adalah :

1. Meningkatkan kualitas proses kerja sehingga dapat mengurangi kesalahan.

Page 2: Cost Reduction

2. Meningkatkan produktivitas

3. Mengurangi tingkat persediaan

4. Memperpendek atau mengeliminasi lini produksi

5. Mengurangi gangguan pada mesin atau mesin yang berhenti selama proses

produksi agar tidak menimbulkan kelebihan Work In Process

6. Mengurangi tempat atau ruang

7. Mempersingkat waktu tempuh produksi.

Jadi tujuan perusahaan melakukan cost reduction bukan hanya untuk mencapai

standar yang ditetapkan tapi juga untuk mengurangi biaya secara bertahap di

bawah standar agar terdapat efisiensi usaha, sehingga biaya yang dikeluarkan

dapat diminimumkan dan laba yang diperoleh maksimal. Disamping itu kualitas

produk tetap dipertahankan sehingga kualitasnya tidak menurun dan tidak

mempengaruhi penjualan produk tersebut.

Kaizen Costing

Kaizen merupakan istilah yang digunakan oleh bangsa Jepang untuk melakukan

perbaikan yang berkelanjutan (Continuous Improvement). Salah satu bentuk usaha

kaizen berwujud pengurangan biaya produksi perusahaan. Dalam bahasa Jepang,

kaizen costing dikenal dengan genka kaizen yang berasal dari kata genka yang

berarti harga pokok dan kaizen berarti penyempurnaan berkesinambungan.

Menurut Cooper (1995) “Kaizen Costing is a continuos improvement applied to

cost reduction in the manufacturing stage of a product’s life”. Kaizen costing

adalah sistem yang mendukung proses pengurangan biaya secara

berkesinambungan pada tahap produksi. Tujuan dari kaizen costing adalah

mengurangi biaya yang terjadi pada proses produksi dengan melakukan perbaikan

yang berkesinambungan (Continuous Improvement) pada setiap kegiatan produksi

perusahaan sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas secara terus menerus.

Kaizen costing tidak hanya sekedar ditujukan untuk mengurangi biaya, tetapi juga

untuk meningkatkan kualitas produk dan keamanan dari proses produksi atau

Page 3: Cost Reduction

usaha perusahaan tersebut. Kaizen costing lebih memfokuskan pada proses

produksi perusahaan dan bertujuan mengeliminasi aktivitas-aktivitas yang tidak

efisien yang mungkin terjadi selama dalam proses produksi tersebut. Hal ini

dipertegas oleh Cooper (1995) “The aim of kaizen costing program is to remove

unnecessary inefficiencies from production process”.

Pengurangan biaya merupakan jantung dari kaizen costing program. Menurut

Hilton (1997) “The Japanese word refers to continual and gradual improvement

through small betterment activities, rather than large or radical improvement

made through innovation of large investment intechnology.

Badan usaha yang menerapkan kaizen costing hanya melakukan perubahan kecil

namun berkesinambungan. Hal ini disebabkan karena peningkatan kearah yang

lebih baik (improvement) adalah tujuan dan tanggungjawab setiap pekerja, mulai

dari tingkat manager sampai dengan level terendah dalam setiap aktivitas, serta

dilakukan kapan saja.

2.3. Kaizen Costing Dalam Strategi Cost Reduction

Berdasarkan paradigma continuous improvement, setiap periode tertentu,

produsen merencanakan improvement yang akan dilakukan terhadap sistem dan

proses pembuatan produk. Rencana improvement tersebut dinyatakan dalam cost

reduction target yang akan dicapai dalam periode tertentu, yang didukung dengan

rencana pengurangan dan penghilangan berbagai aktivitas penambah nilai (value-

added activities). Fokus perhatian produsen diarahkan kepada cost reduction

target yang merupakan selisih antara target cost dengan estimated actual cost

yang diperkirakan akan terjadi selama periode tertentu.

Cost Reduction Target = Target Cost – Estimated Actual Cost

Penentuan Cost reduction target (Target Usaha Kaizen), yang hendak dicapai

adalah sebagai berikut :

Cost Reduction Target = HPPAktual - HPPtarget

Dalam standart costing, fokus perhatian produsen terletak pada bagaimana

mencapai standart cost yang telah ditetapkan sebelumnya atas dasar kondisi

Page 4: Cost Reduction

proses produksi terkini. Di lain pihak, kaizen costing memfokuskan perhatian

produsen ke arah cost reduction target yang didasarkan pada kondisi proses

produksi yang improvementnya direncanakan akan dilaksanakan dalam periode

tertentu.

Activity Based Costing (ABC)

Berikut ini adalah penjelasan mengenai metode Activity Based Costing (ABC),

mulai dari definisi hingga pada langkah-langkah penerapannya.

Definisi Activity Based Costing (ABC)

Beberapa ahli manajemen memberikan definisi Activity Based Costing (ABC)

sebagai berikut :

1. Hicks (1992) mengemukakan definisi Activity Based Costing adalah :

Activity Based Costing merupakan suatu konsep dasar perhitungan biaya

dengan dasar pemikiran bahwa produk dihasilkan melalui aktivitas dan bahwa

aktivitas dapat digunakan untuk menghitung biaya. Dalam Activity Based

Costing (ABC), sistem didesain sedemikian rupa sehingga banyak biaya-biaya

yang tidak dapat dihubungkan secara langsung kepada produk dapat

ditentukan melalui aktivitas yang dilaluinya dan biaya untuk masing-masing

aktivitas kemudian dibebankan ke produk dimana hal itu membuat kebutuhan

aktivitas didasarkan pada konsumsi masing-masing produk pada aktivitas.

2. Definisi menurut CAM-1 (Consortium for Advanced Manufacturing

International), Activity Based Costing adalah :

Suatu metode untuk mengukur biaya dan kinerja dari kegiatan yang terkait

dengan proses dan objek biaya.

Membebankan biaya kegiatan-kegiatan berdasarkan besarnya pemakaian

sumber daya dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk atau

pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian kegiatan.

Mengenali hubungan kausal antara pemacu biaya dengan kegiatan.

3. Rayburn (1993) mendefinisikan Activity Based Costing Sebagai berikut :

Activity Based Costing (ABC) menyatakan bahwa pelaksanaan dari suatu

aktivitas akan menimbulkan konsumsi sumber daya yang dicatat sebagai

Page 5: Cost Reduction

biaya. “Kalkulasi biaya berbasis transaksi” merupakan nama lain dari Activity

Based Costing (ABC). Tujuan Activity Based Costing (ABC) adalah

mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan

dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikannya dengan tepat pada

produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk.

4. Mose, Davis dan Hartgraves (1991) mendefinisikan Activity Based Costing

sebagai berikut :

Pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya ke objek biaya dengan dasar

aktivitas yang menyebabkan biaya Activity Based Costing (ABC) berdasarkan

premis/dasar pemikiran bahwa aktivitas menyebabkan biaya harus

dialokasikan ke objek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut

dikonsumsikan. Activity Based Costing (ABC) menelusuri biaya produk

dengan dasar aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.

5. Gorrison (1991) mendefinisikan Activity Based Costing sebagai berikut :

Suatu metoda kalkulasi biaya yang menciptakan suatu kelompok biaya untuk

setiap kejadian atau transaksi (aktivitas) dalam suatu organisasi yang berlaku

sebagai pemicu biaya. Biaya overhead kemudian dialokasikan ke produk dan

jasa dengan dasar jumlah dari kejadian atau transaksi tersebut yang produk

atau jasa dihasilkan.

6. Horngren (1993) mendefinisikan Activity Based Costing Sebagai berikut :

Suatu pendekatan kalkulasi biaya yang memfokuskan pada aktivitas sebagai

objek biaya yang fundamental. Activity Baced Costing menggunakan biaya

dari aktivitas tersebut sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya ke objek

biaya yang lain seperti produk jasa dan pelanggan.

7. Hansen dan Mowen, mendefinisikan Activity Based Costing sebagai berikut :

Suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas

dan kemudian ke produk.

8. Ostrenga (1992) mendefinisikan Activity Based Costing sebagai berikut :

Activity Based Costing is a technique for accumulating cost for a given cost

object that represent the total and true economic resources required for

consumed by object. The object may be product, service, product line, service

line, customer segmen or chanel distribution.

Page 6: Cost Reduction

Langkah-langkah Penerapan Metode Actvity Based Costing (ABC)

Langkah-langkah dalam menerapkan metode Activity Based Costing adalah

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi aktivitas yang relevan

Dalam Activity Based Costing (ABC), aktivitas didefinisikan sebagai

sekelompok proses atau prosedur yang saling berhubungan secara bersama-

sama membentuk pekerjaan khusus perusahaan.

Kunci untuk mendefinisikan aktivitas adalah membagi operasi perusahaan ke

dalam aktivitas yang relevan. Pada tahap awal pembuatan daftar aktivitas,

lebih baik mengidentivikasikan lebih banyak aktivitas daripada terlalu sedikit.

Selanjutnya aktivitas-aktivitas tersebut dapat digabungkan ke dalam suatu

activity center, untuk mendapatkan definisi yang lebih tepat. Aktivitas sebuah

perusahaan dapat di identifikasikan dengan meninjau diagram perusahaan dan

lay out fasilitas, juga dapat dilakukan dengan wawancara dengan anggota

perusahaan untuk menentukan apa yang mereka “do for living”.

2. Pengelompokan

Setelah aktivitas di identifikasikan dan didefinisikan, langkah selanjutnya

adalah mengatur cost center (merupakan perincian biaya dimana biaya-biaya

diakumulasikan dan di distribusikan). Cost center adalah tingkatan terendah

yang rinci tempat biaya dikumpulkan dan di distribusikan. Cost center terdiri

dari sebuah aktivitas atau sekelompok aktivitas. Perlu diingat bahwa untuk

keakuratan, bukan presisi, sejumlah aktivitas dapat di kelompokkan agar

record yang detail terjaga dan analisis data menjadi minimum sehingga

diperoleh tingkat akurasi yang tinggi.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan yaitu :

Materiality

Untuk tiap aktivitas harus diperhatikan, tidak saat ini, tetapi juga masa depan

berdasarkan rencana perusahaan. Apakah stasiun operasi tetap akan berdiri

sendiri atau kemungkinan akan digabungkan dengan stasiun lain.

Page 7: Cost Reduction

Profil Biaya

Terdiri dari Cost Driver (Pemacu Biaya) utama dan application rate. Jika

sebuah aktivitas memiliki profil biaya yang unik lebih baik menjadikan

aktivitas tersebut sebagai Cost Center yang terpisah dari yang lainnya.

3. Identifikasi Elemen Utama Biaya

Elemen biaya dapat dipandang sebagai line dalam budget atau sebagai account

dalam daftar pengeluaran. Dalam situasi ini hanya elemen biaya tidak

langsung yang dipertimbangkan, elemen biaya langsung dapat langsung

dibebankan ke produk.

Contoh pemisahan elemen biaya adalah:

Biaya Utility : Listrik, gas, air, dan lain-lain diperlukan secara berbeda.

Supplies : Supplies utama dapat dikelompokkan ke beberapa cost center dan

ditangani sendiri.

Fringe benefit : Biaya di kendalikan oleh headcount, gross payroll, hours

worked atau dasar yang lain.

4. Analisa Hubungan antara Aktivitas Dengan Biaya

Setiap aktivitas didefinisikan dan dikelompokkan ke dalam cost center dan

elemen biaya utama disusun langkah selanjutnya adalah menentukan

hubungan antara aktivitas – aktivitas dan biaya, inti langkah ini adalah

menentukan biaya yang berkaitan dengan suatu cost center.

5. Identifikasi Cost Driver

Setelah diperoleh hubungan umum antara aktivitas dengan biaya, pemicu

khusus yang menimbulkan biaya di cost center yang spesifik harus

diidentifikasikan. Cost driver diidentifikasikan sebagai faktor yang digunakan

untuk mengukur bagaimana biaya terjadi dan cara untuk membebankan pada

aktivitas atau produk. Pemicu biaya digunakan untuk mengetahui konsumsi

biaya pada aktivitas dan konsumsi aktivitas pada produk. Secara praktis,

pemicu biaya menunjukkan dimana biaya harus dibebankan dan seberapa

besar biayanya.

Page 8: Cost Reduction

Pemicu biaya adalah penyebab terjadinya biaya, sedangkan aktivitas adalah

dampaknya. Dalam sistem Activity Based Costing (ABC) digunakan berbagai

macam pemicu biaya, beberapa pemicu biaya yang digunakan adalah:

Kelompok tenaga kerja (Labour group): Rupiah tenaga kerja, jam kerja,

rupiah tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung. Kelompok ini

dipakai dalam aktivitas yang elemen biaya utamanya adalah tenaga kerja atau

pada aktivitas yang biaya aktivitasnya berubah secara paralel dengan

perubahan tenaga kerja. Rupiah tenaga kerja sering dipakai sebagai pemicu

biaya asuransi kompensasi tenaga kerja pada beberapa instansi jam tenaga

kerja digunakan sebagai pemicu kontribusi pensiun. Jam kerja dapat

digunakan untuk memacu konsumsi utilitas.

Kelompok waktu operasi (operating time group): cell time, line time, machine

time, cycle time. Digunakan sebagai pemicu biaya pada suatu grup operasi

pekerjaan yang merupakan operasi dari suatu peralatan tunggal atau beberapa

peralatan. Jenis pemicu biaya ini dapat dibagi menjadi 2 sub grup yaitu

machine hour / cycle time and line / cell time.

Kelompok throughtput (throughtput group): potong, galon, satu muatan truk,

satu muatan tanker, ton digunakan sebagai pemicu biaya bila biaya utama dari

suatu aktivitas ditentukan oleh unit throughtputnya.

Kelompok kepemilikan (occupancy group): ukuran pabrik, lokasi peralatan,

nilai peralatan. Merupakan pemicu biaya yang yang tepat untuk

mendistribusikan biaya tetap (fixed cost), berdasarkan lokasi aktivitas atau

aset. Sebagai contoh, depresiasi bangunan, pajak bangunan, pemeliharaan

eksterior atau pelayanan keamanan didistribusikan berdasarkan luas area per

aktivitas. Depresiasi peralatan atau biaya atau biaya sewa guna didistribusikan

kepada aktivitas yang terjadi dilokasi aset tersebut. Kelompok pemicu ini

jarang sekali digunakan sebagai dasar untuk penentuan biaya yang terjadi

(how much cost), tetapi sering dipakai untuk menentukan biaya yang harus

didistribusikan.

Permintaan (Demand)

Dipakai sebagai pemicu bila distribusi biaya pada aktivitasatau pada tujuan

biaya didasarkan pada permintaan. Contohnya adalah perawatan, biaya

Page 9: Cost Reduction

perawatan akan didistribusikan pada aktivitas atau tujuan biaya yang

memerlukan pelayanan perawatan saja. Distribusi biaya yang akurat akan

didapat berdasarkan estimasi atau permintaan aktual perawatan. Sama halnya

dengan kelompok occupancy, kelompok permintaan ini jarang digunakan

untuk menentukan biaya yang terjadi, lebih sering digunakan untuk

menentukan dimana biaya harus didistribusikan.

Surrogate cost driver: Pemasaran, akunting, pembelian

Merupakan data atau ukuran yang sudah tersedia dilapangan dan praktis untuk

digunakan dalam mendistribusikan suatu biaya ke aktivitas lain atau

departemen lain, apabila pemicu biaya yang secara teoritis benar (ideal) sulit

diukur datanya. Ada beberapa aktivitas yang pemicu biayanya sulit ditentukan

dengan tepat. Contohnya adalah biaya material dan biaya konversi. Kedua

pemicu biaya ini sering dipakai pada perusahaan kecil dan menengah.

6. Membuat Cost Flow Pattern

Rancangan cost flow pattern yang baik merupakan hal yang kritis untuk

keefektifan sistem activity based costing (ABC) yang dibuat. Selanjutnya akan

dijelaskan mengenai hal – hal yang perlu diketahui dalam merancang cost flow

pattern.

Activity Based Costing (ABC) menganalisa biaya tidak langsung perusahaan.

Factory overhead cost merupakan biaya material tidak langsung, tenaga kerja

tidak langsung dan semua biaya manufacturing yang tidak dapat dengan

mudah dibebankan kepada satuan kerja yang spesifik. Factory overhead cost

meliputi semua biaya manufacturing kecuali material langsung dan tenaga

kerja langsung.

Menurut Hicks (1992), jenis – jenis biaya tidak langsung terdiri dari:

Salaries and Wages

Merupakan seluruh biaya gaji yang dikeluarkan perusahaan seperti biaya

pekerja langsung dan gaji tidak langsung, gaji, upah overtime dan shift, bonus,

biaya pegawai saat tidak bekerja, dan biaya lain seperti upah libur, dan biaya

kesehatan pegawai. Biaya tenaga langsung merupakan biaya yang

Page 10: Cost Reduction

dialokasikan pada karyawan yang bekerja secara langsung terlibat didalam

proses produksi perusahaan. Sedangkan biaya overhead pabrik atau factory

overhead terdiri dari biaya bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung, dan

semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dapat dibebankan secara langsung

pada produk tersebut. Biaya overhead pabrik terdiri dari tiga (3) bagian, yaitu

sebagai berikut :

1. Biaya bahan tidak langsung pabrik, merupakan bahan baku yang secara

tidak langsung digunakan dalam produksi.

2. Biaya tenaga kerja tidak langsung pabrik, merupakan biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam bentuk upah atau penghasilan untuk pekerja

yang aktivitas kerjanya tidak berhubungan secara langsung dengan proses

produksi.

3. Data biaya tidak langsung pabrik, merupakan biaya-biaya yang diperlukan

untuk membantu kegiatan operasi perusahaan dilantai produksi. Biaya-

biaya tersebut adalah biaya pemeliharaan mesin-mesin, depresiasi mesin,

biaya listrik, dan biaya air.

Fringe Benefit

Merupakan biaya pegawai yang belum termasuk gaji. Kadang – kadang

didasarkan pada keuntungan penjualan untuk membedakannya dengan biaya

pada saleries dan wages. Yang termasuk fringe benefit adalah asuransi

kesehatan, asuransi kerja, state dan federal unemployment taxes, the employer

portion of FICA, dana pensiun, asuransi kecelakaan dan pembinaan pegawai.

Specific Assignment Cost

Yang termasuk dalam kategori ini adalah seluruh biaya operasi tidak langsung

yang belum tercantum dalam kedua kategori biaya sebelumnya. Biaya ini

diturunkan dari fakta bahwa setiap biaya harus dikelompokkan ke cost center

tertentu.

7. Menghitung Besarnya Biaya Per-Cost Center

Dalam menghitung biaya per-cost center, biaya dibagi menjadi 2 yaitu biaya

langsung dan biaya tidak langsung (overhead). Untuk perhitungan biaya

langsung adalah dengan membebankan secara langsung berdasarkan

Page 11: Cost Reduction

banyaknya produk yang dihasilkan, sedangkan untuk biaya tidak langsung

harus ditentukan berdasarkan proporsi produk yang dihasilkan.

Pengertian Depresiasi

Depresiasi adalahsebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis

dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi. Comittee on terminology

dari AICPA memberikan definisi sebagai berikut :

Akuntansi depresiasi adalah suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk

membagikan harga perolehan atau nilai dasar lain dari aktiva tetap berwujud,

dikurangi nilai sisa (jika ada), selama umur kegunaan unit itu yang ditaksir

(mungkin berupa suatu kumpulan aktiva-aktiva) dalam suatu yang sistematis dan

rasional. Ini merupakan proses alokasi, bukan penilaian.

Sebab- sebab depresiasi

Faktor-faktor yang menyebabkan depresiasi bisa dikelompokkan menjadi dua,

yakni :

a. Faktor-faktor fisik

Faktor-faktor fisik yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah aus karena

dipakai (wear and tear), aus karena umur (deterioration and decay) dan

kerusakan-kerusakan.

b. Faktor-faktor fungsional

Faktor-faktor fungsional yang membatasi umur aktiva tetap antara lain,

ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu

diganti dan karena adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa

yang dihasilkan, atau karena adanya kemajuan teknologi sehingga aktiva

tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai.

Faktor-faktor dalam Menentukan Biaya Depresiasi

Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban depresiasi

setiap periode. Faktor-faktor itu ialah :

Page 12: Cost Reduction

a. Harga perolehan (cost)

Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain

yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat

digunakan.

b. Nilai sisa (residu)

Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila

aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah

tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada

saat menjual/menukarnya.

c. Taksiran umur kegunaan

Taksiran umur kegunaan suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan

dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur

ini bisa dinyatakan dalam satuan perode waktu, satuan hasil produksi atau

satuan jam kerjanya.

Metode Perhitungan Depresiasi

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban depresiasi

periodik. Untuk dapat memilih salah satu metode hendaknya dipertimbangkan

keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tersebut. Metode-metode itu ialah :

a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak

digunakan. Dalam cara ini beban depresiasi tiap periode jumlahnya sama

(kecuali kalau ada penyesuaian-penyesuaian). Depresiasi tiap tahun dihitung

sebagai berikut:

Depresiasi = HP − NSn

Keterangan:

HP = Harga perolehan (cost).

NS = Nilai sisa (residu).

n = Taksiran umur kegunaan.

b. Metode Jam Jasa (Service Hours Method)

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin)

akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibanding

Page 13: Cost Reduction

dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya (part time). Depresiasi per jam

dihitung sebagai berikut:

Depresiasi per jam = HP − NSn

Keterangan:

HP = Harga perolehan.

NS = Nilai sisa.

n = Taksiran jam jasa.

c. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)

Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit

hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi,

sehingga depresiasi tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi

dalam hasil produksi. Depresiasi per unit produk dihitung sebagai berikut:

Depresiasi/unit = HP − NSn

Keterangan:

HP = Harga perolehan.

NS = Nilai sisa.

n = Taksiran hasil produksi (unit).

d. Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Method)

Dalam metode ini beban depresiasi tahun-tahun pertama akan lebih besar

daripada beban depresiasi tahun-tahun berikutnya. Metode ini didasarkan pada

teori bahwa aktiva yang baru akan dapat digunakan dengan lebih efisien

dibandingkan dengan aktiva yang lebih tua.

Ada 4 cara untuk menghitung beban depresiasi yang menurun dari tahun ke

tahun, yaitu:

1) Metode jumlah angka tahun (sum of year’s digits method)

Di dalam metode ini depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian

pengurang (reducing fractions) yang setiap tahunnya selalu menurun

dengan harga perolehan dikurangi nilai residu. Bagian pengurang ini

dihitung sebagai berikut:

Pembilang = bobot (weight) untuk tahun yang bersangkutan;

Page 14: Cost Reduction

Penyebut = jumlah angka tahun selama umur ekonomis aktiva atau

jumlah angka bobot (weight).

Jika aktiva itu umur ekonomisnya panjang, maka penyebut (jumlah angka

tahun) bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah angka tahun = n ( ( n + 1 )2 )

n = umur ekonomis

2) Metode saldo menurun (declining balance method)

Dalam cara ini beban depresiasi periodik dihitung dengan cara mengalikan

tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva. Tarif ini dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

T = 1 − n√NSHP

Keterangan:

T = Tarif.

n = umur ekonomis.

NS = Nilai sisa.

HP = Harga perolehan.

3) Double declining balance method

Dalam metode ini, beban depresiasi tiap tahunnya menurun. Untuk dapat

menghitung beban depresiasi yang selalu menurun, dasar yang digunakan

adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Persentase ini

dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap.

Karena nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu

menurun.

4) Metode tarif menurun (declining rate on cost method)

Di samping metode-metode yang telah diuraikan di muka, kadang-kadang

dijumpai cara menghitung depresiasi dengan menggunakan tarif (%) yang

selalu menurun. Tarif (%) ini setiap perode dikalikan dengan harga

perolehan. Penurunan tarif (%) setiap periode dilakukan tanpa

menggunakan dasar yang pasti, tetapi ditentukan berdasarkan

kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Karena tarif (%)-nya setiap peride

selalu menurun maka beban depresiasinya juga selalu menurun.

Page 15: Cost Reduction

Analisis Aktivitas (Activity Analysis)

Menurut Hansen dan Mowen (1997) “Activity analysis is the process of

indentifying, describing and evaluating activities an organization perform”.

Ada 4 langkah yang dilakukan dalam analisa aktivitas (Hansen dan

Mowen,1997.h,394) yaitu:

a. Aktivitas apa yang dikerjakan.

b. Berapa banyak orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut.

c. Waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas.

d. Penaksiran value aktivitas bagi perusahaan.

Ostrenga, Ozan, Mcllhatan, Harwood (1992), mengkategorikan aktivitas menjadi

3, yaitu:

a. Real value – Added Activities, yaitu aktivitas yang benar-benar bernilai dimata

konsumen yang harus dilakukan oleh perusahaan.

b. Bussiness Value – Added Activities, yaitu aktivitas yang tidak memiliki nilai

dimata konsumen tetapi bernilai bagi perusahan.

c. Non Value – Added Activities, yaitu aktivitas yang tidak bernilai baik bagi

perusahaan maupun konsumen. Jadi harus diminimalkan bahkan di hapus.

Aktivitas penambah nilai (Value – added activities) adalah aktivitas untuk

mempertahankan perusahaan atau bagiannya tetap bertahan dalam bisnisnya

(kegiatan produksi atau jasa). Beberapa aktivitas penambah nilai merupakan

aktivitas yang harus dilaksanakan (required activities) dan beberapa aktivitas

penambah nilai lain merupakan aktivitas kebijakan (discretionary activities).

Aktivitas penambah nilai yang berupa aktivitas kebijakan harus memenuhi

persyaratan berikut ini:

1. Aktivitas tersebut menyebabkan perubahan keadaan.

2. Perubahan keadaan tidak dapat dicapai dengan aktivitas sebelumnya.

3. Aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain dapat dilaksanakan.

Aktivitas bukan penambah nilai (Non – Value – Added) merupakan aktivitas yang

tidak diperlukan dalam menghasilkan value bagi customer. Aktivitas yang tidak

Page 16: Cost Reduction

memenuhi salah satu dari tiga kriteria aktivitas penambah nilai tersebut diatas

merupakan aktivitas bukan penambah nilai. Penyimpangan dari dua karakteristik

utama merupakan ciri khas aktivitas bukan penambah nilai.

Contoh analisis aktivitas dalam fase produksi

Dalam proses pembuatan produk diperlukan throughtput time yang merupakan

keseluruhan waktu yang diperlukan untuk mengolah bahan baku menjadi produk

jadi. Throughtput time dibagi menjadi empat komponen seperti dalam Gambar

2.1. Pada gambar tersebut dituliskan berbagai jenis waktu yang membentuk

throughtput time dan dua jenis aktivitas yang mengkonsumsi tersebut yaitu

aktivitas penambah nilai (Value – added activities) dan aktivitas bukan penambah

nilai (Non – value – added activities).

Gambar 2.1 Unsur waktu yang membentuk throughtput time dan jenis aktivitas yang

mengkonsumsi waktu tersebut.

Proses produksi yang ideal akan menghasilkan throughput time yang sama dengan

processing time.

Ukuran efisiensi proses produksi dihitung dengan membandingkan processing

time dengan throughput time yang dikenal dengan istilah Manufacturing Cycle

Efficiency (MCE). Seberapa besar aktivitas bukan penambah nilai dikurangi dan

dihilangkan dari proses pembuatan produk dapat dapat diukur dengan MCE

dengan format:

MCE = Processing TimeThroughput Time

Jika proses pembuatan produk menghasilkan MCE sebesar 1, maka aktivitas

bukan penambah nilai dapat dihilangkan dalam proses pengolahan produk,

Value added activities

Throughput = Procesing + Inspection + Moving + Waiting / Storage

time time time time

Non – value – added activities

Page 17: Cost Reduction

sehingga customer produk tersebut tidak dibebani dengan biaya-biaya untuk

aktivitas bukan penambah nilai bagi mereka, sebaliknya jika proses pembuatan

produk menghasilkan MCE kurang dari satu berarti proses pengolahan produk

masih mengandung aktivitas bukan penambah nilai bagi customer.

Dalam rangka pengelolaan aktivitas, maka perlu diketahui aktivitas yang bukan

penambah nilai perlu dikurangi dan dihilangkan serta aktivitas penambah nilai

yang perlu dijadikan efisien dalam pelaksanaannya, serta bagaimana cara

pengelolaannya. Dalam kegiatan manufaktur, terdapat lima golongan aktivitas

bukan penambah nilai (Hansen dan Mowen, 1995), yaitu:

1. Pembuatan Skedul. Penyusunan skedul adalah penggunaan waktu dan sumber

daya untuk menentukan kapan berbagai produk yang berbeda dimasukkan ke

dalam proses produksi dan bagaimana berbagai produk tersebut di produksi.

2. Pemindahan. Pemindahan adalah aktivitas yang menggunakan waktu dan

sumber daya untuk memindahkan bahan baku, produk dalam proses, dan

produk jadi dari satu departemen ke departemen yang lain.

3. Penantian. Penantian adalah aktivitas yang di dalamnya bahan baku dan

produk dalam proses menggunakan waktu dan sumber daya dalam menunggu

proses berikutnya.

4. Inspeksi. Inspeksi adalah aktivitas yang mengkonsumsi waktu dan sumber

daya untuk menjamin produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu

yang telah ditetapkan.

5. Penyimpanan. Penyimpanan adalah aktivitas yang menggunakan waktu dan

sumber daya selama produk dan bahan baku disimpan sebagai persediaan.

Kelima golongan aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang sebenarnya tidak

menambah nilai bagi customer, sehingga dalam jangka panjang harus dihilangkan

dari proses pembuatan produk. Cara yang ditempuh untuk meningkatkan efisiensi

pelaksanaan aktivitas penambah nilai dan mengurangi serta akhirnya

menghilangkan aktivitas bukan penambah nilai dalam pengelolaan aktivitas

adalah :

Page 18: Cost Reduction

1. Activity Reduction

Berusaha menurunkan waktu dan sumber daya dengan meningkatkan efisiensi

aktivitas yang perlu dan menyusun strategi untuk memperbaiki aktivitas yang

tidak menambah nilai sampai dapat di eliminasi.

2. Activity Elimination

Pendekatan ini menganggap bahwa ada beberapa aktivitas yang tidak

diperlukan. Jika aktivitas ini dapat diidentifikasikan maka badan usaha

berusaha melepaskan diri dari aktivitas tidak menambah nilai tersebut.

2. Activity Selection

Melakukan pemilihan untuk aktivitas yang paling efisien dari sekumpulan

aktivitas yang berbeda yang di sebabkan oleh strategi persaingan, misalnya

memilih strategi perancangan produk dengan biaya yang paling murah jika

faktor yang lain sama.

4. Activity Sharing

Meningkatkan efisiensi dari aktivitas yang perlu dengan menggunakan skala

ekonomi. Dengan demikian kuantitas pemicu biaya (cost driver) meningkat

tanpa peningkatan biaya dari pemicu biaya perunit dan jumlah biaya yang

dibebankan ke produk yang mengkonsumsi aktivitas menjadi lebih rendah.

Jadi perusahaan yang melakukan analisis aktivitas mengarah pada penghematan

biaya dengan perbaikan yang berkelanjutan, ini dipertegas oleh Hansen dan

Mowen (1997) “Activity analysis is the key to achieving cost reduction objective

continuos improvement carries with it the objective of cost reduction. Competitive

condition dictate that companies must deliver product the customer want, ontime,

and at the lowest possible cost.

Page 19: Cost Reduction

TUGAS RMK SEMINAR AKUNTANSI

COST REDUCTION AND CONTROL

OLEHCAKRANAGARA WIBISONO

A31107047

JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR2014