Post on 05-Jun-2019
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN PADA BNI SYARIAH
CABANG SEMARANG
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Dewi Anggreani
20112018
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN PADA BNI SYARIAH
CABANG SEMARANG
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A. Md. E.Sy)
Disusun Oleh :
Dewi Anggreani
20112018
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
MOTTO
“Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan hebat adalah cintai apa
yang anda lakukan”
(Steve Jobs)
“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena
kematian itu, jika diingat oleh orang yang sedang dalam kesusahan
hidup, maka akan bisa meringankan kesusahannya. Dan jika diingat oleh
orang yang sedang senang, maka akan bisa membatasi kebahagiannya
itu”
(HR. ath-Thabrani dan al-Hakim)
PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan untuk:
1. Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat serta hidayah-Nya.
2. Kedua orang tua, Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan
moril maupun materi, perhatian, kasih sayang dan do’anya yang tidak
henti-hentinya diberikan untuk penulis.
3. Adikku tersayang yang selalu menjadi sahabat dan teman berbagi dirumah.
4. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya
selama ini.
5. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan menyemangati.
6. Teman-teman DIII Perbankan Syariah seangkatan yang berjuang bersama-
sama.
7. Almamater.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga peulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul “ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN PADA BNI
SYARIAH CABANG SEMARANG” dengan baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan
kita Baginda Rasulullah Muhammad SAW, pembawa kebenaran dan petunjuk,
berkat beliaulah kita dapat menikmati kehidupan yang penuh cahaya keselamatan.
Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan syafaatnya kelak, amin.
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan
bantuan-bantuan dalam bentuk bimbingan, keterangan serta dorongan moril
maupun materiil, sehingga tugas akhir ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya, kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Dr. Anton Bawono, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga
3. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.SI. selaku Ketua Jurusan Program
Studi DIII Perbankan Syariah
4. Bapak H. Abdul Aziz, NP, M.M selaku pembimbing yang telah membimbing
dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis IAIN Salatiga yang telah
memberikan ilmunya dengan tulus.
6. Karyawan dan staff yang telah banyak membantu penulis selama menuntut
ilmu di IAIN Salatiga
7. Pimpinan cabang BNI Syariah Semarang dan seluruh karyawan beserta staf
yang telah memberikan kesempatan untuk bisa magang dan ilmu yang
didapat selama magang
8. Untuk kedua orang tua tercinta dan keluarga yang telah memberi doa,
semangat dan masukan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Teman-teman DIII Perbankan Syariah seangkatan yang berjuang bersama-
sama
10. Semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat serta doanya,
yang tidak dapat disampaikan satu per satu. Terima kasih banyak.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Salatiga, 14 Agustus 2015
Penulis
Dewi Anggreani
ABSTRAK
Anggreani, Dewi. 2015. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan pada BNI
Syariah Cabang Semarang. Tugas Akhir. Jurusan D III Perbankan
Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing H. Abdul Aziz. NP , M.M.
Kata kunci: Risiko, Manajemen, Pembiayaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab
terjadinya risiko pembiayaan di BNI Syariah, manajemen risiko pembiayaan yang
diterapkan, dan penanganan terhadap pembiayaan bermasalah. Dengan
menggunakan metode penelitian berupa deskriptif kualitatif, maka dapat
disimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya risiko pembiayaan adalah risiko
SDM (Sumber Daya Manusia) dan risiko operasional. Proses penerapan
manajemen risiko pembiayaan dilakukan oleh unit processing, unit remidial
recovery, dan branch internal control. Dalam penanganan pembiayaan
bermasalah di BNI Syariah menerapkan rescheduling, reconditioning, dan
pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk pembiayaan Qardhul Hasan
serta dilakukan pelelangan dengan pihak ketiga. Dengan hasil seperti itu, penulis
merekomendasikan perlu adanya langkah-langkah yang jelas dan tegas terhadap
pembiayaan yang bermasalah, dan dalam menjaga prestasi dan kinerjanya bank
syariah harus lebih menjaga profesionalismenya dan lebih kompetitif lagi agar
mampu bersaing dan meningkatkan kualitasnya supaya lebih unggul dari bank
konvesional.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................. iv
MOTTO ..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................ 4
C. Tujuan dan Kegunaan .................................................. 4
D. Metode Penelitian......................................................... 5
E. Penegasan Istilah .......................................................... 7
F. Sistematika Penulisan .................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka ............................................................. 10
B. Kerangka Teoritik ........................................................ 12
C. Dasar Hukum Al-Qur’an .............................................. 30
BAB III LAPORAN OBJEK
A. Gambaran Umum BNI Syariah .................................... 32
1. Sejarah dan Perkembangan BNI Syariah ............... 32
2. Visi dan Misi .......................................................... 34
3. Struktur Orgaisasi .................................................. 36
4. Job Description ...................................................... 37
B. Produk-produk dan Layanan BNI Syariah ................... 43
1. Produk Pendanaan .................................................. 43
2. Produk Pembiayaan ................................................ 45
3. Produk Jasa dan Layanan ....................................... 49
BAB IV ANALISIS
A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Risiko
Pembiayaan di BNI Syariah Cabang Semarang ........... 51
B. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan di BNI
Syariah Cabang Semarang ........................................... 54
C. Penanganan Pembiayaan Bermasalah di BNI Syariah
Cabang Semarang......................................................... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 69
B. Saran ............................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 71
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BNI Syariah Cabang Semarang ............. 36
Gambar 4.1 Skema Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan ............... 54
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi untuk
mengumpulkan, mengelola dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan. Pembiayaan sering
digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama bank syariah, karena
berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Disamping itu,
bank syariah juga berfungsi untuk mengumpulkan, mengelola dan
menyalurkan zakat infak shadaqah (ZIS) kepada masyarakat yang berhak
menerimanya. Dalam hal produk-produk yang ditawarkan oleh lembaga
keuangan syariah, produk-produk tersebut sebagian besar memiliki
kesamaan dengan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan konvensional.
Namun, dalam penerapannya tentu berbeda. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan prinsip diantara keduanya.
Sebagai lembaga intermediary (perantara antara penghimpun dana
dan penyalur dana) dan seiring dengan situasi lingkungan eksternal dan
internal perbankan yang mengalami perkembangan pesat, bank syariah
akan selalu berhadapan dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat
kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan usahanya. Risiko
dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang
dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan
(unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan
permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat
dikelola dan dikendalikan. Oleh karena itu, sebagaimana lembaga
perbankan pada umumnya, bank syariah juga memerlukan serangkaian
prosedur dan metodelogi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan
usaha, atau yang biasa disebut sebagai manajemen risiko.
Ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko harus diterapkan
di perbankan syariah dan menjadi bagian penting manajemen bank
syariah. Pertama, sebagai tindak lanjut dari penerapan Bassel Accord II
yang merupakan penyempurnaan dari global yang terjadi pada dunia
perbankan. Kedua, terdapat kondisi yang tidak menentu dalam transaksi
perbankan syariah lebih dari perbankan konvensional yang menyebabkan
perbankan mau tidak mau harus menerapkan manajemen risiko (Sulhan,
2008:149).
Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentifikasi,
mengukur, memantau dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank
dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan
berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai
filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap
kegiatan usaha bank. Tujuan manajemen risiko itu sendiri dalah untuk
menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator, memastikan
bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable,
meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled,
mengukur eksposur dan pemusatan risiko, serta mengalokasikan modal
dan membatasi risiko (Karim, 2010:255).
Manajemen risiko dalam bank syariah mempunyai karakter yang
berbeda dengan bank konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis
risiko yang khas melekat hanya pada bank-bank yang beroperasi secara
syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank Islam dengan
bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur (how to
measure), melainkan pada apa yang dinilai (what to measure). Perbedaan
tersebut akan tampak terlihat dalam proses manajemen risiko operasional
bank syariah yang meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi
risiko dan monitoring risiko.
Secara umum, risiko-risiko yang melekat pada aktivitas fungsional
bank syariah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis risiko, yaitu risiko
pembiayaan, risiko pasar (terdiri dari forex risk, interest rate risk, liquidity
risk, dan price risk) dan risiko operasional (terdiri dari transactional risk,
compliance risk, strategic risk, reputation risk dan legas risk).
Risiko pembiayaan yang dihadapi oleh perbankan syariah
merupakan salah satu risiko yang perlu dikelola secara tepat karena
kesalahan dalam pengelolaan risiko pembiayaan dapat berakibat fatal pada
peningkatan NPF (Non Performance Financing) yaitu kredit bermasalah
yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kredit kurang lancar, kredit
diragukan dan kredit macet.
Dalam pertumbuhannya dengan pembiayaan yang semakin besar,
bank syariah harus siap dalam menghadapi risiko-risiko akibat
pembiayaan. Sehingga perlu diterapkan manajemen yang baik, yang dapat
meminimalisir risiko yang akan timbul dari pembiayaan.
Berdasarkan berbagi uraian latar belakang di atas, maka peneliti
tertarik memilih judul : “Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan pada
BNI Syariah Semarang”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian masalah diatas dapat diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya risiko pembiayaan di
BNI Syariah Cabang Semarang?
2. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan diterapkan di BNI Syariah
Cabang Semarang?
3. Bagaimana penanganan terhadap pembiayaan bermasalah di BNI
Syariah Cabang Semarang?
C. Tujuan dan Kegunaan
Dalam penulisan Tugas Akhir ini memiliki beberapa tujuan bagi
banyak pihak, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya risiko
pembiayaan di BNI Syariah Cabang Semarang.
2. Untuk mengetahui bagaimana manajemen risiko pembiayaan
diterapkan di BNI Syariah Cabang Semarang.
3. Untuk mengetahui bagaimana penanganan terhadap pembiayaan
bermasalah di BNI Syariah Cabang Semarang.
Sementara itu kegunaannya adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Sebagai syarat untuk memenuhi Tugas Akhir Program Studi D III
Jurusan Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga, serta
sebagai bahan masukan untuk menambah dan memperluas
pengetahuan penulis, khususnya yang berkaitan dengan menejemen
risiko pada pembiayaan di perbankan.
2. Bagi IAIN Salatiga
Sebagai karya ilmiah yang dapat dijadikan referensi ataupun
tambahan informasi bagi civitas akademik IAIN Salatiga, serta
memperkenalkan IAIN Salatiga kepada masyarakat luas dan
khususnya Program Studi D III Perbankan Syariah.
3. Bagi Bank Syariah
Memberikan kontribusi yang bermanfaat atau dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan bagi karyawan dan manajer dalam
melakukan manajemen risiko pada pembiayaaan.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian tugas akhir ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu
penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna
(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu, landasan teori juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
2. Jenis Data yang Dibutuhkan
Adapun data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini
terdiri atas :
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari
obyek penelitian yang digunakan dalam analisis dan pembahasan
masalah.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau diperoleh
dari buku-buku, serta sumber-sumber data lain yang berhubungan
dengan laporan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis
terdiri dari :
a. Observasi Langsung
Merupakan teknik pengumpulan atau memperoleh data informasi
dengan cara melakukan pengamatan langsung dari Bank BNI
Syariah.
b. Studi Pustaka
Merupakan teknik memperoleh data atau informasi dari media
buku atau pustaka kemudian mengumpulkan pengertian dan
penjelasan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
c. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung kepada sumber informasi.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan
interprestasi secara logis, sistematis, dan konsisten sesuai dengan
teknik yang dipakai dalam pengumpulan data dan sifat data yang
diperoleh.
Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif,
untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Data yang
diperoleh kemudian akan disusun secara sistematis sehingga akan
diperoleh gambaran yang komprehensif, dan selanjutnya dianalisis
secara kualitatif yaitu dengan memperhatikan data-data yang ada.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak timbul salah pengertian dan penafsiran, maka penulis
perlu menjelaskan arti kata-kata dan memberikan penegasan istilah yang
ada dalam penelitin ini.
1. Analisis adalah proses perencanaan yang terdiri dari beberapa bagian
atau komponen yang saling berhubungan atau berkesinambungan agar
bisa mendapatkan sebuah pengertian yang berupa sumber informasi
yang tepat serta memiliki pemahaman arti keseluruhan sehingga
memudahkan untuk menggolongkan informasi tersebut.
2. Manajemen adalah seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Risiko adalah suatu potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang
dapat menimbulkan kerugian.
4. Pembiayaan adalah penyertaan barang, jasa atau hutang dari pihak
kreditur atau pemberi pinjaman atas dasar kepercayaan terhadap pihak
debitur atau penerima pinjaman dengan janji membayar dari debitur
kepada kreditur pada tanggal yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak.
5. Risiko Pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya
kegagalan counterparty (rekan/tim) dalam memenuhi kewajibannya.
F. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini terdapat 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa
sub bab yang dapat diuraikan kembali. Sistematika penulisan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I yaitu Pendahuluan merupakan bab yang berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, metode penelitian,
penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
Bab II yaitu Landasan Teori yang pada bab ini berisi telaah
pustaka, landasan-landasan teori yang menguraikan hal-hal yang
bersangkutan dengan materi yang akan dibahas dalam penelitian, dengan
sumber dan referensi dari berbagai literatur, dan dasar hukum al-Qur’an.
Bab III yaitu Laporan Objek. Pada gambaran ini, terdiri dari
gambaran umum BNI Syariah Cabang Semarang yang berisi tentang
sejarah singkat, visi misi, struktur organisasi, job description dan produk-
produk.
Bab IV yaitu Analisis Data yang berisi uraian analisis penulis
terhadap faktor penyebab terjadinya risiko pembiayaan, penerapan
manajemen risiko pembiayaan dan penanganan terhadap pembiayaan
bermasalah di BNI Syariah Cabang Semarang.
Bab V yaitu Penutup yang memuat kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian dan disertai lampiran-lampiran yang terkait dengan hasil
penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Terkait dengan Tugas Akhir yang akan diteliti oleh penyusun, ada
beberapa telaah pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah
dibuat sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan maupun pembeda
bagi penelitian ini :
Wijanarko (2009), dalam penelitian yang berjudul Perencanaan
Manajemen Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) di BMT Al-
Mu’awanah Bringin Tahun 2008-2009, menyatakan bahwa analisis yang
diterapkan dalam pemberian pembiayaan membutuhkan informasi yang
berhubungan dengan keluarga, data usaha dan data keuangan keluarga.
Manajemen yang diterapkan di BMT Al-Mu’awanah Bringin
memperhatikan aspek-aspek antara lain: aman, lancar, menguntungkan,
halal dan juga memperhatikan prinsip 5c + 1c yaitu: character, capacity,
capital, collateral, condition, contrains. Ini dilakukan untuk menilai para
calon anggota nasabah pihak peminjam dana.
Afifa (2010), telah menulis sebuah penelitian dengan judul Strategi
Meminimalisasi dan Menanggulangi Risiko Pembiayaan Macet pada BMT
Muhajirin Salatiga. Dalam penelitian tersebut strategi meminimalisasi
risiko pembiayaan macet meliputi mengenal calon debitur, pilihan
angsuran harian, mensyaratkan menjadi anggota minimal 3 bulan, batas
maksimal pembiayaan dengan jaminan surat dasaran pasar, perjanjian atau
akad tertulis, pengendalian manajemen. Strategi menanggulangi
pembiayaan macet meliputi pemantau dan kerjasama, eksekusi jaminan
dan cadangan risiko pembiayaan tak tertagih.
Maunah (2010), melakukan penelitiannya yang berjudul Analisis
Pengendalian Internal dalam Sistem Pemberian Kredit pada Koperasi
Simpan Pinjam Gradiska Candirejo. Peneliti menuliskan bahwa
keefektifan pengedalian internal dengan penerapan prinsip 5C dan 7P,
yang telah menekankan pada Character, Collateral, Prospect, Payment
dan Personality. Biasanya kegagalan kredit yang terjadi itu karena
kelalaian pihak koperasi dalam menganalisa kredit yang akan disalurkan.
Untuk mengatasinya dilakukan perpanjangan jangka waktu kredit,
memperpanjang jangka waktu angsuran, penundaan pembayaran bunga
sampai penurunan suku bunga. Kalau dengan cara itu masih sulit, jalan
terakhir yang dilakukan adalah dengan penyitaan barang jaminan.
Sedangkan pengendalian internal yang dilakukan yaitu dengan
menerapkan elemen-elemen pengendalian internal dan pemisahan tugas
pada setiap bagian, terutama pada bagian kredit.
Murniati (2012), telah menulis sebuah penelitian yang berjudul
Posedur Pemberian Pembiayaan dan Upaya Mencegah Pembiayaan
Bermasalah di BMT Anda Ampel Boyolali. Dalam penelitan tersebut
dijelaskan prosedur pemberian pembiayaan di BMT Anda Cabang Ampel
melalui tahapan-tahapan yaitu pengajuan proposal, penyelidikan berkas
jaminan, wawancara, peninjauan ke lokasi, penilaian kelayakan
pembiayaan, realisasi pembiayaan dan pelaksanaan pembiayaan. Analisa
5C+IS merupakan acuan utama untuk menilai kelayakan pemberian
kelayakan yaitu meliputi Character, Capacity, Capital, Corateral,
Condition dan Syariah. Faktor yang ada dalam analisis 5C+1S merupakan
faktor-faktor penting dalam menjamin mutu pembiayaan. Setiap
permohonan pembiayaan yang telah melewati tahap penilaian pembiayaan
(5C+1S), maka pembiayaan yang berjalan akan menjadi pembiayaan yang
faktor risikonya minim. Hal ini dapat berarti bahwa analisis 5C+1S yang
baik membantu dalam menghasilkan pembiayaan dengan mutu yang baik
dan faktor risiko yang rendah.
Pada penelitian kali ini lebih ditegaskan tentang manajemen risiko
pembiayaan yang lebih menyeluruh dan sebelumnya belum dilakukan
penelitian tentang analisis manajemen risiko pembiayaan pada BNI
Syariah Cabang Semarang. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian
tentang “Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan pada BNI Syariah
Cabang Semarang”.
B. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Risiko
Risiko adalah kemugkinan kejadian hasil yang menyimpang
dari harapan yang bersifat merugikan (Sulhan dan Siswanto,
2008:105). Risiko muncul akibat adanya ketidakpastian hasil yang
dicapai dari suatu usaha.
Sering kali risiko muncul karena adanya lebih dari satu pilihan
dan dampak dari tiap pilihan tersebut belum dapat diketahui dengan
pasti, sebagaimana tidak pastinya masa depan. Risiko didefinisikan
sebagai konsekuensi atas pilihan yang mengandung ketidakpastian
yang berpotensi mengakibatkan hasil yang tidak diharapkan atau
dampak negatif lainnya (Wahyudi dkk, 2013:4).
2. Jenis-jenis Risiko
Berdasarkan PBI Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
terdapat sepuluh jenis risiko yang dihadapi bank Islam, yaitu: risiko
kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum,
risiko reputasi, risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko imbal hasil,
dan risiko investasi. Delapan risiko pertama merupakan risiko umum
yang juga dihadapi oleh bank konvensional. Sedangkan dua risiko
terakhir merupakan risiko unik yang khusus dihadapi oleh bank
Islam.
a. Risiko Kredit
Risiko kredit muncul akibat kegagalan nasabah atau pihak
lain dalam memenuhi liabilitas (kewajiban) kepada bank Islam
sesuai kontrak. Risiko ini disebut juga risiko gagal bayar (default
risk), risiko pembiayaan (financing risk), risiko penurunan rating
(downgrading risk), dan risiko penyelesaian (settlement risk).
b. Risiko Pasar
Risiko pasar muncul akibat adanya pergerakan harga pasar
(adverse movement) dari portofolio asset yang dimiliki oleh bank
dan dapat merugikan bank. Risiko ini hanya muncul jika bank
memegang asset, namun tidak untuk dimiliki atau dipegang
hingga jatuh tempo, melainkan untuk dijual kembali.
c. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas terjadi akibat ketidakmampuan bank Islam
dalam memenuhi liabilitas yang jatuh tempo. Untuk memenuhi
kebutuhan likuiditasnya, bank dapat menggunakan sumber
pendanaan arus kas dan asset likuid berkualitas tinggi yang dapat
digunakan tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan
bank. Risiko ini muncul sebagai konsekuensi logis dari
ketidaksamaan waktu jatuh tempo antara sumber pendanaan bank,
yakni DPK dan akad pembiayaan bank kepada debitur. Apalagi
jika pembiayaan yang dilakukan bank mengalami gagal bayar.
Sering kali, pemicu utama kebangkrutan yang dialami oleh bank,
yang besar maupun yang kecil, bukanlah karena kerugian yang
dideritanya, melainkan lebih kepada ketidakmampuan bank
memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
d. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan
oleh pengendalian internal yang kurang memadai, kegagalan
proses internal, kesalahan manusia (human error), kegagalan
sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang
memengaruhi operasional bank. Selain itu, kegagalan memenuhi
peraturan disebut dengan risiko kepatuhan (compliance risk), dan
risiko bisnis sering kali dimasukkan dalam kategori risiko
operasional.
e. Risiko Hukum
Risiko hukum muncul akibat adanya tuntutan hukum
dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini timbul antara lain,
karena adanya tuntutan secara hukum dan ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan,
seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau pengikatan
agunan yang tidak smpurna. Risiko ini tidak jauh berbeda dengan
yang dialami oleh bank konvensional.
f. Risiko Reputasi
Risiko reputasi terjadi akibat menurunnya tingkat
kepercayaan pemangku kepentingan (stakeholder) yang
bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Pemangku
kepentingan bank meliputi nasabah, debitur, investor, regulator,
dan masyarakat umum, meskipun belum menjadi nasabah bank.
Hal-hal yang sangat berpengaruh pada reputasi bank adalah
manajemen, pelayanan, ketaatan pada aturan, kompetensi dan
sebagainya. Risiko ini timbul antara lain, karena adanya
pemberitan media dan/atau rumor mengenai bank yang bersifat
negatif serta adanya strategi komunikasi bank yang kurang
efektif.
g. Risiko Strategis
Risiko strategis terjadi akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Risiko ini timbul antara lain, karena bank menetapkan strategi
yang kurang sejalan dengan visi dan misi bank, melakukan
analisis lingkungan strategis yang tidak komprehensif, dan/atau
terdapat ketidaksesuaian rencana strategis antar level strategis.
Selain itu, risiko strategis dapat juga muncul karena kegagalan
bank dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis, seperti
perubahan teknologi, perubahan kondisi ekonomi makro,
dinamika kompetisi di pasar, dan perubahan kebijakan otoritas
terkait.
h. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan muncul akibat bank tidak mematuhi
dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan,
ketentuan yang berlaku, dan prinsip syariah. Selain harus
memenuhi semua regulasi dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku sebagaiman pada bank konvensional, bank Islam
diharuskan memenuhi prinsip-prinsip syariah dalam aktivitas
bisnisnya. Inilah yang seharusnya mencirikan bank Islam. Bank
Islam harus benar-benar beroperasi murni berdasarkan syariat
Islam.
i. Risiko Imbal Hasil
Risiko imbal hasil terjadi akibat perubahan tingkat imbal
hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah dan memengaruhi
perilaku nasabah. Risiko ini muncul sebagai akibat terjadinya
perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran
dana ke debitur.
j. Risiko Investasi
Risiko investasi muncul akibat bank ikut menanggung
kerugian usaha debitur yang dibiayai dalam pembiayaan berbasis
bagi hasil. Berdasarkan fatwa DSN MUI, perhitungan bagi hasil
tidak hanya didasarkan atas jumlah pendapatan atau penjualan
yang diperoleh debitur, namun telah dikurangi dengan biaya
pokoknya. Risiko investasi ini makin besar jika basis bagi
hasilnya berdasarkan atas laba operasi atau laba netto usaha
debitur. Bahkan jika sampai usaha debitur bangkrut, bank dapat
kehilangan pokok pembiayaan yang diberikan kepada debitur.
3. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen adalah suatu aktivitas khusus menyangkut
kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan,
dan pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan
unsur-unsur pokok dalam suatu proyek (Muhamad, 2002:148).
Manajemen risiko dapat diartikan sebagai penerapan fungsi-
fungsi manajemen dalam menanggulangi risiko yang dihadapi oleh
organisasi jadi, manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem
pengelolaan risiko yang dihadapi organisasi secara komprehensif
untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan (Sulhan dan Siswanto,
2008:109).
Manajemen risiko pada bank Islam seharusnya merupakan suatu
proses berkelanjutan tentang bagaimana bank mengelola risiko yang
dihadapinya. Meminimalkan potensi keterjadian dan dampak yang
ditimbulkan pada berbagai risiko yang tidak dikehendaki. Pada sisi
lain, menerima dan beroperasi dengan risiko tersebut. Bahkan dalam
tataran yang lebih tinggi, jika memungkinkan bank Islam dapat
mengonversi risiko menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.
Lebih jauh, manajemen risiko adalah tentang bagaimana bank secara
aktif memilih jenis dan tingkat risiko yang sesuai dengan kegiatan
usaha bank tersebut.
Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk memastikan
bahwa seluruh kebijakan risiko dan bisnis bisa diimplementasikan
secara konsisten (Wahyudi dkk, 2013:59).
Dalam kerangka manjemen risiko, kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan perlu dilakukan pada
suatu program penanggulangan risiko agar tujuan program tersebut
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Program penanggulangan
risiko suatu organisasi dapat diklasifikasikan kedalam beberapa
kegiatan di antaranya:
a. Identifikasi Risiko (Risk Identification)
Identifikasi risiko adalah proses dimana suatu perusahaan
secara sistematis dan terus menerus mengidentifikasi, properti,
liability, dan personel exposure dan lain sebagainya sebelum
terjadi peril. Agar risiko dapat dikelola, ia harus diukur. Agar
risiko dapat diukur, maka ia harus diidentifikasi terlebih dahulu.
Hal ini merupakan alasan utama kenapa risiko harus
diidentifikasi. Mengidentifikasi adalah proses menelusuri sumber
risiko, mentabulasi banyaknya atau jumlah risiko yang
mengancam dan sekaligus membagi dan mengklasifikasikan
masing-masing risiko berdasarkan skala prioritas. Teknik yang
dapat dipakai untuk mengidentifikasi risiko diantaranya:
1) Menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan
2) Menganalisis flow chart kegiatan dan operasi perusahaan
untuk melihat risiko suatu proses produksi dan operasi
3) Menganalisis kontrak yang telah dan sedang dibuat
perusahaan dengan para kliennya
4) Melihat catatan statistik kerugian dan laporan kerugian
perusahaan
5) Survey dan wawancara terhadap manajer sehubungan dengan
risiko yang biasa dihadapi sehari-hari
b. Pengukuran dan Evaluasi Risiko (Risk Assessment)
Pengukuran dan evaluasi risiko adalah proses sistematis
yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur tinggi rendahya
risiko yang dihadapi perusahaan melalui kuantifikasi risiko.
Tujuannya untuk memahami karakteristik risiko, sehingga risiko
akan lebih mudah dikendalikan. Beberapa contoh teknik untuk
mengukur risiko antara lain probabilitas (untuk membuat
prioritas), teknik duration (untuk mengukur risiko perubahan
tingkat bunga) dan VAR (value at risk) yang digunakan untuk
mengukur risiko pasar.
Ada dua dimensi dalam pengukuran risiko yaitu frekuensi
terjadinya kerugian dan signifikansi dan kegawatan (saverity) dari
suatu kejadian/risiko. Frekuensi suatu kejadian bisa
dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan seperti:
1) Hampir tidak mugkin terjadi (almost nil)
2) Kemungkinan kecil terjadi (slight)
3) Mungkin terjadi (moderate)
4) Mungkin sekali terjadi (definite)
Sedangkan tingkatan signifikansi suatu kejadian suatu
risiko dapat dibagi dalam:
1) Normal loss expectancy, bila kerugian masih dapat dikelola
sendiri
2) Probably maximum loss, kerugian bila pegaman tidak
berfungsi
3) Maximum foreseeable loss, kerugian yang tidak dapat diatasi
sendiri
4) Maximum possible loss, kerugian yang tidak dapat
diamankan (baik secara pribadi maupun melalui asuransi)
c. Pengelolaan Risiko
Setelah risiko diidentifikasi dan diukur serta dievaluasi,
barulah kita dapat melakukan pengelolaan terhadap risiko.
Beberapa alternatif pengelolaan terhadap risiko dilakukan dengan
antara lain penghindaran, ditahan (retention), diversifikasi,
transfer risiko, dan pendanaan risiko.
Penghindaran risiko dilakukan jika frekuensi terjadinya
risiko sangat besar dan signifikansi/tingkat kegawatan jika risiko
itu terjadi sangat besar serta perusahaan tidak akan mampu
mengelolanya ataupun menanggung kerugian risiko tersebut,
bahkan pihak asuransi pun tidak mampu menahannya.
Alternatif pengelolaan berikutnya adalah menahan risiko.
Menahan risiko adalah menghadapi risiko dengan kemampuan
sendiri dan sumber daya yang ada tanpa meminta bantuan pihak
lain separti perusahaan asuransi. Risiko ditahan jika frekuensi
maupun signifikansi terjadinya risiko masih dapat diatasi sendiri
dengan kemampuan sendiri, dan perusahaan diperkirakan masih
dapat mengelolanya sendiri.
Diversifikasi adalah penempatan kekayaan pada beberapa
asset yang berbeda dengan tujuan meminimalkan risiko.
Diversifikasi bisa dilakukan oleh perusahaan yang memiliki
sumber daya yang cukup. Semakin besar diversifikasi, atau
semakin banyak macam asset yang dimiliki, semakin kecil risiko
kerugian total akibat investasi tersebut.
Transfer risiko adalah proses pengalihan sebagian atau
seluruh risiko yang ditanggung pada pihak lain (penanggung)
yang biasanya adalah perusahaan asuransi. Transfer risiko dapat
dilakukan hanya pada jenis risiko yang bersifat murni. Pengalihan
risiko dapat dilakukan pada sebagian kecil risiko sampai pada
seluruh risiko tergantung besarnya retensi perusahaan asuransi
dan tergantung pada besarnya premi yang dibayarkan.
Sedangkan pendanaan risiko dilakukan dengan
mengalokasikan sebagian dana perusahaan sebagai kompensasi
dan cadangan jika risiko benar-benar terjadi. Pendanaan risiko
hanya dapat dilakukan pada risiko-risiko yang kecil sampai pada
risiko sedang. Jika risiko terlalu tinggi, maka penanganan paling
tepat adalah dengan melakukan transfer risiko.
4. Pembiayaan
a. Pengertia Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak yang dibiayai untuk mgembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
bagi hasil (Kasmir, 2002:325).
Menurut Muhammad (2002:260) pembiayaan secara luas berarti
financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun dijalankan oleh orang lain, sedangkan dalam arti
sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada
nasabah.
b. Jenis Pembiayaan
Berdasarkan sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi
menjadi dua (Antonio, 2001:160), yaitu:
1) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan utuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha baik usaha produksi, perdanganan, maupun
investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk
pemenuhan kebutuhan peningkatan kuatitas maupun
kualitas produksi dan keperluan perdagangan atau
peningkatan utility of place dari suatu barang. Unsur-unsur
modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat likud
(cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan
(iventory) baik dalam bentuk persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses, maupun persediaan
barang jadi.
b) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-
fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. Pembiayaan
investasi diberikan kepada para nasabah untuk keperluan
investasi yaitu keperluan penambahan modal guna
mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun
pendirian proyek baru. Pembiayaan investasi umumya
diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup
lama, sehingga perlu disusun proyeksi arus kas (projected
cash flow).
2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis
digunakan untuk memenuhi kebutuhan. kebutuhan konsumtif
dapat dibedakan atas kebutuhan primer dan kebutuhan
sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik
berupa barang atau jasa, sedangkan kebutuhan sekunder
adalah kebutuhan tambahan yang secara kuantitatif maupun
kualitatif lebih mewah dari kebutuhan primer.
5. Pengertian Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya
kegagalan counterparty dalam memenuhi kewajibannya (Karim,
2010:260).
Dalam bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait
produk dan risiko terkait pembiayaan korporasi.
a. Risiko Terkait Produk
1) Risiko Terkait Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang
dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan
pembayaran kemudian, baik dalam bentuk angsuran maupun
dalam bentuk lump sum (sekaligus). Dengan demikian,
pemberian pembiayaan murabahah dengan jangka waktu
panjang menimbulkan risiko tidak bersaingnya bagi hasil
kepada dana pihak ketiga.
Bank dapat menetapkan jangka waktu maksimal untuk
pembiayaan murabahah dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut:
a) Tingkat (margsin) keuntungan saat ini dan prediksi
perubahannya di masa mendatang yang berlaku di pasar
perbankan syariah
b) Suku bunga kredit saat ini dan prediksi perubahannya di
masa mendatang yang berlaku di pasar perbankan
konvensional
c) Ekspektasi bagi hasil kepada dana pihak ketiga yang
kompetitif di pasar perbankan syariah
2) Risiko Terkait Pembiayaan Ijarah
Risiko yang terkait dengan pembiayaan ijarah mencakup
beberapa hal berikut:
a) Dalam hal barang yang disewakan adalah milik bank,
timbul risiko tidak produktifnya asset ijarah karena tidak
adanya nasabah.
b) Dalam hal barang yang disewakan bukan milik bank,
timbul risiko rusaknya barang oleh nasabah di luar
pemakaian normal.
c) Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewa bank kemudian
disewakan kepada nasabah, timbul risiko tidak perform-
nya pemberi jasa.
3) Risiko Terkait Pembiayaan IMBT
Risiko yang terkait dengan pembiayaan IMBT terjadi ketika
pembayaran dilakukan dengan metode ballon payment, yakni
pembayaran angsuran dalam jumlah besar di akhir periode.
Dalam hal ini, timbul risiko ketidakmampuan nasabah untuk
membayarnya. Risiko tersebut dapat diatasi dengan
memperpanjang jangka waktu sewa (ijarah).
4) Risiko Terkait Pembiayaan Salam dan Istishna’
Pembiayaan Salam dan Istishna’ merupakan pembiayaan
yang dicirikan dengan pembayaran di muka dan penyerahan
barang secara tangguh.
b. Risiko Terkait Pembiayaan Korporasi
Kompleksitas dan volume pembiayaan korporasi
menimbulkan risiko tambahan selain risiko yang terkait dengan
produk. Oleh karena itu analisisnya harus lebih komprehensif.
Resiko tambahan yang harus diantisipasi antara lain:
1) Risiko yang Timbul dari Perubahan Kondisi Bisnis Nasabah
Setelah Pencairan Pembiayaan
Terdapat setidaknya tiga risiko yang dapat timbul dari
perubahan kondisi bisnis nasabah setelah pencairan
pembiayaan, yaitu:
a) Over Trading
Over Trading terjadi ketika nasabah
mengembangkan volume bisnis yang besar dengan
dukungan modal yang kecil (too much business volume
with too little capital). Keadaan ini akan menimbulkan
krisis cash flow.
b) Adverse Trading
Adverse Trading terjadi ketika nasabah
mengembangkan bisnisnya dengan mengambil kebijakan
melakukan pengeluaran tetap (fixed costs) yang besar
setiap tahunnya serta bermain di pasar yang tingkat
volume penjualannya tidak stabil.
c) Liquidity Run
Liquidity Run terjadi ketika nasabah mengalami
kesulitan likuiditas karena kehilangan sumber
pendapatan dan peningkatan pengeluaran yang
disebabkan oleh alas an yang tidak terduga. Kondisi ini
tentu saja akan mempengaruhi kemampuan nasabah
dalam menyelesaikan kewajibannya kepada bank.
2) Risiko yang Timbul dari Komitmen Kapital yang Berlebihan
Sebuah perusahaan mungkin saja mengambil komitmen
capital yang berlebihan dan menandatangani kontrak untuk
pengeluaran berskala besar. Apabila tidak mampu untuk
menghargai komitmennya, bank dapat dipaksa untuk
dilikuidasi. Bank maupun para supplier pembiayaan
perdagangan seringkali tidak mampu untuk mengontrol suatu
pengeluaran yang berlebihan dari sebuah perusahaan. Namun
demikian, bank dapat mencoba untuk memonitornya dengan
melihat misalnya, neraca perusahaan tersebut yang terakhir
dipublikasikan, di mana komitmen pengeluaran capital harus
diungkap.
3) Risiko yang Timbul dari Lemahnya Analisis Bank
Terdapat tiga macam risiko yang timbul dari lemahnya
analisis bank, yaitu sebagi berikut:
a) Analisis Pembiayaan yang Keliru
Analisis pembiayaan yang keliru terjadi bukan
karena perubahan kondisi nasabah yang tak terduga,
tetapi dikarenakan memang sejak awal nasabah yang
bersangkutan berisiko tinggi. Keputusan pembiyaan bisa
jadi adalah keputusan yang tidak valid. Kesalahan dalam
pengambilan keputusan ini biasanya bersumber dari
informasi yang tersedia. Untuk mengatasi hal ini, bank
memerlukan staf yang terlatih dan berpengalaman dalam
menyusun suatu pendekatan pembiayaan.
b) Creative Accounting
Creative accounting merupakan istilah yang
digunakan untuk mengambarkan penggunaan kebijakan
akuntansi perusahaan yang memberikan keterangan
menyesatkan tentang suatu laporan posisi keuangan
perusahaan. Dalam kasus ini, keuntungan dapat dibuat
agar terlihat lebih besar, asset terlihat lebih bernilai, dan
kewajiban-kewajiban dapat disembunyikan dari neraca
keuangan.
c) Karakter Nasabah
Terkadang nasabah dapat memperdaya bank
dengan sengaja menciptakan pembiayaan macet. Bank
perlu waspada terhadap kemungkinan ini dengan
mencoba untuk membuat suatu keputusan berdasarkan
informasi objektif tentang karakter nasabah.
C. Dasar Hukum Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282-283:
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkannya, maka hendaklah dia menulis, dan hendaklah
orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis
itu), dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah Rabbnya, dan
jangan-lah dia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika
yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu
menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan
lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah muamalahmu itu),
kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. Jika kamu dalam perjalanan (dan
bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi
jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Rabbnya;
dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian.
Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka
sesungguhnya dia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Baqarah: 282-
283).
BAB III
LAPORAN OBJEK
A. Gambaran Umum BNI Syariah
1. Sejarah dan Perkembangan BNI Syariah
Selain adanya demand dari masyarakat terhadap perbankan
syariah, untuk mewujudkan visinya (yang lama) menjadi “universal
banking”, BNI membuka layanan perbankan yang sesuai dengan
prinsip syariah dengan konsep dual system banking, yakni
menyediakan layanan perbankan umum dan syariah sekaligus. Hal ini
sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang memungkinkan bank -
bank umum untuk membuka layanan syariah. Di awali dengan
pembentukan Tim Bank Syariah di Tahun 1999, Bank Indonesia
kemudian mengeluarkan ijin prinsip dan usaha untuk beroperasinya
unit usaha syariah BNI. Setelah itu BNI Syariah menerapkan strategi
pengembangan jaringan cabang syariah. Tepatnya pada tanggal 29
April 2000 BNI Syariah membuka 5 kantor cabang syariah sekaligus
di kota-kota potensial, yakni : Yogyakarta , Malang , Pekalongan,
Jepara dan Banjarmasin .
Tahun 2001 BNI Syariah kembali membuka 5 kantor cabang
syariah, yang difokuskan di kota-kota besar di Indonesia , yakni :
Jakarta (dua cabang), Bandung , Makassar dan Padang.
Seiring dengan perkembangan bisnis dan banyaknya
permintaan masyarakat untuk layanan perbankan syariah, Tahun 2002
BNI Syariah membuka dua kantor cabang syariah baru di Medan dan
Palembang .
Di awal tahun 2003, dengan pertimbangan load bisnis yang
semakin meningkat sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, BNI Syariah melakukan relokasi kantor cabang syariah di
Jepara ke Semarang . Sedangkan untuk melayani masyarakat Kota
Jepara, BNI Syariah membuka Kantor Cabang Pembantu Syariah
Jepara.
Pada bulan Agustus dan September 2004, BNI Syariah
membuka layanan BNI Syariah Prima di Jakarta dan Surabaya.
Layanan ini diperuntukan untuk individu yang membutuhkan layanan
perbankan yang lebih personal dalam suasana yang nyaman.
Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor
Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah
di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan
lebih kurang 750 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di
dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap
memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma'ruf Amin,
semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga
telah memenuhi aturan syariah.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai
pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam
Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS
bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana
tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya
BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS) dan diresmikannya
kantor cabang BNI Syariah di Semarang. Realisasi waktu spin off
bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek
regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen
Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat
dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga
semakin meningkat.
Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor
Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil
Layanan Gerak dan 20 Payment Point.
2. Visi dan Misi
a. Visi BNI Syariah
Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam
layanan dan kinerja.
b. Misi BNI Syariah
1) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli
pada kelestarian lingkungan.
2) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa
perbankan syariah.
3) Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
4) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan
ibadah.
5) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi BNI Syariah Kantor Cabang Semarang adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.1
Struktur Organisasi BNI Syariah Kantor Cabang Semarang
Pemimpin Cabang
Penyelia BQA
Pem. Bid. Operasional
Penyelia
PNS
Penyelia
PPS
Asst. Kliring
Penyelia
OPS
Penyelia
KUS
PPM Asst.
Pelayanan
Analis
Pembiayaan
Asst.
Akuntansi
Aspem Teller Asst. Adm.
Pembiayaan
Asst.
Administrasi
Asst. Kliring
Satpam
Petugas Non Admin
Jaga Malam
Sopir
4. Job Description
Adapun tugas dan wewenang dari masing-masing jabatan di BNI
Syari’ah cabang Semarang berdasarkan struktur organisasi di atas
adalah sebagai berikut:
a. Pemimpin Cabang
1) Menetapkan rencana kerja dan anggaran, sasaran usaha, tujuan
yang akan dicapai, strategi dan rencana program pelaksanaan.
2) Penyelia (mengarahkan, mengendalikan dan mengawasi)
secara langsung unit-unit kerja menurut bidang tugasnya
(pelayanan nasabah, pengembangan dan pengendalian usaha
serta pengelolaan operasional dan administrasi) di area/wilayah
kerjanya sejalan dengan sistem dan prosedur yang berlaku.
3) Memasaran produk dan jasa-jasa BNI Syari’ah kepada nasabah
serta menggali calon nasabah potensial dalam ranga
meningatkan bisnis dan menguasai pangsa pasar di daerah
kerjanya.
b. Penyelia BQA (Branch Quality Assurance)
1) Memantau kinerja pegawai di wilayah BNI Syari’ah yang
ditempati.
2) Memastikan pekerjaan cabang, sesuai dengan prosedur BNI
Syari’ah atau tidak.
c. Pemimpin Bidang Operasional
Memberi dukungan kepada pemimpin cabang syari’ah dan
bekerjasama dalam hal :
1) Menyusun rencana kerja dan anggaran, sasaran usaha dan
penetapan target pelayanan dan tujuan-tujuan lain yang akan
dicapai.
2) Mengorganisasikan serta mengelola SDM yang ada di unit
front office dan back office.
3) Pelaksanaan penerbitan garansi bank (full over).
4) Penyediaan informasi dan pelayanan transaksi giro wadi’ah,
tabungan mudharabah, deposito mudharabah dan produk BNI
Syari’ah lainnya kepada nasabah.
5) Memberikan jasa pelayanan BNI Syari’ah kepada nasabah.
6) Pelayanan semua jenis transaksi kas tunai dan pemindahan.
7) Menyelia (mengarahkan, mengendalikan dan mengawasi)
secara langsung seluruh unit-unit operasional yang berada di
bawahnya sejalan dengan prosedur dan kebijakan yang
ditetapkan oleh kantor besar USY (Unit Syariah).
8) Memastikan berjalannya program-program peningkatan
budaya pelayanan (service culture enhancement) dari kantor
besar USY (Unit Syariah).
d. Penyelia PNS (Pelayanan Nasabah)
Menyelia langsung seluruh kegiatan pelayanan yang
dilakukan asistent pelayanan nasabah antara lain :
1) Pembukuan dan pengelolaan rekening/transaksi produk dan
jasa dalam dan luar negeri, melayani penerbitan BNI card,
phone plus serta melayani transaksi pencairan deposito.
2) Melakukan referral dan cross selling epada walk in customer
serta mengarahkan nasabah untuk menggunakan saluran
berbiaya rendah (ATM, phone plus) kepada nasabah yang
datang.
3) Bertanggung jawab untuk mengontrol dan memecahkan
permasalahan yang ada, mengelola kepegawaian di unit yang
di kelolannya, memeriksa pelaporan-pelaporan yang dibuat
unitnya.
4) Mengupayakan berjalannya program-program peningkatan
budaya pelayanan (service culture enhancement) dari kantor
besar/kantor wilayah.
Penyelia pelayanan nasabah membawai dua bagian yaitu :
1) Asisten Pelayanan
a) Memberikan informasi produk dan jasa BNI Syari’ah
kepada nasabah.
b) Mengelola dan melayani pembukaan rekening giro
wadi’ah/tabungan/deposito mudharabah.
c) Melakukan cross selling.
2) Teller
Di bawah ini penyeliaan, pengendalian serta pengawasan
atasannya bertangung jawab penuh untuk menyediakan
pelayanan transaksi kas/tunai, pemindahan, kliring serta
keuangan lainnya kepada nasabah sesuai dengan standart
layanan yang di tetapkan. Menyelia langsung pegawai di unit
administrasi domestik dan kliring dalam melaksanakan
kegiatan meliputi :
a) Mengelola transaksi kliring dan inkaso.
b) Melaksanakan entry transaksi secara kliring/perpindahan
ke dalam sistem.
c) Mengelola daftar hitam atau nasabah penarik cek kosong.
d) Mengelola komunikasi cabang.
e) Menyelesaikan transaksi daftar pos terbuka (DPT) rupiah.
e. Penyelia operasional membawahi dua bagian yaitu :
1) Asisten Administrasi Pembiayaan
a) Mengelola administrasi pembiayaan dan portepel (saldo
list) pembiayaan.
b) Memantau proses pemberian pembiayaan.
c) Mengelola pwenerbitan jaminan bank.
2) Asisten kliring
a) Mengelola transasi kliring.
b) Melasanakan entry transaksi keuangan secara
kliring/pemindahan ke dalam sistem.
c) Mengelola daftar hitam atau nasabah penarik cek kosong.
d) Mengelola komuniasi cabang.
e) Menyelesaikan transaksi daftar pos terbuka (DPT) rupiah.
f. Penyelia KUS (Kantor Unit Syariah)
Menyelia seluruh pegawai di unit administrasi keuangan
dan umum untuk memberikan pelayanan terbaik dalam
pengelolaan administrasi keuangan dan umum cabang syari’ah
dalam usaha:
1) Mengelola sistem otomasisasi di kantor cabang syari’ah dan
cabang pembantu syari’ah.
2) Mengelola kebenaran dan sistem transaksi keuangan cabang
syari’ah dan cabang pembantu syari’ah.
3) Mengelola laporan harian sistem kantor cabang syari’ah dan
cabang pembantu syari’ah.
4) Mengelola laporan kantor cabang syari’ah.
5) Menyelia langsung seluruh kegiatan pengelolaan administrasi
dan kepegawaian, kebutuhan logistik, akomodasi,
transportasi dan penyelenggaraan administrasi umum dan
kearsipan.
6) Mendukung berjalannya program-program peningkatan
budaya pelayanan dari kantor besar.
g. Penyelia umum membawahi beberapa bagian yaitu :
1) Asisten Akutansi
a) Mengelola sistem otomasisasi di kantor cabang syari’ah
dan cabang pembantu syari’ah.
b) Mengelola kebenaran dan sistem transaksi keuangan
cabang syari’ah dan cabang pembantu syari’ah.
c) Mengelola laporan harian sistem kantor cabang syari’ah
dan cabang pembantu syari’ah.
d) Mengendalikan transaksi pembukuan kantor cabang
syari’ah dan cabang pembantu syari’ah.
e) Pengelolaan administrasi kepegawaian.
2) Satpam
Melaksanakan pengamanan di masing-masing pos penjagaan
yang menjadi daerah kerjanya.
3) Petugas Non Administrasi
Membantu pengelolaan administrasi umum, kebutuhan
logistik, dan urusan kerumah tanggaan.
4) Sopir
Melayani transportasi pegawai untuk keperluan dinas.
5) Jaga Malam
Melaksanakan pengamanan di masing-masing pos penjagaan
yang menjadi daerah kerjanya.
h. Penyelia PPS (Pemasaran Bisnis)
Penyelia langsung kegiatan pemasaran bisnis pada unit
kerjanya. Mendukung berjalannya program-program peningkatan
budaya pelayanan (service culture enhancement) dari kantor
besar.
Penyelia pemasaran bisnis membawahi dua bagian yaitu :
1) PPM (Pengelola Pemasaran)
a) Memasarkan produk dan jasa perbankan kepada nasabah
atau calon nasabah.
b) Mengelola permohonan pembiayaan, pemantauan
nasabah dan kualitas protepel pembiayaan atau
koletibilitas pembiayaan.
c) Membantu dan membina hubungan dengan kantor besar
USY/cabang syari’ah lainnya.
2) Aspem (Analis Pemasaran)
a) Dibawah penyelia atasannya berperan aktif dalam
melaksanakan kegiatan memasarkan dan mengelola.
b) pembiayaan produktif.
c) Membantu memasarkan produk dan jasa BNI Syari’ah
kepada nasabah atau calon nasabah.
d) Membina hubungan dan membantu perkembangan
aktivitas nasabah non ritel.
B. Produk-produk dan Layanan pada BNI Syariah Cabang Semarang
1. Produk Pendanaan
a) Tabungan iB Hasanah
Dengan prinsip wadiah dan prinsip mudharabah (bagi hasil)
merupakan tabungan transaksional yang dilengkapi dengan kartu
ATM/Debit serta didukung e-banking seperti internet banking,
SMS banking, dan phone banking untuk kebutuhan sehari-hari.
b) Tabungan iB Prima Hasanah
Dengan prinsip mudharabah didesain untuk nasabah yang
membutuhkan fasilitas lebih, dilengkapi dengan asuransi dan
fasilitas executive louge di bandara kota-kota besar Indonesia.
c) Tabungan iB Tapenas Hasanah
Adalah tabungan yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah
merupakan tabungan berjangka, didesain untuk membantu
perencanaan masa depan nasabah yang dilengkapi dengan
assuransi jiwa bebas premi. Dapat digunakan sebagai tabungan
perencanaan untuk umroh, liburan hingga pendidikan.
d) Tabungan iB Bisnis Hasanah
Adalah tabungan dengan prinsip mudharabah untuk usaha kecil
atau usaha perorangan dengan mutasi rekening yang lebih detail
dalam buku tabungan dilengkapi dengan kartu ATM gold dan
fasilitas executive lounge.
e) Tabunganku iB
Adalah tabungan nasional dengan prinsip wadiah, dan merupakan
program pemerintah bekerjasama dengan seluruh bank untuk
menumbuhkan budaya menabung masyarakat.
f) Giro iB Hasanah
Adalah simpanan transaksional yang dikelola dengan prinsip
wadiah, dilegkapi dengan fasilitas cek/bilyet giro untuk
menunjang bisnis usaha kecil atau usaha perorangan.
g) Deposito iB Hasanah
Merupakan investasi berjangka dalam mata uang rupiah atau
dollar yang dikelola dengan prinsip mudharabah.
2. Produk Pembiayaan
a) iB Hasanah Card
Kartu pembiayaan yang berfungsi seperti kartu kredit berdasarkan
prinsip syariah yaitu dengan sistem perhitungan biaya bersifat fix,
adil, transparan dan kompetitif tanpa perhitungan bunga. iB
Hasanah Card tidak hanya digunakan untuk kegiatan konsumtif
namun dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan ibadah umroh,
pendidikan, dan kegiatan usaha.
b) Pembiayaan Griya iB Hasanah
Fasilitas pembiayaan konsumtif dengan akad murabahah (jual
beli) untuk membeli, membangun, merenovasi rumah/ruko
ataupun untuk membeli kavling siap bangun (KSB) dengan sistem
angsuran tetap hingga akhir masa pembiayaan sehingga
memudahkan nasabah mengelola keuangannya.
c) Pembiayaan Haji iB Hasanah
Fasilitas pengurusan pendaftaran ibadah Haji melalui penyedian
talangan setoran awal untuk mendapatkan nomor porsi sesuai
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang diatur
Kementrian Agama dengan menggunakan akad ijarah.
Pembiayaan Haji iB Hasanah dapat diberikan kepada nasabah
yang sudah memiliki Tabungan Haji iB Hasanah.
d) Rahn Emas iB Hasanah
Atau disebut juga pembiayaan rahn, merupakan solusi bagi
nasabah yang membutuhkan dan cepat dengan sistem penjaminan
berupa emas didukung administrasi dan proses persetujuan yang
mudah.
e) Multijasa iB Hasanah
Merupakan fasilitas pembiayaan dengan prinsip ijarah diberikan
kepada individu untuk kebutuhan jasa dengan jaminan fixed asset
atau kendaraan bermotor.
f) Multiguna iB Hasanah
Fasilitas pembiayaan konsumtif bagi Karyawan
Perusahaan/Lembaga/Instansi atau Profesional berlandaskan akad
murabahah untuk pembelian barang dengan agunan berupa fixed
asset.
g) Flexi iB Hasanah
Fasilitas pembiayaan konsumtif bagi Pegawai/Karyawan
Perusahaan/Lembaga/Instansi atau masyarakat dengan fixed
income, yang diberikan atas dasar akad murabahah untuk
pembelian barang serta dengan akad ijarah untuk penggunaan
jasa, misalnya pengurusan biaya pendidikan, perjalanan ibadah
umroh, travelling, pernikahan dan lain-lain.
h) CCF iB Hasanah
Pembiayaan yang dijamnin dengan simpanan dalam bentuk
deposito, giro atau tabungan BNI Syariah.
i) Wirausaha iB Hasanah
Fasilitas pembiayaan produktif berlandaskan akad murabahah,
musyarakah atau mudharabah yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan usaha produktif (modal kerja dan
investasi) bagi UKM (Usaha Kecil dan Menengah) sesuai prinsip
syariah.
j) Tunas Usaha iB Hasanah
Fasilitas pembiayaan modal kerja dan atau investasi berlandaskan
akad murabahah yang diberikan untuk usaha produktif yang
feasible namun belum bankable dengan prinsip syariah.
k) Lingkage Program iB Hasanah
Adalah fasilitas pembiayaan dimana BNI Syariah sebagai pemilik
dana menyalurkan pembiayaan dengan pola executing kepada
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) seperti BMT, BPRS, KJKS
dan lainnya kemudian disalurkan kepada end user (pengusaha
mikro, kecil dan menengah syariah). Kerja sama denga LKS dapat
dilakukan ssecara langsung ataupun melalui lembaga
pendamping.
l) Kopkar/Kopeg iB Hasanah
Adalah fasilitas pembiayaan mudharabah dimana BNI Syariah
sebagai pemilik dana menyalurkan pembiayaan dengan pola
executing kepada Koperasi Karyawan (Kopkar)/ Koperasi
Pegawai (Kopeg) kemudian disalurkan secara prinsip syariah
kepada end user/karyawan.
m) Usaha Kecil iB Hasanah
Fasilitas pembiayaan syariah berlandaskan akad murabahah,
musyarakah atau mudharabah yang digunakan untuk tujuan
produktif (modal kerja maupun investasi) berdasarkan prinsip-
prinsip pembiayaan syariah.
n) Usaha Besar iB Hasanah
Adalah pembiayaan syariah yang digunakan untuk tujuan
produktif (modal kerja maupun investasi) kepada pengusaha
berbadan hukum skala menengah dan besar dalam mata uang
rupiah maupun valas.
o) Sindikasi iB Hasanah
Adalah pembiayaan yang diberikan oleh BNI Syariah bersama
dengan perbankan lainnya untuk membiayai suatu proyek/usaha
yang berskala sangat besar dengan syarat-syarat dan ketentuan
yang sama, menggunakan dokumen yang sama dan
diadministrasikan oleh agen yang sama pula.
p) Multifinance iB Hasanah
Adalah penyaluran pembiayaan langsung dengan pola executing,
kepada multifinance untuk usahanya di bidang perusahaan
pembiayaan sesuai dengan prinsip syariah.
q) Pembiayaan Kerjasama dengan Dealer iB Hasanah
Merupakan pola kerjasama pemasaran dengan dealer
dilatarbelakangi oleh adanya potensi pembiayaan kendaraan
bermotor secara kolektif yang melibatkan end user dalam jumlah
yang cukup banyak.
3. Produk Jasa dan Layanan
a) Payroll Gaji
Adalah layanan pembayaran gaji yang dilakukan oleh BNI
Syariah atas dasar perintah dari perusahaan pembayar gaji untuk
mendebet rekeningnya ke rekening karyawan.
b) Cash Management
Adalah jasa pengelolaan seluruh rekening seperti corporate
internet banking yang dapat digunakan oleh
perusahan/lembaga/instansi. Produk ini dilengkapi dengan
fasilitas virtual account.
c) Payment Center
Adalah kerjasama BNI Syariah denagn perusahaan dalam hal jasa
penerimaan pembayaran untuk kepentingan perusahaan. Jasa ini
dapat digunakan untuk penerimaan pembayaran uang kuliah,
tagihan listrik, dan sebagainya.
BAB IV
ANALISIS
A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Risiko Pembiayaan di BNI
Syariah Cabang Semarang
1. Penyebab Terjadinya Risiko Pembiayaan
Dalam analisis pembiayaan di BNI Syariah tidak luput dari
kemungkinan pembiayaan yang mengalami risiko pembiayaan
bermasalah atau macet. Faktor-faktor penyebab terjadinya risiko
pembiayaan bermasalah itu adalah:
a. Risiko SDM (Sumber Daya Manusia)
1) Pihak Bank/Pegawai
Risiko terbesar adalah risiko yang disebabkan oleh pegawai
karena salah dalam menganalisa karakter nasabah sebelum
dilakukannya pembiayaan. Pihak analis kurang teliti sehingga
apa yang seharusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya. Dapat
pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis pembiayaan dengan
pihak debitur sehingga dalam analisnya dilakukan secara
subjektif. Akibatnya bisa berdampak seperti:
a) Dikenakan sanksi karena kelalaiannya yang menimbulkan
kerugian
b) Pengurangan pendapatan seperti pengurangan bonus atau
potongan gaji
c) Pemutusan hubungan kerja
2) Pihak Nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan pembiayaan dapat dilakukan
akibat dua hal, yaitu:
a) Adanya unsur kesengajaan, dalam hal ini nasabah sengaja
untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada
bank sehingga pembiayaannya macet.
b) Adanya unsur tidak sengaja, artinya nasabah mau
membayar, tetapi tidak mampu. Risiko ini kebanyakan
adalah mereka yang pekerjaannya wirausaha atau memiliki
usaha sendiri yang mengajukan pembiayaan yang
pembiayaannya macet disebabkan karena mengalami
kebangkrutan dalam bisnis usahanya atau musibah lain.
b. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat dari kurangnya sistem
informasi atau sistem pengawasan internal yang akan
menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan atau risiko yang
mencakup bagaimana pihak bank dalam pengadministrasian
berkas-berkas nasabah. Risiko ini berkaitan dengan kesalahan
manusiawi (human error), kegagalan sistem, dan ketidakcukupan
prosedur dan kontrol. Risiko operasional berbeda sifatnya dengan
risiko kredit dan pasar karena kerugian yang ditimbulkan oleh
kejadian yang tereskspos pada risiko operasional tidak selalu dapat
diukur. Kerugian yang dimaksud dapat timbul setelah jangka waktu
tertentu setelah risk event terjadi atau secara tidak langsung seperti
kerusakan reputasi atau citra bank.
Langkah-langkah yang ditempuh agar terhindar dari risiko
operasional:
1) Membuat kebijakan dan prosedur yang ketat atas kegiatan
operasional bank agar lebih efektif dan efisien
2) Mengelola sistem informasi yang dimiliki bank saat ini secara
cermat dan telilti untuk memantau kondisi risiko operasional
bank
2. Pencegahan yang Dilakukan Agar Meminimalisir Terjadinya Risiko
Pembiayaan
Agar risiko pada pembiayaan tidak terjadi BNI Syariah Semarang
melakukan analisis pembiayaan dengan kehati-hatian, selain itu untuk
meminimalisir risiko pembiayaan bermasalah sebaik mungkin
dilakukan:
a. Analis pembiayaan harus teliti dalam menilai calon nasabah yang
mengajukan pembiayaan
b. Melihat plafon pembiayaan yang diajukan, apakah sekiranya
perbandingan pembiayaan yang diajukan sesuai dengan
penghasilan yang didapat agar tidak terjadi pembiayaan yang
macet
c. Melakukan pengawasan terhadap usaha/pekerjaan nasabah setelah
pembiayaan terealisasi, dengan cara dipantau dan dikunjungi untuk
melihat bagaimana usaha yang dikelola nasabah apakah mengalami
perkembangan atau penurunan.
d. Pengawasan terhadap jaminan, dengan cara mengecek barang
jaminan yang digunakan nasabah untuk meminjam pinjaman,
apakah jaminan tersebut benar-benar ada sesuai dengan bukti
tertulis yang diserahkan kepada bank.
B. Penerapan Manajeman Risiko Pembiayaan di BNI Syariah Cabang
Semarang
Skema penerapan manajemen risiko pembiayaan di BNI Syariah
Cabang Semarang dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.1
Skema Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan
Dalam proses penerapannya BNI Syariah Semarang melakukan
berbagai upaya dalam menangani risiko pembiayaan. Bagian yang
bertugas untuk melakukannya adalah unit bagian processing. Tugasnya
adalah untuk menganalisa pembiayaan yang sebelumnya dilakukan oleh
unit pemasaran untuk dianalisa kembali lebih mendetail agar terhindar dari
Pembiayaan
Pemasaran
Processing
Remidial Recovery
Branch Internal
Control
risiko yang tidak diinginkan. Selain itu tugasnya adalah menjaga nasabah
agar tidak sampai macet pada saat jatuh tempo pembiayaannya.
Akan tetapi ketika sudah jatuh tempo nasabah belum bisa
membayar maka pembiayaan tersebut akan ditangani oleh Unit Remidial
Recovery untuk perbaikan akad. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar
diberikan keringanan dalam pembiayaan, seperti halnya dalam
rescheduling, yaitu memperpanjang jangka waktu pembiayaan dengan
memperkecil angsuran. Atau juga reconditioning, yaitu mengubah
persyaratan contohnya penundaan pembayaran margin tetapi pokok tetap
harus dibayar, atau penurunan margin dan juga pembebasan margin jika
dengan pertimbangan nasabah tidak sanggup lagi membayarnya.
Unit Remidial Recovery mempunyai kewenangan untuk melakukan
pelelangan barang dari nasabah yang bermasalah atau macet. Jika Unit
Remidial Recovery tidak sanggup menanganinya maka pembiayaan
tersebut akan diserahkan ke Branch Internal Control yang dimana adalah
pengawas operasoinal bank yang tugasnya mengawasi proses pembiayaan
dari awal sampai akhir pembiayaan agar meminimalisir terjadinya risiko
pembiayaan bermasalah.
C. Penanganan Pembiayaan Bermasalah di BNI Syariah Cabang
Semarang
1. Prosedur Pembiayaan
Sebelum nasabah mendapatkan pembiayaan maka harus
melakukan prosedur pembiayaan yang sudah ditetapkan dengan
memenuhi persyaratan dan kententuannya. Dalam proses pelaksanaan
pembiayaan di BNI Syari’ah Semarang melalui tahap-tahap yang ada
sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam. Kesesuaian dengan
prinsip-prinsip Islam dapat dilihat dari:
a. Kesepakatan (akad) dalam pembiayaan ketika telah terjadi maka
besarnya harga sudah tidak dapat berubah lagi, namun untuk
menghindari terjadinya nasabah tidak membayar ataupun terlambat
mengangsur pembiayaan maka dalam perjanjian tersebut telah
disetujui sebuah klausul tentang pembayaran denda yang harus
dibayar oleh nasabah ketika terlambat dalam melakukan
pembayaran angsuran. Denda yang diterima oleh bank bukan
merupakan salah satu unsur pendapatan bank syariah, karena denda
yang diperoleh tersebut digunakan sebagai dana sosial yang salah
satunya disalurkan melalui Qardhul Hasan, ini adalah salah satu
sisi positif perbankan syariah disamping sebagai lembaga
komersial perbankan syariah juga berfungsi sebagai lembaga sosial
demi kemaslahatan umat
b. Melakukan pembelian terhadap barang-barang yang halal
c. Pembiayaan memungkinkan adanya jaminan, karena sifat dari
pembiayaan merupakan jual-beli yang pembayarannya tidak
dilakukan secara tunai, maka tanggungan pembayaran tersebut
merupakan hutang yang harus dibayar oleh peminjam. Bank
syariah memberlakukan prinsip kehati-hatian dengan mengenakan
jaminan pada nasabah
d. Jika terjadi masalah dengan nasabah dilakukan dengan cara
musyawarah dan pendekatan dengan cara persuasif, hal ini sesuai
dengan konsep Islam yang mementingkan perdamaian dalam
menyelesaikan masalah
Prosedur pemberian pembiayaan secara umum dibedakan antara
pinjaman perseorangan dan pinjaman oleh suatu badan hukum atau
perusahaan.
Persyaratan pembiayaan untuk perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Proposal/Surat Permohonan
1) Gambaran umum usaha
2) Rencana atau prospek usaha
3) Perincian rencana penggunaan dana
4) Jumlah dan jangka waktu penggunaan dana
Dalam hal ini proposal/surat permohonan ditujukan agar dapat
mengetahui latar belakang perusahaan seperti riwayat perusahaan
tentang riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha,
identitas perusahaan atau pengurus-pengurusnya, perkembangan
perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak lain. Kemudian
maksud dan tujuannya apakah untuk meningkatkan kapasitas
produksi atau untuk mendirikan perusahaan yang baru.
b. Legalitas
1) Fotocopy Surat Ijin Umum Perusahaan (SIUP)
2) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
3) Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan
4) Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan
5) Fotocopy Identitas Pengurus (KTP/Paspor Pengurus)
6) Surat Keterangan Domisili
Dokumen-dokumen tersebut diperlukan karena dari dokumen
persyaratan itu bank akan tahu apakah benar-benar perusahaan itu
ada dan bisa dilakukan pengecekan pada lembaga yang
bersangkutan agar memperkecil risiko yang akan mungkin muncul.
c. Laporan Keuangan
1) Neraca dua tahun terakhir
2) Rugi laba dua tahun terakhir
3) Data persediaan terakhir
4) Data penjualan tiga bulan terakhir
5) Copy rekening koran tiga bulan terakhir
Laporan keuangan sangatlah penting karena dari situ bank bisa
mengetahui perkembangan perusahaan tersebut apakah
berkembang atau stabil atau malah dalam keadaan menurun. Hal
ini juga sangat mempengaruhi pembiayaan yang diajukan.
d. Data jaminan
Hal ini dimaksudkan agar jaminan bisa digunakan untuk menutupi
segala risiko terhadap kemungkinan macetnya pembiayaan baik
yang ada unsur kesengajaan maupun tidak. Penilaian jaminan ini
harus benar-benar teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu, dan
lain sebagainya. Karena pembiayaan tanpa jaminan sangat
membahayakan pihak bank, mengingat jika nasabah mengalami
kemacetan, maka akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap
pembiayaan yang disalurkan. Sebaliknya pembiayaan dengan
jaminan relatif lebih aman karena setiap pembiayaan macet akan
ditutupi oleh jaminan tersebut.
Persyaratan pembiayaan untuk peorangan adalah sebagai berikut:
a. Ketentuan umum
1) Umur minimal 23 tahun
2) Pada umur 55 tahun harus sudah lunas
3) Surat Keterangan Masa Kerja
Pada ketentuan umum ini dimaksudkan untuk calon debitur yang
sudah dewasa dan mempunyai pekerjaan karena jika kemungkian
terjadi risiko akan lebih mudah untuk diajak musyawarah dan
tentunya akan lebih berpikir dewasa. Dan untuk batas pelunasan
pada umur 55 tahun dimaksudkan agar meminimalisir terjadinya
risiko jika halnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (misalnya
meninggal dunia).
b. Dokumen yang dibutuhkan
1) Mengisi formulir permohonan pembiayaan
2) Fotocopy KTP/ Paspor
3) Fotocopy Kartu Keluarga
4) Surat Persetujuan Suami/Istri
5) Slip Gaji
Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan harus benar-benar sesuai
dengan data calon debitur. Seperti KTP, jika calon debitur memilki
dua KTP maka yang digunakan haruslah yang sesuai dengan kartu
keluarga atau SIM. Dan jika KTP calon debitur telah habis masa
berlakunya maka bisa menggunakan paspor atau SIM. Tak kalah
penting adalah surat persetujuan suami/istri karena pada saat
dilakukan akad pembiayaan suami/istri harus ada dan
menyaksikannya. Hal ini dilakukan agar saat terjadi risiko
pembiayaan macet suami/istri bisa dihubungi dan bertanggung
jawab juga. Untuk slip gaji diperlukan karena bisa untuk
mengetahui kemampuannya membayar pinjaman pembiayaan. Jika
yang mengajukan pembiayaan itu tidak memiliki slip gaji seperti
seorang wirausaha maka ia harus mencantumkan pendapatannya
dengan sebenar-benarnya.
2. Prinsip-prinsip Pemberian Pembiayaan
Sebelum suatu fasilitas pembiayaan diberikan, bank harus
yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali.
Keyakinan tersebut dapat diperoleh dari hasil penilaian pembiayaan
sebelum pembiayaan tersebut disalurkan. Penilaian pembiayaan oleh
bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan
keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang
benar. Dalam kriteria penilaiannya BNI Syariah Cabang Semarang
biasanya menggunakan analisis 5C dan 7P. Prinsip 5C tersebut adalah
sebagai berikut (Kasmir, 2009:109):
a. Character
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang
yang akan diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya. Hal
ini tercermin dari latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat
pribadi seperti gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi
dan kehidupan sosialnya.
Character benar-benar dianalisa dengan teliti agar tidak
terjadi pembiayaan yang berisiko. Cara mengetahuinya dengan
melakukan wawancara dan mengamati karakter calon nasabah
tersebut pada saat wawancara. Selain itu pihak bank juga
mengamati calon nasabah di lingkungan sekitarnya.
b. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuan menjalankan
bisnis/usaha yang dijalankan dan mengembalikan pinjaman yang
diambil.
Usaha yang dilakukan pihak bank adalah melakukan
pengawasan terhadap usaha nasabah. Begitu pula dengan
kemampuannya dalam menjalankan usahanya yang pada akhirnya
akan terlihat apakah mampu mengembalikan pembiayaan yang
disalurkan atau tidak.
c. Capital
Besar modal yang diperlukan peminjam. Untuk melihat
penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan dengan
melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari
sumber mana saja modal yang ada sekarang.
Penilaian Capital tidak boleh sampai keliru karena plafon
pembiayaan yang diajukan harus sesuai dengan perbandingan
pendapatan calon nasabah. Karena ini bisa mempengaruhi lancar
atau tidaknya angsuran pembiayaan.
d. Collateral
Merupakan jaminan yang telah dimiliki yang diberikan
peminjam kepada bank. Jaminan hendaknya melebihi jumlah
pembiayaan yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti
keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan
yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepatnya.
Pada prakteknya jaminan memang sangat penting dan
sangat dibutuhkan, karena setiap pembiayaan yang dikeluarkan
akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan oleh calon debitur.
Jika pembiayaan itu tanpa adanya jaminan maka akan
membahayakan pihak bank.
e. Condition
Adalah keadaan usaha yang prospek atau tidak. Dalam
menilai pembiayaan juga dinilai kondisi ekonomi dan politik
sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-
masing, serta prospek usaha dari sektor yang dijalankan.
Penilaian prospek bidang usaha yang dilakukan harus
benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan
pembiayaan tersebut tidak bermasalah, kalaupun bermasalah relatif
kecil.
Sedangkan prinsip analisis pembiayaan 7P adalah sebagai berikut:
a. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau
tingkah lakuya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga
mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam
menghadapi suatu masalah.
Personality penerapannya sama halnya dengan Character.
b. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi
tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal,
loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan
ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda.
c. Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
pembiayaan. Tujuan pengambilan pembiayaan dapat bermacam-
macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi,
konsumtif atau produktif, dan lain sebagainya.
d. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan
datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain
mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting karena jika
suatu fasilitas pembiayaan yang dibiayai tanpa mempunyai
prospek, bukan hanya bank yang rugi tetapi juga nasabah.
e. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah
mengembalikan pembiayaan yang telah diambil atau dari mana
saja dana untuk pengembalian pembiayaan.
f. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah
akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan
tambahan pembiayaan yang akan diperolehnya.
g. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan
jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa
jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
Di BNI Syariah Semarang tidak hanya menggunakan unsur 5C
dan 7P, tetapi dalam menilai nasabah untuk bisa diberikan pembiayaan
adalah dengan melalui tahapan BI Checking, yaitu laporan yang di
keluarkan oleh Bank Indonesia yang berisi riwayat pembiayaan
nasabah kepada bank atau lembaga non bank, apakah nasabah
memiliki pembiayaan di bank lain dan bagaimana riwayat
pembiayaannya apakah lancar atau bermasalah.
Dalam operasionalnya, banyaknya jumlah pembiayaan yang
disalurkan, bank syariah harus memperhatikan kualitas pembiayaan
tersebut. Artinya semakin berkualitas pembiayaan yang diberikan atau
memang layak untuk disalurkan, akan memperkecil risiko terhadap
kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah. Dalam hal ini, prinsip
kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan perlu memperhatikan
kualitas pembiayaan. Bukan tidak mugkin pembiayaan yang jumlahya
cukup banyak akan mengakibatkan kerugian apabila pembiayaan yang
disalurkan ternyata tidak berkualitas dan mengakibatkan pembiayaan
tersebut bermasalah.
Proses penanganan pembiayaan bermasalah dilakukan sesuai dengan
kolektabilitas pembiayaan sebagai berikut (Muhamad, 2002:268):
a. Pembiayaan lancar, dilakukan dengan cara:
1) Pemantauan usaha nasabah
2) Pembinaan anggota dengan pelatihan-pelatihan
b. Pembiayaan potensial bermasalah, dilakukan dengan cara:
1) Pembinaan anggota
2) Pemberitahuan dengan surat teguran
3) Kunjugan lapangan atau silaturrahmi oleh bagian pembiayaan
kepada nasabah
4) Upaya preventif dengan penanganan rescheduling, yaitu
penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta
memperkecil jumlah angsuran. Juga dapat dilakukan
reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau
bagi hasil
c. Pembiayaan kurang lacar, dilakukan dengan cara:
1) Membuat surat teguran atau peringatan
2) Kunjungan lapangan atau silaturrahmi oleh bagian pembiayaan
kepada nasabah lebih sungguh-sungguh
5) Upaya penyehatan dengan cara rescheduling, yaitu
penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta
memperkecil jumlah angsuran. Juga dapat dilakukan
reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau
bagi hasil
d. Pembiayaan diragukan atau macet, dilakukan dengan cara:
1) Dilakukan rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka
waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran
2) Dilakukan reconditioning, yaitu memperkecil margin
keuntungan atau bagi hasil usaha
3) Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam betuk
pembiayaan Qardhul Hasan
Jika terjadi pembiayaan bermasalah atau macet di BNI Syariah
Semarang sebagai contoh nasabah yang tidak sanggup membayar,
maka akan dilakukan penyelesaian sebagai berikut:
a. Melakukan pengingatan melalui surat-menyurat
b. Jika surat tidak direspon oleh nasabah maka akan diingatkan
kembali dengan cara menelponnya
c. Jika masih tidak direspon maka petugas pembiayaan akan
mendatangi nasabah untuk melakukan musyawarah untuk
penyelesaian lebih lanjut
Penyelesian pembiayaan bermasalah di BNI Syariah Semarang
sangatlah baik, karena sesuai dengan prosedur yang dibuat, tidak
langsung mencabut atau menghakimi nasabah yang pembiayaannya
bermasalah atau macet. BNI Syariah sangat professional, dalam hal ini
apabila ada nasabah yang pembiayaannya bermasalah, bank dengan
bijaksana memberikan pembinaan, teguran, dan kunjungan. Jadi BNI
Syariah sudah cukup baik dalam menangani pembiayaan bermasalah,
hal ini dilakukan untuk memperlancar pembiayaan yang ada di BNI
Syariah dan kebaikan nasabah.
Selain itu, di BNI Syariah juga menerapkan rescheduling,
reconditioning, dan dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang
dalam bentuk pembiayaan Qardhul Hasan serta dilakukan pelelangan
dengan pihak ketiga.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang Analisis Manajemen Risiko
Pembiayaan pada BNI Syariah Cabang Semarang didapat kesimpulan
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor penyebab terjadinya risiko pembiayaan mencakup risiko
SDM (Sumber Daya Manusia) dan risiko operasional. Pertama, risiko
SDM terdiri dari pihak bank/pegawai yaitu risiko yang disebabkan
oleh pegawai karena salah dalam menganalisa karakter nasabah
sebelum dilakukannya pembiayaan. Kedua, risiko operasional yaitu
risiko akibat dari kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan
internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan atau
risiko yang mencakup bagaimana pihak bank dalam
pengadministrasian berkas-berkas nasabah.
2. Penerapan manajemen risiko pembiayaan di BNI Syariah Semarang
pertama ditagani oleh unit processing. Ketika sudah jatuh tempo belum
bisa membayar maka pembiayaan tersebut akan ditangai oleh Unit
Remidial Recovery. Jika Unit Remidial Recovery tidak sanggup
menanganinya maka pembiayaan tersebut akan diserahkan ke Branch
Internal Control yang di mana adalah pengawas operasional bank yang
tugasnya mengawasi proses pembiayaan dari awal sampai akhir.
3. Penyelesian pembiayaan bermasalah di BNI Syariah Semarang lebih
baik dan menguntungkan nasabah jika dibandingkan dengan bank
konvensional, yang berarti pembiayaan lebih kompetitif jika
dibandingkan dengan kredit di bank konvensional.
B. Saran
Setelah melakukan analisis, maka saran-saran yang dapat diberikan
sebagai berikut:
1. Perlu langkah-langkah yang jelas dan tegas terhadap pembiayaan yang
bermasalah, terutama yang signifikan dapat mengganggu profitabilitas
bank syariah.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang
manajemen risiko pembiayaan agar lebih mengembangkan
penelitiannya seperti dalam penanganan pembiayaan yang bermasalah
dengan menggunakan contoh kasus yang pernah terjadi di bank
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Afifa, Liza Muzayana. 2010. Strategi Meminimalisasi dan Menanggulangi
Risiko Pembiayaan Macet pada BMT Muhajirin Salatiga.
Antonio, M.Syafi’i. 2001.Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta:
Gema Insani Press.
Ascarya. 2011. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.
Idroes, Ferry N. 2011. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman
Pendekatan 3Pilar Kesepakatan Basel II. Jakarta: Rajawali Pers.
Juwita, Agus. 2008. Strategi Pengendalian Risiko Pembiayaan Bemasalah
pada Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surakarta.
Karim, Adiwarman Azwar. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan
Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindi Persada.
Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafido Persada.
Kasmir. 2009. Bank da Lembaga Keuangan Lainnya.Jakarta: Rajawali
Pers.
Latifah, Umi. 2007. Strategi Pengendalian Risiko Pembiayaan
Bermasalah pada BMT Al Ijtihad Pabelan.
Maunah, Siti. 2010. Analisis Pengendalian Internal dalam Sistem
Pemberian Kredit pada Koperasi Simpan Pinjam Gradiska
Candirejo.
Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: (UPP)
AMPYKPN.
Murniati, Tri. 2012. Posedur Pemberian Pembiayaan dan Upaya
Mencegah Pembiayaan Bermasalah di BMT Anda Ampel Boyolali.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi
dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekoomi UII.
Sulhan, Muhamad dan Ely Siswanto. 2008. Manajemen Bank
Konvensional dan Syariah. Malang: UIN-Malang Press.
Wijanarko, Luki. 2009. Perencanaan Manajemen Pembiayaan Ba’i
Bitsaman Ajil (BBA) di BMT Al-Mu’awanah Bringin Tahun 2008-
2009.
Wahyudi, Imam dan Miranti Kartika Dewi dkk. 2013. Manajemen Risiko
Bank Islam. Jakarta: Salemba Empat.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dewi Anggreani
Tempat, tanggal lahir : Kab. Semarang, 03 Juni 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Gaton Rt.01 Rw.07, Desa Duren, Kecamtan
Bandungan, Kabupaten Semarang
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pendidikan : 1. RA Islamic Centre Sudirman XI (1998-2000)
2. MI Duren (2000-2006)
3. SMP N 1 Sumowono (2006-2009)
4. SMK Informatika NU Ungaran (2009-2012)
LAMPIRAN
Pertanyaan untuk Wawancara
A. Faktor penyebab terjadinya risiko pembiayaan di BNI Syariah Cabang
Semarang
1. Apa saja macam-macam risiko pembiayaan yang ada/terjadi di BNI
Syariah Cabang Semarang?
2. Apa faktor penyebab terjadinya risiko pembiayaan?
3. Bagaimana pencegahan yang dilakukan agar tidak terjadi risiko-risiko
tersebut?
B. Manajemen risiko pembiayaan yang diterapkan di BNI Syariah Cabang
Semarang
1. Bagaimana penerapan manajemen risiko di BNI Syariah Cabang
Semarang?
C. Penanganan terhadap pembiayaan bermasalah di BNI Syariah Cabang
Semarang
1. Bagaimana prosedur melakukan pembiayaan di BNI Syariah Cabang
Semarang?
2. Apa saja persyaratan dalam mengajukan pembiayaan di BNI Syariah
Cabang Semarang?
3. Bagaimana dengan analisis pembiayaannya?
4. Bagaimana dengan pembiayaan bermasalah (penanganan)?
5. Apa penyebab nasabah yang bermasalah tersebut?
6. Siapa yang bertanggung jawab menangani jika terjadi risiko
pembiayaan?
7. Bagaimana prosedur penaganan pembiayaan bermasalah di BNI
Syariah Semarang?