Post on 16-Oct-2021
ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN REALISASI ANGGARAN PADA BADAN PENDAPATAN
DAERAH KABUPATEN WAJO
SKRIPSI
Oleh
RISKA
NIM 105731110816
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
ii
ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN REALISASI ANGGARAN PADA BADAN PENDAPATAN
DAERAH KABUPATEN WAJO
SKRIPSI
Oleh
RISKA
NIM 105731110816
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak) Pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO HIDUP
“Tidak ada kesuksesan melainkan dengan pertolongan Allah”
(Q.S. Huud:88 )
“Jangan tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tapi tuntut dirimu
karena menunda adabmu kepada Allah”
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah ini saya persembahkan untuk:
Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan, memberi semangat, inspirasi, dan
kasih sayang yang tulus. Saudara-saudariku yang selalu memberi dukungan dan
semangat.Serta sahabat dan teman-teman yang telah memberi banyak motivasi.
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.
Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat
yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja
Belanja Daerah Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pada Badan Pendapatan
Daerah Kabupaten Wajo”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiya Makassar.
Teristimewah dan terutama penulis sampaikan ucapan terimakasih
kepada kedua orang tua penulis bapak Sukri dan ibu Muliana yang senantiasa
memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tanpa
pamrih, saudara-saudara tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini, serta seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan untuk keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terimakasih banyak disampaikan
viii
dengan hormat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag.selaku Rektor Universitas
MuhammadiyahMakassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas MuhammadiyahMakassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP, selaku Ketua
Program Studi Akuntansi Universitas MuhammadiyahMakassar.
4. Ibu Asriati, SE.,M.Si., selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis
sehingga skripsi selesai denganbaik.
5. Ibu Muttiarni, SE.,M.Si, selaku pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujianskripsi.
6. Bapak/Ibu asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah dalam menuangkan
ilmunya kepada penulis selama mengikutikuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
MuhammadiyahMakassar.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Akuntansi Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak
sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studipenulis.
9. Terimakasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa penulis tulis satu
persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
ix
skripsiini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masi
sangat jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.
Semoga Skripsi yang sederhana inidapat bermanfaat bagi semua
pihak, utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb.
Makassar, 31 Oktober 2020
Riska
x
ABSTRAK
RISKA, 2020.Analisis Kinerja Belanja Daerah Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbinng oleh Pembimbing I Asriati dan Pembimbng II Muttiarni.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja belanja daerah dalam laporan realisasi anggaran mengenai selisih antara realisasi belanja dengan anggaran belanja, perkembangan belanja daerah, keseimbangan belanja daerah, dan tingkat efisiensi belanja.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, data yang digunakan adalah data skunder berupa rincian Laporan Realisasi Anggaran Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo Tahun Anggaran 2017-2019.Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis varians belanja, analisis pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja, dan rasio efisiensi belanja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis varians belanja pada tahun 2017 dan tahun 2018 kinerja belanja dinillai baik serta, pada tahun 2019 kinerja belanja dinilai kurang baik. Analisis pertumbuhan belanja menunjukan hasil bahwa pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan sedangkan pada tahun 2018-2019 pertumbuhan belanja mengalami kenaikan. Berdasarkan analisis keserasian belanja yaitu rasio belanja modal terhadap total belanja pada tahun 2017 yaitu 27.90 % menunjukkan adanya kinerja yang kurang baik, pada tahun 2018 yaitu 17.80 % menujukkan adanya kinerja yang baik, serta pada tahun 2019 yaitu 28.67 % rasio belanja modal terhadap total belanja juga menunjukkan kinerja yang kurang baik. Berdasarkan rasio efisiensi belanja pada tahun 2017 sampai dengan 2018 menunjukkan kategori efisien yaitu 96.74 % dan 92.76 % sedangkan pada tahun 2019 termasuk dalam kategori tidak efisien yaitu 101.44 %.
Kata Kunci : Kinerja Belanja, Laporan Realisasi Anggaran
xi
ABSTRACT
RISKA, 2020.Analysis of Regional Expenditure Performance in the Budget Realization Report at the Regional Revenue Agency of Wajo Regency, Thesis, Faculty of Economics and Business, Department of Accounting, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Asriati and Supervisor II Muttiarni.
This study aims to determine the performance of regional expenditures in the budget realization report regarding the difference between expenditure realization and the expenditure budget, regional expenditure development, regional expenditure balance, and the level of spending savings. This research is a quantitative descriptive study, the data used is secondary data in the form of details of the Wajo Regency Regional Revenue Agency Budget Realization Report for the 2017-2019 Fiscal Year. The analysis technique used is the analysis of the variance of expenditures, the analysis of the growth of expenditures, the analysis of the balance of expenditures, and the expenditure efficiency ratio.
The results of this study indicate that the results of the analysis of the variance of spending in 2017 and 2018 are considered to be good performance and, in 2019, the performance of spending is considered to be poor. The analysis of expenditure growth shows that in 2017-2018 it has decreased, while in 2018-2019 the growth of spending has increased. Based on the analysis of the balance of expenditures, namely the ratio of capital expenditure to total expenditure in 2017, namely 27.90%, indicates a poor performance, in 2018 17.80% indicates a good performance, and in 2019 it is 28.67% the ratio of capital expenditure to total expenditure as well. shows poor performance. Based on the expenditure efficiency ratio in 2017 to 2018, it shows the efficient category, namely 96.74% and 92.76%, while in 2019 it is included in the inefficient category, namely 101.44%.
Keywords: Expenditure Performance, Budget Realization Report
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ........................ Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... x
ABSTRACT ........................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10
A. Tinjauan Teori ........................................................................................ 10
1. Anggaran Sektor Publik ....................................................................... 10
2. Laporan Realisasi Anggaran ................................................................ 15
3. Pengukuran Kinerja Sektor Publik ....................................................... 17
4. Analisis Kinerja Belanja Daerah ........................................................... 19
B. Tinjauan Empiris ..................................................................................... 27
C. Kerangka Konsep ................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 36
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 36
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ...................................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 38
xiii
E. Teknik Analisis ....................................................................................... 38
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ......................................... 40
A. Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Wajo ....................................... 40
B. Visi dan Misi Kabupaten Wajo ................................................................ 41
C. Pemerintahan Daerah Kabupaten Wajo ................................................. 43
D. Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo ......................................... 43
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 46
A. Hasil Penelitian....................................................................................... 46
B. Pembahasan .......................................................................................... 53
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 59
A. Kesimpulan ............................................................................................ 59
B. Saran ..................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 27
Tabel 5. 1 Analisis Varians Belanja .................................................................... 47
Tabel 5. 2 Analisis Pertumbuhan Belanja .......................................................... 49
Tabel 5. 3 Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Modal ......................... 50
Tabel 5. 4 Rasio Efisiensi Belanja ...................................................................... 52
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Konsep ................................................................................... 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan keuangan daerah sebagai salah satu cara
pemerintah daerah untuk mengelola keuangan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, penganggaran, pelaporan, penatausahaan/akuntansi,
pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Kesuksesan suatu
otonomi daerah tidak lepas dari peran pemerintah dalam mengelola
keuangan.Melalui pengelolaan keuangan daerah, pemerintah dan
masyarakat dapat mengetahui kemampuan anggaran daerah dalam
membiayai belanja daerah, serta menunjukkan bahwa uang/dana publik
telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Pengelolaan keuangan daerah yang baik mempertimbangkan
prinsip-prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Transparansi
dalam mengelola keuangan daerah akan memberikan informasi yang aktual
dan faktual kepada publik, kemudian partisipasi publik/masyarakat sangat
diperlukan dalam proses pengambilan keputusan, serta akuntabilitas
merupakan tanggungjawab pemerintah daerah dalam memberikan informasi
sebagai pemenuhan hah-hak publik. Dalam penyusunan laporan keuangan
harus berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sehingga
dapat mencapai good governance. Terkait dengan standar akuntansi ini,
pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang menjadi pedoman bagi
pemerintah pusat dan daerah dalam menyajikan laporan keuangan.
2
Penyajian laporan keuangan berdasarkan PSAP 01 yaitu terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(Laporan Perubahan SAL), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan
Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas, serta Catatan Atas Laporan
Keuangan (CALK).
Sejauh ini, anggaran merupakan hal yang sangat penting karena
pengelolaannya menunjukkan bagaimana kinerja pemerintah daerah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kualitas kinerja pemerintah
dapat dilihat dari cara pemerintah dalam mengelola keuangan. Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen yang digunakan
dalam penilaian kinerja. Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
maka dapat dilakukan analisis kinerja laporan keuangan seperti analisis
kinerja belanja, analisis pembiayaan, serta analisis pendapatan. Penilaian
kinerja dilakukan untuk melihat seberapa jauh kegiatan yang direncanakan
telah terealisasi atau telah mencapai target keberhasilan.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu
komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan laporan
mengenai perbandingan antara anggaran pendapatan dan belanja dengan
realisasi dalam satu tahun anggaran. Laporan Relisasi Anggaran (LRA)
terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai
realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan
pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya (Ratmono dan Sholihin, 2017:25 ).
3
Perencanaan dalam menyiapkan anggaran sangatlah penting,
karena dengan adanya anggaran dalam organisasi dapat memberi
gambaran jelas tentang organisasi sektor publik dimasa mendatang.Untuk
menilai kinerja pimpinan organisasi sektor publik juga dapat dengan
menggunakan anggaran.
Perencanaan anggaran yang kurang baik akan berdampak
terhadap anggaran belanja yang terutang. Kecenderungan yang terjadi pada
Kabupaten/Kota terkait perencanaan anggaran dalam proses
penyelenggaraan pemerintah daerah adalah adanya penyelewengan
terhadap dana APBD seperti korupsi dana anggaran, ketimpangan yang
terjadi terkait adanya pengeluaran-pengeluaran yang melebihi anggaran,
serta adanya penggelembungan (mark up) belanja dari belanja wajar dan
masih banyak lagi peyimpangan yang mungkin terjadi terkait anggaran
pemerintah daerah.
Tujuh proyek pembangunan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) di Kabupaten Wajo, kini menjadi sorotan pihak kejaksaan. Satu
puskesmas diantaranya sudah terbukti, bahkan lima diantaranya telah
ditetapkan sebagai terpidana dari kasus korupsi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Proyek yang menyebabkan kerugian negara
sebesar Rp 200 juta di Puskesmas Tosora telah melalui sidang di
Pengadilan Tipikor Makassar.Seperti diketahui, kasus dugaan korupsi tujuh
proyek pembangunan Puskesmas di Kabupaten Wajo telah bergulir sejak
Desember 2017, lalu.Dalam kasus tersebut, kerugian negara masih tahap
penyidikan, namun diduga cukup besar.Anggaran pembangunan tujuh
puskesmas tersebut menggunakan APBD tahun 2015, kemudian
4
mendapatkan tambahan anggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2016.
Selain Puskesmas Tosora, enam proyek lainnya yakni Puskesmas Liu,
Puskesmas Gilireng, Puskesmas Salobulo, Puskesmas Belawa, Puskesmas
Pitumpanua dan Puskesmas Tanasitolo (Parepos.co.id, 2020).
Perkara mengenai pengeluaran anggaran yang besar
dibandingkan dengan penerimaan, pada tahun 2019 pemerintah Kabupaten
Wajo bupati wajo Amran Mahmud menjelaskan bahwa APBD Kabupaten
Wajo tahun 2019 mengalami defisit sebesar Rp 67 Miliar lebih.Hal ini terjadi
karena jumlah pendapatan daerah Kab.Wajo lebih kecil daripada jumlah
belanja daerahnya.Defisit ini merupakan defisit pemerintah tahun 2018 yang
lalu yang harus ditanggung tahun 2019.Disamping defisit, APBD tahun 2019
juga ternyata belum mengakomodir visi misi bupati Wajo 2019-2024. Untuk
menutupi defisit tersebut dibutuhkan dana Rp 220 Miliar (Fajar.co.id, 2019).
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo merupakan lembaga
pemerintah yang berperan dalam menyelenggarakan pemungutan
pendapatan daerah.Sehingga sangat penting bagi Badan Pendapatan
Daerah untuk menetapkan analisis dalam menggunakan anggaran serta
belanja daerah.Pengukuran/penilaian kinerja dilakuakan untuk mengukur
pencapaian pelaksanaan kegiatan dengan tujuan mencapai visi dan misi
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo. Adapun visi Badan
Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yaitu terwujudnya pendapatan daerah
yang produktif dalam menunjang pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan kabupaten wajo, serta misi dari Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Wajo yaitu mewujudkan sumber-sumber penerimaan pendapatan
5
daerah, mewujudkan fleksibilitas landasan hukum dibanding pajak daerah
dan meningkatkan aparatur yang profesional.
Analisis belanja daerah sangat penting dilakukan untuk
mengetahui apakah pemerintah daerah telah menggunakan APBD dengan
ekonomis, dan sebaik mungkin, tidak mengeluarkan anggaran yang tidak
diperlukan dan menghindari pengeluaran yang tidak tepat sasaran.
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran, terdapat metode analisis
anggaran yang dapat digunakan salah satunya analisis belanja yaitu berupa
Analisis Varians Belanja, Analisis Pertumbuhan Belanja, Analisis Keserasian
Belanja dan Rasio Efisiensi Belanja.
Analisis varians belanja dalam penelitian Grace Yunita Liando dan
Ingriani Elim (2016) menunjukkan hasil dalam kategori baik.Hasil penelitian
dari Fransiskus X. W Katit dan Sherly Pinatik (2016) juga menunjukkan
bahwa analisis varians belanja dalam kategori baik. Sama halnya dengan
penelitian Andre P. Tulangow dan Treesje Runtu (2016), Sakina Nusarifa
Tantri Dan Putri Irmawati (2018), Sri Suartini (2019) analisis varians belanja
menunjukkan hasil dalam kategori baik.
Analisis pertumbuhan belanja dalam penelitian Cenissa Sajow,
dkk (2017) dan penelitian Tia Setiani dan Rika Nurul Madila (2019)
menunjukkan adanya peningkatan belanja.Sejalan dengan penelitian
Fransiskus X. W Katit dan Sherly Pinatik (2016) juga menunjukkan adanya
peningkatanbelanja.Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Fika Widya
Apriyanti, dkk.(2019) dan penelitian Warti Ratnasari dan Siti Munawaroh
(2019) yang menunjukkan pertumbuhan belanja bersaldo negative.
6
Analisis keserasian belanja dalam penelitian Andre P. Tulangow
dan Treesje Runtu (2016) menunjukkan hasil dalam kategori baik.Hal ini
tidak sejalan dengan penelitian Fika Widya Apriyanti, dkk.(2019) yang
menunjukkan hasil dalam kategori kurang baik.
Analisis efisiensi belanja dalam penelitian Grace Yunita Liando
dan Ingriani Elim (2016) menunjukkan hasil dalam kategori stabil.Hal ini
sejalan dengan penelitian Melania Rampengan, dkk (2016) dan Sri Suartini
(2019) yang menunjukkan hasil dalam kategori baik. Penelitian Fika Widya
Apriyanti, dkk. (2019) juga menunjukkan hasil yang cukup efisien.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelumya terkait topik penelitian ini, terdapat beberapa
perbedaan.Perbedaan tersebut terletak pada objek yang diteliti, periode
penelitian yang dilakukan, fokus penelitian, serta jenis penelitian yang
dilakukan. Objek penelitian pada penelitan ini adalah Badan Pendapatan
Daerah Kabupaten Wajo pada periode tahun anggaran 2017-2019,
sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya objek penelitiannya berupa
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) kota maupun
kabupaten dan dinas-dinas lainnya dengan periode penelitian yang beragam
mulai tahun 2009 sampai dengan 2018. Selain itu, perbedaan penelitian ini
dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah terletak pada fokus
penelitian. Penelitian ini hanya terfokus pada kinerja belanja daerah pada
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo tahun anggaran 2017-2019,
sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya berfokus bukan hanya pada
kinerja belanja daerah tetapi juga pada analisis kinerja pendapatan dan
belanja daerah, analisis realisasi anggaran, dan analisis efisiensi dan
7
efektivitas anggaran pendapatan dan belanja pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan dinas-dinas terkait.
Adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi pada
Kabupaten/Kota terutamanya pada pemerintah Kabupaten Wajo seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, menarik minat penulis untuk melakukan
analisis terkait dengan anggaran belanja daerah pada pemerintah
Kabupaten Wajo.Anggaran yang telah disusun harus relevan dan juga dapat
dipercaya sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga menghasilkan
informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu,
penulis akan melakukan pengkajian dan analisis lebih lanjut dalam penelitian
dengan judul “Analisis Kinerja Belanja dalam Laporan Realisasi
Anggaran pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja belanja daerah dalam Laporan Realisasi
Anggaranmengenai selisih antara realisasi belanja dengan anggaran
belanja?
2. Bagaimana perkembangan belanja daerah dalam Laporan Realisasi
Anggaran dari tahun ke tahun berdasarkan realisasi belanja tahun
sekarang dengan tahun sebelumnya?
8
3. Bagaimana keseimbangan belanja daerah dalam Laporan Realisasi
Anggaran berdasarkan perbandingan antara realisasi belanja modal
dengan total belanja daerah?
4. Bagaimana tingkat efisiensi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran
berdasarkan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran
belanja?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas maka penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimanakahkinerja belanja daerah dalam Laporan
Realisasi Anggaran mengenai selisih antara realisasi belanja dengan
anggaran belanja.
2. Untuk mengetahui bagaimanakahperkembangan belanja daerah dalam
Laporan Realisasi Anggaran dari tahun ke tahun berdasarkan realisasi
belanja tahun sekarang dengan tahun sebelumnya.
3. Untuk mengetahui bagaimanakahkeseimbangan belanja daerah dalam
Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan perbandingan antara realisasi
belanja modal dengan total belanja daerah.
4. Untuk mengetahui bagaimanakahtingkat efisiensi belanja dalam Laporan
Realisasi Anggaran berdasarkan perbandingan antara realisasi belanja
dengan anggaran belanja.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
9
Melalui penelitian ini penulis diharapkan dapat memperoleh
pengetahuan dan kemampuan yang lebih melalui teori-teori yang telah
didapatkan khususnya mengenai Analisis Kinerja Belanja dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
2. Bagi Organisasi
Melalui penelitian ini diharapkan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten
Wajo menjadikan penelitian ini sebagai tambahan informasi dan
referensi dalam menganalisis kinerja belanja dalam Laporan Realisasi
Anggaran (LRA).
3. Bagi Pembaca
Melalui penelitian ini diharapkan pembaca dapat memahami mengenai
analisis kinerja belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), serta
dapat digunakan sebagai bahan referensi.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Anggaran Sektor Publik
1.1. Pengertian Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik adalah pertanggungjawaban
dari pemegang manajemen organisasi untuk memberikan
informasi tentang segala aktivitas dan kegiatan organisasi kepada
pihak pemilik organisasi atas pengelolaan dana publik dan
pelaksanaan berupa rencana-rencana program yang dibiayai
dengan uang publik (Sujarweni, 2015:28).
Menurut Halim dan Kusufi (2016:48) Anggaran adalah
dokumen yang berisi estimasi kinerja, baik berupa penerimaan
dan pengeluaran, yang disajikan dalam ukuran moneter yang akan
dicapai pada periode waktu tertentu dan menyertakan data masa
lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja.
Menurut Mahsun, et.all (2015:65) anggaran merupakan
pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh
suatu organisasi dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran moneter. Dalam organisasi sektor publik anggaran
merupakan instrument akuntabilitas atas pengelolaan dana public
dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang
publik.
11
Menurut Ratnasari dan Munawaroh (2019) anggaran
dalam pemerintahan merupakan rencana yang dibuat dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Anggaran dalam sebuah organisasi memiliki peran yang sangat
penting dalam proses penilian kinerja yaitu sebagai alat,
stabilisasi, distribusi, alokasi sumber daya publik, perencanaan
dan pengendalian.
Menurut Sujarweni (2015:29) secara singkat anggaran
publik merupakan rencana finansial yang menyatakan:
a. Berapa biaya-biaya atas rencana yang telah dibuat.
b. Berapa banyak dan bagaimana cara memperoleh uang untuk
mendanai rencana-rencana tersebut.
1.2. Fungsi Anggaran Sektor Publik
Bagi pemerintah daerah, anggaran merupakan suatu
rencana operasional keuangan yang menggambarkan
pengeluaran dan penerimaan dalam satu tahun anggaran.
Menurut Halim dan Kusufi (2016:48) anggaran sektor
publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu:
1) Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool)
Anggaran merupakan alat pengendali manajemen dalam
rangka mencapai tujuan. Anggaran sektor publik digunakan
untuk merencanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan
oleh organisasi sektor publik beserta rincian biaya yang
dibutuhkan dan rencana sumber pendapatan yang akan
diperoleh organisasi sektor publik.
12
2) Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)
Anggaran sebagai alat pengendali manajerial, anggaran ini
berfungsi untuk meyakinkan organisasi sektor publik bahwa
organisasi mempunyai sumber dana untuk membiayai
rencana program-program organisasi. Anggaran sebagai
pengendali manajemen organisasi untuk tidak melakukan
pemborosan dan bekerja secara efisien tanpa ada korupsi.
3) Angaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk
mengetahui bagaimana kebijakan fiskal yang akan dijalankan
organisasi sektor publik, dengan demikian akan mudah untuk
memprediksi dan mengestimasi ekonomi dan organisasi.
Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, mengkordinasi
dan memfasilitasi kegiatan ekonomi masyarakat untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4) Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat politik yaitu bentuk
dokumen politik yang dapat dijadikan komitmen kesepakatan
eksekutif dan legislative atas penggunaan dana publik untuk
kepentingan tertentu.
5) Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi
(Coordination and Communication Tool)
Proses penyusunan anggaran dilakukan komunikasi dan
koordinasi antar unit kerja. Perencanaan dan pelaksanaan
anggaran harus dikomunikasikan keseluruh bagian
13
organisasi.Anggaran publik yang disusun dengan baik dan
mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja di
dalam pencapaian tujuan organisasi.
6) Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance
Measurement Tool)
Perencanaan anggaran dan pelaksanaannya akan menjadi
penilaian kinerja manajemen organisasi publik. Kinerja
manajemen dan pimpinan akan dinilai berdasarkan
pencapaian target anggaran serta pelaksanaan efisiensi
anggaran. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk
melakukan pengendalian dan penilalian kinerja.
7) Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)
Anggaran dapat digunakan untuk memberi motivasi bagi
pimpinan dan karyawan dalam bekerja secara efektif dan
efisien. Membuat anggaran yang tepat dan dapat
melaksanakannya sesuai target dan tujuan organisasi, maka
manajemen dikatakan mempunyai kinerja yang baik.
8) Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik
(Public Sphere)
Anggaran publik dapat digunakan sebagai alat untuk
menciptakan ruang publik, dimana keberadaan anggaran tidak
boleh diabaikan oleh berbagai organisasi sektor publik seperti
kabinet, birokrat dan DPR/MPR, maupun masyarakat, LSM,
perguruan tinggi dan organisasi kemasyarakatan lalinnya.
1.3. Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik
14
Menurut Mahmudi (2016:69) adabeberapa jenis
anggaran, yaitu:
1) Line Item Budget
Sistem anggaran ini menyajikan belanja berdasarkan input
atau sumber daya yang digunakan, tetapi tidak mengukur
efisiensi dan efektivitas program karena tidak dilakukan
pengkaitan antara input dengan output.
2) Incremental Budget
Incremental budget merupakan sistem penganggaran yang
hanya menambah atau mengurangi jumlah anggaran dengan
menggunakan data anggaran tahun lalu sebagai dasar
anggaran tahun depan. Dalam praktiknya incremental budget
seringkali diikuti dengan sistem line item budget.
3) Planning, Programming, Budgeting System (PPBS)
PPBS merupakan sistem penganggaran yang penyusunan
anggarannya berdasarkan program.Setiap unit kerja memiliki
visi, misi, tujuan, dan strategi organisasi yang dituangkan
dalam renstra unit kerja. Renstra unit kerja kemudian
dijabarkan dalam rencana operasional yang berisi program
kerja beserta target kinerjanya.
4) Zero Based Budget (ZBB)
Zero Based Budget merupakan sistem penganggaran yang
berbasis nol atau mulai dari nol. ZBB menjadikan setiap
anggaran merupakan anggaran yang baru sehingga dimulai
dari nol.
15
5) Performance Budget
Performance Budget merupakan sistem penganggaran yang
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara anggaran
(input) dengan keluaran (output) dan hasil (outcome) yang
diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi
dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut.
2. Laporan Realisasi Anggaran
2.1. Pengertian Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah
satu komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan
laporan mengenai perbandingan antara anggaran pendapatan dan
belanja dengan realisasi dalam satu tahun anggaran. Laporan
Relisasi Anggaran (LRA) terdiri dari anggaran pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan. Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan-
LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari
suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya (Ratmono dan Sholihin, 2017:25).
2.2. Periode Pelaporan Realisasi Anggaran
MenurutPeraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintah, PSAP 03 mengenai
Laporan Realisasi Anggaran paragraf 10, PeriodePelaporan
Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas
berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan
16
dengan suatu periode yang lebih panjang atau pendek dari satu
tahun, entitas mengungkapkan informasi sebagai berikut:
a. Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
b. Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan
Realisasi Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat
diperbandingkan.
2.3. Komponen Laporan Realisasi Anggaran
Menurut Mahmudi (2019:73) Laporan Realisasi
Anggaran terdiri atas enam elemen yaitu:Pertama,
pendapatanterdiri atas tiga komponen yaitu: Pendapatan Asli
Daerah (PAD), pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan
yang sah.Kedua, belanja, pos belanja diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu: belanja operasi, belanja modal, dan belanja tak
terduga.Ketiga, Transfer pada dasarnya juga merupakan bagian
dari belanja pemerintah. Untuk pemerintah provinsi pengeluaran
transfer berupa Transfer/Bagi Hasil pendapatan ke
Kabupaten/Kota.Keempat, surplus/defisit selisih antara
pendapatan dan belanja dicatat dalam pos surplus/defisit.Surplus
adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu
periode anggaran, sedangkan defisit merupakan selisih kurang
antara pendapatan dengan belanja selama satu periode
anggaran.Kelima, pembiayaan dikategorikan menjadi dua, yaitu:
penerimaan pembiayaan, dan pengeluaraan. Selisih antara
penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan dalam
periode tahun anggran dicatat dalam pos pembiayaan
17
neto.Keenam, SiLPA/AiKPA(Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
Anggaran) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan
dan pengeluaran daerah selama periode anggaran.SiLPA/SiKPA
dapat dihitung dari nilai pada pos Surplus/Defisit ditambah dengan
pos Pembiayaan Neto.
3. Pengukuran Kinerja Sektor Publik
3.1. Pengertian Pengukuran Kinerja
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.Istilah kinerja
sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat
keberhasilan individu maupun kelompok individu.Kinerja bisa
diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut
mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan (Mahsun,
2016:25).
Menurut Sujarweni (2015:107) Kinerja merupakan hasil
kerja yang dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan tujuan
untuk mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Mahmudi (2015:21), kinerja organisasi tidak
semata-mata dipengaruhi oleh kinerja individual atau kinerja tim
saja, namun dipengaruhi oleh faktor yang lebih luas dan kompleks,
misalnya faktor lingkungan baik internal maupun eksternal. Faktor
lingkungan meliputi faktor ekonomi, sosial, politik, keamanan dan
hukum yang didalamnya organisasi beroperasi. Selain faktor
18
lingkungan eksternal, faktor lain yang mempengaruhi kinerja
organisasi adalah kepemimpinan, struktur organisasi, strategi
pilihan, dukungan teknologi, kultur organisasi dan proses
organisasi.
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk
memenuhi tiga maksud.Pertama, pengukuran kinerja sektorpublik
dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah.Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu
pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.
Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik.
Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk
pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.Ketiga,
ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan
pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan (Ulum, 2012:20).
3.2. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja
Menurut Ulum (2012:21) secara umum tujuan sistem
pengukuran kinerja adalah yaitu untuk mengomunikasikan strategi
secara lebih baik (top down and botton up); untuk mengukur
kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi; untuk
mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level
menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal
congruence; serta sebagai alat untuk mencapai keputusan
19
berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang
rasional.
3.3. Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Mahsun (2016:33) manfaat pengukuran kinerja
antara lain memberikan pemahaman mengenai ukuran yang
digunakan untuk menilai kinerja manajemen; memberikan arah
untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan; untuk
memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan
tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja; sebagai dasar untuk
memberikan penghargaan dan hukuman (reward & punishment)
secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai
dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati; sebagai
alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi; membantu mengidentifikasikan
apakah keputusan pelanggan sudah terpenuhi; membantu
memahami proses kegiatan instansi pemerintah; dan memastikan
bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
4. Analisis Kinerja Belanja Daerah
4.1. Pengertian Belanja Daerah
Menurut Mahmudi (2019, 153) Belanja daerah dapat
didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.
20
Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang
mengurangi kekayaan bersih yang terjadi akibat transaksi masa
lalu.Namun dalam hal ini perlu dipahami bahwa belanja daerah
berbeda dengan pengeluaran daerah.Tidak semua pengeluaran
yang dilakukan pemerintah daerah yang menyebabkan
berkurangnya kas di rekening Kas Umum Daerah dikategorikan
sebagai belanja.Namun setiap belanja merupakan pengeluaran
pemerintah daerah (Mahmudi, 2019:153).
4.2. Jenis-jenis Analisis Kinerja Belanja Daerah
4.2.1. Analisis Varians Belanja
Analisis varians merupakan analisis terhadap
perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan
anggaran.Analisis varians cukup sederhana namun dapat
memberikan informasi yang sangat berarti.Berdasarkan
laporan Realisasi Anggaran yang disajikan, pembaca
laporan dapat mengetahui secara langsung besarnya
varians anggaran belanja dengan realisasinya yang bisa
dinyatakan dalam bentuk nilai nominalnya atau
persentasenya. Selisih anggaran belanja dikategorikan
menjadi dua jenis, yaitu: selisih disukai (fafourable
variance) dan selisih tidak disukai (unfavourable variance).
Dalam hal realisasi belanja lebih kecil dari anggarannya
maka disebut favourable variance, sedangkan jika realisasi
belanja lebih besar dari anggarannya maka dikategorikan
unfavourable variance (Mahmudi, 2019:155).
21
Analisis ini dirumuskan sebagai berukut:
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 − 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
Selisih relisasi belanja dengan yang
dianggarakan yang cukup signifikan bisa memberikan dua
kemungkinan, pertama hal itu menunjukkan adanya
efisiensi anggaran.Kedua justru sebaliknya, jika terjadi
selisih kurang maka sangat mungkin telah terjadi
kelemahan dalam perencanaan anggaran sehingga
estimasi belanjanya kurang tepat, atau tidak terserapnya
anggaran tersebut bisa jadi disebabkan karena ada
program dan kegiatan yang tidak dilaksanakan eksekutif
padahal sudah diamanatkan dalam anggaran. (Mahmudi,
2019:155).
Ketika melakukan analisis varians anggaran,
hendaknya tidak terpaku pada persentase penghematan
yang berhasil dilakukan, tetapi juga jumlah
nominalnya.Meskipun secara persentase kecil, tetapi jika
secara nominal cukup signifikan, maka dapat dikatakan
kinerjanya baik. Penyerapan anggaran yang terlalu rendah,
misalnya dibawah 90% justru bisa jadi dinilai kurang baik,
karena mengesankan adanya kelemahan dalam
perencanaan anggaran misalnya adanya
penggelembungan (mark up) belanja dari belanja wajarnya
atau mungkin banyak program yang tidak dijalankan. Oleh
karenanya untuk menghindari kejadian tersebut pemerintah
22
perlu melakukan anallisis standar belanja yang akurat
(Mahmudi, 2019:157).
Secara normatif, anggaran belanja merupakan
batas tertinggi pengeluaran yang boleh dilakukan.Kinerja
pemerintah dinilai baik apabila pemerintah daerah mampu
melakukan efesiensi belanja.Sebaliknya jika realisasi
belanja lebih besar dari jumlah yang dianggarakan maka
hal itu mengindikasikan adanya kinerja anggaran yang
kurang baik.Namun harus dikaji lebih lanjut apakah
realisasi anggaran yang lebih kecil dari anggaran
disebabkan karena kinerja yang baik (goog performance)
ataukah justru sebaliknya kinerja yang buruk (bad
performance).Jika hal itu karena pengendalian anggaran
yang ketat yang dilakukan pemerintah daerah, maka hal itu
memang benar-benar merupakan prestasi. Tetapi jika tidak
terserapnya anggaran belanja tersebut disebabkan kerena
adanya program dan kegiatan yang tidak dilaksanakan
atau karena penetapan harga satuan yang jauh melebihi
nilai pasar, maka hal itu bukan menunjukkan kinerja
anggaran yang baik, sehingga penghematan belanja yang
ditampilkan merupakan prestasi yang semu. Namun itupun
masih lebih baik daripada terjadi pemborosan anggaran,
sebab penghematan anggaran tahun sekarang dapat
digunakan untuk pembiayaan tahun berikutnya (Mahmudi,
2019:158)
23
4.2.2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk
mengetahui perlkembangan belanja dari tahun ke
tahun.Pada umumnya belanja memiliki kecenderungan
untuk selalu naik.Alasan kenaikan belanja biasanya
dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan
kurs rupiah, perubahan jumlah cakupan layanan, dan
penyesuaian faktor makro ekonomi.Analisis perumbuhan
belanja dilakukan untuk mengetahui berapa besar
pertumbuhan masing-masing belanja, apakah
pertumbuhan tersebut rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan.Pertumbuhan belanja harus diikuti
pertumbuhan pendapatan yang seimbang, sebab jika tidak
maka dalam jangka menengah dapat mengganggu
kesinambungan dan kesehatan fiskal daerah (Mahmudi,
2019:158).
Pertumbuhan belanja daerah dapat dihitung
dengan rumus berikut:
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡
= 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 1
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 1
Apabila secara keseluruhan pertumbuhan
belanja daerah mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya, untuk menilai apakah kenaikan tersebut
masih dalam batas kewajaran atau tidak maka perlu dilihat
24
berapa besarnya inflasi pada tahun tersebut, berapa
tambahan cakupan pelayanan, berapa pertumbuhan
penduduk, belanja apa yang paling besar mempengaruhi
kenaikan pertumbuhan tersebut, apa alasan kenaikan
belanja tersebut, apakah kenaikan belanja disebabkan
karena faktor internal yang relatif terencana dan terkendali
ataukah faktor eksternal yang diluar kendali pemerintah
(Mahmudi, 2019:160).
Jika dilihat dari perspektif pertumbuhan belanja,
sistem anggaran berbasis kinerja berbeda dengan
anggaran tradisional. Sistem anggaran tradisional memiliki
karakteristik yaitu pos-pos anggarannya tetap (line-item)
dan selalu meningkat setipa tahunnya (incrementalism),
sehingga kecenderungannya setiap tahun akan terjadi
kenaikan anggaran meskipun sebenarnya kenaikan
tersebut tidak prioritas atau bahkan tidak diperlukan.
Namun dengan digunakannya anggaran berbasis kinerja
yang mana setiap anggaran harus dikaitkan dengan target
kinerja, maka kecenderungan untuk terus meningkatkan
anggaran tidak perlu terjadi. Pertumbuhan anggaran
belanja tentu bisa saja negative atau lebih kecil dari tahun
sebelumnya jika memang belanja tersebut tidak prioritas
untuk tahun sekarang. Anggaran tertentu yang tidak
menambah nilai bahkan bisa dihilangkan atau dipangkas
dan dialihkan untuk belanja lain yang prioritasnya lebih
25
penting. Prinsipnya pertumbuhan belanja harus terencana
dan terkendali dengan baik agar kesinambungan dan
stabilitas fiskal daerah terjaga (Mahmudi, 2019:160).
4.2.3. Analisis Keserasian Belanja
Analisis keserasian belanja bermanfaat untuk
mengetahui keseimbangan antar belanja. Analisis belanja
modal terhadap total belanja merupakan perbandingan
antara total realisasi belanja modal dengan total belanja
daerah. Berdasarkan rasio ini, pembaca laporan dapat
mengetahui porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk
investasi dalam bentuk belanja modal pada tahun
anggaran bersangkutan.Pengeluaran belanja modal yang
dilakukan memberikan manfaat jangka menengah dan
panjang.Selain itu, belanja modal juga tidak bersifat rutin.
Belanja modal ini akan mempengaruhi neraca pemerintah
daerah, yaitu menambah aset daerah (Mahmudi,
2019:162).
Pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan
daerah rendah pada umumnya justru memiliki proporsi
tingkat belanja modal yang lebih tinggi dibandingkan
pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi.Hal ini
disebabkan pemerintah daerah dengan pendapatan rendah
berorientasi untuk giat melakukan belanja modal sebagai
bagian dari investasi modal jangka panjang, sedangkan
pemerintah daerah yang pendapatannya tinggi biasanya
26
telah memiliki aset modal yang mencukupi. Pada umumnya
proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah
adalah antara 5-20 persen.(Mahmudi, 2019:163).
Rasio belanja modal ini dirumuskan sebagai
berikut:
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑡ℎ𝑑 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑥 100 %
Analisis Keserasian menggambarkan bagaimana
pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada
Belanja Rutin dan Belanja Pembangunannya secara
optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan
untuk Belanja Rutin berarti persentase Belanja investasi
(Belanja Pembangunan) yang digunakan untuk
menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat
cenderung semakin kecil (Halim, 2007:236).
4.2.4. Rasio Efisiensi Belanja
Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan
antara realisasi belanja dengan anggaran belanja.Rasio
efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat
penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah.Angka
yang dihasilkan dari rasio efisiensi ini tidak bersifat absolut,
tetapi relatif. Artinya tidak ada standar baku yang dianggap
baik untuk rasio ini. Kita hanya dapat mengatakan bahwa
tahun ini belanja pemerintah daerah relative lebih efisien
dibandingkan tahun lalu, Unit A lebih efisien dari Unit
27
B.Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi
anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%,
sebaliknya jika lebih maka mengindikasikan telah terjadi
pemborosan anggaran (Mahmudi, 2019:164). Rasio
efisiensi belanja dirumuskan sebagai berikut:
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎× 100%
Menurut Mahsun (2009:187) Semakin kecil nilai
rasio ini maka semakin efisien kinerja pemerintah daerah
dalam melakukan anggarkan belanja daerah. Secara umum,
nilai efesiensi dikategorikan sebagai berikut:
a. Efisien :<100%
b. Efesiensi Berimbang :=100%
c. Tidak Efisien : >100%
B. Tinjauan Empiris
Beberapa peneliltian terdahulu yang pernah diteliti oleh peneliti
sebelumnya terkait dengan topik penelitian ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Penelitian
Jenis Penelitian
Hasil Penelitian
1 Grace Yunita Liando dan Ingriani Elim (2016)
Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran
Deskriptif Kualitatif dan Deskriptid Kuantitatif
Hasil penelitian ini yaitu belanja pada LRA untuk T.A 2011-2014 menunjukkan bahwa kinerja belanja PemKab Kepulauan Sangihe dinilai baik dan
28
(Lra) Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe
terus melakukan perbaikan setiap tahun dalam pemanfaatan realisasi belanja. Pertumbuhan belanja mulai terlihat pada T.A 2013 dan 2014 dibandingkan dengan T.A 2011 dan 2012. Sehingga diharapkan pada tahun selanjutnya PemKab Kepulauan Sangihe sebaiknya mengalokasikan belanja daerah dalam porsi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat serta Pimpinan DPPKAD sebaiknya meninjau lebih jauh manfaat serta pengalokasian belanja daerah sehingga dapat meningkatkan efektivitas, produktivitas dan efisiensi belanja di masa yang akan datang.
2 Fransiskus X. W Katit dan Sherly Pinatik (2016)
Analisis Kinerja Belanja pada Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat Provinsi Papua
Deskriptif Kulaitatif
Selama tahun 2013-2015 Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat memanfaatkan anggaran belanja dengan baik dimana realisasi belanja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat lebih kecil dari Anggaran yang telah direncanakan. Dari beberapa analisis yang telah dilakukan Pemerintah daerah Kabupaten Asmat Sudah menunjukan hasil yang positif dalam kinerja belanja. Namun pemerintah daerah lebih mempertimbangkan dimana belanja yang di dalamnya mengenai kepentingan umum harus lebih ditingkatkan.
3 Andre P. Analisis Deskriptif Hasil penelitian pada APBD
29
Tulangow dan Treesje Runtu (2016)
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Minahasa
Kualitatif Kabupaten Minahasa, menunjukan bahwa dalam tiga tahun penelitian pemerintah Kabupaten Minahasa belum terlalu baik dalam merealisasikan pendapatan daerahnya. Berbeda dengan belanja daerah, dalam tiga tahun penelitian pemerintah kabupaten Minahasa sudah baik dalam merealisasikan belanjanya dengan tidak melebihi dengan jumlah yang dianggarkan.
4 Melania Rampengan, dkk (2016)
Analisis Efektifitas Dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Manado
Deskriptif Kualitatif
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2015 dan 2014 masuk dalam kriteria tingkat yang cukup efektif, dan pada tahun 2011, 2012, 2013 masuk dalam kriteria yang kurang efektif, dikarenakan realisasi anggaran belanja memiliki perbedaan yang jauh dengan target anggaran belanja. Sehingga ada beberapa kegiatan yang dianggarkan tapi tidak dilaksanakan, tetapi untuk kegiatan lainnya yang sudah dianggarkan telah dilaksanakan secara efektif. Dalam pelaksanaan anggaran belanja BAPPEDA Kota Manado tahun 2011-2015 secara keseluruhan sudah diolah secara efisien. Dimana pelaksanaan anggaran pada tahun 2011, 2012, 2013, 2015 dikategorikan sangat efisien dan pada tahun 2014 dikategorikan efisien.
5 Cenissa Sajow, dkk (2017)
Analisis Realisasi Anggaran Belanja
Deskriptif Kuantitatif
Hasil penelitian ini yaitu dari tingkat efektivitas belanja, Kota Tomohon lebih efektif dibandingkan dengan
30
Daerah pada Pemerintah Kota Tomohon dan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan
Kabupaten Minahasa Selatan. Tingkat efisiensi belanja, Kota Tomohon lebih efisien dibandingkan dengan Kabupaten Minahasa Selatan. Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Selatan menunjukan adanya pertumbuhan belanja yang positif.
6 Sakina Nusarifa Tantri Dan Putri Irmawati (2018)
Analisis Kinerja Anggaran Belanja Pada Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 - 2016
Deskriptif Kualitatif
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa: (1) hasil analisis varians belanja dan analisis pertumbuhan belanja di Dinas Kebudayaan Daerah istimewa Yogyakarta sudah berjalan dengan baik; (2) analisis keserasian belanja menunjukkan bahwa dinas sudah melakukan harmonisasi belanja daerah; (3) Dinas Kebudayaan Daerah istimewa Yogyakarta sudah melakukan efisiensi dengan menggunakan anggaran tidak melebihi realisasinya. Namun, terdapat salah satu program yang tidak berjalan secara efisien dan untuk hasil perhitungan dari rasio efektivitas dinas terkait dinilai sudah efektif dalam menggunakan nggaran belanja tidak langsung. Secara keseluruhan, kinerja anggaran belanja Dinas Kebudayaan Daerah istimewa Yogyakarta tahun 2012-2016 baik.
7 Sri Suartini (2019)
Analisis Laporan Realisasi Anggaran Khusus Kelurahan 2016 - 2017 Studi Kasus
Deskriptif Kuantitatif
Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan maka simpulan yang dapat diperoleh mengenai Analisis Laporang Realisasi Anggaran Khusus Kelurahan (AKK) Tahun 2016-2017
31
(Kelurahan Adiarsa Barat Kabupaten Karawang)
(Studi kasus Kelurahan Adiarsa Barat Kabupaten Karawang Barat) adalah Sebagai berikut : Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran T.A 2016 sampai dengan T.A 2017 masing-masing adalah sebagai berikut: T.A 2016 realisasi belanja sebesar 92.78 % dan T.A 2017 sebesar 97.27% dari yang dianggarkan. Hal ini menunjukan adanya kinerja Belanja daerah yang baik yaitu dengan adanya efisiensi belanja untuk tahun anggaran 2016 sebesar 7.22 % dari total Anggaran , dan untuk T.A 2017 sebesar 2.73% dari total Anggaran.
8 Fika Widya Apriyanti, dkk. (2019)
Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pada Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Kab. Serdang Bedagai
Deskriptif Kualitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terlihat dari realisasi belanja tidak ada yang melebihi dari anggaran belanja dengan angka rata-rata persentase mencapai 93,84% yang menunjukkan hasil bahwa kinerja belanja dinilai baik dan menunjukkan bahwa adanya penghematan penggunaan penyerapan realisasi anggaran. Analisis Pertumbuhan Belanja Daerah menunjukkan bahwa Kinerja Belanja BPKA Kabupaten Serdang Bedagai mengalami pertumbuhan negatif. Yang artinya bahwa daerah belum mampu meningkatkan pertumbuhan daerahnya. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Serdang Bedagai telah melakukan efisiensi belanja terbukti
32
dengan rata-rata rasio efisiensi mencapai sebesar 90,29% yang tidak melebihi anggaran belanja.
9 Warti Ratnasari dan Siti Munawaroh (2019)
Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Pada Dinas Sosial Kabupaten Berau
Deskriptif Kuantitatif
Hasil Penelitian Menunjukkan kinerja belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada Dinas Sosial Kabupaten Berau menurun pada Tahun 2017, dibuktikan dari: 1). Tahun 2017 jumlah anggaran belanja (Rp10.830.810.200) dan realisasi belanja (Rp 9.770.219.869) menurun pada Tahun 2016 dengan anggaran belanja Rp14.879.889.739 dan realisasinya Rp12.558.626.940. 2). Varians belanja pada Tahun 2017 (9,79%) lebih rendah dari Tahun 2016 (15,60%). 3). Rasio pertumbuhan belanja pada Tahun 2017 turun sebesar 22,20%.
10 Tia Setiani dan Rika Nurul Madila (2019)
Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pada Pemerintah Kota Cimahi Periode 2009-2018
Deskriptif Kualitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)Realisasi pendapatan telah melebihi jumlah yang dianggarkan dengan presentase rata-rata sudah diatas 90%. Artinya, Pemerintah Kota Cimahi dari tahun 2009-2018 sudah dikatakan cukup baik dalam mengelola sumber pendapatan daerah 2)Realisasi belanja tidak melebihi jumlah yang dianggarkan. Artinya, Pemerintah Kota Cimahi dari tahun 2009-2018 sudah dikatakan cukup baik dalam mengelola sumber pengeluaran daerah. 3) Tingkat kemandirian pemerintah Kota Cimahi
33
Penelitian yang disebutkan dan dijelaskan diatas merupakan
penelitian yang memiliki topik dan bahasan yang dapat digunakan sebagai
acuan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Penelitian sebelumnya
tersebut membahas topik penelitian yang sama dengan topik penelitian yang
akan dibahas dalam penelitian ini, namun pada fokus bahasan yang akan
diuraikan terdapat perbedaan.
dari tahun 2009-2018 rata-rata sebesar 22,65%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemandirian masih tergolong sangat rendah.
34
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teori penelitian
yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disusun kerangka konseptual
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konsep
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo dalam proses melakukan
penilaian kinerja belanja daerah dapat dilakukan dengan beberapa analisis
Badan Pendapatan
Daerah Kab. Wajo
Analisis Kineja Belanja
Daerah
Laporan Realisasi
Anggaran
Analisis Varians
Belanja
Analisis
Pertumbuhan
Belanja
Analisis
Keserasian
Belanja
Rasio Efisiensi
Belanja
Baik/Kurang Baik, Efisien/Tidak Efisien
35
kinerja belanja pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Analisis tersebut
meliputi Analisis Varians Belanja, Analisis Pertumbuhan Belanja, Analisis
Keserasian Belanja, serta Rasio Efisiensi Belanja.Analisis yang dilakukan pada
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tersebut menjelaskan mengenai kemampuan
pemerintah Kabupaten Wajo dalam mengelola anggarannya atau bagaimana
kinerja belanja daerah dalam satu tahun anggaran.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif.Deskriptif kuantitatif adalah suatu metode analisis data
yang dilakukan dengan mengumpulkan, menyusun dan menginterpretasikan
data berupa angka-angka yang nantinya akan digunakan untuk memberikan
gambaran sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai suatu keadaan.Data-
data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data keuangan Badan
Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yaitu Laporan Realisasi Anggaran
Badan Pendapatan Daerah Kabuapten Wajo Tahun 2017-2019.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kinerja belanja dalam Laporan Realisasi
Anggaran pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Badan
Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yang terletak di Jl. Lamaddukkelleng
No. 1 Sengkang.Waktu penelitian yang digunakandimulai pada tanggal 15
Juli sampai dengan 2 Agustus 2020.
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Definisi operasional merupakan batasan yang diberikan terhadap
suatu variabel agar variabel dapat diukur menggunakan instrument atau alat
ukur. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah kinerja yang dapat
37
diartikan sebagai kegiatan/aktivitas yang dapat diukur dari suatu organisasi
sebagai bagian dari pengukuran keberhasilan pekerjaan.
Menurut Sujarweni (2015:107) Kinerja merupakan hasil kerja yang
dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan tujuan untuk mencapai
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Adapun variabel yang digunakan dalam penenelitian ini yaitu
analisis anggaran belanja.. Kinerja anggaran belanja dalam Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) dapat diukur dengan menggunakan analisis
kinerja belanja yakni:
1) Analisis Varians Belanja merupakan analisis terhadap perbedaan atau
selisih antara realisasi belanja dengan anggaran. Kinerja pemerintah
daerah dinilai kurang baik jika terdapat selisih lebih (realisasi belanja
melebihi jumlah yang diangarkan) sedangkan jika terdapat selisih
kurang (realisasi belanja kurang dari jumlah yang dianggarkan) maka
kinerja belanja daerah dalam pengelolaan keuangan daerah dinilai baik.
2) Analisis Pertumbuhan Belanja merupakan analisis untuk mengetahui
perkembangan belanja dari tahun ke tahun.Pada umumnya belanja
memiliki kecenderungan untuk selalu naik. Alasan kenaikan belanja
biasanya dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan
kurs rupiah, perubahan jumlah cakupan layanan dan penyesuaian faktor
makro ekonomi.
3) Analisis Keserasian Belanja merupakan analisis untuk mengetahui
keseimbangan antar belanja dengan perbandingan antara total realisasi
belanja modal dengan total belanja daerah.Pembaca laporan dapat
38
mengetahui porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi
dalam bentuk belanja modal pada tahun anggaran bersangkutan.
4) Rasio Efisiensi Belanja merupakan perbandingan antara realisasi
belanja dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi belanja ini digunakan
untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan
pemerintah. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi
anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%, sebaliknya jika lebih
maka mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu dengan cara dokumentasi. Pengumpulan data dengan cara
dokumentasi berupa dokumen-dokumen, catatan, transkrip, buku dan
sebagainya.Pengumpulan data dilakukan agar memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.Data yang digunakan adalah data sekunder,
data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.Data tersebut
berupa rincian Laporan Ralisasi Anggaran Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Wajo Tahun 2017-2019.
E. Teknik Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kinerja
belanja daerah.Analisis kinerja belanja daerah digunakan untuk mengetahui
apakah pemerintah daerah telah menggunakan anggaran dengansebaik
mungkin. Analisis kinerja belanja daerah yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya:
1) Analisis Varians Belanja
39
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 − 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
2) Analisis Pertumbuhan Belanja
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡
= 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 1
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 1
3) Analisis Keserasian Belanja
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑡ℎ𝑑 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑥 100%
4) Rasio Efisiensi Belanja
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑥 100%
40
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Wajo
Kabupaten Wajo merupakan salah satu Daerah Tingkat II di
Provinsi Sulawesi Selatan.Ibukota kabupaten ini terletak di Sengkang
dengan jarak kurang lebih 250 km dari Makassar Ibukota Provinsi Sulawesi
Selatan. Luas wilayah Kabupaten Wajo adalah 2.056,19 km² atau 4,1% dari
luas Provinsi Sulawesi Selatan dengan rincian penggunaan lahan terdiri dari
lahan sawah 86.297 Ha (34,43%) dan lahan kering 164.322 Ha (65,57%)
serta memiliki jumlah penduduk kurang lebih 400.000 jiwa.
Secara geografis, Kabupaten Wajo terletak pada 3°39’ - 4°16’
Lintang Selatan dan 119°53’ - 120°27’ Bujur Timur. Sebagaian besar
wilayahnya berupa daratan rendah hingga daratan rendah bergelombang
dengan ketinggian wilayah 0-520 Mdpl. Hanya sebagian kecil yang berupa
perbukitan dibagian utara.Bagian timur berupa daratan rendah dan pasir
Teluk Bone, termasuk pulau-pulau pasir di perairan Teluk Bone.Sedangkan
bagian barat merupakan daratan alluvial Danau Tempe-Danau Sidenreng.
Adapun batas wilayah Kabupaten Wajo sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kabupaten Sidrap
Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng
Sebelah Timur : Teluk Bone
Sebelah Utara : Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sidrap
41
Kabupaten Wajo terbagi menjadi 14 wilayah Kecamatan yaitu
Belawa, Bola, Gilireng, Keera, Majauleng, Maniangpajo, Pammana,
Penrang, Pitumpanua, Sabbang Paru, Sajoanging, Takkalalla, Tanasitolo,
Tempe.Selanjutnya dari ke 14 wilayah Kecamatan di dalamnya terbentuk
wilayah-wilayah yang lebih kecil, yaitu secara keseluruhan terbentuk 44
wilayah yang berstatus Kelurahan dan 132 wilayah yang berstatus Desa.
Terdapat 6 Kecamatan yang merupakan wilayah pesisir pantai yaitu
Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera, Kecamatan Takkalalla,
Kecamatan Sajoanging, Kecamatan Penrang, dan Kecamatan Bola. Jumlah
desa yang masuk dalam 6 Kecamatan tersebut adalah 25 Desa yang
langsung berada dipantai pesisir dan perbatasan dengan laut, sedangkan 42
Desa yang berada di daratan.
Masing-masing wilayah Kecamatan tersebut mempunyai potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda, meskipun
perbedaan tersebut relatif kecil sehingga pemanfaatan sumber-sumber yang
ada relatif sama untuk menunjang pertumbuhan pembangunan di
wilayahnya.
B. Visi dan Misi Kabupaten Wajo
Visi : ”Menjadikan Kabupaten Wajo sebagai salah satu Kabupaten
terbaik di Sulawesi Selatan dan pelayanan hak dasar masyarakat dan tata
pemerintah yang profesional”. Untuk mewujudkan visi pembangunan
Kabupaten Wajo, ditetapkan Misi sebagai berikut:
a. Menciptakan iklim yang kondusif bagi kehidupan yang aman, damai,
religius dan inovatif serta implementasi pemberdayaan masyarakat. Misi
ini bertujuan mewujudkan kondisi yang aman dan damai, religius dan
42
inovatif sehingga proses pembangunan dapat berjalan tanpa kendala
faktor keamanan.
b. Menguatkan kelembagaan dan sumber daya aparatur dalam
mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Misi ini bertujuan
mewujudkan pemerintahan Kabupaten Wajo yang baik, bersih,
bertanggung jawab (profesional), taat asas (peraturan dan
perundangan), menjunjung kesetaraan dan demokrasi. Hal ini
diwujudkan melalui penyempurnaan mekanisme kerja, manajemen,
struktur organisasi untuk menjamin efektivitas dan efisiensi
peyelenggaraan pelayanan publik untuk menghasilkan nilai tambah dan
pelayanan prima bagi masyarakat.
c. Mengakselerasi laju mesin-mesin pertumbuhan dalam proses produksi
berbasis ekonomi kerakyatan. Misi ketiga ini bertujuan untuk tercapainya
pemerataan dan pertumbuhan ekonomi termasuk membentuk
kemandirian sosial dan ekonomi masyarakat Wajo dengan
memanfaatkan potensi wilayah secara optimal, diiringi dengan upaya
mendorong usaha-usaha untuk mengurangi ketergantungan pada satu
sektor tertentu kepada sektor unggulan lainnya, menuju masyarakat
yang berkualitas, maju, dan mandiri, dalam keanekaragaman penduduk
dan kegiatannya.
d. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan dalam pemenuhan hak
dasar masyarakat. Misi keempat bertujuan untuk menciptakan
masyarakat yang berkualitas, maju, mandiri, dan sejahtera dengan
membangun keunggulan komparatif dan kompetitif di masing-masing
wilayah dan didukung oleh SDM yang berkualitas.
43
C. Pemerintahan Daerah Kabupaten Wajo
Adapun susunan struktur pemerintah daerah Kabupaten Wajo
periode 2019-2024 terdiri atas:
a. Bupati Wajo : Dr. H. Amran Mahmud, S.Sos.,M.Si
b. Wakil Bupati Wajo : H. Amran, S.E
c. Sekretaris Daerah : H. Amiruddin. A, S.Sos., M.M
D. Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo terletak di Jl.
Lamaddukkelleng No. 1 Sengkang.Badan Pendapatan Daerah Kabupaten
Wajo memiliki peran dalam urusan pendapatan daerah.Adapun visi Badan
Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yaitu terwujudnya pendapatan daerah
yang produktif dalam menunjang pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan kabupaten wajo. Visi tersebut disusun atas dasar komitmen
seluruh anggota organisasi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo
untuk memenuhi tuntutan dan dinamika masyarakat Kabupaten Wajo dalam
rangka mewujudkan sistem pengelolaan Pendapatan Daerah yang
berpengaruh pada tata laksana Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
yang baik dan bersih (good and clean government) dan dilaksanakan secara
bertahap dan berkelanjutan. Serta misi dari Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Wajo yaitu mewujudkan sumber-sumber penerimaan pendapatan
daerah, mewujudkan fleksibilitas landasan hukum dibanding pajak
daerahdan meningkatkan aparatur yang profesional.Dalam
mengimplementasikan Misi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo
yang telah ditetapkan, diperlukan penajaman misi dengan memperhatikan
skala prioritas dari apa yang hendak dicapai oleh organisasi. Sehubungan
44
dengan hal tersebut tujuan dan sasaran dari masing-masing misi yang
ditetapkan Badan Pendapatan daerah Kabupaten Wajo adalah sebagai
berikut:
Misi (1) : Mewujudkan sumber-sumber penerimaan pendapatan
daerah yang optimal.
Tujuan : Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor
pajak daerah.
Sasaran : Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak daerah.
Misi (2) : Mewujudkan fleksibilitas landasan hukum dibidang pajak
daerah.
Tujuan : Terciptanya landasan hukum dibidang pajak daerah yang
sesuai kondisi berkenaan.
Sasaran : Melakukan penyempurnaan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan yang berkaitan dengan pajak daerah.
Misi (3) : Meningkatkan aparatur yang profesional.
Tujuan : Meningkatkan kualitas pelayanan aparatur dalam
pengelolaan administrasi kepegawaian dan pajak daerah.
Sasaran : Terciptanya Pengelolaan Administrasi Kepegawaian dan
Pajak Daerah sesuai ketentuan yang berlaku.
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo juga memiliki
beberapa tugas dan fungsi lain. Salah satu tugasnya adalah sebagai
pengendali dalam urusan pemungutan pendapatan daerah di wilayahnya
dan mengarahkan instansi lain dalam proses pelaksanaan, perencanaan,
dan pengendalian sampai dengan evaluasi pemungutan pendapatan daerah.
Adapun fungsi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yaitu
45
menentukan kebijakan dalam bidang pendapatan daerah, pelaporan atas
penagihan pajak daerah, retribusi dan penerimaan daerah lainnya,
pemungutan pendapatan daerah, penyuluhan pajak, memberikan izin bidang
pendapatan daerah, penyusunan rencana pendapatan daerah, hingga
evaluasi pendapatan daerahnya.
46
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan data Laporan Realisasi Anggaran yang diperoleh dari
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo, maka hasil analisis yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Analisis Varians Belanja
Analisis varians belanja merupakan analisis teradapap
perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran
belanja.Kinerja pemerintah dinilai baik apabila pemerintah daerah
mampu melakukan efisiensi belanja.Sebaliknya jika realisasi belanja
lebih besar dari jumlah yang dianggarakan maka hal itu
mengindikasikan adanya kinerja anggaran yang kurang baik. Analisis
varians belanja dirumuskan sebagai berikut:
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 − 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
a. Tahun 2017
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 = Rp 1,329,042,084,063.98 – Rp 1,373,779,867,750.78
= Rp (44,737,783,686.80)
b. Tahun 2018
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 = Rp 1,198,701,815,095.47 – Rp 1,292,330,332,010.50
= Rp (93,628,516,915.03)
47
c. Tahun 2019
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 = Rp 1,343,057,373,501.56 – Rp 1,324,056,517,490.13
= Rp 19,000,856,011.43
Tabel 5.1 Analisis Varians Belanja Kabupaten Wajo
Tahun Anggaran 2017-2019
Tahun Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Varian/Selisih
2017 1,373,779,867,750.78 1,329,042,084,063.98 (44,737,783,686.80)
2018 1,292,330,332,010.50 1,198,701,815,095.47 (93,628,516,915.03)
2019 1,324,056,517,490.13 1,343,057,373,501.56 19,000,856,011.43
Sumber: Data diolah (2020)
Berdasarkan table 5.1, analisis varians belanja daerah
Kabupaten Wajo pada tahun 2017 dan tahun 2018 menunjukkan bahwa
realisasi belanja tidak melebihi anggaran belanja sehingga dapat
dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat dari Laporan Realisasi Anggaran
pada tahun 2017 yang menunjukkan nilai anggaran belanja operasi
sebesar Rp 982.189.263.733,78 lebih besar dari realisasi yaitu Rp
956.516.570.042,18, belanja modal menunjukkan nilai anggaran
sebesar Rp 388.799.686.782,00 lebih besar dari realisasi yaitu Rp
370.850.927.060,90, kemudian belanja tak terduga menunjukkan nilai
anggaran sebesar Rp 2.790.917.235,00 lebih besar dari realisasi yaitu
1.674.586.960,90. Sama halnya tahun 2017, pada tahun 2018 nilai
anggaraan belanja operasi sebesar Rp 1.040.356.707.169,50 lebih
besar dari realisasi yaitu Rp 983.407.147.403,25, belanja modal
menunjukkan nilai anggaran sebesar Rp 249.715.673.241,00 lebih
besar dari realisasi yaitu Rp 213.370.399.448,22, kemudian belanja tak
48
terduga menunjukkan nilai anggaran sebesar Rp 2.257.951.600,00
lebih besar dari realisasi yaitu 1.924.268.244,00.
Namun pada tahun 2019 analisis varians belanja menunjukkan
bahwa realisasi belanja lebih besar dari pada anggaran belanja, terlihat
bahwa adanya kinerja anggaran yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat
pada Laporan Realisasi Anggaran yang menunjukkan nilai realisasi
belanja modal sebesar Rp 385.032.158.912,69 lebih besar dari yang
dianggarakan yaitu Rp 326.436.425.941,00.
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui
perkembangan belanja dari tahun ke tahun.Pada umumnya belanja
memiliki kecenderungan untuk selalu naik.Alasan kenaikan belanja
biasanya dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan
kurs rupiah, perubahan jumlah cakupan layanan, dan penyesuaian
faktor makro ekonomi.Analisis pertumbuhan belanja dilakukan untuk
mengetahui berapa besar pertumbuhan masing-masing belanja, apakah
pertumbuhan tersebut rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.
Analisis pertumbuhan belanja dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡
= 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 1
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 1
a. Tahun 2017 - Tahun 2018
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑅𝑝 1,198,701,815,095.47 − 𝑅𝑝 1,329,042,084,063.98
𝑅𝑝 1,329,042,084,063.98
= Rp (130,340,268,968.51)
b. Tahun 2018 – Tahun 2019
49
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑅𝑝 1,343,057,373,501.56 − 𝑅𝑝 1,198,701,815,095.47
Rp 1,198,701,815,095.47
= Rp 144,355,558,406.09
Tabel 5.2 Analisis Pertumbuhan Belanja Kabupaten Wajo
Tahun Anggaran 2017-2019
Uraian Realisasi Belanja
Tahun t (Rp) Realisasi Belanja
Tahun t-1 (Rp) Pertumbuhan (Rp)
2017-2018 1,198,701,815,095.47 1,329,042,084,063.98 (130,340,268,968.51)
2018-2019 1,343,057,373,501.56 1,198,701,815,095.47 144,355,558,406.09
Sumber: Data diolah (2020)
Berdasarkan table 5.2, analisis pertumbuhan belanja daerah
Kabupaten Wajo menunjukaan pertumbuhan belanja pada tahun 2017
sampai dengan tahun 2018 adalah negatif atau lebih kecil dari tahun
sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada Laporan Realisasi Anggaran
yang menunjukkan nilai realisasi belanja modal pada tahun 2018 yaitu
sebesar Rp 213.370.399.448,22 sedangkan pada tahun 2017 yaitu Rp
370.850.927.060,90 lebih besar dari tahun 2018.
Pertumbuhan belanja pada tahun 2018 sampai dengan tahun
2019 adalah positif atau lebih besar dari tahun sebelumnya. Hal ini
dapat dilihat pada Laporan Realisasi Anggaran yang menunjukkan nilai
realisasi belanja modal pada tahun 2019 sebesar Rp
385.032.158.912,69 sedangkan pada tahun 2018 sebesar Rp
213.370.399.448,22 lebih kecil dari tahun 2019.
3. Analisis Keserasian Belanja
Analisis keserasian belanja bermanfaat untuk mengetahui
keseimbangan antar belanja. Rasio belanja modal terhadap total belanja
merupakan perbandingan antara total realisasi belanja modal dengan
50
total belanja daerah. Analisis belanja modal terhadap total belanja
dirumuskan sebagai berikut:
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡ℎ𝑑𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
a. Tahun 2017
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡ℎ𝑑𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =Rp 370,850,927,060.90
Rp 1,329,042,084,063.98𝑥 100%
= 27.90 %
b. Tahun 2018
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡ℎ𝑑𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =Rp 213,370,399,448.22
Rp 1,198,701,815,095.47𝑥 100%
= 17.80 %
c. Tahun 2019
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡ℎ𝑑𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =Rp 385,032,158,912.69
Rp 1,343,057,373,501.56𝑥 100%
= 28.67 %
Tabel 5.3 Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Kabupaten Wajo
Tahun Anggaran 2017-2019
Tahun Realisasi Belanja
Modal (Rp) Total Belanja Daerah
(Rp)
Rasio Belanja Modal Terhadap Total
belanja (%)
2017 370,850,927,060.90 1,329,042,084,063.98 27.90
2018 213,370,399,448.22 1,198,701,815,095.47 17.80
2019 385,032,158,912.69 1,343,057,373,501.56 28.67
Sumber: Data diolah (2020)
Berdasarkan tabel 5.3, rasio belanja modal terhadapat total
belanja menunjukkan persentase tingkat belanja modal terhadap total
belanja daerah pada tahun 2017, 2018 dan 2019. Tingkat belanja modal
terhadap total belanja daerah paling rendah terjadi pada tahun 2018,
51
sedangkan tingkat belanja modal terhadap total belanja paling tinggi
terjadi pada tahun 2019. Hal ini dapat dilihat pada Laporan Realisasi
Anggaranyang menunjukkan nilai realisasi belanja modal pada tahun
2017 sebesar Rp 370,850,927,060.90, pada tahun 2018 sebesar Rp
213,370,399,448.22, dan pada tahun 2019 sebesar Rp
385,032,158,912.69 dari total belanja darah.
4. Rasio Efisiensi Belanja
Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara
realisasi belanja dengan anggaran belanja.Rasio efisiensi belanja ini
digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang
dilakukan pemerintah. Nilai efesiensi dikategorikan sebagai berikut:
d. Efisien :<100%
e. Efesiensi Berimbang : =100%
f. Tidak Efisien : >100%
Rasio efesiensi belanja daerah dapat dirumuskan sebagai
berikut:
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝑥 100%
a. Tahun 2017
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =Rp 1,329,042,084,063.98
Rp 1,373,779,867,750.78 𝑥 100%
= 96.74 %
b. Tahun 2018
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =Rp 1,198,701,815,095.47
Rp 1,292,330,332,010.50 𝑥 100%
= 92.76 %
c. Tahun 2019
52
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =Rp 1,343,057,373,501.56
Rp 1,324,056,517,490.13 𝑥 100%
= 101.44 %
Tabel 5.4 Rasio Efisiensi Belanja Kabupaten Wajo
Tahun Anggaran 2017-2019
Tahun Realisasi Belanja (Rp) Anggaran Belanja (Rp)
Rasio Efisiensi Belanja (%)
2017 1,329,042,084,063.98 1,373,779,867,750.78 96.74
2018 1,198,701,815,095.47 1,292,330,332,010.50 92.76
2019 1,343,057,373,501.56 1,324,056,517,490.13 101.44
Sumber: Data diolah (2020)
Berdasarkan tabel 5.4, Rasio efisiensi belanja daerah
Kabupaten Wajo pada tahun 2017yang menunjukkan nilai anggaran
belanja operasi sebesar Rp 982.189.263.733,78 lebih besar dari
realisasi yaitu Rp 956.516.570.042,18, belanja modal menunjukkan nilai
anggaran sebesar Rp 388.799.686.782,00 lebih besar dari realisasi
yaitu Rp 370.850.927.060,90, kemudian belanja tak terduga
menunjukkan nilai anggaran sebesar Rp 2.790.917.235,00 lebih besar
dari realisasi yaitu Rp 1.674.586.960,90.Secara keseluruhan realisasi
belanja masih lebih kecil dari anggaran belanja atau dibawah 100%.
Tahun 2018 nilai anggaraan belanja operasi sebesar Rp
1.040.356.707.169,50 lebih besar dari realisasi yaitu Rp
983.407.147.403,25, belanja modal menunjukkan nilai anggaran
sebesar Rp 249.715.673.241,00 lebih besar dari realisasi yaitu Rp
213.370.399.448,22, kemudian belanja tak terduga menunjukkan nilai
anggaran sebesar Rp 2.257.951.600,00 lebih besar dari realisasi yaitu
Rp 1.924.268.244,00. Sama halnya tahun 2017, pada tahun
53
2018menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Wajo telah melakukan
efisiensi anggaran karena secara keseluruhan realisasi anggaran
belanja masih lebih kecil dari anggaran belanja atau dibawah 100%.
Sedangkan pada tahun 2019 rasio efisiensi menunjukkan tingkat
persentase diatas 100%. Hal ini dapat dilihat pada Laporan Realisasi
Anggaran nilai realisasi belanja modal sebesar Rp 385.032.158.912,69
lebih besar dari yang dianggarakan yaitu Rp 326.436.425.941,00yang
mengindikasikan bahwa pada tahun 2019 pemerintah Kabupten Wajo
masih kurang dalam melakukan efisiensi anggaran karena realisasi
belanja lebih besar dari yang dianggarakan atau melebihi dari 100%.
B. Pembahasan
Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa Analisis Kinerja
Belanja Daerah pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo tahun
anggaran 2017-2019 yaitu meliputi:
1. Analisis Varians
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan untuk mengetahui
selisih antara realisasi belanja dengan anggaran belanja, maka
diketahui bahwa pada tahun 2017 menunjukkan hasil varians/selisih
sebesar Rp (44,737,783,686.80), pada tahun 2018 menunjukkan
varians/selisih sebesar Rp (93,628,516,915.03). Secara keseluruhan
pemerintah daerah Kabupaten Wajo pada tahun 2017-2018 analisis
varians belanja menunjukkan nilai negatif, artinya realisasi anggaran
tidak melebihi dari jumlah yang dianggarkan sehingga kinerja anggaran
belanja Kabupaten Wajo dinilai baik dan pada tahun 2017 realisasi dan
anggaran belanja daerah lebih rendah dari tahun 2018.
54
Analisis varians belanja pada tahun 2019 menunjukkan
varaians/selisih positif yaitu sebesar Rp 19,000,856,011.43, artinya
realisasi anggaran belanja melebihi dari jumlah yang dianggarakan.Hal
ini terjadi karena adanya jumlah realisasi anggaran yang digunakan
untuk pengeluaran belanja modal peralatan dan mesin serta belanja
modal jalan, irigasi dan jaringan lebih besar dari jumlah yang
dianggarkan.Karena realisasi belanja lebih besar dari anggaran maka
hal tersebut mengindikasikan adanya kinerja anggaran yang kurang baik
pada pemerintah daerah Kabupaten Wajo.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fika Widya
Apriyanti, et.all.(2019) menunjukkan hasil bahwa Kabupaten Serdang
Bedagai memiliki kinerja yang baik yaitu pada tahun 2015-2017realisasi
belanja tidak ada yang melebihi dari anggaran belanja.Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fransiskus X. W Katit dan Sherly Pinatik (2016)
juga menunjukkan hasil yang berbeda dari penelitian ini, realisasi
anggaran pada pemerintah Kabupaten Asmat juga tidak ada yang
melebihi anggaran belanja.
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Berdasarkan hasil analisis pertumbuhan belanja yang
dilakukan untuk mengetahui perkembangan belanja dari tahun ke tahun,
maka hasil analisis menunjukkan bahwa pada tahun 2017 sampai
dengan tahun 2019 pertumbuhan belanja mengalami fluktuasi. Pada
tahun 2017 sampai dengan tahun 2018 pertumbuhan belanja
mengalami penurunan sebesar Rp 130,340,268,968.51, realisasi
anggaran tahun 2017 lebih besar dari pada tahun 2018 atau bernilai
55
negatif. Hal ini disebabkan karena adanya pengurangan penggunaan
anggaran di beberapa pos-pos belanja, salain itu anggaran belanja juga
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.Hal ini berarti bahwa
pada tahun tersebut pemerintah daerah Kabupaten Wajo belum mampu
meningkatkan daerahnya.
Sementara, pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2019
pertumbuhan belanja mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp
144,355,558,406.09, realisasi anggaran tahun 2018 lebih kecil dari
tahun 2019 atau bernilai positif. Hal ini di sebabkan karena adanya
kenaikan penggunaan anggaran di beberapa pos belanja, salah satunya
kenaikan terbesar terjadi pada pos belanja modal yaitu sebesar Rp
171,661,759,464.47 dari tahun sebelumya.Hal ini berarti bahwa
pemerintah Kabupaten Wajo telah mampu meningkatkan pertumbuhan
daerahnya dari tahun sebelumnya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fika Widya Apriyanti,
et.all. (2019) yang menunjukkan hasil Kabupaten Serdang Bedagai pada
tahun 2015 dan 2017 mengalami penurunan anggaran atau
pertumbuhan negatif artinya pemerintah daerah belum mampu
meningkatkan daerahnya, sedangkan pada tahun 2016 mengalami
kenaikan anggaran atau pertumbuhan positif. Penelitian yang dilakukan
oleh Tia Setiani dan Rika Nurul Madila (2019) menunjukkan hasil yang
berbeda yaitu Pemerintah Kota Cimahi pada periode 2009-2018 terus
mengalami pertumbuhan positif artinya Pemerintah Kota Cimahi dalam
mengelola pengeluaran/belanja daerah dikatakan cukup baik dalam
merealisasikan belanja daerahnya.
56
3. Analisis Keserasian Belanja
Berdasarkan hasil analisis keserasian belanja yaitu Rasio
belanja modal terhadap total belanja yang dilakukan untuk mengetahui
keseimbangan antar belanja, maka pada tahun 2017 menunjukkan rasio
belanja modal terhadap total belanja sebesar 27,90% proporsinya
melebihi dari 5-20%, hal ini menunjukkan adanya kinerja yang kurang
baik karena melebihi dari proporsi belanja. Pemerintah daerah
Kabupaten Wajo menggunakan 27, 90% dari total belanja untuk belanja
modal, artinya pemerintah daerah giat melakukan investasi jangka
panjang untuk memenuhi asetnya.
Kemudian pada tahun 2018 rasio belanja modal terhadap total
belanja mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar
17,80%, artinya pemerintah Kabupaten Wajo menggunakan 17,80% dari
total belanja untuk belanja modal. Hal ini menunjukkan adanya kinerja
yang baik karena masih berada dalam proporsi belanja yaitu antara 5-
20%.
Pada tahun 2019 rasio belanja modal terhadap total belanja
kembali mengalami kenaikan yaitu sebesar 28,67% melebihi dari
proporsi belanja. Kenaikan ini disebabkan karena adanya kenaikan
penggunaaan anggaran belanja yang signifikan terhadapa belanja
modal jalan, irigasi dan jaringan dari tahun sebelumnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sakina Nusarifa
Tantri Dan Putri Irmawati (2018) yang menunjukkan hasil rasio belanja
modal pada Dinas Kebudayaan DIY masih berfluktuasi, dimana pada
taun 2012 dan 2015 rasio belanja modal terhadap total belanja melebihi
57
proporsi belanja, hal ini disebabkan karena dinas lebih berorientasi pada
belanja operasi.Berbeda dengan penelitian Fika Widya Apriyanti, et.all.
(2019) yang menunjukkan hasil bahwa pada Kabupaten Serdang
Bedagai rasio belanja modal terhadap total belanja kurang dari proporsi
belanja sehingga mengidikasikan adanya kinerja yang kurang baik.
4. Rasio Efisiensi Belanja
Berdasarkan hasil perhitungan rasio efisiensi belanja yang
dilakukan untuk mengetahui perbandingan realisasi belanja dengan
anggaran belanja, maka pada tahun 2017 menunjukkan tingkat efisien
penggunaan belanja adalah sebesar 96,74%, hal ini menunjukkan
adanya penghematan anggaran yang dilakukan pemeritah karena tidak
melebihi dari 100% maka termasuk dalam kategori efisien. Kemudian
pada tahun 2018 menunjukkan tingkat efisien penggunaan anggaran
sebesar 92,76%, sama halnya pada tahun 2017 pemerintah telah
melakukan penghematan anggaran namun pada tahun 2018 pemerintah
daerah Kabupaten Wajo lebih efisien dari tahun sebelumnya.
Sedangkan pada tahun 2019 rasio efisiensi belanja menunjukkan tingkat
efisiensi penggunaan anggaran melebihi 100% yaitu sebesar 101,44%
yang termasuk dalam kategori tidak efisien. Hal ini menunjukkan pada
tahun 2019, pemerintah daerah lebih boros dalam menggunakan
anggaran belanja dari tahun sebelumnya.Terlihat pada tahun 2019
jumlah realisasi anggaran melebihi dari anggaran belanja.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Grace
Yunita Liando dan Ingriani Elim (2016) yang menunjukkan hasil
pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tahun 2011-2014
58
dapat melakukan penghematan anggaran karena realisasi anggaran
belanja tidak ada yang melebihi jumlah yang telah dianggarkan.
Begitupun dengan penelitian Melania Rampengan, et.all.(2016) yang
menunjukkan hasil Badan Perencanaan Pembangunan Daeraah secara
keseluruhan diolah secara baik, dimana anggran belanja tahun 2011-
2015 dikategorikan efisien.
59
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah di
uraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan analisis varians belanja secara keseluruhan pemerintah
daerah Kabupaten Wajo pada tahun 2017 menunjukkan nilai sebesar
Rp (44,737,783,686.80)dan tahun 2018 sebesarRp (93,628,516,915.03),
hal ini berarti bahwa realisasi belanja tidak melebihi anggaran belanja
sehingga dapat dikategorikan baik. Namun pada tahun 2019 analisis
varians belanja menunjukkan nilai sebesar Rp 19,000,856,011.43, yang
berarti bahwa realisasi belanja lebih besar dari pada anggaran belanja,
terlihat bahwa adanya kinerja anggaran yang kurang baik.
2. Berdasarkan hasil analisis pertumbuhan belanja diketahui bahwa
pertumbuhan belanja pemerintah daerah Kabupaten Wajo pada tahun
2017 sampai dengan tahun 2018 adalah negatif atau lebih kecil dari
tahun sebelunya yaitu sebesar Rp 130,340,268,968.51, hal ini berarti
bahwa pada tahun tersebut pemerintah daerah Kabupaten Wajo belum
mampu meningkatkan pertumbuhan daerahnya. Sedangkan
pertumbuhan belanja pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2019
adalah positif atau lebih besar dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp
144,355,558,406.09, hal ini berarti bahwa pemerintah Kabupaten Wajo
60
telah mampu meningkatkan pertumbuhan daerahnya dari tahun
sebelumnya.
3. Berdasarkan analisis keserasian belanja yaitu rasio belanja modal
terhadap total belanja pada tahun 2017 menunjukkan rasio sebesar
27,90% proporsinya melebihi dari 5-20%, hal ini menunjukkan adanya
kinerja yang kurang baik karena melebihi dari proporsi belanja. Pada
tahun 2018 menunjukkan rasio sebesar 17,80%. Hal ini menunjukkan
adanya kinerja yang baik karena masih berada dalam proporsi belanja
yaitu antara 5-20%. Pada tahun 2019 menunjukkan rasio sebesar
28,67% melebihi dari proporsi belanja.
4. Berdasarkan rasio efisiensi belanja secara keseluruhan pada tahun
2017 sampai dengan tahun 2018 menunjukkan adaya penghematan
anggaran yang dilakukan pemeritah karena tidak melebihi dari 100%
yaitu sebesar 96,74% dan 92,76%. Sedangkan pada tahun 2019
menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan anggaran melebihi 100%
yaitu sebesar 101,44% yang termasuk dalam kategori tidak efisien.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten Wajo diharapkan lebih memperhatikan realisasi
belanja yang meleihi anggaran belanja dan mempertahankan kinerja
belanja yang sudah baik.
2. Pemerintah daerah Kabupaten Wajo diharapkan lebih memperhatikan
kinerja dalam pengelolaan belanja modal sehingga tidak melebihi dari
proporsi belanja yang seharusnya.
61
3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dalam melakukan penelitian agar
lebih rinci dan akurat. Selain itu, juga dapat menambah analisis yang
digunakan sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih lengkap dari
pada hasil penelitian oleh penulis.
62
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, F. W., Tiara, S., & Dewi, R. S. 2019. Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pada Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Kabupaten Serdang Bedagai. In Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Vol. 2, No. 2.
Halim, A., dan Kusufi, M.S. 2016.Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat: Jakarta.
Katit, F. X., & Pinatik, S. 2016. Analisis Kinerja Belanja Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat Provinsi Papua. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol.4(3).
Liando, G. Y., & Elim, I. 2016. Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 4(1).
Mahmudi. 2015. Manajemen kinerja Sektor Publik. UPP STIM YKPN: Yogyakarta.
Mahmudi. 2019. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. UPP STIM YKPN: Yogyakarta.
Mahsun, Moh,et.all. 2015. Akuntansi Sektor Publik. BPFE: Yogyakarta.
Mahsun, Mohamad. 2016. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE: Yogyakarta..
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) 03 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas. Fokusindo Mandiri: Bandung.
Rampengan, M. 2016. Analisis Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol. 16(3).
Ratmono, D., dan Sholohin, M. 2017.Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual. UPP STIM YKPN : Yogyakarta.
Ratnasari, W., & Munawaroh, S. 2019.Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran (Lra) Pada Dinas Sosial Kabupaten Berau. Jemma| Journal of Economic, Management and Accounting, Vol. 2(1).
Sajow, C., Morasa, J., & Wokas, H. R. 2017. Analisis Realisasi Anggaran Belanja Daerah Pada Pemerintah Kota Tomohon Dan Pemerintah Kabupaten
63
Minahasa Selatan. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 5(2).
Setiani, T., & Madila, R. N. 2020.Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pada Pemerintah Kota Cimahi Periode 2009-2018. Jurnal Akuntansi, Vol. 12(02).
Suartini, S. 2019. Analisis Laporan Realisasi Anggaran Khusus Kelurahan (Akk) 2016-2017 Studi Kasus (Kelurahan Adiarsa Barat Kabupaten Karawang). Eqien: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 6(2).
Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Akuntansi Sektor Publik. Pustaka Baru Press : Yogyakarta.
Tantri, S. N., & Irmawati, P. 2018. Analisis Kinerja Anggaran Belanja Pada Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012–2016. Jati: Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia, Vol. 1(1).
Tulangow, A. P., & Runtu, T. 2016. Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Minahasa. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 4(3).
Ulum, Ihyaul. 2012. Audit Sektor Publik. PT Bumi Aksara: Jakarta.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2017
PEMERINTAH KABUPATEN WAJO
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
periode 1 Januari s.d 31 Desember 2017
REALISASI
KODE
REKENING URAIAN
ANGGARAN
s/d PERIODE LALU PERIODE INI TOTAL
4
PENDAPATAN – LRA
1,520,449,197,003.60 0.00 1,469,725,300,064.13 1,469,725,300,064.13 (50,723,896,939.47)
4 . 1
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA
179,236,991,010.00 0.00 177,730,310,816.13 177,730,310,816.13 (1,506,680,193.87)
4 .1 . 1
Pendapatan Pajak Daerah – LRA
30,324,313,826.00 0.00 31,992,173,514.75 31,992,173,514.75 1,667,859,688.75
4 .1 . 2
Pendapatan Retribusi Daerah – LRA
16,223,195,150.00 0.00 14,701,940,129.91 14,701,940,129.91 (1,521,255,020.09)
4 .1 . 3
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan – LRA
15,383,403,446.00 0.00 15,383,403,123.82 15,383,403,123.82 (322.18)
4 .1 . 4
Lain-lain PAD Yang Sah – LRA
117,306,078,588.00 0.00 115,652,794,047.65 115,652,794,047.65 (1,653,284,540.35)
4 . 2
PENDAPATAN TRANSFER – LRA
1,339,010,279,900.60 0.00 1,289,205,525,611.00 1,289,205,525,611.00 (49,804,754,289.60)
4 .2 . 1
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - LRA
1,158,596,855,337.00 0.00 1,108,701,941,740.00 1,108,701,941,740.00 (49,894,913,597.00)
4 .2 . 2
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya
– LRA
118,665,441,000.00 0.00 118,665,440,600.00 118,665,440,600.00 (400.00)
4 .2 . 3
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya – LRA
60,367,983,563.60 0.00 60,735,688,871.00 60,735,688,871.00 367,705,307.40
4 .2 . 4
Bantuan Keuangan – LRA
1,380,000,000.00 0.00 1,102,454,400.00 1,102,454,400.00 (277,545,600.00)
4 . 3
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH – LRA
2,201,926,093.00 0.00 2,789,463,637.00 2,789,463,637.00 587,537,544.00
4 .3 . 1
Pendapatan Hibah – LRA
2,201,926,093.00 0.00 2,789,463,637.00 2,789,463,637.00 587,537,544.00
5
BELANJA
1,373,779,867,750.78 0.00 1,329,042,084,063.98 1,329,042,084,063.98 (44,737,783,686.80)
5 . 1
BELANJA OPERASI
982,189,263,733.78 0.00 956,516,570,042.18 956,516,570,042.18 (25,672,693,691.60)
5 .1 . 1
Belanja Pegawai
552,395,871,702.78 0.00 540,842,389,359.00 540,842,389,359.00 (11,553,482,343.78)
5 .1 . 2
Belanja Barang dan Jasa
372,359,795,777.00 0.00 360,168,263,635.64 360,168,263,635.64 (12,191,532,141.36)
5 .1 . 3
Belanja Bunga
70,000,000.00 0.00 16,439,758.94 16,439,758.94 (53,560,241.06)
5 .1 . 5
Belanja Hibah
57,308,596,254.00 0.00 55,449,752,288.60 55,449,752,288.60 (1,858,843,965.40)
5 .1 . 6
Belanja Bantuan Sosial
55,000,000.00 0.00 39,725,000.00 39,725,000.00 (15,275,000.00)
5 . 2
BELANJA MODAL
388,799,686,782.00 0.00 370,850,927,060.90 370,850,927,060.90 (17,948,759,721.10)
5 .2 . 1
Belanja Modal Tanah
7,995,977,000.00 0.00 6,472,251,640.00 6,472,251,640.00 (1,523,725,360.00)
5 .2 . 2
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
75,362,793,392.00 0.00 73,783,098,858.99 73,783,098,858.99 (1,579,694,533.01)
5 .2 . 3
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
66,819,397,527.00 0.00 65,040,309,120.00 65,040,309,120.00 (1,779,088,407.00)
5 .2 . 4
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
224,729,443,025.00 0.00 212,275,029,805.91 212,275,029,805.91 (12,454,413,219.09)
5 .2 . 5
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
13,622,075,838.00 0.00 13,260,238,636.00 13,260,238,636.00 (361,837,202.00)
5 .2 . 6
Belanja Aset Lainnya
270,000,000.00 0.00 19,999,000.00 19,999,000.00 (250,001,000.00)
5 . 3
BELANJA TAK TERDUGA
2,790,917,235.00 0.00 1,674,586,960.90 1,674,586,960.90 (1,116,330,274.10)
5 .3 . 1
Belanja Tak Terduga
2,790,917,235.00 0.00 1,674,586,960.90 1,674,586,960.90 (1,116,330,274.10)
6
TRANSFER
194,553,246,914.00 0.00 153,680,732,709.83 153,680,732,709.83 (40,872,514,204.17)
6 . 2
TRANSFER BANTUAN KEUANGAN
194,553,246,914.00 0.00 153,680,732,709.83 153,680,732,709.83 (40,872,514,204.17)
6 .2 . 2
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
193,492,594,310.00 0.00 152,620,080,105.83 152,620,080,105.83 (40,872,514,204.17)
6 .2 . 3
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
1,060,652,604.00 0.00 1,060,652,604.00 1,060,652,604.00 0.00
SURPLUS / DEFISIT
(47,883,917,661.18) 0.00 (12,997,516,709.68) (12,997,516,709.68) 34,886,400,951.50
7 . 1
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
55,068,418,112.18 0.00 55,258,330,732.18 55,258,330,732.18 189,912,620.00
7 .1 . 1
Penggunaan SiLPA
55,068,418,112.18 0.00 55,258,330,732.18 55,258,330,732.18 189,912,620.00
7 . 2
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
7,184,500,451.00 0.00 7,184,500,451.00 7,184,500,451.00 0.00
7 .2 . 2
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
7,000,000,000.00 0.00 7,000,000,000.00 7,000,000,000.00 0.00
7 .2 . 3
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
184,500,451.00 0.00 184,500,451.00 184,500,451.00 0.00
PEMBIAYAAN NETTO
47,883,917,661.18 0.00 48,073,830,281.18 48,073,830,281.18 189,912,620.00
SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN TAHUN
BERKENAAN
0.00 0.00 35,076,313,571.50 35,076,313,571.50 35,076,313,571.50
Lampiran 2. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2018
PEMERINTAH KABUPATEN WAJO
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
periode 1 Januari s.d 31 Desember 2018
REALISASI
KODE
REKENING URAIAN
ANGGARAN
s/d PERIODE LALU PERIODE INI TOTAL
4
PENDAPATAN – LRA
1,495,477,075,619.00 138,119,221.00 1,407,603,616,014.33 1,407,741,735,235.33 (87,735,340,383.67)
4 . 1
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA
158,486,345,674.00 138,119,221.00 134,000,960,863.33 134,139,080,084.33 (24,347,265,589.67)
4 .1 . 1
Pendapatan Pajak Daerah – LRA
35,154,313,826.00 0.00 34,622,288,206.50 34,622,288,206.50 (532,025,619.50)
4 .1 . 2
Pendapatan Retribusi Daerah - LRA
14,772,350,000.00 138,069,400.00 11,084,758,817.20 11,222,828,217.20 (3,549,521,782.80)
4 .1 . 3
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan – LRA
15,384,000,000.00 0.00 14,144,241,966.00 14,144,241,966.00 (1,239,758,034.00)
4 .1 . 4
Lain-lain PAD Yang Sah – LRA
93,175,681,848.00 49,821.00 74,149,671,873.63 74,149,721,694.63 (19,025,960,153.37)
4 . 2
PENDAPATAN TRANSFER – LRA
1,285,488,910,778.00 0.00 1,225,595,524,572.00 1,225,595,524,572.00 (59,893,386,206.00)
4 .2 . 1
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - LRA
1,096,294,232,356.00 0.00 1,047,331,470,105.00 1,047,331,470,105.00 (48,962,762,251.00)
4 .2 . 2
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya – LRA
122,469,771,000.00 0.00 122,163,127,626.00 122,163,127,626.00 (306,643,374.00)
4 .2 . 3
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya – LRA
66,724,907,422.00 0.00 56,100,926,841.00 56,100,926,841.00 (10,623,980,581.00)
4 . 3
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH – LRA
51,501,819,167.00 0.00 48,007,130,579.00 48,007,130,579.00 (3,494,688,588.00)
4 .3 . 1
Pendapatan Hibah – LRA
51,501,819,167.00 0.00 48,007,130,579.00 48,007,130,579.00 (3,494,688,588.00)
5
BELANJA
1,292,330,332,010.50 0.00 1,198,701,815,095.47 1,198,701,815,095.47 (93,628,516,915.03)
5 . 1
BELANJA OPERASI
1,040,356,707,169.50 0.00 983,407,147,403.25 983,407,147,403.25 (56,949,559,766.25)
5 .1 . 1
Belanja Pegawai
604,700,544,100.50 0.00 588,884,977,023.30 588,884,977,023.30 (15,815,567,077.20)
5 .1 . 2
Belanja Barang dan Jasa
352,509,125,567.00 0.00 326,639,488,005.95 326,639,488,005.95 (25,869,637,561.05)
5 .1 . 3
Belanja Bunga
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
5 .1 . 5
Belanja Hibah
76,987,037,502.00 0.00 61,848,682,374.00 61,848,682,374.00 (15,138,355,128.00)
5 .1 . 6
Belanja Bantuan Sosial
6,160,000,000.00 0.00 6,034,000,000.00 6,034,000,000.00 (126,000,000.00)
5 . 2
BELANJA MODAL
249,715,673,241.00 0.00 213,370,399,448.22 213,370,399,448.22 (36,345,273,792.78)
5 .2 . 1
Belanja Modal Tanah
2,235,000,000.00 0.00 2,024,699,450.00 2,024,699,450.00 (210,300,550.00)
5 .2 . 2
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
44,553,254,601.00 0.00 41,578,959,148.22 41,578,959,148.22 (2,974,295,452.78)
5 .2 . 3
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
56,056,448,650.00 0.00 49,438,813,425.00 49,438,813,425.00 (6,617,635,225.00)
5 .2 . 4
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
136,751,824,478.00 0.00 110,854,446,191.00 110,854,446,191.00 (25,897,378,287.00)
5 .2 . 5
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
10,119,145,512.00 0.00 9,473,481,234.00 9,473,481,234.00 (645,664,278.00)
5 . 3
BELANJA TAK TERDUGA
2,257,951,600.00 0.00 1,924,268,244.00 1,924,268,244.00 (333,683,356.00)
5 .3 . 1
Belanja Tak Terduga
2,257,951,600.00 0.00 1,924,268,244.00 1,924,268,244.00 (333,683,356.00)
6
TRANSFER
230,198,057,180.00 0.00 229,884,751,379.09 229,884,751,379.09 (313,305,800.91)
6 . 1
TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN
4,654,849,520.00 0.00 4,265,467,076.44 4,265,467,076.44 (389,382,443.56)
6 .1 . 1
Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
3,415,321,202.00 0.00 3,257,557,277.00 3,257,557,277.00 (157,763,925.00)
6 .1 . 2
Transfer Bagi Hasil Retribusi Daerah
1,239,528,318.00 0.00 1,007,909,799.44 1,007,909,799.44 (231,618,518.56)
6 . 2
TRANSFER BANTUAN KEUANGAN
225,543,207,660.00 0.00 225,619,284,302.65 225,619,284,302.65 76,076,642.65
6 .2 . 2
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
120,410,157,700.00 0.00 120,563,405,042.65 120,563,405,042.65 153,247,342.65
6 .2 . 3
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
913,278,960.00 0.00 913,278,960.00 913,278,960.00 0.00
6 .2 . 4
Transfer Dana Otonomi Khusus
104,219,771,000.00 0.00 104,142,600,300.00 104,142,600,300.00 (77,170,700.00)
SURPLUS / DEFISIT
(27,051,313,571.50) 138,119,221.00 (20,982,950,460.23) (20,844,831,239.23) 6,206,482,332.27
7 . 1
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
35,076,313,571.50 0.00 35,081,020,170.50 35,081,020,170.50 4,706,599.00
7 .1 . 1
Penggunaan SiLPA
35,076,313,571.50 0.00 35,081,020,170.50 35,081,020,170.50 4,706,599.00
7 . 2
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
8,025,000,000.00 0.00 7,722,000,000.00 7,722,000,000.00 (303,000,000.00)
7 .2 . 2
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah
Daerah
8,000,000,000.00 0.00 7,697,000,000.00 7,697,000,000.00 (303,000,000.00)
7 .2 . 7
Pembayaran Utang Jangka Panjang Lainnya
25,000,000.00 0.00 25,000,000.00 25,000,000.00 0.00
PEMBIAYAAN NETTO
27,051,313,571.50 0.00 27,359,020,170.50 27,359,020,170.50 307,706,599.00
SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN TAHUN
BERKENAAN
0.00 138,119,221.00 6,376,069,710.27 6,514,188,931.27 6,514,188,931.27
Lampiran 3. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2019
PEMERINTAH KABUPATEN WAJO
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
periode 1 Januari s.d 31 Desember 2019
REALISASI
KODE
REKENING URAIAN
ANGGARAN
s/d PERIODE LALU PERIODE INI TOTAL
4
PENDAPATAN – LRA
1,531,846,958,584.94 0.00 1,575,433,188,853.20 1,575,433,188,853.20 43,586,230,268.26
4 . 1
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA
145,771,992,155.00 0.00 142,164,594,329.05 142,164,594,329.05 (3,607,397,825.95)
4 .1 . 1
Pendapatan Pajak Daerah - LRA
36,553,088,504.00 0.00 37,334,127,531.67 37,334,127,531.67 781,039,027.67
4 .1 . 2
Pendapatan Retribusi Daerah - LRA
17,478,607,236.00 0.00 14,527,673,219.25 14,527,673,219.25 (2,950,934,016.75)
4 .1 . 3
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan - LRA
16,150,196,376.00 0.00 16,150,196,376.00 16,150,196,376.00 0.00
4 .1 . 4
Lain-lain PAD Yang Sah - LRA
75,590,100,039.00 0.00 74,152,597,202.13 74,152,597,202.13 (1,437,502,836.87)
4 . 2
PENDAPATAN TRANSFER - LRA
1,332,542,608,429.94 0.00 1,297,772,393,811.15 1,297,772,393,811.15 (34,770,214,618.79)
4 .2 . 1
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - LRA
1,115,073,421,429.94 0.00 1,075,874,461,764.00 1,075,874,461,764.00 (39,198,959,665.94)
4 .2 . 2
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat -
Lainnya - LRA
151,619,187,000.00 0.00 151,619,189,000.00 151,619,189,000.00 2,000.00
4 .2 . 3
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LRA
65,850,000,000.00 0.00 70,278,743,047.15 70,278,743,047.15 4,428,743,047.15
4 . 3
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LRA
53,532,358,000.00 0.00 135,496,200,713.00 135,496,200,713.00 81,963,842,713.00
4 .3 . 1
Pendapatan Hibah - LRA
53,532,358,000.00 0.00 135,496,200,713.00 135,496,200,713.00 81,963,842,713.00
5
BELANJA
1,324,056,517,490.13 0.00 1,343,057,373,501.56 1,343,057,373,501.56 19,000,856,011.43
5 . 1
BELANJA OPERASI
996,061,139,949.13 0.00 956,546,931,540.87 956,546,931,540.87 (39,514,208,408.26)
5 .1 . 1
Belanja Pegawai
627,139,021,439.59 0.00 612,418,860,600.00 612,418,860,600.00 (14,720,160,839.59)
5 .1 . 2
Belanja Barang dan Jasa
330,007,487,241.00 0.00 307,347,280,366.87 307,347,280,366.87 (22,660,206,874.13)
5 .1 . 5
Belanja Hibah
35,012,964,564.00 0.00 33,180,634,494.00 33,180,634,494.00 (1,832,330,070.00)
5 .1 . 6
Belanja Bantuan Sosial
3,901,666,704.54 0.00 3,600,156,080.00 3,600,156,080.00 (301,510,624.54)
5 . 2
BELANJA MODAL
326,436,425,941.00 0.00 385,032,158,912.69 385,032,158,912.69 58,595,732,971.69
5 .2 . 1
Belanja Modal Tanah
1,204,000,000.00 0.00 1,137,691,750.00 1,137,691,750.00 (66,308,250.00)
5 .2 . 2
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
51,409,356,061.00 0.00 53,143,236,699.70 53,143,236,699.70 1,733,880,638.70
5 .2 . 3
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
55,481,641,425.00 0.00 52,233,776,991.00 52,233,776,991.00 (3,247,864,434.00)
5 .2 . 4
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
204,716,299,514.00 0.00 268,021,270,858.99 268,021,270,858.99 63,304,971,344.99
5 .2 . 5
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
13,625,128,941.00 0.00 10,496,182,613.00 10,496,182,613.00 (3,128,946,328.00)
5 . 3
BELANJA TAK TERDUGA
1,558,951,600.00 0.00 1,478,283,048.00 1,478,283,048.00 (80,668,552.00)
5 .3 . 1
Belanja Tak Terduga
1,558,951,600.00 0.00 1,478,283,048.00 1,478,283,048.00 (80,668,552.00)
6
TRANSFER
210,166,510,805.08 0.00 209,180,551,620.05 209,180,551,620.05 (985,959,185.03)
6 . 1
TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN
5,628,659,845.08 0.00 4,694,043,593.05 4,694,043,593.05 (934,616,252.03)
6 .1 . 1
Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
3,880,799,121.48 0.00 3,613,036,514.18 3,613,036,514.18 (267,762,607.30)
6 .1 . 2
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
1,747,860,723.60 0.00 1,081,007,078.87 1,081,007,078.87 (666,853,644.73)
6 . 2
TRANSFER BANTUAN KEUANGAN
204,537,850,960.00 0.00 204,486,508,027.00 204,486,508,027.00 (51,342,933.00)
6 .2 . 2
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
84,594,475,000.00 0.00 84,589,375,000.00 84,589,375,000.00 (5,100,000.00)
6 .2 . 3
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
913,278,960.00 0.00 867,036,027.00 867,036,027.00 (46,242,933.00)
6 .2 . 4
Transfer Dana Otonomi Khusus
119,030,097,000.00 0.00 119,030,097,000.00 119,030,097,000.00 0.00
SURPLUS / DEFISIT
(2,376,069,710.27) 0.00 23,195,263,731.59 23,195,263,731.59 25,571,333,441.86
7 . 1
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
6,376,069,710.27 0.00 6,376,069,710.27 6,376,069,710.27 0.00
7 .1 . 1
Penggunaan SiLPA
6,376,069,710.27 0.00 6,376,069,710.27 6,376,069,710.27 0.00
7 . 2
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
4,000,000,000.00 0.00 4,000,000,000.00 4,000,000,000.00 0.00
7 .2 . 2
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
4,000,000,000.00 0.00 4,000,000,000.00 4,000,000,000.00 0.00
PEMBIAYAAN NETTO
2,376,069,710.27 0.00 2,376,069,710.27 2,376,069,710.27 0.00
SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN TAHUN
BERKENAAN
0.00 0.00 25,571,333,441.86 25,571,333,441.86 25,571,333,441.86
Lampiran 4.Struktur Organisasi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo
BIOGRAFI PENULIS
Riska, Lahir pada tanggal 30 November 1998 di
Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis
merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, dari
pasangan Sukri dan Muliana.Penulis sekarang bertempat
tinggal di Desa Kalola Kecamatan Maniangpajo
Kabupaten Wajo.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis yaitu SD Negeri 275 Kalolalulus
pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 2 Maniangpajo lulus pada tahun 2013, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan ke tingkat SMK di SMK Negeri 1 Sengkang lulus pada tahun 2016
dan penulis melanjutkan pendidikan di program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar sampai dengan sekarang.
Sampai dengan penulisan skripsi ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswi
program S1 Akuntansi di Universitas Muhammadiyah Makassar.