Post on 03-Sep-2020
ANALISIS KESEJAHTERAAN CLEANING SERVICE
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CUT NYAK DHIEN
MEULABOH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN
KABUPATENACEH BARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan
Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial
Oleh :
MUKRIANI
NIM: 09C20201064
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH – ACEH BARAT
TAHUN 2016
vi
ABSTRAK
Mukriani Nim: 09C20201064 Analisis Kesejahteraan Cleaning Service Di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh Kecamatan
Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Di bawah bimbingan Bapak Drs.
Moenawar Iha, MM dan Bapak Triyanto, MA
Kesejahteraan adalah harapan setiap pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Setiap pekerja berhak memperolehnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana hambatan dan tingkat kesejahteraan yang diperoleh para pekerja di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh Kecamatan
Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Metode yang digunakan adalah metode
pendekatan kualitatif, dengan tipe deskriptif. Adapun populasi dalam penelitian
adalah koordinator yang membidangi cleaning service 1 orang, pekerja 8 orang
dan semuanya berjumlah 9 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah cara observasi, wawancara, serta kajian perpustakaan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan, memberikan hasil kompensasi/gaji dan insentif sangat
berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan seorang pekerja, semakin tinggi
kebutuhan rumah tangga, makin tinggi pula gaji yang diharapkan, tingkat
kedisiplinan seorang pekerja sangat mempengaruhi terhadap kinerja pekerja yang
lain. Tingkat kepuasan kerja dan kepercayaan diri pekerja juga bisa dipengaruhi
oleh faktor perlindungan diri/keselamatan kerja, tidak tersedianya alat pelindung
seperti pakaian seragam dan safety lainnya. Mengacu pada Undang-Undang
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, upah yang diperoleh tenaga cleaning service
juga masih dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP). Sesuai dengan teori, faktor
yang mempengaruhi atau hambatan kenaikan kompensasi pekerja diakibatkan
oleh kemampuan pengelola untuk membayar masih kurang dan serikat buruhnya
tidak kuat, maka kompensasi yang dibayar tetap masih dibawah standar. Para
pekerja cleaning service, sebagian besar berkesimpulan belum memperoleh
tingkat kesejahteraan yang memadai.
Kata Kunci : Cleaning Service, Kesejahteraan, Upah.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan pelayanan kebersihan (Cleaning Service) pada suatu instansi
pemerintah atau swasta merupakan suatu keharusan. Jasa Cleaning Service sangat
penting dalam mencapai tujuannya. Indikator keberhasilan pada suatu organisasi
dapat dilihat pada kebersihan lingkungan, sehingga terciptanya kenyamanan bagi para
karyawan/pekerja.
Dalam menjalankan tugasnya, para Cleaning Service bekerja penuh resiko
terutama di instansi atau gedung bertingkat yang mengharuskan membersihkan kaca
jendela dan dinding-dinding di bagian luarnya. Cleaning Service juga sering kali
harus bekerja ekstra saat acara-acara tertentu yang diadakan oleh kantor. Tuntutan
loyalitas dan penuh tanggung jawab sangat ditekankan pada pekerja Cleaning
Service, terutama di tempat pelayanan umum seperti rumah sakit.
Pada rumah sakit, baik Rumah Sakit Badan Usaha Milik Negara (RS BUMN)
atau Rumah Sakit milik swasta, beban pekerjaan Cleaning Service lebih berat. Ini
disebabkan karena pasien datang dan keluar silih berganti. Tentunya pasien-pasien
memiliki sampah di dalam ruangan, baik sampah makanan maupun yang lain.
Kebiasaan masyarakat di Indonesia, terutama di Kabupaten Aceh Barat,
masyarakat akan datang menjenguk kerabat yang sakit ke rumah sakit. Secara
otomatis akan meninggalkan sampah sisa makanan atau yang lainnya. Pekerjaan
cleaning service sangat diperlukan untuk mewujudkan kondisi rumah sakit yang
2
bersih dan sehat yang berdampak secara langsung terhadap peningkatan kualitas
pelayanan di rumah sakit. Setiap sudut ruangan dan lantai rumah sakit harus selalu
dalam keadaan bersih, terutama di Instalasi Gawat Darurat dan Ruang Bedah.
Kegiatan cleaning service termasuk sistem kegiatan di rumah sakit yang harus
mendapat perhatian yang spesifik. Untuk itu pekerja dituntut kedisiplinan yang tinggi.
Kedisiplinan adalah kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan dalam bentuk
peningkatan produktivitas kerja, disiplin yang baik memungkinkan terciptanya
kerjasama yang harmonis dalam membangun kebanggaan kelompok pekerja.
Penerapan peraturan yang adil sebagai dasar untuk perlindungan baik individu
maupun kelompok, karena tanpa peraturan yang jelas dapat dipastikan kerjasama
dalam organisasi akan kacau.
Dalam kegiatannya yang dituntut loyal, para cleaning service di rumah sakit
dihadapkan pada tingkat kesejahteraannya. Dalam hal ini, peneliti memilih Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh sebagai objek penelitian.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pada kesempatan ini peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesejahteraan Cleaning Service di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, pokok masalah dalam
pembahasan ini adalah:
3
1. Bagaimana Cleaning Service melakukan pekerjaan di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh?
2. Bagaimana kesejahteraan karyawan para cleaning service di RSUD Cut Nyak
Dhien Meulaboh?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara para Cleaning Service melakukan pekerjaan di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
2. Untuk mengetahui kesejahteraan para cleaning service di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai kesejahteraan pekerja Cleaning Service di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
b. Sebagai salah satu sumber referensi bagi kepentingan ilmu dalam mengatasi
masalah yang berhubungan atau sama di masa mendatang.
2. Bagi Praktisi
a. Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai tambahan sumber
referensi bagi pihak manajemen pengelolaan atau penyedia jasa Cleaning
Service di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
4
b. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi penting tentang
upaya kesejahteraan pekerja Cleaning Service di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini, maka
sistematika skripsi ini ditulis dengan struktur sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang mendasari masalah dan teori-teori yang
mendukung.
Bab III : Metodelogi Penelitian
Bab ini berisi tentang metodelogi penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisa data dan pengujian
kredibilitas data.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini memuat uraian hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Terdahulu
Kajian pustaka tentang penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara penelitian yang akan dilakukan sebelumnya dengan yang akan
dilakukan. Di bawah ini peneliti akan memberikan kesimpulan hasil penelitian yang
pernah dilakukan.
Penelitian tentang kesejahteraan karyawan sudah pernah diteliti oleh Ayu Mega
Yesica Sukirman (2011) yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Kesejahteraan
Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan (Survey Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta”. Menurut penelitian Mega Yesica Sukirman, hasil yang diperoleh dari
penelitiannya menyatakan bahwa variabel kesejahteraan (pendapatan atau gaji,
pemberian intensif, lingkungan kerja, dan promosi jabatan) berpengaruh positif
terhadap kinerja karyawan.
Penelitian tentang kesejahteraan karyawan juga pernah diteliti oleh Putra Adri
Ananda P (2010) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan
Karyawan di PTPN IV Kebun Air Batu”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh gaji, intensif, bonus, dan layanan kesehatan terhadap kesejahteraan
karyawan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gaji, insentif, dan bonus
berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan layanan kesehatan berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap kesejahteraan karyawan disebabkan kurangnya saranan
dan prasarana layanan kesehatan yang didapatkan.
6
Persamaan penelitian yang peneliti lakukan dengan peneliti yang dilakukan
oleh Ayu Mega Yesica Sukirman dan Putra Adri Ananda P terletak pada pengaruh
kinerja karyawan. Sedangkan perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan
penelitian Ayu Mega Yesica Sukirman dan Putra Adri Ananda P adalah terletak pada
fokus yang menjadi masalah penelitian terhadap kesejahteraan karyawan secara
umum, maka kali ini peneliti lebih spesifik tinjauannya pada pekerja Cleaning
Service di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
2.2 Kesejahteraan
Pada hakekatnya suatu perusahan dan karyawan saling membutuhkan.
Karyawan adalah aset perusahaan karena tanpa adanya sumber daya manusia maka
perusahaan tidak akan bisa berjalan, begitu juga karyawan tidak dapat menunjang
kesejahteraan hidupnya tanpa adanya perusahaan sebagai tempat mencari nafkah
sekaligus implementasi dari disiplin ilmu yang mereka miliki sendiri. Maka
kesejahteraan karyawan harus diperhatikan oleh pihak perusahaan.
2.2.1 Definisi Kesejahteraan
Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial
tenaga kerja. Jaminan sosial tenaga kerja dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh
dan keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan. Penyediaan
fasilitas kesejahteraan dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh dan ukuran
kemampuan perusahaan.
7
Setiap orang yang hidup selalu menginginkan kesejahteraan dalam hidup sebab
dengan kesejahteraan hidupnya akan menjadi tenang dan tentram. Menurut Hasibuan
(2005: h.186), kesejahteraan adalah balas jasa lengkap (materi dan non materi yang
diberikan oleh pihak perusahaan berdasarkan kebijaksanaan). Tujuannya untuk
mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar
produktifitas meningkat.
Berdasarkan pengertian di atas, maka diasumsikan bahwa kesejahteraan
karyawan merupakan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan,
baik yang berbentuk uang, barang maupun jasa layanan lainnya yang dapat
memberikan kepuasan kepada karyawan dalam bekerja. Kesejahteraan karyawan
merupakan suatu program yang menitik beratkan terhadap pekerjaan dan lingkungan
kerja. Kesejahteraan adalah asal kata dari sejahtera, bahwa sejahtera adalah aman
sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran dan
sebagainya) (Dessy Anwar, 2001: h.412).
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Program Kesejahteraan
Program kesejahteraan karyawan adalah tunjangan-tunjangan dan peningkatan
kesejahteraan yang pemberiannya tidak berdasarkan pada kinerja pegawai tetapi
didasarkan kepada keanggotanya sebagai bagian dari organisasi serta pegawai sebagai
seorang manusia yang memiliki banyak kebutuhan agar dapat menjalankan
kehidupannya secara normal dan bekerja lebih baik (Mariot, 2005: h.279). Tujuannya
untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan, agar
produktivitas kerjanya meningkat.
8
Program kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan, lembaga atau
organisasi kepada pegawai hendaknya bermanfaat, sehingga dapat mendorong
tercapainya tujuan perusahaan yang efektif. Program kesejahteraan karyawan
sebaiknya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak
melanggar peraturan pemerintah. Adapun tujuan program kesejahteraan pada pegawai
menurut Malayu S.P. Hasibuan (2000: h.187) adalah :
1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan ketertarikan pegawai dengan perusahaan.
2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi pegawai beserta
keluarganya.
3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktivitas pegawai.
4. Menurunkan tingkat absensi, dan labour turnover (perputaran tenaga kerja).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk ke dalam
kesejahteraan karyawan dapat berupa uang bantuan seperti bantuan untuk
keperawatan karyawan yang sakit, bantuan uang untuk tabungan, pembagian saham,
asuransi dan pensiun. Kesejahteraan buruh/pekerja adalah suatu pemenuhan
kebutuhan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat
mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat (UU
RI tentang Ketenagakerjaan Tahun 2003).
Program kesejahteraan karyawan adalah tunjangan-tunjangan dan peningkatan
kesejahteraan yang pemberiannya tidak berdasarkan pada kinerja pegawai tetapi
didasarkan pada keanggotaannya sebagai bagian dari organisasi serta pegawai sebagai
9
seorang manusia yang memiliki banyak kebutuhan agar dapat menjalankan
kehidupannya secara normal dan bekerja lebih baik (Efendi Hariandja, 2002: h.76).
Adapun persamaan dan perbedaan antara kompensasi langsung (gaji/upah)
dengan kesejahteraan karyawan (kompensasi tidak langsung) yaitu.
a) Persamaannya :
1. Gaji/upah dan kesejahteraan karyawan adalah sama-sama merupakan
pendapatan bagi karyawan.
2. Pemberian gaji/upah dan kesejahteraan bertujuan sama yakni untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan keterkaitan karyawan.
3. Gaji/upah dan kesejahteraan adalah biaya bagi perusahaan.
4. Pemberian gaji/upah dan kesejahteraan dibenarkan oleh peraturan legal, jadi
bisa dimasukkan dalam neraca finansial perusahaan tersebut (Hasibuan,
2005:h.45).
b). Perbedaannya :
1. Gaji/upah adalah hak karyawan untuk menerimanya dan menjadi kewajiban
perusahaan untuk membayarnya.
2. Gaji/upah wajib dibayar perusahaan sedangkan kesejahteraan diberikan hanya
atas kebijaksanaan saja, jadi bukan kewajiban perusahaan atau sewaktu-waktu
dapat ditiadakan.
3. Gaji/upah harus dibayar dengan financial (uang/barang), sedangkan
kesejahteraan diberikan dengan financial dan non financial (fasilitas).
4. Gaji/upah waktu dan besarnya tertentu, sedangkan kesejahteraan waktu dan
besarnya tidak tentu (Malayu S.P. Hasibuan, 2005: h.32).
10
Hal-hal tersebut mendorong manajer yang kreatif memberikan balas jasa secara
langsung dan tidak langsung untuk tindakan berjaga-jaga, jika sewaktu-waktu
perusahaan mengalami kesulitan karyawan tetap bersikap loyal. Kesejahteraan yang
diberikan hendaknya bermanfaat dan mendorong untuk tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat serta tidak melanggar peraturan legal
pemerintah. Salah satu indikator perusahaan memperhatikan karyawannya adalah
membayar upah pekerja sesuai Upah Minimum Provinsi (UMP), serta jaminan sosial
dan hal lain yang diatur dalam UU Republik Indonesia tentang Ketenagakerjaan.
Tujuan pemberian kesejahteraan antara lain sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan karyawan kepada karyawan.
2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan beserta
keluarganya.
3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktivitas kerja bagi karyawan.
4. Menurunkan tingkat absensi dan trun over karyawan.
5. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik dan nyaman.
6. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
7. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan
8. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
9. Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas
manusia.
10. Mengurangi kecelakaan kerja dan kerusakan peralatan perusahaan.
11. Meningkatkan status sosial karyawan beserta keluarganya (Hasibuan, 2005:
h.54).
11
2.2.3 Kompensasi
Program kesejahteraan terdiri dari dua komponen utama yaitu : kompensasi
yang berkaitan langsung dengan prestasi kerja karyawan serta kompensasi yang tidak
berkaitan langsung dengan prestasi kerja karyawan serta kompensasi yang tidak
berkaitan langsung dengan prestasi kerja karyawan tetapi diberikan oleh pihak
perusahaan kepada karyawan yang dipandang sebagai penghasilan tambahan.
Kompensasi adalah faktor pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung
atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
kepada perusahaan (Hasibuan, 2005: h.118). Imbalan atau kompensasi adalah faktor
penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja pada suatu
organisasi dan bukan pada organisasi yang lainnya.
Menurut Suryo (2007, h.28), kompensasi dapat diberikan kepada karyawan
dalam empat macam, yaitu:
1. Upah dan gaji, merupakan bentuk pembayaran yang biasanya diberikan
berdasarkan jumlah jam kerja, semakin banyak jam kerja semakin besar upah
yang diterima. Sedangkan gaji besarnya tetap tanpa mempertimbangkan jam
kerja
2. Program insentif, imbalan yang diterima karyawan selain gaji dan upah antara
lain dalam bentuk insentif, yang biasanya diberikan berdasarkan tingkat
keberhasilan perusahaan baik dalam mencapai tingkat penjualan, tingkat
keuntungan atau tingkat produktivitas.
12
3. Employee benefit program/ tunjangan, merupakan imbalan tidak langsung yang
diberikan perusahaan kepada karyawan seperti program asuransi jiwa dan
kesehatan, program pensiun, biaya liburan dan sebagainya.
4. Perquisites, umumnya hanya diberikan kepada karyawan yang menduduki level
cukup tinggi dalm bentuk fasilitas yang diberikan perusahaan seperti kendaraan
dinas, perumahan, keanggotaan klub olahraga, biaya perjalanan dinas dan
bentuk-bentuk fasilitas lainnya.
Adapun tujuan pemberian kompensasi menurut Hasibuan (2005, h.121) antara
lain:
1. Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara
majikan dengan karyawan.
2. Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan fisik, status
sosial, dan egoistik sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
3. Pengadaan efektif
Jika pengadaan kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang
qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
4. Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan lebih mudah
memotivasi bawahannya.
5. Stabilitas Karyawan
13
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turnover relatif
kecil.
6. Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan akan
lebih baik.
7. Pengaruh Serikat Buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan.
8. Pengaruh Pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang
berlaku, maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
Menurut Hasibuan (2005: h.127), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
kompensasi antara lain sebagai berikut:
1. Penawaran dan permintaan Tenaga Kerja
Jika pencari kerja lebih banyak dari pada lowongan pekerjaan, maka
kompensasi relatif lebih kecil. Sebaliknya jika pencari kerja lebih sedikit dari
pada lowongan pekerjaan, maka kompensasi relatif semakin besar.
2. Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin baik,
maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Sebaliknya, jika kemampuan
perusahaan untuk membayar kurang maka tingkat kompensasi relatif kecil.
3. Serikat Buruh/Organisasi Karyawan
14
Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi
semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat maka tingkat
kompensasi relatif kecil.
4. Produktivitas Kerja Karyawan
Jika produktivitas kerja karyawan baik maka kompensasi akan semakin besar.
Sebaliknya jika produktivitas kerja buruk maka kompensasinya relatif kecil.
5. Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keppres
Pemerintah dengan Undang-Undang menetapkan besarnya batas upah
minimum. Peraturan ini sangat penting untuk melindungi masyarakat dari
tindakan sewenang-wenang perusahaan.
6. Biaya Hidup/ Cost of Living
Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi, maka tingkat kompensasi semakin
besar. Sebaliknya, jika tingkat biaya hidup di daerah rendah maka tingkat
kompensasi relatif kecil.
7. Posisi Jabatan Karyawan
Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima
kompensasi/gaji lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki jabatan
lebih rendah akan memperoleh kompensasi lebih kecil. Ini disebabkan
wewenang karyawan yang menduduki jabatan tinggi lebih berat secara
tanggung jawabnya.
8. Pendidikan dan Pengalaman Kerja
15
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji/balas
jasa akan semakin besar. Sebaliknya karyawan yang berpendidikan lebih rendah
dan minimnya pengalaman kerja maka tingkat kompensasinya relatif kecil.
9. Kondisi Perekonomian Nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju (boom) maka tingkat
kompensasi akan semakin besar. Sebaliknya jika kondisi perekonomian kurang
maju (depresi) maka tingkat upah akan rendah, karena terdapat banyak
pengangguran (disqueshed unemployment).
10. Jenis dan Sifat Pekerjaan
Apabila jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan penuh resiko (finansial,
keselamatan) maka tingkat kompensasi semakin besar karena membutuhkan
kecakapan dan keahlian untuk mengerjakannya. Sebaliknya bila jenis dan sifat
pekerjaannya mudah resiko (finansial, kecelakaannya) kecil, maka tingkat
kompensasinya relatif rendah.
2.2.4 Insentif
Menurut Rivai (2004: h.384) insentif dapat diartikan sebagai bentuk
pembayaran yang dikaitkan dengan kinerja dan gain sharing, sebagai pembagian
keuntungan bagi karyawan akibat peningkatan produktivitas atau penghematan biaya.
Sistem ini merupakan bentuk lain dari kompensasi langsung di luar gaji dan upah
yang merupakan kompensasi tetap, yang disebut sistem kompensasi berdasarkan
kinerja (pay for performance plan).
16
Tujuan utama insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan dorongan
kepada karyawan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerjanya.
Sedangkan bagi perusahaan, insentif merupakan strategi untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengahadapi persaingan yang semakin
kuat, dimana produktivitas menjadi satu hal yang sangat penting.
Insentif dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Insentif Individu bertujuan untuk memberikan penghasilan tambahan selain gaji
pokok bagi individu yang dapat mencapai standar prestasi tertentu. Insentif
individu bisa berupa upah per output (misalkan menggunakan per potong) dan
upah per waktu (misalkan menggunakan jam).
2. Insentif Kelompok
Insentif kelompok akan diberikan kepada kelompok kerja apabila kinerja
melebihi standar yang ditetapkan. Para anggota kerja dapat dibayar dengan tiga
cara, yaitu (a) seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan yang
diterima oleh mereka yang paling tinggi prestasi kerja, (b) semua anggota
kelompok menerima pembayaran yang sama dengan pembayaran yang diterima
oleh mereka yang paling rendah prestasi kerjanya, (c) seluruh anggota
menerima pembayaran yang sama rata dengan rata-rata pembayaran yang
diterima kelompok.
Program insentif adalah salah satu cara untuk memungkinkan seluruh pekerja
merasakan bersama kemakmuran perusahaan. Maka pembayaran perlu dihubungkan
dengan kinerja sedemikian rupa sehingga pembayaran itu mengikuti tujuan karyawan
dan perusahaan.
17
2.2.5 Kinerja
Menurut Moh.Pabundu Tika (2010: h.121) kinerja didefiniskan sebagai hasil-
hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai suatu tujuan organisasi dalam
periode waktu tertentu.
Kinerja sering disebut juga dengan prestasi kerja, unjuk kerja atau
performance. Kata kinerja merupakan kata yang sering mendapat perhatian khusus
oleh setiap individu, kelompok maupun perusahaan. Hal ini berarti kata kinerja
menunjukkan suatu hasil perilaku kualitatif dan kuantitatif yang terpilih. Kinerja
adalah perangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta
pelaksanaan suatu pekerjaan yang ada pada diri pekerja yang diminta. Kinerja
dinyatakan baik dan jika tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan baik.
Keberhasilan sistem penilaian kinerja yang mempengaruhi kinerja dapat
sepenuhnya dikendalikan oleh manajemen seperti desain kerja (tugas atau aktivitas
yang dijalankan, isi pekerjaan, kondisi-kondisi fisik pekerjaan, komputerisasi, jam
kerja, dan sebagainya), dan tujuan-tujuan kinerja (yang seharusnya terkait dengan
tujuan-tujuan pekerjaan). Itu semua memiliki efek langsung pada tingkat dan sifat
usaha individual yang ditujukan kepada suatu pekerjaan.
Kinerja menghasilkan outcomes produktivitas bagi oraganisasi dan ganjaran
bagi personil dalam bentuk gaji, tunjangan, jaminan pekerjaan, pengakuan dari teman
kerja dan atasan, serta kesempatan promosi bagi karyawan. Para karyawan umumnya
sering mengukur kepuasan kerja dari sudut pandang ini.
18
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009: h.67), faktor yang
mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor
motivasi (motivation).
a. Faktor kemampuan. Secara psikologis, kemampuan pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya
pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan
yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
Oleh sebab itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan sesuai dengan
keahliannya (the right man in the righ place, the right man on the right job).
b. Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri
pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
2.2.6 Kepuasan Kerja
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009: h.117), kepuasan kerja adalah
suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaannya maupun kondisi dirinya. Perasaaan yang
berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang
diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya,
penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan.
Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi
19
kesehatan, kemampuan, pendidikan. Pegawai akan merasa puas dalam bekerja bila
aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek dirinya menyokong dan sebaliknya jika
aspek-aspek tersebut tidak menyokong, pegawai akan merasa tidak puas.
Teori-teori tentang kepuasan kerja, yaitu:
a. Teori keseimbangan (Equity Theory)
Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya pegawai merupakan hasil dari
membandingkan antara input-outcome dirinya dengan perbandingan input-
outcome pegawai lain (comparison person). Jadi, jika perbandingan tersebut
dirasakan seimbang (equity) maka pegawai tersebut akan merasa puas. Tetapi,
apabila terjadi tidak seimbang (inequity) dapat menyebabkan dua kemungkinan,
yaitu over compensation inequity (ketidakseimbangan yang menguntungkan
dirinya) dan sebaliknya, under compensation inequity (keseimbangan yang
menguntungkan pegawai lain menjadi pembanding atau comparison).
b. Teori perbedaan (Discrepancy theory)
Menurut teori ini mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung
selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai.
c. Teori pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment theory)
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas apabila ia mendapat
apa yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai terpenuhi, makin
puas pula pegawai tersebut.
d. Teori pandangan kelompok (Social reference group theory)
20
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung pada
pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan
kelompok yang oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok acuan.
e. Teori Dua faktor dari Herzberg
Dua faktor yang dapat menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas
menurut Herzberg, yaitu faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor
pemotivasian (motivational factors).
f. Teori pengharapan (Exceptancy theory)
Pengharapan merupakan kekuatan keyakinan pada suatu perlakuan yang diikuti
dengan hasil khusus. Hal ini menggambarkan bahwa keputusan pegawai yang
memungkinkan mencapai suatu hasil dapat menuntun hasil lainnya.
Pengharapan merupakan suatu aksi yang berhubungan dengan hasil, dari range
0-1. Jika pegawai merasa tidak mungkin mendapatkan hasil maka harapannya
adalah 0. Jika aksinya berhubungan dengan hasil tertentu maka harapannya
bernilai 1. Harapan pegawai secara normal adalah diantara 0-1.
Kepuasan kerja berhubungan dengan variabel-variabel seperti:
a. Turnover
Kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan turnover pegawai yang
rendah. Sedangkan pegawai-pegawai yang kurang puas biasanya turnover-nya
lebih tinggi.
b. Tingkat absen kerja
21
Pegawai-pegawai yang kurang puas cenderung tingkat ketidakhadirannya
(absen) tinggi. Mereka sering tidak hadir kerja dengan alasan yang tidak logis
dan subjektif.
c. Umur
Ada kecenderungan pegawai yang tua lebih merasa puas dari pada pegawai
yang berumur relatif muda. Hal ini diasumsikan bahwa pegawai yang tua lebih
berpengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan. Sedangkan
pegawai usia muda biasanya mempunyai harapan ideal tentang dunia kerjanya,
sehingga apabila antara harapannya dengan realita kerja terdapat kesenjangan
atau ketidakseimbangan dapat menyebabkan mereka menjadi tidak puas.
d. Tingkat pekerjaan
Pegawai-pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi
cenderung lebih puas dari pada pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan
yang lebih rendah. Pegawai-pegawai yang tingkat pekerjaannya lebih tinggi
menunjukkan kemampuan kerja yang baik dan aktif dalam mengemukakan ide-
ide serta kreatif dalam bekerja.
e. Ukuran organisasi perusahaan
Ukuran organisasi perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan pegawai. Hal ini
karena besar kecil suatu perusahaan berhubungan pula dengan koordinasi,
komunikasi, dan partisipasi pegawai.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Edi Sutrisno
(2009: h.80) adalah:
22
a. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
karyawan, yang meliputi minat, ketenteraman dalam kerja, bakat dan
keterampilan.
b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antar
karyawan dengan atasan.
c. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhungan dengan kondisi fisik karyawan
meliputi jenis pekerjaan,pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan
kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan
karyawan, umur, dan sebagainya.
d. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan
sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan
sebagainya.
Kepuasan dan ketidakpuasan kerja akan berdampak, antara lain:
a. Dampak terhadap produktivitas
Produktivitas adalah sikap mental yang selalu disertai pandangan bahwa mutu
kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini.
Patokannya adalah sikap mental dan upaya peningkatan (Boy S Sabarguna,
2008: h.13). Jika tenaga kerja tidak mempersepsikan ganjaran intrinsik dan
eksintrik berasosiasi dengan prestasi kerja, maka kenaikan dalam prestasi tak
akan berkorelasi dengan kenaikan dalam kepuasan kerja.
b. Dampak terhadap ketidakhadiran dan keluarnya tenaga kerja
23
Motivasi untuk hadir dipengaruhi oleh kepuasan kerja dalam kombinasi dengan
tekanan-tekanan internal dan eksternal untuk datang pada pekerjaan. Misalnya
karyawan selalu mengeluh, membangkang, menghindari sebagian tanggung
jawab pekerjaan.
c. Dampak terhadap kesehatan
Tingkat dari kepuasan kerja dan kesehatan mungkin saling mengukuhkan
sehingga peningkatan dari yang satu dapat meningkatkan yang lain dan
sebaliknya yang satu mempunyai akibat yang negatif juga pada yang lain.
2.3 Cleaning Service
2.3.1 Definisi Cleaning Service
Cleaning Service adalah pekerjaan yang memberikan jasa kebersihan untuk
mendapatkan penghasilan (Hutauruk, 2010: h.23). Secara umum definisi Cleaning
Service adalah memberikan pelayanan kebersihan, kerapihan dan hygenisasi
dari sebuah gedung atau bangunan baik di dalam (indoor) atau pun di luar
(outdoor) sehingga terciptanya suasana yang nyaman (comfortable) dalam menunjang
dalam aktifitas sehari-hari sebagai tujuan jangka pendeknya, dan sebagai tujuan
jangka panjangnya adalah untuk mempertahankan (life of time) semua benda yang
termasuk dalam lingkup kerja cleaning service tersebut.
2.3.2 Cleaning Service Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Tahun 1988 No. 159b/Men-
Kes/Kes/II/1988 Bab II pasal 3 dinyatakan:
24
a. Rumah sakit dapat dimiliki dan diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta
b. Rumah sakit pemerintah dimiliki dan diselenggarakan oleh:
a) Departemen Kesehatan
b) Pemerintah Daerah
c) ABRI
d) Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
c. Rumah sakit swasta dimiliki dan diselenggarakan oleh:
a). Yayasan
b). Badan hukum lain yang bersifat sosial.
Keuangan rumah sakit BUMN dan rumah sakit pemerintah prosedurnya hampir
sama yaitu income akan disetor ke induk BUMN bersangkutan. Semuanya ditunjang
oleh BUMN bersangkutan, mulai dari bangunan rumah sakitnya sampai fasilitas
kesehatan serta keuangannya. Maka dalam mengelola asetnya harus mengikuti aturan
pemerintah melalui Keppres. Disamping itu juga harus dianggarkan paling sedikit
satu tahun sebelumnya dan minta persetujuan dari pihak-pihak terkait lainnya. Bila
disetujui baru bisa diadakan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan regulasi yang
ditetapkan.
Menurut Pasal 7 UU NO 44/2009, rumah sakit harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.
Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah harus berbentuk
unit Pelaksana Teknis dari instansi yang bertugas di bidang kesehatan, instansi
tertentu, atau lembaga daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) atau
25
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sesuai dengan ketentuan peratuan
perundang-undangan.
Jika rumah sakit berubah menjadi BLUD, maka dapat menggunakan
pendapatan fungsional sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Ia boleh menggunakan
pendapatan itu untuk membelanjakan pengeluaran yang bahkan tidak terdapat dalam
anggaran. Bisa melakukan pengadaan barang tanpa harus mengacu pada regulasi
pemerintah tentang pengadaan barang/jasa. Bebas melakukan perikatan dengan pihak
ketiga dalam bentuk utang untuk membiayai investasi atau hanya sekedar menutup
belanja barang/jasanya. Ia berhak menentukan sendiri besaran remunerasi bagi
karyawan rumah sakit dan sederet fleksibilitas lainnya yang hanya ia peroleh tatkala
berubah menjadi BLUD.
Klasifikasi Rumah Sakit Umum terdiri dari :
1. Kelas A
Izin rumah sakit kelas A dan rumah sakit penanaman modal asing atau
penanaman modal dalam negara diberikan oleh menteri setelah mendapatkan
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemerintah
daerah provinsi
2. Kelas B
Izin rumah sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi setelah
mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan
Pemerintah Daerah kabupaten/ kota
3. Kelas C
4. Kelas D
26
Izin rumah sakit kelas C dan kelas D diberikan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di
bidang kesehatan Pemerintah Daerah/Kota.
Pekerja Cleaning Service di rumah sakit adalah orang yang dibayar pihak
rumah sakit atau pihak ketiga (perusahaan) untuk selalu menjaga situasi rumah sakit
dalam keadaan bersih. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan, pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Menurut Suparto Adikoesoemo (2003: h.22), ada tiga jenis tenaga kerja di
rumah sakit yaitu:
a. Tenaga full timer (purna waktu)
Karyawan full timer adalah karyawan yang termasuk di dalam core business
(bisnis inti) misalnya: perawat, analis, pinata rontgen, dokter dan sebagainya.
b. Tenaga part timer (paruh waktu)
Tenaga part timer (paruh waktu) biasanya dokter ahli yang tidak banyak atau
tidak mudah untuk di dapat.
c. Tenaga contract (kontrak)
Kontrak adalah karyawan yang tidak begitu penting dalam usaha ini dan
sewaktu-waktu mudah dilepas/diganti, misalnya tenaga untuk renovasi
gedung/kamar serta tenaga cleaner (petugas kebersihan dan sebagainya)
Adapun tugas-tugas yang harus dilakukan oleh setiap Cleaning Service adalah
sebagai berikut :
27
1. Kamar Mandi
Kebersihan kamar mandi rumah sakit harus sangat dijaga sebagai salah satu
tujuan untuk sanitasi lingkungan. Sangat perlu diperhatikan disini adalah mangkuk
toilet dan tuas menyiram urine yang merupakan tempat yang sangat potensial bagi
kuman dan bakteri yang berbahaya, gagang pintu kamar mandi dan daun pintu kamar
mandi juga harus sering dibersihkan mengingat adanya bakteri dari sentuhan tangan
dari seorang pasien yang dapat menular ke pasien lainnya. Kemudian kamar mandi
umum dan kamar mandi karyawan.
2. Kamar Pasien
Kebersihan kamar pasien harus sangat signifikan dengan penggunaan
disinfektan. Disini ditujukan pada pasien yang dapat membawa kuman menular dan
kemudian dipindahkan ke seluruh daerah ruangan baik berupa sentuhan dan lain-lain.
Sisi dan depan tempat tidur harus selalu didisinfeksi. Terutama tempat tidur pasien
membutuhkan sanitasi dan benda-benda lainnya seperti remote televisi, tombol
bantuan, meja, laci, dan gagang pintu. Pembersihan barang-barang tersebut bertujuan
untuk menghindari resiko baik itu virus dan bakteri yang dapat menginfeksi pasien
lainnya dan pengunjung pasien.
3. Mengangkut sampah
Menurut Yoga dkk, (2007: h.19) pengangkutan sampah dalam gedung dimulai
dengan pengosongan bak sampah di pengangkutan biasanya dengan kereta,
sedangkan untuk bangunan bertingkat dapat dibantu dengan menyediakan cerobong
sampah atau lift pada setiap sudut bangunan. Dalam strategi pembuangan limbah
rumah sakit hendaknya memasukkan prosedur pengangkutan limbah internal maupun
28
eksternal. Pengangkutan internal biasanya berasal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau incinerator di dalam rumah sakit (onsite insinerator)
dengan menggunakan kereta dorong. Peralatan pengangkutan harus terpisah dengan
peralatan pengangkutan limbah klinis. Peralatan pengangkutan harus jelas dan diberi
label, dibersihkan secara regular dan hanya digunakan untuk mengangkut sesuai
jenisnya.
2.3.3 Perlengkapan Perlindungan Diri Cleaning Service di Rumah Sakit
Agar tidak tertular penyakit di rumah sakit, petugas cleaning service harus
menggunakan alat pelindung diri. Perlengkapan pelindung diri yang dipakai oleh
petugas cleaning service harus menutupi bagian-bagian tubuh petugas mulai dari
kepala hingga telapak kaki. Alat atau perlengkapan pelindung diri yang dipakai oleh
petugas cleaning service adalah sebagai berikut :
a) Sarung tangan
Terbuat dari bahan lateks atau nitril, dengan tujuan :
Mencegah penularan flora/penyakit dari penderita di Rumah Sakit lewat
tangan petugas.
Mencegah resiko kepada petugas terhadap kemungkinan transmisi
mikroba pathogen dari penderita di Rumah Sakit.
Agar sarung tangan dapat dimanfaatkan dengan baik, maka sarung tangan
sebaiknya steril, atau tidak robek dan berlubang, serta ukurannya sesuai dengan
ukuran tangan petugas agar gerakan tangan atau jari selama melaksanakan
pekerjaan dapat bergerak bebas.
29
b) Masker
Masker merupakan alat/perlengkapan yang menutup wajah bagian bawah harus
cukup lebar karena harus menutup hidung, mulut, hingga rahang bawah.
c) Alas kaki
Alas kaki digunakan untuk melindungi kaki petugas dari perlukaan,
bersentuhan dengan cairan yang menetes atau benda tajam yang terjatuh. Alas
kaki tersebut dapat berupa sepatu bot terbuat dari bahan kulit atau karet.
d) Tudung kepala (penutup kepala)
Termasuk di dalamnya pengikat rambut, penutup kepala, topi dan berbagai
material. Berfungsi untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, terbang,
korosit, debu, iklim yang buruk serta menjaga kebersihan kepala dan rambut.
e) Pakaian
Pakaian yang baik adalah yang melindungi pekerja dan sangat baik bila
memiliki pakaian seragam.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan
kualitatif secara deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodelogi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial. Pada pendekatan ini, peneliti menekankan pada sifat realitas yang terbangun
secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti.
Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana
adanya pada saat penelitian berlangsung di lapangan. Pada metode penelitian
kualitatif, peneliti adalah kunci. Oleh sebab itu, peneliti harus memiliki pemahaman
teori dan referensi yang kuat, serta wawasan yang luas. Sehingga menguasai bahan
saat wawancara, mampu menganalisa dan mengkonstruksi objek yang diteliti menjadi
lebih jelas dan terarah.
Penelitian metode ini memiliki langkah-langkah dalam pelaksanaannya,
dimulai dengan adanya masalah, menentukan jenis informasi yang dibutuhkan,
menentukan prosedur pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan,
pengolahan data, dan mengambil kesimpulan penelitian.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, penelitian ini diharapkan mampu
menggambarkan tentang kesejahteraan cleaning service di Rumah Sakit Umum
(RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat.
31
3.2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari dua jenis data,
yaitu:
1. Data Primer
Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh di lapangan. Pada
penelitian ini, dikumpulkan data melalui observasi langsung ke objek yang
diperlukan yaitu para pekerja cleaning service di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien
Meulaboh. Wawancara dan dokumentasi, khususnya menyangkut kesejahteraan para
karyawan/pekerja cleaning service.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi kepustakaan,
internet dan sumber lainnya yang berkaitan dengan kajian penelitian yang diteliti
penulis. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari dokumen yang ada pada
bidang Instalasi Pengelolaan Sanitasi Lingkungan (IPSL) di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan berhadapan secara langsung pada sumber informasi dengan menyiapkan
daftar pertanyaan terlebih dahulu. Teknik wawancara yang digunakan pada penelitian
kualitatif adalah dalam bentuk wawancara mendalam.
32
Saat mewawancarai responden, peneliti harus memperhatikan intonasi bicara,
kecepatan bicara, sensitivitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan non verbal.
2. Observasi
Informasi diperoleh dari hasil observasi antara lain: tempat, pelaku, kegiatan,
objek, perbuatan, kejadian, waktu dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi
adalah untuk menyajikan gambaran realitas perilaku.
3. Dokumentasi
Secara detail, bahan dokumentasi terbagi beberapa macam, yaitu foto, daftar
pekerja atau absensi, kontrak kerja, dan file penting lainnya.
3.3 Instrumen Penelitian
Peneliti merupakan instrumen kunci utama, karena peneliti yang menentukan
keseluruhan penelitian yang secara langsung turun ke lapangan untuk melakukan
pengamatan dan wawancara. Untuk kelancaran penelitian, peneliti membuat panduan
wawancara terlebih dahulu berupa catatan, dokumen laporan dan dokumen lainnya.
Menurut Suyanto dan Sutinah, (2006: h.59) mengemukan bahwa instrumen
penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari responden sebagai
sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survey. Instrumen penelitian ilmu
sosial umumnya berbentuk kuesioner dan pedoman pertanyaan (interview guide).
Semua jenis instrumen penelitian ini berisi rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal
atau suatu masalah yang menjadi tema pokok penelitian.
33
3.4 Teknik Analisa Data
Analis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, 2002: h. 103).
Pada penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa
deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu menjabarkan hasil penelitian
sebagaimana adanya. Pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan
dokumentasi yang diperoleh dari penelitian lapangan diolah dan dianalisis dengan
mendeskripsikan dan memberikan komentar berdasarkan hasil di lapangan.
Menurut Miles Huberman, (2007: h.17) analisis data dalam penelitian
kualitatif berlangsung secara interaktif, dimana pada setiap penelitian dilakukan
sesuai dengan kegiatan yang direncanakan. Ada tiga komponen analisis yang harus
dilakukan sebagai proses siklus, yaitu reduksi data, penyajian data, serta verifikasi
atau penarikan suatu kesimpulan. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif
dapat digambarkan pada skema berikut:
Gambar: 3.1 Proses Analisis Interaktif
Pengumpulan data
Reduksi data
Kesimpulan
Penyajian data
34
Pada Gambar 3.1 Proses analisis interaktif dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang
tertulis di lapangan (Miles Huberman, 2007: h.17). Reduksi data ini bertujuan untuk
menganalisis data yang lebih mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data agar diperoleh kesimpulan atau mengumpulkan data dari
hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya dipilih dan
dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.
2. Penyajian Data
Menurut Miles Huberman (2007: h.19) penyajian data adalah pengumpulan
informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Data yang telah dikategorikan tersebut, diorganisasikan
sebagai bahan penyajian data.
3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi data adalah sebagian dari suatu kegiatan utuh, artinya makna-
makna yang muncul dari data telah disajikan dan diuji kebenarannya, kekokohannya,
dan kecocokannya (Miles Huberman, 2007: h.19). Penarikan kesimpulan berdasarkan
pada pemahaman terhadap data yang disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat
dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok permasalahan yang diteliti.
3.5 Pengujian Kredibilitas Data
Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut:
35
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang memadai.
Menurut Moleong (2007: h.327) perpanjangan pengamatan berarti peneliti tinggal di
lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.
2. Peningkatan ketekunan
Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih mendalam
untuk memperoleh keakuratan data. Peningkatan ketekunan dilakukan dengan cara
membaca berbagai sumber referensi yang mempunyai keterkaitan dengan objek
penelitian untuk memeriksa kebenaran data.
3. Triangulasi
Triangulasi dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan dari beberapa pihak
secara terpisah namun karakteristiknya tetap sama. Hasilnya kemudian dilakukan
cross check antara yang satu dengan lainnya. Jawaban dari beberapa pihak tersebut
dilihat persamaan dan perbedaan antara keduanya, sehingga dapat dijadikan acuan
dalam mengambil kesimpulan.
4. Pemeriksaan teman sejawat
Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil
penelitian lapangan dengan rekan mahasiswa maupun teman lainnya. Melalui hasil
diskusi dan sharing ini diharapkan diperoleh saran dan memperkaya masukan yang
berguna.
36
5. Member Check
Member check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara mendiskusikan
hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah memberikan data untuk mengecek
kebenaran data.
Menurut Moleong, (2007.h.336) pengecekan dilakukan dengan jalan :
1. Penilaian dilakukan oleh informan
2. Mengoreksi kekeliruan
3. Menyediakan tambahan informasi secara suka rela
4. Memasukkan informan dalam lingkup penelitian, menciptakan kesempatan untuk
mengikhtiarkan sebagai langkah awal analisa data.
Pengujian kredibilitas (credibility) bertujuan untuk menilai kebenaran dari
temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan
mengungkapkan bahwa transkrip penelitian memang benar-benar sebagai
pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah
ditranskripkan untuk dibaca ulang oleh partisipan.
3.6 Pemilihan Informan Penelitian
Pada penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap
mempunyai informasi (key-informan) yang dibutuhkan pada penelitian. Cara yang
digunakan untuk menentukan informasi adalah purposive sampling, yaitu teknik
sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-
pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Noor, 2009: h.155).
37
Berdasarkan purposive sampling, maka yang menjadi informan bagi penulis
dalam penelitian ini adalah 1 orang koordinator cleaning service dan 8 orang pekerja
cleaning service. Jadi, jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang.
Alasan pemilihan informan tersebut karena subjek yang telah ditetapkan ini dianggap
mengetahui dan memahami masalah penelitian.
Penentuan informan ini juga sesuai dengan metode purposive sampling, yaitu
teknik penarikan dengan sengaja atau menunjuk langsung kepada orang yang
dianggap dapat mewakili populasi dan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
tertentu.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh adalah
rumah sakit memiliki pemerintah yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Barat.
Dibangun pada tahun 1968 di atas tanah seluas 2,8 Ha dengan status tipe D yang
mulai berfungsi sejak tahun 1971. Kemudian berdasarkan SK Menkes RI No
233/Menkes/VI/1985 tangal 11 juni 1985 menjadi tipe C. Saat ini, di tahun 2016
Rumah Sakit Cut Nyak Dhien naik kelas menjadi Kelas B setelah keluarnya
sertifikasi kenaikan kelas dari Pemerintah Aceh dengan nomor
445.1/BP2T/593/2016.
Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah serta
diperkuat dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit mengharuskan Pemerintah Daerah, termasuk Kabupaten Aceh Barat supaya
manajemen Rumah Sakit menganut Pola PPK-BLUD dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Sehingga Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh
juga sudah menganut pola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau unit
kerja pada satuan kerja perangkat daerah dilingkungan pemerintah daerah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
39
barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efesiensi dan produktivitas.
Adapun tujuan dibentuknya BLUD adalah sebagaimana untuk meningkatkan
kualitas pelayanan masyarakat untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas
pemerintah dan/ atau pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sesuai Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, ada 3 syarat
utama yang harus di tempuh daerah dalam rangka mewujudkan rumah sakit menuju
BLUD yaitu:
1. Syarat teknis
Persyaratan terpenuhi apabila (1) kinerja pelayanan dibidang tugas dan fungsinya
layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya atas rekomendasi sekretaris daerah
untuk SKPD atau Kepala SKPD untuk unit kerja. (2) Kinerja keuangan SKPD sehat.
(3) memiliki potensi untuk meningkatkan penyelenggaraan pelayanan secara efektif,
efesien dan produktif. (4) memiliki spesifikasi teknis yang terkait langsung dengan
layanan umum kepada masyarakat. (5) tingkat kemampuan pendapatan dari layanan
yang cenderung meningkat dan efisien dalam membiayai pengeluaran.
2. Syarat substantif
Persyaratan ini terpenuhi apabila, (1) tugas dan fungsi SKPD atau unit kerja
bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan
semi barang/jasa publik, (2) penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat, (3) pengelolaan
wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau
40
layanan umum, (4) pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi
dan/atau pelayanan masyarakat.
3. Syarat administrasi
Persyaratan ini meliputi; (1) surat pernyataan kesanggupan untuk
meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan dan manfaat bagi masyarakat, (2) pola
tata kelola, (3) rencana strategis bisnis, (4) standar pelayanan minimal, (5) laporan
keuangan pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan dan (6) laporan audit
terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
Ketika berubah menjadi pola BLUD, kualitas pelayanan Rumah Sakit akan
sangat tergantung pada manajemen pengelolaan Rumah sakit tersebut, yang terdiri
dari manajemen strategik dan operasional, manajemen keuangan, manajemen barang
dan sarana rumah sakit, dan manajemen sumber daya manusia. Manajemennya
diperbolehkan meminjam uang kepada pihak ketiga untuk meningkatkan dan
mengembangkan pelayanan rumah sakit, bahkan juga untuk menutup biaya
operasional jika kondisi keuangan sebuah rumah sakit benar-benar mengkhawatirkan.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh yang telah
menjadi BLUD juga dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas
barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan
tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per
unit layanan atau hasil per investasi dana. Begitu pula dalam hal pengelolaan tenaga
kerja cleaning service, pihak rumah sakit tidak lagi di bawah kendali Pemerintah
Kabupaten. Akan tetapi langsung dikelola oleh pihak rumah sakit melalu jasa
pengelolanya.
41
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh menyediakan fasilitas pelayanan rawat
jalan (Poliklinik Umum, Poliklinik Spesialis dan Poliklinik Gigi) dan Rawat Inap
(Ruang Rawat bedah, Ruang Rawat anak, Ruang Rawat Penyakit Dalam, Ruang
Rawat Kebidanan, Ruang Rawat VIP dan Ruang Rawat kelas Utama). Disamping itu
juga tersedia pelayanan IGD 24 Jam, Pelayanan tindakan operasi dan persalinan dan
fasilitas penunjang lainnya.
Adapun batas-batas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien
Meulaboh adalah :
a. Sebelah timur berbatasan dengan Sekolah MAN 1 Meulaboh
b. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Sisingamangaraja
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Lorong Banteng/komplek perumahan dokter
d. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Gajah Mada
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh memiliki
visi yaitu “Menjadi Rumah Sakit yang Modern, Bernuansa Islami dan Berbudaya
Aceh Sebagai Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan di Pantai Barat Selatan.” Untuk
mencapai visi tersebut disusun beberapa misi yaitu :
a. Meningkatkan mutu pelayanan dan profesionalisme rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
b. Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik, berorientasi norma agama dan
budaya aceh.
c. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, sumber daya manusia serta
kesejahteraan pegawai secara kesinambungan.
42
Untuk mewujudkan kesiapan melaksanakan misi tersebut maka Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh menerapkan sebuah motto yaitu
“Kami Peduli dan Profesional”. Struktur organisasinya terdiri dari:
a. Direktur
b. Kepala bagian tata usaha, dengan dibantu oleh 3 kepala sub bagian yaitu sub
bagian umum, sub bagian kepegawaian, dan tata laksana dan sub bagian
keuangan.
c. Kepala bidang pelayanan medis, dengan dibantu oleh 2 kepala seksi yaitu seksi
rawat jalan dan seksi rawat inap dan seksi rawat darurat, intersif dan bedah
sentral.
d. Kepala bidang keperawatan, dengan dibantu oleh 2 kepala seksi yaitu seksi
asuhan keperawatan dan seksi etika profesi dan logistik keperawatan.
e. Kepala penunjang medis, dengan dibantu oleh 2 kepala seksi yaitu kepala seksi
penelitian dan pengembangan, dan seksi informasi permasalahan sosial dan
upaya rujukan.
f. Kelompok jabatan fungsional.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Kesejahteraan Cleaning Service di RSUD Cut Nyak Dhien
Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai analisis kesejahteraan
Cleaning Service di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, bahwa upaya peningkatan
43
kesejahteraan para pekerja Cleaning Service sudah diberikan insentif sesuai kontrak
kerja dengan pihak pengelola/penyedia jasa yaitu CV. Kontruksi Usaha Maju.
Adapun komposisi pekerja Cleaning Service di RSUD Cut Nyak Dhien
Meulaboh dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Komposisi pekerja Cleaning Service di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kriteria
Jumlah
1. Pekerja Laki-laki
2. Pekerja Perempuan
3. Koordinator/Pengawas
6 orang
20 orang
1 orang
Hasil wawancara dengan Ibu Holiana selaku Pengawas Cleaning Service, ia
menjelaskan bahwa pekerja bekerja sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Hal
ini sesuai kesepakatan diantara mereka saat penandatanganan perjanjian kerja.
Pekerja dibagi menjadi dua shift. Shift pertama bekerja pada pagi dimulai dari jam
06.30 WIB sampai jam 12.00 WIB. Sementara pekerja yang shift kedua bekerja pada
siang hari, mulai dari jam 14.00 WIB sampai jam 16.00 WIB. Jumlah pekerja
Cleaning Service ada 26 orang petugas yang terdiri dari 20 orang pekerja perempuan
dan 6 orang pekerja laki-laki.
Pertanyaan, sejauh ini bagaimana sistem pengupahan/gaji cleaning service di
RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh?
44
“Pemberian gaji dilakukan setiap bulan sekali dengan jumlah Rp.1.000.000,-
dan ada penambahan jasa setiap bulannya, namun jasa yang diberikan
jumlahnya tidak menentu. Hal ini dikarenakan jumlah setiap pasien datang
tidak menentu untuk berobat, Pembayaran gaji untuk Cleaning Service di
RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat ditanggung oleh
pengelola Cleaning Service yaitu CV. Kontruksi Usaha Maju”
(Wawancara 14 Agustus 2016)
Dari keterangan wawancara di atas, Ibu Holiana selaku mandor menjelaskan
bahwa para Cleaning Service di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh mendapatkan
kompensasi langsung sebesar Rp. 1000.000,- tiap bulannya dari pengelolanya. Para
pekerja Cleaning Service juga mendapatkan insentif, yaitu imbalan yang diterima
selain gaji yang biasanya didapatkan berdasarkan tingkat keberhasilan perusahaan.
Dalam hal ini pihak pengelola menyebutnya sebagai uang jasa. Bila jumlah pasien
yang datang tidak menentu, tentunya insentif yang diterima para Cleaning Service ini
juga tidak menentu. Hal senada juga dikemukakan oleh Nurhayati, salah seorang
cleaning service.
“Jumlah upah yang diperoleh tiap bulan sebesar Rp. 1000.000,- cukup untuk
membiayai kebutuhan sehari-hari karena saya tidak ada tanggung jawab
pemenuhan kebutuhan di rumah tangga. Anak-anak semua sudah menikah”.
(Wawancara 14 Agustus 2016)
Hasil wawancara dengan Nurhayati menjelaskan bahwa upah atau kompensasi
yang diterimanya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini karena
ia tidak perlu membiayai kebutuhan keluarganya. Secara teori kepuasan kerja, ia
sudah merasa sejahtera dengan gaji yang diterimanya. Menurut teori pemenuhan
kebutuhan, pekerja akan merasa puas apabila ia mendapat apa yang dibutuhkan.
Tanggapan serupa juga didapatkan dari Romi, salah seorang tenaga kerja
cleaning service laki-laki.
45
“Mungkin karena belum berkeluarga, untuk saat ini masih sejahtera dengan
gaji yang saya terima sebagai cleaning service. Cukup lah untuk biaya kuliah
saya”.
(Wawancara dengan Romi, 14 Agustus 2016)
Menurut Romi, gaji yang diterimanya sebagai cleaning service cukup untuk
memenuhi biaya hidup. Menurutnya kebutuhannya masih seimbang dengan gaji yang
diperoleh, ia bisa membiayai kuliahnya sendiri dari hasil bekerja sebagai cleaning
service. Ini menunjukkan bahwa ia sejahtera dan nyaman dengan pekerjaan.
Eeng, salah satu pekerja cleaning service yang lain mengatakan:
“Selain gaji Rp. 1000.000,- kami mendapatkan uang jasa sebesar Rp.
200.000,- tetapi tidak menentu kami terima. Kadang terlambat diberikan,
tetapi saya bisa mengatakan bahwa saya sejahtera saat ini”.
(Wawancara Eeng, 14 Agustus 2016)
Dari keterangan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan
karyawan dapat dirasakan bila kebutuhan mereka terpenuhi. Tingkat kebutuhan
rumah tangga sangat berkaitan dengan gaji yang diperoleh. Hal ini berbeda halnya
dengan beberapa pekerja cleaning service lainnya.
Berikut petikan wawancaranya
“Gaji yang kami terima sebagai cleaning service bila dibandingkan dengan
besarnya kebutuhan sehari-hari di rumah tangga tentu belum bisa dikatakan
cukup, mengingat harga sembako semuanya naik sekarang ini. Apalagi anak-
anak harus mencukupi kebutuhannya. Selain itu, ruangan saya bekerja sangat
banyak pasien dan jadwal pulang ke rumah pun terkadang sering tidak sesuai
dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Terkadang saya tidak sempat memasak
nasi di rumah karena keterlambatan pulang. Terpaksa uang gaji yang
seharusnya untuk kebutuhan utama, kadang harus rela untuk membeli nasi
bungkus. Jadi, saya merasa upah atau gaji yang saya terima saat ini sangat
46
kurang dan tidak memadai. Walaupun jasa dari BPJS sudah diberikan”.
(Wawancara dengan Rasma, 14 Agustus 2016).
Apa yang dialami oleh Ibu Rasma menunjukkan bahwa kesejahteraan belum
dirasakannya. Ini dipengaruhi oleh faktor pengaturan waktu dan istirahat, dimana ia
terkadang sering terlambat pulang ke rumah. Sehingga banyak waktunya habis di
tempat bekerja. Secara teori pemenuhan kebutuhan, ia belum merasa puas karena
kebutuhannya tidak sesuai dengan gaji yang diterima.
Cut Maheram, salah seorang pekerja cleaning service yang sudah beberapa
tahun bekerja di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh juga berkomentar sama, berikut
wawancaranya.
“Saya bekerja disini sudah lebih kurang 10 tahun namun gaji masih tetap Rp.
1000.000, -, belum naik-naik. Kadang-kadang ada diberikan jasa selain gaji
sebesar Rp. 200.000,-. Saya juga kecewa karena sudah lama tidak pernah
diperhatikan keselamatan kerja kami, seperti tidak adanya seragam cleaning
service dan kurangnya disiplin beberapa pekerja lainnya. Pengalaman ketika
saya bekerja cleaning service di Rumah Sakit lainnya di Kota Medan dan
Banda Aceh, atribut cleaning service sangat diperhatikan. Mulai dari sepatu,
pakaian, hingga masker. Kita jadi percaya diri dalam bekerja. Pasien pun bisa
membedakan yang mana pekerja cleaning service. Pernah saya dimarahi
keluarga pasien karena masuk ruangan, mereka tidak mengenal saya sebagai
cleaning service. Sudah beberapa tahun terakhir ini kami tidak memiliki tanda
pengenal sebagai cleaning service. Ini sangat mengkhawatirkan dan
memalukan bagi saya.”
(Wawancara, 14 Agustus 2016).
Berdasarkan wawancara di atas, Ibu Cut Maheram merasa belum sejahtera
dalam bekerja. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi ia merasa kurang puas dan
tidak sejahtera. Pertama, secara teori kebutuhan. Ia merasakan tidak adanya
keseimbangan gaji dengan kebutuhan hidup yang makin bertambah, tetapi gaji masih
belum bertambah. Kedua, akibat dari adanya beberapa pekerja yang kurang disiplin
membuat ia kurang termotivasi. Ketiga, perlengkapan keselamatan diri/ safety tidak
47
diberikan oleh pengelola membuat kenyamanannya terusik. Keempat, secara teori,
kepuasan pekerja juga bergantung pada pandangan kelompok yang oleh para pegawai
dianggap sebagai kelompok acuan. Ia merasa puas bila para cleaning service
dianggap keberadaannya oleh pasien atau masyarakat lain.
Masalah gaji yang tidak pernah naik juga dirasakan oleh Asdiana Abubakar.
Sebagaimana hasil wawancaranya:
“Saya merasa kecewa dengan kebijakan pengelola rumah sakit yang tidak
pernah menaikkan gaji sudah hampir sepuluh tahun bekerja sebagai cleaning
service, sementara kebutuhan kita di rumah semakin meningkat. Terkadang
untuk memenuhi kebutuhan, saya terpaksa mencari pinjaman.”
(Wawancara, 15 Agustus 2016)
Kepuasan kerja dan kesejahteraan menurut Ibu Asdiana Abubakar didasarkan
pada kebutuhan yang ia butuhkan. Biaya pemenuhan kebutuhan semakin meningkat,
sementara gaji tak kunjung naik. Hal yang tak jauh berbeda juga dirasakan oleh Cut
Ainidar. Berikut wawancaranya:
“Saya sudah 12 tahun bekerja disini, belum ada tanda-tanda kenaikan gaji.
Padahal biaya kebutuhan sehari-hari untuk keluarga dan anak-anak sekolah
makin tinggi. Belum lagi pembayaran gaji sering terlambat”.
(Wawancara dengan Cut Ainidar, 15 Agustus 2016)
Hasil wawancara di atas dapat menggambarkan bahwa gaji/insentif sangat
berpengaruh dengan tingkat kebutuhan seorang pekerja. Semakin tinggi kebutuhan
rumah tangga, makin tinggi pula gaji yang diharapkan karena tingkat kesejahteraan
makin terasa.
48
4.2.2 Hambatan Kesejehteraan Cleaning Service di Rumah Sakit Cut Nyak
Dhien Meulaboh
Secara kontrak kerja, para pekerja Cleaning Service sudah dibayar insentif
sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati kedua belah pihak. Apa saja hambatan
kesejahteraan para pekerja Cleaning Service di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Berikut wawancara penulis dengan Ibu Holiana selaku koordinator bagian yang
menangani IPSL (Instalasi Pengelola Sanitasi Lingkungan) di lapangan:
“Pembayaran gaji untuk Cleaning Service di RSUD Cut Nyak Dhien
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten
sebagai pihak pertama dan RSUD Cut Nyak Dhien sebagai pihak kedua serta
pengelola Cleaning Service sebagai pihak ketiga”.
(Wawancara 14 Agustus 2016)
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa gaji atau insentif yang
menjadi salah satu indikator kesejahteraan pekerja sangat menentukan tingkat
kesejahteraan pekerja. Dalam hal ini, tenaga Cleaning Service dibayar oleh pihak
ketiga/pengelola di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Pihak ketiga inilah yang menentukan gaji pekerja. Maka otomatis, pekerja Cleaning
Service yang sudah sepakat dibayar gaji sesuai perjanjian harus menerima gajinya
sesuai kesepakatan. Lalu bagaimana hambatan menurut pekerja Cleaning Service,
berikut hasil wawancara dengan Cut Maheram:
“Semenjak Cleaning Service, tidak lagi dikelola langsung oleh Pemda kami
tidak pernah mendapatkan baju seragam lagi. Padahal kalau ada seragam, kami bisa
49
bekerja lebih nyaman karena pasien atau keluarga pasien yang kesini bisa
membedakan yang mana Cleaning Service”. (Wawancara, 15 Agustus 2016)
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa semenjak
diberlakukannya sistem BLUD di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak
Dhien Meulaboh, pengelola Cleaning Service mengabaikan hal mendasar tentang
perlindungan diri pekerjanya. Ini suatu hambatan yang menjadi salah satu masalah
bagi pekerja, mereka tidak berani untuk meminta penjelasan atau kritikan kepada
pengelola.
Jika Cut Maheram merasakan hambatannya pada keselamatan kerja. Hal
mendasar tentang upah diutarakan oleh Cut Ainidar. Berikut wawancaranya:
“Kita menginginkan adanya kenaikan gaji. Pengelola hanya bersedia
membayar sesuai yang mereka tawarkan, sebesar Rp. 1000.000,- mau
bagaimana lagi dari pada tidak ada sama sekali.
(Wawancara dengan Cut Ainidar, 15 Agustus 2016)
Kasus yang dialami oleh Cut Ainidar merupakan persoalan klasik dalam
sebuah organisasi kerja. Keinginan setiap pekerja adalah kesejahteraan melalui
kompensasi dan insentif yang layak dan mampu mencukupi kebutuhan dasar.
Sementara di pihak perusahaan atau pengelola tidak mau ambil resiko membayar
lebih karena kemampuan perusahaan yang tidak begitu kuat.
Hal senada diungkapakan oleh Asdiana Abubakar. Sebagaimana hasil
wawancaranya berikut:
50
“Sebagai pekerja kelas bawah, kita tidak berani bersuara lantang minta
kebijakan kenaikan gaji jerih payah pada pengelola. Kita sadar diri buruh
kasar, bila tidak dibutuhkan kita bisa diganti dengan pekerja lain dari luar”.
(Wawancara, 15 Agustus 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa
pekerja cleaning service merasa diri sebagai pekerja umum yang mudah didapatkan
oleh perusahaan bila dibutuhkan. Sebagaimana diungkapkan dalam teori faktor yang
mempengaruhi besarnya kompensasi, jika pencari kerja pada bidang lowongan
pekerjaan lebih banyak, maka kompensasi yang ditawarkan akan semakin relatif
kecil. Ini menjadi salah hambatan bagi pekerja cleaning service untuk berharap lebih
terhadap perbaikan kompensasi. Hambatan kesejahteraan pekerja cleaning service
juga dikemukan oleh Rasma, sebagai hasil wawancaranya:
“Kendala kami sering tidak menentu dibayar jasa. Kita tidak berani
menanyakan langsung pada pihak pengelola. Kita tidak mau hilang pekerjaan dengan
pertanyaan-pertanyan yang bisa dianggap tidak mau bekerja, karena kita sadar
sebagai pekerja yang tidak berpendidikan tinggi dan mudah dilakukan banyak orang,
jadi terima saja seadanya”. (Wawancara, 15 Agustus 2016)
Wawancara di atas menunjukkan bahwa faktor pendidikan pengalaman kerja
masih menjadi pengaruh besar terhadap nilai kompensasi pekerja. Jika pendidikan
lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama dan langka maka kompensasi yang
diterima akan semakin besar. Sebaliknya bila pekerja yang berpendidikan lebih
rendah dan minimnya pengalaman kerja maka otomatis tingkat kompensasinya relatif
kecil dan akan berdampak pada kesejahteraan.
51
4.3 Pembahasan
4.3.1 Analisis Kesejahteraan Cleaning Service di RSUD Cut Nyak Dhien
Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa setiap orang yang hidup selalu
menginginkan kesejahteraan dalam hidup sebab dengan kesejahteraan hidupnya akan
menjadi tenang dan tenteram. Maksudnya kesejahteraan pekerja merupakan balas jasa
yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, baik yang berbentuk uang, barang
maupun jasa layanan lainnya yang dapat memberikan kepuasan kepada karyawan
dalam bekerja.
Berdasarkan hasil penelitian pada pekerja cleaning service di Rumah Sakit
Umum (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh tingkat kesejahteraannya dipengaruhi
oleh kompensasi dan insentif. Akibat dari dua hal ini yang tidak ada perbaikan, maka
kinerja pekerja menjadi menurun dan berdampak pada kepuasan kerja. Terutama pada
teori kepuasan kerja pada teori pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment theory).
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas apabila ia mendapat apa yang
dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai terpenuhi, makin puas pula pegawai
tersebut.
Selain itu, faktor utama yang menjadi tolak ukur tingkat kepuasan atau
kesejahteraan yang dirasakan oleh pekerja cleaning service di Rumah Sakit Umum
Cut Nyak Dhien Meulaboh adalah faktor psikologis dan faktor finansial. Faktor
psikologis yaitu yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan, yang meliputi minat,
52
ketenteraman dalam kerja, bakat dan keterampilan. Kenyataan di lapangan sebagian
besar dari mereka merasa tidak tentram sebagaimana yang dirasakan beberapa
pekerja karena tidak adanya alat keselamatan kerja seperti pakaian seragam untuk
memudahkan pengenalan mereka dalam bekerja.
Selanjutnya faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan
jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji,
jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan
sebagainya. Ini sebagaimana yang dirasakan oleh pekerja cleaning service yang sudah
bekerja dalam jangka waktu lama namun belum ada perbaikan kenaikan gaji, padahal
kebutuhan rumah tangga semakin meningkat.
Biasanya ketika kepuasan dan ketidakpuasan kerja dirasakan oleh pekerja
akan berdampak, antara lain: dampak terhadap produktivitas, dampak terhadap
ketidakhadiran dan keluarnya tenaga kerja, dan dampak terhadap kesehatan. Ketiga
hal tersebut selama melakukan penelitian tidak terlihat pada dampak yang signifikan.
Sebagain besar dari pekerja cleaning service di Rumah Sakit Umum daerah (RSUD)
Cut Nyak Dhien Meulaboh tetap melaksanakan tugas sebagaimana adanya, tidak ada
faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja. Baik faktor kemampuan (ability) dan
faktor motivasi (motivation).
Hal tersebut disebabkan oleh faktor psikologis pekerja yang memang sudah
berpengalaman keahliannya di bidang cleaning service (the right man in the righ
place, the right man on the right job). Selain itu, motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri mereka untuk mengharapkan mencapai tujuan bekerja.
53
4.3.2 Hambatan Kesejehteraan Cleaning Service di Rumah Sakit Cut Nyak
Dhien Meulaboh
Hasil penelitian di lapangan, terlihat bahwa hambatan peningkatan tingkat
kesejahteraan tenaga cleaning service di Rumah Sakit Umum (RSUD) Cut Nyak
Dhien terletak pada kebijakan pihak rumah sakit. Jika sebelumnya rumah sakit ini
masih di bawah naungan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, sekarang pengelolaan
keuanganya sudah otonom ke Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Sehingga
berdampak pada sistem kerja cleaning service yang diserahkan ke pihak ketiga untuk
pengelolaannya.
Dalam hal ini pekerja cleaning service tidak bisa menuntut lebih sesuai
perjanjian karena antara pekerja dan pemberi kerja sudah setuju dengan gaji atau
kompensasi yang ditetapkan. Pada dasarnya salah satu tujuan kompensasi adalah
kepuasan kerja, akan tetapi bila dalam kenyataannya kebutuhan hidup tidak sesuai
dengan kompensasi yang diterima tentunya berdampak pada kepuasan dan
kesejahteraan pekerja. Ini disebabkan oleh faktor pengelola yang tidak bersedia
menaikkan kompensasi. Selain itu tingkat pendidikan yang rendah dan pengalaman
pekerja yang tidak membutuhkan suatu keahlian khusus dan khusus, sehingga
kompensasi yang ditawarkan juga relatif kecil.
Secara Undang-Undang Ketenagakerjaan pun salah satu indikator perusahaan
memperhatikan karyawannya adalah membayar upah pekerja sesuai Upah Minimun
Provinsi (UMP) serta jaminan sosial dan hal lain yang diatur di dalamnya. Maka gaji
pekerja cleaning service di Rumah Sakit Umum (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh
dan tunjangan lain adalah masih dibawah tingkat kesejahteraan sebagaimana UMP
54
yang berlaku. Akan tetapi menjadi kendala adalah para pekerja tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan tuntutan sesuai rujukan UU Ketenagakerjaan yang
berlaku.
55
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pekerja cleaning service di Rumah Sakit Umum (RSUD) Cut Nyak Dhien
Meulaboh bekerja dari pukul 06.30 hingga pukul 16.00 WIB. Pekerja dibagi
menjadi dua bagian. Bagian pertama mulai pukul 06.30 WIB sampai pukul
12.00 WIB. Sementara pekerja yang bagian kedua bekerja pada siang hari,
mulai dari jam 14.00 WIB sampai jam 16.00 WIB. Pekerja dalam melaksanakan
tugasnya tidak memiliki alat perlindungan diri/ safety.
2. Gaji yang diterima oleh pekerja cleaning service di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh sudah sesuai dengan perjanjian
kontrak kerja dengan pengelolanya CV. Kontruksi Usaha Maju. Akan tetapi
masih di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP). Kompensasi dan insentif
yang diterima oleh pekerja cleaning service masih belum berpihak pada
kesejahteraan pekerja. Ini disebabkan karena semakin tingginya kebutuhan,
tetapi tidak seimbang dengan kompensasi yang diterima Hambatan
kesejahteraan yang dialami oleh cleaning service disebabkan faktor pendidikan
yang rendah, serikat buruhnya yang tidak kuat dan pengelola tidak bersedia
memberikan kompensasi yang layak. Secara umum, pekerja cleaning service
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh relatif
56
belum merasakan kesejahteraan.
5.2 Saran
Setelah mengevaluasi hasil penelitian yang telah dilakukan, diungkapkan
saran-saran sebagai berikut:
1. Hasil akhir penelitian analisis kesejahteraan agar dapat lebih mendalam dan
detail lagi data-data dokumentasi perjanjian kontrak kerja, sistem perekrutan
tenaga kerja dan proses penunjukan penyedia jasa cleaning service (pihak ketiga)
sehingga memudahkan penelitian yang lebih baik lagi.
2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kinerja cleaning service dan
pengelola sehingga didapatkan titik temu, sehingga pekerja dan pemberi kerja
sama-sama mendapatkan kepuasan kerja dan kesejahteraan. Hal ini bertujuan
agar ke depannya dapat menciptakan dan meningkatkan kondisi yang lebih
profesional.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Adi Koesoemo, Suparto. 2003. Manajemen Rumah Sakit: Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta
Anwar, Desy. 2001. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap: Karya Abditarna. Surabaya
Effendi, Marihot Tua Hariandja. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia:
Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan
Produktivitas Pegawai. Grasindo. Jakarta
Hasibuan, H Malayu S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia: Bumi Aksara.
Jakarta
Hasibuan, H Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia: Cetakan Kelima.
Bumi Aksara. Jakarta
Hutauruk. 2010. Gambaran Kecemasan Pada Cleaning Service Fakultas Kedokteran
Kristen Maranatha Tahun 2009: Bandung
L, Rukiyah dan Syahrizal, Darda. 2013. UU Ketenagakerjaan dan Aplikasinya (UURI
No. 13 tentang Ketenagakerjaan): Dunia Cerdas. Jakarta Timur
Mariot, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia: Gramedia. Jakarta
Miles, Mattew B dan Amichael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode –Metode Baru: Terjemahan Tjetjep Rohendi. Rohisi.
Jakarta
Moleong. 2002. Metode Penelitian Kualitatif: Remaja Rosy Dakarya. Bandung
Noor. 2009. Metode Penelitian : Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Pabundu, Tika Moh. 2010. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan:
Bumi Aksara. Jakarta
Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 Tentang Pedoman teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah
Prabu Mangkunegara, A.A Anwar. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia: Rosda.
Bandung
Putra Adri, Ananda P. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejehateraan
Karyawan di PTPN IV Kebun Air Batu: Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara. Medan
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: PT.
Raja Grafindo. Jakarta
Sabarguna, Boy S. 2008. Aspek Bisnis dan Wirausaha di Rumah Sakit: Sagung Seto.
Jakarta
Suryo P.R. 2007. Analisis Dampak Imbalan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur : Tesis S2 Magister Ilmu
Administrasi Negara, Universitas Samarinda
Sutrisno, Edi. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia: Kencana. Jakarta
Suyanto, Bagong dan Sutinah Edi. 2006. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan: Kencana. Jakarta
UU NO 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Yesica Sukirman, Ayu Mega,. 2011. Analisis Pengaruh Tingkat Kesejahteraan
Terhadap Kinerja Karyawan (Survey di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta):
Yogyakarta
Yoga dkk. 2007. Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Universitas Indonesia. Jakarta
ANALISIS MODEL TARIKAN KENDARAAN PADA SEKOLAH DI KOTA MEULABOH
(Studi Kasus Kawasan Sekolah di Jalan Manekroo)
Suatu Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Yang Diperlukan untuk Memperoleh
Ijazah Sarjana Teknik
Disusun Oleh:
DATOK MAHHADI
NIM : 09C10203013
Bidang : Transportasi Jurusan : Teknik Sipil
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR ALUE PEUNYARENG - MEULABOH
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
.
1.1 Latar Belakang
Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk
mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia sebenarnya) secara
terukur. Beberapa di antaranya adalah model fisik, model peta, model statistik dan
matematik. Semua model merupakan penyederhanaan realita untuk mendapatkan
tujuan tertentu, yaitu penjelasan dan pengertian yang lebih mendalam serta untuk
kepentingan peramalan. Pergerakan yang terjadi antara dua tempat yaitu tempat di
mana barang/jasa dibutuhkan ke tempat dimana barang/jasa tersedia merupakan
jawaban dalam permasalah proses pemenuhan kebutuhan, dimana kebutuhan itu
tidak terpenuhi di tempat ia berada tetapi dapat terpenuhi di tempat lain. Semakin
meningkatnya pembangunan diberbagai sektor termasuk kemajuan teknologi
membawa pengaruh negatif lainnya bagi kehidupan manusia. Salah satu sektor
kemajuan yang sangat pesat adalah sarana transportasi yang dapat mempermudah
dan juga mempercepat manusia dalam menjalankan suatu kegiatan.
Terdapat bermacam-macam jenis pemenuhan kebutuhan seperti
perjalanan untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan, pekerjaan, rekreasi, dan lain-
lain. Bentuk kegiatan tersebut akan menentukan jenis pola perjalanan yang terjadi
dalam suatu zona/wilayah. Di mana perjalanan individu pada suatu zona akan
berbeda dengan zona lainnya, yang akan dipengaruhi oleh karakteristik-
karakteristik individu pelaku pergerakan/perjalanan dalam zona kajian. Saat ini
pendidikan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk menciptakan
kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup bermasyarakat. Perjalanan untuk
pemenuhan kebutuhan pendidikan termasuk kedalam kategori pemenuhan
kebutuhan utama.
Demi mendukung proses pemenuhan kebutuhan tersebut, diperlukan
suatu sistem perencanaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Hal ini
2
dikarenakan karakteristik perjalanan setiap pelajar yang berbeda-beda. Pemilihan
moda mempengaruhi perjalanan pelajar. Pelajar yang bertempat tinggal tidak jauh
dari sekolah cenderung memilih moda yang efisien atau praktis berjalan kaki
menuju sekolahnya, beda halnya dengan pelajar yang bertempat tinggal jauh dari
sekolah. Beberapa pelajar tersebut memilih moda tertentu untuk mengantar atau
menjemput mereka. Banyaknya moda pengantar dan penjemput pelajar tersebut
menimbulkan masalah baru, yaitu masalah kemacetan, khususnya pada jam
masuk dan jam pulang sekolah. Hal ini disebabkan sekolah pada umumnya tidak
memiliki tempat/jalur khusus untuk menurunkan dan menaikkan penumpang,
sehingga kendaraan pengantar dan penjemput pelajar mau tidak mau berhenti atau
parkir di badan jalan dan mengurangi kapasitas jalan.
Terdapat permasalahan pada sekolah yang ditinjau, di antaranya adalah
SDN 14, SDN 25, dan MTsN Model Meulaboh-1 yang terletak di Jalan
Manekroo, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Aksesibilitas dari
dan ke sekolah ini rata-rata menggunakan kendaraan pribadi. Permasalahan dari
ketiga sekolah ini adalah tidak adanya tempat pemberhentian kendaraan sementara
ataupun tidak adanya lahan parkir tetap dan luas yang dapat menampung
kendaraan antar dan jemput siswa, sehingga memaksa kendaraan tersebut parkir di
ruas jalan sekolah. Adapun lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran A
Gambar A. 1.1 dan Gambar A.1.2 Halaman 50 dan 51.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka perbaikan perencanaan dan kontrol
arus lalu lintas sangat diperlukan. Berdasarkan kondisi yang ada, perlu dicari
model tarikan perjalanan (trip attraction model) pada kondisi sekarang yang
ditimbulkan oleh banyaknya moda pengantar dan penjemput di Jalan Manekroo
pada kawasan sekolah tersebut. Model tarikan perjalanan ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam peramalan jumlah tarikan
perjalanan di masa mendatang serta untuk menentukan kebijakan dalam bidang
transportasi dan pengembangan tata kota. Hal pertama yang perlu dilakukan
adalah menganalisis volume pergerakan dari luar menuju ke dalam sekolah,
sehingga nantinya kita dapat menemukan perhitungan untuk mengantisipasi agar
kejadian serupa tidak terulang kembali.
3
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ditinjau dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi tarikan kendaraan siswa pada kawasan
sekolah di Jalan Manekroo?
2. Bagaimana model tarikan kendaraan siswa pada kawasan sekolah di Jalan
Manekroo?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi tarikan kendaraan
siswa pada kawasan sekolah di Jalan Manekroo.
2. Untuk mendapatkan model tarikan kendaraan siswa pada kawasan sekolah di
Jalan Manekroo.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini, yaitu:`
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada kawasan sekolah di Jalan Manekroo yang
meliputi SDN 14, SDN 25, dan MTsN Model Meulaboh.
2. Pengambilan data dilakukan dengan cara survei, yaitu dengan cara
menghitung jumlah perjalanan yang menuju/memasuki (pengantar dan
penjemput) sekolah tersebut.
3. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis linier sederhana
menggunakan alat bantu SPSS (Statistical Product and Service Solution)
versi 20.
4
1.5 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian, dari semua variabel bebas X
(independent), jumlah siswa (X1), jumlah guru (X2), luas sekolah (X3), jumlah
kelas (X4), kapasitas kelas (X5), dan luas kelas (X6), hanya variabel jumlah siswa
(X1) yang memiliki memiliki tingkat hubungan yang signifikan terhadap variabel
terikat Y (dependent) volume lalu lintas/tarikan yaitu 0,996 lebih besar dari 0,995
tingkat signifikan yang ditentukan.
Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini dan yang
mempengaruhi tarikannya adalah model dari variabel jumlah siswa (X1) yaitu Y
= 38,575 + 0,911 X1. Karena nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 136,527 lebih
besar dari nilai Ftabel yaitu 39,86 yang ditentukan berdasarkan nilai df untuk
regression dan residual yaitu 1 dan 1. Sedangkan Fhitung yang diperoleh untuk
model lainnya lebih kecil dari nilai Ftabel yaitu 39,86 yang ditentukan, maka model
untuk tersebut tidak layak.
5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Tinjauan kepustakaan pada bab ini memuat uraian mengenai aspek-
aspek yang terkait dengan penelitian dalam tugas akhir ini seperti penelitian
terdahulu, pemodelan transportasi, analisis statistik dan sebagainya.
2.1 Pemodelan
Model menurut Tamin (1997) dapat didefinisikan sebagai bentuk
penyederhanaan suatu realita atau dunia yang sebenarnya, termasuk di antaranya
adalah:
1. Model fisik, seperti model arsitek, model teknik sipil, wayang golek, dan
lainnya);
2. Peta dan diagram grafis;
3. Model statistika dan matematika (persamaan) yang menerangkan beberapa
aspek fisik, sosial-ekonomi dan model transportasi.
Tamin (1997) menambahkan, dalam perencanaan dan pemodelan
transportasi kita akan sangat sering mengunakan beberapa model utama, yaitu
model grafis dan model matematis. Model grafis adalah model yang
menggunakan gambar, warna dan bentuk sebagai media penyampaian informasi
mengenai keadaan yang sebenarnya (realita). Model grafis sangat diperlukan,
khususnya untuk transportasi, karena kita perlu mengilustrasikan terjadinya
pergerakan (arah dan besarnya) yang terjadi yang beroperasi secara spasial
(ruang). Model matematis menggunakan persamaan atau fungsi matematika
sebagai media dalam usaha mencerminkan realita.
Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan
pemodelan analisis transportasi, yaitu:
a. Struktur model, yaitu suatu model dapat saja memiliki struktur yang
sederhana yang berupa fungsi dari beberapa alternatif yang saling tidak
6
berhubungan, atau struktur yang komplek sehingga perlunya dihitung peluang
dari suatu kejadian transportasi yang pernah terjadi. Dengan berkembangnya
model maka dapat dimungkinkan untuk menyusun model yang sangat umum
dengan banyak peubah atau variabel.
b. Bentuk fungsional, yaitu bentuk model yang dapat memecahkan masalah
dalam bentuk linier atau non-linier. Pemecahan masalah yang tidak linier
mencerminkan realita masalah yang lebih tepat namun membutuhkan banyak
sumber daya dan teknik untuk proses kalibrasi bagi model tersebut.
c. Spesifikasi variabel, yaitu menetapkan spesifikasi variabel yang dapat
digunakan dan bagaimana variabel tersebut berhubungan satu sama lain
dalam suatu model. Sehingga untuk menjelaskannya perlu proses tertentu
dalam menentukan variabel yang dominan, antara lain melalui proses
kalibrasi dan keabsahan.
2.2 Tata Guna Lahan
Menurut Rumanga (2014), tata guna lahan berkaitan erat dengan
kegiatan manusia. Guna lahan dibentuk oleh 3 (tiga) unsur yaitu manusia, dan
lokasi yang saling berinteraksi satu sama lain. Dalam lingkup kota, guna lahan
adalah pemanfaatan lahan untuk kegiatan. Secara umum jenis guna lahan kota ada
4 (empat), yaitu pemukiman, jaringan transportasi, kegiatan industri/komersil dan
fasilitas pelayanan umum. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan
perjalanan di antara tata guna lahan dengan menggunakan sistem jaringan
transportasi (misalnya berjalan kaki atau naik bus). Hal ini menimbulkan
pergerakan arus manusia, kendaraan dan barang. Kebutuhan perjalanan antar guna
lahan ini akan menentukan jumlah dan pola perjalanan penduduk kota. Hubungan
yang mendasar dalam aspek transportasi adalah keterkaitan antara guna lahan dan
transportasi. Hubungan ini memiliki sifat yang saling mempengaruhi. Pola
pergerakan, volume dan distribusi moda angkutan merupakan fungsi dari
distribusi guna lahan. Sebaliknya, pola guna lahan dipengaruhi oleh tingkat
aksesibilitas sistem transportasi. Sistem transportasi dipengaruhi oleh sistem
7
kegiatan, pergerakan, dan jaringan. Adanya sistem kegiatan akan mengakibatkan
pembentukan sistem jaringan melalui perubahan tingkat pelayanan dan sistem
pergerakan. Munculnya sistem jaringan akan mempengaruhi sistem peningkatan
mobilitas dan aksesibilitas. Sistem pergerakan dalam mengakomodir kelancaran
lalu lintas akan mempengaruhi sistem kegiatan dan sistem jaringan. Sistem
transportasi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1
Sumber
: Sistem Transportasi
: Tamin, 2000
2.3 Perencanaan Transportasi
Perencanaan transportasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang
tujuannya mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia
barang bergerak dan berpindah tempat dengan aman dan murah. Tujuan
perencanaan transportasi adalah meramalkan dan mengelola evolusi titik
keseimbangan antara kebutuhan akan pergerakan dan dengan sistem prasarana
transportasi sejalan dengan waktu sehingga kesejahteraan sosial dapat
dimaksimumkan. Sedangkan perencanaan transportasi perkotaan adalah proses
yang mengarah pada pengambilan keputusan pada program dan kebijakan
transportasi. Tujuan proses perencanaan transportasi adalah menyediakan
informasi yang perlu untuk membuat keputusan kapan dan dimana peningkatan
sebaiknya dibuat dalam sistem transportasi, maka memajukan perjalanan dan
pengembangan pola tanah, tetap berada dalam tujuan masyarakat. Tujuan
transportasi perkotaan adalah mengembangkan dan mengevaluasi secara continue
8
rencana transportasi yang memungkinkan pergerakan manusia dan barang
maksimum dan meningkatkan lingkungan perkotaan. Dua hal penting yang
mendasari dalam perencanaan transportasi yaitu memecahkan persoalan yang
sudah ada dan mencegah timbulnya persoalan lain yang dapat diperkirakan
sebelumnya, sehingga tujuan utama dari perencanaan transportasi dilakukan untuk
menyelesaikan persoalan tersebut dan mengantisipasi timbulnya permasalahan
baru yang sudah diperkirakan sebelumnya (Yuliani, 2004).
2.3.1 Pemodelan transportasi
Pemodelan transportasi adalah suatu model yang digunakan untuk
memberikan gambaran hubungan antara tata guna lahan dengan jaringan
transportasi melalui model persamaan matematis. Pemodelan transportasi dapat
dilakukan dengan pemodelan 4 (empat) tahap, dimana masing-masing model
merupakan masukan bagi model berikutnya. Umumnya pemodelan bertahap ini
melibatkan 4 tahap pemodelan sehingga disebut dengan four stage transport
modelling, yaitu sebagai berikut (Tamin, 2000):
a. Bangkitan Perjalanan (Trip Generation)
Pembangkit perjalanan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan
jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan
jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tata guna lahan.
b. Sebaran Perjalanan (Trip Distribution)
Penyebaran pergerakan merupakan tahapan yang menggabungkan interaksi
antara tata guna lahan, jaringan transportasi dan arus lalu lintas.
c. Pemilihan Moda (Modal Choice/Modal Split)
Jika terdapat lebih dari satu moda, maka moda yang dipilih biasanya yang
mempunyai rute terpendek, tercepat, atau termurah, atau teraman, atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Selain itu, faktor lain yang
mempengaruhi adalah ketidaknyamanan dan keselamatan dan hal seperti ini
harus dipertimbangkan dalam pemilihan moda.
9
d. Pemilihan Rute (Traffic Assignment)
Model ini bertujuan memprediksi pemilihan rute perjalanan yang akan
digunakan. Diasumsikan pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup
(misalnya tentang kemacetan jalan), sehingga dapat menentukan rute yang
terbaik.
2.3.2 Hubungan tata guna lahan dengan transportasi
Yuliani (2004), menyatakan pembangunan suatu area lahan akan
menyebabkan timbulnya lalu lintas yang akan mempengaruhi prasarana
transportasi, sebaliknya adanya prasarana transportasi yang baik akan
mempengaruhi pola pemanfaatan lahan. Interaksi ketiga sub sistem tersebut akan
dipengaruhi oleh peraturan dan kebijakan perencanaan transportasi.
Satu tujuan utama perencanaan tata guna lahan dan sistem transportasi
adalah untuk memastikan bahwa ada keseimbangan yang efisien antara tata guna
lahan dan kemampuan transportasi. Secara umum hubungan antara tata guna
lahan dan transportasi dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Keterangan : Hubungan Pengaruh
Umpan Balik
Gambar 2.2
Sumber
: Hubungan Tata Guna Lahan dengan Transportasi
: Tamin, 2000
10
2.3.3 Hubungan bangkitan tarikan perjalanan dengan transportasi
Bangkitan perjalanan merupakan tahapan permodelan transportasi yang
memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari zona asal atau tata guna
lahan dan jumlah pergerakanan yang tertarik ke suatu zona atau tata guna lahan.
Jadi, terdapat 2 (dua) pembangkit pergerakan, yaitu (Tamin, 2000):
1. Trip production, yaitu jumlah perjalanan yang dihasilkan suatu zona;
2. Trip attraction, yaitu jumlah pergerakan yang ditarik suatu zona.
Tarikan perjalanan adalah jumlah pergerakan/perjalanan yang menuju
ke lokasi tertentu. Tahapan ini biasanya menggunakan data berbasis zona untuk
memodelkan besarnya pergerakan yang terjadi (baik bangkitan maupun tarikan),
misalnya tata guna lahan, pemilik kendaraan, populasi, jumlah pekerja, kepadatan
penduduk, pendapatan, dan juga moda transportasi. Tarikan pergerakan digunakan
untuk suatu pergerakan yang berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan
atau tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan yang
berbasis bukan rumah. Faktor yang mempengaruhi dalam pemodelan bangkitan
pergerakan adalah (Yuliani, 2004):
a. Bangkitan pergerakan untuk manusia
- Pendapatan;
- Pemilik kendaraan;
- Struktur rumah tangga;
- Ukuran rumah tangga;
- Nilai lahan;
- Kepadatan daerah pemukiman;
- Aksesibilitas.
b. Tarikan pergerakan untuk manusia
Faktor yang paling sering digunakan adalah luas lantai untuk kegiatan
industri, komersial, perkantoran, pertokoan, dan pelayanan yang lainnya.
Faktor lain yang dapat digunakan adalah lapangan kerja. Akhir-akhir ini
beberapa kajian mulai berusaha memasukkan ukuran aksesibilitas.
11
Tujuan akhir perencanaan tahapan bangkitan tarikan pergerakan adalah
menaksir setepat mungkin bangkitan dan tarikan pergerakan pada masa sekarang,
yang akan digunakan untuk meramalkan pergerakan pada masa mendatang.
Bangkitan dan tarikan perjalanan dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3
Sumber
: Bangkitan dan Tarikan Perjalanan
: Tamin, 2000
2.4 Sampel
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diteliti. Dalam penelitian ini sampel yang diambil yaitu sekolah yang
terletak pada Jalan Manekroo di Kota Meulaboh, yang berjumlah 3 (tiga) sekolah.
Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi adalah
sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik
populasi.
Dalam banyak buku yang mencantumkan rumus untuk menentukan
ukuran sampel yang dibuat Slovin, khususnya dalam buku-buku metode
penelitian. Rumus pembuatan sampel yaitu:
1N.d
Nn
2 ....................................................................................... (2.1)
Dimana:
n = Ukuran sampel
12
N = Ukuran populasi
d = Galat pendugaan
2.5 Analisis Statistik
Dari data yang diperoleh melalui kuesioner, model formulasi tarikan
kendaraan pengantar dan penjemput pelajar menggunakan formula regression
dengan menggunakan bantuan software SPSS 20. Adapun data yang digunakan
adalah variabel terikat Y (dependent) dan variabel bebas X (independent). Dari
masing-masing kelompok dilakukan analisis statistik dalam bentuk regresi
hubungan dan beberapa pengujian statistik dari masing-masing variabel terikat
(dependent) dengan beberapa variabel bebas (independent) yang telah ditentukan.
2.5.1 Analisis koefisien korelasi
Teori korelasi dilakukan untuk menentukan apakah variabel
mempunyai tingkat korelasi atau hubungan dengan variabel lainya dapat
digunakan. Apabila X dan Y adalah suatu variabel yang diamati, maka semua titik
dalam diagram pencar tampak berbentuk sebuah garis. Korelasi antara variabel
tersebut dapat dinyatakan dengan suatu koefisien korelasi (r). Dimana nilai (r)
antara (-1) sampai (+1). Tanda (+) untuk korelasi positif dan tanda (-) dipakai
untuk korelasi negatif. Besarnya koefisien korelasi (r) dapat dihitung dengan
rumus (Riduwan & Sunarto, 2007):
)3.2......(........................................
)()(
))((
2222 YYNXXN
XXYNr
Jika :
r 1 ada hubungan erat (+), grafik cenderung ke atas
r -1 ada hubungan erat (-), grafik cenderung ke bawah
r -1 tidak ada hubungan erat, grafik datanya menyebar
13
Tujuan dari analisis korelasi adalah untuk melihat hubungan bivariat
antara variabel independent dengan variabel dependent, koefisien korelasi untuk
setiap variabel berbeda-beda dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Interval Koefisien Kolerasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat Rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono, 2007
2.5.2 Regresi linier sederhana
Sarwono (2013) dalam bukunya menyatakan, regresi linier mempunyai
persamaan yang disebut sebagai persamaan regresi. Persamaan regresi
mengekspresikan hubungan linier antara variabel tergantung/variabel
kriteria/variabel terikat yang diberi simbol Y dengan salah satu atau lebih variabel
bebas/prediktor yang diberi simbol X jika hanya ada satu prediktor dan X1, X2
sampai dengan Xk, jika terdapat lebih dari satu prediktor.
Bentuk umum dari persamaan regresi linier sederhana untuk
menggambarkan tarikan pergerakan pada penelitian ini adalah:
Y = a + β1X1 ........................................................................................ (2.4)
Sedangkan umum dari persamaan regresi linier berganda untuk adalah:
Y = a+ β1X1 + β2X2 + …+ βkXk ........................................................ (2.5)
Dimana :
Y = variabel tidak bebas (dependent)
a = konstanta (intercept)
b1,b2,…,bn = koefisien variabel bebas (independent)
X1,X2,…,Xn = variabel bebas (independent)
14
2.5.3 Analisis koefisien determinasi (R2)
Menganalisis bentuk regresi yang dihasilkan baik atau tidak dapat
dinyatakan dengan koefisien determinan atau (coefisien of determinan) yang
dinyatakan dengan notasi R2. Menurut Riduwan & Sunarto (2007), koefisien
determinasi merupakan nilai persentase yang menyatakan seberapa besar
kontribusi suatu variabel mempengaruhi variansi (kenaikan atau penurunan)
variabel lainnya.
KD = r2 x 100% )6.2........(......................................................................
Dimana:
KD = Koefisien determinansi yang digunakan untuk mengatur besarnya
kontribusi variabel x terhadap variabel y
r = Koefisien korelasi
Analisis koefisien determinasi menjelaskan besarnya nilai pengaruh
variabel-variabel bebas (independent) terhadap variabel terikatnya (dependent).
Atau dapat pula dikatakan sebagai proporsi pengaruh seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikat.
2.5.4 Uji signifikasi korelasi (t)
Uji (t) dalam regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji
apakah parameter (koefisien regresi dan konstanta) yang diduga untuk
mengestimasi persamaan/model regresi linier berganda sudah merupakan
parameter yang tepat atau belum. Maksud tepat disini adalah parameter tersebut
mampu menjelaskan perilaku variabel bebas dalam mempengaruhi variabel
terikatnya. Uji t yang dimaksud adalah uji koefisien regresi. Formula untuk uji T
adalah (Riduwan & Sunarto, 2007):
t = 2r1
2nr )7.2....(................................................................................
15
Keterangan:
t = Uji signifikasi korelasi
r = Koefisien korelasi yang dihitung
n = Jumlah responden yang diuji coba
2.5.5 Uji kelayakan model (F)
Uji kelayakan model atau yang lebih populer disebut sebagai uji F (uji
simultan model) merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang
diestimasi layak atau tidak. Layak (andal) disini maksudnya adalah model yang
diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikat. Untuk menguji kelayakan koefisien regresi variabel X
terhadap variabel Y secara keseluruhan, digunakan uji-F dengan rumus (Riduwan
& Sunarto, 2007):
F = 2
2
R-1k
1knR )8.2.....(......................................................................
Keterangan:
F = Nilai F hitung R = Koefisien determinan
n = Jumlah data k = Jumlah variabel
2.6 Penelitian Terdahulu
Handri (2014), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pemodelan
Tarikan Pada Kawasan Pendidikan di Jalan Ir. H. Juanda Kota Samarinda” (Studi
Kasus SMAN 3, SMAN 5, SMPN 4, SMPN 5 Samarinda). Tujuan penelitian ini
untuk mendapatkan model tarikan perjalanan pada kawasan Jalan Ir. H. Juanda,
yang nantinya diharapkan dapat digunakan untuk memperkirakan banyaknya
tarikan yang menuju kawasan tersebut dimasa mendatang, sehingga dapat
digunakan untuk mengantisipasi permasalahan yang timbul akibat tarikan
perjalanan itu. Hasil dari analisis didapatkan model untuk perjalanan total dengan
bentuk pemodelan Y = 1,979 - 0,128X1 + 0,242X2 untuk tarikan perjalanan
16
dengan menggunakan sepeda dengan bentuk pemodelan Y = 1,5 + 1X1 - 0,5X2 +
3,477E-016X3. Untuk tarikan perjalanan dengan sepeda motor juga dapat
merepresentasikan realita yang ada dengan bentuk pemodelan Y = 1,927 -
0,167X1 - 0,081X2 + 0,350X3. Untuk tarikan perjalanan dengan mobil juga dapat
merepresentasikan realita yang ada dengan bentuk pemodelan Y = 2,463 -
1,573X1 + 0,709X2 + 0,727X3. Tarikan perjalanan dengan angkutan kota juga
dapat merepresentasikan realita yang ada dengan bentuk pemodelan Y = 2,655 -
0,129X1 - 0,91X2 + 0,254X3. Untuk tarikan perjalanan dengan pejalan kaki juga
dapat merepresentasikan realita yang ada dengan bentuk pemodelan Y = 1,799 +
1,102X1 + (-0,922)X2 + 0,414X3.
Rumanga (2014), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Model
Bangkitan Tarikan Kendaraan Pada Sekolah Swasta di Zona Pinggiran Kota di
Kota Makassar”. Maksud dari penelitian ini adalah mengadakan studi peninjauan
terhadap pengaruh kendaraan sekolah swasta di kecamatan pinggiran Kota
Makassar. Pengumpulan data untuk keperluan analisa diperoleh dengan cara
survei volume lalu lintas pada jam masuk dan jam pulang sekolah. Berdasarkan
karakteristik kegiatan sekolah swasta di Kota Makassar dimana aktivitas sekolah
dilaksanakan selama enam hari, dimulai pada hari senin sampai dengan sabtu.
Pengambilan data penelitian dilakukan secara survei dan wawancara. Dari hasil
analisis diperoleh bangkitan tarikan kendaraan sekolah swasta pada kecamatan
zona pinggiran kota di Kota Makassar (Y) dipengaruhi luas sekolah (X3), luas
kelas (X6), dan perbandingan jumlah guru dengan jumlah kelas (X13). Model
terbaik untuk meramalkan tarikan pergerakan moda pengantar siswa pada sekolah
Swasta di kota Makassar adalah Y = -71,7699 + (0,00063) X3 + (1,50945) X6 + (-
0,8167) X13 dengan nilai R2 (R Square) sebesar 0,978. Tarikan pergerakan moda
pengantar siswa pada sekolah Swasta di Kota Makassar (Y) dipengaruhi oleh luas
sekolah (X3), luas kelas (X6), dan perbandingan jumlah guru dengan jumlah kelas
(X13). Model terbaik untuk meramalkan bangkitan pergerakan moda penjemput
sekolah Swasta di kota Makassar Y= -25,993 + (0,00019) X3 + (0,76698) X6 + (-
1,4369) X13 dengan nilai R2 (R Square) sebesar 0,789.
17
Yuliani (2004), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Model
Tarikan Perjalanan Pada Kawasan Pendidikan di Cengklik Surakarta”. Tujuan
penelitian ini untuk mendapatkan model tarikan perjalanan pada kawasan
Cengklik Surakarta, yang nantinya diharapkan dapat digunakan untuk
memperkirakan banyaknya tarikan yang menuju kawasan tersebut di masa
mendatang, sehingga dapat digunakan untuk mengantisipasi permasalahan yang
timbul akibat tarikan perjalanan itu. Hasil dari analisis model menunjukkan bahwa
model tarikan perjalanan yang paling dapat merepresentasikan realita yang ada
adalah bentuk model untuk perjalanan total dengan bentuk pemodelan Y = 3,926
+ 0,971X1 + 2,678E-3X4 yang mempunyai nilai R2 sebesar 0,996. Hal ini berarti
bahwa 99,6% jumlah tarikan perjalanan total dapat dijelaskan oleh variabel X1 =
jumlah siswa dan X4 = luas bangunan, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-
variabel yang lain, bentuk model untuk tarikan perjalanan dengan menggunakan
sepeda motor dengan bentuk pemodelan Y = -4,594 + 0,347X1 + 3,756-3X3 +
0,273X5 – 0,921X8 yang mempunyai nilai R2 sebesar 0,995. Hal ini berarti bahwa
99,5% jumlah tarikan perjalanan dengan sepeda motor dapat dijelaskan oleh
variabel X1 = jumlah penghuni, X3 = luas bangunan, X5 = jumlah pemilik sepeda
motor, dan X8 = jumlah responden yang memilih alasan biaya lebih murah dalam
alasan pemilihan moda, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel yang
lain.
Selain bentuk model di atas bentuk model untuk tarikan perjalanan
dengan bus juga dapat merepresentasikan realita yang ada dengan bentuk
pemodelan Y = 7,351 – 1,23E-3X2 – 0,726X4 – 1,770X6 yang mempunyai nilai R2
sebesar 0,978. hal ini berarti bahwa 97,8% jumlah tarikan perjalanan dengan bus
dapat dijelaskan oleh variabel X3 = luas lahan, X4 = jumlah pemilik sepeda, X6 =
jumlah pemilik mobil, jumlah responden tidak punya kendaraan, sedangkan
sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain.Adapun perbandingan
beberapa jenis penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dapat diihat pada Tabel
2. 2.
18
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
NO Peneliti Judul Metode Alat
Bantu Hasil
1 Handri/ 2014
Analisis Pemodelan Tarikan Pada Kawasan Pendidikan di Jalan Ir. H. Juanda Kota Samarinda (Studi Kasus SMAN 3 , SMAN 5 , SMPN 4, SMPN 5
Samarinda)
Analisis Regresi Linier Berganda, Uji R2, Uji t, Uji F, Uji Kolinieritas
SPSS Versi 20
Berupa beberapa model tarikan, yaitu perjalanan total, sepeda motor, mobil, angkutan kota,
dan pejalan kaki
2 Rumanga/2014
Analisis Model Bangkitan Tarikan Kendaraan Pada Sekolah Swasta di Zona Pinggiran Kota di Kota Makassar
Analisis Regresi Linier Berganda, Uji Korelasi, Uji R2, Uji Asumsi (Multikorelasitas dan Normalitas)
SPSS Versi 16.0
Berupa model tarikan moda pengantar dan moda penjemput
3 Yuliani/ 2004
Analisis Model Bangkitan Tarikan Kendaraan Pada Sekolah Swasta di Zona Pinggiran Kota di Kota Makassar
Analisis Regresi Linier Berganda, Uji Koefisien Korelasi, Uji R2, Uji t, Uji F, Uji Kolinieritas
SPSS Versi 10
Berupa beberapa model tarikan, yaitu sepeda, sepeda motor, mobil, bus, dan pejalan kaki
4 Penelitian ini/2016
Analisis Model Tarikan Kendaraan Pada Sekolah di Kota Meulaboh (Kawasan Sekolah di Jalan Manekroo)
Analisis Regresi Linier Sederhana, Koefisien Korelasi, Analisis Koefisien
Determinan (R2), Uji t, Uji F
SPSS Versi 20
Berupa model tarikan moda pengantar dan moda penjemput
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang digunakan adalah observasi/survei ataupun
wawancara langsung yang Penulis lakukan di lokasi penelitian, mengambil data-
data yang diperlukan, melakukan studi kepustakaan dan pengolahan data,
menganalisis data yang diperoleh. Untuk lebih jelasnya, bagan alir penelitian ini
dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A. 3. 1 Halaman 42.
3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Survei
Perlunya menghindari penelitian yang terlalu luas agar dapat
memberikan arah yang lebih baik maka diperlukan pembatasan-pembatasan.
Adapun lokasi yang menjadi wilayah tinjauan dalam penelitian ini adalah
kawasan sekolah, di antaranya adalah SDN 14, SDN 25, dan MTsN Model
Meulaboh-1 yang terletak di Kota Meulaboh, tepatnya yang berada di Jalan
Manekroo, Kecamatan Ujong Baroh, Kabupaten Aceh Barat. Pengambilan data
dilakukan selama 3 (tiga) hari dalam 1 (satu) minggu untuk mewakili kegiatan
populasi yang berada di sekolah selama 1 (satu) semester. Berdasarkan
karakteristik kegiatan sekolah yang ada di Kota Meulaboh dimana aktivitas
sekolah dilaksanakan selama 6 (enam) hari, dimulai pada hari senin sampai
dengan pada hari sabtu.
3.2 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data penelitian dilakukan secara survei dan wawancara,
data tersebut dapat dibedakan menjadi 2 (dua) berdasarkan sumber data, yaitu
sebagai berikut.
20
a. Data Primer
Pengambilan data melalui survei volume lalu lintas di tiap sekolah yang
ditinjau. Survei volume lalu lintas dilakukan selama 3 (tiga) hari dengan
menghitung jumlah kendaraan pengantar dan penjemput siswa pada jam
masuk dan jam pulang.
b. Data sekunder
Data Sekunder merupakan data yang dihasilkan dari survei pendahuluan, data
didapatkan dari pihak tata usaha tiap sekolah yang ditinjau. Data sekunder ini
berupa jumlah siswa dan guru di setiap sekolah yang ditinjau, luas kelas,
jumlah kelas tiap sekolah serta tata guna lahan wilayah studi.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang berpengaruh dalam perancangan model
pergerakan ke sekolah adalah sebagai berikut:
1. Jumlah lalu lintas (Y) yang merupakan variabel terikat (dependent), yaitu
merupakan akumulasi kendaraan pengantar dan penjemput siswa di setiap
sekolah yang ditinjau;
2. Jumlah siswa (X1) yang merupakan variabel bebas (independent), yaitu
jumlah seluruh siswa pada setiap sekolah yang ditinjau;
3. Jumlah guru (X2) yang merupakan variabel bebas (independent), yaitu, yaitu
jumlah guru beserta staf pada setiap sekolah yang ditinjau;
4. Luas sekolah (X3) yang merupakan variabel bebas (independent), yaitu luas
tanah sekolah secara keseluruhan untuk setiap sekolah yang ditinjau;
5. Jumlah kelas (X4) yang merupakan variabel bebas (independent), yaitu
banyak kelas yang terdapat pada masing-masing sekolah;
6. Kapasitas kelas (X5) yang merupakan variabel bebas (independent), yaitu
jumlah siswa yang dapat ditampung dalam satu kelas di setiap sekolah;
7. Luas kelas (X6) yang merupakan variabel bebas (independent), yaitu luas
rata-rata dari kelas pada masing-masing sekolah yang ditinjau.
21
3.4 Tabulasi Data
Dari data primer dan data sekunder yang diperoleh, data tersebut
kemudian dapat ditabulasikan sebagai berikut:
a. Variabel terikat yaitu moda tarikan (Y) merupakan jumlah moda pengantar
dan jumlah moda penjemput.
b. Variabel bebas terdiri atas jumlah siswa (X1), jumlah guru (X2), luas sekolah
(X3), jumlah kelas (X4), kapasitas kelas (X5), dan luas kelas (X6).
Tabel 3.1 Variabel Model Tarikan Pergerakan
Simbol Variabel Variabel Tarikan Moda Transportasi
Y Jumlah moda tarikan (smp/jam)
X1 Jumlah siswa (orang)
X2 Jumlah guru (orang)
X3 Luas sekolah (m2)
X4 Jumlah kelas (kelas)
X5 Kapasitas kelas (orang/kelas)
X6 Luas kelas (m2)
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam studi ini adalah cara
analisis statistik regresi linier berganda dengan menggunakan alat bantu SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 20. Dalam menganalisis data,
beberapa tahapan uji statistik harus dilakukan agar model tarikan pergerakan
kendaraan pengantar dan pejemput yang dihasilkan dapat sesuai dengan
sebagaimana mestinya. Adapun tahapan tahapan dalam menganalis data adalah
sebagai berikut:
22
1. Menghitung data primer
Menghitung volume lalu lintas kendaraan yang merupakan variabel terikat
(dependent), yaitu moda pengantar dan penjemput siswa yang dilakukan pada
masing-masing sekolah yang ditinjau.
2. Mengitung data sekunder
Merekap semua data sekolah yang merupakan variabel bebas (independent),
seperti jumlah siswa, guru, luas sekolah, jumlah kelas, kapasitas kelas, luas
kelas untuk setiap sekolah yang ditinjau.
3. Melakukan analisis statistik
Analisis statistik pada penelitian ini dihitung menggunakan alat bantu SPPS,
namun jika dihitung secara manual maka dapat digunakan beberapa rumus
yang telah diuraikan ada Bab II, adapun urutan perhitungannya yaitu sebagai
berikut:
a. Analisis koefisien korelasi menggunakan rumus persamaan 2.3;
b. Analisis regresi linier berganda menggunakan rumus persamaan 2.4;
c. Analisis koefisien determinasi (R2) menggunakan rumus persamaan 2.6;
d. Uji signifikasi korelasi (t) menggunakan rumus pada persamaan 2.7;
e. Uji kelayakan model (F) menggunakan rumus pada persamaan 28.
4. Menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tarikan kendaraan
pada sekolah dan menentukan model tarikannya berdasarkan hasil dari
pengujian statistik yang telah dilakukan.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan tentang hasil dan pembahasan dari studi
mengenai analisis model tarikan kendaraaan pada sekolah. Perhitungan yang
dilakukan pada penelitian ini berdasarkan pada beberapa literatur, dengan cara
pengolahan data yang meliputi data-data yang diberikan oleh sekolah, survei dan
keseluruhan perhitungan Penulis sesuai dengan permasalahan dan tujuan
penelitian, tinjuan kepustakaan serta metode yang digunakan yang telah dijelaskan
pada bab-bab sebelumnya.
4.1 Hasil
Berdasarkan data survei yang telah dilakukan selama 3 (tiga) hari di
kawasan sekolah tepatnya di Jalan Manekroo Kota Meulaboh Kabupaten Aceh
Barat, dengan jumlah yang ditinjau yaitu sebanyak 3 sampel, dengan menghitung
volume lalu lintas (pengantar dan penjemput siswa) pada jam masuk dan pulang
sekolah.
4.1.1 Variabel terikat Y (dependent)
Adapun volume lalu lintas kendaraan pada masing-masing sekolah
tersebut dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Jumlah Volume Lalu Lintas (1/2)
NAMA SEKOLAH
Senin (25/07/2016)
JUMLAH KENDARAAN
PENGANTAR (Y)
(SMP/JAM)
PENJEMPUT (Y)
(SMP/JAM)
MTsN MODEL 325 289 614
SD NEGERI 14 267 257 524
SD NEGERI 25 127 119 245
JUMLAH 719 665 1384
24
Tabel 4.1 Rekapitulasi Jumlah Volume Lalu Lintas (2/2)
NAMA SEKOLAH
Rabu (27/07/2016)
JUMLAH KENDARAAN
PENGANTAR (Y)
(SMP/JAM)
PENJEMPUT (Y)
(SMP/JAM)
MTsN MODEL 325 280 605
SD NEGERI 14 264 249 513
SD NEGERI 25 119 116 235
JUMLAH 708 645 1353
NAMA SEKOLAH
Jumat (29/07/2016)
JUMLAH KENDARAAN
PENGANTAR (Y)
(SMP/JAM)
PENJEMPUT (Y)
(SMP/JAM)
MTsN MODEL 319 273 592
SD NEGERI 14 263 252 514
SD NEGERI 25 124 120 244
JUMLAH 706 644 1349
Berdasarkan hasil survei menunjukkan tarikan moda pengantar dan
penjemput terbesar masing-masing adalah 325 smp dan 289 smp pada sekolah
MTsN Model sedangkan yang terkecil yaitu 119 smp dan 116 smp pada sekolah
SD Negeri 25. Maka dapat diketahui, jumlah volume lalu lintas terbesar yaitu
pada sekolah MTsN Model sebanyak 614 smp, dan yang terkecil yaitu pada
sekolah SD Negeri 25 sebanyak 235 smp. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran B Tabel B.4.1 halaman 68.
Volume lalu lintas puncak yaitu pada hari senin sesuai dengan tabel di
atas dapat digambarkan dalam gafik pada gambar 4.1.
25
Gambar 4.1 : Garfik Volume Lalu Lintas Puncak (Hari Senin)
Berdasarkan tabel dan gambar di atas, maka dapat diketahui volume
lalu lintas terbesar pada kawasan sekolah di Jalan Manekroo yaitu ada pada hari
Senin. Maka data volume maksimum yang selanjutnya akan diolah ke dalam
bentuk persamaan.
4.1.2 Variabel bebas X (independent)
Data karakteristik sekolah yang terletak di Jalan Manekroo di Kota
Meulaboh yang diperoleh dengan cara wawancara ataupun survei langsung dari
masing-masing pihak sekolah. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui
populasi pelajar terbanyak terdapat pada sekolah MTsN Model yaitu sebanyak
645 pelajar. Sedangkan populasi pelajar terkecil adalah pada sekolah SD Negeri
25 yaitu sebanyak 243 pelajar. Data karakteristik sekolah tersebut akan diolah
sebagai variabel bebas seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Variabel Bebas
Nama Sekolah X1 X2 X3 X4 X5 X6
MTsN Model 645 43 3758 18 34 63
SD Negeri 14 513 27 1000 12 35 49
SD Negeri 25 243 15 500 6 30 49
26
4.2 Pengujian statistik
Dari data survei ataupun wawanara yang telah dilakukan, model
formulasi tarikan menggunakan formula regression dengan menggunakan
bantuan software SPSS 20. Adapun data yang digunakan adalah variabel terikat Y
(dependent) dan variabel bebas X (independent). Dari masing-masing kelompok
dilakukan analisis statistik sederhana dalam bentuk regresi hubungan dari masing-
masing variabel terikat (dependent) yaitu perjalanan dengan variabel bebas
(independent) yang meliputi jumlah siswa, jumlah guru, luas sekolah, jumlah
kelas, kapasitas kelas, dan luas kelas.
4.1.1 Analisis koefisien korelasi
Koefisien korelasi pada analisis statistik variabel penelitian ini, variabel
terikatnya (dependent) adalah volum lalu lintas/jumlah moda tarikan, sedangkan
jumlah siswa, jumlah guru, luas sekolah, jumlah kelas, kapasitas kelas dan luas
kelas merupakan variabel bebas (independent). Koefisien korelasi variabel X dan
Y menunjukkan interpretasi yang kuat/signifikan apabila lebih besar dari 0,995
(nilai r product moment untuk sampel 3 dan derajat kesalahan (alpha) yang
ditentukan 10%), dapat dilihat pada Lampiran B Tabel B.4.2 halaman 60.
1. Variabel jumlah siswa (X1)
Hasil perhitungan korelasi antara variabel dependent yaitu jumlah
siswa (X1) dengan variabel independent yaitu tarikan dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Koefisien Kolerasi (X1) Menggunakan Software SPSS
Tarikan Jumlah Siswa
Pearson Correlation
Tarikan 1.000 .996
Jumlah Siswa .996 1.000
Sig. (1-tailed) Tarikan
.027
Jumlah Siswa .027
N Tarikan 3 3
Jumlah Siswa 3 3
27
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan koefisien korelasi pada
kolom Pearson Correlation yang merupakan besarnya nilai persentase hubungan
antara variabel Y dengan variabel X. Jumlah siswa (X1) mempunyai hubungan
yang sangat kuat dengan jumlah tarikan/volume lalu lintas (Y) dengan nilai
koefisien sebesar 0,996 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat
dengan hubungan sangat kuat sebesar 99,6%. Koefisien korelasi 0,996 lebih besar
dari 0,995 menunjukkan hubungan positif yang signifikan.
2. Variabel jumlah guru (X2)
Hasil perhitungan korelasi antara variabel dependent yaitu jumlah guru
(X2) dengan variabel independent yaitu tarikan dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Koefisien Kolerasi (X2) Menggunakan Software SPSS
Tarikan Jumlah Guru
Pearson Correlation
Tarikan 1.000 .935
Jumlah Guru .935 1.000
Sig. (1-tailed)
Tarikan
.116
Jumlah Guru .116
N
Tarikan 3 3
Jumlah Guru 3 3
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan koefisien korelasi pada
kolom Pearson Correlation yang merupakan besarnya nilai persentase hubungan
antara variabel Y dengan variabel X. Jumlah guru (X2) mempunyai hubungan
yang sangat kuat dengan jumlah tarikan/volume lalu lintas (Y) dengan nilai
koefisien sebesar 0,935 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat
dengan hubungan sangat kuat sebesar 93,5%. Koefisien korelasi 0,935 lebih kecil
dari 0,995 menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
3. Variabel luas sekolah (X3)
Hasil perhitungan korelasi antara variabel dependent yaitu luas sekolah
(X3) dengan variabel independent yaitu tarikan dapat dilihat pada tabel 4.5.
28
Tabel 4.5 Koefisien Kolerasi (X3) Menggunakan Software SPSS
Tarikan Luas Sekolah
Pearson Correlation
Tarikan 1.000 .789
Luas Sekolah .789 1.000
Sig. (1-tailed)
Tarikan
.211
Luas Sekolah .211
N
Tarikan 3 3
Luas Sekolah 3 3
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan koefisien korelasi pada
kolom Pearson Correlation yang merupakan besarnya nilai persentase hubungan
antara variabel Y dengan variabel X. Luas sekolah (X3) mempunyai hubungan
yang kuat dengan jumlah tarikan/volume lalu lintas (Y) dengan nilai koefisien
sebesar 0,789 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat dengan
hubungan sangat kuat sebesar 78,9%. Koefisien korelasi 0,789 lebih kecil dari
0,995 menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
4. Variabel jumlah kelas (X4)
Hasil perhitungan korelasi antara variabel dependent yaitu jumlah kelas
(X4) dengan variabel independent yaitu tarikan dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Koefisien Kolerasi (X4) Menggunakan Software SPSS
Tarikan Jumlah Kelas
Pearson Correlation
Tarikan 1.000 .961
Jumlah Kelas .961 1.000
Sig. (1-tailed)
Tarikan
.089
Jumlah Kelas .089
N
Tarikan 3 3
Jumlah Kelas 3 3
29
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan koefisien korelasi pada
kolom Pearson Correlation yang merupakan besarnya nilai persentase hubungan
antara variabel Y dengan variabel X. Jumlah kelas (X4) mempunyai hubungan
yang sangat kuat dengan jumlah tarikan/volume lalu lintas (Y) dengan nilai
koefisien sebesar 0,961 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat
dengan hubungan sangat kuat sebesar 96,1%. Koefisien korelasi 0,961 lebih kecil
dari 0,995 menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
5. Variabel kapasitas kelas (X5)
Hasil perhitungan korelasi antara variabel dependent yaitu kapasitas
kelas (X5) dengan variabel independent yaitu tarikan dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Koefisien Kolerasi (X5) Menggunakan Software SPSS
Tarikan Kapasitas Kelas
Pearson Correlation
Tarikan 1.000 .908
Kapasitas Kelas .908 1.000
Sig. (1-tailed)
Tarikan
.138
Kapasitas Kelas .138
N
Tarikan 3 3
Kapasitas Kelas 3 3
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan koefisien korelasi pada
kolom Pearson Correlation yang merupakan besarnya nilai persentase hubungan
antara variabel Y dengan variabel X. Kapasitas kelas (X5) mempunyai hubungan
yang sangat kuat dengan jumlah tarikan/volume lalu lintas (Y) dengan nilai
koefisien sebesar 0,908 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat
dengan hubungan sangat kuat sebesar 90,8%. Koefisien korelasi 0,908 lebih kecil
dari 0,995 menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
6. Variabel luas kelas (X6)
Hasil perhitungan korelasi antara variabel dependent yaitu luas kelas
(X6) dengan variabel independent yaitu tarikan dapat dilihat pada tabel 4.8.
30
Tabel 4.8 Koefisien Kolerasi (X6) Menggunakan Software SPSS
Tarikan Luas Kelas
Pearson Correlation
Tarikan 1.000 .919
Luas Kelas .919 1.000
Sig. (1-tailed)
Tarikan
.129
Luas Kelas .129
N
Tarikan 3 3
Luas Kelas 3 3
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan koefisien korelasi pada
kolom Pearson Correlation yang merupakan besarnya nilai persentase hubungan
antara variabel Y dengan variabel X. Luas kelas (X5) mempunyai hubungan yang
sangat kuat dengan jumlah tarikan/volume lalu lintas (Y) dengan nilai koefisien
sebesar 0,919 atau variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat dengan
hubungan sangat kuat sebesar 91,9%. Koefisien korelasi 0,919 lebih kecil dari
0,995 menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. Koefisien korelasi variabel
X dan Y menunjukkan interpretasi yang kuat/signifikan apabila lebih besar dari
0,995 (nilai r product moment untuk sampel 3 dan derajat kesalahan (alpha) yang
ditentukan 10%). Adapun rekapitulasi hasil dari tingkat korelasi/hubungan antara
variabel independent (X) dengan variabel dependent (Y) yang diperoleh
dirangkum dalam tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Rekapitulasi Tingkat Hubungan Y dengan Xn
Y dengan Xn Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
Y dengan X1 0,996 > 0,995 Signifikan
Y dengan X2 0,935 < 0,995 Tidak Signifikan
Y dengan X3 0,789 < 0,995 Tidak Signifikan
Y dengan X4 0,961 < 0,995 Tidak Signifikan
Y dengan X5 0,908 < 0,995 Tidak Signifikan
Y dengan X6 0,919 < 0,995 Tidak Signifikan
31
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi terbesar
yaitu 0,996 atau 99,6% yaitu antara variabel Y dengan X1 dengan tigkat
hubungan signifikan. Sedangkan korelasi terkecil yaitu 0,789 atau 78,9% yaitu
antara variabel Y dengan X3 dengan tigkat hubungan tidak signifikan.
4.1.2 Regresi linier sederhana
Analisis regresi linier sederhana ini digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya hubungan dari variabel independent terhadap variabel dependent.
Dalam hal analisis tarikan kendaraan pada sekolah, analisis regresi linier
dilakukan terhadap nilai variabel. Model regresi linier sederhana ini dibuat untuk
semua variabel bebas.
1. Variabel jumlah siswa (X1)
Berikut ini tabel 4. 10 merupakan hasil dari uji regresi linier sederhana
dengan menggunakan software SPSS 20 untuk variabel X1.
Tabel 4.10 Regresi Linier Sederhana (X1) Menggunakan Software SPSS
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 38.575 38.676
.997 .501
Jumlah Siswa .911 .078 .996 11.684 .054
Berdasarkan tabel di atas dapat disusun suatu model persamaan regresi
linier sederhana, adapun persamaannya dapat dilihat di bawah ini:
Y = 38,575 + 0,911 X1
Dimana:
Y = Volume lalu lintas/jumlah tarikan
X1 = Jumlah siswa
2. Variabel jumlah guru (X2)
Berikut ini tabel 4. 11 merupakan hasil dari uji regresi linier sederhana
dengan menggunakan software SPSS 20 untuk variabel X2.
32
Tabel 4.11 Regresi Linier Sederhana (X2) Menggunakan Software SPSS
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 110.791 144.879
.765 .584
Jumlah Guru 12.466 4.740 .935 2.630 .231
Berdasarkan tabel di atas dapat disusun suatu model persamaan regresi
linier sederhana, adapun persamaannya dapat dilihat di bawah ini:
Y = 110,791 + 12.466 X2
Dimana:
Y = Volume lalu lintas/jumlah tarikan
X2 = Jumlah guru
3. Variabel luas sekolah (X3)
Berikut ini tabel 4. 11 merupakan hasil dari uji regresi linier sederhana
dengan menggunakan software SPSS 20 untuk variabel X3.
Tabel 4.12 Regresi Linier Sederhana (X3) Menggunakan Software SPSS
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 316.347 148.514
2.130 .279
Luas Sekolah .084 .066 .789 1.284 .421
Berdasarkan tabel di atas dapat disusun suatu model persamaan regresi
linier sederhana, adapun persamaannya dapat dilihat di bawah ini:
Y = 316,347 + 0,084 X3
Dimana:
Y = Volume lalu lintas/jumlah tarikan
X3 = Luas sekolah
33
4. Variabel jumlah kelas (X4)
Berikut ini tabel 4. 12 merupakan hasil dari uji regresi linier sederhana
dengan menggunakan software SPSS 20 untuk variabel X4.
Tabel 4.13 Regresi Linier Sederhana (X4) Menggunakan Software SPSS
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 104.000 112.250
.927 .524
Jumlah Kelas 30.000 8.660 .961 3.464 .179
Berdasarkan tabel di atas dapat disusun suatu model persamaan regresi
linier sederhana, adapun persamaannya dapat dilihat di bawah ini.
Y = 104 + 30 X4
Dimana:
Y = Volume lalu lintas/jumlah tarikan
X4 = Jumlah kelas
5. Variabel kapasitas kelas (X5)
Berikut ini tabel 4. 13 merupakan hasil dari uji regresi linier sederhana
dengan menggunakan software SPSS 20 untuk variabel X5.
Tabel 4.14 Regresi Linier Sederhana (X5) Menggunakan Software SPSS
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -1657.429 981.943
-1.688 .340
Kapasitas Kelas
64.286 29.692 .908 2.165 .275
Berdasarkan tabel di atas dapat disusun suatu model persamaan regresi
linier sederhana, adapun persamaannya dapat dilihat di bawah ini:
Y = -1657,429 + 64,286 X5
34
Dimana:
Y = Volume lalu lintas/jumlah tarikan
X5 = Kapasitas kelas
6. Variabel luas kelas (X6)
Berikut ini tabel 4. 14 merupakan hasil dari uji regresi linier sederhana
dengan menggunakan software SPSS 20 untuk variabel X6.
Tabel 4.15 Regresi Linier Sederhana (X6) Menggunakan Software SPSS
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -288.457 328.966
-.877 .542
Luas Kelas 14.851 6.382 .919 2.327 .258
Berdasarkan tabel di atas dapat disusun suatu model persamaan regresi
linier sederhana, adapun persamaannya dapat dilihat di bawah ini:
Y = -288,457 + 14,851 X6
Dimana:
Y = Volume lalu lintas/jumlah tarikan
X6 = Jumlah kelas
4.2.3 Analisis koefisien determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi menjelaskan besarnya nilai pengaruh
variabel-variabel bebas (independent) terhadap variabel terikatnya (dependent).
Atau dapat pula dikatakan sebagai proporsi pengaruh seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh nilai R
Square. Hasil perhitungan dari koefisien determinasi menggunakan software
SPSS untuk setiap variabel dijelaskan berikut ini.
35
1. Variabel jumlah siswa (X1)
Berikut ini tabel 4.15 merupakan hasil dari analisis koefisien
determinasi (R2) dengan menggunakan software SPSS 20 untuk variabel X1.
Tabel 4.16 Koefisien Determinasi (R2) (X1) Menggunakan Software SPSS
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,996a .993 .985 22.59305 .993 136.527 1 1 .054
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa output SPSS memiliki
nilai Adjusted R Square sebesar 0,985. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi
pengaruh variabel bebas (independent) yaitu jumlah siswa terhadap variabel
terikat (dependent) tarikan sebesar 99,3%. Sedangkan sisanya 1,5% (100% -
98,5%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model regresi
linier sederhana pada penelitian ini.
2. Variabel jumlah guru (X2)
Berikut ini tabel 4.16 merupakan hasil dari analisis koefisien
determinasi (R2) dengan menggunakan software SPSS 20 untuk variabel X2.
Tabel 4.17 Koefisien Determinasi (R2) (X2) Menggunakan Software SPSS
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,935a .874 .747 94.16059 .874 6.918 1 1 .231
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa output SPSS memiliki
nilai Adjusted R Square sebesar 0, 747. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi
pengaruh variabel bebas (independent) yaitu jumlah guru terhadap variabel terikat
36
(dependent) tarikan sebesar 74,4%. Sedangkan sisanya 25,6% (100% - 74,4%)
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model regresi linier
sederhana pada penelitian ini.
3. Variabel luas sekolas (X3)
Berikut ini tabel 4.17 merupakan hasil dari analisis koefisien
determinasi (R2) dengan menggunakan software SPSS 20 untuk variabel X3.
Tabel 4.18 Koefisien Determinasi (R2) (X3) Menggunakan Software SPSS
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,789a .622 .245 162.79473 .622 1.649 1 1 .421
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa output SPSS memiliki
nilai Adjusted R Square sebesar 0,245. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi
pengaruh variabel bebas (independent) yaitu luas sekolah terhadap variabel terikat
(dependent) tarikan sebesar 24,5%. Sedangkan sisanya 75,5% (100% - 62,2%)
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model regresi linier
sederhana pada penelitian ini.
4. Variabel jumlah kelas (X4)
Berikut ini tabel 4.18 merupakan hasil dari analisis koefisien
determinasi (R2) dengan menggunakan software SPSS 20 untuk variabel X4.
Tabel 4.19 Koefisien Determinasi (R2) (X4) Menggunakan Software SPSS
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,961a .923 .846 73.48469 .923 12.000 1 1 .179
37
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa output SPSS memiliki
nilai Adjusted R Square sebesar 0,846. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi
pengaruh variabel bebas (independent) yaitu jumlah kelas terhadap variabel terikat
(dependent) tarikan sebesar 84,6%. Sedangkan sisanya 15,4% (100% - 84,6%)
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model regresi linier
sederhana pada penelitian ini.
5. Variabel kapasitas kelas (X5)
Berikut ini tabel 4.19 merupakan hasil dari analisis koefisien
determinasi (R2) dengan menggunakan software SPSS 20 untuk variabel X5.
Tabel 4.20 Koefisien Determinasi (R2) (X5) Menggunakan Software SPSS
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,908a .824 .648 111.09841 .824 4.688 1 1 .275
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa output SPSS memiliki
nilai Adjusted R Square sebesar 0,648. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi
pengaruh variabel bebas (independent) yaitu kapasitas kelas terhadap variabel
terikat (dependent) tarikan sebesar 64,8%. Sedangkan sisanya 35,2% (100% -
64,8%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model regresi
linier sederhana pada penelitian ini.
6. Variabel luas kelas (X6)
Berikut ini tabel 4.20 merupakan hasil dari analisis koefisien
determinasi (R2) dengan menggunakan software SPSS 20 untuk variabel X6.
38
Tabel 4.21 Koefisien Determinasi (R2) (X6) Menggunakan Software SPSS
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,919a .844 .688 104.61379 .844 5.414 1 1 .258
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa output SPSS memiliki
nilai Adjusted R Square sebesar 0,688. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi
pengaruh variabel bebas (independent) yaitu luas kelas terhadap variabel terikat
(dependent) tarikan sebesar 68,8%. Sedangkan sisanya 31,2% (100% - 68,8%)
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model regresi linier
sederhana pada penelitian ini.
4.2.4 Uji signifikasi korelasi (t)
Derajat signifikan tingkat kesalahan α (= alpha) yang digunakan adalah
0,1 (10%). Untuk nilai sampel 3 dengan derajat signifikan 0,1 (10%) maka
didapat ttabel 1.637, yang dapat dilihat pada Lampiran B Tabel B. 4.3 halaman 70.
1. Variabel jumlah siswa (X1)
Hasil perhitungan dari uji t menggunakan software SPSS dapat dilihat
pada tabel 4.22 untuk variabel jumlah siswa (X1).
Tabel 4.22 Uji Signifikasi Korelasi (t) (X1) Menggunakan Software SPSS
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 38.575 38.676
.997 .501
Jumlah Siswa .911 .078 .996 11.684 .054
39
Nilai thitung variabel jumlah siswa pada kolom t didapat sebesar 11,684
sehingga lebih besar dari nilai ttabel yaitu 1,673. Sedangkan probabilitasnya pada
kolom Sighitung didapat sebesar 0,054 lebih kecil dari derajat signifikan 0,1, maka
variabel bebas jumlah siswa (X1) berpengaruh secara parsial dan signifikan pada
(α = 10%) terhadap variabel terikat tarikan (Y).
2. Variabel jumlah guru (X2)
Hasil perhitungan dari uji t menggunakan software SPSS dapat dilihat
pada tabel 4.23 untuk variabel jumlah guru (X2).
Tabel 4.23 Uji Signifikasi Korelasi (t) (X2) Menggunakan Software SPSS
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 110.791 144.879
.765 .584
Jumlah Guru 12.466 4.740 .935 2.630 .231
Nilai thitung variabel jumlah guru pada kolom t didapat sebesar 2,630
sehingga lebih besar dari nilai ttabel yaitu 1,673. Sedangkan probabilitasnya pada
kolom Sighitung didapat sebesar 0,231 lebih besar dari derajat signifikan 0,1, maka
variabel bebas jumlah guru (X2) berpengaruh secara parsial dan tetapi tidak
signifikan pada (α = 10%) terhadap variabel terikat tarikan (Y).
3. Variabel luas sekolah (X3)
Hasil perhitungan dari uji t menggunakan software SPSS dapat dilihat
pada tabel 4.24 untuk variabel luas sekolah (X3).
Tabel 4.24 Uji Signifikasi Korelasi (t) (X3) Menggunakan Software SPSS
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 316.347 148.514
2.130 .279
Luas Sekolah .084 .066 .789 1.284 .421
40
Nilai thitung variabel luas sekolah pada kolom t didapat sebesar 1,284
sehingga lebih kecil dari nilai ttabel yaitu 1,673. Sedangkan probabilitasnya pada
kolom Sighitung didapat sebesar 0,421 lebih besar dari derajat signifikan 0,1, maka
variabel bebas luas sekolah (X3) tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan
pada (α = 10%) terhadap variabel terikat tarikan (Y).
4. Variabel jumlah kelas (X4)
Hasil perhitungan dari uji t menggunakan software SPSS dapat dilihat
pada tabel 4.25 untuk variabel jumlah kelas (X4).
Tabel 4.25 Uji Signifikasi Korelasi (t) (X4) Menggunakan Software SPSS
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 104.000 112.250
.927 .524
Jumlah Kelas 30.000 8.660 .961 3.464 .179
Nilai thitung variabel jumlah kelas pada kolom t didapat sebesar 3,464
sehingga lebih besar dari nilai ttabel yaitu 1,673. Sedangkan probabilitasnya pada
kolom Sighitung didapat sebesar 0,179 lebih besar dari derajat signifikan 0,1, maka
variabel bebas jumlah kelas (X4) berpengaruh secara parsial dan tetapi tidak
signifikan pada (α = 10%) terhadap variabel terikat tarikan (Y).
5. Variabel kapasitas kelas (X5)
Hasil perhitungan dari uji t menggunakan software SPSS dapat dilihat
pada tabel 4.26 untuk variabel kapasitas kelas (X5).
Tabel 4.26 Uji Signifikasi Korelasi (t) (X5) Menggunakan Software SPSS
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -1657.429 981.943
-1.688 .340
Kapasitas Kelas
64.286 29.692 .908 2.165 .275
41
Nilai thitung variabel kapasitas kelas pada kolom t didapat sebesar 2,165
sehingga lebih besar dari nilai ttabel yaitu 1,673. Sedangkan probabilitasnya pada
kolom Sighitung didapat sebesar 0,275 lebih besar dari derajat signifikan 0,1, maka
variabel bebas kapasitas kelas (X5) berpengaruh secara parsial dan tetapi tidak
signifikan pada (α = 10%) terhadap variabel terikat tarikan (Y).
6. Variabel luas kelas (X6)
Hasil perhitungan dari uji t menggunakan software SPSS dapat dilihat
pada tabel 4.27 untuk variabel luas kelas (X6).
Tabel 4.27 Uji Signifikasi Korelasi (t) (X6) Menggunakan Software SPSS
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -288.457 328.966
-.877 .542
Luas Kelas 14.851 6.382 .919 2.327 .258
Nilai thitung variabel luas kelas pada kolom t didapat sebesar 2,237
sehingga lebih besar dari nilai ttabel yaitu 1,673. Sedangkan probabilitasnya pada
kolom Sighitung didapat sebesar 0,258 lebih besar dari derajat signifikan 0,1, maka
variabel bebas luas kelas (X6) berpengaruh secara parsial dan tetapi tidak
signifikan pada (α = 10%) terhadap variabel terikat tarikan (Y).
4.2.5 Uji kelayakan model (F)
Nama uji ini disebut sebagai uji F, karena mengikuti mengikuti
distribusi F yang kriteria pengujiannya seperti one way anova. Pengunaan
software SPSS memudahkan penarikan kesimpulan dalam uji ini.
1. Variabel jumlah siswa (X1)
Hasil perhitungan uji F software SPSS untuk variabel jumlah siswa (X1)
dapat dilihat pada tabel 4.28.
42
Tabel 4.28 Uji Kelayakan Model (F) (X1) Menggunakan Software SPSS
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1
Regression 69689.554 1 69689.554 136.527 ,054b
Residual 510.446 1 510.446
Total 70200.000 2
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 136,527 lebih
besar dari nilai Ftabel yaitu 39,86 yang diperoleh berdasarkan nilai df untuk
regression dan residual yaitu 1 dan 1 (nilai Ftabel dapat dilihat pada Lampiran B
Tabel B. 4. 4 halaman 71). Maka dapat diketahui model regresi yang diestimasi
dari variabel bebas X (independent), yaitu jumlah siswa terhadap variabel terikat
Y (dependent) tarikan adalah layak.
2. Variabel jumlah guru (X2)
Hasil perhitungan uji F software SPSS untuk variabel jumlah guru (X2)
dapat dilihat pada tabel 4.29.
Tabel 4.29 Uji Kelayakan Model (F) (X2) Menggunakan Software SPSS
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1
Regression 61333.784 1 61333.784 6.918 ,231b
Residual 8866.216 1 8866.216
Total 70200.000 2
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 6,918 lebih
kecil dari nilai Ftabel yaitu 39,86. Maka dapat diketahui model regresi yang
diestimasi dari variabel bebas X (independent), yaitu jumlah siswa terhadap
variabel terikat Y (dependent) tarikan adalah tidak layak.
43
3. Variabel luas sekolah (X3)
Hasil perhitungan uji F software SPSS untuk variabel luas kelas (X3)
dapat dilihat pada tabel 4.30.
Tabel 4.30 Uji Kelayakan Model (F) (X3) Menggunakan Software SPSS
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1
Regression 43697.876 1 43697.876 1.649 ,421b
Residual 26502.124 1 26502.124
Total 70200.000 2
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,649 lebih
kecil dari nilai Ftabel yaitu 39,86. Maka dapat diketahui model regresi yang
diestimasi dari variabel bebas X (independent), yaitu luas sekolah terhadap
variabel terikat Y (dependent) tarikan adalah tidak layak.
4. Variabel jumlah kelas (X4)
Hasil perhitungan uji F software SPSS untuk variabel jumlah kelas (X4)
dapat dilihat pada tabel 4.31.
Tabel 4.31 Uji Kelayakan Model (F) (X4) Menggunakan Software SPSS
Model Sum of Squares
df Mean
Square F Sig.
1
Regression 64800.000 1 64800.000 12.000 ,179b
Residual 5400.000 1 5400.000
Total 70200.000 2
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 12,00 lebih
kecil dari nilai Ftabel yaitu 39,86. Maka dapat diketahui model regresi yang
diestimasi dari variabel bebas X (independent), yaitu jumlah kelas terhadap
variabel terikat Y (dependent) tarikan adalah tidak layak.
44
5. Variabel kapasitas kelas (X5)
Hasil perhitungan uji F software SPSS untuk variabel kapasitas kelas
(X5) dapat dilihat pada tabel 4.32.
Tabel 4.32 Uji Kelayakan Model (F) (X5) Menggunakan Software SPSS
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1
Regression 57857.143 1 57857.143 4.688 ,275b
Residual 12342.857 1 12342.857
Total 70200.000 2
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 4,688 lebih
kecil dari nilai Ftabel yaitu 39,86. Maka dapat diketahui model regresi yang
diestimasi dari variabel bebas X (independent), yaitu kapasitas kelas terhadap
variabel terikat Y (dependent) tarikan adalah tidak layak.
6. Variabel luas kelas (X6)
Hasil perhitungan uji F software SPSS untuk variabel kapasitas kelas
(X5) dapat dilihat pada tabel 4.33.
Tabel 4.33 Uji Kelayakan Model (F) (X6) Menggunakan Software SPSS
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1
Regression 59255.955 1 59255.955 5.414 ,258b
Residual 10944.045 1 10944.045
Total 70200.000 2
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,414 lebih
kecil dari nilai Ftabel yaitu 39,86. Maka dapat diketahui model regresi yang
diestimasi dari variabel bebas X (independent), yaitu luas kelas terhadap variabel
terikat Y (dependent) tarikan adalah tidak layak.
45
4.3 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara maupun survei
lapangan, yang kemudian data tersebut diolah dengan melakukan perhitungan-
perhitungan pada subbab sebelumnya, baik menggunakan rumus secara manual
maupun menggunakan alat bantu seperti pada penelitian ini yaitu software SPSS
sehingga mendapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan.
4.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi volume lalu lintas/tarikan
Berdasarkan analisis statistik, dapat diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi tarikan pada kawasan sekolah di Jalan Manekroo di Kota
Meulaboh. Dari semua variabel bebas X (independent), jumlah siswa (X1),
jumlah guru (X2), luas sekolah (X3), jumlah kelas (X4), kapasitas kelas (X5), dan
luas kelas (X6), hanya variabel jumlah siswa (X1) yang memiliki memiliki tingkat
hubungan yang signifikan terhadap variabel terikat Y (dependent) volume lalu
lintas/tarikan.
Setelah di analisis maka diketahui variabel jumlah siswa (X1) koefisien
korelasinya 0,996 lebih besar dari 0,995 (nilai r product moment untuk sampel 3
dan derajat kesalahan (alpha) yang ditentukan 10%) dengan nilai probabilitas X1
0,054 lebih kecil dari nilai kesalahan (alpha) yang ditentukan yaitu 0,1 atau 10%.
Maka variabel jumlah siswa (X1) berpengaruh terhadap variabel terikat Y tarikan
dengan menunjukkan hubungan positif yang signifikan, sedangkan variabel
jumlah guru (X2), luas sekolah (X3), jumlah kelas (X4), kapasitas kelas (X5), dan
luas kelas (X6) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan.
4.3.2 Model tarikan kendaran
Berdasarkan perhitungan analisis regresi linier sederhana, ada 6 (enam)
model yang diperoleh, Adapun model-model yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Y = 38,575 + 0,911 X1 (variabel jumlah siswa)/layak;
46
2. Y = 110,791 + 12.466 X2 (variabel jumlah guru)/tidak layak;
3. Y = 316,347 + 0,084 X3 (variabel luas sekolah)/tidak layak;
4. Y = 104 + 30 X4 (variabel jumlah kelas)/tidak layak;
5. Y = -1657,429 + 64,286 X5 (variabel kapasitas kelas)/tidak layak;
6. Y = -288,457 + 14,851 X6 (variabel luas kelas)/tidak layak.
Namun, setelah diuji kelayakan model (F) untuk keenam model tersebut
di atas, hanya model untuk variabel jumlah siswa (X1) yang layak digunakan,
karena nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 136,527 lebih besar dari nilai Ftabel yaitu
39,86 yang ditentukan berdasarkan nilai df untuk regression dan residual yaitu 1
dan 1. Sedangkan Fhitung yang diperoleh untuk model variabel jumlah guru (X2)
6,918, luas sekolah (X3) 1,649, jumlah kelas (X4) 12,00, kapasitas kelas 4,688
(X5), dan luas kelas (X6) 5,414 lebih kecil dari nilai Ftabel yaitu 39,86 yang
ditentukan, maka model untuk tersebut tidak layak.
Maka model yang digunakan dalam penelitian ini dan yang
mempengaruhi tarikannya adalah model dari variabel jumlah siswa (X1), yaitu
Y = 38,575 + 0,911 X1.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan-perhitungan untuk mendapatkan hasil
dan uraian pembahasan analisis model tarikan kendaraan pada sekolah di Kota
Meulaboh tepatnya di kawasan Sekolah Jalan Manekroo, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis statistik, dapat diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi tarikan pada kawasan sekolah di Jalan Manekroo di Kota
Meulaboh. Dari semua variabel bebas X (independent), jumlah siswa (X1),
jumlah guru (X2), luas sekolah (X3), jumlah kelas (X4), kapasitas kelas (X5),
dan luas kelas (X6), hanya variabel jumlah siswa (X1) yang memiliki
memiliki tingkat hubungan yang signifikan terhadap variabel terikat Y
(dependent) volume lalu lintas/tarikan yaitu 0,996 lebih besar dari 0,995
tingkat signifikan yang ditentukan.
2. Berdasarkan perhitungan analisis regresi linier sederhana, ada 6 (enam)
model yang diperoleh, Adapun model-model yang didapat adalah Y = 38,575
+ 0,911 X1; Y = 110,791 + 12.466 X2; Y = 316,347 + 0,084 X3; Y =
104 + 30 X4; Y = -1657,429 + 64,286 X5; Y = -288,457 + 14,851 X6
3. Model yang digunakan dalam penelitian ini dan yang mempengaruhi
tarikannya adalah model dari variabel jumlah siswa (X1) yaitu Y = 38,575 +
0,911 X1. Karena nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 136,527 lebih besar dari
nilai Ftabel yaitu 39,86 yang ditentukan berdasarkan nilai df untuk regression
dan residual yaitu 1 dan 1. Sedangkan Fhitung yang diperoleh untuk model
lainnya lebih kecil dari nilai Ftabel yaitu 39,86 yang ditentukan, maka model
untuk tersebut tidak layak.
48
5.2 Saran
Adapun saran yang diusulkan pada penelitian ini berdasarkan hasil dan
pembahasan serta kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan adanya penelitian lain yang dilakukan pada instansi atau
lembaga pendidikan lainnya baik swasta mapun negeri sehingga dapat
diperoleh model bangkitan untuk meramalkan jumlah pergerakan lalu
lintas pada kawasan sekolah di Kota Meulaboh secara khusus.
2. Metode pengambilan data diharapkan menggunakan metode lain yang
memenuhi kriteria sehingga hasil dari pengambilan data penelitian ini
dapat dibandingkan dengan hasil dari metode pengambilan data lainnya.
Lebih jauh, hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat diaplikasikan pada
pengembangan suatu pemodelan biaya kemacetan transportasi akibat
penggunaan sepeda motor pada studi-studi lanjutan.
49
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Anonim, 2013, Peta Propinsi Aceh, Departemen Pekerjaan Umum, Aceh Barat.
2. Anonim, 2012, Buku Panduan Penulisan Skripsi (Tugas Akhir), Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda
Aceh.
3. Google, 2016, Viewed 10 Februari 2016, Avaliable from internet <
https://www.google.co.id/maps/place/Kabupaten+Aceh+Barat,+Aceh/data.
4. Handri, 2014, Analisis Pemodelan tarikan Pada Kawasan Pendidikan di Jalan
Ir. H. Juanda Kota Samarinda (Studi Kasus SMAN 3, SMAN 5, SMPN 4,
SMPN 5 Samarinda, Universitas 17 Agustus 1945, Samarinda.
5. Riduwan & Sunarto, 2007, Pengantar Statistika untuk Penelitian: Pendidikan,
Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis, Penerbit Alfabeta, Bandung.
6. Rumanga. A. A., 2014, Analisis Model Bangkitan Tarikan Kendaraan Pada
Sekolah Swasta di Zona Pinggiran Kota di Kota Makassar, Skripsi Teknik
Sipil, Universitas Hasanudin, Surakarta.
7. Sarwono, J., 2013, 12 Jurus Ampuh SPSS untuk Riset Skripsi, Penerbit
Elexmedia Komputindo Kompas Gramedia, Jakarta.
8. Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit
Alfabeta, Bandung.
9. Tamin, O. Z., 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua,
Penerbit ITB, Bandung.
10. Tamin, O. Z., 1997, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Pertama,
Penerbit ITB, Bandung.
11. Yuliani, 2013, Analisis Model Tarikan Perjalanan Pada Kawasan Pendidikan
di Cengklik Surakarta, Skripsi Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.