ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN

Post on 27-May-2015

2.415 views 5 download

Transcript of ANALISIS KEPENDUDUKAN (MORTALITAS) TERHADAP FAKTOR KESEHATAN

ANALISIS KEPENDUDUKAN

MORTALITAS

Nama anggota kelompok:

• Meliana Fatmawati 25010112120011• Nurul Oktavia P.S 25010112120025• Firsa Olivia Susan 25010112120039• Mawaddah Muhajjar 25010112120053• Kevin Yudhistira Pribadi 25010112120067

KERANGKA PEMIKIRAN ANALISIS KEPENDUDUKAN

TERHADAP FAKTOR KESEHATAN

PEMBAHASAN

• “Semakin rendah tingkat mortalitas, semakin rendah tingkat reproduksi.” (Michael T. Sadler dan Thomas Doubleday)

• “Turunnya daya reproduksi karena kelelahan psikologis akibat persaingan dalam masyarakat.” (Corrado Gini)

• Sehingga mortalitas tinggi memberi dampak terhadap peningkatan daya reproduksi berbanding lurus pula dengan peningkatan populasi penduduk dalam suatu wilayah tersebut.

• Masyarakat tidak mengalami kelelahan psikologis akan terjadinya segala bentuk persaingan dalam berbagai bentuk dan tujuan dalam masyarakat

Fakta yang terjadi di provinsi Gorontalo

UMUR WANITA (tahun) ASFR

15-19 67

20-24 149

25-29 132

30-34 100

35-39 59

40-44 25

45-49 9

Provinsi Gorontalo yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi yakni rata-rata 2,06 persen sepanjang periode 2000-2006 sebagai akibat dari Angka Kelahiran Total sebanyak 2,70.

Rumus TFR = 5 ∑ASFR = 5 (67+149+132+100+59+25+9) = 2,70 artinya rata-rata setiap wanita sampai akhir masa

reproduksinya mempunyai 2-3 anak. (menurut Survey Penduduk tahun 2000). Dan artinya penduduk di Gorontalo belum mematuhi anjuran dari BKKBN yang menganjurkan “2 anak lebih baik”.

AKB Gorontalo Bayi di Provinsi Gorontalo ini hampir 2 kali lipat dari angka di Provinsi Sulawesi Utara (25 per 1000 kelahiran hidup), dan lebih tinggi dibanding angka rata-rata nasional (36 per 1000 kelahiran hidup).

Pertumbuhan penduduk terus saja meningkat di Provinsi Gorontalo saat angka kematian bayi di Provinsi Gorontalo, masih cukup tinggi.

- Tingginya angka kematian bayi berhubungan dengan indikator status kesehatan reproduksi yang meliputi persalinan oleh tenaga kesehatan.

- Provinsi Gorontalo mempunyai presentase persalinan pertama oleh tenaga terlatih yang rendah dibanding Provinsi lain di Sulawesi. Presentase persalinan pertama oleh tenaga kesehatan terlatih ini sekitar setengah dari presentase yang dicapai Provinsi induknya (75 persen di Sulawesi Utara) maupun rata-rata nasional (66,7 persen).

• “Pada suatu wilayah dimana angka kepadatan penduduknya tinggi akibat dari tingginya laju pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan antara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup.” (Emile Durkheim)

• Semakin tinggi tingkat populasi penduduk, akan mengakibatkan angkatan tenaga kerja meningkat.

Menurut data di Kantor Dinas Tenaga Kerja menunjukkan pencari kerja meningkat cukup signifikan yakni di tahun 2003 sebesar 13.265 jiwa dan meningkat hampir lebih dari 2 kali lipat yakni 31.641 jiwa di tahun 2006.

Berdasarkan data dari Laporan Pembangunan Masyarakat Gorontalo tahun 2004-2006 secara umum tingkat pendidikan di provinsi Gorontalo masih sangat rendah. Rata-rata lama sekolah hanya 6,8 tahun. Rata-rata tersebut berada di bawah rata-rata nasional yang sudah mencapai 7,4 tahun.

• Terdapat sekitar 51 persen rumah tangga yang anggota rumah tangganya menjadi buruh pertanian (SP 2003).

• Sebagian besar lahan pertanian atau perkebunan sudah dimiliki atau disewa oleh pengusaha produksi pertanian atau perkebunan bukan untuk konsumsi keluarga petani tersebut. Kondisi seperti ini meyebabkan keluarga petani menjadi rawan gizi di tingkat rumah tangga, karena tingkat pendapatannya yang rendah.

• Tahun 2001, upah buruh pertanian hanya sebesar Rp. 578,419 dan tahun 2006 menjadi Rp. 368.270 (GPEA, 2008).

• Dari sisi pendapatan, yang didekati dengan pengeluaran sebesar Rp. 608.700 perkapita setahun sehingga mengungkapkan tingkat kemampuan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari baru mencapai 57,5 persen saja.

• Dengan pendapatan yang rendah, dapat dipastikan mereka akan memiliki daya beli yang rendah pula.

• Daya beli rendah menyebabkan konsumsi pangan rendah, karena keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi pangan dan gizi keluarga, terutama untuk anak balita.

- Seperti gambaran, rata-rata konsumsi kalori perkapita sehari di Provinsi Gorontalo tahun 2007 sekitar 1.900 kkal, kurang dari 2.100 kkal yang merupakan standar kelayakan kalori nasional.

- Status gizi masih lebih rendah dari rata-rata nasional, bahkan kejadian (incident) gizi buruk menempati angka tertinggi di seluruh Indonesia yakni 15,41 persen (tingkat nasional berada di angka 8,80 persen).

Teori Kependudukan Teori Malthus (Thomas Robert Malthus) mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan. Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan hidup.

• Dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Provinsi Gorontalo berdampak pula pada rendahnya SDM.

• Selain berdampak terhadap sumber daya manusia, pendidikan juga berdampak langsung terhadap perilaku manusia.

• Teori HL.Blum lingkungan menyatakan bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan.

• Di tingkat provinsi, hanya 28,9% rumah tangga di Gorontalo yang telah mempunyai jamban sendiri. Persentase keluarga yang tidak mempunyai akses jamban sangat tinggi yaitu mencapai hampir tiga perempat rumah tangga (71,1 %).

• Dari hasil survey PEACH (Gorontalo 2006) juga diperoleh gambaran bahwa kualitas kesehatan yang meliputi akses terhadap air bersih, sanitasi, dan sarana kesehatan masih rendah.

• Kesadaran memiliki jamban sendiri masih sangat kurang karna status ekonomi penduduk yang rendah ini tentu berpengaruh terhadap status kesehatan sehingga menyebabkan angka morbiditas yang relative tinggi yang di tunjukan banyak penduduk yang ,mengalami keluhan kesehatan.

• Dengan morbiditas tinggi menyebabkan rendahnya angka harapan hidup di provinsi Gorontalo hanya sekitar 64,2 tahun ini masih rendah di bandingkan dengan provinsi lainnya yang ada di Sulawesi.

• Indikator umur harapan hidup yang pada tahun 2012 mencapai 71,1 tahun (Menteri Kesehatan RI)

• Akibat tingkat pendidikan yang rendah juga mempengaruhi kualitas Kesehatan di Provinsi Gorontalo

Tabel di atas menunjukkan jumlah tenaga kesehatan di tingkat kabupaten/kota Provinsi Gorontalo. Di samping jumlahnya yang tidak terlalu banyak, persebarannya juga tidak merata. Menurut WHO 1 dokter melayani untuk < 3000 penduduk.

• Secara umum masyarakat provinsi di Gorontalo memiliki kesadaran tentang kesehatan yang masih kurang ,karena pelayanan kesehatan yang di berikan tenaga kesehatan yang masih sedikit pula.

• Karena tenaga kesehatan yang kurang mereka lebih percaya kepada dukun untuk melakukan persalinan.Melalui penyuluhan masyarakat diharapkan mempunyai kesadaran untuk hidup sehat.

- TERIMA KASIH -

DAFTAR PUSTAKA• Anonim. 2012.

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAINNYA/MEITRI_HENING/Bahan_Presentasi/Kependdk2_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf. Diakses pada tanggal 7 September 2013.

• Anonim. 2013. • http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/sekretariat/pertemuan-percepatan-pencapaian-target-mdgs. Diakses

pada tanggal 13 September 2013.• Anonim. 2013. • http://www.ilmukesehatan.com/324/hubungan-keluarga-berencana-dengan-pencegahan-kematian-maternal-dan-n

eonatal.html. Diakses pada tanggal 13 September 2013.

• Anonim. 2013. • http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indonesia%202007.pdf. Diakses pada

tanggal 13 September 2013.• Anonim. 2013. • http://www.undp.or.id/pubs/docs/PGSP%20-%20Laporan%20Pembangunan%20Provinsi%20Gorontalo.pdf. Diakses

pada tanggal 13 September 2013.• Anonim. 2013. http://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/19-headline/276.

Diakses pada tanggal 8 September 2013.• Anonim. 2013. http://www.suarapembaruan.com/home/95-anak-papua-mati-karena-busung-lapar/33252. Diakses

pada tanggal 8 September 2013. • Mantra, Ida Bagus. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.• Purnami, Cahya Tri. 2012. Buku Ajar Ilmu Kependudukan. Semarang : UPT UNDIP Press Semarang .