Post on 28-Mar-2019
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISA UNJUK KERJA ROUTING PROTOCOL
RIPng DAN OSPFv3 PADA JARINGAN IPv6
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
MUHAMMAD SYAFRUDIN
0606042784
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
Depok
Juni 2010
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Muhammad Syafrudin
NPM :0606042784
Tanda Tangan :
Tanggal : 15 Juni 2010
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Muhammad Syafrudin
NPM : 0606042784
Jurusan : Teknik Elektro
Judul Skripsi : Analisa unjuk kerja routing protocol RIPng dan OSPFv3
pada jaringan IPv6
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Dewan Penguji
Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Nji Raden Poespawati, MT ( )
Penguji : Aji Nur Widyanto ST, MT ( )
Penguji : Budi Sudiarto ST,MT ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 8 Juli 2010
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada ibu:
Prof. Dr. Ir. Nji Raden Poespawati, MT
Selaku pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, pengarahan, saran-saran dan kemudahan lainnya sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Depok, 28 Juni 2010
Muhammad Syafrudin
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia. Saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Muhammad Syafrudin NPM : 0606042784 Departemen : Teknik Elektro Fakultas : Teknik Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclucive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISA UNJUK KERJA ROUTING PROTOCOL
RIPng DAN OSPFv3 PADA JARINGAN IPv6
Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mnegalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir Saya selama tetap mencantumkan nama Saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 12 Juli 2010
Yang menyatakan
(Muhammad Syafrudin)
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
vi
ABSTRAK
Nama : Muhammad Syafrudin
Jurusan : Teknik Elektro
Judul : Analisa unjuk kerja routing protocol RIPng dan OSPFv3 pada jaringan IPv6
Tujuan utama pengembangan IPv6 adalah untuk memenuhi kebutuhan alamat IP untuk jangka panjang sekaligus menyempurnakan berbagai kelemahan yang ada pada IPv4. Dengan hadirnya IPv6 maka dibutuhkan routing protocol yang mendukung jaringan IPv6 diantara RIPng dan OSPFv3. Routing protocol berfungsi untuk menghubungkan antar jaringan, dan memilih jalur atau rute untuk mencapai jaringan yang lain.
Skripsi ini disusun untuk mengetahui kinerja dari routing protocol pada jaringan IPv6 yaitu RIPng dan OSPFv3. Pengujian dilakukan dengan analisa proses pemilihan jalur pada routing table, analisa paket header, dan pengujian dengan melakukan pengiriman paket pada masing-masing routing protocol. Metode yang digunakan adalah studi literatur, simulasi pada komputer, dan implementasi pada jaringan test-bed.
Analisa data menunjukan bahwa secara umum kinerja RIPng dan OSPFv3 tidak jauh berbeda dengan routing protocol pendahulunya, yaitu RIP dan OSPF pada jaringan IPv4, perbedaan mendasar adalah dukungan terhadap pengalamatan 128-bit. Pada pengujian didapatkan kinerja OSPFv3 lebih baik karena kecepatannya dalam melakukan konvergen pada jaringan ketika terjadi link down dibutuhkan waktu sebesar 4,542 detik, jaluh lebih cepat daripada RIPng yang membutuhkan waktu 60,566 detik. Hasil pengujian throughput dengan window size paket TCP berukuran 2, 4, 8, 16, 32 Kbyte didapatkan nilai rata-rata 92,8 Mbits/detik untuk routing protocol RIPng, dan pada OSPFv3 didapatkan nilai rata-rata throughput 85,3Mbits/detik untuk windows size 2, 4, 8 Kbyte dan 92,9Mbits/detik untuk window size berukuran 16 dan 32 Kbyte. Pada pengujian jitter dengan paket UDP pada jaringan IPv6, didapat besar jitter dengan routing protocol RIPng rata-rata 1,196 ms dan dengan dengan OSPFv3 rata-rata sebesar 1,106 ms.
Kata kunci :
IPv6, RIPng, OSPFv3.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
vii
ABSTRACT
Name : Muhammad Syafrudin
Study Program: Electrical Engineering
Title : Peformance analysis of RIPng dan OSPFv3 routing protocols on IPv6 network.
The main objective of the development of IPv6 (Internet Protocol Version 6) is to meet needs of IP addresses for the long term and improving the existing weaknesses in IPv4. With the presence of IPv6, also needed routing protocol that support IPv6 such as RIPng and OSPFv3. A routing protocol is a protocol that specifies how router communicate each other, select path or routes, and connect other network.
This paper is arranged to determine the performance of RIPng dan OSPFv3 routing protocols. For the testing is done by analyzing the patch selection process in the routing table, packet header analysis, and testing by sending a packet. The method used is literature study, computer simulation, and implementation on the test-bed.
Data analysis showed that the overall performance of RIPng and OSPFv3 are not much different from its predecessor routing protocol, RIP and OSPF on an IPv4 network, the fundamental difference is the support of 128-bit addressing. OSPFv3 on test performance showed better because the speed of convergence on the network do when it happens the link down it takes by 4.542 seconds, faster than the RIPng which took 60.566 seconds.
Keyword :
IPv6, RIPng, OSPFv3
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………... iii UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………………. iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………… v ABSTRAK…………………………………………………………………........... vi DAFTAR ISI……………………………………………………………………... viii DAFTAR GAMBAR……………………………………………..……………..... x DAFTAR TABEL………………………………………………..……………..... xi DAFTAR LAMPIRAN...………...…………………………………………....... xii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1 1.1. Latar Belakang ......……………………………………………………… 2 1.2. Tujuan ..…………………………………………………………............ 2 1.3. Pembatasan Masalah …..………………………………………………. 2 1.4. Metodologi Penelitian …..……………………………………………… 2 1.5. Sistematika Penulisan ……..……………………………………………. 3
BAB II ROUTING PROTOCOL PADA IPv6
2.1. IPv6 …………………………………………..………………………. 4 2.1.1. Format header pada IPv6 ……………………………………….. 4 2.1.2. Pengalamatan pada IPv6………………………………………….. 5
2.2. Routing Protocol ……………………..…………………………………. 7
2.2.1. Klasifikasi dynamic routing protocol ……………………………. 8 2.2.1.1. Distance vector routing protocol…...…………………….. 8
2.2.1.2. Link state routing protocol ………………………………. 9 2.2.2. RIPng …………………………………………………………… 10 2.2.3. OSPFv3 ………………………………………………………… 11
BAB III KONFIGURASI JARINGAN DAN METODE PENGUJIAN
3.1.Topologi jaringan ………………………………………………………. 15 3.2.Metode pengujian ………………………………………………………. 16
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
ix
3.2.1. Pengujian pemilihan jalur oleh routing protocol………………... 16 3.2.2. Pengujian update routing table dan kecepatan waktu konvergen.. 16 3.2.3. Pengujian performa jaringan dengan paket TCP dan UDP...……. 17
3.3.Perangkat lunak pada jaringan………..………………………………… 18 3.3.1. Wireshark………………………..……………….……………… 18 3.3.2. Mikrotik packet sniffer………………………………….…..…… 18 3.3.3. Iperf …………………………………………..…………………. 19
3.4.Perangkat keras pada jaringan ………………………………………....... 20
3.4.1. Router Mikrotik………………………...………………………... 20 3.4.2. PC (Personal Computer)…………………………..…………….. 21
3.5.Alokasi alamat IP……………………………………………..…………. 21
BAB IV UJI COBA DAN ANALISA …………………………………..…… 23
4.1. Pengujian pada jaringan …………………………...………………….. 23 4.1.1. Pengujian pemilihan jalur oleh routing protocol ...………...…… 23 4.1.2. Pengujian kecepatan konvergen routing table ……………...…… 25 4.1.3. Capture paket header routing protocol …...………….………… 26 4.1.4. Pengujian performa dengan pengiriman paket TCP dan UDP…... 28
4.2.Analisa data…………...………………………………............................. 29
4.2.1. Analisa pemilihan jalur oleh routing protocol …………..……… 29 4.2.2. Analisa kecepatan konvergen routing table ……...……...……… 32 4.2.3. Analisa paket update routing protocol ...……………...………... 32 4.2.4. Analisa performa dengan pengiriman paket TCP dan UDP………….... 33
BAB V KESIMPULAN ………...…………………………………………… 36 DAFTAR ACUAN ……………...……………………………………………… 37 DAFTAR PUSTAKA ……………..…………………………………………… 38 LAMPIRAN …………………………………...……………………………… 39
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Paket header pada IPv6 ……………………………………………... 5
Gambar 2.2 Klasifikasi dynamic routing protocol ………………………………. 8
Gambar 2.3 Paket header RIPng .....……………………………………………... 10
Gambar 2.4 Paket header OSPFv3 .. ……………………………………………... 12
Gambar 3.1 Topologi pengujian pemilihan jalur ………………………………... 15
Gambar 3.2 Topologi pengujian pengiriman dan penerimaan data .……………... 16
Gambar 3.3 Tampilan perangkat lunak Cisco Packet Tracer ……….…………... 17
Gambar 3.4 Tampilan hasil capture paket dengan tool sniffer pada Mikrotik …... 19
Gambar 4.1 Routing table pada router R1 dengan routing protocol RIP ….…….. 20
Gambar 4.2 Routing table pada router R1 dengan routing protocol RIPng …….. 21
Gambar 4.3 Hasil trace route PC1 – PC2 pada jaringan ……..…………...……... 21
Gambar 4.4 Routing table pada R1 dengan routing protocol OSPFv3 ……...….. 22
Gambar 4.5 Routing table pada R2 dengan routing protocol OSPFv3 ……...….. 22
Gambar 4.6 Paket header routing protocol OSPFv3 …………………...………... 23
Gambar 4.7 Alur pengiriman paket dari PC1 ke PC2 …..……………...………... 23
Gambar 4.8 Nilai cost masing-masing rute pada OSPFv3 ...…………...………... 24
Gambar 4.9 Alur pengiriman paket dari PC1 ke PC2 dengan RIPng …...………... 25
Gambar 4.10 Grafik hasil pengujian throughput TCP……………… …...……..... 33
Gambar 4.11 Grafik hasil penguian jitter……………………...…… …...……..... 34
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai cost pada OSPF Cisco ….………………………...…………... 14 Tabel 3.1 Alokasi IP pada topologi jaringan IPv4… ….……………...……… 18 Tabel 3.2 Alokasi IP pada topologi jaringan IPv6… ….……………...……… 19 Tabel 4.1 Hasil pengujian upload-download paket data… ……...…………… 26 Tabel 4.2 throughput hasil pengujian download data dari server TFTP…………... 26 Tabel 4.2 throughput hasil pengujian upload data ke server TFTP……………... 24 Tabel 4.3 Hasil pengujian throughput dengan paket TCP………….……………... 28 Tabel 4.3 Hasil pengujian jitter dengan paket UDP…………….….……………... 28
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dengan semakin berkembangnya penggunaan internet maka berkembang
juga kebutuhan akan IP (internet protocol). Namun pertambahan pengguna IP
tidak diimbangi dengan jumlah IPv4 (Internet Protocol Version 4) yang ada.
Dengan demikian IETF (Internet Engineering Task Force) menetapkan standar
pengalamatan baru yang disebut IPv6 (Internet Protocol Version 6), tujuan utama
pengembangan IPv6 adalah untuk memenuhi kebutuhan alamat IP untuk jangka
panjang sekaligus menyempurnakan berbagai kelemahan yang ada pada IPv4.
Dengan hadirnya IPv6, maka diperlukan pula protokol-protokol
pendukung yang dapat berjalan di IPv6 salah satu diantaranya ialah routing
protocol. Routing protocol diperlukan untuk menentukan atau pemilihan jalur
untuk sebuah paket agar dapat sampai ke tujuan yang ditentukan. Kondisi cloud
jaringan yang kompleks membuat banyak kemungkinan jalur yang mungkin
dilalui oleh paket untuk mencapai tujuan, dan untuk memilih jalur yang terbaik
yang dapat dilalui perlu digunakan dynamic routing. Sebuah dynamic routing
dibangun dari informasi yang dikumpulkan oleh routing protocol. Routing
protocol yang sebelumnya tersedia pada teknologi IPv4 disempurnakan dan
disesuaikan dengan lingkungan IPv6. Beberapa routing protocol dynamic yang
dibuat guna mendukung IPv6 antara lain: RIPng, OSPFv3, IS-IS for IPv6, BGP
IPv6, dan lainnya. Pada skripsi ini dilakukan pengujian hanya pada RIPng dan
OSPFv3, dimana sebelumnya kedua routing protocol pendahulunya, yaitu RIP
dan OSPF pada IPv4 merupakan routing protocol yang populer dan banyak
digunakan.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
2
Universitas Indonesia
1.2. TUJUAN
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menganalisa dan mengetahui cara
kerja dari routing protocol RIPng dan OSPFv3 pada IPv6, dengan pembanding
RIP dan OSPF pada IPv4. Dan untuk menguji dan menganalisa unjuk kerja dari
routing protocol RIPng dan OSPFv3 dengan parameter waktu konvergen,
throughput, dan jitter.
1.3. PEMBATASAN MASALAH
Permasalahan yang dibahas pada skripsi ini dibatasi pada pengujian dan
perbandingan dari dua buah dynamic routing protocol RIPng dan OSPFv3 yang
diuji pada protokol IPv6. Parameter-parameter yang diperhatikan adalah
konfigurasinya pada router, proses pemilihan jalur pada routing table, analisa
paket header dan pengujian dengan pengiriman paket dasar guna melihat performa
dari masing-masing routing protocol.
1.4. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan tiga tahap, yaitu studi literatur, simulasi pada
PC, dan pengujian pada test-bed lokal. Pada pengujian dilakukan simulasi dengan
perangkat lunak pada PC, yaitu dengan program Cisco Packet Tracer. Pengujian
pada test-bed dilakukan dengan tiga buah router Mikrotik berbasis Linux yang
topologinya dibuat menyerupai jaringan lokal sederhana yang dibuat sedemikian
rupa agar dapat mewakili kelebihan dari masing-masing routing protocol yang
akan diuji.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
3
Universitas Indonesia
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan skripsi ini meliputi Bab I: Pendahuluan,
yang berisi mengenai latar belakang, tujuan dan pembatasan masalah,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Pada bab II: Perancangan
jaringan dan routing protocol, dibahas mengenai teknologi IPv6, teori routing
protocol dan teori jaringan secara umum. Di bab III: konfigurasi jaringan dan
metode pengujian, ditulis mengenai topologi yang dipilih, perangkat keras
dan perangkat lunak yang digunakan, dan teknik pengujian. Pada bab IV:
Analisa, yaitu hasil dari pengujian dan analisa kerja dari kedua routing
protocol yang diuji, baik pengujian dengan simulasi software maupun
pengujian pada jaringan test-bed. Bab V: kesimpulan, berisi kesimpulan yang
didapat dari hasil pengujian dan analisa jaringan.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
4 Universitas Indonesia
BAB II
ROUTING PROTOCOL PADA IPv6
2.1. IPv6
IPv6 dikembangkan oleh IETF untuk dapat memenuhi kebutuhan
IP yang diperlukan, selain itu IPv6 juga dikembangkan untuk mengatasi atau
menyempurnakan kekurangan-kekurangan dari teknologi pendahulunya, yaitu
IPv4. Kelebihan utama dari IPv6 adalah pengalamatannya yang luas, yaitu 128-
bit. Dengan demikian ada 2128 atau sekitar 3,4 x 1038 alamat IPv6 yang berlimpah
tersedia, sehingga dapat memenuhi kebutuhan IP saat ini maupun di masa
mendatang. IPv6 ini dapat mengatasi masalah pada NAT (Network Address
Translation) yang mengurangi atau menghalangi penggunaan dari aplikasi
realtime yang membutuhkan hubungan dua arah. Pada IPv6 mendukung hirarki
pengalamatan dan jumlah pengalamatan node yang lebih banyak, sehingga
konfigurasi alamat lebih sederhana. Kelebihan dari IPv6 yang lain ialah
kapabilitas untuk QOS (Quality Of Service), autentifikasi, dan privasi. Untuk
QOS dimungkinkan untuk pemberian label pada paket-paket pada aliran trafik
tertentu yang membutuhkan penanganan khusus, untuk autentifikasi dan privasi
IPv6 mendukung autentifikasi, integritas data, dan kerahasiaan data.
2.1.1. Format Header IPv6
Pada IPv6 digunakan header paket yang sederhana, dan dengan
header yang sederhana paket dapat diproses secara lebih efisien. Header
pada IPv6 merupakan penyederhanaan dari header IPv4 dengan
menghilangkan bagian yang tidak dipergunakan atau jarang digunakan dan
menambahkan bagian yang menyediakan dukungan yang lebih baik untuk
keperluan mendatang. Pada Gambar 2.1 dian format header pada IPv6.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
5
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 : Header pada IPv6 [1]
Berikut penjelasan dari format header pada IPv6 :
• Version → Versi IP, enam untuk IPv6 (4-bit).
• Traffic Class → Klasifikasi trafik, field ini menentukan prioritas trafik
atau paket dan digunakan untuk QOS (quality of service) (8-bit).
• Flow Label → Label aliran dari trafik (20-bit).
• Payload Length → Field ini merupakan panjang dari paket data (16-bit).
• Next Header → Identifikasi tipe header setelah header IPv6 (8-bit).
• Hop Limit → Nilai akan dikurangi satu, jika melewati sebuah router
(node) .
• Source/ Destination Address → Alamat dari sumber dan tujuan.
• Extension Header → Sebagai informasi tambahan, yang ditempatkan
diantara header IPv6 dengan header yang lebih tinggi diatasnya.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
6
Universitas Indonesia
2.1.2. Pengalamatan pada IPv6
Pada IPv6 alamat ditulis dalam format hexadesimal dengan pemisah
berupa titik dua diantara masing-masing 16-bit. Format penulisan alamat IPv6
adalah x : x : x : x : x : x : x : x dimana x adalah empat digit bilangan
heksadesimal. Ada beberapa aturan dalam penulisan atau meringkas alamat IPv6,
sebagai contoh untuk alamat 2033:0000:140E:0000:0000:09D0:683A:140A, ada
beberapa yang dapat disederhanakan, dengan cara sebagai berikut :
• Angka nol (0) di awal adalah optional. Sebagai contoh pada 09DO
disederhanakan menjadi 9D0, dan 0000 dapat disederhanakan menjadi 0,
sehingga 2033:0000:140E:0000:0000:09D0:683A:140A dapat ditulis menjadi
2033:0:140E:0000:0000:9D0:683A:140A.
• Angka nol yang berurutan dapat disederhanakan dengan dua tanda titik dua
“::”. Namun penyederhanaan ini hanya dapat digunakan satu kali dalam
sebuah alamat. Sebagai contoh 2033:0:140E:0000:0000:9D0:683A:140A,
dapat ditulis menjadi 2033:0:140E::9D0:683A:140A.
Arsitektur pengalamatan pada IPv6 dibagi tiga, yaitu [2] :
• Unicast Address
Unicast address adalah alamat yang menunjuk pada sebuah alamat antarmuka
atau host. Pada alamat unicast dibagi menjadi menjadi 3, yaitu : alamat link
local alamat yang digunakan dalam satu link jaringan, alamat site local setara
dengan alamat private pada IPv4, dan alamat global, yaitu alamat public yang
digunakan oleh ISP (Internet Service Provider).
• Multicast Address
Multicast address adalah alamat yang menunjukan beberapa interface
(biasanya untuk node yang bebeda). Paket yang dikirimkan ke alamat ini akan
dikirimkan ke semua interface yang dian oleh alamat ini. Alamat multicast
didesain untuk menggantikan alamat broadcast pada IPv4.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
7
Universitas Indonesia
• Anycast Address
Anycast address adalah alamat yang menunjukkan beberapa interface
(biasanya untuk node yang bebeda ). Paket yang dikirimkan ke alamat ini
akan dikirimkan ke salah satu alamat interface yang paling dekat dengan
router.
2.2. ROUTING PROTOCOL
Routing adalah suatu protokol yang digunakan untuk mendapatkan rute
atau petunjuk dari satu jaringan ke jaringan yang lain, routing merupakan proses
dimana suatu router akan memilih jalur atau rute untuk mengirimkan atau
meneruskan suatu paket ke jaringan yang dituju. Router menggunakan IP address
tujuan untuk mengirimkan paket, dan agar router mengetahui rute mana yang
harus digunakan untuk meneruskan paket ke alamat tujuan, router harus belajar
atau bertukar informasi sesama router yang saling terhubung untuk mengetahui
jalur atau rute yang terbaik.
Routing protocol digunakan untuk memfasilitasi pertukaran informasi
routing antar router. Dengan routing protocol, router dapat berbagi informasi
routing table, yaitu informasi mengenai jaringan lain yang saling terhubung. Ada
beberapa routing protocol yang mendukung IPv6, yaitu RIPng, OSPFv3 EIGRP
for IPv6 (Cisco properiarity), IS-IS for IPv6, BGP IPv6, dan lainnya. Masing-
masing dibuat berdasarkan routing protocol sebelumnya yang mendukung IPv4
namun disesuaikan dengan lingkup IPv6 dan memiliki beberapa kelebihan dan
pembaharuan serta cara konfigurasi yang berbeda pada router.
2.2.1. Klasifikasi protokol dynamic routing
Pada protokol routing kelas Interior Gateway Protocols (IGPs) dynamic
routing diklasifikasi menjadi dua, yaitu distance vector routing dan link-state
routing. Untuk klasifikasi dynamic routing protocol secara keseluruhan terlihat
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
8
Universitas Indonesia
seperti pada Gambar 2.2. Pembagian pada dynamic routing protocol dibedakan
berdasarkan karakteristik dan cara kerjanya masing-masing.
Gambar 2.2 : Klasifikasi dynamic routing protocol [3]
2.2.1.1. Distance vector routing
Router yang menggunakan jarak dan arah sebagai acuan routing
dinamakan distance vector routing. Pada distance-vector routing protocol
digunakan algoritma Bellman-Ford dalam kalkulasi untuk pemilihan jalur.
Informasi atau update table pada distance-vector routing protocol dilakukan
secara berkala oleh router, berbeda dengan link-state yang melakukan update
table setiap ada perubahan pada topologi jaringan, sehingga pada distance-vector
routing protocol membutuhkan proses komputasi yang lebih sederhana. Contoh
routing protocol yang menggunakan distance-vector routing protocol adalah
RIPv1, RIPv2, dan IGRP.
Seperti namanya, maka pada distance-vector routing protocol
menggunakan jarak dan arah untuk melakukan routing. Jarak yang dimaksud
adalah hop count atau jumlah router yang dilalui, dan untuk arah yang dimaksud
adalah alamat next hop atau interface keluar yang digunakan oleh router.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
9
Universitas Indonesia
Pembaharuan atau Update dilakukan secara berkala pada distance-vector routing
protocol dimana update routing table dikirimkan ke semua router yang
bersebelahan secara langsung yang dikonfigurasi dengan distance-vector routing
protocol yang sama.
2.2.1.2. Link-state routing protocol
Link-state routing protocol dibangun dengan algoritma Edsger Dijkstra’s
atau kadang disebut algoritma shortest path first (SPF). Algoritma ini
menjumlahkan total cost yang dibutuhkan pada masing-masing jalur dari alamat
asal ke alamat tujuan. Link-state routing protocol membangun suatu topologi
jaringan, dimana masing-masing router yang terhubung menggunakan gambaran
topologi tersebut untuk menentukan jalur atau rute untuk menjangkau jaringan
yang ingin dicapai. Router dengan link-state akan mengirimkan kondisi dari
linknya ke router-router lain yang berada dalam routing domain yang sama.
Informasi atau kondisi link yang disebarkan adalah kondisi link pada router yang
terhubung langsung suatu jaringan dan kondisi link pada router yang saling
terhubung. Router dengan link-state routing protocols menggunakan Hello
protocol untuk mengetahui link-link yang terhubung dengan router tetangga atau
router yang terhubung langsung.
Pada link-state routing protocol ada beberapa kelebihan bila
dibandingkan dengan distance-vector routing protocol, seperti membangun peta
topologi jaringan, sehingga masing-masing router dapat menentukan sendiri jalur
yang pendek untuk mencapai jaringan yang lain. Konvergensi jaringan terjadi
dengan cepat, karena ketika router menerima paket LSP langsung disebar ke
router tetangganya yang lain dalam jaringan. Update atau pembaharuan informasi
dilakukan saat terjadi perubahan pada link secara langsung. Disain secara hirarki,
dimana link-state routing protocols menggunakan konsep area, dan area-area
disusun secara hirarki, sehingga routing lebih baik. Namun link-state routing
protocol juga memiliki kekurangan, dimana routing protocol ini membutuhkan
kinerja CPU, memory, dan bandwith yang lebih besar.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
10
Universitas Indonesia
2.2.2. RIPng
RIP merupakan routing protocol distance-vector yang masuk pada kelas
Interior Gateway Protocol yang dikembangkan oleh IETF. Routing protocol ini
menggunakan algoritma Bellman-Ford dalam penentuan jalur routing. RIP
digunakan pada jaringan dengan ukuran kecil, dimana untuk implementasi dan
konfigurasinya yang sederhana dan mudah. RIPng menggunakan protokol UDP
pada port 521 untuk melakukan transportasi baik dalam pengiriman atau
penerimaan datagram. RIPng termasuk dalam routing protocol distance vector
yang menggunakan hop count dalam menentukan rute ke tujuan.
Pada dasarnya cara kerja dari RIPng sama dengan RIP, karena RIPng
dibuat berdasarkan routing protocol RIP yang digunakan pada IPv4. Namun
salah satu perbedaan yang mendasar ialah dukungan pada pengalamatan IPv6.
RIP menggunakan hop count dalam memperhitungan jarak ke alamat tujuan.
Hop count sebuah router menuju jaringan yang terhubung langsung adalah
bernilai 0, hop count dari sebuah router yang terhubung langsung dengan sebuah
router adalah bernilai 1. Pada Gambar 2.3 menunjukan gambar paket header pada
routing protocol RIPng.
Gambar 2.3 : Paket header RIPng [4]
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
11
Universitas Indonesia
Cara kerja routing protocol RIP :
• Setelah RIP di-enable router akan mengirimkan permintaan atau request ke
router tetangga, dan menerima request atau respon balik dari router tetangga.
• Ketika respon balik diterima, router akan menerima informasi yang dikirim
dan akan melakukan update terhadap routing table lokal.
• Setiap router dengan routing protocol RIP akan melakukan hal yang sama
agar tetap memiliki informasi routing yang terbaru.
Kekurangan dari routing protocol ini adalah terbatasannya jumlah lompatan (hop)
yang dapat dijangkau, dimana hop maksimal yang bisa dijangkau adalah 15 hop.
2.2.3. OSPFv3
Open Shortest Path First (OSPF) adalah routing protocol kelas link-state
yang dikembangkan untuk memperbaiki kinerja dari routing protocol RIP. OSPF
adalah routing protocol yang menggunakan konsep area. Kelebihan dari OSPF
dibandingkan dengan RIP adalah kecepatan dalam melakukan konvergensi dan
lebih luasnya jaringan yang bisa dijangkau. Pada dasarnya OSPFv3 menggunakan
jenis paket yang sama pada OSPFv2. Perbedaan yang paling jelas ialah OSPFv3
mendukung pengalamatan 128-bit. OSPFv2 menggunakan alamat 224.0.0.5 dan
224.0.0.6, OSPFv3 menggunakan alamat multicast IPv6 yaitu FF02::5 dan alamat
FF02::6 untuk router DR (designated routers) dan BDR (Backup DRs). OSPFv3
menggunakan alamat link-localnya untuk malakukan advertisements bukan alamat
globalnya. Paket header OSPFv3 adalah sebesar 16-byte, berbeda dengan OSPFv2
sebesar 24-byte. Paket header OSPFv3 terlihat seperti pada Gambar 2.4.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
12
Universitas Indonesia
Gambar 2.4 : Paket header OSPFv3 [5]
Dari Gambar 2.4 terlihat pada paket header OSPFv3 tidak ada
autentikasi. Pada IPv6 kemampuan dalam autentikasi dan enkripsi menggunakan
header extension. Pada OSPF terdapat beberapa paket LSP (Link-State Packets),
masing-masing paket dibutuhkan dalam proses routing pada OSPF. Berikut paket-
paket LSP pada OSPF [6] :
1. Hello – Paket Hello digunakan untuk memulai dan menjaga
keterhubungan informasi dengan router OSPF yang lain.
2. DBD (Paket Database Description) – DBD untuk memeriksa dan
melakukan sinkronisasi database antar router.
3. LSR ( Link-State Request) – LSR digunakan untuk menarik informasi dari
router lain.
4. LSU ( Link-State Update) – Paket ini digunakan untuk menjawab LSR
5. LSAck (Link-State Acknowledgment) – LSAck digunakan untuk
mengkonfirmasi paket LSU yang diterima oleh router.
Masing-masing router OSPF menjaga database LSA yang diterima dari
router lain. Ketika LSA dari semua router telah diterima maka router akan
membangun sebuah local link-state database. OSPF menggunakan algoritma
Dijkstra’s shortest path first (SPF) untuk membangun sebuah SPF tree. SPF tree
ini yang kemudian digunakan untuk membangun sebuah routing table dengan
jalur terbaik guna mencapai jaringan yang lain.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
13
Universitas Indonesia
Berikut merupakan proses terjadinya konvergensi pada link-state routing
protocols :
1. Masing-masing router mempelajari koneksinya yang terhubung ke
jaringan secara langsung.
2. Tiap router bertanggung jawab untuk “Hello” ke router tetangga yang
terhubung langsung.
3. Router membangun Link-State Packet (LSP) yang berisi mengenai
informasi link yang terhubung langsung.
4. Masing-masing router akan mengirimkan LSP kesemua tetangganya, yang
kemudian disimpan pada database.
5. Tiap router menggunakan databasenya untuk membangun sebuah peta
topologi lengkap dari jaringan dan gambaran jalur atau rute yang dapat
digunakan untuk mencapai jaringan tujuan yang ingin dicapai.
Administrative distance (AD) digunakan untuk mengukur realibilitas
informasi routing yang diterima oleh sebuah router dari router tetangganya. Nilai
AD berkisar pada bilangan bulat antara 0 sampai 255, dimana 0 menunjukkan
kemampuan penerusan data yang tertinggi dan 255 menunjukan tidak ada data
yang akan diteruskan melewati sebuah rute. Secara default OSPF memiliki AD
bernilai 110. Metric yang digunakan pada routing protocol OSPF dinamakan cost,
semakin kecil nilai cost, maka akan dipilih menjadi interface untuk mengirimkan
data. Pada RFC 2328 tidak dijelaskan mengenai nilai acuan untuk cost,
RFC 2328 : “A cost is associated with the output side of each router
interface. This cost is configurable by the system administrator. The
lower the cost, the more likely the interface is to be used to forward data
traffic."[7]
Namun pada Cisco IOS akumulasi bandwith dari interface yang digunakan router
untuk mencapai tujuan dijadikan sebagai acuan nilai cost. Pada setiap router nilai
cost dari interfacenya dihitung dari 10 pangkat 8 dibagi dengan nilai
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
14
Universitas Indonesia
bandwidthnya (bps) [8]. Pada Tabel 2.1 terlihat perbandingan nilai cost yang
dihitung dari besarnya bandwidth.
Tabel 2.1. : Nilai cost pada OSPF Cisco. [9]
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
15 Universitas Indonesia
BAB III
KONFIGURASI JARINGAN DAN METODE PENGUJIAN
3.1. TOPOLOGI JARINGAN Topologi jaringan yang digunakan pada jaringan test-bed untuk
pengujian routing protocol RIPng dan OSPFv3 menggunakan tiga buah router dan
dua buah PC. Topologi tersebut digunakan untuk menguji kedua routing protocol
pada jaringan IPv6. Topologi ditunjukan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 : Topologi jaringan
Koneksi antar router dibuat ada perbedaan kecepatan koneksinya, yaitu
100 Mbps untuk hubungan antara router R1-R2 dan R2-R3, dan kecepatan 10
Mbps untuk hubungan antara router R1-R3. Sedangkan untuk sambungan antara
PC1 dengan router R1, dan PC2 dengan router R3 menggunakan kecepatan
koneksi standar interfacenya, yaitu 100 Mbps.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
16
Universitas Indonesia
3.2. METODE PENGUJIAN
3.2.1. Pengujian Pemilihan jalur oleh routing protocol
Routing table menyimpan informasi rute-rute atau jalur untuk mencapai
jaringan yang lain, dan routing table juga menyimpan metric dari rute-rute yang
ada. Untuk melihat routing table dari router dapat dilakukan dengan mengetikan
perintah “show ip route” untuk router Cisco, atau perintah “ipv6 route” untuk
menampilkan informasi routing table IPv6 pada router Mikrotik. Pada masing-
masing router dilakukan perintah untuk menampilkan routing table-nya baik
dalam topologi IPv4 (RIP-OSPF) dan topologi IPv6 (RIPng-OSPFv3).
Perintah “trace route” atau “tracert” digunakan untuk mengetahui jalur
yang akan dilalui paket data. Tracert menggunakan protokol ICMP (Internet
Control Messaging Protocol), protokol ini bekerja dengan mengirimkan ICMP
echo request ke alamat tujuan. Rute yang dilalui dan ditampilkan adalah daftar
interface router yang digunakan pada jalur antara host dan tujuan. Pada pengujian
dilakukan perintah tracert pada PC1 ke PC2, hal ini dilakukan untuk mengetahui
jalur atau router mana yang saja yang dilalui oleh paket untuk menuju PC2.
3.2.2. Pengujian update routing table dan kecepatan waktu konvergen.
Pada pengujian juga dilakukan capture pada paket data. Pada pengujian
dilakukan capture pada paket data untuk mengetahui paket header dari masing-
masing routing protocol, proses update routing table pada routing protocol, dan
kecepatan masing-masing routing protocol dalam melakukan update table dan
mencapai konvergen. Berikut Gambar 3.2 adalah gambar titik-titik pengujian
dengan capture paket data pada jaringan.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
17
Universitas Indonesia
Gambar 3.2 : Topologi pengujian dengan capture paket data.
Pengujian yang dilakukan adalah dengan melakukan pengiriman paket
dari PC1 ke PC2 dan sebaliknya, lalu dilakukan capture pada paket yang lewat.
Untuk jalur R1-R2-R3 dilakukan capture paket pada interface R1 yang terhubung
dengan router R2, dan untuk jalur R1-R3 dilakukan capture pada interface R1
yang terhubung ke router R3. Untuk pengujian waktu konvergen dilakukan
dengan melakukan pemutusan pada jalur yang aktif pada routing table, sehingga
routing table segera menjadikan jalur alternatif yang terdaftar menjadi jalur aktif.
Pada pengujian dilakukan pengambilan data dari jumlah paket yang dikirim, paket
yang diterima, paket loss, dan kecepatan konvergen routing table.
3.2.3. Pengujian performa jaringan dengan paket TCP dan UDP
Pengujian performa dari routing protocol dilakukan dengan pengiriman
paket TCP dan UDP dari PC client ke server. Parameter yang diuji adalah
throughput jaringan. Untuk pengujian, topologi yang digunakan adalah data
dilewatkan pada router R1-R2-R3 untuk masing-masing routing protocol. Dalam
pengujian dengan data TCP digunakan variasi window size pada data yang
dikirimkan, yaitu 2, 4, 8, 16, dan 32 Kbyte interval waktu 10-3- detik. Dalam
pengujian dengan paket UDP paket dikondisikan pada variasi bandwith sebesar
40, 45, 50, 55, 60, 70, dan 80 Mbits/sec.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
18
Universitas Indonesia
3.3. PERANGKAT LUNAK PADA JARINGAN 3.3.1. Wireshark
Wireshark adalah suatu perangkat lunak yang digunakan untuk analisa
paket pada jaringan, Wireshark yang digunakan pada pengujian adalah versi 1.2.5.
Dengan perangkat lunak ini dapat dilakukan analisa, troubleshooting, penelitian
protokol, dan lainnya. Wireshark mampu menangkap paket-paket data atau
informasi yang melewati jaringan. Berbagai format protokol dapat ditangkap dan
dianalisa. Perangkat lunak ini bekerja dengan melakukan capture atau manangkap
paket data melalui interface pada PC yang terhubung pada jaringan. Gambar 3.3
adalah tampilan perangkat lunak wireshark ketika menangkap paket data yang
lewat.
Gambar 3.3 : Tampilan perangkat lunak wireshark
3.3.2. Mikrotik packet sniffer
Untuk melakukan capture paket pada interface antar router digunakan
perangkat lunak Packet Sniffer yang tersedia pada router Mikrotik. Tool ini
disediakan dalam mikrotik untuk menangkap paket-paket data yang melalui
interface router pada jaringan (paket yang masuk dan keluar melalui router) . Tool
ini berguna untuk analisa pada traffic jaringan. Untuk menggunakan tool ini
cukup dengan mengetikan perintah “tool sniffer > start” pada terminal Mikrotik
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
19
Universitas Indonesia
di masing-masing router dan dipilih interface apa yang ingin dicapture.
Gambar 3.4 adalah contoh hasil capture dengan tool sniffer pada router Mikrotik.
Gambar 3.4 : Tampilan hasil capture paket dengan tool sniffer pada Mikrotik.
3.3.3. Iperf
Iperf adalah sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk menguji
jaringan yang dikembangkan oleh “National Laboratory for Applied Network
Research”. Perangkat lunak ini bekerja dengan menghasilkan paket TCP atau
UDP yang digunakan untuk mengukur besar throughput, atau kualitas transfer
pada jaringan, jitter dan packet loss. Dengan Iperf dibutuhkan 2 buah komputer
dalam pengujian, satu komputer sebagai server dan satu lagi sebagai client. Pada
PC server dilakukan perintah iperf –s –V, dimana –s menunjukan sebagai server,
-V menunjukan jaringan yang digunakan adalah jaringan IPv6. Dan pada client
digunakan perintah iperf –c –V <no_IP_tujuan>. Selain itu masih banyak
perintah-perintah tambahan lain yang digunakan, termasuk untuk merubah-ubah
parameter pengujian seperti interval waktu, ukuran paket, port pengujian, dan
lainnya.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
20
Universitas Indonesia
3.4. PERANGKAT KERAS PADA JARINGAN 3.4.1. ROUTER MIKROTIK
Pada pengujian dengan test-bed digunakan tiga buah router Mikrotik
router board RB750. Mikrotik RouterOS merupakan sistem operasi berbasis
Linux yang dikembangkan sebagai operating system (OS) router yang bekerja
pada sebuah PC. Mikrotik router board adalah perangkat keras yang dikemas
dengan OS Mikrotik RouterOS sehingga dapat berdiri sendiri layaknya sebuah PC
dengan RouterOS. Gambar router Mikrotik seri RB750 ditunjukan pada
Gambar3.5.
Gambar 3.5 : Router Mikrotik RB750
Berikut spesifikasi router board RB750 yang digunakan :
• CPU : AR7240 300MHz (overclock up to 400MHz) CPU • Memory : 32MB DDR SDRAM onboard memory • Boot loader : RouterBOOT • Data storage : 64MB onboard NAND memory chip • Ethernet : Five 10/100 ethernet ports (with switch chip) • Extras : Reset switch, Beeper • LEDs : Power, NAND activity, 5 Ethernet LEDs • Power options : Power over Ethernet: 9-28V DC • Dimensions : 113x89x28mm. Weight: 130g • Power consumption : Up to 3W
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
21
Universitas Indonesia
• Operating System : MikroTik RouterOS v3, Level4 license
3.4.2. PC (Personal Computer)
Pada pengujian digunakan dua buah PC untuk mengirimkan dan menerima
data yang dikirim melalui topologi jaringan yang diuji. Berikut spesifikasi PC
yang digunakan.
PC1 :
• Sistem operasi : Microsoft Windows XP Service Pack 2
• Processor : Intel® Core™ 2 Duo T7200 @ 2.00 GHz
• RAM : 1.5 GB
• Ethernet card : Broadcom NetXtreme 57xx
PC2 :
• Sistem operasi : Microsoft Windows XP Service Pack 2
• Processor : Intel® T2050 @ 2.00 GHz
• RAM : 1 GB
• Ethernet card : Realtek RTL8169/8110 Family Gigabit Ethernet
NIC
Pada PC yang menggunakan sistem operasi Windows XP, secara default
layanan untuk IPv6 belum diaktifkan. Sehingga perlu dikonfigurasi agar dapat
mendukung IPv6. Untuk mengaktifkan dukungan IPv6 pada Windows XP yaitu
dengan mengetikan perintah “netsh interface ipv6 install” atau perintah “ipv6
install” pada command prompt Windows yang selanjutnya proses instalasi akan
berjalan dengan otomatis sampai selesai.
3.5. ALOKASI ALAMAT IP
Untuk alokasi IP pada topologi jaringan dibagi menjadi dua, yaitu alokasi
IP pada topologi dengan IPv4 dan pada topologi IPv6. Pada pengujian pada IPv4
digunakan alamat private kelas C, dan pada IPv6 digunakan alamat global. Pada
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
22
Universitas Indonesia
Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 memperlihatkan alokasi IP yang dipakai, baik pada
topologi jaringan IPv4 maupun IPv6.
Alokasi IP pada topologi jaringan IPv4 :
Table 3.1 : Alokasi IP pada topologi IPv4
No.
Nama
Perangkat
Interface
Alamat IP
Subnet Mask
Alamat
Gateway 1.
Router R1
Ether1 192.168.10.1 255.255.255.0 -
2. Ether2 192.168.20.1 255.255.255.0 -
3. Ether4 192.168.40.1 255.255.255.0 -
4.
Router R2
Ether2 192.168.20.2 255.255.255.0 -
5. Ether3 192.168.30.1 255.255.255.0 -
6.
Router R3
Ether3 192.168.30.2 255.255.255.0 -
7. Ether4 192.168.40.2 255.255.255.0 -
8. Ether1 192.168.50.1 255.255.255.0 -
9. PC1 LAN1 192.168.10.2 255.255.255.0 192.168.10.1
10. PC2 LAN1 192.168.50.2 255.255.255.0 192.168.50.1
Alokasi IP pada topologi jaringan IPv6 :
Table 3.2 : Alokasi IP pada topologi dengan IPv6.
No.
Nama
Perangkat
Interface
Alamat IP
Subnet Mask
Alamat
Gateway 1.
Router R1
Ether1 2001:abcd:10::1 /64 -
2. Ether2 2001:abcd:20::1 /64 -
3. Ether4 2001:abcd:40::1 /64 -
4.
Router R2
Ether2 2001:abcd:20::2 /64 -
5. Ether3 2001:abcd:30::1 /64 -
6.
Router R3
Ether3 2001:abcd:30::2 /64 -
7. Ether4 2001:abcd:40::2 /64 -
8. Ether1 2001:abcd:50::1 /64 -
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
23
Universitas Indonesia
9. PC1 LAN1 2001:abcd:10::2 /64 2001:abcd:10::1
10. PC2 LAN1 2001:abcd:50::2 /64 2001:abcd:50::1
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
23 Universitas Indonesia
BAB IV
UJI COBA DAN ANALISA
4.1. PENGUJIAN PADA JARINGAN
4.1.1. Pengujian pemilihan jalur oleh routing protocol
Setelah semua router dan PC dikonfigurasi dan topologi jaringan sudah
konvergensi, lalu dilakukan analisa routing table pada masing-masing router.
Dari routing table terlihat jaringan-jaringan yang bisa dijangkau dan jalur-jalur
yang dipilih oleh tiap routing protocol (RIPng dan OSPFv3). Seperti yang terlihat
pada Gambar 4.1 adalah routing table pada router R1, dari routing table tersebut
terlihat kalau router R1 dapat menjangkau jaringan 2001:abcd:10::/64,
2001:abcd:20::/64, 2001:abcd:30::/64, 2001:abcd:40::/64, dan 2001:abcd:50::/64.
Gambar 4.1 : Routing table pada router R1
Lalu untuk menguji jalur yang dipilih routing table dilakukan dengan
trace route pada PC1 menuju PC2 yaitu dengan printah “tracert
2001:abcd:50::2”. Dengan perintah trace route dapat diketahui interface-
interface dan router yang dilalui paket untuk mencapai tujuan. Pada Gambar 4.2
adalah hasil perintah tracert dari PC1 ke PC2.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
24
Universitas Indonesia
Gambar 4.2 : Hasil trace route PC1-PC2 pada jaringan.
Untuk pengujian routing protocol RIPng masing-masing router
dikonfigurasi hanya dengan routing protocol RIPng. Setelah jaringan sudah
konvergen lalu dianalisa kembali routing table pada router R1. Seperti yang
terlihat pada Gambar 4.3 adalah routing table pada router R1, dari routing table
tersebut terlihat kalau router R1 dapat menjangkau jaringan 2001:abcd:10::/64,
2001:abcd:20::/64, 2001:abcd:30::/64, 2001:abcd:40::/64, dan 2001:abcd:50::/64.
Gambar 4.3 : Routing table pada router R1 dengan routing protocol RIPng
Setelah analisa routing table dilakukan pengujian kembali dengan melakukan
trace route dari PC1 ke PC2 dengan perintah “tracert 2001:abcd:50::2” pada
PC1, dimana hasilnya ditujukan pada Gambar 4.4.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
25
Universitas Indonesia
Gambar 4.4 : Hasil trace route PC1-PC2 dengan routing protocol RIPng
4.1.2. Pengujian kecepatan konvergen routing table
Pengujian dilakukan dengan melakukan pemutusan pada jalur yang aktif
pada routing table, sehingga routing table segera menjadikan jalur alternatif yang
terdaftar menjadi jalur aktif. Paket yang digunakan dalam pengujian adalah 100
buah paket ping , dengan panjang data 32 byte. Pada routing protocol RIPng ada
beberapa parameter update routing yang dikonfigurasi ulang, diantaranya: Update
timer :00:00:15, Timeout timer :00:01:00, dan Garbage timer :00:00:30. Hasil dari
pengujian dengan routing protocol RIPng ditunjukan pada Tabel 4.1, dan
pengujian dengan OSPFv3 ditunjukan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 : Hasil pengujian kecepatan konvergen dengan routing protocol RIPng
Pengujian
Paket diterima
Paket loss
Waktu konvergen (s)
1. 84 16 64,78 2. 85 15 58,12 3. 88 12 59,54 4. 86 14 56,61 5. 84 16 63,78
Rata-rata 85,4 14,6 60,566
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
26
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 : Hasil pengujian kecepatan konvergen dengan routing protocol OSPFv3
Pengujian
Paket diterima
Paket loss
Waktu konvergen (s)
1. 99 1 4,00 2. 99 1 5,00 3. 99 1 4,06 4. 99 1 4,74 5. 99 1 4,91
Rata-rata 99 1 4,542
4.1.3. Capture paket header routing protocol
Pengujian dilakukan dengan melakukan capture pada interface, paket
yang diambil adalah paket yang dikirimkan ketika proses update table routing
protocol RIPng dan hello packet yang dikirimkan oleh OSPFv3. Pada interface
router yang terhubung dengan PC tidak disetting sebagai interface passive, hal ini
dilakukan agar update tetap dikirim ke interface. Pada Gambar 4.5 dan
Gambar 4.6 adalah hasil capture pada paket RIPng dan OSPFv3.
Gambar 4.5 : Paket header routing protocol RIPng
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
27
Universitas Indonesia
Pada paket update routing protocol RIPng dapat dilihat informasi yang
dibawanya, yaitu informasi routing table dari router lengkap dengan informasi
jaringan yang dapat dijangkau dan nilai metricnya. Dari paket terlihat port yang
digunakan untuk mengirimkan dan menerima update, yaitu port 521 dan alamat
multicast yang digunakan untuk mengirimkan update adalah alamat ff02::9. Dari
hasil capture paket juga dilihat untuk update dikirimkan rata-rata setiap 15 detik.
Gambar 4.6 : Paket header routing protocol OSPFv3
Pada paket hello OSPFv3 dapat dilihat bahwa alamat multicast yang
digunakan untuk mengirimkan paket adalah alamat ff01::5. Paket hello dikirimkan
setiap 10 detik. Paket paket juga terdapat informasi router dead interval, id
designated router, dan id backup designated router.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
28
Universitas Indonesia
4.1.4. Pengujian performa dengan pengiriman paket TCP dan UDP
Pada pengujian dengan pengiriman paket TCP yang dilakukan pengujian
lima kali pengambilan data untuk masing-masing routing protocol, didapatkan
rata-rata throughput untuk variasi window size dan waktu seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 : Hasil pengujian throughput dengan paket TCP.
Window Size (Kbyte)
IPv4 IPv6 RIP OSPF RIPng OSPFv3
2 92,5 85,5 92,8 85,2
4 94,7 85,7 92,7 85,5
8 93,8 85,7 92,6 85,2
16 94,3 94,2 93,1 92,8
32 94,5 94,4 93,0 93,0
*Mbits/second
Pada pengujian dengan paket UDP dilakukan pengujian dengan
mengkondisikan jaringan melewati data mulai dari 40, 45, 50, hingga 80
Mbit/detik guna mendapatkan nilai jitter dari tiap-tiap routing protocol yang diuji.
Hasil pengujian ditunjukan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 : Hasil pengujian jitter dengan paket UDP.
Transfer (Mbytes)
Bandwith(Mbits/sec)
IPv4 IPv6 RIP OSPF RIPng OSPFv3
47,7 40 0 0 0 0
53,7 45 0 0 0 0
59,7 50 0 0 0 0
65,8 55 1,048 0 0 0
71,5 60 1,037 0,982 1,097 1,089
83,4 70 0,975 0,935 1,340 1,205
94,5 80 0,946 0,922 1,152 1,025 *millisecond (ms)
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
29
Universitas Indonesia
4.2. ANALISA DATA
4.2.1. Analisa pemilihan jalur oleh routing protocol
Ketika kedua routing protocol dikonfigurasi pada masing-masing router,
maka routing protocol yang aktif yang digunakan oleh router adalah routing
protocol OSPFv3, terlihat pada routing table dengan tanda A (Active). Hal ini
terjadi karena OSPF memiliki nilai AD lebih kecil, yaitu 110 dibandingkan
dengan nilai AD dari RIP yaitu 120. Namun untuk routing RIPng tetap terdaftar
pada routing table.
Pada pengujian terlihat pada routing table di R1 jalur yang dipilih untuk
mencapai jaringan 2001:ABCD:50::/64 adalah melalui alamat gateway
fe80::20c:42ff:fe70:83:37, dimana alamat tersebut merupakan alamat link local
untuk interface ether 2 pada router R2. Dan dari hasil pengujian dengan trace
route pada PC1 menuju PC2 terlihat interface yang dilalui untuk mencapai PC2,
yaitu melalui alamat interface 2001:abcd:10::1, 2001:abcd:20::2, 2001:abcd:30::2,
dan terakhir mencapai alamat 2001:abcd:50::2 yaitu alamat interface pada PC2.
Sehingga dapat digambarkan jalur yang dipilih oleh routing protocol OSPFv3
pada router R1 untuk mencapai jaringan 2001:abcd:50::/64 adalah melalui router
R1-R2-R3. Berikut Gambar 4.7 adalah alur proses pengiriman paket dengan
routing protocol OSPFv3.
2001
:abcd
:20::0
/64 2001:abcd:20::0 /64
Gambar 4.7 : Alur pengiriman paket dari PC1 ke PC2 dengan routing protocol OSPFv3.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
30
Universitas Indonesia
Jalur tersebut dipilih pada masing-masing router, karena pada OSPF
menggunakan cost sebagai metricnya. Semakin besar bandwith yang dipakai pada
interface maka semakin kecil nilai costnya. Untuk perhitungan nilai cost pada
interface yang digunakan pada jaringan adalah sebagai berikut :
• Interface Fast Ethernet (100Mbps) :
Cost = = 1
• Interface Ethernet (10Mbps):
Cost = = 10
Dari perhitungan cost diatas dapat dihitung nilai cost untuk mencapai
PC2 lebih kecil jika melalui R1-R2-R3 yaitu dengan akumulasi total cost yaitu 2,
dibandingkan jika melalui R1-R2 yang memakan cost sebesar 10. Oleh karena itu
maka dengan routing protocol OSPFv3 jalur yang digunakan untuk mengirimkan
paket dari PC1 ke PC3 adalah melalui R1-R2-R3. Gambar ilustrasi nilai cost pada
jaringan ditunjukan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 : Nilai cost pada masing-masing rute pada OSPFv3
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
31
Universitas Indonesia
Seperti yang terlihat pada routing table pada gambar 4.3, pada routing
protocol RIPng jalur yang dipilih oleh router R1 untuk mencapai ke jaringan
2001:abcd:50::/ 64 adalah melalui alamat gateway fe::20c:42ff:fe56:fc:bc atau
alamat link local untuk interface ethernet 4 pada router R3. Jalur ini dipilih karena
pada routing protocol RIPng menggunakan metric hop count, yaitu berdasarkan
jumlah router yang dilalui tanpa berpengaruh dengan bandwith interfacenya. Jadi
jalur yang dipilih oleh routing protocol RIPng dalam mengirimkan paket dari PC1
ke PC2 melaui router R1 lalu R2, seperti pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 : Alur pengiriman paket dari PC1 ke PC2 dengan routing protocol RIPng.
Pada pengujian trace route pada topologi dengan RIPng dapat dilihat
jalur atau interface router yang dilalui oleh paket untuk mencapai jaringan
2001:abcd:50:: adalah melalui 2001:abcd:10:1 (Ethernet 1 router R1),
2001:abcd:40::2 (Ethernet 4 router R3), dan tujuan akhir 2001:abcd:50::2
(interface ethernet PC2), sehingga untuk menjangkau jaringan 2001:abcd:50::/64,
routing protocol RIPng menggunakan jalur yang melalui R1- R3 dan tidak
melalui jalur R1-R2-R3. Jalur ini dipilih karena RIPng merupakan routing
protocol distance-vector yang menggunakan hop count sebagai metricnya.
Dimana metric pada jalur R1-R3 bernilai 2, yang lebih rendah jika dibandingakan
jalur R1-R2-R3 yang memiliki nilai metric 3.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
32
Universitas Indonesia
4.2.2. Analisa kecepatan konvergen routing table
Pada pengujian routing protocol RIPng dibutuhkan waktu sekitar 60,566
detik untuk mencapai kondisi konvergen. Nilai ini merupakan pengaruh dari nilai
timeout yang digunakan yaitu 00:01:00 atau 60 detik. Ketika waktu timeout habis
maka pada metric dibuat bernilai 16, lalu jalur alternatif dijadikan jalur aktif pada
routing table. Pada routing protocol RIP proses update routing table bekerja
secara periodik dan dipengaruhi oleh konfigurasi timer update yang digunakan.
Pada pengujian OSPFv3 hasil rata-rata yang dibutuhkan untuk konvergen
adalah 4,542 detik. Dengan konvergen secepat ini masih didapatkan paket loss
sebesar 1 paket dari 100 paket ICMP yang dikirimkan. Dari pengujian terbukti
jika pada OSPFv3 memiliki kelebihan dalam melakukan konvergen routing table
pada jaringan dengan cepat. Pada OSPFv3 jika terjadi perubahan pada link, maka
informasi link tersebut yang dikirimkan ke router yang lain.
4.2.3. Analisa paket update routing protocol
Dari analisa paket header update routing table pada RIPng dapat dilihat
alamat multicast yang digunakan untuk mengirimkan update table ke router lain
yang terhubung adalah alamat multicast ff02::9, port yang digunakan untuk
mengirimkan update table adalah port 521. Pada paket header juga dapat dilihat
bahwa dalam melakukan update, RIPng mengirimkan semua informasi routing
table dan meneruskannya ke router yang lain. Sedangkan dengan routing protocol
RIP pada IPv4 alamat multicast yang digunakan adalah 224.0.0.9 dan port
520(UDP). Untuk waktu update table yang dikirimkan setiap sekitar 15 detik
sesuai dengan konfigurasi yang dilakukan, yaitu waktu update Timer 00:00:15.
Dengan dikirimnya seluruh update table ke router rip yang lain dan dengan jangka
waktu yang rutin, maka routing protocol RIPng-RIP cukup membebani jaringan.
Dari paket Hello OSPFv3 dapat dilihat alamat multicast yang digunakan
adalah alamat ff02::5. Pada paket Hello terdapat informasi versi OSPF, tipe paket
OSPF, alamat router pengirim paket, area ID, interval paket hello, dan lainnya.
Dilihat dari paket header OSPFv3 tidak jauh berbeda paket OSPF pada IPv4.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
33
Universitas Indonesia
Perbedaan hanya pada alamat pada paket header yaitu pada informasi versi OSPF
yang digunakan.
4.2.4. Analisa performa dengan pengiriman paket TCP dan UDP
Throughput adalah parameter yang menunjukan jumlah bit rata-rata data
yang dapat ditransfer dari satu node ke node yang lain perdetiknya. Pengujian
throughput dengan paket TCP diukur dengan membandingkan jumlah byte data
TCP yang dikirim melalui jaringan dengan jumlah waktu yang diperlukan dalam
pengiriman. Dari data hasil pengujian digambarkan pada grafik yang ditunjukan
pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 : Grafik hasil pengujian throughput TCP.
Dari grafik pada Gambar 4.10 terlihat besarnya throughput TCP bernilai
85,2-85,7Mbits/detik pada pengujian routing protocol OSPF dan OSPFv3 dengan
ukuran window size 2, 4, dan 8 Kbyte lebih rendah dibandingkan pengujian
routing protocol RIP dan RIPng yang cenderung stabil dengan nilai throughput
92,5-94,5 Mbits/detik pada pengujian di setiap variasi window size. Namun pada
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
34
Universitas Indonesia
penggunaan sistem operasi Windows, nilai default untuk window size TCP yang
digunakan bernilai 16Kbyte, sehingga pada penggunaan routing protocol pada
jaringan lokal dengan aplikasi pada PC tidak terlihat perbedaan performa dari
penggunaan routing protocol yang berbeda antara RIPng dengan OSPFv3. Dari
hasil pengujian terlihat nilai throughput maksimal pada jaringan dengan koneksi
Fast Ethernet 100Mbps dengan pengiriman paket TCP sebesar 94,7 Mbit/s dengan
RIP 94,4 Mbit/s dengan OSPF 93,1 Mbit/s dengan RIPng dan 93,0 Mbit/s dengan
routing protocol OSPFv3. Dari hasil terlihat bahwa throughput atau kemampuan
sebenarnya suatu jaringan dalam malakukan pengiriman data pada jaringan test-
bed tidak mencapai 100Mbits/s, karena bergantung pada trafik yang sedang
terjadi.
Ukuran window pada TCP berpengaruh pada nilai throughput, karena
window size adalah nilai atau ukuran maksimal dari data yang dapat dikirim tanpa
paket acknowledge (konfirmasi). Semakin kecil nilai window size maka akan
memperlambat transfer, karena banyaknya paket data yang perlu di acknowledge.
Sehinga pada pengujian mempengaruhi nilai throughput yang didapatkan.
Gambar 4.11 : Grafik hasil pengujian jitter.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
35
Universitas Indonesia
Gambar 4.11 adalah gambar hasil pengujian jitter dengan pengiriman
paket UDP. Pada pengujian dengan masing-masing routing protocol, nilai jitter
yang didapat memiliki nilai yang fluktuatif pada tiap-tiap pengujian. Dengan
routing protocol RIP memiliki nilai jitter yang lebih besar dibandingan jitter
dengan OSPF pada IPv4, begitu juga pada pengujian pada jaringan IPv6 jitter
pada pengujian dengan RIPng lebih besar dibandingan pengujian dengan OSPFv3.
Jitter adalah suatu parameter yang menunjukan variasi delay antar paket
dalam pengiriman yang sama. Jaringan yang baik adalah jaringan yang memiliki
nilai jitter yang kecil. Dari grafik diatas terlihat bahwa besar jitter ikut berubah
saat besar bandwith transfer berubah. Secara umum nilai jitter meningkat dengan
nilai besaran yang fruktuatif. Hal ini terjadi karena semakin banyak data yang
dikirim maka semakin besar kemungkinan terjadinya tabrakan (congestion) pada
jaringan. Dari pengujian didapatkan nilai jitter pada OSPFv3 lebih kecil 0,37%
dibandingkan dengan penggunaan routing protocol RIPng hal ini menunjukan
kestabilan dalam pengiriman paket data. Nilai jitter yang didapatkan masih masuk
dalam kategori sangat bagus, hal ini dikarenakan pada test-bed pengujian yang
sederhana dengan kondisi trafik ideal tanpa ada pengaruh dari data lain pada
jaringan.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
36 Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN
1. Secara keseluruhan cara kerja routing protocol pada IPv6 (RIPng dan OSPFv3)
dengan routing protocol pendahulunya RIP dan OSPF pada IPv4 memiliki cara
kerja yang sama, perbedaan yang mendasar ialah dukungan terhadap
pengalamatan 128-bit.
2. Pada pengujian routing procotol RIPng, untuk mencapai konvergen routing table
dibutuhkan waktu sebesar 60,566 detik dengan paket loss sebesar 14,6 dari 100
paket ICMPv6. Pada OSPFv3 untuk mencapai konvergen routing table
dibutuhkan waktu sebesar 4,542 detik dengan paket loss sebesar 1 dari 100 paket
ICMPv6 yang dikirimkan.
3. Pada pengujian terbukti jika routing protocol RIPng menggunakan UDP port
521 dan alamat FF02::9 digunakan sebagai alamat multicast ke router RIP yang
lain untuk mengirimkan update table dan OSPFv3 menggunakan alamat FF02::5
sebagai alamat multicast dalam mengirimkan informasi jalur atau link ke router
yang lain.
4. Hasil pengujian throughput dengan window size paket TCP berukuran
2, 4, 8, 16, 32 Kbyte didapatkan nilai rata-rata 92,8 Mbits/detik untuk routing
protocol RIPng, dan pada OSPFv3 didapatkan nilai rata-rata throughput
85,3Mbits/detik untuk windows size 2, 4, 8 Kbyte dan 92,9Mbits/detik untuk
window size berukuran 16 dan 32 Kbyte. Pada pengujian jitter dengan paket UDP
pada jaringan IPv6, didapat besar jitter dengan routing protocol RIPng rata-rata
1,196 ms dan dengan dengan OSPFv3 rata-rata sebesar 1,106 ms.
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
37 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
[1] The 6NET Consortium (September 2005). An IPv6 Deployment Guide.
http://www.6net.org, Halaman 9.
[2] Cisco CCNA Exploration 4.0. Routing Protocols and Concepts,2007
[3] RIPng technology white paper. http://www.huawei-3com.com /portal/ Products
___Solutions/Technology/IP_Routing/Technology_White_Paper/
[4] Stewart, Brent D (2008). CCNP BSCI Official Exam Certification Guide Fourth
Edition. Indianapolis: Cisco Press.Halaman 550.
[5] http://www.ietf.org/rfc/rfc2328.txt
[6] Cisco CCNA Exploration 4.0. Routing Protocols and Concepts,2007. The OSPF
Metric
[7] Cisco CCNA Exploration 4.0. Routing Protocols and Concepts,2007. The OSPF
Metric
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010
38 UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Davies, Joseph (2002). Understanding IPv6. Washington, DC: Microsoft Press.
Deering S., R. Hinden (Desember 1998). Internet Protocol Version 6 (IPv6)
Spesification. RFC:2460
http://www.ietf.org/rfc/rfc2460.txt
Haryanto, Taofik (2004). Analisa Routing Protocol RIPng dan OSPFv3 pada
jaringan lokal IPv6 dengan metode tunneling 6 over 4 dan 6 to 4. Depok:
Universitas Indonesia.
Pun, Hubert (1998). Convergence Behavior of RIP and OSPF Network
Protocols.British Columbia: University of British Columbia.
Stewart, Brent D (2008). CCNP BSCI Official Exam Certification Guide Fourth
Edition. Indianapolis: Cisco Press.
Taufan, Riza (2002). Teori dan Implementasi IPv6-Protocol Internet Masa Depan.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
The 6NET Consortium (September 2005). An IPv6 Deployment Guide.
http://www.6net.org
Analisa unjuk..., Muhammad Syafrudin, FT UI, 2010