Post on 27-Nov-2021
SKRIPSI
ANALISA NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN CIRI-CIRI
PRIBADI SUKSES DALAM NOVEL LASKAR PELANGI
KARYA ANDREA HIRATA
OLEH :
BAMBANG SIDIK PRIYATNO
NIM : 104015000578
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1430 H/2009 M
Lembar Pengesahan Skripsi
ANALISA NILAI-NILAI PENDIDIKAN
DAN CIRI-CIRI PRIBADI SUKSES DALAM NOVEL LASKAR PELANGI
KARYA ANDREA HIRATA
Skripsi ini Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
oleh :
Bambang Sidik Priyatno
NIM : 104015000578
Dibawah bimbingan
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A
KATA PENGANTAR
Tak ada yang pantas didahulukan untuk dijadikan tambatan kata ucapan
terimakasih dan ruang merefleksikan rasa syukur yang setulus-tulusnya, kecuali
Allah S.W.T. yang Maha Mampu (Al-Qodir) melimpahkan kekuasaan-Nya
kepada hamba (penulis) berupa akal pikiran dan kecerdasan yang sedikit saja.
Rasa syukur atas nikmat waktu yang diberikan, Atas kekuatan mengalahkan rasa
malas dan banyak nikmat yang tak mampu penulis tuliskan walau berpeluh darah.
Maka kepada hamba-Nya yang mulia penulis bersholawat dan berdoa,
karena ia layak menerima segunung lantunan kebaikan atas jasa-jasa agung yang
tak ternilai. Dialah Muhammad S.A.W. sosok agung nan sabar menghadapi rupa-
rupa karakter pengikutnya: yang penurut, yang cerdas, yang pemarah, pencela,
pembangkang, dan banyak sifat hitam-putih para sahabat dan tabi’in yang
Muhammad taklukkan. Beliaulah pembimbing ke arah aktulisasi pikiran yang
diharapkan Tuhan-Nya. Allah yang Maha Mengetahui.
Lembar-lembar kertas ini penulis jadikan sebagai tempat
pertanggungjawaban dan membuktikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan bahwa berbagai disiplin ilmu yang penulis pelajari pada akhirnya akan
tertuang pada skripsi ini. Berikut penulis titipkan skripsi yang berjudul “Analisa
Nilai-Nilai Pendidikan dan Ciri-Ciri Pribadi Sukses dalam Novel Laskar
Pelangi Karya Andrea Hirata.” Tema seperti ini sangat relevan dengan kondisi
pendidikan bangsa Indonesia yang terus berkembang serta semangat hidup remaja
yang pasang surut.
Sekali lagi, inilah persembahan paling berharga dari penulis sekaligus
tanda terimakasih kepada keluarga besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
umumnya kepada civitas akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah
Jakarta.
Tidak akan luput dari ingatan penulis haturkan ketulusan rasa syukur
sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah berjasa, telah membantu
dalam proses penelitian ini hingga selesai. Mereka yang penulis banggakan
adalah:
1. Kepada pasangan paling harmonis. Wanita terkuat, paling teguh,
penyabar, dan tak kenal lelah, dialah Ibunda Ruhaini yang kucintai.
Allah! Ampunilah dosa-dosa beliau dan sayangilah ia seperti ia
menyayangiku di waktu kecil. Ibu, aku tak kan mampu membalas air
susumu. Bapak Sentana, pria unggul yang selalu berjuang setiap pagi.
Keluar rumah sewaktu anak-anaknya masih terlelap dan kembali
bersama senja membawa makanan yang mungkin sedikit jumlahnya,
namun nikmatnya tiada terkira ketika ia ada di tengah-tengah hangatnya
kebersamaan. Beliaulah tedeng aling-aling/perisai keluarga terkuat dan
dibanggakan. Ya… Allah! Berikan kekuatanmu pada mereka dengan
segala dinamika kehidupan.
2. Keluarga besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta pihak
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah banyak membantu berbagai
fasilitas penunjang penelitian. Drs. H. Nurochim, M.M., Kak Lulu El
Maknun, Teh Ifah, Bang Romli. I respect to you.
3. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A., selaku pembimbing skripsi yang
banyak memberi ilmu dan dukungan moral serta mengorbankan banyak
waktunya untuk membimbing penulis.
4. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Selaku Dekan FITK. Bimbinglah anak-
anakmu dengan ilmu yang diamanahkan-Nya. Bismillah! Bismillah!
Bismillah! You can do it!
5. Kepada Bang Andrea Hirata, penulis tetralogi Laskar Pelangi, yang
telah memberi izin dan berbagai bantuan kelengkapan data yang penulis
butuhkan. Dan hanya Allah yang Maha Tahu segala maksud yang tidak
manusia tahu dari tulisanmu.
6. Teman-teman IPS angkatan 2004 : Dede Darmawan dan Adi Abdul
Hadi, mereka yang memberi semangat selama proses bimbingan
bersama penulis. Semoga Allah memberi segala kebaikan pada kalian.
Amin!!! Juga kepada Suharto, Sainan, Lukman, Yuli, Zahra, Maryam,
Haris, Hardi, Tarminah, Syaiful, Ade, M. Mahfud, Faisal, Siam, Euis,
Sarah, Hasanah, Reni, Iman, Fadhil, Gilang, Topan, Solahuddin, dan
Dwi.
7. Secara istimewa terima kasih tak terhingga untuk Yayu Yayah J., Kak
Tama, Iin Tabiin, Lillah, Luthfi, Alif R. al-Qaady, dan Adinda Ityanu
Rahmatin yang menjadi sumber inspirasi serta pengingat akan khilaf-
khilaf yang penulis lakukan. Serta canda tawa menyegarkan hati dan
fisik. Terima kasih banyak!!!
8. Untuk sahabat dan teman-teman komunitas seni: di Forum Lingakar
Pena Cabang Ciputat (FLP_C) atas diskusi tentang dunia kepenulisan.
Teman-teman Lingkar Sastra Tarbiyah (LST). Teman-teman POSTAR
(Pojok Seni Tarbiyah). Dan The Sangkar Burung Kost.
9. Kepada rekan-rekan tim guru Adzkia Islamic School Daarut Tauhiid
yang memotivasi penulis, seluruh siswa-siswi SMP-SMA AIS, serta
sahabat-sahabat di Daarut Tauhiid Jakarta.
10. Akhirnya kepada seluruh guruku, teman-teman jauh dan dekat yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa hormat
dan terima kasih atas sumbangan doa dan bantuan langsung maupun
tidak. Dan kepada seluruhnya, semoga Allah selalu membimbing ke
jalan-Nya dan memberi kebebasan berfikir untuk mencapai ridlo-Nya.
Amiin!!!
Jakarta, 04 Mei 2009
Bambang Sidik Priyatno
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………….………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL ...…………………………………………………………… ix
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………. 1
A. L
atar Belakang Masalah …………………………………….. 1
B. P
ermasalahan .……………………………………………… 7
C. ..............................................................................................T
ujuan dan Signifikansi …………. ........................................... 7
1............................................................................................T
ujuan .................................................................................... 7
2............................................................................................Si
gnifikansi .............................................................................. 8
D................................................................................................M
etode Penelitian yang Digunakan ..................................... 8
BAB II : DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A................................................................................................
Deskripsi Teoitis ......................................................................... 9
1. ...........................................................................................K
onsep Pendidikan ............................................................. 9
a. Pengertian Pendidikan ................................................ 9
b. Tujuan Pendidikan .......................................................12
c. Pengertian Kurikulum ..................................................12
d. Pegertian Pendidik ......................................................13
e. Pengertian Siswa atau Anak Didik ...........................13
2. ...........................................................................................P
engertian Pribadi dan Kepribadian .............................14
3. ...........................................................................................P
endidikan Pribadi Sukses ................................................17
4. ...........................................................................................T
ujuan Kesuksesan Pribadi ...............................................19
B. ...............................................................................................
Konsep Novel dalam Sastra ................................................20
1.............................................................................................K
onsep Novel.......................................................................20
a. .....................................................................................Pl
ot atau Alur ..................................................................22
b. .....................................................................................T
okoh dan Penokohan ................................................23
c. .....................................................................................L
atar atau Setting ....................................................24
d. .....................................................................................S
udut Pandang atau Point of View ........................25
2.............................................................................................W
acana Sastra ....................................................................25
3.............................................................................................S
astra, Pendidikan, dan Ciri-ciri Pribadi Sukses ...........26
BAB III : BIOGRAFI DAN LINGKUNGAN ANDREA HIRATA ....29
A................................................................................................Ri
wayat Hidup Andrea Hirata ...............................................29
1. ...........................................................................................M
asa Sekolah ......................................................................30
2. ...........................................................................................M
asa Kuliah .........................................................................30
3. ...........................................................................................M
asa Pengabdian Masyarakat ......................................30
B. ...............................................................................................K
arya-karya Andrea Hirata ...................................................31
BAB IV : ISI NOVEL LASKAR PELANGI ........................................32
A. ...............................................................................................T
ema Cerita ............................................................................32
B.................................................................................................S
etting atau Latar Cerita ......................................................33
1. ..........................................................................................S
ekolah SD Muhammadiyah .........................................33
2. ..........................................................................................S
ekolah PN Timah ............................................................33
3. ..........................................................................................P
asar ikan, Toko Sinar Harapan ....................................34
C. ...............................................................................................T
okoh dan Penokohan .........................................................35
1. ..........................................................................................T
okoh ..................................................................................35
a.....................................................................................T
okoh Utama ................................................................35
b.....................................................................................T
okoh Protagonis .........................................................36
c. ....................................................................................T
okoh Antagonis .........................................................36
d.....................................................................................T
okoh Tritagonis ...........................................................36
e. ....................................................................................T
okoh Pembantu .........................................................36
2. ..........................................................................................P
enokohan ........................................................................36
a.....................................................................................N
. A. Muslimah Hafsari ...............................................36
b.....................................................................................M
ahar ............................................................................36
c. ....................................................................................Li
ntang ..........................................................................37
3. ..........................................................................................P
oint of View atau Sudut Pandang ............................37
4. ..........................................................................................Si
nopsis/Substansi Novel Laskar Pelangi dan Kerangka
Teori Novel Laskar Pelangi ............................................37
BAB V : NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN CIRI-CIRI PRIBADI
SUKSES DALAM NOVEL LASKAR PELANGI ...............40
A. ...............................................................................................N
ilai-nilai Pendidikan ..............................................................40
1. ..........................................................................................T
Ujuan pendidikan .........................................................40
2. ..........................................................................................G
uru sebagai Pembimbing ............................................40
3. ..........................................................................................F
asilitas dan Sumber Belajar ..........................................41
4. ..........................................................................................P
elajar sejati ......................................................................41
5. ..........................................................................................P
antang Menyerah dalam Belajar ..............................41
6. ..........................................................................................P
endidikan Wirausaha dan Kemandirian ...................42
B.................................................................................................C
iri-ciri Pribadi Sukses ..............................................................42
1. ..........................................................................................K
erja keras .........................................................................42
2. ..........................................................................................N
etworking/Jaringan Kerja .............................................42
3. ..........................................................................................D
apat/Bisa Dipercaya ....................................................42
4. ..........................................................................................T
anggung Jawab Pemimpin ........................................42
5. ..........................................................................................M
emanfaatkan Waktu .....................................................43
6. ..........................................................................................S
emangat Kerja Keras dan Pantang Menyerah .......43
7. ..........................................................................................K
ejujuran ............................................................................43
8. ..........................................................................................Kr
eatif dan inovatif.............................................................44
C. ...............................................................................................K
esimpulan ..............................................................................44
D. ...............................................................................................K
erangka Nilai-nilai Pendidikan dan Ciri-ciri Pribadi Sukses
dalam novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata ........45
BAB VI : ANALISA TEORITIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN
CIRI_CIRI PRIBADI SUKSES DALAM NOVEL LASKAR
PELANGI ..............................................................................46
A. ...............................................................................................A
nalisa Teoritis dan Teori Temuan .......................................46
1. ..........................................................................................N
ilai-nilai Pendidikan ........................................................46
a.....................................................................................T
ujuan Pendidikan......................................................46
b.....................................................................................P
eran Guru Sebagai Pembimbing..........................48
c. ....................................................................................P
elajar Sejati ................................................................52
d.....................................................................................G
iat Belajar....................................................................53
e. ....................................................................................F
asilitas dan Sumber Belajar ....................................55
f. .....................................................................................P
endidikan Wirausaha dan Kemandirian..............55
2. ..........................................................................................C
iri-ciri Pribadi Sukses ........................................................57
a.....................................................................................K
erja Keras ...................................................................57
b.....................................................................................N
etworking / Jaringan Kerja ....................................58
c. ....................................................................................D
apat Dipercaya .......................................................60
d.....................................................................................M
emanfaatkan Waktu ..............................................62
e. ....................................................................................S
emangat Kerja Keras dan Pantang Menyerah 63
f. .....................................................................................K
ejujuran ......................................................................65
g.....................................................................................Kr
eatif dan Inovatif .....................................................66
B.................................................................................................P
erspektif Novel Laskar Pelangi terhadap Kehidupan
Sekarang ................................................................................67
BAB VII : PENUTUP .............................................................................69
A. ................................................................................................K
esimpulan ...............................................................................69
B. ................................................................................................S
aran .........................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Unsur-unsur Novel ....................................................................................... 21
Kerangka Teori Novel Laskar Pelangi .......................................................... 39
Kerangka Nilai-nilai Pendidikan dan Ciri-ciri Pribadi Sukses dalam
Novel Laskar Pelangi ................................................................................... 45
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan filsafat secara garis besar menyentuh wilayah-wilayah
tertentu dalam penyelidikannya. Hubungan masing-masing sangat erat dan ada
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehinga menjadi mustahil bagi
seorang yang mengadakan telaah falsafi tanpa mengungkap secara sistematis
permasalahan tersebut. Medan dan wilayah yang dimaksud adalah ontologi,
epistimologi, dan aksiologi.
Metafisika (ontologi) memperkatakan masalah yang berkaitan dengan tiap
ada atau yang dianggap ada, juga hakikat ada. Segala yang menyangkut
pengetahuan dianggap diperkatakan oleh teori pengetahuan (epistimologi).
Manusia dalam tindakan dan laku perbuatannya digerakkan oleh nilai-nilai
(aksiologi). Mengetahui masuk ke dalam wilayah teori pengetahuan dan sesuatu
masuk ke dalam metafisika, teori pengetahuan dan teori metafisika bermuara pada
teori nilai.1 Karenanya, menjadi penting untuk sedikit mengungkapkan arti nilai
dalam bahasan ini. Karena nilai merupakan “sesuatu” yang menjadi ultimate goal
(tujuan akhir) dari segala aktivitas (penyelidikan) ontologis dan epistimologis
dalam telaah filosofi.2
Nilai adalah ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan
tertentu. Nilai sesungguhnya tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi
manusia memasukkan nilai ke dalamnya, jadi, barang mengandung nilai, karena
subjek yang tahu dan menghargai nilai itu. Tanpa hubungan subjek atau objek,
nilai tidak ada. Suatu benda ada sekalipun manusia tidak ada. Tapi benda itu tidak
bernilai, kalau manusia tidak ada. Karena itu, nilai adalah cita, idea, bukan fakta.
1 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat: Pengantar Kepada Teori Nilai, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1981), h. 468-469. 2 Sidi Gazalba. Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1987), Cet. 2, h. 217.
Sebab itulah, tidak ada ukuran-ukuran yang obejaktif tentang nilai dan karenanya
ia tidak dapat dipastikan secara kaku.3
Nilai boleh juga dikatakan sebagai suatu prinsip, tolok ukur, atau sifat
yang dianggap berharga atau diharapkan. Nilai adalah keyakinan dan kepercayaan
yang memberi makna dalam hidup kita. Nilai-nilai memberi kita arah dan
petunjuk.
Sumber nilai bukan (pikiran) tapi hati (perasaan). Karena itu, soal nilai
berlawanan dengan soal ilmu. Ilmu terlibat dalam fakta, sedangkan nilai dengan
cita. Salah benarnya suatu teori ilmu dapat dipikirkan. Indah - Jeleknya suatu
barang dan baik buruknya suatu peristiwa dapat dirasakan. Sedangkan perasaan
tidak ada ukurannya, karena tergantung kepada setiap orang. Jadi, subjektif
sekali.4
Menurut Hoffmeister, nilai adalah implikasi hubungan yang diadakan oleh
manusia yang sedang memberi nilai pada suatu benda dengan suatu ukuran.5 Nilai
merupakan realitas abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing
sebagai daya dorong atau prinsip-prisip yang menjadi penting dalam kehidupan,
sampai pada suatu tingkat, dimana sementara orang lebih siap untuk
mengorbankan hidup mereka daripada mengorbankan nilai.6
Maka, pada saat orang-orang sepakat sangat sedikit sekali hal yang bisa
dilakukan dengan sedikit keunggulan kepribadian (pendidikan) untuk sebuah
kesuksesan dan keberhasilan suatu organisasi atau profesi yang digelutinya,
dipimpinnya atau dikendalikan olehnya, maka gagasan akan pentingnya
pendidikan menjadi semakin membuat penasaran. Pentingnya pendidikan, nilai-
nilai luhur; harus dimiliki agar dapat menarik orang (siswa) untuk simpati
padanya, orang terpikat dengan apa yang dibicarakannya, dilakukannya,
3 Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1987), Cet. 2, h. 217-218. 4 Pudjijanto, Etika Sosial dalam Sistem Nilai Bangsa Indonesia, dalam Dialog Manusia,
Filsafat, Budaya, dan Pembangunan, (Malang: YP2LPM, 1984), h. 176. 5 Yvon Ambriose, Pendidikan Nilai, dalam E.M. K. Kaswardi (peny.) Pendidikan Nilai
Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: Gramedia, 1993), h. 20. 6 Yvon Ambriose, Pendidikan Nilai, dalam E.M. K. Kaswardi (peny.) Pendidikan Nilai
Memasuki Tahun 2000, (Jakarta Gramedia, 1993), h. 27-28.
direncanakannya, dan tertarik dengan ide - idenya, serta orang berminat
bekerjasama dengannya. Orang seperti ini sering berhasil dalam menjalankan
usahanya (bahkan dalam proses belajar mengajar).
Pendidikan mendapat peranan khusus dalam menjalani kehidupan kita.
David dan Karl percaya bahwa agar individu dapat mencapai keberhasilan di
dunia yang kompleks dan penuh persaingan ini, mereka harus giat
mengembangkan kekuatan kemampuan pribadinya. Utamanya pendidikan.
Dengan kata lain pendidikan adalah apa yang kita janjikan, apa yang kita
perjuangkan, dan yang lebih penting lagi usaha kita untuk melukiskannya kepada
pihak luar (siswa). Orang tidak dapat melihat isi hati kita, mereka hanya mampu
melakukan pemahaman dan keyakinan mereka pada apa yang kita lakukan,
persepsi yang mereka bentuk berupa pengamatan tentang tindakan kita sehari-
hari.7 Maka melalui tindakan itulah kita dapat menciptakan keunggulan
kepribadian kita. Kemahiran kita dalam mengelola kepribadian.
Membentuk kepribadian yang unggul, merupakan pembentukan
kepribadian yang utuh, menyeluruh dan seimbang. Pembentukan kepribadian
tersebut adalah bentuk kepribadian yang diarahkan pada pengembangan faktor
dasar (bawaan) dan faktor ajar (lingkungan). Sehingga akan tercipta kepribadian
insan yang sempurna, dapat menjadi teladan, dan menjadi individu yang
menghasilkan kontribusi bermanfaat bagi lingkungan.
Pada gilirannya cita-cita tersebut di atas membutuhkan konsep yang
matang. Dalam hal ini pendidikan berperan penting. Justru dengan pendidikan
banyak hal yang dapat disampaikan. Pendidikan menjadi sarana penghubung
antara satu manusia dengan yang lainnya, yang saling membutuhkan, yaitu dalam
masalah pengembangan kepribadian maupun intelektual.
Pendidikan juga merupakan b imbingan dan asuhan terhadap peserta didik
agar setelah menerima bimbingan dan asuhan tersebut, para peserta didik mampu
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran tersebut. Lebih dari itu, peserta
7 David McNally dan Karl D. Speak, Be Your Own Brand, Resep Jitu Meraih Personal
Brand Yang Unggul, (Jakarta: Gramedia, 2004), Cet 2, h. 1 – 2.
didik juga menjadikan ajaran tersebut sebagai suatu pandangan hidupnya demi
keselamatan dan kesejahteraan hidupnya.8
Karena memang proses pendidikan diselenggarakan diantaranya bertujuan
untuk memupuk sifat-sifat pribadi sukses dengan berusaha membiasakan
menanamkan i’tikad dan kepercayaan yang benar dalam jiwa, agar menjadi orang
yang berkepribadian unggul, membimbing dan membiasakan peserta didik untuk
berkepribadian mulia serta memiliki kebiasaan dan adat yang baik.9 Dengan
demikian, eksistensi manusia di muka bumi sebagai penguasa (khalifah fill ardi)
sangat mungkin tercipta. Penguasa di sini lebih menekankan pada tujuan
mencapai kesuksesan pribadi yang efektif.
Namun apabila kita amati, dunia pendidikan dewasa ini, tampaklah adanya
gejala-gejala penurunan nilai moral peserta didik, yang justru harus diusung
tinggi-tinggi. Perilaku tersebut dapat kita lihat dari beberapa kasus, seperti peserta
didik yang kurang menghargai dirinya sendiri, tidak punya pandangan ke depan,
ketergantungan pada orang lain, serta lebih bersikap pasif. Kemudian akan
mengarah kepada perbuatan negatif yang tidak produktif.
Menurut para peneliti seharusnya seorang yang efektif dan ingin sukses
mempunyai beberapa sifat dan ciri kepribadian berikut: percaya diri,
berorientasikan kemanusiaan, berorientasikan tugas dan keputusan, keaslian ide
kreatif, berorientasi masa depan, selalu siap mengambil resiko, mempunyai
kemampuan membuat keputusan, berorientasikan perencanaan, kemampuan
mengendalikan perusahaan, dan kemampuan manajemen. Ciri-ciri tersebut akan
diterangkan lebih lanjut pada kajian teori pribadi sukses.
Dari analisa di atas terlihat dan dapat dipahami bahwa wacana tersebut
mencerminkan kepribadian yang bertolak belakang dengan ciri-ciri kepribadian
yang seharusnya dimiliki pribadi unggul/sukses.
Salah satu hal yang mempengaruhi adalah bahan bacaan. Meskipun hasil
penelitian yang diadakan beberapa penerbit buku menunjukkan daya baca remaja
masih tidak terlalu tinggi, tapi untuk lima tahun terakhir ini terjadi peningkatan
8 Zakiyah Darajat, et all., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1992), h. 23
9 Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta:
Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 1975), h. 22-27.
penjualan buku-buku remaja. Novel-novel dalam hal ini menduduki urutan teratas,
dari data penjualan.10
Menyikapi fenomena ini, tampaklah bahwa buku-buku novel turut
mempengaruhi perubahan kepribadian. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Jacob Sumardjo, yang mengatakan bahwa novel merupakan ragam sastra yang
saat ini sangat digemari oleh masyarakat, baik oleh pembaca maupun sastrawan.11
Novel merupakan cerita yang berbentuk prosa. Pada dasarnya novel selalu
hadir dengan sebuah gambaran atau cermin kehidupan manusia dalam mengarungi
hidup dan kehidupannya. Novel juga merupakan gambaran lingkungan
kemasyarakatan serta jiwa tokoh yang hidup di suatu masa dan suatu tempat.
Secara sosiologis, manusia dan peristiwa dalam novel adalah pantulan yang
ditampilkan oleh pengarang pada suatu keadaan tertentu.12
Cerminan dan
gambaran tersebutlah yang mempengaruhi pembaca yang membacanya.
Ada salah satu novel yang sangat diminati di kalangan remaja maupun
dewasa, adalah novel dengan judul Laskar Pelangi, karya Andrea Hirata. Penulis
yang memiliki hobi naik komidi putar ini menyelesaikan Strata 1-nya di bidang
Ekonomi. Karya fiksi pertamanya ini adalah berupa novel yang beraliran saintifik.
Ketika novel tersebut diterbitkan dan dipasarkan, minat pembaca sangat tinggi. Ini
terbukti dengan awal dicetaknya novel tersebut pada 2005 hingga mencapai
cetakan ke 13, November 2007.
Dalam tataran penulis muda Indonesia Andrea Hirata termasuk salah satu
penulis yang amat menjanjikan. Hal ini dibuktikannya melalui Laskar Pelangi,
menjadi novel best seller. Ini tidak mudah dilakukan oleh seorang penulis pertama
yang bukan dari kalangan sastra. Tapi Andrea mampu melakukannya, terlebih
Laskar Pelangi karyanya mampu beredar di luar negeri, bahkan mencapai best
seller di Malaysia.
10
Harian Kompas tentang bukti presentase minat baca sastra tertinggi 21,1 % hasil HU
(Sabtu, 19 Februari 2005) 11
Jacob Sumardjo, Memahami Kesusastraan, (Bandung: Alumni 1984), h. 53 12
Korric Layun Rampah, Suara pancaran Sastra, (Jakarta: Garuda Metropolitan, 1988),
h. 17
Dalam novel tersebut Andrea dapat menjaring banyak komentar dari
kalangan sastra dan kalangan akademisi seperti Prof. Sapardi Djoko Damono,
guru besar sastra Universitas Indonesia, yang mengatakan: “Sebagai penulis
pemula ini cukup ajaib, dengan gaya realis bertabur metafora, ini berani, tak biasa,
tak terduga, dan amat memikat.”
Tentu tak terlepas dari muatan intelektualitas dan spiritualitas. Sastrawan
Ahmad Tohari mengatakan, “Andrea adalah jaminan bagi sebuah karya sastra
bergaya saintifik dengan penyampaian yang cerdas dan menyentuh.”
Syafi’i Ma’arif, mantan Ketua Umum Muhammadiyah berkomentar:
“Andrea langsung membidik pusat kesadaran.”
Novel pertama Andrea Hirata, Laskar Pelangi, telah berkembang bukan
hanya sebagai bacaan sastra, namun sebagai referensi ilmiah. Novel ini banyak
dirujuk untuk penulisan skripsi, tesis, dan telah diseminarkan oleh birokrat untuk
menyusun rekomendasi kebijakan pendidikan.
Dalam novel tersebut Andrea mengisahkan tentang perjalanan pertemanan
10 orang bocah kampung Belitong dalam menempuh pendidikan yang berkualitas.
Dengan tokoh-tokoh manusia yang sederhana, jujur, gigih, penuh dedikasi, ulet,
sabar, tawakal, takwa (yang) dituturkan secara indah dan cerdas.13
“Sebuah kisah tentang anak-anak yang luar biasa, yang mampu melahirkan
semangat serta kreativitas yang mencengangkan.” Harian Pikiran Rakyat
“Buku Laskar Pelangi memberiku semangat baru yang tak ternilai untuk
mengajar murid-murid, meskipun kami selalu dirundung kesusahan demi
kesusahan, meskipun dunia tak peduli. Buku ini membuatku sangat bangga
menjadi seorang guru.” Herni Kusyari, guru SD di daerah terpencil.
Dari sekian pujian untuk Laskar Pelangi, maka penulis menyajikan
pentingnya nilai-nilai pendidikan dalam novel tersebut dan manfaatnya bagi
peserta didik di sekolah, dalam hal ini penulis ingin memberi judul skripsi, yaitu:
Analisa Nilai-Nilai Pendidikan dan Ciri-ciri Pribadi Sukses dalam Novel
Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata.
13 Hirata Andrea, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 531-533
B. Permasalahan
Berdasarkan naskah novel Laskar Pelangi yang penulis baca, bahwa
Andrea Hirata tidak merekomendasikan ‘secara langsung’ nilai-nilai pendidikan
dan ciri-ciri pribadi sukses yang tertuang di dalam novel Laskar Pelangi kepada
pembaca..
C. Tujuan dan Signifikansi
1. Tujuan
Secara sederhana, tujuan merupakan target yang diharapkan akan tercapai
setelah melakukan sebuah pekerjaan tertentu. Jika target itu tercapai, maka
pekerjaan tersebut layak disebut berhasil. Adapun tujuan skripsi yang mengambil
bahasan sastra ini, diantaranya adalah untuk:
a. Mengetahui unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata.
b. Mengetahui konsep nilai-nilai pendidikan dan ciri-ciri pribadi
sukses yang terkadung dalama novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata.
Adapun manfaat dari penulisan skipsi ini yaitu ketika penulis beranggapan
perlu adanya peranan penting akan masukan kepada dunia pendidikan dan
mengetahui ilmu tentang pribadi sukses yaitu berupa karya sastra yang
mengandung nilai-nilai konstruktif. Dari itu, mungkin juga novel yang dikaji
dalam skripsi ini layak menjadi bahan bacaan para remaja secara nasional. Atau
setidaknya, novel ini menjadi salah satu novel yang disarankan untuk dibaca para
siswa oleh guru sekolah.
2. Signifikansi
a. Signifikansi secara akademis adalah agar memberikan hasil dan
informasi yang bermanfaat bagi para instansi atau lembaga
Pendidikan.
b. Signifikansi secara terapan adalah menjadi tolok ukur dan
perbandingan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam
penulisan karya ilmiah yaitu kaitannya dengan penulisan skripsi.
E. Metode Penelitian yang Digunakan
Penelitian yang penulis gunakan adalah library research. Dalam penelitian
ini penulis mengumpulkan bahan dan data tentang sastra dan pendidikan pribadi
sukses dalam referensi yang tersedia pada perpustakaan, seperti Universitas
Negeri Jakarta, Universitas Indonesia, Perpustakaan Umum Iman Jama,
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan tentunya Perpustakaan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu penulis juga menggunakan
media internet dalam mencari data dan referensi tambahan.
Sumber data utama yang penulis gunakan adalah novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata. Pengolahan data yang telah terkumpul tersebut, penulis
menggunakan metode deskriptif analisis. Yakni data dikaji dan dianalisa,
kemudian penulis mencoba menyusun berdasarkan kerangka pembahasan.
Dalam kajian ini akan disajikan berbagai pendapat para tokoh tentang
sastra (estetika), tokoh pendidikan, tokoh kewirausahaan dan tokoh psikologi.
Ketiga hal tersebut dipakai sebagai alat analisa terhadap novel Laskar Pelangi
untuk mengurai bagaimana nilai-nilai pendidikan dan ciri-ciri pribadi sukses yang
terkandung di dalamnya. Dari kajian tersebut kemudian penulis membuat
kesimpulan.
Adapun teknik penulisan yang dipakai dalam skripsi ini adalah teknik
penulisan yang sudah biasa dipakai dalam lingkungan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Buku pedoman penulisan skripsi ini adalah: ‘Pedoman Penulisan Skripsi,
Tesis, Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta’. Dengan demikian, skripsi ini
akan memiliki keragaman dengan skripsi lain.
BAB III
BIOGRAFI DAN LINGKUNGAN ANDREA HIRATA
A. Riwayat Hidup Andrea Hirata
Riwayat Hidup yang penulis sajikan disini adalah dari pengakuan
pengarang novel Laskar Pelangi sendiri, yaitu:
Detail nama lengkap penulis novel Laskar Pelangi adalah Andrea Hirata
Seman. Andrea lahir sebagai anak ke-10 dari 11 bersaudara di Desa Gantung,
Kec. Manggar, Kab. Belitung Timur. Ia lahir pada tanggal 24 Oktober. Tahunnya
dirahasiakan. Ibunya adalah NA Masturah Seman Said Harun, ia seorang guru
ngaji dan pedagang pakaian (membantu suaminya menafkahi keluarga). Ayah
Andrea adalah Seman Said Harun.
Dalam pertumbuhannya, Andrea berbeda dibanding saudara-saudaranya.
Sejak kelas 1 SD, ia selalu meminta kertas koran bekas bungkus sayuran untuk
dibaca. Andrea yang pendiam sudah punya minat belajar sejak kecil. Sebelum
genap umurnya enam tahun, tanpa sepengetahuan orangtuanya ia sudah mendaftar
sendiri ke SD yang letaknya beberapa ratus meter dari rumahnya.
Sebenarnya, nama pertama Andrea adalah Aqil Barraq Badruddin. Secara
harfiah artinya anak soleh berjidat mengilap. Sayang, nama tak sepadan dengan
kelakuan yang nakal tidak terkendali. Kemudian ayahnya menyerah setelah nama
pemberiannya tak ada yang mampu meredam ulah Andrea. Andrea diminta
mencari nama sendiri.
Dari sebuah tulisan di majalah, ia mendapatkan nama Andrea Galliano,
seorang wanita di Italia yang memanjat tiang telepon dan mengancam akan terjun
jika Elvis Presley tak menjawab suratnya. Tertarik pada nama Andrea, ia memilih
nama itu. Ayah dan ibunya yang sebetulnya tak setuju, hanya bisa pasrah.14
Dalam catatan biografi Andrea ini, penulis akan membagi ke dalam tiga
bagian yaitu masa sekolah, masa kuliah, dan masa pengabdian dalam masyarakat.
Selain itu, penulis juga akan memfokuskan penggambaran biografi Andrea kepada
14 www.sastrabelitong.multiply.com, Biografi Andrea Hirata, 12 Agustus 2008
bidang sastra. Ini penting karena ia mempelajari sastra secara otodidak atau
informal.
1. Masa sekolah
Andrea Hirata Seman memulai pendidikan Sekolah Dasarnya di SD
Muhammadiyah Belitung. Begitu juga dengan bangku Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) nya di tempuh pada tempat
yang sama, yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumahnya. Andrea
Hirata menghabiskan masa kecilnya di Belitong. Setamat SMA, ia merantau ke
Jawa, melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.15
2. Masa kuliah
S1 dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan S2 dari Sheffield
Hallam University (SHU), Inggris. Ia sempat melakukan riset di Universite de
Paris, Sorbonne, Prancis dan risetnya itu, yang juga dikisahkan dalam buku ini
mendapat penghargaan khusus dari SHU. Hasil riset tersebut telah ditulis Andrea
dalam buku berbahasa Inggris dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Seusai meraih gelar sarjana ekonomi seperti telah ditulis di atas, ia
berhasil mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa untuk mengambil gelar master di
Universite de Paris, Sorbonne, Perancis serta Sheffield Hallam University, di
Inggris.16
3. Masa pengabdian di masyarakat
Sekarang ia tinggal di Bandung dan bekerja di kantor pusat PT. Telkom.17
B. Karya-karya Andrea Hirata
Sebagaimana diketahui, bahwa Andrea Hirata Seman adalah seorang
sastrawan terkemuka, baik dari sisi produktivitasnya maupun dari keberagaman
tema yang diangkat. Karya tulisnya telah menyebar dalam bentuk novel tetralogi.
Karya pertamanya adalah Laskar Pelangi (best seller). Penulis novel Laskar
Pelangi itu berlatar belakang pendidikan ekonomi. Tapi dia juga meminati bidang
15
www.sastrabelitong.multiply.com, Biografi Andrea Hirata, 12 Agustus 2008 16
www.sastrabelitong.multiply.com, Biografi Andrea Hirata, 12 Agustus 2008 17 www.sastrabelitong.multiply.com, Biografi Andrea Hirata, 12 Agustus 2008
keilmuan (science). Ternyata karyanya laku keras dan mendapatkan pujian dari
sejumlah pakar sastra. Seperti yang diakui Andrea, Laskar Pelangi adalah kisah
masa kecilnya. Masa kecil di sebuah desa miskin di Belitong. Laskar Pelangi
adalah novel perdananya. Buku kedua, Sang Pemimpi, Seperti juga buku
perdananya, menjadi best seller. Buku ketiganya, Edensor, dan keempat adalah
Maryama Karpov. Semua karyanya merupakan tetralogi Laskar Pelangi.
BAB IV
ISI NOVEL LASKAR PELANGI
A. Tema cerita
Setiap karya sastra tentu mengandung dan menawarkan tema tertentu.
Namun apa isi tema tersebut tidak mudah ditunjukkan. Ia harus difahami dan
ditafsirkan melalui cerita dan data berupa unsur-unsur pembangun cerita.
Kesulitan tersebut sejalan dengan kesulitan yang dihadapi jika kita diminta untuk
mendefinisikan tema.
Menurut Stanton, tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.
Namun, ada banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh sebuah karya
sastra. Maka masalahnya kemudian adalah makna khusus yang mana yang dapat
dinyatakan sebagai tema atau jika makna tersebut dianggap sebagai bagian -
bagian tema, sub tema, atau tema - tema tambahan, makna yang manakah dan
bagaimanakah yang dapat dianggap sebagai makna pokok sekaligus tema pokok
novel yang bersangkutan.18
Kriteria utama yang terkandung dalam karya sastra bersifat merasuki
keseluruhan cerita, yakni dasar cerita yang menjadi gagasan umum. Pemilihan
tema-tema tertentu ke dalam sebuah karya sastra bersifat subjektif. Masalah
kehidupan manakah yang paling menarik perhatian penulis sehingga merasa
terdorong untuk mengungkapkan ke dalam bentuk karya sastra.19
Adapun tema utama yang dituangkan dalam Novel Laskar Pelangi adalah
perjuangan menempuh prestasi (pendidikan) yang tak kenal kata menyerah.
B. Setting atau Latar Cerita
Dalam Laskar Pelangi terdapat beberapa latar tempat seperti nama kota
atau daerah tempat peristiwa tersebut berlangsung yang disebut secara eksplisit
18
Robert Stanton, Sebuah Pengantar Fiksi, (terj.) An Introduction to Fiction, (New York:
Holit, 1965), h. 20 19
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Jogjakarta: Gajah Mada University
Press, 2005), Cet. 5, h. 72
(terang, jelas, gamblang) dan ada pula yang disebut secara implisit. Secara garis
besar, Belitung merupakan latar tempat yang dominan dalam Laskar Pelangi.
Sebagian besar cerita di Laskar Pelangi terjadi di Belitung. Namun secara
khusus terdapat berapa tempat yang pun disebut secara dominan, yaitu:
1. Sekolah SD dan SMP Muhammadiyah dapat ditemukan dalam
narasi berikut:
Kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD
Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah…20
Sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan
sekolah miskin di seantero negeri ini yang jika disenggol sedikit saja oleh
kambing yang senewen ingin kawin, bisa rubuh berantakan.21
2. Sekolah PN (Perusahaan Negara) Timah, dapat sitemukan pada
narasi berikut:
Sekolah-sekolah PN Timah, yaitu TK, SD, dan SMP PN berada
dalam kawasan Gedong. Sekolah-sekolah ini berdiri megah di bawah
naungan Aghatis berusia ratusan tahun dan di dikelilingi pagar besi tinggi
berukir melambangkan kedisiplinan dan mutu tinggi pendidikan. Sekolah
PN merupakan center of excellent atau tempat bagi semua hal yang
terbaik. Sekolah ini demikian kaya raya karena didukung sepenuhnya oleh
PN Timah, sebuah korporasi yang kelebihan duit. Institusi pendidikan
yang sangat modern ini lebih tepat disebut percontohan bagaimana
seharusnya generasi muda dibina.
… Ruangan kelasnya dicat warna-warni dengan tempelan gambar
kartun yang edukatif, poster operasi dasar matematika, tabel pemetaan
unsur kimia, peta dunia, jam dinding, thermometer, foto para ilmuan dan
penjelajah yang member inspirasi, dan ada kapstok topi. Di setiap kelas
20
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta, Pt. Bentang Pustaka, 2006), Cet. 5, h. 14 21 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta, Pt. Bentang Pustaka, 2006), Cet. 5, h. 23
ada patung anatomi tubuh yang lengkap, globe yang besar, white board,
dan alat peraga konstelasi planet-planet.22
3. Pasar Ikan, Toko Sinar Harapan di Belitung Timur, dan lain lain.
…. Toko Sinar Harapan, pamasok kapur satu - satunya di
Belitong Timur, amat jauh letaknya. Sesampainya disana – di
sebuah toko yang sesak di kawasan kumuh pasar ikan yang becek
– jika perut tidak kuat, siapapun akan muntah karena bau lobak
asin, terasi, kerupuk udang, ….
Belum seberapa, pusat bau busuk yang sesungguhnya ada
di los pasar ikan yang bersebelahan dengan toko Sinar Harapan. Di
sini ikan hiu dan pari disangkutkan pada cantolan paku….23
Sedangkan latar waktu yang digunakan dalam Laskar Pelangi ialah pada
abad ke -19 dan seterusnya. Hal ini dapat dilihat pada sebuah narasi pada Novel
Laskar Pelangi, yaitu:
Pulau Belitong yang makmur seperti mengasingkan diri dari
tanah tanah Sumatra yang membujur dan disana mengalir
kebudayaan melayu yang tua. Pada abad ke-19, ketika korporasi
secara sistimatis mengeksploitasi timah, kebudayaan yang
bersahaja itu mulia hidup dalam karakteristik sosiologi tertentu yang
atribut - atributnya mencerminkan perbedaan sangat mencolok
seolah berdasarkan status berkasta-kasta.24
Kemudian latar sosial yang diceritakan dalam Laskar Pelangi adalah
tentang status sosial masyarakat Belitong dan kehidupan sosial pada waktu itu,
dimana nampak sekali perbandingan jumlah populasi penduduknya. Antara orang
Tionghoa dan penduduk asli Belitung. Hal itu dapat dilihat dalam narasi:
22
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2005), Cet. 5. h.
57-58 23
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2005), Cet. 5. h.
195-196 24 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2005), Cet. 5. h. 41
Jumlah orang Tionghoa di kampung kami sekitar sepertiga
dari total populasi. Ada orang Kek, ada orang Hokian, ada orang
Tongsan, dan ada yang tak tahu asal-usulnya. Bisa saja mereka
yang lebih dulu mendiami pulau ini daripada siapapun. Aichang,
Phok, dan Khaknai, seluruhnya adalah peragkat penambangan
timah primitif yang sekarang diaggap temuan arkeologi, bukti
bahwa nenek moyang mereka telah lama sekali berada di pulai
Belitong. Komunitas ini selalu tipikal: rendah hati dan pekerja keras.
Meskipun jauh terpisah dari akar budayanya namun mereka
senantiasa memelihara adat istiadat, dan di Belitong mereka
beruntung mereka beruntung karena mereka tak perlu jauh-jauh
datang ke Jinchanying kalau hanya ingin melihat Tembok Besar
Cina.25
C. Tokoh dan Penokohan
1. Tokoh
Laskar pelangi menampilkan beberapa tokoh cerita, baik yang disebut
dengan nama diri ataupun tidak. Tokoh yang disebut dengan nama diri
sebanyak 14 tokoh, yaitu Ibu Muslimah, Pak Harfan, Ikal, Mahar, Lintang, A
Kiong, Kucai, Bore, Harun, Sahara, Trapani, Bu Frisca, Flo, dan A Ling.
Tokoh-tokoh tersebut terlibat intensif dalam peristiwa dan beberapa tokoh
yang hanya muncul dalam satu peristiwa. Dan tokoh-tokoh tanpa nama diri
antara lain: Ibu dari Ikal, Guru-guru sekolah PN Timah, Staff PN Timah,
Orang tua murid sekolah Muhammadiyah, nelayan, buruh tambang, dll.
Tokoh-tokoh yang muncul tanpa penyebutan nama tersebut merupakan tokoh
yang tidak terlibat secara intensif dalam setiap peristiwa atau hanya berfungsi
sebagai pelengkap.
a. Tokoh Utama
Tokoh utama dalam Novel Laskar Pelangi adalah Ibu Muslimah, ia
dapat dikatakan sebagai tokoh utama karena terlibat secara intensif dalam
berbagai peristiwa yang membangun cerita, berhubungan dengan tokoh-tokoh
25 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2005), Cet. 5. h. 35
dalam cerita, dan menjadi pusat sorotan dalam cerita karena waktu yang
digunakan untuk mengisahkan pengalaman tokoh tersebut lebih panjang.
b. Tokoh Protagonis
Tokoh Protagonis adalah Ikal dan Pak Harfan. Sebagaimana telah
dijelaskan dalam Bab II bahwa tokoh utama dan tambahan dengan tokoh
protagonis dan antagonis dapat digabungkan.
c. Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis dalam novel ini adalah Bu Frisca sebagai kepala sekolah
PN Timah.
d. Tokoh Tritagonis
Tokoh tritagonis dalam Novel Laskar Pelangi adalah ibu Muslimah. Beliau
juga dapat dikatakan tokoh utama-tritagonis.
e. Tokoh Pembantu
Tokoh pembantu dalam Novel Laskar Pelangi adalah selain yang diatas.
2. Penokohan
Dan beberapa tokoh yang digambarkan berikut adalah tokoh yang
mendominasi dan menyebar dalam rangkaian cerita pada Novel Laskar
Pelangi.
a. N.A. Muslimah Hafsari
Seorang wanita muda berjilbab. Staff guru di sekolah SD
Muhammadiyah. Ibu Mus adalah guru yang pandai, kharismatik, dan
memiliki pandangan jauh ke depan.
b. Ikal
Ikal adalah seorang anak yang melankolis. Ikal memiliki
keinginan yang kuat untuk meraih cita – cita. Pada saat dewasa
Ia melanjutkan studinya sampai ke Negeri Perancis, tepatnya di
Sorbonne sesuai dengan cita – citanya.
c. Mahar
Seorang dengan bakat seni yang terpendam. Sampai pada suatu
ketika dia mempunyai kesempatan untuk menunjukan bakatnya dalam
tarik suara. Dari situlah kemampuan seni yang dia miliki terus
berkembang. Idenya aneh dan unik. Dialah salah satu anggota Laskar
Pelangi yang mengharumkan nama SD Muhammadiyah dalam hal seni.
Karena tuntutan tanggung jawab keluarga dia hanya berijazah SMA,
sehingga dia tidak dapat mengembangkan bakatnya lagi.
d. Lintang
Dia lahir dari keluarga miskin yang masih ada hubungan darah
kebangsaan kerajaan lama. Semangat belajarnya sangat tinggi, untuk
sampai di sekolah dia harus menempuh jarah 80 km, lengkap dengan
berbagai resiko yang harus dihadapi. Lintang adalah siswa sekolah
Muhammadiyah yang berprestasi, cerdas di bidang sains dan
pengetahuan umum. Sifatnya yang tidak sombong dengan ilmu yang
dimiliki membuat teman-temannya menyukainya. Bahkan tidak jarang
dia selalu membantu teman-teman kelasnya. Ia juga salah satu siswa
yang mengharumkan nama SD Muhammadiyah dengan prestasi yang
dimiliki. Dia tidak dapat meneruskan studinya karena tuntutan
tanggungjawab keluarga. Ketika dia dewasa hanya menjadi seorang
sopir.
3. Point of View atau Sudut Pandang
Dalam Laskar Pelangi, pengarang, dalam hal ini Andrea Hirata Seman,
menggunakan sudut pandang “aku” sebagai pencerita yang serba tahu atau thirth
person omniscient. Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari pengarang.
4. Sinopsis/Substansi Novel Laskar Pelangi dan Kerangka Teori
Buku ini merupakan kisah masa kecil pengarangnya, Andrea Hirata
Seman. Kisahnya diawali dari sebuah Sekolah Muhammadiyah, salah satu sekolah
kampung di pulau Belitung yang gedungnya – menurut sang pengarang – lebih
mirip gudang kopra. Dengan segala keterbatasan fasilitasnya sekolah yang terdiri
dari SD dan SMP ini memulai tahun ajaran barunya bersama sepuluh orang siswa
baru yang salah satu diantaranya menderita keterbelakangan mental (Harun).
Sepuluh siswa, tepat di ambang batas minimal yang ditetapkan Kantor Diknas
setempat. Laskar pelangi adalah nama yang diberikan ibunda guru, Ibu Muslimah,
disebabkan kesukaan kesepuluh muridnya (yang nantinya di tengah cerita akan
bertambah karena kehadiran gadis tomboi bernama Flo) nongkrong di atas pohon
filicium untuk melihat pelangi. Selanjutnya buku ini bercerita tentang Laskar
Pelangi, tentang gairah mereka dalam menuntut ilmu, tentang kecemerlangan
intelegensi Lintang, tentang kecerdasan seni Mahar, tentang perseteruan Zahara
dan A Kiong, tentang cerita Harun dan kucingnya, tentang cinta pertama Ikal,
tentang hari-hari sepanjang sembilan tahun masa SD dan SMP yang mereka lalui
di sekolah kampung itu.
Sungguh ada keterhenyakkan yang mengharukan ketika menyusuri
gelombang semangat mereka sepanjang halaman buku ini. Seperti kisah Lintang
yang tidak pernah membolos meski harus mengayuh sepedanya menempuh jarak
80 kilometer pulang - pergi, hingga alas kakinya yang terbuat dari ban bekas
mengeluarkan bau terbakar. Belum lagi resiko yang harus dialami Lintang jika
bertemu buaya. Juga tentang kisah Ibu Muslimah, guru mereka yang penuh kasih
dan begitu berdedikasi mendidik mereka dengan gaji hanya 15 Kilogram beras per
bulan.
Ada juga kisah pembangkangan Flo, gadis kaya anggota kesebelas Laskar
Pelangi yang hanya mau sekolah di sekolah kampung itu sebagai bentuk protes
terhadap ayahnya sekaligus karena ketertarikannya terhadap Mahar yang pernah
menyelamatkannya.
Layaknya oase di tengah gurun pasir, buku ini seolah membawa semangat
baru di tengah carut-marut dunia pendidikan di tanah air. Kepiawaian pengarang
serta kejenakaannya dalam menceritakan detail keindahan Belitung, penokohan
maupun keseluruhan alur cerita dalam buku ini membuat kita tidak sanggup
meletakkan buku ini sebelum tuntas membacanya.
KERANGKA TEORI NOVEL LASKAR PELANGI
Aku
Perjuangan menempuh
prestasi
(pendidikan)
tanpa kenal
lelah menyerah
Sinopsis/
Substansi
Novel Laskar
Pelangi
Setting
atau Latar
Cerita
Tokoh dan Penokohan
N.A. Muslimah
Hafsari
Penokohan
Ikal
Bu Sisca
Mahar
Kucai
Sahara Lintang
Tokoh
Antagonis
Tokoh
Protagonis
Tokoh Utama
Tokoh
Pembantu
Tokoh
Isi Novel Laskar
Pelangi
Tema Cerita
Point
of
View
Belitong
Kelenteng
Pasar Ikan, Toko
Sinar Harapan
(Belitong timur)
Sekolah PN
SekolahSD
Muhammadiyah
BAB V
NILAI PENDIDIKAN DAN CIRI-CIRI PRIBADI SUKSES
DALAM NOVEL LASKAR PELANGI
A. Nilai-nilai Pendidikan
1. Tujuan Pendidikan
Sekolah-sekolah PN Timah, yaitu TK, SD, dan SMP PN berada
dalam kawasan Gedong. Sekolah-sekolah ini berada di bawah naungan
Aghatis berusia ratusan tahun dan dikelilingi pagar tinggi berulir
melambangkan kedisiplinan dan mutu tinggi pendidikan. Sekolah PN
merupakan center of excellen atau tempat bagi segala hal yang terbaik.
Sekolah ini demikia kaya raya karena didukung sepenuhnya oleh PN
Timah, sebuah korporasi yang kelebihan duit. Institusi pendidikan yang
sangat modern ini lebih tepat disebut percontohan bagaimana seharusnya generasi muda dibina. 26
Namun anak perempuannya ini bersikeras ingin menjadi laki-laki.
Setiap hari beliau berusaha memperempuankan Flo antara lain dengan memaksakanya kursus piano. Grand Piano itu didatangkan dengan kapal
khusus dari Jakarta. Guru privat yang merupakan instruktur musik profesional, juga dijemput dari Tanjong Pandan. Lebih dari itu, di sela
kesibukanya, bapaknya rela menunggui Flo kursus, namun yang beliau
dapat tak lebih dari uapan - uapan itu. Flo bahkan tak berminat menyentuh
tuts-tuts hitam putih yang berkilat - kilat karena pikirannya melayang ke
suasana tempat ia latihan kick boxing dan angkat barbel.27
2. Guru sebagai Pembimbing
Pak Harfan tampak amat bahagia menghadapi murid, tipikal “guru”
yang sesungguhnya, seperti dalam lingua asalnya, India, yaitu orang yang
tak hanya mentransfer pelajaran, tapi juga secara pribadi menjadi sahabat
dan pembimbing spiritual bagi muridnya.28
Dalam narasi yang lain:
Bagi kawanan Laskar Pelangi, Pak Harfan dan Bu Mus adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya. Merekalah mentor,
penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual. Mereka yang pertama menjelaskan secara gamblang implikasi amal makruf nahi mungkar
sebagai pegangan kami sepanjang hayat. Mereka ajari kami membuat
rumah - rumahan dari perdu apit - apit, mengusap luka - luka di kaki kami
membimbing cara mengambil wudhu, melongok ke dalam sarung kami
26
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 57 27
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 47 28 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h.23-24
ketika disunat, mengajari kami doa sebelum tidur, memompa ban sepeda
kami, dan kadang-kadang membuatkan kami air jeruk sambal.29
3. Fasilitas dan Sumber Belajar Gedung - gedung sekolah PN didesain dengan arsitektur yang tak
kalah indahnya dengan rumah bergaya Victoria di sekitarnya. Ruangan kelasnya dicat warna-warni dengan tempelan gambar kartun edukatif,
poster operasi dasar matematika, tabel pemetaan unsur kimia, peta dunia, jam dinding, termometer, foto para ilmuan dan penjajah yang
menginspirasi, dan ada kapstok topi. Di setiap kelas ada patung anatomi tubuh yang lengkap, globe yang besar, white board, dan alat peraga
konstelasi planet-plenet.
Di dalam kelas-kelas itu puluhan siswa brilian bersaing ketat dalam
standar mutu yang tinggi. Sekolah-sekolah ini memiliki perpustakaan,
kantin, guru BP, laboratorium, perlengkapan kesenian, kegiatan
ekstrakulikuler yang bermutu, fasilitas hiburan dan sarana olahraga –
termasuk sebuah kolam renang yang masih disebut dalam bahasa Belanda:
zwembad.30
4. Pelajar Sejati
“Inilah sel Pak Karno di sebuah penjara di Bandung, di sini beliau
menjalani hukuman dan setiap hari belajar, setiap waktu membaca buku.
Beliau adalah salah satu orang tercerdas yang pernah dimiliki bangsa
ini.”31
5. Pantang Menyerah dalam Belajar Lintang memang tak memiliki pengalaman emosional dengan
Bodenga seperti yang aku alami, tapi bukan baru sekali itu ia dihadang buaya dalam perjalanan ke sekolah. Dapat dikatakan tak jarang Lintang
mempertaruhkan nyawa demi menempuh pendidikan, namun tak seharipun ia pernah bolos. Delapan puluh kilometer pulang pergi
ditempuhnya dengan sepeda setiap hari. Tak pernah mengeluh. Jika
kegiatan sekolah berlangsung sampai sore, ia akan tiba malam harinya di
rumahnya. Sering aku merasa ngeri membayangkan perjalanannya.32
6. Pendidikan Wirausaha dan Kemandirian
Memang menyenangkan menginjak remaja. Di sekolah, mata
pelajaran mulai terasa bermanfaat. Misalnya pelajaran membuat telur asin,
menyemai biji sawi, membedah perut kodok, keterampilan menyulam,
menata janur, membuat pupuk dari kotoran hewan, dan praktek memasak.
Konon di Jepang pada tingkat ini para siswa telah belajar semikonduktor,
sudah bisa menjelaskan perbedaan antara istilah analoh dan digital, sudah
29
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 32 30
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 57-58 31
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 31 32 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 93
belajar membuat animasi, belajar software development, serta praktik
merakit robot.33
B. Ciri-ciri Pribadi Sukses
1. Kerja keras
Setelah seharian mengajar, Bu Muslimah melanjutkan bekerja menerima
jahitan sampai jauh malam untuk mencari nafkah, menopang hidup dirinya
dan adik-adiknya.34
2. Networking/Jaringan Kerja
Kucai memiliki network yang luas. Ia pintar bermain kata-kata. Kalau
hanya masalah perselisihan peneng sepeda dengan aparat desa, informasi
dimana bisa menjual beras jatah PN, atau informasi bagaimana cara
mendapatkan karcis pasar malam separuh harga, serahkan saja padanya, ia
bisa memberi solusi total.35
3. Dapat/Bisa Dipercaya
Barang siapa yang kami tunjuk sebagai amir dan telah kami tetapkan
gajinya untuk itu, maka apapun yang ia terima selain gajinya itu adalah
penipuan!36
4. Tanggung Jawab Pemimpin
Kata - kata itu (poin a) mengajarkan arti penting memegang amanah
sebagai pemimpin dan Al-quran mengingatkan bahwa kepemimpinan
seseorang akan dipertanggungjawabkan nanti di akhirat…”37
5. Memanfaatkan Waktu
Jika tiba di rumah ia (Lintang) tak langsung istirahat melainkan segera
bergabung dengan anak-anak seusia di kampungnya untuk bekerja sebagai
kuli kopra. Itulah penghasilan sampingan keluarganya dan juga sebagai
kompensasi terbebasnya dari pekerjaan di laut serta ganjaran yang ia dapat
dari “kemewahan” bersekolah.38
33
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 191 34
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 30 35
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 70 36
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 71 37
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 71 38 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 95
6. Semangat Kerja Keras dan Pantang Menyerah
Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana
melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-titik
air hujan. Beliau mengobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat kami tercengang dengan petuahnya tentang keberanian dan pantang
menyerah melawan kesulitan apapun. Pak Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian, tentang ketekunan, tentang
keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan
keiikhlasan berkorban untuk sesama. Lalu beliau menyampaikan sebuah prisip yang diam-diam menyelinap jauh ke dalam dadaku serta memberi
arah bagiku hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi
sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.39
“Tabahkan hati kalian, kelarkan seluruh kemampuan!” ledak Bu
Mus memberi semangat kepada kami, para mamalia. Pak Harfan sudah
tidak bisa bicara apa-apa. Tangannya membekap dada seperti orang
berdoa.40
“Dalam tarian ini kalian harus mengeluarkan seluruh energi dan
harus tampak gembira! Bersuka ria seperti karyawan PN baru terima jatah
kain, sepeti orang Sawang dapat utangan, seperti para pelaut terdampar di
sekolah perawat!”41
7. Kejujuran
Sifat lain Sahara yang amat menonjol adalah kejujurannya yang luar biasa
dan benar-benar menghargai kebenaran. Ia pantang berbohong. Walaupun
diancam akan dicampakkan ke dalam lautan api yang berkobar-kobar, tak
satupun dusta akan keluar dari mulutnya.42
8. Kreatif dan inovatif
Para guru mengangguk-angguk salut dengan ide Mahar. Mereka salut
karena selain akan menampilkan sesuatu yang berbeda, menampilkan suku
terasing di Afrika adalah ide yang cerdas. Suku itu tentu berpakaian seadanya.
Semakin sedikit pakaiannya – atau dengan kata lain semakin tidak berpakaian
suku itu – maka anggaran biaya untuk pakaian semakin sedikit. Ide Mahar bukan saja baru dan yahud dari segi nilai seni tapi juga aspiratif terhadap
kondisi kas sekolah. Ide yang sangat istimewa.43
39
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 24 40
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 240 41
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 230 42
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 75 43 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 226
C. Kesimpulan
Dari paparan kutipan beberapa narasi yang mengandung nilai - nilai
pendidikan dan ciri-ciri pribadi sukses dari novel Laskar Pelangi, penulis
berkesimpulan:
Nilai-nilai pendidikan (di atas) berdasarkan hasil temuan penulis, yaitu:
pertama: kompetensi guru meliputi guru sebagai fasilitator dan guru sebagai
pembimbing. Karakter guru fasilitator tergambar pada Pak Harfan selaku kepala
sekolah. Sedangkan sosok guru sebagai pembimbing ada pada Pak Harfan dan Bu
Muslimah (staff guru) di SD Muhammadiyah Belitung. Kedua: tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan yang penulis temukan dalam novel Laskar Pelangi
tergambar pada kondisi sekolah PN Timah. Sekolah tersebut menerapkan
kedisiplinan dan mutu tinggi pendidikan. Sekolah PN merupakan center of
excellent atau tempat bagi segala hal terbaik. Oleh Andrea, sekolah ini dijadikan
permisalan selayaknya instansi pendidikan yang layak dan di sanalah (di sekolah
berstandar sangat baik) seharusnya generasi muda dibina. Ketiga: tentang fasilitas
dan sumber belajar yang memadai tergambar pada sekolah PN. Keempat: tentang
pelajar sejati, yang dianalogikan dengan budaya belajar Ir. Soekarno. Walau
dalam terali besi beliau tetap terus belajar sepanjang hari dan sepanjang waktu.
Kelima: tentang semangat belajar lintang (siswa) yang luar biasa. Terakhir
adalah nilai pendidikan wirausaha dan kemandirian, yang mengajarkan siswa-
siswi SMP Muhammadiyah tantang beberapa bidang usaha ekonomi yang
menjurus kepada pembinaan kemandirian anak didik.
Sedangkan ciri-ciri pribadi sukses yang penulis temukan dalam novel Laskar
Pelangi ialah:
1. Kerja keras
2. Networking/Jaringan Kerja
3. Dapat dipercaya
4. Kemandirian
5. Pantang menyerah/putus asa
6. Kejujuran
7. Kreatif dan inovatif
D. Kerangka Nilai-Nilai Pendidikan dan Ciri-ciri Pribadi Sukses dalam
Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
Dapat dipercaya
Kerja keras
Jujur
Pemanfaatan waktu
Kerja keras
Networking/
Jaringan kerja
Ciri-ciri Pribadi
Pendidikan wirausaha
dan kemandirian
Pantang menyerah dalam belajar
Pelajar sejati
Tujuan pendidikan
Tanggung jawab
pempin
Fasilitas dan
sumber belajar
Nilai-nilai
Pendidikan
Guru sebagai
pembimbing
Novel Laskar Pelangi
Kreatif dan
inovatif
BAB VI
ANALISA TEORITIS NILAI-NILAI PENDIKAN DAN CIRI-CIRI
PRIBADI SUKSES DALAM NOVEL LASKAR PELANGI
A. Analisa Teoritis dan Teori Temuan
7. Nilai-nilai Pendidikan:
a. Tujuan Pendidikan
Sekolah - sekolah PN Timah, yaitu TK, SD, dan SMP PN berada
dalam kawasan Gedong. Sekolah-sekolah ini berada di bawah naungan
Aghatis berusia ratusan tahun dan dikelilingi pagar tinggi berulir
melambangkan kedisiplinan dan mutu tinggi pendidikan. Sekolah PN
merupakan center of excellent atau tempat bagi segala hal yang terbaik.
Sekolah ini demikian kaya raya karena didukung sepenuhnya oleh PN
Timah, sebuah korporasi yang kelebihan duit. Institusi pendidikan yang
sangat modern ini lebih tepat disebut percontohan bagaimana seharusnya
generasi muda dibina.44
Dalam penggalan narasi lain dari Novel Laskar Pelangi yang
menggambarkan tujuan pendidikan adalah:
Namun anak perempuannya ini bersikeras ingin menjadi laki-laki. Setiap hari beliau berusaha memperempuankan Flo antara lain
dengan memaksakanya kursus piano. Grand Piano itu didatangkan dengan kapal khusus dari Jakarta. Guru privat yang merupakan
instruktur musik profesional, juga dijemput dari Tanjong Pandan.
Lebih dari itu, di sela kesibukanya, bapaknya rela menunggui Flo
kursus, namun yang beliau dapat tak lebih dari uapan - uapan itu. Flo
bahkan tak berminat menyentuh tuts-tuts hitam putih yang berkilat-
kilat karena pikirannya melayang ke suasana tempat ia latihan kick
boxing dan angkat barbel.45
Secara umum tujuan yang telah ditetapkan oleh pendidik dan selalu
dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada anak didik itu
sendiri yang dihubungkan dengan syarat-syarat dan alat-alat untuk mencapai
tujuan umum itu.
44
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 57 45 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 47
Hubungan yang mengedepankan kepentingan umum, terkait dengan
kepribadian manusia, nilai-nilai hidup, kesusilaan dan tidak melupakan
nilai-nilai agama.
Berikut penulis memberikan contoh beberapa tujuan yang bisa
dijadikan acuan standar mengapa sekolah kita harus ada: Menjadi Sekolah
Yang Layak, Dicontoh & Mudah Ditiru, Menjadi Lembaga Dakwah
Berbasis Pendidikan. Sekolah ini ada agar anak-anak dapat membaca Al
Qur’an dengan baik & benar, Menjadi Sekolah Model Bagi Sekolah-
Sekolah lain.
Jika diteliti lebih jauh maka tujuan pendidikan di atas menginginkan
terbentuknya manusia yang tidak hanya peduli dan sejahtera secara pribadi
sendiri. Tujuan secara umum menginginkan pendidikan dan pembelajaran
dapat membentuk secara utuh empat potensi dasar pada diri manusia.
Keempat unsur tersebut adalah kejernihan ilmu, daya amarah, dorongan
syahwat dan kecenderungan diri pada keadilan. Walaupun keempat unsur itu
akan akan banyak mengalami hambatan bahkan sulit sama sekali
menerapkan keempat-empatnya, karena akan selalu ada kecenderugan pada
salah satu atau beberapa hal.
Tujuan umumnya adalah untuk membuat peserta didik mampu
mengimplentasikan keimanan dengan baik.
Dalam pendidikan formal, tujuan pendidikan tergambar dengan jelas
dan rinci pada kurikulum. Seperti yang ditegaskan dalam undang-undang
Sistem Pendidkan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal (3), bahwa pendidikan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai beberapa tujuan pendidikan seperti yang
dicantumkan dalam Undang - Undang Sisidiknas No. 20 tahun 2003 pasal
(3), dapat ditempuh dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan cara
pengajaran atau cara lain yang meliputi aspek sikap, tingkah laku, kebiasaan
dan pandangan hidup. Untuk tujuan umum tersebut, perlu adanya
pengkhususan tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu.
Misalnya tugas dari suatu lembaga pendidikan, bakat anak didik dan
tingkatan pendidikan. Tujuan khusus pendidikan adalah tujuan pada setiap
jenjang pendidikan pada setiap jenjang atau tingkat yang dilalui. Misalnya
tujuan khusus pendidikan di Madrasah Aliyah berbeda dengan tujuan
pendidikan di Madrasah Tsanawiyah.46
b. Peran Guru sebagai Pembimbing
Sedikit banyak telah dijelaskan dalam teori pendidikan (Islam), bahwa
guru adalah orang yang bertanggung jawab atas perkembangan anak didik.
Bobot tanggung jawab yang diamanahkan kepada guru tentu tidak ringan.
Pendidik/guru dalam menjalani amanahnya sebagai tenaga pendidik tidak
hanya mentransfer ilmu tanpa mengindahkan proses KBM yang
menyenangkan, tentu bukan tipikal guru yang sebenarnya. Tentu proses
pembelajaran aktif iniovatif kreatif dan menyenangkan menjadi keharusan
yang tanpa bisa ditawar-tawar harus terinternalisasi ke dalam proses KBM.
Dalam bukunya Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di
masjid, di surau/mushola, di rumah, dan sebagainya.47
Dalam Novel Laskar Pelangi, nampaknya Andrea Hirata
menampilkan kosep pendidikan berupa sosok guru yang berperan sebagai
pembimbing bagi anak didiknya. Sebagai gambaran, berikut penulis
tampilkan bagian dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang
mengetengahkan konsep guru sebagai pembimbing.
46
Tim Redaksi, Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2007), h. 5-6 47
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2005), Cet. 3, h. 31
Pak Harfan tampak amat bahagia menghadapi murid, tipikal “guru”
yang sesungguhnya, seperti dalam lingua asalnya, India, yaitu orang yang
tak hanya mentransfer pelajaran, tapi juga secara pribadi menjadi sahabat
dan pembimbing spiritual bagi muridnya.48
Dalam bagian ini, Andrea menampilkan bagaimana perilaku dan
perangai seharusnya seorang guru kepada anak didik. Guru yang tak hanya
mentransfer ilmu. Pada kesempatan ini Andrea menampilkan konsep guru
sebagai sahabat dan pembimbing.
Seperti yang dikatakan Ikhwan al-Shafa yang dikutip oleh
Muhammad Jawwad Ridla, bahwa menjadi guru pembimbing sama halnya
dengan menjalankan fungsi “bapak” kedua, karena pendidik atau guru atau
merupakan bapak bagi dirimu, pemelihara pertumbuhan dan perkembangan
jiwamu; sebagaimana halnya kedua orang-tuamu adalah ‘pembentuk’ rupa
fisik biologismu, maka guru adalah ‘pembentuk’ rupa mental rohaniahmu.
Sebab guru telah ‘menyuapi’ jiwamu dengan ragam pengetahuan dan
membimbingnya ke jalan keselamatan dan keabadian, seperti apa yang telah
dilakukan oleh kedua orangtuamu yang menyebabkan tubuhmu terlahir ke
dunia, mengasuhmu dan mengajarimu mencari nafkah hidup di dunia fana
ini.49
Menjadi “Bapak” tentu perlu mengerti kondisi dan bisa menyayangi
para peserta didiknya, artinya guru memiliki perhatian dan kepedulian
tinggi terhadap keselamatan anak didik dari kejahatan dan kesengsaraan
dunia bahkan akhirat.
Menjadi guru yang membimbing, guru seyogyanya memiliki karakter
kepada peserta didik yang berkemampuan rendah, guru menyampaikan
materi yang jelas, konkrit dan sesuai dengan tingkat kemampuan peserta
didik dalam mencernanya. Jangan sampai guru menuturkan kepada pesrta
didik tersebut bahwa nanti aka nada materi yang sangat rumit dan kompleks,
48
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 23-24 49
Muhammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Perspektif
Sosiolagis – Filosofis), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), h. 169
karena hal itu berpengaruh buruk bagi minat belajarnya dan mengacaukan
pikirannya.
Peranan guru sebagai pembimbing adalah menjembatani anak didik
untuk mendapatkan iklim atau suasana belajar yang menyenangkan lengkap
dengan fasilitas penunjang yang membantu anak didik dalam memahami
materi pelajaran. Tentu itu yang penting diperhatikan, orientasi kepada
pendidikan yang bertanggung jawab. Kalau diumpamakan kacang tidak lupa
kulitnya, guru bukan pelaku pemeras tebu: habis manis sepah dibuang.
Pernyataan di atas dipertegas oleh Syaiful Bahri Jamarah: sebagai
pembimbing, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar
yang tidak menyenangkan, suasana kelas yang pengap, meja dan kursi yang
berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik
malas belajar. Oleh karena itu, menjadi tugas guru bagaimana menyediakan
fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan
bagi anak didik.50
Penulis mengomentari tentang peran guru sebagai pembimbing yang
disampaikan oleh Syaiful Bahri Jamarah, bahwa guru sebagai pembimbing
yang dimaksud bukanlah guru sebagai superman yang siap menyediakan
segala keperluan dalam menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan. Bukan juga sebagai “pembantu” yang sibuk menghadirkan
fasilitas belajar. Tetapi guru juga mempunyai kewajiban atas kemampuan
memiliki kreativitas dan inovasi dalam pengembangan metode dan cara
mendesain suasana KBM yang baik. Secara perlahan siswa akan
menunjukkan hasil bimbingan seorang guru. Dan tentunya guru senang
dengan hasil tersebut.
Guru adalah manusia pembelajar yang selalu siap menghadapi
dinamika yang terjadi dalam proses belajar anak didik. Berbekal kesiapan
tersebut guru akan mampu menyelesaikan permasalahan berupa
50
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2005), Cet. 3, h. 46
kekurangan-kekurangan dalam menjalani peranannya sebagai fasilitator.
Guru siap untuk menjadikan dirinya pembimbing yang serba bisa: dengan
kesempurnaan berupa anggota tubuh yang lengkap, kedahsyatan otak dalam
mendesain penguasaan kelas, didukung oleh kehebatan panca indera sebagai
pelaksana yang selalu terkendali. Kesempurnaan penciptaan bentuk seorang
makhluk yang bernama manusia (guru) sangat cukup untuk memenuhi
syarat-syarat menjadi seorang pemeran pendidik yang handal. Pemeran yang
selalu optimis akan berhasil.
Dalam penggalan narasi lain Andrea Hirata mendeskripsikan nilai
pendidikan dari sisi peran seorang guru sebagai pembimbing.
Bagi kawanan Laskar Pelangi, Pak Harfan dan Bu Mus adalah
pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya. Merekalah mentor,
penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual. Mereka yang pertama
menjelaskan secara gamblang implikasi amal makruf nahi mungkar
sebagai pegangan kami sepanjang hayat. Mereka ajari kami membuat
rumah-rumahan dari perdu apit - apit, mengusap luka-luka di kaki
kami membimbing cara mengambil wudhu, melongok ke dalam
sarung kami ketika disunat, mengajari kami doa sebelum tidur,
memompa ban sepeda kami, dan kadang-kadang membuatkan kami air jeruk sambal.51
Peranan sebagai pembimbing menjadi salah satu peranan guru yang
terpenting dari semua peran lainnya, seperti peranan sebagai fasilitator,
sebagai motivator, dan lainnya. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena
kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi
manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan
mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.
Kekurangmampuan anak didik menyebabkan lebih banyak tergantung pada
bantuan guru. Tetapi semakin dewasa, ketergantungan anak didik semakin
berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan
pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).52
Dalam interaksi edukatif yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkanya. Guru berusaha
51
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 32 52
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2005), Cet. 3, h. 46
menjadi pembimbing yang baik degan peranan yang arif dan bijaksana,
sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan
anak didik.
Dalam interaksi yang berlangsung, guru harus menerima dengan sadar
dan mau memahami segala konsekuensi dan kendala yang menghambat
jalannya proses interaksi edukatif, baik yang bersumber pada internal anak
didik maupun dari lingkuangan eksternal/luar anak didik harus dihilangkan,
bukan membiarkannya. Sebab keberhasilan interaksi edukatif terletak pada
kemahiran guru dalam mengelola kelas.
c. Pelajar Sejati
“Inilah sel Pak Karno di sebuah penjara di Bandung, di sini beliau
menjalani hukuman dan setiap hari belajar, setiap waktu membaca buku.
Beliau adalah salah satu orang tercerdas yang pernah dimiliki bangsa ini.”53
Pesan yang tegas diberikan oleh Andrea kepada para pembaca Laskar
Pelangi, yaitu sekelumit penggalan sejarah presiden pertama nusantara ini,
Soekarno, tentang semangat belajarnya. Sudah menjadi pengakuan umum
bahwa belajar tidak harus berada di ruang kelas. Pepatah “tuntutlah ilmu
sejak dari buaian sampai ke liang lahat” sangat tepat pada konteks ini,
bahwa perjalanan menimba ilmu yang butuh waktu lama dan tempat yang
luas adalah benar. Ilmu ada dimana saja, setiap langkah dan setiap apa yang
kita lihat itu (ilmu) yang kita dapatkan.
Pepatah Arab mengatakan: khoirul ashaabi fii azzamaani kitaabun /
sebaik-baik teman sepanjang masa adalah buku.
Alasan bahwa orang mampu berbicara di depan publik secara baik dan
memiliki dasar ilmu yang kuat diantaranya adalah membaca. Bahkan
Rasulullah S.A.W. pertama kali menerima wahyu adalah surat yang
berisikan perintah (Allah) membaca. Iqraa bismirabbika alladzi kholaq. (al-
‘Alaq: 1)
53 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 31
Bagaimanapun menbaca adalah langkah awal bagi pembelajar. Namun
pelajar sejati bukan hanya orang yang membaca buku. Masih banyak
rangkaian untuk menjadi pelajar sejati seperti belajar dari pengalaman.
Experience is the best teacher.
d. Giat Belajar
Giat belajar merupakan bentuk konkret dari rasa syukur terhadap
segala nikmat Allah. Dengan giat belajar, seseorang sesungguhhnya telah
meneladani karakter Nabi Adam dalam masa pertama penciptaan manusia.
Sebab Allah telah mengajarkan Nabi Adam terhadap berbagai ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk kehidupan di alam dunia.
Konsep giat belajar ini dapat dikaji dari berbagai ayat al-Qur’an.
Salahsatunya adalah sebagai berikut.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah
kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
dengan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. al-Mujaadilah / 58 : 11)54
Dalam novel Laskar Pelangi, nampaknya Andrea Hirata menampilkan
konsep pendidikan berupa “giat belajar” menjadi poin penting. Sebagai
gambaran, berikut penulis paparkan penggalan novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata yang mengetengahkan konsep pendidikan tantang giat
belajar.
Lintang memang tak memiliki pengalaman emosional dengan
Bodenga seperti yang aku alami, tapi bukan baru sekali itu ia dihadang
buaya dalam perjalanan ke sekolah. Dapat dikatakan tak jarang
Lintang mempertaruhkan nyawa demi menempuh pendidikan, namun
tak seharipun ia pernah bolos. Delapan puluh kilometer pulang pergi
ditempuhnya dengan sepeda setiap haru. Tak pernah mengeluh. Jika
kegiatan sekolah berlangsung sampai sore, ia akan tiba malam harinya
di rumahnya. Sering aku merasa ngeri membayangkan
perjalanannya.55
54
Departemen Agama, Al-Qur’an (terj), (Semarang: CV. ALWAAH,1995), h. 910-911 55 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 93
Dari penggalan narasi tersebut penulis mendapatkan bahwa Andrea
Hirata menampilkan konsep giat belajar, pada tokoh Lintang yang sangat
baik. Pada narasi tersebut didapatkan gambaran bagaimana kegigihan
Lintang dalam proses menempuh pendidikan. Bahkan ia rela berkorban,
mempertaruhkan nyawa, dalam perjalanan menuju sekolah sejauh 80 km
walau tak jarang Lintang dihadang buaya. Dalam kesulitan itu Lintang tak
pernah mengeluh meski harus tiba di rumah malam hari, karena kadang
kegiatan sekolah berlangsung sore harinya.
Dalam beberapa hal, memang orang (pelajar) yang sudah ‘tergila-gila’
dengan belajar, seperti melupakan kebutuhan biologisnya, seperti makan
dan olahraga demi menjaga keseimbangan fisik dalam belajar. Itu bisa
terjadi karena melejitnya semangat belajar.
Semangat belajar memang sangat perlu dijaga dan terus
dikembangkan. Tanpa semangat belajar tinggi dan baik, sukar mencapai
prestasi yang gemilang. Kebanyakan siswa yang malas adalah bodoh. Sebab
malas adalah pangkal segala keterbelakangan budaya.
e. Fasilitas dan Sumber Belajar
Gedung-gedung sekolah PN didesain dengan arsitektur yang tak
kalah indahnya dengan rumah bergaya Victoria di sekitarnya. Ruangan
kelasnya dicat warna-warni dengan tempelan gambar kartun edukatif,
poster operasi dasar matematika, tabel pemetaan unsur kimia, peta dunia,
jam dinding, termometer, foto para ilmuan dan penjajah yang
menginspirasi, dan ada kapstok topi. Di setiap kelas ada patung anatomi
tubuh yang lengkap, globe yang besar, white board, dan alat peraga
konstelasi planet-plenet.
Di dalam kelas-kelas itu puluhan siswa brilian bersaing ketat dalam standar mutu yang tinggi. Sekolah-sekolah ini memiliki perpustakaan,
kantin, guru BP, laboratorium, perlengkapan kesenian, kegiatan ekstrakulikuler yang bermutu, fasilitas hiburan dan sarana olahraga –
termasuk sebuah kolam renang yang masih disebut dalam bahasa Belanda: zwembad.
56
56Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 57-58
Fasilitas dan sumber belajar menjadi penting bagi sebuah sekolah atau
lembaga pendidikan. Sebab beberapa materi pelajaran tertentu memerlukan
alat bantu peraga dan media dalam penyajiannya kepada anak didik.
Sekolah PN Timah menjadi permisalan yang bagus dan secara tegas
mendeskripsikan kelengkapan fasilitas dan sumber belajar.
Tentunya fasilitas dan sumber belajar yang sangat baik tersebut
haruslah diimbangi dengan manajemen yang baik pula. Jika itu terealisasi,
maka persaingan mencapai prestasi antar siswa akan menjadi budaya baik
sekolah. Kemudian akan terbukalah kesempatan untuk “unjuk kebolehan”
ke luar sekolah.
f. Pendidikan Wirausaha dan Kemandirian
Setiap orang memiliki idaman atau cita-cita untuk dapat hidup bahagia
meskipun mereka barangkali kurang mempunyai pengertian yang jelas
tentang apa yang sebenarnya disebut kebahagiaan itu. Untuk mewujudkan
idaman hidup bahagia itu, sebagian orang berbuat dan berupaya dengan
cara yang kurang tepat bahkan ada yang dengan cara melanggar hukum
keadilan. Pada sebagian besar anggota masyarakat di negeri kita telah
terdapat sadar tentang pentingnya kesadaran terhadap pendidikan dalam
usaha mewujudkan hidup bahagia idaman mereka. Kebahagiaan hidup tidak
bisa dicapai dengan diam dan berpangku tangan sambil menunggu dan
berharap datang nasib baik. Kesejahteraan hidup harus dicapai dengan
bekerja. Pekerjaan yang dilakukan manusia belum tentu menghasilkan
sesuatu yang berarti bagi perwujudan kehidupan sejahtera yang mereka
idam-idamkan. Agar pekerjaan manusia menjadi efektif, manusia harus
banyak belajar.57
Pada penggalan novel Laskar Pelangi dapat kita temukan narasi yang
menggambarkan bahwa untuk mencapai kesejahteraan manusia harus
57
Wasty Soemanto, Pendidikan Wirausaha, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), Cet. 8, h.
29
banyak belajar, memperkaya ilmu, dan kemudian bekerja. Berikut penulis
ketengahkan penggalan narasi tersebut.
Memang menyenangkan menginjak remaja. Di sekolah, mata pelajaran mulai terasa bermanfaat. Misalnya pelajaran membuat telur
asin, menyemai biji sawi, membedah perut kodok, keterampilan menyulam, menata janur, membuat pupuk dari kotoran hewan, dan
praktek memasak. Konon di Jepang pada tingkat ini para siswa telah belajar semikonduktor, sudah bisa menjelaskan perbedaan antara istilah
analog dan digital, sudah belajar membuat animasi, belajar software
development, serta praktik merakit robot.58
Dapat ditemukan dalam penggalan narasi dari Novel Laskar Pelangi
tersebut bahwa Andrea Hirata menggambarkan pendidikan kemandirian
yang diterapkan dengan jalan pelajaran yang bemanfaat. Seperti pelajaran
membuat telor asin, menyemai biji sawi, membedah perut kodok,
keterampilan menyulam, menata janur, membuat pupuk dari kotoran hewan,
dan praktek memasak.
Dalam rangka mencapai cita-cita hidup, dewasa ini banyak sekali
orang berlomba-lomba menempuh pendidikan di sekolah formal atau
bahkan menyekolahkan putra-putrinya.
Namun sekarang banyak pemuda yang tertipu dengan angan-angan
mereka sendiri. Mereka menyangka hanya dengan bersusah payah sekolah
ke tingkat yang lebih tinggi akan dijumpai lapangan kerja, status sosial serta
idaman - idaman lain. Banyak diantara mereka yang akhirnya mengandalkan
ijazah tanpa memperhatikan kemampuan skill atau meremehkan
kemampuan diluar secarik kertas (ijazah) yang mungkin justru membatasi
kreativitas mencari jalan lain untuk mendapatkan impiannya.
Disinilah letak kreativitas, kemandirian dari pendidikan wirausaha
berperan penting. Dalam penggalan narasi Novel Laskar Pelangi tersebut,
Andrea Hirata mengajarkan/memberi inspirasi kepada pembaca untuk dapat
menangkap pesan bahwa yang dilakukan tokoh dalam novel berupa
pelajaran membuat telor asin, menyemai biji sawi, membedah perut kodok,
keterampilan menyulam, menata janur, membuat pupuk dari kotoran hewan,
58 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 191
dan praktek memasak adalah pendidikan wirausaha yang mengajarkan
kemandirian kepada anak didik.
8. Ciri-ciri pribadi sukses
a. Kerja keras
Kerja keras merupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang.
Rasulullah sangat marah jika melihat orang bermalas-malasan dan
berpangku tangan. Bahkan beliau secara simbolik memberikan kampak dan
tali kepada lelaki (yang malas) untuk mencari kayu dan menjualnya ke
pasar. Demikian pula jika ingin berusaha, mulailah berusaha sejak subuh.
Jangan biasakan tidur sejak subuh, bangun dengan semangat dan niat baik
memulai kegiatan hari itu.
Andrea Hirata telah mengetengahkan konsep ciri-ciri wirausaha dalam
Novel Laskar Pelangi, berikut penulis sajikan penggalan dari Novel Laskar
Pelangi tersebut.
Setelah seharian mengajar, Bu Muslimah melanjutkan bekerja
menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari nafkah, menopang
hidup dirinya dan adik-adiknya.59
Demikianlah setiap pengusaha yang sukses dalam menjalani saat-saat
ia harus bekerja keras membanting tulang dalam merintis usahanya.
Dalam hal ini Ibu Muslimah yang seharian mengajar dan hanya
mendapat upah beras 15 liter setiap bulannya, mencoba keberuntungan
dengan menerima jahitan sepulang mengajar hingga larut malam untuk
mencari tambahan nafkah.
Kerja keras yang dimiliki seorang wirausaha, ibu Muslimah sudah
melakukannya, ia tidak lagi bekerja pada orang lain tetapi Ibu Muslimah
membuka usaha sendiri sebagai penjahit pakaian.
Dalam hal ini kedisiplinan berperan penting, sebab bagaimana orang
mau bekerja keras kalau disiplin tidak ada. Dia harus mengatur waktu sesuai
irama kehidupan, bangun pagi, siap-siap untuk bekerja, mulai kerja (bila ada
59 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 30
tambahan, ia harus bekerja samapai larut malam), kemudian istirahat
secukupnya (istirahat yang berkualitas), kemudian esok paginya ia harus
mulai mengatur kedisiplinan waktunya.
Ada satu lagi elemen penting dalam keberhasilan kerja keras, yaitu
berserah diri kepada Allah Swt. Dengan selalu berdoa pada-Nya. Insya
Allah kerja keras yang disandingkan dengan doa akan memperoleh sukses.
b. Networking/Jaringan Kerja
Tidak sedikit orang berpikir apa yang akan ia tanyakan ketika bertemu
dengan orang lain, sahabat, atau bahkan orang yang sama sekali belum
dikenal sebelumnya. Dan mereka juga akan berpikiran ke arah
kebermanfaatan hubungan dengan orang lain. Bagi orang yang cermat dan
cekatan mengambil kesempatan dalam proses bergaul, berinteraksi dengan
orang lain tentu memperoleh sesuatu yang dianggap pantas dan perlu
dikembangkan ke arah positif. Mungkin memperoleh pengalaman baru,
wawasan baru, ilmu-ilmu baru, bahkan mungkin ide - ide baru dan
sebagainya.
Paling tidak itu yang ingin disampaikan Andrea Hirata mengenai
jaringan kerja melalui tokoh Kucai dalam Novel Laskar Pelangi.
Andrea menggambarkan bahwa Kucai memiliki kecermatan dan
kecakapan mengambil manfaat dari proses pergaulannya. Berikut penulis
paparkana peggalan narasi yang menggambarkan penjelasan di atas.
Kucai memiliki network yang luas. Ia pintar bermain kata-kata. Kalau
hanya masalah perselisihan peneng sepeda dengan aparat desa, informasi
dimana bisa menjual beras jatah PN, atau informasi bagaimana cara
mendapatkan karcis pasar malam separuh harga, serahkan saja padanya, ia
bisa memberi solusi total.60
60 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 70
Dari narasi tersebut Kucai pandai melihat peluang berupa kelebihan
dan kekurangan dari orang yang menjadi kenalannya. Kucai mempunyai
persepsi dua hal tadi, yakni kekurangan dan kelebihan orang lain.
Narasi tersebut mengadung nilai bahwa seorang yang beritikad sukses
harus juga memperhatikan dan berfikir realistis bahwa ucapan dan gagasan
yang baik harus ia terima kalau itu memang bermanfaat baginya. Memang
sikap demikian tidak mudah diterapkan. Sebagai contoh, kalau kita tidak
suka pada seseorang kita akan tidak suka secara keseluruhan kepada orang
tersebut termasuk ucapan-ucapannya, gagasan-gagasannya, nasehat-
nasehatnya walaupun apa yang dikatakan itu baik. Inilah yang menyebabkan
kita tidak maju.
Tetapi dengan menyadari kekurangan yang kita miliki akan tertutupi
dengan kelebihan yang dimiliki orang lain. Itulah yang dilakukan Kucai,
yakni mengambil manfaat dari orang lain dengan saling belajar dan bertukar
pikiran. Hingga ia memiliki kemampuan interaksi dan keahlian yang tidak
dimiliki teman-temannya. Ini sesuatu yang penting dalam proses interaksi
dan saling melakukan proses pencerdasan kolektif.
Ada beberapa yang perlu ditingkatkan di sini adalah jaringan
kerja/kemitraan yang saling menguntungkan. Teori win-win/menang-
menang berlaku di sini. Kemitraan atau jaringan kerja yang saling
menguntungkan bagaikan tambang emas. Namun kita sering takut untuk
mencari mitra kerja yang baik karena tidak ingin berbagi keuntungan,
otoritas dalam pengambilan keputusan, gengsi dalam menjalankan proyek
perusahaan, dan sebagainya. Tentu saja sikap takut ini akan menjauhkan kita
dari sukses.
Tidak menutup kemungkinan akan muncul seorang dari sekian
anggota - anggota kemitraan akan bekerja lebih keras dan memiliki
komitmen lebih besar daripada yang lain, yang pada dasarnya mengerjakan
pekerjaan yang sama. Biasanya mitra yang seperti ini akan menarik yang
lain untuk bekerja sama kerasnya. Dan yang di tarik akan tersinggung.
Kemitraan demikian bukanlah contoh kemitraan yang saling
menguntungkan.
Idealnya, setiap anggota kemitraan memiliki keterampilan yang
berbeda. Seorang mungkin handal dalam perencanaan, seorang lainnya
pandai dalam fund rising, sedangkan yang lain ahli dalam promosi dan
presentasi di depa umum. Jika kita dapat menciptakan keselarasan
kombinasi yang baik antara beberapa keterampilan, visi, dan etos kerja,
berarti kita membentuk suatu tim yang memberlakukan teori menang –
menang, bukan menang – kalah.
c. Dapat Dipercaya
1) Karakter Pemimpin
Karakter pemimpin “dapat dipercaya” banyak dibicarakan para tokoh wirausaha. Memang karakter menjadi bagian penting yang harus
diperhatikan oleh seorang yang ingin sukses. Karakter dapat dipercaya
menjadikan seseorang populer di lingkungannya, dia mempuanyai
banyak inisiatif, kreativitas, dan ini menunjukkan sebagai hasil asli
pemikiran-pemikirannya, dia mampu menyesuaikan diri dengan
lingkuangan, atasan - bawahan dan teman-teman sederajat. Dia mampu
berkomunikasi dengan semua golongan secara baik. Yang amat penting
dalam berkomunikasi adalah sifat-sifat konsistensi, dan kejujuran.
Berikut penulis sajikan penggalan narasi yang menggambarkan
salah satu karakter pemimpin.
Barang siapa yang kami tunjuk sebagai amir dan telah kami
tetapkan gajinya untuk itu, maka apapun yang ia terima selain gajinya itu adalah penipuan!
61
Karakter pemimpin berupa amanah, hak dan kewajiban ada pada
Kucai selaku ketua kelas. Seorang pemimpin harus tahu porsi hak dan
kewajiban bagi pribadinya. Seorang pemimpin wajib jujur. Ia tidak boleh
menerima sesuatu yang bukan haknya. Keberanian untuk menolak selain
haknya, menjaga integritas, bertanggung jawab secara sosial,
kemampuan mendidik diri sendiri layak dimiliki seorang pemimpin.
Tokoh dalam Novel Laskar Pelangi yaitu Kucai, ketua kelas SD
Muhammadiyah memiliki karakter tersebut. Kucai tidak menerima hak
61 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 71
dan kewajiban (gaji) selain yang menjadi porsinya. Ia tahu bagaimana
harus bertanggung jawab dengan tugas yang diamanahkan kepadanya
oleh teman-teman kelas dan gurunya.
2) Tanggung Jawab Pemimpin
Banyaknya tanggung jawab yang diamanahkan kepada seorang
pemimpin dalam dunia menjadikan seorang pemimpin sebagai pribadi
yang spesial dan popular di lingkungannya. Tanggung jawab pemimpin
bukan hanya kepada bawahannya, yang tidak kalah penting pertanggung
jawbannya akan wawasan - wawasan yang dia miliki untuk
memaksimalkan jabatannya sebagai pemimpin.
Kelak wawasan - wawasan pribadi yang harus dimiliki pemimpin
akan dipertangungjawabkan. Beberapa wawasan yang kelak
dipertanggungjawabkan diantaranya: menjaga nama baik, kesuksesan
usaha, tanggung jawab sosial, dan lain-lain.
Berikut kutipan dari Novel Laskar Pelangi yang menunjukkan
bahwa tanggung jawab seorang pemimpin akan dipertangungjawabkan
kelak.
Kata-kata al-Qur’an itu mengajarkan arti penting memegang
amanah sebagai pemimpin dan Al-quran megingatkan bahwa
kepemimpinan seseorang akan dipertanggungjawabkan nanti di
akhirat….”62
Karakter pribadi yang baik diantaranya memiliki jiwa
kepemimpinan dan pandai memimpin. Minimal ia mampu
mempertanggung jawabkan amanah yang diberikan kepada dirinya
sendiri. Karena tanggung jawab besar telah menjadi amanah yang dipikul
seorang pemimpin menuju kemandirian.
d. Memanfaatkan Waktu
62 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 71
Jika tiba di rumah ia (Lintang) tak langsung istirahat melainkan segera
bergabung dengan anak-anak seusia di kampungnya untuk bekerja sebagai
kuli kopra. Itulah penghasilan sampingan keluarganya dan juga sebagai
kompensasi terbebasnya dari pekerjaan di laut serta ganjaran yang ia dapat
dari “kemewahan” bersekolah.63
Penggalan narasi tentang kemandirian di atas jelas menggambarkan
batapa penting waktu. Waktu adalah sifat yang wajib dimiliki seorang
wirausaha, senada dengan pendapat teori Buchari Alma dalam bukunya
Kewirausahaan bahwa sifat-sifat yang perlu dimiliki wirausaha salah
satunya adalah pemanfaaatan waktu.
Dia yang menang waktu, menang segala - galanya. Menghargai waktu
dengan berbuat sesuatu adalah kunci keberhasilan dan kemenangan. Waktu
memang mahal harganya bagi orang-orang yang tahu hakekat waktu dalam
kehidupan. Maka amatilah orang-orang besar di dunia ini, rata-rata mereka
sangat ketat dan mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap waktu. Mereka
memanfaatkan waktu sebaik, seefektif dan seefisien mungkin. Mereka
hampir tidak pernah membuang waktu percuma barang sedikitpun. Mereka
sadar betul betapa waktu bisa membuat orang maju dan berhasil dalam
meniti karir, tetapi waktu jugalah yang bisa membuat orang terlena dan
akhirnya mati sia - sia jika lengah terhadap waktu. Tuhan mengingatkan
manusia dengan sumpahNya tentang waktu: demi waktu (wal’asr). Ini
menandakan bahwa waktu menjadi sangat penting dan manusia dianjurkan
untuk hati-hati dengan waktu. Bagaimana kita memanfaatkan waktu agar
benar - benar berguna dalam hidup ini.64
Dalam narasi di atas Lintang menjadi tamtsil atau permisalan untuk
menghadirkan sosok yang menghargai waktu. Tanpa buang-buang waktu
Lintang segera bergabung dengan anak - anak seusia di kampungnya untuk
bekerja sebagai kuli kopra. Itulah yang menurut Andrea sebagai ganjaran
63
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 95 64
Akhmad Kardimin, Menumbuhkan Jiwa Wirausaha, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), Cet. 1, h.34-35
“kemewahan” bersekolah, Lintang bisa berbuat lebih dibanding teman -
temannya.
e. Semangat Kerja Keras dan Pantang Menyerah
Jiwa pantang menyerah dan bekerja keras digambarkan oleh Akhmad
Khardimin melalui media pohon pisang. Pohon pisang memiliki
karakteristik selalu hidup merumpun dan berumpun. Ia tidak pernah tumbuh
sebatang sendiri. Kenyataan ini diterjemahkan sebagai keteguhan dalam
persatuan dan konsistensi dalam kebersamaan. Bersatu dalam kebersamaan
bukan berarti bersikap reaktif jika menghadapi desakan kegawatan atau
mengatasi suatu permasalahan, tetapi kebersamaan sepanjang masa,
berkesinambungan dari generasi ke generasi. Sebelum layu dan mati pohon
pisang lebih dahulu memproses kehidupan anak-anak turunannya, yang
bermunculan di sekitarnya. Ini jauh terjadi sebelum batang induk layu dan
mati. Pohon pisang yang belum berbuah akan tetap bersemi walau
dipancung sekalipun. Kenyataan ini diterjemahkan unsur tabiat
kesinambungan regenerasi. Misi regenerasi ini disandang dengan ketaatan
yang nyaris mutlak. Tiada surut ke masa lampau sebelum berbuah dan
menyiapkan anak penggantinya.65
Berikut petikan narasi dari Novel Laskar Pelangi yang menyajikan
spirit kerja keras dan pantang menyerah.
Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana
melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-titik
air hujan. Beliau mengobarkan semangat kami untuk belajar dan
membuat kami tercengang dengan petuahnya tentang keberanian dan
pantang menyerah melawan kesulitan apapun. Pak Harfan memberi kami
pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian, tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan
kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keiikhlasan berkorban untuk sesama. Lalu beliau
menyampaikan sebuah prinsip yang diam - diam menyelinap jauh ke dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu bahwa
65
Akhmad Khardimin, Menumbuhkan jiwa Wirausaha, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), Cet. 1, h. 23
hiduplah untuk memberi sebanyak - banyaknya, bukan untuk menerima
sebanyak - banyaknya.66
“Tabahkan hati kalian, kelarkan seluruh kemampuan!” ledak Bu
Mus memberi semangat kepada kami, para mamalia. Pak Harfan sudah tidak bisa bicaara apa-apa. Tangannya membekap dada seperti orang
berdoa.67
“Dalam tarian ini kalian harus mengeluarkan seluruh energi dan
harus tampak gembira! Bersuka ria seperti karyawan PN baru terima jatah kain, seperti orang Sawang dapat utangan, seperti para pelaut
terdampar di sekolah perawat!”68
Tiga penggalan narasi di atas yang mendeskripsikan semangat kerja
keras dan karakter pantang menyerah. Pada kutipan pertama Andrea Hirata
mengetengahkan nilai bahwa kerja keras tidak untuk “memperkaya diri
sendiri” melainkan untuk kebermanfaatan umum atau rahmatan lil’alamin.
Senada dengan pelajaran dari pohon pisang yaitu bahwa hiduplah untuk
memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-
banyaknya. Sifat kerja keras dan pantang menyerah seperti itu yang menjadi
ciri khusus seorang wirausaha sukses.
Pada kutipan kedua, semangat pantang menyerah dan kerja keras
secara continue di teriakkan Ibu Muslimah kepada anak - anak didiknya
dalam karnaval 17 Agustus: “Tabahkan hati kalian, kelarkan seluruh
kemampuan!” ledak Bu Mus memberi semangat kepada kami, para
mamalia.
Begitu juga dengan kutipan yang ketiga, semangat kerja keras tersurat
pada kalimat “dalam tarian ini kalian harus mengeluarkan seluruh energi
dan harus tampak gembira!”
f. Kejujuran
Kejujuran adalah satu dari sekian banyak karakter yang lazim dimiliki
seorang wirausaha. Dalam banyak hal, dalam berbagai kesempatan, bahkan
kepada diri sendiri sekalipun seorang wirausaha harus mengedepankan
66
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 24 67
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 240 68 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 230
kejujuran. Hubungan dan komunikasi antara atasan dan bawahan perlu
adanya kejujuran dan keterbukaan akan hal-hal yang menunjang kesuksesan
tercapainya tujuan bersama, agar tidak terjadi kesalah pahaman.
Dalam Novel Laskar Pelangi, konsep kejujuran tersebut sebagai
berikut.
Sifat lain Sahara yang amat menonjol adalah kejujurannya yang luar
biasa dan benar - benar menghargai kebenaran. Ia pantang berbohong.
Walaupun diancam akan dicampakkan ke dalam lautan api yang berkobar-
kobar, tak satupun dusta akan keluar dari mulutnya.69
Sahara, tokoh dalam Novel Laskar Pelangi sangat menonjolkan sifat
kejujurannya dibandingkan dengan teman-temannya, para Laskar Pelangi.
Berikut kutipannya: “Sifat lain Sahara yang amat menonjol adalah
kejujurannya yang luar biasa dan benar-benar menghargai kebenaran.” Di
sini Andrea Hirata mengedepankan secara jelas konsep kejujuran. Dan
penghargaan manusia kepada kebenaran. Seperti pepatah Arab :
“Katakanlah kebenaran walaupun itu pahit.” Ini menuntut manusia utuk
jujur kepada diri sendiri, ia tidak bisa berbohong dan mengatakan
kepalsuan.
Sahara tak akan berbohong walau ancaman yang dihadapinya
mengandung resiko sangat berat. Begitulah hendaknya konsep kejujuran
yang harus dijunjung tinggi.
g. Kreatif dan Inovatif
Menurut Conny Semiawan (1984:8) menyatakan: Kreatifitas diartikan
sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Prosuk baru
artinya tidak perlu seluruhnya baru, tapi dapat bagian-bagian produk saja.70
Contoh-contoh kegiatan kreatifitas:
69
Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 75 70 Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta, 2006), Cet. 10, h. 50-51
1. Penciptaan sepatu roda – gabungan antara sepatu dengan roda
2. Seorang wirausaha membuat berbagai kreasi dalam kegiatan
usahanya, seperti susunan barang, pengaturan rak panjang,
menyebarkan brosur promosi, dan sebagainya.
Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-
kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru atara unsur, data,
variabel yang sudah ada sebelumnya.
Dalam novel Laskar Pelangi, konsep tentang kreatif adalah sebagai
berikut.
Para guru mengangguk-angguk salut dengan ide Mahar. Mereka
salut Karena selain akan menampilkan sesuatu yang berbeda,
menampilkan suku terasing di Afrika adalah ide yang cerdas. Suku itu
tentu berpakaian seadanya. Semakin sedikit pakaiannya – atau dengan
kata lain semakin tidak berpakaian suku itu – maka anggaran biaya untuk pakaian semakin sedikit. Ide mahar bukan saja baru dan yahud
dari segi nilai seni tapi juga aspiratif terhadap kondisi kas sekolah. Ide yang sangat istimewa.71
Para guru kagum dengan ide yang ditawarkan Mahar untuk bentuk
penampilan pada karnaval 17 Agustus-an. Mahar mengangkat tema
penampilan yang benar - benar baru dan belum pernah di tampilkan di
Belitung. Dengan idenya, Mahar mampu menekan dana untuk pengadaan
busana karnaval pada penampilan suku pedalaman Afrika. Itulah yang
dibanggakan para guru SD Muhammadiyah dari Mahar, ia mampu
merespon kondisi keuangan sekolah.
Sebagai akhir dari analisa penulis terhadap nilai - nilai pendidikan dan
ciri-ciri pribadi sukses dalam Novel Laskar Pelangi, berikut penulis
cantumkan uraian singkat terkait nilai-nilai pendidikan dan cirri - ciri
pribadi sukses :
Nilai-nilai pendidikan: Pada tujuan pendidikan, teori temuan yang
penulis dapatkan yaitu tujuan umum saja yang jelas - jelas dipaparkan, tidak
demikian halnya dengan tujuan khusus dari pendidikan.
71 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, (Yogyakarta: PT Bentang, 2006), h. 226
Teori temuan yang secara penuh penulis temukan yaitu konsep guru
sebagagi pembimbing, fasilitas dan sumber belajar, pelajar sejati,
pendidikan pribadi sukses.
Kemudian terkait cirri - ciri pribadi sukses : teori temuan yang secara
penuh penulis temukan di Novel Laskar Pelangi yaitu konsep kerja keras,
networking/jaringan kerja, dapat dipercaya, semangat kerja keras dan
pantang menyerah, kejujuran, kreatif dan inovatif. Maka semua poin yang
tercantum pada kerangka konseptual terkait ciri-ciri pribadi sukses benar
adaya dalam Novel Laskar Pelangi.
B. Perspektif Novel Laskar Pelangi terhadap Kehidupan Sekarang
Novel ini menjadi inspirasi yang cukup baik bagi civitas akademisi di
instansi-instansi pendidikan. Dewasa ini banyak kalangan yang membutuhkan
bahan bacaan berkualitas dengan bahasa pengantar yang mudah dicerna. Salah
satunya adalah Novel Laskar Pelangi dijadikan semacam bahan bacaan
suplemen bagi mereka yang butuh inspirasi, mereka yang enerjik, penuh
kesibukan; sementara butuh bahan bacaan yang menggugah semangat hidup
jadi lebih bergairah.
Ide-ide baru dan segar yang ditawarkan Andrea Hirata tentang konsep
pendidikan dan ciri-ciri pribadi sukses sangat apresiatif dengan kondisi
pendidikan Indonesia yang memprihatinkan di beberapa daerah. Justru ini yang
sangat diimpi - impikan, sebuah konsep dan semangat baru bahwa pendidikan
tidak harus mahal. Yang perlu diutamakan adalah bimbingan kepada anak
didik secara maksimal. Usaha tersebut dilakukan demi tercapainya tujuan
pendidikan nasional yang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai
ladang penyemaian bibit - bibit SDM (Sumber Daya Manusia) yang
berkualitas. Kualitas yang dipersiapkan untuk tercapainya tujuan yang lumrah
yaitu kesuksesan.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memaparkan nilai-nilai pendidikan dan ciri-ciri pribadi sukses yang
terkandung dalam novel Laskar Pelangi tersebut, penulis akan menyimpulkan
beberapa poin pokok.
1. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi
meliputi:
a. Integritas Guru
Integritas guru seperti yang dimiliki Ibu Muslimah di dalam novel
Laskar Pelangi dengan keihklasan dan kesetiaannya menjadi guru
yang memperoleh gaji 15 kg beras/bulan (itupun tidak menentu), tidak
bisa dijadikan kebijakan umum bagi 10% dari keseluruhan jumlah
guru/tenaga pengajar di Indonesia. Namun integritas yang tinggi dan
baik seperti itu perlu dimiliki oleh setiap guru. Namun guru dengan
keadaan “memprihatinkan” memiliki hak pemberdayaan profesi guru
melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis,
berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi
b. Tujuan Pendidikan
Sama halnya seperti Undang-undang Sistem Pendidkan Nasional No.
20 Tahun 2003 pasal (3), di dalam Novel Laskar Pelangi juga
tercantum nilai-nilai yang mengarah kepada isi Undang-undang
tersebut di atas. Seperti iman, syukur, taqwa, ikhlas, tawakal, sabar,
berfikir positif, disiplin, menjadi contoh yang baik, tekad kuat dan
kerja keras, mendahulukan kewajiban terhadap orang tua
dibandingkan hak, beradaptasi dan bersikap baik terhadap lingkungan,
membantu meringankan beban orang tua, silaturahmi, tidak
merendahkan golongan lain, baik sangka, rendah hati, menepati janji,
lapang dada, dan dapat dipercaya; semuanya itu mengarah pada
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
c. Fasilitas dan Sumber Belajar
Fasilitas dan sumber belajar yang baik serta pantas menjadi sarana
pendukung upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak
mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab
berdasarkan Pancasila.
d. Giat Belajar
Kedudukan siswa sebagai agen perubahan bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional. Giat belajar menjadi
kewajiban mutlak siswa demi mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
e. Pendidikan Pribadi Sukses.
Mendidik anak menjadi pribadi sukses tidak terlepas dari tri pusat
pendidikan pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan
masyarakat.
2. Ciri-ciri pribadi sukses yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi
meliputi: kerja keras, networking/jaringan kerja, bisa dipercaya (Al –
Amin), semangat kerja keras, pantang menyerah, kejujuran, kreatif dan
inovatif.
3. Pendidikan pribadi sukses. Pada kondisi ekonomi yang tidak menentu
seperti sekarang ini, perlu adanya pendidikan yang mempersiapkan
individu-individu yang berkarakter serta memilliki bekal-bekal
keterampilan bagi peserta didik sejak dini. Moral tinggi, mental
pemberani, aktif, ulet, pekerja keras, kreatif, inovatif, tekun, mengerti arti
lingkungan, serta mampu mencipta lapangan kerja dan bukan hanya
mencari kerja menjadi modal utama menuju sukses.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan
menjadi upaya konstruktif bagi dunia pendidikan dan upaya membentuk
pribadi sukses di Indonesia.
1. Hendaknya nilai-nilai pendidikan dan ciri-ciri pribadi sukses dalam novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini diaplikasikan dalam keseharian,
baik pada kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa di sekolah maupun
pergaulan siswa di rumah dan lingkungannya.
2. Kepada para guru dan siswa hendaknya pandai memilih bahan bacaan
(fiksi) yang makin marak dewasa ini. Salah satunya dengan cara
menggemari bacaan sastra berkualitas dan mengandung nilai-nilai
pendidikan, memiliki nilai-nilai positif dan konstruktif terhadap
perkembangan jiwa remaja dan pelajar.
3. Handaknya para guru menyarankan kepada siswa untuk menambah
pembendaharaan sumber bacaan yang bernilai positif. Jauh kedepan,
aktualisasi tersebut adalah pengaadaan bahan bacaan berupa novel-novel
pendidikan. Novel Laskar Pelangi ini layak menjadi salah satu pilihan
bahan bacaan dan koleksi novel pendidikan (memiliki nilai-nilai
konstruktif). Juga untuk menemukan ciri-ciri pribadi sukses agar mudah
mengaktulisasikan diri demi mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ –
Emotional Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Cet. 4, Jakarta:
Penerbit Arga, 2000.
Ahmadi, Abu, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Al-Attas, Syed Muhammad al- Naquid, Konsep Pendidikan Islam; Suatu Rangka Pikir Pembinaan
Filsafat Pendidikan Islam, terj. Haidar Bagir, dari judul: The Concept of Education in
Islam: Framework for Anislamic Philosophy of Education, Cet. V, Bandung: Mizan, 1994.
Alma, Buchari, Kewirausahaan, Cet. 10, Bandung: Alfabeta, 2006.
Ambriose, Yvon, Pendidikan Nilai, dalam E.M. K. Kaswardi (peny.) Pendidikan Nilai Memasuki
Tahun 2000, Jakarta: Gramedia, 1993.
Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta : BSNP, 2006.
Darajat, Zakiyah, et all., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :Bumi Aksara, 1992
Departemen Agama, Al-Qur’an (terj), Semarang : CV. ALWAAH, 1995.
Depdiknas RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 4, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Dewantara, Ki Hajar, Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa,
1962.
Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 1975.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Cet. 3, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2005.
Gazalba, Sidi, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Cet. 2, Jakarta: Bulan
Bintang, 1987.
___________, Sistematika Filsafat: Pengantar Kepada Teori Nilai, Jakarta: Bulan Bintang, 1981.
Gunawan, Ary H., Sosiologi Pendidikan, suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem
pendidikan, Cet. 1, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Harian Umum Kompas, tentang bukti presentase minat baca sastra tertinggi 21,1 % hasil HU
Sabtu, 19 Februari 2005.
Hirata, Andrea, Laskar Pelangi, Cet. 5, Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2005.
http://trescent.wordpress.com, tentang Arti dan Definisi Kepribadian, 7 Agustus 2007.
http://www. Depdiknas.go.id/uusisdiknas, 28 April 2009.
Ismail, Marahimin, Menulis Secara Populer, Cet. 3, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 2001.
Jalal, Abdul Fatah, Min al-Ushul al-Tarbawiyah al-Islam, Kairo: Dar al-Kutub al-misriyah, 1977.
Kardimin, Akhmad, Menumbuhkan Jiwa Wirausaha, Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, Ed. I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Mangunwijaya, Y.B., Sastra dan Religiusitas, Yogyakarta: Kanisius, 1994.
Mc Nally, David dan Karl D. Speak, Be Your Own Brand, Resep Jitu Meraih Personal Brand Yang Unggul, Cet. 2, Jakarta: Gramedia, 2004
Novakovic, Josip, Fiction Writer’s Workshop, Cet. 1, Jakarta: PT. Gramedia, 1986.
Nurgiantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Cet. 1, Yogyakarta: Gajahmada University Press,
1995.
________________ , Teori Pengkajian Sastra, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1998.
Pudjijanto, Etika Sosial dalam Sistem Nilai Bangsa Indonesia, dalam Dialog Manusia, Filsafat,
Budaya, dan Pembangunan, Malang: YP2LPM, 1984.
Pujijogyanti, Clara R., Konsep Diri dalam Pendidikan, Jakarta: Arcan Penerbit Umum, 2005.
Rachmat, Joko Pradopo, Pengkajian Puisi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995.
Rampah, Korric Layun, Suara pancaran Sastra, Jakarta: Garuda Metropolitan, 1988.
Ridla, Muhammad Jawwad, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Perspektif Sosiolagis –
Filosofis), Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002.
Rosa, Helvy Tiana, Segenggam gumam, Esai-esai tentang Sastra dan Kepenulisan, Bandung:
Syamil, 2003.
Soemanto, Wasty, Pendidikan Wirausaha, Cet. 8, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002.
Sofia, Adib dan Sugiastuti, Feminisme dan Sastra; Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkenbang, Cet. 1, Bandung: Katarsis, 2003.
Stanton, Robert, Sebuah Pengantar Fiksi, (terj.) An Introduction to Fiction, New York: Holit,
1965.
Sumardjo, Jacob , Memahami Kesusastraan, Bandung: Alumni, 1984.
Sumardjo, Jacob dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, Cet. 1, Jakarta: Gramedia, 1986.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet. 3, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1988.
Tim Redaksi, Undang-undang Republik Idonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Jakarta:
Sinar Grafika, 2007.
www.sastrabelitong.multiply.com, Biografi Andrea Hirata, 12 Agustus 2008.
BIODATA PENULIS
Nama : Bambang Sidik Priyatno
TTL : Cirebon, 24 Maret 1985
Alamat : SP 10 Nibung, Blok Pasar Ds. Srijaya Makmur Kec. Nibung Kab.
Musi Rawas Sumatra Selatan
HP : 0815-13406047
e-mail : sidiq.art@gmail .com & sidiq_art@yahoo.com
Alamat blog : inginmenjadi.wordpress.com/blogspot.com
Pendidikan : 1. SDN 1 Nibung Sum-Sel.
2. MTsN Babakan Ciwaringin Cirebon.
3. PM. Arrisalah & MA Arrisalah Ponorogo JATIM.
4. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar Sampul Novel Laskar Pelangi
Gambar Diri Penullis Novel Laskar Pelangi
Andrea Hirata.