Post on 08-Dec-2015
description
Analisa Cutting
Dari pada kosong ga ada isinya, saya mau ngepost contoh paper yang sudah kami buat hehehe.
semoga membantu yak.
Analisa Cutting Berdasarkan Analisa Lithologi Batuan dan Analisa Indikasi Hidrokarbon
Abstract
Analisa cutting ini sangat penting bagi penentuan lokasi pemboran karena analisa cutting adalah
awal atau dasar dalam proses eksplorasi minyak bumi atau biasa disebut sebagai penilaian
formasi. Dalam analisa cutting ini tidak hanya ilmu tentang perminyakan saja yang kita gunakan
tetapi kita harus mengetahui ilmu mengenai batuan seperti yang biasa dilakukan oleh geologist.
Proses analisa cutting ini dilakukan dengan cara melihat bentuk fisik atau dilihat lithologinya dan
juga dengan cara mengindikasi ada atau tidaknya hidrokarbon yang terkandung dalam cutting.
Maka dari itu sangat penting untuk memahami keduanya.
1. Pendahuluan
Analisa cutting, pada kegitan ini sangat diperlukan pengetahuan mengenai lithologi batuan.
Analasisa cutting adalah untuk mengestimasikan karakteristik reservoir dan untuk mengetahui
lithologi batuan. Maka dari itu difokuskan pada analisa lithologinya. Analisa lithologi
dimaksudkan untuk menggambarkan macam – macam batuan untuk tiap kedalaman atau lapisan
yang ditembus sebagai pedoman dalam pendeskripsian lithologi. Pendeskripsian lithologi batuan
meliputi warna, tekstur, kekerasan, lapisan, pabrikasi dan mineral tambahan yang ada dibatuan.
Setelah dilakukan pendeskripsian lithologi selanjutnya adalah menentukan batas lithologinya.
Dengan pengetahuan mengeanai lithologi batuan, jelas akan dengan mudah mengetahui
karakteristik dari reservoir yang akan dianalisa karena ini sebagai dasar untuk mengetahui data di
bawah permukaan yang kita perlukan.
Tanda – tanda atau indikasi adanya hidrokarbon pada suatu cutting bisa dilihat dari penampakan
noda, bau, dan warna dari cutting yang didapat.
2. Dasar Teori
Analisa serbuk bor (cutting) adalah merupakan sumber informasi dalam menentukan tanda
adanya minyak dan gas, dan untuk deskripsi lithologi batuan. Dalam analisa cutting ini, dibuat
korelasi antara deskripsi sampel dengan kedalaman.
Penentuan daerah yang mengandung hidrokarbon memerlukan suatu data-data geologi bawah
permukaan secara tepat dan akurat. Salah satu metode untuk mendapatkan data bawah
permukaan tersebut melalui analisa cutting dan analisa logging Pekerjaan analisa cutting
dilakukan dalam kerangka pekerjaan mud logging yang terutama untuk mengidentifikasi saturasi
hidrokarbon dan mengestimasi karakteristik batuan reservoir.
Analisa cutting merupakan interpretasi serpihan batuan yang tersirkulasi ke permukaan
bersamaan dengan lumpur bor. Serpihan tersebut berasal dari gerusan batuan reservoir pada
saatoperasi pemboran berlangsung. Pada analisa cutting, kandungan hidrokarbon dapat dideteksi
dengan melihat perbahan warna yang terjadi pada saat cutting tersebut dianalisa. Analisa
dilakukan melalui penyinaran sinar ultraviolet untuk mengetahui lithologi batuannya meliputi
jenis batuan, kandungan mineral,struktur batuan dan kandungan fosil untuk menentukan ada
tidaknya akumulasi hidrokarbon.
Analisa terhadap cutting dapat dilakukan dengan menggunakan pengamatan fluoroscopic berupa
penggunaan sinar ultraviolet untuk mendeteksi adanya kandungan hidrokarbon pada sample
(core) baruan. Analisa ini juga untuk membedakan antara jenis minyak berat (heavy oil), minyak
ringan (light oil) maupun minyak medium (intermediate oil). Pada analisa fluoroscopic, kualitas
penampakan fluorisensi ditentukan dari distribusi fluorisensi dalam sample (core) batuan yang
diamati.
a. Shale
Warna : merah dan hijau
Tekstur : seperti lilin, beludru dan kertas
Kekerasan : lunak, sedang, kuat, keras, sangat keras dan rapuh.
Lapisan : massive, blocky, fossile dan splentary
Pabrikasi : laminasi, pecahan, berlapis, dapat dibelah
Mineral tambahan : bentonite, sandy, calcareous dan carbonnaceous
b. Sand
Warna : coklat, abu-abu
Tekstur : sangat halus, halus, medium kasar dan sangat kasar
Bentuk butir : bulat, agak bulat dan bersudut
Pemilahan/sortasi : baik, sedang dan jelek
Tingkat sementasi : gampang pecah (friable), padat (dense)
Porositas : tidak tampak, jelek, sedang dan baik
c. Limestone dan Dolomite
Warna : putih, coklat, abu-abu dan hitam
Tekstur : sangat baik, baik, sedang, butir kasar, padat, chalky, oolitic, sucrosic,
colicastic.
Butiran : sucrosa, crystal, chalky
Accessory : oolite, sandy,silty, calcite, pyrite dan argillaceous
Kilap : suram, seperti tanah, dasar
Preparasi data
Sampel 1
Deskripsi : subsupherical subanguler, pemilahan baik, ukuran butir < 2 mm.
Warna dominan : yellow orange
Warna pengotor : hitam
Indikasi : Minyak berat, residu batu gamping passion
Aroma : Parafin
Sampel 2
Deskripsi : subsupherical anguler, pemilahan baik, ukuran butir > 2 mm.
Warna dominan : dark blue
Warna pengotor : orange
Indikasi : kondensat, residu batu gamping/dolomite
Sampel 3
Deskripsi : subsupherical subanguler, pemilahan buruk, ukuran butir < 2 mm.
Warna dominan : Tan
Warna pengotor : Hitam
Indikasi : Minyak sedang, residu fosil
Analisa Data
Dari ketiga sampel yang telah dianalisa maka.
Pada sample 1, bentuk subspherical subangular, pemilahan baik, bau parafin, warna dominan
yellow orange, warna pengotor hitam maka ini menandakan batuan mengandung minyak berat
dengan residu batu gamping pasion .
Pada sample 2 , bentuk subspherical angular, pemilahan baik, warna dominan dark blue, warna
pengotor orange maka ini menandakan batuan mengandung kondensat dengan residu
gamping/dolomite.
Pada sample 3, bentuk subspherical angular, pemilahan buruk, warna dominan tan, warna
pengotor hitam maka ini menandakan batuan mengandung minyak sedang dengan residu fosil .
Pembahasan
Analisa cutting diteliti dengan cara memahami lithologi batuan seperti, dilihat dari pemilahan,
bentuk butiran, warna dan ukuran butiran. Dan juga dengan cara flourosensi.
Pada percobaan ini digunakan fluoroscope yaitu alat untuk melihat ada tidaknya warna
fluoresensi. Setiap sample yang memberikan warna tertentu ketika diteliti di bawah sinar
ultraviolet. Hal ini digunakan untuk menentukan jenis minyak. Selain warna dominan, sample
juga memberikan warna lain yang tidak dominan yang merupakan warna pengotoran. Jenis
pengotornya bisa berupa fossil, paper shale, batu gamping pasiran, grase / gemuk, kulit kumbang
dan solar.
Percobaan analisa cutting di lapangan, yaitu pada saat pemboran eksplorasi yang digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya kandungan hidrokarbon dalam formasi, sehingga dapat
menentukan keprospekan lapangan tersebut.
Kelebihan yang dimiliki oleh metoda fluoresensi salah satunya yaitu sangat praktis dan dapat
digunakan kapan dan dimana saja. Sedangkan kekurangan metoda ini salah satunya ialah hasil
pengamatan kurang akurat karena perbedaan warna baik pada warna dominan maupun
pengotornya tidak terlalu jelas. Kekurangan metoda ini adalah dimungkinkan adanya kesalahan
pengamatan oleh praktikan, masing – masing praktikan memiliki deskripisi serta pengamatan
yang berbeda – beda.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1) Hasil analisa terhadap cutting di laboratorium:
a. Sampe l : minyak berat dengan residu gamping passion.
b. Sampel 2 : kondensat dengan residu dolomite
c. Sampel 3 : minyak sedang dengan residu fosil
2) Cutting adalah serpihan yang berasal dari dinding lubang bor yang terangkat kepermukaan
bersama dengan sirkulasi lumpur, pada saat proses pemboran berlangsung.
3) Indikasi adanya hidrokarbon pada cutting dapat diketahui dengan metode fluoresensi, yaitu
dengan menggunakan alat fluoroscope yang dapat memancarkan sinar ultraviolet.
4) Setiap sample memberikan fluoresensi berbeda-beda, ini menunjukkan bahwa pada setiap
sample terdapat kandungan hidrokarbon cair yang berbeda-beda pula.
5) Fluoresensi adalah gejala berpendarnya suatu zat ketika menerima cahaya atau radiasi dari
luar.
6) Kelebihan yang dimiliki oleh Metoda fluoresensi yaitu praktis sehingga dapat dibawa
kemana saja dan kapan saja.
7) Kekurangan yang dimiliki oleh metoda ini yaitu hasil dari pengamatan kurang akurat karena
warna hasil dari fluoresensi yang dilihat merupakan hasil subyektifitas dari masing-masing
praktikan sehingga warna pengamatan dapat berbeda antara masing-masing praktikan.
Daftar Pustaka