Post on 25-Jul-2015
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an memuat wahyu Allah SWT, pencipta alam semesta,
yang ditujukan kepada ummat manusia.1 Al-Qur’an merupakan
petunjuk langsung Allah SWT untuk manusia yang disampaikan
kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an
merupakan pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan tuntunan
komprehensif guna mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Al-
Qur’an merupakan kitab otentik dan unik, yang mana redaksi,
susunan maupun kandungan maknanya berasal dari wahyu, sehingga
ia terpelihara dan terjamin sepanjang zaman.
Al-Qur’an turun kepada Nabi Muhammad SAW. tidak sekaligus,
melainkan secara berangsur-angsur (bertahap) selama kurang lebih
23 tahun; 13 tahun ketika di Makkah, sebelum hijrah, dan 10 tahun di
Madinah, pasca hijrah.2 Masa yang relatif panjang, yakni dimulai
sejak zaman Nabi Muhammad SAW. diangkat menjadi Rasul dan
berakhir pada masa menjelang wafatnya. Justru tidak heran bila Al-
Qur’an belum sempat dibukukan seperti adanya sekarang, karena Al-
Qur’an sendiri secara keseluruhan ketika itu belum selesai
diturunkan.
Meskipun demikian, upaya pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an
pada masa itu tetap berjalan. Setiap kali Nabi selesai menerima ayat-
ayat Al-Qur’an yang diwahyukan kepadanya, Nabi lalu
memerintahkan kepada para shahabat tertentu untuk menuliskannya
di samping juga menghafalnya. Penulisan ayat-ayat Al-Qur’an
tidaklah seperti yang kita saksikan sekarang. Selain karena mereka
belum mengenal alat-alat tulis, Al-Qur’an hanya ditulis pada
kepingan-kepingan tulang, pelepah korma, atau batu-batu tipis, sesuai
dengan peradaban masyarakat waktu itu.
1 Drs. Hafidz Abdurrahman, MA. Ulumul Quran Praktis (Pengantar untuk Memahami Al-Qur’an), CV IDeA Pustaka Utama. Bogor. 2003. h. 1.
2 Ibid, h. 46Makalah:
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 20121
B. Permasalahan
Permasalahan yang akan di kupas dalam makalah ini adalah : “
Bagaimana Konsep Kewahyuan Al-Qur’an (Proses dan
Pembukuannya) sejarah pengumpulan dan penulisan, serta
pemeliharaanya.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah Memahami Konsep
Kewahyuan Al-Qur’an (Proses dan Pembukuannya) sejarah
pengumpulan dan penulisan Al-Qur’an, dan upaya pemeliharaan Al-
Qur’an sejak masa Nabi SAW., masa shabahat hingga sampai kepada
tahap penyempurnaan dan pengkodifikasiannya
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an menurut bahasa
Al-Qur’an merupakan nama yang diberikan Allah untuk
kitab suci-Nya. Kata Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u,
qur’anan yang artinya: “bacaan atau yang dibaca”.
2.Pengertian Al-Qur’an menurut istilah
Al-Qur’an menurut istilah mempunyai beberapa makna:
a. Al-Qur’an adalah
ل على رس وله محمد ص.م ز كالم الله الم ن
Artinya:
“Kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW.”
b. Menurut pengertian ilmu tauhid, Al-Qur’an adalah
واتر وا المت ل ه و سل م المت وله محمد الله علي ل على رس ز كالم الله الم ن
Artinya:
“Kalam atau firman Allah yang diturunkan-Nya kepada rasul
Muhammad SAW. (al-Hidaayah: Ilaa shirathil mustaqim: 7)
c. Menurut pengertian ilmu ushul fiqh:
واتر وا المت ل ه و سل م المت وله محمد الله علي ل على رس ز كالم الله الم ن
Artinya:
“Kalam atau firman Allah yang diturunkan-Nya kepada Nabi
Muhammad SAW dibaca dan dikenal orang banyak”.
d. Menurut Ali Ash-Shabuni bahwa Al-Qur’an adalah firman
Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui
malaikat jibril yang tertulis dalam mushaf, 3 diriwayatkan secara
mutawattir, menjadi ibadah bagi yang membacanya4 diawali
dari surah al-Fatihah dan diakhiri surat an-Nas.5 Secara istilah,
3 Taufiq Rahman Siraj, Op. cit., h. 7.4 Manna’ al-Qattan, Op. cit., h 215 Abu Anwar, Ulumul Qur’an, (Pekanbaru: Amzah, 2002), h.29.
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
3
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang merupakan mu’jizat
dan merupakan petunjuk dari sang Khaliq kepada makhluq-
Nya.6
Dari dua ayat dan pengertian tentang Al-Qur’an tersebut
diatas dapat memberikan inspirasi kepada kita bahwa Al-Qur’an
al-Karim yang merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW ternyata tidak hanya memiliki
fungsi sebagai bahan bacaan wajib saja bagi orang muslim akan
tetapi juga menjadi barometer dan petunjuk tekhnis dalam
melakukan tindakan dan aktivitasnya seharí-hari.
Konsep ideal ini juga dipertegas oleh Allah SWT dalam Al-
Qur’an surat Al Baqarah ayat 1-2 dan ayat 9:
1. Alif laam miin 7.
2. Kitab 8 (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa9
6 Muhammad Muhammad Abu Shahbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sahhah al-Sittah (Kairo: Majma’ al-Buhuth al-Islamiyyah, 1969), h. 7.
7 Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
8 Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
9 Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
4
9. mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka
tidak sadar.10
B. Nama Dan Sifat Al-Qur’an
Allah menamakan al-Qur'an dengan beberapa nama, di
antaranya :
1. Qur’an:
“Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus”.
(al-Isra’ [17] : 9).
2. Kitab:
“Telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab yang di dalamnya
terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu”. (al-Anbiya’ [21] : 10)
3. Furqan:
“Mahasuci Allah Yang telah menurunkan al-Furqan kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada
semesta alam”. (al-Furqan [25] : 1)
4. Zikr:
“Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan az-Zikr
(Qur’an), dan sesungguhnya Kamilah yang benar-benar akan
menjaganya”. (al-Hijr [15] : 9).
5. Tanzil:
“Dan Qur’an ini Tanzil (diturunkan) dari Tuhan semesta alam”.
(asy-Syu’ara [26] : 192).
Qur’an dan al-Kitab lebih populer dari nama-nama yang lain.
Dalam hal ini Dr. Muhammad Abdullah Daraz berkata : “Ia
dinamakan Qur’an karena ia “dibaca” dengan lisan, dan dinamakan
10 Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 9Makalah:
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 20125
al-Kitab karena ia “ditulis” dengan pena. Kedua nama ini
menunjukkan makna yang sesuai dengan kenyataannya.”
C. Cara Cara Al-Qur'an di Wahyukan
Nabi Muhammad SAW dalam hal menerima wahyu mengalami
bermacam-macam cara dan keadaan, diantaranya:11
1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal
ini Nabi SAW tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau
merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai
hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam
kalbuku", (lihat surat (42) Asy Syuura ayat 51)
51. dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah
berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu
atau dibelakang tabir12atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa
yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi
Maha Bijaksana.
2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang
laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga
beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
3. Wahyu datang kepada beliau seperti gemercingnya lonceng.
Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-
kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun
turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-
kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa
amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang
mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku
11 Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 15 12 Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi
akan tetapi Dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
6
adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rosulullah. Aku
lihat Rosulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan
diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran
seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu,
barulah beliau kembali seperti biasa".
4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa
seorang laki-laki seperti keadaan no. 2, tetapi benar-benar
seperti rupa yang asli. Hal ini tersebut dalam Al- Qur'an surat
(53) An Najm ayat 13 dan 14:
13. dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu
(dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
14. (yaitu) di Sidratil Muntaha13
D. Hikmah Wahyu Al-Qur’an Turun Secara Berangsur Angsur
Al-Qur’an tidaklah diturunkan kepada Nabi Muhammad berupa
satu kitab sekaligus, tetapi dengan cara berangsur-angsur, ayat
per-ayat, dan surat per-surat. Ada beberapa pendapat mengenai
proses turunya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.
Pertama, Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke al-lawh al-mahfuzh,
sebagaimana firman Allah (QS al-Buruj, 85: 21-22) :
21. bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia,
22. yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
Kedua, Al-Qur’an diturunkan ke al-lawh al-Mahfuzh ke langit bumi
(as-samaud-dunya) secara sekaligus, lalu diturunkan secara
berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun.
Pendapat lain mengatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam
waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai pada malam 17
Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.
13 Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Nabi ketika mi'raj.
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
7
Menurut az-Zarqani, proses turunnya Al-Qur’an terdiri dari tiga
proses. Pertama turunya Al-Qur’an ke al-lawhul mahfuzh. Kedua,
dari al lawhul mahfuzh ke bayt al izzah. Ketiga, dari bait al izzah
kepada Nabi Muhammad.
Diturunkanya Al-Qur’an secara berangsur-angsur mengandung
hikmah dan faedah yang besar, sebagaimana dijelaskan dalam
surat al-Furqan ayat 32:
32.” berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Quran itu
tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? "; demikianlah 14
supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya
secara tartil (teratur dan benar)”.
Disamping hikmah diatas, ada pula hikmah lainya dalam hal
diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur antara lain
adalah:
1. Memantapkan hati Nabi.
Ketika berdakwah, Nabi kerapkali berhadapan dengan para
penentang. Karena itu wahyu yang turun berangsur-angsur
merupakan dorongan tersendiri bagi Nabi untuk terus
menyampaikan dakwah.
2. Menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an
Orang-orang kafir yang mengingkari Qur'an menganggap aneh
jika Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Dengan
begitu Allah menantang mereka untuk membuat satu surat saja
yang sebanding dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup
melaksanakannya.
3. Memudahkan untuk dihafal dan dipahami.
Al-Qur’an pertama kali turun ditengah-tengah masyarakat yang
ummy yakni tidak memilki pengetahuan tentang bacaan dan
14 Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad s.a.w menjadi kuat dan tetap.
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
8
tulisan. Maka turunya wahyu secara berangsur-angsur
memudahkan mereka untuk memahami dan menghafalkanya.
4. Mengikuti setiap kejadian (yang menyebabkan turunnya ayat-
ayat Al-Qur’an) dan melakukan penahapan dalam penetapan
syari’at (penerapan hukum secara bertahap).
5. Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Qur’an turun dari Allah
yang maha bijaksana.
Walaupun Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur, secara
keseluruhan terdapat keserasian antara satu bagian dan bagian
yang lain. Hal ini tentunya hanya dapat dilakukan oleh Allah yang
maha bijaksana.
E. Pembukuan dan Pembakuannya
1. Pereodisasi Pembukuan Al-Qur’an
a. Masa Rasuullah Muhammad SAW
Menurut Ali pengumpulan Al-Qur’an memiliki dua pengertian,
diantaranya yaitu :
1). Menghafal Al-Qur’an15, sebagaimana firman Allah SWT yang
menerangkan bahwa Nabi Muhammad senantiasa
menggerakkan bibir dan lisannya untuk menghafal Al-Qur’an
sebelum Jibril selesai menyampaikan wahyu sehingga beliau
ditegor oleh Allah SWT dengan firman-Nya dalam Al-Qur’an
surat Al Qiyamah (16-19):16
16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-
Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya17
15 Muhammad ‘Ali al-Sabuni, Al-Tibyan fi, h . 4916 Al-Qur’an Surat al-Qiyamah ayat 16 – 19.17 Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan
bacaan Jibril a.s. kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad s.a.w. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
9
17.Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya.
18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah
bacaannya itu.
19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
penjelasannya.
2). Al-Jam’u fi al-Sutur18 (Menulis Al-Qur’an) dengan
membedakan ayat dan surat tertentu. Pada masa Rasul dua
definisi Jam’u Al-Qur’an tersebut sama-sama terjadi,
mengingat alat tulis menulis yang memang sangat terbatas
maka pola menghafal menjadi alternatif pembelajaran Al-
Qur’an yang sangat effisien bagi pada sahabat. ‘Abdullah bin
Sa’d bin ‘Abi al-Sarh, seorang yang terlibat dalam penulisan
Al-Qur’an dalam periode Makkah, dan penulis resmi lainnya
adalah Khalid bin Sa’id bin al-‘As di mana ia menjelaskan,
“Saya orang pertama yang menulis ‘Bismillah ar-Rahman ar-
Rahim’ (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang).19
M.M al-A’zami menyatakan bahwa Al-Kattani mencatat
peristiwa ini: Sewaktu Rafi` bin Malik al-Ansari menghadiri
baiah al-’Aqaba, Nabi Muhammad menyerahkan semua ayat-
ayat yang diturunkan pada dasawarsa sebelumnya. Ketika
kembali ke Madinah, Rafi` mengumpulkan semua anggota
sukunya dan membacakan di depan mereka.20
Pada periode Madinah cukup banyak informasi termasuk
sejumlah nama, lebih kurang enam puluh lima sahabat yang
ditugaskan oleh Nabi Muhammad bertindak sebagai penulis
wahyu.
1) Nabi Muhammad Mendiktekan Al-Qur’an
18 Muhammad ‘Ali al-Sabuni, Al-Tibyan fi h. 49.19 M.M al A’zami, The History…h. 72.20 Ibid h. 72.
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
10
Saat wahyu turun, Nabi Muhammad secara rutin memanggil
para penulis yang ditugaskan agar mencatat ayat itu.21 Zaid
bin Thabit menceritakan sebagai ganti atau mewakili peranan
dalam Nabi Muhammad, la sering kali dipanggil diberi tugas
penulisan saat wahyu turun.22 Sewaktu ayat al-jihad turun,
Nabi Muhammad memanggil Zaid bin Thabit membawa tinta
dan alat tulis dan kemudian mendiktekannya; ‘Amr bin Um-
Maktum al-A’ma duduk menanyakan kepada Nabi Muhammad,
“Bagaimana tentang saya ? Karena saya sebagai orang yang
buta.” Dan kemudian turun ayat, “ghair uli al-darar” 23 (bagi
orang-orang yang bukan cacat).24 Tampaknya tak ada bukti
pengecekan ulang setelah mendiktekan. Saat tugas penulisan
selesai, Zaid membaca ulang di depan Nabi Muhammad agar
yakin tak ada sisipan kata lain yang masuk ke dalam teks.25
2) Praktik Penulisan Al-Qur’an di Kalangan Sahabat
Praktik yang biasa berlaku di kalangan para sahabat tentang
penulisan Al-Qur’an, menyebabkan Nabi Muhammad melarang
orang-orang menulis sesuatu darinya kecuali Al-Qur’an, “dan
siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Al-Qur’an,
maka la harus menghapusnya.” 26 Beliau ingin agar Al-Qur’an
dan hadith tidak ditulis pada halaman kertas yang sama agar
tidak terjadi campur aduk serta kekeliruan. Sebenarnya bagi
mereka yang tak dapat menulis selalu hadir juga di masjid
memegang kertas kulit dan minta orang lain secara suka rela
mau menuliskan ayat Al-Qur’an. Berdasarkan kebiasaan Nabi
Muhammad memanggil juru tulis ayat-ayat yang baru turun,
kita dapat menarik anggapan bahwa pada masa kehidupan
21 Abu ‘Ubaid, Fada’il al-Qur’an, h. 28022 Ibn AM Dawud, al-Masahif, h.3.23 Al-Qur’an Surat al-Nisa’ ayat 9524 Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al Bari, ix: h. 22; as-Sa’ati, Minhat al-Ma’bud, ii: h. 1725 As-Suli, Adab ul-Kuttab, h. 165; dan al-Haithami, Majma` az-Zawaid, i: h. 52.26 Muslim, Sahih al-Muslim, az-Zuhd: h. 72
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
11
beliau seluruh Al-Qur’an sudah tersedia dalam bentuk
tulisan.27
b. Masa Khalifah Abu Bakar al-Siddiq R.A.
Setelah Rasulullah wafat pada tahun ke-11 H, para sahabat
secara aklamasi memilih Abu Bakar al-Siddiq untuk memegang
tampuk pemerintahan sekaligus menjadi khalifah pertama28 dan
pada awal pemerintahannya banyak menghadapi berabagai
persoalan diantaranya banyaknya orang Islam yang murtad,
munculnya gerakan anti zakat dan orang-orang yang mengaku
sebagai Nabi yang dipelopori oleh Musailamah al-Kadhdhab.29
Pada masa khalifah Abu Bakar al-Siddiq r.a. dengan terpaksa
dibentuklah sebuah tim yang diketuai oleh Zaid bin Thabit yang
dibantu oleh beberapa orang sahabat yaitu ‘Umar bin al-Khattab,
Ubay bin al-Ka’ab, ‘Uthman bin ‘Affan, ‘Ali bin abi Talib dan
Salim bin Ma’qil30 untuk mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu
mushaf sebagai jawaban dari usulan ‘Umar bin al-Khattab agar
segera membukukan Al-Qur’an 31 dalam satu mushaf agar tetap
terjaga eksistensinya di tengah-tengah umat yang pada saat itu
sebanyak 70 orang huffad 32 yang gugur sebagai syuhada’ di
medan perang.33
Setelah Al-Qur’an selesai dikodifikasi kemudian Abu Bakar
meminta para sahabat untuk mencarikan nama yang tepat, ada
yang mengusulkan dengan nama Al-Shifr dan Al-Mushhaf
27 M.M al A’zami, The History …28 Abd al-Wahhab al-Najjar, Al-Khulafa’ al-Rasyidun (Beirut: Dar al-Fikr, tt), h. 33.29 Hasan al-Banna, Muqaddimah fi al-Tafsir (Kuwait: Dar al-Qur’an al-Karim, 1971), h. 10130 Jalal al-Din Abd al-Rahman al-Suyuti, Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an Vol. 1
(Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1951), h. 58.31 Ibnu Hajar al-Athqalani, Fath al-Bari, Vol. IX (Mesir: Maktabah al-
Bahiyah al-Misriyyah, tt.), h. 8.32 Muhammad Abdullah Darraz, Al-Naba’ al-‘Azi>m (Kuwait: Dar al-Qalam, 1974), h. 36.33 Taufiq Rahman Siraj, Mudhakkirat …, h. 22.
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
12
sehingga yang disetujui adalah dengan nama Al-Mushhaf Al-
Qur’an 34
Ada 2 rambu-rambu penting yang dipegang oleh Zaid bin
Thabit dalam menjalankan tugasnya sebagai ketua kodifikasi Al-
Qur’an yaitu : (1) ayat-ayat Al-Qur’an tersebut dahulu ditulis
dihadapan Rasulullah, dan (2) ayat-ayat yang ditulis tersebut
harus juga dihafal oleh para sahabat pada masa itu,35 dan Umar
pun tidak menerima ayat dari seseorang tanpa terlebih dahulu
dibuktikan kebenarannya oleh dua orang saksi. 36
c. Masa ‘Uthman bin ‘Affan R.A.
Selama pemerintahan `Uthman, yang dipilih oleh masyarakat
melalui bai’ah yang amat terkenal sebagai khalifah ketiga, umat
Islam sibuk melibatkan diri di medan jihad yang membawa Islam
ke utara sampai ke Azerbaijan dan Armenia. Berangkat dari suku
kabilah dan provinsi yang beragam, sejak awal para pasukan
tempur memiliki dialek yang berlainan dan Nabi Muhammad, di
luar kemestian, telah mengajar mereka membaca Al-Qur’an
dalam dialek masing-masing, karena dirasa sulit untuk
meninggalkan dialeknya secara spontan. Akan tetapi sebagai
akibat adanya perbedaan dalam menyebutkan huruf Al-Qur’an
mulai menampakkan kerancuan dan perselisihan dalam
masyarakat.37
1) Sikap ‘Uthman terhadap Perselisihan Bacaan
Adanya perbedaan dalam bacaan Al-Qur’an sebenarnya
bukan barang baru sebab Umar sudah mengantisipasi
bahaya perbedaan ini sejak zaman pemerintahannya. Dengan
mengutus Ibn Mas’ud ke Irak, setelah ‘umar diberitahukan 34 Subhi al-Shaleh, Mabahith fi ‘Ulum Al-Qur’an (Beirut: Dar al-‘Ilmi li al-
Malayin, 1974), h. 76.35 Rifaat Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir
(Yakarta : PT. Bulan Bintang, 1988) h. 123.36 Muhammad Bakr Isma’il, Dirasat fi ‘Ulum al-Qur’an (Kairo: Dar al-Manar, 1991), h. 76. 37 Ibid., h. 76
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
13
bahwa dia mengajarkan Al-Qur’an dalam dialek Hudhail 38
(sebagaimana Ibn Mas’ud mempelajarinya), dan ‘umar
tampak naik pitam: Al-Qur’an telah diturunkan dalam dialek
Quraish maka ajarkanlah menggunakan dialek Quraish,
bukan menggunakan dialek Hudhail.39
2) ‘Uthman Menyiapkan Mushaf Langsung dari Suhuf
Berdasarkan pada riwayat pertama `Uthman memutuskan
berupaya dengan sungguh-sungguh untuk melacak Suhuf
dari Hafsa, mempercepat menyusun penulisan, dan
memperbanyak naskah.40 Untuk mengurusi tugas
mengumpulkan dan menabulasikan Al-Qur’an yang ditulis di
atas kertas kulit pada zaman Nabi Muhammad, ’Uthman
memercayakan pada dua belas orang.41
3). ‘Uthman Mengambil Suhuf dari ‘A’ishah Sebagai
Perbandingan
Ketika ‘Uthman hendak membuat salinan (naskah) resmi, dia
meminta ‘A’ishah agar mengirimkan kepadanya kertas kulit
(Suhuf) yang dibacakan oleh Nabi Muhammad SAW. yang
disimpan di rumahnya. Kemudian dia menyuruh Zaid bin
Thabit membetulkan sebagaimana mestinya, pada waktu itu
beliau merasa sibuk dan ingin mencurahkan waktunya
mengurus masyarakat dan membuat ketentuan hukum
sesama mereka.42
38 Salah satu suku mayoritas di daratan Arabia pada zaman itu.39 Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: h. 940 Ibn Hajar, Fathul Bari, ix: ii, hadith no. 498741 M. M. A’zami juga menyebutkan bahwa 12 orang tim yang dibentuk
‘Uthman antara lain : (1) Sa’id bin al-’As bin Sa’id bin al-’As untuk dibaca ulang;” dia menambahkan (2) Nafi’ bin Zubair bin `Amr bin Naufal. Yang lain termasuk (3) Zaid bin Thabit, (4) Ubayy bin Ka’b, (5) ‘Abdullah bin az-Zubair, (6) ‘Abrur-Rahman bin Hisham, dan (7) Kathir bin Aflah. Ibn Hajar menyebutkan beberapa nama lain: (8) Anas bin Malik, (9) ‘ Abdullah bin ‘Abbas, dan (10) Malik bin Abi ‘Amir. Dan al-Baqillani menyebutkan selebihnya (11) ‘Abdullah bin `Umar, dan (12) `Abdullah bin ‘Amr bin al-’As.
42 Ibn Shabba, Tarikh al-Madinah, h. 990-991,Makalah:
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 201214
4). ‘Uthman Mengambil Suhuf dari Hafsa Guna Melakukan
Verifikasi
Pada waktu itu naskah yang dibuat sendiri (independen)
telah dibandingkan dengan Suhuf resmi yang sejak semula
ada pada Hafsah. Seseorang bisa jadi keheran-heranan
mengapa khalifah ‘Uthman bersusah payah mengumpulkan
naskah tersendiri (otonom) sedang akhirnya juga
dibandingkan dengan Suhuf juga. Alasannya yang paling
mendekati kemungkinan barangkali sekadar upaya simbolik.
Satu dasawarsa sebelumnya ribuan sahabat, yang sibuk
berperang melawan orang-orang murtad di Yamamah dan di
tempat lainnya, tidak bisa berpartisipasi dalam kompilasi
Suhuf Untuk menarik lebih banyak kompilasi bahan-bahan
tulisan, naskah ‘Uthman tersendiri (independen) memberi
kesempatan kepada sahabat yang masih hidup untuk
melakukan usaha yang penting ini.43
2. Penyusunan Ayat dan Surat Al-Qur’an
Pendapat para ulama mengatakan bahwa susunan surah yang
ada sekarang identik dengan Mushaf ‘Uthmani. Setiap orang
yang berkeinginan mengopi Al-Qur’an secara keseluruhan
diharuskan mengikuti urutan yang ada. Di masa lampu mushaf
ditulis di atas kertas kulit, dan biasanya lebih berat timbangannya
dari kertas biasa. Maka mushaf seluruhnya mencapai beberapa
kilogram beratnya.
Bergstasser dalam Usul Naqd al-Nusus wa Nashr al-Kutub ia
memberikan ketentuan penting terhadap tingkatan naskah yang
paling dapat di pertanggungjawabkan dengan yang tak memiliki
harga nilai, sebagai berikut :
1. Naskah yang lebih awal biasanya lebih dapat terjamin dan
tepercaya dari naskah yang muncul kemudian.
43 M.M al A’zami, The History …Makalah:
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 201215
2. Naskah yang sudah diubah dan dibetulkan oleh penulis melalui
proses perbandingan dengan naskah induk, lebih tinggi
tingkatannya dari manuskrip-manuskrip yang tidak ada
perubahan.
3. Jika naskah asli masih ada, naskah lain yang ditulis dari
naskah itu akan hilang nilainya.44
a) Penyusunan Ayat ke dalam Surat
Diakui secara umum bahwa susunan ayat dan surah dalam Al-
Qur’an memiliki keunikan yang luar biasa. Susunannya tidak
secara urutan saat wahyu diturunkan dan subjek bahasan.
Rahasianya hanya Allah Yang Mahatahu, karena Dia sebagai
pemilik kitab tersebut.45
Demikian halnya Kitab Allah, karena Dia sebagai pencipta
tunggal dan Dia sendiri yang memiliki wewenang mutlak
menyusun seluruh materi. AlQur’an sangat tegas dalam masalah
ini dengan firmanNya dalam Al-Qur’an sural Al Qiyamah (17-19)
:
17.Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah
bacaannya itu.
19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
penjelasannya. 46
Maka guna menjelaskan isi kandungan ayat-ayat itu, Allah
menugaskan Nabi Muhammad sebagai penerima mandat. Dalam
hal ini Al-Qur’an surat An Nahl ayat 44 memberi penjelasan,
44 Bergstasser, Usul Naqd al-Nusus wa Nashr al-Kutub (in Arabic) (Kairo: 1969), h. 14.45 Ibid, h. 1446 Al-Qur’an Surat al-Qiyamah ayat 17 – 19.
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
16
44. Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan
Kami turunkan kepadamu Al- Quran, agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka 47 dan supaya mereka memikirkan.
Hak istimewa ini diberikan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad agar memberi penjelasan pada umatnya. Hanya
Nabi Muhammad, melalui keistimewaan dan wahyu ketuhanan,
yang dianggap mampu menyusun ayat-ayat ke dalam bentuk
keunikan Al-Qur’an sesuai kehendak dan rahasia Allah. Bukan
komunitas Muslim secara kolektif dan bukan pula perorangan
memiliki legitimasi kata akhir dalam menyusun Kitab Allah.
Kitab Al-Qur’an mencakup surah-surah panjang dan yang
terpendek terdiri atas 3 ayat, sedangkan paling panjang 286
ayat. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Nabi Muhammad
memberi instruksi kepada para penulis tentang letak ayat pada
setiap surah. `Uthman menjelaskan baik wahyu itu mencakup
ayat panjang maupun satu ayat terpisah, Nabi Muhammad
selalu memanggil penulisnya dan berkata, “Letakkan ayat-ayat
tersebut ke dalam surah seperti yang beliau sebut.48 Zaid bin
Thabit menegaskan, “Kami akan kumpulkan Al-Qur’an di depan
Nabi Muhammad.” Menurut `Uthman bin Abi al-’As, Malaikat
Jibril menemui Nabi Muhammad memberi perintah akan
penempatan ayat tertentu.49 Sebagai contoh berikut sejarah
peletakan ayat demi ayat dalam surat tertentu sesuai perintah
Nabi :50
’Uthman bin AM al-‘As melaporkan bahwa saat sedang duduk
bersama Nabi Muhammad ketika beliau memalingkan padangan
47 Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran.
48 Lihat at-Tirmidhi, Sunan al-Tirmidhi, no.3086; al-Baihaqii ii: 42, Ibn Hanbal, Musnad, i: 69, Abu Dawud, Sunan, i: 290; al-Hakim, al-Mustadrak, i:221, Ibn Hajar, Fath al-Bari, ix: 22; Lihat juga Abu ‘Ubaid, Fada’il al-Qur’an, h. 280.
49 As-Suyuti, al-ltqan fi ‘Ulum al-Qur’an, i: 173.50 M.M al A’zami, The History …
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
17
pada satu titik dan kemudian berkata, “Malaikat Jibril
menemuiku dan meminta agar menempatkan ayat 90 pada surat
al-Nahl berikut ini pada bagian surat tertentu.
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran. 51
AI-Kalbi melaporkan dari Abu Sufyan tentang Ibn ‘Abbas
tentang ayat 281 surat Al Baqarah,
281. dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari
yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.
kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna
terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).52
Ia menjelaskan, “Ini adalah ayat terakhir yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad. Malaikat Jibril turun dan minta
meletakannya setelah ayat ke dua ratus delapan puluh dalam
Surah al-Baqarah.” 53 Bukti lain dapat dilacak dari beberapa
hadith yang mengatakan kepada sahabat telah mengenal
permulaan dan akhiran surah-surah yang ada.
b) Penyusunan Surat
Para ulama sepakat bahwa mengikuti susunan surah dalam
Al-Qur’an bukan suatu kemestian, baik dalam shalat, bacaan,
belajar, pengajaran maupun hafalan. Setiap surah berdiri
sendiri dan tidak ada satu pun yang turun kemudian dapat
mengklaim memiliki legalitas lebih besar dari yang sebelumnya; 51 Al-Qur’an Surat al-Nahl ayat 90.52 Al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 281.53 Al-Baqilani, al-lntisar, h.. 176.
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
18
kadang-kadang ayat yang telah dimansukh terdapat dalam
sebuah surah di mana yang berikutnya tercatat sebagai nasikh
atau pengganti. Sebagian umat Islam mulai menghafal Al-
Qur’an dari surah pendek (no. 114, 113, …) dan begitu
seterunya ke belakang. Nabi Muhammad pernah membaca
Surah alBaqarah, an-Nisa’, dan kemudian ‘Ali-`Imran (surah
No.2, 4, 3), secara beruntun dalam satu raka’at, tidak seperti
yang kita lihat dalam susuan Al-Qur’an.
Sejauh ini, tidak ada hadith yang menyebutkan bahwa Nabi
Muhammad membuat ketetapan melarang umatnya mengambil
surah tertentu secara tidak berurutan. Pendapat yang berbeda
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Susunan semua surat seperti yang ada, selalu merujuk pada
Nabi Muhatnmad sendiri.54 Pendapat lain mengatakan
terdapat perbedaan susunan dalam mushaf yang dimiliki
beberapa sahabat seperti Ibn Mas’ud dan Ubayy bin Ka’b)
yang lain dari mushaf yang ada di tangan umat Islam.55
2. Sementara ada kalangan yang berpendapat bahwa seluruh
Qur’an (susunannya) diatur oleh Nabi Muhammad kecuali
surah no.9, yang dilakukan oleh `Uthman.56
3. Pendapat lain menganggap susunan semua surah dibuat oleh
Zaid bin Thabit, `Uthman, dan sahabat lainnya. Al-Baqillani
cenderung menerima pendapat ini.57
4. Ibn ‘Atiyya mendukung pendapat bahwa Nabi Muhammad
menyusun beberapa surah dan lainnya diserahkan pada para
sahabat beliau.58
F. Outentisitas Al-Qur’an
54 Al-Suyuti, al-Itqan fi …, 176-17755 M.M al A’zami, The History …56 Al-Suyuti, al-Itqan fi …, 17757 Al-Baqiani, al-Intisar, h.16658 lbn ‘Atiyya, al-Muharrar, al-Wajiz, i:34-35
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
19
Al-Qur’an al-Karim merupakan kitab yang keotentikannya
dijamin oleh Allah dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara,59 dan
jaminan terhadap pemeliharaan Al-Qur’an tersebut dilakukan
langsung oleh Allah Dzat yang telah menurunkannya yang sudah
pasti pemeliharaan tersebut bersifat abadi.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al Hijr ayat 9 :
9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.60
Jaminan Allah SWT terhadap kemurnian dan keotentitasan Al-
Qur’an sebagaimana dalam ayat di atas merupakan jaminan yang
bersifat abstrak dan harus diyakini oleh umat muslim akan tetapi
asumsi demikian tidaklah relevan jika yang dihadapi adalah orang
non muslim terlebih lagi para orientalis.
M. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Qur’an
memberikan bukti-bukti fisik tentang otentitas tersebut antara
lain61:
1. Bukti-bukti dari Al-Qur’an Sendiri
Huruf-huruf hija’iyah yang terdapat pada awal beberapa surah
dalam Al-Qur’an adalah jaminan keutuhan Al-Qur’an sebagaimana
diterima oleh Rasulullah SAW. Tidak lebih dan atau kurang satu
huruf pun dari kata-kata yang digunakan oleh Al-Qur’an .
Kesemuanya habis terbagi 19, sesuai dengan jumlah huruf-huruf
B(i)sm All(a)h Al-R(a)hm(a)n Al-R(a)him. (Huruf a dan i dalam
kurung tidak tertulis dalam aksara bahasa Arab).
a. Huruf (qaf) yang merupakan awal dari surah ke-50, ditemukan
terulang sebanyak 57 kali atau 3 X 19.
b. Huruf-huruf kaf, ha’, ya’, ‘ayn, shad, dalam surah Maryam,
ditemukan sebanyak 798 kali atau 42 X 19.
59 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1998), h. 21.60 Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
61 M. Quraish Shihab, Membumikan …Makalah:
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 201220
c. Huruf (nun) yang memulai surah Al-Qalam, ditemukan sebanyak
133 atau 7 X 19. Kedua, huruf (ya’) dan (sin) pada surah Yasin
masing-masing ditemukan sebanyak 285 atau 15 X 19. Kedua
huruf (tha’) dan (ha’) pada surah Thaha masing-masing berulang
sebanyak 342 kali, sama dengan 19 X 18.
d. Huruf-huruf (ha’) dan (mim) yang terdapat pada keseluruhan
surah yang dimulai dengan kedua huruf ini, ha’ mim,
kesemuanya merupakan perkalian dari 114 X 19, yakni masing-
masing berjumlah 2.166.
Bilangan-bilangan ini, yang dapat ditemukan langsung dari
celah ayat Al-Qur’an , oleh Rasyad Khalifah, dijadikan sebagai
bukti keotentikan Al-Qur’an. Karena, seandainya ada ayat yang
berkurang atau berlebih atau ditukar kata dan kalimatnya dengan
kata atau kalimat yang lain, maka tentu perkalian-perkalian
tersebut akan menjadi kacau.
Angka 19 di atas, yang merupakan perkalian dari jumlah-jumlah
yang disebut itu, diambil dari pernyataan Al-Qur’an sendiri, yakni
yang termuat dalam surah Al-Muddatstsir ayat 30 yang turun
dalam konteks ancaman terhadap seorang yang meragukan
kebenaran Al-Qur’an .
29. (neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia.
30. dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga).
31. dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari
Malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu
melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya
orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
21
orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-
orang yang diberi Al kitab dan orng-orang mukmin itu tidak
ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada
penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang
dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu
perumpamaan ?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-
orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. dan tidak ada yang mengetahui
tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. dan Saqar itu tiada lain
hanyalah peringatan bagi manusia.
2. Bukti-bukti Sejarah
Faktor-faktor pendukung bagi pembuktian otentisitas Al-
Qur’an , jika dilihat dari sejarah masyarakat Arab ketika Al-Qur’an
diturunkan antara lain:62
a) Mereka adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis dan
satu-satunya andalan mereka adalah hafalan.
b) Sangat membanggakan kesusastraan; mereka bahkan
melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada
waktu-waktu tertentu.
c) Al-Qur’an dari segi keindahan bahasanya sangat mengagumkan
bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi juga orang kafir.
d) Ayat-ayat Al-Qur’an turun berdialog dengan mereka,
mengomentari keadaan dan peristiwa-peristiwa yang mereka
alami, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
Disamping itu, ayat-ayat Al-Qur’an turun sedikit demi sedikit.
Hal itu lebih mempermudah pencernaan maknanya dan proses
penghafalannya.
Faktor-faktor di atas menjadi penunjang terpelihara dan
dihafalkannya ayat-ayat Al-Qur’an . Itulah sebabnya, banyak
riwayat sejarah yang menginformasikan bahwa terdapat ratusan
sahabat Nabi SAW. yang menghafalkan Al-Qur’an. Bahkan dalam
62 M. Quraish Shihab, Membumikan …Makalah:
Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 201222
peperangan Yamamah, telah gugur tidak kurang dari 70 orang
penghafal Al-Qur’an .63
63 ‘Abdul Azhim Al-Zarqaniy, Manahil Al-’Irfan i ‘Ulum Al-Qur’an (Kairo: Al-Halabiy, 1980, jilid 1), h. 250.
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
23
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad melalui Malaikat Jibril yang disesuaikan dengan
kompilasi Al-Qur’an yang ada di lauh al-mahfuz. Al-Qur’an adalah
“kalamullah yang bersifat mu’jiz yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad dengan perantara malaikat Jibril, lafaldz-lafadznya
berasal dari Allah dan termaktub dalam mushaf-mushaf,
diriwayatkan kepada kita secara mutawattir kemudian
membacanya dihitung sebagai ibadah.
Al-Qur’an tidaklah diturunkan kepada Nabi Muhammad berupa
satu kitab sekaligus, tetapi dengan cara berangsur-angsur, ayat
per-ayat, dan surat per-surat. Menurut az-Zarqani, proses turunnya
Al-Qur’an terdiri dari tiga proses. Pertama turunya Al-Qur’an ke
al-lawhul mahfuzh. Kedua, dari al lawhul mahfuzh ke bayt al izzah.
Ketiga, dari bait al izzah kepada Nabi Muhammad. Hikmah wahyu
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur antara lain:
memantapkan hati Nabi, menentang dan melemahkan para
penentang al-Qur’an, memudahkan untuk dihafal dan dipahami,
untuk menerapkan hukum secara bertahap, dan sebagai bukti
bahwa Al-Qur’an bukan rekayasa Nabi Muhammad.
Al-Qur’an dibukukan pada masa Rasulullah melalui 2 hal yaitu
dihafal dan ditulis dalam media tulis seadanya, dan pada masa Abu
Bakar al-Siddiq Al-Qur’an dibukukan atas saran Umar bin al-
Khattab karena banyaknya huffadh yang wafat dimedan perang,
sedangkan pada masa ‘Uthman bin ‘Affan Al-Qur’an dibukukan
sebanyak tujuh mushhaf dan disebar ke berbagai kota untuk
menjembatani munculnya banyak perbedaan bacaan di kalangan
sahabat saat itu.
Al-Qur’an al-Karim merupakan kitab yang keotentikannya
dijamin oleh Allah dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara, dan
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
24
jaminan terhadap pemeliharaan Al-Qur’an tersebut dilakukan
langsung oleh Allah Dzat yang telah menurunkannya yang sudah
pasti pemeliharaan tersebut bersifat abadi.
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
25
DAFTAR PUSTAKA
————-, al-Qawa’id al-Asasiyyah fi ‘Ulum Al-Qur’an (Jeddah: Farraza
Maktabah al-Malik Fahd al-Wataniyyah, 1419 H)
————-, Studies in Early Hadith Literature (Indiana: American Trust
Publications, 1987)
Al-Athqalani, Ibnu Hajar, Fath al-Bari, Vol. IX (Mesir: Maktabah al-
Bahiyah al-Misriyyah, tt.)
Abdurrahman, Hafidz. Ulumul Quran Praktis (Pengantar untuk
Memahami Al-Qur’an), CV IDeA Pustaka Utama. Bogor. 2003.
‘Abdul Azhim Al-Zarqaniy, Manahil Al-’Irfan i ‘Ulum Al-Qur’an, (Kairo:
Al-Halabiy, 1980, jilid 1)
Al-Qattan, Manna’, Mabahith fi ‘Ulum Al-Qur’an (Riyad: Mansyurat
al-‘Asr al-Hadith, tt)
Al-Sabuni, Muhammad ‘Ali, Al-Tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Beirut:
‘Alam al-Kutub, 1985)
‘Alawi, Muhammad bin ‘Abbas al-Maliki, Zabdat al-Itqan fi ‘Ulum Al-
Qur’an (Cairo: Dar al-Insan, 1981)
Al-A’zami, M.M, The History of The Qur’anic Text-From Revelation to
Compilation (Kuala Lumpur, 1985)
Al-Najjar, Abd al-Wahhab, Al-Khulafa’ al-Rasyidun (Beirut: Dar al-Fikr,
tt)
Al-Banna, Hasan, Muqaddimah fi al-Tafsir (Kuwait: Dar Al-Qur’an al-
Karim, 1971)
Al-Suyuti, Jalal al-Din Abd al-Rahman, Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an Vol.
1 (Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1951)
Al-Shaleh, Subhi, Mabahith fi ‘Ulum Al-Qur’an (Beirut: Dar al-‘Ilmi li
al-Malayin, 1974)
Bergstasser, Usul Naqd al-Nusus wa Nashr al-Kutub (in Arabic)
(Kairo: 1969)
Hadith Program, Kutub al-Tis’ah, (Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari,
Muslim, Sahih al-Muslim, At-Tirmidhi, Sunan al-Tirmidhi, Abu
Dawud, Sunan Abi Daud)
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
26
Darraz, Muhammad Abdullah, Al-Naba’ al-‘Azim (Kuwait: Dar al-
Qalam, 1974)
Isma’il, Muhammad Bakr, Dirasat fi ‘Ulum Al-Qur’an (Kairo: Dar al-
Manar, 1991)
Muhammad Muhammad Abu Shahbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub
al-Sahhah al-Sittah (Kairo: Majma’ al-Buhuth al-Islamiyyah,
1969)
Nawawi, Rifaat Syauqi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir
(Yakarta: PT. Bulan Bintang, 1988)
Program Al-Qur’an in Word, Al-Qur’an al-Karim
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1998)
Siraj, Taufiq Rahman, Mudhakkirat ‘Ulum Al-Qur’an (Surabaya:
Muassasat Ma’had Nur al-Huda, 2007)
Makalah: Binti Syaifudiyah, NIM. 12.2.01.0039|PPs Magister Pendidikan Islam STAIN Samarinda| Juli 2012
27