Post on 21-Dec-2015
LAPORAN PRAKTIKUM
MODEL SINTESIS KARTOGRAFI
( GKP 0109 )
ACARA I
PENENTUAN POSISI DAN PENGUKURAN DASAR
Disusun oleh :
Nama : Rukiyya Sri Rayati Harahap
NIM : 12/334353/GE/07463
Hari,jam : Kamis, 09:00--11:00 WIB
Tanggal : 05 Maret 2015
Asisten : 1.
2.
LABORATORIUM DESAIN, KONSTRUKSI, DAN ANALISIS PETA
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
ACARA I
PENENTUAN POSISI DAN PENGUKURAN DASAR
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1) Mampu menentukan posisi horizontal, vertikal, dan temporan, secara relatif
maupun absolut, untuk obyek titik, garis, dan area.
2) Mampu menentukan posisi koordinat suatu titik dan pengukuran panjang serta
luas obyek pada peta.
II. Bahan dan alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah.
1. Peta Rupabumi Digital Indonesia sebagian Kab. Tulungagung
2. Transparansi
3. OHP Marker
4. Millimeter Blok
5. Kalkulator
6. Alat tulis
III. Tinjauan Pustaka
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pemetaan, diantaranya jarak,
arah, sudut, elevasi, beda tinggi, koordinat, dan gaya berat. Korelasinya jarak dan
sudut menentukan posisi suatu titik terhadap titik lainnya yang direpresentasikan
dalam sebuah sistem koordinat. Tiga aspek (jarak, sudut, dan koordinat) merupakan
sebuah parameter posisi yang berupa factor penting dalam peta. Sedangkan elevasi
dan beda tinggi merupakan aspek yang terkait dengan titik tinggi pada permukaan
bumi terhadap bidang nol yang direpresentasikan menggunakan MSL (Mean Sea
Level).
Menurut Sukwardjono dan Mas Sukoco, 1997 bahwa unsur–unsur geografis
yang digambarkan dalam peta dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1. Posisional : unsur yang tidak memiliki dimensi/perluasan.
2. Linear : unsur yang memiliki perluasan pada suatu sisi atau unsur
dimensi satu. Misalnya berupa jalan, sungai, dan garis pantai.
3. Luasan : unsur yang mempunyai bentuk perluasan atau yang
berdimensi dua dan nilai ditentukan berdasarkan luasnya.
Berdasarkan sudut pandang distribusi objek permukaan bumi, terdapat 3
macam distribusi horizontal, vertikal, dan temporal. Secara posisi obyeknya dibagi
menjadi 2, yaitu posisi relatif dan posisi vertikal. Posisi absolut menunjukkan letak
yang tetap terhadap sistem koordinat pada peta, sedangkan posisi relatif merupakan
posisi objek pada peta terhadap objek lain. (Kamal, 2015).
Posisi Horizontal
Posisi horizontal merupakan posisi yang menitikberatkan pada
penentuan lokasi secara horizontal atau x, y.
Posisi horizontal relatif merupakan posisi yang cara penentuan
posisi suatu obyek relatif dipandang dari obyek lain sebagai
referensi. Dalam hal ini biasanya menggunakan sudut, jarak, dan
arah sebagai panduannya.
Posisi horizontal absolut merupakan posisi yang cara penentuannya
dengan menggunakan posisi suatu objek secara pasti (koordinat).
Koordinat merupakan petunjuk posisi yang pasti dalam peta, karena
bersistem dan memiliki datum horizontal rujukan yang pasti.
Posisi Vertikal
Posisi vertikal merupakan posisi hasil dari dimensi ketiga dari posisi
obyek dipermukaan bumi, yaitu sumbu z dan sangat berhubungan dengan
variasi permukaan bumi.
Posisi vertikal relatif merupakan posisi yang ditentukan berdasarkan
posisi suatu obyek lain. Perbedaan ini bernilai positif jika kondisinya
sebaliknya. Penentuan posisi ini biasanya dibantu dengan
keberadaan garis kontur atau titik-titik triangulasi.
Posisi vertikal absolut merupakan posisi yang berdasar garis kontur
dan dihitung secara absolut dari ketinggian muka air laut rerata pada
datum vertikal yang dirujuk.
Posisi Temporal
Posisi temporal merupakan hasil dari dimensi keempat, dimana
perubahan posisi obyek menurut waktu. Hal ini sangat berkaitan dengan
perubahan permukaan bumi seiring perjalanan waktu.
Posisi temporal relatif merunjuk pada perubahan suatu objek yang
terjadi dari waktu ke waktu. Hal tersebut dapat diamati dengan
melihat suatu obyek pada peta dengan tahun pembuatan yang
berbeda. Cara penyampaian informasinya dapat dilakukan dengan
cara diskriptif.
Posisi temporal absolute menitik beratkan pada penentuan posisi
suatu obyek secara pasti dipeta (koordinat x, y) pada suatu tahun
tertentu.
Ada 2 cara perhitungan jarak yang bias dipakai. Pada garis yang lurus dan
mendatar bias dipakai penggaris. Caranya panjang garis diukur dengan
menggunakan penggaris lalu dikalikan dengan skala peta.
Rumusannya
PG = Panjang garis yang diukur oleh penggaris
S = Skala peta
PS = Panjang sebenarnya
Garis yang berbelok-belok panjangnya bias dihitung dengan kurvimeter
atau bisa juga menggunakan tali/benang. Caranya sebagai berikut :
Dengan kurvimeter ikuti garis yang berbelok-belok tersebut dengan roda
kecil kurvimeter. Kemudian lihat hasilnya sesuai skala peta pada tabel
kurvimeter.
Dengan benang letakkan dengan tepat dan ikuti garis yang berbelok-belok,
kemudian ukur panjang benang dan hasilnya kalikan dengan penyebut
skala.
PS = PG x S
IV. Cara Kerja
Penentuan posisi dan pengukuran dasar pada acara praktikum kali ini, dapat
dilakukan, sebagai berikut :
V. Hasil Praktikum
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah:
1) Plotting obyek titik, garis, dan area di transparansi (terlampir)
2) Perhitungan posisi obyek titik, garis, dan area (terlampir)
3) Perhitungan titik berat dan pengukuran luas pada mm blok (terlampir)
4) Perhitungan jarak sungai dan luas area (terlampir)
5) Peta daerah kajian kajian (terlampir)
Menyiapkan alat dan bahan
Penentuan posisi masing-masing 2 objek
Titik Garis SungaiArea
Pengukuran dasar
Area
Plotting posisi objek pada plastik transparansi
Perhitungan posisi :
1. Horizontal relatif2. Horizontal absolut3. Vertikal absolut4. Vertikal relatif
Plotting posisi objek pada plastik tansparansi
Perhitungan :
1. Panjang sungai2. Luas area
Penentuan area kajian
Layouting
Peta Area Kajian
VI. Pembahasan
Sebagai seorang geograf, penentuan posisi sangat diperlukan dalam
menganalisa suatu wilayah. Penentuan posisi dapat berguna dalam menganalisis suatu
fenomena baik secara individual, distribusinya secara keruangan, maupun trend yang
terjadi dari waktu ke waktu. Menganalisis posisi dapat dilakukan dengan dua cara
berdasarkan, yaitu sudut pandannya dan posisi objek. Dimana pada sudut pandangnya
dapat secara horizontal dan vertikal, sedangkan berdasar posisi objek terbagi menjadi
absolut dan relatif yang masing-masing memiliki baik itu kelebihan maupun
kelemahannya.
Pengukuran horizontal relatif berdasarkan sudut objek terhadap titik
referensi, juga berguna dalam melakukan pengukuran jarak. Pengukuran sudut
dilakukan dengan mengetahui orientasi objek terhadap referensi, sedangkan
pengukuran jarak untuk mengetahui jarak dari objek terhadap titik referensi.
Horizontal relatif pada sudut A terhadap B sebesar 150o dan sudut B terhadap A
sebesar 325o dengan panjang di peta RBI sebesar 40.000 cm setara 400 m di
lapangan. Sementara penentuan posisi horizontal absolute berdasarkan geografis
pada titik B diperoleh nilai x = 111o 47’27” BT dan y = 07o55’44” LS, sedangkan
bedasarkan UTM diperoleh x = 0587175 mT dan y = 9125000 Mu.
Kelebihan menggunakan horizontal relatif dan vertikal relativ yaitu proses
pengukurannya yang lebih mudah, lebih cepat dalam proses pengukuran, dan
perhitungannya lebih sederhana. Akan tetapi, penentuan posisi dengan
menggunakan horizontal relatif dan vertikal relatif juga memiliki kekurangan yaitu
hasilnya yang kurang teliti karena standar yang digunakan yaitu objek referensi dan
kesalahan yang terjadi akan semakin besar.
Penentuan posisi horizontal absolut dan vertikal absolut memiliki kelebihan
yaitu hasil yang diperoleh lebih detail dan tingkat ketelitiannya lebih tinggi, apabila
dibandingkan dengan horizontal relatif maupun vertikal relatif. Sebaliknya
kekurangan dari penentuan posisi ini yaitu proses dalam perhitungannya lebih
rumit, membutuhkan waktu cukup lama, dan saat pengukurannya lebih rumit
dibandingkan dengan penentuan posisi sebelumnya.
Selain penentuan posisi, pengukuran dasar juga dilakukan pada peta secara
manual. Pengukuran secara manual ini memiliki tingkat akurasi yang rendah
namun prosesnya yang paling sederhana. Proses pengukuran sungai secara manual
dilakukan dengan menggunakan benang dan diperoleh panjang 21 cm di peta yang
stara dengan 5250 m panjang di lapangan. Nilai panajang sebenarnya diperoleh
dengan cara mengalikan panjang benang dengan penyebut skala pada peta RBI.
Selain pengukuran panjang sungai, pengukuran luas area juga dilakuakan yaitu
dengan menggunakan grid pada millimeter blok dengan ukuran 1 x 1 cm.
Selanjutnya dilakukan perhitungan luas dengan cara mengkalikan jumlah kotak
dengan luas kotak dari kuadrat penyebut skala. Berdasarkan perhitungan tersebut
diperoleh luas area I sebesar 56,25 km2. Kelemahan dari pengukuran ini terletak
pada keakuratannya dimana beberapa area yang tidak membentukblok tidak
terhitung, jadi akan lebih akurat.
VII. Kesimpulan
1. Penentuan posisi dapat berguna dalam menganalisis suatu fenomena baik
secara individual, distribusinya secara keruangan, maupun trend yang
terjadi dari waktu ke waktu.
2. Kelebihan menggunakan horizontal relatif dan vertikal relativ yaitu proses
pengukurannya yang lebih mudah, lebih cepat dalam proses pengukuran,
dan perhitungannya lebih sederhana.
3. Penentuan posisi horizontal absolut dan vertikal absolut memiliki kelebihan
yaitu hasil yang diperoleh lebih detail dan tingkat ketelitiannya lebih tinggi,
apabila dibandingkan dengan horizontal relatif maupun vertikal relatif.
4. Kelemahan dari pengukuran ini terletak pada keakuratannya dimana
beberapa area yang tidak membentukblok tidak terhitung, jadi akan lebih
akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Hasanuddin Z. 2007. Konsep Dasar Pemetaan. Bogor : ITB.
Kamal, Muhammad. 2015. Petunjuk Praktikum Model Sintesis Kartografi.
Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Sukwardjoni dan Mas Sukoco. 1997. Kartografi Dasar. Yogyakarta : Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
LAMPIRAN