Post on 20-Dec-2020
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. INJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
Laksitafresti (2012) meneliti tentang pengaruh opini wajar tanpa
pengecualian dengan pararaf penjelas dan opini wajar dengan pengecualian
terhadap harga saham dan volume perdagangan saham pada perusahaan
manufaktur yang listing di BEI 2004-2010. Penelitian ini menggunakan studi
peristiwa untuk melihat reaksi pasar dan menggunakan uji statistik paired
sample t-test. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan pada harga saham yang diukur dengan average abnormal
return terhadap kedua opini diatas. Hasil yang berbeda menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan saham yang diukur
dengan average trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman
laporan audit yang berisi opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelas dan laporan audit yang berisi opini wajar dengan pengecualian.
Leo (2007) meneliti tentang Incremental Information Content dalam
Opini Audit Unqualified dengan Paragraf Penjelasan pada perusahaan yang
listing di BEJ 2005-2006. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi
berganda, hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pasar mengapresiasi
paragraf penjelasan dalam opini audit unqualified dan karenanya terdapat
9
incremental information content dalam opini audit unqualified dengan
paragraf penjelasan.
Wicaksono (2012) meneliti tentang konten informasi modified audit
opinion pada penilaian reaksi pasar dengan menggunakan perusahaan yang
listing di BEI 2004-2009, modified opinion yang digunakan mengacu pada
laporan audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas dan wajar
dengan pengecualian, penelitian ini menggunakan metode studi peristiwa,
hasil penelitian menunjukan bahwa opini audit tersebut tidak mempengaruhi
abnormal return perusahaan.
Shultoni (2012) meneliti tentang determinan audit delay dan
pengaruhnya terhadap investor studi empiris pada perusahaan yang listing di
BEI 2007-2008. Dalam penelitan ini dibagi menjadi 2 model , model pertama
penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi dan menguji determinan yang
dimaksudkan berpengruh terhadap audit delay, model kedua ialah menguji
pengaruh audit delay terhadap reaksi investor, penelitian ini diuji
menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan dari 6 variabel
audit hanya 3 variabel yang memberi pengaruh terhadp audit delay, dan
hipotesis kedua menunjuan bahwa audit delay mempengaruhi reaksi investor
baik diproksikan dengan abnormal return maupun dengan trading volume
activty.
Pardosi (2012) meneliti tentang pengaruh opini auditor, audit report
lag dan ukuran KAP terhdap harga saham, objek penelitian ini menggunakan
34 perusahaan perusahaan manufaktur periode 2008-2010 yang diperoleh
10
setelah melakukan pemilihan sample, penelitian ini diuji dengan
menggunakan teknik regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukan jenis
opini auditor dan auditor report lag tidak berpengaruh terhadap harga saham,
sedangkan ukuran KAP secara parsial berpengaruh positif terhadap harga
saham. Akan tetapi secara simultan opini audit, audit delay dan ukuran KAP
berpengaruh terhadap harga saham dalam penelitian ini.
Riyatno (2007) meneliti tentang pengaruh ukuran kantor akuntan
publik terhadap ERC perusahaan, penelitian ini diuji menggunakan teknik
analisis regresi berganda dimana hasil penelitian tersebut menunjukan tidak
ada perbedaan yang signifikan pada ERC perusahaan yang diaudit oleh KAP
besar maupun KAP kecil.
Dari penjelasan diatas perbedaan penelitian ini terletak pada pemilihan
populasi yang digunakan dimana dalam penelitian ini memilih menggunakan
perusahaan property dan real estate periode tahun 2013-2014. Serta untuk
mengukur ukuran KAP dibagi menjadi tiga lapisan yakni membagi KAP
menjadi tiga bagian yaitu KAP firts tier, second tier, third tier.
11
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Menurut jam’an (2008) dalam Laksitrafesti (2012), Signaling Theory
menjelaskan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan
sinyal kepada para pengguna laporan keuangan perihal kondisi perusahaan
yang terjadi. Teori pensignalan ini melandasi manajemen untuk selalu
berusaha mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangan dari
pihak manajemen sangat diminati oleh investor khususnya ketika informasi
yang diberikan tersebut merupakan berita baik (good news)
(Suwardjono:2006:583).
Sinyal ini merupakan pemberian informasi mengenai apa yang sudah
dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemillik
perusahaan, pemberian informasi ini dilakukan oleh manajemen untuk
mengurangi terjadinya asimetri informasi. Karena itu sinyal yang yang
diberikan merupakan informasi akuntansi berupa laporan keuangan. Asimetri
akuntansi sendiri akan terjadi jika pihak manajemen tidak menyampaikan
secara penuh kejadian sebenarnya yang dialami oleh perusahaan kedepannya
dan akan mempengaruhi terhadap nilai perusahaan di pasar modal, yang akan
menimbulkan reaksi dari pasar terhadap sinyal yang diberikan oleh
perusahaan. Menurut David dan Christian (2009:17) jika pihak manjemen
dapat memberikan sinyal yang meyakinkan, maka para investor dan hal
tersebut akan terefleksi pada harga sekuritas.
12
2. Teori Efesiensi Pasar
Menurut Brigham dan Houston (2007) tren terbaru pada pasar
keuangan telah mengalami banyak perubahan, pengaruh dari globalisasi dan
kemajuan teknologi yang sangat cepat telah mengarah pada dilakukannya
deregulasi. Keadaan tersebut menyebabkan naiknya persaingan diseluruh
dunia dimana hasilnya adalah pasar yang lebih efisien dan memiliki
keterkaitan internasional.
Menurut Jogiyanto (2012), pasar yang efisien adalah kondisi dimana
terjadi proses penyesuaian harga saham menuju harga keseimbangan yang
baru sebagai respon yang cepat dari pelaku pasar terhadap adanya informasi
informasi baru yang masuk pasar, sehingga secara langsung harga sekuritas
yang diperdagangkan telah mampu menggambarkan kondisi perekonomian
secara umum. Pasar modal dikatakan efisien ketika para investor dapat dengan
mudah memperoleh informasi yan diinginkan sebelum melakukan penanaman
modal.
Menurut Brigham dan Houston (2007:212) teori yang disebut hipotesis
pasar efisien menyatakan bahwa (1) saham selalu dalam keadaan ekuilibrium,
(2) investor yang terus mengalahkan pasar secara konsisten adalah suatu hal
yang mustahil. hipotesis ini menyatakan bahwa saham dihargai secara wajar
dalam artian harganya telah mencerminkan seluruh inormasi tentang saham
yang tersedia di publik.
13
Para teoritis keuangan membahas 3 bentuk, atau tingkat efesiensi pasar
yaitu :
a. Efesiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak Form)
Efesiensi pasar dalam bentuk lemah akan terjadi apabila
informasi masa lalu mempengaruhi harga-harga saham. Harga saham
disini akan diasumsikan mencerminkan semua informasi yang
terkandung dalam sejarah masa lalu tentang harga sekuritas yang
bersangkutan. Artinya, harga yang terbentuk dalam suatu saham,
merupakan cermin dari pergerakan saham bersangkutan dimasa lalu.
Konsekuensinya, efesiensi bentuk lemah mengandung arti bahwa
setiap informasi yang berasal dari penelaahan harga saham dimasa lalu
tidak dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan dengan
meramalkan harga saham dimasa depan.
b. Efesiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (Semistrong Form)
Efesiensi pasar bentuk setengah kuat terjadi apabila semua
informasi yang dipublikasikan temasuk informasi di dalam laporan
keuangan emiten tercermin pada harga-harga sekuritas. Artinya,
apabila suatu pengumuman mengandung informasi, maka pasar akan
bereaksi secara cepat dan akan ditunjukan dengan perubahan harga-
harga sekuritas bersangkutan.
14
c. Efesiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong Form)
Efesiensi pasar bentuk kuat terjadi apabila informasi yang
tersedia di pasar adalah informasi historis, informasi saat ini, dan
informasi yang bersifat privat dan tercermin pada harga-harga
sekuritas. Harga yang terjadi mencerminkan semua informasi yang
ada, baik informasi publik maupun informasi pribadi.
3. Pasar Modal
Pasar modal merupakan lembaga keuangan yang mempunyai kegiatan
berupa penawaran dan perdagangan efek, seperti yang dijelaskan dalam UU
pasar modal no. 8 tahun 1995 bahwa :
“ Pasar modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek”.
Pasar modal merupakan sarana yang digunakan oleh perusahaan
untuk menerbitkan saham yang dimiliki sebagai cara untuk mencari
tambahan modal bagi perusahaan dari investor.
4. Instrumen Pasar Modal
a. Saham
Menurut Tjiptono Darmaji dan Hendy (2006:178) saham dapat
diartikan sebagai tanda atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
15
suatu perrusahaan atau perseroan terbatas. Manfaat yang didapatkan dari
kepemilikikan saham adalah manfaat finansial dimana para penanam dana
akan mendapatkan pengembalian atas modal yang sudah ditanamkan pada
perusahaan terkait.
1) Saham Biasa ( Common Stock)
Saham biasa merupakan saham yang dimana perusahaan
tersebut memperoleh laba, pemegang saham biasa kan
mendaptakan pembagian laba dalam bentuk deviden, setelah laba
bagian pemegang saham terbesar dibayarkan terlebih dahulu.
2) Saham Preferen ( Prefered Stock )
Saham preferen merupakan saham yang memiliki
keistimewaan dimana investor yang memiliki saham ini akan
menerima pembagian laba dalam bentuk deviden terlebih dahulu
dibandingkan dengan yang memiliki saham biasa.
b. Harga Saham
Harga saham merupakan nilai yang harus dikeluarkan oleh
investor untuk mendapatkan saham tertentu. Menurut jogiyanto (2012)
harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh para pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham yang bersangkutan dipasar. Nilai saham dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu :
16
1) Nilai Nominal
Nilai nominal merupakan nilai yang tercantum dalam
sertifikan saham yang telah ditetapkan oleh emiten yang
mengeluarkan saham di pasar modal. Yang memiliki fungsi untuk
pencatatan akuntansi dimana modal suatu perusahaan dihitung
menggunakan nilai nominal dikalli jumlah sahamn yang
dikeluarkan oleh perusahaan.
2) Nilai Perdana
Nilai perdana adalah harga saham yang tercatat di bursa
efek. Harga saham pasar perdana biasanya ditetapkan oleh
penjamin emisi (underwriter) dan emiten.
3) Nilai Pasar
Menurut Jogiyanto (2012), nilai pasar terjadi karena adanya
kesepakatan antara investor satu dengan investor yang lainnya
yang melakukan permintaan dan penawaran saham di bursa hingga
mencapai kesepakatan harga.
c. Return Saham
Return merupakan pengembalian yang diperoleh dari investasi.
Return sendiri digunakan pada suatu investasi untuk mengukur hasil kinerja
suatu perusahaan, return terdiri dari yield dan capital gain (loss). Yield
adalah arus kas yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham
17
dalam bentuk deviden, sedangkan capital gain (loss) merupakan selisih
positif atau negatif antara harga saham pada periode sekarang (Pt) dengan
harga saham periode kemarin (Pt-1), return saham ini dapat dijadikan
sebagai indikator dari kegiatan pasar modal (Jogiyanto:2012).
Return saham dibedakan menjadi menjadi dua yang pertama adalah
return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu alat pengukur
kinerja perusahaan, yang kedua adalah return ekpektasi merupakan return
yang diharapkan akan diperoleh oleh investor untuk periode mendatang dan
sifatnya belum terjadi.
5. Auditing
a. Laporan Audit
Laporan auditor merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
melakukan komunikasi dengan masyarakat dan lingkungannya
(Mulyadi:2002). Dalam laporan audit, auditor harus memberikan
pendapatnya mengenai kewajaran dari penyajian laporan keuangan
perusahaan, pendapat tersebut disajikan oleh auditor secara tertulis dan
dipublikasikan dalam bentuk laporan keuangan auditan. Laporan audit
baku terdiri dari 3 paragraf yakni paragraf pengantar, paragraf lingkup dan
paragraf pendapat.
18
b. Opini Audit
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011 (
PSA 29 SA seksi 508), terdapat lima jenis pendapat akuntan, yaitu
1) Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Opini wajar tanpa pengecualian diberikan jika auditor telah
melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang telah
ditentukan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia. Telah mengumpulkan bahan-
bahan pembuktian ( audit evidence ) yang cukup untuk mendukung opini
yang akan diberikan, serta tidak menemukan adanya kesalahan material
atas penyimpangan dari SAK/ETAP/IFRS.
2) Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas
(Unqualified Opinion with explanatoty language )
Opini ini akan diberikan oleh auditor ketika terdapat kondisi
dimana auditor mengharuskan menambahkan paragraf penjelas dalam
laporan audit klien penjelas tanpa mempengaruhi opini wajar tanpa
pengecualian yang diberikan oleh auditor. Kondisi tersebut meliputi :
a) Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor
independen.
b) Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan
karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan
19
disajikan menyimpang dari suatu standar akuntansi yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.
c) Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan
auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai
kelangsungan hidup entitas namun setelah mempertimbangkan
rencana manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana
manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan
pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.
d) Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan
material dalam penggunan standar akuntansi atau dalam
metode penerapannya.
e) Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas
laporan keuangan komparatif.
f) Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal namuun tidak disajikan atau di review.
g) Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah
dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari
pedoman yang dikeluarkan oleh dewan tersebut, dan auditor
tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan
informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan
keraguan yang besar apakah informasi tambahn tersebut sesuai
dengan panduan yang dikeluarkan oleh dewan tersebut.
20
h) Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan
keuangan yang diaudit secara material tidak konsisten dengan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
3) Opini Wajar dengan Pengecualian ( Qualified Opinion )
Opini ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS, kecuali
untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan. Menurut
Agoes (2002), Pendapat ini diberikan ketika :
a) Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan
bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa
pengecualian, dan auditor berkesimpulan tidak memberikan
pendapat.
b) Auditor yakin, atas dasar auditnya bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari SAK/ETAP/IFRS, yang berdampak material,
dan auditor berkesimpulan untuk tidak menyatakan opini tidak
wajar.
c) Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian ia
harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau
lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf
pendapat.
21
4) Pendapat Tidak Wajar ( Adverse Opinion )
Opini tidak wajar diberikan jika laporan keuangan yang disususn
oleh manajemen tidak sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS.
5) Tidak memberikan pendapat (Disclaimer)
Merupakan suatu keadaan dimana auditor tidak memberikan
pendapat atas laporan keuangan perusahaan. Pernyataan ini diberikan
ketika auditor yakin bahwa laporan keuangan klien terdapat penyimpangan
material , atau adanya pembatasan ruang lingkup auditor saat proses audit.
6) Opini Going Concern
Opini going concern merupakan opini yang diberikan oleh auditor
untuk menilah keberlangsungan hidup suatu perusahaan ketika auditor
merasa tidak yakin akan kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang
akan datang. Faktor-faktor yang akan menmbulkan ketidakpastian
kemampuan perusahaan untuk terus bertahan (Arens, 2008) diantaranya :
a) Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan
signifikan.
b) Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika
jatuh tempo.
c) Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tak dijamin oleh
asuransi.
22
d) Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang
sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk
beroperasi.
6. Audit Delay
Audit delay merupakan rentang waktu yang dibutuhkan dalam
penyelesaian pelaporan keuangan auditan yang dilakukan oleh auditor setiap
tahunnya. Jika terdapat penundaan waktu yang tidak semestinya dalam
pelaporan keuangan, maka relevansi atas informasi yang disajikan akan
hilang, ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan menjadi kendala
bagi inormasi yang relevan dan handal (IAI, 2009).
Laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan keuangan
auditor independen harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat-
lambatnya 90 hari setelah tanggal laporan keuangan (Kep-36//PM/2003).
Dari peraturan tersebut dapat dinyatakan bahwa penyampaian laporan
keuangan auditor independen jika melewati batas waktu yang
diperhitungkan maka diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian
informasi laporan keuangan.
7. Kantor Akuntan Publik
Semua audit laporan keuangan pada perusahaan yang beroperasi di
indonesia dilakukan oleh akuntan publik dalam suatu wadah yakni kantor
akuntan publik. Kewenangan melakukan audit ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 yang mengatur tentang akuntan
23
publik dan KAP. Menurut Peraturan Menteri Keuangan No.
17/PMK.01/2008 setiap akuntan publik dalam memberikan jasanya wajib
mempunya kantor akuntan publlik. Bidang jasa dari akuntan publik dan
KAP meliputi jasa audit atas laoran keuangan, Untuk KAP sendiri selain
KAP dengan ukuran besar terdapat pula KAP dengan ukuran cukup besar
atau second tier dan KAP kecil third tier.
Di Indonesia sendiri penggolongan KAP ke dalam berbagai tipe
sering dilakukan, umunya bersifat informal dan tidak terstandarisasi,
berdasarkan data dari departemen keuangan tahun 2014 tercatat ada 388
KAP di Indonesia dengan jumlah tenaga kerja sebesar 12.533 orang,
dimana tenaga kerja profesional auditornya berjumlah 9.177 orang atau
sebesar 73,22% . Untuk KAP sendiri dapat dibagi menjadi 3 kelompok
berdasarkan jumlah auditornya ( Soedibyo, 2010) :
1) KAP dengan jumlah staff profesional lebih dari 400, KAP yang
termasuk kelompok ini meliputi Deloitte, PricewaterhouseCooper
(PwC), Ernst & Young (EY) dan KPMG. Keempat KAP
internasional ini menjalankan kegiatan operasionalnya berafiliasi
dengan KAP lokal di Indonesia .
2) KAP dengan jumlah staff profesional 100-400, KAP ini terdiri
dari 10-12 KAP dimana beberapa KAP diantaranya mempunyai
kerja sama internasional dengan OAA tapi bukan termasuk KAP
big four.
3) KAP dengan jumlah staff profesional kurang dari 400
24
De Angelo (1981) dalam Riyatno (2007) menyatakan bahwa
kualitas audit yang dilakukan oleh kantor akuntan publik bisa dilihat dari
ukuran KAP yang melakukan kegiatan audit. KAP besar dipersepsikan
akan melakukan audit dengan lebih berkualitas dibandingakan dengan
KAP tidak besar. Hal tersebut karena didasarkan pada alasan bahwa KAP
besar memiliki sumber daya dan jumlah klien yang besar, selain itu
reputasi dari KAP besar telah dianggap bagus sehingga cenderung akan
melakukan audit dengan berhati-hati.
C. RERANGKA PEMIKIRAN
Opini Audior
Audit Delay Reaksi Investor
Ukuran KAP
25
D. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
a. Hubungan opini auditor dengan Reaksi Investor
Sebuah informasi merupakan hal yang sangat penting untuk para
investor dalam melakukan investasi. Teori sinyal menyatakan bahwa perlu
adanya pemberian sinyal oleh perusahaan kepada para investor maupun
calon investor. Dengan adanya hal tersebut maka akan muncul reaksi pasar
terhadap pengumuman yang dilakukan oleh perusahaan. Pengumuman
opini auditor yang disertakan dalam laporan keuangan audit merupakan
sebuah sinyal yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak eksternal
tentang kewajaran penyajian laporan keuangan dimana laporan keuangan
perusahaan sudah diperiksa oleh pihak independen yaitu auditor eksternal.
Leo (2007) dan Soltani (2000) meneliti tentang kandungan
informasi yang terdapat pada opini audit unqualified dengan paragraf
penjelasan dan mengindikasikan bahwa pasar memberikan apresiasi dari
opini tersebut. Wicaksono (2012) juga meneliti adakah kandungan
informasi pada modified audit opinion dan hasilnya investor tidak
mengapresiasi informasi tersebut dilihat dari abnormal return perusahaan.
Opini perusahaan yang semakin bagus diduga bisa menaikan kepercayaan
para investor di pasar atas keandalan dari laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen. Untuk melihat apakah opini yang dikeluarkan
oleh perusahaan dalam menilai reaksi investor di pasar bisa dengan
melihat harga saham ataupun volume perdagangan saham dari perusahaan
tersebut. Jika terjadi kenaikan ataupun penurunan yang diakibatkan oleh
26
kegiatan permintaan dan penawaran dari investor dapat disimpulkan opini
auditor berpengaruh terhadap volume perdagangan saham ataupun harga
saham.
Dari uraian diatas rumusan hipotesis 1 yaitu :
H1 : Opini auditor berpengaruh terhadap reaksi investor
b. Hubungan audit delay dengan reaksi investor
Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk informasi yang
bisa digunakan sebagai salah satu pengambilan keputusan, audit delay
yang semakin tinggi atas pelaporan keuangan akan mengakibatkan
hilangnya relevansi atas informasi dari laporan keuangan yang disajikan
karena mengacu pada peraturan BAPEPAM dimana batas waktu
penyampaian laporan keuangan independen adalah 90 hari setelah tanggal
laporan keuangan diterbitkan. Ketika terjadi audit delay pada pelaksanaan
audit tentunya akan mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian
pelaporan keuangan kepada para stakeholder.
Audit delay yang semakin rendah dapat mempengaruhi para pelaku
pasar dimana mereka bisa bereaksi dengan cepat dalam pengambilan
keputusan, sehingga informasi yang disediakan oleh perusahaan
mempunyai nilai lebih untuk para investor. Ketika terjadi keterlambatan
saat pelaporan laporan keuangan independen sehingga asimetri informasi
akan semakin besar maka akan menyebabkan reaksi pasar akan lambat
sehingga berpengaruh terhadap para investor dalam mengambil keputusan.
27
Shultoni (2012) meneliti pengaruh audit delay terhadap reaksi
investor dimana hasil penelitiannya terdapat pengaruh yang signifikan atas
audit delay terhadap reaksi para investor baik harga saham maupun
volume perdagangan sahamnya. Namun Pardosi (2012) meneliti pengaruh
audit report lag terhadap harga saham menunjukan bahwa tidak terjadi
pengaruh yang signifikan antara auditor report lag terhadap reaksi
investor.
Dari uraian diatas rumusan hipotesis 2 yaitu :
H2 : Audit delay berpengaruh tehadap reaksi investor
c. Hubungan Ukuran Kantor Akuntan Publik dengan Reaksi Investor
Ukuran kantor akuntan publik secara umum dilihat berdasarkan
jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi dari auditornya. Kantor
akuntan publik yang besar secara umum akan memiliki jumlah karyawan
yang lebih banyak daripada kantor akuntan publik lainnya. Demikian juga
dengan kualifikasi dari auditornya, kantor akuntan publik yang termasuk
dalam kategori big four telah menerapkan sistem pendukung audit (audit
support system) untuk merencanakan dan mereview proses audit pada satu
berkas yang terpusat (Dowling dan Leech, 2014 dalam Kartiko et al,
2015). Kualifikasi yang di dibutuhkan oleh KAP Big 4 sendiri untuk
merekrut manajer audit seperti yang dipersyaratkan KAP Deloitte dan
KPMG yaitu : Minimum Bachelor / Master Degree from reputable
universities… Minimum 6 years experiences in Audit professional
28
practice, preferably in an International Public Accounting Firm…
…Accountant Certification… (Deloitte dan KPMG).
Pardosi (2012) meneliti bahwa terdapat pengaruh positif dari
ukuran KAP terhadap reaksi investor. Ketika investor mengetahui bahwa
laporan keuangan perusahaan diaudit oleh kantor akuntan publik yang
independen maka investor akan mempercayai hasil laporan audit
independen yang dipublikasikan perusahaan di pasar modal. Riyatno
(2007) menyatakan bahwa Earnings Response Coofecient atau koefesien
respon laba dalam suatu saham dipengaruhi oleh kualitas laba yang
dilaporkan oleh perusahaan dan persepsi atas kualitas laba tersebut
dipengaruhi oleh KAP yang mengaudit perusahaan tersebut, ERC
perusahaan bisa digunakan untuk mengukur besaran abnormal return pasar
suatu sekuritas.
De Angelo (1981) menyatakan bahwa semakin besar ukuran KAP
akan semakin tinggi kualitas audit yang disediakan. Hal tersebut karena
KAP besar lebih berhati hati dalam melakukan audit untuk
mempertahankan kredibilitas dari kantor akuntan publik agar reputasi dari
auditor dan kantor akuntan publik tidak menurun dimata masyarakat. Hasil
dari audit yang berkualitas tentunya akan menambah kredibilitas pada
informasi keuangan yang disediakan oleh perusahaan untuk para
pemangku kepentingan.
29
Dari perbedaan persepsi atas kualitas audit oleh para investor
mengenai opini yang dikeluarkan oleh KAP big four maupun KAP non big
four maka akan terdapat perbedaan reaksi dari para investor di pasar, hal
tersebut karena kepercayaan investor atas laporan audit yang dikeluarkan
oleh KAP big four maupun KAP non big four juga berbeda. Investor
sendiri akan mempertimbangkan kualitas dari pendapat auditor tersebut
dari ukuran KAP yang melakukan audit atas laporan keuangan perusahaan.
Dari uraian diatas rumusan hipotesis 3 yaitu :
H3 : Ukuran KAP berpengaruh terhadap reaksi investor