Post on 03-Mar-2019
20
jenis burung dari tahun ke tahun berdasarkan perbandingan dari data hasil
penelitian sebelumnya.
b. Menentukan titik-titik lokasi jenis-jenis burung yang dipilih sebagai objek
interpretasi dan posisi untuk pengamatan burung dengan
mempertimbangkan aspek keindahan landscape sebagai penunjang
kegiatan wisata birdwatching. Hal ini bertujuan agar pengunjung dapat
menikmati burung sekaligus keindahan landscape di PKT KRB.
c. Merancang jalur interpretasi untuk wisata birdwatching.
d. Pemetaan objek-objek interpretasi dan posisi pengamatan burung di PKT
KRB dengan menggunakan perangkat lunak ArcView. Peta interpretasi
didesain dengan menggunakan perangkat lunak Photoshop CS3.
4) Tahap Perencanaan Interpretasi
Perencanaan interpretasi merupakan suatu proses awal yang merupakan
tahapan persiapan sebelum pelaksanaan kegiatan interpretasi yang disajikan dalam
bentuk yang dinamis dan sistematis. Tahap perencanaan interpretasi ini diperoleh
dari keseluruhan hasil analisis dan sintesis yang merujuk pada proses perencanaan
yang dikemukakan oleh Sharpe (1982) dan Veverka (1998). Rencana kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Menentukan topik, tema dan sub tema dari program interpretasi di PKT KRB.
Inventarisasi sumber daya berupa keanekaragaman jenis burung di PKT KRB
dapat membantu mengembangkan tema yang sesuai untuk interpretasi wisata
birdwatching di PKT KRB.
b. Menentukan misi dan tujuan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB.
c. Menentukan sasaran pengunjung untuk interpretasi wisata birdwatching di
PKT KRB.
d. Menentukan fasilitas dan media interpretasi yang dibutuhkan untuk
pengembangan program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB.
e. Menyusun materi program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dan
menentukan cara-cara yang dipergunakan dalam penyampaian materi
berdasarkan masing-masing kelompok pengunjung yang menjadi sasaran
interpretasi wisata birdwatching berikut dengan penentuan waktu kegiatan.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Potensi Jenis Burung untuk Wisata Birdwatching di
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
4.1.1 Kekayaan Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) memiliki
potensi keanekaragaman jenis burung yang dapat dijadikan sebagai daya tarik
untuk wisata birdwatching. Berdasarkan hasil pengamatan burung yang telah
dilakukan pada 12 lingkungan yang ada di PKT KRB, tercatat ada 48 jenis burung
yang terdiri atas 23 suku burung (Tabel 4.1).
21
Tabel 4.1 Jenis-jenis burung yang ditemukan pada ke-12 lingkungan di Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor No. Suku dan nama Latin Nama Lokal Nama Inggris
Ardeidae
1 Nycticorax nycticorax Kowak-malam kelabu Black-crowned Night-heron
Accipitridae
2 Pernis ptilorhynchus Sikep-madu Asia Oriental Honey-buzzard
Rallidae
3 Amaurornis phoenicurus Kareo padi White-breasted Waterhen
Columbidae
4 Treron griseicauda Punai penganten Grey-cheeked Green-Pigeon
5 Treron vernans Punai gading Pink-necked Green-Pigeon
6 Ptilinopus melanospila Walik kembang Black-naped Fruit-Dove
7 Streptopelia bitorquata Dederuk Jawa Island Collared-Dove
8 Streptopelia chinensis Tekukur biasa Spotted-Dove
Psittacidae
9 Psittacula alexandri Betet Biasa Red-breasted Parakeet
10 Cacatua sulphurea Kakatua jambul-kuning Yellow-crested Cockatoo
11 Eclectus roratus Nuri bayan Electus Parrot
12 Loriculus pusillus Serindit Jawa Blue-crowned Hanging-Parrot
Cuculidae
13 Cacomantis merulinus Wiwik kelabu Plaintive Cuckoo
Apodidae
14 Collocalia fuciphaga Walet sarang-putih Edible-nest Swiftlet
15 Collocalia linchi Walet linci Cave Swiftlet
16 Cypsiurus balasiensis Walet-palem Asia Asian Palm-swift
Alcedinidae
17 Alcedo meninting Raja-udang meninting Blue-eared Kingfisher
18 Todirhamphus chloris Cekakak sungai Collared Kingfisher
Capitonidae
19 Megalaima haemacephala Takur ungkut-ungkut Coppersmith Barbet
Picidae
20 Dendrocopus macei Caladi ulam Fulvous-breasted Woodpecker
21 Dendrocopos moluccensis Caladi tilik Sunda Woodpecker
Aegithinidae
22 Aegithina tiphia Cipoh kacat Common Iora
Chloropseidae
23 Chloropsis cochinchinensis Cica-daun sayap-biru Blue-winged Leafbird
Pycnonotidae
24 Pycnonotus atriceps Cucak kuricang Black-headed Bulbul
25 Pycnonotus melanicterus Cucak kuning Black-crested Bulbul
26 Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang Sooty-headed Bulbul
27 Pycnonotus brunneus Merbah mata-merah Red-eyed Bulbul
28 Alophoixus bres Empuloh janggut Grey-cheeked Bulbul
Laniidae
29 Lanius schach Bentet kelabu Long-tailed Shrike
Sylviidae
30 Prinia familiaris Perenjak jawa Bar-winged Prinia
31 Orthotomus sutorius Cinenen pisang Common Tailorbird
32 Orthotomus sepium Cinenen Jawa Olive-backed Tailorbird
Muscicapidae
33 Eumyias indigo Sikatan ninon Indigo Flycatcher
34 Cyornis banyumas Sikatan cacing Hill Blue-flycatcher
22
Tabel 4.1 Jenis-jenis burung yang ditemukan pada ke-12 lingkungan di Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan) No. Suku dan nama Latin Nama Lokal Nama Inggris
Rhipiduridae
35 Rhipidura javanica Kipasan belang Pied Fantail
Dicaeidae
36 Dicaeum concolor Cabai polos Plain Flowerpecker
37 Dicaeum trochileum Cabai Jawa Scarlet-headed Flowerpecker
Nectariniidae
38 Anthreptes malacensis Burung-madu kelapa Plain-throated Sunbird
39 Nectarnia jugularis Burung-madu sriganti Olive-backed Sunbird
40 Arachnothera longirostra Pijantung kecil Little Spiderhunter
Zosteropidae
41 Zosterops palpebrosus Kacamata biasa Oriental White-eye
Ploceidae
42 Lonchura punctulata Bondol peking Scaly-breasted Munia
43 Lonchura maja Bondol haji White-headed Munia
44 Lonchura leucogastroides Bondol Jawa Javan Munia
45 Passer montanus Burung-gereja erasia Eurasian Tree Sparrow
Oriolidae
46 Oriolus chinensis Kepudang kuduk-hitam Black-naped Oriole
Dicruridae
47 Dicrurus macrocercus Srigunting hitam Black Drongo
48 Dicrurus leucophaeus Srigunting kelabu Ashy Drongo
Kekayaan jenis burung yang ada di PKT KRB dapat digambarkan dalam
bentuk kurva pertambahan jenis burung pada masing-masing lingkungan yang ada
di PKT KRB. Kecuraman kurva mencerminkan kekayaan jenis yang ada di
lingkungan tersebut. Semakin curam kurva pertambahan jenisnya, maka
keanekaragaman jenis burung yang terdapat pada lingkungan tersebut semakin
tinggi. Kurva pertambahan jenis burung dapat dilihat pada Gambar 4.1. Kurva
pertambahan jenis menggambarkan bahwa kekayaan jenis burung tertinggi
terdapat pada lingkungan 4 yaitu sebanyak 32 jenis, sedangkan kekayaan jenis
burung paling rendah terdapat pada lingkungan 7 yaitu sebanyak 18 jenis.
Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan keanekaragaman jenis burung
pada suatu tempat adalah daya adaptasi burung terhadap kehadiran manusia dan
kebutuhan hidupnya (Sawitri dan Iskandar 2012). Tingginya keanekaragaman
jenis burung pada lingkungan 4 dapat dikarenakan oleh sedikitnya tingkat
kunjungan pada lingkungan tersebut dan ketersediaan pakan tercukupi. Menurut
Mamiri (2008), pengunjung PKT KRB kurang menyukai lingkungan 4 karena
suasananya yang sepi sehingga dapat mungkinan munculnya tindakan kejahatan
dan tempatnya yang tidak sesuai untuk anak-anak. Sedangkan pada lingkungan 7
memiliki kekayaan jenis yang rendah mungkin dikarenakan adanya beberapa mess
karyawan PKT KRB, selain itu lingkungan 7 merupakan salah satu lingkungan
yang disukai oleh pengunjung karena tempatnya yang nyaman dan teduh dengan
pemandangan pohon kenari di sebelah kanan dan kiri jalan.
23
Gambar 4.1 Kekayaan jenis burung pada 12 lingkungan yang ada di
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Dibandingkan dengan hasil penelitian burung sebelumnya, Diamond et. al.
(1987) mencatat jenis burung sebanyak 62 jenis pada periode tahun 1932-1952,
dan pada periode tahun 1980-1985 jenis burung yang tercatat sebanyak 43 jenis.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Tirtaningtyas (2004), tercatat ada 56
jenis burung yang dapat ditemukan di PKT KRB. Jumlah jenis burung di PKT
KRB yang tercatat sejak tahun 1932 hingga sekarang mengalami fluktuasi antara
43 dan 62 jenis. Namun hanya ada 26 jenis burung yang selalu ada di PKT KRB
sejak pengamatan tahun 1932 hingga sekarang. Penelitian ini menggambarkan
bahwa dinamika jenis burung yang ada di PKT KRB cukup tinggi. Keberadaan 26
jenis burung selama 81 tahun di PKT KRB mungkin dapat dijadikan indikator
kemapanan ekosistem dan kecocokan PKT KRB sebagai habitat ke 26 jenis
burung tersebut. Sebaliknya, kepunahan satu atau lebih jenis burung dari ke 26
22 Jenis
12 Suku
25 Jenis
13 Suku
24 Jenis
14 Suku
32 Jenis
17 Suku
21 Jenis
12 Suku
21 Jenis
13 Suku
17 Jenis
11 Suku
19 Jenis
12 Suku
22 Jenis
14 Suku
25 Jenis
13 Suku
23 Jenis
14 Suku
23 Jenis
13 Suku
24
jenis burung tersebut, boleh jadi dapat dipakai sebagai penanda perubahan
ekosistem di PKT KRB. Koskimies (1989), menyatakan bahwa burung dapat
dijadikan sebagai indikator perubahan habitat dan dapat mendeteksi kerusakan
lingkungan yang tidak dapat diukur dengan dengan parameter fisik maupun kimia.
Selain itu burung menempati berbagai macam habitat sebagai pemakan tumbuh-
tumbuhan atau buah-buahan, daging atau serangga maupun pemakan segalanya.
Indikator ekologi dibutuhkan untuk mengevaluasi keanekaragaman hayati dan
mengestimasi perubahan lingkungan (Nguyen 1997).
Jenis baru yang ditemukan di PKT KRB pada penelitian ini dan tidak
ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya ada 10 jenis, yaitu dederuk
Jawa, cucak kuning, cucak kuricang, merbah mata-merah, sikatan ninon, bondol
haji, caladi tilik, nuri bayan, kakatua jambul-kuning dan bentet kelabu. Dengan
ditemukannya jenis baru, dapat dikatakan bahwa PKT KRB memiliki peranan
penting sebagai tempat berlindung jenis-jenis burung lainnya. Jenis-jenis burung
baru yang ada di PKT KRB kemungkinan berasal dari habitat di sekitar PKT
KRB. Daftar perbandingan jenis-jenis burung yang dapat ditemukan dari
penelitian sebelumnya hingga saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Perbandingan jumlah jenis burung yang ditemukan di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor dari hasil penelitian sebelumnya.
Diamond et. al. (1987)
Tirtaningtyas (2004)
Sukara (2013)
No. Nama suku dan jenis Nama Lokal 1931-1952 1980-1985 2003-2004 2013
Ardeidae
1 Egretta alba Kuntul besar √ 2 Nycticorax nycticorax Kowak-malam kelabu
√ √ √
Accipitridae
3 Pernis ptilorhynchus Sikep-madu Asia √
√ √ 4 Accipiter soloensis Elang-alap Cina √
Turnicidae 5 Turnix suscitator Gemak loreng √
Rallidae
6 Amaurornis phoenicurus Kareo padi √ √ √
Columbidae 7 Treron oxyura Punai salung √ 8 Treron griseicauda Punai penganten √ √ √ √ 9 Treron vernans Punai gading √ √ 10 Ptilinopus melanospila Walik kembang √ √ √ √
11 Streptopelia bitorquata Dederuk Jawa
√ 12 Streptopelia chinensis Tekukur biasa √ √ √ √ 13 Gopelia striata Perkutut Jawa √
Psittacidae
14 Psittacula alexandri Betet biasa √ √ √ √ 15 Eclectus roratus Nuri bayan
√
16 Cacatua sulphurea Kakatua jambul-kuning
√ 17 Loriculus pusillus Serindit Jawa √ √
Cuculidae
18 Cacomantis sonneratii Wiwik lurik √ 19 Cacomantis merulinus Wiwik kelabu √ √ √ √ 20 Cacomantis variolosus Wiwik rimba √ 21 Surniculus lugubris Kedasi hitam √ √ 22 Eudynamis scolopacea Tuwur Asia √
Strigidae
23 Strix seloputo Kukuk seloputu
√ 24 Otus bakkamoena Celepuk reban √ √
25
Tabel 4.2 Perbandingan jumlah jenis burung yang ditemukan di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor dari hasil penelitian sebelumnya
(Lanjutan)
Diamond et. al. (1987)
Tirtaningtyas (2004)
Sukara (2013)
No. Nama suku dan jenis Nama Lokal 1931-1952 1980-1985 2003-2004 2013
Apodidae
25 Collocalia fuciphaga Walet sarang-putih √ √ √ 26 Collocalia linchi Walet linci √ √ √ √ 27 Cypsiurus balasiensis Walet-palem Asia √ √ √
Hemiprocnidae 28 Hemiprocne longipennis Tepekong jambul √
Alcedinidae 29 Alcedo meninting Raja-udang meninting √ √ √ √
30 Halcyon cyanoventris Cekakak Jawa √ 31 Todirhamphus chloris Cekakak sungai √ √ √ √
Capitonidae
32 Megalaima haemacephala Takur ungkut-ungkut √ √ √ √
Picidae 33 Dinopium javanense Pelatuk besi √
34 Dendrocopus macei Caladi ulam √ √ √ √ 35 Dendrocopos moluccensis Caladi tilik √
Pittidae
36 Pitta guajana Paok pancawarna √
Hirundinidae 37 Hirundo rustica Layang-layang api √ 38 Hirundo tahitica Layang-layang batu √ √
39 Hirundo daurica Layang-layang gua √ √ 40 Hirundo striolata Layang-layang loreng
√
Campephagidae
41 Hemipus hirundinaceus Jingjing batu √ √ √ 42 Lalage nigra Kapasan kemiri √
43 Pericrocotus cinnamomeus Sepah kecil √
Artamidae
44 Artamus leucorhynchus Kekep babi √
Aegithinidae 45 Aegithina tiphia Cipoh kacat √ √ √ √
Chloropseidae 46 Chloropsis cochinchinensis Cica-daun sayap-biru √ √
Pycnonotidae
47 Pycnonotus atriceps Cucak kuricang √ 48 Pycnonotus melanicterus Cucak kuning
√
49 Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang √ √ √ √ 50 Pycnonotus brunneus Merbah mata-merah √ 51 Alophoixus bres Empuloh janggut √
√ √
Dicruridae
52 Dicrurus macrocercus Srigunting hitam √ 53 Dicrurus leucophaeus Srigunting kelabu √ √ √ √ 54 Dicrurus remifer Srigunting bukit √
Oriolidae
55 Oriolus chinensis
Kepudang kuduk-hitam √ √ √ √
Corvidae 56 Corvus enca Gagak hutan √ √ √
Turdidae
57 Copsychus saularis Kucica kampung √ √ √
58 Zoothera citrina Anis merah √ √
26
Tabel 4.2 Perbandingan jumlah jenis burung yang ditemukan di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor dari hasil penelitian sebelumnya (Lanjutan)
Diamond et. al.
(1987) Tirtaningtyas
(2004)
Sukara
(2013)
No. Nama suku dan jenis Nama Lokal 1931-1952 1980-1985 2003-2004 2013
Sittidae
59 Sitta frontalis Munguk beledu √
Paridae
60 Parus major Gelatik-batu kelabu √ √ √
Timaliidae
61 Pellorneum capistratum Pelanduk topi-hitam √ 62 Malacocincla sepiarium Pelanduk semak √ √ √
Pachycephalidae 63 Pachycephala cinerea Murai bakau √
Silviidae
64 Phylloscopus sp Cikrak √ 65 Phylloscopus borealis Cikrak kutub √ 66 Orthotomus sutorius Cinenen pisang √ √ √ √ 67 Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu √ √ √
68 Orthotomus sepium Cinenen Jawa √ √ 69 Prinia familiaris Perenjak Jawa √ √ √ √ 70 Prinia polychroa Perenjak coklat √
Muscicapidae
71 Eumyias indigo Sikatan ninon √ 72 Cyornis banyumas Sikatan Cacing √ √ √ √ 73 Muscicapa dauurica Sikatan bubik √
Rhipiduridae
74 Rhipidura javanica Kipasan belang √ √ √ √
Laniidae
75 Lanius schach Bentet Kelabu √
Sturnidae 76 Sturnus contra Jalak suren √ √
77 Acridotheres javanicus Kerak kerbau √ √ √ 78 Aplonis panayensis Perling kumbang √
Nectariniidae
79 Anthreptes malacensis Burung-madu kelapa √ √ √ √ 80 Nectarnia jugularis Burung-madu sriganti √ √ √
81 Aethopyga mystacalis Burung -madu Jawa √ √ 82 Arachnothera longirostra Pijantung kecil √ √ √ √
Dicaeidae
83 Dicaeum trochileum Cabai Jawa √ √ √ √ 84 Dicaeum concolor Cabai polos √ √ √ √
Zosteropidae
85 Zosterops palpebrosus Kacamata biasa √ √ √ √ 86 Zosterops flavus Kacamata Jawa √
Ploceidae
87 Passer montanus Burung-gereja Erasia √ √ √ √ 88 Lonchura maja Bondol Haji
√
89 Lonchura leucogastroides Bondol Jawa √ √ √ √ 90 Lonchura punctulata Bondol Peking √ √ √ √ 91 Padda oryzivora Gelatik Jawa √ √
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor sekarang ini telah terisolasi
dari hutan di sekitarnya, hal ini menyebabkan terbatasnya pergerakan populasi
jenis burung. Hutan yang terdekat yang masih memungkinkan sebagai habitat
burung adalah Ciburial (5 Km ke arah Barat Daya), Gunung Pancar (10 Km ke
arah Timur), Megamendung (10 Km ke arah Barat Daya), Gunung Gede
Pangrango (30 Km ke arah Tenggara), dan Gunung Halimun (35 Km ke arah
27
Tenggara). Terputusnya populasi burung di PKT KRB dengan hutan di sekitarnya
menyebabkan tidak adanya dukungan kelangsungan populasi. Menurut
Prawiradilaga et. al. (2003), Elang merupakan salah satu indikator dari rusaknya
lingkungan. Namun, dengan hadirnya jenis-jenis burung migrasi seperti sikep
madu Asia dan jenis-jenis burung yang baru ditemukan, habitat di PKT KRB
dapat dikatakan masih baik.
Kekayaan jenis burung di PKT KRB memiliki jumlah yang sedikit jika
dibandingkan dengan kawasan-kawasan konservasi lainnya seperti Taman
Nasional Gunung Halimun Salak yang memiliki 138 jenis burung (Wisnubudi,
2004). Namun, bukan berarti PKT KRB tidak potensial untuk pengembangan
wisata birdwatching. Tersedianya program untuk wisata birdwatching serta
adanya minat untuk mengikuti kegiatan tersebut merupakan peluang untuk
dilakukannya kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB.
4.1.2 Frekuensi dan Sebaran Spasial Jenis Burung di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Sebaran jenis burung pada masing-masing lingkungan yang ada di PKT
KRB berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis habitat pada masing-
masing lingkungan. Marone (1991) menyatakan bahwa perbedaan jenis habitat
akan mempengaruhi sebaran spasial jenis-jenis burung. Beberapa jenis burung
hanya ditemukan pada lingkungan tertentu saja, misalnya burung kowak-malam
kelabu hanya dapat ditemukan di lingkungan 3 dan 4 saja karena diantara kedua
lingkungan ini terdapat kolam gunting yang merupakan habitat yang sesuai bagi
burung air. Contoh lainnya yaitu sikep-madu Asia yang hanya dapat ditemukan
pada lingkungan 4 dan 9 saja. Hal ini karena lingkungan 9 merupakan lokasi dari
koleksi tanaman kayu dengan tajuk yang tinggi dan pada lingkungan ini terdapat
banyak sarang lebah. Madu, sarang lebah, dan larva lebah merupakan salah satu
sumber pakan sikep-madu Asia (Bhardwaj 2009). Jenis-jenis burung yang memiliki sebaran merata yang dapat ditemui pada
12 lingkungan yang ada di PKT KRB tercatat ada sembilan jenis dari total 48
jenis burung. Jenis-jenis burung tersebut berikut dengan total frekuensi pertemuan
pada ke-12 lingkungan di PKT KRB secara berturut-turut adalah cucak kutilang
(0.73), walet linchi (0.62), cabai Jawa (0.47), tekukur biasa (0.41), cekakak sungai
(0.34), cipoh kacat (0.64), perenjak Jawa (0.15), cabai polos (0.15) dan burung-
madu kelapa (0.14). Jenis-jenis burung tersebut memiliki daya adaptasi yang
tinggi pada keseluruhan lingkungan yang ada di PKT KRB. Hal ini dikarenakan
PKT KRB memiliki beranekaragam jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan yang
beranekaragam dapat menyediakan beranekaragam sumber-sumber makanan bagi
burung berupa serangga, buah, biji ataupun nektar dan sebagai implikasinya,
pemilihan tanaman dengan waktu berbuah atau pun berbunga yang berbeda akan
lebih baik dalam penyediaan sumber pakan bagi burung (Hernowo et. al. 1989).
Daftar sebaran dan total frekuensi pertemuan masing-masing jenis burung pada
ke-12 lingkungan yang ada di PKT KRB dapat dilihat pada Tabel 4.3.
28
Tabel 4.3. Sebaran dan frekuensi perjumpaan burung pada masing-masing lingkungan di PKT KRB
No. Jenis Burung
Frekuensi (lingkungan) Total
1 2* 3 4˟ 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kowak-malam Kelabu - - 0.19 0.17 - - - - - - - - 0.030 2 Sikep-madu Asia - - - 0.03 - - - - 0.08 - - - 0.009 3 Kareo padi - - - - 0.03 0.03 - - - - 0.03 - 0.008 4 Punai penganten 0.08 0.08 0.11 0.11 - 0.03 0.14 - 0.28 - 0.06 - 0.074 5 Punai gading
0.06 0.03 - - - - - - - - - 0.008
6 Walik kembang 0.11 0.28 0.11 0.25 0.03 0.08 0.06 0.22 0.08 0.14 - 0.36 0.143 7 Dederuk Jawa 0.06 - - - - - - 0.03 - 0.03 - - 0.010
8 Tekukur biasa 0.44 0.67 0.33 0.39 0.53 0.61 0.25 0.42 0.33 0.28 0.47 0.19 0.409 9 Kakatua jambul-kuning - - - 0.03 - - - - 0.03 - - - 0.005 10 Nuri bayan - - - 0.03 - 0.03 - 0.03 - - - - 0.008 11 Betet biasa - - - 0.14 - 0.11 0.14 - - - - - 0.033 12 Serindit Jawa - - - 0.03 - 0.06 - - - - - - 0.008 13 Wiwik kelabu - - - 0.03 - - 0.03 - - 0.06 0.06 0.08 0.022 14 Walet sarang-putih - - - - 0.03 0.08 - - - - - - 0.009 15 Walet linchi 0.81 0.56 0.56 0.03 0.75 0.83 0.72 0.78 0.47 0.5 0.78 0.64 0.619 16 Walet-palem Asia 0.08 0.61 0.03 0.03 - - 0.03 - 0.03 - - - 0.068
17 Raja-udang meninting - 0.03 0.08 0.11 0.44 0.39 0.11 0.03 0.03 0.11 0.14 0.19 0.138 18 Cekakak sungai 0.25 0.22 0.31 0.25 0.17 0.08 0.56 0.39 0.44 0.53 0.39 0.47 0.338 19 Takur ungkut-ungkut - 0.08 - 0.03 - 0.06 - 0.06 0.25 - - 0.03 0.043 20 Caladi ulam - - - 0.03 - - - - - 0.03 - - 0.005 21 Caladi tilik - - - - 0.03 - - - - - - - 0.003 22 Cipoh kacat 0.08 0.03 0.17 0.14 0.36 0.25 0.64 0.33 0.25 0.25 0.44 0.28 0.268 23 Cica-daun sayap-biru - - - - - - - - - - 0.03 - 0.003 24 Cucak kuning 0.06 0.06 0.14 - - - - - - - - - 0.022
25 Cucak kuricang - 0.03 - - - - - - - - - - 0.003 26 Cucak kutilang 0.81 0.83 0.78 0.78 0.72 0.92 0.64 0.67 0.56 0.69 0.64 0.67 0.726 27 Merbah mata-merah - - 0.06 - - - - - - - - - 0.005 28 Empuloh janggut 0.11 - 0.28 0.06 - - 0.06 0.14 0.08 0.14 - 0.08 0.079 29 Bentet kelabu - - - - 0.03 - - - - - - - 0.003 30 Prenjak Jawa 0.33 0.08 0.08 0.08 0.25 0.25 0.17 0.11 0.06 0.28 0.03 0.11 0.153 31 Cinenen pisang - 0.06 - 0.03 0.03 - - - 0.03 0.03 - - 0.015 32 Cinenen Jawa 0.06 0.03 0.06 0.03 0.03 - - 0.08 0.22 0.11 0.03 0.03 0.057
29
Tabel 4.3. Sebaran dan frekuensi perjumpaan burung pada masing-masing lingkungan di PKT KRB (lanjutan)
No. Suku dan nama latin
Lingkungan
Total 1 2* 3 4˟ 5 6 7 8 9 10 11 12
33 Sikatan ninon - - - 0.03 - 0.03 - - - - - - 0.005 34 Sikatan cacing 0.06 0.03 - 0.06 - - - - - 0.03 - - 0.015 35 Kipasan belang 0.44 0.08 0.22 0.17 - - - - 0.03 0.28 0.03 - 0.104 36 Cabai polos 0.11 0.06 0.14 0.22 0.22 0.11 0.14 0.22 0.14 0.06 0.17 0.25 0.153 37 Cabai Jawa 0.36 0.03 0.50 0.42 0.50 0.47 0.39 0.58 0.61 0.47 0.69 0.67 0.474 38 Burung-madu kelapa 0.06 0.06 0.08 0.08 0.36 0.36 0.06 0.06 0.14 0.17 0.06 0.17 0.138 39 Burung-madu sriganti - - - - - - - 0.03 - 0.03 - 0.06 0.010
40 Pijantung kecil 0.25 0.44 0.14 0.14 0.08 0.03 0.22 - 0.17 0.11 0.03 0.17 0.148 41 Kacamata biasa - - 0.19 - - - - - - - - - 0.016 42 Burung gereja - 0.08 - 0.03 0.06 - - 0.22 - - 0.42 0.08 0.074 43 Bondol haji 0.22 0.03 - - - - - - - - - - 0.021 44 Bondol Jawa - - 0.03 - 0.25 - - 0.03 - - 0.22 0.06 0.049 45 Bondol peking 0.06 - - - 0.08 - - - - - 0.08 - 0.018 46 Kepudang kuduk-hitam 0.11 0.50 0.31 0.47 - 0.14 0.64 0.53 0.61 0.64 0.22 0.39 0.380 47 Srigunting hitam - - - - - - - - - - 0.03 - 0.003 48 Srigunting kelabu - - - - - - - - - 0.03 - - 0.003
Total 4.95 5.02 4.93 4.43 4.98 4.95 5.00 4.96 4.92 5.00 5.02 5.01
Keterangan: * = Lingkungan dengan frekuensi pertemuan tertinggi
˟ = Lingkungan dengan frekuensi pertemuan terendah
30
4.1.3 Sebaran Temporal Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Bogor
Perjumpaan jenis burung terbanyak berturut-turut adalah pada saat pagi hari
yaitu sebanyak 44 jenis, kemudian pada siang hari yaitu sebanyak 41 jenis, dan
pada sore hari yaitu sebanyak 32 jenis. Sebaran temporal burung pada 12
lingkungan yang ada di PKT KRB dapat dilihat pada Gambar 4.2. Pada pagi hari
jenis burung terbanyak dapat ditemukan pada lingkungan 3 dan 4 dengan jumlah
sebanyak 21 jenis burung. Perjumpaan burung dengan jenis terbanyak pada siang
hari ditemukan pada lingkungan 4 sebanyak 21 jenis. Perjumpaan burung dengan
jenis terbanyak pada sore hari ditemukan pada lingkungan 4 sebanyak 19 jenis.
Sedangkan perjumpaan burung dengan jenis paling sedikit pada pagi hari
ditemukan pada lingkungan 9 dengan jumlah sebanyak 14 jenis burung. Pada
siang hari perjumpaan jenis burung yang paling sedikit dijumpai pada lingkungan
6. Pada sore hari perjumpaan jenis burung yang paling sedikit dijumpai pada
lingkungan 11. Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-
masing waktu pengamatan di setiap lingkungan yang ada di PKT KRB dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Gambar 4.2. Grafik sebaran temporal burung pada 12 lingkungan yang ada di
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Sore hari
(15.00-17.00)
Siang hari (11.00-13.00)
Pagi hari
(06.00-08.00)
Waktu
Pengamatan
Jumlah jenis
31
4.1.4 Jenis-Jenis Burung yang Menjadi Potensi Wisata Birdwatching di
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Beberapa jenis burung yang ada di PKT KRB memiliki potensi untuk
dijadikan sebagai objek daya tarik wisata birdwatching. Burung yang dipilih
sebagai objek berdasarkan ketertarikan pengunjung terhadap jenis burung tertentu,
status konservasi burung, endemisitas burung, dan keberadaan jenis-jenis burung
dari hasil penelitian sebelumnya hingga saat ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung, tercatat ada 28 jenis
burung disukai oleh pengunjung. Jenis-jenis burung kesukaan pengunjung secara
berurutan adalah Cekakak sungai (14%), raja-udang meninting (7.8%), kowak-
malam kelabu (6.4%), kepudang kuduk-hitam (6%), burung-madu kelapa (5.8%),
cucak kuricang (5.4%), walik kembang (5.4%), cucak kuning (4.8%), betet biasa
(4.8%), cabai Jawa (4.2%), cabai polos (3.8%), cucak kutilang (3.6%), caladi
ulam (2.8%), sikep-madu Asia (2.8%), serindit Jawa (2.8%), tekukur biasa
(2.6%), burung-madu sriganti (2.6%), perenjak Jawa (2.6%), punai penganten
(2%), kipasan belang (1.8%), bondol Jawa (1.6%), empuloh janggut (1.4%),
pijantung kecil (1.4%), cipoh kacat (0.8%), takur ungkut-ungkut (0.8%), kareo
padi (0.8%), merbah mata merah (0.6%), dan cinenen Jawa (0.6%).
Beberapa jenis burung yang masuk ke dalam daftar satwa yang dilindungi
sesuai dengan UU No. 5 tahun 1990 dan PP No. 7 Tahun 1999 antara lain adalah:
Nuri bayan, kakatua jambul-kuning, pijantung kecil, burung madu-kelapa, burung
madu-sriganti, raja-udang meninting, cekakak sungai, kipasan belang, dan sikep-
madu Asia. Betet biasa, Nuri bayan dan sikep-madu Asia terdaftar dalam
Apendiks II CITES (Convention International on Trade of Endangered Species of
Flora and Fauna), sedangkan kakatua jambul-kuning terdaftar dalam Apendiks I
CITES. Disamping itu, ada juga yang memiliki status endemik seperti serindit
Jawa, cabai Jawa, perenjak Jawa, cinenen Jawa dan punai penganten (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Status konservasi dan endemisitas burung yang yang terdapat di Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
No. Jenis Burung Lingkungan UU No. 5 PP No. 7 CITES Endemik
1 Betet biasa 4, 6, 7
II
2 Nuri bayan 4, 6 ,8 √ √ II
3 Kakatua jambul-kuning 4, 9 √ √ I 4 Serindit Jawa 4, 6
√
5 Pijantung kecil 1-7, 9-12 √ √
6 Burung-madu kelapa 1-12 √ √
7 Burung-madu sriganti 8, 10, 12 √ √
8 Cabai Jawa 1-12
√
9 Perenjak Jawa 1-12
√
10 Punai penganten 1-4, 6, 7, 9, 11
√
11 Raja-udang meninting 2-12 √ √
12 Cekakak sungai 1-12 √ √
13 Kipasan belang 1-4, 9-11 √ √
14 Sikep-madu Asia 4, 9 √ √ II
15 Cinenen Jawa 1-5, 8-12 √
32
Jenis burung yang selalu ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya
hingga saat ini jumlahnya mencapai 26 jenis, yaitu punai penganten, walik
kembang, tekukur biasa, betet biasa, wiwik kelabu, walet linci, raja udang
meninting, cekakak sungai, caladi ulam, cipoh kacat, cucak kutilang, srigunting
kelabu, kepudang kuduk-hitam, cinenen pisang, perenjak Jawa, sikatan cacing,
kipasan belang, burung-madu kelapa, pijantung kecil, cabai jawa, cabai polos,
kacamata biasa, burung-gereja Erasia, bondol Jawa, dan bondol peking.
Burung nuri bayan dan kakatua jambul-kuning bukan asli pulau Jawa
melainkan merupakan burung dari Indonesia bagian Timur. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kehutanan No. 57 tahun 2008 kedua jenis burung ini hanya
diperkenankan dipelihara di dalam ekosistem yang terkendali dan tidak
diperkenankan dilepaskan ke wilayah alami untuk mengantisipasi terjadinya
invasif. Oleh karena itu, burung nuri bayan dan kakatua jambul-kuning sebaiknya
tidak ada di PKT KRB dan tidak tepat untuk dijadikan sebagai objek wisata
birdwatching di kawasan ini. Sementara itu, pada pengamatan yang dilakukan
pada tahun 2013, hanya ditemukan masing-masing satu individu, sehingga
kemungkinan besar tidak akan akan bertahan lama. Kedua jenis burung ini tidak
ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya, begitu pula dengan cucak
kuricang, cucak kuning dan merbah mata merah. Sekalipun disukai oleh
pengunjung, ketiga jenis burung ini tidak ditemukan pada penelitian-penelitian
sebelumnya, sehingga tidak dijadikan sebagai objek daya tarik untuk wisata
birdwatching.
Ke-12 lingkungan di PKT KRB dapat dijadikan sarana pendidikan tentang
konservasi burung. Dari data yang berhasil dikumpulkan, sedikitnya kita dapat
mengamati 8 dari 10 jenis burung yang dilindungi di PKT KRB dan 5 jenis
burung endemik. Kesukaan pengunjung terhadap jenis burung tertentu tidak
sepenuhnya terkait dengan status konservasi dan endemisitas dari burung tersebut.
Kowak-malam kelabu, kepudang kuduk-hitam, walik kembang, cucak kutilang,
cabai polos, caladi ulam, tekukur biasa, bondol jawa, empuloh janggut, cipoh
kacat, takur ungkut-ungkut dan kareo padi juga disukai pengunjung sekalipun
tidak memiliki status konservasi endemik dan dilindungi. Data hasil penelitian ini
memiliki potensi untuk perencanaan intrepretasi dalam upaya meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang keindahan dan status konservasi burung.
Berdasarkan kategori pemilihan jenis burung yang potensial di PKT KRB,
maka ditentukan ada 25 jenis burung yang memiliki potensi untuk dijadikan
sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB. Sebaran ke 25 jenis burung di 12
lingkungan di PKT KRB dapat dituangkan ke dalam peta sebaran spasial yang
dapat dilihat pada Gambar 4.3, Gambar 4.4, Gambar 4.5, dan Gambar 4.6.
33
Gambar 4.3 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 1, 2, dan 3 di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor
34
Gambar 4.4 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 4, 5, dan 6 di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor
35
Gambar 4.5 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 7, 8, dan 11 di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor
36
Gambar 4.6 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 9, 10, dan 12 di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor
37
4.2 Keinginan dan Harapan Pengunjung
4.2.1 Tujuan dan Motivasi datang ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya Bogor
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kuesioner
terhadap pengunjung yang akan menjadi sasaran untuk pengembangan wisata
birdwatching di PKT KRB, pengunjung PKT KRB datang dengan memiliki
tujuan yang berbeda-beda pada masing-masing kelompok. Persentase tujuan
datang ke PKT KRB pada masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel. 4.5 Persentase tujuan datang ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor pada masing-masing kelompok pengunjung.
No. Tujuan Persentase (%)
SD SMP SMA PT Umum KPB
1 Menikmati keindahan alam 85 70 95 85 85 33 2 Melihat koleksi tumbuhan - 20 - - 10 7
3 Melihat monumen bersejarah 5 - - 5 - -
4 Tugas sekolah/kuliah - 10 - 10 5 - 5 Melihat satwa burung 2 - 5 - - 60
Untuk kelompok pelajar dan umum, rata-rata persentase tujuan untuk datang
ke PKT KRB berurutan mulai dari yang paling tinggi adalah menikmati
keindahan alam yang mencapai 84%, melihat koleksi tumbuhan (6%), tugas
sekolah (5%), melihat satwa burung (3%) dan melihat monumen bersejarah (2%)
(Gambar 4.7). Sedangkan untuk Kelompok Pencinta Burung (KPB), persentase
tujuan untuk datang ke PKT KRB yang paling tinggi adalah melihat satwa
burung, yaitu mencapai 60%. Bagi pengunjung yang memiliki tujuan datang ke
PKT KRB untuk melihat satwa burung, sebesar 20% termotivasi untuk
mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai burung, 20% hanya senang
melihat saja, sedangkan 60% motivasi pengunjung dalam melihat satwa burung
adalah untuk melakukan dokumentasi/fotografi.
Gambar 4.7 Rata-rata persentase tujuan datang ke
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya Bogor bagi kelompok pelajar dan
umum
38
4.2.2 Persepsi Pengunjung terhadap Keanekaragaman Jenis Burung di Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap objek tertentu. Di
dalam proses persepsi, seseorang dituntut untuk memberikan penilaian terhadap
suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang dan
sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu
kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam
situasi yang tertentu pula (Polak 1976).
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor memiliki nilai tambah
yaitu sebagai habitat dari beranekaragam jenis burung. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kuesioner terhadap 100 orang pengunjung dari kelompok
pelajar dan umum, persentase rata-rata pengunjung yang mengetahui bahwa di
PKT KRB terdapat beranekaragam jenis burung yaitu sebesar 57%, sedangkan
43% pengunjung lainnya tidak mengetahui adanya keanekaragaman jenis burung
di PKT KRB. Sedangkan pada KPB, sebesar 100% mengetahui bahwa di PKT
KRB terdapat keanekaragaman jenis burung. Persentase pengetahuan pengunjung
terhadap keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB pada masing-
masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel. 4.6 Persentase pengetahuan pengunjung terhadap keanekaragaman jenis
burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor.
No. Persepsi Persentase (%)
SD SMP SMA PT Umum KPB
1 Mengetahui adanya
keanekaragaman jenis burung di PKT KRB
60 70 40 65 50 100
2 Tidak mengetahui adanya
keanekaragaman jenis burung
di PKT KRB
40 30 60 35 50 -
Dari hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa masih banyak
pengunjung yang tidak sadar atau belum mengetahui adanya keanekaragaman
jenis burung di PKT KRB. Persentase pengunjung yang melihat adanya burung di
PKT KRB berikut dengan persepsi mereka mengenai ketertarikan terhadap burung
yang mereka lihat dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel. 4.7 Persentase pengunjung yang melihat adanya burung di Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dan ketertarikannya.
No. Persepsi Persentase (%)
SD SMP SMA PT Umum KPB
1 Melihat adanya burung di PKT KRB
65 85 55 60 75 100
2 Ketertarikan 100 94 82 75 93 100
Aktivitas dan keberadaan burung-burung yang ada di PKT KRB dapat
menarik ataupun tidak menarik perhatian pengunjung. Dari rata-rata 86%
pengunjung kelompok pelajar dan umum yang melihat adanya burung di PKT
KRB, 89% menyatakan bahwa burung yang mereka lihat tersebut menarik
perhatian mereka. Sedangkan bagi KPB, 100% menyatakan bahwa burung yang
39
mereka lihat menarik perhatian mereka. Adapun hal-hal yang disukai pengunjung
PKT KRB dari burung secara berurutan dari yang paling disukai adalah
penampilan fisik (62%), suara (20%), cara terbang (10%), perilaku (5%), lainnya
(3%) (Gambar 4.8). Kesukaan pengunjung terhadap burung pada masing-masing
kelompok secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Gambar 4.8 Persepsi mengenai kesukaan pengunjung
terhadap burung
Tabel. 4.8 Persepsi mengenai kesukaan pengunjung terhadap burung
No. Persepsi
Persentase (%)
SD SMP SMA PT Umum KPB Rata-
rata
1 Penampilan fisik 55 75 85 65 35 53 62
2 Suara 20 15 10 20 40 13 20 3 Cara terbang 15 10 5 15 10 7 10
4 Perilaku 10 - - - 15 7 5
5 Lainnya - - - - - 20 3
4.2.3 Keinginan dan Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan
Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Bogor
Ketertarikan terhadap kegiatan wisata birdwatching
Sebagian besar pengunjung pada masing-masing kelompok, yaitu kelompok
pelajar, umum dan KPB menyatakan tertarik untuk mengikuti kegiatan wisata
birdwatching yang akan dikembangkan di PKT KRB. Sebanyak 88% pengunjung
yang diwawancarai menyatakan tertarik untuk mengikuti program dari kegiatan
wisata birdwatching di PKT KRB karena rasa suka terhadap burung, untuk
menambah wawasan dan ingin mendapatkan pengalaman baru. Selain itu, 98%
pengunjung menyatakan bahwa perlu dilakukan interpretasi dan disediakan media
interpretasi.
Untuk memudahkan dalam menyusun materi program interpretasi wisata
birdwatching di PKT KRB, perlu diketahui hal-hal yang menarik bagi pengunjung
62% 20%
10%
5% 3%
Penampilan fisik
Suara
Cara terbang
Prilaku
Lainnya
40
terkait informasi yang ingin didapatkan mengenai burung sebagai objek
interpretasi di PKT KRB. Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa sebagian besar
pengunjung ingin mengetahui tentang keanekaragaman jenis burung yang ada di
PKT KRB (56%), kemudian 24% pengunjung ingin mengetahui tentang aktivitas
burung yang ada di PKT KRB, 15% pengunjung ingin mengetahui habitat atau
tempat tinggal burung-burung yang ada di PKT KRB, dan 3% pengunjung ingin
mengetahui tentang fungsi ekologi dan sebaran burung yang ada di PKT KRB
(Gambar 4.9).
Tabel. 4.9 Informasi yang ingin didapatkan mengenai burung di Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
No. Informasi
Persentase (%)
SD SMP SMA PT Umum KPB Rata-
rata
1 Jenis-jenis burung 45 40 70 70 65 47 56 2 Habitat burung 30 25 10 5 5 27 17
3 Aktivitas burung 20 35 20 25 30 13 24
4 Lainnya 5 - - - - 13 3
Gambar 4.9 Informasi yang ingin didapatkan mengenai
burung di Pusat Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Bogor
Cara-cara yang diinginkan untuk melakukan kegiatan wisata birdwatching
Dalam melakukan kegiatan wisata birdwatching dapat dapat ditemani oleh
interpreter/guide maupun tidak. Sebesar 87% pengunjung dari kelompok pelajar
dan umum menginginkan adanya interpreter yang dapat memandu jalannya
kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB. Hal ini dikarenakan pengunjung ingin
mendapatkan informasi lebih dalam mengenai burung dan agar kegiatan yang
dilakukan lebih terarah. Sedangkan 13% pengunjung ingin melakukan kegiatan
birdwatching tanpa pemandu karena merasa lebih leluasa, tidak dibatasi oleh
waktu dan ada tantangan, namun dalam melakukan kegiatan tersebut pengunjung
dapat menggunakan media interpretasi seperti peta interpretasi, booklet/leaflet,
dan papan interpretasi sebagai panduan dalam melakukan kegiatan birdwatching.
Sebaliknya, 80% KPB ingin melakukan kegiatan birdwatching tanpa adanya
pemandu.
56% 17%
24%
3%
Jenis-jenis burung
Habitat burung
Aktivitas burung
Lainnya
41
Pengunjung pada kelompok pelajar dan umum lebih menyukai apabila
kegiatan birdwatching dilakukan secara berkelompok/bersama-sama dengan
jumlah 3-4 orang dalam satu kelompok (88%), sedangkan pengunjung yang ingin
melakukan kegiatan secara perorangan/sendiri hanya 12%. Sebaliknya, 80% KPB
lebih menyukai apabila kegiatan birdwatching dilakukan secara perorangan.
Persentase mengenai cara-cara yang diinginkan pengunjung dalam melakukan
kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB pada masing-masing kelompok dapat
dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel. 4.10 Cara-cara yang diinginkan pengunjung dalam mengikuti kegiatan
wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor
No. Keinginan pengunjung Persentase (%)
SD SMP SMA PT Umum KPB
1 Dengan interpreter/guide 100 85 85 85 80 20
2 Tanpa interpreter/guide - 15 15 15 20 80
3 Perorangan 10 10 20 10 10 80 4 Berkelompok 90 90 80 90 90 20
Fasilitas dan media pendukung kegiatan wisata birdwatching
Menurut data hasil penelitian, keinginan pengunjung terhadap fasilitas-
fasilitas dan media pendukung yang perlu ditambahkan dalam kegiatan
birdwatching di PKT KRB. Persentase masing-masing fasilitas pendukung yang
dibutuhkan menurut masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Fasilitas/media pendukung yang utama adalah tersedianya media berupa
booklet/buku informasi yang memberikan informasi mengenai jenis-jenis burung
yang dapat dijumpai di PKT KRB (37%), berikutnya yang dibutuhkan adalah
diorama burung sebagai ilustrasi burung yang ada di PKT KRB (26%), papan
interpretasi sebagai media untuk memberikan informasi-informasi tambahan
kepada pengunjung (24%), tempat pengamatan burung yang nyaman serta
strategis (11%) dan lainnya yaitu berupa binokuler (Gambar 4.10).
Tabel 4.11 Fasilitas pendukung yang dibutuhkan untuk wisata birdwatching di
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
No. Fasilitas
Persentase (%)
SD SMP SMA PT Umum KPB Rata-
rata
1 Tempat pengamatan - 25 5 15 15 7 11
2 Papan interpretasi 15 30 30 15 20 33 24
3 Booklet/buku informasi 50 30 35 25 30 53 37 4 Diorama burung 35 10 30 45 35 - 26
5 Lainnya - 5 - - - 7 2
42
.
Gambar 4.10 Keinginan pengunjung terhadap fasilitas
pendukung untuk wisata birdwatching di
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor
Salah seorang pakar burung (Sudaryanti 2013), menyatakan bahwa
disediakannya alat bantu untuk melihat burung yaitu binokuler dan teropong juga
merupakan salah satu fasilitas pendukung yang sangat penting dalam kegiatan
wisata birdwatching. Beberapa saran lainnya yang didapat dari pengunjung PKT
KRB terkait fasilitas pendukung yang diperloleh yaitu tempat pengamatan burung
berupa platform di atas pohon untuk mempermudah pengamatan burung yang ada
di atas tajuk pohon yang tinggi ataupun penentuan lokasi-lokasi tertentu yang
dapat dijadikan sebagai tempat pemberian makan burung, sehingga burung-
burung dapat berkumpul pada satu tempat (bird feeder). Namun berdasarkan hasil
wawancara dengan pihak pengelola (Witono 2013) dan pakar burung
(Prawiradilaga 2013), fasilitas berupa penyediaan tempat bird feeder tidak
sarankan terkait dengan keamanan bagi burung-burung tersebut untuk
menghindari penyalahgunaan dari pengunjung yang memiliki niat tidak baik.
Durasi kegiatan wisata birdwatching
Berdasarkan data hasil penelitian, persentase lama waktu berkunjung dalam
1 kali kunjungan ke PKT KRB bervariasi pada masing-masing kelompok (Tabel
4.12). Rata-rata persentase lamanya waktu berkunjung ke PKT KRB pada
kelompok pelajar, umum dan KPB paling tinggi adalah 3-5 jam dengan persentase
rata-rata sebesar 48%, kemudian sebanyak 30% selama kurang dari 3 jam dan
sebanyak 22% selama lebih dari 6 jam (Gambar 4.11).
Tabel. 4.12 Lama waktu berkunjung ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya Bogor
No. Waktu berkunjung
Persentase (%)
SD SMP SMA PT Umum KPB Rata-
rata
1 < 3 jam 5 55 55 30 15 20 30
2 3-5 jam 60 25 45 60 45 53 48 3 > 6 jam 35 20 - 10 40 27 22
11%
24%
37%
26%
2%
Tempat pengamatan
Papan interpretasi
Booklet/buku informasi
Diorama burung
Lainnya
43
Gambar 4.11 Persentase rata-rata lama waktu kunjungan di
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Untuk membantu menyusun perencanaan interpretasi wisata birdwatching
di PKT KRB, perlu diketahui keinginan pengunjung terhadap lamanya waktu
dalam kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB. Rata-rata persentase keinginan
pengunjung pada kelompok pelajar dan umum terhadap lamanya waktu untuk
kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB yaitu kurang dari tiga jam sebesar
53% pengunjung, 3-5 jam sebesar 33% sedangkan 14% pengunjung ingin
melakukan kegiatan birdwatching selama lebih dari 6 jam (Gambar 4.12). Secara
terperinci persentase keinginan pengunjung terhadap lamanya waktu kegiatan
wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilihat Tabel 4.13. Sebagian besar
pengunjung PKT KRB dari kelompok pelajar dan umum berkeinginan untuk
mengikuti kegiatan pengamatan burung selama kurang dari 3 jam, sedangkan pada
KPB sebagian besar (53%) menginginkan lamanya waktu kegiatan wisata
birdwatching di PKT KRB adalah 3-5 jam.
Tabel. 4.13 Keinginan terhadap lamanya kegiatan wisata birdwatching di Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
No. Waktu berkunjung Persentase (%)
SD SMP SMA PT Umum KPB
1 < 3 jam 55 35 65 60 50 27 2 3-5 jam 30 35 25 40 35 53
3 > 6 jam 15 30 10 - 15 20
Gambar 4.12 Keinginan kelompok pelajar dan umum
terhadap waktu kegiatan wisata birdwatching
di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor
30%
48%
22% < 3 jam
3-5 jam
> 6 jam
44
4.3 Keinginan dan Harapan Pakar Burung dan Pengelola
4.3.1 Keinginan dan Harapan Pakar Burung
Menurut para pakar burung dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(Prawiradilaga dan Sudaryanti 2013), PKT KRB sangat potensial untuk dijadikan
sebagai tempat untuk melakukan kegiatan wisata birdwatching melihat
terdapatnya jumlah jenis burung yang bervariasi. Pengembangan wisata
birdwatching di PKT KRB dapat dilaksanakan agar dapat menambah pengetahuan
pengunjung yang mengikuti kegiatan wisata birdwatching sehingga dapat
menumbuhkan rasa perduli terhadap burung-burung dan juga lingkungan yang ada
di PKT KRB.
Program yang direncanakan disarankan untuk pengenalan burung yang
memiliki sebaran yang luas terlebih dahulu sehingga dapat memudahkan
pengamatan bagi para pemula. Untuk kelompok umum dan pelajar SD sebagai
pengenalan awal dapat diprioritaskan pada pengenalan burung-burung yang
memiliki daya tarik dari bentuk tubuhnya, warna, dan suaranya. Sedangkan untuk
pelajar SMP, SMA dan PT, materi yang disampaikan bisa lebih mendalam dengan
memperkenalkan jenis-jenis burung yang memiliki status dilindungi oleh Negara
berdasarkan UU No. 5 tahun 1990, PP No. 7 tahun 1999 dan jenis-jenis burung
yang terdaftar dalam Appendix II CITES, serta jenis-jenis burung endemik
Indonesia. Materi yang disusun dapat mengkaitkan hubungan antara burung-
burung yang diamati dengan habitatnya.
Sebagai bahan masukan untuk pengembangan program interpretasi wisata
birdwatching di PKT KRB, fasilitas utama yang harus disiapkan adalah
penyewaan binokuler. Selain itu, pemandu harus dilatih terlebih dahulu dan harus
bisa komunikatif dengan pengunjung, sehingga materi yang disampaikan kepada
pengunjung dapat diterima dengan baik.
Pihak pengelola diharapkan dapat menjaga kelestarian burung-burung yang
ada di PKT KRB. Semak-semak yang ada di PKT KRB hendaknya tidak
dibersihkan semuanya agar kelestarian burung-burung semak seperti kareo padi,
cinenen Jawa, cinenen pisang, sikatan ninon, sikatan cacing, dan perenjak Jawa
tetap terjaga. Keamanan pun perlu diperhatikan untuk mencegah adanya
penangkapan liar terhadap beberapa jenis burung tertentu yang dapat mengancam
keberadaan jenis burung di PKT KRB.
4.3.2 Keinginan dan Harapan Pengelola
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Witono dan Fijridiyanto 2013), pihak pengelola
mendukung adanya program perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT
KRB. Selama ini belum pernah ada program untuk wisata birdwatching di PKT
KRB yang dijalankan oleh pihak pengelola sendiri, namun ada yang
memanfaatkan PKT KRB sebagai sarana untuk melakukan birdwatching seperti
yang dilakukan oleh Burung Indonesia dalam rangka memperingati
keanekaragaman burung di Indonesia dan ulang tahun ke 10 Burung Indonesia
pada bulan Juli 2010 (Kompas, 24 Juli 2010, Burung di Kebun Raya Bogor
45
tinggal 50 jenis). Kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB merupakan
tantangan bagi pihak pengelola untuk mempertahankan keanekaragaman jenis
burung yang ada di PKT KRB. Kegiatan ini merupakan alternatif baru bagi
pengunjung PKT KRB untuk mendapatkan pengetahuan mengenai burung yang
ada kaitannya dengan tumbuhan-tumbuhan yang ada di PKT KRB. Tumbuhan-
tumbuhan yang ada di PKT KRB merupakan habitat dan penyedia makanan bagi
burung-burung yang ada di PKT KRB. Harapan pihak pengelola yaitu agar
perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat di susun dengan
matang, sehingga siap untuk dikenalkan kepada masyarakat.
4.4 Perencanaan Jalur Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Bogor
Perencanaan jalur interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat
dirancang berdasarkan beberapa kriteria yang merujuk pada Berkmuller (1981).
Keriteria pertama adalah jalur yang dirancang diharapkan mampu mengarahkan
pengunjung pada objek yang spektakuler, yaitu jenis-jenis burung yang potensial
sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB. Kriteria lain yang perlu
diperhatikan adalah landscape yang menarik dan kenyamanan jalur.
Dalam merancang jalur interpretasi, perlu diketahui terlebih dahulu lokasi
dan waktu pertemuan yang pasti dari masing-masing jenis burung yang akan
dijadikan objek interpretasi. Setiap jenis burung memiliki frekuensi pertemuan
yang berbeda-beda pada setiap lingkungan. Semakin tinggi frekuensi pertemuan
suatu jenis burung dalam suatu lingkungan, maka semakin tinggi peluang untuk
melihat jenis burung tersebut. Oleh sebab itu, tahap awal dalam merancang jalur
interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah dengan melakukan
pemilihan lokasi dari masing-masing jenis burung berdasarkan frekuensi
pertemuan tertinggi dari masing-masing jenis burung tersebut. Tabel 4.14
menampilkan lokasi pertemuan setiap jenis burung yang potensial sebagai objek
wisata dengan frekuensi pertemuan tertinggi.
Berdasar data yang ditampilkan dalam Tabel 4.14, terdapat beberapa jenis
burung yang hanya dapat ditemukan pada waktu-waktu tertentu saja. Burung
caladi ulam dan bondol Jawa hanya dapat ditemukan pada waktu pagi hari dan
siang hari saja sedangkan pada sore hari kedua jenis burung ini tidak dapat
ditemukan. Sikep-madu Asia dan burung-madu sriganti hanya dapat ditemukan
pada siang dan sore hari. Burung kareo padi hanya dapat ditemukan pada pagi
hari saja, sedangkan burung serindit Jawa dapat ditemukan pada pagi dan sore hari
saja. Burung-burung yang memiliki frekuensi pertemuan kecil, memberikan
gambaran bahwa burung tersebut termasuk burung yang sulit untuk ditemukan di
PKT KRB.
Berdasarkan lokasi pertemuan setiap jenis burung yang potensial sebagai
objek wisata dengan frekuensi pertemuan tertinggi, ada 3 lokasi yang potensial
untuk pengembangan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. Lokasi yang
pertama meliputi lingkungan 1 (taman Teisjmann), lingkungan 2 (depan
Laboratorium Treub) dan lingkungan 3 (sisi Barat kolam gunting), kemudian
lokasi yang kedua meliputi lingkungan 4 (koompassia excelsa/ king tree),
46
lingkungan 5 (taman Meksiko/koleksi kaktus dan koleksi tanaman air),
lingkungan 6 (koleksi palem) dan lingkungan 7 (jalan kenari II sisi Selatan),
sedangkan lokasi yang ketiga meliputi lingkungan 9 (koleksi tanaman kayu) dan
lingkungan 12 (koleksi tanaman obat).
Tabel 4.14 Lokasi pertemuan setiap jenis burung yang potensial sebagai objek
wisata dengan frekuensi pertemuan tertinggi
No. Jenis Burung Lingkungan
Frekuensi pada waktu
pengamatan Total
frekuensi Pagi Siang Sore
1. Kowak-malam kelabu* 3 0.25 0.17 0.17 0.19
2. Caladi ulam 4 0.08 - - 0.03
3. Raja-udang meninting˟ 5 0.33 0.50 0.50 0.44 4. Burung-madu kelapa˟ 5 0.58 0.17 0.33 0.36
5. Bondol Jawa 5 0.33 0.42 - 0.25
6. Kareo padi* 5 0.08 - - 0.03 7. Prenjak Jawaº 1 0.33 0.33 0.33 0.33
8. Cucak kutilang 6 0.92 0.92 0.92 0.92
9. Serindit Jawaº 6 0.08 - 0.08 0.06
10. Tekukur biasa 2 0.50 0.67 0.83 0.67 11. Betet biasa
+ 7 0.17 0.17 0.08 0.14
12. Cipoh kacat 7 0.58 0.67 0.67 0.64
13. Pijantung kecil˟ 2 0.42 0.58 0.33 0.44 14. Sikep-madu Asia˟ 9 - 0.17 0.08 0.08
15. Punai pengantenº 9 0.25 0.25 0.33 0.28
16. Takur ungkut-ungkut 9 0.25 0.17 0.33 0.25 17. Cinenen Jawaº 9 0.33 0.17 0.17 0.22
18. Kepudang kuduk-hitam 7 0.57 0.67 0.67 0.64
19. Kipasan belang˟ 1 0.58 0.33 0.42 0.44
20. Empuloh janggut 3 0.25 0.25 0.33 0.28 21. Cekakak sungai˟ 7 0.42 0.75 0.50 0.56
22. Cabai Jawaº 12 0.58 0.92 0.50 0.67
23. Cabai polos 12 0.17 0.25 0.33 0.25 24. Burung-madu sriganti˟ 12 - 0.08 0.08 0.06
25. Walik kembang 12 0.42 0.25 0.42 0.36 Keterangan: * Burung air ˟ Burung yang dilindungi (UU No. 5 tahun 1990 dan PP No. 7 tahun 1999) + Apendiks II CITES º Burung endemik
Jalur interpretasi dirancang berdasarkan tiga lokasi pusat sebaran jenis-jenis
burung yang potensial sebagai objek interpretasi untuk wisata birdwatching di
PKT KRB. Jalur pertama adalah “Jalur Burung Air” dengan panjang jalur 0.84
km, pada jalur ini jenis burung utama yang di perkenalkan adalah burung kowak-
malam kelabu, selain itu jenis-jenis lainnya yang dapat dijumpai adalah empuloh
janggut, kipasan belang, prenjak Jawa, tekukur biasa, dan pijantung kecil. Jalur
kedua adalah “Jalur Burung Langka” yang memiliki panjang jalur 1.3 km, pada
jalur ini terdapat sebagian dari jenis-jenis burung yang dilindungi oleh Negara
yang ada di PKT KRB seperti raja-udang meninting, cekakak sungai dan burung-
madu kelapa, selain itu terdapat jenis burung yang termasuk ke dalam Apendix II
CITES yaitu betet biasa. Jenis burung lainnya yang dapat ditemukan pada jalur
ini adalah kowak-malam kelabu, caladi ulam, bondol Jawa, kareo padi, cucak
47
kutilang, serindit Jawa, kepudang kuduk-hitam dan cipoh kacat. Jalur yang
terakhir adalah “Jalur Burung Endemik” dengan panjang jalur 1.4 km, pada jalur
ini dapat ditemukan tiga jenis burung endemik, yaitu cinenen Jawa, punai
penganten dan cabai Jawa. Selain itu, jenis-jenis lainnya yang dapat ditemukan
pada jalur ini adalah takur ungkut-ungkut, sikep-madu Asia, cabai polos, walik
kembang, dan burung-madu sriganti. Beberapa lokasi dengan landscape yang
menarik pada jalur-jalur interpetasi yang dirancang dijadikan sebagai titik-titik
lokasi pemberhentian untuk pengamatan. Gambaran lokasi dengan keindahan
landscape, jalur-jalur yang dirancang serta objek interpretasinya dapat dilihat
pada pete jalur interpretasi yang dituangkan pada Gambar 4.13, Gambar 4.14 dan
Gambar 4.15.
4.4.1 Jalur Pengamatan Burung Air
A. Lokasi Kolam Gunting
Jalur Burung Air berawal dari Kolam Gunting yang terletak di sisi sebelah
Timur Jalan Kenari I yang terdapat di lingkungan 3. Kolam ini memiliki pulau
kecil yang di tengahnya merupakan habitat dari kawanan burung kowak-malam
kelabu yang dapat dijadikan sebagai atraksi utama pada jalur ini. Berdasarkan
hasil penelitian, burung kowak-malam kelabu merupakan salah satu burung yang
paling disukai oleh pengunjung PKT KRB dengan menduduki peringkat ketiga.
Burung ini merupakan burung yang bersifat nokturnal atau aktif di malam hari.
Pada sore hari burung ini terbang secara berkelompok ke arah Utara untuk
mencari makan, kemudian pada pagi harinya burung kowak-malam kelabu ini
kembali ke PKT KRB untuk beristirahat dan bertengger pada tajuk tertinggi
pohon-pohon yang ada di sekitar kolam gunting dan pohon-pohon di pulau kecil
yang terletak di tengah-tengah kolam gunting (Gambar 4.16).
B. Lokasi Taman Teisjmann
Lokasi selanjutnya, pada jalur pengamatan Burung Air adalah lokasi Taman
Teisjmann. Pada jalur menuju taman ini terdapat makam tua Belanda yang dapat
dijumpai di dalam hutan bambu di sisi Timur Laut Taman Teisjmann. Makam tua
Belanda ini merupakan makam dari dua orang ahli burung (ornitologis) yang
berkebangsaan Belanda, yaitu H. Kuhl dan J. C. van Hasselt (Levelink et. al.
1997). Jenis burung yang dapat ditemukan pada lokasi ini adalah burung kipasan
belang. Burung kipasan belang ini merupakan salah satu burung semak, hutan
bambu yang rapat menjadi salah satu habitat yang baik bagi burung ini sehingga
frekuensi pertemuan di sekitar hutan bambu ini merupakan yang tertinggi apabila
dibandingkan dengan lokasi lainnya. Pada sisi Tenggara hutan bambu yang
terletak di lingkungan 3, dapat ditemukan burung empuloh janggut dengan
frekuensi pertemuan tertinggi apabila dibandingkan dengan lingkungan lainnya.
Taman Teisjmann terletak di lingkungan 1 dan dikelilingi oleh koleksi
tumbuhan palem-paleman. Burung prenjak Jawa dan tekukur biasa memiliki
frekuensi pertemuan tertinggi di lingkungan ini dibandingkan dengan lingkungan
lainnya. Banyaknya semak-semak dan pohon palem di sekitar taman ini
menjadikan lingkungan ini sebagai habitat yang baik bagi burung prenjak Jawa
dan tekukur biasa.
48
Gambar 4.13 Peta interpretasi pada jalur pengamatan burung air
49
Gambar 4.14 Peta interpretasi pada jalur pengamatan burung langka
50
Gambar 4.15 Peta interpretasi pada jalur pengamatan burung endemik
51
Gambar 4.16 Sekawanan burung kowak-malam kelabu
yang sedang bertengger di sekitar kolam
gunting
C. Depan Laboratorium Treub
Lokasi di depan Laboratorium Treub ini merupakan lokasi terakhir
pengamatan pada Jalur Burung Air yang terletak di lingkungan 2. Kebun yang
terletak di depan Laboratorium Treub disusun sehingga pepohonan besar dapat
memberi naungan pada tanaman dibawahnya, yaitu suku bawang-bawangan (Lil.)
dan temu-temuan (Zing.). Dalam susunan kebun yang rapat ini, seringkali
ditemukan burung pijantung kecil yang terbang melintas dengan cepat namun
dapat dikenali dengan suaranya yang khas. Burung pijantung kecil ini memiliki
frekuensi pertemuan terbesar di lingkungan ini dibandingkan pada lingkungan
lainnya.
4.4.2 Jalur Pengamatan Burung Langka
A. Kolam Gunting
Pada Jalur Burung Langka, lokasi awal yang dijadikan titik pengamatan
adalah adalah pada perbatasan lingkungan 3 dan lingkungan 4 yaitu lokasi kolam
gunting yang menampilkan atraksi burung kowak-malam kelabu. Menuju ke
Taman Meksiko, terdapat pohon koompassia excelsa/ king tree. Burung caladi
ulam dapat ditemukan pada lokasi ini, namun frekuensi pertemuannya sangat
kecil.
B. Taman Meksiko
Taman Meksiko yang merupakan taman koleksi kaktus yang terletak di
lingkungan 5 PKT KRB. Taman Meksiko merupakan taman yang sebagian besar
koleksi tumbuhannya berasal dari Meksiko seperti spesies dari famili Agavaceae
yaitu Agave americana L, Yucca aloifolia L, kamboja, pohon lilin dan berbagai
jenis kaktus seperti Opuntia schumanni. Pada Taman Meksiko dapat dijumpai
burung-madu kelapa yang merupakan salah satu jenis burung langka yang
dilindungi oleh Negara. Burung ini memiliki frekuensi pertemuan tertinggi pada
lingkungan ini dibandingkan dengan lingkungan lainnya.
52
C. Koleksi Tanaman Air
Lokasi selanjutnya masih terdapat di lingkungan 5, yaitu koleksi tanaman
air. Dalam perjalanan menuju lokasi koleksi Tanaman air, jalur diarahkan melalui
lingkungan 6 terlebih dahulu untuk melihat burung serindit Jawa dan cucak
kutilang. Setelah itu, baru memasuki lokasi koleksi tanaman air yang merupakan
salah satu habitat dari burung raja-udang meninting, kareo padi, dan burung
bondol Jawa. Ketiga jenis burung ini memiliki frekuensi pertemuan tertinggi pada
lingkungan ini dibandingkan dengan lingkungan lainnnya. Namun, burung kareo
padi memiliki nilai frekuensi pertemuan yang sangat kecil sehingga jarang sekali
bisa ditemukan. Raja-udang meninting merupakan salah satu jenis burung yang
dilindungi oleh Negara dan merupakan salah satu burung yang yang paling
disukai pengunjung PKT KRB.
D. Jalan Kenari II
Dari lingkungan 5, kita menuju ke lingkungan 7 yang merupakan jalan
Kenari II. Jalan Kenari II ini terletak di sebelah timur sungai Ciliwung, di kedua
sisi jalannya ditanami pohon-pohon kenari yang menjulang tinggi. Burung-burung
yang dapat ditemukan sepanjang jalan kenari II adalah cipoh kacat, kepudang
kuduk-hitam, cekakak sungai dan burung betet biasa yang dapat dikenali dari
suaranya yang nyaring dan parau. Burung cekakak sungai merupakan salah satu
jenis burung yang dilindungi oleh Negara, sedangkan burung betet biasa termasuk
ke dalam Apendiks II CITES dalam perdagangan satwa liar.
E. Jalan Astrid
Jalan Astrid merupakan jalan yang paling menonjol dan ditandai dengan
bunga Canna yang indah membelah jalan berlapis aspal sehingga terbagi menjadi
dua jalur. Bunga Canna yang ditanam ditata sedemikian rupa sehingga
menyerupai bendera Belgia yang merupakan bendera negara asal dari Ratu Astrid
yang namanya diabadikan untuk jalan ini. Pada bagian kanan dan kiri jalan ini
ditanami pohon damar (Agathis dammara). Jalan Astrid ini merupakan lokasi yang
paling disukai oleh pengunjung (Ibrahim 2006), oleh karena itu lokasi ini
dijadikan sebagai tempat beristirahat dan juga lokasi terakhir pengamatan pada
Jalur Burung Langka.
4.4.3 Jalur Pengamatan Burung Endemik
A. Jembatan Gantung
Jembatan gantung ini merupakan penghubung antara lingkungan 10
dengan lingkungan 9 yang dipisahkan oleh sungai Ciliwung. Lingkungan 9
merupakan lokasi koleksi tanaman kayu. Pada lingkungan ini dapat dijumpai
burung-burung endemik seperti punai penganten dan cinenen Jawa. Burung punai
penganten sering kali bertengger pada tajuk pohon yang tinggi, salah satu
keunikan jenis burung ini yaitu selalu terlihat bersama pasangannya. Burung-
burung lainnya yang dapat ditemukan pada lingkungan 9 antara lain adalah takur
ungkut-ungkut, dan sikep-madu Asia. Sikep-madu Asia merupakan salah satu
burung raptor migran yang dapat ditemukan di PKT KRB. Selain itu sikep-madu
Asia ini merupakan jenis burung yang dilindungi oleh Negara dan termasuk
kedalam Apendiks II CITES.
53
B. Jembatan Surya Lembayung
Jembatan ini merupakan penghubung antara lingkungan 9 dengan
lingkungan 12. Untuk mengamati burung punai penganten dapat lebih mudah
dilakukan pada jembatan ini. Berdekatan dengan jembatan Surya Lembayung,
yaitu pada lingkungan 12 terdapat lokasi koleksi tanaman obat yang ramai dengan
berbagai jenis burung, beberapa diantaranya adalah burung cabai Jawa, cabai
polos, dan walik kembang. Ketiga jenis burung ini memiliki frekuensi pertemuan
tertinggi di lingkungan ini dibandingkan lingkungan lainnya. Burung cabai Jawa
merupakan salah satu burung endemik yang dapat ditemukan di lingkungan ini.
C. Taman Lebak Sudjana Kassan
Tumbuhan yang ditanam di taman Lebak Sudjana Kassan di susun
sedemikian rupa hingga menyerupai burung garuda apabila dilihat dari atas. Pada
lokasi ini seringkali terdengar siulan merdu dari burung cipoh kacat di atas pohon
beringin (Ficus benjamina). Lokasi ini berdekatan dengan lokasi koleksi tanaman
obat dan sungai Ciliwung, sehingga dapat terdengar suara burung cekakak sungai
yang bersahutan dengan nyaring.
D. Jalan Astrid
Pada jalur menuju ke jalan Astrid, yaitu disebelah utara rumah anggrek,
dapat ditemukan burung-madu sriganti, namun nilai frekuensi pertemuannya
sangat kecil, sehingga peluang untuk menemukan jenis ini sangat kecil. Lokasi
sekitar Jalan Astrid dijadikan sebagai tempat beristirahat dan juga lokasi terakhir
pengamatan pada Jalur Burung Endemik.
4.5 Perencanaan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
4.5.1 Objek dan Tema Interpretasi
Objek Interpretasi
Berdasarkan hasil penelitian, jenis-jenis burung yang dapat dikembangkan
untuk dijadikan objek interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB ada 25 jenis.
Dari ke-25 jenis burung tersebut, beberapa diantaranya termasuk ke dalam
kategori jenis-jenis burung air, burung yang dilindungi, burung endemik, dan
burung menarik lainnya. Foto jenis-jenis burung yang dijadikan sebagai objek
wisata birdwatching di PKT KRB dan deskripsinya dapat dilihat pada Tabel 4.15,
sedangkan gambaran mengenai burung yang dapat dijadikan sebagai objek
interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dan lokasi pertemuannya dapat
dilihat pada Tabel 4.16.
54
Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata
birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
No. Jenis-jenis burung potensial Deskripsi dan daya tarik
1
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Alcedinidae : Cekakak Sungai : Todirhamphus chloris : Collared Kingfisher : PKT KRB - lingkungan 10
Cekakak Sungai dapat ditemukan di seluruh lingkungan yang
ada di PKT KRB, Namun frekuensi pertemuan tertinggi adalah pada lingkungan 7 dan 10. Burung ini mudah dikenali lewat suaranya yang nyaring dan khas serta perpaduan warna putih dan biru yang indah pada bulunya. Sumber makanan berupa kepiting sungai, kadal, serangga besar, katak, ulat, cacing. Sarang berupa galian dibawah pohon atau tepi sungai. Burung ini merupakan burung yang dilindungi oleh Negara.
2
Famili
Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Alcedinidae
: Raja-udang Meninting : Alcedo meninting : Blue-eared Kingfisher : PKT KRB – lingkungan 5
Raja-udang meninting lebih mudah ditemukan pada habitat yang memiliki kolam. Frekuensi pertemuan tertinggi yaitu pada lingkungan 5. Burung ini mudah dikenali dari penampilan fisiknya yang unik mulai dari bentuk tubuh dan perpaduan
warna bulunya yang mencolok. Kecepatan terbang yang tinggi menyebabkan burung ini sulit untuk diamati ketika terbang. Sumber makanan berupa ikan kecil, katak dan serangga. Burung ini merupakan burung yang dilindungi oleh Negara.
3
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Ardeidae : Kowak-malam Kelabu : Nycticorax nycticorax : Black-crowned Night-heron : PKT KRB – lingkungan 3
Kowak-malam kelabu merupakan burung air yang hanya dapat ditemukan pada lingkungan 3 dan 4 di sekitar kolam gunting.
Burung ini merupakan burung nokturnal yang aktif di malam hari. Pada sore hari burung ini terbang ke arah Utara untuk mencari makan dan pada pagi hari kembali ke PKT KRB untuk beristirahat. Ukurannya yang besar, dan kebiasaan terbang secara berkelompok menjadi daya tarik dari burung air ini. Sumber makanan utama adalah ikan.
4
Famili Nama Indonesia
Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Oriolidae : Kepudang Kuduk-hitam
: Oriolus chinensis : Black-naped Oriole : PKT KRB – lingkungan 7
Kepudang kuduk-hitam dapat ditemukan hampir di seluruh lingkungan di PKT KRB, namun frekuensi pertemuan terbesar yaitu pada lingkungan 10. Burung ini memiliki suara merdu yang khas dan dapat didengarkan sepanjang hari. Warna burung yang kuning mencolok dengan perpaduan warna hitam pada
mata dan sayapnya menambah keindahan burung ini. Sumber makanan burung ini adalah buah buahan kecil dan serangga Sarang berbentuk cawan, dari rumput, menggantung pada pohon tinggi.
55
Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata
birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan)
No. Jenis-jenis burung potensial Deskripsi (MacKinnon et.al. 2010)
5
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Nectariniidae : Burung-madu Kelapa : Anthreptes malacensis : Plain-throated Sunbird : PKT KRB – lingkungan 3
Burung-madu kelapa dapat ditemukan pada seluruh lingkungan
di PKT KRB, namun frekuensi pertemuan terbesar yaitu pada lingkungan 5 dan 6. Burung ini memiliki warna bulu yang cantik pada burung jantan yaitu perpaduan hijau metalik, ungu, coklat dan kuning. Sedangkan pada burung betina memiliki perpaduan warna hijau zaitun dan kuning. Sumber makanan utama burung ini adalah ulat dan nektar bunga. Burung ini dilindungi oleh Negara.
6
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Columbidae : Walik Kembang : Ptilinopus melanospila : Black-naped Fruit-Dove : PKT KRB – lingkungan 12
Walik kembang dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan 12 pada lokasi koleksi tanaman obat. Burung jantan memiliki
kepala berwarna putih dan hijau pada bagian bawah dada dan tubuh bagian atas, sedangkan betina memiliki warna hijau di seluruh badan. Warnanya yang menyerupai warna daun menjadikan burung ini sulit untuk diamati. Sumber makanan utama burung ini adalah buah-buahan dan ficus.
7
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris
Lokasi pemotretan
: Psittacidae : Betet Biasa : Psittacula alexandri : Red-breasted Parakeet
: PKT KRB – lingkungan 7
Burung betet biasa memiliki frekuensi pertemuan tertinggi pada lingkungan 7. Burung ini sulit untuk diamati karena warnanya yang dominan hijau menyerupai daun. Namun, burung ini dapat
dikenali melalui suaranya yang nyaring dan parau. Sumber pakan berupa buah-buahan, biji-bijian, nektar, tunas pepohonan, dan bunga-bungaan. Burung ini terdaftar dalam Appendix II CITES.
8
Famili
Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Dicaeidae
: Cabai Jawa : Dicaeum trochileum : Scarlet-headed Flowerpecker : PKT KRB – lingkungan 12
Burung cabai jawa yang berukuran kecil ini dapat ditemukan
pada seluruh lingkungan di PKT KRB. Namun frekuensi pertemuan paling tinggi adalah di lingkungan 11. Burung jantan memiliki bulu kepala yang berwarna merah padam, sedangkan pada burung betina berwarna kecoklatan. Suara khas yang dikeluarkan pada saat terbang dapat dengan mudah dikenali. Burung ini merupakan burung endemik Indonesia.
56
Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata
birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan)
No. Jenis-jenis burung potensial Deskripsi (MacKinnon et.al. 2010)
9
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Dicaeidae : Cabai Polos : Dicaeum concolor : Plain Flowerpecker : PKT KRB – lingkungan 12
Burung cabai polos yang berukuran kecil ini dapat ditemukan pada seluruh lingkungan di PKT KRB. Frekuensi pertemuan tertinggi burung ini terdapat pada lingkungan 12. Tubuh bagian atas berwarna hijau-zaitun, sedangkan tubuh bagian bawah keabu-abuan pucat dengan perut tengah berwarna krem.
10
Famili
Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Pycnonotidae
: Cucak kutilang : Pycnonotus aurigaster : Sooty-headed Bulbul : PKT KRB – lingkungan 1
Burung cucak kutilang merupakan jenis burung yang memiliki frekuensi pertemuan terbesar dan tersebar di seluruh lingkungan yang ada di PKT KRB. Frekuensi paling tinggi yaitu pada lingkungan 6. Burung ini memiliki daya adaptasi yang tinggi
terhadap kehadiran manusia sehingga sangat mudah untuk dilihat. Kicauan merdu burung-burung kutilang dapat didengar sepanjang hari di PKT KRB.
11
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Picidae : Caladi ulam : Dendrocopus macei : Fulvous-breasted Woodpecker : PKT KRB – lingkungan 4
Burung caladi ulam hanya dapat ditemukan pada lingkungan 4 dan 10. Mahkota jantan berwarna merah, sedangkan pada betina berwarna hitam. Caladi ulam merupakan burung pelatuk yang memiliki kebiasaan mematuk batang pohon dengan paruhnya untuk mencari makanan berupa serangga, semut ataupun larva. Selain itu burung pelatuk membuat rongga pada batang pohon untuk membuat sarangnya.
12
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Accipitridae : Sikep-madu Asia : Pernis ptilorhynchus : Oriental Honey-buzzard : PKT KRB – lingkungan 9
Sikep-madu Asia yang ditemukan bulan Mei-Juni 2013, sedangkan puncak migrasi raptor migran yaitu pada bulan
Oktober-November. Keberadaan sikep madu Asia di PKT KRB kemungkinan karena jenis tersebut masih terlalu muda untuk mengikuti arus migrasi sehingga menetap di PKT KRB untuk sementara waktu sampai cukup dewasa. Raptor migran ini dapat ditemukan pada lingkungan 9 karena banyak tersedia sumber pakannya yang berupa sarang lebah. Burung ini dilindungi oleh Negara dan terdaftar dalam Appendix II CITES.
57
Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata
birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan)
No. Jenis-jenis burung potensial Deskripsi (MacKinnon et.al. 2010)
13
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Psittacidae : Serindit Jawa : Loriculus pusillus : Yellow-throated Hanging-Parrot : PKT KRB – lingkungan 6
Serindit Jawa memiliki ukuran yang sangat kecil (12 cm), dengan warna bulu tubuhnya yang hijau dan tunggir merah. burung ini dapat ditemukan di lingkungan 4 dan 6. Dengan
frekuensi pertemuan terbesar pada lingkungan 6. Serindit Jawa memiliki kebiasaan yang unik, yaitu tidur dengan posisi menggantung. Burung ini merupakan burung endemik Jawa dan Bali.
14
Famili Nama Indonesia Nama Latin
Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Columbidae : Tekukur biasa : Streptopelia chinensis
: Spotted-Dove : PKT KRB – Lingkungan 12
Tekukur biasa dapat ditemukan pada seluruh lingkungan di PKT KRB dengan frekuensi pertemuan terbesar pada lingkungan 2
dan 6. Burung ini dapat beradaptasi dengan kehadiran pengunjung dan seringkali terlihat mencari makan di atas permukaan tanah. Bunyi suara khas yang diulang-ulang (“te-kuk-kurr”) sangat mudah dikenali.
15
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Nectariniidae : Burung-madu Sriganti : Nectarnia jugularis : Olive-backed Sunbird : PKT KRB – Lingkungan 12
Burung-madu sriganti agak sulit ditemukan di PKT KRB.
Frekuensi pertemuan tertinggi yaitu pada lingkungan 12. Burung ini memiliki sumber makanan yang serupa dengan burung-madu kelapa, sehingga harus bersaing untuk mendapatkan makanan. Burung-madu sriganti memiliki status konservasi dilindungi oleh Negara.
16
Famili Nama Indonesia Nama Latin
Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Silviidae : Prenjak Jawa : Prinia familiaris
: Bar-winged Prinia : PKT KRB – Lingkungan 1
Burung endemik Sumatra, Jawa dan Bali yang berukuran kecil dengan warna tubuh bagian atas berwarna coklat zaitun dan garis putih yang khas pada sayap, memiliki kicauan yang nyaring dan aktif bersahutan satu sama lain. Burung ini dapat dijumpai pada seluruh lingkungan di PKT KRB dan tinggal di
habitat yang bersemak dengan sarang yang dianyam dari rerumputan dan serat tumbuhan. Frekuensi pertemuan tertinggi terdapat pada lingkungan 1.
58
Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata
birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan)
No. Jenis-jenis burung potensial Deskripsi (MacKinnon et.al. 2010)
17
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Columbidae : Punai Penganten : Treron griseicauda : Grey-cheeked Green-Pigeon : PKT KRB – lingkungan 1
Burung Punai penganten dapat ditemukan dengan frekuensi tertinggi pada lingkungan 9. Burung ini memiliki status endemik Sumatera, Jawa dan Bali. Endemisitas dan warna bulunya yang
indah menjadi daya tarik dari burung ini. Makanan utamanya adalah buah-buahan dan biji-bijian. Punai Penganten memiliki kebiasaan hidup tidak jauh dari pasangannya dan selalu bersama-sama. Burung ini jarang bersuara sehingga sulit diidentifikasi melalui suara.
18
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Muscicapidae : Kipasan Belang : Rhipidura javanica : Pied Fantail : PKT KRB – lingkungan 10
Burung kipasan belang memiliki ciri khas berupa ekornya yang lebar dengan ujung bulu ekor berwarna putih seperti kipas. Burung ini dapat ditemukan dengan frekuensi tertinggi pada lingkungan 1 dan 10 pada habitat bambu dan habitat yang bersemak. Sumber makanan utamanya adalah serangga. Kipasan belang merupakan burung yang dilindungi oleh Negara.
19
Famili
Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Ploceidae
: Bondol Jawa
: Lonchura leucogastroides : Javan Munia : PKT KRB – lingkungan 5
Burung bondol Jawa seringkali terlihat secara berkelompok pada habitat yang memiliki kolam. Frekuensi terbesar pertemuan burung ini adalah pada lingkungan 5. Sumber makanan
utamanya adalah biji-bijian dan lumut. Kebiasaannya berkelompok dan dapat beradaptasi dengan kehadiran manusia, menjadikan burung ini menarik dan mudah diamati.
20
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris
Lokasi pemotretan
: Pycnonotidae : Empuloh Janggut : Alophoixus bres : Grey-cheeked Bulbul
: PKT KRB – lingkungan 1
Burung empuloh janggut memiliki ciri khas berupa bulu tenggorokan serta dagu berwarna putih mencolok yang sering digembungkan seperti janggut dan suara kicauan yang keras tanpa irama. Burung ini memiliki frekuensi pertemuan tertinggi pada lingkungan 3 dan 10.
59
Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata
birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan)
21
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Nectariniidae : Pijantung kecil : Arachnothera longirostra : Little Spiderhunter : PKT KRB – Lingkungan 5
Pijantung kecil dapat ditemukan hampir di seluruh lingkungan yang ada di PKT KRB. Frekuensi pertemuan tertinggi adalah pada lingkungan 2. Burung ini memiliki daya tarik berupa
paruhnya yang sangat panjang dan kecepatan terbang yang tinggi. Selain itu burung ini juga memiliki status konservasi dilindungi oleh Negara. Sumber makanan burung ini adalah nektar bunga dan serangga.
22
Famili Nama Indonesia Nama Latin
Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Chloropseidae : Cipoh Kacat : Aegithina tiphia
: Common Iora : PKT KRB – lingkungan 4
Burung cipoh kacat dapat ditemukan di seluruh lingkungan yang ada di PKT KRB. Burung sulit untuk diamati karena warna bulunya yang menyerupai daun, namun keberadaannya dapat diketahui dengan mudah dari alunan suaranya yang sangat merdu. Frekuensi pertemuan tertinggi dari burung ini adalah
pada lingkungan 7. Sumber makanan utama dari burung ini adalah serangga.
23
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris
Lokasi pemotretan
: Capitonidae : Takur Ungkut-ungkut : Megalaima haemacephala : Coppersmith Barbet
: PKT KRB – lingkungan 4
Burung takur ungkut-ungkut memiliki kombinasi warna bulu yang menarik. Frekuensi pertemuan tertinggi burung ini adalah pada lingkungan 9. Keberadaan burung ini dapat diketahui dari suaranya yang monoton, bergaung metalik: “tuk, tuk, tuk…”, yang berselang selama beberapa menit dengan tempo yang tetap. Burung ini memiliki paruh yang kuat. Seringkali terlihat sedang mematuki batang pohon untuk dijadikan sebagai sarangnya.
24
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Rallidae : Kareo Padi : Amaurornis phoenicurus : White-breasted Waterhen : PKT KRB – lingkungan 5
Kareo padi merupakan burung air yang sulit ditemui di PKT KRB, namun dapat ditemukan pada lingkungan 5. Kaeo padi
mencari makan di tanah, dengan sumber makanan berupa biji-bijian, serangga, cacing, siput dan akar akaran. Sarangnya berada di antara alang-alang, rumput tinggi atau semak belukar yang padat, baik di habitat basah maupun kering.
60
Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata
birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Lanjutan)
No. Jenis-jenis burung potensial Deskripsi (MacKinnon et.al. 2010)
25
Famili Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris Lokasi pemotretan
: Silviidae : Cinenen Jawa : Orthotomus sepium : Olive-backed Tailorbird : PKT KRB – lingkungan 5
Burung cinenen Jawa ini memiliki ukuran yang kecil. Frekuensi pertemuan tertinggi burung ini adalah di lingkungan 9. Burung ini merupakan burung endemik Jawa, Bali dan Lombok. Sumber
makanan berupa ulat dan serangga kecil.
Tabel 4.16. Kategori jenis-jenis burung yang dijadikan objek wisata birdwatching
di PKT KRB dan lokasi pertemuannya No. Kategori Lingk. Lokasi Jenis burung
1. Burung-burung air
3 5
Sisi Barat kolam gunting Koleksi tanaman air
kowak-malam kelabu kareo padi
2. burung-burung yang dilindungi
1 2 5 5 7 9 12
Hutan Bambu Depan Lab. Treub Taman Meksiko Koleksi tanaman air Jalan Kenari II Koleksi tanaman kayu Samping rumah anggrek
kipasan belang pijantung kecil burung-madu kelapa raja-udang meninting betet biasa, cekakak sungai sikep-madu Asia burung-madu sriganti
3. Burung-burung endemik
1 6 9 12
Taman Teisjmann Koleksi palem Koleksi tanaman kayu Koleksi tanaman obat
prenjak Jawa serindit Jawa punai penganten, cinenen Jawa cabai Jawa
4. burung-burung menarik lainnya
2 3 4 5
6 7 9 7 12
Depan Lab. Treub Koleksi tanaman kayu Koompassia excelsa/ king tree Koleksi tanaman air
Koleksi palem Jalan Kenari II Koleksi tanaman kayu Jalan Kenari II Koleksi tanaman obat
tekukur biasa empuloh janggut caladi ulam bondol Jawa
cucak kutilang cipoh kacat takur ungkut-ungkut kepudang kuduk-hitam walik kembang,cabai polos
Topik, Tema, dan Sub-Tema Interpretasi
Dalam perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB, semua
data penelitian yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber digunakan untuk
merumuskan dan mendukung pengembangan tema interpretasi. Hal pertama yang
dilakukan sebelum membuat suatu tema interpretasi adalah menentukan topik
yang akan diinterpretasikan (Lewis 2005). Topik yang dipilih sebagai dasar
pengembangan tema interpretasi adalah “burung” sebagai objek wisata
birdwatching di PKT KRB.
Formula untuk merumuskan suatu tema interpretasi menurut Mullins (1979)
yaitu “tema = topik (obyek) + pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung”.
61
Pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung dapat diuraikan dalam bentuk
materi interpretasi. Materi yang disampaikan adalah pengenalan jenis-jenis
burung, aktivitas, habitat dan penyebaran jenis-jenis burung yang potensial
sebagai objek wisata, daya tarik dan keistimewaan burung, status konservasi dan
endemisitas burung, manfaat burung bagi kehidupan dan lingkungan, serta upaya
konservasi untuk menjaga kelestarian burung. Oleh karena itu, tema besar yang
diangkat untuk interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah “Mengintip
Keanekaragaman Jenis Burung di PKT KRB”. Sub-tema yang dapat
dikembangkan untuk perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB
adalah: (1) Mengenal Burung-Burung Air di PKT KRB, (2) Mengenal Burung-
Burung Endemik dan (3) Mengenal Burung-Burung yang Dilindungi.
4.5.2 Misi dan Tujuan Interpretasi
Veverka (1998) menyatakan, tanpa adanya misi, tujuan dan objektif yang
jelas, maka perencanaan interpretasi tidak dapat dilakukan. Berdasarkan hal
tersebut, maka dibuat suatu misi, tujuan dan objektif dari interpretasi yang
direncanakan agar dapat lebih mudah mengarahkan interpretasi yang akan dibuat.
Misi dari interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah menciptakan
peluang bagi pengunjung untuk mengerti, menghargai dan mendapat pengalaman
berharga yang terkait dengan keanekaragaman jenis burung di PKT KRB sebagai
objek interpretasi. Sehingga dapat tumbuh rasa cinta dan rasa ingin menjaga
burung-burung tersebut sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati dan
meningkatkan minat pengunjung terhadap burung yang ada di PKT KRB.
Tujuan yang ingin dicapai terhadap interpretasi wisata birdwatching di PKT
KRB adalah:
1) Pengunjung dapat mengerti mengenai materi interpretasi yang disampaikan
sehingga dapat mengaitkan/mengintegrasikan hubungan antara burung
dengan habitatnya.
2) Pengunjung menyadari bahwa PKT KRB memiliki peran penting sebagai
lokasi berlindung dari berbagai macam jenis burung.
3) Pengunjung dapat terinspirasi untuk berpartisipasi dalam menjaga
keanekaragaman jenis burung di PKT KRB.
4.5.3 Sasaran Interpretasi
Jones et. al. (2001), mengklasifikasikan wisatawan birdwatching menjadi 2
kategori, yaitu general birdwatchers dan specialist birdwatchers. General
birdwatchers biasanya melakukan perjalanan wisata dengan anggota keluarga
mereka, sehingga kegiatan wisata lebih terorientasi pada aktivitas keluarga.
Mereka lebih menyukai berpartisipasi dalam jenis wisata alam liar dibandingkan
berpartisipasi dalam perjalanan khusus untuk wisata birdwatching. Burung dapat
merupakan nilai tambah atau bonus untuk seorang general birdwatcher yang
melakukan kegiatan wisata alam. Sasaran pengunjung untuk kegiatan wisata
birdwatching menurut Nature Tourism Planning (2005) dibagi menjadi dua, yaitu
untuk casual wildlife watcher dan serious birdwatcher. Casual wildlife watcher
salah satunya adalah sightseer atau seseorang yang melakukan perjalanan wisata
62
untuk tujuan mencari pengalaman baru. Serious birdwatcher biasanya memiliki
pengetahuan pengalaman yang lebih banyak mengenai burung dibandingkan
casual wildlife watcher.
Kardos et. al. (1998) menyatakan bahwa pendidikan lingkungan perlu
diterapkan mulai dari usia dini. Perubahan tingkah laku dan pembentukan karakter
seseorang akan terus berkembang, namun akan lebih efektif pada usia 8-12 tahun.
UNESCO (1976) menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan lingkungan dari usia
dini adalah untuk menghasilkan generasi yang memiliki keperdulian terhadap
lingkungan sekitarnya dan memiliki pengetahuan, kemampuan, kebiasaan,
motivasi dan komitmen untuk bekerja secara individual maupun kelompok dalam
upaya memberikan solusi terhadap suatu permasalahan ataupun dapat mencegah
permasalahan baru yang muncul di lingkungan (UNESCO 1976). Berdasarkan
tingginya minat pengunjung terhadap wisata birdwatching di PKT KRB dan
pentingnya pendidikan lingkungan pada usia dini, maka pengunjung yang menjadi
sasaran program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah pelajar SD
dan pengunjung umum.
4.5.4 Waktu dan Lokasi Interpretasi Wisata Birdwatching
Sebaran dan komposisi spesies di suatu kawasan turut berubah seiring
dengan perubahan waktu dan musim karena dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
cuaca, suhu, curah hujan, arah angin dan sebagainya (Ziana 2005). Lambert
(1992) menyatakan bahwa perubahan suatu habitat mengakibatkan beberapa jenis
burung mengubah perilaku makannya dan memperluas daerah jajahannya. Oleh
sebab itu, program interpretasi untuk wisata birdwatching di PKT KRB dilakukan
khusus pada bulan Mei dan Juni sesuai dengan bulan dilaksanakannya penelitian.
Waktu program interpretasi dilakukan mulai dari pagi hari (pukul 06.00) hingga
sore hari (pukul 17.00). Namun, lebih baik apabila dilakukan pada pagi hari,
karena jenis burung yang dapat ditemukan akan lebih banyak.
Interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilakukan pada tiga
jalur yang telah direncanakan, yaitu jalur burung air, jalur burung langka dan jalur
burung endemik. Namun, jalur utama yang dijadikan sebagai jalur interpretasi
wisata birdwatching di PKT KRB antara lain adalah jalur burung langka, karena
sebagian besar jenis burung yang disukai oleh pengunjung dapat dilihat dengan
mudah pada jalur ini. Jalur burung air dan jalur burung endemik merupakan jalur
opsional apabila pengunjung menginginkan perpanjangan waktu dalam kegiatan
wisata birdwatching di PKT KRB. Lokasi untuk pelaksanaan program interpretasi
wisata birdwatching di PKT KRB direncanakan sesuai berdasarkan keinginan
pengunjung terhadap lamanya waktu kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB
dan jalur-jalur yang telah direncanakan sebelumnya. Skema jalur untuk
pelaksanaan program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilihat
pada Gambar 4.17. Titik-titik lokasi-pengamatan yang direncanakan untuk
pengembangan program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB antara lain
adalah sepanjang jalur-jalur berikut:
63
A. Jalur utama (Jalur burung langka)
Jalur utama untuk program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB
merupakan jalur burung langka dengan panjang jalur 1.3 km. Waktu yang
dibutuhkan untuk menelusuri jalur ini dengan asumsi kecepatan berjalan 2
km/jam adalah sekitar 39 menit berjalan kaki. Selain dapat ditemukan berbagai
jenis burung langka/dilindungi, ada pula beberapa jenis burung lainnya seperti
burung air. Jenis burung air yang hanya dapat ditemukan pada pagi hari mulai
dari pukul 06.00 – 08.00 adalah burung kareo padi yang dapat ditemukan pada
lokasi koleksi tanaman air. Lokasi-lokasi menarik yang dilalui pada jalur ini
adalah kolam gunting, taman Meksiko, koleksi tanaman air, koleksi tanaman
buah-buahan, jalan Kenari II, dan jalan Astrid.
B. Jalur kombinasi I (jalur burung air dan burung langka)
Panjang jalur kombinasi dari jalur burung air dan burung langka untuk wisata
birdwatching di PKT KRB adalah 2.1 km. Waktu yang dibutuhkan untuk
menelusuri jalur ini dengan asumsi kecepatan berjalan 2 km/jam adalah sekitar
63 menit. Lokasi-lokasi menarik yang dilalui pada jalur ini adalah kolam
gunting, Istana Bogor, makam Belanda, taman Teisjmann, hutan depan
laboratorium Treub, taman Meksiko, koleksi tanaman air, koleksi tanaman
buah-buahan, jalan Kenari II, dan jalan Astrid.
C. Jalur kombinasi II (jalur burung air, burung langka, dan burung endemik)
Panjang jalur kombinasi dari jalur burung air, burung langka dan burung
endemik adalah 3.5 km. Waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri jalur ini
dengan asumsi kecepatan berjalan 2 km/jam adalah sekitar 105 menit. Lokasi-
lokasi menarik yang dilalui pada jalur ini adalah kolam gunting, Istana Bogor,
makam Belanda, taman Teisjmann, hutan depan laboratorium Treub, taman
Meksiko, koleksi tanaman air, koleksi tanaman buah-buahan, jalan Kenari II,
jembatan merah, koleksi tanaman kayu, taman Lebak Sudjana Kassan dan jalan
Astrid.
Gambar 4.17. Skema jalur untuk pelaksanaan program interpretasi
wisata birdwatching di PKT KRB
64
4.5.5 Fasilitas dan Media Interpretasi
Fasilitas interpretasi merupakan salah satu kunci untuk mencapai
keberhasilan dalam menyampaikan pesan-pesan kepada pengunjung (Kardos et. al
1998). Beberapa pertimbangan dalam perencanaan fasilitas interpretasi antara lain
adalah: (1) fasilitas dapat menambah pengetahuan pengunjung, (2) fasilitas dapat
mengarahkan pengunjung ke suatu tempat, (3) fasilitas dapat memberikan
informasi mengenai identitas obyek yang menjadi daya tarik wisata, dan (4)
fasilitas dapat meningkatkan rasa keperdulian pengunjung terhadap lingkungan
(Ham 1992).
Salah satu fasilitas utama yang dapat disediakan adalah berupa ketersediaan
SDM (Sumber Daya Manusia) sebagai interpreter/guide. Seorang interpreter
untuk wisata birdwatching di PKT KRB harus memahami segala sesuatunya
mengenai keanekaragaman jenis burung di PKT KRB agar dapat menyampaikan
pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada pengunjung dengan baik. Interpreter
yang sudah terlatih dan mengerti tentang burung dapat mendampingi peserta
dalam melakukan kegiatan wisata birdwatching.
Salah satu alat utama yang digunakan untuk wisata birdwatching adalah
binokuler. Oleh karena itu, dibutuhkan penyediaan fasilitas berupa tempat
penyewaan binokuler. Tempat penyewaan binokuler dapat ditempatkan di pusat
informasi PKT KRB. Selain itu, dibutuhkan fasilitas interpretasi berupa media
interpretasi yang dapat menunjang kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung, media yang paling dibutuhkan
dalam mengikuti kegiata wisata birdwatching di PKT KRB secara berurutan
adalah booklet/buku informasi yang memuat peta jalur interpretasi dan jenis-jenis
burung yang ada di PKT KRB, papan interpretasi dan diorama burung.
Peta Interpretasi memuat tentang jalur dan obyek interpretasi. Peta didesain
dalam bentuk booklet agar mudah untuk dibawa kemana-mana. Selain itu, booklet
yang dirancang memuat informasi-informasi mengenai 25 jenis burung potensial
yang dapat ditemukan di PKT KRB. Booklet ini dapat dijadikan sebagai buku
panduan bagi pengunjung untuk mengetahui gambaran dari jenis-jenis burung
potensial tersebut, sehingga pengunjung yang mengikuti kegiatan interpretasi
wisata birdwatching di PKT KRB dapat dengan mudah mengidentifikasi jenis
burung yang ditemukan pada saat pengamatan. Contoh booklet dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Ham (1992) menyatakan bahwa papan interpretasi merupakan media
komunikasi staregis yang memuat informasi penting bagi pengunjung. Beberapa
persyaratan papan interpretasi antara lain adalah: (1) dapat digunakan oleh semua
orang mulai dari anak-anak, orang tua, maupun orang cacat, (2) mudah dibaca, (3)
didesain agar kuat terhadap cuaca dan vandalisme sehingga tidak memerlukan
perawatan yang sulit, dan (4) posisi penempatan papan interpretasi hendaknya
sesuai dengan karakter lokasi dan obyek interpretasi. Papan interpretasi
interpretasi yang dirancang di PKT KRB memuat informasi-informasi spesifik
mengenai potensi jenis burung yang dapat dijumpai pada titik-titik lokasi
pengamatan yang telah ditentukan.
Diorama burung dapat digunakan untuk memberikan informasi tambahan
kepada pengunjung mengenai keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT
KRB. Diorama burung dapat berupa patung-patung dari beberapa jenis burung
65
yang potensial untuk dijadikan sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB
yang dapat dijadikan sebagai media untuk menyampaikan materi interpretasi.
Diorama dapat ditempatkan pada pusat informasi untuk menarik pengunjung agar
pengunjung memiliki rasa keingintahuan mengenai keberadaan burung yang ada
di PKT KRB.
4.5.6 Teknik dan Rencana Kegiatan Interpretasi Wisata Birdwatching
Untuk menyampaikan pesan-pesan yang berupa materi interpretasi wisata
birdwatching di PKT KRB kepada pengunjung, diperlukan teknik interpretasi.
Teknik interpretasi yang digunakan merujuk pada Sharpe (1982), yaitu teknik
secara langsung (attended service) dan tidak langsung (unattended service).
Penyampaian materi dengan menggunakan teknik interpretasi secara langsung
dilakukan secara langsung oleh seorang interpreter/guide yang ditunjuk oleh
pihak pengelola PKT KRB dan telah mendapatkan pelatihan khusus. Untuk teknik
secara tidak langsung dilakukan tanpa seorang interpreter/guide, namun
penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa media-
media interpretasi.
Teknik secara langsung
Kegiatan wisata birdwatching dengan teknik interpretasi secara langsung
melibatkan langsung antara interpreter dan pengunjung dengan burung-burung
yang ada di PKT KRB sebagai objek interpretasi, sehingga pengunjung dapat
langsung melihat dan mendengar suara burung-burung tersebut. Peran seorang
interpreter sangatlah besar untuk dapat memberikan pemaparan yang menarik
mengenai burung-burung tersebut. Dalam pelaksanaannya pengunjung akan
memperoleh informasi awal mengenai objek-objek interpretasi yang akan di
paparkan, kemudian penjelasan mengenai rencana kegiatan untuk pelaksanaan
program interpretasi, sehingga pengunjung sudah mengetahui program yang
dipilih dan garis besar rencana kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB, serta
mendapatkan pemaparan-pemaparan mengenai objek-objek interpretasi yang
dilakukan oleh interpreter pada saat pelaksanaan program interpretasi. Kegiatan
yang dilakukan berupa perjalanan eksplorasi burung dan diskusi di lokasi
pengamatan dengan seorang interpreter.
Teknik secara tidak langsung
Kegiatan wisata birdwatching dengan teknik interpretasi secara tidak
langsung dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa media interpretasi
seperti papan interpretasi, diorama burung, dan booklet dalam memperkenalkan
burung-burung yang ada di PKT KRB sebagai objek interpretasi. Program
interpretasi dengan teknik secara tidak langsung ini harus menarik dan mewakili
keseluruhan objek interpretasi. Karena, sebelum mengikuti suatu program wisata
biasanya pengunjung ingin melihat dulu keseluruhan potensi yang ada di suatu
tempat wisata, baru setelah itu pengunjung akan memilih program interpretasi
yang ditawarkan.
66
Rencana kegiatan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB
mentikberatkan pada potensi burung yang dapat dikembangkan di PKT KRB.
Rencana kegiatan ini dikelompokan menjadi dua rencana, yaitu rencana untuk
kelompok pelajar Sekolah Dasar (SD) dan umum. Rencana kegiatan untuk pelajar
SD dan umum memiliki kesamaan, namun dibedakan dari isi materi dan tata cara
penyampaiannya. Tahapan rencana kegiatan interpretasi wisata birdwatching di
PKT KRB untuk pelajar SD terdiri dari:
1) Tahap pengenalan awal interpretasi wisata birdwatching
Tahap pengenalan awal dimulai dari perkenalan dengan interpreter,
pengenalan apa itu wisata birdwatching, pengenalan alat-alat yang
dipergunakan untuk wisata birdwatching, penjelasan mengenai tata cara dan
peraturan-peraturan dalam mengikuti kegiatan wisata birdwatching,
pengenalan potensi burung yang dapat ditemukan di PKT KRB.
2) Tahap eksplorasi penelusuran jalur interpretasi wisata birdwatching
Pada tahap eksplorasi ini, materi yang disampaikan adalah pengenalan jenis-
jenis-burung yang ditemukan sepanjang jalur dan titik pengamatan. Materi
yang disampaikan juga dapat dilakukan dalam bentuk permainan yaitu
berupa tebak-tebakan siapa sajakah aku dan apa yang aku lakukan. Peserta
juga dapat memberi tanda (check list) terhadap jenis-jenis burung yang
dijumpai. Kegiatan menggambar dan mewarnai jenis burung yang paling
mereka sukai juga dapat dilakukan untuk mengembangkan daya imajinasi
dan kreativitas anak.
3) Tahap review kegiatan interpretasi wisata birdwatching
Pada tahap review ini dilakukan penjelasan mengenai cara-cara menjaga
kelestarian burung dengan menjaga kualitas lingkungan yang ada di sekitar
kita dan apa dampak negatif khususnya terhadap burung apabila kualitas
lingkungan sekitar kita buruk, serta memberikan kesimpulan mengenai apa
saja yang telah mereka lewati dan amati.
Tahapan rencana kegiatan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB
untuk pengunjung umum terdiri dari:
1) Tahap pengenalan awal interpretasi wisata birdwatching
Pengenalan awal untuk peserta umum dimulai dari perkenalan dengan
interpreter, pengenalan apa itu wisata birdwatching, pengenalan alat-alat
yang dipergunakan untuk wisata birdwatching, penjelasan mengenai tata
cara dan peraturan-peraturan dalam mengikuti kegiatan wisata
birdwatching, pengenalan potensi burung yang dapat ditemukan di PKT
KRB.
2) Tahap eksplorasi penelusuran jalur interpretasi wisata birdwatching
Pada tahap eksplorasi penelusuran jalur interpretasi, materi yang
disampaikan adalah pengenalan jenis-jenis burung yang ditemukan
sepanjang jalur dan titik pengamatan berikut dengan penjelasan mengenai
status konservasinya. Materi yang disampaikan juga dapat dilakukan dalam
bentuk permainan yaitu berupa tebak-tebakan siapa sajakah aku dan apa
yang aku lakukan dan permainan berupa perlombaan siapa yang paling
banyak mengidentifikasi burung. Peserta juga dapat memberi tanda (check
list) terhadap jenis-jenis burung yang dijumpai.
67
3) Tahap review kegiatan interpretasi wisata birdwatching
Pada tahap review ini dilakukan penjelasan mengenai cara-cara menjaga
kelestarian burung dengan menjaga kualitas lingkungan yang ada di sekitar
kita dan apa dampak negatif khususnya terhadap burung apabila kualitas
lingkungan sekitar kita buruk, serta memberikan kesimpulan mengenai apa
saja yang telah mereka lewati dan amati.
4.5.7 Contoh Program Interpretasi
Program interpretasi yang dapat dikembangkan di PKT KRB adalah
program pengenalan keanekaragaman jenis burung dengan tema “Mengintip
Keanekaragaman Jenis Burung di PKT KRB”. Burung-burung yang dapat
diperkenalkan adalah burung-burung air, burung-burung yang dilindungi dan
endemik, serta burung-burung lainnya yang ada di PKT KRB. Salah satu contoh
program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB yang dapat dikembangkan
adalah pada jalur utama, yaitu pada jalur pengamatan burung langka yang
ditujukan bagi pengunjung Sekolah Dasar (SD). Pada jalur ini dapat dijumpai
banyak jenis-jenis burung yang dilindungi dan juga yang paling disukai oleh
pengunjung. Durasi/lamanya waktu kegiatan disesuaikan dengan keinginan
pengunjung, yaitu kurang dari 3 jam. Program yang direncanakan pada jalur
pengamatan burung langka ini memiliki durasi kegiatan sekitar 200 menit.
Susunan waktu kegiatan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB pada jalur
pengamatan burung langka dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.17 Susunan waktu kegiatan interpretasi pada jalur pengamatan burung
langka No. Titik lokasi pengamatan Kegiatan Durasi
(menit)
1 Pusat Informasi a. Pengenalan dengan interpreter
b. Pengenalan wisata birdwatching
c. Pengenalan alat yang dipergunakan d. Penjelasan mengenai tata cata dan peraturan
dalam melakukan kegiatan wisata
birdwatching termasuk penjelasan mengenai
diperlukannya kesabaran dalam pengamatan
e. Pengenalan potensi burung yang dapat
ditemukan di PKT KRB
25
2. Kolam Gunting Melihat atraksi burung kowak-malam kelabu
- Cara membedakan burung yang masih muda
dengan yang dewasa
- Melihat cara terbangnya
- Habitat
- Aktivitas dan kebiasaannya
- Makanan
15
3. Taman Meksiko Pengamatan burung-madu kelapa sebagai burung yang dilindungi oleh Negara dan jenis lainnya
yang dapat dijumpai pada lokasi ini, seperti:
prenjak Jawa, dan cucak kutilang
- Habitat
- Aktivitas dan kebiasaannya
- Makanan
20