Post on 01-Apr-2019
25
Bab 3
Analisis Data
Dalam bab ini penulis akan menganalisis unsur psikologis yang merupakan bagian
dari beberapa tipe gangguan kepribadian yaitu schizoid, borderline, dan avoidant pada
tokoh Kimura Julia secara verbal (kata-kata) dan non verbal (tindakan).
3.1 Analisis Gangguan Kepribadian Schizoid Pada Tokoh Kimura Dalam Serial
Drama Seito Shokun
Gangguan kepribadian schizoid, secara umum individu pada gangguan ini memiliki
masalah seumur hidup mereka, terutama berkaitan dengan kehidupannya dalam berelasi
dengan orang lain. Dan pada penderita schizoid ia tidak menarik diri secara ekstrim
dengan mengucilkan dirinya sama sekali dari lingkungannya.
3.1.1 Analisis Gangguan Kepribadian Schizoid Pada Tokoh Kimura Dalam Bentuk
Verbal.
1) Episode 2, 00:04:44 – 00:04:50
Latar Belakang Cerita :
Sekolah tempat dimana Kimura bersekolah sedang mengadakan lomba yang wajib
diikuti oleh tiap kelas, dan kegiatan ini rutin diadakan setiap tahunnya. Dalam tahun-
tahun yang telah berjalan pun kelas Kimura sama sekali tidak pernah berpartisipasi.
Di ruangan kelas, Kitashiro sensei mengajak setiap murid di kelas untuk
berpartisipasi dalam lomba antar kelas yang diwajibkan bagi seluruh siswa tanpa
terkecuali, Kimura langsung membantah dengan tegas mengenai ajakkan tersebut.
26
Gambar 3.1.1.1 Gambar 3.1.1.2
木村 : 学校に 強制されて 何かするの、私は いやなんです、絶対に。 Terjemahan : Kimura : Aku tidak ingin dipaksa berpartisipasi untuk suatu acara di sekolah ini. Analisis :
Menurut penulis, maksud dari pernyataan Kimura adalah ia tidak ingin berpartisipasi
karena ia akan merasa tidak nyaman jika terlibat interaksi dengan orang lain, hal ini
dilakukan dengan menarik diri atau tidak mengikuti kegiatan lomba tersebut. Karena
dengan berpartisipasi dalam lomba tersebut, zona nyaman yang dimilikinya akan terusik
secara tidak langsung. Pernyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fausiah
(2007:146) dalam tipe gangguan kepribadian schizoid, yang menerangkan bahwa
mereka merasa tidak nyaman berinteraksi dengan orang lain, cenderung introvert, dan
afek mereka pun terbatas. Individu dengan gangguan ini seringkali dilihat oleh orang
lain sebagai individu yang eksentrik, terkucil, dan penyendiri. Biasa dalam kebanyakkan
kasus, individu dengan gangguan kepribadian schizoid biasanya memberikan tampilan
bahwa mereka “dingin” dan penyendiri.
Dari perkataannya juga, tersirat bahwa ia memang memiliki kebutuhan yang sangat
rendah untuk bersosialisasi secara emosional dengan orang lain, pernyataan ini sesuai
27
dengan ciri gangguan kepribadian schizoid menurut Fausiah (2007:147), bahwa orang-
orang dengan gangguan kepribadian ini sangat sedikit terlibat dalam keseharian secara
teratur, juga minim dalam menaruh perhatian pada orang lain disekitarnya. Mereka lebih
menyukai kegiatan yang bersifat individualis, disamping kegiatan tersebut memiliki
tingkat kenyamanan yang tinggi dan kontak sosial yang minim.
Kecenderungan menarik diri dari segala kegiatan lomba antar kelas tersebut juga
dilatarbelakangi oleh ketimampuan Kimura untuk menyesuaikan diri dengan murid-
murid dari kelas lain, karena afeknya yang terbatas untuk berbaur dengan individu lain
dan keterbatasan fisik. Ketidaksanggupan seseorang untuk terjun ke dalam relasi sosial
yang baru membuatnya menolak untuk ikut berpartisipasi, pernyataan ini juga dipertegas
oleh Grebb (1994:127) dalam teori psikologi remaja, bahwa ketidakstabilan emosi yang
dialami remaja muncul akibat tekanan sosial sebagai dampak dari penyesuaian diri
terhadap pola perilaku dan lingkungan sosial yang baru.
Selain itu suatu perasaan yang tidak nyaman juga dapat dibuktikan dari pernyataan
Kimura, didorong oleh perasaan cemas yang berlebihan membuatnya mengambil suatu
tindakan yang jika tidak dilakukan dengan segera maka akan terjadi bahaya yang dapat
mengancam keberadaannya. Oleh karena itu, ia segera membantah dengan tegas untuk
tidak ingin dipaksa sekalipun pihak sekolah mewajibkannya. Bersamaan dengan
timbulnya kecemasan tersebut, ia tidak ingin orang lain tahu bahwa ia memiliki
keterbatasan dalam hal berolahraga. Pernyataan ini sesuai dengan teori Kecemasan
menurut Sigmund Freud, yang menyatakan bahwa kecemasan disebabkan oleh perasaan
tidak berdaya yang luar biasa.
28
2) Episode 8, 00:06:25-00:06:35
Latar Belakang Cerita :
Seusai pulang sekolah Kimura bergegas untuk segera pulang, tetapi Aoki berusaha
untuk mengejarnya hingga di tengah taman. Aoki berusaha untuk memulai pembicaraan
bahwa sebenarnya Kimura memiliki teman yang dapat diandalkan dalam kondisi apa
pun. Tetapi Kimura hanya terdiam beberapa saat dan hingga akhirnya ia mengatakan
sesuatu tentang perasaannya, Aoki pun sejenak terhentak mendengar pernyataan Kimura.
Gambar 3.1.1.3 Gambar 3.1.1.4
木村 :もうあそこに私は居場所なくなちゃったので。
Terjemahan : Kimura : Aku tak punya tempat untuk berdiri Analisis :
Menurut penulis, arti dari perkataan Kimura diatas sebenarnya menjelaskan bahwa
keberadaannya sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, ia mengukur dirinya dengan
suatu batas dimana masa lalunya merupakan luka yang tidak akan pernah membuatnya
sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika Aoki berusaha untuk menyatakan
bahwa ia peduli kepadanya, Kimura menganggap bahwa kepeduliannya itu palsu.
Prasangka yang keluar dalam benak Kimura kepada orang lain yang berusaha peduli
padanya merupakan reaksi ketidakmampuannya untuk menilai relasi sosial, ia selalu
29
meragukan ketulusan atau kesungguhan orang lain kepadanya. Memiliki tingkat
kestabilan emosi yang fluktuatif, sejenak individu dapat terlihat normal tetapi di sisi lain
dapat mendadak tampak depresi, juga mengeluh tentang perasaannya.
Setelah percobaan bunuh dirinya di episode sebelumnya, ia tetap masih merasa
sendiri dan tidak memiliki tempat untuk berpijak. Keberadaannya sebagai seorang
pribadi diragukan, karena masa lalunya yang kelam. Berada di bawah tekanan sosial
yang sedemikian rupa, Kimura pun sering menyampaikan rasa kesepiannya secara
implisit, hal ini dapat dilihat bahwa ketika ia menyampaikan bahwa ia kesepian dengan
tidak mengarahkan pandangannya sama sekali kepada Aoki. Seperti yang dikemukakan
Widury (2007) Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV)
bahwa pada penderita gangguan kepribadian schizoid, pernyataan ini sesuai dengan ciri
gangguan kepribadian schizoid menurut Fausiah (2007), bahwa orang-orang dengan
gangguan kepribadian ini sangat sedikit terlibat dalam keseharian secara teratur, juga
minim dalam menaruh perhatian pada orang lain disekitarnya.
Penderita gangguan kepribadian schizoid memberikan tampilan bahwa ia ‘dingin’
dan penyendiri, ia akan lebih tenang jika merasa sendirian dan tidak diperhatikan secara
terus-menerus. Bentuk perhatian yang diberikan kepada penderita gangguan ini, akan
menjadi satu rasa ketidaknyamanan karena mereka merasa bahwa orang lain menilai
sesuatu yang kurang dalam diri mereka dan hal tersebut akan membuatnya mengalami
penolakkan. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta mengganggu fungsi
kehidupannya sehari-hari, khususnya dalam relasi sosial. Gangguan kepribadian
biasanya muncul dalam berbagai aspek, hal ini dapat dibuktikan dari pernyataan Larsen
(2005:173) dalam pengertian gangguan kepribadian bahwa ciri-ciri gangguan
30
kepribadian pada seseorang muncul dalam bagaimana mereka berhubungan dengan
orang lain dan dalam kemampuan mereka mengendalikan kebiasaan mereka.
3.1.2 Analisis Gangguan Kepribadian Schizoid Pada Tokoh Kimura Dalam Bentuk
Non Verbal.
1) Episode 1, 00:34:43
Latar Belakang Cerita :
Sekolah seperti hari biasanya di Minato, hari ini bertepatan dengan kegiatan olahraga
mingguan siswa kelas dua bergegas untuk bersiap-siap di lapangan. Tetapi Kimura
seorang diri tidak mengikuti kegiatan tersebut, sementara seluruh anggota kelasnya
sedang berolahraga dodge ball di lapangan, ia berdiri tepat di atas balkon depan ruang
kelasnya sambil memperhatikan mereka. Kimura terus-menerus berada di balkon
tersebut hingga kegiatan olahraga selesai.
Gambar 3.1.2.1 Gambar 3.1.2.2
Analisis :
Dari situasi yang digambarkan secara visual di atas, menurut penulis sesuai dengan
situasi dan latar belakang kejadian tersebut ialah bahwa Kimura merupakan pribadi yang
menutup diri dari orang-orang di sekitarnya. Hal ini terbukti di dalam gambar bagaimana
31
ia menyendiri di atas balkon tepat depan ruang kelasnya, sedangkan di waktu yang
bersamaan seharusnya ia berada bersama dengan teman-temannya untuk berolahraga.
Kimura dalam adegan ini menderita gangguan kepribadian shizoid, hal ini dapat
dibuktikan dari latar belakang cerita yang menjelaskan bahwa ia menyendiri dan merasa
nyaman dengan keadaannya tersebut, tampilan ‘dingin’ yang ditampilkannya juga
menjadi salah satu faktor yang mendukung penjelasan mengapa ia menderita gangguan
kepribadian schizoid.
Tindakan menyendiri yang dilakukan oleh seseorang adalah satu bentuk dimana
seseorang kehilangan kepercayaan diri untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,
banyak faktor yang melatarbelakangi tindakan menyendiri salah satunya adalah mereka
tidak nyaman berinteraksi dengan orang lain karena merasa diri kurang dari lawan bicara
mereka. Pernyataan ini sesuai dengan ciri gangguan kepribadian schizoid menurut
Fausiah (2007:147), bahwa orang-orang dengan gangguan kepribadian ini sangat sedikit
terlibat dalam keseharian secara teratur, juga minim dalam menaruh perhatian pada
orang lain disekitarnya. Mereka lebih menyukai kegiatan yang bersifat individualis,
disamping kegiatan tersebut memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi dan kontak sosial
yang minim.
Kecenderungan menarik diri dari kegiatan olahraga juga dilatarbelakangi oleh
ketimampuan Kimura untuk menyesuaikan diri dengan teman-temannya, karena afeknya
yang terbatas untuk berbaur dengan individu lain. Ketidaksanggupan seseorang untuk
terjun ke dalam relasi sosial yang baru membuatnya lebih memilih untuk tidak
bergabung dalam kegiatan tersebut, karena jika ia memilih untuk bergabung maka mau
tidak mau ia harus menyesuaikan diri yang dapat mengancam keberadaannya di zona
32
nyamannya. Pernyataan ini juga dipertegas oleh Grebb (1994:127) dalam teori psikologi
remaja, bahwa ketidakstabilan emosi yang dialami remaja muncul akibat tekanan sosial
sebagai dampak dari penyesuaian diri terhadap pola perilaku dan lingkungan sosial yang
baru. Tekanan sosial yang dialaminya datang dari perasaan rendah diri, ia merasa tidak
memiliki kebutuhan untuk berolahraga oleh karena itu penderita gangguan kepribadian
schizoid sangat sedikit terlibat dalam keseharian mereka, khususnya dalam interaksi
yang bersifat non individualis.
3.2 Analisis Gangguan Kepribadian Borderline Pada Tokoh Kimura Dalam Serial
Drama Seito Shokun
Individu pada gangguan ini umumnya mengarah kepada gangguan depresi yang
dilatarbelakangi trauma atau berbagai bentuk penolakkan. Walaupun penampilan
luarnya tampak positif, namun apabila menelusuri riwayat kehidupannya, biasanya
dipenuhi dengan perilaku berbohong, membolos, kabur dari rumah, mencuri, menindas,
berkelahi, pemakaian obat-obatan dan lainnya yang biasanya telah dimulai sejak masa
kanak-kanak.
3.2.1 Analisis Gangguan Kepribadian Borderline Pada Tokoh Kimura Dalam
Bentuk Verbal.
1) Episode 7, 00:02:25 – 00:03:10
Latar Belakang Cerita :
Keadaan sekolah yang berjalan seperti kesehariannya tiba-tiba dikagetkan oleh
tindakan Kimura yang berdiri di atas atap sekolah, percobaan bunuh diri ini
dilakukannya karena merasa putus asa karena ia selalu merasa sendiri di dunia ini.
33
Teman satu grupnya (3TD) Kinoshita Kaoru, memutuskan untuk meninggalkan
kelompok tersebut karena ia merasa tidak nyaman lagi dengan Kimura yang selalu
menuntutnya untuk melakukan hal yang tidak diinginnkan oleh Kaoru. Tetapi akhirnya
tindakan tersebut dicegah oleh Kitashiro sensei yang dalam waktu bersamaan telah
diberitahu oleh penjaga sekolah, ia meraih Kimura dengan kedua tangannya dan
akhirnya ia terjatuh ke belakang atap.
Gambar 3.2.1.1 Gambar 3.2.1.2
Gambar 3.2.1.3 北城 :木村さん、どうしてこんなことを。こんなことをして、皆が悲しむこ
とぐらい分からないの。 木村 : 誰も悲しんだりしない。私はいつだって一人だった、だからもうほっ
と いて。 Terjemahan : Kitashiro : Kimura mengapa kau melakukan ini? Jika kau melakukannya dapat melukai
semua orang Kimura : Tidak seorangpun yang akan perduli. Aku selalu sendiri, karena itu tinggalkan
aku!
34
Analisis :
Menurut penulis, maksud dari perkataan Kimura menyatakan bahwa ia berkata
demikian karena didorong oleh depresi yang sangat tinggi, dimana baru saja ia
kehilangan salah satu sahabatnya yang selama ini menjadi tumpuan untuk dia dapat
berelasi dani suatu komunitas sosial yang dimilikinya. Oleh karena rasa kehilangan
tersebut ditambah dengan gambar diri yang tidak stabil membuatnya perasaannya terus
berkata ia adalah penyebab mengapa Kaoru meninggalkannya, hal ini sesuai dengan
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV),bahwa penderita
gangguan kepribadian borderline jenis ini memiliki self-image yang sangat tidak stabil,
gejala ini dapat dilihat dari perkataan Kimura sewaktu ia mengatakan bahwa ‘tidak ada
seorangpun yang akan perduli’, rasa kesepian yang kronis yang tergambar dari
pernyataannya membuktikan bahwa dalam keadaan bagaimana pun ia akan selalu
merasa sendiri. Dapat kita telusuri lebih dalam bahwa Kimura sebenarnya masih
memiliki Aoki Kohei dalam kelompok 3TD tersebut, tetapi ia pun tetap merasa sendiri
juga tidak ada yang memperdulikannya walaupun dengan jelas Kitashiro sensei
menolongnya di atap. Seseorang yang memiliki gangguan kepribadian memiliki
perspektif yang berbeda tentang bagaimana mereka memandang suatu bentuk perhatian
dari orang lain tidak berarti sama sekali, mereka menuntut sesuatu yang lebih dari apa
yang bisa diberikan.
Pola pikir Kimura juga dipengaruhi oleh berbagai aspek yang menyatakan
ketidakmampuannya dalam berinteraksi secara sosial, maupun dalam mengendalikan
emosinya. Dalam hal mengendalikan emosi, Kimura memungkiri bahwa sebenarnya ia
membutuhkan orang lain untuk berbagi perasaannya, hal ini juga sesuai dengan salah
35
satu ciri penderita gangguan kepribadian borderline yang dikemukakan oleh Gunadi
(2007:253), yang mengatakan bahwa individu pada gangguan kepribadian borderline,
emosi marahnya berdaya kuat dan bersifat destruktif sehingga dalam keadaan tertentu,
menyakiti diri sendiri adalah cara untuk mengekspresikan kesepian dan keputusasaan
dalam jiwanya.
Tindakannya tersebut juga dapat digolongkan sebagai suatu tindakan yang bersifat
destruktif, karena bertujuan untuk mengakhiri hidupnya yang terbukti dari perkataannya
bahwa Kimura melakukan bunuh diri didorong oleh rasa kesepian dan tempo emosinya
yang selalu berubah-ubah dan tidak masuk akal.
2) Episode 7, 00:05:20-00:05:32
Latar Belakang Cerita :
Aoki Kohei (salah satu anggota 3TD) dengan Kitashiro mengantar Kimura dan
bibinya ke depan gerang sekolah untuk pulang, bibinya yang mengkhawatirkan keadaan
Kimura setelah sempat ditelepon oleh pihak sekolah bahwa terjadi sesuatu pada
keponakkannya langsung bergegas menuju ke sekolah. Mengetahui berita tersebut
Kimura tampak cemas, tidak tahu bagaimana harus bersikap kepada bibinya yang jelas
akan panik jika mengetahui bahwa dirinya telah diselamatkan karena sempat melakukan
percobaan bunuh diri.
Setelah kedatangan biibnya yang tampak ketakutan menghadap guru dan bertanya
bagaimana keadaan Kimura, di saat yang bersamaan Kitashiro sensei dan Aoki pun
terkejut karena melihat respon Kimura terhadap bibinya dengan ramah dan senyum
sambil mengatakan bahwa tidak terjadi apa-apa, ia hanya terpeleset dari tangga dan
memar sedikit. Ia berbicara seperti demikian untuk membuat bibinya agar tidak panik,
36
Kitashiro dan Aoki pun kebingungan karena melihat Kimura seketika berubah menjadi
seseorang yang sangat berbeda dari biasa dan kesehariannya di sekolah.
Gambar 3.2.1.4 Gambar 3.2.1.5
古兵 :ジュリア、無理して笑っている。あれはうそのジュリアさ。 Terjemahan : Kohei : Julia memaksakan dirinya tersenyum, itu bukanlah Julia yang sebenarnya. Menurut penulis, maksud dari pernyataan Kohei tentang Kimura di atas adalah ia
ingin memberitahu Kitashiro sensei bahwa Kimura adalah pribadi yang sangat misterius,
hal ini dapat dibuktikan dalam kesehariannya yang berbeda dari kebanyakkan anak pada
umumnya. Selain itu hal ini juga menandakan bahwa Kimura mengalami gangguan
kepribadian borderline, ia merasa berhutang kepada bibinya yang telah membiayai
sekolahnya oleh karena itu dengan segala cara ia tidak ingin bibinya tahu tindakan yang
telah dilakukannya di atap sekolah. Karena dengan hal demikian ia tidak akan membuat
bibinya sedih dan cemas, hal ini juga diperkuat dengan kebingungan Kitashiro sensei
yang akhirnya mengerti bahwa apa yang ditampilkan oleh Kimura dengan responnya,
mengisyaratkan bahwa sebenarnya ia menyayangi bibinya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Fausiah (2007:151), bahwa individu dengan gangguan kepribadian ini
memiliki kecenderungan untuk berbicara hanya dengan orang tertentu, seperti keluarga,
atau pribadi yang memiliki pengaruh terhadap dirinya.
37
Dalam konteks ini keluarga yang dimaksud adalah bibinya sendiri, yang telah
menyekolahkannya setelah ia sempat berhenti selama tiga tahun karena kesulitan
ekonomi. Respon yang sangat berbeda dari kesehariannya juga lahir dari rasa cemas
dalam diri Kimura, ia merasa di waktu yang bersamaan jika ia menceritakan kejadian
yang sebenarnya maka besar kemungkinan bibinya akan kecewa. Dan hal ini dapat
dibuktikan bagaimana dengan segera ia merubah suasana hatinya sesaat sebelum bibinya
hadir di sekolah, dimana sebelumnya ia masih bersama Kitashiro dan Aoki di ruang guru.
Keadaan yang tidak menyenangkan dapat menjadi suatu tanda bahaya yang akan datang,
perasaan tertekan akan tanda bahaya yang mendorong respon berbeda yang ditampilkan
oleh Kimura, sesuai dengan teori kecemasan menurut Sigmund Freud dalam Semiun
(2006:26) bahwa kecemasan adalah suatu keadaan perasaan afektif yang tidak
menyenangkan disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap
bahaya yang akan datang.
3.2.2 Analisis Gangguan Kepribadian Borderline Pada Tokoh Kimura Dalam
Bentuk Non Verbal.
1) Episode 3, 00:19:08 Latar Belakang Cerita :
Ueda Toshiya merupakan satu-satunya orang yang menuruti apa yang dikatakan guru
dengan berpartisipasi dalam kegiatan lomba tahunan antar kelas, ia pun melanjutkan
keinginannya tersebut dengan cara terus berlatih baik dengan gurunya maupun sendiri.
Dan suatu ketika di sebuah lapangan kecil pada petang hari, Ueda sedang berlatih
sendirian dan datanglah 3TD, berusaha meminta penjelasan kepadanya mengapa ia
38
mengkhianati seluruh anggota kelas yang menolak untuk berpartisipasi dalam lomba
tersebut. Akhir dari penjelasan ini diakhiri dengan menyerang Ueda secara fisik dengan
memukul bagian perut.
Gambar 3.2.2.1 Gambar 3.2.2.2
Gambar 3.2.2.3
Analisis :
Dari gambar yang divisualisasikan di atas, menurut penulis alasan Kimura sebagai
ketua 3TD memperingatkan Ueda dengan cara demikian adalah karena ia mengabaikan
seluruh teman sekelasnya. Kejadian ini dipicu dari sikap Ueda yang setuju terhadap
tawaran orang dewasa, dalam konteks ini Kitashiro sensei yang mempelopori lomba
tahunan antar kelas tersebut. Dengan sikap tersebut, Ueda dilabelkan sebagai
pengkhianat karena menuruti kemauan yang tidak disetujui oleh seluruh anggota kelas.
3TD adalah suatu grup yang terdiri dari Kimura sebagai ketua, Aoki dan Kaoru sebagai
tangan kanannya. Mereka tidak dibentuk secara organisasi, melainkan karena mereka
39
adalah sosok paling senior di kelas dua sehingga dalam diri mereka masing-masing
melekat karakter pelindung yang sangat kuat.
Penyerangan secara fisik seperti yang dilakukan 3TD dalam adegan tersebut
merupakan bentuk ijime, hal ini dapat dibuktikan dari potongan gambar di atas. Ueda
yang dipukul di bagian perut jelas sangat menggambarkan bahwa mereka berkuasa
sebagai pihak yang lebih kuat dan dominan dari segi jumlah, apa yang menjadi
kehendak mereka ditentang oleh Ueda. Pernyataan ini sesuai dengan salah satu bentuk
ijime yaitu Inshitsu na ijime (陰湿な苛め), yang dikemukakan oleh Nojuu (1989:13)
bahwa ijime merupakan sebuah tindakan serangan yang dilakukan secara sepihak oleh
pihak yang lebih unggul, dan cenderung menindas terhadap pihak yang lebih lemah.
Tindakan ijime tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi agar Ueda dapat
mengurungkan niatnya untuk mengikuti perkataan gurunya, tujuan 3TD melakukan
tindak menindas ini didasari atas rasa perbedaan yang terdapat pada teman sekelasnya
dengan Ueda. Mereka tidak menyadari bahwa perbuatan ijime dapat melukai tidak hanya
fisik, tetapi juga mental orang yang menerima perlakuan tersebut. Masa remaja
merupakan fase yang akan dilewati oleh semua manusia, oleh karena itu kejadian
apapun yang terjadi akan tersimpan di memori otak. Perkembangan psikis dan emosi
merupakan hal esensi yang harus menempati prioritas tertinggi, karena ketika hal
tersebut diabaikan maka perilaku menyimpang akan sangat mungkin terjadi. Hal ini
sesuai dengan gangguan kepribadian borderline, bahwa individu pada gangguan ini
walau memiliki penampilan luar yang positif, tetapi jika ditelusuri lebih dalam terdapat
banyak perilaku menyimpang yang dilakukannya, termasuk ‘membuli’ atau menjahili
orang salah satunya.
40
2) Episode 5, 00:15:08
Latar Belakang Cerita :
Lomba tahunan antar kelas pun semakin dekat, seluruh kelas telah bersiap-siap
dengan menyiapkan tim untuk tiap cabang olahraga yang dipertandingkan, sedangkan
kelas dua tetapi tidakmau mengikuti kegiatan tersebut. Di kelas, Kitashiro sensei pun
tetap berusaha untuk membujuk mereka untuk turut serta dalam kegiatan ini, Ueda yang
pernah dikecam untuk hal ini semakin mempertegas keinginannya dengan bangkit dari
tempat duduknya dan menyatakan bahwa ia ingin tetap ikut walaupun hanya sendiri.
Dan Kitashiro sensei ke ruang guru dengan maksud memberikan waktu kepada mereka
untuk berunding bersama-sama, namun yang terjadi sebaliknya Ueda kembali menerima
perlakuan yang tidak menyenangkan dengan cara disiram alkohol oleh salah satu
anggota 3TD yaitu Kaoru dengan persetujuan dari Kimura, dan kali ini disaksikan oleh
seluruh siswa di kelasnya.
Gambar 3.2.2.4 Gambar 3.2.2.5
Analisis :
Dari gambar yang divisualisasikan di atas, dapat tergambar dengan jelas bahwa Ueda
Toshiya merupakan korban dari tindakan 3TD yang diketuai oleh Kimura, tindakan ini
merupakan lanjutan dari tindakan sebelumnya dimana ia sempat diserang secara fisik
dengan dipukul di bagian perut. Perbedaannya, kali ini Kaoru menuang alkohol ke atas
kepalanya hingga membasahi sekujur tubuhnya dan disaksikan oleh seluruh siswa di
41
dalam kelasnya. Kimura pun diduga menjadi pelopor dari rencana perlakuan ini, hal ini
dapat dibuktikan dengan tatapannya yang dingin sewaktu memperhatikan kejadian
tersebut. Tindakan ini digolongkan sebagai bentuk ijime sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Minoru (1992:61) dalam Shuudan ijime yang diklasifikasikan sebagai
Zannin na ijime (残忍な苛め ) dimana Ueda mengalami pukulan mental terhadap
tindakan 3TD yang menyiram alkohol ke atas kepalanya.
Tindakan ijime yang dilakukan oleh 3TD merupakan gambaran yang jelas bahwa
mereka berkuasa untuk melakukan hal tersebut kepada siapa pun, termasuk guru mereka.
Dengan maksud melindungi teman-teman sekelas, mereka tidak sadar bahwa sebenarnya
perlakuan mereka menyimpang dari nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Kimura sebagai dalang di balik perbuatan ini walaupun tidak melakukan hal tersebut
dengan tangannya sendiri atau secara langsung, adalah otak di balik setiap kejadian yang
terjadi kepada setiap teman-temannya. Masa traumatik yang dirasakan olehnya
membuatnya memiliki kecenderungan untuk menyakiti orang lain agar rasa sakitnya pun
bisa dirasakan oleh orang lain. Oleh karena itu ia menindas orang-orang yang berkhianat
kepadanya, termasuk seluruh kelasnya. Ia tidak sadar bahwa perilaku tersebut dapat
berbuah suatu luka yang serius, tetapi ia menganggap ganjaran itu pantas dan tidak
masalah. Bisa dikatakan bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan oleh Kimura
disebabkan oleh masa lalunya yang tidak pernah merasakan kecukupan, kebahagiaan,
dan kasih sayang. Hal ini sesuai dengan gangguan kepribadian borderline yang terdapat,
bahwa individu pada gangguan ini walau memiliki penampilan luar yang positif, tetapi
jika ditelusuri lebih dalam terdapat banyak perilaku menyimpang yang dilakukannya,
termasuk menindas atau menjahili orang salah satunya.
42
Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan Petronio (1990:497), bahwa perilaku
menyimpang lahir dari berbagai macam pola asuh, remaja yang dididik secara ‘militer’
oleh orang tuanya akan mendambakan kebebasan yang tidak pernah didapatnya ketika
remaja. Perilaku remaja dalam arti kenakalan anak (juvenile delinquency), adalah
tindakan seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang
diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh
petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.
3) Episode 5, 00:20:23
Latar Belakang Cerita :
Karena kegigihan gurunya yang berulang-ulang menyuarakan lomba antar kelas,
anak-anak kelas dua pun semakin jengkel terhadapnya, padahal mereka sudah
memutuskan untuk tidak mengikuti kegiatan tersebut kecuali Ueda Toshiya dan
beberapa siswa lainnya. Melihat keadaan mereka yang terpecah belah akhirnya salah
satu dari mereka meminta permohonan kepada 3TD untuk menghentikan perbuatan
Kitashiro sensei sebelum lebih banyak yang akan terbujuk untuk mengikuti lomba
tersebut.
Setelah membuat permohonan, maka 3TD pun melakukan permintaan tersebut
dengan dasar melindungi kelompok mereka dalam hal ini teman-teman sekelas mereka.
Pada keesokkan harinya, kira-kira tengah hari Kitashiro sensei yang sedang mencoba
mengambil bola basket di gudang olahraga langsung disergap oleh Kaoru dan Aoki.
Mereka mendorong Kitashiro dan Kimura pun bergegas langsung menguncinya dalam
gudang tersebut, dan dalam saat yang bersamaan Kimura mengancam dengan kata-kata
tajam untuk tidak mencoba memaksa siapapun dalam kelas mereka untuk berpartisipasi
43
dalam lomba antar kelas tahunan tersebut. Kitashiro pun menjadi marah dan terus
mencari cara untuk mengeluarkan dirinya dari dalam gudang.
Gambar 3.2.2.6 Gambar 3.2.2.7
Gambar 3.2.2.8
Analisis :
Menurut penulis, kejadian diatas menggambarkan bahwa kelompok 3TD merasa
memiliki kekuasaan untuk bertindak dengan semaunya. Hal ini dapat dibuktikan dengan
latar belakang cerita diatas, bahwa mereka semula hanya ‘membuli’ teman sekelas yang
memberontak terhadap apa yang menjadi kehendak seisi kelas. Kemudian kejadian
tersebut memicu tindakan mengunci Kitashiro di dalam gudang karena ia dianggap
sebagai orang yang memaksa mereka untuk melakukan apa yang tidak diinginkan oleh
kebanyakkan anak dalam kelas tersebut. Beberapa kali Kitashiro sensei mencoba
mendobrak pintu gudang dengan pemukul baseball hingga menggunakan bahunya, yang
akhirnya sempat mengalami memar, untuk membuka pintu tersebut.
44
Tindakan menindas diatas juga dapat diidentikkan dengan ijime selain menggunakan
kekuatan sepihak karena merasa lebih kuat dalam jumlah maupun fisik, tindakan mereka
juga berbuahkan korban yang mengalami cidera. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
disebutkan oleh Nojuu (1989:13), bahwa tindak ijime adalah memberi serangan secara
sepihak terhadap orang yang lebih rendah atau lemah dari dirinya, dan pelakunya senang
melihat pihak yang lemah tersebut kesal.
Jika diklasifikasikan, bentuk tindakan ijime yang dilakukan oleh Kimura merupakan
kecenderungan dari gangguan kepribadian borderline yang dideritanya. Tindakan ijime
yang disebut dengan Inshitsu na ijime (陰湿な苛め), sesuai dengan pernyataan Minoru
(1992:61) dalam pembagian Shuudan Ijime yang dimana tindakan ini dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dengan tujuan agar tidak terlihat oleh orang lain. Perilaku tersebut
digambarkan sebagai tindakan menyimpang yang termasuk dalam bagian kenakalan
remaja (juvenile delinquency), adalah tindakan seseorang yang belum dewasa yang
sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika
perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman,
Petronio (1990:497).
Hal ini sesuai dengan gangguan kepribadian borderline, bahwa individu pada
gangguan ini walau memiliki penampilan luar yang positif, tetapi jika ditelusuri lebih
dalam terdapat banyak perilaku menyimpang yang dilakukannya, termasuk ‘membuli’
atau menjahili orang salah satunya.
4) Episode 8, 00: 08:58
Latar Belakang Cerita :
45
Keadaan rumah seperti biasa Kimura sedang berada di kamarnya, bibinya sedang
memasak makan malam dengan perasaan gembira ingin memberitahukan Kimura bahwa
anaknya Yasuhito akan pulang besok. Kemudian setelah makan malam telah disajikan,
bibinya pun memanggil Kimura turun untuk makan bersama, sambil makan Kimura pun
memperhatikan pancaran wajah bibinya yang tidak biasa. Tidak lama kemudian ia pun
akhirnya memberitahukan kepada Kimura bahwa anaknya Yasuhito akan pulang ke
Jepang, sebelumnya ia berada di Inggris untuk melanjutkan kuliahnya.
Setelah mendengar dari bibinya tentang berita kepulangan Yasuhito, Kimura
berusaha untuk tersenyum posistif menanggapi berita kepulangan tersebut dengan
tersenyum dingin, dan sambil membayangkan bagaimana ia pernah mengalami
pelecehan seksual. Malam itu ia terpikir bahwa ia harus melakukan sesuatu perihal
kepulangan Yasuhito, dan ia memikirkannya semalaman dengan cemas dan ketakutan.
Sampai pada akhirnya ia benar-benar bingung, dan duduk di tangga dengan bahasa
tubuhnya yang mencerminkan bahwa ia tidak tahu harus berbuat apa.
Gambar 3.2.2.9 Gambar 3.2.2.10
Gambar 3.2.2.11
46
Analisis :
Dari visualisasi yang ditampilkan dalam adegan di atas, dapat dijelaskan bahwa
Kimura sedang mengalami suatu tekanan emosi yang berat. Trauma akan masa lalunya
membuatnya tidak mampu berpikir jernih untuk mencari solusi bagaimana seharusnya ia
mengatasi kepulangan Yasuhito, di saat yang bersamaan luka yang membekas akibat
perbuatan anak bibinya tersebut pun belum sembuh hingga kini ia beranjak dewasa.
Kimura putus asa dan tidak mampu memutuskan sesuatu dengan kemampuannya sendiri,
hal ini dapat dibuktikan melalui potongan adegan yang menggambarkan bagaimana ia
duduk di tangga dengan harap cemas apa yang seharusnya ia lakukan.
Usaha apa pun untuk menenangkan dirinya menjadi hal yang sia-sia, bahkan semakin
mengisyaratkan kecemasannya yang dirasakannya. Karena pengalaman pelecehan
seksual yang sedemikian melekat serta menghantuinya, membuatnya semakin tidak
mampu untuk berpikir maupun mengambil keputusan. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Sigmund Freud (2006:26) dalam teori kecemasan bahwa kecemasan
pada diri seseorang dapat membuat seseorang tidak berdaya secara luar biasa, hal ini
terbukti hingga akhirnya Kimura mengambil solusi terakhir karena emosi yang terus
menekannya akhirnya ia bergegas membereskan barang-barang dan melarikan diri dari
rumah tanpa sepengetahuan bibinya.
Menurut saya, Kimura memiliki gangguan kepribadian borderline, hal ini dapat
dibuktikan dari responnya ketika ia menanggapi bibinya dengan senyum ringan seolah-
olah ia pun turut senang mendengar berita kepulangan Yasuhito. Menurut Fausiah, pada
penderita gangguan kepribadian borderline di bab dua menjelaskan bahwa walaupun
individu memiliki tampilan luar yang positif namun jika dapat ditelusuri bagian jiwanya
yang terdalam mereka cenderung menyembunyikan perasaannya, dimana sebenarnya di
47
dalam hati mereka sangat tertekan. Kimura berusaha memberi jawaban tersebut kepada
bibinya hanya untuk membuatnya tenang, terbukti ia tidak dapat menyembunyikan rasa
cemas dan takutnya beberapa saat setelah ia menerima informasi tersebut.
Hal berikutnya yang membuktikan bahwa Kimura menderita gangguan kepribadian
borderline dengan tindakannya untuk melarikan diri dari rumahnya, selama dirumah
sewaktu tinggal bersama bibinya Kimura terlihat normal seperti anak remaja
kebanyakkan. Tindakannya dikategorikan sebagai seseorang yang menderita gangguan
kepribadian sesuai dengan yang dijelaskan oleh Fausiah (2007:151).
3.3 Analisis Gangguan Kepribadian Avoidant Pada Tokoh Kimura Dalam Serial
Drama Seito Shokun
Individu dengan gangguan kepribadian ini memiliki keinginan untuk berinteraksi
dengan lingkungan sosial, mereka menginginkan keakraban dan penerimaan dari orang
lain, tetapi mereka menghindari hubungan yang dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan
tersebut karena kebutuhan mereka yang kuat untuk mempertahankan diri terhadap
penolakkan.
3.3.1 Analisis Gangguan Kepribadian Avoidant Pada Tokoh Kimura Dalam Bentuk
Verbal.
1) Episode 1, 00: 17:58 – 00:18:25
Latar Belakang Cerita :
Kimura memang dikenal sebagai sosok yang misterius bagi teman-temannya,
perilaku demikian telah ditunjukkannya semenjak pertama kali masuk sekolah. Ia bukan
tidak bergaul sama sekali, tetapi ia hanya menyukai untuk menyendiri dalam berbagai
48
situasi. Seringkali Kimura mencari tempat yang sepi dan jauh dari jangkauan orang
banyak, hanya untuk menyendiri dan walaupun ingin bersama dengan orang lain, hanya
orang-orang tertentu yang ia izinkan untuk menemaninya.
Kitashiro sensei yang tidak mengetahui latar belakang Kimura, mencoba mencari
tahu apa yang sebenarnya terjadi di kelasnya terutama pada dirinya sendiri, tetapi karena
sifat ingin tahunya itu membuat Kimura merasa tidak nyaman.
Gambar 3.3.1.1 Gambar 3.3.1.2
(00:17:58) 木田白先生 : ねえ、話してくれないかな。あの クラスで 何が
あったのか。 木村 : それ 私が 十七歳 だから 聞くん ですか。病気になった せいで、二年 年上 だから 聞くんですか。 Terjemahan : Kitashiro : Apakah kau tidak ingin bercerita kepadaku, apa yang terjadi di
kelasmu? Kimura : Apakah kau bertanya padaku karena usiaku 17 tahun? karena aku
lebih tua dari yang lain dan pernah disakiti? Analisis :
Menurut penulis, maksud dari perkataan Kimura ketika merespon pertanyaan
Kitashiro sensei dengan jawaban seperti itu adalah bahwa bahwa ia menyadari
perbedaan yang ada pada dirinya dari teman-temannya yang lain. Perbedaan usia dan
trauma masa lalu yang dialaminya membuat Kimura memiliki rasa rendah diri karena
perbedaan tersebut, maka dapat dibuktikan dalam perkataan Kimura yang tersirat bahwa
49
ia sebenarnya menginginkan Kitashiro Sensei untuk mencari tahu tentang dirinya lebih
dalam lagi, namun juga malu karena perbedaan keadaannya tersebut. Hal ini sesuai
dengan gangguan kepribadian avoidant, bahwa penderita gangguan kepribadian ini
sensitif terhadap penolakkan sehingga akhirnya yang tampak adalah perilaku menarik
diri, Fausiah (2007:130). Hal ini dapat dibuktikan bahwa jika Kimura menceritakan
masa lalunya, besar kemungkinan ia akan mengalami penolakkan karena terbukti bahwa
ia pernah mengalami traumatik yang serius di masa lalunya.
Di sisi lain dari sekilas pernyataan Kimura tentang masa lalunya dalam perkataannya,
Kimura mengisyaratkan bahwa ia sebenarnya memiliki kebutuhan untuk berbagi
perasaannya dan membutuhkan kehangatan berupa penerimaan dari orang lain, dalam
hal ini gurunya sendiri. Penderita gangguan kepribadian ini biasanya selalu mencari
seseorang dimana ia bisa berbagi, tetapi orang yang mampu mendapatkan perhatian dari
penderita pada gangguan kepribadian ini hanyalah orang-orang tertentu saja. Oleh
karena itu, hubungan sosial yang mereka jalin terbatas hanya pada orang-orang dimana
mereka dapat bergantung, Fausiah (2007:130).
2) Episode 8: 00:06:07-00:07:15
Latar Belakang Cerita :
Diketahui bahwa beberapa hari belakangan Kimura tidak masuk sekolah, hal ini
membuat Aoki dan Kaoru keheranan dan akhirnya berusaha mengunjunginya. Kimura
yang ketakutan sedang membereskan seluruh barangnya dari kamar sebelum kepulangan
Yasuhito anak bibinya, mereka terpisah karena Yasuhito harus melanjutkan sekolah di
luar negeri. Sebelumnya Kimura pernah mengalami penganiayaan secara seksual
olehnya, mendengar berita kepulangan dirinya, Kimura pun akhirnya bergegas untuk
melarikan diri karena ia masih mengalami trauma yang belum terobati.
50
Tetapi di saat yang bersamaan, Yasuhito sudah tiba dirumah dan langsung menuju
lantai dua tempat dimana kamar Kimura berada. Dengan segera Yasuhito mencoba
memperkosanya, dan Kimura menjerit histeris meminta pertolongan. Aoki dan Kohei
tiba di saat yang bersamaan, dan langsung berusaha memukul Yasuhito, Kaoru pun
bergegas mengamankan Kimura dengan membawanya pergi sementara Aoki mencoba
mencegah Yasuhito. Di suatu tempat, Kimura mengunci dirinya dalam suatu penjara
kecil sambil memeluk dirinya sendiri dengan erat disaksikan oleh Aoki dan Kaoru.
Gambar 3.3.1.3 Gambar 3.3.1.4
木村 :どうして心配、何もない ほっといて! Terjemahan : Kimura : Mengapa khawatir, tidak terjadi apa-apa, tinggalkan aku sendiri!
Analisis :
Menurut penulis, maksud dari pernyataan Kimura diatas adalah sebenarnya ia baru
saja mengalami pukulan yang berat tetapi ia menyembunyikan kecemasan dan rasa
takutnya dengan berkata-kata seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ia tahu bahwa tidak akan
ada orang yang pernah dapat mengerti tentang apa yang pernah dan baru dialaminya,
yaitu pelecehan seksual. Oleh karena itu Kimura mencoba menyangkal bahwa terjadi
sesuatu yang serius pada dirinya dengan berkata ‘tidak terjadi apa-apa’, ia tidak ingin
dirinya menjadi pusat perhatian di depan orang lain. Pernyataan ini sesuai dengan apa
51
yang dikemukakan oleh Widury (2007: 142), bahwa pada penderita gangguan
kepribadian biasanya mereka menolak untuk mendapatkan pertolongan dari terapis dan
menolak atau menyangkal bahwa dirinya memiliki suatu masalah.
Kecemasan yang dirasakan oleh Kimura, mengantarnya pada satu titik psikis dimana
ketakutan dan kecemasan menjadi satu kondisi yang menyebabkan dirinya tidak berdaya
terhadap dampak dari pelecehan seksual yang dialaminya. Hal ini juga dapat dibuktikan
dengan pernyataan Kimura bahwa ia ingin sendiri, dalam kesendiriannya ia berusaha
mengatasi kecemasannya tersebut, seperti yang disampaikan oleh Freud dalam Semiun
(2006:33), mengemukakan gagasan bahwa kecemasan disebabkan oleh perasaan tidak
berdaya yang luar biasa.
Kecenderungan lain yang tersirat dalam perkataan Kimura adalah ia berusaha
menghindar dari orang lain yang dapat menyebabkan identitas masa lalunya terbongkar.
Didorong oleh perasaan cemas akan hal tersebut dan orang-orang yang berada
disekitarnya, dengan sedapat mungkin ia berusaha menghindar dari guru dan temannya
yang sungguh-sungguh menaruh simpati. Tetapi dapat terlihat dalam teriakkan emosinya
merupakan signal dimana ia sebenarnya membutuhkan kehangatan berupa penerimaan
dari orang sekitar. Hal ini sesuai dengan penderita pada gangguan kepribadian avoidant,
bahwa kerap kali dalam relasi sosial mereka memiliki keterbatasan untuk mengatakan
bahwa yang mereka inginkan hanyalah untuk mendapatkan sebuah bentuk penerimaan
sederhana dari sekelilingnya, mereka juga banyak mendapatkan penyiksaan baik secara
fisik dan mental karena mereka tidak dapat membela diri sendiri, Fausiah (2007:130).
3.3.2 Analisis Gangguan Kepribadian Avoidant Pada Tokoh Kimura Dalam Bentuk
Non Verbal.
52
1) Episode 7, 00:02:49
Latar Belakang Cerita :
Setelah hampir mengalami pelecehan seksual oleh Yasuhito yang akhirnya berhasil
diselamatkan oleh Kaoru dan Aoki, Kimura masih belum dapat melupakan kejadian
tersebut. Hanya Kitashiro sensei yang terus menerus mencoba memberikan dukungan
dengan mengungsikan Kimura kerumahnya, ia pun sadar bahwa luka yang diakibatkan
oleh kejadian yang lalu tidak mudah untuk dilupakan begitu saja. Tetapi Kitashiro sensei
terus mencoba untuk tidak membiarkan Kimura terjerembab makin dalam karena rasa
trauma tersebut dengan menyuruhnya untuk masuk sekolah, akan tetapi ia tetap menolak
karena takut seluruh temannya mengetahui apa yang terjadi pada dirinya dan akhirnya
menjauhi dirinya.
Dengan perasaan tertekan yang dilanda begitu banyak emosi, Kimura berniat tidak
akan pernah ke sekolah lagi karena ia tahu bahwa setelah kejadian tersebut ia akan
menjadi bahan pembicaraan.
Gambar 3.3.2.1 Gambar 3.3.2.2
Analisis :
Menurut penulis, dalam potongan adegan diatas digambarkan bahwa Kimura
menghindari dirinya dari anggapan orang banyak termasuk teman-temannya. Walaupun
Kaoru dan Aoki berhasil menyelamatkannya, hal tersebut tidak menutup kemungkinan
53
bahwa mereka akan menceritakan tentang kejadian yang menimpanya. Hal ini
dibuktikan dengan ketidakhadirannya yang sudah berhari-hari tidak masuk sekolah, kira-
kira sudah hampir tiga hari semenjak kejadian tersebut Kimura tidak pernah
menampilkan batang hidungnya di sekolah. Hal demikian membuat para siswa dan guru
bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, Kitashiro sensei yang mengetahui kejadian
tersebut mengerti bahwa ia tidak akan membantu Kimura untuk pulih seandainya ia
mempublikasikan apa yang terjadi pada Kimura, oleh karena itu ia menyembunyikan hal
ini dari para guru.
Tindakan menghindar ini juga dilatarbelakangi karena ketidakpercayaan diri Kimura
untuk berhadapan langsung dengan lingkungan sosialnya, dalam konteks ini sekolah
tempat dimana ia menuntut ilmu. Hal ini dapat dibuktikan dari potongan adegan dimana
digambarkan dengan jelas bahwa keberadaannya duduk di sebuah dermaga menyendiri,
dan kursi tempat biasa dimana Kimura duduk kosong. Kimura menderita gangguan
kepribadian avoidant sesuai dengan pernyataan Semiun (2006:25), bahwa individu pada
gangguan ini berpikir tentang penolakkan, dan oleh karena itu individu menghindari
hubungan dengan orang-orang lain kecuali kalau ada jaminan bahwa mereka akan
diterima tanpa dicela. Penerimaan merupakan elemen penting yang dibutuhkan oleh
penderita gangguan kepribadian menghindar, karena kebutuhannya akan orang lain
diawali dengan bentuk self-acceptance. Dan yang melatabelakangi bentuk penerimaan
terhadap dirinya sendiri adalah penerimaan dari orang lain terlebih dahulu, Semiun
(2006:25).