Post on 06-Jul-2015
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 1/59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra dibangun menurut daya angan (imajinasi), yaitu daya tangkap
batin yang secara intuitif memperoleh tanggapan atau visi yang benar dari
pengalaman dan kenyataan konkret. Imajinasi dibedakan dari fantasi.
Angan dibedakan dari khayal tanpa disertai penjelasan sama sekali, tetapi
serentak dengan itu. Fantasi adalah imajinasi yang diteruskan
(dikembangkan) yang mengatasi struktur kenyataan sehari-hari. Fantasi
merupakan contoh pertama dari kesadaran imajinatif.
Pengimajian dalam sastra berguna untuk memberi gambaran yang
jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup gambaran dalam
pikiran dan pengindraan. Selain itu, untuk menarik perhatian dan
memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair. Gambaran angan,
gambaran pikiran, kesan mental, dan bahasa yang menggambarkannya
biasa disebut dengan istilah citra atau imaji. Adapun cara membentuk kesan
mental atau gambaran sesuatu biasa disebut dengan istilah citraan
(imagery).
Kenyataan yang dilahirkan sastra, dalam hubungan ini adalah suatu
karya imajiner "a reflected reality" (realitas yang direfleksikan)." Imajiner
artinya hanya terdapat dalam angan-angan, atau khayalan, sebutan lain
untuk 'fantasi' ( Ignas Kleden).
1
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 2/59
2
Sastra adalah cabang seni. Seni sangat ditentukan oleh faktor manusia
dan penafsiran, khususnya masalah perasaan, semangat, kepercayaan.
Dengan demikian, sulit sekali dibuat batasan atau definisi sastra di mana
definisi tersebut dihasilkan dari metode ilmiah.
Karya sastra melekat dengan situasi dan waktu penciptaannya. Karya
sastra tahun 1920-an tentu berbeda dengan karya sastra tahun 1966.
Kadang-kadang definisi kesusastraan ingin mencakup seluruhnya sehingga
mungkin tepat untuk satu kurun waktu tertentu tetapi ternyata kurang tepat
untuk yang lain.
Beberapa definisi sastra, yaitu sastra sebagai seni berbahasa. Sastra
adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah
ekspresi pikiran (pandangan, ide, perasaan, pemikiran) dalam bahasa. Sastra
adalah inspirasi kehidupan yanag dimateraikan dalam sebuah bentuk
keindahan. Sastra adalah buku-buku yang memuat perasaan kemanusiaan
yang mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan
pandangan, dan bentuk yang mempesona. Sastra adalah ungkapan pribadi
manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,
keyakainan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan
pesona dengan alat bahasa.
Sesuatu disebut teks sastra jika (1) teks tersebut tidak melulu disusun
untuk tujuan komunikatif praktis atau sementara waktu, (2) teks tersebut
mengandung unsur fiksionalitas, (3) teks tersebut menyebabkan pembaca
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 3/59
3
mengambil jarak, (4) bahannya diolah secara istimewa, dan (5) mempunyai
keterbukaan penafsiran.
Terdapat tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya tulis
lainnya, yaitu sifat khayali, adanya nilai-nilai seni/estetika, dan penggunaan
bahasa yang khas. Karya sastra dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu (a) sastra imajinatif, dan (b) sastra non-imajinatif. Sastra
imajinatif mempunyai ciri isinya bersifat khayali, menggunakan bahasa
yang konotatif, memenuhi syarat-syarat estetika seni. Sastra non-imajinatif
mempunyai ciri-ciri isinya menekankan unsur faktual/faktanya,
menggunakan bahasa yang cenderung denotatif, memenuhi unsur-unsur
estetika seni.
Dengan demikian, kesamaan antara sastra imajinatif dan non-
imajinatif adalah masalah estetika seni. Unsur estetika seni meliputi
keutuhan (unity), keselarasan (harmony), keseimbangan (balance),
fokus/pusat penekanan suatu unsur (right emphasis). Perbedaannya terletak
pada isi dan bahasanya. Isi sastra imajinatif sepenuhnya bersifat
khayal/fiktif sedangkan isi sastra non-imajinantif didominasi oleh fakta-
fakta. Bahasa sastra imajinatif cenderung konotatif sedangkan bahasa sastra
non-imajinatif cenderung denotatif.
Kegiatan apresiasi terhadap karya sastra merupakan suatu bentuk
kegiatan mendalami karya sastra secara sungguh-sungguh dan berulang
kali. Untuk itu, nantinya diharapkan dapat menimbulkan kesadaran
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 4/59
4
terhadap nilai seni yang dikandungnya, kepekaan pikiran dan perasaan, dan
penghargaan terhadap karya sastra.
Karya sastra adalah hasil ciptaan sastrawan, tidak begitu saja datang
sendiri. Sastrawan berasal dari masyarakat, dan menyadari perlunya
berkomunikasi dengan manusia lain. Dengan demikian, sastrawan
memerlukan pembaca untuk membaca hasil karyanya sebagai salah satu
bentuk komunikasi. Sehubungan dengan hal itu, sastrawan berusaha
menciptakan dunia rekaan berdasarkan kemampuan daya khayalnya. Dunia
rekaan itu tentu saja harus bisa dikenal oleh pembaca, sebab jika tidak,
komunikasi tidak akan berlangsung. Pembaca layaknya sastrawan juga
merupakan anggota masyarakat yang tentunya menyadari pentingnya
berkomunikasi. Di dalam proses komunikasi semacam itu, sastrawan adalah
pengirim pesan lewat karya sastranya sedangkan pembaca adalah penerima
pesan. Dalam proses tersebut, pembaca adalah penerima yang pasif
sedangkan sastrawan pengirim pesan yang aktif, namun kenyataannya
tidaklah demikian.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, siswa diharapkan
memiliki keterampilan berbahasa yang terdiri dari menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Keempat keterampilan dasar tersebut saling
berkaitan dan merupakan satu kesatuan. Keterampilan berbahasa yang satu
akan mempengaruhi keterampilan berbahasa yang lain, terutama yang
tingkatannya lebih tinggi. Menyimak dan membaca termasuk dalam
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 5/59
5
kegiatan reseptif, sedangkan berbicara dan menulis merupakan kegiatan
produktif. Hal tersebut tidak berarti berbicara dan menulis merupakan
kegiatan yang lebih baik karena bersifat produktif atau menghasilkan.
Sebenarnya, dalam menyimak dan membaca ada kerja otak untuk menyerap
berbagai informasi dan pengetahuan yang ada di dalamnya.
Di antara keempat keterampilan berbahasa tersebut, menulis berada
pada tataran yang paling tinggi. Menulis merupakan kegiatan yang
kompleks dan produktif. Oleh karena itu, untuk keterampilan menulis,
ketiga keterampilan di bawahnya haruslah mendukung. Alur berpikir
seseorang dapat dilihat dari hasil tulisannya.
Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang pengetahuan terapan
yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pada perkembangan
pendidikan di Indonesia, untuk itu diperlukan kemampuan untuk
memanfaatkan teknologi modern dalam upaya untuk mengembangkan
pendidikan. Upaya pemanfaatan teknologi dalam bidang pendidikan
hendaknya terus dilakukan karena media pendidikan mempunyai peranan
penting dalam komunikasi. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
sekolah merupakan suatu program pengembangan pengetahuan,
keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra
Indonesia.
MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros merupakan instansi
pendidikan yang masih baru, dimana pada pembelajaran bahasa dan sastra
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 6/59
6
indonesia belum semaksimal mungkin diterapkan karena masih dibutuhkan
suatu metode dan media yang mungkin cocok untuk diterapkan. Hal ini
diketahui dari hasil pembelajaran menulis cerpen pada pembelajaran
sebelumnya diperoleh bahwa hsail belajarnya masih dibawah KKM 70.
45% siswa masih memerlukan remdial pada pembelajaran bahasa
indonesia. Oleh karena itu, peneliti menganggap bahwa perlu adanya media
atau metode yang cocok di sekolah tersebut.
Dengan adanya media audio visual yang menampilkan gambar beserta
suaranya akan mempermudah siswa untuk menangkap informasi yang
dibutuhkan dalam mengembangkan inspirasi maupun gagasan yang akan
dituangkan dalam menulis sebuah cerpen. Selain itu proses belajar
mengajar akan terasa lebih hidup dan lebih menyenangkan dibandingkan
dengan menggunakan media audio (suara), pembelajaran menulis cerpen
yang menggunakan media audio (suara) kurang maksimal digunakan dalam
pembelajaran menulis cerpen karena penggunaan media audio hanya
menampilkan sebuah suara yang kurang memaksimalkan potensi siswa
dalam menangkap informasi yang sangat dibutuhkan untuk
mengembangkan inspirasi dan ide-idenya yang akan digunakan untuk
menulis sebuah cerpen.
Dari uraian ti atas, maka peneliti menganggap bahwa perlu diadakan
penelitian tentang hal tersebut, dengan judul “Peningkatan Keterampilan
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 7/59
7
Menulis Cerpan melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII MTS
Negeri Turikale Kabupaten Maros”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah apakah ada peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui media
audio visual pada siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten
Maros?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
2. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan menulis cerpen melalui media audio visual
pada siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros.
3. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Segi praktis
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 8/59
8
Dapat memberikan suatu masukan pada pengajasan bahasa dan sastra
Indonesia, khususnya materi menulis cerpen dengan metode audio visual
pada siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros.
b. Teoritis
Dapat memberikan sumbangan pikiran terhadap guru-guru mata
pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis cerpen dengan metode audio
visual pada siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros dan
memberikan masukan dalam rangka peningkatan kreativitas guru-guru
bahasa Indonesia dalam menulis cerpen dengan metode audio visual pada
siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, HIPOTESIS DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 9/59
9
1. Kemampuan Apresiasi Cerpen
a. Hakikat Apresiasi
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti
“mengindahkan” atau “menghargai”. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Dick Hartoko dan Brahmanto, 1985: 17), bahwa kata apresiasi dipinjam
dari bahasa Inggris appreciation yang artinya penghargaan. Apresiasi sastra
berarti penghargaan terhadap karya sastra.
Rusyana mengutip pendapat Hornby (1995: 6) menyatakan bahwa
apresiasi bersal dari bahasa Inggris yang artinya pemahaman dan
pengenalan yang tepat; pertimbangan; penilaian; pernyataan yang
memberikan penilaian. Dalam hubungan psikologi pendidikan, apresiasi
diterangkan sebagai recognition of worth in the realm of the higher values
yang lebih lanjut diterangkan oleh Rusyana (1995: 6) apresiasi merupakan
jawaban seseorang yang lebih tinggi sehingga ia siap untuk melihat dan
mengenal nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan
simpatik.
Dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove (lewat
Aminuddin, 2002: 34) mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan
atau kepekaan batin dan (2) pemahaman serta pengakuan terhadap nilai-
nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan
Taba (lewat Aminuddin, 2002: 34) mengemukakan tiga unsur inti apresiasi,
yakni (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, dan aspek evaluatif. Aspek
9
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 10/59
10
kognitif berkaitan dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik. Aspek emotif
berkaitan dengan unsur emosi dalam upaya menghayati unsur keindahan
sastra yang dihadapi. Aspek evaluatif berkaitan dengan penilaian baik
buruk, indah tidak indah, sesuai tidak sesuai, dan sebagainya.
Pengertian apresiasi yang lain disampaikan oleh Natawidjaja (1982: 1)
adalah penghargaan dan pemahaman atas suatu hasil seni atau budaya.
Selain itu, (Natawidjaja, 1982: 2) mengemukakan bahwa kegiatan apresiasi
mengalami beberapa tingkatan. Tingkat pertama yaitu tingkat penikmatan
yang bersifat menonton dan merasa senang, tingkat kedua yaitu tingkat
penghargaan yang bersifat pemilikan dan kekaguman akan sesuatu hal yang
dihadapinya, tingkat ketiga yaitu tingkat pemahaman yang bersifat studi,
mencari pengertian apa sebenarnya yang dihadapi itu, tingkat keempat yaitu
tingkat penghayatan yang bersifat menyakini apa dan bagaimana hakikat
produk itu, dan tingkat kelima, yaitu tingkat implikasi yang bersifat
makrifat, memperoleh daya tepat guna, bagaimana dan untuk apa.
Selanjutnya, Jacob Sumarjo dan Saini (1997: 173) menerangkan
bahwa kata apresiasi mengandung pengertian memahami, menikmati, dan
menghargai atau menilai. Apresiasi sastra meliputi tiga kegiatan atau
langkah, yaitu langkah pertama keterlibatan jiwa, langkah kedua tingkat
penghayatan yang tepat, dan langkah ketiga pembaca dapat merelevansikan
pengalaman yang ia dapat dari karya sastra dengan pengalaman kehidupan
nyata yang dihadapi Sumarjo dan Saini (1997: 174-175).
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 11/59
11
Dengan mencermati teori-teori di atas, dapat diketahui bahwa
apresiasi adalah suatu kegiatan pengamatan, penilaian, dan penghargaan
terhadap karya sastra secara sungguh-sungguh dan berulang kali.
b. Hakikat Kemampuan Apresiasi
Kemampuan apresiasi menurut Burton yang dikuti oleh Akhmadi
(1981: 13) adalah persepsi arti serta memberikan pertimbangan secara kritis
terhadap keterampilan teknik terwujudnya sebuah hasil karya seni.
Pendapat lain mengenai hal tersebut dikemukakan oleh Chamdiah (1981: 7)
yang menyatakan bahwa kemampuan apresiasi merupakan kesanggupan
menanggapi karya-karya sastra, prosa, puisi, drama baik secara subjektif
maupun objektif. Kemampuan subjektif pada umumnya merupakan bawaan
secara pribadi, sedangkan kesanggupan objektif didapat karena belajar
secara teoritis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kemampuan aparesiasi adalah kemampuan untuk melakukan pengamatan,
penilaian, dan penghargaan terhadap karya sastra secara sungguh-sungguh
dan berulang kali.
c. Hakikat Cerpen
Membaca cerita pendek merupakan aktivitas komunikasi yang
kompleks, karena di dalamnya terdapat kegiatan menerjemahkan simbol
untuk mengetahui isi yang tersurat ataupun yang tersirat di dalam cerpen
yang ditulis oleh pengarang. Ada banyak pengertian cerpen yang
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 12/59
12
dikemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah Suminto A. Sayuti (2000:
10) menyatakan bahwa cerpen menunjukkan kualitas yang bersifat
compression ‘pemadatan’, concentration ‘pemusatan’, dan intensity
‘pendalaman’, yang semuanya berkaitan dengan panjang cerita dan kualitas
struktural yang diisyaratkan oleh panjang cerita itu.
Pendapat lain mengenai cerpen dikemukakan oleh Strong yang dikutip
oleh Tarigan (1991: 176), cerpen menimbulkan minat masyarakat yang
cukup besar untuk membacanya. Hal itu disebabkan sifat cerpen yang
singkat dan lengkap. Sastrawan sebagai pencipta sastra dapat menulis dan
mengemukakan pikiran dan sikapnya terhadap sesuatu dengan cepat dan
simpel. Demikian juga pembaca dapat menikmati karya sastra itu dengan
tidak perlu mengorbankan waktu tertalu lama.
Burhan Nurgiyantoro (2002: 11) menyatakan bahwa kelebihan cerpen
yang khas adalah kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak-jadi,
secara implisit-dari sekedar apa yang diceritakan. Selain Nurgiyantoro,
Sumardjo dan Saini menerangkan bahwa cerpen memiliki beberapa ciri,
yaitu ceritanya bersifat pendek, bersifat rekaan, dan bersifat naratif.
Keutuhan atau kelengkapan sebuah cerpen dapat dilihat dari segi-segi unsur
yang membentuknya. Adapun unsur-unsur itu adalah peristiwa cerita (alur
atau plot), tokoh cerita (karakter), tema cerita, suasana cerita (mood dan
atmosfir cerita), latar cerita (setting), sudut pandang penceritaan (point of
view), dan gaya (style).
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 13/59
13
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cerpen
merupakan suatu cerita fiksi berbentuk prosa yang singkat dan pendek yang
unsur ceritanya terpusat pada suatu peristiwa pokok. Jumlah dan
pengembangan pelaku terbatas dan keseluruhan cerita memberikan kesan
tunggal.
Burhan Nurgiyantoro (2002: 11) menyatakan bahwa kelebihan cerpen
yang khas adalah kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak-jadi,
secara implisit-dari sekedar apa yang diceritakan. Selain Burhan
Nurgiyantoro, Jacob Sumardjo dan Saini menerangkan bahwa cerpen
memiliki beberapa ciri, yaitu ceritanya bersifat pendek, bersifat rekaan, dan
bersifat naratif. Keutuhan atau kelengkapan sebuah cerpen dapat dilihat dari
segi-segi unsur yang membentuknya.
Adapun unsur-unsur itu adalah peristiwa cerita (alur atau plot), tokoh
cerita (karakter), tema cerita, suasana cerita (mood dan atmosfir cerita),
latar cerita (setting), sudut pandang penceritaan (point of view), dan gaya
(style).
Unsur-unsur-unsur intrinsik tersebut sebagai berikut.
1. Tema cerita
Tema dipandang sebagai dasar arti atau gagasan dasar umum sebuah
karya. Tema menjadi unsur cerita yang memberikan makna dan kekuatan
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 14/59
14
sekaligus unsur pemersatu semua fakta dan sarana cerita (Sugihastuti dan
Suharto, 2005: 45).
Tema disaring dari motif- motif yang terdapat dalam karya yang
bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan
situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau
ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu termasuk berbagai
unsur intrinsik yang lain.
2. Alur Cerita
Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur
cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau
hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas
urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalin-
menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun secara
kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat
dalam suatu prosa fiksi.
Lebih lanjut Stanton mengemukakan bahwa plot ialah cerita yang
berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara
sebab-akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa yang lain.Plot ialah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam
cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-
peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 15/59
15
Dengan demikian, alur cerita ialah jalinan peristiwa yang melatari
sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara sebab-akibat.
3. Penokohan
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-
istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter
dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang
hampir sama. Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas
moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan
dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita.
Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya
daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup
masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana
penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup
memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus
menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah
cerita.
4. Latar
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 16/59
16
Latar menurut Kenney (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2005: 54)
merupakan atmosfer karya sastra yang mendukung masalah tema, alur, dan
penokohan. Latar meliputi penggambaran geografis, termasuk topografi,
pemandangan, perincian perelengkapan sebuah ruang.
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang
menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu
waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Burhan Nurgiyantoro
(2002: 227- 233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok,
antara lain sebagai berikut.
a. Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan
mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah
”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktu
c. Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata
cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 17/59
17
lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat
istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap.
Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang
bersangkutan.
1. Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang
secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan
ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang
milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan.
Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang
tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang
tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
1. Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona
ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan ”aku”, atau seperti
tak seorang pun)?
2. Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan atau
berganti-ganti)?
3. Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk
menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikirn, atau
persepsi pengarang; kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau
persepsi tokoh)?
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 18/59
18
4. Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat,
jauh, atau berganti-ganti)? Selain itu, pembedaan sudut pandang
juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca:
lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan, showing, naratif
atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan
berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang
yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona
pertama.
1) Sudut pandang persona ketiga : ”Dia”
Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga
gaya ”Dia”, narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang
menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata
gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama,
kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata
ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh
yang diceritakan atau siapa yang bertindak.
Sudut pandang ”dia”dapat dibedakan ke dalam dua golongan
berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan
ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh ”dia”, jadi bersifat
mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan ”pengertian”
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 19/59
19
terhadap tokoh ”dia” yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya
selaku pengamat saja.
a) ”Dia” mahatahu
Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun
pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut
tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu
(omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan
tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak
dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita,
berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia” yang lain,
menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan
tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan
motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
b) ”Dia” terbatas, ”Dia” sebagai pengamat
Dalam sudut pandang ”dia” terbatas, seperti halnya
dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar,
dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada
seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh
cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun
mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti
halnya tokoh pertama.
2) Sudut Pandang Persona Pertama: ”Aku”
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 20/59
20
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang
persona pertama (first person point of view), ”aku”. Jadi: gaya ”aku”,
narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku”
tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan
peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan
dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi,
pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang
dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku” tersebut.
(a) ”Aku” tokoh utama
Dalam sudut pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai
peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah,
dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar
dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu
yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya
jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk
memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang
demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central).
(b) ”Aku” tokoh tambahan
Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” muncul bukan sebagai tokoh
utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh
”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh
cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 21/59
21
berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri
itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak
tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan
dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si
”aku”tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan
demikian, si ”aku” hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap
berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada
umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
1. Gaya Bahasa dan Nada
Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak hanya
berfungsi sebagai penyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai
penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang
dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan
perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak
sewajarnya, dan sebagainya
Latar menurut Kenney (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2005: 54)
merupakan atmosfer karya sastra yang mendukung masalah tema, alur, dan
penokohan. Latar meliputi penggambaran geografis, termasuk topografi,
pemandangan, perincian perelengkapan sebuah ruang.
2. Menulis cerpen
a. Hakikat Menulis
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 22/59
22
Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang
harus dikuasai siswa. Keterampilan ini sangat didukung oleh keterampilan
membaca. Membaca adalah sarana utama menuju ke keterampilan menulis
(Murahimin, 1994: 6). Sementara itu, pengertian menulis telah banyak di
kemukakan oleh para ahli Widyamartaya (1994: 4) mengemukakan bahwa
menulis dapat kita pahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan
seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa
tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh
pengarang. Menulis bisa juga diartikan sebagai usaha untuk berkomunikasi
yang mempunyai aturan main serta kebiasaanya sendiri (Murahimin, 1994:
13).
Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan
tulisan. Dapat juga diartikan menulis adalah berkomunikasi
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara
tertulis. Selanjutnya, juga dapat diartikan bahwa menulis adalah
menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau melahirkan pikiran atau
perasaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan, dan
sebagianya (Suriamiharja, dkk1996/1997: 2).
Dengan mencermati teori-teori di atas, dapat dikemukakan bahwa
menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan, ide atau pendapat yang akan
disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui media bahasa tulis untuk
dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh penulis.
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 23/59
23
b. Menulis cerpen
Menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan, ide atau pendapat yang
akan disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui media bahasa tulis
untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh penulis. Gagasan, ide atau
pendapat yang akan disampaikan kepada orang lain (pembaca) oleh penulis
melalui media bahasa tulis dapat berbentuk cerpen. Berdasarkan bentuknya,
Weaver yang dikutip oleh (Tarigan, 1985: 27) membuat klasifikasi tulisan
menjadi empat bentuk, di antaranya adalah mencakup urutan waktu, motif,
konflik, titik pandang, dan pusat minat.
Dengan mencermati teori-teori di atas, dapat diketahui bahwa menulis
cerpen merupakan kegiatan menuangkan ide atau pendapat bahkan
imajinasi ke dalam bentuk tulisan (cerpen) yang isinya menceritakan
sesuatu kejadian berdasarkan urutan waktu dan ada tokoh yang mengalami
konflik.
2. Pembelajaran dengan Media Audio Visual
Penggunaan media audio visual dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan rasa ingin tahu dan memunculkan ide yang sangat menarik
di benak siswa, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses
belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi siswa. Oleh karena
itu media audio visual dapat digunakan secara tepat, secara nyata membantu
dan mempermudah proses belajar mengajar.
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 24/59
24
Tindakan yang hendak dilakukan dalam proses pembelajaran menulis
cerpen, yaitu pembelajaran dengan menggunakan media audio visual yang
memerlukan persiapan yang matang. Pembelajaran menulis cerpen
didahului dengan pemutaran VCD.
Setelah pemutaran VCD, Posisi duduk siswa diatur pada posisi yang
nyaman dan enak, guru memberi penjelasan tata tertib selama pemutaran
VCD, siswa dapat mencatat hal-hal yang dianggap perlu. Kemudian
pembelajaran menulis cerpen dilakukan setelah siswa menyaksikan
pemutaran film dengan media audio visual. Guru menugasi siswa untuk
menulis cerita pendek sesuai ide yang didapat setelah menyaksikan
pemutaran film dan mengandaikan dirinya sebagai salah satu tokoh dalam
film yang dapat memudahkan siswa dalam menulis sebuah cerpen.
1. Perencanaan
Alat peraga pelajaran yang digunakan adalah media audio visual
dengan CD film remaja. Metode yang digunakan adalah ceramah,
tanya jawab,pemutaran film dan penugasan. Jenis penilaian yang
digunakan adalah nontes yaitu pengamatan (observasi) terhadap
kinerja siswa selama proses pembelajaran dan penilaian terhadap
hasil menulis cerpen para siswa. Hasil menulis cerpen siswa
diobservasi meliputi isi, kesesuaian judul, panjang cerpen, alur
cerita, pemilihan dan pengembangan karakter tokoh.
2. Tindakan
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 25/59
25
Tindakan yang dilakukan oleh guru adalah mengadakan apresiasi
berupa tanya jawab tentang berbagai macam film remaja yang
digemari para siswa. Tujuan dari apresiasi ini adalah menggali
pengetahuan dan pengalaman siswa tentang berbagai macam film
remaja yang pernah dilihat dan memberikan penjelasan mengenai
kegiatan belajar mengajar yang hendak dilaksanakan, yaitu
mengenai menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai
tokoh dalam cerita dengan media audio visual.
3. Pengamatan atau Observasi
Kinerja siswa diamati selama pembelajaran berlangsung, keaktifan
dalam melaksanakan kegiatan dan antusiasme menulis cerpen.
Hasil menulis cerpen siswa juga diobservasikan berdasarkan isi,
panjang cerita, alur, pemilihan dan pengembangan karakter tokoh
dalam cerita.
4. Refleksi
Guru menganalisis hasil pengamatan terhadap kinerja siswa dan
penilaian hasil kerja siswa.
2. Hasil belajar
a. Pengertian hasil belajar
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 26/59
26
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang
melalui penguatan (reinfarcemen), sehingga terjadi perubahan ynag bersifat
permanen dan persistem pada dirinya sebagai hasil pengalaman ( Learning
is a change of behavior of experience),demikian pendapat John Dewey,
salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran bahavioural
approach (Dwitaqma, 2008).
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan
akumulatif, mengarah pada kesempatan, misalnya dari tidak mampu
menjadi mampu, dan tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup
aspek pengetahuan (coqnitive domain), aspek afektif (afektive domain). Hal
tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Winkel (1996) bahwa
“Dalam taksonomi Bloom, aspek belajar yang harus diukur keberhasilannya
adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga dapat
menggambarkan tingkah laku menyeluruh sebagai hasil belajar siswa?”.
Pencapaian hasil belajar dapat diukur dengan melihat prestasi belajar
yang diperoleh pada proses pembelajaran. Tingkah laku sebagai hasil
belajar juga tidak terlepas dari proses pembelajaran di kelas dan berbagai
bentuk interaksi belajar lainnya. Menurut Sudjana (1984) bahwa hasil
belajar adalah “Tingkah laku yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti
program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan. Hasil belajar dalam hal ini, meliputi wawasan kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 27/59
27
Adapun menurut Mappasoro (2006) bahwa “Hasil belajar adalah
sejumlah perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan oleh
faktor lain di luar seperti perubahan karena kematangan, perubahan karena
kelelahan fisik dan sebagainya”.
Hasil belajar dan prestasi belajar ibarat dari sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Oleh Karena itu, berbicara hasil belajar maka orientasinya
adalah berbicara prestasi belajar yang diukur dengan nilai tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dicapai seorang pelajar setelah
mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan hal tersebut, maka hasil yang dimaksudkan adalah
prestasi belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar. Dengan
demikian, tujuan pembelajaran dipandang sebagai suatu harapan yang akan
diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2000) bahwa “hasil belajar siswa
dirumuskan sebagai standar kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk
yang lebih spesifik dan merupakan komponen dari tujuan umum bidang
studi”.
b. Fungsi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dijadikan indikator untuk
mengikuti tingkat kemampuan, kesanggupan, penguasaan tentang materi
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 28/59
28
belajar. Sehingga hasil belajar dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
tujuan evaluasi itu sendiri. Di dalam pengertian tentang evaluasi
pendidikan ialah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan sampai di mana kemampuan dan keberhasilan siswa dalam
pencapaian tujuan kurikuler.
Di samping hasil belajar yang digunakan oleh guru-guru dan para
pengawas pendidik untuk mengukur dan menilai sampai di mana
keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar
dan metode-metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian, dapat
dikatakan betapa penting peranan dan fungsi hasil belajar dalam
pendidikan dan pengajaran dikelompokkan menjadi empat fungsi Purnama
(dalam Nasution, 2000) yaitu :
1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan sertakeberhasilan Siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan
belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil belajar dapatdiperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaikicara belajar Siswa (fungsi formatif) dan atau untuk mengisi rapor atau Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional, yang berbarti pulauntuk menentukan kenaikan kelas atau lulus tidak hanya seorangSiswa dari suatu lembaga pendidikan tertentu (fungsi sumatif).
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.
Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponenyang saling berkaitan satu sama lainnya.
3. Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK). Hasil-hasilyang telah dilaksanakan terhadapa Siswanya dapat dijadikaninformasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah.
4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulumsekolah yang bersangkutan.
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 29/59
29
Adapun menurut Winkel (1996) bahwa hasil belajar dapat digunakan
untuk :
1. Mendapatkan informasi tentang masing-masing Siswa, sampaisejauh mana mereka telah mencapai tujuan-tujuan intruksional.Hasil belajar pada tahap evaluasi formatif merupakan bahanuntuk memonitor kemajuan Siswa menyangkut pencapaiantujuan intruksional untuk unit pelajaran tertentu, pada tahapevaluasi sumatif dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk menentukan tingkat keberhasilan Siswa dalam beberapa tujuaninstruksional yang diuji bersama-sama.
2. Mendapatkan informasi tentang suatu kelompok Siswa sampai berapa jauh kelompok Siswa mengenai tujuan-tujuaninstruksional, misalnya satu satuan kelas di bidang studi BahasaIndonesia. Informasi ini diperoleh dengan menerapkan evaluasiformatif dan evaluasi sumatif. Hasil evaluasi tersebut juga
bersifat diganostik yaitu membantu menentukan faktor kesulitandan kesukaran yang masih dialami Siswa dalam mencapai tujuaninstruksional tertentu, dimana faktor tersebut mungkin terdapat
pada pribadi Siswa dan mungkin juga terletak dalam model proses belajar mengajar itu sendiri.
a. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku
subyek belajar ternyata banyak faktor yang mempengaruhi dari sekian
banyak yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar, menurut
Sudjana (1984) bahwa secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi
faktor interen (dari dalam) dan faktor eksteren (dari luar) diri subyek
belajar. Hal ini, sama dikemukakan oleh Winkel (1996) bahwa “Hasil
belajar secara pokok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal terdapat pada diri siswa itu sendiri, yang
meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologi. Sedangkan faktor eksternal
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 30/59
30
merupakan kondisi yang berada di luar siswa yang terdiri atas faktor
keluarga atau rumah tangga, faktor sekolah dan faktor lingkungan
masyarakat.
Menurut Abdurrahman (1993) bahwa
Faktor fisiologis-biologis yang berpengaruh terhadap hasil belajar Siswa, antara lain: (1) bentuk atau postur tubuh, (2) kesegaran dankebugaran, (3) kesehatan atau keutuhan tubuh, (4) instink, refleksdan driff (dorongan), (5) komposisi zat cair tubuh, dan (6) rentang
dan susunan saraf. Adapun faktor psikologis, antara lain : (1)kemampuan kognitif (pengenalan) berupa pengamatan, tanggapan,ingatan, assosiasi/ reproduksi, fantasi dan intelegensi, (2)kematangan emosi (perasaan berupa kematangan emosi biologisdan emosi rohani, (3) kekuatan konasi (kemauan), dan dorongankombinasi berupa minat, perhatian, dan sugesti.
Lebih lanjut Abdurrahman (1993)
Faktor-faktor yang berkaitan dengan keluarga dan lingkungan, antara
lain: (1) suasana kehidupan dalam keluarga, (2) kondisi sosialekonomi, (3) perhatian orang tua terhadap pelajaran anaknya, (4) pemberian motivasi dan dorongan untuk belajar, (5) fasilitas belajar.Faktor sekolah berkaitan dengan (1) pengelolaan kelas dan sekolah,(2) hubungan antara guru dan Siswa, antara Siswa dan antara Siswadengan guru, (3) pelaksanaan bimbingan konseling, (4) fasilitas dansumber belajar, (5) penetapan dan penggunaan metode dan media
pembelajaran oleh guru, (6) kondisi ruangan dan tempat belajar, dan(7) kerjasama orang tua dengan guru dan sekolah denganmasyarakat. Sedangkan faktor ligkungan masyarakat berkaitandengan (8) perhatian dan kepedulian lembaga-lembaga masyarakat
akan pendidikan, (9) keteladanan para pemimpin formal daninformal, (10) peranan media massa, dan (11) bentuk kehidupanmasyarakat.
b. Prinsip-prinsip pengembangan hasil belajar
Pengembangan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan cara
mengemas pelajaran dan suasana menantang, merangsang dan menggugah
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 31/59
31
daya cipta siswa untuk menemukan dan mengesankan. Gagne (dalam
Mulyasa, 2007) menambahkan bahwa jika seorang Siswa dihadapkan pada
suatu masalah pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan
masalah memegang peranan penting dalam pemgembangan siswa.
Menurut Abdurrahman (1993) bahwa “beberapa prinsip yang dapat
digunakan dalam mengembangkan hasil belajar antara lain:
a) Prinsip motivasi
Prinsip motivasi dimaksudkan untuk merangsan daya dorong
pribadi Siswa melakukan sesuatu (motivasi intrinsil dan motivasi
ekstrinsik). Untuk motivasi instrinsik, gairahkanlah perasaan ingin tahu
anak, keinginan mencoba dan hasrta untuk lebih memajukan hasil belajar.
b) Prinsip latar atau konteks
Siswa akan terangsang mempelajari sesuatu jika mengetahui
adanya hubungan langsung pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya.
Guru hendaknya mengetahui apa kira-kira pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan pengalaman yang sudah dimiliki Siswa. Dengan pengetahuan
latar ini, guru dapat mengembangkan kemampuan dan hasil belajar Siswa.
c) Prinsip sosialisasi
Kegiatan belajar bersama dala kelompok perlu dikembangkan di
kalangan Siswa, karena hasil belajar akan lebih baik. Pengelompokan
peserta idik dapat dilakukan dengan pendekatan kemampuan, tempat
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 32/59
32
tinggal, jenis kelamin, dan minat. Setiap kelompok diberi tugas yang
berbeda dari sumber yang sama.
d) Prinsip belajar sambil bermain
Bekerja merupakan tuntutan menyatakan diri utuk berprestasi pada
diri anak, karena itu berilah kesempatan mengembangkan
kemampuan dan hasil belajarnya melalui kegiatan bermain sambil
belajar atau belajar sambil bermain.
A. Hipotesis
Dari rumusan masalah tersebut di atas, maka hipotesis penelitian ini
adalah diduga dengan menggunakan media audio visual dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis cerpen di MTs Negeri
Turikale Kabupaten Maros.
B. Kerangka Pikir
Pada pembelajaran bahasa indonesia, ada empat komponen yang mesti
dipelajari oleh siswa, yakni membaca, menulis, berbicara dan menyimak.
Dalam melakukan pembelajaran peneliti berusaha membuat metode audio
visual menarik untuk dipelajari oleh siswa. Dalam pembelajaran tersebut
salah satu metode yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan
menggunakan metode audio visual. Materi yang cukup rumit untuk siswa
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 33/59
33
MTs adalah menulis cerita pendek (cerpen). Salah satu metode peneliti
adalah metode audio visual dimana peneliti akan mengantarkan siswa untuk
menulis cerpen siswa.
Adapun peneliti dalam hal ini, akan menilai cerpen yang dibuat oleh
siswa nantinya berupa unsur-unsur intrinsik dalam membuat cerpen. Nah,
dari hasil penelitian ini, peneliti nantinya membuat hasil belajar siswa
sebagai tolak ukur dalam menilai keterampilan siswa. Adapaun alur cerita
dapat diperhatikan sebagaimana tabel berikut .
Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Media
Audio Visual
Menulis
Cerpen
Unsur Intrinsik
Tema
Alur
Penokohan
Latar
Sudut Pandang
Gaya Bahasa & Nada
Keterampilan Menulis
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 34/59
34
Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 35/59
Perenca
naan
Refle
ksi
Tinda
kan
Obser
vasi
35
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini adalah selama 2 bulan yakni pada bulan Mei s.d
Juni 2011.
A. Variabel dan Disain Penelitian
1. Variabel penelitian
Adapun variabel penelitian ini, yakni variabel bebasnya adalah metodi
audio visual dan variabel terikatnya adalah keterampilan menulis cerpen
siswa kelas VIII MTs Negeri Turikale Kabupaten Maros.
2. Disain penelitian
Adapun disain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Dimana dalam PTK ini, direncanakan 2 (dua) siklus, dan masing-masing
siklus terdiri dari : Perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara
skematik desain PTK dapat dilihat pada gambar berikut ini.
35
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 36/59
36
Gambar 2 Skema Penelitian tindakan kelas dalam satu siklus
A. Definisi Operasional Variabel
Untuk memperjelas penelitian ini, maka perlu mendefinisikan
operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
Media audio visual adalah penggunaan media film di dalam
pembelajaran.
Keterampilan menulis cerpen adalah keterampilan siswa dalam
menuangkan gagasan, ide atau pendapat yang ingin disampaikan kepada
orang lain melalui media bahasa tulis untuk dipahami.
B. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs. Negeri
Turikale Kabupaten Maros berjumlah 19 orang yang terdiri dari 12 laki-laki
dan 7 Perempuan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 37/59
37
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
butir soal sehingga dapat diseleksi atau direvisi. Tes adalah serentetan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, sikap,
intelegensi, keterampilan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Observasi terhadap aktivitas kelas
yang berhubungan dengan perilaku siswa maupun guru. Observasi
merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan pengamatan
terhadap objek penelitian. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi
langsung, dalam artian mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
gejala-gejala yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi
sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan yang khusus diadakan.
A. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui beberapa teknik
yaitu, melalui :
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 38/59
38
1. Tes hasil belajar menulis cerpen dengan menggunakan media
audio visual, pada tiap akhir siklus di adakan evaluasi
keterampilan menulis cerpen. Kemudian peneliti melakukan
penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa, yakni cerpen yang telah
dibuat oleh siswa pada lembar penilaian yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
2. Lembar observasi, peneliti juga mengamati sikap dan tingkah laku
siswa, dan membuat penilaian pengamatan ditulis pada lembar
pengamatan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
A. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif, yang terdiri dari rata-rata nilai maksimal dan minimum yang
diperoleh siswa pada setiap siklus untuk analisis kuantitatif, yang
digunakan teknik ketegorisasi yang dikemukakan oleh Suherman (1990)
sebagai berikut:
a. Tingkat penguasaan 85 % - 100% sangat tinggi b. Tingkat penguasaan 75% - 84% tinggi
c. Tingkat penguasaan 55 % - 74% sedang, cukupd. Tingkat penguasaan 40 % - 54% rendahe. Tingkat penguasaan 0 % - 39 % jelek, sangat rendah
Untuk analisis deskriptif, rumus yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 39/59
39
Me = Mean f = Frekuensi
x = Nilai perolehan siswa N = Jumlah siswa
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data kualitatif
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 40/59
40
Data kualitatif merupakan data sikap siswa kelas VIII MTs Turikale
Kabupaten Maros dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia yang
diperoleh dari lembar observasi. Dalam mengamati aktivitas siswa
dilakukan sebanyak dua kali, yakni pengamatan aktivitas siswa pada siklus
I dan pengamatan aktivitas siswa siklus II. Berikut ini hasil pengamatan
aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran siklus I dan siklus II.
Adapun hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II sebagai berikut.
Tabel 1 Frekuensi Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II pada Siswa KelasVIII MTs. Turikale Kabupaten Maros
No Aktivitas KelasSiklus I Siklus II
x % x %
1 Menyimak Pengajaran Guru 15 79 19 100
2 Kerja sama Kelompok 13 68 19 100
3 Meminta Bimbingan Guru 7 37 12 63
4 Mengajukan pertanyaan 3 16 14 745 Kegiatan tidak relevan : Keluar Masuk Kelas 0 0 0 0
6 Kegiatan tidak relevan : Menganggu Teman 5 26 2 11
7 Menjawab Pertanyaan 7 37 5 26
8 Mempresentasikan hasil belajar 8 42 5 26
9 Menyimpulkan hasil belajar 8 42 9 47
10 Merespon teman 11 58 9 47
Sumber : Hasil Pengamatan, 2011
Dari tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang menyimak
pengajaran guru pada siklus I sebanyak 15 orang dengan persentase 79%
dan pada siklus II sebanyak 19 orang dengan persentase 100%, siswa yang
bekerja sama kelompoknya pada siklus I sebanyak 13 orang dengan
presentase 68% dan pada siklus II sebanyak 19 orang dengan persentase
100%, siswa yang meminta bimbingan guru pada siklus I sebanyak 7 orang
40
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 41/59
41
dengan persentase 37% dan pada siklus II sebanyak 12 orang dengan
persentase 63%, siswa yang mengajukan pertanyaan pada siklus I sebanyak
3 orang dengan persentase 16% dan pada sikus II sebanyak 14 orang
dengan persentase 74%, siswa yang melakukan kegiatan yang tidak relevan
seperti keluar masuk kelas sebanyak 0 orang begitupun pada siklus II tidak
ada siswa yang keluar masuk, siswa yang melakukan kegiatan yang tidak
relevan seperti menganggu temanya pada siklus I sebanyak 5 orang dengan
persentase 26% dan siklus II sebanyak 2 orang dengan persentase 11%,
siswa yang menjawab pertanyaan guru dan siswa pada siklus I sebanyak 7
orang dengan persentase 37% dan pada siklus II sebanyak 5 orang dengan
persentase 26%, siswa yang menyimpulkan hasil belajar pada siklus I
sebanyak 8 orang dengen persentase 42% dan pada sikus II sebanyak 9
orang dengan persentase 47%, dan siswa yang merespon temannya pada
siklus I sebanyak 11 orang dengan persentase 58% dan pada sikus II
sebanyak 9 orang dengan persentse 47%.
2. Data kuantitatif
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar menulis cerita
pendek melalui media audio visual. Untuk memperoleh data mengenai
apakah hasil belajar menulis cerpen dapat meningkat, maka sampel siswa
kelas VIII MTs Negeri Turikale Kabupaten Maros. Sebelum mengadakan
tindakan kelas dalam rangka menerapkan metode audio visual, terlebih
dahulu disiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun sesuai
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 42/59
42
dengan materi yang dipelajari oleh siswa pada saat itu sesuai dengan
kurikulum, tes untuk siklus I dan siklus II.
a. Siklus I
Proses belajar mengajar dimulai dengan perkenalan oleh guru dengan
siswa. Siklus I dilakukan dua kali pertemuan proses belajar mengajar dan
tes akhir siklus I pada pertemuan ketiga. Khusus untuk pertemuan pertama
semua siswa hadir dan begitu pun pada pertemuan kedua, semua siswa
hadir yang berjumlah 19 orang sebagai subjek penelitian. Pertemuan ketiga
yang merupakan tes akhis siklus I semua siswa menjadi subjek penelitian
yang hadir. Tes akhir ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam memahami materi yang telah diberikan, adapun skor hasil belajar
menggunakan Microsoft Excel 2007, maka diperoleh skor hasil belajar
sebagai berikut.
Tabel 2 Skor Hasil Perolehan Siswa Siklus I
Skor Perolehan Frekuensi Persentase
506 3260 7 38
70 0 0
80 0 0
90 6 32
Jumlah 19 100
Sumber : Hasil Olahan, 2011
Dari tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa skor perolehan siswa pada
siklus I ini yakni, siswa yang memperoleh skor 50 sebanyak 6 orang dengan
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 43/59
43
persentase 32%, siswa yang memperoleh skor 60 sebanyak 7 orang dengan
persentase 37%, dan siswa yang memperoleh skor 90 sebanyak 6 orang
dengan persentase 32%.
Adapun statistik hasil belajar siswa dalam Menulis Cerpen Melalui
Media Audio Visual ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 3 Statistik Hasil Belajar siswa Siklus I
Statistik NilaiSubjek Penelitian 19
Rata-rata 66Median 60Modus 60
Standar Deviasi 17Varian 291
Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 50
Rentang 40
Sumber : Hasil Olahan, 2011
Dari tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa statistik hasil belajar siswa
dari 19 subjek penelitian dalam Menulis Cerpen Melalui Media Audio
Visual pada siklus I, diperoleh bahwa rata-rata hasil belajarnya adalah 66,
nilai median yang diperoleh adalah 60, nilai modus yang diperoleh adalah
60, nilai standar deviasi yang diperoleh adalah 17, nilai varians yang
diperoleh adalah 291, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90, nilai
terendah yang diperoleh adalah 50 dan rentang nilai yang diperoleh adalah
40.
Berikut ini, kategorisasi hasil belajar siswa dalam Menulis Cerpen
Melalui Media Audio Visual pada siklus I.
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 44/59
44
Tabel 4 Kategorisasi Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Cerpen MelaluiMedia Audio Visual pada Siklus I
Interval Kategori FrekuensiPersentase
(%)
0 – 39 Sangat Rendah 0 040 – 54 Rendah 6 32
55 – 74 Sedang 7 38
75 – 84 Tinggi 0 0
85 - 100 Sangat Tinggi 6 32
Jumlah 19 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel 4 di atas, menunjukkan kategorasi hasil belajar siswa dalam
Menulis Cerpen Melalui Media Audio Visual pada siklus I, diperlihatkan
bahwa hasil belajar siswa pada kategori sangat rendah sebanyak 0 orang
atau persentase 0%, yang berada pada kategori rendah sebanyak 6 orang
dengan persentase 32%, yang berada pada kategori sedang sebanyak 7orang
dengan persentase 38%, yang berada pada kategori tinggi sebanyak 0 orang
dengan persentase 0% dan yang berada pada kategori sangat tinggi
sebanyak 6 orang dengan persentase 32%.
Dari data tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa kategorisasi hasil
belajar siswa dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siklus
I didominasi oleh kategori sedang.
Dari tabel tersebut, dapat pula kita perhatikan diagram batang hasil
belajar siswa dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siklus
I berikut ini.
Gambar 2 Diagram Kategorisasi Hasil Belajar Siswa Siklus I
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 45/59
45
Adapun ketuntasan hasil belajar siswa dalam Menulis Cerpen Melalui
Media Audio Visual pada siklus I sebagai berikut :
Tabel 5 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Cerpen MelaluiMedia Audio Visual pada siklus I
Interval Kategori FrekuensiPersentase
(%)0 – 70 Tidak Tuntas 13 68
71 - 100 Tuntas 6 32
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa ketuntasa hasil belajar siswa
dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siklus I, diperoleh
bahwa hasil belajar siswa yang berada pada kategori tidak tuntas sebanyak
13 orang dengan persentase 68% dan yang berada pada kategori tuntas
adalah sebanyak 6 orang dengan persentase 32%.
Untuk memperjelas tabel 5 di atas, berikut ini diagram ketuntasan
hasil belajar dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siklus I.
Dari diagram di atas disimpulkan bahwa pada siklus I hasil belajar
siswa dalam menulis cerpen melalui media audio visual berada pada
kategori tidak tuntas.
b. Siklus II
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 46/59
46
Siklus II dilakukan 2 (dua) kali pertemuan proses belajar mengajar
dan tes akhir siklus II pada pertemuan ketiga. Khusus untuk pertemuan
pertama semua siswa hadir dan begitu pun pada pertemuan kedua, semua
siswa hadir yang berjumlah 19 orang. Pertemuan ketiga yang merupakan tes
akhir siklus II semua siswa menjadi subjek penelitian. Tes akhir siklus II ini
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui media audio visual
dalam memahami materi yang diberikan. Adapun skor hasil belajar siswa
dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, setelah data dikumpulkan
kemudian di input ke dalam Microsoft Excel untuk mencari skor perolehan
dari perolehan tersebut. Maka diperoleh skor perolehan sebagai berikut.
Tabel 6 Skor Perolehan Siswa dalam menulis cerpen melalui media audiovisual pada siklus II
Skor Perolehan Frekuensi Persentase (%)
60 3 16
70 9 47
80 1 5
90 0 0
100 6 32
Jumlah 19 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel 6 di atas, menunjukkan bahwa skor perolehan siswa dalam
menulis cerpen melalui media audio visual pada siklus II, diperoleh bahwa
siswa yang memperoleh skor 60 sebanyak 3 orang dengan 16%, siswa yang
memperoleh skor 70 sebanyak 9 orang dengan persentase 47%, siswa yang
memperoleh skor 80 sebanyak 1 orang dengan persentase 5%, siswa yang
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 47/59
47
memperoleh skor 90 sebanyak 0 orang dengan persentase 0%, dan siswa
yang memperoleh skor 100 sebanyak 6 orang dengan persentse 32%.
Dari data tersebut di atas, disimpulkan bahwa skor peroleh siswa
dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa kelas VIII
MTs. Turikale Kabupaten Maros siklus II didominasi oleh siswa yang
memperoleh skor 70.
Dari skor perolehan siswa tersebut, maka dibuatlah statistik hasil
belajar siswa dalam menulis cerpen melalui audio visual pada siswa kelas
VIII MTs. Turikale Kabupaten Maros, sebagai berikut:
Tabel 7 Statistik Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Cerpen melaluiMedia Audio Visual pada Siswa Kelas VIII MTs. TurikaleKabupaten Maros Siklus II
Statistik NilaiSubjek Penelitian 19Rata-rata 78Median 70Modus 70
Standar Deviasi 16Varians 247
Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 60
Rentang 40Sumber : Hasil Olahan, 2011
Dari tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa statistik hasil belajar siswa
dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa kelas VIII
MTs. Turikale Kabupaten Maros siklus II dari 19 subjek penelitian
diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar adalah 78, nilai median yang
diperoleh adalah 70, nilai modus yang diperoleh adalah 70, nilai standar
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 48/59
48
deviasi yang diperoleh adalah 16, nilai varians yang diperoleh adalah 247,
nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100, nilai terendah yang diperoleh
adalah 60, dan rentang nilai yang diperoleh adalah 40.
Kemudian, nilai statistik tersebut, di kategorisasikan sebagaiman pada
tabel 8 berikut ini.
Tabel 8 Kategorisasi Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Cerpen melaluiMedia Audio Visual pada Siswa Kelas VIII MTs. Negeri Turikale
Kabupaten Maros siklus II
Interval Kategori FrekuensiPersentase
(%)
0 – 39 Sangat Rendah 0 040 – 54 Rendah 3 16
55 – 74 Sedang 9 47
75 – 84 Tinggi 1 5
85 – 100 Sangat Tinggi 6 32
Jumlah 19 100
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel 8 di atas menunjukkan bahwa kategorisasi hasil belajar
siswa dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa kelas
VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros siklus II, menunjukkan bahwa
siswa yang berada pada kategori sangat rendah sebanyak 0 orang dengan
persentase 0%, siswa yang berada pada kategori rendah sebanyak 3 orang
dengan persentase 16%, siswa yang berada pada kategori sedang sebanyak
9 orang dengan persentase 47%, siswa yang berada pada kategori tinggi
sebanyak 1 orang dengan persentase 5%, dan siswa yang berada pada
kategori sangat tinggi sebanyak 6 orang dengan persentase 32%.
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 49/59
49
Dari data tersebut di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
dalam menulis cerpen melalui media audio visual didominasi oleh kategori
sedang.
Selain dalam bentuk tabel kategorisasi hasil belajar menulis cerpen
melalui media audio visual pada siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale
Kabupaten Maros, berikut ini disajikan dalam bentuk diagram.
Gambar 4 Diagram Kategorisasi Hasil Belajar Siswa Siklus II
Data kategorisasi ini kemudian diketahui persentase ketuntasan hasil
belajar dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa kelas
VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros siklus II, sebagai berikut.
Tabel 9 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Cerpen melaluiMedia Audio Visual pada Siswa Kelas VIII MTs. Negeri TurikaleKabupaten Maros
Interval Kategori FrekuensiPersentase
(%)
0 – 70 Tidak Tuntas 3 1671 - 100 Tuntas 16 84
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar
siswa dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa kelas
VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros siklus II di ketahui dari tabel
tersebut dimana siswa yang berada pada kategori tidak tuntas sebanyak 3
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 50/59
50
orang dengan persentase 16% dan siswa yang berada pada kategori tuntas
sebanyak 16 orang dengan persentase 84%.
Dari data tersebut di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
dalam keterampilan menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa
kelas VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros didominasi oleh
kategori tuntas. Hal ini dapat pula kita perhatikan pada diagram berikut.
Gambar 5 Diagram Ketuntasan Menulis Cerpen Melalui Audio VisualSiklus II
Dari diagram tersebut, menunjukkan bahwa pada kategori tuntas
memiliki diagram lebih tinggi dibandingkan dengan kategori tidak tuntas.
A. Pembahasan
Hasil belajar bahasa Indonesia yang diperoleh setelah dilakukan tes
akhis siklus I dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa
kelas VIII MTs Negeri Turikale Kabupaten Maros, dimana subjek
penelitian ini berjumlah 19 orang, diperoleh rata-rata hasil belajarnya
adalah 58, nilai mediannya adalah senilai 66, nilai modusnya adalah senilai
60, nilai standar deviasinya adalah senilai 17, nilai variansnya adalah senilai
291, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90, nilai terendah adalah senilai
50 dan rentang nilanya adalah 40 dengan tingkat ketuntasan sebesar 32%.
Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum
signifikan, karena tingkat ketuntasan hasil belajar siswa belum mencapai
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 51/59
51
70% tingkat ketuntasan, diketahui bahwa data menunjukkan bahwa nilai
rata-rata yang diperoleh adalah 58, artinya rata-rata siswa belum menguasai
atau belum memahami pembelajaran pada siklus I.
Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi belajar sehingga siswa
tidak tertarik dengan pembelajaran yang diberikan. Melalui media audio
visual siswa ditekankan pada pembelajaran keterampilan siswa dalam
menulis cerpen dengan memperhatikan media yang disajikan ini merupakan
suatu cara meningkatkan minat siswa untuk melakukan pembelajaran
menulis cerpen. Namun, siklus I ini siswa belum dapat bekerja seefisien
mungkin. Melalui media audio visual ini, masih banyak siswa yang
memonopoli tugas yang diberikan. Oleh karena itu, dalam siklus I ini guru
lebih banyak membimbing dan mengarahkan siswa.
Adapun faktor yang mempengaruhi belum maksimalnya hasil belajar
siswa pada siklus I ini adalah kegiatan siswa yang tidak relevan dengan
pembelajaran yakni menganngu temannya pada saat pembelajaran
berlangsung, mengobrol dengan temannya, mengerjakan tugas lain,
bersikap seadanya dalam melakukan kegiatan. Meskipun jumlah siswa yang
melakuakn kegiatan tersebut tidak terlalu signifikan dan masih terkatgori
ditelerasi. Namun, tetap harus menjadi perhatian karena jika dibiarkan tanpa
tindakan korektif akan mengakibatkan orientasi belajar siswa terganggu
sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai.
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 52/59
52
Pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I, siklus II keaktifan
siswa sudah tampak, dorongan dan minat siswa dalam belajar bahasa
Indonesia dengan metode inkuiri sudah dapat terlihat dari keaktifannya
bertanya, bekerjasama dalam kelompoknya, meminta bimbingan guru,
menyimak penjelasan guru, membuat kesimpulan, dan mempresentasikan
hasil belajarnya, walaupun masih terdapat 2 orang dengan persentase 11%
siswa yang melakukan kegiatan yang tidak relevan seperti menganggu
temannya, tidak menjadikan bahwa proses pembelajaran terganggu. Hal ini
diketahui dengan hasil belajar siswa pada siklus II ini diperoleh nilai rata-
ratanya adalah 78, nilai median yang diperoleh adalah 70, nilai modus yang
diperoleh adalah senilai 70, nilai standar deviasi yang diperoleh adalah 16,
nilai tertinggi yang diperoleh 100, nilai terendah yang diperoleh adalah 60.
Adapun statistik hasil belajar pada siswa kelas VIII MTs Negeri
Turikale Kabupaten Maros siklus I dan siklus II sebagai berikut.
Tabel 10 Statistik Hasil Belajar pada Siklus I dan Siklus II
Statistik Siklus
I II
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 53/59
53
Subjek Penelitian 19 19Rata-rata 66 78
Median 60 70Modus 60 70
Standar Deviasi 17 16Varians 291 247
Nilai Tertinggi 90 100 Nilai terendah 50 60
Sumber : Hasil Perolehan, 2011
Dari tabel 10 di atas, sangatlah jelas menunjukkan bahwa dari 19
subjek penelitian ini, pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh adalah 66
dan pada siklus II adalah 78 berarti mengalami peningkatan nilai rata-rata
hasil belajar siswa. Nilai median pada siklus I adalah senilai 60 dan pada
sikus II senilai 70, nilai mediannya juga mengalami peningkatan dari 60 ke
70. Begitupun untuk nilai tertingginya pada siklus I nilai tertingginya
adalah 90 dan pada siklus II adalah 100, mengalami kenaikan sebanyak 10,
dan nilai terendah yang diperoleh pada siklus I adalah 50 dan pada siklus II
adalah senilai 70, nilai terendah tersebut juga mengalami kenaikan.
Kenaikan-kenaikan tersebut menunjukkan bahwa dengan metode inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar menulis karangan deskriptif siswa.
Kategorisasi hasil belajar siswa dapat dilihat pada diagram
kategoriasai siklus I dan II berikut ini.
Gambar 8 Diagram Kategorisasi Siklus I dan Siklus II
Jika diperhatikan pada gambar di atas, menunjukkan bahwa pada
siklus I nilai yang peroleh siswa pada siklu I berada pada kategori sedang
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 54/59
54
dan pada siklus II berada pada kategori sedang pula, walaupun pada hasil
belajar siswa tersebut kedua siklus nilai modusnya adalah berada pada
kategori sedang, dimana grafik paling tinggi menjukkan pada kategori
sedang ini berarti modus kedua siklus tersebut adalah pada kategori sedang.
Untuk siklus I sendiri tidak ada hasil belajar siswa yang berada pada
kategori sangat rendah begitupun untuk siklus II. Hal ini berarti terjadi
peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII MTs
Negeri Turikale Kabupaten Maros.
Hal ini dapat pula diketahui dari diagram ketuntasan hasil belajar
siklus I dan siklus II sebagai berikut.
Gambar 9 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siklus I
dan II menujukkan peningkatan hasil belajar pada siklus I dan siklus II,
dimana pada siklus I jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 68% dan
pada siklus II sebanyak 16%, sedangkan ketuntasan siklus I siswa sebanyak
32% dan pada siklus II sebanyak 84%. Hal ini menunjukkan bahwa dari
hasil ketuntasan hasil belajar pada siklus I ke siklus II mengalami kenaikan
hasil belajar yang signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan hasil
belajar dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa kelas
VIII MTs Negeri Turikale Kabupaten Maros, pada siklus II ini rata-rata
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 55/59
55
hasil belanya adalah 78 telah melewati KKM sebesar 70. Ini berarti bahwa
dengan penggunaan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan
hasil belajar siswa dalam menulis cerpen
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari pembahasan di atas, maka peneliti menyimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Dari hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada siklus I belum
seefektif mungkin sedangkan pada siklus II sudah efektif. Dimana
pada siklus I siswa yang menyimak penjelasan guru mengalami
peningkatan pada siklus II sebanyak 4 orang, yakni dari 15 orang
menjadi 19 orang. Kemudian pada siklus I masih kurang siswa
yang meminta bimbingan guru sedangkan pada siklus II bertambah
11 orang yang meminta bimbingan guru. Sedangkan siswa yang
melakukan kegiatan yang tidak relevan seperti keluar masuk kelas
tidak ada, hanya ada siswa yang menganggu temannya, itupun bisa
ditolerir dengan memberikan teguran. Ini menunjukkan bahwa
pada siklus I ke siklus II mengalamai peningkatan hasil belajar
menulis cerpen melalui audio visual pada siswa kelas VIII MTs.
Negeri Turikale Kabupaten Maros.
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 56/59
56
2. Hasil belajar siswa dalam menulis cerpen melalui media audio
visual pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan hal ini
diketahui dari hasil statitik, dimana subjek penelitian ini pada
siklus I berjumlah 19 orang, diperoleh rata-rata hasil belajarnya
adalah 66, nilai mediannya adalah senilai 60, nilai modusnya
adalah senilai 60, nilai standar deviasinya adalah senilai 17, nilai
varians adalah senilai 291, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90,
nilai terendah adalah senilai 50. Pada siklus II ini diperoleh nilai
rata-ratanya adalah 78, nilai median yang diperoleh adalah 70, nilai
modus yang diperoleh adalah senilai 70, nilai standar deviasi yang
diperoleh adalah 16, nilai variansnya adalah 247, nilai tertinggi
yang diperoleh 100, nilai terendah yang diperoleh adalah 60. Dari
data siklus I dan siklus II tersebut di atas menunjukkan bahwa
melalui media audio visual dapat meningkatkan keterampilan
menulis cerpen pada siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale
Kabupaten Maros.
A. Saran
Dari simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
58
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 57/59
57
1. Menetapkan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar
menulis cerpen melalui audio visual pada siswa kelas VIII MTs.
Negeri Turikale Kabupaten Maros.
2. Dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya memberikan situasi
yang bervariasi sehingga tidak menyebabkan kejenuhan bagi
siswa.
3. Diharapkan para peneliti dibidang pendidikan, agar dapat
melakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan media audio
visual.
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 58/59
58
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, 1993. Pengelolahan Pengajaran . Ujung Pandang: PT.Bintang Selatan
Akhmadi, Mukhsin, dkk. 1981. Kemampuan Mengapresiasi Prosa Murid SPG di Jawa Timur . Jakarta: DEPDIKBUD Pusat Pembinaandan Pengembagan Bahasa.
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Algesindo.
Burhan Nurgiyantoro. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: GadjahMada University Press.
Chamdiah, Sri, dkk. 1981. Kemampuan Mengapresiasi Siswa SMA DKI .
Jakarta: DEPDIKBUD Pusat Pembinaan dan PengembaganBahasa.
Dick Hartoko dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Dwitaqama, D, 2008. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (online).
Jacob Sumardjo dan Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesustraan. Jakarta:Gramedia Pustaka Jaya.
Mappasaro, S, 2006. Belajar dan Pengajaran. Makassar : FIP UNM
Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional . Bandung: PT RemajaRosdakarya
Murahimin Ismail. 1994. Menulis Secara Populer . Jakarta: Pustaka JayaPress.
Natawijaya, Suparman. 1982. Apresiasi Sastra dan Budaya. Jakarta:Intermasa.
5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 59/59
59
Nasution. 2000. Metode Research. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Rusyana, Yus, dkk. 1995. Kegiatan Apresiasi Sastra Indonesia Murid SMA Jawa Barat . Jakarta: DEPDIKBUD Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa.
Sudjana, Nana. 1984. Pedoman Praktis Mengajar . Jakarta: PPPP. AgamaIslam.
Sugihastuti dan Suharto. 2005. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suherman. E. 1990. Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi PendidikanMatematika untuk Guru dan Calon Guru. Wijaya Kusuma:Bandung.
Suminto A. Sayuti. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta:Gama Media
Suriamiharja, dkk. 1996/1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta:DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar danMenengah bagian Proyek Penataran Guru SLTP Stara D III.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1991. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:Angkasa.
Widyamartaya, A. 1992. Seni Membaca untuk Studi. Yogyakarta: Kanisius.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.
60
61