3. Skripsi Saiful

59
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bel akang Sastra dibangun menurut daya angan (imajinasi), yaitu daya tangkap  bati n yang secara intuiti f memper oleh tanggapan atau visi yang benar dari  pe ngal ama n dan kenyat aan konk ret . Ima jin asi dibeda kan dar i fantas i. Angan dibedakan dari khayal tanpa disertai penjelasan sama sekali, tetapi serent ak de ngan it u. Fantasi ada lah imaj ina si ya ng di terus ka n (dike mbangka n) yang menga tasi strukt ur kenya taan sehar i-hari . Fanta si merupakan contoh pertama dari kesadaran imajinatif. Pengimaji an dal am sastra ber guna unt uk member i gambar an yang  je las , menimb ulkan suasana khusus, membua t hidup gambar an dal am  pikiran da n pe ngindraan. Selain itu, untuk menarik pe rhat ia n dan memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair. Gambaran angan, gambar an pikira n, kesan mental, dan bahasa yan g menggambar kann ya  biasa disebut dengan istilah citra atau imaji. Adapun cara membentuk kesan me nt al atau ga mbaran se suat u bi asa di sebut de ngan is ti la h ci tr aa n (imagery). Kenyataan yang dilahirkan sastra, dalam hubungan ini adalah suatu karya imajiner "a reflected reality" (realitas yang direfleksikan)." Imajiner art iny a hanya ter dapat dalam anga n-a nga n, at au kha yal an, sebu tan lai n untuk 'fantasi' (  Ignas Kleden ). 1

Transcript of 3. Skripsi Saiful

Page 1: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 1/59

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra dibangun menurut daya angan (imajinasi), yaitu daya tangkap

 batin yang secara intuitif memperoleh tanggapan atau visi yang benar dari

  pengalaman dan kenyataan konkret. Imajinasi dibedakan dari fantasi.

Angan dibedakan dari khayal tanpa disertai penjelasan sama sekali, tetapi

serentak dengan itu. Fantasi adalah imajinasi yang diteruskan

(dikembangkan) yang mengatasi struktur kenyataan sehari-hari. Fantasi

merupakan contoh pertama dari kesadaran imajinatif.

Pengimajian dalam sastra berguna untuk memberi gambaran yang

  jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup gambaran dalam

  pikiran dan pengindraan. Selain itu, untuk menarik perhatian dan

memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair. Gambaran angan,

gambaran pikiran, kesan mental, dan bahasa yang menggambarkannya

 biasa disebut dengan istilah citra atau imaji. Adapun cara membentuk kesan

mental atau gambaran sesuatu biasa disebut dengan istilah citraan

(imagery).

Kenyataan yang dilahirkan sastra, dalam hubungan ini adalah suatu

karya imajiner "a reflected reality" (realitas yang direfleksikan)." Imajiner 

artinya hanya terdapat dalam angan-angan, atau khayalan, sebutan lain

untuk 'fantasi' ( Ignas Kleden).

 

1

Page 2: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 2/59

 

2

Sastra adalah cabang seni. Seni sangat ditentukan oleh faktor manusia

dan penafsiran, khususnya masalah perasaan, semangat, kepercayaan.

Dengan demikian, sulit sekali dibuat batasan atau definisi sastra di mana

definisi tersebut dihasilkan dari metode ilmiah.

Karya sastra melekat dengan situasi dan waktu penciptaannya. Karya

sastra tahun 1920-an tentu berbeda dengan karya sastra tahun 1966.

Kadang-kadang definisi kesusastraan ingin mencakup seluruhnya sehingga

mungkin tepat untuk satu kurun waktu tertentu tetapi ternyata kurang tepat

untuk yang lain.

Beberapa definisi sastra, yaitu sastra sebagai seni berbahasa. Sastra

adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah

ekspresi pikiran (pandangan, ide, perasaan, pemikiran) dalam bahasa. Sastra

adalah inspirasi kehidupan yanag dimateraikan dalam sebuah bentuk 

keindahan. Sastra adalah buku-buku yang memuat perasaan kemanusiaan

yang mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan

 pandangan, dan bentuk yang mempesona. Sastra adalah ungkapan pribadi

manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,

keyakainan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan

 pesona dengan alat bahasa.

Sesuatu disebut teks sastra jika (1) teks tersebut tidak melulu disusun

untuk tujuan komunikatif praktis atau sementara waktu, (2) teks tersebut

mengandung unsur fiksionalitas, (3) teks tersebut menyebabkan pembaca

Page 3: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 3/59

 

3

mengambil jarak, (4) bahannya diolah secara istimewa, dan (5) mempunyai

keterbukaan penafsiran.

Terdapat tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya tulis

lainnya, yaitu sifat khayali, adanya nilai-nilai seni/estetika, dan penggunaan

  bahasa yang khas. Karya sastra dapat dikelompokkan menjadi dua

kelompok, yaitu (a) sastra imajinatif, dan (b) sastra non-imajinatif. Sastra

imajinatif mempunyai ciri isinya bersifat khayali, menggunakan bahasa

yang konotatif, memenuhi syarat-syarat estetika seni. Sastra non-imajinatif 

mempunyai ciri-ciri isinya menekankan unsur faktual/faktanya,

menggunakan bahasa yang cenderung denotatif, memenuhi unsur-unsur 

estetika seni.

Dengan demikian, kesamaan antara sastra imajinatif dan non-

imajinatif adalah masalah estetika seni. Unsur estetika seni meliputi

keutuhan (unity), keselarasan (harmony), keseimbangan (balance),

fokus/pusat penekanan suatu unsur (right emphasis). Perbedaannya terletak 

  pada isi dan bahasanya. Isi sastra imajinatif sepenuhnya bersifat

khayal/fiktif sedangkan isi sastra non-imajinantif didominasi oleh fakta-

fakta. Bahasa sastra imajinatif cenderung konotatif sedangkan bahasa sastra

non-imajinatif cenderung denotatif.

Kegiatan apresiasi terhadap karya sastra merupakan suatu bentuk 

kegiatan mendalami karya sastra secara sungguh-sungguh dan berulang

kali. Untuk itu, nantinya diharapkan dapat menimbulkan kesadaran

Page 4: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 4/59

 

4

terhadap nilai seni yang dikandungnya, kepekaan pikiran dan perasaan, dan

 penghargaan terhadap karya sastra.

Karya sastra adalah hasil ciptaan sastrawan, tidak begitu saja datang

sendiri. Sastrawan berasal dari masyarakat, dan menyadari perlunya

  berkomunikasi dengan manusia lain. Dengan demikian, sastrawan

memerlukan pembaca untuk membaca hasil karyanya sebagai salah satu

  bentuk komunikasi. Sehubungan dengan hal itu, sastrawan berusaha

menciptakan dunia rekaan berdasarkan kemampuan daya khayalnya. Dunia

rekaan itu tentu saja harus bisa dikenal oleh pembaca, sebab jika tidak,

komunikasi tidak akan berlangsung. Pembaca layaknya sastrawan juga

merupakan anggota masyarakat yang tentunya menyadari pentingnya

 berkomunikasi. Di dalam proses komunikasi semacam itu, sastrawan adalah

 pengirim pesan lewat karya sastranya sedangkan pembaca adalah penerima

  pesan. Dalam proses tersebut, pembaca adalah penerima yang pasif 

sedangkan sastrawan pengirim pesan yang aktif, namun kenyataannya

tidaklah demikian.

Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, siswa diharapkan

memiliki keterampilan berbahasa yang terdiri dari menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Keempat keterampilan dasar tersebut saling

 berkaitan dan merupakan satu kesatuan. Keterampilan berbahasa yang satu

akan mempengaruhi keterampilan berbahasa yang lain, terutama yang

tingkatannya lebih tinggi. Menyimak dan membaca termasuk dalam

Page 5: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 5/59

 

5

kegiatan reseptif, sedangkan berbicara dan menulis merupakan kegiatan

  produktif. Hal tersebut tidak berarti berbicara dan menulis merupakan

kegiatan yang lebih baik karena bersifat produktif atau menghasilkan.

Sebenarnya, dalam menyimak dan membaca ada kerja otak untuk menyerap

 berbagai informasi dan pengetahuan yang ada di dalamnya.

Di antara keempat keterampilan berbahasa tersebut, menulis berada

  pada tataran yang paling tinggi. Menulis merupakan kegiatan yang

kompleks dan produktif. Oleh karena itu, untuk keterampilan menulis,

ketiga keterampilan di bawahnya haruslah mendukung. Alur berpikir 

seseorang dapat dilihat dari hasil tulisannya.

Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang pengetahuan terapan

yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pada perkembangan

  pendidikan di Indonesia, untuk itu diperlukan kemampuan untuk 

memanfaatkan teknologi modern dalam upaya untuk mengembangkan

  pendidikan. Upaya pemanfaatan teknologi dalam bidang pendidikan

hendaknya terus dilakukan karena media pendidikan mempunyai peranan

 penting dalam komunikasi. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

sekolah merupakan suatu program pengembangan pengetahuan,

keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra

Indonesia.

MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros merupakan instansi

 pendidikan yang masih baru, dimana pada pembelajaran bahasa dan sastra

Page 6: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 6/59

 

6

indonesia belum semaksimal mungkin diterapkan karena masih dibutuhkan

suatu metode dan media yang mungkin cocok untuk diterapkan. Hal ini

diketahui dari hasil pembelajaran menulis cerpen pada pembelajaran

sebelumnya diperoleh bahwa hsail belajarnya masih dibawah KKM 70.

45% siswa masih memerlukan remdial pada pembelajaran bahasa

indonesia. Oleh karena itu, peneliti menganggap bahwa perlu adanya media

atau metode yang cocok di sekolah tersebut.

Dengan adanya media audio visual yang menampilkan gambar beserta

suaranya akan mempermudah siswa untuk menangkap informasi yang

dibutuhkan dalam mengembangkan inspirasi maupun gagasan yang akan

dituangkan dalam menulis sebuah cerpen. Selain itu proses belajar 

mengajar akan terasa lebih hidup dan lebih menyenangkan dibandingkan

dengan menggunakan media audio (suara), pembelajaran menulis cerpen

yang menggunakan media audio (suara) kurang maksimal digunakan dalam

  pembelajaran menulis cerpen karena penggunaan media audio hanya

menampilkan sebuah suara yang kurang memaksimalkan potensi siswa

dalam menangkap informasi yang sangat dibutuhkan untuk 

mengembangkan inspirasi dan ide-idenya yang akan digunakan untuk 

menulis sebuah cerpen.

Dari uraian ti atas, maka peneliti menganggap bahwa perlu diadakan

 penelitian tentang hal tersebut, dengan judul “Peningkatan Keterampilan

Page 7: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 7/59

 

7

Menulis Cerpan melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII MTS

 Negeri Turikale Kabupaten Maros”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini

adalah apakah ada peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui media

audio visual pada siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten

Maros?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

2. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk 

meningkatkan keterampilan menulis cerpen melalui media audio visual

 pada siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros.

3. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Segi praktis

Page 8: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 8/59

 

8

Dapat memberikan suatu masukan pada pengajasan bahasa dan sastra

Indonesia, khususnya materi menulis cerpen dengan metode audio visual

 pada siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros.

 b. Teoritis

Dapat memberikan sumbangan pikiran terhadap guru-guru mata

 pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis cerpen dengan metode audio

visual pada siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros dan

memberikan masukan dalam rangka peningkatan kreativitas guru-guru

 bahasa Indonesia dalam menulis cerpen dengan metode audio visual pada

siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, HIPOTESIS DAN KERANGKA PIKIR 

A. Tinjauan Pustaka

Page 9: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 9/59

 

9

1. Kemampuan Apresiasi Cerpen

a. Hakikat Apresiasi

Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti

“mengindahkan” atau “menghargai”. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(Dick Hartoko dan Brahmanto, 1985: 17), bahwa kata apresiasi dipinjam

dari bahasa Inggris appreciation yang artinya penghargaan. Apresiasi sastra

 berarti penghargaan terhadap karya sastra.

Rusyana mengutip pendapat Hornby (1995: 6) menyatakan bahwa

apresiasi bersal dari bahasa Inggris yang artinya pemahaman dan

  pengenalan yang tepat; pertimbangan; penilaian; pernyataan yang

memberikan penilaian. Dalam hubungan psikologi pendidikan, apresiasi

diterangkan sebagai recognition of worth in the realm of the higher values

yang lebih lanjut diterangkan oleh Rusyana (1995: 6) apresiasi merupakan

  jawaban seseorang yang lebih tinggi sehingga ia siap untuk melihat dan

mengenal nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan

simpatik.

Dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove (lewat

Aminuddin, 2002: 34) mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan

atau kepekaan batin dan (2) pemahaman serta pengakuan terhadap nilai-

nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan

Taba (lewat Aminuddin, 2002: 34) mengemukakan tiga unsur inti apresiasi,

yakni (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, dan aspek evaluatif. Aspek 

 

9

Page 10: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 10/59

 

10

kognitif berkaitan dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik. Aspek emotif 

 berkaitan dengan unsur emosi dalam upaya menghayati unsur keindahan

sastra yang dihadapi. Aspek evaluatif berkaitan dengan penilaian baik 

 buruk, indah tidak indah, sesuai tidak sesuai, dan sebagainya.

Pengertian apresiasi yang lain disampaikan oleh Natawidjaja (1982: 1)

adalah penghargaan dan pemahaman atas suatu hasil seni atau budaya.

Selain itu, (Natawidjaja, 1982: 2) mengemukakan bahwa kegiatan apresiasi

mengalami beberapa tingkatan. Tingkat pertama yaitu tingkat penikmatan

yang bersifat menonton dan merasa senang, tingkat kedua yaitu tingkat

 penghargaan yang bersifat pemilikan dan kekaguman akan sesuatu hal yang

dihadapinya, tingkat ketiga yaitu tingkat pemahaman yang bersifat studi,

mencari pengertian apa sebenarnya yang dihadapi itu, tingkat keempat yaitu

tingkat penghayatan yang bersifat menyakini apa dan bagaimana hakikat

  produk itu, dan tingkat kelima, yaitu tingkat implikasi yang bersifat

makrifat, memperoleh daya tepat guna, bagaimana dan untuk apa.

Selanjutnya, Jacob Sumarjo dan Saini (1997: 173) menerangkan

 bahwa kata apresiasi mengandung pengertian memahami, menikmati, dan

menghargai atau menilai. Apresiasi sastra meliputi tiga kegiatan atau

langkah, yaitu langkah pertama keterlibatan jiwa, langkah kedua tingkat

 penghayatan yang tepat, dan langkah ketiga pembaca dapat merelevansikan

 pengalaman yang ia dapat dari karya sastra dengan pengalaman kehidupan

nyata yang dihadapi Sumarjo dan Saini (1997: 174-175).

Page 11: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 11/59

 

11

Dengan mencermati teori-teori di atas, dapat diketahui bahwa

apresiasi adalah suatu kegiatan pengamatan, penilaian, dan penghargaan

terhadap karya sastra secara sungguh-sungguh dan berulang kali.

 b. Hakikat Kemampuan Apresiasi

Kemampuan apresiasi menurut Burton yang dikuti oleh Akhmadi

(1981: 13) adalah persepsi arti serta memberikan pertimbangan secara kritis

terhadap keterampilan teknik terwujudnya sebuah hasil karya seni.

Pendapat lain mengenai hal tersebut dikemukakan oleh Chamdiah (1981: 7)

yang menyatakan bahwa kemampuan apresiasi merupakan kesanggupan

menanggapi karya-karya sastra, prosa, puisi, drama baik secara subjektif 

maupun objektif. Kemampuan subjektif pada umumnya merupakan bawaan

secara pribadi, sedangkan kesanggupan objektif didapat karena belajar 

secara teoritis.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

kemampuan aparesiasi adalah kemampuan untuk melakukan pengamatan,

 penilaian, dan penghargaan terhadap karya sastra secara sungguh-sungguh

dan berulang kali.

c. Hakikat Cerpen

Membaca cerita pendek merupakan aktivitas komunikasi yang

kompleks, karena di dalamnya terdapat kegiatan menerjemahkan simbol

untuk mengetahui isi yang tersurat ataupun yang tersirat di dalam cerpen

yang ditulis oleh pengarang. Ada banyak pengertian cerpen yang

Page 12: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 12/59

 

12

dikemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah Suminto A. Sayuti (2000:

10) menyatakan bahwa cerpen menunjukkan kualitas yang bersifat

compression ‘pemadatan’, concentration ‘pemusatan’, dan intensity

‘pendalaman’, yang semuanya berkaitan dengan panjang cerita dan kualitas

struktural yang diisyaratkan oleh panjang cerita itu.

Pendapat lain mengenai cerpen dikemukakan oleh Strong yang dikutip

oleh Tarigan (1991: 176), cerpen menimbulkan minat masyarakat yang

cukup besar untuk membacanya. Hal itu disebabkan sifat cerpen yang

singkat dan lengkap. Sastrawan sebagai pencipta sastra dapat menulis dan

mengemukakan pikiran dan sikapnya terhadap sesuatu dengan cepat dan

simpel. Demikian juga pembaca dapat menikmati karya sastra itu dengan

tidak perlu mengorbankan waktu tertalu lama.

Burhan Nurgiyantoro (2002: 11) menyatakan bahwa kelebihan cerpen

yang khas adalah kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak-jadi,

secara implisit-dari sekedar apa yang diceritakan. Selain Nurgiyantoro,

Sumardjo dan Saini menerangkan bahwa cerpen memiliki beberapa ciri,

yaitu ceritanya bersifat pendek, bersifat rekaan, dan bersifat naratif.

Keutuhan atau kelengkapan sebuah cerpen dapat dilihat dari segi-segi unsur 

yang membentuknya. Adapun unsur-unsur itu adalah peristiwa cerita (alur 

atau plot), tokoh cerita (karakter), tema cerita, suasana cerita (mood dan

atmosfir cerita), latar cerita (setting), sudut pandang penceritaan (point of 

view), dan gaya (style).

Page 13: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 13/59

 

13

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cerpen

merupakan suatu cerita fiksi berbentuk prosa yang singkat dan pendek yang

unsur ceritanya terpusat pada suatu peristiwa pokok. Jumlah dan

 pengembangan pelaku terbatas dan keseluruhan cerita memberikan kesan

tunggal.

Burhan Nurgiyantoro (2002: 11) menyatakan bahwa kelebihan cerpen

yang khas adalah kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak-jadi,

secara implisit-dari sekedar apa yang diceritakan. Selain Burhan

  Nurgiyantoro, Jacob Sumardjo dan Saini menerangkan bahwa cerpen

memiliki beberapa ciri, yaitu ceritanya bersifat pendek, bersifat rekaan, dan

 bersifat naratif. Keutuhan atau kelengkapan sebuah cerpen dapat dilihat dari

segi-segi unsur yang membentuknya.

Adapun unsur-unsur itu adalah peristiwa cerita (alur atau plot), tokoh

cerita (karakter), tema cerita, suasana cerita (mood dan atmosfir cerita),

latar cerita (setting), sudut pandang penceritaan (point of view), dan gaya

(style).

Unsur-unsur-unsur intrinsik tersebut sebagai berikut.

1. Tema cerita

Tema dipandang sebagai dasar arti atau gagasan dasar umum sebuah

karya. Tema menjadi unsur cerita yang memberikan makna dan kekuatan

Page 14: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 14/59

 

14

sekaligus unsur pemersatu semua fakta dan sarana cerita (Sugihastuti dan

Suharto, 2005: 45).

Tema disaring dari motif- motif yang terdapat dalam karya yang

 bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan

situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau

ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu termasuk berbagai

unsur intrinsik yang lain.

2. Alur Cerita

Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur 

cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau

hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas

urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalin-

menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun secara

kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat

dalam suatu prosa fiksi.

Lebih lanjut Stanton mengemukakan bahwa plot ialah cerita yang

 berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara

sebab-akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya

 peristiwa yang lain.Plot ialah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam

cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-

 peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.

Page 15: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 15/59

 

15

Dengan demikian, alur cerita ialah jalinan peristiwa yang melatari

sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara sebab-akibat.

3. Penokohan

Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-

istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter 

dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang

hampir sama. Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu

karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas

moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan

dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah

 pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam

sebuah cerita.

Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya

daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup

masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana

  penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus

menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah

cerita.

4. Latar  

Page 16: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 16/59

 

16

Latar menurut Kenney (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2005: 54)

merupakan atmosfer karya sastra yang mendukung masalah tema, alur, dan

 penokohan. Latar meliputi penggambaran geografis, termasuk topografi,

 pemandangan, perincian perelengkapan sebuah ruang.

Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang

menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu

waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Burhan Nurgiyantoro

(2002: 227- 233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok,

antara lain sebagai berikut.

a. Latar Tempat

Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan

mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.

 b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya

  peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah

”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktu

c. Latar Sosial

Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata

cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam

Page 17: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 17/59

 

17

lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat

istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap.

Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang

 bersangkutan.

1. Sudut Pandang

Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang

secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan

ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang

milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan.

 Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang

tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang

tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.

1. Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona

ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan ”aku”, atau seperti

tak seorang pun)?

2. Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan atau

 berganti-ganti)?

3. Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk 

menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikirn, atau

  persepsi pengarang; kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau

 persepsi tokoh)?

Page 18: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 18/59

 

18

4. Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat,

  jauh, atau berganti-ganti)? Selain itu, pembedaan sudut pandang

 juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca:

lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan, showing, naratif 

atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan

 berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang

yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona

 pertama.

1) Sudut pandang persona ketiga : ”Dia”

Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga

gaya ”Dia”, narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang

menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata

gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama,

kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata

ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh

yang diceritakan atau siapa yang bertindak.

Sudut pandang ”dia”dapat dibedakan ke dalam dua golongan

 berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan

ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan

segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh ”dia”, jadi bersifat

mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan ”pengertian”

Page 19: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 19/59

 

19

terhadap tokoh ”dia” yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya

selaku pengamat saja.

a) ”Dia” mahatahu

Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun

 pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut

tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu

(omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan

tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak 

dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita,

  berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia” yang lain,

menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan

tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan

motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.

 b) ”Dia” terbatas, ”Dia” sebagai pengamat

Dalam sudut pandang ”dia” terbatas, seperti halnya

dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar,

dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada

seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh

cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun

mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti

halnya tokoh pertama.

2) Sudut Pandang Persona Pertama: ”Aku”

Page 20: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 20/59

 

20

Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang

  persona pertama (first person point of view), ”aku”. Jadi: gaya ”aku”,

narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku”

tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan

  peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan

dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi,

 pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang

dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku” tersebut.

(a) ”Aku” tokoh utama

Dalam sudut pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai

 peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah,

dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar 

dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu

yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya

  jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk 

memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang

demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central).

(b) ”Aku” tokoh tambahan

Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” muncul bukan sebagai tokoh

utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh

”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh

cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri

Page 21: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 21/59

 

21

  berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri

itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak 

tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan

dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si

”aku”tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan

demikian, si ”aku” hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap

  berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada

umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.

1. Gaya Bahasa dan Nada

Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak hanya

  berfungsi sebagai penyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai

  penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang

dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan

 perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak 

sewajarnya, dan sebagainya

Latar menurut Kenney (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2005: 54)

merupakan atmosfer karya sastra yang mendukung masalah tema, alur, dan

 penokohan. Latar meliputi penggambaran geografis, termasuk topografi,

 pemandangan, perincian perelengkapan sebuah ruang.

2. Menulis cerpen

a. Hakikat Menulis

Page 22: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 22/59

 

22

Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang

harus dikuasai siswa. Keterampilan ini sangat didukung oleh keterampilan

membaca. Membaca adalah sarana utama menuju ke keterampilan menulis

(Murahimin, 1994: 6). Sementara itu, pengertian menulis telah banyak di

kemukakan oleh para ahli Widyamartaya (1994: 4) mengemukakan bahwa

menulis dapat kita pahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan

seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa

tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh

 pengarang. Menulis bisa juga diartikan sebagai usaha untuk berkomunikasi

yang mempunyai aturan main serta kebiasaanya sendiri (Murahimin, 1994:

13).

Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan

tulisan. Dapat juga diartikan menulis adalah berkomunikasi

mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

tertulis. Selanjutnya, juga dapat diartikan bahwa menulis adalah

menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau melahirkan pikiran atau

  perasaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan, dan

sebagianya (Suriamiharja, dkk1996/1997: 2).

Dengan mencermati teori-teori di atas, dapat dikemukakan bahwa

menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan, ide atau pendapat yang akan

disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui media bahasa tulis untuk 

dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh penulis.

Page 23: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 23/59

 

23

 b. Menulis cerpen

Menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan, ide atau pendapat yang

akan disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui media bahasa tulis

untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh penulis. Gagasan, ide atau

 pendapat yang akan disampaikan kepada orang lain (pembaca) oleh penulis

melalui media bahasa tulis dapat berbentuk cerpen. Berdasarkan bentuknya,

Weaver yang dikutip oleh (Tarigan, 1985: 27) membuat klasifikasi tulisan

menjadi empat bentuk, di antaranya adalah mencakup urutan waktu, motif,

konflik, titik pandang, dan pusat minat.

Dengan mencermati teori-teori di atas, dapat diketahui bahwa menulis

cerpen merupakan kegiatan menuangkan ide atau pendapat bahkan

imajinasi ke dalam bentuk tulisan (cerpen) yang isinya menceritakan

sesuatu kejadian berdasarkan urutan waktu dan ada tokoh yang mengalami

konflik.

2. Pembelajaran dengan Media Audio Visual

Penggunaan media audio visual dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan rasa ingin tahu dan memunculkan ide yang sangat menarik 

di benak siswa, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses

 belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi siswa. Oleh karena

itu media audio visual dapat digunakan secara tepat, secara nyata membantu

dan mempermudah proses belajar mengajar.

Page 24: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 24/59

 

24

Tindakan yang hendak dilakukan dalam proses pembelajaran menulis

cerpen, yaitu pembelajaran dengan menggunakan media audio visual yang

memerlukan persiapan yang matang. Pembelajaran menulis cerpen

didahului dengan pemutaran VCD.

Setelah pemutaran VCD, Posisi duduk siswa diatur pada posisi yang

nyaman dan enak, guru memberi penjelasan tata tertib selama pemutaran

VCD, siswa dapat mencatat hal-hal yang dianggap perlu. Kemudian

  pembelajaran menulis cerpen dilakukan setelah siswa menyaksikan

 pemutaran film dengan media audio visual. Guru menugasi siswa untuk 

menulis cerita pendek sesuai ide yang didapat setelah menyaksikan

 pemutaran film dan mengandaikan dirinya sebagai salah satu tokoh dalam

film yang dapat memudahkan siswa dalam menulis sebuah cerpen.

1. Perencanaan

Alat peraga pelajaran yang digunakan adalah media audio visual

dengan CD film remaja. Metode yang digunakan adalah ceramah,

tanya jawab,pemutaran film dan penugasan. Jenis penilaian yang

digunakan adalah nontes yaitu pengamatan (observasi) terhadap

kinerja siswa selama proses pembelajaran dan penilaian terhadap

hasil menulis cerpen para siswa. Hasil menulis cerpen siswa

diobservasi meliputi isi, kesesuaian judul, panjang cerpen, alur 

cerita, pemilihan dan pengembangan karakter tokoh.

2. Tindakan

Page 25: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 25/59

 

25

Tindakan yang dilakukan oleh guru adalah mengadakan apresiasi

 berupa tanya jawab tentang berbagai macam film remaja yang

digemari para siswa. Tujuan dari apresiasi ini adalah menggali

 pengetahuan dan pengalaman siswa tentang berbagai macam film

remaja yang pernah dilihat dan memberikan penjelasan mengenai

kegiatan belajar mengajar yang hendak dilaksanakan, yaitu

mengenai menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita dengan media audio visual.

3. Pengamatan atau Observasi

Kinerja siswa diamati selama pembelajaran berlangsung, keaktifan

dalam melaksanakan kegiatan dan antusiasme menulis cerpen.

Hasil menulis cerpen siswa juga diobservasikan berdasarkan isi,

 panjang cerita, alur, pemilihan dan pengembangan karakter tokoh

dalam cerita.

4. Refleksi

Guru menganalisis hasil pengamatan terhadap kinerja siswa dan

 penilaian hasil kerja siswa.

2. Hasil belajar

a. Pengertian hasil belajar 

Page 26: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 26/59

 

26

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang

melalui penguatan (reinfarcemen), sehingga terjadi perubahan ynag bersifat

 permanen dan persistem pada dirinya sebagai hasil pengalaman ( Learning 

is a change of behavior of experience),demikian pendapat John Dewey,

salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran bahavioural 

approach (Dwitaqma, 2008).

Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan

akumulatif, mengarah pada kesempatan, misalnya dari tidak mampu

menjadi mampu, dan tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup

aspek pengetahuan (coqnitive domain), aspek afektif (afektive domain). Hal

tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Winkel (1996) bahwa

“Dalam taksonomi Bloom, aspek belajar yang harus diukur keberhasilannya

adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga dapat

menggambarkan tingkah laku menyeluruh sebagai hasil belajar siswa?”.

Pencapaian hasil belajar dapat diukur dengan melihat prestasi belajar 

yang diperoleh pada proses pembelajaran. Tingkah laku sebagai hasil

 belajar juga tidak terlepas dari proses pembelajaran di kelas dan berbagai

  bentuk interaksi belajar lainnya. Menurut Sudjana (1984) bahwa hasil

 belajar adalah “Tingkah laku yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti

  program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang

diharapkan. Hasil belajar dalam hal ini, meliputi wawasan kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

Page 27: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 27/59

 

27

Adapun menurut Mappasoro (2006) bahwa “Hasil belajar adalah

sejumlah perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan oleh

faktor lain di luar seperti perubahan karena kematangan, perubahan karena

kelelahan fisik dan sebagainya”.

Hasil belajar dan prestasi belajar ibarat dari sisi mata uang yang tidak 

dapat dipisahkan. Oleh Karena itu, berbicara hasil belajar maka orientasinya

adalah berbicara prestasi belajar yang diukur dengan nilai tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

 bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dicapai seorang pelajar setelah

mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang

diharapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berdasarkan hal tersebut, maka hasil yang dimaksudkan adalah

  prestasi belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar. Dengan

demikian, tujuan pembelajaran dipandang sebagai suatu harapan yang akan

diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal ini

sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2000) bahwa “hasil belajar siswa

dirumuskan sebagai standar kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk 

yang lebih spesifik dan merupakan komponen dari tujuan umum bidang

studi”.

 b. Fungsi hasil belajar 

Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dijadikan indikator untuk 

mengikuti tingkat kemampuan, kesanggupan, penguasaan tentang materi

Page 28: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 28/59

 

28

 belajar. Sehingga hasil belajar dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari

tujuan evaluasi itu sendiri. Di dalam pengertian tentang evaluasi

  pendidikan ialah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan

menunjukkan sampai di mana kemampuan dan keberhasilan siswa dalam

 pencapaian tujuan kurikuler.

Di samping hasil belajar yang digunakan oleh guru-guru dan para

  pengawas pendidik untuk mengukur dan menilai sampai di mana

keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar 

dan metode-metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian, dapat

dikatakan betapa penting peranan dan fungsi hasil belajar dalam

 pendidikan dan pengajaran dikelompokkan menjadi empat fungsi Purnama

(dalam Nasution, 2000) yaitu :

1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan sertakeberhasilan Siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan

  belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil belajar dapatdiperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaikicara belajar Siswa (fungsi formatif) dan atau untuk mengisi rapor atau Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional, yang berbarti pulauntuk menentukan kenaikan kelas atau lulus tidak hanya seorangSiswa dari suatu lembaga pendidikan tertentu (fungsi sumatif).

2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.

Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponenyang saling berkaitan satu sama lainnya.

3. Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK). Hasil-hasilyang telah dilaksanakan terhadapa Siswanya dapat dijadikaninformasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah.

4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulumsekolah yang bersangkutan.

Page 29: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 29/59

 

29

Adapun menurut Winkel (1996) bahwa hasil belajar dapat digunakan

untuk :

1. Mendapatkan informasi tentang masing-masing Siswa, sampaisejauh mana mereka telah mencapai tujuan-tujuan intruksional.Hasil belajar pada tahap evaluasi formatif merupakan bahanuntuk memonitor kemajuan Siswa menyangkut pencapaiantujuan intruksional untuk unit pelajaran tertentu, pada tahapevaluasi sumatif dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk menentukan tingkat keberhasilan Siswa dalam beberapa tujuaninstruksional yang diuji bersama-sama.

2. Mendapatkan informasi tentang suatu kelompok Siswa sampai  berapa jauh kelompok Siswa mengenai tujuan-tujuaninstruksional, misalnya satu satuan kelas di bidang studi BahasaIndonesia. Informasi ini diperoleh dengan menerapkan evaluasiformatif dan evaluasi sumatif. Hasil evaluasi tersebut juga

 bersifat diganostik yaitu membantu menentukan faktor kesulitandan kesukaran yang masih dialami Siswa dalam mencapai tujuaninstruksional tertentu, dimana faktor tersebut mungkin terdapat

  pada pribadi Siswa dan mungkin juga terletak dalam model proses belajar mengajar itu sendiri.

a. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar 

Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku

subyek belajar ternyata banyak faktor yang mempengaruhi dari sekian

  banyak yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar, menurut

Sudjana (1984) bahwa secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi

faktor interen (dari dalam) dan faktor eksteren (dari luar) diri subyek 

  belajar. Hal ini, sama dikemukakan oleh Winkel (1996) bahwa “Hasil

 belajar secara pokok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal terdapat pada diri siswa itu sendiri, yang

meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologi. Sedangkan faktor eksternal

Page 30: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 30/59

 

30

merupakan kondisi yang berada di luar siswa yang terdiri atas faktor 

keluarga atau rumah tangga, faktor sekolah dan faktor lingkungan

masyarakat.

Menurut Abdurrahman (1993) bahwa

Faktor fisiologis-biologis yang berpengaruh terhadap hasil belajar Siswa, antara lain: (1) bentuk atau postur tubuh, (2) kesegaran dankebugaran, (3) kesehatan atau keutuhan tubuh, (4) instink, refleksdan driff (dorongan), (5) komposisi zat cair tubuh, dan (6) rentang

dan susunan saraf. Adapun faktor psikologis, antara lain : (1)kemampuan kognitif (pengenalan) berupa pengamatan, tanggapan,ingatan, assosiasi/ reproduksi, fantasi dan intelegensi, (2)kematangan emosi (perasaan berupa kematangan emosi biologisdan emosi rohani, (3) kekuatan konasi (kemauan), dan dorongankombinasi berupa minat, perhatian, dan sugesti.

Lebih lanjut Abdurrahman (1993)

Faktor-faktor yang berkaitan dengan keluarga dan lingkungan, antara

lain: (1) suasana kehidupan dalam keluarga, (2) kondisi sosialekonomi, (3) perhatian orang tua terhadap pelajaran anaknya, (4) pemberian motivasi dan dorongan untuk belajar, (5) fasilitas belajar.Faktor sekolah berkaitan dengan (1) pengelolaan kelas dan sekolah,(2) hubungan antara guru dan Siswa, antara Siswa dan antara Siswadengan guru, (3) pelaksanaan bimbingan konseling, (4) fasilitas dansumber belajar, (5) penetapan dan penggunaan metode dan media

 pembelajaran oleh guru, (6) kondisi ruangan dan tempat belajar, dan(7) kerjasama orang tua dengan guru dan sekolah denganmasyarakat. Sedangkan faktor ligkungan masyarakat berkaitandengan (8) perhatian dan kepedulian lembaga-lembaga masyarakat

akan pendidikan, (9) keteladanan para pemimpin formal daninformal, (10) peranan media massa, dan (11) bentuk kehidupanmasyarakat.

 b. Prinsip-prinsip pengembangan hasil belajar 

Pengembangan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan cara

mengemas pelajaran dan suasana menantang, merangsang dan menggugah

Page 31: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 31/59

 

31

daya cipta siswa untuk menemukan dan mengesankan. Gagne (dalam

Mulyasa, 2007) menambahkan bahwa jika seorang Siswa dihadapkan pada

suatu masalah pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan

masalah memegang peranan penting dalam pemgembangan siswa.

Menurut Abdurrahman (1993) bahwa “beberapa prinsip yang dapat

digunakan dalam mengembangkan hasil belajar antara lain:

a) Prinsip motivasi

Prinsip motivasi dimaksudkan untuk merangsan daya dorong

  pribadi Siswa melakukan sesuatu (motivasi intrinsil dan motivasi

ekstrinsik). Untuk motivasi instrinsik, gairahkanlah perasaan ingin tahu

anak, keinginan mencoba dan hasrta untuk lebih memajukan hasil belajar.

 b) Prinsip latar atau konteks

Siswa akan terangsang mempelajari sesuatu jika mengetahui

adanya hubungan langsung pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya.

Guru hendaknya mengetahui apa kira-kira pengetahuan, keterampilan,

sikap, dan pengalaman yang sudah dimiliki Siswa. Dengan pengetahuan

latar ini, guru dapat mengembangkan kemampuan dan hasil belajar Siswa.

c) Prinsip sosialisasi

Kegiatan belajar bersama dala kelompok perlu dikembangkan di

kalangan Siswa, karena hasil belajar akan lebih baik. Pengelompokan

  peserta idik dapat dilakukan dengan pendekatan kemampuan, tempat

Page 32: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 32/59

 

32

tinggal, jenis kelamin, dan minat. Setiap kelompok diberi tugas yang

 berbeda dari sumber yang sama.

d) Prinsip belajar sambil bermain

Bekerja merupakan tuntutan menyatakan diri utuk berprestasi pada

diri anak, karena itu berilah kesempatan mengembangkan

kemampuan dan hasil belajarnya melalui kegiatan bermain sambil

 belajar atau belajar sambil bermain.

A. Hipotesis 

Dari rumusan masalah tersebut di atas, maka hipotesis penelitian ini

adalah diduga dengan menggunakan media audio visual dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis cerpen di MTs Negeri

Turikale Kabupaten Maros.

B. Kerangka Pikir

Pada pembelajaran bahasa indonesia, ada empat komponen yang mesti

dipelajari oleh siswa, yakni membaca, menulis, berbicara dan menyimak.

Dalam melakukan pembelajaran peneliti berusaha membuat metode audio

visual menarik untuk dipelajari oleh siswa. Dalam pembelajaran tersebut

salah satu metode yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan

menggunakan metode audio visual. Materi yang cukup rumit untuk siswa

Page 33: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 33/59

 

33

MTs adalah menulis cerita pendek (cerpen). Salah satu metode peneliti

adalah metode audio visual dimana peneliti akan mengantarkan siswa untuk 

menulis cerpen siswa.

Adapun peneliti dalam hal ini, akan menilai cerpen yang dibuat oleh

siswa nantinya berupa unsur-unsur intrinsik dalam membuat cerpen. Nah,

dari hasil penelitian ini, peneliti nantinya membuat hasil belajar siswa

sebagai tolak ukur dalam menilai keterampilan siswa. Adapaun alur cerita

dapat diperhatikan sebagaimana tabel berikut .

Pembelajaran

Bahasa Indonesia

 

Media

Audio Visual

 

Menulis 

Cerpen

 

Unsur Intrinsik 

 

Tema

Alur 

Penokohan

Latar 

Sudut Pandang

Gaya Bahasa & Nada

 

Keterampilan Menulis

Page 34: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 34/59

 

34

Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir 

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Page 35: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 35/59

 

Perenca

naan

 

Refle

ksi

 

Tinda

kan

 

Obser 

vasi

35

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini adalah selama 2 bulan yakni pada bulan Mei s.d

Juni 2011.

A. Variabel dan Disain Penelitian

1. Variabel penelitian

Adapun variabel penelitian ini, yakni variabel bebasnya adalah metodi

audio visual dan variabel terikatnya adalah keterampilan menulis cerpen

siswa kelas VIII MTs Negeri Turikale Kabupaten Maros.

2. Disain penelitian

Adapun disain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

Dimana dalam PTK ini, direncanakan 2 (dua) siklus, dan masing-masing

siklus terdiri dari : Perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara

skematik desain PTK dapat dilihat pada gambar berikut ini.

 

35

Page 36: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 36/59

 

36

Gambar 2 Skema Penelitian tindakan kelas dalam satu siklus

A. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas penelitian ini, maka perlu mendefinisikan

operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

Media audio visual adalah penggunaan media film di dalam

 pembelajaran.

Keterampilan menulis cerpen adalah keterampilan siswa dalam

menuangkan gagasan, ide atau pendapat yang ingin disampaikan kepada

orang lain melalui media bahasa tulis untuk dipahami.

B. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs. Negeri

Turikale Kabupaten Maros berjumlah 19 orang yang terdiri dari 12 laki-laki

dan 7 Perempuan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar 

Page 37: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 37/59

 

37

Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan

 butir soal sehingga dapat diseleksi atau direvisi. Tes adalah serentetan atau

latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, sikap,

intelegensi, keterampilan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok.

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati keaktifan siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar. Observasi terhadap aktivitas kelas

yang berhubungan dengan perilaku siswa maupun guru. Observasi

merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan pengamatan

terhadap objek penelitian. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi

langsung, dalam artian mengadakan pengamatan secara langsung terhadap

gejala-gejala yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi

sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan yang khusus diadakan.

A. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui beberapa teknik 

yaitu, melalui :

Page 38: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 38/59

 

38

1. Tes hasil belajar menulis cerpen dengan menggunakan media

audio visual, pada tiap akhir siklus di adakan evaluasi

keterampilan menulis cerpen. Kemudian peneliti melakukan

 penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa, yakni cerpen yang telah

dibuat oleh siswa pada lembar penilaian yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

2. Lembar observasi, peneliti juga mengamati sikap dan tingkah laku

siswa, dan membuat penilaian pengamatan ditulis pada lembar 

 pengamatan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

A. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik 

deskriptif, yang terdiri dari rata-rata nilai maksimal dan minimum yang

diperoleh siswa pada setiap siklus untuk analisis kuantitatif, yang

digunakan teknik ketegorisasi yang dikemukakan oleh Suherman (1990)

sebagai berikut:

a. Tingkat penguasaan 85 % - 100% sangat tinggi b. Tingkat penguasaan 75% - 84% tinggi

c. Tingkat penguasaan 55 % - 74% sedang, cukupd. Tingkat penguasaan 40 % - 54% rendahe. Tingkat penguasaan 0 % - 39 % jelek, sangat rendah

Untuk analisis deskriptif, rumus yang digunakan sebagai berikut :

 

Keterangan :

Page 39: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 39/59

 

39

Me = Mean f  = Frekuensi

 x = Nilai perolehan siswa  N = Jumlah siswa

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data kualitatif 

Page 40: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 40/59

 

40

Data kualitatif merupakan data sikap siswa kelas VIII MTs Turikale

Kabupaten Maros dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia yang

diperoleh dari lembar observasi. Dalam mengamati aktivitas siswa

dilakukan sebanyak dua kali, yakni pengamatan aktivitas siswa pada siklus

I dan pengamatan aktivitas siswa siklus II. Berikut ini hasil pengamatan

aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran siklus I dan siklus II.

Adapun hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II sebagai berikut.

Tabel 1 Frekuensi Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II pada Siswa KelasVIII MTs. Turikale Kabupaten Maros

 No Aktivitas KelasSiklus I Siklus II

x % x %

1 Menyimak Pengajaran Guru 15 79 19 100

2 Kerja sama Kelompok  13 68 19 100

3 Meminta Bimbingan Guru 7 37 12 63

4 Mengajukan pertanyaan 3 16 14 745 Kegiatan tidak relevan : Keluar Masuk Kelas 0 0 0 0

6 Kegiatan tidak relevan : Menganggu Teman 5 26 2 11

7 Menjawab Pertanyaan 7 37 5 26

8 Mempresentasikan hasil belajar  8 42 5 26

9 Menyimpulkan hasil belajar  8 42 9 47

10 Merespon teman 11 58 9 47

Sumber : Hasil Pengamatan, 2011

Dari tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang menyimak 

 pengajaran guru pada siklus I sebanyak 15 orang dengan persentase 79%

dan pada siklus II sebanyak 19 orang dengan persentase 100%, siswa yang

  bekerja sama kelompoknya pada siklus I sebanyak 13 orang dengan

 presentase 68% dan pada siklus II sebanyak 19 orang dengan persentase

100%, siswa yang meminta bimbingan guru pada siklus I sebanyak 7 orang

 

40

Page 41: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 41/59

 

41

dengan persentase 37% dan pada siklus II sebanyak 12 orang dengan

 persentase 63%, siswa yang mengajukan pertanyaan pada siklus I sebanyak 

3 orang dengan persentase 16% dan pada sikus II sebanyak 14 orang

dengan persentase 74%, siswa yang melakukan kegiatan yang tidak relevan

seperti keluar masuk kelas sebanyak 0 orang begitupun pada siklus II tidak 

ada siswa yang keluar masuk, siswa yang melakukan kegiatan yang tidak 

relevan seperti menganggu temanya pada siklus I sebanyak 5 orang dengan

 persentase 26% dan siklus II sebanyak 2 orang dengan persentase 11%,

siswa yang menjawab pertanyaan guru dan siswa pada siklus I sebanyak 7

orang dengan persentase 37% dan pada siklus II sebanyak 5 orang dengan

 persentase 26%, siswa yang menyimpulkan hasil belajar pada siklus I

sebanyak 8 orang dengen persentase 42% dan pada sikus II sebanyak 9

orang dengan persentase 47%, dan siswa yang merespon temannya pada

siklus I sebanyak 11 orang dengan persentase 58% dan pada sikus II

sebanyak 9 orang dengan persentse 47%.

2. Data kuantitatif 

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar menulis cerita

  pendek melalui media audio visual. Untuk memperoleh data mengenai

apakah hasil belajar menulis cerpen dapat meningkat, maka sampel siswa

kelas VIII MTs Negeri Turikale Kabupaten Maros. Sebelum mengadakan

tindakan kelas dalam rangka menerapkan metode audio visual, terlebih

dahulu disiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun sesuai

Page 42: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 42/59

 

42

dengan materi yang dipelajari oleh siswa pada saat itu sesuai dengan

kurikulum, tes untuk siklus I dan siklus II.

a. Siklus I

Proses belajar mengajar dimulai dengan perkenalan oleh guru dengan

siswa. Siklus I dilakukan dua kali pertemuan proses belajar mengajar dan

tes akhir siklus I pada pertemuan ketiga. Khusus untuk pertemuan pertama

semua siswa hadir dan begitu pun pada pertemuan kedua, semua siswa

hadir yang berjumlah 19 orang sebagai subjek penelitian. Pertemuan ketiga

yang merupakan tes akhis siklus I semua siswa menjadi subjek penelitian

yang hadir. Tes akhir ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam memahami materi yang telah diberikan, adapun skor hasil belajar 

menggunakan Microsoft Excel 2007, maka diperoleh skor hasil belajar 

sebagai berikut.

Tabel 2 Skor Hasil Perolehan Siswa Siklus I

Skor Perolehan Frekuensi Persentase

506 3260 7 38

70 0 0

80 0 0

90 6 32

Jumlah 19 100

Sumber : Hasil Olahan, 2011

Dari tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa skor perolehan siswa pada

siklus I ini yakni, siswa yang memperoleh skor 50 sebanyak 6 orang dengan

Page 43: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 43/59

 

43

 persentase 32%, siswa yang memperoleh skor 60 sebanyak 7 orang dengan

 persentase 37%, dan siswa yang memperoleh skor 90 sebanyak 6 orang

dengan persentase 32%.

Adapun statistik hasil belajar siswa dalam Menulis Cerpen Melalui

Media Audio Visual ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 3 Statistik Hasil Belajar siswa Siklus I

Statistik NilaiSubjek Penelitian 19

Rata-rata 66Median 60Modus 60

Standar Deviasi 17Varian 291

 Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 50

Rentang 40

Sumber : Hasil Olahan, 2011

Dari tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa statistik hasil belajar siswa

dari 19 subjek penelitian dalam Menulis Cerpen Melalui Media Audio

Visual pada siklus I, diperoleh bahwa rata-rata hasil belajarnya adalah 66,

nilai median yang diperoleh adalah 60, nilai modus yang diperoleh adalah

60, nilai standar deviasi yang diperoleh adalah 17, nilai varians yang

diperoleh adalah 291, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90, nilai

terendah yang diperoleh adalah 50 dan rentang nilai yang diperoleh adalah

40.

Berikut ini, kategorisasi hasil belajar siswa dalam Menulis Cerpen

Melalui Media Audio Visual pada siklus I.

Page 44: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 44/59

 

44

Tabel 4 Kategorisasi Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Cerpen MelaluiMedia Audio Visual pada Siklus I

Interval Kategori FrekuensiPersentase

(%)

0 – 39 Sangat Rendah 0 040 – 54 Rendah 6 32

55 – 74 Sedang 7 38

75 – 84 Tinggi 0 0

85 - 100 Sangat Tinggi 6 32

Jumlah 19 100

Sumber : Hasil Perolehan, 2011

Dari tabel 4 di atas, menunjukkan kategorasi hasil belajar siswa dalam

Menulis Cerpen Melalui Media Audio Visual pada siklus I, diperlihatkan

 bahwa hasil belajar siswa pada kategori sangat rendah sebanyak 0 orang

atau persentase 0%, yang berada pada kategori rendah sebanyak 6 orang

dengan persentase 32%, yang berada pada kategori sedang sebanyak 7orang

dengan persentase 38%, yang berada pada kategori tinggi sebanyak 0 orang

dengan persentase 0% dan yang berada pada kategori sangat tinggi

sebanyak 6 orang dengan persentase 32%.

Dari data tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa kategorisasi hasil

 belajar siswa dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siklus

I didominasi oleh kategori sedang.

Dari tabel tersebut, dapat pula kita perhatikan diagram batang hasil

 belajar siswa dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siklus

I berikut ini.

Gambar 2 Diagram Kategorisasi Hasil Belajar Siswa Siklus I

Page 45: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 45/59

 

45

Adapun ketuntasan hasil belajar siswa dalam Menulis Cerpen Melalui

Media Audio Visual pada siklus I sebagai berikut :

Tabel 5 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Cerpen MelaluiMedia Audio Visual pada siklus I

Interval Kategori FrekuensiPersentase

(%)0 – 70 Tidak Tuntas 13 68

71 - 100 Tuntas 6 32

Sumber : Hasil Perolehan, 2011

Dari tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa ketuntasa hasil belajar siswa

dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siklus I, diperoleh

 bahwa hasil belajar siswa yang berada pada kategori tidak tuntas sebanyak 

13 orang dengan persentase 68% dan yang berada pada kategori tuntas

adalah sebanyak 6 orang dengan persentase 32%.

Untuk memperjelas tabel 5 di atas, berikut ini diagram ketuntasan

hasil belajar dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siklus I.

Dari diagram di atas disimpulkan bahwa pada siklus I hasil belajar 

siswa dalam menulis cerpen melalui media audio visual berada pada

kategori tidak tuntas.

 b. Siklus II

Page 46: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 46/59

 

46

Siklus II dilakukan 2 (dua) kali pertemuan proses belajar mengajar 

dan tes akhir siklus II pada pertemuan ketiga. Khusus untuk pertemuan

 pertama semua siswa hadir dan begitu pun pada pertemuan kedua, semua

siswa hadir yang berjumlah 19 orang. Pertemuan ketiga yang merupakan tes

akhir siklus II semua siswa menjadi subjek penelitian. Tes akhir siklus II ini

 bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui media audio visual

dalam memahami materi yang diberikan. Adapun skor hasil belajar siswa

dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, setelah data dikumpulkan

kemudian di input ke dalam Microsoft Excel untuk mencari skor perolehan

dari perolehan tersebut. Maka diperoleh skor perolehan sebagai berikut.

Tabel 6 Skor Perolehan Siswa dalam menulis cerpen melalui media audiovisual pada siklus II

Skor Perolehan Frekuensi Persentase (%)

60 3 16

70 9 47

80 1 5

90 0 0

100 6 32

Jumlah 19 100

Sumber : Hasil Perolehan, 2011

Dari tabel 6 di atas, menunjukkan bahwa skor perolehan siswa dalam

menulis cerpen melalui media audio visual pada siklus II, diperoleh bahwa

siswa yang memperoleh skor 60 sebanyak 3 orang dengan 16%, siswa yang

memperoleh skor 70 sebanyak 9 orang dengan persentase 47%, siswa yang

memperoleh skor 80 sebanyak 1 orang dengan persentase 5%, siswa yang

Page 47: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 47/59

 

47

memperoleh skor 90 sebanyak 0 orang dengan persentase 0%, dan siswa

yang memperoleh skor 100 sebanyak 6 orang dengan persentse 32%.

Dari data tersebut di atas, disimpulkan bahwa skor peroleh siswa

dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa kelas VIII

MTs. Turikale Kabupaten Maros siklus II didominasi oleh siswa yang

memperoleh skor 70.

Dari skor perolehan siswa tersebut, maka dibuatlah statistik hasil

 belajar siswa dalam menulis cerpen melalui audio visual pada siswa kelas

VIII MTs. Turikale Kabupaten Maros, sebagai berikut:

Tabel 7 Statistik Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Cerpen melaluiMedia Audio Visual pada Siswa Kelas VIII MTs. TurikaleKabupaten Maros Siklus II

Statistik NilaiSubjek Penelitian 19Rata-rata 78Median 70Modus 70

Standar Deviasi 16Varians 247

 Nilai Tertinggi 100  Nilai Terendah 60

Rentang 40Sumber : Hasil Olahan, 2011

Dari tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa statistik hasil belajar siswa

dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa kelas VIII

MTs. Turikale Kabupaten Maros siklus II dari 19 subjek penelitian

diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar adalah 78, nilai median yang

diperoleh adalah 70, nilai modus yang diperoleh adalah 70, nilai standar 

Page 48: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 48/59

 

48

deviasi yang diperoleh adalah 16, nilai varians yang diperoleh adalah 247,

nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100, nilai terendah yang diperoleh

adalah 60, dan rentang nilai yang diperoleh adalah 40.

Kemudian, nilai statistik tersebut, di kategorisasikan sebagaiman pada

tabel 8 berikut ini.

Tabel 8 Kategorisasi Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Cerpen melaluiMedia Audio Visual pada Siswa Kelas VIII MTs. Negeri Turikale

Kabupaten Maros siklus II

Interval Kategori FrekuensiPersentase

(%)

0 – 39 Sangat Rendah 0 040 – 54 Rendah 3 16

55 – 74 Sedang 9 47

75 – 84 Tinggi 1 5

85 – 100 Sangat Tinggi 6 32

Jumlah 19 100

Sumber : Hasil Perolehan, 2011

Dari tabel 8 di atas menunjukkan bahwa kategorisasi hasil belajar 

siswa dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa kelas

VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros siklus II, menunjukkan bahwa

siswa yang berada pada kategori sangat rendah sebanyak 0 orang dengan

 persentase 0%, siswa yang berada pada kategori rendah sebanyak 3 orang

dengan persentase 16%, siswa yang berada pada kategori sedang sebanyak 

9 orang dengan persentase 47%, siswa yang berada pada kategori tinggi

sebanyak 1 orang dengan persentase 5%, dan siswa yang berada pada

kategori sangat tinggi sebanyak 6 orang dengan persentase 32%.

Page 49: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 49/59

 

49

Dari data tersebut di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

dalam menulis cerpen melalui media audio visual didominasi oleh kategori

sedang.

Selain dalam bentuk tabel kategorisasi hasil belajar menulis cerpen

melalui media audio visual pada siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale

Kabupaten Maros, berikut ini disajikan dalam bentuk diagram.

Gambar 4 Diagram Kategorisasi Hasil Belajar Siswa Siklus II

Data kategorisasi ini kemudian diketahui persentase ketuntasan hasil

 belajar dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa kelas

VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros siklus II, sebagai berikut.

Tabel 9 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Cerpen melaluiMedia Audio Visual pada Siswa Kelas VIII MTs. Negeri TurikaleKabupaten Maros

Interval Kategori FrekuensiPersentase

(%)

0 – 70 Tidak Tuntas 3 1671 - 100 Tuntas 16 84

Sumber : Hasil Perolehan, 2011

Dari tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar 

siswa dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa kelas

VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros siklus II di ketahui dari tabel

tersebut dimana siswa yang berada pada kategori tidak tuntas sebanyak 3

Page 50: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 50/59

 

50

orang dengan persentase 16% dan siswa yang berada pada kategori tuntas

sebanyak 16 orang dengan persentase 84%.

Dari data tersebut di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar siswa

dalam keterampilan menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa

kelas VIII MTs. Negeri Turikale Kabupaten Maros didominasi oleh

kategori tuntas. Hal ini dapat pula kita perhatikan pada diagram berikut.

Gambar 5 Diagram Ketuntasan Menulis Cerpen Melalui Audio VisualSiklus II

Dari diagram tersebut, menunjukkan bahwa pada kategori tuntas

memiliki diagram lebih tinggi dibandingkan dengan kategori tidak tuntas.

A. Pembahasan

Hasil belajar bahasa Indonesia yang diperoleh setelah dilakukan tes

akhis siklus I dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa

kelas VIII MTs Negeri Turikale Kabupaten Maros, dimana subjek 

  penelitian ini berjumlah 19 orang, diperoleh rata-rata hasil belajarnya

adalah 58, nilai mediannya adalah senilai 66, nilai modusnya adalah senilai

60, nilai standar deviasinya adalah senilai 17, nilai variansnya adalah senilai

291, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90, nilai terendah adalah senilai

50 dan rentang nilanya adalah 40 dengan tingkat ketuntasan sebesar 32%.

Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum

signifikan, karena tingkat ketuntasan hasil belajar siswa belum mencapai

Page 51: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 51/59

 

51

70% tingkat ketuntasan, diketahui bahwa data menunjukkan bahwa nilai

rata-rata yang diperoleh adalah 58, artinya rata-rata siswa belum menguasai

atau belum memahami pembelajaran pada siklus I.

Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi belajar sehingga siswa

tidak tertarik dengan pembelajaran yang diberikan. Melalui media audio

visual siswa ditekankan pada pembelajaran keterampilan siswa dalam

menulis cerpen dengan memperhatikan media yang disajikan ini merupakan

suatu cara meningkatkan minat siswa untuk melakukan pembelajaran

menulis cerpen. Namun, siklus I ini siswa belum dapat bekerja seefisien

mungkin. Melalui media audio visual ini, masih banyak siswa yang

memonopoli tugas yang diberikan. Oleh karena itu, dalam siklus I ini guru

lebih banyak membimbing dan mengarahkan siswa.

Adapun faktor yang mempengaruhi belum maksimalnya hasil belajar 

siswa pada siklus I ini adalah kegiatan siswa yang tidak relevan dengan

  pembelajaran yakni menganngu temannya pada saat pembelajaran

  berlangsung, mengobrol dengan temannya, mengerjakan tugas lain,

 bersikap seadanya dalam melakukan kegiatan. Meskipun jumlah siswa yang

melakuakn kegiatan tersebut tidak terlalu signifikan dan masih terkatgori

ditelerasi. Namun, tetap harus menjadi perhatian karena jika dibiarkan tanpa

tindakan korektif akan mengakibatkan orientasi belajar siswa terganggu

sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai.

Page 52: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 52/59

 

52

Pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I, siklus II keaktifan

siswa sudah tampak, dorongan dan minat siswa dalam belajar bahasa

Indonesia dengan metode inkuiri sudah dapat terlihat dari keaktifannya

  bertanya, bekerjasama dalam kelompoknya, meminta bimbingan guru,

menyimak penjelasan guru, membuat kesimpulan, dan mempresentasikan

hasil belajarnya, walaupun masih terdapat 2 orang dengan persentase 11%

siswa yang melakukan kegiatan yang tidak relevan seperti menganggu

temannya, tidak menjadikan bahwa proses pembelajaran terganggu. Hal ini

diketahui dengan hasil belajar siswa pada siklus II ini diperoleh nilai rata-

ratanya adalah 78, nilai median yang diperoleh adalah 70, nilai modus yang

diperoleh adalah senilai 70, nilai standar deviasi yang diperoleh adalah 16,

nilai tertinggi yang diperoleh 100, nilai terendah yang diperoleh adalah 60.

Adapun statistik hasil belajar pada siswa kelas VIII MTs Negeri

Turikale Kabupaten Maros siklus I dan siklus II sebagai berikut.

Tabel 10 Statistik Hasil Belajar pada Siklus I dan Siklus II

Statistik Siklus

I II

Page 53: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 53/59

 

53

Subjek Penelitian 19 19Rata-rata 66 78

Median 60 70Modus 60 70

Standar Deviasi 17 16Varians 291 247

 Nilai Tertinggi 90 100 Nilai terendah 50 60

Sumber : Hasil Perolehan, 2011

Dari tabel 10 di atas, sangatlah jelas menunjukkan bahwa dari 19

subjek penelitian ini, pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh adalah 66

dan pada siklus II adalah 78 berarti mengalami peningkatan nilai rata-rata

hasil belajar siswa. Nilai median pada siklus I adalah senilai 60 dan pada

sikus II senilai 70, nilai mediannya juga mengalami peningkatan dari 60 ke

70. Begitupun untuk nilai tertingginya pada siklus I nilai tertingginya

adalah 90 dan pada siklus II adalah 100, mengalami kenaikan sebanyak 10,

dan nilai terendah yang diperoleh pada siklus I adalah 50 dan pada siklus II

adalah senilai 70, nilai terendah tersebut juga mengalami kenaikan.

Kenaikan-kenaikan tersebut menunjukkan bahwa dengan metode inkuiri

dapat meningkatkan hasil belajar menulis karangan deskriptif siswa.

Kategorisasi hasil belajar siswa dapat dilihat pada diagram

kategoriasai siklus I dan II berikut ini.

Gambar 8 Diagram Kategorisasi Siklus I dan Siklus II

Jika diperhatikan pada gambar di atas, menunjukkan bahwa pada

siklus I nilai yang peroleh siswa pada siklu I berada pada kategori sedang

Page 54: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 54/59

 

54

dan pada siklus II berada pada kategori sedang pula, walaupun pada hasil

 belajar siswa tersebut kedua siklus nilai modusnya adalah berada pada

kategori sedang, dimana grafik paling tinggi menjukkan pada kategori

sedang ini berarti modus kedua siklus tersebut adalah pada kategori sedang.

Untuk siklus I sendiri tidak ada hasil belajar siswa yang berada pada

kategori sangat rendah begitupun untuk siklus II. Hal ini berarti terjadi

  peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII MTs

 Negeri Turikale Kabupaten Maros.

Hal ini dapat pula diketahui dari diagram ketuntasan hasil belajar 

siklus I dan siklus II sebagai berikut.

Gambar 9 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

Dari diagram di atas menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siklus I

dan II menujukkan peningkatan hasil belajar pada siklus I dan siklus II,

dimana pada siklus I jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 68% dan

 pada siklus II sebanyak 16%, sedangkan ketuntasan siklus I siswa sebanyak 

32% dan pada siklus II sebanyak 84%. Hal ini menunjukkan bahwa dari

hasil ketuntasan hasil belajar pada siklus I ke siklus II mengalami kenaikan

hasil belajar yang signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan hasil

 belajar dalam menulis cerpen melalui media audio visual pada siswa kelas

VIII MTs Negeri Turikale Kabupaten Maros, pada siklus II ini rata-rata

Page 55: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 55/59

 

55

hasil belanya adalah 78 telah melewati KKM sebesar 70. Ini berarti bahwa

dengan penggunaan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan

hasil belajar siswa dalam menulis cerpen

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari pembahasan di atas, maka peneliti menyimpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Dari hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada siklus I belum

seefektif mungkin sedangkan pada siklus II sudah efektif. Dimana

 pada siklus I siswa yang menyimak penjelasan guru mengalami

 peningkatan pada siklus II sebanyak 4 orang, yakni dari 15 orang

menjadi 19 orang. Kemudian pada siklus I masih kurang siswa

yang meminta bimbingan guru sedangkan pada siklus II bertambah

11 orang yang meminta bimbingan guru. Sedangkan siswa yang

melakukan kegiatan yang tidak relevan seperti keluar masuk kelas

tidak ada, hanya ada siswa yang menganggu temannya, itupun bisa

ditolerir dengan memberikan teguran. Ini menunjukkan bahwa

 pada siklus I ke siklus II mengalamai peningkatan hasil belajar 

menulis cerpen melalui audio visual pada siswa kelas VIII MTs.

 Negeri Turikale Kabupaten Maros.

Page 56: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 56/59

 

56

2. Hasil belajar siswa dalam menulis cerpen melalui media audio

visual pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan hal ini

diketahui dari hasil statitik, dimana subjek penelitian ini pada

siklus I berjumlah 19 orang, diperoleh rata-rata hasil belajarnya

adalah 66, nilai mediannya adalah senilai 60, nilai modusnya

adalah senilai 60, nilai standar deviasinya adalah senilai 17, nilai

varians adalah senilai 291, nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90,

nilai terendah adalah senilai 50. Pada siklus II ini diperoleh nilai

rata-ratanya adalah 78, nilai median yang diperoleh adalah 70, nilai

modus yang diperoleh adalah senilai 70, nilai standar deviasi yang

diperoleh adalah 16, nilai variansnya adalah 247, nilai tertinggi

yang diperoleh 100, nilai terendah yang diperoleh adalah 60. Dari

data siklus I dan siklus II tersebut di atas menunjukkan bahwa

melalui media audio visual dapat meningkatkan keterampilan

menulis cerpen pada siswa kelas VIII MTs. Negeri Turikale

Kabupaten Maros.

A. Saran

Dari simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran

sebagai berikut:

 

58

Page 57: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 57/59

 

57

1. Menetapkan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar 

menulis cerpen melalui audio visual pada siswa kelas VIII MTs.

 Negeri Turikale Kabupaten Maros.

2. Dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya memberikan situasi

yang bervariasi sehingga tidak menyebabkan kejenuhan bagi

siswa.

3. Diharapkan para peneliti dibidang pendidikan, agar dapat

melakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan media audio

visual.

Page 58: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 58/59

 

58

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, 1993.   Pengelolahan Pengajaran . Ujung Pandang: PT.Bintang Selatan

Akhmadi, Mukhsin, dkk. 1981.  Kemampuan Mengapresiasi Prosa Murid SPG di Jawa Timur . Jakarta: DEPDIKBUD Pusat Pembinaandan Pengembagan Bahasa.

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Algesindo.

Burhan Nurgiyantoro. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: GadjahMada University Press.

Chamdiah, Sri, dkk. 1981.  Kemampuan Mengapresiasi Siswa SMA DKI .

Jakarta: DEPDIKBUD Pusat Pembinaan dan PengembaganBahasa.

Dick Hartoko dan B. Rahmanto. 1986.   Pemandu di Dunia Sastra.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Dwitaqama, D, 2008. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (online).

Jacob Sumardjo dan Saini K.M. 1997.   Apresiasi Kesustraan. Jakarta:Gramedia Pustaka Jaya.

Mappasaro, S, 2006. Belajar dan Pengajaran. Makassar : FIP UNM

Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional . Bandung: PT RemajaRosdakarya

Murahimin Ismail. 1994. Menulis Secara Populer . Jakarta: Pustaka JayaPress.

  Natawijaya, Suparman. 1982.   Apresiasi Sastra dan Budaya. Jakarta:Intermasa.

Page 59: 3. Skripsi Saiful

5/7/2018 3. Skripsi Saiful - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/3-skripsi-saiful 59/59

 

59

 Nasution. 2000. Metode Research. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Rusyana, Yus, dkk. 1995. Kegiatan Apresiasi Sastra Indonesia Murid SMA  Jawa Barat . Jakarta: DEPDIKBUD Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa.

Sudjana, Nana. 1984.  Pedoman Praktis Mengajar . Jakarta: PPPP. AgamaIslam.

Sugihastuti dan Suharto. 2005.   Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suherman. E. 1990.   Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi PendidikanMatematika untuk Guru dan Calon Guru. Wijaya Kusuma:Bandung.

Suminto A. Sayuti. 2000.  Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta:Gama Media

Suriamiharja, dkk. 1996/1997.   Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta:DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar danMenengah bagian Proyek Penataran Guru SLTP Stara D III.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1991.  Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:Angkasa.

Widyamartaya, A. 1992. Seni Membaca untuk Studi. Yogyakarta: Kanisius.

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.

60

 

61