20 Cara Mengatasi Anak Berbohong

Post on 16-Jul-2015

2.440 views 5 download

Transcript of 20 Cara Mengatasi Anak Berbohong

anak berbohong 20 cara mengatasi

Hindari pertanyaan “kenapa” karena menciptakan situasi tegang untuk

anak dan orangtua.

Bertanya “kenapa” mendorong anak untuk berbohong lagi

karena ingin memberi jawaban yang ‘benar’ dan ‘diterima’.

Pastikan kita dalam keadaan tenang. Jelaskan fakta kebohongan anak dengan tenang agar anak merasa

tidak terlambat untuk jujur.

Ungkapkan fakta yang kita tahu. “Gelas mama pecah …” “Bu guru menelepon …”

Hindari memulai dengan ‘label’. “Kamu memang pembohong …”

Hindari memulai dengan ceramah. “Tuhan tidak suka anak yang pembohong …”

Hindari memulai dengan jebakan. “Lihat ini, Mama sudah buktikan ini …”

Bila ada fakta yang belum kita tahu, tanyakan pada anak.

Ajak anak ‘membongkar’ kebohongan.

Tunjukkan alternatif pemecahan dari masalah yang menyebabkan kebohongan.

Tunjukkan empati. Empati berarti kita peduli pada perasaan anak,

bukan membenarkan bohongnya.

Tunjukkan empati dengan mendengarkan tanpa menyalahkan,

memberikan anggukan atau merespon dengan, “Ooh…” atau “Ahh…”

Berempati menunjukkan bahwa kita menerima anak dalam keadaan benar

maupun salah.

Berempati menunjukkan bahwa, meski pahit, kejujuran yang diungkapkan lebih baik

daripada berbohong.

Empati memicu anak untuk mengendalikan emosinya,

berpikir jernih, dan mencari pemecahan masalah.

Hindari ucapan maaf sebagai satu-satunya penyelesaian masalah.

Konsekuensi dapat diberikan kepada anak yang berbohong,

selama memenuhi syarat konsekuensi yang tepat.

Ganti rugi bisa dilakukan anak, bukan untuk mengembalikan keadaan seperti semula,

tapi untuk menghargai usahanya memperbaiki keadaan.

Untuk anak usia 8 tahun ke atas harus diterapkan konsep

‘mengembalikan kepercayaan’, tidak cukup dengan konsekuensi biasa.

Konsekuensi terbaik untuk kebohongan adalah adanya tanggungjawab baru

dan mampu menjaga kepercayaan.

Dalam beberapa situasi, mengakui kebohongan serta melakukan ‘ganti rugi’ sudah cukup dan tidak perlu konsekuensi tambahan.

Dengarkan suara hati kita dan dengar pendapat anak

apakah konsekuensi yang akan diberikan masih dalam batas kewajaran.