Post on 28-Nov-2015
1). Vaksinator
Mengetahui Manfaat : Meningkatkan kekebalan
Mengetahui tujuan :Dengan peningkatan kekebalan Menekan angka kesakitan / morbiditas Menekan angka kematian / mortalitas Eradikasi
Tujuh Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi Dasar Lengkap
1. Poliomyelitis (kelumpuhan)2. Campak3. Difteri4. Pertusis (batuk rejan, batuk seratus
hari)5. Tetanus6. Tuberkulosis (TBC)7. Hepatitis B
Imunisasi Dasar Lengkap
Program pemerintah dalam bidang imunisasi berusaha untuk mencapai suatu komitmen internasional Universal Child Imunization, yaitu terciptanya cakupan imunisasi lengkap untuk bayi minimal 80% di seluruh wilayah
Imunisasi yang dijadikan patokan adalah imunisasi BCG, DPT I, Hepatitis B-l, Hepatitis B-3, dań polio 4
Imunisasi Dasar Lengkap
Program imunisasi dasar lengkap (IDL) BCG 1 dosis DPT 3 dosis Polio 4 dosis Hepatitis B 3 dosis Campak 1 dosis
Pemberian imunisasi dasar lengkap harus dapat dicapai sebelum balita berusia 12 bulan
Mengetahui Jenis
Bakteri Vaksin Viral Vaksin
Live attenuated (bakteri
atau virus yang
dilemahkan)
BCG
MMR,
Varisela,
Yellow fever,
OPV
Inaktivated (bakteri,
virus atau
komponennya yang
dibuat tidak aktif)
DPT, Hib,
kolera,
Meningo,
pneumo,
Hep A, Hep
B, IPV,
rabies,
influenza
WHOLE CELL :BCGPertusisCholeraLive typhoid
WHOLE VIRUS :MeaslesMumpsRubellaVaricellaPoliomyelitis IPVOPVYellow feverRabiesHepatitis A
TOXOID :TetanusDiphteriaPertusis Toxin
SPLIT VIRUS :Influenza
SURFACE Ag :Acellular pertusis
RECOMBINANT SURFACE Ag :Hepatitis B
POLYSACCHARIDE :MeningoPneumoTyphim Vi
CONJUGATE POLYSACCHARIDE :Hib
BCG (Bacille Calmette-Guerin) dibuat dari Mycobacterium bovis diberikan pada umur 0 – 12 bulan Dosis untuk bayi dan anak < 1 tahun adalah 0,05
mL dan pada anak 0,1 ml cara pemberian intrakutan di daerah insersio
M.deltiodeus kanan MARKER BCG tidak diberikan pada pasien imunokompromais BCG ulangan tidak dianjurkan Terlambat tuberkulin test
(+) : tidak perlu diberikan BCG (-) : perlu diberikan BCG
Hepatitis B
diberikan sedini mungkin setelah lahir Dosis kedua diberikan umur 1 – 2 bulan dan dosis
ketiga 6 bulan Pemberian imunisasi hepatitis B harus
berdasarkan status HBsAg ibu pada saat melahirkan
Ulangan imunisasi hepatitis B (hep B-4) dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun
Efek samping berupa nyeri, bengkak, panas mual nyeri sendi dan otot
Hepatitis B
Hipo dan nonrespon dapat disebabkan oleh: usia tua, pemberian vaksinasi di daerah bokong/pantat, pada anak gemuk, pasien hemodialisis/transplantasi, pasien yang mendapat obat-obatan imunosupresif, pasien leukemia dan keganasan lain, pasien diabetes mellitus insulin dependent, infeksi HIV peminum alkohol
Pada keadaan-keadaan di atas, imunisasi perlu diulangi dengan meningkatkan dosis dua kali, setelah melakukan koreksi seperlunya terhadap penyakit dasar
DPT
Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali DPT 1 diberikan pada umur 2-6 bulan DPT 2 pada umur 3-5 bulan DPT 3 pada umur 4-6 bulan DPT 4 pada umur 18-24 bulan DPT 5 pada saat masuk sekolah dasar DPT 6 diberikan pada umur 12 tahun
Dosis DPT/DT 0,5 mL, intramuscular, baik untuk imunisasi dasar dan ulangan
DPT
kontra indikasi: sakit sedang sampai berat dengan atau tanpa demam, imunodefisiensi dan imunosupresif
POLIO
Vaksin Virus Polio Oral (Oral Polio Vaccine=OPV) Tiap dosis (2 tetes = 0,1 ml) mengandung
virus tipe 1, tipe2, dan tipe 3dan eritromisin tidak lebih dari 2 mcg, serta kanamisin tidak lebih 10 mcg
Vaksin Polio Inactivated (inactivated poliomyielitis vaccine- IPV) berisi tipe 1,2,3 dan dibuat tidak aktif dengan
formadehid dosis 0,5 ml dengan suntikan subkutan dalam
tiga kali berturut-turut dengan jarak 2 bulan
POLIO Oral
Kontra indikasi penyakit akut atau demam (temp.
>38,5°C), imunisasi harus ditunda muntah atau diare, imunisasi ditunda sedang dalam pengobatan kortikosteroid
atau imunosupresif oral maupun suntikan, juga pengobatan radiasi umum
keganasan dan penderita HIV
EFEK SAMPING VAKSIN POLIO Oral
VAPP (Vaksin Asosiated Polio Paralitik) VDPV (Vaksin Derivat Polio Virus)
CAMPAK
Ada dua jenis vaksin campak yaitu, vaksin yang berasal dari virus campak
yang hidup dan dilemahkan vaksin yang berasal dari virus campak
yang dimatikan diberikan pada umur 9 bulan, dosis
0,5 mL, sub-kutan ulangan dianjurkan pada saat masuk
sekolah dasar (5-6 tahun)
CAMPAK
Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang dengan vaksin campak dari virus yang dimatikan
Kejadian KIPI imunisasi campak menurun dengan digunakannya vaksin campak yang dilemahkan
Gejala KIPI berupa demam > 39,5°C pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi selama 2 hari
CAMPAK
Kontra indikasi sedang menderita demam tinggi sedang memperoleh pengobatan
imunosupresi memiliki riwayat alergi sedang memperoleh pengobatan
imunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah
MMR
diberikan pada umur 15-18 bulan, dosis satu kali 0,5 ml, subkutan
diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lain
bila telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18 bulan, imunisasi campak 2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan
Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun atau 12-18 tahun
MMR
setelah vaksinasi MMR dapat terjadi malaise, demam yang sering terjadi 1 minggu
setelah MMR imunisasi dan berlangsung 2-3 hari. Kejang demam pada 0,1% anak setelah 6-11 hari
imunisasi Kontra indikasi
keganasan, alergi berat, demam akut mendapat vaksin hidup yang lain dalam waktu 4
minggu kehamilan harus ditunda selama 2 bulan tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin atau transfusi darah defisiensi imun
MMR
Vaksin MMR harus diberikan sekalipun ada riwayat infeksi campak, gondongan dan rubela atau imunisasi campak
Bila imunisasi dasar tidak lengkap sampai waktu pemberian MMR, maka dapat diberikan secara bersamaan dengan menggunakan alat suntik dan tempat yang berbeda
Hib (H.influenzae tipe b)
Imunisasi dasar untuk Act Hib diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan
sedangkan Pedvax Hib diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6 bulan) tidak diperlukan
Ulangan vaksin Hib diberikan pada umur 18 bulan
Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, vaksin Hib hanya diberikan 1 kali
Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskular
Demam tifoid
Di Indonesia terdapat 2 jenis sediaan vaksin, yaitu vaksin polisakarida suntikan dan oral
Polisakarida suntikan adalah vaksin capsular Vi polysaccharide diberikan pada anak umur >2 tahun, ulangan dilakukan setiap 3 tahun
Tifoid oral diberikan pada umur >6 tahun, 3 dosis dengan interval selang sehari, ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun
Hepatitis A
dilakukan dengan memberikan imunoglobulin sebagai pencegahan segera setelah kontak atau pencegahan sebelum kontak
Dosis 0,02 ml/kgBB, intramuskular, diberikan dalam kurun waktu tidak lebih dari satu minggu setelah kontak, atau 0,08 ml/kgBB, pada orang yang akan berkunjung ke daerah endemis lebih dari 4 bulan
Efek samping sangat jarang, dapat berupa reaksi lokal (nyeri atau kemerahan), ataupun sistemik (demam, lemas, nyeri otot/sendi dan gangguan pencernaan)
Influenza
Vaksin Influenza mengandung virus yang tidak aktif
cakupan imunisasi influenza mencapai 70-90 % untuk proteksi selama satu tahun, daya proteksi menurun pada tahun berikutnya
Untuk menjaga agar daya proteksi berlangsung terus menerus, maka perlu dilakukan vaksinasi secara kontinu
Influenza
Imunisasi influenza direkomendasikan pada, Lansia diatas 65 tahun dewasa dengan penyakit kronis seperti
jantung, paru, ginjal dan penyakit metabolik
Anak dengan kelainan jantung bawaan, Dewasa dan anak yang mendapat obat
imunosupresif Penghuni rumah perawatan (nursing
homes) dan fasilitas pelayanan penyakit kronis lain
Influenza
Vaksinasi influenza diberikan sebelum KLB terjadi
Vaksin diberikan satu kali, dosis tunggal, subkutan dalam atau intramuskular
Satu dosis vaksin secara teratur setiap tahun dapat diberikan pada usia 9 tahun keatas
Anak usia 6 bulan sampai 9 tahun bila mendapat vaksin pertama kali, harus diberikan 2 kali berturut-turut dengan selang waktu 1 bulan
Mengetahui Kontra indikasi & perhatian khusus
Berlaku umum untuk semua vaksin DtaP/DTP, OPV, IPV, MMR, Varisela, Hib, Hepatitis B
Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra
Reaksi anafilaksis terhadap vaksin tertentu
Reaksi anafilaksis terhadap konstituen vaksin
Sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam
Ensefalopati dalam 7 hari pasca DtaP/ DTP sebelumnya
Reaksi lokal ringan-sedang (sakit, kemerahan, bangkak) sesudah suntikan vaksinDemam ringan atau sedang pasca vaksinasi sebelumnyaSakit akut ringan dengan atau tanpa demam ringanSedang mendapat terapi antibiotikMasa konvalesen suatu penyakitPrematuritasTerpajan terhadap suatu penyakit menularRiwayat alergi penisilin atau alergi lain non spesifik atau alergi dalam keluargaKehamilan ibuPenghuni rumah lainnya tidak divaksinasiDemam <40,50C pasca DtaP/ DTP sebelumnya
Perhatian KhususDemam >40,50C, kolaps dan episode hipotonik-hiporesponsif dalam 48 jam pasca DtaP/ DTP sebelumnya yang tidak berhubungan dengan penyebab lain
Kejang dalam 3 hari pasca DtaP/ DTP sebelumnyaMenangis terus ≥3 jam dalam 48 jam pasca DtaP/ DTP sebelumnya
Sindrom Guillain-Barre dalam 6 minggu pasca vaksinasi
Riwayat kejang dalam keluarga
Riwayat KIPI dalam keluarga pasca DtaP/ DTP
OPV
Indikasi Kontra Bukan Indikasi
Kontra
Infeksi HIV atau kontak HIV
serumah
Imunodefisiensi
Imunodefisiensi penghuni
serumah
Menyusui
Sedang dalam
terapi antibiotik
Diare ringan
Perhatian Khusus
Kehamilan
Vaksin Polio In-Activated (IPV)
Indikasi Kontra
Reaksi anafilaktik terhadap neomisin,
streptomisin atau polimiksin-B
Perhatian Khusus
Kehamilan
Measles, Mumps dan Rubella (MMR)
Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra
Reaksi anafilaktik terhadap
neomisin atau gelatin
Kehamilan
Imunodefisiensi
Tuberkulosis/ uji tuberkulin
positif
Uji tuberkulin bersamaan
dengan vaksinasi
Menyusui
Kehamilan ibu/ penghuni
serumah
Perhatian Khusus
Mendapat transfusi darah atau
produk darah atau Ig 3-11
bulan y.l
Trombositopenia
Riwayat purpura
trombositopenia
Imunodefisiensi dalam
keluarga/penghuni serumah
Infeksi HIV tanpa
imunosupresi berat
Alergi telur
Reaksi non-anafilaksis
terhadap neomisin
Haemophillus influenzae tipe b (Hib)
Indikasi Kontra Perhatian Khusus
Tidak ada Tidak ada
Hepatitis B
Indikasi Kontra Bukan Indikasi
Kontra
Reaksi anafilaksis
terhadap ragi
kehamilan
Varisela
Indikasi Kontra Bukan Indikasi Kontra
Reaksi anafilaktik terhadap
neomisin atau gelatin
Kehamilan
Infeksi HIV
Imunodefisiensi
Imunodefisiensi penghuni
serumah
Infeksi HIV penghuni
serumah
Kehamilan ibu/ penghuni
serumah
Perhatian Khusus
Mendapat imunoglobulin 5 bulan yang lalu
Riwayat imunodefisiensi dalam keluarga
Penyakit yang telah direkomendasikan oleh WHO untuk tetap diberikan vaksinasi
Alergi atau asma, kecuali jika diketahui ada alergi terhadap komponen khusus dari vaksin
Sakit ringan dengan infeksi pernafasan atau diare dengan suhu dibawah 38,50C
Riw. keluarga tentang peristiwa-peristiwa yang membahayakan setelah imunisasi
Pengobatan antibiotik Dugaan infeksi HIV (tidak
menunjukkan tanda-2 AIDS)
Sakit kronis Kondisi saraf stabil
seperti kelumpuhan otak atau sindrom down
Prematur/ BBLR Pembedahan baru/
direncanakan dengan segera
Gizi kurang Riw. sakit kuning pada
kelahiran
Mengetahui tentang KIPI Pragrammic errors Reaksi suntikan Induksi vaksin Koinsidensi Penyebab tidak diketahui
Definisi KIPI
Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam kurun satu bulan setelah imunisasi
Diperkirakan sebagai akibat dari imunisasi
Klasifikasi KIPI• Klasifikasi Lapangan
(Field Classification, WHO 1999)
• Klasifikasi Kausalitas(Evidence Bearing on Causality, IOM 1991&1994)
Klasifikasi lapangan dipakai pd pencatatan &
pelaporan KIPI
Klasifikasi Lapangan, WHO 1999
1. Reaksi Vaksin2. Kesalahan Program / Teknik
Pelaksanaan Imunisasi3. Reaksi Suntikan4. Kebetulan (koinsidensi)5. Tidak diketahui
Reaksi vaksin yg jarang, interval onset & perkiraan rate KIPI
Vaksin Reaksi vaksin Interval onset Rate KIPI / 1juta
BCG Limfadenitis supuratifOsteitis BCGInfeksi BCG disiminata
2 – 6 bulan1 – 12 bulan1 – 12 bulan
100 – 10001 – 700
2
HiB Belum pernah ada laporan - -
Hepatitis B Anafilaksis 0 – 1 jam 1 – 2
Campak / MMR Kejang demamTrombositopeniaReaksi anafilaktoidSyok AnafilaksisEnsefalopati
5 – 12 hari15 – 35 hari
0 – 1 jam
33333
~10 1 – 50
<1
OPV Lumpuh layu berkaitan dg vaksin (VAPP) 4 – 30 hari 1,4 – 3,4
Tetanus Neuritis Brakhial AnafilaksisAbses steril
2 – 28 hari0 – 1 jam
1 – 6 minggu
5 – 100.4 – 106 - 10
Tetanus-difteria Sama dengan tetanus
Pertusis Menangis terus menerus > 3jam Kejang demamKeadaan hipotonik-hiporesponsifAnafilaksisEnsefalopati
0 – 24 jam0 – 3 hari0 – 24 jam0 – 1 jam0 – 3 hari
1.000- 60.000570570200-1
2. KIPI Kesalahan Program
Tidak steril Pemakaian ulang alat
suntik / jarum Sterilisasi tidak
sempurna Vaksin / pelarut
terkontaminasi Pemakaian sisa vaksin
utk beberapa sesi vaksinasi
Salah pakai pelarut vaksin
Memakai obat sebagai vaksin atau pelarut vaksin
Pemakaian pelarut vaksin yg salah
Infeksi • Abses lokal di
daerah suntikan• Sepsis, sindrom
syok toksik, • Infeksi penyakit yg
ditularkan lewat darah : hepatitis, HIV
• Abses lokal karena kurang kocok
• Efek negatif obat mis. insulin
• Vaksin tidak efektif• Kematian
Kesalahan Program
Perkiraan KIPI
KIPI Kesalahan Program (lanjutan..)
Penyuntikan salah tempat
BCG subkutan DPT/DT/TT kurang
dalam Suntikan di
bokong
Transportasi / penyimpanan vaksin tidak benar
Mengabaikan indikasi kontra
• Reaksi lokal / abses
• Reaksi lokal / abses
• Kerusakan N Ischiadicus
• Reaksi lokal akibat vaksin beku
• Vaksin tidak aktif (tidak potent)
• Tidak terhindar dari reaksi yg berat
Kesalahan Program
Perkiraan KIPI
3.KIPI Reaksi Suntikan Reaksi suntikan langsung
Rasa sakit, bengkak & kemerahan
Reaksi suntikan tidak langsung
Rasa takut Nafas tertahan Pernafasan sangat cepat Pusing, mual/muntah Kejang Sinkope
4. KIPI Kebetulan (koinsidens)
Kejadian yang timbul, terjadi secara kebetulan setelah imunisasi
Ditemukan kejadian yang sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat tetapi tidak diimunisasi
Vaksin disalahkan sebagai penyebabnya
Kejadian yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab
Dibutuhkan kelengkapan informasi lebih lanjut
5. KIPI Penyebab Tidak Diketahui
Mengetahui teknik pemberian vaksinasi9 Kontrol infeksi Pemilihan perlengkapan imunisasi
Mengetahui teknik dan posisi penyuntikan Bayi digendong pengasuh, anak dipeluk dipangkuan
menghadap pengasuh Otot yang akan disuntik dalam posisi lemas (relaks) Tungkai : sedikit rotasi ke dalam Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku Anak dipersilahkan memilih lokasi suntikan Metode Z tract : sebelum jarum disuntikkan
regangkan kulit dan subkutis, kemudian lepaskan Jarum disuntikan dengan cepat
Teknik Pemberian Vaksin
Subcutaneouse.g. measles, mumps,
rubella, varicella
Intramuscular e.g. hepatitis A and B,
DTP
IntradermalBCGOral
e.g. polio
Paha dibagi 3 area untuk daerah yang
akan disuntik
Contoh posisi yang baik
Dalam posisi ini anak dapat tiba-tiba mengambil jarum dengan tangannya yang bebas
Posisi anak pada waktu vaksinasi
2). Vaksin
Mengetahui persiapan pemberian vaksin6,9
Baca nama, tanggal kadaluarsa Teliti kondisi vaksin apakah masih layak :
warna indikator VVM Kocok : penggumpalan, perubahan warna Alat suntik : sekali pakai Encerkan dan ambil vaksin sebanyak dosis Ukuran jarum : ketebalan otot bayi / anak Pasang dropper botol polio dengan benar
Mengetahui penyimpanan dan distribusi
vaksin bakteri/ virus inaktif Vaksin yg sangat sensitif thd panas/sinar
dibuat berupa bubuk ( freeze-dried powders)
Vaksin (yang bukan cairan) dapat disimpan di freezer atau pd +2°C sampai +8°C
Setelah dicampur segara disuntikkan; buang setelah 6 jam atau setelah selesai
Vaksin OPV simpan beku
Mengetahui masa simpan vaksin
Jenis Vaksin Suhu Penyimpanan Umur Vaksin
BCG +2 s/d +8°C-15°s/d -25°C
1 tahun1 tahun
DPT +2° s/d +8°C 2 tahun
Hepatitis B +2° s/d +8°C 26 bulan
TT +2° s/d +8°C 2 tahun
DT +2° s/d +8°C 2 tahun
OPV +2° s/d +8°C-15° s/d -25°C
6 bulan 2 tahun
Campak +2° s/d +8°C -15° s/d -25°C
2 tahun2 tahun
Mengetahui penyediaan vaksin & alat-alat
Vaksin & pelarut khusus Termos, ice-packed, es batu Peralatan vaksinasi Alat penanganan kedaruratan
Adrenalin kortikosteroid oksigen selang dan cairan infus
Pencatatan
3). Resipien
Persiapan pemberian : Anamnesis :
Umur Jarak dengan vaksinasi sebelumnya Riwayat KIPI Indikasi kontra & perhatian khusus Informed consent
Pemeriksaan fisik Informed consent :
Manfaat & risiko vaksinasi disampaikan dengan empati
Nonjudgmental approach) istilah awam & sederhana