Post on 02-Nov-2020
17 Universitas Kristen Petra
2. PERANCANGAN
2.1. Perancangan Tapak
2.1.1. Kriteria Pemilihan Lokasi dan Tapak
Agar proyek dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, terdapat
beberapa kriteria dasar dalam pemilihan lokasi dan tapak, yaitu:
a. Terletak di kawasan yang sudah memiliki infrastruktur yang memadai (jalan
raya, air, telepon dan listrik). Kriteria ini diambil agar pada proses
pembangunan dan kegiatan operasional planetarium dan galeri astronomi
dapat berjalan dengan lancar.
b. Terletak di kawasan yang diizinkan untuk membangun sebuah fasilitas
pendidikan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota. RTRK yang
dibutuhkan adalah perdagangan dan jasa. Kriteria ini diambil agar dapat
mengikuti peraturan yang telah ditentukan pemerintah kota Surabaya dan
mencegah permasalahan legalitas pembangunan.
c. Terletak di kawasan yang berada di dekat jalan raya utama. Kriteria ini
diambil agar planetarium dan galeri astronomi dapat diakses dan dilihat
dengan mudah sehingga dapat menjadi sebuah ikon dunia astronomi kota
Surabaya. Selain itu bangunan ini merupakan fasilitas rekreasi pendidikan
yang diperuntukan untuk publik (terutama pelajar, mahasiswa,
akademisi/ilmuan dan keluarga) maka pencapaian merupakan salah satu
pertimbangan yang cukup penting, termasuk fasilitas transportasinya.
d. Keadaan lingkungan sekitar site
Lingkungan sekitar site dan bangunan tersebut dapat saling menunjang,
terutama karena bangunan ini merupakan fasilitas rekreasi pendidikan.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, lokasi tapak yang dipilih terletak
pada kecamatan Sukomanunggal, wilayah Surabaya Barat, tepatnya di jalan
Lingkar Dalam.
18 Universitas Kristen Petra
2.1.2. Data Tapak
Gambar 2.1 Peta Surabaya
Sumber : img.google.com
Gambar 2.2 Peta Surabaya Barat
Sumber: map.google.com
Gambar 2.3 Lokasi tapak dan sekitarnya
Sumber: map.google.com
Data mengenai tapak dan peraturan yang terkait adalah sebagai berikut :
Kecamatan : Sukomanunggal
Wilayah : Surabaya Barat
Kota : Surabaya
Provinsi : Jawa Timur
Lebar jalan utama : 20 meter
Lebar jalan sekunder : 9 meter
LOKASI
19 Universitas Kristen Petra
Topografi : Tak berkontur
Kondisi existing : Unbuilt
Koordinat : 7°17'55.20"S
112°40'33.33"E
Suhu : 22,7° - 33,7°C
Arah Angin : Barat laut - Tenggara
Tekanan Udara : 1004,4 - 1017,7 MBS
Gambar 2.4 Luasan tapak
2.1.3. Kondisi Eksisting Kawasan
Kondisi eksisting tapak masih berupa tanah kosong. Di sekitar tapak yang
berada di Surabaya Barat dijumpai banyak pembangunan, perumahan, apartemen
mewah, maupun pertokoan mewah.
Pada sisi Utara dari tapak, dapat dijumpai salah satu pertokoan mewah
Landmark maupun Pakuwon Trade Centre yang menjadi pusat perbelanjaan di
Surabaya Barat. Selain itu, adanya apartemen Water Place dan juga perumahan
Pakuwon serta didukung oleh beberapa rumah makan mewah seperti Loop dan
Boncafe juga mendukung terciptanya sebuah kawasan elit di Surabaya Barat. Pada
sisi Barat dari tapak terdapat sebuah danau yang cukup besar. Dari pagi hingga
malam hari, danau ini selalu dipenuhi dengan orang-orang yang berjualan
makanan, dikarenakan jalan Lingkar Dalam merupakan jalur yang sering dilewati
Luas area =21.000 m2
20 Universitas Kristen Petra
orang. Pada sisi Selatan dari tapak masih berupa tanah kosong yang merupakan
tanah milik perumahan Graha Family. Pada sisi Timur dari tapak dapat dijumpai
perumahan Graha Family. Kondisi tapak secara lebih jelas dapat dilihat pada
gambar 2.5.
Gambar 2.5 Kondisi di sekitar tapak
Berikut adalah batas – batas tapak:
Utara : Rumah sakit
Barat : Danau, pintu gerbang UNESA dan Citra Land
Timur : Perumahan Graha Family
Selatan : Tanah kosong, jalan menuju perumahan Wiyung
2.1.4. Data Tata Guna Lahan
Rencana Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Ketentuan Koefisien dasar bangunan (KDB) berfungsi sebagai alat untuk
mencegah terjadinya kerapatan bangunan yang dapat mengurangi keberadaan
ruang terbuka hijau dan akses gerak bebas.
21 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.1 Rencana Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
No Peruntukan KDB Keterangan
1 Fasilitas Umum 50%-60% - KDB maksimal diberlakukan pada
bangunan fasilitasumum yang berada di
jalan dan kawasan perumahan
- KDB terkecil diberlakuan pada
bangunan fasilitas umum baik yang biasa
maupun blok yang berada di jl.Lingkar
Dalam, jl.Terusan Mayjen Sungkono.
Sumber : Badan Perencanaan Kotamadya Surabaya
Rencana Koefisien Luas Bangunan (KLB)
Koefisien lantai bangunan (KLB) peru diarahkan dalam mengatur tata
bangunan di suatu kawasan. Hal ini juga berpengaruh pada kondisi kerapatan
bangunan secara vertical. Arahan KLB ini dibuat berdasarkan tinjuaan kondisi
bangunan dan kondisi lingkungan yang beragam pola penggunaan lahannya yaitu
: Kawasan perumahan, fasilitas umum yang didominasi oleh fasilitas perkantoran,
dan fasilitas komersial yang didominasi oleh fasilitas perdagangan yang tersebar
di wilayan perencanaan.
Tabel 2.2 Rencana Koefisien Luas Bangunan (KLB)
No Peruntukan KLB Keterangan
1 Fasilitas Umum 210-1500%
Atau 2.1-15
-KLB maksimal 2.1 diberlakukan pada
bangunan fasilitas umum yang berada di
jalan lingkungan dan kawasan perumahan
dengan jumlah lantai maksimal 3.
- KLB maksimal 15 diberlakukan pada
bangunan fasilitas umum yang berada di
jalan utama kota seperti jl.Lingkar
Dalam, jl.Terusan Mayjen Sungkono.
0.5-1.5 -Komplek pendidikan yang luas persilnya
22 Universitas Kristen Petra
lebih dari 500m2, 1-3 lantai di jl.Wiyung,
lingkar barat dalam,babatan III, kramat
I,Graha Famili Selatan.
180-600% - KLB maksimal 2.1 diberlakukan pada
bangunan fasilitas umum yang berada di
jalan lingkungan dan kawasan perumahan
dengan jumlah lantai maksimal 3.
- KDB maksimal 600 diberlakukan pada
bangunan fasilitas umum yang berada di
jalan utama kota
Sumber : Badan Perencanaan Kotamadya Surabaya
Rencana Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan pembatasnya tergantung pada daya dukung dan daya
tamping lahan serta potensi sarana dan prasarana lingkungan yang bersangkutan.
Batsan ketinggian dapat diwujudkan dalam satuan ketingian meter. Batasan
ketinggian bangunan dalam satuan meter didasarkan pada pertimbangan estetika,
factor keselamatan udara / penerbangan, dan factor keselamatan bangunan itu
sendiri.
Tabel 2.3 Rencana Ketinggian Bangunan
No Peruntukan Ketinggian Keterangan
1 Fasilitas Umum 20-30m -Ketinggian maksimal 20m diberlakukan
pada bangunan fasilitas umum yang
berada pada jalan lingkungan atau
perumahan
- Ketinggian maksimal 130m
diberlakukan pada bangunan fasilitas
umum yang berada di jalan utama kota
23 Universitas Kristen Petra
Rencana Garis Sepadan (GSB)
Garis Sepadan Bangunan (GSB) adalah jarak antara as jalan dengan
dinding luar bangunan persil. GSB bermanfaat untuk mengendalikan tata letak
bangunan terhadap jalan sehingga menciptakan keteraturan dan memberikan
pandangan yang lebih luas terhadap pemakai jalan.
Dalam lingkup makro (ruang kawasan / unit distrik) ketentuan
pemberlakuan GSB perlu dipahami sebagai sebuah alat preventif untuk mencegah
terjadinya kerapatan bangunan dan pengamanan di sebuah ruang kawasan.
Penetapan garis sepadan di wilayah UP.Wiyung ditujukan untuk mengataur jarak
antara satu bangunan dengan lainnya dalam satu kapling / blok yang berbeda
disamping dengan obyek-obyek vital lainnya,guna mencapai:
- Keseimbangan lingkungan
- Keamanan dan kesehatan publik
- Keberlanjutan kehidupan
Pada daerah UP.Wiyung garis sepadan bangunan perlu ditetapkan untuk
pendirian bangunan terhadap damija jalan umum, standart perencanaan jalan
perkotaan Ditjen Bina Marga dapat dilihat pada jaringan saluran pematusan
sekunder-tersier(avuur).
Lebar garis sepadan bangunan (GSB) :
Jalan utama = 20m
Jalan sekunder = 10m
Sumber: Standart Perencanaan Jalan Perkotaan, Ditjen. Bina Marga.
24 Universitas Kristen Petra
2.1.5 Analisis Tapak
Gambar2.6 Lokasi Perencanaan Tapak Alternatif 2
Sumber : Google Map
2.1.5.1 Keadaan Fisik Tapak
Keadaan Topografi
Lokasi tapak ini memiliki permukaan tanah yang cukup tinggi di kawasan
kodya Surabaya. Ketinggiannya berkisar antara ± 30 m di atas permukaan air
laut.
Keadaan Hidrologi
Hidrologi adalah salah satu kondisi fisik dasar yang terkait erat dengan
masalah air. Kondisi curah hujan di wilayah perencanaan hampir sama
dengan curah hujan di wilayah kota Surabaya secara keseluruhan, yang
berkisar antara 1.700 – 1.850 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 90 hari
per tahun.
Pengamatan terhadap hidrologi wilayah perencanaan U.P. Wiyung
menunjukan bahwa kawasan perencanaan dilewati oleh satu saluran utama.
Pada beberapa bagian wilayah terjadi genangan disebabkan faktor hujan
sehingga air mengalir dari arah selatan ke utara menuju Kali Makmur, dan
menjadi genangan terutama pada kawasan di sekitar perumahan Bukit Mas,
khususnya area SLTP Negri 28, Surabaya dan perumahan Babatan Indah.
Intensitas genangan yang terjadi dipengaruhi oleh intensitas hujan yang
terjadi.
Lokasi Perencanaan Tapak
25 Universitas Kristen Petra
Keadaan Geologi dan Jenis Tanah
Kondisi dan jenis tanah pada wilayah perencanaan secara umum tidak
berbeda jauh dengan wilayah sekitarnya. Menurut Data Pokok Surabaya
Tahun 1992, wilayah perencanaan memiliki jenis tanah Aluvial Hidromorf,
dengan tekstur tanah yang halus dan kedalaman afektif tanah ± 90 cm.
Keadaan Klimatologi
Kondisi klimatologi pada wilayah perencanaan secara umum tidak berbeda
dengan kondisi Kota Surabaya, sehingga data-data mengenai klimatologi kota
Surabaya dapat dianggap berlaku untuk wilayah perencanaan. Pembahasan
tentang klimatologi ini akan terkait dengan masalah :
- Temperature : Min : 27,30 oc (Juni)
Max : 29,90 oc (September)
Rata-rata : 28,30 oc
- Curah Hujan : Tertinggi : 485 mm (Januari)
Rata-rata : 187 mm
Pada bulan Desember - Juni merupakan musim penghujan,
sedangkan bulan lainnya adalah musim kemarau.
- Kelembaban Udara : Min : 62,3 % (September)
Max : 79,9 % (Januari)
Rata-rata : 72,8 %
- Tekanan Udara : Min : 106,7 mbs (Februari)
Max : 1013,8 mbs (Agustus)
Rata-rata : 1.010,8 mbs
2.1.5.2 Matahari
Matahari yang bersinar sepanjang tahun memberikan radiasi matahari yang
dapat menimbulkan masalah pada sebuah bangunan yang berada di dekat garis
khatulistwa. Kondisi tapak yang memanjang dari arah utara menuju selatan
kurang. Bangunan atau pepohonan yang berfungsi sebagai elemen pembayangan
tidak ditemukan di sisi barat, timur dan selatan dari tapak. Rumah sakit bertingkat
tingkat tinggi yang berada di sisi utara tapak berpotensi dalam memberikan
pembayangan dari sisi utara tapak pada jam – jam tertentu.
26 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.7 Arah matahari pada tapak
Dengan mempertimbangkan analisa terhadap arah matahari yang melintasi
site, bangunan fasilitas ini didesain dengan cara:
a. Meminimalkan peletakkan ruangan pada area barat sehingga ruangan yang
terpakai tidak mengenai radiasi matahari langsung. Hal ini diselesaikan
dengan meletakkan koridor di arah barat bangunan.
Gambar 2.8. Pengaturan tatanan ruangan
27 Universitas Kristen Petra
b. Dinding bangunan diberi kemiringan sehingga sinar matahari yang masuk
tidak diterima secara frontal. Hal ini dapat mengurangi radiasi matahari
yang masuk ke dalam bangunan.
Gambar 2.9. Betuk dinding yang miring
2.1.5.3. Kebisingan
Kebisingan pada tapak ini terbagi menjadi tiga tingkat kebisingan yang
berbeda. Tingkat kebisingan yang tinggi dijumpai pada sisi barat tapak yang
berada dekat dengan jalan raya Lingkar Dalam yang memiliki tingkat kepadatan
kendaraan bermotor yang tinggi. Kendaraan yang menuju maupun berasal dari
wiyung sering memadati jalan lingkar dalam. Selain kendaraan bermotor pribadi
dijumpai banyak truk pengangkut bahan material pembangunan perumahan di
Surabaya Barat menambah kebisingan yang timbul di dalam tapak. Sisi timur dari
tapak yang berdekatan dengan jalan Boulevard Selatan tidak dilewati banyak
kendaraan bermotor. Jalan Boulevard Selatan yang merupakan jalan perumahan
hanya sesekali dilewati kendaraan pemilik perumahan, sehingga memiliki tingkat
kebisingan yang rendah. Berbeda dengan jalan Boulevard Selatan, sejumlah
kendaraan bermotor terlihat melewati jalan boulevard timur yang berada di sisi
utara tapak. Jalan boulevard timur yang digunakan sebagai salah satu exit dari
pertokoan, tempat makan loop dan boncafe juga memberikan kontribusi
kebisingan tingkat menengah pada tapak.
28 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.10. Analisa kebisingan tapak
Gambar 2.11. Kondisi jalan di sekitar tapak
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2012
Kebisingan dapat menjadi faktor utama dalam menentukan zoning yang
dipakai, terutama jika tingkat kebisingan berhubungan erat dengan aktifitas yang
berada di dalam bangunan. Dalam proyek planetarium dan galeri astronomi,
dimana memperhatikan kenyamanan bagi pengguna dalam mengenal dan
mempelajari ilmu astronomi, maka tingkat kebisingan adalah poin penting dalam
pendesainan. Penempatan fasilitas disesuaikan dengan tingkat kebutuhan fasilitas
akan ketenangan. Fasilitas yang tidak membutuhkan tingkat ketenangan yang
tinggi diletakkan pada daerah dengan kebisingan tinggi (sisi barat) dan fasilitas
Jalan Lingkar Dalam Boulevard Timur Boulevard Selatan
29 Universitas Kristen Petra
yang membutuhkan tingkat ketenangan tinggi diletakkan pada daerah dengan
kebisingan rendah (sisi timur tapak).
2.1.5.4.View
View dapat dibagi menjadi dua, yaitu view ke dalam dan ke luar tapak.
Dalam Planetarium dan Galeri Astronomi di Surabaya ini, view ke luar tapak tidak
diberikan penekanan karena tidak adanya kebutuhan fasilitas akan view ke luar
tapak. View ke dalam tapak dipengaruhi oleh jalan yang mengitari tapak. Tapak
dikelilingi oleh tiga jalan yang memiliki tingkat kepadatan yang berbeda, yaitu
jalan Lingkar Dalam, Boulevard Timur dan Boulevard Selatan. Secara tingkatan,
jalan Lingkar Dalam memiliki tingkat kepadatan kendaraan tertinggi. Jalan
Boulevard Selatan memiliki tingkat kepadatan terendah namun dekat dengan
target market dari fasilitas pendidikan ini. Keberadaan pembangunan rumah sakit
menjadi poin negatif bagi tapak karena view masyarakat yang melewati jalan
Lingkar Dalam menuju Wiyung berpotensi akan tertutup oleh rumah sakit.
Namun, posisi tapak yang strategis dengan berada dekat dengan jalan raya utama
memberikan kesempatan bagi fasilitas ini untuk mudah terlihat oleh masyarakat.
Dengan tingginya jumlah kendaraan yang melewati jalan Lingkar Dalam,
Fasilitas Pendidikan Musik Klasik di Surabaya didesain menarik sehingga dapat
menarik masyarakat untuk dapat berkunjung ke dalam fasilitas ini. Perhatian
masyarakat yang melewati jalan Lingkar Dalam menuju Wiyung maupun
sebaliknya serta yang berasal dari perumahan Citraland dapat ditangkap melalui
penggunaan wajah bangunan yang menarik, terutama wajah bangunan di sisi barat
tapak. Untuk merespon perumahan Graha Family sebagai target market, wajah
bangunan yang menghadap perumahan Graha Family (dari jalan Boulevard Timur
menuju jalan Lingkar Dalam maupun sebaliknya) didesain menarik agar
masyarakat sekitar sebagai target market tertarik dalam mengunjungi fasilitas ini.
30 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.12. Wajah bangunan dari arah jalan Lingkar Dalam
2.1.6 Pencapaian Tapak
2.1.6.1.Pencapaian Tapak dari Wilayah Sekitar
Pencapaian terhadap tapak dapat menggunakan kendaraan pribadi,
kendaraan umum, maupun berjalan kaki. Lokasi tapak yang berada di jalan utama
dapat mempermudah pengunjung untuk menemukan fasilitas ini.
Gambar 2.13. Alternatif pencapaian tapak
31 Universitas Kristen Petra
Pencapaian menuju tapak dapat melalui beberapa alternatif jalur, yakni :
a. Jalan Lingkar Dalam (lebar jalan = 20 meter)
Jalan ini bermula dari depan PTC hingga menuju ke arah Wiyung.
Mengalami penyempitan lebar jalan di depan tapak, yang semula berupa
dua buah jalur dengan pembatas jalan di bagian tengah jalan menjadi dua
jalur mobil tanpa pembatas. Tingkat keramaian pada jam kantor cukup
tinggi dikarenakan jalan ini merupakan jalan utama yang sering dilalui
orang banyak.
b. Jalan Citra Raya (lebar jalan = 10 meter)
Jalan ini adalah jalan menuju perumahan Citraland dengan tingkat
keramaian yang tidak terlalu padat. Jalan ini merupakan jalur mobil dua
arah yang tidak memiliki pembatas tengah jalan.
c. Jalan Boulevard Timur (lebar jalan = 9 meter)
Jalan ini merupakan jalan sekunder bagi tapak untuk menuju ke
perumahan Graha Family. Tingkat keramaian dari jalan ini cenderung sepi,
hanya ramai pada saat jam pulang kantor karena jalan ini dijadikan jalur
alternatif untuk menuju ke perumahan Citraland. Jalan yang memiliki dua
buah jalur mobil dengan pembatas di tengahnya ini sebenarnya merupakan
jalan milik dari perumahan Graha Family
d. Jalan Boulevard Selatan (lebar jalan = 9 meter)
Jalan ini merupakan jalan tersier bagi tapak, memiliki dua buah jalur mobil
tanpa pembatas jalan ditengahnya. Jalan ini juga digunakan bagi
masyarakat yang datang dari kondominium Graha Family maupun dari
masyarakat umum. Jalan ini memiliki tingkat keramaian yang cenderung
rendah.
e. Jalan Kondominium Graha Famili (lebar jalan = 7,5 meter)
Jalan ini adalah salah satu jalur alternatif menu tapak yang merupakan
percabangan dari jalan Lingkar Dalam. Bermula dari daerah dekat dengan
restoran Loop dan berakhir pada jalan Boulevard Timur. Tingkat
keramaian dari jalan ini cenderung rendah dikarenakan hanya orang-orang
dari perumahan yang umumnya mengetahui jalan ini.
32 Universitas Kristen Petra
2.1.6.2 Penentuan Entrance dan Exit
Gambar 2.14 Penentuan Entrance dan Exit
Dengan dikelilingi oleh tiga jalan, tapak memiliki keuntungan dalam
penentuan posisi entrance maupun exit dari fasilitas. Penenetuan posisi entrance
dan exit harus dipertimbangkan agar sirkulasi di dalam fasilitas dapat terjadi
dengan baik. Penentuan posisi entrance yang kurang tepat dapat mengurangi
kenyamanan dari pengunjung. Penentuan jumlah serta posisi entrance dan exit
didesain berdasarkan kebutuhan fasilitas saat saat operasi kerja normal maupun
saat terjadinya konser. Terdapat tiga pilihan akses entrance maupun exit, yaitu
melalui jalan Lingkar Dalam, jalan Boulevard Timur dan jalan Boulevard Selatan.
Tabel 2.4 Kelebihan dan kekurangan jalan di sekitar tapak
1.Jalan Lingkar Dalam 2.Jalan Boulevard Timur 3.Jalan Boulevard Selatan
(+) Mudah dilihat dan
diakses
(+) Menambah kesan
elegan
(-) Potensi kemacetan
(+) Akses masuk mudah
bagi masyarakat sekitar
(+) Tidak menambah
kemacetan
(-) Entrance terhalang
rumah sakit
(+) Tidak menambah
kemacetan
(-) Entrance tidak mudah
dicapai
33 Universitas Kristen Petra
Melihat rencana aktifitas Planetarium dan Galeri Astronomi di Surabaya,
disediakan hanyan membutuhkan satu enterance dan exit. Berdasarkan tabel 2.1,
berikut adalah pertimbangan yang dilakukan dalam memilih entrance dan exit:
Entrance
Entrance melalui jalan Lingkar Dalam dipilih karena memiliki kemudahan
dalam pencapaiannya serta mudah bagi masyarakat untuk melihat akses
entrance tersebut.
Exit
Jalan Lingkar Dalam digunakan sebagai exit agar kendaraan tidak
mengelilingi seluruh lahan, sehingga tidak menambah polusi udara.
2.1.6.3 Zoning
Dari analisis tapak pada poin sebelumnya, dapat ditentukan zoning tapak
yang sesuai dengan kondisi tapak (Gambar 2.20). Zoning publik diletakkan di sisi
barat dan utara tapak dimana merupakan daerah yang dekat dengan entrance,
sehingga mudah dicapai oleh pengunjung. Zoning semi-publik yang menampung
kegiatan interen dari fasilitas pengunjung, diletakkan di sisi tengah dari tapak
sebagai perantara dari zoning publik dan privat. Hal ini dilakukan agar fasilitas
pada zoning ini masih mudah tercapai oleh pengunjung, namun telah memiliki
kesan privat. Zoning privat diletakkan di sisi paling timur dari site dimana tingkat
kebisingan dari sisi tapak ini rendah.
34 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.15 Zoning tapak
Mengingat hal di atas, maka pembagian zoning dalam bangunan disesuaikan
dengan kebutuhan fasilitas (Gambar 2.20). Planetarium yang merupakan fasilitas
utama yang mengedukasi dan mengentertain pengunjung diletakkan di zoning
yang paling tenang. Fasilitas galeri yang tidak terlalu membutuhkan ketenangan
diletakkan di zona yang cuup tenang. Fasilitas umum seperti cafeteria diletakkan
di zoning yang tingkat kebisingannya tinggi karena tidak memerlukan ketenangan
dan merupakan fasilitas publik.
Gambar 2.16 Pembagian zoning pada bangunan
35 Universitas Kristen Petra
2.2 Kerangka Berpikir
2.3 Pendekatan Perancangan
Proyek ini merupakan suatu bangunan yang dirancang guna memberikan
sarana atau wadah untuk mempelajari ilmu astronomi dan gejala-gejala yang
terdapat di alam semesta bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat
Surabaya dan sekitarnya dengan dilatarbelakangi oleh minimnya fasilitas
36 Universitas Kristen Petra
planetarium yang memberikan suasana berbeda sehingga dapat menarik minat
masyarakat dalam mempelajari ilmu astronomi.
Berdasarkan masalah desain yang ditemukan, dapat disimpulkan bahwa
masalah utama yang dimiliki dalam sebuah perancangan planetarium adalah
masalah mengenai teknis operasional bangunan itu sendiri. Perancangan
Planetarium dan Galeri ini lebih menitik beratkan terhadap fungsionalitas dan
program kegiatan yang benar-benar melayani pola aktifitas pengguna.
Oleh karena itu, pendekatan desain yang akan dipilih adalah pendekatan
terhadap “system”. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat ditemukan komposisi
maupun pengaturan ruang yang paling efisien untuk mendukung operasional
bangunan.
2.4 Aktifitas Proyek
2.4.1 Pengelompokan Ruang
Fasilitas yang dikelompokan berdasarkan sistem pengolahannya dan juga
berdasarkan atas aktivitas yang terjadi di dalamnya, yaitu sebagai berikut :
Planetarium
Ruang duduk penonton
Ruang kontrol
Ruang audio
Gudang
Toilet
Astronomy Gallery
Ruang pamer tetap
Galeri astronomi anak
Fasilitas Penunjang
Perpustakaan
Cafetaria
Ruang club astronomi
Ruang auditorium
Service
37 Universitas Kristen Petra
Terdiri dari Ruang genset dan panel, tandon dan ruang pompa, ruang
AC,gudang, Musholla, dll.
2.5. Konsep Perancangan
2.5.1 Bentuk dan Penampilan bangunan
Konsep dasar perancangan bentukan bangunan lebih condong ke
bentukan-bentukan yang statis, dimana bangunan ditata memusat (radial) sesuai
dengan konsep tata surya.
Berdasarkan atas pemikiran tentang suatu gagasan modern tentang alam
semesta, seperti yang diungkapkan oleh Albert Einstein. Menurut teori relatifitas
dari Einstein, tata surya terbentuk karena adanya energi yang disebut gaya
grafitasi dari sebuah pusat tata surya yang mengikat planet-planet penyusun tata
surya tersebut, sehingga dapat berotasi dan berevolusi dalam suatu orbit yang
tetap.
Massa Penerima
Gambar 2.17 Massa Bangunan Planetarium
Massa penerima dibuat lebih menonjol dari massa pendukung
lainnya, hal ini dapat dilihat dari letak massa dan juga dari segi bentuk.
Bentuk massa bangunan berbentuk dome atau bola yang mencerminkan
wujud sebuah bangunan planetarium.
Massa ini berorientasi langsung kearah jalan Lingkar Dalam yang
merupakan jalan utama, hal ini dimaksudkan agar dapat menarik
38 Universitas Kristen Petra
pengunjung karena bangunan ini menggunakan sistem sirkulasi terpusat,
maka massa ini juga berperan sebagai massa penghubung.
Massa Galeri
Gambar 2.18 Massa Bangunan Galeri
Massa galeri yang berfungsi sebagai fasilitas penunjang dari
bangunan planetarium ini terletak di bagian barat bangunan. Massa ini
dapat diakses dari massa penerima dengan tujuan agar setiap pengunjung
galeri dapat diatur, sehingga menciptakan suatu sistem operasional yang
baik pada bangunan.
Massa ini terdiri dari dua lantai, dimana lantai pertama merupakan
area galeri yang memamerkan benda-bena luar angkasa, sedangkan lantai
kedua adalah area permainan anak yang mengajarkan suatu edukasi
astronomi pada anak-anak dengan permainan-permainan, sehingga
menanamkan kecintaan akan dunia astronomi pada anak-anak.
39 Universitas Kristen Petra
Massa Office
Gambar 2.19 Massa Bangunan Office
Massa office terdiri dari tiga lantai. Massa ini juga tidak
terhubung secara langsung dengan massa penerima, namun massa ini
memiliki entrance yang terpisah dari massa penerima yang hanya
dapat diakses oleh pejalan kaki.
Pada bagian belakang dari massa ini terapat area service yang
juga memiliki akses terpisah, sedangkan lantai dasar digunakan
sebagai area kelas yang bertujuan mengajarkan pendidikan astronomi,
dilantai kedua terdapat area office dan auditorium ditempatkan di
lantai tiga.
2.5.2 Pola Penataan Massa Bangunan
Dari konsep dasar perancangan, maka penataan massa bangunan dibentuk
dengan adanya massa utama yang ada ditengah, yang mengikat massa lain. Untuk
itu digunakan suatu bentukan radial dengan titik pusat pada massa utama.
Pola penataan massa bangunan juga ditata agar dapat menarik atau
mengundang pengunjung untuk masuk dalam bangunan dengan menempatkan
posisi entrance menghadap ke area penangkap, berdasarkan zoning yang
membagi area atau daerah service, public, semi public, privat dan semi privat,
yang didapat dari analisa tapak, baik dari analisa view, kebisingan, pencahayaan
dan lain-lainnya.
40 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.20 Siteplan
2.5.3 Sirkulasi Dalam Tapak
2.5.3.1.Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi kendaraan telah didesain agar memberikan kenyamanan bagi
setiap pengunjung. Fasilitas ini memiliki drop zone di pintu entrance dimana
setelah drop zone, pembawa kendaraan dapat memilih untuk keluar dari fasilitas
atau menuju lahan parkir utama yang terletak pada basement maupun parkir yang
tersedia di sisi bangunan. Bagi pengunjung yang membawa supir, supir dapat
menjemput kembali pengunjung saat keluar dari basement.
41 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.21 Jalur Kendaraan
2.5.3.2. Sirkulasi Pengguna Bangunan
Sirkulasi pengguna bangunan dibagi menurut kategori aktivitas pengguna
bangunan, yaitu bagi penonton planetarium, penikmat galeri dan pengunjung dari
fasilitas pendukung. Setiap pengunjung yang datang akan masuk pada satu plaza
yang terdapat lobby, dari plaza tersebut pengunjung dapat berpencar sesuai
kegiatan apa yang akan dilakukan pada fasilitas ini. Jika pengunjung ingin
langsung menonton film di planetarium, maka pengunjung harus ke tiket box dan
melewati ramp naik menuju planetarium. Bagi pengunjung yang ingin ke galeri
astronomi, pengunjung dapat menuju barat bangunan, melewati koridor terbuka
dan akan disambut oleh lobby galeri. Dan bagi pengunjung yang ingin ke fasilitas
pendukung seperti perpustakaan, pengunjung dapat berjalan ke arah timur
melewati koridor terbuka dan memasuki bangunan fasilitas-fasilitas pendukung
bangunan ini.
ke basement
42 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.22 Sirkulasi pengguna bangunan
2.5.3.3. Sirkulasi Servis
Servis yang terdiri dari loading dock masuk melalui entrance pada ujung
bangunan menuju ke belakang bangunan, menuju ruang – ruang yang terkait
seperti ruang gudang, bengkel restorasi, dan lain lain.
Gambar 2.23 Jalur servis fasilitas
Jalur servis
Menuju fasilitas pendukung
Menuju Planetarium
Menuju galeri
43 Universitas Kristen Petra
2.5.4 Penataan Ruang Dalam Bangunan
Pola penataan ruang dalam bangunan ini secara garis besar adalah
menggunakan pola grid. Hal ini dapat dilihat dari pola penataan, serta bentukan
ruang yang condong mengarah ke bentukan-bentukan kotak, karena dengan
bentukan-bentukan kotak maka pemanfaatan ruang dan sirkulasi dapat lebih
maksimal. Pola grid yang dibentuk secara tidak langsung mempengaruhi bentukan
massa bangunan secara keseluruhan yang lebih bersifat statis, sedangkan bentuk
lingkaran pada massa utama terbentuk untuk mendukung fungsi utama dalam
sebuah bangunan planetarium.
Penataan ruang dengan “solid dan void”, membentuk dinding masif dengan
void yang besar bertujuan untuk menarik perhatian orang serta memberikan kesan
yang berbeda.
Gambar 2.24 Interior galeri astronomi
44 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.25 Perbedaan solid dan void
2.5.5 Konsep Struktur
Sesuai dengan bentuk fungsi dari fasilitas utama yang membutuhkan
bentukan bola sempurna, maka bangunan utama menggunakan struktur dome.
Dome pada planetarium menggunakan struktur space frame baja yang
menggunakan sistem double layer, karena untuk mendukung operasional
bangunan planetarium, dimana dinding dalam dari sebuah planetarium harus
bersifat masif, sehingga gambar yang diproyeksikan dari proyektor dapat
terpantulkan secara maksimal.
Gambar 2.26 Struktur dome yag memiliki fungsi sebagai planetarium
45 Universitas Kristen Petra
Kedua bangunan lainnya yang tidak memiliki fungsi khusus menggunakan
konstruksi sederhana, atap bangunan mnggunakan struktur rangka dengan
menggunakan konstruksi baja. Konstruksi menggunakan material baja atas dasar
pertimbangan bentang kolom 8meter sehingga lebih efisien jika menggunakan
kolom baja.
Gambar 2.27 Aksonometri struktur
Gambar 2.28 Penyaluran Beban Bangunan
46 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.29 Sistem Penyaluran Beban
Gambar 2.30 Atap dengan menggunakan space truss
Beban disalurkan dari atap menuju balok diterukskan oleh kolom dan
disalurkan ke pondasi bangunan.
Pada bangunan yang terdapat kantilever, lantai dua dan lantai tiga,
penyelesaian struktur yang dipakai adalah penggunaan mega kolom yang
diteruskan ke pondasi dan bagian depannya di berikan shearwall agar dapat
menstabilkan kantilever yang panjang tersebut
47 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.31 Mega Kolom dan Shearwall yang menjadi stuktur pada
bagian kantilever
Pada lantai tiga bangunan fasilitas penunjang dan lantai dua bangunan
galeri, memerlukan ruangan bebeas kolom melihat dari fugsinya sebagai
auditorium dan galeri astronomi anak. Hal ini diselesaikan dengan cara
memberikan bracing pada bagian tersebut sehingga ruangan trsebut dapat bebas
kolom dan berfungsi sebagaimana fungsi yang seharusnya.
Gambar 2.32 Bracing untuk ruangan bebas kolom
2.5.6 Pendalaman Desain
Pendalaman “struktur” pada desain bangunan, dipilih karena bentukan
bola pada bangunan ini yang sangat menonjol dan memiliki keistimewaan
tersendiri, selain itu juga berfungsi sebagai massa utama. Oleh karena itu, struktur
pada bangunan ini perlu didesain, sehingga dapat mewadahi aktifitas utama dalam
sebuah planetarium dengan baik.
49 Universitas Kristen Petra
2.5.7 Konsep Utilitas
Sistem Air Bersih
Sistem air bersih yang digunakan pada bangunan ini adalah menggunakan
sistem Up Feed dengan pertimbanga karena jumlah lantai maksimal hanya tiga
lantai. Pasokan air bersih berasal dari PDAM,Tandon Utama, tandon anak,
didistribusikan.
Gambar 2.34 Sistem distribusi air bersih pada bangunan
Berikut perkiraan kebutuhan air bersih:
Tabel 2.5 Perhitungan air bersih
50 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.6 Perhitungan Kapasitas Tandon
Gambar 2.35 Peletakaan kamar mandi pada bangunan
Sistem Air Kotor dan Kotoran
Sistem pembuangan air kotor dan kotoran hampir sama dengan pola yang
ada pada sistem air bersih. Dengan berawal dari unit-unit yang ada ditiap
bangunan air kotor dan kotoran melalui jalur shaft yang ad kemudian menuju ke
STP.
Posisi kamar mandi
51 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.36 Diagram sistem utilitas air kotor dan kotoran
Sistem Drainase
Air hujan yang turun dari atap disalurkan melalui talang, pipa lalu ke
saluran utama di sekeliling bangunan. Air yang jatuh pada halaman di salurkan
menuju saluran maupun bak kontrol terdekat agar dapat segera dibuang menuju
saluran kota. Air hujan juga ada yang diolah untuk dipakai, seperti untuk
penyiraman tanaman, flush, ataupun kolam.
Gambar 2.37 Sistem Drainase
Sistem Listrik
Sumber listrik dari gardu listrik di salurkan menuju ruang PLN pada
basement. Listrik kemudian disalurkan menuju trafo, lalu di salurkan menuju ke
ruang panel pada daerah basement atau lebih dikenal dengna istilah MDP. Dari
MDP, listrik akan disalurkan menuju SDP (ruang panel) di tiap lantai. Dari SDP,
listrik akan disebarkan menuju ruangan-ruangan yang membutuhkan.
Apabila listrik padam, bangunan ini memiliki genset yang siap menyuplai
kebutuhan listrik bangunan. Sistem yang akan terjadi adalah ketika genset
menyala akan mengalirkan listrik cadangan menuju trafo yang kemudian akan
menyalurkan ke MDP lalu SDP dan didistribusikan ke ruang-ruang yang
membutuhkan.
52 Universitas Kristen Petra
Sistem Penghawaan
Bangunan ini menggunakan sistem penghawaan aktif dikarenakan adanya
tuntutan fungsi dari bangunan planetarium dan galeri astronomi ini. Menggunakan
sistem AC terpusat atau central dengan pembagian dua zona karena pertimbangan
kegiatan yang berbeda.
Gambar 2.38 Diagram distribusi AC
Pemadam Kebakaran
Sistem pemadam keabakaran pada bangunan menggunakan
- Portable Fire Extinguisher (PAR). Ditempatkan pada bangunan
dengan perhitungan 100m2 /buah
- Hydrant pada luar bangunan setiap jarak 60m. dengan pompa dan
taandon khusus
- Menggunakan sistem sprinkler didalam bangunan
Gambar 2.39 Proteksi kebakaran bangunan
53 Universitas Kristen Petra
Sistem Pembuangan Sampah
Sampah yang ada pada bangunan akan dikumpulkan oleh cleaning service
menuju ruang-ruang janitor yang tersebar. Kemudian dari janitor akan dibawa
menuju ruang sampah pada basement sehingga dapat diambil oleh truk sampah.