Post on 02-Mar-2019
1t'°/n1 Ir "PEAAN BllVIBINGAN DAN KONSELING DALAIVI IVIENGATASI
PERILAKU BULL YING SISWA SNIA
AL-IZHAR PONDOK LABU"
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
••• llll!lllilllr.
Ull I
Disusun oleh :
SITI NURBAITI
104070002284
dari . I . ····· ....... 3 ' lY'/""'•····· :~1 · 1n1 ' J~·::::%3·::r2rr··· .. . uk ........ ~......... .. ........ k?..g'. k!:isifi.kasi : ............................. " .......... -,-·
FAKULTAS PSIKOLOGll
UNIVERSITAS ISLAM NEGERl (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAl<ARTA
1430 H/2009 M
"PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGA T ASI
PERILAKU BULL YING SIS\llfA SMA
AL-IZHAR PONDOK LABU"
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
SITI NURBAITI
NIM: 104070002284
Di bawah bimbingan
Pembimbing
:!::rif,; NIP. 150326891
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKA1RTA
1430 H/2009 M
Pengesahan Panitia Ujian
Skripsi yang berjudul "Peran Bimbingan dan Konselinig Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 27 Februari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Ciputat, 27 Februari 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D NIP: 130885522
Penguji I
JF~' NIP: '150215283
o,,{~~s; NIP: 150215282;
Anggota
Pembimbing
Penguji II
-4~~J-Bamban£1 Suryadi, Ph.D I !IP: 150:326891
~~t-Bambang Suryadi, Ph.D NIP: 150326891
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Februari 2009
(C) Siti Nurbaiti
(D) "Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu"
(E) 115 hal, 29 tabel, 16 lampiran
(F)
Sekolah merupakan tempat bagi para siswa menimba ilmu pengetahuan dan sudah seharusnya tempat tersebut aman bagi mereka. Namun ternyata, dibeberapa sekolah masih ditemukan kasus kekerasan yang dilakukan antar siswa. lstilah kekerasan antar siswa di negara barat, dikenal dengan istilah bullying. Papalia, et Al dalam Dian P (2007) menyatakan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang untu~; menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri. Kasus bullying yang terjadi di sekolah merupakan masalah penting dan serius, yang harus segera diatasi, karena bullying membawa banyak dampak negatif terhadap siswa1 itu sendiri maupun lingkungannya. Salah satu dampak tersebut dapat termanifestasi dalam bentuk timbulnya kecemasan, rasa minder, malu, perilaku ag;esif atau bahkan percobaan bunuh diri bagi anak yang rnenjadi korban bullying. Kenyataan ini cukup memprihatinkan untuk perkernbangan siswa. Maka dari itu untuk mengatasi permasalahan di atas, di setiap sekolah sudah ada suatu lembaga atau unit yang menangani setiap permasalahan siswa. Lembaga yang dimaksud adalah bimbingan konseling.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Bimbinga11 dan Konseling Dalam Menangani Perilaku bullying Siswa SMA Al-lzhar Ponc!ok Labu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas 2 SMA Al-lzhar Pondok Labu yang berjumlah 128,dan sampel penelitian ini sebanyak 64 responden.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana data yang dihasilkan berupa data yang berbentuk bilangan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu jenis penelitian yang membi~rikan gambaran
iv
atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Dan teknik analisa datanya memggunakan rumus distribusi frekuensi. Dari hasil analisa data diperoleh kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling SMA Al-lzhar telah menjalankan fungsi preventif dan kuratifnya dalam menangani perilaku bullying siswa. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih dalam lagi indikator dari peran BK secara preventif dan kuratif dalam menangani perilaku bullying siswa.
(G) Bahan bacaan 27 buku + 7 internet+ 4 skripsi
v
ABSTRACT
(A) The Faculty Of Pshychology
(B) February 2009
(C) Siti Nurbaiti
(D) The Role of Guidance and Counseling in Solving o,f behavior Problem at Students of Al-lzhar Senior High School Pondok Labu
(E) 114 pages, 29 tables, 16 enclouser
(F)
A school is a place where many students study knowledge, and students will get good knowledge in the good school condition. One of the good school condition criteria is a safe condition. Because of that, the school should be safe for students. Nevertheless, in the several schools were still found many force cases that have been done by students. The term of this case in West, known as bullying. Papalia, et.al in Dian P (2007) stated that bullying is an aggressive behavior which is purposely and continuity to attack a target or victim, especially a weak person who is easy to be mocked and cannot defend his self from attack. Bullying case happened in the school, was an important and serious problem that should be solved. Beci3use it cause many negative impacts toward student' self and environment. One of the impact is can be manifested in anxiety, shy, aggressive behavior, even suicide trial which would be done by a child as bullying victim. This reality had enough anxious for developing student. T'1erefore, the solving the problem above is, every school must have an institution or unit to handle the student problem. The institution is guidance and counseling.
This research tend to know the role of guidance and counseling preventively and curatively in solving bullying behavior of Al-lzhar Senior High School student at Pondok Labu. The Population in this research was the second grade students of Senior High School at Al-lzhar Pondok L.abu. It was 128 respondence and Sample 64 respondence.
The research used quantitative approach where the output data was in numeral the method use descriptive method; a research give describing a phenomenon as clear as possible without treatment to resHarch object. Beside that, technique of data analysis used frequency distribution.
vi
The research findings concluded that guidance and counseling at Al-lzhar Senior High School has conducted its preventive function iin solving bullying problem with receiving students consultation, giving satisfying service for students, giving bullying information, explaning about school rules, and giving a guidance about frenship interstudent ethics. Meanwhile, in curative function, counselor give a counseling serve for student by individual and group, receiving students suggestions, giving the service whenever they needed. The writer concluded that guidance and counseling at Al-lzhar Senior High School has conucted its function optimally in solving student bullying behavior. For the next research, the writer hopes to other researchers can do research the indicators deeper more from the rolr of guidance and counseling preventively and curatively in solving student bullying behavior.
(G) Refference 27 books + 7 website + 4 skripsi
vii
KA TA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
mencurahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan
kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabat dan pengikutnya.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak
pihak yang telah membantu dan berperan serta dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi, lbu Dra
Fadhilah Suralaga, M.Si selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik
beserta jajarannya.
2. Bapak Bambang Suryadi Ph.D yang terus membantu p1~nulis disela-sela
kesibukannya, beliau masih mau meluangkan waktunya untuk penu!is
guna member koreksian dan masukan agar karya ini mengalami
kemajuan.
3. Kedua orang tua yang telah memberikan jasa tak terbalaskan bagi
kehidupan penulis baik itu moril dan materil, selama hidup penulis pun
tidak akan pernah dapat membalasnya. Skripsi ini penulis persembahkan
khusus untuk mereka, juga keluarga dirumah mpok' yana, bang oman, k
fairus, bang apit, mpok' uyah, miftah dan untuk keponak:anku Nanda dan
Gazi Rabbani (!ante sayang kalian bgttt .. )
4. Untuk "Dimas Anggara Diningrat" yang tak pernah berhenti memberikan
perhatian, semangat dan dukungannya selama ini (dapE~t juga tiket
"CIAA"), viii
5. Anak-anak Srikandi atas: lina, nana, ayu, k eli, widi, dika (terimakasih tak
terhingga untuk semua kebaikan kalian selama ini).
6. Untuk sahabat terbaikku: iyoet, iik, melly Oangatn lupain kenangan manis
pahit kita ya selama ngekost bareng.y."pa' Tarmi & kos pink". Tetap
semangat selesaian skripsinya .. ok)
7. Teman-teman seperjuanganku Riani, Naela, Nur, Kresno, Ciah, Fatimah,
Ega, Ummil, k Eli, Wuri, Putri, Riri, Farah Bariroh dll.terimakasih atas
sumbangan pemikirannya dan semangat yang kalian berikan. Para
mahasiswa Angkatan 2004 khususnya kelas A
Ciputat, Februari 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISi
Halaman
Halaman Judul
Halaman Persetujuan ............................................................ ii
Halaman Pengesahan .. . ... .. ... ... .. . .. .. . .. . . .. .. . .. . .. .. . . .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. iii
Abstrak ................................................................................ iv
Kata Pengantar ............ ... ... ................. .... ... ............. ... .. ....... viii
Daftar lsi .............................................................................. x
Daftar Tabel .......................................................................... xiii
BABl:PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah 1
1.2 ldentifikasi Masai ah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 9
1.3 Pembatasan dan Perumusan masalah . . . ... .. . . . . . .. . . . . . . . .. . 9
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . ... . . . . .. ... . . . . . . . . . . . . 11
1.5 Sistematika Penulisan . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. 12
BAB 2: KAJIAN TEORI
2.1 Bimbingan dan Konseling
2.1.1 Pengertian Bimbingan ........................................ 14
2.1.2 Pengertian Konseling ........................................ 19
2.1.3 Perbedaan Antara Bimbingan dan Konseling . .. . . . ... 22
2.1.4 Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling ............... 25
2.1.5 Bidang-bidang Blmbingan dan Konseling .............. 31
2.1.6 Jenis Layanan Bimbingan Konseling ..................... 34
2.1.7 Pola Umum Bimbingan Konseling di Sekolah ......... 39
2.1.8 Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling ............ 40
2.1.9 Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Islam .... 43
2.2 Bullying
2.2.1 Pengertian Bullying . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48
2.2.2 Jenis-jenis Bullying . .. ... ... ... ... ... ... . .. ... . .. ... . .. ... ... 51
2.2.3 Tempat Terjadinya Bullying .............................. .
2.2.4 Tipe Pelaku Bullying ....................................... .
2.2.5 Tipe Korban Buliying
2.2.6 Dampak Bullying Terhadap Korban ................... .
2.2.7 Bullying Dalam Perspektif Islam ....................... .
2.2.8 Penelitian Terdahulu ..................................... ..
2.3 Kerangka Berpikir .................................................. .
BAB 3: ME70DOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
53
53
54
55
57
60
61
3.1.1 Pendekatan Penelitian .................................... 64
3.1.2 Metode Penelitian . . . .. . . . . .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . . . . .. . . .. 64
3.1.3 Definisi Variabel dan Definisi Operasional Variabel .. 64
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .. . . . . 66
3.2.2 Sampel ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ...... ... ... ... ... ... .... 67
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ... ... . .. ... ... ... ... ... ... . 67
3.3 Teknik dan lnstrumen Pengumpulan Data
3.4.1 Kuesioner . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
3.4.2 Wawancara........ ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 69
3.4 Teknik Penyusunan Angket ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... .... 70
3.4.1 Uji lnstrumen penelitian . .. ... . . . ... . ... ... ... ... . . .. ... 74
3.5 teknik Analisa Data ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 74
3.6 Prosedur Penelitian ... ... ... .. . . .. . .. ... ... ... . . . ... . . . . .. ... . .. . .. .. 76
BAB 4: PRESENTASI DAN ANALISA DAT A
4.1 Gambaran Umum Subjek ........................................ 78
4.2 Deskripsi Data . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79
BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................... 110
5.2 Diskusi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111
5.3 Saran ...................................................................... 113
DAFT AR PUST AKA
LAMPI RAN
Daftar Tabel
Tabel 3.1: Kisi-kisi instrument penelitian ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. 73
Tabel 4.1: Gambaran umum Subjek ... .. . . .. ... .. . ... ... ...... ... . .. ... . .. ... . 78
Tabel 1-9: Peran bimbingan dan konseling secara preventif ... ... ... ... 80
Tabel 10-15: Peran bimbingan dan konseling secara kuratif ............ 94
Tabel 16-27: Gambaran perilaku bullying ................................... 101
1.1 Latar belakang
BAB 1
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan sarana pendidikan untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan. Pentingnya pendidikan membuat pemerintah Indonesia
mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan
tahun. Dengan adanya pencanangan wajib belajar sembilan tahun
diharapkan bangsa Indonesia dapat mempunyai masa depan yang lebih maju
dan berkembang. Namun saat ini belajar sembilan tahun saja, yaitu sampai
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dianggap tidak cukup untuk rnemenuhi
tuntutan hidup. Banyak lowongan pekerjaan yang menuntut para pelamarnya
untuk memiliki tingkat pendidikan minimal di tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA).
Dengan adanya tuntutan tersebut seharusnya para pelajar lebih termotivasi
untuk berprestasi di sekolah khususnya tingkat SMA, karena SMA adalah
salah satu jenjang pendidikan yang akan mengantarkan mereka pada dunia
kerja. Namun pada kenyataanya, saat ini banyak pelajar yang berperilaku
negatif dan melakukan tindak kekerasan. Hal ini bisa kita lihat dari
pemberitaan berbagai media massa tentang pelajar yang tawuran, dan
melakukan tindakan anarkis lainnya.
S1Jatu hal yang sangat ironis jika setiap tahun ajaran baru, berbagai surat
kabar ramai memberitakan jalannya Masa Orientasi Siswa (MOS). Model
orientasi siswa seperti ini sudah ada sejak dahulu, dan sampai sekarang
hampir semua sekolah masih melakukannya. Hanya saja masing-masing
sekolah menyelenggarakannya dengan cara yang berbecla-beda. Beberapa
tahun terakhir ada sekolah-sekolah yang telah dengan baik memanfaatkan
tradisi masa orientasi ini dengan berbagai kegiatan positilf seperti melakukan
gerakan penghijauan atau kegiatan kewirausahaan. Sebaliknya masih
banyak juga sekolah yang masih menerapkan tradisi kek(~rasan berupa
penggencetan, gojlok, plonco, stressing, yang kesemuanya itu tentu saja jauh
dari tujuan utama diselenggarakannya MOS itu sendiri yaitu pengenalan
sekolah (Desy Nataliana, 2308).
Para siswa baru menganggap bahwa, kekerasan yang acla saat MOS
dipandang sebagai ajang balas dendam senior pada yuniornya, dan MOS
juga dianggap sebgai ajang untuk mempemalukan para siswa baru dengan
kegiatan yang merendahkan dan mengintimidasi. Kegiatan penggencetan ini
juga seringkali berlanjut di luar masa orientasi dan di luar sekolah, dikenal
dengan istilah natar. Materi yang diberikan diantaranya tentang pentingnya
2
hormat terhadap senior, larangan berperilaku ngocol bagi siswa yunior di
sekolah, sampai penataran tentang pengetahuan siapa musuh para senior,
dimana lokasi terbaik mencari musuh sampai strategi tawuran. Tentu saja
semua ini sudah tidak resmi dari sekolah lagi. Siswa baru yang tidak menurut
pada senior akan dikerjai di luar sekolah, dibilang tidak solider, diancam,
dibentak, diculik, dipukuli bahkan sampai ada yang menewaskan siswa baru,
sehingga akhirnya mereka harus berurusan dengan polisi (Desy Nataliana,
2008).
Menurut Abarwati dan Nuryadi dalam Sumarhudoyo (2004). peristiwa yang
terjadi di salah satu sekolah kawasan Kebayoran Baru yang merupakan
salah satu bentuk peristiwa MOS yang dilakukan oleh pelajar senior yang
merugikan pelajar yunior dikenal dengan sebutan perilaku gencet-gencetan.
Salah satu pelajar di sekolah tersebut yang bernama Andi (bukan nama
sebenarnya) mengaku pernah menjadi korban dari perilaku gencet-gencetan
selama satu tahun ketika ia duduk di bangku kelas satu SMA. Lebih parahnya
lagi, Andi dan teman-temannya bahkan pemah diculik oleh empat kakak
kelasnya. Mereka dibawa ke rumah salah satu senior, kernudian mereka
dibentak, dikerjai habis-habisan, bahkan dipukul. Perilaku gencet-gencetan
yang diterima Andi adalah ketika dalam penculikan itu ia harus bercerita lucu
maka ia ditampar oleh sang senior.
Perilaku gencet-gencetan yang dilakukan oleh pelajar senior terhadap pelajar
yunior di tingkat SMA dapat dikategorikan sebagai bullying. lstilah kekerasan
antar pelajar di negara barat, sejak tahun 1970 lebih dikenal dengan istilah
bullying. Mungkin agak sulit untuk mencari padanan kata yang tepat dalam
bahasa indonesia untuk bullying. Secara definisi bullying ;adalah penggunaan
agresi dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun
mental. Bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, emosional dan juga
seksual (PeKa, 2008).
Menurut Farrington dalam Sumarhudoyo (2004), para bull~· (pelaku bullying)
menganggap bahwa mereka yang lemah hanya akan pasrah dan tidak
melawan apabila dikerjai oleh para bully. Para korbannya hanya bisa diam
untuk tidak diperlakukan lebih buruk lagi oleh para bully. ICekuatan yang
dimiliki oleh pelajar senior telah menumbuhkan sikap agresif dalam diri
mereka yang mengakibatkan adanya perilaku antisosial kepada mereka yang
tidak setara dengan pelajar senior tersebut. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa bullying adalah suatu tipe dari perilaku agresif, dan
agresivitas merupakan tipe dari perilaku antisosia:I.
Kasus lain yang terjadi akibat bullying (dalam SEJIWA, 2008) adalah Fifi
Kusrini, seorang gadis 13 tahun, seorang tunas bangsa calon pemilik masa
depan, ternyata tidak berumur panjang. Pada tanggal 15 ,Juli 2005, siswi
4
SMP Negeri 10 Bantar Gebang, Bekasi itu ditemukan tergantung di kamar
mandi rumahnya. Fifi mengakhiri hidupnya dengan meng!~unakan seutas tali,
namun tidak ada yang tahu persis kenapa ia mengambil keputusan nekad
seperti itu. Satu-satunya petunjuk datang dari sang ayah, yang mengatakan
putrinya merasa malu karena sering diejek teman-temannya sebagai anak
tukang bubur. (Liputan6.com, 16 Juli 2005 dan Kompas, ·17 Juli 2005).
Dari dua kejadian di atas, dapat dibayangkan betapa bes;ar dampak yang
ditimbulkan dari bullying. Namun guru, orangtua, bahkan siswa belum
memiliki kesadaran yang penuh tentang bullying. Bullying merupakan istilah
yang belum cukup dikenal masyarakat luas di Indonesia rneski perilakunya
eksis di dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan di dalam institusi
pendidikan.
Perilaku bullying sudah seharusnya dipahami sebagai suatu masalah serius
oleh semua pihak, guru, orang tua dan siswa (pelaku maupun korban) dan
pihak terkait lainnya, karena perilaku bullying ini bersifat merusak baik korban
maupun pelaku. Maka dari itu segala perilaku negatif yan1~ dilakukan siswa
khususnya bullying, jangan dibiarkan berlarut-larut oleh para guru. Tetapi
harus segera diketahui dan diatasi sedini mungkin. Anak yang melakukan
perilaku bullying sebaiknya diberikan perhatian dan bimbingan yang lebih
dibanding dengan siswa lain. Sebenamya bukan hanya pihak sekolah seperti
guru yang bertanggung jawab dalam mengatasi perilaku bullying, tetapi orang
tua juga harus berperan dalam mengatasi perilaku negatiif anaknya berupa
perilaku bullying.
Hanya saja kenyataannya orang tua tidak mengetahui tindakan anaknya
diluar rumah, khususnya di sekolah. Saat ini banyak orang tua merasa jika
anaknya berada di sekolah itu merupakan tanggung jawab para guru untuk
mendidik anak. Hal itu terjadi karena kesibukan kedua omng tua mereka
yang bekerja, sehingga orang tua tidak dapat memantau .apa saja tindakan
yang telah dilakukan oleh anaknya di luar rumah.
Kenyataan ini cukup memprihatinkan untuk perkembanga1n siswa. Maka dari
itu untuk mengatasi permasalahan di atas, di setiap sekolah sudah ada suatu
lembaga atau unit yang menangani setiap permasalahan siswa. Lembaga
yang dimaksud adalah bimbingan kons::iling.
Bimbingan dan konseling merupakan suatu wadah atau tE,mpat pelayanan
berbagai permasalahan yang dialami siswa. Selain sebagai tempat
pelayanan proses bimbingan dan konseling, bimbingan konseling juga
memiliki fungsi-fungsi dan metode-metode tertentu sebagai solusi alternatif
dan bernilai positif tanpa memakan waktu yang lama, sehingga pada
hubungan timbal balik tersebut dapat berjalan sesuai den9an kegunaan dan
harapan.
Bimbingan konseling merupakan bagian internal dari proses pendidikan di
sekolah. Tentunya mempunyai tanggung jawab untuk mencegah dan
menanggulangi permasalahan pelajar yang dilakukan siswa dalam lingkup
sekolah. Seperti diadakannya program-program bimbingan konseling yang
mengarah pada upaya pembinaan siswa intra dan ekstrakurikuler, yang
bertujuan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. DEmgan demikian
sangat jelas bahwa keberadaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan
dalam menangani permasalahan siswa sehingga permasalahan tersebut
dapat terselesaikan dengan baik. Sebagaimana Rogers yang dikutif oleh
Hallen (2002) mengemukakan bahwa, konseling adalah serangkaian
hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untu~t membantu dia
dalam mrirubah sikap dan tingkah lakunya.
Pada penelitian ini, penulis memilih Al-lzhar sebagai objek penelitian dengan
beberapa alasan diantaranya adalah tingginya tingkat kesadaran dan
kepedulian yang dimiliki Al-lzhar dalam mencegah atau mengatasi masalah
bullying. Salah satu bentuk kepedulian yang dilakukan Al-lzhar untuk
mencegah bullying di sekolah adalah dengan membentuk field day activity.
Field day activity adalah suatu kegiatan lapangan (misalnya perlombaan)
7
dimana siswa yang bernomor absen sama dicampur dalam satu kelompok,
sehingga masing-masing kelompok terdapat siswa dari yang paling kecil
sampai yang paling besar. Dalam kegiatan ini yang diutarnakan adalah
bagaimana sekolah menyediakan sebuah wadah bagi murid senior dan
yunior untuk terlibat dalam sebuah aktivitas yang membangun kebersamaan
diantara mereka (SEJIWA, 2008).
Selain membentuk field day activity, alasan penulis memilih Al-lzhar adalah
karena berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan ketua SEJIWA
(LSM yang peduli dengan masalah bullying) diketahui bahwa Al-lzhar Pondok
Labu adalah salah satu sekolah yang bekerja sama dengan pihak SEJIWA,
dan aktif mengikuti pelatihan mengenai bagaimana meng;atasi bullying di
sekolah.
Untuk itu dalam penelitian ini penulis ingin mengungkapkan apa peran
bimbingan konseling yang bersifat preventif, dan kuratif untuk mengatasi
perilaku bullying, bagaimana gambaran perilaku bullying siswa, dan apakah
ada kendala bagi konselor sekolah dalam mengatasi perilaku bullying.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas, maka
penulis ingin mengungkapkan hal-hal tersebut dalam suatu penelitian
berjudul "PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI
PERILAKU BULL YING SISWA SMA AL-IZHAR PON DOK LABU"
1.2 ldentifikasi Masalah
1. Bagaimana gambaran perilaku bullying pada siswa SMA Al-lzhar Pondok
Labu?
2. Apa peran bimbingan konseling yang bersifat preventif dalam mengatasi
perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu ?
3. Apa peran bimbingan konseling yang bersifat kuratif dalam mengatasi
perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu ?
4. Apa kendala yang dihadapi oleh bimbingan konseling atau konselor
sekolah dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok
Labu?
1.3Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Agar masalah yang diteliti selalu berada dalam jalurnya dan terarah, maka
penulis membuat batasan permasalahan sebagai berikut :
1. Bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah suatu proses pemberian
bantuan oleh guru bimbingan konseling (konselor sekolah) kepada anak
didik agar anak didik tersebut khususnya anak yang b1~rperilaku bullying
9
dapat memahami dirinya, mengarahkan dirinya dan dapat bertindak
secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah.
Dengan memperhatikan bahwa anak didik tersebut adalah makhluk
individu dan sosial serta memperhatikan adanya perb1~daan-perbedaan
individu.
2. Peran bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah bagian utama dari
tugas yang harus dilaksanakan oleh konselor dalam melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling di SMA Al-lzhar Pondok Labu. Adapun
peran utama konselor adalah sebagai pembimbing, pengarah, penunjuk,
pengantisipasi masalah (preventif) serta menjadi pem•;lcah masalah
(kuratif).
3. Bullying yang dimaksud adalah perilaku kekerasan yang terjadi yang
terjadi di sekolah yang dilakukan oleh siswa senior terhadap yuniornya,
dilakukan secara berulang-ulang dan dalam periode waktu tertentu.
Bentuk bullying bisa berupa fisik, psikologis dan gabungan dari keduanya.
4. Siswa yang dimaksud adalah siswa-siswi kelas 2 SMA Al-lzhar Pondok
Labu. Hal ini karena siswa-siswi tersebut telah merasakan pelayanan
bimbingan dan konseling selama 2 tahun.
10
1.3.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: "Bagaimana Peran Bimbingan dan Kons1~ling Dalam
Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu"
1.4 Tujuan dan manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bimbingan dan
konseling dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok
Labu.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah
wawasan keilmuan, k'lususnya pada bidang psikologi pendidikan dan
psikologi sosial. Penelitian ini juga diharaplcan bermanfaat dengan
memberikan informasi tentang peran bimbingan dan konseling dalam
mengatasi perilaku bullying siswa.
11
Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah
1. Dapat dijadikan salah satu acuan bagi guru bimbingani dan konseling,
khususnya dalam mengatasi siswa yang melakukan perilaku bullying di
sekolah
2. Dapat dijadikan bahan masukan bagi konselor sekolah, guru atau wali
kelas, orang tua dan bagi siswa itu sendiri dalam peningkatan
pemberdayaan peran bimbingan dan konseling.
3. Diharapkan dapat membantu para orang tua dan guru agar lebih
memahami dan mengarahkan perkembangan anak-anak mereka agar
kelak terhindar dari perilaku bullying yang dapat men.i!}ikan dirinya sendiri.
4. Penulis dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga penulis untuk
menambah wawasan keilmuwan di masyarakat.
1.5Sistematika Penulisan
BAB 1: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan, perumusan masalah, tujuan, manl'aat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB 2: Kajian Teori, membahas tentang pengertian bimbingan, pengertian
konseling, perbedaan antara bimbingan dan konseling, fungsi serta tujuan
bimbingan dan konseling, bidang-bidang bimbingan dan konseling, jenis
12
layanan bimbingan dan konseling, pola umum bimbingan dan konseling,
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, serta bimbingan dan
konseling dalam perspektif Islam.
BAB 3: Metodologi Penelitian, adapun isi bab ini meliputi jenis penelitian,
definisi variable, definisi operasional, populasi, sample, teknik pengambilan
sample, teknik dan instrument pengumpulan data, serta prosedur penelitian
BAB 4: Presentasi dan Analisa data, bab ini meliputi gambaran umum subjek
berdasarkan usia, jenis kelamin dan asal sekolah. juga deiskripsi data
BAB 5: Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Daftar pustaka berisikan daftar referensi buku yang digunakan sebagai
literatur pembuatan laporan penelitian.
13
BAB2
KAJIAN TEORI
Dalam bab ini dibahas landasan teori yang akan mengharitarkan kedalam
pembahasan tentang peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi
perilaku bullying siswa berdasarkan teori-teori kepustakaan.
2.1 Bimbingan dan Konseling
2.1.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling
Membicarakan suatu masalah terlebih dahulu kita harus rnengerti tentang
pengertian masalah yang akan kita bicarakan. Secara etimologis kata
bimbingan merupakan terjemahan dari kata "Guidance" bHrasal dari kata
kerja "to guide" yang mempunyai arti "menunjukkan, membimbing, menuntun,
ataupun membantu". Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum
bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau turitunan (Hallen,
2002).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan adalah petunjuk
(penjelasan) cara mengerjakan sesuatu; tuntunan (Pusat 13ahasa Depdiknas,
2002)
1 A
Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year's Book Of
Education 1955 (dalam Ha!len, 2002) yang menyatakan: "Guidance is a
process of helping individual throught their own effort to discover and develop
their potentialities both for personal happiness and social usefulness".
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri
untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Makna bimbingan dalam tinjauan terminologi (istilah) banyak dijumpai dalam
literatur-literatur bimbingan dan konseling diantaranya Dewa Ketut Sukarni
(2000) menyatakan bahwa "Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu prose
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri,
sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntutan dan kec.daan lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat dan kehidupan pada umunya. Dengan demikian, ia akan dapat
menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikain sumbangan yang
berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu
individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk
sosial".
Berdasarkan Kurikulurn yang kernudian dikutip oleh Yusuf Gunawan (1987)
rnengartikan birnbingan sebagai: "Suatu prose bantuan khusus yang
diberikan kepada siswa dengan rnernperhatikan kernungkinan-kernungkinan
dan kenyataan-kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalarn
rangka perkernbangannya yang optimal, sehingga rnereka dapat rnernaharni
diri, rnengarahkan diri dan bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan rnasyarakat".
Frak W. Miller dalarn bukunya Guidance, Principle dan Se.rvices yang dikutip
oleh Sofyan S Wilis (2004), rnengernukakan definisi birnbingan sebagai
berikut: "bimbingan ada/ah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai
pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan ba9i penyesuaian diri
secara baik dan maksimum di sekolah, ke/uarga dan masyarakaf'.
Dep<Jrternen Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Pengembangan
Pendidikan yang dikutip oleh Andi Mappiare (1984) mernberikan rurnusan:
"Birnbingan di sekolah adalah proses pernberian bantuan l<epada murid,
dengan rnernperhatikan rnurid itu sebagai individu dan rnakhluk sosial serta
rnernperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu, a~1ar rnurid itu dapat
rnernbuat tahap rnaju seoptirnal rnungkin dalarn proses perkernbangannya
dan agar dia dapat rnenolong dirinya menganalisa dan rnernecahkan
masalah-masalahnya. Semuanya itu demi memajukan kebahagian hidup,
terutama ditekankan pada kesejahteraan mental".
Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah
suatu proses pemberian bantuan kepada siswa agar dapat mengembangkan
kemampuannya secara optimal untuk mencapai kebahagiaan yang
bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Menurut Sofyan S. Willis (2004) dari berbagai pengertian bimbingan yang
telah dikemukakan diatas, dapat simpulkan karakteristik bimbingan
(guidance) adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan merupakan upaya yang bersifat preventif
Artinya lebih baik diberikan kepada individu yang belurn bermasalah,
sehingga dengan bimbingan dia akan memelihara diri dari berbagai
kesulitan.
2. Bimbingan dapat diberikan secara individual dan kelompok
upaya bimbingan dapat diberikan secara individual, artinya seorang
pembimbing menghadapi seorang klien (si terbimbing). Mereka berdiskusi
untuk pengembangan diri klien, kemudian merencanakan upaya-upaya
bagi diri klien yang terbaik baginya.
Disamping itu, bimbingan kelompok adalah jika seorang pembimbing
menghadapi banyak klien. Disini pembimbing lebih banyak bersikap
sebagai fasilitator untuk kelancaran diskusi kelompok dan dinamika
kelompok. Masalah yang dihadapi adalah perso3lan bersama, misalnya
meningkatkan prestasi belajar, kreativitas dan sebagainya.
3. Bimbingan dapat dilakukan oleh para guru, pemimpin, ketua-ketua
organisasi dan sebagainya.
Yang penting para pembimbing tersebut memiliki pengetahuan tentang
psikologi, sosiologi, budaya, dan berbagai teknik bimbingan seperti
diskusi, dan dinamika kelompok, sosio-drama, teknik mewawancarai, dan
sikap-sikap yang menghargai, ramah, jujur dan terbuka. Bisa dikatakan
bahwa bimbingan dapat dilakukan oleh siapa saja yan9 berminat, asal
mendapat pelatihan terlebih dahulu (Sofyan S Wilis, 2004).
Pada prinsipnya bimbingan merupakan pemberian pertolongan atau bantuan,
dan bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok dalam
bimbingan. Tetapi sekalipun bimbingan merupakan pertolongan, namun tidak
semua pertolongan dapat disebut sebagai bimbingan. Orang dapat
memberikan pertolongan kepada anak yang jatuh agar bangkit, tetapi ini
bukan merupakan bimbingan. Pertolongan yang merupakan bimbingan
mempunyai sifat-sifat lain yang harus dipenuhi.
2.1.2 Pengertian Konseling
lstilah konseling berasal dari bahasa lnggris "to counsel' yang secara
etimologis berarti "to give advice", atau memberi saran atau nasehat (Hornby
dalam Hallan, 2002).
lstilah bimbingan selalu dirangkai dengan istilah konselin~1. Hal ini disebabkan
karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiiatan yang integral.
Konseling salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa
teknik lainnya, namun konseling sebagaimana dikatakan oleh Roger (1942)
sebagai berikut:
"Counseling is a series of direct contacts with the individual which aims to
offer him assistance in changing his attitude and behaviour'.
Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang
bertujuan untuk membantunya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya
(Hallan, 2002).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konseling adalah pemberian bantuan
dari konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman
terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memeGahkan berbagai
masalah; penyuluhan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002)
'"
Makna konseling dalam tinjauan terminologi (istilah) banyak dijumpai dalam
literatur-literatur bimbingan dan konseling antara lain menurut C. Patterson
yang dikutip oleh M. Hamdani Bakran Adz Dzaky (2002) mengemukakan
bahwa konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi
antara seorang terapis dengan satu atau lebih klien dimana terapis
menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pen9etahuan sistematik
tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental
klien.
Kemudian muncul English & English yang dikutip oleh Sofyan S \/Vilis (2004)
mengemukakan arti konseling adalah: "Suatu hubungan antara seseorang
dengan orang lain, dimana seorang berusaha keras untuk. membantu orang
lain agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam
rangka penyesuaian dirinya".
Menurut Jones yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (1999)
mengatakan bahwa konseling adalah kegiatan dimana semua fakta
dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah
tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi
bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak
memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada
perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah
masalahnya sendiri tanpa bantuan.
Pietrafesa dalam bukunya The Authentic Counselor yang dikutip oleh
Latipun (2001), mengemukakan secara singkat bahwa konseling adalah
proses yang melibatkan seseorang profesional berusaha rnembantu orang
lain dalam mencapai pemahaman dirinya (self understanding), membuat
keputusan dan pemecahan masalah.
Selanjutnya William Ratigan dalam Mohamad Surya (200:1), mencoba
memberikan deskripsi pengertian konseling, khususnya konseling pendidikan
secara lebih rinci berdasarkan pengamatan dan penelitian yang telah
dilakukannya. la mendeskripsikan konseling sebagai berikut:
1. Seorang konselor melihat bahwa kegiatan belajar siswa1 berjalan sejajar
dengan kecakapan dan minatnya. la seyogyanya mendorong siswa untuk
dapat belajar secara realistic sesuai dengan dirinya.
2. Konseling membantu anak-anak membuat keputusan sendiri sehingga
mereka menemukan kepuasan dan kesenangan dalam kehidupan kerja
mereka
3. Konseling memberi informasi kepada seseorang tentan9 dirinya,
potensinya, kemungkinan-kemungkinan yang memadai bagi potensinya,
dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan tersebut dengan sebaik
baiknya.
4. Konselor sekolah membantu siswa membuat pilihan, mendiskusikan hasil
yang mungkin diperoleh dari pembuatan setiap keputusan dar. mengajar
untuk menerima tanggung jawab terhadap pilihan yang telah dibuatnya.
5. Konseling membiarkan siswa mengetahui bahwa ia berharga untuk dirinya
sendiri, bahwa ia mendapat perhatian dan kepedulian.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah bantuan yang
diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya
dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang
dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Dalam hal ini
harus selalu diingat agar individu pada akhirnya dapat memecahkan
masalahnya dengan kemampuan sendiri. Dengan demikian maka klien tetap
dalam keadaan aktif, memupuk kemampuannya didalam memecahkan setiap
masalah yang mungkin akan dihadapi dalam kehidupannya.
2.1.3 Perbedaan Antara Bimbingan dan Konseling
Pada umumnya, istilah bimbingan dan konseling dianggap identik atau sama
saja, artinya bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang
integral, keduanya tak dapat dipisahkan. Oleh karena itu perkataan
bimbingan selalu dirangkaikan dengan konseling sebagai kata majemuk.
Konseling merupakan salah satu jenis teknik pelayanan bimbingan diantara
pelayanan-pelayanan lainnya, dan sering dikatakan sebagai inti dari
keseluruhan pelayanan dalam bimbingan.
Namun, ada juga pandangan lain yang menyatakan bahwa bimbingan dan
konseling merupakan dua pengertian yang berbeda, baik dasar-dasarnya
maupun cara kerjanya. Menurut pandangan ini konseling lebih identik dengan
Psychoterapi, yaitu usaha untuk menolong dan menggarap seseorang yang
mengalami kesukaran dan gangguan psikis yang serius. Sedangkan
bimbingan oleh pandangan ini dianggap identik dengan pEmdidikan (I.
Djumhur dan Moh. Surya, 1975)
Menurut Bimo Walgito (2004) perbedaan antara bimbingan dan konseling
adalah:
1. Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan sehingga dengan
demikian pengertian bimbingan dan lebih luas daripada konseling. Karena
itu konseling merupakan bimbingan tetapi tidal< semua bentuk bimbingan
merupakan konseling.
2. Pada konseling sudah ada masalah tertentu, yaitu masalah yang dihadapi
klien, sedangkan pada bimbingan tidak demikian. Bimbingan lebih bersifat
preventif sedangkan konseling lebih bersifat kuratif atau korektif.
Bimbingan dapat diberikan sekalipun tidak ada masalah. Hal ini bukan
berarti bahwa pada bimbingan sama sekali tidak didapati segi kuratif, dan
sebaliknya pada konseling tidak didapati segi preventif. Dalam konseling
juga didapati segi preventif, menjaga atau mencegah agar jangan sampai
t;mbul masalah yang lebih berat.
3. Konseling pada dasarnya dilakukan secara individual, yaitu antara
konselor dengan klien secara face to face. Pada bimbingan tidak demikian
halnya, bimbingan pada umumnya dijalankan secara kelompok. Misalnya
bimbingan tentang bagaimana cara belajar yang efisien dapat diberikan
pada seluruh kelas pada suatu waktu tertentu secara bersama-sama.
Sedangkan menurut Abubakar Baraja (2004) perbedaan antara bimbingan
dan konseling adalah:
a. Bimbingan secara praktis lebih mengarah untuk mEimberikan petunjuk
dan nasihat kepada terbimbing, maka pembimbing disini bersifat aktif
dan terbimbing bersifat pasif.
b. Sedangkan pada konseling yang banyak digunakan adalah
wawancara untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan dan
diinginkan dari yang diwawancarai sehingga konseling disini dapat
disebut terjadinya komunikasi antar pribadi, jadi sifat konseling
menunjukkan bahwa konselor pasif sedangkan kliEm aktif.
2.1.4 Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling
1. Fungsi Bimbingan Konseling
Menurut A. Juntika (2004) fungsi bimbingan konseling sebagai berikut:
a. Pencegahan
sifat bimbingan konseling yang menghasilkan tercegah atau terhindarnya
peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan
mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian
tertentu dalam proses perkembangannya.
b. Penyembuhan
sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan terentaskannya atau
teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik.
c. Perbaikan
sifat bimbingan konseling untuk memperbaiki kondisi peseirta didik dari
permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat berkembang secara
optimal.
d. Pemeliharaan
sifat bimbingan konseling untuk menjaga terpeliharanya kondisi individu yang
sudah baik agar tetap baik.
e. Pengembangan
sifat bimbingan konseling untuk mengembangkan berbagai potensi dan
kondisi positif individu dalam rangka pengembangan dirinya secara mentap
dan berkelanjutan.
Sedangkan menurut Hallen (2002) dalam bukunya Bimbingan dan Konseling
mengemukakan bahwa bimbingan konseling berfungsi sebagai berikut:
1. Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu
sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta diclik. Fungsi
pemahaman ini meliputi:
a). Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh peserta
didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
b). Pemahaman tentang lingkungan peserta didik, termasuk di dalamnya
lingkungan keluarga dan sekolah terutama oleh peserta didik sendiri,
orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
c). Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalam
informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, informasi social dan
budaya/ nilai-nilai) terutama oleh peserta didik.
2. Fungsi pencegahan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu,
menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu
dalam proses perkembangannya.
3. Fungsi pengentasan adalah fungsi yang digunakan sebagai pengganti
istilah fungsi kuratif atau terapeutik dengan arti pengobatan atau
penyembuhan.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan
konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya
berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara terarah, mant?p dan ber~;elanjutan.
5. Fungsi advokasi adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan teradvokasinya atau pembelaan terhadap peserta didik
dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi seicara optimal.
Berkaitan dengan penelitian ini, pada fungsi preventif konselor diharapkan
mampu memberikan layanan-layanan bimbingan secara maksimal kepada
siswa lewat program-program yang juga dapat diterima siswa. Selain itu
fungsi preventif juga dapat diwujudkan dengan cara disele1nggarakannya
berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konse1ling untuk
mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam fungsi preventif itu
sendiri, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan
yang mungkin timbul yang akan mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
Dalam hal ini layanan, program dan kegiatan tersebut bert:ujuan untuk
mencegah terjadinya perilaku bullying, intimidasi, dan pelecehan yang
dilakukan oleh siswa.
Sedangkan pada fungsi kuratif, karena dalam fungsi ini bmkaitan dengan
pemecahan masalah. Yakni bagaimana pemecahan masalah untuk perilaku
bullying yang sudah terjadi di sekolah bahkan sudah ada korban. Maka
pelayanan bimbi11gan dan konseling yang ada diharapkan mampu mengatasi
dan melakukan upaya-upaya untuk memulihkan psikologis baik pelaku
bullying atau korban juga memberikan layanan konseling pada siswa yang
berperilaku bullying agar dapat menghilangkan kebiasaan-kebiasaan
buruknya atau juga sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah.
2. Tujuan Bimbingan
Secara garis besar tujuan bimbingan dapat digambarkan dari beberapa teori
yang telah diuraikan diatas, namun untuk lebih jelas peneliti mengutip
pendapat dari beberapa para ahli. Diantaranya, Thantawy (1995) yang
menjelaskan secara umum tujuan bimbingan dan konseling dalam program
pendidikan di sekolah adalah untuk membc1ntu para siswa agar mencapai
tahap perkembangan yang optimal baik secara akademik, psikologis,
maupun sosial.
Sedangkan menurut Yusuf Gunawan (2001) tujuan bimbingan secara um urn
dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar individu
tersebut:
1. Mengerti dirinya dan lingkungannya. Mengerti diri meliputi pengenalan
kemampuan, bakat khusus, minat, cita-cita dan nilai hidup yang dimiliki
untuk perkembangan dirinya. Mengerti lingkungan meliputi pengenalan
baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya.
2. Mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidupnya secara
bijaksana baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan social-pribadi.
Termasuk di dalamnya membantu individu untuk memilih bidang studi,
karier, dan pola hidup pribadinya.
3. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal.
4. Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana. Bantuan ini
termasuk memberikan bantuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan
buruk atau sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah.
5. Mengelola aktivitas kehidupannya, mengembangkan sudut pandangnya,
dan mengambil keputusan serta mempertanggung jawabkannya.
6. Memaha1ni dan mengarahkan diri dalarn bertindak serta bersikap sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.
Selanjutnya Syamsu Yusuf dan Ahmadi Juntika (2006) menjelaskan tujuan
birnbingan adalah agar individu dapat:
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi dan perkembangan karir serta
kehidupannya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat
serta lingkungan kerjanya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dalam lingkungan pendidikan, masyarakat maupun
lingl<ungan kerja.
Secara khusus bimbingan bertujuan untul< membantu peserta didik agar
dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek
pribadi-sosial, belajar (akademil<) dan karir (Syamsu Yusuf dan Ahmad
Juntika, 2006).
3. Tujuan Konseling
Menurut Sofyan S. Willis (2004) menjelaskan bahwa tujuan konseling yaitu
membantu individu/klien agar menjadi orang yang lebih fungsional, mencapai
integritas diri, identitas diri dan aktualisasi diri. Pendapat l;:iin tentang tujuan
konseling adalah agar potensi berkembang optimal, mampu memecahkan
masalah, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Secara umum Sofyan S. Willis (2004) mengatakan bahwa tujuan konseling
haruslah mencapai:
1. Effective daily living, artinya setelah selesai proses konseling klien harus
dapat menjalani kehidupannya sehari-harinya secara efektif dan berdaya
guna untuk diri, keluarga masyarakat, bangsa dan Tuhannya.
2. Re/asionship with other, artinya klien mampu menjalin hu'Jungan yang
harmonis dengan orang lain di keluarga, sekolah, kantor dan masyarakat.
Hallan (2002) mengungkapkan bimbingan dan konseling bertujuan agar
peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya, dan mampu
merencanakan masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan
konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar
masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga
menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.
2.1.5 Bidang-bidang Bimbingan dan Konseling
1. Bidang Bimbingan Pribadi
Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta
sehatjasmani dan rohani (Hallan, 2002). Dan ada yang mengatakan bahwa
bimbingan pribadi juga memberikan bantuan kepada siswa untuk
mengembangkan hidup pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang diri,
gaya hidup, kemampuan mengerti dan menerima diri dan orang lain serta
rnernbantunya untuk rnernecahkan rnasalah-rnasalah pribadi yang diternuinya
(Yusuf Gunawan, 1987)
Ada banyak alasan anak rnel2kukan perilaku bullying di sekolah, bisa karena
pola asuh orang tua yang otoriter, persepsi diri yang salahi, karena tekanan
ekonorni keluarga dan lain-lain. Alasan-alasan tersebut tidak dapat diketahui
tanpa adanya wawancara langsung dari konselor pada siswa yang
bersangkutan. Oleh karena itu dengan adanya birnbingan pribadi ini seorang
konselor dapat menggali faktor apa yang rnenjadi penyebab anak berperilaku
bullying di sekolah, karena dengan rnengetahui penyebabnya rnaka
perrnasalah akan lebih mudah diselesaikan.
2. Bidang Birnbingan Sosial
Dalarn bidang birnbingan sosial, pelayanan birnbingan dan konseling di
sekolah berusaha rnernbantu peserta didik rnengenal dan berhubungan baik
dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab
kernasyarakatan dan kenegaraan (Hallen, 2002).
Bisa dikatakan bahwa anak yang berperilaku bullying adalah anak yang tidak
rnarnpu berinteraksi dengan baik dalarn lingkungan sosialnya, ia tidak tahu
bagairnana bersikap yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sekitarnya.
Dalarn hal ini birnbingan dan konseling rnempunyai tanggung jawab dalam
hal menumbuhkan kesadaran anak agar lebih mengenal dan berhubungan
baik dengan lingkungan sosialnya. Sehingga anak yang berperilaku bullying
dapat menyadari bahwa perilakunya adalah tidak baik dan tidak sesuai
dengan norma yang berlaku.
3. Bidang Bimbingan Belajar
Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling
membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap
dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan
keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk rnelanjutkan
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun k•elapangan
pekerjaan tertentu {Hallen, 2002). Sedangkan Wingkel memgatakan bahwa
bimbingan belajar adalah bimbingan dalam menemukan c:ara belajar yang
tepat untuk mengatasi k&sukaran-kesukaran mengenai belajar dan dalam
memilih jenis atau jurusan yang sesuai (Yusuf Gunawan, 1987).
4. Bidang Bimbingan Karier
Dalam bidang bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan dan konseling
ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan
pilihan karier, (Hallen, 2002). Sedangkan Donald E. Super merumuskan
bimbingan karier sebagai suatu proses bantuan pribadi ya1ng
mengembangkan penerimaan secara bulat gambaran diri serta peranannya
dalam dunia kerja (Yusuf Gunawan, 1987).
Terkait dengan penelitian ini. Kemungkinan siswa berperilaku bullying karena
adanya kesempatan atau tersedianya waktu senggang yang siswa miliki
namun tidak bisa dimanfaatkan dengan kegiatan berguna. Yang pada
akhirnya membuat mereka lari pada hal-hal negatif seperti membully siswa
lain. Dalam hal ini layanan bimbingan karier cocok diberikan karena biasanya
siswa akan tertarik pada sesuatu yang baru. Layanan bimbingan karier
diberikan lewat program-program menarik mengenai pen~1enalan dan
pengembangan potensi diri untuk memasuki dunia kerja, bisa juga
pengenalan tentang macam-macam profesi kerja serta jenjang karier yang
harus ditempuh. Dengan begitu para siswa sadar akan tantangan hidup yang
akan mereka lewati kedepan, dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dari
sekarang.
2.1.6 Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Layanan Orientasi
Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah)
yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan memperlancar
berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu (Hallen, 2002).
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dikoordinir guru
pembimbing dengan bantuan semua guru dan wali kelas, dengan tujuan
membantu mengorientasikan siswa (Sofyan S Wilis, 2004).
Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi ialah mempe:rmudah
penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar dan
kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Demik:ian juga orang tua
siswa, dengan memahami kondisi, situasi dan tuntutan sekolah anaknya
akan dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi k:eberhasilan belajar
anaknya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa fungsi utama yang
didukung oleh layanan orientasi ini adalah fungsi pemahaman dan
pencegahan.
2. Layanan lnformasi
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai
informasi (seperti informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan
untuk kepentingan peserta didik (klien). Oleh karena itu saisaran dari layanan
informasi ini bukan saja peserta didik, tetapi juga orang tua atau wali sebagai
orang yang mempunyai pengaruh besar terhadap peserta didik agar mereka
dapat menerima informasi yang amat berguna bagi perkembangan anak
anak mereka (Hallen, 2002).
Layanan informasi dilakukan sepanjang ta~un yang memungkinkan siswa
dan pihak-pihak lain yang dapat memberi pengaruh besar kepada siswa
(terutama orang tua) menerima dan memahami informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan (Sofyan
S Willis, 2004). Dengan demikian fungsi utama bimbingan yang didukung
oleh kegiatan layanan informasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
3. Layanan Penempatan atau Penyaluran
Menurut buku petunjuk bimbingan dan konseling dalam kurikulum 1994 yang
dikutif oleh Sofyan S Willis (2004) mengatakan bahwa yang dimaksud
layanan ini adalah: layanan bimbingan yang memungkinkan siswa
memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat (misalnya
penempatan dan penyaluran didalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau
program khusus, kegiatan ektrakulikuler), sesuai dengan potensi, bakat dan
minat serta kondisi pribadinya.
Berbagai hal yang menyebabkan potensi, bakat dan minat yang tidak
tersalurkan secara tepat akan mengakibatkan siswa yang bersangkutan tidak
dapat berkembang secara optimal. Melalui layanan penempatan dan
5. Layanan Konseling
Yaitu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada seorang siswa dengan
tujuan berkembangnya potensi siswa. mampu mengatasi rnasalah sendiri,
dandapat menyesuaikan diri secara positif (Sofyan S Willis, 2004). Oleh
karena itu layanan konseling perorangan ini mendukung fungsi pengentasan
dalam layanan bimbingan dan konseling.
6. Layanan Bimbingan kelompok
Adalah layanan bimbingan yang diberikan l<epada sekelompok siswa untuk
memecahkan secara bersama masalah yang menghambat perkembangan
siswa (Sofyan S Willis, 2004). Oleh karena itu layanan birnbingan kelompok
ini mendukung fungsi pemahaman dan pengembangan.
7. Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk
pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui
dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah mai;alah pribadi yang
dialami masing-masing anggota kelompok (Hallen, 2002). Fungsi utama yang
didukung oleh layanan konseling kelompok adalah fungsi pengentasan.
2.1.7 Pola Umum Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1. Bimbingan dan Konseling pola 17
Pola umum bimbingan dan konseling di sekolah sering disebut dengan "BK
pola 17", disebut BK pola 17 karena didalamnya terdapat 17 (tujuh belas)
butir pokok yang amat perlu diperhatikan dalam penyelen~1garaan bimbingan
dan konseling di sekolah. Pola umum bimbingan dan konseling meliputi
keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang mencakup bidang
bidang bimbingan, jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling (Hallen, 2002), yaitu:
1. Kegiatan bimbingan dan konseling (BK) secara menyeluruh meliputi empat
bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan social, bimbingan
belajar dan bimbingan karier.
2. Kegiatan BK dalam keempat bidang bimbingan diselen!)garakan melalui
tujuh jenis layanan, yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan atau
penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok
dan konseling kelompok.
3. Untuk mendukung ketujuh jenis layanan itu diselenggarakan lima kegiatan
pendukung, yaitu instrumentasi bimbingan dan konseling, himpunan data,
konsferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan.
4.Diatas itu semua kegiatan BK didasari oleh satu pemahaman yang
menyeluruh dan terpadu tentang wawasan BK yang meiliputi pengertian
tujuan, fungsi, prinsip dan asas-asas BK.
2.1.8 Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
1. Aplikasi lnstrumentasi Birnbingan dan Konseling
Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling bertujuan untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta rlidik (baik secara
individual maupun kelompok), keterangan tentang lingkun!;:ian peserta didik
dan lingkungan yang lebih luas (termasuk diddalamnya informasi penddidikan
dan jabatan).
Pengumpulan data dan keterangan ini dapat dilakukan demgan berbagai
instrument, baik test maupun non test. Hasil pengumpulan data dihimpun
dalam cumulative record (himpunan data), digunakan secara optimal untuk
kepentingan peserta didik (klien). Fungsi utama yang diemban oleh kegiatan
pendukung aplikasi instrument ini adalah fungsi pemahaman.
2. Penyelenggaraan Himpunan Data
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun
seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan
peserta didik (klien). Himpunan data perlu diselenggarakan secara
berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Fungsi
utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan hirnpunan data
adalah fungsi pemahaman.
3. Konferensi kasus
Konferensi kasus yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu
forum pertemuan yang cihadiri oleh berbagai pihak yang cliharapkan dapat
memberi bahan, keterangan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat
terbatas dan tertutup.
Dalam konferensi kasus secara spesifik dibahas perrnasalahannya yang
dialami µeserta didik tertentu dalam suatu forum diskusi yang dihadiri oleh
pihak-pihak terkait seperti guru pembimbing atau guru kelas, wali kelas, guru
mata pelajaran, kepala sekolah, orang tua dan tenaga ahli lainnya yang
diharapkan dapat memberikan data clan keterangan. Den(Jan demikian fungsi
utama bimbingan yang diemban oelh konferensi kasus ialah fungsi
pemahaman dan pengentasan.
4. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
memperoleh data, keterangan, kemudahan clan komitmen bagi
terentaskannya perrnasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan ke
rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh antara orang tua
atau wali clan anggota keluarga lainnya dengan guru pemloimbing. Oleh
karena itu fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kunjungan rumah
adalah fungsi pemahaman dan pengentasan.
5. Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus adalah kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah
yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan kasus
dari pihak satu ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang
erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memb1:irikan bantuan atas
penanganan masalah tersebut (terutama kerja sama dalarn hal lain ke tempat
dimana kasus itu dialih tangankan).
Di sekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran atau
praktik, wali kelas atau staf sekolah lainnya, atau orang tua mengalih
tangankan ;:;iswa bermasalah kepada guru pembimbing atau guru kelas. Alih
tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat
dan tuntas atas masalah yang dialami siswa, dengan jalan memindahkan
penanganan kasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli. Fungsi
utama bimbingan yang diemban oleh kegiatan alih tangan kasus ialah
pengentasan (Hallen, 2002).
2.1.9 Bimbingan dan Konseling Dalam Perspektif Islam
Menurut M. Hamdani (2001), teori konseling dalam Islam adalah landasan
berpijak yang benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat
berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien
mengenai cara dan paradigma berpikir, cara menggunakan potensi nurani,
cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan
wahyu (Al-Our'an) dan paradigma hadis (As-Sunnah). Teori konseling dalam
Islam tersebut adalah:
1. Teori Al-Hikmah
Kata Al-Hikmah dengan bentuk jamaknya "Al-Hikam" bermakna:
kebijaksanaan, ilmu dengan pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan,
pepatah dan Al-Qur'an Al-Karim.
Proses aplikasi konseling dengan teori ini dapat dilakukan konselor dengan
pertolongan Allah secara langsung atau melalui utusan-Nya, yaitu Allah
mengutus malaikat-Nya, dimana ia hadir dalam jiwa konselor atas izin-Nya.
Oleh karena itu teori ini tidak dapat dilakukan oleh konselor yang tidak taat,
tidak dekat dengan Allah dan malaikat-Nya, karena teori ini merupakan teori
konseling yang dilakukan para Rasul, Nabi dan Auliya Allah serta
menyangkut problem dan penyakit yang paling berat dan tidak bisa
disembuhkan dengan cara-cara manusia.
2. Teori Al-mau'izhoh Al-Hasanah
Teori ini adalah teori bimbingan atau konseling dengan cara mengambil
pelajaran-pelajaran atau l'tibar-l'tibar dari perjalanan kehidupan para Nabi,
Rasul dan para Auliya Allah. Dalam penggunaan teori ini k0nselor harus
benar-benar telah menguasai dengan bail< materi-materi yang mengandung
pelajaran yang sangat bermanfaat bagi klien, selain itu juga sejarah, riwayat
hidup dan perjuangan orang-orang agung, pejabat-pejabat Allah dan kekasih
Nya, khususnya Rasulullah SAW.
Yang dimaksud dengan Al-mau'izhoh Al-Hasanah ialah pelajaran yang baik
dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya; yang mana pelajaran itu dapat
membantu klien untuk menyelesaikan atau menanggulan£Ji problem yang
sedang dihadapinya. Sedangkan materi Al-mau'izhoh Al-l-lasanah dapat
diambil dari sumber-sumber pokok ajaran Islam diantaranya: Al-Qur'an, As
Sunnah, Al-Atsar, ljtihad para ulama, dan penemuan para pakar.
3. Teori Al-Mujadalah
Yang dimaksud teori Mujadalah ialah teori konseling yang terjadi dimana
seorang klien sedang dalam kebirnbangan. Teori ini biasa digunakan ketika
seorang klien ingin mencari suatu kebenaran yang dapat rneyakinkan dirinya,
yang selama ini ia memiliki problem kesulitan mengambil :matu keputusan
dari dua hal atau lebih. Teori konseling "Af-Mujadalah bit Ahsan"
menitikberatkan kepada individu yang membutuhkan kekuatan dalam
keyakinan dan ingin menghilangkan keraguan, was-was dan prasangka
negative terhadap kebenaran llahiyah yang selalu bergema dalam nuraninya.
Secara garis besar, kegiatan bimbingan dan konseling dilakukan untuk
mencapai tujuan, yaitu membantu individu agar mengetahui, mengenal dan
memahami dirinya sesuai dengan hakekatnya, serta men!iajak seseorang
untuk kembali mengenali dirinya secara fitrah. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam yang berbunyi:
Artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetap/ah atas
fitrah (na/uri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut na/uri itu, tidak
ada perubahan pada naluri dari Allah itu. /tu/ah agama yang /urus, akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya". (Ar-Rum: 30)
Berbicara mengenai bimbingan dan konseling dalam perspektif Islam. Hal
tersebut tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membirnbing dan
mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi
sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan
permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar
manusia terhindar dari tipu daya syaiton. Hal tersebut tertuang dalam ayat
berikut ini:
Artinya: "Demi masa, sungguh manusia da/am kerugian, kecuali mereka
yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling mene.•sehati supaya
mengikuti kebenaran dan sa/ing menasehati supaya mengamalkan
kesabaran" (Al-Ashr:13)
Menurut ayat tersebut manusia diharapkan sating memberi sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling
agar tetap sabar dan tawakkal dalam menghadapi perjalanan kehidupan
yang sebenarnya.
Pada dasarnya konseling dalam Islam adalah salah satu dari berbagai tugas
manusia dalam membina dan membentuk manusia yang ideal. Bahkan bisa
dikatakan bahwa konseling merupakan amanat yang diberikan Allah kepada
semua Rasul dan Nabi-Nya. Dengan adanya amanat kons;eling inilah, maka
keberadaan Rasul dan Nabi menjadi sangat bermanfaat bagi manusia, baik
untuk urusan agama, dunia, pemecahan masalah, dan lain-lain. Konseling
pun akhirnya menjadi satu kewajlban bagi tiap individu muslim. Sebagaimana
firman Allah yang berbunyi:
Artinya: "Dan hendak/ah ada diantara kamu sego/ongan yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung". (Ali lmron:104)
Sesungguhnya cakupan pemikiran Islam sangat luas dan banyak
bersinggungan dengan pemikiran yang berorientasi atas k:onseling, salah
satunya adalah dalam lingkup konseling agama dan perilaku. Islam meyakini
bahwa setiap anak yang dilahirkan dapat dibentuk menjadi anak yang bail<
atau jahat. Pembentuk utamanya adalah lingkungan dimana ia tinggal. lni
menunjukkan bahwa perilaku seseorang bisa dibentuk dan juga bisa diubah.
Namun fase pertumbuhan seseorang memainkan peranan penting dalam
pembentukan perilakunya. Hal tersebut tertuang dalam Hadis :
Artinya: "Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang
tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi'
2.2 Bullying
2.2.1 Pengertian Bullying
lstilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa lnggris) yang berarti "banteng"
yang suka menanduk. Pihak pelaku bullying biasa disebut bully (SEJIWA,
2008). Berbagai definisi juga telah banyak diberikan oleh para ahli
diantaranya, yaitu Sullivan (2000) yang mendefinisikan bullying sebagai
berikut "a conscious and wilful repetitive act of aggression and/or
manipulation by one or more people against another person or people. It is
also an abuse of power by those carrying out the bullying, which is designed
to cause hurt.
AO
Papalia, et. Al dalam Dian P (2007) menyatakan bahwa bullying adalah
perilaku agresif yang disengaja dan berulang untuk menyerang target atau
korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek
dan tidak bisa membela diri.
Sedangkan bila mengkhususkan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah
(school bullying) maka dapat diambil sebuah pengertian yang diberikan oleh
Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (dalam Andreas, 2007) mendefinisikan
school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh
seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi
lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
Sedangkan Barbara (2001) mendefinisikan bullying (penindasan) adalah
tindakan intimidasi yang dilakukan pihak yang lebih kuat te1rhadap pihak yang
lebih lemah
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bullying adalah
Situasi kekerasan secara fisik, verbal maupun psikologis yang dilakukan
dengan sengaja dan berulang-ulang oleh individu atau kelompok yang
memiliki kekuatan/kekuasaan lebih (senior) terhadap oran9 yang lebih lemah
(junior) dengan tujuan menyakiti dan menimbulkan ketakutan pada diri
korban.
Sullivan (2000) mengatakan ada beberapa elemen di dalam bullying yaitu:
1. Adanya niat melukai atau merugikan orang lain
2. Adanya Ketidak-seimbangan kekuatan (imbalance of power)
3. Dilakukan secara terorganisir dan sistematis
4. Dilakukan secara berulang-ulang dalam periode tertentu
5. Pengalaman yang menyakitkan bagi korban yang berbentuk fisik
(eksternal) dan psikologis (internal).
Menurut Sheras, P. & Sherill T (2002) pelaku bullying memiliki keinginan
untuk melukai atau menyakiti orang lain, maksudnya adalah hal yang
dilakukan oleh pelaku merupakan perbuatan yang disengaja. Kebanyakan
pelaku bullying mencari popularitas dengan cara menekankan agresi pada
anak-anak yang lemah, tidak popular dan tidak mampu ba1las dendam.
Beberapa anak terlihat baik dan ran.ah secara pribadi akan tetapi berprilaku
bullying ketika berkelompok.
Bullying (penindasan) memiliki makna yang berbeda dengan hazing
(perpeloncoan), meskipun keduanya sama-sama tindakan agresif yang
biasanya dilakukan siswa sekolah menengah dan perguruan tinggi, namun
kedua istilah itu sangat berbeda (Susan Lipkins, 2008).
Bullies atau pelaku bullying biasanya rnenginginkan sesuatu-bisa berupa
uang, bekal rnakan siang seorang siswa, jawaban pekerjaan rurnah, atau
rnungkin curna perhatian. Para penindas juga biasanya bertindak sendirian
atau dalarn kelornpok kecil dan rnernilih orang-orang yang rnereka anggap
rentan untuk rnereka jadikan korban. Tidak ada unsur tradisi dalarn
penindasan, tidak pula tokoh-tokoh berwenang atau para pernirnpin ( Susan
Lipkins, 2008).
Berbeda dengan bullying, pada perpeloncoan (Hazing) rnelibatkan sejurnlah
banyak orang, sebagian rnenyaksikan, dan sebagian lagi cliplonco. Yang
diplonco adalah kelornpok tertentu, rnisalnya anggota-anggota baru tirn sepak
bola. Pernelonco bertindak atas narna suatu kelornpok clan biasanya tidak
berrnaksud rnelukai atau rnendapatkan status pribadi atau suatu barang dari
yang diplonco. Para pernelonco itu bertindak rnelanjutkan tradisi dan
rneles:arikan hierarki.
2.2.2 Jenis-jenis Bullying
Jenis bullying rnenurut Randall, P (1997) adalah:
1. Bullying yang bersifat fisik, seperti: rnenjarnbak, rnernukul, rnenendang,
rnengunci karnar, rnendorong, rnencakar, rneludahi dan berbagai
serangan fisik lainnya. Terrnasukjuga diantaranya rnerusak barang orang
lain.
2. Bullying yang bersifat nonfisik/psikologis
Dapat bersifat verbal maupun nonverbal
• Bullying yang bersifat verbal, misalnya: telepon ancaman, meminta
uang atau barang dengan paksaan (memalak), intimidasi, memberi
julukan yang tidak pantas, mengolok-olok ras, pelecehan seksual
secara verbal, mempermalukan, menyebarkan isu tidak benar.
• Bullying yang bersifat nonverbal terbagi lagi menjadi dua, yakni:
langsung dan tidak langsung. Yang langsung mencakup mimic muka
yang jahat dan gerak tubuh yang kasar. Yang tidak langsung
mencakup manipulasi dan meruntuhkan pertemanan, mengisolasi atau
tidak mengikutsertakan seseorangan, dan mengirimkan catatan yang
menjelek-jelekan.
Bullying dapat dilakukan dalam salah satu bentuk bentuk cli atas atau
kombinasi dari beberapa bentuk perilaku bullying. Pelaku bullying umumnya
adalah seseorang yang berfisik besar dan kuat, namun bulkan tidak mungkin
pelaku bullying adalah seseorang yang memiliki tubuh yang kecil atau
sedang namun rnemiliki dominasi psikologis yang besar di kalangan teman
temannya (SEJIWA, 2008).
Menurut Randall, P (1997) pada umumnya anak laki-laki lebih sering
melakukan bullying. Hal tersebut dikarenakan hubungan pertemanan di
antara sesama laki-laki lebih keras, lebih kuat, dan lebih a9resif daripada
hubungan pertemanan sesama perempuan. Selain itu, laki-laki lebih sering
menggunakan perilaku bullying aktif seperti menyerang korban daripada
perilaku bullying pasif seperti memperlihatkan mimik muka yang jahat.
2.2.3 Tempat Terjadinya Bullying
Penelitian mengenai sekolah sebagai salah satu tempat terjadinya perilaku
bullying pernah dilakukan oleh Olweus (1993) dimana menurutnya sekolah
tanpa diragukan lagi merupakan tempat yang paling banyak timbulnya
perilaku bullying dan perilaku ini banyak terjadi di antara murid di sekolah
yang besar dan kelas yang besar
Rigby dalam Sullivan (2000) memperkirakan ada empat tempat utama
dimana sering terjadinya bullying, yaitu di halaman sekolah, di dalam kelas,
dalam perjalanan pulang dari sekolah, serta dalam perjalanan menuju ke
sekolah.
2.2.4 Tipe Pelaku Bullying
Stephenson dan Smith dalam Sullivan (2000) mengatakan bahwa ada tiga
tipe pelaku bullying, yaitu:
1. Pelaku dengan tipe percaya diri. Memiliki karakteristik s1:ibagai berikut:
secara fisik kuat, menikmati agresivitas, merasa aman dan biasanya
populer.
2. Pelaku dengan tipe pencemas. Memiliki karakteristik sebagai berikut:
secara akademik lemah, lemah dalam berkonsentrasi, kurang populer dan
kurang merasa aman.
3. Pelaku/korban. Memilki karakteristik sebagai berikut: seseorang yang
terkadang menjadi pelaku, terkadang menjadi korban, tergantung situasi.
Pada umumnya motif utama yang biasanya ditenggarai terdapat pada pelaku
Bully adalah adanya agresifitas. Namun selain itu, ada motif lain yang
mungkin juga dimiliki oleh pelaku bullying, yaitu adanya rasa rendah diri dan
kecemasan. Bullying menjadi bentuk pertahanan diri (defence mechanism)
yang digunakan pelaku untuk menutupi perasaan rendah cliri dan
kecemasannya tersebut (Siti Azzahra, 2008).
2.2.5 Tipe Korban Bullying
Stephenson, Smith dan Olweus dalam Sullivan (2000), membagi tipe korban
bullying menjadi tiga:
1. Korban dengan tipe pasif. Memiliki karakteristik sebagai berikut:
pencemas, memiliki self esteem yang rendah, secara fis;ik lemah dan tidak
popular. Mereka tidak melakukan apa-apa untuk mengantisipasi tindakan
bullying dan mereka juga tidak bisa melawan ketika peristiwa itu terjadi.
2. Korban dengan tipe provokatif. Memiliki karakteristik sebagai berikut:
secara fisik lebih kuat daripada korban dengan tipe pasif, memiliki masalah
dengan kemampuan konsentrasi, memicu amarah atau lketidaksukaan dari
orang-orang sekeliling mereka sehingga memungkinkan terjadinya tindak
bullying pada mereka.
3. Korban/pelaku. Memiliki karakteristik sebagai berikut: Peirry dalam
Sumarhudoyo (2004), menemukan bahwa banyak dari k:orban bullying
menjadi sangat agresif memprovokasi anak-anak lain, rnenjadi korban di
satu pihak, tetapi juga melampiaskan amarahnya terhadap murid lain yang
lebih lemah.
2.2.6 Dampak Bullying Terhadap Korban
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa korban bullying akan
cenderung mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi
kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological well-being),
penyesuaian sosial yang buruk, gangguan psikologis, dan kesehatan yang
memburuk. Korbar. bullying juga bisa mengalami penyesuaian sosial yang
buruk sehingga ia terlihat seperti membenci lingkungan sosialnya, enggan ke
sekolah, selalu merasa kesepian, dan sering membolos sekolah. Apabila kita
melihat lebih jauh lagi maka korban bullying juga dapat memancing timbulnya
gangguan psikologis rasa cemas berlebihan, selalu meras;3 takut, depresi,
ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post
traumatic stress disorder) (Andreas. 2007).
Bullying bisa berdarnpak pada terharnbatnya seorang anak untuk
rnengaktualisasi diri. Karena agar seorang anak rnarnpu rnengaktualisasi
dirinya, ia rnernerlukan suasana yang rnernberikan rasa aman, dan rnarnpu
rnernberikan garnbaran diri yang yang positif baik di sekolah rnaupun
dirurnah. Hal tersebut sulit didapatkan jika anak rnenjadi korban bullying,
karena bullying tidak rnernberi rasa arnan dan nyarnan, rnernbuat para korban
bullying rnerasa takut dan terintirnidisai, rendah diri dan sulit untuk
berkornunikasi (SEJIWA, 2008).
Bullying berdarnpak rnenurunkan tes kecerdasan dan kern<arnpuan analisis
siswa yang rnenjadi korban, bahkan sarnpai berusaha bunuh diri. Bullying
juga berhubungan dengan rneningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan
nilai-nilai akadernik. Pelaku bullying berpotensi turnbuh sebagai pelaku
krirninal dibanding yang tidak rnelakukan bullying ( Seminar tentang Bullying,
2007).
Secara ernosional, darnpak bullying yang terjadi pada diri fcorban adalah
tirnbul ketakutan, rnarah, rnalu, depresi, tidak berdaya, sakit, sedih, bodoh,
jelek, dan tidak berguna. Sedangkan secara fisik, dampak bullying yang
sering terjadi adalah patah tulang, gigi, kerusakan pada rnata dan bahkan
kerusakan otak secara perrnanen (Sullivan, 2000).
2.2.7 Bullying Dalam Perspektif Islam
Beberapa waktu yang lalu masyarakat kita pernah dikejutkan dengan berita
kematian seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi. Kematian tersebut
disebabkan oleh kekerasan yang dilakukan oleh seniornya dengaP dalih cara
untuk pendisiplinan mahasiswa. Sesungguhnya penggunaan kekerasan
dalam membangun kedisiplinan hanya akan melahirkan sikap disiplin yang
rapuh dan semu. Kekerasan tidak akan mernbuat seseorang rnenyadari
bahwa kebaikan adalah kebaikan. Narnun kekerasan itu aclalah rnenciptakan
lingkaran kekerasan tiada henti. Berdasarkan kasus diatas jelas kekerasan
bukanlah jalan keluar dalam menyelesaikan rnasalah, hal i11i juga dipertegas
dalarn firrnan Allah:
Artinya: "Seru/ah (manusia) kepada jalan Tuhanmu demgan hikmah dan
pe/ajaran yang baik dan bantah/ah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dia/ah yang Jebih mengetahui l'entang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dia/ah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk". (An-Nahl: 125).
Kejadian diatas juga mencerminkan kurang terbangunnya rasa persaudaraan
diantara sesama. Dan hal tersebut tidak sesuai dengan fim1an Allah yang
berbunyi:
Artinya: "Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Al!ah, supaya kamu mendapat rahmaf'. (Al-Hujurat: 10)
Masih terkait dengan kepemimpinan atau pendisiplinan melalui kekerasan
yang dilakukan mahasiswa pada kasus diatas, hal tersebut juga sangatlah
bertolak belakang dengan kepemimpinan yang dilakukan Nabi Muhammad
terhadap para Sahabat-sahabatnya. Sesuatu yang patut kita jadikan teladan
betapa kedisiplinan sahabat-sahabat mencerminkan suatu proses
kepemimpinan Nabi yang sangat mengesankan. Sepanja11;;1 kehidupannya
Nabi tidak pemah memberikan hukuman fisik, apalagi pemukulan kepada
para Sahabat. Penggalan dari potret kepemimpinan beliau dapat kita lihat
dari kebijakan yang diambil dalam merespon ketidak-taatan sebagian
pasukan Islam dalam perang Uhud. Namun, Nabi Muhammad tidak
memberikan hul<uman yang tidal< manusiawi. Beliau hanya menegur dan
menyadarkan mereka, betapa ketidakdisiplinan akan senantiasa melahirkan
kerugian dan kerusakan bagi mereka sendiri.
Dalarr. surat Ali imran ayat 159 Allah berfirman
Artinya: "Maka alas rahmat allah-/ah kamu (Muhammad) berlaku lemah
lembut kepada mereka (umat Islam) sekiranya Engkau be11aku kasar dan
keras hati kepada mereka, nisc13ya mereka akan berpaling darimu ... "
Ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa l:;lam lebih
menyukai pembinaan atau pendidikan dengan cara yang santun. Kekerasan
yang dilakukan mahasiswa pada kasus di atas termasuk dalam perilaku
bullying. Dalam hal ini Islam pun tidak membenarkan adanya perilaku
bullying. Karena perilaku bullying tersebut membawa banyak dampak bagi
pelaku juga korbannya dan karena hal tersebut tidak sesuai dengan perintah
Allah SWT.
2.2.8 Penelitian Terdahulu
Terkait dengan hal ini, sudah banyak penelitian mengenai peran bimbingan
dan konseling dalam mengatasi permasalahan siswa dan hal tersebut sangat
menarik untuk diteliti, ini terbukti dari beberapa mahasiswa yang telah
melakukan penelitian tersebut. Diantaranya Mulyani (2005·) menyatakan
bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa guru bimbingan dan
konseling mempunyai peran dalam penanggulangan kenakalan remaja di
SMA Purnama Jakarta. lni berarti bimbingan konseling merupakan suatu
kegiatan untuk memberikan bantuan pada siswa dalam memanggulangi
kenakalan siswa, sehingga siswa tidak melakukan perilaku negatif
Begitu juga dengan Multazamah (2006) ia meneliti tentang peran bimbingan
dan konseling terhadap prestasi belajar siswa pada MAN a Jakarta Timur,
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan adanya pelaksanaan
bimbingan dan konseling di MAN 8 dianggap cukup membantu prestasi
siswa. Hal tersebut terbukti setelah diberikan bimbingan, prestasi belajar
siswa relative meningkat dari sebelumnya.
Selain penelitian mengenai peran bimbingan dan konseling1, ada juga
penelitian mengenai bullying. Diantaranya Bunyana (2007) menyatakan hasil
penelitiannya yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self
esteem dengan kecenderungan berperilaku bullying. Hasil ini menunjukkan
pada kita bahwa sifat-sifat kepribadian seperti harga diri temyata
mempengaruhi perilaku kekerasan pada siswa.
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, dapat kita simpulli<an bahwa
bimbingan dan konseling sangatlah berperan dalam mengatasi permasalah
permasalahan yang sering ditemui dalam dunia pendidikan. Atas dasar itu
pula peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai
bagaimana peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku
bullying siswa.
2.3 Kerangka Berpikir
"Sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan
yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok". ltulah yang clisebut dengan
perilaku bullying (SEJIWA, 2008). Perilaku bullying yang teirjadi di sekolah
merupakan masalah penting yang harus segera diatasi, kc:irena bullying
membawa banyak dampak negatif terhadap siswa itu sencliri maupun
lingkungannya. Salah satu dampak tersebut dapat termanifestasi dalam
bentuk timbulnya kecemasan, rasa minder, malu, perilaku agresif atau
bahkan percobaan bunuh diri bagi anak yang menjadi korban bullying.
Untuk mencegah dampak negatif yang mungkin timbul karena perilaku
bullying yang dilakukan oleh peserta didik, maka para pendidik (orang tua,
guru, dan guru pembimbing) harus waspada terhadap gejala-gejala perilaku
bullying yang mungkin dilakukan siswa, dengan cara menc:egah (preventif)
supaya jangan sampai terjadi perilaku bullying dikalangan siswa. Dan apabila
hal itu sudah terjadi segeralah diberikan penanganan supaya perilaku
bullying yang terjadi tidak berlarut-larut.
Perilaku bullying tidak mungkin dapat terselesaikan oleh guru mata pelajaran
atau wali kelas saja, oleh karena itu bantuan dari lmnselor sekolah juga
diperlukan, salah satunya dengan memberikan bimbingan, Frak W. Miller
menyatakan "bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk
mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibul'uhkan bagi
penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, k1>/uarga dan
masyarakat" (Sofyan S Willis, 2004). Namun hal tersebut tidak akan dapat
be~alan dengan dengan baik tar.pa adanya dukungan dari1 berbagai pihak
baik Kepala Sekolah, Wali Kelas dan orang tua siswa itu sendiri.
Dengan adanya konselor di setiap sekolah, diharapkan rnarnpu rnernberikan
layanan baik yang bersifat preventif dan kuratif bagi anak-anak yang
rnengalarni rnasalah di sekolah atau teridentifikasi oleh konselor sekolah
rnelakukan bullyinc. Banyak sekali kegiatan positif yang d;apat dilakukan
dibawah pengawasan konselor sekolah seperti bimbingan belajar, birnbingan
kelornpok, konseling kelornpok atau bila diperlukan konselor sekolah bisa
berkunjung ke rurnah siswa untuk lebih rnengetahui kegiatan siswa di luar
sekolah.
Gambar2.1
Bagan Kerangka Berpikir
BK ~ I Fungsi BK I
/ ~'. rnaksirnal I Kurang rnaksirnal J
Perilaku bullying rend ah
L Perilaku bullying
tinqqi
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan tentang jenis penelitian yang meliputi
pendekatan penelitian dan metode penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini.
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah bentuk penelitian yang penyajian
hasil datanya dalam bentuk deskripfsi dengan menggunakan angka-angka
statistik. Menurut Rony Kountur (2004) "Penelitian deskripsi adalah jenis
penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan
sejemih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti".
Adapaun alasan penulis menggunakan pendekatan ini adalah agar
memperoleh gambaran umum yang lebih objektif dan lebih terukur yang
diperoleh dari penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif, dimana data dan
hasilnya diolah dan disajikan dalam bentuk angka-angka dan mengeksplorasi
gambaran dari sampel penelitian mengenai peran bimbingan dan konseling
dalam mengatasi perilaku bullying.
.----~
3.1.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut
Travers dalam Sevilla (1993) tujuan utama dalam metode cleskriptif adalah
untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada
saat penelitian dilakukan, clan memeriksa sebab-sebab clari suatu gejala
tertentu.
3.1.3 Definisi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Definisi variabel bimbingan aclalah proses bantuan terhaclap inclividu untuk
mencapai pemahaman cliri clan pengarahan diri yang clibutuhkan bagi
penyesuaian cliri secara baik clan maksimum di sekolah, ke1luarga dan
masyarakat
Definisi variabel konseling aclalah pemberian bantuan clari konselor kepada
konseli seclemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan cliri
sencliri meningkat clalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan
Devinisi variabel: bullying aclalah perilaku agresif yang clisemgaja clan
berulang untuk menyerang target atau korban, yang secara khusus aclalah
seseorang yang lemah, mudah cliejek clan ticlak bisa membela cliri.
Definisi operasional: Peran bimbingan clan konseling cliketahui clari klasifikasi
jawaban pacla hasil penyebaran angket kepacla siswa/siswi yang tercliri clari
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepacla hal-hal yaing berhubungan
clengan pelaksanaan, pelayanan clan jenis bimbingan yan~1 cliberikan
konselor sekolah dalam mengatasi perilaku bullying, khususnya yang bersifat
preventif dan kuratif.
Definisi operasional: Perilaku bullying diketahui dari klasifikasi jawaban pada
hasil penyebaran angket tentang gambaran perilaku bullying yang terjadi di
SMA Al-lzhar Pondok Labu. Perilaku bullying yang dimaksud mencakup
kekerasan fisik, verbal dan psikologis.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap, yang akan diteliti (dalam Hasan,
2002). Sedangkan Kerlinger dalam Sevilla (1993) mendefinisikan populasi
sebagai keseluruhan anggota, kejadian atau objek-objek yang telah
ditetapkan dengan baik. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa atau siswi
kelas II SMA Al lzhar Pondok Labu yang berjumlah 128 siswa.
Alasan peneliti memilih siswa kelas II karena siswa kelas Ill sudah satu tahun
lebih di SMA Al-lzhar sehingga siswa tersebut mengetahui dan merasakan
pelaksanaan bimbingan dan konseling khususnya dalam mengatasi perilaku
bullying.
3.2.2 Sampel
Untuk data penelitian ini, peneliti hanya akan mengambil sHbagian jumlah
dari populasi yang ada, yaitu yang disebut dengan sampel. Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi y2ng diteliti, dengan maksud untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian dari sampel.
Menurut Suharsimi Arikunto (1998) pengambilan subjek tergantung setidak
tidaknya dilihat dari beberapa faktor seperi : kemampuan peneliti dilihat dari
keterbatasan waktu, tenaga dan dana; sempit luasnya wilayah pengamatan
dari setiap subjek; dan besar kecilnya resilm yang ditanggung oleh peneliti.
Dalam mengambil sampel penelitian, penulis mengacu pad.a pendapat yang
dikemukakan oleh Gay dalam Consuelo G. Sevilla (1993), yang berpendapat
bahwa dalam penelitian deskriptif, sampel yang digunakan sebanyak 10%
dari populasi dan untuk populasi sangat kecil pada penel;tian deskriptif
diperlukan minimum 20% dari populasi. Sedangkan dalam penelitian ini
penulis menggunakan 50% dari populasi yang berjumlah 128,. Sehingga
didapat sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 siswa.
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik Simple Random Sampling. Menurut Weirsma dalam Consuelo G.
Sevilla (1993) Simple Random Sampling adalah suatu metode pemilihan
ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya
y3ng diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama.
Cara pengambilan sampel dilakukan melalui undian yakni pada kertas kecil
kecil peneliti menuliskan nomor subjek pada satu l<ertas hingga mencapai
jumlah populasi yaitu 128. Kemudian tiap kertas tersebut digulung dan
kemudian secara acak peneliti mengambil gulungan kertas tersebut sampai
mencukupi jumlah sampel yaitu 64. Nomor-nomor yang te1tera pada
gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subjek sampel
penelitia n.
3.3 Teknik dan lnstrumen Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sehingga instrumen yang akan
digunakan adalah kuesioner dan wawancara untuk mengumpulkan data.
3.3.1 Kuesioner
lnstrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini berbentuk
angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
fO
arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi,
2006).
Dalam hal ini kuesioner yang disebar bertujuan untuk men9etahui bagaimana
peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying.
Dipandang dari cara menjawabnya kuesioner penelitian ini menggunakan
gabungan bentuk kuesioner terbuka dan tertutup, yaitu kuesioner yang
member kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya
sendiri, tapi juga menyediakan jawaban sehingga respond13n tinggal
memilihnya.
3.3.2 Wawancara
Wawancara ini dilakukan peneliti kepada guru bimbingan konseling (konselor
sekolah), dan responden sebanyak 3 orang yaitu, responden yang penulis
wawancara adalah mereka yang terjaring dalam angket penelitian melakukan
tindakan yang termasuk bullying. wawancara dilakukan dcingan maksud
menggali lebih dalam lagi hasil yang diperoleh dari angket penelitian. Dan
wawancara tersebut dilakukan oleh peneliti setelah kuesioiner disebarkan dan
diisi oleh subjek dengan tujuan untuk melengkapi dan menyempurnakan hasil
penelitian.
3.4 Teknik Penyusunan Angket
Penelitian ini bertujuan mengungkap peran bimbingan dan konseling secara
preventif dan kuratif dalam mengatasi perilaku bullying, maka angket yang
penulis susun didasarkan pada pola umum bimbingan dan konseling di
sekolah atau dikenal dengan "bimbingan dan konseling pola 17". Disebut 17
karena didalamnya terdapat 17 butir pokok yang sangat perlu diperhatikan
dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah. Pola umum
bimbingan dan konseling meliputi keseluruhan kegiatan bimbingan dan
konseling yang mencakup bidang-bidang bimbingan, jenis-jenis layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
Pola umum bimbingan dan konseling tersebut memiliki fungsi yang berbeda
beda, berikut ini penulis mengelompokkan apa saja dari bidang bimbingan,
jenis layanan serta kegiatan pendukung dari bimbingan dan konseling yang
termasuk dalam fungsi preventif dan kuratif.
Kegiatan bimbingan dan konseling yang memiliki fungsi preventif adalah
layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan atau penyaluran,
layanan pembelajran serta empat bidang bimbingan yaitu bidang pribadi,
sosial, belajar dan karier. Sedangkan yang memiliki fungsi kuratif adalah
layanan konseling individu, layanan konseling kelompok. Konferensi kasus,
kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.
Kegiatan bimbingan dan konseling yang memiliki fungsi preventif dan kuratif
tersebut menjadi dasar penulis dalam menyusun indikator dalam angket
penelitian ini. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran p1:irilaku bullying
siswa, penulis membuat indikator berdasarkan indikator jenis bullying yang
dikemukakan oleh Randall, ia membagi jenis bullying yaitu: bullying fisik,
verbal/psikologis serta gabungan antara fisik dan psikologis.
Ketika angket penelitian ini sudah selesai disusun, langkah selanjutnya
adalah uji coba instrumen. Namun sebelum angket penelitian di uji cobakan,
dilakukan pemeriksaan tiap item pertanyaan dalam angket oleh ahli, yang
dalam hal ini adalah konselor SMA Al-lzhar sendiri. Hal ini dilakukan untuk
menghindari bias. Hasil koreksian angket oleh konselor adalah sebag.:ii
berikut:
1. Salah satu tujuan dari bimbingan dan konseling adalah membantu
individu untuk memecahkan masalahnya namun melalui usahanya
sendiri. Jadi aitem nomor 5 tidak sesuia karena pada d:asarnya yang
menyelesaikan masalah siswa itu sendiri, guru BK hanya membantu
mengarahkan saja.
,.,,
2. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling seperti alih tangan kasus
dan kunjungan rumah (pada item nomor 15 dan 16) kurang sesuai jika
ditanyakan oleh siswa karena kegiatan tersebut bersifat tertutup, sehingga
hanya ak2!1 diketahui oleh siswa dan orang tua dari siswa yang
bersangkutan. Karena aitem 15 dan 16 tidak dicantumk:an dalam angket
pertanyaan. Maka penulis mengajukan pertanyaan tersebut pada konselor
dalam wawancara.
Tabel 3.1
Kisi-kisi instrumen penelitian
~o Aspek lndikator Jumlah Nomor Item Item
1. peran BK • Mengetahui jenis-jenis permasalahan 1 1 dalam siswa mengatasi • Tanggapan siswa tentang kehadiran BK 1 2 perilaku • Menerima konsultasi masalah 1 3 bullying • Manfaat BK bagi siswa 1 4 (preventif) • kualitas pelayanan BK I 5
• memberikan informasi mengenai bullyin!~ 1 6 dan cara pencegahannya
• memanggil nara sumber untuk 1 7 menjelaskan bahaya atau dampak bullying
• orientasi tata tertib sekolah beserta 1 8 sanksi bagi yang melanggar
• memberikan bimbingan mengenai etika 1 9 bergaul
2. Peran BK • lntensitas pelayanan BK 1 10 dalam • pengadaan sanksi bullying 1 11 mengatasi • memberikan konseling kelompok 1 12 perilaku • memberikan konseling individu l 13 bullying • menerima saran dari siswa 2 14, 15 (kuratif)
3. Perilaku Bullying Fisik bullying • Menampar, menjambak, menendang, 5 16, 17,
menendang 18, 19, Bullying Verbal/Psikologis 20 • Verbal, mencakup memalak, menjuluki,
mempermalukan 4 21, 22, • Nonverbal, terbagi dua yakni langsung 23,24
dan tidak langsung. Yang langsung meliputi: mimik muka jahat dan gerak tubuh yang kasar. Yang tidak langsung 2 25,26 meliputi: intimidasi, mengirim catatan yang menjelek-jelekan
• Bersifat fisik dan psikologis 1 27
3.4.1 Uji lnstrumen Penelitian (Try Out)
Uji instrumen pada penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 2 SMK lslamiyah
Ciputat tanggal 7 November 2008 dengan jumlah responden 40 siswa. Uji
coba dilakukan dengan tujuan:
a. Untuk mengetahui tingkat kepahaman instrumen, apakah responden tidak
menemui kesulitan dalam menangkap maksud peneliti.
b. Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh responden dalam
mengisi angket.
c. Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera di dallam angket sudah
memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan.
Setelah dilakukan uji coba, diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
menemukan kesulitan dalam menangkap maksud dari item-item pertanyaan.
pada saat uji coba, diketahui waktu yang dibutuhkan oleh 1·esponden dalam
menyelesaikan angket adalah antara 10-20 menit. Namun kebanyakan
responden menyelesaikan angket tersebut dengan waktu 15 menit.
3.5 Teknik Analisa Data
Untuk mengolah data dalam penelitian ini, penulis melakul<an langl<ah
langkah analisa sebagai berikut:
1. Editing: Pada tahap ini, peneliti memeriksa satu persatu angket yang telah
diisi dan dikembalikan oleh responden. Sehingga apabilia ada kekeliruan
dalam pengisian angket tersebut, maka peneliti dapat mengetahuinya dan
bisa meminta responden untuk melengkapinya.
2. Tabulating: Pada kedua ini, setelah melakukan pengumpulan data; maka
selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisa secara deskriptif analisis
dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi.
P= J_ x 100%
N
Keterangan:
P= Angka Persentasi
f= Frekuensi yang diperoleh dari jawaban responden
N= Number Of Cases (jumlah banyaknya responden)
100%= bilangan tetap
Setelah peneliti melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus
persentase, maka kemudian peneliti mengklasifikasikan hasil perhitungan
tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:
a. 100% = seluruhnya
b. 90 - 99%= hampir seluruhnya
c. 60 - 89%= sebagian besar
d. 51 - 59%= lebih dari setengahnya
e. 50%= setengahnya
f. 40 - 49%= harnpir setengahnya
g.1 O - 39%= sebagian kecil
h.1 - 9%= sedikit sekali
i. 0%= tidak sarna sekali
3.6 Prosedur Penelitian
Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam ernpat tahapan, yaitu:
1. Tahap persiapan
Dirnulai dengan perurnuskan rnasalah rnenentukan vari1abel yang akan
diteliti, rnelakukan studi pustaka untuk rnendapatkan garnbaran dan
landasan teori yang tepat, Menentukan lokasi penelitian, rnernbuat item
itern penelitian dan rnengkonsultasikan pada dosen pernbirnbing,
Melakukan uji coba (try out) kernudian rnelakul<an penEilitian pada 64
siswa.
2. Tahap Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMA Al-lzhar pada tanggal 10 -12
November 2008, dengan rnenyebarkan angket kepada responden yang
berjurnlah 64 siswa.
3. Pengolahan Data
Melakukan skoring pada angket yang telah diisi oleh responden
penelitian. Menghitung dan membuat tabulasi data yan9 telah diperoleh,
kemudian membuat tabel data, melakukan analisa data, kemudian
merumuskan kesimpulan hasil penelitian.
BAB4
PRESENTASI DAN ANALISA DATA
4.1 Gambaran Umum Subjek
Gambaran umum tentang responden penelitian akan diuraikan secara rinci di
bawah ini, yang berupa garnbaran umum frekuensi dari jenis kelarnin, usia
dan asal sekolah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel
sebanyak 64 siswa dari populasi sebanyak 128 siswa di SMA Al-lzhar
Pondok Labu
Tabel 4.1 Garnbaran umum subjek
berdasarkan jenis kelamin, usia dan asal sekolah
Latar Belakang Frekuensi Persentase
(100%)
Laki-laki 44 69%
Jenis kelamin Perempuan 20 31%
Jumlah 64 100%
15 tahun 4 6%
16 tahun 56 88%
Usia 17 tahun 4 6%
Jumlah 64 100%
Al-lzhar 44 69%
Asal sekolah Non Al-lzhar 20 31%
Jumlah 64 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalarn penelitian ini
berdasarkan jenis kelamin, terdiri dari 20 atau 31% perempuan dan 44 atau
69% laki-laki. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini berdasarkan usia, terdiri dari 4 atau 6% siswa yang beroJsia 15
tahun, 56 atau 88% siswa berusia 16 tahun dan 4 atau 6% siswa yang
berusia 17 tahun. Sedangkan responden penelitian berdasarkan asal sekolah
diketahui, siswa yang berasal dari SMP Al-lzhar sebanyak 44 siswa atau 69%
dan yang bukan berasal dari Al-lzhar adalah 20 siswa atau 31%.
4.2 Deskripsi Data
Pada bagian ini, penulis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang telah disebutkan dalam bab 1, yaitu sebagai berikut:
a. Apa peran bimbingan dan konseling yang bersifat preventif dalam
mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu?
Peran bimbingan dan konseling yang dimaksud disini adalah bagian utama
dari tugas yang harus dilaksanakan oleh konselor dalam melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yakni sebagai pembimbing,
penunjuk, pengantisipasi masalah (preventif) serta pemecah masalah
(kuratif).
Fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat preventif adalah fungsi
bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau
terhindarnya peserta didik dari berbagai perrnasalahan (da1larn hal ini
rnasalah mengenai bullying) yang rnur.gkin tirnbul yang akan dapat
rnengganggu, rnengharnbat ataupun rnenirnbulkan kesulitan, kerugian-
kerugian tertentu dalarn proses perkernbangannya. Terkait dengan penelitian
ini, birnbingan dan konseling yang ada diharapkan rnarnpu melakukan upaya-
upaya pencegahan pada peserta didik agar rnereka tidak terhindar dari
rnasalah bullying, baik sebagai korban atau sebagai pelakiu.
Dalarn hal ini, peran preventif bimbingan dan konseling SMA Al-lzhar da!arn
rnengatasi perilaku bullying siswa diketahui rnelalui beberapa aitern
pertanyaan dalarn angket, yaitu pada nornor 1-9.
Tabel 1 Jenis-jenis masalah yang sering dialami :siswa
Pilihan jawaban Frekuensi Perscntase (%)
Masalah belajar 39 61%
Masalah karir 1 1%
Masalah sosial 7 11%
Masalah pribadi 17 27%
Jurnlah 64 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jenis permasalahan yang
dialami siswa sangat beragam. Mulai dari masalah belajar, karir, sosial, dan
pribadi. Mengingat beragamnya permasalahan yang dialarni siswa. Hal
tersebut menunjukkan bahwa keberadaan program layanan bimbingan dan
konseling sangat diperlukan oleh seluruh siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu.
Selain itu, berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa, sebagian besar
responden yaitu dengan prosentase sebesar 61% menjawab "masalah
belajar" adalah masalah yang paling sering mereka hadapi. Rendahnyan
motivasi belajar, perbedaan gaya belajar tiap anal<, serta kurangnya minat
seseorang dalam belajar dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan
belajar. Disinilah peran BK dibutuhkan, yakni sebagai pernbimbing,
penunjuk, pengantisipasi masalah serta pemecah masalah. Dalam hal ini
guru BK diharapkan dapat memberikan bimbingan dan arahan pada siswa
yang mengalami kesulitan belajar tersebut.
Dari beberapa responden yang penulis wawancarai diketa1hui bahwa,
masalah yang sering mereka alami adalah masalah belajar, diantaranya
adalah sulit konsentrasi saat belajar IPA, mengalami kesulitan dalam
memahami soal ujian, tidak bisa membagi waktu belajar. F~esponden yang
penulis wawancarai mengatakan bahwa guru BK di sekolah mereka
mengetahui permasalahan para siswanya terutama masalah dalam hal
akademik, oleh karena itu mereka selalu diingatkan untuk remedial jika
diketahui ada siswa yang memiliki masalah belajar.
Ditengah beragamnya jenis kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, hal
tersebut merupakan tantangan sekaligus tanggung jawab 1~uru BK dan guru
mata pelajaran yang bersangkutan untuk membantu, membimbingan dan
mengarahkan siswa agar keluar dari kesulitannya.
Tabel2 Orang yang dipilih siswa untuk berbagi, ketika mereka memiliki masalah
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Guru BK " "
T eman/sahabat 40 62%
Orang tua 12 19%
Lain-lain 12 19%
Jumlah 64 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa "sebagian besar" siswa memilih teman
untuk dijadikan tempat berbagi saat siswa memiliki masalah. lni terlihat dari
jumlah responden yang berjumlah 40 atau dengan prosentase sebesar 62%
memilih teman/sahabat. Selain itu, 12 orang siswa atau dengan prosentase
19% memilih lain-lain, yaitu mereka yang memilih pacar, cliri sendiri atau
gabungan antara orang tua dan teman sebagai tempat berbagi saat mereka
memiliki masalah.
Hal ini wajar karena, para siswa saat ini berada pada tahap perkembangan
yaitu remaja. Pada tahap ini hubungan anak dan orang tua mencapai titik
terendah dan digantikan oleh posisi teman sebaya yang lebih dominan, hal ini
menyebakan para siswa merasa tidak canggung lagi dan nyaman apabila
konsultasi dengan teman, sehingga menyebabkan jarang dari siswa yang
langsung konsultasi dengan guru BK.
Walaupun hasil tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada satupun siswa
yang memilih guru BK, bukan berarti tidak ada peran guru BK disini karena
berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa guru BK membentuk peer
counseling, yaitu para siswa yang dibentuk oleh guru BK clengan tujuan
membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan di bidang akademik
maupun sosial. Hal ini karena saat usia remaja, para siswa lebih nyaman
berkonsultasi dengan teman sebayanya, seperti curhat. W'alau tidak bersifat
resmi, namun curhat tersebut harus dilakukan secara prof1esional dan
memperhatikan teknik-teknik konseling yang benar, salah satunya menjaga
kerahasiaan serta memberi solusi yang tepat .
Tabel3
Siswa melakukan konsultasi masalah pada !JUru BK
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 34 53%
Tidak pernah 30 47%
Jumlah 64 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa, lebih dari setengah responden atau
sebanyak 34 siswa atau dengan persentase 53% menjawab pernah
melakukan konsultasi atau menyampaikan masalah meref\a pada guru BK.
Sedangkan hampir sebagian lainnya yaitu, 30 siswa atau dengan persentase
47% menjawab tidak pernah melakukan konsultasi pada guru BK. Terkait
dengan hasil tabel sebelumnya (tabel 4), masih kurangnya kesadaran para
siswa untuk memamfaatkan layanan BK, disebabkan karena mereka merasa
tidak senyaman jika bercerita dengan teman atau sahabat sendiri.
Dalam hal ini sosialisasi tentang pelayanan BK khususnya konsultasi
masalah perlu dilakukan agar semua siswa dapat memahami dan
memanfaatkan bahwa layanan bimbingan dan konseling tidak hanya
diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah saja. Selain itu, berdasarkan
wawancara dengan konselor, diketahui bahwa ada beberapa siswa yang
memang datang dengan kesadaran sendiri untuk konsultasi masalahnya,
namun ada juga siswa yang memang sengaja dipanggil untuk menemui
konselor, biasanya karena siswa tersebut memiliki masalah yang harus
diselesaikan.
Tabel4 Manfaat yang didapatkan siswa dari pelaksanaan program BK di
sekolah
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Mampu memecahkan masalah 34 53%
dengan baik dan bijak
Mampu memahami diri sendiri 9 14%
Mampu memahami lingkungan 10 16%
Tidak bermanfaat 11 17%
Jumlah 64 100%
Pada tabel di atas diperoleh data bahwa manfaat dari pelaksanaan program
BK di sekolah adalah 53% siswa menjawab "mampu memecahkan masalah
dengan baik dan bijak", sekitar 14% siswa menjawab "marnpu memahami diri
sendiri" dan 16% siswa menjawab "mampu memahami lin1~kungan". Selain
itu, ada sekitar 17% siswa yang menjawab "tidak bermanfaat". Manfaat dari
pelaksanaan bimbingan dan konseling dirasakan sangat bervariatif oleh
masing-masing siswa tergantung dari hasil bimbingan tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan siswa diketahui bahwa, manfaat lain yang
sangat dirasakan siswa adalah dengan adanya guru BK mereka sangat
terbantu dalam hal menentukan jurusan yang tepat sesuai dengan bakat dan
minat mereka. Selain itu, siswa juga merasa guru BK selalu mendukung dan
membantu para siswa yang ingin mengadakan acara sekolah.
Tabel5 Kualitas pelayanan BK di sekolah menurut para siswa
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Puas 47 73%
Tidak puas 17 27%
Jumlah 64 100%
Pada tabel di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar siswa merasa puas
dengan pelayanan BK di sekolahnya. Hal tersebut terlihat dari jumlah
responden yang menjawab "puas" dengan persentase sebesar 73%. Selain
itu, beberapa siswa memberi alasan mengapa mereka puas dengan
pelayanan BK yang ada, yaitu karena guru BK selalu membantu
mengarahkan siswa agar menemukan jalan keluar yang tmbaik bagi masalah
mereka, sisw.J juga merasa bahwa guru Bk dapat dijadikan teman bicara
yang asyik seperti layaknya sahabat.
Namun, masih ada sebagian kecil dari responden yang m1:mjawab "tidak
puas" yaitu dengan prosentase sebesar 27%. Beberapa alasan siswa yang
merasa tidak puas dengan pelayanan BK yaitu karena mereka merasa guru
BK pilih kasih terhadap siswa dan guru BK terlalu membesar-besarkan
masalah. Beragamnya alasan para siswa mengapa puas dan tidak puas
dengan pelayanan BK yang ada, hal tersebut merupakan rnasukan yang
sangat berharga bagi guru BK untuk memperbaiki lagi layanan yang ada.
Tabel6 Pemberian informasi kepada para siswa mengenai bullying serta
bahaya-bahayanya
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 62 97%
Tidak pernah 2 3%
Jumlah 64 100%
Suatu hal yang sangat memperihatinkan ditengah maraknya kasus bullying
yang terjadi saat ini masih banyak siswa yang tidak mengetahui apa yang
dimaksud bullying serta bahaya yang dapat ditimbulkan, bahkan mungkin
masih banyak siswa yang melakukan tindakan yang terrnasuk bullying tapi
tidak menyadarinya. Namun berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa
hampir seluruh responden dalam penelitian ini, yaitu deng;an prosentase
sebesar 97% menjawab "pernah" mendapat informasi mengenai bullying
serta bahayanya, dan hanya sedikit sekali dari responden yang menjawab
"tidak pernah" akan hal ini yaitu hanya 3% saja.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa responden diketahui bahwa,
mereka mendapat informasi mengenai bullying dari wali k1~las mereka saat
perwalian. Hal ini menunjukkan bahwa, sekolah tersebut rnemiliki tingkat
kepedulian yang tinggi dalam hal pencegahan juga penan~ianan masalah
bullying.
Tabel7 Sumber informasi siswa mengenai bull)1ing
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Psikolog 7 11%
Orang tua 4 6%
Guru 36 56%
Lain-lain 17 27%
Jumlah 64 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa informasi mengenai bullying didapat siswa
dari berbagai sumber. Lebih dari setengah jumlah responclen menjawab guru
dengan persentase 56%, ada juga yang menjawab orang tua dengan
persentase 6%, dan psikolog sebanyak 11 %. Selain itu ada juga siswa yang
menjawab lain-lain dengan persentase 27% yaitu mereka yang mendapat
informasi mengenai bullying dari media seperti televisi, ko1ran, atau majalah
juga seminar yang diadakan sekolah. Dari beberapa sumber informasi yang
telah disebutkan diatas, diketahui bahwa sumber informasi terbesar para
siswa mengenai bullying kebanyakan didapat dari guru mereka di sekolah.
Hal ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan melalui pemyampaian
informasi mengenai bullying benar-benar dilakukan oleh guru BK dan staf
sekolah lainnya.
Hal ini sejalan dengan pernyataan konselor yang mengatakan bahwa Al-lzhar
telah menjalin kerjasama yang sangat erat dengan Yayasan Semai Jiwa
Amini (SEJIWA), yaitu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, dan
memiliki perhatian besar dalam penanganan masalah bullying di Indonesia.
Guru-guru Al-lzhar juga pernah mengikuti semacam pelatihan yang diadakan
oleh SEJIWA, pelatihan tersebut ditujukan untuk membekcili para guru
dengan pengetahuan mengenai bullying, cara pencegahan dan
penanganannya. Oleh karena itu, maka wajar jika sumber informasi terbesar
siswa mengenai bullying didapat mereka dari guru di sekolah, hal ini karena
para guru memiliki kesadaran yang tinggi dan bekal yang (;ukup untuk
mengatasi masalah bullying.
Tabel8 Siswa mendapat penjelasan mengenai tata tertib sekolah beserta sanksi
bagi yang melanggamya
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 63 98%
Tidak pernah 1 2%
Jumlah 64 100%
Of\
Memberikan penjelasan mengenai tata tertib sekolah beserta sanksi bagi
yang melanggar termasuk dalam jenis layanan orientasi, yaitu layanan
bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dengan bantiuan semua guru
dar. wali kelas, dengan tujuan membantu mengorientasikan siswa.
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hampir s;eluruh responden
dalam penelitian ini dengan persentase 98% menjawab "pernah"
mendapatkan penjelasan mengenai tata tertib sekolah dari hanya sedikit
sekali dari responden, yakni dengan persentase 2% yang menjawab "tidak
pernah" akan hal ini. Dalam hal ini, layanan orientasi tersebut dapat dijadikan
upaya preventif yang dilakukan pihak sekolah untuk mene<~gah terjadinya
perilaku bullying. Karena dengan mengetahui tata tertib te1rsebut para siswa
akan mengetahui apa saja norma yang berlaku sehingga rnereka akan lebih
mudah beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya.
Berdasarkan wawancara der1gan guru BK diketahui bahwa, guru BK beserta
staf sekolah lainnya aktif memberikan pengarahan atau pemjelasan kepada
para siswanya mengenai norma atau tata tertib yang berlaku di sekolah,
terutama pada siswa baru. Hal ini bertujuan untuk mempE!rmudah
penyesuain diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan
kegiatan lain yang menunjang keberhasilan siswa di sekolah.
Tabel9 Guru BK memberikan bimbingan mengenai etika bergaul antar siswa
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 47 73%
Tidak pernah 17 27%
Jumlah 64 100%
Memberikan arahan tentang etika bergaul antar siswa merupakan tugas dari
bimbingan sosial. Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan
konseling yang ada diharapkan dapat membatu para siswanya mengenal dan
berhubungan baik dengan lingkungan sosialnya, salah satunya yaitu teman-
teman mereka di sekolah. Jika tujuan dari bimbingan sosial tersebut tercapai
maka dengan sendirinya akan terjalin hubungan yang harmonis antar siswa,
dengan begitu perilaku bullying dapat dihindari. Dan ternyata bimbingan ini
telah diberikan oleh guru BK kepada para siswanya. Hal tEirsebut terlihat dari
sebagian besar responden dengan persentase 73% yang menjawab
"pernah". Selain itu ada sebagian kecil dari respond en dengan persentase
27% menjawab "tidak pernah" akan hal ini.
Hasil angket tersebut sejalan dengan pernyataan guru BK yang mengatakan
bahwa, jenis-jenis bimbingan yang diberikan guru BK di SE~kolah adalah
bimbingan belajar, bimbingan karir dan bimbingan sosial, baik secara
perorangan maupun kelompok. Dan bimbingan mengenai etika bergaul
termasuk dalam bimbingan sosial.
Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi diatas, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
bimbingan dan konseling SMA Al-lzhar berperan secara aktif dalam
melakukan upaya pencegahan terhadap masalah bullying .. Hal ini dapat
dilihat pada hasil angket, yaitu:
• Pada tabel 3, diketahui bahwa 53% dari responden menyatakan pernah
melakukan konsultasi atau menyampaikan masalah mereka pada guru BK.
• Pada tabel 5, diperoleh data bahwa sebagian besar responden yaitu 73%
merasa puas dengan pelayanan BK di sekolahnya.
• Pada tabel 7, diketahui bahwa lebih dari setengah responden yaitu 56%
menyatakan bahwa mereka mendapatkan informasi memgenai bullying dari
guru mereka di sekolah.
• Pada tabel 8, diketahui bahwa hampir seluruh respondt:m dalam penelitian
yaitu dengan persentase 98% menyatakan pernah mendapatkan
penjelasan mengenai tata tertib sekolah dari guru BK mereka.
• Pada tabel 9, diketahui bahwa sebagian besar responden, yaitu 73%
menyatakan pernah mendapat bimbigan dari guru BK mengenai etika
bergaul antar siswa.
b. Apa peran bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif dalam
mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu?
Selain sebagai pencegah masalah (preventif), tugas utama yang harus
dilaksanakan oleh konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah adalah sebagai pemecah masalah (kuratif). Berkaitan
dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan fungsi bimbingan dan konseling
yang bersifat kuratif yaitu sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan
terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
peserta didik atau bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling yang ada
mampu mengatasi dan melakukan upaya-upaya untuk memulihkan psikologis
baik pelaku juga korban dari bullying.
Untuk mengetahui peran bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif dalam
mengatasi perilaku bullying, penulis menyusun beberapa aitem pertanyaan
untuk mengungkap fungsi bimbingan dan konseling yang loersifat kurat:f akan
diketahui melalui aitem nomor 10-15.
no
Tabel10 lntensitas pemberian layanan bimbingan dan konseling
oleh guru BK di sekolah
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentasi (%)
Setiap ada masalah 54 85%
Seminggu sekali " " Sebulan sekali 6 9%
Tidak pernah 4 6%
Jumlah 64 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa intensitas pemberian
layanan bimbingan dan konseling dilakukan setiap ada masalah. Hal ini
terlihat dari jumlah responden yang sebagian besar menjawab "setiap ada
masalah" sebanyak 54 siswa atau dengan persentase sebesar 85%,
sedangl<an yang menjawab "sebulan sekali" sebanyak 6 siswa atau 9%, dan
yang menjawab "tidak pernah" sebanyak 4 siswa atau 6%. Data ini
menunjukkan bahwa, siswa memahami dan menyadari layanan bimbingan
dan konseling yang ada, selalu siap rr.elayani para siswa yang membutuhkan
bantuan pihak konselor.
Berdasarkan wawancara dengan konselor diketahui bahwa, pemberian
b!mbingan dan konseling dilakukan setiap kali diperlukan, maksudnya adalah
setiap timbul masalah yang penyelesaiannya memerlukan bantuan BK, maka
guru BK selalu siap membantu. Selain itu, pemberian bimbingan dan
konseling juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa, misalnya untuk kelas
sembilan yang membutuhkan layanan bimbingan karir untuk pemilihan
jurusan, biasanya guru BK melakukan wawancara pada setiap anak. Guru
BK juga mengadakan hari karir yang dilaksanakan setiap tahun, kegiatannya
seperti pameran pendidikan. Kegiatan tersebut ditujukan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan siswa dalam hal karier.
Tabel 11 Pengadaan sanksi dari sekolah bagi siswa yang melakukan bullying
Pilihan jawaban Frekuensi Pe1"Sentase (%)
Ada 58 91%
Tidak ada 6 9%
Jumlah 64 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hampir seluruh dari
responden dengan persentase 91% menjawab "ada" sanksi dari sekolah bagi
siswa yang melakukan bullying baik secara fisik, verbal atau psikologis.
Namun ada juga responden yang menjawab "tidak ada" d1~ngan prosentase
hanya 9%. Data ini menunjukkan bahwa SMA Al-lzhar memiliki ketegasan
dalam hal penanganan bullying yang terjadi di sekolah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan guru BK yang mengatakan bahwa, di Al-
lzhar memang ada aturan atau tata tertib tentang larangan berperilaku
bullying, aturan tersebut dibuat sudah 2 tahun. Namun pada dasarnya
larangan seperti mencela, memukul siswa lain, memalak clan sebagainya
yang termasuk bullying sudah ada sejak dulu, hanya perbe.'Claan istilah saja.
SMA Al-lzhar menerapkan sistem point, dimana setiap anak memiliki 100
point yang bisa bertambah juga berkurang. Sedangkan ba9i siswa yang
terbukti melakukan perilaku bullying, point siswa tersebut ~:ami kurangi 30.
Tabel 12 Guru BK memberikan layanan konseling secara kelompok untuk
membahas dan mencari solusi dari permasalahan siswa
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 40 63%
Tidak pernah 24 37%
Jumlah 64 100%
Dalam konseling kelompok para siswa memperoleh kesempatan untuk
membahas dan menangani permasalahan yang dialaminya melalui dinamika
kelompok. Dan ternyata layanan tersebut telah diberikan £JUru BK kepada
para siswa. Hal tersebut terlihat dari jumlah responden dengan persentase
63% menjawab "pernah" dan sebagian kecil responden demgan persentase
37% menjawab ''tidak pernah". namun berdasarkan wawancara diketahui
bahwa, guru BK mengaku bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok
ini masih kurang maksimal, disebabkan padatnya kegiatan belajar mengajar
disekolah. Hal tersebut wajar karena pada dasarnya layanan ini
membutuhkan kerjasama dari banyak pihak di sekolah dan1 membutuhkan
waktu yang tidak sedikit.
Tabel13 Guru BK memberikan konseling individu jika ada yang
melakukan atau menjadi korban bullyi 11g
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 57 89%
Tidak 7 11%
Jumlah 64 100%
Berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri dan dapat
menyesuaikan diri secara positif adalah tuiuan dari layanan konseling.
Berdasarkan tabel di atas, layanan tersebut telah diberikan guru BK kepada
para siswa khususnya yang terbukti melakukan bullying. Hal tersebut terlihat
dari jumlah responden dengan persentase 89% menjawab "pernah" dan
sebagian kecil responden dengan persentase 11 % menjawab "tidak pernah".
Berdasarkan wawancara dengan konselor di ketahui bahwa, jika menerima
pengaduan dari siswa yang di bully oleh siswa lain, guru BK biasanya tidak
langsung memanggil anak yang dilaporkan sebagai pelaku, karena bisa jadi
pemanggilan tersebut dijadikan alasan untuk membully korbannya lagi.
Biasanya guru BK mencari informasi terlebih dahulu untuk membuktikan
pengaduan tersebut dengan melakukan koordinasi dengan pihak wali kelas,
jika ternyata pengaduan tersebut benar, guru BK memanm~il pelaku juga
korban bullying untuk diberikankan konseling dan penegasan sanksi bagi
yang bersalah.
Tabel14 Guru BK menerima saran/masukan dari para siswa
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 50 78%
Tidak 14 22%
Jumlah 64 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa, sebagian besar responden atau dengan
persentase sebesar 78% menjawab "ya" bahwa guru BK di sekolah mereka
menerima saran/masukan dari para siswanya. Namun sebagian kecil lainnya
yaitu, dengan persentase sebesar 47% menjawab "tidak" akan hal ini. Saran
dari para siswa adalah masukan yang sangat berharga bagi guru BK, karena
para siswa tersebut adalah sasaran utarna birnbingan dan konseling di
sekolah. Dengan rnenyediakan wadah bagi siswa yang in!Jin rnernberikan
saran, rnaka para siswa akan lebih !eluasa rnengungkapkan isi hatinya
terutama yang berkaitan dengan layanan birnbingan dan konseling yang ada.
Tabel15 Saran para siswa untuk guru BK daiam menangani
masalah bullying di sekolah
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Perketat pengawasan di sekolah 13 20%
Beri hukuman seberat-beratnya bagi 12 19%
pelaku bullying
Mengadakan kegiatan-kegiatan untuk 34 53%
mempererat hubungan antara senior
dengan yunior
Lain-lain 5 8%
Jumlah 64 100%
Dari tabel di atas, diperoleh data bahwa saran dari siswa untuk guru BK
dalam hal menangani perilaku bullying di sekolah adalah 20% responden
menjawab "perketat pengawaasan di sekolah", 19% responden menjawab
beri hukuman seberat-beratnya bagi pelaku bullying dan didapat persentase
53% sebagai persentafe tertinggi dengan jawaban "mengadakan kegiatan-
kegiatan untuk mempererat hubungan antara senior dan yunior''.
Selain itu terdapat beberapa responden yang menjawab selain ketiga pilihan
yang ada yaitu, saran agar guru BK lebih melakukan penclekatan dengan
siswa agar siswa bisa lebih terbuka pada guru, lebih mendengar apa yang
diadukan siswa, dan mengadakan kegiatan untuk mempererat hubungan
tidak hanya antara senior dan yunior tapi juga teman satu angkatan. Saran-
saran tersebut sangat membantu guru BK dalam mengatasi bullying, karena
saran-saran tersebut datang dari siswa yang mungkin pernah menjadi korban
atau menjadi saksi dari perilaku bullying yang ada.
Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi diatas diketahui bahwa, hasil angket yang didapat
penulis untuk mengungkap peran kuratif BK dalam menangani masalah
bullying sejalan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan. Maksud disini
adalah jawaban-jawaban para siswa dalam angket tidak b1~rtentangan atau
bertolak belakang dengan hasil wawancara yang penulis lakukan. Hal ini
menunjukkan bahwa, upaya-upaya kuratif terhadap masalah bullying benar
benar dilakukan oleh guru BK dan upaya tersebutjuga dik1etahui dan dapat
dirasakan oleh para siswa.
c. Bagaimana gambaran perilaku bullying yang tetjadi pada siswa Siii/A
Al-lzhar Pondok Labu?
Jika sebelumnya telah dijelaskan cara penulis mengetahui bagaimana peran
preventif dan kuratif bimbingan dan konseling dalam men£1atasi perilaku
bullying. Maka yang juga menjadi tujuan penelitian ini adalah mengetahui
bagaimana gambaran perilaku bullying yang terjadi di SMA Al-lzhar Pondok
Labu.
Untuk mengetahui hal tersebut, penulis juga menyusun beberapa aitem
pertanyaan untuk dijawab oleh siswa mengenai jenis-jenis bullying apa saja
yang pernah mereka lakukan, apakah jenis bullying yang bersifat fisik,
verbal/psikologis, atau gabungan antara fisik dan verbal. Pada penelitien ini,
gambaran bullying yang terjadi diketahui melalui aitem nomor 16-27.
Tabel16 Pendapat siswa mengenai wajar atau tidaknya menampar teman atau
adik kelas yang sok tahu
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Ya 15 23%
Tidal< 49 77%
Jumlah 64 100%
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh data sebesar 23% pada responden yang
menjawab "ya" dan responder. yang menjawab "tidak" sebesar 77%. Data
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak sependapat
untuk menampar jika ada teman atau adik kelas yang sok tahu, hanya ada
sebagian kecil saja yang setuju atau sependapat dengan tindakan tersebut.
Tabel17 Siswa menampar teman atau adik kelas yang sok tahu
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 11 17%
Tidak pernah 53 83%
Jumlah 64 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa, hampir seluruh responden menjawab tidak
pernah menampar teman atau adik kelasnya, hanya ada s1ebagian kecil saja
yang menjawab pernah melakukan tindakan tersebut. Hal ini diketahui dari
jumlah responden yang menjawab "tidak pernah" dengan persentase 83%
dan responden yang menjawab "pernah" dengan persentase 17%.
Tabel18 siswa merusak barang milik orang yang tidal< disukai
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 16 25%
Tidak pernah 48 75%
Jumlah 64 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa, hampir setengah dari msponden
menjawab tidak pernah merusak barang milik orang yang tidak disukai,
namun masih ada sebagian kecil dari responden yang menjawab pernah
melakul<an tindakan tersebut. Hal ini diketahui dari jumlah responden yang
menjawab "tidak pernah" dengan persentase 83% dan re::;pont:en yang
menjawab "pernah" dengan persentase 17%.
Tabel19 Siswa menendang teman atau adik kelas
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 29 45%
Tidak pernah 35 55%
Jumlah 64 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa, lebih dari setengah jumlah responden
menjawab tidak pernah menendang teman atau adik kelasnya, namun masih
ada dari responden yang menjawab pernah melakukan tindakan tersebut. Hal
ini diketah'..li dari jumlah responden yang menjawab "tidak pernah" dengan
persentase 55% dan responden yang menjawab "pernah" dengan persentase
45%.
Tabel20 Siswa memalak uang/barang teman atau adik kelas
I Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 8 12%
Tidak pernah 56 88%
Jumlah 64 100%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa sebagian besar dari responden
menjawab tidak pernah memalak uang/barang milik teman atau adik kelas,
namun masih ada sebagian kecil dari respor.den yang menjawab pernah
melakukan tindakan tersebut. He.~ ini diketahui dari jumlah responden yang
menjawab "tidak pernah" dengan persentase 88% dan responden yang
menjawab "pernah" dengan persentase 12%.
Tabel21 Pendapat siswa mengenai acara MOS yang seru dan berkesan adalah yang disertai bentakan, omelan dan kegiatan yang sifatnya mengerjai
siswa baru
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Setuju 49 77%
Tidak setuju 15 23%
Jumlah 64 100%
Pada tabel di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar dari responden
dengan persentase 77% menjawab "setuju" dengan pendapat yang
mengatakan bahwa MOS tidak akan seru dan berkesan tanpa disertai
bentakan, omelan dan kegiatan yang sifatnya mengerjai siswa baru, namun
responden dengan persentase sebesar 23% menjawab "tidak setuju" akan
hal tersebut.
Tabel22 Siswa terlibat dalam acara MOS yang disertai benta:kan, omelan dan
mengerjai siswa baru
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 56 88%
Tidak pernah 8 12%
Jumlah 64 100%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa sebagian besar dari responden
menjawab tidak pernah memalak uang/barang milik teman atau adik kelas,
namun masih ada sebagian kecil dari responden yang me,njawab pernah
melakukan tindakan tersebut. Hal ini diketahui dari jumlah responden yang
menjawab "setuju" dengan persentase 88% dan responden yang menjawab
"tidak setuju" dengan persentase 12%. Data tersebut memperlihatkan betapa
bullying dalam kegiatan MOS sudah berlangsung begitu laima, bahkan lintas
generasi.
Tabel23 Siswa menamai teman atau adik kelas dengan julukan-julukan yang
tidak pantas
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 57 89%
Tidak pernah 7 11%
Jumlah 64 100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden
dengan persentase 89% menjawab "pernah" menamai ternan atau adik
kelasnya dengan julukan-julukan yang tidak pantas. Selain itu, sebesar 11 %
responden menjawab "tidak pernah" melakukan hal tersebut. Data ini
rnenunjukkan bahwa menarnai ternan dengan atau adik ki~las dengan
julukan-julukanyang kurang pantas dianggap sesuatu yang wajar oleh
kebanyakan siswa, mereka kurang memaharni bahwa sebenarnya perilaku
tersebut rnasuk dalam kategori bullying,
Tabel24 Siswa mencela teman atau adik kela!1
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 57 89%
Tidak pernah 7 11%
Jumlah 64 100%
Pada tabel di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar dari responden
dengan persentase 89% menjawab "pernah" mencela teman atau adik
kelasnya. Namun responden dengan persentase sebesar 11 % menjawab
"tidak pernah" melakukan hal tersebut.
Tabel25 Siswa mengirimkan catatan yang menjelek-jelekkan, pada teman atau
adik kelas
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 9 14%
Tidak pernah 55 86%
Jumlah 64 100%
Pada tabel di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar dari responden
dengan persentase 86% menjawab "pernah" mengirimkan catatan yang
menjelek-jelekkan teman atau adik kelasnya. Namun responden dengan
persentase sebesar 14% menjawab "tidak pernah" melakukan hal tersebut.
Tabel26 Siswa mendiamkan teman atau adik kelas yang berbuat salah
Pilihanjawaban Frekuensi Pernentase (%)
Pernah 44 69%
Tidak pernah 20 31%
Jumlah 64 100%
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden
dengan persentase 69% menjawab "pernah" mendiamkan teman atau adik
kelasnya karena telah berbuat salah. Namun responden dengan persentase
sebesar 31% menjawab "tidak pernah" melakukan hal tersebut.
Tabel27 Siswa memberikan pelajaran berupa fisik (memukull) dan psikologis
(seperti mengucilkanj pada teman atau adik keias
Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)
Pernah 27 42%
Tidak pernah 37 58%
Jumlah 64 100%
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden
dengan persentase 58% menjawab "pernah" memberikan pelajaran berupa
fisik dan psikologis pada teman atau adik kelas mereka. Namun responden
dengan persentase sebesar 42% menjawab "tidak pernah" melakukan hal
terse but.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penyebaran angket, dapat disimpulkan bahwa gambaran
perilaku bullying yang terjadi di SMA Al-lzhar Pondok Labu adalah bullying
jenis verbal baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini terlihat
pada tabel 23, tabel 24 dan tabel 26.
• Tabel 23 menunjukkan bahwa, sebagian besar responclen yaitu 89%
menyatakan pernah menamai teman atau adik kelas mereka dengan
julukan-julukan yang tidak pantas.
• Tabel 24 menunjukkan bahwa, sebagian besar responden yaitu 89%
menyatakan pernah mencela teman atau adik kelas mereka.
" Tabel 26 menunjukkan bahwa, sebagian besar responden yaitu 69%
menyatakan pernah mendiamkan teman atau adik kelas yang berbuat
salah.
d. Apakah kendala yang dihadapi oleh guru bimbinga1r1 dan konseling
dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu?
Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru bimbingan dan konseling
untuk mengatasi masalah bullying, penulis tidak menggunakan angket tapi
menggunakan wawancara saja. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa,
pada dasarnya tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan BK
ataupun dalam hal penanganan bullying, hal ini karena sernua pihak
disekolah ini mulai dari kepala sekolah, guru atau wali kelas mendukung dan
ikut terlibat dalam hal pelaksanaan program BK dan termasuk juga
penanganan masalah bullying. Misalnya jika ada materi bimbingan konseling
yang perlu disampaikan pada siswa, guru BK biasanya melakukan koordinasi
dahulu dengan wali kelas yang bersangkutan untuk memakai jam
pelajarannya selama sekian menit atau jika tidak memungkinkan guru BK
akan menitipkan materi bimbingan tersebut pada wali kelas untuk
disampaikan pada siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi wawancara diatas, didapat kesimpulan bahwa guru
bimbingan konseling SMA Al-lzhar tidak menemui kendala yang berarti dalam
menjalankan tugasnya sebagai konselor juga dalam memmgani masalah
bullying. Hal tersebut dikarenakan semua pihak di sekolah mendukung dan
ikut terlibat dalam hal pelaksanaan program BK termasuk didalamnya
membantu penanganan masalah bullying.
BABS
KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil angket penelitian mengenai
pelaksanaan peran bimbingan dan konseling dalam meng:atasi perilaku
bullying siswa, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan peran bimbingan dan
konseling dalam mengatasi perilaku bullying di SMA A-lzhar Pondok Labu
sudah cukup baik, namun belum berjalan maksimal karena dapat dilihat
masih banyak siswa yang masih berperilaku bullying. Oleh karena itu,
diharapkan bimbingan dan konseling yang ada lebih meniingkatkan lagi
kualitas pelayanan dan program yang ada, khususnya dalam penanganan
masalah bullying.
Faktor utama yang mejadi pendukung terhadap pelaksanaan program
layanan bimbingan dan konseling di Al-lzhar adalah dukungan terhadap
pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh
kepala sekolah SMA Al-lzhar Pondok Labu bersama stat sekolah lainnya.
Karena secara langsung mereka mau membantu kegiatan tersebut.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru bimbingan dan konseling SMA
Al-lzhar menjalankan fungsi preventif dan kuratifnya dalam menangani
masalah bullying. Sedangkan gambaran perilaku bullying yang banyak terjadi
adalah bullying dalam kategori verbal.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Multazamah
(2006), yang menghasilkan ada peran bimbingan dan konseling terhadap
prestasi belajar siswa dan Bunyanah (2004) menyatakan hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran bimbingan
dan konseling dengan kesulitan belajar siswa SMA Islam An-Nizomiyah.
Frak W. Miller sebagaimana di kutif oleh Sofyan S. Willis (2004)
mengemukakan bahwa "bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu
untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi
penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga dan
masyarakat". Dari pendapat frak W. Miller, diketahui bahwa pada dasarnya
dalam memberikan bimbingan bukan hanya tugas guru BK di sekolah saja,
namun merupakan tugas semua pihak, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat dan lingkungan sekolah.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dan paling sering
ditemui oleh siswa, karena keluarga dalam hal ini orang tua adalah contoh
bagi anak-anaknya. Seluruh perilaku orang tua di dalam rumah menjadi
contot-i bagi anak-anak tentang bagaimana mereka bertingkah laku di luar
rumah. Orang tua yang tidak perhatian atau peduli terhadap apa yang
dilakukan oleh anaknya dan terlalu memberi kebebasan, hal ini akan
membuat anak merasa tidak diperhatikan dan mereka akan melakukan
apapun yang mereka inginkan. Orang tua yang baik adalah orang tua yang
dapat berbagi cerita, bisa berteman dengan anak dan bisa membimbing.
Perilaku bullying akan dapat teratasi dengan adanya bimbingan dan
perhatian dari orang tua di rumah.
Lingkungan sekolah, sebagai tempat melanjutkan pendidikan setelah rumah,
juga merupakan tempat anak-anak berinteraksi dengan teman sebaya yang
memiliki beragam latar belakan~ pola asuh yang berbeda. Sehingga berbagai
perbedaan, gesekan juga perilaku bullying mungkin saja terjadi di antara
mereka. Pada saat inilah peran guru dalam mendidik dan mengajar para
siswa sangat diperlukan, tidak hanya menyampaikan rnateri pelajaran saja
tapi juga untuk memberkan solusi pada setiap perbedaan pendapaUpersepsi
yang terjadi melalui diskusi-diskusi kelompok dengan cara mengajarkan
bagaimana menghargai pendapat teman/kelompok lain. Sehingga didapat
keputusan yang adil dan membuat keduanya merasa nyaman.
Hasil wawancara penulis dengan guru BK dan beberapa siswa yang dalam
angket terjaring melakukan perilaku bullying. pada dasarnya bahwa
pelaksanaan peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku
bullying sudah berjalan dan masih dalam proses untuk memperbaiki layanan
dan program BK yang ada khususnya untuk mengatasi pEirilaku bullying yang
dilakukan siswa, dan hal itu tak lepas dari kerja sama antara semua pihak.
Adapun upaya preventif yang dilakukan konselor sekolah kepada siswa
adalah dengan memberikan bimbingan dan konseling secara individu dan
kelompok pada semua siswa. Sedangkan upaya kuratif yang dilakukan
adalah dengan memberikan bimbingan pribadi dan pemberian sanksi pada
siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah te1nnasuk di dalamnya
melakukan bullying.
5.3 Saran
Untuk Guru BK
1). Diharapkan untuk lebih menjalin kedekatan kepada para siswa, untuk
memudahkan interaksi dalam membantu mengatasi persoalan yang ada,
sehingga pelaksanaan bimbingan dan konselin!~ dapat berfungsi
maksimal.
2). Membuat program atau rencana kegiatan yang dapat lebih menyatukan
lagi antara senior dan yunior, agar terjalin rasa toleram;i yang lebih kuat di
antara mereka sehingga perilaku bullying dapat dihindari.
3). Memperdayakan staf sekolah sebagai pengawas yang membantu guru
mengawasi para siswa di lingkungan sekolah.
4). Membentuk dan mengembangkan peer support (pendampingan oleh
teman sebaya untuk mencegah terjadinya bullying)
Orang tua
1. Lebih memperhatikan anak mereka di rumah. Karena perhatian,
komunikasi yang baik akan sangat membantu anak terhindar dari perilaku
bullying
2. Hendaknya lebih meningkatkan kerja sama dengan 9uru, wali kelas dan
guru BK dalam membimbing anak-anak mereka di sekolah. Karena
dengan kerja sama tersebut permasalahan mengenai bullying akan lebih
mudah diatasi.
3. Menananmkan pada anak nilai-nilai moral dan agama sejak dini, agar
anak dapat membatasi diri dari hal-hal yang tidak sesuai dengan norma.
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya lebih menggali lagi indikator-indikator
dari peran BK yang bersifat preventif, dan kuratif serta memperbanyak item
pertanyaan.
I l ~
DAFT AR PUST AKA
lakar, Baraja (2004). Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studi Press
ad, Juntika Nurihsan dan Akur, Sudianto. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA Kuriku/um 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mappiare (1984). Pengantar Bimbingan dan Konseling di Seka/ah. Surabaya: Usaha Nasional
1ara, Coloraso (2007). Stop Bullying: Memutus Rantai Kekerasan Anak dari PraSekolah Hingga SMU. Jakarta: PT Serambi ilmu Semesta
), Walgito (2004). Bimbingan dan Konseling di Seka/ah. Yogyakarta: ANDI
a Ketut, Sukardi (2002). Bimbingan Konseling di Seka/ah. Jakarta: In regards to: Rineka Cipta
i Maryani. Mencermati Kasus Bullying Yang Makin Marak di Seka/ah. Koran Jakarta Raya : 2008
~n (2002). Bimbingan Konseling. Jakarta: Ciputat Press
, Hajar (1999). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
umhur dan Moh. Surya (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Seka/ah. Bandung: CVILMU
i, Sullivan. (2000): The Anti-Bullying HandBook; Oxford University Press.
>un. (2001). Psiko/ogi Konse/ing. Malang: Universitas Muhammadiyah malang.
-lamdani, Bakran. (2002). Konse/ing dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru
amad, Surya. (2003). Psiko/ogi Konseling. Bandung: Pustaka Quraisy
itno dan Erman, Amii. (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
it Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
1, Kountur. (2004). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta. PPM
WA. (2008), Mengatasi Kekerasan di Seka/ah dan Lingkurrgan Sekitar Anak. Jakarta : PT. Grasindo
Ila, Consuelo G. ,et.al. (1993): Pengantar metode Penelitian. Alimuddin Tewu (terj). Jakarta : UI Press
an S, Wilils (2004). Konseling Individual. Bandung: Alfabeta
oyono. (2007). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
irsimi, Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
in, Lipkins (2008). Menumpas Kekerasan Pe/ajar dan Mahasiswa. Tangerang: lnspirita Publishing
fuddin, Azwar. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
nsu, Yusuf dan A. Juntika (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Rosdakarya
1tawy. (1995). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Pamator Pressindo
1f, Gunawan (1987). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Prenhallindo
>si
ana (2004). Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Kesu/itan Be/ajar Siswa SMA Islam An-Nizomiyah. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta
ta Lutdmilla Sumarhudoyo (2004). Hubungan Pola Attachment dan Jntensi Untuk Melakukan Perilaku Bullying. Depok: Skripsi Fakultas Psikoloyi UI.
1ati (2007). Pandangan Siswa terhadap Peran Bimbingan dan Konseling Da/am Mengatasi Tawuran Pe/ajar SMK Baskara. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
1zamah (2006). Peran Bimbingan dan Konseling Terhadap Prestasi Belajar Siswa MAN 8 Jakarta Timur. Jakarta: Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidatullah.
•net
ia Indonesia (2006). Kekerasan Siswa Ancaman Bangsa-Guru Harus Waspadai ying": diambil pada 14 Juni 2008. ://www.sampoernafoundation.org/content/view/99/ 105/lang, id/)
Natalie (2008). Memutus Rantai Kekerasan Antar Pelajar (membandingkan nesia dan Belanda): diambil pada 22 Juni 2008. //www. pikko. netiinfo/StopBu llying. htm I
reas (2007). Bullying Dalam Dunia Pendidikan bag. 1: diambil pada 23 Juni 2008. //popsy.wordpress.com/2007/04/26/%e2%80%9cbullying%e2%130%9d-dalama-pendidikan-bagian-1/
rita lndarini (2007). Awas Bullying di Sekolah: diambil pada 2 Agustus 2008. //www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/04/tgl/29/time/024012 !ws/773879/idkanal/10
1 P. Aldilla, psi (2007). MOS Asyik Tanpa Bullying: diambil pada 12 Juni 2008. //aryave rdiramadhan i. biogs pot com/2007 /06/vj-1 Ovi2007-mos-asyik-ta n paring. html
~zzahra (2008). Stop Bullying: diambil pada 22 Juni 2008 //azzahra08. word press. com/2008/07 /18/stop-bullying/
1fa (2007). Menghindari Anak Menjadi Pelaku Bullying: diambil pada 3 Juni 2008 //id.shvoong. com/humanities/167 5891-menghindari-anak-menjadi-pelaku-bullying/
Ir OJ
LAMPI RAN
DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDATULLAH JAKARTA FAKULTAS PSIKOLOGI
JI. Kerta Mukti No. 5 Cirendeu Jakarta Selatan 15419 Telp. (021) 7433060
Fax. 74714714
A. DataResponden Nam a
Jenis Kelamin
Ke las
Usia
Asal Sekolah
B. Petunjuk Pengisian
1. Penelitian ini merupakan kegiatan dalam rangka penyusunan skripsi untuk
penyelesaian studi pada Fakultas Psikologi Universitai> Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Mengingat pentingnya penelitian ini sudilah kiranya saudara untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan sejujur-jujurnya
3. Setiap jawaban yang saudara berikan pada penulis merupakan bantuan yang
tak ternilai harganya bagi penelitian ini. Untuk itu penulis ucapkan terima
kasih
4. Bacalah angket ini terlebih dahulu dengan teliti
5. Tulis jawaban anda langsung pada kertas pertanyaan d19ngan memberi tanda
( x)
1. Apa masalah yang paling sering anda alami?
a. masalah belajar, (sebutkan) : .. .
b. masalah karier, (sebutkan) : .. .
c. masalah sosial, (sebutkan) : .. .
d. masalah pribadi, (sebutkan) : .. .
2. Ketika anda memiliki masalah, siapa orang yang pertama anda temui
untuk berbagi?
a. Guru BK
b. Teman
c. Orang tua
d. Lain-lain (sebutkan) :
3. Apakah anda pernah melakukan konsultasi atau menyampaikan masalah
anda pada guru BK?
a. Pernah b. tidak pernah
4. Manfaat apa yang anda dapatkan dari pelaksanaan program BK di
sekolah?
a. mampu memecahkan masalah dengan baik dan bijak
b. mampu memahami diri sendiri
c. mampu memahami lingkungan
d. lain-lain (sebutkan): ...
5. Apakah anda puas dengan pelayanan BK di sekolah?
a. Puas, karena : ...
b. tidak puas, karena : ...
6. Apakah anda pernah mendapat informasi tentang "bullying" (kekerasan
berupa fisik, verbal atau psikologis yang dilakukan oleh individu atau
kelompok yang lebih kuat pada individu yang lemah) serta bahaya
bahayanya?
a. pernah b. tidak pernah
ltCJ
7. Jika pernah, dari mana anda mendapat informasi mengenai bullying
tersebut?
a. a. psikolog
c. guru
b. orang tua
d. lain-lain (sebutkan) :
8. Apakah anda pernah mendapat penjelasan dari guru BK mengenai tata
tertib sekolah beserta sanksi bagi yang melanggarnya?
a. pernah b. tidak pernah
9. Apakah anda pernah mendapatkan bimbingan mengenai etika bergaul
antar siswa dari guru BK?
a. pernah b. tidak pernail
10. Berapa kali biasanya guru BK memberikan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah?
a. Setiap ada masalah b. Seminggu sekali
c. Sebulan sekali d. tidak pernah
11. Apakah ada sanksi dari sekolah bagi siswa yang melakukan bullying?
a. ada b. tidak ada
12. Pernahkah guru BK memberikan layanan konseling secara kelompok
untuk membahas dan mencari solusi dari permasalahan siswa?
a. pernah b. tidak pernah
13. Apal<ah guru BK memberikan layanan konseling secara individu pada
siswa yang melakukan atau menjadi korban bullying?
a. ya b.tidak
14. apakah guru BK anda menerima saran/masukan dari para siswanya?
a. ya b.tidak
{ zv
15. Apa saran anda untuk BK dalam menangani perilaku bullying di sekolah?
a. perketat pengawasan di sekolah
b. beri hukuman seberat-beratnya bagi yang melakukan bullying
c. mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat mempererat hubungan
antara senior dengan yunior
d. lain-lain (sebutkan) :
16. Menurut anda apakah menampar teman atau adik kelas yang songong
adalah hal yang wajar?
a. ya b. tidak
17. apakah anda pernah melakukan tindakan seperti di atas?'
a. pernah b. tidak pernah
18. apakah anda pernah merusak barang milik orang yang tidak anda sukai?
a. pernah b. tidak pernah
19. apakah anda pernah menendang teman atau adik kelas anda?
a. pernah b. tidak pernah
20. apakah anda pernah memalak uang/barang dari adik kelas atau teman
anda?
a. pernah b. tidak pernah
21. Setujukah anda jika teman anda berpendapat bahwa acara MOS tidak
akan seru dan berkesan tanpa disertai bentakan, omelan dan kegiatan lain
yang sifatnya mengerjai siswa baru?
a. setuju b. tidak setuju
22. apakah anda pernah terlibat dalam acara MOS seperti di atas?
a. pernah b. tidak pernah
{'ll
23. apakah anda pernah menamai teman anda dengan julukan-julukan yang
tidak pantas?
a. pernah b. tidak pernah
24. apakah anda pernah mencela penampilan atau bentuk fisik teman atau
adik kelas anda?
a. pernah b. tidak pernah
25. apakah anda pernah mengirimkan catatan yang menjelek-jelekkan pada
teman atau adik kelas anda?
a. pernah b. tidak pernah
26. apakah anda pernah mendiamkan teman atau adik kelas anda karena dia
berbuat salah?
a. pernah b. tidak pernah
27. apakah anda pernah memberikan "pelajaran" berupa fisik. (seperti
memukul) maupun psikologis (seperti mencela) pada teman atau adik
kelas anda?
a. pernah b. tidak pernah
Hari/tanggal : selasa, 25 November 2Q08
Interviewee : lbu Lia
Jabatan
Tempat
Waktu
: Guru BK SMA Al-lzhar
: Ruang BK
: 11:00WIB
Hasil Wawancara
1. T: Berapa lama anda menjadi guru BK?
J: Sudah sejak tahun 1980an kira-kira sudah 20 tahun.
2. T: Bimbingan apa saja yang biasa anda berikan di sekolah ini? dan
bagaimana metode dalam pemberian bimbingan tersebut? Serta berapa
kali siswa mendapat bimbingan?
J: kami memberikan bimbingan belajar, bimbingan sosial seperti etika
bergaul , bimbingan karir, juga bimbingan pribadi dan ke•lompok. Dalam
pemberian bimbingannya menggunakan metode ceramah, atau tanya
jawab . Pemberian bimbingan tersebut disesuaikan den!~an kebutuhan
siswa saja. Misalnya untuk kelas X yang membutuhkan layanan
bimbingan karir untuk pemilihan jurusan, kami melakukan wawancara
pada setiap anak. Kami juga mengadakan hari karir yang dilaksanakan
setiap tahun, kegiatannya seperti pameran pendidikan.
3. T: apakah ibu menggunakan buku atau modul sebagai acuan bimbingan?
J: ya kami menggunakan buku untuk acuan bimbingan, tapi kami tidak
terpaku pada 1 buku atau modul saja karena biasanya materinya kurang
relevan dengan siswa jadi kami menggunakan berbagai sumber lain
sebagai tambahan agar materi bimbingan yang akan diberikan benar
benar sesuai dengan yang dibutuhan siswa.
4. T: Apa siswa disini memiliki kesadaran sendiri untuk ber~:onsultasi kepada
guru BK tentang masalah yang dihadapinya?
J: itu tergantung siswanya sendiri, ada siswa yang datang atas kemauan
sendiri dan ada juga yang dipanggil jika siswa tersebut bermasalah.
5. T: Permasalahan apa yang sering muncul dan sering dialami oleh siswa
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah ini?
J: sejauh ini belum ada permasalahan yang terlalu serius dalam kegiatan
belajar mengajar, tapi permasalahan yang ada lebih dominan pada
masalah kedisiplinan siswa. Seperti tepat waktu datang ke sekolah, bolos
saat jam pelajaran, juga da!am ha! kerapihan.
6. T: Bagaimana ibu menyikapi hal tersebut?
J: bagi siswa yang melanggar tata tertib di sekolah ini, ~:ami mengenakan
"poin pelanggaran" yang bobotnya tergantung dari kesalahan yang dibuat.
7. T: Apakah di sekolah ini pernah ditemukan kasus buUying? Faktor apa
yang biasanya menjadi pemicu?
J: kami pernah rnenangani juga mendapat pengaduan mengenai kasus
bullying, taktor pemicunya biasanya hal sepele misalnya, karena disini
mayoritas siswa SMPnya berasal dari Al-lzhar terkadang timbul kesalah
pahaman antara mereka. Siswa yang SMPnya bulcan dari Al-lzhar
sebagai minoritas merasa di perlakukan semena-mena1 oleh siswa yang
SMPnya berasal dari Al-lzhar.
8. T: Upaya apa yang guru BK dan sekolah lakukan untuk mengatasi hal
terse but?
J: jika ada pengaduan dari siswa yang merasa di buly siswa lain, kami
tidak langsung memanggil anak yang bersangkutan, karena bisa jadi
pemanggilan tersebut dijadikan alasan siswa untuk mernbully korbannya
lagi. Biasanya kami melakukan koordinasi dahulu dengan pihak wali kelas
untuk memastikan kebenaran dari pengaduan siswa. Jilca ternyata benar
baru kami panggil, lakukan konseling dan penegasan sanksi.
Kami juga membentuk peer counseling, yaitu para siswa yang dibentuk oleh
guru BK dengan tujuan membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan di
bidang akademik maupun sosial. Hal ini karena saat usia remaja, para siswa
lebih nyaman berkonsultasi dengan teman sebayanya, seperti curhat. Waiau
tidak bersifat resmi, namun curhat tersebut harus dilakukan secara profesional
dan memperhatikan teknik-teknik konseling yang benar, salah satunya menjaga
kerahasiaan serta memberi solusi yang tepat .
9. T: Apakah di sekolah ini ada aturan/tata tertib tentang larangan
berperilaku bullying? kapan aturan itu dibuat? Dan bagaimana
pelaksanaan aturan tersebut?
J: Ya, disini memiliki tata tertib mengenai larangan berperilaku bullying
aturan itu dibuat 2 tahun lalu, sebenarnya larangan mencela, memalak,
mengucilkan dan sebagainya y2rig termasuk bullying sudah ada sejak
dulu hanya perbedaan istilah saja. Disini setiap anal< memiliki point 100,
poin tersebut bisa berkurang dan bertambah. Sedangkan bagi siswa yang
melakukan perilaku yang termasuk bullying, kami mengurangi poin
mereka sebesar 30.
10. T: apakah aturan tersebut efektif dalam mengurangi bullying di sekolah?
J: cukup efektif, karena sanksi yang diberikan cukup berat
11. T: Apa saja kendala yang anda hadapi dalam pelaksanaan BK di sekolah
ini? serta apa kendala yang dihadapi dalam penanganan bullying?
\----~· . ' \/ ; , " ' ,.i 'l
'« i )·•\
----~ -~-H-~-
J: kendala yang dihadapi oleh bimbingan konseling masih terbatas pada
waktu saja. Karena tidak adanya jam khusus untuk memberikan
bimbingan dan konseling. Jadi selama ini kami melal~ukan koordinasi
dengan wali kelas yang bersangkutan untuk memakai jam pelajarannya
selama sekian menit atau menitipkan materi bimbingan pada wali kelas
untuk disampaikan pada siswa.
12. T: apa kendala yang dihadapi guru BK dalam menangani masalah
bullying siswa ?
J: Pada dasarnya tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan BK
ataupun dalam hal penanganan bullying, hal ini karena semua pihak
disekolah ini mulai dari kepala sekolah, guru atau wali kelas mendukung
dan ikut terlibat dalam hal pelaksanaan program BK dan termasuk juga
penanganan masalah bullying.
13. T: apakah ibu pernah mengalihtangankan kasus yang berat kepada pihak
lain?
J: ya pernah, kami mengalihtangankan pada psikolog aitau psikiater untuk
kasus-kasus yang memang tidak bisa kami tangani.
14. T: apakah ibu juga melakukan kunjungan rumah g1una penyelesaian
masalah siswa?
J: ya kami juga melakukan kunjungan rumah pada siswa-siswa yang
membutuhkan penanganan lebih lanjut tentang penyelesaian masalah
mereka, namun karena banyak keterbatasan dalam sa1u tahun kami bisa
melakukan kunjungan rumah pada dua orang siswa saja.
15. T: Adakah program bimbingan preventif dan kuratif di sekolah ini dalam
menangani masalah bullying? Jika ada, bagaimana pelaksanaan dari
program tersebut?
(If
J: untuk program bimbingan preventif maupun kuratif, merupakan program
yang tidak baku, hanya incidental saja. Ketika memang dibutuhkan, baru
diadakan. seperti belum lama ini ada penyuluhan tentang bahaya
narkoba.
Kami disini juga berkerja sama dengan Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA),
yaitu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, dan memiliki perhatian besar
dalam penanganan masalah bullying di Indonesia. Guru-guru Al-lzhar juga
pernah mengikuti semacam pelatihan yang diadal<an oleh SEJIWA, pelatihan
tersebut ditujukan untuk membekali para guru dengan pen9etahuan mengenai
bullying, cara pencegahan dan penanganannya.
Hari/tanggal : Selasal 25 November 2008
Interviewee : M. Risyad
Status : Siswa kelas II SMA
Tempat : Ruang BK
Hasil Wawancara
1. T: apa masalah yang sering kamu hadapi?
J: Masalah belajar, biasanya saya suka malas belajar, terlalu banyak
tugas jadi saya agak sulit membagi waktu.
2. T: apakah guru BK di sekolah mengetahui dan ikut membantu
menyelesaikan masalah yang kamu hadapi?
J: lya. Biasanya kalau masalahnya belajar kami disuruh remedial.
3. T: Biasanya siapa yang menjadi tempat anda be;bagi masalah yang anda
hadapi?kenapa?
J: biasanya ke orang tua, karena lebih nyaman, lagipula mereka yang
paling mengerti kita seperti apa.
4. T: apakah anda pernah melakukan konsultasi ke guru BK mengenai
masalah yang anda hadapi? Alasannya?
J: konsultasi masalah pernah, tapi tidak sering. Tapi kalau mengobrol
biasa sering, misalnya jika ada acara sekolah.
5. T: Apa manfaat yang kamu rasakan dengan adanya BK di sekolah?
J: Manfaat yang paling dirasain dengan adar.ya BK, kalau mau
mengadakan acara sekolah guru BK selalu rnembantu untuk
menghubungkan siswa dengan guru-guru. Manfaat lainnya, guru BK
sering membantu untuk memilihkan jurusan yang sesuai dengan bakat
dan minat saya.
6. T: Apakah anda pernah mendapat informasi tentang bullying? Dari mana
informasi tersebut anda dapatkan?
J: pasti pernah dong. Dari guru BK saat perwalian, dari seminar yang
diadakan sekolah juga pernah tapi waktu saya kelas 3 SMP.
7. T: Apakah anda pernah melihat siswa yang membully siswa lain? atau
apakah anda sendiri pernah melakukan tindakan yang te1rmasuk bullying?
J: kalau membully fisik saya tidak pernah, tapi kalau bullying psikologis
pernah itupun hanya meledek. Jujur, saya pernah mukul temen tapi itu
cuma bercanda guru yang melihat juga langsung menegur saya.
8. T:Menurut anda, apakah guru BK di sekolah berperan clalam menangani
bullying?
J: menurut saya kurang, yang saya tahu justru guru biologi. Beliau itu
sering banget mengingatkan siswa agar ticlak membully siswa lain.
9. T: bagaimana kegiatan MOS di sekolah ini? apakah ancla pernah melihat
ada bentakan, atau kegiatan yang sifatnya mengerjai siswa baru?
J: jelas ada, tapi kalau MOS yang tahun ini tidak separah waktu tahunan
saya. MOS yang sekarang hanya 3 hari saja. K2lau bentakan, pasti ada
biasanya di hari terakhir
Hari/tanggal : Selasa/ 25 November 2008
Interviewee : Yusuf Akbar
Status
Tern pat
: Siswa kelas II SMA
: Ruang BK
Hasil Wawancara
1. T: Apa masalah yang sering kamu hadapi?
J: Masalah belajar, misalnya kesulitan konsentrasi waktu pelajaran IPA,
juga dalam hal pemahaman soal.
2. T: Apakah guru BK di sekolah mengetahui dan ikut membantu
menyelesaikan masalah yang kamu hadapi?
J: lya. Biasanya kalau masalahnya belajar diingatkan agar remedial atau
kita yang minta remedial sama guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Saya juga ikut les jadi biasanya kalau ada kesulitan soal pelajaran saya
tanyakan pada guru les saya.
3. T: Biasanya siapa yang menjadi tempat berbagi masalah yang anda
hadapi? Kenapa?
J: Biasanya kalau ada masalah saya serita sama bapak saya karena
kalau sama teman saya kurang percaya. Kadang saya juga konsultasi ke
ahli seperti psikolog kalau lagi stress karena nilai saya anjlok.
4. T: Apakah anda pernah konsultasi ke guru BK tentang masalah yang
anda hadapi? Alasannya?
J: Tidak pernah, karena risih tempatnya formal, tidak santai dan
sepertinya yang lain juga tidak pernah.
5. T: Apa manfaat yang anda rasakan dengan adanya BK di sekolah?
J: Manfaat yang paling dirasain dengan adanya BK, dulu pernah waktu
kelas satu saya di wawancara guru BK untuk penentuan jurusan.
6. T: Apakah anda pernah mendapat informasi bullying? Dari mana sumber
informasi tersebut anda dapatkan?
J: pernah, dari wali kelas waktu perwalian, guru BK, dari orang tua, juga
dari seminar tentang bullying yang diadakan sekolah.
7. T: Apakah anda pernah melihat ada yang membully? atau pernah
melakukan tindakan yang termasuk bullying?
J: Oulu pernah waktu awal-awal kelas satu ada teman yang mernukul
saya tanpa sebab. Tapi saya tidak berani melawan. Jadi saya lapor ke
guru. Kemudian orang itu ditegur guru. Sekarang dia tidak pernah lagi.
Kalu dulu banyak yang membully sampai-sampai banyak yang ingin
keluar. Kalau saya sendiri jujur pernah, tapi lidak sampai yang fisik, paling
meledek saja, itupun saya tidak akan ngeledek duluan kalau tidak ada
yang mulai.
8. T: Menurut anda apakah guru BK berperan da!am menangani bullying?
J: tidak, tapi setahu saya justru guru PPKN beliau terkenal anti bullying.
Misalnya, kadang ada guru yang ikut ketawa kalau ada siswa yang
ngeledek siswa lain tapi guru PPKN saya beda. Kalau dia melihat ada
siswa yang meledek siswa lain pasti beliau langsung menegur dan
mengingatkan kalau itu termasuk bullying.
9. T: bagaimana kegiatan MOS di sekolah ini? apakah anda pernah melihat
ada bentakan, atau kegiatan yang sifatnya mengerjai siBwa baru?
J: waktu MOS angkatan saya kalau dibentak atau disumh-suruh ada. Tapi
yang sekarang saya tidak tahu karena saya bukan anggota OSIS. Tapi
yang saya dengar yang banyak bentakan atau ada perilaku bullying di
PASKIBRA.
Hari/tanggal : Selasa/ 25 November 2008
Interviewee : M. Dana Dhanugraha
Status : Siswa kelas II SMA
Tempat : Ruang BK
Hasil Wawancara
1. T: Apa masalah yang sering kamu hadapi?
J: Masalah belajar, terlalu banyak PR, biasanya susah konsentrasi waktu
belajar.
2. T: Apakah guru BK atau guru mata pelajaran di sekolah ikut membantu
menyelesaikan masalah yang anda hadapi?
J: lya. Kalau masalahnya belajar, nilai turun biasanya guru dari mata
pelajaran yang bersangkutan mengingatkan kita untuk remedial.
3. T: Biasanya siapa yang menjadi tempat anda berbagi masalah? Kenapa?
J: kalau saya ke teman sama ke orang tua juga. Saya merasa lebih
percaya.
4. T: Apakah anda pernah konsultasi ke guru BK tent:ang masalah anda?
Alasannya?
J: tidak pernah, karena saya canggung. Lebih baik ke teman atau orang
tua saja.
I> 3
5. T: Apa manfaat yang kamu rasakan dengan adanya BK di sekolah?
J: Manfaat yang paling dirasain dengan adanya BK, dulu pernah waktu
kelas satu saya di wawancara guru BK untuk penentuan jurusan.
6. T: Apakah anda pernah dapat informasi tentang bullying? Dari mana
sumber anda mendapat informasi tersebut?
J: pernah, dari wali kelas waktu perwalian, psikolog dan orang tua juga.
7. T: Apakah anda pernah melihat siswa yang membully siswa lain? atau
Apakah anda pernah melakukan tindakan yang termasuk bullying?
J: kalau waktu saya kelas satu sering melihat ada yang membully siswa
lain, tapi setelah saya kelas dua sudah tidak lagi. Tindakan bullying yang
pernah saya lakukan saya pernah merusak benda rnilik orang lain tapi
cuma sekali, yang lain paling hanya mencela.
8. T: Apakah guru BK berperan dalam menangani bullyin~g di sekolah?
J: cukup berperan. Karena pernah ada yang membully siswa lain lalu
dipanggil ke ruang BK.ngga'
9. T: bagaimana kegiatan MOS di sekolah ini? apakah anda pernah melihat
ada bentakan, atau kegiatan yang sifatnya mengerjai siswa baru?
J: MOS disini tidak sekarang lebih baik tapi waktunya lebih sebentar
karena cuma 3 hari. Bentakan ada tapi hanya sedikit dan tidak berlanjut di
luar MOS.
l ..-..--......-
YAYASAN ANAKKU
PERGURUAN !SLAM AL-IZH/~R PONDOI\ LABU ---- SMA ISLAM AL=IZHAR PONl)QI( LABU ~J\R JI. RS. Fatmawali Kav. 49 Jakarta l 24:i0 -LABU "I!' 7()95542 - 7505932 - 7506128. Fax. 75036(,2. e-mail: sma@al-izhar-.1kt.sch.id
SURAT KETERANGAN Nomor ; 571 /SKetr /SNtAI IPL/Xll/2008
(ang bertanda tangan di bawah ini :
nama
jabatan
Ir. H. Tata Hendarto, M.Psi.T.
Kepala SMA Islam Al-lzhar Pondok Labu
:lengan ini menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:
nama
NIM
Jurusan
Program
Perguruan Tinggi
SITI NURBAITI
104070002284
Psikologi
Strata 1 (S-1)
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta
idalah benar bahwa nama tersebut telah mengadakan penelitian di SMA Islam Al-lzhar
)ondok Labu Jakarta, dalam rangka mendapatkan bahan skripsi dengan judul "Peran
3imbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying di Sekolah'', yang dilaksanakan )ada tanggal 10- 12 November 2008 di SMA Islam Al-lzhar Pondok Labu Yakarta.
)emikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jaka ta, 12 Desember 2008 ~oklabu,
L--