1t'°/n1 Ir -...

146
1t'°/n1 Ir "PEAAN BllVIBINGAN DAN KONSELING DALAIVI IVIENGATASI PERILAKU BULL YING SISWA SNIA AL-IZHAR PONDOK LABU" SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi ••• llll!lllilllr. Ull I Disusun oleh : SITI NURBAITI 104070002284 dari . I . ····· ....... 3 ' lY'/""'•····· 1n1 ' .. . uk ........ .. ........ k?..g'. k!:isifi.kasi : ............................. " .......... -,-· FAKULTAS PSIKOLOGll UNIVERSITAS ISLAM NEGERl (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAl<ARTA 1430 H/2009 M

Transcript of 1t'°/n1 Ir -...

Page 1: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

1t'°/n1 Ir "PEAAN BllVIBINGAN DAN KONSELING DALAIVI IVIENGATASI

PERILAKU BULL YING SISWA SNIA

AL-IZHAR PONDOK LABU"

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

••• llll!lllilllr.

Ull I

Disusun oleh :

SITI NURBAITI

104070002284

dari . I . ····· ....... 3 ' lY'/""'•····· :~1 · 1n1 ' J~·::::%3·::r2rr··· .. . uk ........ ~......... .. ........ k?..g'. k!:isifi.kasi : ............................. " .......... -,-·

FAKULTAS PSIKOLOGll

UNIVERSITAS ISLAM NEGERl (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAl<ARTA

1430 H/2009 M

Page 2: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

"PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGA T ASI

PERILAKU BULL YING SIS\llfA SMA

AL-IZHAR PONDOK LABU"

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

SITI NURBAITI

NIM: 104070002284

Di bawah bimbingan

Pembimbing

:!::rif,; NIP. 150326891

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKA1RTA

1430 H/2009 M

Page 3: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Pengesahan Panitia Ujian

Skripsi yang berjudul "Peran Bimbingan dan Konselinig Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 27 Februari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Ciputat, 27 Februari 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D NIP: 130885522

Penguji I

JF~' NIP: '150215283

o,,{~~s; NIP: 150215282;

Anggota

Pembimbing

Penguji II

-4~~J-Bamban£1 Suryadi, Ph.D I !IP: 150:326891

~~t-Bambang Suryadi, Ph.D NIP: 150326891

Page 4: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi

(B) Februari 2009

(C) Siti Nurbaiti

(D) "Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu"

(E) 115 hal, 29 tabel, 16 lampiran

(F)

Sekolah merupakan tempat bagi para siswa menimba ilmu pengetahuan dan sudah seharusnya tempat tersebut aman bagi mereka. Namun ternyata, dibeberapa sekolah masih ditemukan kasus kekerasan yang dilakukan antar siswa. lstilah kekerasan antar siswa di negara barat, dikenal dengan istilah bullying. Papalia, et Al dalam Dian P (2007) menyatakan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang untu~; menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri. Kasus bullying yang terjadi di sekolah merupakan masalah penting dan serius, yang harus segera diatasi, karena bullying membawa banyak dampak negatif terhadap siswa1 itu sendiri maupun lingkungannya. Salah satu dampak tersebut dapat termanifestasi dalam bentuk timbulnya kecemasan, rasa minder, malu, perilaku ag;esif atau bahkan percobaan bunuh diri bagi anak yang rnenjadi korban bullying. Kenyataan ini cukup memprihatinkan untuk perkernbangan siswa. Maka dari itu untuk mengatasi permasalahan di atas, di setiap sekolah sudah ada suatu lembaga atau unit yang menangani setiap permasalahan siswa. Lembaga yang dimaksud adalah bimbingan konseling.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Bimbinga11 dan Konseling Dalam Menangani Perilaku bullying Siswa SMA Al-lzhar Ponc!ok Labu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas 2 SMA Al-lzhar Pondok Labu yang berjumlah 128,dan sampel penelitian ini sebanyak 64 responden.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana data yang dihasilkan berupa data yang berbentuk bilangan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu jenis penelitian yang membi~rikan gambaran

iv

Page 5: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Dan teknik analisa datanya memggunakan rumus distribusi frekuensi. Dari hasil analisa data diperoleh kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling SMA Al-lzhar telah menjalankan fungsi preventif dan kuratifnya dalam menangani perilaku bullying siswa. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih dalam lagi indikator dari peran BK secara preventif dan kuratif dalam menangani perilaku bullying siswa.

(G) Bahan bacaan 27 buku + 7 internet+ 4 skripsi

v

Page 6: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

ABSTRACT

(A) The Faculty Of Pshychology

(B) February 2009

(C) Siti Nurbaiti

(D) The Role of Guidance and Counseling in Solving o,f behavior Problem at Students of Al-lzhar Senior High School Pondok Labu

(E) 114 pages, 29 tables, 16 enclouser

(F)

A school is a place where many students study knowledge, and students will get good knowledge in the good school condition. One of the good school condition criteria is a safe condition. Because of that, the school should be safe for students. Nevertheless, in the several schools were still found many force cases that have been done by students. The term of this case in West, known as bullying. Papalia, et.al in Dian P (2007) stated that bullying is an aggressive behavior which is purposely and continuity to attack a target or victim, especially a weak person who is easy to be mocked and cannot defend his self from attack. Bullying case happened in the school, was an important and serious problem that should be solved. Beci3use it cause many negative impacts toward student' self and environment. One of the impact is can be manifested in anxiety, shy, aggressive behavior, even suicide trial which would be done by a child as bullying victim. This reality had enough anxious for developing student. T'1erefore, the solving the problem above is, every school must have an institution or unit to handle the student problem. The institution is guidance and counseling.

This research tend to know the role of guidance and counseling preventively and curatively in solving bullying behavior of Al-lzhar Senior High School student at Pondok Labu. The Population in this research was the second grade students of Senior High School at Al-lzhar Pondok L.abu. It was 128 respondence and Sample 64 respondence.

The research used quantitative approach where the output data was in numeral the method use descriptive method; a research give describing a phenomenon as clear as possible without treatment to resHarch object. Beside that, technique of data analysis used frequency distribution.

vi

Page 7: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

The research findings concluded that guidance and counseling at Al-lzhar Senior High School has conducted its preventive function iin solving bullying problem with receiving students consultation, giving satisfying service for students, giving bullying information, explaning about school rules, and giving a guidance about frenship interstudent ethics. Meanwhile, in curative function, counselor give a counseling serve for student by individual and group, receiving students suggestions, giving the service whenever they needed. The writer concluded that guidance and counseling at Al-lzhar Senior High School has conucted its function optimally in solving student bullying behavior. For the next research, the writer hopes to other researchers can do research the indicators deeper more from the rolr of guidance and counseling preventively and curatively in solving student bullying behavior.

(G) Refference 27 books + 7 website + 4 skripsi

vii

Page 8: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

KA TA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa

mencurahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan

kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabat dan pengikutnya.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak

pihak yang telah membantu dan berperan serta dalam penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi, lbu Dra

Fadhilah Suralaga, M.Si selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik

beserta jajarannya.

2. Bapak Bambang Suryadi Ph.D yang terus membantu p1~nulis disela-sela

kesibukannya, beliau masih mau meluangkan waktunya untuk penu!is

guna member koreksian dan masukan agar karya ini mengalami

kemajuan.

3. Kedua orang tua yang telah memberikan jasa tak terbalaskan bagi

kehidupan penulis baik itu moril dan materil, selama hidup penulis pun

tidak akan pernah dapat membalasnya. Skripsi ini penulis persembahkan

khusus untuk mereka, juga keluarga dirumah mpok' yana, bang oman, k

fairus, bang apit, mpok' uyah, miftah dan untuk keponak:anku Nanda dan

Gazi Rabbani (!ante sayang kalian bgttt .. )

4. Untuk "Dimas Anggara Diningrat" yang tak pernah berhenti memberikan

perhatian, semangat dan dukungannya selama ini (dapE~t juga tiket

"CIAA"), viii

Page 9: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

5. Anak-anak Srikandi atas: lina, nana, ayu, k eli, widi, dika (terimakasih tak

terhingga untuk semua kebaikan kalian selama ini).

6. Untuk sahabat terbaikku: iyoet, iik, melly Oangatn lupain kenangan manis

pahit kita ya selama ngekost bareng.y."pa' Tarmi & kos pink". Tetap

semangat selesaian skripsinya .. ok)

7. Teman-teman seperjuanganku Riani, Naela, Nur, Kresno, Ciah, Fatimah,

Ega, Ummil, k Eli, Wuri, Putri, Riri, Farah Bariroh dll.terimakasih atas

sumbangan pemikirannya dan semangat yang kalian berikan. Para

mahasiswa Angkatan 2004 khususnya kelas A

Ciputat, Februari 2009

Penulis

ix

Page 10: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

DAFTAR ISi

Halaman

Halaman Judul

Halaman Persetujuan ............................................................ ii

Halaman Pengesahan .. . ... .. ... ... .. . .. .. . .. . . .. .. . .. . .. .. . . .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. iii

Abstrak ................................................................................ iv

Kata Pengantar ............ ... ... ................. .... ... ............. ... .. ....... viii

Daftar lsi .............................................................................. x

Daftar Tabel .......................................................................... xiii

BABl:PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah 1

1.2 ldentifikasi Masai ah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 9

1.3 Pembatasan dan Perumusan masalah . . . ... .. . . . . . .. . . . . . . . .. . 9

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . ... . . . . .. ... . . . . . . . . . . . . 11

1.5 Sistematika Penulisan . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. 12

BAB 2: KAJIAN TEORI

2.1 Bimbingan dan Konseling

2.1.1 Pengertian Bimbingan ........................................ 14

2.1.2 Pengertian Konseling ........................................ 19

2.1.3 Perbedaan Antara Bimbingan dan Konseling . .. . . . ... 22

2.1.4 Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling ............... 25

2.1.5 Bidang-bidang Blmbingan dan Konseling .............. 31

Page 11: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

2.1.6 Jenis Layanan Bimbingan Konseling ..................... 34

2.1.7 Pola Umum Bimbingan Konseling di Sekolah ......... 39

2.1.8 Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling ............ 40

2.1.9 Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Islam .... 43

2.2 Bullying

2.2.1 Pengertian Bullying . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48

2.2.2 Jenis-jenis Bullying . .. ... ... ... ... ... ... . .. ... . .. ... . .. ... ... 51

2.2.3 Tempat Terjadinya Bullying .............................. .

2.2.4 Tipe Pelaku Bullying ....................................... .

2.2.5 Tipe Korban Buliying

2.2.6 Dampak Bullying Terhadap Korban ................... .

2.2.7 Bullying Dalam Perspektif Islam ....................... .

2.2.8 Penelitian Terdahulu ..................................... ..

2.3 Kerangka Berpikir .................................................. .

BAB 3: ME70DOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

53

53

54

55

57

60

61

3.1.1 Pendekatan Penelitian .................................... 64

3.1.2 Metode Penelitian . . . .. . . . . .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . . . . .. . . .. 64

3.1.3 Definisi Variabel dan Definisi Operasional Variabel .. 64

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .. . . . . 66

3.2.2 Sampel ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ...... ... ... ... ... ... .... 67

Page 12: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ... ... . .. ... ... ... ... ... ... . 67

3.3 Teknik dan lnstrumen Pengumpulan Data

3.4.1 Kuesioner . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68

3.4.2 Wawancara........ ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 69

3.4 Teknik Penyusunan Angket ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... .... 70

3.4.1 Uji lnstrumen penelitian . .. ... . . . ... . ... ... ... ... . . .. ... 74

3.5 teknik Analisa Data ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 74

3.6 Prosedur Penelitian ... ... ... .. . . .. . .. ... ... ... . . . ... . . . . .. ... . .. . .. .. 76

BAB 4: PRESENTASI DAN ANALISA DAT A

4.1 Gambaran Umum Subjek ........................................ 78

4.2 Deskripsi Data . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79

BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .......................................................... 110

5.2 Diskusi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111

5.3 Saran ...................................................................... 113

DAFT AR PUST AKA

LAMPI RAN

Page 13: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Daftar Tabel

Tabel 3.1: Kisi-kisi instrument penelitian ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. 73

Tabel 4.1: Gambaran umum Subjek ... .. . . .. ... .. . ... ... ...... ... . .. ... . .. ... . 78

Tabel 1-9: Peran bimbingan dan konseling secara preventif ... ... ... ... 80

Tabel 10-15: Peran bimbingan dan konseling secara kuratif ............ 94

Tabel 16-27: Gambaran perilaku bullying ................................... 101

Page 14: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

1.1 Latar belakang

BAB 1

PENDAHULUAN

Sekolah merupakan sarana pendidikan untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan. Pentingnya pendidikan membuat pemerintah Indonesia

mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan

tahun. Dengan adanya pencanangan wajib belajar sembilan tahun

diharapkan bangsa Indonesia dapat mempunyai masa depan yang lebih maju

dan berkembang. Namun saat ini belajar sembilan tahun saja, yaitu sampai

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dianggap tidak cukup untuk rnemenuhi

tuntutan hidup. Banyak lowongan pekerjaan yang menuntut para pelamarnya

untuk memiliki tingkat pendidikan minimal di tingkat Sekolah Menengah Atas

(SMA).

Dengan adanya tuntutan tersebut seharusnya para pelajar lebih termotivasi

untuk berprestasi di sekolah khususnya tingkat SMA, karena SMA adalah

salah satu jenjang pendidikan yang akan mengantarkan mereka pada dunia

kerja. Namun pada kenyataanya, saat ini banyak pelajar yang berperilaku

negatif dan melakukan tindak kekerasan. Hal ini bisa kita lihat dari

Page 15: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

pemberitaan berbagai media massa tentang pelajar yang tawuran, dan

melakukan tindakan anarkis lainnya.

S1Jatu hal yang sangat ironis jika setiap tahun ajaran baru, berbagai surat

kabar ramai memberitakan jalannya Masa Orientasi Siswa (MOS). Model

orientasi siswa seperti ini sudah ada sejak dahulu, dan sampai sekarang

hampir semua sekolah masih melakukannya. Hanya saja masing-masing

sekolah menyelenggarakannya dengan cara yang berbecla-beda. Beberapa

tahun terakhir ada sekolah-sekolah yang telah dengan baik memanfaatkan

tradisi masa orientasi ini dengan berbagai kegiatan positilf seperti melakukan

gerakan penghijauan atau kegiatan kewirausahaan. Sebaliknya masih

banyak juga sekolah yang masih menerapkan tradisi kek(~rasan berupa

penggencetan, gojlok, plonco, stressing, yang kesemuanya itu tentu saja jauh

dari tujuan utama diselenggarakannya MOS itu sendiri yaitu pengenalan

sekolah (Desy Nataliana, 2308).

Para siswa baru menganggap bahwa, kekerasan yang acla saat MOS

dipandang sebagai ajang balas dendam senior pada yuniornya, dan MOS

juga dianggap sebgai ajang untuk mempemalukan para siswa baru dengan

kegiatan yang merendahkan dan mengintimidasi. Kegiatan penggencetan ini

juga seringkali berlanjut di luar masa orientasi dan di luar sekolah, dikenal

dengan istilah natar. Materi yang diberikan diantaranya tentang pentingnya

2

Page 16: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

hormat terhadap senior, larangan berperilaku ngocol bagi siswa yunior di

sekolah, sampai penataran tentang pengetahuan siapa musuh para senior,

dimana lokasi terbaik mencari musuh sampai strategi tawuran. Tentu saja

semua ini sudah tidak resmi dari sekolah lagi. Siswa baru yang tidak menurut

pada senior akan dikerjai di luar sekolah, dibilang tidak solider, diancam,

dibentak, diculik, dipukuli bahkan sampai ada yang menewaskan siswa baru,

sehingga akhirnya mereka harus berurusan dengan polisi (Desy Nataliana,

2008).

Menurut Abarwati dan Nuryadi dalam Sumarhudoyo (2004). peristiwa yang

terjadi di salah satu sekolah kawasan Kebayoran Baru yang merupakan

salah satu bentuk peristiwa MOS yang dilakukan oleh pelajar senior yang

merugikan pelajar yunior dikenal dengan sebutan perilaku gencet-gencetan.

Salah satu pelajar di sekolah tersebut yang bernama Andi (bukan nama

sebenarnya) mengaku pernah menjadi korban dari perilaku gencet-gencetan

selama satu tahun ketika ia duduk di bangku kelas satu SMA. Lebih parahnya

lagi, Andi dan teman-temannya bahkan pemah diculik oleh empat kakak

kelasnya. Mereka dibawa ke rumah salah satu senior, kernudian mereka

dibentak, dikerjai habis-habisan, bahkan dipukul. Perilaku gencet-gencetan

yang diterima Andi adalah ketika dalam penculikan itu ia harus bercerita lucu

maka ia ditampar oleh sang senior.

Page 17: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Perilaku gencet-gencetan yang dilakukan oleh pelajar senior terhadap pelajar

yunior di tingkat SMA dapat dikategorikan sebagai bullying. lstilah kekerasan

antar pelajar di negara barat, sejak tahun 1970 lebih dikenal dengan istilah

bullying. Mungkin agak sulit untuk mencari padanan kata yang tepat dalam

bahasa indonesia untuk bullying. Secara definisi bullying ;adalah penggunaan

agresi dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun

mental. Bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, emosional dan juga

seksual (PeKa, 2008).

Menurut Farrington dalam Sumarhudoyo (2004), para bull~· (pelaku bullying)

menganggap bahwa mereka yang lemah hanya akan pasrah dan tidak

melawan apabila dikerjai oleh para bully. Para korbannya hanya bisa diam

untuk tidak diperlakukan lebih buruk lagi oleh para bully. ICekuatan yang

dimiliki oleh pelajar senior telah menumbuhkan sikap agresif dalam diri

mereka yang mengakibatkan adanya perilaku antisosial kepada mereka yang

tidak setara dengan pelajar senior tersebut. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa bullying adalah suatu tipe dari perilaku agresif, dan

agresivitas merupakan tipe dari perilaku antisosia:I.

Kasus lain yang terjadi akibat bullying (dalam SEJIWA, 2008) adalah Fifi

Kusrini, seorang gadis 13 tahun, seorang tunas bangsa calon pemilik masa

depan, ternyata tidak berumur panjang. Pada tanggal 15 ,Juli 2005, siswi

4

Page 18: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

SMP Negeri 10 Bantar Gebang, Bekasi itu ditemukan tergantung di kamar

mandi rumahnya. Fifi mengakhiri hidupnya dengan meng!~unakan seutas tali,

namun tidak ada yang tahu persis kenapa ia mengambil keputusan nekad

seperti itu. Satu-satunya petunjuk datang dari sang ayah, yang mengatakan

putrinya merasa malu karena sering diejek teman-temannya sebagai anak

tukang bubur. (Liputan6.com, 16 Juli 2005 dan Kompas, ·17 Juli 2005).

Dari dua kejadian di atas, dapat dibayangkan betapa bes;ar dampak yang

ditimbulkan dari bullying. Namun guru, orangtua, bahkan siswa belum

memiliki kesadaran yang penuh tentang bullying. Bullying merupakan istilah

yang belum cukup dikenal masyarakat luas di Indonesia rneski perilakunya

eksis di dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan di dalam institusi

pendidikan.

Perilaku bullying sudah seharusnya dipahami sebagai suatu masalah serius

oleh semua pihak, guru, orang tua dan siswa (pelaku maupun korban) dan

pihak terkait lainnya, karena perilaku bullying ini bersifat merusak baik korban

maupun pelaku. Maka dari itu segala perilaku negatif yan1~ dilakukan siswa

khususnya bullying, jangan dibiarkan berlarut-larut oleh para guru. Tetapi

harus segera diketahui dan diatasi sedini mungkin. Anak yang melakukan

perilaku bullying sebaiknya diberikan perhatian dan bimbingan yang lebih

dibanding dengan siswa lain. Sebenamya bukan hanya pihak sekolah seperti

Page 19: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

guru yang bertanggung jawab dalam mengatasi perilaku bullying, tetapi orang

tua juga harus berperan dalam mengatasi perilaku negatiif anaknya berupa

perilaku bullying.

Hanya saja kenyataannya orang tua tidak mengetahui tindakan anaknya

diluar rumah, khususnya di sekolah. Saat ini banyak orang tua merasa jika

anaknya berada di sekolah itu merupakan tanggung jawab para guru untuk

mendidik anak. Hal itu terjadi karena kesibukan kedua omng tua mereka

yang bekerja, sehingga orang tua tidak dapat memantau .apa saja tindakan

yang telah dilakukan oleh anaknya di luar rumah.

Kenyataan ini cukup memprihatinkan untuk perkembanga1n siswa. Maka dari

itu untuk mengatasi permasalahan di atas, di setiap sekolah sudah ada suatu

lembaga atau unit yang menangani setiap permasalahan siswa. Lembaga

yang dimaksud adalah bimbingan kons::iling.

Bimbingan dan konseling merupakan suatu wadah atau tE,mpat pelayanan

berbagai permasalahan yang dialami siswa. Selain sebagai tempat

pelayanan proses bimbingan dan konseling, bimbingan konseling juga

memiliki fungsi-fungsi dan metode-metode tertentu sebagai solusi alternatif

dan bernilai positif tanpa memakan waktu yang lama, sehingga pada

Page 20: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

hubungan timbal balik tersebut dapat berjalan sesuai den9an kegunaan dan

harapan.

Bimbingan konseling merupakan bagian internal dari proses pendidikan di

sekolah. Tentunya mempunyai tanggung jawab untuk mencegah dan

menanggulangi permasalahan pelajar yang dilakukan siswa dalam lingkup

sekolah. Seperti diadakannya program-program bimbingan konseling yang

mengarah pada upaya pembinaan siswa intra dan ekstrakurikuler, yang

bertujuan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. DEmgan demikian

sangat jelas bahwa keberadaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan

dalam menangani permasalahan siswa sehingga permasalahan tersebut

dapat terselesaikan dengan baik. Sebagaimana Rogers yang dikutif oleh

Hallen (2002) mengemukakan bahwa, konseling adalah serangkaian

hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untu~t membantu dia

dalam mrirubah sikap dan tingkah lakunya.

Pada penelitian ini, penulis memilih Al-lzhar sebagai objek penelitian dengan

beberapa alasan diantaranya adalah tingginya tingkat kesadaran dan

kepedulian yang dimiliki Al-lzhar dalam mencegah atau mengatasi masalah

bullying. Salah satu bentuk kepedulian yang dilakukan Al-lzhar untuk

mencegah bullying di sekolah adalah dengan membentuk field day activity.

Field day activity adalah suatu kegiatan lapangan (misalnya perlombaan)

7

Page 21: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

dimana siswa yang bernomor absen sama dicampur dalam satu kelompok,

sehingga masing-masing kelompok terdapat siswa dari yang paling kecil

sampai yang paling besar. Dalam kegiatan ini yang diutarnakan adalah

bagaimana sekolah menyediakan sebuah wadah bagi murid senior dan

yunior untuk terlibat dalam sebuah aktivitas yang membangun kebersamaan

diantara mereka (SEJIWA, 2008).

Selain membentuk field day activity, alasan penulis memilih Al-lzhar adalah

karena berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan ketua SEJIWA

(LSM yang peduli dengan masalah bullying) diketahui bahwa Al-lzhar Pondok

Labu adalah salah satu sekolah yang bekerja sama dengan pihak SEJIWA,

dan aktif mengikuti pelatihan mengenai bagaimana meng;atasi bullying di

sekolah.

Untuk itu dalam penelitian ini penulis ingin mengungkapkan apa peran

bimbingan konseling yang bersifat preventif, dan kuratif untuk mengatasi

perilaku bullying, bagaimana gambaran perilaku bullying siswa, dan apakah

ada kendala bagi konselor sekolah dalam mengatasi perilaku bullying.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas, maka

penulis ingin mengungkapkan hal-hal tersebut dalam suatu penelitian

Page 22: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

berjudul "PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI

PERILAKU BULL YING SISWA SMA AL-IZHAR PON DOK LABU"

1.2 ldentifikasi Masalah

1. Bagaimana gambaran perilaku bullying pada siswa SMA Al-lzhar Pondok

Labu?

2. Apa peran bimbingan konseling yang bersifat preventif dalam mengatasi

perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu ?

3. Apa peran bimbingan konseling yang bersifat kuratif dalam mengatasi

perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu ?

4. Apa kendala yang dihadapi oleh bimbingan konseling atau konselor

sekolah dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok

Labu?

1.3Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah

Agar masalah yang diteliti selalu berada dalam jalurnya dan terarah, maka

penulis membuat batasan permasalahan sebagai berikut :

1. Bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah suatu proses pemberian

bantuan oleh guru bimbingan konseling (konselor sekolah) kepada anak

didik agar anak didik tersebut khususnya anak yang b1~rperilaku bullying

9

Page 23: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

dapat memahami dirinya, mengarahkan dirinya dan dapat bertindak

secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah.

Dengan memperhatikan bahwa anak didik tersebut adalah makhluk

individu dan sosial serta memperhatikan adanya perb1~daan-perbedaan

individu.

2. Peran bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah bagian utama dari

tugas yang harus dilaksanakan oleh konselor dalam melaksanakan

layanan bimbingan dan konseling di SMA Al-lzhar Pondok Labu. Adapun

peran utama konselor adalah sebagai pembimbing, pengarah, penunjuk,

pengantisipasi masalah (preventif) serta menjadi pem•;lcah masalah

(kuratif).

3. Bullying yang dimaksud adalah perilaku kekerasan yang terjadi yang

terjadi di sekolah yang dilakukan oleh siswa senior terhadap yuniornya,

dilakukan secara berulang-ulang dan dalam periode waktu tertentu.

Bentuk bullying bisa berupa fisik, psikologis dan gabungan dari keduanya.

4. Siswa yang dimaksud adalah siswa-siswi kelas 2 SMA Al-lzhar Pondok

Labu. Hal ini karena siswa-siswi tersebut telah merasakan pelayanan

bimbingan dan konseling selama 2 tahun.

10

Page 24: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

1.3.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut: "Bagaimana Peran Bimbingan dan Kons1~ling Dalam

Mengatasi Perilaku Bullying Siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu"

1.4 Tujuan dan manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bimbingan dan

konseling dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok

Labu.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

wawasan keilmuan, k'lususnya pada bidang psikologi pendidikan dan

psikologi sosial. Penelitian ini juga diharaplcan bermanfaat dengan

memberikan informasi tentang peran bimbingan dan konseling dalam

mengatasi perilaku bullying siswa.

11

Page 25: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah

1. Dapat dijadikan salah satu acuan bagi guru bimbingani dan konseling,

khususnya dalam mengatasi siswa yang melakukan perilaku bullying di

sekolah

2. Dapat dijadikan bahan masukan bagi konselor sekolah, guru atau wali

kelas, orang tua dan bagi siswa itu sendiri dalam peningkatan

pemberdayaan peran bimbingan dan konseling.

3. Diharapkan dapat membantu para orang tua dan guru agar lebih

memahami dan mengarahkan perkembangan anak-anak mereka agar

kelak terhindar dari perilaku bullying yang dapat men.i!}ikan dirinya sendiri.

4. Penulis dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga penulis untuk

menambah wawasan keilmuwan di masyarakat.

1.5Sistematika Penulisan

BAB 1: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan, perumusan masalah, tujuan, manl'aat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB 2: Kajian Teori, membahas tentang pengertian bimbingan, pengertian

konseling, perbedaan antara bimbingan dan konseling, fungsi serta tujuan

bimbingan dan konseling, bidang-bidang bimbingan dan konseling, jenis

12

Page 26: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

layanan bimbingan dan konseling, pola umum bimbingan dan konseling,

kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, serta bimbingan dan

konseling dalam perspektif Islam.

BAB 3: Metodologi Penelitian, adapun isi bab ini meliputi jenis penelitian,

definisi variable, definisi operasional, populasi, sample, teknik pengambilan

sample, teknik dan instrument pengumpulan data, serta prosedur penelitian

BAB 4: Presentasi dan Analisa data, bab ini meliputi gambaran umum subjek

berdasarkan usia, jenis kelamin dan asal sekolah. juga deiskripsi data

BAB 5: Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Daftar pustaka berisikan daftar referensi buku yang digunakan sebagai

literatur pembuatan laporan penelitian.

13

Page 27: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

BAB2

KAJIAN TEORI

Dalam bab ini dibahas landasan teori yang akan mengharitarkan kedalam

pembahasan tentang peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi

perilaku bullying siswa berdasarkan teori-teori kepustakaan.

2.1 Bimbingan dan Konseling

2.1.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling

Membicarakan suatu masalah terlebih dahulu kita harus rnengerti tentang

pengertian masalah yang akan kita bicarakan. Secara etimologis kata

bimbingan merupakan terjemahan dari kata "Guidance" bHrasal dari kata

kerja "to guide" yang mempunyai arti "menunjukkan, membimbing, menuntun,

ataupun membantu". Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum

bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau turitunan (Hallen,

2002).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan adalah petunjuk

(penjelasan) cara mengerjakan sesuatu; tuntunan (Pusat 13ahasa Depdiknas,

2002)

1 A

Page 28: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year's Book Of

Education 1955 (dalam Ha!len, 2002) yang menyatakan: "Guidance is a

process of helping individual throught their own effort to discover and develop

their potentialities both for personal happiness and social usefulness".

Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri

untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh

kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.

Makna bimbingan dalam tinjauan terminologi (istilah) banyak dijumpai dalam

literatur-literatur bimbingan dan konseling diantaranya Dewa Ketut Sukarni

(2000) menyatakan bahwa "Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu prose

pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri,

sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,

sesuai dengan tuntutan dan kec.daan lingkungan sekolah, keluarga, dan

masyarakat dan kehidupan pada umunya. Dengan demikian, ia akan dapat

menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikain sumbangan yang

berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu

individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk

sosial".

Page 29: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Berdasarkan Kurikulurn yang kernudian dikutip oleh Yusuf Gunawan (1987)

rnengartikan birnbingan sebagai: "Suatu prose bantuan khusus yang

diberikan kepada siswa dengan rnernperhatikan kernungkinan-kernungkinan

dan kenyataan-kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalarn

rangka perkernbangannya yang optimal, sehingga rnereka dapat rnernaharni

diri, rnengarahkan diri dan bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan

dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan rnasyarakat".

Frak W. Miller dalarn bukunya Guidance, Principle dan Se.rvices yang dikutip

oleh Sofyan S Wilis (2004), rnengernukakan definisi birnbingan sebagai

berikut: "bimbingan ada/ah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai

pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan ba9i penyesuaian diri

secara baik dan maksimum di sekolah, ke/uarga dan masyarakaf'.

Dep<Jrternen Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Pengembangan

Pendidikan yang dikutip oleh Andi Mappiare (1984) mernberikan rurnusan:

"Birnbingan di sekolah adalah proses pernberian bantuan l<epada murid,

dengan rnernperhatikan rnurid itu sebagai individu dan rnakhluk sosial serta

rnernperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu, a~1ar rnurid itu dapat

rnernbuat tahap rnaju seoptirnal rnungkin dalarn proses perkernbangannya

dan agar dia dapat rnenolong dirinya menganalisa dan rnernecahkan

Page 30: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

masalah-masalahnya. Semuanya itu demi memajukan kebahagian hidup,

terutama ditekankan pada kesejahteraan mental".

Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah

suatu proses pemberian bantuan kepada siswa agar dapat mengembangkan

kemampuannya secara optimal untuk mencapai kebahagiaan yang

bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.

Menurut Sofyan S. Willis (2004) dari berbagai pengertian bimbingan yang

telah dikemukakan diatas, dapat simpulkan karakteristik bimbingan

(guidance) adalah sebagai berikut:

1. Bimbingan merupakan upaya yang bersifat preventif

Artinya lebih baik diberikan kepada individu yang belurn bermasalah,

sehingga dengan bimbingan dia akan memelihara diri dari berbagai

kesulitan.

2. Bimbingan dapat diberikan secara individual dan kelompok

upaya bimbingan dapat diberikan secara individual, artinya seorang

pembimbing menghadapi seorang klien (si terbimbing). Mereka berdiskusi

untuk pengembangan diri klien, kemudian merencanakan upaya-upaya

bagi diri klien yang terbaik baginya.

Page 31: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Disamping itu, bimbingan kelompok adalah jika seorang pembimbing

menghadapi banyak klien. Disini pembimbing lebih banyak bersikap

sebagai fasilitator untuk kelancaran diskusi kelompok dan dinamika

kelompok. Masalah yang dihadapi adalah perso3lan bersama, misalnya

meningkatkan prestasi belajar, kreativitas dan sebagainya.

3. Bimbingan dapat dilakukan oleh para guru, pemimpin, ketua-ketua

organisasi dan sebagainya.

Yang penting para pembimbing tersebut memiliki pengetahuan tentang

psikologi, sosiologi, budaya, dan berbagai teknik bimbingan seperti

diskusi, dan dinamika kelompok, sosio-drama, teknik mewawancarai, dan

sikap-sikap yang menghargai, ramah, jujur dan terbuka. Bisa dikatakan

bahwa bimbingan dapat dilakukan oleh siapa saja yan9 berminat, asal

mendapat pelatihan terlebih dahulu (Sofyan S Wilis, 2004).

Pada prinsipnya bimbingan merupakan pemberian pertolongan atau bantuan,

dan bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok dalam

bimbingan. Tetapi sekalipun bimbingan merupakan pertolongan, namun tidak

semua pertolongan dapat disebut sebagai bimbingan. Orang dapat

memberikan pertolongan kepada anak yang jatuh agar bangkit, tetapi ini

bukan merupakan bimbingan. Pertolongan yang merupakan bimbingan

mempunyai sifat-sifat lain yang harus dipenuhi.

Page 32: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

2.1.2 Pengertian Konseling

lstilah konseling berasal dari bahasa lnggris "to counsel' yang secara

etimologis berarti "to give advice", atau memberi saran atau nasehat (Hornby

dalam Hallan, 2002).

lstilah bimbingan selalu dirangkai dengan istilah konselin~1. Hal ini disebabkan

karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiiatan yang integral.

Konseling salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa

teknik lainnya, namun konseling sebagaimana dikatakan oleh Roger (1942)

sebagai berikut:

"Counseling is a series of direct contacts with the individual which aims to

offer him assistance in changing his attitude and behaviour'.

Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang

bertujuan untuk membantunya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya

(Hallan, 2002).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konseling adalah pemberian bantuan

dari konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman

terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memeGahkan berbagai

masalah; penyuluhan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002)

'"

Page 33: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Makna konseling dalam tinjauan terminologi (istilah) banyak dijumpai dalam

literatur-literatur bimbingan dan konseling antara lain menurut C. Patterson

yang dikutip oleh M. Hamdani Bakran Adz Dzaky (2002) mengemukakan

bahwa konseling adalah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi

antara seorang terapis dengan satu atau lebih klien dimana terapis

menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pen9etahuan sistematik

tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental

klien.

Kemudian muncul English & English yang dikutip oleh Sofyan S \/Vilis (2004)

mengemukakan arti konseling adalah: "Suatu hubungan antara seseorang

dengan orang lain, dimana seorang berusaha keras untuk. membantu orang

lain agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam

rangka penyesuaian dirinya".

Menurut Jones yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (1999)

mengatakan bahwa konseling adalah kegiatan dimana semua fakta

dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah

tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi

bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak

memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada

Page 34: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah­

masalahnya sendiri tanpa bantuan.

Pietrafesa dalam bukunya The Authentic Counselor yang dikutip oleh

Latipun (2001), mengemukakan secara singkat bahwa konseling adalah

proses yang melibatkan seseorang profesional berusaha rnembantu orang

lain dalam mencapai pemahaman dirinya (self understanding), membuat

keputusan dan pemecahan masalah.

Selanjutnya William Ratigan dalam Mohamad Surya (200:1), mencoba

memberikan deskripsi pengertian konseling, khususnya konseling pendidikan

secara lebih rinci berdasarkan pengamatan dan penelitian yang telah

dilakukannya. la mendeskripsikan konseling sebagai berikut:

1. Seorang konselor melihat bahwa kegiatan belajar siswa1 berjalan sejajar

dengan kecakapan dan minatnya. la seyogyanya mendorong siswa untuk

dapat belajar secara realistic sesuai dengan dirinya.

2. Konseling membantu anak-anak membuat keputusan sendiri sehingga

mereka menemukan kepuasan dan kesenangan dalam kehidupan kerja

mereka

3. Konseling memberi informasi kepada seseorang tentan9 dirinya,

potensinya, kemungkinan-kemungkinan yang memadai bagi potensinya,

Page 35: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan tersebut dengan sebaik­

baiknya.

4. Konselor sekolah membantu siswa membuat pilihan, mendiskusikan hasil

yang mungkin diperoleh dari pembuatan setiap keputusan dar. mengajar

untuk menerima tanggung jawab terhadap pilihan yang telah dibuatnya.

5. Konseling membiarkan siswa mengetahui bahwa ia berharga untuk dirinya

sendiri, bahwa ia mendapat perhatian dan kepedulian.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah bantuan yang

diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya

dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang

dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Dalam hal ini

harus selalu diingat agar individu pada akhirnya dapat memecahkan

masalahnya dengan kemampuan sendiri. Dengan demikian maka klien tetap

dalam keadaan aktif, memupuk kemampuannya didalam memecahkan setiap

masalah yang mungkin akan dihadapi dalam kehidupannya.

2.1.3 Perbedaan Antara Bimbingan dan Konseling

Pada umumnya, istilah bimbingan dan konseling dianggap identik atau sama

saja, artinya bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang

integral, keduanya tak dapat dipisahkan. Oleh karena itu perkataan

bimbingan selalu dirangkaikan dengan konseling sebagai kata majemuk.

Page 36: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Konseling merupakan salah satu jenis teknik pelayanan bimbingan diantara

pelayanan-pelayanan lainnya, dan sering dikatakan sebagai inti dari

keseluruhan pelayanan dalam bimbingan.

Namun, ada juga pandangan lain yang menyatakan bahwa bimbingan dan

konseling merupakan dua pengertian yang berbeda, baik dasar-dasarnya

maupun cara kerjanya. Menurut pandangan ini konseling lebih identik dengan

Psychoterapi, yaitu usaha untuk menolong dan menggarap seseorang yang

mengalami kesukaran dan gangguan psikis yang serius. Sedangkan

bimbingan oleh pandangan ini dianggap identik dengan pEmdidikan (I.

Djumhur dan Moh. Surya, 1975)

Menurut Bimo Walgito (2004) perbedaan antara bimbingan dan konseling

adalah:

1. Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan sehingga dengan

demikian pengertian bimbingan dan lebih luas daripada konseling. Karena

itu konseling merupakan bimbingan tetapi tidal< semua bentuk bimbingan

merupakan konseling.

2. Pada konseling sudah ada masalah tertentu, yaitu masalah yang dihadapi

klien, sedangkan pada bimbingan tidak demikian. Bimbingan lebih bersifat

preventif sedangkan konseling lebih bersifat kuratif atau korektif.

Bimbingan dapat diberikan sekalipun tidak ada masalah. Hal ini bukan

Page 37: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

berarti bahwa pada bimbingan sama sekali tidak didapati segi kuratif, dan

sebaliknya pada konseling tidak didapati segi preventif. Dalam konseling

juga didapati segi preventif, menjaga atau mencegah agar jangan sampai

t;mbul masalah yang lebih berat.

3. Konseling pada dasarnya dilakukan secara individual, yaitu antara

konselor dengan klien secara face to face. Pada bimbingan tidak demikian

halnya, bimbingan pada umumnya dijalankan secara kelompok. Misalnya

bimbingan tentang bagaimana cara belajar yang efisien dapat diberikan

pada seluruh kelas pada suatu waktu tertentu secara bersama-sama.

Sedangkan menurut Abubakar Baraja (2004) perbedaan antara bimbingan

dan konseling adalah:

a. Bimbingan secara praktis lebih mengarah untuk mEimberikan petunjuk

dan nasihat kepada terbimbing, maka pembimbing disini bersifat aktif

dan terbimbing bersifat pasif.

b. Sedangkan pada konseling yang banyak digunakan adalah

wawancara untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan dan

diinginkan dari yang diwawancarai sehingga konseling disini dapat

disebut terjadinya komunikasi antar pribadi, jadi sifat konseling

menunjukkan bahwa konselor pasif sedangkan kliEm aktif.

Page 38: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

2.1.4 Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling

1. Fungsi Bimbingan Konseling

Menurut A. Juntika (2004) fungsi bimbingan konseling sebagai berikut:

a. Pencegahan

sifat bimbingan konseling yang menghasilkan tercegah atau terhindarnya

peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan

mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian

tertentu dalam proses perkembangannya.

b. Penyembuhan

sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan terentaskannya atau

teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik.

c. Perbaikan

sifat bimbingan konseling untuk memperbaiki kondisi peseirta didik dari

permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat berkembang secara

optimal.

d. Pemeliharaan

sifat bimbingan konseling untuk menjaga terpeliharanya kondisi individu yang

sudah baik agar tetap baik.

e. Pengembangan

sifat bimbingan konseling untuk mengembangkan berbagai potensi dan

kondisi positif individu dalam rangka pengembangan dirinya secara mentap

dan berkelanjutan.

Page 39: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Sedangkan menurut Hallen (2002) dalam bukunya Bimbingan dan Konseling

mengemukakan bahwa bimbingan konseling berfungsi sebagai berikut:

1. Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan

menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu

sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta diclik. Fungsi

pemahaman ini meliputi:

a). Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh peserta

didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.

b). Pemahaman tentang lingkungan peserta didik, termasuk di dalamnya

lingkungan keluarga dan sekolah terutama oleh peserta didik sendiri,

orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.

c). Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalam

informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, informasi social dan

budaya/ nilai-nilai) terutama oleh peserta didik.

2. Fungsi pencegahan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan

menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai

permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu,

menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu

dalam proses perkembangannya.

3. Fungsi pengentasan adalah fungsi yang digunakan sebagai pengganti

istilah fungsi kuratif atau terapeutik dengan arti pengobatan atau

penyembuhan.

Page 40: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan

konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya

berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka

perkembangan dirinya secara terarah, mant?p dan ber~;elanjutan.

5. Fungsi advokasi adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan

menghasilkan teradvokasinya atau pembelaan terhadap peserta didik

dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi seicara optimal.

Berkaitan dengan penelitian ini, pada fungsi preventif konselor diharapkan

mampu memberikan layanan-layanan bimbingan secara maksimal kepada

siswa lewat program-program yang juga dapat diterima siswa. Selain itu

fungsi preventif juga dapat diwujudkan dengan cara disele1nggarakannya

berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konse1ling untuk

mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam fungsi preventif itu

sendiri, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan

yang mungkin timbul yang akan mengganggu, menghambat ataupun

menimbulkan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

Dalam hal ini layanan, program dan kegiatan tersebut bert:ujuan untuk

mencegah terjadinya perilaku bullying, intimidasi, dan pelecehan yang

dilakukan oleh siswa.

Page 41: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Sedangkan pada fungsi kuratif, karena dalam fungsi ini bmkaitan dengan

pemecahan masalah. Yakni bagaimana pemecahan masalah untuk perilaku

bullying yang sudah terjadi di sekolah bahkan sudah ada korban. Maka

pelayanan bimbi11gan dan konseling yang ada diharapkan mampu mengatasi

dan melakukan upaya-upaya untuk memulihkan psikologis baik pelaku

bullying atau korban juga memberikan layanan konseling pada siswa yang

berperilaku bullying agar dapat menghilangkan kebiasaan-kebiasaan

buruknya atau juga sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah.

2. Tujuan Bimbingan

Secara garis besar tujuan bimbingan dapat digambarkan dari beberapa teori

yang telah diuraikan diatas, namun untuk lebih jelas peneliti mengutip

pendapat dari beberapa para ahli. Diantaranya, Thantawy (1995) yang

menjelaskan secara umum tujuan bimbingan dan konseling dalam program

pendidikan di sekolah adalah untuk membc1ntu para siswa agar mencapai

tahap perkembangan yang optimal baik secara akademik, psikologis,

maupun sosial.

Sedangkan menurut Yusuf Gunawan (2001) tujuan bimbingan secara um urn

dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar individu

tersebut:

Page 42: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

1. Mengerti dirinya dan lingkungannya. Mengerti diri meliputi pengenalan

kemampuan, bakat khusus, minat, cita-cita dan nilai hidup yang dimiliki

untuk perkembangan dirinya. Mengerti lingkungan meliputi pengenalan

baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya.

2. Mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidupnya secara

bijaksana baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan social-pribadi.

Termasuk di dalamnya membantu individu untuk memilih bidang studi,

karier, dan pola hidup pribadinya.

3. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal.

4. Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana. Bantuan ini

termasuk memberikan bantuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan

buruk atau sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah.

5. Mengelola aktivitas kehidupannya, mengembangkan sudut pandangnya,

dan mengambil keputusan serta mempertanggung jawabkannya.

6. Memaha1ni dan mengarahkan diri dalarn bertindak serta bersikap sesuai

dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.

Selanjutnya Syamsu Yusuf dan Ahmadi Juntika (2006) menjelaskan tujuan

birnbingan adalah agar individu dapat:

1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi dan perkembangan karir serta

kehidupannya di masa yang akan datang.

Page 43: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya

seoptimal mungkin.

3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat

serta lingkungan kerjanya.

4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,

penyesuaian dalam lingkungan pendidikan, masyarakat maupun

lingl<ungan kerja.

Secara khusus bimbingan bertujuan untul< membantu peserta didik agar

dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek

pribadi-sosial, belajar (akademil<) dan karir (Syamsu Yusuf dan Ahmad

Juntika, 2006).

3. Tujuan Konseling

Menurut Sofyan S. Willis (2004) menjelaskan bahwa tujuan konseling yaitu

membantu individu/klien agar menjadi orang yang lebih fungsional, mencapai

integritas diri, identitas diri dan aktualisasi diri. Pendapat l;:iin tentang tujuan

konseling adalah agar potensi berkembang optimal, mampu memecahkan

masalah, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Secara umum Sofyan S. Willis (2004) mengatakan bahwa tujuan konseling

haruslah mencapai:

Page 44: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

1. Effective daily living, artinya setelah selesai proses konseling klien harus

dapat menjalani kehidupannya sehari-harinya secara efektif dan berdaya

guna untuk diri, keluarga masyarakat, bangsa dan Tuhannya.

2. Re/asionship with other, artinya klien mampu menjalin hu'Jungan yang

harmonis dengan orang lain di keluarga, sekolah, kantor dan masyarakat.

Hallan (2002) mengungkapkan bimbingan dan konseling bertujuan agar

peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya, dan mampu

merencanakan masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan

konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar

masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga

menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.

2.1.5 Bidang-bidang Bimbingan dan Konseling

1. Bidang Bimbingan Pribadi

Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling

membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta

sehatjasmani dan rohani (Hallan, 2002). Dan ada yang mengatakan bahwa

bimbingan pribadi juga memberikan bantuan kepada siswa untuk

mengembangkan hidup pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang diri,

gaya hidup, kemampuan mengerti dan menerima diri dan orang lain serta

Page 45: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

rnernbantunya untuk rnernecahkan rnasalah-rnasalah pribadi yang diternuinya

(Yusuf Gunawan, 1987)

Ada banyak alasan anak rnel2kukan perilaku bullying di sekolah, bisa karena

pola asuh orang tua yang otoriter, persepsi diri yang salahi, karena tekanan

ekonorni keluarga dan lain-lain. Alasan-alasan tersebut tidak dapat diketahui

tanpa adanya wawancara langsung dari konselor pada siswa yang

bersangkutan. Oleh karena itu dengan adanya birnbingan pribadi ini seorang

konselor dapat menggali faktor apa yang rnenjadi penyebab anak berperilaku

bullying di sekolah, karena dengan rnengetahui penyebabnya rnaka

perrnasalah akan lebih mudah diselesaikan.

2. Bidang Birnbingan Sosial

Dalarn bidang birnbingan sosial, pelayanan birnbingan dan konseling di

sekolah berusaha rnernbantu peserta didik rnengenal dan berhubungan baik

dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab

kernasyarakatan dan kenegaraan (Hallen, 2002).

Bisa dikatakan bahwa anak yang berperilaku bullying adalah anak yang tidak

rnarnpu berinteraksi dengan baik dalarn lingkungan sosialnya, ia tidak tahu

bagairnana bersikap yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sekitarnya.

Dalarn hal ini birnbingan dan konseling rnempunyai tanggung jawab dalam

Page 46: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

hal menumbuhkan kesadaran anak agar lebih mengenal dan berhubungan

baik dengan lingkungan sosialnya. Sehingga anak yang berperilaku bullying

dapat menyadari bahwa perilakunya adalah tidak baik dan tidak sesuai

dengan norma yang berlaku.

3. Bidang Bimbingan Belajar

Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling

membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap

dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan

keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk rnelanjutkan

pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun k•elapangan

pekerjaan tertentu {Hallen, 2002). Sedangkan Wingkel memgatakan bahwa

bimbingan belajar adalah bimbingan dalam menemukan c:ara belajar yang

tepat untuk mengatasi k&sukaran-kesukaran mengenai belajar dan dalam

memilih jenis atau jurusan yang sesuai (Yusuf Gunawan, 1987).

4. Bidang Bimbingan Karier

Dalam bidang bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan dan konseling

ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan

pilihan karier, (Hallen, 2002). Sedangkan Donald E. Super merumuskan

bimbingan karier sebagai suatu proses bantuan pribadi ya1ng

Page 47: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

mengembangkan penerimaan secara bulat gambaran diri serta peranannya

dalam dunia kerja (Yusuf Gunawan, 1987).

Terkait dengan penelitian ini. Kemungkinan siswa berperilaku bullying karena

adanya kesempatan atau tersedianya waktu senggang yang siswa miliki

namun tidak bisa dimanfaatkan dengan kegiatan berguna. Yang pada

akhirnya membuat mereka lari pada hal-hal negatif seperti membully siswa

lain. Dalam hal ini layanan bimbingan karier cocok diberikan karena biasanya

siswa akan tertarik pada sesuatu yang baru. Layanan bimbingan karier

diberikan lewat program-program menarik mengenai pen~1enalan dan

pengembangan potensi diri untuk memasuki dunia kerja, bisa juga

pengenalan tentang macam-macam profesi kerja serta jenjang karier yang

harus ditempuh. Dengan begitu para siswa sadar akan tantangan hidup yang

akan mereka lewati kedepan, dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dari

sekarang.

2.1.6 Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

1. Layanan Orientasi

Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah)

yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan memperlancar

berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu (Hallen, 2002).

Page 48: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dikoordinir guru

pembimbing dengan bantuan semua guru dan wali kelas, dengan tujuan

membantu mengorientasikan siswa (Sofyan S Wilis, 2004).

Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi ialah mempe:rmudah

penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar dan

kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Demik:ian juga orang tua

siswa, dengan memahami kondisi, situasi dan tuntutan sekolah anaknya

akan dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi k:eberhasilan belajar

anaknya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa fungsi utama yang

didukung oleh layanan orientasi ini adalah fungsi pemahaman dan

pencegahan.

2. Layanan lnformasi

Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai

informasi (seperti informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan

untuk kepentingan peserta didik (klien). Oleh karena itu saisaran dari layanan

informasi ini bukan saja peserta didik, tetapi juga orang tua atau wali sebagai

orang yang mempunyai pengaruh besar terhadap peserta didik agar mereka

Page 49: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

dapat menerima informasi yang amat berguna bagi perkembangan anak­

anak mereka (Hallen, 2002).

Layanan informasi dilakukan sepanjang ta~un yang memungkinkan siswa

dan pihak-pihak lain yang dapat memberi pengaruh besar kepada siswa

(terutama orang tua) menerima dan memahami informasi yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan (Sofyan

S Willis, 2004). Dengan demikian fungsi utama bimbingan yang didukung

oleh kegiatan layanan informasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.

3. Layanan Penempatan atau Penyaluran

Menurut buku petunjuk bimbingan dan konseling dalam kurikulum 1994 yang

dikutif oleh Sofyan S Willis (2004) mengatakan bahwa yang dimaksud

layanan ini adalah: layanan bimbingan yang memungkinkan siswa

memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat (misalnya

penempatan dan penyaluran didalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau

program khusus, kegiatan ektrakulikuler), sesuai dengan potensi, bakat dan

minat serta kondisi pribadinya.

Berbagai hal yang menyebabkan potensi, bakat dan minat yang tidak

tersalurkan secara tepat akan mengakibatkan siswa yang bersangkutan tidak

dapat berkembang secara optimal. Melalui layanan penempatan dan

Page 50: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

5. Layanan Konseling

Yaitu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada seorang siswa dengan

tujuan berkembangnya potensi siswa. mampu mengatasi rnasalah sendiri,

dandapat menyesuaikan diri secara positif (Sofyan S Willis, 2004). Oleh

karena itu layanan konseling perorangan ini mendukung fungsi pengentasan

dalam layanan bimbingan dan konseling.

6. Layanan Bimbingan kelompok

Adalah layanan bimbingan yang diberikan l<epada sekelompok siswa untuk

memecahkan secara bersama masalah yang menghambat perkembangan

siswa (Sofyan S Willis, 2004). Oleh karena itu layanan birnbingan kelompok

ini mendukung fungsi pemahaman dan pengembangan.

7. Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk

pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui

dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah mai;alah pribadi yang

dialami masing-masing anggota kelompok (Hallen, 2002). Fungsi utama yang

didukung oleh layanan konseling kelompok adalah fungsi pengentasan.

Page 51: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

2.1.7 Pola Umum Bimbingan dan Konseling di Sekolah

1. Bimbingan dan Konseling pola 17

Pola umum bimbingan dan konseling di sekolah sering disebut dengan "BK

pola 17", disebut BK pola 17 karena didalamnya terdapat 17 (tujuh belas)

butir pokok yang amat perlu diperhatikan dalam penyelen~1garaan bimbingan

dan konseling di sekolah. Pola umum bimbingan dan konseling meliputi

keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang mencakup bidang­

bidang bimbingan, jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan

dan konseling (Hallen, 2002), yaitu:

1. Kegiatan bimbingan dan konseling (BK) secara menyeluruh meliputi empat

bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan social, bimbingan

belajar dan bimbingan karier.

2. Kegiatan BK dalam keempat bidang bimbingan diselen!)garakan melalui

tujuh jenis layanan, yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan atau

penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok

dan konseling kelompok.

3. Untuk mendukung ketujuh jenis layanan itu diselenggarakan lima kegiatan

pendukung, yaitu instrumentasi bimbingan dan konseling, himpunan data,

konsferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan.

4.Diatas itu semua kegiatan BK didasari oleh satu pemahaman yang

menyeluruh dan terpadu tentang wawasan BK yang meiliputi pengertian

tujuan, fungsi, prinsip dan asas-asas BK.

Page 52: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

2.1.8 Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling

1. Aplikasi lnstrumentasi Birnbingan dan Konseling

Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling bertujuan untuk

mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta rlidik (baik secara

individual maupun kelompok), keterangan tentang lingkun!;:ian peserta didik

dan lingkungan yang lebih luas (termasuk diddalamnya informasi penddidikan

dan jabatan).

Pengumpulan data dan keterangan ini dapat dilakukan demgan berbagai

instrument, baik test maupun non test. Hasil pengumpulan data dihimpun

dalam cumulative record (himpunan data), digunakan secara optimal untuk

kepentingan peserta didik (klien). Fungsi utama yang diemban oleh kegiatan

pendukung aplikasi instrument ini adalah fungsi pemahaman.

2. Penyelenggaraan Himpunan Data

Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun

seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan

peserta didik (klien). Himpunan data perlu diselenggarakan secara

berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Fungsi

utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan hirnpunan data

adalah fungsi pemahaman.

Page 53: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

3. Konferensi kasus

Konferensi kasus yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk

membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu

forum pertemuan yang cihadiri oleh berbagai pihak yang cliharapkan dapat

memberi bahan, keterangan dan komitmen bagi terentaskannya

permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat

terbatas dan tertutup.

Dalam konferensi kasus secara spesifik dibahas perrnasalahannya yang

dialami µeserta didik tertentu dalam suatu forum diskusi yang dihadiri oleh

pihak-pihak terkait seperti guru pembimbing atau guru kelas, wali kelas, guru

mata pelajaran, kepala sekolah, orang tua dan tenaga ahli lainnya yang

diharapkan dapat memberikan data clan keterangan. Den(Jan demikian fungsi

utama bimbingan yang diemban oelh konferensi kasus ialah fungsi

pemahaman dan pengentasan.

4. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk

memperoleh data, keterangan, kemudahan clan komitmen bagi

terentaskannya perrnasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan ke

rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh antara orang tua

atau wali clan anggota keluarga lainnya dengan guru pemloimbing. Oleh

Page 54: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

karena itu fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kunjungan rumah

adalah fungsi pemahaman dan pengentasan.

5. Alih Tangan Kasus

Alih tangan kasus adalah kegiatan pendukung bimbingan dan konseling

untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah

yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan kasus

dari pihak satu ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang

erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memb1:irikan bantuan atas

penanganan masalah tersebut (terutama kerja sama dalarn hal lain ke tempat

dimana kasus itu dialih tangankan).

Di sekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran atau

praktik, wali kelas atau staf sekolah lainnya, atau orang tua mengalih

tangankan ;:;iswa bermasalah kepada guru pembimbing atau guru kelas. Alih

tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat

dan tuntas atas masalah yang dialami siswa, dengan jalan memindahkan

penanganan kasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli. Fungsi

utama bimbingan yang diemban oleh kegiatan alih tangan kasus ialah

pengentasan (Hallen, 2002).

Page 55: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

2.1.9 Bimbingan dan Konseling Dalam Perspektif Islam

Menurut M. Hamdani (2001), teori konseling dalam Islam adalah landasan

berpijak yang benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat

berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien

mengenai cara dan paradigma berpikir, cara menggunakan potensi nurani,

cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan

wahyu (Al-Our'an) dan paradigma hadis (As-Sunnah). Teori konseling dalam

Islam tersebut adalah:

1. Teori Al-Hikmah

Kata Al-Hikmah dengan bentuk jamaknya "Al-Hikam" bermakna:

kebijaksanaan, ilmu dengan pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan,

pepatah dan Al-Qur'an Al-Karim.

Proses aplikasi konseling dengan teori ini dapat dilakukan konselor dengan

pertolongan Allah secara langsung atau melalui utusan-Nya, yaitu Allah

mengutus malaikat-Nya, dimana ia hadir dalam jiwa konselor atas izin-Nya.

Oleh karena itu teori ini tidak dapat dilakukan oleh konselor yang tidak taat,

tidak dekat dengan Allah dan malaikat-Nya, karena teori ini merupakan teori

konseling yang dilakukan para Rasul, Nabi dan Auliya Allah serta

menyangkut problem dan penyakit yang paling berat dan tidak bisa

disembuhkan dengan cara-cara manusia.

Page 56: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

2. Teori Al-mau'izhoh Al-Hasanah

Teori ini adalah teori bimbingan atau konseling dengan cara mengambil

pelajaran-pelajaran atau l'tibar-l'tibar dari perjalanan kehidupan para Nabi,

Rasul dan para Auliya Allah. Dalam penggunaan teori ini k0nselor harus

benar-benar telah menguasai dengan bail< materi-materi yang mengandung

pelajaran yang sangat bermanfaat bagi klien, selain itu juga sejarah, riwayat

hidup dan perjuangan orang-orang agung, pejabat-pejabat Allah dan kekasih­

Nya, khususnya Rasulullah SAW.

Yang dimaksud dengan Al-mau'izhoh Al-Hasanah ialah pelajaran yang baik

dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya; yang mana pelajaran itu dapat

membantu klien untuk menyelesaikan atau menanggulan£Ji problem yang

sedang dihadapinya. Sedangkan materi Al-mau'izhoh Al-l-lasanah dapat

diambil dari sumber-sumber pokok ajaran Islam diantaranya: Al-Qur'an, As­

Sunnah, Al-Atsar, ljtihad para ulama, dan penemuan para pakar.

3. Teori Al-Mujadalah

Yang dimaksud teori Mujadalah ialah teori konseling yang terjadi dimana

seorang klien sedang dalam kebirnbangan. Teori ini biasa digunakan ketika

seorang klien ingin mencari suatu kebenaran yang dapat rneyakinkan dirinya,

yang selama ini ia memiliki problem kesulitan mengambil :matu keputusan

dari dua hal atau lebih. Teori konseling "Af-Mujadalah bit Ahsan"

Page 57: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

menitikberatkan kepada individu yang membutuhkan kekuatan dalam

keyakinan dan ingin menghilangkan keraguan, was-was dan prasangka

negative terhadap kebenaran llahiyah yang selalu bergema dalam nuraninya.

Secara garis besar, kegiatan bimbingan dan konseling dilakukan untuk

mencapai tujuan, yaitu membantu individu agar mengetahui, mengenal dan

memahami dirinya sesuai dengan hakekatnya, serta men!iajak seseorang

untuk kembali mengenali dirinya secara fitrah. Sebagaimana firman Allah

SWT dalam yang berbunyi:

Artinya: "Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetap/ah atas

fitrah (na/uri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut na/uri itu, tidak

ada perubahan pada naluri dari Allah itu. /tu/ah agama yang /urus, akan tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahuinya". (Ar-Rum: 30)

Berbicara mengenai bimbingan dan konseling dalam perspektif Islam. Hal

tersebut tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membirnbing dan

Page 58: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi

sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan

permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar

manusia terhindar dari tipu daya syaiton. Hal tersebut tertuang dalam ayat

berikut ini:

Artinya: "Demi masa, sungguh manusia da/am kerugian, kecuali mereka

yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling mene.•sehati supaya

mengikuti kebenaran dan sa/ing menasehati supaya mengamalkan

kesabaran" (Al-Ashr:13)

Menurut ayat tersebut manusia diharapkan sating memberi sesuai dengan

kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling

agar tetap sabar dan tawakkal dalam menghadapi perjalanan kehidupan

yang sebenarnya.

Page 59: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Pada dasarnya konseling dalam Islam adalah salah satu dari berbagai tugas

manusia dalam membina dan membentuk manusia yang ideal. Bahkan bisa

dikatakan bahwa konseling merupakan amanat yang diberikan Allah kepada

semua Rasul dan Nabi-Nya. Dengan adanya amanat kons;eling inilah, maka

keberadaan Rasul dan Nabi menjadi sangat bermanfaat bagi manusia, baik

untuk urusan agama, dunia, pemecahan masalah, dan lain-lain. Konseling

pun akhirnya menjadi satu kewajlban bagi tiap individu muslim. Sebagaimana

firman Allah yang berbunyi:

Artinya: "Dan hendak/ah ada diantara kamu sego/ongan yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung". (Ali lmron:104)

Sesungguhnya cakupan pemikiran Islam sangat luas dan banyak

bersinggungan dengan pemikiran yang berorientasi atas k:onseling, salah

satunya adalah dalam lingkup konseling agama dan perilaku. Islam meyakini

bahwa setiap anak yang dilahirkan dapat dibentuk menjadi anak yang bail<

Page 60: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

atau jahat. Pembentuk utamanya adalah lingkungan dimana ia tinggal. lni

menunjukkan bahwa perilaku seseorang bisa dibentuk dan juga bisa diubah.

Namun fase pertumbuhan seseorang memainkan peranan penting dalam

pembentukan perilakunya. Hal tersebut tertuang dalam Hadis :

Artinya: "Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang

tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi'

2.2 Bullying

2.2.1 Pengertian Bullying

lstilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa lnggris) yang berarti "banteng"

yang suka menanduk. Pihak pelaku bullying biasa disebut bully (SEJIWA,

2008). Berbagai definisi juga telah banyak diberikan oleh para ahli

diantaranya, yaitu Sullivan (2000) yang mendefinisikan bullying sebagai

berikut "a conscious and wilful repetitive act of aggression and/or

manipulation by one or more people against another person or people. It is

also an abuse of power by those carrying out the bullying, which is designed

to cause hurt.

AO

Page 61: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Papalia, et. Al dalam Dian P (2007) menyatakan bahwa bullying adalah

perilaku agresif yang disengaja dan berulang untuk menyerang target atau

korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek

dan tidak bisa membela diri.

Sedangkan bila mengkhususkan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah

(school bullying) maka dapat diambil sebuah pengertian yang diberikan oleh

Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (dalam Andreas, 2007) mendefinisikan

school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh

seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi

lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Sedangkan Barbara (2001) mendefinisikan bullying (penindasan) adalah

tindakan intimidasi yang dilakukan pihak yang lebih kuat te1rhadap pihak yang

lebih lemah

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bullying adalah

Situasi kekerasan secara fisik, verbal maupun psikologis yang dilakukan

dengan sengaja dan berulang-ulang oleh individu atau kelompok yang

memiliki kekuatan/kekuasaan lebih (senior) terhadap oran9 yang lebih lemah

(junior) dengan tujuan menyakiti dan menimbulkan ketakutan pada diri

korban.

Page 62: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Sullivan (2000) mengatakan ada beberapa elemen di dalam bullying yaitu:

1. Adanya niat melukai atau merugikan orang lain

2. Adanya Ketidak-seimbangan kekuatan (imbalance of power)

3. Dilakukan secara terorganisir dan sistematis

4. Dilakukan secara berulang-ulang dalam periode tertentu

5. Pengalaman yang menyakitkan bagi korban yang berbentuk fisik

(eksternal) dan psikologis (internal).

Menurut Sheras, P. & Sherill T (2002) pelaku bullying memiliki keinginan

untuk melukai atau menyakiti orang lain, maksudnya adalah hal yang

dilakukan oleh pelaku merupakan perbuatan yang disengaja. Kebanyakan

pelaku bullying mencari popularitas dengan cara menekankan agresi pada

anak-anak yang lemah, tidak popular dan tidak mampu ba1las dendam.

Beberapa anak terlihat baik dan ran.ah secara pribadi akan tetapi berprilaku

bullying ketika berkelompok.

Bullying (penindasan) memiliki makna yang berbeda dengan hazing

(perpeloncoan), meskipun keduanya sama-sama tindakan agresif yang

biasanya dilakukan siswa sekolah menengah dan perguruan tinggi, namun

kedua istilah itu sangat berbeda (Susan Lipkins, 2008).

Page 63: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Bullies atau pelaku bullying biasanya rnenginginkan sesuatu-bisa berupa

uang, bekal rnakan siang seorang siswa, jawaban pekerjaan rurnah, atau

rnungkin curna perhatian. Para penindas juga biasanya bertindak sendirian

atau dalarn kelornpok kecil dan rnernilih orang-orang yang rnereka anggap

rentan untuk rnereka jadikan korban. Tidak ada unsur tradisi dalarn

penindasan, tidak pula tokoh-tokoh berwenang atau para pernirnpin ( Susan

Lipkins, 2008).

Berbeda dengan bullying, pada perpeloncoan (Hazing) rnelibatkan sejurnlah

banyak orang, sebagian rnenyaksikan, dan sebagian lagi cliplonco. Yang

diplonco adalah kelornpok tertentu, rnisalnya anggota-anggota baru tirn sepak

bola. Pernelonco bertindak atas narna suatu kelornpok clan biasanya tidak

berrnaksud rnelukai atau rnendapatkan status pribadi atau suatu barang dari

yang diplonco. Para pernelonco itu bertindak rnelanjutkan tradisi dan

rneles:arikan hierarki.

2.2.2 Jenis-jenis Bullying

Jenis bullying rnenurut Randall, P (1997) adalah:

1. Bullying yang bersifat fisik, seperti: rnenjarnbak, rnernukul, rnenendang,

rnengunci karnar, rnendorong, rnencakar, rneludahi dan berbagai

serangan fisik lainnya. Terrnasukjuga diantaranya rnerusak barang orang

lain.

2. Bullying yang bersifat nonfisik/psikologis

Page 64: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Dapat bersifat verbal maupun nonverbal

• Bullying yang bersifat verbal, misalnya: telepon ancaman, meminta

uang atau barang dengan paksaan (memalak), intimidasi, memberi

julukan yang tidak pantas, mengolok-olok ras, pelecehan seksual

secara verbal, mempermalukan, menyebarkan isu tidak benar.

• Bullying yang bersifat nonverbal terbagi lagi menjadi dua, yakni:

langsung dan tidak langsung. Yang langsung mencakup mimic muka

yang jahat dan gerak tubuh yang kasar. Yang tidak langsung

mencakup manipulasi dan meruntuhkan pertemanan, mengisolasi atau

tidak mengikutsertakan seseorangan, dan mengirimkan catatan yang

menjelek-jelekan.

Bullying dapat dilakukan dalam salah satu bentuk bentuk cli atas atau

kombinasi dari beberapa bentuk perilaku bullying. Pelaku bullying umumnya

adalah seseorang yang berfisik besar dan kuat, namun bulkan tidak mungkin

pelaku bullying adalah seseorang yang memiliki tubuh yang kecil atau

sedang namun rnemiliki dominasi psikologis yang besar di kalangan teman­

temannya (SEJIWA, 2008).

Menurut Randall, P (1997) pada umumnya anak laki-laki lebih sering

melakukan bullying. Hal tersebut dikarenakan hubungan pertemanan di

antara sesama laki-laki lebih keras, lebih kuat, dan lebih a9resif daripada

Page 65: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

hubungan pertemanan sesama perempuan. Selain itu, laki-laki lebih sering

menggunakan perilaku bullying aktif seperti menyerang korban daripada

perilaku bullying pasif seperti memperlihatkan mimik muka yang jahat.

2.2.3 Tempat Terjadinya Bullying

Penelitian mengenai sekolah sebagai salah satu tempat terjadinya perilaku

bullying pernah dilakukan oleh Olweus (1993) dimana menurutnya sekolah

tanpa diragukan lagi merupakan tempat yang paling banyak timbulnya

perilaku bullying dan perilaku ini banyak terjadi di antara murid di sekolah

yang besar dan kelas yang besar

Rigby dalam Sullivan (2000) memperkirakan ada empat tempat utama

dimana sering terjadinya bullying, yaitu di halaman sekolah, di dalam kelas,

dalam perjalanan pulang dari sekolah, serta dalam perjalanan menuju ke

sekolah.

2.2.4 Tipe Pelaku Bullying

Stephenson dan Smith dalam Sullivan (2000) mengatakan bahwa ada tiga

tipe pelaku bullying, yaitu:

1. Pelaku dengan tipe percaya diri. Memiliki karakteristik s1:ibagai berikut:

secara fisik kuat, menikmati agresivitas, merasa aman dan biasanya

populer.

Page 66: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

2. Pelaku dengan tipe pencemas. Memiliki karakteristik sebagai berikut:

secara akademik lemah, lemah dalam berkonsentrasi, kurang populer dan

kurang merasa aman.

3. Pelaku/korban. Memilki karakteristik sebagai berikut: seseorang yang

terkadang menjadi pelaku, terkadang menjadi korban, tergantung situasi.

Pada umumnya motif utama yang biasanya ditenggarai terdapat pada pelaku

Bully adalah adanya agresifitas. Namun selain itu, ada motif lain yang

mungkin juga dimiliki oleh pelaku bullying, yaitu adanya rasa rendah diri dan

kecemasan. Bullying menjadi bentuk pertahanan diri (defence mechanism)

yang digunakan pelaku untuk menutupi perasaan rendah cliri dan

kecemasannya tersebut (Siti Azzahra, 2008).

2.2.5 Tipe Korban Bullying

Stephenson, Smith dan Olweus dalam Sullivan (2000), membagi tipe korban

bullying menjadi tiga:

1. Korban dengan tipe pasif. Memiliki karakteristik sebagai berikut:

pencemas, memiliki self esteem yang rendah, secara fis;ik lemah dan tidak

popular. Mereka tidak melakukan apa-apa untuk mengantisipasi tindakan

bullying dan mereka juga tidak bisa melawan ketika peristiwa itu terjadi.

2. Korban dengan tipe provokatif. Memiliki karakteristik sebagai berikut:

secara fisik lebih kuat daripada korban dengan tipe pasif, memiliki masalah

Page 67: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

dengan kemampuan konsentrasi, memicu amarah atau lketidaksukaan dari

orang-orang sekeliling mereka sehingga memungkinkan terjadinya tindak

bullying pada mereka.

3. Korban/pelaku. Memiliki karakteristik sebagai berikut: Peirry dalam

Sumarhudoyo (2004), menemukan bahwa banyak dari k:orban bullying

menjadi sangat agresif memprovokasi anak-anak lain, rnenjadi korban di

satu pihak, tetapi juga melampiaskan amarahnya terhadap murid lain yang

lebih lemah.

2.2.6 Dampak Bullying Terhadap Korban

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa korban bullying akan

cenderung mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi

kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological well-being),

penyesuaian sosial yang buruk, gangguan psikologis, dan kesehatan yang

memburuk. Korbar. bullying juga bisa mengalami penyesuaian sosial yang

buruk sehingga ia terlihat seperti membenci lingkungan sosialnya, enggan ke

sekolah, selalu merasa kesepian, dan sering membolos sekolah. Apabila kita

melihat lebih jauh lagi maka korban bullying juga dapat memancing timbulnya

gangguan psikologis rasa cemas berlebihan, selalu meras;3 takut, depresi,

ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post­

traumatic stress disorder) (Andreas. 2007).

Page 68: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Bullying bisa berdarnpak pada terharnbatnya seorang anak untuk

rnengaktualisasi diri. Karena agar seorang anak rnarnpu rnengaktualisasi

dirinya, ia rnernerlukan suasana yang rnernberikan rasa aman, dan rnarnpu

rnernberikan garnbaran diri yang yang positif baik di sekolah rnaupun

dirurnah. Hal tersebut sulit didapatkan jika anak rnenjadi korban bullying,

karena bullying tidak rnernberi rasa arnan dan nyarnan, rnernbuat para korban

bullying rnerasa takut dan terintirnidisai, rendah diri dan sulit untuk

berkornunikasi (SEJIWA, 2008).

Bullying berdarnpak rnenurunkan tes kecerdasan dan kern<arnpuan analisis

siswa yang rnenjadi korban, bahkan sarnpai berusaha bunuh diri. Bullying

juga berhubungan dengan rneningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan

nilai-nilai akadernik. Pelaku bullying berpotensi turnbuh sebagai pelaku

krirninal dibanding yang tidak rnelakukan bullying ( Seminar tentang Bullying,

2007).

Secara ernosional, darnpak bullying yang terjadi pada diri fcorban adalah

tirnbul ketakutan, rnarah, rnalu, depresi, tidak berdaya, sakit, sedih, bodoh,

jelek, dan tidak berguna. Sedangkan secara fisik, dampak bullying yang

sering terjadi adalah patah tulang, gigi, kerusakan pada rnata dan bahkan

kerusakan otak secara perrnanen (Sullivan, 2000).

Page 69: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

2.2.7 Bullying Dalam Perspektif Islam

Beberapa waktu yang lalu masyarakat kita pernah dikejutkan dengan berita

kematian seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi. Kematian tersebut

disebabkan oleh kekerasan yang dilakukan oleh seniornya dengaP dalih cara

untuk pendisiplinan mahasiswa. Sesungguhnya penggunaan kekerasan

dalam membangun kedisiplinan hanya akan melahirkan sikap disiplin yang

rapuh dan semu. Kekerasan tidak akan mernbuat seseorang rnenyadari

bahwa kebaikan adalah kebaikan. Narnun kekerasan itu aclalah rnenciptakan

lingkaran kekerasan tiada henti. Berdasarkan kasus diatas jelas kekerasan

bukanlah jalan keluar dalam menyelesaikan rnasalah, hal i11i juga dipertegas

dalarn firrnan Allah:

Artinya: "Seru/ah (manusia) kepada jalan Tuhanmu demgan hikmah dan

pe/ajaran yang baik dan bantah/ah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dia/ah yang Jebih mengetahui l'entang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan Dia/ah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk". (An-Nahl: 125).

Page 70: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Kejadian diatas juga mencerminkan kurang terbangunnya rasa persaudaraan

diantara sesama. Dan hal tersebut tidak sesuai dengan fim1an Allah yang

berbunyi:

Artinya: "Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan

takutlah terhadap Al!ah, supaya kamu mendapat rahmaf'. (Al-Hujurat: 10)

Masih terkait dengan kepemimpinan atau pendisiplinan melalui kekerasan

yang dilakukan mahasiswa pada kasus diatas, hal tersebut juga sangatlah

bertolak belakang dengan kepemimpinan yang dilakukan Nabi Muhammad

terhadap para Sahabat-sahabatnya. Sesuatu yang patut kita jadikan teladan

betapa kedisiplinan sahabat-sahabat mencerminkan suatu proses

kepemimpinan Nabi yang sangat mengesankan. Sepanja11;;1 kehidupannya

Nabi tidak pemah memberikan hukuman fisik, apalagi pemukulan kepada

para Sahabat. Penggalan dari potret kepemimpinan beliau dapat kita lihat

dari kebijakan yang diambil dalam merespon ketidak-taatan sebagian

pasukan Islam dalam perang Uhud. Namun, Nabi Muhammad tidak

memberikan hul<uman yang tidal< manusiawi. Beliau hanya menegur dan

Page 71: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

menyadarkan mereka, betapa ketidakdisiplinan akan senantiasa melahirkan

kerugian dan kerusakan bagi mereka sendiri.

Dalarr. surat Ali imran ayat 159 Allah berfirman

Artinya: "Maka alas rahmat allah-/ah kamu (Muhammad) berlaku lemah

lembut kepada mereka (umat Islam) sekiranya Engkau be11aku kasar dan

keras hati kepada mereka, nisc13ya mereka akan berpaling darimu ... "

Ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa l:;lam lebih

menyukai pembinaan atau pendidikan dengan cara yang santun. Kekerasan

yang dilakukan mahasiswa pada kasus di atas termasuk dalam perilaku

bullying. Dalam hal ini Islam pun tidak membenarkan adanya perilaku

bullying. Karena perilaku bullying tersebut membawa banyak dampak bagi

Page 72: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

pelaku juga korbannya dan karena hal tersebut tidak sesuai dengan perintah

Allah SWT.

2.2.8 Penelitian Terdahulu

Terkait dengan hal ini, sudah banyak penelitian mengenai peran bimbingan

dan konseling dalam mengatasi permasalahan siswa dan hal tersebut sangat

menarik untuk diteliti, ini terbukti dari beberapa mahasiswa yang telah

melakukan penelitian tersebut. Diantaranya Mulyani (2005·) menyatakan

bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa guru bimbingan dan

konseling mempunyai peran dalam penanggulangan kenakalan remaja di

SMA Purnama Jakarta. lni berarti bimbingan konseling merupakan suatu

kegiatan untuk memberikan bantuan pada siswa dalam memanggulangi

kenakalan siswa, sehingga siswa tidak melakukan perilaku negatif

Begitu juga dengan Multazamah (2006) ia meneliti tentang peran bimbingan

dan konseling terhadap prestasi belajar siswa pada MAN a Jakarta Timur,

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan adanya pelaksanaan

bimbingan dan konseling di MAN 8 dianggap cukup membantu prestasi

siswa. Hal tersebut terbukti setelah diberikan bimbingan, prestasi belajar

siswa relative meningkat dari sebelumnya.

Page 73: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Selain penelitian mengenai peran bimbingan dan konseling1, ada juga

penelitian mengenai bullying. Diantaranya Bunyana (2007) menyatakan hasil

penelitiannya yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self

esteem dengan kecenderungan berperilaku bullying. Hasil ini menunjukkan

pada kita bahwa sifat-sifat kepribadian seperti harga diri temyata

mempengaruhi perilaku kekerasan pada siswa.

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas, dapat kita simpulli<an bahwa

bimbingan dan konseling sangatlah berperan dalam mengatasi permasalah­

permasalahan yang sering ditemui dalam dunia pendidikan. Atas dasar itu

pula peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai

bagaimana peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku

bullying siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

"Sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan

yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok". ltulah yang clisebut dengan

perilaku bullying (SEJIWA, 2008). Perilaku bullying yang teirjadi di sekolah

merupakan masalah penting yang harus segera diatasi, kc:irena bullying

membawa banyak dampak negatif terhadap siswa itu sencliri maupun

lingkungannya. Salah satu dampak tersebut dapat termanifestasi dalam

Page 74: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

bentuk timbulnya kecemasan, rasa minder, malu, perilaku agresif atau

bahkan percobaan bunuh diri bagi anak yang menjadi korban bullying.

Untuk mencegah dampak negatif yang mungkin timbul karena perilaku

bullying yang dilakukan oleh peserta didik, maka para pendidik (orang tua,

guru, dan guru pembimbing) harus waspada terhadap gejala-gejala perilaku

bullying yang mungkin dilakukan siswa, dengan cara menc:egah (preventif)

supaya jangan sampai terjadi perilaku bullying dikalangan siswa. Dan apabila

hal itu sudah terjadi segeralah diberikan penanganan supaya perilaku

bullying yang terjadi tidak berlarut-larut.

Perilaku bullying tidak mungkin dapat terselesaikan oleh guru mata pelajaran

atau wali kelas saja, oleh karena itu bantuan dari lmnselor sekolah juga

diperlukan, salah satunya dengan memberikan bimbingan, Frak W. Miller

menyatakan "bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk

mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibul'uhkan bagi

penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, k1>/uarga dan

masyarakat" (Sofyan S Willis, 2004). Namun hal tersebut tidak akan dapat

be~alan dengan dengan baik tar.pa adanya dukungan dari1 berbagai pihak

baik Kepala Sekolah, Wali Kelas dan orang tua siswa itu sendiri.

Page 75: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Dengan adanya konselor di setiap sekolah, diharapkan rnarnpu rnernberikan

layanan baik yang bersifat preventif dan kuratif bagi anak-anak yang

rnengalarni rnasalah di sekolah atau teridentifikasi oleh konselor sekolah

rnelakukan bullyinc. Banyak sekali kegiatan positif yang d;apat dilakukan

dibawah pengawasan konselor sekolah seperti bimbingan belajar, birnbingan

kelornpok, konseling kelornpok atau bila diperlukan konselor sekolah bisa

berkunjung ke rurnah siswa untuk lebih rnengetahui kegiatan siswa di luar

sekolah.

Gambar2.1

Bagan Kerangka Berpikir

BK ~ I Fungsi BK I

/ ~'. rnaksirnal I Kurang rnaksirnal J

Perilaku bullying rend ah

L Perilaku bullying

tinqqi

Page 76: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

BAB3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan tentang jenis penelitian yang meliputi

pendekatan penelitian dan metode penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian ini.

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah bentuk penelitian yang penyajian

hasil datanya dalam bentuk deskripfsi dengan menggunakan angka-angka

statistik. Menurut Rony Kountur (2004) "Penelitian deskripsi adalah jenis

penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan

sejemih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti".

Adapaun alasan penulis menggunakan pendekatan ini adalah agar

memperoleh gambaran umum yang lebih objektif dan lebih terukur yang

diperoleh dari penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif, dimana data dan

hasilnya diolah dan disajikan dalam bentuk angka-angka dan mengeksplorasi

gambaran dari sampel penelitian mengenai peran bimbingan dan konseling

dalam mengatasi perilaku bullying.

Page 77: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

.----~

3.1.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut

Travers dalam Sevilla (1993) tujuan utama dalam metode cleskriptif adalah

untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada

saat penelitian dilakukan, clan memeriksa sebab-sebab clari suatu gejala

tertentu.

3.1.3 Definisi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Definisi variabel bimbingan aclalah proses bantuan terhaclap inclividu untuk

mencapai pemahaman cliri clan pengarahan diri yang clibutuhkan bagi

penyesuaian cliri secara baik clan maksimum di sekolah, ke1luarga dan

masyarakat

Definisi variabel konseling aclalah pemberian bantuan clari konselor kepada

konseli seclemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan cliri

sencliri meningkat clalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan

Devinisi variabel: bullying aclalah perilaku agresif yang clisemgaja clan

berulang untuk menyerang target atau korban, yang secara khusus aclalah

seseorang yang lemah, mudah cliejek clan ticlak bisa membela cliri.

Definisi operasional: Peran bimbingan clan konseling cliketahui clari klasifikasi

jawaban pacla hasil penyebaran angket kepacla siswa/siswi yang tercliri clari

pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepacla hal-hal yaing berhubungan

clengan pelaksanaan, pelayanan clan jenis bimbingan yan~1 cliberikan

Page 78: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

konselor sekolah dalam mengatasi perilaku bullying, khususnya yang bersifat

preventif dan kuratif.

Definisi operasional: Perilaku bullying diketahui dari klasifikasi jawaban pada

hasil penyebaran angket tentang gambaran perilaku bullying yang terjadi di

SMA Al-lzhar Pondok Labu. Perilaku bullying yang dimaksud mencakup

kekerasan fisik, verbal dan psikologis.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap, yang akan diteliti (dalam Hasan,

2002). Sedangkan Kerlinger dalam Sevilla (1993) mendefinisikan populasi

sebagai keseluruhan anggota, kejadian atau objek-objek yang telah

ditetapkan dengan baik. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa atau siswi

kelas II SMA Al lzhar Pondok Labu yang berjumlah 128 siswa.

Alasan peneliti memilih siswa kelas II karena siswa kelas Ill sudah satu tahun

lebih di SMA Al-lzhar sehingga siswa tersebut mengetahui dan merasakan

pelaksanaan bimbingan dan konseling khususnya dalam mengatasi perilaku

bullying.

Page 79: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

3.2.2 Sampel

Untuk data penelitian ini, peneliti hanya akan mengambil sHbagian jumlah

dari populasi yang ada, yaitu yang disebut dengan sampel. Sampel adalah

sebagian atau wakil populasi y2ng diteliti, dengan maksud untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian dari sampel.

Menurut Suharsimi Arikunto (1998) pengambilan subjek tergantung setidak­

tidaknya dilihat dari beberapa faktor seperi : kemampuan peneliti dilihat dari

keterbatasan waktu, tenaga dan dana; sempit luasnya wilayah pengamatan

dari setiap subjek; dan besar kecilnya resilm yang ditanggung oleh peneliti.

Dalam mengambil sampel penelitian, penulis mengacu pad.a pendapat yang

dikemukakan oleh Gay dalam Consuelo G. Sevilla (1993), yang berpendapat

bahwa dalam penelitian deskriptif, sampel yang digunakan sebanyak 10%

dari populasi dan untuk populasi sangat kecil pada penel;tian deskriptif

diperlukan minimum 20% dari populasi. Sedangkan dalam penelitian ini

penulis menggunakan 50% dari populasi yang berjumlah 128,. Sehingga

didapat sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 siswa.

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik Simple Random Sampling. Menurut Weirsma dalam Consuelo G.

Page 80: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Sevilla (1993) Simple Random Sampling adalah suatu metode pemilihan

ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap anggota populasi

mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya

y3ng diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama.

Cara pengambilan sampel dilakukan melalui undian yakni pada kertas kecil­

kecil peneliti menuliskan nomor subjek pada satu l<ertas hingga mencapai

jumlah populasi yaitu 128. Kemudian tiap kertas tersebut digulung dan

kemudian secara acak peneliti mengambil gulungan kertas tersebut sampai

mencukupi jumlah sampel yaitu 64. Nomor-nomor yang te1tera pada

gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subjek sampel

penelitia n.

3.3 Teknik dan lnstrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sehingga instrumen yang akan

digunakan adalah kuesioner dan wawancara untuk mengumpulkan data.

3.3.1 Kuesioner

lnstrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini berbentuk

angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam

fO

Page 81: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi,

2006).

Dalam hal ini kuesioner yang disebar bertujuan untuk men9etahui bagaimana

peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying.

Dipandang dari cara menjawabnya kuesioner penelitian ini menggunakan

gabungan bentuk kuesioner terbuka dan tertutup, yaitu kuesioner yang

member kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya

sendiri, tapi juga menyediakan jawaban sehingga respond13n tinggal

memilihnya.

3.3.2 Wawancara

Wawancara ini dilakukan peneliti kepada guru bimbingan konseling (konselor

sekolah), dan responden sebanyak 3 orang yaitu, responden yang penulis

wawancara adalah mereka yang terjaring dalam angket penelitian melakukan

tindakan yang termasuk bullying. wawancara dilakukan dcingan maksud

menggali lebih dalam lagi hasil yang diperoleh dari angket penelitian. Dan

wawancara tersebut dilakukan oleh peneliti setelah kuesioiner disebarkan dan

diisi oleh subjek dengan tujuan untuk melengkapi dan menyempurnakan hasil

penelitian.

Page 82: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

3.4 Teknik Penyusunan Angket

Penelitian ini bertujuan mengungkap peran bimbingan dan konseling secara

preventif dan kuratif dalam mengatasi perilaku bullying, maka angket yang

penulis susun didasarkan pada pola umum bimbingan dan konseling di

sekolah atau dikenal dengan "bimbingan dan konseling pola 17". Disebut 17

karena didalamnya terdapat 17 butir pokok yang sangat perlu diperhatikan

dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah. Pola umum

bimbingan dan konseling meliputi keseluruhan kegiatan bimbingan dan

konseling yang mencakup bidang-bidang bimbingan, jenis-jenis layanan dan

kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

Pola umum bimbingan dan konseling tersebut memiliki fungsi yang berbeda­

beda, berikut ini penulis mengelompokkan apa saja dari bidang bimbingan,

jenis layanan serta kegiatan pendukung dari bimbingan dan konseling yang

termasuk dalam fungsi preventif dan kuratif.

Kegiatan bimbingan dan konseling yang memiliki fungsi preventif adalah

layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan atau penyaluran,

layanan pembelajran serta empat bidang bimbingan yaitu bidang pribadi,

sosial, belajar dan karier. Sedangkan yang memiliki fungsi kuratif adalah

Page 83: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

layanan konseling individu, layanan konseling kelompok. Konferensi kasus,

kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.

Kegiatan bimbingan dan konseling yang memiliki fungsi preventif dan kuratif

tersebut menjadi dasar penulis dalam menyusun indikator dalam angket

penelitian ini. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran p1:irilaku bullying

siswa, penulis membuat indikator berdasarkan indikator jenis bullying yang

dikemukakan oleh Randall, ia membagi jenis bullying yaitu: bullying fisik,

verbal/psikologis serta gabungan antara fisik dan psikologis.

Ketika angket penelitian ini sudah selesai disusun, langkah selanjutnya

adalah uji coba instrumen. Namun sebelum angket penelitian di uji cobakan,

dilakukan pemeriksaan tiap item pertanyaan dalam angket oleh ahli, yang

dalam hal ini adalah konselor SMA Al-lzhar sendiri. Hal ini dilakukan untuk

menghindari bias. Hasil koreksian angket oleh konselor adalah sebag.:ii

berikut:

1. Salah satu tujuan dari bimbingan dan konseling adalah membantu

individu untuk memecahkan masalahnya namun melalui usahanya

sendiri. Jadi aitem nomor 5 tidak sesuia karena pada d:asarnya yang

menyelesaikan masalah siswa itu sendiri, guru BK hanya membantu

mengarahkan saja.

,.,,

Page 84: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

2. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling seperti alih tangan kasus

dan kunjungan rumah (pada item nomor 15 dan 16) kurang sesuai jika

ditanyakan oleh siswa karena kegiatan tersebut bersifat tertutup, sehingga

hanya ak2!1 diketahui oleh siswa dan orang tua dari siswa yang

bersangkutan. Karena aitem 15 dan 16 tidak dicantumk:an dalam angket

pertanyaan. Maka penulis mengajukan pertanyaan tersebut pada konselor

dalam wawancara.

Page 85: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Tabel 3.1

Kisi-kisi instrumen penelitian

~o Aspek lndikator Jumlah Nomor Item Item

1. peran BK • Mengetahui jenis-jenis permasalahan 1 1 dalam siswa mengatasi • Tanggapan siswa tentang kehadiran BK 1 2 perilaku • Menerima konsultasi masalah 1 3 bullying • Manfaat BK bagi siswa 1 4 (preventif) • kualitas pelayanan BK I 5

• memberikan informasi mengenai bullyin!~ 1 6 dan cara pencegahannya

• memanggil nara sumber untuk 1 7 menjelaskan bahaya atau dampak bullying

• orientasi tata tertib sekolah beserta 1 8 sanksi bagi yang melanggar

• memberikan bimbingan mengenai etika 1 9 bergaul

2. Peran BK • lntensitas pelayanan BK 1 10 dalam • pengadaan sanksi bullying 1 11 mengatasi • memberikan konseling kelompok 1 12 perilaku • memberikan konseling individu l 13 bullying • menerima saran dari siswa 2 14, 15 (kuratif)

3. Perilaku Bullying Fisik bullying • Menampar, menjambak, menendang, 5 16, 17,

menendang 18, 19, Bullying Verbal/Psikologis 20 • Verbal, mencakup memalak, menjuluki,

mempermalukan 4 21, 22, • Nonverbal, terbagi dua yakni langsung 23,24

dan tidak langsung. Yang langsung meliputi: mimik muka jahat dan gerak tubuh yang kasar. Yang tidak langsung 2 25,26 meliputi: intimidasi, mengirim catatan yang menjelek-jelekan

• Bersifat fisik dan psikologis 1 27

Page 86: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

3.4.1 Uji lnstrumen Penelitian (Try Out)

Uji instrumen pada penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 2 SMK lslamiyah

Ciputat tanggal 7 November 2008 dengan jumlah responden 40 siswa. Uji

coba dilakukan dengan tujuan:

a. Untuk mengetahui tingkat kepahaman instrumen, apakah responden tidak

menemui kesulitan dalam menangkap maksud peneliti.

b. Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh responden dalam

mengisi angket.

c. Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera di dallam angket sudah

memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan.

Setelah dilakukan uji coba, diketahui bahwa sebagian besar responden tidak

menemukan kesulitan dalam menangkap maksud dari item-item pertanyaan.

pada saat uji coba, diketahui waktu yang dibutuhkan oleh 1·esponden dalam

menyelesaikan angket adalah antara 10-20 menit. Namun kebanyakan

responden menyelesaikan angket tersebut dengan waktu 15 menit.

3.5 Teknik Analisa Data

Untuk mengolah data dalam penelitian ini, penulis melakul<an langl<ah­

langkah analisa sebagai berikut:

Page 87: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

1. Editing: Pada tahap ini, peneliti memeriksa satu persatu angket yang telah

diisi dan dikembalikan oleh responden. Sehingga apabilia ada kekeliruan

dalam pengisian angket tersebut, maka peneliti dapat mengetahuinya dan

bisa meminta responden untuk melengkapinya.

2. Tabulating: Pada kedua ini, setelah melakukan pengumpulan data; maka

selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisa secara deskriptif analisis

dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi.

P= J_ x 100%

N

Keterangan:

P= Angka Persentasi

f= Frekuensi yang diperoleh dari jawaban responden

N= Number Of Cases (jumlah banyaknya responden)

100%= bilangan tetap

Setelah peneliti melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus

persentase, maka kemudian peneliti mengklasifikasikan hasil perhitungan

tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:

a. 100% = seluruhnya

b. 90 - 99%= hampir seluruhnya

c. 60 - 89%= sebagian besar

Page 88: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

d. 51 - 59%= lebih dari setengahnya

e. 50%= setengahnya

f. 40 - 49%= harnpir setengahnya

g.1 O - 39%= sebagian kecil

h.1 - 9%= sedikit sekali

i. 0%= tidak sarna sekali

3.6 Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam ernpat tahapan, yaitu:

1. Tahap persiapan

Dirnulai dengan perurnuskan rnasalah rnenentukan vari1abel yang akan

diteliti, rnelakukan studi pustaka untuk rnendapatkan garnbaran dan

landasan teori yang tepat, Menentukan lokasi penelitian, rnernbuat item­

itern penelitian dan rnengkonsultasikan pada dosen pernbirnbing,

Melakukan uji coba (try out) kernudian rnelakul<an penEilitian pada 64

siswa.

2. Tahap Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMA Al-lzhar pada tanggal 10 -12

November 2008, dengan rnenyebarkan angket kepada responden yang

berjurnlah 64 siswa.

Page 89: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

3. Pengolahan Data

Melakukan skoring pada angket yang telah diisi oleh responden

penelitian. Menghitung dan membuat tabulasi data yan9 telah diperoleh,

kemudian membuat tabel data, melakukan analisa data, kemudian

merumuskan kesimpulan hasil penelitian.

Page 90: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

BAB4

PRESENTASI DAN ANALISA DATA

4.1 Gambaran Umum Subjek

Gambaran umum tentang responden penelitian akan diuraikan secara rinci di

bawah ini, yang berupa garnbaran umum frekuensi dari jenis kelarnin, usia

dan asal sekolah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel

sebanyak 64 siswa dari populasi sebanyak 128 siswa di SMA Al-lzhar

Pondok Labu

Tabel 4.1 Garnbaran umum subjek

berdasarkan jenis kelamin, usia dan asal sekolah

Latar Belakang Frekuensi Persentase

(100%)

Laki-laki 44 69%

Jenis kelamin Perempuan 20 31%

Jumlah 64 100%

15 tahun 4 6%

16 tahun 56 88%

Usia 17 tahun 4 6%

Jumlah 64 100%

Al-lzhar 44 69%

Asal sekolah Non Al-lzhar 20 31%

Jumlah 64 100%

Page 91: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalarn penelitian ini

berdasarkan jenis kelamin, terdiri dari 20 atau 31% perempuan dan 44 atau

69% laki-laki. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam

penelitian ini berdasarkan usia, terdiri dari 4 atau 6% siswa yang beroJsia 15

tahun, 56 atau 88% siswa berusia 16 tahun dan 4 atau 6% siswa yang

berusia 17 tahun. Sedangkan responden penelitian berdasarkan asal sekolah

diketahui, siswa yang berasal dari SMP Al-lzhar sebanyak 44 siswa atau 69%

dan yang bukan berasal dari Al-lzhar adalah 20 siswa atau 31%.

4.2 Deskripsi Data

Pada bagian ini, penulis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian

yang telah disebutkan dalam bab 1, yaitu sebagai berikut:

a. Apa peran bimbingan dan konseling yang bersifat preventif dalam

mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu?

Peran bimbingan dan konseling yang dimaksud disini adalah bagian utama

dari tugas yang harus dilaksanakan oleh konselor dalam melaksanakan

layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yakni sebagai pembimbing,

penunjuk, pengantisipasi masalah (preventif) serta pemecah masalah

(kuratif).

Page 92: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat preventif adalah fungsi

bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau

terhindarnya peserta didik dari berbagai perrnasalahan (da1larn hal ini

rnasalah mengenai bullying) yang rnur.gkin tirnbul yang akan dapat

rnengganggu, rnengharnbat ataupun rnenirnbulkan kesulitan, kerugian-

kerugian tertentu dalarn proses perkernbangannya. Terkait dengan penelitian

ini, birnbingan dan konseling yang ada diharapkan rnarnpu melakukan upaya-

upaya pencegahan pada peserta didik agar rnereka tidak terhindar dari

rnasalah bullying, baik sebagai korban atau sebagai pelakiu.

Dalarn hal ini, peran preventif bimbingan dan konseling SMA Al-lzhar da!arn

rnengatasi perilaku bullying siswa diketahui rnelalui beberapa aitern

pertanyaan dalarn angket, yaitu pada nornor 1-9.

Tabel 1 Jenis-jenis masalah yang sering dialami :siswa

Pilihan jawaban Frekuensi Perscntase (%)

Masalah belajar 39 61%

Masalah karir 1 1%

Masalah sosial 7 11%

Masalah pribadi 17 27%

Jurnlah 64 100%

Page 93: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jenis permasalahan yang

dialami siswa sangat beragam. Mulai dari masalah belajar, karir, sosial, dan

pribadi. Mengingat beragamnya permasalahan yang dialarni siswa. Hal

tersebut menunjukkan bahwa keberadaan program layanan bimbingan dan

konseling sangat diperlukan oleh seluruh siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu.

Selain itu, berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa, sebagian besar

responden yaitu dengan prosentase sebesar 61% menjawab "masalah

belajar" adalah masalah yang paling sering mereka hadapi. Rendahnyan

motivasi belajar, perbedaan gaya belajar tiap anal<, serta kurangnya minat

seseorang dalam belajar dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan

belajar. Disinilah peran BK dibutuhkan, yakni sebagai pernbimbing,

penunjuk, pengantisipasi masalah serta pemecah masalah. Dalam hal ini

guru BK diharapkan dapat memberikan bimbingan dan arahan pada siswa

yang mengalami kesulitan belajar tersebut.

Dari beberapa responden yang penulis wawancarai diketa1hui bahwa,

masalah yang sering mereka alami adalah masalah belajar, diantaranya

adalah sulit konsentrasi saat belajar IPA, mengalami kesulitan dalam

memahami soal ujian, tidak bisa membagi waktu belajar. F~esponden yang

penulis wawancarai mengatakan bahwa guru BK di sekolah mereka

mengetahui permasalahan para siswanya terutama masalah dalam hal

Page 94: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

akademik, oleh karena itu mereka selalu diingatkan untuk remedial jika

diketahui ada siswa yang memiliki masalah belajar.

Ditengah beragamnya jenis kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, hal

tersebut merupakan tantangan sekaligus tanggung jawab 1~uru BK dan guru

mata pelajaran yang bersangkutan untuk membantu, membimbingan dan

mengarahkan siswa agar keluar dari kesulitannya.

Tabel2 Orang yang dipilih siswa untuk berbagi, ketika mereka memiliki masalah

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Guru BK " "

T eman/sahabat 40 62%

Orang tua 12 19%

Lain-lain 12 19%

Jumlah 64 100%

Tabel diatas menunjukkan bahwa "sebagian besar" siswa memilih teman

untuk dijadikan tempat berbagi saat siswa memiliki masalah. lni terlihat dari

jumlah responden yang berjumlah 40 atau dengan prosentase sebesar 62%

memilih teman/sahabat. Selain itu, 12 orang siswa atau dengan prosentase

19% memilih lain-lain, yaitu mereka yang memilih pacar, cliri sendiri atau

gabungan antara orang tua dan teman sebagai tempat berbagi saat mereka

memiliki masalah.

Page 95: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Hal ini wajar karena, para siswa saat ini berada pada tahap perkembangan

yaitu remaja. Pada tahap ini hubungan anak dan orang tua mencapai titik

terendah dan digantikan oleh posisi teman sebaya yang lebih dominan, hal ini

menyebakan para siswa merasa tidak canggung lagi dan nyaman apabila

konsultasi dengan teman, sehingga menyebabkan jarang dari siswa yang

langsung konsultasi dengan guru BK.

Walaupun hasil tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada satupun siswa

yang memilih guru BK, bukan berarti tidak ada peran guru BK disini karena

berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa guru BK membentuk peer

counseling, yaitu para siswa yang dibentuk oleh guru BK clengan tujuan

membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan di bidang akademik

maupun sosial. Hal ini karena saat usia remaja, para siswa lebih nyaman

berkonsultasi dengan teman sebayanya, seperti curhat. W'alau tidak bersifat

resmi, namun curhat tersebut harus dilakukan secara prof1esional dan

memperhatikan teknik-teknik konseling yang benar, salah satunya menjaga

kerahasiaan serta memberi solusi yang tepat .

Page 96: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Tabel3

Siswa melakukan konsultasi masalah pada !JUru BK

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 34 53%

Tidak pernah 30 47%

Jumlah 64 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa, lebih dari setengah responden atau

sebanyak 34 siswa atau dengan persentase 53% menjawab pernah

melakukan konsultasi atau menyampaikan masalah meref\a pada guru BK.

Sedangkan hampir sebagian lainnya yaitu, 30 siswa atau dengan persentase

47% menjawab tidak pernah melakukan konsultasi pada guru BK. Terkait

dengan hasil tabel sebelumnya (tabel 4), masih kurangnya kesadaran para

siswa untuk memamfaatkan layanan BK, disebabkan karena mereka merasa

tidak senyaman jika bercerita dengan teman atau sahabat sendiri.

Dalam hal ini sosialisasi tentang pelayanan BK khususnya konsultasi

masalah perlu dilakukan agar semua siswa dapat memahami dan

memanfaatkan bahwa layanan bimbingan dan konseling tidak hanya

diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah saja. Selain itu, berdasarkan

wawancara dengan konselor, diketahui bahwa ada beberapa siswa yang

memang datang dengan kesadaran sendiri untuk konsultasi masalahnya,

Page 97: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

namun ada juga siswa yang memang sengaja dipanggil untuk menemui

konselor, biasanya karena siswa tersebut memiliki masalah yang harus

diselesaikan.

Tabel4 Manfaat yang didapatkan siswa dari pelaksanaan program BK di

sekolah

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Mampu memecahkan masalah 34 53%

dengan baik dan bijak

Mampu memahami diri sendiri 9 14%

Mampu memahami lingkungan 10 16%

Tidak bermanfaat 11 17%

Jumlah 64 100%

Pada tabel di atas diperoleh data bahwa manfaat dari pelaksanaan program

BK di sekolah adalah 53% siswa menjawab "mampu memecahkan masalah

dengan baik dan bijak", sekitar 14% siswa menjawab "marnpu memahami diri

sendiri" dan 16% siswa menjawab "mampu memahami lin1~kungan". Selain

itu, ada sekitar 17% siswa yang menjawab "tidak bermanfaat". Manfaat dari

pelaksanaan bimbingan dan konseling dirasakan sangat bervariatif oleh

masing-masing siswa tergantung dari hasil bimbingan tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan siswa diketahui bahwa, manfaat lain yang

sangat dirasakan siswa adalah dengan adanya guru BK mereka sangat

Page 98: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

terbantu dalam hal menentukan jurusan yang tepat sesuai dengan bakat dan

minat mereka. Selain itu, siswa juga merasa guru BK selalu mendukung dan

membantu para siswa yang ingin mengadakan acara sekolah.

Tabel5 Kualitas pelayanan BK di sekolah menurut para siswa

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Puas 47 73%

Tidak puas 17 27%

Jumlah 64 100%

Pada tabel di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar siswa merasa puas

dengan pelayanan BK di sekolahnya. Hal tersebut terlihat dari jumlah

responden yang menjawab "puas" dengan persentase sebesar 73%. Selain

itu, beberapa siswa memberi alasan mengapa mereka puas dengan

pelayanan BK yang ada, yaitu karena guru BK selalu membantu

mengarahkan siswa agar menemukan jalan keluar yang tmbaik bagi masalah

mereka, sisw.J juga merasa bahwa guru Bk dapat dijadikan teman bicara

yang asyik seperti layaknya sahabat.

Namun, masih ada sebagian kecil dari responden yang m1:mjawab "tidak

puas" yaitu dengan prosentase sebesar 27%. Beberapa alasan siswa yang

merasa tidak puas dengan pelayanan BK yaitu karena mereka merasa guru

BK pilih kasih terhadap siswa dan guru BK terlalu membesar-besarkan

Page 99: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

masalah. Beragamnya alasan para siswa mengapa puas dan tidak puas

dengan pelayanan BK yang ada, hal tersebut merupakan rnasukan yang

sangat berharga bagi guru BK untuk memperbaiki lagi layanan yang ada.

Tabel6 Pemberian informasi kepada para siswa mengenai bullying serta

bahaya-bahayanya

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 62 97%

Tidak pernah 2 3%

Jumlah 64 100%

Suatu hal yang sangat memperihatinkan ditengah maraknya kasus bullying

yang terjadi saat ini masih banyak siswa yang tidak mengetahui apa yang

dimaksud bullying serta bahaya yang dapat ditimbulkan, bahkan mungkin

masih banyak siswa yang melakukan tindakan yang terrnasuk bullying tapi

tidak menyadarinya. Namun berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa

hampir seluruh responden dalam penelitian ini, yaitu deng;an prosentase

sebesar 97% menjawab "pernah" mendapat informasi mengenai bullying

serta bahayanya, dan hanya sedikit sekali dari responden yang menjawab

"tidak pernah" akan hal ini yaitu hanya 3% saja.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa responden diketahui bahwa,

mereka mendapat informasi mengenai bullying dari wali k1~las mereka saat

Page 100: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

perwalian. Hal ini menunjukkan bahwa, sekolah tersebut rnemiliki tingkat

kepedulian yang tinggi dalam hal pencegahan juga penan~ianan masalah

bullying.

Tabel7 Sumber informasi siswa mengenai bull)1ing

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Psikolog 7 11%

Orang tua 4 6%

Guru 36 56%

Lain-lain 17 27%

Jumlah 64 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa informasi mengenai bullying didapat siswa

dari berbagai sumber. Lebih dari setengah jumlah responclen menjawab guru

dengan persentase 56%, ada juga yang menjawab orang tua dengan

persentase 6%, dan psikolog sebanyak 11 %. Selain itu ada juga siswa yang

menjawab lain-lain dengan persentase 27% yaitu mereka yang mendapat

informasi mengenai bullying dari media seperti televisi, ko1ran, atau majalah

juga seminar yang diadakan sekolah. Dari beberapa sumber informasi yang

telah disebutkan diatas, diketahui bahwa sumber informasi terbesar para

siswa mengenai bullying kebanyakan didapat dari guru mereka di sekolah.

Hal ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan melalui pemyampaian

Page 101: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

informasi mengenai bullying benar-benar dilakukan oleh guru BK dan staf

sekolah lainnya.

Hal ini sejalan dengan pernyataan konselor yang mengatakan bahwa Al-lzhar

telah menjalin kerjasama yang sangat erat dengan Yayasan Semai Jiwa

Amini (SEJIWA), yaitu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, dan

memiliki perhatian besar dalam penanganan masalah bullying di Indonesia.

Guru-guru Al-lzhar juga pernah mengikuti semacam pelatihan yang diadakan

oleh SEJIWA, pelatihan tersebut ditujukan untuk membekcili para guru

dengan pengetahuan mengenai bullying, cara pencegahan dan

penanganannya. Oleh karena itu, maka wajar jika sumber informasi terbesar

siswa mengenai bullying didapat mereka dari guru di sekolah, hal ini karena

para guru memiliki kesadaran yang tinggi dan bekal yang (;ukup untuk

mengatasi masalah bullying.

Tabel8 Siswa mendapat penjelasan mengenai tata tertib sekolah beserta sanksi

bagi yang melanggamya

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 63 98%

Tidak pernah 1 2%

Jumlah 64 100%

Of\

Page 102: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Memberikan penjelasan mengenai tata tertib sekolah beserta sanksi bagi

yang melanggar termasuk dalam jenis layanan orientasi, yaitu layanan

bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dengan bantiuan semua guru

dar. wali kelas, dengan tujuan membantu mengorientasikan siswa.

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hampir s;eluruh responden

dalam penelitian ini dengan persentase 98% menjawab "pernah"

mendapatkan penjelasan mengenai tata tertib sekolah dari hanya sedikit

sekali dari responden, yakni dengan persentase 2% yang menjawab "tidak

pernah" akan hal ini. Dalam hal ini, layanan orientasi tersebut dapat dijadikan

upaya preventif yang dilakukan pihak sekolah untuk mene<~gah terjadinya

perilaku bullying. Karena dengan mengetahui tata tertib te1rsebut para siswa

akan mengetahui apa saja norma yang berlaku sehingga rnereka akan lebih

mudah beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya.

Berdasarkan wawancara der1gan guru BK diketahui bahwa, guru BK beserta

staf sekolah lainnya aktif memberikan pengarahan atau pemjelasan kepada

para siswanya mengenai norma atau tata tertib yang berlaku di sekolah,

terutama pada siswa baru. Hal ini bertujuan untuk mempE!rmudah

penyesuain diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan

kegiatan lain yang menunjang keberhasilan siswa di sekolah.

Page 103: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Tabel9 Guru BK memberikan bimbingan mengenai etika bergaul antar siswa

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 47 73%

Tidak pernah 17 27%

Jumlah 64 100%

Memberikan arahan tentang etika bergaul antar siswa merupakan tugas dari

bimbingan sosial. Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan

konseling yang ada diharapkan dapat membatu para siswanya mengenal dan

berhubungan baik dengan lingkungan sosialnya, salah satunya yaitu teman-

teman mereka di sekolah. Jika tujuan dari bimbingan sosial tersebut tercapai

maka dengan sendirinya akan terjalin hubungan yang harmonis antar siswa,

dengan begitu perilaku bullying dapat dihindari. Dan ternyata bimbingan ini

telah diberikan oleh guru BK kepada para siswanya. Hal tEirsebut terlihat dari

sebagian besar responden dengan persentase 73% yang menjawab

"pernah". Selain itu ada sebagian kecil dari respond en dengan persentase

27% menjawab "tidak pernah" akan hal ini.

Hasil angket tersebut sejalan dengan pernyataan guru BK yang mengatakan

bahwa, jenis-jenis bimbingan yang diberikan guru BK di SE~kolah adalah

bimbingan belajar, bimbingan karir dan bimbingan sosial, baik secara

Page 104: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

perorangan maupun kelompok. Dan bimbingan mengenai etika bergaul

termasuk dalam bimbingan sosial.

Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi diatas, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

bimbingan dan konseling SMA Al-lzhar berperan secara aktif dalam

melakukan upaya pencegahan terhadap masalah bullying .. Hal ini dapat

dilihat pada hasil angket, yaitu:

• Pada tabel 3, diketahui bahwa 53% dari responden menyatakan pernah

melakukan konsultasi atau menyampaikan masalah mereka pada guru BK.

• Pada tabel 5, diperoleh data bahwa sebagian besar responden yaitu 73%

merasa puas dengan pelayanan BK di sekolahnya.

• Pada tabel 7, diketahui bahwa lebih dari setengah responden yaitu 56%

menyatakan bahwa mereka mendapatkan informasi memgenai bullying dari

guru mereka di sekolah.

• Pada tabel 8, diketahui bahwa hampir seluruh respondt:m dalam penelitian

yaitu dengan persentase 98% menyatakan pernah mendapatkan

penjelasan mengenai tata tertib sekolah dari guru BK mereka.

• Pada tabel 9, diketahui bahwa sebagian besar responden, yaitu 73%

menyatakan pernah mendapat bimbigan dari guru BK mengenai etika

bergaul antar siswa.

Page 105: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

b. Apa peran bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif dalam

mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu?

Selain sebagai pencegah masalah (preventif), tugas utama yang harus

dilaksanakan oleh konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan dan

konseling di sekolah adalah sebagai pemecah masalah (kuratif). Berkaitan

dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan fungsi bimbingan dan konseling

yang bersifat kuratif yaitu sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan

terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami

peserta didik atau bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling yang ada

mampu mengatasi dan melakukan upaya-upaya untuk memulihkan psikologis

baik pelaku juga korban dari bullying.

Untuk mengetahui peran bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif dalam

mengatasi perilaku bullying, penulis menyusun beberapa aitem pertanyaan

untuk mengungkap fungsi bimbingan dan konseling yang loersifat kurat:f akan

diketahui melalui aitem nomor 10-15.

no

Page 106: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Tabel10 lntensitas pemberian layanan bimbingan dan konseling

oleh guru BK di sekolah

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentasi (%)

Setiap ada masalah 54 85%

Seminggu sekali " " Sebulan sekali 6 9%

Tidak pernah 4 6%

Jumlah 64 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa intensitas pemberian

layanan bimbingan dan konseling dilakukan setiap ada masalah. Hal ini

terlihat dari jumlah responden yang sebagian besar menjawab "setiap ada

masalah" sebanyak 54 siswa atau dengan persentase sebesar 85%,

sedangl<an yang menjawab "sebulan sekali" sebanyak 6 siswa atau 9%, dan

yang menjawab "tidak pernah" sebanyak 4 siswa atau 6%. Data ini

menunjukkan bahwa, siswa memahami dan menyadari layanan bimbingan

dan konseling yang ada, selalu siap rr.elayani para siswa yang membutuhkan

bantuan pihak konselor.

Berdasarkan wawancara dengan konselor diketahui bahwa, pemberian

b!mbingan dan konseling dilakukan setiap kali diperlukan, maksudnya adalah

setiap timbul masalah yang penyelesaiannya memerlukan bantuan BK, maka

guru BK selalu siap membantu. Selain itu, pemberian bimbingan dan

Page 107: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

konseling juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa, misalnya untuk kelas

sembilan yang membutuhkan layanan bimbingan karir untuk pemilihan

jurusan, biasanya guru BK melakukan wawancara pada setiap anak. Guru

BK juga mengadakan hari karir yang dilaksanakan setiap tahun, kegiatannya

seperti pameran pendidikan. Kegiatan tersebut ditujukan untuk menambah

wawasan dan pengetahuan siswa dalam hal karier.

Tabel 11 Pengadaan sanksi dari sekolah bagi siswa yang melakukan bullying

Pilihan jawaban Frekuensi Pe1"Sentase (%)

Ada 58 91%

Tidak ada 6 9%

Jumlah 64 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hampir seluruh dari

responden dengan persentase 91% menjawab "ada" sanksi dari sekolah bagi

siswa yang melakukan bullying baik secara fisik, verbal atau psikologis.

Namun ada juga responden yang menjawab "tidak ada" d1~ngan prosentase

hanya 9%. Data ini menunjukkan bahwa SMA Al-lzhar memiliki ketegasan

dalam hal penanganan bullying yang terjadi di sekolah.

Hal ini sesuai dengan pernyataan guru BK yang mengatakan bahwa, di Al-

lzhar memang ada aturan atau tata tertib tentang larangan berperilaku

bullying, aturan tersebut dibuat sudah 2 tahun. Namun pada dasarnya

Page 108: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

larangan seperti mencela, memukul siswa lain, memalak clan sebagainya

yang termasuk bullying sudah ada sejak dulu, hanya perbe.'Claan istilah saja.

SMA Al-lzhar menerapkan sistem point, dimana setiap anak memiliki 100

point yang bisa bertambah juga berkurang. Sedangkan ba9i siswa yang

terbukti melakukan perilaku bullying, point siswa tersebut ~:ami kurangi 30.

Tabel 12 Guru BK memberikan layanan konseling secara kelompok untuk

membahas dan mencari solusi dari permasalahan siswa

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 40 63%

Tidak pernah 24 37%

Jumlah 64 100%

Dalam konseling kelompok para siswa memperoleh kesempatan untuk

membahas dan menangani permasalahan yang dialaminya melalui dinamika

kelompok. Dan ternyata layanan tersebut telah diberikan £JUru BK kepada

para siswa. Hal tersebut terlihat dari jumlah responden dengan persentase

63% menjawab "pernah" dan sebagian kecil responden demgan persentase

37% menjawab ''tidak pernah". namun berdasarkan wawancara diketahui

bahwa, guru BK mengaku bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok

ini masih kurang maksimal, disebabkan padatnya kegiatan belajar mengajar

disekolah. Hal tersebut wajar karena pada dasarnya layanan ini

Page 109: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

membutuhkan kerjasama dari banyak pihak di sekolah dan1 membutuhkan

waktu yang tidak sedikit.

Tabel13 Guru BK memberikan konseling individu jika ada yang

melakukan atau menjadi korban bullyi 11g

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 57 89%

Tidak 7 11%

Jumlah 64 100%

Berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalah sendiri dan dapat

menyesuaikan diri secara positif adalah tuiuan dari layanan konseling.

Berdasarkan tabel di atas, layanan tersebut telah diberikan guru BK kepada

para siswa khususnya yang terbukti melakukan bullying. Hal tersebut terlihat

dari jumlah responden dengan persentase 89% menjawab "pernah" dan

sebagian kecil responden dengan persentase 11 % menjawab "tidak pernah".

Berdasarkan wawancara dengan konselor di ketahui bahwa, jika menerima

pengaduan dari siswa yang di bully oleh siswa lain, guru BK biasanya tidak

langsung memanggil anak yang dilaporkan sebagai pelaku, karena bisa jadi

pemanggilan tersebut dijadikan alasan untuk membully korbannya lagi.

Biasanya guru BK mencari informasi terlebih dahulu untuk membuktikan

pengaduan tersebut dengan melakukan koordinasi dengan pihak wali kelas,

Page 110: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

jika ternyata pengaduan tersebut benar, guru BK memanm~il pelaku juga

korban bullying untuk diberikankan konseling dan penegasan sanksi bagi

yang bersalah.

Tabel14 Guru BK menerima saran/masukan dari para siswa

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 50 78%

Tidak 14 22%

Jumlah 64 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa, sebagian besar responden atau dengan

persentase sebesar 78% menjawab "ya" bahwa guru BK di sekolah mereka

menerima saran/masukan dari para siswanya. Namun sebagian kecil lainnya

yaitu, dengan persentase sebesar 47% menjawab "tidak" akan hal ini. Saran

dari para siswa adalah masukan yang sangat berharga bagi guru BK, karena

para siswa tersebut adalah sasaran utarna birnbingan dan konseling di

sekolah. Dengan rnenyediakan wadah bagi siswa yang in!Jin rnernberikan

saran, rnaka para siswa akan lebih !eluasa rnengungkapkan isi hatinya

terutama yang berkaitan dengan layanan birnbingan dan konseling yang ada.

Page 111: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Tabel15 Saran para siswa untuk guru BK daiam menangani

masalah bullying di sekolah

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Perketat pengawasan di sekolah 13 20%

Beri hukuman seberat-beratnya bagi 12 19%

pelaku bullying

Mengadakan kegiatan-kegiatan untuk 34 53%

mempererat hubungan antara senior

dengan yunior

Lain-lain 5 8%

Jumlah 64 100%

Dari tabel di atas, diperoleh data bahwa saran dari siswa untuk guru BK

dalam hal menangani perilaku bullying di sekolah adalah 20% responden

menjawab "perketat pengawaasan di sekolah", 19% responden menjawab

beri hukuman seberat-beratnya bagi pelaku bullying dan didapat persentase

53% sebagai persentafe tertinggi dengan jawaban "mengadakan kegiatan-

kegiatan untuk mempererat hubungan antara senior dan yunior''.

Selain itu terdapat beberapa responden yang menjawab selain ketiga pilihan

yang ada yaitu, saran agar guru BK lebih melakukan penclekatan dengan

siswa agar siswa bisa lebih terbuka pada guru, lebih mendengar apa yang

diadukan siswa, dan mengadakan kegiatan untuk mempererat hubungan

tidak hanya antara senior dan yunior tapi juga teman satu angkatan. Saran-

Page 112: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

saran tersebut sangat membantu guru BK dalam mengatasi bullying, karena

saran-saran tersebut datang dari siswa yang mungkin pernah menjadi korban

atau menjadi saksi dari perilaku bullying yang ada.

Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi diatas diketahui bahwa, hasil angket yang didapat

penulis untuk mengungkap peran kuratif BK dalam menangani masalah

bullying sejalan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan. Maksud disini

adalah jawaban-jawaban para siswa dalam angket tidak b1~rtentangan atau

bertolak belakang dengan hasil wawancara yang penulis lakukan. Hal ini

menunjukkan bahwa, upaya-upaya kuratif terhadap masalah bullying benar­

benar dilakukan oleh guru BK dan upaya tersebutjuga dik1etahui dan dapat

dirasakan oleh para siswa.

c. Bagaimana gambaran perilaku bullying yang tetjadi pada siswa Siii/A

Al-lzhar Pondok Labu?

Jika sebelumnya telah dijelaskan cara penulis mengetahui bagaimana peran

preventif dan kuratif bimbingan dan konseling dalam men£1atasi perilaku

bullying. Maka yang juga menjadi tujuan penelitian ini adalah mengetahui

bagaimana gambaran perilaku bullying yang terjadi di SMA Al-lzhar Pondok

Labu.

Page 113: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Untuk mengetahui hal tersebut, penulis juga menyusun beberapa aitem

pertanyaan untuk dijawab oleh siswa mengenai jenis-jenis bullying apa saja

yang pernah mereka lakukan, apakah jenis bullying yang bersifat fisik,

verbal/psikologis, atau gabungan antara fisik dan verbal. Pada penelitien ini,

gambaran bullying yang terjadi diketahui melalui aitem nomor 16-27.

Tabel16 Pendapat siswa mengenai wajar atau tidaknya menampar teman atau

adik kelas yang sok tahu

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 15 23%

Tidal< 49 77%

Jumlah 64 100%

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh data sebesar 23% pada responden yang

menjawab "ya" dan responder. yang menjawab "tidak" sebesar 77%. Data

tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak sependapat

untuk menampar jika ada teman atau adik kelas yang sok tahu, hanya ada

sebagian kecil saja yang setuju atau sependapat dengan tindakan tersebut.

Tabel17 Siswa menampar teman atau adik kelas yang sok tahu

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 11 17%

Tidak pernah 53 83%

Jumlah 64 100%

Page 114: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Tabel diatas menunjukkan bahwa, hampir seluruh responden menjawab tidak

pernah menampar teman atau adik kelasnya, hanya ada s1ebagian kecil saja

yang menjawab pernah melakukan tindakan tersebut. Hal ini diketahui dari

jumlah responden yang menjawab "tidak pernah" dengan persentase 83%

dan responden yang menjawab "pernah" dengan persentase 17%.

Tabel18 siswa merusak barang milik orang yang tidal< disukai

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 16 25%

Tidak pernah 48 75%

Jumlah 64 100%

Tabel diatas menunjukkan bahwa, hampir setengah dari msponden

menjawab tidak pernah merusak barang milik orang yang tidak disukai,

namun masih ada sebagian kecil dari responden yang menjawab pernah

melakul<an tindakan tersebut. Hal ini diketahui dari jumlah responden yang

menjawab "tidak pernah" dengan persentase 83% dan re::;pont:en yang

menjawab "pernah" dengan persentase 17%.

Tabel19 Siswa menendang teman atau adik kelas

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 29 45%

Tidak pernah 35 55%

Jumlah 64 100%

Page 115: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Tabel diatas menunjukkan bahwa, lebih dari setengah jumlah responden

menjawab tidak pernah menendang teman atau adik kelasnya, namun masih

ada dari responden yang menjawab pernah melakukan tindakan tersebut. Hal

ini diketah'..li dari jumlah responden yang menjawab "tidak pernah" dengan

persentase 55% dan responden yang menjawab "pernah" dengan persentase

45%.

Tabel20 Siswa memalak uang/barang teman atau adik kelas

I Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 8 12%

Tidak pernah 56 88%

Jumlah 64 100%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa sebagian besar dari responden

menjawab tidak pernah memalak uang/barang milik teman atau adik kelas,

namun masih ada sebagian kecil dari respor.den yang menjawab pernah

melakukan tindakan tersebut. He.~ ini diketahui dari jumlah responden yang

menjawab "tidak pernah" dengan persentase 88% dan responden yang

menjawab "pernah" dengan persentase 12%.

Page 116: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Tabel21 Pendapat siswa mengenai acara MOS yang seru dan berkesan adalah yang disertai bentakan, omelan dan kegiatan yang sifatnya mengerjai

siswa baru

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Setuju 49 77%

Tidak setuju 15 23%

Jumlah 64 100%

Pada tabel di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar dari responden

dengan persentase 77% menjawab "setuju" dengan pendapat yang

mengatakan bahwa MOS tidak akan seru dan berkesan tanpa disertai

bentakan, omelan dan kegiatan yang sifatnya mengerjai siswa baru, namun

responden dengan persentase sebesar 23% menjawab "tidak setuju" akan

hal tersebut.

Tabel22 Siswa terlibat dalam acara MOS yang disertai benta:kan, omelan dan

mengerjai siswa baru

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 56 88%

Tidak pernah 8 12%

Jumlah 64 100%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa sebagian besar dari responden

menjawab tidak pernah memalak uang/barang milik teman atau adik kelas,

namun masih ada sebagian kecil dari responden yang me,njawab pernah

Page 117: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

melakukan tindakan tersebut. Hal ini diketahui dari jumlah responden yang

menjawab "setuju" dengan persentase 88% dan responden yang menjawab

"tidak setuju" dengan persentase 12%. Data tersebut memperlihatkan betapa

bullying dalam kegiatan MOS sudah berlangsung begitu laima, bahkan lintas

generasi.

Tabel23 Siswa menamai teman atau adik kelas dengan julukan-julukan yang

tidak pantas

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 57 89%

Tidak pernah 7 11%

Jumlah 64 100%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden

dengan persentase 89% menjawab "pernah" menamai ternan atau adik

kelasnya dengan julukan-julukan yang tidak pantas. Selain itu, sebesar 11 %

responden menjawab "tidak pernah" melakukan hal tersebut. Data ini

rnenunjukkan bahwa menarnai ternan dengan atau adik ki~las dengan

julukan-julukanyang kurang pantas dianggap sesuatu yang wajar oleh

kebanyakan siswa, mereka kurang memaharni bahwa sebenarnya perilaku

tersebut rnasuk dalam kategori bullying,

Page 118: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Tabel24 Siswa mencela teman atau adik kela!1

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 57 89%

Tidak pernah 7 11%

Jumlah 64 100%

Pada tabel di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar dari responden

dengan persentase 89% menjawab "pernah" mencela teman atau adik

kelasnya. Namun responden dengan persentase sebesar 11 % menjawab

"tidak pernah" melakukan hal tersebut.

Tabel25 Siswa mengirimkan catatan yang menjelek-jelekkan, pada teman atau

adik kelas

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 9 14%

Tidak pernah 55 86%

Jumlah 64 100%

Pada tabel di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar dari responden

dengan persentase 86% menjawab "pernah" mengirimkan catatan yang

menjelek-jelekkan teman atau adik kelasnya. Namun responden dengan

persentase sebesar 14% menjawab "tidak pernah" melakukan hal tersebut.

Page 119: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Tabel26 Siswa mendiamkan teman atau adik kelas yang berbuat salah

Pilihanjawaban Frekuensi Pernentase (%)

Pernah 44 69%

Tidak pernah 20 31%

Jumlah 64 100%

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden

dengan persentase 69% menjawab "pernah" mendiamkan teman atau adik

kelasnya karena telah berbuat salah. Namun responden dengan persentase

sebesar 31% menjawab "tidak pernah" melakukan hal tersebut.

Tabel27 Siswa memberikan pelajaran berupa fisik (memukull) dan psikologis

(seperti mengucilkanj pada teman atau adik keias

Pilihan jawaban Frekuensi Persentase (%)

Pernah 27 42%

Tidak pernah 37 58%

Jumlah 64 100%

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden

dengan persentase 58% menjawab "pernah" memberikan pelajaran berupa

fisik dan psikologis pada teman atau adik kelas mereka. Namun responden

dengan persentase sebesar 42% menjawab "tidak pernah" melakukan hal

terse but.

Page 120: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penyebaran angket, dapat disimpulkan bahwa gambaran

perilaku bullying yang terjadi di SMA Al-lzhar Pondok Labu adalah bullying

jenis verbal baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini terlihat

pada tabel 23, tabel 24 dan tabel 26.

• Tabel 23 menunjukkan bahwa, sebagian besar responclen yaitu 89%

menyatakan pernah menamai teman atau adik kelas mereka dengan

julukan-julukan yang tidak pantas.

• Tabel 24 menunjukkan bahwa, sebagian besar responden yaitu 89%

menyatakan pernah mencela teman atau adik kelas mereka.

" Tabel 26 menunjukkan bahwa, sebagian besar responden yaitu 69%

menyatakan pernah mendiamkan teman atau adik kelas yang berbuat

salah.

d. Apakah kendala yang dihadapi oleh guru bimbinga1r1 dan konseling

dalam mengatasi perilaku bullying siswa SMA Al-lzhar Pondok Labu?

Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru bimbingan dan konseling

untuk mengatasi masalah bullying, penulis tidak menggunakan angket tapi

menggunakan wawancara saja. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa,

pada dasarnya tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan BK

Page 121: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

ataupun dalam hal penanganan bullying, hal ini karena sernua pihak

disekolah ini mulai dari kepala sekolah, guru atau wali kelas mendukung dan

ikut terlibat dalam hal pelaksanaan program BK dan termasuk juga

penanganan masalah bullying. Misalnya jika ada materi bimbingan konseling

yang perlu disampaikan pada siswa, guru BK biasanya melakukan koordinasi

dahulu dengan wali kelas yang bersangkutan untuk memakai jam

pelajarannya selama sekian menit atau jika tidak memungkinkan guru BK

akan menitipkan materi bimbingan tersebut pada wali kelas untuk

disampaikan pada siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi wawancara diatas, didapat kesimpulan bahwa guru

bimbingan konseling SMA Al-lzhar tidak menemui kendala yang berarti dalam

menjalankan tugasnya sebagai konselor juga dalam memmgani masalah

bullying. Hal tersebut dikarenakan semua pihak di sekolah mendukung dan

ikut terlibat dalam hal pelaksanaan program BK termasuk didalamnya

membantu penanganan masalah bullying.

Page 122: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

BABS

KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil angket penelitian mengenai

pelaksanaan peran bimbingan dan konseling dalam meng:atasi perilaku

bullying siswa, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan peran bimbingan dan

konseling dalam mengatasi perilaku bullying di SMA A-lzhar Pondok Labu

sudah cukup baik, namun belum berjalan maksimal karena dapat dilihat

masih banyak siswa yang masih berperilaku bullying. Oleh karena itu,

diharapkan bimbingan dan konseling yang ada lebih meniingkatkan lagi

kualitas pelayanan dan program yang ada, khususnya dalam penanganan

masalah bullying.

Faktor utama yang mejadi pendukung terhadap pelaksanaan program

layanan bimbingan dan konseling di Al-lzhar adalah dukungan terhadap

pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh

kepala sekolah SMA Al-lzhar Pondok Labu bersama stat sekolah lainnya.

Karena secara langsung mereka mau membantu kegiatan tersebut.

Page 123: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

5.2 Diskusi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru bimbingan dan konseling SMA

Al-lzhar menjalankan fungsi preventif dan kuratifnya dalam menangani

masalah bullying. Sedangkan gambaran perilaku bullying yang banyak terjadi

adalah bullying dalam kategori verbal.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Multazamah

(2006), yang menghasilkan ada peran bimbingan dan konseling terhadap

prestasi belajar siswa dan Bunyanah (2004) menyatakan hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran bimbingan

dan konseling dengan kesulitan belajar siswa SMA Islam An-Nizomiyah.

Frak W. Miller sebagaimana di kutif oleh Sofyan S. Willis (2004)

mengemukakan bahwa "bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu

untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi

penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga dan

masyarakat". Dari pendapat frak W. Miller, diketahui bahwa pada dasarnya

dalam memberikan bimbingan bukan hanya tugas guru BK di sekolah saja,

namun merupakan tugas semua pihak, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan

masyarakat dan lingkungan sekolah.

Page 124: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dan paling sering

ditemui oleh siswa, karena keluarga dalam hal ini orang tua adalah contoh

bagi anak-anaknya. Seluruh perilaku orang tua di dalam rumah menjadi

contot-i bagi anak-anak tentang bagaimana mereka bertingkah laku di luar

rumah. Orang tua yang tidak perhatian atau peduli terhadap apa yang

dilakukan oleh anaknya dan terlalu memberi kebebasan, hal ini akan

membuat anak merasa tidak diperhatikan dan mereka akan melakukan

apapun yang mereka inginkan. Orang tua yang baik adalah orang tua yang

dapat berbagi cerita, bisa berteman dengan anak dan bisa membimbing.

Perilaku bullying akan dapat teratasi dengan adanya bimbingan dan

perhatian dari orang tua di rumah.

Lingkungan sekolah, sebagai tempat melanjutkan pendidikan setelah rumah,

juga merupakan tempat anak-anak berinteraksi dengan teman sebaya yang

memiliki beragam latar belakan~ pola asuh yang berbeda. Sehingga berbagai

perbedaan, gesekan juga perilaku bullying mungkin saja terjadi di antara

mereka. Pada saat inilah peran guru dalam mendidik dan mengajar para

siswa sangat diperlukan, tidak hanya menyampaikan rnateri pelajaran saja

tapi juga untuk memberkan solusi pada setiap perbedaan pendapaUpersepsi

yang terjadi melalui diskusi-diskusi kelompok dengan cara mengajarkan

bagaimana menghargai pendapat teman/kelompok lain. Sehingga didapat

keputusan yang adil dan membuat keduanya merasa nyaman.

Page 125: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Hasil wawancara penulis dengan guru BK dan beberapa siswa yang dalam

angket terjaring melakukan perilaku bullying. pada dasarnya bahwa

pelaksanaan peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku

bullying sudah berjalan dan masih dalam proses untuk memperbaiki layanan

dan program BK yang ada khususnya untuk mengatasi pEirilaku bullying yang

dilakukan siswa, dan hal itu tak lepas dari kerja sama antara semua pihak.

Adapun upaya preventif yang dilakukan konselor sekolah kepada siswa

adalah dengan memberikan bimbingan dan konseling secara individu dan

kelompok pada semua siswa. Sedangkan upaya kuratif yang dilakukan

adalah dengan memberikan bimbingan pribadi dan pemberian sanksi pada

siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah te1nnasuk di dalamnya

melakukan bullying.

5.3 Saran

Untuk Guru BK

1). Diharapkan untuk lebih menjalin kedekatan kepada para siswa, untuk

memudahkan interaksi dalam membantu mengatasi persoalan yang ada,

sehingga pelaksanaan bimbingan dan konselin!~ dapat berfungsi

maksimal.

Page 126: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

2). Membuat program atau rencana kegiatan yang dapat lebih menyatukan

lagi antara senior dan yunior, agar terjalin rasa toleram;i yang lebih kuat di

antara mereka sehingga perilaku bullying dapat dihindari.

3). Memperdayakan staf sekolah sebagai pengawas yang membantu guru

mengawasi para siswa di lingkungan sekolah.

4). Membentuk dan mengembangkan peer support (pendampingan oleh

teman sebaya untuk mencegah terjadinya bullying)

Orang tua

1. Lebih memperhatikan anak mereka di rumah. Karena perhatian,

komunikasi yang baik akan sangat membantu anak terhindar dari perilaku

bullying

2. Hendaknya lebih meningkatkan kerja sama dengan 9uru, wali kelas dan

guru BK dalam membimbing anak-anak mereka di sekolah. Karena

dengan kerja sama tersebut permasalahan mengenai bullying akan lebih

mudah diatasi.

3. Menananmkan pada anak nilai-nilai moral dan agama sejak dini, agar

anak dapat membatasi diri dari hal-hal yang tidak sesuai dengan norma.

Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya lebih menggali lagi indikator-indikator

dari peran BK yang bersifat preventif, dan kuratif serta memperbanyak item

pertanyaan.

Page 127: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

I l ~

DAFT AR PUST AKA

lakar, Baraja (2004). Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studi Press

ad, Juntika Nurihsan dan Akur, Sudianto. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA Kuriku/um 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mappiare (1984). Pengantar Bimbingan dan Konseling di Seka/ah. Surabaya: Usaha Nasional

1ara, Coloraso (2007). Stop Bullying: Memutus Rantai Kekerasan Anak dari PraSekolah Hingga SMU. Jakarta: PT Serambi ilmu Semesta

), Walgito (2004). Bimbingan dan Konseling di Seka/ah. Yogyakarta: ANDI

a Ketut, Sukardi (2002). Bimbingan Konseling di Seka/ah. Jakarta: In regards to: Rineka Cipta

i Maryani. Mencermati Kasus Bullying Yang Makin Marak di Seka/ah. Koran Jakarta Raya : 2008

~n (2002). Bimbingan Konseling. Jakarta: Ciputat Press

, Hajar (1999). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

umhur dan Moh. Surya (1975). Bimbingan dan Penyuluhan di Seka/ah. Bandung: CVILMU

i, Sullivan. (2000): The Anti-Bullying HandBook; Oxford University Press.

>un. (2001). Psiko/ogi Konse/ing. Malang: Universitas Muhammadiyah malang.

-lamdani, Bakran. (2002). Konse/ing dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru

amad, Surya. (2003). Psiko/ogi Konseling. Bandung: Pustaka Quraisy

itno dan Erman, Amii. (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

it Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Page 128: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

1, Kountur. (2004). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta. PPM

WA. (2008), Mengatasi Kekerasan di Seka/ah dan Lingkurrgan Sekitar Anak. Jakarta : PT. Grasindo

Ila, Consuelo G. ,et.al. (1993): Pengantar metode Penelitian. Alimuddin Tewu (terj). Jakarta : UI Press

an S, Wilils (2004). Konseling Individual. Bandung: Alfabeta

oyono. (2007). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

irsimi, Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

in, Lipkins (2008). Menumpas Kekerasan Pe/ajar dan Mahasiswa. Tangerang: lnspirita Publishing

fuddin, Azwar. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

nsu, Yusuf dan A. Juntika (2006). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Rosdakarya

1tawy. (1995). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Pamator Pressindo

1f, Gunawan (1987). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Prenhallindo

>si

ana (2004). Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Kesu/itan Be/ajar Siswa SMA Islam An-Nizomiyah. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta

ta Lutdmilla Sumarhudoyo (2004). Hubungan Pola Attachment dan Jntensi Untuk Melakukan Perilaku Bullying. Depok: Skripsi Fakultas Psikoloyi UI.

1ati (2007). Pandangan Siswa terhadap Peran Bimbingan dan Konseling Da/am Mengatasi Tawuran Pe/ajar SMK Baskara. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

1zamah (2006). Peran Bimbingan dan Konseling Terhadap Prestasi Belajar Siswa MAN 8 Jakarta Timur. Jakarta: Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidatullah.

Page 129: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

•net

ia Indonesia (2006). Kekerasan Siswa Ancaman Bangsa-Guru Harus Waspadai ying": diambil pada 14 Juni 2008. ://www.sampoernafoundation.org/content/view/99/ 105/lang, id/)

Natalie (2008). Memutus Rantai Kekerasan Antar Pelajar (membandingkan nesia dan Belanda): diambil pada 22 Juni 2008. //www. pikko. netiinfo/StopBu llying. htm I

reas (2007). Bullying Dalam Dunia Pendidikan bag. 1: diambil pada 23 Juni 2008. //popsy.wordpress.com/2007/04/26/%e2%80%9cbullying%e2%130%9d-dalam­a-pendidikan-bagian-1/

rita lndarini (2007). Awas Bullying di Sekolah: diambil pada 2 Agustus 2008. //www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/04/tgl/29/time/024012 !ws/773879/idkanal/10

1 P. Aldilla, psi (2007). MOS Asyik Tanpa Bullying: diambil pada 12 Juni 2008. //aryave rdiramadhan i. biogs pot com/2007 /06/vj-1 Ovi2007-mos-asyik-ta n pa­ring. html

~zzahra (2008). Stop Bullying: diambil pada 22 Juni 2008 //azzahra08. word press. com/2008/07 /18/stop-bullying/

1fa (2007). Menghindari Anak Menjadi Pelaku Bullying: diambil pada 3 Juni 2008 //id.shvoong. com/humanities/167 5891-menghindari-anak-menjadi-pelaku-bullying/

Page 130: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Ir OJ

LAMPI RAN

DEPARTEMEN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDATULLAH JAKARTA FAKULTAS PSIKOLOGI

JI. Kerta Mukti No. 5 Cirendeu Jakarta Selatan 15419 Telp. (021) 7433060

Fax. 74714714

A. DataResponden Nam a

Jenis Kelamin

Ke las

Usia

Asal Sekolah

B. Petunjuk Pengisian

1. Penelitian ini merupakan kegiatan dalam rangka penyusunan skripsi untuk

penyelesaian studi pada Fakultas Psikologi Universitai> Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Mengingat pentingnya penelitian ini sudilah kiranya saudara untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan sejujur-jujurnya

3. Setiap jawaban yang saudara berikan pada penulis merupakan bantuan yang

tak ternilai harganya bagi penelitian ini. Untuk itu penulis ucapkan terima

kasih

4. Bacalah angket ini terlebih dahulu dengan teliti

5. Tulis jawaban anda langsung pada kertas pertanyaan d19ngan memberi tanda

( x)

Page 131: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

1. Apa masalah yang paling sering anda alami?

a. masalah belajar, (sebutkan) : .. .

b. masalah karier, (sebutkan) : .. .

c. masalah sosial, (sebutkan) : .. .

d. masalah pribadi, (sebutkan) : .. .

2. Ketika anda memiliki masalah, siapa orang yang pertama anda temui

untuk berbagi?

a. Guru BK

b. Teman

c. Orang tua

d. Lain-lain (sebutkan) :

3. Apakah anda pernah melakukan konsultasi atau menyampaikan masalah

anda pada guru BK?

a. Pernah b. tidak pernah

4. Manfaat apa yang anda dapatkan dari pelaksanaan program BK di

sekolah?

a. mampu memecahkan masalah dengan baik dan bijak

b. mampu memahami diri sendiri

c. mampu memahami lingkungan

d. lain-lain (sebutkan): ...

5. Apakah anda puas dengan pelayanan BK di sekolah?

a. Puas, karena : ...

b. tidak puas, karena : ...

6. Apakah anda pernah mendapat informasi tentang "bullying" (kekerasan

berupa fisik, verbal atau psikologis yang dilakukan oleh individu atau

kelompok yang lebih kuat pada individu yang lemah) serta bahaya­

bahayanya?

a. pernah b. tidak pernah

ltCJ

Page 132: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

7. Jika pernah, dari mana anda mendapat informasi mengenai bullying

tersebut?

a. a. psikolog

c. guru

b. orang tua

d. lain-lain (sebutkan) :

8. Apakah anda pernah mendapat penjelasan dari guru BK mengenai tata

tertib sekolah beserta sanksi bagi yang melanggarnya?

a. pernah b. tidak pernah

9. Apakah anda pernah mendapatkan bimbingan mengenai etika bergaul

antar siswa dari guru BK?

a. pernah b. tidak pernail

10. Berapa kali biasanya guru BK memberikan pelayanan bimbingan dan

konseling di sekolah?

a. Setiap ada masalah b. Seminggu sekali

c. Sebulan sekali d. tidak pernah

11. Apakah ada sanksi dari sekolah bagi siswa yang melakukan bullying?

a. ada b. tidak ada

12. Pernahkah guru BK memberikan layanan konseling secara kelompok

untuk membahas dan mencari solusi dari permasalahan siswa?

a. pernah b. tidak pernah

13. Apal<ah guru BK memberikan layanan konseling secara individu pada

siswa yang melakukan atau menjadi korban bullying?

a. ya b.tidak

14. apakah guru BK anda menerima saran/masukan dari para siswanya?

a. ya b.tidak

{ zv

Page 133: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

15. Apa saran anda untuk BK dalam menangani perilaku bullying di sekolah?

a. perketat pengawasan di sekolah

b. beri hukuman seberat-beratnya bagi yang melakukan bullying

c. mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat mempererat hubungan

antara senior dengan yunior

d. lain-lain (sebutkan) :

16. Menurut anda apakah menampar teman atau adik kelas yang songong

adalah hal yang wajar?

a. ya b. tidak

17. apakah anda pernah melakukan tindakan seperti di atas?'

a. pernah b. tidak pernah

18. apakah anda pernah merusak barang milik orang yang tidak anda sukai?

a. pernah b. tidak pernah

19. apakah anda pernah menendang teman atau adik kelas anda?

a. pernah b. tidak pernah

20. apakah anda pernah memalak uang/barang dari adik kelas atau teman

anda?

a. pernah b. tidak pernah

21. Setujukah anda jika teman anda berpendapat bahwa acara MOS tidak

akan seru dan berkesan tanpa disertai bentakan, omelan dan kegiatan lain

yang sifatnya mengerjai siswa baru?

a. setuju b. tidak setuju

22. apakah anda pernah terlibat dalam acara MOS seperti di atas?

a. pernah b. tidak pernah

{'ll

Page 134: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

23. apakah anda pernah menamai teman anda dengan julukan-julukan yang

tidak pantas?

a. pernah b. tidak pernah

24. apakah anda pernah mencela penampilan atau bentuk fisik teman atau

adik kelas anda?

a. pernah b. tidak pernah

25. apakah anda pernah mengirimkan catatan yang menjelek-jelekkan pada

teman atau adik kelas anda?

a. pernah b. tidak pernah

26. apakah anda pernah mendiamkan teman atau adik kelas anda karena dia

berbuat salah?

a. pernah b. tidak pernah

27. apakah anda pernah memberikan "pelajaran" berupa fisik. (seperti

memukul) maupun psikologis (seperti mencela) pada teman atau adik

kelas anda?

a. pernah b. tidak pernah

Page 135: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Hari/tanggal : selasa, 25 November 2Q08

Interviewee : lbu Lia

Jabatan

Tempat

Waktu

: Guru BK SMA Al-lzhar

: Ruang BK

: 11:00WIB

Hasil Wawancara

1. T: Berapa lama anda menjadi guru BK?

J: Sudah sejak tahun 1980an kira-kira sudah 20 tahun.

2. T: Bimbingan apa saja yang biasa anda berikan di sekolah ini? dan

bagaimana metode dalam pemberian bimbingan tersebut? Serta berapa

kali siswa mendapat bimbingan?

J: kami memberikan bimbingan belajar, bimbingan sosial seperti etika

bergaul , bimbingan karir, juga bimbingan pribadi dan ke•lompok. Dalam

pemberian bimbingannya menggunakan metode ceramah, atau tanya

jawab . Pemberian bimbingan tersebut disesuaikan den!~an kebutuhan

siswa saja. Misalnya untuk kelas X yang membutuhkan layanan

bimbingan karir untuk pemilihan jurusan, kami melakukan wawancara

pada setiap anak. Kami juga mengadakan hari karir yang dilaksanakan

setiap tahun, kegiatannya seperti pameran pendidikan.

3. T: apakah ibu menggunakan buku atau modul sebagai acuan bimbingan?

J: ya kami menggunakan buku untuk acuan bimbingan, tapi kami tidak

terpaku pada 1 buku atau modul saja karena biasanya materinya kurang

Page 136: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

relevan dengan siswa jadi kami menggunakan berbagai sumber lain

sebagai tambahan agar materi bimbingan yang akan diberikan benar­

benar sesuai dengan yang dibutuhan siswa.

4. T: Apa siswa disini memiliki kesadaran sendiri untuk ber~:onsultasi kepada

guru BK tentang masalah yang dihadapinya?

J: itu tergantung siswanya sendiri, ada siswa yang datang atas kemauan

sendiri dan ada juga yang dipanggil jika siswa tersebut bermasalah.

5. T: Permasalahan apa yang sering muncul dan sering dialami oleh siswa

dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah ini?

J: sejauh ini belum ada permasalahan yang terlalu serius dalam kegiatan

belajar mengajar, tapi permasalahan yang ada lebih dominan pada

masalah kedisiplinan siswa. Seperti tepat waktu datang ke sekolah, bolos

saat jam pelajaran, juga da!am ha! kerapihan.

6. T: Bagaimana ibu menyikapi hal tersebut?

J: bagi siswa yang melanggar tata tertib di sekolah ini, ~:ami mengenakan

"poin pelanggaran" yang bobotnya tergantung dari kesalahan yang dibuat.

7. T: Apakah di sekolah ini pernah ditemukan kasus buUying? Faktor apa

yang biasanya menjadi pemicu?

J: kami pernah rnenangani juga mendapat pengaduan mengenai kasus

bullying, taktor pemicunya biasanya hal sepele misalnya, karena disini

mayoritas siswa SMPnya berasal dari Al-lzhar terkadang timbul kesalah

pahaman antara mereka. Siswa yang SMPnya bulcan dari Al-lzhar

sebagai minoritas merasa di perlakukan semena-mena1 oleh siswa yang

SMPnya berasal dari Al-lzhar.

8. T: Upaya apa yang guru BK dan sekolah lakukan untuk mengatasi hal

terse but?

Page 137: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

J: jika ada pengaduan dari siswa yang merasa di buly siswa lain, kami

tidak langsung memanggil anak yang bersangkutan, karena bisa jadi

pemanggilan tersebut dijadikan alasan siswa untuk mernbully korbannya

lagi. Biasanya kami melakukan koordinasi dahulu dengan pihak wali kelas

untuk memastikan kebenaran dari pengaduan siswa. Jilca ternyata benar

baru kami panggil, lakukan konseling dan penegasan sanksi.

Kami juga membentuk peer counseling, yaitu para siswa yang dibentuk oleh

guru BK dengan tujuan membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan di

bidang akademik maupun sosial. Hal ini karena saat usia remaja, para siswa

lebih nyaman berkonsultasi dengan teman sebayanya, seperti curhat. Waiau

tidak bersifat resmi, namun curhat tersebut harus dilakukan secara profesional

dan memperhatikan teknik-teknik konseling yang benar, salah satunya menjaga

kerahasiaan serta memberi solusi yang tepat .

9. T: Apakah di sekolah ini ada aturan/tata tertib tentang larangan

berperilaku bullying? kapan aturan itu dibuat? Dan bagaimana

pelaksanaan aturan tersebut?

J: Ya, disini memiliki tata tertib mengenai larangan berperilaku bullying

aturan itu dibuat 2 tahun lalu, sebenarnya larangan mencela, memalak,

mengucilkan dan sebagainya y2rig termasuk bullying sudah ada sejak

dulu hanya perbedaan istilah saja. Disini setiap anal< memiliki point 100,

poin tersebut bisa berkurang dan bertambah. Sedangkan bagi siswa yang

melakukan perilaku yang termasuk bullying, kami mengurangi poin

mereka sebesar 30.

10. T: apakah aturan tersebut efektif dalam mengurangi bullying di sekolah?

J: cukup efektif, karena sanksi yang diberikan cukup berat

11. T: Apa saja kendala yang anda hadapi dalam pelaksanaan BK di sekolah

ini? serta apa kendala yang dihadapi dalam penanganan bullying?

Page 138: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

\----~· . ' \/ ; , " ' ,.i 'l

'« i )·•\

----~ -~-H-~-

J: kendala yang dihadapi oleh bimbingan konseling masih terbatas pada

waktu saja. Karena tidak adanya jam khusus untuk memberikan

bimbingan dan konseling. Jadi selama ini kami melal~ukan koordinasi

dengan wali kelas yang bersangkutan untuk memakai jam pelajarannya

selama sekian menit atau menitipkan materi bimbingan pada wali kelas

untuk disampaikan pada siswa.

12. T: apa kendala yang dihadapi guru BK dalam menangani masalah

bullying siswa ?

J: Pada dasarnya tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan BK

ataupun dalam hal penanganan bullying, hal ini karena semua pihak

disekolah ini mulai dari kepala sekolah, guru atau wali kelas mendukung

dan ikut terlibat dalam hal pelaksanaan program BK dan termasuk juga

penanganan masalah bullying.

13. T: apakah ibu pernah mengalihtangankan kasus yang berat kepada pihak

lain?

J: ya pernah, kami mengalihtangankan pada psikolog aitau psikiater untuk

kasus-kasus yang memang tidak bisa kami tangani.

14. T: apakah ibu juga melakukan kunjungan rumah g1una penyelesaian

masalah siswa?

J: ya kami juga melakukan kunjungan rumah pada siswa-siswa yang

membutuhkan penanganan lebih lanjut tentang penyelesaian masalah

mereka, namun karena banyak keterbatasan dalam sa1u tahun kami bisa

melakukan kunjungan rumah pada dua orang siswa saja.

15. T: Adakah program bimbingan preventif dan kuratif di sekolah ini dalam

menangani masalah bullying? Jika ada, bagaimana pelaksanaan dari

program tersebut?

Page 139: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

(If

J: untuk program bimbingan preventif maupun kuratif, merupakan program

yang tidak baku, hanya incidental saja. Ketika memang dibutuhkan, baru

diadakan. seperti belum lama ini ada penyuluhan tentang bahaya

narkoba.

Kami disini juga berkerja sama dengan Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA),

yaitu lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, dan memiliki perhatian besar

dalam penanganan masalah bullying di Indonesia. Guru-guru Al-lzhar juga

pernah mengikuti semacam pelatihan yang diadal<an oleh SEJIWA, pelatihan

tersebut ditujukan untuk membekali para guru dengan pen9etahuan mengenai

bullying, cara pencegahan dan penanganannya.

Page 140: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Hari/tanggal : Selasal 25 November 2008

Interviewee : M. Risyad

Status : Siswa kelas II SMA

Tempat : Ruang BK

Hasil Wawancara

1. T: apa masalah yang sering kamu hadapi?

J: Masalah belajar, biasanya saya suka malas belajar, terlalu banyak

tugas jadi saya agak sulit membagi waktu.

2. T: apakah guru BK di sekolah mengetahui dan ikut membantu

menyelesaikan masalah yang kamu hadapi?

J: lya. Biasanya kalau masalahnya belajar kami disuruh remedial.

3. T: Biasanya siapa yang menjadi tempat anda be;bagi masalah yang anda

hadapi?kenapa?

J: biasanya ke orang tua, karena lebih nyaman, lagipula mereka yang

paling mengerti kita seperti apa.

4. T: apakah anda pernah melakukan konsultasi ke guru BK mengenai

masalah yang anda hadapi? Alasannya?

J: konsultasi masalah pernah, tapi tidak sering. Tapi kalau mengobrol

biasa sering, misalnya jika ada acara sekolah.

5. T: Apa manfaat yang kamu rasakan dengan adanya BK di sekolah?

J: Manfaat yang paling dirasain dengan adar.ya BK, kalau mau

mengadakan acara sekolah guru BK selalu rnembantu untuk

menghubungkan siswa dengan guru-guru. Manfaat lainnya, guru BK

sering membantu untuk memilihkan jurusan yang sesuai dengan bakat

dan minat saya.

Page 141: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

6. T: Apakah anda pernah mendapat informasi tentang bullying? Dari mana

informasi tersebut anda dapatkan?

J: pasti pernah dong. Dari guru BK saat perwalian, dari seminar yang

diadakan sekolah juga pernah tapi waktu saya kelas 3 SMP.

7. T: Apakah anda pernah melihat siswa yang membully siswa lain? atau

apakah anda sendiri pernah melakukan tindakan yang te1rmasuk bullying?

J: kalau membully fisik saya tidak pernah, tapi kalau bullying psikologis

pernah itupun hanya meledek. Jujur, saya pernah mukul temen tapi itu

cuma bercanda guru yang melihat juga langsung menegur saya.

8. T:Menurut anda, apakah guru BK di sekolah berperan clalam menangani

bullying?

J: menurut saya kurang, yang saya tahu justru guru biologi. Beliau itu

sering banget mengingatkan siswa agar ticlak membully siswa lain.

9. T: bagaimana kegiatan MOS di sekolah ini? apakah ancla pernah melihat

ada bentakan, atau kegiatan yang sifatnya mengerjai siswa baru?

J: jelas ada, tapi kalau MOS yang tahun ini tidak separah waktu tahunan

saya. MOS yang sekarang hanya 3 hari saja. K2lau bentakan, pasti ada

biasanya di hari terakhir

Page 142: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Hari/tanggal : Selasa/ 25 November 2008

Interviewee : Yusuf Akbar

Status

Tern pat

: Siswa kelas II SMA

: Ruang BK

Hasil Wawancara

1. T: Apa masalah yang sering kamu hadapi?

J: Masalah belajar, misalnya kesulitan konsentrasi waktu pelajaran IPA,

juga dalam hal pemahaman soal.

2. T: Apakah guru BK di sekolah mengetahui dan ikut membantu

menyelesaikan masalah yang kamu hadapi?

J: lya. Biasanya kalau masalahnya belajar diingatkan agar remedial atau

kita yang minta remedial sama guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Saya juga ikut les jadi biasanya kalau ada kesulitan soal pelajaran saya

tanyakan pada guru les saya.

3. T: Biasanya siapa yang menjadi tempat berbagi masalah yang anda

hadapi? Kenapa?

J: Biasanya kalau ada masalah saya serita sama bapak saya karena

kalau sama teman saya kurang percaya. Kadang saya juga konsultasi ke

ahli seperti psikolog kalau lagi stress karena nilai saya anjlok.

4. T: Apakah anda pernah konsultasi ke guru BK tentang masalah yang

anda hadapi? Alasannya?

J: Tidak pernah, karena risih tempatnya formal, tidak santai dan

sepertinya yang lain juga tidak pernah.

5. T: Apa manfaat yang anda rasakan dengan adanya BK di sekolah?

Page 143: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

J: Manfaat yang paling dirasain dengan adanya BK, dulu pernah waktu

kelas satu saya di wawancara guru BK untuk penentuan jurusan.

6. T: Apakah anda pernah mendapat informasi bullying? Dari mana sumber

informasi tersebut anda dapatkan?

J: pernah, dari wali kelas waktu perwalian, guru BK, dari orang tua, juga

dari seminar tentang bullying yang diadakan sekolah.

7. T: Apakah anda pernah melihat ada yang membully? atau pernah

melakukan tindakan yang termasuk bullying?

J: Oulu pernah waktu awal-awal kelas satu ada teman yang mernukul

saya tanpa sebab. Tapi saya tidak berani melawan. Jadi saya lapor ke

guru. Kemudian orang itu ditegur guru. Sekarang dia tidak pernah lagi.

Kalu dulu banyak yang membully sampai-sampai banyak yang ingin

keluar. Kalau saya sendiri jujur pernah, tapi lidak sampai yang fisik, paling

meledek saja, itupun saya tidak akan ngeledek duluan kalau tidak ada

yang mulai.

8. T: Menurut anda apakah guru BK berperan da!am menangani bullying?

J: tidak, tapi setahu saya justru guru PPKN beliau terkenal anti bullying.

Misalnya, kadang ada guru yang ikut ketawa kalau ada siswa yang

ngeledek siswa lain tapi guru PPKN saya beda. Kalau dia melihat ada

siswa yang meledek siswa lain pasti beliau langsung menegur dan

mengingatkan kalau itu termasuk bullying.

9. T: bagaimana kegiatan MOS di sekolah ini? apakah anda pernah melihat

ada bentakan, atau kegiatan yang sifatnya mengerjai siBwa baru?

J: waktu MOS angkatan saya kalau dibentak atau disumh-suruh ada. Tapi

yang sekarang saya tidak tahu karena saya bukan anggota OSIS. Tapi

yang saya dengar yang banyak bentakan atau ada perilaku bullying di

PASKIBRA.

Page 144: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

Hari/tanggal : Selasa/ 25 November 2008

Interviewee : M. Dana Dhanugraha

Status : Siswa kelas II SMA

Tempat : Ruang BK

Hasil Wawancara

1. T: Apa masalah yang sering kamu hadapi?

J: Masalah belajar, terlalu banyak PR, biasanya susah konsentrasi waktu

belajar.

2. T: Apakah guru BK atau guru mata pelajaran di sekolah ikut membantu

menyelesaikan masalah yang anda hadapi?

J: lya. Kalau masalahnya belajar, nilai turun biasanya guru dari mata

pelajaran yang bersangkutan mengingatkan kita untuk remedial.

3. T: Biasanya siapa yang menjadi tempat anda berbagi masalah? Kenapa?

J: kalau saya ke teman sama ke orang tua juga. Saya merasa lebih

percaya.

4. T: Apakah anda pernah konsultasi ke guru BK tent:ang masalah anda?

Alasannya?

J: tidak pernah, karena saya canggung. Lebih baik ke teman atau orang

tua saja.

Page 145: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

I> 3

5. T: Apa manfaat yang kamu rasakan dengan adanya BK di sekolah?

J: Manfaat yang paling dirasain dengan adanya BK, dulu pernah waktu

kelas satu saya di wawancara guru BK untuk penentuan jurusan.

6. T: Apakah anda pernah dapat informasi tentang bullying? Dari mana

sumber anda mendapat informasi tersebut?

J: pernah, dari wali kelas waktu perwalian, psikolog dan orang tua juga.

7. T: Apakah anda pernah melihat siswa yang membully siswa lain? atau

Apakah anda pernah melakukan tindakan yang termasuk bullying?

J: kalau waktu saya kelas satu sering melihat ada yang membully siswa

lain, tapi setelah saya kelas dua sudah tidak lagi. Tindakan bullying yang

pernah saya lakukan saya pernah merusak benda rnilik orang lain tapi

cuma sekali, yang lain paling hanya mencela.

8. T: Apakah guru BK berperan dalam menangani bullyin~g di sekolah?

J: cukup berperan. Karena pernah ada yang membully siswa lain lalu

dipanggil ke ruang BK.ngga'

9. T: bagaimana kegiatan MOS di sekolah ini? apakah anda pernah melihat

ada bentakan, atau kegiatan yang sifatnya mengerjai siswa baru?

J: MOS disini tidak sekarang lebih baik tapi waktunya lebih sebentar

karena cuma 3 hari. Bentakan ada tapi hanya sedikit dan tidak berlanjut di

luar MOS.

Page 146: 1t'°/n1 Ir - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14441/1/SITI... · mewajibkan bangsa Indonesia untuk melakukan wajib belajar sembilan tahun.

l ..-­..--­......-

YAYASAN ANAKKU

PERGURUAN !SLAM AL-IZH/~R PONDOI\ LABU ---- SMA ISLAM AL=IZHAR PONl)QI( LABU ~J\R JI. RS. Fatmawali Kav. 49 Jakarta l 24:i0 -LABU "I!' 7()95542 - 7505932 - 7506128. Fax. 75036(,2. e-mail: [email protected]

SURAT KETERANGAN Nomor ; 571 /SKetr /SNtAI IPL/Xll/2008

(ang bertanda tangan di bawah ini :

nama

jabatan

Ir. H. Tata Hendarto, M.Psi.T.

Kepala SMA Islam Al-lzhar Pondok Labu

:lengan ini menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:

nama

NIM

Jurusan

Program

Perguruan Tinggi

SITI NURBAITI

104070002284

Psikologi

Strata 1 (S-1)

Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta

idalah benar bahwa nama tersebut telah mengadakan penelitian di SMA Islam Al-lzhar

)ondok Labu Jakarta, dalam rangka mendapatkan bahan skripsi dengan judul "Peran

3imbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying di Sekolah'', yang dilaksanakan )ada tanggal 10- 12 November 2008 di SMA Islam Al-lzhar Pondok Labu Yakarta.

)emikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jaka ta, 12 Desember 2008 ~oklabu,

L--