Post on 22-Mar-2019
1 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. KONDISI UMUM
esuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan
nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan
Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana
Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang
ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan arah
sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat
dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Selanjutnya
RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap
ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua,
RPJMN tahap ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara
menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing
kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam,
sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus meningkat.
Sebagaimana amanat tersebut di atas dan dalam rangka mendukung
pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai Pengawas Obat dan
Makanan di Jambi sesuai kewenangan, tugas dan fungsinya menyusun Rencana
Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta
program dan kegiatan untuk periode tahun 2015-2019 dan berpedoman pada
RPJMN 2015-2019.
S
2 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Proses penyusunan Renstra Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
tahun 2015 - 2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja tahun 2010-2014,
serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Balai Pengawas Obat
dan Makanan di Jambi. Selanjutnya Renstra Balai Pengawas Obat dan Makanan di
Jambi periode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan kinerja Balai Pengawas
Obat dan Makanan di Jambi dibandingkan dengan pencapaian dari periode
sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Adapun kondisi umum Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi pada saat
ini berdasarkan peran, tugas fungsi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:
1.1.1 Peran Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi yang bertugas mengawasi
peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetika dan makanan di
wilayah provinsi Jambi. Tugas, fungsi dan kewenangan Balai Pengawas Obat dan
Makanan di Jambi di atur dalam Peraturan Kepala Badan POM RI nomor 14 tahun
2014, tanggal 17 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sebelumnya merupakan Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Kantor wilayah Kesehatan di provinsi Jambi.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Balai Pengawas
Obat dan Makanan di Jambi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan;
b. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu
produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional,
kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya;
c. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk
secara mikrobiologi;
d. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan
sarana produksi dan distribusi;
e. Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum;
3 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
f. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang
ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;
g. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen;
h. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan;
i. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan;
j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM RI sesuai
dengan bidang tugasnya.
Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Balai Pengawas Obat dan Makanan di
Jambi sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI merupakan garda terdepan
dalam hal perlindungan terhadap konsumen. Disisi lain, tugas pokok dan fungsi
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi juga sangat penting dan strategis dalam
rangka mendorong tercapainya Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yang
telah dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo, khususnya pada butir :
2) Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan
terpercaya;
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka Negara kesatuan;
5). Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, khususnya di sektor
kesehatan;
6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
Untuk mendukung tugas- tugas tersebut, Balai Pengawas Obat dan Makanan
di Jambi perlu diperkuat, baik dari sisi kelembagaan maupun kualitas sumber daya
manusia, serta sarana prasarana pendukung lainnya seperti laboratorium, sistem
teknologi dan informasi, dan lain sebagainya,
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi idealnya dapat menjalankan
tugasnya secara lebih proaktif, tidak reaktif, yang hanya bergerak ketika sudah ada
kasus-kasus yang dilaporkan. Luas wilayah Propinsi Jambi ± 53.435,00 km2 terdiri
4 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
dari luas daratan 50.160,05 km2 dan perairan 3.274,95 km2 dengan wilayah
pengawasan 11 (sebelas) Kabupaten/Kota, yaitu :
Kabupaten Kerinci : 3.355,27 km2 ,
Kabupaten Bungo: 4.659 km2,
Kabupaten Tebo : 6.461 km2,
Kabupaten Merangin : 7.679 km2 ,
Kabupaten Sarolangun : 6.184 km2,
Kabupaten Batang Hari : 5.804 km2
Kabupaten Muaro Jambi : 5.326 km2 ,
Kab.Tanjung Jabung Barat : 4.649,85 km2 ,
Kab.Tanjung Jabung Timur :5.445km2
Kota Sungai Penuh : 391,5 km2,
Kota Jambi : 205,43 km2 ,
Umumnya wilayah Propinsi Jambi dapat ditempuh dengan transportasi
darat dan ada beberapa yang melalui air (sungai), seperti di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Lama waktu perjalanan ke Ibukota
Kabupaten rata-rata 4 jam, untuk Ibu Kota Kabupaten yang terjauh membutuhkan
waktu tempuh 12 jam dan Ibu Kota Kabupaten yang terdekat hanya membutuhkan
waktu 30 menit, Untuk melaksanakan kegiatan pengawasan ke sarana, waktu yang
diperlukan di satu wilayah kerja rata-rata 2 hari. untuk Kabupaten terjauh
dibutuhkan waktu 5 hari kerja dan yang terdekat 1 hari kerja, kondisi ini
merupakan salah satu faktor yang sangat sulit bagi Balai Pengawas Obat dan
Makanan di Jambi dalam melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif.
Namun hal ini tidak menjadi hambatan, bahkan justru menjadi tantangan tersendiri
bagi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi dalam melakukan revitalisasi dan
penguatan terhadap mandat dan kinerjanya mengawasi keamanan mutu produk
obat dan makanan, baik produk dalam negeri maupun produk impor yang beredar
di masyarakat.
Di sisi lain, tuntutan modernisasi suatu bangsa juga berpengaruh pada pola
hidup masyarakatnya. menjaga pola hidup sehat juga menjadi semakin sulit untuk
dipenuhi oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, terutama
5 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
pemenuhan standar kesehatan, dimana peredaran makanan yang tidak begitu baik
bagi kesehatan juga hampir-hampir tidak bisa dihindari.
1.1.2 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di
Jambi berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI nomor 14 tahun 2014, tanggal
17 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Pasal 4 ayat (1)
dan (3) serta Pasal 34, dikategorikan kepada Balai Pengawas Obat dan Makanan
Tipe A.
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Kepala Balai POM
Sub Bagian
Tata Usaha
Seksi
Pengujian
Pangan dan
Bahan
Berbahaya
Seksi
Pemeriksaan
dan
Penyidikan
Seksi
Sertifikasi dan
Layanan
Informasi
Konsumen
Seksi Pengujian
Terapetik,
Nar, OT,
Kosmetik dan
P.Komp
Seksi
Pengujian
Mikrobiologi
Kelompok Jabatan
Fungsional
6 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Masing-masing Seksi dan Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok
dan fungsi sebagai berikut :
1. Seksi Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional,
Kosmetik dan Produk Komplemen
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan
penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujiaan dan
penilaian mutu di bidang terapetik, narkotika, obat tradisional, kosmetika dan
produk komplemen.
2. Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya.
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan
penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan
penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya
3. Seksi Pengujian Mikrobiologi.
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan
penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan
penilaian mutu secara mikrobiologi.
4. Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan.
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan
penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan
contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi, distribusi, sarana
pelayanan kesehatan serta penyidikan pelanggaran hukum di bidang produk
terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik,
produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.
5. Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen.
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program evaluasi dan
penyusunan laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan
distribusi tertentu dan layanan informasi konsumen.
6. Subbagian Tata Usaha.
Mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi di
lingkungan Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi.
7 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan
fungsional yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional pengawas
farmasi dan makanan, penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan bidang
keahliannya.
Untuk mendukung tugas-tugas Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
sesuai dengan peran dan fungsinya diperlukan sejumlah SDM yang memiliki
keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki oleh Balai Pengawas
Obat dan Makanan di Jambi untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat
dan Makanan sampai tahun 2014 adalah sejumlah 68 orang yang terdistribusi pada:
1. Sub Bagian Tata Usaha 18 (delapan belas) orang, dengan latar belakang
pendidikan terdiri dari Apoteker 3 (tiga) orang (Kepala Balai POM dan CPNS),
Sarjana Ekonomi 1 (satu) orang, Sarjana Hukum 2 (dua) orang, Sarjana
Teknologi Pangan 1 (satu) orang, D3 Komputer/Akuntansi 2 (dua) orang, D1
Analis Kesehatan 1 (satu) orang, SMF 2 orang, SLTA Umum/Kejuruan 5 (lima)
orang, dan SD 1 (satu) orang;
2. Seksi Pengujian Teranokoko berjumlah 18 (delapan belas) orang dengan latar
belakang pendidikan yang terdiri dari Apoteker 11 (sebelas) orang, Sarjana
Kimia 2 (dua) orang, D3 Farmasi/Kimia 2 (dua) orang dan SMF 3 (tiga) orang;
3. Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya 10 (sepuluh) orang dengan latar
belakang pendidikan Apoteker 6 (enam) orang, SMF 3 (tiga) orang, dan SMAK 1
(satu) orang;
4. Seksi Pengujian Mikrobiologi 6 orang latar belakang pendidikan Apoteker 2
orang, Sarjana Biologi 1 orang, D3 Farmasi/Kimia 1 orang dan SMF 2 orang, ;
5. Seksi Pemeriksaan 10 (sepuluh) orang dengan latar belakang pendidikan
Apoteker 4 orang, Sarjana Hukum 1 orang, Sarjana Komputer 1 orang, SMF 3
orang, dan SAKMA 1 orang;
6. Seksi Serlik 6 orang dengan latar belakang pendidikan Apoteker 4 orang, SMF
1 orang dan D3 Kimia 1 orang.
8 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Gambar 2. Profil Pegawai Balai POM di Jambi berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 – 2014
Tabel 1. Profil Pegawai BPOM di Jambi berdasarkan Tingkat Pendidikan (Sumber :
Data BPOM tahun 2014)
No. Unit Kerja Pendidikan
JUMLAH S2 Apt S1 Non Lain Sarjana
1 2 3 4 5 6 7 1 Sub. Bag Tata Usaha - 3 4 11 18
2 Sie. Pemeriksaan dan Penyidikan
- 4 2 4 10
3 Sie. Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya
1 5 - 4 10
4 Sie. Pengujian Mikrobiologi
- 2 1 3 6
5 Sie. Pengujian Teranokoko
- 11 2 5 18
6 Sie. Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen
- 4 - 2 6
Total 1 29 9 29 68 Persentase 1,47% 42,65% 13,24% 42,65%
Dari komposisi SDM Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sampai dengan
tahun 2014 terdapat 42,65% dengan latar belakang pendididkan non sarjana
sehingga dirasakan perlunya peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM agar
mampu menghadapi perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis,
0
5
10
15
20
25
30
2010 ( 73 ) 2011 ( 73) 2012 ( 68) 2013 (66) 2014 (68)
3 3 2 1 1
27 27 25
27 29
8 8 9 9 9 6 6 6 6 6
18 18 17 17 17
9 9 7
5 5 2 2 2 1 1
S2 Apoteker S1 lain D3 SMF/ SMAK SLTA SLTP SD
9 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
khususnya mengantisipasi perubahan lingkungan strategis eksternal, sehingga bisa
mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun kedepan.
Pada tahun 2014 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi belum didukung
dengan SDM yang memadai dan masih kekurangan SDM sejumlah 19 (Sembilan
belas) orang, dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dari target yang ditetapkan.
Berikut ini adalah profil kebutuhan pegawai berdasarkan analisa beban kerja.
Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk melakkukan moratorium pegawai
selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2015-2019 berarti tidak ada penambahan
pegawai selama kurun waktu tersebut. Diperkirakan sejumlah 15 (lima belas)
pegawai akan pensiun, pindah dan sebagainya dalam lima tahun tersebut,
sementara beban kerja makin meningkat. Adanya kekurangan pegawai yang
signifikan tersebut menyebabkan beberapa tugas dan fungsi pengawasan belum
dapat dilakukan secara optimal
1.1.3 Capaian Kinerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi periode
2010-2014
Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi Balai Pengawas Obat dan
Makanan di Jambi secara ringkas disampaikan beberapa kegiatan yang telah
dilaksanakan sesuai Penetapan Kinerja Tahunan dan Renstra Balai Pengawas Obat
dan Makanan di Jambi 2010-2014 (Renstra Revisi II 2010 -2014), yaitu :
SS 1 : Meningkatnya Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam Rangka
Melindungi Masyarakat di Provinsi Jambi
Indiakator yang digunakan adalah
INDIKATOR KINERJA
1 Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar
2 Persentase kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi standar
3 Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar
4 Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi standar
5 Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar
10 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
INDIKATOR KINERJA 6 Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat dan
Mutu)
7 Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO)
8 Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya
9 Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan
10 Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat
SS 2 : Terwujudnya Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan yang
Modern dengan jaringan kerja di seluruh Indonesia dengan kompetensi dan
kapabilitas terunggul di Provinsi Jambi
INDIKATOR KINERJA 1 Persentase Pemenuhan Sarana dan Prasana Laboratorium
terhadap Standar Terkini
Indikator ini dihitung berdasarkan Standar Minimal Alat Laboratorium terbaru. SS 3 : Meningkatnya Kompetensi, Kapabilitas dan jumlah modal insani yang
unggul dalam Melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan
INDIKATOR KINERJA 1 Persentase SDM yang Ditempatkan Sesuai Kompetensi
SS 4 : Meningkatnya Koordinasi Perencanaan, Pembinaan, Pengendalian
terhadap Program dan Administrasi di Lingkungan Balai POM di Jambi sesuai
dengan Sistem Manajemen Mutu
INDIKATOR KINERJA
1 Persentase Sertifikat Sistem Mutu yang dipertahankan
SS 5 : Meningkatnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan
oleh Balai POM di Jambi
11 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
INDIKATOR KINERJA 1 Persentase ketersediaan Sarana dan Prasarana Penunjang
Kinerja
12 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Tabel 2. Capaian Kinerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi Periode 2010-2014
NO Indikator Kinerja Sasaran Target Realisasi Rasio
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
1. Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar 0,1 0,1 0,1 0,1 99.40 1,33 -0,15 -0,94 0,51 - 1.330% -150 % -940% 510%
2. Persentase kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi standar
1,0 1,0 1,0 1,0 91.21 8,51 -0,23 0,23 0,00 - 8510% -23% 23% 0,00%
3. Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar 0,2 0,1 0,1 0,1 100.00
0,99 0,00 0,00 -0,23 - 495% 0,00% 0,00% -230 %
4. Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi standar
0,42 0,42 0,42 0,42 98.04 -0,56 0,56 0,00 0,00 - 133,33% 133,33% 0,00% 0,00%
5. Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar 2,0 2,0 2,0 2,0 89.75 2,99 2,18 -0,94 1,43 - 101,13% 105,47% 105.22% 106.56%
6 Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat & Mutu)
96,7 96,8 96,9 97,0 97,1 98,67 100 99,85 98,91 99,42 102,03%
103,31% 103,04% 101,97% 102,39%
7 Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO)
11,0 10,0 9,0 8,0 7,0 8,51 0,00 0,23 0,00 0,00 77,36% 0,00% 2,56% 0,00% 0,00%
8 Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya 1,2 1,0 0,9 0,8 0,7 0,99 0,00 0,00 0,00 0,23 82,5% 0,00% 0,00% 0,00% 32,86%
9 Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan
0,01 0,01 1,65 0,01 0,01 0,00 0,56 0,00 0,00 0,00 0,00% 5.600% 0,00% 0,00% 0,00%
10 Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat 83,0 85,0 87,0 89,0 91,0 84,42 87,41 89,59 88,65 90,08 101,71%
102,84% 102,98% 99,61% 98,99%
11 Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini
60,0 70,0 75,0 80,0 90,0 - 71,2 72,5 84,29 52,62 - 101,71% 96,67% 105,36% 58,47%
12 Persentase SDM yang ditempatkan sesuai kompetensi 90,0 92,0 94,0 96,0 100,0 - 100,0 100,0 100,0 100,0 - 108,69% 106,38% 104,17% 100,00%
13 Persentase Sertifikat Sistem Mutu yang dipertahankan 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 - 100,0 100,0 100,0 100,0 - 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
14 Persentase Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kinerja
47,8 53,35 58,90 64,45 70,0 - 100,0 100,0 100,0 100,0 - 187,44% 169,78% 155,16% 142,86%
% Rasio : Persentase capaian (realisasi dibandingkan terhadap target)
13 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Sebagaimana Tabel 2. terkait pencapaian kinerja berdasarkan Renstra tahun
2010-2014 tersebut di atas, kinerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
telah menunjukkan perbaikan yang sangat signifikan dilihat dari seluruh indikator
kinerja sasaran sesuai dengan tugas utamanya melakukan pengawasan Obat dan
Makanan.
3.1 Sampling dan Pengujian Laboratorium
Sampling dan Pengujian Laboratorium yang dilakukan selama periode tahun
2010 sampai dengan 2014 dengan rincian sebagai berikut :
1) Produk Obat sebanyak 2.850 sampel DIPA dan 410 sampel pihak ketiga
dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak 2.837 ( 99,5%)
2) Produk Obat Tradisional sebanyak 2.111 sampel DIPA dan 17 sampel pihak
ketiga dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak 1.749 ( 82,85%)
3) Produk Kosmetika sebanyak 4.018 sampel dan 50 sampel pihak ketiga dengan
hasil uji memenuhi syarat sebanyak 4. 017 (99,97%)
4) Produk Napza sebanyak 322 sampel DIPA dan 1.556 sampel pihak ketiga
kepolisian dengan hasil Memenuhi Syarat sebanyak 322 (100%)
5) Produk Suplemen Makanan sebanyak 821 sampel DIPA dengan hasil
memenuhi syarat sebanyak 820 (99,9%)
6) Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga sebanyak 60 sampel DIPA dengan hasil
uji memenuhi syarat sebanyak 58 (96,66%)
7) Produk Pangan sebanyak 5.039 sampel DIPA dan 2.142 sampel pihak ketiga
dengan hasil uji memenuhi syarat sebanyak 4.487 ( 89,05%) Sampling dan
pengujian produk pangan di laboratorium meliputi pengujian pangan nasional
(1.934 sampel), pangan produk lokal (2.252 sampel), pangan jajanan anak
sekolah (454 sampel), garam beryodium (262 sampel), tepung terigu (12
sampel), jajanan pasar beduq (70 sampel), kemasan pangan (46 sampel), dan
pangan uji DNA babi (9 sampel).
Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa Produk Pangan yang memenuhi
syarat sebanyak 89,05% sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 10,10 %
.yang terdiri dari pangan nasional 233 (3,24%), pangan produk lokal 190 (2,64%),
pangan jajanan anak sekolah 8 (0,11%), garam beryodium 113 (1,57%), tepung
14 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
terigu 4 (0,06%) jajanan pasar beduq 2 (0,03%), kemasan pangan 2 (0,03%) dan
pihak ketiga 202 (2,81%).
Pada umumnya produk pangan tidak memenuhi syarat keamanan dan mutu,
yaitu antara lain; mengandung Bahan Berbahaya untuk Pangan (Formalin; Boraks;
Rhodamin B); rendahnya kadar KIO3 sesuai persyaratan yang diizinkan dalam
garam, cemaran mikroba melebihi batas; menggunakan bahan tambahan pangan
melebihi batas yang diijinkan dan lain-lain. Selain itu juga tidak memenuhi syarat
label dan penandaan, antara lain jenis pemanis yang digunakan dan jumlah
Acceptable Daily Intake (ADI). Terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut
dilakukan tindak lanjut berupa penarikan produk dari peredaran dan pemusnahan
produk, serta kepada produsen diberikan peringatan dan pembinaan lainnya .
Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan Obat dan Makanan tetap menjadi
mainstreaming di Renstra 2015-2019.
Di bawah ini pada gambar 3 dapat dilihat secara grafik pencapaian kinerja
BPOM di Jambi dari tahun 2010-2014.
Gambar 3. Profil Sampel Obat dan Makanan yang diuji BPOM Jambi Tahun 2010-2014
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
2010 2011 2012 2013 2014
827
507 497 540
479 421
426 424 420 420 423
909
556
1222
908
51
202 208 180 180 75 85 87 45 30 18 16 16 10 0
1200
909
1138
915 877
Obat
Otra
Kosmetik
Prod.Kompl
Napza
PKRT
Pangan
15 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Dari 14 (empat belas) indikator kinerja, 5 (lima) indikator pertama baru
ditetapkan pada tahun 2013 yaitu pada revisi ketiga Renstra Balai Pengawas Obat
dan Makanan di Jambi. Hal ini bertujuan supaya dapat diukur indikator komposit
pada tahun 2014.
Kelima indikator kinerja utama tersebut sekaligus merupakan bagian dari
indikator sasaran strategis yang pertama yaitu “Meningkatnya efektifitas
pengawasan obat dan makanan dalam rangka melindungi masyarakat di Provinsi
Jambi.” Kelima indikator tersebut baru diukur pencapaiannya pada tahun 2014,
dengan menggunakan data kinerja 2010 sebagai baseline. Capaian indikator kinerja
utama pada tahun 2014 secara rinci dituangkan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Capaian Indikator Utama Tahun 2014
Indikator Kinerja Utama
Tahun 2014
Target Realisasi %
Capaian
1 Persentase Kenaikan Obat yang
Memenuhi Standar
0.4% 0.75% 187.50%
2 Persentase Kenaikan Obat tradisional
yang Memenuhi Standar
4,0% 8,51% 212.75%
3 Persentase Kenaikan Kosmetik yang
Memenuhi Standar
0.5% 0.76% 152.00%
4 Persentase Kenaikan Suplemen
Makanan yang Memenuhi Standar
1.68% 0.0% 0.00%
5 Persentase Kenaikan Makanan yang
Memenuhi Standar
8.0% 5.66% 70.75%
Persentase kenaikan produk obat dan makanan yang memenuhi standar
pada tahun 2014 tersebut merupakan selisih dari persentase produk yang
memenuhi syarat pada tahun 2014 terhadap persentase produk yang memenuhi
standar pada tahun 2010. Persentase produk yang memenuhi standar merupakan
16 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
perbandingan antara jumlah produk yang memenuhi standar terhadap jumlah
sampel total yang diuji laboratorium.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai capaian “BAIK” untuk indikator
point (1) sampai (3) karena lebih dari 100,00%, sedangkan nilai capaian “CUKUP”
untuk point (4) karena nilai capaian belum tercapai 100.00%. Untuk indikator point
(4) realisasi 0,00%, hal ini disebabkan karena dari tahun sebelumnya persentase
suplemen makanan yang memenuhi syarat sudah mencapai 100,00% (nilai
maksimal capaian) sehingga ditahun berikutnya diperoleh nilai capain 100,00%
akan terlihat seperti tidak ada kenaikan capaian, sementara target yang ditetapkan
sebesar 1,68% untuk selanjutnya agar penetapan target berikutnya harus
berdasarkan analisis trend data sebelumnya.
Penetapan kriteria persentase masing-masing capaian mengacu pada
peraturan Bappenas PP.39/2006, dengan kriteria sebagai berikut:
95.0% < X < 105.0%
BAIK
70,0% < X < 95.0% 105.0% < X < 130.0%
CUKUP
X ≤ 70.0% X ≥ 130,0%
TIDAK DAPAT DISIMPULKAN
*X = persen capaian
Pembahasan lebih lanjut mengenai persentase kenaikan produk obat dan
makanan yang memenuhi standar tersebut akan dijelaskan pada pembahasan
masing-masing sasaran strategis berikut:
1. Meningkatnya Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka
Melindungi Masyarakat di Provinsi Jambi.
Keberhasilan pencapaian sasaran pertama ini diukur dengan 10 (sepuluh)
indikator kinerja dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pencapaian Indikator Kinerja nomor (1) Persentase Kenaikan Obat
Yang Memenuhi Standar dan Pencapaian Indikator Kinerja nomor (6)
Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat, Dan Mutu)
Pada tahun 2014, proporsi obat yang memenuhi standar (aman, manfaat, dan
mutu) adalah sebesar 99,42% dari target 97,10% atau dengan kata lain
persentase capaian indikator kinerja nomor (6) adalah 102,39% terhadap
target.
17 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Gambar 3. Proporsi Obat yang Memenuhi Standar Tahun 2010 – 2014
Gambar 4. Persentase Kenaikan Obat yang Memenuhi Standar Th. 2010 – 2014
Dari gambar 3 dan 4 di atas dapat diketahui bahwa dari tahun 2011 sampai
tahun 2013 terjadi penurunan jumlah proporsi obat yang memenuhi standar.
Hal ini terjadi karena terdapat perubahan metodologi dalam penetapan
prioritas sampling sehingga pemetaan wilayah sampling semakin tepat
sasaran.
Dari gambar 4 diatas terlihat bahwa pada tahun 2013 dilakukan pendekatan
analisis risiko yang dipertajam sesuai tingkat kekritisan sehingga diperoleh
targetted sampel yang terdiri dari 9 (sembilan) kategori untuk routine
sampling dan 4 (empat) kriteria untuk triggered sampling serta peningkatan
cakupan kemampuan uji laboratorium Balai POM di Jambi.
18 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar pada tahun 2014 sebesar
0.51% dari target 0.1% dengan demikian persentase capaian sebesar
510.0%. Berdasar kriteria hal ini berarti indikator nomor 1 tidak dapat
disimpulkan. Capaian sangat melebihi target yang ditetapkan hal ini berarti
perlu dievaluasi lagi penetapan target untuk periode berikutnya.
Setelah produk beredar di pasaran, Balai Pengawas Obat dan Makanan di
Jambi melakukan post market control sebagai upaya untuk menjamin bahwa
produk yang beredar di pasaran tetap memenuhi persyaratan keamanan,
khasiat dan mutu seperti pada saat didaftarkan untuk mendapatkan
persetujuan/ nomor ijin edar. Post market control antara lain dilakukan
melalui:
pengambilan sampel produk di pasaran,
pengujian laboratorium,
upaya penegakkan hukum terhadap pelanggaran di bidang obat,
pemberdayaan masyarakat agar mampu melindungi diri dari produk
obat yang tidak memenuhi syarat.
Pengambilan sampel produk di pasaran dilakukan dengan pendekatan
analisis resiko. Dengan cara ini produk yang mempunyai resiko paling tinggi
dan paling banyak digunakan oleh masyarakat akan mempunyai peluang
untuk disampling lebih banyak. Selain itu sampling juga dilakukan untuk
keperluan compliance dan vigilance. Hal ini dilakukan untuk melihat
kepatuhan terhadap pemenuhan CPOB dan kemungkinan produk dipalsukan.
Sampling dilakukan berdasarkan kaidah ilmiah untuk memastikan
Jika dibandingkan terhadap data baseline tahun 2010 dengan proporsi sebesar 98,67% maka pada tahun 2011-2014 terjadi kenaikan persentase obat yang memenuhi syarat. Hal ini berarti berdasarkan indikator kinerja nomor (1) dan (6), sasaran strategis nomor (1) yaitu meningkatnya efektifitas pengawasan dalam rangka melindungi masyarakat tercapai.
19 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
keterwakilan (representativeness) terhadap populasi produk yang beredar di
pasaran. Pada tahun 2014 dilakukan pengambilan sampel dan pengujian
terhadap 517 sampel obat, dengan hasil 514 (99,42%) sampel obat
memenuhi syarat dan 3 (0.58%) sampel obat yang tidak memenuhi syarat.
Gambar 5. Hasil Pengujian Sampel Obat tahun 2014
Pengujian laboratorium dengan parameter uji yang telah ditetapkan
dilakukan untuk membuktikan secara ilmiah bahwa produk yang beredar di
pasaran tetap memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Untuk
itu diperlukan kemampuan laboratorium yang handal yang mampu
mengawal semua produk yang telah diberikan persetujuan edar. Munculnya
produk-produk baru harus dapat diantisipasi oleh laboratorium Balai POM di
Jambi, baik dari segi peralatan, SDM, Metoda Analisa, Reagensia, Baku
pembanding, dan dukungan teknologi informasi. Balai POM di Jambi akan
terus berupaya memenuhi kebutuhan peralatan laboratorium agar
senantiasa dapat menyesuaikan dengan perubahan lingkungan strategis.
Masih ditemukannya obat palsu dan sub standar di Indonesia disebabkan
karena masih adanya unsur permintaan dan penawaran (supply-demand)
dijalur ilegal. Sanksi hukum yang tidak menimbulkan efek jera dan kondisi
keuangan masyarakat merupakan sebagian faktor yang menyebabkan
produk obat palsu dan sub standar masih beredar di Indonesia. Rendahnya
putusan pengadilan yang dijatuhkan kepada para pelanggar hukum tindak
pidana bidang obat dan makanan merupakan salah satu penyebab tidak
efektifnya upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh Balai POM di Jambi.
Putusan hukum yang dijatuhkan tidak menimbulkan efek jera dan tidak
sebanding dengan insentif ekonomi serta keuntungan finansial yang
Jumlah sampel total = 517
20 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
didapatkan oleh para pelanggar hukum. Hal ini mengakibatkan pelanggaran
berulang dan bahkan menjadi contoh bagi para pelanggar hukum yang lain.
Pada tahun 2014, jumlah pelanggaran tindak pidana Obat dan Makanan yang
ditindaklanjuti dengan projusticia sebanyak 8 perkara dengan total jumlah
kasus yang ditemukan sebanyak 46 kasus, dengan demikian jumlah
pelanggaran tindak pidana Obat dan Makanan yang ditindaklanjuti dengan
projusticia sebesar 17.39%.
Gambar 6. Profil Obat Memenuhi Syarat 2010 - 2014
b. Pencapaian Indikator Kinerja nomor (2) Persentase Kenaikan Obat
Tradisional yang Memenuhi Standar dan Indikator Kinerja nomor (7)
Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO)
Gambar 7. Proporsi Obat tradisional yang mengandung BKO Tahun 2010 – 2014
99,40%
99,80% 100%
99,26% 99,37%
98,80%99,00%99,20%99,40%99,60%99,80%
100,00%100,20%
2010(822/827)
2011(506/507)
2012(497/497)
2013(536/540)
2014(476/479)
Profil Obat Memenuhi Syarat Tahun 2010 - 2014
21 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Gambar 8. Persentase Kenaikan Obat tradisional yang memenuhi standar Th. 2010 – 2014
Pada tahun 2014, realisasi Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung
Bahan Kimia Obat (BKO) adalah sebesar 0.00% dari target 7,0%. Pada
indikator ini, persentase capaian adalah berbanding terbalik dengan
capaian/realisasinya, artinya semakin rendah proporsi obat tradisional yang
mengandung BKO, maka semakin tinggi persentase capaiannya atau dengan
kata lain semakin baik kinerjanya, dan sebaliknya. Perhitungan persentase
capaian indikator ini menggunakan rumus sebagai berikut :
Dengan menggunakan rumus tersebut maka persentase capaian indikator
untuk nomor (7) Proporsi Obat tradisional yang Mengandung BKO adalah
107.53% terhadap target.
Pada tahun 2014 dilakukan pengambilan sampel dan pengujian terhadap 420
sampel obat tradisional, dengan hasil 299 (71.19%) sampel obat tradisional
memenuhi syarat dan 121 (28.81%) sampel obat tradisional yang tidak
memenuhi syarat parameter fisik seperti uji keseragaman bobot dan waktu
hancur, dan tidak ditemukan satu sampel pun yang mengadung BKO dari
total sampel yang diuji. Dari Gambar 7 di atas terlihat bahwa dari tahun 2010
hingga 2014 proporsi obat tradisional yang mengandung BKO mengalami
penurunan yang berarti capaian kinerja semakin baik. Persentase kenaikan
22 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
obat tradisional yang memenuhi standar dari tahun 2010 sampai 2014
dijabarkan dalam Gambar 8.
Gambar 9. Hasil Pengujian Sampel Obat Tradisional tahun 2014
Target kumulatif yang ditetapkan adalah sebesar 4.0%, sedangkan realisasi
sebesar 8,51%, sehingga diperoleh persen capaian sebesar 212.75%. Dengan
melihat capaian ini maka perlu untuk dilakukan evaluasi penetapan target pada
renstra periode 2015-2019 supaya disesuaikan dengan trend data yang ada.
Intensifikasi pengawasan obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat
(BKO) secara rutin dilakukan setiap tahun dengan cara peningkatan kemampuan
petugas pengawas/inspektur melalui pelatihan peningkatan kompetensi. Selain itu
juga dibentuk forum koordinasi lintas sektor penanganan obat tradisional
mengandung BKO, yang secara komperehensif menjalankan tugas secara intensif
dan terkoordinasi. Secara simultan juga dilakukan pemberdayaan masyarakat
melalui berbagai media agar masyarakat lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi
obat tradisional sehingga tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan.
Gambar 10 Profil Obat Tradisional Memenuhi Syarat 2010 - 2014
91,21% 86,38%
93,16%
72,14% 71,19%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
2010 (384/421) 2011 (368/426) 2012 (395/424) 2013 (303/420) 2014 (299/420)
Jumlah sampel = 420
23 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Pada Tahun 2010 ada 3 item TMS BKO, 2011 dan 2012 masing-masing ada 1
item TMS BKO, 2013 dan 2014 tidak ada TMS BKO (Hanya TMS uji Fisika,
seperti kadar air, keseragaman bobot, waktu hancur).
c. Pencapaian Indikator Kinerja nomor (3) Persentase Kenaikan
Kosmetik yang Memenuhi Standar dan Indikator Kinerja nomor (8)
Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Kimia Berbahaya
Perhitungan persentase capaian indikator ini menggunakan rumus sebagai
berikut :
% Capaian = (100% - Realisasi)
(100% - Target)
Gambar 11. Proporsi kosmetik yang Mengandung Bahan Kimia Berbahaya Tahun 2010 –
2014
24 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Gambar 12. Persentase Kenaikan Kosmetik yang Memenuhi Standar Th. 2010 – 2014
Pada tahun 2014, Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya
adalah sebesar 0,23% dari target 0,7% atau dengan kata lain persentase
capaian indikator kinerja nomor (8) adalah 100,47% terhadap target. Pada
indikator ini, persentase capaian adalah berbanding terbalik dengan
capaian/realisasinya, artinya semakin rendah proporsi kosmetik yang
mengandung bahan berbahaya, maka semakin tinggi persentase capaiannya
atau dengan kata lain semakin baik kinerjanya, dan sebaliknya.
Dengan melihat gambar 8 diatas maka dapat dilihat bahwa pada tahun 2011,
2012, dan 2013 proporsi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya
sebesar 0.00%, artinya tidak ditemukan adanya kosmetik yang mengandung
bahan berbahaya. Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 0.23% kosmetik
yang mengandung bahan berbahaya dari total 877 sampel yang selesai diuji.
Target kumulatif yang ditetapkan adalah sebesar 0.5%, sedangkan realisasi
sebesar 0.76%, sehingga diperoleh persen capaian sebesar 152.00%. Hal ini
berarti bahwa dari tahun 2010 hingga tahun 2014 telah terjadi kenaikan
persentase kosmetik yang memenuhi standar sebesar 0.76%. Hal ini berarti
pula bahwa masyarakat Jambi menjadi lebih terlindungi dari peredaran
kosmetik yang mengandung bahan berbahaya. Dengan melihat capaian ini
maka perlu untuk dilakukan evaluasi penetapan target pada renstra periode
2015-2019 supaya disesuaikan dengan trend data yang ada.
25 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Kosmetik pada dasarnya termasuk produk low risk (berisiko rendah) tetapi
pada kenyataannya terjadi penyimpangan yang menyebabkan risiko produk
berubah menjadi membahayakan kesehatan. Penggunaan bahan berbahaya
yang dilarang dalam kosmetik mengakibatkan kosmetik menjadi berbahaya
bagi kesehatan. Pada tahun 2014 dilakukan pengujian terhadap 877 sampel
kosmetik, dengan hasil 875 (99.77%) sampel memenuhi syarat.
Gambar 13. Hasil Pengujian Sampel Kosmetik Tahun 2014
Pengawasan kosmetik merupakan tanggung jawab tiga pilar pengawasan
yaitu pemerintah, pelaku usaha, dan konsumen. Balai POM di Jambi
melakukan inspeksi sarana distribusi kosmetik dalam rangka penerapan
kaidah distribusi kosmetik yang baik. Balai POM di Jambi telah melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan pemenuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan melalui kegiatan pembinaan secara intensif.
Gambar 14. Profil Kosmetik Memenuhi Syarat 2010-2014
Pada Tahun 2014 ditemukan 2 item kosmetik mengandung Hg yang dibeli
secara online.
100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
99,78%
99,65%99,70%99,75%99,80%99,85%99,90%99,95%
100,00%100,05%
2010(423/423)
2011(909/909)
2012 (556/556)
2013(1222/1222)
2014(906/908)
Jumlah sampel = 877
26 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
d. Pencapaian Indikator Kinerja nomor (4) Persentase Kenaikan
Suplemen Makanan yang Memenuhi Standar dan Indikator Kinerja
nomor (9) Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat
Pada indikator ini, persentase capaian adalah berbanding terbalik dengan
capaian/realisasinya, artinya semakin rendah proporsi suplemen makanan
yang tidak memenuhi syarat keamanan, maka semakin tinggi persentase
capaiannya atau dengan kata lain semakin baik kinerjanya, dan sebaliknya.
Perhitungan persentase capaian indikator ini menggunakan rumus sebagai
berikut :
Gambar 15. Proporsi Suplemen Makanan Yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan Tahun
2010 – 2014
27 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Gambar 16. Persentase Kenaikan Suplemen Makanan Yang Memenuhi Standar Th. 2010 –
2014
Pada tahun 2014, Proporsi Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat
adalah sebesar 0,00% dari target 0,01% atau dengan kata lain persentase
capaian indikator kinerja utama nomor 9 adalah 100,01% terhadap target.
Pada tahun 2011, proporsi Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat
keamanan adalah sebesar 0,56%, tahun 2012, 2013, dan tahun 2014 adalah
sebesar 0,00%. Dengan demikian pada tahun 2014 terjadi penurunan proporsi
Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan dibanding tahun
2011, yang berarti pada tahun 2014 terjadi peningkatan kinerja Pengawasan
Suplemen Makanan dari tahun 2011. Data tahun 2010 sebagai data baseline,
diketahui proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat adalah
sebesar 0,00%, artinya target yang ditetapkan telah tercapai sejak tahun 2012.
Perubahan gaya hidup dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya melakukan tindakan pencegahan merupakan salah satu sebab
meningkatnya konsumsi suplemen makanan. Hal ini ditangkap sebagai
peluang bisnis bagi pelaku usaha baik di dalam maupun di luar negeri.
Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan daya beli yang semakin
baik merupakan pasar strategis bagi produk suplemen makanan. Hal ini dapat
dilihat dari semakin meningkatnya jenis dan jumlah produk suplemen
makanan yang beredar di dalam negeri yang juga mengindikasikan bahwa
perkembangan pasar global juga melanda Indonesia. Selain produk impor, juga
28 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
banyak produk suplemen makanan yang dihasilkan oleh produsen dalam
negeri.
Maraknya produk suplemen makanan yang beredar merupakan tantangan
tersendiri bagi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi. Klaim yang
berlebihan akan memberikan informasi yang menyesatkan dan merugikan
konsumen. Bukan hanya kerugian secara materi tetapi juga membahayakan
kesehatan karena konsumsi suplemen makanan yang tidak sesuai kebutuhan
untuk itu diperlukan upaya intensifikasi pengawasan iklan serta edukasi
kepada masyarakat agar mengkonsumsi produk suplemen makanan dengan
bijaksana dan sesuai kebutuhan.
Pengawasan post market suplemen makanan dilakukan melalui sampling dan
pengujian laboratorium serta pengawasan iklan produk agar tidak
menyampaikan klaim berlebihan. Pada tahun 2014 dilakukan pengambilan
sampel dan pengujian terhadap 180 sampel suplemen makanan, dengan hasil
100% sampel memenuhi syarat dan 0,00% sampel suplemen makanan yang
tidak memenuhi syarat keamanan.
Gambar 17. Hasil Pengujian Suplemen Makanan Tahun 2014
Target kumulatif yang ditetapkan adalah sebesar 1.68%, sedangkan realisasi
sebesar 0.0%, sehingga diperoleh persen capaian sebesar 0.0%. Dengan
melihat capaian ini seolah terlihat bahwa pengawasan keamanan suplemen
makanan tidak memberikan hasil. Namun, dalam hal ini tidak demikian
karena data tahun 2010 sebagai baseline data proporsi suplemen makanan
yang tidak memenuhi syarat sebesar 0.0% sehingga hal ini sudah merupakan
target tertinggi yaitu proporsi suplemen makanan yang memenuhi syarat
Jumlah sampel = 180
29 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
sebesar 100.0%, sehingga ketika proporsi suplemen makanan yang
memenuhi syarat pada tahun 2014 diperoleh nilai 100.0% seolah terlihat
seperti tidak ada kenaikan.
Gambar 18 Profil Suplemen Makanan Memenuhi Syarat 2010-2014
Pada tahun 2010 ditemukan 1 item suplemen makanan TMS kadar
Nikotinamid.
e. Pencapaian indikator kinerja utama nomor 5 Persentase Kenaikan
Makanan yang Memenuhi Standar dan indikator kinerja nomor 10 yaitu
Proporsi Makanan yang memenuhi syarat
Pada tahun 2014, Proporsi Makanan yang memenuhi syarat adalah sebesar
90,08% dari target 91,00% atau dengan kata lain persentase capaian
indikator kinerja utama nomor 10 adalah 98,99% terhadap target.
98,04%
100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
97,00%
97,50%
98,00%
98,50%
99,00%
99,50%
100,00%
100,50%
2010(50/51)
2011(202/202)
2012 (208/208)
2013(180/180)
2014(180/180)
30 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Gambar 19. Proporsi makanan yang memenuhi syarat Tahun 2010 – 2014
Gambar 20. Persentase Kenaikan makanan yang memenuhi standar Th. 2010 – 2014
Dari gambar 19 terlihat bahwa proporsi makanan yang memenuhi syarat
dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami fluktuasi. Namun presentase
tertinggi terdapat pada tahun 2014 yaitu sebesar 90.08%. Hal ini berarti
bahwa Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sudah berusaha untuk
terus meningkatkan kinerja pengawasan makanan dalam rangka melindungi
masyarakat.
Target kumulatif yang ditetapkan adalah sebesar 8.0%, sedangkan realisasi
sebesar 5.66%, sehingga diperoleh persen capaian sebesar 70.75%, termasuk
kriteria cukup.
Sedangkan pada tahun 2013 terjadi penurunan proporsi makanan yang
memenuhi syarat dari tahun 2012 yang berarti secara teori kinerjanya
menurun. Namun hal ini tidak dapat serta merta dikatakan kinerja menurun,
31 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
karena hal ini dapat pula diartikan bahwa pemetaan wilayah sampling sudah
tepat sasaran sehingga makanan yang tidak memenuhi syarat dapat
terdeteksi.
Dalam rangka pengawasan post market keamanan mutu produk pangan yang
beredar di masyarakat selama tahun 2014, secara rutin telah dilakukan
pengambilan sampel pengujian laboratorium sejumlah 877 sampel pangan,
dengan hasil 790 (90.08%) memenuhi syarat dan 87 (9.92%) sampel tidak
memenuhi syarat. Dari 87 yang TMS, ditemukan 4 sampel atau 0.46% dari
total sampel yang di uji, yang mengandung bahan berbahaya, formalin,
rodamin B, dan boraks, dan 83 Sampel TMS Mutu
Indikator untuk pengukuran kinerja proporsi makanan yang memenuhi
syarat diambil dari sampel pangan, sampel garam beryodium, bahan
berbahaya/ kemasan pangan dan Pangan Jajanan Anak Sekolah. Selain itu
Balai POM di Jambi juga melakukan pembinaan kepada produsen dan
distributor makanan. Untuk produk pangan yang ijinnya dikeluarkan oleh
pemerintah daerah, Balai POM di Jambi bekerja sama dengan pemerintah
daerah telah melakukan berbagai upaya pembinaan dan bimbingan teknis
dalam rangka penerapan cara pembuatan makanan yang baik atau CPMB.
Untuk industri rumah tangga pangan, penerapan CPMB dilakukan secara
bertahap dan di prioritaskan kepada higien dan sanitasi.
Gambar 21. Profil Pengujian Pangan yang Memenuhi Syarat
89,75%
87,57%
90,86%
86,89%
89,51%
84,00%
86,00%
88,00%
90,00%
92,00%
2010(1077/1200)
2011(796/909) 2012(1034/1138)
2013(795/915)
2014(785/877)
32 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
3.2 Pengawasan sarana Distribusi dan Produksi Obat dan Makanan selama
tahun 2010-2014.
Gambar 22. Profil Jumlah Sarana dan Cakupan Pengawasan 2010-2014
Gambar 23. Profil Pengawasan Sarana Produksi dan Distribusi yang Memenuhi
Ketentuan Tahun 2010-2014
4741 4728 4731
4166 4108
1218 1422 1486 1572 1654
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlahsarana
Cakupanpengawasan
69,38%
77,06% 75,50% 75,13%
78,40%
64,00%66,00%68,00%70,00%72,00%74,00%76,00%78,00%80,00%
2010 2011 2012 2013 2014
Profil Pengawasan Sarana Produksi dan Distribusi yang Memenuhi Ketentuan…
33 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Gambar 24. Profil Pengawasan Sarana Distribusi Tahun 2010-2014
Jumlah sarana distribusi obat dan makanan yang diperiksa pada kurun waktu
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebanyak 6.204 sarana dengan hasil 4780
sarana (77,04%) memenuhi ketentuan, sedangkan 1424 sarana (22,96%) tidak
memenuhi ketentuan. Sarana tidak memenuhi ketentuan dikarenakan mengedarkan
kosmetik Tanpa Izin Edar (TIE), kosmetik mengandung bahan berbahaya, obat
tradisional TIE, obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO), pangan TIE,
dan pangan mengandung bahan berbahaya serta mengedarkan produk yang telah
ditarik dari peredaran. Jumlah sarana yang diperiksa berfluktuasi dari tahun ke
tahun, yang terendah pada tahun 2010 sebanyak 924 sarana dan jumlah sarana
diperiksa terbanyak pada tahun 2014 berjumlah 1.492 sarana. Dari hasil
pemeriksaan terlihat bahwa persentase sarana yang memenuhi ketentuan berkisar
antara 75,11% sampai 77,05%. Persentase tertinggi hasil pemeriksaan sarana yang
memenuhi ketentuan (MK) sebesar 77,05 % (diperiksa 1492, MK 1175) pada tahun
2014, sedangkan persentase terendah hasil pemeriksaan sarana yang memenuhi
ketentuan sebesar 75,11 % (diperiksa 924, MK 694) pada tahun 2009.
MK
Jumlah
0
500
1000
1500
2010 2011 2012 2013 2014
694
904 973 1034 1175
230 277 292 308 317
924
1181 1265 1342
1492
MK
TMK
Jumlah
34 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Gambar 25. Profil Pengawasan Sarana Produksi Tahun 2010-2014
Jumlah sarana produksi obat dan makanan yang diperiksa selama tahun
2010 sampai dengan tahun 2014 sebanyak 671 sarana dengan hasil 517 sarana
(77,05%) memenuhi ketentuan dan 154 sarana (22,95%) tidak memenuhi
ketentuan. Sarana tidak memenuhi ketentuan dikarenakan masalah higiene dan
sanitasi serta penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) tidak dilaksanakan
secara konsisten, belum memiliki sertifikat produk pangan industri rumah tangga
pangan (P-IRT), mencantumkan tulisan “Halal” tetapi belum memiliki sertifikat
Halal dari MUI. Disamping itu juga penggunaan bahan berbahaya seperti, boraks
masih ditemukan di Industri Rumah Tangga Pangan.
Gambar 26. Profil Pengawasan Iklan Tahun 2010-2014
MK
Jumlah0
50
100
150
200
2010 2011 2012 2013 2014
71
119 101 101
125
28 26 27 36 37
99
145 128 137
162
MK
TMK
Jumlah
MK
TMKJumlah
0
200
400
600
800
2010 2011 20122013
2014
311
603 724
291 264
60 17 27 31
16
371
620 751
322 280 MK
TMK
Jumlah
35 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Jumlah iklan obat, PKRT, makanan, obat tradisional, kosmetik, produk
komplemen dan rokok dari tahun 2010 sampai tahun 2014 sebanyak 2.344 iklan,
dengan hasil 2193 iklan atau 93,56% telah sesuai ketentuan sedangkan 151 iklan
atau 6,44% tidak sesuai ketentuan. Iklan tidak sesuai ketentuan dikarenakan klaim
berlebihan untuk obat tradisional dan kosmetika, spot peringatan dan aturan pakai
serta nomor registrasi untuk obat bebas terbatas dan produk komplemen, spot
peringatan untuk rokok serta menyatakan khasiat pengobatan untuk produk
pangan.
Gambar 27. KASUS YANG DITINDAK LANJUTI SECARA PROJUSTITIA TAHUN 2010-2014
Kasus Pelanggaran dibidang Obat dan Makanan tahun 2010 sampai dengan
tahun 2014 ada 131 kasus dan ditindaklanjuti secara prujustitia 31 kasus (23,66%)
di antaranya 21 kasus di bidang obat (67,74%), 7 kasus di bidang kosmetik
(22,58%), 2 kasus di bidang Obat Tradisional (6,45%) dan 1 kasus di bidang pangan
(3,23%).
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2010 2011 2012 2013 2014
20 17
24 24
46
5
10
4 4 8
Kasus
Projust
36 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
3.3 Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen
a. Sertifikasi
1. PreAudit dalam rangka Sertifikasi Sarana Produksi dan Distribusi Obat
dan Makanan
Gambar 28. Profil Pre-Audit dalam rangka Sertifikasi Sarana Produksi dan Distribusi Obat
dan Makanan Tahun 2010 – 2014
Kegiatan pre-audit dalam rangka sertifikasi sarana distribusi obat dan
sarana produksi pangan (MD dan P-IRT) , produksi obat tradisional, UMKM
Kosmetik dilaksanakan dengan melakukan peninjauan lokasi atas dasar
permohonan/ permintaan dari perusahaan yang bersangkutan dalam rangka
persetujuan pendaftaran produk pangan atau perpanjangan masa berlaku
izin edar dari produk pangan serta pemberian izin pencantuman tulisan
halal pada label makanan terhadap produk pangan, obat tradisional,
kosmetika yang diajukan dalam hal pemenuhan persyaratan CPPOB, CPOTB
dan CPKB serta pengajuan perizinan PBF atau pengakuan izin PBF Cabang
maupun verifikasi pindah alamat/gudang PBF dalam hala pemenuhan
persyaratan CDOB
0 4 2 0
22
0 1 5
0 0
18
5 3 5 0
4 3 2
18
4 2 4 4 1
18
9
1 1 0
35
2010 2011 2012 2013 2014
37 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
2. Surveilan dan Audit Piagam Bintang Keamanan Pangan di Kantin
Sekolah
Sejak tahun 2010 sampai dengan 2014, Balai Pengawas Obat dan
Makanan di Jambi terus menerus melakukan Audit/Surveilan Piagam
Bintang Keamanan Pangan di Kantin Sekolah (PBKP-KS) terhadap sekolah
yang sudah memperoleh Bimtek KIE Keamanan PJAS/ Bimtek PBKP-KS. Hasil
Audit/Surveilan PBKP-KS yang telah mampu dan konsisten menerapkan
Keamanan Pangan di kantin sekolah dengan nilai ≥ 80% akan memperoleh
penghargaan Piagam Bintang Keamanan Pangan di Kantin Sekolah (PBKP-
KS).
Tahun Audit
PBKPKS Penerima PBKPKS
Surveilan PBKPKS
Pertahankan PBKPKS
Lomba PBKP
Kantin Sekolah
Pemenang Lomba PBKPKS
Tk Prop
Tk Nas
2010 10 1 3 3 - - -
2011 10 3 4 4 - - -
2012 51 5 4 4 6 4 1**
2013 40 6* 9 9 - - -
2014 25 8 9 9 7 4 -
Jumlah 136 17 9 9 13 8 1
Catatan :
*) Calon Penerima PBKPKS, Belum memperoleh Sertifikat Laik Sehat dari Dinas Kesehatan Setempat **) Juara Harapan II, Tk Nasional, SD Negeri 260/IV Rawa Jaya II Kecamatna Tabir Selatan Kabupaten Merangin
3. Lomba PBKP Kantin Sekolah
Sekolah yang memperoleh penghargaan PBKP-KS diikutsertakan dalam
Perlombaan PBKP Kantin Sekolah sebagai motivasi untuk SD/MI yang sudah
menerapkan keamanan pangan di kantin sekolahnya. Tim Auditor, Tim Juri
dan Verifikator Perlombaan Tingkat Propinsi berasal dari petugas Balai
Pengawas Obat dan Makanan di Jambi, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,
Kanwil Kementerian Agama dan Tim Pembina UKS Propinsi dan Kota Jambi,
Tabel 4 Data Audit/Surveilan PBKP-KS tahun 2010 - 2014
38 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Hasil kesepakatan Tim Verifikator Propinsi Jambi menetapkan Juara I
tingkat Propinsi berhak disulkan sebagai nominasi perlombaan tingkat
nasional.
b. Layanan Informasi dan Pengaduan
1. Bimbingan Teknis Keamanan dan Mutu PJAS
Dalam Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (AN-PJAS) telah
ditetapkan beberapa strategi untuk mencapai peningkatan keamanan mutu
dan gizi pangan jajanan anak sekolah dengan kegiatan utama berupa
pengawasan, pembinaan dan pengawalan. Pengawasan merupakan kegiatan
sampling dan pengujian sampel PJAS dari kantin dan penjaja di lingkungan
sekolah, sedangkan pembinaan adalah kegiatan komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE) keamanan PJAS dan pengawalan adalah kegiatan
pendampingan dan pemantauan yang dilengkapi dengan pendataan
kegiatan-kegiatan terkait keamanan pangan di sekolah yang telah mendapat
intervensi pada tahun sebelumnya.
Tahun Kabupaten/
Kota Peserta Bimtek
Sekolah yang mengikuti Bimtek
PJAS
Sekolah yang di Audit
Penerima PBKPKS
2010 Kota Jambi 50 orang SD = 1 @ 10 orang SMP = 4 @ 10 orang SMA = 5 @ 10 orang
10 1
2011 Kota Jambi 50 orang SD = 12 @ 5 orang SMP = 5 @ 5 orang SMA = 3 @ 5 orang
10 3
2012 Kota Jambi Kab. Bungo Kab. Merangin Kab. Muaro Jambi Kab. Tanjab Barat Kab Batanghari
150 orang
55 orang 55 orang
106 orang 106
orang 106
orang
SD/MI = 26 + Dinkes + Diknas
SD/MI = 13 + Dinkes + Diknas
SD/MI = 10 + Dinkes + Diknas
SD/MI = 11 + Depag + Diknas
SD/ MI = 8 + Dinkes + Diknas
SD/ MI = 8 + Depag +
21 5
Tabel 5 Data Pelaksanaan BIMTEK PJAS Tahun 2010 - 2014
39 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Diknas
2013 Kota Jambi Kab. Sarolangun Kab. Tanjab Timur Kabupaten Tebo Kabupaten Kerinci Kota Sungai Penuh
50 orang 50 orang 50 orang 50 orang 50 orang 50 orang
SD/MI = 14 + Depag + Diknas
SD/MI = 15 + Depag + Diknas
SD/MI = 15 + Depag + Diknas
SD/MI = 14 + Depag + Diknas
SD/MI = 20 + Depag + Diknas
SD/MI = 19 + Depag + Diknas
40 -
2014 Kota Jambi 50 orang 50 orang
SD/MI = 10 + Diknas + Dinkes
SD/MI = 10 (4 Siswa + 1 Guru)
25 8
Jumlah
……………. 1.078 orang
SD = 196; SMP = 9; SMA = 8
136 17
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi hanya melakukan Bimbingan
Teknis Keamanan Pangan dan Mutu PJAS terhadap Kepala Sekolah, Guru
Pembimbing UKS, Pengelola Kantin Sekolah, Komite Sekolah, Siswa SD/MI
kelas IV/V dan ditambah dengan lintas sektor terkait yaitu Petugas Dinas
Pendidikan dan Petugas Dinas Kesehatan Kab/Kota terkait.
Setelah pelaksanaan Bimtek Keamanan dan Mutu PJAS dalam selang
waktu sebulan kedepan Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
melakukan Audit PBKP-KS guna menilai penerapan prinsip keamanan
pangan di kantin sekolah terhadap SD/MI yang telah mengikuti Bimtek
Keamanan Mutu PJAS.
Salah satu upaya Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi untuk
melaksanakan program Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah
(ANPJAS) dengan target akhir tahun 2014 sebanyak 100 (seratus) SD/MI
yang diawasi jajanannya dan pengawalan 300 (tiga ratus) SD/MI melalui
Revitalisasi Mobil Laboratorium Keliling dengan beberapa intervensi, yaitu :
40 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Intervensi A Intervensi B Intervensi C PENGAWALA
N TOTAL
TARGET
REALISASI
TARGET
REALISASI
TARGET
REALISASI
TARGET
REALISASI
TARGET
REALISASI
15 15 45 62 40 52 300 342 400 471
Mengingat jumlah SD/MI yang menjadi target AN-PJAS di Provinasi
Jambi ± 400 SD/MI sedangkan tenaga Balai Pengawas Obat dan Makanan di
Jambi untuk mengawal kegiatan di SD/MI tersebut sangat terbatas, maka
perlu dikembangkan program untuk meningkatkan peran serta masyarakat
sebagai tenaga Fasilitator Keamanan Pangan Sekolah. Fasilitator Keamanan
Pangan Sekolah merupakan inisiasi upaya menggerakkan partisipasi
masyarakat untuk mendukung program keamanan pangan di sekolah.
Kebiasaan jajan di sekolah bagi siswa SD/MI merupakan prioritas dalam
pengawasan PJAS, untuk itu perlu dilakukan perluasan cakupan penyebaran
informasi, edukasi dan pendidikan keamanan pangan kepada komunitas
sekolah, penjual di sekitar sekolah, pemangku kepentingan terkait, kelompok
peduli PJAS, maupun masyarakat secara berkesinambungan melalui kegiatan
Fasilitator Keamanan Pangan kepada Pengawas Sekolah SD/MI dan petugas
Dinas Pendidikan, petugas Puskesmas, Dinas Kesehatan serta Biro Kesra
Pemda Propinsi dan Kota Jambi.
2. Penyebaran Informasi Produk Terapetik, Pangan dan Bahan
Berbahaya serta Obat Tradisional, Kosmetik dan produk
Komplemen
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi mempunyai kewajiban untuk
peningkatan pengetahuan masyarakat dengan melakukan penyebaran
informasi yang seluas luasnya tentang mutu, keamanan dan manfaat
Terapetik, Pangan dan Bahan Berbahaya, Obat Tradisional, Kosmetik dan
Produk Komplemen dalam melindungi diri terhadap keamanan dari
peredaran dan penggunaannya di 11 (sebelas) Kab/Kota di Propinsi Jambi
41 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi juga ikut berpartisipasi
dalam berbagai event kegiatan Pameran yang diprakarsai oleh Pemerintah
Daerah Provinsi Jambi berupa Pameran Penyebaran Informasi Keamanan
Mutu Produk Obat dan Makanan, juga sebagai narasumber dari stakeholder
dan media elektonik dalam kegiatan Talk Show.
Gambar 28 Masyarakat yang Sudah Mendapatkan Informasi dan Edukasi Terhadap
Keamanan Mutu Produk Obat dan Makanan
Selama tahun 2010 sampai dengan 2014, kegiatan penyebaran informasi
terhadap keamanan mutu produk obat dan makanan yang dilaksanakan oleh
Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Balai Pengawas Obat dan
Makanan di Jambi hanya 1 (satu) kali dalam setahun untuk 1 (satu)
Kabupaten/Kota dengan target peserta 30 (tiga puluh) orang
perKab/Kota/tahun. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir terdata
masyarakat yang sudah mendapatkan informasi dan edukasi terhadap
keamanan mutu produk obat dan makanan dengan target masyarakat yang
menerima informasi sebanyak 250 (dua ratus lima puluh) orang, realisasi
561 (lima ratus enam puluh satu) orang, seperti terlihat dalam Gambar 28.
145 145 145 145 145 120 145 145 145 145 145
182
815
220 145 145 120 115 115 145 182 145
0
200
400
600
800
1000
1200
REALISASI
TARGET
42 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
3. Pemutakhiran Data SPIMKer
Penyelidikan KLB keracuna pangan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara sistematis terhadap KLB keracunan pangan untuk
mengungkap penyebab, sumber dan cara pencemaran serta distribusi KLB
menurut variabel tempat, orang dan waktu. Balai Pengawas Obat dan
Makanan di JAmbi sebagai penanggung jawab dalam pengujian sampel
pangan untuk konfirmasi penyebab keracunan pangan di tingkat
Kabupaten/Kota.
4. Pemberdayan Masyarakat/ Konsumen
15 0 1 0
161
83
20 23 21 6 3 2 1 8
95
15 16 10 2
32
3 1
106
246
67 27 31 29 8 1 0 1 59
201
78
34 49
0
50
100
150
200
250
3002014 2013 2012
64
424
118 181
13 14 2 0 3 62
13
370
21 13 1 4 16 28 9
59 21
324
23 16 1 1 13 38 17
184
32 6 0 2 4
18 28 17 86
28 8 1 1 30 0
100
200
300
400
500
2014 2013 2012 2011 2010
Gambar 29 Trend Penyebab Keracunan di Kabupaten/Kota
Tahun 2010 - 2014
Gambar 30 Profil Perbandingan Pengaduan Berdasarkan Jenis
Produk
Tahun 2010 - 2014
43 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Pengawas Obat dan
Makanan di Jambi telah melakukan kegiatan penyebaran informasi,
penyuluhan, pameran, kampanye dan dialog interaktif baik langsung
maupun melalui media elektronik (Radio dan TV), dalam rangka sosialisasi,
publikasi dan promosi guna mengoptimalkan peran serta masyarakat,
Pemberdayaan masyarakat/konsumen yang dilakukan ULPK berupa
pelayanan permintaan informasi dan layanan pengaduan di bidang obat dan
makanan.
Trend pengaduan yang diterima ULPK dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 2014 dari berbagai profesi konsumen yang datang langsung maupun
melalui media elektronik (Gambar 31)
124 133
34 21
88
133
5 16
6
147
20
161
29 25 16
162
22 9
1
213
8 7 3
39
16
219
34 21
12 15 17 4
17
39
22 14 8 14 14
40 44
14 19
45
29 36
12
34 31
17 14 24
3 7 4 12 10
3 0
50
100
150
200
250
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES
2014 2013 2012 2011 2010
Gambar 31 Profil Perbandingan Trend Pengaduan Yang Ditarima
Tahun 2010- 2014
44 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Mekanisme pengaduan yang diterima ULPK Balai Pengawas Obat dan
Makanan di Jambi dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 pada
umumnya datang langsung ke ULPK atau melalui Stand Pameran ULPK
sekitar 95,56%, dan ada juga yang mengajukan permintaan
1 3 1 1 0 1 2 2
2
34 36
3 4 16
2 0
113
8 0 3 0 23
81
2 3 26
4 18
0
46 40 40
2
50
116
1
56
1 0
53
0 0 0 21
2
32 60
14 2
284
12 0
22
83
13
84
9
58
1 2 9 7
0
41
1
38 5
0 0 15 1
122
70
1 0
50
100
150
200
250
300
Ko
ntr
a In
dik
asi
Efe
k Sa
mp
ing
Ind
ikas
i
Ke
gun
aan
/Man
faat
Inte
raks
i
Atu
ran
Pak
ai
Pe
ngu
jian
Car
a P
en
yim
pan
an
Stab
ilita
s
Zat
Pen
gaw
et
Zat
Pem
anis
Zat
Pew
arn
a
BTP
Lai
n
Pro
ses
Pen
daf
tara
n
Sert
ifik
asi
Insp
eks
i
Pro
du
k Te
rdaf
tar
Pu
blik
War
nin
g
Pe
rikl
anan
Lab
el H
alal
No
. Reg
.
Tan
ggal
Kad
alu
arsa
Ko
mp
osi
si
De
sain
Ke
mas
an
Har
ga
Lite
ratu
r/P
era
tura
n
Pro
du
sen
/Dis
trib
uto
r
Bro
sur/
Bu
leti
n…
Man
ajem
en B
adan
…
Info
Pe
nya
kit
Lain
-lai
n (
Ker
acu
nan
)
2010 2011 2012 2013 2014
0
50
100
150
200
250
1 2
106
197
230
38 25
58
2 12
0 2
215
4 5 7
68
103
7 15
81
2 0 0 9
233
3 0 5 23
92
11 21 20
0
40
0 8
191
1 0 7 16
126
10 31
46
0
31 17
0 6 0 1 5 9
93
0 8
33
1 16
3 2 0
2014 2013 2012 2011 2010
Gambar 32 Profil Perbandingan Pengaduan Berdasarkan Informasi Produk OMKABA
Tahun 2010 - 2014
Gambar 33 Profil Perbandingan Jumlah Pengaduan Berdasarkan Profesi Konsumen
Tahun 2010 - 2014
45 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
informasi/pengaduan melalui telpon sekitar 3,31%, melalui surat 0,82%
dan melalui email 0,31%, rincian lengkap dapat dilihat pada Gambar 34.
4. Isu-isu Strategis sesuai dengan Tupoksi dan Kewenangan Badan POM RI
Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi Badan POM RI
tersebut di atas telah diupayakan secara optimal sesuai dengan target hasil
pencapaian kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut masih menyisakan
permasalahan yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat, antara
lain:
(1) Belum sepenuhnya tercapai penapisan produk dalam rangka pengawasan
Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market);
(2) Belum optimalnya pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di
masyarakat (post-market);
(3) Belum efektifnya pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi
dan Edukasi dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan
Makanan.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas terdapat beberapa
penyebab yang dianggap sangat krusial dan strategis bagi peran Badan POM RI
dalam melakukan pembenahan di masa mendatang, sehingga diharapkan
pencapaian kinerja berikutnya akan lebih optimal. Di bawah ini pada gambar 1.4
0100200300400500600700800900
Email DatangLangsung
Surat Telepon Fax
885
3 2
527
5 1
406
9 1
262
12 16 1
157
13
2014 2013 2012 2011 2010
Gambar 34 Profil Perbandingan Mekanisme Pengaduan Tahun 2010 - 2014
46 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
terdapat diagram yang menunjukkan analisa permasalahan pokok dan isu-isu
strategis sesuai dengan tupoksi dan kewenangan Badan POM RI sebagai berikut:
B
Gambar 35 Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan dampaknya
Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas BPOM
sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan masih perlu terus dilakukan
penguatan, baik secara kelembagaan maupun dari sisi manajemen sumber daya
manusianya, agar pencapaian kinerja di masa datang semakin membaik dan dapat
memastikan berjalannya proses pengawasan Obat dan Makanan yang lebih ketat
dalam menjaga keamanan, mutu serta khasiat/manfaat Obat dan Makanan tersebut,
yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi
pembangunan kesehatan masyarakat.
Untuk itu, ada 3 (tiga) isu strategis dari permasalahan pokok yang dihadapi
BPOM sesuai dengan peran dan kewenangannya agar lebih optimal, yang perlu
PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Penguatan kebijakan teknis
pengawasan (RegulatorySystem)
Pembinaan dan bimbingan
kepada pemangku kepentingan
BELUM OPTIMALNYA PERAN BPOM DALAM
MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN
MAKANAN
Belum optimalnya
sistem pengawasan Obat
dan Makanan
Belum optimalnya pembinaan
dan bimbingan kepada
pemangku kepentingan
melalui Kerjasama,
Komunikasi, Informasi dan
Edukasi Publik
Masih terbatasnya
kapasitas kelembagaan
47 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
terus diperkuat dalam peningkatan kinerja di masa yang akan datang sebagai
berikut:
1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,
2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi,
Informasi dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong kemandirian pelaku
usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta
mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan,
3. Penguatan kapasitas kelembagaan BPOM di Jambi, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya.
Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif, BPOM di
Jambi perlu terus melakukan perbaikan dan pengembangan secara kelembagaan
serta penguatan regulasi, khususnya peraturan perundang-undangan yang
menyangkut peran dan tugas pokok dan fungsinya. Di samping itu, kondisi
lingkungan strategis dengan dinamika perubahan yang sangat cepat, menuntut
BPOM di Jambi dapat melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam
pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Dengan etos tersebut, diharapkan mampu menjadi katalisator dalam proses
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional.
1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN
B.1 POTENSI
1. Independensi dan Profesionalisme Balai POM di Jambi
Balai POM di Jambi dalam melaksanakan pengawasan Obat dan
Makanan mempunyai kemampuan profesional yang terpelihara. Temuan
hasil pengawasan di lapangan maupun hasil uji laboratorium ditetapkan
secara profesional dan independen. Tindak lanjut atas temuan dilapangan
dilaksanakan oleh Balai POM sesuai kewenangan TUPOKSI yang dimiliki,
sedang tindak lanjut yang kewenangannya ada pada sektor lain, hasil temuan
disampaikan dengan rekomendasi tindak lanjut kepada instansi yang
bersangkutan.
48 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
2. Eksistensi Sistem pengawasan Obat dan Makanan
Para inspektur, auditor dan penguji di Balai POM di Jambi telah
diberikan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang tugas masing-masing
secara berkesinambungan dan terprogram sesuai tantangan kedepan.
Dengan pembekalan tersebut kemampuan secara individual maupun team
work dapat dipertanggung jawabkan.
3. Kompetensi Laboratorium Balai POM di Jambi
Balai POM di Jambi telah memiliki laboratorium pengujian Obat dan
Makanan yang terdiri laboratorium Pengujian Produk Terapetik, Napza dan
Obat Tradisional, Laboratorium Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya,
dan Laboratorium Pengujian Mikrobiologi. Laboratorium telah ditata dan
dilengkapi peralatan, metoda analisa, SDM yang mampu mendeteksi
permasalahan Obat dan Makanan yang beredar di Jambi. Seluruh kegiatan
laboratorium telah tersertifikasi ISO 17025 dan ISO 9001.
B.2 PERMASALAHAN
1. Menipisnya Entry Barrier
Globalisasi perdagangan, menyebabkan entry barrier menjadi semakin
tipis, dan karena itu arus barang (termasuk didalamnya Obat dan Makanan) ke
luar masuk dari dan ke berbagai negara menjadi semakin bebas, tanpa
hambatan tarif maupun non tarif. Dengan demikian Obat dan Makanan yang
diproduksi oleh berbagai negara memungkinkan untuk memasuki wilayah
Jambi. Untuk menjaga agar Obat dan Makanan yang beredar di Jambi
mempunyai jaminan mutu manfaat dan keamanan sesuai standar, BPOM di
Jambi harus meningkatkan kompetensinya sehingga mampu melakukan
pengawasan produk, mulai produk tersebut dalam proses produksi dimanapun
tempatnya, di tempat-tempat pemasukan produk ke dalam wilayah Jambi.
2. Perkembangan Teknologi Produksi dan Transportasi
Kemajuan teknologi, mendorong industri Obat dan Makanan akan
menerapkan dalam proses produksinya. Perkembangan demikian menuntut
49 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
kemampuan pengawas untuk meningkatkan diri sehingga mampu mendeteksi
kelemahan-kelemahan teknologi dalam proses produksi dan selanjutnya
mampu memberikan jalan keluar dalam perbaikan sehingga perkembangan
teknologi tetap memberikan peningkatan produktifitas, manfaat, mutu dan
keamanan produk yang dihasilkan.
Semakin majunya teknologi transportasi, mempercepat Obat dan
Makanan beredar secara luas di masyarakat, tentu perkembangan demikian
harus tetap dapat dilakukan pengawasan secara efektif agar produk yang siap
dikonsumsi selalu dalam kondisi memenuhi persyaratan yang ditetapkan
pemerintah Republik Indonesia.
Kemajuan teknologi promosi di berbagai media, semakin efektif dalam
mempromosikan nilai lebih dan menutup risiko suatu produk serta menggeser
perilaku dan permintaan masyarakat. Kehebatan perkembangan promosi
menuntut BPOM di Jambi untuk dapat mengendalikan semua model promosi
sehingga setiap promosi dapat memaparkan hal-hal yang menguntungkan bagi
konsumen tanpa ada risiko tersembunyi.
3. Harmonisasi Standar di Tingkat Global & Regional
Dengan disepakatinya harmonisasi baik tingkat regional maupun
global, proses pembuatan dan produksi harus memberlakukan standar yang
sama. Keunggulan persaingan perdagangan hanya dapat dilakukan atas dasar
ilmiah. Menghadapi hal tersebut agar produk yang diproduksi di Jambi dan
produk yang masuk dan atau beredar memberikan perlindungan, manfaat dan
daya saing yang lebih tinggi perlu dijaga dengan sistem pengawasan yang lebih
baik.
4. Dampak Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi, menyebabkan kemampuan daya beli masyarakat
menjadi lemah. Dengan kemampuan yang lemah pemenuhan kebutuhan
menjadi kurang sehingga kondisi kesehatan cenderung menjadi lebih rendah
dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan pengobatan secara mandiri
50 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
juga kurang. Agar masyarakat lebih terjaga dari resiko kesehatan, maka
pengawasan harus dioptimalkan.
5. Ancaman Keamanan Pangan
Jambi memiliki iklim yang sangat bagus untuk pertumbuhan mikroba.
Dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, pertumbuhan penjaja
makanan berkembang dengan pesat. Kondisi demikian tentu membuat potensi
pangan yang tercemar mikroba termasuk toksin yang dihasilkan serta
penggunaan bahan dengan tujuan untuk pengawet cukup besar. Tentu hal
tersebut harus dilakukan antisipasi secara cerdas agar masyarakat tetap
terlindungi kesehatannya.
6. Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika
Penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, cenderung terus
meningkat seiring dengan upaya sistematis pihak luar untuk memperlemah
tingkat ketahanan nasional. Jenis narkotika dan psikotropika yang
disalahgunakan, diperkirakan tetap jenis narkotika dan psikotropika yang tidak
digunakan dalam pengobatan, dan diproduksi oleh clandestine laboratory, dan
diedarkan secara ilegal. Dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika ini, Balai POM di Jambi harus semakin proaktif dalam perannya
sebagai penjuru, khususnya untuk pengawasan prekursor, bersama mitra kerja
dari lintas sektor terkait.
7. Produk Ilegal
Peredaran produk ilegal dan palsu di jalur gelap, diperkirakan akan
tetap marak. Hal ini terjadi karena belum menyatunya komitmen, pengawasan
yang kurang efektif, meningkatnya permintaan masyarakat yang kurang
didukung oleh daya beli yang memadai dan ketidak percayaan hasil pengobatan
formal yang diterima. Upaya pemberantasan perlu diarahkan untuk lebih
konsisten memutus mata rantai pasokan dan mendorong peningkatan layanan
kesehatan formal.
51 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
UPAYA MENGHADAPI PERMASALAHAN
1. Penguatan sistem, sarana dan prasarana laboratorium Obat dan Makanan.
Penguatan sistem, sarana dan prasarana laboratorium Obatdan Makanan
difokuskan pada pemantapan penerapan Quality Management System (QMS)
dan persyaratan Good Laboratory Practices (GLP) terkini, peningkatan sarana
dan prasarana laboratorium sesuai dengan kemajuan IPTEK, pemenuhan
peralatan laboratorium sesuai standar GLP terkini, peningkatan kompetensi
SDM laboratorium, serta pengujian berbasis risk analysis.
2. Peningkatan pengawasan post market Obat dan Makanan.
Peningkatan pengawasan post market Obat dan Makanan dilaksanakan melalui
focus prioritas pemantapan sampling dan pengujian obat dan makanan
berdasarkan risk based approache, intensifikasi pemberantasan produk ilegal,
termasuk produk palsu, perluasan cakupan pengawasan pangan jajanan anak
sekolah (PJAS) melalui operasional mobil Laboratorium keliling serta
pengawasan sarana postmarket sesuai dengan Good Manufacturing Practice
(GMP) dan Good Distribution Practice (GDP).
3. Pemantapan peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di bidang tindak
pidana Obat dan Makanan.
Pemantapan peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di bidang tindak
pidana Obat dan Makanan dilaksanakan melalui fokus prioritas peningkatan
kualitas dan kuantitas Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), peningkatan
pelaksanaan penyidikan Obat dan Makanan serta peningkatan koordinasi
dengan sektor terkait dalam CJS untuk substainable law enforcement tindak
pidana Obat dan Makanan.
4. Perkuatan Institusi
Perkuatan Institusi dilaksanakan melalui fokus prioritas implementasi
Reformasi Birokrasi Badan POM RI termasuk peningkatan pelayanan publik,
perkuatan sistem pengelolaan data serta teknologi informasi dan komunikasi
52 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
(TIK) termasuk strategi media komunikasi dan perkuatan human capital
management yang telah ditetapkan oleh Badan POM RI.
5. Restrukturisasi Organisasi
Untuk menjawab tantangan perubahan lingkungan strategis, restrukturisasi
organisasi perlu dilaksanakan dengan peningkatan dan penguatan peran dan
fungsi Balai POM, Integrated Bottom Up Planning dan Quality System Evaluation.
Dengan dilakukannya restrukturisasi organisasi bagi Balai POM Di Jambi akan
semakin memperkuat fungsi koordinasi dan penegakan regulasi di bidang
pengawasan Obat dan Makanan dengan Pemerintah Propinsi Jambi.
6. Peningkatkan Kerjasama Lintas Sektor
Dalam rangka pembagian peran Balai POM di Jambi dengan Lintas Sektor
terkait, peningkatan kerjasama dilaksanakan melalui fokus prioritas
pemantapan sistem kerjasama operasional pengawasan Obat dan Makanan,
peningkatan operasi terpadu pengawasan obat tradisional, kosmetik dan
makanan, perkuatan jejaring komunikasiserta pemberdayaan masyarakat
melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE).
ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN ANCAMAN
Internal
Eksternal
Kekuatan
(Strengths)
Kelemahan
(Weaknesses)
• Kualitas SDM
• Kerjasama Tim yang
Solid
• Integritas Pelayanan
Publik diakui secara
nasional
• Networking yang kuat
dengan pemerintah
daerah
• Pedoman pengawasan
yang jelas
• Komitmen pimpinan
• Sertifikasi ISO
• Jumlah SDM yang belum
mencukupi
• Kompetensi SDM yang
rendah dalam
melakukan pemeriksaan
sarana, penyidikan dan
pengujian
• Komitmen kerja
karyawan yang rendah.
• Peralatan laboratorium,
baku pembanding
yangmasih kurang.
• Sistem Informasi
53 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
9001:2008 ISO
17025:2008
• Reformasi birokrasi
• Sharing resourses
dengan BB/BPOM
seluruh Indonesia.
• Memiliki Bangunan
dan Laboratorium
sesuai standar
Manajemen yang belum
memadai
• Esselonisasi masih III
Peluang
(Opportunity)
STRATEGI
SO
STRATEGI
WO
• Adanya Program
Nasional (JKN dan
SKN)
• Perkembangan
teknologi yang sangat
cepat
• Jumlah industri obat
dan makanan yang
berkembang pesat
• Terjalinnya
kerjasama dengan
instansi terkait
• Desentralisasi dan
Otonomi Daerah
• Ekspektasi
masyarakat
• Adanya perjanjian
perdagangan bebas
Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA)
1. Meningkatkan
kerjasama dengan
lintas sektor terhadap
keamanan mutu produk
obat dan makanan
(PJAS) serta peredaran
produk obat dan
makanan import
2. Meningkatkan peranan
Badan POM dalam
melakukan
pemeriksaaan sarana,
penyidikan dan
pengujian laboratorium
3. Meningkatkan peran
BPOM dalam membina
industri UMKM
menerapkan GMP agar
dapat bersaing dengan
pasar Internasional
4. Mempercepat
kemampuan Balai POM
dalam menyesuaikan
berbagai parmeter uji
dan peralatan
laboratorium yang
baru dan canggih
1. Meningkatkan jumlah
SDM
2. Meningkatkan
kompetensi SDM dalam
melakukan
pemeriksanaan sarana,
penyidikan dan
pengujian laboratorium.
3. Menambah peralatan
dan baku pembanding
yang mendukung tugas
Balai POM
4. Melakukan digitalisasi
sistem informasi
manajemen yang
berorientasi mutu
5. Restrukturisasi dan
Penataan Kelembagaan
54 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Ancaman
(Threats)
STRATEGI
ST
STRATEGI
WT
1. Lemahnya
penegakan hukum
2. Adanya standar
mutu produk tingkat
ASEAN
3. Belum
terdapatnya Perda
tentang pengawasan
bahan berbahaya yang
disalahgunakan
4. Perubahan pola
hidup masyarakat
5. Kesadaran
masyarakat untuk
tidak menggunakan
produk obat dan
makanan yang
mengandung Bahan
Berbahaya masih
kurang
6. Lemahnya
regulasi pembinaan
pangan siap saji
1. Meningkatkan
koordinasi dengan
Penegak Hukum,
Korwas PPNS
2. Mempelajari standar
mutu produk obat dan
makanan pada tingkat
ASEAN
3. Mengupayakan
terbentuknya Perda
tentang pengawasan
bahan berbahaya yang
disalahgunakan
4. Melakukan sosialisasi
kepada masyarakat
tentang keamanan
mutu produk obat dan
makanan
5. Pembinaan
berkelanjutan dan
kerjasama lintas
sektor
1. Meningkatkan
kompetensi SDM dalam
hal standar mutu obat
dan makanan.
2. Meningkatkan
kemampuan SDM
dalam memahami
dampak negatif dari
bahan-bahan kimia
yang terdapat pada
makanan dan obat-
obatan.
3. Meningkatkan sarana
prasarana sosialisasi
/KIE tentang bahan-
bahan yang terkandung
pada produk obat dan
makanan
4. Penguatan regulasi dari
Pemda terhadap
pembinaan pangan siap
saji
1. KEKUATAN (STRENGTHS)
Balai POM di Jambi memiliki bangunan dan laboratorium serta kualitas SDM
yang sangat memadai khususnya tenaga-tenaga yang kompeten dalam melakukan
pengujian/penilaian dan pengawasan produk Obat dan Makanan yang ada.
Didukung dengan Pedoman Pengawasan yang jelas, sertifikat ISO 9001:2008, serta
ISO 17025:2008 untuk acuan penilaian/pengujian dalam pengawasan atas Obat dan
Makanan sehingga seluruh penilaian/pengujian tersebut telah memiliki standar
baku baik untuk obat dan makanan juga faktor-faktor mutu lainnya seperti standar
distribusi dan standar produk pangan lainnya.
Balai POM di Jambi memiliki jaringan (networking) yang kuat dengan
pemerintah daerah sebagai pijakan dalam mendorong tugas-tugas sebagai
55 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Pengawasan Obat dan Makanan sehingga dapat menjadi lancar.Dukungan
Pemerintah Jambi selama ini telah terlaksana dengan baik, dimana ditunjukkan
dengan adanya MoU dengan beberapa SKPD baik di tingkat Propinsi maupun
Kabupaten/Kota yang bersinergis dengan program Pengawasan Obat dan Makanan.
Selain itu, Komitmen pimpinan dan seluruh jajaran Balai POM di Jambi menjadi
mutlak sebagai landasan untuk mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari peran
BPOM dalam memberikan kontribusi pembangunan kesehatan masyarakat.
2. KELEMAHAN (WEAKNESSES)
Saat ini SDM Balai POM di Jambi sudah memiliki kualitas yang memadai
namun dari sisi kuantitas SDM belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan
tugas dan fungsi Balai POM di Jambi dengan cakupan kerja di seluruh
Kabupaten/Kota Provinsi Jambi.
Dalam pelaksanaan tugas pengawasan obat dan makanan diperlukan sarana
dan prasarana dan sistem manajemen kerja yang sangat memadai. Hal ini juga
untuk mengimbangi peredaran Obat dan Makanan yang semakin canggih.
Disamping itu, untuk mendukung pelaku usaha dalam melakukan pendaftaran
(registrasi) dan penyebarluasan informasi mengenai Obat dan Makanan perlu
didukung teknologi Informasi yang memadai.
Peran dan kewenangan Balai POM di Jambi juga harus didukung oleh
struktur organisasi dan tata kerja yang tepat. Saat ini pembagian kewenangan atau
beban kerja masih belum menunjukkan ukuran yang sesuai. Diharapkan penataan
sesuai dengan prinsip structur follow function follow strategy sehingga struktur
organisasi dan tata kerja (fungsi) harus dapat mewujudkan tujuan organisasi.
3. PELUANG (OPPORTUNITIES)
SKN dan JKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang
dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan
lingkungan sehat serta berperan aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan.
Untuk itu, SKN dan JKN merupakan tantangan atau peluang bagi Balai POM di Jambi
dalam mendorong upaya kesehatan masyarakat yang lebih baik lagi dalam
menghadapi pola perilaku dan lingkungan sehat khususnya Obat dan Makanan.
56 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Semakin bertambahnya penduduk dan berkembangnya varian penyakit
maka akan mengakibatkan kebutuhan Obat dan Makanan semakin meningkat.
Didukung dengan kemajuan teknologi maka industri Obat dan Makanan akan
semakin bertambah jumlahnya dan juga akan semakin berkembang pesat. Hal ini
menjadi peluang dan tantangan Balai POM di Jambi dalam mengawasi Obat dan
Makanan yang semakin banyak variannya.
Di tengah ekspektasi masyarakat terhadap kinerja Balai POM di Jambi yang
tinggi, kerjasama dengan Instansi terkait merupakan hal yang sangat mutlak agar
upaya pembangunan kesehatan dapat tercapai. Otonomi dan Desentralisasi bidang
kesehatan dan komitmen pemerintah belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
Kerjasama lintas sektor dan dukungan peraturan perundangan merupakan
tantangan yang sangat penting.
4. ANCAMAN (THREATS)
Dengan semakin tumbuhnya perekonomian Indonesia dan perkembangan
jumlah penduduk yang pesat akan mempengaruhi perubahan pola perilaku hidup
sosial, salah satunya dalam mengkonsumsi obat dan makanan. Kecenderungan
penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan tambahan dalam proses produksi
pangan, penjulan obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat dan
kosmetika yang mengandung bahan berbahaya masih ditemukan, diperedaran.
Fenomena penjualan produk obat dan makanan via online, baik itu melalui
situs internet dan jejaring sosial (facebook, instagram,blackberry messenger) yang
merebak belakangan ini juga merupakan salah satu tantangan besar yang harus
dihadapi Balai POM di Jambi dalam mengawal produk obat dan makanan yang
aman di wilayah Jambi. Sejauh ini masih belum didapatkan profil yang tepat
mengenai kondisi peredaran produk-produk ilegal yang dijual melalui media online,
namun telah diupayakan pengawasan dengan melakukan investigasi awal terhadap
situs-situs tersebut dengan melakukan pemesanan produk, juga dibantu dengan
informasi dari masyarakat yang disampaikan langsung pada Balai POM di Jambi .
Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka BPOM perlu
melakukan penguatan organisasi dan kelembagaan, agar faktor-faktor lingkungan
strategis yang mempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan
57 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
menghambat pencapaian tujuan dan sasaran organisasi BPOM periode 2015-2019.
Dilihat dari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan
kelemahan serta pengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman,
posisi organisasi BPOM harusnya melakukan pengembangan dan perluasan
organisasi agar dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi BPOM periode
2015-2019.
Gambar 36 Peta Bisnis Proses Utama BPOM sesuai Peran dan Kewenangan
Gambar 37 Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BPOM
58 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Untuk itu, dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal sesuai
dengan peran dan kewenangan BPOM di Jambi yang mengawasi Obat dan Makanan,
maka diusulkan penguatan peran dan kewenangan BPOM sesuai dengan bisnis
proses BPOM untuk periode 2015-2019 sebagaimana pada Tabel 6 dibawah ini :
Tabel 6 Penguatan Peran BPOM Tahun 2015-2019
Penguatan
Sistem
Pengawasan
Obat dan
Makanan
• Penyusunan Kebijakan Teknis Pengawasan Obat
dan Makanan (NSPK)
• Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan
Obat dan Makanan
• Pengawasan (penilaian) Obat dan Makanan sesuai
standar
• Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
sesuai standar
• Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
sesuai standar
• Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan
Makanan
• Penyidikan dan penegakan hokum
Kerjasama,
Komunikasi,
Informasi dan
Edukasi Publik
• Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku
usaha
• melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik
termasuk peringatan publik
• Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan
• Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan
Makanan yang tidak sesuai dengan standar
• Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan
yang tidak memenuhi standard
67 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
BAB II
VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI,
TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang
dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka Balai POM di
Jambi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai Unit Pelaksana Teknis
(UPT) BPOM di propinsi Jambi, dituntut untuk dapat menjamin keamanan, mutu,
manfaat/khasiat sesuai standar yang telah ditetapkan. Untuk itu, ditetapkan visi
dan misi serta tujuan dan sasaran Balai POM di Jambi sesuai dengan visi dan misi
serta tujuan dan sasaran BPOM.
Gambar 2.1.
Peta Strategis BPOM Periode2015-2019
68 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
2.1 Visi
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, harus memberikan kontribusi
yang signifikan bagi keberhasilan pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan RKP
Tahunan, melalui penyusunan rencana strategis dan tahunan (RPJMN, RKP) yang
berkualitas serta optimalisasi pengendalian dan monitoring evaluasi atas
pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan secara efektif dan efisien serta
pelaksanaan tugas-tugas lainnya dari Pemerintah.
Kualitas pengawasan Obat dan Makanan dilihat dari: 1) kualitas Kebijakan
dalam penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria terhadap Obat dan
Makanan; 2) Kualitas Pengawasan Obat dan Makanan, serta 3) Kerjasama dan
Komunikasi Publik dalam mendorong peran serta masyarakat dalam
memanfaatkan produk-produk Obat dan makanan sesuai standar. Apabila
keseluruhan hal tersebut dapat terpenuhi, maka berarti BPOM mampu berperan
dalam mendukung pencapaian, target, sasaran, misi dan visi RPJMN 2015-2019
sesuai visi, misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019, dan
selanjutnya mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara sesuai
amanat UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur.
Balai POM di Jambi sesuai dengan tugas dan kewenangannya sebagai UPT
BPOM yang bertanggungjawab dalam pengawasan Obat dan Makanan khususnya
di Propinsi Jambi, menetapkan Visi sebagai berikut:
”Obat dan Makanan Aman meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan
Daya Saing Bangsa”
Penjelasan Visi :
Proses penjaminan pengawasan Obat dan makanan harus melibatkan
masyarakat dan pemangku kepentingan, dilaksanakan secara akuntabel serta
diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan
dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut :
Aman : Keadaan bebas dari bahaya. Semua produk Obat dan
69 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Makanan harus dijamin keamanannya agar tidak
membahayakan bagi pengunaannya.
Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang
telah memenuhi pengujian standar baik standar nasional
maupun internasional. Sehingga adanya kesiapan suatu
produk bangsa untuk interaksi daya saing di masa depan.
Agar menjadi kompetitif dalam arti ini adalah memiliki
peluang untuk menang bagi sejumlah pemain industri
yang menghadapi biaya tinggi.
2.2 Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai
dengan penguatan peran Balai POM di Jambi sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam Bab I. Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai dengan peran-peran
tersebut untuk periode 2015-2019, adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu kesatuan fungsi (full
spectrum) standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan
sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta
penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban Balai POM
di Jambi dalam melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman dengan
tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing maka perlu
disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di satu
sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi
sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas
dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan
seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk
mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional
untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.
70 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan
Masyarakat dalam hal ini adalah sebagai konsumen mempunyai peran yang
sangat strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan
utamanya pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan
Makanan, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya
peningkatan kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang
memenuhi standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan
komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam
meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.
Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, Balai POM di Jambi
melakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadarannya
dalam mendukung pengawasan. Upaya-upaya tersebut salah satunya
dilakukan melalui kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada
masyarakat.
Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang
tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia.
Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk
Obat dan Makanan menimbulkan asymmetric information yang dapat
dimanfaatkan oleh produsen nakal untuk menjual produk yang murah
namun substandar.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Balai POM di Jambi tidak dapat
berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan
pihak lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang
kesehatan peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta
kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian
tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan bersifat
unik karena tersentralisasi yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia. Hal ini tentunya
menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan karena
71 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
kebijakan yang diambil harus disinkronkan dengan kebijakan dari
Pemerintah Daerah. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas pengawasan di
daerah, Balai POM di Jambi harus bersinergi dengan lintas sektor terkait
sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam upaya
mencapai tujuan.
Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM)
yaitu pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin
keamanan produk Obat dan Makanan. Pelaku usaha merupakan pemangku
kepentingan yang mampu memberikan jaminan produk yang memenuhi
standar dengan memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi
dan distribusi Obat dan Makanan.
Sebagai lembaga pengawas, Balai POM di Jambi harus bersikap konsisten
terhadap pelaku usaha yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan
serta pembinaan dengan baik sehingga pelaku usaha dapat memberikan
produk yang aman, bermanfaat/berkhasiat, dan bermutu. Dengan
pembinaan secara berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha
mempunyai kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan
Makanan.
Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia,
termasuk Indonesia. Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam
negeri tidak hanya bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar
negeri. Sebagai contoh masih besarnya impor terhadap obat, makanan,
kosmetik, obat tradisional dan suplemen serta besarnya pangsa pasar dalam
negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri untuk dapat berkembang.
Kemajuan industri Obat dan Makanan secara tidak langsung juga
dipengaruhi dari sistem serta dukungan regulatory yang mampu diberikan
oleh BPOM. Sehingga Balai POM Di Jambi sebagai UPT BPOM berkomitmen
untuk mendukung peningkatan daya saing yaitu melalui jaminan keamanan,
manfaat, dan mutu Obat dan Makanan.
72 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM
Untuk mendorong misi pertama dan kedua diperlukan sumber daya yang
memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Sumber daya
yang meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine) merupakan
modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini terutama terkait
dengan sumber daya manusia dan sarana prasarana penunjang kinerja.
Karena ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya,
maka BPOM harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal
mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan
yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif
dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh anggota
organisasi.
Di samping itu, Balai POM Di Jambi sebagai UPT BPOM melaksanakan tugas
tertentu yang tidak hanya bersifat teknis semata (techno structure) atau,
namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating), pelaksana
(executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk itu, diperlukan
penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur
yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya
kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.
Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas pokok
sdan fungsi BPOM. Pengawasan pre- dan post-market yang berstandar
internasional diterapkan dalam rangka memperkuat BPOM menghadapi tantangan
globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk obat dan makanan yang konsisten,
yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu diharapkan
BPOM mampu melindungi masyarakat dengan optimal.
BPOM juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan terkait
kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan sebagainya merupakan
potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat
yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik dan terhadap Obat dan
makanan yang beredar di pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan
73 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
terhindar dari produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan baku
berbahaya dan ilegal.
Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap
mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar
(learning organization). Untuk mendukung itu maka BPOM perlu untuk
memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing).
2.3 BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus
dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan
tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi
menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.
1. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan
komitmen yang tinggi.
2. Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur dan keyakinan
3. Kredibilitas
Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.
4. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.
5. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.
6. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
74 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
2.4 TUJUAN
Dalam rangka pencapaian Visi dan Misi Pengawasan Obat dan Makanan,
maka tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, berkhasiat/
bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar Lokal dan Global dengan
menjamin mutu dan mendukung inovasi
Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas,
adalah :
1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, berkhasiat/bermanfaat, dan
bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan
indicator:
a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan BPOM
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar Lokal dan Global dengan
menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indicator:
a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi
ketentuan;
b. Tingkat Kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan
pembinaan pengawasan Obat dan Makanan.
2.5 SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi, dengan
mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur
yang dimiliki BPOM di Jambi. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019)
kedepan diharapkan dapat mencapai sasaran strategis sebagai berikut:
1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh BPOM di
Jambi merupakan suatu proses yang komprehensif, mencakup pengawasan
pre-market dan post-market. Sistem tersebut terdiri dari: pertama,
75 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Untuk
menjaga penerapan sistem mutu dalam kegiatan produksi dan distribusi.
Kedua, melakukan sampling produk Obat dan Makanan beredar di wilayah
Jawa Tengah, Ketiga, pengujian laboratorium. Produk Obat dan Makanan
yang disampling berdasarkan risiko.. Hasil uji laboratorium ini digunakan
sebagai dasar dalam menentukan produk yang tidak memenuhi syarat dan
tindak lanjut seperti ditarik dari peredaran. Keempat, penegakan hukum di
bidang pengawasan Obat dan Makanan, terhadap pelanggaran yang
ditemukan.
Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sebagai
berikut:
1. Persentase obat yang memenuhi syarat,
2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat,
3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat,
4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat,
5. Persentase makanan yang memenuhi syarat.
2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku
kepentingan, dan partisipasi masyarakat.
Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang
terkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah.
Untuk itu perlu dijalin suatu kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi
yang baik.
Salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan adalah masyarakat
sebagai konsumen. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di
pasaran (masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat
sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan
produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat, dan bermutu. Dalam
upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang
memenuhi syarat, BPOM harus memberikan kegiatan pembinaan dan
bimbingan melalui komunikasi, layanan informasi, dan edukasi (KIE).
76 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Disamping itu, pengawasan Obat dan Makanan juga dilakukan oleh
pelaku usaha baik produsen, distributor, dan pelaku usaha lain. Pengawasan
dilakukan dari hulu ke hilir, dari sebelum sampai sesudah beredar salah
satunya adalah meliputi produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Produsen
mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan
yang memenuhi syarat (aman, bermanfaat, dan bermutu) melalui proses
produksi yang sesuai dengan ketentuan. Dari sisi pemerintah, BPOM bertugas
dalam menyusun kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan.
Paradigma BPOM sebagai lembaga pengawas dan ditakuti oleh pelaku
usaha selama ini mulai berubah dengan adanya upaya yang dilakukan BPOM
dalam menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan pelaku usaha. Tanpa
meninggalkan tugas utama pengawasan, BPOM berupaya memberikan
dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh kemudahan dalam
usahanya salah satunya melaluijaminan kualitas (quality assurance)
pengawasan melalui pendampingan regulatory (regulatory assistance).
Masing-masing kedeputian di BPOM mempunyai upaya yang berbeda dalam
memberikan dukungan regulatorysesuai dengan bidang lingkupnya.
Sasaran strategis ini berupaya untuk mengakomodasi kegiatan yang
mendukung pada peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan mutu Obat
dan Makanan.Pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan harus didukung
dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas.Salah satunya adalah
dengan memberikan dukungan regulatory (sistem pengawasan) kepada
pelaku usaha dengan insentif. Sementara terkait dengan faktor lain yang
menjadi variabel penentu dalam meningkatkan kemudahan usaha daya saing.
Dalam mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka
ditetapkan beberapa indikator yaitu:
Tingkat Kepuasan Masyarakat
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk
pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan
alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
77 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
3. Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and
machine) merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal ini
terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana prasarana
penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan
kualitasnya, maka BPOM harus mampu mengelola sumber daya tersebut
seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program
dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya
yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh
seluruh elemen organisasi.
BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk Pemerintah untuk
melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata(techno
structure) atau, namun juga melaksanakan fungsi pengaturan (regulating),
pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering) masih memerlukan
penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut meliputi struktur
yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya
kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka
dibuat indikatornya adalah:
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, ditetapkan
indikator:
1. Nilai SAKIP
2.
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM di Jambi
periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah sebagai berikut :
78 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM periode
2015-2019
VISI MISI TUJUAN SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
Obat dan
Makanan Aman
Meningkatkan
Kesehatan
Masyarakat dan
Daya Saing
Bangsa
Meningkatkan
sistem pengawasan
Obat dan Makanan
berbasis risiko
untuk melindungi
masyarakat
Meningkatnya
jaminan produk
Obat dan
Makanan aman
Menguatnya Sistem
Pengawasan Obat
dan Makanan
1. Persentase obat yang
memenuhi syarat;
2. Persentase obat Tradisional
yang memenuhi syarat;
3. Persentase Kosmetik yang
memenuhi syarat;
4. Persentase Suplemen
Kesehatan yang memenuhi
syarat;
5. Persentase makanan yang
memenuhi syarat.
Mendorong
kemandirian pelaku
usaha dalam
memberikan
jaminan keamanan
Obat dan Makanan
serta memperkuat
kemitraan dengan
pemangku
kepentingan.
Meningkatnya
daya saing Obat
dan Makanan di
pasar lokal dan
global dengan
menjamin mutu
dan mendukung
inovasi
1.
Meningkatnya
jaminan kualitas
pembinaan dan
bimbingan dalam
mendorong
kemandirian pelaku
usaha dan kemitraan
dengan pemangku
kepentingan serta
partisipasi
masyarakat melalui
kerjasama,
Komunikasi,
Informasi dan
Edukasi
1. Tingkat kepuasan
masyarakat.
2. Jumlah Kabupaten/Kota
yang memberikan komitmen
untuk pelaksanaan
pengawasan Obat dan
Makanan dengan
memberikan alokasi
anggaran pelaksanaan
regulasi Obat dan Makanan.
Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan
BPOM
Meningkatnya
Kualitas Kapasitas
Kelembagaan
BPOM
1. Nilai SAKIP
79 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
VISI MISI TUJUAN SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
Obat dan
Makanan Aman
Meningkatkan
Kesehatan
Masyarakat dan
Daya Saing
Bangsa
Meningkatkan
sistem pengawasan
Obat dan Makanan
berbasis risiko
untuk melindungi
masyarakat
Meningkatnya
jaminan produk
Obat dan
Makanan aman
Menguatnya Sistem
Pengawasan Obat
dan Makanan
1. .Jumlah sample yang diuji
menggunakan parameter
kritis
2. Pemenuhan target sampling
produk Obat di sektor publik
(IFK)
3. Persentase cakupan
pengawasan sarana produksi
Obat dan Makanan
4. Persentase cakupan
pengawasan sarana distribusi
Obat dan Makanan
5. Jumlah Perkara di bidang
Obat dan Makanan
Mendorong
kemandirian pelaku
usaha dalam
memberikan
jaminan keamanan
Obat dan Makanan
serta memperkuat
kemitraan dengan
pemangku
kepentingan.
Meningkatnya
daya saing Obat
dan Makanan di
pasar lokal dan
global dengan
menjamin mutu
dan mendukung
inovasi
2.
Meningkatnya
jaminan kualitas
pembinaan dan
bimbingan dalam
mendorong
kemandirian pelaku
usaha dan kemitraan
dengan pemangku
kepentingan serta
partisipasi
masyarakat melalui
kerjasama,
Komunikasi,
Informasi dan
Edukasi
6. Jumlah layanan Publik
BB/BPOM
7. Jumlah komunitas yang
diberdayakan
Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan
BPOM
Meningkatnya
Kualitas Kapasitas
Kelembagaan
BPOM
8. Persentase pemenuhan sarana
dan prasarana sesuai standar
9. Jumlah dokumen
perencanaan, penganggaran,
dan evaluasi yang dilaporkan
tepat waktu
81 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Sebagaimana visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode 2015-2019
pada Bab II di atas, untuk mewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi
pembangunan yang salah satunya adalah mewujudkan kualitas hidup manusia
Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi-misi ini selanjutnya dijabarkan
dalam 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan yang disebut NAWA CITA,
sebagai berikut:
1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara (Perkuat peran dalam
kerjasama global dan regional),
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif demokratis dan
terpercaya (membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah),
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka Negara kesatuan (pengurangan ketimpangan antar
kelompok ekonomi masyarakat),
4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya
(pemberantasan narkotika dan psikotropika),
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (pembangunan kesehatan
khususnya pelaksanaan program Indonesia sehat),
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
(peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi),
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan setor-sektor
strategis ekonomi domestik (peningkatan kedaulatan pangan),
8. Melakukan revolusi karakter bangsa, dan
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
82 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Adapun 5 (lima) prioritas pembangunan dalam Nawacita dari 9 (Sembilan)
yang akan menjadi tugas dan tanggung jawab di BPOM di Jambi pada periode
2015-2019 adalah sebagaimana Tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 (Sembilan) Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA)
Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya tercermin pada
penyediaan lapangan pekerjaan dan jaminan pendapatan semata, melainkan juga
pemenuhan hak-hak dasar warga negara untuk memperoleh layanan publik.
Dalam perspektif tersebut, pembangunan manusia dimaksudkan untuk
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, berpendidikan, berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab, serta berdaya saing untuk
menciptakan kemakmuran dan kesejahteran bagi seluruh bangsa Indonesia.
Badan POM akan menyelenggaran program dengan mengacu kepada upaya
mewujudkan cita-cita pembangunan melalui gerakan Revolusi Mental, serta
“Meningkatnya Perlindungan Finansial, Pemerataan dan Mutu Pelayanan, serta
Ketersediaan, Penyebaran dan Mutu Obat dan Sumber Daya Kesehatan,” yang
terkait kewenangan BPOM, indikator yang ditetapkan, yaitu:
83 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Tabel 3.2 Indikator
No Indikator Status
Awal
Target
2019
1 Persentase obat yang
memenuhi syarat
92 94
2 Persentase makanan yang
memenuhi syarat
87,6 90,1
(Sumber: RPJMN 2015-2019)
Revolusi Mental menjadi upaya mengubah cara pandang, pikiran, sikap,
dan perilaku setiap orang, yang berorientasi pada kemajuan dan kemoderenan,
sehinga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-
bangsa lain di dunia. Revolusi Mental mengandung nilai-nilai esensial yang harus
dinternalisasi baik pada setiap individu maupun bangsa, yaitu: etos kemajuan,
etika kerja, motivasi berprestasi, disiplin, taat hukum dan aturan, berpandangan
optimistis, produktif-inovatif-adaptif, kerja sama dan gotong royong, dan
berorientasi pada kebajikan publik dan kemaslahatan umum.
Salah satu aspek untuk mendukung pembangunan manusia tersebut
dilakukan melalui pengawasan Obat dan Makanan. Saat ini persentase obat yang
telah memenuhi standar mutu, khasiat dan keamanan terus meningkat dan pada
tahun 2013 telah mencapai 92 persen. Ketersediaan obat dan vaksin telah cukup
baik, yaitu mencapai 96,93 persen pada tahun 2013. Namun ketersediaan di
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan dasar masih belum memadai. Misalnya
Puskesmas yang mempunyai lebih dari 80 persen jenis obat umum yang cukup
baru mencapai 13,2%. Selain itu, variasi ketersediaan obat dan vaksin masih tingi.
Dalam upaya mencapai kemandirian pemenuhan obat dalam negeri, hampir
90% kebutuhan obat dapat diproduksi dalam negeri, meski hampir 96% bahan
baku industri farmasi masih tergantung bahan baku impor. Tingkat
ketergantungan ini dapat diminimalisasi dengan peningkatan kemandirian di
bidang obat dengan menumbuhkan industri Bahan Baku Obat bahan sintesa dan
84 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Obat Tradisional dalam negeri yang didukung secara serius oleh riset. Untuk
menunjang upaya pencapaian kemandirian bahan baku obat tersebut, harus
dilakukan penguatan jejaring antara Pemerintah-Pelaku usaha di bidang Obat-
Perguruan Tinggi.
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan
dan Gizi Masyarakat tahun 2015-2019, maka salah satu arah kebijakan dan
strategi pengawasan Obat dan Makanan dalam “Meningkatkan Pengawasan
Obat dan Makanan”, dilaksanakan melalui:
1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;
3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan
pemangku kepentingan;
4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;
5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka
mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan; dan
6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.
Berdasarkan hasil Analisa paparan dan pencapaian hasil pengawasan Obat
dan Makanan di Jambi dan arah kebijakan pengawasan Obat dan Makanan
Nasional, arah kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis
Balai POM di Jambi periode 2015-2019, adalah:
1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk
melindungi masyarakat
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong
kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya
saing produk Obat dan Makanan
3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui
kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam
pengawasan Obat dan Makanan
85 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
4) Penguatan kompetensi SDM pengawasan Obat dan Makanan melalui penataan
dan perningkatan jabatan fungsional, proses bisnis yang tertata dan efektif,
budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber
daya yang efektif dan efisien.
Strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:
Eksternal:
1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan
Makanan;
2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi
dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan
Makanan;
Internal:
3) Penguatan pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;
4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Institusi hingga kinerja
individu/pegawai;
5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta
diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;
6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas menjadi lebih proporsional dan
akuntabel;
7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung tugas
Pengawasan Obat dan Makanan.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai institusi pengawasan
Obat dan Makanan tersebut, BPOM di Jambi menetapkan program-programnya
sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program
pendukung (generik), sebagai berikut:
a. Program Teknis
Program Pengawasan Obat dan Makanan
86 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Badan
Pengawasan Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi dalam
pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan melalui
serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan, penilaian Obat dan
Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan
terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan
beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada
pemangku kepentingan.
b. Program Generik
1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis lainnya.
2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM.
Selanjutnya, program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan prioritas,
sebagai berikut:
a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan
1) Penyempurnaan instruksi kerja pengawasan Obat dan Makanan (pre dan
post-market);
2) Peningkatan efektivitas pengawasan pre-market melalui audit pelaksanaan
pembuatan yang baik pada sarana produksi Obat dan Makanan;
3) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan
Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana
distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya;
4) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat
adiktif;
5) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya
laboratorium Obat dan Makanan;
6) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;
7) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan
pemangku kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
87 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):
1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan
Anggaran, Keuangan;
2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Pengawasan Obat dan
Makanan;
3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan
Sarana dan Prasarana Penunjang;
4) Peningkatan Kompetensi SDM;
5) Peningkatan kualitas Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan
Masyarakat.
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing
sasaran strategis, dijabarkan kepada sasaran program dan kegiatan. Adapun
penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan dimaksud adalah sebagai
berikut :
Gambar 3.1 Log Frame Balai POM di Jambi
88 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Tabel 3.3 Program, Sasaran Program, Kegiatan Strategis, Sasaran Kegiatan,
Indikator
Balai POM di Jambi
PROGRAM SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN
STRATEGIS
SASARAN
KEGIATAN INDIKATOR PIC
PROGRAM
PENGAWASAN
OBAT DAN
MAKANAN
Menguatnya
sistem
pengawasan
Obat dan
Makanan
Pengawasan
Obat dan
Makanan
Meningkatnya
kinerja
pengawasan
obat dan
makanan di
Jambi
1.Jumlah sample
yang diuji
menggunakan
parameter kritis
2. Persentase
cakupan
pengawasan
sarana produksi
Obat dan
Makanan
3. Pemenuhan
target sampling
produk Obat di
sektor publik
(IFK)
4. Persentase
cakupan
pengawasan
sarana distribusi
Obat dan
Makanan
5. Jumlah Perkara di
bidang obat dan
makanan
6. Jumlah layanan
Seksi
Pengujian
1, 2 dan 3
Seksi
PemDik
Seksi
PemDik
Seksi
PemDik
Seksi
PemDik
Seksi
Serlik
TU
89 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
PROGRAM SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN
STRATEGIS
SASARAN
KEGIATAN INDIKATOR PIC
publik
7. Jumlah komunitas
yang
diberdayakan
8. persentase
pemenuhan
sarana prasarana
sesuai standar
9. jumlah dokumen
perencanaan,
penganggaran dan
evaluasi yang
dilaporkan tepat
waktu
TU
B. KERANGKA REGULASI
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sebagai unit pelaksana teknis
Badan POM, akan berupaya melakukan percepatan terjadinya perlindungan
kepada masyarakat. Perlindungan dari permasalahan Obat dan Makanan
dilakukan melaui pengefektifan pelaksanaan pengawsan dan tindak lanjut hasil
pengawasan.
Percepatan dimaksud perlu dikemas dalam sitem mutu penyelenggaraan
pengawasan Obat dan Makanan yang semakin praktis dan cepat. Penyempurnaan
SOP dan instruksi kerja merupakan hal yang perlu disempurnakan secara
berkesinambungan, sehingga semua berjalan lancar. Pelaksanaan pengawasan dan
tindak lanjut yang lebih cepat dapat mencegah terjadinya ketidak sesuaian.
90 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Dengan demikian praktek produksi, distribusi dan pelayanan/ ritel Obat dan
Makanan selalu terjaga dan terpercaya.
Untuk hal tersebut, perlu pedoman yang terkait dengan pedoman tata
hubungan kerja, pola tindak lanjut serta instruksi kerja yang memadai.
C. KERANGKA KELEMBAGAAN
Dengan peraturan kepegawaian yang semakin bagus, diharapkan dapat
menciptakan kinerja BPOM di Jambi semakin baik. Sampai saat ini struktur
organisasi masih menggunakan jabatan structural sampai eselon 4. Selain pejabat
struktural ada pejabat fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan (PFM) dan
Fungsional Umum. Dengan jabatan tersebut masih terdapat permasalahan yang
dapat mengakibatkan kinerja tidak optimal. Diharapkan rencana penghapusan
jabatan eselon 3 dan 4, dengan mengakomodasikan fungsi manejerial dalam
jabatan fungsional kelas tertentu dapat memberikan semangat dalam peningkatan
prestasi kerja. Untuk memperkuat peran dan fungsi tersebut dalam melaksanakan
Renstra 2015-2019, maka diusulkan penataan kelembagaan.
Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan dan
dikoordinasikan agar lebih efisien dan efektif adalah sebagai berikut :
a. Penguatan UPT sebagai responsibility center dalam pelaksanaan fungsi
Badan POM di daerah untuk pelaksanaan mandat pada tingkat taktikal
dan operasional, sekaligus sebagai “ujung tombak” dalam
penyelenggaraan layanan teknis dan administratif yang telah
didelegasikan dari Badan POM;
b. Upaya peningkatan kinerja kelembagaan UPT melalui penataan ulang
kriteria dan klasifikasi UPT berdasarkan unsur pokok dan unsur
penunjang;
c. Penguatan lembaga pemerintah di daerah di bidang pengawasan Obat
dan Makanan
91 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
d. Dioptimalkan koordinasi dengan lembaga terkait yang memiliki tugas
samadalam mewujutkan pencapaian prioritaspembangunan kesehatan
e. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki
tugas sama dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam
aparat gabungan penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena
peredaran Obat dan Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang
masuk dalam sistem peradilan pidana.
92 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A. Target Kinerja
Sebagaimana sasaran strategis BPOM di Jambi sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator masing-masing sasaran
strategis adalah sebagai berikut:
Tanel 4.1 Target Kinerja
Sasaran
Strategis Indikator
Target Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
Menguatnya Sistem
Pengawasan Obat dan
Makanan
Persentase obat yang
memenuhi syarat meningkat 92,00 92,50 93,00 93,50 94,00
Persentase Obat Tradisional
yang memenuhi syarat
meningkat
74,50 76,00 77,50 79,00 80,50
Persentase Kosmetik yang
memenuhi syarat meningkat 89,00 90,00 91,00 91,00 93,00
Persentase Suplemen
Makanan yang memenuhi
syarat meningkat
79,00 80,00 81,00 82,00 83,00
Persentase Makanan yang
memenuhi syarat meningkat 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10
Meningkatnya
jaminan kualitas
pembinaan dan
bimbingan dalam
mendorong
kemandirian pelaku
usaha dan kemitraan
dengan pemangku
kepentingan
Tingkat kepuasan
masyarakat 76,86 78,01 79,18 80,37 81,57
Jumlah Kabupaten/Kota
yang memberikan
komitmen untuk
pelaksanaan pengawasan
Obat dan Makanan dengan
memberikan alokasi
anggaran pelaksanaan
regulasi Obat dan Makanan
6 7 8 9 10
Meningkatnya
kualitas kapasitas
kelembagaan
Nilai SAKIP B A A A A
Meningkatnya kinerja
pengawasan obat dan
makanan
Jumlah sampel yang diuji
menggunakan parameter
kritis 2.300 2.300 2.300 2.300 2.300
Pemenuhan target sampling
produk Obat di sektor
publik (IFK)
13,04 13,04 13,04 13,04 13,04
Persentase cakupan
pengawasan sarana produksi
Obat dan Makanan
27,97 28,25 28,53 28,82 29,11
93 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Persentase cakupan
pengawasan sarana
distribusi Obat dan
Makanan
51,92 51,92 51,92 51,92 51,92
Jumlah Perkara di bidang
obat dan makanan 7 7 7 7 7
Jumlah layanan publik
BBPOM 325 350 375 400 425
Jumlah Komunitas yang
diberdayakan 3 3 3 3 3
Persentase pemenuhan
sarana prasarana sesuai
standar
70 73 76 79 82
Jumlah dokumen
perencanaan, penganggaran,
dan evaluasi yang
dilaporkan tepat waktu
10 9 10 9 10
B. KERANGKA PENDANAAN
Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan
maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
strategis BPOM di Jambi periode 2015-2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan
Sasaran
Strategis Indikator
Alokasi anggaran ( Milyar Rupiah) PIC
2015 2016 2017 2018 2019
Menguatnya
Sistem
Pengawasan
Obat dan
Makanan
2,0989 2,1973 2,3044 2,4211 2,5484
Persentase obat
yang memenuhi
syarat meningkat
Seksi
Pemdik,
Teranok
oko dan
Mikro
Persentase Obat
Tradisional yang
memenuhi syarat
meningkat
Seksi
Pemdik,
Teranok
oko dan
Mikro
Persentase
Kosmetik yang
memenuhi syarat
meningkat
Seksi
Pemdik
Teranok
oko dan
mikro
94 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Persentase
Suplemen
Makanan yang
memenuhi syarat
meningkat
Seksi
Pemdik,
Teranok
oko dan
Mikro
Persentase
Makanan yang
memenuhi syarat
meningkat
Seksi
Pemdik,
pengujia
n
Pangan
dan
Mikro
Meningkatnya
jaminan
kualitas
pembinaan dan
bimbingan
dalam
mendorong
kemandirian
pelaku usaha
dan kemitraan
dengan
pemangku
kepentingan
1022 1156 1312 1493 1705
Tingkat kepuasan
masyarakat
Seksi
Serlik
Jumlah
Kabupaten/Kota
yang memberikan
komitmen untuk
pelaksanaan
pengawasan Obat
dan Makanan
dengan
memberikan
alokasi anggaran
pelaksanaan
regulasi Obat dan
Makanan
Seksi
Serlik
Meningkatnya
kualitas
kapasitas
kelembagaan
5,473 10,492 6,567 5,645 4,727
TU
Nilai SAKIP
Meningkatnya
kinerja
pengawasan
obat dan
makanan
2,0989 2,1973 2,3044 2,4211 2,5484
Jumlah sampel
yang diuji
menggunakan
parameter kritis
Seksi
Teranok
oko,
Pangan
dan
Mikro
Pemenuhan target
sampling produk
Seksi
Pemdik
95 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Obat di sektor
publik (IFK)
Persentase
cakupan
pengawasan
sarana produksi
Obat dan
Makanan
Seksi
Pemdik
Persentase
cakupan
pengawasan
sarana distribusi
Obat dan
Makanan
Seksi
Pemdik
Jumlah Perkara di
bidang obat dan
makanan
Seksi
Pemdik
Jumlah layanan
publik BB/BPOM
Seksi
Serlik
Jumlah
Komunitas yang
diberdayakan
Seksi
Serlik
Persentase
pemenuhan
sarana prasarana
sesuai standar
TU
Jumlah dokumen
perencanaan,
penganggaran,
dan evaluasi yang
dilaporkan tepat
waktu
TU
96 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis Balai POM di Jambi mengacu pada Rencana Strategis
Badan POM RI tahun 2015- 2019. Renstra ini sebagai panduan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi untuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan
Renstra Tahun 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan,
ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaan, serta komitmen semua pimpinan
dan staf BPOM di Jambi. Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra
Tahun 2015-2019, setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat
dilakukan perubahan/revisi muatan, termasuk indikator-indikator kinerjanya
yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah
tujuan yaitu meningkatkan kinerja lembaga dan pegawai dengan mengacu kepada
RPJMN 2015-2019.
Renstra Tahun 2015-2019 dijadikan acuan kerja bagi unit-unit kerja di
lingkungan BPOM di Jambi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-
masing. Diharapkan semua unit kerja dapat melaksanakannya dengan akuntabel
serta berorientasi pada peningkatan kinerja unit kerja dan kinerja pegawai.
Rencana Strategis Balai POM di Jambi 2015-2019 ini diharapkan dapat
dikomunikasikan ke seluruh unit organisasi di lingkungan Balai POM di Jambi dan
sektor terkait.
Dengan dirumuskannya rencana Strategis Balai POM di Jambi 2015-2019
ini, semua kegiatan Balai POM di Jambi dalam periode 2015-2019 diharapkan
akan mengacu pada rencana strategis yang telah disepakati bersama.
Evaluasi Renstra yang dilaksanakan setiap tahun didasarkan pada Peraturan
Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan nasional
97 Renstra 2015 – 2019 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
(BAPPENAS). Selain sebagai bahan evaluasi seperti tersebut di atas,Renstra juga
menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan Kinerja Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Peraturan Presiden tentang Sistem
Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikoordinasikan oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra BPOM Tahun 2015-2019
dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan program kerja Presiden dan
Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019, yaitu “Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
E:\Renstra dan Peta Strategi\Renstra Balai\Renstra BPOM Jambi\Renstra Jambi 2015-2019-rev 1\lampiran Renstra 2015 - 2019 Jambi.xlsx
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
SS 1Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
2,099 2,197 2,304 2,421 2,548
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Jambi 97,10 92,00 92,50 93,00 93,50 94,00
1.2.Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat
Provinsi Jambi 73,00 74,50 76,00 77,50 79,00 80,50
1.3.Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Provinsi Jambi 98,00 89,00 90,00 91,00 91,00 93,00
1.4.Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
Provinsi Jambi 98,90 79,00 80,00 81,00 82,00 83,00
1.5.Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Jambi 88,25 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10
SS 2
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
1,022 1,156 1,312 1,493 1,705
2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Jambi 75,72 76,86 78,01 79,18 80,37 81,57
2,2
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
Provinsi Jambi 5 6 7 8 9 10
SS 3Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
5,473 10,492 6,567 5,645 4,727
3,1Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM
Provinsi Jambi B B A A A A
SP 1Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan
2,0989 2,1973 2,3044 2,4211 2,5484
1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Jambi 97,10 92,00 92,50 93,00 93,50 94,00
1.2.Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat
Provinsi Jambi 73,00 74,50 76,00 77,50 79,00 80,50
1.3.Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat
Provinsi Jambi 98,00 89,00 90,00 91,00 91,00 93,00
1.4.Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat
Provinsi Jambi 98,90 79,00 80,00 81,00 82,00 83,00
1.5.Persentase makanan yang memenuhi syarat
Provinsi Jambi 88,25 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai POM JAMBI
Program/ Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Lokasi Baseline
Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit Organisasi Pelaksana
K/L-N-B-NS-BS
E:\Renstra dan Peta Strategi\Renstra Balai\Renstra BPOM Jambi\Renstra Jambi 2015-2019-rev 1\lampiran Renstra 2015 - 2019 Jambi.xlsx
SP 2
Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
1,0219 1,1558 1,3116 1,4932 1,7055
2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Jambi 75,72 76,86 78,01 79,18 80,37 81,57
2,2
Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan
Provinsi Jambi 5 6 7 8 9 10
SP 3Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM
Provinsi Jambi 5,4731 10,4922 6,5668 5,6451 4,7274
3,1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM Provinsi Jambi B B A A A A
8,5939 13,8453 10,1828 9,5595 8,9813
1Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis
Provinsi Jambi 3.000 2.300 2.300 2.300 2.300 2.300 1,2387 1,2511 1,2636 1,2763 1,2890
2Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)
Provinsi Jambi 18,72 13,04 13,04 13,04 13,04 13,04 0,0175 0,0193 0,0212 0,0233 0,0256
3Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan Provinsi Jambi 10,79 9,38 10,01 10,01 10,01 10,01 0,1292 0,1421 0,1563 0,1719 0,1891
4Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
Provinsi Jambi 57,25 51,92 88,60 88,60 88,60 88,60 0,3987 0,4386 0,4825 0,5307 0,5838
5Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan
Provinsi Jambi 7 7 7 7 7 7 0,3148 0,3462 0,3809 0,4189 0,4608
6 Jumlah layanan publik BB/BPOM Provinsi Jambi 300 650 675 700 725 750 0,4798 0,5757 0,6908 0,8290 0,9948
7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan Provinsi Jambi 13 17 21 25 29 33 0,5422 0,5801 0,6207 0,6642 0,7107
8Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar
Provinsi Jambi 64 70 73 76 79 82 4,0520 9,0000 5,0000 4,0000 3,0000
9Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu
Provinsi Jambi 8 10 9 10 9 10 1,4211 1,4922 1,5668 1,6451 1,7274
Catatan: Matriks ini akan menjadi lampiran 1 Renstra BB/BPOM2 Target per indikator Sasaran Strategis/Sasaran Program/Kegiatan diisi setiap tahun3 Alokasi Anggaran pada baris Satker BB/BPOM merupakan penjumlahan alokasi anggaran SS1 + SS2 +SS3 4 Alokasi anggaran pada baris Sasaran Strategis (SS) merupakan penjumlahan dari Sasaran Program yang mendukungnya
a. Alokasi anggaran Sasaran Strategis 1 sama dengan alokasi anggaran pada Sasaran Program 1b. Alokasi anggaran Sasaran Strategis 2 sama dengan alokasi anggaran pada Sasaran Program 2c. Alokasi anggaran Sasaran Strategis 3 sama dengan alokasi anggaran pada Sasaran Program 2
5 Alokasi anggaran pada baris Program merupakan akumulasi anggaran kegiatan yang mendukunga. Alokasi anggaran Sasaran Program 1 merupakan akumulasi anggaran pada indikator kegiatan 1, 2, 3, 4, dan 5b. Alokasi anggaran Sasaran Program 2 merupakan akumulasi anggaran pada indikator kegiatan 6 dan 7c. Alokasi anggaran Sasaran Program 3 merupakan akumulasi anggaran pada indikator 8 dan 9
6 Alokasi anggaran diisi untuk setiap tahun pada masing-masing indikator kegiatan7 Alokasi anggaran pada masing-masing indikator sasaran strategis/sasaran program tidak perlu diisi8 Kolom baseline diisi dengan realisasi tahun 2014. Untuk indikator baru yang belum ada data sebelumnya dapat diisi dengan NA (Not Available)9 Penetapan target agar memperhatikan Definisi Operasional pada Lampiran 3, baseline, dan Target Nasional (tidak harus sama)
Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai Jambi
Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia
E:\Renstra dan Peta Strategi\Renstra Balai\Renstra BPOM Jambi\Renstra Jambi 2015-2019-rev 1\lampiran Renstra 2015 - 2019 Jambi.xlsx