Post on 27-Jul-2015
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Metode Penelitian 3
BAB 2 PEMBAHASAN 4
2.1 Sejarah Perkembangan Ekonomi
Politik Internasional 4
2.1.1 Sebelum Perang Dunia Kedua 4
2.1.2 Pasca Perang Dunia Kedua
(Bretton-Woods System) 5
2.1.3 Pasca Perang Dingin 7
2.2 Mengenal World Trade Organization (WTO) 8
2.3 Mengenal International Monetary Fund 9
2.4 Hubungan Paradigma Neoliberalisme
terhadap Munculnya WTO dan IMF
dalam perkembangan Ekonomi Politik Internasional 10
2
2.5 Studi Kasus mengenai Ketidakindependensian
WTO dan IMF(serta World Bank)
dalam masalah Hutang Argentina 14
2.5.1 Masalah Hutang Argentina 14
BAB 3 KESIMPULAN 17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi Politik Global merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam
hidup ini. Dengan menghilangkan embel-embel kata politik dan kata global,
tersisa sebua kata yaitu Ekonomi. Untuk bertahan hidup kita butuh makan. Dan
untuk memperoleh kebutuhan tersebut, kita dapat memperolehnya di pasar dan
kita membayarnya dengan uang yang kita peroleh. Semakin tinggi kebutuhan
yang kita peroleh semakin tinggipun pengeluarannya. Imbasnya kita tidak dapat
membeli apapun tanpa uang. Sedangkan untuk memperoleh barang-barang yang
kita butuhkan, kita membutuhkan kekayaan sebagai antonim atau kemiskinan
yang merupakan hal yang akan kita hindari. Kata politik setelah kata Ekonomi,
seperti disinggung diawal, muncul ketika kita mencoba membahas kata pasar
sebagai tempat untuk memperoleh kebutuhan. Berbicara mengenai pasar modern,
sangat perlu sekali adanya aturan-aturan politik yang meregulasi kegiatan pasar
serta melegitimasi pasar itu sendiri karena jika tidak, pasar tersebut akan menjadi
“pasar gelap” yang berdasarkan ancaman, penyuapan dan kekuatan. Regulasi dan
aturan politiklah yang menjadikan sebuah pasar berfungsi. Disaat yang
bersamaan,kekuatan ekonomi merupakan dasar dari kekuatan politik. Bedanya
adalah Ekonomi dilakukan melalui pencapaian kekayaan sedangkan politik
bermuara pada pencarian kekuatan. Hal ini menciptakan hubungan yang
complicated dalam ranah politik internasional antara negara dan pasar. Inilah yang
merupakan inti dari ekonomi politik global.
Perkembangan ekonomi internasional saat ini tidak terlepas dari
munculnya era globalisasi yang merata disetiap lini kehidupan. Globalisasi adalah
4
meluasnya dan meningkatnya hubungan ekonomi,sosial,dan budaya yang
melewati batas-batas internasional. Globalisasi ekonomi sangat nyata kemudian
menimbulkan pergeseran kualitatif menuju perekonomian dunia yang tidak lagi
berdasarkan pada perekonomian nasional yang otonom melainkan berdasarkan
pasar global yang kuat bagi produksi, distribusi dan konsumsi.
Jangan lupakan juga peran aktor non negara yang muncul belakangan ini
dengan sangat pesat. Menggeser peran negara sebagai aktor utama dalam tataran
hubungan internasional seperti yang diklaim realis. Peran Lembaga-lembaga
keuangan dan perdagangan internasional seperti IMF,World Bank, WTO,dll
sangatlah besar. Bahkan sebagian kedaulatan negara pun harus diserahkan pada
organisasi-organisasi raksasa tersebut.
Tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah sebenarnya positif, tetapi
apakah kita bisa menjamin keindependensian organisasi tersebut? Apakah tidak
ada pengaruh hegemoni dari negara-negara industri yang menaungi organisasi-
organisasi tersebut?. Inilah yang menjadi sebuah pertanyaan besar.
1.2 Rumusan Masalah
Mengacu dari latar belakang masalah, maka terdapat beberapa rumusan
masalah yang harus dikaji.
1. Bagaimana perkembangan Ekonomi Politik Dunia?
2. Apakah IMF itu?bagaimana sejarah berdirinya?dan untuk apa IMF?
3. Apakah WTO itu?bagaimana sejarah berdirinya?dan untuk apa WTO
berdiri?
4. Apakah paradigma Neoliberalis itu?
5. Bagaimanakah bentuk ketidakindependensian yang telah dilakukan WTO,
World Bank dan IMF pada negara-negara berkembang?serta contoh
kasusnya?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perkembangan Ekonomi Politik Dunia.
2. Mengenal IMF serta sejarah berdiri dan tujuan didirikannya.
5
3. Mengenal WTO serta sejarah berdiri dan tujuan didirikannya.
4. Mengetahui paradigma Neoliberalisme dalam hubungan dengan Ekonomi
politik internasional.
5. Mengetahui bentuk ketidakindependensian yang telah dilakukan WTO,
World Bank dan IMF pada negara-negara berkembang beserta contoh
kasus sebagai analisisnya.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam menyusun tulisan ini adalah metode
literatur yang mana penulis mencari dan mengumpulkan data-data yang
berkaitan dengan tulisan yang penulis susun melalui beberapa sumber buku
dan referensi dari internet.
6
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan
Ekonomi Politik Internasional
Pada latar belakang dijelaskan bahwa, berbicara mengenai pemenuhan kebutuhan,
maka kita berbicara mengenai pasar modern dimana didalamnya terdapat regulasi
yang mengatur bagaimana mekanisme pasar itu beroperasi. Dengan kata lain
regulasi itu sangat diperlukan dalam mekanisme pasar modern. Perkembangan
Ekonomi Politik Internasional tidak lepas dari pembentukan regulasi atau hukum
dan institusi sebagai badan yang mengatur. Secara umum, perkembangannya
terbagi dalam tiga era yaitu Pra-Perang Dunia 2, Pasca Perang Dunia 2, dan pasca
Perang Dingin
2.1.1 Sebelum Perang Dunia II
Menurut Verlorent van Themaat, hukum ekonomi internasional
berkembang pada abad 21. Klausul-klausul “most-favoured-nation” (MFN)
treatment dan “resiprositas” (timbal balik) sudah pula dikenal1. Klausul MFN
pertama yang didasarkan pada suatu perjanjian yang ditandatangani oleh Inggris
dan Burgundy pada 17 Agustus 1417. Di abad ini prinsip-prinsip hukum laut turut
pula memberi sumbangan penting sebagai cikal bakal lahirnya hukum ekonomi
internasional, misalnya prinsip kebebasan berlayar (freedom navigation) dan
prinsip kebebasan menangkap ikan di laut lepas. Selain itu juga ada prinsip
cabotage, prinsip ini merupakan hak bagi negara pantai untuk membolehkan atau
tidak, kapal asing berlayar mengangkut barang.
1 Huala ,Adolf. (2003). Hukum Ekonomi Internasional. Jakarta : Rajawali Pers
7
Pada masa ini hukum ekonomi internasional umumnya yang berupa
klausul-klausul MFN tertuang dalam bentuk perjanjian-perjanjian bilateral
mengenai perdagangan dan navigasi.
Pada tahun 1914 gambaranya telah berubah, campur tangan negara mulai
tampak. Ditandai pula dengan upaya-upaya Liga Bangsa-Bangsa (LBB)
melakukan studi-studi ekstensif mengenai klausul-klausul MFN dan masalah-
masalah perdagangan lainya. Antara lain studi terhadap klausul yang termuat pada
suatu konvensi yang ditandatangani pada tanggal 5 Juli 1980 mengenai publikasi
tarif-tarif cukai (customs tariffs).
LBB juga mensponsori studi-studi mengenai formalitas-formalitas pajak
(customs) diantara tahun 1923 dan 1936. Prinsip-prinsip yang dibahas dalam
studi-studi ini kemudian menjadi landasan bagi perjanjian-perjanjian ekonomi
internasional setelah Perang Dunia II, misalkan General Agreement on Tariffs and
Trade (GATT)
2.1.2 Pasca Perang Dunia II: Bretton Woods System
Pada waktu berlangsungnya Perang Dunia II, negara-negara sekutu
khususnya Amerika Serikat dan Inggris, memprakarsai pembentukan lembaga-
lembaga ekonomi internasional guna mengisi tujuaan kebijakan perekonomian
internasional. Tujuan itu melahirkan diselenggarakanya konferensi Bretton Woods
(1944) dan pendirian International Monetary Fund (IMF) dan International Bank
For Reconstuction and Development (IBRD).
Setelah berdirinya PBB tahun 1945, salah satu tindakan pertamanya adalah
mempersiapkan konferensi yang bertugas merancang suatu Piagam Organisasi
Perdagangan Internasional (International Trade Organization / ITO), piagam ini
pun berhasil disahkan di Havana pada 1948, namun tidak berlaku karena Kongres
Amerika Serikat tidak menyetujuinya2.
2 ibid
8
Pada masa ini juga telah dirundingkan mengenai pembentukan GATT,
namun ketika ITO gagal, GATT kemudian dijadikan sebagai suatu organisasi
internasional yang diberlakukan dengan Protocol of Provisional Application yang
ditandatangani pada 1947, dengan ini GATT merupakan perjanjian internasional
yang mengikat. Namun pada kenyataanya GATT sendiri tidak memenuhi syarat
sebagi suatu organisasi. Begitu pula denganm Protokol of Provosional
Application yang dalam ketentuan-ketentuanya terdapat ketidaksesuaian dengan
ketentuan dalam GATT.
Lembaga-lembaga ekonomi internasional dalam bidang uang dan
perdagangan ini yaitu IMF dan IBRD serta GATT dianggap sebagai pembentuk
Bretton Woods System3.
Pada tahun 1960 telah lahir Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) guna mengelola bantuan Marshall Plan. Dalam
perkembanganya, oleh AS diperluas mencaku rekonstruksi atas eropa setelah
Perang Dunia II. Dalam dewasa ini malah memainkan peran penting guna
membahas dan merumuskan prinsip-prinsip tindakan negara maju dalam
transaksi ekonomi internasional. Keanggotaan OECD mencakup negara-negara
industri seperti Jepang, negara-negara Eropa Barat, AS, Kanada, Australia dan
Selandia Baru. Badan-Badan lain juga telah pula diprakarsai dan dibentuk oleh
PBB sehingga dewasa ini cukup banyak organisasi ekonomi internasional
membentuk kerangka yang menjadi landasan dibentuknya hukum ekonomi
internasional. Dalam hal ini badan khusus yang penting adalah United Nations
Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang memainkan peran
penting dalam mewakili negara-negara yang sedang berkembang.
Pada mulanya Breeton Woods System ini kurang mendapat sambutan dari
negara-negara Eropa Timur termasuk Uni Soviet, juga negara-negara berkembang
dan miskin. Sistem ini dianggap hanya cocok untuk negara penganut pasar bebas,
dan kurang memperhatikan kepentingan dan permasalahan negara-negara
3 Michael D. Bordo and Barry Eichengreen, (1993), A restrospective on the Bretto Woods System: Lesson for International Monetary Reform., Chicago: Chicago University Press
9
berkembang4. Banyaknya kritik, maka lahirlah UNCTAD yang berperan sebagai
juru bicara demi kepentingan negara-negara berkembang.
2.1.3 Pasca Perang Dingin
Ditandai dengan adanya perubahan politik dan ekonomi. Perubahan politik
tampak pada proses demokrasi di negara-negara Eropa Timur dan Amerika Latin.
Umumnya proses kearah demokratisasi ini baru muncul apabila ada pertumbuhan
basis ekonomi yang stabil, dan basis ekonomi yang demikian terbentuk manakala
hukum ekonomi internasional dapat menciptakan suatu pasar terbuka dan
kompetitif.
Peran hukum ekonomi internasional di masa ini ditandai dengan kecenderungan-
kecenderungan sebagai berikut5:
a. Semakin berperannya organisasi-organisasi internasional yang melahirkan
perjanjian-perjanjian internasional guna mengatur kegiatan-kegiatan ekonomi
internasional
b. Seiring dengan semakin kompleksnya hubungan-hubungan atau transaksi
ekonomi internasional dewasa ini telah mengakibatkan semakin kompleksnya
aturan-aturan hukum ekonomi internasional yang mengaturnya.
c. Konsekuensi lain dari semakin intensifnya transaksi-transaksi ekonomi
internasional telah menyebabkan timbulnya sengketa-sengketa perdagangan
antar negara. Kecenderungan ini telah melahirkan suatu perangkat hukum
ekonomi internasional mengenai penyelesaian sengketa guna mengantisipasi
kecenderungan-kecenderunga tersebut.
d. Berkaitan dengan kedudukan hukum ekonomi internasioanl dalam tatanan
hukum nasional di negara-negara di dunia. Fenomena yang muncul adalah
negara-negara mau tidak mau memaksakan diri untuk menyesuaikan hukum
nasionalnya dengan aturan-aturan hukum ekonomi internasional.
4 Ibid
5 Huala ,Adolf. (2003). Hukum Ekonomi Internasional. Jakarta : Rajawali Pers
10
Kita lihat pada point pertama bahwa dalam perkembangan Ekonomi Politik
Global tidak lepas dari munculnya aktor-aktor non-negara seperti WTO, IMF dan
World Bank. Bahasannya selanjutnya akan membahas sekilas berkenaan dengan
organisasi-organisasi tersebut.
2.2 Mengenal World Trade Organization (WTO)
World Trade Organization (WTO) didirikan pada tahun 1994 dengan
ditandatanganinya Marrakesh Agreement Establishing in the World Trade
Organization oleh 124 negara anggota GATT (General Agreement on Trade and
Tariff). Dengan ditandatanganinya perjanjian pembentukan WTO tersebut, maka
WTO menjadi organisasi pengganti GATT yang melaksanakan seluruh aturan
perdagangan internasional yang telah disepakati di Marrakesh. WTO sendiri telah
berfungsi secara resmi mulai 1 Januari 1995. Perjanjian WTO bersifat contractual
dan binding terhadap Negara-negara anggotanya6. Sampai saat ini WTO memiliki
144 negara.
Tujuan didirikannya WTO terbagi dalam beberapa poin yaitu :7
Untuk mendorong perdagangan bebas dengan penghapusan hambatan-
hambatan perdagangan yang tidak menimbulkan dampak-dampak
sampingan. Dengan adanya WTO, setiap individu, perusahaan, dan
pemerintah Negara-negara anggota WTO dapat mengetahui aturan
perdagangan yang berlaku di seluruh dunia, dan memberikan kepercayaan
bahwa tidak akan terjadi perubahan-perubahan kebijakan perdagangan
secara mendadak, karena peraturan perdagangan yang ada dibuat secara
transparan dan mudah diprediksi.
Untuk menyediakan forum negosiasi perdagangan internasional yang lebih
permanen.
6 Yanyan Mochmad Yani Dan Anak Agung Banyu Perwita. (2005), Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung : Remaja Rosdakarya
7 ibid
11
Sebagai mediator untuk penyelesaian sengketa perdagangan internasional
2.3 Mengenal International Monetary Fund (IMF)
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund
(IMF) adalah organisasi internasionalyang bertanggungjawab dalam mengatur
sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara anggotanya
untuk membantu masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan masing-
masing negara.
Salah satu misinya adalah membantu negara-negara yang mengalami
kesulitan ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut
diwajibkan melakukan kebijakan-kebijakan tertentu misalnya privatisasi badan
usaha milik negara.
Tujuan IMF sesuai dengan anggaran dasarnya, tepatnya pada pasal 1
yaitu:8
untuk memajukan kerja sama moneter internasional melalui institusi yang
menyediakan fasilitas untuk konsultasi dan kerjasama dalam memecahkan
masalah moneter internasional.
Untuk memudahkan ekspansi dan perkembangan yang seimbang
perdagangan internasional, dan untuk berperan serta dalam memajukan
dan memelihara mutu tenaga kerja dan pendapatan riil serta perkembangan
sumber-sumber produktif dari seluruh anggota sebagai tujuan primer dari
kebijakan ekonomi.
Untuk memajukan stabilitas perdagangan, memelihara perjanjian
perdagangan yang baik antar anggota, dan untuk menghindari depresiasi
perdagangan kompetitif.
Untuk membantu penciptaan sistem pembayaran multilateral berdasarkan
transaksi-transaksi lancar antar negara anggota dan dalam mengeliminasi
8 Richard Peet. (2003), Unholy Trinity: The IMF, World Bank, and WTO, Johanesburg: Wits University Press
12
batasan perdagangan luar negeri yang menghalangi perkembangan
perdagangan dunia.
Untuk memberikan keyakinan pada anggota dengan menyediakan sumber-
sumber umum IMF pada mereka berdasarkan perlindungan yang cukup,
sehingga dengan demikian memberikan kesempatan untuk mereka
mengkoreksi penyimpangan penyesuaian dalam saldo pembayaran mereka
tanpa menyortir ulang penilaian destruktif kemakmuran nasional atau
internasional.
Berdasarkan hal di atas, untuk menyingkat waktu dan memendekkan
ukuran disekulibrium saldo pembayaran internasional negara-negara
anggota, IMF akan mendasarkan semua kebijakan dan keputusannya pada
tujuan yang telah ditetapkan dalam pasal ini.
2.4 Hubungan Paradigma Neoliberalisme terhadap Munculnya WTO dan
IMF dalam perkembangan Ekonomi Politik Internasional
Pada pembahasan sebelumnya, telah dibahas secara sekilas mengenai actor
non-negara yang tumbuh begitu pesat seiring dengan berkembangnya Ekonomi
Politik Global. Organisasi itu terutama adalah yang memimpin lembaga keuangan
dunia yaitu IMF, WTO, dan World Bank. Secara teoritis, untuk membahas
munculnya aktor non-negara dalam sistem internasional dapat dipahami melalui
paradigma Neoliberalis.
Munculnya non-state actors dalam peta perpolitikan dunia merupakan
sebuah revolusi yang mengejutkan. Perkembangan tersebut sejalan dengan
perdebatan teori-teori dalam hubungan internasional yang tak kunjung padam.
Aktor non-negara muncul setelah adanya negara sebagai aktor utama dalam
hubungan internasional. Dengan kata lain kita bisa menyebutkan bahwa state
actors vs non-state actors terjadi dalam frame perkembangan hubungan
internasional. Lebih tepatnya perdebatan antara realis-neorealis dengan
neoliberalis.
13
Mari kita awali dengan perkembangan realis dan neorealis. Kedua perspektif ini
mengedepankan negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional.
Berikut adalah prinsip-prinsip dalam realis dan juga neorealis :9
Fokus analisis Struggle for power diantara negara-negara
dalam sistem internasional yang anarki.
Aktor Utama Negara sebagai aktor utama.
Sifat Negara Rational, unitary actory.
Tujuan Negara Memperluas power dan keamanan
Pandangan terhadap manusia Pesimistis
Kondisi sistem internasional Anarchy, Self-help system
Konsep utama Security dilemma, balance of power, Power
politics, Anarchy, Self-help system, Rational
actor, Hegemon, Neorealisme.
Seperti yang dikatakan dimuka bahwa, terdapat perdebatan antara realisme dan
neoliberalis. Realis dan Neorealis mengedepankan negara sebagai aktor utama
dalam hubungan internasional. Namun dalam dekade-dekade terakhir,
ketidakpuasan terhadap realisme dan neorealis telah mengemuka. Terdapat
pandangan bahwa diperlukan pemikiran liberal yang lebih tepat untuk
mengcounter pemikiran realisme. Hal tersebut bermuara pada beberapa kritik
yaitu:10
a. Pemikiran politik power telah gagal dalam memprediksikan akhir yang
damai dari perang dingin dan perubahan sosial internasional.
9 Marc A. Genest, 2004, Conflict and Cooperation. Evolving Theories of Internasional Relations, 2nd
ed., Belmont: Thomson Wadsworth, hlm. 41
10 Charles W. Keygley Jr. dan Eugene R. Wittkopf, 2004, World Politics. Trend and Transformation, 9thed., Belmont: Thomson Wadsworth, Hlm. 43
14
b. Para peneliti berpendapat bahwa teori dasar mengenai perang dan damai
dari realis dan neorealis adalah cacat karena realis terlalu
menyederhanakan konsep power dan salah paham terhadap sejarah.
c. Pendekatan realisme tampaknya tidak akan menjadi pedoman yang
memadai bagi masa depan politik internasional karena dalam agenda
global terdapat pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah yang realis
tidak bisa tangani seperti masalah AIDS, Degradasi Lingkungan,
Pemanasan Global, Keterbelakangan Ekonomi, dan Globalisasi
Perdagangan dan Pasar.
Oleh karena perdebatan-perdebatan diatas terus mengemuka, terutama pasca
perang dingin, maka di awal tahun 1990an, Neoliberalisme muncul. Sebuah
pendekatan baru dalam politik dunia yang fokus dalam cara organisasi
internasional dan aktor-aktor bukan negara lainnya dalam memajukan
kerjasama internasional11.
Terdapat enam hal yang menjadi perbedaan antara Neorealis dengan
Neoliberalis sekaligus juga merupakan kritik Neoliberalis terhadap Neorealis.
Enam hal tersebut akan dipaparkan dibawah ini:12
Sifat dan Konsekuansi Anarki
Neoliberalis memandang anarki sebagai masalah besar yang dapat
diselesaikan melalui terciptanya Institusi Global yang kokoh.
Kerjasama Internasional
Neoliberalis percaya bahwa kerjasama dapat diharapkan karena kolaborasi
menghasilkan keuntungan bagi masing-masing pihak diman kemudian
dapat mengurangi godaan untuk saling bersaing dengan ego.
Keuntungan Relatif dan Absolut
11 Ibid
12 Ibid, Hlm. 44
15
Neoliberalis percaya bahwa negara termotivasi untuk mencari kesempatan
untuk menciptakan kerjasama yang akan menghasilkan keuntungan
absolut bagi setiap pihak dalam kerjasama.
Prioritas Tujuan Negara
Baik Neorealis maupun Neoliberalis memandang keamanan nasional dan
ekonomi nasional sebagai tujuan utama negara akan tetapi Neoliberalis
(tidak seperti Neorealis yang mengutamakan Keamanan) percaya bahwa
negara menempatkan kesejahteraan ekonomi dalam posisi utama.
Keinginan melawan Kapabilitas
Neoliberalis berpendapat bahwa keinginan negara, kepentingan, informasi,
dan gagasan lebih berpengaruh daripada pembagian kapabilitas.
Institusi dan Rezim
Neoliberalis percaya bahwa institusi seperti World Trade Organization
menciptakan norma-norma yang mengikat para anggotanya dan yang
mengubah pola politik internasional. Lain halnya Neorealis yang
berpendapat bahwa Organisasi semacam PBB sebagai arena dimana
negara menyelesaikan kompetisi tradisional dan rivalitas politiknya.
Lalu kemudian, setelah terjalin kerjasama internasional antar negara, serta non-
state actors dalam hal ini termasuk organisasi internasional. Maka terbentuk
World Governance dimana didalamnya terdapat state-actors maupun non-state
actors yang melakukan process decission making, dan segala macam hal yang
tentu saja mereka dikikat oleh norma-norma sebagaimana Neoliberalis tekankan.
2.5 Studi Kasus mengenai Ketidakindependensian WTO dan IMF(serta
World Bank) dalam masalah Hutang Argentina.
Setelah kita melihat dari sisi Neoliberalis dimana menjelaskan mengenai
kemunculan aktor-aktor non-negara dalam hubungan internasional, sepintas, kita
melihatnya dengan begitu penuh pengharapan. Dimana tidak seperti Realis yang
selalu menekankan pada isu perang, arms race, dan hal-hal lain yang cenderung
16
negatif, Neoliberalis cenderung lebih enak dipandang. Dimana dibawah naungan
organisasi internasional dan melalui kerjasama antar Negara, maka tercipta
keharmonisan antar Negara sehingga pada gilirannya akan menciptakan
perdamaian dunia. Dalam konteks Ekonomi Politik Global, maka itu akan
berdampak pada terciptanya kesamarataan dalam perekonomian di tiap Negara.
Timbul pertanyaan besar, akankah demikian adanya?. Ternyata tidak. Dalam
contoh kasus dibawah ini, terdapat indikasi ketidakindepensian dari IMF, World
Bank dan WTO yang mengakibatkan tidak stabilnya perekonomian pada Negara-
negara berkembang.
2.5.1 Masalah Hutang Argentina
Minggu ini, seorang hakim pengadilan distrik di Amerika Serikat, yang
memberi keputusan atas para kreditor pemegang surat-surat hutang Argentina,
telah membekukan aset-aset bank sentral Argentina di New York. Keputusan
hakim tersebut merupakan contoh terbaru dari sebuah masalah yang disebabkan
oleh para kreditor dan Dana Hering yang tidak bisa berkompromi satu sama lain
dan hal itu telah menjangkiti negara-negara yang berpenghasilan rendah dan
menengah selama beberapa waktu. Hal ini lebih diperparah dengan tidak adanya
pengadilan yang sah secara internasional yang digunakan untuk menyelesaikan
sengketa yang didasarkan pada seperangkat aturan finansial yang bertanggung
jawab. Sebaliknya situasi memandang adanya perlindungan yang tidak
diskriminatif atas para kreditor dan para spekulator yang bertindak sebagai
kreditor. Cerita dari Argentina yang tengah berlangsung ini hanya merupakan
salah satu contoh dari kecenderungan umum saat ini.
Turunnya “Burung Bangkai”
Pada tahun 2002, Argentina mengalami masalah hutang yang parah dan terpaksa
harus kembali berhutang. Tahun 2004, setelah beberapa kali bernegosiasi,
akhirnya Argentina menegosiasikan kesepakatan dengan para pemegang obligasi
yang membayar kira-kira sepertiga dari nilai hutang. Pemegang hutang juga
ditawarkan kemungkinan untuk mengkonversi obligasi mereka ke pinjaman baru.
17
Kebanyakan kreditor menerima tawaran ini sedangkan yang lain memutuskan
untuk bertahan untuk kesepakatan yang lebih baik.
Saat ini ada sejumlah orang yang mengklaim hutang Argentina menuntut uang
dari pemerintah Argentina, meskipun ada fakta bahwa mereka tidak memiliki
sejarah pinjaman kepada pemerintah, baik sebelum ataupun sesudah 2002. Bahkan
mereka mengklaim atas dasar bahwa mereka telah membeli surat hutang dari
orang lain. Keadaan diperparah dengan adanya kasus Dana Hering yang sangat
diperdebatkan dan agresif secara hukum. Pembelian Dana Hering umum atau
hutang yang dijamin secara umum dari para kreditor akan mendapat diskon besar
ketika debitur negara yang terlibat menghadapi kesulitan yang serius. Tujuannya
adalah untuk membuat negara membayar sebanyak mungkin dan menuntut negara
atas seluruh jumlah hutang yang asli berikut bunganya.
Sejak tahun 2002, perekonomian Argentina dan kesejahteraan sosial rakyat
Argentina telah diperburuk dengan apa yang disebut sebagai hold-out creditors
dan Dana Hering spekulatif yang telah membeli hutang Argentina yang gagal
tersebut. Putusan hakim Amerika hanyalah salah satu usaha terus-menerus yang
dilakukan untuk memanfaatkan hutang Argentina atau sebaliknya.
Bukankah Bank Dunia dan IMF dibentuk untuk memberikan dukungan
kepada negara-negara yang tengah mengalami krisis?
Saat ini para kreditor menggunakan Bank Dunia dan IMF sebagai “senjata”
mereka. Bahkan ternyata para kreditor, yang berada di Argentina yang selama ini
dikiaskan seperti burung bangkai, berasal dari Bank Dunia. Sekarang kasus ini
tengah berjalan melawan Argentina di Bank Dunia, Washington berdasarkan
Pengadilan ICSID (International Centre for Settlement of Investment Disputes).
Kasus ini dipimpin oleh konsorsium hukum yang dipimpin oleh biro hukum
perusahaan Italia, Grimaldi and Associates. Kasus ini dimulai pada bulan Juli
2008 dan pada bulan Januari 2010 kasus ini masih tertunda. ICSID yang ditunjuk
oleh Bank Dunia merupakan sebuah institusi yang controversial karena dituduh
memberikan pengaruh yang tidak sehat terhadap perusahaan-perusahaan. Bolivia
18
bahkan keluar secara eksplisit dari ICSID karena alasan ini pada tahun 2007, dan
baru-baru ini Ekuador juga menarik diri dari ICSID pada bulan Juli 2009.
Pengalaman buruk dengan IMF yang dialami oleh Argentina sebelumnya telah
menjadi alasan yang cukup kuat bagi Argentina untuk tidak lagi berurusan dengan
IMF. Fungsi IMF dilihat lebih sebagai agen penagih hutang yang membantu
negara-negara terhutang dalam menagih hutang mereka dengan cara apapun.
Masalah internal dalam IMF baru-baru ini terungkap saat terjadinya kasus antara
Islandia dengan pemerintah Inggris dan Belanda. Kedua negara ini menuntut
Islandia untuk membayar uang guna menyelamatkan institusi dan warga negara
dari kedua negara ini yang telah kehilangan uang mereka di bank online Islandia
bernama Ice Save. Ketidakseimbangan peran IMF dapat dilihat dari perannya
yang rancu sebagai pemberi pinjaman bagi negara yang tengah mengalami krisis
dan sebagai agen penagih hutang untuk negara-negara kreditor yang secara jelas
diilustrasikan oleh wakil Belanda kepada IMF : “Islandia memiliki pinjaman IMF
bagian dari yang belum dicairkan. Jika ingin menerima pembayaran lebih lanjut
maka Islandia harus memenuhi kewajiban internasionalnya.
BAB 3
KESIMPULAN
19
Pada latar belakang sudah dijelaskan bahwa Ekonomi merupakan hal penting
yang harus diperjuangkan dalam hidup karena dengan itulah kita dapat bertahan
hidup. Dalam skala yang lebih luas, setiap Negara berhak mendapatkan
perekonomian yang layak. Disini peran WTO, World Bank, dan IMF yang
merupakan badan dunia yang hirau terhadap masalah-masalah keuangan dan
Perdagangan Dunia memegang peranan vital.
Mengacu pada contoh kasus di Argentina, sebenarnya dapat dikatakan bahwa
bukan hanya Argentina saja yang terkena dampaknya tetapi semua Negara-negara
yang notabenya adalah Negara-negara berkembang. Sekarang ini kepentingan
spekulatif dan swasta dipaksakan melalui pengadilan Amerika Serikat dan negara
kaya lainnya. Sistem ini tidak adil dan tidak memadai. Pengadilan dan institusi
pembuat keputusan seperti Bank Dunia dan IMF bukanlah pengganti untuk
pengadilan-pengadilan yang sah secara internasional. Situasi di Argentina yang
juga banyak terjadi di negara lain menunjukkan perlunya sebuah mekanisme
untuk solusi hutang internasional yang adil dan manusiawi di mana mekanisme
tersebut cukup efektif dan efisien serta tidak memihak.
Daftar Pustaka
Huala ,Adolf. (2003). Hukum Ekonomi Internasional. Jakarta : Rajawali Pers
20
Michael D. Bordo and Barry Eichengreen, (1993), A restrospective on the Bretto
Woods System: Lesson for International Monetary Reform., Chicago: Chicago
University Press
Yanyan Mochmad Yani Dan Anak Agung Banyu Perwita. (2005), Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional, Bandung : Remaja Rosdakarya
Charles W. Keygley Jr. dan Eugene R. Wittkopf, 2004, World Politics. Trend and
Transformation, 9thed., Belmont: Thomson Wadsworth
Marc A. Genest, 2004, Conflict and Cooperation. Evolving Theories of
Internasional Relations, 2nd ed., Belmont: Thomson Wadsworth
Richard Peet. (2003), Unholy Trinity: The IMF, World Bank, and WTO, Johanesburg: Wits University Press
TUGAS UTS
EKONOMI POLITIK GLOBAL II
21
“NEOLIBERALISME SERTA TIDAK INDEPENDENNYA WTO DAN IMF PADA NEGARA
BERKEMBANG”
Oleh
Rian Sukma Jatnika 170210080042
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010