Post on 09-Jan-2016
description
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DI SMP NEGERI 13
MALANG DALAM UPAYA MEMBENTUK PERILAKU SISWA
SKRIPSI
Oleh :
Aisyah Umar Kiah (02110259)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
2007
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DI SMP NEGERI 13
MALANG DALAM UPAYA MEMBENTUK PERILAKU
SISWA
SKRIPSI
Oleh:
Aisyah Umar Kiah NIM : 02110259
Oleh:
Dosen Pembimbing,
Drs. H. M. Sjahid, M. Ag NIP. 150 035 110
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M. PdI NIP. 150 267 235
iii
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DI SMP NEGERI 13
MALANG DALAM UPAYA MEMBENTUK PERILAKU
SISWA
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh Aisyah Umar Kiah (02110259)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 02 April 2007 dengan nilai B+
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Pada Tanggal : 02 April 2007
Panitia ujian
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Drs. H. M. Sjahid, M. Ag Triyo Supriyatno, M. Ag NIP. 150 035 110 NIP. 150 311 702
Penguji Utama, Pembimbing, Drs. Moh. Padil, M. Pd.I Drs. H. M. Sjahid, M. Ag NIP. 150 267 235 NIP. 150 035 110
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Prof. Dr. H. Muhammad Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
iii
Drs. H. M. Sjahid, M Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Aisyah Umar Kiah Malang, 26 Maret 2007 Lamp : 5 (lima) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di Malang Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut dibawah ini: Nama : Aisyah Umar Kiah NIM : 02110259 Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Di SMP Negeri 13 Malang Dalam Upaya Membentuk Perilaku siswa
maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Drs. H. M. Sjahid, M. Ag
NIP. 150 035 110
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 24 Maret 2007
Aisyah Umar Kiah
iii
DAFTAR ISI
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DI SMP NEGERI 13 MALANG
DALAM UPAYA MEMBENTUK PERILAKU SISWA
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 6
F. Sistematika Pembahasan .............................................................. 7
iii
BAB II : KAJIAN PUSTAKA....................................................................... 9
A. Tinjauan Tentang Akhlak ......................................................... 9
1. Pengertian Akhlak............................................................ 9
2. Macam macam Akhlak ................................................. 10
3. Sumber Pendidikan Akhlak.............................................. 11
4. Tujuan dan Dasar dasar Pendidikan Akhlak ................. 12
B. Tinjauan Tentang Perilaku ....................................................... 26
1. Pengertian Perilaku .......................................................... 26
2. Macam macam Perilaku................................................ 28
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku
Siswa ................................................................................ 33
C. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Dalam Upaya Membentuk
Perilaku Siswa.. 38
BAB III : METODE PENELITIAN.. 41
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................... 41
B. Kehadiran Peneliti..................................................................... 41
C. Lokasi Penelitian....................................................................... 42
D. Data dan Sumber data ............................................................... 42
E. Tekhnik Pengumpulan Data ..................................................... 44
F. Tekhnik Analisis Data ............................................................... 45
iii
BAB IV : HASIL PENELITIAN .................................................................. 47
A. Latar Belakang Obyek Penelitian ......................................... 47 1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 13 Malang.................. 47
2. Identitas Sekolah SMP Negeri 13 Malang.................... 47
3. Visi dan Misi ................................................................ 48
4. Keadaan Sekolah / Kondisi Obyektif............................ 49
B. Penyajian Data dan Analisis Data ......................................... 55 a. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak di SMP Negeri 13
Malang Dalam Upaya Membentuk Perilaku Siswa ....... 55
b. Temuan Hasil Penelitian ................................................ 63
BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...................................... 67
A. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Di SMP Negeri 13 Malang
Dalam Upaya Membentuk Perilaku Siswa............................ 67
B. Faktor faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan
Pendidikan Akhlak Di SMP Negeri 13 Malang Dalam Upaya
Membentuk Perilaku Siswa .................................................... 71
C. Perilaku Siswa Di Sekolah....................................................... 72
BAB VI : PENUTUP...................................................................................... 74
A. Kesimpulan ................................................................................. 74
B. Saran ........................................................................................... 76
iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan
pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan
Menteri Pendididkan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543
b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama Huruf Latin Keterangan
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan Ba B - Ta T - Sa S S (dengan titik di atas) Jim J - Ha H H (dengan titik di bawah) Kha Kh - Dal D - Zal Z Z (dengan titik di atas) Ra R - Zai Z - Sin S - Syin Sy - Sad S S (dengan titik di bawah) Dad D D (dengan titik di bawah) Ta T T (dengan titik di bawah)
2. Vokal
Vocal bahas Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal tunggal
atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harakat yang
transliterasinya dapat diuraikan sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah a a
Kasrah i i
DAMMAH u u
iii
CONTOH:
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harkat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama huruf Latin Nama
3. Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
4. TaMarbutah
Transliterasi untuk tamarbutah ada dua:
a. TaMarbutah hidup
TaMarbutah yang hidup atau mendapatkan harkat fathah, kasrah dan
dammah, taransliterasinya adalah (t).
b. Tamarbutah mati
TaMarbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya
adalah (h)
Contoh:
c. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka
tamarbutah itu ditransliterasikan dengan ha/h/
Contoh:
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut
dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda
syaddah itu.
Contoh:
iii
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu
. Dalam transliterasi ini kata sandang tersebut tidak dibedakan atas dasar
kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti
oleh qomariyyah.
a. Kata sandang yan diikuti olah huruf syamsiyyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah semuanya
ditransliterasikan dengan bunyi al. sebagaimana yang dilakukan pada
kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah.
Contoh :
b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qomariyyah.
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qomariyyah ditransliterasikan sesuai
dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula denagn bunyinya.
Bila diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun huruf qomariyyah, kata
sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan
dengan tanda sambung (-)
Contoh:
7. Hamzah
Sebagaimana dinyatakan di depan, hamzah ditransliterasikan dengan apostrof.
Namunitu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir
kata. Bila terletak di awal kata hamzah tidak dilambangkan, karena dalam
tulisan Arab berupa alif.
Contoh:
8. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fiil (kata kerja), isim atau huruf, ditulis
terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab
sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf Arab atau harkat
iii
yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut
dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.
Contoh:
9. Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam
transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf capital
seperti yang berlaku dalam EYD, di antaranya= huruf capital yang digunakan
untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri
itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap
harus awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
Contoh :
Penggunaan huruf kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan
Arabnya memeng lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan
kata lain sehingga ada kata lain sehingga ada huruf atau harkat yang
dihilangkan, maka huruf capital tidak dipergunakan.
Contoh :
10. Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman
transliterasi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan ilmu tajwid.
11. Pengecualian
Sistem transliterasi ini tidak penulis berlakukan pada:
a. Kosa kata arab yang sudah lazim dalam bahasa Indonesia dan terdapat
dalam Kamus Umum bahasa Indonesia, misalnya: al-quran, ridha,
fadhilah dan lain sebagainya.
iii
b. Judul buku atau nama pengarang yang menggunakan kata Arab tetapi
sudah dilatinkan oleh penerbit, seperti judul buku Al-Balaghah Al-
wadhihah, nama pengarang M. al-Ghazali, Yusuf Qardhawi.
c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab tetapi berasal dari
Indonesia, misalnya: M. Quraish Shihab.
d. Nama penerbit di Indonesia yang menggunakan kata Arab, Misalnya : Al-
Bayan.
iii
MOTTO
) (
Orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya
( H. R. Turmudzi dan Ahmad )
) (
Orang yang terbaik dari kalian adalah yang terbaik akhlaknya
( Disepakati oleh Bukhori dan Muslim )
iii
PERSEMBAHAN
Ibundaku Syamsiah tercinta yang selalu memberikan motivasi
serta mendoakan kesuksesan ananda, Ayahanda (Alm) yang
berada nan jauh ananda persembahkan skripsi ini untukmu,
serta kak Bapa, kak Abubakar dan Nene Iya yang selalu
kurindukan
Bibi Haji dan Pak Haji Amirrudin sekeluarga, terima kasih atas
semuanya yang telah diberikan untuk ananda baik doa, motivasi
dan pengorbanan
Teman temanku seperjuangan di wisma Dahlia, yang selalu ada
untukku di saat ku sedih maupun senang. Untuk Muhim, Wina,
Nito, Shiro n Suaniez jangan lupakan kenangan kita di saat
kumpul kumpul dan terima kasih atas keikhlasan kalian
Sahabat specialku Mb Vieco yang selalu menemaniku dan selalu
ada untukku disaat suka maupun duka selama aku di pondok
Walisongo, di Moxer, dan di UIN Malang. terima kasih ya friend
iii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran I : Pedoman Interview
2. Lampiran II : Bukti Konsultasi
3. Lampiran III : Surat Pengajuan Penelitian
4. Lampiran IV : Surat keterangan Penelitian
5. Lampiran V : Dokumentasi Penelitian
6. Lampiran VI : Sarana dan Prasarana
7. Lampiran VII : Data Kegiatan Sekolah
8. Lampiran VIII : Data dan Program Kepegawaian
SMP Negeri 13 Malang
iii
46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah membawa jauh
peradaban manusia, akibat yang sangat fatal ialah tidak jarang manusia selalu
menerima segala sesuatu secara mentah, tidak ditelusuri terlebih dahulu baik atau
jelek, sehingga ilmu yang diperolehnya selalu menginginkan serba instant. Hal
semacam ini memberikan pengaruh negatif terhadap semua kalangan baik orang
dewasa, remaja dan anak-anak yang masih berusia dibawah umur. Ini membawa
dampak yang tidak baik kepada masyarakat kita yaitu adanya perlakuan tidak
bermoral seperti pembunuhan massal, perampokan, penganiayaan, bahkan
pemerkosaan yang kerap terjadi. Hal-hal inilah yang sekarang sedang terjadi
terhadap bangsa kita, kenyataan ini sudah tidak dapat kita pungkiri lagi, sehingga
telah menjadi bahan pembicaraan baik dalam kalangan praktisi, ilmuwan maupun
agamawan.
Sekarang ini kita sering melihat dan mendengar keluhan dari masyarakat
tentang ulah perilaku para remaja yang sulit dikendalikan seperti nakal, memakai
narkoba, sex bebas, dan perilaku penyimpangan lainnya. Perilaku yang di
tunjukkan oleh remaja sangat mencoreng dunia pendidikan. Para pelajar yang
seharusnya menjadi tauladan dalam menunjukkan akhlak yang luhur, justru
menunjukkan perilaku sebaliknya. Ramaja adalah sebagai dasar dari
pembangunan bangsa, karena terletak pada pundak remajalah nasib suatu bangsa.
Hal ini remaja perlu dibimbing menjadi generasi siap pakai baik dari segi jasmani
46
maupun rohani. Masa remaja sering dikatakan masa yang sangat riskan terhadap
pengaruh yang datang dari luar, karena pada masa inilah mereka mengalami
transisi. Sehingga dalam memilih jalan hidup kalau tidak hati-hati akan terjerumus
kedalam hal-hal yang tidak diinginkan.
Al-Quran sebagai asas yang memberikan pedoman hidup manusia,
menguraikan secara jelas tentang moral atau akhlak dalam kegiatan-kegiatan
manusia. Akhlak dalam islam merupakan salah satu aspek yang sangat penting
bagi kehidupan manusia. Dengan akhlak manusia dari hewan, dan dengan
akhlaklah kehidupan dimuka bumi ini dapat berjalan dengan baik dan sejalan
seperti yang diinginkan.
Oleh karena itu perlu adanya pendidikan akhlak disekolah untuk
mengantisipasi perubaan-perubahan budaya yang masuk, yang terjadi dewasa ini.
Hal ini dapat merusak kelangsungan hidup masyarakat suatu bangsa, sebagaimana
yang diungkapkan oleh Nasarrudin Razak Pendidikan akhlak merupakan faktor
penting dalam membentuk perilaku suatu umat atau membangun bangsa.1
Sebagaimana bunyi syair yang diungkapkan oleh Ahmad Syauqi Beq :
Artinya : Sesungguhnya bangsa itu hanya bisa bertahan selama mereka
masih memiliki akhlak. Bila akhlak itu telah lenyap dari mereka, mereka akan
lenyap pula" 2
1 Nasarrudin Razak, Dienul Islam,( Bandung : Al-Ma'aarif, 1984 ), hal.47 2 Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, ( Surabaya : Bina Ilmu, Cet I, 1984 ),
hal.21
46
Fungsi pemberian pendidikan khususnya pendidikan akhlak adalah sangat
penting bagi pembentukan sikap dan perilaku anak, agar anak menjadi anak yang
baik dan bermoral, selaras dengan tujuan pendidikan islam.3 Fungsi pemberian
pendidikan akhlak tidak bisa dibebankakn pada guru saja, tetapi orang tua juga
harus berperan dalam pemberian dan pembentukan akhlak yang baik. Karena
pendidikan yang pertama kali diterima oleh peserta didik adalah di dalam
keluarga, dimana orang tua menjadi pendidik utama dan yang paling bertanggung
jawab terhadap perkembangan anaknya. Imam Ghazali mengemukakan tentang
kewajiban orang tua harus mendidik dan memperbaiki akhlak anaknya serta
menjauhkannya dari lingkungan yang jelek.4 Sebagaimana hadits kutipan Hamka :
:
:
.....) (
Artinya : Abu Hurairah r.a menceritakan bahwa nabi pernah bersabda :
Tidak seorang anakpun dilahirkan, kecuali ia di lahirkan dalam keadaan
suci/membutuhkan fitrah ( kecenderungan untuk percaya kepada Allah, maka
kedua orang tuanya telah mengarahkan anaknya supaya beragama yahudi,
nasrani ataupun majusi. (H.R. Bukhori)5
3 Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam Terjemahan Prof.H.Bustaani
dan Johar, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1970 ), hal.10 4 Abubakar Muhammad, Membangun Manusia Seutuhnya Menurut Al-Qur'an, ( Surabaya
: Al-Ikhlas, 1995 ), hal.258 5 Hamka, Terjemahan Hadits Bukhori Jilid II (Setiap Anak Di Lahirkan Adalah Suci),
Hal.89
46
Kutipan hadits diatas sudah jelas bahwa seorang anak memang sangat perlu
suatu bimbingan baik dari segi jasmani, moral, perilaku dan daya spritualnya,
sehingga peran yang di pegang oleh orang tua harus secara aktif dan selektif
dalam memberikan pendidikan terhadap anak sehingga dapat dijadikan bekal anak
dalam hidup bersama masyarakat secara berkualitas.
Institusi pendidikan mendapatkan kepercayaan untuk memberikan pembinaan
terhadap calon generasi penerus bangsa yang berkualitas. Lembaga pendidikan
merupakan wadah dalam penanaman nilai, moral/akhlak mulia yang nantinya
dapat diinternalisasikan dalam lingkungannya secara sadar. Pemberian pendidikan
akhlak di sekolah tidaklah mudah, ini di karenakan keterbatasan waktu yang ada
disekolah. Oleh sebab itu diperlukan adanya kerjasama antara guru, orang tua, dan
lingkungan. Untuk menjembatani kesalahan yang lebih fatal lagi tentunya
membutuhkn kerjasama semua pihak baik keluarga, masyarakat, institusi
pendidikan, dan sikap toleransi sesama manusia yang selalu dijadikan pijakan
kesejahteraan dan kedaian bersama. Sebagai landasannya tentu membutuhkan
hubungan timbale balik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar.
Begitu pentingnya pendidikan akhlak, maka perlua adanya pengertian dan
kesadaran guru selaku orang tua siswa di sekolah untuk membantu, membimbing,
dan mengarahkan serta memberi tauladan yang dapat dijadikan contoh bagi
siswanya.maka dari itu dalam pelaksanaan akhlak di sekolah diperlukan
pembinaan akhlak yang mulia sebagai upaya untuk membentuk perilaku siswa.
Karena hal ini akan memberikan sumbangan besar bagi penyiapan masa depan
yang lebih baik. Akan tetapi didalam pelaksanaan tentunya tidak mudah karena
46
terdapat hambatan-hambatan yang menghalangi pelaksanaannya, disini terdapat
faktor yang mendukung dan menghambat didalam pelaksanaannya.
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, mendorong kami untuk melakukan
penelitian di SMP Negeri 13 Malang dengan judul Pelaksanaan Pendidikan
Akhlak di SMP Negeri 13 Malang Dalam Upaya Membentuk Perilaku Siswa.
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak di SMP Negeri 13 Malang
dalam upaya membentuk perilaku siswa.
2. Faktor apa yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pendidikan
akhlak di SMP Negeri dalam upaya membentuk perilaku siswa.
C.Tujuan Penelitian
1. Ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak di SMP
Negeri 13 Malang dalam upaya membentuk perilaku siswa
2. Ingin mengetahui faktor apa yang mendukung dan mengambat
pelaksanaan pendidikan akhlak di SMP Negeri 13 Malang dalam upaya
membentuk perilaku siswa
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan membawa manfaat baik terhadap peneliti
maupun terhadap obyek penelitian. Adapun manfaat penelitian adalah :
1.Bagi Peneliti
1. Dapat membawa wawasan pengetahuan dan studi empirik dalam penulisan
karya ilmiah, untuk selanjutnya dikembangkan sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan tekhnologi.
46
2. Memberikan wawasan yang integral dan komperehensif terhadap disiplin
ilmu yang ditekuni sebatas yang berhubungan dengan masalah pendidikan.
2.Bagi Lembaga
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran pada
lembaga-lembaga tentang pelaksanaan pendidikan akhlak di SMP Negeri
13 Malang dalam upaya membentuk perilaku siswa.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan untuk
penelitian selanjutnya.
3. Membantu perluasan wawasan siswa, guru agama, orang tua tentang
pentingnya pendidikan akhlak.
3.Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan skripsi ini dapat dijadikan rujukan untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut, ataupun dijadikan salah satu fakta dari beberapa fakta lain untuk
akhirnya di tarik sebuah kesimpulan induktif yang kemudian dijadikan teori
pengetahuan baru.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai dengan judul yang penulis angkat dan menjaga kemungkinan terjadinya
tumpang tindih dan melebarnya pembahasan dalam penelitian kami, maka kiranya
perlu penulis kemukakan ruang lingkup untuk membantu mempermudah dan
memahaminya. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Memaparkan pelaksanaan pendidikan akhlak di SMP Negeri 13 Malang
dalam upaya membentuk perilaku siuswa
46
2. Memaparkan faktor apa yang mendukung dan menghambat pelaksanaan
pendidikan akhlak di SMP Negeri dalam upaya membentuk perilaku
siswa.
F. Sistematika Pembahasan
Pada penulisan skripsi ini, penulis membagi beberapa bab untuk
mempermudah dalam memahami isi dalam skripsi ini. Untuk perlu adanya
sistematika yang global dalam memenuhi target yang diinginkan oleh penulis,
adapun sistematika pembahasan meliputi enam bab, dan untuk setiap babnya
terdiri dari beberapa sub bahasan sebagai berikut :
Bab I yang berisi mengenai pendahuluan, yang menguraikan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian manfaat penelitian, ruang
lingkup penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II yang berisi mengenai kajian pustaka, yang menguraikan tentang
tinjauan tentang akhlak yang meliputi pengertian akhlak, macam-macam akhlak,
sumber akhlak, peranan keluarga, peranan guru, dan peranan akhlak dalam
pendidikan akhlak. Tinjauan tentang perilaku, yang meliputi pengertian perilaku,
macam-macam perilaku, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
perilaku, selanjutnya menguraikan tentang pelaksanaan pendidikan akhlak dalam
upaya membentuk perilaku siswa.
Bab III yang berisi mengenai metode penelitian, yang menguraikan tentang
pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan
sumber data. Tekhnik pengumpulan data yang menguraikan tentang metode
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya tekhnik analisis data.
46
Bab IV yang berisi mengenai hasil penelitian, yang menguraikan latar
belakang obyek, identitas sekolah SMP Negeri 13 Malang, visi dan misi, struktur
organisasi, kondisi obyektif yang berisi tentang data siswa, data guru tetap dan
pegawai tetap, sarana dan prasarana. Paparan data yang berisi tentang pelaksanaan
pendidikan akhlak di SMP Negeri 13 Malang dalam upaya membentuk perilaku
siswa dan hasil temuan penelitian.
Bab V yang berisi tentang pembahasan hasil penelitian, yang menguraikan
tentang pelaksanaan pendidikan akhlak di SMP Negeri 13 Malang dalam upaya
membentuk perilaku siswa yang menguraikan tentang upaya guru dalam
pelaksanaan pendidikan akhlak, metode yang digunakan, peran guru dalam
pelaksanaan pendidikan akhlak di SMP Negeri 13 Malang dalam upaya
membentuk perilaku siswa.
Bab VI yang berisi tentang penutup, yang menguraikan tentang kesimpulan
yang berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan, dan
kemudian dilanjutkan dengan memberi saran-saran sebagai perbaikan dari segala
kekurangan dan disertai dengan lampiran.
46
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pendidikan akhlak
1. Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa perkataan akhlak ( bahasa Arab ) adalah bentuk
jama dari kata khulk yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau
tabiat.6
Sedangkan pengertian akhlak menurut para ahli adalah
Ibnu Maskawih Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan fikiran (lebih dulu).7
Imam Al-Ghazali Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat itu timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah tidak memerlukan pertimbangan fikiran
(lebih dulu).8
Drs. H. Mahmud Suyuti Akhlak adalah suatu keadaan jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
seseorang dengan mudah.9
Barnawy Umary
6 Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak ( Jakarta: Rajawali Press, 1992 ) hal.1 7 Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak,( Surabaya : Bina Ilmu, Cet IV, 1984
), hal.14 8 Ibid 9 Djazuli, Akhlak Dalam Islam, ( Malang : Tunggal murni, 1992 ), hal.2
46
Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas baik, buruk, terpuji dan tercela
tentang perbuatan, perkataan manusia lahir batin.5
Dari beberapa pendapat di atas diambil kesimpulan bahwa, akhlak adalah
sifat - sifat yang di bawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan
selalu ada padanya. Yang mana dari sifat tersebut timbul perbuatan, baik itu
perbuatan baik yang disebut dengan akhlak mulia, atau perbuatan buruk tanpa
melakukan pertimbangan yang disebut akhlak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya.6
2. Macam-macam Akhlak
Akhlak dibagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah. Akhlak mahmudah adalah akhlak yang terpuji sedangkan akhlak
madzmumah adalah akhlak yang tercela yang tidak patut kita contoh.
a. Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah akhlak yang baik atau terpuji, yang berupa
semua akhlak yang harus dianut dan dimiliki oleh setiap orang. Adapun yang
termasuk akhlak mahmudah menurut Humaidi Tatapangarsa seperti
mengendalikan nafsu, ikhlas, qonaah, dan malu.7 Sedangkan Barmawie Umary
membagi akhlak yang mulia ke dalam banyak jumlah seperti dapat dipercaya,
pemaaf, menghormati tamu, berbuat baik, tolong-menolong, manis muka, sabar,
malu karena tercela, jujur, di senangi, tekun dan menundukkan diri.8 Dalam
kehidupan sehari hari akhlak mahmudah merupakan faktor utama untuk
tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan di dalam kehidupan sehari
masyarakat.
5 Barnawie Umary, Materi Akhlak, ( Semarang : CV. Ramadhani, 1967 ) hal.5 6 Asmaran AS, Opcit., hal.1 7 Humaidi Tatapangarsa, Akhlak Yang Mulia, ( Surabaya : Bina Ilmu, 1980 ), hal.147 8 Barmawie Umary, Opcit.,, hal.48-51
46
b. Akhlak Madzmumah
Akhlak Madzmumah adalah akhlak yang jelek atau tercela, yang harus di
bersihkan dan disucikan dari diri seseorang.9
Adapun perbuatan-perbuatan yang termasuk akhlak madzmumah menurut
Barmawie Umary adalah berdusta, kikir, iri hati atau dengki, riya atau pamer,
khianat, takabur, peminum khomr, egois, pemarah, dan pengecut.
3. Sumber Pendidikan Akhlak
Dengan pembahasan akhlakul karimah para ulama tidak banyak berbeda
pendapat, kebanyakan mereka membagi sumber akhlakul karimah menjadi dua
yaitu Al-Quran dan Al-Hadits.
Al-Quran bukanlah hasil pemikiran manusia, melainkan firman Allah yang
maha kuasa oleh sebab itu, setiap orang mukmin berkeyakinan bahwa ajaran
kebenaran adalah terkandung di dalamnya yang tidak dapat ditandingi oleh
pikiran manusia. Al-Quran merupakan pedoman pokok pelaksanaan kegiatan dan
tidak ada keraguan baginya. Hal tersebut terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 2
yaitu :
`n * y V es { m { u>kK aGl) Q) :2 (
Artinya : Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
Mereka yang bertaqwa. (Al-Baqarah : 2)10
Dari ayat di atas jelas bahwa apa-apa yang ada dalam Al-Quran merupakan
petunjuk bagi manusia untuk mencapai jalan yang penuh dengan kemakmuran dan
9 Djazuli, Opcit., hal.1 10 Depag, Al-Quran Dan Terjemahannya, ( Semarang : CV Toha Putera, 1971 ) hal.8
46
kesejahteraan. Maka dari itu akhlak bersumber pada Al-Quran yang akan
membawa seseorang yang berakhlak baik pada kesejahteraan.
Sumber kedua akhlak adalah Al-Hadits Rasulullah yang meliputi segala
sesuatu yang di sandarkan kepada nabi muhammad SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan serta ketetapannya.11
4. Tujuan dan Dasar-dasar Pendidikan Akhlak
a. Tujuan Pendidikan Akhlak
Dalam setiap kegiatan idealnya pelaksanaan kegiatan tersebut terlebih
dahulu. Dengan demikian ruang lingkup kegiatan tidak akan menyimpang.
Kegiatan yang tanpa disertai dengan tujuan sasarannya akan kabur, akibat
program-program kegiatannya sendiri menjadi tidak teratur.
Secara praktis, Muhammad Athiyah al- Abrasyi, sebagaimana yang dikutip
oleh Syamsul Nizar, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5
sasaran, yaitu :
1. Membentuk akhlak mulia
2. Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
3. Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya
4. Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik
5. Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil11
Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan suatu kegiatan. tujuan memiliki arti yang sangat penting
bagi keberhasilan sasaran yang diinginkan, arah atau pedoman yang harus
11 Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis,Teoritis, dan Praktis, ( Jakarta : Ciputat Pers, 2002 ), hal.37
46
ditempuh dalam melaksanakan kegiatan. Menurut Zakiyah Daradjat tujuan adalah
sesuatu yang di harapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.12
Yang menjadi sasaran dalam pendidikan akhlak adalah manusia, tujuan
yang menjadi dasar dengan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah dan
tunduk kepada Allah serta menjadi khalifah di muka bumi ini untuk
memakmurkannya dengan melaksanakan serta mentaati syariat agama Allah.
Suatu rumusan tujuan pendidikan akan tercapai apabila sesuai dengan fungsinya.
Oleh karena itu perlu ditegaskan fungsi tujuan pendidikan itu. Fungsi tujuan
pendidikan diantaranya telah di sebutkan oleh Ahmad Marimba
1. Mengakhiri usaha, sesuatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah
mempunyai arti apa-apa. Selain itu usaha mengalami permulaan dan
mengalami pula akhirnya. Pada umumnya suatu usaha baru berakhir kalau
tujuan terakhir sudah tercapai.
2. Mengarahkan usaha, tanpa adanya antisipasi (pandangan kedepan) kepada
tujuan maka penyelewengan akan banyak terjadi dan kegiatan yang dilakukan
tidak akan berjalan secara efisien.
3. Titik pangkal mencapai tujuan-tujuan lain, yaitu tujuan-tujuan baru ataupun
tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama dengan demikian dapat dikatakan
bahwa dari satu segi tujuan itu membahas ruang gerak usaha. Namun dari segi
lain tujuan tersebut dapat mempengaruhi dinamika dari usaha itu.
4. Memberi nilai pada usaha, ada usaha yang tujuannya lebih luhur, lebih mulia,
lebih luas dari pada usaha-usaha lainnya. Hal ini menunjukan dalam rumusan
12 Zakiyah Dradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1996 ), hal.29
46
setiap tujuan selalu disertai dengan nilai-nilai yang hendak diusahakan
perwujudannya. 13
Keempat fungsi tersebut di atas merupakan pemberi nilai suatu kegiatan.
Menurut Hasan Langgulung tujuan pendidikan agama harus mampu
mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama yaitu :
1. Fungsi spritual yang berkaitan dengan aqidah
2. Fungsi psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku individu termasuk nilai-
nilai akhlak yang mengangkat derajat manusia ke derajat yang lebih
sempurna.
3. Fungsi sosial yang berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan
manusia dengan manusia atau masyarakat, di mana masing-masng menyadari
hak-hak dan tanggung jawabnya untuk menyusun masyarakat yang harmonis
dan seimbang.14
Pendidikan akhlak merupakan bagian dari pendidikan agama dan
merupakan tujuan dari pendidikan itu. Sebagaimana M. Athiyah mengatakan
bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan agama Islam. Dan Islam
telah menyimpulkan bahwa pendidikan akhlak jiwa pendidikan islam. Tujuan
yang sebenarnya dari pendidikan islam adalah penyempurnaan akhlak.
Jadi tujuan pendidikan akhlak sudah tercantum dalam tujuan pendidikan
agama yaitu sejalan dengan tujuan akhirnya yaitu membentuk akhlakul karimah
yang merupakan manfaat dalam jiwa anak didik, sehingga anak tersebut terbiasa
13 Jamalludin, dkk, Kapita Selekta Pendidikan Islam ( Bandung : Pustaka Setia, 1998 ),
hal .14 14 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, ( Bandung : Al-
Maarif, 1990 ), hal.178
46
dalam berperilaku dan bertindak secara rohaniah dan insaniah yang tergantung
pada moralitas keagamaan tanpa memperhitungkan keuntungan-keuntungan
material.15
Menurut Barmawie umary sebagaimana yang dikutip A. Mustafa bahwa
tujuan pendidikan akhlak meliputi :
1. Supaya dapat terbiasa melakukan hal yang baik dan terpuji serta mnghindari
yang buruk, jelek, hina dan tercela.
2. Supaya hubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk
terpelihara dengan baik dan harmonis.16
Dari pendapat tersebut, penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak
adalah agar setiap orang memiliki pengertian baik buruknya suatu perbuatan, agar
dapat mengamalkan sesuai dengan ajaran Islam dan selalu berakhlak mulia
sehingga pendidikan akhlak tercapai dengan baik.
b. Dasar pendidikan akhlak
1. Dasar Religi
Pendidikan akhlak terhadap siswa merupakan materi yang penting dari
materi pokok pendidikan islam, di mana di sebutkan inti ajaran Islam meliputi:
1. Masalah keimanan yang mengajarkan keesaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang
mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.
2. Masalah keislaman (syariah) yakni berhubungan dengan amal lahir dalam
rangka mentaati semua peraturan manusia dengan Tuhan dan mengatur
pergaulan hidup manusia.
15 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bina Aksara, 1993 ), hal.136 16 A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, ( Bandung : Pustaka Setia, 1997 ), hal.135
46
3. Masalah ihsan (akhlak) adalah amalan yang bersifat pelengkap, penyempurna
bagi kedua amalan yang diatas dengan mengajarkan tentang tata cara
pergaulan hidup manusia.17
Ketiga ajaran tersebut tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang
lainnya. Mengulas tentang pendidikan akhlak, maka tidak lepas dari landasan
pendidikan akhlak, maka tidak lepas juga dari landasan pendidikan aqidah dan
syariah yang disatukan dalam bentuk pendidikan islam yang bersumber dari Al-
quran dan Al-Hadits.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125, yang
berbunyi :
l t #m`Z `s `
` AV{
) :125(
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan cara bijaksana dan
nasehat yang baik dan bantahlah dengan cara yang baik. (Q.S. An-
Nahl : 125).18
2. Dasar konstitusioanl
Dasar ini adalah UU atau peraturan yang mengatur kehidupan suatu bangsa
atau negara. Mengenai kegiatan pendidikan atau pembinaan akhlak juga diatur
dalam UUD 1945 pada pokok pikiran ke 1V sebagai berikut : Negara
berdasarkan atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
17 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, ( Surabaya : Usaha Nasional,
1983 ), hal.60 18 Depag, Opcit.,, hal.421
46
adil dan beradab, maka dari itu UUD 1945 harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dalam penyelenggaraan negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita rakyat yang luhur.
Dari rumusan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kita sebagai warga
negara yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa hendaknya ikut serta membina dan
membentuk perilaku dan akhlak kemanusiaan yang luhur demi terwujudnya
warga negara yang baik.
5. Fungsi Pendidikan Akhlak
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang
paling penting baik sebagai inidividu maupun sebagai anggota masyarakat dan
bangsa. Sebab jatuh bangunnya, sejahtera rusaknya suatu bangsa, masyarakat dan
bangsa tergantung bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik maka akan
sejahtera lahir dan batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk, maka rusaklah
lahir dan batinnya.
Pada hakikatnya pendidikan akhlak adalah proses yang berlangsung secara
kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal itu maka tugas dan fungsi guru
yang perlu diemban oleh pendidikan agama adalah pendidikan manusia seutuhnya
dan berlangsung sepanjang hayat. Secara umum tugas pendidikan agama adalah
membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
dari tahap-ketahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal.
Adapun fungsi akhlak menurut Dzajuli adalah sebagai berikut :
1. Akhlak yang baik harus di tanamkan kepada manusia, supaya manusia
mempunyai kepercayaan yang teguh dan berpendirian yang kuat. Sifat-sifat
yang terpuji akhlak yang baik merupakan latihan bagi pembentukan sikap
46
sehari-hari. Sifat-sifat ini banyak dibicarakan dan berhubungan dengan rukun
islam yaitu seperti sholat, puasa, zakat, haji, tolong - menolong, shodaqoh dan
sebagainya.
2. Untuk mengatur hubungan yang baik antara manusia dengan Allah dan
manusia dengan manusia.19 Sedangkan menurut Sutiah fungsi dari akhlak
adalah mendorong dan mengaktualisasikan dalam kehidupan.
Dari uraian diatas mengenai fungsi akhlak (pendidikan akhlak), penulis
dapat menyimpulkan bahwa fungsi pendidikan akhlak adalah:
1. Untuk mempertahankan, meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah.
2. Sebagai pembeda antara manusia dan hewan, dengan pengertian bahwa tanpa
modal akhlak, manusia akan kehilangan kemanusiaannya sebagai makhluk
yang paling mulia.
3. Sebagai penentu bagi manusia secara universal menuju tingkah laku yang baik
dalam segala aspek kehidupan.
4. Memberikan panduan kepada manusia agar mampu memilih dan menentukan
suatu perbuatan selanjutnya, menetapkan perbuatan termasuk perbuatan yang
baik atau yang buruk, benar atau salah, dan indak atau jelek.
5. Menyiapkan manusia-manusia yang mampu, menata kehidupan yang sejahtera
di dunia dan kehidupan di akhirat.20
6. Peran keluarga dalam pendidikan Akhlak
Pendidikan agama sangat berkaitan erat dengan pendidikan akhlak. Akhlak
dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
19 Djazuli, Akhlak Dalam Islam, Opcit.,, hal . 29-30 20 Sutiah, Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Pendekatan Perkembangan
Kognitif, ( El Hikmah, Vol, No.I, 2003 ), hal.32
46
pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama.dan
sebaliknya yang buruk dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak
dan keutamaan-keutamaan akhlak dalam masyarakat islam adalah akhlak dan
keutamaan yang diajarkan oleh agama. Telah sering disinggung bahwasanya
pendidikan akhlak adalah merupakan jiwa pendidikan islam, sebab tujuan
tertinggi pendidikan islam adalah mendidik jiwa dan akhlak.
Dalam hal ini keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan
akhlak untuk anak-anak sebagai institusi yang mula-mula sekali berinteraksi
dengannya, sebab mereka dapat berpengaruh atas segala perilaku. Oleh sebab itu
haruslah keluarga mengambil peranan tentang pendidikan, mengajar kepada
mereka akhlak yang diajarkan Islam seperti kebenaran, kejujuran, keihlasan, ,
kesabaran, kasih sayang, pemurah, berani dan sebagainya. Karena keluarga
merupakan tempat pertama kali anak-anak berinteraksi atas segala tingkah laku
dan perbuatannya. Oleh sebab itu keluarga haruslah mengajarkan mereka akhlak-
akhlak mulia sebagaimana yang diajarkan Islam. Dan selanjutnya disekolah tugas
tersebut dilakukan oleh guru, dan dimasyarakat dilakukan oleh organisasi-
organisasi kependidikan dan sebagainya.
7. Peran Guru Dalam Pendidikan Akhlak
Peran guru sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang
di laksanakan, bisa dikatakan bahwa berhasil tidaknya pendidikan untuk mencapai
suatu tujuan tergantung pada seorang guru dalam mengelola pendidikan dan
pengajaran.
46
Mengingat pentingnya peran guru yang sangat dalam dan luas, maka
dengan terbatasnya kemampuan penulis, peran guru dalam pendidikan akhlak
akan ditinjau dari tiga hal yaitu :
a. Kedudukan guru
b. Tugas dan fungsi guru
c. Peran guru dalam pendidikan akhlak
a. Kedudukan Guru
Kedudukan guru dalam pandangan Islam sangat tinggi dan mulia. Karena
tingginya pengahargaan sehingga ajaran islam menempatkan kedudukanya
setingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rasul. Penghargan yang diberikan
tersebut karena guru selalu terkait dengan dengan ilmu pengetahuan, sedangkan
ajaran Islam sangat menghargai dan menempatkan orang orang yang beriman
dan berilmu pada posisi yang lebih tinggi. Hal ini di nyatakan dalam firman Allah
surat Al-Mujadilah ayat 11 :
oe 8 A% 1A% 8 " a2 0`Fs`l
` I `" po`a
Artinya : Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q. S.
Al- Mujadilah : 11)21
b. Tugas dan Fungsi Guru
21 Depag, Opcit., Hal.509
46
Guru ( Pendidik ) adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik, dan merupakan salah satu faktor keberhasilan tugas
kependidikan. Karena itu ia dituntut mempunyai Itikad yag baik dalam
mengejawantahkan tugas dan tanggung jawabnya. Degan itikad yag baik itu akan
timbul dengan sendirinya loyalitas, integritas dan dedikasi yang bernuansa lillahi
Taala.
Menurut Nasution yang dikutip oleh Abuddin Nata megatakan bahwa tugas
dan fungsi guru memiliki beberapa tugas dan fungsi, diantaranya adalah:
1. Guru sebagai orang mengkomonikasikan pengetahuan, maka seorang guru
harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang
diajarkannya.
2. Guru sebagai model atau contoh, yaitu dalam bidang studi yang diajarkannya
merupakan sesuatu yag berguna dan mempraktekannya didalam kehidupan
sehari-hari, sehingga guru tersebut menjadi contoh yang baik bagi para anak
didiknya.
3. Guru juga menjadi model sebagai pribadi yaitu seorang guru yang disiplin,
cermat berpikir dan mencintai pelajarannya.22
Melihat dari ketiga tugas dan fungsi guru tersebut, penulis menyimpulkan
bahwa seorang guru atau pendidik harus memiliki pengetahuan dan pandangan
yang luas tentang ilmu pengetahuan dan seorang guru juga harus mempunyai
kepribadian yang baik dan berjiwa besar.
22 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos Wacana, 1997 ), hal. 63
46
Mengingat fungsi pokok seorang guru yang dominan untuk meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM), mau tidak mau seorang guru harus meningkatkan
profesionalisme profesinya sejalan berkembangnya budaya manusia.
Para ahli pendidik memiliki pendapat yang beragam tentang tugas dan
fungsi guru, oleh sebab itu dalam penulisan ini penulis ingin mengemukakan
pendapat dari Oemar hamalik yang mengatakan bahwa :
a. Tugas dan fungsi guru sebagai pengajar
Salah satu tugas dan fungsi guru sebagai pengajar adalah memberikan
pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang
selaras dengan tujuan pendidikan.
Seorang guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar mengajar
karena seeorang guru adalah salah satu faktor utama sebagai pendidik yang
memegang berbagai peranan atau pola tingkah laku tertentu yang merupakkan ciri
khas seeorang guru.
b. Tugas dan fungsi guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pembimbing, artinya guru sebagai pemberi bantuan, arah
(petunjuk), pemimpi yang memberikan jalan keluar (yang lurus / benar) untuk
menuju sesuatu yang dinginkan, sehingga dengan bimbingan atau arahan siswa
akan menyesuaikan diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga dan
masyarakat.
Sehubungan dengan tugas dan fungsi guru sebagai pembimbing, maka
seorang guru harus :
46
1. Mengumpulkan data tentang siswa
2. Mengamati tingkah laku siswa
3. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus
4. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa baik secara
individu maupun kelompok, untuk memperoleh saling pengertian tentang
pendidikan anak.
5. Meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dan lain-
lain.23
Kedua tugas dan fungsi guru sebagai pengajar dan pembimbing tersebut
dilaksanakan sejalan secara seimbang dan serasi dan saling keterkaitan dalam
menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu keseluruhan yang tidak
terpisahkan. Karena guru merupakan seorang pendidikan atau pengajar sekaligus
menjadi pembimbing yang dalam pekerjaannya ia hanya tidak mengajar seseorang
agar tahu beberapa hal, akan tetapi guru juga melatih beberapa keterampilan
terutama sikap dan mental anak didik.
C. Peran Guru dalam Pedidikan akhlak
Setiap guru, utamanya guru pendidikan agama Islam hendaknya menyadari
bahwa pendidikan agama bukanlah sekedar mentransferkan pengetahuan agama
dan melatih ketrampilan peserta didik dalam melaksanakan ibadah atau hanya
pengembangan intelektual dan menyuburkan perasaan keagamaan saja, akan
tetapi pendidikan menyangkut pengembangan mausia seutuhnya maka tujuan
23 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Dan Mengajar, ( Bandung : Sinar Baru Algessindo,
2004 ), hal.33
46
utama pendidikan agama adalah membentuk kepribadian peserta didik sesuai
dengan agamanya. Pembinaan dan pembentukan sikap mental dan akhlak jauh
lebih penting dari pada memiliki pengetahuan dan hukum agama, yang tidak
dihayati dalam hidupnya.
Menurut Zakiyah Daradjat : Pendidikan agama hendaknya dapat
mewarnai kepribadian anak didik, sehingga agama menjadi bagian pribadinya
yang akan menjadi pengendali dalam hidupnya.24 Oleh karena itu untuk tujuan
pembentukan pribadi tersebut keteladanan dalam sikap dan perilaku guru sangat
dibutuhkan atau dengan kata lain bahwa pendidikan akan sukses, apabila ajaran
agama itu hidup dan tercermin dalam pribadi guru agama.
Keteladanan seorang pendidik sangat dibutuhkan, karena sifat anak
kecenderungan mengidentifikasi dirinya terhadap orang yang dihormati atau
dikagumi, sebagaimana dikatakan ibnu sina : Terbukti dalam ilmu jiwa bahwa
sudah menjadi tabiat anak-anak bahwa anak ia suka meniru apa yang dilihat
dalam masyarakat sekitarnya.25
Selain guru sebagai teladan yang baik dalam menginternalisasikan
pendidikan agama (akhlak) terhadap anak didik, Tugas guru agama juga tidak
hanya melasanakan pendidikan secara baik, Tugas guru agama melakukan
pendidikan ulang (re-education) terhadap yang terlanjur salah di masa lampau,
juga meelakukan pembinaan kembali terhadap pribadi anak didik (re-crontruction
of personalitiy).26
Dengan demikian peran guru dalam pendidikan akhlak dapat disimpulkan,
yaitu seorang guru disamping dituntut melaksanakan tugas sebagaimana
24 Zakiyah Dradjat, 1993, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang, hal; 107 25 M. Athiyah al- Abrasyi, Opcit.,, hal.109 26 Zakiyah Dradjat, Opcit., Hal.108
46
fungsinya sebagai pengajar dan pembimbing juga harus menjadi cermin bagi
peserta didik dan sekitarnya, sekaligus melakukan pendidikan ulang terhadap apa
yang telah terlanjur dilakukan dimasa lampu, dan juga melakukan pembinaan
kembali terhadap pribadi anak.
8. Peran lingkungan dalam Pendidikan Akhlak
Peran lingkungan dalam pembentukan pribadi anak mempunyai dampak
besar sekali terutama dalam pendidikan akhlaknya. Dan lingkungan merupakan
tempat dimana masyarakat saling melakukan interaksi antara yang satu dengan
yang lain. dengan lingkungan ini juga anak akan berkembang dan berkepribadian
yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Apabila lingkungan yang ditempatinya
tidak sesuai dengan apa yang diinginkan maka seorang anak akan begitu cepat
terpengaruh.
Menurut Zuhairini, lingkungan yang berpengaruh terhadap pendidikan
akhlak peserta didik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama
2. Lingkungan yang berpegang teguh terhadap tradisi agama, tetapi tanpa
keinsyafan batin.
3. Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dan hidup dalam lingkungan
beragama.27
Dari tiga kelompok lingkungan tersebut, kelompok yang ketiga yaitu,
lingkungan yang mempunyai tradisi agama dan hidup dalam lingkungan
beragama perlu terus dibudayakan dilingkungan yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak yakni, dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
27 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1992 ), hal.175
46
Menurut beberapa pakar dan media massa berkomentar tentang
pertelivisian dan film yang juga termasuk penyebab pengaruh lingkungan
terhadap pendidikan akhlak peserta didik, yaitu:
1. Drs. Ishadi S.K.M.Sc
Televisi membuat daya rangsang yang sangat tinggi dibanding media massa
lain, bahkan mampu merubah sikap, pendapat dan perilaku individu atau
kelompok atau masyarakat.28
2. Marshall Mc. Luhan (Pakar Komonikasi)
Dalam pertelivisian pemirsa mengalami suatu proses kejiwaan yang di sebut
kedalam keterikatan dalam mengikuti apa-apa yang terdengar dan terlihat
dilayar televisi.29
Dari komentar-komentar diatas, maka dapat digaris bawahi, bahwa televisi
dan film, baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh besar dalam
perubahan tingkah laku atau perkembangan watak dan jiwa seseorang atau anak
didik. Hal ini perlu adanya pemikiran yang sangat serius untuk mengantisipasiya
dari tiga penanggung jawab pendidikan yaitu rumah, sekolah dan masyarakat
secara berkesinambungan dan terpadu.
B. Tinjauan Tentang Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Kata perilaku mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak mencakup
kegiatan yang motorik saja, seperti berjalan, berlari-lari, berolah raga, bergerak
28 Ishadi, Pendidikan Mimbar Pembangunan Agama, ( Januari, 1997 ), hal.57 29 Marshall, Mc, Luhan, Pendidikan Mimbar Pemabangunan Agama, ( Januari, 1997 ),
hal.54
46
dan lain-lain. Akan tetapi juga akan membahas macam-macam fungsi seperti
melihat, mendengar, mengingat, berfikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan
emosi dalam bentuk tangis atau senyum dan sebagainya.30
Lebih jelasnya diterangkan dalam kamus bahasa indonesia kontemporer
disebutkan bahwa perilaku adalah kegiatan individu atas sesuatu yang berkaitan
dengan idiviidu tersebut, yang diwujudkan dalam bentuk gerak dan ucapan. Dai
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala aktivitas individu
karena adanyaa reaksi atau rangsangan dari luar.
Menurut Ahmad Amin, perilaku adalah segala perbuatan yang timbul dari
orang yang melakukan dengan ikhtiar dan sengaja dan ia meengetahui waktu
melakukannya apa yang diperbuat. Demikiian juga segala perbuatan yang timbul
tiada dengan kehendak, tetapi dapat di ikhtiarkan penjagaan sewaktu sadar.31
Pandangan Harry Stack Sullivan, sebagaimana dikutip oleh Sanapiah dan
Andi, ia berpendapat bahwa perilaku mendapat peranan penting dalam
mewujudkan kepribadian, karena dengan perilaku kepribadian mewujudkan
dirinya dalam hubungannya dengan pribadi-pribadi yang lain. interaksi sosial
dengan perilaku itu merupakan suatu bukti nyata bahwa pribadi sama sekali tidak
ada tanpa pribadi yang lain untuk mengerti tingkah laku individu haruslah sebagai
hubungan interpersonal.32
Sebagaimana diketahui perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau
organisme itu timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang
30 Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Umum, ( Surabaya, Sinar Wijaya, 1991 ),
hal.55 31 Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1975 ), hal.5 32 Sanapiah Faisal dan Andi Mappiare, Dimensi-dimensi Psikologi I, ( Jakarta : Usaha
Nasioanal, 1984 ), hal.228
46
diterima oleh organisme yang bersangkutan, baik stimulus eksternal maupun
stimulus internal. Namun demikian sebagian besar dari perilaku organisme itu
sebagai respon terhadap stimulus eksternal.
Dari beberapa pengertian masalah perilaku tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa perilaku siswa adalah sesuatu kegiatan organisme yang di
lakukan pada diri siswa siswi di keluarga, sekolah dan masyarakat yang saling
berinteraksi sehingga terbentuk suatu perilaku baik dan buruk .
2. Macam-macam Perilaku Siswa
Tinjauan mengenai macam-macam perilaku siswa ini, akan dapat
memperjelas bagaimana siswa berperilaku atau berbuat terhadap Allah, dirinya,
ligkungan disekitarnya sehingga membentuk insan yang kamil. Adapun macam-
macam perilaku siswa adalah sebagai berikut :
a. Perilaku Terhadap Allah SWT
Berperilaku terhadap Allah SWT, artinya beriman kepada Allah. Yang
merupakan tujuan utama bagi setiap manusia yang menjalani hidup, untuk itu bagi
anak didik yang dilahirkan harus dipelajari tentang kaidah-kaidah ke-Tuhanan.
Beriman kepada Allah berati mengakui, mempercayai dan meyakini Allah itu
benar benar ada, dan bersifat dengan segala sifat yang baik dan maha suci dari
sifat yag buruk. Tetapi iman kepada Allah, tidak cukup dengan hanya sekedar
mempercayai aka adanya Allah saja, melainkan juga harus diikuti dengan
beribadah atau mengabdi kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari, yang
realisasi atau manifestasinya beruap. Diamalkannya segala perintah Allah dan
menjauhi segala larangan-Nya. Dan kesemuanya itu dikerjakan dengan tulus,
46
ikhlas, semata-mata hanya karena Allah saja. Allah berfirman dalam surat Al-
Baqarah ayat 21 :
R[ke @ k 1s u
1 U 8 G% 1 1 ` I*"
) :21(
Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
Orang- orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. ( Q.S. Al-
Baqarah ayat 21 )33
Adapun pokok-pokok dalam beribadah kepada Allah yag tergolong penting
dan perlu diterangkan adalah sebagai berikut :
1. Tidak mempersekutukan Allah dengan apapun.
2. Takut kepada Allah
3. Cinta Kepada Allah
4. Ridho dan Ikhlas kepada Allah
5. Bertaqwa kepada Allah34
b. Perilaku terhadap diri sendiri
Sebelum kita mengenal tentang siapapun, maka kita dituntut untuk lebih
jauh mengenal atau memahami diri sendiri, karena diri sendiri satu-satunya yang
harus kita selamatkan, sebelum yang lainya. Adapun perilaku terhadap diri sendiri
atau kewajibannya adalah :
1. Memenuhi kebutuhan, baik yang lahir maupun bathin.
2. supaya tetap baik lahir dan bathin.35
33 Depag, Al- Quran dan Terjemahannya, Opcit., hal.11 34 Humaidi Tatapangarsa, Akhlak Yang Mulia, ( Jakarta : Bina Ilmu, 1980 ),hal.22
46
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah
ayat 195, yang berbunyi :
y " eke t R { ..) : 195(
Artinya: Janganlah kamu lemparkan dirimu, tanganmu sendiri kepada
kehancuran . ( Q. S. Al- Baqarah ayat 195).36
Ayat diatas menjelaskan bahwa berperilaku terhadap diri sendiri yaitu
menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan maksiat, kejahatan dalam pergaulan
yang akan membawa dirinya dalam kehancuran.
c. Perilaku terhadap keluarga
Keluarga adalah bentuk sosial yang asasi sekaligus bentuk kehidupan antar
manusia yang terkecil, kelompok yang pertama. Di mana anak menjadi anggota
dan merupakan lembaga yang pertama dalam kehidupan anak. Ibu dan bapak
adalah orang pertama yang mengadakan kontak kehidupan dengan anak dan
mengajarkan cara hidup dan bergaul dengan orang lain. Dalam konteks ini
suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk
melakukan pedidikan yang sempurna dalam membentuk pribadi anak-anak yang
utuh. Dan kehidupan keluarga merupakan tempat sebaik-baiknya untuk
melakukan pendidikan orang perorang (pendidikan individual) maupun sosial.
Dengan melihat pengorbanan orang tua yang merawat dan mecintai kita
waktu masih kecil hingga dewasa, sepatutnyalah kita berbuat baik kepada kedua
orag tua yang telah memberikan pendidikan sehingga kita bisa membedakan
35 Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1994 ), hal.32 36 Depag, Opcit., hal.47
46
perilaku yang baik dan yang buruk. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-
Isra ayat 23 :
V `ws x k" + e
8 AV{ % }G e
`k@ p` `Kk `Ky y
#" `z L y `KoRD" # `N
A =eoy ) :23(
Artinya : Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain
Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, jika diantaraya
telah berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, janganlah kamu
megeluarkan kata-kata kepada orang tua dengan perkataan ah dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik. (Q.S. Al-Isra ayat 23)37
d. Perilaku terhadap guru
Guru adalah orang yang menyampaikan pendidikan di sekolah. Orang yang
menyampaikan pendidikan pengajaran didalam kelas di sebut guru formal.
Sedangkan pengajaran dan pendidikan yang disampaikan di luar sekolah atau
melalui ceramah, diskusi, dan lain sebagainya di sebut guru formal. Tetapi
keduanya sama-sama mempunyai predikat guru dan mereka semua adalah orang
yang memberikan pendidikan dan pengajaran bagi kita.
Untuk itu sebagai murid atau siswa yang diajarkan disekolah, mereka
diwajibkan berperilaku baik dan memuliakan guru atas segala jasanya yaitu
37 Depag, Opcit., hal.427
46
mendidik dan memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan mausia
di dunia dapat maju, mempunyai peradaban yang tinggi dan dapat mengatasi
berbagai macam kesulitan hidup.
Agama Islam juga memerintahkan untuk menghormati guru, karena ia
adalah seorang yang menyampaikan tentang keilmuan baik ilmu yang bersifat
duniawi maupun yang bersifat ukhrawi, maka dari itu sepatutnya dihormati dan
dimuliakan. Salah satu perilaku menghormati guru yaitu dengan bersopan santun
bila berbicara, bertindak, mengerjakan tuggas-tugas yang diperintah guru yaitu
dalam hal kebaikan, misalnya membuat pekerjaan rumah dan mendengarkan
ketika guru sedang menerangkan pelajaran.
e.Perilaku terhadap sesamanya
Manusia hidup di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan
memerlukan satu sama lain. Tegasnya diri mausia itu adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari bangsa itu sendiri, ia sebagai komponen mau tidak mau pasti
mengambil bagian dari makanan, pertumbuhan dan perasaan yang dibagikan
keseluruhan anggota tubuh teman itu sendiri. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Humaidi Tatapangarsa bahwa : Hidup itu tidak dapat dihasilkan sendiri
tetapi membutuhkan orang lain.38
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa salah satu unsur yang penting
dan berpengaruh dalam membina teman adalah meningkatkan ketinggian budi
pekerti dengan pergaulan yang inti, perasaan yang lemah lembut dan
berpandangan yang luas sehingga dapat menanggapi masalah-masalah yang hidup
38 Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, Opcit, hal.22
46
dan berkembang dalam lingkungan. Adapun contoh berperilaku terhadap
sesamanya yaitu hendaknya saling tolong menolong dalam hal yang membawa
kebaikan dan jangan tolong menolong dalam hal yang dapat membawa petaka.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku Siswa
Aliran konvergensi mengatakan bahwa perkembangan anak itu dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dalam membentuk perilaku
siswa maka dipengaruhi oleh dua faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam membentuk perilaku siswa yaitu :
a. Faktor internal, yaitu faktor yang terdapat dalam diri anak itu sendiri di man
faktor ini banyak di pengaruhi oleh psikis anak. Faktor-faktor tersebut adalah :
1) Faktor fisik
Masa remaja merupakan renangan kehidupan individu, dimana terjadi
pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Pada tahun permulaan proporsional terlalu
kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena
terlebih dahulu mencapai kematangan dari pada bagian-bagian yang lain. Hal ini
teruatama tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Pada masa remaja akhir,
proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh dewasa dalam semua bagiannya.
2) Faktor Intelektual
Menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi
: kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan).39 Remaja secara mental
telah dapat berpikir logis otaknya mencapai kesempurnaan tentang ber4bagai
gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat
39 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, ( Bandung, Rosda, 2006 ),
hal.196
46
hipotesis dan abstrak, serta sisematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari
pada berpikir kongkrit.
3) Faktor Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi
yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi
berkembangnya emosi atau perasaan dan dorongan baru yang dialami
sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan dengan
lawan jenis. Pada remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang
sensitive dan relatif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya
bersifat negatif dan temperamental, sedangkan remaja akhir sudah mampu
mengendalikan emosinya.40
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang datangnya dari luar anak atau siswa
melalui proses indentifikasi lingkungan setempat. Faktor faktor tersebut
antara lain :
1). Faktor lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh anak karena
dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu dan saudara yang ikatannya sangat dekat dan
kuat. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan
menanamkan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial
budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan
anak menjadi pribadi anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yag sehat.
40 Ibid
46
Dengan demikian keluarga merupakan fase sosialisasi awal bagi pembentukan
pribadi anak.
2) Faktor lingkungan sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga, karena
makin besar kebutuhan siswa, maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya
sebagian kepada lembaga sekolah ini. Sekolah sebagai pembantu keluarga
mendidik anak. Sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada siswa
mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk
memberikan pendidikan dan pengajaran didalam keluarga.
Sedangkan menurut Hurlock, sekolah merupakan faktor penentu bagi
perkembangan anak (siswa) baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara
berperilaku. Sekolah berperan sebagai subtitusi keluarga, guru dan subtitusi orang
tua. Ada beberapa alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang berati bagi
perkembangan kepribadian anak yaitu : Para siswa harus hadir di sekolah
a. Sekolah memberikan pengaruh kepada anak sejak dini, seiring dengan
perkembangan konsep dirinya.
b. Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah dari pada ditempat lain
di luar rumah.
c. Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses.
d. Sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya,
dan kemampuannya secara realistik.41
41 Ibid, hal.54
46
Sekolah dapat menumbuhkan nilai-nilai akhlak dan prinsip prinsip yang di
perlukan dalam penyesuaian diri remaja dengan masyarakat dalam situasi belajar
dan kegiatan kelompok, misalnya sekolah dapat menumbuhkan jiwa demokrasi,
keadilan, kebebasan, persamaan, kesetiakawanan, pengorbanan, dan nilai-nilai
yang sangat diharapkan oleh masyarakat misalnya : sekolah dapat mengatasi
pertentangan nilai yang dihadapi oleh remaja. Sekolah dapat memahami
kebutuhan primer yang bertentangan dengan nilai-nilai sosial lewat penelitian,
penganalisaan dan diskusi. Bahkan mengajarkan kepada remaja bagaimana cara
mengendalikan kebutuhan dan dorongan individual akan dapat
dihindari.Penyesuaian diri remaja disekolah tergantung dari keberhasilan
penyesuaian dirinya dalam keluarga, dan kegagalan sekolah atau kegagalan dalam
belajar, boleh jadi disebabkan karena kegoncangan dalam diri remaja itu. Sekolah
dapat menolong remaja untuk melakukan penyesuaian diri dan mengatasi
kesukaran yang dihadapinya melalui bidang-bidang studi dan kegiatan-kegiatan
sosial, misalnya menciptakan persahabatan dan mendorong untuk bergabung
dalam kegiatan kelompok sekolah yang bermacam-macam, kelompok teman
dalam kehidupan remaja. Boleh jadi kelompok masyarakat yang maju, di setiap
sekolah diadakan bimbingan (counseling) untuk menghadapi kesulitan remaja dan
untuk menghadapi kebutuhan mendesak dalam pendidikan serta pekerjaan yang
berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah, membantu anak didik dalam menghadapi
masalah-masalah kejiwaan sosial, sebelum masalah tersebut berkembang menjadi
gangguan kejiwaan. Secara umum bahwa sekolah dapat mempersiapkan remaja
46
puteri untuk menjadi ibu dan remaja putera untuk menjadi bapak yang
bertanggung jawab.42
3). Faktor dari lingkungan teman teman sebaya
Kelompok sebaya (Peer Groups) mempunyai peranan yang sangat penting
dalam penyesuaian diri remaja, dan persiapan bagi kehidupannya di masa yang
akan datang dan juga berpengaruh terhadap perilaku dan pandangannya. Peranan
kelompok teman sebaya bagi remaja adalah memberikan kesempatan untuk
belajar tentang :
a. Bagaimana berinteraksi dengan orang lain
b. Mengontrol tingkah laku sosial
c. Mengembangan keterampilan, dan minat yang relevan dengan usianya
d. Saling bertukar pikiran , perasaan dan masalah.
Pada saat remaja menghadapi konflik antara ingin bebas dan ingin mandiri
serta ingin merasa ingin nyaman, maka remaja memerlukan orang yang dapat
memberikan rasa nyaman yang hilang dan dorongan kepada rasa bebas yang di
rindukannya. Pengganti tersebut ditemukan dalam kelompok teman, karena
mereka dapat saling membantu dalam persiapan menuju kemandirian emosioanl
yang bebas dan dapat menyelamatkan dari pertentangan bathin dan konflik
sosial.43
4) Faktor lingkungan remaja terhadap orang dewasa
Remaja pada umumnya suka kepada orang yang terpandang, pemimpin
masyarakat, pejabat pemerintah dan pemuka agama yang mau memahami
42 H. Panut Panuju dan Ida Utami, Psikologi Remaja, ( Jakarta : Tiara Wacana ), hal .127 43 Ibid., hal .131
46
kebutuhan dan keadaan mereka yang sedang mencari identitas diri dan berusaha
mendapatkan perhatian dan penerimaan orang-orang terpenting tersebut. Boleh
jadi diantara mereka dijadikan suri tauladan atau idola di dalam hidupnya. Mereka
memandang orang tersebut sebagai manusia ideal tanpa cacat sama sekali dan
dapat menjadi panutan yang dikagumi.
C. Pelaksanaan Pendidikan akhlak Dalam Upaya Membentuk Perilaku
Siswa
Perkembangan lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia
semakin bertambah dengan bukti banyaknya sekolah-sekolah, bahkan mampu
mencetak manusia yang profesional dengan berbagai gelar. Hal tersebut kalau
dilihat sekilas pendidikan memang sudah berhasil, tapi kalau dilihat dari segi
tujuan pendidikan itu sendiri masih belum dikatakan berhasil. Karena pelaksanaan
pendidikan di Indonesia masih belum mencetak seluruh peserta didik berperilaku
yang baik, bermoral dan berbudi pekerti.
Tidak ada tujuan yang lebih penting bagi pendidikan akhlak Islam dari
pada membimbing umat manusia diatas prinsip kebenaran dan jalan lurus. Yaitu
mempersiapkan manusia yang yang berimal dan beramal sholeh, menaati hukum
halal, haram Allah, berinteraksi sosialnya baik dengan sesama muslim maupun
dengan kaum non muslim, melaksanakn dakwah ilahi, beramar maruf nahi
munkar dan berjihad di jalan Allah.44
Begitu juga dengan tujuan pendidikan Islam yang menjadikan manusia
beriman dan bertaqwa, membentuk akhlak yang mulia, bermoral tinggi,
44 Ali Abdul Halim M, Tarbiyah Khuluqiyah, Cet I, ( Media Insani, 2003 ), hal.150 -151
46
menghormati hak manusia tahu mana yang baik dan benar, memilih suatu fadhilah
karena cinta kepada fadhilah, dan mengingat Tuhan dimanapun kita berada.45
Ketika semua itu dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari
maka hidup kita akan menjadi tentram dan nyaman. Seperti di sekolah setiap guru
memberikan pengarahan tentang berakhlak yang baik, pembiasaan kegiatan
religius seperti sholat, dengan sholat dapat menjauhkan diri kita dari keji dan
mungkar, puasa, dapat menahan amarah dan di tujukan untuk orang-orang yang
bertaqwa, mengeluarkan zakat yaitu melatih kita mempunyai sikap kepedulian
sosial.46 Ini semua yang nanti akan membentuk perilaku mereka yang
baik.begitupun di keluarga dan di masyarakat, Untuk mewujudkan perilaku yang
baik, membiasakan mereka berpegang kepada moral yang tinggi norma-norma
yang ada, dan menghindari hal-hal yang tercela dan hal-hal yang tidak diinginkan.
Pelaksanaan pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan menetapkan
pelaksanaan pendidikan agama, baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Hal
yang demikian diyakini karena inti ajaran agama adalah akhlak yang bertumpu
pada keimanan kepada Tuhan dan keadilan sosial, karena krisis akhlak di
pengaruhi oleh lingkungan rumah masyarakat, dan sekolah. Terutama lingkungan
rumah, tanggung jawab terhadap anak adalah tanggung jawab pembinaan akhlak
orang tua.47 Karena anak-anak mempunyai waktu di sekolah hanya beberapa jam
saja, jadi mereka mempunyai waktu paling banyak adalah di rumah.
45 M. Athiyah al - Abrasyi, Opcit, hal.1 46Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam, (
Bogor, Kencana, 2003 ), hal.223 47 Ibid
46
Pelaksanaan pendidikan akhlak tidak hanya melalui pelajaran Agama
Islam saja, akan tetapi pelaksanaan pendidikan akhlak dapat dilaksanakan dengan
melalui kegiatan-kegiatan di sekolah seperti diadakannya kegiatan IMTAQ di
sekolah, memperingati hari besar Islam, peran guru di sekolah, mematuhi tata
tertib yang ada di sekolah dan cara beretika di sekoah. Di perlakukan semuanya
ini agar apa yang diharapakan nantinya akan berjalan selaras dengan tujuan
pendidikan Islam.
Petunjuk Al-Quran dan Hadits tentang pembinaan remaja patut kita
renungkan dan kita amalkan, petunjuk tersebut misalnya dengan memberikan
contoh teladan, membiasakan membaca Al-quran, tekun mengerjakan sholat lima
waktu, berpakaian yang sopan, serta menjauhi perbuatan yang buruk.48
Al-Quran menyatakan : Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-
benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal sholeh ( Q.S.Al-Ashar ), 103 : 1-3 ). Demikian juga perintah
sholat dimaksudkan agar manusia semakin tunduk, serta menjauhi perbuatan yang
keji dan munkar. Perintah berrpuasa ditujukan agar orang-orang yang berpuasa
menjadi orang yang bertaqwa. Perintah mengeluarkan zakat juga dimaksudkan
agar siswa mempunyai sikap kepedulian sosial.49
Dalam hal ini faktor faktor pelaksanaan pendidikan akhlak adalah hal
yang sangat pendting, yang dimaksudkan di sini adalah guru dan siswa. Di mana
guru bertugas di dalam dan di luar kelas sebagai orang yang dapat diteladani oleh
muridnya dan bukan hanya sekedar menyampaikan pelajaran semata. Akan tetapi
bagaimana guru dapat menghidupkan suasana belajar agar siswa dapat aktif
48 Ibid., hal.218 49 Ibid., hal.216
46
menerima pelajaran, di samping itu metode yang dipakai juga selaras dan relevan
dengan pelajaran yang diajarkannya agar nantinya dapat diaplikasikan oleh murid
dalam kehidupan sehari-hari.
Guru dan murid adalah komponen dari pendidikan itu sendiri, jadi antara
guru dan murid memerlukan kerja sama yang nantinya akan membawa kemajuan
sekolah itu sendiri. Maka dari itu siswa aktif sangat penting, karena itu tergambar
dari apa yang sudah dilaksanakan dan dihasilkan oleh guru di sekolah, baik dari
apa yang diucapakan oleh guru di luar kelas, maupun di dalam kelas.
Siswa aktif tujuannya adalah agar suasana belajar di dalam kelas menjadi
hidup dan lebih terarah, karena mereka dapat lebih bisa belajar sendiri dan
mengeluarkan pendapat mereka, ini yang nantinya akan menggambarkan perilaku
mereka sehari hari di sekolah.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Kirk dan Miller
mendefinisikan bahwa, sebagaimana dikutip oleh Lexy, penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fumdamental
bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang- orang tersebut dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.1
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Dimana penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka angka. Hal ini disebabkan oleh adanya
penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan
menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Di sini data yang dimaksud adalah
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, tape recorder, catatan atau
memo atau dokumen resmi lainnya.
B.Kehadiran Peneliti
1 Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2000 ), hal.3
46
Sesuai dengan jenis penelitian, yaitu penelitian deskriptif, maka kehadiran
peneliti di tempat penelitian sangat diperlukan sebagai instrumen utama. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai perencana, pemberi tindakan, pengumpul data,
penganalisis data, dan sebagai pelapor hasil penelitian.
Peneliti di lokasi penelitian juga berperan sebagai pengamat penuh, di
samping itu kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh Kepala
Sekolah dan Guru guru yang bersangkutan di SMP Negeri 13 Malang.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 13 Malang yang beralamatkan
jalan Sunan Ampel II Malang. Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMP
Negeri 13 ini karena letaknya yang strategis, di samping itu karena penulis tertarik
untuk meneliti bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak di sekolah ini setelah
penulis mengamati secara cermat keadaan sekolah SMP Negeri 13 Malang ini.
D. Data dan Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat dapat diperoleh. Jadi
sumber data ini menunjukkan asal informasi, data ini harus di peroleh dari sumber
data yang tepat. Jika sumber data tidak tepat maka mengakibatkan data yang
terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diselidiki.
Pengertian data menurut Amirin ( 1986 ; 3 ) adalah keseluruhan
keterangan mengenai segala hal yang berkaitan dengan penelitian. Berdasarkan
pernyataan ini maka dapat diambil sebuah pemahaman bahwa data adalah suatu
46
informasi yang ada kaitannya dan mendukung suatu penelitian, sehingga di
peroleh suatu hasil yang dapat di pertahankan.2
Adapun sumber data penelitian ini adalah:
1. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang utama yang akan peneliti mintai
informasi tentang data data yang mendukung penelitian ini. Adapun yang akan
menjadi data utama dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, dan guru-guru agama dan siswa.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data pelengkap yang berfungsi untuk
melengkapi data-data yang diperlukan oleh data primer sehingga diperoleh
penelitian yang valid. Adapun sumber data sekunder yang diperlukan meliputi :
buku-buku, majalah, dan sejenis dokumen-dokumen tentang SMP Negeri 13
Malang.3
E. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data yang di butuhkan, maka peneliti
mengemukakan beberapa tekhnik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan
penerlitian yaitu :
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dan melalui
pengamatan terhadap obyek penelitian, mencatat dengan sistematis hasil dari
pengamatan tersebut dalam penelitian. Dalam arti luas observasi sebenarnya tidak
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1998 ) Hal.107
3 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, ( Yoyakarta : Pustaka Pelajar, 2005 ), hal.5
46
terbatas pada pengamatan yang dilakukan dan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Asumsi penulis menggunakan metode ini adalah untuk mendapatkan
data yang meyakinkan kebenarannya yaitu data yang berkaitan dengan :
a. Kondisi obyek SMP Negeri 13 Malang baik secara fisik, sarana dan
prasarana serta upaya SMP Negeri 13 Malang dalam pelaksanaan
pendidikan akhlak dalam upaya membentuk perilaku siswa.
b. Sikap dan Perilaku siswa terhadap guru-guru dan teman - teman di
sekolah.
b. Metode Interview
Metode interview adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan jalan
tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada
tujuan penelitian. Pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik dalam
proses tanya jawab. Pedoman interview digunakan agar tidak mengalami kesulitan
dalam mengadakan wawancara dan kemungkinan yang tidak di inginkan yakni
pembicaraan yang melebar keluar dari maksud tujuan penelitian. Adapun
responden atau sasaran interview adalah kepala sekolah dan guru agama. Adapun
secara garis besar data yang ingin di peroleh yaitu :
a. Bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak di SMP Negeri 13 Malang
dalam upaya membentuk perilaku siswa
b. Faktor pendukung dan penghambatnya dalam pelaksanaan pendidikan
akhlak di SMP 13 Malang dalam upaya membentuk perilaku siswa
c. Materi pendidikan yang di prioritaskan
d. Peran guru di dalam pelaksanaan pendidikan akhlak
c. Metode Dokumentasi
46
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang telah di
dokumentasikan dalam bentuk buku-buku seperti buku induk, buku raport, buku
proibadi, surat keterangan dan sebagainya. Adapun data yang hendak diraih
adalah :
a. Gambaran umum objek penelitian seperti sejarah singkat SMP Negeri
13 Malang
b. Struktur orgainisasi, keadaan guru dan pegawai, keadaan siswa siswi
sekolah SMP Negeri 13 Malang
F. Tekhnik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang peneliti peroleh dari observasi, interview, dan
dokument