Post on 25-Jul-2019
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi merupakan kombinasi dari pengguna,
perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan sumber daya data. Kesemuanya
digunakan untuk mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam perusahaan.
Menurut Hall (2008, p7), sistem informasi adalah sekumpulan prosedur formal dimana
data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pengguna. Sistem
informasi sendiri dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dan
Sistem Informasi Manajemen (SIM).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah
rangkaian prosedur dan kombinasi dari pengguna, perangkat keras, piranti lunak, jaringan
komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, memproses, serta mendistribusikan
informasi.
2.1.2 Kerangka Kerja Sistem Informasi
Menurut Hall (2008, p8), SI dibagi menjadi dua tipe, yaitu : Sistem Infrmasi Akuntansi
(SIA) dan Sistem Informasi Manajemen (SIM). Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari tiga
subsistem, yaitu :
1. Transaction Proccessing System (TPS), bertugas mendukung operasional perusahaan
sehari-hari dengan sejumlah laporan, dokumen, dan pesan kepada pengguna di dalam
perusahaan.
2. General Ledger/Financial Reporting System (GL/FRS), bertugas untuk menghasilkan
laporan keuangan, seperti laporan laba-rugi, laporan arus kas, dan laporan lainnya
yang dibutuhkan.
3. Management Reporting System (MRS), bertugas menghasilkan laporan keuangan
dengan tujuan khusus. Laporan berisi informasi yang dibutuhkan pleh manajemen
perusahaan untuk pengambilan keputusan seperti anggaran biaya, variance report, dan
responsibility report.
8
9
2.2 Sistem Informasi Akuntansi
2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Gelinas dan Dull (2008, p14), SIA adalah spesialisasi subsistem dari SI untuk
mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan aspek
keuangan dari kejadian bisnis.
Menurut Hall (2008, p7), SIA adalah kumpulan subsistem yang memproses transaksi
keuangan dan non-keuangan yang secara langsung berpengaruh terhadap proses transaksi
keuangan. Untuk transaksi non-keuangan sendiri misalnya perubahan pada nama dan alamat
pelanggan tetap up-to-date.
Komputerisasi dalam SIA sangat membantu untuk mempercepat proses transformasi
data akuntansi menjadi informasi. Menurut Bodnar dan Hopwood (2010,p5), SIA adalah
sebuah sistem berbasis computer yang didesain untuk mengubah data akuntansi menjadi
informasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa SIA adalah suatu
sistem yang dirancang untuk mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data-data
dari transaksi akuntansi rutin menjadi informasi akuntansi sistematis. SIA digunakan untuk
memenuhi kebutuhan informasi dalam mendukung pengambilan keputusan oleh pihak
berkepentingan di dalam suatu perusahaan.
2.2.2 Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
SIA adalah subsistem dari SIM. Menurut McLeod dan Schell (2007,p11), SIM
merupakan sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi para pengguna yang
memiliki kebutuhan yang sama. Sama seperti SIM, berarti SIA juga menyediakan informasi
bagi pengguna yang memiliki kebutuhan akan informasi akuntansi. Informasi tersebut dapat
berupa laporan-laporan yang berguna untuk pengambilan keputusan.
Menurut Jones dan Rama (2006,p6), kegunaan SIA adalah :
1. Membuat laporan eksternal
SIA digunakan untuk menghasilkan laporan-laporan khusus untuk memenuhi
kebutuhan informasi dari para investor, kreditor, dinas pajak, badan-badan pemerintah,
dan yang lain.
2. Mendukung aktivitas rutin
Manajer membutuhkan SIA untuk menangani operasi rutin sepanjang siklus operasi
perusahaan. Contohnya antara lain menerima pesanan pelanggan, mengirimkan barang
10
dan jasa, membuat faktur penagihan pelanggan, dan menagih kas ke pelanggan.
3. Mendukung pengambilan keputusan
Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan non rutin pada
berbagai tingkat dalam organisasi.
4. Perencanaan dan pengendalian
SI digunakan untuk perencanaan dan pengendalian aktivitas. Informasi mengenai
anggaran dan biaya-biaya standar disimpan dalam SI dan laporan dirancang untuk
membandingkan antara anggaran yang ditetapkan dengan jumlah yang sebenarnya.
5. Implementasi pengendalian internal
Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan SI yang digunakan untuk
melindungi asset perusahaan dari kehilangan atau pencurian dan untuk memelihara
keakuratan data keuangan.
Menurut Hall (2008, p14), sebuah sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan
baik dapat memberikan kegunaan, sebagai berikut :
1. Untuk mendukung fungsi pengelolaan manajemen (to support the stewardship function
of management).
2. Mendukung operasional perusahaan sehari-hari (to support the firm’s day-to-day
operations).
3. Mendukung pengambilan keputusan manajemen (to support management decision
making).
Menurut Saodani dan Siamak Nejadhosseini (2012), Dalam sistem informasi
akuntansi, kualitas informasi yang diberikan sangat penting untuk keberhasilan sistem dan
menghasilkan informasi berkualitas dari AIS yang sangat penting bagi manajemen. Organisasi
bisnis sering menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menyediakan dukungan bagi
keputusan manajemen. Dukungan tersebut biasanya mencakup analisis keuangan dari akuntan
perusahaan. Analisis sering diambil untuk sistem informasi perusahaan akuntansi dengan
menggunakan teknologi bisnis, sistem ini dapat memproses jumlah berlebih dari dokumen
elektronik bagi pemilik dan manajer. Manajemen membandingkan informasi tentang kinerja
saat ini untuk anggaran, prakiraan, periode sebelumnya, atau tolok ukur lain untuk mengukur
sejauh mana tujuan dan sasaran yang dicapai dan mengidentifikasi hasil yang tidak diharapkan
atau kondisi yang tidak biasa yang memerlukan tindak lanjut. Dengan cara yang sama bahwa
manajer bertanggung jawab untuk mengidentifikasi risiko keuangan dan kepatuhan untuk
11
operasi mereka, mereka juga memiliki tanggung jawab untuk merancang, melaksanakan dan
memantau pengendalian internal sistem mereka. Internal kontrol biasanya berada di pusat
sekitar sistem informasi akuntansi perusahaan, yang merupakan fungsi utama untuk
memindahkan informasi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, pengendalian internal
membantu manajer untuk memonitor dan mengukur efektivitas operasi akuntansi atas kinerja.
2.2.3 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), ada enam komponen dalam sistem
informasi akuntansi, yaitu :
1. People, yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai fungsi.
2. Procedures and instruction, baik manual maupun otomatis, yang termasuk dalam
kegiatan pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data tentang kegiatan
organisasi.
3. Data, tentang organisasi dan proses bisnis organisasi.
4. Software, digunakan untuk memproses data organisasi.
5. Information technology infrastructure, mencakup komputer, peripheral device dan
peralatan jaringan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses,
menyimpan dan mentransformasikan data dan informasi.
6. Internal control and security measures, yang menjaga keamanan data dalam sistem
informasi akuntansi.
2.2.4 Siklus Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006,p29), siklus pemrosesan transaksi pada sistem
adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya
mulai dari proses pembelian, produksi, hingga penjualan barang dan jasa.
Siklus transaksi pada perusahaan dapat dibagi ke dalam lima subsistem,yaitu :
1. Revenue cycle, terjadi dari transaksi penjualan dan penerimaan kas.
2. Expenditure cycle, terdiri dari peristiwa pembelian dan pengeluaran kas.
3. Human Resource/ Payroll cycle, terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan
perekrutan dan pembayaran atas tenaga kerja.
4. Production cycle, terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan pengubahan bahan
mentah menjadi produk/jasa siap dipasarkan.
12
5. Financing cycle, terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan penerimaan modal
dari investor dan kreditor.
2.3 Sistem Informasi Akuntansi Pendapatan
Menurut Hall (2008, p43), siklus pendapatan merupakan siklus yang tersusun dari
proses penjualan kas, penjualan kredit, dan penerimaan kas dari penjualan kredit. Transaksi di
dalam siklus pendapatan juga memiliki komponen fisik (pemindahan barang atau jasa dari
penjual ke pembeli) dan komponen keuangan (penerimaan kas dari piutang pembeli).
Siklus pengeluaran dibagi menjadi dua subsistem, yaitu :
1. Sales order processing
Mayoritas penjualan dalam dunia bisnis dilakukan secara kredit dan melibatkan tugas-
tugas seperti menyiapkan permintaan penjualan, pembelian kredit, pengiriman barang
(atau pemberian jasa) kepada pelanggan, penagihan piutang, dan pencatatan transaksi
dalam akun (piutang, persediaan, biaya, dan penjualan).
2. Cash receipts
Terjadi pada penjualan kredit antara periode waktu point of sales dan receipt of cash.
Proses penerimaan kas meliputi mengumpulan kas, mendepositokan kas ke bank, dan
pencatatan kejadian yang terjadi dalam akun.
2.4 Proses-proses dalam Penjualan, Piutang Usaha, dan Penerimaan Kas
2.4.1 Proses Penerimaan Pesanan
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p356), dapat disimpulkan bahwa kegiatan
siklus pendapatan dimulai dari penerimaan pesanan pelanggan, dimana proses penerimaan
pelanggan terbagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu :
1. Taking customer order
Data pesanan pelanggan dicatat dalam sales order. Sales order berisi sejumlah
informasi mengenai nomor barang, jumlah barang, harga, dan keterangan penjualan
lainnya.
2. Credit approval
Bagi penjualan secara kredit, batasan kredit harus disetujui terlebih dahulu sebelum
diproses lebih lanjut. Bagi pelanggan yang sudah lama, perusahaan melihat sejarah
pembayaran kreditnya untuk kemudian dapat diberikan atau dinaikan batasan
kreditnya.
13
3. Checking inventory availability
Langkah ketiga adalah pengecekan ketersediaan barang yang dipesan oleh pelanggan
sehingga kemudian perusahaan menginformasikan kepada pelanggan mengenai
perkiraan tanggal pengiriman.
2.4.2 Proses Penagihan Piutang dalam Siklus Pendapatan
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p356), dapat disimpulkan bahwa, kegiatan
utama yang ketiga berkaitan dengan billing customer, yang terbagi dalam 2 (dua) tahap, yaitu:
1. Invoicing
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemrosesan informasi yang dikemas kembali dan
meringkas sejumlah informasi dari pengisian sales order sampai kegiatan pengiriman,
dokumen yang digunakan adalah sales invoice, yang menegaskan pada pelanggan
jumlah yang harus dibayar dan kemana pelanggan harus mengirimkan pembayaran.
2. Maintain accounts receivable
Fungsi ini dibagi dalam 2 (dua) tugas utama diantaranya yaitu menggunakan informasi
dalam invoice untuk mendebit akun pelanggan dan secara berkala mengkredit akun ini
ketika pembayaran diterima.
a. Open invoice method
Pelanggan biasanya membayar sejumlah uang menurut masing-masing invoice.
Biasanya 2 (dua) rangkap invoice yang akan dikirimkan ke pelanggan dimana 1
(satu) rangkap akan dikembalikan jika melakukan pembayaran. Copy ini
disebut remittance advice.
b. Balance forward method
Pelanggan biasanya membayar menurut jumlah yang ada pada laporan bulanan,
dibandingkan menurut invoice satuan. Laporan bulanan mendaftar semua
transaksi termasuk penjualan dan pembayaran yang ada selama bulan terakhir
serta menginformasikan pada pelanggan jumlah saldo piutang terakhir.
2.4.3 Proses Retur Barang
Menurut Hall (2008, p170), menyebutkan ada 6 proses dalam proses retur barang,
yaitu :
1. Prepare Return Slip
Ketika item dikembalikan, yang menerima adalah karyawan departemen, inspects, dan
menyiapkan return slip yang menjelaskan item tersebut. barang, bersama dengan
14
salinan slip return, diberikan ke gudang untuk diisi kembali. karyawan kemudian
mengirim salinan kedua dari return slip ke fungsi penjualan untuk mempersiapkan
memo kredit.
2. Prepare Credit Memo
setelah menerima return slip, karyawan penjualan mempersiapkan memo kredit.
dokumen ini adalah otorisasi bagi pelanggan untuk menerima kredit untuk barang
dagangan kembali.
3. Approve Credit Memo
Manajer kredit mengevaluasi keadaan pengembalian dan membuat penilaian untuk
memberikan (atau menolak) kredit. manajer kemudian kembali menyetujui memo
kredit pada departemen penjualan.
4. Update Sales Journal
Setelah menerima memo kredit yang telah disetujui, transaksi tersebut dicatat dalam
jurnal penjualan sebagai contra entry. memo kredit kemudian diteruskan ke fungsi
pengendalian persediaan untuk di-posting. pada akhir periode tersebut, total penjualan
kembali dirangkum dalam voucher jurnal dan dikirim ke buku besar departemen.
5. Update Inventory and Account Receivables Records
Fungsi pengendalian persediaan menyesuaikan catatan persediaan dan meneruskan
memo kredit kepada Tagihan rekening, di mana rekening pelanggan juga disesuaikan.
pengendalian persediaan periodik mengirimkan voucher jurnal meringkas total nilai
pengembalian persediaan untuk tugas pembaruan buku besar. Piutang menyerahkan
ringkasan akun piutang ke fungsi buku besar.
6. Update General Ledger
setelah menerima voucher jurnal dan informasi rekening ringkasan, fungsi buku besar
umum merekonsiliasi angka dan posting ke rekening.
2.4.4 Proses Pengiriman Barang
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p363), dapat disimpulkan bahwa kegiatan
utama yang kedua dalam siklus pendapatan adalah pengisian pesanan pelanggan dan
pengiriman pesanan pelanggan, yang terbagi dalam 2 (dua) tahap, yaitu :
1. Picking and packing the order
Fungsi gudang menggunakan picking ticket untuk mengidentifikasi produk yang akan
dikeluarkan dari gudang. Barang yang dikeluarkan dari gudang dihitung dan dicatat
pada picking ticket kemudian akan diserahkan ke fungsi pengiriman untuk dikirim.
15
2. Shipping the order
Fungsi pengiriman membandingkan jumlah fisik persediaan dengan jumlah yang ada
pada picking ticket dan sales order. Fungsi ini membawa surat muat (bill of lading)
yang merupakan perjanjian legal dalam memberikan tanggung jawab terhadap barang
yang dikirim.
2.4.5 Proses Penerimaan Kas
Menurut Hall (2008, p173), menyebutkan ada 5 prosedur yang terlibat dalam sistem
penerimaan kas, yang meliputi :
1. Remittance entry
Pada tahap ini, kasir akan mengumpulkan semua cek dan mencocokan dengan
remittance advice yang diterima, kemudian menjumlahkan semua cek yang diterima.
Kemudian remittance list, yang berisi daftar remittance advice secara keseluruhan
dibuat.
2. Depositing receipts
Salah satu salinan dari remittance list dikirimkan ke kasir yang akan membandingkan
dan merekonsiliasi. Kemudian, kasir ini akan membuat deposit slip dan cash receipt
transaction listing (jurnal). Setelah itu, barulah semua cek disetorkan ke bank.
3. Update Accounts Receivable
Remittance advice digunakan untuk mengirim ke rekening nasabah dalam buku besar
pembantu piutang. Secara berkala, perubahan saldo rekening dirangkum dan
diteruskan ke fungsi buku besar
4. Update General Ledger
setelah menerima voucher jurnal dan ringkasan akun, fungsi buku besar umum
dituliskan ke rekening kas dan rekening control piutang, dan file voucher jurnal.
5. Reconcile Cash Receipts and Deposits
Secara berkala (mingguan atau bulanan), seorang pegawai dari kantor pengawas (atau
karyawan tidak terlibat dengan prosedur penerimaan kas) menyatukan penerimaan kas
dengan membandingkan dokumen-dokumen berikut:
a. Salinan prelist yang terkait.
b. Slip penyetoran yang diterima dari bank.
c. Jurnal voucher yang terkait.
16
Menurut Tjie Ie Ming (2012), Prosedur Penerimaan Kas meliputi sebagai berikut :
1. Prosedur penerimaan kas dari over the counter sales.
Dalam penjualan tunai ini, pembeli datang ke perusahaan, melakukan pemilihan
barang atau produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran ke kasir, dan kemudian
menerima barang yang dibeli. Dalam over-the counter sales ini, perusahaan menerima
uang tunai, cek pribadi (personal check), atau pembayaran langsung dari pembeli
dengan credit card, sebelum barang diserahkan kepada pembeli.
2. Prosedur penerimaan kas dari cash on delivery sales (COD sales).
Cash on delivery sales (COD sales) adalah transaksi penjualan yang melibatkan kantor
pos, perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri dalam penyerahan dan
penerimaan kas dari hasil penjualan.
3. Prosedur penerimaan kas dari credit card sales.
Merupakan salah satu cara pembayaran bagi pembeli dan sarana penagihan bagi
penjual, yang memberikan kemudahan baik bagi pembeli maupun bagi penjual.
2.5 Dokumen yang Berkaitan dengan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan
Dokumen-dokumen yang biasa digunakan dalam sistem penjualan kredit, retur barang,
piutang, dan penerimaan kas menurut Mulyadi (2006, p214) adalah :
1. Surat Order Pengiriman
Dokumen ini merupakan lembar pertama surat order pengiriman yang memberikan
otorisasi kepada fungsi pengiriman untuk mengirimkan jenis barang dengan jumlah
dan spesifikasi seperti yang tertera di atas dokumen tersebut.
2. Tembusan Kredit (Credit Copy)
Dokumen ini digunakan untuk memperoleh status kredit pelanggan dan untuk
mendapatkan otorisasi penjualan kredit dari fungsi kredit
3. Surat Pengakuan (Acknowledgement Copy)
Dokumen ini dikirimkan oleh fungsi penjualan kepada pelanggan untuk memberitahu
bahwa ordernya telah diterima dan dalam proses pengiriman.
4. Surat Muat (Bill of Lading)
Tembusan surat muat ini merupakan dokumen yang digunakan sebagai bukti
penyerahan barang dari perusahaan kepada perusahaan angkutan umum.
17
5. Slip Pembungkus (Packing Slip)
Dokumen ini ditempelkan pada pembungkus barang untuk memudahkan fungsi
penerimaan di perusahaan pelanggan dalam mengidentifikasi barang-barang yang
diterimanya.
6. Tembusan Gudang (Warehouse Copy)
Merupakan tembusan surat order pengiriman yang dikirim ke fungsi gudang untuk
menyiapkan jenis barang dengan jumlah seperti yang tercantum di dalamnya, agar
menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman, dan untuk mencatat barang yang
dijual dalam kartu gudang.
7. Arsip Pengendalian Pengiriman (Sales Order Follow-up Copy)
Merupakan tembusan surat order pengiriman yang diarsipkan oleh fungsi penjualan
menurut tanggal pengiriman yang dijanjikan.
8. Arsip Index Silang (Cross-index File Copy)
Merupakan tembusan surat order pengiriman yang diarsipkan secara alfabetik menurut
nama pelanggan untuk memudahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pelanggan
mengenai status pemesanannya.
9. Faktur Penjualan (Customer’s Copies)
Dokumen ini merupakan lembar pertama yang dikirim oleh fungsi penagihan kepada
pelanggan.
10. Tembusan Piutang (Account Receivable Copy)
Dokumen ini merupakan tembusan faktur penjualan yang dikirimkan oleh fungsi
penagihan ke fungsi akuntansi sebagai dasar untuk mencatat piutang dalam kartu
piutang.
11. Tembusan Jurnal Penjualan (Sales Journal Copy)
Dokumen ini merupakan tembusan yang dikirim oleh fungsi penagihan ke fungsi
akuntansi sebagai dasar mencatat transaksi penjualan dalam jurnal penjualan.
12. Tembusan Analisis (Analysis Copy)
Dokumen ini merupakan tembusan yang dikirim oleh fungsi penagihan ke fungsi
akuntansi sebagai dasar untuk menghitung harga pokok penjualan yang dicatat dalam
kartu persediaan, untuk analisis penjualan, dan untuk perhitungan komisi penjualan
yang menjadi haknya.
13. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan
Dokumen pendukung yang digunakan untuk menghitung total harga pokok produk
yang dijual selama periode akuntansi tertentu.
18
14. Bukti Memorial
Dokumen sumber untuk dasar pencatatan ke dalam jurnal umum.
15. Credit Memo
Dokumen yang memungkinkan pengurangan kredit pelanggan akibat dari adanya retur
penjualan.
16. Laporan Penerimaan Barang
Dokumen pendukung yang melampiri memo kredit.
17. Bukti Kas Masuk
Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan berkurangnya piutang dari transaksi
pelunasan piutang oleh debitur.
18. Faktur Penjualan Tunai.
Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh
manajemen mengenai transaksi penjualan tunai.
19. Pita Register Kas (Cash Register Tape)
Dokumen ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan
merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang dicatat dalam jurnal
penjualan.
20. Bukti Setor Bank
Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank.
21. Rekap Harga Pokok Penjualan
Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga pokok produk
yang dijual selama satu periode.
2.6 Fungsi yang Terkait dalam Penjualan
Menurut Mulyadi (2006, p204), fungsi yang terkait dengan sistem penjualan adalah:
1. Fungsi kredit, bertanggung jawab dalam meneliti status kredit pelanggan dan
memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.
2. Fungsi penjualan, bertanggung jawab menerima order, mengedit order, meminta
otorisasi kredit, menentukan segala pengiriman dan bertanggung jawab atas transaksi
penjualan.
3. Fungsi gudang, bertanggung jawab untuk menyimpan dan menyiapkan barang yang
dipesan dan mengirimkan ke bagian pengiriman.
4. Fungsi pengiriman, bertanggung jawab untuk menyerahkan barang ke pelanggan
berdasarkan surat order pengiriman yang diterima dari bagian penjualan.
19
5. Fungsi akuntansi, bertanggung jawab untuk mencatat transaksi penjualan dan
mengirimkan pernyataan piutang kepada debitur, serta membuat laporan penjualan.
6. Fungsi penagihan, bertanggung jawab untuk membuat surat tagihan secara periode
kepada pemegang kartu kredit.
2.7 Syarat Pemberian Kredit
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p360), limit kredit untuk setiap pelanggan
ditetapkan berdasarkan histori kredit pada waktu lampau dan kemampuan pelanggan untuk
membayar. Pemeriksaan limit kredit dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah harga
pesanan yang dilakukan ditambah dengan saldo piutang sebelumnya dengan batas kredit yang
diberikan.
Menurut Munawir (2004, p235), pemberian kredit mengandung suatu tingkat resiko
(degree of risk) tertentu. Untuk menghindari maupun untuk memperkecil resiko kredit yang
mungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai atas dasar syarat-syarat yang
diterapkan bank secara teknis yang dikenal dengan 5C, yaitu :
1. Character
Mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak, dan kejujuran dari pimpinan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya.
2. Capacity
Menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya baik kemampuan
dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya.
3. Capital
Menunjukan posisi finansial perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukan oleh rasio
finansialnya dan penekanan pada kombinasi tangible et worth-nya.
4. Condition
Melihat kondisi ekonomi secara umum serta melihat kondisi pada sector usaha si
peminta kredit.
5. Collateral
Mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial pelanggan kepada bank.
20
2.8 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2.8.1 Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 dan versi terakhir Undang-undang
Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 3A sebagai berikut:
Pasal 3A ayat (1) :
Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1)
huruf a, huruf c, huruf f, huruf g dan huruf h, kecuali pengusaha kecil yang abtasannya
ditetapkan oleh menteri keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena pajak dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang.
Pasal 3 Ayat (1a) :
Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat memilih untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pasal 3 ayat (2) :
Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib
melaksanakan ketenutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 3 ayat (3) :
Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dari luar Daerah pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d dan/atau yang
memanfaatkan Jasa kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) huruf e wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang
terutang yang perhitungan dan tata caranya diatur dengan Peraturan Menteri keuangan.
2.8.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai
Herlina, R (2008:24) mengemukakan “Objek Pajak Pertambahan Nilai” adalah :
Objek atau sasaran dalam pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah
“Penyerahan”, yang biasanya dikatakan penjualan, namun tidak semua proses penjualan
dikenakan pajak. Dalam Pasal 4 Undang-undang No. 42 Tahun 2009 menjelaskan tentang
objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha.
2. Impor Barang Kena Pajak.
21
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha.
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean.
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean.
6. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak.
8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
2.8.3 Barang dan Jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 4A :
Ayat (2) yaitu Jenis barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah
barang tertentu dalam kelompok barang sebagai berikut :
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil lansung dari
sumbernya.
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
catering.
4. Uang, emas batangan, dan surat berharga.
Ayat (3) yaitu : Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah jasa
tertentu dalam kelompok jasa sebagai berikut :
a. Jasa Pelayanan kesehatan medis.
b. Jasa Pelayanan sosial.
c. Jasa pengiriman surat dengan perangko.
d. Jasa keuangan.
e. Jasa Asuransi.
f. Jasa keagamaan.
g. Jasa pendidikan.
h. Jasa kesenian dan hiburan.
22
2.9 Sistem Pengendalian Internal
2.9.1 Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Gelinas dan Dull (2008, p216), yang terdapat dalam Committee of Sponsoring
Organization (COSO), pengendalian internal didefinisikan sebagai suatu proses yang
dipengaruhi oleh suatu dewan direksi, manajemen, dan pihak personel lainnya dalam suatu
entitas, yang dirancang untuk menyediakan jaminan atau keyakinan yang layak atau memadai
berkenaan dengan pencapaian tujuan.
Menurut Rama dan Jones (2006,p13), pengendalian internal adalah aturan, kebijakan,
prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk menjamin data keuangan perusahaan
akurat dan dapat dipercaya serta melindungi asset perusahaan dari kehilangan atau pencurian.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah suatu
sistem informasi. Sistem pengendalian digunakan untuk menyediakan jaminan data keuangan
perusahaan akurat, serta terpercaya. Selain itu juga melindungi aset perusahaan dari pencurian
atau kehilangan.
Menurut Gramling, Audrey A, Hermanson, Dana R (2007), ada lima Kerangka
Internal Kontrol COSO yaitu :
1. penilaian risiko, dimana manajemen mendefinisikan tujuan keuangan organisasi
pelaporan, mengidentifikasi dan menganalisa risiko untuk mencapai tujuan pelaporan
keuangan, termasuk risiko penipuan, manajemen override, dan proses transaksi yang
tidak memadai.
2. Setelah kegiatan penilaian risiko, manajemen desain dan menerapkan lingkungan
pengendalian yang menetapkan nada dari perusahaan dan berfungsi sebagai garis
pertahanan pertama terhadap risiko yang teridentifikasi sebagai bagian dari penilaian
risiko. Nada ditetapkan pada suatu organisasi sangat membantu dalam menyoroti
komitmen organisasi terhadap kompetensi keuangan, termasuk kompetensi audit
internal, diperlukan untuk mengurangi risiko untuk mencapai tujuan pelaporan
keuangan.
3. Langkah berikutnya melibatkan desain dan implementasi berbagai kegiatan
pengendalian untuk mengurangi risiko untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan.
Contoh kegiatan pengendalian meliputi otorisasi, persetujuan, pemisahan tugas, dan
rekonsiliasi.
4. Informasi dan komunikasi adalah langkah keempat dalam proses dan melibatkan
pengembangan dan penerapan informasi dan komunikasi yang diperlukan untuk
mendukung pengendalian internal. Informasi yang efektif dan komunikasi harus
23
memungkinkan pihak-pihak terkait untuk memahami tanggung jawab kendali mereka
dan harus memungkinkan untuk investigasi yang efektif dan pengambilan keputusan.
5. Akhirnya, setelah manajemen telah efektif mengembangkan keempat komponen,
mereka kemudian akan perlu untuk mengembangkan kegiatan monitoring untuk
membantu memastikan bahwa semua aspek pengendalian internal atas pelaporan
keuangan terus beroperasi secara efektif dari waktu ke waktu.
2.9.2 Prinsip-prinsip Pengendalian Internal
Untuk mengamankan aset dan menyakinkan keakuratan dari data-data akuntansinya,
sebuah perusahaan harus menetapkan beberapa prinsip pengendalian yang spesifik.
Menurut Weygant et al (2005, p321), prinsip-prinsip pengendalian meliputi :
1. Establishment of Responsibility
Pengendalian akan menjadi sangat efektif apabila hanya satu orang yang bertanggung
jawab untuk satu tugas. Hal ini dimaksudkan supaya penelusuran mudah dilakukan.
2. Segregation of Duties
Pemisahan tanggung jawab sangat perlu dilakukan supaya antar satu karyawan dengan
karyawan yang lain dapat saling mengevaluasi. Aplikasi dari pemisahan tanggung
jawab mencakup dua hal :
a. Aktivitas-aktivitas yang berhubungan harus ditugaskan pada 2 orang yang
berbeda.
b. Tugas pencatatan asset harus dipisahkan dari tugas penyimpanan fisik aset.
3. Documentation Procedures
Beberapa prosedur harus diterapkan dalam dokumen. Misalnya, setiap dokumen harus
diberi nomor atau dokumen sumber untuk akuntansi harus diteruskan ke bagian
akuntansi.
4. Physical, Mechanical, and Electronic Controls
Contohnya, penggunaan brankas dengan kode rahasia, alarm anti pencuri, penggunaan
password untuk komputer dan sebagainya.
5. Independent internal verification
Untuk memaksimalkan keuntugan dari verifikasi, maka :
a. Verifikasi harus dilakukan secara periodic maupun secara tiba-tiba.
b. Verifikasi harus dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki hubungan
kepentingan dengan orang yang bertanggung jawab atas informasi tersebut.
24
c. Temuan verifikasi harus dilaporkan kepada tingkat manajemen yang
berwenang mengambil tindakan perbaikan.
6. Other controls
a. Menjamin perlindungan pada karyawan yang menangani uang tunai.
b. Merotasi tugas karyawan atau memberikan cuti pada karyawan.
2.9.3 Komponen-Komponen Pengendalian Internal
Menurut Jones dan Rama (2006,p105), komponen-komponen yang berhubungan
dengan pengendalian internal terdiri dari lima komponen, yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian
Berhubungan dengan beberapa faktor yang disusun oleh organisasi untuk
mengendalikan kesadaran para karyawannya. Factor tersebut berhubungan dengan
integritas, nilai etika, filosofi manajemen, dan gaya operasional. Termasuk di
dalamnya cara manajemen menetapkan otoritas dan tanggung jawab, mengatur, dan
mengembangkan sumber daya manusia serta perhatian dan petunjuk Dewan Direktur.
2. Penilaian Resiko
Merupakan proses identifikasi dan analisis terhadapt resiko yang dapat menghambat
pencapaian tujuan pengendalian internal.
3. Aktifitas Pengendalian
Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi. Dilakukan
untuk menangani resiko-resiko yang mungkin dan telah ada. Aktifitas pengendalian
mencakup :
a. Performance Review
Kegiatan yang berhubungan dengan analisis kinerja. Misalnya membandingkan
hasil yang didapat dengan anggaran, standar perhitungan, dan data periode
sebelumnya.
b. Segregation of Duties
Terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk mengotorisasi, melakukan,
mencatat transaksi, dan menjaga asset oleh karyawan yang berbeda.
c. Application Control
Pengendalian yang berhubungan dengan aplikasi SIA.
d. General Control
Pengawasan yang lebih luas, meliputi berbagai aplikasi. Pengawasan dilakukan
menyeluruh ke semua aplikasi, bukan hanya aplikasi SIA.
25
e. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi perusahaan adalah kumpulan dari prosedur (otomatis dan
manual) dan pencatatan proses yang terjadi dalam organisasi. Komunikasi
berhubungan dengan menyediakan pemahaman atas peraturan dan tanggung
jawab tertentu.
f. Pengawasan
Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan bahwa
semua berjalan sesuai tujuan yang diharapkan.
2.9.4 Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p196), berdasarkan COSO, Tujuan sistem
pengendalian internal adalah sebagai berikut :
1. Menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya (reability of financial
reporting).
2. Menghasilkan operasi yang efektif dan efisien (effectiveness and Efficiency of
operations).
3. Memenuhi hukum dan peraturan yang diterapkan (compliance with applicable laws
and regulations).
2.10 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
2.10.1 Perencanaan Strategis Sistem Informasi
Perencanaan strategis sistem informasi menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005,
p16) adalah sebuah rencana yang menjelaskan teknologi dan aplikasi yang dibutuhkan oleh
fungsi sistem informasi untuk mendukung rencana strategis perusahaan.
Dalam perencanaan strategis sistem informasi, tim pengembang pada perusahaan akan
menggabungkan dua rencana arsitektur, yaitu application architecture plan and technology
architecture plan. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p16) technology architecture
plan merupakan sebuah deskripsi dari hardware, software, dan jaringan komunikasi yang
dibutuhkan untuk mengimplementasi sistem informasi yang telah direncanakan.
26
2.10.2. Pengembangan Sistem
2.10.2.1 Konsep Pengembangan Sistem
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p47), metode pengembangan sistem
adalah acuan yang dapat diikuti untuk menyelesaikan setiap aktivitas dalam pengembangan
sistem, termasuk models, tools, dan teknik-teknik tertentu. Model dalam definisi ini adalah
perumpamaan dari aspek penting dalam dunia nyata. Sedangkan tools adalah software
pendukung yang membantu membuat model atau komponen lain yang dibutuhkan dalam
proyek.
2.10.2.2 Unified Modeling Language (UML)
Model dalam metodologi pengembangan sistem mencakup perumpamaan inputs,
outputs, proses, data, interaksi antar obyek, lokasi, network, dan peralatan. Model-model ini
digambar dalam bentuk diagram sesuai dengan notasi yang didefinisikan oleh Inified
Modeling Language (UML). Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p48) UML adalah
seperangkat kontruksi model dan notasi yang dikembangkan terutama untuk pengembangan
berorientasi obyek.
2.10.2.3 Motodologi Pengembangan Sistem
Salah satu metodologi yang dapat digunakan dalam pengembangan sistem adalah
Unified Process (UP). UP merupakan sebuah metodologi pengembangan sistem yang
berorientasi obyek. UP kini sudah menjadi salah satu metodologi yang paling banyak
digunakan untuk pengembangan sistem berorientasi obyek.
2.10.3 Konsep Object Oriented
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p60), pengertian dari pendekatan
berorientasi obyek adalah suatu pendekatan pengembangan sistem yang memandang sistem
informasi sebagai sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas-tugas.
Analisis yang digunakan dalam pengembangan sistem dengan pendekatan berorientasi
obyek adalah object oriented analysis (OOA). Object Oriented Analysis menjabarkan semua
jenis obyek yang bekerja dalam sistem dan menunjukan interaksi yang dibutuhkan pengguna
untuk menyelesaikan tugas-tugas. Sedangkan Object Oriented Design (OOD) menjabarkan
semua jenis obyek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan peralatan-
27
peralatan dalam sistem menunjukan bagaimana obyek-obyek saling berinteraksi untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan memperjelas definisi dari setiap obyek sehingga dapat
diimplementasi dengan bahasa tertentu.
Menurut Hendri (2007), Object Oriented Analysis Adalah suatu metode dalam
pengembangan perangkat lunak berbasis object. Yang dimaksud dengan object bisa dipandang
sebagai suatu item informasi atau representasi entitas di dunia nyata. Seperti contohnya dalam
sistem reservasi penerbangan hal-hal yang bisa disebut sebagai object seperti pesawat, jalur
penerbangan dll. Dengan metode ini kita mempresentasikan sebuah permasalahan dalam dunia
nyata kedalam object-object, khususnya dalam pegembangan perangkat lunak, agar dalam
pelaksanaannya kita mendapatkan berbagai keuntungan dan kelebihan. Dari beberapa
keuntungan dan kelebihannya, metode ini nantinya akan mendukung dalam konsep dibawah
ini :
1. Maintainability , yaitu tingkat kemudahan dalam mengakomodasi perubahan-
perubahan.
2. Mengurangi kompleksitas dalam perarancangan design system.
3. Reusability , kemampuan untuk bisa digunakan kembali sehingga dapat menghemat
waktu dan biaya.
Dengan adanya konsep tersebut membuat metode ini seirng digunakan pada masa
sekarang. Kemampuannya untuk dapat digunakan kembali akan mendukung terciptanya suatu
perangkat lunak yang lebih sempurna dari yang sebelumnya dikarenakan kekurangan dari
perangkat lunak sebelumnya diperbaiki, dan kelebihannya tetap dipertahankan. Jadi bisa
muncul sebuah perangkat lunak baru dengan kemampuan yang selalu lebih dari pada
sebelumnya.
2.10.4 System Requirements
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p130) secara umum system requirements
dibagi ke dalam dua kategori, yaitu :
1. Functional requirement
Mencakup semua aktifitas yang harus dapat ditangani oleh sistem atau fungsi-fungsi
yang harus ada pada sistem.
2. Nonfunctional requirement
Mencakup karakteristik sistem selain aktifitas yang harus ada pada sistem.
Nonfunctional requirement dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
28
a. Technical requirements
Menjelaskan karakteristik operasional yang berhubungan dengan lingkungan
organisasi, hardware, dan software.
b. Performance requirements
Menjelaskan karakteristik perasional yang berhubungan dengan pengukuran
beban kerja, seperti waktu respon.
c. Usability requirements
Menjelaskan karakteristik operasional yang berhubungan dengan users, seperti
tampilan antar muka (interface), prosedur kerja, bantuan online, dan
dokumentasi.
d. Reliability requirements
Menjelaskan karakteristik operasional yang berhubungan dengan
ketergantungan suatu sistem, pencatatan untuk semua event atau kejadian,
pemrosesan kesalahan, dan deteksi serta perbaikan kesalahan.
e. Security requirements
Menjelaskan pembagian akses setiap user pada fungsi-fungsi yang ada pada
sistem.
2.10.5 Event Table
Event-event dalam pengembangan sistem perlu dijabarkan untuk menentukan apakah
use case perlu merespon setiap event-event tersebut. Event-event tersebut dapat dimasukan ke
dalam table yang disebut event table.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p174), event table adalah sebuah katalog
dari use case yang mendaftar event-event ke dalam baris-baris dan potongan informasi
mengenai setiap event tersebut ke dalam kolom-kolom.
2.10.6 Use Case
Use case merupakan pendekatan visual yang dapat digunakan untuk proses pemodelan
dalam pengembangan sistem. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p166), Use case
merupakan aktifitas yang dilakukan sistem yang biasanya berupa respon terhadap permintaan
pengguna.
Dalam penggambaran use case diagram, digunakan beberapa symbol atau lambing
untuk merepresentasikan setiap pengguna dan apa saja yang dilakukan sistem untuk merespon
permintaan pengguna atas sistem.
29
2.10.7 Use Case Description
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p220), Use Case Description adalah
penjelasan yang lebih detil mengenai proses dari sebuah use case. Use Case Description dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Brief Description
Digunakan untuk use case yang sangat sederhana dan bila sistem yang
dibangun berskala kecil.
2. Intermediate Description
Merupakan pengembangan dari brief description untuk menyertakan aliran
internal dari aktifitas untuk sebuah use case. Exception dapat di
dokumentasikan jika diperlukan.
3. Fully Developed Description
Metode paling formal yang dapat digunakan dalam mendokumentasikan use
case.
2.10.8 Domain Class Diagram
Class diagram merupakan diagram yang digunakan untuk mendefiniisikan kelas-kelas
problem domain. Oleh karena itu, class diagram disebut juga domain model class diagram.
Domain model class diagram menurut Satzinger, Jackson, dan burd (2005, p184), merupakan
sebuah diagram UML yang menggambarkan semua yang penting dalam pekerjaan user, kelas-
kelas problem domain, atribut, serta hubungan antar class.
Dalam class diagram, sebuah class digambarkan dengan bentuk kotak. Kotak ini
terdiri dari tiga bagian, yaitu nama kelas di bagian atas, atribut-atribut dari kelas tersebut di
bagian tengah, dan method di bagian tengah. Sedangkan hubungan antar class digambarkan
dengan garis penghubung antar class.
Class_Name
-Class_Atrribute
+Method()
Table 2.1 Contoh Class
30
Hubungan antar class yang digambarkan dengan garis penghubung disebut multiplicity
of association. Hubungan antar class ini dapat dibedakan menjadi enam jenis yang
digambarkan dalam table sebagai berikut :
Hubungan Simbol
Zero to one (optional) 0..1
One and only one (mandatory) 1
One and only one alternate (mandatory) 1..1
Zero or more (optional) 0..*
Zero or more alternate (optional) *
One or more (mandatory) 1..*
Tabel 2.2 Hubungan Relasional Antar Class
2.10.9 Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p144) Activity Diagram merupakan
diagram yang digunakan untuk menggambarkan aliran kerja dari aktifitas user secara
berurutan.
Dalam menggambarkan activity diagram terdapat beberapa symbol yang digunakan,
yaitu :
1. Synchronization bar
Merupakan notasi yang digunakan untuk mengontrol pemisahan atau
penyatuan dari jalur yang berurutan.
2. Swimlane
Merupakan suatu daerah persegi dalam activity diagram yang mewakili
aktivitas-aktivitas yang diselesaikan agen tunggal.
3. Strating activity (pseudo)
Merupakan notasi yang menandakan dimulainya sebuah aktivitas.
4. Transition arrow
Merupakan garis penunjuk panah yang menggambarkan transisi dari suatu
aktivitas dan arah dari suatu aktivitas.
5. Activity
Merupakan notasi yang menggambarkan suatu aktivitas.
31
6. Ending activity (pseudo)
Merupakan notasi yang menandakan berakhirnya suatu aktivitas.
2.10.10 Sequence activity (pseudo)
Sequence diagram merupakan diagram yang digunakan untuk menjelaskan interaksi
antar obyek. Sequence diagram juga menggambarkan interaksi antara sistem dengan dunia
luar yang digambarkan sebagai actor. Actor sebagai pengguna sistem memberikan pesan
kepada sistem dan sistem akan mengembalikan data.
Dalam sequence diagram digunakan beberapa notasi untuk membuat sequence
diagram, yaitu :
1. Lifeline atau object lifeline
Berupa garis vertical di bawah obyek yang berguna untuk menunjukan waktu
hidup obyek.
2. Object
Berupa symbol orang yang berguna sebagai penggambaran pengguna sistem
atau sistem yang terotomatisasi.
3. Input Message
Berupa garis horizontal yang menggambarkan pesan masukan dari user.
4. Output Message
Berupa garis horizontal putus-putus yang menggambarkan keluaran atau hasil
dari inputan user.
2.10.10.1 System Sequence Diagram
System sequence diagram merupakan sebuah diagram yang menunjukan interaksi
antara sistem dan dunia luar yang diwakilkan oleh actor. Interaksi antara sistem dan actor
dilakukan dengan pesan yang diberikan oleh actor ke sistem dan sistem akan mengembalikan
output untuk tampilan.
2.10.11 User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p442), User Interface adalah bagian dari
sistem informasi yang membutuhkan interaksi dari user untuk membuat input dan output.
32
2.11 Penjualan, Piutang Usaha, dan Penerimaan Kas
2.11.1 Pengertian Penjualan
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(2009,pasal 23), menyatakan bahwa penjualan barang meliputi barang yang diproduksi
perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang
yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali.
“Revenue are increases is owner’s equity as a result of selling service or products to
customer”. (Warren et al., 2011, p54)
Yang artinya pendapatan adalah kenaikan ekuitas pemilik sebagai hasil dari penjualan barang
atau jasa kepada konsumen.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktifitas normal perusahaan selama suatu periode sehingga
mengakibatkan kenaikan ekuitas pemilik yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal,
melainkan sebagai hasil dari penjualan barang dan jasa kepada konsumen.
Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2005, p404) jurnal yang terkait dengan
penjualan adalah :
1. Penjualan Tunai
Date Cash xxx
Sales xxx
2. Penjualan Kredit
Date Account Receivable xxx
Sales xxx
2.11.2 Pengertian Piutang Dagang
Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2005, p363), piutang dagang adalah jumlah
yang terhutang dari individu dan perusahaan lain yang dapat ditagih menjadi kas.
Menurut Bonar dan Hopwood (2010, p295) piutang dagang adalah uang yang terutang
oleh konsumen atas barang atau jasa yang telah dijual/diberikan kepadanya.
33
Dari dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa piutang dagang adalah jumlah
uang terhutang dari pelanggan baik dari barang atau jasa yang telah diberikan.
Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2005, p404) jurnal yang terkait dengan
piutang dagang adalah :
Date Cash xxx
Account Receivable xxx
Menurut Kuhn dan Bill (2006), untuk mengelola piutang secara efektif memerlukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan kebijakan kredit secara tertulis yang mencakup syarat penjualan,
persetujuan kredit, batas kredit, account baru, perubahan status kredit, kewenangan
untuk mengesampingkan kebijakan kredit dan prosedur komunikasi, terutama dengan
personil penjualan dan pelanggan.
2. Menyelidiki aplikasi kredit dengan hati-hati. Setidaknya mendapatkan tiga referensi
kredit dan meninjau mereka secara menyeluruh.
3. Setelah kredit batas dan persyaratan yang ditetapkan, menegakkan mereka.
4. Konsisten, tegas, dan tangguh. Dan bisa untuk mengatakan "tidak."
5. Secara teratur memeriksa status kredit dari account besar.
2.11.3 Pengertian Penerimaan Kas
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, seperti pada Standar Akuntansi Keuangan (2009,
pasal 2), setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan dengan
cepat dapat disajikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi perubahan nilai yang
signifikan.
“Cash is coins, currency (paper money), checks, money orders, and money on deposit
that is available for unrestricted withdrawal from banks and other financial institution”.
(Warren et al., 2011, p363)
Yang artinya kas adalah uang logam, mata uang (uang kertas), cek, wesel, dan uang di
deposito yang tersedia untuk penarikan tidak terbatas dari bank dan lembaga keuangan
lainnya.
34
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid,
berjangka pendek, dan dengan cepat dapat tersedia untuk penarikan dalam jumlah tertentu dari
bank dan lembaga keuangan lainnya tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang
signifikan.
Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2005, p404) jurnal yang terkait dengan
penerimaan kas adalah :
1. Perimaan Kas pada Penjualan Tunai
Date Cash xxx
Sales xxx
2. Penerimaan Kas pada Penjualan Kredit
Date Account Receivable xxx
Cash xxx
2.11.4 Pengertian Retur Barang
Menurut Hall (2008, p170), retur adalah ketika pelanggan mengembalikan barang
dagangan yang telah mereka beli karena beberapa alas an, antara lain penjual mengirimkan
barang dagang yang salah, barang tersebut cacat, produk rusak dalam pengiriman, penjual
melakukan pengiriman barang terlambat atau tertunda dalam perjalanan, dan pembeli menolak
pengiriman tersebut. Ketika terjadi pengembalian, pembeli akan meminta penjual untuk
menjamin suatu credit allowance atas produk yang tidak diinginkan.
Menurut Mulyadi (2006, p226), retur adalah tindakan pengembalian barang yang
dilakukan oleh konsumen dikarenakan ketidaksesuaian dengan yang dipesan sebelumnya atau
adanya kecacatan produk atau menukar jenis barang yang telah dipesan dimana barangnya
ditukar dengan barang lagi.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa retur penjualan merupakan
suatu kondisi di mana barang dagangan yang telah dibeli oleh pembeli dikembalikan kepada
pihak penjual karena suatu alasan dan pembeli akan melakukan kalim atas barang yang
dikembalikan dengan pengembalian uang atau alokasi kredit yang mengurangi piutang di
penjualannya.
35
Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2005, p202) jurnal yang terkait dengan retur
pembelian adalah :
Date Sales Returns and Allowances xxx
Account Receivable xxx
2.11.5 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Menurut Mardiasmo (2008, p270), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang
dikenakan dari produsen ke konsumen. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) disebut Value Added
Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST).
Menurut Rusdji (2007, p95), PPN yang dipungut berdasarkan Undang-Undang Nomor
8 tahun 1983 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added)
yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi setiap jalur.
PPN termasuk jenis pajak tidak langsung maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak
lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak
(konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang dia tanggung.
Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2005, p202) jurnal yang terkait dengan pajak
penjualan adalah :
Date Cash/Account Receivable xxx
Revenue xxx
Sales Tax Payable xxx
Ketika dibayarkan kepada Negara :
Date Sales Tax Payable xxx
Cash xxx
36
2.12 Proses Analisis Desain Sistem Rekomendasi
Dalam pembuatan sistem rekomendasi untuk siklus penjualan pada PT. Kreasi Muda
Altekindo penulis menggunakan proses analisis sistem dengan menggunakan Perancangan
Berbasis Objek (Object-oriented Analysis and Design/OOAD) dikarenakan Metode OOAD
melakukan pendekatan terhadap masalah dari perspektif obyek, tidak pada perspektif
fungsional seperti pada pemrograman terstruktur. Akhir-akhir ini penggunakan OOAD
meningkat dibandingkan dengan pengunaan metode pengembangan software dengan metode
tradisional. Sebagai metode baru dan sophisticated bahasa pemrograman berorientasi obyek
diciptakan, hal tersebut untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan pendekatan berorientasi
obyek pada aplikasi bisnis.
Metode pengembangan perangkat lunak berorientasi objek yang sudah dikenal, dan
diantaranya adalah :
1. Object Oriented Analysis (OOA) dan Object Oriented Design (OOD) dari Peter Coad
dan Edward Yourdon [1990].
2. Object Modeling Technique (OMT) dan James Rumbaugh, Michael Blaha, William
Premerlan, Frederick Eddy dan William Lorensen [1991].
3. Object Oriented Software Engineering (OOSE) dan Ivar Jacobson [1992].
4. Booch Method dari Grady Booch [1994].
5. Sritrop dari Steve Cook dan John Daniels [1994].
6. UML (Unified Modeling Language) dari James Rumbaugh. Grady Booch dan Ivar
Jacobson [1997].
Metodologi pengembangan sistem berorientasi objek mempunyai tiga karakteristik
utama, yaitu:
1. Encapsulation
a. Encapsulation merupakan dasar untuk pembatasan ruang lingkup program
terhadap data yang diproses.
b. Data dan prosedur atau fungsi dikemas bersama-sama dalam suatu objek,
sehingga prosedur atau fungsi lain dari luar tidak dapat mengaksesnya.
c. Data terlindung dari prosedur atau objek lain, kecuali prosedur yang berada
dalam objek itu sendiri.
37
2. Inheritance
a. Inheritance adalah teknik yang menyatakan bahwa anak dari objek akan
mewarisi data/atribut dan metode dari induknya langsung. Atribut dan metode
dari objek dari objek induk diturunkan kepada anak objek, demikian
seterusnya.
b. Inheritance mempunyai arti bahwa atribut dan operasi yang dimiliki bersama
di anatara kelas yang mempunyai hubungan secara hirarki.
c. Inheritance menggambarkan generalisasi sebuah kelas.
3. Polymorphism
a. Polimorfisme yaitu konsep yang menyatakan bahwa sesuatu yang sama dapat
mempunyai bentuk dan perilaku berbeda.
b. Kemampuan objek-objek yang berbeda untuk melakukan metode yang pantas
dalam merespon pesan yang sama.
c. Seleksi dari metode yang sesuai bergantung pada kelas yang seharusnya
menciptakan objek.
Kelebihan dari metode perancangan ini adalah sebagai berikut :
a. Dibandingkan dengan metode SSAD, OOAD lebih mudah digunakan dalam
pembangunan sistem.
b. Dibandingkan dengan SSAD, waktu pengembangan, level organisasi,
ketangguhan,dan penggunaan kembali (reuse) kode program lebih tinggi
dibandingkan dengan metode OOAD.
c. Tidak ada pemisahan antara fase desain dan analisis, sehingga meningkatkan
komunikasi antara user dan developer dari awal hingga akhir pembangunan
sistem.
d. Analis dan programmer tidak dibatasi dengan batasan implementasi sistem,
jadi desain dapat diformliasikan yang dapat dikonfirmasi dengan berbagai
lingkungan eksekusi.
e. Relasi obyek dengan entitas (thing) umumnya dapat di mapping dengan baik
seperti kondisi pada dunia nyata dan keterkaitan dalam sistem. Hal ini
memudahkan dalam mehami desain.
f. Memungkinkan adanya perubahan dan kepercayaan diri yang tinggi terhadap
kebernaran software yang membantu untuk mengurangi resiko pada
pembangunan sistem yang kompleks.
38
g. Encapsliation data dan method, memungkinkan penggunaan kembali pada
proyek lain, hal ini akan memperingan proses desain, pemrograman dan
reduksi harga.
h. OOAD memungkinkan adanya standarisasi obyek yang akan memudahkan
memahami desain dan mengurangi resiko pelaksanaan proyek.
i. Dekomposisi obyek, memungkinkan seorang analis untuk memcah masalah
menjadi pecahan-pecahan masalah dan bagian-bagian yang dimanage secara
terpisah. Kode program dapat dikerjakan bersama-sama. Metode ini
memungkinkan pembangunan software dengan cepat, sehingga dapat segera
masuk ke pasaran dan kompetitif. Sistem yang dihasilkan sangat fleksibel dan
mudah dalam memelihara.
2.13 Analisis Biaya dan Manfaat Pada Sistem Rekomendasi
Efektifitas penggunaan sistem informasi manajemen secara umum memang sangat
sulit diidentifikasi, hal ini dikarenakan pengembangan sistem informasi manajemen yang
biasanya menyita banyak investasi perusahaan ternyata tidak bisa memberikan kepastian
pengembalian hasil yang nyata secara ekonomis. Kenyataan ini menyebabkan kebingungan
para pengambil keputusan strategis perusahaan dalam mencari alat analisis yang dapat
mendukung dalam memutuskan untuk membeli atau mengembangkan sistem informasi
perusahaan untuk mendukung efektifitas kinerja operasional sehari-hari perusahaannya.
Secara umum memang sulit bagi kita untuk mengukur secara ekonomis tingkat pengembalian
hasil dari suatu investasi pengembangan sistem informasi manajemen, hal ini lebih
dikarenakan sulitnya mengukur nilai keuntungan ekonomis yang dihasilkan dari sebuah sistem
informasi manajemen karena yang dihasilkan lebih berupa peningkatan kinerja operasional
perusahaan yang sifatnya intangible. Sebenarnya sudah ada metode pengukuran yang dapat
dipakai untuk mengantisipasi permasalahan tersebut. Namun diyakini bahwa metode tersebut
masih belum bisa memberikan peertimbangan penilaian yang akurat atas tingkat kelayakan
secara ekonomis pengembangan suatu sistem informasi manajemen yang lebih dikarenakan
kesulitan dalam mengkonversikan peningkatan kinerja operasional perusahaan dalam satuan
nilai ekonomis (moneter) yang nyata.
Pembangunan / Pengembangan sistem informasi merupakan suatu investasi dari
seluruh sumber daya yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat dimasa mendatang.
Dimana investasi yang dikeluarkan, sebagai hasilnya adalah, suatu sistem informasi yang
nantinya, akan memberikan manfaat baru yang dapat berupa PENGHEMATAN,
39
EFEKTIFITAS serta EFISIENSI dari segi biaya. Akan tetapi apabila manfaat yang
diharapkan lebih kecil, dari sumber daya yang dikeluarkan, maka sistem informasi tersebut,
dikatakan TIDAK LAYAK untuk dibangun atau dikembangkan.
Oleh karena itu, sebelum sistem informasi tersebut dibangun atau dikembangkan,
maka perlu dihitung KELAYAKAN EKONOMISNYA. Untuk melakukan proses ANALISA
BIAYA & MANFAAT ini diperlukan 2 (dua) komponen :
1. komponen biaya yang berhubungan dengan pengembangan sebuah sistem informasi
dapat diklasifikasikan dalam empat kategori, yaitu :
a. Procurement Cost
Procurement Cost atau biaya pengadaan adalah semua biaya yang dikeluarkan
berkaitan dengan pengadaan hardware. Diantaranya adalah seperti : biaya
konsultasi pengadaan hardware, biaya pembelian hardware, biaya instalasi
hardware, biaya fasilitas (ruang, ac, dll.), biaya modal untuk pengadaan
hardware, biaya manajerial dan personalia untuk pengadaan hardware. Biaya
pengadaan ini biasanya dikeluarkan pada tahun-tahun pertama (initial cost)
sebelum sistem dioperasikan, kecuali apabila pengadaan hardware dilakukan
dengan cara leasing.
b. Start Up Cost
Start Up Cost atau biaya persiapan operasional adalah semua biaya yang
dikeluarkan sebagai upaya membuat sistem siap untuk dioperasionalkan.
Biaya-biaya persiapan operasional meliputi : biaya pembelian software system
informasi berikut instalasinya, biaya instalasi perangkat komunikasi/jaringan,
biaya reorganisasi, biaya manajerial dan personalia untuk persiapan
operasional. Sama dengan biaya pengadaan, biaya persiapan operasional ini
juga merupakan “initial cost”.
c. Project Related Cost
Project Related Cost atau biaya proyek adalah biaya yang berkaitan dengan
biaya mengembangkan sistem termasuk biaya penerapannya. Biaya proyek
diantaranya adalah : biaya analisis sistem; seperti biaya untuk mengumpulkan
data, biaya dokumentasi (kertas, fotocopy, dll), biaya rapat, biaya staff analis,
biaya manajerial dalam tahap analisis sistem; biaya disain sistem; seperti biaya
dokumentasi, biaya rapat, biaya staff analis, biaya staff pemrograman, biaya
pembelian software aplikasi, biaya manajerial dalam tahap desain sistem, biaya
penerapan sistem; seperti biaya pembuatan form baru, biaya konversi data,
40
biaya pelatihan sumber daya manusia, biaya manajerial dalam tahap penerapan
sistem. Bila sistem dikembangkan secara “outsourcing” dengan menggunakan
konsultan dari luar perusahaan, maka diperlukan biaya tambahan, yaitu biaya
konsultasi.
d. Ongoing and Maintenance Cost
Ongoing and Maintenance Cost atau biaya operasional adalah biaya untuk
mengoperasikan sistem agar sistem dapat beroperasi dengan baik. Sedangkan
biaya perawatan adalah biaya untuk merawat sistem dalam masa
pengoperasionalannya. Yang termasuk biaya operasi dan perawatan sistem
adalah: biaya personalia (operator, staff administrasi, staff pengolah data, staff
pengawas data), biaya overhead (telepon, listrik, asuransi, keamanan, supplies),
biaya perawatan hardware (reparasi, service), biaya perawatan software
(modifikasi program, penambahan modul program), biaya perawatan peralatan
dan fasilitas, biaya manajerial dalam operasional sistem, biaya kontrak untuk
konsultan selama operasional sistem, biaya depresiasi. Biaya operasional dan
perawatan biasanya terjadi secara rutin selama usia operasional sistem.
2. Sedangkan komponen manfaat atau dalam hal ini dapat disebut pula sebagai efektivitas
yang di dapat dari sebuah sistem informasi dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a. Manfaat atau efektifitas yang didapat dari pengurangan biaya.
b. Manfaat atau efektifitas yang didapat dari pengurangan kesalahan-kesalahan.
c. Manfaat atau efektifitas yang didapat dari peningkatan kecepatan aktivitas.
d. Manfaat atau efektifitas yang didapat dari peningkatkan perencanaan dan
pengendalian manajemen.
Manfaat atau efektifitas dari sebuah sistem informasi dapat juga diklasifikasikan dalam
dua bentuk yaitu :
1. Tangible Benefits atau manfaat keuntungan yang berwujud adalah keuntungan
penghematanpenghematan atau peningkatan-peningkatan di dalam perusahaan yang
dapat di ukur secara kuantitatif dalam bentuk satuan nilai moneter/uang. Diantaranya
adalah: keuntungan dari pengurangan biaya operasional, keuntungan dari pengurangan
kesalahan-kesalahan proses, keuntungan dari pengurangan biaya telekomunikasi,
keuntungan akibat peningkatan penjualan, keuntungan akibat pengurangan biaya
persediaan, dan keuntungan akibat pengurangan kredit yang tidak tertagih.
41
2. Intangible Benefits atau manfaat keuntungan yang tidak berwujud adalah nilai
keuntungan yang sulit atau tidak mungkin di ukur dalam bentuk satuan nilai
moneter/uang. Diantaranya adalah seperti : keuntungan akibat peningkatan pelayanan
yang lebih baik kepada pelanggan, keuntungan akibat peningkatan kepuasan kerja
sumber daya manusia yang ada, dan keuntungan akibat peningkatan pengambilan
keputusan manajerial yang lebih baik. Intangible benefits sulit untuk diukur dalam
satuan nilai moneter/uang, karena itu cara pengukurannya dapat dilakukan dengan
menggunakan penaksiran. Sebagai contoh : kualitas pelayanan kepada pelanggan yang
menjadi lebih baik merupakan salah satu bentuk intangible benefits. Dan tentu saja
akan sulit untuk mengukur dalam satuan nilai uang peningkatan pelayanan yang lebih
baik tersebut.
42
2.14 Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir PT. Kreasi Muda Altekindo