Post on 02-Mar-2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Menginginkan alam lingkungan yang baik bukan saja harapan dari manusia itu sendiri
tapi juga makluk lainnya yang mendiami dunia, baik hewan ataupun tumbuhan. Karenanya
jikalau alam termasuk didalamnya hutan ataupun gunung rusak maka akan berpengaruh pada
habitat makluk hidup yang ada.
Berbagai macam masalah lingkungan telah menjadi ancaman serius bagi kehidupan
manusia. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh banjir, misalnya, seringkali disebabkan
oleh pengelolaan ekosistem yang salah oleh manusia. Banyak hutan di lereng-lereng gunung
dibabat untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian atau pemukiman. Akibatnya air tidak bisa
meresap ke dalam tanah dan pada gilirannya mengalir di permukaan tanah berupa banjir1.
Dewasa ini manusia diperhadapkan dengan persoalan serius yang menentukan
kelangsungan hidup mereka dan semua makluk yang ada di alam semesta ini, yaitu krisis
lingkungan. Kesadaran akan ancaman ini mulai tampak pada awal tahun 1970-an, sebagai akibat
dari berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan baik air, udara, maupun tanah2. Berbagai
macam isu global yang menjadi sorotan dunia beberapa tahun belakangan ini diantaranya isu
pemanasan global (Global Warning). Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah
meningkat 0.74+ 0.18 C (1.33 + 0.32 F) selama seratus tahun terakhir3. Intergovernmental Panel
On Climate Change (IPCC)4 menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata
global sejak pertengahan abad ke 20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktifitas manusia melalui rumah kaca. Kesimpulan dasar
ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademik
sains nasional dari Negara-negara G85.
1 Freddy Buntaran, Saudari Bumi Saudara manusia, Sikap iman dan kelestarian lingkungan, (Yogyakarta : Kanisius
1996) h. 16 – 17. 2 Ian G. Barbour, Menemukan Tuhan Dalam Sains Kontemporer dan Agama Terje. Fransiscus Borgias, (Bandung :
Mizan, 2005) h. 262. 3 Team MPB, “Tebang satu beringin, tanam sejuta kuingin”, Gebrakan 100 hari kerja Gubenur & Wakil Gubenur Papua,
(Jayapura : Majalah Papua Bangkit, 2013), h. 63. 4 Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebuah badan ilmiah antar-pemerintah dibentuk oleh UNEP
(Program Lingkungan PBB) dan WMO (Organisasi Meteorological Dunia) untuk memberi masukan dan penilaian
menyangkut perubahan iklim, stabilisasi iklim agar mencapai level yang paling tidak berbahaya menghendaki puncak
emisi gas rumah kaca dunia maksimal sebelum 2015 dan berkurang 50 sampai 85% antara sekarang dan tahun 2050,
dibandingkan tahun 2000. 5 Team MPB, Majalah Papua Bangkit, h. 63
@UKDW
2
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang
lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,
serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Dampak lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian,
hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan6.
Indonesia dalam catatan IPCC adalah Negara nomor tiga terbesar yang menyumbang gas-
gas yang menyebabkan pemanasan bumi setelah Negara China dan Amerika Serikat. Sebagian
besar gas-gas tersebut dihasilkan dari pembukaan dan pembakaran hutan, khususnya yang terjadi
di Sumatera dan Kalimantan. IPCC juga meletakkan Indonesia di posisi utama saat IPCC
mengatakan bahwa Indonesia bisa menyumbang 50% dari potensi total mitigasi global untuk
pengurangan emisi dari deforestasi7.
Indonesia juga mempunyai hutan alam asli di Asia Pasifik yang terbesar tetapi sedang
mengalami kerusakan yang tercepat di seluruh dunia. Jutaan hektar hutan di Kalimantan dan
Sumatera telah rusak oleh eksploitasi manusia atas hasil-hasil hutan, bahkan kita mendapati
bahwa hutan dan ekosistemnya dirusakkan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab
hanya karena ingin mengeruk keuntungan dari hutan tanpa memperhatikan sisi bahaya dari
pengeksplotasian hutan tersebut. Di Riau tercatat beberapa kali hutannya dirusakkan dan
meninggalkan berbagai dampak bukan saja untuk daerah itu namun juga bagi kenyamanan
masyarakat di sekitar daerah itu, termasuk pada penerbangan domestis yang ada.
Menjaga kelestarian hutan sangatlah penting untuk diperhatikan karena banyak hutan
yang dirusakkan namun untuk Papua secara khusus dinilai masih bertahan dengan tingkat
kerusakannya yang kecil. Maka perlindungan hutan di pulau Papua saat ini menjadi penting untuk
menghambat pelepasan gas-gas tersebut. Mata dunia tertuju kepada Papua sebagai “Pahlawan’
dari pemanasan global yang kian menjadi-jadi, bahkan didapati juga bahwa hutan-hutan dan
gunung di Papua yang sangat penting bagi Papua secara khusus dan dunia pada umumnya juga
mulai mengalami kerusakan walaupun tidak secara besar tingkat kerusakannya jika dilihat dari
prosentase jumlah luas hutan yang ada di Papua. Di daerah Wondama tepatnya salah satu daerah
atau Kabupaten di Propinsi Papua Barat beberapa tahun lalu mengalami banjir besar bandang
yang tidak saja merengut harta benda namun juga jiwa manusia. Banjir yang terjadi di Wondama
bukan saja terjadi pada tahun itu, terhitung tahun 2013 kembali melanda daerah tersebut yang
juga merengut harta benda tapi tidak merengut jiwa manusia. Banjir ini terjadi akibat dari tingkat
pembalakkan hutan dan gunung dengan alasan kepentingan pembangunan.
6 ibid
7 ibid
@UKDW
3
Papua sebagai ‘paru-paru’ dunia sangat diperhitungkan dalam dunia ini khususnya
hutannya yang masih alamiah. Papua yang memiliki lahan hutan sekitar 42 juta hektar
menunjukkan posisi signifikan bagi Papua dalam upaya memitigasi perubahan iklim dunia. Jika
dilihat dari letaknya, Propinsi Papua merupakan propinsi tertimur yang dijuluki pintu gerbang ke
kawasan Asia-Pasifik. Dilihat dari luasnya ia merupakan propinsi terbesar milik republik ini
seluas kurang lebih 410.000 Km2 (Kurang lebih 20%) dari luas daratan Indonesia) dengan
medannya yang cukup berat dan jika dilihat dari potensi ekonominya Papua dijuluki sebagai
raksasa yang sedang tidur8. Oleh sebab wilayah yang cukup luas dan berpotensi sekali maka
perlu untuk dijaga dan dipelihara. Jika tidak dijaga dan dirawat maka akan mendatangkan
bencana bagi semua yang mendiami bumi ini. Daerah Kotamadya Jayapura yang terletak di
bawah kaki gunung Cycloop juga sering mengalami banjir yang besar bahkan terjadi longsoran
tanah yang mengakibatkan kerusakan fisik dan merengut harta benda dan jiwa manusia akibat
dari pengeskplotasian hutan secara tidak bertanggungjawab.
Masyarakat Sentani adalah salah satu bagian komponen masyarakat budaya yang beradab,
terikat pada kehidupan sosial budaya dan sistem tradisi adat. Ikatan budaya itu sudah terbawa
sejak kecil, sebab lahir dan berakar dalam jiwa setiap masyarakat Sentani. Masyarakat Sentani
mendiami bagian barat kota Jayapura, sebagian besar penduduknya berkonsentrasi di tengah-
tengah danau Sentani.
Masyarakat Sentani berada di daerah yang sangat strategis, jika dilihat dari sisi Pekabaran
Injil, pembangunan daerah dan juga pengembangan ekonomi dan bisnis. Wilayahnya menjadi
jalan umum bagi segala macam pengaruh modern yang berjumpa, entah yang positif maupun
yang negatif. Wilayah masyarakat Sentani menjadi ajang pertarungan segala budaya, dan juga
kepentingan dari segala suku di Indonesia. Tempatnya sangat menarik untuk mencari hidup dan
meniti karir, tetapi juga tempat yang sejuk untuk membina persaudaraan, persekutuan dagang dan
persaudaraan dalam Kristus.
Secara kondisi geografis masyarakat Sentani atau orang-orang Sentani yang dikenal
dengan nama suku bangsa Phuyaka/Phuyakla, sebagian besar mendiami kabupaten Jayapura.
Penduduknya tersebar dalam pemukiman dan kampung-kampung yang berada di lereng gunung
Cyclop, dan sebagiannya berada di tepian dan di pulau-pulau yang berada di tengah danau
Sentani.
Sumber kehidupan masyarakat Sentani berasal dari kehidupan di Gunung Cyclop. Jikalau
kehidupan tersebut tidak dijaga kelestariannya maka akan terjadi suatu generasi yang masa
8 Barnabas Suebu,SH, MEMBANGUN PAPUA BARU, (Jayapura : Kalangan Sendiri, 2011) h. 7 – 8
@UKDW
4
depannya suram. Kelestarian alam sekitar Cyclop perlu untuk dijaga dan dilestarikam guna
kehidupan masa depan keturunannya.
Gunung Cyclop yang berlokasi dekat dari danau Sentani merupakan gunung yang cukup
tinggi (1,890 meter) dan sangat mudah diakses baik bagi para pendaki professional atau yang
sudah berpengalaman, maupun bagi mereka yang belum berpengalaman naik gunung. Gunung
Cyclop pertama kali mendapatkan popularitasnya karena pemandangan indah dari puncaknya,
dan sepanjang jalur pendakian, mulai dari batu-batu indah khas Gunung Cyclop, sampai air terjun
yang mengalir deras dari ketinggian dan banyaknya burung cenderawasih yang ada di sini,
Walaupun masih sebagian ditemukan kualitas wisata alam yang dinikmati di Cyclop namun
sekarang sudah mulai berkurang akibat eksploitasi yang kurang bertanggung jawab.
Gunung Cyclop merupakan gunung yang memberikan kehidupan bagi masyarakat
Sentani. Hidup masyarakat Sentani bergantung pada sumber air yang mengalir dari gunung
Cyloop yang sangat segar sekali rasanya. Bagi masyarakat Sentani, gunung Cyclop disebut
dengan bahasa Sentani adalah “ROBONGHOLO9” yang berarti perempuan atau ibu, karena
keberadaan gunung ini yang turut memberikan andil, dalam memberikan kehidupan bagi orang-
orang yang mendiami lembah Sentani. Gunung Robongholo berada di dua daerah pemerintahan
baik itu kabupaten Jayapura maupun kotamadya Jayapura. Air yang mengalir dari gunung
Robongholo ini langsung turun ke danau Sentani dan ke laut.
Kenyataan lain didapati hijaunya gunung dan asrinya pepohonan di sekitar kaki gunung
Robongholo memberikan warna kenyamanan bagi masyarakat. Namun akibat pengaruh
pembangunan yang ada, gunung Robongholo menjadi korban perusakan, karena di balik gunung
ini ada peladang-peladang liar yang membuka hutan untuk dijadikan kebun mereka, dan material
gunung diambil untuk pembangunan.
. Penebangan hutan dan pembukaan lahan baru yang merusak, menyebabkan wilayah
penyangga serta resapan di kaki gunung kian kritis. Jika ekosistem Robongholo ini diganggu
atau diusik pastilah akan membawa bencana bagi masyarakat Sentani dan masyarakat lainnya.
Aktivitas para perambah di sekitar areal gunung Robongholo bahkan di pinggiran-pinggiran kali
atau sungai menyebabkan debit sumber air turun dari tahun ke tahun, bahkan mau dikatakan
bahwa ada beberapa sungai yang ketika musim hujan akan meluap dan pada saat musim kemarau
sungai atau kali tersebut menjadi kering.
9 Selanjutnya kata Gunung Cycloop akan berganti pemakaiannya dengan kata Robongholo yang disesuaikan dengan
pengutipan atau sumber penulisannya.
@UKDW
5
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan deskripsi permasalahan di atas, maka rumusan permasalahan dapat di jabarkan
sebagai berikut ?
1. Apakah penyebab dan dampak dari kerusakan ekosistem yang terjadi di sekitar Robongholo
bagi kehidupan masyarakat Sentani dan sekitarnya ?
2. Bagaimana pandangan masyarakat Sentani mengenai Robongholo dalam konsep pemahaman
budaya masyarakat Sentani ?
3. Apakah ada pemahaman Ekofeminis terhadap Robongholo dalam masyarakat Sentani dan
Bagaimana Robongholo dalam pandangan masyarakat Sentani dilihat dari konteks
Ekofeminis ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui dampak kerusakan ekosistem Robongholo bagi masyarakat Sentani
dan sekitarnya.
2. Untuk memahami dan mengerti bagaimana pandangan masyarakat Sentani mengenai
Robongholo dalam konteks budaya mereka
3. Untuk memahami konsep Robongholo dalam relevansinya dengan konsep Eko-Feminis
4. Masyarakat sentani dapat menjaga kelestarian Robongholo guna kelangsungan hidup
mereka
2. Manfaat Penulisan
Dari penulisan Tesis ini didapati ada 2 manfaat antara lain manfaat Institusional dan manfaat
akademik. Adapun dua macam manfaat antara lain :
a. Manfaat Institusional
Adapun manfaat penulisan secara institusional antara lain :
1. Memberikan kontribusi pemikiran terhadap para LSM dan lembaga sosial lainnya
yang peduli terhadap lingkungan untuk terus terlibat dalam penanganan dan
perlindungan ekosistem Robongholo.
2. Memberikan konsep pemikiran terhadap masyarakat Sentani akan pentingnya
perawatan dan penjagaan ekosistem Robongholo yang dapat memberikan kehidupan
bagi masyarakat Sentani dan sekitarnya.
@UKDW
6
3. Memberikan masukan bagi Gereja GKI Di Tanah Papua baik aras sinodal, klasis dan
jemaat untuk lebih memberikan pemikiran-pemikiran Teologi tentang lingkungan
hidup yang perlu dijaga dan dirawat
4. Memberikan kontribusi pemikiran yang berarti bagi PEMDA Kabupaten Jayapura
terutama instansi terkait untuk dapat lebih tegas terhadap mereka yang melakukan
pengrusakan Robongholo dan dapat lebih memperketat tindakan pengawasan terhadap
mereka yang melakukan hal-hal yang tidak bertanggungjawab yang mengakibatkan
rusaknya ekosistem Robongholo.
5. Membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat Sentani tentang Robongholo
sebagai ibu dalam menjaga dan merawatnya dari prespektif feminis
b. Manfaat Akademik
Dari manfaat akademik yang didapat dari penulisan ini adalah memberikan sumbangan
pemikiran kristis terhadap konsep Ekofeminis yang turut mempengaruhi local believe
masyarakat Sentani dan juga sebagai study pengembangan nilai-nilai budaya untuk
dijadikan sebagai bagian dari perkembangan Teologi dewasa ini.
D. BATASAN MASALAH
Dalam penulisan ini penulis membatasi penulisan di sekitar masyarakat Sentani terutama
mereka yang ada dan hidup di sekitar Robongholo baik kabupaten maupun kotamadya Jayapura.
E. LANDASAN TEORI
Dalam penulisan tesis ini penulis berpijak dari landasan teori Ekofeminis. Ekofeminis
dilihat dari sisi ilmunya terdiri dari 2 bagian ilmu yakni Ekologi dan Feminis. Ekologi adalah
ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya.
Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).
Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya10
.
Sedangkan Sebagian ilmuan juga menyepakati bahwa pengertian ekologi tak lain adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari hubungan antara organisme dengan lingkungannya. Lebih
spesifik lagi, pengertian ekologi bagi sebagian orang adalah ilmu yang bmencoba untuk
10
Wikipedia, Ekologi, http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi, Di Akses pada Tgl 07 November 2014
@UKDW
7
memahami dan mempelajari hubungan antara binatang, tumbuhan, manusia dan juga
lingkungannya, bagaimana mereka hidup, di mana mereka hidup, juga mengapa mereka berada di
lingkungan tersebut11
. Sedangkan Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan
perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria12
. Feminisme
berasal dari bahasa Latin, femina atau perempuan dengan demikian Feminis dalam pengertian
sebuah pemikiran atau pandangan yang senantiasa menitikberatkan pada hal-hal yang berkaitan
erat dengan keberadaan perempuan baik status maupun peran perempuan tersebut13
.
Berdasarkan pengertian tadi maka dapatlah diberi pengertian secara umum mengenai
Ekofeminis tersebut karena ekofeminis dapat membantu dalam memberikan kontribusi yang
utama dalam memahami akar persoalan atau permasalahan dari krisis lingkungan14
. Lebih lanjut
bahwa dalam memahami alam dan pengelolahaannya yang lebih ramah perlu pengunaan
prespektif Feminis sehingga benar-benar tindakan dan sikap manusia terhadap alam lebih baik
dan bersahabat. Ekofeminis lahir untuk menjawab sebuah kebutuhan penyelamatan alam ini
dengan berbasiskan pada kekhasan perempuan yang selama ini memiliki pengetahuan didalam
mengelola lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupannya.
Beberapa asumsi pokok Ekofeminis yang digambarkan oleh Karen J. Warren dalam
teori Ekofeminisnya antara lain :
1. Ada keterkaitan penting antara opresi15
terhadap alam dan opresi terhadap perempuan
2. Pemahaman terhadap alam dalam keterkaitan ini adalah penting untuk mendapatkan
pemahaman yang memadai atas opresi terhadap alam dan opresi terhadap perempuan
3. Teori dan praktek Feminis harus memasukan prespektif ekologi
4. Pemecahan masalah ekologi harus memasukan prespektif Feminis16
.Berdasarkan asumsi pokok Ekofeminis yang di sampaikan oleh Karen J. Waren maka
bisa dikatakan bahwa perempuan dan alam sama pentingnya dan ada keterkaitannya karena sama-
11
Ekologi blogspot, Memahami Pengertian Ekologi, http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/02/memahami-
pengertian-ekologi.html, Diakses pada Tgl 07 November 2014
12 Wikipedia, Feminisme, http://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme#Referensi, Diakses pada Tgl 07 November 2014
13 Augustien Kapahang-Kaunang, Berteologi Kontekstual Dari Prespektif Feminis, dalam Asnat N. Natar (edt),
Perempuan Indonesia berteologi Dalam Konteks, (Yogyakarta : Pusat Studi Feminis Falkutas Theologi Universitas
Kristen Duta Wacana, 2004), h.27 14
M. Hendrika, Panggilan Berhati Ibu Bagi Semua dalam A. Sunarko dan A. Eddy Kristiyanto (edt), Menyapa Bumi
Menyembah Hyang Ilahi, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h. 129 15
Opresi adalah suatu tindakan dengan kekuatan yang dapat membuat seseorang yang berada di bawah opresi merasakan
kesengsaraan dan penderitaan atau dengan kata lain penindasan 16
Diskusi Lepas, Mengenal Ekofeminisme, http://www.diskusilepas.com/2014/05/mengenal-ekofeminime.html, Diakses
pada Tgl 07 November 2014
@UKDW
8
sama mengalami opresi atau penindasan oleh kaum yang laki-laki terhadap perempuan dan
manusia terhadap alam.
Dalam konsep seperti demikian maka dapatlah dilihat bahwa apa yang dikatakan oleh
Karen J. Waren dalam hubungannya dengan alam dan perempuan maka didapatlah sebuah
pemikiran yang berhubungan karena bukan saja alam dan perempuan menjadi korban dalam
konteks Ekofeminis namun lebih dari itu Ekofeminis melihat dan memperlakukan alam dalam
pendekatan Feminis sehingga dalam menilai dan memahami alam ini dan mengelolahnya perlu
melihat dalam konsep Feminis.
Robongholo sebagai salah satu objek alam ini yang juga mengalami kerusakan akibat
eksploitasi manusia perlu untuk dipahami, dimengerti dan dijaga kelestariannya Penjagaan dan
pengelolaan Robongholo yang lebih ramah dalam prespektif Feminis memungkinkan masyarakat
Sentani dapat memelihara dan menjaga Robongholo sebagai “Ibu” yang memberikan kehidupan
kepada seluruh masyarakat terutama masyarakat Sentani.
F. METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode yang hendak digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian
Deskriptif Kualitatif. Metode Deskriptif Kualitatif sering disebut dengan penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)17
.
Metode Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi18
. Dalam penulisan
Tesis ini penulis mengembangkan penulisan dengan metode demikian agar hasil yang
didapat benar-benar akurat dan mendukung penulisan yang ada.
2. Variabel Penelitian
Variabel adalah faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Variabel
penelitian dibedakan dalam 3 (tiga) variabel, yaitu: variabel bebas, variabel terikat dan
17
Sugiono, Metodologi Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, R& D, (Bandung : Alfabeta, 2009) h. 15 18
Sugiono, Ibid.
@UKDW
9
variabel kontrol19
. Ketiga variabel ini sering disebut juga sebagai variabel independent
(bebas), variabel dependen (terikat), dan variabel moderator 20
.
a. Variabel Bebas (Independent)
Variabel Bebas atau Independent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya dependen (terikat). Variabel bebas biasa disebut
sebagai variabel eksperimentil yang diberi lambang X (variabel X), yaitu variabel yang
diselidiki pengaruhnya21
.
Berkaitan dengan penelitian ini, maka yang merupakan variabel bebas
(independent) adalah Penyebab dari Kerusakan Ekosistem Robongholo..
b. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel Terikat atau Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat biasanya disebut sebagai
variabel ramalan yang diberi lambang Y (variabel Y) yaitu variabel yang diramalkan atau
akan muncul dalam hubungan fungsional dengan atau sebagai pengaruh dari variabel
bebas22
Dengan demikian yang termasuk dalam variabel terikat (dependen) dalam
penelitian ini adalah Akibat dari kerusakan Ekosistem Robongholo.
c. Variabel Kontrol (Moderator)
Variabel Kontrol atau Moderator adalah variabel yang mempengaruhi
(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independent dan dependen.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka variabel ini sering disebut juga sebagai Variabel
Proses. Variabel Kontrol (Moderator) ini biasanya dilambangkan dengan X223
. Dalam
penelitian ini penulis mengunakan variable ini dengan menghubungkan bagaimana
masyarakat melihat sebab-sebab kerusakan dan akibat yang di timbukan dari
kerusakan Robongholo.
19
Sudarto, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi Aksara 1996) h. 55 20
Sugiono, Op. Cit h. 62 21
Sugiono, Ibid 22
Sugiono, ibid 23
Sugiono, Ibid, h. 62
@UKDW
10
3. Populasi dan Sampel Peneltian
a. Populasi Penelitian
Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat
terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam
suatu penelitian.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, tetapi oleh Spradley
dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi
sosial dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin dipahami secara lebih
mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini,
peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang
ada pada tempat (place) tertentu24
.
Namun sebenarnya obyek penelitian kualitatif, juga bukan semata-mata pada
situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam,
tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan, dan sejenisnya.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil
kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada
situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari25
.
Populasi penelitian yang diambil penulis adalah lembaga-lembaga Swadaya
Masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan hidup, Pemerintah Daerah dan
masyarakat yang ada, sehingga data lebih akurat.
b. Sampel Penelitian
Sampel adalah merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.
Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah
purposive sampling dan snowball sampling. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
teknik snowball sampling untuk mendapatkan sumber data. Snowball sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-
24
Sugiono, Op.Cit, h. 15 25
Sugiono, Op.Cit, h. 16
@UKDW
11
lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit
tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka peneliti perlu mencari
informan lain untuk lebih mengembangkan data penelitian26
.
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai
memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling design).
Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberi data
yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel
sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan
memberi data lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang disebut Lincoln dan Guba (1985)
sebagai “social selection of sample units”, atau dalam kata-kata Bogdan dan Biklen
(1982) dinamakan “snowball sampling technique”. Unit sampel yang dipilih makin lama
makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian. Proses ini dinamakan
Bogdan dan Biklen (1982) sebagai “continues adjustment of the sample”. Atas dasar
pemikiran tersebut maka penulis memutuskan untuk menggunakan teknik snowball
sampling27
.
Sebagaimana uraian di atas, penulis menggunakan teknik snowball sampling
dalam menentukan sampel penelitian. Dengan demikian yang akan menjadi sampel
penelitian yang akan diteliti yaitu: Masyarakat di sekitar areal lereng gunung Cyclops
maupun masyarakat sentani bahkan LSM yang terkait dengan penanganan Robongholo
pada umumnya dengan jumlah 16 orang baik itu tokoh masyarakat maupun tokoh adat
maupun masyarakat lainnya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan 4 teknik pengumpulan data, sebagai
berikut:
a. Observasi/Pengamatan
Pengamatan data dengan observasi langsung adalah cara untuk dapat mengambil
data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan
tersebut28
.
26
Sugiono, Op.Cit, h. 16 27
Sugiono, Op.Cit, h. 17
28
Mohamad Natsir, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 1988) h. 212.
@UKDW
12
Menurut Marshall (1995), melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan
makna dari perilaku tersebut. Dengan demikian dalam penelitian ini, penulis akan
melakukan observasi terhadap obyek penelitian yang terkait dengan dampak kerusakan
ekosistem Robongholo serta relasinya dengan nilai kearifan lokal masyarakat Sentani dari
prespektif Eko–Feminis.
b. Wawancara/Interview
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya-jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu29
.
Dengan demikian yang akan dilakukan penulis adalah melakukan wawancara terstruktur
dengan para tokoh adat, pemerintah dan masyarakat Sentani sebagai sampel penelitian
terkait dengan topik penelitian menyangkut sampai sejauhmana pandangan masyarakat
Sentani dalam konteks kearifan lokal mengenai Robongholo dalam kelestariannya.
Wawancara dilakukan terhadap 16 orang baik dari pihak pemerintah, LSM, masyarakat,
tokoh adat dan tokoh masyarakat.
c. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen biasanya
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang30
. Terkait dengan
teknik ini, maka penulis akan berupaya untuk mengumpulkan dokumen-dokumen
penunjang yang dibutuhkan untuk dianalisis guna memperkaya hasil penelitian ini.
d. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik atau cara memperoleh data-data teoritis, guna
memperoleh pendapat atau pandangan dari berbagai ahli dengan mengumpulkan berbagai
buku, catatan, dokumentasi untuk menunjang penelitian tersebut. Dengan demikian penulis
akan menggali informasi sebanyak mungkin dari berbagai literatur guna memperkaya
kajian teoritis maupun analisis terhadap hasil penelitian.
5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
29
Sugiono, Op.Cit, h. 317 30
Sugiono, Op. Cit, h. 329
@UKDW
13
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah
untuk dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain31
.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan yang dipergunakan dalam tulisan ini sebagai berikut :
1. BAB I, PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang, pembatasan masalah, manfaat, landasan teori juga
metode penulisan serta sistematika penulisan.
2. BAB II, ROBONGHOLO SEBAGAI PROBLEMATIKA EKOLOGIS
Bab ini berisikan gambaran umum tentang gunung Cyclops, analisi kerusakan Ekologis di
Cagar alam Cyclops dan kesimpulan
3. BAB III, ROBONGHOLO DI TINJAU DARI PRESPEKTIF EKO- FEMINIS
Bab ini berisikan kajian teoritis tentang EkoFeminis ,Robongholo sebagai wujud kearifan
lokal, Analisanya dalam konteks masyarakat Sentani dan kesimpulan.
4. BAB IV, MEMBANGUN TEOLOGI DALAM KONTEKS MASYARAKAT SENTANI
Bab ini berisikan landasan teologis dari pemahaman menjaga Robongholo sebagai
tanggungjawab masyarakat terhadap alam ini dan implikasinya dan kesimpulannya.
5. BAB V, PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan juga saran-saran yang diperlukan serta usul yang diberikan
menyangkut tulisan tersebut.
31
Sugiono, h. 334
@UKDW