MAKALAH
SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
TEORI SISTEM SOSIAL (EMILE DURKHEIM)
OLEH :
KELOMPOK XII (12)
1.AFTHON ILMAN HUDA (L1C014002)
2.GILANG SAPUTRA (L1C014010)
3.LAELA FATMI (L1C014021)
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
UNIVERSITAS MATARAM
2015
TEORI SISTEM SOSIAL
(EMILE DURKHEIM)
A. IDENTIFIKASI MATERI
1. Kenyataan Fakta Sosiala. Pengertian Fakta Sosial
Kata fakta sosial pertama kali diperkenalkan pada
abad ke-19 oleh sosiolog Perancis yang bernama Emile
Durkheim. Durkheim menyatakan bahwa sosiologi harus
menjadi 'ilmu dari fakta sosial' yaitu membicarakan
sesuatu yang umum yang mencakup keseluruhan masyarakat
dan berdiri sendiri serta terpisah dari manivestasi
individu. Fakta sosial ini diartikan sebagai gejala
sosial yang abstrak, misalnya hukum, struktur sosial,
adat kebiasan, nilai, norma, bahasa, agama, dan tatanan
kehidupan lainnya yang memiliki kekuasaan tertentu
untuk memaksa bahwa kekuasaan itu terwujud dalam
kehidupan masyarakat di luar kemampuan individu
sehingga individu menjadi tidak tampak.
Dalam buku Rules of Sociological Method, Durkheim
menulis: "Fakta sosial adalah setiap cara bertindak,
baik tetap maupun tidak, yang bisa menjadi pengaruh
atau hambatan eksternal bagi seorang individu." Dan
dapat diartikan bahwa fakta sosial
adalah cara bertindak, berfikir, dan merasa yang ada
diluar individu dan sifatnya memaksa serta terbentuk
karena adanya pola di dalam masyarakat. Artinya, sejak
manusia dilahirkan secara tidak langsung ia diharuskan
untuk bertindak sesuai dengan lingkungan sosial dimana
ia dididik dan sangat sukar baginya untuk melepaskan
diri dari aturan tersebut. Sehingga ketika seseorang
berbuat lain dari apa yang diharapkan oleh masyarakat
maka ia akan mendapatkan tindakan koreksi, ejekan,
celaan, bahkan mendapat sebuah hukuman. Selain itu,
fakta sosial memiliki 3 sifat yaitu: eksternal, umum
(general), dan memaksa (coercion).
1.Eksternal
Eksternal artinya fakta tersebut berada diluar
pertimbangan-pertimbangan seseorang dan telah ada
begitu saja jauh sebelum manusia ada didunia.
2. Koersif (Memaksa)
Fakta ini memiliki kekuatan untuk menekan dan memaksa
individu menerima dan melaksanakannya. Dalam fakta
sosial sangat nyata sekali bahwa individu itu dipaksa,
dibimbing, diyakinkan, didorong dengan cara tertentu
yan dipengaruhi oleh berbagai tipe fakta sosial dalam
lingkungan sosialnya. Artinya, fakta sosial mempunyai
kekuatan untuk memaksa individu untuk melepaskan
kemauannya sendiri sehingga eksistensi kemauannya
terlingkupi oleh semua fakta social.
3. Menyebar/umum (General)
Fakta sosial itu bersifat umum atau tersebar secara
meluas dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain, fakta
sosial ini merupakan milik bersama, bukan sifat
individu perseorangan.
Dari karakteristik di atas, dapat ditarik benang
merahnya bahwa fakta sosial mengarahkan pada sesuatu
yang ada diluar individu yang mengharuskannya untuk
mengikuti adat istiadat, sopan santun, dan tata cara
penghormatan yang lazim dilakukan sebagai anggota
masyarakat dan melakukan hubungan antar individu dengan
individu lain dalam suatu masyarakat. Dengan perkataan
lain, fakta sosial seperti tindakan individu dalam
melakukan hubungan dengan anggota masyarakat lain yang
berpedoman dengan norma-norma dan adat istiadat
seseorang sehingga ia melakukan hubungan-hubungan
terpola dengan anggota masyarakat lain.
b. Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas dua
macam :
1. Dalam bentuk material : Yaitu barang sesuatu yang
dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi. Fakta
sosial inilah yang merupakan bagian dari dunia nyata
contohnya arsitektur dan norma hukum.
2. Dalam bentuk non-material : Yaitu sesuatu yang
ditangkap nyata ( eksternal ). Fakta ini bersifat
inter subjective yang hanya muncul dari dalam
kesadaran manusia, sebagai contao egoisme, altruisme,
dan opini.
Penjelasan mengenai fakta sosial dapat dilakukan
melalui 2 cara, yaitu :
1. Penjelasan sebab-akibat
Fakta sosial harus dijelaskan berdasarkan fakta-fakta
sosial yang mendahuluinya sehingga dapat mengetahui
sebab dari terbentuknya fakta sosial tersebut. Setelah
sebab tersebut ditemukan, selanjutnya mencari penyebab
fakta sosial tersebut masih ada. Kenyataan bahwa fakta
sosial itu masih ada selanjutnya dapat dijelaskan
berdasarkan fungsi yang dimilikinya.
2. Penjelasan fungsional
Fungsi suatu fakta sosial harus selalu ditemukan
dalam hubungannya dengan suatu tujuan sosial lainnya.
Ini berari bahwa harus diteliti apakah ada persamaan
antara fakta yang ditinjau dengan keperluan-keperluan
umum dari organisme sosial itu dan dimana letak
persesuaiannya.
c. Perbedaan fakta sosial dengan fakta individu
1. Fakta sosial
Fakta sosial adalah perbuatan-perbuatan yang ada
diluar individu secara terpisah, umum, dan memaksa
karena fakta itu tidak dapat terlepas dari individu-
individu secara bersama-sama serta memaksakan individu
berbuat sesuai dengan keadaan masyarakatnya. Jadi fakta
sosial tidak menyatu dengan individu-individu secara
utuh tetapi juga tidak bisa lepas dari individu-
individu tersebut. Inti dari fakta sosial ini yaitu
adanya tindakan yang dilakukan disebabkkan karena
adanya pola dalam hubungan sosial itu sendiri.
2. Fakta individu
Sedangkan fakta individu , sering disebut sebagai
fakta organis atau fakta psikis. Fakta organis ini
merupakan tindakan yang dilakukan dengan didasari
kesadaran individu itu sendiri. sehingga tidak ada
bentuk intervensi dari luar yang memaksa seseorang
untuk melakukan tindakan tersebut karena tidak
memerlukan sebuah pola dalam sistem sosial.
Menurut Emile Durkheim, fakta sosial tidak dapat
direduksi menjadi fakta individu, karena ia memiliki
eksistensi yang independen ditengah-tengah masyarakat.
Fakta sosial sesungguhnya suatu kumpulan dari fakta-
fakta individu akan tetapi kemudian diungkapkan dalam
suatu realitas yang riil. Memang tidak dapat dipungkiri
bahwa fakta sosial dihasilkan oleh pengaruh dari fakta
psikis (sui generis).
2. Solidaritas dan Tipe Struktur SosialDurkheim berpandangan bahwa struktur social terdiri
atas norma dan nilai yang ada dimasyarakat. Durkheim
mengungkapkan bahwa pencapaian kehidupan social manusia
dan eksistensi keteraturan social dalam masyarakat yang
disebut solidaritas social.
a. Pengertian Solidaritas Menurut Para Ahli :Adapun pengertian Solidaritas Sosial menurut Emile
Durkheim dan pendapat beberapa ahli, sebagai berikut :
1) Menurut Robbert M.Z Lawang (1985:262)
yaitu dasar pengertian solidaritas sosial tetap
kita berpegang yakni kesatuan, persahabatan,
saling percaya yang muncul dari tanggung jawab dan
kepentingan bersama diantara para anggota.
2) Menurut Emile Durkheim yang di kutip oleh Robbert
M.Z Lawang (1985:63)
Bahwa solidaritas sosial adalah keadaan saling
percaya antar anggota kelompok atau komunitas.
Jika orang saling percaya mereka akan menjadi
satu atau menjadi sahabat, menjadi saling
menghormati, menjadi saling bertanggung jawab
untuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan
antar sesama.
3) Soerjono Soekanto (1987:68-69),
Menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan
kohesi yang ada antara anggota suatu asosiasi,
kelompok, kelas sosial, kasta, dan antara berbagai
individu dan kelompok, maupun kelas-kelas
membentuk masyarakat, dengan bagian-bagiannya1
b. Pembagian Solidaritas Sosial
Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar
individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama
dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan
kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata
dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman
emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka.
Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim
melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat
sederhana menuju masyarakat modern. Salah satu komponen
utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim
dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah
bentuk solidaritas sosialnya.
Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas
sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas sosial
pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana
mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik,
1 http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle.docx
sedangkan masyarakat modern mengembangkan bentuk
solidaritas sosial organik.2
Jadi emile Durkheim membagi masyarakat berdasarkan
bentuk dari solidaritas sosialnya, yaitu antara lain :
1) Solidaritas Organik
adalah solidaritas yang didasarkan atas
perbedaan-perbedaan, solidaritas ini muncul
akibat timbulnya pembagian kerja yang makin
besar, solidaritas ini didasarkan atas tingkat
ketergantungan yang sangat tinggi.
Perbedaan pola relasi-relasi dapat membentuk
ikatan sosial dan persatuan melalui pemikiran
yang membutuhkan kebersamaan serta diikat dengan
kaidah moral, norma, undang-undang, atau
seperangkat nilai yang bersifat universal. Karena
itu, ikatan solidaritas tidak lagi menyeluruh,
melainkan terbatas pada kepentingan bersama yang
bersifat parsial atau hubungan bagian dari
keseluruhan.
Ketergantungan ini di akibatakan karena
spesialisasi yang tinggi di antara keahlian
individu. Spesialisasi ini juga sekaligus
mengurangi kesadaran kolektif yang ada dalam
masyarakat mekanis. Akibatnya, kesadaran dan
homogenitas dalam kehidupan sosial tergeser.
2 http://charlie-muhammad.blogspot.com/2012/04/pemikiran-emile-durkheim.html
Keahlian yang berbeda dan spesialisasi itu,
munculah ketergantungan fungsional yang bertambah
antara individu-idividu yang memiliki
spesialisasi dan secara relatif lebih otonom
sifatnya.3
2) Solidaritas Mekanik
adalah bahwa solidaritas ini didasarkan pada
tingkat homogenitas yang tinggi dalam
kepercayaan, sentiment dan sebagainya4
Model solidaritas seperti ini biasa di temukan
dalam masyarakat primitif atau masyarakat
tradisional yang masih sederhana. Dalam
masyarakat seperti ini pembagian kerja hampir
tidak terjadi. Seluruh kehidupan di pusatkan pada
sosok kepala suku. Pengelolaan kepentingan
kehidupan sosial bersifat personal. Keterikatan
sosial terjadi karena kepatuhan terhadap nilai-
nilai tradisional yang dianut oleh masyarakat.
Demikian juga sistem kepemimpinan yang di
laksanakan berjalan secara turun-temurun.
Solidaritas mekanis ini, terjadi dalam
masyarakat yang memiliki ciri khas keseragaman
pola-pola relasi sosial, memiliki latar belakang
pekerjaan yang sama dan kedudukan semua anggota.
3 nifanfan.blogspot.com/2013/09/sosiologi-klasik-solidaritas-sosial4 http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handleI.docx
Apabila nilai-nilai budaya yang melandasi relasi
mereka, dapat menyatukan mereka secara
menyeluruh. Maka akan memunculkan ikatan sosial
yang kuat dan di tandai dengan munculnya
identitas sosial yang kuat pula. Individu
menyatukan diri dalam kebersamaan, sehingga tidak
ada aspek kehidupan yang tidak diseragamkan oleh
relasi-relasi sosial yang sama. Individu
melibatkan diri secara penuh dalam kebersamaan
pada masyarakat. Karena itu, tidak terbayangkan
bahwa hidup mereka masih dapat berlangsung
apabila salah satu aspek kehidupan di pisahkan
dari kebersamaan.
Solidaritas mekanis menunjukan berbagai
komponen atau indikator penting. Contohnya yaitu,
adanya kesadaran kolektif yang di dasarkan pada
sifat ketergantungan individu yang memiliki
kepercayaan dan pola normatif yang sama.
Individualitas tidak berkembang karena di
hilangkan oleh tekanan aturan atau hukum yang
bersifat represif (menekan). Sifat hukuman
cenderung mencerminkan dan menyatakan kemarahan
kolektif yang muncul atas penyimpangan atau
pelanggaran kesadaran kolektif dalam kelompok
sosialnya.5
5 nifanfan.blogspot.com/2013/09/sosiologi-klasik-solidaritas-sosial
c. Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Organik
1. Solidaritas Mekanik
Menurut Doyle Paul Johnson (1994), secara
terperinci menegaskan indikator sifat kelompok
social atau masyarakat yang di dasarkan pada
solidaritas mekanis, yakni :
a) Pembagian kerja rendah
b) Kesadaran kolektif kuat
c) Hukum represif dominan
d) Individualitas rendah
e) Konsensus terhadap pola normatif penting
f) Adanya keterlibatan komunitas dalam menghukum
orang yang menyimpang
g) Secara relatif sifat ketergantungan rendah
h) Bersifat primitif atau pedesaan.
2. Solidaritas Organis
Solidaritas organis terjadi di masyarakat yang
relatif kompleks dalam kehidupan sosialnya
namun terdapat kepentingan bersama atas dasar
tertentu. Pada kelompok sosialnya, terdapat ciri-
ciri tertentu, yaitu :
a) Adanya pola antar-relasi yang parsial dan
fungsional
b) Terdapat pembagian kerja yang spesifik,
c) Adanya perbedaan kepentingan, status,
pemikiran dan sebagainya.
3.Ancaman Terhadap Solidaritas Sosial
Dalam suatu masyarakat yang didasarkan pada
solidaritas mekanik, solidaritas sosial dapat terancam
oleh kemungkinan perpecahan kelompok-kelompok kecil
yang secara fungsional bersifat otonom dan oleh jenis
perilaku menyimpang apa saja yang merusak kesadaran
kolektif yang kuat. Peralihan dari solidaritas mekanik
ke organik tidak selalu merupakan proses yang lancar
dan penuh keseimbangan tanpa ketegangan-ketegangan.
Karena ikatan sosial primodial yang lama dalam bidang
agama, kekerabatan, dan omunikasi dirusak oleh
meningkatnya pembagian kerja, mugkin ada ikatan-ikaan
lainnya yang tidak berhasil menggantiannya. Akinatnya
masyarakat menjadi terpecah dimana individu terputus
ikatan-ikatan sosialnya, dan dimana kelompok-kelompok
yang menjadi perantara individu dengan masyarakat luas
tidak berkembang dengan baik.
a. Sumber-Sumber Ketegangan dalam Masyarakat Organik
yang Kompleks
Satu ancaman yang lebih penting lagi terhadap
solidaritas organik, berkembang dari heterogenitas dan
individualitas yang semakin besar yang berhubungan
dengan pembagian kerja yang tinggi. Dengan
heterogenitas yang tinggi, ikatan bersama yang
mempersatukan berbagai anggota masyarakat menjadi
kendor. Individu mula mengidentifikasikan dirinya
dengan kelompok yang lebih terbatas yang terdapat dalam
masyarakat itu, seperti kelompok pekerjaan. Solidaritas
dalam kelompok-kelompok kecil separti itu tentu saja
bersifat mekanik. Kalau solidaritas dengan tingkat ini
digabungkan dengan melemahnya identifikasi dengan
masyarakat yang lebih luas, maka kemungkinan konflik
itu ada, karena kelompok khusus itu mengejar
kepentingannya sendiri dengan merugukan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.
Alasan yang terdapat dalam hukuman bagi perilaku
yang menyimpang yang mengancam solidaritas organik
berbeda dengan alasan untuk menghukumpenyimpangan yang
mengancam solidaritas mekanik. Pada umumnya hukuman
terhadap orang yang menyimpang dalam suatu masyarakat
organik cenderung lebih bersifat rasional dan
disesuaikan dengan besarnya pelanggaran itu.
Solidaritas organik dapat jaga rusak karena tekanan
yang terlampau berlebih-lebihan terhadap
individualisme.
b. Integrasi Sosial dan Angka Bunuh Diri
Manifestasi utama yang dianalisis Durkheim secara
intensif adalah perubahan dalam angka bunuh diri.
Proporsi dasar yang digunakan dalam Suicide (penelitian
klasik Durkheim) adalah bahwa angka bunuh diri berbeda-
beda menurut tingkat integrasi sosial. Durkheim
mengidentifikasikan tiga tipe bunuh diri, yaitu:
egoistik, anomik, dan altruistik. Untuk kedua tipe yang
pertama itu, angka bunuh diri berbeda-beda menurut
tingkat integrasi sosial, artinya semakin rendah
integrasi, semakin tiggi angka bunuh dir. Bunuh diri
egoistik merupakan hasil dari suatu tekanan yang
berlebih-lebihan pada individualisme atau kurangnya
ikatan sosial yang cukup dengan kelompok sosial. Bunuh
diri egoistik dapat disebabkan oleh tekanan budaya pada
individualisme maupun oleh kurangnya ikatan pribadi
oleh kelompok primer.
Bunuh diri anomik muncul dari tidak adanya pengaturan
bagi tujuan dan aspirasi individu. Kalau bunuh diri
egoistik mencerminkan memudarnya integrasi sosial, maka
bnuh diri altruistik merupakan hasil dari suatu
tingkatan integrasi sosial yang terlampau kuat. Tingkat
integrasi yang tinggi itu menekankan individualitas ke
titik dimana individu dipandang tidak pantas atau tidak
penting dalam kedudukannya sendiri. Bunuh diri
altruistik dapat disebabkan oleh dua sebab, yaitu (1)
norma-norma kelompok mungkin penuntut pengorbanan
kehidupan individu, (2) norma-norma kelompok itu
menuntut pelaksanaan tugas-tugas yang begitu barat
untuk dapat dicapai sehingga individu itu mengalami
kegagalan walaupun mereka sudah mereka sudah menunjukan
usaha yang paling optimal.
c. Kemunculan dan Dukungan terhadap Solidaritas
Perhatian Durkheim terhadap landasan-landasan moral
masyarakat merangsang perkembangan perspektif sosiologi
klasiknya pada fungsi agama yang bersifat sosial.
Abalisanya mengenai hubungan timbal balik yang erat
antara agama dan masyarakat dapat dikembangkan panjang
lebar dalam The Elementary Forms of The Religious Life.
Corak utama dari agama apa saja dalam pandangan
Durkheim adalah berhubungan dengan suatu dunia yang
suci. Durkheim memperbaiki dan menolak beberapa teori
yang berlaku yang menjelaskan kepercayaan-kepercayaan
akan suatu dunia yang suci sebagai khayalan belaka atau
ilusi yang diperlukan oleh orang-orang dalam suatu abad
prailmiah untuk menjelaskan gejala-gejala alam. Dia
selanjutnya memperliatkan bahwa hubungan dengan
kekuasaan ilahi yang bersifat supranatural yang
dirasakan orang sama dengan hubungan mereka dengan
masyarakat.
d. Hubungan antara Orientasi Agama dan Struktur
Sosial
Pengalaman agama dan ide tentang yang suci adalah
kehidupan kolektif, kepercayaan dan ritus agama juga
memperkuat ikatan sosial dimana kehidupan kolektif itu
bersandar. Dengan kata lain hubungan antara agama dan
masyarakat memperlihatkan saling keterangan yang sangat
erat. Pada intinya menurut Durkheim kepercayaan totemik
memperlihatkan kenyataan masyarakat itu sendiri dalam
bentuk simbolis. Hubungan antara ritus agama dan
kepercayaan dan kehidupan kolektif tetap ada.
e. Agama dalam Masyarakat Modern
Durkheim mengakui bahwa bentuk-bentuk agama
tradisional dimasa hidupnya tidak memperlihatkan
kegairahan hidup yang merupakan sifat agama orang
arunta di Australia. Dia juga merasa bahwa kurangnya
gairah hidup dalam bentuk-bentuk agama di masa hidupnya
merupakan gejala rendahnya tingkat solidaritas di dalam
masyarakat. Teori Durkheim dapat dikecam karena terlalu
sepihak menekankan solidaritas. Namun pasti bahwa model
Durkheim tidak diharapkan untuk diterapkan dalam suatu
masyarakat yang ditandai oleh perpecahan yang tajam dan
ketidaksepakatan antarkelompok agama yang berbeda.
f. Asal-Usul Bentuk-Bentuk Pengetahuan dalam
Masyarakat
Menjelang akhir buku The Elementary Forms, Durkheim
memperluas pokok pikiran utamanya dengan mengemukakan
bahwa tidak hanya pemikiran agama melainkan juga
pengetahuan pada umumnya berlandaskan dari dasar
sosialnya. Dalam melihat analisa tentang asal-usul
pengetahuan dalam masyarakat, jelaslah bahwa pemikiran
agama dan pemikiran ilmiah ditentukan oleh kondisi dan
mencerminkan tipe struktur sosial di mana pemikiran itu
muncul. Meskipun Durkheim tidak mengembangkan
perspektif ini dalam sosiologi pengetahuan secara
lengkap, perpektif ini mencerminkan asumsi dasarnya
yang berhubungan dengan prioritasnya pada masyarakat
daripada individu, serta proporsinya yang fundamental
yang mengatakan bahwa perkembangan kepribadian individu
atau kehidupan subyektif seseorang itu mencerminkan
pengaruh lingkungan sosial secara mendalam.6
B. ANALISIS MATERI
1.Hal – Hal Pokoka. Kenyataan Fakta Sosial
Bahwa Fakta Sosial merupakan segala sesuatu yang
mencakup pikiran dan tindakan seorang individu dalam
menghadapi gejala social yang ada di masyarakat.
Ketika seorang individu tidak dapat membiasakan diri
dengan keadaan masyarakatnya, maka akan mendapat suatu
sanksi. Selain itu, fakta sosial memiliki 3 sifat
yaitu: eksternal, umum (general), dan memaksa
(coercion).
1) Eksternal
6http://ajruniwulandestiesocialworker.blogspot.com/2012/04/tesos-emile-durkheim.html
Eksternal artinya fakta ysng telah ada begitu saja
jauh sebelum manusia ada didunia.
2) Koersif (Memaksa)
Artinya, fakta sosial mempunyai kekuatan untuk
memaksa individu untuk melepaskan kemauannya sendiri
sehingga eksistensi kemauannya terlingkupi oleh semua
fakta social.
3) Menyebar/umum (General)
Dengan kata lain, fakta sosial ini merupakan milik
bersama, bukan sifat individu perseorangan.
Bentuk dari fakta sosial sendiri menurut Emile
Durkheim, dikatakan bahwa :
1) Material yaitu objek yang dapat disimak,
ditangkap, dan diobservasi oleh panca indra manusia,
contohnya arsitektur dan norma hukum.
2) Non -material yaitu objek atau sesuatu yang hanya
dapat ditangkap di bawah kesadaran manusia
(eksternal), contohnya egoisme, altruisme, dan opini.
fakta sosial dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu :
1) Penjelasan sebab-akibat
Fakta sosial harus dijelaskan berdasarkan fakta-fakta
sosial yang mendahuluinya sehingga dapat mengetahui
sebab dari terbentuknya fakta sosial tersebut.
2) Penjelasan fungsional
Fungsi suatu fakta sosial harus selalu ditemukan
dalam hubungannya dengan suatu tujuan sosial lainnya.
Perbedaan fakta sosial dengan fakta individu
1) Fakta sosial
fakta sosial ini yaitu adanya tindakan yang dilakukan
disebabkkan karena adanya pola dalam hubungan sosial
itu sendiri.
2) Fakta individu
Fakta organis ini merupakan tindakan yang dilakukan
dengan didasari kesadaran individu itu sendiri.
2.Solidaritas dan Tipe Struktur Sosiala. Pengertian Soidaritas Sosial
1) Menurut Robbert M.Z Lawang (1985:262)
Dikatakan bahwa solidaritas sosial yakni “kesatuan,
persahabatan, dan saling percaya”.
Dari substansi tersebut, dapat saya buat pengertian
mengenai solidaritas social yakni “Sebuah hubungan
antar indivudu dalam sebuah kelompok yang erat dan
memilki kepercayaan satusama lainnya atas tanggung
jawab dan kepentingan antara anggotanya.”
2) Menurut Emile Durkheim yang di kutip oleh Robbert
M.Z Lawang (1985:63)
Bahwa solidaritas sosial adalah “keadaan saling
percaya antar anggota kelompok atau komunitas.”
Dari substansi tersebut, dapat saya buat pengertian
mengenai solidaritas social yakni “Sebuah ikatan
kepercayaan masing – masing anggota dalam
komunitas/kelompoknya demi menjunjung kepentingan dalam
memenuhi kebutuhan bersama.”
3) Soerjono Soekanto (1987:68-69),
Menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan
“kohesi, suatu asosiasi, kelompok, kelas sosial, kasta,
dan antara berbagai individu dan kelompok, maupun
kelas-kelas membentuk masyarakat, dengan bagian-
bagiannya”7
Dari substansi tersebut, dapat saya buat pengertian
mengenai solidaritas social yakni “Sebuah hubungan
dalam sebuah perkumpulan yang memeiliki ikatan
kepentingan bersama antar individu dan kelompok maupun
7 http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle.docx
kelas – kelas yang membentuk sebuah satu kesatuan yang
utuh (masyarakat).”
b. Pembagian Solidaritas Sosial
Analisis materi dari pembagian solidaritas social
sebagai berikut :
1) Solidaritas Mekanik
Tipe masyarakat tradisional yang masih sederhana atau
pedesaan dimana tingkat homogenitas atau keseragamannya
cenderung tinggi. Individualitas tidak berkembang
karena di hilangkan oleh tekanan aturan atau hukum yang
bersifat represif (menekan). Sifat hukuman tersebut
cenderung mencerminkan dan menyatakan kemarahan
kolektif (bersama) yang muncul atas penyimpangan atau
pelanggaran kesadaran kolektif dalam kelompok
sosialnya.
2) Solidaritas Organis
Tipe masyarakat yang ada di perkotaan. Karena
didasarkan pada perbedaan-perbedaan, solidaritas ini
banyak terdapat kesenjangan, dilihat dari pembagian
kerja yang makin besar, maka solidaritas ini didasarkan
atas tingkat ketergantungan yang sangat tinggi.
Ketergantungan dalam solidaritas ini di akibatakan
karena spesialisasi yang tinggi di antara keahlian
individu. Spesialisasi ini juga sekaligus mengurangi
kesadaran kolektif yang ada dalam masyarakat mekanis.
Akibatnya, kesadaran dan homogenitas dalam kehidupan
sosial tergeser.
c. Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Organik
Adapun ciri dan perbedaan dari solidaritas
social organis san mekanik, antara lain sebagai
berikut ;
1) Solidaritas social mekanik :
a) Pembagian kerja rendah
b) Kesadaran kolektif kuat
c) Hukum represif dominan
d) Individualitas rendah
f) Adanya keterlibatan komunitas dalam
menghukum orang yang menyimpang
g) Secara relatif sifat ketergantungan
rendah
h) Bersifat primitif atau pedesaan.
2) Solidaritas social organis :
a) Adanya pola antar-relasi yang parsial
dan fungsional
b) Terdapat pembagian kerja yang spesifik,
c) Adanya perbedaan kepentingan, status,
pemikiran dan sebagainya.
3.Ancaman Terhadap Solidaritas Sosial
a. Sumber-Sumber Ketegangan dalam Masyarakat Organik
yang Kompleks
heterogenitas dan individualitas yang semakin besar
yang berhubungan dengan pembagian kerja yang tinggi
menyebabkan ikatan bersama yang mempersatukan berbagai
anggota masyarakat menjadi kendor yang dapat menjadi
sumber ketegangan terjadinya konflik.
b. Integrasi Sosial dan Angka Bunuh Diri
Semakin rendah integrasi, semakin tiggi angka bunuh
diri. Bunuh diri mencerminkan memudarnya integrasi
sosial, sebuah tingkat integrasi yang tinggi akan
menekankan individualitas ke titik dimana individu
dipandang tidak pantas atau tidak penting dalam
kedudukannya sendiri.
c. Kemunculan dan Dukungan terhadap Solidaritas
d. Hubungan antara Orientasi Agama dan Struktur
Sosial
Pengalaman agama dan ide tentang yang suci adalah
kehidupan kolektif, kepercayaan dan ritus agama juga
memperkuat ikatan sosial dimana kehidupan kolektif itu
bersandar. Dengan kata lain hubungan antara agama dan
masyarakat memperlihatkan saling keterangan yang sangat
erat.
e. Agama dalam Masyarakat Modern
f. Asal-Usul Bentuk-Bentuk Pengetahuan dalam
Masyarakat
C. SIMPULAN
Dapat di simpulkan bahwa Sebuah masyarakat dengan
kesatuan individu didalamnya merupakan pikiran dan
tindakan yang lahir dari individu itu sendiri.
Didalam masyarakat sebagai sebuah kelompok tentunya
akan menghadapi sebuah ancaman – ancaman yang dapat
difungsikan sebagai penguat solidaritas diantara para
anggotanya. Dengan adanya acaman – ancaman yang ada,
sebuah masyarakat patutnya berpacu untuk bersatu
menghadapinya.
Solidaritas mekanis di bentuk oleh masyarakat yang
masih memiliki kesadaran kolektif yang sangat tinggi,
kepercayaan yang sama, cita-cita dan komitmen moral.
Masyarakat yang menggunakan solidaritas mekanis, mereka
melakukan aktifitas yang sama dan memiliki tanggung
jawab yang sama.
Sebaliknya, solidaritas organis di bentuk karena
semakin banyak dan beragamnya pembagian kerja. Sehingga
pembagian kerja tersebut membuat spesialisasi pekerjaan
di dalam masyarakat yang menyebabkan kesadaran kolektif
menjadi menurun. Semua kegiatan spesialisasi mereka
berhubungan dan saling tergantung satu sama lain,
sehingga sistem tersebut membentuk solidaritas
menyeluruh yang berfungsi didasarkan pada saling
ketergantungan.
D. SUMBER
1. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle.docx2. http://charlie-muhammad.blogspot.com/2012/04/pemikiran-
emile-durkheim.html3. nifanfan.blogspot.com/2013/09/sosiologi-klasik-solidaritas-
sosial_3514.html
Top Related